Anda di halaman 1dari 22

ASPEK NEUROLOGI BAHASA

KELOMPOK 5

Nur’aini 20207470059

Deasy Yuli Puspita G 20207470043

Wafa Nabilah 20207470029

Elsa Rifa W 20207470160

Kelas : 2a SABTU Psikologi


Linguistik Dosen : Dr. Merry Lapasau

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI

2.1. Struktur, Fungsi, dan Perkembangan Otak........................................2

2.2. Fungsi Kebahasaan Otak................................................................... 4

2.3. Teori Lateralisasi...............................................................................7

2.4. Teori Lokalisasi...............................................................................10

2.5. Hemsifer Yang Dominan.................................................................11

2.6. Otak Wanita ....................................................................................12

2.7. Peningkatan Kemampuan Otak; Membaca dengan Ke-dua belah otak 14

2.8. Pemberbahasaan Hewan .................................................................16

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan............................................................................................18

REFERENSI.........................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat untuk berinteraksi yaitu


bahasa. Hal ini didukung dengan pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, bahasa  adalah system lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat
untuk berinteraksi; percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun.
Penguasaan bahasa manusia berbeda dengan hewan, hal ini dilandasi oleh dua aspek
yaitu aspek biologis dan aspek neurologis. Dalam aspek  biologis diketahui bahwa
pertumbuhan bahasa manusia mengikuti jadwal perkembangan genetiknya sehingga
munculnya suatu unsur bahasa tidak dapat dipaksakan. Sedangkan aspek neurologis,
yaitu  kaitan  antara  otak  dengan  bahasa. Menurut Chaer  mengemukakan  bahwa
dalam  sistem  saraf  manusia, otak merupakan pusat saraf, pengendali pikiran, dan
mekanisme organ tubuh manusia,  termasuk mekanisme yang mengatur pemrosesan
bahasa. Oleh karena itu, perkembangan bahasa manusia berkaitan erat dengan
perkembangan otak. Untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan bahasa yang
dipengeruhi oleh aspek neurologis, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
struktur dan organisasi otak manusia yang membuat manusia berbeda dengan hewan
karena bisa berbahasa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak

Dalam system saraf manusia mempunyai beberapa komponen, salah satu


komponen yang penting dalam system tersebut adalah otak. Selain otak, sumsum
tulan belakang atau medulla spinalis dan saraf tepi adalah komponen lainnya dalam
system susunan saraf manusia. Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak
dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan
bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Organ otak manusia adalah organ yang sama seperti halnya dengan organ lain.
Otak pasti mengalami tumbuh dan kembang dari yang sangat sederhana sampai
kompleks. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh seiring bertambahnya usia pada
manusia. Rata-rata berat otak bayi ketika dilahirkan hanyalah 25% dari berat otak
manusia dewasa (Jensen, 2008). Otak manusia akan terus tumbuh dan berkembang
seiring dengan bertumbuhnya usia. Pada usia dua tahun otak anak berkembang rata-
rata hingga 75 % dari berat otak orang dewasa (Santrock, 2010). Hal ini memberikan
dampak yang luar biasa terhadap perkembangan otak manusia. Hal penting lainnya
yang terkait dengan otak adalah tumbuh dan berkembangnya neuron dan sel saraf
yang ada pada otak. Sel-sel saraf tersebut saling terhubung satu sama lain, sehingga
membentuk seperti serabut-serabut lembut yang menutup area otak. Serabut-serabut
otak ini akan semakin penuh seiring dengan bertambahnya usia manusia.
Organ otak dibagi menjadi 2 bagian (hemisfer), yaitu hemisfer kiri dan
hemisfer kanan. Keduanya dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi
dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus
parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.

2
Permukaan otak yang disebut sebagai korteks serebri tampak berkelok-kelok
membentuk lekukan (sulkus) dan benjolan (girus). Dengan adanaya sulkus dan girus
ini permukaan otak menjadi lebih luas.
Korteks serebri ini mempunyai peranan yang penting kepada fungsi
elemeneter, seperti Gerakan (move), Perasaan (Feel) dan pancaindra (Sense). Selain
itu, ada fungsi yang lebih kompleks seperti mental dan fungsi kortikal. Fungsi
kortikal ini antara lain terdiri dari isi pikiran manusia, ingatan, emosi, persepsi, dan
juga fungsi Bahasa.
Girus terdapat pada korteks hemisfer kiri dan kanan, girus ini mempunyai
peranan bagi masing-masing fungsi terterntu. Korteks hemisfer kanan menguasai
fungsi elementer dari sisi tubuh sebelah kiri, dan sebaliknya korteks hemisfer kiri
menguasai fungsi elementer tubuh sebelaj kanan. Jadi, apabila terjadi kerusakan pada
korteks bagian kanan makan akan terjadi kangguan pada tubuh bagian kiri, begitupun
sebaliknya. Hal ini berlaku pada fungsi elementer pada anggita badan yang
mempunyai pasangan kanan-kirinya.
Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer
kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap Hemisfer terbagi lagi dalam

3
bagian-bagian besar yang disebut lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parientalis, lobus
oksipitalis, dan lobus temporalis. Sedangkan permukaan otak yang disebut sebagai
korteks serebri tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (sulkus) dan benjolan
(girus). Dengan adanya sulkus dan girus ini permukaan otak yang disebut korteks
serebri itu menjadi luas. Korteks serebri ini mempunyai peranan penting baik fungsi
elementer, seperti pergerakan, perasaan, dan pancaindera, maupun pada fungsi yang
lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental, atau fungsi luhur atau fungsi kortikal.
Fungsi kortikal ini antara lain terdiri dari isi pikiran manusia, ingatan atau memori,
emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga fungsi bicara (bahasa) (Chaer,
2009).
Wilayah-wilayah hemisfer kiri dan kanan yaitu :

2.2 Fungsi Kebahasaan Otak

Sudah dijelasakan sebelumnya bahwa kedua hemisfer mempunyai peranan


yang berbeda bagi fungsi kortikal. Kedua hemisfer otak mempunyai peranan yang
berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi tutur bahasa berpusat pada dan dikendalikan
oleh hemisfer kiri pada orang yang kinan (right-handed) lawan kidal.

4
Dilihat dari segi bobot, hemisfer kiri lebih berat dibandingkan dengan
hemisfer kanan, dan mengandung memori verbal yang dominan, sedangkan hemisfer
kanan berperan dalam mengatur emosi dan Bahasa isyarat, baik melalui ekspresi
emosi maupun verbal. Hemisfer kiri menyandang tanggungjawab yang lebih
dominan pada fungsi tutur bahasa, tetapi tanpa keterlibatan hemisfer kanan, tuturan
cenderung monoton, tidak prosodik, tidak mengandung ritme yang baik, tidak
mengandung nilai emosi, dan miskin akan isyarat bahasa.
Hemisfer kiri dan kanan yang dikenal dengan otak kiri dan kanan yang
mempunyai peran dan fungsi masing-masing tidak bekerja berlawanan arah, tetapi
keduanya bekerja secara sinergis. Belahan otak kiri berfungsi dominan pada kegiatan
akademik, intelektual dan bahasa. Sementara belahan otak kanan berfungsi pada
kegiatan artistik, kreatif, dan emosi. Sehingga, apabila seseorang hanya
menggunakan otak sebelah kiri dalam sebuah pembicaraan, maka pembicaraan akan
terkesan monoton, tanpa emosi, tanpa irama bicara, dan tanpa gestur bahasa.
Secara lengkap fungsi-funsgi yang dimiliki wilayah hemisfer dapat dilihat
dari gambar dibawah ini.

Hemisfer kiri
mengontrol
semua anggota tubuh
kanan, termasuk wajah
kanan. Sedangkan
Hemisfer kanan
mengontrol tubuh bagian kiri (Dardjowijojo, 2012: 204). Dengan demikian, antara
anggota tubuh kiri dan kanan, keduanya saling mengontrol sesuai dengan cara mereka

5
mengontrol emosi dan perilaku seseorang, sedangkan korpus kalosum bertanggung
jawab untuk menggabungkan keseimbangan dan aktivitas kedua bagian tersebut dan
hubungan antara sisi kanan.
Waktu manusia dilahirkan belum terdapat pembagian tugas antara hemisfer.
Namun, menjelang umur lebih kurang 12 tahun terjadilah pembagian fungsi yang
dinamakan lateralisasi (Dardjowijojo, 2012:205). Menurut Chaer (2009:124)
lateralisasi adalah belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab buat
mengatur penyimpanan pemahaman & produksi bahasa alamiah. Jadi, berdasarkan
itu, saat anak berusia pada bawah 12 tahun dia cenderung memakai hemisfer kiri saja
untuk menggunakan bahasa namun sesudah dia berusia 12 tahun hemisfer kiri &
kanannya berfungsi & bertanggung jawab pada bahasanya.
Kaitannya dengan bahasa, hemisfer kiri merupakan bagian otak yang memberi
paling banyak peran. Pada dasarnya hemisfer kiri dan hemisfer kanan merupakan
pantulan cermin yang keduanya saling berkaitan tidak dapat dipisahkan. Menurut
Dardjowidjojo (2012:206) hemisfer kiri terdiri dari empat daerah besar yang
dinamakan:
 Lobe frontal (frontal lobe) yang bertugas mengurusi ikhwal yang berkaitan
dengan kognisi.
 Lobe temporal (temporal lobe) yang bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan
dengan pendengaran.
 Lobe osipital (occipital lobe) yang berfungsi menangani ikhwal penglihatan.
 Lobe parietal (parietal lobe) yang berfungsi mengurusi rasa somaestetik yakni,
rasa yang ada pada tangan, kaki, muka, dsb.

Penelitian Wada (Dardjowidjojo, 2012:212) yang memasukkan cairan ke


kedua hemisfer menunjukkan bahwa bila hemisfer kiri yang ditidurkan maka
terjadilah gangguan wicara. Menurut pemakalah maksudnya di sini adalah jika cairan
diteteskan ke hemisfer kiri, maka hemisfer kiri akan terjadi gangguan dalam hal
berbicara. Bila hemisfer kiri yang diambil maka kemampuan berbahasa orang itu

6
menurun dengan drastis, sedangkan bila yang diambil hemisfer kanan, orang tersebut
masih bisa berbahasa, meskipun tidak sempurna.
Otak kanan berfungsi dalam perkembangan EQ (Emotional Quotient), seperti
hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik, dan warna.
Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan
otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang
terganggu adalah kemampuan visual dan emosi.
Otak kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal
perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, dan logika. Daya ingat otak kiri
bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri
maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan
dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling
mendominasi dalam aktivitas tetapi keduanya terlibat dalam hampir semua proses
pemikiran. Jadi, menurut pemakalah hemisfer kanan dan hemisfer kiri sama-sama
memiliki peran yang penting untuk melengkapi satu sama lain.

2.3 Teori Lateralisasi

Banyak pakar psikologi yang meragukan teori lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa
dan ucapan berada pada hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak
bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa.
Pendapat ini dalam psikologi disebut holisme. Namun demikian, dari bukti-bukti
eksperimental yang dilakukan terhadap otak yang normal, kebenaran teori lateralisasi
itu bisa dipertimbangkan. Berikut dikemukakan beberapa eksperimen yang pernah
dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu.

a) Tes Menyimak Rangkap (Dichotic Listening)

7
Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata yang berbeda (misalnya
boy dan girl) pada waktu yang betul-betul bersamaan di telinga kiri dan kanan orang
yang dites dengan kenyaringan yang sama.
Ternyata kata boy yang diperdengarkan pada telinga sebelah kanan dapat diulangi
dengan baik dari pada kata girl yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri. Hasil tes
ini membuktikan bahwa telinga kanan (yang diladasi oleh hemisfer kiri) lebih peka
terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingkan dengan telinga kiri (yang dilandasi oleh
hemisfer kanan).

b) Tes Stimulus Elektris (Electrical Stimulation of Brain)


Dengan tes ini pusat bahasa pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui
thalamus lateral kiri sehingga menimbulkan anomia, di mana subjek yang diteliti
tidak dapat menyebutkan nama benda yang ada di depannya, meskipun dia lancar
bercakap-cakap. Stimulus elektris yang sama yang dilakukan terhadap hamisfer
kanan melalui thalamus lateral kanan tidak menyebabkan anomia. Tes stimulus
elektris ini membuktikan bahwa lateralisasi hemisfer kiri untuk bahasa telah
merupakan satu kenyataan yang tidak dapat dibantah.

c) Tes Grafik Kegiatan Elektris (Electris Encephalo Graphy)


Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah aliran listrik pada otak apabila seseorang
sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran
lisrtik ini. Sebaliknya juga dengan tes ini juga, grafik kegiatan elektris telah direkam
pada hemisfer kanan bila subjek-subjek yang diteliti sedang giat melakukan kegiatan
yang bukan ujaran bahasa. Tes grafik kegiatan elektris ini telah membuktikan bahwa
lateralisasi untuk bahasa adalah pada hamisfer kiri, sedangkan hemisfer kanan untuk
fungsi-fungsi lain yang bukan bahasa.

d) Tes Wada (Tes Amysal)

8
Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan kedalam system peredaran salah satu
belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini menjadi lumpuh untuk
sementara. Jika hemisfer kanan yang dilumpuhkan dengan sodium amysal ini, maka
anggota-anggota badan sebelah kiri tidak berfungsi sama sekali. Namun, fungsi
bahasa tidak terganggu sama sekali dan orang yang diteliti ini dapat bercakap-cakap
dengan normal seperti biasa. Apabila hemisfer kiri yang diberi sodium amysal maka
anggota badan sebelah kanan menjadi lumpuh, termasuk fungsibahasa.

e) Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physiological Technique)


Teknik fisiologi langsung ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada
otak dengan cara electro encephalo grapky, setelah ke telinga kiri dan telinga kanan
secara berturut-turut diperdengarkan bunyi bisikan dan bunyi ujaran bahasa. Ternyata
suara bising terekam dengan baik pada hemisfer kanan, sedangkann bunyi ujaran
bahasa terekam dengan baik pada hemisfer kiri.

f) Teknik Belah Dua Otak (Bisected Brain Technique)


Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong korpus
kalosum, sehingga kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan. Kemudian pada
tangan kiri pasien yang matanya ditutup dengan kain, diletakan sebuah benda
misalnya anak kunci. Ternyata subjek mengenal benda itu dengan melakukan gerak
membuka pintu dengan menggunakan anak kunci itu, tetapi tidak dapat menyebutkan
nama benda itu. Mengapa, karena penyebutan nama benda dilandasi oleh hemisfer
kiri, sedangkan tangan kiri yang memegang benda itu dilandasi dengan hemisfer
kanan. Dengan kata lain hemisfer kiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh
hemisfer kanan karena hubungan keduanya telah diputuskan.

2.4 Teori Lokalisasi

9
Teori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa
pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke seperti
sudah disebut sebelumnya.
Ada beberapa cara lain untuk menunjukan teori lokalisasi ini antara lain sebagai
berikut:

a) Teknik Stimulus Elektrik


Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permukaan
korteks dengan aliran listrik, seperti yang telah dilakukan dua ahli bedah saraf,
Penfield dan Robert (1959) pada waktu proses pengobatan bedah saraf pasien-pasien
otak.
Mereka menemukan hanya pada tiga bagian saja yang terdapat kelainan-kelainan
yang merusak bahasa. Ketiga tempat itu adalah berikut ini.
 Bagian depan girus tengah sebelah bawah lobus depan kiri, yaitu bagian yang
sekarang dikenal dengan daerah (medan) Broca.
 Bagian atau medan temporo pariental posterior, yaitu yang sekarang dikenal
sebagai daerah (medan) Wernicke.
 Medan motor suplementer yang terdapat pada permukaan tengah belahan
korteks sebelah kiri, yaitu yang sekarang dikenal sebagai korteks motor.

b) Teknik Perbedaan Anatomi Otak


Dalam berbagai literature mengenai teori lokalisasi muncul satu pertanyaan : jika
pusat-pusat bahasa hanya berada pada hemisfer kiri, tentulah kedua hemisfer itu, kiri
dan kanan tidak simetris, hemisfer kiri tentu lebih besar dari pada hemisfer kanan.
Untuk menjawab pertanyaan ini Geschwind dan Levistsky (1968) telah menganalisis
secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya
menemukan bahwa planun temporale yaitu daerah dibelakang girus Heschl jauh lebih
besar pada hemisfer kiri. Bahkan perbedaan ini dapat langsung dilihat dengan mata.

10
c) Cara Melihat Otak Dengan PET (Positron Emission Tomography)
Cara lain untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara
melihat otak secara langsung dengan menggunakan alat yang disebut PET. Dengan
PET ini kita melihat bagian-bagian otak terutama bagian-bagian korteks, pada waktu
bagian-bagian itu sedang berfungsi.
Umpamanya kalau pasien diminta mendengarkan lagu atau musik, maka
korteks hemisfer kanan akan kelihatan bercahaya dan berwarna merah, tetapi apabila
dia mendengarkan bahasa (kalimat-kalimat) maka korteks hemifer kirilah yang
bercahaya dan berwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa suatu latihan yang
dilakukan dengan kesadarn dan kefahaman yang tinggi dapat menukar reaksi
fungsional otak dari hemisfer kanan ke hemisfer kiri.

2.5 Hamisfer yang Dominan

Menurut Yule (1985) fungsi bagian tertentu pada satu daerah otak yang
mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya dibagian otak yang lain.
Oleh karena itu, sangat diperlukan kecermatan untuk menyatakan hubungan-
hubungan antara aspek-aspek perilaku linguistic dan letaknya dalam otak.
Krashen lebih jauh mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap
orang dapat bervariasi dalam dua hal berikut.
· Sebagian orang kurang mendapat lateralisasi daripada sebagian orang yang lain.
Maksudnya, untuk orang-orang tertentu kemampuan berbahasa dikendalikan oleh
hemisfer kiri orang-orang tertentu lain oleh hemesfer kanan.
· Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau
kanan, secara lebih siap untuk kondisi kognitif.
Teori mengenai daerah konvergensi bahasa itu antara lain mengatakan berikut ini.
1. Setiap orang memiliki pola otak yang unik yang mendasari kemampuan
berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan bahwa

11
ternyata wanita memiliki pola otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar
dibanding pria.
2. Bahasa pertama (bahasa ibu) seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel
saraf, sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak. Ini dibuktilkan dari
hasil penelitian terhadap orang terserang stroke. Stroke yang menyerang salah
satu bagian otak dapat membuat hilangnya kemampuan bahasa pertama,
sedangkan bahasa kedua (yang sedang dipelajari) masih melekat atau dapat
juga sebaliknya yang hilang bahasa kedua sedangkan bahasa pertama masih
tetap ada.

Kritik terhadap teori lateralisasi sebagai hasil penelitian lebih lanjut berujung
pada lahirnya hipotesis adanya hemisfer yang dominant yang mungkin pada hemisfer
kiri dan mungkin pula pada hemisfer kanan.

2.6 Otak Wanita

Majalah Femina edisi bulan Juni 1999 menurunkan artikel berjudul "Otak
Kita, Keunggulan Kita", dan yang dimaksud dengan kita di sini adalah wanita. Dalam
tulisan itu diakui memang ukuran otak pria lebih besar antara 10-15% dari pada otak
wanita. Padahal temuan mutakhir dibidang neurology menegaskan bahwa dalam
beberapa hal otak wanita lebih unggul. Dimanakah letak keunggulan otak wanita?
a) Otak Wanita Lebih Seimbang
Asumsi adanya perbedaan cara kerja otak pria dan wanita itu terutama
dikukuhkan oleh perbedaan kepadatan sel-sel saraf atau neuron pada suatu daerah di
otak. Hasil penelitian menunjukan bahwa lepas dari soal ukuran, daerah tertentu otak
wanita lebih kaya akan neuron dibandingkan otak pria. Perlu dicatat makin banyak
jumlah neuron di suatu daerah, makin kuat fungsi otak di sana.
Selain itu, kalau kanak-kanak perempuan lebih cepat pandai bicara, membaca,
dan jarang mengalami gangguan belajar dibandingkan kanak-kanak laki-laki, para
ahli memperkirakan adanya kaitan dengan kemampuan wanita menggunakan kedua

12
belah hemisfernya (kiri dan kanan) ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal
lain. Sedangkan pria hanya menggunakan salah satu hemisfernya (biasanya sebelah
kiri).
b) Otak Wanita Lebih Tajam
Menurut Dr. Thomas Crook dan sejumlah ahli, setelah melakukan pengujian
indra, bahwa penglihatan wanita lebih tajam daripada pria, meski diakui bahwa lebih
banyak wanita yang lebih dulu memerlukan bantuan kecamata daripada pria.
Penglihatan wanita mulai menurun sejak memasuki usia 35 sampai 44 tahun,
sedangkan pria mulai 45 sampai 54 tahun.
Begitu juga dengan pendengaran wanita lebih tajam daripada pria. Maka tak
mengherankan kalau pada malam hari tangisan bayi biasa membangunkan sang ibu,
sementara sang ayah tetap terlelap. Pendengaran wanita baru mulai berkurang
menjelang usia 50-an.
Dr.Thomas Crook juga menyimpulkan bahwa ingatan pria kurang tajam
dibanding dengan ingatan wanita. Baik wanita maupun pria sama-sama akan
mengalami penurunan daya ingat sesuai dengan pertumbuhan usia.
Ketajaman otak wanita bukan hanya pada indranya, tapi juga pada
perasaannya. Hal ini terbukti ketika diminta mengenang pengalaman emosionalnya
dengan bantuan MRI, tampak wanita lebih responsive daripada pria.

c) Lebih Awet dan Selektif


Dalam jurnal kedokteran Arhieves of Neurology terbitan tahun 1998 (femina,
Juni 1999) diungkapkan temuan bahwa otak pria mengerut lebih cepat daripada otak
wanita. Ketika sama-sama muda memang otak pria lebih besar daripada otak wanita,
tetapi ketika keduanya mencapai usia 40 tahun, otak pria menyusut (terutama
dibagian depan) sehingga besarnya sama dengan otak wanita.
Penyusutan otak pria itu, menurut temuan Ruben, berkaitan dengan efisiensi
pemakaian energi. Otak wanita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan
metabolisme otak (pemakaina energi oleh otak) dengan umumnya, sedangkan

13
kecepatan metabolisme pria semakin boros energi dengan bertambahnya usia. Wanita
meskipun juga mengalami penyusutan jaringan secara menyeluruh ketika bertambah
tua tubuhnya punya kecenderungan untuk menghemat apa yang ada, termasuk
otaknya

2.7 Peningkatan Kemampuan Otak : Membaca dengan Kedua Belah Otak

Teori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu


dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu, seperti ideasi Bahasa berada pada
hemisfer kiri dan kemampuan berbicara ada pada daerah Broca sedangkan
kemampuan memahami berada pada daerah Wernicke. Dalam subbab sebelumnya
yaitu subbab 5, telah dikemukakan bahwa kaum wanita dapat menggunakan kedua
hemisfernya dalam berbagai kegiatan verbal. Dalam psikologi banyak orang
beranggapan bahwa kecerdasan adalah kemampuan bawaan (Padji, 1995); artinya,
kecerdasan itu telah terpatri dalam otak sejak kanak-kanak itu lahir. Namun, hasil dari
sejumlah penelitian menunjukan bahwa otak anak bias dilatih agar kemampuannya
bisa dikembangkan secara maksimal.
Harian Media Indonesia 6 Januari 2000, menurunkan satu artikel berjudul
“Membaca dengan Kedua Belah Otak”. Dalam artikel itu dikatakan dalam era
globalisasi dewasi agar tidak ketinggalan informasi yang sudah mengglobal orang
harus membaca. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menujukkan
bahwa tingkat kecepatan membaca ini bisa dilatih.
Orang dewasa rata-rata dapat membaca 250 kata per menit. Namun, setelah 36
jam daya ingat yang tersisa dari yang dibaca itu tinggal 10%. Ken Shear, pengelola
kursus membaca Mind Works di Inggris, mengatakan bahwa sedikitnya pengusaan
tersebut karna kebanyakan orang hanya menggunakan hemisfer kirinya tanpa
menggunakan hemisfer kanannya. Sedangkan, jika kedua hemisfer ini bisa
difungsikan secara bersamaan, kiranya membaca sealigus memahami teks dapat
dilakukan dengan kecepatan luar biasa.

14
Diane Alexander, seorang ahli saraf di Amerika Serikat, seperti diberitakan
The Strait Times (Media Indonesia, 6 Januari 2000) adalah yang pertama kali
memperkenalkan metode ini. Selama tahun 1980-an dia telah melakukan penelitian
pada sejumlah anak yang mengalami gegar otak di wilayah California, AS. Dia
menemukan anak-anak yang mengalami luka pada otak kirinya sehingga mengalami
kesulitan bicara. Maka dia mencoba melakukan uji coba untuk mngganti fungsi
verbal otak sebelah kanan. Hasilnya, anak-anak tersebut data berbicara kembali,
bahkan beberapa anak dapat membaca dengan kecepatan luar biasa dengan
menggunakan otak sebelah kanan.
Menurut Diane Alexander, lambannya kecepatan membaca dan minimnya
daya ingat seseorang terhadap yang dibacanya adalah karena tidak terfokusnya mata
pada apa yang dibacanya. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan
untuk mengubah kebiasaan itu adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke
samping kanan halaman, dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti
baris demi baris kalimat tersebut.
Dengan metode ini, menurut Ken Shear, siswa yang mengikuti kursus di
tempatnya data meningkatkan keceatan bacanyamenjadi 450 kata per menit dengan
penguasaan materi Antara 90-100%. Dalam hal ini tentu saja perlu disadari unuk
membuat otak berada dalam kondisi rileks, orang tidak boleh membaca secara terus-
menerus.
Berdasarkan penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, Ken Shear,
dan kawan-kawannya dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang
menyatakan tiap wilayah otak memiliki fungsi fungsi tertentu ternyata tidak 100 %
benar sebab ternyata hemisfer kanan pun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.

2.8 Pemberbahasaan Hewan

15
Pada subbab 1 disebutkan bahwa perbedaan otak manusia dan otak makhluk lain,
seperti kera dan simpanse, bukan hanya terletak pada besar dan beratnya otak itu,
melainkan juga pada fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya
bisa disebut manusiawi, sedangkan pada otak hewan tidak ada. Karena ketidakadaan
fungsi-fungsi yang disebut manusiawi inilah maka hewan-hewan tersebut tidak dapat
berbicara atau berbahsa.
Mengerti Bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-
hewan yang di latih, seperti dalam sirkus, memang mengerti Bahasa karena dia dapat
melakukan perbuatan yang di perintahkan kepadanya. Namun, kemengertiannya itu
sebenarnya bukanlah karena dia mengerti Bahasa, melainkan sebagai hasil dari
respons-respons yang di kondisikan (conditioned responses). Kemudian, kalau
burung beo dan burung nuri dapat “ngomong” bukanlah karena burung-burung itu
dapat berbahasa, melainkan karna alat artikulasinya memungkinkan dia dapat
menirukan ujaran manusia yang di dengar atau di latihkan. Teori generative
transformasi Chomsky mengatakan bahwa kemampuan berbahasa adalah kemampuan
untuk menghasilkan kalimat-kalimat baru yang belum pernah didengar atau di
ucapkan orang, maka bisa disimpulkan bahwa hewan-hewan itu tidak dapat
berbahasa. Burung beo dan nuri itu hanya bisa mengucapkan kalimat yang pernah
didengarnya, tetapi tidak data membuat kalimat-kalimat baru.
Meskipun demikian banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan Bahasa
manusia pada hewan primata (hewan yag secara organis dekat denagn manusia),
yakni simpanse. Diantara salah satu pakar itu adalah sebagai berikut.
a. Keith J. Hayes dan Catherine Hayes

Keith dan Catherine adalah sepasang suami istri yang memelihara


seekor simpanse betina yang diberi nama Viki (Fromkin dan Rodman, 1974,
Clark et al, 1981). Keith dan Catherine membesarkan Viki di dalam rumah
seperti orang membesarkan anak (bayi) serta memberikan stimulasi
sebagaimana yang diberikan kepada manusia. Kedua psikolog ini

16
mengajarkan Viki untuk mengucapkan empat buah kata, yaitu mama, papa,
up dan cup. Agar Viki dapat menirukan kata-kata itu para pelatihnya harus
menggerakan bibir sedemikian rupa untuk memberikan contoh pengucapan
yang benar.
Hasil eksperimen itu ternyata kurang menggembirakan. Setelah enam
tahun berlangsung Viki memang dapat mengucapkan kata-kata itu. Akan
tetapi ternyata Viki hanya mau menirukan kata-kata itu setelah pelatih
mengucapkannya, dan hanya kalua dia diberi hadiah berupa makanan atau
minuman setelah itu. Jadi, hasil eksperimen dari pasangan suami istri Hayes
ini hanya menghasilkan Viki yang mau mengucapkan kata yang diminta kalua
diberi makanan dan minuman.
Tentang mengajarkan Bahasa manusia pada simpanse ini memang
telah menimbulkan pendapat yang kontroversial. Namun, kiranya perbedaan
kodrat otak mereka dengan otak manusia, seperti dikemukakan pada
permulaan bab ini, yang menyebabkan mereka tidak mungkin menguasai
Bahasa manusia.

BAB III

17
KESIMPULAN

Otak adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia
perbedaan otak manusia dan makhluk lain bukan hanya terletak pada beratnya saja,
melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Berikut hal-hal mengenai otak manusia
dan binatang.
Hemisfer kiri yang terutama mempunyai arti penting bagi bicara bahasa, juga
berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal. Sebaliknya, hemisfer kanan
penting untuk fungsi emosi, lagu, isyarat, baik yang emosional maupun verbal.
Ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernicke pada hemisfer kiri;
lalu isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah Broce untuk menghasilkan balasan
ujaran itu. 
Berdasarkan teori hemisfer yang bertanggung jawab untuk mengatur
penyimpanan pemahanan dan produksi bahasa alamiah. Ekspermen yang pernah
dilakukan untuk mendukung teori tersebut, yaitu;
a. Tes mnyimak rangkap
b. Tes stimulus elektrik
c. Tes grafik kegiatan elektris
d. Tes wada
e. Teknik fisiologi langsung teknik belah-dua otak.
Teori ini lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpandapat bahwa pusat-
pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke. Ada beberapa
cara untuk menunjukkan teori ini, yaitu;
a. Teknik stimulus elektrik
b. Teknik perbedaaan anatomi otak
c. Cara melihat otak dengan PET (Positron Emission Tomography)
Menurut Yule (1985) fungsi bahasa bagian tertentu pada satu daerah otak
yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya di bagian otak yang
lain. Sedangkan menurut Whitaker (1977) menyatakan kandungan dalam otak yang

18
menyususn perilaku manusia melibatkan keterkaitan beberapa wilayah otak. Dan
Krashen (1977) menyatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer
kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu.
Otak wanita dalam beberapa lebih unggul di bandingkan pria. Letak
keunggulan otak waniita dibandingkan pria, yakni:
a. Otak wanita lebih seimbang
b. Otak wanita lebih tajam
c. Lebih awet dan selektif 
Teori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu
dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu. Menurut Diane Alexander, lambanya
kecepatan membaca dan minimnya daya ingat seseorang terhadap yang dibacanya
adalah karena tidak trefokusnya mata pada apa yang dibacanya. Berdasarkan
penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, ken Shear dan kawan-kawannya
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang menyatakan tiap wilayah otak
memiliki fungsi-fungsi tertentu ternyata tidak seratus persen benar sebab ternayata
hemisfer kanan pun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.
Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya bisa disebut manusiawi,
sedangkan pada otak hewan tidak ada. Karena ketidakadaan fungsi-fungsi yang
disebut manusiawi inilah maka hewan-hewan tersebut tidak dapat berbicara atau
berbahasa. 

19
REFERENSI

Chaer, A. 2015. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta. Rineka Cipta.

20

Anda mungkin juga menyukai