Anda di halaman 1dari 12

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER

Disusun Guna Memahami Tugas Mata Kuliah Kebijakan Pembangunan Inklusif


Dosen Pengampu : M Hadi Makmur, S.Sos., M.PA

Oleh:

Aldy Wiguna 210910201185

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JEMBER
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia, nikmat, serta
hidayah-Nya, makalah ini telah disusun dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah kebijakan pembangunan inklusif dengan judul makalah adalah “Pembangunan
Manusia berbasis Gender” yang insyaallah akan berguna untuk menambah wawasan kita dalam
mempelajarinya.

Dalam penyusunannya, penyusun menggunakan beberapa sumber dan melibatkan


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih atas dukungan yang telah
diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, penyusun sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini sangat banyak mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pembelajaran dari makalah ini.

Batam, 13 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.1 Pembangunan Manusia Berbasis Gender...................................................................................7
2.2 Kesetaraan Gender Menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).............................8
2.3 Peranan Perempuan dalam Pembangunan.................................................................................10
Bab III Penutup...............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tujuan kelima pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable
Development Goals (SDGs) adalah Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan
Perempuan. Gender merupakan isu yang multidimensi dan tercantum di hampir seluruh TPB.
Dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang berperspektif gender digunakan beberapa
indikator diantaranya Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG). IPG merupakan perbandingan antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki
dan IPM perempuan dilihat dari kualitas dimensi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Dimensi pendidikan menggunakan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, dimensi
kesehatan menggunakan umur harapan hidup, serta dimensi ekonomi menggunakan
pengeluaran per kapita disesuaikan. Angka IPG yang mendekati 100 menunjukkan bahwa
pencapaian pembangunan perempuan hampir sama dengan laki-laki. Namun, kita perlu
perhatikan level pencapaian IPM laki-laki dan perempuan di suatu wilayah yaitu apakah
sama-sama tinggi atau sama-sama rendah. Selanjutnya, IDG digunakan untuk mengukur
partisipasi aktif perempuan di bidang ekonomi, politik dan manajerial. Tiga indikator yang
digunakan yaitu persentase sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja, keterlibatan
perempuan di parlemen, dan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan melalui
indikator perempuan sebagai tenaga manajerial, professional, administrasi, dan teknisi.
Keberhasilan pembangunan sangat bergantung pada sejauh mana keseimbangan partisipasi
perempuan dan laki-laki terus didorong secara maksimal di semua aspek kehidupan. Dalam
meningkatkan partisipasi laki-laki dan perempuan, keterbukaan akses yang setara dan kontrol
yang seimbang menjadi prasyarat, sehingga manfaat dapat diperoleh secara adil dan merata.
Untuk tujuan tersebut, urgensi kesetaraan gender semakin nyata di semua bidang
pembangunan, baik di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa itu pembangunan manusia berbasis gender?
2. Apa yang melatarbelakangi tujuan SDGs dalam Gender?
3. Bagaimana Peranan perempuan dalam pembangunan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:
1. Untuk memahami apa itu pembangunan manusia berbasis gender
2. Untuk mengetahui tujuan SDGs dalam gender.
3. Guna mengetahui peranan sosial perempuan di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan Manusia Berbasis Gender

Prinsip utama pembangunan manusia adalah memastikan Manusia, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki banyak pilihan dalam kehidupannya, menyadari potensi yang ada pada
dirinya, dan Kebebasan menjalani kehidupan secara terhormat dan berharga (UNDP, 2015).
Untuk mencapai prinsip utama tersebut, kesetaraan Gender menjadi indikator yang tidak dapat
diabaikan karena Perempuan dan laki-laki merupakan inti dari pembangunan manusia Itu sendiri.
Kesamaan kesempatan dan peluang, kesetaraan dalam Penghargaan dan penghormatan, serta
keseimbangan dalam Partisipasi dan representasi harus terefleksi pada seluruh aspek
Pembangunan. Perempuan dan laki-laki sama-sama penting untuk Diperhitungkan sehingga
sama-sama dapat berperan, terlibat, dan Berkontribusi untuk mencapai pembangunan manusia
seutuhnya.Realitas pembangunan manusia di Indonesia masih terus Diperjuangkan untuk
mencapai harapan terbaiknya. Pemenuhan Hak dasar manusia, terutama di bidang pendidikan,
kesehatan Dan ekonomi masih terus menjadi prioritas utama. Kesenjangan Capaian pada
perempuan dan laki-laki yang masih dijumpai menjadi Landasan arah pembangunan manusia ke
depan. Tantangan Pembangunan manusia di Indonesia masih dihadapkan pada Persoalan
struktural dan kultural. Secara struktural, keberpihakan Pada pembangunan yang berkesetaraan
gender masih perlu Diperkuat melalui penguatan sistem, perspektif, dan analisis gender Para
pengambil kebijakan dan pelaksana program. Secara kultural,konstruksi gender yang masih
merugikan salah satu kelompok jenis kelamin, terutama pada perempuan masih kuat mengakar.
Budaya patriarki masih terlihat dalam praktik kehidupan masyarakat yang berdampak pada hasil-
hasil pembangunan. Stereotip yang terus dikonstruksi berakibat pada posisi perempuan yang
secara budaya diposisikan lebih rendah sehingga pengambilan keputusan masih belum
sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan terbaik perempuan. Situasi ini
berpengaruh pada proses pembangunan, dan pada akhirnya berdampak pada capaian
pembangunan manusia Indonesia.
Perubahan cara pandang yang mengedepankan kesetaraan Gender penting dilakukan
dalam pembangunan manusia karena Akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di
masa mendatang. Upaya mengarusutamakan pembangunan manusia Berbasis gender tidak dapat
dihindari jika kemajuan bangsa dan Keadilan sosial menjadi visi bangsa. Selain kualitas bangsa
yangberdaya saing, peningkatan sumber daya manusia berbasis gender juga diperlukan agar cara
pandang dan perspektif seluruh elemen bangsa tidak lagi melihat perempuan sebagai sumber
masalah ada obyek pembangunan, dan tidak lagi memposisikan perempuan secara subordinat
dan marginal dalam sistem pembangunan. Cara pandang yang merendahkan perempuan ini dapat
melanggengkan praktik-praktik ketidakadilan dan diskriminasi berbasis gender, baik dalam
bentuk pembatasan, pengurangan, maupun penghilangan hak-hak dasar perempuan sebagai
warga negara. Kerentanan perempuan menjadi korban kekerasan dalam berbagai bentuknya
semakin beresiko. Jika tidak diintervensi, maka situasi ini menjadi hambatan nyata dalam
pembangunan manusia di Indonesia.

Dalam pembangunan manusia, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menjadi


bagian yang integral dan Tidak dapat dipisahkan. Kesenjangan gender yang masih terlihat,
Terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, harus Direspon melalui langkah dan
tindakan kongkrit dalam bentuk Kebijakan, program, dan kegiatan. Reformasi di bidang hukum,
Sistem dan budaya di masyarakat dilakukan secara simultan agar Berbagai diskriminasi gender
dapat dihentikan, terutama pada Perempuan. Pembatasan atau pengurangan pada akses, peluang,
dan pilihan pada perempuan berpengaruh pada tingkat partisipasi dan kontrol perempuan dalam
memajukan kapasitas dan potensi Dirinya. Akibatnya, kemajuan yang dicapai perempuan
menjadi Lebih rendah dibandingkan laki-laki. Perempuan tidak dapat Memaksimalkan potensi
dirinya dan menjalani kehidupan dengan Standar hidup dan keberdayaan yang penting bagi
perkembangan Kemanusiaan dan pembangunan negara. Kesadaran tentang pentingnya
kesetaraan gender dalam Pembangunan manusia telah terlihat dalam berbagai kebijakan Dan
regulasi di Indonesia. Selain melakukan ratifikasi terhadap sejumlah konvensi internasional
seperti Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan/Convention

2.2 Kesetaraan Gender Menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)


Komitmen pemerintah dalam memastikan pembangunan manusia Indonesia berbasis
gender diperkuat melalui turut sertanya Negara Indonesia dalam memenuhi target pembangunan
di tingkat global. Setelah Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015,
saat ini Indonesia sedang menjalankan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable
Development Goals (SDGs). Terdapat 17 tujuan utama yang disepakati dalam SDGs yang lahir
pada tahun 2012 melalui pertemuan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
Pembangunan Berkelanjutan di Rio de Janeiro. Upaya dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDGs) ini ditargetkan dapat tercapai dalam 15 tahun atau di tahun 2030
(www.undp.org, 2020a). Melalui SDGs, PBB terus mendorong semua negara anggota
mengarahkan tujuan pembangunan yang dapat diukur dan disepakati secara universal. Terdapat
17 SDGs yang disepakati dan disadari sebagai tujuan yang saling terintegrasi. Artinya, setiap
bidang dalam tujuan pembangunan merupakan saling memengaruhi capaian pada bidang lainnya.
Pembangunan Berkelanjutan harus menyeimbangkan keberlajutan sosial, Ekonomi, dan
lingkungan sehingga dapat memastikan semua Orang menikmati hasil pembangunan secara
merata. Dalam SDGs, Prinsip Leave No One Behind (Jangan Meninggalkan Seorang-pun)
Mengarahkan percepatan pembangunan menuju nol kemiskinan, Diskriminasi dan pengecualian,
mengurangi ketidaksetaraan dan Kerentanan yang dapat membuat orang tertinggal dan
kehilangan potensinya (UNSDG, 2020).

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), 2015-2030

 Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.


 Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
 Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan Kesejahteraan seluruh penduduk
semua usia.
 Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua.
 Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua Perempuan.
 Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua.
 Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan Dan modern untuk semua.
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
 Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan Industri inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
 Mengurangi Kesenjangan Intra-Dan Antarnegara.
 Menjadikan Kota dan Permukiman Inklusif, Aman, Tangguh, dan Berkelanjutan.
 Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
 Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
 Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya Kelautan dan
samudera untuk pembangunan yang berkelanjutan.
 Melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem
daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan
degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.
 Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan
 Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan

2.3 Peranan Perempuan dalam Pembangunan


Perempuan pada masyarakat modern dewasa ini dintuntut untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pembangunan, yang merupakan salah satu azas pemerataan yang dituju dalam salah
satu PELITA kita. Perempuan dalam hal ini mendapat kesempatan untuk mewujudkan potensi-
potensinya secara optimal. Hal ini merupakan kebutuhan perempuan yang harus Dipenuhi, dan
tidak sedikit pula bagi perempuan Indonesia yang telah berupaya memenuhi kebutuhan tersebut
baik yang masih berstatus “lajang” maupun yang telah berumah tangga. Kondisi seperti ini bisa
kita cermati secara empirik, bahwa pada zaman dahulu kebutuhan perempuan pada umumnya
terbatas pada kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, dan perlindungan, kebutuhan akan
cinta dan”belonging” (social needs), sedangkan pada masa sekarang dapat mengikuti pendidikan,
bekerja di kantor ataupun menduduki jabatan kepemimpinan, dan bahkan kebutuhan akan
prestasi serta perwujudan diri, aktualisasi diri bisa dirasakan dan dipenuhi oleh sebagian besar
perempuan di Indonesia (Sri Indiyah dalam Fauzie Rizal dkk, 2002: 126). Paparan di atas
menunjukkan bahwa status perempuan di Indonesia telah mencapai perkembangan yang cukup
tinggi. Dengan status tersebut, seorang perempuan dapat menentukan sifat dan tingkatan
kewajiban serta tanggung jawab di dalam suatu kelompok masyarakat. Di samping itu juga
menentukan hubungan antara atasan dan dalam kelompok masyarakat di mana mereka terlibat di
dalamnya. Status itu sendiri merupakan Serangkaian tanggung jawab serta Hak-hak yang sudah
ditentukan Dalam masyarakat. Sedangkan pola Tingkah laku yang diharapkan dari Orang-orang
pemangku status Dinamakan peranan. Selanjutnya Peranan-peranan sosial saling Berpadu
sedemikian rupa sehingga Saling tunjang- menunjuang secara Timbal balik di dalam hal yang
Menyangkut tugas, hak, dan Kewajiban. Oleh karena itu suatu Penampilan peranan status (status
Role performance) adalah proses Penunjukkan atau penampilan dari Status dan peranan sebagai
unsure Struktur sosial di dalam kehidupan sosial. Perempuan harus di beri ruang-ruang publik
yang nantinya ada kebijakan yang di hasilkan dari perempuan dan berdampak bukan hanya
kepada perempuan tersebut, melainkan kepada masyarakat umum.

Dimana nantinya peran perempuan dapat di perhitungkan dan bukan menjadi suatu
alternatif. Tapi menjadi suatu pilihan untuk menentukan arah pembangunan negara untuk maju
bersama. Bukan hanya soal laki-laki namun perempuan juga ikut di libatkan.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dalam SDGs, Prinsip Leave No One Behind (Jangan Meninggalkan Seorang-pun)
Mengarahkan percepatan pembangunan menuju nol kemiskinan, Diskriminasi dan pengecualian,
mengurangi ketidaksetaraan dan Kerentanan yang dapat membuat orang tertinggal dan
kehilangan potensinya (UNSDG, 2020).

Peranan Perempuan dalam Pembangunan Perempuan pada masyarakat modern dewasa


ini dintuntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan, yang merupakan salah satu
azas pemerataan yang dituju dalam salah satu PELITA kita.

Hal ini merupakan kebutuhan perempuan yang harus Dipenuhi, dan tidak sedikit pula
bagi perempuan Indonesia yang telah berupaya memenuhi kebutuhan tersebut baik yang masih
berstatus “lajang” maupun yang telah berumah tangga.

Kondisi seperti ini bisa kita cermati secara empirik, bahwa pada zaman dahulu kebutuhan
perempuan pada umumnya terbatas pada kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, dan
perlindungan, kebutuhan akan cinta dan”belonging” (social needs), sedangkan pada masa
sekarang dapat mengikuti pendidikan, bekerja di kantor ataupun menduduki jabatan
kepemimpinan, dan bahkan kebutuhan akan prestasi serta perwujudan diri, aktualisasi diri bisa
dirasakan dan dipenuhi oleh sebagian besar perempuan di Indonesia (Sri Indiyah dalam Fauzie
Rizal dkk, 2002: 126).

3.2 Saran
Untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam berbagai ranah, seharusnya tidak
membedakan antar gender. Karena itu perempuan di tuntut dan harus aktif dalam kegiatan sosial
yang tidak berkonsep pada zaman dahulu. Sehingga ketergantungan kepada gender yang lain
dapat diatasi dan perempuan dapat bebas menentukan sendiri pilihan nya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber

Pribudiarta Nur Sitepu. 2020. Pembangunan Manusia Berbasis Gender. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).

Puji lestari. 2011. Peranan dan Status Perempuan dalam sistem sosial. DIMENSIA

Anda mungkin juga menyukai