PTK
Disusun Oleh :
BASRIATI
Nip.19670929187032007
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sang Maha
Pencipta, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahNya sehingga dengan
izinNya karya ilmiah dengan judul " Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 adalah membantu
anak didik dalam mengembangkan berbagai potensi baik secara psikis maupun
fisik yang meliputi pengembangan moral, nilai, sosial, emosional, kognitif,
bahasa, motorik, kemandirian dan seni untuk dipersiapkan memasuki Pendidikan
dasar.
Tujuan program kegiatan belajar TK adalah membantu meletakkan dasar
ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak
didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar
TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan
moral
Pancasila,
agama,
disiplin,
perasaan/emosi,
dan
kemampuan
ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan
tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan
menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami,
menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung
seperti: dan, karena, tetapi; menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa,
mengapa, kapan; membandingkan dua hal; memahami konsep timbal balik;
menyusun kalimat; mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan
sederhana.
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan
bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat
menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan
menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama
benda.
Minat
tersebut
terus
berlangsung
sehingga
dapat
menambah
perbendaharaan kata.
Idealnya, kelompok B sudah memenuhi kriteria mampu berbahasa seperti
paparan di atas. Kenyataannya, dalam kegiatan pembelajaran pengembangan
berbahasa, prestasi belajar anak tergolong rendah. Hal tersebut bisa diamati
berdasarkan gejala-gejala berikut:
1. Anak kurang lancar berbicara
2. Anak masih malu-malu mengungkapkan perasaannya secara lisan
3. Sebagian anak bersikap pasif ketika diminta ikut terlibat dalam kegiatan
berbicara
anak
lebih
aktif
dalam
mengemukakan
pendapatnya
atau
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan
berbicara dan mendengar anak kelompok B TK Tut Wuri Handayani melalui
menceritakan pengalaman sederhana .
C. Tujuan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan perbaikan pembelajaran ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar melalui
menceritakan pengalaman sederhana dengan urut anak kelompok B TK Tut Wuri
Handayani menggunakan metode bercakap-cakap.
D. Manfaat Perbaikan
a. Manfaat bagi siswa
1. Meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengar anak
2. Membantu anak lebih percaya diri dalam menjalin komunikasi dengan
guru dan teman sejawat
3. Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan tidak kaku
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Metode Bercakap-Cakap
1. Pengertian Metode Bercakap-Cakap
Metode bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan
guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog.
Kegiatan monolog dilaksanakan di kelas dengan cara anak berdiri dan
berbicara di depan kelas atau di tempat duduknya, mengungkapkan segala
sesuatu yang diketahui, dimiliki dan dialami, atau menyatakan perasaan
dan
pendapatnya.
b. Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasannya.
c. Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena
topik/ tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian
dan di lingkungan anak.
d. Mengembangkan cara berpikir kritis dan sikap hormat dan menghargai
pendapat orang lain.
e. Anak mendapat kesempatan
untuk
mengembangkan
kemampuan
memberi
nama,
alamat,
usia,
dan
mulai
memahami
waktu.
Perkembangan bahasa anak semakin meningkat pada usia 5 tahun. Pada usia ini
anak sudah bisa berbicara lancar dengan menggunakan kosa kata baru (Bowler
dan Linke, 1996 dalam Dhieni, 2005:3.4).
Ketika memasuki taman kanak-kanak anak sudah menguasai hampir
semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat
berita, kalimat tanya, dan sejumlah kosa kata lain. Anak pada masa prasekolah
ini telah mempelajari hal-hal yang di luar kosakata dan tata bahasa. Mereka
sudah dapat menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang bermacammacam. Mereka dapat berkata kasar pada temannya, tetapi dapat juga berkata
sopan pada orang tuanya (Chaer, 2003: 238).
Menurut Atchison (Hartley, 1982:41 dalam Faizah, 2008: 31), pada
saat anak berumur 2,6 tahun, anak telah menggunakan kalimat tanya, kalimat
negasi, kalimat 4 kata, dan vokal telah sempurna. Ketika menginjak umur 3,6
tahun, pelafalan konsonan telah sempurna. Anak telah bisa menggunakan
kalimat sederhana yang tepat tetapi masih terbatas ketika berumur 4 tahun.
Sedangkan pada umur 5 tahun konstruksi morfologis dan sintaksis telah
sempurna.
Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling
umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras
dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut.
Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik,
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan
dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah
dipahami.
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang
dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan
pengalaman, meningkatkan pengetahuannya, dan mengembangkan bahasanya
(Dhieni, 2005: 3.8). Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward
(hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa
agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.
Anak yang memiliki hambatan bahasa juga dapat distimulasi untuk memahami
bahasa yang sederhana. Dalam hal ini pendidik perlu lebih menekankan
penggunaan penguat dibandingkan pengoreksian terhadap kata-kata yang
mereka ucapkan.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Tut Wuri Handayani. Waktu
penelitian pada Tahun Pelajaran 2014/2015 dan dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan yaitu dari bulan September-Oktober 2014. Tindakan dilakukan pada
anak kelompok B yang berjumlah 15 orang. Kegiatan berlangsung dalam 2
siklus. Siklus I dilaksanakan dari tanggal 20 September s.d. 24 September
2014, sedangkan siklus II dilaksanakan dari tanggal 27 September s.d. 01
Oktober 2014. Tema yang dipilih adalah Keluargaku. Kegiatan belajar di
Taman Kanak-Kanak Tut Wuri Handayani dimulai pukul 08.00 WIB sampai
pukul 10.45 WIB.
2. Waktu Pelaksanaan
a. Siklus I
Waktu pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1
No
1
2
3
4
Senin/20-08-2014
Selasa/21-08-2014
Rabu/22-08-2014
Kamis/23-08-2014
Waktu
Pertemuan
Bidang
Pengembangan
08.00-10.45
Bahasa Anak
Jumat/24-08-2014
b. Siklus II
Waktu pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2
No
1
2
3
4
5
Senin/27-08-2014
Selasa/28-08-2014
Rabu/29-08-2014
Kamis/30-08-2014
Jumat/01-09-2014
Waktu
Pertemuan
Bidang
Pengembangan
08.00-10.45
Bahasa Anak
sebaran nilai hasil belajarnya. Untuk gambaran aktivitas belajar anak, suasana
kelompok dan aktivitas guru dianalisis secara kuantitatif.
2. Berdasarkan hasil analisis data, guru bersama observer melakukan diskusi
untuk mengetahui:
a. Kelemahan/kekurangan yang ada pada pelaksanaan tindakan.
b. Tingkat keberhasilan berdasarkan standar yang telah ditentukan dan
penyebab-penyebab kurang berhasilnya pencapaian tujuan.
3. Menyusun rencana tindakan perbaikan untuk siklus berikutnya.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
20 s.d 24 September
berikut:
Tinggi
Cukup
Renda
h
Jumlah
Nilai
Klasifikasi
Tabel 3
Pertemuan
III
II
%
Jlh
Jlh
Ket
IV
Jlh
V
%
Jlh
2
4
13,33
26,67
3
3
20,00
20,00
4
6
26,67
40,00
4
5
26,67
33,33
5
5
33,33
33,33
60,00
60,00
33,33
40,00
33,33
15
15
100
15
100
15
100
15
100
Naik
Naik
Mnrn
15
Grafik 1
2014 dengan
Tinggi
Cukup
Renda
Klasifikasi
Tabel 4
h
Jumlah
I
Jlh
Pertemuan
III
II
%
3
6
20,00
40,00
40,00
15
15
Jlh
6
4
40,00
26,67
Jlh
Jlh
Jlh
6
3
40,00
20,00
8
6
53,33
40,00
26,67
40,00
6,67
15
100
15
100
15
6
5
40,00
33,33
33,33
15
100
100
Ket
IV
Naik
Naik
Mnrn
a. Klasifikasi yang ditetapkan ada tiga, yaitu: 1) sangat baik, 2) baik, dan 3)
cukup.
b. Jumlah butir aktivitas yang diamati sebanyak 6 (enam), skor penilaian
tertinggi 4, skor penilaian terendah 1. Skor maksimal ideal adalah = 6 x 4
= 24, skor minimal ideal adalah = 6 x 1 = 6. Interval = 24 6 = 6
Tabel 5
Klasifikasi
Interval skor
Sangat Baik
20-24
Baik
13-19
Cukup
6-12
Jumlah
Frekuensi (F)
Persentase (%)
16
66,67
16
66,67
Dari data skor aktivitas guru yang diperoleh pada siklus I adalah 16,
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa aktivitas guru dalam
menggunakan metode bercakap-cakap tergolong pada kategori baik dengan
perolehan persentase 66,67.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, aktivitas guru harus
ditingkatkan pada siklus berikutnya karena ada aktivitas guru yang kurang
jelas yaitu guru memberikan giliran satu persatu bercerita di depan dan guru
membimbing anak dalam menceritakan pengalaman.
2. Pembahasan Data Aktivitas Anak Siklus I
Berdasarkan penyajian data aktivitas anak pada siklus I, pembahasan yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi yang ditetapkan ada tiga, yaitu: 1) Sangat Baik (SB), 2) Cukup
(C), dan Belum Baik (BB).
b. Jumlah butir aktivitas adalah 6, skor penilaian tertinggi adalah 1, skor
penilaian terendah adalah 0. Jadi skor maksimal ideal = 6 x 1
= 6, skor minimal ideal = 6 x 0 = 0, jadi interval = 6-0 = 2
Tabel 6
Klasifikasi
Sangat Baik
Cukup
Interval Skor
5-6
Frekuensi
6
Persentase
40,00
3-4
46,67
0-2
13,33
15
100
Belum Baik
Jumlah
No
Aktivitas Belajar
Anak
memperhatikan
petunjuk guru
Anak
menceritakan
pengalaman
Anak maju ke depan kelas
3
4
5
6
Jumlah Siswa
yang
melakukan
15
Persentase
(%) yang
melakukan
100
40
11
73
7
13
10
47
87
67
62
314
68,88
minat
Klasifikasi
Interval skor
Sangat Baik
20-24
Baik
13-19
Cukup
6-12
Jumlah
Frekuensi (F)
22
Persentase (%)
91,67
22
91,67
Dari data skor aktivitas guru yang diperoleh dari hasil penelitian pada
siklus II adalah 22, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa aktivitas
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode bercakapcakap tergolong dalam klasifikasi sangat baik dengan perolehan persentase
91,67%.
Klasifikasi
Sangat
Interval Skor
5-6
Frekuensi
10
Persentase
66,67
Baik
Cukup
Belum Baik
3-4
0-2
5
0
15
33,33
0
100
Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase
2
3
4
5
6
yang
melakukan
(%) yang
melakukan
15
100
12
80
12
80
60
15
11
74
100
73
493
82,22
Anak
memperhatikan
petunjuk guru
Anak menceritakan gambar
yang dipajang
Anak berani berbicara
Anak tampil bercerita di
depan kelas
Anak menunjukkan minat
dalam belajar
Anak lancar berbicara
Jumlah
Rata-Rata
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil belajar dan diskusi dengan observer, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kemampuan berbicara dan mendengar anak dengan menggunakan metode
bercakap-cakap mengalami peningkatan. Pada siklus I, anak yang mendapat
kategori tinggi pada pertemuan siklus I adalah 40,00 %, kategori cukup
46,67%, dan kategori rendah 13,33%. Pada siklus II terlihat terjadi
peningkatan yaitu anak yang mendapat kategori tinggi 66,67%, kategori
cukup 33,33%, dan kategori rendah 0%.
2. Aktivitas guru terjadi peningkatan. Pada siklus I memperoleh 16 poin untuk
kategori baik atau 66,67% dan pada siklus II menjadi 22 poin pada kategori
sangat baik atau 91,67%. terjadi peningkatan sebesar 25%.
3. Aktivitas anak mengalami peningkatan yaitu pada siklus I memperoleh
persentase 68,88% dan meningkat menjadi 82,22% pada siklus II. Terjadi
peningkatan 13,34%.
B. Saran
1. Disarankan kepada guru untuk menggunakan metode bercakap-cakap karena
metode bercakap-cakap dapat meningkatkan berbicara dan mendengar anak
kelompok B TK Tut Wuri Handayani.
2. Disarankan kepada guru untuk menggunakan metode bercakap-cakap karena
dapat meningkatkan aktivitas guru.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik; Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.