Anda di halaman 1dari 9

KIAT MUSLIMAH CERDAS DALAM MENDIDIK KELUARGA

Oleh: Sri Hardiningsih H.S.


Staf Pengajar Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang
e-mail:NINGHUSODO@yahoo.com

Abstract
God creates the human being and encloses the manual of how the human play their
roles, to reach the happines in this world and in future life after the death (Akhirat). God
supplies and prepares everything for human’s needs, gives rewards and punishments for his
creature and educates them that is clearly stated in holy Qur’anul Karim. Moslem women must
be intelligent in every sector and be able to apply their competence based on what Al Qur’an
states, especially in managing their household, teaching their childre; in avoiding the bad
things and in encouraging good things, and their roles in their surroundings.

Key words: peran muslimah, sebagai ibu, pendidik keluarga.

PENDAHULUAN

Saya tertarik dengan sebuah kalimat yang dikemukakan oleh Paulo Freire,
seorang tokoh pendidikan dari Brasil, yaitu pendidikan merupakan praktek
pembebasan yang dia artikan bahwa “Hanya pendidikan yang mampu memperlancar
pergeseran kesadaran transitif-naif ke kesadaran transitif kritis yang akan
mengembangkan kemampuan manusia untuk melihat tantangan-tantangan dari
zamannya” (1984: 32). Saya sangat yakin dengan ucapannya bahwa pendidikan
memang mampu menggugah kesadaran kritis seseorang dan membebaskan seseorang
dari kebodohan dan keterbelakangan, tetapi keyakinan saya sedikit berubah ketika
melihat sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia, apakah benar-benar telah
mampu menumbuhkan kesadaran kritis seseorang.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membebaskan manusia dari
kebodohan dan keterbelakangannya, maka untuk mendapatkan pendidikan yang layak
merupakan hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi tanpa diskriminasi.
Pendidikan yang tanpa diskriminasi antara laki-laki dan perempuan akan memberikan
keuntungan bagi keduanya dan merupakan sumbangan kepada hubungan yang lebih
setara antara laki-laki dan perempuan.
1. Gambaran Umum Pendidikan Perempuan Indonesia
…. Kami, anak-anak perempuan yang masih terrantai pada adat istiadat
lama hanya boleh memanfaatkan sedikit saja dari kemajuan di bidang
pengajaran. Bahwa sebagai anak-anak perempuan, setiap hari meninggalkan
rumah untuk belajar di sekolah sudah merupakan pelanggaran besar terhadap
adat kebiasaan di negeri kami. Satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di
kota kecil kami hanyalah sekolah rendah yang biasa untuk orang-orang Eropa.

1
(Surat Kartini kepada Nona E.H. Zeenhandelaar, tanggal 25 Mei 1899 dalam
Sutrisno,1976: 2).

Itulah sebuah gambaran tentang kondisi perempuan pada jaman Kartini. Kartini
sangat menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi perempuan untuk
menghapuskan kebodohan dan keterbelakangannya. Pendidikan formal, menurut
Kartini menjadi faktor penting untuk memajukan perempuan sebagai upaya yang lebih
luas untuk memajukan bangsa. Oleh karena itu, menurutnya pula pendirian sekolah-
sekolah formal menjadi sangat penting dan untuk itu dia memperjuangkan berdirinya
sekolah-sekolah formal. Pentingnya pendidikan juga dikemukakan oleh E. Boserup,
yang menyatakan bahwa pendidikan perempuan mampu mengeliminir dampak negatif
dari pembangunan ekonomi karena pendidikan paling tidak menambah akses
perempuan terhadap pasar kerja dan meningkatkan keahlian (Azkiyah dalam Jurnal
Perempuan, 2002: 7).
Indonesia memiliki pejuang, pahlawan seorang perempuan yang
memperjuangkan kemajuan untuk perempuan, Kartini namanya, sangat mempercayai
bahwa pendidikan di sekolah akan memungkinkan perempuan bisa berdiri sama tinggi
dengan laki-laki, dapat berkiprah di dunia yang luas, bisa mengikuti perubahan yang
terus menerus berlangsung, serta memiliki posisi serta peran intelektual dan sosial.
Namun, dalam prakteknya pendidikan ternyata mengenal diskriminasi.
Jika berbicara tentang diskriminasi yang terjadi di dalam bidang pendidikan
akan ditemukan fakta yang sangat mencengangkan karena di satu belahan dunia
perempuan telah mendapatkan kemajuan dari pendidikan yang mereka peroleh, tetapi
di bagian dunia lain ternyata masih banyak perempuan yang belum dapat menikmati
pendidikan tinggi, seperti Indonesia. Susenas tahun 1999 menyebutkan bahwa
penduduk perempuan yang mampu menyelesaikan pendidikan SLTP ke atas baru 31,4
persen, sementara penduduk laki-laki 36 persen. Memang, semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka semakin rendah partisipasi anak (baik laki-laki maupun perempuan)
untuk bersekolah.
Persoalan lain yang dihadapi perempuan dalam pendidikan adalah persoalan
buta huruf. Menurut Susenas tahun 1996, penduduk perempuan yang melek huruf
mencapai 85,54 persen, sedangkan laki-laki sebesar 93,4 persen. Mengapa terjadi
perbedaan cukup besar pada angka melek huruf perempuan dan laki-laki? Menurut
Departemen Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kesempatan memperoleh
pendidikan untuk perempuan relatif lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki

2
terutama pada tingkat sekolah menengah, baik menengah pertama maupun menengah
umum. Hal itu cenderung dipengaruhi oleh kondisi keterjangkauan fasilitas pendidikan
atau jarak antara rumah dan sekolah, terutama di daerah-daerah perdesaan yang
terpencil dan sulit dijangkau (Bappenas bekerjasama dengan CIDA, 2000).
Saat ini perempuan Indonesia mungkin boleh bernapas lega karena belenggu adat
yang melarang perempuan bersekolah sedikit demi sedikit telah terbuka dan semakin
banyak perempuan menikmati pendidikan formal. Etos belajar Kartini tersebut
menyebabkan berduyun-duyunnya para perempuan Indonesia berusaha untuk dapat
mengenyam pendidikan formal setinggi-tingginya. Namun, tampaknya kelegaan itu
tidak berlangsung lama karena sampai saat ini partisipasi perempuan dalam
pendidikan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data Susenas
tahun 2002, Angka Partisipasi perempuan kelompok usia 7-12 tahun misalnya 93,7
persen, sedangkan laki-laki 94,4 persen. Dari data Susenas tahun 2002 dapat
disimpulkan bahwa angka partisipasi perempuan selalu lebih rendah dalam semua
tingkatan pendidikan. Selain itu semakin tinggi tingkat pendidikan, angka partisipasi
perempuan masih di bawah laki-laki.
Walaupun kebijakan pendidikan di Indonesia tidak membedakan akses anak
perempuan dan laki-laki dalam menikmati kesempatan belajar. Kenyataannya, angka
buta huruf perempuan selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki, seperti angka di
Indonesia hanya ada 63 persen perempuan yang melek huruf dibandingkan dengan
laki-laki 73 persen. Sebenarnya, banyak keuntungan yang diperoleh jika suatu negara
menginvestasikan sumberdaya pembangunannya untuk pembangunan pendidikan,
karena dengan pendidikan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan dan
produktifitas kerja.
Melek huruf perempuan atau tingkat pendidikannya juga menjadi kunci penting
bagi peningkatan status gizi dan dan kesehatan individu dan keluarga. Rendahnya
tingkat pendidikan perempuan memang signifikan dengan kasus kematian ibu hamil
dan bersalin. Karena persentase terbesar ibu hamil dan bersalin meninggal dunia
berpendidikan rendah atau setingkat Sekolah Dasar alias miskin. Kebodohan adalah
penyebab kemiskinan. Banyak orang muslim yang bodoh, maka orang muslim pula
yang kebanyakan miskin.
Jangan keliru dalam memahami uraian di atas. Itu sebagian kecil dari pandangan
kaum pejuang JENDER yang menuntut persamaan hak seperti yang didengungkan
oleh kaum feminis Barat, kalau tidak berhati-hati kita bisa tergelincir dengan paham

3
kaum Yahudi melalui perjuangan kaum perempuan yang ingin menyamai pria dalam
segala sektor. Melek huruf memang diperintahkan kepada seluruh manusia, bukan
hanya bagi laki-laki, simak firman Allah dalam (QS 96:1), namun perempuan lebih
memiliki peranan mulia yang harus dijalankan, apalagi sebagai seorang ibu. Ibu adalah
pendidik utama dan pertama di lingkungan rumahtangganya. Seorang ibu yang cerdas
secara spiritual akan memahami bahwa dia mengemban amanah yang mulia untuk
menjadikan anak-anaknya orang yang berakhlak mulia.

2. Peran Muslimah menurut AlQur’an


Tujuan Allah menciptakan manusia bukan untuk main-main (QS 23:115),
melainkan untuk mengemban amanah (QS 33:72) dan untuk mengabdi dan
beribadah/menyembah Allah (QS 51:56), agar menjadi khalifah di bumi (QS 2: 30);
untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar (QS 3:110), dengan demikian, manusia akan
dibedakan dari segi derajat dengan mengujinya siapa yang lulus ujian Allah dan yang
tidak (QS 6:165), karena kelak setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban
(QS 75:36); (QS 74:38).
Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya di dunia ini.
Apalagi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak bagi yang meyakininya.
Mengapa bagi yang meyakininya? Karena tidak semua orang yang mengaku muslim
selalu taat pada Allah dan RasulNya. Ciri-ciri mereka yang tidak taat pada Allah
adalah seperti orang yang selalu membantah ayat-ayat Allah (QS 22:8), ‘mereka
membantah Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa wahyu yang
jelas’.
Al Qur’an mendidik kita agar menjadi muslimah yang kaffah/total: ‘janganlah
kalian mengikuti langkah-langkah syaithon, karena mereka itu musuh yang nyata bagi
kalian’ (QS 2: 208). Marilah kita renungkan perintah Allah dalam (QS 15: 87 - 99),
janganlah seperti kaum Yahudi dan Nasrani yang membagi-bagi kitab mereka sesuai
kemauan mereka. Ayat-ayat yang menyenangkan saja lah yang akan mereka patuhi,
sedangkan yang mereka rasa berat untuk menerapkan dalam kehidupan dunia ini, atau
mereka anggap tidak sesuai lagi dengan jaman sekarang, mereka tinggalkan bahkan
mereka hilangkan atau palsukan. dengan tujuan agar mereka dapat sepuasnya
mengumbar nafsu.
Apabila mereka menganggap berat apalagi meremehkan ayat-ayat Allah, mereka
selalu berdalih: “Saya kan belum siap/sanggup”. (Contoh bagi perempuan yang

4
mengaku beragama Islam yang belum menutup aurat, meskipun mereka membaca
ayatNya dengan jelas, umumnya alasan mereka demikian). Pada hal Allah yang
menciptakannya dari zat yang sangat bau dan hina (mani), namun tiba-tiba ia menjadi
pembantah yang nyata (QS: 16:4).
Perlu diketahui bahwa “setiap manusia itu memiliki kewajiban menyampaikan
segala apa yang diperintahkan dalam ayat-ayat Allah dengan terang-terangan, dan kita
harus berpaling dari kaum musyrikin” (QS 15:94). Namun Allah sangat membenci bila
seorang penyampai tidak melakukan perintah Allah namun ia berani menyampaikan
ayat-ayatNya ( QS 61: 2-3).
Bahkan dalam ayat lainnya QS 15, kita diperintahkan untuk selalu bertasbih dan
memuji Allah dan mendirikan Shalat sampai ajal menjemput (QS 15: 98 - 99). Tetapi
mengapa sampai ada sebuah group band berani menantang Allah melalui judul lagu
yang tragis dan memilukan: “ANDAIKU TAHU”. Group band ini saat konser
langsung di Pekalongan (bulan Desember 2006) menelan 10 orang menjadi korban
tewas begitu konser selesai. Lagu ini seolah menjadi tuntunan bagi anak-anak muda
sekarang, daripada ajaran Islam yang jelas akan menyelamatkan mereka baik selama
di dunia maupun di akhirat kelak. Mengapa takut akan dosa-dosa? Bukannya takut
pada Allah tetapi pada dosa-dosa yang telah diperbuat? Bertobatlah wahai manusia.
Manusia wajib berusaha untuk mengubah dirinya (QS 13:11) dengan akalnya,
karena Allah telah menyediakan dua macam jalan yaitu untuk menuju ketaqwaaan dan
kefasiqan. Mengubah dirinya dengan cara memperbanyak membaca dan belajar.
Sekolah bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar bagi ibu-ibu yang kurang mampu
secara finansial. Pada jaman sekarang banyak sekali bacaan yang dapat ditemui yang
dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran bagi orang yang mau menggunakan
akalnya alias harus cerdas. Apabila ada musibah terjadi pada diri mereka, itu
dikarenakan ulah manusia itu sendiri dengan ijin Allah (QS 42:30), (QS 64:11), (QS
57:22), (QS 3:182), (QS 4:62), (QS 4:79), (QS 5:49). Artinya, musibah yang
menyangkut kehidupan dunia yang tidak berlandaskan wahyu yang benar. Karena
hanya orang yang cerdas spiritual yang mampu menangkap setiap pelajaran dalam
kehidupan dengan mata hati (ulil abshor).

3. Peran Sebagai Ibu yang Amanah


Semakin luasnya kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang
pekerjaan, serta mengenyam pendidikan tinggi masih sering terdengar cerita bahwa

5
wanita lebih memilih berhenti bekerja atau berhenti kuliah, terutama setelah
berkeluarga. Ada berbagai alasan yang dikemukakan atas tindakan ini. Salah satunya
adalah untuk menjalankan kodrat, yaitu menjadi istri dan ibu yang baik. Peran sebagai
ibu rumah tangga harus bertanggungjawab bagaimana menjadikan anggota
keluarganya memiliki perilaku karimah/mulia.
Dalam firmanNya dinyatakan bahwa “sesungguhnya usaha kamu memang
berbeda-beda” (QS 92: 4). Dengan demikian manusia wajib berusaha sesuai dengan
kompetensi dan tanggungjawab yang diamanahkan pada mereka. Misalnya sebagai ibu
rumahtangga (tidak berkarir di kantor); sebagai guru, dosen, polisi, tentara, astronom,
dokter, pedagang, perawat dan lain sebagainya, tanggungjawab untuk mendidik
anaktetap menjadi tugasnya dan diperlukan ibu yang cerdas sesuai perintah Allah.
Apabila seorang ibu tidak bekerja di kantor, logikanya waktu bersama dengan
anak-anak tentu lebih lama atau frekuensi berkomunikasi lebih sering, bila
dibandingkan dengan seorang ibu yang harus berkarir di kantor. Tetapi apakah ibu
yang demikian itu dijamin lebih berhasil dalam mendidik anak-anaknya sesuai dengan
perintah Allah daripada seorang ibu yang berkarir? Tanpa kecerdasan spiritual, hal ini
tidak mudah untuk dapat tercapai, apalagi jika ibu rumahtangga tersebut tidak rajin,
tidak kreatif, tidak inovatif, misalnya, bagaimana mengolah makanan yang sehat, yang
halalan dan toyiban. Bagaimana mengalokasikan waktu agar berdaya guna sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi seluruh anggota keluarga atau bahkan
dapat menghasilkan produk komersial yang bernilai ekonomi. Karena sebenarnya
tujuan bersekolah bukan satu-satunya tujuan untuk mendapatkan pekerjaan di luar
rumah atau menjadi orang ‘kantoran.’ Kewajiban belajar adalah hak seluruh umat
manusia. Allah menilai, membalas segala perbuatan baik dan buruk manusia
berdasarkan niat dan usahanya (QS 42:20) dan (QS 45:15).
Apabila setelah tamat sekolah, tidak mendapatkan pekerjaan di kantor, jangan
berputus asa, karena perilaku putus asa demikian sama dengan menjadi kafir (QS
12:87). Apapun peranan yang kita emban, harus dilandasi semata-mata mencari ridlo
Allah. Kita akan selalu merasa lelah hati dan fisik, bila kita bekerja hanya ingin
mendapatkan imbalan anak atau angota keluarga berterimakasih kepada kita, sebab
bila mereka tidak demikian kita pasti akan kecewa karena hanya mengharap dari
manusia.
Bukan hal yang aneh bila ada perempuan yang memilih melepaskan
pekerjaannya demi mencari karunia/ridlo/upah (meminjam istilah Ibu Luthfiah

6
Sungkar) Allah. Asalkan bukan demi anak, demi suami atau demi keluarga, atau demi-
demi yang selain Allah, tetapi demi hanya untuk Allah saja.
Sebelum menentukan pilihan pasangan hidup, tempuhlah dengan shalat
istikharah, agar apa yang nampak kita pandang sebagai sesuatu yang baik pada hal
belum tentu baik bagi Allah (QS 2: 216). Sehingga apabila putus hubungan silaturahmi
dangan kawan prianya, jangan sedih hati. Percayalah bahwa insyaAllah perempuan
yang sholehah akan mendapatkan pasangan yang sholeh pula (QS 24:2-3). Berdoalah
sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah, bahwa berwudlulah sebelum tidur apalagi
sebelum berkumpul dengan sang suami, agar anak keturunan kelak tidak bersifat
seperti “GRANDONG”. Dan dalam doa-doa setiap ibu yang sholehah akan
mendoakan agar anak keturunannya tetap mendirikan sholat (QS 14: 40).
Seorang perempuan tidak dapat menjadi/menyulap dirinya tanpa disertai
perjuangan/jihad mengubah dirinya dahulu untuk menjadi uswatun khasanah bagi
lingkungan terdekatnya, misalnya, sebagai seorang kakak bagaimana bersikap menjadi
panutan bagi adik-adiknya, sebagai teman bagaimana menjadi contoh bagi teman-
teman sebayanya, dan begitu pun seorang ibu, tidak semudah membalik telapak
tangan untuk dapat mendidik anak-anaknya berperilaku karimah sebelum dirinya
sendiri menjadi pionir dalam rumah tangganya. Sehingga anak-anaknya kelak menjadi
anak yang sholeh dan sholehah, mengerti bagaimana berbakti kepada ke dua orangtua.
(QS 31: 14), (QS 17: 23), (QS 46: 15). Jika demikian halnya berarti semua itu haruslah
dimulai dari diri sendiri, jangan menyuruh orang lain berbuat sesuatu bila diri sendiri
belum melakukannya, sehingga akan terhindar dari kebencian Allah terhadap diri (QS
61:2-3), sebab kalau tidak, akan mendapat julukan Mr/Mrs JARLANI (Dapat
mengajari tidak dapat menjalani).
Alasan di atas sebenarnya merupakan alasan yang sangat mulia. Hal ini sangat
erat hubungannya dengan Firman Allah SWT (QS 28: 77):
“Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”

Dalam ayat di atas Allah memerintahkan kepada seluruh manusia baik itu laki-
laki maupun perempuan, untuk berusaha mengumpulkan bekal untuk pulang ke
haribaanNya. Dan karena rahmatNya pula dijadikannya malam dan siang silih

7
berganti agar manusia yang mampu menggunakan akalnya mencari karuniaNya dan
bersyukur kepadaNya. (QS 28:73).

PENUTUP
Dalam setiap langkah, kegiatan, jangan atas nama/demi selain Allah, sebab
bila ada ketidak sesuaian keinginan atau harapan dari diri dengan anak atau suami atau
keluarga atau yang diatasnamakan “DEMI”, tentu yang ada adalah ‘kesal’; ‘capek
fisik’; ‘jengkel’; ‘tidak ikhlas’, akhirnya dapat menyebabkan sakit di dada. Dan ujung-
ujungnya sakitlah fisik, karena dorongan hati yang bukan Lillahi Ta’ala.
Seperti firman Allah dalam QS 92: 4) bahwa: “Sesungguhnya usaha kamu
memang berbeda-beda.” Di sini ditekankan bahwa apapun yang diperankan, apakah
sebagai ibu rumah tangga, perempuan karir, pedagang, sebaiknya harus memperbarui
niat bahwa manusia sebagai kalifatullah di muka bumi hanyalah untuk mencari
keridloan Allah semata. Bukan mencari pujian dari manusia, atau untuk
membanggakan diri karena merasa bahwa kesuksesan itu adalah hasil keringatnya
sendiri, atau demi mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Allah mengingatkan
dalam (QS 9: 24):
Katakanlah:”Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
Istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah
tinggal yang kamu yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan
RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah
memberikan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasiq.
Mulai dari sekarang niatkan segala langkah dan kegiatan kita atas nama kan
Allah agar selalu mendapatkan pahala akhirat lebih dahulu, bukan sebaliknya seperti
yang terjadi orang yang berdoa hanya mencari hasil untuk hidupnya di dunia (QS
2:200). Awali dengan ‘Istighfar’, bagi yang selama ini ternyata salah dalam memulai
segala langkah karena . Bahkan seringkali lupa tidak berniat. Pada hal sabda
Rasulullah Muhammad SAW bahwa segala sesuatu yang dilakukan nilainya
tergantung pada niatnya (Innamaal ‘amaalu bin niyyat’) dan sebaiknya agar mendapat
pahala dari Allah dimulai dengan membaca ‘basmallah.’
Dalam menempuh pendidikan niatkan pula untuk mencari ridlo Allah agar
wawasan pribadi bertambah, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan akal,
pikiran, tidak lebih emosional, agar apabila mendapatkan pekerjaan atau posisi yang
diinginkan, tidaklah menjadi kecewa, stress, dan akhirnya .......... sakit jiwa. Orang-
orang yang selalu bersyukur akan mendapatkan kelipatan nikmat, tetapi yang kufur

8
atau mengingkari nikmat akan mendapat azab yang pedih dari Allah SWT (QS: 14:7).
Dan selalulah berdoa, sesuai dengan firmanNya (QS 2:186) bahwa: “Allah adalah
dekat, dan akan mengabulkan permohonan orang yang bermohon kepadaNya selama
orang-orang tersebut mematuhi segala perintahNya dan beriman kepadaNya agar
mereka selalu dalam kebenaran”; dan janji Allah itu pasti benar (QS 46: 16); (QS
18:98).

REFERENSI:

Alibasyah, Permadi. 2003. Bahan Renungan Kalbu: Penghantar Mencapai


Pencerahan Jiwa. Yayasan Mutiara Tauhid: Jakarta.

AlQur’an dan Tarjamahnya. 1992. Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia.
Medinah Munawaroh.

AlQur’an Tajwid dan Terjamahnya. 2006. Departemen Agama RI. PT Syaamil


Cipta Media: Bandung.

Azkiyah, N. 2002. Keterkaitan Pendidikan Formal Perempuan dan Dunia


Pembangunan. Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan.

Boserup, E. 1984. Peranan Wanita dan Pembangunan Ekonomi. Yayasan Obor


Indonesia: Jakarta.

Chobaud, J. 1970. Mendidik dan Memajukan Wanita. (Terjemahan oleh Koesalah


Soebagjo Toer. 1984). Penerbit: Gunung Agung: Jakarta.
Freire, P. 1984. Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan. PT Gramedia: Jakarta.

Hadiri SP, Ch. 1993. Klasifikasi Kandungan Al Qur’an. Gema Insani Press: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai