Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JEMBER
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat, serta
hidayah-Nya, makalah ini telah disusun dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah kebijakan pembangunan inklusif dengan judul makalah adalah “Pembangunan
Manusia berbasis Gender” yang insyaallah akan berguna untuk menambah wawasan kita dalam
mempelajarinya.
Meski telah disusun secara maksimal, penyusun sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini sangat banyak mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pembelajaran dari makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.1 Pembangunan Manusia Berbasis Gender...................................................................................7
2.2 Kesetaraan Gender Menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).............................8
2.3 Peranan Perempuan dalam Pembangunan.................................................................................10
Bab III Penutup...............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tujuan kelima pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable
Development Goals (SDGs) adalah Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan
Perempuan. Gender merupakan isu yang multidimensi dan tercantum di hampir seluruh TPB.
Dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang berperspektif gender digunakan beberapa
indikator diantaranya Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG). IPG merupakan perbandingan antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki
dan IPM perempuan dilihat dari kualitas dimensi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Dimensi pendidikan menggunakan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, dimensi
kesehatan menggunakan umur harapan hidup, serta dimensi ekonomi menggunakan
pengeluaran per kapita disesuaikan. Angka IPG yang mendekati 100 menunjukkan bahwa
pencapaian pembangunan perempuan hampir sama dengan laki-laki. Namun, kita perlu
perhatikan level pencapaian IPM laki-laki dan perempuan di suatu wilayah yaitu apakah
sama-sama tinggi atau sama-sama rendah. Selanjutnya, IDG digunakan untuk mengukur
partisipasi aktif perempuan di bidang ekonomi, politik dan manajerial. Tiga indikator yang
digunakan yaitu persentase sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja, keterlibatan
perempuan di parlemen, dan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan melalui
indikator perempuan sebagai tenaga manajerial, professional, administrasi, dan teknisi.
Keberhasilan pembangunan sangat bergantung pada sejauh mana keseimbangan partisipasi
perempuan dan laki-laki terus didorong secara maksimal di semua aspek kehidupan. Dalam
meningkatkan partisipasi laki-laki dan perempuan, keterbukaan akses yang setara dan kontrol
yang seimbang menjadi prasyarat, sehingga manfaat dapat diperoleh secara adil dan merata.
Untuk tujuan tersebut, urgensi kesetaraan gender semakin nyata di semua bidang
pembangunan, baik di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:
1. Untuk memahami apa itu pembangunan manusia berbasis gender
2. Untuk mengetahui tujuan SDGs dalam gender.
3. Guna mengetahui peranan sosial perempuan di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan Manusia Berbasis Gender
Prinsip utama pembangunan manusia adalah memastikan Manusia, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki banyak pilihan dalam kehidupannya, menyadari potensi yang ada pada
dirinya, dan Kebebasan menjalani kehidupan secara terhormat dan berharga (UNDP, 2015).
Untuk mencapai prinsip utama tersebut, kesetaraan Gender menjadi indikator yang tidak dapat
diabaikan karena Perempuan dan laki-laki merupakan inti dari pembangunan manusia Itu sendiri.
Kesamaan kesempatan dan peluang, kesetaraan dalam Penghargaan dan penghormatan, serta
keseimbangan dalam Partisipasi dan representasi harus terefleksi pada seluruh aspek
Pembangunan. Perempuan dan laki-laki sama-sama penting untuk Diperhitungkan sehingga
sama-sama dapat berperan, terlibat, dan Berkontribusi untuk mencapai pembangunan manusia
seutuhnya.Realitas pembangunan manusia di Indonesia masih terus Diperjuangkan untuk
mencapai harapan terbaiknya. Pemenuhan Hak dasar manusia, terutama di bidang pendidikan,
kesehatan Dan ekonomi masih terus menjadi prioritas utama. Kesenjangan Capaian pada
perempuan dan laki-laki yang masih dijumpai menjadi Landasan arah pembangunan manusia ke
depan. Tantangan Pembangunan manusia di Indonesia masih dihadapkan pada Persoalan
struktural dan kultural. Secara struktural, keberpihakan Pada pembangunan yang berkesetaraan
gender masih perlu Diperkuat melalui penguatan sistem, perspektif, dan analisis gender Para
pengambil kebijakan dan pelaksana program. Secara kultural,konstruksi gender yang masih
merugikan salah satu kelompok jenis kelamin, terutama pada perempuan masih kuat mengakar.
Budaya patriarki masih terlihat dalam praktik kehidupan masyarakat yang berdampak pada hasil-
hasil pembangunan. Stereotip yang terus dikonstruksi berakibat pada posisi perempuan yang
secara budaya diposisikan lebih rendah sehingga pengambilan keputusan masih belum
sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan terbaik perempuan. Situasi ini
berpengaruh pada proses pembangunan, dan pada akhirnya berdampak pada capaian
pembangunan manusia Indonesia.
Perubahan cara pandang yang mengedepankan kesetaraan Gender penting dilakukan
dalam pembangunan manusia karena Akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di
masa mendatang. Upaya mengarusutamakan pembangunan manusia Berbasis gender tidak dapat
dihindari jika kemajuan bangsa dan Keadilan sosial menjadi visi bangsa. Selain kualitas bangsa
yangberdaya saing, peningkatan sumber daya manusia berbasis gender juga diperlukan agar cara
pandang dan perspektif seluruh elemen bangsa tidak lagi melihat perempuan sebagai sumber
masalah ada obyek pembangunan, dan tidak lagi memposisikan perempuan secara subordinat
dan marginal dalam sistem pembangunan. Cara pandang yang merendahkan perempuan ini dapat
melanggengkan praktik-praktik ketidakadilan dan diskriminasi berbasis gender, baik dalam
bentuk pembatasan, pengurangan, maupun penghilangan hak-hak dasar perempuan sebagai
warga negara. Kerentanan perempuan menjadi korban kekerasan dalam berbagai bentuknya
semakin beresiko. Jika tidak diintervensi, maka situasi ini menjadi hambatan nyata dalam
pembangunan manusia di Indonesia.
Dimana nantinya peran perempuan dapat di perhitungkan dan bukan menjadi suatu
alternatif. Tapi menjadi suatu pilihan untuk menentukan arah pembangunan negara untuk maju
bersama. Bukan hanya soal laki-laki namun perempuan juga ikut di libatkan.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dalam SDGs, Prinsip Leave No One Behind (Jangan Meninggalkan Seorang-pun)
Mengarahkan percepatan pembangunan menuju nol kemiskinan, Diskriminasi dan pengecualian,
mengurangi ketidaksetaraan dan Kerentanan yang dapat membuat orang tertinggal dan
kehilangan potensinya (UNSDG, 2020).
Hal ini merupakan kebutuhan perempuan yang harus Dipenuhi, dan tidak sedikit pula
bagi perempuan Indonesia yang telah berupaya memenuhi kebutuhan tersebut baik yang masih
berstatus “lajang” maupun yang telah berumah tangga.
Kondisi seperti ini bisa kita cermati secara empirik, bahwa pada zaman dahulu kebutuhan
perempuan pada umumnya terbatas pada kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, dan
perlindungan, kebutuhan akan cinta dan”belonging” (social needs), sedangkan pada masa
sekarang dapat mengikuti pendidikan, bekerja di kantor ataupun menduduki jabatan
kepemimpinan, dan bahkan kebutuhan akan prestasi serta perwujudan diri, aktualisasi diri bisa
dirasakan dan dipenuhi oleh sebagian besar perempuan di Indonesia (Sri Indiyah dalam Fauzie
Rizal dkk, 2002: 126).
3.2 Saran
Untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam berbagai ranah, seharusnya tidak
membedakan antar gender. Karena itu perempuan di tuntut dan harus aktif dalam kegiatan sosial
yang tidak berkonsep pada zaman dahulu. Sehingga ketergantungan kepada gender yang lain
dapat diatasi dan perempuan dapat bebas menentukan sendiri pilihan nya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Pribudiarta Nur Sitepu. 2020. Pembangunan Manusia Berbasis Gender. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
Puji lestari. 2011. Peranan dan Status Perempuan dalam sistem sosial. DIMENSIA