Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KonsepTeoritis
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi
dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam
(Wilkinson, 2017).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 2016). Atau
suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat,
2017). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 2013 dikutip Budi Kelliat,
2014).
2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak
terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ yang sangat mudah
beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi,
kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak
dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar
kemampuan baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam
pemulihan stroke (Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis.
Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari SST adalah
menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback
dkk, 2005).

Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya
adalah:
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer
kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan
gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang
mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).

2) Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah


dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis (White,
2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.

3) Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus


postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).

4) Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi


penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain &
memori (White, 2008).

5) Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan


visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap
objek yang ditangkap oleh retina mata. (White, 2008).
Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping.
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebihbanyak neuron
dibandingkanotaksecarakeseluruhan.Memilikiperankoordinasi yang
pentingdalamfungsimotorik yang didasarkanpadainformasisomatosensori yang
diterima, inputnya 40 kali lebihbanyakdibandingkan output.Cerebellum
terdiridaritigabagianfungsional yang berbeda yang
menerimadanmenyampaikaninformasikebagian lain darisistemsarafpusat.
Cerebellum merupakanpusatkoordinasiuntukkeseimbangandan tonus
otot.Mengendalikankontraksiotot-ototvoluntersecara optimal.Bagian-bagiandari
cerebellum adalahlobus anterior, lobusmedialisdanlobusfluccolonodularis.

Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas.


c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla
spinalis dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting adalah
jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan
bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.
Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen yaitu:
1) Pons : sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak, terletak di brainstem,
pons berisi banyak daerah control untuk gerakan mata dan wajah
2) Medulla : bagian terendah dari batang otak, medulla adalah bagian yang paling
penting dari seluruh otak dan merupakan pusat control jantung dan paru-paru
yang sangat penting.
3) Saraf tulang belakang : merupakan sekumpulan besar serabut saraf yang terletak
di bagian belakang yang memanjang dari dasar otak ke punggung bawah, saraf
tulang belakang ini membawa pesan ke dan dari otak dan seluruh tubuh.

Gambar 2.3 Brainstem.


d. Sistem limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
sistem limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan bersama
hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin
dan susunan otonom.
Gambar 2.4: Sistem limbik

Sistem limbik terdapat bagian-bagiannya :


1) Thalamus : bertanggung jawab untuk mendeteksi dan menyampaikan informasi
dari indera kita, seperti bau dan penglihatan, serta bertanggung jawab untuk
berpikir dan gerakan.
2) Hipotalamus : bagian penting dari system limbic yang bertanggung jawab untuk
memproduksi beberapa pembawa pesan kimiawi, yang disebut hormone.
Hormone ini mengontrol kadar air dalam tubuh, siklus tidur, suhu tubuh, dan
asupan makanan. Hipotalamus terletak dibawah thalamus.
3) Girus singulata : berfungsi sebagai jalur yang mentransmisikan pesan antara
bagian dalam dan luar dari sisytem limbic.
4) Amigdala : bertanggung jawab untuk mempersiapkan tubuh untuk situasi
darurat, seperti sedang kaget dan untuk menyimpan kenangan peristiwa untuk
pengenalan masa depan. Amigdala membantu dalam pengembangan kenangan,
terutama yang berkaitan dengan peristiwa emosional dan keadaan darurat.
Amigdala ini juga terlibat secara khusus dengan perkembangan emosi secara
khusus dengan perkembangan emosi rasa takut, dan dapat menjadi penyebab
ekspresi ekstrim ketakutan, seperti dalam kasus panic. Selain itu amigdala
memanikan peran utama dalam kesenangan dan gairah generative, dan dapat
bervariasi dalam ukuran tergantung pada aktivitas generative dan kematangan
individu.
5) Hipokampus : bagian lain dari lobus temporal yang bertanggung jawab untuk
mengubah kenangan jangka pendek ke memori jangka panjang. Hipokampus
diperkirakan bekerja dengan amigdala untuk penyimpanan memori dan
kerusakan pada hipokampus dapat menyebabkan amnesia.
6) Ganglia basal : kumpulan badan sel saraf yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasi gerakan otot dalam postur tubuh. Secara khusus, ganglia basal
membantu untuk memblokir gerakan yang tidak di inginkan, dan langsung
terhubung langsung dengan otak untuk koordinasi.

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar
anak tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2018) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
2) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting
karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari.
Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa
ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa
berikutnya.
3) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu
dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan
yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus
dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya,
maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak
mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi
dan berkompromi dengan orang lain.
4) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua.
Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan
hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
5) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk
membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi
dan menerima (mutuality). 
6) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
7) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.
Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara
terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila
salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
e. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

2) Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah
sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat
oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan
hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
3) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari
luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi
stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku
adalah sebagai berikut:
a) Tingkah laku curiga: proyeksi
b) Dependency: reaksi formasi
c) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.

4. PohonMasalah
GangguanPersepsiSensori: Halusinasi
Effect : Defisit Perawatan Diri

Core Problem : Isolasi Sosial

Cause : Harga diri rendah

5. ManifestasiKlinik
Menurut Purba, dkk. (2018) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
6. PemeriksaanPenunjang
a. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam
menentukan kepribadian seseorang yang terdiridari 556 pernyataan benar atau salah.
b. Elektroensefalografik (EEG)
suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara etiologi
fungsional dan organik dalam kelainan mental.
c. Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh genetic.
d. Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan
strukturan atomi tubuh.
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial
dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik,agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2019).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2019).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2019).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua
orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba, dkk. 2018)
c. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2018), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan
karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa.
Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.
8. Komplikasi
Klien dengan Isolasi Sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masalalu primitive antara lain pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan
sensori persepsi: halusinasi, mencederai dirisendiri, orang lain seta lingkungan dan
penurunan aktivitas sehiingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri.

B. KonsepDasarKeperawatan
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis
tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama klien,umur,jenis kelamin,status perkawinan,agama,tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,menolak interaksi dengan orang lain
,tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak
realistis,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai
suami, putus sekolah,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi
dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
1) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
2) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
f) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam    hidup.
g) Kebutuhan persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h) Mekanisme kopin
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

i) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT,Psikomotor, therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
2. DiagnosaKeperawatan
a. IsolasiSosial
b. HargaDiriRendah
c. GangguanSensoriPersepsi: Halusinasi
d. DefisitPerawatanDiri
3. Intervensi keperawatan

a. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial


Tujuan umum : pasien mampu berinteraksi dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil : Setelah 1 x 30 menit pertemuan pasien mampu membina
hubungan saling percaya di tandai dengan pasien menunjukan ekpresi wajah
bersahabat, memperlihatkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan namanya, mau menjawab salam, pasien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang di hadapi
2) Pasien mampu menyadari penyebab isolasi sosial
Kriteria hasil : Mampu mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan
berhubungan dengan orang lain, dan kerugian tidak berhubungan
3) Pasien mampu berkenalan dengan perawat
Kriteria hasil : mampu berkenalan dengan perawat
4) Pasien mampu Berkenalan dengan 2-3 orang dan berbicara sambil melakukan 2
kegiatan harian
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit pasien mampu
a) Berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan 2-3 orang
b) Mampu berbicara sambil melakukan kegiatan harian ( 2 kegiatan )
c) Mampu memasukan dalam jadwal kegiatan harian
5) Pasien mampu berkenalan dengan 4-5 orang dan berbicara sambil melakukan 2
kegiatan harian baru
Kriteria hasil : setelah interaksi 1x 30 menit pasien mampu
a) Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
b) Mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan 4-
5 orang sambil berbicara sambil melakukan 2 kegiatan ( baru)
c) Mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
6) Pasien mampu berbicara sambil melakukan kegiatan sosial
Kriteria hasil : setelah interaksi 1x 30 menit pasien mampu
a) Menyebutkan kegiatan yang sudah di lakukan
b) Mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan 5
orang dan bersosialisasi
c) Mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
7) Keluarga mampu merawat pasien rumah
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit keluarga mampu
a) Mengidentifikasi masalah dan menjelaskan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian
b) Mempraktekan 2 cara merawat pasien isolasi sosial dengan cara melakukan
kegiatan sosial
c) Membuat jadwal aktifitas dirumah atau perencanaan pulang pasien dan
melakukan follow up pasien setelah pulang
Intervensi
SP 1 :
1. Bina hubungan saling percaya dengan tindakan : mengucapkan salam setiap
kali interaksi dengan pasien. Berkenalan dengan pasien perkenalkan nama
dan nama panggilan yang di sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan pasien. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini buat
kontrak asuhan apa yang akan di lakukan bersama berapa lama yang akan
di kerjakan, dan dimana tempatnya. Jelaskan bahwa informasi yang di
peroleh untuk kepentingan terapi kan di rahasiakan penuhi kebutuhan dasar
pasien bila di perlukan
Rasional : hubungan saling percaya merupakan landasan dasar interaksi
perawat dengan klien sehingga klien terbuka dalam mengungkapkan
masalahnya dan menimbulkan sikap menerima terhadap orang lain
2. Bantu pasien mengenal penyebab isolasi sesuai dengantindakan sebagai
berikut : menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain. Siapa yang dkat dengan pasien ? apa sebabnya ? siapa
yang tidak dekat dengan pasien dan apa sebabnya ? menanyakan apa yang
menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
Rasional : agar klien dapat mengenal dan mengungkapkan penyebab isolasi
sosial yang terjadi. Agar klien mempunyai keinginan berinteraksi dengan
orang lain
3. Bantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain dengan
cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
Rasional : agar klien menyadari kerugian yang di timbulkan akibat tidak
berinterkasi dengan orang lain
4. Bantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara
mendiskusikan kerugianbila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain, menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan
fisik pasien
Rasional : dengan belajar berkenalan menimbulkan motivasi klien untuk
berinteraksi dengan orang lain
5. Latih dn ajarkan pasien berkenalan dengan cara : jelaskan pada pasien cara
berinteraksi dengan orang lain, berikan contoh cara berinteraksi dengan
perawat atau tamu : sebutkan dulu nama kita, nama panggilan, hobi dan
asal, menanyakan nama, nama panggilan asal dan hobi
6. Masukan dalam jadwal harian
Rasional : membrikan rasa tanggung jawab pada pasien untuk melaksanakn
kegiatan dengan teratur
SP 2 :
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP1). Beri pujian
Rasional : menilai kemampuan dan perkembangan pasien
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( latih 2 kegiatan)
Rasional : memberikan kesempatan dan motivasi klien mau melakukan
interkasi secara bertahap dan interaksi saat melakukan kegiatan
3. Memasukkan pada jadwal harian berkenalan dengan 2-3 orang pasien,
perawat dan tamu berbicara saat melakukan kegiatan harian

SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2) beri pujian
Rasional : sebagai dasar perawat untuk menilai perkembangan klien dalam
mengenal cara berinteraksi
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2kegiatan baru)
Rasional : memberikan motivasi klien untuk berinteraksi dan mendapatkan
respon yang positif
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
Rasional : memberikan rasa motivasi dan tanggung jawab pada pasien
untuk melaksanakan kegiatan berkenalan dengan teratur
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan lalu (SP 1, SP 2, dan SP 3). Beri pujian
Rasional : menilai kemampuan dan kemajuan pasien
2. Latih cara berbicara sosial meminta sesuatu dengan menjawab pertanyaan
Rasional : memberikan motifasi klien untuk berinteraksi dan mendapatkan
respon yang positif
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan dengan 5 orang,
melakukan kegiatan dan bersosialisasi
Rasional : memberikan motivasi dan rasa tanggung jawab pada pasien
untuk melaksanakan kegiatan berkenalan dengan teratur

SP 1 ( keluarga) :
1. Beri penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat pasien isolasi sosial
di rumah
Rasional : dengan penyuluhan dapat melibatkan keluarga dalam
meningkatkan kemampuan keluarga merawat pasien sehingga
meningkatkan perawatan pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang isolasi sosial ; pengertian, tanda dan
gejala, serta proses terjadinya
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga mengungkapakan
masalah keluarga dalam merawat pasien di rumah
3. Jelaskan dua cara merawat pasien dengan berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga untuk
mengenal masalah isolasi sosial yang di alami pasien
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat besuk
Rasional : memberikan pemahaman dan meningkatkan kemampuan cara
merawat pasien dengan isolasi sosial
b. Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tujuan khusus :
1) Klien mampu mengidentifikasi kekampuan dan aspek positif yang di miliki
Kriteria hasil : setelah 1 x 30 menit pertemuan klien
a) Mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki
b) Mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Mampu menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
d) Mampu melatih 1 kegiatan yang sudah di pilih, sesuai dengan kemampuan
e) Mampu menyusun jadwal kegiatan harian
2) Menilai kemampuan yang dapat di gunakan
Kriteria hasil : setelah interaksi 1x 30 menit klien
a) Mampu melatih kegiatan kedua yang di pilih sesuai dengan kemampuan
b) Mampu menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan kedua yang sudah di pilih
3) Klien dapat menetapkan/memilihkegiatan sesuai dengan kemampuan
Kriteria hasil : setelah interaksi 1x30 menit klien
a) Mampu melatih kegiatan ketiga yang di pilih sesuai dengan kemampuan
b) Mampu menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan ketiga yang sudah di pilih
4) Menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
a) Melatih kegiatan ke empat yang di pilih sesuai dengan kemampuan
b) Mampu menyusun jadwal kegiatan yang sudah di pilih
Intervensi
SP 1 :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Rasional : dengan mengidentifikasi kemampuan yang di miliki dapat
menentukan tindakan selanjutnya
2. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
Rasional : membantu klien menilai kemampuan yang dimiliki sebagai dasar
asuhan keperawatan
3. Membantu klien dalam memilh kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
Rasional : memberikan pilihan kegiatan apa yang ingin di lakukan klien
terlebih dahulu sesuai kemampuan yang di miliki
4. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
SP 2 :
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1)
Rasional : sebagai dasar bagi perawat untuk menilai perkembangan klien
2. Latih kemampuan yang kedua
Rasional : memberikan kesempatan dan motifasi klien untuk meningkatkan
harga diri klien
3. Anjurkan klien untuk memasukkan ke jadwal harian klien
Rasional : memberikan motivasi dan rasa tanggung jawab pada klien untuk
melaksanakan kegiatan dengan teratur
SP 3 :
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1, SP 2)
Rasional : sebagai dasar perawat untukmenilai
2. Latih kemampuan yang ketiga
Rasional : memberikan kesempatan dan motifasi klien untuk meningkatkan
harga diri klien
3. Anjurkan klien untuk memasukkan ke jadwal harian klien
Rasional : memberikan motivasi dan rasa tanggung jawab pada klien untuk
melaksanakan kegiatan dengan teratur
SP 4 :
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1, SP 2, SP 3)
Rasional : sebagai dasar perawat untukmenilai
2. Latih kemampuan yang ketiga
Rasional : memberikan kesempatan dan motifasi klien untuk meningkatkan
harga diri klien
3. Anjurkan klien untuk memasukkan ke jadwal harian klien
Rasional : memberikan motivasi dan rasa tanggung jawab pada klien untuk
melaksanakan kegiatan dengan teratur

c. Diagnosa keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi


Tujuan umum : pasien mampu mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan khusus
1) Klien mampu mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik
Kriteria hasil : setelah di lakukan pertemuan dengan pasien selama 1 x 30 menit
pasien mampu mengenal jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu halusinasi, frekuensi
halusinasi, situasi yang menimbulkan halusinasi, menjelaskan respon terhadap
halusinasi, mampu menghardik halusinasi.
2) Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
Kriteria hasil : setelah di lakukan pertemuan dengan pasien selama 1 x 30 menit
pasien mampu menjelaskan enam benar minum obat
3) Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
Kriteria hasil : setelah di lakukan pertemuan dengan pasien selama 1 x 30 menit
pasien mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi
4) Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari
Kriteria hasil : setelah di lakukan pertemuan dengan pasien selama 1 x 30 menit
pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari
Intervensi
SP 1 :
1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon.
Rasional : dengan memberikan pemahaman tentang halusinasi klien
memahami masalah yang dialaminya, kapan masalah tumbuh, pentingnya
masalah untuk diatasi.
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan
Rasional : dengan menghardik halusinasi memberi kesempatan pada klien
mengatasi masalah dengan reaksi penolakan tehadap sensasi palsu
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan hardik, beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas, minum obat )
Rasional : agar memahami pentingnya minum obat secara teratur dan akibat
bila putus minum obat
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat, beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat
dan bercakap-cakap
Rasional : dengan bercakap-cakap mengalihkan fokus perhatian untuk
menghindari halusinasi
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat, bercakap-cakap beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum oba,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
Rasional : dengan aktifitas terjadwal memberikan kesibukan yang menyita
waktu dan perhatian ketika merasakan halusinasi muncul
d. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri
Tujuan umum : pasien dapat melakukan kebersihan diri dan mampu mengatasi
defisitperawatan diri
Tujuan khusus :
1) Melakukan kebersihan diri secara mandiri
Kriteria hasil : setelah 1 x 30 menit pertemuan pasien
a) Mampu menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
e) Mampu menyusun jadwal kegiatan harian berkenalan
2) Pasien mampu berdandan/berhias dengan baik
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit pasien mampu
a) Berpakaian dengan baik
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
d) Berhias
3) Pasien mampu makan dan minum dengan baik
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit pasien mampu
a) Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib
b) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan dan minum setelah makan dan
minum
c) Mempraktekkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Pasien mampu BAB dan BAK dengan benar
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit pasien mampu
a) Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
d) Mempraktekkan BAB dan BAK dengan baik
5) Keluarga mampu merawat pasien di rumah
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit keluarga mampu
a) Mengungkapkan masalah yang di rasakan dalam merawat pasien
b) Mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
defisitperawatan diri
c) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit keluarga mampu melatih dan
membimbing cara berdandan dan berhias
Kriteria hasil : setelah interaksi 1 x 30 menit keluarga mampu melatih klien makan
dan minum dengan baik
Intervensi
SP 1 :
1. Mengidentifikasi tanda dan gejalan deficit perawatan diri : kebersihan
diri,berdandan, makan/minum, BAB dan BAK
2. Jelaskan pentingnya perawatan diri
3. Jelaskan alat dan kebersihan diri
4. Melatih cara kebersihan diri : mandi, cuci rambut, sikat gigi, potong kuku.
5. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
Rasional : untuk mengidentifikasi defisit perawatan diri pada klien, melihat
kemauan klien untuk melakukan kegiatan

SP 2 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian (SP1)
Rasional : mengetahui kemampuan pasien melakukan latihan sebelumnya
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan atau berhias
3. Latih cara berdandan atau berhias
Rasional : untuk mengatasi defisit perawatan diri
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian klien
Rasional : melihat kemauan klien untuk melakukan kegiatan
SP 3 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian (SP1, SP 2 )
Rasional : mengetahui kemampuan pasien melakukan latihan sebelumnya
2. Jelaskan cara makan dan minum yang baik
Rasional : untuk mengatasi defisit perawatan diri
3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian klien
Rasional : melihat kemauan klien untuk melakukan kegiatan
SP 4 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian (SP1, SP 2, SP 3)
Rasional : mengetahui kemampuan pasien melakukan latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik
3. Melatih BAB dan BAK yang baik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian klien
Rasional : melihat kemauan klien untuk melakukan kegiatan
SP 1 ( keluarga ) :
1. Diskusikan masalah yang di rasakan dalam merawat pasien
Rasional : mengetahui perasaan keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya deficit perawatan diri
Rasional : memberikan penjelasan tentang penyakit pasien
3. Jelaskan cara merawat klien dengan deficit perawatan diri
Rasional : melatih keluarga untuk mengatasi deficit perawatan
diri klien
4. Melatih dan membimbing keluarga cara merawat klien
Rasonal : melihat kemauan keluarga untuk melatih pasien
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal berikan pujian
SP 2 ( keluarga ) :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan latihan ke 1
Rasional : melihat kemauan keluarga untuk melatih pasien
2. Bersama keluarga melatih membimbing cara berdandan atau
berhias
Rasional : melatih keluarga untuk mengatasi deficit perawatan
diri klien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal berikan pujian
Rasonal : melihat kemauan keluarga untuk melatih pasien

SP 3 ( keluarga ) :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan latihan ke 1 dan ke 2
Rasional : melihat kemauan keluarga untuk melatih pasien
2. Bersama keluarga melatih membimbing makan dan minum pasien
Rasional : melatih keluarga untuk mengatasi deficit perawatan
diri klien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal berikan pujian
Rasonal : melihat kemauan keluarga untuk melatih pasien
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono.2013. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:SalembaMedika


Stuart dan Sundeen .2015. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC .
Keliat Budi Ana.2017. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta:EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri.
Jakarta:Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat.
Jakarta:Salemba Medika.
Rasmun,(2014). KeperawatanKesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta:fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Jurnal Pnemonia
    Analisis Jurnal Pnemonia
    Dokumen3 halaman
    Analisis Jurnal Pnemonia
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • SEMINAR JIWA Besok
    SEMINAR JIWA Besok
    Dokumen54 halaman
    SEMINAR JIWA Besok
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN Perilaku Kekerasan
    LAPORAN Perilaku Kekerasan
    Dokumen18 halaman
    LAPORAN Perilaku Kekerasan
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Seminar Jiwa 1
    Seminar Jiwa 1
    Dokumen60 halaman
    Seminar Jiwa 1
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Strategi Pelaksanaan
    Strategi Pelaksanaan
    Dokumen3 halaman
    Strategi Pelaksanaan
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • LP TB Paru Jihan (Print)
    LP TB Paru Jihan (Print)
    Dokumen29 halaman
    LP TB Paru Jihan (Print)
    Jihanrizkiannisa Lasandrang
    Belum ada peringkat
  • Askep Hipertensi Keluarga Binaan
    Askep Hipertensi Keluarga Binaan
    Dokumen24 halaman
    Askep Hipertensi Keluarga Binaan
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • LP TB Paru Jihan (Print)
    LP TB Paru Jihan (Print)
    Dokumen29 halaman
    LP TB Paru Jihan (Print)
    Jihanrizkiannisa Lasandrang
    Belum ada peringkat
  • LP Isos (Dinas)
    LP Isos (Dinas)
    Dokumen27 halaman
    LP Isos (Dinas)
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Sampul LP Rajif
    Sampul LP Rajif
    Dokumen8 halaman
    Sampul LP Rajif
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi SEMINAR
    Halusinasi SEMINAR
    Dokumen25 halaman
    Halusinasi SEMINAR
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • BAB I Dan 4
    BAB I Dan 4
    Dokumen4 halaman
    BAB I Dan 4
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • 7 LP Fardiansyah
    7 LP Fardiansyah
    Dokumen78 halaman
    7 LP Fardiansyah
    Nurul sinta
    Belum ada peringkat
  • Terapi Bermain
    Terapi Bermain
    Dokumen16 halaman
    Terapi Bermain
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • LP Hiperbilirubin
    LP Hiperbilirubin
    Dokumen22 halaman
    LP Hiperbilirubin
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • LP Meningitis TB
    LP Meningitis TB
    Dokumen29 halaman
    LP Meningitis TB
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data & Penutup
    Analisa Data & Penutup
    Dokumen15 halaman
    Analisa Data & Penutup
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kepala Ruangan
    Laporan Kepala Ruangan
    Dokumen14 halaman
    Laporan Kepala Ruangan
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Bab I Seminar KMB
    Bab I Seminar KMB
    Dokumen3 halaman
    Bab I Seminar KMB
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • GABUNGAN
    GABUNGAN
    Dokumen19 halaman
    GABUNGAN
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • LP Hidrosefalus
    LP Hidrosefalus
    Dokumen24 halaman
    LP Hidrosefalus
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Tugas CR 1 KEP ANAK
    Tugas CR 1 KEP ANAK
    Dokumen40 halaman
    Tugas CR 1 KEP ANAK
    Moh Ardin
    Belum ada peringkat
  • Askep Seminar GERONTIK
    Askep Seminar GERONTIK
    Dokumen60 halaman
    Askep Seminar GERONTIK
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Seminar KMB
    Bab 2 Seminar KMB
    Dokumen14 halaman
    Bab 2 Seminar KMB
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • GABUNGAN
    GABUNGAN
    Dokumen19 halaman
    GABUNGAN
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • PNC
    PNC
    Dokumen27 halaman
    PNC
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Cover Karu, Katim, PP
    Cover Karu, Katim, PP
    Dokumen1 halaman
    Cover Karu, Katim, PP
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Laporan Katim
    Laporan Katim
    Dokumen10 halaman
    Laporan Katim
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Askep Seminar GERONTIK
    Askep Seminar GERONTIK
    Dokumen60 halaman
    Askep Seminar GERONTIK
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-Bab 5 Seminar Maternitas
    Bab 1-Bab 5 Seminar Maternitas
    Dokumen5 halaman
    Bab 1-Bab 5 Seminar Maternitas
    201601029 Nadila Yuninda
    Belum ada peringkat