PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. Penularan emam
tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Widoyono, 2016).
Menurut penelitian Gultom, Mai Debora (2017), di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan dinilai berdasarkan umur, penderita demam tifoid tertinggi pada umur 5-14 tahun
sebanyak 81 orang (31,3%). Berdasarkan jenis kelamin, pasien demam tifoid lebih
banyak pada perempuan sebanyak 149 orang ( 57,5%) dan lebih sedikit pada laki-laki
sebanyak 110 orang (42,5%). Berdasarkan Jenis kelamin penderita demam tifoid anak
yang paling banyak adalah laki-laki dan paling sedikit adalah perempuan, dengan hasil
rentan perempuan sejumlah 15 pasien (42,9%) dan hasil rentan laki-laki sejumlah 20
pasien (57,1%). Berdasakan tingkat demam pada pasien anak demam tifoid. ditemukan
pasien dengan subfebris yaitu sejumlah 7 pasien (20 %). Pasien dengan febris yaitu
sejumlah 26 (74,3 %). Pasien dengan hiperpireksia yaitu sejumlah 2 pasien (5,7 %). Jadi
tingkat demam penderita demam tifoid anak paling banyak yaitu pasien dengan febris dan
paling sedikit yaitu pasien dengan hiperpireksia.
Demam tifoid dapat terjadi pada semua usia, Pada Usia anak 5-11 tahun
merupakan usia sekolah dimana pada kelompok usia tersebut sering melakukan aktifitas
di luar rumah, sehingga beresiko terinfeksi Salomonella typhi seperti jajan disekolah atau
diluar rumah yang kurang terjamin kebersihannya (mengkonsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi). Adanya faktor higienitas, daya tahan tubuh dan
kontaminasi susu atau produk susu oleh carrier dapat menyebabkan anak-anak lebih
banyak terkontaminasi Salmonella typhi.
Demam tifoid dapat terjadi pada semua jenis kelamin baik pada perempuan
maupun laki-laki dan hal ini bukan merupakan indikasi bahwa kejadian Demam Tifoid
lebih banyak pada laki-laki dibandingkan peremmpuan, kemungkinan pasien yang
dirawat inap maupun rawat jalan lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan. Dan
pada jenis kelamin perempuan jika dilihat dari penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kebersihan perorangan dan kebersihan memilih makanan yang rendah, lingkungan yang
kumuh dan biasanya transmisi terjadi melalui air yang tercemar Salmonella Typhi,
makanan atau makanan yang tercemar carrier merupakan sumber penularan utama
Demam Tifoid sehingga kejadian Demam Tifoid dapat terjadi kepada siapapun terutama
pada pasien yang belum memahami kebersihan milih makanan dan kebersihan
perorangan.
Data dari hasil RISKESDAS 2018 berdasarkan Prevalensi Demam tifoid
Berdasarkan Diagnosis Nakes di Provinsi Sulawesi Tengah didapati pada tahun 2013
adalah 1,6%. Kejadian Demam Tifoid di Indonesia sebesar 81,7/100.000 kasus.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penulisan ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apa tinjauan teori dan tinjauan kasus Demam
Tifoid?”.
3. Tujuan Penulisan
Diketahuinya tinjauan teori dan tinjauan kasus Demam Tifoid
4. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini berguna sebagai bahan masukan bagi RSUD UNDATA Palu,
untuk dapat mengevaluasi penerapan Asuhan Keperawatan Anak dengan kasus Demam
Tifoid di Rumah Sakit secara komprehensif.
5. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan seminar kasus ini, penulis menggunakan tehnik
pengumpulan data yaitu dengan wawancara langsung terhadap pasien dengan tehnik
anamnesa baik pada pasien, kelurga, serta teman sejawat. Observasi dengan melakukan
pengamatan kepada pasien, studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Tifoid.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan
antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa
tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul
gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016).
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal
3 mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian
dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus kasus dengan penyulit perforasi usus.
2. Saran
Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, dan rencana tindakan
dapat dilakukan dengan baik. Untuk perawat agar dapat mendokumentasikan semua
data pada klien baik subjektif maupun obyektif dengan benar sehingga dapat
membuat evaluasi dengan baik. Pasien-pasien dengan Pneumonia dapat memburuk
jika tidak ditangani secara optimal. Berikanlah perawatan yang optimal, cepat,
tanggap, dan komprehensif dengan hati yang tulus tanpa ada yang dibedakan.
Dan saran untuk penderita penyakit Demam Tifoid agar lebih menjaga kebersihan
lingkungan, serta dapat mengurangi aktivitas sehari-hari dan menghindari makanan
pantangan, serta selalu mengkonsumsi makanan yang tinggi gizi agar meningkatkan
daya tahan tubuh.