Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORITIS
1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan
Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan
hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti
diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas
bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai
hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap
aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.
Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat
perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen,
2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan
merupakan rentang adaptif- maladaptif
Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pengambilan resiko Perilaku Pencederaan

bunuh diri yang meningkatkan desdruktif diri diri

Pertumbuhan Langsung

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-


norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
setempat. Respon maladaptif antara lain :
1. Ketidakberdayaan, keputusasaan,apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
2. Kehilangan,ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu
akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat
berakhir dengan bunuh diri
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada
saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuhdiri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).
2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ
yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak
mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam
situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-
bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin,
2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi
dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan
bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
1. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan
sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum dibagi menjadi
beberapa lobus, yaitu:
a. Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area
broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).
b. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya
ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan
dan perkembangan emosi.
c. Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran
(White, 2008).
d. Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori (White, 2008).
e. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. (White,
2008).

.
2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somato
sensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output.
Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerim
adan menyampaikan informasi kebagian lain dari sistem saraf pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).

Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas.


(Sumber: Raine, 2009)

3. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan
medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang otak
yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis
antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12
pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen
yaitu:

a. Pons : sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak, terletak di


brainstem, pons berisi banyak daerah control untuk gerakan mata
dan wajah
b. Medulla : bagian terendah dari batang otak, medulla adalah bagian
yang paling penting dari seluruh otak dan merupakan pusat control
jantung dan paru-paru yang sangat penting.
c. Saraf tulang belakang : merupakan sekumpulan besar serabut saraf
yang terletak di bagian belakang yang memanjang dari dasar otak
ke punggung bawah, saraf tulang belakang ini membawa pesan ke
dan dari otak dan seluruh tubuh.

Gambar 2.3 Brainstem.


4. Sistem limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang
otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah.
Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering
disebut dengan otak mamalia. sistem limbik berfungsi untuk mengatur
emosi manusia, memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan
perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan susunan
otonom.
Gambar 2.4: Sistem limbik

Sistem limbik terdapat bagian-bagiannya :


a. Thalamus : bertanggung jawab untuk mendeteksi dan
menyampaikan informasi dari indera kita, seperti bau dan
penglihatan, serta bertanggung jawab untuk berpikir dan gerakan.
b. Hipotalamus : bagian penting dari system limbic yang bertanggung
jawab untuk memproduksi beberapa pembawa pesan kimiawi, yang
disebut hormone. Hormone ini mengontrol kadar air dalam tubuh,
siklus tidur, suhu tubuh, dan asupan makanan. Hipotalamus terletak
dibawah thalamus.
c. Girus singulata : berfungsi sebagai jalur yang mentransmisikan
pesan antara bagian dalam dan luar dari sisytem limbic.
d. Amigdala : bertanggung jawab untuk mempersiapkan tubuh untuk
situasi darurat, seperti sedang kaget dan untuk menyimpan
kenangan peristiwa untuk pengenalan masa depan. Amigdala
membantu dalam pengembangan kenangan, terutama yang
berkaitan dengan peristiwa emosional dan keadaan darurat.
Amigdala ini juga terlibat secara khusus dengan perkembangan
emosi secara khusus dengan perkembangan emosi rasa takut, dan
dapat menjadi penyebab ekspresi ekstrim ketakutan, seperti dalam
kasus panic. Selain itu amigdala memanikan peran utama dalam
kesenangan dan gairah generative, dan dapat bervariasi dalam
ukuran tergantung pada aktivitas generative dan kematangan
individu.
e. Hipokampus : bagian lain dari lobus temporal yang bertanggung
jawab untuk mengubah kenangan jangka pendek ke memori jangka
panjang. Hipokampus diperkirakan bekerja dengan amigdala untuk
penyimpanan memori dan kerusakan pada hipokampus dapat
menyebabkan amnesia.
f. Ganglia basal : kumpulan badan sel saraf yang bertanggung jawab
untuk mengkoordinasi gerakan otot dalam postur tubuh. Secara
khusus, ganglia basal membantu untuk memblokir gerakan yang
tidak di inginkan, dan langsung terhubung langsung dengan otak
untuk koordinasi.

3. Etiologi

a) Faktor Predisposisi

Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :

1) Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnyadengan


bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan apektif, penyalahgunaan zat, danskizofrenia.
2) Sifatkepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko


bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3) Lingkunganpsikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
b) Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yangberarti.
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapistres
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada dirisendiri.
4) Cara untuk mengakhirikeputusan.
4. Patofisiologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
a. Ancaman bunuhdiri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
b. Upaya bunuhdiri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuhdiri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin
pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan
bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat
suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

5. Pathway
Peningkatan verbal/ non verba

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ambivelensitentangkematian Kurangnya respon positif


Ancaman bunuh diri

Upaya bunuh diri

Resiko Bunuh
diri

( Stuart & Sundeen, 2006)

6. Manifestasi klinik
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut
tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan
rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri,
perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah,
insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri
dari lingkungan sosial. Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri
sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan
tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental
pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/
kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru
dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan
kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan
kepribadian antisosial.

7. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and
now).Perawatjugamenilaidirisendiri,apakahmempunyaikemampuan.

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan resiko bunuh diri
adalah bunuh diri.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian fokus
c. Analisa data
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Risiko Bunuh Diri Subjektif:
- Mengungkapkan keinginan untuk
bunuh diri.
- Mengungkapkan keinginan untuk
mati.
- Mengungkapkan rasa bersalah atau
keputusasaan.
- Memiliki riwayat percobaan bunuh
diri.
- Berbicara btentang kematian,
menanyakan dosis obat yang
mematikan.
- Mengungkapkan adanya konflik
interpersonal.
- Mengungkapkan telah menjadi korban
perilaku kekerasan saat kecil.
Objektif:
- Impulsif
- Menunjukkan Menunjukkan perilaku
yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
- Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol).
- Adanya penyakit fisik (kronis atau
terminal).
- Pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
- Umur 15-19 tahun atau di atas 45
tahun.
- Status perkawinan tidak harmonis
(mengalami kegagalan dalam
perkawinan).

2. Diagnosis keperawatan
Risiko bunuh diri.
3. Rencana tindakan keperawatan
Tujuan untuk klien:
Klien tetap aman dan selamat
Tindakan Keperawatan Untuk Klien:
- Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
- Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
- Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
Tujuan untuk keluarga:
keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam
atau mencobah bunuh diri serta keluarga mampu merawat klien dengan risiko
bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga:
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah
meninggalkan klien sendirian.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhkan barang-
barang berbahaya di sekitar klien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga klien agar tidak sering
melamun sendiri.
d. Menjelaskan pada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur.
e. Mengajarkan pada keluarga tentang vtanda dan gejala bunuh diri.
f. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari perilaku bunuh diri.
g. Mengajarkan pada keluarga hal-hal yang dapat dilakukan apabila klien
melakukan percobaan bunuh diri.
h. Membantu keluarga uuntuk mmencari tempat rujukan fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi klien.
i. Memberikan informasi tentang nomor telepon gawat darurat.
j. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat/control secara
teratur.
k. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien untuk minum obat sesuai
dengan prinsip 6 benar.
(Fitria, 2009).
SP Tindakan Keperawatan Tindakan Keluarga
1 1. Menciptakan hubungan saling percaya yang 1. Menciptakan hubungan saling
terapeutik. percaya yang terapeutik
2. Memberikan lingkungan yang aman (safety) 2. Mengidentifikasi masalah klien.
berdasarkan tingkatan resiko, managemen 3. Melibatkan keluarga untuk
untuk klien yang memiliki resiko tinggi. mendorong klien untuk
3. Membantu klien untuk menurunkan resiko mengungkapkan perasaan klien
perilaku destruktif yang diarahkan pada diri 4. Melibatkan keluarga untuk
sendiri. mendiskusikan cara mengatasi
4. Mendorong klien untuk mengungkapkan masalah klien
perasaannya. 5. Melibatkan keluarga dalam
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme memberikan dukungan
koping yang positif. mekanisme koping yang positif.
6. Membantu klien untuk mengidentifikasi dan 6. Initiate Health Teaching
mendapatkan dukungan sosial.
7. Initiate health teaching.
8. Membantu meningkatkan harga diri klien.
9. Membuat jadwal kegiatan harian.
2 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan yang telah 1. Melakukan evaluasi pada tindakan
dilakukan pada SP 1. yang telah dilakukan pada SP1.
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan 2. Melibatkan keluarga untuk
perasaannya. mendorong klien untuk
3. Membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan klien.
mendapatkan dukungan sosial dari segala 3. Melibatkan keluarga dalam
permasalahannya. mengidentifikasi permasalahan
4. Membuat jadwal kegiatan harian. klien.
4. Melibatkan keluarga untuk
mendiskusikan cara mengatasi
masalah klien.
3 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan yang telah 1. Melakukan evaluasi untuk
dilakukan pada SP 2. tindakan yang telah dilakukan
2. Membantu klien mengembangkan mekanisme pada SP2.
koping yang positif berhubungan dengan 2. Melibatkan keluarga dalam
permasalhannya, contoh membantu klien memberikan dukungan
menggunakan koping yang baik untuk mekanisme koping yang positif.
mengatasi kehilangan; ritual berduka. 3. Melibatkan keluarga melakukan
3. Membantu meningkatkan harga diri klien. kegiatan yang berhubungan
4. Meminta klien untuk mengungkapkan dengan peningkatan harga diri
perasaannya saat ini. klien.
5. Memberikan penguatan positif terhadap setiap 4. Memberikan penguatan positif
usaha klien yang telah dilakukan untuk terhdapa setiap usaha keluarga
mengubah perilaku hidup maladaptif. yang telah mendukung selama
diberikannya proses keperawatan
kepada klien.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan
hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri
sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).
B. Saran
Diharapkan teman – teman mampu memahami isi dari laporan ini .Kami
mengetahui laporan ini masih belum sempurnah ,sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. “Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa”. Jakarta : Salemba Medika
Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta :
Nuhamedika.

Anda mungkin juga menyukai