Anda di halaman 1dari 42

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PEDAGOGIK

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Yanti Fitria, S.Pd, M.Pd
Dr. Farida F, M.Pd, M.T

Di susun oleh :
Rizqa Ramadhani
Nim. 19124032

PRODI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MK PEDAGOGIK

SOAL:
1. Buatlah sebuah tema dari materi pedagogik kemudian jabarkan menjadi subtema-
subtema, dan jelaskan satu subtema yang paling anda pahami minimal 3 halaman.
2. Temukan sebuah kasus terkait permasalahan karakter pendidik dan bahas kasus
tersebut dengan berbagai sudut pandang pemikiran anda (penyebab dan solusi).
3. Temukan kasus-kasus positif dan negatif yang paling menonjol berkaitan dengan
peserta didik pada usia sekolah kelas rendah dan kelas tinggi (minimal 3 kasus).
Bahas kasus tersebut sesuai soal no 2.
4. Jelaskan bagaimana pandangan anda terkait interelasi hubungan anak dengan
lingkungan sebayanya, hubungan anak dengan lingkungan keluarga, hubungan anak
dengan lingkungan masyarakat dan sekolah/lembaga pendidikan
5. Jelaskan penerapan konsep-konsep berikut dalam kehidupan yang anda temui:
a. Hukum pertumbuhan anak
b. Hukum perkembangan anak
c. Irama perkembangan anak
d. Tempo perkembangan anak
Sertai jawaban anda dengan landasan ilmiah berupa jurnal, berita, paper, buku-buku
psikologi.
JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MK PEDAGOGIK

1. JARINGAN TEMA

SUB TEMA SUB TEMA

PEMBAGIAN OTAK LATIHAN


MANUSIA KESEIMBANGAN OTAK

TEMA

PERKEMBANGAN OTAK
MANUSIA

SUB TEMA
SUB TEMA
PENERAPAN
HUBUNGAN OTAK
PENDEKATAN ATAU
MANUSIA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN
PERKEMBANGAN IQ, EQ,
DALAM PENCAPAIAN
DAN SQ TERHADAP MASA
KESEIMBANGAN IQ, EQ,
DEPAN ANAK
DAN SQ
TEMA : PERKEMBANGAN OTAK MANUSIA

SUB TEMA : PEMBAGIAN OTAK MANUSIA

A. Otak Manusia
1. Pengertian Otak dan Fungsinya
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual. otak adalah
organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Semua gerakan tubuh
dikontrol oleh otak baik dari kesadaran manusia akan makan, tidur, belajar, berpikir, N
berperasaan sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari otak
(Nurasiah, 2016).
Otak berfungsi sebagai pengendali aktivitas panca indera, pengendali seluruh
gerakan organ-organ tubuh dan motorik, pusat bahasa (dari pembendaharaan kata,
pemahaman, sampai dengan proses verbalnya), pengendali fungsi-fungsi yang berkaitan
dengan emosi baik rasa senang, bahagia, sedih, menderita, brnci, kasih sayang, dan
sebagainya (Untari, 2012).
2. Struktur otak manusia
Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu, otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem).
a. Otak besar (cerebreum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak
besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan
(Untari, 2012). Otak besar memiliki berberapa fungsi di antaranya :
a. Menentukan kecerdasan
b. Menentukan kepribadian
c. Untuk berfikir
d. Mengingat
e. Membayangkan
f. Merencanakan sesuatu
g. Sensasi sentuhan
Otak besar dibagi menjadi 2 bagian, (Damasio, 2009) yaitu :
1. Belahan otak bagian kanan
Bagian otak kanan memiliki fungsi antara lain untuk
 Mengontrol sisi tubuh bagian kiri
 Bertanggung jawab atas perkembangan Emotional Quotient (EQ)
misalnya bersosialisasi, berkomunikasi, mengendalikan emosi, serta
berinteraksi dengan manusia yang lain
 Bertanggung jawab atas kemampuan intuitif, kemampuan merasakan,
memadukan, serta mengekspresikan tubuh seperti menari, melukis,
bernyanyi, maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
 melukis kemampuan yang menggunakan otak kanan (Sadiqin, 2017)
2. Belahan otak bagian kiri
Bagian otak ini memiliki beberapa fungsi otak kiri antara lain :
 Mengontrol sisi tubuh bagian kanan
 Merupakan pusat Intelegent Quotient (IQ) atau hal-hal yang memiliki
hubungan dengan rasio dan logika seperti kemampuan untuk membaca
dan menulis.
Kedua belahan otak diatas terhubung oleh corpus callomsum, yaitu massa materi
putih besar yang terdiri dari ikatan serat yang menghubungkan materi putih dari dua
belahan otak. Tiap belahan otak, yaitu otak bagian kanan dan otak bagian kiri terbagi
dalam 4 lobus, yaitu :
o Lobus frontal, yaitu bagian terdepan dari otak besar, dimana lobus ini berkaitan
dengan fungsi motorik, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
untuk menilai sesuatu, kreativitas, kemampuan untuk mengontrol perasaan dan
perilaku seksual, kemampuan untuk memahami bahasa, membuat alasan,
merencanakan sesuatu, dan lain sebagainya.
o Lobus parietal, yaitu bagian tengah otak besar yang berhubungan dengan sensor
perasaan seperti rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan lain sebagainya.
o Lobus Temporal, yaitu bagian bawah dari otak besar yang berhubungan dengan
memori dan pendengaran.
o Lobus Occipital, yaitu bagian belakang otak besar yang berhubungan dengan
sistem pengolahan otak visual manusia sehingga nantinya dapat berinterpretasi
dengan segala sesuatu yang dilihat. (Dryden, 2003)
b. Otak kecil (Serebellum)
Otak kecil mempunyai fungsi utama dalam berkoordinasi terhadap otot dan tonus
otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil
juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan luwes.
Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang, dimana ia terletak di
atas batang otak dan di bawah oksipital serebrum. Otak kecil memiliki permukaan
yang berlekuk-lekuk dan memiliki bentuk sebesar bola base (Afrizal, 2013).
Cerebellum terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Vestibuloserebelum, yaitu bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol
serta menjaga keseimbangan pergerakan mata
b. Spinoserebelum, yaitu bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol
kemampuan otot serta gerakan tubuh
c. Sereberoserebelum, yaitu bagian otak kecil yang berfungsi sebagai penyimpan
memori, menginisiasi gerakan yang disadari, serta untuk melakukan perencanaan.
Secara garis besar, otak kecil memiliki berbagai macam fungsi seperti:
a. Mengontrol gerak serta keseimbangan tubuh, seperti mengatur posisi tubuh
b. Membantu meningkatkan sistem motorik seperti koordinasi gerakan otot, jadi
apabila otak kecil mengalami cidera, kondisi tersebut dapat berpengaruh pada
gerakan tubuh yang tak terkoordinasi akibat terganggunya sikap serta koordinasi
gerak otot. (Dryden, 2003)
c. Batang otak (brainstem)
Batang otak terdiri dari otak tengah medula oblongata dan pons. Motor dan
neuron sensorik yang bergerak melalui batang otak yang dapat meneruskan sinyal
antara otak dan sumsum tulang belakang. Batang otak juga berfungsi untuk
mengkoordinasikan sinyal kontrol motor yang dikirim dari otak menuju tubuh.
3. Cara Kerja Otak
Otak merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa yang terdiri dari otak kiri dan
otak kanan.Setiap otak manusia berkembang secara unik dan berbeda. Setiap bagian
otak mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Keseimbangan otak kiri dan
kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau kecerdasan seseorang. Karena jika
hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa diikuti perkembangan otak kanan,
maka seseorang akan kurang memahami sesuatu karena konsentrasinya (Daulay, 2017).
Bagian-bagian otak yaitu belahan otak kanan, belahan otak kiri, dan belahan otak
tengah. Belahan-belahan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Pada belahan
otak kiri manusia dirancang untuk memproses bagian-bagian (secara berurutan), bagian
otak kanan memproses keseluruhan (secara acak) dan pada bagian otak tengah
merupakan penyumbang sekitar 20% dari seluruh volume otak, bertanggungjawab atas
tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan
produksi kimiawi otak (Supradewi, 2010).
Kedua bagian otak terlibat dalam hampir setiap aktivitas. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada salah satu belahan dapat mempengaruhi perkembangan yang terjadi
pada saat yang sama di bagian paling jauh di bagian otak yang lain.
Disaat otak kiri bekerja menghafal rumus, berpikir kritis, dan otak kanan tidak
bisa bekerja, maka otak kanan akan mengganggu kerja otak kiri. Otak kanan akan
bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang menarik, dan sebagainya. Intinya
seorang guru harus mampu memberikan pengajaran yang menyeimbangkan kerja otak
(Daulay, 2017).
Sedangkan otak depan merupakan sumber rasio yang terdiri dari pusat-pusat yang
memahami apa yang diamati. Amygda adalah tempat menyimpan memori emosi yang
mempunyai peran penting dalam emosional. Amyda memungkinkan adanya respon
sebelum berfikir. Sebaiknya dalam memberikan pelajaran diawali dengan pemanasan
otak, agar individu mempersiapkan otaknya sehingga tercapai hasil belajar yang
optimal.Singkatnya semua belahan otak digunakan semua pada hampir setiap waktu
dan tidak dapat dihentikan dalah satunya sama sekali. Otak bekerja begitu banyak di
luar kesadaran manusia.
Anak didik sebagai salah satu individu dalam pembelajaran dan merupakan suatu
pribadi yang berbeda satu sama lain. Pribadi yang berbeda itu lahir dari kebiasaan
belajar yang berbeda. Sesungguhnya, anak belajar dimana saja dan kapan saja, tidak
hanya disekolah tapi juga dirumah atau keluarga, lingkungan bermain, lingkungan
masyarakat.
Kebiasaan yang diberikan kepada anak akan membentuk kepribadiannya sejak
dini. Untuk membentuk kepribadian anak, langkah pertama adalah membuat dia merasa
diterima semua orang sehingga dia mampu menerima dirinya sendiri. Perhatian
kepadanya juga penting dan diperlukan sejak dia belum mampu berbicara sekalipun.
Anak harus sering diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing tumbuhnya
kepribadian dan kenyamanan diri, dimulai dari anak yang baru bisa berbicara.
Sama halnya dalam pembelajaran di sekolah, jika seorang guru memiliki murid
yang pendiam ataupun pemalu, guru bisa memancing berbicara anak didik agar dia
mempunyai keberanian untuk berbicara. Guru juga harus mampu mengenali pribadi
yang dimiliki anak didiknya. Sehingga guru dapat dengan mudah memahami dan
mengerti anak didiknya. Dan ketika muridnya sudah mempunyai keberanian berbicara,
guru harus mampu memahami dan mendengarkan apa yang dia bicarakan, agar
sekaligus mampu mengontrol siswa, apakah yang dibicarakannya itu mampu
membentuk kepribadian baik atau tidak. Jika dia salah, sebaiknya guru tidak memarahi
atau mengucapakan kata-kata yang bisa membuat dia merasa rendah, bodoh, apalagi
tidak berguna. (Damasio,2009)
4. Perbedaan Fungsi Otak Kanan Dan Otak Kiri Manusia
Otak manusia adalah struktur lunak yang dilindungi oleh cangkang berupa
tengkorak. Berdasarkan letaknya secara simetris, otak dibagi menjadi otak kanan
(hemisfer kanan) dan otak kiri (hemisfer kiri).Otak merupakan bagian sentral dari
fungsi dasar vital pada manusia. Kerusakan pada otak, akan sangat mengganggu
aktivitas bagi penderitanya (Damasio, 2009).
Otak, merupakan pusat memory, kognitif, emosi, dan semua jenis perasaan dan
kognisi. Kualitas otaklah yang membedakan kualitas individu itu sendiri. Walaupun
otak merupakan satu kesatuan yang menyatu, tetapi dapat dibagi menjadi otak kanan
dan otak kiri yang mempunyai cara kerja dan fungsi yang berbeda.
Pembagian otak kanan dan otak kiri ini berada dalam posisi frontal (menghadap ke
depan), bukan bagian belakang, karena posisi anatomis tubuh adalah menghadap
kedepan, bukan membelakangi.
 Fungsi Otak Kanan
Otak kanan adalah otak yang berada disebelah kanan dalam posisi anatomis
(frontal). Fungsi otak kanan adalah sebagai berikut (Supradewi,2010) :
a. Perkembangan emosi (emotional quotient (EQ)
b. Hubungan antar manusia (sosialisasi)
c. Fungsi Komunikasi (perkembangan bahasa non verbal)
d. Perkembangan intuitif seni (menari, melukis, menyanyi dan lain-lain)
e. Mengandalikan ekspresi manusia
f. Pusat khayalan dan kreativitas
g. Berpikir lateral dan tidak terstruktur
h. Tidak memikirkan hal-hal secara detail
i. Cara kerjanya long term memory (memory jangka panjang)
j. Lebih ahli dalam menentukan ruang/tempat dan warna
k. Bila terjadi kerusakan otak kanan, maka akan terganggu area kemampuan visual &
emosi
 Fungsi Otak Kiri
Otak kiri adalah otak yang berada disebelah kiri dalam posisi anatomis (posisi
frontal). Fungsi otak kiri adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan Intelegensi (intelligence quotient (IQ))
b. Pusat perkembangan logika dan rasio (seperti matematika)
c. Berpikir sacara sistematis
d. Bahasa verbal
e. Berpikir linear dan terstruktur
f. Berpikir analisis dan bertahap
g. Cara berpikirnya short term memory (memory jangka pendek) (Dryden, 2003)

DAFTAR RUJUKAN

Afrizal. 2013. Mengoptimalkan Potensi Hemister (Otak Kanan) Dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan. 5 (1)
Damasio, A. 2009. Memahami Kerja Otak. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta
Daulay, N. 2017. Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan Gangguan
Spektrum Autis : Kajian Neuropsikologi. Jurnal Psikologi. 25 (1), 11-25
Dryden, G. 2003. Revolusi Cara Belajar I. Bandung : Kaifa
Nurasiah. 2016. Urgensi Neuroscience dalam Pendidikan (Sebagai Langkah Inovasi
Pembelajaran). Jurnal Pendidikan Islam. 7 (1), 229-250
Sadiqin, I, K. 2017. Mengoptimalkan Potensi Otak Kanan Siswa dalam Pembelajaran Kimia.
Jurnal inovasi Pendidikan Sains. 8 (I), 27-35
Supradewi, R. 2010. Otak, Musik, dan Proses Belajar. Jurnal Buletin Psikologi. 18 (2), 58-68
Untari, I. 2012. Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal. Jurnal Profesi. 8 (02)

2. Sebuah kasus terkait permasalahan karakter pendidik dengan berbagai sudut


pandang (penyebab dan solusi).

Anak Ngaku Dipukul Guru, Orang Tua Datangi SD Benteng 3 Sukabumi


Syahdan Alamsyah - detikNews
Selasa, 28 Jan 2020 13:30 WIB
SHARE URL telah disalin
Proses mediasi antara orang tua murid dan pihak sekolah.
(Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sukabumi -
Sejumlah orang tua siswa kelas tiga SDN Benteng 3 Kota Sukabumi mendatangi sekolah dan
mencari seorang oknum guru yang mengajar di sekolah tersebut. Oknum guru itu diduga
memukul anak mereka menggunakan buku LKS.
Para orang tua itu didampingi anggota DPRD Kota Sukabumi Tatan Kustandi, Selasa
(28/1/2020). Terlihat hadir dalam mediasi itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Sukabumi Dudi
Fathul Jawad dan Sekretaris Disdik Kota Sukabumi Moh Hasan Asari.
Tiba di sekolah, mereka sempat beradu argumen dengan oknum guru berinisial EP tersebut.
EP yang merupakan wali murid kelas 3 itu mengaku apa yang dilakukannya itu hanya sebatas
mendisiplinkan anak-anak karena saat ia masuk ke dalam kelas situasi anak-anak tidak
terkendali.
"Saya dapat kabar dari teman-teman anak saya, katanya anak saya dipukul sama pak EP
kemarin. Saya kesal lalu rencananya tadi mau ke sini sama orang tua siswa yang lain, tapi
ditahan sama pak dewan katanya perwakilan saja," kata Dadan Sugiarto, salah satu ortu
siswa.
Menurut Dadan, hal biasa anak-anak bercanda di dalam kelas apalagi baru anak kelas tiga.
"Cuma caranya guru itu sudah keterlaluan saja, pengakuan anak saya dia dipukul pakai buku
LKS yang tebal. Masalahnya anak saya kan perempuan, dia bercerita di jajarkan lalu
dipukulin satu-satu, ada beberapa anak yang kena gampar," tutur Dadan.

Dari kasus terkait permasalahan karakter pendidik di atas, menurut saya penyebabnya
terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

1. Dari guru
 Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk
memotivasi siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma
psikologis dan melukai harga diri siswa.
 Persepsi dalam menilai siswa. Bagaimana pun juga, setiap anak punya konteks
kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan tindakan yang terlihat
saat ini, termasuk tindakan siswa yang dianggap melanggar batas. Yang terpenting
bukan sebatas “menangani” tindakan siswa, tapi mencari tahu apa yang melandasi
tindakan / sikap siswa.
 Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi
hingga guru menjadi lebih sensitif dan reaktif.
 Adanya tekanan kerja : target yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi
kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya sementara
kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
 Pola authoritarian masih umum digunakan dalam pola pengajaran di Indonesia. Pola
authoritarian mengedepankan faktor kepatuhan dan ketaatan pada figure otoritas
sehingga pola belajar mengajar bersifat satu arah (dari guru ke murid). Implikasinya,
murid kurang punya kesempatan untuk berpendapat dan berekspresi.
 Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan cenderung
“kering” dan stressful, dan pihak guru pun kesulitan dalam menciptakan suasana
belajar mengajar yang menarik, padahal mereka dituntut mencetak siswa-siswa
berprestasi.

2. Dari siswa. Salah satu faktor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan, adalah
dari sikap siswa tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi psikologis dan
kepribadian siswa itu sendiri. Kecenderungan sadomasochism tanpa sadar bisa melandasi
interaksi antara siswa dengan pihak guru, teman atau kakak kelas atau adik kelas. Perasaan
bahwa dirinya lemah, tidak pandai, tidak berguna, tidak berharga, tidak dicintai, kurang
diperhatikan, rasa takut diabaikan, bisa saja membuat seorang
siswa clinging pada powerful / authorityfigure dan malah “memancing” orang tersebut
untuk actively responding to his / her need meskipun dengan cara yang tidak sehat.
Contohnya, tidak heran jika anak berusaha mencari perhatian dengan bertingkah yang
memancing amarah, agresifitas,atau pun hukuman. Tapi, dengan demikian, tujuannya
tercapai, yakni mendapat perhatian. Sebaliknya, bisa juga perasaan inferioritas dan tidak
berharga di kompensasikan dengan menindas pihak lain yang lebih lemah supaya dirinya
merasa hebat.
3. Dari Keluarga
 Pola Asuh
Anak yang dididik dalam pola asih yang sangat memanjakan anak dan memenuhi semua
keinginan anak. Dengan memenuhi semua keinginan dan tuntutan mereka, anak tidak
belajar mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas kebutuhan, dan
bahkan tidak belajar mengelola emosi. Ini jadi bahaya karena anak merasa jadi raja dan
bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut orang lain melakukan
keinginannya. Jadi anak akan memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, dengan
cara apapun juga asalkan tujuannya tercapai. Anak juga tak memiliki sense of
responsibility karena kemudahan yang ia dapatkan, membuat anak tidak berpikir action-
consequences, aksi reaksi, kalau mau sesuatu ya harus berusaha. Anak di sekolah ingin
dapat nilai bagus tapi tidak mau belajar, akhirnya mencontek, atau memaksa siswa lain
memberi contekan dengan ancaman.
 Orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa menimbulkan persepsi pada
anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek, bodoh, tidak baik, dsb. Kalau situasi ini tidak
sempat diperbaiki, bisa menimbulkan dampak psikologi, yakni munculnya
perasaan inferior, rejected, dsb. Unresolved feeling of emotionally – physically rejected,
membuat anak memilih untuk jadi bayang-bayang orang lain, clinging to strong
identity  meskipun sering jadi bahan tertawaan atau hinaan, disuruh-suruh. Atau, anak
cenderung menarik diri dari pergaulan, jadi pendiam, pemurung atau penakut hingga
memancing pihak aggressor untuk menindas mereka. Sebaliknya, orang tua yang
terlalu rigid dan authoritarian, tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk
berekspresi, dan lebih banyak mengkritik, membuat anak merasa dirinya “not good
enough” person, hingga dalam diri mereka bisa tumbuh inferioritas, dependensi, sikapnya
penuh keraguan, tidak percaya diri, rasa takut pada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan
patuh yang irrasional, dsb. Atau, anak jadi tertekan, karena harus menahan semua gejolak
emosi, rasa marah, kecewa, sedih, sakit hati – tanpa ada jalan keluar yang sehat. Lambat
laun tekanan emosi itu bisa keluar dalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada orang
lain.
 Orangtua mengalami masalah psikologis
Jika orangtua mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut, bisa mempengaruhi pola
hubungan dengan anak. Misalnya, orang tua yang stress berkepanjangan, jadi sensitif,
kurang sabar dan mudah marah pada anak, atau melampiaskan kekesalan pada anak. Lama
kelamaan kondisi ini mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Ia bisa kehilangan semangat,
daya konsentrasi, jadi sensitif, reaktif, cepat marah, dsb.
 Keluarga disfungsional
Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap sang anak.
Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul, atau menyiksa fisik atau emosi,
intimidasi anggota keluarga lain; atau keluarga yang sering konflik terbuka tanpa ada
resolusi, atau masalah berkepanjangan yang dialami oleh keluarga hingga menyita energy
psikis dan fisik, hingga mempengaruhi interaksi, komunikasi dan bahkan kemampuan
belajar, kemampuan kerja beberapa anggota keluarga yang lain. Situasi demikian
mempengaruhi kondisi emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Sering dijumpai siswa “bermasalah”, setelah diteliti ternyata memiliki
latar belakang keluarga yang disfungsional.
4. Dari Lingkungan
 Adanya budaya kekerasan : seseorang melakukan kekerasan karena dirinya berada
dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap tindakan kekerasan. Anak yang
tumbuh dalam lingkungan tersebut memandang kekerasan hal yang biasa / wajar.
 Mengalami sindrom Stockholm : Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi
psikologis dimana antara pihak korban dengan pihak aggressor terbangun hubungan
yang positif dan later on korban membantu aggressormewujudkan keinginan mereka.
Contoh, kekerasan yang terjadi ketika siswa senior melakukan kekerasan pada
mahasiswa baru pada masa orientasi bersama terjadi karena siswa senior meniru sikap
seniornya dulu dan dimasa lalunya juga pernah mengalami kekerasan pada masa
orientasi
 Tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan : Jika seseorang terlalu sering
menonton tayangan kekerasan maka akan mengakibatkan dirinya terdorong untuk
mengimitasi perilaku kekerasan yang ada di televisi. Sebab, dalam tayangan tersebut
menampilkan kekerasan yang diasosiasikan dengan kesuksesan, kekuatan dan
kejayaan seseorang. Akibatnya, dalam pola berpikir muncul premis bahwa jika ingin
kuat dan ditakuti, pakai jalan kekerasan.

Solusi Untuk Mengatasi kasus terkait permasalahan karakter pendidik di atas yaitu:
1. Bagi Sekolah
 Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah
 guru dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa,
mengenali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran,
guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa
sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa
 Hukuman yang diberikan, berkorelasi dengan tindakan anak. Ada sebab ada akibat,
ada kesalahan dan ada konsekuensi tanggung jawabnya.Dengan menerapkan
hukuman yang selaras dengan konsekuensi logis tindakan siswa yang dianggap keliru,
sudah mencegah pemilihan / tindakan hukuman yang tidak rasional.
 Sekolah terus mengembangkan dan membekali guru baik dengan wawasan /
pengetahuan, kesempatan untuk punya pengalaman baru, kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas mereka. Guru juga membutuhkan aktualisasi diri, tidak
hanya dalam bentuk materi, status, dsb. Guru juga senang jika diberi kesempatan
untuk menuangkan aspirasi, kreativitas dan mencoba mengembangkan metode
pengajaran yang menarik tanpa keluar dari prinsip dan nilai-nilai pendidikan. Selain
itu, sekolah juga bisa memberikan pendidikan psikologi pada para guru untuk
memahami perkembangan anak serta dinamika kejiwaan secara umum. Dengan
pendekatan psikologi, diharapkan guru dapat menemukan cara yang lebih efektif dan
sehat untuk menghadapi anak didik.
 Konseling. Bukan hanya siswa yang membutuhkan konseling, tapi guru pun
mengalami masa-masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan, atau pun
bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang terbaik.
 Segera memberikan pertolongan bagi siapapun yang mengalami tindakan kekerasan
di sekolah, dan menindaklanjuti kasus tersebut dengan cara adekuat.

2. Bagi Orangtua atau keluarga


 Perlu lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam memilihkan sekolah untuk
anak-anaknya agar tidak mengalami kekerasan di sekolah.
 Menjalin komunikasi yang efektif dengan guru dan sesama orang tua murid untuk
memantau perkembangan anaknya.
 Orangtua menerapkan pola asuh yang lebih menekankan pada dukungan daripada
hukuman, agar anak-anaknya mampu bertanggung jawab secara sosial
 Hindari tayangan televisi yang tidak mendidik, bahkan mengandung unsur kekerasan.
Kekerasan yang ditampilkan dalam film cenderung dikorelasikan dengan heroisme,
kehebatan, kekuatan dan kekuasaan.
 Setiap masalah yang ada, sebaiknya dicari solusi / penyelesaiannya dan jangan sampai
berlarut-larut. Kebiasaan menunda persoalan, menghindari konflik, malah membuat
masalah jadi berlarut-larut dan menyita energy. Sikap terbuka satu sama lain dan
saling mendukung, sangat diperlukan untuk menyelesaikan setiap persoalan dengan
baik.
 Carilah bantuan pihak professional jika persoalan dalam rumah tangga, semakin
menimbulkan tekanan hingga menyebabkan salah satu atau beberapa anggota
keluarga mengalami hambatan dalam menjalankan kehidupan mereka sehari-hari.

3. Bagi siswa. Segera sharing pada orangtua atau guru atau orang yang dapat dipercaya
mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut segera mendapatkan
pertolongan untuk pemulihan kondisi fisik d an psikisnya.

3. kasus-kasus positif dan negatif yang paling menonjol berkaitan dengan peserta
didik pada usia sekolah kelas rendah dan kelas tinggi (minimal 3 kasus). Bahas
kasus tersebut sesuai soal no 2.
1) Kasus positif peserta didik pada usia sekolah kelas rendah
 Disiplin
Penyebab: guru yang tegas pada peserta didik
Solusi: guru mencontohkan dan membiasakan hidup disiplin pada peserta didik
 Jujur
Penyebab: jujur juga merupakan anugrah dari Allah SWT dan sudah ada sejak lahir
Solusi: kejujuran harus selalu ditanamkan pada peserta didik contohnya dengan
cara membuat program kantin jujur
 Rasa kepedulian
Penyebab: rasa kepedulian merupakan anugrah dari Allah SWT dan sudah ada
sejak lahir
Solusi: rasa kepedulian peserta didik harus selalu dikembangkan yaitu terhadap
teman, keluarga, masyarakat maupun terhadap lingkungan contohnya membuang
sampah di tempat sampah
 Suka menolong
Penyebab: peserta didik yang suka menolong gurunya karena menganggap gurunya
adalah idolanya karena gurunya baik dan ramah
Solusi: peserta didik harus dicontohkan dan dibiasakan untuk saling tolong-
menolong dengan sesama dan dengan orang yang membutuhkan pertolongan
contohnya dengan adanya program infak di sekolah.
2) Kasus negatif peserta didik pada usia sekolah kelas rendah
 Terlambat pergi ke sekolah
Penyebab: tidur terlalu larut malam sehingga bangun kesiangan
Solusi: memberikan teguran kepada peserta didik
 Berkelahi di kelas
Penyebab: saling ejek, saling berebutan sesuatu yang menyebabkan perkelahian
Solusi: memberikan teguran kepada peserta didik
 Meribut di dalam kelas
Penyebab: guru tidak tegas terhadap peserta didik
Solusi: memberikan teguran kepada peserta didik
3) Kasus positif peserta didik pada usia sekolah kelas tinggi
 Suka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Penyebab: peserta didik suka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena mereka
merasa tidak bosan
Solusi: guru selalu melatih peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
memberikan semangat
 Adanya persaingan di kelas untuk meraih prestasi
Penyebab: ada dorongan dalam dirinya ingin lebih baik daripada temannya
Solusi: guru menanamkan pada peserta didik jiwa yang jujur dalam bersaing
 Rajin belajar
Penyebab: rasa ingin tahu sangat besar sehingga mempunyai keinginan untuk
mempelajari hal yang baru
Solusi: guru memberikan motivasi kepada peserta didik
4) Kasus negatif peserta didik pada usia sekolah kelas tinggi
 Berkata kotor
Penyebab: mendengar dan melihat orang di sekitarnya berkata kotor sehingga
peserta didik meniru dan akhirnya terbiasa berkata kotor
Solusi: menegur peserta didik
 Mencari perhatian dengan cara yang tidak baik
Penyebab: peserta didik di rumah kurang atau tidak mendapat perhatian dari
orangtuanya
Solusi: memberi perhatian khusus pada peserta didik dan memberitahukan perilaku
peserta didik kepada orangtuanya
 Sifat jahil
Penyebab: dari sifat genetis yang diturunkan atau bisa juga karena pengaruh teman
dan lingkungan
Solusi: dengan cara memberi teguran

4. Interelasi hubungan anak dengan lingkungan sebayanya, hubungan anak dengan


lingkungan keluarga, hubungan anak dengan lingkungan masyarakat dan
sekolah/lembaga pendidikan
Hubungan Anak dengan lingkungan sebayanya
Teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak dengan tingkat usia yang
sama serta melibatkan keakraban yang relative besar dalam kelompoknya. Interaksi
dengan teman sebaya mencakup adanya keterbukaan dalam kelompok, kerjasama dalam
kelompok dan frekuensi hubungan individu dengan kelompok, yang mana interaksi teman
sebaya tersebut dapat mengajarkan kepada anak tentang cara bergaul di lingkungan baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat
Salah satu fungsi interaksi dengan teman sebaya adalah sebagai sumber emosi
yaitu untuk memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi terhadap stress. Setiap
anak mempunyai cara sendiri untuk beriteraksi dengan temannya, teman bisa mereka
dapat dari lingkungan mana pun (Setiawati & Suparno, 2010).
Teman sebaya terbagi ke dalam beberapa jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Teman dekat, anak biasanya mempunyai dua atau tiga teman dekat, mereka adalah
teman yang memiliki jenis kelamin yang sama serta mempunyai minat dan
kemampuan yang sama pula
2. kelompok kecil, kelompok kecil ini biasanya terdiri dari kelompok teman teman
dekat. Pada awalnya terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi
kedua jenis kelamin
3. kelompok besar, kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat. Pada kelompok ini penyesuaian akan minat yang sama akan mulai
berkurang sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara anak
4. kelompok yang terorganisasi, kelompok ini biasanya terdapat kelompok pemuda yang
dibina oleh orang dewasa dan dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial para remaja,
5. kelompok geng, kelompok ini biasanya terdiri dari anak-anak yang minat utamanya
adalah ingin menhadapi penolakan teman-teman melalui perilaku inti sosial (Utami,
2018)
Bentuk perilaku sosial yang paling penting diterapkan pada anak pada tahun
pertama, yakni untuk penyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dengan
teman-temannya. Karena pada periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis,
dimana sikap sosial dan pola perilaku social dibentuk. Secara spesifik, (Hurlock, 2001)
mengklasifikasikan pola perilaku sosial pada anak usia dini ke dalam pola-pola perilaku
sebagai berikut:
1. Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang
yang sangat anak kagumi. Anak mampu meniru perilaku guru yang diperagakan
sesuai dengan tema pembelajaran,
2. Persaingan, yaitu keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain.
Persaingan ini biasanya sudah tampak pada usia empat tahun. Anak bersaing
dengan teman untuk meraih prestasi, menunjukkan antusiasme dalam
mengerjakan sesuatu sendiri,
3. Kerja sama, mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain bersama dan
kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam
frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya
kesempatan untuk bermain dengan anak lain,
4. Empati, seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan
dan emosi orang lain, tetapi disamping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan diri sendiridi tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang
dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-kanak akhir,
5. Dukungan sosial. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dar
teman-teman menjadi lebih penting dari pada persetujuan orang-orang dewasa.
6. Membagi. Anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan
ialah membagi miliknya, terutama untuk anak-anak lainnya. Pada momen-momen
tertentu, anak juga rela membagi makanan kepada anak lain dalam rangka
mempertebal tali pertemanan mereka dan menunjukkan identitas keakraban antar
mereka,
7. Perilaku akrab. Anak memberikan rasa kasih sayang kepada guru dan teman.
Bentuk dari perilaku akrab diperlihatkan dengan canda gurau dan tawa riang
diantara mereka. Kepada guru, mereka memperlakukan sebagaimana layaknya
pada orang tua mereka sendiri, memeluk, merangkul, digendong, memegang
tangan sang guru, dan banyak bertanya.
Hubungan Anak Dengan Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat yang strategis bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Selain itu, pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya sangat
menentukan dan mempengaruhi kepribadian anak serta perilaku. Anak menjadi baik atau
buruk semua tergantung dari pola asuh orang tua dalam keluarga. Di dalam keluarga dan
hubung-hubungan antar anggota keluarga terbentuklah pola penyesuaian sebagai dasar
bagi hubungan sosial dan interaksi sosial yang lebih luas (Gunarsa, 1991).
Anak dalam lingkungan Sekolah Dasar biasanya cenderung meniru perilaku yang
dilakukan oleh orang tuanya. Dalam hal pendidikan, kasih sayang, perhatian, pengasuhan
dan bimbingan sangat dibutuhkan oleh anak. Salah satu contoh aktivitas yang masih perlu
diperhatikan dan memerlukan bimbingan dari orang tua atau keluarga yaitu mengenai
kebiasaan dan kedisiplinan waktu dalam belajar (Sari, 2018). Pada ilmu pendidikan,
keluarga menjadi lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dengan demikian,
dapatlah dikatakan lingkungan keluarga memiliki peran yang utama dalam menentukan
perkembangan sosial dan emosi anak dikemudian hari dan untuk kehidupan selanjutnya
yang akan mereka jalani, dan dilingkungan keluarga ini lah anak pertama kalinya
menerima pendidikan dari orang tuanya atau orang terdekatnya.
Sebagai lingkungan pertumbuhan dan perkembangan anak keluarga memiliki
fungsi sebagai berikut: (Salvicion dan Celis 1998)

1. Mendapatkan keturunan dan memesarkan anak


2. Memberikan afeksi atau kasih saying, dukungan dan keakraban
3. Mengembangkan kepribadian
4. Mengatur pembagian tugas, menanamkan kewajiban, hak, dan tanggung jawab
5. Mengajarkan dan meneruskan adat istiadat, kebudayaan, agama, sistem nilai mral
kepada anak (Gunarsa, 1991)
Sedangkan menurut (Brown, F.J., 2009) peran Lingkungan Keluarga dalam Konteks
Perkembangan Anak yaitu:
a. Keluarga lazimnya merupakan pihak yang paing awal memberikan banyak
perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang
langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak. Apa yang
dilakukan dan diberikan oleh pihak keluarga menjadi sumber perlakuan pertama
yang akan memperngaruhi pembentukkan karakteristik anak pribadi dan perilaku
anak.
b. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di lingkungan keluarga. Kalau di sekolah
anak menghabiskan waktu sekitar 5-6 jam, maka di rumah anak bisa
menghabiskan waktu sekitar dua atau lebih dari itu. Besar peluang dan interaksi
akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan anak.
c. Karakteristik hubungan orangtua-anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-
pihak lainnya. Kepada orang tua disamping anak memiliki ketergantungan secara
materi, ia juga memilki ikatan psikologi tertentu yang sejak dalam kanudngan
sudah dibangun melalui jalinan kasih saying dan pengaruh-pengaruh normative
tertentu.
d. Interaksi kehidupan orangtua-anak di rumah bersifat “asli”, adanya dan tidk
dibuat-buat. Dalam praktiknya bagaimanapun pengaruh keluarga itu akan
bervariasi.
Hubungan Anak Dengan Lingkungan Masyarakat dan Sekolah/Lembaga
Pendidikan
Sekolah adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari berbagai lapisan
masyarakat dan bermacam-macam corak keadaan keluarganya. Sekolah mempunyai
pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya.
Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah, memberikan peluang yang besar
bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial,
memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang
masa pertengahan dan akhir anak-anak (Setiawati & Suparno, 2010).
Sekolah, pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge” belaka.
Seperti dikemukakan (Koffka, 2013), sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru
menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga adalah
lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai
(value-oriented enterprise). Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai
(values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk
dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab
bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.
Usaha pembentukan watak melalui sekolah, secara berbarengan dapat pula
dilakukan melalui pendidikan nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama,
menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni
mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap
guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi
“uswah hasanah” yang hidup (living exemplary) bagi setiap peserta didik. Mereka juga
harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilai-
nilai yang baik tersebut.
Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus
menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Usaha ini bisa dibarengi pula
dengan langkah-langkah; memberi penghargaan (prizing) dan menumbuhsuburkan
(cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discouraging)
berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegaskan nilai-nilai yang baik dan buruk secara
terbuka dan kontinu; memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih
berbagai alternative sikap dan tindakan berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara bebas
setelah menimbang dalam-dalam berbagai konsekuensi dari setiap pilihan dan tindakan;
membiasakan bersikap dan bertindak atas niat dan prasangka baik (husn al-zhan) dan
tujuan-tujuan ideal; membiasakan bersikap dan bertindak dengan pola-pola yang baik
yang diulangi secara terus menerus dan konsisten.
Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education).
Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap
mata pelajaran nilai yang ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk
pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah,
Pancasila dan sebagainya.
Selain sekolah, lingkungan masyarakat juga berpengaruh dalam proses
perkembangan anak. Masyarakat tempat anak-anak hidup dan bergaul merupakan
lingkungan perkembangan yang berperan dan berpengaruh dalam pembentukkan
kepribadian dan perilaku anak. Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah
pentingnya dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal
“ “ tidak memiliki ikatan famili “ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak
atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh,
mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan
penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Dari perspektif
Islam, menurut (Meranti Tanti, 2015) ,situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang
dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika
sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada “kini dan di sini”, maka upaya dan
ambisinya terbatas pada kini dan di sini pula.

DAFTAR RUJUKAN
Brown,F.J., & G. (2009). The Experiences of Children With Learning. British Journal of
Learning, 37(2).
Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. (2001). Developmental psychology. Tata McGraw-Hill Education.
Kelly, G. (1955). Personal Construct Theory.
Koffka, K. (2013). The Growth of The Mind: An Intriduction to Child-Psychologi.
Routledge.
Meranti Tanti. (2015). Psikologi Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga.
Sari, N. P. (2018). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Teman Sebaya Terhadap Kedisiplinan
Belajar Siswa Kelas III SD. Joyful Learning Journal, 7(4), 57–65.
Setiawati, E., & Suparno, S. (2010). Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Anak
Homeschooling dan Anak Sekolah Reguler (Study Deskriptif Komparatif). Indigenous:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 12(1).
Utami, D. T. (2018). Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Sosial Anak
Usia 5-6 Tahun. Generasi Emas, 1(1), 39–50.

5. Penerapan konsep-konsep berikut dalam kehidupan:


1. Hukum pertumbuhan anak
a. Hukum Chepa Lacaudal
Pertumbuhan dimulai dari arah kepala menuju ke kaki. Dalam hukum ini
bagian kepala tumbuh lebih dahulu daripada daerah-daerah lain. Kematangan
pertumbuhan juga berlangsung lebih dahulu di bagian kepala, kemudian berlanjut
ke bagian-bagian lain dari tubuh.(Siti Hartinah, 2011). Menurut hukum chepa
lacaudal, pertumbuhan fisik seseorang di mulai dari arah kepala baru menuju
kearah lain bagian tubuh.
b. Hukum proximodistal
Pertumbuhan berpusat dari daerah sumbu (proximo) ke arah tepi (distal).
(Siti Hartinah, 2011). Menurut hukum proximodistal pertumbuhan dimulai dari
sumbu yang terdiri dari jantung,alat pernapasan dan alat pencernaan yang akan
tumbuh terlebih dahulu dan lebih pesat apabila dibandingkan dengan didaerah tepi,
misalnya anggota tubuh lain (anggota gerak badan).
2. Hukum perkembangan anak
Hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan
fisik maupun psikis individu.
Macam macam hukum perkembangan tersebut terdiri dari:
a. Hukum Tempo Perkembangan.
Istilah tempo berarti waktu atau masa. Hukum tempo perkembangan
bermakna berlangsungnya perkembangan individu yang satu tidak sama cepat
atau lambatnya dengan individu yang lain. (Siti hartinah, 2011).
Ada individu yang dalam perkembangannya serba cepat misalnya dalam hal
pemahamansuatu pelajaran, tetapi ada pula individu yang membutuhkan waktu
yang lama untuk menyamai individu lain. Semua ini menyangkut tempo
perkembangan dan ini telah menjadi hokum yang pasti, bahwa setiap anak
mempunyai kecepatan (tempo) perkembangan yang berbeda-beda.
b. Hukum Irama Perkembangan.
Merupakan variasi atau fluktuasi naik turunnya perkembangan individu
berlangsung dengan irama perkembangan yang tidak selalu dengan irama
perkembangan yang konstan, tetapi kadang dengan irama yang cepat,lambat
bahkan kadang-kadang berhenti kemudian dengan cepat berpacu.( Siti hartinah,
2011).
Dalam Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan
itu tidak selalu tetap konsisten dan merata pada setiap waktu. Hukum irama
perkembangan mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan
individu, akan tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan
individu ini mengalami gelombang “Pasang Surut”, mulai lahir hingga dewasa,
kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang
tertentu.
c. Hukum Rekapitulasi.
Dikatakan bahwa perkembangan psikis individu akan pengulangan urutan
tingkah laku dari perkembangan nenek moyang suatu bangsa.( Siti hartinah, 2011).
Hukum ini mejelaskan, Perkembangan psikis anak adalah ulangan secara singkat
perkembangan umat manusia. Dari seluruh perkembangan umat manusia terulang
dalam waktu beberapa tahun secara singkat dalam perkembangan anak yang
bersangkutan.
1) Masa berburu dan menyamun
Anak usia sekitar 8 tahun senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan,
menangkap binatang (capung, kupu-kupu, dan lain-lain).
2) Masa mengembala
Anak usia sepuluh tahun senang memelihara binatang seperti ayam, kucing,
burung, anjing, dan lain-lain.
3) Masa bercocok tanam
Masa ini dialami oleh anak sekitar umur dua belas tahun, dengan tanda-tanda
sengan berkebun, menyiram bunga.
4) Masa berdagang
Anak senang bermain jual-jualan, tukar menukar foto, perangko, berkiriman
surat dengan teman-teman maupun sahabat pena.
d. Hukum Masa Peka.
Menurut M. Montessori “Dalam perkembangan anak terdapat suatu saat yang
sangat tepat bagi suatu fungsi untuk dapat berkembangan dengan baik sekali atau
sangat sensitive dan sangat dengan mudah untuk merespon stimulus yang dating
kepada dirinya. (Siti Hartinah, 2011).
Pada masa ini anak mempunyai kesiapan terbaik untuk melaksanakan tugas
perkembangan dalam fungsi tertentu. Oleh karena itu harus dilayani dan diberi
kesempatan sebaik-baiknya untuk menjalankan fungsi tersebut.
e. Hukum Truzalter (Masa Menentang).
Pelaksanaan individu tidak selalu berlangsung dengan tenang dan teratur tetapi
pada masa tertentu terjadi guncangan yang membawa perubahan secara radikal.
( Siti Hartinah, 2011). Hukum ini menyatakan perkembangan individu itu tidak
selalu mulus sesuai dengan keinginan dari individu tersebut. Tetapi selalu ada
macam-macam rintangan yang dapat mengganggu jalannya perkembangan
tersebut. Dalam proses tersebut selalu ada hambatan yang dapat membawa
perubahan yang baik terhadap anak tersebut.
f. Hukum Masa Eksploratif.
Menurut langeveld,” perkembangan individu merupakan suatu proses yang
berlangsung sebagai suatu penjelajahan dan penemuan pada individu yang
bersangkutan. (Siti Hartinah, 2011). Dalam hukum ini mengandung arti bahwa
perkembangan individu diperlukan adanya suatu proses penjelajahan yang aman
individu yang bersangkutan ikut serta dalam mencapai suatu tujuan perkembangan.
g. Hukum Pertahanan Diri.
Yakni suatu respon dalam bentuk sikap atau perilaku individu dimunculkan
ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang tidak sesuai atau tidak
menyanangkan. (Siti Hartinah, 2011). Dorongan mempertahankan diri terwujud
misalnya dorongan seseorang dalam mencapai suatu tujuan dan menjaga
keselamatan diri sendiri. Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi
usaha untuk mengembangkan diri. Hukum mengembangkan diri mengandung arti
bahwa setiap individu memiliki dorongan ilmiah untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya tetapi keberhasilan hal tersebut memerlukan usaha yang aktif dan
kreatif.
3. Tempo Perkembangan anak
Istilah tempo berarti waktu atau masa. Hukum tempo perkembangan
bermakna berlangsungnya perkembangan individu yang satu tidak sama cepat
atau lambatnya dengan individu yang lain. (Siti hartinah, 2011).
Ada individu yang dalam perkembangannya serba cepat misalnya dalam hal
pemahamansuatu pelajaran, tetapi ada pula individu yang membutuhkan waktu
yang lama untuk menyamai individu lain. Semua ini menyangkut tempo
perkembangan dan ini telah menjadi hukum yang pasti, bahwa setiap anak
mempunyai kecepatan (tempo) perkembangan yang berbeda-beda.
4. Irama Perkembangan Anak.
Merupakan variasi atau fluktuasi naik turunnya perkembangan individu
berlangsung dengan irama perkembangan yang tidak selalu sama dengan irama
perkembangan yang konstan, tetapi kadang dengan irama yang cepat,lambat
bahkan kadang-kadang berhenti kemudian dengan cepat berpacu.( Siti hartinah,
2011).
Dalam Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan
itu tidak selalu tetap konsisten dan merata pada setiap waktu. Hukum irama
perkembangan mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan
individu, akan tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan
individu ini mengalami gelombang “Pasang Surut”, mulai lahir hingga dewasa,
kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang
tertentu.
5. Kecepatan Perkembangan anak.
Kecepatan dalam perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
itu berasal dari diri anak itu sendiri ataupun dari luar dirimya yaitu lingkungan
dimana ia berada.
Berikut ini adalah beberapa hal yang mendasari proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.
a. Masa Perkembangan yang Cepat Pada anak terjadi pertumbuhan yang cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan yang dialami spesies lain. Hal yang sama
terjadi juga pada perubahan yang menyangkut interaksi sosial, perolehan dan
penggunaan bahasa, kemampuan mengingat, serta berbagai fungsi lainnya.
b. Pengaruh yang Lama
Alasan lainnya mengapa mempelajari anak ialah bahwa peristiwa-peristiwa
dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal memberikan pengaruh
yang lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa
berikutnya. Kebanyakan ahli teori psikologi berpendapat bahwa apa yang
terjadi hari ini sangat banyak ditentukan oleh perkembangan ketika masa
kanak-kanak.
c. Proses yang Kompleks
Para peneliti yang mencoba memahami perilaku orang dewasa yang kompleks,
berpendapat bahwa mengkaji tentang bagaimana perilaku itu pada saat masih
sederhana akan sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang dapat
membuat kalimat yang panjang dan dapat mengerti oleh orang lain. Manusia
mampu berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena
bahasa yang dipergunakan mengikuti aturan-aturan tertentu. Tetapi
menentukan apa aturan itu dan bagaimana menggunakannya adalah sulit.
d. Nilai yang Diterapkan
Kebanyakan ahli psikologi perkembangan melakukan penelitiannya dalam
laboratorium dan sering kali mengkaji pertanyaan-pertanyaan teoritis
berdasarkan hasil penelitiannya. Produk penelitian ini kadang-kadang dapat
diterapkan di dunia nyata.
b. Faktor genetik
Anak merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh teka-teki serta
menarik untuk dikaji. Kemudahan anak umur dua tahun untuk mempelajari
bahasa ibunya dan kreativitas anak untuk bermain dengan temannya
merupakan dua hal dari karakteristik anak yang sedang berkembang. Misalnya
banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan anak yang
merupakan misteri dan menarik. Aspek yang dipengaruhi faktor genetik. Para
ahli genetik menaruh minat yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti
tentang variasi karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.
Kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak
ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor keturunan
(genetik), antara lain :
a. Kecerdasan
Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan
itu diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan
dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan.
b. Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam
merespon.
c. Interaksi keturunan,
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan
menghasilkan individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat
badan, minat yang khas.

DAFTAR RUJUKAN
Siti, Hartinah. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Yanti Fitria, S.Pd, M.Pd
Dr. Farida F, M.Pd, M.T

Di susun oleh :
Rizqa Ramadhani
Nim. 19124032

PRODI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MK PEMBELAJARAN TERPADU

SOAL:
1. Jelaskan pemahaman anda terkait konsep pembelajaran terpadu (PT) dari sisi teoritis
dan praktis sehari-hari di Indonesia dan konteks luar Indonesia
2. Dari 10 model PT, kelompokkanlah menjadi 3 kategori yang berisi model-modelnya
Kemudian Buatlah sebuah peta/matriks analisis dari sisi karakteristik, kelebihan,
kekurangan, serta teknis pelakanaannya tiap model tsb.
JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MK PEMBELAJARAN TERPADU

1. Konsep pembelajaran terpadu (PT) dari sisi teoritis dan praktis sehari-hari di
Indonesia dan konteks luar Indonesia

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada


praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pelaksanan
pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih
dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan
untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep-konsep dari bidang studi terkait
dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema
tersebut. (Murfiah, 2017b)
Pembelajaran terpadu merupakan suatu kecenderungan yang berorientasi pada
praktek pembelajaran sesuai dengan perkembangan (Developmentally Appropriate
Practice). Pendekatan pembelajaran ini didasari teori pembelajaran yang menolak
driil sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Para
Gestalist adalah tokoh-tokoh yang dirujuk berkenan dengan pembelajaran harus
bermakna, disamping teori Piaget dan para kognitivis lain yang menekankan
pentingnya program pembelajaran sesuai denganperkembangan anak. Aliran Gestal
menekankan, bahwa belajar merupakan proses diferensiasi artinya: belajar dimulai
dari sesuatu yang utuh bermakna yang dilanjutkan dengan pendalaman-pendalaman
ke spesialisasi atau ke kajian-kajian khusus, sehingga ikatan kebermaknaan terjaga.
Sedangkan Piagetian menekankan bahwa kebermaknaan pada diri anak dilakukan
melalui pengalaman langsung dan konkret yang menghindarkan dari pembentukan
struktur intelek secara abstrak. Pembelajaran bergerak dari konkret ke abstrak,
sederhana ke kompleks, mudah ke sulit, dan sebagainya yang terjadi sesuai dengan
tingkat kemampuan anak dan sesuai dengan cirikhas masing-masing individu.
(Hernawan and Resmini, 2014)
Pendekatan pembelajaranterpadu dilaksanakan dengan bertitik tolak dari satu
tema, topik, atau peristiwa otentik yang terjadi disekitar anak dan selanjutnya tema-
tema atau peristiwa otentik itu dipilih dalam konsensus antara guru bersama murid.
Pemilihan tema bukan untuk literasi bidang studi, akan tetapi digunakan sebagai
penggerak dan pengikat konep-konsep menjadi suatu sajian yang utuh dan bermakna.
Tema dapat digunakan sebagai awal penjelajahan (eksplorasi) konsep-konsep
dan/atau sebaliknya konsep-konsep dapat digunakan untuk menjelajahi tema dalam
rangka mencapai kebermaknaan belajar serta kesatuan konsep dan pengetahuan yang
utuh.Pembelajaran ini melibatkan anak secara maksimal dan menempatkan siswa
sebagai subjek yang memiliki otoritas belajar. Keaktifan siswa dalam belajar bukan
karena rancangan guru menutupi apa yang direncanakan guru, melainkan keaktifan
alamiah yang muncul untuk proses mengeksplorasi tema-tema sehingga mendapatkan
konsep-konsep yang utuh dan bermakna. Konsep ini sejalan dengan konsep
kurikulum ”progresif” yang dikembangkan oleh John Dewey yaitu belajar melaui
kerja (Learning by doing).
Pembelajaran terpadu terjadi jika peristiwa otentik atau eksplorasi topik
menjadi penggerak kurikulum. Dengan berpartisipasi dalam peristiwa otentik atau
eksplorasi topik siswa dapat belajar proses maupun konten dalam hubungan yang
lebih luas dari kurikulum yang telah tersusun dalam satuan waktu tertentu.
Selanjutnya Collin dan Dixon menekankan bahwa pembelajaran terpadu dapat
dikembangkn melaui pendekatan inkuiri dengan melibatkansiswa dalam perencanaan,
eksplorasi, dan curah/tukar pendapat atau gagasan (brainstorming). Siswa didorong
bekerja sama dalam kelompok, merefleksi bagaimana kegiatan belajar yang telah
dilakukan, sehingga mereka dapat senantiiasa memperbaiki belajarnya secara mandiri.
(Collins and Dixon, 1991)
Pembelajaran terpadu memberi kesempatan pada siswa untuk memusatkan
belajarnya melalui topik, sehingga menghasilkan: (1) tersedianya kerangka kerja
untuk mendorong penemuan secara mandiri, (2) membantu siswa belajar bagaimana
merencanakan dan menyelidiki secara mandiri dengan menggunakan berbagai
sumber, (3) mendorong siswa saling bertukar ide dan pengetahuan. (Collins and
Dixon, 1991)
Berdasarkan uraian diatas, secara nyata pembelajaran terpadu merupakan
upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
masing-masing anak. Perbaikan kualitas pembelajaran pada akhirnya akan
meningkatkan pula kualitas pendidikan sekolah dasar (sebenarnya juga sekolah
jenjang lebih tinggi). Pelaksanaan pembelajaran ini sekaligus dapat mengimbangi
penjejalan kurikulum yang sering terjadi di sekolah. Artinya, kurikulum yang padat
dapat disiasati melalui pembelajaran bermakna, alamiah, sesuai keinginan anak,
dampaknya kurikulum yang padat itu dapat tercapai secara lebih cepat karena tidak
terkotak-kotak dalam misi masing-masing mata pelajaran.
Namun kealamiahan pembelajaran perlu juga dikendalikan mengingat tingkat
kemampuan anak terbatas. Artinya tingkat urgensi pendalaman materi perlu
diperhatikan. Untuk anak berkapasitas tinggi mungkin tidaklah menimbulkan
permasalahan, tetapi bagi anak normal ke bawah justru akan mengalami kreativity
droup. Ingat peningkatan kemampuan sebenarnya tidak dapat dipaksanakan dan
belajar pada dasarnya memiliki sifat individual, artinya: kemampuan masing-masing
siswa berbeda, bakat dan talenta berbeda, kapasitas intelektual berbeda, minat mereka
berbeda, dan berbagai aspek lain juga berbeda.
Pembelajaran terpadu yang memungkinkan penjelajahan kurikulum
mengandung berbagai kebaikan, namun tetap memiliki efek negatif, karena jika tidak
dikendalikan secara cermat siswa dapat belajar melalui penjelajahan dan kegiatan atau
tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka, yang pada akhirnyaanak dapat
kehilangan sesuatu yang lain yang seharusnya dapat mereka kerjakan. Jika siswa
hanya bekerja berdasarkan tanda-tanda guru, mereka akan kehilangan cara belajar
alamiah langsung, pengalaman senso motorik dari dunia mereka yang merupakan
dasar pembentukan kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan karakteristik
cara belajar mereka. Sehubungan dengan itu penentuan tema hendaknya dengan suatu
pertimbangan yang matang.
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran terpadu, maka pembelajaran terpadu
dapat dilihat sebagai :
a. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian
(center of interest ) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan
konsep-konsep lain, baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun
bidang studi lain. Konsekuensinya, pembelajaran dapat berlangsung tanpa
setting/latar mata pelajaran tetapi berlatar tema, topik, atau sebuah peristiwa.
Misal: Terjadi peristiwa kebakaran, maka kebakaran inilah yang menjadi pusat
perhatian (Center of interest). Selanjutnya kebakaran menjadi pusat curah
pendapat melalui pertanyaan-pertanyaan fokus yang menggerakkan kurikulum
inti yang tersedia. Di sinilah kelancaran guru dalam memimpin diskusi,
keluwesan, kemampuan mengelaborasi berbagai konteks pembelajaran yang
dapat dipelajari dan didalami melalui peristiwa kebakaran tersebut.
b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai kajian, bidang
studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak. Konsekuensinya, tema sentral ini harus
dapat dikendalikan dengan memberi batas-batas transparan (oleh guru) sesuai
tingkat kemampuan anak, karakteristik anak, ketersediaan sumber,
kemampuan guru mengorganisasi, pengendalian agar jangan terlalu
overlapping ke tingkat berikutnya sehingga mempersulit penekanan konsep-
konsep inti sesuai tingkat kelas (ingat di Indonesia kurikulum yang berlaku
adalah kurikulum klasikal bukan kurikulum berbasis modul atau bahkan
akselerasi belajar).
c. Suatu cara mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
simultan. Keluwesan belajar terbuka lebar (open ended) terjadi dalam
pembelajaran terpadu. Siswa dapat mempelajari berbagai pengetahuan dan
keterampilan tidak hanya satu namun siswa dapat dan mungkin memperoleh
berbagai pengetahuan dan keterampilan secara bersama-sama, berurutan,
tumpang tindih, saling menguatkan, dan sebagainya. Melalui pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan siswa dapat berkembang secara kompleks.
Kompleksitas ini terkait banyak, tingkat, keterkaitan, dan sebagainya.
d. Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi
yang berbeda dengan harapan anak dapat belajar dengan lebih baik dan
bermakna. Ini merupakan pemenuhan prinsip, bahwa penegetahuan,
kecakapan, keterampilan tidak terjadi secara serial, urut, bersyarat, namun
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan dapat diperoleh secara bersamaan
dan saling menguatkan. Contoh: pengetahuan sepeda, keterampilan naik
sepeda biasa, keterampilan kompleks naik sepeda, bahkan pengembangan
tingkat tinggi bersepeda dapat berlangsung secara bersamaan, meskipun
sebenarnya keterampilan itu bertahap, namun karena minat dan kecakapan
anak tinggi, maka tanpa menunggu waktu lain ia telah memperoleh kecakapan
secara simultan.
2. Tiga kategori kelompok dari 10 model pembelajaran terpadu

Tiga kategori kelompok dari 10 model pembelajaran terpadu menurut (Fogarty, 1991)
yaitu:
1. Dalam disiplin ilmu tunggal
 Model fragmented
 Model connected
 Model nested
2. Melintasi beberapa disiplin ilmu
 Model sequenced
 Model shared
 Model webbed
 Model threaded
 Model integrated
3. Di dalam dan keseluruhan pembelajaran
 Model immersed
 Model networked
kelompokkan 3 kategori yang berisi model-modelnya Kemudian Buatlah sebuah
peta/matriks analisis dari sisi karakteristik, kelebihan, kekurangan, serta teknis
pelakanaannya tiap model tsb

Dalam disiplin ilmu tunggal

Lintas Beberapa Disiplin


Ilmu
Integreted
learning

Dalam dan Keseluruhan


Pembelajaran
Dalam disiplin ilmu tunggal

Kelebihan Kelebihan Kelebihan


pembelajaran model ini adanya hubungan antar ide- model ini yaitu guru dapat
adalah siswa menguasai ide dalam satu mata memadukan beberapa
secara penuh satu pelajaran, anak akan keterampilan sekaligus dalam
kemampuan tertentu untuk memperoleh gambaran yang pembelajaran satu mata
tiap mata pelajaran, ia ahli lebih jelas dan luas dari pelajaran, memberikan
dan terampil dalam bidang konsep yang dijelaskan dan perhatian pada berbagai
tertentu. siswa diberi kesempatan bidang penting dalam satu saat
untuk melakukan pedalaman, sehingga tidak memerlukan
tinjauan, memperbaiki dan penambahan waktu dan guru
mengasimilasi gagasan dapat memadukan kurikulum
secara bertahap. secara luas.
Kekurangan Kekurangan Kekurangan
belajar hanya pada tempat model ini belum memberikan apabila taanpa perencanaan
dan sumber belajar dan gambaran yang menyeluruh yang matang memadukan
kurang mampu membuat karena belum beberapa keterampilan yang
hubungan atau integrasi menggabungkan bidang- menjadi targget dalam suatu
dengan konsep sejenis. bidang pengembangan/mata pembelajaran akan berdampak
pelajaran lain pada siswa dimana prioritas
pelajaran menjadi kabur
Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan
paling berguna pada tingkat  Pengelolaan kelas Seorang guru memfokuskan
universitas di mana siswa dengan membangi kegiatan pembelajaran pada
melakukan pelaksanaan kelas kedalam pemahaman tata bentuk kata,
pembelajaran di jalur studi beberapa kelompok. makna kata, dan ungkapan
dengan saran pembuahan
khusus yang memerlukan  Kegiatan proses. keterampilan dalam
pengetahuan para ahli untuk  Kegiatan pencatatan mengembangkan daya imajinasi,
mengajar, mentoring, data. daya berpikir logis, menentukan
pembinaan, dan  Diskusi secara ciri bentuk dan makna kata-kata
berkolaborasi klasikal dalam puisi, membuat ungkapan
dan menulis puisi.
Lintas Beberapa Disiplin Ilmu

Kelebihan Kelebihan
dengan menyusun kembali urutan topik, lebih mudah dalam menggunakannya sebagai
bagian dari unit, guru dapat mengutamakan langkah awal maju secara penuh menuju
prioritas kurikulum daripada hanya model terpadu yang mencakup empat disiplin
mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu
buku teks, membantu siswa memahami isi serupa yang saling tumpang tindih akan
pembelajaran dengan lebih kuat dan memungkinkan mempelajari konsep yang
bermakna. lebih dalam
Kekurangan Kekurangan
diperlukkan kolaborasi berkelanjutan model integrasi antar dua disiplin ilmu
dan fleksibilitas semua orang yang memerlukan komitmen pasangan untuk
terlibat dalam content area dalam bekerjasama dalam fase awal, untuk
mengurutkan sesuai peristiwa terkini menemukan konsep kurikula yang tumpang
tindih secara nyata diperlukan dialog dan
percakapan yang mendalam
Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan
si cerita dalam roman sejarah misalnya, topik merupakan bentuk pemaduan pembelajaran
pembahasannya secara paralel atau dalam akibat adanya “overlapping” konsep atau ide
jam yang sama dapat dipadukan dengan pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-
ikhwal sejarah perjuangan bangsa, butir pembelajaran tentang kewarganegaraan
karakteristik kehidupan sosial masyarakat dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang
pada periode tertentu maupun topik yang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata
menyangkut perubahan makna kata. Topik- Negara, PSPB, dan sebagainya
topik tersebut dapat dipadukan
pembelajarannya pada alokasi jam yang
sama.
Kelebihan Kelebihan Kelebihan
pendekatan jaring laba-laba konsep berputar sekitar siswa saling mengaitkan,
untuk mengintegrasikan metakurikulum yang saling menghubungkan
kurikulum adalah faktor menekankan pada perilaku diantara macam-macam
motivasi sebagai hasil bentuk metakognitif; materi untuk bagian dari mata pelajaran.
seleksi tema yang menarik tiap mata pelajaran tetap Keterpaduan secara sukses
perhatian paling besar, faktor murni, dan siswa dapat diimplementasikan,
motivasi siswa juga dapat belajar bagaimana pendekatan belajar yang
berkembang karena adanya seharusnya belajar di masa lingkungan belajar yang ideal
pemilihan tema yang yang akan datang sesuai untuk hari terpadu
didasarkan pada minat siswa. dengan laju perkembangan (integrated day) secara
era globalisasi eksternal dan untuk
keterpaduan belajar untuk
fokus internal. Selain itu
model ini juga mendorong
motivasi murid.
Kekurangan Kekurangan Kekurangan
model ini adalah banyak guru hubungan isi antar materi model ini sulit dilaksanakan
sulit memilih tema. Mereka pelajaran tidak terlalu secara penuh; membutuhkan
cenderung menyediakan ditunjukkan sehingga secara keterampilan tinggi,percaya
tema yang dangkal sehingga eksplisit siswa kurang dapat diri dalam prioritas konsep,
kurang bermanfaat bagi memahami keterkaitan keterampilan dan sikap yang
siswa, dan guru seringkali konten antara mata pelajaran menembus secara urut dari
terfokus pada kegiatan satu dengan yang lainnya. mata pelajaran; dan
sehingga materi atau konsep membutuhkan model tim ahli
menjadi terabaikan pada bidang dan
merencanakan dan mengajar
bersama.
Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan Teknis pelaksanaan
1. Mempelajari 1. Menetapkan keterampilan  Langkah guru merancang
kompetensi dasar, hasil yang diuntaikan dalam program rencana
belajar dan indikator setiap pembelajaran ketrampilan. pembelajaran dengan
bidang pengembangan 2. Memilih mata pelajaran mengadakan penjajakan
untuk masing-masing yang cocok untuk tema dengan cara curah
kelompok usia. dipadukan dengan model pendapat (brain stroming).
2. Mengidentifikasi ini.  Tahap pelaksanaan
tema dan subtema dan 3. Mencocokkan Standar melakukan kegiatan:
memetakannya dalam Kompetensi dan
jaring tema. Kompetensi Dasar yang 1. Proses pengumpulan
3. Mengidentifikasi dapat diuntaikan. informasi
indikator pada setiap 4. Merumuskan indikator 2. Pengelolaan informasi
kompetensi bidang pembelajaran secara dengan cara analisis
pengembangan melalui terpadu. komparasi dan sintesis
tema dan subtema. 5. Menetapkan ketrampilan 3. Penyusunan laporan
4. Menentukan kegiatan berpikir yang akan dapat dilakukan dengan
pada setiap bidang diuntaikan. cara verbal, gravisi,
pengembangan dengan victorial, audio, gerak, dan
mengacu pada indikator model
yang akan dicapai dan
subtema yang dipilih.  Tahap kulmunasi
5. Menyusun Rencana dilakukan dengan:
Kegiatan Mingguan.
6. Menyusun Rencana 1. Penyajian laporan
Kegiatan Harian. (tertulis, oral, unjuk kerja,
produk)
2. Penilaian meliputi
proses dan produk dengan
menggunakan prosedur
formal dan informal
dengan tekanan pada
penilaian produk.

Dalam dan Keseluruhan Pembelajaran


Kelebihan Kelebihan
setiap siswa mempunyai ketertarikan mata siswa memperluas wawasan pengetahuan
pelajaran yang berbeda maka secara tidak pada satu atau dua mata pelajaran secara
langsung siswa yang lain akan belajar dari mendalam dan sempit sasarannya.
siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat
menghubungkan mata pelajaran yang satu
dengan yang lainnya.
Kekurangan Kekurangan
siswa yang tidak senang membaca akan kemungkinan motivasi siswa akan berubah
mendapat kesulitan untuk mengerjakan kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal
proyek ini, sehingga siswa menjadi secara tidak sengaja karena mendapat
kehilangan minat belajar hambatan dalam mencari sumber. (Fogarty,
1991)
Teknis Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan
langkah-langkah pembelajaran terpadu  Guru menjelaskan teknik menulis
tipe immersed mengikuti tahap-tahap naskah pidato,
yang dilalui dalam setiap pembelajaran  Guru menjelaskan cara mencari
terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu informasi tentang menulis naskah pidato
perencanaan, pelaksanaan, dan dengan menggunakan jaringan baik itu
evaluasi (Murfiah, 2017a) dari media elektronik ataupun media
masa.
 Guru memberikan contoh naskah
pidato yang bersumber dari jaringan
media elektronik ataupun media masa,
 Guru membagi kelompok siswa yang
beranggotan 4-5 orang.
 Siswa melakukan jaringan kerja sama
dengan setiap kelompok untuk menulis
naskah pidato yang bersumber dari
padangan mata yang disekitarnya ataupun
dari jaringan media elektronik dan media
masa,
 Siswa mempresentasikan hasil diskusi
setiap kelompok,
 Guru membuat kesimpulan dari
materi yang diajarkan

DAFTAR RUJUKAN

Collins, G. and Dixon, H. (1991) Integrated Learning: Planned Curriculum Units.


Stage 3. Bookshelf Publishing Australia.
Fogarty, R. (1991) ‘How To Integrate The Curricula. Illionis, IRI’. Skylight Publishing,
Inc.
Hernawan, A. H. and Resmini, N. (2014) ‘Pembelajaran Terpadu di SD’. Universitas
Terbuka.
Murfiah, U. (2017a) ‘Implementasi model pembelajaran terpadu dalam
mengembangkan kreativitas anak sekolah dasar’, Pendas: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 1(1), pp. 94–114.
Murfiah, U. (2017b) ‘Model pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar’, Jurnal Pesona
Dasar, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai