Anda di halaman 1dari 276

Penyiapan

Kehidupan Berkeluarga
bagi Remaja
Ditinjau dari aspek 8 Fungsi Keluarga,
Kesehatan, Ekonomi, Psikologi,
Pendidikan, Agama & Sosial

Badan Koordinasi Keluarga Berencana nasional


direktorat remaja dan Perlindungan Hak-Hak reproduksi
Jakarta 2010
Cerita Remaja Indonesia

Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga bagi Remaja
Ditinjau dari aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi,
Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial

BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL


Jakarta, 2010

i
Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga bagi Remaja

Editor :
Drs. M. Masri Muadz, MSc.
Drs. Syaefuddin, MBA

Tim Penulis :
Drs. M. Masri Muadz, MSc.
Drs. Syaefuddin, MBA
Drs. Indrawarman, M.Sc, MM
Drs. Edy Muin, M.Si
Alifah Nuranti, S.Psi, MPH
Farida Ekasari, S.IP, MKM
dr. Ratnasari Widyastuti
Witri Windrawati, SE
Dra. Budiarti Utomo
dr. Umi Salamah

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Buku


Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja edisi pertama yang
telah disusun oleh Tim Penulis, akhirnya dapat diterbitkan. Buku
ini disusun mengingat banyak para remaja yang belum memiliki
kesiapan secara ekonomi, kesehatan, psikologis, pendidikan,
agama dan sosial untuk memasuki jenjang pernikahan dalam
rangka membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
Bahkan diantara mereka banyak terjadi perilaku yang kurang sehat
baik secara fisik, mental maupun sosial (unhealthy behavior) dan
terkena risiko Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza).

Dalam Buku Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja ini


secara spesifik diuraikan tentang latar belakang tentang transisi
kehidupan remaja sebagai kerangka melihat permasalahan remaja,
permasalahan remaja : Seksualitas pranikah, HIV dan AIDS dan
Narkoba. Dalam Bab II dibahas Analisis masalah remaja : Kualitas
generasi muda, Prestasi remaja Indonesia : Good news, Perilaku
remaja dan seksualitas, Remaja dan narkoba, Remaja dan AIDS:
bad news, Sebab-sebab masalah remaja dan akibatnya. Bab III
yang merupakan intisari Buku Penyiapan Kehidupan Berkeluarga
bagi Remaja adalah elemen-elemen Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga bagi Remaja yang ditinjau dari berbagai aspek, yaitu
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja ditinjau dari segi
Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama dan Sosial.
Pada bab IV diulas tentang contoh kehidupan berkeluarga yang
ideal yang dilakukan para tokoh di Republik ini sebagai panutan
dalam membentuk keluarga yang harmonis.

i
Disadari bahwa Buku yang baru pertama kali ditulis dan diterbitkan
ini diarahkan dengan sasaran pembaca para remaja, juga orang
tua dan orang-orang yang berkepentingan, masih belum sempurna
seperti yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan Buku ini
selanjutnya, sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan
program dan dinamika kehidupan remaja saat ini dan yang akan
datang.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang terkait dalam proses penyiapan materi
buku ini, terutama kepada Tim Penulis yang telah bekerja keras
dalam merampungkan buku ini. Semoga apa yang telah dilakukan
merupakan amal shaleh yang bermanfaat bagi kita semua dan para
remaja khususnya dan generasi yang akan datang.

Jakarta, November 2010

Plt. Deputi Bidang KB-KR

Drs. M. Masri Muadz, M.Sc.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………........ i


Daftar Isi ………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………... 1


A. Transisi Kehidupan Remaja Sebagai Kerangka
Melihat Permasalahan Remaja ………………………..... 1
B. Permasalahan Remaja: Seksualitas Pranikah, HIV
dan AIDS dan Narkoba .................................................. 3
C. Cara Penggunaan Buku ............................................... 9
D. Pengertian dan Batasan ………………………............... 10

BAB II KONSEP PENYIAPAN KEHIDUPAN


BERKELUARGA BAGI REMAJA : SEBAGAI
SOLUSI TERHADAP MASALAH REMAJA ……. 15
A. Analisis Masalah Remaja …………………..................... 15
1. Kualitas Generasi Muda, Prestasi Remaja
Indonesia : Good News ............................................ 15
2. Perilaku remaja kita, remaja dan seksualitas:
Bad News………....................................................... 17
3. Remaja dan narkoba: Bad News…………………….. 19
4. Remaja dan AIDS: Bad News………………………… 19
5. Sebab-sebab masalah remaja ……………………… 20
6. Akibat masalah-masalah remaja…………………….. 24
B. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja ......... 26

iii
BAB III ELEMEN-ELEMEN PENYIAPAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA BAGI REMAJA ........................ 29
A. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi Delapan
Fungsi Keluarga............................................................. 29
B. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Perencanaan
Keluarga…..................................................................... 47
C. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi
Kesehatan ……….......................................................... 73
D. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi Ekonomi 107
E. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi Psikologi 131
F. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi
Pendidikan ……............................................................. 169
G. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi Agama ... 175
H. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Dari Segi Sosial .... 205

BAB IV CONTOH KEHIDUPAN BERKELUARGA YANG


IDEAL PARA TOKOH .......................................... 249
A. Habibie dan Ainun ......................................................... 249
B. Keharmonisan Keluarga Sophan Sophiaan dan
Widyawati ..................................................................... 254
C. Kehidupan Keluarga Mario Teguh ................................. 256

BAB V PENUTUP ............................................................ 261

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 263

iv
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Transisi Kehidupan Remaja Sebagai Kerangka Melihat


Permasalahan Remaja.

Pada tahun 2007 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar
terdapat sekitar 64 juta atau 28,6% dari jumlah Penduduk Indonesia
sebanyak 222 juta (Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025,
BPS, Bappenas, UNFPA, 2005). Disamping jumlahnya yang besar,
remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring
dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol
dikalangan remaja misalnya masalah seksualitas (kehamilan tak
diinginkan dan aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual (IMS),
HIV dan AIDS, penyalahgunaan Napza dan sebagainya. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah remaja

1
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

diantaranya melalui PIK Remaja. PIK Remaja adalah suatu wadah


kegiatan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja
yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta
perencanaan kehidupan berkeluarga.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa


dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat
menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.
Masa remaja seperti ini oleh Bank Dunia disebut sebagai masa
transisi kehidupan remaja. Transisi kehidupan remaja oleh Bank
Dunia dibagi menjadi 5 hal (Youth Five Life Transitions). Transisi
kehidupan yang dimaksud menurut Progress Report World Bank
adalah: (1). Melanjutkan sekolah (continue learning); (2). Mencari
pekerjaan (start working); (3). Memulai kehidupan berkeluarga (form
families); (4). Menjadi anggota masyarakat (exercise citizenship);
(5). Mempraktekkan hidup sehat (practice healthy life).

Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja yang


dilaksanakan berkaitan dengan bidang kehidupan yang kelima dari
transisi kehidupan remaja dimaksud, yakni mempraktekkan hidup
secara sehat (practice healthy life). Empat bidang kehidupan lainnya
yang akan dimasuki oleh remaja sangat ditentukan oleh berhasil
tidaknya remaja mempraktekkan kehidupan yang sehat. Dengan
kata lain apabila remaja gagal berperilaku sehat, kemungkinan
besar remaja yang bersangkutan akan gagal pada empat bidang
kehidupan yang lain.

Dari data-data yang berkaitan dengan gambaran perilaku sehat


remaja, khususnya yang berhubungan dengan risiko Triad KRR
(Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), tampaknya sebagian remaja
Indonesia berperilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat tersebut
seperti terlihat pada data berikut ini.

2
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

B. Permasalahan Remaja: Seksualitas Pranikah, HIV dan


AIDS dan Narkoba
Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan
mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia
14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), sedangkan usia
20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%). Dari penelitian
yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 1996 terhadap 633
pelajar SLTA di Bali, didapatkan bahwa 27% remaja laki-laki dan 18%
remaja perempuan mempunyai pengalaman berhubungan seks pra
nikah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang
tahun 2001 didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja
perempuan di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan
seks. Hasil penelitian DKT Indonesia 2005, menunjukkan perilaku
seksual remaja di 4 kota yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya dan
Medan berdasarkan norma yang dianut, 89% remaja tidak setuju
adanya seks pra nikah, namun kenyataannya 82% remaja punya
teman melakukan seks pra nikah, 66% remaja punya teman hamil
sebelum menikah. Remaja secara terbuka menyatakan melakukan
seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47%
dan Medan 52%. Dari data PKBI tahun 2006 didapatkan bahwa
kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur
13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alokon, 85% dilakukan di
rumah sendiri.

Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi Januari


s/d Juni 2008 menyimpulkan 1). 97% remaja SMP dan SMA pernah
menonton film porno, 2). 93,7% remaja SMP dan SMA pernah
ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex
melalui mulut), 3) 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2%
remaja mengaku pernah aborsi.

3
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan


hubungan seksual (3 x lebih besar) adalah: 1). Teman sebaya
yaitu mempunyai pacar; 2). Mempunyai teman yang setuju dengan
hubungan seks pra nikah; 3). Mempunyai teman yang mempengaruhi
atau mendorong untuk melakukan seks pranikah (Analisa Lanjut
SKRRI, 2003).

Prilaku seks pranikah remaja cenderung terus meningkat seperti


diuraikan diatas, sehingga kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD) juga terjadi pada kelompok remaja. Disamping itu jumlah
kelompok remaja di Indonesia yang saat ini sudah menginginkan
suatu pelayanan KB tersedia bagi kelompok mereka, ternyata
datanya sangat mencengangkan. Data SKRRI 2007 menunjukkan
90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki menginginkan
pelayanan KB diberikan kepada mereka. Angka ini jauh lebih besar
jika dibandingkan hasil SKRRI 2002 yang hanya 52% remaja
perempuan dan 41% remaja laki-laki masing-masing meminta untuk
dapat diberikan pelayanan kontrasepsi.

Jika 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki yang saat
ini sudah menginginkan pelayanan alat kontrasepsi dikaitkan
dengan jumlah remaja umur 15-24 tahun yang jumlahnya sekitar
42 juta jiwa, berarti sekitar 37 juta jiwa remaja yang membutuhkan
pelayanan alat kontrasepsi tidak terpenuhi atau unmet need ber
KB untuk kelompok remaja. Unmet need ber KB untuk kelompok
remaja akan tetap menjadi unmet need, karena definisi Keluarga
Berencana menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera adalah untuk ”Pasangan Suami Istri sesuai dengan
pilihannya”. Dengan demikian pemberian pelayanan kontrasepsi
kepada remaja bertentangan dengan Undang-undang.

4
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia


(PKBI, Rakyat Merdeka, tahun 2006) yang merujuk pada data Terry
Hull dkk. (1993) dan Utomo dkk. (2001) didapatkan bahwa 2,5 juta
perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% (± 700 ribu)
dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar dilakukan dengan cara
tidak aman. Sekitar 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian
ibu (307/100 ribu kelahiran) dan tercatat bahwa Angka Kematian
Ibu (Mother Mortality Rate) di Indonesia adalah 10 kali lebih besar
dari Singapura.

Berdasarkan data BNN 2004, menunjukan bahwa 1,5% dari jumlah


penduduk Indonesia (3.2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba. Dari
jumlah tersebut, 78% diantaranya adalah remaja usia 20-29 tahun.

Secara kumulatif jumlah kasus AIDS sampai dengan Maret 2009


sebesar 16.964 kasus. Berdasarkan cara penularannya secara
kumulatif dilaporkan antara lain melalui heteroseksual 48,4%, IDU
42%, homoseksual 3,7%, perinatal 2,3% dan tidak diketahui 3,6%.
Menurut 4 golongan usia tertinggi adalah usia 20-29 tahun sebanyak
50,5%; usia 30-39 tahun 29,48%, usia 40-49 tahun 8,41%, usia 15-
19 tahun 3,08%. Perbandingan persentase kasus AIDS antara laki-
laki dan perempuan adalah 74,5% : 25,6%.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah remaja Indonesia


adalah: 1). 60% remaja mengaku telah mempraktekkan seks pra
nikah; 2). ± 70% dari pengguna Narkoba adalah remaja; 3). ± 50%
dari pengidap AIDS adalah kelompok umur remaja. Jadi sejumlah
itulah remaja Indonesia yang terganggu kesempatannya untuk
melanjutkan sekolah, memasuki dunia kerja, memulai keluarga
dan menjadi anggota masyarakat secara baik. Sejumlah itu pula
remaja yang tidak siap untuk melanjutkan tugas dan peran sebagai
generasi penerus bangsa.

5
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, Pemerintah (cq.


BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan program
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja yang diarahkan
untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Ciri-ciri Tegar
Remaja adalah remaja yang menunda usia pernikahan, remaja
yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad KRR (Seksualitas,
Napza, HIV dan AIDS), bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber
informasi bagi teman sebayanya. Upaya untuk mewujudkan remaja
Indonesia melalui program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga
Bagi Remaja sesuai dengan konsep Tegar Remaja tersebut akan
diupayakan melalui strategi Tegar Remaja. Strategi Tegar Remaja
merujuk pada lessons learned dari evaluasi program ARH tahun
1990-2000, School of Public Health, University of Michigan, USA,
2005 dan evaluasi program ARH di Asia, Afrika dan Amerika Latin
(World Bank Report, 2007).

Strategi Tegar Remaja adalah program Penyiapan Kehidupan


Berkeluarga Bagi Remaja yang dilaksanakan melalui pengembangan
faktor-faktor pendukung (promotive factors) program Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja dan remaja, dalam konteks
dan situasi faktor risiko Triad KRR. Program Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja apabila tidak dilaksanakan dengan
pengembangan faktor pendukung tersebut akan mengakibatkan
meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah.

Dengan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah akan


mengganggu pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas-
tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja tersebut adalah

6
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

sebagai berikut: (1). Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan


remaja secara individual, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan
mental, emosional dan spiritual; (2). Tugas-tugas pertumbuhan dan
perkembangan remaja secara sosial, yaitu melanjutkan sekolah,
mencari pekerjaaan, memulai kehidupan berkeluarga, menjadi
anggota masyarakat yang normal dan mempraktekkan hidup sehat,
seperti yang telah diuraikan pada halaman satu dimuka.

Akan tetapi apabila program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Bagi Remaja didukung oleh ketiga faktor pendukung, yaitu (1)
peningkatan assets/capabilities remaja atau pengembangan segala
sesuatu yang positif seperti terdapat pada diri remaja (pengetahuan,
sikap, perilaku, hobi, minat dan sebagainya), (2) pengembangan
resources/opportunities, yaitu jaringan dan dukungan yang diberikan
kepada remaja dan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja oleh semua stakeholders terkait (orang tua, teman, sekolah,
organisasi remaja, pemerintah, media massa, dan sebagainya), (3)
Pemberian pelayanan kedua (second chance) kepada remaja yang
telah menjadi korban Triad KRR, agar bisa sembuh dan kembali
hidup normal, maka pelaksanaan Program Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja akan menghasilkan Tegar Remaja (TR)
seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Salah satu kegiatan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Bagi Remaja yang mengembangkan ketiga strategi tersebut diatas,
adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan wadah PIK Remaja
dan PIK Mahasiswa. Keberadaan dan peranan PIK Remaja dan
PIK Mahasiswa dilingkungan remaja sangat penting artinya dalam
membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
konseling yang cukup dan benar tentang Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja. Akses dan kualitas pengelolaan dan

7
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

pelayanan PIK Remaja dan PIK Mahasiswa masih relatif rendah.


Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengembangan
dan pengelolaan PIK Remaja dan PIK Mahasiswa dalam rangka
meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan
tersebut.

Dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan


dan pelayanan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja, maka salah satu yang perlu dilakukan adalah menyiapkan
informasi-informasi yang berkaitan dengan bagaimana para remaja
dapat menyiapkan diri untuk kehidupan berkeluarga yang baik.
Salah satu upaya yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah
penyusunan buku yang bertema Penyiapan Kehidupan Berkeluarga
Bagi Remaja. Buku yang ada dihadapan anda ini adalah hasil dari
upaya dimaksud.

Tujuan dari penulisan buku Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Bagi Remaja ini adalah untuk melengkapi informasi sehingga dapat
digunakan secara langsung sebagai bahan pembelajaran oleh para
remaja dan sebagai buku rujukan bagi para pengelola dan pembina
program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja di semua
tingkatan wilayah.

Sasaran dari buku Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja


ini dapat di kelompokan sebagai berikut :

1. Para remaja dan kelompok sebaya yaitu remaja yang saat ini
berumur 10-24 tahun serta para mahasiswa yang masih duduk
di bangku Perguruan Tinggi.

2. Para orang tua (Ibu dan Bapak) yang saat ini masih memiliki
remaja.

8
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

3. Para guru dan pendidik mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai
dengan Perguruan Tinggi.

4. Para aktivis masyarakat seperti pimpinan dan pengurus lembaga


swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang remaja dan
kepemudaan dan organisasi kepemudaan.

5. Para wartawan baik cetak, elektronik maupun wartawan media


maya (web).

6. Para pimpinan dan pegawai pemerintah yang mempunyai


program berkaitan dengan remaja dan pemuda.

C. Cara Penggunaan Buku


Buku ini terdiri dari dua bagian pokok. Bagian pertama membahas
teori-teori yang berkaitan dengan bagaimana remaja/mahasiswa
bisa belajar tentang konsep kehidupan berkeluarga dilihat dari
delapan fungsi keluarga, perencanaan keluarga, kesehatan,
ekonomi, psikologi, pendidikan, agama dan sosial. Pembahasan
tentang aspek teoritis ini seperti yang terlihat pada bab tiga.
Bagian kedua dari buku ini membahas contoh-contoh kehidupan
berkeluarga yang ideal seperti yang bisa dibaca pada bab empat.

Karena itu cara membaca buku ini adalah tergantung kebutuhan


informasi apa yang ingin dibaca dan dipelajari lebih jauh. Membaca
buku ini tidak harus secara berurutan dari bab pertama dan bab-
bab berikutnya. Kendati demikian disarankan setelah membaca
aspek-aspek teoritis yang ada di bab tiga, sebaiknya para pembaca
dapat langsung membaca bab empat, sehingga akan memperoleh
contoh-contoh konkrit kehidupan berkeluarga yang harmonis dari
para tokoh.

9
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

D. Pengertian dan Batasan


Dalam rangka mempermudah pemahaman dalam membaca buku
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja ini, maka sebaiknya
para pembaca memahami terlebih dulu beberapa pengertian dan
batasan dari beberapa istilah sebagai konteks dalam program
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja sebagai berikut:

1. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) adalah


suatu wadah kegiatan program Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja yang dikelola dari, oleh dan untuk
remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling
tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja
serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

2. Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIK Mahasiswa)


adalah suatu wadah kegiatan program KKB yang dikelola
dari, oleh dan untuk mahasiswa guna memberikan pelayanan
informasi dan konseling tentang Kependudukan dan KB
termasuk Perencanaan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

3. PIK Remaja/Mahasiswa adalah nama generik. Untuk menampung


kebutuhan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja dan menarik minat remaja/mahasiswa datang ke PIK
Remaja/Mahasiswa, nama generik ini dapat dikembangkan
dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan program
dan selera remaja/mahasiswa setempat.

4. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang


menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses)
yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional
dan spiritual.

10
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5. Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja adalah


suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja,
yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad
KRR (Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), menunda usia
pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga
untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta
menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman
sebayanya.

6. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu
risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas, Napza, HIV
dan AIDS.

7. Risiko seksualitas adalah sikap dan perilaku seksual remaja yang


berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD), aborsi dan risiko perilaku seks sebelum
nikah.

8. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency virus, yaitu


virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia.

9. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency


Syndrome, yaitu kumpulan dari berbagai gejala penyakit akibat
turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat akibat HIV.

10. Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika


dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi yang dimasukkan
kedalam tubuh manusia baik secara oral (melalui mulut), dihirup
(melalui hidung) atau disuntik yang menimbulkan efek tertentu
terhadap fisik, mental dan ketergantungan.

11. Remaja (Adolescent) adalah penduduk usia 10–19 tahun


(WHO); Pemuda (Youth) adalah penduduk usia 15-24 tahun

11
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

(UNFPA); Orang Muda (Young people) adalah penduduk usia


10–24 tahun (UNFPA dan WHO); Generasi Muda (Young
Generation) adalah penduduk usia 12-24 tahun (World Bank).
Remaja sebagai sasaran program Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja adalah penduduk usia 10-24 tahun
yang belum menikah. Sedangkan mahasiswa sebagai sasaran
program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja
adalah penduduk mulai usia 17 atau 18 tahun, masih kuliah dan
belum menikah.

12. Pendidik Sebaya Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi


Remaja adalah remaja yang mempunyai komitmen dan
motivasi yang tinggi sebagai nara sumber bagi kelompok remaja
sebayanya dan telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja dengan
mempergunakan Modul dan Kurikulum standard yang telah
disusun oleh BKKBN atau yang sejenis.

13. Konselor Sebaya Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi


Remaja adalah Pendidik Sebaya yang punya komitmen dan
motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja bagi kelompok remaja
sebayanya yang telah mengikuti pelatihan konseling Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja dengan mempergunakan
Modul dan Kurikulum Standar yang telah disusun oleh BKKBN
atau yang sejenis.

14. Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang punya


komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah
mengikuti pelatihan dengan mempergunakan Modul dan
Kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN atau
yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri dari Ketua, Bidang

12
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya


dan Konselor Sebaya.

15. Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai


kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja,
memberi dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang
berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
atau organisasi kepemudaan/remaja lainnya.

16. Pendidikan Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja


adalah suatu proses penyampaian informasi atau pendidikan
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja yang dilakukan
oleh Pendidik Sebaya untuk membantu remaja sebayanya dalam
memahami tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja.

17. Konseling Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja


adalah suatu proses konsultasi dimana seorang Konselor
Sebaya membantu remaja sebayanya untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan Perencanaan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja.

18. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia


pernikahan, berperilaku sehat, terhindar dari risiko Seksualitas,
Napza, HIV dan AIDS, mempunyai perencanaan kehidupan
berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera dan menjadi contoh, model, idola dan sumber
informasi bagi teman sebayanya.

19. Keterampilan Hidup (Life Skills) menurut Undang-undang


Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah
pendidikan non formal yang memberikan keterampilan non
formal, sosial, intelektual/akademis, dan vokasional untuk

13
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

bekerja secara mandiri. Life Skills yang dikembangkan dalam


program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja lebih
ditekankan pada Life Skills yang berkaitan dengan keterampilan
fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional, keterampilan
spiritual, keterampilan kejuruan (vocational), dan keterampilan
menghadapi kesulitan.

14
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

B A B II
KONSEP PENYIAPAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA BAGI REMAJA: SEBAGAI
SOLUSI TERHADAP MASALAH REMAJA

A. Analisis Masalah Remaja

1. Kualitas generasi muda, prestasi remaja Indonesia: Good


News

Kompas (28/11/2008) memberitakan: “Pelajar Indonesia Eda Islamy


Qomaruddin (9), keluar sebagai juara pertama International Art
Competition for Children’s Painting “Mission Rescuer 2008” yang digelar
Kementerian Urusan Situasi Darurat Bulgaria bekerjasama dengan
Kementerian Pendidikan dan IPTEK serta Kementerian Kebudayaan
Bulgaria. Lomba melukis diadakan ketiga kementerian Bulgaria, untuk
pertama kalinya mengikutsertakan peserta internasional dari negara
di luar Bulgaria”. Dubes Immanuel Robert Inkiriwang mengatakan
sebagai Dubes RI di Bulgaria merasa bangga atas keberhasilan

15
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

anak Indonesia meraih juara pertama di ajang Lomba Internasional


tersebut.

Majalah Iptek Anah Orbit (19 November, 2008), bekerja sama,


dengan Nestle Dancow selesai menggelar Pentas Kreasi Anak
Indonesia (PKAI) 2008-Funtastic 10 untuk yang ketujuh kalinya
sejak 2002. Hingga kini sekitar 25.000 anak Indonesia telah
ambil bagian dalam PKAI, 588 di antaranya memenangkan
berbagai Olimpiade Matematika dan Lomba Percobaan
IPA (Ilmu Pengetabun Alam). Di tahun 2008 ini, PKAI yang
bertemakan Langkah Awal Menuju Prestasi Internasional,
diselenggarakan di tiga kota, yaitu di Surabaya 2 November,
dengan sekitar 1.500 peserta, kemudian di Yogyakarta 9
November dengan sekitar 1.100 peserta, dan sebagai penutup
di Jakarta 23 November 2008 dimana sekitar 2.000 peserta
telah mendaftar. “Minat peserta semakin bertambah. Bila pada
penyelenggaraan pertama 2002 peserta hanya 1.000 anak, maka
2008 telah menjadi 4.500 peserta. Ini menunjukkan bahwa pelajar
Indonesia meminati IPA dan Matematika.”

Kompas (17/9/2008) memberitakan bahwa SMAYadika 10 di Kosambi,


Tangerang meraih juara I Lomba Peneliti Remaja Indonesia 2008
dengan judul penelitian “Usulan Program Pencegahan ala Remaja di
Kecamatan Kosambi dan sekitarnya, yang diselengarakan Yayasan
Cinta Anak Bangsa (YCAB). Lomba yang diikuti 21 kelompok dari
tingkat SMP dan SMA se­-Jabodetabek dan Bandung ini diadakan
dalam rangkaian peringatan Hari Anti Narkoba Internasional.
“Mereka (SMA Yadika 10, Kosambi) memang pantas untuk
menang. Hasil penelitian mereka sudah sampai action, sedangkan
yang lain hanya berhenti memahami gejala,”

16
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Dari tiga informasi tentang prestasi kejuaran tingkat local


(Jabotabek), regional (PKAI) dan tingkat internasional (Bulgaria)
yang dimenangkan oleh remaja-remaja Indonesia di atas,
tentunya bagi kita adalah berita gembira. Kita dibuat bangga dan
tersenyum. Kendati kalau dilihat dari jumlah yang berprestasi
masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah remaja
Indonesia yang saat ini (2009) diperkirakan sebanyak sekitar 64
juta orang atau sekitar 28,6% dari jumalah Penduduk Indonesia
(remaja umur 10-24 tahun, menurut UNFPA dan World Bank).
Dibalik cerita gembira diatas, ternyata ada sisi lain dari gambaran
remaja Indonesia yang membuat kita para orang tua, guru, tokoh
masyarakat dan pemerintah menjadi sedih dan prihatin, yaitu prilaku
remaja terkait dengan Seksualitas, Narkoba dan AIDS.

2. Perilaku remaja kita, remaja dan seksualitas : Bad News

Perilaku seksual remaja Indonesia tampaknya sudah sangat


mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini sangat beralasan, seperti
yang dapat dilihat dari hasil-hasil penelitian berikut ini.

a. Penelitian Yayasan Kusuma Buana (1993) di 12 kota besar


menunjukan bahwa 10% remaja putri dan 31% remaja putra
mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.

b. Pangkahila (1996) melaporkan hasil penelitiannya bahwa 18%


remaja putri dan 27% remaja putra di Bali mengaku sudah tidak
perawan lagi.

c. Perkumpulan KB Indonesia (PKBI 1997) melaporkan hasil


penelitiannya bahwa 75% remaja di Lampung mengaku sudah
melakukan seks pranikah.

17
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

20. Situmorang (2001) mengatakan bahwa penelitiannya


menemukan bahwa 9% remaja putri dan 27% remaja putra di
Medan mengaku sudah tidak perawan lagi.

21. H asil penelitian DKT Indonesia (2005) membuktikan


bahwa remaja secara terbuka menyatakan telah melakukan
seks pranikah di Jabotabek (51%), Bandung (54%) Surabaya
(47%) dan Medan (52%).

22. Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi 2008


menyimpulkan:

• 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno.

• 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital


stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui
mulut).

• 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan.

• 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.

23. Data PKBI tahun 2006 menunjukan bahwa kisaran umur


pertama kali melakukan hubungan seks pranikah pada umur
13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi,
dan yang sangat mengejutkan adalah 85% dilakukan di rumah
sendiri.

24. Data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, 2006)


menunjukan bahwa:

• 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun.

• 27% dilakukan oleh remaja (±700 ribu), sebagian besar


dilakukan dengan cara tidak aman.

18
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• 30-35% aborsi ini adalah penyumbang terhadap tingkat


kematian ibu (Maternal Mortality Rate) Indonesia yang saat
ini berada pada peringkat tertinggi di ASEAN.

3. Remaja dan narkoba: bad news

Data BNN 2008, menunjukan bahwa 1,5% dari jumlah


penduduk Indonesia (sekitar 3.2 juta jiwa) adalah pengguna
narkoba. Dari jumlah tersebut 78% diantaranya adalah remaja
usia 20-29 tahun. Diketahui dari data tersebut bahwa 800.000
diantara remaja madat Narkoba adalah pelajar dan mahasiswa
menggunakan jarum suntik. Sebesar 60% dari pengguna
jarum suntik tersebut sudah terjanggkit HIV/AIDS. Dalam setahun
terakhir, diantara 100 mahasiswa rata-rata 8 mahasiswa pernah
mengkonsumsi Narkoba. Penyalah-gunaan Narkoba lebih tinggi
3-6 kali di kampus swasta dibanding negeri. Sekitar
19% remaja/mahasiswa di Akademi/Perguruan Tinggi pernah
ditawari Narkoba oleh temannya. Kampus dan rumah teman disebut
sebagai tempat menawarkan Narkoba.

4. Remaja dan AIDS: bad news

Data Depkes, Maret 2009, secara kumulatif jumlah kasus AIDS


atau orang yang saat ini positif terjangkit AIDS di Indonesia adalah
sebesar 16.964 kasus. 53.58% dari jumlah tersebut adalah remaja.
Dilaporkan dari data tersebut bahwa penularanya adalah melalui:
homosex 3.6%, heterosex 55%, IDU (Injecting Drug Users) 46%
dan lainnya 3.1%.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku sebagian besar


remaja Indonesia ternyata tidak sehat. Sebagian besar (sekitar
60%) remaja mengaku telah mempraktekkan seks pranikah;
19
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

sebagian besar (sekitar 70%) remaja adalah pengguna Narkoba;


separuh (sekitar 50%) dari pengidap AIDS adalah kelompok umur
remaja. Untuk kelompok remaja yang berprilaku tidak sehat ini,
dari teori Human Resource dan Human Capital diatas, pastilah
tidak dapat dikatakan sebagai asset keluarga, mayarakat dan
bangsa. Bahkan sebaliknya, mereka adalah beban keluarga,
masyarakat dan bangsa. Pertanyaan kita, kenapa remaja Indonesia
berprilaku tidak sehat seperti itu? Kenapa jumlah dari kelompok ini
cenderung semakin banyak sepuluh tahun terakhir ini?

5. Sebab-sebab masalah remaja

Kenapa prilaku tidak sehat remaja terjadi? Dan apa


konsekuensinya bagi remaja sebagai generasi muda dan bagi
bangsa di masa depan? Untuk menjawab kedua pertanyaan ini,
bisa dilihat dari dua perspektif: 1) lingkungan dan dari perspektif
pertumbuhan remaja (Sunarti, Pusat Studi Keluarga IPB Bogor, 2008)
Pertama, dari perspektif lingkungan dimana remaja itu hidup, yang
sedang dan terus berubah dengan cepat. Dikatakan bahwa remaja
menjalani kehidupannya sehari-hari di lima lingkungan kehidupan
yang berbeda-beda, namun memiliki ciri yang sama, yaitu kelima-
limanya sudah, sedang dan akan terus berubah dengan cepat.

a. Lingkungan keluarga. Dikatakan bahwa norma, struktur,


fungsi dan proses kehidupan dalam keluarga sudah dan
sedang mengalami perubahan. Perubahan itu dilatar belakangi
oleh berbagai sebab. Diantaranya oleh masalah ekonomi
keluarga, pekerjaan orang tua, dan hubungan keluarga dengan
masyarakat sekitarnya. Perubahan kehidupan keluarga itu
mengarah kepada bentuk hubungan antar anak, dan hubungan
antar anak dan orang tua yang semakin renggang dan kurang

20
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

intim. Perubahan ini mengakibatkan anak-anak terutama remaja,


kendati berada dirumah, namun merasa tidak betah tinggal di
rumah (not feeling at home).

b. Lingkungan sekolah. Diyakini bahwa kesuksesan hidup


diawali dari keberhasilan di sekolah. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, akan semakin baik jenis pekerjaan
yang diperoleh, yang selanjutnya akan membawa kepada
semakin baik penghasilan yang didapat dan di ujungnya,
akan menghantar kepada tingkat kualitas kehidupan yang
semakin baik. Karena itu, nilai sosial pendidikan semakin
tinggi dan menjadi sasaran kompetisi. Kompetisi memperoleh
kesempatan sekolah antar remaja di hampir semua tingkat
pendidikan menjadi semakin keras. Iklim yang semakin
kompetitif itu diperkuat oleh keinginan orang tua dan
sistem persekolahan dan pendidikan yang menuntut setiap
siswa dan mahasiswa untuk berprestasi dan menjadi juara
pada semua mata pelajaran. Akibatnya para remaja itu tidak
bisa menikmati kehidupan mereka di sekolah dengan rileks
dan alami. Karena sekolah adalah identik dengan persaingan
dan kompetisi. Remaja tidak saja merasa tidak betah tinggal di
rumah, tetapi juga mereka tidak kerasan berada di sekolah.

c. Lingkungan masyarakat. Dikatakan, karena berbagai alasan


kehidupan di lingkungan masyarakat seperti lingkungan RT, RW,
semakin acuh dan individualistik. Kehidupan yang semakin
individualistik ini semakin dirasakan di wilayah perkotaan. Setiap
orang asyik dan sibuk dengan urusan masing-masing. Tiap
orang merasa tidak memiliki waktu dan tidak merasa perlu
untuk mengetahui apalagi memasuki urusan orang lain.
Akibatnya, kehidupan para remaja di lingkungan masyarakat

21
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

mereka menjadi asing. Mereka berada di lingkungan masyarakat


secara fisik, namun tidak terkait (connected) secara psikologik.
Para remaja tidak betah di rumah, tidak kerasan di sekolah,
dan sekarang, mereka kesepian di lingkungan masyarakatnya
(Lingkungan Publik, Pergaulan, Tempat Tinggal).

d. Lingkungan media. Seperti diuraikan di atas, para remaja tidak


betah di rumah, tidak kerasan di sekolah, dan merasa kesepian
di lingkungan masyarakatnya. Mereka kemudian menghabiskan
waktunya untuk mengakses berbagai media: TV, radio, majalah,
koran, website, handphone dan lainnya. Di berbagai media
massa itu, ternyata para remaja mendapatkan informasi,
barangkali, jauh melebihi apa yang mereka harapkan. Karena
ternyata media massa telah berkembang, tidak saja jumlahnya,
tetapi juga berkembang kearah cara penyampaian informasi
yang sangat permissif. Hampir tidak ada jenis informasi yang
tidak bisa disampaikan, terutama oleh media maya: website.
Informasi tentang ajakan untuk menjadi pemeluk agama yang
baik, dengan merujuk kepada firman Allah dalam berbagai kitab
suci dapat diperoleh di website. Namun, pada saat yang
sama, media massa ini, juga, menyediakan jenis informasi dan
gambar-gambar hidup, yang, hampir mata yang melihatnya tidak
dapat mempercayainya: manusia sedang bersanggama. Jenis
pilihan dan alternatif informasi seperti inilah yang tersedia bagi
remaja tatkala mereka mengakses media massa, khususnya
website. Orang lain tidak bisa membatasi, apalagi mengontrol
para remaja untuk hanya melihat, membaca dan mengakses
informasi yang baik-baik saja.

e. Lingkungan kelompok sebaya. Kalau di lingkungan keluarga,


sekolah, dan masyarakat, seperti diuraikan dimuka, para

22
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

remaja merasa kesepian dan tidak kerasan, maka di


lingkungan kelompok sebaya, meraka merasa kerasan. Dengan
kelompok sebaya antar remaja saling berkomunikasi dan saling
mencurahkan isi hati (curhat). Mereka saling mengadu dan
saling menceritakan perasaan dan isi hati mereka. Bukan
tidak mustahil para remaja saling tukar pengalaman tentang
apa yang mereka baca dan lihat di website mengenai gambar
hidup porno tadi. Karena kesamaan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan kehidupan dan kesamaan pengalaman-
pengalaman berinteraksi dengan orang tua di rumah, dengan
para guru di sekolah, dan dengan orang-orang di lingkungan
masyarakat tadi, semua ini mendorong kualitas hubungan antar
kelompok sebaya ini menjadi semakin akrab, intim, bahkan
semakin bebas. Hubungan antar kelompok sebaya dalam
kehidupan remaja yang berkembang menjadi semakin
bebas. Inilah yang membawa remaja Indonesia kearah
prilaku kehidupan yang tidak sehat berkaitan dengan seks
pranikah, Narkoba, dan HIV/AIDS.

Kalau kehidupan remaja di lingkungan keluarga, sekolah dan


masyarakat, dimana, remaja merasa tidak nyaman, kesepian dan
tidak betah, dalam teori sosiologi (Sunarti, 2008) disebut sebagai
kehidupan yang “ hurry-busy and lonely crowd”: kesepian dalam
keramaian, maka kehidupan remaja di lingkungan media massa
dan kelompok sebaya, di mana para remaja merasa betah,
kerasan dan sangat menikmati, dalam teori organisasi sebagai
System Dynamics (Stahle, 2001) disebut sebagai kehidupan yang
“establishing relationship and connected” atau nyambung dan
menyatu.

23
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Namun sayangnya, kedua ciri kehidupan remaja ini: yaitu kesepian


dalam keramaian di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
dan kehidupan yang sudah nyambung dan menyatu dalam
kehidupan antar kelompok sebaya mereka, tampaknya masing-
masing mempunyai andil terhadap prilaku tidak sehat remaja,
berkaitan dengan seksualitas pranikah, narkoba dan HIV/AIDS,
seperti ditunjukan oleh data di atas. Kehidupan tidak nyaman di
keluarga, sekolah dan masyarakat mendorang para remaja untuk
mencari lingkungan yang lebih pas dengan perkembanagan
mereka. Lingkungan kehidupan yang dicari itu, diketemukan
di lingkungan media massa, terutama website, telepon seluler, TV
dan radio. Namun informasi yang diperoleh di media massa ini,
sudah sedemikian permissif, mulai dari informasi, yang bila dilihat
dari standard keagamaan sangat baik, sampai dengan informasi-
­informasi yang sangat tidak bermoral, seperti informasi pornografik.
Berbekal dengan informasi-informasi pornografis itu, para remaja
bertemu dengan sesama remaja mereka, saling curhat, kemudian
berkembanglah hubungan yang sangat longgar dan bebas diantara
mereka. Maka terjadilah prilaku seksual pranikah, kecanduan
Narkoba dan sebagai ikutannya terjangkit HIV/AIDS, seperti yang
ditunjukkan oleh data diatas.

6. Akibat masalah-masalah remaja

Kedua, (Sunarti, 2008) dari perspektif tugas perkembangan


kehidupan remaja (adolescent tasks development). Dikatakan
bahwa periode kehidupan remaja adalah kehidupan transisi.
Transisi dari kehidupan remaja adalah kenyataan bahwa remaja
adalah sudah tidak anak-­anak lagi, tetapi pada saat yang sama

24
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

mereka belum dianggap dewasa. Dalam periode transisi ini, remaja


diharapkan untuk dapat menjalani dan berhasil dalam dua tugas
pertumbuhan dan perkembangan mereka.

a. Tugas pertama adalah tugas untuk bisa tumbuh dan berkembang


secara individu (individual growth and development), yaitu
tugas untuk bisa tumbuh dan berkembang secara fisik, mental,
emosional dan spiritual.

b. Tugas kedua adalah tugas untuk bisa berkembang secara


sosial (social development). yaitu tugas untuk :

• Melanjutkan sekolah (continue learning),

• Mencari pekerjaan (start working),

• Membentuk keluarga (form family),

• Menjadi anggota masyarakat (exersice citizenship), dan

• Mempraktekan hidup sehat (practice healthy life


behaviors).

Salah satu tugas perkembangan sosial yang harus dijalani


oleh remaja dengan berhasil, seperti diuraikan dimuka, adalah
tugas untuk mempraktekkan pola hidup sehat (practice healthy
life). Prilaku seksual pranikah, kecanduan Narkoba dan terjangkit
HIV/AIDS seperti data yang telah diuraikan di muka, jelas
menunjukan sebagian remaja Indonesia berprilaku tidak sehat.
Dengan demikian, sebagai akibatnya, sejumlah remaja yang
berprilaku tidak sehat itulah yang akan terganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, emosional dan spiritualnya. Sejumlah
remaja yang prilakunya tidak sehat itulah yang akan tidak bisa

25
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

berhasil menjalankan tugas perkembangan sosialnya: melanjutkan


sekolah, mencari pekerjaan, membentuk kehidupan keluarga,
menjadi anggota masyarakat yang normal. Dan sejumlah remaja
yang berprilaku tidak sehat itulah yang telah hilang atau berkurang
kesempatannya untuk menyiapkan diri menjadi pemimpin dan
penerus masa depan bangsa. Jumlah remaja Indonesia dengan
prilaku tidak sehat itu, ternyata cukup banyak: 63% praktek seks
pranikah, 78% kecanduan narkoba, dan 54% hidup dengan AIDS.

B. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi


Remaja
Merujuk kepada hasil analisis dari masalah remaja seperti diatas,
maka solusi permasalahan remaja tentunya terkait dengan
lingkungan yang menjadi akar masalah remaja tersebut. Dengan
kata lain pemecahan masalah remaja terkait dengan perbaikan
kehidupan keluarga dan rumah tangga, perbaikan iklim belajar
mengajar di sekolah dan perguruan tinggi, perbaikan kehidupan
bermasyarakat, perbaikan di lingkungan media massa dan terutama
sekali perbaikan dalam kehidupan pergaulan antar remaja. Buku
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja ini adalah
salah satu upaya untuk mengatasi masalah-masalah remaja
yang berkaitan dengan praktek kehidupan dalam keluarga. Buku
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja adalah buku yang
diharapkan bisa memberikan informasi yang tepat dan benar tentang
kehidupan keluarga. Sehingga para remaja sebelum memasuki
kehidupan berkeluarga mempunyai informasi dan pengetahuan
yang cukup tentang konsep kehidupan berkeluarga. Informasi
tentang konsep kehidupan berkeluarga dalam buku ini diperkuat
dengan contoh-contoh konkrit dari pasangan suami istri yang
telah berhasil membina kehidupan berkeluarga. Dengan demikian

26
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

diharapkan para remaja akan mempunyai gambaran yang tidak saja


konseptual tetapi juga operasional dalam arti para remaja menjadi
lebih yakin dengan kebenaran konsep berkeluarga yang dibacanya
karena pada saat yang sama mendapatkan informasi berkaitan
dengan contoh-contoh konkrit dari konsep kehidupan berkeluarga.

Oleh sebab itu secara sederhana Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Bagi Remaja adalah upaya untuk menumbuhkembangkan
kehidupan remaja yang tegar dalam rangka memasuki kehidupan
berkeluarga melalui penyiapan remaja tentang konsep dan contoh-
contoh kehidupan berkeluarga yang ideal. Tujuan Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja adalah untuk memperkaya
dan meningkatkan kualitas kehidupan individu dan keluarga.

1. ICPD 94 : Berkeluarga merupakan pilihan, namun seseorang


yang lebih baik di dunia ini adalah yang berkeluarga.

2. Masalah remaja, diantaranya seks pranikah, penyakit kelamin,


pengangguran, tidak sekolah, kriminalitas, dan lain-lain.

3. Kesehatan : remaja banyak terkena infeksi, kurang gizi, TBC.

4. Kespro: Pergaulan seks yang bebas, mereka mengerti tapi tidak


hamil. HIV dan AIDS, KTD, Aborsi (6 jt per tahun, dimana ¼-nya
remaja), IMS (prostitusi remaja yang tinggi).

5. Kekerasan berbasis gender.

6. Perkawinan usia muda.

27
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

28
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

BAB III
ELEMEN-ELEMEN PENYIAPAN
KEHIDUPAN BERKELUARGA
BAGI REMAJA

A. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


dari Segi Delapan Fungsi Keluarga

Memasuki kehidupan berkeluarga tentunya memerlukan persiapan


yang matang dari setiap pasangan. Menyiapkan pribadi yang
matang sangat diperlukan dalam membangun keluarga yang
harmonis. Menyiapkan pribadi yang matang dapat dilakukan
melalui penanaman nilai-nilai moral dengan melaksanakan 8
fungsi keluarga, yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih,
perlindungan, reproduksi, sosialisasi pendidikan, ekonomi, dan
lingkungan. Dalam setiap fungsi keluarga terdapat nilai-nilai moral
yang harus diterapkan dalam keluarga. Pengamalan nilai-nilai moral
menurut 8 fungsi keluarga dapat diuraikan sebagai berikut:

29
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.1. Fungsi Agama

Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada


sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang
anak mengenal agama. Keluarga juga dapat menanamkan dan
menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga
anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Dalam
fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut
diantaranya :

1.1.1. Iman

Yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah


SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya.

1.1.2. Taqwa

Yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala yang


diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.

1.1.3. Kejujuran

Kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya. Hal ini perlu dipupuk


oleh pasangan remaja yang akan memasuki kehidupan berkeluarga.
Kejujuran harus di pupuk sejak awal masa perkenalan. Jujur
memperkenalkan diri kita masing-masing apa adanya. Jangan
sampai pada saat menikah baru ketahuan ada hal-hal yang
disembunyikan. Apa adanya diri kita harus diketahui pasangan
sejak awal agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

30
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.1.4. Tenggang rasa

Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap


orang berbeda dalam sifat dan karakternya. Kemampuan tenggang
rasa seseorang ditandai dengan kemampuanna untuk menghargai
perbedaan dan menjaga kerukunan serta mendengar orang lain
sebelum menyatakan pendapat.

Sikap tenggang rasa perlu dipupuk oleh remaja uang akan memasuki
kehidupan berumah tangga. Menyatukan dua orang yang berbeda
dari dua latar belakang dan lingkungan yang berbeda bukanlah hal
yang mudah. Untuk itu perlu kesiapan mental untuk dapat tenggang
rasa terhadap perbedaan yang ada. Kalau rasa tenggang rasa
ini sudah terpupuk dalam hati, perbedaan yang nampak setelah
memasuki kehidupan berkeluarga akan dihadapi dengan sikap
yang bijaksana dan tidak menjadi sumber perselisihan.

1.1.5. Rajin

Rajin maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk


menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.

1.1.6. Kesalehan

Kesalehan maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan


melakukan sesuatu yang benar secara konsisten. Kesalehan dapat
bercirikan dengan kemampuan seseorang yang selalu menjaga
diri dari perilaku yang tidak baik, bersih lahir bathin serta ingin
memperlakukan orang lain seperti dirinya ingin diperlakukan.

31
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.1.7. Ketaatan

Ketaatan maksudnya dengan segera dan senang hati melaksanakan


apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini bercirikan
dengan menjalankan kewajiban agama, mengikuti aturan,
melaksanakan pekerjaan dengan segera dan senang hati lebih dari
yang diharapkan.

1.1.8. Suka Membantu

Memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa


mengharapkan imbalan. Bercirikan : kesukaan dalam membantu,
berkorban dan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan
orang yang dibantunya.

1.1.9. Disiplin

Disiplin maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah


disepakati. Setiap anggota keluarga sebaiknya menjadi manusia
yang disiplin. Dengan disiplin semuanya menjadi tertib dan lancar.

1.1.10. Sopan santun

Sopan santun maksudnya seseorang berperilaku sesuai dengan


norma-norma dan nilai-nilai agama. Orang yang memiliki sopan
santun ditandai dengan kesediaanya untuk menghargai dan
menghormati orang lain dengan berperilaku yang sesuai dengan
norma-norma dan nilai-nilai agama.

1.1.11. Kesabaran

Kesabaran maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan


diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu

32
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

kesulitan. Orang yang sabar bercirikan dengan kesediaan seseorang


untuk menunggu secara tenang, tidak cepat puas dan tidak mudah
marah.

1.1.12. Kasih sayang

Kasih sayang merupakan ungkapan perasaan dengan penuh


perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang. Kasih
sayang ditandai dengan perhatian yang tulus dan rela berkorban.

1.2. Fungsi Sosial Budaya

Manusia adalah mahluk sosial. Ia bukan hanya membutuhkan orang


lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap
keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan
sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan
mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya
setempat. Disamping itu keluarga juga mampu menanamkan rasa
memiliki terhadap budaya daerahnya tetapi tidak berlebih-lebihan,
sehingga ia mampu menghargai perbedaan budaya harus dijadikan
rahmat bukan dijadikan bahan ejekan yang menyebabkan terjadinya
permusuhan dan perpecahan.

Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang


mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai dasar
tersebut diantaranya :

1.2.1. Gotong Royong

Melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi oleh


sukarela dan kekeluargaan. Tanda-tandanya saling menolong
terhadap sesame dan melakukan pekerjaan tanpa melakukan

33
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

imbalan. Gotong royong merupakan jiwa dan falsafah bangsa


Indonesia yang sudah tertanam sejak dulu.

1.2.2. Sopan Santun

Perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial


budaya setempat. Menghargai orang lain dengan berprilaku yang
sesuai norma-norma sosial budaya setempat.

1.2.3. Kerukunan

Hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan


harmonis. Ditandai dengan kesediaan seseorang untuk menghargai
perbedaan, tidak bermusuhan serta menjaga persatuan dan
kesatuan.

1.2.4. Peduli

Mendalami perasaan dan pengalaman orang lain. ditandai dengan


menghargai dan menghormati adat istiadat setempat.

1.2.5. Kebersamaan

Adanya perasaan bersatu, sependapat dan sekepentingan.


Kemampuan seseorang untuk setia pada keluarga, teman dan
kelompok untuk se-ia se-kata dalam suka dan duka.

1.2.6. Toleransi

Bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan


dengan pendirian sendiri. Ditandai dengan kemampuan seseorang
untuk menerima dan menghargai perbedaan pendapat, sikap,
kepercayaan, sosial dan budaya

34
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.2.7. Kebangsaan

Kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia yang harus


menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa. Ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk menghargai nilai-nilai sejarah
kepahlawanan, mencintai produksi sendiri, menyadari adanya
pengaruh global terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

1.3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang

Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orang


tua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orang tuanya, anak
belajar bukan hanya menyayangi yang lainnya tetapi juga belajar
menghargai yang lain. Membimbing dan mendidik anak dengan
penuh cinta kasih akan membuat anak berkembang menjadi anak
yang lembut, penuh kasih sayang dan bijaksana.

Dalam fungsi cinta dan kasih sayang, terdapat 8 (delapan) nilai dasar
yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Kedelapan
nilai dasar tersebut diantaranya :

1.3.1. Empati

Yang dimaksud dengan empati adalah memahami dan mengerti


akan perasaan orang lain. hal ini ditandai dengan kemampuan
seseorang mengenal perasaan orang lain serta adanya keinginan
membantu orang lain.

1.3.2. Akrab

Hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan


perasaan. Keakraban dapat dicirikan dengan adanya saling

35
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

memberi perhatian, dapat menikmati kebersamaan serta memiliki


rasa persahabatan.

1.3.3. Adil

Sikap adil maksudnya memperlakukan orang lain dengan sikap


tidak memihak. Orang yang adil dapat dicirikan dengan kemampuan
untuk memperlakukan orang lain secara wajar, seperti kita ingin
diperlakukan orang lain, berpihak kepada kebenaran dan tidak pilih
kasih terhadap sesama.

1.3.4. Pemaaf

Sikap pemaaf yaitu dapat menerima kesalahan orang lain tanpa


perasaan dendam. Orang pemaaf dicirikan dengan sikap memaafkan
orang lain serta tidak menyimpan dendam atas kesalahan yang
pernah dibuat orang lain terhadap diri kita.

1.3.5. Setia

Setia disini maksudnya adalah setia terhadap kesepakata. Kesetiaan


dapat bercirikan dengan setia pada kesepakatan keluarga, teman
dan kelompok yang telah dibangun bersama. Pernikahan adalah
suatu kesepakan untuk hidup bersama baik dalam suka dan duka
dan menerima pasangan apa adanya. Apabila pasangan setia pada
kesepakatan pernikahan, maka tidak akan terjadi perselingkuhan
yang kerap terjadi pada pernikahan.

1.3.6. Suka menolong

Suka menolong ditandai dengan tindakan suka menolong dan


membantu orang lain. Hal ini dicirikan dengan kemampuan seseorang

36
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

untuk siap mengulurkan tangan dalam membantu orang lain serta


selalu mencari kesempatan untuk memberikan sumbangan kepada
orang yang membutuhkan. Orang bijak sering mengatakan tangan
diatas lebih baik dari tangan di bawah. Kalimat ini dapat diartikan
bahwa suka menolong lebih baik daripada minta ditolong.

1.3.7. Pengorbanan

Yang dimaksud dengan pengorbanan dalam cinta kasih adalah


kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu orang
lain. pengorbanan ini dapat bercirikan dengan kemampuan
seseorang untuk ikhlas memberikan haknya kepada orang lain dan
bersedia mengambil resiko. Pengorbanan merupakan sikap ksatria
seseorang untuk rela berkorban demi orang lain.

1.3.8. Tanggung jawab

Tanggung jawab maksudnya mengetahui serta melakukan apa yang


menjadi tugasnya. Orang yang bertanggung jawab dicirikan dengan
mengetahui apa yang menjadi tugasnya serta mengerti bagaimana
cara melaksanakannya termasuk menanggung segala risikonya.

1.4. Fungsi Perlindungan

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi


anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga
harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota
keluarganya. Dalam ajaran Islam bahwa salah satu tujuan pernikahan
adalah diperolehnya rasa aman, tenang dan tenteram.

Dalam fungsi perlindungan, terdapat 5 (lima) nilai dasar yang mesti


dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Kelima nilai dasar
tersebut diantaranya :

37
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.4.1. Aman

Aman maksudnya adalah suatu perasaan yang terbebas dari


ketakutan dan kekhawatiran. Ciri-ciri orang yang merasa aman
adalah bila dalam hidup ada rasa tentram, damai, nyaman dan
sukacita.

1.4.2. Pemaaf

Memberitahukan atau menunjukan kesalahan seseorang dan


memberi kesempatan untuk memperbaikinya. Orang pemaaf dapat
dicirikan dalam perilakunya dapat menjauhkan dari rasa dendam
terhadap orang lain. berkemampuan untuk menunjukan kesalahan
orang lain sekaligus memperbaikinya.

1.4.3. Tanggap

Sikap tanggap maksudnya mengetahui dan menyadari sesuatu


yang akan membahayakan/mengkhawatirkan. Orang tanggap
dapat bercirikan dengan mewaspadai terhadap situasi yang
membahayakan dengan cara menunjukan perasaan dan
memberikan dukungan moril terhadap seseorang. Setiap anggota
keluarga hendaklah menjadi manusia yang tanggap terhadap
permasalahan yang dihadapi orang lain.

1.4.4. Tabah

Mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak


diharapkan. Orang tabah dapat bercirikan dengan pengendalian
diri atau sabar dalam menghadapi situasi apapun sekaligus mampu
membangkitkan semangat.

38
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.4.5. Peduli

Peduli adalah suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan


dari kerusakan. Orang peduli lingkungan dapat bercirikan bila
menyayangi lingkungan, hemat menggunakan energy dan berupaya
melestarikannya.

1.5. Fungsi Reproduksi

Salah satu tujuan perkawinan adalah melestarikan keturunan,


karena itu pengembangan keturunan menjadi tuntunan fitrah
manusia. Tidak mendapat keturunan bagi suatu keluarga akan
mengurangi kebahagiaan bahkan menjadi sebab penderitaan batin
bagi keluarga.

Dalam fungsi reproduksi, terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang mesti


dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Ketiga nilai dasar
tersebut diantaranya :

1.5.1. Tanggung Jawab

Tanggung jawab maksudnya mengetahui serta melakukan apa yang


menjadi tugasnya. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab dalam
fungsi reproduksi adalah mengetahui kapan, bagaimana dan akibat
dari fungsi reproduksi. Mempersiapkan usia perkawinan yang ideal
dan merencanakan jumlah keluarga yang berkualitas.

Dalam keluarga kehadiran anak menuntut pertanggung jawaban


sebagai berikut:

• Pertanggung jawaban orang tua kepada Allah, bahwasanya


kehadiran anak tidak menyebabkan ia lalai terhadap
kewajibannya kepada Allah.

39
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Tanggung jawab terhadap anak, apakah orang tua mampu


memelihara dan mendidiknya sehingga menjadi manusia yang
bertaqwa kepada Allah dan berakhlak baik.

1.5.2. Sehat

Keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem reproduksi serta


secara rohani/emosional. Orang yang sehat dalam fungsi reproduksi
dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan
kesehatan reproduksinya.terbebas dari berbagai penyakit yang
berhubungan dengan fisik, fungsi dan system reproduksinya, tidak
memiliki kelainan mental/jiwa yang berhubungan dengan fungsi
reproduksi.

1.5.3. Teguh

Yang dimaksud dengan keteguhan dalam fungsi reproduksi


yaitu kemampuan seseorang mampu menjaga kesucian organ
reproduksinya sebelum menikah. Keteguhan dalam fungsi reproduksi
dicirikan dengan kemampuan seseorang dalam mempertahankan
organ reproduksinya dengan tidak melakukan hubungan seksual
sebelum menikah. Mampu berkata “tidak” terhadap godaan/
gangguan untuk melakukan hubungan seksual sebelum nikah.

1.6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-


anaknya. Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai
pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak, baik
secara fisik, mental social dan spiritual. Mendidik anak adalah
kewajiban orang tua. Orang tua wajib mengarahkan anaknya agar
mengenal, mengetahui dan menjalankan kewajibannya.

40
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan, terdapat 7 (tujuh) nilai


dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Ketujuh
nilai dasar tersebut diantaranya :

1.6.1. Percaya diri

Percaya diri dalam fungsi sosialisasi/pendidikan adalah kebebasan


berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta
memutuskan sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Percaya
diri dapat dicirikan dengan orang yang tidak rendah diri sekaligus
berani mengungkapkan kemampuan dirinya.

1.6.2. Luwes

Luwes dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mudah


menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang luwes dapat
dicirikan dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat
bergaul dengan siapa saja.

1.6.3. Bangga

Bangga dalam fungsi sosialisasi pendidikan yaitu perasaan senang


yang dimiliki, ketika selesai melaksanakan tugas/pekerjaan yang
menantang atau berhasil meraih sesuatu yang diinginkan. Orang
bangga dapat dicirikan dengan kesenangan seseorang setelah
berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan.

1.6.4. Rajin

Rajin dalam fungsi sosialisasi pendidikan adalah menyediakan


waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha
untuk mendapatkan hasil yanga maksimal. Orang rajin dicirikan

41
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dengan selalu menyediakan waktu, tanpa mengenal menyerah


serta mempunyai cita-cita.

1.6.5. Kreatif

Kreatif dalam fungsi sosialisasi pendidikan adalah mendapatkan


banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang kreatif dapat dicirikan
dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu, tidak
pernah berhenti untuk berbuat sesuatu yang lebih baik.

1.6.6. Tanggung jawab

Tanggungjawab dalam fungsi sosialisasi pendidikan maksudnya


mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya.
Orang bertanggung jawab dapat dicirikan dengan mengetahui
apa yang menjadi tugasnya dan mengerti bagaimana cara
melaksanakannya.

1.6.7. Kerjasama

Kerjasama dalam fungsi sosialisasi pendidikan maksudnya


melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama. Kerjasama
dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk saling
menolong, suka kerja kelompok, setia kawan dan ada pembagian
tugas dengan orang lain.

1.7. Fungsi Ekonomi

Pemenuhan kebutuhan berupa sandang pangan dan papan adalah


kewajiban setiap orang tua, tetapi selain dari itu adalah bagaimana
mendorong anggota keluarganya untuk hidup sederhana tidak

42
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

berlebih-lebihan sehingga ia dapat menghargai setiap jerih payah


yang telah dilakukan oleh orang tuanya.

Dalam fungsi ekonomi dan pendidikan, terdapat 5 (lima) nilai dasar


yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Kelima nilai
dasar tersebut diantaranya :

1.7.1. Hemat

Hemat dalam fungsi ekonomi adalah kemampuan seseorang belaku


berhati-hati dalam membelanjakan dan mempergunakan uang.
Orang hemat dapat dicirikan bila membelanjakan uang tidak boros,
tidak memaksakan diri, dan menyesuaikan segala sesuatunya
dengan kemampuan dan kebutuhan

1.7.2. Teliti

Teliti dalam fungsi ekonomi adalah kemampuan seseorang berlaku


cermat, seksama dan hati-hati dalam segala hal. Orang yang teliti
dicirikan dengan memperhitungkan untung rugi, menghindari dan
memperkecil kesalahan.

1.7.3. Disiplin

Disiplin dalam fungsi ekonomi adalah menepati waktu, mematuhi


aturan kesepakatan yang berlaku. Orang disiplin dapat dicirikan
dengan kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai
waktu, mentaati aturan-aturan yang disepakati bersama dalam
berusaha.

1.7.4. Peduli

Peduli dalam fungsi ekonomi dimaksudkan untuk menanggapi


perasaan dan pengalaman orang lain. Orang peduli ekonomi

43
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dicirikan dengan upaya membantu orang lain yang memerlukan


dan kurang mampu secara ekonomis.

1.7.5. Ulet

Ulet dalam fungsi ekonomi adalah kemauan keras seseorang


dalam berusaha mencapai tujuan, cita-cita, keberhasilan dan
keberuntungan. Orang ulet dapat dicirikan dengan berusaha tanpa
kenal menyerah atau putus asa dalam meraih keberuntungan dan
selalu mencoba lagi bila mengalami kegagalan.

1.8. Fungsi Lingkungan

Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan merupakan


langkah yang positif. Penempatan diri untuk keluarga sejahtera
dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis
secara serasi, selaras dan seimbang. Upaya pengembangan fungsi
keluarga ini dimaksud sebagai wahana bagi keluarga agar dapat
mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga
sejahtera dengan difasilitasi oleh institusi masyarakat sebagai
lingkungan sosialnya dan dukungan kemudahan dari pemerintah.

Allah SWT melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka


bumi ini dan melakukan apa saja yang mengancam kelestarian alam
dan lingkungan hidup, karena akibat buruknya akan dirasakan oleh
manusia. Berdasarkan hal itu itulah bahwa suatu keluarga sejahtera
tidak bisa lepas dengan fungsi kelestarian lingkungan ini.

Dalam fungsi lingkungan, terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti


dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Kedua nilai dasar
tersebut diantaranya :

44
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1.8.1. Bersih

Bersih maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari


kotoran, sampah dan polusi. Orang bersih dalam lingkungan dapat
bercirikan dengan selalu menjaga diri dan lingkungannya tetap
bersih.

1.8.2. Disiplin

Disiplin disini maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang


berlaku. Orang disiplin dapat dicirikan dengan kemampuan mentaati
rambu-rambu yang berlaku, idak merusak lingkungan dan selalu
menjaga fasilitas umum.

45
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

46
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

B. Pendewasaan Usia Perkawinan


dan Perencanaan Keluarga

2.1. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk


meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat
perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan
25 tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap baik
dipandang dari sisi kesehatan maupun perkembangan emosional
untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. PUP bukan sekedar
menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga
mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang
cukup dewasa. Apabila seseorang gagal mendewasakan usia
perkawinannya, maka diupayakan adanya penundaan kelahiran
anak pertama. Penundaan kehamilan dan kelahiran anak pertama
ini dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah “bulan
madu” menjadi “tahun madu”.

Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari program


Keluarga Berencana Nasional. Program PUP akan memberikan
dampak terhadap peningkatan umur kawin pertama yang pada
gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR).

Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah memberikan


pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam
merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan
berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan
fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta
menentukan jumlah dan jarak kelahiran. Tujuan PUP seperti ini
berimplikasi pada perlunya peningkatan usia kawin yang lebih

47
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dewasa. Program PUP dalam program KB bertujuan meningkatkan


usia kawin perempuan pada umur 21 tahun serta menurunkan
kelahiran pertama pada usia ibu di bawah 21 tahun menjadi sekitar
7% (RPJM 2010-2014).

2.2. Trend Usia Kawin di Indonesia

Hasil data SDKI tahun 2007 menunjukan median usia kawin pertama
berada pada usia 19,8 tahun, sementara hasil SDKI 2002-2003
menunjukan angka 19,2 tahun. Angka ini mengindikasikan bahwa
separuh dari pasangan usia subur di Indonesia menikah dibawah
usia 20 tahun. Lebih lanjut data SDKI 2007 menunjukkan bahwa
angka kehamilan dan kelahiran pada usia muda (< 20 tahun) masih
sekitar 8,5%. Angka tersebut turun dibandingkan kondisi pada SDKI
2002-2003 yaitu 10,2%.

Apabila pencapaian dilihat selama 5 tahun terakhir, pencapaian usia


kawin pertama 19,2 tahun (2002-2003) menjadi 19,8 tahun (2007)
berarti peningkatannya hanya 0,6. Sedangkan 5 tahun kedepan
(2014) diharapkan bisa dinaikan menjadi 21 tahun. Jika pencapaian
5 tahun kedepan seperti 5 tahun terakhir, maka untuk mencapai
21 tahun memerlukan waktu 2 kali lipat atau 10 tahun. Ini harus
dijadikan tantangan bagi program KB ke depan.

Dalam Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)


tahun 2007 remaja berpendapat usia ideal menikah bagi perempuan
adalah 23,1 tahun. Sedangkan usia ideal menikah bagi laki-laki
25,6 tahun. Terdapat kenaikan jika dibandingkan dengan hasil
SKRRI 2002-2003 yaitu remaja berpendapat usia ideal menikah
bagi perempuan 20,9 tahun. Sedangkan usia ideal menikah bagi
laki-laki 22,8 tahun.

Apabila dilihat dari pendapat remaja dalam SKRRI 2007 ini, bisa
dikatakan bahwa sebenarnya remaja kita sudah memiliki pandangan

48
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

yang baik tentang usia menikah yang ideal. Hanya saja kondisi ini
harus juga didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pandangan terhadap usia ideal menikah ini juga harus diikuti dengan
pemahaman yang benar tentang perencanaan keluarga, kesiapan
ekonomi keluarga, serta kesiapan psikologi dalam berkeluarga.

2.3. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Perencanaan


Keluarga

Pendewasaan Usia Perkawinan dan Perencanaan Keluarga


merupakan kerangka dari program pendewasaan usia perkawinan.
Kerangka ini terdiri dari tiga masa reproduksi, yaitu: 1) Masa
menunda perkawinan dan kehamilan, 2) Masa menjarangkan
kehamilan dan 3) Masa mencegah kehamilan. Kerangka ini dapat
dilihat seperti bagan dibawah ini.

BAGAN PERENCANAAN KELUARGA

20 th - 35 th

Dari bagan tersebut yang terkait langsung dengan Pendewasaan


Usia Perkawinan adalah bagian pertama dari keseluruhan kerangka
Pendewasaan Usia Perkawinan dan perencanaan keluarga. Bagian

49
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

kedua dan ketiga dari kerangka dimaksud adalah untuk pasangan


usia subur. Informasi yang berkaitan dengan masa menjarangkan
kehamilan dan masa mencegah kehamilan, perlu disampaikan
kepada para remaja agar informasi tersebut menjadi bagian
dari persiapan mereka untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
Dibawah ini akan diuraikan ciri dan langkah-langkah yang diperlukan
bagi remaja apabila memasuki ketiga masa reproduksi tersebut.

2.3.1. Masa Menunda Perkawinan

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun
juga sehat secara mental dan sosio kultural. Salah satu prasyarat
untuk menikah adalah kesiapan secara fisik, terutama yang sangat
menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan. Secara
biologis, fisik manusia tumbuh berangsur-angsur sesuai dengan
pertambahan usia. Elizabeth mengungkapkan (Elizabeth B. Hurlock,
1993, h. 189) bahwa pada laki-laki, organ-organ reproduksinya di
usia 14 tahun baru sekitar 10 persen dari ukuran matang. Setelah
dewasa, ukuran dan proporsi tubuh berkembang, juga organ-organ
reproduksi. Bagi laki-laki, kematangan organ reproduksi terjadi
pada usia 20 atau 21 tahun. Pada perempuan, organ reproduksi
tumbuh pesat pada usia 16 tahun. Pada masa tahun pertama
menstruasi dikenal dengan tahap kemandulan remaja, yang tidak
menghasilkan ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang
matang dari folikel dalam indung telur. Organ reproduksi dianggap
sudah cukup matang di atas usia 18 tahun, pada usia ini rahim
(uterus) bertambah panjang dan indung telur bertambah berat .

Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang


dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Dalam usia

50
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

ini remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik
maupun psikis. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun,
dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia
20 tahun. Apabila pasangan suami istri menikah pada usia tersebut,
maka dianjurkan untuk menunda kehamilan sampai usia isteri 20
tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Seorang perempuan yang telah memasuki jenjang pernikahan,


maka ia harus mempersiapkan diri untuk proses kehamilan dan
melahirkan. Sementara itu jika ia menikah pada usia di bawah 20
tahun, akan banyak resiko yang terjadi karena kondisi rahim dan
panggul belum berkembang optimal. Hal ini dapat mengakibatkan
risiko kesakitan dan kematian yang timbul selama proses kehamilan
dan persalinan, yaitu:

2.3.2. Risiko pada Proses Kehamilan

Perempuan yang hamil pada usia dini atau remaja cenderung


memiliki berbagai risiko kehamilan dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi kehamilannya.
Akibatnya mereka kurang memperhatikan kehamilannya. Risiko
yang mungkin terjadi selama proses kehamilan adalah:

• Keguguran (aborsi), yaitu berakhirnya proses kehamilan pada


usia kurang dari 20 minggu.

• Pre eklampsia, yaitu ketidakteraturan tekanan darah selama


kehamilan dan Eklampsia, yaitu kejang pada kehamilan.

• Infeksi, yaitu peradangan yang terjadi pada kehamilan.

• Anemia, yaitu kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.

51
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Kanker rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini
erat kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan
dinding rahim.

• Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang


dari 1 tahun.

2.3.3. Risiko pada Proses Persalinan

Melahirkan mempunyai risiko kematian bagi semua perempuan.


Bagi seorang perempuan yang melahirkan kurang dari usia 20 tahun
dimana secara fisik belum mencapai kematangan, maka risikonya
akan semakin tinggi. Risiko yang mungkin terjadi adalah:

• Prematur, yaitu kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37


minggu.

• Timbulnya kesulitan persalinan, yang dapat disebabkan karena


faktor dari ibu, bayi dan proses persalinan.

• BBLR (berat bayi lahir rendah), yaitu bayi yang lahir dengan
berat dibawah 2.500 gram.

• Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang


dari 1 tahun.

• Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yang terjadi sejak


dalam proses kehamilan.

2.4. Masa Menunda Kehamilan

Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun dianjurkan


untuk menunda kehamilannya sampai usianya minimal 20 tahun.
Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang

52
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

diperlukan adalah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan


efektifitas tinggi. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Kondom,
Pil, IUD, metode sederhana, implant dan suntikan.

2.5. Masa Menjarangkan Kehamilan

Pada masa ini usia isteri antara 20-35 tahun, merupakan periode
yang paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai
resiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk
menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak terdapat
2 balita dalam 1 periode. Ciri kontrasepsi yang dianjurkan pada
masa ini adalah alat kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan
efektifitas cukup tinggi, dan tidak menghambat air susu ibu (ASI).
Kontrasepsi yang dianjurkan adalah IUD, Suntikan, Pil, Implant
dan metode sederhana.

2.6. Masa Mengakhiri Kehamilan

Masa mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35


tahun, sebab secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia
35 tahun banyak mengalami risiko medik. Ciri kontrasepsi yang
dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang mempunyai
efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan
tidak menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan
seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik
biasanya meningkat oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan
kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut). Kontrasepsi
yang dianjurkan adalah Steril, IUD, Implan, Suntikan, Metode
Sederhana dan Pil.

53
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan penggunaan


kontrasepsi berdasarkan fase reproduksi wanita seperti tabel
dibawah ini :
Fase Menunda Fase Menjarangkan Fase Tidak Hamil lagi
Kehamilan Kehamilan >35 tahun
< 20 tahun 20-35 tahun
• Kondom • IUD • Steril
• Pil • Suntikan • IUD
• IUD • Pil • Implant
• Sederhana • Implant • Suntikan
• Implant • Sederhana • Sederhana
• Suntikan • Pil

Keterangan tentang definisi, keuntungan dan keterbatasan dari


masing-masing alat kontrasepsi diatas adalah sebagai berikut:

2.6.1. Metode Sederhana

• Pantang berkala

Merupakan cara pencegahan kehamilan dengan tidak melakukan


senggama pada saat isteri dalam masa subur. Cara ini dapat
digunakan bila perempuan memiliki siklus menstruasi yang teratur
setiap bulannya.
Keuntungan :
 Aman tidak ada risiko/efek samping.
 Tidak mengeluarkan biaya/ekonomis.
Keterbatasan :
 Tidak semua perempuan mengetahui masa suburnya.
 Tidak semua pasangan dapat menaati untuk tidak berhubungan
seksual selama masa subur
 Dapat terjadi kegagalan jika salah menghitung.

54
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

2.6.2. Senggama terputus

Adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria


mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi.

Keuntungan :

 Efektif bila digunakan dengan benar.


 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak ada efek samping.
 Dapat digunakan setiap waktu.

 Tidak membutuhkan biaya.


Keterbatasan :

 Angka kegagalan tinggi.


 Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.

2.6.3. Metode Non Hormonal

• Kondom

Merupakan selubung/sarung karet yang berbentuk silinder, dapat


terbuat dari latex (karet), plastik (vinyl) atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat bersenggama.

Keuntungan:

 Murah dan mudah didapat


 Mudah dipakai sendiri
 Mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan
AIDS

55
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Membantu menghindarkan diri dari ejakulasi dini dan kanker


serviks
Keterbatasan:
 Efektifitas tidak terlalu tinggi
 Kadang menimbulkan alergi
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
• IUD (Intra Uterine Device)/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim)
Alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang kadang dililit
oleh tembaga) dan dimasukkan kedalam rahim oleh bidan atau
dokter yang terlatih.
Keuntungan :
 Efektifitas tinggi
 Dapat dipakai dalam jangka panjang (sepuluh tahun)
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI
 Mudah dikontrol
Keterbatasan :
 Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid
(umumnya pada tiga bulan pertama dan setelah itu akan
berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan
(spotting) antar menstruasi.
 Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV dan
AIDS.
 Diperlukan prosedur medis untuk pemasangan dan pelepasan.

56
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

2.6.4. Metode Hormonal

• Pil KB

Pil akan mempengaruhi hormon perempuan yang dapat mencegah


terjadinya kehamilan dan harus diminum setiap hari (diusahakan
pada waku yang sama) dan dimulai pada hari pertama haid. Sebelum
pemakaian harus diperiksa dulu oleh dokter atau bidan.

Keuntungan:

 Efektifitas tinggi.
 Murah dan mudah didapat.
 Haid lebih teratur dan mengurangi perdarahan saat haid.
 Kesuburan kembali segera setelah penggunaan pil dihentikan.
 Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya.
 Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
Keterbatasan :

 Diperlukan kepatuhan yang tinggi dalam penggunaannya (tidak


boleh lupa).
 Dapat terjadi efek samping: mual, pusing, berat badan naik,
perdarahan bercak/ perdarahan sela.
• Suntik KB

Cairan yang mengandung zat yang dapat mencegah kehamilan


selama jangka waktu tertentu (1 atau 3 bulan). Yang disuntikkan
pada pantat atau lengan atas.

57
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Keuntungan :

 Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.


 Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
 Efek samping sangat kecil.
 Tidak mengganggu produksi ASI (untuk suntik KB 3 bulan).

 Dapat dihentikan sewaktu-waktu jika ingin hamil.


Keterbatasan:

 Kadang terjadi pusing, perdarahan sedikit-sedikit atau


terhentinya haid.

 Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIV dan AIDS.

 Tergantung pada tenaga medis.


• Susuk KB (Implant)

Kontrasepsi berbentuk silindris yang terbuat dari batang silastik


yang dimasukkan tepat di bawah kulit pada bagian dalam lengan
atas.

Keuntungan:

 Efektifitas tinggi.
 Memberi perlindungan jangka panjang (3 tahun).
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam organ reproduksi.
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.

58
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Keterbatasan:

 Menimbulkan efek samping: perubahan pola haid berupa


perdarahan bercak (spotting), darah haid lebih banyak, nyeri
kepala/nyeri payudara, peningkatan/penurunan berat badan.
 Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIV dan AIDS.
 Memerlukan tindakan medis untuk pemasangan dan
pencabutan.

2.6.5. Metode Operatif/steril

• Metode Operatif Wanita (MOW/tubektomi)

Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas


(kesuburan) seorang perempuan secara permanen dengan
mengikat dan memotong atau memasang cincin pada saluran telur
(Tuba Fallopii) sehingga sperma tidak bisa bertemu dengan ovum.

Keuntungan:

 Efektifitas tinggi.
 Tidak menggangu produksi ASI.
 Jarang ada efek samping.
Keterbatasan:

 Bersifat permanen sulit untuk dipulihkan kembali.


 Tidak dapat menghindarkan dari IMS, HIV dan AIDS.
 Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih.
 Klien dapat menyesal dikemudian hari.

59
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Metode Operatif Pria (MOP/Vasektomi)

Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas


(kesuburan) seorang laki-laki secara permanen dengan mengikat
atau memotong saluran sperma (Vas Deferens).

Keuntungan:

 Efektifitas tinggi.
 Aman, sederhana dan cepat.
 Hanya memerlukan anestesi lokal dan biaya rendah.
 Tidak ada efek samping jangka panjang.
Keterbatasan:

 Perlu tindakan medis.


 Kadang terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.

2.7. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Kesiapan Ekonomi


Keluarga

2.7.1. Ekonomi Keluarga

Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari


berbagai sikap pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan
ekonomi yang dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir
untuk dapat melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang
terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Ilmu ekonomi muncul karena adanya tiga kenyataan berikut : 1)
Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas; 2) Sumber daya tersedia
secara terbatas; 3) Masing-masing sumber daya mempunyai
beberapa alternatif penggunaan.

60
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)


bahasan yaitu Ilmu ekonomi makro, yaitu ilmu yang menganalisis
kegiatan perekonomian secara keseluruhan, seperti pendapatan
nasional, kesempatan kerja, dan tingkat harga pada umumnya; dan
ilmu ekonomi mikro, yaitu ilmu yang mempelajari dan menganalisis
bagian-bagian tertentu dari keseluruhan kegiatan perekonomian
seperti tingkah laku konsumen dan tingkah laku produsen. Ekonomi
keluarga termasuk dalam pembahasan ekonomi mikro. Pembahasan
ekonomi keluarga adalah pembahasan atau analisis yang berkaitan
dengan perilaku ekonomi keluarga yang dikaitkan dengan proses
permintaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

Masalah perekonomian keluarga adalah salah satu sumber


disorganisasi dalam keluarga. Umumnya masalah keluarga mulai
dari hal-hal kecil sampai pada perceraian disebabkan oleh masalah
ekonomi keluarga.

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang
dimaksudkan dengan keluarga dinyatakan sebagai unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami/istri dengan anaknya
atau ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya. Dan yang
dimaksudkan keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan
YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.
Keluarga sejahtera dapat diklasifikasikan menurut kelompok sebagai
berikut: 1) Keluarga Pra Sejahtera; 2) Keluarga Sejahtera Tahap I;
3) Keluarga Sejahtera Tahap II; 4) Keluarga Sejahtera Tahap III; 5)
Keluarga Sejahtera Tahap III+.

61
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

2.7.2. Jenis Kebutuhan Keluarga

• Kebutuhan Primer

Kebutuhan primer keluarga adalah kebutuhan yang benar-benar


amat sangat dibutuhkan oleh keluarga dan sifatnya wajib untuk
dipenuhi. Contohnya kebutuhan sandang, pangan dan papan.

• Kebutuhan Sekunder

Kebutuhan sekunder keluarga adalah kebutuhan yang diperlukan


setelah semua kebutuhan pokok terpenuhi. Contohnya kebutuhan
rekreasi, kebutuhan transportasi, kesehatan dan pendidikan.

• Kebutuhan Tersier

Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang


sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah
terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Contohnya
adalah mobil, komputer, apartemen, dan lain sebagainya.

2.7.3. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Kesiapan Ekonomi


Keluarga

Kebutuhan primer, sekunder dan tersier keluarga seperti diuraikan


diatas adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Setiap keluarga
memerlukan ketiga jenis kebutuhan tersebut. Kebutuhan primer
keluarga apabila tidak dipenuhi akan menjadi sumber permasalahan
dari atau bagi keluarga bersangkutan seperti diuraikan dimuka. Oleh
sebab itu idealnya setiap calon suami/istri harus sudah menyiapkan
diri untuk mampu memenuhi kebutuhan primer keluarga apabila
ingin melangsungkan pernikahan untuk membentuk keluarga baru.

62
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Implikasinya apabila pasangan suami/istri memasuki kehidupan


keluarga tanpa kesiapan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
primer (ekonomi) keluarganya berarti pasangan yang bersangkutan
akan mengalami banyak permasalahan dalam kehidupan
berkeluarga. Hal ini berarti konsep Keluarga Sejahtera yang
diinginkan oleh UU no.10 tahun 1992 akan sulit terwujud. Oleh
sebab itu program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja
menganjurkan setiap remaja mempersiapkan diri secara ekonomi
sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Salah satu cara
penyiapan diri tersebut adalah dengan menunda usia perkawinan
sampai dengan adanya kesiapan secara ekonomi bagi masing-
masing pasangan atau calon suami/istri.

2.8. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Kematangan


Psikologis Keluarga

2.8.1. Gambaran Psikologi Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari masa
anak-anak menuju masa dewasa (Hurlock, 1993). Pada masa ini,
remaja mengalami beberapa perubahan yaitu dalam aspek jasmani,
rohani, emosional, sosial dan personal (WHO, 2002). Selain
perubahan fisik, remaja juga akan mengalami perubahan-perubahan
pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang
dihadapi. Akibat berbagai perubahan tersebut, remaja juga akan
mengalami perubahan tingkah laku yang dapat menimbulkan konflik
dengan orang disekitarnya, seperti konflik dengan orangtua atau
lingkungan masyarakat sekitarnya. Konflik tersebut terjadi akibat
adanya perbedaan sikap, pandangan hidup, maupun norma yang
berlaku di masyarakat (Willis, 2008).

63
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

2.8.2. Batasan Usia Remaja

Hurlock (1993) membagi tahapan usia remaja berdasarkan


perkembangan psikologis, sebagai berikut:

• Pra remaja (11-13 tahun)

Pra remaja ini merupakan masa yang sangat pendek yaitu kurang
lebih hanya satu tahun. Pada masa ini dikatakan juga sebagai fase
yang negatif. Hal tersebut dapat terlihat dari tingkah laku mereka
yang cenderung negatif, sehingga fase ini merupakan fase yang
sulit bagi anak maupun orang tuanya.

• Remaja awal (14-17 tahun)

Pada masa ini, perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan


mencapai pada puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Remaja
berupaya mencari identitas dirinya, sehingga statusnya tidak jelas.
Selain itu, pada masa ini terjadi perubahan pola-pola hubungan
sosial.

• Remaja lanjut (18-21 tahun)

Dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian dan ingin menonjolkan


diri. Remaja mulai bersikap idealis, mempunyai cita-cita tinggi,
bersemangat dan mempunyai energi yang sangat besar. Selain
itu, Remaja mulai memantapkan identitas diri dan ingin mencapai
ketidaktergantungan emosional.

2.8.3. Ciri Psikologis Remaja

• Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada


masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat

64
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja


ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan
sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.

• Remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran


diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap
pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang
lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka, seperti
mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri.

• Remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang


direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap
diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka
akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.

• Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu,


sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari
perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan, sebagian
karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan
akibat jangka pendek atau jangka panjang.

• Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan


berkurang karena telah sering dihadapkan pada dunia nyata.
Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki
dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi
atau dipikirkannya. Pada saat ini, remaja mulai dihadapkan
dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian atau
angan-angan mereka dengan kenyataan.

2.8.4. Periode Perkembangan Psikologis Remaja

Hurlock (1994) mengemukakan beberapa periode dalam


perkembangan psikologis remaja, antara lain:

65
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Periode peralihan, yaitu peralihan dari tahap perkembangan


sebelumnya ke tahap perkembangan selanjutnya secara
berkesinambungan. Dalam setiap periode peralihan, status
individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang
harus dilakukan. Dalam periode ini remaja menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang sesuai dengan dirinya;

• Periode perubahan, yaitu perubahan emosi, perubahan peran


dan minat, perubahan perilaku dan perubahan sikap;

• Periode bermasalah, yaitu periode yang ditandai dengan


munculnya berbagai masalah yang dihadapi oleh remaja dan
sering sulit untuk diatasi. Hal tersebut disebabkan oleh karena
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, namun
ingin menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri;

• Periode pencarian identitas diri, yaitu pencarian kejelasan


mengenai siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.
Pencarian identitas diri, seringkali dilakukan oleh remaja dengan
menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian
ataupun barang-barang yang dapat terlihat. Periode ini sangat
dipengaruhi oleh kelompok sebayanya.

• Periode yang menimbulkan ketakutan, yaitu periode dimana


remaja memperoleh stereotipe sebagai remaja yang tidak
dapat dipercaya dan berperilaku merusak. Stereotipe tersebut
mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya
sendiri.

• Periode yang tidak realistik, yaitu periode dimana remaja


memandang kehidupan dimasa yang akan datang melalui
idealismenya sendiri yang cenderung saat itu tidak realistik.

66
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Periode ambang masa dewasa, yaitu masa semakin mendekatnya


usia kematangan dan berusaha untuk meninggalkan periode
remaja dan memberikan kesan bahwa mereka sudah mendekati
dewasa.

2.9. Hubungan Antara Psikologi Remaja dengan Penundaan


Usia Perkawinan

Berdasarkan beberapa periode perkembangan psikologis remaja


di atas, maka periode ambang masa dewasa merupakan periode
dimana usia remaja mendekati usia kematangan baik dari segi fisik
maupun psikologis. Pada periode tersebut, remaja berusaha untuk
meninggalkan ciri masa remaja dan berupaya memberikan kesan
bahwa mereka sudah mendekati dewasa. Oleh karena itu, remaja
mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa, seperti keseriusan dalam membina hubungan
dengan lawan jenis.

Berkaitan dengan perkawinan, maka pada periode ambang


masa dewasa, individu dianggap telah siap menghadapi suatu
perkawinan dan kegiatan-kegiatan pokok yang bersangkutan
dengan kehidupan berkeluarga. Pada masa tersebut, seseorang
diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/isteri,
orangtua dan pencari nafkah (Hurlock, 1993). Namun demikian,
kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena
pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja,
boleh dibilang baru berhenti pada usia 19 tahun dan pada usia 20-
24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda.
Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke
masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan
di bawah 20 tahun, secara emosi remaja masih ingin berpetualang
menemukan jati dirinya.

67
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak


konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap
kehidupan baru individu dan pergantian status dari lajang menjadi
seorang istri atau suami yang menuntut adanya penyesuaian diri
terus-menerus sepanjang perkawinan (Hurlock, 1993). Masalah
penyesuaian diri dalam berumah tangga merupakan hal yang paling
pokok dalam membina kebahagian dan keutuhan rumah tangga.

Perkawinan bukan hanya hubungan antara dua pribadi, akan tetapi


juga merupakan suatu lembaga sosial yang diatur oleh masyarakat
yang beradab untuk menjaga dan memberi perlindungan bagi anak-
anak yang akan dilahirkan dalam masyarakat tersebut, serta untuk
menjamin stabilitas dan kelangsungan kelompok masyarakat itu
sendiri. Banyaknya peraturan-peraturan dan larangan-larangan
sosial bagi sebuah perkawinan membuktikan adanya perhatian
yang besar dari masyarakat untuk sebuah perkawinan yang akan
terjadi.

Kesiapan psikologis menjadi alasan utama untuk menunda


perkawinan. Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan
individu dalam menjalankan peran sebagai suami atau istri, meliputi
pengetahuan akan tugasnya masing-masing dalam rumah tangga.
Jika pasangan suami istri tidak memiliki pengetahuan yang cukup
akan menimbulkan kecemasan terhadap perkawinan. Akan tetapi
sebaliknya bila pasangan suami istri memiliki pengetahuan akan
tugasnya masing-masing akan menimbulkan kesiapan psikologis
bagi kehidupan berumah tangga. Pasangan yang siap secara
psikologis untuk menikah akan bersikap tidak saja fleksibel dan
adaptif dalam menjalani kehidupan rumah tangga akan tetapi
melihat kehidupan rumah tangga sebagai suatu yang indah.

Keuntungan dari perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang


siap secara psikologis adalah mereka akan menyadari implikasi

68
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dari sebuah perkawinan dan menyadari arti dari perkawinan bagi


kehidupannya. Oleh karena itu kesiapan psikologis sangat diperlukan
dalam memasuki kehidupan perkawinan agar pasangan siap dan
mampu menghadapi berbagai masalah yang timbul dengan cara
yang bijak, tidak mudah bimbang dan putus asa.

Hanya pasangan suami istri yang mampu melakukan penyesuaian


diri dalam kehidupan rumah tangga yang akan berhasil mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang diinginkannya. Kesiapan psikologis
berkaitan dengan pemenuhan hak dan tanggung jawab yang harus
diemban oleh masing-masing pihak. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera,
seorang calon suami/isteri harus benar-benar siap dan matang
secara psikologis.

Pasangan yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan


perkawinan akan lebih mudah menerima dan menghadapi segala
konsekuensi persoalan yang timbul dalam perkawinan. Sebaliknya,
pasangan yang tidak memiliki kesiapan menuju kehidupan
perkawinan belum dapat disebut layak untuk melakukan perkawinan,
sehingga mereka dianjurkan untuk melakukan penundaan atau
pendewasaan usia perkawinan.

Penundaan usia perkawinan sampai pada usia minimal 20 tahun bagi


perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki diyakini banyak memberikan
keuntungan bagi pasangan dalam keluarga. Perkawinan di usia
dewasa juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan
psikologis. Semua bentuk kesiapan ini mendukung pasangan
untuk dapat menjalankan peran baru dalam keluarga yang akan
dibentuknya agar perkawinan yang dijalani selaras, stabil dan
pasangan dapat merasakan kepuasan dalam perkawinannya
kelak.

69
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

2.10. Pendewasaan Usia Perkawinan Menurut Perspektif Agama


Islam

2.10.1. Pendahuluan

Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, adalah


ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat
oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.

2.10.2. Tujuan Pernikahan Menurut Islam

Perkawinan atau lazimnya disebut pernikahan adalah akad (ijab


qabul) serah terima tanggungjawab kehidupan antara dua jenis
manusia yaitu wali dari seorang perempuan kepada laki-laki yang
akan hidup bersama dengan puterinya sesuai dengan hukum Islam
(Syari’atul Islamiyah). Sedangkan tujuan pernikahan adalah seperti
dalam Al-Qur’an Surat Arrum ayat 21. “Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir”.

Islam tidak mengatur atau memberikan batasan usia tertentu untuk


melaksanakan suatu pernikahan. Islam menganjurkan, apabila
belum mampu untuk melaksanakan pernikahan, maka dianjurkan
untuk berpuasa. Seperti sabda Rasulullah SAW berikut: “Wahai para

70
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

pemuda barang siapa diantara kamu sudah mampu atau sanggup


(istatho’a) untuk menikah, segeralah lakukan nikah, sesungguhnya
pernikahan itu dapat memelihara pandangan mata, dan dapat
memelihara kehormatan, dan barang siapa belum sanggup
menikah maka sebaiknya ia melakukan puasa karena berpuasa itu
merupakan benteng baginya” (Hadist riwayat Bukhori dan Muslim).

Sesuai dengan hadist tersebut di atas, secara implisit syariat Islam


menghendaki agar orang yang hendak melakukan pernikahan sudah
benar-benar mampu. Kemampuan itu bisa dilihat dari segi fisik,
ekonomi, mental, emosional dan spiritual. Kesiapan pernikahan,
secara fisik ditunjukkan oleh umur. Seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW, yang melaksanakan pernikahan pada usia
25 tahun. Dengan demikian berkaitan dengan usia pernikahan
Rasulullah SAW, memberikan 2 contoh konkrit yaitu yang pertama
dalam bentuk ucapan seperti yang dikatakan Beliau bahwa syarat
untuk pernikahan adalah adanya kemampuan bagi pasangan yang
bersangkutan (istitho’a) dan yang kedua, dalam bentuk praktek
yaitu Beliau sendiri melakukan pernikahan pada umur 25 tahun.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1,


menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak laki-
laki sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah
mencapai umur 16 tahun. Undang-undang ini mengambil posisi
yang moderat karena memang undang-undang ini diperuntukan bagi
masyarakat secara keseluruhan. Dari segi umur yang ditetapkan oleh
undang-undang ini yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi
perempuan, dalam prakteknya umur ini masih terlalu muda. Oleh
sebab itu, dalam program KB Nasional dianjurkan untuk melakukan
pendewasaan usia kawin bagi perempuan pada umur minimal 20
tahun dan bagi laki-laki 25 tahun. Secara empirik, umur seperti ini
sudah mencapai kematangan atau kedewasaan yang diperlukan

71
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

untuk sebuah keluarga. Data empirik ini ternyata konsisten dengan


apa yang di tunjukkan Rasulullah SAW 14 abad yang lalu, dimana
Beliau menikah pada umur 25 tahun. Apabila sudah menjadi
pasangan suami isteri, dimana usia isteri masih dibawah usia 20
tahun dan 25 tahun untuk suami, maka program KB menganjurkan
untuk menunda kehamilan anak pertama, dengan menggunakan
alat kontrasepsi.

72
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

C. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Dari Segi Kesehatan

3.1. Definisi sehat

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari manusia


mulai dari sejak lahir, anak, remaja sampai dengan lanjut usia.
Kebutuhan akan kesehatan ini apabila tidak dipenuhi maka akan
mengganggu semua aspek kehidupan lainnya. Mendengar kata
“sehat” biasanya yang langsung tergambar oleh kita adalah masalah
fisik, seperti keadaan badan bebas dari suatu penyakit dan cacat atau
berfungsinya alat-alat tubuh secara optimal sehingga orang dapat
melakukan aktifitasnya sehari-hari. Ternyata sehat itu tidak hanya
terbatas pada sehat secara fisik, hal ini dapat terlihat dari gambaran
tentang definisi sehat menurut WHO dan UU Kesehatan.

Menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera


fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan UU No.23 tahun
1992 : Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari fisik,
mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.

Berdasarkan dua definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan


bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada
suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan.
Gangguan yang dimaksud seperti penyakit atau perasaan tertekan
yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan
mengendalikan stress yang terjadi sehari-hari serta berhubungan
sosial secara nyaman dan berkualitas.

73
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

3.1.1. Sehat fisik

Sehat fisik merupakan komponen terpenting dari keadaan sehat


secara keseluruhan. Sehat fisik artinya tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit, seluruh organ tubuh berada dalam
ukuran sebenarnya dan berada dalam kondisi optimal, serta dapat
berfungsi normal.

Untuk menjaga kondisi sehat secara fisik, cara yang dapat


dilakukan adalah dengan menerapkan pola hidup sehat dalam
keseharian. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa mereka
yang menerapkan pola hidup sehat dalam kesehariannya akan
menurunkan risiko menderita penyakit kronis sebanyak 78%,
seperti penyakit diabetes mellitus tipe 2, jantung, stroke dan kanker.
Penelitian ini juga menyebutkan bahwa semakin muda kebiasaan
ini dilakukan, maka hasil yang dicapai akan semakin memuaskan.

Pola hidup sehat yang dapat diterapkan adalah :

Memahami Tubuh Sendiri

Kita semua tahu, “pencegahan merupakan dokter yang terbaik dan


termurah”, dan pencegahan hanya bisa dilakukan oleh kita si pemilik
tubuh, bukan oleh dokter dan obat.

Kita harus memahami bahwa tubuh kita terdiri dari ratusan sel yang
bekerja seperti pabrik, dimana untuk menghasilkan produk yang
bagus dibutuhkan bahan baku yang berkualitas. Untuk itu agar sel
tubuh dapat bekerja dengan baik, maka komponen pendukungnya
seperti lemak dan protein sebagai bahan baku juga harus
diperhatikan, bila tidak diperhatikan maka sel tidak dapat bekerja
secara baik dan akan menjadi pemicu turunnya daya tahan tubuh
serta timbulnya berbagai penyakit.
74
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Berkomunikasi dengan Tubuh Sendiri

Komunikasi yang terjalin baik antara kita dengan tubuh kita,


menghasilkan mekanisme tubuh yang bagus. Semakin kita tahu
bahasa tubuh kita, maka komunikasi yang terjalin akan semakin baik
dan kapanpun tubuh “berbicara”, kita dapat segera meresponnya
sebaik mungkin.

Tubuh selalu memberi kita signal agar seluruh aktivitas kita sesuai
dengan yang tubuh inginkan, sebagai contoh:

• Rasa Lapar : memberi informasi bahwa mesin pengolahan


makanan kita sudah kosong dan siap diisi lagi.

• Rasa Haus : memberi informasi agar menambah cadangan air


dalam tubuh kita.

• Rasa Ngantuk : memberi informasi agar kita segera


menidurkannya atau mengistirahatkannya.

• Rasa Lelah : memberi informasi agar kita mengistirahatkannya


supaya energi kita segera pulih seperti sedia kala setelah
bekerja berlebihan.

• Rasa Mual : mengindikasikan mesin pengolahan makanan


kita sedang rusak atau bermasalah bahkan mungkin banyak
penumpukan toksin atau racun di organ pencernaan, yang
membuat kita harus bijak melakukan pembersihan atau
detoksifikasi.

• Rasa Sakit : merupakan efek yang ditimbulkan oleh penyakit.


Oleh karena itu seharusnya kita tidak boleh begitu saja meredam
rasa sakit dengan berbagai obat-obatan penghilang rasa sakit,
kecuali terpaksa karena rasa sakit yang sangat hebat dan tidak
bisa ditahan.

75
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Demam : tidak selalu indikasi penyakit tapi bisa jadi indikator


adanya infeksi dalam tubuh. Hal ini terjadi karena penumpukan
toksin/racun dalam sistem tubuh kita, sehingga tubuh harus
menghasilkan ekstra panas dengan peningkatan suhu tubuh
guna membakar/menetralisasi kelebihan toksin yang harus
dibuang, yang tidak bisa diproses dengan suhu normal tubuh.

• Diare : seringkali menjadi indikasi kalau sudah terjadi penumpukan


toksin dalam sistem pencernaan kita. Yang terpenting dalam
penanganan diare adalah mengganti cairan tubuh yang hilang
bukan menstopnya dengan obat-obatan.

• Konstipasi (Sulit Buang Air Besar) : memberi informasi kalau


keseimbangan bakteri positif dalam usus kita sedang terganggu,
dan juga memberi tahu kalau itu dampak dari pola makan yang
salah dan tidak seimbang.

Semua gejala itu adalah bagian dari signal positif tubuh dan cara
tubuh berkomunikasi dengan kita si pemilik tubuh. Cara tubuh
menyampaikan informasi bila sudah mulai ada kerusakan sekecil
apapun, sebelum dokter dengan peralatan canggihnya bisa
mendeteksi.

Mengatur Pola Makan

Pada dasarnya, sehat dimulai dari apa yang kita makan, karena
itu penting bagi kita untuk memperhatikan kebutuhan gizi tubuh.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun,
kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas
berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat,
kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi
tulang, dan perubahan aktivitas fisik. Meskipun aktifitas fisik tidak
meningkat, tetapi total kebutuhan energi akan tetap meningkat

76
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

akibat pembesaran ukuran tubuh. Kebutuhan nutrisi yang meningkat


pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi , zinc dan
vitamin.

Zat-zat gizi utama yang terkandung pada makanan adalah protein


(20-50%), karbohidrat (60%), asam lemak essensial (25%), vitamin
(10%), mineral (10%), dan air (50%).

Berolah Raga

Olahraga yang dilakukan secara berkala sangat bagus untuk


kesehatan fisik dan mental. Berolah raga secara teratur selama ±
30 menit, dapat memacu jantung, pernafasan dan peredaran darah
menjadi lebih baik. Biasakan berolah raga setiap hari dengan kegiatan
yang ringan seperti berjalan kaki, senam, fitnes, joging, bersepeda,
atau melakukan olah raga penuh seperti main badminton, sepak
bola, lari maraton, tenis, bola basket, dan lain sebagainya.

Olah raga memberi manfaat yang banyak, seperti yang dikemukakan


oleh Daniel M. Landers, profesor ilmu kesehatan fisik dan olah raga
dari Univeritas Arizona:

• Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otak.

Tubuh setelah berolahraga akan memompa lebih banyak darah


sehingga kadar oksigen dalam peredaran darah juga meningkat
yang ujungnya mempercepat pemasukkan darah ke otak. Nah,
kalau otak cukup mendapat asupan darah maka daya reaksi,
konsentrasi, kreativitas, ketajaman pikiran dan kesehatan mental
kita akan meningkat.

77
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Olah raga dapat menghilangkan stress.

Dengan berolahraga, maka otomatis konsentrasi pikiran tidak


akan terfokus pada urusan pekerjaan lagi, selain itu juga dapat
meningkatkan ketahanan kardiovaskular, sehingga nantinya kita
dapat bersikap tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi suatu
masalah. Aktifitas yang terbukti efektif dalam melawan ketegangan
otak adalah aerobik seperti berjalan kaki, bersepeda, renang,
jogging dan yoga.

• Olah raga dapat meningkatkan perasaan bahagia secara


alami.

Olah raga terbukti manjur dalam meningkatkan hormon penumbuh


rasa bahagia dalam otak kita, seperti adrenalin, serotonin, dopamin
dan endorphin.

• Olah raga dapat meningkatkan kepercayaan diri.

Sebuah studi kasus di AS membuktikan kalau para remaja yang


aktif berolahraga memiliki kadar kepercayaan diri yang sama kuat
dengan teman-teman mereka yang memiliki tubuh dan penampilan
indah. Kemantapan diri ini terletak pada hasil yang mereka dapatkan,
yakni tubuh yang sehat dan kekuatan fisik yang prima.

Tidur

Kita semua tahu bahwa Tuhan menciptakan siang untuk bekerja dan
malam untuk tidur (Istirahat). Banyak orang beranggapan bahwa
yang terpenting adalah jumlah tidurnya tidak kurang dari 8 jam/hari,
padahal kualitas tidur jauh lebih penting dari pada jumlah jam atau
lamanya tidur. Perlu disadari, bahwa perbaikan jaringan-jaringan sel
yang rusak dalam tubuh umumnya dilakukan dikala istirahat/tidur.

78
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Maka apabila kita sering kurang tidur atau tidak memiliki kualitas
tidur baik, cepat atau lambat akan mengganggu stabilitas daya
tahan tubuh kita dan memicu timbulnya penyakit.

Seorang remaja yang sering kurang tidur, maka tidak akan


bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya dan tidak
berkonsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah karena
kualitas fisik, mental, dan emosinal bisa sangat dipengaruhi oleh
baik/tidaknya kualitas tidur seseorang.

Menghindari kebiasaan buruk

Kegiatan yang bagi sebagian orang disangka/dianggap sebagai


kegiatan yang keren, macho dan gaul seperti merokok, minum-
minuman keras, menggunakan narkoba, sebenarnya hal tersebut
merupakan kebiasaan buruk. Menggunakan barang tersebut tentu
saja akan memberikan dampak/efeknya yang tidak hanya pemakai
saja yang merasakan, namun juga dirasakan orang lain, seperti
orang tua, teman, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Satu kebiasaaan lain yang harus dihindari atau dihentikan adalah


melakukan hubungan seks bebas (free sex) di luar nikah. Perilaku
hubungan seks bebas di luar menikah akan memberikan dampak
negatif bagi pelakunya dan keluarga, seperti: kehamilan yang
tak diinginkan, terinfeksi penyakit menular seksual, menjadi aib
dikeluarga, dikucilkan dari masyarakat, putus sekolah dan lain
sebagainya. Alangkah terhormat dan terpujinya apabila hubungan
sex tersebut dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan dalam
ikatan pernikahan yang sah.

79
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Hindari Stress 

Untuk menghindari stress diperlukan strategi dari masing-masing


individu. Carilah cara yang terbaik untuk menghilangkan stress
dengan cara masing-masing yang mudah, dapat dilakukan di mana-
mana, murah meriah, sehat, halal, dan enak dilakukan. Contoh
aktivitas penghilangan stress adalah seperti mendengarkan musik,
olahraga, menyalurkan hobi dan lain sebagainya. Intinya dalam
hidup ini hendaknya direspon dengan santai dan tidak berlebihan
terhadap semua problema yang ada. Konsultasikan dengan psikolog
jika memiliki masalah kejiwaan atau kepada orang lain yang anda
percaya. Buka hati seluas-luasnya untuk menerima kritik, masukan
dan saran dari orang lain dan rubah gaya hidup jika diperlukan demi
memperloleh kesehatan jiwa atau mental spiritual.

3.1.2. Sehat mental

Kesehatan mental didefinisikan sebagai suatu kondisi yang


memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain (UU no.23 tahun 1966), definisi
lain mengatakan kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian
yang sungguh-sungguh antara semua fungsi jiwa, serta memiliki
kesanggupan menghadapi problem biasa yang terjadi, dan secara
positif merasakan akan kebahagiaan dan kemampuan dirinya
(Zakiyah Darajat, 1975).

Orang yang sehat mental adalah orang yang relatif bebas dari keluhan
fisik dan mampu bersikap toleran terhadap ketidaknyamanan kondisi
fisik sesaat dengan cara yang baik (Sawitri Supardi, Psikolog).

80
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Ciri-ciri orang yang sehat mental/jiwa (Depkes, 2003) adalah :

• Merasa nyaman terhadap dirinya.

 Mampu menghadapi berbagai perasaan, seperti: rasa marah,


takut, cemas, iri, rasa senang dan lain-lain.

 Mampu mengatasi kekecewaan dalam kehidupan.

 Mempunyai harga diri yang wajar.

 Menilai dirinya secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula


berlebihan.
 Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.
• Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain.

 Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.


 Mempunyai hubungan pribadi yang baik.
 Mampu mempercayai orang lain.
 Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda.
 Merasa menjadi bagian dari kelompok.
 Tidak mengakali orang lain dan tidak membiarkan orang lain
mengakali dirinya.
• Mampu memenuhi kebutuhan hidup.

 Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.


 Mampu mengambil keputusan.
 Menerima tanggung jawab.
 Merancang masa depan.

81
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Menerima ide dan pengalaman baru.


 Merasa puas dengan pekerjaannya.

3.1.3. Sehat sosial

Banyak perbedaan pendapat tentang sehat secara sosial (social


well-being). Seseorang dikatakan sehat secara sosial jika ia
mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu
berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-
bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi
dan politik. Namun demikian secara umum disepakati, bahwa sehat
secara sosial berkonotasi dengan kemampuan seseorang untuk
membina hubungan keakraban dengan sesama, memiliki tanggung
jawab menurut kapasitas yang dimilikinya, dapat hidup secara
efektif dengan sesama, dan menunjukkan perilaku sosial yang
penuh perhitungan.

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan,


disatu sisi remaja mempunyai keinginan untuk berinteraksi sosial
sebagai upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari lingkungan,
namun disisi lain remaja mulai memikirkan untuk hidup mandiri
terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian
perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian
terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dalam
hubungan interpersonal dengan lawan jenis yang awalnya belum
pernah ada, juga menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar
lingkungan orang tua dan sekolah. Untuk mencapai pola hubungan
sosial yang dewasa, remaja harus membuat penyesuaian baru.
Berbagai lingkungan yang berperan dalam perkembangan perilaku
remaja adalah:

82
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama. Banyak


penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang
berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat dan harmonis
mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi
yang baik dengan lingkungan sekitarnya (Hurlock, 1973). Keluarga
merupakan satu organisasi yang paling penting dalam kelompok
sosial dan keluarga merupakan lembaga di masyarakat yang paling
utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial
dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 1977).

Lingkungan Sekolah

Sebagian besar waktu remaja dihabiskan disekolah, sehingga


sekolah juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
perkembangan masa remaja. Di Sekolah remaja menghadapi
beratnya tuntutan guru, orang tua, persaingan antar teman dan
beban kurikulum yang dapat menimbulkan beban mental. Untuk itu
diperlukan peran dari wali kelas/guru pembimbing dan orang tua
dalam mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja.

Lingkungan Teman Sebaya

Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama teman


sebayanya, jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku teman sebaya lebih banyak pengaruhnya
daripada keluarga. Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha
menemukan dirinya. Kelompok sebaya memberikan lingkungan
yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi dimana nilai
yang berlaku bukan nilai yang ditetapkan oleh kelompok dewasa
melainkan nilai yang ditetapkan oleh teman seusianya. Hal ini

83
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

menjadi berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja jika ternyata


nilai yang ditetapkan adalah nilai yang bersifat negatif.

Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupannya manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang


merupakan pandangan terhadap apa yang baik dan buruk juga
oleh pasangan nilai materi dan non materi. Jika manusia ingin hidup
damai di masyarakat maka harus dapat menyeimbangkan antara
kedua pasangan nilai tersebut, namun kenyataannya dewasa ini
masyarakat lebih mengedepankan nilai materi dibandingkan non
materi/spiritual. Lingkungan masyarakat yang mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan sosial remaja terdiri dari sosial
budaya dan media massa.

3.2 Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami pada


masa remaja

3.2.1 Masalah kesehatan fisik

Penyakit-penyakit ringan yang terjadi pada remaja tetap merupakan


masalah yang harus mendapat perhatian, sebab bila tidak ditangani
akan menurunkan kualitas remaja sebagai sumber daya manusia.
Beberapa penyakit yang sering dijumpai antara lain:

Akne (jerawat)

Merupakan masalah kulit yang paling mengganggu remaja dan


ditemukan pada sekitar 80% remaja. Penyakit ini merupakan
gangguan yang mengenai beberapa kelenjar minyak yang ditandai
dengan sumbatan dan peradangan folikel. Akne berkaitan dengan
masalah kebersihan kulit, pola makan, hormonal, psikologis, dan
infeksi bakteri.

84
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Akne paling sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada
awal pubertas. Insiden akne pada remaja bervariasi antara 30-60%
dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun pada perempuan
dan 16-19 tahun pada laki-laki.

Gangguan Pada Mata

Miopia (rabun jauh) dan cedera pada mata merupakan gangguan


mata yang sering ditemukan pada remaja. Kebanyakan cedera
pada mata terjadi pada remaja laki-laki. Olah raga yang sering
menimbulkan cedera pada mata adalah bulu tangkis, tenis, dan
sepak bola.

Miopia (Rabun Jauh) berkemungkinan terjadi kepada anak-anak


yang lahir dari pasangan yang menderita miopia. Tetapi belum
tentu semua anak dari pasangan miopia akan selalu mengalami
masalah ini. Selain itu, kelamaan menonton komputer atau televisi
dalam jangka waktu yang lama atau jarak dekat, membaca dalam
keadaan gelap, membaca sambil tiduran, jarang makan makanan
yg banyak mengandung vitamin A juga menjadi beberapa faktor
penyebabnya. Cara mengatasi gangguan penglihatan akibat miopia
adalah dengan penggunaan kacamata berlensa minus atau lensa
kontak.

Masalah Gizi

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat


kesehatan masyarakat misalnya penurunan konsentrasi belajar,
risiko melahirkan bayi dengan BBLR, dan penurunan kesegaran
jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok
remaja menderita banyak masalah gizi antara lain anemia dan
obesitas. Prevalensi anemia pada remaja berkisar 40-88%,
85
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

sedangkan prevalensi remaja dengan obesitas berkisar 4-11,4%.


Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab masalah ini. Dengan
mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah
gizi tersebut akan membantu upaya penanggulangannya.

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah di dalam


tubuh kurang dari normal, atau sel darah merah kurang mengandung
hemoglobin. Anemia yang paling sering dialami adalah anemia
defisiensi besi, dimana tubuh tidak mempunyai cukup zat besi untuk
membentuk hemoglobin. Kurangnya hemoglobin menyebabkan
oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh menjadi lebih sedikit.

Tubuh memperoleh zat besi dari makanan. Makanan yang banyak


mengandung zat besi antara lain adalah dari bahan hewani
(daging, kerang-kerangan, ikan, ayam, hati dan telur) dan dari
bahan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan
tempe). Rendahnya kadar zat besi dalam tubuh setidaknya dapat
disebabkan oleh lima hal, antara lain :

• Makanan tidak cukup mengandung zat besi (Fe).

• Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan Fe (banyak


sayuran, kurang daging).

• Gangguan penyerapan Fe (penyakit usus, reseksi usus).

• Kebutuhan Fe meningkat (pertumbuhan yang cepat, pada bayi


dan adolesensi, kehamilan).

• Perdarahan kronik atau berulang (epistaksis, hematemesis,


ankilostomiasis).

Obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan


lebih banyak daripada kalori yang dibakar, keadaan ini bila

86
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan


jaringan lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah
obesitas. Dikalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan
yang merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri
seseorang, menyebabkan gangguan psikologis yang serius dan
kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Penyebab
obesitas beraneka ragam. Menurut Mu’tadin (2002), ada beberapa
faktor pencetus obesitas, diantaranya adalah faktor genetik, pola
makan yang berlebihan, kurang aktifitas/olahraga, emosi serta
faktor lingkungan.

Perilaku Makan Menyimpang

Pemilihan makan pada remaja sering dipengaruhi oleh tekanan


sosial, teman dan orang tua sebagai panutan yang mempunyai
budaya dan keyakinan bahwa tubuh itu harus langsing. Perilaku
makan menyimpang adalah masalah emosi dan fisik yang
dihubungkan dengan obsesi terhadap makanan, berat badan,
dan bentuk tubuh. Contoh perilaku makan menyimpang adalah
anoreksia nervosa dan bulimia.

Penderita anoreksia nervosa memiliki ketakutan yang ekstrem


terhadap pertambahan berat badan dan selalu merasa kurang
puas dengan bentuk dan ukuran tubuhnya. Ciri penderita anoreksia
adalah sangat kurus, terobsesi mengontrol berat badan, membatasi
pemasukan makanan dengan diet, hanya makan-makanan tertentu
dan olahraga yang berlebihan. Remaja yang mengalami anoreksia
dapat mengalami gangguan jiwa bahkan kematian bila tidak segera
diatasi.

Bulimia hampir sama dengan anoreksia nervosa, tetapi kemudian


mengompensasinya dengan cara ekstrem seperti memuntahkan

87
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

makanannya. Ciri remaja yang mengalami bulimia adalah takut


mengalami penambahan berat badan, selalu tidak senang dengan
bentuk tubuhnya, menghilang setelah makan, teratur membeli
obat pencahar, menggunakan alkohol atau obat-obatan, olahraga
berlebih dan siklus menstruasi tidak teratur.

Perilaku makan menyimpang ini biasanya terjadi pada remaja putri.


Peran orang tua dan lingkungan sosial penting dalam mencegah
terjadinya episode perilaku makan menyimpang dengan mengenali
gejalanya sejak dini.

Kelainan ortopedik

Kebiasaan sikap tubuh, misalnya kebiasaan duduk yang salah


saat belajar, dapat menyebabkan kelainan pada tulang punggung.
Kebiasaan sikap tubuh yang salah dapat menyebabkab perubahan
kelengkungan tulang belakang. Kelainan itu berupa:

• Tulang belakang yang melengkung atau membengkok ke arah


depan disebut juga lordosis

• Tulang belakang yang terlalu membengkok ke belakang atau


disebut kifosis

• Tulang belakang yang terlalu melengkung atau membengkok ke


samping kanan atau samping kiri atau disebut skoliosis

Penanganan kifosis dan lordosis bergantung pada tingkat


keparahannya. Pada yang ringan, mungkin hanya diperlukan terapi
rehabilitasi medik dan fisioterapi, sedangkan pada yang berat
membutuhkan alat khusus (Brace) yang membantu meluruskan
kembali posisi tulang belakang. Pada yang ekstrim seringkali
dibutuhkan tindakan bedah.

88
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Pencegahan kelainan ini meliputi pencegahan primer dan sekunder,


yang merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan
menemukan kelainan sedini mungkin. Pencegahan tersebut
meliputi:

• Duduk dengan posisi benar.

• Menghilangkan kebiasaan bertopang dagu.

• Berolahraga teratur.

• Diet yang cukup kalsium dan vitamin D.

Kecelakaan

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang timbul akibat kesengajaan


(intentional injury) maupun ketidaksengajaan (unintentional injury),
dapat diprediksi sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan atau
pengendaliannya. Di negara berkembang kematian remaja karena
kecelakaan telah menjadi saingan utama kematian akibat penyakit
infeksi.

Di Indonesia berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional tahun


2001, kecelakaan menempati urutan keenam dari 10 penyakit
penyebab kematian berbagai usia. Insiden kecelakaan pada anak
dan remaja meningkat dari tahun ke tahun. Dari semua jenis perilaku
yang bersifat merusak pada remaja, bunuh diri merupakan yang
paling tragis. Gangguan perilaku biasanya muncul akibat frustasi,
timbul rasa bersalah, dan kemarahan yang tidak tersalurkan.

3.2.2. Masalah kesehatan yang bersifat sosial.

Masalah utama remaja berawal dari pencarian jati diri. Mereka


mengalami krisis identitas karena merasa sudah besar untuk

89
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dimasukkan ke dalam kelompok anak-anak, namun kurang besar


dalam kelompok dewasa. Hal ini merupakan masalah bagi setiap
remaja di belahan dunia ini. Oleh karena pergumulan di masa remaja
ini, maka remaja mempunyai kebutuhan sosialisasi yang seoptimal
mungkin, serta dibutuhkan pengertian dan dukungan orang tua dan
keluarga dalam kerentanan di masa remaja.

Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan


terjebak dalam perkembangan pribadi yang “lemah”, bahkan dapat
dengan mudah terjerumus ke dalam belenggu permasalahan
remaja seperti penyalahgunaan narkoba, seks pranikah, aborsi,
kawin muda, dan IMS.

Narkoba

Hingga sekarang, penyalahgunaan narkoba semakin luas di


masyarakat kita, terutama semakin banyak di kalangan para remaja
yang sifatnya ingin tahu dan ingin coba-coba. Banyak alasan
mengapa banyak yang terjerumus ke bahan terlarang dan berbahaya
ini kemudian tidak mampu melepaskan diri lagi. Alasannya antara
lain:

• Hal ini sudah dianggap sebagai suatu gaya hidup masa ini

• Dibujuk orang agar merasakan manfaatnya

• Ingin lari dari masalah yang ada, untuk merasakan kenikmatan


sesaat

• Ketergantungan dan tidak ada keinginan untuk berhenti dan


mungkin masih banyak alasan lainnya.

90
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Hubungan Seksual Pra Nikah

Salah satu bentuk perilaku risiko tinggi yang terjadi dan menjadi
masalah masa remaja adalah perilaku yang berkaitan dengan seks
pra nikah. Berdasarkan Survei dari Komnas Perlindungan Anak
(KPA) di 33 Provinsi tahun 2008 menyebutkan bahwa sebanyak 97%
remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno; 93.7% remaja
SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, oral seks dan genital
stimulation; 62.7 % Remaja SMP dan SMA sudah tidak perawan dan
21.2% remaja mengaku pernah aborsi. Faktor yang mempengaruhi
perilaku seksual pra nikah dikalangan remaja adalah :

• Perspektif Biologis, keadaan pubertas dan perkembangan


hormonal menimbulkan perilaku seksual.

• Kurangnya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan


remaja.

• Pengaruh teman sebaya.

• Kurangnya pemahaman dan penghayatan nilai-nilai


keagamaan.

• Minimnya pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dan


dampak seks pranikah.

Aborsi

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum


teratasi sampai saat ini. Data tentang kejadian aborsi dan kematian
yang diakibatkannya sangat sulit diperoleh karena menurut Undang-
Undang No.23 tentang kesehatan pasal 15, tindakan aborsi tanpa
indikasi medis merupakan tindakan illegal dengan ancaman denda
dan hukuman penjara bagi pelakunya.

91
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena
kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh
oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di
kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan
jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta
dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.

Kawin Muda

Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar risiko


yang dihadapi ibu dan anak. Salah satu indikator kesejahteraan
rakyat adalah angka kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia
masih tinggi. Laporan UNICEF tahun 2001 menyebutkan angka
kematian ibu rata-rata dari tahun 1980-1999 adalah 450 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SKRT 1995 menunjukkan
penurunan angka kematian ibu sampai 373 per 100.000 kelahiran
hidup. Beberapa penyebab utama kematian tersebut adalah tidak
tersedianya perawatan ibu dengan baik, jarak kelahiran yang terlalu
berdekatan, dan pernikahan dini.

Infeksi Menular Seksual (IMS)

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan


kerentanan terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan terutama
yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk
peningkatan ancaman HIV dan AIDS. Depkes RI menunjukkan
bahwa sampai Maret 2010 pengidap HIV dan AIDS terbanyak
adalah kelompok remaja. Sampai dengan tahun 2010 kasus AIDS
di Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada kelompok 5-14
tahun sebanyak 123 kasus (0.59%), umur 15-19 tahun sebanyak

92
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

637 kasus (3.09%), dan umur 20-29 tahun sebanyak 10015 kasus
(48.70%).

Peningkatan kejadian IMS pada remaja disebabkan oleh kurangnya


pengetahuan remaja tentang IMS dan kurangnya kesadaran remaja
untuk menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan
seksual dengan pekerja seks komersial. Diantara para remaja masih
percaya bahwa IMS dapat dicegah dengan cara meningkatkan
stamina dan meminum antibiotik sebelum berhubungan seks.

Masalah Kesehatan Mental

Penyimpangan tugas perkembangan remaja dapat terjadi jika


seseorang mengalami konflik pada masa perkembangannya,
sehingga mununjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan tahap
usianya. Jika tidak terselesaikan dengan baik, maka dapat
menimbulkan masalah kesehatan mental. Masalah tersebut
dapat berasal dari diri remaja itu sendiri, hubungan antara orang
tua dengan remaja, atau akibat interaksi sosial di luar lingkungan
keluarga. Akibat lanjut dari masalah kesehatan mental, seperti :
kesulitan belajar, bingung peran, kenalakan remaja dan perilaku
seksual yang menyimpang.

Bingung Peran

Karakteristik perilaku remaja yang mengalami bingung peran adalah


saat ia merasa bingung, ragu-ragu dan melakukan perilaku anti
sosial. Penyebabnya adalah tidak menemukan ciri khas (kekuatan
dan kelemahan) dirinya, serta tidak diterima lingkungan pada setiap
tahapan usia.

93
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Masalah-masalah yang sering dihadapi remaja antara lain keliru


dengan peran dan tanggung jawabnya sendiri, sering merasa dirinya
disalahkan, merasa dilayani secara tidak adil, tidak dipedulikan,
sukar memahami emosi diri sendiri, dan susah membuat keputusan.
Untuk menyelesaikan permasalahan remaja ini diperlukan peran
dari orang tua dengan cara menjalin hubungan yang erat antara
remaja dan orang tua.

Kesulitan Belajar

Suatu kondisi dimana remaja tidak menunjukan prestasi sesuai


dengan kemampuan yang dimilikinya. Faktor penyebab terjadinya
kesulitan belajar antara lain berasal dari faktor internal yaitu
ketidak mampuan psikologi dan fisik siswa, seperti kognitif, afektif
dan psikomotor; dan faktor eksternal yaitu keadaan yang datang
dari luar diri siswa, seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan
sekolah. Penanganan kesulitan belajar perlu mempertimbangkan
penanganan dibidang edukatif dan bidang medis (terapi obat dan
psikoterapi individu).

Kenakalan Remaja

Adalah perilaku yang melampaui batas toleransi orang lain dan


lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang
melanggar hak azasi manusia bahkan sampai melanggar hukum.

Penyebab kenakalan remaja antara lain :

• Faktor genetik misalnya gangguan tingkah laku pada masa


kanak-kanak yang semakin parah dengan bertambahnya usia
seperti bersikap kejam pada binatang atau suka bermain api;
kepribadian organik berupa perilaku impulsif dan mudah marah;
hiperaktivitas.

94
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Faktor pola asuh orang tua yang tidak sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak misalnya permissif, otoriter dan acuh tak
acuh.

• Faktor psikososial misalnya rasa rendah diri, penanaman nilai


yang salah dan pengaruh media massa yang tidak baik.

Penanganan kenakalan remaja harus memperhatikan faktor yang


melatar belakangi dan beratnya stressor yang dihadapi remaja.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah program konseling bagi
remaja, orang tua dan keluarga.

Perilaku Seksual Menyimpang.

Adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku
ini dapat beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah
laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual dapat
berupa orang (baik sejenis maupun lawan jenis), orang dalam
khayalan, atau diri sendiri. Perilaku ini tidak menimbulkan dampak
secara fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial.
Namun memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti
rasa bersalah, depresi, marah dan penyerangan. Contoh perilaku
seksual yang menyimpang antara lain masturbasi atau onani dan
berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti
sentuhan, pegangan tangan dan ciuman. Salah satu cara mengatasi
permasalahan seksual pada remaja adalah melalui pendidikan
seksual. Pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala
hal yang berhubungan denga seksualitas dalam bentuk wajar.
Pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini, ketika anak
sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya
dan orang lain.

95
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

3.2.4. Masalah Kesehatan yang Disebabkan Penyakit Keturunan


dan Kelainan Gen.

• Kelainan yang disebabkan penyakit keturunan.

Kelainan yang diturunkan umumnya akibat adanya gen-gen


pembawa sifat pada individu-individu yang bersangkutan. Dengan
ilmu genetika biasanya kita dapat mengetahui apakah seorang
mempunyai kemungkinan menurunkan sifat-sifat yang merugikan
tersebut, walaupun ilmu itu sendiri tidak dapat memastikan apakah
seseorang memiliki gen-gen normal atau tidak. Sifat yang normal
atau berupa kelainan yang muncul pada seorang manusia banyak
dipengaruhi oleh sepasang gen. Sifat yang dipengaruhi oleh gen
tersebut dapat dibagi menjadi sifat yang menonjol atau dominan
dan sifat yang membawa atau resesif.

Beberapa macam cacat dan penyakit yang diderita oleh manusia


diperoleh dari sifat-sifat yang diwariskan oleh kedua orang tuanya.
Ciri-cirinya :  

 Pada umumnya tidak dapat disembuhkan.

 Tidak menular.

 Biasanya dibawa oleh gen yang bersifat resesif.

 Dapat diusahakan agar dapat terhindar.

Buta warna (color blind)

Penyakit buta warna ada yang parsial (sebagian) dan ada yang
total. Pada buta warna parsial seseorang tidak dapat membedakan
warna tertentu, misalnya buta terhadap warna merah atau warna
hijau. Pada buta warna total seseorang hanya dapat melihat wana

96
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

hitam dan putih saja. Besar kemungkinan penyakit buta warna


ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan karena kelainan ini
terpaut pada kromosom X.

Hemofilia

Hemofilia adalah kelainan pada darah yang bersifat menurun,


dimana darah yang keluar dari tubuh sukar untuk membeku.
Penyakit hemofilia merupakan penyakit menurun yang tidak dapat
disembuhkan. Hemofilia ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki
karena terpaut oleh kromosom X dan tidak ditemukan pada wanita
karena biasanya akan meninggal sejak dalam kandungan.

Albinisme (bulai)

Albino merupakan kelainan atau penyakit menurun yang


dikendalikan oleh gen resesif, yang tidak terpaut seks. Seseorang
yang albino memiliki ciri-ciri pigmentasi (pewarnaan kulit) dan organ
tubuh lainnya tidak normal (bulai) dan mempunyai penglihatan yang
sangat peka, terutama terhadap cahaya yang berintesitas tinggi,
sehingga meraka tidak tahan cahaya. Seorang yang bertubuh bulai
(albino) dapat lahir dari pasangan suami istri normal atau suami istri
yang salah satu albino sedang yang lain normal.

Gangguan mental

Gangguan mental termasuk cacat atau penyakit menurun, di


antaranya debil, imbisil dan idiot. Seseorang yang mengalami
gangguan mental mempunyai ciri-ciri menunjukan gejala kebodohan,
reaksi refleknya lamban, warna rambut dan kulit kekurangan pigmen,
umumnya tidak berumur panjang, jarang mempunyai keturunan dan

97
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

bila air urinenya diberi larutan  ferioksida 5% akan menghasilkan


warna senyawa turunan Phenylketonuria (PKU). Phenylketonuria
(PKU), adalah suatu kelainan genetik yang menyebabkan individu
tidak dapat secara sempurna memetabolismekan protein. Pada
pasangan suami istri yang keduanya pembawa sifat gangguan
mental umumnya menghasilkan keturunan penderita gangguan
mental.

• Penyakit yang disebabkan oleh kelainan gen.

Down Syndrome

Suatu bentuk keterbelakangan mental yang secara genetik paling


umum diturunkan, disebabkan oleh munculnya suatu syndrome
tambahan (ke-47). Kenapa kromosom tambahan itu ada?
Kemungkinan kesehatan sperma dan sel telur ikut terlibat. Penderita
Down Syndrome memiliki wajah yang bundar, tengkorak yang
rata, lipatan kulit tambahan sepanjang kelopak mata, lidah yang
menonjol keluar, tungkai dan lengan pendek, dan keterbelakangan
kemampuan motorik dan mental.

Anemia Sel Sabit (Sickle-cell anemia).

Kelainan darah yang menghambat pasokan oksigen tubuh. Dapat


menyebabkan pembengkakan tulang persendian, krisis sel sabit,
kegagalan jantung dan ginjal. Sel darah merah biasanya berbentuk
seperti cakram atau piringan hitam. Sel-sel ini mati dengan
cepat sehingga terjadi anemia dan kematian individu secara dini.
Penyembuhan : penisilin, pengobatan menghilangkan rasa sakit,
antibiotic, transfuse darah.

98
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Klinefelter Syndrome.

Suatu kelainan genetik di mana laki-laki memiliki kromosom X


tambahan. Menyebabkan susunan kromosomnya menjadi XXY
sebagai ganti XY. Pertambahan kromosom ini menyebabkan
abnormalitas fisik. Buah pelir laki-laki yang mengidap kelainan ini
tidak berkembang dan biasanya mereka memiliki buah dada yang
besar dan menjadi tinggi. Penyembuhan : terapi hormone

Turner Syndrome

Perempuan kehilangan satu kromosom X, menyebabkan susunan


kromosomnya menjadi XO sebagai ganti XX. Syndrome ini
menyebabkan abnormalitas fisik, keterbelakangan mental, dan tidak
berkembang secara seksual. Penyembuhan : terapi hormone.

3.3. Solusi Masalah Kesehatan

3.3.1 Pengelolaan Keuangan Biaya Kesehatan

Mencegah memang lebih baik dari mengobati, namun terlepas dari


upaya pencegahan yang kita lakukan, tidak ada salahnya jika kita
membuat antisipasi lain jika ternyata ada anggota keluarga yang
memerlukan tindakan perawatan.

Oleh karena itu, kita semua membutuhkan pengetahuan tentang


metode pengelolaan keuangan biaya kesehatan yang baik.  Di
luar negeri, umumnya masyarakatnya sudah secara sadar
mengasuransikan kesehatan keluarganya, Dokter-dokter keluarga
yang memberikan pelayanan jasa kesehatan langsung dibayar
oleh pihak asuransi kesehatan. Untuk keluarga yang tidak mampu,
pemerintah mereka juga menyediakan asuransi kesehatan.

99
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Di negara kita, untuk keluarga miskin juga sudah ditanggung


biaya kesehatannya melalui program Jamkesmas/Askeskin, atau
mendapatkan asuransi kesehatan dari perusahaan tempat bekerja.

 Jika kita tidak termasuk ke dalam kelompok yang ditanggung tadi,


maka mau tidak mau kita berkewajiban untuk melakukan berbagai
mekanisme perencanaan keuangan jika mengalami situasi di mana
ada anggota keluarga kita yang sakit dan membutuhkan biaya
pengobatan. Cara yang dapat dilakukan adalah :

Menabung

Cara yang paling efektif bagi keluarga atau kepala keluarga yang
tidak diasuransikan adalah dengan menabung dan menyisihkan
pendapatan dalam jumlah prosentase tertentu. Namun demikian,
tidak berarti bagi mereka yang sudah dijamin melalui program
asuransi dapat membelanjakan uangnya tanpa harus menabung
cadangan anggaran kesehatan. Jangan lupa salah satu investasi
kesehatan yang juga sangat berarti yakni memeriksakan kesehatan
keluarga secara berkala untuk mengetahui kondisi kesehatan
keluarga.

Asuransi kesehatan

Asuransi kesehatan adalah jenis produk asuransi yang secara


khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan anggota asuransi
tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan.
Produk asuransi keselakaan diselenggarakan baik oleh perusahaan
asuransi sosial, perusahaan asuransi jiwa, maupun perusahaan
asuransi umum.

Besarnya premi yang harus dibayarkan dan besarnya nilai


pertanggungan dalam asuransi kesehatan sangat tergantung kepada

100
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

program asuransi kesehatan yang kita pilih. Berbagai perusahaan


asuransi memiliki jenis program dan premi yang berbeda-beda
pula.

Banyaknya perusahaan asuransi memang patut diwaspadai. Berikut


beberapa tip memilih asuransi kesehatan :

• Pilihlah perusahaan yang terpercaya dan memiliki produk dan


layanan yang bagus. Cobalah melakukan perbandingan dengan
beberapa perusahaan asuransi kesehatan yang terpercaya dan
memiliki layanan prima. Bandingkanlah manfaat dan premi yang
harus dibayarkan, pilihlah yang sesuai dengan kabutuhan dan
kemampuan anda dalam membayar premi.

• Sebelum meutuskan mengambil asuransi kesehatan, pelajari


dulu apa yang mereka tawarkan dan apa keuntungan yang
didapat. Baca hingga detail terkecil karena mereka terkadang
mencantumkan syarat yang tak jelas terbaca.

• Jika ingin memilih asuransi, pilihlah asuransi yang berdasarkan


nilai ekonomi pengganti jika nantinya terjadi resiko dan bukan
karena preminya.

• Jika perusahaan tempat kita bekerja tidak tidak memberikan


asuransi kesehatan, kita dapat berinisiatif mengikiuti program
asuransi kesehatan kolektif dengan rekan sesama pegawai di
perusahaan kita. Hal ini akan menguntungkan karena premi
yang dibayarkan akan lebih rendah, meski mungkin tidak
dapat mengadopsi 100% sesuai dengan kemauan kita karena
disesuaikan juga dengan kebutuhan secara kelompok.

101
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

3.3.2. Tes Kesehatan yang Penting Dilakukan Sebelum


Menikah

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan


yang sudah menemukan belahan jiwa. Namun seringkali ada yang
luput dari list persiapan pra nikah. Selain persiapan pesta pernikahan,
sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri lahir batin, untuk
menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.  Salah
satunya adalah persiapan kesehatan pasangan.  Tidak hanya sehat
secara fisik yang harus diperhatikan, namun juga sehat menurut
definisi yang luas. 

Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung


tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pemeriksaan
kesehatan sebelum menikah atau hamil khususnya pada wanita
akan mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.

Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan 6 (enam) bulan sebelum


dilakukan pernikahan.  Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan
kapanpun selama pernikahan belum berlangsung.  Jika pada saat
pengecekan ternyata ditemui ada masalah maka pengobatan dapat
dilakukan setelah menikah. 

Berikut ini adalah hal-hal penting terkait tes kesehatan bagi pasangan
yang akan menikah: 

Infeksi Saluran Reproduksi/Infeksi Menular Seksual (ISR/IMS)

Tes kesehatan untuk menghindari adanya penularan penyakit yang


ditularkan lewat hubungan seksual, seperti sifilis, gonorrhea, Human
Immunodeficiency Virus (HIV), dan penyakit hepatitis. Perempuan
sebenarnya lebih rentan terkena penyakit kelamin daripada
pria. Karena alat kelamin perempuan berbentuk V yang seakan
102
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

”menampung” virus. Sedangkan alat kelamin pria tidak bersifat


”menampung” dan bisa langsung dibersihkan. Jika salah satu
pasangan menderita ISR/IMS, sebelum menikah harus diobati dulu
sampai sembuh. Selain itu, jika misalnya seorang pria mengidap
hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya harus dibuat memiliki
kekebalan terhadap penyakit hepatitis B tersebut. Caranya, dengan
imunisasi hepatitis B. Jika sang pasangan belum sembuh dari
penyakit kelamin dan akan tetap menikah, meskipun tidak menjamin
100 persen namun penggunaan kondom sangat dianjurkan.

Rhesus yang bersilangan

Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan


bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami-isteri
tidak tahu Rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika
Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. 
Jika seorang perempuan (Reshus negatif) menikah dengan laki-laki
(Rhesus positif), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-
Rhesus negatif atau positif. Jika bayi mempunyai Rhesus negatif,
tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah
mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan
yang kedua merupakan janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan
ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki
sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah jika si perempuan
ber-Rhesus positif dan si pria negatif.

Penyakit keturunan

Tes kesehatan pra nikah bisa mendeteksi kemungkinan penyakit


yang bisa diturunkan secara genetik kepada anak, semisal albino
. Misalnya suami membawa sifat albino tetapi istrinya tidak, maka
anak yang lahir tidak jadi albino. Sebaliknya, jika istrinya juga

103
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

membawa sifat albino, maka anaknya pasti albino.Jika bertemu


dengan pasangan yang sama-sama membawa sifat ini, pernikahan
tidak harus dihentikan. Hanya saja perlu disepakati ingin punya
anak atau tidak. Kalau masih ingin punya anak, ya risikonya nanti si
anak jadi albino. Atau memilih tidak punya anak. Pernikahan tidak
harus tertunda dengan halangan seperti ini. Yang penting adalah
solusi atau pencegahannya.

Cek Kesuburan (Fertilitas)

Jika pasangan ingin segera punya anak, perlu menjalani konseling


pra nikah. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan tujuan agar
kehamilan bisa dipersiapkan dan dijalankan dengan baik. Dibutuhkan
riwayat kesehatan dan kondisi sosialnya. Antara lain status ekonomi
(bekerja atau tidak bekerja) dan suasana di lingkungan keluarga.
Termasuk perilaku-perilaku yang tidak mendukung kehamilan,
semisal merokok, minuman beralkohol, dan memakai obat-obatan
psikotoprika.Selain itu, perlu juga dievaluasi risiko yang bersifat
individual yang mungkin timbul terhadap kehamilan. Antara lain
usia (masih reproduktif atau tidak), kondisi nutrisi, aktivitas fisik,
level pendidikan, level stres, dan bagaimana hubungan dengan
pasangan.

Tujuan utama pemeriksaan sebelum menikah atau hamil adalah


meminimalkan terjadinya gangguan kehamilan yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin. Beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain :

• Menghentikan pemakaian obat obatan yang dapat menganggu


kehamilan.

• Sedapat mungkin mengendalikan hal hal medis yang terjadi


pada wanita tersebut dan bila perlu dilakukan konsultasi ke
dokter spesialis.
104
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Menghindari makanan dan bahan bahan yang berbahaya bagi


kehamilan.

• Diberikan vaksinasi terhadap penyakit penyakit yang dapat


menganggu kehamilan.

• Dilakukan konseling bila ditemukan hal hal yang berhubungan


dengan genetik atau penyakit keturunan dan dampak yang
terjadi bila terjadi kehamilan.

Pemeriksaan laboratorium rutin.

Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa pemeriksaan


ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain :
pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella,
hepatitis B, pap smear (jika seorang perempuan aktif secara
seksual), clamydia, HIV, dan GO.

Pemeriksaan laboratorium lain yang berdasarkan indikasi.

• Hepatitis C bila pasien mempunyai resiko tinggi menderita


hepatitis C seperti pengguna obat obat suntik, memiliki tattoo
dan menerima transfusi darah sebelum tahun 1992.

• Gula darah puasa bila pasien mempunyai resiko tinggi menderita


diabetes seperti kegemukan, memiliki riwayat keluarga penderita
diabetes, pernah menderita diabetes pada masa kehamilan
sebelumnya, riwayat memiliki bayi dengan berat badan diatas
4 kg.

• Pemeriksaan dahak dan rontgen dada untuk pasien yang diduga


menderita TBC.

105
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Pemeriksaan toxoplasmosis untuk mereka yang gemar


memelihara kucing atau suka mengkonsumsi makanan yang
setengah matang.

• Pemeriksaan sel telur jika sebelumnya pasangan yang


bersangkutan dianggap infertil (sulit punya anak). Penyebab
ketidaksuburan 45 persen disebabkan oleh pria dan 55 persen
oleh wanita.

• Pemeriksaan dengan USG (Ultra Sonografi) bisa melihat


apakah seorang perempuan menderita kista, mioma, tumor,
atau keputihan. Jika ada kelainan atau infeksi harus dibersihkan
dulu karena bisa menganggu proses kehamilan.

106
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

D. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Dari Segi Ekonomi

4.1. Beberapa Pengertian

4.1.1. Ekonomi Keluarga

Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari


berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan
ekonomi yang dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir
untuk dapat melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang
terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Ilmu ekonomi muncul karena adanya tiga kenyataan berikut :1)
Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas; 2) Sumber daya tersedia
secara terbatas; 3) Masing-masing sumber daya mempunyai
beberapa alternatif penggunaan.

Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)


bahasan, yaitu 1) Ilmu ekonomi makro, yaitu ilmu yang menganalisis
kegiatan perekonomian secara keseluruhan, seperti pendapatan
nasional, kesempatan kerja, dan tingkat harga pada umumnya; dan
2) ilmu ekonomi mikro, yaitu ilmu yang mempelajari dan menganalisis
bagian-bagian tertentu dari keseluruhan kegiatan perekonomian
seperti tingkah laku konsumen dan tingkah laku produsen.

Ekonomi keluarga termasuk dalam pembahasan ekonomi mikro.


Pembahasan ekonomi keluarga adalah pembahasan atau analisis
yang berkaitan dengan perilaku ekonomi keluarga yang dikaitkan
dengan proses permintaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi
keluarga.

107
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Masalah perekonomian keluarga adalah salah satu sumber


disorganisasi dalam keluarga. Umumnya masalah keluarga mulai
dari hal-hal kecil sampai pada perceraian disebabkan oleh masalah
ekonomi keluarga.

4.1.2. Jenis Kebutuhan Keluarga

Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai


jenis dan macam barang-barang maupun jasa untuk memenuhi
kebutuhannya. Manusia sejak lahir hingga meninggal dunia
tidak terlepas dari kebutuhan akan segala sesuatunya. Untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan, diperlukan pengorbanan.
Di bawah ini aneka ragam definisi atau pengertian dari tiap-tiap
kebutuhan manusia selama hidupnya yaitu :

• Kebutuhan Primer.

Kebutuhan primer keluarga adalah kebutuhan yang benar-benar


amat sangat dibutuhkan oleh keluarga dan sifatnya wajib untuk
dipenuhi. Contohnya kebutuhan sandang , pangan dan papan.

• Kebutuhan Sekunder.

Kebutuhan sekunder keluarga adalah kebutuhan yang diperlukan


setelah semua kebutuhan pokok terpenuhi. Contohnya
kebutuhan rekreasi, kebutuhan transportasi, kesehatan dan
pendidikan.

• Kebutuhan Tersier.

Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang


sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul
setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan
sekunder. Contohnya adalah mobil, komputer, apartemen, dan
lain sebagainya.

108
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.1.3. Keuangan Keluarga

Dalam mengelola keuangan sehari-hari baik istri maupun suami


dalam keluarga seringkali dihadapkan pada kondisi dimana uang
yang dimiliki terbatas, namun pengeluaran sulit untuk dibatasi.
Idealnya penghasilan yang diperoleh harus dapat mencukupi
kebutuhan hidup sehari-harinya, dapat memenuhi keinginan serta
dapat disisihkan untuk dana berjaga-jaga serta persiapan masa
depan. Agar pengelolaan keuangan keluarga berhasil dengan baik,
maka pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga harus
lebih kecil dari pada penghasilannya. Untuk itu dalam mengatur
pengeluaran harus lebih bijak. Ada tiga hal yang dapat membantu
dalam mengatur pengeluaran yaitu :

• Bedakan antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants).

Perbedaan mendasar antara kebutuhan dan keinginan adalah:


(i) kebutuhan harus dipenuhi saat ini juga untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari, sementara keinginan adalah sesuatu
yang bisa dipenuhi di lain waktu tanpa mengganggu kehidupan
sehari-hari.; (ii) kebutuhan ada batasnya, sedangkan keinginan
tidak ada batasnya; (iii) tidak semua kebutuhan kita inginkan,
demikian juga sebaliknya. Lakukan prioritas pengeluaran antara
wajib, butuh dan ingin.

• Pengeluaran yang wajib contohnya adalah cicilan utang,


tabungan, asuransi, zakat. Pengeluaran untuk kebutuhan
contohnya adalah pembelian sembako. Sedangkan pengeluaran
untuk keinginan adalah pengeluaran lain yang tidak termasuk
dalam kedua kategori diatas.

Ketahuilah cara mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap


pos pengeluaran. Misalnya : jangan tergoda dengan potongan
harga kemudian membeli dalam jumlah banyak. Belilah sesuai
dengan yang dibutuhkan.
109
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.1.4. Aset keluarga

Apakah asset keluarga itu? Banyak yang berpikir bahwa asset atau
kekayaan adalah harta yang jumlahnya sangat banyak. Kekayaan
tidak ditentukan oleh berapa jumlahnya uang atau harta yang
dimiliki. Tapi kekayaan lebih dilihat berapa lama keluarga dapat
bertahan hidup ditaraf kehidupan yang sedang dijalani saat ini.

Langkah-langkah untuk mengetahui seberapa kekayaan keluarga :

• Mencatat harta yang dimiliki.

Harta adalah apa yang dimiliki dan mempunyai nilai jual. Urutan
harta didasarkan pada tingkat likuiditasnya atau seberapa cepat
sesuatu itu bisa dirubah menjadi uang tunai. Apabila dilihat dari
urutannya, maka tertinggi adalah uang dan tabungan. Daftar
harta yang bisa dimasukan dalam daftar keluarga antara lain
: uang tabungan di Bank, uang tunai pada asuransi jiwa, nilai
tukar tambah mungkin dari jual emas, mobil, motor, dan lain-lain
nilai taksir dari barang koleksi.

• Tentukan nilai utang suami atau istri

Setelah menghitung jumlah harta, langkah berikutnya adalah


menghitung jumlah pinjaman atau hutang. Hutang dikategorikan
berdasarkan tanggal pembayaran akhir, yaitu : jangka pandek
(hutang yang jatuh temponya tidak lebih dari satu tahun), jangka
menengah (hutang yang jatuh temponya antara 1-5 tahun
misalnya kredit mobil, motor, dan lain-lain) dan jangka panjang
(hutang yang jatuh temponya lebih dari 5 tahun, misalnya kredit
pemilikan rumah).

110
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Menghitung kekayaan bersih

Setelah menghitung jumlah kekayaan bersih dan jumlah hutang


maka akan mendapat nilai kekayaan bersih.

4.1.5. Beberapa Aspek Ekonomi Kehidupan Berkeluarga.

• Pengelolaan Keuangan Keluarga.

Setiap keluarga, idealnya harus memiliki pengelolaan keuangan


tergantung berapa banyak yang dihasilkan dalam setiap bulannya.
Juga tergantung apakah kedua pasangan bekerja atau hanya salah
satunya, disamping tergantung berapa banyak yang dibutuhkan
sebagai pengeluaran dalam setiap bulannya.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pengelolaan keuangan keluarga,


khususnya bagi suami dan istri :

 Keterbukaan dan kepercayaan: Apabila yang bekerja hanya


pihak suami, maka perlu adanya keterbukaan tentang berapa
yang dihasilkan selama satu bulan. Sebagai istri harus
mempunyai kepercayaan atas penghasilan suaminya. Dengan
adanya keterbukaan ini akhirnya akan menyadari bahwa yang
menjadi titik penting dalam hal keuangan keluarga bukanlah
jumlah atau nominalnya semata, namun lebih pada usaha dan
kerja suami dalam mencari dan mendapatkannya. Selain itu
keterbukaan dan kepercayaan diantara pasangan suami-istri,
maka pihak istri akan bisa membantu setidaknya akan bisa ikut
memberikan pikirannya apabila suatu saat suami mengalami
suatu masalah menyangkut pekerjaan atau menyangkut tempat
kerjanya
111
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Mengajarkan nilai uang pada anak, apabila pasangan suami-istri


telah memiliki anak, maka kepercayaan dan keterbukaan juga
perlu ditanamkan pada anak, dengan tujuan agar anak mulai
belajar tentang nilai uang dan bagaiman mengelolanya. Jika
anak masih kecil, cukup diberikan pengertian akan nilai uang dan
bisa menghargai setiap uang yang dimiliki. Sedang untuk anak
yang lebih besar bisa diberikan kepercayaan untuk memberikan
sejumlah uang yang akan digunakan untuk satu bulan, tujuan
agar anak tersebut bisa belajar mengelola uang yang dimilikinya
secara baik. Dengan adanya saling kepercayaan di dalam
keluarga maka masing-masing anggota keluarga akan lebih
bisa memahami apabila sewaktu-waktu mengalami kekurangan
uang dan masing-masing akan ikut membantu mencari cara
dalam mengatasinya.

 Tak ada uang pribadi, apabila suami dan istri sama-sama


bekerja, tetap dibutuhkan keterbukaan dan saling adanya
kepercayaan. Dalam arti terlepas apakah uang itu didapat
dari pihak istri maupun suami, keduanya tetap bertujuan untuk
membiayai kebutuhan keluarga secara bersama-sama. Untuk
itu agar dihindari ini uangku atau uangmu, sebaiknya digunakan
istilah uang kita. Pengelolaannya tentu dilakukan dengan sama-
sama adil.

 Hindari kebiasaan konsumtif, ketika masih hidup sendirian


(lajang), maka kebutuhan hidup masih terbatas pada hanya
kebutuhan pribadi. Pada masa tersebut mungkin masih suka
dan masih sering memanjakan selera konsumtif. Tentu saja
gaya hidup tersebut harus dirubah setelah hidup berkeluarga,

112
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

karena tanggungan hidupnya tidak lagi seorang diri, namun juga


keluarga. Untuk itu hindari kebiasaan konsumtif dan hindarkan
pula keluarga dari kebiasaan itu.

 Memahami kebutuhan masing-masing, adanya rasa saling


keterbukaan dan saling percaya dalam pengelolaan uang ini juga
meliputi kebutuhan pribadi tentu saja yang rasional. Misalnya
membeli peralatan rias, suami ingin membeli peralatan kerja.
 Peduli dan saling mengingatkan, setelah keterbukaan dan saling
percaya terbentuk maka langkah selanjutnya adalah kepedulian
dan tanggung jawab untuk saling mengingatkan. Misalnya
apabila suami atau istri ingin berbelanja yang masih bersifat
konsumtif maka keduanya saling mengingatkan.
 Bila harus memiliki hutang, setiap keluarga tentu saja
menginginkan rumah atau tempat tinggal yang layak, perabotan
yang bagus, kendaraan yang baik dan juga kebutuhan-
kebutuhan yang bisa dinikmati secara bersama-sama. Mungkin
untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus dengan cara kredit,
tentunya agar dibicarakan bersama-sama, tentunya disesuaikan
dengan penghasilan yang ada.
 Pengelolaan anggaran keluarga akan berjalan baik jika masing-
masing dari suami dan istri saling mendukung dan bukannya
saling berebut. Karena itu apabila mau membutuhkan sesuatu
dengan menyangkut hal-hal yang besar misalnya untuk
kendaraan, agar terlebih dahulu dirundingkan bersama sehingga
ada kesepakatan.
 Membuat anggaran untuk menabung.
Didalam kehidupa ini selalu saja ada hal-hal tertentu yang
tak terpridiksikan atau yang telah dibayangkan sebelumnya,

113
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

kemudian terbukti membutuhkan biaya tambahan. Untuk


mengatisipasi hal tersebut, agar selalu diusahakan untuk
menyisihkan sejumlah uang untuk ditabung.

 Pikirkan untuk berinvestasi.


Apabila uang tabungan yang dikumpulkan suami–istri sudah
cukup banyak, mulailah berpikir untuk digunakan dalam sebuah
investasi. Investasi ini bisa dimulai dari deposito berjangka,
atau bisa saja investasi dengan bentuk reksadana yang dikelola
oleh perusahaan, bidang property, bisa juga menyimpan dalam
bentuk emas dan sebagainya.

• Pengendalian Keuangan Keluarga

Sebanyak apapun penghasilan yang dapat dimiliki oleh keluarga


untuk bisa ditabung tetapi tidak bisa disiplin dalam mengendalikan
keinginan, maka tetap saja akan merasa kekurangan. Untuk itu
perlu melakukan pengendalian keuangn keluarga dengan baik.
Mengendalikan keuangan bukan berarti harus jadi menderita, tetapi
tetap dianggarkan untuk pengeluaran rekreasi maupun menikmati
hobi.

Bagaimana mengendalikan keuangan keluarga dengan baik ? Untuk


memudahkan pengendalian keuangan keluarga dapat dilakukan
antara lain :

 Pelihara gaya hidup sesuai dengan kemampuan.


Tetaplah berorientasi kedepan, sehingga keluarga tersebut
mampu bertahan dan tetap bijak menata prioritas pengeluaran
jangka pendek dan mengelola keuangan dengan penghasilan
lebih besar dari pada pengeluarannya (jangan lebih besar pasak
dari tiang).

114
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Tabungan otomatis.
Keberhasilan dalam menata pengeluaran dan membuat
surplus, saatnyalah untuk menabung otomatis. Menabung
otomatis adalah menabung menjadi langkah pertama sebelum
melakukan pengeluaran bulanan lainnya.

 Batasi Kartu Kredit.


Kartu kredit adalah alat pembayaran yang memiliki beberapa
manfaat, tetapi memerlukan kesiapan mental bagi pemiliknya.
Apabila tidak pandai, bahaya akan timbul antara lain komsumsi
diluar rencana karena pada waktu berbelanja seakan tidak
mengeluarkan uang ini terbuai kemudahan. Konsumsi diluar
batas kemampuan sehingga akhirnya terperosok pada jeratan
hutang dengan beban bunga yang tinggi. Jangan mengoleksi
kartu kredit sehingga jadi punya banyak biaya membership yang
tinggi dan hal ini hanya merupakan pemborosan.

 Menikmati masakan rumah sendiri.


Biaya untuk makan adalah pengeluaran paling mendasar dalam
hidup ini. Biaya untuk memasak sendiri di rumah adalah jauh
lebih murah dibandingkan jajan diluar. Jadikan jajan diluar
merupakan bagian dari kegiatan rekreasi, dan bukan tempat
makan utama. Bagi yang bekerja bisa membawa bekal makan
siang dari rumah ini akan banyak menghemat dan terjaga
kebersihannya.

 Hemat biaya listrik.


Evaluasi kapasitas daya listrik keluarga apakah sudah efisien,
karena kapasitas besar mengakibatkan tarif tinggi. Ajarkan
anak-anak untuk selalu mematikan peraltan elektronik yang
tidak sedang digunakan. Gunakan perangkat alat elektronik

115
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

yang hemat listrik. Lebih baik memilki peralatan yang agak


mahal namun hemat daya ketimbang yang sebaliknya.

 Belanja dapur bulanan.


Jangan terpancing daya tarik diskon atau potongan barang
terentu dari suatu barang yang sebetulnya keluarga tersebut
tidak memerlukan barang yang diberi potongan tersebut.
Sebelum pergi belanja membuat daftar barang yang akan dibeli.
Apabila membawa anak pastikan bahwa permintaan anak untuk
sesuatu barang yang tidak direncanakan untuk dibeli.

 Hemat pengeluaran rutin lainnya.


Agar dievaluasi pengeluaran rutin yang tidak optimal
penggunaannya. Misalnya langganan koran dan majalah
apakah ini dibaca semua, atau apakah berlangganan TV kabel
sementara menontonnya jarang-jarang.

 Evaluasi Anggaran Keluarga.


Pada setiap akhir bulan agar dievaluasi pengeluarannya apakah
sudah sesuai dengan yang dianggarkan. Ini untuk melihat apakah
sudah disiplin dalam mengendalikan keuangan keluarga.

• Persiapan Menghadapi Keadaan Darurat Ekonomi

Kehidupan dalam berkeluarga mengalami tingkat ketidak pastian


yang tinggi. Pada saat ini sering kita mendengar banyak perusahaan
ditutup karena krisis, puluhan ribu pekerja produktif kehilangan
pekerjaannya.

Dengan risiko yang mungkin terjadi, ketika seseorang atau salah


satu dalam keluarga yang menjadi tulang punggung pencari

116
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

penghasilan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), maka akan


sangat sulit bagi keluarga untuk dapat merencanakan kehidupan
keuangan keluarga.

4.2. Masalah-masalah Ekonomi Kehidupan Berkeluarga

4.2.1. Contoh-contoh permasalahan keluarga

Banyak kejadian tragis yang berawal dari kesulitan keuangan


keluarga. Misalnya, cekcok rumah tangga, perceraian, bahkan
sampai melakukan bunuh diri. Semua bersumber dari masalah
keuangan keluarga.

Masalah-masalah keuangan yang dialami oleh keluarga seperti:

• Kehilangan sumber mata pencaharian atau terkena Pemutusan


Hubungan Kerja (PHK) dan usaha yang mengalami
kebangkrutan. Status baru sebagai pengangguran dapat
membuat beban keluarga menjadi semakin berat. Apalagi
sebelumnya menjadi penyokong ekonomi keluarga tunggal.
Seseorang yang mengalami PHK atau kebangkrutan usaha
sangat sulit untuk menemukan lapangan kerja baru. Tidak
sedikit yang mengalami tekanan mental, sehingga tidak mampu
lagi mencari solusi dalam menemukan pekerjaan baru. Alhasil,
kepanikan kerapkali mewarnai reaksi antar pasangan. Tentu
saja sangat berharap pasangan atau suami yang terkena PHK
atau kebangkrutan cepat bangkit dan mendapatkan pekerjaan
yang baru. Tapi yang dialami lain kebanyakan menjadi terpuruk
atau terperangkap dalam ketidak berdayaan. Apalagi usahanya
untuk mendapatkan pekerjaan yang baru berulang mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegalan tersebut yang akan menjadi
pemicu ketidak harmonisan dalam keluarga.

117
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Dalam mengelola keuangan sehari-hari seringkali keluarga


dihadapkan pada kondisi dimana penghasilan yang diperoleh
terbatas, sementara pengeluaran keluarga sulit untuk dibatasi.
Sehingga penghasilan tidak dapat mencukupi hidup sehari-hari
ditambah lagi dengan kenaikan harga yang terjadi, apalagi untuk
memenuhi keinginan persiapan dimasa mendatang.

• Banyak pasangan suami dan istri yang sama-sama bekerja


sehingga dalam keluarga memiliki sumber pendapatan ganda.
Tentu saja ini memperkuat benteng keluarga dari sisi materi. Tapi
ternyata tidak mudah mengelola dua gaji atau pendapatan dari
sumber yang berbeda. Jika tidak pintar dalam mengelolanya,
maka keluarga tersebut akan terjebak pada pola hidup boros
dan konsumtif. Keuangan yang kuat terkadang membuat kurang
mengontrol diri dalam membelanjakan berbagai kebutuhan. Hal
ini yang akan mendorong untuk hidup boros atau konsumtif.

• Uang seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian.


Perselisihan mengenai kuangan bisa saja terjadi disaat uang
melimpah maupun disaat kekurangan uang. Banyak orang
merasa bahwa membicarakan keuangan dalam keluarga adalah
tabu. Apabila masalah keuangan tersebut tidak dibahas, walau
masalah kecil akan menjadi bola salju yang terus membesar.
Masalah yang kecil akan menjadi besar bila tidak diselesaikan
karena tidak ada keterbukaan tersebut.

4.3. Isu ekonomi keluarga

Berbagai masalah keuangan yang terjadi seperti diuraikan diatas,


akan menjadi sumber konflik dalam hubungan antar pasangan suami
istri sebuah keluarga. Isu-isu keuangan tersebut antara lain:

118
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.3.1. Kehilangan sumber mata pencaharian atau terkena


pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan dimana
bekerja.

4.3.2. Kegagalan untuk mendapatkan pekerjaan yang baru ini bisa


berakibat sebagai pemicu ketegangan, pertengkaran dan
keributan antar pasangan.

4.3.3. Keluarga yang mempunyai usaha sendiri lalu mengalami


kebangkrutan.

4.3.4. Pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan yang


diperoleh ini juga sering menjadikan sumber keributan dalam
keluarga.

4.3.5. Keluarga yang tidak memiliki uang untuk melakukan hal-hal


yang disenangi.

4.3.6. Keadaan dimana keluarga tersebut selalu merasa bahwa


keluarga lain lebih kaya dari pada keluarganya.

4.3.7. Tidak adanya keterbukaan dan kepercayaan dalam


mengelola keuangan keluarga.

4.3.8. Kebiasaan menjalani hidup boros atau konsumtif.

4.4. Penghasilan dan sumber keluarga

Penghasilan dan sumber keluarga pada dasarnya merupakan


pendapatan yang diperoleh dari pasangan suami dan istri atau
hasil dari suami apabila istri yang tidak bekerja atau sebaliknya.
Pendapatan keluarga dilihat dari periode waktu penerimaan dan
jumlahnya digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu:
119
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.4.1. Penghasilan atau pendapatan tetap.

Penghasilan yang bisa diukur periode penerimaannya dan jumlah


yang diterima secara rutin. Dalam hal ini termasuk gaji dari pasangan
suami dan istri keluarga tersebut, honor tetap, tunjangan tetap dan
lain sebagainya yang semua itu termasuk dalam penghasilan tetap.
Dimana periode penerimaannya bisa mingguan, bulanan maupun
tahunan (seperti tunjangan hari raya idul fitri).

4.4.2. Penghasilan atau pendapatan tidak tetap.

Penghasilan atau pendapatan tidak tetap ini adalah arus pemasukan


tidak tetap baik secara jumlah maupun penerimaan dalam setiap
periodenya (tidak rutin). Misalnya komisi, bonus, honor yang
didapat dari pekerjaan yang tidak tetap dan lain-lain yang tergolong
penghasilan tidak tetap lainnya.

4.5. Kebutuhan Finansial Keluarga

Sering kita mendengar keluarga mengatakan sudah kering atau


sudah kekurangan uang padahal gajian masih lama, atau sering
juga mendengar orang tua mengeluh kebingungan darimana biaya
untuk membayar uang pangkal anak sekolah yang jumlahnya
sangat banyak.Padahal keluarga tersebut merasa sudah bekerja
keras, tetapi belum juga ada hasilnya.

Kondisi kekurangan keuangan ini banyak keluarga yang


merasakannya, akan tetapi yang harus diingat bahwa kondisi
tersebut pasti ada jalan keluarnya. Salah satunya adalah bahwa
suami dan istri dalam keluarga tersebut perlu menganggarkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mengapa?Karena berapapun besarnya pendapatan tidak pernah

120
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

cukup apabila tidak direncanakan dengan benar. Untuk itu antara


suami dan istri dalam keluarga tersebut harus memiliki pandangan
yang sama dalam pengelolaan keuangan keluarga, harus diatur
dengan tepat dan sesuai kebutuhan keluarga. Ada hal penting
bahwa kebutuhan keuangan keluarga yang perlu diperhatikan :

• Keuangan untuk kehidupan sehari-hari.

Perencanaan pertama yang bisa dikendalikan adalah keuangan


untuk pengeluaran sehari-hari. Pengeluaran untuk sehari-hari
seperti biaya listrik, air, membeli makanan, transport pulang-
pergi ke kantor, makan siang di kantor, pakaian, sepatu untuk
seluruh keluarga dan biaya akhir pekan.

Biaya kebutuhan sehari-hari ini berkisar 30-50 persen dari


penghasilan yang diperoleh. Apabila pengeluaran lebih dari
50 persen, maka pengeluaran itu harus dievaluasi untuk dapat
dilakukan efisiensi. Pengeluaran yang kurang penting jangan
dianggarkan. Untuk menghemat pengeluaran sehari-hari ini
perlu dirancang secara matang. Misalnya untuk anak-anak
diajarkan tidak membeli barang atau memenuhi keinginan anak,
membeli barang disesuaikan dengan kemampuan.

• Keuangan untuk keperluan mendadak.

Pengeluaran yang mendadak juga harus diatur secara cermat,


apabila bisa dikeluarkan dengan nilai yang lebih kecil tidak perlu
harus mengeluarkan yang besar. Apabila keluarga tersebut
tidak ingin dipusingkan dengan pengeluaran kesehatan, maka
dapat membeli asuransi kesehatan, yang tentunya nilainya
disesuaikan dengan pengahasilan yang ada.

121
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Keuangan untuk jangka panjang.

Keuangan dalam jangka panjang, berkaitan dengan


memprsiapkan masa depan tentu saja diperlukan komitmen
yang kuarga antar suami dan istri, antara lain melalui:

• Komitmen menyisihkan untuk menabung dari penghasilan


yang diperoleh dari keluarga tersebut sebelum penghasilan
dibelanjakan. Misalnya untuk menabung dialokasikan sebesar
10 atau 20 persen. Ini harus disadari, bahwa mengabaikan
menabung adalah mengabaikan masa depan.

• Komitmen untuk mendapatkan penghasilan tambahan, misalnya


dengan mengembangkan kegiatan wirausaha yang bisa
dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang
dimiliki. Ini dapat dilakukan untuk menambah dana persiapan
masa depan.

• Apabila penghasilan tambahan dalam keluarga tersebut cukup


berarti, suami dan istri bisa melakukan investasi yang hasilnya
bisa menambah kebutuhan keluarga.

4.6. Kebutuhan Menabung

Didalam kehidupan sehari-hari selalu saja ada hal-hal yang tak


terprediksikan atau yang telah dibayangkan sebelumnya, yang
ternyata kemudian terbukti membutuhkan biaya tambahan. Karena
itu untuk mengantisipasi keadaan seperti itu, agar keluarga tersebut
menyisihkan sejumlah uang dari anggaran keluarga untuk setiap
bulannya yaitu dengan cara menabung.

Berapa jumlah yang akan ditabung setiap bulannya tentunya


kesepakatan antar suami dan isteri yang prosentasenya sesuai
dengan tingkat penghasilan dari keluarga. Tidak perlu berfikir bahwa

122
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

menabung akan dilakukan apabila uang sisa dari anggaran yang


ada, karena menabung sesungguhnya adalah kebutuhan sekarang
yang akan digunakan di waktu mendatang.

Manyisihkan sisa uang receh setiap kali berbelanja dalam sebuah


celengan juga bisa merupakan langkah awal yang baik dalam
kaitannya dengan kebiasaan menabung ini. Mungkin jumlahnya
tidak banyak karena hanya keping-keping recehan sisa uang
belanja. Namun dari yang kecil itu kita bisa mengumpulkan jumlah
yang banyak jika kita teratur melakukannya. Kelak kalau celengan
berisi uang receh itu sudah penuh, kita bisa mengambilnya untuk
kemudian dimasukkan ke dalam buku tabungan.

4.7. Solusi

4.7.1. Persiapan finansial sebelum berkeluarga dan


perencanaannya.

Bagi remaja yang belum berkeluarga atau yang sudah merencanakan


untuk berkeluarga, sudah seharusnya untuk mempunyai gambaran
tentang bagaimana sebaiknya keuangan keluarga itu akan
dikelola.

Apakah semua kebutuhan keluarga akan dipenuhi oleh suami?


Perlukah istri bekerja? Berapa idealnya pengeluaan per bulan?
Banyak pertanyaan yang ada didalam pikiran, atau malah kadang
timbul pertanyaan apakah cukup pengahasilan yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan lain-lain.

Pengelolaan keuangan ini memang harus diperhatikan, sebelum


berbagai masalah akan dialami dalam keluarga. Langkah-langkah
untuk menyusun rencana keuangan sebelum berkeluarga :

123
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Pertama menganalisis pemasukan dan pengeluaran. Sebaiknya


merancang untuk 10 tahun ke depan. Seandainya tidak bisa
minimal untuk 3 atau 5 tahun kedepan. Karena apabila termasuk
pasangan yang normal bukan dari pasangan kaya raya, untuk
memiliki rumah harus membutuhkan perencanaan jangka
panjang.

• Kedua mendiskusikan dengan calon pasangan tentang tujuan


keuangan atau impian-impian yang diinginkan tersebut dipilah
menjadi tiga tahap :

 Jangka pendek dibawah satu tahun, misalkan kontrak


rumah, membeli sepeda motor, membeli perabot rumah dan
lain-lain
 Jangka menengah 1-5 tahun seperti persiapan kelahiran
anak, cadangan uang tak terduga, asuransi jiwa dan lain-
lain
 Jangka panjang diatas 5 tahun, mempunyai rumah, mobil,
pendidikan anak dan lain-lain.
• Ketiga menyiapkan pendanaan untuk meraih semua impian
tersebut, dengan menyiapkan perencanaan keuangan secara
sistematis dengan membuat budget pengeluaran bulanan
berdasarkan tingkat penghasilan yang diperoleh. Usahakan
agar 30% dari seluruh penghasilan ditabungkan. Supaya aman
agar disimpan di dalam rekening tabungan bank yang terpisah.

• Keempat bila tabungan sudah cukup banyak katakanlah diatas


sepuluh juta, segeralah melirik peluang investasi yang ada.
Misal bisnis riil seperti jual beli barang, investasi keuangan dari
yang aman seperti membeli emas, deposito, property dan lain-
lain.

124
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Kelima disiplin, Hal ini menjadi kunci sukses dalam menggapai


cita-cita dengan menklukan hasrat berfoya-foya dalam jangka
pendek. Komitmen dari masing-masing pasangan dengan
tujuan keuangan yang disepakati bersama.

Persiapan finansial sebelum berkeluarga perlu direncanakan terlebih


dahulu karena membangun keuangan keluarga bisa diumpamakan
seperti membangun sebuah tempat hunian. Barang siapa yang bisa
cermat, cerdas, cepat, dan tempat membangunnya akan semakin
banyak menemukan kesempatan menikmati kesejahteraan dan
kebahagiaan. Kekokohan bangunan itu akan merupakan tempat
perlindungan yang aman bagi semua anggota keluarga, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.

4.8. Hidup Hemat

Penghasilan keluarga yang terbatas ini dituntut untuk dapat


mengelola keuangan secara bijak. Salah satu yang bisa dilakukan
adalah dengan menghemat pos-pos pengeluaran dalam rumah
tangga. Untuk itu berikut ini ada beberapa tips hidup berhemat :

4.8.1. Penghematan biaya komunikasi dapat dilakukan melalui:

• Apabila bicara dalam telephone jangan terlalu lama bicara yang


seperlunya saja.

• Gunakan SMS untuk mengirimkan informasi-informasi yang


penting.

• Tidak perlu membuat nada sambung pribadi.

• Jangan tergoda dengan produk HP baru, pentingkan fungsi Hp


bukan fancy.

125
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.8.1. Penghematan belanja

Berapa kali pergi belanja ke mall, karena semakin sering pergi ke


mall atau supermarket ini akan memperbanyak pengeluaran, Untuk
pengeluaran ini bisa dihemat melalui :

• Sebisa mungkin belanjalah di pasar tradisional karena harga


lebih murah.

• Jangan tergoda dengan potongan harga untuk kemudian


membeli.

• Biasakan belanja sesuai dengan fokus pada daftar yang ada


dalam catatan.

• Usahakan belanja dengan tunai.

4.8.3. Penghematan biaya transportasi

• Untuk jarak pendek gunakan jalan kaki.

• Memanfaatkan angkutan umum massal seperti bus atau


TransJakarta.

• Apabila menggunakan kendaraan pribadi gunakan lebih awal


agar tidak terjebak macet.

• Rawatlah kendaraan pribadi dengan baik untuk menghindari


kerusakan.

4.8.4. Catatlah pengeluaran uang setiap harinya

Kemudian dijumlahkan setiap akhir bulan sehingga dapat diketahui


jumlah pengeluaran setiap bulannya. Apabila bekerja, bisa membawa
bekal untuk menghemat biaya pengeluaran makan di kantor.

126
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.9. Menabung

Untuk anggaran menabung, seringkali seseorang baik masih sendiri


maupun sudah berkeluarga akan berusaha menabung sesudah
yakin bahwa penghasilannya ada sisa setelah menutupi semua
kebutuhan dalam bulan itu. Karena itu untuk menabung cenderung
menunggu akhir bulan.Kenyataannya seringkali tidak menabung
karena menggunakan pola bahwa menabung menunggu akhir
bulan.

Terlepas apakah sudah memiliki penghasilan tetap ataukah


penghasilan tidak tetap, cara paling pasti untuk dapt berhasil
menabung dengan baik adalah dengan menyediakan anggaran
untuk menabung dari penghasilan yang diperoleh. Jadi dalam setiap
bulan, ambillah jumlah tertentu dari total penghasilan yang diperoleh
untuk ditabung. Dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan
setiap bulannya ini akan dapat dimanfaatkan dimasa depan.

4.10. Investasi

Keluarga yang memiliki penghasilan cukup, dan bisa menyisihkan


untuk simpanan yang dapat digunakan untuk keperluan dimasa
mendatang. Biasanya keluarga menyimpan dalam bentuk tabungan,
memang tidak salah menyimpan uang dalam bentuk tabungan.
Tetapi bila tabungan tersebut jumlahnya sudah besar bisa dialihkan
dalam bentuk investasi lain agar mendapatkan hasil yang lebih
besar.

Macam-macam investasi contoh sebagai berikut:

• Tabungan di Bank

Pada umumnya keluarga sudah mengetahui bahwa menyimpan


uang di Bank lebih aman dan akan mendapatkan bunga yang

127
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

besarnya sesuai dengan kebijakan yang sudah ditentukan.


Tabungan bisa diambil setiap saat pada waktu membutuhkan.

• Deposito di Bank

Simpanan ini hampir sama dengan tabungan, hanya bedanya


bahwa uang tersebut tidak dapat diambil setiap saat, karena
deposito itu disimpan sesuai dengan jangka waktu yang
diinginkan. Dari deposito ini juga dapat sebagai penghasilan
tambahan.

• Saham

Saham adalah hak kepemilikan atas perusahaan. Dengan


memiliki tahungan yang besar ini dapat digunakan untuk membeli
saham pada sebuah perusahaan, berarti keluarga tersebut
akan mendapatkan penghasilan tambahan dari pembagian
keuntungan perusahaan yang besarnya sesuai dengan jumlah
prosentasi saham yang dimilikinya.

• Properti

Investasi ini bisa dalam bentuk rumah atau tanah. Rumah bisa
dikontrakkan yang tentunya akan mendapatkan penghasilan,
bisa juga tanah yang dimiliki dijual kembali dengan harga yang
relatif tinggi.

• Emas

Investasi emas cenderung aman, karena emas merupakan


barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah
mata uang asing.

Dan masih banyak bentuk investasi lain seperti mata uang


asing, obligasi dan lain-lain.

128
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

4.11. Mencari penghasilan tambahan

Mencari penghasilan tambahan.

Sebuah keluarga bisa saja tidak mencari tambahan penghasilan


agar uang yang dihasilkan dapat mencukupi, seperti lebih fokus
pada bagaimana mengelola penghasilannya agar bisa mencukupi
kebutuhan keluarga. Namun secara jangka panjang, kenaikan harga
yang terjadi dari tahun ke tahun ini susah untuk dibendung.

Bagaiman cara menambah penghasilan untuk keluarga? Ada


beberapa cara untuk menambah penghasilan :

• Bekerja pada orang lain sebagai karyawan.

Sebagai karyawan ditempat orang lain, disamping sudah


menjadi karyawan tetap tentunya harus bisa membagi waktu
agar pekerjaan yang sudah pasti tersebut tidak hilang karena
sambil bekerja di tempat lain demi menambah penghasilan tetap
yang sudah dimiliki. Jangan sampai pekerjaan yang sudah tetap
hilang karena mencari pekerjaan tambahan.

• Bekerja sendiri dengan mengandalkan keahlian.

Keahlian atau keterampilan yang dimiliki seperti kemampuan


mengajar, bermain musik, memberikan kursus dengan keahlian
yang dimiliki ini semua dapat digunakan sebagai tambahan
penghasilan.

• Membuka usaha.

Usaha ini bisa dilakukan oleh keluarga, misalnya dengan


membuka toko kelontong, membuka biro jasa, usaha jahitan
dan lain-lain. Usaha tersebut bisa untuk menambah penghasilan
keluarga.
129
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Melakukan investasi.

Misalnya keluarga memiliki uang lebih ini bisa didepositokan,


yang tentunya akan mendapatkan bunga, apabila mempunyai
rumah lebih dari satu ini bisa dikontrakkan dan lain-lain. Itu
semua akan mendapatkan uang sebagai tambahan.

Yang terpenting untuk menambah penghasilan itu harus ada


kemauan yang kuat, tidak ada rasa malu dan memiliki tekad kuat
berusaha menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.

130
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

E. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Dari Segi Psikologi

5.1. Beberapa Pengertian

Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang


mempelajari perilaku dan proses mental manusia (Atkinson
dkk, 1987). Definisi psikologi tersebut mencakup berbagai jenis
topik diantaranya adalah kepribadian, persepsi, empati, emosi,
pengendalian emosi, adaptasi, incomtability, abusive relationship,
maladaptasi, kecemasan dan depresi. Dimana berbagai jenis topik
tersebut dapat dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut :

5.1.1. Kepribadian

Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan


kepribadian. Kepribadian merupakan sumbangsih atau pemberian
Tuhan ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima
atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Beberapa ahli yang
beranggapan bahwa segalanya telah diprogram dalam genetik.
Beberapa ahli lain menyatakan bahwa faktor belajar dan lingkungan
memegang peranan yang sangat menentukan. Perpaduan kedua
faktor tersebut yang membentuk kepribadian manusia.

• Pengertian kepribadian

Gordon W. Allport (dalam Atkinson dkk, 1987) mengemukakan bahwa


kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-
fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu
secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah
laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah

131
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran


atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment,
pendidikan dan sebagainya. Koentjaraningrat, 1980 (dalam Sobur,
2003) menyebut kepribadian (personality) sebagai susunan unsur-
unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku dari
tiap-tiap individu.

• Unsur-unsur kepribadian

Sobur (2003) mengemukakan bahwa terdapat 4 unsur kepribadian,


yaitu:

 Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis, tidak statis


dan senantiasa berubah setiap saat.
 Kepribadian terdapat dalam diri individu, tidak meliputi hal-hal
yang berada di luar individu.
 Kepribadian berdiri atas sistem psikis yang meliputi sifat, bakat
dan sistem organ tubuh yang saling terkait.
 Kepribadian menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari
tiap individu terhadap lingkungannya.

• Tipe kepribadian

Hipocrates (dalam Sujanto dkk, 1986) membagi kepribadian menjadi


4 kelompok besar, antara lain:

 Sanguin yaitu orang yang gembira, senang hatinya, mudah


membuat orang lain tertawa dan bisa memberi semangat pada
orang lain.
 Plegmatik yaitu orang yang cenderung tenang, dari luar terlihat
tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau
senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas.

132
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan


cukup baik, introvert, memikirkan ke dalam, bisa melihat,
menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya.
 Melankolik yaitu orang yang terobsesi dengan karya yang
paling bagus, sempurna dan mengerti estetika keindahan
hidup. Perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif, beberapa
seniman berkepribadian melankolik.
 Kolerik yaitu seseorang yang berorientasi pada pekerjaan
dan tugas, atau mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi.
Sehingga, seseorang dengan tipe ini mampu melaksanakan
dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya.

• Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian

Sujanto dkk (1986), mengemukakan terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi kepribadian manusia, antara lain:

 Faktor genetik. Beberapa penelitian menemukan bahwa bayi


baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda dan mulai
terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan tersebut meliputi tingkat
aktivitas, rentang atensi atau adaptabilitas pada perubahan
lingkungan.

 Faktor lingkungan. Perlekatan (attachment) adalah


kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan
pengasuhnya untuk memperoleh rasa aman yang dapat
mempengaruhi kepribadian. Teori perlekatan (Jhon Bowlby)
menunjukkan bahwa kegagalan anak membentuk perlekatan
yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama
kehidupannya berhubungan dengan ketidakmampuan
133
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

membentuk hubungan dengan orang lain pada masa


dewasa.

 Faktor stimulasi gen dan cara berpikir. Kazuo Murakami


(2007) menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya
dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia.
Gen tersebut ada yang bersifat Dorman (tidur) atau tidak
aktif dan yang bersifat aktif. Bila kita sering menstimulasi
gen yang tidur maka kepribadian dapat terbentuk dengan
baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan
tidak dapat diubah.

• Perkembangan Kepribadian

Harry membagi perkembangan kepribadian menjadi beberapa


masa, yaitu:

 Masa bayi : kebutuhan akan rasa aman dalam


mengembangkan rasa percaya yang mendasar (basic
trust).
 Masa kanak-kanak awal : belajar berkomunikasi.
 Pra sekolah : mengembangkan body image.
 Usia sekolah : mengembangkan hubungan dengan sebaya,
melalui kompetisi, kompromi dan kooperatif.
 Remaja : mengembangkan kemandirian, melakukan
hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
 Dewasa : belajar untuk saling tergantung, tanggung jawab
terhadap orang lain

134
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5.1.2. Persepsi

• Pengertian persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau


hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Jalaludin, 1998). Senada dengan
hal tersebut Atkinson dkk, (1987) mengemukakan bahwa persepsi
adalah proses bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam
percepts (hasil dari proses perseptual) objek dan bagaimana
selanjutnya seseorang mampu menggunakan percepts tersebut
untuk mengenali dunia. Dikarenakan persepsi bertautan dengan
cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat
tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan
indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui
atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan
indera.

Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon


terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat
komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan,
ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit dan
kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991).

• Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Dalam membangun citra individu maupun citra institusi, orang harus


memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Ketika
orang mempersepsi kita, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
persepsinya, yaitu :

135
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Situasional dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap kita,


terdiri dari: Cara menyebut sifat orang. Jika kita diperkenalkan
sebagai orang yang sedikit ilmunya tetapi banyak amalnya,
maka orang akan mempersepsi kita sebagai orang baik (positif),
tetapi ketika orang memperkenalkan kita sebagai orang yang
banyak amalnya tetapi tidak berilmu, maka citra yang terbangun
adalah negatif.
 Jarak meliputi jarak fisik, jarak keakraban, jarak sosial maupun
jarak pemikiran. Orang yang bergaul akrab dengan ulama
biasanya dipersepsi sebagai ahli agama, yang banyak ber­
hubungan dengan presiden biasanya diangap orang penting
dan sebagainya.
 Gerakan tubuh. Berkacak pinggang atau membusungkan dada
sering dipersepsi sebagai sombong, menundukkan kepala sering
dipersepsi sebagai sopan atau rendah hati, mengangkat muka
dipersepsi sebagai berani dan betopang dagu suka dipersepsi
sebagai sedih.
 Petunjuk wajah. Wajah adalah cermin jiwa. Berseri-seri
dipersepsi sebagai gembira atau ikhlas, kusut muka dipersepsi
sebagai stress.
 Cara mengucapkan lambang verbal. Perkataan manis yang
diucapkan oleh orang marah bermakna lebih tajam dibanding
kata-­kata kasar yang diucapkan dengan wajah ceria.
 Penampilan. Penampilan fisik, pakaian, kendaraan, rumah,
bisa menggambarkan citra seseorang, tetapi bagi orang yang
kredibilitas akhlaknya sudah teruji, penampilan fisik tidak akan
mengubah citranya.

136
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Personal meliputi pengalaman dan konsep diri. Bagi orang yang


telah lama hidup bersama kita, jika dalam hidup kita konsisten
dalam kebaikan, maka orang tidak akan percaya terhadap
informasi yang negatif tentang kita. Sebaliknya jika dalam hidup
kita yang panjang banyak perilaku buruk yang kita lakukan dan
diketahui oleh banyak orang, maka orang tidak akan percaya
ketika suatu hari kita berperilaku baik.

5.1.3. Empati

• Pengertian empati

Johnson dkk (1983) mengemukakan bahwa empati adalah


kecenderungan untuk memahami kondisi atau keadaan pikiran
orang lain. Seseorang yang empati digambarkan sebagai seorang
toleran, mampu mengendalikan diri, ramah, mempunyai pengaruh
serta bersifat humanistik. Batson dan Cokeke (Brigham, 1991)
mendefinisikan empati sebagai suatu keadaan emosional yang
dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh orang lain. Kemampuan merasakan perasaan ini membuat
seseorang yang empati seolah mengalami sendiri peristiwa yang
dialami orang lain.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa kemampuan mengindera perasaan seseorang sebelum yang
bersangkutan mengatakannya merupakan intisari dari empati. Tanpa
kemampuan ini orang dapat menjadi terasing, salah menafsirkan
perasaan sehingga mati rasa atau tumpulnya perasaan yang
berakibat rusaknya hubungan. Salah satu wujud kurangnya empati
adalah ketika seseorang cenderung menyamaratakan orang lain
dengan dirinya, bukan memandangnya sebagai individu yang unik.

137
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Syarat untuk dapat melakukan empati

Goleman (2000) mengemukakan prasyarat untuk dapat melakukan


empati adalah kesadaran diri, mengenali sinyal-sinyal perasaan
yang tersembunyi dalam reaksi-reaksi tubuh sendiri. Dengan kata
lain, seseorang hanya dapat berempati apabila mereka sudah
terlebih dahulu mengenali diri sendiri (Boyatzis dkk, 2000). Brammer
dan Mc Donald (dalam Munawaroh, 1999) mengungkapkan bahwa
pengenalan diri sendiri dapat membantu individu dalam berupaya
menempatkan diri pada internal frame orang lain, tanpa kehilangan
objektivitasnya. Empati akan lebih muncul pada saat individu
melakukan aktivitas “thinking with” daripada “thinking for about”
orang lain.

Empati memerlukan kerjasama antara kemampuan menerima,


memahamai secara kognitif dan afektif. Komponen kognitif
melibatkan pemahaman terhadap perasaan orang lain, baik melalui
tanda-tanda atau proses hubungan yang sederhana maupun yang
kompleks.

5.1.4. Emosi

• Pengertian emosi

Emosi adalah suatu suasana yang kompleks (a complex feeling


state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau
munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. Sedangkan
menurut Crow & Crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi
adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu
tingkah laku yang tampak. Emosi bisa menjadi tujuan, jika kita
138
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

melakukan aktivitas tertentu, karena kita tahu bahwa aktivitas


tersebut menyenangkan.

Menurut James & Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh
perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis
itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut
Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau
keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila
individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras
yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat
mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.

• Perkembangan emosi

Emosi sebagai aspek psikologis, berkembang mengikuti setiap


tahap usia perkembangan :

 Masa bayi/infancy (0-2 tahun). Saat dilahirkan, bayi merasakan


suatu kesenangan terhadap benda-benda disekitarnya termasuk
individu-idividu lain, seperti ibunya, sanak keluarga. Pada awal
kehidupannya reaksi emosi masih sederhana pada umumnya
hanya rasa senang dan tidak senang, dan pada usia 2 tahun
sudah terjadi differensiasi.
 Masa anak-anak awal (2-6 tahun). Reaksi emosi sudah bervariasi,
walaupun yang seringkali ditampilkan adalah perasaan marah.
 Masa anak-anak akhir (6-12 tahun). Reaksi emosi semakin
bervariasi dan mulai belajar mengendalikan emosi.
 Remaja (12 –21 tahun). Seringkali menampilkan ketidakstabilan
emosi.

139
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Macam-macam emosi (Paul Ekman)

 Marah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal, berang,


tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan.
 Kesedihan : pedih , sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan jika
berkelanjutan (patologis) maka akan menjadi depresi berat.
 Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada,
jika berkelanjutan (patologis) maka akan menjadi fobia dan
panik.
 Bahagia/senang/kenikmatan : gembira, riang, puas, terhibur,
bangga, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi,
senang sekali, jika berkelanjutan (patologis) maka akan menjadi
maniak.
 Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, bakti, hormat, kasih, kasmaran.
 Malu : rasa salah, malu hati, hina, aib.
 Jijik : muak, mual, mau muntah, benci, tidak suka.

• Pengaruh emosi terhadap perilaku.

Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi


terhadap perilaku individu (Yusuf, 2004) di antaranya sebagai
berikut:

 Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau


puas atas hasil yang telah dicapai.
 Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena
kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya
rasa putus asa (frustasi).
140
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila


sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan
sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
 Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu
dan iri hati.
 Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

5.1.5. Pengendalian emosi

Emosi yang tak terkendali hanya akan merugikan diri sendiri. Selain
menyebabkan energi terkuras habis, seseorang akan dicap tidak
kuat mental dan tidak dewasa. Orang yang terlatih mengendalikan
emosi umumnya tidak pernah panik dalam menghadapi situasi
apapun. Hal ini tentu cukup mempengaruhi kualitas kerja seseorang.
Orang yang mampu mengendalikan emosi, umumnya bisa menjaga
kualitas kerjanya dengan baik. Sebaliknya, jika seseorang bekerja
dalam keadaan emosi yang tidak stabil, maka akan membuka
peluang besar untuk melakukan kesalahan fatal.

Perlu diketahui, emosi yang berlebihan akan menguras banyak


energi seseorang, lebih dari kegiatan fisik yang dilakukan. Karena
emosi umumnya membuat pikiran meledak-ledak dan tanpa disadari
membuat gerakan sulit terkendali. Hal yang sangat menguntungkan,
jika seseorang pandai mengelola dan mengendalikan emosi adalah
seseorang akan lebih sehat baik fisik maupun mental.

141
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5.1.6. Adaptasi

• Pengertian adaptasi

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan


lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu
beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk memperoleh
air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik lingkungan
seperti temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan hidup dari
musuh alaminya, bereproduksi dan merespon perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Organisme yang mampu beradaptasi akan
bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan
menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

• Hubungan adaptasi dengan perilaku

Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu


sistem, artinya ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan
lingkungan, tuntutan lingkungan yang berlebih atau kebutuhan
yang tidak sesuai dengan situasi lingkungannya. Dalam hal ini
adaptasi merupakan suatu proses modifikasi kehadiran stimulus
yang berkelanjutan. Semakin sering stimulus hadir, maka akan
terjadi pembiasaan secara fisik disebut sebagai habituasi dan
terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptasi. Bahwa
ketika seseorang mengalami proses adaptasi, perilakunya diwarnai
kontradiksi antara toleransi terhadap kondisi yang menekan dan
perasaan ketidakpuasan sehingga orang akan melakukan proses
pemilihan dengan dasar pertimbangan yang rasional (Helmi,
1999).

142
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Dimensi hubungan perilaku dengan lingkungan

Menurut Wohwill (dalam Helmi, 1999), terdapat 3 dimensi hubungan


perilaku dengan lingkungan, yaitu:

 Intensitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang di


sekeliling kita dapat menyebabkan gangguan psikologis. Terlalu
banyak orang menyebabkan sesak (crowded) dan terlalu sedikit
orang menyebabkan orang merasa terasing (socialisolation).
 Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia
berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beranekaragam
membuat perasaan overload dan kekuranganekaragaman
membuat perasaan monoton.
 Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan
memprediksi. Jika suatu setting dengan pola tidak jelas
menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga
stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola yang jelas
mempermudah stimulus untuk diprediksi.

5.1.7. People incompatibility (ketidakserasian pasangan) secara


psikologis

Keserasian pasangan dapat diartikan sebagai pasangan yang


nantinya disatukan dalam ikatan pernikahan bersedia untuk saling
menyesuaikan diri, mengalah dan hidup tenteram tanpa banyak
perbedaan pendapat yang dapat memicu pertengkaran. Selain itu
pasangan suami isteri juga hendaknya memiliki keinginan untuk
maju mencapai cita-cita bersama.

Ketidakserasian pasangan dapat terjadi disebabkan oleh berbagai


alasan yang berbeda. Terkadang pasangan dapat merasakan
keserasian dan kebahagiaan pada awal pernikahan, namun
kemudian beberapa tahun kemudian dapat berubah.

143
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Beberapa hubungan yang menyebabkan ketidakserasian

Berikut 5 jenis hubungan yang menyebabkan ketidakserasian,


antara lain:

 Hubungan misionaris
Dalam hubungan misionaris salah satu pasangan mencoba
untuk mengubah iman atau keyakinan dari pasangannya.
Hubungan pernikahan yang dimulai dengan agenda (maksud)
tersembunyi, seringkali tidak berhasil dan bahkan dapat berakhir
dengan perpisahan. Intinya adalah bahwa ketika ada maksud
tersembunyi yang berkaitan dengan spiritual atau agama, maka
hubungan tersebut akan sulit dilanjutkan. Hubungan misionaris
tidak akan berhasil.

 Hubungan pengorbanan
Jika hubungan dibangun semata-mata untuk pengorbanan
terhadap pasangannya, maka hubungan akan sulit untuk
dilanjutkan. Tujuan dari pernikahan adalah memperoleh
mitra yang sejajar dalam suatu hubungan. Bukan sebagai
psikolog, orangtua, misionaris atau perawat. Hubungan karena
pengorbanan tersebut mungkin tampak menarik dan menantang
pada awalnya, tetapi biasanya berakhir pada kekecewaan.

 Hubungan berbeda latar belakang


Ketika dua orang dari latar belakang budaya atau etnis yang
berbeda bersama-sama disebut hubungan berbeda latar
belakang. Pada awalnya mungkin seseorang tertarik dengan
aksen, perbedaan budaya dan sikap misterius dari orang lain.
Namun dalam perjalanan, hubungan tersebut akan sulit dan
menantang.

144
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Hubungan berbeda usia


Ciri khas hubungan berbeda usia adalah perbedaan usia yang
cukup besar antara pasangan. Hubungan tersebut biasanya
bertujuan untuk mengkompensasi ketidakamanan emosional,
atau mengharapkan pasangan mereka untuk berperan sebagai
ibu atau ayahnya. Terlepas dari alasan psikologis di balik
hubungan tersebut, dalam banyak kasus perbedaan usia yang
cukup besar adalah contoh lain dari hubungan yang tidak
kompatibel. Hubungan berbeda usia pada awalnya memberikan
rasa aman emosional atau keuangan, namun akhirnya mereka
menemukan beberapa ketidakcocokan. Tingkat energi dalam
beberapa aspek dapat secara drastis berbeda. Kebiasaan
seperti film, peristiwa sejarah, musik, dan tren masa lalu juga
akan berbeda. Hal-hal tersebut mungkin terlihat sepele, namun
sangatlah penting untuk diperhatikan jika seseorang ingin
membangun hubungan jangka panjang dengan seseorang yang
berbeda usia.

 Hubungan memberontak
Ciri khas dari hubungan ini adalah jika seseorang berhubungan
dengan orang yang berbeda “kasta”. Dimana dalam mencari
pasangan, seseorang berlawanan dengan kriteria yang
ditentukan oleh keluarga. Sebagian besar, seseorang yang
berada pada kondisi ini akan marah terhadap orangtuanya atau
berusaha untuk menunjukkan kemandiriannya.

5.1.8. Kekerasan Dalam Hubungan Dengan Pasangan (Abusive


relationship)

Kekerasan dalam hubungan dengan pasangan adalah salah satu


bentuk ekspresi perasaan marah. Kekerasan (amuk) adalah perilaku
tak terkendali yang ditandai dengan menyentuh diri sendiri atau

145
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

orang lain secara menakutkan, mengancam disertai melukai pada


tingkat ringan sampai melukai/merusak secara serius. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 1995). Konsep abusive
relationship (kekerasan dalam hubungan dengan pasangan), salah
satunya membahas mengenai kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT).

• Definisi KDRT

Pengertian KDRT menurut RUU anti KDRT adalah segala bentuk,


baik kekerasan secara fisik, secara psikis, kekerasan seksual
maupun ekonomi yang pada intinya mengakibatkan penderitaan,
kerugian fisik maupun kerugian psikis (traumatis). KDRT ditandai
oleh sikap yang sangat cemburu, kurangnya keintiman, mengamuk,
pemaksaan seksual, perselingkuhan, pelecehan verbal, ancaman,
dusta, pengingkaran janji, kekerasan fisik, bermain kekuasaan dan
kontrol.

• Kekerasan dalam RUU anti KDRT dibagi menjadi 4 macam


(Sulsilowati, 2008), yaitu :

 Kekerasan Fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti:


memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan
luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri/suami hingga
menyebabkan kematian.
 Kekerasan Psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara
verbal (seperti: menghina, berkata kasar dan kotor) yang
mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan
rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak
berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat
mengakibatkan istri/suami semakin tergantung pada suami/

146
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

istri meskipun suaminya/istrinya telah membuatnya menderita.


Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati
istri/suami.
 Kekerasan Seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan
dengan memaksa istri/suami untuk melakukan hubungan
seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak
memenuhi kebutuhan seksual istri/suami.
 Kekerasan Ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri
untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan
uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk
dieksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan
gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami
menyembunyikan gajinya, mengambil harta istri, tidak memberi
uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang
belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan
lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan
karirnya.

• Beberapa aspek yang harus diperhatikan berkaitan dengan


KDRT

Persoalan KDRT merupakan fenomena gunung es. Persoalan


KDRT banyak terjadi di keluarga, namun umumnya korban tidak
mempunyai ruang atau informasi yang jelas apakah persoalan
keluarga mereka layak untuk dibawa ke pengadilan. Karena
selama ini masyarakat menganggap bahwa persoalan-persoalan
KDRT adalah persoalan yang sifatnya sangat pribadi dan hanya
diselesaikan dalam lingkup rumah tangga saja. Berikut beberapa
aspek yang harus diperhatikan berkaitan dengan KDRT (Reynata,
2003), antara lain:

147
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Kekerasan tidak selalu bersifat fisik


Kekerasan emosional sama merusaknya dengan kekerasan
fisik, keduanya sama-sama sulit untuk dipulihkan. Kekerasan
emosional dapat menyebabkan masalah jangka panjang pada
harga diri dan berdampak negatif bagi kondisi emosional bagi
korban.

 Kekerasan bersifat progresif


Kekerasan cenderung menjadi lebih buruk dari waktu ke
waktu. Kekerasan emosional dan verbal seringkali bergeser ke
ancaman atau kekerasan fisik, terutama di saat-saat stres.

 Kekerasan tidak dapat berhenti tanpa bantuan


Kekerasan tidak dapat berhenti tanpa bantuan orang lain,
sehingga pola yang kasar akan diulangi dalam setiap hubungan.
Gejolak emosional dari pengguna Napza dan pecandu alkohol
dapat menciptakan perilaku yang penuh kekerasan. Program
terapi dan pemulihan perlu dilakukan kepada kedua pasangan.

 Perilaku kekerasan banyak dipicu oleh trauma


Trauma masa kanak-kanak, baik kekerasan fisik dan seksual
dapat menyebabkan perilaku kekerasan kelak. Dengan kata
lain, kekerasan dapat disebabkan oleh disfungsi keluarga yang
berulang dari generasi ke generasi.

• Penyebab perilaku kekerasan

Penyebab terjadinya perilaku kekerasan Stuart dan Laria (1998),


antara lain:

 Faktor predisposisi (yang memudahkan) antara lain : 1). Psikologis:


kegagalan yang dialami seseorang dapat menimbulkan frustasi

148
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Sebagai contoh


masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan. 2). Perilaku:
reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan (misal:”Bagus, pukul lagi, kamu kan
anak laki!” merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi
perilaku kekerasan. 3). Sosial budaya : budaya tertutup,
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima. 4).
Bioneurologis: kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmiser.
 Faktor presipitasi (Pencetus)
Faktor pencetus dapat bersumber dari lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Bersumber dari klien (kelemahan
fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang),
lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan
interaksi dengan orang lain (provokatif dan konflik).

5.1.9. Maladaptasi (ketidak mampuan beradaptasi secara


psikologis)

Menurut Sobur (1993), maladaptasi dipandang sebagai


ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menangani atau
melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik, sosial maupun
yang bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri. Kriteria
semacam ini jelas bersifat negatif, dalam arti tidak memperhitungkan
fakta bahwa seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan
baik (well-adjusted) tanpa memanfaatkan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuannya.

149
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5.1.10. Kecemasan

• Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang melibatkan


ketakutan, ketegangan dan kekhawatiran dan pada umumnya
berkaitan dengan antisipasi dari suatu ancaman (Sobur, 1993).

• Tingkatan kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1988) terdapat 4 tingkatan


kecemasan, yaitu:

 Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam


kehidupan sehari-hari dan menyebabkan kehidupan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lagi persepsinya.
 Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namum dapat melakukan sesuatu hal yang lebih tinggi.
 Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang,
sehingga cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kekurangan.
 Kecemasan tingkat panik berhubungan dengan terperangah,
kekuatan dan teror. Rincian terpecah dari profesinya karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang panik tidak mampu
melakukan walaupun dengan pengarahan.

• Sebab-sebab kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1988) terdapat beberapa


penyebab kecemasan, antara lain:
150
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Teori psikoanalitik adalah konflik emosional yang terjadi antara


dua elemen kepribadian super ego dengan id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang. Sedangkan super ego
memcerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh
norma-norma budaya seseorang.
 Teori interpersonal bahwa kecemasan timbul dari perasaan
takut akan adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan dan
kecemasan yang berat.
 Teori perilaku bahwa kecemasan merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
 Teori biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzoadiazepin. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan (anxiety).
 Kajian keluarga menunjukkan bahwa anxiety merupakan hal
yang biasa ditemui dalam satu keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan depresi.

• Gejala umum kecemasan

Setiap individu mempunyai reaksi yang berbeda tergantung


pada kondisi masing-masing. Berikut beberapa gejala umum jika
seseorang mengalami kecemasan, antara lain: berdebar diiringi
dengan detak jantung yang cepat, rasa sakit atau nyeri pada dada,
rasa sesak napas, berkeringat secara berlebihan, kehilangan gairah
seksual, gangguan tidur, tubuh gemetar, tangan atau anggota tubuh
menjadi dingin dan berkeringat, kecemasan depresi memunculkan
ide untuk bunuh diri, gangguan kesehatan (psikosomatis), seperti
sakit kepala, diare dan lain-lain.

151
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5.1.11. Depresi

• Pengertian depresi

Depresi adalah suatu kondisi atau keadaan menyedihkan


yang mempengaruhi perasaan, pikiran, fisik serta tingkah laku,
sehingga menyebabkan seseorang terganggu aktifitas sosialnya
sehari-hari.

• Sebab-sebab depresi, yaitu:

 Faktor organobiologis karena ketidak seimbangan


neurotransmiter di otak terutama serotonin dan perubahan
hormonal.
 Faktor psikilogis karena tekanan beban psikis, dampak
pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial.

 Faktor sosio lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan


hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi,
kehidupan sehari-hari lainnya.

• Faktor risiko depresi (Yosep, 2009), antara lain:

 Risiko depresi tercatat lebih rendah saat seseorang memasuki


remaja dan lanjut usia.

 Pada usia menengah atau paruh baya, risiko depresi tercatat


paling tinggi baik pada pria maupun wanita.

 Puncak risiko depresi terjadi pada usia menengah dan fakta ini
merata di seluruh dunia untuk berbagai tipe masyarakat.

152
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Gejala-gejala Depresi yaitu:

 Dalam kesehariannya seperti tertekan, terlihat seperti ingin


menangis.

 Dalam kesehariannya tidak bersemangat/berminat terhadap


segala sesuatunya.

 Terjadi perubahan berat badan dari berat badan sebelumnya


(bertambah maupun berkurang).

 Sering terjadi insomnia atau hipersomnia.


 Sering gelisah.
 Sering merasa lelah atau tidak bertenaga.
 Sering merasa bersalah dan merasa tidak berharga.
 Sulit berkonsentrasi dan sulit mengambil keputusan.
 Terakhir sering berniat untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan kondisi
seseorang, namun biasanya merupakan gabungan dari medis dan
psikoterapi atau konseling.

5.2. Masalah-Masalah Psikologis Dalam Kehidupan


Berkeluarga

5.2.1. Masalah umum

Permasalahan perkawinan sangatlah unik, secara umum


permasalahan dapat disebabkan oleh kesulitan untuk beradaptasi.
Selain itu masalah perkawinan dapat disebabkan oleh masalah
medis maupun masalah psikologis baik pada suami, istri ataupun

153
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

anak mereka. Masalah yang sering timbul dalam rumah tangga,


antara lain disebabkan oleh :

• Perkawinan yang tidak sesuai dengan harapan. Pada saat


merencanakan perkawinan, kedua belah pihak tentunya
memiliki harapan dan tujuan sehingga memutuskan untuk
menikah. Tidak terwujudnya harapan yang berlebihan terhadap
perkawinan dalam kehidupan berkeluarga dapat menimbulkan
masalah bahkan ketidakharmonisan dalam berumah tangga,
seperti kekecewaan pada salah satu atau kedua belah pihak.

• Kurangnya saling pengertian. Pasangan suami istri hendaknya


saling memahami pasangannya masing-masing tentang
kesulitan, kesedihan dan pribadi pasangannya. Jika salah
satu atau kedua belah pihak tidak saling memahami, maka
hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan atau konflik dalam
rumah tangga. Pemahaman tidak sekedar ditunjukkan bentuk
pengetahuan (kognitif), melainkan juga dapat ditunjukkan
melalui kasih sayang (afeksi) dan tindakan (perilaku).

• Ketidakmampuan mempertahankan perkawinan yang langgeng.


Mempertahankan sebuah keluarga yang utuh dan solid jauh
lebih sulit, dibandingkan membangun keluarga itu sendiri. Salah
satu yang sering menjadi masalah dalam membangun keluarga
yang langgeng adalah kurangnya kesetiaan salah satu atau
kedua belah pihak.

• Permasalahan orangtua-anak juga dapat menciptakan


ketegangan dalam sebuah keluarga. Lemahnya masalah
komunikasi, renggangnya hubungan dan perbedaan latar
belakang seringkali menjadi pemicu permasalahan. Oleh karena
itu dibutuhkan keterampilan orangtua (parenting skills) dalam
mengasuh anak atau remaja mereka.

154
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Kurangnya komuniasi antar anggota keluarga. Saling


komunikasi antar individu dalam keluarga merupakan faktor
yang sangat penting dalam membina keharmonisan keluarga.
Kurangnya komunikasi menimbulkan sikap saling acuh tak acuh
satu dengan lainnya. Masing-masing individu sibuk mengurus
dirinya sendiri, sehingga timbul sikap egoisme. Apalagi dalam
kehidupan modern kota besar, masing-masing pihak akan larut
dengan kesibukan masing-masing. Apabila suatu keluarga
dilanda problem, mereka saling memendam perasaan masing-
masing. Bahkan akan timbul rasa saling ketidak percayaan
satu dengan lainnya, perasaan saling mencurigai, tidak adanya
saling pengertian dan saling menyalahkan satu dengan lainnya.
Sekiranya dalam keluarga dilakukan komunikasi secara efektif,
maka setiap persoalan yang timbul akan dapat diatasi secara
bersama. Sehingga keluarga akan tetap utuh dan berjalan
secara lebih harmonis.

5.3. Masalah khusus

5.3.1. People Incompatibility

Ketidakserasian dengan pasangan dapat disebabkan oleh


permasalahan rumah tangga yang mereka hadapi seperti masalah
pekerjaan rumah, hobi, atau bahkan pengelolaan keuangan rumah
tangga. Misalnya, jika salah satu sangat gemar untuk pergi ke
klub malam, tempat bising, bepergian, mengunjungi teman-teman.
Namun di sisi lain pasangannya lebih suka di rumah, menonton
televisi memasak atau membaca buku.

Dari segi permasalahan pengelolaan keuangan rumah tangga.


Misalnya, ketika seseorang sangat berhati-hati dengan pengeluaran
155
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dan pasangannya gemar membelanjakan uang (boros/konsumtif),


maka perbedaan atau ketidakserasian tersebut dapat menimbulkan
masalah. Dari segi hubungan seksualitas, jika dua orang tidak sesuai
seksual ini dapat menimbulkan masalah besar. Mungkin salah satu
sangat tertarik pada seks sementara yang lain hanya ingin sesekali
atau jarang, atau bahkan gaya dalam berhubungan seksual dapat
menjadi masalah dalam rumah tangga.

5.3.2. Maladaptasi

Beberapa perilaku maladaptasi dapat mengganggu kualitas hidup


seseorang. Misalnya seorang remaja yang cenderung energetik,
selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak
dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan
cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal
diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan
dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah melakukan tindakan
penyalahgunaan obat/zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah
ini bukan hanya berakibat negatif terhadap diri penyandang
masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap
keluarga, lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan
dapat mengancam dan membahayakan masa depan bangsa dan
negara.

5.3.3. Abusive Relationship

Akhir-akhir ini, KDRT makin marak di masyarakat, terutama KDRT


yang terjadi pada istri. Salah satu contoh kasus yang sempat marak
dibicarakan adalah kasus KDRT yang dialami oleh Lisa, seorang ibu
rumah tangga yang wajahnya menjadi rusak akibat disiram air keras
oleh suaminya. Yang cukup mengundang pertanyaan disini adalah:

156
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

“Apakah memang KDRT hanya terjadi pada istri tidak bekerja/Ibu


Rumah Tangga, ataukah juga terjadi pada istri yang bekerja?”.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suami


pada istrinya, sebenarnya tidak hanya terjadi pada istri yang tidak
bekerja, tetapi juga pada istri yang bekerja. Menurut Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, sekitar 24 juta perempuan di Indonesia
mengalami kekerasan dalam rumah tangga, tetapi jumlah yang pasti
belum diperoleh. Di Indonesia, pada tahun 1998 jumlah kekerasan
yang terjadi pada istri yang tidak bekerja adalah 39,7 % dan 35,7 %
pada istri yang bekerja (Susilowati, 2008).

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Amalia dkk. pada tahun
2000 ditemukan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami pada
istri dikarenakan adanya stereotype bahwa laki-laki itu maskulin dan
perempuan feminim, selain itu, suami juga merasa frustrasi dengan
penghasilan istri yang lebih tinggi. Di Indonesia sendiri, kasus
kekerasan terhadap istri lebih banyak yang tidak terungkap karena
adanya anggapan bahwa hal tersebut adalah masalah keluarga dan
tabu apabila terungkap. Sehingga hal ini secara tidak disadari turut
melanggengkan budaya kekerasan terhadap perempuan. Sungguh
sangat mengenaskan bukan (Susilowati, 2008).

5.3.4. Kecemasan

Kecemasan disebabkan oleh pengamatan atau perasaan yang


menimbulkan ketegangan pada syaraf seseorang. Ketegangan
syaraf ini timbul karena menurut perasaannya tidak akan mampu
menghadapi apa yang terjadi dan ia selalu membayangkan apa
yang dirasa terjadi akan membuat dirinya menderita. Dalam hal ini
kecemasan terjadi karena takut pada apa yang dibayangkannya
sendiri. Contoh dari kecemasan adalah para siswa yang

157
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

mengahadapi kecemasan dalam menunggu pengumuman hasil


ujian nasional, para siswa tersebut mengira-ngira apakah mereka
akan lulus uian atau tidak. Kecemasan seperti itu banyak para
siswa yang mengalami stres karena yang dibenak mereka bila
gagal lulus maka akan terasa sia-sia perjuangan mereka dalam 3
tahun belajar dan akhirnya dinyatakan gagal hanya dalam dalam
beberapa hari saja, dalam hal ini para siswa terus membayangkan
hal-hal yang akan menimpa dirinya bila gagal ujian dan akhirnya
akan menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan.

5.3.5. Depresi

Menurut WHO, diperkirakan terdapat 121 juta manusia di muka


bumi ini menderita depresi. 60% dari mereka yang menderita
depresi, mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Penelitian
di Amerika Serikat, 1 dari 20 orang mengalami depresi setiap
tahunnya. Paling tidak 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi
sepanjang kehidupannya. Umumnya 10% dari penderita yang
datang berkonsultasi ke bagian psikiatri adalah penderita depresi.

5.4. Pemecahan masalah (solusi)

5.4.1. Pengenalan diri melalui kontemplasi/meditasi

• Definisi meditasi

Meditasi adalah teknik yang sangat efektif untuk menimbulkan


relaksasi dan menurunkan kesadaran fisiologis dengan
melakukan ritual dan latihan tertentu. Latihan tersebut antara lain
mengendalikan dan mengatur pernafasan, membatasi lapangan

158
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

perhatian, menghilangkan stimuli eksternal, mengambil posisi


tubuh yoga dan membentuk citra mental terhadap suatu peristiwa
atau masalah. Dengan melakukan meditasi, maka akan seseorang
akan mengalami perubahan perasaan menjadi lebih rileks secara
fisik maupun mental. Meditasi terbukti efektif dalam membantu
mengatasi kecemasan kronis (Atkinson dkk, 1987).

• Bentuk meditasi

Menurut Atkinson dkk (1987), terdapat 2 bentuk meditasi, yaitu:

 Meditasi tradisional
Meditasi tradisional adalah suatu bentuk meditasi yang mengikuti
praktek yoga, dimana meditasi tersebut berasal dari agama
hindu dan budha. Dua teknik meditasi tradisional yang umum
adalah opening meditation dan meditasi konsentrasi. Opening
meditation, dimana subjek membersihkan pikirannya untuk
menerima pengalaman baru. Sedangkan meditasi konsentrasi,
dimana manfaat meditasi diperoleh melalui memperhatikan
beberapa objek, kata atau gagasan secara aktif.

 Meditasi relaksasi
Teknik ini mudah dipelajari dari seorang instruktur dengan cara
memberikan mantra (bunyi-bunyian khusus) kepada mediator
dan menginstruksikan untuk mengulanginya berkali-kali untuk
menghasilkan rileks kesadaran yang dalam.

• Tahapan meditasi

Menurut Descartes bahwa di dalam perenungan/kontemplasi


kefilsafatan ada beberapa tahapan yaitu:

159
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Menyadari adanya masalah, membatasi sebaik mungkin


masalah tersebut dan menunjukkan apa yang perlu diselidiki.
 Menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya
dengan apa yang dikatakan benar.
 Mengenali apa yang dikatakan orang lain, terkait dengan
masalah tersebut, untuk kemudian menguji penyelesaian-
penyelesaiannya.
 Menyarankan alternatif pemecahan masalah yang sekiranya
memberikan jawaban atas penyelesaian.
 Menentukan prioritas pemecahan masalah, setelah itu
memberikan gambaran tentang untung-ruginya dari keputusan
pemecahan masalah yang diambil.

5.4.2. Mengikuti Pelatihan ESQ

• Pengertian ESQ

Emotional Spiritual Quetient (ESQ) merupakan gabungan


emosional, spiritual dan quetient yaitu kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual. Semua manusia mempunyai intelektual
dan emosional, tapi kedua hal tersebut tidak sempurna jika tidak
disatukan menjadi kecerdasan spiritual. Dengan ESQ, kita sebagai
manusia mengakui adanya Tuhan dengan segala kebesaran
Nya dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ini merupakan konsep psikologi (religius) yang mengakui adanya
Tuhan, berbeda dengan konsep psikologi Barat yang hanya
mengandalkan intelektual dan emosional. ESQ memiliki tujuh nilai
dasar yang hendaknya dikembangkan yaitu jujur, disiplin, tanggung
jawab, kerjasama, adil, peduli dan visioner.

160
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Dalam memandang dan menyikapi perubahan, ESQ menyikapi


perubahan sebagai sebuah keniscayaan. Oleh karena itu ESQ
lebih mengarahkan pada perubahan motif dan nilai yang dianut
masyarakat. Ari Ginanjar mengemukakan bahwa ESQ terkait
dengan kebutuhan manusia (needs), yaitu terdiri dari :

 Basic Needs (kebutuhan dasar)


Contoh : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah,
dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil,
bernafas, dan lain sebagainya.

 Safety Needs (kebutuhan rasa aman)


Contoh : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas
dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

 Social Needs (kebutuhan sosial)


Contoh : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta
dari lawan jenis, dan lain-lain.

 Self Esteem (pengakuan diri)


Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi
lainnya.

 Self Actualization (aktualisasi diri)


Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati
sesuai dengan bakat dan minatnya.

161
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5.5. Mengikuti Sesi Konseling

5.5.1. Pengertian Konseling

Carl Rogers berpendapat bahwa konseling merupakan hubungan


konselor dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan
self (diri) pada pihak klien. Sedangkan, Cormier (1979) lebih
memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat.
Mereka menegaskan konselor adalah tenaga terlatih yang
berkemauan untuk membantu klien. Pietrofesa (1978) dalam
bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan
rumusan sebelumnya, mengemukakan dengan singkat bahwa
konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional
yang berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman
dirinya, membuat keputusan dan pemecahan masalah.

5.5.2. Empat hal yang perlu ditekankan mengenai konseling

Stefflre dan Grant (dalam Latipun, 2006) mengemukakan bahwa


terdapat empat hal yang perlu ditekankan mengenai konseling,
yaitu:

• Konseling sebagai proses

Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan


sesaat. Butuh proses dan waktu untuk membantu klien dalam
memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu
pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat,
konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara
berkelanjutan.

162
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Koseling sebagai hubungan spesifik

Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting


dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara
spesifik  dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena
konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya
keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa
syarat, dan empati.

• Konseling adalah membantu klien

Hubungan konseling bersifat membantu (helping). Membantu


tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi
dan mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak
bermaksud mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi
memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan mengatasi masalahnya.

• Konseling untuk mencapai tujuan hidup

Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan


penerimaan diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar
melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak
hanya membuat ”know about” tetapi juga ”how to” sejalan dengan
kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya
adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968)
disebut aktualisasi diri.

• Tujuan konseling

Tujuan konseling menurut Glick dan Kessler (Goldeberg, 1983)


adalah:

163
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Untuk memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antara


konselor dengan klien.
 Mengatasi gangguan, ketidak fleksibelan peran dan kondisi.
 Memberi pelayanan sebagai model dan pendidik peran tertentu
yang ditujukkan kepada anggota lainnya.

• Konseling keluarga

Konseling keluarga dikembangkan dalam berbagai bentuk sebagai


pengembangan dari konseling kelompok. Bentuk konseling
keluarga dapat terdiri dari ayah, ibu dan anak sebagai bentuk
konvensionalnya. Bentuk konseling keluarga disesuaikan dengan
keperluannya, namun banyak yang menganjurkan bahwa anggota
keluarga dapat ikut serta dalam konseling. Perubahan pada sistem
keluarga dapat dengan mudah diubah dengan mudah jika seluruh
anggota keluarga ikut dalam proses konseling, karena mereka tidak
hanya berbicara tentang keluarganya tetapi juga terlibat dalam
penyusunan rencana perubahan dan tindakannya.

• Proses dan tahapan konseling keluarga, antara lain:

Pada awalnya seorang klien datang ke konselor untuk


mengkonsultasikan permasalahannya, kemudian dilakukan
identifikasi permasalahan. Untuk tahap penanganan diperlukan
kehadiran anggota keluarganya. Kehadiran klien ke konselor dapat
dilakukan sampai 3 kali dalam seminggu. Dalam pelaksanaannya
konseling dapat dilaksanakan secara kombinatif, setelah konseling
induvidu dilanjutkan dengan kelompok atau sebaliknya.

164
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Tips untuk keberhasilan konseling keluarga:

 Usahakan untuk berjumpa dengan seluruh anggota keluarga


(termasuk kedua orang tua) untuk mendiskusikan masalah-
masalah yang dihadapi, jadi semua anggota keluarga terlibat
dalam proses konseling.
 Mengajak anak untuk berbicara, memperhatikan apa yang
mereka kemukakan dan meresponnya secara tepat.
 Mendiskusikan masalah atau menjelaskan pandangannya
kepada orang tua dan bukan menunjukkan cara penanganan
masalah yang dihadapi dalam situasi kehidupan yang nyata.
 Menjelaskan perilaku orang tua dan anak, bukan mengajarkan
cara untuk memperbaiki masalah-masalah yang terjadi. Jadi
penekanannya adalah mengubah sistem interaksi dengan jalan
mengubah perilaku orang tua dan mengajarkan kepada mereka
bagaimana mengubah perilaku anak-anak.
 Orang tua perlu belajar cara memberikan dorongan kepada
anak mereka bukan mengendalikan perilaku anak. Konselor
perlu mengajarkan cara memberi penghargaan kepada anak
dan sebaliknya.

5.6. Mediasi

5.6.1. Pengertian mediasi

Apabila terjadi konflik berkepanjangan didalam keluarga yang


melibatkan pasangan suami istri, maka mediasi menjadi pilihan
utama. Dengan mediasi proses penyelesaian masalah berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak dan perdamaian yang dihasilkan
menjadi final dan mengikat.

165
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

5.6.2. Mediasi sebagai salah satu alternatif

Mediasi atau dapat disebut dengan penasihatan keluarga bermasalah.


Terdapat dua macam, yaitu penasihatan di luar pengadilan dan
penasihatan di pengadilan. Penasihatan di luar pengadilan dilakukan
oleh perorangan. Biasanya seorang tokoh masyarakat, tokoh
agama atau anggota keluarga yang dituakan atau oleh lembaga
penasihatan, seperti BP4 dan lembaga penasihatan atau konsultasi
keluarga lainnya. Sedangkan penasihatan di pengadilan dilakukan
oleh majelis hakim, pada setiap kali persidangan, terutama pada
sidang pertama yang harus dihadiri oleh suami dan isteri secara
pribadi, tidak boleh diwakilkan (Widiana, 2006).

Pola penasihatan seperti disebutkan di atas mempunyai kelebihan


dan kekurangannya. Di antara kelebihannya adalah bahwa
penasihatan di luar pengadilan dapat dilakukan lebih informal
dan tidak dibatasi ketentuan-ketentuan hukum acara, sehingga
permasalahan lebih banyak dapat digali tanpa dibatasi oleh waktu
dan tempat. Dengan demikian, maka pemecahannya pun dapat
ditentukan dengan pertimbangan yang matang, sehingga dapat
diterima oleh kedua belah pihak. Namun demikian, penasihatan
di luar pengadilan sangat tergantung kepada kadar kesulitan
permasalahan dan tergantung kepada tingkat “kewibawaan” para
penasihat, baik perorangan maupun lembaga. Hasilnyapun tidak
mempunyai kekuatan hukum, apalagi jika permasalahan tidak dapat
dipecahkan dan suami-isteri tidak dapat didamaikan.

Sementara itu, penasehatan di pengadilan sangat dibatasi waktu,


tempat dan ketentuan-ketentuan beracara, sehingga permasalahan
tidak dapat digali sebanyak permasalahan yang dilakukan pada
penasehatan di luar pengadilan. Demikian pula pemecahannyapun.
Pendek kata, penasihatan di depan sidang pengadilan lebih
banyak untuk memenuhi ketentuan formil dan sangat sulit dapat

166
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dikembangkan sebagaimana penasihatan di luar pengadilan.


Apalagi pasangan suami isteri yang datang ke pengadilan, pada
umumnya, adalah pasangan yang membawa permasalahan
keluarga yang sangat berat, sudah patah arang. Memang demikian,
karena sidang pengadilan pada dasarnya bukanlah merupakan
lembaga penasihatan, namun ia adalah lembaga pelaku kekuasaan
kehakiman, yang dalam kegiatannya berfungsi juga untuk melakukan
penasihatan sebelum memeriksa lebih jauh perkara yang diajukan
dan memutus perkara jika tidak ada kesepakatan damai di antara
para pihak (Widiana, 2006).

Hasil penasihatan berupa kesepakatan untuk damai atau tidak ada


kesepakatan apa-apa dapat langsung dijadikan dasar oleh majelis
hakim untuk melakukan proses hukum selanjutnya: pembuatan
akte perdamaian atau pemeriksaan perkara sesuai permohonan
atau gugatan.

5.6.3. Proses mediasi

• Mediator dan kedua belah pihak duduk bersama-sama dan


masing-masing pihak diberikan kesempatan untuk saling
mengemukakan permasalahannya dan bentuk penyelesaian
yang diinginkan, disini mediator harus menjaga situasi yang
kondusif.

• Mediator mempelajari bukti-bukti dari kedua belah pihak dan


menawarkan usulan solusi yang adil bagi kedua belah pihak
untuk dapat diterima sebagai kesepakatan yang dihasilkan.

• Mediator hanya menawarkan usulan-usulan yang positif dan


netral (tidak memihak), namun putusan akhir tetap menjadi
keputusan kedua belah pihak yang bersifat pribadi dan rahasia
serta tidak dipublikasikan.

167
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

168
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

F. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Dari Segi Pendidikan

Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa setiap warga


berhak mendapatkan pengajaran dan pemerintah mengusahakan
sistem pengajaran nasional yang diatur dalam suatu perundang-
undangan. Maka untuk itu ditetapkan UU RI No. 2 tahun 1989 tentang
system Pendidikan Nasional bab IV pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa
satuan pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar
yang dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah meliputi keluarga,
kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan yang sejenis. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa orang tua itu mempunyai kewajiban
hukum untuk mendidik anak-anaknya, dimana keberhasilan anak
dalam pendidikan yang merupakan keberhasilan pendidikan dalam
keluarga. Berdasarkan TAP MPR No. II/MPR/1988 dijelaskan
bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
orang tua, masyarakat dan Pemerintah. Oleh karena itu secara
operasional pendidikan anak yang berlangsung dalam keluarga,
masyarakat dan sekolah merupakan tanggung jawab orang tua
juga. Pendidikan dalam keluarga berlangsung secara kodrat atau
alami yang merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak.

Menurut B.Simanjuntak, II Pasaribu, 1981 menyatakan dari 6 peran


seorang ayah, diantaranya adalah pendidik anak-anak, dimana ayah
berperan sebagai pendidik dalam perkembangan dan pertumbuhan
pribadi anak yang menyangkut pendidikan yang bersifat rasional,
terutama semenjak anak berumur tiga tahun keatas, yaitu saat anak
mulai mengembangkan ego dan super egonya, dimana kekuatan
ego ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan
realitas hidup yang terdiri dari segala jenis persoalan yang harus

169
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dipecahkan. Sedangkan menurut Kartini Kartono, 1977 menyebutkan


5 fungsi wanita dalam keluarga, salah satu diantaranya adalah
sebagai ibu dan pendidik anak-anaknya, dimana ibu bertanggung
jawab membekali anak-anak tentang kekuatan rohani dan jasmani
dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia
berguna bagi nusa dan bangsa dan pendidikan ibu ini bermula
semenjak dalam rahim.

Sudardjo Adiwikarta menjelaskan lebih lanjut bahwa didalam


keluarga telah dipelajari pengetahuan dasar, keterampilan, aspek-
aspek kerohanian serta kepribadian dasar yang dapat dikembangkan
lebih jauh dalam lingkungan sekolah dan lingkungan kerja dan dalam
lingkungan hidup lain dalam masyarakat. Dalam keluargalah anak-
anak mulai berkenalan dengan orang lain dan benda-benda. Disini
pula anak mulai mempelajari cara-cara dan aturan berbuat dan
berperilaku sesuai dengan norma sosial yang dianut masyarakat
sekitarnya. Juga dalam keluarga diawali belajar berbahasa yang
meliputi berbagai seginya, seperti pengenalan kata, penyusunan
kalimat, sopan santun berbahasa, yang kesemuanya merupakan
segi kehidupan paling penting dalam kehidupan masyarakat.
Sosialisasi dalam berbagai segi kehidupan dipelajari dalam
keluarga, tentu hasilnya akan sangat tergantung kepada berbagai
karakteristik keluarga tempat anak itu diasuh dan dibesarkan.

Dari uraian diatas, jelaslah betapa pentingnya peran pendidikan


dalam keluarga, sebagaimana ungkapan yang sering didengar,
“anak merupakan cerminan keluarga/orang tuanya.” Oleh sebab
itu para remaja sebelum memasuki jenjang rumah tangga perlu
mempunyai persiapan yang cukup dalam bidang pendidikan agar
dapat mendidik anak-anaknya dilkemudian kelak, karena pendidikan
keluarga bagian yang tidak mungkin tergantikan oleh siapapun dalam
proses pembentukan keperibadian anak, sebab keluarga adalah
pendidik pertama dan utama bagi anak-anak dalam menanamkan
170
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

nilai-nilai, sikap, motivasi, minat, komitmen maupun konsep diri


anak. Sedemikian pentingnya peran leluarga ini, maka seorang ahli
psikologi keluarga Sal Saver (2000), mengatakan bahwa jika kita
memperbaiki kewluarga seorang anak, maka semua aspek lainnya
akan terperbaiki juga. Pendapat ini didukung oleh Sylvia Rimm
(1997), yang menyatakan bahwa anak-anak lebih berprestasi jika
para orang tua mereka bekerjasama dalam memberikan pesan
secara jelas, positif dan seragam tentang bagaimana seharusnya
mereka belajar serta apa harapan-harapan orang tuanya terhadap
mereka.

Orang tua sebagai pendidik bagi anak-anaknya adalah sautu


keharusan yang mesti dilakukan orang tua kepada anak-anaknya,
sebab menurut Drost (1999), anak-anak sangat membutuhkan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Mencintai dan dicintai.

Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan paling mendasar bagi


manusia. Itu berarti secara konkrit orang tua harus terbuka
kepada anaknya agar dapat mengenalinya. Yang tidak dikenal
mustahil akan dicintai.

2. Perlindungan merasa aman dan kerasan.

Percaya mempercayai adalah syarat mutlak menciptakan


suasana aman, yaitu suasana keterbukaan yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk ikut berbagi kebahagiaan,
keberhasilan, juga kegagalan dan keperihatinan dari keluarga.

3. Bimbingan

Bimbingan berarti orang tua harus menerima kemampuan anak


apa adanya, supaya kemampuan anak berkembang, orang tua

171
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

harus menciptakan ruang lingkup yang menggairahkan dan


merangsang. Kemudian yang perlu dihindari adalah segala hal
yang menekan. Kemampuan anak harus dikembangkan, bukan
cita-cita orang tua yang dipaksakan kepada anak. Anak bukan
manusia dewasa kecil yang perlu dibesarkan, melainkan anak
yang harus didewasakan. Jadi bimbingan harus tegas, namun
sabar dan penuh pengertian. Bimbingan harus didasarkan atas
kepercayaan kepada anak, bukan kecurigaan dan bimbingan
orang tua harus menyesuaikan diri dengan keadaan nyata si
anak yang dibimbingnya.

4. Diakui

Diakui disini maksudnya orang tua harus menghargai pribadi


anak, meskipun anak masih tergantung kepada orang tua, dia
harus diperlakukan sebagai pribadi yang dihargai hak-haknya.

5. Disiplin

Anak adalah manusia yang didewasakan. Sesuai dengan


umurnya sedikit demi sedikit, dia harus diajari dan dibiasakan
hidup sebagai makhluk sosial. Ia harus bergaul dengan orang
lain/sesamanya. Ia harus belajar bahwa pergaulan itu ada
aturan permainannya, ada batas-batas prilakunya, maka orang
tua harus mampu menjadi tauladan bagi anak-anaknya dalam
hal disiplin.

Dengan kebutuhan-kebutuhan anak tersebut, Vembriarto (1993),


menambahkan bahwa proses pembentukan kepribadian anak
dipengaruhi oleh corak pendidikan dan hubungan antara orang tua
dengan anak. Corak yang dimaksud oleh Vembriarto dibagi menjadi
3 pola :

172
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

1. Pola menerima – menolak

Pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap


anak. Apabila kemesraan orang tua terhadap anaknya tinggi,
maka apa yang dipolakan oleh orang tua akan diterima dengan
mudah oleh si anak.

2. Pola memiliki – melepas.

Pola ini didasarkan atas dasar seberapa besar sikap protektif


orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang
tua over protektif dan memiliki anak, sampai kepada sikap
mengabaikan anak sama sekali.

3. Pola demokrasi – otokrasi.

Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam


menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi
berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak,
sedangkan dalam pola demokrasi, anak dapat berpartisipasi
dalam keputusan-keputusan keluarga, walaupun masih dalam
batas-batas tertentu. Anak yang dididik dalam keluarga dengan
pola otokrasi, biasanya akan tumbuh dan berkembang menjadi
anak yang tidak dapat mengembangkan diri. Hal ini terjadi
karena orang tua bertindak diktator, selalu ingin mengatur
anaknya, anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya. Akibatnya anak mempunyai keperibadian yang
tidak stabil, cenderung memiliki sifat curiga terhadap orang
lain dan suka menentang kekuasaan, mereka tidak lagi takut
dengan hukuman, karena sudah sering dihukum. Sedangkan
anak yang memiliki pola pendidikan demokratik akan memiliki
keperibadian yang lebih luwes dan dapat menerima kekuasaan
secara rasional, bersikap lebih positif, merasa dihargai dan diakui
keberadaannya, sehingga akan lebih stabil dalam bertindak
dan bertingkah laku.

173
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Para remaja dalam berumah tangga jangan hanya didorong oleh


emosional, seksualitas, dan kemampuan ekonomi saja, melainkan
juga harus mempersiapkan diri dan memiliki kemampuan tentang
pola pendidikan dalam keluarga demi terciptanya rumah tangga
yang bahagia dan sejahtera yang menjadi idaman setiap keluarga.

Kegagalan Pendidikan dalam keluarga.

Di era saat ini berbagai kegagalan pendidikan dalam keluarga


semakin dirasakan. Orang tua sibuk dengan kegiatan kantor,
organisasi dan lain sebagainya diluar rumah, sehingga perhatian,
rasa cinta kasih terhadap anak dan remajanya semakin berkurang,
ditambah lagi dasar iman dan taqwa yang kurang kuat, maka
remaja mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya melalui
orang lain, media yang ada dan sebagainya dan kadangkala belum
tentu benar, yang akhirnya remaja tersebut mengambil keputusan
yang salah, seperti sex bebas, napza dan sebagainya. Hal ini
kesemuanya adalah akibat kesalahan dari keluarga membina dan
mendidik remajanya, karena pendidikan dalam keluarga itu adalah
merupakan pendidikan pertama dan utama. Sebagai contoh dalam
hal pergaulan bebas, orang tua tidak pernah memberikan pendidikan
dan arahan tentang seksualitas kepada anaknya. Sang anak merasa
kalau melakukan hubungan seks dengan lawan jenis hanya sekali
saja tidak akan terjadi kehamilan, karena dia tidak mengerti tentang
proses kehamilan tersebut, sehingga dia lakukan. Padahal jika tepat
pada masa hari suburnya dia lakukan, walaupun hanya sekali akan
terjadi kehamilan. Walaupun hal tersebut kelihatannya sepele. Oleh
karena itu perlu sikap kehati-hatian bagi remaja dan pengawasan
orangtua terhadap anak-anaknya, terutama dalam pergaulannya.

174
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

G. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Dari Segi Agama

7.1. Hakekat Manusia

Setiap manusia mempunyai kewajiban yang berbeda. Kewajiban


tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan professinya. Karena
itu penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan
sadar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan
pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta
oleh yang Maha Pencipta.

Manusia pada hakekatnya dicipta tak lain adalah untuk menyembah


kepada yang Maha Agung, karena itu sangat pantaslah sekiranya
setiap langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah
mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap
manusia sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah
skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur, sehingga
masing –masing orang satu sama lain baik rezeki, musibah dan
takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak kerahasiaan dari
Sang Khalik.

7.2. Keluarga dalam Pandangan Agama Islam

Perkawinan dari sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan


dari Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah
yang agung. Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki
dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan
yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan berkembang jenis
keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut.
Dan dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya

175
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari


sebuah perkawinan.

Islam telah memerintahkan dan mendorong untuk melakukan


pernikahan. Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud r.a. : bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda;

“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah mampu
memikul beban, maka hendaklah ia kawin, karena dengan menikah
dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan, dan
barang siapa yang belum mampu hendaklah ia berpuasa, karena
dengan puasa itu dapat menjadi perisai”.

7.4. Penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja ditinjau


dari aspek Agama Islam

Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, adalah


ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat
oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.

Perkawinan atau yang lazimnya disebut pernikahan adalah akad


(ijab Qabul) serah terima tanggungjawab kehidupan antara dua
jenis manusia yaitu wali dari seorang perempuan kepada laki-laki
yang akan hidup bersama dengan puterinya sesuai dengan hukum
Islam (Syari’atul Islamiyah). Sedangkan tujuan pernikahan adalah
seperti dalam Al-Qur’an Surat Arrum ayat 21. “Dan diantara tanda-
tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

176
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir”.

Islam tidak mengatur atau memberikan batasan usia tertentu untuk


melaksanakan suatu pernikahan. Islam menganjurkan, apabila
belum mampu untuk melaksanakan pernikahan, maka dianjurkan
untuk berpuasa. Seperti sabda Rasulullah SAW berikut: “Wahai
para pemuda barang siapa diantara kamu sudah mampu atau
sanggup (istatho’a) untuk menikah, segeralah lakukan nikah,
sesungguhnya pernikahan itu dapat memelihara pandangan mata,
dan dapat memelihara kehormatan, dan barang siapa belum
sanggup menikah maka sebaiknya ia melakukan puasa karena
berpuasa itu merupakan banteng baginya” (Hadits riwayat Bukhori
dan Muslim).

Sesuai dengan hadist tersebut di atas, secara implisit syariah, Islam


menghendaki agar orang yang hendak melakukan pernikahan
sudah benar-benar mampu. Kemampuan itu dilihat dari segi fisik,
mental, emosional dan spiritual. Kesiapan pernikahan, secara fisik
ditunjukkan oleh umur. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW, yang melaksanakan pernikahan pada usia 25 tahun.
Dengan demikian berkaitan dengan usia pernikahan Rasulullah
SAW, memberikan 2 contoh konkrit yaitu yang pertama dalam
bentuk ucapan seperti yang dikatakan Beliau bahwa syarat untuk
pernikahan adalah adanya kemampuan bagi pasangan yang
bersangkutan (istitho’a), dan yang kedua, dalam bentuk praktek
yaitu Beliau sendiri melakukan pernikahan pada umur 25 tahun.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 ayat 1, menyebutkan


bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16

177
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

tahun. Undang-Undang ini mengambil posisi yang moderat karena


memang undang-undang ini diperuntukkan bagi masyarakat secara
keseluruhan. Dari segi umur yang ditetapkan oleh undang-undang
ini yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi perempuan, dalam
prakteknya umur ini masih terlalu muda. Oleh sebab itu, dalam
program KB Nasional dianjurkan untuk melakukan pendewasaan
usia kawin bagi perempuan pada umur 20 tahun dan bagi pria 25
tahun. Secara empirik, umur seperti ini sudah mencapai kematangan
atau kedewasaan yang diperlukan untuk sebuah keluarga. Data
empirik ini ternyata konsisten dengan apa yang ditunjukkan
Rasulullah SAW 14 abad yang lalu, dimana beliau menikah pada
umur 25 tahun.

Apabila sudah terlanjur menjadi pasangan suami istri yang masih


di bawah usia 20 tahun untuk isteri dan dibawah 25 tahun untuk
suami, maka program KB menganjurkan untuk menunda kehamilan
anak pertama, dengan menggunakan alat kontrasepsi.

7.4. Beberapa persiapan yang diperlukan bagi remaja sebelum


berkeluarga

7.4.1. Persiapan sebelum Berkeluarga

Dalam tuntunan agama Islam, seorang laki-laki sebelum menentukan


pilihan sebagai pasangan hidup, perlu mempertimbangkan berbagai
aspek, termasuk agama pasangan hidupnya. Rasulullah SAW
bersabda : Wanita itu dinikahi karena 4 hal yakni;

• Karena kecantikannya, keturunannya, kekayaannya, dan


agamanya. Maka yang terbaik diantara semua pilihan tersebut
adalah karena agamanya.

178
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Dalam membentuk suatu keluarga tidak sedikit tantangan yang


dihadapi, sehingga Nabi Muhammad SAW menjelaskan persiapan
yang harus ada sebelum menikah, yaitu ; yang berkaitan dengan
persiapan fisik dan psikis.

7.4.2. Persiapan Fisik

Persiapan fisik merupakan salah satu prasyarat untuk menikah


dan yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan
pernikahan;

• Umur yang ideal melakukan perkawinan

Dalam hadis tidak ada ketentuan pasti tentang umur untuk


menikah, tetapi ada isyarat pada kata asysyabaab yang berarti
kematangan atau kedewasaan (Ibnu Manzhur, h. 462). Secara
biologis, fisik manusia tumbuh berangsur–angsur sesuai dengan
pertambahan usia.

7.4.3. Persiapan Finansial

Dalam kehidupan keluarga, faktor ekonomi merupakan salah satu


faktor penting seperti dalam hadist Nabi bahwa, kemampuan
finansial merupakan prasyarat untuk menikah. Kata al-baat secara
leksikal sama konteksnya dengan kemampuan material.

7.4.4. Persiapan mental

Berkeluarga berarti bersatunya dua individu yang mempunyai


pribadi, karakter, latar belakang keluarga dan latar belakang
pendidikan, serta sikap yang berbeda. Oleh sebab itu, dituntut
penyesuaian diri dengan lingkungan dan tanggung jawab baru
serta siap menerima kehadiran orang lain.

179
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Yang harus disadari bahwa hidup berkeluarga adalah berbeda


dengan hidup sendirian. Sehingga tidak pantas lagi jika seorang yang
telah menikah kemudian masih tetap bebas, lepas, menelantarkan
keluarganya sebagaimana dulu yang ia lakukan ketika masih
bujang. Hal ini menjadi penting untuk diketahui, sehingga perilaku
dan kebiasaan–kebiasaan tertentu saat belum menikah, menjadi
perlu untuk dipertimbangkan demi menciptakan saling kepercayaan,
kebersamaan dan tanggung jawab dalam keluarga.

7.4.5. Persiapan moral dan spiritual

Kesiapan secara spiritual ditandai oleh mantapnya niat dan langkah


menuju kehidupan rumah tangga. Persipan moral dapat dilakukan
dengan meningkatkan pengetahuan agama dan perbaikan diri
secara kontinyu melalui forum tarbiyah, ta’lim, training, berguru
secara khusus, silaturrahmi dan lain-lain. Persiapan spriritual,
dengan berdoa agar mendapatkan kekuatan dan kemantapan hati
dalam meniti hidup, sehingga tidak melenceng dari kebenaran,
perbanyak istighfar dan taubat serta melakukan evaluasi terhadap
kelemahan diri.

• Persiapan konsepsional

Ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan dan


pernik-pernik rumah tangga. Agar tidak menyalahi aturan Islam
tentang pernikahan dan kerumahtanggaan.

• Persiapan fisik

Ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga


kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri
sebagai suami/istri dengan optimal.

180
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Persiapan materiil

Persiapan ini dimaksudkan lebih kepada kesiapan pihak laki-laki


untuk menafkahi keluarga, bukan berapa jumlah tersedianya
dana untuk bisa melaksanakan pernikahan, tapi juga termasuk
persiapan dalam mencukupi kebutuhan keluarga.

• Persiapan sosial

Membiasakan diri terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan


dengan mengambil peran sosial di tengah masyarakat sebagai
bagian utuh dari cara belajar berinteraksi dalam kemajemukan
masyarakat. Sehingga tidak muncul keterkejutan ketika telah
berumah tangga dengan sejumlah tuntutan sosial yang ada.

7.5. Persiapan Muslimah Menjelang Pernikahan, Permasalahan


dan Kiat-kiat Menghadapinya.

Sebagai seorang muslimah, kita semua tentu mengharapkan pada


saatnya nanti akan bertemu dengan pendamping yang akan menjadi
pemimpin dalam rumah tangga kita. Harapannya adalah, dapat
membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Hal-hal berikut perlu diperhatikan bagi para muslimin dan muslimah
yang akan memasuki jenjang pernikahan, sebagai berikuut :

7.5.1. Pendahuluan

Allah telah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-


pasangan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, hewan, semua Allah
ciptakan dalam sunnah keseimbangan dan keserasian. Begitupun
dengan manusia. Pada diri manusia berjenis laki-laki terdapat sifat

181
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

kejantanan/ketegaran dan pada manusia yang berjenis wanita


terkandung sifat kelembutan/kepengasihan. Sudah menjadi
sunnatullah bahwa antara kedua sifat tersebut terdapat unsur tarik
menarik dan kebutuhan untuk saling melengkapi.

Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut


menjadi sebuah hubungan yang benar-benar manusiawi, maka
Islam telah datang dengan membawa ajaran pernikahan. Islam
menjadikan lembaga pernikahan sebagai sarana untuk memadu
kasih sayang diantara dua jenis manusia. Dengan jalan pernikahan
itu pula akan lahir keturunan secara terhormat. Suatu hal yang wajar
jika pernikahan dikatakan sebagai suatu peristiwa yang sangat
diharapkan oleh mereka yang ingin menjaga kesucian fitrah.

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits telah menegaskan kepada


ummatnya : “Barang siapa telah mempunyai kemampuan menikah,
kemudian ia tidak menikah maka ia bukan termasuk ummatku”
(H.R. Thabrani dan Baihaqi).

7.5.2. Persiapan Pra Nikah bagi muslimah

Seorang muslimah sholehah yang mengetahui urgensi dan ibadah


pernikahan tentu saja suatu hari nanti ingin dapat bersanding
dengan seorang laki-laki sholeh dalam ikatan suci pernikahan.
Pernikahan menuju rumah tangga yang sakinah, mawaddah
warahmah tidak tercipta begitu saja, melainkan butuh persiapan-
persiapan yang memadai sebelum muslimah melangkah memasuki
gerbang pernikahan.

Nikah adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat penting,


suatu miitsaaqan ghaliizan (perjanjian yang sangat berat). Banyak
konsekwensi yang harus dijalani pasangan suami-isteri dalam

182
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

berumah tangga. Terutama bagi seorang muslimah, salah satu


ujian dalam kehidupan diri seorang muslimah adalah bernama
pernikahan. Karena salah satu syarat yang dapat menghantarkan
seorang isteri masuk surga adalah mendapatkan ridho suami. Oleh
sebab itu seorang muslimah harus mengetahui secara mendalam
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan persiapan-
persiapan menjelang memasuki lembaga pernikahan. Hal tersebut
antara lain :

• Persiapan spiritual/moral (Kematangan visi keislaman).

Dalam tiap diri muslimah, selalu terdapat keinginan, bahwa suatu


hari nanti akan dipinang oleh seorang lelaki sholeh, yang taat
beribadah dan dapat diharapkan menjadi qowwam/pemimpin
dalam mengarungi kehidupan di dunia, sebagai bekal dalam
menuju akhirat. Tetapi, bila kita ingat firman Allah dalam Al-qur’an
bahwa : Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji,
dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik….”
(QS An-Nuur: 26). Bila dalam diri seorang muslimah memiliki
keinginan untuk mendapatkan seorang suami yang shaleh,
maka harus diupayakan agar dirinya menjadi sholihah terlebih
dahulu. Untuk menjadikan diri seorang muslimah sholihah,
maka bekalilah diri dengan ilmu-ilmu agama, hiasilah dengan
akhlaq islami, tujuannya bukan hanya semata untuk mencari
jodoh, tetapi lebih kepada untuk beribadah mendapatkan ridha-
Nya. Dan media pernikahan adalah sebagai salah satu sarana
untuk beribadah pula.

• Persiapan konsepsional (memahami konsep tentang lembaga


pernikahan). Pernikahan sebagai ajang untuk menambah

183
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

ibadah & pahala : meningkatkan pahala dari Allah, terutama


dalam Shalat Dua rokaat dari orang yang telah menikah lebih
baik daripada delapan puluh dua rokaatnya orang yang bujang”
(HR. Tamam). Pernikahan sebagai wadah terciptanya generasi
robbani, penerus perjuangan menegakkan dienullah (agama
Allah). Adapun dengan lahirnya anak yang shaleh/shalehah
maka akan menjadi penyelamat bagi kedua orang tuanya.

• Pernikahan sebagai sarana tarbiyah (pendidikan) dan ladang


dakwah.

Dengan menikah, maka akan banyak diperoleh pelajaran-


pelajaran & hal-hal yang baru. Selain itu pernikahan juga menjadi
salah satu sarana dalam berdakwah, baik dakwah ke keluarga,
maupun ke masyarakat.

• Persiapan kepribadian penerimaan apa adanya seorang


pemimpin.

Seorang muslimah harus faham dan sadar betul bila menikah


nanti akan ada seseorang yang baru kita kenal, tetapi langsung
menempati posisi sebagai seorang qowwam/pemimpin kita
yang senantiasa harus kita hormati dan taati. Disinilah nanti
salah satu ujian pernikahan itu. Sebagai muslimah yang sudah
terbiasa mandiri, maka pemahaman konsep kepemimpinan
yang baik sesuai dengan syariat Islam akan menjadi modal
dalam berinteraksi dengan suami.

• Belajar untuk mengenal (bukan untuk dikenal).

Seorang laki-laki yang menjadi suami kita, sesungguhnya


adalah orang asing bagi kita. Latar belakang, suku, kebiasaan
semuanya sangat jauh berbeda dengan kita menjadi pemicu
184
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

timbulnya perbedaan. Dan bila perbedaan tersebut tidak di atur


dengan baik melalui komunikasi, keterbukaan dan kepercayaan,
maka bisa jadi timbul persoalan dalam pernikahan. Untuk itu
harus ada persiapan jiwa yang besar dalam menerima dan
berusaha mengenali suami kita.

• Persiapan Fisik

Kesiapan fisik ini ditandai dengan kesehatan yang memadai


sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi
diri sebagai suami ataupun isteri secara optimal. Saat sebelum
menikah, ada baiknya bila memeriksakan kesehatan tubuh,
terutama faktor yang mempengaruhi masalah reproduksi.
Apakah organ-organ reproduksi dapat berfungsi baik, atau
adakah penyakit tertentu yang diderita yang dapat berpengaruh
pada kesehatan janin yang kelak dikandung. Bila ditemukan
penyakit atau kelainan tertentu, segeralah berobat.

• Persiapan Material

Islam tidak menghendaki kita berfikiran materialistis. Hidup tidak


hanya berorientasi pada materi. Akan tetapi bagi seorang suami,
yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga, maka
diutamakan adanya kesiapan calon suami untuk menafkahi. Dan
bagi fihak wanita, adanya kesiapan untuk mengelola keuangan
keluarga. Insyallah bila suami berikhtiar untuk menafkahi maka
Allah akan mencukupkan rizki kepadanya. Allah menjadikan
bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni’mat

185
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Allah? (QS. 16:72) ” Dan nikahkanlah orang-orang yang


sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah)
dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
(QS. 24:32)”.

• Persiapan Sosial

Setelah sepasang manusia menikah berarti status sosialnya


dimasyarakatpun berubah. Mereka bukan lagi gadis dan lajang
tetapi telah berubah menjadi sebuah keluarga. Sehingga
mereka pun harus mulai membiasakan diri untuk terlibat dalam
kegiatan di kedua belah pihak keluarga maupun di masyarakat.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya
dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua,
kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,”Q.S.
An-Nissa: 36).

• Adapun persiapan-persiapan menjelang pernikahan (A hingga F)


yang tersebut di atas itu tidak dapat dengan begitu saja kita raih.
Melainkan perlu waktu dan proses belajar untuk mengkajinya.
Untuk itu maka saat kita kini masih memiliki banyak waktu,
belum terikat oleh kesibukan rumah tangga, maka upayakan
untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya guna persiapan
menghadapi rumah tangga kelak.

7.6. Memahami Nilai dan Arti Keluarga

Islam menegaskan hanya perkawinan satu-satunya cara yang


syah membentuk hubungan antara laki-laki dan perempuan
dalam membangun suatu masyarakat yang berperadaban. Islam

186
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

memberikan pekerjaan yang paling utama pada perempuan yaitu


menyiapkan dan mendidik anak-anak yang kelak akan bertanggung
jawab membangun masyarakatnya. Untuk memelihara kelestarian
system keluarga, Islam telah menetapkan suami sebagai pemimpin
dalam keluarga yang meliputi pemberian belanja, pendidikan dan
juga pembuat aturan dalam keluarga. Sistem keluarga dalam
Islam memberikan ketentuan thalaq dan poligami. Thalaq (cerai)
merupakan jalan penyelesaian terakhir dalam menghadapi kesulitan
dan problem yang menimpa suami istri. Islam membenarkan
poligami apabila suami memiliki kemampuan material dan fisik serta
mampu berlaku adil.

Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang


dari mereka menemukan jalan buntu, baik yang berkecukupan
secara materi maupun yang berkekurangan. Apa sebenarnya
rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit menemukannya?
Mengapa sering terjadi percekcokan dan pertengkaran di dalam
rumah tangga, yang kadang-kadang akibatnya meruntuhkan
keutuhan rumah tangga?

Bangunan rumah tangga bagaikan bangunan misi kenabian. Jika


bangunan runtuh, maka runtuhlah misi kemanusiaan. Karena itu
Rasulullah SAW bersabda: “Perbuatan halal yang paling Allah
murkai adalah perceraian.” Sebenarnya disini ada suatu yang
sangat rahasia. Tidak ada satu pun perbuatan halal yang Allah
murkai kecuali perceraian. Mengapa ini terjadi dalam perceraian?
Tentu masing-masing kita punya jawaban, paling tidak di dalam hati
dan pikiran.

Keluarga sakinah sebagai idaman manusia tidak mudah diwujudkan


sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan misi kenabian oleh
setiap manusia. Perlu persyaratan-persyaratan yang ketat dan

187
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini bertujuan mewujudkan


kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan generasi
penerus umat manusia.

Karena itu Allah SWT menetapkan hak dan kewajiban dalam


bangunan rumah tangga. Tujuannya jelas mengantar manusia pada
kebahagiaan, sakinah, damai dan tentram sesuai dengan rambu-
rambu yang di tetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebagi konsep
dasar diskusi kita: Perempuan adalah sumber sakinah, bukan laki-
laki. Mari kita perhatikan firman Allah swt:

“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk


kalian isteri dari jenis kalian agar kalian merasakan sakinah
dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan
kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Ruûm: 21).

Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh


atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi
perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi
perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber
sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu
tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum
bapak tetapi juga ke anak-anak sebagai anggota rumah tangga,
dan generasi penerus.

Kita bisa belajar dari fakta dan realita. Kaum isteri yang sudah
ternoda mata air sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai
penerus ummat Rasulullah saw. Siapa yang paling berdosa? Jelas
yang mengotori dan menodainya.

188
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

7.7. Agar dapat mewujudkan keluarga sakinah diperlukan


pemahaman atas hak-hak dan kewajiban suami istri.

Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah, marilah


kita pelajari hak dan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya, antara lain:

7.7.1. Hak-hak Suami

Suami adalah pemimpin rumah tangga

“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita)..”(An-Nisa’: 34)

• Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang.

Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami,


dan tidak boleh berpuasa sunnah.

• Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali


uzur, dan isteri tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah
saw bersabda:

“Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak


mensedekahkan apapun yang ada di rumah suami tanpa izin
sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin
suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya
walaupun ia sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan
keluar rumah kecuali dengan izin suami.” (Al-Faqih, 3:277)

• Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu.

• Menyajikan makanan yang baik untuk suami.

189
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk


mencuci tangan dan mukanya.

• Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam


keadaan sakit.

7.7.2. Hak-Hak Isteri

• Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami


harus menjaga kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21).

• Isteri harus mendapat perlakukan yang baik.

“Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( An-Nisa’


:19)

• Mendapat nafkah dari suami.

• Mendapatkan pakaian dari suami

• Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya.

• Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut.

• Suami harus memaafkan kesalahannya.

7.8. Beberapa petunjuk atau kiat-kiat dalam menjaga


ketahanan rumah tangga

Rasulullah saw bersabda:

“Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas
keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.”
(Makarim Al-Akhlaq:216-217).

190
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

“Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah


akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi
Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah
yang berat.” (Makarim Al-Akhlaq:213).

“Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan


memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan
itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak
Al-Wasail 2:550).

Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw


bersabda:

“Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di


luar batas kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal
perbuatannya sampai ia bertaubat dan meminta nafkah semampu
suaminya.” (Makarim Al-Akhlaq: 202)

Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat mendatangi


Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, aku memiliki seorang isteri
yang selalu menyambutku ketika aku datang dan mengantarku saat
aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku
dengan mengatakan: Ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan?
Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada di
tangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat,
semoga Allah menambah rasa risaumu.”

Setelah mendengar cerita sahabatnya Rasulullah saw bersabda:


“Sampaikan kabar gembira kepadanya tentang surga yang sedang
menunggunya! Dan katakan padanya, bahwa ia termasuk salah
satu pekerja Allah. Allah swt mencatat baginya setiap hari pahala
tujuh puluh syuhada’.” Kisah ini terdapat dalam kitab Makarimul
Akhlaq: 200.

191
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Pernikahan bagi seorang manusia adalah kebutuhan dan kewajiban


yang tak bisa terlepaskan begitu saja. Pernikahan tidak semata-
mata proses ijab qabul ataupun sekedar legalisasi syahwat.
Pernikahan adalah ikatan yang menyatukan cara pandang, prinsip
dan yang terpenting adalah proses untuk membangun peradaban
yang lebih baik. Ada beberapa hal yang semestinya diketahui dan
dipersiapkan oleh mereka yang akan menikah. Persiapan yang
matang menentukan keharmonisan bagi kelangsungan pernikahan.
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Pertama adalah
persiapan kekuatan ruhaniah. Sebagaimana yang disampaikan
Nabi Muhammad SAW, bagi mereka yang akan menikah hendaklah
taqwa dijadikan prioritas untuk ditingkatkan.

Selanjutnya adalah persiapan terkait dengan kesyariannya.


Menurut Sholeh mengikuti aturan syar’i dalam menjalankan proses
pernikahan maupun berumah tangga sangatlah penting. Bila dari
awal hal ini diabaikan maka keharmonisan dalam keluarga akan
terganggu. Misalnya, jika menikah dan masih tinggal di rumah
mertua, maka aturan mengenai hubungan dengan mertua, ipar dan
sanak keluarga yang lain haruslah dipahami dan diamalkan dengan
baik.

Persiapan ketiga yang tak kalah penting adalah fikri. Seseorang


dengan pemahaman ilmu yang baik mengenai seluk beluk
pernikahan akan lebih mudah dan terarah dalam membina keluarga.
Ilmu-ilmu pernikahan yang semestinya dipahami antara lain adalah
membangun rumah tangga yang islami, mendidik anak, hingga
berinteraksi dengan pasangan.

Persiapan keempat yang sebaiknya terpenuhi adalah persiapan


jasadiyah. Seorang wanita menyukai laki-laki yang memiliki
kekuatan dan ketangguhan jasad yang baik. Hal ini penting karena

192
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

bagaimanapun seseorang akan merasa aman bila dilindungi oleh


orang yang dianggap lebih kuat.

Persiapan pribadi terakhir yang penting adalah persiapan finansial.


Bukan berarti harus dalam keadaan kaya terlebih dahulu baru
menikah. Melainkan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Bagi seorang suami yang terpenting adalah semangat
kerja untuk mencari rezeki halal bagi keluarga.

Peran orang tua dalam mempersiapkan anaknya untuk menikah


menjadi faktor penting yang sangat bepengaruh bagi masa
depan anaknya. Sholeh menilai setiap orang tua semestinya jeli
dalam melihat perkembangan anak-anaknya. Anak yang memiliki
kecenderungan untuk menikah akan memperlihatkan perilaku
yang berbeda dengan anak yang belum memilikinya. Komunikasi
dengan anak adalah kunci penting bagi orang tua guna memberikan
pendidikan mengenai pernikahan.

Satu hal yang juga harus dipahami adalah perihal walimahan


(resepsi pernikahan). Tidak sedikit orang yang memaksakan resepsi
dengan mewah, padahal kemampuan yang dimiliki tidak seimbang.
Rasulullah mengatakan adakanlah walimahan meskipun dengan
satu ekor kambing. Ini berarti resepsi tersebut disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing tidak perlu dipaksakan.***

Kesiapan adalah perpaduan harmonis antara pekerjaan akal, hati,


dan anggota tubuh, tidaklah dikatakan siap melakukan sesuatu
sebelum akal, hati dan anggota tubuhnya menyatakan kesanggupan.
Apa saja sih yang perlu dipersiapkan untuk menuju kesana.

Apa yang menjadi kriteria anda saat memilih calon pasangan anda?
Apakah karena penampilan fisiknya, hartanya, kepribadiannya, atau
mungkin karena ibadahnya?

193
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Sebagai seorang muslim, maka pertimbangan paling utama bagi


kita dalam memilih calon pemimpin keluarga adalah orang yang
seiman dengan kita. Bahkan kalau bisa, calon pemimpin keluarga
memiliki ilmu agama yang lebih dibandingkan istrinya. Sebab
mereka yang akan memegang kendali dalam rumah tangganya.
Layaknya sebuah kapal, seorang kepala keluarga harus membawa
keluarganya selalu berada di jalan Allah SWT.

Lantas apa saja pertimbangan yang harus dilakukan oleh seorang


wanita dalam memilih calon suaminya, agar dapat membentuk
sebuah keluarga yang diridhoi Allah SWT, Insya Allah? Berikut
beberapa diantaranya:

7.8.1. Taat beragama dan berakhlak mulia

Seorang suami yang taat dalam agamanya akan mampu


membawa keluarganya dalam ketaatan kepada Allah SWT. Sebab
bagiamanapun juga, sebagai imam keluarga, ia harus dapat
melindungi dan membimbing keluarganya dengan baik, sesuai
dengan ajaran islam.

• Tanyakan dan selidiki dengan seksama seberapa jauh pria itu


beragama dan bagaimana akhlaknya, taat menjalankan shalat
5 waktu, taat menjalankan puasa Ramadhan, patuh pada orang
tua, rukun dengan tetangga, dan sikapnya terhadap yang lemah
atau miskin.

• Perhatikan teman-teman pergaulannya, apakah mereka taat


menjalankan agama atau suka berbuat maksiat

7.8.2. Menjauhi maksiat

Pintu menuju kemaksiatan banyak sekali bertebaran di sekitar


kita. Jika tidak dapat menjaga diri, maka dengan mudah kita akan

194
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

terseret dalam lembah kemaksiatan. Bahkan, bisa saja kita justru


“membawa” orang terdekat kita terperosok ke dalamnya.

• Menanyakan kepada calon suami atau tetangga dekatnya


tentang latar belakang kehidupannya, apakah ia pernah berjudi,
minum-minuman keras, melakukan free sex atau tidak, dan
bagaimana sikapnya terhadap teman yang berjudi atau minum-
minuman keras atau melakukan pergaulan seks bebas.

• Mengetes pengetahuannya tentang perbuatan-perbuatan yang


dipandang dosa besar dalam Islam.

7.8.3. Semangat dakwah dan jihad

Semangat dakwah sebaiknya dimiliki oleh setiap individu muslim.


Telitilah, apakah calon pasangan anda memiliki semangat ini.
Caranya:

• Tanyakan pada teman-teman dekatnya apakah ia suka mengikuti


kegiatan dakwah, seperti mengurus masjid, membantu pengajian
atau tidak.

• Amati dan cermati keadaan keluarganya apakah mereka suka


membantu kegiatan dakwah atau tidak.

• Tes calon tersebut dengan beberapa kasus pelanggaran


atau pelecehan terhadap agama, apakah yang bersangkutan
merasa terpanggil untuk membela agamanya atau tidak. Amati
bagaimana sikapnya bila mengetahui ada masjid dibakar oleh
orang non Islam, misalnya apakah ia diam atau marah.

7.8.4. Dari keluarga shalih

• Cek keluarganya tentang bagaimana shalat, puasa, usahanya


mendapatkan rezeki, kewajiban membayar zakat, dll.

195
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Cek lingkungan tempat tinggalnya apakah tetangganya orang-


orang yang shalih ataukah orang-orang yang suka berbuat
maksiat dan di kampungnya terdapat masjid atau tidak.

• Cek lingkungan kerjanya, apakah ia bekerja ditempat yang


melakukan usaha secara halal atau haram dan apakah teman
kerjanya suka melakukan kegiatan maksiat atau taat kepada
agama.

7.8.5. Berbakti pada orang tua

Tanyakan hal tersebut pada anggota keluarga atau kerabat dekat


dan tetangganya.

7.8.6. Mandiri

Tanyakan secara langsung, pada keluarga, tetangga atau teman-


teman dekatnya tentang apakah ia benar-benar sudah bekerja atau
belum. Apakah penghasilannya layak untuk bersuami istri atau
belum.

7.8.7. Dapat menjadi imam dalam keluarga

• Ajukan tes psikologi yang dapat mengukur tingkat kemampuan


kepemimpinan calon.

• Selidiki tingkah laku dan kepribadian calon dalam pergaulan


dengan teman-temannya.

• Selidiki kepribadian calon di tengah keluarganya, apakah ia


orang yang memiliki kemampuan memimpin atau tidak

• Perhatikan cara dia menyelesaikan tugas-tugas yang


diembankan kepadanya, apakah dapat diselesaikan dengan
baik atau tidak.

196
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

7.8.8. Bertanggung jawab

• Selidiki dan amati dengan seksama perilaku calon dalam


memikul tugas-tugas yang diembankan kepadanya. (Misalnya
bagaimana sikap ia bila dititipi barang untuk disampaikan
kepada orang lain, apakah ia melaksanakannya dengan baik
atau tidak).

• Tanyakan kepada teman-teman dekatnya, bagaimana ia


menjalankan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya, apakah ia
lakukan dengan penuh tanggung jawab atau tidak. (Bagaimana
sikapnya bila disuruh orang tua untuk berbelanja, apakah
uangnya dibelanjakan dengan benar atau tidak).

• Teliti kondisi lingkungan dan keluarganya, apakah ia termasuk


orang yang suka melakukan tugas-tugas dengan penuh
tanggung jawab atau tidak. (Bagaimana sikapnya bila dititipi uang
simpanan bersama, apakah dipergunakan untuk kepentingan
pribadi atau tidak).

• Uji calon dengan tugas atau persoalah hingga dapat diketahui


seberapa besar tanggung jawabnya menyelesaikan persoalan
tersebut.

7.8.9. Adil

• Tanyakan pada teman-teman atau keluarga dekatnya, apakah


dalam pergaulan dengan mereka ia selalu bertindak adil ataukau
terkadang adil, terkadang curang atau lebih banyak curang
dari pada adil atau lebih mementingkan diri sendiri dan suka
merugikan orang lain.

197
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Tes calon dengan beberapa tindakan, misalnya suruh


membagikan sumbangan makanan dikampungnya apakah ia
mengutamakan teman dekatnya dan mengabaikan orang lain
atau memperlakukannya sama.

• Selidiki kebiasaan dan perilakunya dengan sesama saudara


dalam keluarganya, apakah ia orang yang adil ataukah orang
yang suka merugikan kepentingan saudaranya.

7.8.10. Berperilaku halus

• Perhatikan kebiasaan calon dan keluarganya, apakah mereka


suka berbuat kasar dan kejam atau tidak

• Tanyakan kepada teman-teman atau tetangga dekatnya, apakah


calon atau keluarganya sehari-hari berperilaku ramah dan halus
atau kasar dan kejam kepada orang.

• Tanyai para pembantu atau pelayan jika punya, apakah mereka


sering diperlakukan kasar dan kejam atau diperlakukan kasar
dan kejam atau diperlakukan halus dan terhormat.

• Ajukan sejumlah pertanyaan yang bersifat tes psikologis


sehingga dapat diketahui apakah ia tipe orang yang kasar dan
kejam atau halus dan mulia.

7.8.11. Tidak kikir

• Tanyakan kepada teman, tetangga atau keluarganya, apakah


calon bersifat kikir atau dermawan.

• Uji dengan beberapa kasus, misalnya minta bantuan memenuhi


kebutuhan anak yatim atau orang jompo.

198
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

• Teliti kebiasaan keluarganya, apakah mereka kikir atau


dermawan.

7.8.12. Senang memiliki anak

• Apakah dia senang punya anak atau tidak?

• Minta calon untuk lakukan tes kesehatan guna mengetahui


apakah ia memiliki benih subur atau tidak.

Saat kedua insan menikah, diawal pernikahan adalah saat paling


indah, tapi lambat laun bisa jadi berubah memburuk jika kedua
pasangan tidak bisa menyikapi dengan bijaksana dan tidak bisa
memaknai pernikahan dengan hati dan pikiran jernih. Karena itu,
menikah harus dimaknai sebagai bagian ibadah, bentuk kepatuhan
pada sunnah Rasul. Karena motifnya ibadah, setidaknya diperlukan
tiga sikap :

• Sabar : pernikahan adalah pertemuan dua insan berbeda jenis,


maka akan banyak perbedaan. Diperlukan kesabaran untuk
menghindari perpecahan.

• Saling membantu : pernikahan melahirkan hak dan kewajiban


baru.

• Saling memahami : prinsip saling memahami berkaitan dengan


perasaan, bahasa lainnya saling berempati, ikut merasakan apa
yang dirasakan pasangan.

Seks dalam keluarga merupakan masalah suci. Islam memberikan


tempat bagi manusia untuk menghidupkan aktivitas seks bagi
suami-istri. Allah menyediakan kemuliaan akhirat ketika suami-

199
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

istri memenuhi kebutuhan seksnya, sekalipun itu sekedar untuk


memperoleh kesenangan dari kekasihnya yang sah. Ketika seorang
suami memandang istrinya, atau istri memandang suami, dengan
penuh syahwat untuk bercumbu atau berjima’, Allah memandang
mereka dengan pandangan rahmat. Alhasil, seorang muslim yang
baik juga perlu memahami tuntunan Islam mengenai seks agar
perilaku dan kebutuhan seksnya mempunyai nilai di hadapan
Allah.

Istilah “sakinah” digunakan Al-Qur’an untuk menggambarkan


kenyamanan keluarga. Istilah ini memiliki akar kata yang sama
dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Jadi, mudah dipahami
memang jika istilah itu digunakan Al-Qur’an untuk menyebut tempat
berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman
dan tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya
“mawaddah” dan “rahmah” diantara sesama anggotanya.

7.9. Terdapat 8 pengertian cinta menurut Al-Qur’an.

Menurut hadist Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung


selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba
syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak
oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi
juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan
yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul
dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka
mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri
sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka
ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman
Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf,

200
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dan lebih suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah


yang lain.

7.9.1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta menggebu-gebu,


membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta
jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah
dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin
memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

7.9.2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang,
lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang
memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang
yang dicintainya disbanding terhadap diri sendiri. Baginya
yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk
itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan
kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang
yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap
anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an
, kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-
orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim
(dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi
oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang
yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang
yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu
bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali
kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah
dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin, dunia
akhirat.

201
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

7.9.3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat
membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga
hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail
ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami
dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an
tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.

7.9.4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami,


orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis
syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa
diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan.
Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan
bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada
bujangnya, Yusuf.

7.9.5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga


mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan
kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk
salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut
term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam
hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

7.9.6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut
term ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf
berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap
hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam
perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu
ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

202
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

7.9.7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut
ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah
pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian
diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad;
wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila
liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang
wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan
Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al
Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah
pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila
al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam
hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi
qalb al muhibbi.

7.9.8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran


mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti
orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan
kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut
al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani
seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, Laa
yukallifullahu nafsan illa wus`aha (Q/2:286).

203
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

204
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

H. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga


Dari Segi Sosial

8.1. Beberapa Pengertian

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia


dalam kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain,
hidup secara berkelompok dan bermasyarakat. Dalam memenuhi
kebutuhannya atau untuk mencapai cita-citanya, manusia senantiasa
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya dan hidup untuk saling
berkomunikasi, saling membantu atau saling bergotong royong.
Demikian pula dengan kehidupan remaja baik dalam pertumbuhan
fisik individual maupun sosial sangat ditentukan oleh lingkungan
sekitarnya.

8.1.1. Keluarga

Setiap masyarakat mempunyai sistem sosial terkecil, yaitu keluarga.


Dimanapun di dunia ini pasti memiliki sebuah institusi sosial yang
disebut keluarga. Menurut Coleman dan Cressey : Keluarga adalah
sekelompok orang yang dihubungkan oleh pernikahan, keturunan
atau adopsi yang hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.
Sedangkan menurut Undang-undang RI no. 52 tahun 2009, yang
dimaksud keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang
terdiri dari suami-isteri, atau suami, isteri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dari dua pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam keluarga terdapat hubungan atau
interaksi sosial antar anggota keluarga atau interaksi sosial antara
keluarga dengan masyarakat sekitarnya.

205
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

8.1.2. Aspek sosial keluarga

Aspek sosial keluarga adalah aspek-aspek berkaitan dengan


komunikasi atau interaksi antara suami isteri, interaksi antara ayah
dengan anaknya atau interaksi antara ibu dengan anaknya dan
interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya. Disamping itu
adanya interaksi keluarga atau individu anggota keluarga dengan
lingkungan sosialnya, seperti interaksi dengan lingkungan sekolah,
masyarakat, pekerjaan dan lingkungan media. Aspek-aspek sosial
ini sangat mempengaruhi seseorang dalam proses menjalani
kehidupan berkeluarga.

Hal-hal yang berkaitan dengan aspek sosial adalah sosialisasi,


arti sosial dan proses sosial. Sosialisasi berasal dari kata sosial
diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang
individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara
hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam
keluarga dan masyarakat agar dapat diterima oleh lingkungan
sosialnya.  Charlotte Buhler mengatakan : Sosialisasi adalah
proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan
diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia
dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya. Sedangkan
Peter Berger berpendapat bahwa sosialisasi adalah suatu proses
dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma
dalam keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan
membentuk kepribadiannya.

Sedangkan arti sosial adalah segala sesuatu mengenai masyarakat


dan mempunyai kepedulian terhadap kepentingan umum. Adapun
proses sosial adalah tahapan-tahapan dalam suatu peristiwa untuk

206
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

membentuk manusia bermasyarakat yang memperhatikan segi


kehidupan bersama.

8.1.3. Interaksi internal dan eksternal keluarga

Interaksi internal keluarga adalah hubungan timbal balik yang terjadi


di dalam keluarga, yaitu hubungan antara suami dan isteri serta
orang tua dengan anak. Sedangkan interaksi eksternal merupakan
hubungan timbal balik antara keluarga dengan lingkungan
sekitarnya, misalnya dengan lingkungan tetangga, sekolah,
pekerjaan, masyarakat. Interaksi sosial adalah proses saling
mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok
dan kelompok dengan masyarakat. (Evelyne Suleeman).

8.2.Kehidupan Keluarga ditengah Masyarakat

8.2.1. Interaksi dalam keluarga

• Interaksi dengan suami/istri

Dalam perkembangan sejarah, hubungan antar suami-istri pada


kelas menengah berubah dari hubungan yang ada pada keluarga
yang institusional ke hubungan yang ada pada keluarga yang
companionship (Burgess dan Locke, 1960). Hubungan antar suami-
istri pada keluarga yang institusional ditentukan oleh faktor-faktor
di luar keluarga seperti adat, pendapat umum dan hukum. Baru
kemudian dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh faktor-
faktor tersebut mulai berkurang. Hubungan antar suami-istri lebih
didasarkan atas pengertian dan kasih sayang timbal balik serta
kesepakatan mereka berdua.
207
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Duvall (1967) menyebut pola hubungan suami-istri dalam keluarga


yang institusional sebagai pola yang otoriter, sedangkan pola
hubungan suami-istri dalam keluarga yang companionship sebagai
pola yang demokratis. Perubahan tersebut terjadi karena adanya
perubahan sosial dalam masyarakat dan keluarga menyesuaikan
diri dengan perubahan yang ada. Dengan begitu keluarga bisa
tetap bertahan. Pola hubungan yang otoriter menunjukkan pola
hubungan yang kaku. Sebaliknya, dalam pola yang demokratis
hubungan suami-istri menjadi lebih lentur. Pada pola yang kaku,
seorang istri yang baik adalah istri yang melayani suami dan anak-
anaknya. Sedangkan pada pola yang lentur, istri yang baik adalah
pribadi yang melihat dirinya sebagai pribadi yang berkembang
terus.

Menurut Scanzoni dan Scanzoni (1981) hubungan suami-istri dapat


dibedakan menurut pola perkawinan yang ada. Mereka menyebut
ada 4 macam pola perkawinan yaitu Owner property, Head
complement, Senior junior partner, dan Equal partner.

Pada pola perkawinan Owner property, istri adalah milik suamisama


seperti uang dan barang berharga lainnya. Tugas suami adalah
mencari nafkah dan tugas istri adalah menyediakan makanan untuk
suami dan anak-anak dan menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga
yang lain karena suami telah bekerja untuk menghidupi dirinya dan
anak-anaknya. Dalam pola perkawinan seperti ini berlaku norma:

 Tugas istri adalah untuk membahagiakan suami dan memenuhi


semua keinginan dan kebutuhan rumah tangga suami.
 Istri harus menurut pada suami dalam segala hal.
 Istri harus melahirkan anak-anak yang akan membawa nama
suami.

208
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Istri harus mendidik anak-anaknya sehingga anak-anaknya bisa


membawa nama baik suami.
Pada pola perkawinan seperti ini, istri dianggap bukan sebagai
pribadi melainkan sebagai perpanjangan suaminya saja. Ia hanya
merupakan kepentingan, kebutuhan, ambisi, dan cita-cita dari
suami. Suami adalah bos dan istri harus tunduk padanya. Bila
terjadi ketidaksepakatan, istri harus tunduk pada suami. Dengan
demikian akan tercipta kestabilan dalam rumah tangga. Tugas
utama istri pada pola perkawinan seperti ini adalah untuk mengurus
keluarga. Karena istri tergantung pada suami dalam hal pencarian
nafkah, maka suami dianggap lebih mempunyai kuasa (wewenang).
Kekuasaan suami dapat dikuatkan dengan adanya norma bahwa
istri harus tunduk dan tergantung pada suami secara ekonomis.
Dari sudut teori pertukaran, istri mendapatkan pengakuan dari
kebutuhan yang disediakan suami. Istri mendapatkan pengakuan
dari kerabat dan peer group berdasarkan suami. Demikian juga
dengan status sosial, status sosial istri mengikuti status sosial
suami. Istri mendapat dukungan dan pengakuan dari orang lain
karena ia telah menjalankan tugasnya dengan baik.

Istri juga bertugas untuk memberikan kepuasan seksual kepada


suami. Adalah hak isteri untuk mendapatkan hal ini dari suaminya.
Bila suami ingin melakukan hubungan seksual, istri harus menurut
meskipun ia tidak menginginkannya. Suami bisa menceraikan istri
dengan alasan bahwa istrinya tidak bisa memberikan kepuasan
seksual. Bila istri ingin mengunjungi kerabat atau tetangga, tetapi
suami menginginkan ia ada di rumah, istri harus menurut keinginan
suami hanya karena normanya seperti itu. Istri tidak boleh memiliki
kepentingan pribadi. Kehidupan pribadi wanita menjadi hak suami
begitu ia menikah, sehingga seakan-akan wanita tidak punya hak atas
dirinya sendiri. Sebagai contoh, di Nusa Tenggara Barat ada norma
209
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

yang mengatakan bahwa istri tidak boleh mendahului suami dalam


segala sesuatu. Sehingga setelah ada proyek jambanisasi, yaitu
jamban baru dibuat di rumah-rumah penduduk, ada kasus bahwa
seorang istri dan anak-anaknya tidak berani menggunakannya
terlebih dahulu karena suaminya masih bertugas ke luar kota. Pada
kasus lain, seorang istri tidak berani menjenguk orang tuanya yang
meninggal di luar kota, juga karena suaminya saat itu tidak berada
di tempat.

Pada masa lalu, dikalangan kelompok priyayi Jawa, suami bisa saja
menceraikan istrinya sesuka hatinya bila ia sudah tidak menyukainya
lagi. Dalam hal ini, istri tidak mempunyai hak bertanya apalagi
protes. Pada pola perkawinan ini, hukuman fisik sering dilakukan
oleh suami terhadap istri agar istri menurut padanya.

Pada pola perkawinan yang Head-complement, istri dilihat sebagai


pelengkap suami. Suami diharapkan untuk memenuhi kebutuhan
istri akan cinta dan kasih sayang, kepuasan seksual, dukungan
emosi, teman, pengertian dan komunikasi yang terbuka. Suami dan
istri memutuskan untuk mengatur kehidupan bersamanya secara
bersama-sama. Tugas suami masih tetap mencari nafkah untuk
menghidupi keluarganya, dan tugas istri masih tetap mengatur
rumah tangga dan mendidik anak-anak. Tetapi suami dan istri kini
bisa merencanakan kegiatan bersama untuk mengisi waktu luang.

Suami juga mulai membantu istri di saat dibutuhkan, misalnya


mencuci piring atau menidurkan anak, bila suami mempunyai waktu
luang. Tugas istri yang utama adalah mengatur rumah tangga
dan memberikan dukungan pada suami sehingga suami bisa
mencapai maju dalam pekerjaanya. Suami mempunyai seseorang
yang melengkapi dirinya. Norma dalam perkawinan masih sama
seperti dalam owner property, kecuali dalam hal ketaatan. Dalam

210
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

perkawinan owner property, suami bisa menyuruh istrinya untuk


mengerjakan sesuatu, dan istri harus mau melakukannya. Tetapi
dalam perkawinan head-complement suami akan berkata,”Silakan
kerjakan.” Sebaliknya, istri juga berhak untuk bertanya, “Mengapa”
atau “Saya rasa itu tidak perlu.” Disini suami tidak memaksakan
keinginannya. Tetapi keputusan terakhir tetap ada di tangan suami,
dengan mempertimbangkan keinginan istri sebagai pelengkapnya.
Dalam kondisi tertentu, istri bisa bekerja dengan izin suami. Di segi
ekspresif, ada perubahan nilai di mana suami dan istri menjadi
pacar dan teman. Mereka diharapkan untuk saling memenuhi
kebutuhan, tidak hanya semata-mata dalam hal penghasilan,
melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, kebutuhan seksual
dan anak-anak. Mereka juga diharapkan untuk bisa mrnikmati
kehadiran pasangannya sebagai pribadi, menemukan kesenangan
dari kehadiran itu,saling percaya, dan berbagi masalah, pergi dan
melakukan kegiatan bersama sama .

Dalam pola perkawianan ini secara sosial istri menjadi atribut sosial
suami yang penting. Istri harus mencerminkan posisi dan martabat
suaminya, baik dalam tingkah laku sosial maupun dalam penampilan
fisik material. Misalnya Dharma Wanita, seorang istri pejabat
harus juga menjadi panutan bagi para istri anak buah suaminya.
Dukungan istri dalam karier suami dalam bentuk memperhatikan
pakaian, mengundang relasi, mengajarkan anak anak akan nilai
yang pantas, dan terlibat dalam politics of status maintenance.

Pada pola perkawinan Senior junior partner, posisi istri tidak lebih
sebagai pelengkap suami, tetapi sudah menjadi teman. Perubahan
ini terjadi karena istri juga memberi sumbangan secara ekonomi
pencari nafkah utama tetap pada suami. Menurut teori pertukaran,
istri mendapat kekuasaan dan suami kehilangan kekuasaan. Tetapi
suami masih memiliki kekuasaan yang lebih besar dari istri karena

211
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

posisinya sebagai pencari nafkah. Artinya penghasilan istri tidak


boleh lebih besar dari penghasilan suami.

Pada pola perkawinan Equal partner, tidak ada posisi yang lebih
tinggi atau rendah antara suami dan istri. Istri mendapat hak dan
kewajiban yang sama untuk mengembangkan diri sepenuhnya
dan melakukan tugas tugas rumah tangga. Pekerjaan suami sama
pentingnya dengan pekerjaan istri. Dalam pola perkawinan ini norma
yang dianut adalah baik istri ataupun suami mempunyai kesempatan
yang sama untuk berkembang baik dibidang pekerjaan maupun
secara ekspresif. Dalam pola perkawinan seperi ini, perkembangan
individu sebagai pribadi sangat diperhatikan.

• Interaksi Orang tua - Anak

Berbeda dengan masa lalu, suami isteri kini bebas menentukan


apakah mereka menginginkan mempunyai anak atau tidak. Secara
umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor
yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan
sosial, misalnya :

 Anak dapat mengikat tali perkawinan. Pasangan suami


istri merasa lebih puas dalam perkawinan dengan melihat
perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga
telah mendorong komunikasi antara suami istri karena mereka
merasakan pengalaman bersama anak mereka.
 Orangtua merasa lebih muda dengan membayangkan masa
muda mereka melalui kegiatan anak mereka.
 Anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan
dengan masa lalu.
 Orangtua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya
anak.

212
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

 Anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian


 Anak dapat meningkatkan status seseorang, pada beberapa
masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia
memiliki anak.
 Anak merupakan penerus keturunan.
 Anak merupakan pewaris harta pusaka.
 Anak juga mempunyai nilai ekonomis yang penting. Di daerah
pedesaan Jawa, anak sudah dapat membantu orangtua pada
usia yang sangat muda.
Interaksi orang tua anak ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
Faktor kedekatan tempat tinggal tidak berpengaruh pada bantuan
keuangan anak, tetapi pada jasa yang diberikan pada anak. Faktor
lain yang ikut berpengaruh adalah lamanya pernikahan anak, jenis
kelamin anak, kelas sosial, kesepakatan antara ibu dan ayah serta
persamaan budaya dalam perkawinan. Interaksi yang harmonis
orang tua-anak akan membuat suasana keluarga lebih tenang
dan damai, dan barangkali akan terhindar dari berbagai risiko
triad KRR. Sebaliknya apabila terjadi komunikasi tersumbat antara
orang tua-anak, sudah barang tentu akan mempengaruhi sikap dan
perilaku anak remajanya dan tidak mustahil akan terjerumus kearah
kenakalan remaja (juvenile delinquency).

• Interaksi dengan Keluarga Besar (mertua/ipar)

George Lavinger pada tahun 1996 menyusun 12 kategori


keluhan penyebab perceraian. Salah satu penyebabnya adalah
adanya keterlibatan/campur tangan dan tekanan sosial dari pihak
kerabat pasangan. Di Indonesia anak biasanya masih tinggal
bersama orangtua mereka sampai mereka menikah. Bila setelah

213
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

menikah mereka belum mendapatkan rumah, biasanya orangtua


mengizinkan anak, mantu, dan bahkan cucu untuk tinggal bersama
sama. Sehingga kini dikenal dengan istilah tinggal di Pondok Mertua
Indah.

Di dalam kehidupan sehari-hari tampaknya adanya suatu


kecenderungan, bahwa pola pendidikan keluarga yang pernah
dialami orang tua, diteruskan kepada anak-anaknya. Hal ini kadang-
kadang menimbulkan persoalan, oleh karena situasi yang dihadapi
mungkin sudah berbeda, sedangkan orang tua tetap memaksakan
kehendaknya.

Pola pendidikan keluarga yang diterima dari orang tuanya, biasanya


didukung oleh kerabat (mertua/ipar) yang menganggap bahwa pola
itulah yang terbaik dan harus dilestarikan. Kalau kebetulan terjalin
hubungan yang erat dengan kerabat yang tinggal di satu kota,
maka pengaruh kerabat sangat besar (apalagi kalau kerabat tinggal
serumah). Pengaruh kerabat akan jebih besar lagi, apabila keluarga
yang bersangkutan tergolong kerabat yang lebih muda atau yang
termuda. Menurut adat-istiadat, maka hal-hal yang diajarkan oleh
pihak yang lebih tua biasanya merupakan ajaran-ajaran yang baik
(walaupun belum tentu benar).

Dampak dari pola pendidikan keluarga yang diterima dari kera­bat,


antara lain, tampak apabila pola yang dahulu diterapkan bersifat
berat sebelah. Misalnya ada kemungkinan bahwa pada pola lama,
pendidikan keluarga untuk sebagian besar diserahkan kepada ayah
atau kepada ibu. Sebagai akibatnya, maka keluarga tersebut akan
didominasi oleh ayah atau ibu, yang lazimnya menghasilkan konflik
dengan anak­. Dalam hubungan antar anggota keluarga muncul sifat
yang repre­sif atau memaksa, hal mana akan mematikan kreativitas

214
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dan keinginan­nya untuk mandiri, sehingga menjadi orang yang


sangat tergantung.

Kadang-kadang pola lama yang dianuti menghasilkan antipati


terhadap salah seorang dari orang tua. Di samping itu sangat
mungkin timbul sikap merendahkan salah seorang di antara
orang tuanya, se­hingga muncullah keluarga yang pecah (“broken
home”).

Sebaliknya pola lain yang mungkin mengakibatkan terjadinya


dampak adalah pola pendidikan yang membiarkan anak-anak
berperilaku se­bebas mungkin. Hampir segala kepentingan anak
dipenuhi melalui cara-cara yang dikehendaki oleh anak tersebut.
Pola semacam ini akan menimbulkan anarkhi dalam keluarga;
artinya, bahwa semuanya ditentukan oleh anak-anak, sehingga
orang tua secara pasti kehilangan peranannya sebagai pembimbing
keluarga.

Keadaan-keadaan semacam itu akan dapat ditanggulangi,


antara lain, dengan cara membatasi pengaruh dari kerabat tanpa
menimbulkan rasa “sakit hati” di kalangan mereka. Pada dasarnya
kerabat juga mem­punyai peranan dalam mendidik keluarga, namun
secara tidak langsung. Pemahaman tersebut hanya dapat diperoleh
dengan jalan yang berangsur­-angsur atau secara bertahap,
dengan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan pada
masa lampau yang berbeda. Perbedaan keadaan tersebut juga
memerlukan penanganan yang berbeda pula, agar tidak timbul
kesulitan-kesulitan yang sebenamya dapat dicegah.

Kalau dampak dari kerabat sudah dapat diduga terlebih dahulu,


maka ada baiknya untuk membatasi hubungan dengan mereka,

215
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

sehingga tidak terlalu akrab. Hubungan dengan kerabat memang


mempunyai segi positif dan negatifnya; oleh karena itu tidak akan
ada salahnya apabila hal itu disadari.

Apabila kerabat serumah dengan keluarga tertentu, padahal


terjadi dampak, maka sebaiknya diusahakan untuk pindah tempat
tinggal. Kadang-kadang hal itu memang oleh karena keterbatasan
kemampuan ekonomis untuk menyediakan tempat tinggal lain.
Namun demikian, kepindahan tersebut tetap harus diusahakan dan
menjadi prioritas pertama, oleh karena dampak yang terjadi harus
diatasi.

• Interaksi Antar Saudara (Sibling)

Secara potensial hubungan antar saudara paling lama terjadi


dibandingkan antar hubungan manusia yang lain, karena hubungan
antar saudara terjadi sejak anak dilahirkan sampai salah satu dari
mereka meninggal. Hubungan antar saudara bisa dipengaruhi
oleh jenis kelamin, umur, jumlah, jarak kelahiran, rasio saudara
laki terhadap saudara perempuan, umur orang tua pada saat
mempunyai anak pertama, dan umur anak pada saat mereka keluar
dari rumah.

Kedekatan emosi, harapan akan adanya tanggung jawab saudara,


dan konflik antar saudara, dianggap sebagai faktor yang penting
dalam interaksi terhadap mereka. Kedekatan emosi termasuk
adanya berbagi pengalaman, kepercayaan, perhatian dan perasaan
senang dalam hubungan tersebut. Hasil penelitian menemukan
bahwa secara emosi hubungan antar saudara baik laki-laki maupun
perempuan pada usia lebih dewasa lebih erat dibandingkan ketika
dibandingkan pada usia lebih muda. Pada masa usia lanjut, saudara
penting untuk saling memberikan dukungan dan perhatian.

216
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

8.3. Interaksi dengan lingkungan sosial

Di luar kehidupan keluarga terdapat suatu lingkungan yang biasanya


disebut lingkungan sosial. Secara sosiologis lingkungan sosial
mencakup lingkup yang sangat luas, oleh karena berintikan
pada in­teraksi sosial.

Di Indonesia pengaruh lingkungan sosial tampaknya cukup besar


terhadap keluarga. Bahkan dapat dikatakan, bahwa faktor-­f aktor
eksternal lebih besar peranannya dalam pembentukan ke­
pribadian remaja. Hal ini tidak saja berkaitan dengan pola hidup
spiritual, akan tetapi juga aspek materilnya. Lingkungan sosial
tersebut secara sederhana dapat dibedakan antara lingkungan
pendidikan for­mal (Sekolah), tetangga, masyarakat, pekerjaan dan
media.

8.3.1. Lingkungan sekolah

Lingkungan pendidikan formal, yakni sekolah, sangat mem­


pengaruhi pola hidup remaja. Sebab, kelompok sepermainan biasa­
nya tumbuh di lembaga-lembaga pendidikan formal tersebut.
Selain dari itu mutu sekolah dan guru-gurunya juga mempengaruhi
perkem­bangan kepribadian remaja. Pola hidup yang berkembang
di sekolah yang dewasa ini terutama memberikan tekanan pada
materialisme, kemudian di bawa ke rumah. Hal ini mungkin dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan keluarga.

Sekolah mempunyai peran sebagai media untuk mempengaruhi


kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di
sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan
pola penyesuaian diri. Disamping itu hasil pendidikan yang diterima
anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian di
masyarakat.

217
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Di lingkungan sekolah, anak (remaja) harus bersikap respek dan


mau menerima peraturan sekolah; berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan sekolah; menjalin persahabatan dengan teman-teman di
sekolah; bersikap hormat terhadap guru, pimpinan sekolah dan
staf lainnya; dan membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-
tujuannya. Sekolah dengan kualitas dan lingkungan yang baik,
sudah barang tentu akan menghasilkan siswa yang baik pula.
Sebaliknya apabila lingkungan sekolahnya, termasuk pergaulan
antar teman sebaya kurang baik, biasanya akan menghasilkan
siswa yang cenderung berbuat destruktif, tawuran pelajar, free sex,
dan sebagainya.

8.3.2. Lingkungan Tetangga

Lingkungan tetangga juga mempunyai pengaruh terhadap pola


hidup.keluarga. Dalam hal ini perlu dibedakan antara berbagai
jenis lingkungan tetangga, sesuai dengan lokasi pemukiman yang
tertutup dan terbuka, yang kemudian dihubungkan dengan lapisan
sosial.

Berdasarkan pengamatan sekilas di kota-kota, maka lingkungan


tetangga lapisan menengah dan rendah besar pengaruhnya terhadap
pola hidup keluarga, apabila dibandingkan dengan lingkungan
tetangga lapisan tinggi. Gejala ini cenderung lebih banyak dijumpai
pada lingkungan tetangga tertutup, yang penduduknya relatif
homogin. Sebaliknya peranan keluarga semakin besar
pada lingkungan tetangga lapisan tinggi, baik pada lingkungan
tertutup maupun terbuka. Hal ini terutama disebabkan karena pola
hidup yang agak “eksklusif” dari lapisan tinggi atau atas yang
cenderung berkembang ke arah “individualism”.

218
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Keluarga-keluarga kelas menengah yang hidup di kota-


kota besar, cenderung untuk bertempat tinggal di wilayah­
-wilayah berpenduduk padat. Kecenderungan tersebut
dapat ditarik se­bagai suatu garis umum, kecuali kalau ada
penyimpangan-penyim­pangan tertentu karena faktor kewarisan
atau kesempatan-kesempatan yang dimanfaatkan. Keluarga-
keluarga tersebut mungkin tinggal di kompleks perumahan
instansi atau perusahaan, perumnas-perumnas atau di luar
lingkungan perumahan tersebut.

Kehidupan di wilayah-wilayah yang padat penduduknya biasanya


ditandai dengan hubungan saling pengaruh-mempengaruhi yang
sangat menentukan dari para tetangga. Pola kehidupan ditandai
dengan ke­inginan untuk “campur tangan” dalam kehidupan
keluarga-keluarga lain, yang tidak mustahil akan menjadi
dampak yang sangat serius akibatnya.

Kalau hal itu dikaitkan dengan situasi kehidupan keluarga


se­b agaimana digambarkan di muka, maka dari sudut pola
keluarga, mereka rata-rata adalah keluarga-keluarga yang
besar, dengan organi­s asi kerjasama yang erat, dengan
kegiatan yang bertujuan pada kepentingan bersama serta nilai
yang agak mementingkan nilai materialistik. Penekanan pada nilai
kebendaan tersebut timbul, oleh karena keluarga menengah
berada dalam posisi antara keluarga rendah dengan keluarga tinggi,
dan biasanya keluarga tinggilah yang menjadi idealnya. Padahal,
keluarga-keluarga kelas tinggi di kota-kota besar di Indonesia
ditandai dengan orientasi nilai kebendaan yang sangat besar serta
pola kehidupan konsumtif yang sangat tinggi.

Orientasi pada pola kehidupan tetangga sangat besar, dan bahkan


seringkali dijadikan patokan. Oleh karena keadaan keluarga yang
rata-rata besar, maka perhatianpun tertuju pada anak-anak dan
219
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

remaja secara menyeluruh, sehingga kadang-kadang mereka lepas


dari pusat perhatian secara khusus. Salah satu akibatnya adalah,
bahwa salah seorang anak/remaja yang lebih banyak memerlukan
perhatian, merasa dirinya tidak diacuhkan.

Dampak lingkungan tetangga terhadap keluarga kadangkala besar


dan mungkin kecil. Hal ini sangat tergantung pada pola kehidupan
bersama dalam wilayah tersebut, dan sampai sejauhmana pengaruh
tetangga diterima. Namun, untuk memelihara kerukunan antara
sesama tetangga kadangkala pengaruh tersebut dipertahankan.

Pengaruh yang buruk atau dampak tersebut akan dapat


ditanggulangi, apabila hubungan yg serasi dengan tetangga dapat
dipelihara. Artinya, kadang-kadang hubungannya harus erat dan
kadang-kadang renggang. Kalau masalahnya menyangkut kegiatan
tolong-menolong, maka hubungan yang erat adalah wajar; namun,
apabila masalahnya menyangkut pola pendidikan keluarga yang
sifatnya pribadi, maka hubungan harus agak direnggangkan.

8.3.3. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat lebih luas dari lingkungan tetangga. R.


Diniarti F. Soe’ud mengatakan Individu dalam masyarakat akan
mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah
laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
dimana individu itu berada. Dalam lingkungan masyarakat anggota
keluarga dihadapkan untuk mengakui dan respek terhadap hak-hak
orang lain, memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain,
bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain, dan
bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-
kebijakan masyarakat. Remaja yang hidup dan bergaul di tengah

220
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

masyarakat akan dipengaruhi dengan lingkungan sosial dimana


remaja itu bergaul. Baik buruknya kondisi masyarakat banyak
tergantung dengan sikap dan perilaku para anggotanya. Individu
sebagai anggota masyarakat dengan lingkungan masyarakat akan
saling mempengaruhi. Apabila kondisi masyarakatnya baik, maka
remaja yang bergaul di dalamnya akan baik. Sebaliknya apabila
kondisi masyarakat kurang baik, sudah barang tentu anggota
masyarakat itupun kurang kondusif.

8.3.4. Lingkungan pekerjaan

Lingkungan pekerjaan membentuk sebagian kepribadian suami


dan istri (ayah dan ibu). Para suami yang menjadi pegawai
negeri, anggota ABRI atau wiraswasta, rata-rata membawa pola
hidup peker­jaannya ke rumah. Bagi istri yang tidak bekerja, pola
hidup pekerjaan suami sangat mempengaruhinya. Akan tetapi kalau
istri bekerja juga di lain bidang, maka ada kemungkinan terjadi
dualisme dalam keluarga, apabila tidak ada usaha penyerasian. Hal
ini selanjutnya akan mempengaruhi pola kehidupan keluarga yang
bersangkutan. Dari luar secara sepintas hal itu memang tampak;
pola hidup keluarga pegawai negeri berbeda dengan keluarga ABRI
dan selanjutnya juga berbeda dengan keluarga pekerjaan swasta.

Di samping lingkungan keluarga, maka lingkungan kerja rnempunyai


pengaruh yang besar pada.pembentukan kepribadian seseorang.
Pengaruh dari lingkungan kerja tersebut lazimnya mengendap
dalam diri seseorang, dan sukar sekali untuk mengubahnya,
apalagi kalau yang bersangkutan secara relatif lama bekerja di
lingkungan kerja tertentu. Seseorang yang menjadi dosen pada
suatu perguruan tinggi untuk jangka waktu yang lama, sulit untuk

221
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

mengubah pola kehidupannya sebagai dosen, sehingga kalau dia


bekerja di lingkungan kerja yang lain agak sulit untuk menyesuaikan
diri apabila terdapat perbedaan yang besar. Kadang-kadang timbul
konflik bathiniah apabila seseorang bekerja di dua lingkungan kerja
yang mempunyai pola kehidupan yang berbeda, sehingga akhirnya
timbul kebingungan.

Dewasa ini lingkungan-lingkungan kerja tertentu menciptakan pola


kehidupan yang demikian rupa, sehingga orang yang bekerja di
situ mempunyai keinginan yang besar untuk mengejar kedudukan
yang setinggi-tingginya, oleh karena penyediaan fasilitas yang
serba berkecukupan dari sudut kebutuhan kebendaan. Pola
kehidupan sebut tidak mustahil akan ditetapkan di dalam, keluarga,
sehingga muncul suatu keluarga yang dalam bahasa asing disebut
“materialistic-family”. Segi positifnya tentu ada, oleh karena pola
demikian akan menanamkan keinginan untuk maju terus. Namun,
yang harus dicatat adalah segi negatifnya, yang biasanya mengarah
pada cara-cara Mencapai kedudukan-kedudukan tersebut serta
segala atribut yang terkait dengan­nya.

Lingkungan kerja tertentu seringkali menimbulkan konflik


bati­n iyah, yakni mana yang harus diutamakan yaitu nilai
kedinasan atau nilai karier yang tidak selalu identik. Kalau
karier lebih menekankan pada faktor individu, maka kedinasan
lebih mementingkan faktor ke­bersamaan dalam arti kepentingan
kantor. Kecenderungannya dewasa ini adalah, bahwa
kedinasanlah yang menentukan jenjang karier seseorang,
sehingga kepentingan dinas mendapatkan prioritas yang per­tama.
Kepentingan dinas tersebut tidak hanya menyangkut orang tua
yang bekerja di lingkungan kerja tersebut, akan tetapi juga
istrinya. Apabila istri tidak bekerja, maka dia akan dibebani dengan

222
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

tugas-tugas tertentu sebagai konsekuensi jabatan yang dipegang


oleh suaminya, untuk kepentingan kedinasan. Tugas-tugas
tersebut jelas akan mengu­rangi peranan dan pelaksanaannya
dalam kerangka pendidikan keluarga, dengan konsekuensi
bahwa kehidupan keluarga agak terganggu. Mungkin dampak
itu tidak akan terjadi, apabila ada “pengertian” dari atasan; namun
ada atasan yang tidak mempunyai “pengertian” itu. Akibatnya,
keluargalah yang menjadi salah satu ‘korban” yang sebe­namya
tidak dikehendaki.

Dampak dari lingkungan kerja juga mungkin terjadi, apabila


suami dan istri bekerja di lingkungan kerja yang pola kehidupannya
bertentangan. Dengan kepribadian masing-masing, suami dan
istri berusaha menerapkan pendidikan keluarga yang berpokok
pangkal pada kepribadian masing-masing yang tidak sama.
Pihak-pihak yang dididik akan mengalami kebingungan, dan
mungkin akibatnya adalah bahwa ada anak yang lebih senang
mengikuti ayahnya, dan ada yang ber­orientasi kepada ibunya.
Itulah salah satu akibatnya, apabila ayah dan ibu tidak berusaha
untuk menyerasikan diri, sehingga lingkungan kerja mempunyai
pengaruh yang positif.

Orang tua sebenamya harus dapat menduga dampak apa


yang akan timbal sebagai pengaruh dari lingkungan kerjanya.
Kadang-ka­dang hal itu tidak dipertimbangkan, oleh karena ada
kecenderungan untuk hanyut dalam pola kehidupan lingkungan kerja
yang tidak selalu positif itu. Kalau hal itu tidak dipertimbangkan,
maka apa yang sebe­namya dikejar dalam kehidupan ini, kalau
bukan penerapan pendidikan keluarga yang baik dan benar. Karier
yang mencuat tidak akan ada manfaatnya, kalau keadaan keluarga
tidak baik dan benar. Oleh karena itu, maka di dalam lingkungan
kerja tertentu seseorang sebenamya harus lebih banyak berpikir

223
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

mengenai akibat-akibatnya, apabila dia melaksanakan tugas-


tugas tertentu, terutama akibat bagi keluarganya, Pertimbangan-
pertimbangan tersebut hendaknya juga mencakup hal-haI yang
berkaitan dengan pembagian kerja serta pendidikan terhadap
kader-kader yang kelak dapat menjadi pengganti.

Dengan demikian tampaknya lingkungan pendidikan formal


mempengaruhi pola hidup remaja yang duduk dibangku sekolah.
Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi pola hidup orang
tua. Selanjutnya lingkungan tetangga akan mempengaruhi keluarga
lapisan-lapisan menengah dan bawah. Sedangkan pada lapisan
tinggi atau atas tampaknya pola hidup keluarga lebih banyak
dipengaruhi faktor- faktor intern, sehingga peranan keluarga inti
lebih menonjol.

Memang agak menyulitkan untuk menentukan secara mutlak faktor-


faktor manakah yang lebih dominan, yakni faktor intern atau faktor
ekstern. Masing-masing faktor harus diberi kelas sosial tersendiri
dan dilihat satu demi satu. Oleh karena dalam kenyataan yang
dihadapi adalah suatu ‘masyarakat yang majemuk’. Kemajemukan
itupun berkembang menjadi kebudayaan khusus yang juga sifatnya
khusus. Pola hidup keluarga tidak hanya ditentukan oleh unsur
kesukuan, akan tetapi juga oleh unsur-unsur agama, lingkungan
pendidikan, pekerjaan, professi, tempat tinggal dan sebagainya.

8.3.5. Lingkungan media

Sebuah gejala yang tengah mewabah dalam situs kultural


masyarakat dewasa ini adalah fenomena kelahiran trend-trend baru.
Masyarakat terobsesi untuk menghadirkan trend-trend revolusioner
dalam menanggapi gejolak perubahan jaman. Fenomena ini
hakikatnya merupakan implementasi dari dinamika kebudayaan.

224
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Dimana kebudayaaan bersifat terbuka untuk mengalami perubahan.


Pesan-pesan yang ditawarkan media masa sangat mempengaruhi
mentalitas dan pola hidup masyarakat. Tanpa sikap selektif,
tawaran media masa dapat saja mencekik kreativitas kultural asli.
Akibatnya muncul gaya-gaya hidup baru. Muncul gejala snobisme
masyarakat yang condong mengikuti gaya tertentu tanpa malu-
malu. Kaum muda rentan terhadap gejala snobisme ini agar
diterima dalam lingkup pergaulan yang luas. Tak segan kaum muda
meniru gaya yang sedang ngetren dan yang disajikan media masa
demi menghindari cap “KuPer” (kurang pergaulan) dan kampungan.
Walaupun konsekuensinya harus mengeluarkan banyak uang.

Perkembangan media massa, khususnya media elektronik sangat


pesat di era globalisasi. Informasi yang ditampilkan dari berbagai
media, misalnya TV, Radio, Internet, majalah, surat kabar, dan
sebagainya sangat besar pengaruhnya terhadap remaja. Informasi
yang disajikan media massa ada yang bersifat positif dan adapula
yang negatif. Namun umumnya informasi negatif lebih dominan
yang diterima remaja. Akibat kurang selektifnya informasi yang
diterima, hal ini mengakibatkan sikap dan perilaku remaja cenderung
mencontoh apa yang dilihat dan didengar dari media tersebut.
Apalagi yang sifatnya hiburan, biasanya remaja sangat senang
menyaksikan tayangan ini. Adegan-adegan pornografi, kriminalitas,
kekerasan dan sebagainya yang muncul akan mempengaruhi sikap
dan perilaku remaja, terutama yang berkaitan dengan kehidupan
sosialnya.

8.4. Permasalahan-permasalahan Sosial Keluarga

Banyak sekali permasalahan sosial yang dihadapi keluarga yang


memerlukan perhatian, bantuan dan solusinya. Dengan mengetahui

225
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

permasalahan sosial keluarga dan alternatif solusinya, para remaja


diharapkan lebih siap untuk memasuki kehidupan berkeluarga
kelak. Diantara fenomena permasalahan sosial keluarga yang
dapat diklasifikasikan dalam masalah yang berkaitan dengan suami
isteri, masalah ekonomi keluarga dan masalah tingkah laku anak
yang tidak sehat (unhealthy behaviour) yang berkaitan dengan
Triad KRR.

8.4.1. Masalah yang berkaitan dengan suami isteri

• Kurang komunikasi dalam keluarga

Saling komunikasi antar individu dalam keluarga merupakan faktor


yang sangat penting dalam membina keharmonisan keluarga.
Kurangnya komunikasi menimbulkan sikap saling acuh tak acuh
satu dengan lainnya. Masing-masing individu sibuk mengurus
dirinya sendiri, sehingga timbul sikap egoisme. Apalagi dalam
kehidupan modern kota besar, masing-masing pihak akan larut
dengan kesibukan masing-masing. Apabila suatu keluarga dilanda
problem, mereka saling memendam perasaan masing-masing.
Bahkan akan timbul rasa saling ketidak percayaan satu dengan
lainnya, perasaan saling mencurigai, tidak adanya saling pengertian
dan saling menyalahkan satu dengan lainnya. Sekiranya dalam
keluarga dilakukan komunikasi secara efektif, maka setiap persoalan
yang timbul akan dapat diatasi secara bersama. Sehingga keluarga
akan tetap utuh dan berjalan secara lebih harmonis.

• Adanya Pria/Wanita Idaman Lain

Perselingkuhan (adanya pria/wanita idaman lain) adalah hubungan


antara individu baik laki-laki maupun perempuan yang sudah

226
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

menikah ataupun yang belum menikah dengan orang lain yang


bukan pasangannya. Walaupun demikian, pengertian ‘berselingkuh’
dapat berbeda tergantung negara, agama, dan budaya. Pada
zaman sekarang, istilah perselingkuhan digunakan juga untuk
menyatakan hubungan yang tidak setia dalam pacaran. Adanya
orang ketiga merupakan faktor dominan terjadinya perceraian. Hal
ini ditunjukkan adanya kasus di Pengadilan agama Jakarta Timur
yang mencatat pengaruh orang ketiga dalam berumah tangga
menjadi faktor dominan kasus perceraian. Dari 1.944 perkara
perceraian tahun 2009, 378 perkaranya disebabkan orang ketiga,
alias perselingkuhan. Angka ini terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pasangan suami isteri yang bercerai berumur antara 21-40 tahun
(Republika, 27 Maret 2010). Maka dari itu hendaklah para suami
isteri berhati-hati terhadap adanya godaan dari dalam dan luar atau
orang ketiga yang akan menerpa bahtera kehidupan rumah tangga
yang telah lama dijalin selama ini.

Disamping itu adanya penyimpangan seksual juga akan mengganggu


keharmonisan rumah tangga. Penyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks
yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis
atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan
pergaulan, dan faktor genetik.

Sementara masalah kekerasan seksual atau pemaksanaan dalam


berhubungan seks juga akan mengganggu rumah tangga. Kekerasan
seksual merupakan perlakuan yang terjadi ketika seseorang
menggunakan kekuasaan, kekuatan, paksaan atau otoritas
yang memanfaatkan anak atau seseorang yang dianggap lemah

227
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

untuk memperoleh kepuasan seksual baik fisik maupun non fisik.


Kekerasan seksual terjadi ketika korban dipaksa untuk menerima
perlakuan kasar korban, atau dimanipulasi bahwa tindakan pelaku
adalah bagian rasa sayang.

• Perceraian

Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua


pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka
bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian,
pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta
mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya
dan kewajiban merawat anak-anak mereka.

Perceraian sering menimbulkan tekanan batin bagi tiap pasangan


tersebut. Anak-anak yang terlahir dari pernikahan mereka juga bisa
merasakan sedih bila orangtua mereka bercerai. Apabila terjadi
perceraian yang sering muncul adalah perebutan hak asuh anak.
Hal ini bahkan sampai ke sidang pengadilan.

• Poligami

Dalam anthropologi sosial, poligami merupakan praktek pernikahan


kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin
orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat. Terdapat tiga
bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa
istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami
sekaligus), dan pernikahan kelompok (group marriage), yaitu
kombinasi poligini dan poliandri. Ketiga bentuk poligami tersebut
ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang
paling umum terjadi.

228
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

8.4.2. Kekerasan terhadap perempuan dan anak

Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang


berakibat kesengsaraan atau penderitaan pada perempuan secara
fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan
kehidupan pribadi. Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi
karena adanya ketimpangan atau ketidakadilan jender. Ketimpangan
jender adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki
di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih
rendah dari laki-laki.

Sementara kekerasan terhadap anak juga akan menimbulkan


problema keluarga. Anak yang sering diperlakukan kasar orang
tuanya cenderung akan membekas dalam diri sang anak. Menurut
Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/
anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya
terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung
jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan,
cacat atau kematian. Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk
penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada
tubuh sang anak. Kekerasan terhadap anak akan menimbulkan
terganggunya hubungan antara orang tua dengan anaknya. Bahkan
hal ini akan membawa dampak terhadap kepribadian sang anak
sampai mereka dewasa.

8.5. Masalah Ekonomi Keluarga

8.5.1. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kondisi seperti


kekurangan makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum.

229
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan


kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah keluarga. Akibat kemiskinan
seringkali menimbulkan hubungan suami isteri, orang tua–anak
akan menjadi kurang harmonis bahkan menjadi retak yang akan
membawa malapetaka keluarga.

Masalah ekonomi keluarga lainnya adalah kesulitan dalam manajemen


keuangan. Mengelola anggaran rumah tangga mempunyai seni
tersendiri. Apabila anggara rumah tangga tidak bisa dikelola secara
baik, efektif dan efisien akan mengakibatkan terjadinya pemborosan
dalam pengeluaran. Apalagi bila pendapatan keluarga sangat pas-
pasan. Akibat mismanagemen ini akan menimbulkan pertengkaran
suami isteri. Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis.

8.5.2. Pengangguran

Suami sebagai kepala keluarga paling bertanggung jawab dalam


mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Apabila kedua
suami isteri tidak bekerja (pengangguran), maka akan menjadi
malapetaka dalam kelangsungan rumah tangga itu sendiri.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja
tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah

230
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,


produktivitas dan pendapatan keluarga dan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial lainnya. Apabila dalam keluarga
seorang ayah tidak bekerja mencari nafkah atau pengangguran, hal
ini akan membawa ke jurang keretakan rumah tangganya. Apalagi
jika kedua orang tuanya tidak mampu menafkahi keluarga, maka
anggota keluarga atau anak-anaknya akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan akan sandang maupun pangan. Hal
yang menyedihkan juga tingkat pendidikan anak akan terganggu
dan menjadi drop out dari sekolahnya. Efeknya akan menimbulkan
masalah sosial yang baru dalam keluarga tersebut.

8.5.3. Jual beli anak (trafficking)

Karena kompleksnya masalah perdagangan anak, maka perlu upaya


menggalang kerja sama melalui kemitraan supaya penanganan
masalah ini menjadi lebih efektif. Mengatasi permasalahan
perdagangan anak tidak hanya melibatkan satu lembaga, akan
tetapi melibatkan instansi-instansi pemerintah, LSM, organisasi
kemasyarakatan yang tergabung dalam sebuah kemitraan yang
diperkuat oleh peraturan pemerintah, paling tidak keputusan menteri
untuk bersama-sama menangani masalah perdagangan anak.

Salah satu faktor pendorong perdagangan anak adalah


ketidakmampuan (disfungsi sosial) keluarga maupun masyarakat
untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Petugas kelurahan
dan kecamatan yang membantu pemalsuan KTP anak yang
diperdagangkan juga menjadi faktor pendorong utama perdagangan

231
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

anak. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan instrumen hukum


atau kebijakan yang lebih ketat secara efektif mencegah pemalsuan
KTP.  

Di samping itu, faktor pendorong anak terlibat dalam perdagangan


anak, antara lain disebabkan oleh kemiskinan, utang-piutang,
riwayat pelacuran dalam keluarga, permisif dan rendahnya kontrol
sosial, rasionalisasi dan stigmatisasi.

8.5.4. Kematian dan sengketa pembagian waris

Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam


organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati
secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit
atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Apabila
salah satu anggota keluarga ada yang meninggal tentunya akan
mempengaruhi fungsi sosial keluarga. Komunikasi yang telah
terjalin selama ini pada akhirnya akan terputus dengan adanya
kematian. Jika keluarga tersebut memiliki kekayaan, maka akan
terjadi pembagian waris bagi anak-anaknya dan anggota family
lainnya. Warisan adakalanya menimbulkan konflik diantara keluarga
dan permusuhan satu dengan lainnya. Apabila terjadi kematian bagi
keluarga yang sederhana, tentunya akan mempengaruhi dalam
pencarian nafkah untuk kelangsungan kehidupan keluarga. Hal ini
akan membawa dampak sosial tersendiri.

Berbagai permasalahan sosial diatas sering kali terjadi dalam


keluarga. Masalah tersebut sangat berpengaruh terhadap ketidak
berfungsian sosial dari sistem keluarga. Proses bantuan yang

232
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dilakukan terhadap keluarga yang mengalami masalah tersebut


pada dasarnya untuk meningkatkan keberfungsian sosial dari
sistem keluarga. Tenaga professional, seperti psikolog, dokter,
psikitater, ulama dan pekerja sosial, dapat berperan sebagai broker,
pendidik, pemberdaya, mediator dan sebagainya disesuaikan
dengan kebutuhan penanganan permasalahan sosial yang dihadapi
keluarga.

8.6. Masalah perilaku tidak sehat (unhealthy behaviour)


remaja terkait triad KRR.

8.6.1. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat terlarang

Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan


kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan,
kegagalan usaha untuk menghentikan minum minuman keras dan
terus meminum minuman keras walaupun dengan konsekuensi
sosial dan pekerjaan yang merugikan. Hampir 8% orang dewasa di
Amerika Serikat memiliki masalah dalam penggunaan alkohol. Pria
4 kali lebih sering menjadi alkoholik (pecandu alkohol) dibandingkan
wanita.

Penyalahgunaan obat terlarang atau NAPZA (Narkotika,


Psikotropika dan Zat Adiktif) semakin banyak terjadi. Hingga kini
penyebaran NAPZA sudah hampir tak bisa dicegah. Tentu saja
hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir
akan penyebaran NAPZA yang begitu merajalela. Data BNN, 2004
menunjukkan bahwa terdapat sebesar 3,2 juta pengguna napza di
Indonesia, dimana 78% diantaranya adalah pemuda. Saat ini angka
tersebut terus bertambah dan telah mencapai 3,6 juta orang. Hal ini

233
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

sungguh meresahkan bangsa Indonesia.

Upaya pemberantasan NAPZA pun sudah sering dilakukan namun


masih sulit untuk menghindarkan NAPZA dari kalangan remaja
maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak
yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif
untuk mencegah penyalahgunaan obat terlarang pada anak-
anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat
mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi obat
terlarang.

8.6.2. Kehamilan tidak diinginkan

Unwanted Pregnancy (UWP) atau kehamilan tak diinginkan (KTD)


merupakan terminologi yang biasa dipakai di kalangan medis
untuk memberi istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki
oleh wanita bersangkutan maupun lingkungannya. Umumnya
UWP berkisar pada terjadinya kehamilan di luar nikah, sehingga
bukan kebahagiaan yang diperoleh, tetapi sebuah penolakan akan
kenyataan yang sedang dialaminya. Data DKT, 2005 menunjukkan
sekitar 50% remaja telah mempraktekkan sex pra nikah di 4 kota
besar, seperti Jabotabek, Surabaya, Bandung dan Medan. Data
lainnya menunjukkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah
menonton film porno, 93,7% pernah ciuman, genital stimulation
dan oral sex, 62,7% dari mereka tidak perawan lagi dan 21,2%
mengaku pernah aborsi. (Survey Komnas PA di 33 propinsi Januari-
Juni 2008).

Ada juga faktor lain penyebab KTD, meskipun kehamilan didapatkan


dalam pernikahan. Antara lain jumlah anak sudah cukup banyak,
merasa umur terlalu tua untuk hamil, riwayat kehamilan atau
persalinan sebelumnya yang penuh penyulit dan komplikasi, alasan

234
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

ekonomi, merasa telanjur mengonsumsi obat atau menderita


kelainan yang dikhawatirkan membuat cacat pada anak, riwayat
melahirkan anak cacat (mungkin lebih dari satu kali), pasangan
suami-istri di ambang perpecahan, dan kegagalan penggunaan
alat KB atau kontrasepsi. Hal lain yang lebih menyedihkan adalah
kehamilan hasil perkosaan atau kehamilan pada ibu cacat mental.
Hasil hubungan sesama anggota keluarga sedarah (incest) kadang
juga dijumpai. Bahkan, kadang latar belakangnya sederhana,
seperti malu dilihat tetangga karena anak bungsunya masih kecil
tapi sudah hamil lagi.

8.6.3.`HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS adalah


sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau


disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. Apabila salah satu anggota keluarga yang terkena
HIV dan AIDS, hal ini akan mengganggu kehidupan keluarga dan
mempengaruhi derajat kesehatan anggota keluarganya yang lain.
Data Maret 2009, Depkes, memperlihatkan bahwa terdapat sekitar
16.964 kasus HIV/AIDS. 53,58% diantaranya adalah remaja usia
15-24 tahun. Cara penularannya melalui heterosexual sebesar 50%
dan melalui IDU (injection drug users) sebesar 46%.

235
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

8.7. Pemecahan (solusi) Masalah Sosial Keluarga

8.7.1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas komunikasi dalam


keluarga

Adanya beraneka ragam masalah-masalah sosial dalam keluarga


seperti yang diuraikan sebelumnya, akan menjadi suatu pelajaran
yang sangat berharga bagi keluarga itu sendiri. Timbulnya masalah
keluarga disebabkan antara lain karena kurangnya komunikasi
dan interaksi yang harmonis dalam keluarga. Kurang komunikasi
dalam keluarga akan menimbulkan perasaan saling mencurigai
antar pasangan, hilangnya rasa kepercayaan satu dengan lainnya
dan ketidak setiaan diantara mereka. Misalnya berbagai kasus
perceraian dan perselingkuhan karena adanya godaan orang ketiga
yang intervensi dalam, keluarga tersebut menandakan kurangnya
komunikasi yang harmonis dalam keluarga. Untuk menghindari
masalah-masalah keluarga tersebut kiranya sangat diperlukan
adanya perhatian, saling kepercayaan, menghindari rasa curiga dan
membina komunikasi yang intensif baik secara kuantitas maupun
kualitasnya.

Contoh lain misalnya masalah mertua, ragam perbedaan dan


komunikasi yang terbatas. Kehadiran mertua dalam rumah tangga
seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut campurnya
mertua dalam urusan rumah tangga anak dan menantunya.
Solusinya meskipun kesal dengan mertua, namun tetap harus
terkendali. Bila tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran
dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua.
Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami/isteri bertukar pikiran untuk
mengatasi konflik dengan orang tua. Ingat, segala sesuatu, jika
diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.

236
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Menyatukan dua hati yang mempunyai perbedaan, berarti


menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu saja juga
berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri
cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan
manis, istri senang makanan yang serba pedas. Apabila kedua
pribadi ini disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi
atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri
lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada
yang mau ngalah, akhirnya ribut juga. Solusi : Perbedaan-perbedaan
ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan tahun.
Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk
mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi.
Kalau suami/isteri seorang yang pendiam ya imbangi, jangan terlalu
cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti
kesenangannya berlibur ke pantai atau ke tempat-tempat rekreasi
yang belum pernah dikunjungi bersama.

Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya


cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu
saat hendak tidur, atau di akhir pekan. Kadangkala, untuk sarapan
pagi atau makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja.
Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan
berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami
tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya.
Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih
sayang, namun malah cekcok. Sebagai solusinya : Sesibuk apapun
suami/isteri, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan
dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu
untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama.
Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya
bersama keluarga. Jadi, walaupun suami/isteri bekerja seharian

237
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk


keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami harus pintar
membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

8.7.2. Pengenalan diri melalui kontemplasi/meditasi

Kontemplasi (perenungan) dan saling introspeksi antar suami isteri


akan dapat membantu menyelesaikan masalah keluarga. Dengan
perenungan diri, maka suami isteri akan menyadari kesalahannya
masing-masing untuk kemudian saling memaafkan. Menurut
Descartes bahwa dalam kontemplasi kefilsafatan ada beberapa
tahapan yaitu:

• Menyadari adanya masalah, membatasi sebaik mungkin


masalah, dan menentukan apa yang perlu diselidiki dan
dipecahkan.

• Menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya


dengan munculnya suatu masalah.

• Mengenali apa yang dikatakan orang lain terkait dengan masalah


tersebut, untuk kemudian menguji penyelesaiannya.

• Menyarankan beberapa alternatif pemecahan masalah yang


sekiranya dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang
dihadapi.

• Menentukan skala prioritas pemecahan masalah serta untung


ruginya dari keputusan yang diambil.

Pada umumnya setiap keputusan yang diambil memerlukan


pengorbanan, bahkan adakalanya mengandung risiko, besar maupun
kecil. Namun, setelah melakukan perenungan yang mendalam,
hendaknya mengambil keputusan yang terkecil risikonya.
238
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Dalam melakukan kontemplasi ini diperlukan juga pendekatan melalui


terapi spiritual. Terapi spiritual dimaksudkan suatu terapi dengan
pendekatan keimanan dan ketaqwaan kepada sang Penciptra Allah
SWT. Dalam beragama diajarkan bagaimana hidup secara sosial
dan harmonis. Salah satu ajaran inti dalam agama adalah menjalin
hubungan yang baik dengan sang khalik Allah SWT (hablum minallah)
dan hubungan sesama manusia (hablum minannaas). Dalam
pendekatan keagamaan ini manusia hidupnya sangat bergantung
kepada sang Pencipta. Segala problema kehidupan di dunia ini
telah diatur dan ditentukan oleh-Nya, sehingga manusia hanya bisa
menjalani apa yang telah dikodratkan atau digariskan Allah SWT.
Inti keagamaan adalah manusia diminta beribadah kepada-Nya.
Dengan beribadah manusia akan senantiasa mengingat dan dekat
dengan sang Pencipta. Segala urusan dan problema kehidupan
didunia ini diserahkan (tawakkal) kepadaNya. Katakanlah dengan
mengingat Allah, hati menjadi tenang (Ala bizikrillaah tathmainnul
quluub). Demikian bunyi kutipan dalam Al-Quran. Manusia yang
senantiasa hidupnya mendekatkan diri kepada Allah, jiwanya akan
tenang tenteram. Disamping itu hubungan antar sesama manusia
dalam arti hubungan sosial terutama hubungan sosial dalam
keluarga, akan membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih
tenang dan damai, sakinah mawaddah warahmah. Dalam agama
islam ditekankan agar senantiasa bersabar dan bersyukur. Bersabar
bila dilanda musibah dan bersyukur bila mendapat kemikmatan.
Juga sangat dianjurkan untuk tidak putus asa menghadapi segala
persoalan hidup. Manusia supaya terus berjuang dalam mencapai
harapan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan prinsip selalu
memelihara (hubungan dengan Allah SWT) dan hubungan sesama
manusia akan membuat kehidupan lebih tenang tenteram.

239
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

8.7.3. Terapi keluarga

Melakukan terapi terhadap keluarga sama pentingnya dengan


melakukan terapi terhadap individu maupun masyarakat secara
luas. Melakukan terapi terhadap keluarga secara tidak langsung
juga dapat menyembuhkan individu. Contoh, terapi individu terhadap
kasus anak remaja yang nakal sangat efektif dilakukan terapi
keluarga. Karena boleh jadi kasus kenakalan anak remaja tersebut
akibat lemahnya kontrol dari anggota keluarga maupun adanya
broken home. Oleh karena itu lembaga pelayanan sosial banyak
yang menggabungkan terapi individu dan keluarga. Demikian
halnya penulis-penulis Social Work With individuals And Families.

Terdapat beberapa model terapi yang digunakan dalam konteks


keluarga. Model tersebut digunakan berdasarkan kebutuhan dan
kecenderungan kemampuan. Sebagai gambaran akan dijelaskan
secara ringkas tentang beberapa model terapi keluarga seperti
berikut ini.

• Model Satir

Model ini ditemukan oleh Virginia Satir sehingga dinamakan Satir’s


Family therapy Aproach. Salah satu masalah yang muncul dalam
keluarga adalah komunikasi yang terhambat antara anggota
keluaga, misalnya suami-istri. Menurut Satir, masalah komunikasi
tersebut muncul karena sering kali pola komunikasi antara suami
dan istri dilakukan secara samar-samar dan tidak langsung. Hal ini
terjadi biasanya dikarenakan masalah budaya setempat maupun
karena kepercayaan diri yang rendah masing-masing pihak.

Dalam masyarakat Indonesia mungkin hal ini dapat dipahami dengan


adanya bahasa isyarat, misalnya sindiran sebagai bentuk budaya

240
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

tertentu. Masyarakat Jawa menjadi contoh yang cukup menonjol


dalam kasus ini. Budaya serba “tidak enak” memaksa sebagian
besar orang Jawa untuk mengatakan sesuatu dengan bahasa
sindiran, samar-samar dan tidak langsung. Selain budaya, pola
komunikasi yang tidak langsung juga karena adanya kepercayaan
diri yang rendah seorang istri yang sebenarnya marah kepada
suaminya, tapi karena merasa takut hanya dapat mengekspresikan
perasaannya mungkin dengan “menangis”, “cemberut” atau bahasa
non-verbal lainnya.

Ketika seorang menyampaikan perasaan tidak langsung (non-


verbal), bisa saja lawan bicara menerima pesan yang keliru
dan tidak sesuai maksud penyampaian pesan. Ketika istri
mengungkapkan kemarahannya dengan “meringis” sang suami
dapat menginterpretasikan gesture istrinya tersebut sedang
merasakan kesakitan atau perasaan lainnya. Satir menyebut
interpretasi yang tidak sesuai dengan incongruent (tidak sesuai).
Namun, dalam kasus yang lain penerima pesan dapat menangkap
makna sesuai dengan maksudnya, ini yang disebut congruent
dalam bahasa satir. Ketika terjadi congruent di istilah awal mula
terjadi masalah dalam keluarga.

Namun demikian bukan berarti pola komunikasi secara tidak


langsung dapat dihindari. Sebab pada kenyataannya justru menjadi
alat yang sangat efektif untuk menjaga keharmonisan karena
terhindar dari rasa saling tersinggung akibat pernyataan-pernyataan
yang vulgar dan menyakitkan. Dalam konteks pendidikan terhadap
anak pun, ini dapat menjadi sarana pendidikan yang efektif. Lantas
persoalanya kemudian adalah bagaimana mengupayakan agar
pola komunikasi tidak langsung tersebut dilakukan dengan baik dan
tentunya penerima pesan dapat menangkap makna yang sesuai

241
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dengan maksud asli dari penyampaian pesan.

Untuk menghargai keunikan yang dimiliki oleh orang yang lebih


senang menggunakan bahasa tidak langsung, satir menyatakan
agar komunikasi antar anggota keluarga menggunakan pola
I-massage. I-massage berbeda dengan you-massage. You massage
menggunakan kata you untuk menyuruh, menyalahkan, menghakimi
atau melarang secara langsung dan vulgar sehingga terkesan dapat
menyinggung atau tidak mendidik dalam hubungannya dengan anak.
Misalnya,” kamu jangan lakukan itu, ”kamu bodoh,” “kamu lakukan
ini” dan lain sebagainya. Dengan menggunakan I-massage kata-
kata yang dikeluarkan lebih sopan, tidak menyinggung perasaan
orang lain dan mendidik dalam konteks anak. Karena itu, I-massage
sering menjadi materi pokok dalam parenting educational training
(pelatihan pendidikan menjadi orang tua ).

Dengan pola you-massage, seorang ibu yang dibawa ngebut


dalam mobil yang disopir anaknya berkata, “kamu ngawur sekali,
berbahaya jangan terlalu kencang!”. Dengan pola I-massage
secara lebih halus ungkapan tersebut dapat diubah, “mengendarai
mobil terlalu cepat sungguh menakutkanku.” Seorang anak kecil
yang mengotori lantai di tegur dengan bahasa you-massage,”
kamu memang anak nakal, jangan main di karpet lagi.” Dengan
I-massage teguran dapat disampaikan dengan,” nak, saya susah
payah membersihkan karpet dan selalu berusaha menjaganya
agar bersih sepanjang hari.”Contoh lain, you massage berkata,”
berhentilah kamu menggangguku sekarang juga dengan I-massage
masing-masing dapat diubah:” okh, pukulan yang keras sungguh
membuatku sakit,” dan saya benar-bener lelah hari ini dan tidak
punya energy lagi untuk melakukan apapun bersamamu.” Dengan
I-massage diharapkan dapat menjaga keharmonisan rumah tangga

242
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

karena bahasa yang digunakan cenderung halus, sopan dan


mendidik. Penerima pesanpun di tuntut untuk menginterpretasikan
dengan benar maksud dari pola I-massage tersebut agar tidak
terjadi komunikasi yang salah.

8.7.4. Mediasi internal keluarga

Penyelesaian masalah secara kekeluargaan sebenarnya jauh lebih


baik ketimbang harus ke pengadilan. Apabila suami konflik atau
berselisih tentang suatu perkara sebaiknya dibicarakan terlebih
dahulu intern keluarga, misalnya dengan melibatkan orang tua
kedua pihak. Cara ini ditempuh dengan bantuan dan nasehat
kedua orang tua masing-masing, diharapkan dapat menyelesaikan
masalahnya. Apalagi seorang anak sangat dianjurkan untuk berbuat
baik kepada kedua orang tuanya. Anak yang patuh kepada orang
tuanya tentunya akan mengikuti saran dan nasehat orang tuanya.
Orang tua akan memberikan gambaran baik buruknya apabila terjadi
perceraian dan dampaknya terhadap anak-anak. Dengan demikian,
masalahnya akan dapat diselesaikan tanpa harus melalui proses
persidangan di pengadilan.

8.7.5. Mediasi melalui tenaga ahli

Kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus. Sesekali,


pasti ada saja gelombang yang menerpa. Seberapa besar masalah
yang datang, semua tergantung bagaimana suami-isteri atau orang
tua anak menyikapinya.

Persoalan dalam rumah tangga yang menjadi sumber konflik, bisa


disebabkan oleh banyak hal. Bahkan, masalah yang seharusnya
tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung
selesai. Namanya juga menyatukan dua kepribadian yang berbeda,
243
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

pasti tak gampang. Apabila terjadi konflik yang berkepanjangan


dan belum ada tanda-tanda titik terang penyelesaiannya, maka
perlu bantuan pihak lain, yaitu tenaga professional yang dapat
membantu mengatasi masalah, seperti Dokter, Psikolog, Psikiater,
Social worker, Tokoh masyarakat, dan sebagainya. Para tenaga
professional ini akan menjembatani atau menjadi mediator bagi
mereka yang konflik dan berupaya mencari jalan keluar yang
sebaik-baiknya.

Salah satu pendekatan yang dilakukan para ahli (professional)


adalah melalui terapi strategis keluarga. Penemu terapi ini
adalah Jay Harley. Dengan strategis, proses terapi dimaksudkan
dengan membuat suatu rencana yang unik bagi setiap klien. Terapi
ini menganggap bahwa masalah sosial yang dihadapi keluarga
pada dasarnya tidak disebabkan oleh trauma dari masa lalu klien,
tetapi disebabkan oleh situasi lingkungan klien pada saat ini
(Zastrow,1999). Konteks keyakinan menjadi faktor penting terhadap
adanya gejala-gejala ketidak berfungsian sosial keluarga. Faktor
lingkungan yang tidak berfungsi sosial menjadi penyebab utama
kekacauan yang terjadi dalam suatu keluarga. Terapi ini telah
terbukti berhasil menyembuhkan masalah-masalah psikologis,
perilaku dan emosional. Seperti, klien yang mengalami psikotik,
kecanduan obat-obatan yang serius, masalah-masalah kekerasan
dan tindak kekerasan seksual dan sebagainya.

Dengan menggunakan model terapi ini, Konselor tidak hanya fokus


kepada yang dihadapi klien, tetapi konselor juga secara jeli dapat
menghubungkannya dengan faktor-faktor yang menjadi penyebab
masalah di luar system keluarga tersebut. Hubungan masing-masing
keluarga tersebut. Hubungan masing-masing keluarga tersebut
diidentifikasikan oleh konselor dalam proses pengumpulan informasi

244
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

atau assessment. Ketelitian membaca atau menginterprestasikan


factor-faktor masalah yang berbeda diluar system keluarga sangat
menentukan keberhasilan proses terapi.

Dalam proses terapi, fokus masalah juga harus diarahkan kepada


kejadian-kejadian yang di alami pada masa kini. Karena terapi ini
beranggapan bahwa kejadian dimasa kinilah yang pada dasarnya
menjadi penyebab masalahnya. Karena itu, terapi ini juga dipandang
secara kontekstual yakni berdasarkan kepada konteks suatu
kejadian itu muncul.

Terapi ini sepadan dengan prinsip person in environmental (manusia


dalam lingkungan). Artinya, manusia pada dasarnya mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh orang lain yang berbeda dalam lingkungan
kehidupannya. Meletakkan keluarga sebagai sistem yang lebih
kecil dari kehidupan sosial masyarakat terjadi jalan terbaik untuk
memahami masalah dalam keluarga. Dari sini dapat dipahami bahwa
perilaku abnormal keluarga dapat dipengaruhi oleh lingkungan
yang abnormal, yakni adanya ketidak berfungsian sosial. Dengan
adanya pemahaman ini, konselor secara tepat dapat memahami
kenapa masalah dalam keluarga tersebut muncul sehingga mampu
mencari jalan keluar yang tepat pula untuk mengatasi masalahnya
tersebut.

8.7.6. Penyuluhan pra perkawinan (BP4)

Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3)


menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha
mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada
Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4)
agar menasehati kedua suami istri tersebut untuk hidup makmur

245
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

lagi dalam rumah tangga”

Islam dengan tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa perceraian


itu adalah suatu perbuatan yang halal, tetapi paling dibenci Allah.
Tapi, faltanya, perceraian itu menjadi fenomena yang terjadi di
masyarakat Indonesia.

Dalam Al-Quran 80 persen ayat membicarakan tentang penguatan


bangunan rumah tangga, hanya sebagian kecil yang membicarakan
masalah penguatan negara, bangsa, apalagi masyarakat. Sebab
keluarga adalah sendi dasar terciptanya masyarakat yang ideal.
Mana mungkin negara dibangun di atas bangunan keluarga yang
berantakan

Apabila angka perceraian di masyarakat terus mengalami


peningkatan, itu menjadi bukti kegagalan dari kerja Badan Penasehat
pembinaan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4). Dalam kasus
perceraian suami-isteri, ternyata jumlah isteri yang menggugat cerai
suami semakin meningkat. Hal ini merupakan fenomena baru di
kota-kota besar di Indonesia, terbanyak di Surabaya.

Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)


sebagai suatu badan yang bertugas untuk memberikan nasihat
pada calon pengantin dan mendamaikan pasangan suami isteri
atau rumah tangga yang berselisih, yaitu dengan cara memberikan
nasihat dan pembinaan melalui penyuluhan dan penataran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peran aktual BP4 dalam memberikan
nasihat dan penerangan kepada calon suami isteri sebelum
perkawinan dilangsungkan antara lain melalui penataran-penataran.
Dalam penataran tersebut, BP4 menyampaikan nasihat dan
pengarahan kepada calon suami isteri ketika akan melangsungkan
perkawinan. Hal tesebut disampaikan oleh BP4 supaya calon
246
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

suami isteri dapat memahami dan melaksanakan semua yang


diperlukan dalam mempersiapkan kehidupan baru. Peran aktual
BP4 dalam memberikan nasihat dan penerangan (penyuluhan)
kepada pasangan suami isteri sebelum perceraian dilakukan
antara lain melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan di dalam
wilayah KUA atau BP4 dan pada saat acara-acara yang diadakan
oleh masyarakat. Dalam pertemuan tersebut BP4 menyampaikan
masalah-masalah yang sering muncul dalam rumah tangga dan
keluarga serta memberikan penyelesaianya baik melalui diskusi
maupun wawancara. Dalam hal ini BP4 membutuhkan kerja sama
dengan anggota keluarga lainnya untuk membantu mendamaikan
konflik keluarga dan memecahkan masalahnya.

8.7.7. Pengadilan

Proses penyelesaian konflik keluarga dapat diselesaikan melalui


persidangan di Pengadilan apabila melalui proses diatas termasuk
BP4 juga tidak terselesaikan. Hal ini hendaknya menjadi jalan
terakhir yang harus ditempuh bagi kedua pasangan. Dalam sidang
pengadilan akan ditentukan siapa yang benar atau salah, atau
keduanya salah. Dalam proses pengadilan konflik keluarga bisa
diatasi dengan jalan perdamaian kedua pihak, sehingga keluarga
menjadinutuh kembali. Sedangkan jalan lain adalah melalui
perceraian. Karena kedua pasangan ini sudah benar-benar tidak
cocok untuk melangsungkan rumah tangganya. Namun, jalan yang
kedua ini sebaiknya dihindarkan agar tidak terjadi dampak buruk
terhadap perkembangan anak saat ini dan dimasa yang akan
datang.

247
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

248
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

BAB IV
CONTOH :
KEHIDUPAN BERKELUARGA
YANG IDEAL PARA TOKOH

A. Habibie dan Ainun


Berita wafatnya Ibu Ainun Habibie menjadi duka bagi masyarakat
negeri ini. Sikapnya yang bersahaja, keibuan, murah senyum,
ramah membuat setiap orang terkesan sehingga membuat orang-
orang merasa kehilangan yang teramat dalam. Hal ini terutama
dirasakan oleh pak Habibie. Selama 48 tahun masa pernikahannya,
belum pernah mereka terpisah. Ibu Ainun selalu setia mendampingi
suaminya kemanapun dan dalam situasi apapun.

Pak Habibie dan ibu Ainun adalah teman kecil. Mereka bertemu lagi
pada saat Pak Habibie pulang kampung ke Indonesia saat masih
kuliah di Jerman. Mereka menikah 12 Mei 1962. Setelah menikah,
Ibu Ainun langsung di boyong ke Jerman. Bukan hal yang mudah
bagi Pak Habibie untuk meyakinkan Ibu Ainun untuk ikut ke Jerman.

249
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Di situ mereka hidup dalam rumah tangga anak muda, berpahit-


pahit karena penghasilan pak Habibie sebagai mahasiswa tingkat
doktoral masih sangat kecil, pemasukan harus pula disisihkan
sebagian untuk ditabung. Masa itulah masa berat mereka di awal-
awal pernikahan, ketika Pak Habibie meminta temannya ke Holland
(Belanda dengan Aachen sangat dekat), untuk membelikan kereta
dorong bayi karena harga di Belanda lebih murah. Untuk menyiasati
kurangnya pendapatan, Ibu Ainun menjahit pakaian yang akan
mereka pakai. Terutama pakaian bayinya. Hal ini cukup membantu
penghematan pengeluaran keluarga.

Selain pandai dalam mengelola keuangan keluarga, Ibu Ainun juga


seorang sosok istri yang sangat mendukung dan menjadi motivator
bagi suaminya. Suatu saat Pak Habibie sedang melakukan
perhitungan untuk pembuatan suatu pesawat. Angka yang dicari
sulit ditemukan. Hasilnya selalu tidak pas. Pak Habibie hampir
menyerah, dia berceritera kepada Ibu Ainun. Ibu Ainun dengan
setia dan sabar mencoba memberikan masukan kepada Pak
Habibie “Coba kamu cek lagi, mungkin salah memasukan datanya”.
Dan ternyata memang benar, ada data yang salah dimasukan.

Pak Habibie memiliki kebiasaan bekerja hingga larut malam.


Banyaknya jabatan yang dia emban pada masa pemerintahan
Soeharto membuat dirinya sibuk dan perlu didampingi banyak staf
pribadi. Namun seluruh staf pribadi maupun sekretariat tidak mempan
untuk mengingatkan Pak Habibie beranjak dari kursi kerjanya. Jika
ia sudah terlalu asyik bekerja dan melewati waktu untuk pulang.
Ketika masih menjadi Menristek/Ketua BPPT, Pak Habibie sering
pulang terlambat dari kantor, biasanya bisa lewat dari pukul 22.00.
Jika sudah terlambat seperti itu, Ibu Ainun menelepon langsung dari
rumah mengingatkan agar Pak Habibie segera pulang karena harus

250
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

menjaga kesehatan. Pak Habibie biasanya minta kepada sekretariat


agar menjawab “Bapak sudah menuju lift”, padahal sebenarnya ia
masih duduk di kursi dan meneruskan pekerjaan, tidak langsung
pulang.

Dalam urusan rumah tangga, Pak Habibie sangat bergantung pada


Ibu Ainun.  Ibu Ainun sangat dominan di keluarga Pak Habibie.
Urusan jadwal Pak Habibie ditentukan Ibu Ainun. Tapi, dominasi Ibu
Ainun di keluarga tidak menjalar sampai ke urusan politik. Walaupun
satu sama lain saling bergantung,  Ibu Ainun membuat garis tegas
antara urusan rumah tangga dengan urusan pemerintahan.

Dalam perhatiannya pada tugas-tugas kantor suaminya Ia


mengatakan “kalau saya punya keinginan, kami selalu berunding,
kalau saya tidak ikut campur, itu karena dunia dia. Saya justru
khawatir ada istri yang suka turut campur disitu. Nanti bisa subjektif.
Kita tidak tahu segala sesuatunya, dan kemudian mau ikut segalanya.
Itu tidak baik.” Ia sangat memahami tugas-tugas suaminya dan
bagaimana dengan setia mendampingi dan mendukung suaminya.
Ke mana pun sang suami pergi, beliau dengan setia dan sabar
mendampinginya, tidak saja secara fisik, tetapi juga dengan kata-
kata dan nasihat yang bermakna.

Ibu Ainun adalah contoh istri yang ideal, tidak menonjol tetapi menjadi
satu kesatuan dengan suaminya karena selalu mendukungnya dari
belakang. Misalnya, sewaktu Sidang MPR tahun 1999, kata-kata
kasar dari anggota DPR tetap diterima dengan anggun. Di rumah, Ibu
Ainun membantu Pak Habibie mengatasi kecaman-kecaman yang
diucapkan tidak pantas itu. Ibu Ainun senantiasa menyejukan hati
Pak Habibie dengan lantunan ayat suci Al-Quran yang mengiringi
perjuangan Pak Habibie. Dalam berbagai kesempatan, Pak Habibie
menyatakan di depan umum betapa Ibu Ainun menjadi penopang

251
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dan pendorong dalam hidup dan aktivitasnya. Betul pula pepatah


yang menyatakan bahwa “di balik seorang laki laki yang sukses
selalu didapati wanita yang telah mendukungnya”.

Pada tahun 2006, ada seminar yang diadakan Ikatan Cendekiawan


Muslim Indonesia (ICMI) di kantor BPPT Jakarta, di mana Pak Habibie
menjadi keynote speaker. Saat itu, Pak Habibie datang ditemani Ibu
Ainun. Bahkan di saat usai berceramah, di saat semua wartawan
datang mengerubunginya, ia masih mencari-cari di mana Ibu
Ainun. Pada saat seorang wartawan bertanya tentang pendapatnya
atas situasi di Timor Leste, Pak Habibie hanya menjawab singkat.
“Maafkan, saya sedang mencari di mana mantan pacar saya. Mana
Ibu Ainun? Saya belum pernah pisah dengan Ibu Ainun. Mana Ibu
Ainun?”

Ibu Ainun yang berpenampilan kalem, nampaknya memang di-set


untuk mendampingi pak Habibie yang cenderung lincah dan humoris.
Pak Habibie, meski diuji dengan pangkat dan jabatan tinggi,
kepintaran dan segala fasilitas, tak pernah terendus kabar miring
menyangkut ketidaksetiaan. Kesetiaan pak Habibie itu menunjukan
kehidupan keluarga yang harmonis. Bagaimana seorang suami
memperhatikan istrinya dengan cara yang baik.

Pak Habibie memang energik, kerjanya begitu keras, tetapi


kompensasinya dia adalah seorang yang sangat romantis. “Setiap
pagi keluar kamar, Bapak selalu bilang : Mama I love You” (asisten
Ibu Ainun). Dia selalu menginginkan istrinya yang mengerjakan
segala sesuatu untuk dirinya. Pak Habibie memang menuntut
banyak terhadap istri dan anaknya. Ia ingin mencapai setingi-
tingginya. Ia menuntut secara mutlak. Begitulah sifatnya. Itu pula
yang membuat hidup tidak mudah dengannya. Tetapi ia juga memberi
secara mutlak. Semua yang ada padanya diberikan kepada anak

252
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dan istrinya. Impian-impiannya, kepandaiannya, semangatnya,


perhatiannya dan pengorbanannya.

48 tahun ibu Ainun mendampingi Pak Habibie dalam suka dan


duka. Hingga kemarin almarhumah meninggal, kekasihnya sangat
setia mendampinginya hingga ke pemakaman. Dua bulan dirawat
di rumah sakit, pak Habibie tidak sekalipun meninggalkan Ibu Ainun
kecuali untuk sholat dan ibadah. Bahkan, menjelang kepergiannya
pak Habibie dan ibu Ainun masih sempat melaksanakan sholat
subuh dan Dzhuhur berjama’ah. Hingga Ibu Ainun menghembuskan
nafas terakhir di sebuah rumah sakit di Muenchen, Jerman, pada
hari Sabtu 22 Mei pukul 22.30, Pak Habibie terus berada di sisi
istrinya dan menuntun pembacaan doa.

Hingga ajal menjemput Ibu Ainun,  pak Habibie tak pernah lelah
menunjukkan rasa cintanya. Selama jenazah ibu Ainun dibawa dari
rumah sakit ke sebuah Masjid di Muenchen, Pak Habibie meminta
agar dirinya selalu berada di samping peti jenazah. Bahkan saat
jenazah diterbangkan dari Muenchen ke tanah air menggunakan
pesawat Garuda dengan waktu tempuh 13 jam, Pak Habibie akan
terus duduk menunggui jasad Ibu Ainun. Ia meminta agar jenazah
Ibu Ainun ditempatkan di ruang penumpang bersama beliau. Pada
saat transit, pihak kedutaan Indonesia sudah memesan ruang VIP
untuk Habibie dan keluarga, namun tak sejenak pun beliau mau turun
dan transit. Pak Habibie tetap berada di dalam mobil jenazah.

Ibu Ainun dimakamkan   di Taman Makam Pahlawan Kalibata Pak


Habibie menyetujuinya, namun beliau mengajukan permintaan agar
bila kelak meninggal, beliau dapat dikuburkan di sisi makam Ibu
Ainun.

253
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Pada acara seratus hari meninggalnya Ibu Ainun, Pak Habibie


masih berkabung dan diliputi kesedihan. Penyataannya yang
menyatakan bahwa dengan meninggalnya Ibu Ainun maka Separuh
jiwanya pergi adalah suatu pernyataan yang membuat kita tersadar
bahwa betapa besar rasa cinta Pak Habibie. Disaat yang sama
mungkin suami-suami lain sudah bisa menjalani kehidupan secara
normal. Rasa takut kehilangan yang mendalam ini pernah beliau
ceritakan kepada adiknya Fanny pada saat istrinya mulai sakit.
“Fan saya kayaknya saya tidak siap”. Melihat keterpurukan ini Fani
mengingatkan tentang tauhid, bahwa secara tauhid seorang tidak
boleh mencintai total melebihi cintanya kepada Allah SWT. Barulah
Habibie tersadar kembali.

Begitulah kehidupan pasangan Pak Habibie dan Ibu Ainun.


Pasangan seia-sekata, senasib sepenanggungan. Pasangan yang
diteladani oleh semua rakyat dan bangsa Indonesia. Memberi
teladan bagi kita semua bagaimana cinta dan kasih sayang yang
tulus dari seorang istri akan memberikan respon balik yang luar
bisa dari seorang suami. Semoga Allah SWT menyatukan mereka
kembali di alam yang kekal sesuai dengan cita-cita dan harapan
pak Habibie. Amin

B. Keharmonisan Keluarga Sophan Sophiaan dan


Widyawati
Begitu maraknya kasus perceraian yang terjadi dikalangan selebriti
membuat keharmonisan rumah tangga artis seakan menjadi barang
langka. Namun bicara soal keharmonisan yang tak pernah lekang
dimakan waktu, jangan lupakan pasangan Sophan Sophiaan
dan Widyawati. Lebih 30 tahun membina perkawinan dan telah
dikaruniai seorang cucu, pasangan bintang film senior ini tetap

254
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

terlihat mesra setiap saat. Tak terbantahkan jika Sophan Sophiaan


dan Widyawati merupakan contoh suksesnya pasangan artis dalam
membina rumah tangga. Tak pernah ada gosip miring mengenai
keluarga mereka. Keharmonisan dan kemesraan selalu melekat
pada pasangan ini.

Pasangan ini mulai saling mengenal lewat film Pengantin Remaja,


tahun 1971. Saat itu, Widyawati yang berprofesi sebagai penyanyi
membintangi film percintaan ini bersama aktor Sophan Sophiaan.
Mungkin karena cinta lokasi, dua primadona pada masanya ini
kemudian memutuskan untuk menjalin hubungan. Namun tidak
seperti cinta lokasi pada umumnya yang hilang seiring dengan
waktu, pasangan Sophan Sophiaan dan Widyawati justru semakin
awet. Mereka berdua hampir selalu terlihat bersama. Beberapa
film pun mereka bintangi bersama. Dan berbeda dengan pasangan
selebriti lain yang diterpa banyak gosip, pasangan ini justru tidak
pernah tersandung masalah gossip.

Seperti juga rumah tangga lain pada umumnya, perkawinan


Widyawati dan Sophan Sophian yang dikaruniai 2 putra, Roma dan
Romi bukan berarti tak pernah mengalami gejolak. Namun mereka
selalu punya cara mengatasinya. Kalau salah satu marah, maka
yang satunya diam. Kalau diamnya lama maka dibujuk. Satu hal
yang tidak boleh ada dalam perkawinan yaitu rasa dendam.

Kokohnya rumah tangga pasangan yang telah menjalani perkawinan


lebih dari 30 tahun ini, tak lepas dari komunikasi. Bentuk komunikasi
tidak harus secara verbal, melainkan juga dalam sebuah tindakan
seperti kebiasaan Sophan yang mencium istrinya saat menjelang
tidur. “Saya sudah terbiasa sebelum tidur dan bangun tidur selalu
mencium pipi istriku dan yang terpenting saling komunikasi.”

255
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Ikatan cinta yang begitu manis dan tampak tak terpisahkan, yang telah
menjadi simbol ideal buat masyarakat Indonesia selama 30 tahun
lebih, ternyata berakhir jua; dengan sebuah ciuman perpisahan dan
air mata yang tak henti mengalir. Banyak hati yang merasa terharu
menyaksikan momen itu, ketika Widyawati mencium pusara sang
suami. Widyawati tak menghiraukan lagi, pakaian dan kerudungnya
yang berwarna putih, menjadi belepotan noda tanah. Setelah itu, dia
kembali duduk tertegun memandangi persemayaman kekasihnya
itu selama beberapa lama. Sejak kabar meninggalnya sang suami
tercinta, perempuan yang masih terlihat jelita di usia 58 ini benar-
benar larut dalam kesedihan. Para wartawan pun merasa sungkan
untuk mewawancarai, karena Widyawati selalu dalam keadaan
menangis, dengan pandangan menerawang.

Kalangan jurnalis memang menaruh respek yang tinggi terhadap


pasangan ini. Sophan Sophian dan Widyawati tidak pernah
diberitakan secara negatif oleh media massa. Dan gambaran
yang melekat dalam ingatan publik adalah sepasang kekasih yang
serasi, saling mencintai dan terikat satu sama lain. Bahkan generasi
muda pun ternyata mengidolakan pasangan ini sebagai role model.
Banyak orang di negeri ini merasa kagum, iri dan mengimpikan
menjadi sejoli yang dipersatukan oleh cinta abadi seperti Sophan-
Widyawati.

C. Kehidupan Keluarga Mario Teguh


Kata “Super” begitu melekat pada sosok pria kelahiran Makasar 5
Maret 1956. Kata super menjadi kompas yang mengarahkan para
penggemar Mario Teguh untuk menemukan berbagai jawaban
atas beragam persoalan dari mulai kekusutan hubungan dengan
pasangan atau atasan, keruwetan dalam karir, kebuntuan dalam

256
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

keuangan hingga pertanyaan keimanan. Petuah yang disampaikan


dalam kalimat-kalimat bak kata-kata mutiara yang diamini oleh
mereka yang menyimak dengan anggukan, senyuman, atau tepuk
tangan gemuruh.

Menjadi seorang Mario Teguh berarti menjadi seseorang yang sibuk.


Mario Teguh terbiasa menghabiskan waktu menangani komunitas
penggemarnyayang sduah mencapai 400 ribu orang di mailing list
dan jejaring sosial. Mario membaca semua komentar yang masuk,
tetapi tidak menjawab seluruh pertanyaan. Sudah ada dua puluh
staf terlatih yang dididik khusus oleh Mario Teguh untuk menjawab
pertanyaan. Persoalan masa lalu diiringi dengan kurangnya rasa
dihargai menjadi topik yang paling sering diajukan. Pertanyaan lain
umumnya tentang diri orang yang bersangkutan.

Dari jenis dan kerapnya pertanyaan yang timbul, Mario Teguh


menyimpulkan bahwa para wanita kurang bisa merawat keluarga,
sedangkan para pria tidak cukup andal dalam berkomunikasi. Untuk
mengatasi kedua persoalan tersebut, kiatnya cuma satu yaitu tidak
ada keinginan untuk menang terhadap pasangan. Kebahagiaan
pasangannya menjadi tujuan masing-masing pasangan sehingga
tercapai kebahagiaan bersama.

Membahagiakan pasangan bukan cuma omongan di mulut. Mario


teguh melakoninya dengan berbagai bentuk pernyataan cinta
kepada istrinya, Lina Teguh. Tangan yang saling menggenggam
sepanjang acara berlangsung menjadi salah satu ukuran. Tanda
sayang lain menjadi ciri pasangan Mario dan Linna dan sulit ditiru
pasangan lain adalah selalu bersama. Dimana saja, kemana saja,
kapan saja, kebersamaan itu sepertinya tak pernah cukup. Mereka
masih harus meluangkan waktu untuk dihabiskan berdua saja dalam
jalan-jalan yang diberi nama “liburan pacaran”. Keberadaan dalam

257
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

liburan pacaran dilakukan minimal setiap tiga bulan. Kebersamaan


mereka juga tidak selalu harus direncanakan. Mario sering pula
spontan mengajak istrinya malam-malam ke puncak. “Spontanitas
merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebahagiaan”.

Pasangan Mario Linna tidak hanya menikmati keberduaan mereka


dalam urusan duniawi. Dalam shalat pun, Mario dan Linna selalu
berjamaah. Ritual sesudah shalat merupakan salah satu kebersamaan
yang menurut Mario paling indah. Usai doa dipanjatkan, Linna selalu
mencium tangan Mario. Mario membalasnya dengan mencium
keningnya memeluk sembari bilang “I love you”. Pernikahan yang
harmonis dan mencintai antara keduanya berkat persahabatan
yang menjadi perekat. Rumah tangga yang tidak bahagia bukan
karena kurang kasih sayang, tetapi karena kurang akrab, kurang
bersahabat dengan pasangan.

Mario dan Linna mempunyai kontrak pernikahan yang memuat


perjanjian untuk selalu bersama dalam suka dan duka. Termuat
dalam kontrak penikahan nama panggilan yang digunakan Mario
kepada istrinya yaitu Love dan Darling. Nama panggilan Linna
justru jarang digunakan karena nama itu menjadi panggilan ketika
marah. Ketika Linna marah, dia akan memanggil Mario dengan
sebutran lengkap “Mario Teguh”. Di depan mata penonton di studio
tvOne, kehangatan keduanya terlihat dengan jelas. “Love, am I
okay?” tanya Linna kepada sang suami saat jeda iklan, sebelum dia
melangkah masuk untuk tampil berdua.

Salah satu alasan mengapa Mario Teguh yang menjabat sebagai


Vice President CitiBank di kantor pusat Jakarta mengundurkan diri,
tak lain hanya karena tidak selalu bisa bersama dengan sang istri.
Kabar itu tidak sepenuhnya mendapat dukungan. Orang tua Mario
dan teman-teman dekatnya menentang keputusan tersebut karena

258
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dinilai sangat tidak masuk akal. Bukan tanpa alasan sebetulnya.


Sebagai bankir, karir Mario sedang bagus-bagusnya dan ia sedang
mencapai kedudukan penting itu dalam usia yang sangat muda,
33 tahun. Namun berkat kepercayaan sang istri akan kemampuan
suaminya untuk bisa mendapatkan pekerjaan lain, Mario Teguh
meninggalkan dunia bankir. Pengorbanan seorang Mario Teguh
ini mengingatkan kepada kita pendapat seorang Ulama terkemuka
Aa Gym bahwa “Kita sibuk bekerja mengatasnamakan untuk
keluarga, tapi untuk mendapatkan itu tanpa kita sadari, kita telah
mengorbankan mereka”.

Begitulah sepenggal kisah keharmonisan keluarga Mario Teguh dan


Linna. Seorang Mario Teguh tidak hanya menjadi motivator bagi
orang lain, tapi juga bisa membuktikan kepada para penggemarnya
bagaimana kata-kata dasyatnya diterapkan dalam kehidupan
keluarganya.

259
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

260
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

BAB V
PENUTUP

Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Tim Penulis


Buku Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR)
dapat diterbitkan dan disajikan kepada para pembaca di seluruh
Indonesia. Penulisan buku ini telah mengambil berbagai sumber
referensi dari para ahli yang dapat dipercaya. Seperti diketahui
bahwa fase remaja merupakan fase kehidupan yang sangat
kompleks, baik yang ditimbulkan berasal dari dalam dirinya sendiri
maupun dari luar dirinya yaitu pengaruh lingkungan sosialnya,
seperti lingkungan peer group, keluarga, sekolah, kelompok
masyarakat dan media massa. Berbagai faktor intern dan ekstern
yang mempengaruhi remaja, akan berdampak kepada remaja untuk
bersikap dan bertingkat laku negatif serta kurang sehat, dilihat
secara fisik, mental, dan sosial (unhealthy behaviors). Berbagai
kasus yang terjadi dikalangan remaja umumnya terkena risiko Triad
KRR, seperti hamil pranikah (KTD), aborsi, terinfeksi IMS, HIV/AIDS,
261
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

dan narkoba (drug addiction), dan sebagainya. Tingkat laku remaja


yang kurang sehat tersebut akan mengganggu perkembangan
remaja baik perkembangan secara individual maupun secara sosial.
Perkembangan secara individual, remaja akan terganggu dalam hal
kesehatan fisik, mental dan sosialnya. Sedangkan perkembangan
secara sosial, remaja akan terganggu dalam melanjutkan sekolah
(continue learning), mencari pekerjaan (start working), membentuk
keluarga (family form), dan menjadi anggota masyarakat (social
citizenship) yang baik dan bermanfaat bagi lingkungannya.

Oleh karena itu, dalam rangka mempersiapkan para remaja yang


berkualitas, sehat secara fisik, mental dan sosial serta berakhlak
mulia, maka buku PKBR ini disusun, yaitu untuk mempersiapkan
para remaja memasuki kehidupan berkeluarga yang lebih matang,
ditinjau dari aspek-aspek kesehatan, ekonomi, pendidikan, psikologi,
agama dan sosial. Dengan demikian semoga akan terwujud Tegar
Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mencapai Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (KKBS) seperti dicita-citakan bersama.
Dengan penuh harapan agar buku ini dapat dibaca oleh para
remaja Indonesia khususnya dan para orang tua umumnya,
guna membentuk generasi muda yang berencana (GenRe) dan
berkualitas sebagai generasi penerus bangsa yang bermanfaat
bagi dirinya, bangsa dan agamanya.

262
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L., Atkinson, R.C., Smith, E., & Bem, D. Pengantar


Psikologi, Jilid 1, Penerbit : Interaksara, 1987.

Boyatzis, R.E. Goleman, D., and Rhee, K, Clustering Competence


in Emotional Intelligence: Insights From The Emotional
Competencies Inventory. Jossey – Bass, San Fransisco :
2000.

Brigham. J. C. Social Psychology. Second Edition. Herper Collins


Publiseher Inc. New York, 1991.

BKKBN, Undang-undang RI, Nomor : 52 Tahun 2009, tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Jakarta 2009.

Cakrawala, Perencanaan Keuangan Keluarga, Yogyakarta, 2009.

Eles Media Komputindo, P.T., Seri Perencanaan Keuangan Keluarga,


Mengatur Pengeluaran Secara Bijak, Jakarta, 2001

Goleman, D. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi.


Cetakan ke-1. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2000.

Graha Ilmu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga, Cirebon,


Mei 2008

Grasindo, Succcesful Financial Planner, Jakarta, 2009.

263
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Helmi, A. F. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Buletin Psikologi,


Tahun VII No. 2, Desember, 1999.

Indah, Financial Management : Cara Pintar Mengelola Uang,


Surabaya, Februari 2009.

Johnson, J. A. Check, J. M. Smither R. The Structure of Empathy,


Journal of Personalise and Social Psychology. Vol 45 No. 6
12999 – 1312. 1983.

Latipun. Psikologi Konseling. UMM Press, Malang, 2006.

Munawaroh. S.M., Empati dan Intensi Prososial pada Perawat.


Skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Psikologi UGM,
Yogyakarta, 1999.

Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial : Sebuah


Pengantar, Cet. I, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Mei
2009.

Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.

Reynata, V., Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Fakultas Hukum


Universitas Indonesia, Jakarta, 2003.

Sobur, A. Psikologi Umum, Penerbit Pustaka Setia, Bandung,


2003.

Sujanto, A., Lubis, H., Hadi, T. Psikologi Kepribadian, Aksara Baru,


Jakarta, 1986.

264
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Sunarto & Agung, Hartono. Perkembangan Peserta Didik. PT.


Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Susilowati, P. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istri.


http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp.
id=475, 2008.

Soerjono Soekanto, Prof. Dr., Sosiologi Keluarga : Tentang Ihwal


Keluarga, Remaja dan Anak, Cetakan III, Penerbit PT. Rineka
Cipta, Jakarta, September 2004.

Singgih D. Gunarsa, Prof. Dr., Ny.Y. Singgih D.Gunarsa, Psikologi


Remaja, Cet. 17, Penerbit PT BPK Gunung Mulia, Jakarta,
2009.

Surbakti, E.B., Drs. MA., Kenalilah Anak Remaja Anda, Pt. Gramedia,
Jakarta, 2009.

Sumiati, S.Kp, M.Si, dkk, Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling,


cetakan pertama, Trans Info Media, Jakarta, 2009.

Sonja Roesma, Dr., SKM,.AAK, Mengelola Kesehatan Eksekutif,


edisi 2, cetakan 2, , Rajut Publishing, Jakarta, 2009

Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, Kesehatan Remaja Problem


dan Solusinya, Salemba Medika, Jakarta, 2010.

Widiana, W. Pola Penasihatan Keluarga Bermasalah : Peranan


Mediasi Sebagai Salah Satu Alternatif, 2006.

Website, Kebutuhan Hidup/Ekonomi Manusia-Kebutuhan Primer,


Sekunder, Tersier, Jasmani, Rohani, Sekarang, Masa Depan,
pribadi dan Sosial. http://organisasi.org/kebutuhan_hidup_
ekonomi_manusi_kebutuhan,primer,sekundertte..9/11/2009.

265
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
(Ditinjau dari Aspek 8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama & Sosial)

Website, Faktor-faktor-yang Mempengaruhi.html, http://


mubarok-institute.blogspot.com/2007/05/.

Website, Program Perkasa Mengangkat Perempuan


dan Ekonomi Keluarga, Http://www.perkasa.
com.2008/07programperkasa.

Website, Trik Keluar Dari Kesulitan Ekonomi keluarga, http://www.


hendrasyurya.blogspot.com.

Yosep,Iyus.,Depresi, http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/05/contoh-
kasus-somnia.html, 2009.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. : Rosda


Karya, Bandung, 2004.

---------------ooo000ooo---------------

266
Penulisan buku ini telah mengambil
berbagai sumber referensi dari para ahli yang
dapat dipercaya. Seperti diketahui bahwa
fase remaja merupakan fase kehidupan yang
sangat kompleks, baik yang ditimbulkan berasal
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar
dirinya yaitu pengaruh lingkungan sosialnya,
seperti lingkungan peer group, keluarga,
sekolah, kelompok masyarakat dan media
massa. Berbagai faktor intern dan ekstern
yang mempengaruhi remaja, akan berdampak
kepada remaja untuk bersikap dan bertingkah
laku negatif serta kurang sehat, dilihat secara
fisik, mental, dan sosial (unhealthy behaviors).

Berbagai kasus yang terjadi di kalangan remaja


umumnya terkena risiko Triad KRR, seperti
hamil pranikah (KTD), aborsi, terinfeksi IMS,
HIV/AIDS, dan narkoba (drug addiction), dan
sebagainya. Tingkah laku remaja yang kurang
sehat tersebut akan menganggu perkembangan
remaja baik perkembangan secara individual maupun secara sosial. Perkembangan
secara individual, remaja akan terganggu dalam hal kesehatan fisik, mental dan
sosialnya. Sedangkan perkembangan secara social, remaja akan terganggu dalam
melanjutkan sekolah (continue learning), mencari pekerjaan (start working),
membentuk keluarga (family form), dan menjadi anggota masyarakat (social
citizenship) yang baik dan bermanfaat bagi lingkungannya.

Buku ini diharapkan sebagai bagian solusi masalah remaja untuk mencapai Tegar
Remaja dalam rangka Tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (KKBS).

Cerita Remaja Indonesia

Klik aja...
http://ceria.bkkbn.go.id (website)
ceria@bkkbn.go.id (email)

ISBN 978-602-8068-54-3

Anda mungkin juga menyukai