Oleh Kelompok 4 :
Rizalulfikri (210501045)
MATARAM
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
A. Kesetaraan Gender dan Pembangunan Manusia.........................................................................3
a. Urgensi Kesetaraan Gender......................................................................................................3
b. Kesetaraan Gender Menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).............................5
c. Kesetaraan Gender Sebagai Tujuan Dalam RPJMN 2015-2019................................................7
d. Kesetaraan Gender Sebagai Tujuan Dalama Rencana Strategis KEMEN PPPA........................8
e. Pembangunan Manusia di Indonesia Berada di Level Tinggi...................................................9
f. Pembangunan Gender di Indonesia Belum Mencapai Target.................................................11
B. Studi Kasus Pembangunan Manusia Berbasis Gender...............................................................12
BAB II................................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Organisasi
Koperasi dalam Sistem Pasar. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang Pembangunan Manusia Berbasis Gender ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
PEMBAHASAN
Dalam bidang ekonomi kesenjangan gender masih terjadi terutama pada partisipasi
angkatan kerja dan upah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita masih sangat
rendah dibandingkan pria dan Dalam sepuluh tahun terakhir, TPAK perempuan tidak
mengalami proses peningkatan yang signifikan. Di tahun 2019, TPAK perempuan hanya sebesar
51,89 persen, jauh tertinggal dibandingkan laki-laki yang sudah mencapai 83,13 persen.
Diskriminasi pada upah pekerja perempuan masih terjadi. Wanita yang bekerja masih
menerima upah lebih rendah dibandingkan pria meskipun sama-sama dalam tingkat
pendidikan yang setara. Rasio rata-rata antara upah wanita dan pria yang bekerja pada tahun
2019 hanya sebesar 77,39 persen (Kemen. PPPA, 2020a). Diskriminasi upah pada wanita juga
terjadi di dunia global, dalam data UNDP, wanita hanya mendapatkan 77 sen dari setiap dolar
yang diperoleh pria dalam pekerjaan yang sama (www.undp.org, 2020b).
Berbagai persoalan dalam ketimpangan gender terjadi bukan hanya dikarena kan
pembangunan yang belum sepenuhnya mempertimbangkan masalah gender, akan tetapi
tantangan pembangunan di Indonesia masih dihadapkan pada praktik budaya yang sebagian
diantaranya belum berpihak pada kesetaraan gender. Harapan sekolah pada perempuan yang
cukup tinggi sulit dipenuhi karena masih terdapat budaya di masyarakat yang menganggap
anak wanita tidak perlu sekolah tinggi, mitos pendidikan menyebabkan wanita menjadi
perawan tua, tabunya Pendidikan tentang seksualitas, dan bahkan karena kondisi ekonomi dan
sosial menyebabkan anak wanita terpaksa harus menikah di usia sekolah. Kesehatan reproduksi
wanita juga masih banyak bergantung pada proses pengambilan keputusan pihak lain,
akibatnya akses pada layanan kesehatan yang ada menjadi tidak bermakna, sementara itu
tanggung jawab kesehatan keluarga secara budaya masih dibebankan sepenuhnya kepada
perempuan.
Terdapat 17 SDGs yang disadari dan disepakati sebagai tujuan yang saling terintegrasi.
Artinya, pada setiap bidang dalam tujuan pembangunan merupakan saling memengaruhi
capaian pada bidang lainnya. Pembangunan berkelanjutan ini harus menyeimbangkan
keberlajutan sosial, ekonomi, dan lingkungan sehingga dapat memastikan semua orang
menikmati hasil pembangunan secara merata. Dalam SDGs, prinsip Leave No One Behind
(Jangan Meninggalkan Seorang-pun) mengarahkan percepatan pembangunan menuju nol
kemiskinan, diskriminasi dan pengecualian, mengurangi ketidaksetaraan dan kerentanan yang
dapat membuat orang tertinggal dan kehilangan potensinya (UNSDG, 2020).
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua
usia.
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua.
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua.
11. Menjadikan Kota dan Permukiman Inklusif, Aman, Tangguh, dan Berkelanjutan.
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya Kelautan dan samudera
untuk pembangunan yang berkelanjutan.
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan.
SDGs memuat 17 tujuan yang terbagi ke dalam 169 target. Pembangunan berbasis
gender tercantum secara eksplisit dalamtujuan ke-5, “Mencapai Kesetaraan Gender dan
Memberdayakan Kaum Perempuan dan Anak”. Adanya tujuan kesetaraan gender sebagai salah
satu tujuan SDGs menguatkan urgensi kesetaraan gender dalam pembangunan manusia.
Kemajuan suatu negara tidak dapat dicapai tanpa adanya kesetaraan gender. Hal ini tampak
menjadi kesadaran seluruh bangsa yang menjadi anggota PBB, termasuk Indonesia, untuk
memastikan segala diskriminasi berbasis gender harus diakhiri agar kemajuan negara melalui
pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.
Sebagai langkah yang kongkrit, dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang telah
diamanatkan oleh Presiden RI, Kemen PPPA menekankan pada lima (5) isu prioritas
pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sebagai wujud kesetaraan
gender dalam pembangunan, yaitu 1) peningkatan pemberdayaan wanita dalam
kewirausahaan, 2) peningkatan peran ibu dalam pendidikan anak, 3) penurunan kekerasan
terhadap perempuan dan anak, 4) penurunan pekerja anak dan 5) pencegahan perkawinan
anak. Di seluruh kebijakan dan program yang diimplementasikan, terdapat prinsip dasar
pembangunan manusia yang dikenal dengan Program Three Ends yaitu: 1) Akhiri Kekerasan
Terhadap Perempuan dan Anak; 2) Akhiri Perdagangan Manusia; dan 3) Akhiri Ketidakadilan
Akses Ekonomi Untuk wanita.
Dalam mengukur IPM suatu negara, ada 3 unsur dasar pembanguan manusia, yaitu
kesehatan, pendidikan dan ekonomi. 1.) Indikator kesehatan dilihat dari umur panjang dan
hidup sehat masyarakat mengacu pada Angka Harapan Hidup (AHH) yang merupakan rata-rata
perkiraan banyak tahun yang ditempuh seseorang selama hidup. 2.) Indikator Pendidikan
mengacu pada pendidikan masyarakat yang didapatkan dengan dua analisis data, yaitu Rata-
rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (HLS). 3.) Indikator ekonomi dilihat
dari standar hidup layak yang diukur melalui Pendapatan Nasional Bruto (PNB) perkapita yang
disesuaikan. Di Indonesia, standar hidup layak diukur melalui pengeluaran per kapita yang
disesuaikan yang diperoleh dari SUSENAS karena PNB per kapita tidak tersedia hingga tingkat
kabupaten/kota.
Angka IPM beada dalam kisaran 0 – 100 dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu kategori
“Sangat tinggi” dengan nilai ≥ 80, kategori “Tinggi” dengan nilai 70 ≤ IPM ≤ 80, kategori
“Sedang” dengan nilai 60 ≤ IPM ≤ 70 dan kategori “Rendah” dengan nilai IPM < 60.
Dalam 19 tahun terakhir, capaian IPM Indonesia menunjukkan trend yang terus
meningkat. Di tahun 2010, capaian IPM Indonesia berada di angka 66,53 atau masuk kategori
‘sedang’ dan terus meningkat hingga terjadi perubahan status menjadi kategori ‘tinggi’ yang
terjadi di tahun 2016, yaitu mencapai angka 70,18. IPM Indonesia terus mengalami
peningkatan, tahun 2019 IPM Indonesia mencapai angka 71,92. Tapi, meskipun IPM Indonesia
masuk kategori ‘tinggi’, namun target capaian IPM Indonesia yang tertuang dalam RPJMN 2015-
2019 masih belum tercapai yaitu 76,3.
Mengacu pada data tahun 2019 hanya 3 provinsi yang IPM-nya melebihi target RPJMN,
yaitu DKI Jakarta dengan capaian 80,76, DI Yogyakarta dengan capaian 79,99 dan Kalimantan
Timur dengan capaian 76,61. Dari capaian yang ada, hanya DKI Jakarta yang telah mencapai IPM
dengan kategori ‘sangat tinggi’. Terdapat 10 provinsi dengan IPM di atas angka nasional, yaitu
DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Bali, Riau, Sulawesi Utara,
Banten, Sumatera Barat dan Jawa Barat. Sedangkan provinsi dengan IPM terendah adalah Papua
yaitu 60,84. Terdapat 23 provinsi di Indonesia telah mencapai IPM dalam rentang nilai 70-80.
Hal tersebut mengandung arti bahwa pembangunan manusia pada sebagian besar provinsi di
Indonesia telah berada pada kategori ‘tinggi’. Meskipun demikian, masih ada 11 provinsi dengan
IPM kategori ‘sedang’, yaitu Lampung, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, papua Barat dan
Papua. Ketertinggalan IPM yang dicapai oleh sebelas provinsi tersebut menunjukkan adanya
ketimpangan pembangunan manusia di Indonesia yang terjadi antar wilayah. Untuk
pembangunan manusia yang merata, intervensi pembangunan pada provinsi dengan capaian
IPM dengan kategori ‘sedang’ penting terus dilakukan. Dengan demikian, sumber daya manusia
Indonesia akan tumbuh berkualitas secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Tahun 2019, IPG Indonesia telah mencapai angka 91,07 persen. Capaian ini meningkat
sebanyak 0,08 poin dibandingkan tahun 2018. Berdasarkan data tahun 2010-2019, IPG di
Indonesia mengalami trend yang terus meningkat. Peningkatan ini mencapai puncak pada
tahun 2015 dengan capaian sebesar 91,03 persen, namun sempat mengalami penurunan pada
tahun 2016. Pada tahun 2017, pembangunan gender di Indonesia kembali meningkat sampai
tahun 2019 ini. Peningkatan IPG ini disebabkan oleh pertumbuhan IPM perempuan yang sedikit
lebih besar dibanding IPM laki-laki pada periode tahun 2018-2019. Dibandingkan tahun 2018,
IPM perempuan tahun 2019 meningkat 0,55 poin, sedikit lebih besar dibanding IPM laki-laki
tahun 2019 yang meningkat 0,53 poin. Walaupun begitu IPG Indonesia tahun 2019
masih belum berhasil mencapai target IPG yang tertuang dalam Rencana Strategis Kemen PPPA
tahun 2015-2019 yang menargetkan capaian sebesar 92,00 pada tahun 2019.
Merujuk pada target Renstra Kemen PPPA di tahun 2019, terdapat 11 provinsi yang
telah mencapai target di atas 92,00, yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Sumatera
Barat, Bali, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan
dan Sulawesi Tengah. DI Yogyakarta merupakan provinsi yang memiliki capaian IPG tertinggi
yaitu 94,77., diikuti oleh Provinsi DKI Jakarta (94,71) dan Sulawesi Utara (94,53). Berdasarkan
capaian IPG pada tingkat nasional, terdapat 15 provinsi dengan nilai IPG di atas angka nasional
yaitu 91,07. Dari ke 15 provinsi tersebut, 11 provinsi yang telah berhasil mencapai target
Renstra Kemen PPPA, sedangkan empat lainnya yang belum mencapai target adalah Jawa
Tengah, Aceh, Banten, dan Bengkulu.
Disamping itu hampir separuh provinsi di Indonesia IPG di bawah angka 90. Provinsi
dengan capaian IPG terendah terjadi di Provinsi Papua 80,05 dan Papua Barat 82,74. Beberapa
provinsi juga sudah mencapai IPG pada rentang nilai 85-90. Artinya, meskipun belum ideal,
namun pembangunan gender di Indonesia sudah menuju harapan yang adil gender dan merata.
Di tahun 2019, terdapat 16 provinsi atau 47,06 persen provinsi di Indonesia masih
berada pada Kuadran III yaitu capaian IPM maupun IPG provinsi berada dibawah angka
nasional. Persentase ini sedikit mengalami perubahan dengan capaian di tahun 2017, dimana
pada tahun 2017 terdapat 17 provinsi yang berada di kwadran III. Pada tahun 2019, provinsi
yang telah berada di kuadran I dengan capaian IPM dan IPG pada level di atas nasional hanya
terdapat di 7 provinsi dan tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2015 dan 2017.
Tujuh provinsi tersebut adalah Sumatera Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
Banten, Bali dan Sulawesi Utara. Pada tahun 2019, provinsi yang berada di kwadran II
bertambah dari dua provinsi menjadi 3 provinsi terdiri dari Riau, Kalimantan Timur, dan Jawa
Barat.
Latar Belakang: Nepal adalah negara yang telah menghadapi berbagai tantangan terkait
ketidaksetaraan gender dalam pembangunan manusia. Salah satu studi kasus yang menarik
adalah program pendidikan berbasis gender yang diimplementasikan di beberapa wilayah di
Nepal.
Tujuan: Tujuan dari program ini adalah meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan
yang berkualitas, meningkatkan kesetaraan gender di sektor pendidikan, dan mengurangi angka
putus sekolah serta perkawinan anak di kalangan perempuan.
Strategi:
1. Akses Pendidikan: Program ini memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang
setara dengan laki-laki terhadap fasilitas pendidikan, termasuk sekolah yang aman dan
nyaman.
2. Pelatihan Guru: Guru-guru menerima pelatihan berbasis gender untuk mengatasi bias
gender di dalam kelas, serta untuk memahami kebutuhan dan potensi setiap siswa
tanpa memandang jenis kelamin.
3. Kurikulum Inklusif: Kurikulum pendidikan direvisi untuk mencakup konten yang lebih
inklusif tentang peran perempuan dalam sejarah, ilmu pengetahuan, dan seni.
Hasil dan Review: Program pendidikan berbasis gender di Nepal telah mencapai beberapa hasil
positif yang dapat diamati:
Namun, program ini juga menghadapi beberapa tantangan, termasuk resistensi dari kelompok-
kelompok yang mempertahankan pandangan tradisional, serta keterbatasan dana untuk
memperluas program ke wilayah yang lebih luas. Evaluasi terus-menerus dan dukungan yang
berkelanjutan dari pemerintah dan mitra internasional sangat penting untuk menjaga
keberlanjutan program ini.
Secara keseluruhan, program pendidikan berbasis gender di Nepal adalah contoh positif
tentang bagaimana pendekatan berbasis gender dapat mengubah paradigma pendidikan dan
menghasilkan dampak positif dalam pembangunan manusia dengan mengurangi
ketidaksetaraan gender.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip utama dalam pembangunan manusia adalah menyamakan atau tidak membeda-
bedakan manusia baik itu laki-laki maupun perempuan,mereka memiliki banyak pilihan
dalam kehidupannya menyadari potensi tersebut ada pada diri mereka, dan kebebasan
menjalani kehidupan secara terhormat dan berharga. Kesamaan kesempatan dan
peluang, kesetaraan pada penghargaan dan penghormatan, serta keseimbangan dalam
representasi dan partisipasi harus ter refleksi pada keseluruhan aspek pembangunan
laki-laki dan perempuan sama pentingnya untuk diperhitungkan sehingga sama-sama
dapat berperan, terlibat, dan berkontribusi untuk mencapai suatu pembangunan
manusia yang seutuhnya
3. Indeks pembangunan manusia di Indonesia bisa dibilang berada di level yang cukup
tinggi, dalam 19 tahun terakhir, capaian IPM Indonesia menunjukkan trend yang terus
meningkat. Di tahun 2010, capaian IPM Indonesia berada di angka 66,53 atau masuk
kategori ‘sedang’ dan terus meningkat hingga terjadi perubahan status menjadi kategori
‘tinggi’ yang terjadi di tahun 2016, yaitu mencapai angka 70,18. IPM Indonesia terus
mengalami peningkatan, tahun 2019 IPM Indonesia mencapai angka 71,92.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unpas.ac.id/42693/
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/
documents/publication/wcms_871923.pd