Jurnal 1
Judul : Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Pada Pasien Stroke Dengan
Range Of Motion (ROM): Terapi Bola Karet
Penulis : Eva Lim Theresa, Deni Susyanti, Muchti Yuda Pratama
Tahun : 2022
Jurnal 2
Judul : Pengaruh ROM Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot
Genggam Pasien Stroke Di RSUD RAA Soewondo Pati
Penulis : Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati.
Tahun : 2018
Jurnal 3
Judul : Efektifitas Terapi Genggam Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot
Pada Pasien Stroke
Penulis : Ayu Cantika Sari, Sapti Ayubbana, Senja Atika Sari HS
Tahun : 2021
A. Kasus
Pasien Bp. S, kamar 318, dengan diagnose Vomitus, CRF, CKD, Post
Stroke mengeluh tangan kanan terasa berat tidak bisa digerakkan dan pucat.
Hasil pengkajian kekuatan otot tangan kanan 0, tangan kiri 5, kaki kanan 5
dan kaki kiri 3. Dilakukan intervensi terapi genggam bola selama 3 hari
berturut turut, selama pemberian sehari dua kali dengan durasi 15 – 20 menit
setiap kali terapi. Pada hari ketiga didapatkan hasil kekuatan otot meningkat
dari 0 menjadi 2.
B. Pembahasan
Menurut Tanzila (2015) menyebutkan penyakit stroke telah menjadi
masalah kesehatan yang selain menyebabkan kematian, stroke juga
merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab seseorang dirawat di
rumah sakit dalam waktu lama. Keadaan seseorang yang dirawat dirumah
sakit dalam waktu yang lama juga dapat menimbulkan komplikasi lain
seperti berkurangnya substansi epidermis dan dermis. Bila otot tidak
digunakan/hanya melakukan aktivitas ringan (seperti: tidur dan duduk)
maka terjadi penurunan kekuatan otot sekitar 5% dalam tiap harinya, atau
setelah 2 minggu dapat menurun sekitar 50%.
Menurut Prasetyo (2007) disamping terjadi kelemahan otot, juga
terjadi atrofi otot (disuse athrophy). Hal ini disebabkan karena serabut-
serabut otot tidak berkontraksi dalam waktu yang cukup lama, sehingga
perlahan-lahan akan mengecil (atrofi), dimana terjadi perubahan
perbandingan antara serabut otot dan jaringan fibrosa. Atrofi otot juga
sering terjadi pada anggota gerak yang diletakkan dalam pembungkus gips,
sehingga dapat mencegah terjadinya kontraksi otot. Menurut Robbins
(2007) menambahkan bila suatu otot tidak digunakan selama berminggu-
minggu, kecepatan penghancuran protein kotraktil akan berlangsung lebih
cepat daripada kecepatan penggantiannya, karena itu terjadi atrofi otot.
Terjadinya atrofi otot bisa juga disebabkan oleh karena berkurangnya suplai
darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya rangsangan endokrin, dan
penuaan.
Pada pasien Bp. S kekuatan otot sebelum diberikan intervensi terapi
genggam bola karet yaitu tangan kanan: 0, tangan kiri 5, kaki kanan 3, kaki
kiri 5. yang artinya gerakan minimal yang dapat dilakukan pasien stroke non
hemoragik adalah gerakan tidak dapat melawan gravitasi dan tidak dapat
melakukan gerakan sendi. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden
mengalami gangguan aktifitas fisik yang disebabkan karena gangguan otot
dan dapat dilakukan terapi genggam bola karet.
Menurut penelitian yang sudah dilakukan Chaidir & Zuardi (2014)
yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan range of motion pada
ekstermitas atas dengan bola karet, kekuatan otot responden adalah 2 dan 3.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Prok, Gessal & Angliadi (2016) yang menyebutkan bahwa
sebelum dilakukan latihan gerak aktif menggenggam bola, rata-rata
kekuatan otot pasien stroke adalah 10,56.
Menurut Ikawati (2011) stroke dapat menyebabkan kerusakan
neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial pada satu
atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menyumbat aliran darah
keotak. Hambatan tersebut umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah atau penyumbatan pembuluh oleh gumpalan (clot), yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak karena otak kekurangan pasokan
oksigen dan nutrisi.
Menurut Irfan, 2010 dalam Sukmaningrum, Sri & Solechan (2012)
menjelaskan stroke dapat menyebabkan berbagai macam gangguan seperti
kematian jaringan otak, penurunan tonus otot, dan hilangnya sensibilitas
pada sebagian anggota tubuh yang dapat menurunkan kemampuan fungsi
tubuh yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Jika ada bagian otak yang
terkena lesi maka dapat mengakibatkan kelemahan pada ekstermitas yang
sangat mengganggu kemampuan dan aktifitas sehari-hari.
Pada pasien Bp. S dilakukan terapi genggam bola karet selama 3 hari
berturut turut dua kali sehari selama 15 – 20 menit didapatkan hasil yaitu
peningkatan kekuatan otot tangan kanan yang awalnya 0 meningkat menjadi
2. Kondisi ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi aktif
menggenggam bola karet, responden mengalami kemajuan yaitu dapat
menggerakan tangannya, dan dapat menerima rangsangan dari luar serta
memiliki tahanan otot jari. Hasil intervensi ini didukung oleh penelitian
Chaidir & Zuardi (2014) yang menyebutkan bahwa sesudah dilakukan
latihan range of motion pada ekstermitas atas dengan bola karet, kekuatan
otot responden adalah 4. Penelitian lain yang sejalan dengan intervensi yang
kelompok lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal &
Angliadi (2016) yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan gerak
aktif menggenggam bola, rata-rata kekuatan otot pasien stroke adalah 14,06.
Peningkatan kemampuan otot yang dialami responden sedikit banyak
disebabkan karena adanya intervensi aktif berupa menggenggam bola karet.
Menurut Saryono (2011) faktor penting yang dapat meningkatkan kekuatan
otot adalah dengan pelatihan. Dengan pelatihan secara teratur akan
menimbulkan pembesaran (hipertrofi) fibril otot. Semakin banyak pelatihan
yang dilakukan maka semakin baik pula pembesaran fibril otot itulah yang
menyebabkan adanya peningkatan kekuatan otot. Untuk mencapai
peningkatan kekuatan otot dengan baik, diperlukan pelatihan yang disusun
dan dilaksanakan dengan program pelatihan yang tepat. Agar pelatihan yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan,
program pelatihan yang disusun untuk meningkatkan kekuatan otot harus
memperhatikan faktor-faktor dari kesehatan pasien.
Pemberian intervensi pada kelompok ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kekuatan otot pada penderita stroke non hemoragik
sebelum dan sesudah diberikan terapi aktif mengenggam bola karet. Hasil
intervensi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal &
Angliadi (2016) yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan bermana rata-
rata kekuatan otot sebelum dan sesudah latihan menggenggam bola. Adanya
perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah terapi aktif menggenggam
bola karet disebabkan karena adanya rangsangan pada otot. Menurut Prok,
Gessal & Angliadi (2016) latihan menggenggam akan merangsang serat-
serat otot untuk berkonstraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap
harinya dengan karakteristik latihan yang menggunakan bola karet dengan
tekstur lentur dan halus akan melatih reseptor sensorik dan motoric.
KESIMPULAN
Stroke merupakan penyakit yang sering terjadi pada semua orang, stroke
dapat mengakibatkan penurunan aktivitas karena menurunnya kekuatan
otot. Penurunan kekuatan otot dapat dilakukan penanganan salah satunya
dengan melakukan terapi genggam bola karet. Pada pasien Bp. S dengan
stroke non hemorogik mengeluhkan tangan kanan terasa berat dan tidak bisa
digerakkan, setelah diberikan intervensi genggam bola karet oleh kelompok
selama 3 hari berturut – turut 2 kali sehari dengan durasi 15- 20 menit
didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan meningkat dari 0 menjadi 2
pada hari ketika. Pasien dan keluarga pasien mengatakan tangan kanan
sudah tidak lemas dan pucat sudah berwarna merah, tangan sudah bisa
menggengam bola dan menahan bola agar tidak jatuh, jari tangan kanan
dapat digerakkan dan dapat menerima rangsangan dari luar. Sehinga dapat
disimpulkan bahwa terdapat efektifitas terapi genggam bola karet terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke non hemorogik.
DAFTAR PUSTAKA
Cantika, A., Ayubbana, S., & Sari, S. A. (2021). Efektifitas Terapi Genggam Bola
Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke. Jurnal Cendikia Muda,
1(3), 283-288.
Faridah, U. F., Sukarmin, S., & Kuati, S. (2019). Pengaruh ROM Exercise Bola
Karet terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke di RSUD Raa
Soewondo Pati. Indonesia Jurnal Perawat, 3(1), 36-43.
Theresa, E. L., Susyanti, D., & Pratama, M. Y. (2022). Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas Fisik pada Pasien Stroke dengan Range Of Motion (ROM):
Terapi Bola Karet. Jurnal Keperawatan Flora, 15(2), 22-29.