Oleh :
Setiawan, SH.,M.Kes
________________________________________________________________________
A. Abstrak
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010 menyebutkan, dalam lima
tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen
atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Sedangkan pada tahun 2011 kasus
penyalahgunaan narkoba melonjak menjadi 22.630 kasus dengan tersangka sebanyak 36.169
orang. Kelompok penyalahguna terbesar berada pada rentang usia 16 - 29 tahun sebesar
20.170 orang, dengan rincian pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4.138
siswa, SMP dan SMA sebanyak 31.213 siswa serta Perguruan Tinggi berjumlah 818
mahasiswa. (BNN : 2011). Tujuan untuk menganalisis faktor yang mempengarui
pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba pada Organisasi Orang Indonesia Di
Tasikmalaya tahun 2012.
Jenis Penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan metode analitik pendekatan
studi Cross Sectional. jumlah sampel pada penelitian ini adalah 194, ditambah 10% untuk
kalau ada kemungkinan terjadi ketidak lengkapan pengisian kuesioner maka sampel menjadi
214 orang.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur responden ada hubungan bermakna dengan
pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,003 dan nilai OR =
2,423, pendidikan responden ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya
narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,026 dan nilai OR = 1,936, Infromasi teman sebaya
ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p <
0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR = 0,282, Informasi orangtua responden ada hubungan
bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,000
dan nilai OR = 58,2.
Saran Hendaknya para remaja lebih dapat mencari informasi yang akurat dan benar
tentang narkoba, khususnya mereka yang berumur remaja awal
D. Hasil Penelitian
Hasil analisis hubungan antara umur (48,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai
dengan pengetahuan tentang bahaya p = 0,003, artinya p < alpha (0,05)
narkoba, diketahui dari 99 orang remaja sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
yang termasuk remaja awal, ada sebanyak yang bermakna antara umur dengan
30 orang (30,3%) yang mempunyai pengetahuan remaja tentang bahaya
pengetahuan tinggi, sedangkan dari 115 narkoba.
orang remaja yang termasuk remaja akhir, Dari hasil analisis didapatkan pula
ada sebanyak 59 orang (51,3%) yang nilai OR = 2,423, yang artinya responden
mempunyai penegtahuan tinggi. Proporsi remaja awal akan mempunyai peluang
pengetahuan rendah, lebih banyak 2,423 kali untuk berpengetahuan rendah
ditemukan pada remaja awal (69,7%), dibandingkan dengan remaja akhir.
dibandingkan dengan remaja akhir
Hasil analisis hubungan antara sikap ditemukan pada yang bersikap positif
dengan pengetahuan tentang bahaya (59,5%), dibandingkan dengan remaja
narkoba, diketahui dari 19 orang remaja yang bersikap positif (59,5%). Hasil uji
yang bersikap negatif, ada sebanyak 10 statistik diperoleh nilai p = 0,436, artinya
orang (52,6%) yang mempunyai p > alpha (0,05) sehingga dapat
pengetahuan tinggi, sedangkan dari 195 disimpulkan tidak ada hubungan yang
orang remaja yang bersikap positif, ada bermakna antara sikap dengan
sebanyak 79 orang (40,5%) yang pengetahuan remaja tentang bahaya
mempunyai pengetahuan tinggi. Proporsi narkoba.
pengetahuan rendah, lebih banyak
akan memiliki pengetahuan rendah tentang kelompoknya. Menurut Davis dalam Abdul
narkoba, begitu pula sebaliknya. Hal Kadir (2003) Informasi adalah data yang
tersebut dapat terjadi karena kemungkinan telah diolah menjadi sebuah bentuk yang
ada faktor lain yang lebih dominan berarti bagi penerimanya dan bermanfaat
mempengaruhi pengetahuan seseorang bagi pengambilan keputusan saat ini atau
tentang narkoba disamping sikap, seperti saat mendatang. Informasi merupakan
pendidikannya, sumber informasi yang kumpulan data yang diolah menjadi bentuk
diperolehnya, dan sebagainya. yang lebih berguna dan lebih berarti bagi
4. Peran orang tua yang menerima (Andri Kristanto, 2003).
Orangtua merupakan faktor penting Informasi yang diperoleh remaja dari
yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan teman-teman sebayanya, akan diolah dan
perilaku remaja, khususnya tentang dicerna dalam otak remaja. Semakin banyak
narkoba. Syah (2007) mengemukakan ia memperoleh informasi, semakin
bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak bertambah pengetahuannya. Namun dalam
mempengaruhi kegiatan belajar yang pada penelitian ini ternyata, sumber informasi
akhirnya meningkatkan pengetahuan dan teman sebaya berbanding terbalik dengan
keterampilan seseorang ialah orangtua dan kenyataan yang ada, justru remaja yang
keluarga diterapkan orangtua mahasiswa berpengetahuan tinggi lebih banyak
dalam mengelola keluarga yang keliru, ditemukan pada mereka yang tidak terpapar
seperti kelalaian orangtua dalam memonitor informasi dari teman sebaya. Hal tersebut
kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak dapat dijadi karena kadang-kadang teman
lebih buruk lagi. sebaya tidak memberikan informasi yang
Orangtua yang sering memberikan benar dan baik, khususnya tentang narkoba,
informasi mengenai bahaya narkoba, mereka lebih suka temannya bergabung
memiliki kontribusi yang bermakna bukan untuk mencari pengetahuan, tetapi
terhadap tingkat pengetahuan remaja. justru membawa remaja terjerumus dalam
Semakin sering orangtua membicarakan pergaulan narkoba, apalagi jika kelompok
bahaya narkoba, semakin meningkat bermain/geng remaja tersebut mempunyai
pengetahuan remaja. Karena orangtua perilaku negatif.
adalah salah satu sumber informasi yang Faktor resiko teman sebaya dapat
baik dan berguna bagi remaja, disamping digambarkan sebagai berikut :
berbagai sumber informasi akurat lainnya. Berhubungan dengan teman sebaya yang
5. Peran teman sebaya menggunakan obat-obatan memiliki
Teman sebaya merupakan salah satu kecenderungan yang besar juga
sumber informasi yang dipercaya oleh menggunakan obat-obatan. Tekanan negatif
seseorang. Karena pengakuannya pada dari teman sebaya dapat menjadi resiko
teman sebaya yang termasuk ke dalam tersendiri. Contoh anak yang
sebenarnya berasal dari keluarga baik-baik, akhirnya terperangkap mengkonsumsi
mendapat nilai baik di sekolah dan tinggal narkoba karena pengaruh temannya.
di lingkungan yang baik pula, namun
G. Referensi
Chandra, Budiman.” Metodologi Penelitian Kesehatan ”. Jakarta: EGC, 2008.
Cybermed.cbn.net.id. konsul narkoba. content/makna-balik-definisi-informasi-etronik
Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya, Sub. Din PKM, Napza Be Free To Be
You Without napza,2003.
Gibson, James L. et. all. 1997. Organisasi Perilaku, Struktur Dan Proses. Erlangga, Jakarta.
Green, Lawrence, et.al. ”Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah pendekatan
Diagnostik ”. Proyek pengembangan FKM Depdikbud. Depok, 1991.
Hawari, Dadang, Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Naza ( Narkotika, Alkohol Dan Zat
Adiktif), FKUI, Jakarta 2000.
Karsono Edy, Mengenal Kecanduan Narkoba, Minuman Keras, Irama Widya, Bandung, 2004.
M. Hikmat,Mahi, Awas Narkoba Para Remaja Waspadalah” Bandung, Grafitri Budi Utami,
2007.
Notoatmodjo, Soekidjo. ”Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Notoatmodjo, Soekidjo. ”Metodologi Penelitian Kesehatan ” Jakarta: Hal 164 Rineka Cipta,
2005.
Pedoman AD/RT Organisasi Oi, Jakarta,2003
Robbins, P Stephen, 2003. Perilaku Organisasi, Perilaku Organisasi, PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Soekanto Soerjono, Prof. Dr. SH, Sosiologi Kelurga, Rineka Cipta,2001.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Tunggal, H Setia.” Undang-undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2003”. Jakarta :
Harvarindo, 2003.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (edisi 3), balai Pustaka,Jakarta, 2005.
Undang-undang Kesehatan No.22 Tahun 1997, Tentang Psikotropika, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 1997.