Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PICO

Jurnal 1
Judul : Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik Pada Pasien Stroke Dengan
Range Of Motion (ROM): Terapi Bola Karet
Penulis : Eva Lim Theresa, Deni Susyanti, Muchti Yuda Pratama
Tahun : 2022

Jurnal 2
Judul : Pengaruh ROM Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot
Genggam Pasien Stroke Di RSUD RAA Soewondo Pati
Penulis : Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati.
Tahun : 2018

Jurnal 3
Judul : Efektifitas Terapi Genggam Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot
Pada Pasien Stroke
Penulis : Ayu Cantika Sari, Sapti Ayubbana, Senja Atika Sari HS
Tahun : 2021

No PICO Artikel 1 Artikel 2 Artikel 3


1 Problem, Problem: Problem: Problem:
Population Stroke merupakan suatu Terdapat 10 pasien stroke Kekuatan otot pasien
keadaan yang yang mengalami pada ekstremitas kanan
menggambarkan adanya penurunan kesadaran di atas dan bawah 5
gangguan perdarahan di ruang umum RSUD RAA (normal) sedangkan
otak yang menyebabkan Soewondo Pati didapatkan pada ekstremitas kiri atas
perubahan neurologi. sebanyak 6 (60%) pasien kiri atas 3 (dapat
Masalah berat bagi mengalami gangguan menggerakkan sendi,
pasien yaitu salah mobilisasi. Ketika pasien otot, juga dapat melawan
satunya karena pasien disuruh menggengam pengaruh gravitasi tetapi
mengalami kondisi tangan sepenuhnya pasien tidak kuat terhadap
penurunan fungsi tidak dapat tahanan yang diberikan)
jaringan tubuh. melaksanakannya bahkan dan ekstremitas kiri
jari jari tangan terasa kaku. bawah 4 (rentang gerak
Population: Sebanyak 2 (20%) pasien penuh, mampu elawan
Subyek penelitian yang hanya mampu gravitasi dan terhadap
digunakan adalah 2 menggerakan jari jarinya sedikit tahanan).
pasien dengan 1 kasus tetapi tetapi belum mampu Keluhaan utama yang
dengan masalah menggenggam tangannya dirasakan pasien yaitu
keperawatan yang sama. sepenuhnya. Sebanyak 2 kelemahan pada anggota
(20%) pasien mampu badan sebelah kiri.
menggenggam dan
memegang benda kecil di Population:
tangannya meskipun Desain penerapan karya
kekuatan tulis ilmiah ini
menggenggamnya masih menggunakan desain
lemah. studi kasus dengan
subjek yang digunakan 1
Populasi: (satu) orang pasien
Jumlah sampel 16 pasien stroke yang mengalami
sebagai kelompok masalah hemiparase
intervensi dan 16 pasien pada ekstremitas atas.
kelompok kontrol yang
dipilih secara Consecutive
Sampling
2 Intervention Penatalaksanaan yang Pasien diberikan terapi Dilakukan Terapi
dilakukan pada pasien ROM Exsercaise bola Genggam Bola Karet
Stroke dengan karet 2 kali sehari. Dengan selama 7 hari.
dilakukannya range of cara Posisi jari-jari
motion dengan teknik menggenggam sempurna
terapi bola karet. Terapi lalu dilakukan Posisi Wrist
ini merupakan salah satu joint 45 derajat selanjutnya
tindakan ROM pada diberikan instruksi untuk
sendi dengan gerakan menggenggam selama 5
otot, selang waktu 2 kali detik kemudian rileks.
sehari yang dilakukan Selanjutnya di ulang
selama 3 hari. sebanyak 7 kali dan
dilakukan selama 3 hari
berturut turut.
3 Comparison Menurut jurnal pertama pada pasien stroke dilakukan ROM terapi bola karet
selama 3 hari didapatkan hasil kekuatan otot pada hari ketiga meningkat dengan
skala 3 sedangkan pada jurnal kedua diberika terapi bola karet selama 3 hari
berturut turut didapatkan hasil terdapat peningkatan kekuatan otot sebelum
dilakukan terapi 3 dan setelah diberikan terapi di hari ketiga menjadi 5, sedangkan
pada jurnal ketiga pasien stroke di berikan terapi gengam bola selama 7 hari tidak
terdapat perubahan sebelum dilakukan kekuatan otot 3 dan setelah dilakukan
kekuatan otot tetap 3.
4 Outcome Hasil penatalaksanaan Hasil dari terapi Hasil penerapan
teknik Range Of Motion menggengam bola menunjukkan bahwa
pada 2 orang pasien didapatkan hasil kekuatan otot sebelum
Stroke diperoleh pada kemampuan fisik untuk dilakukan penerapan
pasien 1 didapatkan data menggenggam sebelum terapi genggam bola
hari ke 3 dapat diberikan ROM exercise karet pada ekstremitas
meningkatkan kekuatan bola karet masih diperoleh kiri atas 3, dan sesudah
otot dengan skala 3 (0-5) kekuatan otot kurang dilakukan penerapan
dan pasien 2 didapatkan dengan skala 3 sebanyak 6 terapi genggam bola
data hari ke 3 dapat (37,5%) dan setelah karet kekuatan otot 3.
meningkatkan kekuatan diberikan ROM exercise
otot 2 (0-5). Hal ini bola karet menjadi baik
menunjukkan dengan skala 5 yaitu
pemenuhan kebutuhan sebanyak 6 (37,5%)
aktivitas fisik dengan
teknik range of moion
yang dilakukan selama 5
sampai 10 menit pada
sendi yang mengalami
kelemahan fisik, dan
bermanfaat
meningkatkan aktivitas
fisik.
PEMBAHASAN

A. Kasus
Pasien Bp. S, kamar 318, dengan diagnose Vomitus, CRF, CKD, Post
Stroke mengeluh tangan kanan terasa berat tidak bisa digerakkan dan pucat.
Hasil pengkajian kekuatan otot tangan kanan 0, tangan kiri 5, kaki kanan 5
dan kaki kiri 3. Dilakukan intervensi terapi genggam bola selama 3 hari
berturut turut, selama pemberian sehari dua kali dengan durasi 15 – 20 menit
setiap kali terapi. Pada hari ketiga didapatkan hasil kekuatan otot meningkat
dari 0 menjadi 2.

B. Pembahasan
Menurut Tanzila (2015) menyebutkan penyakit stroke telah menjadi
masalah kesehatan yang selain menyebabkan kematian, stroke juga
merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab seseorang dirawat di
rumah sakit dalam waktu lama. Keadaan seseorang yang dirawat dirumah
sakit dalam waktu yang lama juga dapat menimbulkan komplikasi lain
seperti berkurangnya substansi epidermis dan dermis. Bila otot tidak
digunakan/hanya melakukan aktivitas ringan (seperti: tidur dan duduk)
maka terjadi penurunan kekuatan otot sekitar 5% dalam tiap harinya, atau
setelah 2 minggu dapat menurun sekitar 50%.
Menurut Prasetyo (2007) disamping terjadi kelemahan otot, juga
terjadi atrofi otot (disuse athrophy). Hal ini disebabkan karena serabut-
serabut otot tidak berkontraksi dalam waktu yang cukup lama, sehingga
perlahan-lahan akan mengecil (atrofi), dimana terjadi perubahan
perbandingan antara serabut otot dan jaringan fibrosa. Atrofi otot juga
sering terjadi pada anggota gerak yang diletakkan dalam pembungkus gips,
sehingga dapat mencegah terjadinya kontraksi otot. Menurut Robbins
(2007) menambahkan bila suatu otot tidak digunakan selama berminggu-
minggu, kecepatan penghancuran protein kotraktil akan berlangsung lebih
cepat daripada kecepatan penggantiannya, karena itu terjadi atrofi otot.
Terjadinya atrofi otot bisa juga disebabkan oleh karena berkurangnya suplai
darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya rangsangan endokrin, dan
penuaan.
Pada pasien Bp. S kekuatan otot sebelum diberikan intervensi terapi
genggam bola karet yaitu tangan kanan: 0, tangan kiri 5, kaki kanan 3, kaki
kiri 5. yang artinya gerakan minimal yang dapat dilakukan pasien stroke non
hemoragik adalah gerakan tidak dapat melawan gravitasi dan tidak dapat
melakukan gerakan sendi. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden
mengalami gangguan aktifitas fisik yang disebabkan karena gangguan otot
dan dapat dilakukan terapi genggam bola karet.
Menurut penelitian yang sudah dilakukan Chaidir & Zuardi (2014)
yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan range of motion pada
ekstermitas atas dengan bola karet, kekuatan otot responden adalah 2 dan 3.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Prok, Gessal & Angliadi (2016) yang menyebutkan bahwa
sebelum dilakukan latihan gerak aktif menggenggam bola, rata-rata
kekuatan otot pasien stroke adalah 10,56.
Menurut Ikawati (2011) stroke dapat menyebabkan kerusakan
neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial pada satu
atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menyumbat aliran darah
keotak. Hambatan tersebut umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah atau penyumbatan pembuluh oleh gumpalan (clot), yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak karena otak kekurangan pasokan
oksigen dan nutrisi.
Menurut Irfan, 2010 dalam Sukmaningrum, Sri & Solechan (2012)
menjelaskan stroke dapat menyebabkan berbagai macam gangguan seperti
kematian jaringan otak, penurunan tonus otot, dan hilangnya sensibilitas
pada sebagian anggota tubuh yang dapat menurunkan kemampuan fungsi
tubuh yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Jika ada bagian otak yang
terkena lesi maka dapat mengakibatkan kelemahan pada ekstermitas yang
sangat mengganggu kemampuan dan aktifitas sehari-hari.
Pada pasien Bp. S dilakukan terapi genggam bola karet selama 3 hari
berturut turut dua kali sehari selama 15 – 20 menit didapatkan hasil yaitu
peningkatan kekuatan otot tangan kanan yang awalnya 0 meningkat menjadi
2. Kondisi ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi aktif
menggenggam bola karet, responden mengalami kemajuan yaitu dapat
menggerakan tangannya, dan dapat menerima rangsangan dari luar serta
memiliki tahanan otot jari. Hasil intervensi ini didukung oleh penelitian
Chaidir & Zuardi (2014) yang menyebutkan bahwa sesudah dilakukan
latihan range of motion pada ekstermitas atas dengan bola karet, kekuatan
otot responden adalah 4. Penelitian lain yang sejalan dengan intervensi yang
kelompok lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal &
Angliadi (2016) yang menyebutkan bahwa sebelum dilakukan latihan gerak
aktif menggenggam bola, rata-rata kekuatan otot pasien stroke adalah 14,06.
Peningkatan kemampuan otot yang dialami responden sedikit banyak
disebabkan karena adanya intervensi aktif berupa menggenggam bola karet.
Menurut Saryono (2011) faktor penting yang dapat meningkatkan kekuatan
otot adalah dengan pelatihan. Dengan pelatihan secara teratur akan
menimbulkan pembesaran (hipertrofi) fibril otot. Semakin banyak pelatihan
yang dilakukan maka semakin baik pula pembesaran fibril otot itulah yang
menyebabkan adanya peningkatan kekuatan otot. Untuk mencapai
peningkatan kekuatan otot dengan baik, diperlukan pelatihan yang disusun
dan dilaksanakan dengan program pelatihan yang tepat. Agar pelatihan yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan,
program pelatihan yang disusun untuk meningkatkan kekuatan otot harus
memperhatikan faktor-faktor dari kesehatan pasien.
Pemberian intervensi pada kelompok ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kekuatan otot pada penderita stroke non hemoragik
sebelum dan sesudah diberikan terapi aktif mengenggam bola karet. Hasil
intervensi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prok, Gessal &
Angliadi (2016) yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan bermana rata-
rata kekuatan otot sebelum dan sesudah latihan menggenggam bola. Adanya
perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah terapi aktif menggenggam
bola karet disebabkan karena adanya rangsangan pada otot. Menurut Prok,
Gessal & Angliadi (2016) latihan menggenggam akan merangsang serat-
serat otot untuk berkonstraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap
harinya dengan karakteristik latihan yang menggunakan bola karet dengan
tekstur lentur dan halus akan melatih reseptor sensorik dan motoric.
KESIMPULAN

Stroke merupakan penyakit yang sering terjadi pada semua orang, stroke
dapat mengakibatkan penurunan aktivitas karena menurunnya kekuatan
otot. Penurunan kekuatan otot dapat dilakukan penanganan salah satunya
dengan melakukan terapi genggam bola karet. Pada pasien Bp. S dengan
stroke non hemorogik mengeluhkan tangan kanan terasa berat dan tidak bisa
digerakkan, setelah diberikan intervensi genggam bola karet oleh kelompok
selama 3 hari berturut – turut 2 kali sehari dengan durasi 15- 20 menit
didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan meningkat dari 0 menjadi 2
pada hari ketika. Pasien dan keluarga pasien mengatakan tangan kanan
sudah tidak lemas dan pucat sudah berwarna merah, tangan sudah bisa
menggengam bola dan menahan bola agar tidak jatuh, jari tangan kanan
dapat digerakkan dan dapat menerima rangsangan dari luar. Sehinga dapat
disimpulkan bahwa terdapat efektifitas terapi genggam bola karet terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke non hemorogik.
DAFTAR PUSTAKA

Cantika, A., Ayubbana, S., & Sari, S. A. (2021). Efektifitas Terapi Genggam Bola
Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke. Jurnal Cendikia Muda,
1(3), 283-288.
Faridah, U. F., Sukarmin, S., & Kuati, S. (2019). Pengaruh ROM Exercise Bola
Karet terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke di RSUD Raa
Soewondo Pati. Indonesia Jurnal Perawat, 3(1), 36-43.
Theresa, E. L., Susyanti, D., & Pratama, M. Y. (2022). Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas Fisik pada Pasien Stroke dengan Range Of Motion (ROM):
Terapi Bola Karet. Jurnal Keperawatan Flora, 15(2), 22-29.

Anda mungkin juga menyukai