Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol.

1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUI PENGETAHUAN REMAJA


TENTANG BAHAYA NARKOBA PADA ORGANISASI ORANG INDONESIA (OI)
DI TASIKMALAYA TAHUN 2012.

Oleh :
Setiawan, SH.,M.Kes
________________________________________________________________________
A. Abstrak
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010 menyebutkan, dalam lima
tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen
atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Sedangkan pada tahun 2011 kasus
penyalahgunaan narkoba melonjak menjadi 22.630 kasus dengan tersangka sebanyak 36.169
orang. Kelompok penyalahguna terbesar berada pada rentang usia 16 - 29 tahun sebesar
20.170 orang, dengan rincian pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4.138
siswa, SMP dan SMA sebanyak 31.213 siswa serta Perguruan Tinggi berjumlah 818
mahasiswa. (BNN : 2011). Tujuan untuk menganalisis faktor yang mempengarui
pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba pada Organisasi Orang Indonesia Di
Tasikmalaya tahun 2012.
Jenis Penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan metode analitik pendekatan
studi Cross Sectional. jumlah sampel pada penelitian ini adalah 194, ditambah 10% untuk
kalau ada kemungkinan terjadi ketidak lengkapan pengisian kuesioner maka sampel menjadi
214 orang.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur responden ada hubungan bermakna dengan
pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,003 dan nilai OR =
2,423, pendidikan responden ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya
narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,026 dan nilai OR = 1,936, Infromasi teman sebaya
ada hubungan bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p <
0,05, yaitu 0,000 dan nilai OR = 0,282, Informasi orangtua responden ada hubungan
bermakna dengan pengetahuan terhadap bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,000
dan nilai OR = 58,2.
Saran Hendaknya para remaja lebih dapat mencari informasi yang akurat dan benar
tentang narkoba, khususnya mereka yang berumur remaja awal

Kata kunci : pengetahuan, remaja, bahaya narkoba


Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

B. Latar Belakang persen atau bertambah sekitar 3.100 kasus


Pembangunan nasional Indonesia per tahun.
bertujuan mewujudkan manusia Indonesia Sedangkan pada tahun 2011 kasus
seutuhnya dan masyarakat yang adil, penyalahgunaan narkoba melonjak
makmur, sejahtera, tertib dan damai menjadi 22.630 kasus dengan tersangka
berdasarkan Pancasila dan UUD 45, untuk sebanyak 36.169 orang. Kelompok
mewujudkan masyarakat Indonesia yang penyalahguna terbesar berada pada
sejahtera tersebut perlu peningkatan rentang usia 16 - 29 tahun sebesar 20.170
secara terus menerus akan kualitas orang, dengan rincian pada tingkat
sumberdaya manusia yang ada. (Depkes pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak
RI : 2010) 4.138 siswa, SMP dan SMA sebanyak
Membina kesehatan bangsa berarti 31.213 siswa serta Perguruan Tinggi
melakukan intervensi pro-aktif positif berjumlah 818 mahasiswa. (BNN : 2011)
serta perhatian lebih besar kepada Kelompok remaja organisasi Orang
penduduk baik yang sakit maupun yang Indonesia (OI) di Tasikmalaya merupakan
sehat, lebih memperhatikan aspek tumbuh kelompok pendukung grup musik Iwan
dan kembang anak mulai dari kandungan fals, adalah salah satu dari kelompok
sampai dewasa sehingga dalam jangka organisasi yang banyak terdapat di
panjang lebih menjanjikan terciptanya Tasikmalaya, kelompok ini memiliki
kesehatan bangsa Indonesia secara keanggotaan yang terbanyak diantara
menyeluruh dan akan membawa dampak kelompok remaja lainya. Hasil observasi
yang lebih nyata terhadap peningkatan pendahuluan, diperoleh informasi belum
kualitas sumber daya manusia yang sehat. pernah dilakukannya penelitian mengenai
(Depkes RI : 2010) tingkat pengetahuan remaja organisasi
Salah satu masalah kesehatan Orang Indonesia tentang narkoba dan
masyarakat yang belakangan ini kasusnya bahayanya.
terus mengalami peningkatan yang sangat Sehingga dari latar belakang tersebut
serius dan dampak yang ditimbulkanya penulis bermasksud untuk melakukan
begitu luas yaitu penyalagunaan narkoba penelitian mengenai Analisis faktor yang
(narkotika, psikotropika, dan bahan mempengarui pengetahuan remaja tentang
berbahaya lainnya). Berdasarkan laporan bahaya narkoba pada Organisasi Orang
yang ada, kasus penyalahgunaan narkoba Indonesia Di Tasikmalaya tahun 2012.
di Indonesia meningkat tajam. Data Badan Tujuan untuk menganalisis faktor yang
Narkotika Nasional (BNN) pada tahun mempengarui pengetahuan remaja tentang
2010 menyebutkan, dalam lima tahun bahaya narkoba pada Organisasi Orang
terakhir jumlah kasus tindak pidana Indonesia Di Tasikmalaya tahun 2012.
narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3

C. Metode ditambah 10% untuk kalau ada


Jenis Penelitian adalah kuantitatif kemungkinan terjadi ketidak lengkapan
dengan menggunakan metode analitik pengisian kuesioner maka sampel
pendekatan studi Cross Sectional. menjadi 214 orang.
Populasi pada penelitian ini adalah Untuk mengumpulkan data primer,
seluruh remaja yang menjadi anggota penulis membuat kuesioner yang
kelompok organisasi OI di Tasikmalaya dibagikan kepada anggota yang menjadi
yang berjumlah 500 orang. Jadi jumlah target sampel, kemudian diambil
sampel pada penelitian ini adalah 194, kembali untuk diolah, juga mengadakan
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

wawancara dengan pengurus kelompok akan menggunakan program komputer,


Oi Tasikmalaya tersebut. analisa ini bertujuan untuk melihat
Analisa yang bertujuan untuk melihat hubungan antara masing-masing
distribusi frekwensi dari faktor-faktor variabel, maka analisis yang digunakan
yang diteliti, untuk itu penulis adalah uji beda proporsi (Chi-Square)
menggunakan tabel distribusi frekuensi. agar dapat diketahui proporsi dari
Analisa bivariat dalam penelitian ini masing-masing variabel yang diteliti

D. Hasil Penelitian

Hubungan Antara Umur Responden Dengan Pengetahuan Remaja


Tentang Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi OI Di Kabupaten
Tasikmalayan TAHUN 2012

Pengetahuan Narkoba Total OR p


Umur Rendah Tinggi n % (95% CI) value
n % n %
Remaja awal 69 69,7 30 30,3 99 100,0 2,423 0,003
Remaja akhir 58 48,7 59 51,3 115 100,0 (1,38-4,26)
Total 125 58,4 89 41,6 214 100,0

Hasil analisis hubungan antara umur (48,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai
dengan pengetahuan tentang bahaya p = 0,003, artinya p < alpha (0,05)
narkoba, diketahui dari 99 orang remaja sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
yang termasuk remaja awal, ada sebanyak yang bermakna antara umur dengan
30 orang (30,3%) yang mempunyai pengetahuan remaja tentang bahaya
pengetahuan tinggi, sedangkan dari 115 narkoba.
orang remaja yang termasuk remaja akhir, Dari hasil analisis didapatkan pula
ada sebanyak 59 orang (51,3%) yang nilai OR = 2,423, yang artinya responden
mempunyai penegtahuan tinggi. Proporsi remaja awal akan mempunyai peluang
pengetahuan rendah, lebih banyak 2,423 kali untuk berpengetahuan rendah
ditemukan pada remaja awal (69,7%), dibandingkan dengan remaja akhir.
dibandingkan dengan remaja akhir

Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pengetahuan Remaja


Terhadap Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi OI Di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2012
Pengetahuan Narkoba Total OR p
Jenis Kelamin Rendah Tinggi n % (95% CI) value
n % n %
Pria 70 49,6 71 50,4 141 100,0 0,323 0,001
Wanita 55 75,3 18 24,7 73 100,0 (0,17-0,6)
Total 125 58,4 89 41,6 214 100,0

Hasil analisis hubungan antara jenis (75,3%), dibandingkan dengan remaja


kelamin dengan pengetahuan tentang pria (49,6%). Hasil uji statistik diperoleh
bahaya narkoba, diketahui dari 141 orang nilai p = 0,001, artinya p < alpha (0,05)
remaja pria, ada sebanyak 71 orang sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
(50,4%) yang mempunyai pengetahuan yang bermakna antara jenis kelamin
tinggi, sedangkan dari 73 orang remaja dengan pengetahuan remaja tentang
wanita, ada sebanyak 18 orang (24,7%) bahaya narkoba.
yang mempunyai penegtahuan tinggi. Dari hasil analisis didapatkan pula
Proporsi pengetahuan rendah, lebih nilai OR = 0,323, yang artinya responden
banyak ditemukan pada remaja wanita pria akan mempunyai peluang 0,323 kali
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

untuk berpengetahuan rendah


dibandingkan dengan responden wanita.

Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pengetahuan Remaja Terhadap


Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi OI Di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2012

Pengetahuan Narkoba Total OR p value


Pendidikan Rendah Tinggi N % (95% CI)
n % n %
Dasar 71 66,4 36 33,6 107 100,0 1,936 0,026
Tinggi 54 50,5 53 49,5 107 100,0 (1,11-3,36)
Total 125 58,4 89 41,6 214 100,0

Hasil analisis hubungan antara statistik diperoleh nilai p = 0,026, artinya


pendidikan dengan pengetahuan tentang p < alpha (0,05) sehingga dapat
bahaya narkoba, diketahui dari 107 orang disimpulkan ada hubungan yang
remaja yang berpendidikan dasar, ada bermakna antara pendidikan dengan
sebanyak 36 orang (33,6%) yang pengetahuan remaja tentang bahaya
mempunyai pengetahuan tinggi, narkoba.
sedangkan dari 107 orang remaja yang Dari hasil analisis didapatkan pula
berpendidikan tinggi, ada sebanyak 53 nilai OR = 1,936, yang artinya responden
orang (49,5%) yang mempunyai yang berpendidikan dasar akan
penegtahuan tinggi. Proporsi pengetahuan mempunyai peluang 1,936 kali untuk
rendah, lebih banyak ditemukan pada berpengetahuan rendah dibandingkan
remaja berpendidikan rendah (66,4%), dengan responden yang berpendidikan
dibandingkan dengan remaja yang tinggi.
berpendidikan tinggi (50,5%). Hasil uji

Hubungan Antara Sikap Dengan Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya


Narkoba Pada Salah Satu Organisasi OI Di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2012
Pengetahuan Narkoba Total OR p value
Sikap Rendah Tinggi n % (95% CI)
n % n %
Tidak ada 9 47,4 10 52,6 19 100,0 0,613 0,436
Ada 116 59,5 79 40,5 195 100,0 (0,24-1,58)
Total 125 58,4 89 41,6 214 100,0

Hasil analisis hubungan antara sikap ditemukan pada yang bersikap positif
dengan pengetahuan tentang bahaya (59,5%), dibandingkan dengan remaja
narkoba, diketahui dari 19 orang remaja yang bersikap positif (59,5%). Hasil uji
yang bersikap negatif, ada sebanyak 10 statistik diperoleh nilai p = 0,436, artinya
orang (52,6%) yang mempunyai p > alpha (0,05) sehingga dapat
pengetahuan tinggi, sedangkan dari 195 disimpulkan tidak ada hubungan yang
orang remaja yang bersikap positif, ada bermakna antara sikap dengan
sebanyak 79 orang (40,5%) yang pengetahuan remaja tentang bahaya
mempunyai pengetahuan tinggi. Proporsi narkoba.
pengetahuan rendah, lebih banyak

Hubungan Antara Informasi Teman Sebaya Dengan Pengetahuan Remaja


Terhadap Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi OI
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

Di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012

Pengetahuan Narkoba Total OR p value


Informasi Rendah Tinggi n % (95% CI)
Teman Sebaya n % n %
Tidak terpapar 27 38,0 44 62,0 71 100,0 0,282 0,000
Terpapar 98 68,5 45 31,5 143 100,0 (0,15-0,51)
Total 125 58,4 89 41,6 214 100,0

Hasil analisis hubungan antara dibandingkan dengan remaja yang tidak


informasi teman sebaya dengan terpapar (38,0%). Hasil uji statistik
pengetahuan tentang bahaya narkoba, diperoleh nilai p = 0,000, artinya p < alpha
diketahui dari 71 orang remaja yang tidak (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada
terpapar informasi teman sebaya, ada hubungan yang bermakna antara informasi
sebanyak 44 orang (62,0%) yang teman sebaya dengan pengetahuan remaja
mempunyai pengetahuan tinggi, sedangkan tentang bahaya narkoba.
dari 143 orang remaja yang terpapar Dari hasil analisis didapatkan pula
informasi teman sebaya, ada sebanyak 45 nilai OR = 0,282, yang artinya responden
orang (31,5%) yang mempunyai yang tidak terpapar informasi teman sebaya
pengetahuan tinggi. Proporsi pengetahuan akan mempunyai peluang 0,282 kali untuk
rendah, lebih banyak ditemukan pada berpengetahuan rendah dibandingkan
remaja yang terpapar informasi (68,5%), dengan responden yang terpapar.

Hubungan Antara Informasi Orangtua Dengan Pengetahuan Remaja


Terhadap Bahaya Narkoba Pada Salah Satu Organisasi OI Di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2012
A.
Pengetahuan Narkoba Total OR p
Informasi Rendah Tinggi n % (95% CI) value
orangtua N % n %
Tidak terpapar 97 95,1 5 4,9 102 100,0 58,2 0,000
Terpapar 28 25,0 84 75,0 112 100,0 (21,51-157,48)
Total 125 58,4 89 41,6 214 100,0

Hasil analisis hubungan antara terpapar (25,0%). Hasil uji statistik


informasi orangtua dengan pengetahuan diperoleh nilai p = 0,000, artinya p < alpha
tentang bahaya narkoba, diketahui dari 102 (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada
orang remaja yang tidak terpapar informasi hubungan yang bermakna antara informasi
orangtua, ada sebanyak 5 orang (4,9%) orangtua dengan pengetahuan remaja
yang mempunyai pengetahuan tinggi, tentang bahaya narkoba.
sedangkan dari 112 orang remaja yang Dari hasil analisis didapatkan pula
terpapar informasi orangtua, ada sebanyak nilai OR = 58,2, yang artinya responden
84 orang (75,0%) yang mempunyai yang tidak terpapar informasi dari orangtua
pengetahuan tinggi. Proporsi pengetahuan akan mempunyai peluang 58,2 kali untuk
rendah, lebih banyak ditemukan pada berpengetahuan rendah dibandingkan
remaja yang tidak terpapar informasi dengan responden yang terpapar.
(95,1%), dibandingkan dengan remaja yang

E. Pembahasan langsung pada perilaku individu. Selain itu,


1. Umur umur juga menggambarkan pengalaman
Hasil penelitian ini sesuai dengan hidup seseorang. Semakin dewasa umur
pendapat Gibson (2002), yang seseorang, semakin banyak pengalaman
mengemukakan bahwa umur sebagai sub hidup yang ia jalani. Dan hal tersebut dapat
variabel demografik mempunyai efek tidak
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

pula mempengaruhi tingkat pengetahuan dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan


seseorang. (educational objective), sehingga tujuan
Dalam penelitian ini ternyata pendidikan pada dasarnya adalah suatu
pengetahuan tinggi lebih banyak dimiliki deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan,
oleh para remaja akhir dibandingkan penampilan dan sebagainya yang
dengan remaja awal. Hal tersebut dapat diharapkan akan dimiliki sasaran
terjadi karena pengalaman hidup yang lebih pendidikan pada periode tertentu
banyak pada remaja akhir, apalagi didukung (Notoatmodjo, 2003).
oleh seringnya terpapar berbagai informasi Karena tujuan pendidikan salah satunya
tentang narkoba. Remaja awal berusia 13 – adalah meningkatkan pengetahuan
17 tahun, sedangkan remaja akhir berusia seseorang, sehingga dalam hubungannya
18 – 24 tahun. Pada remaja awal, masih dengan penelitian ini, semakin tinggi
dalam proses pertumbuhan yang maksimal, pendidikan semakin baik pengetahuannya
sikap merekapun cenderung lebih pasif tentang sesuatu. Selain itu, menurut
dibandingkan remaja akhir, karena usia Notoatmodjo (2003), mengemukakan
remaja awal lebih banyak ditemukan pada bahwa sebagian besar pengetahuan manusia
mereka yang sedang mengenyam bangku diperoleh melalui mata dan telinga yaitu
pendidikan dasar dan menengah setingkat melalui proses pengalaman dan proses
SMP dan SMU. Oleh sebab itu informasi belajar dalam pendidikan, baik yang
tentang narkobapun juga sangat terbatas bersifat formal maupun informal.
diperoleh. Berbeda dengan para remaja Oleh sebab itu, berdasarkan teori
akhir yang ditemukan pada mereka yang tersebut dapat kita kemukakan bahwa
telah selesai mengenyam pendidikan SMU, semakin tinggi pendidikan seseorang, akan
sehingga pergaulan dan pengalamannya semakin baik tingkat pengetahuannya.
lebih luas, mereka cenderung lebih banyak Karena orang yang berpendidikan tinggi,
memperoleh informasi tentang hal-hal baru, lebih mudah untuk menerima hal-hal baru
seperti halnya narkoba. Kondisi inilah yang dibandingkan dengan orang yang
membuat adanya perbedaan tingkat berpendidikan rendah
pengetahuan antara remaja awal dan dalam Dari hasil analisis didapatkan pula nilai
penelitian ini ternyata pengetahuan tinggi OR = 0,613, yang artinya responden yang
lebih banyak ditemukan pada remaja laki- bersikap bahaya narkoba tidak ada akan
laki dibandingkan dengan perempuan. Hal mempunyai peluang 0,613 kali untuk
tersebut dapat terjadi karena menurut berpengetahuan rendah dibandingkan
Robbins (2003) pria cenderung lebih dengan responden yang bersikap dan
agresif, dan lebih menyukai hal-hal yang menyatakan bahaya narkoba ada.
menantang. Sedangkan wanita lebih Menurut Notoatmodjo (2003) sikap
bersikap pasif, keberanian wanita relatif adalah menggambarkan suka atau tidak
lebih rendah bila dibandingkan dengan pria. suka seseorang terhadap suatu obyek, sikap
Hal inilah yang menyebabkan adanya sering diperoleh dari pengalaman sendiri
perbedaan tingkat pengetahuan antara atau dari orang lain yang paling dekat. Dan
remaja pria dan wanita. Remaja pria lebih sikap merupakan reaksi atau respon
agresif dan berani, oleh sebab itu, mereka seseorang yang masih tertutup terhadap
cenderung untuk mencari tahu lebih banyak suatu stimulus atau obyek, Sikap juga
tentang sesuatu hal, termasuk juga narkoba, membuat seseorang dekat atau menjauhi
apalagi didukung oleh berbagai sumber obyek. Serta sikap juga dapat dipengaruhi
informasi, seperti dari teman, media massa, oleh kepercayaan seseorang terhadap
dan sebagainya. Berbeda dengan remaja sesuatu obyek, baik dari orang lain dan
wanita, keberaniannya yang lebih rendah, pengalamannya sendiri.
apalagi jika berhubungan dengan narkoba, 3. Sikap
hal tersebut yang menjadikan wanita Dalam penelitian ini, ternyata sikap tidak
memiliki pengetahuan tentang bahaya berhubungan dengan pengetahuan tentang
narkoba lebih rendah dibandingkan pria. bahaya narkoba. Hal tersebut dapat terjadi
2. Pendidikan karena sikap masih merupakan respon
Pendidikan pada hakekatnya bertujuan tertutup dari seseorang. Sehingga meskipun
mengubah tingkah laku sasaran pendidikan. remaja bersikap dan menyatakan tidak
Tingkah laku baru (hasil perubahan) itu adanya bahaya narkoba, tidak menjamin ia
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

akan memiliki pengetahuan rendah tentang kelompoknya. Menurut Davis dalam Abdul
narkoba, begitu pula sebaliknya. Hal Kadir (2003) Informasi adalah data yang
tersebut dapat terjadi karena kemungkinan telah diolah menjadi sebuah bentuk yang
ada faktor lain yang lebih dominan berarti bagi penerimanya dan bermanfaat
mempengaruhi pengetahuan seseorang bagi pengambilan keputusan saat ini atau
tentang narkoba disamping sikap, seperti saat mendatang. Informasi merupakan
pendidikannya, sumber informasi yang kumpulan data yang diolah menjadi bentuk
diperolehnya, dan sebagainya. yang lebih berguna dan lebih berarti bagi
4. Peran orang tua yang menerima (Andri Kristanto, 2003).
Orangtua merupakan faktor penting Informasi yang diperoleh remaja dari
yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan teman-teman sebayanya, akan diolah dan
perilaku remaja, khususnya tentang dicerna dalam otak remaja. Semakin banyak
narkoba. Syah (2007) mengemukakan ia memperoleh informasi, semakin
bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak bertambah pengetahuannya. Namun dalam
mempengaruhi kegiatan belajar yang pada penelitian ini ternyata, sumber informasi
akhirnya meningkatkan pengetahuan dan teman sebaya berbanding terbalik dengan
keterampilan seseorang ialah orangtua dan kenyataan yang ada, justru remaja yang
keluarga diterapkan orangtua mahasiswa berpengetahuan tinggi lebih banyak
dalam mengelola keluarga yang keliru, ditemukan pada mereka yang tidak terpapar
seperti kelalaian orangtua dalam memonitor informasi dari teman sebaya. Hal tersebut
kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak dapat dijadi karena kadang-kadang teman
lebih buruk lagi. sebaya tidak memberikan informasi yang
Orangtua yang sering memberikan benar dan baik, khususnya tentang narkoba,
informasi mengenai bahaya narkoba, mereka lebih suka temannya bergabung
memiliki kontribusi yang bermakna bukan untuk mencari pengetahuan, tetapi
terhadap tingkat pengetahuan remaja. justru membawa remaja terjerumus dalam
Semakin sering orangtua membicarakan pergaulan narkoba, apalagi jika kelompok
bahaya narkoba, semakin meningkat bermain/geng remaja tersebut mempunyai
pengetahuan remaja. Karena orangtua perilaku negatif.
adalah salah satu sumber informasi yang Faktor resiko teman sebaya dapat
baik dan berguna bagi remaja, disamping digambarkan sebagai berikut :
berbagai sumber informasi akurat lainnya. Berhubungan dengan teman sebaya yang
5. Peran teman sebaya menggunakan obat-obatan memiliki
Teman sebaya merupakan salah satu kecenderungan yang besar juga
sumber informasi yang dipercaya oleh menggunakan obat-obatan. Tekanan negatif
seseorang. Karena pengakuannya pada dari teman sebaya dapat menjadi resiko
teman sebaya yang termasuk ke dalam tersendiri. Contoh anak yang
sebenarnya berasal dari keluarga baik-baik, akhirnya terperangkap mengkonsumsi
mendapat nilai baik di sekolah dan tinggal narkoba karena pengaruh temannya.
di lingkungan yang baik pula, namun

F. Simpulan dan Saran terhadap bahaya narkoba. Dengan


1. Berdasarkan hasil penelitian, hasil sebagai berikut :
diketahui bahwa sebagian besar a. Umur responden ada hubungan
remaja memiliki pengetahuan bermakna dengan pengetahuan
rendah (58,4%) sedangkan remaja terhadap bahaya narkoba dengan
yang memiliki pengetahuan tinggi nilai p < 0,05, yaitu 0,003 dan nilai
sebanyak 41,6%. OR = 2,423.
2. Berdasarkan hasil penelitian, b. Pendidikan responden ada
didapatkan adanya hubungan hubungan bermakna dengan
bermakna antara faktor umur dan pengetahuan terhadap bahaya
pendidikan), dan faktor eksternal narkoba dengan nilai p < 0,05, yaitu
(informasi teman sebaya, orangtua) 0,026 dan nilai OR = 1,936.
dengan pengetahuan responden c. Infromasi teman sebaya ada hubungan
bermakna dengan pengetahuan terhadap
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

bahaya narkoba dengan nilai p < 0,05, untuk lebih meningkatkan


yaitu 0,000 dan nilai OR = 0,282. pengetahuan, hendaknya Pemerintah
d. Informasi orangtua responden ada dapat memanfaatkan media massa
hubungan bermakna dengan dalam proses peningkatan pengetahuan
pengetahuan terhadap bahaya narkoba tersebut, misalnya koran, majalah,
dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,000 dan televisi, radio, dan sebagainya. Agar
nilai OR = 58,2. para orangtua remaja dapat
Hendaknya para remaja lebih dapat memberikan informasi jelas pada anak-
mencari informasi yang akurat dan anaknya, menciptakan suasana rumah
benar tentang narkoba, khususnya yang harmonis, dan selalu memantau
mereka yang berumur remaja awal perkembangan anaknya.
Jurnal Bidkesmas_________________________ __Vol. 1 Nomor 4 Bulan Februari 2013

G. Referensi
Chandra, Budiman.” Metodologi Penelitian Kesehatan ”. Jakarta: EGC, 2008.
Cybermed.cbn.net.id. konsul narkoba. content/makna-balik-definisi-informasi-etronik
Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya, Sub. Din PKM, Napza Be Free To Be
You Without napza,2003.
Gibson, James L. et. all. 1997. Organisasi Perilaku, Struktur Dan Proses. Erlangga, Jakarta.
Green, Lawrence, et.al. ”Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah pendekatan
Diagnostik ”. Proyek pengembangan FKM Depdikbud. Depok, 1991.

Hawari, Dadang, Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Naza ( Narkotika, Alkohol Dan Zat
Adiktif), FKUI, Jakarta 2000.
Karsono Edy, Mengenal Kecanduan Narkoba, Minuman Keras, Irama Widya, Bandung, 2004.
M. Hikmat,Mahi, Awas Narkoba Para Remaja Waspadalah” Bandung, Grafitri Budi Utami,
2007.
Notoatmodjo, Soekidjo. ”Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Notoatmodjo, Soekidjo. ”Metodologi Penelitian Kesehatan ” Jakarta: Hal 164 Rineka Cipta,
2005.
Pedoman AD/RT Organisasi Oi, Jakarta,2003

Robbins, P Stephen, 2003. Perilaku Organisasi, Perilaku Organisasi, PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Soekanto Soerjono, Prof. Dr. SH, Sosiologi Kelurga, Rineka Cipta,2001.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Tunggal, H Setia.” Undang-undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2003”. Jakarta :
Harvarindo, 2003.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (edisi 3), balai Pustaka,Jakarta, 2005.
Undang-undang Kesehatan No.22 Tahun 1997, Tentang Psikotropika, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 1997.

Anda mungkin juga menyukai