Anda di halaman 1dari 10

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA terhadap Penyakit

Menular Seksual pada Tahun 2018


Lintang Tyas Ananda Riani Suara1 Zinnirah Laila Nur H1
Ni Putu Ganis Pradnyawati2

1Program Sarjana Keperawatan, Universitas Padjadjaran


2Program Sarjana Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Inggris,
Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Latar Belakang: Remaja adalah tahap perkembangan dari anak-anak menuju dewasa,
masa ini dapat disebut dengan masa transisi yakni dalam tahap pencarian identitas diri.
Pada masa ini kelompok remaja termasuk kategori berisiko tinggi terhadap penyakit
menular seksual akibat kurangnya pengetahuan mengenai penyakit menular seks.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku
siswa-siswi SMA Negeri 1 Parigi terhadap penyakit menular seksual.
Metode: Penelitian dilakukan secara deskriptif kuantitatif pada bulan Mei 2018.
Populasi pada penelitian ini adalah kelas X IPA, X IPS, XI IPA, XI IPS SMA Negeri
1 Parigi Kabupaten Pangandaran dengan jumlah 837 siswa. Pengambilan sampel
menggunakan random sampling dengan jumlah sampel 423 responden. Analisis data
mengunakan analisis univariate dengan table distribusi frekuensi.
Hasil: Berdasarkan hasil tertinggi yang didapatkan menunjukan bahwa pada sebagian
responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik mengenai PMS sebesar 89,4%
dan memiliki sikap dengan kategori cukup mengenai PMS sebesar 57,2%
Kata Kunci:Penyakit Menular Seks, Remaja, Siswa, SMA.
ABSTRACT
Background : Adolescent is defined as a period of transition from childhood to
adulthood, this period can be called The Transition Phase which is phase of identity
searching. At this time adolescent groups are categorized as high rish of sexually
transmitted disease (PMS ) resulted from lack of knowledge about sexually transmitted
disease. The purpose of this study is to determine the description of knowledge and
behaviour of respondens about sexually transmitted disease.
Research Method : The research was conducted descriptively quantitative on Mei
2018. The population of this research was coming from 10th grade of Mathematics
Science and Social Science, and 11th grade of Mathematic Science and Social Science
SMA Negeri 1 Parigi, Pangandaran Region with a total of 837 students. This sample
was taken with random sampling with 432 respondents. The data analysis used
univariate analysis with the frequency distribution table.
Result : Based on highest result that obtained showed some respondents have
knowledge with good category of sexually transmitted disease 89,4% and have attitude
with enough category equal to 57,2%
Key Word: sexually transmitted disease, Adolescent, Student, Senior High School.
PENDAHULUAN Beberapa perubahan fisik, psikologis
dan kognitif. Perubahan ini menyebabkan
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan
salah satu penyebab permasalahan kesehatan, mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
sosial dan ekonomi di banyak negara. Hampir Pemahaman yang kurang atau salah
500 juta kasus baru IMS terjadi setiap tahun mengenai masalah seksualitas menyebabkan
di seluruh dunia.1 World Health remaja berisiko melakukan hubungan seksual
Organization (WHO) pada tahun 2016 yang tidak aman seperti berganti – ganti
menyatakan terdapat lebih dari 1 juta orang pasangan, memakai narkoba dan tidak
menderita IMS setiap hari.2 menggunakan kondom.8
Dari perkiraan CDC yaitu 20 juta kasus Berdasarkan data rekam medis,
infeksi baru per tahun, separuh di antaranya Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
ialah orang muda berusia 15-24 tahun.3 Divisi Infeksi Menular Seksual di RSUP dr.
Kementerian Kesehatan RI pada Hasan Sadikin, selama periode tiga tahun,
tahun 2017 mengeluarkan data statistic mulai 1 Juli 2010 hingga 30 Juni 2013,
penyakit menular seksual khususnya untuk tercatat sebanyak 964 pasien, dan prevalensi
penyakit HIV/AIDS, prevalensi HIV/AIDS pasien berusia 10–19 tahun sebesar 9,34%
di Indonesia terlihat data 2 tahun terakhir (90 orang). Sebanyak 35,5% remaja tersebut
terhitung secara kumulatif dari tahun 2016 menderita lebih dari satu PMS.8
hingga 10 April 2017, yaitu 51.626 orang dan Adapun berdasarkan penelitian
jumlah AIDS yang dilaporkan menurut mengenai pengetahuan dan sikap siswa
kelompok umur 15-19 secara kumulatif dari SMA/SMK di salah satu kota di Jawa Barat
tahun 2016 hingga 10 April 2017, yaitu 124 yang dilakukan mahasiswa di salah satu
orang.4 Walaupun kelompok umur 15-19 perguruan tinggi negeri ternyata sebagian
berada di posisi 4 terbawah namun pada besar siswa yaitu 56,5% memiliki
kelompok remaja ini harus tetap diperhatikan pengetahuan yang kurang mengenai
supaya tidak meningkat angka jumlah penyebab, gejala dan komplikasi
penderita setiap tahunnya. Data yang PMS. Sebuah penelitian juga menjelaskan,
diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi 20% remaja Indonesia yang berpacaran telah
Jawa Barat prevalensi HIV/AIDS terlihat melakukan hubungan seksual.8
data 2 tahun terakhir terhitung secara
kumulatif dari tahun 2016 hingga Maret Melihat dari data diatas, kelompok
2017, yaitu 1.050 orang.4 Sementara, Data remaja termasuk kategori berisiko tinggi
Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran terhadap penyakit menular seksual akibat
menunjukkan secara kumulatif ada 43 kasus kurangnya pengetahuan mengenai penyakit
HIV/AIDS yang tercatat.5 menular seks. Maka dari itu, peneliti
Remaja adalah kelompok yang melakukan penelitian untuk mengetahui
beresiko mengalami permasalahan gambaran pengetahuan dan perilaku siswa-
kesehatan, sesuai tahap perkembangannya, siswi SMA Negeri 1 Parigi terhadap penyakit
remaja berada pada masa transisi, pencarian menular seksual dalam upaya menghambat
identitas diri.6 Kalangan remaja saat ini peningkatan dan/atau menurunkan angka
sedang mengalami kerentanan hidup insiden PMS dikalangan remaja ini.
terhadap berbagai macam resiko kesehatan
terutama yang berkaitan dengan kesehatan METODE PENELITIAN
seksual dan reproduksi termasuk peningkatan Penetilian ini menggunakan metode
ancaman penyakit menular seksual ( PMS ).7 deskriptif analitik kuantitatif. Populasi pada
penelitian ini adalah kelas X IPA, X IPS, XI jawaban nomor 1, 6, 7, 8, dan 9 akan diberi
IPA, XI IPS SMA Negeri 1 Parigi Kabupaten nilai 1 jika responden menjawab ‘a’ (setuju),
Pangandaran dengan jumlah 837 siswa. dan untuk pertanyaan 2-5 akan diberi nilai 1
Pengambilan sampel dilakukan dengan jika responden menjawab ‘b’ (tidak setuju).
random sampling yang berjumlah 423 siswa. Sedangkan jika responden tidak menjawab
Kriteria penelitian ini adalah siswa-siswi atau menjawab lain dan tidak sesuai dengan
yang hadir pada pelaksanaan pengambilan
ketentuan di atas maka diberi nilai 0. Dengan
data dan bersedia mengisi kuesioner dengan
demikian, skor tertinggi adalah 9.
20 pertanyaan. Jenis data yang digunakan
adalah data primer yang diperoleh langsung Pengukuran sikap responden
dari subjek dengan menggunakan kuesioner dilakukan dengan sistem skoring dengan
dan data sekunder yang berasal dari pihak skala ordinal sebagai berikut:
sekolah. Analisis data mengunakan analisis a. Tingkat pengetahuan baik, apabila
univariate dengan table distribusi frekuensi. jawaban responden benar >75% dari nilai
Pengukuran tingkat pengetahuan tertinggi, yaitu skor >7
remaja mengenai penyakit menular seksual b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila
dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan jawaban responden benar antara 56-75%
yang dilakukan oleh responden. Instrumen dari nilai tertinggi, yaitu skor 6-7
yang digunakan berupa kuisioner dengan c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila
jumlah pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan. jawaban responden benar antara 40-55%
Apabila jawaban responden benar akan diberi
dari nilai tertinggi, yaitu skor 4-5
nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Dengan
demikian skor tertinggi adalah 11. d. Tingkat pengetahuan buruk, apabila
Pengukuran tingkat pengetahuan responden jawaban responden benar <40% dari nilai
dilakukan dengan menggunakan sistem tertinggi, yaitu skor <4
skoring (Arikunto, 2007), yakni dengan skala
ordinal sebagai berikut9: HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada 11 Mei
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila 2018 di SMA Negeri 1 Parigi Kabupaten
jawaban responden benar >75% dari nilai Pangandaran. Populasi dalam penelitian ini
tertinggi, yaitu skor >8 adalah siswa-siswi kelas X IPA, X IPS, XI
b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila IPA, XI IPS SMA Negeri 1 Parigi Kabupaten
jawaban responden benar antara 56-75% Pangandaran. Jumlah responden yang terlibat
dari nilai tertinggi, yaitu skor 6-8 dalam penelitian ini sebanyak 423 dari 837
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila populasi. Metode penelitian ini
jawaban responden benar antara 40-55% menggunakan kuesioner yang disebarkan
dari nilai tertinggi, yaitu skor 4-5 kepada siswa yang hadir pada saat
d. Tingkat pengetahuan buruk, apabila pengambilan data dan bersedia untuk mengisi
jawaban responden benar <40% dari nilai kuesioner.
tertinggi, yaitu skor <4
Pengukuran sikap remaja mengenai Karakteristik Responden
penyakit menular seksual dilakukan Berdasarkan hasil penelitian
berdasarkan jawaban pertanyaan yang diperoleh gambaran distribusi responden
dilakukan oleh responden. Instrumen yang menurut kelompok jenis kelamin dan
digunakan berupa kuisioner dengan jumlah kelompok umur seperti pada table distribusi
pertanyaan sebanyak 9 pertanyaan. Untuk frekuensi Berikut:
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan Sangat kurang 1 0,2
jenis kelamin Tabel 3 menunjukan menunjukkan tingkat
Jenis kelamin n % pengetahuan responden tentang PMS berada
Laki-Laki 118 27,9 dalam kategori baik (89,4%), diikuti dengan
Perempuan 305 72,1 kategori cukup (8,5%), kategori kurang
Total 423 100 (1,9%), dan kategori buruk (0,2%).
Keterangan : n jumlah responden
Tabel 4. Distribusi frekuensi Sikap
Tabel 1 menunjukan sebagian besar responden tentang PMS
responden merupakan remaja perempuan Sikap n %
berjumlah 305 orang dengan persentase Baik 99 23,4
72,1%, dan responden remaja laki-laki Cukup 242 57,2
berjumlah 118 orang dengan persentase Kurang 68 16,1
27,9%. Sangat kurang 14 3,3
Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
umur
Tabel 4 menunjukan tingkat sikap responden
Umur n %
tentang PMS berada dalam kategori baik
14 tahun 3 0,7
(23,4%), diikuti dengan kategori cukup
15 tahun 50 11,8
(57,2%), kategori kurang (16,1%), dan
16 tahun 206 48,7
kategori buruk (3,3%).
17 tahun 141 33,3
18 tahun 23 5,4
Tabel 5. Indikator Pengetahuan
Total 423 100
responden tentang Penyakit Seksual
Menular
Tabel 2 menunjukkan bahwa 0,7% siswa
No. Pertanyaan N %
berusia 14 tahun, 11,8% siswa berusia 15
1 Mengetahui
tahun, sebanyak 48,7% siswa berusia 16
tentang PMS
tahun, sebanyak 33,3% siswa berusia 17
Ya 366 86,5
tahun, dan 5,4% siswa berusia 18 tahun.
Tidak 55 13,0
Berdasarkan data tersebut menunjukkan
Tidak diisi 2 0,5
bahwa jumlah responden terbanyak adalah
pada usia 16 tahun dengan persentase 48,7%
2 Menyebutkan jenis
dan jumlah responden paling sedikit adalah
PMS
usia 14 tahun dengan persentase 2,4%
Herpes 19 4,5
Gonore 2 0,5
Gambaran Pengetahuan Responden
Sifilis 2 0,5
Berdasarkan hasil pengukuran
HIV/AIDS 221 52,2
diperoleh gambaran pengetahuan responden
Tidak Tahu 27 6,4
pada table distribusi frekuensi Berikut:
Menjawab > dari 1 146 34,5
Tidak diisi 6 1,4
Tabel 3. Distribusi frekuensi Pengetahuan
3 Mengetahui cara
responden tentang PMS
penularan PMS
Pengetahuan n %
Ya 363 85,8
Baik 378 89,4 Tidak 53 12,6
Cukup 36 8,5 Tidak diisi 7 1,7
Kurang 8 1,9
4 Mengetahui jenis Tidak berpengaruh, 23 5,4
cara penularan hanya simbol saja
PMS Hidup enggan, mati 17 4,0
Berciuman 10 2,4 tak mau
Hubungan Seksual 175 41,4 Kehilangan masa 325 76,8
Jarum Suntik 15 3,5 depan
Tidak Tahu 27 6,4 Mengikuti tren 5 1,2
Menjawab > dari 1 191 45,2 Tidak tahu 46 10,9
Tidak diisi 5 1,1 Tidak diisi 7 1,7
5 Mengetahui cara 10 Pandangan siswa
penularan PMS tentang istilah
melalui hubungan 'Tidak Perawan'
seksual yang Sudah melakukan 368 87,0
berganti-ganti hubungan seks
pasangan Sudah menikah 17 4,0
Ya 396 93,6 Masturbasi 2 0,5
Tidak 27 6,4 Tidak berdarah pada 7 1,7
6 Mengetahui saat malam pertama
kondom dapat Tidak tahu 24 5,7
mencegah Tidak diisi 5 1,1
penularan PMS 11 Pandangan siswa
Ya 285 67,4 tentang makna
Tidak 122 28,8 hubungan seksual
Tidak diisi 16 3,8 Berpegangan tangan 5 1,1
7 Mengetahui cara Melakukan 384 90,8
penularan PMS hubungan intim
melalui ciuman Berpelukan 3 0,7
Ya 292 69,0 Berciuman 2 0,5
Tidak 118 27,9 Tidak tahu 27 6,4
Tidak diisi 13 3,1 Tidak diisi 2 0,5
8 Sumber informasi
seks yang didapat
Teman 52 12,3 Tabel 5 menunjukan bahwa pertanyaan
Pacar 15 3,5 nomor 1 paling banyak menjawab ‘Ya’
Orang Tua 11 2,6 sebesar 86,5%, pertanyaan nomor 2 paling
Media (VCD, DVD, 88 20,8 banyak menjawab HIV/AIDS sebesar 52,2%,
Majalah Porno, dll.) pertanyaan nomor 3 paling banyak menjawab
Sekolah 108 25,5 ‘Ya’ sebesar 85,8%, pertanyaan nomor 4
Memilih > dari 1 119 28,2 paling banyak menjawab ‘> dari 1’ sebesar
sumber 45,2%, pertanyaan nomor 5 paling banyak
Tidak diisi 30 7,1 menjawab ‘Ya’ sebesar 93,6%, pertanyaan
9 Pandangan siswa nomor 6 paling banyak menjawab ‘Ya’
tentang makna
sebesar 67,4%, pertanyaan nomor 7 paling
kehilangan
banyak menjawab ‘Ya’ sebesar 69%,
keperawanan
pertanyaan nomor 8 paling banyak menjawab
‘Ya’ sebesar 28,2%, pertanyaan nomor 9
paling banyak menjawab ‘Kehilangan masa 6 Laki-
depan’ sebesar 76,8%, pertanyaan nomor 10 laki/perempuan
paling banyak menjawab ‘Sudah melakukan harus menjaga
hubungan seks’ sebesar 87%, pertanyaan keperjakaan/kepera
nomor 11 paling banyak menjawab wanan
‘Melakukan hubungan intim’ sebesar 90,8% Setuju 407 96,2
Tidak setuju 10 2,4
Tabel 6. Indikator Sikap Responden Tidak diisi 6 1,4
terhadap perilaku seksual 7 Tayangan TV atau
No. Pertanyaan n % media lainnya cukup
1 Bacaan/gambar/film berperan dalam
porno dapat meningkatkan
menambah jumlah remaja yang
pengetahuan seks melakukan
Ya 280 66,2 hubungan seksual
Tidak 127 30 sebelum menikah
Tidak diisi 16 3,8 Setuju 229 54,1
2 Membicarakan Tidak setuju 176 41,6
tentang kesehatan Tidak diisi 18 4,3
reproduksi adalah 8 Kurikulum di
hal yang tabu sekolah sudah cukup
Ya 152 35,9 untuk memberikan
Tidak 214 50,6 pengetahuan
Tidak diisi 57 13,5 tentang kesehatan
3 Memperkenalkan reproduksi
alat kontrasepsi Setuju 217 51,3
pada remaja berarti Tidak setuju 185 43,7
mengijinkan free sex Tidak diisi 21 5
Setuju 56 13,2 9 Perlunya
Tidak setuju 333 78,7 penyuluhan
Tidak diisi 34 8 kesehatan
4 Hamil pranikah reproduksi di
bukanlah hal yang sekolah-sekolah
memalukan Setuju 385 91
Setuju 157 37,1 Tidak setuju 23 5,4
Tidak setuju 256 60,5 Tidak diisi 15 3,6
Tidak diisi 10 2,4 Tabel 6 menunjukan bahwa pertanyaan
5 Aborsi lebih baik nomor 1 paling banyak menjawab ‘Ya’
daripada sebesar 66,2%, pertanyaan nomor 2 paling
menanggung malu banyak menjawab ‘Tidak’ sebesar 50,6%,
karena hamil pertanyaan nomor 3 paling banyak menjawab
pranikah ‘Tidak setuju’ sebesar 78,7%, pertanyaan
Setuju 31 7,3 nomor 4 paling banyak menjawab ‘Tidak
Tidak setuju 383 90,5
setuju’ sebesar 60,5%, pertanyaan nomor 5
Tidak diisi 9 2,1
paling banyak menjawab ‘Tidak setuju’
sebesar 90,5%, pertanyaan nomor 6 paling
banyak menjawab ‘Setuju’ sebesar 96,2%, Seksual Menular) yang didapat berasal dari
pertanyaan nomor 7 paling banyak menjawab sekolah sebesar 25,5% dan sebanyak 51,3%
‘Setuju’ sebesar 54,1%, pertanyaan nomor 8 siswa menyatakan bahwa kurikulum di
paling banyak menjawab ‘Setuju’ sebesar sekolah sudah cukup dalam memberikan
51,3%, pertanyaan nomor 9 paling banyak pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
menjawab ‘Setuju' sebesar 91%, (Tabel 6. Indikator Sikap Responden
terhadap perilaku seksual ).
Pendidikan kesehatan reproduksi dan
PEMBAHASAN ATAU DISKUSI seksual di sekolah meskipun tidak diberikan
Karakteristik Responden dalam mata pelajaran secara khusus
Berdasarkan hasil penelitian, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
didapatkan responden perempuan 305 orang Pendidikan (KTSP) tahun 2006, namun
dengan persentase 72,1%, dan responden sebagian materi kesehatan reproduksi
laki-laki berjumlah 118 orang dengan diberikan dalam mata pelajaran Biologi,
persentase 27,9% dengan distribusi usia Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Olah
responden 0,7% siswa berusia 14 tahun, Raga (Penjaskesor), dan Pendidikan Agama.
11,8% siswa berusia 15 tahun, sebanyak Di luar mata pelajaran, pendidikan kesehatan
48,7% siswa berusia 16 tahun, sebanyak reproduksi di sekolah diberikan melalui
33,3% siswa berusia 17 tahun, dan 5,4% program lembaga pemerintah dan non-
siswa berusia 18 tahun. Berdasarkan data pemerintah.11
tersebut menunjukkan bahwa jumlah Adapun hal lain yang dapat
responden terbanyak adalah pada usia 16 mempengaruhi pengetahuan responden baik
tahun dengan persentase 48,7% dan jumlah adalah letak SMA Negeri 1 Parigi yang
responden paling sedikit adalah usia 14 tahun berada di kawasan pariwisata sehingga
dengan persentase 2,4%. Batasan usia remaja ketersediaan sumber informasi seks berupa
menurut World Health Organization (WHO) media massa seperti televisi, DVD, VCD,
adalah 12 sampai 24 tahun.10 Responden majalah mudah dijangkau. Hal ini sesuai
penelitian ini sebagian besar terbasuk dengan teori Notoatmodjo (2013), dimana
kategori remaja. berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, media massa dan
Pengetahuan tentang PMS lain lain mempunyai pengaruh besar terhadap
Hasil penelitian yang dilakukan di pembentukan opini dan kepercayaan orang.
SMA Negeri 1 Parigi Kab. Pangandaran Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
dengan jumlah responden 423 menunjukkan pokoknya, media massa membawa pula
tingkat pengetahuan responden tentang PMS pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
berada dalam kategori baik (89,4%). Tingkat mengarahkan opini seseorang. Adanya
pengetahuan kategori baik ini di anggap informasi baru mengenai suatu hal
karena siswa-siswi SMA Negeri 1 Parigi memberikan landasan kognitif baru bagi
Kab. Pangandaran sebelumnya telah terbentuknya pengetahuan terhadap hal
mengikuti penyuluhan tentang Penyakit tersebut.12
Menular Seks yang diselenggarakan oleh Hasil dari penelitian ini sama dengan
pihak sekolah. Selain itu, didukung pula
hasil penelitian yang dilakukan oleh Marini,
siswa-siswi khususnya kelas XI IPA telah
dkk13 yang melakukan penelitian di SMA
mendapatkan materi tentang reproduksi di
mata pelajaran biologi. Hal ini didukung dari Frater Don Bosco Manado didapatkan tingkat
sumber informasi seks ( Tabel 5. Indikator pengetahuan remaja tentang penyakit
Pengetahuan responden tentang Penyakit menular seksual mayoritas berada dalam
kategori baik yaitu sebesar 50%. Hasil melakukan hubungan seksual pada usia
penelitian ini menunujukan sebesar 92,5% remaja.
responden menjawab benar dalam
pertanyaan jenis cara penularan PMS dan Sikap responden tentang PMS
sebesar 7,5% responden menjawab tidak tahu Hasil penelitian yang dilakukan di
dan tidak diisi. Hal ini sesuai dengan SMA Negeri 1 Parigi Kab. Pangandaran
penelitian Marini, dkk bahwa sebesar 97% dengan jumlah responden 423 menunjukkan
responden menjawab benar dan sebesar 2% sikap responden tentang PMS berada dalam
responden menjawab salah. Hal ini kategori cukup sebesar 57,2% dan kategori
diharapkan dengan tingginya pengetahuan baik hanya sebesar 23,4%. Gambaran sikap
tentang jenis cara penularan PMS, responden ini tidak sepadan dengan tingkat pengetahuan
dapat mencegah PMS dengan menjahui/ kategori baik.
menghindari perilaku seks. Kondisi ini dapat terjadi oleh
Berbeda halnya dengan penelitian beberapa faktor, salah satunya adalah
yang dilakukan oleh Hendy, dkk14 yang lingkungan sekolah maupun lingkungan
melakukan penelitian di SMA Negeri 1 tempat tinggal yang berada di wilayah
Semarang didapatkan bahwa tingkat pariwisata termasuk Kabupaten
pengetahuan remaja tentang penyakit Pangandaran. Banyaknya para wisatawan
menular seksual dalam kategori baik hanya yang berkunjung baik domestik ataupun non-
sebesar 9% sedangkan pada kategori domestik, sedikit banyaknya dapat
tertinggi didapatkan pada tingkat cukup mempengaruhi sikap responden dalam
sebanyak 79%. Penelitian yang dilakukan menyikapi berperilaku seksual. Perbedaan
Upik, dkk12 di SMA Negeri 24 Bandung pun kebiasaan dan perilaku budaya asing
menyatakan hal yang sama dengan penelitian perlahan-lahan melekat pada pergaulan anak
Hendy, dkk13 bahwa didapatkan tingkat muda jaman sekarang khususnya di wilayah
pengetahuan remaja tentang penyakit ini, kurangnya bimbingan orang tua dan
menular seksual dalam kategori baik hanya kurang baik dalam menyikapi
sebesar 6,32% sedangkan pada kategori mengakibatkan sering terjadinya sesuatu
tertinggi didapatkan pada tingkat cukup yang hal yang tidak diinginkan seperti
sebanyak 62.63%. Hasil penelitian ini hampir berperilaku seksual pranikah. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hendy, dkk dan didukung dari pertanyaan nomor 6 laki-
Upik, dkk yang dilakukan oleh Sri, dkk14 di laki/perempuan harus menjaga keperjakaan
SMA “X” Kota Bandung bahwa didapatkan atau keperawanan ( Tabel 6. Indikator Sikap
tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit Responden terhadap perilaku seksual) yang
menular seksual dalam kategori baik hanya didapatkan bahwa menjaga keperjakaan atau
sebesar 27% sedangkan pada kategori keperawanan tidak perlu untuk dijaga sebesar
tertinggi didapatkan pada tingkat cukup 2,4%. Kondisi ini sangat disayangkan karena
sebanyak 69%. Hal ini didukung oleh data walaupun masih sebagian kecil yang
mengenai distribusi perilaku responden menyatakan yaitu sekitar 10 responden,
mengenai pernah atau tidaknya melakukan namun hal ini harus tetap diperhatikan untuk
hubungan seksual pada SMA “X” bahwa mencegah responden dalam berperilaku
sebesar 9% responden pernah dalam seksual pranikah. Hal ini pun didukung dari
pertanyaan nomor 4 (Hamil pranikah
bukanlah hal yang memalukan) yang Kami menyadari sebagai penulis hanya
didapatkan sebanyak 157 responden sebesar mengetahui gambaran pengetahuan dan
(37,1%) menyatakan hamil pranikah sikap tentang perilaku menular seks.
bukanlah hal yang memalukan. Dalam penelitian ini kami hanya
mengambil 2 variabel pada variable
Adapun Langkah terbaik untuk independen. Penulis sarankan kepada
mencegah infeksi menular seksual (Depkes peneliti berikutnya untuk melakukan
RI, 2006) adalah menghindari kontak penelitian dengan pendekatan cross
langsung dengan cara sebagai Berikut: a) sectional dengan korelasi variabel
Menunda kegiatan seks bagi remaja independent dan variabel dependent.
(abstinensia), b) menghindari bergonta-ganti Selain itu pula, masih banyak determinan
pasangan seksual, c) memakai kondom yang harus di teliti dalam penelitian ini.
dengan benar dan konsisten.9
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
1. Kemenkes RI (2015) Pedoman Nasional
Berdasarkan hasil penelitian yang
Penanganan Infeksi Seksual. Jakarta
dilakukan pada SMA Negeri 1 Parigi
2. WHO Health Organization. Sexually
Kabupaten Pangandaran didapatkan tingkat
transmitted infections (STIs). 2016.
pengetahuan kategori baik sebesar 89,4%
Diakses pada 5 Juni 2018 pukul 21:20
namun hasil ini tidak sepadan dengan
WIB. Tersedia pada:
gambaran sikap yang menunjukan data
http://www.who.int/en/news-room/fact-
tertinggi terdapat pada kategori cukup
sheets/detail/sexually-transmitted-
sebesar 57,2%.
infections-(stis)
3. Centers for Disease Control. Sexually
Saran
Transmitted Disease Surveillance 2015.
1. Saran untuk tempat penelitian
Georgia: CDC Division of STD
Pertahankan tingkat pengetahuan
Prevention. 2016. p.v,1-2. Diakses pada 5
kategori baik ini dengan
Juni 2018 pukul 22:14 WIB.. Tersedia
mempertahankan kurikulum yang
pada:
memuat tentang kesehatan reproduksi
https://www.cdc.gov/std/stats15/STD-
dan tetap menjalin kerjasama dengan tim
Surveillance-2015-print.pdf
kesehatan dari pelayanan kesehatan
4. Kemenkes RI. 2017. Laporan Situasi
masyarakat setempat untuk penyuluhan
Perkembangan HIV-AIDS & Penyakit
tentang Penyakit Menular Seksual.
Infeksi Menular Seksual (PIMS) di
Diharapkan pihak sekolah lebih
Indonesia Januari-Maret 2017.
meningkatkan kegiatan-kegiatan
5. ”Kabupaten Pangandaran Kini Punya
bermanfaat di sekolah seperti
Klinik ARV”. Web Development.
ekstrakulikuler agar mengurangi kegiatan
2017.Website Resmi Pemerintah
siswa diluar sekolah mengingat
Provinsi Jawa Barat. 9 Mei 2018.
lingkungan sekitar merupakan
(Diakses pada 10 Juni 2018) Tersedia
lingkungan wisata yang dimana banyak
pada:
wisatawan yang dapat mempengaruhi
http://jabarprov.go.id/index.php/news/22
sikap siswa dalam berperilaku seksual
885/Kabupaten_Pangandaran_Kini_Pun
pranikah.
ya_Klinik_ARV
2. Saran untuk peneliti selanjutnya
6. Hidayati, Nur Oktavia, dkk. 2017. [Artikel]. Manado : Fakultas Kedokteran
Pembentukan Konselor Teman Sebaya Universitas Sam Ratulangi.
dalam Upaya Preventif Perilaku 14. Hidayat, Hendy Pratamaputra. 2014.
Kekerasan pada Remaja di SMP Negeri 1 Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit
Pangandaran. Jurnal Aplikasi Untuk Menular Seksual pada Siswa SMA Negeri
Masyarakat. Vol.6, No. 2, Juni 2017 : 1 Semarang [Skripsi]. Semarang:
125-128 Fakultas Kedokteran Universitas
7. Hijas, Lailatul Tutut. 2014. Profil Diponegoro
Kejadian Penyakit Menular Seksual pada
Remaja di RSUD Dr.Wahidin Sudiro
Husodo. Mojokerto.
8. ”Remaja Rentan IMS”. Web
Development. 2014. Website Resmi
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. 23
Mei 2015. (Diakses pada 20 Mei 2018)
Tersedia pada:
http://web.rshs.or.id/remaja-rentan-ims/
9. Chiuman, L. 2009. Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA
Wiyata Dharma Medan terhadap Infeksi
Menular Seksual.[Karya Tulis Ilmiah].
Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumetera Utara.
10. Mangando, Elcya Natalia. 2014
Hubungan Antara Pengetahuan dan
Sikap Remaja Dengan Tindak Pranikah
pada Siswa Kelas XI Di SMK Negeri 2
Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas
dan Tropik. Vol, 11 No, 1 Februari 2014.
11. Pakasi, Diana Teresa, dkk. 2013. Antara
Kebutuhan dan Tabu: Pendidikan
Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
bagi Remaja di SMA. [Artikel Makara
Seni Kesehatan]. Depok: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia
12. Rahmi, Upik, dkk. 2015. Pengetahuan
Siswa Kelas Xi tentang Penyakit Menular
Seksual[Artikel]. Bandung: Prodi DIII
Keperawatan FPOK Universitas
Pendidikan Indonesia.
13. Pandjaitan, Marini C, dkk. 2017.
Gambaran Pengetahuan dan Sikap
terhadap Penyakit Menular Seksual pada
Remaja di SMA Frater Don Bosco

Anda mungkin juga menyukai