Manuscript Pernikahan Dini
Manuscript Pernikahan Dini
Disusun Oleh:
1. SHIVA APRILIANO Y
2. KEYSHA ANGGITA S
3. NADILA YUNIAR
4. NAYLAH AISYAH M
5. VANIA SYAUQINA S
Guru Pembimbing:
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Fenomena dan Komparasi
Prespektif Pernikahan Dini di Kalangan Generasi Milenial dan Gen Z. Sebagai pengetahuan
masyarakat mengenai pernikahan dini yang merajalela. Usaha dan doa selalu kami panjatkan
kepada Allah SWT, semoga pengetahuan yang kami miliki dapat digunakan untuk tim kami dalam
menjelaskan tentang materi kami.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Hikmah Prisia Yudiwinata, S. Sos. yang
telah memberikan bimbingan serta materi-materi yang terkait dengan karya tulis yang kami buat
sehingga dapat memberikan kemudahan kepada kami dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Ucapan
terima kasih juga kami ucapkan kepada orang tua kami, serta teman- teman atas doa dan dukungan
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
lancar.
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, kami menyadari banyak kekurangan didalam
karya tulis ilmiah yang kami buat. Untuk itu kritik dan saran kami terima dengan besar hati jika
ada kesalahan dan kekurangan pada karya tulis ilmiah ini. Akhir kata kami ucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sasaran.
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
FENOMENA DAN KOMPRASI PRESPEKTIF PERNIKAHAN DINI
DIKALANGAN GENERASI MILENIAL (1980-1995) DAN GEN Z
(1996-2009)
Fenomena pernikahan dini masih menjadi isu mencolok dalam gelombang hidup
masyarakat. Bahkan pada era millennium yang identik dengan generasi milenial yaitu
kelahiran tahun 1980-1995 hingga hari ini yang terjadi pada kelahirantahun 1996-2009 atau
yang sering disebut gen Z. Pada dasarnya generasi milenial memiliki karakter unik seperti
minat lebih besar untuk menempuh pendidikan dan penguasaan terhadap teknologi, yang
seharusnya memberikan dampak positif dalam kehidupan para anak-anak dan remaja
kalangan milenial dan gen Z. Mayoritas anak-anak dan remaja ini lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), serta beberapa dari mereka belum tamat Sekolah Menengah
Atas (SMA). Namun, karena kondisi dan lain hal, banyak dari mereka menjadi pelaku atau
korban dari pernikahan dini. Hal ini juga terjadi dibanyak tempat di setiap sudut kota
Surabaya. Di kota terbesar kedua di Indonesia, ternyata juga masih banyak terjadi
pernikahan di bawah umur.
Hasil penelitian yang kami dapat bahwa pernikahan dini terjadi akibat beberapa
faktor. Contohnya yaitu akibat perjodohan, menghindari zina, dan yang paling mensohor
adalah akibat hamil diluar nikah.
iii
ABSTRAK
The research method uses a type of research. The location of this research was
carried out in several places in the city of Surabaya, namely at the house of several
informants. Data and information collection techniques used are observation, interviews,
questionnaires, documents, and data analysis.
The results of our research show that early marriage occurs due to several factors.
Examples are the result of arranged marriages, avoiding adultery, and the most famous is
the result of getting pregnant out of wedlock.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pola pikir masyarakat pada generasi milenial menganggap pernikahan dini
sebagai hal yang wajar karena pada masa itu ada beberapa faktor yang
menyebabkan pernikahan dini sebagai hal yang wajar, seperti kurangnya wawasan
tentang pendidikan sehingga mereka berpikir bahwa pernikahan adalah solusi yang
tepat setelah mereka menamatkan pendidikan singkat mereka pada masa itu. Hal
itu terjadi pada laki-laki dan perempuan pada zaman tersebut. Namun, kebanyakan
faktor penyebab tersebut lebih banyak dialami oleh perempuan. Pada intinya,
perspektif atau pemikiran masyarakat pada masa itu tentang pernikahan dini
cenderung positif meskipun tidak jarang dari beberapa kalangan juga banyak
beranggapan bahwa pernikahan dini bukan merupakan suatu solusi dari faktor
penyebab pernikahan dini.
Pada masa generasi Z atau yang sering disebut gen Z juga memiliki
perspektifnya sendiri karena dari masa ke masa pasti ada perubahan yang terjadi.
Menurut mereka, pernikahan dini merupakan sebuah hal yang harus dipertanyakan
dan hal tersebut masih menjadi hal yang tabu untuk dibahas. Hal itu terjadi karena
pada masa ini banyak faktor-faktor negatif penyebab pernikahan dini yang terjadi
di sekitar mereka. Saat, mendengar kata ”pernikahan dini” banyak dari gen Z selalu
beranggapan bahwa hal itu terjadi karena akibat dari pergaulan bebas sehingga
pada masa gen Zpernikahan dini merupakan aib yang harus ditutupi.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan maka penelitian ini
digunakan untuk:
1. Untuk mengetahui perbedaan prespektif generasi milenial dan gen Z.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan dampak dari pernikahan dini.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah supaya pembaca bisa mempunyai
wawasan yang lebih luas tentang pernikahan dini. Meliputi faktor-faktor penyebab
serta berbagai dampak yang akan ditimbulkan. Dengan ditulisnya Karya Tulis
Ilmiah ini diharapkan angka pernikahan dinidi Indonesia bisa berkurang serta
menjadi pengingat bahwa zaman telah berubah sehingga pernikahan dini tidak lagi
menjadi sebuah hal yang diwajarkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN PERSPEKTIF
Perspektif merupakan sesuatu yang esensi di dalam diri seseorang, dimana
perspektif akan melahirkan rangsangan baik untuk mengetahui ataumelakukan
sesuatu yang memperoleh malalui alat indra, fakta maupunpengalaman. Individu
dalam hidupnya cendrung selalu menggunakan nalaratau intuisi yang ada padanya
untuk mempersiapkan, menanggapi gejala atau obyek yang terdapat di
lingkungannya, walaupun kemampuan berbeda.Kemudian dengan nalar tersebut
mereka dapat menentukan sikap, memberikan respon dan tanggapan atau pendapat
terhadap proses sosial yang sedang berlangsung dalam masyarakat.
1. Perspektif Penilaian
Perspektif yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah bagaimanacara
remaja memberikan penilaian dan menanggapi dari fenomena tentang
pernikahan dini yang ada di lingkungannya. Menurut Depag (2007:56)
penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi
secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar
yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang
ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah
selanjutnya. Sementara Suharsimi (2007:79) menyatakan penilaian adalah
suatu usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap
sesuatudengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif.
3
2. Perspektif Tanggapan
Menurut Sri Hilmi (2008:21) menanggapi adalah tanggapanseseorang
terhadap stimulus atau rangsangan yang terjadi setelah memberikan
penilaian terhadap aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan
memahami objek-objek baik fisik maupun sosial. Serta meliputi cara- cara
dimana organisme sebagai suatu kesatuan yang aktif dan dinamis dalam
mengorganisasikan tanggapannya akibat dari pengalaman masa lalu.
Tanggapan atau respons itu sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu
komponen kognisi (pengetahuan), komponen afeksi (sikap) dan komponen
psikomotorik (tindakan), antara lain:
a. Pengetahuan berhubungan dengan faktor penyebab seseorang
memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya serta
bagaimana dengan kesadaran itu ia bereaksi terhadap
lingkungannya.
b. Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak,
beroperasi, berfikir dan merasakan dampak yang timbul dari
adanya pengalaman terhadap objek atau lingkungan sekitarnya.
c. Tindakan atau secara sosiologis disebut komponen psikomotorik
dengan tindakan. Yakni tindakan sebagai keseluruhan respons
(reaksi) dalam menyikapi terhadap pilihan seseorang yang
mempunyai efek terhadap suatu tindakan yang dilatarbelakangi
oleh pencapaian sesuatu tujuan agar kebutuhan tersebut terpenuhi
(Azwar,1998).
4
Menurut Sudarsono (1995:41), tujuan pernikahan adalah untuk memenuhi
tuntutan hajat tabiat manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam
rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengandasar cinta dan kasih
sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syari’ah.
5
2. Pernikahan Dini Dikalangan Gen Z
6
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
B. Wawancara
Penulis akan mewawancarai masyarakat, melalui wawancara maka
ditargetkan penulis akan mendapatkan informasi sedalam-dalamnyamengenai
pernikahan dini di kalangan milenial dan gen Z.
C. Kuisioner
Penulis juga akan melakukan penelitian menggunakan kuisioner secara
online melalui Google Form untuk mendapatkan lebih banyak hasil yang
diperlukan.
D. Dokumentasi
Dalam penelitian, penulis juga menerapkan salah satu teknik pengumpulan
data yaitu dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini diambil dalam
bentuk video dan foto. Nantinya, video dari hasil penelitian ini akan
dilampirkan dalam ppt.
7
E. Analisis data
Setelah penulis memperoleh data atau informasi dari hasil penelitian, maka
penulis akan melakukan cara-cara analisis, sepertiproses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan yang sudah dicatat di lapangan, dokumen pribadi,
gambar, foto, dan sebagainya.
8
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
4.1 PERSPEKTIF KALANGAN REMAJA TERHADAP PERNIKAHANDINI
Berdasarkan hasil penelitian, perspektif kalangan remaja dari gen Z
terhadap pernikahan dini menganggap bahwa pernikahan dini merupakan suatu hal
yang tabu. Hal tabu yang mereka maksud adalah bagaimana seorang remaja di
bawah umur bisa menjalin rumah tangga sedangkan diusia mereka yang
seharusnya masih mengenyam pendidikan justru harus menjalani kehidupan
pernikahan. Belum lagi jika dikaitkan dengan faktor-faktorpenyebab seorang remaja
melangsungkan pernikahan dini. Dalam perspektif mereka, pernikahan dini lebih
banyak dilakukan karena adanya kecelakaan akibat kenakalan remaja.
9
diinginkan karena masih banyak hal positif lain yang bisa dijadikan pengganti,
seperti dengan menempuh pendidikan dengan layak dan setinggi mungkin.
Tidak memandang jenis kelamin dan kondisi ekonomi.
2. Gen Z
Menurut hasil penelitian, gen Z beranggapan bahwa pernikahan dini
merupakan sebuah hal yang harus dihindari. Bukan tanpa sebab, melainkan
berkaca pada dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pernikahan dibawah
umur yang terjadi pada masa mereka, salah satunya adalah meningkatnya
angka perceraian pada usia pernikahan yang masih hangat. Selain itu, kalangan
gen Z juga berpikir resiko-resiko lain mengenai hal ini.
Jika dibandingkan dengan keuntungan dari pernikahan dini, kerugian
yang didapatkan jauh lebih besar. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa
pernikahan dini merupakan hal yang harus dihapuskan mulai darisekarang.
Termasuk budaya untuk menikahkan anak dibawah umur. Hal itu tidak
seharusnya terjadi pada anak yang masih duduk dibangku sekolah. Bukan sibuk
di rumah atau memeras keringat untuk mencari nafkah. Terlebih lagi,
pernikahan dini sangat beresiko bagi perempuan yang harus mengandung
apalagi melahirkan karena mereka belum siap secara psikis dan fisik.
1. Faktor Individu
a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.Makin
cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula
berlangsungnya pernikahan sehingga mendorong terjadinya
pernikahan pada usia muda.
c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Pernikahan usia muda dapat
berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau menentang yang
dilakukan remaja terhadap perintah orang tua. Hubungan dengan
orang tua menentukan terjadinya pernikahan usia muda. Dalam
kehidupan sehari-hari sering ditemukan pernikahan remaja karena
ingin melepaskan diri dari pengaruh lingkungan orang tua.
d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang dihadapi,
termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan pernikahan
yang berlangsung dalam usia sangat muda, diantaranya disebabkan
karena remaja menginginkan status ekonomi yang lebih tinggi.
10
2. Faktor Keluarga
a. Sosial ekonomi keluarga
Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai keinginan
untuk menikahkan anak gadisnya. Pernikahan tersebut akan
memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap anak
gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami dan
adanya tambahan tenaga kerja di keluarga, yaitu menantu yang dengan
sukarela membantu keluarga istrinya.
11
c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
Sering ditemukan pernikahan usia muda karena beberapa pemuka
masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan
yang dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan kedudukannya untuk
nikah lagi dan lebih memilih menikahi 8 wanita yang masih muda,
bukan dengan wanita yang telah berusia lanjut.
g. Perubahan nilai
Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu semakin
bebasnya hubungan antara pria dan wanita.
h. Peraturan perundang-undangan
Peran peraturan perundang-undangan dalam pernikahan usia muda
cukup besar. Jika peraturan perundang-undangan masih membenarkan
pernikahan usia muda, akan terus ditemukanpernikahan usia muda.
12
4.4 DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKIBAT PERNIKAHAN DINI
Dampak pernikahan usia muda yaitu:
1. Dampak Biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam
proses pertumbuhan menuju kematangan sehingga belum siap
untuk melakukan hubungan seksual, apalagi sampai terjadi hamil
dan melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, 21
robekan jalanlahir yang luas dan infeksi yang akan membahayakan
organ reproduksinya dan membahayakan jiwa. Pernikahan ideal
dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki saling menghormati
dan menghargai satusama lain. Akan tetapi, apabila hal tersebut
tidak terjadi, maka hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan
adalah melakukan:
a. Kekerasan secara fisik (misal: memukul, menendang,
menampar, menjambak rambut, menyundut dengan rokok,
melukai)
b. Kekerasan secara psikis (misal: mengina, mengeluarkan
komentar-komentar yang merendahkan, melarang istri
mengunjungi saudara atau teman-temannya, dan
mengancam).
c. Kekerasan seksual (misal: memaksa dan menuntut
berhubungan seksual)
d. Penelantaran (misal: tidak memberi nafkah istri dan
melarang istri bekerja)
e. Eksploitasi (misal: memanfaatkan, memperdagangkan, dan
memperbudakkan)
2. Dampak Psikologis
Secara psikis anak belum siap mengerti tentang hubungan seksual,
sehingga akan menimbulkan trauma yang berkepanjangan dalam jiwa
anak dan sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali
hidupnya yang berakhir dengan pernikahan yang dia sendiri tidak
mengerti atas putusan hidupnya, sehingga keluarga mengalami
kesulitan untuk menjadi keluarga yang berkualitas.
3. Dampak Sosial
Pernikahan mengurangi kebebasan pengembangan diri,
masyarakat akan merasa kehilangan sebagai aset remaja yang
seharusnya ikut bersama-sama mengabdi dan berkiprah di masyarakat.
Tetapi, karena alasan sudah berkeluarga, maka keaktifan mereka di
masyarakat menjadi berkurang.
4. Dampak Ekonomi
Menyebabkan sulitnya peningkatan pendapatan keluarga,
sehingga kegagalan keluarga dalam melewati berbagai macam
permasalahan terutama masalah ekonomi meningkatkan resiko
perceraian.
13
dalam mengahadapi kehamilannya. Kematian maternal pada wanita
hamil danmelahirkan usia di bawah 20 tahun 2-5 kali lipat lebih tinggi
daripada kematian yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
14
kurangnya pengetahuan tentang berumah tangga.
Perbedaan yang Ibu Ayu rasakan sebelum menikah dia
masih fokus terhadap diri sendiri dan kehidupannya
bergantung kepada orang tua. Namun, setelah menikah
Ibu Ayu kehidupannnya ditanggung oleh suami dan Ibu
Ayu juga memiliki kesibukan untuk mengurusi anak
suami dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Faktor
penyebab Ibu Ayu melakukan pernikahan dini adalah
korban dari perjodohan kedua orang tua sekaligus adat di
keluarga Ibu Ayu jika memiliki pasangan meskipun
usianya dibawah 17 tahun ituharus dinikahkan karena adat
dari ayahnya (orang Madura). Baginya pernikahan dini
bisa dilakukan denganmegikuti zaman dan harus hati-hati.
15
c. Informan kalangan gen z (kelahiran tahun 1996-2009)
Menurut Cynthia, pernikahan dini adalah umur yang
masih sangat muda untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Menurutnya, pernikahan dini tidak wajar untuk dilakukan
karena pelaku masih terlalu muda dan masih memiliki masa
depan yang panjang untuk melanjutkan hidupnya. Batas usia
yang bisa dikatakan pelaku pernikahan dini menurutnya adalah
17-21 tahun. Pergaulan bebas atau sering disebut seks bebas
bisa menjadi salah satu factor penyebab pernikahan dini terjadi.
Jika pernikahan dini terjadi di sekitarnya, Cynthia berpikir
maka pengantin sudah melakukan seks bebas dan harus
bertanggung jawab atas perbuatannya. Baginya, pernikahan
dini tidak cocok jika dijadikan sebuah budaya karena faktor usia
yang terlalu muda untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan
Menurut Dwiky, pernikahan dini adalah sebuah
pernikahan yang dilakukan di bawah umur 18 tahun. Bagi
Dwiky, hal ini tidak diwajarkan karena pelaku cendung tidak
siap dan masih banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti
materi, pengalaman kerja, mental, dan lain-lain. 15-18 tahun
menurut Dwiky adalah batas usia yang bisa dikatakan sebagai
pelaku pernikahan dini. Hal-hal yang bisa menyebabkan
pernikahan dini salah satunya adalah hamil diluar nikah dan
mempunyai orang tua yang religious. Pemikiran Dwiky jika
pernikahan dini terjadi pada salah satu remaja di sekitarnya, dia
berpikir bahwa pelaku pernikahan dini mengalami hal yang
tidak diinginkan seperti hamil di laur nikah. Dia juga berpikir
bahwa bisa saja remaja tersebut menjadi korban atas perjodohan
orang tua. Dwiky tidak mewajarkan pernikahan dini menjadi
sebuah budaya karena bisa menyebabkan banyak hal negatif.
Menurut Bella, pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilakukan sebelum batas usia yang ditentukan. Bella tidak
mewajarkan hal ini krena memiliki resiko yang besar dan
memotong waktu para pelaku untuk belajar. 19 tahun
menurutnya batas dari seorang remaja bisa dikatakan pelaku
pernikahan dini. Pengaruh lingkungan dan rendahnya
pendidikan orang tua juga bisa menjadi faktor penyebab
pernikahan dini berlangsung. Bella sangat prihatin jika hal ini
terjadi di sekitarnya dan dia berharap banyak remaja yang
menjauhi faktor-faktor penyebab dari pernikahan dini. Bella
juga tidak mewajarkan pernikahan dini menjadi sebuah budaya
karena resikonya terlalu besar.
Menurut Rizal, pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilangsungkan di bawah umur 19 tahun. Baginya, tidak wajar.
Namun, dikalangan Madura hal itu sudah menjadi hal yang
wajar. Rizal berkata 21 tahun adalah batas usia wajar untuk
menikah. Perjodohan dan hamil di luar nikah juga bisa menjadi
faktor pendorong pernikahan dini. Hal yang ada dipikiran Rizal
jika pernikahan dini terjadi di lingkungannya adalah hal itu
terjadi karena faktor perjodohan, bisa juga terjadi karena faktor
budaya suatu suku. Rizal mengatakan bahwa pernikahan dini
diperbolehkan dikalangan suku Madura. Namun, dia tidak tahu
perihal budaya suku atau kalangan lain.
16
BAB V
5.1 SARAN
Saran yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Para remaja hendaknya menyibukkan diri dengan kegiatan positif seperti
belajar dan meningkatkan potensi diri supaya terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
2. Orang tua sebaiknya juga harus memiliki pemikiran yang terbuka sehingga
tidak selalu berpikir bahwa pernikahan adalah sebuah solusi dari perilaku anak
yang terkadang tidak bisa terkontrol dan merujuk pada ketakutan pada hal-hal
yang belum tentu terjadi.
3. Faktor lingkungan juga bisa menjadi penyebab pernikahan dini. Oleh karena
itu, harus lebih bijak menyeleksi dimana kita harus berbaur dan berinteraksi.
Selain itu, harus menyeleksi mana yang harus dijadikan teman.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://sepositif.com/pengertian-perspektif-adalah-arti-jenis-teknik-dan-aspek- perspektif/
https://www.fikriamiruddin.com/2020/01/pengertian-perspektif-sikap-dan-
perilaku.html?m=1
https://www.rifka-annisa.org/id/berita/blog/item/329-pernikahan-dini-dan- dampaknya
https://purbalingga.kemenag.go.id/resiko-perkawinan-usia-muda/
https://www.rifka-annisa.org/id/berita/blog/item/329-pernikahan-dini-dan- dampaknya
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pelita-bangsa/perpajakan/ki-
pernikahan-dini-karya-ilmiah/30783171
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2249/3/BAB%20II_Latifa%20FZ_Reg%20A.pd f
http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/download/109/77/
Cici Wardah.2023.pembahasan mengenai pernikahan dini
Ayu Fatmawati.2023.definisi pernikahan dini generasi milenial Farah Nur
Fahmiyah.2023.penjelasan pernikahan dini generasi z Marsha Putri
Olivia.2023.pendapat tentang pernikahan dini
Cynthia, Dwiky, Bella, Rizal.2023.pendapat tentang pernikahan dini
18