Dosen
Oleh :
SUKMAWATI
HAJAR
MATILDA MARTHA P
P1807214010
P1807214012
P18072144001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah infertilitas dan pendidikan seks dengan judul Pendidikan
seks pada anak ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki kami
berterima kasih pada Bapak Prof. DR. dr. Tahir Abdullah, M. Sc.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang sikap atau tindakan dalam memberikan
pendidikan seks pada anak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga
makalah
ini
dapat
dipahami
bagi
siapapun
yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Makassar,
April
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................................................
1
B. Tujuan penulisan ..........................................................................................................
3
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam era
daya
manusia
yang
berkualitas harus dimulai sejak dini. Tidak hanya dalam pertumbuhan fisik
saja, tetapi juga dalam
perkembangan
mental,
sosial
dan emosional
masyarakat dan pemerintah. Upaya tersebut harus dimulai sejak dini, bila
awal sudah didapat bibit-bibit yang baik dan diberikan lingkungan yang
kondusif, maka diharapkan tumbuh kembang anak. Pada saat anak memasuki
umur 6-7 tahun, anak mulai menunjukkan kesadaran, minat terhadap
perbedaan fisik laki-laki dan perempuan, 8 tahun anak mulai menyinggung
masalah seks, 9 tahun mulai berbicara tentang seks dengan teman
sebayanya dan menggunakan istilah seksual dalam mengucapkan kata-kata
kotor atau membuat puisi dan mulai belajar tentang organ seks mereka
sendiri, dan pada umur 10 tahun anak akan belajar dari temannya tentang
menstruasi dan hubungan seks.
Keresahan orangtua terhadap perkembangan free sex
sudah
pemerintah
yang
menyejahterakan
mendapatkan
dan
amanah
membahagiakan
dari
rakyat
untuk
kehidupan warga-bangsanya.
dengan
kebijakan dan tanggap darurat yang dimiliki oleh pemerintah juga tokohtokoh pendidikan dan agama. Perebutan dominasi ke arah kebebasan negatif
dimungkinkan akan terjadi jika tidak segera dilakukan antisipasinya dengan
cerdas. Media elektronik semacam TV, video, CD, film, internet, HP,
dan media cetak seperti koran, majalah, tabloid, brosur, foto, kartu, kertas
stensilan yang berbau porno dapat diakses oleh semua lap isan masyarakat,
dan semakin terbuka dan mudah, tanpa ada pengendalian yang memadai.
Orangtua dan pemerintah semakin permisif dan seakan memberikan
dukungan, karenanya produk kelam ini cukup laris di pasaran.
Pelayanan mudah terkait dengan yang serba mesum bisa dipuaskan
lewat lokalisasi, tempat remangremang, konsultasi seks lewat sms, dan
telepon, sampai pada pemanfaatan tempat rekreasi dan hotel
atau
legislatif
penyembuhan
masyarakat
penyakit
yang
itu.
menangani
Teguran
penertiban
Tuhan
dan
dengan
direspon
baik
oleh
manusia
sehingga
semua
komponen
belum
kompak
tergugah
untuk
bergerak
bersama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang anak
1. Pengertian anak
Terhadap definisi anak terkait dengan batasan umur, ditemukan banyak
literatur yang memberi batasan umur anak yang berbeda-beda. Dalam hal ini
dapat
ditelusuri
berdasarkan
fase-fase
perkembangan
anak
yang
a. Perekembangan fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensorik dan keterampilan motorik yang ditandai dengan
perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan
berat tubuh (Papalia dan Olds, 2001).
b. Perkembangan kognitif.
Menurut
Piaget
(Papalia
dan
Olds,
2001)
Perkembangan
mulutnya.
b. Fase muskuler
Berlangsung dari usia 2 sampai 3 tahun atau paling telat di usia 4
tahun. Pusat kenikmatan anak berpindah ke otot; ditandai dengan
kesenangan dipeluk, memeluk, mencubit, atau ditimang-timang.
c. Fase anal uretral
8
orang
tua
yang
berpendapat
bahwa
pada
usia
ini
seksualitas
sudah
dimulai
pada
tahun
pertama.
perempuan dan
laki-laki.
diberikan pada usia di bawah dua tahun ini orang tua mulai
mengajarkan cara membuang air yang baik pada anak laki-laki dan
perempuan.
b. Pendidikan yang diberikan pada usia ( 3-6 tahun )
Anak memasuki usia ini, daya tingkat keingintahuan anak sangat besar.
Pada usia ini anak sudah mampu menunjukkan emosi yang besar. Pada
usia ini anak mampu mengelompokkan warna, benda maupun ukuran.
Semakin cepat orang tua mengajari antara perbedaan laki-laki dan
perempuan kepada anak semakin baik.
7-11
meninggalkan
tahun
merupakan
sikap
egoisnya.
masa
dimana
Anak
mulai
anak-anak
bermain
mulai
dengan
berkaitan
dengan
organ
repproduksinya
dan
10
membandingkan denagn
orang
lain.
Sebagai
orang
tua,
sentuhan
dan pelukan
kepada
anak
agar
mereka
yang
mampu
mana anak tersebut tinggal. Pada masa anak akan lebih banyak berinteraksi
dengan guru di Taman Kanak-Kanak atau juga Pendidikan Anak Usia Dini.
Oleh karena itu, peran guru dalam memberikan pendidikan seks sejak dini
sangat besar karena pada fase ini anak akan melakukan pemrosesan
informasi baik secara visual maupun audio visual oleh karena peran seorang
guru adalah mengontrol dengan sangat baik pemrosesan informasi tersebut.
Hal yang dikontrol seperti berikut :
a. Anak sangat peka dengan stimulus.
b. Anak memperhatikan sesuatu yang mencolok dan nampak sebagai hal
baru yang dia temukan.
c. Memori jangka pendek bahkan jangka panjang sudah berkembang.
4. Tujuan pendidikan seks
Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan pendidikan seks kepada anak
menurut islam adalah sebagai berikut :
a. Penanaman dan penguukuhan akhlak sejak dini kepada anak dalam
menghadapi masalah seksual agar mudah terjerumus pada pergaulan
bebas. Diharapkan mereka mampu membentengi diri dalam menghadapi
perubahan-perubahan dororngan seksual secara islam.
b. Membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab
terhadap mada depan seksual anaknya.
c. Sebagai upaya preventif dalam kerangka moralitas agama untuk
menghindarkan anak dari pergaulan bebas dan penyimpangan seksual.
d. Membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual.
13
14
tabunya
masyarakat
dalam
membicarakan
masalah
15
dari media
cetak
(komik
dan
majalah), sebagian
besar
c. Lubis (2012) faktor sosial, ekonomi, budaya dan riwayat pendidikan seks
orang tua memepengaruhi ibu dalam mengajarkan pendidikan seks kepad
anaknya.
d. Luke, Katherine (2010) Ibu lebih cenderung untuk membicarakan masalah
seksual dengan anak perempuannnya dibandingkan anak laki-laki.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pendidikan seks pada anak sebaiknya diberikan sedini mungkin untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan seksnya dengan memperhatikan
perkembangan psikoseksual pada anak.
2. Peran orang tua dalam memberikan pendidikan seks harus sesuai dengan
umurnya dalam tahapanna yaitu ; (0-2 tahun) orang tua mulai mengajarkan
cara membuang air yang baik pada anak laki-laki dan perempuan,
(3-6
tahun) orang tua mengajari antara perbedaan laki-laki dan perempuan kepada
anak semakin baik, (7-11thn) orang tua, mengarahkan kegiatan yang
sesuai dengan jenis kelaminnya.
3. Peran orang tua adalah mengontrol dengan angat baik pemosesan informasi
tentang; anak sangat peka dengan stimulus, anak memperhatikan sesuatu
18
yang mencolok dan nampak sebagai hal baru yang dia temukan, Memori
jangka pendek bahkan jangka panjang sudah berkembang.
B. SARAN
1. Untuk Orang tua
a. Melakukan monitor tumbuh kembang anak yang
memperlakukan
anak
sesuai
dengan
umur
dan
optimal dan
perkembangan
psikoseksualnya.
b. Memperhatikan bahwa usaha melaksanakan pendidikan seks perlu
diulang-ulang (repetition) dan melakukan secara pribadi.
2. Untuk guru /pendidik
Mengontrol dengan sangat baik pemrosesan informasi bagi anak karena
memori jangka pendek dan jangka panjang akan berdampak pada kehidupan
sosialemosionalnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alwahdaniah. 2013. Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak Usia Remaja.
SKRIPSI : Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik UNHAS. Akses tanggal 07
April 2015
Ambarwati, Retno. 2013. Peran Ibu Dalam Penerapan Pendidikan Seksualitas
Pada Anak Usia Pra Sekolah.Ipi.98535.pdf. Akses tanggal 07 April 2015.
Choiruddin, Muhammad. 2014. Urgensi pendidikan seks sejak dini dalam
belenggu kekerasan seksual terhadap anak. Urgensi Pendidikan Seks
Sejak Dini (Sebuah upaya preventif dan protektif).pdf. Akses tanggal 07
April 2015.
Fanora, Riediyan Nur. 2011. Urgensi Pendidikan seks dan pendidikan moral
sejak dini serta implementasinya dikalangan masyarakat. 5 riedian
Urgensi Pendidikan Seks Dan Pendidikan Moral Sejak Dini Serta
Implementasinya Dikalangan Masyarakat.pdf. Akses tanggal 07 April
2015.
Hastomo, Agung. 2007. Pendidikan Seks Anak. Pendidikan seks anak.pdf. Akses
tanggal 07 April 2015.
Katherine. Luke, Martin A. Karin, 2010, Gender Differences in the ABCs of the
Birds and The Sees; What Mother Teach Young Children About
Sexuaity and Reproduction, Akses tanggal 07 April 2015.
Lubis. Utami.P Dina, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam
Mengajarkan Pendidikan Seksual pada Anak Usia 4-6 Tahun di TK
Dharma Bakti IV Tamantirto Bantul Yogyakarta, Akses tanggal 07 April
2015
Nurdiansyah, Mhd. 2011. Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak. http/www.
Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak (Artikel) - Ibu dan Balita, Akses
tanggal 07 April 2015.
20
21