Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DASAR

KONSEP DAN TEORI ANALISIS KEBIJAKAN

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nurhizrah Gistituati M. Ed., Ed.D.
Dr. Rifma, M.Pd

oleh:

Firda Khairati Amris : 19124046


Siti Hajar : 19124053
Sundari JS : 19124055

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik,
untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Pendidikan
Dasar.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan selalu kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta umat yang
senantiasa mengikuti dan melaksanakan ajarannya.
Makalah ini disusun berdasarkan buku-buku yang pernah ada, makalah ini
dapat dijadikan acuan bagi teman-teman khususnya sebagai penulis dan umummnya
bagi kita semua. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami  mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang tentunya bersifat  membangun demi kelengkapan makalah
yang  kami susun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
menyempatkan diri membuka dan membaca makalah ini semoga dapat bermanfaat.

Padang, Apil 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................ 3


A. Konsep Dasar Analisis Kebijakan dan
Pembuatan Keputusan dalam Konteks Menajemen............................. 3
B. Hubungan Antara Pembuatan Kebijakan
dan Pembuatan Keputusan.................................................................... 11
C. Pentingnya Suatu Kebijakan dalam Pendidikan................................... 13
D. Karakteristik Kebijakan yang Baik....................................................... 18

BAB III. PENUTUP........................................................................................ 22


A. Kesimpulan........................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pendidikan merupakan suatu hal yang pokok untuk
menentukan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan dalam
suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di setiap lembaga
pendidikan tidak akan pernah lepas dari suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan dalam negera tempat lembaga pendidikan itu ada.Di Indonesia,
yang merupakan negara hukum juga menitikberatkan sektor pendidikan
sebagai wahana untuk memajukan negaranya. Bagaimana tidak?Kebijakan
demi kebijakan dibongkar pasang untuk menghasilkan kualitas pendidikan
yang optimal, meski realitanya masih jauh dari harapan.
Dimulai dari kebijakan pengalokasian 20% APBN untuk anggaran
pendidikan yang sampai saat ini masih belum 100% terlaksana, hingga
kurikulum yang berubah-ubah. Inkonsistensi pemerintah dalam memutuskan
kebijakan pendidikan sering menimbulkan tanda tanya dan kontroversi di
masyarakat dan dunia pendidikan. Para analisis kebijakan dalam bidang
pendidikan tidak hanya dituntut untuk menguasai isu-isu pendidikan yang
relevan baik isu pendidikan secara internal maupun isu-isu pendidikan dalam
kaitannya secara lintas sektoral.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
menyimpulkan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep dasar analisis kebijakan dan pembuatan keputusan?
2. Bagaimana Hubungan antara pembuatan kebijakan dan pembutan
keputusan ?
3. Apa Pentingnya suatu kebijakan dalam pendidikan?
4. Apa saja Karakteristik kebijakan yang baik ?

1
C. Tujuan
Dari permasalahan yang akan dibahas di makalah ini, adapun tujuan
yang dapat diambil dari rumusan masalah:
1. Mengetahui Konsep dasar analisis kebijakan dan pembuatan keputusan.
2. Mengetahui Hubungan antara pembuatan kebijakan dan pembutan
keputusan.
3. Mengetahui Pentingnya suatu kebijakan dalam pendidikan.
4. Mengetahui Karakteristik kebijakan yang baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Analisis Kebijakan dan Pembuatan Keputusan dalam


Konteks Menajemen
1. Pengertian Kebijakan
Terdapat berbagai macam pengertian kebijakan. Berikut dijelaskan
beberapa pengertian kebijakan menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan mengartikan kebijakan
sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-
praktek yang terarah.
b. Carl J. Friedrick mengartikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-
hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan
usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
c. James E. Anderson mengartikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna
memecahkan suatu masalah tertentu.
d. Amara Raksasataya mengartikan kebijakan sebagai suatu taktik
dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh
karena itu, suatu kebijakan memuat 3 (tiga) elemen yaitu:
1) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
2) Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

3
3) Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan
secara nyata dari taktik atau strategi(Suwitri, 2008).

Dari definisi-definisi yang dikemukan oleh para pakar tentang


pengertian kebijakan, terdapat beberapa hal yang terkandung dalam kebijakan,
yaitu:
a. Tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Tujuan tertentu adalah tujuan yang berpihak kepada kepentingan
masyarakat (interest public).
b. Serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan.
Serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan adalah strategi yang
disusun untuk mencapai tujuan dengan lebih mudah yang acapkali
dijabarkan ke dalam bentuk program dan proyek-proyek.
c. Usulan tindakan dapat berasal dari perseorangan atau kelompok
dari dalam ataupun luar pemerintahan.
d. Penyediaan input untuk melaksanakan strategi.
Input berupa sumberdaya baik manusia maupun bukan
manusia(Suwitri, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian kebijakan di atas maka dapat


disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diambil
dalam mencapai tujuan tertentu yang berasal dari perseorangan atau kelompok
dari dalam atau luar pemerintah.

2. Pengertian Analisis Kebijakan


Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi,
termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain
kebijakan publik. Kebijakan publik ialah keputusan atau tindakan pemerintah
yang berpengaruh atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok
masyarakat(Simatupang, 2017).

4
Dari definisi di atas dapat dirumuskan karakteristik dasar analisis
kebijakan. Pertama, analisis kebijakan merupakan suatu proses atau kegiatan
"sintesa" informasi yang berarti pemaduan berbagai informasi, termasuk hasil
penelitian, sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang selaras. Hal ini berarti
obyek analisis kebijakan ialah proses penyusunan dan paket kebijakan.
Kegiatan utama analisis kebijakan ialah pengumpulan informasi secara
sistematis dan penarikan kesimpulan logis dari informasi tersebut.Dengan
demikian, analisis kebijakan berdasarkan pada kaidah ilmiah.
Kedua, salah satu sumber utama informasi yang menjadi bahan
analisis kebijakan ialah hasil-hasil penelitian. Hal ini berarti bahwa analisis
kebijakan merupakan proses pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil penelitian
sehingga siap digunakan dalam pengambilan keputusan dan desain kebijakan
publik. Oleh karena itu, analisis kebijakan merupakan salah satu bentuk
diseminasi hasil-hasil penelitian.
Ketiga, output analisis kebijakan ialah rekomendasi opsi keputusan
atau desain kebijakan publik. Hal ini berarti bahwa output kebijakan adalah
berupa nasehat atau petunjuk operasional tentang bahan pengambilan
keputusan publik bagi spesifik klien. Oleh karena itu, analisis kebijakan
haruslah disajikan secara jelas, singkat, padat, lengkap dan seksama.
Keempat, klien analisis kebijakan ialah para pengambil keputusan
kebijakan publik (pemerintah dan DPR) dan kelompok yang berkepentingan
(interest groups) atas kebijakan pemerintah tersebut.Klien pengguna analisis
kebijakan bersifat spesifik. Hal ini berkaitan langsung dengan output analisis
kebijakan yang berupa nasehat tentang kebijakan publik.
Kelima, analisis kebijakan berorientasi klien (client oriented).Hal ini
merupakan implikasi dari sifat analisis kebijakan yang menghasilkan nasehat
keputusan siap guna bagi klien spesifik. Tanpa berorientasi klien analisis
kebijakan tak akan mungkin siap guna. Hal ini berarti analisis kebijakan
haruslah didasarkan pada "dari, oleh dan untuk klien".Analisis kebijakan

5
hanya dilakukan apabila ada permintaan atau "patut diduga" benar-benar
dibutuhkan kliennya. Analisis kebijakan didorong oleh kebutuhan mendesak
kliennya (client's need push).
Dengan ciri-ciri di atas kiranya dapat terlihat bahwa analisis kebijakan
(policy analysis) berbeda dengan penelitian kebijakan (policy
research).Perbedaan utama terletak pada obyek tujuan, klien, metode,
penyajian dan jadwal waktu. Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan
ini terutama terletak pada klien: klien analisis kebijakan adalah pengambil
keputusan spesifik perorangan dan organisasi (specific client oriented),
sedangkan klien penelitian kebijakan tidak bersifat spesifik, yaitu semua pihak
yang berkepentingan baik pengambil keputusan, ilmuwan, maupun
masyarakat umum(Simatupang, 2017).
Hal ini terjadi karena penelitian kebijakan dilakukan berdasarkan
prosedur penelitian ilmiah yaitu harus terbuka bagi umum untuk dievaluasi
kebenarannya, direplikasi dan digunakan hasilnya.Berbeda dengan itu,
analisis kebijakan hanya diperuntukkan bagi klien spesifiknya.Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa analisis kebijakan tidak termasuk katagori
penelitian ilmiah, namun haruslah dilakukan secara ilmiah dalam artian harus
sistematis, logis dan menggunakan teori ilmiah maupun hasil-hasil penelitian
ilmiah.Hasil penelitian kebijakan merupakan salah satu sumber utama
informasi untuk pelaksanaan analisis kebijakan. Oleh karena itu, analisis
kebijakan pada dasarnya merupakan salah satu wahana diseminasi hasil-hasil
penelitian, termasuk hasil penelitian kebijakan (Simatupang, 2017).

3. Pembuatan Keputusan dalam Konteks Menajemen


a. Pengertian Pembuatan Keputusan
Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari
baik secara individu ataupun secara kelompok, terutama dalam suatu
organisasi.Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau

6
mundurnya suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang tepat akan
menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik,
namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk
pada roda organisasi dan administrasinya. Pembuatan keputusan tersebut
mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan
alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang
mungkin timbul (Anwar, 2014).
Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan
yang dimaksud adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat
dikatakan pula sebagai keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan
dengan memilih satu kemungkinan pilihan (Anwar, 2014). Simon juga
mengemukakan bahwa “Keputusan adalah manifestasi kewenangan pimpinan
yang sangat diharapkan oleh bawahan, sebab tanpa pengambilan keputusan,
seluruh kegiatan bawahan menjadi tidak pasti” (Marzuki, 2015).
Dengan demikian, jelaslah bahwa ketidakpastian terhadap sebuah
keputusan dapat mengakibatkan lemahnya fungsi pimpinan terhadap stabilitas
organisasi.Kelabilan ini merupakan titik awal kehancuran suatu organisasi.Hal
ini mengandung arti bahwa keputusan dari seorang pimpinan menuntut
dipenuhinya persyaratan profesional yang harus dimiliki.Upaya membangun
keefektifan manajerial terletak pada pembekalan dimensi keterampilan teknis
dan keterampilan konseptual.
Deskripsi tersebut menjelaskan bahwa keterampilan seorang manajer
dalam sebuah organisasi pendidikan sangatlah dibutuhkan terutama memiliki
kemampuan dalam memahami perilaku organisasi pendidikan dengan
berbagai karakteristik karyawan dan budaya organisasi. Terry juga
mengemukan bahwa “Pengambilan keputusan adalah pemilihan dua alternatif
untuk dicari keputusan yang lebih baik”(Marzuki, 2015).

7
Dari berbagai pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pembuatan
keputusan merupakan salah satu unsur yang sangat esensial dalam organisasi
dan manajemen. Pembuatan keputusan bukan hanya fungsi pimpinan, tapi
juga suatu proses partisipasi seluruh anggota untuk meningkatkan fungsi-
fungsi manajemen. Bagi pimpinan pembuatan keputusan itu merupakan salah
satu fungsi untuk yang tidak dapat dihindari untuk tidak melakukannya, sebab
tanpa pembuatan keputusan fungsi kepemimpinan tidak dapat dilaksanakan
dan fungsi manajemen tidak dapat berjalan untuk mewujudkan tujuan
organisasi.Kegiatan pembuatan dan pengambilan meliputi identifikasi
masalah, rumusan masalah, penambahan alternatif keputusan yang akan
diambil, dan pemilihan alternatif keputusan yang akan melahirkan sebuah
keputusan yang dapat diterima oleh semua komponen dalam suatu organisasi
pendidikan.
b. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan
Thohiron menjelaskan proses pengambilan keputusan meliputi sebagai
berikut(Anwar, 2014).
1) Perumusan Masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan masalah
yang ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah hadir karena: a) adanya
kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat, dengan tujuan yang ingin diraih
atau standar yang ingin dicapai; b) adanya halangan dan kesulitan untuk
menjembatani kesenjangan itu; c) adanya kemungkinan penyelesaian masalah
bila perumusannya benar.
2) Pengumpulan dan Penganalisis Data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data
yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Adapun proses
pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan yaitu: a)fase pengumpulan
fakta; b) fase penemuan ide; c) fase penemuan solusi.

8
Fase pengumpulan data/fakta meliputi kegiatan mendefinisikan
masalah, mengumpulkan masalah serta menganalisis data yang penting. Satu
cara untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai
dulu melihat masalah yang ada secara luas dan kemudian melanjutkannya
dengan menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan untuk membedakan antara gejala dari masalah yang sebenarnya.
Fase penemuan ide meliputi kegiatan pengumpulan ide-ide yang
mungkin dipakai dan kemudian mencari ide yang terbaik.Dapat saja berbagai
ide yang ada dimodifikasi dan dikombinasikan.
Fase penemuan solusi ini meliputi kegiatan mengidentifikasi dan
mengevaluasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan bagaimana cara
melakukan. Kegiatan dalam fase ini meliputi penentuan pendapat, analisis dan
penerimaan/pemberian kritik.Setiap ide yang ada diberi nilai/bobot
masingmasing.
3) Pembuatan Alternatif-Alternatif Kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu
dipikirkan cara-cara pemecahannya.Cara pemecahan ini hendaknya selalu
diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif
maupun negatif.Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya.Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian: a)perkiraan dalam arti proyeksi,
perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul
dan tersusun secara kronologis; b) perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan
yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat; c) perkiraan
dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi
(perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari
kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4) Pemilihan Salah Satu Alternatif Terbaik

9
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang
matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu
yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil
atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan
pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua pihak yang
terlibat dalam lembaga pendidikan. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak
dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh
personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.
Pimpinan harus mengembangkan konsep kerja sama antar personal agar
pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja sama
dapat diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan manusiawi.
5) Pelaksanaan Keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu
menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang
negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan
pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti
ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang. Oleh sebab
itu tentukan dulu cara pengambilan keputusan yang paling cocok dengan
situasi dan masalah yang ada: individu, tim, musyawarah, voting, dan lain-
lain.
6) Pemantauan dan Pengevaluasi Hasil Pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur
dampak dari keputusan yang telah dibuat.Penilaian ulang perlu diadakan.
Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak
setelah pelaksanaan berjalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi
debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka disimpulkan tahapan
proses pengambilan keputusan terdiri dari perumusan masalah,penentuan

10
kriteria pemecahanmasalah,pengidentifikasian alternatif pemecahan
masalah,penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah,pemilihan alternatif
yang terbaik,penetapan keputusan atau pengimplementasian alternatif yang
dipilih.
B. Hubungan Antara Pembuatan Kebijakan dan Pembutan Keputusan
Kebijakan dalam pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil
perumusan langkah-langkah strategis pendidikan, yang dijabarkan dari visi,
misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.
(Suryadi & Tilaar, 2008).
Kebijakan dan pengambilan keputusan adalah dua unsur yang saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kebijakan adalah sesuatu
yang lebih bersifat teoretis, sedangkan pengambilan keputusan lebih bersifat
praktis. Tindakan pengambilan keputusan yang tidak didasarkan pada teoretis
dapat mengurangi nilai keilmiahan sebuah keputusan, sedangkan kebijakan
yang tidak disertai dengan pengambilan keputusan sulit akan menemukan
wujudnya. (Sabri, 2013)
Analisis kebijakan lebih fokus kepada bagaimana pengambil
keputusan mendapatkan sejumlah alternatif kebijakan yang terbaik, sekaligus
alternatif yang terpilih sebagai rekomendasi dari analisis kebijakan atau tim
analisis kebijakan. Peran analisis kebijakan adalah memastikan bahwa
kebijakan yang hendak diambil benar-benar dilandaskan atas manfaat optimal
yang akan diterima oleh publik, dan bukan asal menguntungkan pengambil
kebijakan.(Dunn, 2015)
Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat urgen bagi setiap
orang terutama bagi para pimpinan atau manajer.Eksistensi seorang pemimpin
dalam kepemimpinannya dapat dilihat dari berbagai bentuk kebijakan dan
keputusan yang diambilnya. Seorang pimpinan atau manajer yang efektif

11
adalah pimpinan atau manajer yang mampu membuat kebijakan dan
mengambil keputusan yang relevan
Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan.(Matondang,
n.d.)Adapun langkah yang dapatditempuh dalam pengambuan keputusanyaitu:
Pertama: Menghadapi masalahdengan membatasinya. Ketika menghadapimasalah
manusia juga halnyaseorang menajer terbagi dalam duakelompok, yakni
ada kelompok yangmemandang remeh dan merasa bahwaselamanya tidak
pernah ada masalah,sedangkan kelompok lainnya berpandanganbahwa ada
masalah yang selalutampak dihadapannya demikian besar dan ia
menganggapnya sedemikian berarti dan berpengaruh dalam kehidupan.
Kedua: Menghimpun Informasi dan membahasnya. Semua informasi yang demikian
menunjukkan bahwa sejak dulu manusia dibebani tugas yang senantiasa
memerlukan berbagai informasi lengkap.Dengan begitu diharapkan
manajer sukses dalam mengemban tugasnya dalam pengambilan
keputusan.
Ketiga: Perumusan dan pemecahan masalah, dengan cara :
1) pembatasan terhadap unsur-unsur penentu masalah,
2) ketelitian dalam memformulasikan problem.
Keempat: Curah Gagasan dengan cara:
1) evaluasi/ penilaian gagasan,
2) menentukan instrumen curah gagasan.
Kelima: Mengajukan alternatif dengan cara:
1) melakukan reduksi alternative,
2) merangking alternatif sesuai skalapriorotas.
Keenam: Membuat Keputusan, dengan pengajuan alternatif, keputusan kreatif,
pemecahan yang pertengahan, menundan dengan sukses, kemufakatan,
keputusan dengan perbedaan sisi pandang. Ketujuh: Melaksankan

12
Keputusan dengan pembuatan surat keputusan (SK), menyampaikan
keputusan, perencanaan aksi, skedul waktu dan anggaran belanja,
Kedelapan: Evaluasi danpenilaian keputusan yang merupakan pendorong yang akan
membuat setiap fase pelaksanaan keputusan sebagai fase penuh vitalitas
(semangat) dan Kesembilan Keputusan tanpa penyesalan dengan
konsekwensi.Suatu keputusan yang diambil tersebut tidak berdiri
sendiri, tetapi saling terkait satu sama lain, dan akan menimbulkan
perubahan dalam lingkungan keputusan tersebut. Perubahan dimaksud
dapat menimbulkan masalah yang memerlukan pemecahan. Pemecahan
satu masalah akan menimbulkan masalah baru yang untuk
pemecahannya diperlukan pengambilan keputusan pula.(Sabri, 2013)
Selain beberapa faktor di atas, terdapat beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, yaitu :
1. sistem nilai yang berlaku dalam hubungan antara individu dan masyarakat.
2. persepsi atau pandangan seseorang terhadap suatu masalah.
Persepsi ini juga dipengaruhi oleh sistem nilai yang berlaku dan
pengalaman yang dimiliki/dialami
3. keterbatasan manusiawi antara lain ketidakmampuan mengumpulkan
informasi secara langsung.
4. perilaku politik, kekuasaan dan kekuatan yang terjadi. Banyak keputusan
yang diambil tidak maksimal, tetapi hanya merumuskan perilaku politik
tertentu.
5. keterbatasan waktu, kesibukan waktu, mengaki- batkan informasi-
informasi yang diperoleh sangat terbatas pula untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan
6. gaya kepemimpinan yang dimiliki seseorang juga akan mewarnai corak
keputusan yang diambil.
C. Pentingnya Suatu Kebijakan dalam Pendidikan

13
Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa.Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan
untuk itu setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status
sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pendidikan untuk
semua menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan
fisik ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial ataupun kendala
geografis, dengan menyediakan layanan pendidikan untuk menjangkau
mereka yang tidak terjangkau.(Gunawan, 1986)
Faktor yang menentukan perubahan, pengembangan, atau
restrukturisasi organisasi adalah terlaksananya kebijakan organisasi sehingga
dapat dirasakan bahwa kebijakan tersebut benar-benar berfungsi dengan
baik.Hakikat kebijakan ialah berupa keputusan yang substansinya adalah
tujuan, prinsip dan aturan-aturan.Format kebijakan biasanya dicatat dan
dituliskan sebagai pedoman oleh pimpinan, staf, dan personel organisasi, serta
interaksinya dengan lingkungan eksternal.
Kebijakan diperoleh melalui suatu proses pembuatan kebijakan.
Pembuatan kebijakan (policy making) adalah terlihat sebagai sejumlah proses
dari semua bagian dan berhubungan kepada sistem sosial dalam membuat
sasaran sistem. Proses pembuatan keputusan memperhatikan faktor
lingkungan eksternal, input (masukan), proses (transformasi), output
(keluaran), dan feedback (umpan balik) dari lingkungan kepada pembuat
kebijakan.
Sedangkan Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang
tua, masyarakat dan pemerintah.Dengan dasar kata – kata bijak itu, maka
perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia menjadi beban bersama orang tua,
Masyarakat dan pemerintah.Dalam Undang – undang no 20 tahun 2003
tentang Sistem pendidikam nasional disrbutkan beberapa peran yang dapat

14
dilakukan oleh masyarakat, pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pendidikan. (Gunawan, 1986)
Berdasarkan penegasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan
kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan masyarakat
dan pemerintah  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan
keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.
(Yanto, 2018) Faktor penentu perubahan, pengembangan, atau
restrukturisasi organisasi pendidikan adalah terlaksananya kebijakan dalam
organisasi pendidikan dengan baik, berupa keputusan-keputusan yang memuat
tujuan, prinsip dan aturan dapat menggerakkan sumber daya organisasi
pendidikan dengan maksimal.Format kebijakan pendidikan itu biasanya
dicatat, dituliskan untuk pedoman pimpinan, staf, dan personel organisasi
pendidikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pembuatan kebijakan
(policy making) di bidang pendidikan memperhatikan faktor lingkungan
eksternal, masukan (input), proses (process), keluaran (output), dan umpan
balik (feedback) dari kebijakan pendidikan itu sendiri. Analisis kebijakan
pendidikan lakukan untuk pedoman bertindak, dalam mengarahkan kegiatan
pendidikan, organisasi sekolah atau lembaga pendidikan sebagai
penyelenggara dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan.
(Yanto, 2018) Pedoman untuk bertindak bagi pengambil keputusan
dari analisis kebijakan pendidikan yang dilaksanakan berfungsi:
1) mencapai ketertiban layanan pendidikan,
2) menjamin hak asasi setiap warga mendapatkan layanan pendidikan,
3) program kegiatan layanan pendidikan berjalan efektif,
4) aktor pendidikan dapat melaksanakan pendidikan,
5) tertib administrasi bisa diwujudkan.

15
Sedangkan fungsi lainnya dari analisis kebijakan pendidikan, antaralain;

1. fungsi alokasi untuk pengembangan dan kajian tingkatan makro,


2. fungsi inkuiri, setiap bahasan isu dan masalah pendidikan integral dengan
isu strategis lainnya, misalnya analisis metodologis dan substansi,
evaluasi dan meta analisis kebijakan dan argumentasi kebijakan,
3. fungsi komunikasi bagi pihak terkait misalnya pembuat keputusan,
perencana dan pengelola, peneliti, pelaksana dan masyarakat sebagai
pelanggan pendidikan.
1. Pengertian Pimpinan
(Zabir, 2018)Terdapat istilah yang merujuk pada pengertian
pemimpin, yaitu kata “umara” yang sering disebut juga sebagai ulil amri. Ulil
amri atau pejabat adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus
urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang mendapat
amanah untuk mengurus organisasi agar tujuan organisasinya tercapai dan
pegawainya sejahtera.
Secara khusus dan spesifik dalam berbagai literatur tidak ada definisi
tunggal tentang difinisi kepemimpinan. Sebagian besar penulis
mengungkapkan kepemimpinan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan yang
membentuk seseorang untuk mampu mempengaruhi dan mengarahkan cara
berfikir, bersikap dan bertindak orang yang dipimpinnya sedemikian rupa
sehingga bertujuan mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Pemimpin mesti mampu merumuskan tujuan, membujuk orang lain untuk
membantu mencapai tujuan tersebut, dan memimpin timnya kepada
kemenangan.(Zabir, 2018)
Seorang pemimpin didasarkan atas kemampuannya di dalam
menimbulkan kepuasan dan motivasi, dengan menggunakan kebijakan untuk
ganjaran dan hukuman bagi mereka yang berhasil atau gagal dalam mencapai
tujuan organisasi.Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pemimpin

16
diwajibkan untuk menggunakan perilaku kepemimpinan yang berbeda sesuai
dengan tuntutan situasi. Perilaku pemimpin akan diterima sejauh mereka
menganggap itu sebagai sumber kepuasan langsung atau kepuasan pada masa
yang akan datang.
Pada dasarnya seorang pemimpin adalah orang yang mampu
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai ini, dilaksanakan
melalui proses komunikasi, indoktrinasi, pendidikan, peraturan jadwal kerja,
evaluasi kinerja, reward and punishment dan sebagainya. Motivasi diibaratkan
sebagai jantungnya manajemen karyawan.
Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang
kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan,
serta sejarah kepemimpinan.Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang
untuk sesaat (insidental) seperti memimpin upacara bendera, memimpin
paduan suara dan sebagainya.Tapi kepemimpinan lebih kepada seseorang
yang memimpin suatu organisasi atau institusi. Sebagian besar definisi
kepemimpinan merefleksikan suatu proses di mana seseorang mempengaruhi
orang lain atau kelompok, dengan memberikan petunjuk dan memfasilitasi
kegiatan-kegiatan serta hubungan di dalam suatu kelompok atau organisasi.
Seperti disebutkan di atas, pemimpin adalah orang yang mampu
menggerakkan pengikut. Artinya, pemimpin tidak berdiri dan bekerja sendiri,
tetapi membutuhkan hal-hal lain yang masuk dalam komponen
kepemimpinan, komponen tersebut adalah:
a. Pemimpin yaitu orang yang mampu menggerakkan pengikut untuk
mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus mempunyai visi, spirit,
karakter, integritas, dan kapabilitas yang tinggi.
b. Kemampuan menggerakkan, artinya bagaimana pemimpin mampu
menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di
tetapkan.

17
c. Pengikut yaitu orang-orang yang berada dibawah otoritas atau jabatan
seorang pemimpin.
d. Tujuan yang baik, yaitu apa yang ingin dan yang akan dicapai oleh
organisasi tersebut.
e. Organisasi, yaitu wadah atau tempat kepemimpinan berada.

Untuk itu, seorang pemimpin harus mampu mengatur


komponenkomponen atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari
kepemimpinannya dalam suatu organisasi atau instansi yang dipimpinnya.

2. Pengertian Kebijakan Pimpinan


(Zabir, 2018)Kebijakan pimpinan adalah seperangkat tindakan
pemimpin yang di desain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan
oleh pegawai sebagai konstituen pemimpin yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan urusan organisasi dan tugas-tugas yang
dikembangkan sesuai situasi dan kondisi.
Di dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin
mengeluarkan kebijakan-kebijakan antara lain melalui visi dan misi yang
digariskan pemimpin. Visi mengandung pengertian ke arah mana organisasi
selama masa kepemimpinan sebagaimana telah ditentukan.Sedangkan misi
adalah bagaimana mencapai visi yang telah ditentukan.Pelaksanaan kebijakan
yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin harus ditangani, dikendalikan dan
dievaluasi dari waktu ke waktu sehingga tugas-tugas dapat dilakukan dengan
baik, tepat sasaran, tepat waktu dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, pemimpin menjalankan fungsi manajemen secara
efektif dan efisien untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang
telah dikeluarkannya. Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan seorang
pemimpin dalam pelaksanaannya harus terukur dalam pencapaian hasilnya,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yaitu: berdasarkan sasaran/target

18
yang akan dicapai; berdasarkan waktu yang tersedia; berdasarkan biaya yang
tersedia; serta berdasarkan keterampilan dan kemampuan pegawainya dalam
melaksanakan kebijakan. (Zabir, 2018).
D. Karakteristik Kebijakan yang Baik
Kebijakan yang dibahas (Madjid, 2018) tertuju kepada ranah
pendidikan, maka tentunya memiliki karakteristik tertentu yang berbeda
dengan yang lainnya, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Ali Imron
(1995: 20) dalam Rijal09 (2016) bahwa karakteristik kebijakan pendidikan
meliputi sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan pendidikan
Karakteristik yang paling menonjol dari pada munculnya kebijakan
pendidikan yaitu harus memiliki tujuan, terkhusus kepada tujuan pada
bidang pendidikan yang jelas dan terarah demi berkontribusi pada
pendidikan.
2. Memiliki aspek legal-formal
Berlakunya kebijakan mendapatkan pengakuan dari wilayah jika
telah melalui prosedur yang telah ditentukan, sehingga harus adanya
pemenuhan atas pra-syarat yang dilalui terlebih dahulu.Sehingga,
kebijakan tersebut dapat memenuhi syarat konstitusional yang sesuai
dengan hirarki konstitusi yang berlaku di setiap kebijakan
tersebut.Sehingga dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan yang
legitimat.
3. Memiliki konsep operasional
Kebijakan pendidikan suatu panduan yang bersifat umum, makaia
harus memiliki manfaat agar dapat diterapkan,agar memiliki tujuan
pendidikan yang jelas, sehingga sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapai.
Adapun konsep operasional pada bidang ini menurut Ali Imron (1995: 20)
dalam (Madjid, 2018) sebagai berikut:

19
a. Dibuat oleh yang berwenang
Perumusan kebijakan pendidikan juga dibuat oleh para ahli di
bidangtersebut, agar tidak terjadinya kerusakan bailk itu di dalam
ataupun di luar lingkungan pendidikan. Adapun para pembuat
kebijakan adalah Para administrator pendidikan, pengelola lembaga
pendidikan dan para politisi yang berkaitan langsung dengan
pendidikan, merekalah unsur minimal dalam pembuatan kebijakan
pendidikan
b. Dapat dievaluasi
Kebijakan pendidikan tidak akan luput dari kesalahan maupun
kekeliruan, oleh karena itu jika kebijakan yang diterapkandianggap
baik, maka perluuntuk dipertahankan atau bahkan dikembangkan,
sebaliknya jika kebijakan yang diterapkan memiliki kesalahan, maka
harus bisa diperbaiki, sehingga kebijakan pendidikan memiliki
karakter yang dapat melalui kemungkinan adanya evaluasi demi
melalui perbaikan dengan mudah dan efektif.
c. Memiliki sistematika
Kebijakan pendidikan harus memilikikejelasan dalam
sistematikanya agar jelas dan dapat mengatur seluruh
aspek.Sistematika ini dituntutagar lebih efektifitas dan efisiensi demi
kebijakan tersebut tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan memiliki
struktur yang rapuh akibat adanya serangkaian faktor yang hilang atau
berbenturan dengan yang lainnya.Oleh karenanya perlu perhatian
khusus agar tidak menimbulkan kecacatan hukum secara
internal.Sedangkan secara eksternal kebijakan pendidikan harus
bersepadu dengan kebijakan yang lainnya seperti kebijakan politik,
kebijakan moneter, bahkan kebijakan yang terdapat di atas, si
samping dan di bawah pendidikan.

20
Selain itu karakteristik kebijakan yang baik (Majchrzak, 1984) adalah
sebagai berikut :
1) diselenggarakan atas permintaan donatur (sunyumbang dana) dan
pengguna hasil studi kebijakan pendidikan,
2) penelitian kebijakan pendidikan berfokus pada perumusanatau pemecahan
masalah pendidikan,
3) penelitian kebijakan pendidikan juga sebagai kajian terhadap setting
organisasi yang memberikan layanan pendidikan,
4) penelitian kebijakan di bidang pendidikan sebagai kajian keilmuan
peneliti,
5) fokus penelitian bersifat multidimensi,
6) orientasi penelitian bersifat empiris-induktif,
7) menggabungkan dimensi masa kini dan masa depan
8) merespons kebutuhan pemakai hasil studi,
9) menonjolkan dimensi kerja sama secara eksplisit.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan


bangsa.Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan
untuk itu setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status
sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.Analisis kebijakan
pendidikan merupakan cara memecahkan masalah yang ada dalam kebijakan-
kebijakan tentang pendidikan menggunakan pemahaman yang dimiliki oleh
manusia itu sendiri. Kebijakan dan pengambilan keputusan adalah dua unsur
yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain, Seorang
pemimpin didasarkan atas kemampuannya di dalam menimbulkan kepuasan
dan motivasi, dengan menggunakan kebijakan untuk ganjaran dan hukuman
bagi mereka yang berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan organisasi.

B. Saran
Mudah-mudahan dengan pembahasan makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca khususnya pemakalah sendiri mengenai analisis
kebijakan pendidikan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. (2014). Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu
Madrasah. Nadwa, 8(1), 37–56.
Dunn, W. N. (2015). Public policy analysis. Routledge.
Gunawan, A. H. (1986). Kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia. Bina Aksara.
Madjid, D. A. (2018). analisis kebijakan pendidikan (A. Cahyani (ed.); cetakan I).
Samudera Biru.
Majchrzak, A. (1984). Methods for policy research (Vol. 3). Sage Publications, Inc.
Marzuki, M. (2015). Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik
Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Baru. Jurnal Administrasi
Pendidikan Program Pascasarjana Unsyiah, 3(3), 72427.
Matondang, Z. (n.d.). Evaluasi kebijakan dan pengambilan keputusan dalam
manajemen.
Sabri, A. (2013). Kebijakan Dan Pengambilan Keputusan Dalam Lembaga
Pendidikan Islam. Al-Ta’Lim, 20(2), 373. https://doi.org/10.15548/jt.v20i2.34
Simatupang, P. (2017). Analisis Kebijakan: Konsep dasar dan prosedur pelaksanaan.
Analisis Kebijakan Pertanian, 1(1), 1–23.
Suryadi, A., & Tilaar, H. A. R. (2008). Analisa Kebijakan Pendidikan. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Suwitri, S. (2008). Konsep dasar kebijakan publik. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Yanto, A. M. P. (2018). ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN Kajian Teoretis,

23
Eksploratif, dan Aplikatif (Cetakan pe). CV CENDEKIA PRESS.
Zabir, M. (2018). KEBIJAKAN PIMPINAN DALAM MEMOTIVASI KERJA
PEGAWAI BAITUL MAL ACEH. Al-Idarah: Jurnal Manajemen Dan
Administrasi Islam, 2(1), 93–118.

24

Anda mungkin juga menyukai