KELOMPOK 5
Nur’aini 20207470059
BAB I PENDAHULUAN
Kesimpulan............................................................................................18
REFERENSI.........................................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Permukaan otak yang disebut sebagai korteks serebri tampak berkelok-kelok
membentuk lekukan (sulkus) dan benjolan (girus). Dengan adanaya sulkus dan girus
ini permukaan otak menjadi lebih luas.
Korteks serebri ini mempunyai peranan yang penting kepada fungsi
elemeneter, seperti Gerakan (move), Perasaan (Feel) dan pancaindra (Sense). Selain
itu, ada fungsi yang lebih kompleks seperti mental dan fungsi kortikal. Fungsi
kortikal ini antara lain terdiri dari isi pikiran manusia, ingatan, emosi, persepsi, dan
juga fungsi Bahasa.
Girus terdapat pada korteks hemisfer kiri dan kanan, girus ini mempunyai
peranan bagi masing-masing fungsi terterntu. Korteks hemisfer kanan menguasai
fungsi elementer dari sisi tubuh sebelah kiri, dan sebaliknya korteks hemisfer kiri
menguasai fungsi elementer tubuh sebelaj kanan. Jadi, apabila terjadi kerusakan pada
korteks bagian kanan makan akan terjadi kangguan pada tubuh bagian kiri, begitupun
sebaliknya. Hal ini berlaku pada fungsi elementer pada anggita badan yang
mempunyai pasangan kanan-kirinya.
Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer
kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap Hemisfer terbagi lagi dalam
3
bagian-bagian besar yang disebut lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parientalis, lobus
oksipitalis, dan lobus temporalis. Sedangkan permukaan otak yang disebut sebagai
korteks serebri tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (sulkus) dan benjolan
(girus). Dengan adanya sulkus dan girus ini permukaan otak yang disebut korteks
serebri itu menjadi luas. Korteks serebri ini mempunyai peranan penting baik fungsi
elementer, seperti pergerakan, perasaan, dan pancaindera, maupun pada fungsi yang
lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental, atau fungsi luhur atau fungsi kortikal.
Fungsi kortikal ini antara lain terdiri dari isi pikiran manusia, ingatan atau memori,
emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga fungsi bicara (bahasa) (Chaer,
2009).
Wilayah-wilayah hemisfer kiri dan kanan yaitu :
4
Dilihat dari segi bobot, hemisfer kiri lebih berat dibandingkan dengan
hemisfer kanan, dan mengandung memori verbal yang dominan, sedangkan hemisfer
kanan berperan dalam mengatur emosi dan Bahasa isyarat, baik melalui ekspresi
emosi maupun verbal. Hemisfer kiri menyandang tanggungjawab yang lebih
dominan pada fungsi tutur bahasa, tetapi tanpa keterlibatan hemisfer kanan, tuturan
cenderung monoton, tidak prosodik, tidak mengandung ritme yang baik, tidak
mengandung nilai emosi, dan miskin akan isyarat bahasa.
Hemisfer kiri dan kanan yang dikenal dengan otak kiri dan kanan yang
mempunyai peran dan fungsi masing-masing tidak bekerja berlawanan arah, tetapi
keduanya bekerja secara sinergis. Belahan otak kiri berfungsi dominan pada kegiatan
akademik, intelektual dan bahasa. Sementara belahan otak kanan berfungsi pada
kegiatan artistik, kreatif, dan emosi. Sehingga, apabila seseorang hanya
menggunakan otak sebelah kiri dalam sebuah pembicaraan, maka pembicaraan akan
terkesan monoton, tanpa emosi, tanpa irama bicara, dan tanpa gestur bahasa.
Secara lengkap fungsi-funsgi yang dimiliki wilayah hemisfer dapat dilihat
dari gambar dibawah ini.
Hemisfer kiri
mengontrol
semua anggota tubuh
kanan, termasuk wajah
kanan. Sedangkan
Hemisfer kanan
mengontrol tubuh bagian kiri (Dardjowijojo, 2012: 204). Dengan demikian, antara
anggota tubuh kiri dan kanan, keduanya saling mengontrol sesuai dengan cara mereka
5
mengontrol emosi dan perilaku seseorang, sedangkan korpus kalosum bertanggung
jawab untuk menggabungkan keseimbangan dan aktivitas kedua bagian tersebut dan
hubungan antara sisi kanan.
Waktu manusia dilahirkan belum terdapat pembagian tugas antara hemisfer.
Namun, menjelang umur lebih kurang 12 tahun terjadilah pembagian fungsi yang
dinamakan lateralisasi (Dardjowijojo, 2012:205). Menurut Chaer (2009:124)
lateralisasi adalah belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab buat
mengatur penyimpanan pemahaman & produksi bahasa alamiah. Jadi, berdasarkan
itu, saat anak berusia pada bawah 12 tahun dia cenderung memakai hemisfer kiri saja
untuk menggunakan bahasa namun sesudah dia berusia 12 tahun hemisfer kiri &
kanannya berfungsi & bertanggung jawab pada bahasanya.
Kaitannya dengan bahasa, hemisfer kiri merupakan bagian otak yang memberi
paling banyak peran. Pada dasarnya hemisfer kiri dan hemisfer kanan merupakan
pantulan cermin yang keduanya saling berkaitan tidak dapat dipisahkan. Menurut
Dardjowidjojo (2012:206) hemisfer kiri terdiri dari empat daerah besar yang
dinamakan:
Lobe frontal (frontal lobe) yang bertugas mengurusi ikhwal yang berkaitan
dengan kognisi.
Lobe temporal (temporal lobe) yang bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan
dengan pendengaran.
Lobe osipital (occipital lobe) yang berfungsi menangani ikhwal penglihatan.
Lobe parietal (parietal lobe) yang berfungsi mengurusi rasa somaestetik yakni,
rasa yang ada pada tangan, kaki, muka, dsb.
6
menurun dengan drastis, sedangkan bila yang diambil hemisfer kanan, orang tersebut
masih bisa berbahasa, meskipun tidak sempurna.
Otak kanan berfungsi dalam perkembangan EQ (Emotional Quotient), seperti
hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik, dan warna.
Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan
otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang
terganggu adalah kemampuan visual dan emosi.
Otak kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal
perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, dan logika. Daya ingat otak kiri
bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri
maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan
dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling
mendominasi dalam aktivitas tetapi keduanya terlibat dalam hampir semua proses
pemikiran. Jadi, menurut pemakalah hemisfer kanan dan hemisfer kiri sama-sama
memiliki peran yang penting untuk melengkapi satu sama lain.
Banyak pakar psikologi yang meragukan teori lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa
dan ucapan berada pada hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak
bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa.
Pendapat ini dalam psikologi disebut holisme. Namun demikian, dari bukti-bukti
eksperimental yang dilakukan terhadap otak yang normal, kebenaran teori lateralisasi
itu bisa dipertimbangkan. Berikut dikemukakan beberapa eksperimen yang pernah
dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu.
7
Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata yang berbeda (misalnya
boy dan girl) pada waktu yang betul-betul bersamaan di telinga kiri dan kanan orang
yang dites dengan kenyaringan yang sama.
Ternyata kata boy yang diperdengarkan pada telinga sebelah kanan dapat diulangi
dengan baik dari pada kata girl yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri. Hasil tes
ini membuktikan bahwa telinga kanan (yang diladasi oleh hemisfer kiri) lebih peka
terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingkan dengan telinga kiri (yang dilandasi oleh
hemisfer kanan).
8
Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan kedalam system peredaran salah satu
belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini menjadi lumpuh untuk
sementara. Jika hemisfer kanan yang dilumpuhkan dengan sodium amysal ini, maka
anggota-anggota badan sebelah kiri tidak berfungsi sama sekali. Namun, fungsi
bahasa tidak terganggu sama sekali dan orang yang diteliti ini dapat bercakap-cakap
dengan normal seperti biasa. Apabila hemisfer kiri yang diberi sodium amysal maka
anggota badan sebelah kanan menjadi lumpuh, termasuk fungsibahasa.
9
Teori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa
pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke seperti
sudah disebut sebelumnya.
Ada beberapa cara lain untuk menunjukan teori lokalisasi ini antara lain sebagai
berikut:
10
c) Cara Melihat Otak Dengan PET (Positron Emission Tomography)
Cara lain untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara
melihat otak secara langsung dengan menggunakan alat yang disebut PET. Dengan
PET ini kita melihat bagian-bagian otak terutama bagian-bagian korteks, pada waktu
bagian-bagian itu sedang berfungsi.
Umpamanya kalau pasien diminta mendengarkan lagu atau musik, maka
korteks hemisfer kanan akan kelihatan bercahaya dan berwarna merah, tetapi apabila
dia mendengarkan bahasa (kalimat-kalimat) maka korteks hemifer kirilah yang
bercahaya dan berwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa suatu latihan yang
dilakukan dengan kesadarn dan kefahaman yang tinggi dapat menukar reaksi
fungsional otak dari hemisfer kanan ke hemisfer kiri.
Menurut Yule (1985) fungsi bagian tertentu pada satu daerah otak yang
mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya dibagian otak yang lain.
Oleh karena itu, sangat diperlukan kecermatan untuk menyatakan hubungan-
hubungan antara aspek-aspek perilaku linguistic dan letaknya dalam otak.
Krashen lebih jauh mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap
orang dapat bervariasi dalam dua hal berikut.
· Sebagian orang kurang mendapat lateralisasi daripada sebagian orang yang lain.
Maksudnya, untuk orang-orang tertentu kemampuan berbahasa dikendalikan oleh
hemisfer kiri orang-orang tertentu lain oleh hemesfer kanan.
· Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau
kanan, secara lebih siap untuk kondisi kognitif.
Teori mengenai daerah konvergensi bahasa itu antara lain mengatakan berikut ini.
1. Setiap orang memiliki pola otak yang unik yang mendasari kemampuan
berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan bahwa
11
ternyata wanita memiliki pola otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar
dibanding pria.
2. Bahasa pertama (bahasa ibu) seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel
saraf, sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak. Ini dibuktilkan dari
hasil penelitian terhadap orang terserang stroke. Stroke yang menyerang salah
satu bagian otak dapat membuat hilangnya kemampuan bahasa pertama,
sedangkan bahasa kedua (yang sedang dipelajari) masih melekat atau dapat
juga sebaliknya yang hilang bahasa kedua sedangkan bahasa pertama masih
tetap ada.
Kritik terhadap teori lateralisasi sebagai hasil penelitian lebih lanjut berujung
pada lahirnya hipotesis adanya hemisfer yang dominant yang mungkin pada hemisfer
kiri dan mungkin pula pada hemisfer kanan.
Majalah Femina edisi bulan Juni 1999 menurunkan artikel berjudul "Otak
Kita, Keunggulan Kita", dan yang dimaksud dengan kita di sini adalah wanita. Dalam
tulisan itu diakui memang ukuran otak pria lebih besar antara 10-15% dari pada otak
wanita. Padahal temuan mutakhir dibidang neurology menegaskan bahwa dalam
beberapa hal otak wanita lebih unggul. Dimanakah letak keunggulan otak wanita?
a) Otak Wanita Lebih Seimbang
Asumsi adanya perbedaan cara kerja otak pria dan wanita itu terutama
dikukuhkan oleh perbedaan kepadatan sel-sel saraf atau neuron pada suatu daerah di
otak. Hasil penelitian menunjukan bahwa lepas dari soal ukuran, daerah tertentu otak
wanita lebih kaya akan neuron dibandingkan otak pria. Perlu dicatat makin banyak
jumlah neuron di suatu daerah, makin kuat fungsi otak di sana.
Selain itu, kalau kanak-kanak perempuan lebih cepat pandai bicara, membaca,
dan jarang mengalami gangguan belajar dibandingkan kanak-kanak laki-laki, para
ahli memperkirakan adanya kaitan dengan kemampuan wanita menggunakan kedua
12
belah hemisfernya (kiri dan kanan) ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal
lain. Sedangkan pria hanya menggunakan salah satu hemisfernya (biasanya sebelah
kiri).
b) Otak Wanita Lebih Tajam
Menurut Dr. Thomas Crook dan sejumlah ahli, setelah melakukan pengujian
indra, bahwa penglihatan wanita lebih tajam daripada pria, meski diakui bahwa lebih
banyak wanita yang lebih dulu memerlukan bantuan kecamata daripada pria.
Penglihatan wanita mulai menurun sejak memasuki usia 35 sampai 44 tahun,
sedangkan pria mulai 45 sampai 54 tahun.
Begitu juga dengan pendengaran wanita lebih tajam daripada pria. Maka tak
mengherankan kalau pada malam hari tangisan bayi biasa membangunkan sang ibu,
sementara sang ayah tetap terlelap. Pendengaran wanita baru mulai berkurang
menjelang usia 50-an.
Dr.Thomas Crook juga menyimpulkan bahwa ingatan pria kurang tajam
dibanding dengan ingatan wanita. Baik wanita maupun pria sama-sama akan
mengalami penurunan daya ingat sesuai dengan pertumbuhan usia.
Ketajaman otak wanita bukan hanya pada indranya, tapi juga pada
perasaannya. Hal ini terbukti ketika diminta mengenang pengalaman emosionalnya
dengan bantuan MRI, tampak wanita lebih responsive daripada pria.
13
kecepatan metabolisme pria semakin boros energi dengan bertambahnya usia. Wanita
meskipun juga mengalami penyusutan jaringan secara menyeluruh ketika bertambah
tua tubuhnya punya kecenderungan untuk menghemat apa yang ada, termasuk
otaknya
14
Diane Alexander, seorang ahli saraf di Amerika Serikat, seperti diberitakan
The Strait Times (Media Indonesia, 6 Januari 2000) adalah yang pertama kali
memperkenalkan metode ini. Selama tahun 1980-an dia telah melakukan penelitian
pada sejumlah anak yang mengalami gegar otak di wilayah California, AS. Dia
menemukan anak-anak yang mengalami luka pada otak kirinya sehingga mengalami
kesulitan bicara. Maka dia mencoba melakukan uji coba untuk mngganti fungsi
verbal otak sebelah kanan. Hasilnya, anak-anak tersebut data berbicara kembali,
bahkan beberapa anak dapat membaca dengan kecepatan luar biasa dengan
menggunakan otak sebelah kanan.
Menurut Diane Alexander, lambannya kecepatan membaca dan minimnya
daya ingat seseorang terhadap yang dibacanya adalah karena tidak terfokusnya mata
pada apa yang dibacanya. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan
untuk mengubah kebiasaan itu adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke
samping kanan halaman, dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti
baris demi baris kalimat tersebut.
Dengan metode ini, menurut Ken Shear, siswa yang mengikuti kursus di
tempatnya data meningkatkan keceatan bacanyamenjadi 450 kata per menit dengan
penguasaan materi Antara 90-100%. Dalam hal ini tentu saja perlu disadari unuk
membuat otak berada dalam kondisi rileks, orang tidak boleh membaca secara terus-
menerus.
Berdasarkan penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, Ken Shear,
dan kawan-kawannya dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang
menyatakan tiap wilayah otak memiliki fungsi fungsi tertentu ternyata tidak 100 %
benar sebab ternyata hemisfer kanan pun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.
15
Pada subbab 1 disebutkan bahwa perbedaan otak manusia dan otak makhluk lain,
seperti kera dan simpanse, bukan hanya terletak pada besar dan beratnya otak itu,
melainkan juga pada fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya
bisa disebut manusiawi, sedangkan pada otak hewan tidak ada. Karena ketidakadaan
fungsi-fungsi yang disebut manusiawi inilah maka hewan-hewan tersebut tidak dapat
berbicara atau berbahsa.
Mengerti Bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-
hewan yang di latih, seperti dalam sirkus, memang mengerti Bahasa karena dia dapat
melakukan perbuatan yang di perintahkan kepadanya. Namun, kemengertiannya itu
sebenarnya bukanlah karena dia mengerti Bahasa, melainkan sebagai hasil dari
respons-respons yang di kondisikan (conditioned responses). Kemudian, kalau
burung beo dan burung nuri dapat “ngomong” bukanlah karena burung-burung itu
dapat berbahasa, melainkan karna alat artikulasinya memungkinkan dia dapat
menirukan ujaran manusia yang di dengar atau di latihkan. Teori generative
transformasi Chomsky mengatakan bahwa kemampuan berbahasa adalah kemampuan
untuk menghasilkan kalimat-kalimat baru yang belum pernah didengar atau di
ucapkan orang, maka bisa disimpulkan bahwa hewan-hewan itu tidak dapat
berbahasa. Burung beo dan nuri itu hanya bisa mengucapkan kalimat yang pernah
didengarnya, tetapi tidak data membuat kalimat-kalimat baru.
Meskipun demikian banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan Bahasa
manusia pada hewan primata (hewan yag secara organis dekat denagn manusia),
yakni simpanse. Diantara salah satu pakar itu adalah sebagai berikut.
a. Keith J. Hayes dan Catherine Hayes
16
mengajarkan Viki untuk mengucapkan empat buah kata, yaitu mama, papa,
up dan cup. Agar Viki dapat menirukan kata-kata itu para pelatihnya harus
menggerakan bibir sedemikian rupa untuk memberikan contoh pengucapan
yang benar.
Hasil eksperimen itu ternyata kurang menggembirakan. Setelah enam
tahun berlangsung Viki memang dapat mengucapkan kata-kata itu. Akan
tetapi ternyata Viki hanya mau menirukan kata-kata itu setelah pelatih
mengucapkannya, dan hanya kalua dia diberi hadiah berupa makanan atau
minuman setelah itu. Jadi, hasil eksperimen dari pasangan suami istri Hayes
ini hanya menghasilkan Viki yang mau mengucapkan kata yang diminta kalua
diberi makanan dan minuman.
Tentang mengajarkan Bahasa manusia pada simpanse ini memang
telah menimbulkan pendapat yang kontroversial. Namun, kiranya perbedaan
kodrat otak mereka dengan otak manusia, seperti dikemukakan pada
permulaan bab ini, yang menyebabkan mereka tidak mungkin menguasai
Bahasa manusia.
BAB III
17
KESIMPULAN
Otak adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia
perbedaan otak manusia dan makhluk lain bukan hanya terletak pada beratnya saja,
melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Berikut hal-hal mengenai otak manusia
dan binatang.
Hemisfer kiri yang terutama mempunyai arti penting bagi bicara bahasa, juga
berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal. Sebaliknya, hemisfer kanan
penting untuk fungsi emosi, lagu, isyarat, baik yang emosional maupun verbal.
Ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernicke pada hemisfer kiri;
lalu isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah Broce untuk menghasilkan balasan
ujaran itu.
Berdasarkan teori hemisfer yang bertanggung jawab untuk mengatur
penyimpanan pemahanan dan produksi bahasa alamiah. Ekspermen yang pernah
dilakukan untuk mendukung teori tersebut, yaitu;
a. Tes mnyimak rangkap
b. Tes stimulus elektrik
c. Tes grafik kegiatan elektris
d. Tes wada
e. Teknik fisiologi langsung teknik belah-dua otak.
Teori ini lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpandapat bahwa pusat-
pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke. Ada beberapa
cara untuk menunjukkan teori ini, yaitu;
a. Teknik stimulus elektrik
b. Teknik perbedaaan anatomi otak
c. Cara melihat otak dengan PET (Positron Emission Tomography)
Menurut Yule (1985) fungsi bahasa bagian tertentu pada satu daerah otak
yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya di bagian otak yang
lain. Sedangkan menurut Whitaker (1977) menyatakan kandungan dalam otak yang
18
menyususn perilaku manusia melibatkan keterkaitan beberapa wilayah otak. Dan
Krashen (1977) menyatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer
kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu.
Otak wanita dalam beberapa lebih unggul di bandingkan pria. Letak
keunggulan otak waniita dibandingkan pria, yakni:
a. Otak wanita lebih seimbang
b. Otak wanita lebih tajam
c. Lebih awet dan selektif
Teori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu
dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu. Menurut Diane Alexander, lambanya
kecepatan membaca dan minimnya daya ingat seseorang terhadap yang dibacanya
adalah karena tidak trefokusnya mata pada apa yang dibacanya. Berdasarkan
penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, ken Shear dan kawan-kawannya
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang menyatakan tiap wilayah otak
memiliki fungsi-fungsi tertentu ternyata tidak seratus persen benar sebab ternayata
hemisfer kanan pun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.
Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya bisa disebut manusiawi,
sedangkan pada otak hewan tidak ada. Karena ketidakadaan fungsi-fungsi yang
disebut manusiawi inilah maka hewan-hewan tersebut tidak dapat berbicara atau
berbahasa.
19
REFERENSI
20