Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA

DAN MENDENGAR ANAK KELOMPOK B TK


TUT WURI HANDAYANI MELALUI KEGIATAN
MENCERITAKAN PENGALAMAN
SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE BERCAKAP-CAKAP

PTK

Disusun Oleh :

BASRIATI
Nip.19670929187032007

KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sang Maha
Pencipta, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahNya sehingga dengan
izinNya karya ilmiah dengan judul " Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan

Mendengar Anak Kelompok B TK Tut Wuri Handayani Melalui Kegiatan


Menceritakan Pengalaman Sederhana dengan Urut Menggunakan Metode BercakapCakap " ini dapat terselesaikan.
Adapun maksud dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian
tugas dan syarat pada jurusan pendidikan Anak Usia Dini, fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan STKIP Hasanuddin. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya illmiah ini,
sebab penulis sadar tanpa bantuan tersebut penulisan karya ilmiah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Maka dengan kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Gowa, November 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 adalah membantu
anak didik dalam mengembangkan berbagai potensi baik secara psikis maupun
fisik yang meliputi pengembangan moral, nilai, sosial, emosional, kognitif,
bahasa, motorik, kemandirian dan seni untuk dipersiapkan memasuki Pendidikan
dasar.
Tujuan program kegiatan belajar TK adalah membantu meletakkan dasar
ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak
didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar
TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan
moral

Pancasila,

agama,

disiplin,

perasaan/emosi,

dan

kemampuan

bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang


dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya
pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani.
Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling umum
dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan
karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik

ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan
tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan
menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami,
menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung
seperti: dan, karena, tetapi; menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa,
mengapa, kapan; membandingkan dua hal; memahami konsep timbal balik;
menyusun kalimat; mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan
sederhana.
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan
bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat
menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan
menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama
benda.

Minat

tersebut

terus

berlangsung

sehingga

dapat

menambah

perbendaharaan kata.
Idealnya, kelompok B sudah memenuhi kriteria mampu berbahasa seperti
paparan di atas. Kenyataannya, dalam kegiatan pembelajaran pengembangan
berbahasa, prestasi belajar anak tergolong rendah. Hal tersebut bisa diamati
berdasarkan gejala-gejala berikut:
1. Anak kurang lancar berbicara
2. Anak masih malu-malu mengungkapkan perasaannya secara lisan
3. Sebagian anak bersikap pasif ketika diminta ikut terlibat dalam kegiatan
berbicara

4. Anak kurang mampu menyambung pembicaraan karena keterbatasan kosa


kata
Faktor penyebab timbulnya permasalahan di atas adalah:
1. Guru kurang memberikan bimbingan dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa siswa
2. Metode yang digunakan kurang memberikan kesempatan pengembangan
kemampuan berbahasa
3. Guru kurang aktif sehingga anak juga menjadi pasif
4. Media yang digunakan kurang bervariasi dan tidak merangsang untuk
meningkatkan respon anak
Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis akan menggunakan
metode bercakap-cakap untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan
mendengar anak. Penulis memilih metode ini karena pada metode bercakapcakap interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau antara anak
dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik
pembicaraan dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam percakapan tersebut, guru
bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan
harapan

anak

lebih

aktif

dalam

mengemukakan

pendapatnya

atau

mengekspresikan secara lisan.


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan
Mendengar Anak Kelompok B TK Tut Wuri Handayani Melalui Kegiatan
Menceritakan Pengalaman Sederhana dengan Urut Menggunakan Metode
Bercakap-Cakap.

B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan
berbicara dan mendengar anak kelompok B TK Tut Wuri Handayani melalui
menceritakan pengalaman sederhana .
C. Tujuan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan perbaikan pembelajaran ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar melalui
menceritakan pengalaman sederhana dengan urut anak kelompok B TK Tut Wuri
Handayani menggunakan metode bercakap-cakap.
D. Manfaat Perbaikan
a. Manfaat bagi siswa
1. Meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar anak
2. Membantu anak lebih percaya diri dalam menjalin komunikasi dengan
guru dan teman sejawat
3. Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan tidak kaku

b. Manfaat bagi guru


1. Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran
2. Meningkatkan profesionalisme guru karena telah melaksanakan kegiatan
perbaikan pembelajaran
3. Metode bercakap-cakap dapat dijadikan salah satu alternatif metode
pembelajaran di TK Tut wuri Handayani
c. Manfaat bagi sekolah
1. Hasil perbaikan pembelajaran bisa memberikan kontribusi positif bagi
kemajuan sekolah

2. Motivasi bagi guru yang lain agar melakukan inovasi untuk


meningkatkan kualitas sekolah

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Metode Bercakap-Cakap
1. Pengertian Metode Bercakap-Cakap
Metode bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan
guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog.
Kegiatan monolog dilaksanakan di kelas dengan cara anak berdiri dan
berbicara di depan kelas atau di tempat duduknya, mengungkapkan segala
sesuatu yang diketahui, dimiliki dan dialami, atau menyatakan perasaan

tentang sesuatu yang memberikan pengalaman yang menyenangkan atau tidak


menyenangkan, atau menyatakan keinginan untuk memiliki atau bertindak
sesuatu. Kegiatan dialog berbentuk percakapan yang dilakukan dua orang atau
lebih yang masing-masing mendapat kesempatan untuk berbicara secara
bergantian (Moeslihatoen, 1999: 92).
Dalam buku Metode Pengajaran di TK dijelaskan bahwa bercakapcakap berarti saling mengomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal
atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif (Hilderbrand,
1986: 2, dalam Moeslihatoen, 1999: 26).
Bercakap-cakap juga diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan
pengembangan yang dilakukan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya
jawab antara anak dengan guru dan anak dengan anak (Depdikbud, 1998: 22).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode bercakap-cakap
adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang
dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak
dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan
merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi. Antara satu dengan
lainnya saling mengomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau
kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu
dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
2. Manfaat Metode bercakap-Cakap

Ada beberapa manfaat metode bercakap-cakap (Moeslihatoen, 1999:


95), yaitu:
a. Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan
menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif, menyatakan
pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan, dan kebutuhan
secara lisan
b. Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang
harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain
c. Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak
lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan sosial yang
menyenangkan
d. Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin
meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya
e. Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap dilakukan, semakin banyak
informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak
lain. Penyebaran informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
anak tentang tujuan dan tema yang ditetapkan oleh guru
Beberapa makna penting terkandung dalam metode bercakap-cakap
(Moeslihatoen, 1999: 26), yaitu:
a. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama.
c. Meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan
gagasan pendapat secara verbal.

d. Membantu perkembangan dimensi sosial, emosi dan kognitif, terutama


bahasa.
3. Tujuan Metode Bercakap-Cakap
Dengan menggunakan metode bercakap-cakap tujuan pengembangan
berbahasa yang ingin dicapai antara lain:
a. Mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan
pendapatnya kepada siapa pun.
b. Memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan.
c. Memperbaiki lafal dan ucapan anak.
d. Mengembangkan intelegensi anak.
e. Menambah perbendaharaan kata/ kosa kata.
f. Melatih daya tangkap anak.
g. Melatih daya pikir dan fantasi anak.
h. Menambah pengetahuan dan pengalaman anak didik.
i. Memberikan kesenangan kepada anak.
j. Merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis.
4. Kelebihan Metode Bercakap-Cakap
a. Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide

dan

pendapatnya.
b. Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasannya.
c. Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena
topik/ tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian
dan di lingkungan anak.
d. Mengembangkan cara berpikir kritis dan sikap hormat dan menghargai
pendapat orang lain.
e. Anak mendapat kesempatan

untuk

mengembangkan

kemampuan

belajarnya pada taraf yang lebih tinggi.


B. Perkembangan Berbahasa Anak
Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan baik dalam
hal kuantitas maupun kualitas (keluwesan dan kerumitan) produk bahasanya.

Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan


suara saja, hingga mengekspresikannya dengan komunikasi. Komunikasi anak
yang bermula dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan
keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran
yang tepat dan jelas.
Pada saat anak berusia 3 tahun, anak banyak menggunakan kosa kata
dan kata tanya seperti apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakapcakap

memberi

nama,

alamat,

usia,

dan

mulai

memahami

waktu.

Perkembangan bahasa anak semakin meningkat pada usia 5 tahun. Pada usia ini
anak sudah bisa berbicara lancar dengan menggunakan kosa kata baru (Bowler
dan Linke, 1996 dalam Dhieni, 2005:3.4).
Ketika memasuki taman kanak-kanak anak sudah menguasai hampir
semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat
berita, kalimat tanya, dan sejumlah kosa kata lain. Anak pada masa prasekolah
ini telah mempelajari hal-hal yang di luar kosakata dan tata bahasa. Mereka
sudah dapat menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang bermacammacam. Mereka dapat berkata kasar pada temannya, tetapi dapat juga berkata
sopan pada orang tuanya (Chaer, 2003: 238).
Menurut Atchison (Hartley, 1982:41 dalam Faizah, 2008: 31), pada
saat anak berumur 2,6 tahun, anak telah menggunakan kalimat tanya, kalimat
negasi, kalimat 4 kata, dan vokal telah sempurna. Ketika menginjak umur 3,6
tahun, pelafalan konsonan telah sempurna. Anak telah bisa menggunakan

kalimat sederhana yang tepat tetapi masih terbatas ketika berumur 4 tahun.
Sedangkan pada umur 5 tahun konstruksi morfologis dan sintaksis telah
sempurna.
Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling
umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras
dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut.
Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik,
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan
dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah
dipahami.
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang
dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan
pengalaman, meningkatkan pengetahuannya, dan mengembangkan bahasanya
(Dhieni, 2005: 3.8). Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward
(hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa
agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.
Anak yang memiliki hambatan bahasa juga dapat distimulasi untuk memahami
bahasa yang sederhana. Dalam hal ini pendidik perlu lebih menekankan
penggunaan penguat dibandingkan pengoreksian terhadap kata-kata yang
mereka ucapkan.

Ada tiga kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak,


apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekadar membeo sebagai
berikut:
1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya
dengan objek yang diwakilinya.
2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan
mudah.
3. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar
atau menduga-duga (Hurlock dalam Dhieni, 2003: 3.5).

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Tut Wuri Handayani. Waktu
penelitian pada Tahun Pelajaran 2014/2015 dan dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan yaitu dari bulan September-Oktober 2014. Tindakan dilakukan pada
anak kelompok B yang berjumlah 15 orang. Kegiatan berlangsung dalam 2
siklus. Siklus I dilaksanakan dari tanggal 20 September s.d. 24 September
2014, sedangkan siklus II dilaksanakan dari tanggal 27 September s.d. 01
Oktober 2014. Tema yang dipilih adalah Keluargaku. Kegiatan belajar di
Taman Kanak-Kanak Tut Wuri Handayani dimulai pukul 08.00 WIB sampai
pukul 10.45 WIB.
2. Waktu Pelaksanaan
a. Siklus I
Waktu pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1
No
1
2
3
4

Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Siklus I


Hari/ Tanggal

Senin/20-08-2014
Selasa/21-08-2014
Rabu/22-08-2014
Kamis/23-08-2014

Waktu
Pertemuan

Bidang
Pengembangan

08.00-10.45

Bahasa Anak

Jumat/24-08-2014

b. Siklus II
Waktu pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2
No
1
2
3
4
5

Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Siklus II


Hari/ Tanggal

Senin/27-08-2014
Selasa/28-08-2014
Rabu/29-08-2014
Kamis/30-08-2014
Jumat/01-09-2014

Waktu
Pertemuan

Bidang
Pengembangan

08.00-10.45

Bahasa Anak

B. Deskripsi Per Siklus


1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan dengan
perencanaan sebagai berikut:
a. Kegiatan Perencanaan
1) Menentukan jumlah siklus sebanyak dua siklus
2) Memilih observer
3) Menyusun rencana kegiatan
4) Menyiapkan SKH
5) Mempersiapkan lembar observasi untuk guru dan anak
b. Langkah-langkah perbaikan
Langkah perbaikan dilaksanakan pada proses pembelajaran dengan
melihat aktivitas yang dilakukan oleh guru dan anak
1) Aktivitas Guru
a) Guru mengajak anak untuk menceritakan pengalaman tentang
keluarga
b) Guru meminta anak maju ke depan kelas

c) Guru memberikan giliran satu persatu bercerita di depan


d) Guru membimbing anak dalam menceritakan pengalaman
e) Guru memberikan motivasi
f) Guru memberikan penguatan
2) Aktivitas Anak
a) Anak memperhatikan petunjuk guru
b) Anak menceritakan pengalaman
c) Anak maju ke depan kelas
d) Anak berani berbicara
e) Anak lancar berbicara
f) Anak menunjukkan minat untuk berbicara
c. Tahap Observasi
1) Observer melakukan pengamatan dan aktivitas guru dan anak selama
kegiatan pembelajaran berlangsung
2) Melaksanakan pencatatan hasil pengamatan ke dalam lembar
observasi
3) Memberikan tanda ceklis pada data
4) Menyimpulkan hasil pengamatan untuk mengetahui kekurangan yang
terjadi selama proses pembelajaran
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan
perencanaan sebagai berikut:
a. Kegiatan Perencanaan
1) Menyusun rencana kegiatan
2) Menyiapkan SKH
3) Mempersiapkan lembar observasi untuk guru dan anak
b. Langkah-Langkah Perbaikan
Langkah perbaikan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas
dengan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan anak
1) Aktivitas Guru
a) Guru mengkondisikan anak agar mau berbicara dan mendengar
b) Guru meminta anak untuk menceritakan gambar yang dipajang

c) Guru memberikan motivasi agar anak menceritakan gambar di


depan kelas
d) Guru memberikan penguatan atas keberanian anak
e) Guru memberi kesempatan secara bergiliran
f) Guru memberikan pujian berupa tepuk tangan bersama
2) Aktivitas Anak
a) Anak memperhatikan petunjuk guru
b) Anak menceritakan gambar yang dipajang
c) Anak berani berbicara
d) Anak tampil bercerita di depan kelas
e) Anak menunjukkan minat dalam belajar
f) Anak lancar berbicara
c. Tahap Observasi
1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan anak
selama proses pembelajaran berlangsung
2) Melakukan pencatatan terhadap hasil pengamatan ke lembar obsevasi
3) Menyimpulkan hasil pengamatan untuk melihat kelemahan dan
kelebihan yang berlangsung selama proses pembelajaran
C. Data dan Cara Pengumpulannya
Jenis data dan cara memperolehnya dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Data tentang aktivitas belajar yaitu kegiatan yang dilakukan anak dalam
belajar berupa kemampuan berbicara dengan guru maupun dengan anak yang
lain dan kemampuan mendengar
2. Data tentang penerapan metode bercakap-cakap untuk meningkatkan
kemampuan berbicara dan mendengar

anak dikumpulkan dengan cara

observasi dan pencermatan dokumen


D. Refleksi
1. Data yang sudah terkumpul dianalisis secara kulitatif dan kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilaksanakan untuk memperoleh frekuensi dalam beraktivitas serta

sebaran nilai hasil belajarnya. Untuk gambaran aktivitas belajar anak, suasana
kelompok dan aktivitas guru dianalisis secara kuantitatif.
2. Berdasarkan hasil analisis data, guru bersama observer melakukan diskusi
untuk mengetahui:
a. Kelemahan/kekurangan yang ada pada pelaksanaan tindakan.
b. Tingkat keberhasilan berdasarkan standar yang telah ditentukan dan
penyebab-penyebab kurang berhasilnya pencapaian tujuan.
3. Menyusun rencana tindakan perbaikan untuk siklus berikutnya.

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Penelitian


Data setelah tindakan diperoleh melalui penelitian yang dilakukan selama
2 (dua) bulan, dengan proses tindakan selama dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan lima kali pertemuan dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pembelajaran menggunakan metode bercakap-cakap. Data
disajikan persiklus disesuaikan dengan skenario pembelajaran sebagai berikut:
1. Hasil kemampuan berbicara dan mendengar siklus I
Rekapitulasi hasil kemampuan anak selama lima kali pertemuan yang
dilaksanakan dari tanggal

20 s.d 24 September

dengan hasil sebagai

berikut:

Tinggi
Cukup
Renda
h
Jumlah

Nilai

Klasifikasi

Tabel 3

Rekapitulasi Kemampuan Berbicara dan mendengar Anak


Siklus I
I
Jlh

Pertemuan
III

II
%

Jlh

Jlh

Ket
IV
Jlh

V
%

Jlh

2
4

13,33
26,67

3
3

20,00
20,00

4
6

26,67
40,00

4
5

26,67
33,33

5
5

33,33
33,33

60,00

60,00

33,33

40,00

33,33

15

15

100

15

100

15

100

15

100

Naik
Naik
Mnrn

15

Berdasarkan hasil kemampuan berbahasa anak pada siklus I dapat dijelaskan


terjadi peningkatan pada setiap pertemuan. Pada pertemuan I yang mendapat
nilai tinggi sebesar 13,33%, pertemuan II sebesar 20,00%, pertemuan III
26,67%, pertemuan IV 26,67, sedangkan pada pertemuan V menjadi 33,33%.
Data tentang kemampuan berbicara dan mendengar anak siklus I
disajikan dalam grafik berikut:

Grafik 1

Kemampuan Berbicara dan Mendengar Anak Siklus I

2. Hasil kemampuan berbicara dan mendengar anak silkus II


Rekapitulasi hasil kemampuan anak selama lima kali pertemuan yang
dilaksanakan pada tanggal 27 September s.d 01 Oktober

2014 dengan

hasil sebagai berikut:

Tinggi
Cukup
Renda

Rekapitulasi Kemampuan Berbicara dan Mendengar Anak Siklus


II
Nilai

Klasifikasi

Tabel 4

h
Jumlah

I
Jlh

Pertemuan
III

II
%

3
6

20,00
40,00

40,00

15

15

Jlh

6
4

40,00
26,67

Jlh

Jlh

Jlh

6
3

40,00
20,00

8
6

53,33
40,00

26,67

40,00

6,67

15

100

15

100

15

6
5

40,00
33,33

33,33

15

100

100

Ket
IV

Naik
Naik
Mnrn

Berdasarkan rekapitulasi hasil kemampuan pengembangan berbahasa


anak pada siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk klasifikasi nilai
tinggi pada pertemuan I sebesar 20,00%, pada pertemuan II naik menjadi
40,00%, pertemuan III dan IV sebesar 40,00%, dan pada pertemuan V
meningkat menjadi 53,33%.
Data tentang kemampuan berbicara dan mendengar anak siklus II
disajikan dalam grafik berikut:
Grafik 1

Kemampuan Berbicara dan Mendengar Anak Siklus II

B. Pembahasan Data Penelitian


1. Pembahasan Data Aktivitas Guru Siklus I
Berdasarkan hasil penilaian obsever, aktivitas guru dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Klasifikasi yang ditetapkan ada tiga, yaitu: 1) sangat baik, 2) baik, dan 3)
cukup.
b. Jumlah butir aktivitas yang diamati sebanyak 6 (enam), skor penilaian
tertinggi 4, skor penilaian terendah 1. Skor maksimal ideal adalah = 6 x 4
= 24, skor minimal ideal adalah = 6 x 1 = 6. Interval = 24 6 = 6
Tabel 5

Klasifikasi dan Interval Aktivitas Guru Siklus I

Klasifikasi
Interval skor
Sangat Baik
20-24
Baik
13-19
Cukup
6-12
Jumlah

Frekuensi (F)

Persentase (%)

16

66,67

16

66,67

Dari data skor aktivitas guru yang diperoleh pada siklus I adalah 16,
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa aktivitas guru dalam
menggunakan metode bercakap-cakap tergolong pada kategori baik dengan
perolehan persentase 66,67.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, aktivitas guru harus
ditingkatkan pada siklus berikutnya karena ada aktivitas guru yang kurang
jelas yaitu guru memberikan giliran satu persatu bercerita di depan dan guru
membimbing anak dalam menceritakan pengalaman.
2. Pembahasan Data Aktivitas Anak Siklus I
Berdasarkan penyajian data aktivitas anak pada siklus I, pembahasan yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Klasifikasi yang ditetapkan ada tiga, yaitu: 1) Sangat Baik (SB), 2) Cukup
(C), dan Belum Baik (BB).
b. Jumlah butir aktivitas adalah 6, skor penilaian tertinggi adalah 1, skor
penilaian terendah adalah 0. Jadi skor maksimal ideal = 6 x 1
= 6, skor minimal ideal = 6 x 0 = 0, jadi interval = 6-0 = 2
Tabel 6

Persentase Skor Aktivitas Belajar Anak Siklus I

Klasifikasi
Sangat Baik
Cukup

Interval Skor
5-6

Frekuensi
6

Persentase
40,00

3-4

46,67

0-2

13,33

15

100

Belum Baik
Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah anak yang


sudah melakukan aktivitas belajar dalam kategori sangat baik mencapai 40,00%
atau 6 orang dari 15 anak. Dari jumlah ini ternyata yang sudah melakukan
seluruh aktivitas belajar hanya 3 orang sedangkan 3 orang anak baru
melaksanakan 5 aktivitas belajar. Aktivitas belajar berkategori cukup berjumlah
46,67% atau 7 orang anak dari 15 orang, yaitu baru melaksanakan 3 sampai 4
aktivitas belajar. Sedangkan yang melakukan nol sampai dua aktivitas belajar
adalah 13,33% atau 2 anak dari 15 anak . Dengan demikian masih banyak
siswa yang belum melaksanakan aktivitas belajar siswa dengan baik dalam

pelaksanaan pengajaran yang dilakukan guru dengan metode bercakap-cakap.


Hal ini ditunjukkan dengan tabel frekuensi aktivitas belajar anak seperti berikut:
Tabel 7

Frekuensi Pelaksanaan Aktivitas Belajar Anak Siklus I

No

Aktivitas Belajar

Anak
memperhatikan
petunjuk guru

Anak
menceritakan
pengalaman
Anak maju ke depan kelas

3
4
5
6

Anak berani berbicara


Anak lancar berbicara
Anak menunjukkan
untuk berbicara
Jumlah
Rata-Rata

Jumlah Siswa
yang
melakukan
15

Persentase
(%) yang
melakukan
100

40

11

73

7
13
10

47
87
67

62

314
68,88

minat

Berdasarkan tabel di atas, aktivitas yang banyak dilakukan anak adalah


memperhatikan petunjuk guru. Aktivitas yang paling rendah adalah anak
menceritakan pengalaman. Sedangkan aktivitas lain yang berhubungan
dengan kemampuan berbicara masih ada beberapa orang yang belum
melakukan.
Dengan demikian perlu diperbaiki aktivitas belajar anak pada siklus I
agar dapat memenuhi kiteria keberhasilan dalam perbaikan pembelajaran ini.

3. Pembahasan Data Aktivitas Guru Siklus II

Berdasarkan data lembaran aktivitas guru, dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Klasifikasi yang ditetapkan adalah 3 klasifikasi, yaitu: 1) Sangat Baik, 2)
Baik, dan 3) cukup
b. Jumlah butir aktivitas 6 (enam), skor penilaian tertinggi 4, skor penilaian
terendah 1. Skor maksimal ideal adalah = 6 x 4 = 24, skor minimal ideal
adalah = 6 x 1 = 6. Interval = 24 6 = 6
Tabel 8

Klasifikasi dan Interval Aktivitas Guru Siklus II

Klasifikasi
Interval skor
Sangat Baik
20-24
Baik
13-19
Cukup
6-12
Jumlah

Frekuensi (F)
22

Persentase (%)
91,67

22

91,67

Dari data skor aktivitas guru yang diperoleh dari hasil penelitian pada
siklus II adalah 22, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa aktivitas
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode bercakapcakap tergolong dalam klasifikasi sangat baik dengan perolehan persentase
91,67%.

4. Pembahasan Data Aktivitas Anak Siklus II


Berdasarkan penyajian data aktivitas anak siklus II dapat dibahas dan
dianalisis sebagai berikut:
a. Klasifikasi yang ditetapkan adalah tiga, yaitu 1) Sangat Baik (SB), 2)
Cukup (C), dan Belum Baik (BB).

b. Jumlah butir aktivitas adalah 6, skor penilaian tertinggi adalah 1, skor


penilaian terendah adalah 0. Jadi skor maksimal ideal = 6 x 1 = 6, skor
minimal ideal = 6 x 0 = 0, jadi interval = 6-0 = 2
Tabel 9

Persentase Skor Aktivitas Belajar Anak Siklus II

Klasifikasi
Sangat

Interval Skor
5-6

Frekuensi
10

Persentase
66,67

Baik
Cukup
Belum Baik

3-4
0-2

5
0
15

33,33
0
100

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah anak yang


sudah melakukan aktivitas belajar dalam kategori sangat baik mencapai
66,67% atau 10 orang dari 15 anak. Dari jumlah ini ternyata yang sudah
melakukan seluruh aktivitas belajar berjumlah 6 orang sedangkan 4 anak
melaksanakan 5 aktivitas belajar.

Aktivitas belajar berkategori cukup

berjumlah 33,33% atau sebanyak 5 orang dari 15 orang anak, yaitu


melaksanakan 3 sampai 4 aktivitas belajar. Sedangkan yang melakukan nol
sampai dua aktivitas belajar adalah 0%, artinya dari 15 anak yang mengikuti
aktivitas belajar, yang tidak mengikuti jumlahnya tidak ada. Dengan demikian
terjadi peningkatan aktivitas belajar anak dengan metode bercakap-cakap. Hal
ini ditunjukkan dengan tabel frekuensi aktivitas belajar anak seperti berikut:
Tabel 10
No

Frekuensi Pelaksanaan Aktivitas Belajar Anak Siklus II


Aktivitas Belajar

Jumlah Siswa

Persentase

2
3
4
5
6

yang
melakukan

(%) yang
melakukan

15

100

12

80

12

80

60

15
11
74

100
73
493
82,22

Anak
memperhatikan
petunjuk guru
Anak menceritakan gambar
yang dipajang
Anak berani berbicara
Anak tampil bercerita di
depan kelas
Anak menunjukkan minat
dalam belajar
Anak lancar berbicara
Jumlah
Rata-Rata

Berdasarkan tabel di atas, aktivitas yang banyak dilakukan anak adalah


memperhatikan petunjuk guru dan menunjukkan minat belajar. Dengan
demikian tidak perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya karena
aktivitas belajar anak sudah mengalami peningkatan.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil belajar dan diskusi dengan observer, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kemampuan berbicara dan mendengar anak dengan menggunakan metode
bercakap-cakap mengalami peningkatan. Pada siklus I, anak yang mendapat
kategori tinggi pada pertemuan siklus I adalah 40,00 %, kategori cukup
46,67%, dan kategori rendah 13,33%. Pada siklus II terlihat terjadi
peningkatan yaitu anak yang mendapat kategori tinggi 66,67%, kategori
cukup 33,33%, dan kategori rendah 0%.
2. Aktivitas guru terjadi peningkatan. Pada siklus I memperoleh 16 poin untuk
kategori baik atau 66,67% dan pada siklus II menjadi 22 poin pada kategori
sangat baik atau 91,67%. terjadi peningkatan sebesar 25%.
3. Aktivitas anak mengalami peningkatan yaitu pada siklus I memperoleh
persentase 68,88% dan meningkat menjadi 82,22% pada siklus II. Terjadi
peningkatan 13,34%.

B. Saran
1. Disarankan kepada guru untuk menggunakan metode bercakap-cakap karena
metode bercakap-cakap dapat meningkatkan berbicara dan mendengar anak
kelompok B TK Tut Wuri Handayani.
2. Disarankan kepada guru untuk menggunakan metode bercakap-cakap karena
dapat meningkatkan aktivitas guru.

3. Metode bercakap-cakap juga dapat meningkatkan aktivitas anak. Oleh karena


itu, disarankan untuk menggunakan metode ini dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik; Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. (1994). Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar di TK.


Dhieni, Nurbiana. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Faizah, Hasnah. (2008). Psikolinguistik. Pekanbaru: Cendekia Insani.
Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Moeslihatoen. (1999). Metode Pengajaran di TK. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai