Di susun oleh :
Rizqa Ramadhani
Nim. 19124032
MK PEDAGOGIK
SOAL:
1. Buatlah sebuah tema dari materi pedagogik kemudian jabarkan menjadi subtema-
subtema, dan jelaskan satu subtema yang paling anda pahami minimal 3 halaman.
2. Temukan sebuah kasus terkait permasalahan karakter pendidik dan bahas kasus
tersebut dengan berbagai sudut pandang pemikiran anda (penyebab dan solusi).
3. Temukan kasus-kasus positif dan negatif yang paling menonjol berkaitan dengan
peserta didik pada usia sekolah kelas rendah dan kelas tinggi (minimal 3 kasus).
Bahas kasus tersebut sesuai soal no 2.
4. Jelaskan bagaimana pandangan anda terkait interelasi hubungan anak dengan
lingkungan sebayanya, hubungan anak dengan lingkungan keluarga, hubungan anak
dengan lingkungan masyarakat dan sekolah/lembaga pendidikan
5. Jelaskan penerapan konsep-konsep berikut dalam kehidupan yang anda temui:
a. Hukum pertumbuhan anak
b. Hukum perkembangan anak
c. Irama perkembangan anak
d. Tempo perkembangan anak
Sertai jawaban anda dengan landasan ilmiah berupa jurnal, berita, paper, buku-buku
psikologi.
JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
MK PEDAGOGIK
1. JARINGAN TEMA
TEMA
PERKEMBANGAN OTAK
MANUSIA
SUB TEMA
SUB TEMA
PENERAPAN
HUBUNGAN OTAK
PENDEKATAN ATAU
MANUSIA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN
PERKEMBANGAN IQ, EQ,
DALAM PENCAPAIAN
DAN SQ TERHADAP MASA
KESEIMBANGAN IQ, EQ,
DEPAN ANAK
DAN SQ
TEMA : PERKEMBANGAN OTAK MANUSIA
A. Otak Manusia
1. Pengertian Otak dan Fungsinya
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual. otak adalah
organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Semua gerakan tubuh
dikontrol oleh otak baik dari kesadaran manusia akan makan, tidur, belajar, berpikir, N
berperasaan sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari otak
(Nurasiah, 2016).
Otak berfungsi sebagai pengendali aktivitas panca indera, pengendali seluruh
gerakan organ-organ tubuh dan motorik, pusat bahasa (dari pembendaharaan kata,
pemahaman, sampai dengan proses verbalnya), pengendali fungsi-fungsi yang berkaitan
dengan emosi baik rasa senang, bahagia, sedih, menderita, brnci, kasih sayang, dan
sebagainya (Untari, 2012).
2. Struktur otak manusia
Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu, otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem).
a. Otak besar (cerebreum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak
besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan
(Untari, 2012). Otak besar memiliki berberapa fungsi di antaranya :
a. Menentukan kecerdasan
b. Menentukan kepribadian
c. Untuk berfikir
d. Mengingat
e. Membayangkan
f. Merencanakan sesuatu
g. Sensasi sentuhan
Otak besar dibagi menjadi 2 bagian, (Damasio, 2009) yaitu :
1. Belahan otak bagian kanan
Bagian otak kanan memiliki fungsi antara lain untuk
Mengontrol sisi tubuh bagian kiri
Bertanggung jawab atas perkembangan Emotional Quotient (EQ)
misalnya bersosialisasi, berkomunikasi, mengendalikan emosi, serta
berinteraksi dengan manusia yang lain
Bertanggung jawab atas kemampuan intuitif, kemampuan merasakan,
memadukan, serta mengekspresikan tubuh seperti menari, melukis,
bernyanyi, maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
melukis kemampuan yang menggunakan otak kanan (Sadiqin, 2017)
2. Belahan otak bagian kiri
Bagian otak ini memiliki beberapa fungsi otak kiri antara lain :
Mengontrol sisi tubuh bagian kanan
Merupakan pusat Intelegent Quotient (IQ) atau hal-hal yang memiliki
hubungan dengan rasio dan logika seperti kemampuan untuk membaca
dan menulis.
Kedua belahan otak diatas terhubung oleh corpus callomsum, yaitu massa materi
putih besar yang terdiri dari ikatan serat yang menghubungkan materi putih dari dua
belahan otak. Tiap belahan otak, yaitu otak bagian kanan dan otak bagian kiri terbagi
dalam 4 lobus, yaitu :
o Lobus frontal, yaitu bagian terdepan dari otak besar, dimana lobus ini berkaitan
dengan fungsi motorik, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
untuk menilai sesuatu, kreativitas, kemampuan untuk mengontrol perasaan dan
perilaku seksual, kemampuan untuk memahami bahasa, membuat alasan,
merencanakan sesuatu, dan lain sebagainya.
o Lobus parietal, yaitu bagian tengah otak besar yang berhubungan dengan sensor
perasaan seperti rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan lain sebagainya.
o Lobus Temporal, yaitu bagian bawah dari otak besar yang berhubungan dengan
memori dan pendengaran.
o Lobus Occipital, yaitu bagian belakang otak besar yang berhubungan dengan
sistem pengolahan otak visual manusia sehingga nantinya dapat berinterpretasi
dengan segala sesuatu yang dilihat. (Dryden, 2003)
b. Otak kecil (Serebellum)
Otak kecil mempunyai fungsi utama dalam berkoordinasi terhadap otot dan tonus
otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil
juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan luwes.
Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang, dimana ia terletak di
atas batang otak dan di bawah oksipital serebrum. Otak kecil memiliki permukaan
yang berlekuk-lekuk dan memiliki bentuk sebesar bola base (Afrizal, 2013).
Cerebellum terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Vestibuloserebelum, yaitu bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol
serta menjaga keseimbangan pergerakan mata
b. Spinoserebelum, yaitu bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol
kemampuan otot serta gerakan tubuh
c. Sereberoserebelum, yaitu bagian otak kecil yang berfungsi sebagai penyimpan
memori, menginisiasi gerakan yang disadari, serta untuk melakukan perencanaan.
Secara garis besar, otak kecil memiliki berbagai macam fungsi seperti:
a. Mengontrol gerak serta keseimbangan tubuh, seperti mengatur posisi tubuh
b. Membantu meningkatkan sistem motorik seperti koordinasi gerakan otot, jadi
apabila otak kecil mengalami cidera, kondisi tersebut dapat berpengaruh pada
gerakan tubuh yang tak terkoordinasi akibat terganggunya sikap serta koordinasi
gerak otot. (Dryden, 2003)
c. Batang otak (brainstem)
Batang otak terdiri dari otak tengah medula oblongata dan pons. Motor dan
neuron sensorik yang bergerak melalui batang otak yang dapat meneruskan sinyal
antara otak dan sumsum tulang belakang. Batang otak juga berfungsi untuk
mengkoordinasikan sinyal kontrol motor yang dikirim dari otak menuju tubuh.
3. Cara Kerja Otak
Otak merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa yang terdiri dari otak kiri dan
otak kanan.Setiap otak manusia berkembang secara unik dan berbeda. Setiap bagian
otak mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Keseimbangan otak kiri dan
kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika
hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak kanan,
maka seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya (Daulay, 2017).
Bagian-bagian otak yaitu belahan otak kanan, belahan otak kiri, dan belahan otak
tengah. Belahan-belahan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Pada belahan
otak kiri manusia dirancang untuk memproses bagian-bagian (secara berurutan), bagian
otak kanan memproses keseluruhan (secara acak) dan pada bagian otak tengah
merupakan penyumbang sekitar 20% dari seluruh volume otak, bertanggungjawab atas
tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan
produksi kimiawi otak (Supradewi, 2010).
Kedua bagian otak terlibat dalam hampir setiap aktivitas. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada salah satu belahan dapat mempengaruhi perkembangan yang terjadi
pada saat yang sama di bagian paling jauh di bagian otak yang lain.
Disaat otak kiri bekerja menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan tidak
bisa bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan akan
bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang menarik, dan sebagainya. Intinya
seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang menyeimbangkan kerja otak
(Daulay, 2017).
Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari pusat-pusat yang
memahami apa yang diamati. Amygda adalah tempat menyimpan memori emosi yang
mempunyai peran penting dalam emosional. Amyda memungkinkan adanya respon
sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan pelajaran diawali dengan pemanasan
otak, agar individu mempersiapkan otaknya sehingga tercapai hasil belajar yang
optimal.Singkatnya semua belahan otak digunakan semua pada hampir setiap waktu
dan tidak dapat dihentikan dalah satunya sama sekali. Otak bekerja begitu banyak di
luar kesadaran manusia.
Anak didik sebagai salah satu individu dalam pembelajaran dan merupakan suatu
pribadi yang berbeda satu sama lain. Pribadi yang berbeda itu lahir dari kebiasaan
belajar yang berbeda. Sesungguhnya, anak belajar dimana saja dan kapan saja, tidak
hanya disekolah tapi juga dirumah atau keluarga, lingkungan bermain, lingkungan
masyarakat.
Kebiasaan yang diberikan kepada anak akan membentuk kepribadiannya sejak
dini. Untuk membentuk kepribadian anak, langkah pertama adalah membuat dia merasa
diterima semua orang sehingga dia mampu menerima dirinya sendiri. Perhatian
kepadanya juga penting dan diperlukan sejak dia belum mampu berbicara sekalipun.
Anak harus sering diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing tumbuhnya
kepribadian dan kenyamanan diri, dimulai dari anak yang baru bisa berbicara.
Sama halnya dalam pembelajaran di sekolah, jika seorang guru memiliki murid
yang pendiam ataupun pemalu, guru bisa memancing berbicara anak didik agar dia
mempunyai keberanian untuk berbicara. Guru juga harus mampu mengenali pribadi
yang dimiliki anak didiknya. Sehingga guru dapat dengan mudah memahami dan
mengerti anak didiknya. Dan ketika muridnya sudah mempunyai keberanian berbicara,
guru harus mampu memahami dan mendengarkan apa yang dia bicarakan, agar
sekaligus mampu mengontrol siswa, apakah yang dibicarakannya itu mampu
membentuk kepribadian baik atau tidak. Jika dia salah, sebaiknya guru tidak memarahi
atau mengucapakan kata-kata yang bisa membuat dia merasa rendah, bodoh, apalagi
tidak berguna. (Damasio,2009)
4. Perbedaan Fungsi Otak Kanan Dan Otak Kiri Manusia
Otak manusia adalah struktur lunak yang dilindungi oleh cangkang berupa
tengkorak. Berdasarkan letaknya secara simetris, otak dibagi menjadi otak kanan
(hemisfer kanan) dan otak kiri (hemisfer kiri).Otak merupakan bagian sentral dari
fungsi dasar vital pada manusia. Kerusakan pada otak, akan sangat mengganggu
aktivitas bagi penderitanya (Damasio, 2009).
Otak, merupakan pusat memory, kognitif, emosi, dan semua jenis perasaan dan
kognisi. Kualitas otaklah yang membedakan kualitas individu itu sendiri. Walaupun
otak merupakan satu kesatuan yang menyatu, tetapi dapat dibagi menjadi otak kanan
dan otak kiri yang mempunyai cara kerja dan fungsi yang berbeda.
Pembagian otak kanan dan otak kiri ini berada dalam posisi frontal (menghadap ke
depan), bukan bagian belakang, karena posisi anatomis tubuh adalah menghadap
kedepan, bukan membelakangi.
Fungsi Otak Kanan
Otak kanan adalah otak yang berada disebelah kanan dalam posisi anatomis
(frontal). Fungsi otak kanan adalah sebagai berikut (Supradewi,2010) :
a. Perkembangan emosi (emotional quotient (EQ)
b. Hubungan antar manusia (sosialisasi)
c. Fungsi Komunikasi (perkembangan bahasa non verbal)
d. Perkembangan intuitif seni (menari, melukis, menyanyi dan lain-lain)
e. Mengandalikan ekspresi manusia
f. Pusat khayalan dan kreativitas
g. Berpikir lateral dan tidak terstruktur
h. Tidak memikirkan hal-hal secara detail
i. Cara kerjanya long term memory (memory jangka panjang)
j. Lebih ahli dalam menentukan ruang/tempat dan warna
k. Bila terjadi kerusakan otak kanan, maka akan terganggu area kemampuan visual &
emosi
Fungsi Otak Kiri
Otak kiri adalah otak yang berada disebelah kiri dalam posisi anatomis (posisi
frontal). Fungsi otak kiri adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan Intelegensi (intelligence quotient (IQ))
b. Pusat perkembangan logika dan rasio (seperti matematika)
c. Berpikir sacara sistematis
d. Bahasa verbal
e. Berpikir linear dan terstruktur
f. Berpikir analisis dan bertahap
g. Cara berpikirnya short term memory (memory jangka pendek) (Dryden, 2003)
DAFTAR RUJUKAN
Afrizal. 2013. Mengoptimalkan Potensi Hemister (Otak Kanan) Dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan. 5 (1)
Damasio, A. 2009. Memahami Kerja Otak. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta
Daulay, N. 2017. Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan Gangguan
Spektrum Autis : Kajian Neuropsikologi. Jurnal Psikologi. 25 (1), 11-25
Dryden, G. 2003. Revolusi Cara Belajar I. Bandung : Kaifa
Nurasiah. 2016. Urgensi Neuroscience dalam Pendidikan (Sebagai Langkah Inovasi
Pembelajaran). Jurnal Pendidikan Islam. 7 (1), 229-250
Sadiqin, I, K. 2017. Mengoptimalkan Potensi Otak Kanan Siswa dalam Pembelajaran Kimia.
Jurnal inovasi Pendidikan Sains. 8 (I), 27-35
Supradewi, R. 2010. Otak, Musik, dan Proses Belajar. Jurnal Buletin Psikologi. 18 (2), 58-68
Untari, I. 2012. Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal. Jurnal Profesi. 8 (02)
Dari kasus terkait permasalahan karakter pendidik di atas, menurut saya penyebabnya
terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
1. Dari guru
Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk
memotivasi siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma
psikologis dan melukai harga diri siswa.
Persepsi dalam menilai siswa. Bagaimana pun juga, setiap anak punya konteks
kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan tindakan yang terlihat
saat ini, termasuk tindakan siswa yang dianggap melanggar batas. Yang terpenting
bukan sebatas “menangani” tindakan siswa, tapi mencari tahu apa yang melandasi
tindakan / sikap siswa.
Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi
hingga guru menjadi lebih sensitif dan reaktif.
Adanya tekanan kerja : target yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi
kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya sementara
kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
Pola authoritarian masih umum digunakan dalam pola pengajaran di Indonesia. Pola
authoritarian mengedepankan faktor kepatuhan dan ketaatan pada figure otoritas
sehingga pola belajar mengajar bersifat satu arah (dari guru ke murid). Implikasinya,
murid kurang punya kesempatan untuk berpendapat dan berekspresi.
Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan cenderung
“kering” dan stressful, dan pihak guru pun kesulitan dalam menciptakan suasana
belajar mengajar yang menarik, padahal mereka dituntut mencetak siswa-siswa
berprestasi.
2. Dari siswa. Salah satu faktor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan, adalah
dari sikap siswa tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi psikologis dan
kepribadian siswa itu sendiri. Kecenderungan sadomasochism tanpa sadar bisa melandasi
interaksi antara siswa dengan pihak guru, teman atau kakak kelas atau adik kelas. Perasaan
bahwa dirinya lemah, tidak pandai, tidak berguna, tidak berharga, tidak dicintai, kurang
diperhatikan, rasa takut diabaikan, bisa saja membuat seorang
siswa clinging pada powerful / authorityfigure dan malah “memancing” orang tersebut
untuk actively responding to his / her need meskipun dengan cara yang tidak sehat.
Contohnya, tidak heran jika anak berusaha mencari perhatian dengan bertingkah yang
memancing amarah, agresifitas,atau pun hukuman. Tapi, dengan demikian, tujuannya
tercapai, yakni mendapat perhatian. Sebaliknya, bisa juga perasaan inferioritas dan tidak
berharga di kompensasikan dengan menindas pihak lain yang lebih lemah supaya dirinya
merasa hebat.
3. Dari Keluarga
Pola Asuh
Anak yang dididik dalam pola asih yang sangat memanjakan anak dan memenuhi semua
keinginan anak. Dengan memenuhi semua keinginan dan tuntutan mereka, anak tidak
belajar mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas kebutuhan, dan
bahkan tidak belajar mengelola emosi. Ini jadi bahaya karena anak merasa jadi raja dan
bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut orang lain melakukan
keinginannya. Jadi anak akan memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, dengan
cara apapun juga asalkan tujuannya tercapai. Anak juga tak memiliki sense of
responsibility karena kemudahan yang ia dapatkan, membuat anak tidak berpikir action-
consequences, aksi reaksi, kalau mau sesuatu ya harus berusaha. Anak di sekolah ingin
dapat nilai bagus tapi tidak mau belajar, akhirnya mencontek, atau memaksa siswa lain
memberi contekan dengan ancaman.
Orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa menimbulkan persepsi pada
anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek, bodoh, tidak baik, dsb. Kalau situasi ini tidak
sempat diperbaiki, bisa menimbulkan dampak psikologi, yakni munculnya
perasaan inferior, rejected, dsb. Unresolved feeling of emotionally – physically rejected,
membuat anak memilih untuk jadi bayang-bayang orang lain, clinging to strong
identity meskipun sering jadi bahan tertawaan atau hinaan, disuruh-suruh. Atau, anak
cenderung menarik diri dari pergaulan, jadi pendiam, pemurung atau penakut hingga
memancing pihak aggressor untuk menindas mereka. Sebaliknya, orang tua yang
terlalu rigid dan authoritarian, tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk
berekspresi, dan lebih banyak mengkritik, membuat anak merasa dirinya “not good
enough” person, hingga dalam diri mereka bisa tumbuh inferioritas, dependensi, sikapnya
penuh keraguan, tidak percaya diri, rasa takut pada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan
patuh yang irrasional, dsb. Atau, anak jadi tertekan, karena harus menahan semua gejolak
emosi, rasa marah, kecewa, sedih, sakit hati – tanpa ada jalan keluar yang sehat. Lambat
laun tekanan emosi itu bisa keluar dalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada orang
lain.
Orangtua mengalami masalah psikologis
Jika orangtua mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut, bisa mempengaruhi pola
hubungan dengan anak. Misalnya, orang tua yang stress berkepanjangan, jadi sensitif,
kurang sabar dan mudah marah pada anak, atau melampiaskan kekesalan pada anak. Lama
kelamaan kondisi ini mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Ia bisa kehilangan semangat,
daya konsentrasi, jadi sensitif, reaktif, cepat marah, dsb.
Keluarga disfungsional
Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap sang anak.
Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul, atau menyiksa fisik atau emosi,
intimidasi anggota keluarga lain; atau keluarga yang sering konflik terbuka tanpa ada
resolusi, atau masalah berkepanjangan yang dialami oleh keluarga hingga menyita energy
psikis dan fisik, hingga mempengaruhi interaksi, komunikasi dan bahkan kemampuan
belajar, kemampuan kerja beberapa anggota keluarga yang lain. Situasi demikian
mempengaruhi kondisi emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Sering dijumpai siswa “bermasalah”, setelah diteliti ternyata memiliki
latar belakang keluarga yang disfungsional.
4. Dari Lingkungan
Adanya budaya kekerasan : seseorang melakukan kekerasan karena dirinya berada
dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap tindakan kekerasan. Anak yang
tumbuh dalam lingkungan tersebut memandang kekerasan hal yang biasa / wajar.
Mengalami sindrom Stockholm : Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi
psikologis dimana antara pihak korban dengan pihak aggressor terbangun hubungan
yang positif dan later on korban membantu aggressormewujudkan keinginan mereka.
Contoh, kekerasan yang terjadi ketika siswa senior melakukan kekerasan pada
mahasiswa baru pada masa orientasi bersama terjadi karena siswa senior meniru sikap
seniornya dulu dan dimasa lalunya juga pernah mengalami kekerasan pada masa
orientasi
Tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan : Jika seseorang terlalu sering
menonton tayangan kekerasan maka akan mengakibatkan dirinya terdorong untuk
mengimitasi perilaku kekerasan yang ada di televisi. Sebab, dalam tayangan tersebut
menampilkan kekerasan yang diasosiasikan dengan kesuksesan, kekuatan dan
kejayaan seseorang. Akibatnya, dalam pola berpikir muncul premis bahwa jika ingin
kuat dan ditakuti, pakai jalan kekerasan.
Solusi Untuk Mengatasi kasus terkait permasalahan karakter pendidik di atas yaitu:
1. Bagi Sekolah
Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah
guru dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa,
mengenali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran,
guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa
sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa
Hukuman yang diberikan, berkorelasi dengan tindakan anak. Ada sebab ada akibat,
ada kesalahan dan ada konsekuensi tanggung jawabnya.Dengan menerapkan
hukuman yang selaras dengan konsekuensi logis tindakan siswa yang dianggap keliru,
sudah mencegah pemilihan / tindakan hukuman yang tidak rasional.
Sekolah terus mengembangkan dan membekali guru baik dengan wawasan /
pengetahuan, kesempatan untuk punya pengalaman baru, kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas mereka. Guru juga membutuhkan aktualisasi diri, tidak
hanya dalam bentuk materi, status, dsb. Guru juga senang jika diberi kesempatan
untuk menuangkan aspirasi, kreativitas dan mencoba mengembangkan metode
pengajaran yang menarik tanpa keluar dari prinsip dan nilai-nilai pendidikan. Selain
itu, sekolah juga bisa memberikan pendidikan psikologi pada para guru untuk
memahami perkembangan anak serta dinamika kejiwaan secara umum. Dengan
pendekatan psikologi, diharapkan guru dapat menemukan cara yang lebih efektif dan
sehat untuk menghadapi anak didik.
Konseling. Bukan hanya siswa yang membutuhkan konseling, tapi guru pun
mengalami masa-masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan, atau pun
bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang terbaik.
Segera memberikan pertolongan bagi siapapun yang mengalami tindakan kekerasan
di sekolah, dan menindaklanjuti kasus tersebut dengan cara adekuat.
3. Bagi siswa. Segera sharing pada orangtua atau guru atau orang yang dapat dipercaya
mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut segera mendapatkan
pertolongan untuk pemulihan kondisi fisik d an psikisnya.
3. kasus-kasus positif dan negatif yang paling menonjol berkaitan dengan peserta
didik pada usia sekolah kelas rendah dan kelas tinggi (minimal 3 kasus). Bahas
kasus tersebut sesuai soal no 2.
1) Kasus positif peserta didik pada usia sekolah kelas rendah
Disiplin
Penyebab: guru yang tegas pada peserta didik
Solusi: guru mencontohkan dan membiasakan hidup disiplin pada peserta didik
Jujur
Penyebab: jujur juga merupakan anugrah dari Allah SWT dan sudah ada sejak lahir
Solusi: kejujuran harus selalu ditanamkan pada peserta didik contohnya dengan
cara membuat program kantin jujur
Rasa kepedulian
Penyebab: rasa kepedulian merupakan anugrah dari Allah SWT dan sudah ada
sejak lahir
Solusi: rasa kepedulian peserta didik harus selalu dikembangkan yaitu terhadap
teman, keluarga, masyarakat maupun terhadap lingkungan contohnya membuang
sampah di tempat sampah
Suka menolong
Penyebab: peserta didik yang suka menolong gurunya karena menganggap gurunya
adalah idolanya karena gurunya baik dan ramah
Solusi: peserta didik harus dicontohkan dan dibiasakan untuk saling tolong-
menolong dengan sesama dan dengan orang yang membutuhkan pertolongan
contohnya dengan adanya program infak di sekolah.
2) Kasus negatif peserta didik pada usia sekolah kelas rendah
Terlambat pergi ke sekolah
Penyebab: tidur terlalu larut malam sehingga bangun kesiangan
Solusi: memberikan teguran kepada peserta didik
Berkelahi di kelas
Penyebab: saling ejek, saling berebutan sesuatu yang menyebabkan perkelahian
Solusi: memberikan teguran kepada peserta didik
Meribut di dalam kelas
Penyebab: guru tidak tegas terhadap peserta didik
Solusi: memberikan teguran kepada peserta didik
3) Kasus positif peserta didik pada usia sekolah kelas tinggi
Suka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Penyebab: peserta didik suka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena mereka
merasa tidak bosan
Solusi: guru selalu melatih peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
memberikan semangat
Adanya persaingan di kelas untuk meraih prestasi
Penyebab: ada dorongan dalam dirinya ingin lebih baik daripada temannya
Solusi: guru menanamkan pada peserta didik jiwa yang jujur dalam bersaing
Rajin belajar
Penyebab: rasa ingin tahu sangat besar sehingga mempunyai keinginan untuk
mempelajari hal yang baru
Solusi: guru memberikan motivasi kepada peserta didik
4) Kasus negatif peserta didik pada usia sekolah kelas tinggi
Berkata kotor
Penyebab: mendengar dan melihat orang di sekitarnya berkata kotor sehingga
peserta didik meniru dan akhirnya terbiasa berkata kotor
Solusi: menegur peserta didik
Mencari perhatian dengan cara yang tidak baik
Penyebab: peserta didik di rumah kurang atau tidak mendapat perhatian dari
orangtuanya
Solusi: memberi perhatian khusus pada peserta didik dan memberitahukan perilaku
peserta didik kepada orangtuanya
Sifat jahil
Penyebab: dari sifat genetis yang diturunkan atau bisa juga karena pengaruh teman
dan lingkungan
Solusi: dengan cara memberi teguran
1. Teman dekat, anak biasanya mempunyai dua atau tiga teman dekat, mereka adalah
teman yang memiliki jenis kelamin yang sama serta mempunyai minat dan
kemampuan yang sama pula
2. kelompok kecil, kelompok kecil ini biasanya terdiri dari kelompok teman teman
dekat. Pada awalnya terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi
kedua jenis kelamin
3. kelompok besar, kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat. Pada kelompok ini penyesuaian akan minat yang sama akan mulai
berkurang sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara anak
4. kelompok yang terorganisasi, kelompok ini biasanya terdapat kelompok pemuda yang
dibina oleh orang dewasa dan dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial para remaja,
5. kelompok geng, kelompok ini biasanya terdiri dari anak-anak yang minat utamanya
adalah ingin menhadapi penolakan teman-teman melalui perilaku inti sosial (Utami,
2018)
Bentuk perilaku sosial yang paling penting diterapkan pada anak pada tahun
pertama, yakni untuk penyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dengan
teman-temannya. Karena pada periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis,
dimana sikap sosial dan pola perilaku social dibentuk. Secara spesifik, (Hurlock, 2001)
mengklasifikasikan pola perilaku sosial pada anak usia dini ke dalam pola-pola perilaku
sebagai berikut:
1. Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang
yang sangat anak kagumi. Anak mampu meniru perilaku guru yang diperagakan
sesuai dengan tema pembelajaran,
2. Persaingan, yaitu keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain.
Persaingan ini biasanya sudah tampak pada usia empat tahun. Anak bersaing
dengan teman untuk meraih prestasi, menunjukkan antusiasme dalam
mengerjakan sesuatu sendiri,
3. Kerja sama, mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain bersama dan
kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam
frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya
kesempatan untuk bermain dengan anak lain,
4. Empati, seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan
dan emosi orang lain, tetapi disamping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan diri sendiridi tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang
dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-kanak akhir,
5. Dukungan sosial. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dar
teman-teman menjadi lebih penting dari pada persetujuan orang-orang dewasa.
6. Membagi. Anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan
ialah membagi miliknya, terutama untuk anak-anak lainnya. Pada momen-momen
tertentu, anak juga rela membagi makanan kepada anak lain dalam rangka
mempertebal tali pertemanan mereka dan menunjukkan identitas keakraban antar
mereka,
7. Perilaku akrab. Anak memberikan rasa kasih sayang kepada guru dan teman.
Bentuk dari perilaku akrab diperlihatkan dengan canda gurau dan tawa riang
diantara mereka. Kepada guru, mereka memperlakukan sebagaimana layaknya
pada orang tua mereka sendiri, memeluk, merangkul, digendong, memegang
tangan sang guru, dan banyak bertanya.
Hubungan Anak Dengan Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat yang strategis bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Selain itu, pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya sangat
menentukan dan mempengaruhi kepribadian anak serta perilaku. Anak menjadi baik atau
buruk semua tergantung dari pola asuh orang tua dalam keluarga. Di dalam keluarga dan
hubung-hubungan antar anggota keluarga terbentuklah pola penyesuaian sebagai dasar
bagi hubungan sosial dan interaksi sosial yang lebih luas (Gunarsa, 1991).
Anak dalam lingkungan Sekolah Dasar biasanya cenderung meniru perilaku yang
dilakukan oleh orang tuanya. Dalam hal pendidikan, kasih sayang, perhatian, pengasuhan
dan bimbingan sangat dibutuhkan oleh anak. Salah satu contoh aktivitas yang masih perlu
diperhatikan dan memerlukan bimbingan dari orang tua atau keluarga yaitu mengenai
kebiasaan dan kedisiplinan waktu dalam belajar (Sari, 2018). Pada ilmu pendidikan,
keluarga menjadi lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dengan demikian,
dapatlah dikatakan lingkungan keluarga memiliki peran yang utama dalam menentukan
perkembangan sosial dan emosi anak dikemudian hari dan untuk kehidupan selanjutnya
yang akan mereka jalani, dan dilingkungan keluarga ini lah anak pertama kalinya
menerima pendidikan dari orang tuanya atau orang terdekatnya.
Sebagai lingkungan pertumbuhan dan perkembangan anak keluarga memiliki
fungsi sebagai berikut: (Salvicion dan Celis 1998)
DAFTAR RUJUKAN
Brown,F.J., & G. (2009). The Experiences of Children With Learning. British Journal of
Learning, 37(2).
Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. (2001). Developmental psychology. Tata McGraw-Hill Education.
Kelly, G. (1955). Personal Construct Theory.
Koffka, K. (2013). The Growth of The Mind: An Intriduction to Child-Psychologi.
Routledge.
Meranti Tanti. (2015). Psikologi Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga.
Sari, N. P. (2018). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Teman Sebaya Terhadap Kedisiplinan
Belajar Siswa Kelas III SD. Joyful Learning Journal, 7(4), 57–65.
Setiawati, E., & Suparno, S. (2010). Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Anak
Homeschooling dan Anak Sekolah Reguler (Study Deskriptif Komparatif). Indigenous:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 12(1).
Utami, D. T. (2018). Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Sosial Anak
Usia 5-6 Tahun. Generasi Emas, 1(1), 39–50.
DAFTAR RUJUKAN
Siti, Hartinah. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
UJIAN TENGAH SEMESTER
Di susun oleh :
Rizqa Ramadhani
Nim. 19124032
MK PEMBELAJARAN TERPADU
SOAL:
1. Jelaskan pemahaman anda terkait konsep pembelajaran terpadu (PT) dari sisi teoritis
dan praktis sehari-hari di Indonesia dan konteks luar Indonesia
2. Dari 10 model PT, kelompokkanlah menjadi 3 kategori yang berisi model-modelnya
Kemudian Buatlah sebuah peta/matriks analisis dari sisi karakteristik, kelebihan,
kekurangan, serta teknis pelakanaannya tiap model tsb.
JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
MK PEMBELAJARAN TERPADU
1. Konsep pembelajaran terpadu (PT) dari sisi teoritis dan praktis sehari-hari di
Indonesia dan konteks luar Indonesia
Tiga kategori kelompok dari 10 model pembelajaran terpadu menurut (Fogarty, 1991)
yaitu:
1. Dalam disiplin ilmu tunggal
Model fragmented
Model connected
Model nested
2. Melintasi beberapa disiplin ilmu
Model sequenced
Model shared
Model webbed
Model threaded
Model integrated
3. Di dalam dan keseluruhan pembelajaran
Model immersed
Model networked
kelompokkan 3 kategori yang berisi model-modelnya Kemudian Buatlah sebuah
peta/matriks analisis dari sisi karakteristik, kelebihan, kekurangan, serta teknis
pelakanaannya tiap model tsb
Kelebihan Kelebihan
dengan menyusun kembali urutan topik, lebih mudah dalam menggunakannya sebagai
bagian dari unit, guru dapat mengutamakan langkah awal maju secara penuh menuju
prioritas kurikulum daripada hanya model terpadu yang mencakup empat disiplin
mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu
buku teks, membantu siswa memahami isi serupa yang saling tumpang tindih akan
pembelajaran dengan lebih kuat dan memungkinkan mempelajari konsep yang
bermakna. lebih dalam
Kekurangan Kekurangan
diperlukkan kolaborasi berkelanjutan model integrasi antar dua disiplin ilmu
dan fleksibilitas semua orang yang memerlukan komitmen pasangan untuk
terlibat dalam content area dalam bekerjasama dalam fase awal, untuk
mengurutkan sesuai peristiwa terkini menemukan konsep kurikula yang tumpang
tindih secara nyata diperlukan dialog dan
percakapan yang mendalam
Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan
si cerita dalam roman sejarah misalnya, topik merupakan bentuk pemaduan pembelajaran
pembahasannya secara paralel atau dalam akibat adanya “overlapping” konsep atau ide
jam yang sama dapat dipadukan dengan pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-
ikhwal sejarah perjuangan bangsa, butir pembelajaran tentang kewarganegaraan
karakteristik kehidupan sosial masyarakat dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang
pada periode tertentu maupun topik yang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata
menyangkut perubahan makna kata. Topik- Negara, PSPB, dan sebagainya
topik tersebut dapat dipadukan
pembelajarannya pada alokasi jam yang
sama.
Kelebihan Kelebihan Kelebihan
pendekatan jaring laba-laba konsep berputar sekitar siswa saling mengaitkan,
untuk mengintegrasikan metakurikulum yang saling menghubungkan
kurikulum adalah faktor menekankan pada perilaku diantara macam-macam
motivasi sebagai hasil bentuk metakognitif; materi untuk bagian dari mata pelajaran.
seleksi tema yang menarik tiap mata pelajaran tetap Keterpaduan secara sukses
perhatian paling besar, faktor murni, dan siswa dapat diimplementasikan,
motivasi siswa juga dapat belajar bagaimana pendekatan belajar yang
berkembang karena adanya seharusnya belajar di masa lingkungan belajar yang ideal
pemilihan tema yang yang akan datang sesuai untuk hari terpadu
didasarkan pada minat siswa. dengan laju perkembangan (integrated day) secara
era globalisasi eksternal dan untuk
keterpaduan belajar untuk
fokus internal. Selain itu
model ini juga mendorong
motivasi murid.
Kekurangan Kekurangan Kekurangan
model ini adalah banyak guru hubungan isi antar materi model ini sulit dilaksanakan
sulit memilih tema. Mereka pelajaran tidak terlalu secara penuh; membutuhkan
cenderung menyediakan ditunjukkan sehingga secara keterampilan tinggi,percaya
tema yang dangkal sehingga eksplisit siswa kurang dapat diri dalam prioritas konsep,
kurang bermanfaat bagi memahami keterkaitan keterampilan dan sikap yang
siswa, dan guru seringkali konten antara mata pelajaran menembus secara urut dari
terfokus pada kegiatan satu dengan yang lainnya. mata pelajaran; dan
sehingga materi atau konsep membutuhkan model tim ahli
menjadi terabaikan pada bidang dan
merencanakan dan mengajar
bersama.
Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan
1. Mempelajari 1. Menetapkan keterampilan Langkah guru merancang
kompetensi dasar, hasil yang diuntaikan dalam program rencana
belajar dan indikator setiap pembelajaran ketrampilan. pembelajaran dengan
bidang pengembangan 2. Memilih mata pelajaran mengadakan penjajakan
untuk masing-masing yang cocok untuk tema dengan cara curah
kelompok usia. dipadukan dengan model pendapat (brain stroming).
2. Mengidentifikasi ini. Tahap pelaksanaan
tema dan subtema dan 3. Mencocokkan Standar melakukan kegiatan:
memetakannya dalam Kompetensi dan
jaring tema. Kompetensi Dasar yang 1. Proses pengumpulan
3. Mengidentifikasi dapat diuntaikan. informasi
indikator pada setiap 4. Merumuskan indikator 2. Pengelolaan informasi
kompetensi bidang pembelajaran secara dengan cara analisis
pengembangan melalui terpadu. komparasi dan sintesis
tema dan subtema. 5. Menetapkan ketrampilan 3. Penyusunan laporan
4. Menentukan kegiatan berpikir yang akan dapat dilakukan dengan
pada setiap bidang diuntaikan. cara verbal, gravisi,
pengembangan dengan victorial, audio, gerak, dan
mengacu pada indikator model
yang akan dicapai dan
subtema yang dipilih. Tahap kulmunasi
5. Menyusun Rencana dilakukan dengan:
Kegiatan Mingguan.
6. Menyusun Rencana 1. Penyajian laporan
Kegiatan Harian. (tertulis, oral, unjuk kerja,
produk)
2. Penilaian meliputi
proses dan produk dengan
menggunakan prosedur
formal dan informal
dengan tekanan pada
penilaian produk.
DAFTAR RUJUKAN