Anda di halaman 1dari 757

KEMENTERIAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK ISSN 2089-3515


REPUBLIK INDONESIA

Profil
Perempuan
Indonesia
Tahun 2022
20 PROFIL PEREMPUAN
22 INDONESIA
ISSN
2089-3531

Ukuran Buku
17,6 x 25 cm

Jumlah Halaman
757

Naskah
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)

Gambar Kulit
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)

Diterbitkan oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)

Dicetak oleh :
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)

Sumber Gambar :
Freepik.com, Flaticon.com, Canva.com

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan,


mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan
sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
TIM PENYUSUN

Pengarah : Pribudiarta Nur Sitepu

Penanggung Jawab : Lies Rosdianty

Editor : Sylvianti Angraini


Nurhayati

Penulis Naskah
Naskah : Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah
Sholikhah Yulianingtyas, MA
Andi Misbahul Pratiwi

Pengolah Data : Sylvianti Angraini


Anita Putri Bungsu
Nurhayati
Indah Lukitasari
Wahyu Bodromurti
Dian Surida
Tyan Aulia Ramadiansyah
Syaharani Aliyah Putrian

Layout :
Layout : Gustriza Erda
KATA PENGANTAR
MENTERI PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK

Pemberdayaan perempuan adalah upaya yang dilakukan agar


perempuan mampu memajukan dirinya sendiri dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan demi mewujudkan kehidupan yang adil
dan sehjahtera. Perempuan diharapkan berdaya serta memiliki akses,
partisipasi, kontrol, dan manfaat yang setara dalam pembangunan. Dengan
demikian, dibutuhkan perencanaan program dan kegiatan yang didukung
oleh ketersediaan data perempuan Indonesia.
Profil Perempuan Indonesia diterbitkan setiap tahun oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, yang
menyajikan isu-isu kunci para perempuan diberbagai bidang pembangunan,
yakni kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan dan
lingkungan, politik dan hukum, situasi darurat dan khusus, sosial, teknologi
informasi, dan kekerasan terhadap perempuan. Data yang digunakan
dalam publikasi ini bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2021, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2021, dan
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA).
Selain itu, publikasi ini juga didukung dengan hasil penelitian kualitatif dari
berbagai e-journal di Indonesia.
Diharapkan publikasi ini dimanfaatkan sebagai rujukan dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan
untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia. Ucapan
terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan publikasi ini. Saran dan Kritik diharapkan untuk
perbaikan pada edisi mendatang.

iii Profil Perempuan Indonesia 2022


Ringkasan Eksekutif

Berdasarkan Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023 tahun 2021,


persentase penduduk laki-laki (50,56%) lebih banyak dibandingkan
penduduk perempuan (49,44%). Penduduk perempuan yang
berjumlah hampir sama dengan laki-laki ini semakin menguatkan
argumentasi tentang urgensi pengarusutamaan gender dengan
mempertimbangkan dan memperhitungkan pengalaman dan
kebutuhan perempuan. Hal ini menjadi penting untuk direspon
seluruh pemangku kepentingan dalam memberikan akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat yang setara antara laki-laki dan
perempuan di dalam pembangunan.
Capaian di bidang pendidikan antara laki-laki dan perempuan
masih dirasakan kesenjangannya. Rata-rata lama sekolah, angka
melek huruf, penduduk yang memiliki ijasah pendidikan di bidang
STEM (Science Technology Engineering Math) masih lebih tinggi
laki-laki dibandingkan perempuan. Meningkatkan partisipasi
perempuan di bidang STEM sangat penting karena bidang STEM
merupakan katalis untuk pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan 2030 (SDGs), khususnya tujuan ke-4 dalam hal
memastikan kualitas pendidikan yang inklusif, merata, dan
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua,
serta tujuan ke-5 dalam hal kesetaraan gender.
Di bidang kesehatan, data tahun 2021 menunjukkan
perempuan lebih banyak mengalami keluhan kesehatan
dibandingkan dengan laki-laki, baik di wilayah perkotaan maupun
perdesaan. Ketika memiliki keluhan kesehatan, perempuan lebih
banyak berobat jalan. Selain itu, perempuan juga lebih banyak
yang memiliki jaminan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki.
Artinya, perempuan lebih peduli dan menganggap kesehatan
sebagai hal yang penting dibandingkan laki-laki.
Dilihat dari kondisi rumah, perbandingan pada rumah dengan
jenis lantai tanah masih lebih besar pada kepala rumah tangga
perempuan, yaitu 5,78 persen berbanding 4,12 persen. Pada
penggunaan listrik, hampir seluruh penduduk Indonesia telah

iv Profil Perempuan Indonesia 2022


menggunakan listrik dengan akses yang sama, baik pada kepala
rumah tangga laki-laki maupun perempuan, yaitu mencapai lebih
dari 99 persen. Untuk akses air minum layak, baik untuk rumah
tangga dengan kepala rumah tangga perempuan maupun laki-
laki telah mencapai angka 90,67 persen pada laki-laki dan 91,46
persen pada perempuan. Sementara itu, persentase kepala rumah
tangga laki-laki yang mendapat akses sanitasi layak lebih banyak,
yakni 80,57 persen berbanding 78,59 persen pada kepala rumah
tangga perempuan.
Dalam bidang ketenagakerjaan, perempuan yang sedang
mencari kerja lebih besar persentasenya dibandingkan laki-laki,
yaitu 6,74 persen berbanding 6,11 persen. Hal ini mengindikasikan
kesadaran partisipasi perempuan di bidang ekonomi semakin
tinggi, namun akses pekerjaan pada perempuan masih perlu
diperkuat. Situasi ini terlihat dari kesenjangan persentase laki-laki
yang masuk kategori angkatan kerja jauh lebih tinggi dibandingkan
perempuan, yaitu 76,73 persen, sedangkan perempuan hanya
50,08 persen. Sebaliknya, dalam kategori Bukan Angkatan Kerja
(BAK), persentase perempuan jauh lebih besar, yaitu 35,52 persen
dibandingkan laki-laki yang hanya 3,73 persen. Hal ini dipengaruhi
oleh tuntutan konstruksi gender yang menempatkan perempuan di
ranah domestik sehingga perempuan lebih menempatkan dirinya
sebagai bukan angkatan kerja. Situasi ini masih diperburuk dengan
rata-rata gaji perempuan yang masih menunjukkan kesenjangan.
Pendapatan rata-rata upah penduduk Indonesia di tahun 2021
adalah Rp.2,994,513/bulan dengan pendapatan rata-rata laki-laki
per bulannya Rp.3,223,401 dan perempuan hanya sebesar Rp.
2,606,342 perbulan. Perbedaan upah yang masih lebih besar pada
laki-laki terjadi baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan, dan
pada semua tingkat pendidikan, umur pekerja, maupun status
perkawinan.
Sebagai pegawai Negara, ASN perempuan berjumlah
lebih banyak dari ASN laki-laki, yaitu 54,17 persen. ASN dengan
proporsi lebih banyak perempuan ini terjadi sejak tahun 2017,
sementara sebelumnya, ASN selalu didominasi laki-laki. Meskipun
ASN perempuan berjumlah lebih banyak, namun ASN perempuan

v Profil Perempuan Indonesia 2022


yang menduduki jabatan pengambil keputusan sangat sedikit.
Representasi perempuan dalam posisi strategis dan pengambil
keputusan masih sangat sedikit di beberapa Kementerian/
Lembaga.
Di bidang politik, pemilihan calon legislatif tahun 2019
menunjukkan bahwa seluruh partai politik telah menyertakan
perempuan sebagai calon legislatif dengan persentase minimal
keterwakilan perempuan lebih dari 30 persen. Sayangnya, angka
perolehan kursi perempuan hanya mencapai 20,35 persen.
Kondisi kepala rumah tangga perempuan masih mengalami
kesenjangan yang besar. Berdasarkan jenjang pendidikan, tingkat
pendidikan kepala rumah tangga perempuan yang belum pernah
mengakses pendidikan formal maupun non formal jauh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, yaitu 10,68 persen pada perempuan dan
hanya 2,54 persen pada kepala rumah tangga laki-laki. Situasi yang
tidak berbeda terjadi pada jenjang pendidikan di atasnya. Kepala
rumah tangga perempuan yang tinggal di lahan sempit kurang dari
10 meter persegi jauh lebih tinggi dari kepala rumah tangga laki-
laki, yaitu 91,68 persen berbanding 84,25 persen. Kepemilikan aset
pada kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan juga masih
sangat timpang.
Baik laki-laki maupun perempuan mengalami penurunan
persentase kepala rumah tangga yang menerima kredit, yaitu laki-
laki turun 1,87 persen dan perempuan turun sebesar 1,81 persen.
Penurunan ini, salah satunya sebagai dampak dari Covid-19. Akan
tetapi, kepala rumah tangga laki-laki yang menerima kredit jauh
lebih besar, yaitu sebesar 24,79 persen sedangkan kepala rumah
tangga perempuan hanya 13,98 persen. Kondisi yang sama terlihat
pada jaminan sosial yang diperoleh, dimana kepala rumah tangga
laki-laki sedikit lebih banyak, yaitu 10,72 persen dibandingkan
kepala rumah tangga perempuan, yaitu 9,55 persen.
Secara umum, persentase penduduk laki-laki yang
menggunakan telepon seluler di Indonesia lebih besar dibandingkan
perempuan, yaitu 78,23 persen pada perempuan dan laki-laki
sebesar 84,32 persen. Demikian juga pada penggunaan komputer,

vi Profil Perempuan Indonesia 2022


penduduk laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang menggunakan
komputer selama 3 bulan terakhir sedikit lebih tinggi dibandingkan
perempuan, yaitu 12,0 persen berbanding 11,34 persen. Persentase
penduduk yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir, laki-laki
masih tetap lebih tinggi, yaitu 65,05 persen, sementara perempuan
59,14 persen. Jika dilihat berdasarkan tujuan penggunaan internet,
tujuan untuk media sosial atau jejaring sosial merupakan tujuan
yang paling banyak dipilih penduduk Indonesia, yaitu 89,14 persen
pada perempuan dan 88,49 persen pada laki-laki.
Secara khusus, perempuan sebagai korban kekerasan
menurut data Simfoni PPA, pada tahun 2021 tercatat sebanyak
8.803 kasus kekerasan terhadap perempuan dengan jumlah korban
8.912 perempuan. Kekerasan fisik dan psikis adalah kekerasan
yang paling banyak dialami perempuan dewasa dan sebagian
besar terjadi di rumah tangga atau kasus kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). Dengan tingginya angka kekerasan terhadap
perempuan yang terjadi maka Negara perlu terus meningkatkan
upaya pencegahan serta menjamin terlaksananya penanganan,
perlindungan dan pemulihan bagi setiap korban kekerasan.

vii Profil Perempuan Indonesia 2022


DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................iii
RINGKASAN EKSEKUTIF.............................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................xv
DAFTAR TABEL.........................................................................xxvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................xxvi

BAB Pendahuluan ......................................................................2


1
A. Latar Belakang .............................................................3
B. Metodologi......................................................................7
1. Sumber Data........................................................7
2. Konsep dan Definisi........................................... 8
3. Relative Standard Error (RSE)...........................8

BAB Kependudukan...................................................................14
2 A. Latar Belakang ...........................................................15
B. Konsep dan Definisi....................................................17
1. Penduduk............................................................17
2. Umur................................................................... 17
3. Anak.................................................................... 17
4. Tempat Lahir .....................................................18
C. Pembahasan..................................................................18
1. Penduduk Indonesia menurut Jenis
Kelamin...............................................................18
2.Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin...................................................... 23
D. Kesimpulan....................................................................71

viii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR ISI

BAB Pendidikan........................................................................ 28
3
A. Latar Belakang........................................................... 30
B. Konsep dan Definisi.....................................................32
1. Angka Melek Huruf (AMH)..............................32
2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)........................ 32
3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan........ 34
4. Pendidikan Tinggi di Bidang STEM................37
5. Angka Partisipasi Kasar (APK).........................37
6. Angka Partisipasi Murni (APM)......................39
7. Angka Partisipasi Sekolah (APS).....................40
C. Pembahasan..................................................................40
1. Kemampuan Baca Tulis....................................40
2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)........................ 47
3. Partisipasi Sekolah (APM, APK dan APS) ..... 51
D. Kesimpulan..................................................................71

BAB Kesehatan......................................................................... 73
4
A. Latar Belakang........................................................... 75
B. Konsep dan Definisi.....................................................78
1. Kesehatan...........................................................78
2.Keluhan Kesehatan........................................... 78
3.Jaminan Kesehatan.......................................... 79
4. Fasilitas Kesehatan...........................................80
5. Tenaga Kesehatan.............................................81
6. Keluarga Berencana.........................................83
C. Pembahasan..................................................................84
1. Keluhan Kesehatan............................................84
2. Fasilitas Kesehatan...........................................88
3. Jaminan Kesehatan......................................... 93
4. Kebiasaan Merokok........................................101

ix
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR ISI

5. Perkawinan Pertama dan Persalinan..............101


6. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi...106
D. Kesimpulan................................................................121

BAB Ekonomi.......................................................................... 123


5
A. Latar Belakang......................................................... 125
B. Konsep dan Definisi...................................................128
1. Penduduk Usia Kerja dan Tenaga Kerja.......128
2. Pengangguran................................................ 129
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau
Unemployment Rate.................................... 129
4. Status pekerjaan.............................................130
5. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan.......131
6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..131
7. Jam Kerja.........................................................131
8. Lapangan Usaha.............................................131
9. Jenis pekerjaan/jabatan...............................132
10. Upah/gaji.......................................................133
C. Pembahasan...............................................................133
1. Kegiatan Perempuan Usia 15 tahun ke atas..133
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..138
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)........145
4. Perempuan yang Bekerja...............................149
D. Kesimpulan.................................................................180

BAB Perumahan dan Lingkungan...................................... 183


6
A. Latar Belakang......................................................... 185
B. Konsep dan Definisi...................................................187

x
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR ISI

1. Perumahan........................................................187
2. Rumah Tangga................................................ 187
3. Bangunan Rumah Tangga............................. 189
4. Status Penguasaan Tempat Tinggal..............193
5. Air Minum Layak..............................................194
6. Sanitasi Layak..................................................194
7. Rumah Layak Huni..........................................194
C. Pembahasan............................................................195
1. Luas Lantai Rumah...........................................195
2. Jenis Lantai..................................................... 198
3. Penggunaan Listrik........................................ 203
4. Akses Air Minum Layak.................................. 208
5. Sanitasi Layak.................................................. 215
D. Kesimpulan...............................................................222

BAB Politik dan Hukum....................................................... 224


7
A. Latar Belakang......................................................... 227
B. Konsep dan Definisi.................................................230
1. Aparat Penegak Hukum...................................230
2.Aparatur Sipil Negara (ASN)..........................232
3.Kementerian Negara...................................... 232
4. Pemerintah Daerah..........................................233
5. Lembaga Negara (MPR, DPR, DPD, DPRD)...234
C. Pembahasan................................................................237
1. Calon Anggota Legislatif Perempuan............237
2. Perempuan Wakil Rakyat.................................241
3.Perempuan sebagai ASN................................245
4. Perempuan sebagai Hakim, Jaksa, dan
Polisi...................................................................251

xi
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR ISI

5. Perempuan sebagai Menteri dan Kepala


Daerah...............................................................255
6. Perempuan sebagai Anggota Lembaga Hak
Asasi Manusia Nasional..................................258
D. Kesimpulan.................................................................261

BAB Kondisi Khusus dan Situasi Darurat....................... 267


8
A. Latar Belakang.........................................................267
B. Konsep dan Definisi................................................270
1. Lansia................................................................270
2.Covid-19..............................................................272
C. Pembahasan................................................................275
1. Perempuan Lanjut Usia (Lansia)...................275
2. Perempuan Lanjut Usia (Lansia)...................304
3. Kepatuhan pada Protokol Kesehatan.........306
4. Vaksinasi...........................................................309
D. Kesimpulan.................................................................313

BAB Sosial............................................................................... 316


9
A. Latar Belakang.........................................................319
B. Konsep dan Definisi................................................321
1. Rumah Tangga..................................................321
2.Rumah Tangga..................................................322
3.Anggota Rumah Tangga.................................323
C. Pembahasan................................................................323
1. Perempuan Kepala Keluarga.........................323
2. Rumah Tangga..................................................339
D. Kesimpulan..................................................................360

xii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR ISI

BAB Teknologi Informasi.................................................... 363


10
A. Latar Belakang......................................................... 365
B. Konsep dan Definisi.................................................368
1. Penguasaan terhadap Komputer.................368
2. Tenaga Kerja yang Menggunakan
Komputer..........................................................369
3. Rumah Tangga dengan Komputer.............. 369
4. Penggunaan Telepon Seluler........................370
5. Anggota Rumah Tangga yang Menguasai
Telepon Seluler (HP)......................................370
6. Akses internet.................................................371
7. Rumah Tangga dengan Akses Internet.........372
8. Pelanggan Mobile Broadband Internet
Aktif....................................................................373
C. Pembahasan...............................................................373
1. Penggunaan Telepon Seluler (HP)...............373
2. Kepemilikan Telepon Seluler....................... 378
3. Penggunaan Komputer................................. 383
4. Akses Internet................................................ 388
5. Tujuan Penggunaan Internet........................393
6. Penggunaan Internet dalam Pekerjaan.... 398
D. Kesimpulan..................................................................71

BAB Kekerasan Terhadap Perempuan............................. 403


11
A. Latar Belakang......................................................... 405
B. Konsep dan Definisi...................................................408
1. Kekerasan terhadap Perempuan.................408
2.Korban................................................................408
3.Pelaku.................................................................408

xiii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR ISI

4. Lokasi Kasus.....................................................411
5. Layanan.............................................................411
C. Pembahasan...............................................................412
1. Kekerasan terhadap Perempuan.................412
2. Perempuan Korban Kekerasan.....................418
3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga................ 423
4. Jenis Kekerasan yang Dialami Perempuan...426
5. Layanan yang Diterima Korban...................434
6. Lokasi Kejadian.............................................. 438
7. Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan.. 440
D. Kesimpulan................................................................442

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................445

xiv
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1 Alur Pembahasan Profil Perempuan Indonesia, 2022 9

2.1 Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2021 19

2.2 Persentase Penduduk menurut Provinsi, 2021 20

2.3 Persentase Penduduk menurut Provinsi dan JenisKelamin, 22


2021
2.4 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur,2021 24

2.5 Persentase Penduduk Menurut Provinsi danKelompok 25


Umur, 2021
2.6 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur danJenis 26
Kelamin, 2021
3.1 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke 41
Atasmenurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
3.2 Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur danJenis 43
Kelamin, 2021
3.3 Angka Melek Huruf menurut Provinsi dan JenisKelamin, 46
2021
3.4 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun keatas 48
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
3.5 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 TahunKe atas 50
Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2021
3.6 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut JenjangPendidikan, 53
2019-2021
3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenis Kelamindan 54
Jenjang Pendidikan, 2021
3.8 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenis Kelamindan 56
Jenjang Pendidikan, 2021
3.9 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut KelompokUmur, 57
2020-2021
3.10 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut JenisKelamin 59
dan Kelompok Umur, 2021

xv
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.11 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atasMenurut 63


Ijazah/ STTB Tertinggi yang Dimiliki,2021
3.12 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atasMenurut Tipe 64
Daerah dan Ijazah/STTBTertinggi yang Dimiliki, 2021
3.13 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atasMenurut Jenis 65
Kelamin dan Ijazah/STTBTertinggi yang Dimiliki, 2021
3.14 Persentase Penduduk yang Memiliki IjazahPendidikan 67
Tinggi Menurut Bidang Studi,2020-2021
3.15 Persentase Penduduk yang Memiliki IjazahPendidikan 68
Tinggi di Bidang STEM MenurutJenis Kelamin, 2021
3.16 Persentase Penduduk Perempuan yangMemiliki Ijazah 70
Pendidikan Tinggi menurutProvinsi dan Bidang Studi, 2021
4.1 Persentase Penduduk yang MengalamiKeluhan Kesehatan 84
Menurut Tipe Daerah danJenis Kelamin, 2021
4.2 Persentase Penduduk yang Memiliki KeluhanKesehatan, 88
Sakit dan Berobat Jalan dalam SebulanTerakhir menurut
Jenis Kelamin dan Tempat BerobatJalan, 2021
4.3 Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inapdalam 90
Setahun Terakhir menurut Tipe Daerah danJenis Kelamin,
2021
4.4 Persentase Penduduk yang Memiliki JaminanKesehatan 95
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin,2021
4.5 Persentase Penduduk Perempuan yang MemilikiJaminan 100
Kesehatan Menurut Provinsi, 2021
4.6 Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yangMerokok 101
dalam Satu Bulan Terakhir menurut JenisKelamin dan
Kebiasaan Merokok, 2021
4.7 Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yangMerokok 103
dalam Satu Bulan Terakhir menurutProvinsi 2021
4.8 Persentase penduduk perempuan yangpernah kawin 109
berumur 10 tahun keatas menurutumur perkawinan
pertama, 2021
4.9 Persentase Penduduk Perempuan yang PernahKawin 110
Berumur 10 Tahun Ke Atas yang UmurPerkawinan Pertama
<=17 Tahun menurut Provinsi,2021

xvi
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

4.10 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49Tahun yang 112


Melahirkan Hidup dalam DuaTahun Terakhir menurut Tipe
Daerah danTempat Melahirkan, 2021
4.11 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49tahun yang 113
Melahirkan Hidup dalam DuaTahun Terakhir menurut Tipe
Daerah danPenolong Persalinan Terakhir
4.12 Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun 115
yang Melahirkan Hidup dalam DuaTahun Terakhir menurut
Tipe Daerah, danStatus Inisiasi Menyusui Dini, 2021
4.13 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahundan Pernah 117
Kawin menurut Tipe Daerah danStatus Pemakaian Alat/
Cara KB, 2021
4.14 Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun danPernah Kawin 118
menurut Alat/Cara KB yangsedang Digunakan, 2021
5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurutJenis 139
Kelamin, 2017-2021
5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurutTipe 141
Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
5.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 143
Perempuanmenurut Provinsi dan Tipe Wilayah, 2021
5.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut 146
JenisKelamin, 2018-2021
5.5 Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) menurut 148
JenisKelamin dan Provinsi, 2021
5.6 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerjamenurut 152
Jenis Kelamin dan Memiliki PekerjaanTambahan, 2021
5.7 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yangBekerja 155
Menurut Status pada Pekerjaan Utama danJenis Kelamin,
2021
5.8 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yangBekerja 161
menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,dan Sektor
Pekerjaan, 2021
5.9 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas diPerkotaan 163
dan Perdesaan yang Bekerja selamaSeminggu yang Lalu
menurut Status Perkawinan,2021

xvii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

5.10 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atasyang Bekerja 164


selama Seminggu yang Lalumenurut Daerah, Jenis
Kelamin, dan StatusPerkawinan, 2021
5.11 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15Tahun ke Atas 171
yang Bekerja Lebih dari 40 JamMenurut Jenis Kelamin
dan Provinsi, 2021
5.12 Rata-Rata Upah/Gaji Bersih Penduduk Usia 15Tahun ke 172
Atas yang Bekerja menurut JenisKelamin dan Tipe Daerah,
2021
5.13 Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurutStatus 174
Perkawinan, Tipe Daerah, dan JenisKelamin, 2021
5.14 Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurutTingkat 175
Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2021
5.15 Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurutJenis 177
Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin,2021
5.16 Rata-Rata Upah/Gaji Bersih PendudukPerempuan Usia 15 179
Tahun ke Atas yangBekerja menurut Provinsi, 2021
6.1 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan 197
yangMemiliki Rata-rata Luas Rumah <10 Meter
Persegimenurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2021
6.2 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki LantaiTerluas 200
pada Jenis Lantai Bukan Tanah menurutProvinsi dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga,2021
6.3 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang MemilikiLantai 202
Terluas pada Jenis Lantai Bukan Tanah menurutProvinsi
dan Tipe Daerah, 2021
6.4 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan 204
Listrikmenurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
KepalaRumah Tangga, 2021
6.5 Persentase Rumah Tangga yang Tidak MenggunakanListrik 206
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin KepalaRumah
Tangga, 2021
6.6 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang 207
TidakMenggunakan Listrik menurut Provinsi dan
TipeDaerah 2021

xviii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

6.7 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses AirMinum 209


Layak menurut Jenis Kelamin Kepala RumahTangga dan
Tipe Daerah, 2021
6.8 Persentase Rumah Tangga yang Tidak MemilikiAkses Air 213
Minum Layak menurut Provinsi dan JenisKelamin Kepala
Rumah Tangga, 2021
6.9 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang TidakMemiliki 214
Akses Air Minum Layak menurut Provinsidan Tipe Daerah,
2021
6.10 Persentase Rumah Tangga yang MemilikiAkses Air Minum 216
Layak menurut Jenis KelaminKepala Rumah Tangga dan
Tipe Daerah, 2021
6.11 Persentase Rumah Tangga yang MemilikiSanitasi Layak 219
menurut Provinsi dan JenisKelamin Kepala RumahTangga,
2021
6.12 Persentase Rumah Tangga Perempuan yangMemiliki 221
Sanitasi Layak menurut Provinsi danTipe Daerah, 2021
7.1 Daftar Calon Tetap Partai Politik di Pemilu DPR RI2019 237
berdasarkan Jenis Kelamin
7.2 Wakil Rakyat di DPR RI dan DPD RI Berdasarkan 242
JenisKelamin, Periode 2009 - 2024
7.3 Persentase Perempuan Anggota DPRD ProvinsiPeriode 244
2019 – 2024
7.4 Wakil Rakyat di DPR RI dan DPD RI Berdasarkan 247
JenisKelamin, Periode 2009 - 2024
7.5 Hakim Pengadilan Negeri Berdasarkan Jenis 252
Kelamin,2019-2020
7.6 Jumlah Hakim, Jaksa dan Polisi menurut JenisKelamin 255

7.7 Jabatan Menteri Perempuan di Indonesia,Tahun 1998- 256


2021
7.8 Komisioner Komnas Ham, Komnas Perempuan, KPAI,KND 261
menurut Jenis Kelamin
8.1 Penduduk Indonesia Menurut Kelompok UmurLansia dan 275
Bukan Lansia, 2021

xix
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

8.2 Persentase Rumah Tangga Penduduk LanjutUsia , 2017- 276


2021
8.3 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutJenis Kelamin, 277
2021
8.4 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutJenis Kelamin 278
dan Kelompok Umur, 2021
8.5 Persentase Rumah Tangga Penduduk LanjutUsia Menurut 279
Tinggal Bersama dan JenisKelamin, 2021
8.6 Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk LanjutUsia Menurut 281
Jenis Kelamin, 2021
8.7 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutTingkat 282
Pendidikan yang ditamatkan, 2021
8.8 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Lanjut UsiaMenurut 283
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
8.9 Persentase Penduduk Lanjut Usia yangMemiliki Akses 284
Teknologi Informasi danKomunikasi Menurut Jenis
Fasilitas danJenis Kelamin, 2021
8.10 Persentase Penduduk Lanjut Usia yangMengalami 286
Keluhan Kesehatan dalam SebulanTerakhir Menurut Tipe
Daerah dan JenisKelamin, 2021
8.11 Angka Kesakitan Penduduk Lanjut UsiaMenurut Tipe 287
Daerah (persen), 2021
8.12 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutFrekuensi dan 288
Status Merokok dalam SebulanTerakhir, 2021
8.13 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutStatus 289
Disabilitas, 2021
8.14 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutStatus 290
Perkawinan, 2021
8.15 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutStatus Sebagai 291
Kepala Rumah Tangga danJenis Kelamin, 2021
8.16 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutStatus Sebagai 292
Kepala Rumah Tangga, 2021
8.17 Persentase Penduduk Lanjut Usia KepalaRumah Tangga 293
yang Mengalami Disabilitasdan Non Disabilitas, 2021

xx
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

8.18 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutKelompok 294


Pengeluaran Rumah Tangga, 2021
8.19 Rasio Ketergantungan Penduduk Lanjut UsiaMenurut 295
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
8.20 Persentase Penduduk Lanjut Usia MenurutJenis 297
Kegiatan Utama dalam SemingguTerakhir, 2021
8.21 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja diSektor 298
Formal dan Informal Menurut JenisKelamin, 2021
8.22 Persentase Penduduk Lanjut Usia BekerjaMenurut 299
Tingkat Pendidikan dan JenisKelamin, 2021
8.23 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerjasebagai 300
Pekerja Tetap dan Tidak Tetap(Precarious Employment)
Menurut JenisKelamin dan Tingkat Pendidikan, 2021
8.24 Persentase Penduduk Lanjut Usia BekerjaMenurut Jenis 301
Kelamin dan Jumlah Penghasilandalam Sebulan, 2021
8.25 Persentase Penduduk Lanjut Usia BekerjaSebagai 302
Pekerja Rentan Menurut Jenis Kelamindan Kelompok
Umur, 2021
8.26 Persentase Penduduk Lanjut Usia BekerjaMenurut 303
Perubahan Penghasilan dibandingkanSebelum Pandemi
COVID-19, 2021
8.27 Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia perTanggal 29 304
Oktober 2022
8.28 Sepuluh Negara dengan Jumlah Kematiankarena 305
Covid-19 Tertinggi di Dunia, perDesember 2022
8.29 Tingkat Kepatuhan Responden dalamMelaksanakan 307
Protokol Kesehatan SelamaSeminggu Terakhir Menurut
Jenis Kelamin,Februari 2022
8.30 Perasaan Responden Selama PembatasanAktivitas di 308
Luar Rumah Menurut JenisKelamin, Februari 2022
8.31 Jumlah Penduduk yang Telah MelakukanVaksinasi, 2022 309

8.32 Alasan Belum Mengikuti Vaksinasi BerdasarkanJenis 311


Kelamin, Februari 2022

xxi
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

8.33 Alasan Sudah Mengikuti Vaksinasi BerdasarkanJenis 312


Kelamin, Februari 2022
9.1 Persentase Rumah Tangga menurut TipeDaerah dan Jenis 324
Kelamin, 2020-2021
9.2 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tanggamenurut 325
Provinsi dan Tipe Daerah, 2021
9.3 Persentase Kepala Rumah Tangga menurutStatus 328
Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2020-2021
9.4 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tanggamenurut 330
Status Perkawinan dan Provinsi,2021
9.5 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tanggamenurut 332
Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin,2020-2021
9.6 Persentase Kepala Rumah Tangga menurutPendidikan 333
Tertinggi yang Ditamatkan danJenis Kelamin, 2021
9.7 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tanggamenurut 335
Pendidikan Tertinggi yangDitamatkan dan Provinsi, 2021
9.8 Persentase Kepala Rumah Tangga yangmelakukan 337
Kegiatan Seminggu yang LaluBekerja Menurut Jenis
Kelamin dan TipeDaerah, 2020-2021
9.9 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 338
melakukan Kegiatan Seminggu yang LaluBekerja menurut
Provinsi dan Tipe Daerah,2021
9.10 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki AsetMenurut 341
Tipe Daerah dan Jenis KelaminKepala Rumah Tangga,
2021
9.11 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 343
memiliki Aset menurut Provinsi dan TipeDaerah, 2021
9.12 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki AsetTransportasi 345
menurut Tipe Daerah dan JenisKelamin Kepala Rumah
Tangga, 2020-2021
9.13 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 346
memiliki Aset Transportasi MenurutProvinsi dan Tipe
Daerah, 2021
9.14 Persentase Rumah Tangga yang memiliki AsetRumah 348
Tangga menurut Tipe Daerah dan JenisKelamin Kepala
Rumah Tangga, 2021

xxii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

9.15 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 349


memiliki Aset Rumah Tangga MenurutProvinsi dan Tipe
Daerah, 2021
9.16 Persentase Rumah Tangga yang memiliki AsetRumah 351
Tangga Lainnya menurut Tipe Daerahdan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021
9.17 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 352
Memiliki Aset Rumah Tangga LainnyaMenurut Provinsi
dan Tipe Daerah, 2021
9.18 Persentase Rumah Tangga yang MenerimaKredit Menurut 353
Tipe Daerah dan Jenis KelaminKepala Rumah Tangga,
2021
9.19 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 355
Menerima Kredit menurut Provinsi danTipe Daerah, 2021
9.20 Persentase Rumah Tangga yang MenerimaJaminan Sosial 358
dalam Setahun Terakhirmenurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin KepalaRumah Tangga, 2021
9.21 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 359
Menerima Jaminan Sosial dalam SetahunTerakhir menurut
Provinsi dan Tipe Daerah,2021
10.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 374
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurut JenisKelamin, 2020-2021
10.2 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 376
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurut TipeDaerah dan Jenis Kelamin,
2021
10.3 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 377
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurutProvinsi, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin, 2021
10.4 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 379
Memiliki Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3 Bulan
Terakhir menurut JenisKelamin dan Tipe Daerah, 2021
10.5 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 380
Memiliki Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3 Bulan
Terakhir menurut JenisKelamin, 2017-2021

xxiii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

10.6 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5Tahun ke 382


Atas yang Memiliki Telepon Seluler(HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurutProvinsi, 2021
10.7 Persentase Penduduk Usia 5 tahun ke Atasyang 384
Menggunakan Komputer (PC/Desktop,Laptop/Notebook,
Tablet) dalam 3 BulanTerakhir Menurut Jenis Kelamin dan
TipeWilayah, 2021
10.8 Persentase Penduduk Usia 5 tahun ke Atasyang 385
Menggunakan Komputer (PC/Desktop,Laptop/Notebook,
Tablet) dalam 3 BulanTerakhir, 2019-2021
10.9 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5Tahun ke Atas 386
yang Menggunakan Komputer(PC/Desktop, Laptop/
Notebook, Tablet) dalam3 Bulan Terakhir menurut Provinsi
dan TipeDaerah, 2021
10.10 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atasyang Mengakses 389
Internet (Termasuk Facebook,Twitter, WhatsApp) dalam
3 Bulan Terakhirmenurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin,
2021
10.11 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5Tahun ke Atas 392
yang Mengakses Internet(Termasuk Facebook, Twitter,
WhatsApp)dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi
danTipe Daerah, 2021
10.12 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atasyang Mengakses 394
Internet (termasukFacebook, Twitter, WhatsApp) dalam 3
BulanTerakhir menurut Tujuan Penggunaan Internet,Tipe
Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
10.13 Persentase Rumah Tangga yang MenerimaJaminan Sosial 398
dalam Setahun Terakhirmenurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin KepalaRumah Tangga, 2021
11.1 Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan terhadapPerempuan, 414
2019-2021
11.2 Peta Sebaran Jumlah Kasus KekerasanMenurut Provinsi, 416
Tahun 2021
11.3 Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan terhadapPerempuan 417
Berdasarkan Tahun PenginputanMenurut Provinsi, 2021

xxiv
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

11.4 Persentase Korban Kekerasan terhadapPerempuan 419


berdasarkan Tahun Penginputanmenurut Kelompok
Umur, 2020-2021
11.5 Korban Kekerasan terhadap Perempuanberdasarkan 420
Tahun Penginputan menurutProvinsi pada Kelompok
Umur 25-44 Tahun,2021
11.6 Persentase Korban Kekerasan terhadapPerempuan 422
berdasarkan Tahun Penginputanmenurut Jenjang
Pendidikan, 2020-2021
11.7 Jumlah Korban Kekerasan dalam RumahTangga 425
berdasarkan Tahun Penginputanmenurut Provinsi, 2021
11.8 Jumlah Perempuan Korban Kekerasanberdasarkan Tahun 428
Penginputan MenurutJenis Kekerasan yang Dialami, 2021
11.9 Persentase Perempuan Korban KekerasanBerdasarkan 433
Tahun Penginputan menurutBanyaknya Jenis Kekerasan
yang Dialami, 2021
11.10 Jumlah Perempuan Korban KekerasanBerdasarkan Tahun 435
Penginputan MenurutJenis Layanan yang Diterima, 2021
11.11 Jumlah Perempuan Korban KekerasanBerdasarkan Tahun 437
Penginputan MenurutBanyaknya Layanan yang Diterima,
2021
11.12 Persentase Pelaku Kekerasan terhadapPerempuan 439
Berdasarkan Tahun PenginputanMenurut Lokasi Kejadian
Periode 2019-2021

xxv
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Perempuan 55


menurut Peringkat Provinsi Tertinggi dan Terendah, 2021
3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Perempuan Menurut 60
Kelompok Umur dan Provinsi Tertinggi dan Terendah,
2021
4.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan, 86
Sakit, dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021.
4.2 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan, 89
Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut
Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Tempat Berobat Jalan,
2021
4.3 Persentase Penduduk yang Rawat Inap dalam Satu Tahun 91
Terakhir menurut Tipe Daerah dan Tempat Rawat Inap,
2021
4.4 Persentase Kepemilikan Jaminan Kesehatan menurut 96
Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Jaminan Kesehatan,
2021
4.5 Persentase Penduduk menurut Jaminan Kesehatan yang 98
digunakan untuk Rawat Inap dan Tipe Daerah, 2021
5.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut 134
Jenis kegiatan Seminggu yang lalu, Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin, 2021
5.2 Persentase Angkatan Kerja dan Bekerja Menurut Jenis 136
Kelamin dan Provinsi Tertinggi dan Terendah, 2021.
5.3 Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja 150
Menurut Jenis Kelamin, Tipe daerah dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
5.4 Persentase Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 154
selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi dengan
Persentase Tertinggi dan Terendah, dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
5.5 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja 159
Menurut Sektor Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah,
2021

xxvi
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

5.6 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang 160


Bekerja menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan
Sektor Pekerjaan, 2021
5.7 Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja 166
Menurut Jenis Kelamin, Tipe Daerah dan Jumlah Jam
Kerja Selama Seminggu, 2021
5.8 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas 167
yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jam Kerja,
2021
6.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Tipe Daerah, 196
Jenis Kelamin, dan Rata-rata Luas Rumah per kapita (m2),
2021
6.2 Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Tipe Daerah, 199
Jenis Kelamin, dan Jenis Lantai Terluas, 2021
6.3 Persentase Sanitasi Layak di Indonesia berdasarkan 217
Provinsi, Tahun 2015-2020
7.1 Persentase Pencalonan Calon Legislatif (Caleg) Perempuan 238
berdasarkan Partai Politik, 2019
7.2 Persentase Calon Legislatif (Caleg) Perempuan Terpilih 239
Menjadi Anggota DPR RI Periode 2019-2024 berdasarkan
Nomor Urut di Daftar Calon Tetap (DCT), 2019
7.3 Perolehan Kursi Perempuan berdasarkan Partai yang Lolos 240
Parliamentary Threshold, 2019
7.4 Jumlah dan Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) 246
berdasarkan Status Kepegawaian dan Jenis Kelamin, 2022
7.5 Jumlah PNS dan PPPK berdasarkan Jenis Kelamin dan 248
Tingkat Pendidikan, 2022
7.6 Jumlah dan Persentase PNS berdasarkan Jenis Kelamin 249
dan Jenis Jabatan, 2022
7.7 Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah 257
Pilkada 2020 Berdasarkan Jenis Pilihan dan Jenis Kelamin,
2020
9.1 Jumlah Wilayah Menurut Kelompok Persentase Kepala 327
Rumah Tangga Perempuan dan Tipe Daerah, 2021

xxvii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

9.2 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jumlah 340


Anggota Rumah Tangga (ART) dan Jenis Kelamin, 2021

10.1 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5 Tahun ke Atas 396


yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Tujuan Penggunaan Internet untuk Fasilitas Finansial
(E-Banking) Sosial pada Provinsi Tertinggi dan Terendah,
2021
10.2 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5 Tahun ke Atas 397
yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Tujuan Penggunaan Internet untuk Mendapatkan
Informasi untuk Proses Pembelajaran pada Provinsi
Tertinggi dan Terendah, 2021
11.1 Provinsi dengan Jumlah Perempuan Korban Kekerasan 431
Tercatat yang Tertinggi dan Terendah Berdasarkan Tahun
Penginputan dan Jenis Kekerasan Fisik dan Psikis 2021
10.4 Provinsi dengan Jumlah Perempuan Korban Kekerasan 432
yang Tercatat Tertinggi Menurut Tahun Penginputan
dan Jenis Kekerasan Seksual, Eksploitasi, TPPO, dan
Penelantaran, 2021
10.5 Persentase Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan 442
Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Hubungan
dengan Korban, 2021
9.21 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuanyang 359
Menerima Jaminan Sosial dalam SetahunTerakhir menurut
Provinsi dan Tipe Daerah,2021
10.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 374
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurut JenisKelamin, 2020-2021
10.2 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun keAtas yang 376
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurut TipeDaerah dan Jenis Kelamin,
2021
11.1 Provinsi dengan Jumlah Perempuan Korban Kekerasan 431
Tercatat yang Tertinggi dan Terendah Berdasarkan Tahun
Penginputan dan Jenis Kekerasan Fisik dan Psikis 2021

xxviii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

11.4 Provinsi dengan Jumlah Perempuan Korban Kekerasan 432


yang Tercatat Tertinggi Menurut Tahun Penginputan
dan Jenis Kekerasan Seksual, Eksploitasi, TPPO, dan
Penelantaran, 2021
11.5 Persentase Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan 442
Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Hubungan
dengan Korban, 2021

xxix
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

A.1.1. Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok 466


Umur, dan Jenis Kelamin, 2021
A.1.2. Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok 467
Umur, dan Jenis Kelamin, 2022
A.1.3. Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok 468
Umur, dan Jenis Kelamin, 2023
B.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang 470
Melek Huruf menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin, 2021
B.2.1. Persentase Penduduk yang Melek Huruf menurut 471
Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2021
B.2.2. Persentase Penduduk di Perkotaan yang Melek 473
Huruf menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis
Kelamin, 2021
B.2.3. Persentase Penduduk di Perdesaan yang Melek 475
Huruf menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis
Kelamin, 2021
B.3. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun 477
Ke Atas menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin, 2021
B.4. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Provinsi, 478
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan, 2021
B.5. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Provinsi, 481
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan, 2021
B.6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Provinsi, 484
Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur, 2021
B.7.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Ijazah 487
Pendidikan Tinggi menurut Provinsi, Bidang, dan
Jenis Kelamin, 2021
B.7.2 Persentase Penduduk di perkotaan yang Memiliki 488
Ijazah Pendidikan Tinggi menurut Provinsi, Bidang,
dan Jenis Kelamin, 2021
B.7.3 Persentase Penduduk di perdesaan yang Memiliki 489
Ijazah Pendidikan Tinggi menurut Provinsi, Bidang,
dan Jenis Kelamin, 2021

xxx
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

B.8.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut 490


Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan
yang Ditamatkan, 2021
B.8.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 493
Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021
B.8.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 496
Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021
C.1.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan 500
Kesehatan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin, 2021
C.1.2 Persentase penduduk yang memiliki jaminan 501
kesehatan menurut kategori wilayah, jenis kelamin
dan jenis jaminan kesehatan yang dimiliki, 2021
C.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan 502
Kesehatan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin, 2021
C.3. Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan 503
Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin, 2021

C.4. Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan 504


Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Kategori Wilayah, Jenis Kelamin,
dan Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2021
C.5 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan 505
Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Kategori Wilayah, Jenis Kelamin,
dan Tempat Berobat Jalan, 2021
C.6.1 Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap 506
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021
C.6.1.1 Sampling error persentase penduduk laki-laki 507
pedesaan yang mempunyai keluhan kesehatan
menurut provinsi, 2021

xxxi
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

C.7 Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap 508


dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Jenis
Kelamin, dan Jaminan Kesehatan yang Digunakan,
2021
C.8 Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap 509
dalam Setahun Terakhir menurut Kategori Wilayah,
Jenis Kelamin, dan Tempat Rawat Inap, 2021
C.9.1 Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas 510
yang Merokok dalam Satu Bulan Terakhir menurut
Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok,
2021
C.9.1.1 Sampling Error Persentase Penduduk laki-laki umur 513
18 Tahun ke Atas yang Merokok dalam Satu Bulan
Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok
dengan kategori Tidak Tahu , 2021
C.9.1.2 Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan 514
umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok dalam Satu
Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan
Merokok dengan kategori Ya, setiap hari; ya, tidak
setiap hari; dan Tidak Tahu , 2021
C.9.1.3 Sampling Error Persentase Penduduk laki-laki dan 517
Perempuan umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok
dalam Satu Bulan Terakhir menurut Provinsi dan
Kebiasaan Merokok dengan kategori Tidak Tahu ,
2021
C.10. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan 518
Pernah Kawin menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Status Pemakaian Alat/Cara KB, 2021
C.11.1. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan 519
Pernah Kawin menurut Kategori Wilayah dan Alat/
Cara KB yang sedang Digunakan, 2021
C.11.2 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan 520
Pernah Kawin menurut Provinsi dan Alat/Cara KB
yang sedang Digunakan, 2021
C.11.2.1 Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15- 521
49 Tahun dan Pernah Kawin menurut Provinsi dan
Alat/Cara KB yang sedang Digunakan, 2021

xxxii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

C.11.3 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan 524


Pernah Kawin di Perkotaan menurut Provinsi dan
Alat/Cara KB yang sedang Digunakan, 2021
C.11.3.1.1 Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15- 525
49 Tahun dan Pernah Kawin di Perkotaan menurut
Provinsi dan Alat/Cara KB yang sedang Digunakan,
2021
C.11.4 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan 529
Pernah Kawin di Perkotaan menurut Provinsi dan
Alat/Cara KB yang sedang Digunakan, 2021
C.11.4.1.1 Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15- 530
49 Tahun dan Pernah Kawin di Perkotaan menurut
Provinsi dan Alat/Cara KB yang sedang Digunakan,
2021
C.12.1. Persentase Penduduk Perempuan yang Pernah 533
Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,
dan Umur Perkawinan Pertama, 2021
C.12.1.1 Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan 536
yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas
menurut Provinsi, dan Umur Perkawinan Pertama,
2021
C.12.2. Persentase Penduduk Perempuan yang Pernah 537
Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di Perkotaan
menurut Provinsi, dan Umur Perkawinan Pertama,
2021
C.12.2.1 Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan 540
yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di
Perkotaan menurut Provinsi, dan Umur Perkawinan
Pertama, 2021
C.12.3. Persentase Penduduk Perempuan yang Pernah 543
Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di Perdesaan
menurut Provinsi, dan Umur Perkawinan Pertama,
2021
C.13 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 tahun 546
yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Penolong Persalinan
Terakhir, 2021

xxxiii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

C.14.1 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun 547


yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Status Inisiasi
Menyusui Dini, 2021
C.14.1 Sampling Error Persentase Wanita Pernah Kawin 548
Usia 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua
Tahun Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Status Inisiasi Menyusui Dini, 2021
C.15 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 tahun 549
yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Penolong Persalinan
Terakhir, 2021
D.1.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas 551
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan
selama Seminggu yang Lalu, 2021
D.1.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas 554
di Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021
D.1.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas 557
di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021
D.1.3.1 Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 15 560
Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis
Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang
Lalu, 2021
D.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 561
Usia 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Tipe Daerah,
dan Jenis Kelamin, 2021
D.3.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk 562
Usia 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Tipe Daerah,
dan Jenis Kelamin, 2021
D.3.1.1 Sampling Error Tingkat Pengangguran Terbuka 563
(TPT) Penduduk Usia 15 Tahun di Perdesaan ke Atas
menurut Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2021
D.4.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 564
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut
Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan, 2021

xxxiv
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

D.4.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 567


Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
D.4.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 570
Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
D.5.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 573
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut
Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021
D.5.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 576
Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status
Perkawinan, 2021
D.5.2.1. Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun 579
ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Status Perkawinan, 2021
D.5.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 580
Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status
Perkawinan, 2021
D.5.3.1. Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun 583
ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Status Perkawinan, 2021
D.6.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 586
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut
Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021
D.6.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 589
Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam
Kerja, 2021
D.6.2.1 Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun 592
ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jumlah Jam Kerja, 2021

xxxv
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

D.6.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di 593


Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah
Jam Kerja, 2021
D.6.3.1. Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun 596
ke Atas di perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jumlah Jam Kerja, 2021
D.7. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 597
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Tipe
Daerah, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Jumlah
Jam Kerja, 2021
D.8.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 598
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut
Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021
D.8.2. Persentase Penduduk Laki-Laki Usia 15 Tahun ke 599
Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021
D.8.3. Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun 600
ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021
D.8.3.1 Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan 601
Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi dan Status Pekerjaan
Utama, 2021
D.9.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 602
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Sektor Pekerjaan, 2021
D.9.2. Persentase Penduduk Laki-Laki Usia 15 Tahun ke Atas 603
yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Sektor Pekerjaan, 2021
D.9.3. Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun 604
ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu Menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Sektor
Pekerjaan, 2021

xxxvi
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

D.10. Rata-Rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk 605


Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/
Karyawan selama Sebulan menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021
D.11. Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang 608
Bekerja menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,
dan Sektor Pekerjaan, 2021
D.12. Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang 608
Bekerja menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin,
dan Sektor Pekerjaan, 2021
D.13.1. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut 609
Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2021
D.13.2. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut 610
Provinsi, Tingkat Pendidikan, 2021
D.13.3. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh Penduduk 611
Laki-laki menurut Provinsi, Tingkat Pendidikan, 2021
D.13.4. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh Penduduk 612
Perempuan menurut Provinsi, Tingkat Pendidikan,
2021
D.13.4.1 Sampling error Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/ 613
Buruh Penduduk Perempuan menurut Provinsi,
Tingkat Pendidikan, 2021
D.14.1. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut 614
Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2021
D.14.2. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh di Perkotaan 615
menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis
Kelamin, 2021
D.14.3. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh di Perdesaan 616
menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis
Kelamin, 2021
D.15. Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut 617
Status Perkawinan, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin,
2021
D.16.1. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang 618
Bekerja Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status
Penggunaan Internet pada Pekerjaan, 2021

xxxvii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

D.16.2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perkotaan 619


yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Status Penggunaan Internet pada Pekerjaan, 2021
D.16.3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perdesaan 620
yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan
Status Penggunaan Internet pada Pekerjaan, 2021
D.17.1. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 621
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Memiliki
Pekerjaan Tambahan, 2021
D.17.2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perkotaan 622
yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Memiliki Pekerjaan Tambahan, 2021
D.17.3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perdesaan 623
yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Memiliki Pekerjaan Tambahan, 2021
D.18.1 Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki 624
Jabatan Manajer menurut Provinsi, Tipe Daerah,
dan Jenis Kelamin 2021
D.18.1.1 Sampling Error Persentase Penduduk Bekerja yang 625
Menduduki Jabatan Manajer menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin 2021
D.19.1. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 630
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepemilikan
Jaminan Ketenagakerjaan
D.19.2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 631
di Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Kepemilikan Jaminan Ketenagakerjaan
D.19.3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 632
di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Kepemilikan Jaminan Ketenagakerjaan
E.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang 634
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam
3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin, 2021

xxxviii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

E.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang 636


Menggunakan Komputer (PC/Desktop, Laptop/
Notebook, Tablet) dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021
E.4. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas 637
yang Mengakses Internet (Termasuk Facebook,
Twitter, Whatsapp) dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021
E.5.1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas 638
yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir
menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet,
2021
E.5.2. Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun 640
ke Atas di Perkotaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan
Penggunaan Internet, 2021
E.5.2.1 Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki 642
Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021
E.5.3. Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun 643
ke Atas di Perdesaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan
Penggunaan Internet, 2021
E.5.3.1 Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki 645
Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021
E.5.4. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun 648
ke Atas di Perkotaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan
Penggunaan Internet, 2021
E.5.4.1 Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan 650
Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021

xxxix
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

E.5.5. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun 651


ke Atas di Perdesaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan
Penggunaan Internet, 2021
E.5.5.1 Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan 653
Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021
F.1. Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe 655
Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga,
2021
F.2. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 656
Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021
F.3.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 658
Jenis Kelamin, dan Partisipasi Sekolah, 2021
F.3.1.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 659
Jenis Kelamin, dan Partisipasi Sekolah, 2021
F.4.1. Persentase Kepala Rumah Tangga di Perkotaan 662
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
F.4.2. Persentase Kepala Rumah Tangga di Perdesaan 665
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
F.4.2.1 Sampling error Persentase Kepala Rumah Tangga 668
Perempuan di Perkotaan menurut Provinsi dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
F.4.3. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 669
Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan, 2021
F.4.3.1 Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga 672
Perempuan di Perdesaan menurut Provinsi dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021
F.5 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja 673
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin,
2021

xl
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

F.6.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 674


Jenis Kelamin, dan Rata-rata Jumlah Anggota
Rumah Tangga, 2021
F.6.1.1 Sampling error Persentase Kepala Rumah Tangga 676
Perempuan menurut Provinsi dan Rata-rata Jumlah
Anggota Rumah Tangga, 2021
F.7.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, 677
Jenis Kelamin, dan Status Disabilitas, 2021
F.7.1.1 Sampling error Persentase Kepala Rumah Tangga 680
Perempuan menurut Provinsi dan Mengalami
Gangguan Fungsional atau Tidak, 2021
G.1.1. Persentase Rumah Tangga di Perkotaan menurut 682
Provinsi, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan
Luas Lantai per Meter Persegi per Kapita, 2021
G.1.1.1 Sampling error Persentase Rumah Tangga 683
di Perkotaan dengan Kepala Rumah Tangga
Perempuan menurut Provinsi, Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, dan Luas Lantai per Meter Persegi
per Kapita, 2021
G.1.2. Persentase Rumah Tangga di Perdesaan menurut 684
Provinsi, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan
Luas Lantai per Meter Persegi per kapita, 2021
G.1.2.1 Sampling error Persentase Kepala Rumah Tangga 685
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Mengalami
Gangguan Fungsional atau Tidak, 2021
G.1.3. Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis 686
Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Luas Lantai per
Meter Persegi per Kapita, 2021
G.2. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Lantai 687
Terluas bukan Tanah menurut Provinsi, Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Tipe Daerah,
2021
G.3. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan 688
Listrik menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

xli
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

G.4. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air 689


Minum Layak menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021
G.5. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sanitasi 690
Layak menurut Provinsi, Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, dan Tipe Daerah, 2021
H.1. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset 692
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021
H.2. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset 693
Transportasi menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021
H.3. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset 694
Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021
H.4. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset 695
Rumah Tangga Lainnya menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga,
2021
H.5.1 Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit 696
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021
H.5.1.1 Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit 697
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021
H.6.1 Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan 700
Sosial dalan Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga,
2021
H.6.1.1 Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan 701
Sosial dalan Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga,
2021

xlii
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

H.7. Persentase Penduduk Berusia 5 Tahun ke Atas 702


yang Memiliki Rekening Tabungan Baik Atas Nama
Sendiri atau Bersama-Sama Di Lembaga Keuangan
(Perbankan, Koperasi) menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021
I.1. Jumlah Kasus Kekerasan terhadap Perempuan 704
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi,
2021
I.2. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan 705
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi
dan Kelompok Umur, 2021
I.3. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan 706
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi
dan Jenjang Pendidikan, 2021
I.4. Persentase Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga 707
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi,
2021
I.5. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan 708
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi
dan Jenis Kekerasan yang Dialami, 2021
I.6. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan 709
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi
dan Jumlah Kekerasan yang Dialami, 2021
I.7. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan 710
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi
dan Jenis Layanan yang Dialami, 2021
I.8. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan 711
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Provinsi
dan Jumlah Layanan yang Diterima, 2021

xliii
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan


kesetaraan dan keadilan gender bagi seluruh bangsa Indonesia
telah berlangsung lebih dari 22 tahun. Tonggak paling nyata dalam
memastikan komitmen ini tercapai dalam pembangunan terlihat
pada lahirnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional. Meski demikian, jauh sebelumnya, pemerintah Indonesia
telah meneguhkan bahwa penghapusan diskriminasi terhadap
perempuan penting dilakukan. Bahkan, urgensi pembangunan
yang adil tanpa diskriminasi pada perempuan sejatinya dapat
terwujud dengan pengarusutamaan gender (PUG). Melalui ratifikasi
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan (The Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination against Women/CEDAW), Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984. Kedua
instrumen hukum tersebut menjadi payung hukum utama bagi
para pemangku kebijakan di tingkat nasional dan daerah dalam
merumuskan arah pembangunan ekonomi, sosial, politik, hukum,
teknologi, dan budaya Indonesia.
Urgensi pengarusutamaan gender yang menjadi landasan
pembangunan di Indonesia memiliki relevansi dengan sejumlah
komitmen internasional di tingkat global. Pembangunan yang
mempertimbangkan dan memperhitungkan pengalaman spesifik
perempuan, menimbang relasi perempuan dan laki-laki, sekaligus
melihat keberagaman perempuan merupakan hal penting yang
menjadi bagian dari kesepakatan negara-negara global. Pada
tahun 2000, 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa,
termasuk Indonesia menyepakati dan berkomitmen untuk
menjalankan Tujuan Pembangunan Milenium (The Millenium
Development Goals/MDGs). Tujuan ketiga dari MDGs ini secara tegas
merujuk pada pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan. Setelah MDGs, pada tahun 2015, negara-negara
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali menyusun 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/
SDGs). SDGs yang menitikberatkan pada keberlanjutan manusia

3 Profil Perempuan Indonesia 2022


dan planet bumi menempatkan kesetaraan gender sebagai tujuan
kelima yang berkedudukan sama pentingnya dengan 16 tujuan
SDGs lainnya, bahkan menempatkannya sebagai perspektif bagi
16 tujuan lainnya.
Pada periode pembangunan berkelanjutan (SDGs) telah
ditegaskan bahwa tujuan kesetaraan gender tidak lagi bersifat
partikular, atau hanya pada ruang lingkup dan target yang ada pada
tujuan tersebut saja. Namun, SDGs mendorong negara-negara
untuk dapat mengintegrasikan perspektif dan tujuan kesetaraan
gender kedalam 16 tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya.
Penjelasan ini membuktikan bahwa isu kesetaraan gender bukan
isu yang terpisahkan dari berbagai isu lain dalam pembangunan,
akan tetapi merupakan tujuan yang tidak terpisahkan dari
semua tujuan SDGs yang ada. Dengan demikian, di dalam SDGs
kesetaraan gender telah ditempatkan sebagai isu lintas bidang
pembangunan yang bersifat interseksional. Artinya, isu kesetaraan
gender menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh
bidang pembangunan yang ada, baik pembangunan sosial budaya,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, dan lainnya.
Di tingkat nasional, kesetaraan gender dinyatakan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024. Arah kebijakan dan strategi peningkatan kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan tertuang dalam RPJMN
2020-2024, mencakup:

01 penguatan kebijakan dan regulasi

percepatan pelaksanaan PUG di kementerian/lembaga, pemerintah provinsi/kabupaten/


02 kota, dan pemerintah desa melalui penguatan pelembagaan PUG dan penguatan
perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (PPRG)

peningkatan pengetahuan dan pemahaman individu baik perempuan maupun laki-laki,


03 keluarga, komunitas, lembaga masyarakat, media massa, dan dunia usaha

peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam pembangunan, terutama dalam


04 pendidikan, kesehatan, ekonomi, tenaga kerja, serta politik, jabatan publik, dan
pengambilan keputusan

peningkatan jejaring dan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,


05 masyarakat, media massa, dunia usaha, dan lembaga masyarakat

4
Profil Perempuan Indonesia 2022
Arah kebijakan dan strategi kebijakan pembangunan
gender ini telah membuahkan hasil, meskipun tetap harus terus
diprioritaskan karena masih belum mencapai posisi ideal. Hal ini
dapat dilihat dari sejumlah indikator, yaitu Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks
Ketidaksetaraan Gender (GII). Angka IDG yang mengukur dimensi
keterlibatan perempuan di parlemen, sumbangan pendapatan
perempuan, dan perempuan sebagai tenaga profesional terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2021, IDG Indonesia mencapai
angka 76,26 meningkat dari 75,57 di tahun 2020. Capaian Indeks
Pembangunan Gender (IPG) tahun 2021 mengalami sedikit
kenaikan dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 91,06 (tahun
2020) menjadi 91,27 (tahun 2021). Situasi ini masih menunjukkan,
capaian pembangunan perempuan masih terdapat ketimpangan
dengan laki-laki. Capaian IPM tahun 2021 menunjukkan bahwa IPM
laki-laki di Indonesia sudah masuk kategori “tinggi”, sementara
perempuan masih di level kategori “sedang”. Secara global,
laporan UNDP tahun 2021 menyatakan bahwa skor Indeks
ketidaksetaraan gender atau Gender Inequality Index (GII) Indonesia
justru mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. GII diukur
melalui 3 dimensi, yaitu dimensi kesehatan reproduksi, dimensi
pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja. Pada tahun 2021,
GII Indonesia berada pada skor 0,444 menunjukkan capaian yang
lebih baik dibandingkan tahun 2019 yang berada dalam skor 0,48.
Capaian ini menunjukkan walaupun GII Indonesia masih di atas
rata-rata GII global, namun diantara negara-negara ASEAN, posisi
Indonesia masih tertinggal (UNDP, 2022).
Situasi tersebut melahirkan konsekuensi pada urgensi
pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan di Indonesia.
Dengan PUG, pembangunan yang responsif gender diharapkan
dapat terintegrasi ke dalam seluruh kebijakan yang ada. Namun,
PUG harus ditopang dengan terpenuhinya tujuh prasyarat PUG,
yaitu adanya komitmen pengambil kebijakan; adanya kebijakan dan
program yang responsif gender; kelembagaan PUG; sumber daya
baik sumber daya manusia, sumber dana serta sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan PUG; data terpilah berdasarkan
jenis kelamin; alat analisis gender; dan peran serta masyarakat
dalam pelaksanaan PUG. Untuk memastikan tujuh prasyarat
PUG terpenuhi, Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif

5
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gender (PPRG) penting dilakukan. Dengan demikian, PUG dapat
menjadi strategi pembangunan yang kuat untuk mempromosikan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sehingga dapat
mendorong perempuan menjadi insan yang dapat menilai secara
kritis situasi mereka sendiri, memiliki keterampilan dan kepercayaan
diri, serta mampu mengambil keputusan dan melakukan perubahan
untuk kebaikan dirinya sendiri, keluarganya, dan bangsa.
Dalam mewujudkan pembangunan yang responsif gender,
ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin dapat menjadi
landasan gambaran situasi perempuan di Indonesia adalah salah
satu prasyarat PUG yang tidak dapat ditawar. Data tentang
perempuan yang dibutuhkan mampu memotret ketimpangan di
bidang sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, hukum,
teknologi, dan budaya. Data-data tentang situasi, posisi, kedudukan,
dan keadaan perempuan tersebut tidak hanya menjadi rujukan
mendasar bagi perumusan kebijakan, program, dan kegiatan
dalam pembangunan, namun juga menjadi tolok ukur capaian
pembangunan Indonesia yang menerapkan prinsip kesetaraan
dan keadilan gender. Atas landasan tersebut, profil perempuan
Indonesia disusun demi terpenuhinya kebutuhan data gender,
tidak hanya bagi pemerintah pusat namun juga bagi pemerintah
daerah dan penggerak pembangunan lainnya.
Profil Perempuan Indonesia 2022 menyajikan 10 isu kunci
dalam pembangunan yakni kependudukan, pendidikan, kesehatan,
ekonomi, perumahan dan lingkungan, politik dan hukum, situasi
darurat dan khusus, sosial, teknologi informasi, dan kekerasan
terhadap perempuan. Kesepuluh isu kunci ini dapat dilihat
secara interseksional antara satu isu dengan isu lainnya. Artinya
kesetaraan gender hanya dapat diwujudkan apabila isu-isu kunci
pembangunan tersebut telah memperhatikan, mengakomodir,
dan merespons situasi perempuan dengan keragaman latar
belakangnya di berbagai ranah. Hal ini juga sejalan dengan target
global pembangunan berkelanjutan yakni No One Left Behind (tidak
ada satu pun yang tertinggal).

6
Profil Perempuan Indonesia 2022
B. Metodologi

01 Sumber Data

Data yang digunakan dalam profil ini bersumber dari tiga


sumber data utama. Pertama, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang
didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2021 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
tahun 2021. Susenas merupakan survei yang dirancang untuk
mengumpulkan data-data sosial kependudukan. Cakupan data
yang dikumpulkan dalam susenas sangat luas dan menyangkut
seluruh aspek kehidupan penduduk Indonesia, termasuk
perempuan (www.bps.go.id). Diantara data yang disediakan
dalam Susenas yang digunakan dalam profil ini adalah data-data
terkait kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan,
perumahan, kepemilikan asset, dan kepala keluarga. Secara
khusus, data terkait ketenagakerjaan merujuk pada hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang memang dirancang
sebagai survei khusus untuk memperoleh data ketenagakerjaan
penduduk Indonesia yang berkesinambungan. Sakernas menyajikan
data antara lain: estimasi angkatan kerja (bekerja dan mencari
pekerjaan atau pengangguran) atau bukan angkatan kerja, dan
indikator ketenagakerjaan lainnya, serta perkembangannya di
tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Penggunaan dan
pengolahan data-data yang bersumber dari BPS tersebut dilakukan
oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (Kemen PPPA) dan telah divalidasi dan dikonfirmasi oleh BPS.
Kedua, publikasi ini juga merujuk pada sumber data dari Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA)
Kemen PPPA. Data tentang sebaran kasus kekerasan terhadap
perempuan disajikan berdasarkan: tempat kejadian (provinsi, kab/
kota), jenis-jenis kekerasan, akses layanan yang diterima penyintas,
dan informasi-informasi lainnya (www.kekerasan.kemenpppa.
go.id). Data Simfoni PPA juga menyajikan data kekerasan yang
dikategorisasi berdasarkan karakteristik korban dan pelaku, antara
lain: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, kewarganegaraan,

7
Profil Perempuan Indonesia 2022
dan relasi antara penyintas dan pelaku. Ketiga, profil perempuan
Indonesia 2022 ini menggunakan sejumlah data-data dari hasill
penelitian kualitatif dari berbagai e-journal di Indonesia. Data
riset kualitatif ini digunakan untuk menguatkan hasil analisis dari
data BPS dan Kemen PPPA. Keseluruhan data yang dirujuk dalam
publikasi ini dianalisis dengan menggunakan perspektif gender
untuk lebih menjelaskan persoalan dan masalah perempuan yang
harus direspon oleh Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah
melalui kebijakan, program, dan kegiatan yang responsif gender.

02 Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi operasional yang digunakan dalam


publikasi ini mengacu pada laman Sistem Informasi Rujukan
Statistik (Sirusa) BPS Tahun 2021 dan Pedoman Simfoni PPA.

03 Relative Standard Error (RSE)

RSE adalah sebuah indikator yang digunakan Badan Pusat


Statistik dalam mengukur akurasi data dalam pengolahan data
kuantitatif. Indikator ini digunakan untuk membandingkan antara
standard error estimasi antar karakteristik karena sifatnya yang
lebih stabil. Indikator ini digunakan oleh BPS pada Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas). Dalam publikasi ini, data yang dianalisis merupakan
data-data yang memiliki RSE dibawah 25%. Pada data-data yang
memiliki RSE rentang antara 25%-50%, maka data akan dianalisis
secara hati-hati sehingga dilengkapi tabel sampling error pada
lampiran.

8
Profil Perempuan Indonesia 2022
C. Sistematika Penulisan

Profil Perempuan Indonesia menyajikan data-data yang


terpilah berdasarkan jenis kelamin dan wilayah (Nasional dan
provinsi). Selain itu, data dilakukan analisis gender serta disusun
dalam 11 (sebelas) bab. Masing-masing bab diawali dengan
infografis yang berisikan kesimpulan penting. Selanjutnya, setiap
bab juga akan diuraikan berdasarkan 4 pokok pembahasan, yaitu
pendahuluan, konsep dan definisi, pembahasan, dan diakhiri
dengan kesimpulan. Setiap data kuantitatif disajikan secara
terpilah menurut jenis kelamin untuk menunjukkan letak kemajuan
atau ketertinggalan sekaligus kesenjangannya antara perempuan
dengan laki-laki. Dalam pembagian bab, alur bab akan disajikan
berdasarkan 3 isu besar, yaitu pembahasan tentang (1) gambaran
demografi, (2) kebutuhan utama perempuan, dan (3) kebutuhan
spesifik perempuan.

Gambar 1. Alur Pembahasan Profil Perempuan Indonesia, 2022

Konsep dan Gambaran


Demografi
2 Bab 1. Pendahuluan
BAB
Bab 2. Kependudukan
Kehidupan Utama
Perempuan
Bab 3. Pendidikan
6
BAB
Bab 4. Kesehatan
Bab 5. Ekonomi
Bab 6. Perumahan dan Lingkungan Kehidupan Spesifik
Bab 7. Politik dan Hukum 3 Perempuan
Bab 10. Tehnologi dan Informasi BAB
Bab 8. Situasi Darurat dan Khusus
Bab 9. Sosial
Bab 11. Kekerasan terhadap Perempuan

9
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berikut ini uraian singkat topik-topik yang disajikan dalam
setiap bab yang ada:
BAB 1

merupakan Bab Pendahuluan yang terdiri atas 3 pembahasan,


yaitu latar belakang, metodologi dan sistematika dari publikasi
ini. Dalam latar belakang dijelaskan mengenai urgensi adanya
dokumentasi data terpilah berdasarkan jenis kelamin dan analisis
gender. Kemudian, pada bagian metodologi dijelaskan sumber
data, konsep dan definisi, serta Relative Standard Error (RSE). Bab
ini diakhiri dengan sistematika penulisan yang menguraikan alur
tulisan dan uraian isu yang ada dalam setiap bab yang berbeda.
BAB 2

merupakan Bab yang menyajikan data terkait kependudukan.


Pada bagian ini, disajikan data dan analisis gender terkait distribusi
penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tipe wilayah,
dan angka ketergantungan.
Lima bab berikutnya menguraikan profil perempuan yang
dilihat dari aspek kehidupan utama perempuan, yaitu pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial dan politik.
BAB 3
merupakan Bab yang membahas tentang pendidikan.
Sejumlah data dan analisis pendidikan terpilah menurut jenis
kelamin, terutama yang terkait dengan kemampuan baca tulis,
rata-rata lama sekolah, dan partisipasi sekolah di pendidikan
tinggi menurut bidang keilmuan termasuk bidang ilmu Science,
Technology, Engineering, & Mathematics (STEM).
BAB 4

merupakan Bab yang membahas tentang isu tentang


kesehatan dan keluarga berencana. Pada bagian ini, data disajikan
dan dianalisa terhadap situasi umum kesehatan perempuan yang
dibandingkan dengan data laki-laki antara lain data keluhan
kesehatan dan jaminan kesehatan. Selain itu, data yang dimuat
dalam bagian ini terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan
antara lain: penolong persalinan, jumlah anak lahir hidup, alat
kontrasepsi, ASI, dan perempuan menurut umur perkawinan.

10
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 5

merupakan Bab yang membahas perempuan di bidang


ekonomi. Pada bagian ini, berbagai isu di bidang ekonomi dan
ketenagakerjaan ditampilkan, seperti gambaran perempuan dalam
angkatan kerja atau bukan angkatan kerja, tingkat partisipasi
angkatan kerja, perempuan yang bekerja berdasarkan sektor
pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, latar belakang
pendidikan, dan tingkat kemiskinan berdasarkan jenis kelamin dan
tipe daerah.
BAB 6
merupakan Bab yang membahas data-data terkait kondisi
perumahan dan lingkungan tempat tinggal berdasarkan jenis
kelamin kepala rumah tangga, seperti akses sanitasi layak, akses
air minum layak, jenis atap, dan jenis lantai.
BAB 7
merupakan Bab yang membahas isu perempuan di dunia politik
dan hukum. Pada bagian ini, data dan analisa terkait representasi
perempuan dalam lembaga negara yakni sebagai wakil rakyat di
tingkat pusat maupun daerah, sebagai pegawai negeri sipil (PNS),
dan sebagai aparat penegak hukum akan dinarasikan secara kritis.
BAB 8

merupakan Bab yang menguraikan Situasi Darurat dan


Kondisi Khusus. Pada bagian ini, disajikan data dan analisa terkait
kondisi perempuan dengan keragaman identitas dan dalam kondisi
khusus, terutama terkait dengan dengan kondisi perempuan lanjut
usia dan perempuan di situasi Pandemi COVID-19.
BAB 9

merupakan Bab yang menyajikan tentang posisi perempuan


dalam isu Sosial.

11
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 10

merupakan Bab yang menyampaikan data terkait Teknologi


dan Informasi. Pada bagian ini, akses perempuan terhadap
perangkat teknologi dan informasi diuraikan, seperti penggunaan
telepon seluler, kepemilikan telepon seluler, penggunaan
komputer, akses internet dan tujuan penggunaannya.
BAB 11

merupakan Bab yang menyajikan isu Kekerasan terhadap


Perempuan menjadi pilihan. Pada bagian ini, data tentang
kompleksitas kekerasan yang dialami perempuan diuraikan.
Data yang dimuat pada bagian ini terdiri dari data perempuan
sebagai penyintas kejahatan, kekerasan terhadap perempuan,
dan kekerasan dalam rumah tangga. Data yang disajikan juga
menggambarkan karakteristik demografi pelaku dan korban, jenis
dan ranah kekerasan, dan hubungan pelaku dan perempuan korban
dalam konteks kekerasan.

12
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 2
KEPENDUDUKAN
KEPENDUDUKAN

Provinsi dengan persentase laki-laki tertinggi:

50,56% 49,44%
PAPUA

Laki-Laki Perempuan
Provinsi dengan persentase laki-laki terendah:

DI
Penduduk di Indonesia tahun 2021 lebih YOGYAKARTA
didominasi oleh penduduk laki-laki
Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS

provinsi yang menyumbang


jumlah penduduk tertinggi Tahun 2021

Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah


Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS
Provinsi dengan
jumlah penduduk
perempuan
lebih tinggi
provinsi yang menyumbang persentase dibandingkan jumlah
jumlah penduduk terendah tahun 2021
penduduk laki-laki

Gorontalo Papua Barat Kalimantan Utara Jawa Timur DI Yogyakarta

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS

Penduduk kategori anak (usia 0-17 tahun) Penduduk kategori dewasa (18 tahun ke atas)

29,58 % Laki-Laki 70.42%

28,07 % Perempuan 71,29%

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS

Angka ketergantungan

45,49% 45,95% 45,72%


Laki-Laki Perempuan Total
Sumber: Susenas Kor,BPS , 2021
A. Latar Belakang

Publikasi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB


dengan judul ‘The World Population Prospects 2022’ melaporkan
bahwa Indonesia hingga saat ini masih merupakan negara dengan
populasi penduduk terbanyak ke-4 di dunia setelah China, India,
dan Amerika Serikat (The UN, 2022). Jumlah penduduk Indonesia
masih terus diproyeksikan meningkat hingga mencapai 284 juta
jiwa pada tahun 2025. Proyeksi ini terbukti dengan adanya bonus
demografi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2020, yakni jumlah
penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif dengan total
jumlah mencapai angka 67,62 persen (KPPPA, 2021) dan mengalami
peningkatan di tahun 2021 menjadi 69,64 persen (Susenas, 2021).
Bonus demografi merupakan istilah lain dari terjadinya ledakan
penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 sampai
64 tahun.
Adanya pandemi Covid-19 yang dibarengi dengan tingginya
angka kematian selama 2 tahun terakhir ternyata tidak mengubah
data kependudukan Indonesia secara nasional, bahkan justru
mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 hingga 2021, jumlah
penduduk Indonesia dari 266.911,9 ribu jiwa pada tahun 2019,
meningkat menjadi 270.203,9 ribu jiwa di tahun 2020, dan
bertambah menjadi 272.682,5 ribu jiwa pada tahun 2021. Data ini
menjelaskan bahwa meskipun terjadi angka kematian yang tinggi
selama masa pandemi Covid-19, namun angka fertilitas/kelahiran
juga tinggi, itulah sebabnya penduduk Indonesia masih tetap
mengalami penambahan jumlah.
Bonus demografi yang terjadi di Indonesia dapat menjadi
pisau bermata dua. Di satu sisi, bonus demografi dapat menjadi
modal dasar dalam menguatkan agenda pembangunan Indonesia
karena memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang dinilai memiliki
produktivitas tinggi. Namun, di sisi lain bonus demografi juga
dapat menjadi dilema negara karena dapat menimbulkan berbagai
persoalan pembangunan dan konflik-konflik sosial. Misalnya saja,
jumlah penduduk usia produktif yang siap masuk ke dalam dunia

15
Profil Perempuan Indonesia 2022
kerja tidak sejalan dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan
yang ada, maka jumlah pengangguran akan melonjak tinggi.
Selanjutnya, ketika tingkat pengangguran tinggi, maka risiko
tingkat kemiskinan, tingkat kriminalitas, dan konflik-konflik sosial
lainnya berpotensi meningkat. Secara khusus, problem-problem
tersebut akan beriringan dengan semakin rentannya posisi
perempuan dan anak. Misalnya saja, tingkat kemiskinan yang
meningkat akan berisiko pada meningkatnya angka perkawinan
anak, anak yang putus sekolah, dan pekerja anak. Kerentanan
perempuan juga akan memburuk, bukan saja karena dapat
meningkatkan angka kekerasan dalam rumah tangga, beban ganda
perempuan, kekerasan seksual, dan perceraian; namun juga akan
berdampak pada jaminan kesehatan reproduksi pada perempuan.
Percepatan pembangunan harus didasarkan pada data
dengan memprioritaskan pada kelompok yang tertinggal.
Kesenjangan tidak cukup hanya dilihat berdasarkan wilayah dan
kawasan, namun juga harus ditelisik lebih dalam berdasarkan jenis
kelamin. Data BPS 2021 menunjukkan jumlah penduduk yang
tinggal di perkotaan lebih banyak dibandingkan di perdesaan,
sementara sebaran penduduk di Indonesia masih terkonsentrasi
di wilayah pulau Jawa (Susenas, 2021). Contoh data semacam
ini penting diperdalam dengan melihat data tersebut secara
terpilah jenis kelamin karena dengan melihat perbedaan kondisi
antara laki-laki dan perempuan sajalah, analisis dan kesenjangan
gender dapat dikembangkan sebagai basis dalam pembangunan
di Indonesia. Dengan kata lain, data kependudukan yang
terpilah jenis kelamin menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk
memaksimalkan perwujudan agenda-agenda pembangunan dan
penentuan strategi yang diterapkan menuju pembangunan yang
memiliki keberpihakan demi tercapainya keadilan pembangunan
(no one left behind).

16
Profil Perempuan Indonesia 2022
B. Konsep dan Definisi

1 Penduduk

Definisi penduduk telah mengalami revisi dari konsep


penduduk pada tahun sebelumnya. Perbedaan definisi yang
digunakan BPS ini hanya berbeda pada durasi waktu tinggalnya,
dimana sebelumnya merujuk pada minimal 6 bulan menjadi 1 tahun.
Dengan demikian, yang dimaksud penduduk dalam publikasi ini
adalah semua orang yang berdomisili di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia selama 1 tahun atau lebih atau mereka yang
berdomisili kurang dari 1 tahun tetapi bertujuan untuk menetap.

2 Umur

Informasi tentang tanggal, bulan dan tahun dari waktu


kelahiran responden menurut sistem kalender Masehi. Informasi ini
digunakan untuk mengetahui umur dari responden. Penghitungan
umur harus selalu dibulatkan ke bawah, atau disebut juga umur
menurut ulang tahun yang terakhir. Apabila tanggal, bulan maupun
tahun kelahiran seseorang tidak diketahui, pencacah dapat
menghubungkan dengan kejadian-kejadian penting baik nasional
maupun daerah .

3 Anak

Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan


belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal
1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak).

17
Profil Perempuan Indonesia 2022
a. Anak Lahir Hidup:
Anak Lahir Hidup adalah semua anak yang waktu lahir
memperlihatkan tanda-tanda kehidupan, walaupun sesaat, seperti
adanya detak jantung, bernafas, menangis dan tanda-tanda
kehidupan lainnya.

b. Anak Masih Hidup:


Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan hidup
yang pada saat pencacahan masih hidup, baik tinggal bersama
orang tuanya maupun yang tinggal terpisah.

4 Tempat Lahir

Tempat lahir responden adalah provinsi tempat tinggal ibu


kandungnya pada saat melahirkannya.

C. Pembahasan

1 Penduduk Indonesia menurut Jenis Kelamin

Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam tiga tahun terakhir,
penduduk Indonesia dari jumlah 266.911,9 ribu jiwa pada tahun
2019, meningkat ke 270.203,9 ribu jiwa di tahun 2020, dan terus
bertambah menjadi 272.682,5 ribu jiwa pada tahun 2021. Jika
merujuk pada data proyeksi penduduk interim 2020-2023 yang
dihitung dengan menggunakan metode komponen untuk level
provinsi dan nasional dengan menggunakan data dasar penduduk
hasil perapihan umur dari data Administrasi Kependudukan dan
SP2020, maka di dua tahun ke depan jumlah penduduk Indonesia
diprediksi terus mengalami kenaikan menjadi 275.773,7 ribu jiwa
di tahun 2022 dan bertambah menjadi 278.835,7 ribu jiwa pada
tahun 2023. Data proyeksi penduduk interim ini menggunakan

18
Profil Perempuan Indonesia 2022
asumsi Angka Kelahiran Total (AKT) sejak tahun 2020 konstan
2,1 yang sesuai dengan Proyeksi Survei Penduduk antar Sensus
(SUPAS) 2015-2045, Angka Kematian Bayi (AKB) meneruskan hasil
Proyeksi SUPAS 2015-2045, dan pola migrasi 2020 sama dengan
pola migrasi hasil SUPAS 2015 (Susenas, 2021).
Jika dilihat secara terpilah berdasarkan jenis kelamin, Gambar
2.1 ini menunjukkan bahwa persentase penduduk laki-laki adalah
50,56 persen sedangkan perempuan adalah 49,44 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Dari angka tersebut, rasio jenis kelamin
penduduk Indonesia adalah 102,3 persen atau bermakna bahwa
persentase jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan
hampir sama.

Gambar 2.1 Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2021

50,56% 49,44%

Laki-Laki Perempuan

Sumber:Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021.

Sebaran penduduk penting ditelisik lebih detail berdasarkan


wilayah provinsi untuk melihat ketimpangan antar wilayah. Gambar
2.2 menunjukkan bahwa 56,02 persen penduduk Indonesia tinggal
di Pulau Jawa. Terdapat enam provinsi di Pulau Jawa dengan tiga
provinsi diantaranya merupakan provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia, yaitu Jawa Barat (17,89 persen), Jawa
Timur (14,99 persen), dan Jawa Tengah (13,47 persen). Tiga provinsi
lainnya adalah Banten (4,42 persen), DKI Jakarta (3,89) dan DI
Yogyakarta (1,36 persen). Di tingkat nasional, tiga provinsi dengan

19
Profil Perempuan Indonesia 2022
penduduk yang paling sedikit adalah Gorontalo (0,43 persen),
Papua Barat (0,42 persen), dan Kalimantan Utara (0,26 persen).

Gambar 2.2 Persentase Penduduk menurut Provinsi, 2021

Aceh
1,96

Gorontalo
0,43
Malut
Sulut
Kaltim 0,48
Riau Kalbar 0,97 Papua Barat
Kepri 1,40 Sulteng
2,38 2,01 0,42
0,78 1,11
Sumbar
2,05 Babel Kalteng
0,54 0,99 Sulbar Maluku
Sumsel 0,53 0,68
3,14 Sultra
Bengkulu 0,98
DKI
0,75 Papua
Jakarta Kalsel
1,60
3,89 Jateng 1,51 Sulsel
Lampung 13,47 3,35
3,33
Banten NTB
4,42 1,98
Jabar
17.89 Yogyakarta
1,36 Jatim Bali NTT
14,99 1,60 1,98

3 provinsi terendah 3 provinsi tertinggi

Sumber:Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021.

Terkonsentrasinya jumlah penduduk di Pulau Jawa ini


menunjukkan sebaran penduduk di Indonesia yang belum merata.
Padahal, pulau Jawa hanya memiliki luas area 7 persen dari seluruh
luas wilayah Indonesia yang mencapai area seluas 1.905 juta km².
Sebaran penduduk yang terpusat di pulau Jawa dapat diakibatkan
oleh adanya faktor penarik (pull factor) yang ada di wilayah-wilayah
Pulau Jawa, diantaranya pembangunan infrastruktur yang pesat,
pusat-pusat perekonomian dan peluang pekerjaan yang tinggi,
adanya pilihan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas,
tersedianya akses dan pusat layanan yang lengkap dan mudah
diakses, termasuk layanan kesehatan. Semua faktor penarik yang
dimiliki wilayah-wilayah di Pulau Jawa mendorong penduduk
dari wilayah-wilayah di pulau luar Jawa melakukan migrasi ke
pulau Jawa. Situasi ini semakin diperkuat dengan adanya faktor
penyebab (push factor) di daerah asalnya yang memiliki berbagai
keterbatasan.

20
Profil Perempuan Indonesia 2022
Persebaran penduduk yang tidak merata sejatinya
mencerminkan adanya kesenjangan pembangunan antara wilayah-
wilayah di pulau Jawa dengan luar pulau Jawa. Namun penting
dipikirkan bahwa persebaran penduduk yang hanya terpusat di
pulau Jawa sesungguhnya juga dapat menimbulkan dampak buruk
pada penduduk yang tinggal di pulau Jawa. Misalnya saja, tingginya
jumlah penduduk di pulau Jawa dapat mengakibatkan persoalan-
persoalan antara lain tingginya angka kriminalitas, peningkatan
jumlah penduduk miskin dan persaingan yang ketat untuk masuk
ke dalam lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan angka
pengangguran. Masalah kepadatan penduduk yang tinggi juga
berisiko pada kehidupan sosial penduduknya dan keberlangsungan
alam dan lingkungan. Pembabatan hutan dan penggunaan bantaran
sungai untuk pemukiman, masalah polusi, sampah, sanitasi, air
bersih, nutrisi, dan berbagai problem lainnya menjadi fakta yang
dihadapi penduduk di wilayah Jawa (Arief, Asep Fikri Nur & Nunung
Nurwati, 2022).
Problem yang lahir karena kepadatan penduduk yang tinggi
tersebut, pada akhirnya melahirkan efek domino pada perempuan
dan anak. Selain problem kemiskinan, kriminalitas, pengangguran,
sampah, air bersih, dan lainnya, juga dapat meningkatkan persoalan
gender yang lebih kompleks dan rumit. Konstruksi gender pada
perempuan dan kerentanan posisi perempuan dan anak semakin
diperburuk dengan peningkatan praktik-praktik ketidakadilan dan
diskriminasi yang berbasis gender. Peningkatan pekerja anak dengan
jenis-jenis pekerjaan yang tidak layak untuk anak, perempuan
dengan beban ganda untuk menutupi pendapatan keluarga yang
terbatas, perkawinan anak, perdagangan perempuan dan anak,
kekerasan seksual dan sejumlah kekerasan lainnya berbasis gender
yang meningkat akan menjadi risiko yang tidak terhindarkan.
Jika melihat data terpilah berdasarkan provinsi pada Gambar
2.3, maka dapat dilihat bahwa ketimpangan jumlah penduduk
antara laki-laki dan perempuan terjadi di sejumlah provinsi.
Terdapat sejumlah provinsi dengan jumlah penduduk laki-laki yang
lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan, atau sebaliknya.
32 provinsi merupakan provinsi dengan penduduk laki-laki dengan
perbedaan jumlah lebih banyak dibandingkan perempuan.
Sebaliknya, terdapat dua provinsi dengan penduduk perempuan
lebih banyak dari penduduk laki-laki, yaitu DI Yogyakarta dan Jawa
Timur.
21
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 2.3 Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin, 2021

Laki-Laki Perempuan
Papua 53.24 46.76
Papua Barat 52.65 47.35
Maluku Utara 51.21 48.79
Maluku 50.63 49.37
Sulawesi Barat 50.73 49.27
Gorontalo 50.45 49.55
Sulawesi Tenggara 50.64 49.36
Sulawesi Selatan 49.65 50.35
Sulawesi Tengah 51.34 48.66
Sulawesi Utara 51.15 48.85
Kalimantan Utara 52.75 47.25
Kalimantan Timur 52.02 47.98
Kalimantan Selatan 50.61 49.39
Kalimantan Tengah 51.87 48.13
Kalimantan Barat 51.38 48.62
Nusa Tenggara Timur 50.01 49.99
Nusa Tenggara Barat 50.01 49.99
Bali 50.28 49.72
Banten 50.97 49.03
Jawa Timur 49.89 50.11
DI Yogyakarta 49.53 50.47
Jawa Tengah 50.28 49.72
Jawa Barat 50.75 49.25
DKI Jakarta 50.42 49.58
Kepulauan Riau 51.02 48.98
Kepulauan Bangka Belitung 51.42 48.58
Lampung 51.22 48.78
Bengkulu 51.15 48.85
Sumatera Selatan 50.99 49.01
Jambi 50.97 49.03
Riau 51.20 48.8
Sumatera Barat 50.36 49.64
Sumatera Utara 50.17 49.83
Aceh 50.20 49.8

0% 20% 40% 60% 80% 100%


laki-laki perempuan
Sumber:Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021.

22
Profil Perempuan Indonesia 2022
2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin

Data-data yang terpilah menurut karakteristik penduduk


berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin disediakan sebagai
ikhtiar untuk mengembangkan pendekatan pembangunan
yang responsif gender berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang
mungkin berbeda di antara kelompok umur. Mengapa? Karena pada
setiap kelompok umur mungkin memiliki kebutuhan-kebutuhan
spesifik yang harus menjadi perhatian dalam agenda-agenda
pembangunan di Indonesia. Perbedaan umur berkonsekuensi
pada perbedaan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai manusia,
yaitu kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta perbedaan
pemenuhan hak dasarnya sebagai warga negara, seperti varian
mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.
Sebagai contoh, pemenuhan kebutuhan pangan pada balita, anak,
dewasa dan lansia tentunya membutuhkan asupan prioritas yang
berbeda. Demikian juga perhatian terhadap layanan kesehatan
dan pendidikan; atau hak dasar lainnya yang berbeda yang sesuai
dengan usia dan kebutuhan mereka.
Pemilahan data berdasarkan kelompok umur saja tidaklah
cukup. Data penduduk harus juga dapat dipilah berdasarkan
jenis kelamin untuk dapat memfasilitasi kepentingan terkait
pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan pengarusutamaan
gender. Perempuan dan laki-laki dengan kodratnya memiliki
kondisi biologis yang berbeda sehingga konsekuensinya adalah
perbedaan pendekatan dan metode. Layanan kesehatan, misalnya,
tidak dapat difasilitasi Negara secara sama antara laki-laki dan
perempuan karena adanya kebutuhan kesehatan reproduksi yang
berbeda. Pada kelompok umur remaja hingga menjelang usia
menikah, perempuan membutuhkan perhatian lebih terhadap
asupan gizi untuk mencegah risiko mengalami anemia. Bahkan,
organ reproduksi perempuan yang lebih banyak dan lebih
kompleks menuntut adanya perhatian negara yang tidak terbatas
pada layanan kesehatan saja, namun juga pada layanan publik.
Dalam konteks politik dan ekonomi, data penduduk yang terpilah
menurut jenis kelamin dapat menjadi bahan evaluasi misalnya
representasi keterwakilan perempuan di parlemen, perempuan

23
Profil Perempuan Indonesia 2022
sebagai pengusaha, perempuan kepala keluarga, dan lainnya.
Dengan demikian, data terpilah menurut jenis kelamin dapat
membantu memastikan apakah capaian pembangunan sudah
berorientasi pada hasil yang responsif gender.

Gambar 2.4 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur,


2021

29,15%

70,85% 0-17 Tahun

>18 tahun

Sumber:Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021.

Kebutuhan hak pendidikan tingkat dasar dan menengah pada


penduduk Indonesia dapat dilihat pada pemilahan data di bawah ini.
Dengan dipilah berdasarkan ketentuan umur anak yang ditetapkan
dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, persentase penduduk dibagi dalam dua kategori, yaitu umur
anak (0-17 tahun) dan dewasa (18 tahun ke atas). Data dalam
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang masuk
kategori anak mencapai jumlah 29,15 persen. Itu artinya, kebutuhan
terhadap pemenuhan hak anak, terutama terkait kesehatan, gizi,
dan pendidikan dasar sampai menengah harus terpenuhi bagi
sekitar sepertiga penduduk Indonesia.
Jika dilihat berdasarkan provinsi, Gambar 2.5 ini menampilkan
tentang persentase penduduk berdasarkan kelompok umur
anak (0-17 tahun) dan dewasa (18 tahun ke atas). Gambar
tersebut menyajikan bahwa kelompok umur dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok umur anak di seluruh provinsi
Indonesia.

24
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 2.5 Persentase Penduduk Menurut Provinsi dan
Kelompok Umur, 2021

0-17 tahun ≥ 18 tahun

Papua 31.42 68.58


Papua Barat 31.45 68.55
Maluku Utara 33.25 66.75
Maluku 31.88 68.12
Sulawesi Barat 34.16 65.84
Gorontalo 30.14 69.86
Sulawesi Tenggara 33.83 66.17
Sulawesi Selatan 29.75 70.25
Sulawesi Tengah 32.00 68
Sulawesi Utara 27.58 72.42
Kalimantan Utara 30.68 69.32
Kalimantan Timur 30.26 69.74
Kalimantan Selatan 31.52 68.48
Kalimantan Tengah 30.14 69.86
Kalimantan Barat 30.90 69.1
Nusa Tenggara Timur 34.87 65.13
Nusa Tenggara Barat 32.33 67.67
Bali 25.72 74.28
Banten 30.62 69.38
Jawa Timur 25.52 74.48
DI Yogyakarta 24.49 75.51
Jawa Tengah 26.75 73.25
Jawa Barat 29.10 70.9
DKI Jakarta 27.52 72.48
Kepulauan Riau 31.36 68.64
Kepulauan Bangka Belitung 29.77 70.23
Lampung 30.01 69.99
Bengkulu 30.71 69.29
Sumatera Selatan 31.37 68.63
Jambi 30.97 69.03
Riau 32.88 67.12
Sumatera Barat 30.34 69.66
Sumatera Utara 32.49 67.51
Aceh 32.74 67.26

0% 20% 40% 60% 80% 100%


laki-laki perempuan
Sumber:Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021.

25
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jika dipilah berdasarkan jenis kelaminnya, penduduk kategori
anak perempuan berjumlah lebih sedikit dibandingkan anak
laki-laki (Gambar 2.6). Gambar penduduk umur anak ini masih
relatif sama seperti tahun sebelumnya. Sementara itu, pada
penduduk yang berumur dewasa menunjukkan kondisi serupa.
Dibandingkan laki-laki, jumlah penduduk perempuan dewasa
mencapai angka 49,75 persen, sementara laki-laki berjumlah
50,25 persen. Gambaran persentase perempuan dewasa yang
hampir sama dengan penduduk laki-laki dewasa harus direspon
Negara dan para pemangku kepentingan dengan cara melibatkan
perempuan secara lebih maksimal, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Representasi perempuan sebagai pengambil kebijakan,
perempuan sebagai pengelola program, dan perempuan sebagai
penerima manfaat pembangunan harus dipastikan menjadi bagian
yang penting, bukan sekedar ada. Penduduk perempuan dewasa
yang berjumlah hampir sama dengan laki-laki dewasa ini semakin
menguatkan argumentasi tentang urgensi pengarusutamaan
gender dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan
pengalaman dan kebutuhan perempuan.

Gambar 2.6 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin, 2021

Laki-Laki Perempuan
0-17 tahun 51,31 % 48,69%

18+ tahun 50,25 % 49,75%

Sumber:Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021.

26
Profil Perempuan Indonesia 2022
D. Kesimpulan

Data penduduk harus dapat dipilah berdasarkan jenis kelamin


dan kelompok umur. Hal ini agar dapat memfasilitasi kepentingan
terkait pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan
pengarusutamaan gender.
Data Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023 tahun 2021
menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak masih sama
seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu terkonsentrasi di pulau
Jawa antara lain di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah. Penduduk laki-laki lebih mendominasi namun cenderung
hampir sama persentasenya dengan penduduk perempuan.
Gambaran persentase perempuan dewasa yang hampir sama
dengan penduduk laki-laki dewasa menjadi hal penting yang harus
direspon seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang setara antara laki-laki
dan perempuan di dalam pembangunan.
Sepertiga penduduk Indonesia adalah anak. Hal ini berarti
bahwa kebutuhan terhadap pemenuhan hak anak, terutama
terkait kesehatan, gizi, dan pendidikan dasar sampai menengah
harus terpenuhi dan perlindungan khusus anak mutlak dilakukan
bagi sekitar sepertiga penduduk Indonesia.

27
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 3
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN

01 ANGKA MELEK HURUF


Perempuan menurut kelompok umur
Menurut Jenis Kelamin
99,78 % 99,34 % 96,56 %
Laki-Laki
97,43 % 75,55 %

Perempuan
94,65 %

Laki-Laki + Perempuan
96,04 % 15-24 25-34 35-59 60 tahun
tahun tahun tahun keatas
Sumber: BPS, 2021

01 RATA-RATA LAMA SEKOLAH


Menurut Jenis Kelamin 10,13 %
9,70%
Laki-Laki 8,00%
7,41 %
9,24 Tahun
Perempuan
8,71 Tahun
Perkotaan
Laki-Laki + Perempuan
Perdesaan
8,97 tahun
Perempuan Laki-Laki
Sumber: BPS, 2021

01 PARTISIPASI SEKOLAH TINGKAT PERGURUAN TINGGI ( 19-24 TAHUN)


Laki-Laki Perempuan Total

27,94% 27,55%
26,09% 26,01%
24,29% 24,50%
21,2%
18,01%

10,59%

Sumber: Global Gender Gap Report, 2021

Angka Partisipasi Angka Partisipasi Angka Partisipasi


Murni (APM) Kasar (APK) Sekolah (APS)

01 KEPEMILIKAN IJAZAH
Laki-Laki Perempuan Total
34,51%
31,84% 32,03%
29,21% 28,89%
26,58%

16,09%
13,87% 10,06%
11,65%
9,28% 9,67%

Tidak Memiliki SMA/ Perguruan Ijazah Perguruan


Ijazah Sederajat Tinggi (PT) Tinggi dibidang
Sumber: BPS, 2021
STEM
A. Latar Belakang

Setiap warga negara, baik perempuan maupun laki-laki,


berkedudukan sama dalam memperoleh hak pendidikan. Pasal 12
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menegaskan bahwa “Setiap orang berhak atas perlindungan
bagi pengembangan pribadinya untuk memperoleh pendidikan,
mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi
manusia”. Lebih lanjut, pada Pasal 48 dipertegas bahwa perempuan
berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua
jenis, jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan.
Urgensi pendidikan bagi bangsa Indonesia telah disadari oleh
para pendiri bangsa dan telah diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menegaskan adanya perlindungan Negara dalam memastikan
terciptanya kesejahteraan umum dan mencerdaskan seluruh
bangsa Indonesia. Perspektif keadilan gender terus dilakukan agar
hak pendidikan dengan kualitas yang bermutu dapat dirasakan
seluruh bangsa Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan.
Arah pembangunan di bidang pendidikan yang dicanangkan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Tahun 2020-2024 menegaskan
tentang kebijakan merdeka belajar yang diterapkan untuk
meningkatkan capaian pembangunan di bidang pendidikan.
Kebijakan ini memiliki tiga indikator kunci, yaitu:

tingkat partisipasi
01 pendidikan yang merata

pembelajaran yang
02 efektif dan

tidak adanya murid yang


03 tertinggal dalam pendidikan

30
Profil Perempuan Indonesia 2022
Terutama pasca Covid-19, kebijakan Merdeka Belajar
diharapkan menjadi solusi atas krisis pembelajaran akibat pandemi
yang mengakibatkan kesenjangan capaian pendidikan semakin
lebar dan bahkan telah mengakibatkan terjadinya pembelajaran
yang hilang (learning loss) (www.kemdikbud.go.id).
Pendidikan yang bermutu tinggi harus memperhatikan empat
aspek utama yaitu kebijakan, kepemimpinan kepala sekolah,
infrastruktur, dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
didorong untuk meningkatkan kreativitas generasi bangsa dalam
menghadapi tantangan abad 21 melalui empat kompetensi (biasa
disebut 4C), yakni;

Critical Thinking 01 Collaboration


berpikir kritis 02 kemampuan bekerja
sama dengan baik

4C
Communication Creativity
kemampuan 04 05 kreatifitas
berkomunikasi

Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu tinggi harus


memenuhi tiga indikator utama, yaitu (Kemendikbud, 2020).:

angka partisipasi yang tinggi di seluruh


01
jenjang pendidikan

02 hasil pembelajaran yang berkualitas

mutu pendidikan yang merata baik secara


03
geografis maupun status sosial ekonomi

31
Profil Perempuan Indonesia 2022
Akan tetapi, dalam mengukur tiga indikator tersebut
harus merujuk pada pemerataan kesempatan dan hasil-hasil
pembangunan pendidikan yang setara pada perempuan dan laki-
laki. Dengan kata lain, mutu pendidikan tidak cukup hanya merujuk
pada pemerataan capaian pendidikan secara geografis dan sosial
ekonomi, namun juga harus mencapai tujuan yang merefleksikan
kesamaan hasil dan kesetaraan substantif sebagaimana amanat
Konvensi CEDAW dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

B. Konsep dan Definisi

Definisi konseptual yang digunakan pada bab ini merujuk


pada laman Sistem Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) Badan Pusat
Statistik (BPS) Tahun 2022.

1 Angka Melek Huruf (AMH)

Membaca merupakan modal utama bagi setiap penduduk


dalam mengakses informasi dan pengetahuan. Karena itu, AMH
digunakan sebagai indikator dasar dalam mengukur tingkat
capaian pembangunan pendidikan melalui sejauh mana penduduk
suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Penentuan AMH
merujuk pada proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang
memiliki kemampuan membaca dan menulis kalimat sederhana
dalam huruf latin, huruf arab, dan huruf lainnya, seperti huruf
jawa, kanji, atau lainnya terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas
(sirusa.bps.go.id).
Persentase AMH berkisar antara 0-100. Tingkat melek huruf
yang tinggi menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar
yang efektif dan atau program keaksaraan yang memungkinkan
sebagian besar penduduk untuk memperoleh kemampuan
menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan
melanjutkan pembelajaran (BPS, 2021). Jika AMH suatu daerah
sebesar 90 persen, maka dapat dimaknai bahwa terdapat sekitar
90 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah tersebut
yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

32
Profil Perempuan Indonesia 2022
2 Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata lama sekolah (RLS) merupakan jumlah tahun belajar


penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan seseorang
pada jenjang pendidikan tertentu. RLS hanya merujuk pada
sistem pendidikan formal dan diukur tanpa menghitung tahun
sekolah seseorang lebih lama atau lebih cepat. Dalam pengalaman
menempuh pendidikan formal, seseorang tidak selalu menjalaninya
sesuai lama tahun yang ditetapkan. Ada berbagai latar belakang
yang mendasarinya, misalnya seseorang menempuh pendidikan
lebih cepat karena pernah mengikuti program pendidikan
percepatan (akselerasi); atau sebaliknya, seseorang menempuh
pendidikan lebih lama karena pernah berhenti sementara atau
cuti, mengalami tinggal kelas, atau lainnya. Dengan demikian,
penghitungan lama sekolah merujuk pada tingkatan jenjang
pendidikan formal yang ada, yaitu tamat SD dihitung selama 6
tahun, tamat SMP dihitung 9 tahun dan tamat SMA dihitung 12
tahun (sirusa.bps.go.id).
Untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah dibutuhkan
empat informasi dasar, yaitu:

01 02 03 04

partisipasi jenjang dan jenis ijazah tertinggi tingkat/kelas


sekolah pendidikan yang yang dimiliki tertinggi yang
pernah/sedang diduduki pernah/sedang
diduduki
Data RLS dapat diinterpretasikan dengan merujuk pada
makna semakin tinggi angka RLS, maka semakin lama atau tinggi
jenjang pendidikan formal yang ditamatkan penduduk usia 15
tahun ke atas (sirusa.bps.go.id). Dengan demikian, RLS bermanfaat
untuk mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan
melalui kualitas penduduk yang dilihat dari tingkat pendidikan
formal yang pernah ditempuh/ditamatkan.

33
Profil Perempuan Indonesia 2022
3 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang dimaksudkan


adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah
mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sesuai tingkatan sekolah
dengan mendapatkan tanda tamat sekolah (ijazah). Secara
khusus, ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) didefinisikan
sebagai surat keterangan yang diberikan kepada seseorang yang
telah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir
suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta (Sirusa.
bps.go.id). Jika merujuk pada Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), terdapat
3 sistem pendidikan yang diakui di Indonesia, yaitu pendidikan
formal, non formal, dan informal. Pasal 1 Undang-undang
Sisdiknas menjelaskan bahwa pendidikan formal merupakan jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi;
pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang;
dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan dalam data BPS ini
merujuk pada pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar di level
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)/sederajat, pendidikan
menengah di level Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs)/sederajat dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Madrasah Aliyah (MA)/sederajat; dan pendidikan tinggi di level
Diploma dan Sarjana, baik sarjana di tingkat strata satu, strata
dua (magister) dan strata tiga (doktoral). Sejak tahun 2007, selain
pendidikan formal, pendidikan non formal khusus pada Paket A,
Paket B, dan Paket C diperhitungkan sebagai capaian pendidikan
penduduk. Merujuk pada batasan pendidikan formal yang
ditamatkan tersebut, maka sejumlah istilah yang digunakan pada
bagian ini terdiri dari:

34
Profil Perempuan Indonesia 2022
a. Tidak memiliki Ijazah
Tidak memiliki ijazah dapat diartikan dengan tidak/belum
pernah sekolah, yaitu status dari mereka yang sama sekali belum
pernah sekolah, termasuk mereka yang telah tamat atau belum
tamat Taman Kanak- Kanak dan tidak melanjutkan ke Sekolah
Dasar.

b. Tamat SD/Sederajat
Tamat Sekolah Dasar (SD)/Ibtidaiyah adalah kategori
bagi mereka yang tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Luar Biasa Tingkat
Dasar, Sekolah Dasar Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A dan
memperoleh ijazah persamaan SD, SD Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan dan SD Indonesia (di Luar Negeri). Tamat Sekolah
Dasar (SD)/sederajat ditandai dengan memiliki ijazah Sekolah
Dasar, Sekolah Rakyat, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah
Dasar Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A, Madrasah Ibtidaiyah.

c. Tamat SMP/Sederajat
Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Tsanawiyah adalah
kategori bagi mereka yang tamat Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO),
Hogere Burgerschool (HBS) 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan
Tingkat Pertama, SLTP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan,
SLTP Indonesia (di Luar Negeri) dan SLTP Olahraga. Tamat Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Sederajat ditandai dengan
memiliki ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Setara misalnya
SLTP, SMP, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Tingkat
Pertama, Madrasah Tsanawiyah atau tamat dan mempunyai
ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kejuruan misalnya
Sekolah Kesejahteraan Keluarga Tingkat Pertama (SKKP), Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), SPMP, Sekolah Teknik (ST),
Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun, Sekolah Guru Bawah (SGB).

35
Profil Perempuan Indonesia 2022
d. SMA/Sederajat
Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Aliyah adalah kategori
bagi mereka yang tamat Sekolah Menengah Umum/Madrasah
Aliyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Menengah
Atas, HBS 5 tahun, Algemeene Middelbare School (AMS), Sekolah
Lanjutan Persiapan Pembangunan, SLTA Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan, SLTA Indonesia (di Luar Negeri), dan SLTA para atlit.
Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Sederajat ditandai
dengan kepemilikan terhadap ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas/setara misalnya SMU, SLTA, SMA, HBS 5 tahun, AMS, Madrasah
Aliyah atau tamat dan mempunyai ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas Kejuruan misalnya Sekolah Pertanian Menengah Atas
(SPMA), Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMKK), Sekolah
Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Teknik Menengah
(STM), Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Kursus Pendidikan Guru
(KPG), Sekolah Guru Olahraga (SGO)/Sekolah Menengah Olahraga
Atas (SMOA), PGA 6 tahun, Sekolah Analisis Kimia Menengah Atas
(SAKMA), Sekolah Asisten Apoteker (SAA)/Sekolah Menengah
Farmasi (SMF), Kursus Pegawai Administrasi Tingkat Atas (KPAA).

e. Diploma I-IV dan S1


Tamat Program Diploma I/II adalah pendidikan yang khusus
diberikan untuk program diploma. Program Akta I dan II termasuk
dalam jenjang pendidikan program DI/DII. Bagi mereka yang tamat
program DI/DII pada suatu fakultas yang tidak mengeluarkan gelar
Sarjana Muda maka mahasiswa yang duduk di tingkat 4 dan 5 tetap
dicatat sebagai tamat Sekolah Menengah Umum atau Sekolah
Menengah Kejuruan, sedangkan tamat Program Diploma III adalah
kategori bagi mereka yang tamat Akademi/ Diploma III, tamat
program Akta III atau yang telah mendapatkan gelar Sarjana Muda
pada suatu fakultas.
Tamat D1/D2 adalah tamat dan memiliki ijazah program D1/
D2 seperti Program Diploma I dan II, PGSLP, D1 Sekretaris, D1
Komputer. Tamat Akademi/D3 adalah tamat dan memiliki ijazah
akademi atau yang telah mendapatkan gelar sarjana muda pada
suatu fakultas. Bagi fakultas yang tidak mengeluarkan gelar
Sarjana Muda maka mahasiswa yang duduk di tingkat 4 atau 5

36
Profil Perempuan Indonesia 2022
tetap dimasukkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas; dan tamat D4/S1
adalah tamat dan memiliki ijazah program pendidikan diploma IV,
akta IV atau V, dan sarjana pada suatu Universitas/Institut/Sekolah
Tinggi.

f. Tamat S2/S3
Tamat S2/S3 adalah tamat dan memiliki ijazah program
pendidikan pasca sarjana, magister, doktor, atau spesialis I/II pada
suatu universitas/institut/sekolah tinggi (sirusa.bps.go.id).

4 Pendidikan Tinggi di Bidang STEM

STEM merupakan singkatan dari Science, Technology,


Engineering, and Mathematics. STEM merupakan bidang ilmu yang
diselenggarakan di level pendidikan tinggi, baik di tingkat diploma,
sarjana, sarjana terapan, maupun pasca sarjana pada magister dan
doktor terapan dan/atau profesi. STEM terdiri atas rumpun ilmu
alam, ilmu formal, dan/atau ilmu terapan yang meliputi pertanian,
arsitektur dan perencanaan, teknik, kehutanan dan lingkungan,
kesehatan, dan transportasi. Sedangkan ilmu lainnya terdiri atas
rumpun ilmu agama, rumpun ilmu humaniora, rumpun ilmu sosial,
dan/atau rumpun ilmu terapan yang meliputi bisnis, pendidikan,
keluarga dan konsumen, olahraga, jurnalistik, media massa dan
komunikasi, hukum, perpustakaan dan permuseuman, militer,
administrasi publik, dan pekerja sosial (Kemen. PPA, 2021).

5 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan


antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang
pendidikan tertentu, tanpa memandang usia penduduk tersebut
dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk
usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama. Terdapat dua
manfaat dari data APK ini, yaitu 1) untuk menunjukkan berapa
besar umumnya tingkat partisipasi penduduk pada suatu tingkat
pendidikan dan 2) untuk menunjukkan berapa besar kapasitas
sistem pendidikan dapat menampung siswa dari kelompok usia

37
Profil Perempuan Indonesia 2022
sekolah tertentu (sirusa.bps.go.id). Dengan kata lain, nilai APK
dapat digunakan untuk mengukur daya serap penduduk dalam
mengakses hak pendidikannya di jenjang pendidikan tertentu,
meskipun di antara mereka terdapat penduduk yang usianya
belum mencukupi atau bahkan melebihi dari usia sekolah yang
seharusnya.
Karena membandingkan jumlah penduduk yang masih
bersekolah di jenjang pendidikan tertentu tanpa memandang usia
penduduk tersebut, maka nilai APK bisa lebih dari 100 persen. Hal
ini dikarenakan penghitungannya merujuk pada populasi murid
yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu mencakup
juga pada murid yang umurnya diluar rentang usia sekolah pada
jenjang pendidikan yang seharusnya (sirusa.bps.go.id). Situasi ini
terjadi karena banyak faktor, misalnya karena murid yang berusia
lebih muda telah mendaftar sekolah di jenjang yang lebih tinggi
dari usianya, atau sebaliknya, karena ada murid yang bersekolah di
jenjang yang lebih rendah dari usianya karena melakukan cuti atau
mengalami pengulangan kelas. Sebagai contoh, ada murid berusia
lebih dari 16 tahun yang masih menempuh pendidikan di jenjang
SMP, atau anak usia kurang dari 12 tahun yang sudah belajar di
bangku SMP.
Nilai APK yang tinggi pada suatu jenjang pendidikan berarti
bahwa tingkat partisipasi kasar jenjang pendidikan tersebut di
suatu daerah tinggi tanpa memperhatikan ketepatan usia pada
jenjang pendidikan tersebut. Sebagai contoh, jika di suatu daerah
memiliki APK jenjang SMA/MA/Sederajat mencapai 85 persen,
maka persentase penduduk berusia 16-18 tahun yang bersekolah
di tingkat SMA/MA/Sederajat sekitar 85 persen. Itu artinya,
selain dapat digunakan untuk mengukur capaian pembangunan
pendidikan dalam hal akses dan kesempatan bagi penduduk dalam
pemenuhan hak pendidikannya, nilai APK juga dapat digunakan
sebagai indikator pelengkap dari indikator Angka Partisipasi Murni
(APM) (sirusa.bps.go.id).

38
Profil Perempuan Indonesia 2022
6 Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi dari


penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah
tepat di jenjang pendidikan yang seharusnya. Itu artinya, APM
hanya akan menghitung perbandingan penduduk yang menempuh
pendidikan sesuai dengan umur yang ditetapkan di jenjang
pendidikan tersebut terhadap penduduk kelompok usia sekolah
yang bersesuaian (sirusa.bps.go.id). Dengan demikian, APM hanya
memperhitungkan penduduk yang sedang menempuh pendidikan
tingkat SD/MI/sederajat pada rentang umur 7-12 tahun, tingkat
SMP/MTs/sederajat pada rentang usia 13-15 tahun, tingkat
SMA/MA/sederajat pada rentang umur 16-18 tahun, dan tingkat
pendidikan tinggi pada rentang penduduk berusia 19-24 tahun
(BPS, 2021).
Nilai APM berguna untuk menunjukkan (Sirusa.bps.go.id):

seberapa besar penduduk di suatu daerah bersekolah


01 tepat waktu

seberapa besar penduduk yang bersekolah dengan


02 umur yang sesuai dengan ketentuan kelompok usia
sekolah di jenjang pendidikan yang sedang ditempuh

seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah


03 dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada
jenjang pendidikannya

Jika APK bisa mencapai persentase lebih dari 100, maka APM
akan menghasilkan nilai maksimal 100. Hal ini dikarenakan nilai APK
memasukkan penduduk yang usianya di luar jenjang pendidikannya,
sementara APM hanya menghitung penduduk dengan usia jenjang
pendidikan secara tepat waktu. Karena itulah, nilai APM akan
selalu lebih rendah dari APK. Suatu daerah dapat memperoleh
nilai 100 jika seluruh penduduk yang berusia di jenjang pendidikan
tertentu telah menempuh pendidikan secara tepat waktu. Sebagai
contoh, APM jenjang SMA suatu daerah sebesar 55 persen, artinya
penduduk yang berumur 16-18 tahun yang bersekolah secara tepat
waktu di jenjang SMA/sederajat hanya 55 persen.

39
Profil Perempuan Indonesia 2022
7 Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari penduduk


kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah terhadap
penduduk kelompok usia sekolah yang bersesuaian. Sejak tahun
2007, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut
diperhitungkan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) tidak memandang
jenjang pendidikan yang sedang ditempuh penduduk, baik secara
tepat waktu maupun tidak (sirusa.bps.go.id). Sebagai contoh, APS
umur 7-12 tahun memperhitungkan jumlah anak umur 7-12 tahun
yang masih sekolah terhadap penduduk usia 7-12 tahun.
Nilai APS yang tinggi menunjukkan tingginya partisipasi
penduduk dalam menikmati hak pendidikannya. Nilai APS berguna
untuk (sirusa.bps.go.id):

menunjukkan tentang seberapa banyak penduduk usia tertentu


01 yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan yang tersedia

seberapa besar daya serap sistem pendidikan pada penduduk


02 usia tertentu

seberapa besar struktur kegiatan penduduk yang berkaitan


03 dengan sekolah

C. Pembahasan

1 Kemampuan Baca Tulis

Tujuan 4 pada Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable


Development Goals/SDGs) menegaskan bahwa Pemerintah
Indonesia telah berkomitmen untuk menjamin kualitas pendidikan
yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua pada tahun 2030. Peningkatan
capaian pendidikan bagi masyarakat Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari 16 tujuan SDGs lainnya, terutama pada tujuan 5
yaitu kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan

40
Profil Perempuan Indonesia 2022
dan anak perempuan. Itu artinya, pendidikan yang berkualitas harus
diukur juga melalui kesamaan hasil pada pembangunan pendidikan,
terutama bagi perempuan. Untuk mencapai pendidikan yang
bermutu, salah satunya mensyaratkan terkait kemampuan untuk
membaca dan menulis. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan
salah satu indikator yang menjadi target SDGs pada pilar Sosial,
yaitu target 4.6 dengan target pada tahun 2030 adalah menjamin
semua anak dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki
maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi
(Kemen. PPPA, 2021).

Gambar 3.1 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas


menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

98.69
97.82 97.43

95.69 96.04
96.93

93.65 94.65

91.68

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

Secara nasional, Angka Melek Huruf (AMH) tahun 2021


masih belum banyak berubah dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Pada Gambar 3.1 terlihat hasil Susenas 2021 yang
menunjukkan bahwa AMH penduduk Indonesia usia 15 tahun ke
atas masih berkisar pada angka 96 persen. Dibandingkan tahun
2020, hanya ada sedikit kenaikan yaitu 0,04 persen saja. Artinya,
kondisi tahun 2021 masih terlihat sama dengan tahun 2020, yaitu
terdapat 4 dari 100 orang penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke
atas yang tidak bisa membaca/menulis (Kemen. PPPA, 2021).

41
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan wilayah, Gambar 3.1 juga menunjukkan bahwa
AMH penduduk di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan,
baik pada laki-laki maupun perempuan serta kesenjangan proporsi
AMH pada laki-laki dan perempuan di perdesaan lebih besar
dibandingkan di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
perempuan yang berusia 15 tahun ke atas di perdesaan masih
cukup banyak yang belum bisa membaca dan menulis.
Berdasarkan jenis kelamin, AMH penduduk perempuan usia
15 tahun ke atas tahun 2021 sebesar 94,65 persen atau naik 0,10
persen dari tahun 2020 (94,55 persen). Akan tetapi, walaupun
AMH perempuan tahun 2021 meningkat dibandingkan tahun 2020
tetapi tetap lebih rendah 2,78 persen dibandingkan dengan angka
AMH laki-laki yang mencapai sebesar 97,43 persen. Jika dari tipe
wilayah, AMH penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Angka
melek huruf penduduk perempuan di daerah perdesaan juga lebih
rendah dibandingkan perkotaan dan nasional yaitu di perdesaan
hanya 91,68 persen lebih rendah dari angka nasional yakni 96,04
persen dan perkotaan sebesar 96,93 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa masih adanya kesenjangan capaian pendidikan terutama
dalam pencapaian melek huruf yang diperoleh antara laki-laki dan
perempuan baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab kesenjangan
melek huruf pada perempuan, baik di perkotaan maupun
di perdesaan. Adanya konstruksi gender di lingkungan atau
masyarakat yang cenderung membatasi ruang gerak perempuan
dapat menjadi salah satu faktor yang berakibat perempuan
memiliki akses yang lebih rendah pada peluang belajar membaca
dan menulis dibandingkan laki-laki. Selain itu, adanya anggapan
bahwa pendidikan tidak diperlukan pada ranah domestik dan
perempuan dianggap lebih dominan pada ranah domestik juga
berdampak pada kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pendidikan pada perempuan, terutama pada kemampuan
membaca dan menulis. Padahal, AMH berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran dan kemiskinan, sekaligus berdampak
pada capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Megantara
dkk., 2020; Dores & Jolianis, 2014). Selain dukungan pendidikan
luar sekolah atau pendidikan non formal, ternyata perkembangan
teknologi juga memiliki peran penting dalam meningkatkan AMH

42
Profil Perempuan Indonesia 2022
baik pada perempuan maupun laki-laki. Studi Andiyono, Bekti, &
Irwansyah (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan telepon seluler
(HP) dan akses internet berpengaruh pada kesadaran melek
huruf pada anggota keluarga tersebut. Hal ini dapat memperkuat
penjelasan bahwa ketertinggalan akses teknologi di perdesaan
dapat menyebabkan penduduk perdesaan memiliki AMH yang
lebih rendah ketimbang penduduk perkotaan.

Gambar 3.2 Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin, 2021

99.78 99.38 98.13


99.78 99.36 97.35 88.49
99.78 99.34
96.56 81.72

75.55

15-24 25-34 35-59 60+

Laki-Laki Perempuan Total


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Jika dikelompokkan berdasarkan umur, maka Gambar 3.2


menunjukkan bahwa capaian AMH tahun 2021 pada kelompok
usia 60 tahun ke atas berada di posisi paling rendah dibandingkan
kelompok usia lainnya, sehingga semakin muda kelompok usia
penduduk, persentase capaian AMH semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan dunia pendidikan di Indonesia,
terutama dalam mendorong angka melek huruf penduduk
Indonesia semakin membaik. Penduduk usia 15-24 tahun memiliki
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam capaian angka
melek huruf yang sama sebesar 99,78 persen.
Begitu pula pada kelompok usia 25-34 tahun, mereka
juga memiliki proporsi yang hampir sama antara laki-laki dan

43
Profil Perempuan Indonesia 2022
perempuan, yaitu pada angka 99,38 persen (laki-laki) dan 99,34
persen (perempuan). Namun, pada kelompok usia 35-59 tahun,
capaian AMH berada pada angka 97,35 persen dengan capaian
penduduk laki-laki 98,13 persen lebih tinggi dibandingkan
perempuan sebesar 96,56 persen. Selanjutnya, kelompok umur 60
tahun ke atas merupakan proporsi jumlah penduduk yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis terendah dibandingkan
kelompok umur lainnya dengan angka melek huruf sebesar 81,72
persen, meskipun mengalami peningkatan sebesar 0,43 persen dari
tahun 2020. Di kategori umur ini, penduduk laki-laki (88,49 persen)
memiliki AMH yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan
(75,55 persen).
Data pada Gambar 3.2 menunjukkan bahwa telah ada
perubahan signifikan dalam hal meningkatkan angka melek huruf
antar generasi. Kesetaraan di bidang literasi pada laki-laki dan
perempuan merupakan salah satu isu penting dalam Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan,
yang telah diratifikasi melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi telah memfokuskan strategi untuk penuntasan
buta aksara di beberapa tahun terakhir terutama pada daerah
tertinggal, terdepan, terluar (3T) karena daerah-daerah kategori
tersebut sulit dijangkau (Kemendikbud, 2020). Dalam konteks
pandemi COVID-19, terdapat potensi ketertinggalan pembelajaran
yang akan dialami oleh anak-anak di wilayah 3T karena keterbatasan
dalam mengakses terhadap teknologi pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kemendikbud
dan INOVASI tahun 2020, pengetahuan guru terkait adanya
kurikulum darurat (kurikulum pembelajaran selama Pembelajaran
Jarak Jauh) masih rendah atau di bawah 70 persen, bahkan di
daerah tertinggal, pengetahuan guru hanya 60 persen. Hal ini
dapat berimplikasi terhadap ketercapaian kurikulum di masa
pandemi. Belum lagi disparitas jumlah guru di wilayah perdesaan
yang berada di luar pulau Jawa yang pernah mendapatkan
pelatihan tentang penggunaan teknologi untuk pengajaran jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan guru di wilayah perkotaan di
pulau Jawa (Alififia, dkk., 2020).
Intervensi di bidang literasi terutama pada perempuan

44
Profil Perempuan Indonesia 2022
sangatlah penting. Bukan hanya untuk mengurangi angka
kemiskinan dan peningkatan kapasitas perempuan di dunia
kerja, namun dapat mengurangi kerentanan perempuan dalam
berbagai aspek kehidupannya. Perempuan yang sudah melek
huruf tentunya dapat lebih mudah mengakses informasi. Salah
satunya adalah terkait hak dasar dirinya sebagai perempuan
sehingga diharapkan dapat mengurangi atau menekan praktik-
praktik kekerasan, dan dimarginalkan atau tidak diperhitungkan
dalam proses-proses pengambilan keputusan di berbagai bidang
kehidupan. Memiliki kemampuan literasi juga dapat mengurangi
kerentanan perempuan dari eksklusi sosial karena memungkinkan
perempuan untuk bisa lebih maju, mampu mengakses, memahami,
dan menggunakan informasinya melalui berbagai aktivitas,
termasuk dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai warga
negara (Komnas Perempuan, 2021).
Pada Gambar 3.3, dua provinsi dengan capaian AMH terendah
terjadi di Papua (78,89 persen) dan Nusa Tenggara Barat (87,39
persen). Terdapat 11 provinsi yang masih memiliki AMH di bawah
rata-rata nasional, atau kurang dari 96,04 persen, yaitu 3 provinsi
di antaranya berada di wilayah pulau Jawa, antara lain Jawa Timur,
Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Sementara itu, provinsi dengan
capaian AMH tertinggi adalah Sulawesi Utara yang mencapai 99,80
persen, disusul DKI Jakarta sebesar 99,73 persen dan Maluku
sebesar 99,42 persen.
Dari Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa masih terdapat
kesenjangan capaian AMH pada perempuan dan laki-laki yang
terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. AMH penduduk perempuan
lebih rendah dibandingkan laki-laki dengan perbedaan capaian
antara provinsi yaitu antara 0,04 persen hingga 7,08 persen,
atau secara nasional perbedaan capaian perempuan dan laki-laki
sebesar 2,77 persen. Tiga provinsi dengan kesenjangan capaian
antara perempuan dan laki-laki yang paling besar terjadi di Nusa
Tenggara Barat dengan selisih capaian sebesar 7,08 persen, Papua
sebesar 5,17 persen dan Jawa Timur sebesar 5,08 persen. Terdapat
11 provinsi yang telah mencapai AMH hampir setara antara laki-laki
dengan perempuan atau dengan selisih kurang dari 1 persen, yaitu
provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Maluku, Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Kalimantan
Timur, Gorontalo, dan Kalimantan Utara.

45
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.3 Angka Melek Huruf menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin, 2021

Sulawesi Utara 99.82 99.78 99.80


DKI Jakarta 99.79 99.67 99.73
Maluku 99.46 99.38 99.42
Sumatera Barat 99.54 99.00 99.26
Riau 99.46 98.92 99.20
Sumatera Utara 99.54 98.84 99.19
Kalimantan Tengah 99.34 98.83 99.10
Kepulauan Riau 99.26 98.92 99.09
Kalimantan Timur 99.30 98.48 98.90
Sumatera Selatan 99.28 98.27 98.78
Gorontalo 98.78 98.72 98.75
Maluku Utara 99.42 97.98 98.71
Jawa Barat 99.29 97.93 98.62
Sulawesi Tengah 98.82 97.73 98.28
Kalimantan Selatan 99.15 97.37 98.27
Aceh 99.10 97.39 98.24
Kepulauan Bangka Belitung 99.05 97.08 98.10
Jambi 98.68 97.47 98.08
Papua Barat 98.67 97.08 97.91
Bengkulu 98.89 96.83 97.88
Banten 98.84 96.69 97.78
Lampung 98.51 95.98 97.28
Kalimantan Utara 97.00 96.04 96.55
Indonesia 97.43 94.65 96.04
DI Yogyakarta 97.46 93.05 95.22
Bali 97.39 92.59 95.00
Sulawesi Tenggara 96.77 93.12 94.94
Nusa Tenggara Timur 94.84 92.91 93.85
Jawa Tengah 96.26 91.39 93.79
Kalimantan Barat 95.87 90.88 93.41
Sulawesi Barat 95.08 91.09 93.09
Jawa Timur 95.15 90.06 92.56
Sulawesi Selatan 93.88 91.19 92.49
Nusa Tenggara Barat 91.02 83.95 87.39
Papua 81.33 76.17 78.89
0 50 100 150 200 250 300 350

Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

46
Profil Perempuan Indonesia 2022
2 Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan salah satu indikator


dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di bidang
pendidikan, selain bidang kesehatan dengan mengukur harapan
umur panjang dan bidang ekonomi melalui Produk Nasional Bruto
(PNB) per kapita. Sebelumnya, IPM menggunakan Angka Melek
Huruf (AMH) sebagai indikator capaian di bidang pendidikan,
namun kemudian, AMH dinilai sudah tidak relevan lagi digunakan
untuk mengukur pembangunan dan kualitas pendidikan secara
utuh. Di Indonesia, capaian AMH di sebagian besar daerah sudah
mencapai angka yang tinggi sehingga dinilai indikator ini tidak
dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik
(www.bps.go.id).
Pada tahun 2021, data Susenas menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia usia 15 tahun ke atas telah menempuh pendidikan
dengan rata-rata bersekolah selama 8,97 tahun. Itu artinya, rata-
rata pendidikan penduduk Indonesia hanya sampai kelas 9 SMP/
sederajat. Meskipun masih sangat rendah, tetapi pada tahun
2021 sudah mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan
tahun 2020 dengan kenaikan sebanyak 0,07 tahun atau meningkat
hampir sebulan. Capaian ini penting terus ditingkatkan agar
mampu mencapai target RPJMN Tahun 2024 sebesar 9,18 tahun
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 18
tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024.
Jika dilihat pada capaian menurut tipe daerah, maka data
Susenas tahun 2021 masih menunjukkan situasi yang sama
dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu capaian RLS penduduk
perkotaan selalu cenderung lebih tinggi dibandingkan perdesaan.
Di perkotaan tahun 2021, RLS penduduk laki-laki selama 10,13
tahun dan perempuan selama 9,70 tahun artinya bahwa rata-rata
penduduk perkotaan baik laki-laki dan perempuan telah menjalani
masa pendidikannya hingga sekitar kelas 10 SMA/sederajat. Kondisi
ini sangat terlihat kesenjangannya dengan penduduk perdesaan
karena RLS penduduk laki-laki perdesaan hanya 8 tahun dan itu
masih berada di bawah RLS laki-laki dan perempuan di perkotaan.
Meskipun seperti itu kondisi perempuan di perdesaan terendah,
yaitu RLS hanya selama 7,41 tahun atau hanya sampai di kelas 1
SMP/sederajat (Gambar 3.4).

47
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.4 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke
atas Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

10.13
9.91 9.23
9.69 8 8.97
7.7 8.7
7.41

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan Total
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021.

Studi Sabrina, Manurung, dan Sirait (2022) di Sumatera Utara


menunjukkan bahwa untuk meningkatkan RLS harus dilihat dari
tiga perspektif, yaitu perspektif siswa, guru, dan infrastruktur. Dari
perspektif siswa, masalah terkait dengan biaya pendidikan dapat
diantisipasi dengan pembebasan biaya sekolah, peningkatan
beasiswa dan bantuan pendidikan, pendidikan kesetaraan dan
sosialisasi. Dari perspektif guru, masalah terkait kualitas dan
kuantitas harus direspon dengan menambah jumlah guru, pelatihan
dan sertifikasi guru, dan tambahan tunjangan guru; sedangkan dari
sisi atau perspektif infrastruktur; masalah aksesibilitas dan fasilitas
pendidikan harus diselesaikan dengan rehabilitasi dan melengkapi
fasilitas sekolah, membangun sekolah baru dan menjamin
keterjangkauan sekolah. Membangun moda transportasi seperti
bus sekolah gratis merupakan salah satu bentuk pembangunan
infrastruktur yang sangat dibutuhkan.
Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020-2021
berisiko meningkatkan angka putus sekolah di Indonesia dan
semakin menghambat siswa terutama di perdesaan yang
mempunyai keterbatasan untuk mengejar ketertinggalan dalam

48
Profil Perempuan Indonesia 2022
pembelajaran. Di perdesaan, terdapat peserta didik yang berhenti
belajar karena membantu orang tuanya bekerja di sawah (Save the
Children, 2020). Selain faktor ekonomi, terdapat faktor kultural
seperti perkawinan anak kerap menjadi salah satu pemicu anak
putus sekolah, terutama pada anak perempuan (Wijaya, 2020) dan/
atau sebaliknya, putus sekolah pada anak perempuan mendorong
terjadinya perkawinan anak (Fajriyah, Iklilah MD. dkk, 2021). Di
Indonesia, anak perempuan merupakan korban paling rentan dari
perkawinan anak dengan pola (Candraningrum, Dhewy, & Pratiwi,
2016) sebagai berikut:

01
perempuan dari daerah perdesaan mengalami
kerentanan dua kali lipat lebih banyak untuk
menikah usia anak dibandingkan perkotaan

02
perkawinan anak yang paling tinggi
berasal dari keluarga miskin

03
anak perempuan yang putus sekolah
umumnya lebih rentan menjadi pengantin
usia anak daripada yang bersekolah

Berdasarkan provinsi, Gambar 3.5 menunjukkan bahwa di


tahun 2021, capaian RLS paling tinggi di provinsi DKI Jakarta, yaitu
11,21 tahun, atau hampir mencapai wajib belajar 12 tahun, dengan
perbedaan lama sekolah pada penduduk laki-laki 11,46 tahun dan
perempuan 10,95 tahun. Selanjutnya, ada 5 provinsi yang memiliki
capaian RLS sekitar 10 tahun hanya saja provinsi Kepulauan Riau
dan Maluku, penduduk laki-laki dan perempuan sama-sama
memiliki RLS sekitar 10 tahun, sedangkan di Kalimantan Timur,
DI Yogyakarta dan Papua Barat, penduduk perempuan hanya
memiliki RLS sekitar 9 tahun. Provinsi dengan RLS paling rendah di
Papua yaitu 7 tahun, untuk laki-laki 7,6 tahun dan perempuan 6,44
tahun atau rata-rata penduduk di Papua hanya memiliki ijazah SD/
Sederajat.

49
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.5 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun
Ke atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2021

DKI Jakarta 11.46 10.95 11.20


Kepulauan Riau 10.40 10.36 10.38
Kalimantan Timur 10.36 9.79 10.09
Papua Barat 10.34 9.68 10.03
Maluku 10.32 10.18 10.25
DI Yogyakarta 10.29 9.80 10.04
Sumatera Utara 10.04 9.73 9.88
Bali 9.99 8.90 9.45
Aceh 9.84 9.69 9.77
Maluku Utara 9.80 9.22 9.51
Sulawesi Utara 9.79 9.87 9.83
Sulawesi Tenggara 9.78 9.26 9.52
Kalimantan Utara 9.63 9.14 9.40
Riau 9.60 9.43 9.52
Banten 9.60 8.96 9.29
Sumatera Barat 9.47 9.46 9.46
Bengkulu 9.42 9.09 9.26
Sulawesi Tengah 9.32 9.03 9.18
Jawa Barat 9.31 8.75 9.03
Jambi 9.26 8.80 9.03
Indonesia 9.23 8.70 8.97
Kalimantan Tengah 9.23 8.80 9.03
Sulawesi Selatan 9.12 8.79 8.95
Kalimantan Selatan 9.05 8.43 8.74
Sumatera Selatan 8.96 8.58 8.78
Lampung 8.75 8.35 8.56
Nusa Tenggara Barat 8.72 7.56 8.13
Jawa Timur 8.72 8.03 8.37
Kepulauan Bangka Belitung 8.64 8.44 8.54
Jawa Tengah 8.57 7.96 8.26
Sulawesi Barat 8.56 8.21 8.39
Nusa Tenggara Timur 8.43 7.97 8.20
Kalimantan Barat 8.34 7.65 8.00
Gorontalo 7.97 8.68 8.32
Papua 7.60 6.43 7.05
Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021.

50
Profil Perempuan Indonesia 2022
Kesenjangan RLS pada perempuan yang lebih rendah
dibandingkan laki-laki terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia,
kecuali provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Perbedaan RLS
yang lebih rendah pada perempuan di 32 provinsi berada dalam
kisaran kurang dari 1 bulan hingga 1,1 tahun. Fenomena berbeda,
pada provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo justru memiliki RLS
penduduk perempuan yang lebih lama dibandingkan laki-laki
dimana ketimpangan sebesar 0,71 tahun di provinsi Gorontalo
dan 0,08 tahun di Sulawesi Utara. Meskipun demikian, RLS pada
penduduk perempuan tidak selalu linier dengan peluang kerja
yang dapat diakses oleh perempuan. Studi Safitri dan Afianto
(2020) di Gorontalo menunjukkan bahwa perempuan cenderung
memiliki durasi menganggur 1,252 kali lebih lama dibandingkan
laki-laki. Situasi ini dapat berkaitan dengan konstruksi gender yang
menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga atau penopang
ekonomi keluarga sehingga laki-laki dimungkinkan memiliki
upaya yang lebih tinggi dalam mengakses dan mengupayakan
mendapatkan pekerjaan atau cenderung lebih cepat menerima
tawaran pekerjaan ketimbang perempuan.

3 Partisipasi Sekolah (APM, APK dan APS)

Kemajuan pembangunan bangsa sangat bergantung pada


kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Untuk memenuhi
kebutuhan tersedianya SDM yang berdaya saing, maka pendidikan
merupakan salah satu cara yang efektif mampu menjembataninya.
Oleh karena itu, mengevaluasi capaian pembangunan pendidikan
melalui partisipasi sekolah sangat penting dilakukan, selain juga
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang
memanfaatkan fasilitas pendidikan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan di bidang pendidikan. Terdapat minimal 3 indikator
yang dapat digunakan untuk melihat partisipasi sekolah pada
suatu wilayah, diantaranya Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka
Partisipasi Kasar (APK), dan Angka Partisipasi Murni (APM).

51
Profil Perempuan Indonesia 2022
a. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merujuk pada persentase


penduduk yang menjalani pengalaman belajar di pendidikan formal
sesuai dengan usia yang ditetapkan. Dalam tiga tahun terakhir,
meskipun lambat, namun capaian APM nasional selalu mengalami
peningkatan di jenjang SD dan SMP. Pada Gambar 3.6 terlihat
bahwa di tahun 2021, penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah
pada jenjang SD/MI/sederajat sebanyak 97,80 persen dan capaian
ini mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen dari tahun 2020,
0,15 persen pada tahun 2019. Peningkatan capaian juga terjadi
pada kelompok penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah pada
jenjang SMP/MTs/sederajat dengan capaiannya 80,59 persen di
tahun 2021, lebih banyak 0,47 persen dari tahun 2020, dan 0,63
persen dibandingkan 2019.
Situasi tampak berbeda pada APM kategori SMA dan
perguruan tinggi. Jika dibandingkan dengan capaian di tahun 2019,
maka APM di tahun 2021 ini lebih rendah, meskipun mengalami
peningkatan jika dibandingkan tahun 2020. Angka partisipasi
murni penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah pada jenjang
SMA/MA/SMK/sederajat sebanyak 61,65 persen di tahun 2021,
mengalami kenaikan sebesar 0,4 persen dari tahun 2020 namun
lebih rendah 0,73 persen pada tahun 2019. Hal yang sama dengan
penduduk usia 19-24 tahun yang kuliah sebesar 19,59 persen di
tahun 2021, mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen dari tahun
2020, namun lebih rendah 0,3 persen tahun 2019.
Penurunan APM pada kategori umur tersebut adalah salah
satu dampak pandemi Covid-19 yang disebabkan banyak keluarga
yang kehilangan pekerjaan/pendapatan/penghasilan sehingga
berakhir dengan meningkatnya angka putus sekolah. Menyediakan
subsidi pulsa merupakan salah satu kebijakan tanggap Covid-19
untuk mengurangi angka putus sekolah. Krisis ekonomi pada
keluarga terdampak dinilai menjadi faktor yang berkontribusi pada
keberlangsungan anak melanjutkan sekolah atau meningkatkan
angka putus sekolah (Triwiyanto, 2020).

52
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.6 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang
Pendidikan, 2019-2021.

97.65 97.69 97.8


90
80 79.96 80.12 80.59
70
60 62.38 61.25 61.65
50
40
30
20 19.89 19.32 19.59
10
0
2019 2020 2021

SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Gambar 3.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2021, Angka


Partisipasi Murni (APM) penduduk laki-laki dan perempuan pada
jenjang Pendidikan SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat
masih cenderung sama dengan tahun 2020, yaitu pada angka
sekitar 97,8 persen di level SD/sederajat dan 80,59 persen di SMP/
sederajat. Namun, jika dilihat lebih spesifik, maka APM laki-laki
sedikit lebih tinggi dibandingkan APM perempuan hanya terjadi
di jenjang pendidikan SD/MI/sederajat. Pada jenjang pendidikan
SMP/sederajat hingga perguruan tinggi, APM perempuan
lebih tinggi dibandingkan dari APM laki-laki dan menunjukkan
semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka semakin besar
selisihnya. Dibandingkan laki-laki, APM perempuan di jenjang
pendidikan tinggi, perempuan lebih banyak 3,19 persen, pada
jenjang pendidikan SMA/MA/sederajat, perempuan memiliki APM
yang lebih tinggi 1,28 persen, dan jenjang SMP/MTs/sederajat,
perempuan lebih banyak 1,01 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
capaian angka partisipasi murni penduduk perempuan di jenjang
pendidikan menengah ke atas lebih tinggi dibandingkan dengan
penduduk laki-laki.

53
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenis Kelamin
dan Jenjang Pendidikan, 2021.

97.81
SD/MI/Sederajat 97.78
97.8

80.45
SMP/MTS/Sederajat 80.73
80.59

61.02
SMA/SMK/MA/Sederajat 62.3
61.65

18.01
Perguruan Tinggi 21.2
19.59

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Secara khusus pada kelompok perempuan, Tabel 3.1


menunjukkan bahwa provinsi dengan capaian APM terendah di
semua jenjang terjadi di Papua, baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun
perguruan tinggi. Selain Papua, provinsi yang memiliki APM tingkat
SD/sederajat terendah lainnya adalah Kalimantan Utara, Sulawesi
Tengah, Papua Barat, dan Sulawesi Barat sedangkan jenjang SMP/
sederajat adalah Kalimantan Barat, Papua Barat, Nusa Tenggara
Timur dan Gorontalo. Di jenjang SMA dan perguruan tinggi, tiga
provinsi di pulau Kalimantan, dua provinsi di pulau Sumatera
dan dua provinsi di pulau Jawa merupakan provinsi dengan APM
perempuan yang masih jauh di bawah rata-rata nasional. Provinsi
terbaik dengan persentase APM perempuan tertinggi adalah Jambi
untuk jenjang SD, Kepulauan Riau untuk SMP, Bali untuk jenjang
SMA, dan DI Yogyakarta di jenjang perguruan tinggi. DI Yogyakarta
merupakan provinsi dengan APM yang berada di 5 wilayah tertinggi
di semua jenjang APM, baik SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

54
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 3.1. Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Perempuan
menurut Peringkat Provinsi Tertinggi dan Terendah,
2021
Pe SD SMP SMA Perguruan Tinggi
ring-
kat Provinsi % Provinsi % Provinsi % Provinsi %
Kepulauan DI
1 Jambi 99,69 87,58 Bali 75,69 48,79
Riau Yogyakarta
Kepulauan Kepulauan
2 99,68 Bali 86,99 75,12 Maluku 36,05
Riau Riau
DI DI Sumatera
3 99,45 Aceh 86,98 72,18 34,40
Yogyakarta Yogyakarta Barat
Jawa Sulawesi
4 Lampung 99,28 85,11 Aceh 72,18 31,86
Timur Selatan
Kalimantan DI Sumatera
5 99,26 84,74 69,62 Gorontalo 30,99
Selatan Yogyakarta Utara
Rata-
rata Indonesia 97,78 Indonesia 80,73 Indonesia 62,30 Indonesia 21,20
Na
sional
Sulawesi Kalimantan
30 95,26 Gorontalo 73,47 Banten 58,98 15,06
Barat Tengah
Nusa
Papua Jawa
31 94,14 Tenggara 72,92 58,55 Lampung 14,12
Barat Barat
Timur
Sulawesi Papua Kalimantan 53,30 Kalimantan
32 92,81 71,19 13,75
Tengah Barat Barat Utara
Kalimantan Kepulauan
Kalimantan 70,26 Kalimantan
33 92,25 Barat 53,22 Bangka 12,36
Utara Tengah
Belitung
34 Papua 81,74 Papua 57,20 Papua 42,13 Papua 11,07

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

b. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perhitungan


penduduk yang menempuh jenjang pendidikan tertentu tanpa
mempertimbangkan ketepatan usia sekolah pada jenjang
pendidikannya. Berdasarkan data Susenas 2021, Gambar 3.8
menunjukkan bahwa capaian APK jenjang SD/MI/sederajat pada

55
Profil Perempuan Indonesia 2022
penduduk laki-laki dan perempuan berada di posisi sama, yaitu 106
persen. ada tingkat SMP/MTs/sederajat, secara umum mencapai
92,80 persen dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
adalah 93,27 persen dan 92,30 persen. Sementara pada jenjang
tamatan SMA/sederajat, justru perempuan telah mencapai 87,05
persen atau lebih tinggi 3,57 persen dibandingkan laki-laki yang
memiliki 83,48 persen.

Gambar 3.8 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenis Kelamin


dan Jenjang Pendidikan, 2021

106.18
SD/MI/Sederajat 106.21
106.2

93.27
SMP/MTS/Sederajat 92.3
92.8

83.48
SMA/SMK/MA/Sederajat 87.05
85.23

24.29
Perguruan Tinggi 27.94
26.09

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Capaian APK perempuan lebih tinggi di jenjang SMA dan


perguruan tinggi dibandingkan laki-laki menunjukkan adanya
kesadaran perempuan terhadap urgensi pendidikan bagi kehidupan
perempuan, terutama untuk peningkatan kualitas dan kapasitas
perempuan. Di sejumlah negara yang mengalami peningkatan
partisipasi pendidikan di jenjang pendidikan tinggi pada perempuan
diakui sebagai dampak atas kesadaran diri perempuan yang lebih
baik terhadap dampak/manfaat dari pendidikan. Sebagian Negara
lain yang masih memiliki tingkat partisipasi rendah di jenjang
pendidikan tinggi pada perempuan disebabkan oleh praktik
budaya yang masih berlaku bahwa pendidikan bukan kebutuhan

56
Profil Perempuan Indonesia 2022
vital bagi perempuan (Tasia & Nurhasanah, 2019). Padahal, dengan
pendidikan tinggi yang mampu ditempuh oleh perempuan, bukan
hanya meningkatkan kapasitas dan kualitas hidupnya juga dapat
menguatkan pengakuan atas kualitas intelektual perempuan yang
pada sebagian masyarakat masih dianggap subordinat.

c. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka partisipasi sekolah (APS) digunakan untuk mengetahui


seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah memanfaatkan
fasilitas pendidikan. Kemendikbudristek bersama The SMERU
Research Institute menyampaikan sejumlah hasil awal penelitian
dari program Research on Improving System of Education (RISE).
Dalam riset tersebut, diketahui bahwa angka partisipasi pendidikan
di Indonesia dari jenjang PAUD hingga kuliah menurun hingga
berakhir tahun ajaran 2020/2021. Hal ini dikarenakan masa pandemi
COVID-19 tahun 2020-2021 yang mengharuskan pengalihan
metode pembelajaran dari luring (tata muka di sekolah) ke daring
secara penuh dari rumah masing-masing (Detik.com, 2022).

Gambar 3.9 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok


Umur, 2020-2021.

99.26 95.99 2020 2021

99.19 95.74
73.09

72.72

26.01

25.56

7 - 12 tahun 13 - 15 tahun 16 - 18 tahun 19 - 24 tahun

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020-2021

57
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.9 menunjukkan capaian APS penduduk Indonesia
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 pada kelompok
umur 7-12 tahun, namun mengalami kenaikan di kelompok
umur lainnya. Pada kelompok umur 7-12 tahun, APS tahun 2021
mengalami penurunan sebesar 0,07 persen dibandingkan tahun
2021, kelompok umur 13-15 tahun, tahun 2021 mengalami kenaikan
sebesar 0,25 persen dibandingkan tahun 2020. Demikian juga
pada kelompok umur 16-18 tahun, di tahun 2021 terjadi kenaikan
sebesar 0,37 persen dibandingkan tahun 2020 dan terakhir pada
kelompok umur 19-24 tahun, di tahun 2021 mengalami kenaikan
sebesar 0,45 persen dibandingkan tahun 2020.
Gambar 3.9 juga menunjukkan bahwa penduduk kelompok
19-24 tahun yang sedang bersekolah hanya 26,01 persen dan paling
rendah dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal ini menunjukkan
dua hal: pertama, penduduk Indonesia yang berusia sekolah
berada pada jumlah yang mayoritas bersekolah, terutama di umur
7-12 tahun penduduk yang belum menikmati layanan pendidikan
sehingga tidak bersekolah lagi dapat disebabkan beberapa faktor,
misalnya karena sakit atau ekonomi, harus bekerja membantu orang
tua atau (bahkan) terpaksa melakukan perkawinan di umur anak
dan karenanya kehilangan akses untuk kembali ke sekolah secara
formal. Kedua, rendahnya penduduk Indonesia yang bersekolah
di kategori umur 19-24 tahun, dimungkinkan karena mereka telah
masuk pasar dunia kerja atau mereka dapat saja telah menikah.
Menurut jenis kelamin, perempuan memiliki capaian APS
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada seluruh kelompok
umur yang ada. Bahkan, semakin tinggi kategori umur penduduk,
semakin lebar kesenjangan APS antara perempuan dan laki-laki.
Gambar 3.10 menunjukkan bahwa pada kategori umur 7-12 tahun,
APS laki-laki dan perempuan menunjukkan posisi yang setara yang
memiliki selisih hanya 0,18 persen saja. Namun kategori kelompok
umur 13-15 tahun, dan umur 16-18 tahun, kesenjangan APS
perempuan terhadap laki-laki lebih besar dibandingkan kelompok
umur 7-12 tahun, yaitu sekitar 1,3 persen. Kesenjangan ini semakin
besar pada kategori kelompok umur 19-24 tahun, kesenjangan
APS antara laki-laki dan perempuan mencapai 3,05 persen. Data
ini menunjukkan, peningkatan partisipasi pendidikan laki-laki
kelompok umur 16-18 tahun dan 19-24 tahun harus menjadi
perhatian pemerintah baik penduduk perempuan dan laki-laki.

58
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.10. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur, 2021.

99.28 96.69
99.19 95.99
99.11 95.31 73.78
73.09
72.44

27.55
26.01
24.5

7 - 12 tahun 13 - 15 tahun 16 - 18 tahun 19 - 24 tahun

Laki-Laki Perempuan Total


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021.

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat sejumlah provinsi dengan


capaian APS tertinggi dan terendah di setiap kelompok umur.
Provinsi yang memiliki capaian APS peringkat 5 tertinggi yang terjadi
di seluruh kelompok umur adalah provinsi DI Yogyakarta, bahkan
berada di peringkat pertama atau kedua. Selain DI Yogyakarta,
provinsi Aceh juga masuk pada peringkat 5 tertinggi capaian APS
pada semua kategori kelompok umur kecuali kelompok umur 19-24
tahun. Sementara itu, provinsi Papua merupakan provinsi dengan
capaian APS terendah dari seluruh kategori umur, selain provinsi-
provinsi lainnya yang berada pada Tabel 3.2.

59
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 3.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Perempuan Menurut
Kelompok Umur dan Provinsi Tertinggi dan Terendah,
2021

Pe 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun


ring-
kat Provinsi % Provinsi % Provinsi % Provinsi %
Kepulauan DI DI
1 Jambi 99,97 99,67 91,43 50,61
Riau Yogyakarta Yogyakarta
DI DI Kepulauan Sumatera
2 99,89 99,21 87,84 42,23
Yogyakarta Yogyakarta Riau Barat
Sumatera
3 Bengkulu 99,85 Aceh 99,16 87,30 Maluku 41,80
Barat
Kalimantan
4 Aceh 99,85 98,91 Aceh 85,02 Gorontalo 39,13
Timur
Sulawesi
5 Lampung 99,83 DKI Jakarta 98,90 Bali 84,39 37,87
Selatan
Indonesia 99,28 Indonesia 96,69 Indonesia 73,78 Indonesia 27,55

Sulawesi Kalimantan Kalimantan


30 98,54 94,40 69,03 Lampung 23,15
Tengah Selatan Selatan
Kalimantan Kalimantan
31 98,49 94,16 Banten 67,77 Papua 23,01
Utara Barat
Sulawesi Sulawesi Kepulauan
32 98,22 93,99 Jawa Barat 66,89 20,19
Barat Barat Riau
Kepulauan
Papua 93,93 Kalimantan Sumatera
33 97,83 Bangka 64,51 18,98
Barat Tengah Selatan
Belitung
Kepulauan
34 Papua 84,71 Papua 79,27 Papua 63,88 Bangka 18,29
Belitung

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Dalam konteks menghadapi situasi Pandemi Covid-19, studi


SMERU menunjukkan bahwa partisipasi sekolah pada penduduk
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sarana pembelajaran dan
dukungan orang tua yang bervariasi mempengaruhi praktik belajar
dari rumah dan menyebabkan terjadi ketimpangan pembelajaran
antar murid. Murid yang mempunyai dukungan terbatas
paling merasakan dampaknya hingga dihentikannya kegiatan
pembelajaran. Dalam praktik pengajaran jarak jauh, keragaman

60
Profil Perempuan Indonesia 2022
antar guru dalam hal kemampuan dan metode mengajar pada
saat itu dipengaruhi faktor akses terhadap internet. Guru-guru
di wilayah perkotaan, baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa
cenderung lebih aktif dalam memberikan pengajaran (Alifia, dkk.
2020). Hal ini menunjukkan bahwa capaian APS berada pada angka
yang optimis, namun APS perlu dilihat secara kualitatif dalam
konteks ketercapaian kurikulum.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan partisipasi sekolah bagi penduduk laki-laki dan
perempuan. Peningkatan partisipasi sekolah dilakukan melalui
berbagai cara antara lain peningkatan fasilitas sarana dan prasarana
sekolah, beasiswa dan bantuan biaya untuk keterjangkauan layanan
pendidikan, apresiasi terhadap siswa berprestasi, dan membuka
akses melanjutkan pendidikan di luar negeri. Peningkatan fasilitas
sekolah antara lain dilakukan melalui program bantuan Ruang
Kelas Baru (RKB), asrama sekolah, rehabilitasi ruang kelas; program
beasiswa diterapkan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
beasiswa siswa berbakat dan berprestasi, Kartu Indonesia Pintar
(KIP), dan program Bidikmisi, beasiswa dari Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP), Program Siswa Santri Berprestasi (PBSB),
Beasiswa Unggulan dan Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia
(BUDI) bagi generasi muda yang ingin kuliah ke dalam maupun luar
negeri (Kemen. PPPA, 2021). Melihat capaian APS, APM, dan APK
yang ada, pemerintah masih harus memberikan perhatian khusus
untuk meningkatkan partisipasi sekolah, terutama pada kelompok
umur 15 tahun ke atas, dan terutama pada pendidikan menengah
dan atas.

d. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Mengukur pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk


dilakukan melalui kepemilikan ijazah yang dimulai pada penduduk
umur 15 tahun ke atas. Indikator ini digunakan BPS untuk mengetahui
tingkat kualitas pendidikan penduduk dengan menggunakan
jenjang pendidikan tertentu sebagai batasan minimalnya (sirusa.
bps.go.id). Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan
tetapi juga bisa memandu hidup seseorang, mengembangkan
kemampuan diri, membuat manusia lebih kritis dalam berpikir,

61
Profil Perempuan Indonesia 2022
dan pada akhirnya mempengaruhi proses pengambilan keputusan
untuk masa depan hidup seseorang, bahkan keluarga. Studi
Setiawati, Malihah, & Komariah (2017) menunjukkan bahwa
perempuan yang berpendidikan tinggi memiliki posisi yang
diperhitungkan dalam kehidupan sosialnya. Mereka juga memiliki
posisi sangat kuat sebagai pengambilan keputusan dalam keluarga,
bahkan membantu suami dalam mengembangkan wawasan dan
pengetahuan yang mendasari pengambilan keputusan. Pendidikan
tinggi yang ditamatkan perempuan meningkatkan kepercayaan
suami pada istri, terutama dalam penyelesaian masalah di dalam
keluarga serta membuka peluang besar pada kontribusi ekonomi
perempuan dalam keluarga.
Hingga tahun 2021, harus diakui bahwa penduduk Indonesia
masih memiliki jumlah tamatan perguruan tinggi yang rendah.
Terdapat banyak faktor yang melatarbelakanginya, di antaranya
karena peningkatan biaya pendidikan setiap tahun, sementara
pendidikan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat belum mendominasi layanan pendidikan yang
ada. Padahal, era industri 4.0 menuntut kemampuan penduduk
Indonesia menjadi lebih kritis, mampu menyelesaikan masalah
yang kompleks, kreatif, inovatif, dan melek teknologi. Sejumlah
aspek tersebut dapat dipenuhi dengan pendidikan tinggi sehingga
generasi muda Indonesia mampu berdaya saing, baik di tingkat
nasional maupun global, baik pada laki-laki maupun perempuan
Indonesia.
Gambar 3.11 menunjukkan secara nasional penduduk
Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas yang tidak/belum pernah
bersekolah atau tidak tamat SD/sederajat atau tak mempunyai
ijazah sebanyak 13,9 persen. Persentase penduduk berijazah SD/
sederajat sedikit lebih banyak dari yang tidak lulus SD/sederajat,
yaitu sebesar 25,1 persen, diikuti lulus SMP/sederajat sebanyak 22,2
persen. Persentase jumlah penduduk yang lulus SMA/sederajat
sedikit lebih tinggi dari tamatan jenjang-jenjang pendidikan di
bawahnya, yaitu 29,2 persen.

62
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.11. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas
Menurut Ijazah/ STTB Tertinggi yang Dimiliki,
2021

Tidak Memiliki;
13.9
SD/MI/Paket;
25.1
Perguruan
Tinggi; 9.7

SMA/MA/Paket
; 29.2 SMP/MTs/Paket;
22.2

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Di tingkat pendidikan tinggi tahun 2021, persentase


penduduk di bidang vokasi dan berijazah Diploma 1, Diploma 2
dan Diploma 3 hanya sebanyak 2,28 persen saja, sedangkan yang
berijazah profesi sebanyak 0,05 persen. Selanjutnya, persentase
penduduk yang telah lulus di jenjang D4/Sarjana (S1), S2 dan S3
secara total hanya 7,69 persen. Persentase yang memiliki ijazah
pendidikan tinggi ini sangat tertinggal dibandingkan sejumlah
negara seperti Rusia yang mencapai 56,70 persen, Jepang dengan
capaian 52,70 persen, Luksemburg sebanyak 51,30 persen, dan
Korea Selatan sebesar 50,70 persen (Fedho, 2022).
Tahun 2017, Indonesia hanya memiliki penduduk lulusan S3
sebanyak 143 doktor per 1 juta penduduk, sementara Malaysia
mencapai 509 doktor. Situasi Indonesia semakin terlihat jauh
tertinggal dibandingkan dengan India yang memiliki 3.420 doktor
per 1 juta penduduk dan Jepang dengan 6.438 doktor per 1 juta
penduduk (Sari, 2017).

63
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.12. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas
Menurut Tipe Daerah dan Ijazah/STTB
Tertinggi yang Dimiliki, 2021

19.55
Tidak Memiliki Ijazah
9.64

31.91
SD/MI/Paket A/SDLB
20.02

22.88
SMP/MTS/Paket B/SMPLB/Sederajat
21.59

20.48
SMA/SMK/MA/Paket C/SMALB/Sederajat
35.72

5.17
Perguruan Tinggi
13.03

Perdesaan Perkotaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Berdasarkan Gambar 3.12, kesenjangan capaian pendidikan


terlihat jelas antara penduduk yang tinggal di perkotaan dan
perdesaan. Persentase penduduk di perdesaan yang tidak pernah
sekolah atau tidak memiliki ijazah SD/sederajat memiliki jumlah 2
kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Mayoritas
penduduk perdesaan memiliki capaian pendidikan tertinggi hanya
sampai tamatan SD/sederajat, yaitu 31,91 persen sementara
itu, lulusan terbanyak penduduk perkotaan adalah tamat SMA/
Sederajat, yaitu 35,72 persen.
Pada level Pendidikan tinggi, di jenjang Diploma I/II/III, dan
Profesi, persentase penduduk perkotaan mencapai angka hampir
3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan penduduk perdesaan. Selain
itu, hanya sekitar 4 dari 100 penduduk di perdesaan yang mampu
menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi, sedangkan
penduduk perkotaan lebih tinggi dua kali lipat atau sebanyak 10
dari 100 penduduk perkotaan dibandingkan perdesaan.

64
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas
Menurut Jenis Kelamin dan Ijazah/STTB
Tertinggi yang Dimiliki, 2021

11.65
Tidak Memiliki Ijazah
16.09

24.84
SD/MI/Paket A/SDLB
25.37

22.39
SMP/MTS/Paket B/SMPLB/Sederajat
21.9

31.84
SMA/SMK/MA/Paket C/SMALB/Sederajat
26.58

9.28
Perguruan Tinggi
10.06

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Gambar 3.13


menunjukkan bahwa capaian pendidikan penduduk Indonesia
yang berusia 15 tahun ke atas pada laki-laki dan perempuan masih
menunjukkan adanya kesenjangan. Penduduk perempuan yang
tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD/sederajat memiliki
persentase lebih tinggi, yaitu 16,09 persen jika dibandingkan laki-
laki yang berjumlah 11,65 persen. Begitu juga pada tingkat lulusan
SD/sederajat, persentase perempuan masih lebih tinggi yaitu pada
angka 25,37 persen jika dibandingkan laki-laki yang mencapai 24,84
persen. Akan tetapi, pada level lulusan SMP/sederajat, ternyata
persentase perempuan lebih rendah daripada jumlah laki-laki
meskipun hanya selisih 0,49 persen saja.
Pada jenjang SMA/sederajat, di tahun 2021 terlihat bahwa
persentase penduduk laki-laki yang tamat SMA/Sederajat jauh
lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan kesenjangan yang
cukup nyata yakni sebesar 7,26 persen.

65
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada tingkat lulusan pendidikan tinggi, capaian pendidikan
yang ditamatkan penduduk laki-laki dan perempuan menunjukkan
kesetaraan. Meskipun di semua jenjang pendidikan tinggi, mulai
D1 hingga S3 menunjukkan perempuan persentase sedikit lebih
banyak ketimbang laki-laki, namun selisih yang ada tidak lebih
dari 1 persen, yaitu di tingkat D1-D3 sebanyak 0,7 persen, di
tingkat profesi hanya 0,02 persen, dan di tingkat D4, S1 sampai
S3 sebanyak 0,06 persen. Hal ini menunjukkan capaian pendidikan
pada perempuan sudah berada di posisi yang setara dengan laki-
laki meskipun secara persentase nasional masih sangat rendah.
Akses perempuan terhadap pendidikan membuka
kesempatan bagi mereka untuk mengakses pekerjaan yang layak
dan memungkinkan mereka menjadi pemimpin di masa depan.
Pendidikan perempuan memiliki dampak multilayer pada isu
pembangunan lainnya seperti sosial-ekonomi, kesehatan, dan
pendidikan (Fachrunnisa, 2020).
• Pertama, dalam bidang sosial-ekonomi, ketika perempuan
mampu menempuh pendidikan tinggi, manfaat yang
diberikan bukan hanya kepada keluarga saja tetapi
kepada bidang sosial ekonomi yang lebih luas termasuk
pertumbuhan ekonomi sebuah negara (El Alaoui, 2015).
Perempuan dengan ijazah pendidikan tinggi (tingkat SMA
dan perguruan tinggI) cenderung mudah mendapatkan
pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan
perempuan dengan latar pendidikan SD dan SMP.
• Kedua, dalam bidang kesehatan menunjukkan bahwa
perempuan dengan pendidikan tinggi cenderung lebih
memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
hak maternitas, dan gizi sehingga dapat berkontribusi
pada penurunan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi (John & Singh, 2017). Ketiga, dalam hal pendidikan,
perempuan dengan akses ke pendidikan tinggi akan
menjadi role model bagi anak perempuan lainnya untuk
bersekolah (Herman, dkk. 2016).
Perempuan juga akan mengupayakan akses kepada
pendidikan yang lebih baik bagi anak-anaknya di masa depan
(Fachrunnisa, 2020). Di institusi pendidikan, perempuan yang
berpendidikan tinggi juga berpotensi menjadi pemimpin dan

66
Profil Perempuan Indonesia 2022
menjadi bagian dalam pengambilan keputusan yang lebih adil
gender. Keragaman identitas pemimpin di institusi pendidikan
juga menjadi sebuah keuntungan dalam proses pengambilan
keputusan dan penyusunan strategi yang memungkinkan adanya
ragam perspektif (Burkinshaw 2015).

e. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Menurut Bidang


STEM

Persentase penduduk yang memiliki ijazah pendidikan tinggi


di bidang Science, Teknologi, Engineering, and Mathematic (STEM)
berdasarkan jenis kelamin diperhitungkan berdasarkan penduduk
yang memiliki ijazah pendidikan tinggi menurut jenis kelamin di
masing-masing provinsi. Pendidikan tinggi yang di maksud adalah
a) D1, D2, D3 swasta dengan kategori STEM 1-69; b) D1, D2, D3
negeri dan kedinasan dengan kategori STEM 1-84, 95-98, 103-
104; c) D4 swasta dengan kategori STEM 1-36; d) D4 negeri dan
kedinasan dengan kategori STEM 1-59, 61, 77-86; e) S1, S2, S3
Umum dengan kategori STEM 106-114,120,121,122,130,131,138-
278; f) S2 Terapan negeri dan kedinasan dengan kategori STEM
1-7,10,11 (sirusa.bps.go.id).

Gambar 3.14 Persentase Penduduk yang Memiliki Ijazah


Pendidikan Tinggi Menurut Bidang Studi,
2020-2021.

67.97
64.48

31.52 32.03

2020 2021
Lainnya STEM
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

67
Profil Perempuan Indonesia 2022
Di bidang STEM, Gambar 3.14 menunjukkan bahwa
persentase penduduk Indonesia yang memiliki ijazah pendidikan
tinggi di bidang STEM masih rendah, yaitu hanya sebesar 32,03
persen. Meskipun demikian, persentase ini mengalami kenaikan
0,51 persen dibandingkan tahun 2020. Sementara itu, persentase
penduduk dengan ijazah di bidang selain STEM tahun 2021 sebanyak
67,97 persen. Hal ini menunjukkan bahwa minat bidang ilmu di
masyarakat Indonesia masih didominasi oleh bidang pengetahuan
selain STEM.

Gambar 3.15 Persentase Penduduk yang Memiliki Ijazah


Pendidikan Tinggi di Bidang STEM Menurut
Jenis Kelamin, 2021.

Perempuan 70.11 29.89

Laki-Laki 65.49 34.51

Lainnya STEM
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Berdasarkan jenis kelamin, Gambar 3.15 menunjukkan


persentase penduduk laki-laki yang memiliki ijazah pendidikan
tinggi di bidang STEM lebih tinggi yaitu sebesar 34,51 persen,
dibandingkan perempuan sebanyak 29,89 persen atau terdapat
kesenjangan sebanyak 4,62 persen. Kesenjangan di bidang STEM
pada perempuan dan laki-laki ini merefleksikan adanya pandangan
yang masih menempatkan bidang STEM sebagai bidang yang
maskulin sehingga lebih diprioritaskan untuk laki-laki. Problem
konstruksi gender ini juga terjadi di sejumlah Negara lain. Dalam

68
Profil Perempuan Indonesia 2022
laporan UNESCO menyebutkan bahwa faktor-faktor yang membuat
partisipasi perempuan rendah dalam pendidikan STEM antara lain:
a) minimnya dukungan dari keluarga; b) stigma bahwa perempuan
tidak mampu menempuh studi di bidang STEM; c) stereotype
bahwa bidang STEM adalah cocok untuk laki-laki; d) kurangnya role
model perempuan yang berkarier di bidang STEM; dan e) pedagogi
pembelajaran yang bias gender. Faktor-faktor ini juga kerap
diinternalisasi oleh perempuan sehingga aspirasinya terhadap
bidang STEM tertahan (UNESCO, 2020). Hal ini menunjukkan
bahwa perempuan masih mengalami hambatan kultural dan
struktural dalam menempuh pendidikan di bidang STEM meski
memiliki motivasi dan aspirasi yang tinggi. Akan tetapi, jika melihat
pada perbedaan persentase kenaikan bidang STEM yang ada pada
laki-laki (0,12 persen) dan perempuan (0,48 persen) pada tahun
2020 ke 2021, maka meskipun masih terdapat sejumlah kendala
bagi perempuan, namun harapan penduduk perempuan mengejar
kesenjangan di bidang STEM akan terus bergerak ke arah yang
optimis.
Berdasarkan provinsi, Gambar 3.16 menunjukkan bahwa
perempuan yang memiliki ijazah di bidang STEM lebih banyak
perempuan yang tinggal di provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan
Utara, Aceh, Sumatera Utara, dan Sulawesi Tengah. Lima provinsi
dengan penduduk perempuan yang paling sedikit memiliki ijazah di
bidang STEM adalah Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan. Perempuan dari 5 provinsi
di pulau Jawa justru lebih mendominasi bidang selain STEM.
Salah satu faktor penting untuk memajukan bangsa Indonesia
di masa depan adalah penguasaan STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) pada generasi sekarang dan
selanjutnya. Menguasai STEM adalah syarat untuk melakukan
inovasi dalam berbagai bidang kehidupan. Inovasi sendiri diperlukan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat, dalam bidang
seperti ekonomi, kesehatan, politik, dan kebudayaan. Tanpa inovasi
yang terus menerus dalam berbagai bidang kehidupan, suatu
bangsa akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Dengan demikian,
tugas pemerintah untuk mendorong minat penduduk di bidang
STEM masih penting terus ditingkatkan, terutama pada wilayah
yang masih berada di bawah rata-rata nasional.

69
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 3.16. Persentase Penduduk Perempuan yang
Memiliki Ijazah Pendidikan Tinggi menurut
Provinsi dan Bidang Studi, 2021.

Bali 74.15 25.85


Nusa Tenggara Barat 72.38 27.62
Kalimantan Barat 71.06 28.94
Sulawesi Utara 70.76 29.24
Kalimantan Selatan 70.71 29.29
Papua 70.63 29.37
Jawa Timur 70.53 29.47
Kalimantan Tengah 70.18 29.82
Gorontalo 69.88 30.12
Lampung 69.82 30.18
Jawa Tengah 69.58 30.42
Sulawesi Barat 69.50 30.5
Banten 68.92 31.08
Bengkulu 68.89 31.11
Indonesia 67.97 32.03
DI Yogyakarta 67.94 32.06
Nusa Tenggara Timur 67.78 32.22
Jawa Barat 67.59 32.41
Sumatera Selatan 67.41 32.59
Papua Barat 67.40 32.6
Maluku 67.28 32.72
Riau 66.87 33.13
Jambi 66.71 33.29
DKI Jakarta 66.10 33.9
Sulawesi Selatan 65.70 34.3
Kepulauan Bangka Belitung 65.65 34.35
Maluku Utara 65.11 34.89
Sumatera Barat 65.11 34.89
Sulawesi Tenggara 64.73 35.27
Kalimantan Timur 64.62 35.38
Sulawesi Tengah 64.51 35.49
Sumatera Utara 63.97 36.03
Aceh 63.91 36.09
Kalimantan Utara 62.83 37.17
Kepulauan Riau 61.53 38.47

0% 20% 40% 60% 80% 100%


lainnya STEM
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

70
Profil Perempuan Indonesia 2022
D. Kesimpulan

Partisipasi penduduk perempuan di bidang pendidikan dapat


dilihat melalui sejumlah indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH),
Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK),
Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan
pendidikan tertinggi yang dimiliki. Secara nasional, AMH penduduk
perempuan usia 15 tahun ke atas atau usia produktif (15-59 tahun)
pada tahun 2021 sebesar lebih dari 97 persen, atau mengalami
peningkatan sebesar 2,5 persen dari tahun 2020. Artinya, terdapat
3 dari 100 perempuan Indonesia tidak dapat membaca atau
menulis, atau di tahun 2021 telah menunjukkan arah yang lebih
baik dibandingkan tahun 2020.
Selain itu, masih sama dengan tahun yang lalu, perempuan
Indonesia mayoritas hanya menempuh pendidikan sampai kelas
8 SMP/sederajat dengan rata-rata lama sekolah 8,71 persen pada
skala nasional, dengan perbandingan perempuan di perkotaan
mampu selesai sekolah hingga kelas 9 atau lulus SMP/sederajat,
sementara di perdesaan lebih rendah hanya mampu sekolah hingga
kelas 7 saja. Persentase penduduk perempuan yang tidak pernah
sekolah dan tidak tamat SD masih lebih tinggi dibandingkan laki-
laki. Namun, pada tingkat lulusan jenjang SMA/sederajat dan
Pendidikan tinggi, setahun terakhir mengalami sedikit kenaikan
hingga 3,19 persen secara nasional. Hal yang paling mengesankan,
meskipun lulusan sarjana S1 hingga S3 masih di bawah 8 persen,
namun persentase antara laki-laki dan perempuan sudah seimbang.
Di tahun 2021, APS perempuan menunjukkan gambaran yang
positif. Perempuan memiliki APS yang lebih tinggi dibandingkan
laki-laki pada seluruh kelompok umur yang ada. Capaian APS yang
ada menunjukkan bahwa semakin besar kategori umur penduduk,
semakin lebar kesenjangan APS perempuan dan laki-laki. APS anak
perempuan umur 7-12 tahun mencapai 99,28 persen, umur 13-15
tahun mencapai 96,69 persen, dan 16-18 tahun sebanyak 73,78
persen. Pada perempuan dewasa usia 19-24 tahun sebanyak 27,55
persen.

71
Profil Perempuan Indonesia 2022
Penduduk Indonesia yang lulus pendidikan tinggi di bidang
STEM masih rendah meskipun ada sedikit peningkatan. Secara
nasional di tahun 2021, laki-laki yang berpendidikan tinggi di bidang
STEM sebanyak 34,51 persen, lebih tinggi daripada perempuan,
29,89 persen. Adanya stereotype gender yang menyertai bidang
STEM masih tampak menjadi kendala perempuan, meskipun
kemajuan yang terlihat di tahun 2021 memberikan harapan yang
positif. Meningkatkan partisipasi perempuan di bidang STEM
sangat penting karena bidang STEM merupakan katalis untuk
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 (SDGs),
khususnya tujuan ke-4 dalam hal memastikan kualitas pendidikan
yang inklusif, merata, dan mempromosikan kesempatan belajar
seumur hidup untuk semua, serta tujuan ke-5 dalam hal kesetaraan
gender.

72
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 4
KESEHATAN
KESEHATAN DAN
KELUARGA BERENCANA
Laki-Laki

Perempuan

Total
PENDUDUK YANG PENDUDUK
MENGALAMI KELUHAN YANG PERNAH
KESEHATAN RAWAT INAP

29,73%
27,33%
23,95%
3,64% 3,36%
3,00%

28,91% 30,58% 22,43% 25,43% 26,15% 28,32% 2,54% 4,77% 2,13% 3,84% 2,37% 4,36%
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total

PENDUDUK YANG KEBIASAAN


MEMILIKI JAMINAN MEROKOK
KESEHATAN USIA 18 TAHUN

72,80%

68,36%
68,86%
62,52%
28,34%

72,22% 73,39% 62,13% 62,91% 67,93% 68,80% 56,02% 0,79% 0,32% 98,26%
Perkotaan Perdesaan Total Ya, Tiap Hari Tidak Merokok

Sumber: BPS, 2021

UMUR PERKAWINAN PEMAKAIAN ALAT/


PERTAMA CARA KB
23,95% Ya, sedang
≤ 17 Tahun
55,69% 51,91%
48,90%
10,59%
18 Tahun

10,04%
55,42% 19 Tahun
≥ 20 Tahun Perkotaan Perdesaan Total

Sumber: BPS, 2021 Sumber: BPS, 2021


A. Latar Belakang

Hak atas kesehatan merupakan bagian dari Hak Asasi


Manusia yang dijamin dalam berbagai instrumen Internasional
yakni Deklarasi Umum HAM dan Kovenan Internasional Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights/ICESCR), dan Konvensi mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination
Against Women/CEDAW). Di dalam Kovenan Internasional Hak-
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya disebutkan bahwa setiap orang
berhak untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas
kesehatan fisik dan mental terutama hak untuk:

Pengobatan dan bebas dari


Perkembangan penyakit yang menular
kesehatan sejak termasuk yang
kanak-kanak berhubungan dengan kerja

01 03 03

02 04

Bebas dari Berada dalam Mendapatkan


kematian pada saat lingkungan yang sehat pelayanan dan
melahirkan dan terbebas dari perhatian medis
polusi industri

Konvensi tersebut menekankan bahwa negara sebagai pihak


yang memberikan dan menjamin hak-hak tersebut. Selanjutnya,
hak perempuan untuk terbebas dalam segala bentuk diskriminasi
termasuk dalam mengakses kesehatan dijamin dalam CEDAW.
Dalam pasal 12, Konvensi CEDAW ditekankan kembali bahwa
perempuan berhak mendapat akses kesehatan yang spesifik
dibutuhkan yakni hak atas pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan yang berkaitan dengan KB, kehamilan, persalinan dan
sesudah masa persalinan (termasuk makanan bergizi dalam masa
kehamilan).

75
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 (Sustainable
Development Goals/SDGs), isu kesehatan berada pada tujuan
nomor 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Beberapa target
terkait dengan isu perempuan yakni penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan peningkatan akses
kesehatan reproduksi (termasuk KB). Fokus dari seluruh target
tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional,
akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta
sanitasi dan air bersih. Pembangunan sektor kesehatan untuk
SDGs sangat tergantung kepada peran aktif seluruh pemangku
kepentingan baik pemerintah tingkat pusat dan daerah, parlemen,
dunia usaha, media massa, lembaga sosial kemasyarakatan,
organisasi profesi dan akademisi, mitra pembangunan serta
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Di Indonesia, hak kesehatan perempuan juga dijamin dalam
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Secara khusus, pembangunan kesehatan Indonesia
yang berkeadilan gender juga disebutkan pada Pasal 2 UU Kesehatan
yang menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama.
Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus
dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada
semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.
Sementara itu, asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa
pembangunan kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap
perempuan dan laki-laki.
Isu kesehatan perempuan menjadi salah isu yang sangat
penting dalam rencana pembangunan nasional di Indonesia.
Pemerintah Indonesia sedang meningkatkan upaya mewujudkan
target pembangunan nasional (RPJMN 2020-2024) melalui layanan
kesehatan dan program nutrisi nasional yang sejalan dengan

76
Profil Perempuan Indonesia 2022
tujuan SDGs nomor 2 “mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan
pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang
berkelanjutan” dan nomor 3 “menjamin kehidupan yang sehat
dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia”.
Selanjutnya, dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020
tentang RPJMN, disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN
2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan
pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan
mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung
inovasi dan pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam
Program Prioritas (PP), Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas
(PP) dan Proyek K/L (Kemenkes, 2020). Sehubungan dengan telah
diterbitkannya Peraturan Presiden tersebut dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024, maka Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat telah menyusun Pedoman Indikator Program
Kesehatan Masyarakat tahun 2020-2024. Salah satu indikator
Kegiatan Prioritas (KP) dalam Program Kesehatan Masyarakat
2020-2024 adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak, Keluarga
berencana (KB), dan kesehatan reproduksi.
Perwujudan hak atas kesehatan tersebut mengalami
hambatan sepanjang tahun 2020-2022 dengan terjadinya pandemi
COVID-19 sehingga layanan kesehatan selama Pandemi diutamakan
untuk menangani pasien COVID-19. Data menyebutkan bahwa
Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka stunting dan
gizi buruk/kurang gizi tertinggi di dunia (UNICEF, 2020). Dalam
situasi pandemi, pilihan asupan nutrisi untuk ibu hamil terbatas dan
diperparah masalah ekonomi yang dihadapi keluarga yang menjadi
penyebab utama malnutrisi dan stunting pada anak (UNICEF, 2020;
Oktarina, 2020).

77
Profil Perempuan Indonesia 2022
B. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi yang digunakan merujuk pada definisi


yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang dapat diakses
melalui www.sirusa.bps.go.id. dan sumber pendukung lainnya.

1 Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


pasal 1 mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan merupakan proses dari dampak yang dialami seseorang
karena berbagai faktor yang ada di sekelilingnya misalnya gaya
hidup, pola makan, lingkungan, dan keterjangkauan pada fasilitas
kesehatan.
Penilaian atas kesehatan seseorang tidak lagi semata-
mata bergantung sepenuhnya pada tenaga medis, namun juga
dapat dikembangkan melalui penguatan mental dan kesadaran
individu masing-masing sehingga partisipasi masyarakat untuk
menciptakan rasa sehat dan meningkatkan kualitas kesehatan diri
dan lingkungannya dapat lebih mudah dicapai.

2 Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang


mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena
penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir
tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain. Pada
umumnya keluhan kesehatan utama yang banyak dialami oleh
penduduk adalah panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare, asma/
sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis
dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu
survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh
penyakitnya.

78
Profil Perempuan Indonesia 2022
Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat
kesehatan masyarakat secara umum yang dilihat dari adanya
keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu.
Pengetahuan mengenai derajat kesehatan suatu masyarakat dapat
menjadi pertimbangan dalam pembangunan bidang kesehatan,
yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui
upaya tersebut, diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik. Interpretasi indikator ini adalah
semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
berarti semakin rendah derajat kesehatan dari masyarakat
bersangkutan (sirusa.bps.go.id).
Dalam keluhan kesehatan, penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan tidak selalu merujuk pada layanan kesehatan.
Dalam hal ini, BPS menggunakan indikator unmet need pelayanan
kesehatan atau perbandingan antara banyaknya penduduk yang
memiliki keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya namun
tidak berobat jalan dan jumlah penduduk. Aktifitas yang dimaksud
adalah aktivitas penduduk sehari-hari seperti bekerja, bersekolah
atau kegiatan sehari-hari lainnya. Indikator ini merupakan proksi
untuk melihat cakupan penduduk yang seharusnya berobat ketika
sakit, namun pada kenyataannya tidak berobat. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti; tidak punya biaya berobat,
tidak punya biaya transportasi, tidak ada sarana transportasi, atau
karena waktu tunggu pelayanan yang lama sehingga berat hati
untuk berobat (sirusa.bps.go.id).

3 Jaminan Kesehatan

Pasal 13 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Lebih lanjut,
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2018 tentang Jaminan Kesehatan pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar Iuran
Jaminan Kesehatan atau Iuran Jaminan Kesehatannya dibayar oleh

79
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Atas dasar kebijakan
ini, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dibentuk sebagai ikhtiar
atas peran Negara yang menyediakan program jaminan sosial di
bidang kesehatan melalui asuransi yang bersifat sosial. Hal ini
dimaksudkan agar penduduk Indonesia mendapatkan manfaat
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
BPS menetapkan indikator Jumlah Penduduk yang Dicakup
Asuransi Kesehatan atau Sistem Kesehatan Masyarakat per 1000
Penduduk melalui persentase penduduk yang memiliki jaminan
kesehatan, baik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) maupun
asuransi swasta, perusahaan atau kantor yang dinyatakan dalam
satuan persen (%). Yang termasuk dalam jaminan kesehatan melalui
BPJS adalah pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah/
bukan pekerja, dan penerima bantuan iuran. Indikator ini berguna
untuk melihat risiko finansial akibat menderita penyakit dan untuk
memantau kecenderungan penduduk yang sudah terlindung
oleh sistem asuransi kesehatan. Secara bertahap, idealnya
semua penduduk tercakup oleh sistem asuransi kesehatan agar
perlindungan kesehatan masyarakat lebih terpantau dan terjamin
(sirusa.bps.go.id).

4 Fasilitas Kesehatan

Pada Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 47


Tahun 2016 tentang Fasilitas Layanan Kesehatan mendefinisikan
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Pada pasal 6 ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan
daerah bertanggung jawab atas ketersediaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Tanggung jawab ini didasarkan pada pasal 15
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Selanjutnya, dalam
PP No. 47 tahun 2016 Pasal 4 menjelaskan bahwa jenis fasilitas
layanan kesehatan terdiri dari:

80
Profil Perempuan Indonesia 2022
tempat praktik pusat kesehatan
mandiri tenaga masyarakat klinik rumah sakit apotek
kesehatan (puskesmas)

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

fasilitas
fasilitas pelayanan
unit transfusi laboratorium pelayanan
optikal kedokteran untuk
darah kesehatan kepentingan hukum kesehatan
tradisional

Semua jenis fasilitas kesehatan ini dapat diselenggarakan


oleh pemerintah maupun non pemerintah.

5 Tenaga Kesehatan

Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas Tenaga Kesehatan


dan Asisten Tenaga Kesehatan. Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan mendefinisikan
tenaga kesehatan sebagai setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Selanjutnya, di ayat 2 dijelaskan definisi Asisten Tenaga
Kesehatan, yaitu setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
BPS mendefinisikan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan bidang kesehatan
dan melakukan upaya kesehatan untuk masyarakat umum baik
secara langsung maupun tidak langsung, mencakup:tenaga medis,
tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan

81
Profil Perempuan Indonesia 2022
masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis (sirusa.bps.go.id).
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 11 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dapat terdiri dari
tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga
kebidanan, tenaga kefarmasian (apoteker), tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga biomedika,
tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lainnya.

6 Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya mewujudkan keluarga


berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam hak-
hak reproduksi untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang
ideal, mengatur jumlah, jarak kehamilan, membina ketahanan serta
kesejahteraan anak (BKKBN, 2015). Hal ini didasarkan pada Pasal
1 Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mendefinisikan
Keluarga Berencana sebagai upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Menurut World Health Organization (2016), Keluarga Berencana
(Family Planning) memberi ruang yang luas untuk pasangan
usia subur (PUS) melakukan langkah-langkah perencanaan dan
antisipatif pada kelahiran yang diharapkan, mengatur jumlah anak
yang diharapkan hadir dalam relasi kehidupan PUS mereka, dan
mengatur jarak antar-anak yang diharapkan dan waktu kelahiran
mereka.
Untuk mewujudkan harapan atas perencanaan tersebut,
salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan
metode kontrasepsi, baik yang digunakan atau diterapkan pada
perempuan maupun pada laki-laki. Harapan dari perencanaan
keluarga berencana ini dilakukan agar harapan kehidupan
keluarga yang bahagia, dapat diperoleh dengan kondisi seluruh
anggota keluarga yang sehat, berkualitas, dan berdaya saing.
Karena itu, keluarga berencana tidak hanya merujuk pada jumlah

82
Profil Perempuan Indonesia 2022
dan jarak anak yang akan dilahirkan, namun juga memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan kesehatan reproduksi, terutama pada
perempuan. Jika perempuan dan kesehatan reproduksinya sehat,
maka perempuan mampu berkontribusi secara lebih optimal pada
keluarga, masyarakat, dan bangsa. Anak-anak yang tumbuh sehat
akan menjadi generasi bangsa yang berpartisipasi aktif dalam
pembangunan bangsa. Dengan demikian keluarga berencana tidak
hanya bermanfaat bagi anggota keluarga, namun juga penting
bagi pembangunan bangsa dan Negara. Sejumlah indikator yang
digunakan BPS dalam melihat praktik keluarga berencana ini di
antaranya adalah:

a. Umur Kawin Pertama (UKP)


Umur Kawin Pertama merupakan indikator yang digunakan
untuk menunjukkan menunjukkan umur pertama dimulainya masa
reproduksi pembuahan terjadi. Hubungan antara UKP dengan
fertilitas adalah negatif. Semakin muda UKP maka akan semakin
panjang masa reproduksinya atau semakin banyak anak yang
dilahirkan. UKP berhubungan terbalik dengan jumlah kelahiran,
UKP yang semakin rendah mengindikasikan tingkat fertilitas
yang tinggi. Data ini memiliki manfaat yang banyak, di antaranya
dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk (sirusa.bps.
go.id).

b. Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi yang digunakan sebagai data adalah alat
kontrasepsi modern. Penggunaan metode kontrasepsi modern
meliputi metode operasi pria (MOP) atau sterilisasi pria, metode
operasi wanita (MOW) atau sterilisasi wanita, IUD, implant KB,
suntik KB, pil, kondom, diafragma, Metode Amenorrhea Laktasi
(MAL) dan kontrasepsi darurat.

83
Profil Perempuan Indonesia 2022
C. Pembahasan

1 Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan menjadi salah satu indikator yang penting


digunakan dalam mengukur derajat dan kualitas kesehatan individu
maupun kelompok. Data mengenai keluhan kesehatan yang
terpilah berdasarkan jenis kelamin berfungsi untuk mengetahui
perbedaan kondisi kesehatan antara laki-laki dan perempuan
secara jelas. Selain itu, data terpilah tersebut dapat dijadikan basis
bagi pemangku kebijakan untuk menyediakan akses dan layanan
kesehatan yang responsif gender sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, khususnya perempuan baik di wilayah perkotaan
maupun perdesaan.

Gambar 4.1. Persentase Penduduk yang Mengalami


Keluhan Kesehatan Menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2021

30.58

29.73
28.32
28.91
27.23
25.43
26.15
23.95

22.43

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

84
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.1 menunjukkan kesenjangan pada proporsi
penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan
kesehatan yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan.
Di perkotaan, persentase penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan lebih banyak yakni sebesar 29,73 persen dibandingkan
penduduk pedesaan sebanyak 23,95 persen. Menurut jenis kelamin,
proporsi perempuan lebih banyak mengalami keluhan kesehatan
baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan dibandingkan
dengan laki-laki. Di wilayah perkotaan, perempuan mengalami
keluhan kesehatan sejumlah 30,58 persen sedangkan pada laki-
laki sebanyak 28,91 persen. Di perdesaan, masalah kesehatan
dikeluhkan perempuan sebesar 25,43 persen dan laki-laki 22,43
persen. Secara nasional, selama setahun terakhir, keluhan penduduk
perempuan sebesar 28,32 persen sehingga persentasenya ini lebih
tinggi dibandingkan penduduk laki-laki sebesar 26,15 persen.
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan perbedaan yang nyata. Perempuan cenderung
mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada
laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis.
Namun dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami
kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki (Rosmalia & Sriani,
2017). Perempuan memiliki sistem tubuh dan kesehatan yang
lebih kompleks daripada laki-laki karena fungsi reproduksi dan
peran gender yang dibebankan pada dirinya (Haruna, 2020).
Dalam konteks keluhan kesehatan, data di atas memang tidak
bisa menggambarkan jenis keluhan kesehatan yang dialami oleh
perempuan. Meski demikian, WHO menyebutkan beberapa
keluhan kesehatan yang rentan dialami perempuan, diantaranya
(WHO, 2015):

kesehatan
kanker 01 02
reproduksi

keluhan selama kesehatan


kehamilan
03 04 mental

kekerasan penyakit
05 06
seksual menular seksual

85
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 4.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan
Kesehatan, Sakit, dan Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin,
2021.

Jenis Kelamin/ Laki-Laki+


Laki-Laki Perempuan
Tipe Daerah Perempuan
Perkotaan 43,75 42,33 43,03
Perdesaan 33,24 38,88 36,27
Total 39,92 40,97 40,47
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Tabel 4.1 menggambarkan tentang persentase penduduk


yang memiliki keluhan kesehatan, sakit, dan berobat jalan dalam
sebulan terakhir menurut tipe daerah dan jenis kelamin di tahun
2021. Berdasarkan tabel ini, secara nasional, penduduk yang
memiliki keluhan kesehatan atau sakit dan memutuskan untuk
berobat jalan ada sebanyak 40,47 persen dengan perbandingan
perempuan lebih banyak yakni 40,97 persen dibandingkan dengan
laki-laki sebesar 39,92 persen. Di perkotaan, persentase penduduk
laki-laki yang berobat jalan lebih besar daripada perempuan,
sebaliknya pola terbalik di perdesaan yaitu persentase penduduk
perempuan yang berobat jalan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Di perkotaan, jumlah laki-laki yang berobat jalan ada 43,75 persen
lebih besar daripada perempuan, yakni 42,33 persen. Sedangkan
di perdesaan, laki-laki sebesar 33,24 persen dengan persentase ini
lebih rendah daripada perempuan sebesar 38,88 persen.
Ada sejumlah faktor yang mendasari kesenjangan capaian
menurut gender pada pola berobat jalan. Tuntutan pengasuhan
dan perawatan sekaligus tanggung jawab terhadap kesehatan
keluarga kerap menjadikan perempuan menomorduakan kesehatan
dirinya demi kepentingan keluarga atau lainnya. Selain itu, relasi
yang timpang dalam pengambilan keputusan mengakibatkan
keputusan perempuan bergantung pada laki-laki, termasuk untuk
kepentingan kesehatan perempuan. Hal ini dilanggengkan oleh
diskriminasi gender yang secara sistematis telah melemahkan akses

86
Profil Perempuan Indonesia 2022
perempuan ke layanan kesehatan karena alasan keuangan, sumber
daya, dan hambatan mobilitas (UN Women, 2015). Perempuan
harus menjalani situasi jam kerja yang panjang dalam kerja-kerja
domestik, lingkungan kerja yang eksploitatif dan melanggengkan
kekerasan berbasis gender, dan fasilitas kesehatan yang tidak
memadai dan/atau ramah terhadap perempuan (Haruna, 2020;
UN Women, 2022). Dalam konteks ini, dapat dimengerti mengapa
terjadi kesenjangan antara jumlah perempuan yang mengalami
keluhan kesehatan dengan jumlah perempuan yang berobat jalan.
Jika ditelisik lebih spesifik, dalam konteks perkotaan dan
perdesaan, terdapat perbedaan kesadaran untuk memeriksakan
keluhan kesehatan pada layanan kesehatan. Sebagian besar
penduduk yang bermukim di daerah perdesaan dengan tingkat
pendidikan mayoritas maksimal adalah lulus sekolah dasar, belum
menunjukkan adanya budaya untuk memeriksakan kesehatan
secara dini. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat desa yang
datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan keadaan
kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya
oleh upaya promotif dan preventif (Rosmalia & Sriani, 2017).
Ketidaksetaraan gender mempengaruhi perempuan dan anak
perempuan di perdesaan untuk melakukan pengobatan, dimana
mereka memiliki status yang lebih rendah dan kurang memiliki
kendali atas pengambilan keputusan terkait tubuh mereka,
terutama dalam relasi dengan pasangan, keluarga, dan komunitas
mereka. Perempuan dan anak perempuan menghadapi risiko
tinggi terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi
menular seksual termasuk HIV, kanker serviks, anemia, kekurangan
gizi dan depresi.
Ketidaksetaraan gender juga menimbulkan hambatan bagi
perempuan dan anak perempuan untuk mengakses informasi-
informasi terkait kesehatan dan layanan kesehatan, keterbatasan
perempuan dalam melakukan mobilitas, kurangnya otonomi
perempuan dalam pengambilan keputusan, akses keuangan
yang terbatas, tingkat melek huruf yang lebih rendah dan sikap
diskriminatif dari penyedia layanan kesehatan (Blondeel dkk,
2018). Kompleksitas situasi perempuan ini memperparah masalah
kesehatan perempuan yang berdampak pada derajat kesehatan
perempuan.

87
Profil Perempuan Indonesia 2022
2 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan indikator penting dalam


mengukur hak atas kesehatan terhadap penduduk terutama
perempuan di perkotaan dan perdesaan. Ketersediaan fasilitas
kesehatan juga menjadi mandat dalam UU 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Di dalam UU Kesehatan disebutkan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya di
bidang kesehatan. Lebih jauh, disebutkan bahwa fasilitas pelayanan
kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Gambar 4.2. Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan


Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat
Jalan, 2021.

0.95
LAINNYA 0.96
0.96
1.67
PRAKTIK PENGOBATAN
BERSAMA/ALTERNATIF 1.69
1.69
2.69
UKBM 3.09
2.25
17.87
PUSKESMAS/PUSTU 19.72
15.83
39.57
KLINIK/PRAKTIK
DOKTER BERSAMA 35.57
43.97
31.55
PRAKTIK
DOKTER/BIDAN 33.57
29.32
5.50
RS SWASTA 5.67
5.30
5.24
RS PEMERINTAH 5.25
5.23

Total Perempuan Laki-laki


Sumber: Susenas Kor, BPS, 2021

88
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan yang
diakses penduduk, baik laki-laki maupun perempuan untuk berobat
jalan cukup beragam. Data BPS mengidentifikasi sumber-sumber
fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, antara lain Rumah Sakit
(RS) pemerintah, RS swasta, praktek dokter/bidan, puskesmas/
pustu, Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),
praktik pengobatan bersama/alternatif, dan kategori lainnya.
Gambar 4.2 pun menunjukkan bahwa mayoritas penduduk, baik
laki-laki maupun perempuan cenderung menggunakan fasilitas
kesehatan untuk berobat jalan adalah klinik/praktek dokter
bersama, praktek dokter/bidan, dan puskesmas/pustu. Pada
fasilitas kesehatan klinik/praktek dokter bersama, persentase
laki-laki yang melakukan berobat jalan lebih tinggi dibandingkan
perempuan, sementara pada fasilitas kesehatan praktek dokter/
bidan atau puskesmas/pustu persentase perempuan yang
melakukan berobat jalan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Tabel 4.2. Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan


Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan
Tempat Berobat Jalan, 2021

Tempat Berobat Perkotaan Perdesaan


Jalan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
RS Pemerintah 4,78 5,42 6,24 4,96
RS Swasta 6,00 7,06 3,70 3,34
Praktek dokter/ 19,98 25,22 50,73 47,58
bidan
Klinik/Praktek 58,51 47,72 10,60 15,21
Dokter Bersama
Puskesmas/Pustu 11,41 15,82 25,98 26,.27
UKBM 0,68 1,18 5,85 6,28
Praktik Pengobatan 1,12 1,12 3,01 2,39
Bersama/alternatif
Lainnya 0,73 0,73 1,49 1,33
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), KOR, BPS, 2021

89
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa di daerah perkotaan, baik
laki-laki maupun perempuan sama-sama memilih berobat jalan
ke klinik/praktek dokter bersama sebagai pilihan yang paling
banyak sedangkan di perdesaan justru praktek dokter/bidan yang
menjadi pilihan yang paling banyak. Kesenjangan jumlah dan
aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan ini semakin memberikan
penjelasan dengan melihat pilihan terbanyak kedua yang berbeda
pada penduduk perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan, pilihan
fasilitas kesehatan untuk berobat jalan adalah praktik dokter/
bidan menjadi pilihan terbanyak kedua sedangkan di perdesaan
memilih puskesmas/pustu sebagai pilihan kedua untuk berobat
jalan. Situasi ini juga semakin menunjukkan adanya pertimbangan
selain persoalan ketersediaan fasilitas kesehatan tersebut, namun
bisa juga berkaitan dengan keterjangkauan terhadap fasilitas
kesehatan yang ada.

Gambar 4.3. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap


dalam Setahun Terakhir menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2021

4.77

4.36

3.84

3.64
3.36
3.00

2.54
2.37
2.13

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

90
Profil Perempuan Indonesia 2022
Menurut Gambar 4.3, hanya sebagian kecil penduduk yang
pernah dirawat inap dalam satu tahun terakhir yaitu sejumlah 3,36
persen, dengan pola, perempuan masih mendominasi pada angka
4,36 persen, sementara laki-laki lebih sedikit, yaitu 2,37 persen.
Sementara berdasarkan tipe wilayah, persentase penduduk
perkotaan yang melakukan rawat inap lebih tinggi dibandingkan
di perdesaan, baik pada penduduk perempuan maupun laki-laki.
Kalau di perkotaan, persentase penduduk yang melakukan rawat
inap mencapai 3,64 persen dengan perbandingan perempuan lebih
banyak, yaitu 4,77 persen dibandingkan laki-laki yang sebanyak
2,54 persen; sedangkan di perdesaan, persentase penduduk yang
rawat inap mencapai 3 persen saja, dengan perempuan lebih tinggi,
yaitu sebanyak 3,84 persen dan laki-laki sebanyak 2,13 persen.

Tabel 4.3 Persentase Penduduk yang Rawat Inap dalam Satu


Tahun Terakhir menurut Tipe Daerah dan Tempat
Rawat Inap, 2021

Perkotaan+
Fasilitas Kesehatan Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan 34,45 37,42 35,59
RS swasta 46,15 26,64 38,64
Praktek dokter/ 5,55 4,82 5,27
bidan
Klinik/praktek 6,65 9,50 7,75
dokter bersama
Puskesmas/pustu 7,89 23,87 14,04
Pengobatan 0,39 0,34 0,37
tradisional/alternatif
Tempat lainnya 0,76 0,41 0,62

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

91
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan Tabel 4.3, rumah sakit menjadi rujukan utama
untuk melakukan rawat inap bagi penduduk Indonesia, meskipun
Rumah Sakit Swasta (38,64 persen) sedikit lebih tinggi daripada RS
Pemerintah (35,59 persen) dengan selisih sekitar 3 persen. Pilihan
penduduk sedikit lebih banyak pada RS swasta dapat berkaitan
dengan sarana prasarana dan fasilitas rumah sakit yang ditawarkan
oleh RS swasta. Akan tetapi, jika dipilah berdasarkan tipe daerah,
maka persentase penduduk perkotaan lebih memilih RS swasta
untuk melakukan rawat inap dibandingkan RS negeri dengan
perbandingan 46,15 persen di RS Swasta dengan 34,45 persen
di RS Pemerintah. Sebaliknya, persentase penduduk perdesaan
memilih RS Pemerintah (37,42 persen) untuk melakukan rawat inap
lebih tinggi dibandingkan RS swasta (26,64 persen) dan puskesmas
(23,87 persen). Perbedaan pilihan pada penduduk perkotaan dan
perdesaan ini dapat berkaitan antara lain kesenjangan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang disediakan antara RS Pemerintah dan RS
Swasta.
Dari sejumlah data di atas dapat dipelajari bahwa adanya
perbedaan tempat melakukan berobat jalan dan rawat inap pada
perempuan dan laki-laki baik di perdesaan dan perkotaan. Pilihan
ini tidak terlepas dari berbagai hal seperti letak geografis (jarak
antara fasilitas kesehatan dengan rumah), jaminan sosial yang
dimiliki, status keuangan keluarga, dan waktu mobilitas yang
terbatas. Pemantauan ketidaksetaraan gender dalam aksesibilitas
perempuan pada layanan kesehatan sangat penting dilakukan.
Selain ketidaksetaraan tidak sejalan dengan nilai dan prinsip
Negara Indonesia, namun juga penting dilakukan sebagai landasan
dalam merancang program dan kebijakan yang lebih efektif untuk
ikhtiar mengurangi risiko kesehatan yang lebih buruk di kalangan
perempuan (Paulino dkk, 2019).

92
Profil Perempuan Indonesia 2022
3 Jaminan Kesehatan

Setiap penduduk wajib turut serta dalam program jaminan


kesehatan sosial. Hal ini menjadi amanat pasal 13 ayat (1) UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam hal menjamin
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat tersebut,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai mandat dari
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jaminan Kesehatan sendiri
merupakan salah satu pilar dalam Program Indonesia Sehat yakni
paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional. Paradigma tersebut terdiri dari;

Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang

01 mengedepankan konsep promotif dan preventif dalam


pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan
sebagai input dari sebuah proses pembangunan

Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan


untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan. Dalam
hal pelayanan kesehatan primer diarahkan untuk

02 upaya pelayanan promotif dan preventif, melalui


pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis
risiko kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis,
tata kelola manajemen dan tata kelola program

Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk

03
menjamin seluruh penduduk dan warga negara asing
yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan
kesehatannya

Dalam dokumen Rencana Aksi Program (RAP) Kementerian


Kesehatan Nasional (2020) disebutkan bahwa jaminan kesehatan
merupakan bagian integral dalam Strategi Nasional Pembangunan
Kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan
kesehatan reproduksi. Secara rinci disebutkan bahwa penting

93
Profil Perempuan Indonesia 2022
untuk melakukan peningkatan pelayanan maternal dan neonatal
berkesinambungan di fasilitas pelayanan kesehatan publik dan
swasta dengan mendorong seluruh persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menangani pelayanan emergensi
komprehensif didukung jaminan pembiayaan, peningkatan
kompetensi tenaga kesehatan termasuk penguatan kemampuan
deteksi dini faktor risiko dalam kehamilan; peningkatan cakupan
dan kualitas pelayanan antenatal, neonatal, persalinan, dan pasca
persalinan; perbaikan sistem rujukan maternal yang didukung
dengan peningkatan kapasitas sistem kesehatan dan penguatan
regulasi; penyediaan sarana prasarana dan farmasi serta jaminan
ketersediaan darah setiap saat, dan pencatatan kematian ibu di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk penguatan tata
laksana. Dengan demikian, kepemilikan jaminan kesehatan sangat
terkait dengan pemenuhan akses dan hak perempuan terhadap
kesehatan.
Berdasarkan Gambar 4.4, secara nasional sudah lebih
dari separuh penduduk Indonesia sudah memiliki jaminan
kesehatan yaitu 68,36 persen. Secara jenis kelamin, persentase
kepemilikan jaminan kesehatan pada perempuan dan laki-laki
sudah dapat dikatakan seimbang yaitu 68,8 persen (perempuan)
dan 67,93 persen (laki-laki). Meskipun demikian, kesenjangan
antara penduduk perkotaan dan perdesaan masih terlihat secara
signifikan. Persentase penduduk di perkotaan yang memiliki
jaminan kesehatan lebih tinggi dibandingkan penduduk perdesaan
dengan perbedaan sebesar 72,80 persen di perkotaan dan 62,52
persen di perdesaan. Di perkotaan, persentase penduduk yang
memiliki jaminan kesehatan pada perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki, yaitu 73,39 persen untuk perempuan dan 72,22 persen
untuk laki-laki.
Di perdesaan juga memiliki fenomena yang sama dengan
perkotaan terlihat persentase perempuan yang mempunyai
jaminan kesehatan lebih tinggi daripada laki-laki, yaitu 62,91
persen (perempuan) dan 62,13 persen (laki-laki). Data di atas
mengindikasikan bahwa akses perempuan mendapatkan jaminan
kesehatan sudah baik apabila dibandingkan dengan laki-laki
walaupun perempuan di wilayah perdesaan masih memiliki akses
terhadap jaminan kesehatan yang terendah dan situasi ini masih

94
Profil Perempuan Indonesia 2022
sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kesenjangan kepemilikan
jaminan kesehatan pada perempuan yang tinggal di perdesaan
menempatkan mereka pada kelompok yang lebih rentan dan
beresiko ketika terjadi keluhan kesehatan yaitu mereka akan lebih
sulit mengakses layanan kesehatan yang layak.

Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan


Kesehatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin,
2021

73.39
72.80 68.80
72.22 62.91 68.36
62.52 67.93
62.13

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Pada Tabel 4.4, dapat kita ketahui bahwa terdapat beberapa


jenis jaminan kesehatan yang dimiliki penduduk Indonesia, yaitu
BPJS Kesehatan, Jaminan Kesehatan Daerah, Asuransi Swasta, dan
Asuransi Perusahaan/Kantor. Persentase penduduk yang memiliki
jaminan Kesehatan, dengan perinciannya adalah BPJS Kesehatan
Penerima Bantuan Iuran (BPJS PBI) sebesar 38,46 persen, BPJS
Kesehatan Non-PBI/Mandiri sebesar 22,03 persen, Jamkesda 8,45
persen, asuransi swasta 0,76 persen, dari perusahaan/kantor 2,93
persen, sementara persentase penduduk yang tidak memiliki
jaminan Kesehatan masih sebesar 31,64 persen. Masih sama seperti
data-data sebelumnya, baik di perkotaan maupun perdesaan,
persentase jumlah perempuan yang memiliki jaminan kesehatan
sudah menunjukkan jumlah yang hampir setara dengan laki-laki.

95
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 4.4 Persentase Kepemilikan Jaminan Kesehatan menurut
Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Jaminan
Kesehatan, 2021

BPJS
Kesehatan BPJS
Jenis Penerima Kesehatan Asuransi Peru- Tidak
Kelamin Non PBI/ Jam Swasta sahaan Punya
Bantuan
Mandiri kesda /Kantor
Iuran
(PBI)
Perkotaan+Perdesaan
Laki-Laki 38,08 21,85 8,45 0,75 3,05 32,07
Perempuan 38,84 22,22 8,46 0,76 2,81 31,20
Total 38,46 22,03 8,45 0,76 2,93 31,64
Perkotaan
Laki-Laki 34,23 29,83 7,66 1,19 4,34 27,78
Perempuan 38,84 22,22 8,46 0,76 2,81 31,20
Total 34,45 30,27 7,70 1,21 4,25 27,20
Perdesaan
Laki-Laki 43,28 11,06 9,52 0,16 1,31 37,87
Perempuan 38,84 22,22 8,46 0,76 2,81 31,20
Total 43,73 11,19 9,44 0,15 1,20 37,48

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Di daerah perdesaan sebanyak 43,73 persen penduduknya


memiliki BPJS Kesehatan PBI, diikuti oleh kepemilikan atau
pengguna BPJS Kesehatan mandiri sebesar 11,19 persen,
Jamkesda 9,44 persen, asuransi swasta 0,15 persen, dan asuransi
dari perusahaan/kantor 1,20 persen. Sedangkan persentase
penduduk yang belum punya jaminan kesehatan sebanyak 37,48
persen, dengan persentase jumlah laki-laki (37,78 persen) lebih
banyak ketimbang perempuan (37,09). Di daerah perkotaan
terdapat 34,45 persen penduduk adalah pengguna BPJS PBI,
30,27 persen penduduk adalah pengguna BPJS Mandiri, 7,7 persen
penduduk adalah pengguna Jamkesda, 1,21 persen penduduk
adalah pengguna asuransi swasta, dan untuk asuransi perusahaan/
kantor terdapat sebanyak 4,25 persen. Sedangkan penduduk di

96
Profil Perempuan Indonesia 2022
perkotaan yang tidak punya jaminan kesehatan sebanyak 27,20
persen dengan persentase perempuan (26,61 persen) yang belum
memiliki jaminan kesehatan lebih rendah dibandingkan laki-laki
(27,78 persen).
Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan
adalah BPJS Non PBI/Mandiri di perkotaan jauh lebih besar
atau mencapai hampir 31 persen jika dibandingkan dengan di
perdesaan yang hanya 11 persen saja. Sebaliknya, di perdesaan
persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan adalah
BPJS PBI hampir mencapai 44 persen lebih besar dibandingkan
dengan perkotaan yang persentasenya hampir 35 persen. Hal ini
membuktikan faktor ekonomi baik pada penduduk perkotaan
dan perdesaan mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan.
Penduduk perdesaan yang mayoritas jaminan kesehatannya
adalah BPJS PBI dengan pelaksanaan iurannya ditopang oleh
Negara sedangkan kepemilikan jaminan kesehatan swasta terlihat
masih sangat terbatas yaitu persentasenya kurang dari 1 persen.
Bila dibandingkan dengan perdesaan, persentase penduduk yang
memiliki jaminan kesehatan swasta di perkotaan jauh lebih tinggi
sebesar 1,21 persen.
Catatan penting yang harus menjadi perhatian Negara adalah
pada penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan. Dari data
di atas dapat diketahui bahwa di tahun 2021, jumlah penduduk yang
belum memiliki jaminan kesehatan hampir mencapai sepertiga
dari jumlah penduduk yang ada, atau 31,64 persen. Itu artinya,
aksesibilitas terhadap layanan kesehatan pada saat terdapat
keluhan kesehatan akan semakin rendah dan berisiko pada derajat
kesehatan masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki.
Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa selama tahun 2021,
sebanyak 35,95 persen penduduk Indonesia telah menggunakan
fasilitas BPJS Kesehatan PBI untuk pengobatan rawat inap, diikuti
sebanyak 27,77 persen telah melakukan rawat inap dengan
menggunakan BPJS Kesehatan Mandiri. Selain dua layanan jaminan
kesehatan yang paling banyak digunakan untuk rawat inap,
terdapat 2,15 persen penduduk menggunakan Jamkesda, 1,08
persen menggunakan asuransi kesehatan swasta, dan 3,25 persen
pengguna jaminan Kesehatan dari perusahaan/kantor. Catatan
penting selanjutnya adalah penduduk yang harus rawat inap tanpa

97
Profil Perempuan Indonesia 2022
menggunakan jaminan kesehatan atau menggunakan biaya pribadi
mencapai jumlah yang sangat besar, yaitu 30,21 persen.

Tabel 4.5 Persentase Penduduk menurut Jaminan


Kesehatan yang digunakan untuk Rawat Inap dan
Tipe Daerah, 2021.

Penggu- BPJS BPJS Asu- Jaminan Tidak


Jam- ransi Kese- meng-
naan Kesehatan Kese-
Jaminan Penerima hatan kes- Kese- hatan dari gunakan
Perusa- Jaminan
Kesehatan/ Bantuan Non-PBI/ da hatan
haan/ Kese-
Tipe Daerah Iuran (PBI) Mandiri Swasta
Kantor hatan
Perkotaan 30,94 34,90 1,90 1,62 4,51 26,59
Perdesaan 43,94 16,39 2,54 0,21 1,26 35,98
Perkotaan+ 35,95 27,77 2,15 1,08 3,25 30,21
Perdesaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Sebagaimana data terkait persentase pengguna BPJS


Kesehatan PBI yang jauh lebih banyak dimiliki penduduk perdesaan
dibandingkan perkotaan, maka gambaran pemanfaatan terhadap
jaminan kesehatan rawat inap yang menggunakan BPJS Kesehatan
PBI lebih tinggi di perdesaan yaitu 43,94 persen, berbanding
30,94 persen di perkotaan. Sebaliknya, persentase penduduk yang
menggunakan fasilitas BPJS Mandiri untuk rawat inap lebih tinggi
dilakukan pengguna di perkotaan, yaitu 34,90 persen berbanding
16,39 persen di perdesaan. Selebihnya, persentase pengguna
jaminan Kesehatan asuransi swasta dan asuransi dari perusahaan/
kantor tempat bekerja untuk rawat inap lebih banyak digunakan
penduduk perkotaan dibandingkan perdesaan, sebaliknya
persentase penduduk perdesaan lebih banyak menggunakan
jaminan kesehatan Jamkesda untuk kebutuhan layanan rawat inap
mereka dibandingkan perkotaan.
Memastikan kepemilikan jaminan sosial bagi perempuan
merupakan salah satu agenda SDG2 yaitu tujuan ke-3 dan ke-5.
Hal ini tidak dapat tercapai apabila negara tidak bisa mengatasi

98
Profil Perempuan Indonesia 2022
hambatan dan tantangan khusus yang dihadapi oleh perempuan
dan laki-laki dengan beragam identitas gender mereka. Salah satu
tanggung jawab Negara adalah memastikan sistem kesehatan
nasional, termasuk JKN, terimplementasi secara berkeadilan, tidak
mendiskriminasi dan tidak meninggalkan siapa pun, serta berupaya
memastikan bahwa setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin
atau gendernya, memiliki kesempatan untuk menjalani hidup yang
sehat (WHO, 2021).
Kalau dilihat berdasarkan provinsi, persentase perempuan
yang paling banyak memiliki jaminan kesehatan terbanyak adalah
yang tinggal di Aceh dengan angka mencapai 96 persen lebih, lalu
DKI Jakarta dengan jumlah 90 persen lebih, Papua sebesar 85 persen
lebih, dan Sulawesi Barat sebanyak 84 persen lebih. Sebaliknya,
provinsi dengan jumlah perempuan yang memiliki jaminan
Kesehatan paling sedikit terjadi di Jambi sebanyak 52 persen lebih,
Provinsi Maluku sebanyak 58 persen lebih, dan Sumatera Selatan
dengan jumlah 60 persen lebih. Terdapat 13 provinsi yang berada
di bawah jumlah rata-rata nasional, yang di antaranya justru dari
pulau Jawa, seperti Banten, Jawa Timur dan Jawa Barat. Hal ini
menguatkan penjelasan bahwa kepemilikan perempuan terhadap
jaminan kesehatan dan kesadaran untuk memilikinya tidak selalu
bergantung pada wilayah Jawa dan luar Jawa.
Studi longitudinal tahun 2021 yang dilakukan oleh MAMPU
dan SMERU selama tahun 2014-2020 pada perempuan miskin
di 15 desa menunjukkan adanya peningkatan kepesertaan JKN
dari tahun ke tahun. Jenis jaminan kesehatan yang paling banyak
berjenis BPJS Kesehatan BPI. Hal ini dapat dipahami karena iuran
wajib peserta BPJS Kesehatan BPI menjadi tanggungan negara
atau pemerintah daerah. Studi ini juga menemukan bahwa adanya
tren kenaikan pada kepemilikan perempuan miskin terhadap
jaminan kesehatan dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang
menambah kuota kepesertaan dengan sumber anggaran dari APBN
atau APBD (supply side). Penambahan kuota ini membuka peluang
baik bagi perempuan miskin untuk mendapatkan kesempatan
yang lebih besar. Selain itu, upaya bersama yang dilakukan oleh
berbagai elemen masyarakat untuk memudahkan keterjangkauan
perempuan miskin terhadap kepemilikan jaminan kesehatan
dilakukan secara aktif (demand side).

99
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4. 5. Persentase Penduduk Perempuan yang Memiliki
Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi, 2021

Jambi 52.72
Maluku 58.24
Sumatera Selatan 60.8
Nusa Tenggara Barat 61.77
Kalimantan Tengah 61.84
Sumatera Utara 61.97
Jawa Barat 63.19
Kalimantan Barat 64
Jawa Timur 64.14
Riau 64.62
Bengkulu 65.18
Banten 66.09
Nusa Tenggara Timur 68.38
Indonesia 68.8
Sulawesi Tengah 69.32
Maluku Utara 69.52
Kepulauan Bangka Belitung 69.61
Jawa Tengah 70.51
Lampung 70.91
Sumatera Barat 71.15
Kalimantan Selatan 72.11
Sulawesi Tenggara 73.19
Papua Barat 73.28
Kepulauan Riau 74.75
Kalimantan Timur 77.62
Sulawesi Utara 78.24
Sulawesi Selatan 78.46
Gorontalo 79.68
Kalimantan Utara 80.13
Bali 80.95
DI Yogyakarta 81.47
Sulawesi Barat 84.27
Papua 85.66
DKI Jakarta 90.2
Aceh 96.74
0 20 40 60 80 100 120

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

100
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan satu kebiasaan yang memiliki risiko


tinggi terhadap kesehatan seseorang, baik pada laki-laki dan
terutama pada perempuan. Bahaya rokok tidak hanya akan
dirasakan perokok aktif, namun juga pada perokok pasif.
Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok rentan sebagai
perokok pasif. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa dalam sebulan
terakhir, persentase penduduk usia 18 tahun ke atas yang merokok
mencapai angka yang signifikan, yaitu 30,6 persen yang terdiri dari
28,34 persen merokok setiap hari dan 2,26 persen merokok tidak
setiap hari. Artinya, terdapat sekitar sepertiga penduduk Indonesia
memiliki kebiasaan merokok yang didominasi oleh perokok tiap
hari/aktif. Selebihnya, terdapat 68,86 persen penduduk Indonesia
tidak mempunyai kebiasaan merokok.

Gambar 4.6 Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yang


Merokok dalam Satu Bulan Terakhir menurut Jenis
Kelamin dan Kebiasaan Merokok, 2021.

98.26

68.86
56.02

39.30
28.34

4.36 0.32 0.79 0.17 0.77 2.26 0.55

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan


Ya, setiap hari Ya, tidak setiap hari Tidak Tidak tahu

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

101
Profil Perempuan Indonesia 2022
Kebiasaan merokok di kalangan perempuan diakui oleh 0,96
persen penduduk perempuan dengan perokok setiap hari lebih
banyak, yaitu 0,79 persen dibandingkan yang tidak merokok setiap
hari sebanyak 0,17 persen. Perempuan selama sebulan terakhir
yang menyatakan tidak pernah merokok sebanyak 98,26 persen.
Situasi ini berbalik dengan laki-laki yaitu terdapat lebih dari 60
persen laki-laki Indonesia adalah perokok dengan sebanyak 56,02
persen mengaku memiliki kebiasaan merokok setiap hari dan 4,36
persen merokok tidak setiap hari. Sementara itu, laki-laki yang
menyatakan dirinya bukan perokok sebanyak 39,30 persen.
Kebiasaan merokok memiliki hubungan dengan konstruksi
gender yang menormalisasi laki-laki sebagai perokok aktif, bahkan
menempatkannya sebagai salah satu citra maskulin pada laki-laki.
Akibatnya, sebagian masyarakat memperlakukan laki-laki yang
tidak merokok sebagai laki-laki yang kurang ideal. Sebaliknya,
perempuan perokok mendapat citra negatif, bahkan menjadi
pembenaran atas stigma perempuan tidak baik atau nakal.
Pandangan konstruksi ini mengakibatkan perempuan cenderung
tidak memilih menjadi perokok, dan jikapun menjadi perokok,
maka melakukannya dengan argumentasi-argumentasi justifikasi
atas pilihannya sebagai perokok.
Berdasarkan sebaran provinsi, Gambar 4.7 menunjukkan
bahwa kebiasaan merokok pada penduduk usia 18 tahun ke atas
menunjukkan sebanyak 60,38 persen adalah perokok aktif, baik yang
merokok tiap hari maupun yang kadang-kadang saja. Persentase
ini penting dilihat sebagai krisis yang harus ditanggulangi secara
tegas karena risiko yang ditimbulkan tidak hanya pada perokok
aktif saja. Jika dilihat dalam peringkat di tingkat nasional, Provinsi
Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang memiliki persentase
populasi perokok tertinggi di Indonesia saat ini, yaitu 70,23
persen. Peringkat kedua dan ketiga tertinggi adalah Lampung dan
Bengkulu persentase sebanyak 69,76 (Lampung) persen dan 67,63
persen (Bengkulu). Provinsi dengan persentase perokok terendah
secara berurutan adalah Bali sebanyak 40,76 persen, Kalimantan
Timur sebesar 46,82 persen dan Papua sebanyak 47,76 persen.
Meskipun tiga provinsi terendah, namun persentasenya cukup
memprihatinkan, karena hampir mencapai separuh dari populasi
yang ada di provinsi tersebut.

102
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.7. Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yang
Merokok dalam Satu Bulan Terakhir menurut
Provinsi 2021

Bali 40.76
Kalimantan Timur 46.82
Papua 47.76
Kalimantan Selatan 50.78
DKI Jakarta 51.02
DI Yogyakarta 51.72
Papua Barat 53.66
Kalimantan Utara 53.75
Kepulauan Riau 54.13
Sulawesi Selatan 54.57
Sulawesi Tenggara 55.09
Sulawesi Utara 55.72
Kalimantan Barat 56.45
Jambi 56.55
Sulawesi Barat 56.93
Kepulauan Bangka Belitung 56.93
Kalimantan Tengah 57.93
Sumatera Utara 58.27
Riau 58.57
Nusa Tenggara Timur 58.90
Jawa Tengah 59.80
Maluku 59.86
Jawa Timur 60.36
Indonesia 60.38
Aceh 61.01
Sulawesi Tengah 61.08
Maluku Utara 61.78
Sumatera Selatan 63.58
Gorontalo 63.80
Banten 65.19
Sumatera Barat 65.23
Jawa Barat 66.65
Bengkulu 67.63
Lampung 69.76
Nusa Tenggara Barat 70.23

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

103
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tingginya persentase perokok aktif di Indonesia menjadi
bukti bahwa merokok merupakan salah satu masalah kesehatan
bagi bangsa Indonesia, termasuk pada anak-anak generasi bangsa
ke depan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi
merokok pada populasi anak umur 10 hingga 18 tahun sebesar
1,9 persen, yaitu sebanyak 7,2 persen di tahun 2013 menjadi 9,1
persen di tahun 2018 (Riskesdas, 2019). Angka kenaikan prevalensi
yang 1,9 persen tersebut harus dilihat sebagai peningkatan yang
besar dan berbahaya bagi masa depan bangsa Indonesia karena
terjadi pada usia anak-anak. Intervensi untuk penyadaran bahaya
rokok pada anak-anak penting dilakukan dengan pendekatan yang
ramah anak dan berorientasi untuk mendekonstruksi mitos gender,
terutama terkait mitos maskulinitas pada rokok.
Perempuan dan anak-anak adalah korban kebiasaan merokok
bila dilakukan di dalam atau sekitar rumah tinggalnya. dan
berdampak pada risiko kesehatan akibat merokok.
• Zat nikotin yang terdapat dalam rokok yang dihembuskan oleh
perokok aktif dapat menempel pada rambut para perokok
pasif seperti anak-anak dan perempuan yang terpapar asap
rokok (Al-Delaimy, W.K, Crane, J. & Woodward, A., 2001).
• Asap rokok yang menempel di rambut dapat mempercepat
proses penipisan rambut baik pada laki-laki maupun
perempuan, menyumbat arteri yang dapat mengurangi aliran
nutrisi bagi tubuh, termasuk nutrisi di kepala.
• Selain itu, asap rokok tidak mudah hilang, bahkan dapat
bertahan di udara hingga 2,5 jam dan akan tetap ada meskipun
tidak terdeteksi oleh indra penciuman maupun penglihatan
Perlindungan kelompok rentan dari residu asap rokok harus
dilakukan melalui sikap tegas karena tidak ada batas aman atas
paparan asap rokok, baik dalam jumlah maupun durasi lamanya
dan hanya 100 persen lingkungan bebas asap rokok yang efektif
memberikan perlindungan (Soerojo, Widyastuti dkk. 2020).
Perempuan hamil yang menjadi Perokok pasif dapat berisiko
terjadi komplikasi pada kehamilannya dan kematian bayinya.
Status ibu hamil yang perokok pasif berpotensi lebih besar
mengalami masalah kehamilan dan tumbuh kembang janin dalam
kandungannya yang berdampak pada kelahiran bayi dengan berat

104
Profil Perempuan Indonesia 2022
bayi lahir rendah (BBLR) (Damarawati, Rachmawati, & Hairrudin,
2020). Padahal, BBLR membawa risiko serius pada morbilitas dan
mortalitas bayi. Selain sebagai predictor utama pada tingginya
AKB yang terjadi di usia bulan-bulan awal bayi, BBLR juga dapat
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
berpengaruh pada penurunan kecerdasan anak.
Asap tembakau mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia
dan 69 di antaranya menjadi partikel pemicu kanker, baik pada
perokok aktif maupun perokok pasif. Ibu hamil yang terpapar
asap rokok dengan durasi lebih dari 7 jam per harinya akan lebih
tinggi berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Hal ini dikarenakan
zat berbahaya yang terhirup dari asap rokok akan terbawa masuk
dalam tubuh perempuan melalui aliran darah dan berakibat pada
berkurangnya penerimaan oksigen janin dalam rahim. Situasi ini
juga memperburuk penerimaan nutrisi pada janin yang berakibat
pada kematian sel karena oksigen yang tidak maksimal, yang
berujung pada BBLR dan AKB (Hanum & Wibowo, 2016), dan
mempengaruhi perkembangan otak bagian depan (Pre-Frontal
Cortex / PFC) yang masih terus berkembang sampai anak berumur
20 tahun. PFC memiliki fungsi kognitif (kecerdasan), eksekutif
(analisis dan pengambilan keputusan) dan pengendalian emosi
(Soerojo, Widyastuti dkk. 2020).
Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan kesehatan
keluarga, namun juga berisiko pada stabilitas ekonomi keluarga
dan pemenuhan hak-hak mendapatkan pendidikan. Data
Bappenas tahun 2021 menunjukkan bahwa biaya konsumsi rokok
menggerogoti sampai dengan 12 persen dari total pengeluaran
rumah tangga. Biaya konsumsi rokok juga dapat berdampak
asupan gizi pada keluarganya, karena data Bappenas menunjukkan
pengeluaran keluarga untuk membeli rokok lebih tinggi ketimbang
pengeluaran untuk membeli sayuran dan daging/ikan (Bappenas,
2021). Situasi ini sudah berlangsung lebih dari 1 dekade. Data
mengenai konsumsi dan pengeluaran rumah tangga selama tahun
2003 - 2018 menunjukkan bahwa selama lebih dari 1 dekade,
persentase pengeluaran per kapita per bulan pada keluarga
termiskin (Q1) untuk tembakau dan sirih konsisten menempati
posisi ke-2 teratas setelah beras (Soerojo, Widyastuti dkk. 2020).
Lebih diprioritaskannya pengeluaran keluarga pada konsumsi rokok

105
Profil Perempuan Indonesia 2022
juga berpotensi dapat mengurangi pemenuhan hak pendidikan
pada anak. Terutama pada keluarga miskin, anak-anak terpaksa
putus sekolah karena alasan ekonomi, padahal jika diperhitungkan
dengan cara mengurangi konsumsi rokok, maka persoalan biaya
pendidikan pada masyarakat miskin sejatinya dapat ditanggulangi
secara mandiri (Fajriyah, Iklilah MD. & Djunaedi, 2008).
Kerugian negara akibat kebiasaan merokok ternyata
lebih tinggi dibandingkan penerimaan cukai dari rokok. Studi
Badan Khusus Pengendalian Tembakau, Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (2020) menyebutkan bahwa dampak
kesakitan akibat konsumsi rokok mencapai 4,9 juta dari 21 penyakit
yang berhubungan dengan konsumsi tembakau dan dampak pada
kematian sebesar 209.429 di tahun 2017 mengakibatkan kerugian
ekonomi sebesar Rp 531,8 Triliun dan jumlah kerugian ini merupakan
3,6 kali lebih besar daripada penerimaan cukai rokok sebesar Rp
147,7 Triliun pada tahun yang sama. Kerugian akibat kebiasaan
merokok ini termasuk kehilangan produktivitas penduduk yang
dikarenakan kesakitan, kecacatan dan kematian prematur akibat
penyakit terkait tembakau. Di tahun 2017, dampak rokok tersebut
telah menghabiskan 2,15 persen PDB Indonesia di tahun 2017.
Kebiasaan merokok menjadikan perokok aktif dan non
aktif terutama perempuan dan anak mengalami permasalahan
kesehatan dan selain kesehatan. Gambaran data yang diuraikan
ini semakin memperkuat dasar kebijakan untuk menghentikan dan
melarang rokok secara cepat dan tegas pada semua orang dewasa
laki-laki dan perempuan, dan terutama pada anak-anak.

5 Perkawinan Pertama dan Persalinan

a. Umur Kawin Pertama


Perkawinan usia anak dapat membawa dampak yang serius
bagi masa depan anak, khususnya anak perempuan. Perempuan
yang menikah di usia anak akan berisiko mengalami berbagai
persoalan kesehatan terutama kesehatan reproduksinya, selain
persoalan terhadap dampak-dampak lain yang tidak terpisahkan
antara lain akses mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang

106
Profil Perempuan Indonesia 2022
layak. Pada tahun 2021, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mencatat sebanyak 64.000
anak mengajukan dispensasi nikah, angka ini menunjukkan tren
kenaikan yaitu dari 23.700 anak pada tahun 2019 menjadi 34.000
anak di tahun 2020, dan menjadi 64.000 di tahun 2021 (Kompas.
com, 2021). Upaya penghapusan praktik perkawinan usia anak
merupakan bagian dari tujuan SDGs tujuan 5 yaitu “Mencapai
Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan” dan
dalam target 5.3 yakni menghapuskan semua praktik berbahaya,
seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta
sunat perempuan.
Di Indonesia, kebijakan-kebijakan terkait pencegahan
perkawinan usia anak telah banyak didorong oleh pemerintah
maupun lembaga sosial masyarakat khususnya wilayah 3T dan
wilayah-wilayah yang masih melakukan praktek perkawinan
usia anak atas nama budaya. Berbagai kebijakan dan program
pencegahan dan penghapusan perkawinan anak ini didasarkan pada
bahwa perkawinan usia anak melanggar hak anak sebagaimana
tertuang dalam Konvensi Hak Anak (KHA).
Pada tahun 2019, telah dilakukan revisi atas Undang-undang
nomor 1 Tahun 1974 menjadi Undang-undang Nomor 16 Tahun
2019 yang secara substansi mengubah usia perkawinan anak
perempuan dari minimal 16 tahun menjadi minimal 19 tahun.
Semangat dari perubahan UU Perkawinan tersebut yakni adalah
penghapusan praktik perkawinan usia anak. Kemudian, pada tahun
2022, perkawinan anak resmi dijadikan salah satu delik pidana
dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak
Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). Pasal 10 ayat (2) huruf a UU
TPKS disebutkan bahwa perkawinan anak merupakan salah satu
bentuk pemaksaan perkawinan sehingga patut dipidana. Hal ini
menjadi langkah maju dalam pemenuhan hak anak di Indonesia
dan komitmen negara dalam menghapuskan praktik berbahaya
perkawinan anak.
Lebih jauh, pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
101 Tahun 2022 tentang Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan
terhadap Anak disebutkan bahwa salah satu arah kebijakan dalam
dokumen RPJMN Tahun 2020-2024 yaitu meningkatkan kualitas
Anak, perempuan, dan pemuda melalui strategi penguatan upaya

107
Profil Perempuan Indonesia 2022
pencegahan dan penanganan berbagai tindak kekerasan (termasuk
kekerasan seksual), eksploitasi, termasuk isu pekerja Anak, dan
penelantaran Anak. Untuk itu, dalam rangka menjabarkan arah
kebijakan yang termuat dalam RPJMN Tahun 2020-2024 dan
memperhatikan tantangan dalam penurunan Kekerasan terhadap
Anak, arah kebijakan Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan
Terhadap Anak (Stranas PKTA) terdiri atas:

a
meningkatkan kapasitas Anak untuk kemandirian dan ketahanan diri Anak

b
memperkuat jejaring kerja sama dan sinergitas kementerian lembaga,
pemerintah daerah, dan Masyarakat untuk meningkatkan perlindungan
Anak dari Kekerasan

c
penguatan ekonomi keluarga untuk Pencegahan Kekerasan
terhadap Anak

d
meningkatkan efektivitas pengawasan
pelaksanaan Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan terhadap Anak yang dilaksanakan oleh
kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota

Berdasarkan hasil Susenas 2021, Gambar 4.8 menunjukkan


bahwa persentase perempuan yang menikah di umur 20 tahun
ke atas, yaitu 55,42 persen, persentase perempuan yang menikah
pada usia 18 tahun sebanyak 10,59 persen, dan yang berusia 19
tahun sebanyak 10,04 persen. Catatan penting dari data ini adalah
tingginya persentase perkawinan pertama perempuan pada
usia anak sebesar 23,95 persen yang artinya hampir seperempat
perempuan berusia 10 tahun keatas yang pernah menikah diawali
dengan praktik perkawinan usia anak.

108
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.8 Persentase penduduk perempuan yang
pernah kawin berumur 10 tahun keatas menurut
umur perkawinan pertama, 2021.

<=17 tahun >=20 tahun


23.95 55.42

18 tahun
10.59
19 tahun
10.04

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Berdasarkan provinsi, Gambar 4.9 menunjukkan bahwa


provinsi Kalimantan Selatan menempati urutan tertinggi dengan
angka 32,8 persen penduduk perempuan yang menikah pertama
kali pada usia 10-17 tahun. Selanjutnya, diikuti oleh 2 provinsi
lainnya, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah
masing-masing 30,63 persen dan 30,54 persen. Sementara ketiga
provinsi dengan persentase terendah adalah Nusa Tenggara Timur
dengan 8,65 persen, Kepulauan Riau sebesar 8,94 persen dan
Sumatera Utara sebanyak 10,43 persen. Meskipun tampak sebagai
angka 10 persen ke bawah, namun tisu perkawinan anak saja harus
dilihat sebagai isu penting, apalagi jika persentase dalam grafik ini
ditampilkan dalam angka absolut.

109
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.9. Persentase Penduduk Perempuan yang Pernah
Kawin Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Umur
Perkawinan Pertama <=17 Tahun menurut Provinsi,
2021

Nusa Tenggara Timur 8.65


Kepulauan Riau 8.94
Sumatera Utara 10.43
Maluku 10.63
DKI Jakarta 11.29
Bali 11.31
DI Yogyakarta 13.04
Sumatera Barat 14.64
Aceh 14.71
Sulawesi Utara 15.12
Papua 15.20
Riau 15.56
Papua Barat 17.84
Maluku Utara 18.23
Kalimantan Utara 18.87
Kalimantan Barat 20.99
Kalimantan Timur 21.26
Gorontalo 21.54
Sumatera Selatan 21.70
Kepulauan Bangka Belitung 21.82
Banten 22.25
Sulawesi Tengah 22.81
Sulawesi Selatan 23.35
Nusa Tenggara Barat 23.50
Lampung 23.61
Indonesia 23.95
Sulawesi Tenggara 25.42
Jambi 25.60
Bengkulu 25.62
Sulawesi Barat 25.79
Jawa Tengah 27.45
Kalimantan Tengah 28.37
Jawa Timur 30.54
Jawa Barat 30.63
Kalimantan Selatan 32.80
0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

110
Profil Perempuan Indonesia 2022
b. Kehamilan, Persalinan, dan Inisiasi Menyusui Dini
Memiliki anak seyogyanya direncanakan secara matang dan
dibarengi dengan upaya-upaya yang memastikan perempuan
menjalani kehamilannya secara sehat. Terdapat empat faktor yang
mempengaruhi kualitas kesehatan kehamilan perempuan, yaitu
(Syalfina, Khasanah & Sulistyowati, 2018):

1. Kesehatan fisik
Kesehatan kehamilan perempuan sangat dipengaruhi status kesehatan
tubuh dan terpenuhinya gizi perempuan dan janin. Dalam memastikan
terpenuhinya kebutuhan ini, perempuan hamil harus secara rutin
memeriksakan kondisi kehamilannya pada layanan kesehatan dan
kesehatannya menjadi prioritas dalam keluarga. Perempuan hamil yang
mengalami anemia akan mempengaruhi sirkulasi oksigen dan makanan
pada janin dan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahimnya.

2. Kesehatan Psikologis
Perempuan hamil dapat menjalani masa kehamilannya dengan sehat
jika kondisi psikologisnya baik dan bahagia. Perempuan yang sedang
stress, tertekan, bahkan mengalami kekerasan dapat berisiko pada
kualitas kesehatan kehamilannya. Janin dapat mengalami perlambatan
pertumbuhan atau gangguan emosi saat persalinan.

3. Kesehatan Sosial
Lingkungan sekitar perempuan hamil mempengaruhi kesehatan
kehamilan perempuan. Lingkungan yang sehat dapat berupa dukungan
suami dan keluarga, gaya hidup orang-orang sekitar perempuan yang
sehat, perilaku bersih, mengurangi beban kerja perempuan, tidak
adanya asap rokok, alkohol, dan mitos yang berdampak buruk pada
kehamilan, serta praktik-praktik budaya tertentu yang berisiko pada
kehamilan perempuan.

4. Kesehatan ekonomi
Perempuan hamil akan menjalani kehamilan yang sehat jika didukung
oleh ketersediaan anggaran keluarga yang mencukupi seluruh
kebutuhan sehat ibu hamil. Dengan ekonomi yang cukup, perempuan
hamil memiliki akses yang baik untuk memeriksakan kehamilannya,
mengkonsumsi makanan yang bergizi, membeli pakaian yang nyaman
dan bra yang tidak sempit untuk mempersiapkan ASI, dan merencanakan
persalinan pada tenaga medis secara matang, aman, dan ideal

111
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa pada tahun 2021,
perempuan yang pernah kawin berumur 15-49 tahun yang
melahirkan hidup selama 2 tahun terakhir yang memilih melahirkan
di Rumah Sakit Pemerintah/swasta sebanyak 35,10 persen. Selain
di RS Pemerintah/Swasta, perempuan juga memilih melahirkan di
klinik bersalin sebanyak 18,92 persen dan puskesmas sebanyak
17,15 persen. Di tahun 2021, masih terdapat 10,51 persen
perempuan memilih melahirkan di rumah, padahal persalinan
di rumah dapat berisiko pada keselamatan ibu dan bayinya, dan
kondisi ini dapat lebih berbahaya jika tidak didampingi oleh tenaga
kesehatan.

Gambar 4.10. Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49


Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua
Tahun Terakhir menurut Tipe Daerah dan
Tempat Melahirkan, 2021

0.59
Lainnya 0.61
0.57
10.51
Rumah 16.45
5.92
4.36
Polindes/Poskesdes 7.31
2.08
12.03
Praktek nakes 11.12
12.74
1.35
Pustu 2.51
0.46
17.15
Puskesmas 23.35
12.37
18.92
Rumah bersalin/klinik 11.72
24.46
35.10
RS Pemerintah/Swasta 26.92
41.40
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

Perkotaan+Perdesaan Perdesaan Perkotaan


Sumber: Susenas Kor, BPS, 2021

112
Profil Perempuan Indonesia 2022
Rumah Sakit (RS) pemerintah/swasta menjadi pilihan yang
paling banyak dipilih sebagai tempat bersalin perempuan baik di
perkotaan dan perdesaan, yaitu sebanyak 41,40 persen di perkotaan
dan 26,92 persen di perdesaan. Setelah Rumah Sakit, perempuan
di perkotaan lebih banyak memilih rumah bersalin/klinik sebanyak
24,46 persen, praktik (tenaga kesehatan) atau nakes sebanyak
12,74 persen dan puskesmas sebanyak 12,37 persen. Sementara
itu, pilihan tempat bersalin perempuan di perdesaan puskesmas
sebanyak 23,35 persen, rumah sebanyak 16,45 persen dan rumah
sakit bersalin/klinik sebesar 11,72 persen. Tingginya rumah
sebagai pilihan tempat bersalin pada perempuan di perdesaan
dapat merefleksikan layanan persalinan belum terjangkau secara
menyeluruh pada masyarakat perdesaan.

Gambar 4.11. Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49


tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua
Tahun Terakhir menurut Tipe Daerah dan
Penolong Persalinan Terakhir

0.10
Tidak ada 0.14
0.07
0.38
Lainnya 0.78
0.07
3.59
Dukun beranak/paraji 5.60
2.04
0.73
Perawat 1.01
0.51
59.14
Bidan 65.41
54.31
1.54
Dokter umum 1.64
1.46
34.53
Dokter kandungan 25.42
41.54
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Perkotaan+Perdesaan Perdesaan Perkotaan
Sumber: Susenas Kor, BPS, 2021

113
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.11 memperlihatkan perempuan yang pernah
kawin usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup menurut penolong
persalinan. Penolong persalinan tertinggi adalah dibantu bidan,
yaitu sebanyak 59,14 persen, dokter kandungan juga menjadi
penolong terbanyak kedua sebanyak 34,53 persen. Catatan penting
yang harus dilihat adalah persalinan perempuan yang ditolong
selain tenaga kesehatan sebanyak 4,07 persen, yaitu ditolong
dukun beranak/paraji sebanyak 3,59 persen, dibantu lainnya 0,38
persen dan tanpa dibantu siapapun sebanyak 0,10 persen.
Upaya penyadaran masyarakat untuk memilih tempat
persalinan di layanan kesehatan dan oleh tenaga kesehatan sangat
penting dilakukan, tidak hanya pada perempuan saja, laki-laki,
terutama suami, menjadi kelompok penduduk yang sangat penting
mendapatkan sosialisasi terkait persalinan aman bagi perempuan.
Hal ini terkait dengan budaya masyarakat Indonesia yang masih
banyak menempatkan pihak pengambil keputusan dalam keluarga
adalah suaminya. Dengan menguatkan kesadaran dan perhatian
suami pada tempat dan penolong persalinan istrinya, diharapkan
dapat berkontribusi pada persalinan selamat pada perempuan dan
bayi, serta menekan angka kematian ibu (AKI).
Penolong persalinan perempuan di perkotaan dan perdesaan
menunjukkan kondisi yang tidak berbeda. Bidan dan dokter
kandungan menjadi penolong persalinan yang paling banyak
membantu persalinan perempuan di perkotaan dan perdesaan.
Akan tetapi, jika dilihat selisih persentase antara bidan dan
dokter kandungan sebagai penolong persalinan, maka selisih di
antara keduanya menunjukkan perbedaan yang sangat jelas. Di
perkotaan, selisih penolong persalinan antara bidan dan dokter
kandungan adalah 12,77 persen, yaitu 54,31 persen untuk bidan
berbanding 41,54 persen untuk dokter kandungan. Sementara
itu, selisih penolong persalinan antara bidan dan dokter
kandungan di perdesaan sangat besar, mencapai 39,99 persen,
yaitu 65,41 persen untuk bidan berbanding dengan 25,42 persen
untuk dokter kandungan. Pemilihan dokter kandungan sebagai
penolong persalinan dapat dipengaruhi antara lain seperti tingkat
perekonomian suatu keluarga dan kondisi kehamilannya.

114
Profil Perempuan Indonesia 2022
Persentase penolong persalinan dengan dukun beranak/
paraji di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan, yaitu 5,60
persen di perdesaan dan 2,04 persen di perkotaan. Persentase ini
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2019, dimana
penolong persalinan yang bukan dari kategori tenaga kesehatan
terlatih di perkotaan sebesar 2,35 persen dan di perdesaan
sebesar 8,96 persen (Fajriyah, Iklilah MD, dkk., 2020). Meskipun
sudah menunjukkan gambaran yang sangat optimis pada penolong
persalinan perempuan di perdesaan dan perkotaan, namun
meningkatkan akses perempuan yang masih ditolong selain
tenaga kesehatan terlatih harus terus digalakkan agar keselamatan
perempuan yang menjalani fungsi reproduksinya lebih terjamin.

Gambar 4.12. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-


49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua
Tahun Terakhir menurut Tipe Daerah, dan
Status Inisiasi Menyusui Dini, 2021

Total 74.74 25.26

Perdesaan 73.66 26.34

Perkotaan 75.57 24.43

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Laki-Laki Perempuan
Sumber: Susenas Kor, BPS, 2021

Gambar 4.12 menunjukkan bahwa di tahun 2021, perempuan


berumur 15-49 tahun yang melahirkan hidup dalam dua tahun
terakhir dan melakukan inisiasi menyusui dini sebanyak 74,74
persen. Hal ini menunjukkan masih cukup tinggi kesadaran
perempuan tentang pentingnya ASI bagi bayi yang baru dilahirkan.

115
Profil Perempuan Indonesia 2022
Selain itu, peran penolong persalinan dalam menyarankan
proses inisiasi menyusui dini juga penting diperhitungkan dalam
meningkatkan kemauan ibu untuk menyusui bayinya di awal-awal
kehidupannya. Perempuan di perkotaan dan perdesaan yang
melakukan inisiasi menyusui dini menunjukkan persentase yang
tidak terlalu berbeda, yaitu 73,66 persen di perdesaan dan 75,57
persen di perkotaan. Tingginya capaian ibu yang melakukan inisiasi
menyusui dini menjadi harapan yang optimis pada kesehatan
ibu dan bayinya, serta menekan kejadian stunting. Meskipun
demikian, 25,26 persen atau seperempat perempuan masih
tidak melakukan inisiasi menyusui dini. Artinya, dorongan dan
dukungan bagi pembangunan kesadaran tentang pentingnya ASI
bagi tumbuh kembang bayi dan kesehatan ibu melahirkan penting
terus dipromosikan, baik pada perempuan perkotaan maupun
perdesaan.

6 Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi

Indikator 3.7.1. dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(SDGs) disebutkan bahwa “Proporsi perempuan usia subur
(usia 15-49 tahun) yang kebutuhannya akan KB dapat terpenuhi
dengan metode modern”. Untuk itu, negara-negara harus mampu
memastikan akses perempuan ke layanan kesehatan seksual dan
reproduksi perempuan. Layanan kesehatan yang dimaksudkan
juga terkait dengan kebutuhan keluarga berencana, informasi
dan pendidikan, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam
strategi dan program nasional. Indikator ini berguna untuk menilai
kesenjangan antara tingkat cakupan program dengan layanan
keluarga berencana yang ada secara keseluruhan. Hal ini juga terkait
bagaimana perempuan mengakses alat atau cara yang efektif
untuk mencegah kehamilan, sehingga membantu perempuan dan
pasangannya untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab jumlah dan jarak kelahiran anak.

116
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.13. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun
dan Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan
Status Pemakaian Alat/Cara KB, 2021.

Total 13.39 51.91 34.69

Perdesaan 13.41 55.69 30.89

Perkotaan 13.38 48.9 37.72

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Ya, Pernah Ya, Sedang Tidak
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Gambar 4.13 menunjukkan persentase perempuan yang


tercatat aktif menggunakan KB sudah lebih dari 50 persen. Pada
tahun 2021 ada 51,91 persen penduduk perempuan berusia 15-
49 tahun dan pernah kawin sedang menggunakan alat/cara KB
sementara terdapat 13,39 persen perempuan pernah menggunakan
dan 34,69 persen tidak pernah menggunakan alat/cara KB. Pada
perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di tahun
2021 ini mengalami peningkatan sebanyak 1,69 persen ketimbang
2020. Menghentikan penggunaan alat kontrasepsi karena sedang
merencanakan kehamilan atau alasan-alasan lainnya.
Bila dibandingkan antara wilayah perkotaan dan perdesaan,
terlihat persentase perempuan berusia 15-49 tahun yang sedang
menggunakan KB lebih tinggi dilakukan oleh perempuan perdesaan,
yaitu 55,69 persen daripada di perkotaan, sebanyak 48,90 persen.
Pada perempuan yang sebelumnya pernah menggunakan alat
kontrasepsi namun saat ini tidak lagi menggunakannya, baik di
perkotaan maupun di perdesaan menunjukkan adanya situasi yang
hampir sama, yaitu sekitar 13 persen di masing-masing wilayah.
Sebaliknya, untuk perempuan yang tidak pernah menggunakan
KB lebih banyak dilakukan perempuan di perkotaan, yaitu 37,72
persen daripada di perdesaan, yaitu 30,89 persen.

117
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 4.14. Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun dan
Pernah Kawin menurut Alat/Cara KB yang
sedang Digunakan, 2021.

Suntikan 55.06

Pil 19.37

Susuk KB/implan 9.06

IUD/AKDR/spiral 8.38

Sterilisasi wanita/tubektomi/MOW 4.03

Pantang berkala/kalender 1.72

Kondom pria/karet KB 1.34

Lainnya 0.41

Sterilisasi pria/vasektomi/MOP 0.33

Metode menyusui alami 0.23

Intravag/kondom wanita/diafragma 0.09

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Gambar 4.14 menunjukkan bahwa di tahun 2021, mayoritas


penduduk perempuan yang berusia 15-49 tahun, pernah kawin,
dan sedang menggunakan alat kontrasepsi memilih metode
suntik sebagai alat kontrasepsi, yaitu mencapai 55,06 persen.
Pengguna metode suntik di tahun 2021 ini mengalami kenaikan
sedikit dibandingkan tahun 2020, atau meningkat 0,62 persen.
Selain suntik yang menjadi pilihan metode kontrasepsi terbanyak,
perempuan yang menggunakan metode pil sebagai alat/cara ber-
KB sebesar 19,37 persen atau meningkat 0,38 persen dari tahun
2020. Beberapa metode kontrasepsi lainnya adalah cara susuk
KB/implant sebanyak 9,06 persen atau meningkat 0,3 persen dan
IUD/AKDR/Spiral sebanyak 8,38 persen atau menurun 0,04 persen.
Pemilihan sterilisasi perempuan/tubektomi/MOW sebesar 4,03
persen, diikuti dengan metode pantang berkala/kalender sebanyak
1,72 persen, kondom pria 1,34 persen, dan menggunakan metode

118
Profil Perempuan Indonesia 2022
lainnya 0,41 persen. Data ini juga menunjukkan tentang ternyata
ada sebagian kecil jumlah laki-laki yang memilih sterilisasi/
vasektomi/MOP, yaitu 0,33 persen saja.
Konstruksi gender yang tidak berpihak pada kesehatan
reproduksi perempuan mempengaruhi posisi perempuan sebagai
pihak yang bertanggung jawab pada pengaturan kehamilannya.
Posisi ini seringkali tidak sebanding dengan apa yang dialami laki-
laki dan selanjutnya, dibuktikan dengan rendahnya partisipasi laki-
laki dalam penggunaan metode kondom pria dan vasektomi/MOP.
Padahal, perempuan yang memiliki rahim ini telah dan/atau akan
menjalani proses kehamilan yang berat, maka melepaskan beban
penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan lebih menunjukkan
rasa keadilan bagi perempuan. Apalagi, alasan-alasan penolakan
laki-laki menggunakan alat kontrasepsi lebih banyak berkaitan
dengan mitos yang menyasar pada kepentingan penikmatan
seksualitas laki-laki. Akibatnya, mitos tersebut digunakan untuk
memperkuat keengganan laki-laki dalam menggunakan alat
kontrasepsi. Karena itulah, promosi untuk melibatkan lebih banyak
laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi harus terus diupayakan
secara masif di Indonesia.
Akses perempuan dan laki-laki terhadap layanan kontrasepsi
menjadi salah satu indikator penting dalam Indikator Program
Kesehatan Masyarakat tahun 2020-2024 yang disusun Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat. Program ini dikembangkan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020
tentang Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang
terkait dengan peningkatan KB dan Kesehatan Reproduksi sebagai
salah satu program prioritas pemerintah. Hal ini juga telah diatur
lebih dahulu dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
(Kemenkes RI, 2020).

119
Profil Perempuan Indonesia 2022
Atas dasar tersebut, negara wajib memastikan pelayanan
reproduksi melalui: Mars is a cold place

01

01
menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat dan berkualitas

02
Venus
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan
Venus is terribly
bayi baru lahir
hot

03
Mars
menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-
hak reproduksi

Saturn is a gas giant


mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan

04
Saturn
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan
bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Ketika situasi krisis kesehatan seperti Pandemi Covid-19


melanda, akses perempuan pada layanan kesehatan reproduksi,
termasuk kontrasepsi perlu menjadi perhatian. Data BKKBN
mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi berpotensi menurun
drastis selama masa pandemi Covid-19. Akibatnya, kenaikan
jumlah kehamilan yang tidak direncanakan (KTD) dapat meningkat
tajam. Hal ini terbukti dengan terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan sebesar 17,5 persen di tingkat nasional. Itu artinya,
di setiap 100 perempuan hamil, terdapat 17 kehamilan yang tidak
direncanakan (BKKBN, 2020). Selain itu, pembatasan ruang gerak
sosial dan pembatasan sementara pada sejumlah layanan kesehatan
sebagai respon pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19
dapat berkontribusi pada semakin terbatasnya akses perempuan
pada layanan KB. Kondisi ini akan berdampak pada semakin
sedikitnya penduduk yang dapat menggunakan alat kontrasepsi
(Oktarina, 2020), terutama yang penggunaannya membutuhkan
bantuan tenaga medis terlatih, seperti suntik, IUD, dan sejenisnya.

120
Profil Perempuan Indonesia 2022
D. Kesimpulan

Berdasarkan data Susenas 2021, penduduk yang mengalami


keluhan kesehatan menurut jenis kelamin, perempuan lebih banyak
mengalami keluhan kesehatan dalam kehidupannya sehari-hari jika
dibandingkan dengan laki-laki, baik di wilayah perkotaan maupun
perdesaan. Secara nasional, 32,65 persen perempuan mengalami
keluhan kesehatan, angka ini turun 4,33 persen dari setahun yang
lalu. Sementara untuk penduduk laki-laki yang mengalami keluhan
kesehatan sebesar 26,15 persen, atau menurun 3,14 persen dari
2020. Sehingga, dapat dipahami jika pemilik jaminan kesehatan
lebih banyak dimiliki perempuan, yaitu mencapai angka 68,8 persen
berbanding laki-laki sebanyak 67,93 persen. Begitu juga dengan
jumlah pemilik jaminan kesehatan di perkotaan dan perdesaan,
masih lebih tinggi dimiliki perempuan. Akan tetapi, penduduk
yang belum memiliki jaminan kesehatan masih berada di angka
yang sangat tinggi, yaitu sebanyak 32,07 persen laki-laki dan 31,20
persen perempuan. Di tingkat provinsi, kesenjangan perempuan
pada kepemilikan jaminan kesehatan masih terlihat. Karena
itu, pemerataan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat
Indonesia masih menjadi tantangan yang harus dihadapi ke depan
dan terus diupayakan oleh pemerintah.
Kasus pernikahan anak masih cukup tinggi di Indonesia. Hal ini
karena masih banyak pandangan tradisional di tingkat komunitas
yang merugikan posisi anak perempuan, seperti anak perempuan
harus cepat dinikahkan, perempuan tidak perlu mengenyam
pendidikan tinggi dan anak perempuan sumber fitnah. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan persentase pernikahan anak di
Indonesia meningkat dari tahun 2017 yang pada saat itu sebanyak
14,18 persen menjadi 15,66 persen pada 2018. Bahkan, pada masa
pandemi, tren pernikahan anak turut meningkat. Pada tahun 2021,
data Susenas menunjukkan bahwa sebanyak 35 persen perempuan
usia anak melakukan perkawinan, yaitu 24 persen pada usia kurang
dari atau sama dengan 17 tahun, dan yang berusia sampai dengan
18 tahun sebanyak 11 persen. Adapun tiga provinsi yang memiliki
angka pernikahan anak tertinggi adalah Kalimantan Selatan (32,8
persen), Jawa Barat (30,63 persen) dan Jawa Timur (30,54 persen).

121
Profil Perempuan Indonesia 2022
Keluarga berencana dan penggunaan alat kontrasepsi sangat
penting diperhitungkan karena berpengaruh pada kebahagiaan
keluarga dan berkontribusi terhadap penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan bayi (AKB). Langkah mitigasi pada risiko lebih lanjut
dari perkawinan anak juga dapat dilakukan dengan cara melakukan
penundaan kehamilan di usia anak melalui penggunaan alat
kontrasepsi. Di tahun 2021 tercatat 51,91 persen perempuan
berusia 15-49 tahun yang pernah kawin dan sedang menggunakan
alat/cara KB, sementara 13,39 persen pernah menggunakan alat
kontrasepsi. Perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
atau cara KB cukup besar, yaitu sebanyak 34,69 persen. Situasi
kesehatan perempuan pada tahun 2021 ini menjadi perhatian
penting bagi pemerintah dan masyarakat guna terus mengupayakan
peningkatan status kesehatan perempuan Indonesia secara empati
dan simpatik, serta berbasis pada pengalaman perempuan dan
relasi gendernya.

122
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 5
EKONOMI
EKONOMI
PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT AKTIVITAS UTAMA SEMINGGU
YANG LALU DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2021

Laki-Laki Perempuan Total

Bekerja 76,73% 50,08% 63,40%

Mencari
5,55% 3,26% 4,40%
Pekerjaan

Sekolah 6,89% 7,27% 7,08%

Mengurus
3,73% 35,52% 19,63%
Rumah Tangga

Lainnya 7,10% 3,86% 5,48%


Sumber: BPS, 2021

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA


KERJA (TPAK) MENURUT JENIS KELAMIN MENURUT JENIS KELAMIN DAN
DAN TIPE WILAYAH TAHUN 2021 TIPE WILAYAH TAHUN 2021

70,03% 8,32%
66,15% 67,80%
6,49%
4,17%

80,38% 51,92% 84,42% 55,26% 82,27% 53,34% 8,73% 7,68% 4,21% 4,13% 6,74% 6,11%
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total
Sumber: BPS, 2021

PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA


MENURUT JENIS KELAMIN DAN JUMLAH JAM
KERJA SEMINGGU YANG LALU
47,06 % 46,68 %
Laki-Laki
33,72% 35,11 %
Perempuan

16,69% Total
14,92 %
2,92% 2,92%
Sumber: BPS, 2021

0 Jam 1-34 Jam 35-40 Jam > 40 Jam

RATA-RATA UPAH/GAJI KARYAWAN/BURUH


MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENIS
KELAMIN, 2021 (Rp.)

4.105.120,03
3.477.532,90

1.454.097,35 1.708.789,09

1.712.010,91 983.650,41 1.924.293,50 1.202.960,90 4.243.200,72 2.908.143,30 4.838.679,13 3.416.063,08


Tidak/Belum Tamat SD Tamat SD D1/D2/D3 D4 keatas

Sumber: BPS, 2021


A. Latar Belakang

Partisipasi perempuan dalam pembangunan ekonomi


menjadi indikator kunci keberhasilan pembangunan manusia di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perempuan sebagai bagian
dari warga negara dan masyarakat dunia dijamin hak-haknya
dalam mengakses kegiatan-kegiatan ekonomi melalui berbagai
bentuk kerja yang layak. Hak perempuan atas ekonomi dan kerja
juga ditekankan dalam CEDAW pada Pasal 11 yang menyebutkan
bahwa perempuan memiliki hak yang sama dan harus dipenuhi
oleh negara sebagai berikut;

Hak untuk bekerja sebagai hak asasi


manusia
01

Hak atas kesempatan kerja yang sama


02 termasuk dalam hal seleksi

Hak memilih profesi dan pekerjaan,


mendapat promosi, jaminan pekerjaan,
semua tunjangan, serta fasilitas kerja,
03
pelatihan kejuruan dan pelatihan ulang
Hak menerima upah yang sama
termasuk tunjangan, termasuk
04 persamaan perlakuan dalam penilaian
kualitas kerja
Hak atas jaminan sosial, khususnya
dalam pensiun, pengangguran, sakit, 05
cacat, lanjut usia

06 Hak atas masa cuti yang dibayar

Hak atas perlindungan kesehatan dan


keselamatan kerja
07

Hak atas perlindungan khusus terhadap


08 fungsi melanjutkan keturunan dalam
bentuk

a Tidak dipecat atas dasar b Pengadaan cuti


kehamilan atau atas hamil dengan
dasar status perkawinan; bayaran;

c d Pemberian
Pengadaan pelayanan
pekerjaan yang tidak
sosial dalam bentuk
berbahaya bagi
tempat penitipan anak
kehamilan

125
Profil Perempuan Indonesia 2022
Partisipasi perempuan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan untuk bekerja juga menjadi salah satu
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDGs) ke-8 yakni “Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
yang Inklusif dan Berkelanjutan, Kesempatan Kerja yang Produktif
dan Menyeluruh, serta Pekerjaan yang Layak untuk Semua”. Pada
indikator target 8.5 negara-negara perlu memastikan bahwa
pada tahun 2030, ada ketercapaian terhadap pekerjaan tetap
dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua perempuan
dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang disabilitas,
dan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya. Lebih
jauh, di Indonesia, hak untuk mendapat pekerjaan yang layak
disebutkan secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi
bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”.
Partisipasi perempuan dalam meningkatkan perekonomian
dengan bekerja berpengaruh pada ketahanan ekonomi keluarga
dan negara. Perempuan yang bekerja dan mendapatkan
perlindungan sosial atas pekerjaannya dapat berkontribusi pada
peningkatan perekonomi keluarganya, mendapat kehidupan yang
layak, mengakses pendidikan yang lebih baik, pemenuhan gizi yang
cukup bagi anak dan anggota keluarga lainnya. Dalam lingkup yang
lebih besar, penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
perempuan dalam dunia kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi (Satrio, 2020). Pemberdayaan
pada perempuan juga mempengaruhi pembangunan ekonomi dan
peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan
akan meningkatkan Produk Domestik Bruto/PDB (Duflo, 2012;
Bryant, 2004).
Lebih jauh, dalam realitanya banyak praktik-praktik yang bias
gender yang merugikan kelompok perempuan sehingga mereka
sulit berpartisipasi dalam pembangunan di bidang ekonomi
dan mengakses pekerjaan yang layak. Praktik ini menempatkan
perempuan menjadi angkatan kerja kelas dua (subordinasi) yang
dapat diupah lebih murah (marginalisasi) dengan salah satu asumsi
bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama dalam keluarga
(stereotipe). Hal ini membuat perempuan ditempatkan pada jenis-

126
Profil Perempuan Indonesia 2022
jenis pekerjaan yang dilabeli ‘khas perempuan’, sehingga dapat
diupah rendah, dan tidak mendapatkan perlindungan kerja yang
memadai. Praktik gender tersebut melahirkan istilah “feminisasi
kemiskinan” yakni situasi dimana perempuan menjadi kelompok
miskin yang paling dominan. Istilah “feminisasi kemiskinan”
berdasarkan analisis data statistik di Amerika Serikat pada periode
tahun 1950-an dan 1970-an, yang menunjukkan bahwa ada
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan meningkat di kalangan
perempuan. Istilah ini kemudian diadopsi dalam Konferensi Dunia
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Keempat tentang Perempuan
pada tahun 1995. Konferensi tersebut mengumumkan bahwa 70%
dari penduduk miskin di dunia adalah perempuan (Peterson, 1987;
Chant, 2004). Feminisasi kemiskinan pada akhirnya tidak terlepas
dari bagaimana perempuan mampu dan dimampukan untuk
mengakses ekonomi dan kerja yang layak (Pratiwi, 2020).
Akses perempuan di bidang-bidang ekonomi dan
mendapatkan pekerjaan yang layak seharusnya diikuti dengan
mendapatkan atau memiliki berbagai perlindungan dan jaminan
ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa perempuan tidak
dimiskinkan atau dimarginalkan dalam konteks kerja. International
Labor Organization (ILO) telah mengeluarkan berbagai konvensi
dan rekomendasi untuk mendorong negara-negara memastikan
hak-hak perempuan dalam pekerjaan diantaranya; Konvensi Upah
yang Setara, 1951 (No.100), Konvensi Diskriminasi Upah yang
Setara, 1951 (No.100), Konvensi Diskriminasi (Pekerjaan dan
Jabatan), 1958 (No.111), Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab
Keluarga, 1981 (No.156) dan Konvensi Perlindungan Kehamilan,
2000 (No.183) Perlindungan Kehamilan, 2000 (No.183). Sebagian
besar Konvensi dan Rekomendasi menerapkan kesetaraan bagi
laki-laki dan perempuan. Konvensi dan rekomendasi ILO menjadi
katalisator bagi tata ekonomi yang baru dan norma-norma hukum
yang berdampak kepada pekerja perempuan untuk mewujudkan
kesetaraan upah diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan,
perlindungan kehamilan, pekerja dengan tanggung jawab keluarga,
aturan-aturan tertentu terkait dengan kerja malam, bawah tanah
dan paruh waktu serta isu-isu kesehatan lainnya (ILO, 2006).

127
Profil Perempuan Indonesia 2022
B. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi dalam bab ini merujuk pada dokumen


Badan Pusat Statistik (BPS) yang diakses melalui website sirusa.
bps.go.id.

1 Penduduk Usia Kerja dan Tenaga Kerja

Data ketenagakerjaan dilakukan Badan Pusat Statistik


dengan merujuk pada The Labor Force Concept yang disarankan
oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi
penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan
penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja
dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan
utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Definisi yang berkaitan
dengan penerapan konsep tersebut di Indonesia dijelaskan dalam
uraian berikut:
Penduduk usia kerja diukur pada penduduk yang dimulai
01 umur 15 tahun ke atas
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk
02 berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja atau pengangguran
Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah
penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah,
03 mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya
selain kegiatan pribadi
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1
04 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan
tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau Labour
Force Participation Rate (LFPR) adalah indikator dari
tingkat aktivitas pasar tenaga kerja. TPAK mencerminkan
05 tingkatan penduduk usia kerja pada suatu negara yang aktif
secara ekonomi (ADB, 2012). TPAK didefinisikan sebagai
proporsi penduduk angkatan kerja terhadap penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas).

128
Profil Perempuan Indonesia 2022
2 Pengangguran

Mereka yang tidak punya pekerjaan dan sedang


aktif mencari pekerjaan. Mencari pekerjaan adalah
kegiatan pada saat orang tersebut sedang mencari
01 pekerjaan, termasuk yang belum pernah bekerja,
sudah pernah bekerja ataupun sudah bekerja tetapi
pada saat survei sedang mencari pekerjaan

Mereka yang tidak punya pekerjaan dan


mempersiapkan usaha. Mempersiapkan usaha adalah
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang
baru yang bertujuan memperoleh penghasilan atau
keuntungan atas resiko sendiri baik dengan atau
02
tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar atau
tidak dibayar.

Mereka yang tidak punya pekerjaan dan tidak


03 mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan.

Mereka yang sudah punya pekerjaan,


tetapi belum mulai bekerja 04
(sirusa.bps.go.id).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau


3 Unemployment Rate
TPT adalah indikator yang umum digunakan untuk
menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja. TPT didefinisikan
sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja. Manfaat indikator ini untuk menunjukkan kondisi
kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja yang
mampu menyerap persediaan (supply) tenaga kerja yang ada.
Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin banyak persediaan
tenaga kerja yang tidak termanfaatkan. Indikator ini dapat
memberikan sinyal tentang kinerja pasar kerja dan berlangsungnya
kondisi ekonomi tertentu, seperti resesi, perubahan siklus bisnis
dan teknologi, dan lain-lain. Pembedaan menurut jenis kelamin,
kelompok umur, dan tingkat pendidikan dapat menggambarkan
kesenjangan keterserapan di lapangan kerja antar kelompok
tersebut (sirusa.bps.go.id).

129
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Status pekerjaan

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam


melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau pekerjaan. Dalam
data yang digunakan melalui kegiatan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas), status pekerjaan dibedakan menjadi 7 (tujuh)
kategori antara lain:

A
a Berusaha sendiri
bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko secara ekonomis, yaitu
dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam
rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun
pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi
atau keahlian khusus

A
b Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar
bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja
tak dibayar dan atau buruh/ pekerja tidak tetap

A
c Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
berusaha atas risiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang
buruh/pekerja tetap yang dibayar

A
d Buruh/Karyawan/Pegawai
seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan
secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang

A
e Pekerja bebas di pertanian
seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap
(lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa
usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa
dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan
baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian
meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan,
perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian

A
f Pekerja bebas di nonpertanian
seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap
(lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan
menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik
dengan system pembayaran harian maupun borongan.

A Pekerja keluarga/tak dibayar


g888888474747
seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak
mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang .
(sirusa.bps.go.id).

130
Profil Perempuan Indonesia 2022
5 Pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat


pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran
pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah dengan mendapatkan
tanda tamat (ijazah) (sirusa.bps.go.id).

6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan persentase


penduduk usia 15 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja.
Persentase ini digunakan untuk mengindikasikan besarnya
persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu
negara/wilayah. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin
tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia
untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian
(sirusa.bps.go.id).

7 Jam Kerja

Jam kerja merujuk pada lamanya waktu dalam jam yang


digunakan untuk bekerja dari seluruh pekerjaan, tidak termasuk jam
kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di
luar pekerjaan selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling,
jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba
kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja,
seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya (sirusa.bps.
go.id).

8 Lapangan Usaha

Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/


usaha/ perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja.

131
Profil Perempuan Indonesia 2022
Terdapat 18 jenis usaha yang digunakan oleh BPS, yaitu :

pertanian tanaman padi


01 & palawija 02 konstruksi/bangunan

03 perdagangan 04 hotel dan rumah makan

transportasi dan informasi dan


05 pergudangan 06 komunikasi

07 keuangan dan asuransi 08 jasa pendidikan

09 jasa kesehatan 10
jasa kemasyarakatan,
pemerintahan, & perorangan

11 hortikultura 12 perkebunan

13 perikanan 14 peternakan

kehutanan & pertanian pertambangan &


15 lainnya 16 penggalian

17 industri pengolahan 18 listrik & gas

19 kategori lainnya

Secara khusus, kategori lapangan usaha jasa-jasa (services)


terdiri atas lapangan usaha perdagangan besar/eceran, rumah
makan dan restoran, transportasi, pergudangan dan komunikasi,
keuangan, asuransi usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa
perusahaan, dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
(sirusa.bps.go.id).

9 Jenis pekerjaan/jabatan

Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dilakukan


oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang atau apa
yang dilakukan di tempat bekerjanya. Jenis pekerjaan/jabatan
ditanyakan berdasarkan status dalam seminggu yang lalu (sirusa.
bps.go.id).

132
Profil Perempuan Indonesia 2022
10 Upah/gaji

Upah/gaji pekerja adalah upah yang dibayarkan sebelum


dipotong pajak upah/pendapatan, baik dalam bentuk uang,
maupun bentuk barang kepada pekerja. Sedangkan upah/gaji
bersih merupakan imbalan yang diterima selama sebulan oleh
buruh/karyawan baik berupa uang atau barang yang dibayarkan
perusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai
dengan harga setempat. Upah/gaji bersih yang dimaksud tersebut
adalah setelah dikurangi dengan potongan potongan iuran wajib,
pajak penghasilan dan sebagainya (sirusa.bps.go.id).

C. Pembahasan

1 Kegiatan Perempuan Usia 15 tahun ke atas

Usia 15 tahun merupakan umur minimal yang disepakati secara


internasional untuk mengizinkan penduduk usia anak bekerja
dengan pekerjaan yang bersifat tetap. Ketentuan ini diadopsi
pemerintah Indonesia melalui konvensi internasional yang tertuang
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1999
tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum
Age for Admission to Employment (Konvensi ILO tentang Usia
Minimum diperbolehkan Bekerja). Usia 15 tahun juga dinilai sudah
memasuki umur tamat wajib belajar, sebagaimana ketentuan Pasal
6 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa “Setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar”. Itu artinya, penduduk yang telah
berumur 15 tahun diasumsikan telah menjalani umur wajib belajar
9 tahun atau setara dengan telah tamat SMP/MTs/sederajat.
Merujuk pada ketentuan terkait penduduk umur 15 tahun
ke atas diijinkan untuk bekerja, Tabel 5.1 menunjukkan bahwa
kebanyakan kegiatan perempuan berumur di atas 15 tahun berada

133
Profil Perempuan Indonesia 2022
di dua ranah kegiatan, yaitu bekerja (50,08 persen) dan mengurus
rumah tangga (35,52 persen). Sedangkan persentase perempuan
yang kegiatan utama seminggu lalu adalah sekolah menjadi
tertinggi ketiga atau sebesar 7,27 persen. Hal ini dimungkinkan
karena perempuan yang masih berkegiatan sekolah adalah
penduduk yang masih di umur antara 15-18 tahun atau penduduk
yang kuliah di umur 18 tahun ke atas. Gambaran ketiga kegiatan
utama perempuan seminggu yang lalu terlihat sama di perkotaan
dan perdesaan.

Tabel 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut


Jenis kegiatan Seminggu yang lalu, Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2021

Jenis Perkotaan Perdesaan Total


Kegiatan
yang Laki- Laki- Laki-
Perempuan Perempuan Perempuan
utama laki laki laki
Bekerja 73,36 47,94 81,25 52,98 76,73 50,08
Mencari 7,02 3,99 3,57 2,28 5,55 3,26
Pekerjaan
Sekolah 7,67 8,00 5,86 6,30 6,89 7,27
Mengurus
Rumah 4,07 36,12 3,26 34,72 3,73 35,52
Tangga
Lainnya 7,88 3,96 6,07 3,73 7,10 3,86
Total 100 100 100 100 100 100

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

Dibandingkan dengan kegiatan utama perempuan seminggu


yang lalu, terdapat perbedaan kegiatan dengan laki-laki. Jika
perempuan mayoritas kegiatan utamanya adalah bekerja dan
mengurus rumah tangga dengan jumlahnya hampir 86 persen,
maka pada laki-laki mayoritas hanya bekerja dengan jumlah
mencapai 76,73 persen. Gambaran di atas juga sama terlihat di
perkotaan dan perdesaan. Persentase laki-laki yang kegiatan utama
seminggu yang lalu adalah mengurus rumah tangga sangat kecil,

134
Profil Perempuan Indonesia 2022
atau hanya 4,07 persen di perkotaan dan 3,26 persen di perdesaan.
Sebaliknya, persentase perempuan yang kegiatan utama seminggu
yang lalu adalah mengurus rumah tangga sebanyak 36,12 persen
di perkotaan dan 34,72 persen di perdesaan. Gambaran ini dapat
menunjukkan bahwa konstruksi gender yang masih menempatkan
perempuan sebagai penanggung jawab pada aktivitas rumah
tangga masih kuat melekat pada masyarakat atau budaya di
Indonesia.
Persentase laki-laki yang memiliki kegiatan utama bekerja
dalam seminggu terakhir jauh lebih banyak dibandingkan
perempuan dengan pola yang sama di perkotaan dan perdesaan.
Jika dibandingkan data tahun 2020, terlihat secara umum
persentase laki-laki yang bekerja lebih tinggi dibandingkan tahun
2021, yaitu 76,73 persen atau naik 0,47 persen. Sedangkan,
persentase perempuan yang bekerja sebanyak 50,08 persen atau
naik 0,38 persen dibandingkan tahun 2020. Begitu juga dengan
penduduk yang mencari pekerjaan, persentase laki-laki lebih tinggi
sedikit dibandingkan perempuan dengan perbandingan 5,55
persen untuk laki-laki dan 3,26 persen untuk perempuan. Situasi
sebaliknya terlihat pada penduduk yang aktivitas utama seminggu
yang lalu masih sekolah. Persentase perempuan yang masih sekolah
sedikit lebih banyak dari laki-laki, yaitu 7,27 persen perempuan dan
6,59 persen laki-laki. Demikian juga pada persentase perempuan
yang masih selalu mendominasi untuk aktivitas rumah tangga
pada tahun 2021, yaitu 35,52 persen atau turun 0,34 persen dari
tahun 2020, sementara laki-laki hanya 3,73 persen atau turun 0,56
persen dari tahun lalu.
Di perdesaan, persentase laki-laki yang bekerja lebih tinggi
sedikit daripada di perkotaan, yaitu 81,25 persen di perdesaan atau
naik 0,65 persen dari tahun 2020 dibandingkan dengan perkotaan
yaitu 73,36 persen atau naik 0,4 persen dari tahun 2020. Pada
persentase penduduk perempuan yang bekerja di perdesaan lebih
tinggi daripada perkotaan, yaitu 52,98 persen untuk perdesaan atau
turun 0,2 persen dibandingkan tahun 2020, sedangkan perkotaan
sebesar 47,94 persen atau naik 0,89 persen dari tahun 2020.
Penduduk yang aktivitas utama seminggu lalu adalah mengurus
rumah tangga, persentasenya lebih banyak dilakukan perempuan
yang tinggal di perkotaan, yaitu 36,12 persen daripada perempuan
yang tinggal di perdesaan, yaitu 34,72 persen.

135
Profil Perempuan Indonesia 2022
Data di atas menunjukkan 2 fenomena utama dalam aktivitas
utama perempuan. Pertama, rendahnya persentase aktivitas
bekerja pada perempuan yang terdata di atas karena masih
dibebani tanggung jawab kerja domestik dan perawatan di dalam
rumah baik sebagai istri maupun anak perempuan. Hal ini dapat
terlihat pada data persentase perempuan yang mengurus rumah
tangga menjadi tertinggi kedua setelah bekerja. Kedua, data di atas
juga dapat mengindikasikan bahwa masih rendahnya kesadaran
perempuan dan masyarakat untuk mengakui kerja-kerja produktif
yang dilakukan perempuan di dalam rumah dan sektor informal
misalnya berdagang makanan, membuka warung, dan kerja jenis
jasa lain yang dilakukan dari rumah. Hal ini dimungkinkan terjadi,
apabila dalam proses survei perempuan yang bekerja tersebut
memilih untuk mengidentifikasi diri sebagai pengurus rumah
tangga alih-alih sebagai pekerja karena kerja yang dilakukan hanya
bersifat informal.

Tabel 5.2 Persentase Angkatan Kerja dan Bekerja Menurut


Jenis Kelamin dan Provinsi Tertinggi dan Terendah,
2021.

Jenis Tertinggi Terendah


Kategori Kelamin Provinsi Nilai Provinsi Nilai
Papua 86.41 Maluku 77.66
Laki-Laki Sulawesi Barat 86.10 DKI Jakarta 78.31
Angkatan Lampung 85.55 Sulawesi Utara 78.98
Kerja
Papua 69.10 Sulawesi Utara 44.72
Perempuan Bali 67.61 Banten 46.84
NTT 65.34 Bangka Belitung 46.86
Papua 67.21 Sulawesi Utara 41.17
Laki-Laki Bali 64.71 Banten 42.52
Bekerja NTT 62.83 Jawa Barat 43.44
Sulawesi Barat 83.22 DKI Jakarta 71.48
Perempuan Papua 83.17 Maluku 72.19
Lampung 81.75 Banten 73.06

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

136
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa sepanjang tahun 2021
persentase angkatan kerja laki-laki tertinggi ada di Provinsi Papua
(86,41 persen), Sulawesi Barat (86,10 persen) dan Lampung (85,55
persen). Sementara itu, provinsi dengan angkatan kerja terendah
berada di Provinsi Maluku sebanyak 77,66 persen, DKI Jakarta 78,31
persen dan Sulawesi Utara sebanyak 78,98 persen. Pada kelompok
perempuan, provinsi dengan persentase angkatan kerja terbanyak
ada di Provinsi Papua sebanyak 69,10 persen, Bali sebesar 67,61
persen, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 65,34. Sebaliknya,
provinsi dengan persentase angkatan kerja perempuan terendah
terlihat di Sulawesi Utara dengan jumlah 44,72 persen, Banten
sebesar 46,84 persen dan Bangka Belitung sebanyak 46,86 persen.
Pada penduduk laki-laki yang bekerja, provinsi yang memiliki
persentase tertinggi terlihat di Provinsi Sulawesi Barat, yaitu
83,22 persen, Papua sebesar 83,17 persen dan Lampung sebesar
81,75 persen. Sebaliknya, terendah terlihat di Provinsi DKI
Jakarta sebesar 71,48 persen, Maluku sebanyak 72,19 persen
dan Banten sebanyak 73,06 persen. Pada perempuan, provinsi
dengan persentase bekerja tertinggi terjadi di Papua dengan
jumlah sebanyak 67,21 persen, Bali sebanyak 64,71 persen dan
Nusa Tenggara Timur sebesar 62,83 persen; sedangkan provinsi
dengan perempuan bekerja terendah ada di Provinsi Sulawesi
Utara sebanyak 41,17 persen, Banten sebesar 42,52 persen dan
Jawa Barat sebanyak 43,44 persen. Secara keseluruhan baik pada
kategori angkatan kerja maupun yang bekerja, persentase laki-laki
masih mendominasi jika dibandingkan dengan perempuannya.
Ada cara pandang yang bias gender melekat di masyarakat
bahwa aktivitas-aktivitas terkait mengurus rumah tangga biasa
dilakukan oleh perempuan, atau sebaliknya, aktivitas-aktivitas
dalam mengurus rumah tangga dianggap kurang pantas dilakukan
oleh laki-laki.

137
Profil Perempuan Indonesia 2022
Cara pandang yang bias gender ini akhirnya mempengaruhi pilihan dan
akses perempuan terhadap jenis-jenis pekerjaan mereka.

Cara pandang yang bias gender dapat menjadi stereotip gender, yaitu
pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang
didasarkan pada jenis kelaminnya (Fakih, 2004).

Stereotype tersebut juga dapat menjadi legitimasi atas tindakan


melarang perempuan bekerja di luar rumah, atau menuntut perempuan
berhenti bekerja untuk mengurus rumah tangga atau keluarganya.

Situasi ini dikenal sebagai proses domestikasi perempuan dan


merupakan salah satu bentuk diskriminasi gender.

2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah


satu indikator untuk melihat partisipasi penduduk di bidang
ekonomi. Persentase yang diperoleh pada nilai TPAK dipengaruhi
berbagai faktor seperti:

secara khusus

karakteristik berkaitan juga dengan


demografi ketersediaan dukungan dalam
seperti sebaran memenuhi kebutuhan spesifik
penduduk yang umur dan tingkat perempuan yang sedang
masih pendidikan yang menjalani fungsi
bersekolah atau ditamatkan reproduksinya, ketika sedang
mengurus rumah hamil, penyediaan ruang
tangga laktasi, dan tempat penitipan
anak

Pergerakan TPAK di suatu daerah juga dapat dipengaruhi


oleh pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan relasi gender
pada laki-laki dan perempuan. Semakin baik relasi gender yang ada,

138
Profil Perempuan Indonesia 2022
maka akan semakin tinggi TPAK yang dicapai perempuan, demikian
juga sebaliknya (Fajriyah dkk, 2019). Selain sejumlah faktor di atas,
TPAK suatu daerah juga dapat dipengaruhi oleh kondisi khusus
seperti pandemi Covid-19.
Dalam lima tahun terakhir, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) di Indonesia masih menunjukkan adanya ketimpangan
gender. Gambar 5.1 menunjukkan sejak tahun 2017 hingga tahun
2021, TPAK perempuan di kisaran angka 50 persen, lebih kecil
dibandingkan laki-laki, dimana laki-laki mencapai angka di atas 80
persen. Meskipun lambat, namun TPAK perempuan terus meningkat
dari tahun ke tahun. Di tahun 2017, TPAK perempuan adalah 50,89
persen dan terus bergerak naik mencapai 53,34 persen di tahun
2021. Kondisi berbeda terlihat pada TPAK laki-laki yang mengalami
penurunan di tahun 2020 dan 2021 dibandingkan tahun 2017. Di
tahun 2017, TPAK laki-laki sebesar 82,51 persen menurun menjadi
82,41 persen tahun 2020 dan 82,27 persen di tahun 2021.

Gambar 5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut


Jenis Kelamin, 2017-2021.

82.51 82.69 83.13 82.41 82.27

50.89 51.88 51.89 53.3 53.34

2017 2018 2019 2020 2021


Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2017-2021.

Menurunnya TPAK laki-laki yang terjadi di tahun 2020


dipercaya berkaitan dengan situasi di Indonesia yang mengalami

139
Profil Perempuan Indonesia 2022
pandemi Covid-19. Dampak pandemi secara nyata mempengaruhi
perekonomian masyarakat, terutama pada penurunan partisipasi
penduduk laki-laki yang melakukan aktivitas bekerja dan ternyata
terlihat belum pulih hingga tahun 2021. Namun, hal penting yang
harus dilihat justru pada TPAK perempuan yaitu saat pandemi
mengalami peningkatan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya
peningkatan kontribusi perempuan di bidang ekonomi pada situasi
pandemi karena dua hal:
• menurunnya pendapatan keluarga mendorong
perempuan untuk lebih berpartisipasi di bidang ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
• situasi pandemi membuka peluang kerja yang lebih besar
pada layanan jasa perawatan kesehatan yang lebih banyak
diakses perempuan.
Hal ini memberikan catatan penting bahwa kontribusi
perempuan harus diperhitungkan dalam menjaga stabilitas
ekonomi suatu daerah, terutama di saat kondisi krisis sedang
melanda.
Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, kesenjangan gender
pada penduduk di perkotaan dan perdesaan juga masih
memberikan gambaran yang tidak berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya. TPAK laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan TPAK
perempuan, baik di perkotaan dan perdesaan. Secara nasional di
tahun 2021, gambar di bawah ini menunjukkan TPAK laki-laki di
angka 82,27 persen dan TPAK perempuan di angka 53,34 persen
atau kesenjangan di antara keduanya sebesar 28,93 persen.
Secara khusus pada kelompok perempuan, pola yang sama
dengan tahun lalu terlihat di tahun 2021, yaitu TPAK perempuan di
perdesaan lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan perkotaan.
Di perdesaan, TPAK perempuan sebesar 55,26 persen dan lebih
tinggi dibandingkan TPAK perempuan perkotaan yang berada di
angka 51,92 persen. Gambaran yang sama juga terlihat pada TPAK
laki-laki, yaitu TPAK laki-laki di perdesaan lebih tinggi daripada
di perkotaan, yaitu 84,82 persen dan 80,38 persen. Kesenjangan
TPAK antara laki-laki dan perempuan di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan perkotaan. Perbedaan TPAK laki-laki dan perempuan
di perkotaan sebesar 28,46 persen sedangkan di perdesaan lebih
tinggi yaitu 29,62 persen.

140
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

80.38 % Laki-Laki

51.92% perempuan

perkotaan
66.15 % total

84.82 % Laki-Laki

55.20 % perempuan

perkotaan
70.03 % total

82.27 % Laki-Laki

53.34 % perempuan

total
67.80 % total

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021.

Data di atas menegaskan tentang angka partisipasi perempuan


sebagai angkatan kerja masih sangat minim. Stereotype gender
masih menjadi tantangan mendasar bagi upaya peningkatan
partisipasi perempuan angkatan kerja karena stereotipe gender ini
melahirkan label-label yang merujuk pada jenis kelamin penduduk.
Hal ini diperkuat dengan adanya konstruksi atas maskulinitas dan
feminitas di dalam masyarakat yang membawa kesadaran akan
adanya bentuk-bentuk pembagian kerja seksual (Saptari & Holzner,
2016).

141
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pembagian kerja seksual ini berisiko semakin menegaskan
pandangan yang tidak menganggap perempuan sebagai ‘bukan
angkatan kerja’ karena tuntutan terhadap peran dan aktivitas
domestik perempuan, sementara laki-laki dituntut beraktivitas
di ranah publik dan harus mengambil bagian sebagai angkatan
kerja. Akibatnya, laki-laki cenderung khawatir ketika tidak memiliki
pekerjaan sehingga lebih proaktif mencari kerja. Sebaliknya,
perempuan tidak khawatir saat dirinya tidak memiliki pekerjaan
dan berimplikasi pada rendahnya partisipasi perempuan sebagai
angkatan kerja yang produktif.

pandangan yang tidak perempuan tidak khawatir


menganggap perempuan saat dirinya tidak memiliki
sebagai " bukan angaktan pekerjaan dan berimplikasi
kerja: karena tuntutan peran pada rendahnya partisipasi
dan aktivitas domestik perempuan sebagai angkatn
perempuan kerja yang produktif

Sebab Akibat
laki-laki dituntut beraktivitas laki-laki cenderung khawatir
di ranah publik dan harus ketika tidak memiliki
mengambil bagian sebagai pekerjaan sehingga proaktif
angkatan kerja mencari kerja

Analisis ini terbukti pada persentase penduduk usia 15


tahun ke atas yang sedang mencari kerja pada Tabel 5.1. Di tahun
2021, laki-laki yang mencari pekerjaan hampir dua kali lipat dari
perempuan dengan jumlah 5,55 persen laki-laki dan 3,26 persen
perempuan. Situasi ini juga tergambar sama pada penduduk
perdesaan dan perkotaan. Di perdesaan, laki-laki yang mencari
kerja sebanyak 3,57 persen, sedangkan perempuan 2,28 persen;
sementara di perkotaan, perempuan yang mencari kerja sebanyak
3,99 persen sedangkan laki-laki sebanyak 7,02 persen (lihat Tabel
5.1).

142
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan
menurut Provinsi dan Tipe Wilayah, 2021

Sulawesi Utara 44.64 44.83 44.72


Banten 46.84 46.82 46.84
Bangka Belitung 46.78 46.98 46.86
Riau 49.1 45.78 47.14
DKI Jakarta 47.34 47.34
Maluku Utara 46.53 48.01 47.57
Jawa Barat 48.08 47.16 47.88
Kalimantan Timur 48.88 46.77 48.2
Aceh 50.09 47.48 48.36
Kalimantan Utara 48.32 48.66 48.44
Sulawesi Selatan 47.99 50.59 49.42
Jambi 50.04 49.81 49.89
Gorontalo 51.85 49.26 50.41
Kalimantan Tengah 53.9 49.1 51.12
Kepulauan Riau 53.34 39.18 51.92
Sulawesi Tengah 53.48 51.55 52.17
Lampung 52.37 52.36 52.36
Indonesia 51.92 55.26 53.34
Kalimantan Barat 48.9 56.1 53.43
Maluku 50.89 55.91 53.71
Sulawesi Barat 57.54 53.55 54.38
Sumatera Selatan 52.75 55.64 54.54
Kalimantan Selatan 51 58.19 54.72
Sumatera Barat 55.03 55.05 55.04
Bengkulu 56.25 55.04 55.45
Jawa Timur 54.27 58.33 56.11
Sulawesi Tenggara 54.26 57.42 56.27
Sumatera Utara 51.95 62.51 56.5
Jawa Tengah 58.36 56.74 57.58
Papua Barat 50.56 65.2 58.78
Nusa Tenggara Barat 58.58 59.79 59.18
DI Yogyakarta 63.09 68.83 64.59
Nusa Tenggara Timur 59.63 67.3 65.34
Bali 66 71.48 67.61
Papua 50.64 76.94 69.1
0 50 100 150 200 250

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021.

143
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan provinsi, Papua memiliki TPAK perempuan
paling tinggi dibandingkan seluruh provinsi di Indonesia dengan
nilai sebesar 69,10 persen. Empat provinsi dengan capaian TPAK
tertinggi setelah Papua adalah Bali (67,61 persen), Nusa Tenggara
Timur (65,34 persen), DI Yogyakarta (64,59 persen), dan Nusa
Tenggara Barat (59,16 persen). Sebaliknya, provinsi dengan tingkat
partisipasi angkatan kerja terendah di Indonesia terjadi di Sulawesi
Utara dengan capaian partisipasi perempuan sebanyak 44,72
persen. Selanjutnya, empat provinsi paling rendah lainnya adalah
Banten (46,84 persen), Bangka Belitung (46,86 persen), Riau (47,14
persen) dan DKI Jakarta (47,34 persen) pada Gambar 5.3.

Selain itu, ketimpangan TPAK di perdesaan lebih tinggi


dibandingkan di perkotaan.

Di perkotaan menunjukkan TPAK tertinggi terdapat di provinsi


01 Bali (60 persen) sedangkan terendah terdapat di Sulawesi Utara
(44,64) atau mempunyai perbedaan sebesar 21,36 persen

Sedangkan untuk perdesaan menunjukkan TPAK tertinggi


terdapat di provinsi Papua (76,94 persen) sedangkan
02 terendah di Kepulauan Riau (38,18 persen) dengan
ketimpangan sebesar 37,76 persen

Perbedaan TPAK daerah perkotaan dan perdesaan di provinsi


03 Papua sebesar 26,3 persen yaitu TPAK di perkotaan sebesar
50,64 persen sedangkan di perdesaan sebesar 76,94 persen

Begitu juga perbedaan TPAK daerah perkotaan dan


04 perdesaan di provinsi Papua Barat sebesar 14,64 persen dan
Sumatera Barat sebesar 10,56 persen

144
Profil Perempuan Indonesia 2022
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Penduduk dengan status pengangguran atau mencari


pekerjaan dapat menjadi beban ekonomi bagi penduduk lainnya
karena tenaga kerja produktif yang tersedia belum terserap
sepenuhnya. Semakin tinggi angka pengangguran akan beresiko
pada tingkat kemiskinan yang semakin tinggi (Fajriyah, et.all.
2019). Dalam melihat kondisi pasar tenaga kerja, indikator Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) penting digunakan karena indikator
ini dapat digunakan untuk mengukur jumlah pengangguran
terhadap jumlah angkatan kerja (sirusa.bps.go.id).
Tahun 2021, TPT perempuan mengalami peningkatan
sedangkan TPT laki-laki justru mengalami penurunan yang
signifikan dibandingkan tahun 2020. Tahun 2021, TPT laki-
laki sebesar 6,11 persen atau menurun sebesar 1,35 persen
dibandingkan tahun 2020. Kondisi sebaliknya terjadi pada TPT
perempuan yang mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen
menjadi 6,74 persen dibandingkan tahun 2020. Situasi ini
semakin memperlebar kesenjangan kondisi perempuan sebagai
pengangguran dibandingkan laki-laki (Gambar 5.4).
Gambar 5.4 menunjukkan adanya kondisi TPT yang berbeda
dengan tiga tahun sebelumnya. Di tahun 2021, TPT perempuan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki, padahal di tahun sebelumnya,
TPT perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Bila dilihat
perkembangan dari tahun 2018 ke 2019, TPT perempuan dan laki-
laki sama-sama mengalami penurunan, namun, kembali meningkat
di tahun 2020. TPT pada perempuan tahun 2018 sebesar 5,25
persen, menurun menjadi 5,22 persen pada tahun 2019 tetapi
kembali meningkat sebesar 1,24 poin menjadi 6,46 persen pada
tahun 2020, begitu juga pada laki-laki.
Bertambahnya TPT pada perempuan dan laki-laki secara tajam
terjadi di tahun 2020, yaitu pada saat situasi pandemi Covid-19
di Indonesia. Masa pandemi telah berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah pekerja di sektor formal yang kehilangan
pekerjaannya. Sementara, pekerja sektor formal sendiri masih
didominasi oleh laki-laki, sehingga ketika terjadi Pembatasan

145
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sosial Berskala Besar (PSBB) banyak pekerja laki-laki di sektor
formal yang kehilangan pekerjaannya. Hal ini mempengaruhi angka
TPT yang besar pada laki-laki hingga 7,46 persen. Sementara itu,
pekerja perempuan yang mendominasi di sektor informal dapat
lebih mempertahankan pekerjaannya di tengah pandemi, sehingga
peningkatan TPT tidak sebesar laki-laki atau menjadi 6,46 persen.
Selanjutnya, di tahun 2021, pada saat kondisi perekonomian
sudah membaik dan pembatasan sosial masyarakat sudah mulai
dilonggarkan, situasi kembali menunjukkan penyerapan tenaga
kerja laki-laki khususnya di sektor formal lebih tinggi dibandingkan
perempuan yang menyebabkan tingkat pengangguran terbuka
perempuan tahun 2021 tetap lebih tinggi dibandingkan tahun
2020 sedangkan laki-laki menunjukkan penurunan.

Gambar 5.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Jenis


Kelamin, 2018-2021
8
7.46
7
6.74
6.46
6 6.11
5.34 5.24

5 5.25 5.22

4
2018 2019 2020 2021
Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

146
Profil Perempuan Indonesia 2022
Semakin banyaknya perempuan yang menjadi pengangguran
di tahun 2021 dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, misalnya:

O1

faktor sosial budaya yang menuntut


perempuan mengurus rumah tangga
menyulitkan perempuan kembali
memasuki pasar kerja formal
setelah berhenti dari kerja
di ruang publik 02

Selain itu, di dunia kerja masih


dijumpai adanya praktik diskriminatif
bagi calon pekerja perempuan dan
bahkan praktik gender di
masyarakat masih berisiko
merugikan partisipasi perempuan
di bidang ekonomi
(BPS & KPPPA, 2016)

Padahal, partisipasi perempuan dan memastikan perempuan


memiliki akses pada lapangan pekerjaan merupakan bagian dalam
indikator 8.6 SDGs yakni mengurangi secara substansial proporsi
usia muda yang tidak bekerja, tidak menempuh pendidikan atau
pelatihan. Selain itu, tujuan SDGs ke-8 mengenai Kerja Layak ini
juga beririsan dengan tujuan ke-5 mengenai Kesetaraan Gender
yang salah satu indikator targetnya yakni pada 5.a disebutkan
bahwa penting melakukan reformasi untuk memberi hak yang
sama kepada perempuan terhadap sumber daya ekonomi.
Berdasarkan data pada Gambar 5.5, TPT perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki terlihat di 17 provinsi, sedangkan yang
17 provinsi lainnya sebaliknya. Angka TPT perempuan tertinggi
terjadi di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu 10,72 persen, diikuti
Provinsi Jawa Barat sebanyak 9,27 persen dan Banten sebesar 9,21
persen. Untuk provinsi yang memiliki TPT perempuan terendah
adalah Nusa Tenggara Barat (2,28 persen) diikuti oleh provinsi
Papua (2,74 persen) dan Sulawesi Barat (2,74 persen). Perbedaan
atau ketimpangan capaian TPT yang tertinggi (Kepulauan Riau)
dan terendah (Papua) sebesar 8,44 persen.

147
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.5 Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) menurut Jenis
Kelamin dan Provinsi, 2021

Kepulauan Riau 10.72 9.42


Jawa Barat 9.27 10.14
Banten 9.21 8.85
DKI Jakarta 8.12 8.73
Sulawesi Utara 7.95 6.57
Aceh 7.46 5.59
Sumatera Barat 6.97 6.2
Maluku 6.75 7.05
Sumatera Utara 6.53 6.18
Jambi 6.43 4.32
Kalimantan Timur 6.13 7.22
Indonesia 6.11 6.74
Maluku Utara 5.97 4
Bangka Belitung 5.89 4.58
Sulawesi Selatan 5.73 5.71
Papua Barat 5.46 6.08
Kalimantan Barat 5.21 6.2
Sumatera Selatan 5.2 4.84
Jawa Tengah 5.14 6.54
Lampung 5.12 4.44
Jawa Timur 5.1 6.19
Kalimantan Utara 4.87 4.43
Kalimantan Tengah 4.76 4.4
Riau 4.48 4.39
Kalimantan Selatan 4.44 5.29
Bali 4.29 6.29
Bengkulu 3.97 3.45
Nusa Tenggara Timur 3.84 3.71
Sulawesi Tengah 3.74 3.75
Sulawesi Tenggara 3.74 4.04
DI Yogyakarta 3.67 5.28
Gorontalo 2.94 3.05
Sulawesi Barat 2.8 3.34
Papua 2.74 3.75
Nusa Tenggara Barat 2.28 3.56
0 5 10 15 20 25

Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

148
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sebaliknya, provinsi dengan TPT laki-laki tertinggi ditemukan
di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah sebesar 10,14 persen,
Kepulauan Riau sebanyak 9,42 persen dan Banten 8,85 persen.
Dari 34 provinsi di seluruh Indonesia, provinsi dengan angka TPT
laki-laki terendah ada di Gorontalo sebesar 3,05 persen. Perbedaan
atau ketimpangan capaian TPT yang tertinggi (Jawa Barat) dan
terendah (Gorontalo) sebesar 7,09 persen.

4 Perempuan yang Bekerja

Penduduk yang bekerja dapat dilihat berdasarkan berbagai


aspek, baik tingkat pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan
formal dan informal, jam kerja, maupun lapangan pekerjaan utama
yang dapat dikaitkan dengan status perkawinan, daerah tempat
tinggal dan jenis kelamin.

a. Tingkat Pendidikan
Langkah penting dalam membuka keterjangkauan
masyarakat, terutama perempuan terhadap akses lapangan
pekerjaan dapat dilakukan melalui pendidikan. Tingkat pendidikan
yang ditamatkan laki-laki dan perempuan akan berkorelasi pada
pilihan pekerjaan yang tersedia dan akses terhadapnya, bahkan
dapat menentukan besaran upah/gaji yang akan diterima (Fajriyah,
et. all, 2019). Dengan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan
seseorang diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam dunia
kerja. Masa depan yang akan ditempuh seseorang dapat berangkat
dari tingkat pendidikannya, karena dalam pekerjaan yang digeluti
memungkinkan adanya peluang-peluang baru yang bersifat
lanjutan dan diperoleh dalam pengalaman kerja yang dijalani.
Akses pendidikan yang setara bagi perempuan dan laki-
laki juga tertuang dalam indikator target 4.5 SDGs. Dalam SDGs
disebutkan bahwa di tahun 2030, terdapat target kunci yang
berorientasi untuk menghilangkan disparitas gender di bidang
pendidikan, menjamin kesamaan akses bagi seluruh jenjang
pendidikan dan pelatihan kejuruan, bahkan bagi kelompok rentan
dan marjinal, disabilitas, penduduk lokal, dan anak-anak. Secara
khusus, pada indikator 8.6 SDGs menegaskan adanya target
menekan dan mengurangi proporsi penduduk usia muda yang
tidak bekerja, tidak bersekolah dan berpelatihan.

149
Profil Perempuan Indonesia 2022
Di tahun 2021, persentase penduduk umur 15 tahun ke atas
yang bekerja dengan tingkat pendidikan terakhir paling tinggi SMA
ke atas hanya mencapai angka 45,05 persen pada laki-laki dan 43,81
persen perempuan. Pada penduduk perempuan, capaian di tahun
2021 ini mengalami kenaikan sebesar 2,07 persen dibandingkan
tahun 2020. Penduduk dengan lulusan SMP/sederajat cukup
kecil, yaitu 18,43 persen laki-laki, dan 16,73 persen perempuan.
Sementara itu, penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan
terendah yaitu lulusan SD/sederajat memiliki angka yang cukup
besar, yaitu 36,53 persen laki-laki dan perempuan sedikit lebih
tinggi dari laki-laki, yaitu 39,46 persen.

Tabel 5.3 Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang


Bekerja Menurut Jenis Kelamin, Tipe daerah dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021

Tipe Daerah/ Pendidikan Tertinggi yang di tamatkan


Jenis Kelamin SD Kebawah Total
SMP SMA Keatas
Perkotaan 27,75 16,70 55,56 100
Laki-Laki 27,15 17,13 55,72 100
Perempuan 28,66 16,03 55,31 100
Perdesaan 49,78 19,06 31,17 100
Laki-Laki 47,93 20,02 32,06 100
Perempuan 52,61 17,59 29,79 100
Total 37,69 17,76 44,55 100
Laki-Laki 36,53 18,43 45,05 100
Perempuan 39,46 16,73 43,81 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

Jika dilihat berdasarkan wilayah tempat tinggal, tingkat


pendidikan penduduk perempuan yang bekerja berada pada
persentase yang hampir sama dengan laki-laki, terutama di tingkat
SMA/sederajat. Perempuan perkotaan yang bekerja dengan
tingkat pendidikan SMA ke atas sebanyak 55,31 persen, sedangkan
laki-laki sebesar 55,72 persen. Pada kelompok perempuan, capaian

150
Profil Perempuan Indonesia 2022
tahun 2021 ini merupakan capaian yang meningkat sebanyak 2,12
persen dari tahun 2020. Persentase yang hampir sama juga terlihat
pada tingkat pendidikan SMP, dimana perempuan sedikit lebih
kecil dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 16,03 persen
dan 17,13 persen. Selanjutnya, perempuan yang bekerja dengan
tingkat pendidikan jenjang SD/sederajat sedikit lebih tinggi
daripada laki-laki yaitu 28,66 persen perempuan dan 27,15 persen
laki-laki.
Kondisi sebaliknya terlihat pada penduduk di wilayah
perdesaan. Persentase pekerja laki-laki yang memiliki tingkat
pendidikan jenjang SMA ke atas lebih banyak daripada perempuan,
yaitu 32,06 persen untuk perempuan dan 29,79 persen untuk
laki-laki. Meskipun persentase perempuan yang bekerja masih
tertinggal dengan laki-laki, namun angka ini sudah meningkat
1,85 persen dari tahun 2020. Begitu juga pada tingkat pendidikan
pekerja di jenjang SMP/sederajat, laki-laki mencapai 20,02 persen
lebih tinggi dari perempuan yang baru mencapai 17,59 persen.
Sementara itu, pada pekerja dengan tingkat pendidikan SD
kebawah, justru persentase perempuan lebih banyak daripada laki-
laki dengan perbandingan 52,61 persen dan 47,93 persen.
Kendala utama yang mempengaruhi akses penduduk di
bidang ekonomi dan pekerjaan berhubungan erat dengan tingkat
keterampilan yang dimiliki yang bisa didapatkan dengan beberapa
cara antara lain mengakses pendidikan yang cukup atau mengikuti
pelatihan. Rendahnya tingkat keterampilan berakibatkan daya
saing penduduk menjadi sangat lemah dan tidak dapat menjangkau
peluang-peluang pekerjaan yang tersedia. Secara khusus pada
perempuan, rendahnya tingkat pendidikan mereka menyebabkan
kondisi kelompok muda perempuan di wilayah miskin perdesaan
dan perkotaan semakin rentan terhadap kemiskinan (Herath,
2011). Situasi khusus yang dialami perempuan ini tidak terlepas
dari pengaruh budaya yang menempatkan perempuan menjadi
kelompok yang tidak diprioritaskan untuk mendapatkan akses ke
pendidikan tinggi. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk
marjinalisasi, yaitu suatu proses peminggiran yang dilakukan
karena perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan.

151
Profil Perempuan Indonesia 2022
Banyak cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan
perempuan. Salah satunya dilakukan dengan menggunakan
asumsi gender. Dalam konteks akses ke pendidikan dan pekerjaan,
asumsi gender yang tertanam dalam masyarakat merujuk pada
peran gender yang menempatkan perempuan pada ruang
domestik (Faqih, 2004). Dengan konstruksi demikian, perempuan
sudah dianggap cukup mendapatkan pendidikan sampai di
jenjang pendidikan dasar saja dan lain hal dengan laki-laki yang
dapat memperoleh kesempatan menempuh pendidikan sampai
pendidikan tinggi.
Penduduk yang bekerja dan memiliki pekerjaan tambahan
terlihat sangat sedikit, baik pada perempuan maupun laki-
laki. Dalam Gambar 5.6 ini terlihat bahwa mayoritas penduduk
Indonesia bergantung hanya pada satu sumber pendapatan
saja dengan persentase yang sangat besar atau mencapai 88,75
persen. Dengan situasi ini, penduduk Indonesia berada dalam
posisi sangat rentan mengalami krisis ekonomi ketika kehilangan
pekerjaan karena satu-satunya sumber pendapatan penduduk
hanya pada satu sumber daya ekonomi saja. Jika dibandingkan laki-
laki, persentase perempuan yang memiliki pekerjaan tambahan
jauh lebih sedikit, yaitu hanya 8,62 persen dibandingkan laki-laki
yang mencapai 12,97 persen.

Gambar 5.6 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja


menurut Jenis Kelamin dan Memiliki Pekerjaan
Tambahan, 2021

87.03 91.38 88.75

12.97 8.62 11.25


Laki-Laki Perempuan Total

Memiliki Pekerjaan Lebih dari Satu Tidak Memiliki Pekerjaan Tambahan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

152
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan provinsi, Tabel 5.4 menunjukkan:

persentase perempuan yang bekerja dengan jenjang


pendidikan SD ke bawah paling banyak terjadi di Papua
sebesar 65,99 persen, Nusa Tenggara Timur sebesar 51,71
persen dan Kalimantan Barat sebanyak 49,04 persen

persentase perempuan yang bekerja dengan tingkat


pendidikan terendah jenjang pendidikan SMA ke atas
yang paling sedikit juga terjadi di ketiga provinsi
tersebut, yaitu Papua sebanyak 22,92 persen,
Kalimantan Barat sebanyak 34,14 persen dan Nusa
Tenggara Timur sebesar 35,72 persen.

Provinsi dengan perempuan bekerja yang memiliki


tingkat pendidikan SMA ke atas terbanyak dialami
perempuan yang tinggal di Kepulauan Riau sebesar
73,11 persen, DKI Jakarta sebesar 67,24 persen, dan
Sulawesi Utara sebanyak 59 persen
Tiga provinsi ini juga merupakan provinsi dengan
perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan
SD ke bawah paling sedikit di antara seluruh provinsi
di Indonesia, yaitu Kepulauan Riau sebanyak 16,36
persen, DKI Jakarta sebesar 19,74 persen dan
Sulawesi Utara sebanyak 24,56 persen.

Tabel 5.4 menunjukkan adanya keterhubungan antara tingkat


pendidikan tertinggi pada perempuan di jenjang SMA ke atas
dengan SD ke bawah. Ketika persentase penduduk perempuan yang
bekerja dengan tingkat pendidikan SMA ke atas semakin tinggi,
maka persentase perempuan yang bekerja dengan pendidikan
SD ke bawah semakin sedikit; demikian pula sebaliknya. Itu
artinya, pada provinsi dengan persentase penduduk bekerja yang
memiliki tingkat pendidikan SMA ke atas dapat mengindikasikan
kesejahteraan penduduk perempuan lebih baik ketimbang provinsi
dengan perempuan bekerjanya mayoritas berpendidikan SD ke
bawah. Selain upah yang berbeda karena tingkat pendidikan yang
berbeda, perempuan yang bekerja dengan tingkat pendidikan
SD kebawah memiliki keterbatasan pilihan antara lain seperti
mendapatkan pekerjaan yang berisiko dan tidak dibarengi dengan
pemenuhan hak mereka sebagai pekerja.

153
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 5.4 Persentase Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi
dengan Persentase Tertinggi dan Terendah, dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021.

SD Kebawah SMP SMA


PROVINSI % PROVINSI % PROVINSI %
Papua 65,99 Lampung 21,32 Kepulauan Riau 73,11
NTT 51,71 Jawa Tengah 18,59 DKI Jakarta 67,24
Kalimantan Barat 49,04 Sumatera Utara 18,02 Sulawesi Utara 59,00
Sulawesi Barat 47,39 Jawa Barat 17,83 Maluku 56,69
NTB 47,21 Aceh 17,44 DI Yogyakarta 56,02
Indonesia 39,46 Indonesia 16,73 Indonesia 43,81
Aceh 27,28 DKI Jakarta 13,02 Jawa Timur 36,80
Sumatera Utara 27,15 NTT 12,57 NTB 36,13
Sulawesi Utara 24,56 Papua 11,09 Nusa Tenggara 35,72
Timur
DKI Jakarta 19,74 Gorontalo 11,09 Kalimantan Barat 34,14
Kepulauan Riau 16,36 Kepulauan Riau 10,52 Papua 22,92
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

b. Status Pekerjaan Utama

Pada tahun 2021, Gambar 5.7 menunjukkan bahwa status


pekerjaan utama pada perempuan dan laki-laki memiliki pola yang
sedikit berbeda. Meskipun secara umum status pekerjaan utama
laki-laki dan perempuan dengan persentase paling tinggi sama-
sama sebagai buruh/karyawan/pegawai, namun pada peringkat
yang lainnya tampak berbeda. Pada perempuan dengan status
pekerjaan utama sebagai pegawai/buruh/karyawan sebanyak
34,62 persen, diikuti oleh pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar
24,36 persen. Sedangkan pada laki-laki status pekerjaan utama
sebagai buruh/karyawan sebanyak 39,31 persen sedangkan
pekerja keluarga atau tidak dibayar sebesar 6,7 persen. Status
pekerja keluarga/tidak dibayar pada perempuan menguatkan

154
Profil Perempuan Indonesia 2022
bukti tentang inferioritas perempuan di bidang ekonomi, terutama
ekonomi keluarga. Kerja-kerja perempuan tidak dinilai sebagai
bentuk kontribusi ekonomi meskipun bernilai ekonomis. Itu artinya,
posisi perempuan yang ikut bekerja, terutama pada kerja keluarga
dianggap hanya membantu sehingga rentan terhadap anggapan
tidak dihargai atau diperhitungkan, dan dianggap bukan pekerja
atau tidak memiliki hak-haknya sebagai pekerja.

Gambar 5.7 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang


Bekerja Menurut Status pada Pekerjaan Utama dan
Jenis Kelamin, 2021

20.47
Berusaha Sendiri 21.26
20.78
16.08
Berusaha dibantu Pekerja tidak
12.59
tetap/pekerja
14.7
4.08
Berusaha dibantu pekerja tetap dan
1.58
dibayar
3.09
39.31
Buruh/Karyawan/Pegawai 34.62
37.46
13.35
Pekerja bebas 5.59
10.29
6.7
Pekerja Keluarga/tidak dibayar 24.36
13.68

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

Jika dilihat lebih lanjut, pada Gambar 5.7 juga terlihat bahwa
persentase status pekerjaan utama penduduk Indonesia dalam
bentuk usaha sendiri berada di angka yang cukup besar, terutama

155
Profil Perempuan Indonesia 2022
ketika digabungkan antara pekerjaan yang berusaha sendiri dengan
yang berusaha dibantu pekerja lain. Persentase laki-laki yang
melakukan usaha mencapai angka 40,63 persen yang terdiri dari
berusaha sendiri sebesar 20,47 persen, berusaha dengan dibantu
pekerja tidak tetap/keluarga/tidak dibayar sebanyak 16,08 persen
dan berusaha dengan dibantu pekerja yang dibayar sebanyak
4,08 persen. Sementara itu, persentase pekerja perempuan yang
berusaha sendiri sebanyak 35,43 persen dengan rincian sebanyak
21,26 persen adalah berusaha sendiri, 12,59 persen adalah usaha
dibantu pekerja tidak dibayar, dan 1,58 persen adalah berusaha
dengan pekerja yang dibayar.
Jika dibandingkan dengan persentase status pekerjaan
utama sebagai pegawai/buruh/karyawan, maka persentase
status pekerjaan utama sebagai pengusaha lebih tinggi, dan
hal ini mengindikasikan menjadi entrepreneur atau pengusaha
menjadi pilihan utama sebelum menjadi pegawai atau karyawan.
Sayangnya, proporsi pekerjaan yang berusaha dengan melibatkan
pekerja tanpa dibayar berjumlah jauh lebih tinggi ketimbang
dengan melibatkan pekerja yang dibayar, bahkan mencapai selisih
lebih dari 10 persen.
Gambaran data tersebut dapat mengindikasikan dua hal,
pertama bahwa para pekerja pada kategori berusaha dengan
dibantu pekerja tidak dibayar dengan persentase sebesar 14,70
persen tersebut sejatinya berwajah perempuan. Hal ini tampak
sejalan persentase perempuan yang menjadi pekerja keluarga
atau tidak dibayar sebesar 24,36 persen. Konsekuensi dari situasi
ini dapat semakin memperburuk kemandirian ekonomi perempuan
meskipun mereka berstatus bekerja. Kedua, penduduk dengan
status berusaha yang bersifat mandiri dengan jumlah lebih dari 38
persen tersebut mengindikasikan jenis usaha kecil dan belum kuat,
terutama karena masih dilakukan sendiri, atau jika pun melibatkan
pekerja lain, maka kebanyakan tidak diperhitungkan sebagai
pekerja yang dibayar atau pekerja tidak tetap. Dengan kata lain,
usaha pekerjaan yang diciptakan sebagian penduduk Indonesia
membuka adanya peluang serapan tenaga kerja, namun masih
belum mampu menjadi peluang kerja yang mampu memenuhi hak-
hak pekerja.

156
Profil Perempuan Indonesia 2022
c. Sektor Pekerjaan Formal dan Informal

Memiliki pekerjaan di sektor formal menuntut adanya


syarat-syarat khusus yang harus dimiliki calon pekerja dan harus
dibuktikan melalui dokumen, seperti ijazah, sertifikat, atau lainnya.
Selain itu, pada pekerjaan di sektor formal, kesesuaian bidang
keahlian dengan jenis pekerjaan yang ditawarkan juga menjadi
bagian yang dipertimbangkan, selain portofolio dan pengalaman
kerja sebelumnya. Sementara itu, di pekerjaan sektor informal,
tuntutan syarat yang dibarengi dengan bukti dokumen pada
umumnya tidak terlalu dituntut. Pada pekerjaan di sektor informal
juga memungkinkan adanya lebih menawarkan fleksibilitas waktu
dan mekanisme kerja yang tidak kaku. Misalnya saja, pekerjaan
membatik bisa dilakukan dari rumah dan diperhitungkan
berdasarkan jumlah yang dihasilkan; atau pekerjaan layanan jasa
membersihkan rumah, memperbaiki peralatan rumah yang rusak,
dan sejenisnya, dapat dilakukan melalui perjanjian dan kesepakatan
antar kedua belah pihak.
Ada banyak jenis kegiatan ekonomi informal, Chen (2012)
membaginya dalam dua kategori luas yakni:

wirausaha di perusahaan informal


(yaitu perusahaan tidak berbadan
hukum yang mungkin juga tidak
terdaftar atau kecil), termasuk
pengusaha di perusahaan informal,
memiliki operator sendiri dan pekerja
keluarga yang tidak dibayar

Pekerjaan berupah, karyawan yang


dipekerjakan tanpa jaminan
perlindungan sosial oleh perusahaan
06 informal (karyawan perusahaan
informal, pekerja di pertanian, pekerja
rumah tangga berbayar, pekerja
industri rumahan, pekerja rumahan)

157
Profil Perempuan Indonesia 2022
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan
ekonomi informal sebagai semua kegiatan ekonomi--yang tidak
termasuk aktivitas terlarang— yang secara hukum dan praktik
tidak terikat pada pengaturan ekonomi formal. Sedangkan,
pekerja informal mengacu pada pekerja di sektor informal yang
hak dan kewajiban normatifnya (pajak penghasilan, hak untuk
perlindungan sosial, pemberitahuan pemutusan hubungan kerja,
uang pesangon, cuti tahunan atau sakit, dll.) tidak diatur dalam
undang-undang perburuhan nasional.
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa secara umum persentase
penduduk yang bekerja di sektor informal lebih besar daripada yang
bekerja di sektor formal, yaitu 59,45 persen berbanding dengan
40,55 persen. Dibandingkan laki-laki, persentase perempuan yang
bekerja di sektor formal lebih kecil dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 36,2 persen untuk perempuan dan 43,39 persen
untuk laki-laki. Situasi sebaliknya terlihat pada pekerjaan sektor
informal dimana persentase perempuan selalu lebih banyak dari
laki-laki. Di tahun 2021, perempuan yang bekerja di sektor informal
berjumlah 63,8 persen, sedangkan laki-laki berjumlah 56,61 persen.
Capaian tingkat pendidikan perempuan yang cenderung
lebih rendah dari laki-laki mengakibatkan perempuan tidak
memiliki akses yang sama dengan laki-laki pada pilihan pekerjaan
formal. Kondisi ini diperburuk dengan relasi gender yang kerap
menempatkan perempuan dalam situasi yang sulit memutuskan
karena persoalan izin dari suami, orang tua, atau pihak lainnya.
Selain itu, tuntutan budaya yang menempatkan perempuan
sebagai penanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak,
sehingga perempuan lebih memilih sektor informal.
Berdasarkan tipe wilayah, pola yang sama terlihat baik di
perkotaan maupun perdesaan. Persentase laki-laki selalu lebih
tinggi berada di sektor pekerjaan formal dibandingkan perempuan,
baik di wilayah perkotaan maupun di perdesaan. Di perkotaan, laki-
laki yang bekerja di sektor formal sebanyak 54,17 persen, sedangkan
di perempuan sebanyak 46,68 persen. Di perdesaan, persentase
laki-laki yang bekerja di sektor formal sebesar 30,30 persen dan
perempuan sebesar 27,59 persen. Gambaran data tersebut
menegaskan bahwa walaupun pola laki-laki dan perempuan sama,
yaitu persentase pekerja sektor formal lebih kecil dibandingkan

158
Profil Perempuan Indonesia 2022
sektor informal, tetapi persentase pekerja laki-laki yang bekerja
di sektor formal selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Sebaliknya, persentase pekerja perempuan yang bekerja di sektor
informal selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Tabel 5.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang


Bekerja Menurut Sektor Pekerjaan, Jenis Kelamin
dan Tipe Daerah, 2021

Tipe Daerah/Jenis Sektor Pekerjaan


Total
Kelamin Formal Informal
Perkotaan
Laki-laki 54,17 45,83 100,00
Perempuan 46,68 53,32 100,00
Laki-laki+Perempuan 51,21 48,79 100,00
Perdesaan
Laki-laki 30,30 69,70 100,00
Perempuan 23,44 76,56 100,00
Laki-laki+Perempuan 27,59 72,41 100,00
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki 43,39 56,61 100,00
Perempuan 36,20 63,80 100,00
Laki-laki+Perempuan 40,55 59,45 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

Tabel 5.6 menunjukkan persentase penduduk yang bekerja


menurut sektor pekerjaan dan kelompok umur di tahun 2021. Pada
laki-laki menunjukkan persentase penduduk yang bekerja di sektor
formal lebih tinggi dibandingkan sektor informal pada kelompok
usia 20 sampai 34 tahun, selebihnya atau usia 15-19 tahun atau 35
tahun ke atas, persentase sektor informal lebih tinggi dibandingkan
sektor formal. Pada perempuan, hanya kelompok umur 20-29 tahun
yang menunjukkan persentase penduduk bekerja di sektor formal
lebih tinggi dibandingkan informal. Selebihnya, pada perempuan
usia 15-19 tahun dan 30 tahun ke atas terjadi kondisi sebaliknya.

159
Profil Perempuan Indonesia 2022
Hal ini menunjukkan bahwa pekerja perempuan mempunyai
kemungkinan masuk yang cukup tinggi ke dalam sektor formal
ketika usia masih cukup muda dan produktif yaitu antara 20 sampai
34 tahun.

Tabel 5.6 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas


yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin,
dan Sektor Pekerjaan, 2021

Laki-laki Perempuan
Kelompok umur Sektor Sektor Sektor Sektor
formal informal formal informal
15-19 tahun 30,86 69,14 38,75 61,25
20-24 tahun 55,36 44,64 63,44 36,56
25-29 tahun 57,97 42,03 57,60 42,40
30-34 tahun 53,71 46,29 44,81 55,19
35-39 tahun 49,06 50,94 38,10 61,90
40-44 tahun 45,07 54,93 33,64 66,36
45-49 tahun 41,64 58,36 28,96 71,04
50-54 tahun 39,14 60,86 25,92 74,08
55-59 tahun 31,75 68,25 22,12 77,88
60 tahun ke atas 16,79 83,21 9,59 90,41

Hal lain yang diperhatikan pada Tabel 5.6 menunjukkan


persentase pekerja yang bekerja di sektor informal terendah
pada kelompok umur 60 tahun ke atas yaitu 16,79 persen untuk
laki-laki dan 9,59 persen untuk perempuan. Meskipun jumlahnya
kecil, namun persentase lansia laki-laki dan perempuan yang masih
bekerja di sektor formal patut diapresiasi. Lansia yang bekerja di
sektor informal menunjukkan jumlah yang signifikan. Hal ini dapat
dipahami karena mereka telah purna tugas pada tempat kerja
sebelumnya, namun kemandirian lansia dengan tetap melakukan
kerja informal mengindikasikan potensi lansia Indonesia yang
masih patut diperhitungkan.

160
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.8 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja menurut Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,
dan Sektor Pekerjaan, 2021.

40.06
Perempuan Sektor Informal 74.08

85.79

37.86

Laki-Laki Sektor Informal 63.27

76.36

59.94

Perempuan Sektor Formal 25.92

14.21

62.14

Laki-Laki Sektor Formal 36.73

23.64

SMA SMP SD Ke bawah

Berdasarkan tingkat pendidikan dan sektor pekerjaan,


Gambar 5.8 menunjukkan

baik pada laki-laki maupun perempuan yang tamat pendidikan SD ke


bawah mendominasi pekerja di sektor pekerjaan informal. Hal ini
sangat dipahami karena pekerjaan di sektor informal cenderung tidak
menuntut adanya ijazah di level yang tinggi. Akan tetapi, kondisi mereka
akan menjadi kelompok yang paling rentan tidak mendapatkan hak-hak
dasarnya sebagai pekerja, baik dalam bentuk uang lembur, libur, jam kerja
yang pasti, perlindungan jaminan pekerjaan, dan lainnya

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar


peluang mendapatkan pekerjaan di sektor formal, sebaliknya semakin
rendah pendidikan seseorang semakin kecil mendapatkan pekerjaan di
sektor formal. Tahun 2021, 62,14 persen pekerja laki-laki di sektor formal
adalah lulusan minimal SMA sedangkan 23,64 persen hanya lulusan
maksimal SD. Begitu pula dengan perempuan menunjukkan bahwa 59,94
persen yang bekerja di sektor formal adalah lulusan minimal SMA dan
14,21 persen adalah lulusan maksimal SD

161
Profil Perempuan Indonesia 2022
Hal lain yang perlu diperhatikan, masih cukup tingginya
pekerja yang memiliki pendidikan tinggi yang masuk ke dalam
sektor informal yaitu pada perempuan dengan tingkat pendidikan
SMA ke atas sebanyak 40,06 persen, sedangkan laki-laki sebanyak
37,86 persen. Persentase ini mengindikasikan serapan tenaga kerja
di sektor formal belum sepenuhnya memanfaatkan penduduk
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi secara maksimal. Terdapat
hampir dari seluruh penduduk laki-laki dan perempuan yang
berpendidikan SMA ke atas yang tidak termanfaatkan di sektor
pekerjaan formal.
Data diatas mengkonfirmasi tentang tenaga kerja informal
yang selalu didominasi oleh mereka dengan tingkat pendidikan
rendah dan perempuan, seperti pekerja rumah tangga, buruh harian
lepas perkebunan teh, dan pekerja rumahan. Padahal, di Indonesia,
perlindungan pada pekerja sektor informal masih sangat minim. Di
dalam UU Ketenagakerjaan No. 13/2003, definisi hubungan kerja
dan industrial yang ada telah secara jelas tidak mengakomodasi
keragaman jenis pekerjaan dan kompleksitas hubungan kerja di
sektor informal (Pratiwi, 2020).

d. Status Perkawinan
Penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja selama
seminggu lalu berdasarkan status perkawinannya dikategorisasi
melalui empat status, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup,
dan cerai mati. Pada Gambar 5.9 terlihat adanya fenomena
yang tidak berbeda pada perempuan dan laki-laki yang bekerja
berdasarkan status perkawinannya. Status menikah merupakan
status paling banyak disandang penduduk perempuan dan laki-
laki yang bekerja. Fenomena yang sama juga terlihat di perkotaan
maupun perdesaan. Di perkotaan, persentase penduduk berstatus
menikah dan bekerja mencapai jumlah 70,23 persen, sementara di
perdesaan mencapai angka 75,20 persen. Selanjutnya, penduduk
perkotaan yang bekerja dan berstatus belum menikah sebanyak
21,74 persen, sementara itu di perdesaan sebanyak 16,71 persen.

162
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.9 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di
Perkotaan dan Perdesaan yang Bekerja selama
Seminggu yang Lalu menurut Status Perkawinan,
2021.

2.46
Perdesaan 16.71 75.20
5.63

3.01
Perkotaan 21.74 70.23
5.02

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

Sumber: Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

Meskipun terlihat memiliki pola yang sama, namun jika ditelisik


lebih dalam, terdapat situasi khusus yang menunjukkan adanya
perbedaan perempuan dan laki-laki. Pada Gambar 5.10 terlihat
bahwa di perkotaan, laki-laki yang bekerja dan berstatus kawin
lebih banyak dibandingkan perempuan dengan perbandingan
73,43 persen laki-laki dan 65,33 persen perempuan atau terdapat
selisih 8,1 poin. Di perdesaan, perempuan dan laki-laki berstatus
kawin dan bekerja memiliki selisih yang lebih sedikit, yaitu 2,17
poin atau 76,05 persen untuk laki-laki berbanding 73,88 persen
untuk perempuan.
Di perdesaan, persentase perempuan bekerja yang berstatus
menikah lebih banyak dibandingkan perempuan perkotaan
dengan perbandingan 65,33 persen dan 73,88 persen. Situasi ini
berbanding terbalik dengan perempuan bekerja yang berstatus
belum kawin, yakni lebih banyak perempuan perkotaan. Di
perdesaan, perempuan berstatus belum kawin yang bekerja
sebanyak 12,17 persen, sementara di perkotaan sebesar 20,81

163
Profil Perempuan Indonesia 2022
persen atau lebih banyak perkotaan sebanyak 8,64 persen. Itu
artinya, perempuan berstatus tidak kawin di perkotaan lebih
banyak memiliki pekerjaan atau melakukan usaha bernilai ekonomi
dibandingkan perempuan perdesaan. Situasi ini dapat dilihat dari
dua sisi yang saling mendukung. Di satu sisi, wilayah perkotaan
cenderung menyediakan peluang pekerjaan yang lebih banyak dan
lebih bervariasi sehingga perempuan memiliki akses yang lebih
banyak. Sementara itu, kehidupan di perkotaan menuntut adanya
biaya hidup yang lebih tinggi ketimbang di perdesaan sehingga
perempuan harus memiliki sumber penghasilan untuk kemandirian
dirinya atau berkontribusi pada biaya hidup keluarganya.

Gambar 5.10. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas


yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Daerah, Jenis Kelamin, dan Status
Perkawinan, 2021.

73.43 76.05 73.88


65.33

22.35 19.67 20.81


9.43 12.17 10.55
2.08 2.14 1.85 2.43 4.43 3.39

Laki-Laki di Laki-Laki di Perempuan di Perempuan di


Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

Sumber: Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

Gambar 5.10 juga menunjukkan adanya perbedaan pada


status pekerja yang cerai hidup dan cerai mati. Baik di perkotaan
maupun di perdesaan, persentase perempuan yang bekerja dan
berstatus cerai mati atau cerai hidup lebih tinggi dibandingkan
laki-laki yang bekerja dan berstatus cerai mati atau cerai hidup.

164
Profil Perempuan Indonesia 2022
Baik di perkotaan maupun di perdesaan, hanya sekitar 4 persen
pekerja laki-laki yang berstatus cerai hidup atau cerai mati,
sedangkan perempuan sekitar 14 persen. Fenomena janda dan
duda yang bekerja mengindikasikan dua situasi yang berbeda
pada perempuan dan laki-laki sebagai akibat konstruksi gender.
Persentase janda yang berjumlah lebih besar dapat menunjukkan
bahwa perempuan yang bercerai, baik karena perceraian mati atau
hidup, memutuskan tidak segera menikah lagi dan memilih bekerja
untuk kehidupan dirinya dan/atau bersama anak-anaknya (single
parent). Sementara pada laki-laki, sedikitnya persentase laki-laki
bekerja dengan status duda dapat menunjukkan kondisi laki-laki
yang lebih memilih segera menikah segera setelah mengalami
perceraian, baik perceraian mati maupun hidup. Melalui lensa
konstruksi gender yang masih mengatur ranah domestik dan
publik sebagai ranah yang dibakukan pada perempuan dan laki-laki
secara berbeda, maka laki-laki cenderung lebih merasa kesulitan
ketika harus bertanggung jawab pada kedua ranah domestik-
publik dalam satu waktu. Laki-laki belum terbiasa bertanggung
jawab pada kedua ranah tersebut sendiri. Sementara itu, meskipun
perempuan dikonstruksikan bertanggung jawab di ranah domestik,
namun tuntutan kehidupan yang cenderung menuntut perempuan
juga mengambil peran di ranah publik membuat perempuan lebih
mudah beradaptasi dalam mengelola dua ranah sekaligus setelah
menjanda.

e. Jam Kerja
Jam kerja merupakan salah satu indikator penting dalam
melihat durasi waktu bekerja pada penduduk laki-laki dan
perempuan. Dengan melihat jam kerja yang dijalani seseorang,
dapat dianalisis kontribusi perempuan dalam memanfaatkan
waktunya untuk bekerja. Hal penting yang harus dipahami dalam
data jam kerja ini adalah merujuk pada jam kerja pada usaha dan
pekerjaan yang dibayar. Data yang tersedia belum memasukkan
durasi waktu yang dihabiskan perempuan di luar jam kerjanya yang
dilakukan untuk menjalani peran gendernya melalui kerja-kerja
keluarga dan tidak dibayar.

165
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pengaturan tentang jam kerja tertuang dalam pasal 77 ayat
(1) dan (2) UU No. 13/2003 jo. UU No. 21/2020 dan pasal 21 ayat
(2) Peraturan Pemerintah No. 35/2021 yang mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan
jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem yaitu:
7 jam kerja dalam 1 hari atau
a 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk
6 hari kerja dalam 1 minggu

8 jam kerja dalam 1 hari atau


b 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk
5 hari kerja dalam 1 minggu

Ketentuan waktu kerja di atas hanya mengatur batas waktu


kerja untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam seminggu. Kerja terus
menerus lebih dari 40 jam per minggu dapat meningkatkan risiko
kecelakaan, meningkatkan tingkat stres, dan bahkan menyebabkan
rasa sakit fisik (Kemenkes, 2018).

Tabel 5.7. Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang


Bekerja Menurut Jenis Kelamin, Tipe Daerah dan
Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu, 2021

Tipe Daerah/ Jumlah Jam Kerja


Jenis Kelamin Selama Seminggu Total
0 1-34 35-40 >40
Perkotaan 2,88 31,04 17,60 48,48 100
Laki-laki 2,87 26,18 17,88 53,08 100
Perempuan 2,90 34,48 17,18 41,44 100
Perdesaan 2,96 48,65 14,03 34,35 100
Laki-laki 2,99 42,87 15,24 38,89 100
Perempuan 2,93 57,51 12,17 27,39 100
Perkotaan+Perdesaan 2,92 38,99 15,99 42,10 100
Laki-laki 2,92 33,72 16,69 46,68 100
Perempuan 2,92 47,06 14,92 35,11 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021

166
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada Tabel 5.7 terlihat persentase penduduk usia 15 tahun ke
atas yang bekerja menurut jumlah jam kerja dalam seminggu yang
lalu menunjukkan pola yang sama, baik di perkotaan dan perdesaan.
Di perkotaan, persentase laki-laki yang bekerja lebih dari 40 jam
selama seminggu lebih banyak dari perempuan, yaitu sebanyak
53,08 persen untuk laki-laki dan 41,44 persen untuk perempuan. Di
perdesaan, juga menunjukkan pola yang sama yaitu persentasenya
laki-laki yang bekerja lebih dari 40 jam seminggu juga lebih banyak
bekerja yaitu 38,89 persen dibandingkan perempuan sebesar
27,39 persen.
Hal penting yang harus dilihat juga adalah pada durasi waktu
1-34 jam seminggu yang lebih banyak dilakukan perempuan,
baik di perkotaan maupun perdesaan. Persentase perempuan
di perkotaan yang bekerja selama 1-34 jam seminggu mencapai
jumlah 38,48 persen, sedangkan laki-laki sebanyak 26,18 persen
atau selisih 12,30 persen. Di perdesaan, laki-laki yang bekerja
selama 1-34 jam seminggu sebanyak 42,87 persen, sedangkan
perempuan mencapai 57,51 persen atau selisih 14,76 persen.
Gambaran data ini dapat memperkuat analisis terkait beban ganda
perempuan dan mendorong sebagian perempuan memilih bekerja
paruh waktu. Itulah mengapa, perempuan yang bekerja kurang
dari 35 jam seminggu lebih banyak dari laki-laki, karena bisa jadi
sebagian perempuan harus menyediakan waktu untuk melakukan
pekerjaan domestik yang tidak dibayar sebagai implikasi konstruksi
gender.

Tabel 5.8 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke


Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jam
Kerja, 2021.

Kelompok Umur 0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas


15-19 tahun 1,07 55,37 9,96 33,60
20-24 tahun 1,97 36,91 17,61 43,51
25-29 tahun 2,55 40,93 19,22 37,29
30-34 tahun 3,07 43,40 16,26 37,26
35-39 tahun 2,79 44,48 15,74 36,99
40-44 tahun 2,50 45,84 15,10 36,56

167
Profil Perempuan Indonesia 2022
Kelompok Umur 0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas
45-49 tahun 2,88 47,39 14,09 35,64
50-54 tahun 3,23 49,77 14,21 32,79
55-59 tahun 3,39 53,00 13,57 30,04
60 tahun keatas 4,59 59,51 10,23 25,68
Total 2,92 47,06 14,92 35,11
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021.

Berdasarkan kelompok umur sebagaimana tertera pada Tabel


5.8 diperoleh:

persentase perempuan yang bekerja lebih dari 40 jam


seminggu tertinggi dilakukan oleh perempuan pada kelompok
umur 20-24 tahun, yaitu 43,51 persen sedangkan terendah
pada kelompok umur 60 tahun ke atas

Untuk kelompok umur 15-19 tahun, sebagian besar kelompok


tersebut masih masuk dalam kelompok umur anak, terdapat
55,37 persen perempuan umur 15-19 tahun bekerja dalam
durasi waktu selama 1-34 jam perminggu, meskipun terdapat
33,60 persen yang bekerja lebih dari 40 jam seminggu

Pada kelompok umur lebih dari 60 tahun, perempuan lansia


masih bekerja, bahkan 25,68 persen di antaranya masih harus
bekerja lebih dari 40 jam seminggu

168
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jika diperhatikan pada kelompok umur 20 tahun ke atas
dan dalam durasi waktu kerja 1-34 jam seminggu, terdapat tren
yang menunjukkan semakin meningkat umur perempuan, maka
semakin banyak persentase perempuan yang bekerja dalam durasi
kurang dari 34 jam seminggu. Hal ini dapat mengindikasikan
kondisi perempuan yang harus berbagi waktu dengan kehidupan
perkawinannya. Di Indonesia, kebanyakan perempuan yang
berumur di atas 20 tahun sudah menikah dan bahkan sebagian
sudah memiliki anak. Keberadaan anak mengantarkan langkah
keputusan perempuan untuk tidak mengambil jam kerja penuh.
Ketika berumur lebih tua, dimungkinkan perempuan memiliki
anak kedua dan seterusnya, atau bahkan pada saat menjelang
lansia, sudah memiliki cucu dan harus merawat/menjaga cucu
mereka. Karena itulah, bisa jadi perempuan cenderung memilih
bekerja dengan durasi waktu yang fleksibel dan kurang dari 34 jam
seminggu agar mampu mengatur dua beban domestik dan publik
yang diembannya.
Berdasarkan provinsi, Gambar 5.11 menunjukkan bahwa
baik pada pekerja laki-laki dan perempuan, persentase penduduk
yang bekerja lebih 40 jam seminggu tertinggi dialami penduduk
yang ada di provinsi DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Banten.
Sebaliknya, persentase yang bekerja lebih dari 40 jam seminggu
terendah pada laki-laki dan perempuan terdapat pada provinsi
Papua, Sulawesi Barat dan NTT.
Gambar 5.11 menunjukkan secara nasional, penduduk
Indonesia yang bekerja lebih dari 40 jam seminggu berada dalam
persentase yang tinggi. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. KEP 102/MEN/VI/2004 Pasal 1 angka
1 tentang Sistem Jam Kerja, jika durasi waktu seseorang bekerja
lebih dari 40 jam seminggu, maka mereka berhak atas uang lembur
atas kelebihan waktu bekerja yang dijalani. Pembayaran upah
kelebihan jam kerja atau lembur ini merupakan hak pekerja yang
harus dipenuhi oleh pihak penyedia pekerjaan atau jasa.

169
Profil Perempuan Indonesia 2022
Selain terkait pemenuhan hak upah atas lembur, gambaran
persentase penduduk di atas harus menjadi perhatian karena
bekerja lebih dari 40 jam seminggu memiliki risiko kesehatan dan
kesejahteraan hidup (well being).

Selain itu, pekerja perempuan yang bekerja pada


shift malam memiliki risiko tinggi mengalami
gangguan kehamilan dan keguguran dibandingkan
pekerja perempuan yang bekerja pada jam kerja
normal. Bekerja dalam shift dan jam kerja yang tidak
teratur juga terkait dengan kerentanan keguguran
kehamilan. Perusahaan perlu memberikan
perlindungan bagi pekerja hamil agar tidak terjadi
shift kerja yang tidak teratur atau shift malam
(Martiana, et. all, 2019)

Dalam melihat durasi jam kerja yang dibutuhkan, jam


kerja yang panjang dan beragam (mekanisme shift) juga
berbahaya bagi kesehatan pekerja, terutama
perempuan dalam hal kesehatan reproduksinya.
Perempuan yang menghabiskan waktu berjam-jam
untuk bekerja memiliki risiko lebih tinggi mengalami
penyakit yang mengancam jiwa, termasuk penyakit
jantung dan kanker (Dembe, AE., Yao, X. 2016).

Penghitungan jam kerja pada perempuan juga harus


memperhatikan dispensasi pengurangan jam kerja bagi
perempuan karena menjalani fungsi reproduksinya saat bekerja.
Hal ini penting menjadi perhatian perusahaan yang memiliki
pekerja perempuan atau pemberi kerja dan kesadaran perempuan
terhadap hak reproduksinya. Selama bekerja, bagi perempuan
yang sedang menjalani fungsi reproduksi, mereka membutuhkan
waktu untuk mengganti pembalut saat bekerja, memerah ASI, dan
waktu istirahat untuk perempuan hamil yang lebih panjang dan
fleksibel. Pemenuhan hak tersebut tidak boleh disertai dengan
pengurangan hak upah pada pekerja perempuan. Dalam Konvensi
ILO mengenai Perlindungan Kehamilan tahun 2000, di nomor. 183
menegaskan bahwa pemberi kerja wajib memberikan tambahan
satu jam atau lebih untuk perempuan beristirahat dalam sehari
untuk kepentingan menyusui (ILO, 2006).

170
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.11 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15
Tahun ke Atas yang Bekerja Lebih dari 40 Jam
Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, 2021

Nusa Tenggara Timur 18.82 29.11


Sulawesi Barat 21.59 28.47
Papua 21.97 28.86
Aceh 22.28 40.57
Maluku Utara 23.64 43.36
Sulawesi Tengah 26.5 39.29
Jambi 26.95 39.67
Papua Barat 27.46 41.41
Maluku 27.61 42.21
Bengkulu 28.56 39.87
Kalimantan Barat 28.81 42.31
Sulawesi Tenggara 28.92 41.72
Kalimantan Selatan 29.91 41.1
Lampung 30.52 40.28
Sumatera Barat 30.64 41.95
Nusa Tenggara Barat 30.82 38.92
Bali 30.82 36.41
Sumatera Selatan 31.28 41.67
Sulawesi Selatan 31.44 42.33
DI Yogyakarta 34.02 46.13
Gorontalo 34.45 48.56
Riau 34.81 43.69
Jawa Timur 34.98 46.4
Sulawesi Utara 35.06 47.93
Indonesia 35.11 46.68
Sumatera Utara 35.32 47.22
Bangka Belitung 35.52 50.04
Kalimantan Tengah 36.29 47.68
Kalimantan Utara 38.36 47.77
Kepulauan Riau 39.52 54.08
Jawa Tengah 39.62 51.27
Jawa Barat 40.17 51.31
Banten 40.78 54.11
Kalimantan Timur 41.9 53.66
DKI Jakarta 46.28 56.77
0 20 40 60 80 100 120

Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021.

171
Profil Perempuan Indonesia 2022
e. Jam Kerja

Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2015 tentang


Pengupahan menjelaskan bahwa Standar Kebutuhan Hidup Layak
(KHL) merupakan standar kebutuhan seorang karyawan atau
pegawai lajang untuk dapat hidup layak secara fisik dalam kurun
waktu satu bulan. Pada Pasal 88 Undang-Undang Ketenagakerjaan
No.13 Tahun 2003 juga dinyatakan bahwa KHL dibuat dengan
tujuan untuk melindungi hak pekerja/buruh dalam memperoleh
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Karena itu, nilai uang sebagai upah seorang yang
bekerja dan diterima dalam setiap bulan digunakan sebagai salah
satu indikator dalam mengukur kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Laki-laki dan perempuan
yang bekerja berhak mendapatkan upah yang layak dan sesuai
dengan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Gambar 5.12 Rata-Rata Upah/Gaji Bersih Penduduk Usia 15


Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis
Kelamin dan Tipe Daerah, 2021

3,223,402
2,956,626
2,994,513
2,736,463
2,355,633
2,606,341
2,137,615 2,353,815

1,736,243

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021.

172
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan Gambar 5.12, secara umum rata-rata upah/
gaji bersih pekerja di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di
perdesaan, pada tahun 2021, upah pekerja di perkotaan sebesar
Rp. 2.994.513 di perkotaan, sedangkan di perdesaan yaitu Rp.
2.137.615. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat kesenjangan yang
sangat besar pada rata-rata upah/gaji yang diterima perempuan.
Baik di perkotaan dan perdesaan, upah/gaji perempuan selalu lebih
rendah dibandingkan laki-laki. Di perkotaan, rata-rata gaji laki-laki
adalah Rp. 3.223.402, sedangkan perempuan hanya Rp. 2.606.341.
Upah perempuan ini bahkan lebih rendah dan di bawah rata-rata
umum upah di perkotaan, yaitu sebesar Rp. 2.994.513. Kondisi
yang sama terlihat juga di perdesaan, rata-rata gaji laki-laki adalah
Rp. 2.355.633, lebih besar dari rata-rata umum yang mencapai Rp.
2.137.615.
Gambar 5.13 menunjukkan bahwa status perkawinan dan jenis
kelamin memiliki hubungan dengan nominal upah yang diterima
seseorang. Penduduk dengan status menikah selalu mendapat
upah yang paling tinggi dibandingkan status perkawinan lainnya.
Rata-rata upah/gaji karyawan/ buruh yang berstatus kawin sebesar
Rp. 2,973 juta rupiah diikuti oleh belum kawin sebesar Rp. 2,285 juta
dan terakhir karyawan/buruh yang berstatus cerai mati sebesar Rp.
2,101 juta. Akan tetapi, sebagaimana data sebelumnya, perbedaan
jenis kelamin telah secara nyata menjadikan perempuan menerima
upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam semua status
yang disandang perempuan baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Rata-rata Upah/gaji bersih buruh/karyawan laki-laki yang berstatus
kawin di perkotaan sebesar Rp. 3,538 juta sedangkan perempuan
hanya sebesar Rp. 2,706 juta atau terdapat perbedaan sebesar
Rp. 0,832 juta. Sedangkan di perdesaan rata-rata upah/gaji bersih
buruh/karyawan laki-laki yang berstatus kawin sebesar Rp. 2,570
juta sedangkan perempuan hanya sebesar Rp. 1,865 juta rupiah
atau terdapat perbedaan sebesar Rp. 0,705 juta.

173
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.13 Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut
Status Perkawinan, Tipe Daerah, dan Jenis
Kelamin, 2021.

2,492,850
3,538,511
Laki-laki di Perkotaan
2,518,879
2,681,157
1,770,353
2,570,012
Laki-Laki Perdesaan
2,006,211
2,134,107
2,555,499
2,706,011
Perempuan di Perkotaan
2,349,920
2,013,383
1,441,053
1,865,797
Perempuan di Perdesaan
1,558,669
1,730,985
2,284,315
3,233,125
Laki-Laki
2,373,772
2,518,467
2,287,482
2,439,264
Perempuan
2,140,328
1,928,277
2,285,589
2,973,736
Total
2,232,620
2,101,621

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

Bila dilihat dari Gambar 5.13 menunjukan buruh/karyawan


perempuan di perkotaan yang berstatus cerai mati maupun
cerai hidup mempunyai rata-rata upah/gaji bersih lebih rendah
dibandingkan status kawin dan belum kawin padahal, jika dianalisa
secara sosial ekonomi yang ada, perempuan dan laki-laki yang

174
Profil Perempuan Indonesia 2022
berstatus duda dan janda sejatinya membutuhkan pendapatan
yang lebih besar karena mereka menjadi pencari nafkah sekaligus
membutuhkan tenaga tambahan dalam mengelola rumah
tangganya.
Secara pola menunjukkan penerimaan rata-rata upah/gaji
bersih karyawan laki-laki yang berstatus kawin di perkotaan paling
tinggi dibandingkan status perkawinan lainnya sedangkan yang
terendah adalah buruh/karyawan perempuan yang berstatus
belum kawin di perdesaan. Buruh/karyawan laki-laki yang berstatus
kawin menerima upah/gaji bersih sebesar Rp. 3,538 sedangkan
buruh/karyawan perempuan yang berstatus belum kawin hanya
menerima upah/gaji bersih sebesar Rp. 1,441 atau terdapat
perbedaan sebesar Rp. 2,097 juta.

Gambar 5.14 Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut


Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2021

Total: 2,956,626.48 2,353,814.58

D4 KEATAS 4,838,679.13 3,416,063.08

D1/D2/D3 4,243,200.72 2,908,143.30

SMK 2,897,700.04 2,200,698.99

SLTA 2,905,076.40 2,006,473.52

SLTP 2,164,689.01 1,563,353.31

TAMAT SD 1,924,293.50 1,202,960.90

TIDAK/BELUM TAMAT
1,712,010.91 983,650.41
SD

0 2000000 4000000 6000000 8000000

Laki-laki Perempuan

175
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada Gambar 5.14 juga menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh pada nilai upah yang diterima seseorang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, maka upah yang
diterima penduduk semakin baik. Namun sayangnya, terdapat
kesenjangan yang besar pada upah yang diterima perempuan
dibandingkan laki-laki, meskipun dengan tingkat pendidikan yang
sama. Di tahun 2021, upah laki-laki yang berpendidikan D4 ke atas
mencapai angka rata-rata Rp. 4,838 juta sementara perempuan
hanya mendapat upah rata-rata Rp. 3,416 juta saja atau terdapat
perbedaan Rp. 1,422 juta. Demikian juga di tingkat pendidikan
di bawahnya. Di tingkat terendah, laki-laki yang tidak tamat SD
mendapat upah rata-rata Rp. 1,712,010, sementara perempuan
hanya menerima upah rata-rata kurang dari satu juta, atau Rp.
983,650 saja. Jumlah ini tentu sulit digunakan untuk memenuhi
seluruh kebutuhan dasar perempuan selama sebulan, apalagi
perempuan tersebut telah memiliki anak dan atau memiliki suami
yang tidak bekerja.
Gambar 5.15 menunjukkan berdasarkan 17 jenis lapangan
pekerjaan, upah perempuan masih secara konsisten lebih rendah
dari laki-laki, kecuali di tiga lapangan pekerjaan, yaitu (1) pengadaan
listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, (2) konstruksi, dan (3)
pengangkutan & pergudangan. Akan tetapi, pada 14 jenis lapangan
pekerjaan lainnya menunjukkan posisi upah perempuan yang
selalu lebih rendah, bahkan pada lapangan pekerjaan jenis jasa
lainnya, upah perempuan mencapai hampir separuh dari upah yang
diperoleh laki-laki dengan jenis pekerjaan yang sama, yaitu laki-
laki menerima upah rata-rata sebesar Rp. 2.223.765, sedangkan
perempuan hanya Rp. 1.262.365 saja.

176
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.15 Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut
Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin,
2021.

Sektor A: Pertanian, Kehutanan dan 2,095,245


Perikanan 1,411,299
Sektor B: Pertambangan dan 4,344,811
Penggalian 4,012,249
2,929,444
Sektor C: Industri Pengolahan
2,212,881
Sektor D: Pengadaan Listrik, Gas, 3,559,907
Uap/Air Panas & Udara Dingin 4,550,112
Sektor E: Treatment Air, Treatment 2,701,589
Air Limbah, Treatment & Pemulihan 2,306,428
2,703,881
Sektor F: Konstruksi
3,801,766
Sektor G: Perdagangan Besar & 2,448,252
Eceran; Reparasi & Perawatan… 2,042,494
Sektor H: Pengangkutan & 2,884,167
Pergudangan 3,803,820
Sektor I: Penyediaan Akomodasi & 2,133,420
Penyediaan Makan Minum 1,548,042
4,176,944
Sektor J :Informasi & Komunikasi
4,014,732
Sektor K: Aktivitas Keuangan & 4,209,640
Asuransi 4,013,317
3,816,447
Sektor L: Real Estat
3,376,053
Sektor M,N: Jasa Profesional & 3,135,183
Perusahaan 3,203,538
Sektor O: Administrasi 3,976,124
Pemerintahan, Pertahanan &… 3,336,215
Sektor P: Aktivitas Kesehatan 3,680,859
Manusia & Aktivitas Sosial 3,096,627
3,050,033
Sektor P: Pendidikan
2,316,802
2,223,765
Sektor RSTU: Jasa Lainnya
1,262,365

Laki-laki Perempuan

177
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sejumlah data di atas membuktikan adanya ketimpangan upah
pada pekerja laki-laki dan perempuan masih terus terjadi. Lebih
rendahnya upah perempuan dibandingkan laki-laki di Indonesia ini
sejatinya merefleksikan gambaran yang sama pada perempuan di
sejumlah negara lain di dunia.

Ketimpangan upah ini membuat para perempuan sulit untuk mencapai


01 standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sehingga rentan jatuh dalam
kemiskinan

Ketimpangan upah di masyarakat merupakan dampak dari


ketidakadilan gender, yaitu perempuan diposisikan sebagai angkatan
02 kerja kelas dua, sulit mengakses pendidikan yang layak sehingga
mendominasi sektor informal, serta dianggap bukan “pencari nafkah
utama” dalam keluarga

Padahal dalam Konvensi ILO mengenai Kesetaraan Upah Tahun 1951


disebutkan bahwa negara-negara harus berupaya mempromosikan
dan menjamin kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan
03 untuk pekerjaan yang sama nilainya sesuai dengan metoda
pelaksanaan untuk menentukan tingkat upah di negara-negara yang
bersangkutan

Pada Gambar 5.16 terlihat rata-rata upah/gaji bersih penduduk


di perkotaan dan perdesaan yang mengkonfirmasi realitas sosial
bahwa pada semua wilayah, baik di perkotaan maupun di perdesaan,
rata-rata upah/gaji bersih pekerja laki-laki selalu lebih tinggi dari
perempuan di sepanjang tahun 2021. Selain itu, rata-rata gaji
bersih di perkotaan juga terlihat selalu lebih tinggi daripada upah/
gaji bersih di perdesaan, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Dari data tersebut juga terlihat bahwa gaji bersih rata-rata pada
perempuan perdesaan adalah yang paling rendah dibandingkan
semua gaji yang ada, baik gaji laki-laki di perkotaan dan perdesaan,
maupun rata-rata gaji bersih perempuan di perkotaan. Fenomena
ini membuktikan bahwa pemiskinan perempuan melalui sistem
upah terlihat nyata di seluruh provinsi yang ada di Indonesia.

178
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 5.16 Rata-Rata Upah/Gaji Bersih Penduduk
Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja menurut Provinsi, 2021
Nusa Tenggara Barat 1,737,946
Jawa Tengah 1,765,799
Sulawesi Barat 1,820,312
Sumatera Selatan 1,827,023
Lampung 1,890,841
Jambi 1,899,653
Nusa Tenggara Timur 1,931,701
DI Yogyakarta 1,946,163
Sumatera Utara 1,950,562
Jawa Timur 1,966,073
Kalimantan Barat 2,023,426
Aceh 2,055,376
Gorontalo 2,102,005
Bali 2,137,936
Sulawesi Tenggara 2,152,322
Bengkulu 2,155,881
Kalimantan Selatan 2,195,492
Bangka Belitung 2,232,024
Riau 2,233,029
Sulawesi Tengah 2,300,908
Indonesia 2,353,815
Sulawesi Selatan 2,382,117
Sumatera Barat 2,382,346
Maluku Utara 2,409,978
Maluku 2,423,382
Kalimantan Tengah 2,536,487
Jawa Barat 2,733,214
Kalimantan Timur 2,784,643
Kalimantan Utara 2,931,695
Papua Barat 2,945,174
Sulawesi Utara 3,018,283
Papua 3,472,872
Banten 3,519,695
Kepulauan Riau 3,531,965
DKI Jakarta 3,698,904

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021.

179
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan provinsi, rata-rata upah pekerja laki-laki di
perkotaan yang tertinggi terdapat di provinsi Papua, yaitu
sebesar Rp. 4,477 juta, Kepulauan Riau sebesar Rp. 4,437 juta
dan Kalimantan Timur sebanyak Rp. 4,301 juta. Nominal ini jauh
diatas rata-rata gaji bersih nasional yang bernilai Rp. 3,223 juta.
Di perdesaan, rata-rata upah tertinggi yang diterima laki-laki yang
tinggal Papua, yaitu sebesar Rp. 3,664 juta dan Kalimantan Timur,
sebesar Rp. 3,502 juta. Sebaliknya, provinsi dengan rata-rata gaji
laki-laki yang paling rendah terjadi di Nusa Tenggara Timur yang
hanya menerima Rp. 1,873 juta saja.
Pada kalangan pekerja perempuan di perkotaan, rata-rata
gaji yang diterima adalah Rp. 2,606 juta, sementara di perdesaan
hanyalah Rp.1,736 juta saja. Tiga provinsi wilayah perkotaan yang
mempunyai rata-rata gaji tertinggi adalah DKI Jakarta, Banten dan
Kepulauan Riau dengan nominal di atas Rp. 3,6 juta. Di perdesaan,
perempuan yang menerima rata-rata gaji bersih tertinggi terjadi
di Papua, yaitu Rp. 3,240 juta, Kalimantan Utara sebesar Rp.
2,828 juta dan Papua Barat sebanyak Rp. 2,716 juta. Sebaliknya,
perempuan di perkotaan dengan rata-rata gaji terendah dialami
perempuan Jawa Tengah dengan nominal sekitar Rp.1,876 juta,
dan perempuan di perdesaan yang menerima upah bersih terendah
dialami perempuan Nusa Tenggara Barat dengan nominal upah
dibawah Rp.1,411 juta saja.

D. Kesimpulan

Persentase penduduk dengan kategori angkatan kerja


(AK) laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya,
penduduk Bukan Angkatan Kerja (BAK) laki-laki lebih rendah
dibandingkan perempuan. Tahun 2021, persentase AK laki-laki
sebesar 76,73 persen atau turun sekitar 6 persen dari tahun 2020,
sedangkan persentase AK perempuan sebesar 50,08 persen atau
turun 3,05 persen dari tahun lalu. Sementara itu, persentase BAK
perempuan sebesar 35,52 persen dan berada di posisi lebih tinggi
dibandingkan laki-laki yang hanya sebesar 3,73 persen. Selain
karena berbagai faktor yang menyertai, situasi ini diperkuat dengan

180
Profil Perempuan Indonesia 2022
masih adanya tuntutan konstruksi gender yang menempatkan
perempuan di ranah domestik sehingga perempuan seperti terlihat
lebih memilih bekerja mengurus rumah tangga dan menempatkan
dirinya sebagai bukan angkatan kerja.
Secara umum, TPAK tahun 2021 sebesar 68 persen artinya
dari 100 orang hanya 68 orang yang merupakan angkatan kerja
atau kegiatan utamanya adalah bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Besar kecilnya TPAK dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti jumlah penduduk yang masuk ke dalam bukan Angkatan
kerja karena bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya; dan
kondisi penduduk yang masuk dalam angkatan kerja seperti umur,
tingkat pendidikan serta banyaknya kegiatan ekonomi dan tingkat
upah di daerah tersebut.
Pada tahun 2021, TPT penduduk Indonesia berbanding
terbalik dengan tahun yang lalu, kali ini jumlah perempuan lebih
besar dari laki-laki, yaitu sebesar 6,74 persen dibandingkan
laki-laki yang mencapai 6,11 persen. Bila dilihat perkembangan
dari tahun 2018, TPT tahun 2019 mengalami penurunan tetapi
kembali meningkat di tahun 2020, hal ini terjadi pada laki-laki
dan perempuan. TPT pada perempuan tahun 2018 sebesar 5,26
persen, menurun menjadi 5,23 persen pada tahun 2019, tetapi
kembali meningkat sebesar 1,23 poin menjadi 6,46 persen pada
tahun 2020, begitu juga pada laki-laki.
Jumlah perempuan yang bekerja lebih dari 40 jam dalam
seminggu secara nasional telah mencapai 35,11 persen. Jumlah ini
lebih kecil dari laki-laki yang mencapai 46,68 persen di tahun 2021.
Jenis pekerjaan terbanyak adalah berstatus buruh/karyawan/
pegawai dengan persentase di atas 35 persen, sedangkan sektor
informal masih mendominasi di tahun 2021 ini, baik bagi pekerja
laki-laki maupun perempuan yang tinggal di perkotaan dan
perdesaan, yaitu pada angka 59,45 persen pada sektor informal,
dan sisanya yang 40,55 persen adalah pekerja di sektor formal.
Tingkat pendidikan penduduk laki-laki usia 15 tahun yang
bekerja dan tamat SMA ke atas sebesar 45,04 persen atau
meningkat hampir 2 persen dibandingkan tahun 2020. Demikian
juga yang terjadi pada perempuan yang di tahun 2021 mencapai
angka 43,81 persen atau meningkat 2,07 persen. Penting mendapat
perhatian, bahwa penduduk usia 15 tahun yang bekerja dengan

181
Profil Perempuan Indonesia 2022
tingkat pendidikannya maksimal hanya tamat SMP atau sederajat,
bahkan tidak tamat SD sangat besar atau mencapai hingga lebih
dari 50 persen. Hal ini lebih terlihat di wilayah perdesaan. Situasi
ini memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan perempuan yang
bekerja masih lebih rendah dibandingkan laki-laki dan perempuan
perdesaan berada di situasi yang lebih memprihatinkan.
Rata-rata gaji perempuan masih menunjukkan kesenjangan
yang signifikan. Pendapatan rata-rata upah penduduk Indonesia di
tahun 2021 baik di perkotaan dan perdesaan adalah Rp. 2.994.513/
bulan dengan pendapatan rata-rata laki-laki per bulannya Rp.
3.223.401 dan perempuan sebesar Rp. 2.606.342 per bulan.
Perbedaan upah yang masih lebih besar pada laki-laki terjadi pada
semua situasi perempuan, baik berdasarkan tipe wilayah perkotaan
dan perdesaan, tingkat pendidikan, umur pekerja, dan status
perkawinan. Sedikit ada perbedaan pada jenis lapangan pekerjaan
yaitu ada beberapa lapangan pekerjaan yang menempatkan upah
perempuan lebih besar dari pada laki-laki. Jika dilihat secara rinci,
kesenjangan upah perempuan dan laki-laki pada jenis lapangan
pekerjaan mencapai hingga hampir 50 persen.

182
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 6
PERUMAHAN
DAN
LINGKUNGAN
PERUMAHAN DAN
LINGKUNGAN
RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AIR
SANITASI LAYAK MENURUT TIPE DAERAH MINUM LAYAK MENURUT TIPE DAERAH
DAN JENIS KELAMIN KEPALA RUMAH DAN JENIS KELAMIN KEPALA RUMAH
TANGGA, 2021 TANGGA, 2021

83,58% 96,00%

80,29%
90,78%

75,95%
83,91%

83,77% 82,39% 76,33% 73,76% 80,57% 78,59% 95,97% 96,13% 83,64% 85,53% 90,67% 91,46%
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total
Sumber: BPS, 2021

RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI LANTAI Laki-Laki Perempuan Total


TERLUAS BUKAN TANAH MENURUT TIPE
DAERAH DAN JENIS KELAMIN KEPALA
RUMAH TANGGA, 2021

98,05%

95,64%

92,46%

98,18% 97,29% 92,83% 90,32% 95,88% 94,22%


Perkotaan Perdesaan Total

RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KELAMIN KEPALA


RUMAH TANGGA DAN LUAS LANTAI PER METER
PERSEGI PER KAPITA, 2021
84,25% 91,68% 85,31%

15,75% 8,32% 14,69%

RUMAH TANGGA DI PERKOTAAN MENURUT JENIS


KELAMIN KEPALA RUMAH TANGGA, DAN LUAS
LANTAI PER METER PERSEGI PER KAPITA, 2021
83,47% 90,20% 84,42%

16,53% 9,80% 15,58%

RUMAH TANGGA DI PERDESAAN MENURUT JENIS


KELAMIN KEPALA RUMAH TANGGA, DAN LUAS
LANTAI PER METER PERSEGI PER KAPITA, 2021
85,27% 93,55% 86,49%

14,73% 6,45% 13,51%


<10 m 2 10m2
Sumber: BPS, 2021
A. Latar Belakang

Pembangunan di wilayah perdesaan menjadi salah satu


prioritas penting untuk mengurangi kesenjangan pembangunan
perdesaan dan perkotaan. Pembangunan yang berkemajuan di
perdesaan dapat mengembangkan wilayah perdesaan menjadi
wilayah yang memenuhi syarat beralih status menjadi perkotaan.
Hal ini otomatis mendorong pertumbuhan desa menjadi kota,
diiringi dengan pertumbuhan kota yang juga terjadi sangat cepat.
Pertumbuhan perkotaan ini terbukti dengan adanya pertambahan
jumlah kabupaten/kota di Indonesia. Data BPS menunjukkan
adanya pertumbuhan jumlah kabupaten/kota yang terlihat dalam
lompatan per-lima tahun. Misalnya saja, di tahun 2005, jumlah
kabupaten/kota di Indonesia sebanyak 349, namun lima tahun
kemudian bertambah 50 menjadi 399 kabupaten/kota di tahun
2010. Lima tahun berikutnya, di tahun 2015 meningkat menjadi 416
kabupaten/kota dan di tahun 2020 telah berjumlah 514 kabupaten/
kota atau bertambah sebanyak 98 kabupaten/kota baru (bps.go.id,
2022). Pada akhirnya, pertumbuhan perkotaan juga mendorong
dilakukannya pemekaran provinsi untuk memaksimalkan
pembangunan. Di Indonesia, jumlah 34 provinsi akan bertambah
menjadi 37 provinsi dengan adanya pemekaran provinsi di Papua
menjadi 3 provinsi, yaitu Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan
Papua Selatan.
Beralihnya suatu daerah menjadi perkotaan yang disertai
pembangunan infrastruktur yang cepat melahirkan daya tarik
tersendiri bagi penduduk perdesaan untuk melakukan perpindahan
tinggal, sekaligus melahirkan kerentanan lebih tinggi pada
perempuan. Di satu sisi, urbanisasi yang terjadi secara melesat
berisiko pada penuh sesaknya perkotaan dengan penduduk;
namun di sisi lain akan semakin melemahkan peran dan partisipasi
perempuan karena tekanan sosial, ekonomi, dan politik.
Meningkatnya penduduk yang tinggal di perkotaan tidak hanya
terjadi di Indonesia. Di tingkat global, saat ini lebih dari setengah
populasi dunia tinggal di wilayah perkotaan, bahkan di tahun 2050
diprediksi meningkat menjadi 6,5 miliar orang. Artinya, dua per tiga

185
Profil Perempuan Indonesia 2022
dari jumlah penduduk dunia tinggal di perkotaan (sdgs.bappenas.
go.id). Padahal, penuh sesaknya penduduk perkotaan sejatinya
melahirkan problem yang kompleks. Urbanisasi melahirkan
peluang kerja yang terbatas dan diperumit dengan terbatasnya
kapasitas dan keterampilan penduduk baru perkotaan. Tentu saja,
situasi ini memperketat persaingan tenaga kerja antar penduduk,
dan semakin memperumit situasi perempuan untuk ada di antara
kompetisi tersebut. Pada akhirnya, jika pengelolaan wilayah
perkotaan dan manajemen urbanisasi tidak dilakukan dengan cepat,
maka kemiskinan ekstrem yang cenderung dijumpai di perkotaan
akan menjadi wajah suram wilayah perkotaan. Ketika kemiskinan
terjadi, maka wajah perempuan yang akan mendominasi.
Untuk mengembangkan kota yang inklusif dan responsif
gender, salah satu aspek penting yang harus diperhatikan
adalah perumahan dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan tujuan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/
SDGs), terutama pada 4 tujuan dari 17 tujuan yang ada, yaitu tujuan
1. Tanpa Kemiskinan; Tujuan 5. Kesetaraan Gender; Tujuan 6. Air
Bersih dan Sanitasi Layak, dan 11. Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan. Secara khusus, pembangunan perumahan merujuk
pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, dan Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pada tujuan ke 11.1. SDGs, diharapkan Indonesia telah
menjamin akses semua pihak, baik perempuan maupun laki-laki
dalam memperoleh perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan
pelayanan dasar, serta menata kawasan kumuh yang tercapai di
tahun 2030. Sementara itu, pada tujuan ke 6.1 dijelaskan bahwa
pada tahun 2030, Indonesia diharapkan telah mencapai akses
universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau
bagi semua; serta akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang
memadai dan merata bagi semua, serta menghentikan praktik
buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus
pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat
rentan sebagai tujuan 6.2 tercapai. Target SDGs yang berfokus
pada perumahan dan sanitasi layak ini harus diintegrasikan secara
adil gender agar tujuan SDGs 5.1. yang berbunyi mengakhiri segala

186
Profil Perempuan Indonesia 2022
bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan dimanapun dapat
dipenuhi.
Dalam pembangunan perumahan perspektif gender, isu air
menjadi topik yang sangat penting. Bukan saja karena air menjadi
kebutuhan mendasar bagi manusia, namun isu air merupakan
bagian dari isu perempuan yang krusial. Kerja-kerja peran
gender perempuan mensyaratkan ketersediaan air bersih yang
terjangkau. Semakin sulit air tersedia, maka semakin berat beban
kerja perempuan dalam kehidupan mereka. Ketersediaan air
bersih dengan akses yang terjangkau dan mudah bagi perempuan
berdampak positif, bukan hanya bagi perempuan, namun juga
bagi keluarga dan negara. Sebagai contoh, dengan sanitasi yang
terjamin, semua orang mendapatkan akses terhadap air bersih,
aman dikonsumsi, dan kebersihan keluarga lebih terjaga sehingga
memungkinkan mendapatkan investasi kesehatan untuk masa
depan. Anak-anak dapat belajar dengan baik karena mereka
sehat, perempuan memiliki waktu luang untuk beristirahat dan
berkreasi, bahkan perempuan dapat bekerja secara maksimal dan
berkontribusi untuk keluarga secara ekonomi dan berpartisipasi
aktif dalam pembangunan negara.

B. Konsep dan Definisi

1 Perumahan

Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan


dan Permukiman mendefinisikan perumahan sebagai kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan.

2 Rumah Tangga

Berdasarkan buku panduan Sistem Informasi Perumahan dan


Real Estate – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(HREIS) (hreis.pu.go.id, 2021), definisi rumah tangga adalah:

187
Profil Perempuan Indonesia 2022
Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau
sensus, dan biasanya tinggal bersama serta pemenuhan keperluan
makan/minum/kebutuhan sehari-hari seluruh anggotanya dalam 1
(satu) pengelolaan (makan dari satu dapur). Rumah tangga sampel
susenas adalah rumah tangga biasa. Rumah tangga biasanya
terdiri dari ibu, bapak dan anak, selain itu yang termasuk/dianggap
sebagai rumah tangga biasa antara lain:

seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan


sensus tetapi makannya diurus sendiri

keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus


tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan
sensus tersebut dalam blok sensus yang sama

pondokan dengan makan (indekost) yang pemondoknya


kurang dari 10 orang. Pemondok dianggap sebagai
anggota rumah tangga induk semangnya
beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus
walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa; dan
pengurus asrama, pengurus panti asuhan, pengurus lembaga pemasyarakatan, dan
sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak istri, serta anggota rumah tangga
lainnya

Rumah Tangga Khusus adalah rumah tangga yang tinggal


dalam satu bangunan fisik karena alasan sebagaimana berikut:

orang-orang yang tinggal di asrama, yaitu


tempat tinggal yang urusan kebutuhan
sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan
atau badan, misalnya, asrama perawat,
asrama TNI dan POLRI (tangsi). Anggota
TNI dan POLRI yang tinggal bersama
keluarganya dan mengurus sendiri
kebutuhan sehari-harinya bukan rumah
tangga khusus

orang-orang yang tinggal di lembaga


pemasyarakatan, panti asuhan, rumah
tahanan, dan sejenisnya;

sekelompok orang yang mondok dengan


makan (indekost) yang berjumlah lebih
besar atau sama dengan 10 orang

188
Profil Perempuan Indonesia 2022
Kepala rumah tangga (KRT) adalah
seorang dari sekelompok anggota rumah
tangga yang bertanggung jawab atas
kebutuhan sehari-hari, atau yang dianggap/
ditunjuk sebagai KRT. Selain itu, KRT adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap
suatu rumah tangga, bisa kepala keluarga/
pasangannya atau anggota keluarga lainnya.
Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang
biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT, suami/
istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu
rumah tangga atau ART lainnya), baik yang berada di rumah tangga
pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada.

ART yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, dan


ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan
tujuan pindah/akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau
lebih tidak dianggap sebagai ART

Orang yang tinggal di rumah tangga selama 6 bulan atau


lebih atau yang telah tinggal di rumah tangga kurang dari 6
bulan tetapi berniat pindah/bertempat tinggal di rumah
tangga tersebut selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai
ART

3 Bangunan Rumah Tangga

Beberapa konsep yang digunakan dalam menjelaskan tentang


bangunan rumah di antaranya:

a. Bangunan Fisik
Bangunan fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai
dinding, lantai, dan atap baik tetap maupun sementara, baik
digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.
Bangunan yang luas lantainya kurang dari 10 m2 dan tidak
digunakan untuk tempat tinggal dianggap bukan bangunan
fisik. Contoh bangunan fisik bukan tempat tinggal adalah hotel,

189
Profil Perempuan Indonesia 2022
toko, pabrik, sekolah, masjid, kuil, gereja, gedung kantor, balai
pertemuan, dan sebagainya. Rumah tangga yang tinggal bukan di
bangunan fisik seperti bangunan liar di bawah jembatan, di pinggir
rel kereta api, di gerbong kereta, di bantaran sungai, dan sejenisnya
tidak termasuk dalam pendataan.

b. Atap
Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga
anggota keluarga yang mendiami di bawahnya terlindung dari
terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat,
atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.
Atap dibedakan dengan beberapa jenis atap, di antaranya:

atap beton adalah atap yang terbuat dari campuran semen, kerikil, dan
01
pasir yang dicampur dengan air

atap genteng adalah tanah liat yang dicetak dan dibakar, genteng
beton (genteng yang terbuat dari campuran semen dan pasir), genteng
02
fiber cement, dan genteng keramik, metal/logam, tanah liat, atau
fiber/polycarbonate

atap sirap adalah atap yang terbuat dari kepingan kayu yang tipis dan
03
biasanya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi

atap seng adalah atap yang terbuat dari bahan seng. Atap seng
berbentuk seng rata, seng gelombang, termasuk genteng seng yang
04
lazim disebut decrabond (seng yang dilapisi epoxy dan acrylic) dan
galvalum

atap asbes adalah atap yang terbuat dari campuran serat asbes dan
05
semen serta pada umumnya atap asbes berbentuk gelombang

atap bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga


06 dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari
bambu adalah buluh, aur, dan eru

atap Jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia adalah atap yang terbuat dari


07
serat pohon aren/enau atau sejenisnya yang umumnya berwarna hitam

atap kayu/Sirap adalah atap yang terbuat dari kayu atau kepingan kayu
08
yang tipis dan biasanya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi

atap lainnya adalah atap selain jenis atap di atas, misalnya papan,
09
kardus, dan kaca

190
Profil Perempuan Indonesia 2022
c. Dinding
Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau
penyekat dengan bangunan fisik lain. Dinding rumah tangga dapat
dilihat dari beberapa varian, di antaranya:

dinding tembok adalah dinding yang terbuat dari susunan


bata merah atau batako biasanya dilapisi plesteran semen.
a Termasuk dalam kategori ini adalah dinding yang terbuat dari
pasangan batu merah dan diplester namun dengan tiang
kolom berupa kayu balok, yang biasanya berjarak 1 - 1,5 m

dinding plesteran anyaman bambu/kawat adalah dinding


yang terbuat dari anyaman bambu atau kawat dengan luas
b kurang lebih 1 m x 1 m yang dibingkai dengan balok, kemudian
diplester dengan campuran semen dan pasir

dinding kayu/papan adalah bagian dari pohon yang sudah


berumur tua, biasanya berumur di atas 5 tahun. Bagian ini bisa
berupa batang utama, cabang atau ranting yang merupakan
c batang pokok yang keras, yang biasa dipakai untuk bahan
bangunan. Termasuk tripleks, Glass-fiber Reinforced Cement
(GRC), dan Kalsiboard

dinding anyaman bambu merupakan bambu yang diiris tipis-


d tipis kemudian dirajut seperti kain dan berbentuk lebar

dinding batang kayu adalah batang dari pohon langsung


e (masih bulat), tanpa dibelah terlebih dahulu

dinding bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan


f dengan rongga dan ruas pada batangnya. Bambu memiliki
banyak tipe dengan beberapa nama, seperti buluh, aur, dan eru

dinding lainnya adalah dinding selain jenis dinding di atas,


g seperti seng, kardus

191
Profil Perempuan Indonesia 2022
d. Lantai
Lantai merupakan bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan
dengan berbagai varian sebagaimana berikut (hreis.pu.go.id,
2021):
Marmer adalah batu gamping yang telah mengalami
metamorfosis, dan dapat dipakai untuk lantai, dinding, dsb; a
marmer biasa juga disebut batu pualam

Granit adalah batuan keras yang keputih-putihan, bila digunakan


sebagai bahan lantai dapat bertahan lebih lama dari b
marmer/keramik

Lantai keramik adalah tanah liat yg dibakar, dicampur dengan


mineral lain
c

Lantai parket (parquetted) berarti menyusun potongan-


potongan kayu untuk dijadikan penutup lantai’ lantai vinyl adalah d
karpet yang berbahan dasar dari campuran karet dan plastik, yang
dilapis dengan motif pada permukaannya, dan lantai karpet
adalah bahan yang digunakan sebagai penutup lantai, biasanya
terbuat dari benang tebal yang dirajut/dianyam, dalam hal ini
karpet yang tidak mudah dilepas/dipindah

Lantai ubin yang dibuat dari semen atau lantai teraso adalah
jenis lantai yang dibuat dari batu alam kecil-kecil, diaduk dulu e
adukan kapur pasir, dituang di atas dasar batu, lalu digiling

Lantai kayu/papan bagian dari pohon yang sudah berumur tua,


biasanya berumur di atas 5 tahun. Bagian ini bisa berupa batang f
utama, cabang atau ranting yang merupakan batang pokok yang
keras, yang biasa dipakai untuk bahan bangunan. Termasuk
tripleks, Glass-fiber Reinforced Cement (GRC), dan Kalsiboard

Lantai semen adalah lantai yang terbuat dari adukan semen


tambah pasir atau semen saja, lantai bata merah adalah lantai g
yang tersusun dari bata merah

Lantai bambu tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga


dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain h
dari bambu adalah buluh, aur, dan eru

Lantai tanah adalah lantai langsung ke permukaan bumi tanpa


ada alas lain di atasnya seperti pasir, tanah, atau batu
i

Lantai lainnya adalah jenis lantai selain kategorisasi yang telah


disebutkan
j

192
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Status Penguasaan Tempat Tinggal

a. Milik sendiri
Tempat tinggal/rumah yang ditempati oleh rumah tangga
dan pada waktu pencacahan betul-betul sudah milik kepala rumah
tangga atau salah seorang ART. Rumah yang dibeli secara angsuran
melalui kredit bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap
sebagai rumah milik sendiri.

b. Kontrak
Tempat tinggal yang disewa oleh KRT/ART dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik
dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayarannya dapat
sekaligus di muka atau diangsur sebagaimana persetujuan kedua
belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus
meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah
pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan
perjanjian kontrak baru.

c. Sewa
Tempat tinggal yang disewa KRT atau salah seorang ART
dengan pembayaran sewa secara teratur. Sewa juga termasuk
bebas sewa, yaitu tempat tinggal yang diperoleh dari pihak lain,
baik famili/bukan famili/orang tua yang tinggal di tempat lain dan
ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa mengeluarkan suatu
pembayaran apapun.

d. Rumah dinas
Tempat tinggal yang dimiliki dan disediakan suatu instansi
tempat bekerja salah satu anggota rumah tangga baik dengan
membayar sewa maupun tidak. Rumah dinas ditempati oleh
rumah tangga yang minimal salah satu anggota rumah tangganya
merupakan penerima fasilitas rumah dinas. Jika rumah tangga
menempati rumah dinas yang peruntukannya bukan untuk minimal
salah satu anggota rumah tangganya, maka dianggap kontrak/
sewa/bebas sewa.

193
Profil Perempuan Indonesia 2022
e. Lainnya.
Tempat tinggal yang tidak dapat digolongkan dalam salah
satu kategori yang ada, misalnya rumah adat.

5 Air Minum Layak

Akses air minum layak (access to improved water) yang


dimaksudkan adalah sumber air minum utama yang digunakan
adalah ledeng, air terlindungi, dan air hujan. Air terlindungi
mencakup sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air
terlindung. Bagi rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum berupa air kemasan, maka rumah tangga dikategorikan
memiliki akses air minum layak, demikian juga jika sumber air
untuk mandi/cuci berasal dari ledeng, sumur bor/pompa, sumur
terlindung, mata air terlindung, dan air hujan.

6 Sanitasi Layak

Rumah tangga dikatakan memiliki akses terhadap layanan


sanitasi layak apabila rumah tangga tersebut memiliki fasilitas
tempat Buang Air Besar (BAB) yang digunakan sendiri atau bersama
rumah tangga tertentu (terbatas) ataupun di MCK Komunal,
menggunakan jenis kloset leher angsa, dan tempat pembuangan
akhir tinja di tangki septik atau IPAL atau bisa juga di lubang tanah
jika wilayah tempat tinggalnya di perdesaan.

7 Rumah Layak Huni

Rumah tangga memiliki akses terhadap hunian/rumah layak


huni apabila memenuhi 4 (empat) kriteria, yaitu a) kecukupan luas
tempat tinggal minimal 7,2 m2 per kapita (sufficient living space); b)
memiliki akses terhadap air minum layak; c) memiliki akses terhadap
sanitasi layak; dan d) ketahanan bangunan (durable housing), yaitu
atap terluas berupa beton/ genteng/seng/kayu/sirap; dinding
terluas berupa tembok/plesteran anyaman bambu/kawat, kayu/
papan dan batang kayu; dan lantai terluas berupa marmer/ granit/
keramik/ parket/ vinil/ karpet/ ubin/ tegel/ teraso/ kayu/papan/
semen/bata merah.

194
Profil Perempuan Indonesia 2022
C. Pembahasan

1 Luas Lantai Rumah

Rumah merupakan tempat yang menjadi aspek penting dan


utama dalam menganalisis kondisi suatu anggota rumah tangga.
Kondisi rumah dapat menentukan status kesehatan anggota
rumah tangga, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
Dalam Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Kondisi rumah dilihat dari
beberapa aspek yaitu luas, atap, dinding, lantai dan sanitasinya.
Di tahun 2021, Tabel 6.1 menggambarkan rata-rata luas
rumah per kapita di atas 10 meter persegi dimiliki oleh 85,31 persen
kepala rumah tangga dan dibandingkan tahun 2020, persentase ini
mengalami peningkatan sebanyak 5 persen. Menurut tipe daerah,
di perkotaan, persentase kepala rumah tangga yang memiliki rata-
rata luas rumah per kapita diatas 10 meter persegi lebih rendah
dibandingkan perdesaan. Berdasarkan jenis kelamin, persentase
kepala rumah tangga perempuan yang tinggal dengan rata-rata
luas rumah per kapita lebih dari 10 meter persegi lebih banyak
daripada kepala rumah tangga laki-laki.
Hal yang menjadi perhatian bahwa kepala rumah tangga
perempuan yang mempunyai rata-rata luas rumah perkapita
diatas 10 meter persegi di perdesaan lebih tinggi dibandingkan
di perkotaan. Persentase kepala rumah tangga perempuan yang
memiliki rata-rata luas rumah perkapita diatas 10 meter persegi di
perdesaan sebesar 93,55 persen sedangkan di perkotaan sebesar
90,20 persen. Secara umum dapat dijelaskan bahwa di perkotaan
memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi dibandingkan dengan
terbatasnya luas lahan tanah membuat sehingga mempengaruhi
harga tanah dan luas lahan tanah yang akan dimiliki.

195
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 6.1. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Tipe
Daerah, Jenis Kelamin, dan Rata-rata Luas Rumah
per kapita (m2), 2021

Luas Rumah
Tipe Daerah/Jenis Kelamin
<10 m2 ≥10 m2
Perkotaan
Laki-Laki 16,53 83,47
Perempuan 9,80 90,20
Laki-Laki+Perempuan 15,58 84,42
Perdesaan
Laki-Laki 14,73 85,27
Perempuan 6,45 93,55
Laki-Laki+Perempuan 13,51 86,49
Perkotaan+Perdesaan
Laki-Laki 15,75 84,25
Perempuan 8,32 91,68
Laki-Laki+Perempuan 14,69 85,31
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Walaupun secara umum menunjukkan persentase kepala


rumah tangga perempuan yang memiliki rata-rata luas rumah
per kapita kurang dari 10 meter persegi di perkotaan lebih tinggi
dibandingkan perdesaan tetapi pada Gambar 6.1 menunjukkan
tidak semua wilayah di Indonesia memiliki pola seperti itu. Provinsi
Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara,
Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Utara,
dan khususnya Papua dan Kalimantan Utara, merupakan wilayah
dengan persentase kepala rumah perempuan dengan rata-rata
luas per kapita kurang dari 10 meter persegi di perdesaan lebih
tinggi dibandingkan di perkotaan.

196
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang
Memiliki Rata-rata Luas Rumah <10 Meter Persegi
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2021.

Lampung 1.77 5.84


Jawa Tengah 2.07 5.91
Jawa Timur 2.56 6.24
DI Yogyakarta 2.63 13.89
Kepulauan Riau 2.83 9.61
Sulawesi Selatan 4.75 9.63
Jawa Barat 5.06 8.09
Banten 5.74 5.89
Kalimantan Selatan 5.85 7.63
Kepulauan Bangka Belitung 5.93 6.90
Jambi 6.04 7.32
Kalimantan Tengah 6.37 11.71
Indonesia 6.45 9.80
Kalimantan Timur 6.50 10.22
Bengkulu 6.76 10.72
Sumatera Barat 6.98 8.52
Bali 8.19 14.73
Riau 8.23 8.69
Sulawesi Utara 8.99 8.52
Maluku Utara 9.14 12.40
Aceh 9.92 10.45
Sulawesi Tenggara 10.40 10.92
Sulawesi Barat 10.41 13.13
Kalimantan Barat 10.71 8.58
Sumatera Utara 10.86 9.58
Sumatera Selatan 11.12 19.23
Sulawesi Tengah 11.22 10.76
Maluku 11.64 21.21
Papua Barat 11.79 12.28
Nusa Tenggara Barat 13.21 10.88
Gorontalo 13.72 20.57
Nusa Tenggara Timur 17.22 26.19
Kalimantan Utara 20.96 9.54
Papua 31.30 17.56
DKI Jakarta 22.31
0 10 20 30 40 50 60

Perdesaan Perkotaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 20

197
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sebagai contoh, provinsi Papua memiliki persentase kepala
rumah tangga perempuan yang memiliki rumah dengan rata-rata
luas rumah per kapita kurang dari 10 meter persegi di perdesaan
lebih banyak dibandingkan perkotaan, dengan perbandingan 31,3
persen di perdesaan dan 17,56 persen di perkotaan dengan selisih
13,74 persen. Selain itu, provinsi Kalimantan Utara juga merupakan
provinsi dengan persentase kepala rumah tangga perempuan yang
memiliki rumah dengan rata-rata luas rumah per kapita kurang dari
luas 10 meter persegi di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di
perkotaan dengan perbandingan 20,96 persen di perdesaan dan
9,54 persen di perkotaan atau dengan selisih 11,42 persen. Situasi
ini mencerminkan tentang kemiskinan di kalangan kepala rumah
tangga perempuan masih dalam jumlah yang cukup signifikan.

2 Jenis Lantai

Jenis lantai rumah menjadi salah satu indikator kondisi


ekonomi suatu rumah tangga. Dalam menganalisis jenis lantai,
terdapat dua kategori utama yang digunakan, yaitu jenis lantai
tanah dan bukan tanah. Dalam melihat jenis lantai bukan tanah
yang dimaksudkan meliputi marmer, granit, keramik, parket, vinil,
karpet, ubin, tegel, teraso, kayu/papan, semen/bata merah dan
bambu. Pada tahun 2021, jenis lantai yang digunakan penduduk
Indonesia mayoritas bukan tanah.
Tabel 6.2 menunjukkan situasi yang hampir sama pada
rumah tangga yang dipimpin laki-laki dan perempuan. Mayoritas
penduduk Indonesia tinggal di rumah dengan jenis lantai bukan
tanah dengan persentase mencapai 94,22 persen pada keluarga
dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga dan 95,88
persen pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Perbandingan
pada rumah dengan jenis lantai tanah pada kepala rumah tangga
laki-laki dan perempuan adalah 4,12 persen dan 5,78 persen
dengan kesenjangan sebesar 1,66 persen pada rumah tangga yang
dipimpin perempuan.

198
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 6.2 Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Tipe
Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Lantai Terluas, 2021

Lantai Terluas
Tipe Daerah/Jenis Kelamin
Tanah Bukan Tanah
Perkotaan
Laki-laki 1,82 98,18
Perempuan 2,71 97,29
Laki-Laki+Perempuan 1,95 98,05
Perdesaan
Laki-Laki 7,17 92,83
Perempuan 9,68 90,32
Laki-Laki+Perempuan 7,54 92,46
Perkotaan+Perdesaan
Laki-Laki 4,12 95,88
Perempuan 5,78 94,22
Laki-Laki+Perempuan 4,36 95,64
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

Berdasarkan tipe daerah, secara umum menunjukkan bahwa


persentase kepala rumah tangga di perkotaan yang mempunyai
luas lantai terluasnya bukan tanah lebih tinggi dibandingkan
kepala rumah tangga di perdesaan. Persentase rumah tangga
di perkotaan yang memiliki luas lantai terluasnya bukan tanah
sebesar 98,05 persen sedangkan di perdesaan hanya 92,46 persen
atau mempunyai ketimpangan sebesar 5,59 persen. Pada kepala
rumah tangga perempuan terdapat perbedaan 6,97 persen
yaitu persentase kepala rumah tangga perempuan di perkotaan
sebesar 97,29 persen sedangkan di perdesaan hanya 90,32
persen. Sedangkan pada kepala rumah tangga laki-laki, perbedaan
sebesar 5,35 persen yaitu persentase kepala rumah tangga laki-
laki di perkotaan 98,18 persen sedangkan di perdesaan hanya
92,83 persen. Secara umum menjelaskan bahwa rumah tangga
di perdesaan terutama pada kepala rumah tangga perempuan
mempunyai persentase terendah yang memiliki lantai terluas
bukan tanah.

199
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Lantai
Terluas pada Jenis Lantai Bukan Tanah menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga,
2021

Papua 78.05 76.66


Nusa Tenggara Timur 83.76 83.93
Jawa Tengah 84.93 89.61
Jawa Timur 89.30 92.66
Indonesia 94.22 95.88
Maluku Utara 94.78 94.76
Lampung 95.41 96.05
Banten 95.65 97.84
Aceh 96.00 97.04
DI Yogyakarta 96.21 98.01
Sumatera Selatan 96.62 97.33
Maluku 96.81 95.91
Nusa Tenggara Barat 96.84 98.57
Sulawesi Tengah 96.93 97.94
Papua Barat 97.70 98.15
Sulawesi Utara 97.72 96.77
Jawa Barat 97.81 98.59
Bengkulu 97.89 97.79
Sulawesi Tenggara 98.50 98.17
Sulawesi Barat 98.57 97.35
Jambi 98.73 98.85
Sumatera Utara 98.73 98.26
Riau 99.18 98.67
Bali 99.30 99.29
Kalimantan Utara 99.35 99.87
Sulawesi Selatan 99.38 99.20
Gorontalo 99.38 99.03
Sumatera Barat 99.40 99.54
DKI Jakarta 99.47 99.67
Kalimantan Selatan 99.49 99.83
Kalimantan Barat 99.56 99.70
Kalimantan Timur 99.85 99.32
Kalimantan Tengah 99.93 99.51
Kepulauan Riau 100.00 99.53
Kepulauan Bangka Belitung 100.00 99.69
0 50 100 150 200 250

Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

200
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan provinsi, Gambar 6.2 menunjukkan bahwa Papua,
Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan
provinsi dengan persentase tertinggi atas kepemilikan lantai
terluas dengan jenis tanah baik pada kepala rumah tangga laki-laki
dan perempuan. Sedangkan provinsi atau wilayah yang memiliki
persentase terendah atas kepemilikan lantai terluas dengan
jenis tanah pada kepala rumah tangga laki-laki adalah Kalimantan
Utara sedangkan untuk kepala rumah tangga perempuan adalah
Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung. Ketimpangan
antara wilayah yang memiliki persentase terendah dan tertinggi
untuk kepala rumah tangga laki-laki sebesar 23,21 persen
sedangkan untuk kepala rumah tangga perempuan sebesar 21,95
persen. Selain itu, Gambar 6.2 juga menunjukkan bahwa sebanyak
16 provinsi memiliki persentase kepala rumah tangga perempuan
lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga laki-laki yang
memiliki lantai terluas dengan jenis bukan tanah.
Penggunaan lantai berjenis tanah di Indonesia bukan saja
terkait dengan kemiskinan. Sejumlah daerah memiliki budaya tipe
rumah dengan jenis lantai tertentu, seperti rumah dengan seluruh
bagian rumahnya terdiri dari kayu dan sejenis kayu, termasuk
jenis lantainya dari kayu terlihat di antaranya pada rumah Limas
di Palembang, rumah Krong Bade atau Rumoh Aceh di Aceh,
rumah Gadang di Padang, dan rumah Dalam Loka di Nusa Tenggara
Barat (NTB) yang menjadi rumah bagi kediaman raja Sumbawa.
Sementara itu, sejumlah daerah yang juga memiliki adat rumah
berlantai tanah di antaranya pada rumah Sasak di Nusa Tenggara
Barat dengan lantai tanah yang dicampur dengan kotoran kerbau
dan abu jerami, rumah Honai di Papua, dan rumah Sao Ata Mosa
Lakitana di Nusa Tenggara Timur. Dengan gambaran tentang
rumah adat yang masih digunakan sebagian penduduk Indonesia,
dapat dipahami mengapa rumah tangga dengan jenis lantai tanah
masih di dominasi penduduk di Papua dan Nusa Tenggara Timur.

201
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang Memiliki
Lantai Terluas pada Jenis Lantai Bukan Tanah menurut
Provinsi dan Tipe Daerah, 2021.

DKI Jakarta 0.00 99.47


Papua 70.07 96.37
Jawa Tengah 77.43 91.93
Nusa Tenggara Timur 77.79 98.04
Jawa Timur 83.28 94.99
DI Yogyakarta 88.39 98.06
Indonesia 90.32 97.29
Maluku Utara 91.51 99.58
Banten 91.67 98.21
Maluku 93.31 99.54
Lampung 94.19 97.83
Sumatera Selatan 94.59 99.84
Aceh 95.27 97.67
Nusa Tenggara Barat 95.37 98.41
Sulawesi Utara 95.81 99.17
Jawa Barat 96.78 98.22
Sulawesi Tengah 96.98 96.83
Bengkulu 97.50 98.51
Sumatera Utara 97.90 99.44
Sulawesi Tenggara 98.34 98.82
Sulawesi Barat 98.52 98.78
Bali 98.80 99.48
Jambi 98.85 98.48
Gorontalo 99.00 99.74
Papua Barat 99.06 96.19
Sulawesi Selatan 99.07 99.79
Kalimantan Selatan 99.08 99.99
Sumatera Barat 99.14 99.65
Kalimantan Barat 99.47 99.69
Riau 99.50 98.62
Kalimantan Timur 99.53 100.00
Kalimantan Tengah 99.89 100.00
Kalimantan Utara 100.00 98.93
Kepulauan Riau 100.00 100.00
Kepulauan Bangka Belitung 100.00 100.00
0 50 100 150 200 250

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

202
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan Gambar 6.3 menunjukkan rentang atau
ketimpangan persentase kepala rumah tangga perempuan yang
jenis lantai terluasnya bukan tanah terbesar pada perdesaan
dibandingkan perkotaan. Di perdesaan, persentase provinsi
Kalimantan Utara, Kep Bangka Belitung dan Kepulauan Riau
mempunyai persentase kepala rumah tangga perempuan yang
jenis lantai terluasnya bukan tanah sebesar 100 persen sedangkan
yang terendah terdapat di provinsi Papua sebesar 70,07 persen
atau mempunyai rentang sebesar 29,03 persen. Untuk wilayah
perkotaan menunjukkan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau
mempunyai persentase kepala rumah tangga perempuan yang
jenis lantai terluasnya bukan tanah sebesar 100 persen sedangkan
yang terendah di provinsi Jawa Tengah sebesar 91,03 persen atau
mempunyai ketimpangan atau rentang sebesar 8,07 persen.
Wilayah Papua Barat, Kalimantan Utara, Riau, Jambi dan
Sulawesi Tengah mempunyai capaian persentase kepala rumah
tangga perempuan yang mempunyai jenis lantai terluasnya
bukan tanah di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan,
sedangkan wilayah lain menunjukkan capaian perkotaan lebih
tinggi dibandingkan perdesaan. Selain itu Wilayah Kepulauan
Bangka Belitung dan Kepulauan Riau menunjukkan bahwa seluruh
rumah tangganya atau seluruh penduduknya mempunyai jenis
lantai terluasnya adalah bukan tanah.

3 Penggunaan Listrik

Penggunaan listrik penting dilihat untuk mengukur akses


terhadap sumber daya listrik pada penduduk Indonesia. Rumah
tangga yang belum menggunakan listrik menjadi salah satu
indikator penting dalam mempertimbangkan pembangunan yang
berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Kategorisasi yang digunakan pada Susenas BPS, penggunaan
listrik meliputi listrik PLN dengan meteran, listrik PLN tanpa
meteran dan listrik non PLN. Listrik non PLN dapat berupa
sumber penerangan listrik yang dikelola oleh instansi/pihak lain
selain PLN termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari
accu (aki), generator, dan pembangkit listrik yang bersumber dari
energi baru terbarukan yang tidak dikelola oleh PLN (sirusa.bps.
go.id).

203
Profil Perempuan Indonesia 2022
Di tahun 2021, Gambar 6.4 menunjukkan bahwa hampir
seluruh penduduk Indonesia telah menggunakan listrik dengan
berbagai varian listrik yang ada. Jika dilihat persentase yang ada,
terlihat bahwa pada kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan
sudah memiliki akses yang sama baiknya pada penggunaan listrik.
Pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang
menggunakan listrik sebanyak 99,21 persen, sementara pada
keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan sebanyak 99,25
persen. Meskipun telah menunjukkan situasi yang positif, namun
tetap harus melihat bahwa penduduk Indonesia masih ada yang
tidak menggunakan listrik dalam kehidupan mereka. Terdapat
kurang dari 1 persen penduduk Indonesia tidak menggunakan
listrik. Persentase ini tidak selalu bermakna adanya persoalan
akses listrik, namun juga dapat disebabkan adanya sejumlah
masyarakat adat yang memiliki nilai budaya tertentu sehingga
tidak menggunakan listrik.

Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik


menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2021

99.93 99.91
99.93
99.21
99.21
98.42 99.25

98.28
98.25

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

204
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jika dibandingkan berdasarkan tipe daerah, Gambar 6.4
menunjukkan bahwa wilayah perdesaan masih menghadapi
persoalan dalam penggunaan listrik pada rumah tangga
dibandingkan perkotaan. Persentase rumah tangga yang tidak
menggunakan listrik di perdesaan sebesar 1,75 persen pada rumah
tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki dan 1,58 persen
pada rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala rumah
tangganya. Meskipun persentase rumah tangga di perdesaan
yang tidak menggunakan listrik pada kepala rumah tangga
perempuan sedikit lebih kecil, namun angka absolut dalam realitas
di masyarakat akan jauh lebih besar pada kelompok rumah tangga
dengan kepala rumah tangga laki-laki. Hal ini merujuk pada jumlah
absolut keluarga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang masih
sangat jauh berbeda dengan keluarga dengan kepala rumah tangga
perempuan.
Berdasarkan provinsi, Gambar 6.5 menunjukkan bahwa
terdapat provinsi yang sudah mencapai 100 persen pada rumah
tangga yang menggunakan listrik, baik pada keluarga dengan
kepala rumah tangga laki-laki atau perempuan, yaitu DKI Jakarta
dan DI Yogyakarta. Sementara itu, Banten dan Kalimantan
Timur adalah dua provinsi dengan semua kepala rumah tangga
perempuan sudah menggunakan listrik.
Gambar 6.5 juga menunjukkan persentase rumah tangga
yang tidak menggunakan listrik berdasarkan provinsi secara
berbeda-beda. Gambaran tersebut dapat mengindikasikan adanya
kesenjangan akses penduduk, baik pada rumah tangga yang
dikepalai perempuan atau laki-laki pada layanan listrik berbasis
wilayah. Papua merupakan provinsi dengan tingkat persentase
tertinggi pada rumah tangga yang tidak menggunakan listrik,
dengan persentase lebih tinggi pada keluarga dengan kepala
rumah tangga laki-laki, yaitu 17,89 persen berbanding 21,20 persen.
Provinsi dengan persentase tertinggi kedua pada anggota rumah
tangga yang tidak menggunakan listrik terjadi di Nusa Tenggara
Timur dengan 7,41 persen pada kepala rumah tangga perempuan
dan 7,61 persen pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Selain
itu, Gambar 6.5 juga menunjukkan sebanyak 12 wilayah memiliki
persentase kepala rumah tangga perempuan yang menggunakan
listrik lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

205
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga yang Tidak Menggunakan
Listrik menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2021
Papua 82.11 78.80
Nusa Tenggara Timur 92.59 92.39
Papua Barat 96.32 95.73
Kalimantan Barat 96.74 96.48
Maluku 96.97 96.02
Maluku Utara 97.25 96.63
Kalimantan Tengah 97.54 98.86
Riau 97.92 98.37
Sulawesi Barat 98.29 99.26
Sulawesi Tengah 98.30 97.79
Jambi 98.38 99.11
Sumatera Selatan 98.57 99.04
Sumatera Utara 98.67 99.26
Sumatera Barat 98.81 98.87
Sulawesi Selatan 99.05 99.49
Sulawesi Tenggara 99.17 99.47
Indonesia 99.25 99.21
Bengkulu 99.28 99.46
Sulawesi Utara 99.49 99.80
Gorontalo 99.51 99.22
Kalimantan Utara 99.54 98.60
Kalimantan Selatan 99.56 99.79
Kepulauan Bangka Belitung 99.67 99.76
Kepulauan Riau 99.69 99.72
Lampung 99.73 99.64
Nusa Tenggara Barat 99.75 99.89
Aceh 99.84 99.88
Jawa Timur 99.86 99.95
Bali 99.87 99.92
Jawa Tengah 99.90 99.97
Jawa Barat 99.90 99.93
DKI Jakarta 100.00 100.00
DI Yogyakarta 100.00 100.00
Banten 100.00 99.95
Kalimantan Timur 100.00 99.80
0 50 100 150 200 250

Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

206
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang Tidak
Menggunakan Listrik menurut Provinsi dan Tipe
Daerah 2021

Papua 75.49 97.29


Nusa Tenggara Timur 89.58 99.82
Papua Barat 93.45 99.49
Maluku 93.50 99.67
Kalimantan Barat 94.57 100.00
Maluku Utara 95.37 100.00
Kalimantan Tengah 95.90 99.96
Kepulauan Riau 96.61 100.00
Riau 96.90 99.65
Sulawesi Tengah 97.40 99.96
Sumatera Utara 97.50 99.67
Sumatera Barat 97.65 99.94
Sumatera Selatan 97.71 99.93
Jambi 97.88 99.39
Sulawesi Barat 97.91 100.00
Indonesia 98.42 99.91
Sulawesi Selatan 98.44 99.88
Sulawesi Tenggara 98.82 99.89
Bengkulu 98.83 100.00
Sulawesi Utara 98.83 100.00
Kalimantan Utara 98.83 100.00
Gorontalo 98.99 100.00
Kalimantan Selatan 99.19 100.00
Kepulauan Bangka Belitung 99.41 99.86
Bali 99.53 100.00
Lampung 99.64 99.92
Jawa Barat 99.66 100.00
Nusa Tenggara Barat 99.71 99.79
Aceh 99.77 100.00
Jawa Tengah 99.79 100.00
Jawa Timur 99.97 99.76
DI Yogyakarta 100.00 100.00
Banten 100.00 100.00
Kalimantan Timur 100.00 100.00
DKI Jakarta 100.00
0 50 100 150 200 250

Perdesaan Perkotaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021

207
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.6 menunjukkan persentase kepala rumah tangga
perempuan yang terpilah menurut tipe daerah perkotaan dan
perdesaan. Gambar 6.6 menggambarkan adanya ketimpangan
antara capaian di perkotaan dan perdesaan pada kepala rumah
tangga perempuan. Untuk daerah perkotaan, 17 wilayah sudah
semua kepala rumah tangga perempuannya menggunakan listrik
sedangkan di perdesaan baru 3 wilayah yaitu DI Yogyakarta,
Banten dan Kalimantan Timur. Selain itu, ketimpangan antara
wilayah perdesaan antar provinsi cukup tinggi yaitu 24,51 persen
dimana wilayah perdesaan terendah di Papua hanya 75,49
persen sedangkan wilayah perdesaan yang tertinggi sudah 100
persen. Untuk wilayah perkotaan, ketimpangan antara wilayah
provinsi di Indonesia menunjukkan hanya 2,71 persen dimana
persentase wilayah perkotaan terendah di Papua sebesar 97,29
persen sedangkan tertinggi mencapai 100 persen. Gambar 6.6
juga menunjukkan beberapa catatan dalam ketimpangan antara
perdesaan dan perkotaan antara lain ketimpangan di Indonesia
bagian Timur lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah lain di
Indonesia.

4 Akses Air Minum Layak

Akses terhadap air minum layak sangat penting bagi


kesehatan anggota rumah tangga dan menentukan derajat
kesehatan keluarga. Mengkonsumsi air minum tidak layak dapat
berbahaya bagi kesehatan, bahkan menimbulkan penyakit yang
berakhir pada kematian. Dalam mengukur air minum layak, BPS
merujuk pada ketentuan bahwa air minum layak merupakan air
minum yang terlindung meliputi leding, sumur bor atau sumur
pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan,
termasuk air kemasan bermerk atau air isi ulang dan sumber air
utama air mandi/cuci/dll yang digunakan adalah leding, sumur bor
atau sumur pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan
air hujan. Merujuk pada ketentuan kesehatan, di antara syarat
air minum layak dapat dilihat melalui minimal 4 indikator spesifik
berikut, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam-logam berat.

208
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.7 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air
Minum Layak menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah
Tangga dan Tipe Daerah, 2021

95.97 96.13 96

91.46
90.67 90.78

85.53
83.64 83.91

Laki-Laki Perempuan Total

Perkotaan Perdesaan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Tahun 2021, Gambar 6.7 menunjukkan bahwa rumah tangga


dengan kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan yang
memiliki akses air minum layak mencapai angka 90,67 persen pada
kepala rumah tangga laki-laki dan 91,46 persen pada kepala rumah
tangga perempuan. Sebaliknya, masih ada rumah tangga yang
tidak memiliki akses terhadap sumber air minum layak dengan
persentase sebanyak 8,54 persen pada keluarga dengan kepala
rumah tangga perempuan dan 9,33 persen pada keluarga dengan
kepala rumah tangga laki-laki. Hal ini mengindikasikan adanya risiko
kesehatan pada hampir 10 persen penduduk Indonesia sebagai
akibat mengkonsumsi air tidak layak. Persentase ini tidak dapat
diabaikan mengingat pada setiap rumah tangga memungkinkan
adanya pasangan suami istri yang memiliki anak-anak atau bahkan
terdapat perempuan yang sedang menjalani fungsi reproduksinya
dengan mengandung dan menyusui.

209
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan tipe daerah, Gambar 6.7 menunjukkan bahwa
akses air minum layak masih menjadi masalah di perdesaan.
Terdapat 16,36 persen rumah tangga dengan kepala keluarga laki-
laki yang masih tidak memiliki akses air minum layak, demikian juga
terdapat 14,47 persen rumah tangga dengan kepala rumah tangga
perempuan yang belum memiliki akses air minum layak. Meskipun
demikian, ternyata di wilayah perkotaan juga masih dijumpai rumah
tangga yang masih belum memiliki akses air minum layak dengan
persentase 3-4 persen. Pada penduduk di wilayah perkotaan
yang tidak memiliki akses air minum ini perlu ditelisik lebih lanjut
terjadi pada kelompok penduduk dengan karakteristik seperti apa,
mengingat layanan sumber air minum layak di perkotaan sudah
sangat baik tersedia.
Jika dilihat dari sisi akses terhadap air minum layak, maka
Gambar 6.7 menegaskan bahwa secara nasional, mayoritas rumah
tangga telah mempunyai akses air minum layak dengan cukup
baik, terutama di perkotaan. Di tahun 2021, akses terhadap air
minum layak pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga
laki-laki sedikit lebih rendah dari perempuan, atau dapat dikatakan
cukup setara, yaitu 91,46 dan 90,67. Ketika dilihat berdasarkan
tipe daerah, maka akses air minum pada kepala rumah tangga laki-
laki di perkotaan lebih baik dari perdesaan, dengan perbandingan
95,97 persen berbanding 83,64. Situasi yang sama juga terlihat
pada akses air minum layak pada kepala rumah tangga perempuan
yang lebih banyak di perkotaan ketimbang di perdesaan. Di
perkotaan, akses air minum layak pada kepala rumah tangga
perempuan sebesar 96,13 persen, sementara di perdesaan cukup
jauh berbeda, yaitu 85,53 persen. Jika dibandingkan tahun 2020,
maka kondisi di tahun 2021 ini sudah mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, yaitu sekitar 10 persen.
Masih tingginya persentase rumah tangga yang tidak memiliki
akses pada air minum layak di perdesaan ini perlu mendapat
perhatian khusus. Selain karena batasan air minum layak dalam
kategorisasi BPS masih sangat umum, juga karena sumber air di
perdesaan mungkin diperoleh melalui sumber air alam. Studi Sisca
(2016) menguraikan bahwa air dari sumber alam dapat diminum
oleh manusia, namun tetap harus diwaspadai karena memiliki
resiko air dari sumber alam yang ada telah tercemar, baik oleh

210
Profil Perempuan Indonesia 2022
bakteri atau zat-zat berbahaya dari perilaku manusia. Dalam
pengetahuan umum, air dari sumber air yang terlindungi dapat
disterilisasi melalui perebusan dengan cara memasak air hingga
100 derajat celcius, namun belum mampu menghilangkan zat
berbahaya di dalamnya. Misalnya saja, unsur logam dalam air tidak
dapat dihilangkan dengan cara merebus air hingga mendidih.
Perkembangan pertanian dan penggunaan berbagai unsur
kimiawi juga telah mengubah kualitas air dari sumber alam.
Sebagai contoh, penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan
kandungan kadar nitrat yang tinggi pada kondisi air tanah. Jika
dikonsumsi, maka air minum mengandung kadar nitrat tinggi
dan melebihi ambang batas yang ditetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tahun 1990 dapat berisiko pada kesehatan manusia dan
hewan ternak. Selain pupuk organik, penggunaan pupuk kimia juga
dapat menimbulkan pencemaran pada tanah dan mempengaruhi
kualitas air tanah. Selain karena penggunaan pupuk buatan atau
pupuk kimia yang mengandung unsur nitrogen dapat mempercepat
ketersediaan zat-zat organik, juga dapat merusak keseimbangan
zat-zat makanan di dalam tanah (Bahti, 2018).
Sumber air alam juga dapat berbahaya karena persoalan
sanitasi dan drainase yang tidak dikelola dengan baik. Septic
tank yang bocor, pembuangan sampah, dan lubang air serapan
dari penggunaan sabun dan alat pembersih lainnya berisiko
memperburuk kualitas air tanah. Akibatnya, air tanah tercemar,
tanaman tidak tumbuh subur, ternak berpenyakit, dan konsekuensi
paling nyata akan merugikan manusia karena mengaburkan seluruh
investasi kesehatan anggota keluarga yang telah dibangun. Studi
Bahti (2018) menyatakan bahwa air minum yang tercemar nitrat
mampu mempengaruhi kesehatan penduduk dalam jangka waktu
lama. Bahkan, proses pencernaan yang belum sempurna pada bayi
menyebabkan perubahan Nitrat menjadi Nitrit dan ketika menelan
Nitrat melebihi 10 miligram/liter dapat menyebabkan penyakit
Methemoglobinemia pada bayi.
Indikator air minum layak juga penting mempertimbangkan
kualitas air kemasan yang masih dianggap sebagai tidak persoalan.
Adanya sumber air minum yang memudahkan penduduk
mengkonsumsinya tanpa memasak makin banyak dijumpai
dan menjadi gaya hidup baru masyarakat. Apalagi, kesadaran

211
Profil Perempuan Indonesia 2022
masyarakat yang semakin meningkat pada kebutuhan air minum
dan air tanah yang telah tercemar menjadikan air kemasan sebagai
pilihan yang dianggap lebih aman dikonsumsi dan terjamin bagi
kesehatan. Padahal, sejumlah studi menemukan adanya risiko
pada air kemasan karena mengandung unsur yang tidak memenuhi
syarat dikonsumsi (Gafur, et. all., 2017), atau karena perlakuan
terhadap air minum, seperti pencucian galon yang tidak terstandar,
penempatan air dalam botol atau wadah plastik yang bereaksi
karena paparan sinar matahari atau terjemur dalam kendaraan
dalam durasi waktu tertentu.
Berdasarkan perbedaan provinsi, Gambar 6.8 menunjukkan
bahwa provinsi dengan rumah tangga yang tidak memiliki akses
air minum layak di atas rata-rata nasional masih lebih dominan
dibandingkan yang berada di bawah rata-rata nasional. Terdapat 19
provinsi yang mempunyai capaian persentase rumah tangga yang
memiliki akses air minum layak dibawah angka nasional sedangkan
15 provinsi yang mempunyai capaian persentase di bawah angka
nasional. Secara nasional menunjukkan bahwa DKI Jakarta adalah
wilayah yang memiliki persentase capaian tertinggi yaitu 99,86
persen sedangkan terendah adalah provinsi Papua sebesar 64,92
persen dengan rentang sebesar 34,94 persen. Hal lain yang
ditunjukkan pada Gambar 6.8 adalah bahwa 70 persen provinsi di
Indonesia berpersentase kepala rumah tangga perempuan lebih
tinggi yang memiliki akses terhadap air minum layak dibandingkan
rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki.
Berdasarkan jenis kelamin kepala rumah tangga, Gambar 6.8
menunjukkan bahwa ketimpangan persentase rumah tangga yang
menggunakan air minum layak menunjukkan laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Baik pada kepala rumah tangga laki-laki
maupun perempuan menunjukkan provinsi DKI Jakarta mempunyai
capaian tertinggi sedangkan terendah terdapat di provinsi
Papua. Perbedaan capaian pada wilayah tertinggi dan terendah
menunjukkan bahwa kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi
yaitu 35,01 persen sedangkan perempuan sebesar 34,22 persen.
Selain itu, baik pada kepala rumah tangga laki-laki atau perempuan
atau seluruh penduduknya di provinsi Kalimantan Tengah, Sulawesi
Barat, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan tengah,
Bengkulu, Papua menunjukkan belum 80 persen rumah tangganya
menggunakan air minum layak.

212
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.8 Persentase Rumah Tangga yang Tidak Memiliki
Akses Air Minum Layak menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021
Papua 64.83 65.77 64.92
Bengkulu 67.52 66.20 67.39
Kepulauan Bangka Belitung 72.74 78.45 73.40
Kalimantan Selatan 75.88 79.41 76.40
Kalimantan Tengah 77.34 74.03 77.05
Sulawesi Barat 78.22 79.26 78.35
Kalimantan Barat 77.95 84.87 78.76
Jambi 79.83 78.70 79.70
Lampung 80.08 81.32 80.20
Papua Barat 81.67 81.75 81.68
Sumatera Barat 83.02 85.39 83.40
Sumatera Selatan 84.63 85.24 84.70
Nusa Tenggara Timur 85.21 86.36 85.40
Kalimantan Timur 85.62 87.36 85.80
Kalimantan Utara 86.52 89.03 86.80
Sulawesi Tengah 88.27 90.24 88.51
Maluku Utara 88.18 92.34 88.66
Aceh 88.43 90.28 88.79
Riau 89.79 89.54 89.76
Indonesia 90.67 91.46 90.78
Kepulauan Riau 90.49 93.18 90.83
Sumatera Utara 90.82 91.27 90.89
Sulawesi Selatan 91.38 90.25 91.18
Sulawesi Utara 91.45 92.89 91.65
Sulawesi Tenggara 91.73 93.17 91.94
Maluku 92.48 97.84 93.21
Jawa Barat 93.43 92.06 93.24
Banten 93.78 91.37 93.51
Jawa Tengah 93.55 94.01 93.62
Gorontalo 94.22 96.76 94.57
Nusa Tenggara Barat 94.77 93.86 94.60
Jawa Timur 95.06 94.81 95.02
DI Yogyakarta 95.70 95.62 95.69
Bali 97.43 98.76 97.56
DKI Jakarta 99.84 99.99 99.86
Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

213
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.9 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang Tidak
Memiliki Akses Air Minum Layak menurut Provinsi
dan Tipe Daerah, 2021

Bengkulu 56.00 82.65


Papua 57.57 84.59
Kalimantan Tengah 64.41 88.33
Kalimantan Timur 66.31 97.06
Kalimantan Selatan 68.16 92.82
Kepulauan Riau 68.22 95.71
Papua Barat 70.13 94.55
Kepulauan Bangka Belitung 71.41 83.60
Jambi 73.03 90.12
Kalimantan Utara 75.83 97.78
Lampung 76.21 91.48
Sulawesi Barat 76.27 92.78
Sumatera Barat 76.76 93.79
Kalimantan Barat 80.95 90.76
Banten 81.20 97.92
Sumatera Selatan 81.35 91.43
Nusa Tenggara Timur 81.84 97.20
Jawa Barat 83.88 95.27
Riau 85.16 96.96
Sumatera Utara 85.20 96.45
Indonesia 85.53 96.13
Sulawesi Selatan 85.65 96.63
Sulawesi Tengah 86.88 96.44
Sulawesi Utara 87.49 97.00
Aceh 87.74 96.12
Maluku Utara 88.01 98.68
Jawa Tengah 91.26 96.58
Nusa Tenggara Barat 91.75 96.10
Sulawesi Tenggara 91.77 95.98
Jawa Timur 92.76 96.74
DI Yogyakarta 93.22 96.18
Gorontalo 93.61 99.78
Bali 95.71 99.87
Maluku 96.03 99.25
DKI Jakarta 99.99
0 50 100 150 200 250

Perdesaan Perkotaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

214
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.9 menunjukkan perbedaan capaian persentase
kepala rumah tangga perempuan di perkotaan dan perdesaan.
Secara umum terlihat bahwa capaian kepala rumah tangga
perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan
di seluruh wilayah Indonesia. Ketimpangan tertinggi terdapat
di provinsi Kalimantan Timur sebesar 30,75 persen yaitu capaian
perkotaan sebesar 97,06 persen sedangkan di perdesaan hanya
sebesar 66,31 persen. Selain itu, ketimpangan dilihat dari tipe
daerah tertinggi juga terdapat di provinsi Kepulauan Riau, Papua
dan Bengkulu.
Gambar 6.9 menunjukkan di perkotaan, provinsi tertinggi
yang memiliki capaian persentase rumah tangga perempuan yang
memiliki akses air minum layak adalah DKI Jakarta sebesar 99,99
persen sedangkan terendah adalah Bengkulu sebesar 82,65 persen
dengan perbedaan capaian sebesar 17,34 persen. Sedangkan di
perdesaan menunjukkan provinsi tertinggi adalah Maluku sebesar
96,03 persen sedangkan terendah adalah Bengkulu sebesar 56,00
persen dengan ketimpangan 40,03 persen. Selain itu, sebanyak
13 provinsi di Indonesia menunjukkan persentase kepala rumah
tangga perempuan belum 80 persen menggunakan atau memiliki
akses terhadap air minum layak.

5 Sanitasi Layak

SDGs menetapkan rumah tangga yang memiliki akses


terhadap layanan sanitasi layak apabila telah: a) memiliki fasilitas
tempat buang air digunakan ART sendiri, digunakan bersama
ART rumah tangga tertentu atau MCK Komunal, jenis kloset yang
digunakan leher angsa, dan pembuangan akhir tinja berupa tangki
septik atau IPAL; atau b) di daerah perdesaan memiliki fasilitas
tempat buang air digunakan ART sendiri, digunakan bersama
ART rumah tangga tertentu atau MCK Komunal, jenis kloset yang
digunakan leher angsa dan pembuangan akhir tinja berupa lubang
tanah. Memastikan ketersediaan sanitasi yang layak menjadi
bagian dari target tujuan 6 SDGs, yaitu air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua. Itu artinya, sanitasi harus dirancang
dengan memperhatikan kebutuhan seluruh anggota rumah tangga
yang akan menggunakannya, terutama pada anak-anak dan lansia;
atau anggota rumah tangga yang berkebutuhan khusus.

215
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.10 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki
Akses Air Minum Layak menurut Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga dan Tipe Daerah, 2021

83.77
83.58

82.39 80.29

80.57 78.59
75.96
76.33
73.76

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Gambar 6.10 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan


kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki
sanitasi layak. Tahun 2021 masih menunjukkan adanya persentase
yang berbeda pada kepala rumah tangga perempuan dan laki-laki.
Rumah tangga yang dipimpin oleh kepala rumah tangga laki-laki dan
memiliki sanitasi layak sebanyak 80,57 persen, atau lebih banyak
1,98 poin dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, yaitu
78,59 persen. Dengan demikian, terdapat 19,43 persen anggota
dari rumah tangga yang dipimpin laki-laki dan 21,41 persen anggota
rumah tangga yang dipimpin perempuan yang masih menghadapi
masalah terhadap sanitasi layak di dalam rumah tangga mereka.
Gambar 6.10 memberikan gambaran bahwa di tahun 2021,
capaian persentase rumah tangga di perkotaan lebih tinggi
dibandingkan perdesaan baik pada kepala rumah tangga laki-laki
dan perempuan. Perbedaan persentase kepala rumah tangga
laki-laki di perkotaan dengan perdesaan sebesar 7,63 persen

216
Profil Perempuan Indonesia 2022
sedangkan perbedaan persentase rumah tangga perempuan di
perkotaan dengan perdesaan sebesar 8,63 persen. Secara umum
digambarkan bahwa belum 80 persen rumah tangga di perdesaan
belum mencapai 80 persen yang memiliki atau menggunakan
sanitasi layak.

Tabel 6.3 Persentase Sanitasi Layak di Indonesia berdasarkan


Provinsi, Tahun 2015-2020

Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Aceh 60 63 66 69 73 77
Sumatera Utara 70 74 75 77 79 81
Sumatera Barat 52 59 60 62 63 68
Riau 66 77 77 80 80 83
Jambi 68 70 73 73 75 77
Sumatera Selatan 64 68 70 72 74 76
Bengkulu 65 71 73 71 75 78
Lampung 64 73 73 75 79 78
Bangka Belitung 82 83 86 87 90 92
Kepulauan Riau 73 79 86 85 89 89
DKI Jakarta 89 90 90 90 92 93
Jawa Barat 63 66 67 67 69 71
Jawa Tengah 72 74 76 78 80 83
DI Yogyakarta 89 90 91 92 94 96
Jawa timur 67 71 74 74 78 80
Banten 71 76 76 77 81 82
Bali 87 90 90 91 94 95
Nusa Tenggara Barat 66 70 71 75 80 82
Nusa Tenggara Timur 43 50 53 61 64 69
Kalimantan Barat 57 66 67 72 72 75
Kalimantan Tengah 49 60 60 66 69 72
Kalimantan Selatan 68 71 70 73 76 81
Kalimantan Timur 77 82 82 84 89 89

217
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kalimantan Utara 70 76 73 81 77 82
Sulawesi Utara 73 78 76 79 82 85
Sulawesi Tengah 59 62 64 67 71 74
Sulawesi Selatan 76 80 81 84 87 88
Sulawesi Tenggara 66 70 71 73 79 82
Gorontalo 59 59 59 64 74 75
Sulawesi Barat 57 61 63 67 73 77
Maluku 63 67 66 69 70 75
Maluku Utara 68 66 69 69 72 75
Papua Barat 66 67 68 75 76 78
Papua 32 33 35 37 38 40
Sumber: Data Monitoring RISPAM, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2020

Jika dilihat perkembangan sanitasi layak di Indonesia, Tabel


6.3 menunjukkan bahwa semua provinsi di Indonesia mengalami
trend yang positif. Dari tahun 2015 hingga tahun 2020, hampir
semua provinsi telah mengalami peningkatan atas kepemilikan
sanitasi layak. Meskipun demikian, masih ada ketimpangan antara
provinsi yang di Pulau Jawa dengan provinsi yang berada di wilayah
luar Jawa, khususnya Papua. Pada Tabel 6.3 terlihat bahwa Papua
masih berada di angka 40 persen penduduk yang telah memiliki
sanitasi layak, padahal provinsi lainnya sudah berada di posisi lebih
dari 70 persen, bahkan telah ada yang mencapai angka 96 persen
di DI Yogyakarta dan 90 persen di Bali.
Gambar 6.11 menunjukkan persentase rumah tangga yang
memiliki sanitasi layak menurut jenis kelamin kepala rumah
tangga dan provinsi. Secara umum menunjukkan bahwa provinsi
DI Yogyakarta mempunyai capaian tertinggi dan terendah adalah
provinsi Papua. Selain itu, untuk provinsi-provinsi yang memiliki
capaian di bawah angka nasional secara umum terdapat 16 provinsi,
untuk kepala rumah tangga laki-laki sebesar 15 provinsi sedangkan
untuk perempuan sebesar 14 provinsi.

218
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.11 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki
Sanitasi Layak menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah
Tangga, 2021
Papua 40.52
43.5740.81
Sumatera Barat 68.44 69.97 68.68
Jawa Barat 72.35 67.46 71.66
Nusa Tenggara Timur 73.43 73.00 73.36
Kalimantan Tengah 74.39 67.31 73.77
Sulawesi Tengah 75.64 79.11 76.06
Maluku 76.22 80.28 76.77
Maluku Utara 76.50 81.84 77.11
Sumatera Selatan 77.59 74.92 77.29
Aceh 78.11 75.18 77.55
Papua Barat 77.89 77.88 77.89
Kalimantan Barat 78.07 80.75 78.39
Gorontalo 77.71 84.00 78.58
Kalimantan Utara 80.85 71.65 79.80
Bengkulu 80.34 75.10 79.81
Sulawesi Barat 80.19 79.61 80.12
Indonesia 80.57 78.59 80.29
Jambi 80.64 78.00 80.36
Jawa Timur 81.46 78.37 80.97
Kalimantan Selatan 81.50 81.05 81.43
Sumatera Utara 82.26 80.79 82.02
Nusa Tenggara Barat 83.99 77.98 82.85
Banten 83.56 77.58 82.89
Jawa Tengah 83.53 81.93 83.28
Riau 83.90 81.56 83.64
Lampung 83.77 84.99 83.89
Sulawesi Utara 84.68 85.97 84.85
Sulawesi Tenggara 85.75 84.86 85.62
Kalimantan Timur 89.82 89.33 89.77
Sulawesi Selatan 91.79 90.54 91.57
Kepulauan Riau 91.66 91.37 91.62
Kepulauan Bangka Belitung 92.27 91.99 92.24
DKI Jakarta 95.26 94.70 95.17
Bali 96.08 94.73 95.95
DI Yogyakarta 97.32 96.17 97.12
Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

219
Profil Perempuan Indonesia 2022
Hal yang perlu menjadi catatan adalah masih banyaknya
wilayah yang belum mencapai 80 persen terhadap akses untuk
memiliki sanitasi layak. Secara umum tergambar bahwa sebanyak
15 provinsi yang memiliki persentase rumah tangga yang memiliki
akses sanitasi layak belum 80 persen sedangkan untuk kepala rumah
tangga laki-laki sebesar 13 provinsi dan rumah tangga perempuan
sebesar 16 provinsi. Sehingga dapat disimpulkan hampir 50 persen
provinsi di Indonesia, persentase rumah tangganya memiliki akses
terhadap sanitasi layak belum mencapai 80 persen.
Gambar 6.12 menunjukkan capaian persentase kepala
rumah tangga perempuan yang memiliki akses terhadap sanitasi
layak menurut tipe daerah. Terlihat ketimpangan wilayah di
perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Untuk wilayah
perkotaan, persentase kepala rumah tangga perempuan yang
memiliki akses terhadap sanitasi layak tertinggi di provinsi Bali
sebesar 97,88 persen sedangkan terendah di provinsi Jawa Barat
sebesar 67,19 persen atau mempunyai perbedaan sebesar 30,69
persen. Untuk wilayah perdesaan, wilayah DI Yogyakarta memiliki
persentase tertinggi terhadap rumah tangga perempuan yang
memiliki sanitasi layak sebesar 94,83 persen sedangkan terendah
terdapat di provinsi Papua sebesar 26,27 persen atau mempunyai
ketimpangan sebesar 68,56 persen.
Selain itu, Gambar 6.12 juga menunjukkan secara umum
provinsi-provinsi yang ada di Indonesia, capaian persentase kepala
rumah tangga perempuan yang memiliki akses terhadap sanitasi
layak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan kecuali di
provinsi Bengkulu, Jawa Barat dan Lampung. Hal lain yang menjadi
catatan dalam Gambar 6.12 menunjukkan terdapat ketimpangan
capaian persentase kepala rumah tangga perempuan antara
perkotaan dan perdesaan. Ketimpangan tertinggi terdapat di
provinsi Papua dimana perkotaan capaiannya sebanyak 83,24
persen sedangkan di perdesaan hanya 26,27 persen atau terdapat
perbedaan sebesar 56,95 persen. Ketimpangan tertinggi juga
terdapat di provinsi Kepulauan Riau yaitu 28,31 persen sedangkan
Banten sebesar 27,34 persen. Ketimpangan capaian di wilayah
perkotaan dan perdesaan terendah terdapat di provinsi Jawa
Tengah yaitu sebesar 0,31 persen yaitu perkotaan sebesar 82,08
persen sedangkan perdesaan sebesar 81,77 persen.

220
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 6.12 Persentase Rumah Tangga Perempuan yang
Memiliki Sanitasi Layak menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2021
DKI Jakarta 94.70
Papua 26.27 83.24
Kalimantan Tengah 60.90 76.82
Banten 60.94 88.28
Sumatera Barat 61.28 78.41
Kepulauan Riau 65.67 93.98
Nusa Tenggara Timur 66.63 88.25
Sumatera Selatan 66.69 88.03
Kalimantan Utara 67.67 74.29
Papua Barat 67.84 88.94
Jawa Barat 68.15 67.19
Aceh 70.38 86.24
Sumatera Utara 71.24 88.95
Nusa Tenggara Barat 71.64 84.73
Maluku 71.71 86.94
Maluku Utara 72.20 95.97
Jawa Timur 72.62 83.80
Sulawesi Tengah 73.25 89.90
Indonesia 73.76 82.39
Gorontalo 74.97 92.65
Jambi 75.21 83.64
Riau 75.44 91.96
Kalimantan Selatan 75.58 87.57
Bengkulu 76.01 73.63
Kalimantan Barat 78.27 84.47
Sulawesi Barat 78.33 85.39
Sulawesi Tenggara 81.31 92.04
Jawa Tengah 81.77 82.08
Kalimantan Timur 82.43 92.51
Sulawesi Utara 84.74 86.91
Lampung 85.24 84.49
Bali 86.06 97.88
Kepulauan Bangka Belitung 87.58 95.22
Sulawesi Selatan 89.31 92.24
DI Yogyakarta 94.83 96.49
0 50 100 150 200 250

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

221
Profil Perempuan Indonesia 2022
D. Kesimpulan

Rumah secara ideal harus mempertimbangkan sejumlah


indikator yang mencukupi kebutuhan dasar dari seluruh anggota
rumah tangga. Salah satu faktor penting dari rumah adalah luas
lantai yang dihitung melalui setiap anggota rumah tangga dan
jenis lantainya. Di tahun 2021, data BPS menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia yang tinggal di lantai dengan luas lebih dari 10
meter persegi telah mencapai 85,31 persen, sedangkan penduduk
yang masih tinggal di rumah dengan luas per anggota rumah
tangganya kurang dari 10 meter persegi masih sebanyak 14,69
persen. Penduduk yang tinggal di perdesaan memiliki luas lantai
yang lebih lebar dibandingkan perkotaan. Hal menarik terlihat
pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan di
perkotaan dan perdesaan sama-sama lebih tinggi persentasenya
jika dibandingkan laki-laki untuk kategori luas lantai lebih dari 10
meter persegi.
Jenis lantai yang digunakan rumah tangga yang dipimpin
laki-laki dan perempuan menunjukkan situasi yang hampir sama.
Mayoritas penduduk Indonesia tinggal di rumah dengan jenis
lantai bukan tanah dengan persentase mencapai 94,22 persen
pada keluarga dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga
dan 95,88 persen pada rumah tangga yang di kepalai laki-laki.
Perbandingan pada rumah dengan jenis lantai tanah pada kepala
rumah tangga laki-laki dan perempuan adalah 4,12 dan 5,78
dengan kesenjangan sebesar 1,66 persen pada rumah tangga yang
dipimpin perempuan. Berdasarkan tipe daerah, rumah tangga yang
memiliki lantai terluas jenis bukan tanah lebih rendah di perdesaan
dibandingkan perkotaan dan terjadi pada rumah tangga yang
dipimpin laki-laki maupun perempuan.
Pada penggunaan listrik rumah tangga, hampir seluruh
penduduk Indonesia telah menggunakan listrik dengan akses yang
sama pada kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan. Rumah
tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang menggunakan
listrik sebanyak 99,21 persen, sementara pada keluarga dengan
kepala rumah tangga perempuan telah mencapai jumlah 99,25

222
Profil Perempuan Indonesia 2022
persen. Meskipun telah menunjukkan situasi yang positif, namun
tetap harus melihat bahwa penduduk Indonesia masih ada yang
tidak menggunakan listrik dalam kehidupan mereka, meskipun
kurang dari 1 persen.
Di tahun 2021, keluarga yang dipimpin laki-laki dan
perempuan telah sama-sama memiliki akses air minum layak
dengan angka mencapai 90,67 persen pada laki-laki dan 91,46
persen pada perempuan. Itu artinya, masih ada rumah tangga yang
tidak memiliki akses terhadap sumber air minum layak dengan
persentase cukup tinggi, yaitu 8,54 persen pada keluarga dengan
kepala rumah tangga perempuan dan 9,33 persen pada keluarga
yang dipimpin laki-laki. Situasi ini mengindikasikan adanya risiko
kesehatan pada hampir 10 persen penduduk Indonesia sebagai
akibat mengkonsumsi air tidak layak. Akses air minum layak masih
menjadi masalah di perdesaan. Terdapat 16,36 persen rumah
tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang masih tidak
memiliki akses air minum layak dan 14,47 persen rumah tangga
dengan kepala rumah tangga perempuan. Meskipun demikian,
ternyata di wilayah perkotaan juga masih dijumpai rumah tangga
yang masih belum memiliki akses air minum layak dengan
persentase 3-4 persen.
Meskipun perkembangan sanitasi layak di Indonesia semakin
meningkat setiap tahunnya di semua provinsi, akan tetapi hingga
saat ini masih ada 16 provinsi dari 34 provinsi yang persentase
sanitasi layaknya di bawah rata-rata nasional. Ini artinya bahwa lebih
dari separuh provinsi di Indonesia, rumah tangga penduduk tidak
mempunyai sanitasi yang layak pada lingkungan permukimannya.
Terutama Provinsi Papua yang sejak tahun 2015 selalu berada pada
urutan paling bawah angka persentase kelayakan sanitasi rumah
tangga penduduknya, bahkan hingga tahun 2021 hanya mencapai
angka 40,8 persen saja. Dibandingkan perempuan, jumlah kepala
rumah tangga laki-laki yang mendapat akses sanitasi layak lebih
banyak, yakni 80,57 persen berbanding 78,59 persen. Sebaliknya,
rumah tangga yang tidak mendapat akses sanitasi layak berjumlah
19,71 persen dengan jumlah rumah tangga yang dipimpin
perempuan lebih banyak 2 persen daripada laki-laki.

223
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 7
POLITIK DAN
HUKUM
POLITIK DAN
HUKUM
PEROLEHAN KURSI
PEREMPUAN BERDASARKAN
20,31%
PARTAI YANG LOLOS
PARLIAMENTARY 128
THRESHOLD, 2019

22,35%
20,35%
85
32,20% TOTAL:
20,69% 78
18,52% 20,35%
59 15,91%
58 15,38% 575
54
50 117
44
26,32%
% Kursi Perempuan
19
Kursi Partai
19 19 12 26 10 8 7 12
5 Kursi Perempuan
Nasdem PPP Golkar PKB PDIP Demokrat PKS PAN Gerindra

88,44
84,06 83,68
82,28
82,14 82,68 79,46
Laki-laki DPD RI
WAKIL RAKYAT 74,24
DI DPR RI DAN Laki-laki DPR RI
69,10
DPD RI Laki-laki DPRD
BERDASARKAN 30,9
JENIS KELAMIN, 25,76
PERIODE 15,94 17,32 20,52 Perempuan DPD RI
2009 - 2024 17,86 17,72 Perempuan DPR RI
16,32
11,56 Perempuan DPRD
2009-2014 2014-2019 2019-2024

JUMLAH DAN PERSENTASE PNS Perempuan Laki-Laki

BERDASARKAN JENIS KELAMIN Jumlah 1.868.915 2.123.851


DAN JENIS JABATAN, 2022 Pelaksana (JFU) 696.165 854.098
JF Teknis 123.417 190.118
JF Medis 319.747 79.664
JF Dosen 31.299 43.589
Guru 829.330 466.086
Eselon V 3.244 7.637
Pengawas 93.124 141.003
Administrator 24.591 69.858
JPT Pratama 2.849 16.449
JPT Madya 83 401
JPT Utama 2 12
0% 20% 40% 60% 80% 100%
POLITIK DAN
HUKUM
JUMLAH HAKIM, JAKSA DAN POLISI
MENURUT JENIS KELAMIN

Laki-Laki Perempuan

Hakim Agung dan Hakim Ad


Hoc di Mahkamah Agung 83% 83% 17%
(Laporan 2022)

Jaksa di Lembaga Kejaksaan


96,88%96.88% 3,12%
(Laporan 2022)

Polisi di Lembaga Kepolisian


94,01% 94.0% 5,99%
(Laporan 2022)

JABATAN PEREMPUAN SEBAGAI


6
MENTERI DI INDONESIA,
TAHUN 1998-2021 5
4

2 2 2

1998-1999 1999-2001 2001-2004 2004-2009 2009-2014 2014-2019 2019-2024

KOMISIONER KOMNAS HAM, KOMNAS PEREMPUAN, KPAI, KND


MENURUT JENIS KELAMIN

Laki-Laki Perempuan

Komnas Hak Asasi Manusia


(Komnas HAM) Periode 2017- 85.71% 83% 14.29%
2022

Komnas Anti Kekerasan


Terhadap Perempuan 20% 80%
(Komnas Perempuan) Periode
2017-2023

Komisi Perlindungan Anak Indonesia


25% 75%
(KPAI) Periode 2017-2024

Komisi Nasional Disabilitas


(KND) 57.4% 83% 42.86%
A. Latar Belakang

Di Indonesia, penghapusan segala diskriminasi, termasuk


diskriminasi berdasarkan jenis kelamin telah secara eksplisit
tertulis dalam pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945.
Sebagai sebuah dasar konstitusi negara Indonesia, UUD 1945
mengakui prinsip persamaan bagi seluruh warga negara tanpa
kecuali. Prinsip persamaan merujuk pada setiap warga negara
mempunyai hak yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan
tanpa memandang agama, suku, jenis kelamin, kedudukan, dan
golongan. Salah satu hak yang dijamin yakni hak atas kepastian
hukum dan keadilan yakni, hak atas pengakuan, jaminan dan
perlindungan dan kepastian hukum yang adil sebagaimana diatur
dalam Pasal 28D (1), hak atas perlakuan yang sama di hadapan
hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D (1) dan Pasal 27 (1),
hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum sebagaimana
diatur dalam Pasal 28I (1), dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut sebagaimana diatur dalam Pasal 28I (1).
Di tingkat internasional, pengakuan atas hak asasi perempuan
sebagai bagian dari hak asasi manusia termaktub dalam Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang kemudian
disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 10
Desember 1948. Deklarasi ini terdiri dari 30 pasal yang mengatur
hak-hak dasar manusia, hak atas ekonomi, sosial, hukum, dan
budaya. Di dalam Pasal 3 DUHAM, disebutkan bahwa setiap orang
berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai
individu. Hal ini merupakan landasan penting tentang bagaimana
perempuan berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari
berbagai bentuk kekerasan. Kemudian, di dalam Pasal 6 DUHAM
disebutkan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan di depan
hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia berada. Pasal 7
DUHAM yang menyebutkan bahwa semua orang sama di depan
hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi.

227
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dalam memastikan pemenuhan hak dasar manusia, termasuk
perempuan, maka partisipasi perempuan dalam berbagai ranah
termasuk politik dibutuhkan, dan telah dijamin oleh Undang-undang
Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pasal 28
H ayat (2) yang menyatakan “Setiap orang berhak mendapatkan
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”.
Hal ini juga diperkuat dengan Indonesia yang meratifikasi Konvensi
Hak Politik Perempuan melalui Undang-undang Nomor 68 Tahun
1958. Di dalamnya, mengatur perwujudan kesamaan kedudukan
(non diskriminasi), jaminan persamaan hak memilih dan dipilih,
jaminan partisipasi dalam perumusan kebijakan, kesempatan
menempati posisi jabatan birokrasi, dan jaminan partisipasi dalam
organisasi sosial politik. Hal ini menjadi landasan yang kuat bagi
semua golongan warga negara, khususnya perempuan untuk
bebas dari diskriminasi sistematik dan struktural dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk pada aspek politik.
Dalam Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (The Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women/CEDAW)
menyebutkan bahwa negara harus mengambil langkah serius untuk
menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
baik dalam ruang politik dengan memastikan perempuan memiliki
hak yang sama dengan laki-laki untuk dipilih dan menduduki
jabatan publik, maupun memastikan partisipasi yang setara dan
adil dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan-
kebijakan publik. Partisipasi para perempuan dalam kehidupan
politik, ekonomi, dan kehidupan bermasyarakat termasuk lembaga
hukum juga menjadi salah satu indikator tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), indikator
5.5 yakni Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan
yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat
pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi,
dan masyarakat. Partisipasi perempuan dalam lembaga politik,
sistem sosial, ekonomi, politik, dan hukum merupakan salah
satu indikator penting dalam sistem demokrasi suatu negara
(Pratiwi, 2019). Kehadiran perempuan dalam lembaga-lembaga
tersebut menunjukkan adanya pengakuan terhadap eksistensi dan
kepentingan perempuan sebagai warga negara (Lovenduski, 2005).

228
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dalam kacamata keadilan gender, partisipasi perempuan
dalam lembaga publik (bidang politik dan hukum) diharapkan bukan
menjadi keterwakilan yang deskriptif saja yakni hanya sekadar
angka, tetapi sebuah keterwakilan yang substantif (Phillips,
1995). Keterwakilan deskriptif adalah bentuk keterwakilan yang
berdasarkan pada persamaan atau kemiripan antara wakil dan
yang diwakili baik secara konstituen atau pemilih. Sedangkan
keterwakilan yang substantif merupakan keterwakilan yang
menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang wakil
adalah untuk kepentingan yang diwakilinya (Nuri Soesono, 2014).
Keadilan substantif mengupayakan hadirnya kebijakan yang
berpihak pada kepentingan perempuan, sehingga perempuan
dapat mengakses sumber daya untuk kebaikan seluruh masyarakat-
-yang dalam hal ini merupakan hasil dari keterwakilan perempuan
tersebut (Pitkin, 1995). Keadilan substantif adalah keadilan yang
terkait dengan isi putusan hakim dalam memeriksa, mengadili, dan
memutuskan suatu perkara yang harus berdasarkan pertimbangan
rasionalitas, kejujuran, objektivitas, tidak memihak (imparsiality)
tanpa diskriminasi dan berdasarkan hati nurani (keyakinan hakim)
(dalam jurnal komisi yudisial.go.id). Misalnya dalam lembaga
penegak hukum, kehadiran perempuan diharapkan mampu
memberikan pengalaman dan perspektif yang baru mengenai
posisi perempuan ketika berhadapan dengan hukum baik posisi
sebagai korban, saksi, pelaku, maupun pihak lain. Dalam institusi
politik, secara spesifik kehadiran dan kepemimpinan perempuan
diharapkan mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan yang
berperspektif gender berangkat dari pengalaman-pengalaman
spesifik perempuan.

229
Profil Perempuan Indonesia 2022
B. Konsep dan Definisi

1 Aparat Penegak Hukum

Aparat penegak hukum dalam pengertian luas


merupakan institusi penegak hukum, sedangkan dalam
arti sempit, aparat penegak hukum adalah polisi, jaksa,
dan hakim. Komponen penegak hukum dapat berupa lembaga
penegak hukum antara lain Advokat, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Mahkamah Agung (MA), Komisi
Yudisial, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pengawas Pasar
Modal, Direktorat Jenderal Imigrasi, Kejaksaan, serta Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Secara detail, Lembaga-lembaga
tersebut dapat dikatakan sebagai penegak hukum bukan hanya
karena memiliki kewenangan terkait proses peradilan, tetapi juga
karena memiliki kewenangan menangkap, memeriksa, mengawasi,
atau menjalankan perintah undang-undang di bidangnya masing-
masing (Kemenkumham.go.id, 2021).

a. Kepolisian
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa Kepolisian adalah
segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara
itu, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah
pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal
2 menyebutkan bahwa fungsi kepolisian sebagai pemelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan tersebut, tugas utama kepolisian ada tiga, yakni:

memelihara keamanan dan ketertiban


masyarakat

menegakkan hukum

memberikan perlindungan, pengayoman, dan


pelayanan kepada masyarakat

230
Profil Perempuan Indonesia 2022
b. Kejaksaan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia menyebutkan bahwa Jaksa adalah pejabat
fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam
Undang-undang ini disebutkan bahwa kejaksaan adalah lembaga
pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Pasal 30 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 menyebutkan
bahwa Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang di bidang
pidana dan perdata.

c. Kehakiman
Ketentuan Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 menerangkan bahwa
kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan. Di bagian penjelasan Undang-undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia. Pada Ketentuan Umum Undang-
undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
dijelaskan bahwa Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung
dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam
lingkungan peradilan tersebut.
Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi adalah
pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

231
Profil Perempuan Indonesia 2022
Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

2 Aparatur Sipil Negara (ASN)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara menyebutkan bahwa Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11 menjelaskan 3 tugas utama pegawai ASN yakni
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya, pada Pasal 12 disebutkan
bahwa ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.

3 Kementerian Negara

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian


Negara menyebutkan bahwa Kementerian Negara yang selanjutnya
disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementerian
dipimpin oleh seorang menteri, bertugas sebagai pembantu
Presiden, dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Setiap Menteri membidangi urusan dan fungsi tertentu dalam
pemerintahan yang terdiri atas:

232
Profil Perempuan Indonesia 2022
• Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya
secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang meliputi
urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan.
• Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum,
keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri,
perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum,
transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi,
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan,
dan perikanan.
• Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah, meliputi
urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur
negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara,
pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil
dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan,
pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan
kawasan atau daerah tertinggal. Dalam melaksanakan
tugasnya, kementerian tersebut memiliki fungsi:

4 Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah


Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

233
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pasal 59 disebutkan bahwa setiap daerah dipimpin oleh
kepala Pemerintahan Daerah yang disebut kepala daerah. Kepala
daerah untuk Daerah provinsi disebut gubernur, untuk Daerah
kabupaten disebut bupati, dan untuk Daerah kota disebut wali
kota. Selanjutnya berdasarkan, Undang-undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 pada pasal 65 disebutkan tugas dan kewenangan
Kepala Daerah.

5 Lembaga Negara (MPR, DPR, DPD, DPRD)

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan


Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah mengatur kedudukan, fungsi, peran, tugas lembaga negara
MPR, DPR, DPD, dan DPRD yang selanjutnya akan dibahas satu per
satu pada bagian di bawah ini.

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Majelis Permusyawaratan Rakyat yang selanjutnya disingkat
MPR adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang
dipilih melalui pemilihan umum. Dalam pasal 11 UU nomor 22 tahun
2003 tentang Susunan dan kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur tentang tugas dan
wewenang MPR.

b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum
yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPR berjumlah 550
(lima ratus enam puluh) orang. (2) Keanggotaan DPR diresmikan
dengan keputusan Presiden. Masa jabatan anggota DPR adalah

234
Profil Perempuan Indonesia 2022
5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru
mengucapkan sumpah/janji.
Ketiga fungsi tersebut
dijalankan dalam kerangka
representasi rakyat, dan juga untuk
Legislasi
mendukung upaya Pemerintah
dalam melaksanakan politik luar
Fungsi negeri sesuai dengan ketentuan
DPR
peraturan perundang-undangan.
Anggaran pengawasan Fungsi legislasi dilaksanakan
sebagai perwujudan DPR selaku
pemegang kekuasaan membentuk
undang-undang. Fungsi anggaran
dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan
atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-
undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden. Fungsi
pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang dan APBN.

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD
adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
DPD terdiri atas wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan
umum. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4
(empat) orang. Jumlah anggota DPD tidak lebih dari 1/3 (satu per
tiga) jumlah anggota DPR.

Fungsi DPD

pengajuan usul, ikut dalam


01 pembahasan dan memberikan
pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu

pengawasan atas pelaksanaan 02


undang-undang tertentu

235
Profil Perempuan Indonesia 2022
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat


DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Anggota DPRD terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan
umum. DPRD mempunyai tiga fungsi yakni legislasi, anggaran, dan
pengawasan. DPRD berada di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Masa jabatan anggota DPRD provinsi dan Kabupaten/Kota adalah
5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD provinsi yang
baru mengucapkan sumpah/janji.
DPRD provinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah
yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah provinsi. Anggota DPRD provinsi berjumlah paling sedikit
35 (tiga puluh lima) orang dan paling banyak 100 (seratus) orang,
sedangkan untuk anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah
sekurang-kurangnya dua puluh orang dan sebanyak-banyaknya
empat puluh lima orang.

legislasi

01

anggaran 02 03 pengawasan

Fungsi DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

236
Profil Perempuan Indonesia 2022
C. Pembahasan

1 Calon Anggota Legislatif Perempuan

Dalam pemilihan anggota legislatif, partai-partai di


Indonesia telah menempatkan perempuan sebagai salah satu
calon perwakilannya di jajaran legislatif. Pelibatan perempuan
sebagai calon anggota legislatif ini telah diatur dalam Pasal 65
ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
DPR, DPD, dan DPRD yang berbunyi, "Setiap Partai Politik Peserta
Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya
30 persen”. Melalui ketentuan tersebut, pada Gambar 7.1 terlihat
bahwa seluruh partai politik di Indonesia telah menyertakan
perempuan sebagai calon legislatif di tahun 2019 dan persentase
yang ada telah memenuhi jumlah minimal keterwakilan perempuan
sebanyak 30 persen.

Gambar 7.1 Daftar Calon Tetap Partai Politik di Pemilu DPR RI


2019 berdasarkan Jenis Kelamin
Partai Keadilan dan Kesatuan Indonesia 63 77
Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) 117 109
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 300 274
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 321 233
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 248 180
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 319 212
Partai Demokrat 347 226
Partai Amanat Nasional (PAN) 352 223
Partai Persatuan Indonesia (Perindo) 349 220
Partai Beringin Raya (Berkarya) 340 214
Partai Nasional Demokrat (Nasdem) 353 222
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 355 220
Partai Golongan Karya (Golkar) 359 216
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 358 215
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 360 212
Partai Bulan Bintang (PBB) 305 177

Laki-laki Perempuan
Sumber: KPU RI yang diolah oleh Cakra Wikara Indonesia (2022)

237
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dari 16 partai peserta pemilu, hanya ada satu partai yang
memiliki calon legislatif (caleg) perempuan lebih banyak dari calon
laki-laki, yaitu PKPI dengan persentase perempuan mencapai
55 persen. Empat partai yang mencalonkan perempuan sebagai
calon anggota legislatif perempuan terbanyak setelah PKPI adalah
Garuda, PSI, PPP, dan HANURA. Secara detail, Partai Garuda
mencalonkan 109 perempuan atau sama dengan 48,23 persen,
PSI mencalonkan 274 perempuan atau sama dengan 47,74 persen,
PPP mencalonkan 233 perempuan atau 42,06 persen, dan Partai
HANURA mencalonkan 180 perempuan atau sama dengan 42,06
persen. Tiga partai yang memiliki persentase calon legislatif
perempuan paling sedikit adalah PDIP dengan jumlah 37,52 persen,
Gerindra 36,87 persen, dan PBB dengan jumlah 36,72 persen.

Tabel 7.1 Persentase Pencalonan Calon Legislatif (Caleg)


Perempuan berdasarkan Partai Politik, 2019

Partai Caleg Total Persentase


Politik Perempuan Caleg (%)
PKPI 77 140 55,00
GARUDA 109 226 48,23
PSI 274 574 47,74
PPP 233 554 42,06
HANURA 180 428 42,06
PKS 212 531 39,92
DEMOKRAT 226 573 39,44
PAN 223 575 38,78
PERINDO 220 569 38,66
BERKARYA 214 554 38,63
NASDEM 222 575 38,61
PKB 220 575 38,26
GOLKAR 216 575 37,57
PDIP 215 573 37,52
GERINDRA 212 575 36,87
PBB 177 482 36,72

Sumber data: KPU RI diolah kembali oleh CWI (2022)

238
Profil Perempuan Indonesia 2022
Data KPU RI yang diolah kembali oleh Cakra Wikara Indonesia
(CWI) pada tahun 2019, kemudian direvisi pada 2022, menunjukkan
bahwa ada sebanyak 48,31 persen caleg perempuan yang terpilih
menempati nomor urut 1 pada Daftar Calon Tetap DCT), 24,58
persen pada nomor urut 2, 12,71 persen pada nomor urut 3 dan
14,41 persen caleg perempuan pada nomor urut 4 ke atas. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin kecil nomor urut yang diberikan
pada caleg perempuan, maka potensi keterpilihannya semakin
besar. Hal ini terlihat secara jelas pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2 Persentase Calon Legislatif (Caleg) Perempuan


Terpilih Menjadi Anggota DPR RI Periode 2019-2024
berdasarkan Nomor Urut di Daftar Calon Tetap
(DCT), 2019

Penempatan Caleg Perempuan Terpilih Persentase


Pada Daftar Calon Tetap (%)
Nomor urut 1 48,31
Nomor urut 2 24,58
Nomor urut 3 12,71
Nomor urut 4 4,24
Nomor urut 5 4,24
Nomor urut 6 dst 5,93
Total 100,00

Sumber: KPU RI yang diolah oleh Cakra Wikara Indonesia (2022)

Gambaran yang terlihat pada Tabel 7.2 terbukti terjadi


juga pada pemilihan caleg di periode sebelumnya. Studi Margret
(2019) menunjukkan bahwa nomor urut memengaruhi potensi
keterpilihan perempuan di parlemen. Dalam periode pemilu
sebelumnya, yaitu tahun 2009 dan 2014 tercatat 65 persen caleg
perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR RI menempati
nomor urut satu dalam Daftar Calon Tetap (DCT). Masih dalam
kedua pemilu yang sama, juga terjadi peningkatan persentase
perempuan yang menjadi pengurus partai yang ditempatkan di
nomor urut satu atau dua dalam DCT. Pada periode Pemilu tahun
2019, Sebanyak 603 caleg perempuan yang ditempatkan di nomor

239
Profil Perempuan Indonesia 2022
urut satu atau dua pada DCT dan jumlah ini jauh lebih sedikit
dibandingkan caleg laki-laki. Rendahnya persentase perempuan
yang menjadi pengurus partai yang berhasil menempati nomor
urut atas dalam DCT mengindikasikan adanya krisis seleksi dan
rekrutmen perempuan menjadi calon anggota DPR RI pada pemilu
2019 (Margret, 2019).
Jika peluang terpilihnya perempuan juga dipengaruhi oleh
nomor urut pada DCT, maka selain persentase caleg perempuan juga
diperhatikan peluang terpilih. Itu artinya, Tabel 7.1 menunjukkan
selain tercapainya jumlah minimal caleg perempuan di atas 30
persen juga dipastikan lebih lanjut peluang keterpilihannya. Salah
satu bentuk afirmasi yang harus didorong untuk meningkatkan
peluang terpilih adalah kebijakan menempatkan nomor urut caleg
perempuan yang semestinya diletakkan sebagai kelompok caleg
prioritas di nomor kecil/awal.

Tabel 7.3 Perolehan Kursi Perempuan berdasarkan Partai yang


Lolos Parliamentary Threshold, 2019

Partai Kursi Kursi % Kursi


No.
Politik Partai Perempuan Perempuan
1. Nasdem 59 19 32,20
2. PPP 19 5 26,32
3. Golkar 85 19 22,35
4. PKB 58 12 20,69
5. PDIP 128 26 20,31
6. Demokrat 54 10 18,52
7. PKS 50 8 16,00
8. PAN 44 7 15,91
9. Gerindra 78 12 15,38
Total 575 117 20,35

Sumber: KPU RI yang diolah oleh Cakra Wikara Indonesia (2022)

240
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 7.3 menunjukkan persentase jumlah perolehan kursi
hasil pemilu legislatif periode 2019-2024. Dari 9 partai politik yang
lolos parliamentary threshold, partai Nasdem merupakan partai
dengan persentase jumlah kursi perempuan terbesar yakni 32,20
persen dari total keseluruhan perolehan kursi partai Nasdem.
Dengan kata lain, Partai Nasdem menjadi satu-satunya partai
yang mencapai lebih dari 30 persen keterwakilan perempuan yang
terpilih sebagai anggota legislatif. PPP merupakan partai dengan
keterwakilan perempuan yang mendekati capaian 30 persen,
yaitu 26,32 persen. Sementara partai-partai lainnya masih jauh
dari harapan dalam mengantarkan caleg perempuan yang terpilih
mencapai persentase minimal yang diharapkan.
Jika kita perhatikan angka perolehan kursi perempuan pada
Tabel 7.3, maka PDIP merupakan partai dengan jumlah kursi
perempuan paling banyak, yaitu 26 perempuan, Partai Nasdem dan
Golkar masing-masing sebanyak 19 kursi perempuan, sedangkan
yang terendah adalah PPP yang hanya memiliki 5 kursi perempuan.
Catatan penting dari data Tabel 7.3 adalah angka perolehan
jumlah kursi perempuan yang hanya mencapai 117 orang dari 575
kursi partai, atau hanya 20,35 persen. Itu artinya, meskipun caleg
perempuan mencapai persentase yang optimis, namun hasil dari
proses pemilihan menunjukkan capaian yang jauh dari harapan.

2 Perempuan Wakil Rakyat

Dalam tiga periode pemilihan anggota legislatif, perempuan


yang berhasil menjadi wakil rakyat mengalami pencapaian yang
fluktuatif dan belum pernah mencapai persentase minimal yang
diharapkan. Berdasarkan Gambar 7.2 terlihat bahwa jumlah
perempuan yang berhasil menempati posisi legislatif di kursi DPR
RI periode 2009-2014 sebanyak 100 perempuan dari 560 orang
atau 17,86 persen. Pada periode 2014-2019 mengalami penurunan
menjadi 97 orang atau 17,32 persen sedangkan periode 2019-2024
meningkat menjadi 118 atau 20,52 persen.

241
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 7.2 Wakil Rakyat di DPR RI dan DPD RI Berdasarkan Jenis
Kelamin, Periode 2009 - 2024

88.44 83.68
90 82.28
84.06
80
82.68 79.46
70 82.14
74.24
60 69.1
50
40 30.9
25.76
30
15.94
20 20.52
17.86
10 17.32 17.72
11.56 16.32
0
2019-2014 2014-2019 2019-2024

Laki-laki DPRRI Laki-laki DPDRI Laki-laki DPRD


Perempuan DPRRI Perempuan DPDRI Perempuan DPRD
Sumber: KPU.go.id

Jika keterwakilan perempuan di DPR RI belum mencapai


angka yang diharapkan, kondisi sebaliknya terlihat pada angka
keterpilihan perempuan di DPD RI. Dalam tiga periode pemilihan
terakhir, persentase perempuan yang terpilih di DPD RI mengalami
tren yang meningkat dari periode ke periode selanjutnya. Pada
periode tahun 2009-2014, perempuan yang terpilih sebagai
anggota DPD RI hanya 15 orang atau 11,56 persen dari 129 jumlah
seluruh anggota DPD RI. Akan tetapi, pada periode Tahun 2014-
2019, jumlah perempuan yang terpilih sebagai DPD RI meningkat
tajam menjadi 25,76 persen atau menjadi 34 perempuan dari 132
anggota. Pada periode Tahun 2019-2024, perempuan yang terpilih
sebagai anggota DPD RI kembali meningkat signifikan hingga
mencapai 30,9 persen atau sebanyak 42 perempuan berhasil
menduduki kursi anggota DPD RI. Dalam Gambar 7.2 terlihat
pergerakan persentase anggota DPD RI masih menunjukkan
adanya kesenjangan, namun kesenjangan yang ada mengarah pada
posisi yang semakin mengecil dari periode ke periode.

242
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sayangnya, pencapaian perempuan sebagai anggota DPD RI
belum merata di 34 provinsi. Terdapat delapan provinsi yang tidak
memiliki anggota DPD perempuan terpilih, yakni Aceh, Kepulauan
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Sebaliknya, hal
yang sangat positif terlihat pada Sumatera Selatan yang menjadi
satu-satunya provinsi yang mampu mengantarkan seluruh wakil
perempuannya di DPD RI. Selain Sumatera Selatan, provinsi yang
menyumbang tiga orang perempuan DPD terpilih adalah Jawa
Tengah dan Maluku.
Gambar 7.2 memperlihatkan periode berjalan (2019-2024)
persentase laki-laki yang menjadi anggota DPRD provinsi sebanyak
82,28 persen, sementara perempuan hanya 17,72 persen. Jika
dibandingkan dengan dua periode pemilu sebelumnya (2009-2014
dan 2014-2019) capaian periode 2019-2024 adalah yang tertinggi.
Bila dilihat jumlah keterwakilan perempuan dan persentasenya
terlihat bahwa di periode 2009-2014 terdapat 320 perempuan
anggota DPRD Provinsi atau 15,94 persen, meningkat menjadi 345
perempuan atau 16,32 persen pada periode 2014-2019, dan terus
bertambah di periode 2019-2024, yaitu sebanyak 391 perempuan
(17,72 persen).
Berdasarkan provinsi, Gambar 7.3 menunjukkan bahwa
sebanyak 17 provinsi yang perolehan persentase perempuan
anggota DPRD provinsi periode 2019-2024 melebihi angka nasional
yaitu 17,72 persen. Provinsi Kalimantan Tengah merupakan provinsi
dengan capaian persentase tertinggi pada perempuan yang
menjadi anggota DPRD dengan jumlah 16 perempuan dari total 45
anggota (35,56 persen). Terdapat lima provinsi yang memperoleh
anggota DPRD perempuan berjumlah antara 25-30 persen, yaitu
Sulawesi Utara sebesar 28,89 persen, atau 13 perempuan dari total
45 anggota, Sulawesi Selatan mencapai angka 28,24 persen atau 24
perempuan dari total 85 anggota, dan Sulawesi Tengah, Gorontalo,
dan Sulawesi Selatan dengan capaian sekitar 26 persen. Provinsi
dengan persentase keterwakilan perempuan di DPRD yang paling
rendah terjadi di NTB dengan jumlah sebesar 1,54 persen, atau
hanya 1 perempuan dari total 65 anggota.

243
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 7.3 Persentase Perempuan Anggota DPRD Provinsi
Periode 2019 – 2024

Kalimantan Tengah 35.56


Sulawesi Utara 28.89
Sulawesi Selatan 28.84
Sulawesi Tengah 26.67
Gorontalo 26.67
Maluku Utara 26.67
Maluku 22.22
DKI Jakarta 21.70
Sumatera Selatan 21.33
Lampung 20.00
Jawa Barat 20.00
Kalimantan Selatan 20.00
Jawa Tengah 19.17
Riau 18.46
Nusa Tenggara Timur 18.46
Kalimantan Timur 18.18
Sulawesi Tenggara 17.78
Indonesia 17.72
Banten 17.65
Jawa Timur 17.50
DI Yogyakarta 16.36
Bali 16.36
Bengkulu 15.56
Papua Barat 15.56
Jambi 14.55
Papua 14.55
Kalimantan Barat 13.85
Sumatera Utara 13.00
Kalimantan Utara 11.43
Aceh 11.11
Kepulauan Riau 11.11
Sulawesi Barat 11.11
Sumatera Barat 6.15
Kepulauan Bangka Belitung 4.44
Nusa Tenggara Barat 1.54
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
Sumber: KPU RI, diolah kembali oleh CWI (2022)

244
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sedikitnya jumlah perempuan yang berada pada lembaga-
lembaga pengambil kebijakan publik mempengaruhi upaya
pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Dengan
perwakilan yang belum representatif, perempuan yang berada di
posisi strategis harus menghadapi tantangan yang berat karena
memperjuangkan ketimpangan gender dengan keterbatasan
pendukung dari sistem struktur yang ada. Sebenarnya, meskipun
keterwakilan perempuan belum mencapai angka ideal,
pembangunan berbasis gender dapat diperkuat melalui para politisi
dan pejabat publik laki-laki yang memiliki perspektif perempuan
dengan baik. Sensitivitas politisi laki-laki dapat menjadi kekuatan
tambahan yang memperkuat agenda kesetaraan dan keadilan
gender.
Keterwakilan politik bagi perempuan idealnya bukan
hanya dimaknai sebagai pertarungan ide dan gagasan semata.
Adanya perempuan juga penting diartikan sebagai suatu
kehadiran yang memberikan makna dalam dunia politik (politics
of presence). Caranya, lewat perwujudan sikap responsif dan
akuntabel dalam menanggapi isu-isu yang berdampak negatif
terhadap demokrasi. Dengan demikian, keterwakilan perempuan
dalam dunia politik seharusnya bukan sekadar jumlah (beyond
numbers) (Phillips, 1995).

3 Perempuan sebagai ASN

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu profesi


yang memiliki tugas pada instansi pemerintah. Menurut Undang-
undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
ASN terbagi atas dua jenis, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Yang
menjadi perbedaan, PNS merupakan ASN yang diangkat sebagai
pegawai tetap dan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) secara
nasional, sedangkan PPPK adalah ASN yang diangkat sebagai
pegawai dengan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah. PNS menjadi salah satu profesi yang cukup diminati
sebagian besar masyarakat Indonesia, sebab profesi ini dianggap
memberikan beberapa hak yang cukup menguntungkan di luar

245
Profil Perempuan Indonesia 2022
gaji pokok, diantaranya tunjangan kinerja, jaminan pensiun, dan
perlindungan kesehatan. Di samping itu, profesi ini juga memiliki
pandangan yang prestisius di mata sebagian orang tua di Indonesia.
Tak ayal, informasi perihal rekrutmen ASN selalu dicari-cari oleh
sebagian masyarakat umum.
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara (BKN), jumlah
ASN perempuan per-30 Juni 2022 sebanyak 2.353.473, sedangkan
ASN laki-laki berjumlah 1.991.079. Itu artinya, ASN perempuan
berjumlah lebih banyak dari laki-laki dengan persentase sebesar
54,17 persen berbanding 45,83 persen. Berdasarkan status ASN,
persentase PNS dan PPPK di tahun 2022 memiliki kesamaan
kesenjangan situasi. Perempuan sama-sama berjumlah lebih banyak
daripada laki-laki pada statusnya sebagai PNS maupun PPPK. Di
tahun 2022, perempuan yang berstatus PNS berjumlah 2.123.766
atau 53,19 persen, sementara PPPK perempuan berjumlah 229.622
orang atau 65,27 persen.

Tabel 7.4 Jumlah dan Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN)


berdasarkan Status Kepegawaian dan Jenis Kelamin,
2022

Jumlah Persentase (%)


Status ASN
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan
Pegawai
Negeri Sipil 1.868.915 2.123.851 3.992.766 46,81 53,19
(PNS)
Pegawai
Pemerintah
dengan
122.164 229.622 351.786 34,73 65,27
Perjanjian
Kinerja
(PPPK)
Total 1.991.079 2.353.473 4.344.552 45,83 54,17

Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2022

Persentase PNS perempuan dalam 10 tahun terakhir pada


Gambar 7.4. terlihat pergerakan persentase antara laki-laki dan
perempuan mengarah pada situasi yang berkebalikan. Tahun 2013

246
Profil Perempuan Indonesia 2022
sampai 2017 persentase PNS laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan, sebaliknya tahun 2018 sampai 2022 persentase
PNS Perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Tahun 2013,
persentase PNS laki-laki sebesar 52 persen sedangkan perempuan
sebesar 48 persen. Namun, tahun 2022, persentase PNS laki-laki
sebesar 47 persen sedangkan perempuan sebesar 53 persen.

Gambar 7.4 Wakil Rakyat di DPR RI dan DPD RI Berdasarkan Jenis


Kelamin, Periode 2009 - 2024

54
53 53
52 52 52
51 51 51 51

49 49 49 49
48 48 48
47 47
46

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Laki-laki Perempuan
Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2022

Tabel 7.5 menunjukkan perbandingan jumlah PNS dan PPPK


antara laki-laki dan perempuan pada setiap jenjang pendidikan.
Jumlah PNS yang mempunyai pendidikan S1 tertinggi baik pada
laki-laki dan perempuan, sedangkan untuk pendidikan S2 tertinggi
untuk PPPK baik pada laki-laki dan perempuan. Persentase PNS
perempuan yang berpendidikan S1 sejumlah sebanyak 1.294.820
orang atau 60,96 persen, sedangkan laki-laki sebanyak 948.634
orang atau 50,76 persen. Untuk PPPK, persentase perempuan
yang berpendidikan S2 sebanyak 219.520 orang atau 96 persen
sedangkan laki-laki sebanyak 133.288 orang atau 93 persen.

247
Profil Perempuan Indonesia 2022
Bila dianalisis lebih lanjut terkait kesenjangan gender
menurut jenjang pendidikan terlihat jumlah PNS perempuan lebih
tinggi dibandingkan pada laki-laki pada Jenjang D2 sampai dengan
S1, sedangkan jenjang lainnya yaitu SD sampai dengan D1 dan
S2 sampai dengan S3 posisi sebaliknya yaitu jumlah PNS laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan. Jumlah PNS laki-laki yang
mempunyai pendidikan S2 sebanyak 246.124 orang atau 55,68
persen sedangkan perempuan 195.915 orang atau 44,32 persen.
Ketimpangan terlihat juga untuk pendidikan S2 terlihat persentase
PNS laki-laki sebesar 67,55 persen sedangkan perempuan hanya
sebesar 32,45 persen. Untuk pendidikan rendah (SD dan SMP)
terlihat persentase PNS perempuan jauh lebih kecil dibandingkan
laki-laki yaitu hanya sekitar 10 persen saja sedangkan sisanya
adalah PNS laki-laki.

Tabel 7.5 Jumlah PNS dan PPPK berdasarkan Jenis Kelamin


dan Tingkat Pendidikan, 2022

Jenjang PNS PPPK


Jumlah
Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
SD 15.509 1.376 - - 16.885
SMP 30.003 3.550 9 - 33.562
SMA 401.510 198.859 4.424 1.390 606.183
Diploma 1 16.369 14.195 - - 30.564
Diploma 2 32.494 41.466 7 1 73.968
Diploma 3 128.597 321.563 333 76 450.569
Diploma 4 31.269 43.268 2.669 7.279 84.485
S1 948.634 1.294.820 318 380 2.244.152
S2 246.124 195.915 113.288 219.520 774.847
S3 18.406 8.843 981 886 29.116
Jumlah 1.868.915 2.123.855 122.029 229.532 4.123.642

Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2022

Meskipun perempuan berjumlah lebih banyak, namun


jumlah ASN perempuan yang menduduki jabatan pengambil
keputusan sangat sedikit. Dalam Tabel 7.6. terlihat jumlah PNS

248
Profil Perempuan Indonesia 2022
berdasarkan jenis jabatan yang diduduki pada tahun 2022. Dalam
data terlihat bahwa semakin tinggi jenis jabatan PNS, maka
semakin sedikit jumlah perempuan di jabatan tersebut. Persentase
PNS perempuan yang menduduki posisi sebagai pejabat di eselon
V sampai dengan (Jabatan Pimpinan Tinggi/JPT) Utama tidak lebih
dari 40 persen, bahkan tidak lebih 18 persen untuk pejabat setingkat
JPT. Berbanding terbalik untuk jabatan fungsional (JF), beberapa
jenis fungsional seperti fungsional guru dan medis, persentase
PNS perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Untuk posisi
perempuan di JPT utama, persentasenya hanya sebesar 14,29
persen, sedangkan laki-laki sebesar 85,71 persen. Sebaliknya, JF
medis untuk perempuan persentasenya cukup tinggi yaitu sebesar
80 persen sedangkan laki-laki hanya 20 persen.
Untuk PPPK pada tenaga guru dan tenaga kesehatan
memiliki persentase jumlah perempuan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. Tenaga kesehatan untuk PPPK perempuan sebesar 7.486
orang atau 77,85 persen sedangkan PPPK laki-laki untuk tenaga
kesehatan hanya sebesar 2.130 orang atau hanya sebesar 22,15
persen. Sedangkan terendah untuk PPPK perempuan adalah JPT
Madya sebanyak 2 orang.

Tabel 7.6 Jumlah dan Persentase PNS berdasarkan Jenis


Kelamin dan Jenis Jabatan, 2022

Jumlah (orang) Persentase


Jenis Jabatan Laki- Laki-
Perempuan Total Perempuan
laki laki
PNS
JPT Utama 12 2 14 85,71 14,29
JPT Madya 401 83 484 82,85 17,15
JPT Pratama 16.449 2.849 19.298 85,24 14,76
Administrator 69.858 24.591 94.449 73,96 26,04
Pengawas 141.003 93.124 234.127 60,23 39,77
Eselon V 7.637 3.244 10.881 70,19 29,81
JF Guru 466.086 829.330 1.295.416 35,98 64,02
JF Dosen 43.589 31.299 74.888 58,21 41,79
JF Medis 79.664 319.747 399.411 19,95 80,05

249
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jumlah (orang) Persentase
Jenis Jabatan Laki- Laki-
Perempuan Total Perempuan
laki laki
JF Teknis 190.118 123.417 313.535 60,64 39,36
Pelaksana
854.098 696.165 1.550.263 55,09 44,91
(JFU)
Jumlah 1.868.915 2.123.851 3.992.766
PPPK
JPT Utama 2 0 2 1000 -
JPT Madya 8 2 10 80,00 20,00
Tenaga Guru 107.167 214.098 321.265 33,36 66,64
Tenaga Dosen 788 556 1.344 58,63 41,37
Tenaga 915 519 1.434 63,81 36,19
Pendidik
Tenaga 2.130 7.486 9.616 22,15 77,85
Kesehatan
Tenaga
Penyuluh 8.117 3.943 12.060 67,31 32,69
Pertanian
Tenaga Teknis 3.037 3.018 6.055 50,16 49,84
Jumlah 122.164 229.622 351.786
Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2022

Situasi yang terlihat pada gambaran tentang jabatan


pengambil kebijakan di lingkungan ASN, baik dalam posisinya
sebagai PNS maupun PPPK menunjukkan bahwa meskipun secara
angka, jumlah ASN perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
laki, namun pada posisi-posisi pengambil keputusan, jumlah
perempuan justru berjumlah lebih sedikit dibandingkan laki-
laki. Padahal, pada jabatan-jabatan tersebut adalah pengambil
keputusan pada pembangunan manusia di Indonesia baik ketika
dirancang, dikembangkan, dan diterapkan. Sedikitnya perempuan
menduduki jabatan pimpinan tinggi ini dapat berisiko pada kurang
terakomodirnya kebutuhan dan kepentingan perempuan dalam
berbagai pembangunan manusia. Dorongan pengarusutamaan
gender dapat teralienasi karena dianggap tidak penting dan bukan
prioritas, apalagi jika para pimpinan pada jabatan JPT tersebut
tidak menggunakan perspektif gender dalam merencanakan dan

250
Profil Perempuan Indonesia 2022
mengembangkan program dan kebijakannya. Pada akhirnya, situasi
ini dapat berisiko pada penggunaan anggaran yang responsif
gender (ARG) sulit dipastikan komitmennya.
Gambaran proporsi jabatan di bidang pendidikan dan
kesehatan ini semakin menguatkan pandangan bahwa perempuan
masih memenuhi ranah fungsi yang berkaitan dengan gendernya.
Kecenderungan perempuan berada pada jenis jabatan tersebut tidak
akan lepas dari jurusan bidang keahlian yang dimiliki. Sementara
itu, pada pengalaman pemilihan jurusan pada bidang studi yang
diminati, stereotip gender masih sering ikut berkontribusi pada
keputusan perempuan dan laki-laki menempuh bidang keahlian
yang dilalui melalui jenis jurusan di jenjang pendidikan mereka. Cara
pandang terhadap pilihan jurusan bidang studi yang berpengaruh
pada jenis pekerjaan ini dapat semakin membakukan peran gender
dan berisiko pada perlakuan yang tidak adil dan diskriminatif pada
jenis kelamin yang memilih bidang studi yang tidak sejalan dengan
stereotip gendernya.

4 Perempuan sebagai Hakim, Jaksa, dan Polisi

Berkedudukan sebagai hakim, jaksa, dan polisi, kehadiran


perempuan sangatlah penting. Hal ini tidak saja dalam kepentingan
memenuhi proporsi yang seimbang pada jenis pekerjaan tersebut,
namun kedudukan sebagai hakim, jaksa dan polisi akan sangat
berkait erat dengan putusan yang mampu memenuhi rasa keadilan
pada kelompok perempuan. Berbagai persoalan masyarakat harus
diputuskan oleh hakim, jaksa, dan polisi, termasuk di dalamnya
berbagai persoalan perempuan yang diakibatkan oleh relasi kuasa
gender yang timpang. Tanpa mengedepankan prinsip keadilan
substantif dan perlakuan yang mempertimbangkan pengalaman
dan hak-hak perempuan, harapan dalam mewujudkan akses
keadilan (access of justice) pada perempuan yang berhadapan
hukum (PBH) untuk memperoleh rasa keadilan semakin sulit.
Padahal, telah ada Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor
3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perkara Perempuan
Berhadapan dengan Hukum yang merupakan salah satu terobosan
hukum berperspektif gender dan mengimplementasikan
perspektif disabilitas dalam peradilan.

251
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO),
jumlah hakim perempuan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal
ini dibuktikan dengan data BPS yang menunjukkan bahwa profesi
hakim masih didominasi laki-laki. Meskipun demikian, Gambar 7.5
menunjukkan bahwa pada tahun 2020, jumlah perempuan yang
berprofesi sebagai hakim mengalami peningkatan, yaitu dari
jumlah 26,6 persen di tahun 2019 meningkat menjadi 28,27 persen
di tahun 2020. Meskipun telah terjadi peningkatan persentase
pada profesi hakim perempuan, namun jumlah yang ada masih
sangat sedikit dibandingkan laki-laki, bahkan belum mencapai
jumlah minimal 30 persen.

Gambar 7.5 Hakim Pengadilan Negeri Berdasarkan Jenis Kelamin,


2019-2020

26.6 28.27

73.4 71.73

2019 2020
Laki-Laki Perempuan

BPS diolah Komnas Perempuan, 2022.

Di tingkatan Mahkamah Agung, dalam daftar nama hakim


agung dan hakim ad hoc menunjukkan perempuan juga masih
sangat minoritas. Gambar 7.5 menggambarkan proporsi Hakim
menurut jenis kelamin yaitu jumlah hakim agung dan ad hoc
perempuan hanya berjumlah 8 perempuan (17,02 persen) dan laki-
laki berjumlah 39 (82,98 persen) dari total 47 hakim di Mahkamah
Agung. Secara lebih khusus, terdapat 7 jabatan Ketua Kamar

252
Profil Perempuan Indonesia 2022
Mahkamah Agung yang terdiri dari Ketua Kamar Pembinaan, Ketua
Kamar Tata Usaha Negara, Ketua Kamar Agama, Ketua Kamar
Pidana, Ketua Kamar Militer, Ketua Kamar Perdata, dan Ketua
Kamar Pengawasan (www.mahkamahagung.go.id). Akan tetapi,
dari daftar nama Ketua kamar Mahkamah Agung tersebut, nama
perempuan yang menjabat sebagai Ketua Kamar Mahkamah
Agung tidak dijumpai, atau 100 persen Ketua Kamar Mahkamah
Agung adalah laki-laki.
Siaran Pers Komnas Perempuan pada Hari Kehakiman
Nasional dengan tema Pentingnya Mendorong Kepemimpinan
Hakim Perempuan dan Evaluasi atas Implementasi PERMA 3/2017
pada 2 Maret 2022 menyatakan bahwa hakim perempuan masih
mengalami berbagai hambatan dan tantangan. Hal ini terjadi karena
kerap kali proses pemilihan hakim agung melemahkan peluang
perempuan sebagai pemimpin dalam lembaga peradilan. Aspek
politik dan promosi hakim perempuan dalam proses pemilihan
hakim agung merupakan dua diantara kendala struktural lain
yang terlihat (www.komnasperempuan.go.id). Akibatnya, hakim
perempuan sangat sedikit menempati posisi strategis sebagai
pemimpin, bahkan di tahun ini dibuktikan dengan tidak adanya
satupun perempuan yang berkedudukan sebagai Ketua Kamar
Mahkamah Agung.
Kehadiran hakim perempuan sangat penting, karena
representasi hakim perempuan dapat berpengaruh
terhadap implementasi Peraturan Mahkamah Agung
(Perma) Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili
Perkara Perempuan Berhadapan dengan Hukum.
Sayangnya, studi Komnas bersama Indonesia Judicial
Research Society (IJRS) dan Masyarakat Pemantau Peradilan
Indonesia Fakultas Hukum Universitas Indonesia (MaPPI FH UI) tahun
2021 di 5 wilayah: Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah,
Kalimantan Tengah, dan Maluku, menemukan bahwa faktor jenis
kelamin hakim masih menjadi salah satu hal yang mempengaruhi
penerapan PERMA 3/2017 tersebut. Studi ini menemukan bahwa
a) masih minimnya sosialisasi Perma ini sehingga masih ditemukan
hakim yang melontarkan pertanyaan yang seksis; b) minimnya
pemahaman mengenai hak perempuan berhadapan dengan hukum
(PBH) atas pemulihan, termasuk hak korban untuk mendapatkan
restitusi dari pelaku dalam sistem peradilan pidana; c) terbatasnya

253
Profil Perempuan Indonesia 2022
ketersediaan anggaran dan prasarana; d) terbatasnya ketersediaan
psikolog, pendamping terutama bagi PBH penyandang disabilitas;
e) kurangnya koordinasi dalam tata kelola proses peradilan pidana
(Tardi, Siti Aminah, et. all, 2021, www.komnasperempuan.go.id).
Gambar 7.6 di atas menunjukkan bahwa keberadaan
perempuan sebagai jaksa masih sangat minoritas. Jaksa Agung
Sanitiar Burhanuddin dalam rapat kerja Komisi III DPR RI pada
tanggal 27 Januari 2022 menjelaskan bahwa perempuan yang
menjadi Jaksa di Indonesia tahun 2022 sebanyak 345 jaksa
perempuan dari total 11.070 jaksa yang bertugas di lembaga
kejaksaan saat ini. Itu artinya, jaksa perempuan hanya berjumlah
3,12 persen, sementara jaksa laki-laki berjumlah 96,88 persen. Dari
jumlah tersebut, terdapat 11 jaksa perempuan menempati posisi
sebagai pejabat eselon II dan 140 jaksa perempuan menempati
posisi sebagai pejabat eselon III (https://www.antaranews.com/).
Dalam profesi di bidang kepolisian, Indonesia menjadi salah
satu negara dengan jumlah polisi paling banyak di dunia. Jumlah
polisi di Indonesia merupakan yang terbesar kelima di dunia.
Posisinya berada di bawah Amerika Serikat yang diperkirakan
sebanyak 812.279 orang pada 2019. Sementara, India punya jumlah
polisi terbanyak di dunia, yakni 2,09 juta orang per 2020. Setelahnya
ada China dan Rusia dengan jumlah polisi masing-masing sekitar 2
juta orang dan 756.859 orang.
Berdasarkan laporan Kepolisian RI (Polri), jumlah personilnya
tercatat sebanyak 434.135 orang. Meski demikian, jumlah
personel Polri mengalami penurunan 0,97% dibandingkan setahun
sebelumnya. Pada 2020, jumlah personel Polri tercatat sebanyak
438.387 orang dan yang berprofesi sebagai polisi berjumlah
412.818 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 21.624 polisi bertugas
di markas besar (mabes) dan 391.194 polisi di kepolisian daerah
(polda). Sementara itu, terdapat 21.317 Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di Polri, sebanyak 4.048 PNS Polri ada di mabes dan 17.269 lainnya
tersebar di berbagai polda (News.detik.com, 2021).
Pada Gambar 7.6 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis
kelaminnya, jumlah polwan atau polisi wanita di tahun 2020
sebanyak 24.722 personel, atau hanya 5,99 persen. Dibandingkan
laki-laki, jumlah polisi laki-laki masih mendominasi, yaitu sebesar
388.096 personel atau sebanyak 94,01 persen. (News.detik.com,
2021).

254
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 7.6 Jumlah Hakim, Jaksa dan Polisi menurut Jenis
Kelamin

5.99
Polisi di Lembaga Kepolisian
(Laporan 2022)
94.01

3.12
Jaksa di Lembaga Kejaksaan
(Laporan 2022)
96.88

17
Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc di
Mahkamah Agung (Laporan 2022)
83

Perempuan Laki-laki

Sumber: mahkamahagung.go.id, antaranews.com/, Laporan Kepolisian RI, 2020

5 Perempuan sebagai Menteri dan Kepala Daerah

Perempuan sebagai menteri dan kepala daerah sangatlah


penting. Kehadiran perempuan sebagai menteri dan kepala daerah
dapat berpengaruh pada tingkat dukungan pembangunan untuk
mencapai tujuan SDGs di bidang pembangunan berbasis gender.
Selain itu, pengalaman perempuan pada pejabat menteri dan
kepala daerah diharapkan dapat memperkaya perhatian terhadap
isu-isu perempuan, terutama pada aspek yang memperburuk
kerentanan perempuan dalam relasi kuasa berbasis gender, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik. Karenanya, mempertimbangkan

255
Profil Perempuan Indonesia 2022
perempuan dalam posisi tersebut menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari agenda RPJMN 2020-2024 menuju kesetaraan
dan keadilan gender, dan tujuan dari pembangunan berkelanjutan
(SDGs) 2030.
Setelah terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode
2019-2024, Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin menyusun
jajaran menteri yang masuk dalam Kabinet Indonesia Maju. Pada
tahun 2019, sebanyak lima orang perempuan mengisi jabatan dalam
kabinet tersebut yakni Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri), Sri
Mulyani (Menteri Keuangan), Ida Fauziah (Menteri Tenaga Kerja),
Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), dan I
Gusti Ayu Bintang Darmawati (Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak). Kemudian, pada tanggal 22 Desember
2020, Presiden mengangkat Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial
menggantikan Juliari Batubara yang terjerat kasus korupsi dana
Bansos COVID-19. Dengan demikian, di tahun 2021, jumlah Menteri
Perempuan sebanyak 6 orang dari total 4 kementerian koordinator
dan 30 kementerian bidang, atau hanya 17,65 persen.

Gambar 7.7 Jabatan Menteri Perempuan di Indonesia,


Tahun 1998-2021

6
5

2 2 2

1998-1999 1999-2001 2001-2004 2004-2009 2009-2014 2014-2019 2019-2024

256
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jumlah menteri perempuan pada Kabinet Indonesia Maju
lebih sedikit dibanding kabinet pemerintahan Jokowi sebelumnya,
yakni delapan orang. Pada Gambar 7.7 terlihat bahwa di masa
pemerintahan Presiden BJ Habibie (1998-1999), hanya ada dua
orang menteri perempuan; masa Presiden Abdurrahman Wahid,
hanya ada dua menteri perempuan (1999-2001); di masa Presiden
Megawati Soekarnoputri hanya dua menteri perempuan (2001-
2004); dan di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk
periode kepemimpinan tahun 2004-2009 sebanyak empat menteri
perempuan dan periode 2009-2014 sebanyak lima menteri
perempuan.

Tabel 7.7 Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah
Pilkada 2020 Berdasarkan Jenis Pilihan dan Jenis
Kelamin, 2020

Jum- Calon Kepala Calon Wakil Ke- Wakil Kepala


lah Daerah pala Daerah Daerah
Daer-
Jenis ah
No Pemi- yang La Pe La Pe La Pe
Mel- ki- rem To- ki- rem To- ki- rem Total
lihan
aksan- La pu tal La pu tal La pu
akan ki an ki an ki an
Pilka-
da
Pemi-
lihan 9 23 2 25 22 3 25 45 5 50
1. Guber-
nur
Pemi-
2. lihan 224 545 70 615 557 58 615 1.102 128 1.230
Bupati
Pemi-
lihan 37 86 15 101 90 11 101 176 26 202
3. Wa-
likota
Total 270 654 87 741 669 72 741 1.323 159 1.482

umber: https://infopemilu.kpu.go.id/. Diolah kembali oleh CWI (2022)

257
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) diselenggarakan secara
serentak di 270 daerah di Indonesia pada 10 Desember 2020.
Dalam Tabel 7.7 terlihat posisi jumlah calon perempuan sebagai
kepala daerah yang masih sangat timpang dibandingkan laki-laki
dalam pelaksanaan Pilkada tahun 2020. Para calon pemimpin
daerah pada pemilihan gubernur masih didominasi laki-laki dengan
rincian, 2 calon perempuan sedangkan 23 calon adalah laki-laki pada
9 wilayah provinsi yang melakukan pemilihan. Hal ini menunjukkan
secara kesempatan bahwa hanya 8 persen (2 orang) calon gubernur
adalah perempuan sedangkan sisanya atau 92 persen (23 orang)
adalah laki-laki. Tabel 7.7 juga menunjukkan bahwa calon Bupati
perempuan sebesar 11,38 persen (70 orang dari 615 orang)
sedangkan untuk calon walikota perempuan sebesar 14,85 persen
(15 orang dari 101 orang). Persentase calon wakil kepala daerah
baik setingkat provinsi maupun kabupaten/kota menunjukkan
lebih kecil dibandingkan persentase calon kepala daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa calon kepala daerah laki-laki sangat sedikit
yang memilih calon wakilnya perempuan.

Perempuan sebagai Anggota Lembaga Hak


6 Asasi Manusia Nasional
Lembaga Hak Asasi Manusia Nasional adalah badan
atau organisasi yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk
menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan Hak
Asasi Manusia (HAM) bagi warga negara Indonesia. Salah
satu tujuan dibentuknya lembaga HAM di Indonesia adalah
untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna
terwujudnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya sehingga
mampu berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Lahirnya
lembaga-lembaga HAM di Indonesia tentu tidak dapat dipisahkan
dari amanat konstitusi pasca amandemen. Konstitusi secara serius
memberikan perlindungan terhadap pengaturan dan menentukan
fungsi-fungsi lembaga negara, sehingga meminimalisir terjadinya
pelanggaran atas HAM dalam berbangsa dan bernegara (Syafi’ie,
M, 2012). Lembaga HAM yang dibentuk oleh Negara Indonesia
adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Lembaga
Perlindungan Anak, dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan), dan Komisi Nasional Disabilitas
(KND). Selain empat lembaga negara yang secara khusus bertugas

258
Profil Perempuan Indonesia 2022
terkait HAM di Indonesia, masih terdapat lembaga-lembaga negara
lain yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan perlindungan HAM
setiap warga negara.
Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia disebutkan bahwa Komnas HAM adalah lembaga
mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara
lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Pada
awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden
Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Sejak 1999 keberadaan Komnas HAM didasarkan pada Undang-
undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pada
periode berjalan saat ini, atau periode 2017-2022 terdapat 7
komisioner Komnas HAM, dengan komposisi 6 orang laki-laki dan
hanya ada 1 orang perempuan dalam komposisi tersebut.
Selain Komnas HAM, Komisi Nasional lain yang juga mengawal
penegakan HAM dilakukan oleh Komnas Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan). Komnas Perempuan ini
merupakan lembaga negara yang independen untuk penegakan
HAM perempuan Indonesia. Komnas Perempuan dibentuk melalui
Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998, pada tanggal 9 Oktober
1998, yang diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2005. Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat
sipil, terutama gerakan perempuan, kepada pemerintah untuk
mewujudkan tanggung jawab negara dalam menanggapi dan
menangani berbagai persoalan kekerasan terhadap perempuan.
Tuntutan tersebut berakar pada tragedi kekerasan seksual massal
yang terutama dialami oleh perempuan etnis Tionghoa dalam
kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia. Sejarah
pembentukan Komnas Perempuan berkaitan erat dengan kekerasan
seksual dan hambatan-hambatan korban dalam mendapatkan
hak atas keadilan, kebenaran dan pemulihan. Pada periode 2020-
2024 terdapat 15 orang Komisioner Komnas Perempuan dengan
komposisi 3 orang laki-laki, dan 12 orang perempuan.
Selain Komnas Perempuan, lembaga Negara yang
dimandatkan untuk perlindungan anak adalah Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI). Pembentukan KPAI dimandatkan oleh
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

259
Profil Perempuan Indonesia 2022
Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pada Pasal 74
dijelaskan bahwa: (1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas
pengawasan penyelenggaraan pemenuhan Hak Anak, dengan
Undang-Undang ini dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia
yang bersifat independen, (2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah
Daerah dapat membentuk Komisi Perlindungan Anak Daerah atau
lembaga lainnya yang sejenis untuk mendukung pengawasan
penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah. Pada periode
2017-2022, terdapat 8 orang Komisioner KPAI dengan komposisi
2 komisioner laki-laki, dan 6 komisioner perempuan. Komisioner
KPAI dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua. Pada
periode ini diketuai seorang laki-laki dan wakil ketuanya seorang
perempuan.
Dari sejumlah lembaga Negara yang telah diuraikan
sebelumnya, lembaga Negara yang memastikan hak-hak masyarakat
berkebutuhan khusus dilakukan oleh Komisi Nasional Disabilitas
(KND). Lembaga Negara ini merupakan lembaga Negara yang paling
baru dan dibentuk di masa pemerintahan Presiden Jokowi dan
Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Pembentukan KND didasarkan pada
amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas (UU Penyandang Disabilitas) yang dilimpahkan pada
KND ini diperkuat lebih lanjut melalui Peraturan Presiden Nomor
68 Tahun 2020 tentang Komisi Nasional Disabilitas (Perpres
68/2020). Setelah melalui proses seleksi, pada 1 Desember 2021,
Presiden Republik Indonesia resmi lantik 7 anggota KND, sekaligus
menandakan KND jilid I resmi bertugas. KND mempunyai tugas
melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan advokasi pelaksanaan
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak Penyandang
Disabilitas. Pada periode 2021-2026 terdapat 7 orang Komisioner
KND dengan komposisi 4 orang laki-laki, dan 3 orang perempuan.

260
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 7.8 Komisioner Komnas Ham, Komnas Perempuan, KPAI,
KND menurut Jenis Kelamin

57.14
Komisi Nasional Disabilitas (KND)
42.86

Komisi Perlindungan Anak 25


Indonesia (KPAI) Periode 2017-2024 75

Komnas Anti Kekerasan Terhadap 20


Perempuan (Komnas Perempuan)
Periode 2017-2023 80

Komnas Hak Asasi Manusia 85.71


(Komnas HAM) Periode 2017-2022 14.29

Laki-laki Perempuan

Sumber: Komnas HAM, Komnas Perempuan, KPAI, https://difabel.tempo.co/

D. Kesimpulan

Pada pemilihan calon legislatif di tahun 2019, seluruh partai


politik di Indonesia telah menyertakan perempuan sebagai calon
legislatif dengan persentase minimal keterwakilan perempuan
lebih dari 30 persen. Dari 16 partai peserta pemilu, hanya ada satu
partai yang memiliki calon legislatif (caleg) perempuan lebih banyak
dari calon laki-laki, yaitu PKPI dengan persentase perempuan
mencapai 55 persen. Dari calon yang ada, peluang keterpilihan
pada calon legislatif perempuan sangat dipengaruhi oleh nomor
urut, atau semakin kecil nomor urut yang diberikan bagi caleg
perempuan, maka potensi keterpilihannya semakin besar. Pemilu
terakhir menunjukkan bahwa partai Nasdem merupakan partai
dengan persentase kursi perempuan terbesar yakni 32,20 persen
dari total keseluruhan perolehan kursi partai, sementara partai
lainnya tidak ada yang mencapai 30 persen calon legislatifnya
berhasil terpilih sebagai anggota legislatif.

261
Profil Perempuan Indonesia 2022
Di periode ini, angka perolehan kursi perempuan hanya
mencapai 117 orang dari 575 kursi partai, atau hanya 20,35 persen.
Jumlah perempuan yang berhasil menempati posisi legislatif di
kursi DPR RI secara nasional pada pemilihan periode tahun 2019-
2024 sebanyak 118 perempuan dari 560 orang atau sebanyak
20,52 persen. Persentase pada periode ini merupakan capaian
yang mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun 2014-
2019 yang hanya 97 perempuan atau 17,32 persen. Meskipun
demikian, capaian yang ada saat ini masih belum mampu mencapai
kuota 30 persen. Situasi yang kurang lebih sama terlihat pada
anggota legislatif di DPRD dan pemerintah daerah. Meskipun
mengalami peningkatan pada keterwakilan perempuan di DPRD
tingkat Provinsi pada pemilu 2019-2022 menjadi sebesar 17,72
persen, namun secara persentase belum mencapai harapan
minimal 30 persen. Situasi yang positif terlihat pada jumlah wakil
rakyat di DPD pada tahun 2021 yang sudah mampu mencapai 30,9
persen. Capaian ini merupakan pencapaian dengan peningkatan
yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya, yaitu di tahun
2009-2014 hanya sebesar 11,56 persen, dan periode 2014-2019
mencapai 25,76 persen. Secara provinsi, pencapaian perempuan
sebagai anggota DPD RI belum merata diwakili perempuan dari 34
Provinsi yang ada. Terdapat delapan provinsi yang tidak memiliki
calon anggota DPD perempuan terpilih.
Di tingkat DPRD, pada periode 2019-2024, perempuan yang
menjadi anggota DPRD lebih rendah dibandingkan perempuan
anggota DPR RI, yaitu hanya 17,72 persen. Meskipun demikian,
persentase ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan
periode-periode sebelumnya. Secara rata-rata nasional, persentase
perolehan kursi perempuan tahun 2019 adalah 17,72 persen.
Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan capaian persentase
tertinggi pada perempuan yang menjadi anggota DPRD dengan
jumlah sebesar 35,56 persen.
Jumlah ASN perempuan per-30 Juni 2022 adalah 2.353.473
orang, dan ASN laki-laki berjumlah 1.991.079. Di tahun 2022, ASN
perempuan berjumlah lebih banyak dari ASN laki-laki, yaitu 54,17
persen. ASN dengan proporsi mayoritas perempuan ini terjadi sejak
tahun 2017, sementara sebelumnya, ASN selalu didominasi laki-laki.
Meskipun ASN perempuan berjumlah lebih banyak, namun ASN

262
Profil Perempuan Indonesia 2022
perempuan yang menduduki jabatan pengambil keputusan sangat
sedikit. Pada kelompok PNS, perempuan yang menduduki posisi
sebagai pejabat di Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama hingga
Utama tidak lebih dari 20 persen, yaitu 17,15 persen sebagai JPT
madya; 14,29 persen di tingkat JPT Utama. Fenomena yang sama
juga terlihat pada jabatan yang diduduki oleh PPPK di tahun 2022.
Sedikitnya perempuan menempati posisi strategis terlihat
juga pada posisi perempuan sebagai Hakim Agung yang hanya
berjumlah 8 perempuan dari 47 Hakim Agung, atau hanya 17,02
persen. Terdapat 7 jabatan Ketua Kamar Mahkamah Agung yang
diisi oleh laki-laki secara 100 persen. Di tahun 2021, jumlah Menteri
Perempuan sebanyak 6 orang dari total 4 kementerian koordinator
dan 30 kementerian bidang, atau hanya 17,65 persen.
Perempuan sebagai anggota komisioner pada 4 Lembaga
Nasional Hak Asasi Manusia (LNHAM) yaitu Komnas HAM, Komnas
Perempuan, KPAI, dan KND menunjukkan angka yang positif. Pada
periode 2017-2022 terdapat 7 komisioner Komnas HAM, dengan
komposisi 6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Pada periode
2020-2024 terdapat 15 orang Komisioner Komnas Perempuan
dengan komposisi 3 orang laki-laki, dan 12 orang perempuan. Pada
periode 2017-2022, terdapat 8 orang Komisioner KPAI dengan
komposisi 2 orang laki-laki, dan 6 orang perempuan. Kemudian,
pada periode 2021-2026 terdapat 7 orang Komisioner KND dengan
komposisi 4 orang laki-laki, dan 3 orang perempuan.

263
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 8
KONDISI KHUSUS
DAN SITUASI
DARURAT
KONDISI KHUSUS DAN
SITUASI DARURAT
Penduduk Lansia Menurut Penduduk Lansia Menurut
Jenis Kelamin, 2021 Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur, 2021.

51,77% 48,23%

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021

Laki-Laki Perempuan

38,83% 36,56% 28,39% 27,18% 17,25% 17,44% 15,53% 18,82%


Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021
60-64 65-69 70-75 75+

Penduduk Lanjut Usia Menurut Tingkat Pendidikan, 2021 Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Tamat 4,45%
Pendidikan Tinggi 7,1%

Tamat SMA / 6,86%


Sederajat 12,28%

Tamat SMP / 7,02%


Sederajat 9,97%

Tamat SD / 29,68%
Sederajat 35,24%

Tidak 33,79%
Tamat SD 27,81%

Tidak Pernah 18,2%


Sekolah 7,6%

Laki-Laki Perempuan

Penduduk Lanjut Usia yang Memiliki Akses


Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021
Jenis Fasilitas dan Jenis Kelamin, 2021

54,46% 39,8% 40,71% 23,07% 2,19% 0,78% 17,67% 10,85%


Memiliki Telepon Menggunakan Komputer/ Akses
seluler Telepon seluler Laptop Internet
KONDISI KHUSUS DAN
SITUASI DARURAT
Angka Kesakitan Penduduk Lanjut Usia
Menurut Tipe Daerah (persen), 2021
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Laki-Laki Perempuan Penduduk Lansia


Menurut Status
Perkawinan
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Laki-Laki

Perempuan
25,06% 22,35% 20,99% 21,23% 23,21% 21,82%

Total Perkotaan Perdesaan

Tingkat Kepatuhan Responden dalam 82,95%44,64% 14,5% 51,13% 1,6% 2,93% 0,94% 1,29%
Melaksanakan Protokol Kesehatan Kawin Cerai Mati Cerai Hidup Belum Kawin
Selama Seminggu Terakhir Menurut
Jenis Kelamin, Februari 2022
Perasaan Responden Selama
Mengurangi 75,90% Pembatasan Aktivitas di Luar Rumah
Mobilitas 64,40% Menurut Jenis Kelamin, Februari 2022
Sumber: BPS, Susenas 2022

Menghindari 77,90% 33,40%


Kerumunan 67,80% 29,20% Sangat Jenuh

Menjaga 75,50% 35,10%


Jarak 65,60% 32,90% Jenuh

Mencuci 82,90% 29,20%


Tangan 34,20%
71,00% Biasa Saja

Memakai 88,50% 1,50%


Masker 79,50% 2,50% Senang
Sumber: BPS, Susenas Februari 2021

0,90%
1,20% Sangat Senang

Kepemilikan Aplikasi Peduli


Lindungi Menurut Jenis Kelamin,
Februari 2022

Punya Tidak Punya Tidak Tahu

79,40% 19,10% 1,40%


Laki-Laki

77,90% 19,70% 2,40%


Perempuan
A. Latar Belakang

Perempuan bukan entitas yang tunggal dan seragam. Namun,


antar perempuan berada dalam kondisi yang berbeda karena
adanya perbedaan ras, suku, agama, aliran kepercayaan, pilihan
politik, kelas sosial, kewarganegaraan, status perkawinan, dan
lainnya. Identitas-identitas yang melekat pada perempuan tersebut
mengakibatkan tingkat kerentanan yang berbeda. Padahal,
setiap kerentanan dapat melahirkan ketidakadilan dan berujung
pada pengalaman diskriminasi yang berbeda. Oleh karenanya,
perempuan dapat mengalami diskriminasi berlapis karena beragam
identitas dirinya. Kondisi ini dapat diperparah dengan situasi
khusus, seperti telah lanjut usia (lansia), berkebutuhan khusus,
situasi bencana dan pandemi.
Usia lanjut menjadi bagian yang dialami setiap orang sebagai
rangkaian siklus hidup manusia. Undang-undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menetapkan usia 60 tahun
sebagai batas awal seseorang disebut lansia. Di masa ini, lansia
mengalami sejumlah penurunan, baik secara fisik, psikis, ekonomi,
sosial, dan politik. Secara fisik, tubuh lansia semakin melemah dan
mengalami berbagai keterbatasan karenanya. Kondisi ini dapat
diperburuk dengan adanya penyakit yang diderita atau bahkan
mengalami disabilitas sehingga bergantung pada orang lain.
Secara jenis kelamin, kerentanan kesehatan lansia perempuan
lebih tinggi karena fungsi reproduksi dan peran gender yang
dilakukan di usia produktif. Pada saat lansia, kemandirian ekonomi
lansia juga cenderung menurun karena sejumlah peluang kerja
tidak dapat diakses karena ketentuan batas usia pada tenaga kerja
yang dibutuhkan. Akibatnya, sebagian lansia menjadi kelompok
yang tidak produktif karena keterbatasan keterampilan dalam
mengembangkan usaha mandiri (entrepreneur). Situasi ini dapat
berpengaruh pada relasi sosial, pengambilan keputusan, dan
kesehatan mental lansia.
Perubahan fisik, psikis dan sosial yang dialami lansia penting
menjadi perhatian agar kontribusi lansia pada pembangunan
berdampak positif. Perhatian dan dukungan pada lansia penting

267
Profil Perempuan Indonesia 2022
dilakukan agar mereka tetap sehat, aktif, mandiri, dan produktif.
Lemahnya dukungan pada lansia berakibat produktivitas lansia
rendah, mengalami ketergantungan secara ekonomi, tidak mandiri,
dan biaya kesehatan tinggi. Lebih lanjut, keluarga dan masyarakat
sekitar lansia yang berusia produktif tidak dapat berpartisipasi
secara maksimal dalam pembangunan demi merawat dan
mendampingi lansia. Ketika ada kebutuhan terhadap perawatan
dan pendampingan lansia, maka perempuan secara budaya
cenderung menjadi pihak yang dituntut melakukan peran-peran
tersebut. Potensi dan kapasitas perempuan yang sejatinya dapat
lebih besar berkontribusi pada pembangunan, terpaksa harus
hilang.
Selain karena usia lanjut (lansia), kerentanan perempuan juga
makin berat karena adanya bencana alam dan kondisi darurat
lainnya. Ketika bencana alam terjadi, baik dalam bentuk gempa
bumi, banjir, dan tsunami, perempuan dan laki-laki sama-sama
memiliki kerentanan sebagai korban. Jumlah korban bencana
alam cenderung lebih banyak dialami perempuan, bahkan di 141
negara yang mengalami bencana, tercatat jumlah perempuan
yang menjadi korban berjumlah empat kali lebih banyak dari
korban laki-laki (London School of Economic dalam Salombe, et.
all., 2020). Perempuan dan anak-anak lebih rentan menjadi korban
bencana alam karena perempuan mengalami subordinasi dalam
mengembangkan kesiapsiagaan dan mitigasi sebagai bekal saat
menghadapi bencana. Akibatnya, perempuan memiliki akses
yang sangat terbatas terhadap berbagai peluang sosialisasi dan
keterampilan dalam pengambilan keputusan yang cepat ketika
bencana terjadi. Selain itu, konstruksi gender yang melahirkan
keterikatan yang intim antara perempuan dengan anak-anak
mereka mengakibatkan perempuan cenderung bertindak untuk
membantu dan menyelamatkan anak-anak ketimbang berpikir
menyelamatkan diri.
Demikian juga ketika terjadi bencana pandemi Covid-19
dalam 3 tahun terakhir. Kebijakan menekan penyebaran virus
melalui penutupan akses dan ruang gerak sosial (social distancing)
mengakibatkan seluruh anggota keluarga berada di rumah dalam
durasi waktu yang panjang. Dampak pandemi Covid-19 telah secara
nyata melahirkan krisis ekonomi keluarga dan Negara, sekaligus

268
Profil Perempuan Indonesia 2022
meningkatkan berbagai persoalan sosial dan gender. Di dalam
rumah, dampak krisis ekonomi dan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) meningkatkan konflik dalam keluarga dan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat keberulangan yang
tinggi (Lohy, 2021).
Kebijakan penutupan sekolah dan Belajar dari Rumah (BdR)
memberi ruang yang besar pada anak-anak dalam mengakses
dunia melalui internet untuk kepentingan belajar. Akan tetapi,
pengawasan yang belum siap dari orang tua, keluarga dan sekolah
terhadap penetrasi anak pada internet mengakibatkan kerentanan
anak mengalami kekerasan siber lebih besar. Anak-anak, terutama
anak perempuan semakin rentan mengalami kejahatan siber
secara seksual dan pornografi karena keamanan ruang cyber,
kontrol akses pada internet, dan integrasi produk hukum dengan
teknologi yang diakses anak belum baik (Atem, 2016). Padahal,
pandemi yang datang tanpa diduga membuat seluruh sistem di
lingkungan anak belum siap melakukan proteksi yang ideal pada
anak, terutama melindungi mereka dari bahaya kekerasan siber
berbasis gender.
Covid-19 juga telah membunuh penduduk Indonesia yang
sangat potensial dalam pembangunan bangsa. Jutaan warga
Indonesia menjadi korban dan mengubah sistem keluarga yang
berubah secara mendadak. Perempuan menjadi kelompok
penduduk yang paling berat karena dituntut untuk mengambil
peran dan bertanggung jawab pada kesehatan keluarga dan
perawatan anggota keluarga yang sakit. Konstruksi gender
semakin memperburuk perempuan yang menjadi pencari nafkah
atau bahkan yang sedang sakit; karena tidak jarang, perempuan
harus tetap menjalankan peran gender mereka untuk tetap
melakukan kerja-kerja reproduksi dibanding sebagai pencari
nafkah dan memperhatikan kesehatan dirinya. Bahkan, kehamilan
yang meningkat karena akses pada layanan alat kontrasepsi yang
sangat terbatas selama pandemi merefleksikan kehamilan yang
terjadi di luar kehendak perempuan. Konteks ini menunjukkan
problem kesehatan reproduksi perempuan tidak terakomodasi
secara baik selama pandemi.
Atas peran dan layanan perempuan pada perawatan di dunia
kesehatan, Covid-19 juga telah menelan korban tenaga kesehatan

269
Profil Perempuan Indonesia 2022
yang sangat besar, terutama perempuan. Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyatakan bahwa per 17 Agustus
2021, tercatat 1.891 tenaga kesehatan yang meninggal sepanjang
pandemi Covid-19 dan terus mengalami peningkatan. Dari jumlah
tersebut, tenaga kesehatan yang meninggal terdiri dari 640
dokter, 637 perawat, 377 bidan, 98 dokter gigi, 34 ahli gizi, 33 ahli
teknologi laboratorium, dan 13 ahli kesehatan masyarakat (www.
bbc.com. 2021). Dari jumlah yang ada, meskipun data yang ada tidak
terpilah secara jenis kelamin namun dapat diprediksi jumlah tenaga
kesehatan perempuan yang meninggal didominasi perempuan.
Selain karena profesi perawat dan bidan mayoritas berjenis
kelamin perempuan, profesi tenaga kesehatan berkategori dokter,
dokter gigi, ahli gizi dan tenaga laboratorium juga ada perempuan
di dalamnya.

B. Konsep dan Definisi

1 Lansia

Penduduk lanjut usia atau lansia


adalah penduduk berumur 60 tahun ke
atas. Penduduk lansia dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu lansia muda dimulai umur
60-69 tahun, lansia madya di rentang umur
70-79 tahun, dan lansia tua pada umur 80
tahun ke atas (sirusa.bps.go.id). Situasi spesifik lansia dapat dilihat
melalui beberapa indikator berikut ini:

a. Rasio Ketergantungan Lansia


Rasio ketergantungan lansia dihitung berdasarkan
perbandingan antara penduduk usia produktif atau penduduk
umur 15 sampai 59 tahun yang dibandingkan dengan penduduk
lanjut usia atau umur 60 tahun ke atas. Rasio ketergantungan ini
bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang besaran beban
yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai
penduduk lanjut usia.

270
Profil Perempuan Indonesia 2022
b. Rumah tangga lansia
Rumah tangga lansia merupakan rumah tangga yang
minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 60 tahun
ke atas. Dalam konteks tersebut, status tinggal bersama lansia
adalah status anggota rumah tangga yang tinggal bersama lansia
dalam suatu rumah tangga lansia, yang terdiri atas lansia tinggal
sendiri, bersama pasangan (suami atau isteri), bersama keluarga
(suami/isteri dan anak), tiga generasi (bersama anak dan cucu),
dan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga lansia, terdapat
kelompok pengeluaran rumah tangga lansia yang merupakan
pengelompokan rumah tangga lansia berdasarkan besaran nilai
konsumsi dan pengeluaran rumah tangga per bulan, yang terdiri
atas kelompok 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20
persen teratas.

c.. Tingkat pendidikan dan Akses Teknologi Informasi


Tingkat pendidikan lansia adalah jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk lanjut usia, terdiri
atas tidak pernah sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/
sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan tamat perguruan
tinggi (termasuk diploma, sarjana, dan/atau pasca sarjana).
Sementara itu, akses lansia terhadap teknologi informasi
merupakan persentase penduduk lanjut usia yang pernah memiliki
akses dan menggunakan fasilitas teknologi informasi dalam tiga
bulan terakhir, termasuk menggunakan fasilitas telepon seluler,
komputer, atau jaringan internet.

d. Kesehatan Lansia
Kesehatan lansia dilihat melalui angka kesakitan dan
tindakan pengobatan lansia. Angka kesakitan lansia adalah
persentase penduduk lanjut usia yang mengalami keluhan
kesehatan dalam sebulan terakhir dan terganggu aktivitas sehari-
harinya akibat dari keluhan kesehatan tersebut. Sementara itu,
tindakan pengobatan lansia adalah persentase penduduk lanjut
usia yang mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir
dan melakukan tindakan pengobatan, termasuk mengobati

271
Profil Perempuan Indonesia 2022
sendiri, berobat jalan kepada tenaga kesehatan, atau rawat inap
di fasilitas kesehatan. Selanjutnya, status disabilitas adalah status
gangguan fungsional yang dialami oleh seorang penduduk, terdiri
atas sebagai penyandang disabilitas dan bukan penyandang
disabilitas. Termasuk Penyandang disabilitas adalah setiap orang
yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau
sensorik dalam jangka waktu lama, serta mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak.

e. Lansia Korban Kejahatan


Lansia korban kejahatan adalah seseorang lansia atau harta
bendanya yang dalam setahun terakhir pernah mengalami atau
terkena tindak kejahatan atau usaha percobaan tindak kejahatan,
terdiri atas korban pencurian, penganiayaan, pencurian dengan
kekerasan, pelecehan seksual, dan kejahatan lainnya (BPS).

2 Covid-19

a. Situasi Darurat Global


Pandemi virus corona merupakan situasi darurat yang terjadi
secara global. WHO mendeklarasi situasi darurat global terkait
Covid-19 sebagai deklarasi status darurat global yang keenam.
Sebelumnya, deklarasi situasi darurat yang pernah dilakukan WHO
adalah a) penyebaran virus H1N1 atau “flu babi” yang menyebabkan
pandemi influenza di tahun 2009, b) wabah Ebola di Afrika Barat
tahun 2014-2016, c) wabah polio pada tahun 2014, d) wabah virus
Zika di tahun 2016, dan e) wabah Ebola di Republik Demokratik
Kongo tahun 2019. Ketika WHO mengeluarkan deklarasi status
darurat global, maka seluruh negara di dunia harus melakukan
berbagai upaya perlindungan kesehatan agar penyebaran virus
dapat dicegah secara cepat, sekaligus kebijakan lain untuk
memastikan langkah perlindungan dapat diterapkan (Douglas &
Staudenmaier, 2020).

272
Profil Perempuan Indonesia 2022
b. Kebijakan terkait Covid-19
Indonesia telah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait
penanganan pandemi Covid-19 di sektor kesehatan saja, namun
juga di bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan. Di bidang
kesehatan, pemerintah telah melakukan perlindungan masyarakat
dengan pembatasan mobilitas berskala besar, kampanye 3M
(memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), dan
vaksinasi (Limanseto, 2022). Kebijakan terkait covid-19 lainnya
adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang kemudian
dimodifikasi menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM).
Konsekuensi dari pembatasan mobilitas di bidang pendidikan
adalah penutupan sekolah, pembelajaran jarak jauh atau belajar
dari rumah. Secara ekonomi, pemerintah mengeluarkan kebijakan
dengan bekerja dari rumah (work from home/WFH), dan secara
sosial pemerintah menggalakkan pembatasan fisik dan sosial
(social and physical distancing) dengan tetap berada di rumah saja,
baik untuk bekerja, beribadah, dan belajar (Febriyatko, 2021).
Seluruh aktivitas di luar rumah didorong untuk dikurangi kecuali
karena alasan darurat.

c. Digitalisasi Health Care


Dalam menangani pandemi Covid-19, pemerintah telah
melakukan sejumlah terobosan kebijakan yang dilakukan dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi melalui digitalisasi health
care. Aplikasi peduli lindungi menyediakan banyak informasi
terkait status tingkat kedaruratan pandemi berbasis zona dengan
menggunakan kode warna hijau, merah, kuning, oranye, dan hitam.
Dengan demikian, masyarakat memperoleh informasi lebih baik
tentang daerah atau wilayah yang akan dikunjungi sehingga dapat
lebih waspada dan berhati-hati. Dalam aplikasi peduli lindungi
juga menyediakan informasi tentang perkembangan jumlah kasus
penduduk yang terpapar Covid-19, status vaksinasi, dan sejumlah
informasi lainnya, termasuk menjadi data yang mendasari izin
perjalanan melalui sejumlah moda transportasi.

273
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pemerintah juga menyediakan platform konsultasi kesehatan
secara digital untuk memudahkan proses pemeriksaan kesehatan
dan deteksi penularan kasus positif Covid-19. Jika hasil diagnosa
secara digital menunjukkan kondisi pasien positif, maka obat-
obatan yang disediakan pemerintah secara gratis dikirimkan
langsung pada alamat pasien (Limanseto, 2022). Terobosan
prosedur kesehatan ini menunjukkan keberanian pemerintah yang
terbukti mampu mempercepat penanganan Covid-19, mengurangi
potensi penularan karena pasien tidak harus melakukan perjalanan
ke layanan kesehatan, proses isolasi mandiri (isoman) dapat segera
dilakukan, dan proses pengobatan segera tertangani tanpa ada
kendala biaya.

d. Vaksinasi
Program vaksinasi dilakukan sebagai bentuk pencegahan
risiko penularan Covid-19 di masyarakat. Dengan vaksin, proses
penularan Covid-19 dapat dikurangi karena masyarakat memiliki
kekebalan komunal (herd immunity) dan bertransformasi menjadi
perlindungan kelompok (herd protection). Untuk penyediaan
pasokan vaksin yang langka, selain melalui diplomasi ke negara
produsen vaksin, pemerintah juga telah berhasil melakukan
inovasi farmasi dan menghasilkan Vaksin Merah Putih (Limanseto,
2022). Vaksinasi memiliki tingkatan dosis yang diterapkan dengan
syarat yang berbeda pada penduduk berdasarkan usia, kondisi
kesehatan, dan penyakit yang diderita. Jika masyarakat telah
menjalani vaksinasi, masyarakat dapat lebih mudah beraktivitas
menjalani kehidupan sosial ekonomi sehingga tidak terbatas harus
melakukan seluruh kehidupan dari dalam rumah.

274
Profil Perempuan Indonesia 2022
C. Pembahasan

1 Perempuan Lanjut Usia (Lansia)

a. Rumah Tangga Lansia


Penduduk lanjut usia diperhitungkan dari usia 60 tahun ke
atas. Berdasarkan data BPS tahun 2021, Gambar 8.1 menunjukkan
bahwa penduduk lansia Indonesia sebanyak 29,3 juta atau
sebesar 10,82 persen (BPS dalam Girsang, et. all, 2021). Angka
ini mengingatkan tentang pentingnya memperhatikan penduduk
lansia yang mencapai jumlah hampir 30 juta jiwa. Memfasilitasi
kemandirian lansia dan menjamin kehidupan yang layak bagi lansia
sangat bermanfaat bagi capaian pembangunan manusia, terutama
capaian SDGs tahun 2030.

Gambar 8.1 Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur


Lansia dan Bukan Lansia, 2021

Lansia
(>=60 tahun)
10.8

Bukan Lansia
(<60 tahun)
89.2

Sumber: BPS, Susenas, 2021 dalam Girsang, et. all, 2021

275
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada umumnya, lansia tidak tinggal sendiri. Kebanyakan
lansia tinggal bersama keluarga mereka, baik bersama anak dan
menantu, cucu, atau kerabat lainnya. Pada saat ini, panti jompo
atau pondok sepuh juga tersedia sebagai alternatif lansia menjalani
hari-hari mereka dengan pengawasan intensif dari pekerja panti.
Keluarga yang tinggal bersama lansia terhitung sebagai bagian
dari rumah tangga lansia. Gambar 8.2 menunjukkan adanya trend
perkembangan rumah tangga lansia yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir, rumah tangga lansia
telah mengalami peningkatan sebesar 3,17 poin, jika dibandingkan
tahun 2017 ke 2021. Di tahun 2017, rumah tangga lansia sebesar
26,35 persen dan di tahun 2021 meningkat menjadi 29,52 persen.

Gambar 8.2 Persentase Rumah Tangga Penduduk Lanjut


Usia , 2017-2021

30 29.52
29 27.88 27.84
28 27.2
27 26.35
26
25
24
23
22
21
20
2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Menurut jenis kelamin, lansia perempuan lebih banyak


dibandingkan lansia laki-laki dengan perbandingan jumlah
sebesar 51,77 persen berbanding 48,23 persen (Gambar 8.3).
Lebih banyaknya lansia perempuan dapat terjadi karena sejumlah
faktor yang terbentuk sebagai dampak konstruksi gender yang
merugikan laki-laki. Kesan maskulinitas yang dilekatkan pada laki-
laki yang merokok mendorong kebanyakan laki-laki terjebak dalam
kebiasaan merokok yang buruk. Gaya hidup begadang dan minum
alkohol yang lebih diterima pada kebiasaan laki-laki juga dapat
memperburuk kesehatan laki-laki dan berpengaruh pada usia

276
Profil Perempuan Indonesia 2022
harapan hidup mereka. Selain itu, kematian kecelakan karena geng
motor dan sejenisnya yang cenderung dilakukan kelompok laki-
laki juga berkontribusi pada jumlah laki-laki yang dapat menikmati
hidup hingga lansia. Meskipun perempuan lansia lebih banyak
dan usia harapan hidup perempuan lebih panjang, namun hal ini
tidak selalu bermakna kehidupan lansia perempuan lebih baik
dari laki-laki. Adanya beragam penyakit yang diderita dan kondisi
disabilitas karena usia dan kesakitan yang dialami perempuan
lansia mengantarkan lansia pada kehidupan di masa tua yang
memprihatinkan.

Gambar 8.3 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Jenis Kelamin, 2021

Laki-laki Perempuan
48.2 51.8

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021

Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, persentase lansia


muda (60-69 tahun) mendominasi hingga lebih dari 60 persen
dibandingkan kategori umur lansia lainnya baik pada laki-laki
maupun perempuan. Namun, Gambar 8.4 menunjukkan bahwa
semakin tua umur lansia, semakin besar perbedaan persentase
lansia perempuan dibandingkan laki-laki. Pada kategori lansia
muda (60-64 tahun), persentase laki-laki lebih tinggi daripada

277
Profil Perempuan Indonesia 2022
perempuan dengan perbandingan 38,83 persen (laki-laki) dan 36,56
persen (perempuan). Namun, seiring umur bertambah, situasinya
terbalik dimana persentase yang lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Pada kelompok umur 70-75 tahun dan 75+
tahun, lansia perempuan sebesar 17,44 persen dan 18,82 persen,
sementara lansia laki-laki lebih rendah dengan 17,25 persen pada
kelompok umur 70-75 tahun dan 15,53 persen kelompok umur 75+
tahun.

Gambar 8.4 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2021

38.83
36.56

28.39 27.18

17.25 17.44 18.82


15.53

60-64 tahun 65-69 tahun 70-75 tahun 75+ tahun


Laki-Laki Perempuan

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021

Data Susenas 2021 menunjukkan bahwa persentase rumah


tangga lansia terdapat lebih banyak dalam rumah tangga bersama
pasangan dan keluarga, meskipun terlihat perbedaan yang signifikan
pada lansia perempuan dan laki-laki. Gambar 8.5 menunjukkan
bahwa persentase rumah tangga lansia perempuan tertinggi pada
yang tinggal bersama tiga generasi, atau tinggal bersama anak dan
cucunya mencapai angka 38,59 persen. Sementara itu, persentase

278
Profil Perempuan Indonesia 2022
tertinggi pada rumah tangga lansia laki-laki terjadi pada mereka
yang tinggal bersama keluarga atau bersama anak dengan jumlah
35,05 persen. Namun, persentase rumah tangga lansia perempuan
yang tinggal bersama pasangannya saja sebanyak 17,96 persen,
sedangkan persentase rumah tangga lansia laki-laki yang tinggal
bersama pasangannya mencapai jumlah hampir dua kali lipat
persentase rumah tangga perempuan, yaitu 28,08 persen.

Gambar 8.5 Persentase Rumah Tangga Penduduk Lanjut


Usia Menurut Tinggal Bersama dan Jenis
Kelamin, 2021

3.92
Lainnya
1.68

38.59
Tiga Generasi
30.46

24.74
Bersama Keluarga
35.05

17.96
Bersama Pasangan
28.08

14.78
Tinggal Sendiri
4.74

0 10 20 30 40 50

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Gambar 8.5 juga menunjukkan persentase rumah tangga


lansia perempuan yang tinggal sendiri jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki dengan perbandingan hingga lebih
dari 3 kali lipat, yaitu 4,74 persen pada laki-laki dan 14,78 persen
perempuan. Situasi ini memberikan gambaran memprihatinkan,

279
Profil Perempuan Indonesia 2022
dimana lansia perempuan yang harus menjalani kehidupan sendiri
dan menanggung biaya hidup di masa tuanya secara mandiri,
tanpa didampingi oleh orang lain dari pasangan, anak, maupun
kerabat lainnya berjumlah jauh lebih besar dibandingkan laki-laki.
Pada lansia yang tinggal sendiri, pemerintah pusat dan daerah
wajib memastikan kehidupan mereka terjamin dengan jaminan
kebutuhan dasar, layanan kesehatan dan bantuan sosial lainnya.

b. Pendidikan dan Akses Digital Lansia


Perkembangan kehidupan menuntut lansia untuk memiliki
kemampuan literasi numerasi dan akses pada dunia digital. Untuk
mengukur kemampuan tersebut, setidaknya dapat dilihat pada
kemampuan membaca atau Angka Melek Huruf (AMH), tingkat
pendidikan yang ditamatkan, dan kepemilikan pada telepon
seluler dan akses internet. Berdasarkan hasil Susenas 2021,
Gambar 8.6 menunjukkan bahwa AMH lansia perempuan masih
mengalami kesenjangan dibandingkan lansia laki-laki, yaitu 75,55
persen pada lansia perempuan dan 88,49 persen pada lansia laki-
laki. Kesenjangan ini terjadi pada lansia yang tinggal di perkotaan
maupun perdesaan. Di perkotaan, AMH lansia laki-laki mencapai
92,73 persen, sementara perempuan hanya 83,14 persen. Kondisi
lebih buruk terlihat di wilayah perdesaan, dimana persentase
lansia perempuan yang mampu membaca hanya 66,98 persen,
sementara persentase lansia laki-laki yang memiliki kemampuan
baca tulis di perdesaan sebanyak 83,4 persen, atau hampir sama
dengan persentase lansia perempuan di perkotaan.
Jika dibandingkan berdasarkan tipe daerah, AMH baik lansia
laki-laki maupun perempuan di wilayah perdesaan selalu lebih
rendah dibandingkan perkotaan. Hal ini terjadi karena adanya
kesenjangan fasilitas pendidikan di perdesaan dan perkotaan
yang belum seimbang. Selain itu, konstruksi gender cenderung
menempatkan perempuan sebagai kelompok yang dianggap
tidak penting mengenyam pendidikan. Akibatnya, akses terhadap
sumber belajar, terutama sekolah pada perempuan jauh lebih sulit
dibandingkan laki-laki. Perempuan cenderung tidak bersekolah,
dan bahkan kerentanan mengalami perkawinan di usia anak tanpa
kemampuan baca tulis sangat mungkin terjadi. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2021 telah mengupayakan

280
Profil Perempuan Indonesia 2022
lansia memiliki kemampuan baca tulis dengan baik melalui program
Keaksaraan Dasar. Program ini ditujukan untuk pemberantasan
angka buta huruf pada penduduk umur 15-59 tahun. Dengan
demikian, AMH penduduk pra lansia dapat ditekan sehingga saat
memasuki usia lansia, mereka telah memiliki kemampuan baca
tulis dengan baik (Yulaswati, 2021).

Gambar 8.6 Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk Lanjut


Usia Menurut Jenis Kelamin, 2021

92.73
88.49
83.14 83.4
75.55
66.98

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan


Perdesaan

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, sebagian


besar lansia masih berpendidikan rendah, bahkan masih ada
yang tidak pernah merasakan bangku sekolah bahkan dialami
lansia perempuan dan laki-laki. Gambar 8.7 menunjukkan bahwa
persentase lansia perempuan yang hanya tamat SD/Sederajat
sebanyak 29,68 persen, bahkan yang tidak sempat menyelesaikan
pendidikan di jenjang SD/Sederajat berjumlah lebih banyak, yaitu
33,79 persen; dan yang tidak pernah sekolah sebesar 18,2 persen.
Situasi yang hampir sama juga terlihat pada lansia laki-laki yang
berhasil menamatkan jenjang pendidikan SD/sederajat sebanyak
35,24 persen, tidak tamat SD/Sederajat sebesar 27,81 persen, dan
bahkan tidak pernah sekolah sebesar 7,6 persen.

281
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jika dibandingkan dengan perempuan, secara keseluruhan
lansia perempuan cenderung selalu mengalami kondisi yang lebih
buruk dibandingkan laki-laki. Pada pengalaman tidak pernah sekolah
dan tidak tamat sekolah, persentase lansia perempuan lebih tinggi
dibandingkan lansia laki-laki, bahkan pada kondisi tidak pernah
sekolah, persentase lansia perempuan mencapai lebih dari dua
kali lipat lansia laki-laki. Sebaliknya, pada jenjang pendidikan yang
berhasil ditamatkan, baik di jenjang SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, persentase lansia laki-laki jauh lebih besar dibandingkan
perempuan. Pada jenjang pendidikan SMP/Sederajat, persentase
lansia laki-laki yang berhasil menamatkan pendidikannya sebanyak
9,97 persen, sementara pada lansia perempuan hanya 7,02 persen.
Pada jenjang pendidikan SMA/Sederajat, persentase lansia laki-
laki yang menyelesaikan pendidikannya dua kali lipat dari lansia
perempuan, demikian juga pada jenjang perguruan tinggi.

Gambar 8.7 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Tingkat Pendidikan yang ditamatkan, 2021

4.45
Tamat Pendidikan Tinggi
7.1

6.86
Tamat SMA/ Sederajat
12.28

7.02
Tamat SMP/ Sederajat
9.97

29.68
Tamat SD/ Sederajat
35.24

33.79
Tidak Tamat SD
27.81

18.2
Tidak Pernah Sekolah
7.6

0 10 20 30 40

Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

282
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dengan situasi jenjang pendidikan yang ditamatkan pada
lansia, maka dapat dipahami mengapa rata-rata lama sekolah
lansia perempuan jauh lebih sebentar di bangku pendidikan
dibandingkan lansia laki-laki. Gambar 8.8 menunjukkan bahwa
kesenjangan rata-rata lama sekolah pada lansia perempuan
mencapai 2 tahun dibandingkan laki-laki. Kesenjangan ini terjadi
baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan. Di perdesaan, rata-
rata lama sekolah lansia perempuan hanya 3,1 tahun, sementara
lansia laki-laki sedikit lebih baik, yakni 4,7 tahun. Di perkotaan,
pengalaman lama di bangku sekolah pada lansia laki-laki jauh
lebih baik karena mencapai 7,13 tahun atau sekitar kelas 1 SMP,
sementara lansia perempuan hanya mencapai 5,4 tahun atau tidak
tamat SD/Sederajat.

Gambar 8.8 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Lanjut Usia


Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

Tahun

8 7.13
7
6.03
6 5.4
4.72
5 4.32
4
3.1
3
2
1
0
Perkotaan Perdesaan Total
Laki-Laki Perempuan
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021.

Dengan pengalaman belajar dan tingkat pendidikan yang


cenderung rendah, pada akhirnya lansia perempuan menghadapi
hambatan yang lebih dibandingkan lansia laki-laki dalam mengakses
teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan jenis kelamin,
Gambar 8.9 menunjukkan situasi yang berbeda pada akses lansia

283
Profil Perempuan Indonesia 2022
terhadap telepon seluler, komputer/laptop, dan akses internet.
Dalam mengakses seluruh sumber informasi dan teknologi
yang ada, persentase lansia perempuan selalu lebih rendah
dibandingkan lansia laki-laki. Pada penggunaan akses telepon
seluler, misalnya, persentase lansia laki-laki yang menggunakan
mencapai 54,46 persen, sementara lansia perempuan hanya 39,8
persen; sedangkan sebagai pengguna telepon selular, persentase
lansia perempuan juga hanya sekitar separuh dari persentase
lansia laki-laki, yaitu 23,07 persen berbanding 40,71 persen.

Gambar 8.9 Persentase Penduduk Lanjut Usia yang


Memiliki Akses Teknologi Informasi dan
Komunikasi Menurut Jenis Fasilitas dan
Jenis Kelamin, 2021

10.85
Akses Internet
17.67

0.78
Komputer/Laptop
2.19

23.07
Menggunakan Telepon Selular
40.71

39.8
Memiliki Telepon Selular
54.46

0 10 20 30 40 50 60

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Pada penggunaan komputer atau laptop, Gambar 8.9 juga


menunjukkan persentase lansia laki-laki dan perempuan yang
sangat rendah. Persentase lansia laki-laki yang menggunakan atau

284
Profil Perempuan Indonesia 2022
mengakses komputer/laptop hanyalah 2,19 persen, sementara
pada lansia perempuan semakin sedikit atau hanya 0,78 persen.
Gambaran ini tampak berkorelasi dengan tingkat pendidikan
lansia yang didominasi jenjang pendidikan SD/sederajat dan tidak
bersekolah. Karena itu, persentase lansia yang mengakses internet
juga menjadi sangat sedikit, yaitu hanya 17,67 persen pada lansia
laki-laki dan 10,85 persen pada lansia perempuan.
Rendahnya akses lansia pada perangkat komputer/laptop,
telepon selular, dan internet juga dipicu oleh penurunan kemampuan
motorik lansia. Gangguan penglihatan dan motorik jemari lansia
dapat menjadi alasan lansia tidak menggunakan perangkat telepon
seluler dan komputer/laptop. Selain itu, penurunan kecerdasan
yang dialami sebagian lansia mengakibatkan lansia kesulitan
beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru. Padahal,
mengakses sumber informasi dan komunikasi dapat menguatkan
lansia untuk tetap mandiri, terutama ketika berkomunikasi dan
berinteraksi dengan keluarga, meningkatkan pengetahuan dan
akses layanan kesehatan, serta memungkinkan mendapat peluang
kerja dengan menyesuaikan tingkat kemampuan lansia.

c. Kesehatan Lansia
Dalam melihat indikator kesehatan dasar lansia, terdapat
dua aspek yang dilihat dalam Susenas Maret 2021, yaitu keluhan
kesehatan dan angka kesakitan lansia. Pada tahun 2021, Gambar
8.10 menunjukkan persentase yang tinggi pada lansia yang
mengalami keluhan kesehatan, baik di wilayah perdesaan maupun
perkotaan. Secara nasional, hampir separuh lansia mengalami
keluhan kesehatan, yaitu sebanyak 44,23 persen di perkotaan
dan 42,12 persen di perdesaan. Jika dilihat berdasarkan tipe
daerah dan jenis kelamin, persentase lansia perempuan yang
tinggal di perkotaan tertinggi dibandingkan lansia laki-laki dan
lansia perempuan yang tinggal di wilayah perdesaan. Pada lansia
perempuan yang tinggal perdesaan, persentase yang mempunyai
keluhan kesehatan mereka mencapai angka 41,3 persen dan di
perkotaan sebanyak 46,83, sementara persentase lansia laki-laki
di perdesaan yang merasakan keluhan kesehatan sebanyak 39,83
persen dan di perkotaan sebesar 44,02 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa kerentanan lansia perempuan terhadap penyakit lebih

285
Profil Perempuan Indonesia 2022
tinggi dibandingkan lansia laki-laki sehingga perhatian terhadap
kesehatan lansia, terutama pada lansia perempuan sangat penting
dilakukan anggota keluarga yang tinggal bersama lansia.

Gambar 8.10 Persentase Penduduk Lanjut Usia yang


Mengalami Keluhan Kesehatan dalam Sebulan
Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin, 2021

46.83

44.02 44.23

42.12
41.3

39.83

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2021, penyakit


yang dialami lansia kebanyakan merupakan penyakit yang tidak
menular, bersifat degeneratif, atau disebabkan oleh faktor usia,
misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, stroke, rematik
dan cedera (Kemenkes, 2021 dalam Girsang, 2021). Meskipun
merupakan penyakit tidak menular, namun sejumlah penyakit di
atas merupakan penyakit kronis yang memiliki risiko komplikasi
dengan berbagai penyakit lainnya, membutuhkan biaya pengobatan
yang terus menerus dan besar, serta berpotensi menimbulkan
ketidakmampuan atau disabilitas pada lansia (Girsang, 2021).
Gambar 8.11 menunjukkan angka kesakitan lansia yang berbanding
terbalik dengan keluhan kesehatan. Angka kesakitan lansia di
tahun 2021 lebih besar dialami lansia laki-laki, yaitu 23,21 persen,
sementara lansia perempuan 21,82 persen.

286
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 8.11 Angka Kesakitan Penduduk Lanjut Usia
Menurut Tipe Daerah (persen), 2021

21.82
Perkotaan+Perdesaan
23.21

21.23
Perdesaan
20.99

22.35
Perkotaan
25.06

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Berdasarkan tipe daerah, terdapat situasi yang berbeda


pada pola yang terlihat. Di perkotaan, persentase lansia laki-
laki mendominasi angka kesakitan lansia dengan jumlah sebesar
25,06 persen, sementara perempuan 22,35 persen. Sebaliknya,
walaupun angka kesakitan di perdesaan cenderung lebih rendah
dibandingkan perkotaan namun persentase lansia perempuan lebih
tinggi yaitu 21,23 persen atau sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan lansia laki-laki yang berjumlah 20,99 persen. Hal ini
menggambarkan bahwa angka kesakitan laki-laki di perdesaan
paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Angka kesakitan
yang dialami lansia ini disebabkan karena usia yang sudah tidak
muda, daya tahan dan imunitas tubuh lansia melemah. Kondisi
ini berkonsekuensi pada proses pengobatan dan perawatan yang
membutuhkan perhatian ekstra dan waktu penyembuhan yang
lebih lama.
Lebih tingginya angka kesakitan pada lansia laki-laki juga
dapat dipicu oleh kebiasaan merokok yang masih terus dilakukan
sejak muda hingga saat sudah lansia. Gambar 8.12 membuktikan

287
Profil Perempuan Indonesia 2022
adanya kebiasaan buruk merokok yang sangat didominasi lansia
laki-laki. Konstruksi gender yang menghubungkan aktivitas rokok
sebagai ranah maskulin yang idealnya dimiliki laki-laki dan citra
buruk pada perempuan perokok menjadi salah satu faktor yang
merugikan kesehatan laki-laki. Akibatnya, persentase lansia laki-
laki yang masih merokok memiliki kesenjangan yang sangat lebar
dengan lansia perempuan. Pada tahun 2021 menunjukkan bahwa
persentase lansia laki-laki yang masih merokok sebesar 48,8 persen
sedangkan pada lansia perempuan hanya sebesar 1,77 persen.
Sebaliknya untuk persentase lansia perempuan yang belum
pernah merokok sebesar 97,84 persen sedangkan untuk lansia laki-
laki sebesar 46,73 persen. Melihat persentase yang sangat kecil,
kebiasaan merokok yang sudah terhenti saat lansia dapat dipicu
oleh penyakit yang diderita lansia dan memaksa mereka berhenti
merokok.

Gambar 8.12 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Frekuensi dan Status Merokok dalam Sebulan
Terakhir, 2021

97.84

48.8 46.73

1.77 4.48
0.4

Masih Merokok Pernah Merokok Tidak Pernah


Sebelumnya Merokok
Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

288
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dengan sejumlah keluhan kesehatan dan angka kesakitan pada
lansia, Gambar 8.13 menunjukkan kondisi lansia yang mengalami
disabilitas di masa tuanya. Terdapat sebesar 12,40 persen lansia
adalah penyandang disabilitas, sedangkan 87,60 persen lainnya
tidak mengalami disabilitas. Sayangnya, data yang tersedia
belum terpilah jenis kelamin, sehingga angka 12,40 persen lansia
penyandang disabilitas tersebut tidak diketahui perbandingan
jenis kelaminnya. Jika melihat studi Institute for Social Research,
University of Michigan menemukan bahwa perempuan lansia
umur 65 tahun ke atas menghabiskan 30 persen sisa hidupnya
dalam keadaan disabilitas. Salah satu faktornya adalah tingkat
kesembuhan lansia perempuan dari serangan jantung yang
lebih baik dibandingkan lansia laki-laki, namun kesembuhannya
dari serangan jantung berkonsekuensi pada disabilitas. Jika
dibandingkan lansia laki-laki, mereka lebih tinggi mengalami
kematian karena serangan jantung namun kondisi disabilitas lansia
laki-laki lebih kecil dari lansia perempuan dengan perbandingan 19
persen dan 22 persen (Sulaeman, 2016). Gambaran studi ini dapat
menjadi indikasi bahwa Gambar 8.13 tentang persentase disabilitas
lansia sebesar 12,4 persen dimungkinkan lebih didominasi lansia
perempuan.

Gambar 8.13 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Status Disabilitas, 2021

Disabilitas
12.4

Non Disabilitas
87.6
Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

289
Profil Perempuan Indonesia 2022
Kondisi lansia dengan disabilitas berpotensi meningkatkan
kerentanan lansia yang lebih tinggi. Selain menjadikan lansia
tidak produktif secara ekonomi karena kondisi disabilitasnya,
lansia menghadapi masalah kesehatan yang lebih berat dan
membutuhkan pendamping (caregiver) yang membantunya
menjalani kebutuhan sehari-harinya. Kondisi ini diperburuk dengan
kepemilikan jaminan sosial, dana pension, dan sumber pendanaan
lain yang tidak dimiliki oleh semua lansia. Apalagi, tidak banyak
lansia yang telah mempersiapkan masa tuanya dengan tabungan
dan asuransi finansial secara matang sehingga ketergantungan
lansia pada anak atau kerabatnya yang masih produktif cukup
tinggi (Girsang, 2021).

d. Status Perkawinan dan Kepala Rumah Tangga Lansia


Data Susenas 2021 menunjukkan status perkawinan lansia
yang menampilkan pola berkebalikan pada lansia laki-laki dan
perempuan.

Gambar 8.14 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Status Perkawinan, 2021

82.95

51.13
44.64

14.5

1.6 2.93 0.94 1.29

Kawin Cerai Mati Cerai Hidup Belum Kawin

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021.

290
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 8.14 menunjukkan bahwa pada lansia laki-laki
didominasi oleh status perkawinannya adalah kawin atau memiliki
pasangan yaitu 82,95 persen, sebaliknya pada lansia perempuan
didominasi oleh status perkawinan cerai mati yaitu 51,13 persen.
Sebaliknya pada posisi kedua tertinggi menunjukkan bahwa pada
lansia laki-laki adalah memiliki status perkawinan cerai mati yaitu
14,5 persen sedangkan pada lansia perempuan adalah memiliki
status perkawinan kawin. Gambaran ini menunjukkan adanya
kecenderungan pada laki-laki untuk menikah lagi selepas bercerai,
baik karena cerai mati maupun cerai hidup.
Di tahun 2021, terdapat peningkatan angka cerai mati pada
lansia. Hal ini dipengaruhi oleh angka kematian karena pandemi
Covid-19 yang banyak menelan korban lansia. Data bulan Oktober
2021, persentase kematian akibat Covid-19 pada kelompok lansia
sebesar 46,8 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi
dibandingkan kelompok umur lainnya (Girsang, 2021).

Gambar 8.15 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Status Sebagai Kepala Rumah Tangga dan
Jenis Kelamin, 2021

Bukan Kepala Rumah Tangga


Kepala Rumah Tangga

10.8

68.12

89.2

31.88

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021.

291
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 8.15 menginformasikan status lansia menurut status
kepala rumah tangga. Tahun 2021, hampir seluruh lansia laki-
laki berperan sebagai kepala rumah tangga, atau sebesar 89,2
persen. Hal ini didasari pada pandangan masyarakat yang masih
menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Meskipun
demikian, terdapat 31,88 lansia perempuan yang menjadi kepala
rumah tangga. Gambaran ini mengindikasikan kemampuan lansia
membiayai kebutuhan keluarga yang cukup tinggi, meskipun
dengan jumlah penghasilan yang terbatas.

Gambar 8.16 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Status Sebagai Kepala Rumah Tangga, 2021

Kepala Rumah Tangga Bukan Kepala Rumah Tangga

60.49 59.95
52.47
47.53
39.51 40.05

60-69 tahun 70-79 tahun 80 tahun ke atas

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021.

Berdasarkan kelompok umur lansia, Gambar 8.16 menunjukkan


bahwa semakin bertambah umur lansia, persentase lansia yang
menjadi kepala rumah tangga semakin rendah. Persentase lansia
yang menjadi kepala rumah tangga pada kelompok umur 60-69
tahun sebesar 60,49 persen sedangkan pada kelompok umur 70-
79 tahun, persentase lansia sebagai kepala rumah tangga lebih
sedikit, yaitu 59,95 persen dan semakin kecil di kelompok umur

292
Profil Perempuan Indonesia 2022
di atas 80 tahun, yakni 47,53 persen. Akan tetapi, menjadi catatan
penting dari data ini adalah masih cukup tinggi persentase lansia
yang menjadi kepala rumah tangga pada kelompok usia di atas 80
tahun. Hampir separuh dari lansia berusia 80 tahun ke atas yang
harus menanggung biaya rumah tangga, padahal di usia 80 tahun
ke atas, kondisi lansia sudah semakin udzur dan memiliki banyak
keterbatasan, bahkan sudah mengalami disabilitas. Karena itu,
perhatian dan kepedulian keluarga menjadi faktor yang paling
menentukan kesejahteraan hidup lansia di masa tuanya. Bantuan
sosial dan jaminan kehidupan yang layak bagi lansia wajib dipenuhi
Negara melalui berbagai pendekatan dan program yang berpihak
pada lansia.

Gambar 8.17 Persentase Penduduk Lanjut Usia Kepala


Rumah Tangga yang Mengalami Disabilitas
dan Non Disabilitas, 2021

Non Disabilitas
46.4

Disabilitas
53.6

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021

Perhatian yang lebih pada kelompok lansia, terutama mereka


yang menjadi kepala keluarga tidak hanya karena lansia memiliki
kerentanan berbasis melemahnya tubuh karena usia. Akan
tetapi, lansia yang menjadi kepala rumah tangga juga dihadapkan
pada kesulitan karena situasi disabilitasnya. Pada Gambar 8.17
membuktikan adanya lansia yang berstatus sebagai kepala rumah

293
Profil Perempuan Indonesia 2022
tangga namun juga mengalami disabilitas. Persentase mereka
sangat signifikan, mencapai 46,37 persen atau hampir separuh
dari jumlah lansia kepala rumah tangga. Hal ini jelas menunjukkan
sulitnya kehidupan yang dihadapi lansia, terutama mereka yang
menjadi kepala rumah tangga dan sekaligus mengalami disabilitas.

e. Kehidupan Ekonomi dan Angka Ketergantungan Lansia

Di tahun 2021, data Susenas menunjukkan gambaran


kemiskinan yang tinggi pada kehidupan ekonomi para lansia.
Gambar 8.18 menginformasikan bahwa terdapat 43,29 persen
lansia tinggal di rumah tangga dengan kelompok pengeluaran
ekonomi 40 persen terbawah. Tetapi walaupun seperti ini, ternyata
masih ada lansia yang masuk kedalam kelompok pengeluaran
ekonomi 20 persen teratas yaitu sebesar 19,31 persen.

Gambar 8.18 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga, 2021

40 %
menengah 20 % ke atas
37.40% 19.31%

40 % ke
bawah
43.29%

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021.

294
Profil Perempuan Indonesia 2022
Situasi di atas berkonsekuensi pada tingkat rasio
ketergantungan lansia yang tinggi. Data Susenas menunjukkan
bahwa di tahun 2021, rasio ketergantungan pada kelompok lansia
mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2021, angka ketergantungan lansia mencapai angka
17,65 persen pada perempuan sedangkan 15,88 persen pada laki-
laki. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap 100 orang penduduk
usia produktif pada laki-laki menunjukkan harus menanggung
sekitar 16 lansia laki-laki sedangkan pada perempuan harus
menanggung sekitar 18 orang lansia perempuan.

Gambar 8.19 Rasio Ketergantungan Penduduk Lanjut Usia


Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

19.4
17.38 17.65
16.35 15.88
14.81

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Susenas Maret 2021.

Bila dipilah menurut jenis kelamin dan tipe wilayah


menunjukkan bahwa angka ketergantungan lansia laki-laki
di perkotaan paling rendah dibandingkan kelompok lainnya
sedangkan angka ketergantungan lansia perempuan di perdesaan
paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Di perdesaan
menunjukkan 100 orang perempuan yang berusia produktif harus
menanggung sekitar 20 orang lansia perempuan. Walaupun seperti
itu menunjukkan bahwa angka ketergantungan di perdesaan lebih

295
Profil Perempuan Indonesia 2022
tinggi dibandingkan perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa di
perdesaan tingkat kematian lebih rendah dibandingkan perkotaan.
Selain itu angka ketergantungan meningkat akan berkonsekuensi
pada peningkatan kebutuhan pokok pada keluarga, termasuk biaya
perawatan kesehatan untuk pembiayaan anggota keluarga lansia
(Girsang, 2021).
Tingkat ketergantungan lansia yang meningkat memiliki
korelasi dengan budaya masyarakat Indonesia yang menempatkan
tanggung jawab muda pada lansia. Nilai agama menguatkan
budaya produktif untuk menanggung biaya hidup anggota
keluarga yang telah berusia lanjut, terutama pada mereka yang
memiliki hubungan kekerabatan dan/atau perkawinan. Hal ini
terkadang membuat lansia yang sejatinya masih mandiri dan
mampu bekerja, terpaksa harus berhenti karena permintaan anak-
anak mereka yang telah mapan secara ekonomi. Ketika anak telah
merasa mampu membiayai orang tua yang telah memasuki usia
lanjut, maka mereka merasa tidak tega melihat orang tua mereka
yang masih bekerja dan meminta berhenti bekerja. Padahal, dengan
memiliki pekerjaan dan aktivitas rutin yang bernilai ekonomi, lansia
akan terus merasakan kemandirian diri dan rasa percaya diri.
Pada konteks yang lain, pandangan masyarakat masih
cenderung memandang secara negatif pada penduduk usia
produktif yang menitipkan orang tua mereka yang telah lansia di
panti jompo, bahkan tuduhan mereka tidak berbakti pada orang
tua menjadi stigma buruk yang melekat. Padahal, ketika lansia
membutuhkan pendamping (caregiver) karena kondisi tubuh
dan kesehatan lansia, maka anggota keluarga perempuan akan
menjadi pihak yang dituntut lebih bertanggung jawab melakukan
peran tersebut. Tidak jarang dijumpai, perempuan usia produktif
harus berhenti bekerja karena tugas sebagai caregiver bagi lansia.
Ketika tidak dilakukan perempuan, maka pandangan bias juga
akan dihadapi perempuan usia produktif sehingga jumlah angka
ketergantungan penduduk Indonesia dapat meningkat karena
menurunnya angka partisipasi perempuan di dunia kerja.

296
Profil Perempuan Indonesia 2022
f. Lansia yang Bekerja
Status bekerja bagi lansia memberikan gambaran tentang
partisipasi lansia di bidang ekonomi yang patut diapresiasi,
sekaligus menunjukkan kemandirian ekonomi lansia. Data
Sakernas 2021 menunjukkan bahwa lansia yang bekerja memiliki
persentase yang tinggi, terutama pada lansia laki-laki. Akan tetapi,
jika dibandingkan berdasarkan jenis kelaminnya, persentase lansia
laki-laki yang bekerja lebih tinggi dibandingkan lansia perempuan,
yaitu 63,31 persen berbanding 36,84 persen. Itu artinya, lansia
perempuan yang mandiri secara ekonomi jauh lebih sedikit
dibandingkan lansia laki-laki. Padahal, meskipun lansia yang tidak
berpenghasilan cukup besar, namun kontribusi kerja perempuan
di ranah domestik sangat tinggi. Hal ini terlihat pada persentase
perempuan yang mengurus rumah tangga mencapai 49,62 persen.
Dalam kegiatan domestik, dimungkinkan para lansia perempuan
juga melakukan kerja-kerja yang bernilai ekonomi namun karena
tidak dibayar sehingga lansia perempuan menempatkannya
sebagai bukan pekerjaan.

Gambar 8.20 Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut


Jenis Kegiatan Utama dalam Seminggu
Terakhir, 2021

13.22
LAINNYA
21.62

49.62
MENGURUS RUMAH TANGGA
12.51

0.33
PENGANGGURAN
2.55

36.84
BEKERJA
63.31

Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

297
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tingginya persentase lansia yang bekerja merefleksikan
tingkat kemandirian lansia secara ekonomi. Akan tetapi,
mengingat penduduk Indonesia yang berusia lanjut didominasi
tingkat pendidikan yang rendah, maka jenis pekerjaan yang
mampu diakses lansia biasanya di sektor informal. Gambar 8.21
membuktikan persentase lansia yang bekerja di sektor informal
sebesar 90,41 persen sedangkan pada laki-lakai sebesar 83,21
persen. Fleksibilitas kerja di bidang pekerjaan informal juga lebih
memungkinkan diakses oleh para lansia yang sudah menghadapi
sejumlah kendala dan keterbatasan karena faktor usia.

Gambar 8.21 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja di


Sektor Formal dan Informal Menurut Jenis
Kelamin, 2021

90.41
83.21

16.79
9.59

Formal Informal

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

Sementara itu, persentase lansia yang bekerja di sektor


formal rendah, atau hanya 16,79 persen laki-laki dan 9,59 persen
perempuan. Pada sektor pekerjaan formal, lansia laki-laki lebih
tinggi dibandingkan lansia perempuan, karena perempuan lebih
berpendidikan rendah dibandingkan laki-laki, sedangkan pekerjaan
di sektor formal menuntut adanya kualifikasi tingkat pendidikan
tertentu, sehingga lebih sulit diakses lansia perempuan. Dalam

298
Profil Perempuan Indonesia 2022
konteks khusus, karena alasan gender, kerapkali lansia perempuan
dibebani tanggung jawab rumah tangga, seperti mengasuh cucu,
menjaga rumah, dan merawat hewan peliharaan; namun kerap
kali pekerjaan tersebut tidak diidentifikasi sebagai pekerjaan bagi
lansia.
Gambar 8.22 menunjukkan bahwa lansia yang bekerja
kebanyakan dari kelompok lansia yang mempunyai pendidikan
maksimal setingkat SD/sederajat, yang artinya para lansia
hanya mempunyai ijazah pendidikan SD ataupun tidak memiliki
ijazah sama sekali. Untuk lansia laki-laki menunjukkan 75,95
persen (40,48 persen tamat SD/sederajat dan 35,47 persen
tidak tamat SD/sederajat) dan lansia perempuan sebesar 86,56
persen (35,06 persen tamat SD/sederajat dan 51,5 persen tidak
tamat SD/sederajat) memiliki ijazah maksimal SD/sederajat. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para lansia masih
sangat rendah dimana masih sangat sedikit persentase lansia yang
memiliki pendidikan minimal lulus SMA/sederajat.

Gambar 8.22 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja


Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin, 2021

2.38
Tamat Pendidikan Tinggi
4.61

4.59
Tamat SMA/ Sederajat
9.68

6.46
Tamat SMP/ Sederajat
9.76

35.06
Tamat SD/Sederajat
40.48

51.5
Tidak Tamat SD/Sederajat
35.47

0 10 20 30 40 50 60

Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

299
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dengan mayoritas pendidikan rendah dan bekerja di ranah
informal, maka lansia berada dalam status sebagai pekerja tidak
tetap yang sangat tinggi. Gambar 8.23 menunjukkan bahwa
lansia yang berstatus pekerja tetap hanyalah 8,89 persen lansia
perempuan dan 11,46 persen lansia laki-laki. Selebihnya, lansia
yang bekerja berstatus pekerja tidak tetap dengan jumlah sebesar
88,54 persen lansia laki-laki dan 91,11 persen lansia perempuan.
Pekerja tidak tetap (precarious employment) yang dimaksudkan
dalam hal ini mencakup pekerjaan bebas pertanian/non pertanian,
buruh dengan kontrak kerja jangka waktu tertentu, dan buruh
dengan kontrak kerja lisan. Menurut Tjandraningsih (2012 dalam
Girsang, 2021), pekerja tidak tetap akan bekerja dalam jangka
waktu yang pendek, berkesan harian, bulanan, atau per-tahun
yang dapat diperpanjang atau tidak. Selain itu, pekerja tidak tetap
pada umumnya tidak memiliki asuransi jaminan kerja dan sosial.
Karena itu, status sebagai pekerja tidak tetap mengakibatkan
lansia berada dalam kerentanan kehilangan pekerjaan sewaktu-
waktu. Karena pekerja tidak tetap, maka lansia juga berada dalam
risiko tidak memperoleh dana pensiun saat mereka telah purna
kerja. Hal ini dapat menambah persentase angka ketergantungan
lansia pada penduduk usia produktif.

Gambar 8.23 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja


sebagai Pekerja Tetap dan Tidak Tetap
(Precarious Employment) Menurut Jenis
Kelamin dan Tingkat Pendidikan, 2021

8.89
Pekerja Tidak Tetap
11.46

91.11
Pekerja Tetap
88.54

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

300
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dengan jenjang pendidikan rendah, mayoritas disektor
pekerjaan informal dengan status pekerja tidak tetap, maka
dapat diprediksi jumlah penghasilan lansia Indonesia. Gambar
8.24 menunjukkan jumlah penghasilan lansia dalam sebulan
yang sangat rendah, bahkan tidak mencukupi kebutuhan dasar
mereka dalam sebulan. Pendapatan terbanyak yang diperoleh
lansia perempuan hanyalah di bawah satu juta dengan persentase
sebanyak 67,46 persen lansia perempuan dan 42,83 persen lansia
laki-laki. Pada penghasilan dalam kisaran 1-2 juta, hanya ada 21,98
persen lansia perempuan dan 31,61 lansia laki-laki yang memiliki
pendapatan tersebut, sementara penghasilan di atas 2 juta hanya
terjadi pada tidak lebih dari 6 persen lansia perempuan dan kurang
dari 15 persen pada lansia laki-laki. Hal ini membuktikan rendahnya
penghasilan lansia, baik pada perempuan maupun laki-laki; namun
lansia perempuan berada dalam kemiskinan yang lebih buruk.

Gambar 8.24 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja


Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Penghasilan
dalam Sebulan, 2021

5.27
3.000.000 atau Lebih
11.84

5.29
2.000.000 - 2.999.999
13.72

21.98
1.000.000 - 1.999.999
31.61

67.46
Kurang dari 1.000.000
42.83

0 20 40 60 80

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

301
Profil Perempuan Indonesia 2022
Keterbatasan pasar tenaga kerja yang bisa diakses lansia
karena kualifikasi umur yang kerap tidak tersedia bagi mereka
mengakibatkan lansia tidak memiliki banyak pilihan pada jenis
pekerjaan yang akan digeluti. Situasi ini mengakibatkan lansia
kesulitan memperoleh pekerjaan yang layak dan tidak berisiko
tinggi. Padahal, umur yang semakin tua akan berkonsekuensi secara
alamiah pada kondisi tubuh yang lebih rentan dan butuh perhatian
khusus. Namun, tidak ramahnya dunia kerja pada lansia berakibat
pada posisi lansia bekerja dengan kerentanan risiko tinggi yang
besar. Gambar 8.25 memberikan gambaran besarnya lansia yang
bekerja sebagai pekerja rentan dengan jumlah mencapai angka
81,51 persen pada lansia perempuan dan 71,74 persen pada lansia
laki-laki. Artinya, terdapat sekitar tiga dari empat lansia bekerja
dengan risiko tinggi. Secara jenis kelamin, lansia perempuan yang
bekerja dengan risiko tinggi lebih banyak ketimbang lansia laki-
laki. Padahal, secara fisik, lansia perempuan memiliki kerentanan
yang lebih besar pada kesehatan dibandingkan laki-laki.

Gambar 8.25 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja


Sebagai Pekerja Rentan Menurut Jenis Kelamin
dan Kelompok Umur, 2021

18.48
Pekerja Tidak Rentan
28.25

81.51
Pekerja Rentan
71.74

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

302
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pandemi Covid-19 terjadi dan krisis ekonomi melanda
semua kelompok pekerja termasuk pekerja lansia. Sakernas 2021
menunjukkan bahwa jumlah pekerja lansia mengalami penurunan
penghasilan karena Covid-19. Gambar 8.26 menunjukkan sebanyak
43,77 persen lansia perempuan dan 41,13 persen lansia laki-laki
mengalami penurunan pendapatan. Meskipun demikian, terdapat
41,91 persen lansia laki-laki dan 40,3 persen lansia perempuan tidak
mengalami perubahan pendapatan, bahkan terdapat sedikit lansia
yang justru mengalami peningkatan penghasilan dalam kisaran 5-6
persen dan memperoleh pekerjaan baru sekitar 10 persen, baik
pada laki-laki maupun perempuan.

Gambar 8.26 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja


Menurut Perubahan Penghasilan dibandingkan
Sebelum Pandemi COVID-19, 2021

10.08
Belum Bekerja di Pekerjaan
Sekarang
10.51

40.3
Tidak Ada Perubahan
41.91

43.77
Penghasilan Berkurang
41.13

5.86
Penghasilan Bertambah
6.46

Perempuan Laki-laki

Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021

303
Profil Perempuan Indonesia 2022
2 Perempuan Lanjut Usia (Lansia)

Situasi Pandemi Covid-19


Data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah
menyebabkan infeksi berat dan kematian dengan jumlah yang
sangat besar. Di tingkat global, per-23 Desember 2022, jumlah
kasus Covid-19 mencapai angka 651,918,402 kasus yang sudah
terkonfirmasi dan telah menelan korban meninggal dunia sebanyak
6.656.601 (covid19.who.int). Di Indonesia, data Kementerian
Kesehatan yang dipublikasi melalui website resmi Negara dalam
laman covid19.go.id menunjukkan bahwa per tanggal 29 Oktober
2022, jumlah Kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia sebesar
6.487.905 penduduk dan merupakan angka tertinggi kedua di Asia
setelah Vietnam. Dari jumlah tersebut, Gambar 8.27 menunjukkan
bahwa dari jumlah kasus yang terkonfirmasi tersebut, terdapat
6.305.586 pasien telah sembuh dari virus Corona dan 158.571
pasien meninggal dunia. Itu artinya, persentase kematian karena
Covid-19 telah mencapai 2,44 persen, sementara jumlah pasien
yang sembuh mencapai 97,19 persen. Selebihnya, pasien masih
dalam menjalani perawatan medis.

Gambar 8.27 Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia per


Tanggal 29 Oktober 2022

6,305,586 6,487,905

158,571 23,748

Sembuh Meninggal Lainnya Jumlah


Sumber: www.covid19.go.id, Data per tanggal 29 Oktober 2022.

304
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jumlah kematian yang terjadi di Indonesia karena Covid-19
ini merupakan angka tertinggi ke-10 di tingkat dunia. Gambar 8.28
menunjukkan bahwa berdasarkan data WHO Desember 2022,
Negara dengan kasus kematian karena Covid-19 adalah Amerika
dengan jumlah kematian mencapai lebih dari satu juta jiwa.
Setelahnya, Negara-negara dengan kematian tertinggi setelah
Amerika adalah Brazil, India, Rusia, Mexico, Peru, UK, Italia, Jerman,
dan Indonesia. Pada Desember 2022, jumlah kasus meninggal dunia
karena Covid-19 di Indonesia telah mencapai angka 160.488 jiwa,
atau telah bertambah 1.917 jiwa meninggal dunia hanya dalam
durasi waktu sekitar 2 bulan.

Gambar 8.28 Sepuluh Negara dengan Jumlah Kematian


karena Covid-19 Tertinggi di Dunia, per
Desember 2022

Indonesia 160,488

Jerman 160,611

Italia 183,138

UK 198,937

Peru 217,960

Mexico 330,834

Rusia 393,277

India 530,690

Brazil 692,461

Amerika 1,080,010

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,0001,200,000

Sumber: covid19.go.id, Desember 2022

305
Profil Perempuan Indonesia 2022
Secara khusus, korban meninggal karena virus ini banyak
dialami penduduk lanjut usia (lansia) dibandingkan orang dewasa
atau anak-anak. Secara global, terdapat sekitar 22 persen kematian
yang terjadi akibat Covid-19 adalah lansia yang berumur di atas 80
tahun (covid19.go.id). Di Indonesia, kematian pada lansia karena
Covid-19 jauh lebih besar dibandingkan persentase di tingkat
global, yaitu 46,8 persen yang didasarkan data bulan Oktober 2021.
Dibandingkan pada kelompok umur lainnya, persentase kematian
lansia di tahun 2021 ini merupakan jumlah kematian yang tertinggi
(Girsang, 2021). Faktor utama yang meningkatkan risiko kematian
pada lansia adalah sistem imunitas dan kekebalan tubuh lansia
yang semakin melemah dan diperburuk dengan penyakit penyerta
yang meningkatkan komplikasi lansia saat terserang Covid-19.

3 Kepatuhan pada Protokol Kesehatan

Untuk meminimalisir penyebaran virus Corona, pemerintah


telah memberlakukan sejumlah kebijakan. Salah satu kebijakan
penting yang ditetapkan adalah protokol kesehatan yang berisi
5 M, yaitu Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak,
Menghindari kerumunan dan Mengurangi mobilitas. Pada Februari
2022, data Susenas pada Gambar 8.29 menunjukkan adanya pola
kepatuhan penduduk laki-laki dan perempuan yang berbeda.
Secara umum, tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia dalam
melaksanakan protokol Kesehatan selama seminggu terakhir
(Februari, 2022) cukup tinggi atau diatas 60 persen untuk semua
jenis protokol kesehatan, akan tetapi perempuan memiliki tingkat
kepatuhan yang lebih baik daripada laki-laki.
Pada peraturan memakai masker, kepatuhan perempuan
lebih tinggi 9 poin sebesar 88,5 persen daripada laki-laki yang
hanya 79,5 persen. Pada protokol mencuci tangan, perempuan
lebih tinggi 11,9 persen dibandingkan laki-laki, begitu pula pada
protokol menjaga jarak, perempuan lebih tinggi 9,9 persen dari
laki-laki. Pada protokol menghindari kerumunan, perempuan lebih
baik 10,1 persen daripada laki-laki, demikian juga pada peraturan
mengurangi mobilitas, tingkat kepatuhan perempuan mencapai
75,9 persen, sedangkan laki-laki hanya 64.4 persen.

306
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 8.29 Tingkat Kepatuhan Responden dalam
Melaksanakan Protokol Kesehatan Selama
Seminggu Terakhir Menurut Jenis Kelamin,
Februari 2022

75.90%
Mengurangi Mobilitas
64.40%

77.90%
Menghindari Kerumunan
67.80%

75.50%
Menjaga Jarak
65.60%

82.90%
Mencuci Tangan
71%

88.50%
Memakai Masker
79.50%

Perempuan Laki-Laki

Sumber : BPS, Susenas Februari 2022

Dalam merespon kebijakan pemerintah untuk melakukan


pembatasan aktivitas di luar rumah, perasaan masyarakat
menunjukkan perasaan sangat jenuh dan jenuh sebagai perasaan
yang paling banyak dirasakan, yaitu 33,4 persen dan 35,1 persen
pada laki-laki atau total 68,5 persen yang secara implisit menyatakan
ketidak-bahagiaan laki-laki sangat tinggi saat membatasi diri untuk
tidak keluar rumah. Sedikit berbeda terlihat pada perempuan
yang tingkat perasaan sangat jenuh dan jenuh lebih rendah
persentasenya, yaitu 29,2 persen sangat jenuh dan 32,9 persen
jenuh, atau total 62,1 persen merasa tidak bahagia. Sementara
itu, terdapat 34,20 persen perempuan dan 29,20 persen laki-laki
menyatakan perasaannya yang biasa-biasa saja.

307
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 8.230 Perasaan Responden Selama Pembatasan
Aktivitas di Luar Rumah Menurut Jenis
Kelamin, Februari 2022

1.20%
Sangat Senang
0.90%

2.50%
Senang
1.50%

34.20%
Biasa Saja
29.20%

32.90%
Jenuh
35.10%

29.20%
Sangat Jenuh
33.40%

Perempuan Laki-Laki
Sumber: BPS, Susenas 2022

Situasi perasaan yang sebaliknya juga dijumpai atas kebijakan


pembatasan aktivitas di luar rumah. Sebagian kecil responden
justru menyatakan senang atau bahkan sangat senang dengan
peraturan pembatasan aktivitas di luar rumah, yaitu sebesar 2,5
persen perempuan dan 1,5 persen laki-laki yang merasa senang,
dan sisanya sejumlah 1,2 persen perempuan dan 0,9 persen laki-
laki justru merasa sangat senang.

308
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Vaksinasi

Pada 13 Januari 2021, Presiden Joko Widodo divaksinasi


di Istana Kepresidenan sebagai simbol secara resmi memulai
program vaksinasi di Indonesia. Per 29 Oktober 2022 pukul
18:00 WIB (UTC+7), sebagaimana Gambar 8.31 dilaporkan ada
205.132.557 penduduk Indonesia yang telah menerima vaksin
dosis pertama, 171.865.792 penduduk telah divaksinasi lengkap;
dengan 64.983.827 di antaranya telah diinokulasi dengan booster
atau dosis ketiga.

Gambar 8.31 Jumlah Penduduk yang Telah Melakukan


Vaksinasi, 2022

Target 234,666,020

Vaksinasi ke-4 665,661

Vaksinasi ke-3 64,983,827

Vaksinasi ke-2 171,865,802

Vaksinasi ke-1 205,132,557

- 100,000,000 200,000,000 300,000,000

Sumber: Covid19.go.id

309
Profil Perempuan Indonesia 2022
Hingga akhir Oktober 2022, Satuan Tugas Penanganan
COVID-19 melaporkan sebanyak 65.265.861 penduduk Indonesia
telah mendapatkan vaksin penguat atau booster. Dengan prioritas
pemberian dosis keempat untuk para tenaga kesehatan, data
terkini sebanyak 675.281 penduduk telah mendapatkannya.
Selain itu, sebanyak 205.175.870 penduduk telah mendapatkan
vaksin COVID-19 dosis pertama. Sedangkan penduduk yang telah
menjalani vaksinasi dosis lengkap tercatat sebanyak 171.958.064
penduduk. Pemerintah menargetkan 234.666.020 penduduk di
Indonesia menjalani program vaksinasi COVID-19 untuk mencapai
kekebalan kelompok (herd immunity) dari penyakit yang menyerang
sistem pernapasan tersebut (BPS, 2022). Yang artinya hingga saat
ini masih banyak penduduk Indonesia yang masih belum divaksin
Covid-19 sama sekali.
Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
tahun 2021 menunjukkan, bahwa warga di DKI Jakarta, Jawa Timur
dan Banten adalah penduduk yang paling banyak menolak untuk
disuntik Vaksin Covid-19. Sementara warga yang paling sedikit
menolak divaksin ditemukan di Jawa Tengah. Menurut hasil survei
tersebut, sebanyak 33 persen responden di DKI Jakarta, 32 persen di
Jatim, dan 31 persen di Banten menolak untuk divaksin. Sedangkan,
persentase terendah penolakan untuk divaksin ditemukan di Jawa
Tengah yakni sebesar 20 persen (Suara.com,2021)
Menurut hasil survey BPS pada Februari Tahun 2022 pada
Gambar 8.32 menjelaskan beberapa alasan penduduk Indonesia
yang masih belum divaksin. Alasan yang pertama adalah karena
khawatir dengan efek samping atau tidak percaya dengan
efektivitas vaksin dengan jumlah laki-laki sebanyak 37,1 persen
lebih banyak daripada perempuan sebesar 21,3 persen. Alasan
berikutnya adalah sudah terjadwal tetapi masih belum waktunya
dengan jumlah laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan,
yaitu 8,1 persen dibanding 4,8 persen. Sementara itu, terdapat
5,8 persen laki-laki dan 4,1 persen perempuan belum divaksin
karena masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksinasi.
Sisa penduduk yang belum divaksin dengan alasan lain-lain adalah
belum bisa divaksin karena faktor kesehatan, ibu hamil, sarana
dan infrastruktur yang tidak mendukung, dan sebagainya, adalah
persentase yang paling banyak, dengan jumlah perempuan

310
Profil Perempuan Indonesia 2022
mencapai 69,8 persen dan laki-laki mencapai 48,9 persen. Data
ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia, baik laki-
laki maupun perempuan sejatinya sama-sama bersedia melakukan
vaksinasi Covid-19.

Gambar 8.32 Alasan Belum Mengikuti Vaksinasi Berdasarkan


Jenis Kelamin, Februari 2022

4.10%
4.80%

Perempuan 21.30% 69.80%

5.80%

Laki-Laki 37.10% 8.10% 48.90%

Tidak mau karena khawatir dengan efek samping ataupun tidak percaya efektivitas
vaksin
Sudah terjadwal, tetapi belum waktunya

Masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksinasi

Lainnya (belum bisa karena faktor kesehatan, ibu hamil, sarana & infrastruktur tidak
mendukung, dll.)

Sumber: BPS, Susenas, 2022

Gambar 8.33 menjelaskan tentang alasan-alasan penduduk


Indonesia yang sudah di vaksin Covid-19 hingga akhir Februari
2022. Alasan terbesar adalah karena kesadaran pribadi baik laki-
laki dan perempuan yang mencapai diatas 70 persen, dengan
jumlah perempuan lebih tinggi, yaitu 79,5 persen daripada laki-
laki sebesar 74,9 persen. Alasan terbanyak kedua adalah karena
diwajibkan tempat kerja, dengan jumlah laki-laki lebih tinggi sedikit
dari perempuan, yaitu 14,8 persen dibandingkan 12,6 persen,
selanjutnya karena ingin memenuhi peraturan pemerintah dengan

311
Profil Perempuan Indonesia 2022
angka persentase laki-laki mencapai 5,6 persen dan perempuan
lebih rendah sedikit, yakni 4,2 persen. Sisanya, alasan yang muncul
terkait alasan rekomendasi tenaga kesehatan sebanyak 2 persen
pada masing-masing laki-laki dan perempuan, rekomendasi
keluarga mencapai 2,1 persen pada laki-laki dan 1,6 persen pada
perempuan, dan alasan terakhir dikarenakan hanya ikut-ikutan saja
dengan persentase terendah, yaitu 0,5 persen pada laki-laki dan 0,2
persen pada perempuan. Dari gambaran ini, terlihat adanya korelasi
antara kepatuhan perempuan terhadap protokol kesehatan dengan
kesadaran terhadap pentingnya vaksinasi. Kepedulian perempuan
terhadap isu kesehatan menguatkan partisipasi perempuan dalam
memaksimalkan upaya pemerintah mengurangi risiko lebih buruk
dan penyebaran Covid-19 secara lebih baik.

Gambar 8.33 Alasan Sudah Mengikuti Vaksinasi Berdasarkan


Jenis Kelamin, Februari 2022

79.50%
Kesadaran pribadi
74.90%

12.60%
Diwajibkan tempat kerja
14.80%

4.20%
Memenuhi peraturan
5.60%

2.00%
Rekomendasi tenaga kesehatan
2.00%

1.60%
Rekomendasi Keluarha
2.10%

0.20%
Ikut-ikutan
0.50%

Perempuan Laki-Laki

Sumber: BPS Susenas, Februari 2022

312
Profil Perempuan Indonesia 2022
D. Kesimpulan

Pada tahun 2021, penduduk lanjut usia sebanyak 29,3 juta atau
sebesar 10,82 persen dengan sebagian besar lansia merupakan
lansia muda yaitu berada di rentang umur 60-69 tahun. Menurut jenis
kelamin, lansia perempuan lebih banyak dibandingkan lansia laki-
laki dengan perbandingan jumlah sebesar 51,77 persen berbanding
48,23 persen. Dalam menjalani kehidupannya, lansia perempuan
yang tinggal bersama tiga generasi, atau tinggal bersama anak
dan cucu mencapai angka 38,59 persen dan merupakan persentase
terbanyak dan lansia perempuan yang tinggal bersama pasangan
saja sebanyak 17,96 persen. Sisanya, mereka tinggal sendiri.
Kemampuan baca tulis lansia perempuan masih mengalami
kesenjangan dibandingkan laki-laki, atau hanya 75,55 persen lansia
perempuan mampu membaca, sementara lansia laki-laki sebesar
88,49 persen dan semakin lebar di wilayah perdesaan. Berdasarkan
jenjang pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar lansia
berpendidikan rendah, bahkan tidak pernah merasakan bangku
sekolah. Secara khusus, lansia perempuan yang hanya tamat SD/
Sederajat sebanyak 29,68 persen, tidak lulus SD/Sederajat sebanyak
33,79 persen; dan yang tidak pernah sekolah sebesar 18,2 persen.
Kesenjangan pendidikan juga terlihat pada kesenjangan rata-rata
lama sekolah pada lansia perempuan dan laki-laki yang mencapai
2 tahun lebih lama lansia laki-laki. Konsekuensinya, kesenjangan
kepemilikan telepon seluler terlihat pada lansia laki-laki yang
mencapai 54,46 persen, sedangkan lansia perempuan hanya 39,8
persen. Demikian juga pada akses internet yang jauh lebih rendah
pada lansia perempuan.
Kesehatan lansia penting menjadi perhatian. Hampir separoh
lansia mengalami keluhan kesehatan, atau sekitar 43 persen. Pada
lansia perempuan perdesaan, keluhan kesehatan mereka mencapai
angka 41,3 persen dan di perkotaan sebanyak 46,83, sementara
lansia laki-laki di perdesaan yang merasakan keluhan kesehatan
sebanyak 39,83 persen dan di perkotaan sebesar 44,02 persen.
Status perkawinan lansia didominasi status menikah dengan
persentase yang sangat berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Lansia laki-laki berstatus menikah sebesar 82,95 persen, sementara

313
Profil Perempuan Indonesia 2022
lansia perempuan hanya 44,64 persen. Sebaliknya, lansia janda
jauh lebih tinggi dibandingkan lansia duda dengan perbandingan
sekitar 54 persen dan 15 persen.
Kondisi ekonomi lansia berada dalam situasi yang perlu
penguatan. Terdapat 43,29 persen lansia tinggal di rumah tangga
dengan kelompok pengeluaran ekonomi rendah, yaitu 40 persen
ke bawah. Bahkan, hanya ada 19,31 persen lansia yang tinggal
dalam ekonomi yang baik dengan kelompok pengeluaran di atas 20
persen. Karenanya, angka ketergantungan lansia mencapai angka
16,76 persen atau pada setiap 100 orang penduduk usia produktif
harus menanggung setidaknya 17 lansia.
Lansia laki-laki yang bekerja berjumlah jauh lebih besar
ketimbang lansia perempuan, yaitu 63,31 persen berbanding
36,84 persen. Mayoritas tingkat pendidikan lansia yang bekerja
sangat rendah atau hanya mencapai pendidikan SD/sederajat,
yaitu 35,06 persen pada lansia perempuan dan 40,48 persen pada
lansia laki-laki. Bahkan, di jenjang pendidikan tidak tamat SD/
sederajat, persentasenya semakin besar dan mencapai 51,5 persen
pada lansia perempuan. Dengan jenjang pendidikan tersebut,
hampir semua atau sebesar 88,54 persen lansia laki-laki dan 91,11
persen lansia perempuan adalah pekerja tidak tetap dengan risiko
yang buruk, penghasilan rendah, dan pekerja rentan. Terdapat
67,46 persen lansia perempuan dan 42,83 persen lansia laki-
laki berpenghasilan dibawah satu juta per bulan. Lansia dengan
penghasilan dalam kisaran 1-2 juta hanya diperoleh 21,98 persen
lansia perempuan dan 31,61 lansia laki-laki. Selanjutnya, terdapat
81,51 persen lansia perempuan dan 71,74 persen lansia laki-laki
adalah pekerja di sektor yang rentan. Di masa pandemi Covid-19,
sebanyak 43,77 persen lansia perempuan dan 41,13 persen lansia
laki-laki mengalami penurunan pendapatan.
Situasi darurat Covid-19 yang telah melanda lebih dari tiga
tahun mengacaukan banyak aspek kehidupan. Per tanggal 29
Oktober 2022, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia
sebesar 6.487.905 penduduk dan merupakan angka tertinggi
kedua di Asia setelah Vietnam. Dari jumlah tersebut, 97,19 persen
atau 6.305.586 pasien telah sembuh dari virus Corona dan 158.571
pasien meninggal dunia atau 2,44 persen. Jumlah kematian yang
terjadi di Indonesia karena Covid-19 ini merupakan angka tertinggi
ke-10 di tingkat dunia.

314
Profil Perempuan Indonesia 2022
Dalam merespon kebijakan pemerintah, tingkat kepatuhan
masyarakat Indonesia dalam menerapkan 5 M, yaitu Memakai
masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan
dan Mengurangi mobilitas cukup tinggi atau diatas 60 persen
untuk semua jenis protokol kesehatan. Akan tetapi perempuan
memiliki tingkat kepatuhan yang lebih baik daripada laki-laki di
semua kategori 5M. Perasaan menjalani pembatasan aktivitas di
luar rumah, penduduk yang merasa sangat jenuh dan jenuh sebesar
68,5 persen pada laki-laki dan 62,1 persen perempuan. Sementara
itu, terdapat 34,20 persen perempuan dan 29,20 persen laki-laki
menyatakan perasaannya biasa-biasa saja.
Penduduk yang telah divaksinasi pada per 29 Oktober 2022
pukul 18:00 WIB (UTC+7) sebanyak 205.132.557 orang menerima
vaksin dosis pertama, 171.865.792 penduduk telah divaksinasi
lengkap; dengan 64.983.827 di antaranya telah diinokulasi dengan
booster atau dosis ketiga. Padahal, pemerintah menargetkan
234.666.020 penduduk melakukan vaksinasi Covid-19 untuk
mencapai kekebalan kelompok (herd immunity). Itu artinya, hingga
Oktober 2022, masih banyak penduduk Indonesia yang masih
belum divaksin Covid-19 sama sekali. Alasan penduduk yang
belum menjalani vaksinasi beragam. Terdapat 37,1 persen laki-laki
dan 21,3 persen perempuan tidak vaksin karena khawatir dengan
efek samping atau tidak percaya dengan efektivitas vaksin. Alasan
lainnya karena sudah terjadwal tetapi masih belum waktunya dan
belum tahu dimana harus melakukan vaksinasi. Sebaliknya, pada
penduduk yang sudah vaksin, lebih dari 70 persen penduduk
melakukan vaksinasi karena kesadaran pribadi, dengan jumlah
perempuan lebih tinggi, yaitu 79,5 persen daripada laki-laki sebesar
74,9 persen. Selebihnya, alasan vaksin karena diwajibkan tempat
kerja dan lainnya.
Secara umum, lebih dari 75 persen penduduk laki-laki
dan perempuan telah memiliki aplikasi Peduli Lindungi dengan
persentase perempuan lebih tinggi 1,5 poin daripada laki-laki,
yaitu 79,4 persen dan 77,9 persen. Untuk mengurangi kejenuhan,
penduduk yang rajin melakukan olahraga untuk mengurangi
kejenuhan dan meningkatkan imunitas diri lebih banyak dilakukan
perempuan dengan perbandingan 85,2 persen perempuan
berbanding 79,1 persen pada laki-laki.

315
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 9
SOSIAL
SOSIAL

RUMAH TANGGA MENURUT TIPE KEPALA RUMAH TANGGA MENURUT TIPE


DAERAH, DAN JENIS KELAMIN KEPALA DAERAH, JENIS KELAMIN DAN STATUS
RUMAH TANGGA, 2021 PERKAWINAN, 2021

Kawin Cerai Mati


Laki-Laki Perempuan 67,58%
92,75%

Cerai Hidup
85,85 % 14,15% 15,77%
Perkotaan
Cerai
Hidup
Laki-Laki Perempuan
14,68% Kawin
Perdesaan 85,32% 1,55%
9,22%
Belum Kawin Cerai Mati Belum Kawin
85,62 % 14,38% 2,36% 3,35% 7,34%
Total

KEPALA RUMAH TANGGA MENURUT


TIPE DAERAH, DAN PARTISIPASI
SEKOLAH, 2021

Belum Pernah Sekolah Pernah Sekolah

2,54% Laki-Laki 97,46%

10,68% Perempuan 89,32%

3,71% Laki-Laki + Perempuan 96,29%

KEPALA RUMAH TANGGA MENURUT


TIPE DAERAH, DAN PENDIDIKAN
TERTINGGI YANG DITAMATKAN , 2021

Tidak punya ijazah


SD Sederajat SMP Sederajat SD Sederajat
46,60%
37,71% 17,37% 36,97%
SMP Sederajat
16,15%

Minimal SMA
sederajat
Laki-Laki 11,69% Perempuan SD Sederajat
Laki-Laki
32,64%
Minimal SMA Minimal SMA
Tidak punya ijazah sederajat SMP Sederajat Tidak punya ijazah sederajat
20,96% 23,96% 9,08% 24,72% 22,16%
SOSIAL

KEPALA RUMAH TANGGA MENURUT TIPE DAERAH,


DAN RATA-RATA JUMLAH ANGGOTA RUMAH TANGGA , 2021
2-3 orang 4-5 orang 2-3 orang
40,61% 44,66% 45,39%

4-5 orang
16,67%
Laki-Laki Perempuan

1 orang
6+ orang 6+ orang
1 orang
10,89% 33,13% 4,81%
3,84%

RUMAH TANGGA MENURUT ASET YANG DIMILIKI , 2021

Laki-Laki Perempuan Total


96,19%

80,90% 81,23%

63,01%

97,00% 91,41% 85,61% 52,85% 64,73% 52,73% 81,40% 80,60%


Aset Total Aset Transportasi Aset Rumah Tangga Aset Lainnya

RUMAH TANGGA MENURUT JAMINAN


SOSIAL YANG DIMILIKI , 2021
Laki-Laki
10,72%
Perempuan
9,55%
1
Laki-Laki + Perempuan
10,55%

RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN


REKENING TABUNGAN , 2021
Laki-Laki Kepemilikan tabungan kepala rumah
39,65% tangga perempuan
Perempuan Perkotaan
42,14%
36,55%
Laki-Laki + Perempuan
Perdesaan
29,36%
38,10%
A. Latar Belakang

Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang menjadi


lokus pembangunan. Kebijakan publik mengenai kesejahteraan
keluarga menjadi penting bagi pemerintah di berbagai negara,
termasuk Indonesia. Di Indonesia, dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga, disebutkan bahwa pembangunan keluarga merupakan
upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat. Dalam mewujudkan hal tersebut maka
disusun Kebijakan nasional pembangunan keluarga dimaksudkan
untuk memberdayakan keluarga agar dapat melaksanakan
fungsi keluarga secara optimal. Penetapan kebijakan nasional
perkembangan kependudukan harus memperhatikan:

01 02 03

pengendalian pengembangan pengarahan


kuantitas kualitas mobilitas
penduduk penduduk penduduk

Pembangunan keluarga juga memegang peranan penting


dalam mencapai berbagai target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan 2030 (Sustainable Development Goals/SDGs)
diantaranya:

Tujuan 1 Tujuan 3 Tujuan 4 Tujuan 5 Tujuan 8 Tujuan 16


mengakhiri menjamin menjamin kesetaraan kerja layak dan menyediakan
kemiskinan kehidupan yang kualitas gender pertumbuhan akses keadilan
sehat pendidikan yang ekonomi untuk semua
dan inklusif dan
kesejahteraan merata
penduduk

319
Profil Perempuan Indonesia 2022
Kesejahteraan keluarga sangat berdampak pada kesejahteraan
perempuan, anak, akses kesehatan, partisipasi warga negara dalam
ranah sosial yang lebih bermakna.
Lebih jauh, secara spesifik dalam tujuan ke-1 SDGs yakni
mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk, pada target 1.4
disebutkan bahwa pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-
laki dan perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan,
memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses
terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan
bentuk kepemilikan lain, warisan, sumber daya alam, teknologi baru,
dan jasa keuangan yang tepat, termasuk keuangan mikro. Riset
menunjukkan bahwa risiko kemiskinan terbukti lebih tinggi pada
tipe keluarga dan rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan;
keluarga migran, terutama jika orang tua berketerampilan rendah;
keluarga yang tinggal di daerah perdesaan dan yang bergantung
pada pertanian; dan keluarga yang tinggal di permukiman miskin
perkotaan dengan akses yang rendah terhadap layanan sosial
dasar (Mokomane, 2013).
Perempuan sebagai kepala keluarga mengalami berbagai
tantangan dan hambatan meski telah terlibat dalam aktivitas
ekonomi. Secara global, meski perempuan melakukan hampir dua
pertiga pekerjaan dunia, mereka hanya menerima satu per sepuluh
dari pendapatan. Rumah tangga yang dikepalai perempuan di banyak
negara berkembang juga cenderung memiliki ketergantungan dan
risiko lebih miskin daripada rumah tangga dengan kepala laki-laki
(Richardson, 2020).
Risiko kemiskinan perempuan sebagai kepala keluarga tidak
terlepas dari konstruksi gender yang hidup di dalam masyarakat
dan dikukuhkan dalam berbagai produk kebijakan yang belum
berperspektif gender. Secara sosial dan kultural, perempuan
dilekatkan pada kerja-kerja domestik di dalam rumah tangga,
pekerjaan non-formal, dan kerja-kerja pengasuhan. Dalam
kerangka hukum, konstruksi gender bahwa kepala rumah tangga
pun tergambar pada Kompilasi Hukum Islam Pasal 79 ayat (1)
menyebutkan bahwa, “Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu
rumah tangga.” Hal yang sama juga terdapat pada Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 31 ayat (3) yang
menyatakan bahwa “Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu
rumah tangga”. Kemudian, dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun

320
Profil Perempuan Indonesia 2022
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil di dalam
masyarakat yang terdiri atas suami dan istri; atau suami, istri,
dan anaknya; atau ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya (Pasal
1, Ayat 6). Meskipun dalam definisi tersebut tidak dinyatakan
secara khusus bahwa kepala rumah tangga harus laki-laki, masih
kuatnya budaya patriarki di dalam masyarakat menyebabkan
adanya kecenderungan umum untuk menyatakan bahwa kepala
rumah tangga adalah laki-laki. Padahal, dalam kenyataannya,
banyak komposisi keluarga yang lain yang bisa ditemukan di dalam
masyarakat, termasuk janda yang tinggal sendiri, kakek dan/atau
nenek dengan cucunya, atau keluarga yang hanya terdiri atas anak-
anak. Hal tersebut menyebabkan keberadaan perempuan sebagai
kepala rumah tangga dan kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui,
rentan terhadap kemiskinan, dan tidak terjangkau dalam berbagai
program pembangunan (PEKKA & SMERU, 2014). Konstruksi gender
tersebut membuat akses perempuan terhadap aktivitas ekonomi
di ruang publik menjadi lebih sedikit dan dengan upah yang lebih
kecil. Pada situasi khusus, dimana perempuan menempati peran
sebagai kepala keluarga, akses ekonomi yang sulit tersebut pada
akhirnya berdampak pada penghidupan keluarga.

B. Konsep dan Definisi

1 Rumah Tangga

Badan Pusat Statistik membedakan konsep rumah tangga


dalam dua kategori, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga
khusus.

a. Rumah tangga biasa


Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/
sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Pengukuran

321
Profil Perempuan Indonesia 2022
makan dari satu dapur merujuk pada pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang dilakukan bersama menjadi satu, terutama dalam
memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Bentuk rumah tangga biasa
dapat berupa:
orang yang menyewa kamar atau
orang yang tinggal bersama
a b
sebagian bangunan sensus dan
istri dan anaknya
mengurus makannya sendiri

keluarga yang tinggal terpisah di rumah tangga yang


menerima pondokan
c
dua bangunan sensus, tetapi
makannya dari satu dapur, asal
kedua bangunan sensus tersebut
d dengan makan (indekos)
yang pemondoknya kurang
masih dalam satu segmen dari 10 orang

pengurus asrama, panti asuhan, lembaga

e
pemasyarakatan dan sejenisnya yang masing-masing orang yang bersama-
tinggal sendiri maupun bersama anak, istri
serta art lainnya, makan dari satu dapur
f sama menyewa kamar atau sebagian
bangunan sensus tetapi mengurus
yang terpisah dari lembaga yang diurusnya makannya sendiri-sendiri

b. Rumah tangga khusus


Rumah tangga khusus adalah orang-orang yang tinggal di
asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah
tahanan yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh
suatu yayasan atau lembaga, dan kelompok orang yang mondok
dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih. Rumah
tangga khusus tidak dicakup dalam Susenas (sirusa.bps.go.id).

2 Kepala Rumah Tangga (KRT)

Kepala rumah tangga adalah seorang dari sekelompok


anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan
sehari-hari, atau yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah
tangga (sirusa.go.id). Kepala rumah tangga adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap suatu rumah tangga bisa kepala
keluarga/pasangannya atau anggota keluarga lainnya. Dengan
definisi ini, kepala rumah tangga tidak harus berjenis kelamin
laki-laki. Kepala rumah tangga juga memungkingkan diperankan
perempuan ketika situasi sebagaimana definisi tersebut terjadi
dalam sebuah keluarga. Definisi ini menunjukkan kesetaraan dalam

322
Profil Perempuan Indonesia 2022
memposisikan suami dan istri, sama-sama berpeluang menjadi
kepala keluarga dan mendapatkan hak-hak yang sama sebagai
kepala keluarga.

3 Anggota Rumah Tangga

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya


bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di
rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak
ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau
lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6
bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6
bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Tamu yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih dan
tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan
bertempat tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota
rumah tangga (sirusa.bps.go.id).

C. Pembahasan

1 Perempuan Kepala Keluarga

a. Perempuan Kepala Rumah Tangga


Perempuan sebagai kepala rumah tangga lazim dikenali di
masyarakat sebagai orang tua tunggal (single parent) atau berstatus
janda. Padahal, perempuan sebagai kepala rumah tangga dapat
terjadi pada mereka yang masih berstatus istri atau belum menikah.
Pada status istri namun menjadi kepala keluarga merujuk pada
pasangan suami istri dimana istri yang berperan sebagai pencari
nafkah utama penyebabnya antara lain pasangannya tidak bekerja
atau suami tidak diketahui keberadaannya sehingga tidak bisa
menafkahi keluarganya. Menjadi kepala rumah tangga membuat
perempuan harus dapat meningkatkan kemampuannya untuk
dapat memimpin dan mengelola rumah tangga atau keluarganya
agar dapat terpenuhi kebutuhannya.

323
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.1 Persentase Rumah Tangga menurut Tipe
Daerah dan Jenis Kelamin, 2020-2021

84.57 85.85 83.69 85.32 84.18 85.62

15.43 14.15 16.31 14.68 15.82 14.38

Perkotaan Perdesaan Total

Laki-laki (2020) Perempuan (2020) Laki-laki (2021) Perempuan (2021)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Gambar 9.1 menunjukkan pada tahun 2021, 85,62 persen


kepala rumah tangga adalah laki-laki, sedangkan sisanya 14,38
persen adalah perempuan. Persentase kepala rumah tangga laki-
laki pada tahun 2021 meningkat 1,44 persen dari tahun 2020, seiring
dengan menurunnya persentase kepala rumah tangga perempuan
sebesar 1,44 persen. Berdasarkan tipe daerah, menunjukkan
bahwa persentase kepala rumah tangga perempuan di perdesaan
tahun 2021 sebesar 14,68 persen atau turun 1,63 persen dari
tahun 2020. Sedangkan di perkotaan, persentase kepala rumah
tangga perempuan mengalami penurunan sebesar 1,28 persen
dibandingkan tahun 2020 menjadi 14,15 persen pada tahun 2021.
Meskipun demikian, persentase kepala rumah tangga perempuan
di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perempuan di perkotaan.

324
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.2 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tangga
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2021

Aceh 17.52
20.07
Nusa Tenggara Barat 18.73
19.14
Sulawesi Selatan 16.71
18.20
Jawa Barat 13.21
16.81
Jawa Timur 14.99
16.81
Sumatera Utara 15.99
16.77
Nusa Tenggara Timur 19.00
15.98
Banten 9.50
15.56
Kepulauan Riau 12.50
15.56
Kalimantan Selatan 14.26
15.52
Sumatera Barat 16.52
15.47
Jawa Tengah 15.63
15.34
Sulawesi Tenggara 13.45
15.12
Indonesia 14.15
14.68
DI Yogyakarta 18.51
13.82
Sulawesi Barat 11.77
13.13
Sulawesi Utara 14.34
12.73
Kalimantan Utara 11.11
11.97
Gorontalo 16.22
11.88
Riau 10.38
11.79
Sulawesi Tengah 13.73
11.47
Kepulauan Bangka Belitung 11.80
11.29
Maluku 16.50
11.22
Kalimantan Barat 13.34
10.97
Jambi 11.35
10.72
Sumatera Selatan 11.76
10.52
Kalimantan Timur 10.36
10.44
Maluku Utara 15.34
9.82
Papua Barat 11.91
9.54
Lampung 10.91
9.50
Bengkulu 11.89
9.34
Papua 10.55
9.24
Bali 9.97
8.93
Kalimantan Tengah 8.65
8.89
DKI Jakarta 17.26

0 5 10 15 20 25

Perkotaan Perdesaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

325
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.2 menunjukkan kondisi perempuan kepala rumah
tangga yang dilihat berdasarkan tipe wilayah perkotaan dan
perdesaan di setiap provinsi. Jika dilihat secara umum, persentase
kepala rumah tangga perempuan di tingkat provinsi berada dalam
kisaran paling sedikit 8,65 persen dan paling banyak berjumlah
20,07 persen. Berdasarkan tipe daerahnya, di wilayah perdesaan, 3
provinsi yang memiliki persentase kepala rumah tangga perempuan
terbanyak terjadi di Aceh (20,07 persen), Nusa Tenggara Barat
(19,14 persen) dan Sulawesi Selatan (18,20 persen). Sedangkan
di perkotaan, 3 provinsi yang memiliki persentase rumah tangga
perempuan terbanyak adalah di Nusa Tenggara Timur (19,00
persen), Nusa Tenggara Barat (18,73 persen) dan DI Yogyakarta
(18,51 persen).
Provinsi Kalimantan tengah merupakan provinsi dengan
persentase kepala keluarga perempuan terendah baik di perkotaan
maupun di perdesaan, dimana perkotaan sebanyak 8,65 persen
sedangkan di perdesaan sebanyak 8,89 persen. Untuk di perkotaan,
selain provinsi Kalimantan Tengah, provinsi yang memiliki
persentase terendah lainnya adalah Banten, Bali dan Kalimantan
Timur. Pola yang berbeda di perdesaan, dimana provinsi yang
terendah lainnya adalah Bali, Papua, Bengkulu dan Lampung,
Jika persentase kepala rumah tangga perempuan dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu dibawah atau sama dengan 10 persen,
antara 10 persen sampai dengan 15 persen dan diatas 15 persen
menunjukkan secara nasional jumlah wilayah yang memiliki
persentase kepala rumah tangga perempuan terbanyak di
kelompok 10-15 persen yaitu 18 wilayah, diikuti oleh kelompok
diatas 15 persen yaitu 12 persen dan terakhir kelompok dibawah
10 persen yaitu 4 persen (Tabel 9.1).
Menurut tipe daerah, perbandingan jumlah wilayah di
kelompok 10-15 persen, di perkotaan lebih tinggi dibandingkan
perdesaan. Jumlah wilayah yang masuk ke dalam kelompok
tersebut di perkotaan sebanyak 19 wilayah sedangkan di perdesaan
hanya 13 wilayah. Sebaliknya, jumlah wilayah yang masuk dalam
kelompok dibawah 10 persen dan diatas 15 persen di perdesaan
lebih banyak dibandingkan perkotaan. Jumlah wilayah yang masuk
ke dalam kelompok dibawah 10 persen menunjukkan perdesaan
sebanyak 7 wilayah dan perkotaan sebanyak 3 wilayah, sedangkan

326
Profil Perempuan Indonesia 2022
jumlah wilayah yang masuk ke dalam kelompok di atas 15 persen
wilayah perdesaan lebih banyak 1 wilayah dibandingkan perkotaan.

Tabel 9.1 Jumlah Wilayah Menurut Kelompok Persentase


Kepala Rumah Tangga Perempuan dan Tipe Daerah,
2021

Kelompok Persentase Kepala Rumah Tangga


Tipe Daerah Perempuan (Jumlah)
< =10,00 10,01-15,00 >= 15,01 Total
Perkotaan 3 19 12 34
Perdesaan 7 13 13 33
Perkotaan+Perdesaan 4 18 12 34

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Perempuan kepala keluarga di wilayah perdesaan maupun


perkotaan dengan ekonomi rendah akan mengalami kesulitan
yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Secara
umum, rumah tangga dengan orang tua tunggal yang dikepalai
perempuan lebih miskin daripada rumah tangga dengan orang
tua tunggal yang dikepalai laki-laki (Yusrina, 2013). Dibandingkan
dengan laki-laki kepala rumah tangga, perempuan kepala rumah
tangga relatif berada dalam kondisi lebih tua usianya, lebih banyak
yang merupakan difabel atau menderita penyakit kronis, lebih
rendah rata-rata tingkat pendidikannya, dan lebih banyak yang
tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) ataupun surat izin
mengemudi (SIM) (Lockley, et. all., 2013).

b. Status Perkawinan
Perempuan berkedudukan sebagai kepala rumah tangga
dapat terjadi dalam status perkawinan adalah belum kawin, kawin,
cerai hidup dan cerai mati. Gambar 9.3 menunjukkan persentase
kepala rumah tangga menurut status perkawinannya dan jenis
kelamin tahun 2020 dan 2021. Tahun 2021, persentase kepala
rumah tangga perempuan dengan status menikah, atau berstatus
istri sebesar 9,22 persen dan menurun 0,36 persen dibandingkan

327
Profil Perempuan Indonesia 2022
tahun 2020 (9,58 persen). Sebaliknya, persentase kepala rumah
tangga laki-laki yang berstatus kawin sebesar 92,75 persen dan
meningkat 0,78 persen dibandingkan tahun 2020 (91,97 persen).
Fenomena ini membuktikan bahwa stereotip di masyarakat atau
budaya menunjukkan kepala rumah tangga haruslah laki-laki.
Konstruksi gender ini kemudian diperkuat oleh pemahaman
keagamaan dan hukum, terutama dalam Undang-undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam UU ini secara tegas
dinyatakan bahwa suami adalah kepala rumah tangga dan istri
adalah ibu rumah tangga.

Gambar 9.3 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut


Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2020-
2021

91.97 92.75

68.59 67.58

13.66 15.77
8.18 9.58 7.43 9.22
2.67 1.54 3.83 2.36 1.55 3.55

Laki-laki (2020) Perempuan (2020) Laki-laki (2021) Perempuan (2021)

Sumber: Belum KawinEkonomi Nasional


Survei Sosial Kawin (Susenas),Cerai
2021.Hidup Cerai Mati

Pada status kepala rumah tangga perempuan yang tidak


memiliki pasangan, baik karena belum/tidak menikah atau
bercerai, Gambar 9.3 menunjukkan bahwa perempuan dengan
status cerai mati menempati persentase tertinggi yaitu 67,58
persen pada tahun 2021 dan pola menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun 2020 sebesar 1,01 persen dari 68,59 persen.
Kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai hidup juga
cukup besar yaitu sekitar 15 persen di tahun 2021 dan 13 persen di
tahun 2020. Beberapa hal yang menyebabkan tingginya pengajuan

328
Profil Perempuan Indonesia 2022
perceraian di pengadilan agama adalah pasangannya melakukan
perselingkuhan, tidak mau bekerja atau bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya, kurangnya komunikasi serta
tidak dapat memenuhi ekspektasi pasangannya (pa-bojonegoro).
Status belum/tidak menikah pada kepala rumah tangga
perempuan tahun 2021 sebesar 7,43 persen dan menurun
dibandingkan tahun 2020 sebesar 0,75 persen. Artinya, meskipun
belum/tidak menikah, perempuan dapat menjadi kepala rumah
tangga bagi dirinya sendiri atau rumah tangga yang anggota
rumah tangganya belum dewasa atau sudah lansia sehingga kepala
rumah tangga perempuan tersebut bertanggung terhadap rumah
tangganya terutama dalam hal kebutuhan ekonomi.
Gambar 9.4 menunjukkan bahwa hampir semua provinsi
di Indonesia memiliki kepala rumah tangga perempuan dalam
berbagai macam status perkawinan. Dari empat status perkawinan
yang ada, status cerai mati merupakan persentase tertinggi
di semua provinsi. Rentang persentase kepala rumah tangga
perempuan dengan status cerai mati berada di antara 43 hingga
76 persen. Secara nasional, provinsi Banten merupakan provinsi
dengan persentase kepala rumah tangga perempuan dengan status
cerai mati tertinggi yakni 75,51 persen, sedangkan Kepulauan Riau
merupakan provinsi dengan persentase kepala rumah tangga
perempuan dengan status cerai mati paling sedikit, yaitu 43,67
persen.
Persentase kepala rumah tangga perempuan dengan status
cerai hidup berada di kisaran antara 8 hingga 23 persen. Provinsi
yang memiliki persentase kepala rumah tangga perempuan dengan
status cerai hidup tertinggi terlihat di Banten (23,29 persen)
dan Kepulauan Bangka Belitung (22,97 persen). Sementara itu,
persentase kepala rumah tangga perempuan berstatus menikah
(masih mempunyai suami) tertinggi di Nusa Tenggara Barat (25,94
persen) dan Nusa Tenggara Timur (14,41 persen) dan terendah di
Sumatera Barat (4,19 persen) dan Banten (4,52 persen). Sedangkan
untuk wilayah yang memiliki persentase kepala rumah tangga
perempuan yang belum menikah tertinggi di Kepulauan Riau (32,06
persen) dan Yogyakarta (29,24 persen). Provinsi Banten dan Jawa
Barat memiliki persentase rumah tangga perempuan terendah
dengan status belum menikah.

329
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.4 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tangga
menurut Status Perkawinan dan Provinsi,
2021

Kepulauan Riau 43.67 14.92 9.36 32.06

Bali 49.37 12.73 13.54 24.36

Nusa Tenggara Barat 50.72 16.97 25.94 6.37

DI Yogyakarta 52.98 12.57 9.50 24.94

Nusa Tenggara Timur 59.25 8.26 14.41 18.07

Maluku 59.58 10.03 7.99 22.40

Kalimantan Timur 60.49 20.18 6.70 12.63

Gorontalo 60.80 12.59 11.38 15.23

Kalimantan Utara 62.13 16.54 10.99 10.34

Sumatera Barat 62.38 23.29 4.19 10.14

Sulawesi Tenggara 62.47 14.46 11.99 11.09

Sulawesi Selatan 62.64 13.87 10.11 13.39

DKI Jakarta 62.95 18.67 5.49 12.88

Sulawesi Utara 63.03 13.29 12.71 10.98

Maluku Utara 63.06 12.94 5.41 18.59

Sulawesi Tengah 63.76 15.92 5.59 14.73

Kalimantan Tengah 63.77 16.40 6.32 13.51

Bengkulu 64.60 18.55 5.00 11.85

Papua Barat 65.37 15.62 8.47 10.55

Kepulauan Bangka Belitung 65.86 22.92 4.66 6.56

Riau 66.18 18.59 7.33 7.90

Kalimantan Barat 67.52 13.55 10.83 8.10

Indonesia 67.58 15.77 9.22 7.43

Kalimantan Selatan 69.00 19.23 5.61 6.16

Jawa Tengah 69.13 13.73 12.32 4.81

Papua 69.30 15.28 7.21 8.20

Sulawesi Barat 69.39 14.83 7.06 8.73

Jawa Barat 69.76 20.19 6.263.80

Jawa Timur 70.34 13.56 11.78 4.32

Sumatera Selatan 71.28 17.49 6.05 5.18

Lampung 72.61 14.00 8.50 4.89

Sumatera Utara 73.02 12.27 6.69 8.01

Jambi 73.63 16.10 5.54 4.73

Aceh 74.67 12.69 6.36 6.28

Banten 75.51 16.21 4.523.75

0 20 40 60 80 100 120

Cerai Mati Cerai Hidup Kawin Belum Kawin

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

330
Profil Perempuan Indonesia 2022
Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas wilayah memiliki
persentase kepala rumah tangga perempuan adalah mereka
yang tidak memiliki pasangan, baik karena status perkawinannya
adalah cerai hidup atau cerai mati. Tetapi beberapa wilayah juga
menunjukkan pola yang berbeda dimana persentase status
perkawinan adalah belum kawin menduduki posisi kedua tertinggi
setelah status cerai mati. Hal ini membuktikan bahwa kepala
rumah tangga perempuan memiliki karakteristik yang beragam.
Keberagaman karakteristik ini membuat perempuan kepala rumah
tangga satu dengan lainnya mengalami hambatan dan tantangan
yang berbeda, baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.

c. Partisipasi Sekolah dan Pendidikan Tertinggi


Untuk memahami kondisi kepala rumah tangga perempuan
secara lebih dalam, penting melihat status partisipasi sekolah.
Data partisipasi sekolah kepala rumah tangga perempuan
dikelompokkan dalam 2 situasi, yaitu belum pernah bersekolah
sama sekali dan pernah bersekolah. Status bersekolah adalah
mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu
jenjang pendidikan formal maupun non formal yang berada di
bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,
Kementerian Agama dan Instansi lainnya, baik negeri maupun
swasta. Sementara itu, status belum pernah sekolah bermakna
tidak pernah mengikuti pendidikan formal dan non formal.
Gambar 9.5 menunjukkan bahwa di tahun 2020 dan 2021
masih dijumpai kepala rumah tangga yang belum pernah
merasakan pendidikan formal maupun non formal, yaitu sebanyak
3,71 persen untuk tahun 2021 menurun 0,56 persen dari tahun
2020 sebanyak 4,27 persen. Jika dilihat secara jenis kelamin,
persentase kepala rumah tangga perempuan yang belum pernah
mengakses pendidikan formal maupun non formal jauh lebih
banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 10,68 persen pada perempuan
berbanding 2,54 persen pada laki-laki. Hal ini berkonsekuensi pada
kepala rumah tangga perempuan yang kesulitan untuk bersaing
dengan kepala rumah tangga laki-laki karena tidak pernah
mengakses pendidikan sama sekali. Jika dibandingkan tahun 2020,
persentase perempuan yang tidak pernah bersekolah ini telah
berkurang sebesar 0,97 persen, sementara pada laki-laki menurun
sebesar 0,34 persen.

331
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.5 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tangga
menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin,
2020-2021

Pernah Sekolah Belum/Pernah Sekolah


97.1297.46 96.29 11.65
95.73 10.68

88.3589.32
4.27 3.71
2.88 2.54

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total


2020 2021 2020 2021

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Jika dilihat tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan,


Gambar 9.6 menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga
menurut tingkat pendidikan terlihat tertinggi adalah minimal
lulus SMA/sederajat sebesar 37,23 persen, diikuti oleh lulus SD
sederajat sebesar 28,93 persen. Menurut jenis kelamin terlihat
pola perbandingan yang berbeda antara kepala rumah tangga laki-
laki dengan perempuan.
Persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak
memiliki ijazah sangat tinggi, yaitu mencapai angka 35,05 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan pernah
mengenyam pendidikan, namun dimungkinkan mereka tidak
pernah menyelesaikan jenjang pendidikannya di tingkat yang paling
rendah, yaitu SD/sederajat dan kondisi ini dapat memperburuk
kerentanan kepala rumah tangga perempuan dalam menjalani
kehidupannya. Persentase kepala rumah tangga perempuan 64,05
persen atau lebih tinggi 20,25 persen dibandingkan kepala rumah
tangga laki-laki. Sebaliknya, persentase kepala rumah tangga
perempuan yang minimal tamat SMP/sederajat 35,95 persen lebih
rendah 20,25 persen dibandingkan kepala rumah tangga laki-laki.
Bila dilihat dari Gambar 9.6 terlihat hampir 75 persen kepala rumah
tangga perempuan hanya mempunyai ijazah paling tinggi hanya
tamat SMP/sederajat.

332
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.6 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan
Jenis Kelamin, 2021

Tidak punya ijazah


SD Sederajat SMP Sederajat
35.05%
28.92% 16.84%

Minimal SMA
sederajat
Laki-Laki 24.53% Perempuan SD Sederajat
29%
Minimal SMA
Tidak punya ijazah sederajat SMP Sederajat
14.88% 39.36% 11.42%
SD Sederajat
28.93%
SMP Sederajat
16.06%

Total

Minimal SMA
Tidak punya ijazah sederajat
17.78% 37.23%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Realitas ini membuktikan bahwa perempuan masih cenderung


memiliki hambatan yang lebih besar dalam mengakses pendidikan
hingga jenjang yang lebih tinggi. Akibatnya, bila perempuan
menjadi kepala rumah tangga dengan kondisi kepemilikan ijazah
pendidikan rendah tentunya berkonsekuensi pada akses dan
peluang kerja yang sulit untuk mendapatkan kehidupan yang layak
dan mempunyai kehidupan sejahtera dengan kebutuhan dasar
yang terpenuhi.
Kepemilikan ijazah pendidikan tinggi juga menjadi salah satu
cara seseorang mendapatkan varian jenis pekerjaan yang sesuai
dengan jurusan dan minatnya, sehingga mereka dapat menjalani
pekerjaan dengan rasa bahagia. Hal ini penting agar kepala

333
Profil Perempuan Indonesia 2022
rumah tangga perempuan dapat memiliki resiliensi yang tangguh,
memaksimalkan agensi dirinya menjadi kekuatan yang bermanfaat
bagi kehidupannya, dan merasakan suasana hidup yang penuh
kebahagiaan dan kepuasan (well being). Situasi ini sangat diperlukan
terutama ketika mengalami pemutusan hubungan kerja yang
berdampak pada rasa munculnya perasaan sedih, kecewa, putus
asa, dan meningkatkan stress yang tinggi (Sari, 2015), mengingat
jenjang pendidikan yang dimiliki kepala rumah tangga perempuan
cenderung rendah.
Gambar 9.7 menunjukkan persentase kepala rumah tangga
perempuan di semua provinsi yang tidak mempunyai ijazah masih
berkisar antara 13 hingga 52 persen. Tiga provinsi dengan urutan
tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat (51,94 persen), Sulawesi
Barat (49,26 persen) dan Kalimantan Barat (47,82 persen).
Sebaliknya, provinsi dengan persentase kepala rumah tangga
perempuan yang tidak memiliki ijazah terendah terjadi di DKI
Jakarta (13,89 persen), Kepulauan Riau (16,60 persen), Maluku
(17,53 persen).
Jenjang pendidikan rendah lainnya adalah pada kepala rumah
tangga yang memiliki ijazah SD/sederajat dimana di semua provinsi
berada pada rentang antara 15 hingga 39 persen. Provinsi dengan
persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki ijazah
minimal SD/sederajat tertinggi terdapat di provinsi Jawa Barat
(39,07 persen), Aceh (38,31 persen) dan Sumatera Selatan (33,98
persen). Sebaliknya, provinsi dengan persentase kepala rumah
tangga perempuan yang kepemilikan ijazah SD/sederajat terendah
terlihat di DI Yogyakarta (15,77 persen), Bali (16,80 persen) dan
Nusa Tenggara Barat (19,07 persen).
Sebaliknya pada kepala rumah tangga perempuan yang
mempunyai pendidikan tinggi yaitu ijazahnya minimal tamat SMA
sederajat di seluruh provinsi berada pada kisaran antara 17 hingga
53 persen. Tiga provinsi dengan capaian kepemilikan ijazah SMA/
sederajat tertinggi dijumpai di Kepulauan Riau (52,90 persen),
Maluku (49,63 persen) dan DKI Jakarta (47,52 persen). Sebaliknya,
provinsi dengan persentase kepala rumah tangga perempuan
terendah terdapat di Lampung (17,23 persen), Nusa Tenggara
Barat (17,46 persen) dan Sulawesi Barat (18,56 persen).

334
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.7 Persentase Perempuan Kepala Rumah Tangga
menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan dan Provinsi, 2021

DKI Jakarta 13.89 21.32 17.28 47.52


Kepulauan Riau 16.60 21.90 8.60 52.90
Maluku 17.53 24.75 8.09 49.63
Sulawesi Utara 19.95 23.35 13.51 43.18
Sulawesi Tengah 24.74 32.28 11.46 31.52
Aceh 26.03 38.31 14.12 21.54
Kalimantan Timur 26.97 24.40 13.34 35.28
Sumatera Utara 27.71 26.34 13.22 32.73
DI Yogyakarta 27.73 15.77 11.17 45.33
Papua Barat 28.44 25.00 12.48 34.09
Jawa Barat 29.08 39.07 10.84 21.01
Riau 29.45 32.33 10.22 28.01
Gorontalo 29.55 28.58 7.03 34.83
Bali 30.01 16.80 13.05 40.14
Sumatera Barat 30.15 21.99 14.03 33.82
Kalimantan Tengah 30.64 29.57 14.55 25.24
Maluku Utara 31.38 27.89 10.30 30.43
Kalimantan Utara 32.65 26.72 14.78 25.85
Indonesia 35.05 29.00 11.42 24.53
Sulawesi Tenggara 35.38 26.11 16.29 22.23
Sumatera Selatan 35.40 33.98 9.74 20.88
Sulawesi Selatan 37.55 26.62 10.03 25.80
Nusa Tenggara Timur 38.44 31.57 6.35 23.64
Banten 39.07 31.38 10.32 19.22
Kepulauan Bangka Belitung 39.11 29.83 11.02 20.04
Jambi 39.22 28.33 12.60 19.85
Bengkulu 39.64 24.83 10.15 25.38
Kalimantan Selatan 40.96 27.55 9.85 21.63
Jawa Timur 41.79 27.60 11.26 19.34
Jawa Tengah 43.61 26.16 10.80 19.42
Lampung 43.62 28.45 10.70 17.23
Papua 45.35 22.39 11.12 21.15
Kalimantan Barat 47.82 23.47 9.22 19.50
Sulawesi Barat 49.26 27.01 5.14 18.58
Nusa Tenggara Barat 51.94 19.07 11.53 17.46

0 20 40 60 80 100 120

Tidak Punya Ijazah SD sederajat SMP Sederajat Minimal SMA Sederajat

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

335
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.7 juga dapat memperlihatkan bahwa ada satu
provinsi yaitu Kepulauan Riau dimana persentase kepala rumah
tangga perempuan yang maksimal tamat SMP/sederajat dibawah
50 persen sedangkan Maluku dan DKI Jakarta mempunyai
persentase sedikit diatas 50 persen. Sebaliknya hampir 50 persen
provinsi-provinsi yang ada di Indonesia memiliki persentase kepala
rumah tangga perempuan maksimal tamat SMP/sederajat lebih
dari 75 persen.
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan keterkaitan
antara tingkat pendidikan dengan peluang mendapatkan pekerjaan
yang layak dengan tingkat kehidupan yang lebih sejahtera. Kepala
rumah tangga perempuan dalam kategori ini akan menghadapi
hambatan berlapis dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Bagi mereka yang belum pernah sekolah cenderung tidak bisa
baca tulis dan peluang kerja mereka akan terbatasi pada pasar
kerja di sektor non-formal dengan upah rendah, jam kerja yang
panjang, dan ketidakpastian jaminan keberlanjutan pekerjaan
karena bersifat kontrak atau harian. Secara khusus, situasi ini akan
berdampak domino pada penghidupan anak-anaknya dan masa
depan anak-anaknya kelak.

d. Kegiatan Seminggu yang Lalu


Kegiatan seminggu yang lalu pada kepala rumah tangga
dilihat untuk menggambarkan status aktivitas bekerja. Dengan
mengetahui pekerjaan dalam seminggu terakhir, dapat
digambarkan ketersediaan pekerjaan yang dilakukan kepala rumah
tangga perempuan dan menginterpretasikan kesejahteraan hidup
yang dijalani. Gambar 9.8 menunjukkan bahwa persentase kepala
rumah tangga laki-laki yang melakukan aktivitas bekerja jauh lebih
tinggi dibandingkan perempuan, baik yang tinggal di perkotaan
maupun perdesaan.
Pada kepala rumah tangga yang bekerja, persentase laki-laki
jauh lebih tinggi dari perempuan yakni 91,97 persen berbanding
62,42 persen, atau berada dalam kesenjangan sebesar 29,55
persen. Data ini bermakna bahwa kepala rumah tangga perempuan
yang tidak bekerja dalam seminggu terakhir berjumlah sangat
besar, yakni 37,58 persen. Dibandingkan tahun 2020, tahun 2021
menunjukkan persentase kepala rumah tangga baik perempuan

336
Profil Perempuan Indonesia 2022
dan laki-laki mengalami peningkatan. Di perdesaan, persentase
kepala rumah tangga perempuan yang bekerja dalam seminggu
terakhir lebih tinggi dibandingkan perempuan di perkotaan,
atau 68,28 berbanding 57,81 persen. Bila dibandingkan tahun
2020, tahun 2021 persentase kepala rumah tangga perempuan
di perkotaan mengalami penurunan sedangkan di perdesaan
mengalami peningkatan.

Gambar 9.8 Persentase Kepala Rumah Tangga yang


melakukan Kegiatan Seminggu yang Lalu
Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Tipe
Daerah, 2020-2021
95.39 91.97
89.39 90.11 86.66
83.95

65.94 68.28
60.57 62.42
57.81 56.12

Perkotaan Perdesaan Total

Laki-laki (2020) Perempuan (2020) Laki-laki (2021) Perempuan (2021)


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Terdapat banyak faktor yang menyulitkan kepala rumah


tangga perempuan untuk bekerja. Selain karena masalah jenjang
pendidikan yang ditamatkan, kepemilikan ijazah dan akses di
dunia kerja, perempuan juga dihadapkan pada situasi sulit yang
diakibatkan konstruksi gender dimana bila sudah menikah urusan
rumah tangga menjadi tanggung jawab utama perempuan
membuat perempuan sulit mendapatkan waktu yang leluasa
untuk bekerja. Hal tersebut membuat perempuan menjadi sulit
mengakses sektor formal dimana lebih banyak fasilitas-fasilitas
terkait kesejahteraan keluarga dan akhirnya masuk kedalam sektor
informal yang mengandung risiko terjadinya pemutusan kerja
sewaktu-waktu, terutama pada jenis-jenis pekerjaan yang bersifat
harian atau mingguan.

337
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.9 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang melakukan Kegiatan Seminggu yang Lalu
Bekerja menurut Provinsi dan Tipe Daerah,
2021
Sulawesi Selatan 46.00 54.54
Kalimantan Barat 47.47 73.42
Banten 49.76 54.12
Kepulauan Bangka Belitung 49.90 64.68
Kalimantan Timur 50.18 63.10
Nusa Tenggara Timur 51.21 82.39
Kalimantan Selatan 52.06 72.29
Maluku 52.51 72.76
Gorontalo 52.62 69.47
Aceh 53.32 60.93
Maluku Utara 53.43 66.41
Bengkulu 53.56 72.64
Kalimantan Tengah 54.27 76.42
Sumatera Selatan 54.35 74.44
Jambi 54.44 62.14
Jawa Barat 55.17 62.42
Sulawesi Tenggara 55.53 67.32
Lampung 56.20 63.88
Sulawesi Tengah 56.71 68.51
Indonesia 57.81 68.28
DI Yogyakarta 58.24 77.92
DKI Jakarta 58.42
Sulawesi Utara 58.62 56.36
Sumatera Barat 58.67 69.22
Riau 59.41 69.72
Kalimantan Utara 60.46 73.28
Nusa Tenggara Barat 60.55 69.39
Jawa Tengah 61.32 67.77
Jawa Timur 61.65 71.27
Sumatera Utara 63.72 76.09
Kepulauan Riau 66.26 61.42
Papua 67.17 88.20
Papua Barat 67.52 81.37
Sulawesi Barat 68.97 71.91
Bali 70.77 82.59

0 50 100 150 200

Perkotaan Perdesaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

338
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan provinsi, kepala rumah tangga perempuan yang
melakukan kegiatan seminggu lalu menunjukkan angka yang
beragam. Gambar 9.9 menunjukkan persentase kepala rumah tangga
perempuan yang bekerja di perdesaan lebih tinggi dibandingkan
perkotaan di semua provinsi di Indonesia dibandingkan perkotaan.
Terdapat 3 provinsi tertinggi dengan persentase kepala rumah
tangga perempuan yang bekerja seminggu terakhir di wilayah
perdesaan, yakni Papua sebesar 88,2 persen, Bali sebanyak 82,59
persen dan NTT sebesar 82,39 persen. Sebaliknya, provinsi dengan
persentase paling rendah kepala rumah tangga perempuan yang
bekerja seminggu terakhir terjadi di Banten dengan jumlah sebesar
54,12 persen.
Di perkotaan, persentase kepala rumah tangga perempuan
yang melakukan kegiatan bekerja seminggu terakhir paling tinggi
terjadi di Bali (70,77 persen), Sulawesi Barat (68,97 persen) dan
Papua Barat (67,52 persen). Sebaliknya, provinsi dengan kepala
rumah tangga perempuan di perkotaan yang melakukan kegiatan
bekerja seminggu terakhir paling rendah terjadi di Sulawesi selatan
dengan jumlah 46 persen. Beberapa hal dalam hal penentuan
kepala rumah tangga perempuan memutuskan untuk bekerja
atau tidak antara lain: perbedaan pekerjaan yang ada di perkotaan
dan perdesaan, biaya hidup yang cukup tinggi di perkotaan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kehidupan serta alasan-alasan non
ekonomi lainnya.

2 Rumah Tangga

a. Jumlah Anggota Rumah Tangga ( ART)


Jumlah anggota rumah tangga pada perempuan yang
berkedudukan sebagai kepala rumah tangga dapat membantu
menganalisis tingkat beban rumah tangga tersebut. Tabel 9.2
menunjukkan pada tahun 2021, persentase kepala rumah tangga
laki-laki yang memiliki jumlah anggota rumah tangga antara 4
sampai 5 orang menempati persentase yang tertinggi yaitu 44,66
persen dibandingkan kelompok jumlah anggota rumah tangga
lainnya. Persentase tertinggi berikutnya pada jumlah anggota
rumah tangga 2 hingga 3 orang, yaitu 40,61 persen. Sedangkan

339
Profil Perempuan Indonesia 2022
persentase terendah adalah persentase kepala rumah tangga laki-
laki yang mempunyai tanggungan 1 orang saja atau diri sendiri
yaitu 3,84 persen.

Tabel 9.2 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut


Jumlah Anggota Rumah Tangga (ART) dan
Jenis Kelamin, 2021

Jumlah ART
Jenis Kelamin
1 2-3 4-5 6+
Laki-Laki 3,84 40,61 44,66 10,89
Perempuan 33,13 45,39 16,67 4,81

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Pada kepala rumah tangga perempuan, jumlah anggota


rumah tangga yang paling banyak menjadi tanggungan perempuan
berjumlah 2 sampai 3 orang, yaitu sebanyak 45,39 persen.
Persentase tertinggi kedua pada persentase kepala rumah tangga
perempuan pada jumlah tanggungan 1 orang atau dirinya sendiri
sebesar 33,13 persen. Sedangkan pada persentase terendah pada
kepala rumah tangga perempuan adalah jumlah anggota rumah
tangga minimal 6 orang sebesar 4,81 persen.
Realitas ini merefleksikan tentang kepala rumah tangga
perempuan secara rata-rata paling banyak menanggung beban
ekonomi untuk jumlah anggota rumah tangga sebanyak 1-3 orang.
Meskipun demikian terdapat juga kepala rumah tangga yang
menanggung anggota rumah tangga lebih dari 6 orang sebesar 4,81
persen. Pada kelompok ini selain jumlah anggota rumah tangga
yang cukup banyak dapat diperburuk dengan situasi keterbatasan
perempuan kepala rumah tangga yang terkait dengan jenjang
pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh dan situasi anggota
rumah tangga yang sudah bisa mengurus dirinya sendiri atau masih
membutuhkan pengasuhan dan perhatian khusus karena berusia
anak-anak.

340
Profil Perempuan Indonesia 2022
b. Kepemilikan Aset
Aset merupakan sumber daya penting bagi anggota rumah
tangga, bukan hanya karena aset dapat menjadi menjadi sumber
kehidupan bagi anggota rumah tangga, namun aset juga dapat
mempermudah proses berkehidupan pada anggota rumah tangga.
Dengan kata lain, aset dapat bermanfaat secara langsung dan
tidak langsung; dan berguna secara ekonomi dan sosial. Aset dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu aset lancar dan tidak lancar.
Aset lancar merupakan aset yang dipergunakan selama sampai
dengan 12 bulan, dapat dijual, dikonsumsi atau digunakan dalam
kegiatan sehari-hari. Aset lancar juga termasuk aset keuangan
berbentuk uang, tabungan, dan deposito. Sebaliknya, aset tidak
lancar berupa aset tetap dan aset tak berwujud yang dimungkinkan
dimiliki lebih dari 12 bulan, seperti tanah, lahan sawah dan kebun.
Secara khusus, aset tak berwujud dapat berupa merk, lisensi,
paten, hak cipta (Kristanti, 2021).

Gambar 9.10 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset


Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021

96.87 91.73 97.17 91.09 97 91.41

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

341
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.10 adalah gambar pola kepala rumah tangga menurut
kepemilikan aset total dimana aset total dapat didefinisikan
adalah memiliki salah satu aset bait aset transportasi, aset rumah
tangga dan aset rumah tangga lainnya. Tahun 2021 menunjukkan
bahwa persentase kepala rumah tangga yang memiliki aset jauh
lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan, baik di perkotaan
maupun perdesaan. Persentase kepala rumah tangga perempuan
yang memiliki aset mencapai jumlah 91,41 persen sedangkan
laki-laki sebesar 97,00 persen. Secara nasional menggambarkan
rentang atau perbedaan persentase kepemilikan aset antara
kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan. Gambaran ini
menunjukkan bahwa kesenjangan kepala rumah tangga laki-laki
dan perempuan dalam kepemilikan aset antara 5 sampai dengan
6 persen, dimana kesenjangan tertinggi terjadi di perdesaan yaitu
6,16 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 5,14 persen.
Berdasarkan tipe daerah, kepemilikan aset pada kepala
rumah perempuan di perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan
kepala rumah tangga perempuan yang tinggal di perdesaan, yaitu
91,73 persen di perkotaan berbanding 91,01 persen di perdesaan.
Sebaliknya, persentase pada kepala rumah tangga laki-laki yang
tinggal di perkotaan justru lebih rendah kepemilikan asetnya
daripada yang tinggal di perdesaan dengan perbandingan 96,87
persen di perkotaan dan 97,17 persen di perdesaan.
Kepemilikan aset bagi kepala rumah tangga perempuan
berdampak pada kesejahteraan keluarganya. Saat perempuan
mempunyai sumber daya, aset, atau pendidikan, mereka memiliki
keputusan yang berbeda serta mentransfer sumber dayanya
untuk hal-hal yang lebih baik, seperti pengeluaran pendidikan
dan kesehatan (ICMI, 2021). Dalam memperoleh kepemilikan
aset, perempuan kepala rumah tangga menghadapi tantangan
yang lebih berat, karena seringkali perempuan harus menjalani
beban kerja domestik dan ketiadaan pekerjaan layak bagi
perempuan. Perempuan cenderung memiliki aset lebih sedikit
atau bahkan tidak memiliki aset sama sekali, karena konteks
kepemilikan aset perempuan juga tidak terlepas dari konstruksi
gender di masyarakat. Dalam realitas yang masih dapat dijumpai
pada sebagian masyarakat Indonesia, bahwa penguasaan aset
keluarga cenderung tidak diberikan kepada perempuan atau anak
perempuan.

342
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.11 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang memiliki Aset menurut Provinsi dan Tipe
Daerah, 2021

Papua 67.35 87.53


Maluku 80.26 79.95
Papua Barat 82.22 91.89
Sumatera Barat 84.58 91.22
Sumatera Utara 85.62 88.71
Bali 86.42 90.16
Gorontalo 87.25 88.48
Sumatera Selatan 88.89 92.63
Kalimantan Utara 88.90 98.00
Kep Riau 89.02 90.05
NTT 89.39 77.01
Jawa Barat 89.90 89.17
Kalimantan Tengah 90.26 92.65
Sulawesi Utara 90.58 85.97
Indonesia 91.01 91.73
Jawa Timur 91.75 93.13
Maluku Utara 91.80 74.39
Jawa Tengah 91.98 93.81
Banten 92.29 97.25
Sulawesi Selatan 92.51 94.10
NTB 92.65 91.70
Sulawesi Barat 92.78 93.10
Kalimantan Selatan 93.05 94.70
Sulawesi Tenggara 93.22 89.58
Sulawesi Tengah 93.26 90.55
Kalimantan Barat 93.62 97.64
Kalimantan Timur 93.73 95.66
Aceh 93.90 96.04
Jambi 94.02 93.37
Bengkulu 95.19 91.97
Riau 95.45 95.04
Lampung 95.90 95.01
DI Yogyakarta 95.98 92.39
Kep Bangka Belitung 96.84 93.87
DKI Jakarta 92.56
0 50 100 150 200 250

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

343
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jika dilihat berdasarkan provinsi, maka perbandingan
persentase kepala rumah tangga perempuan yang tinggal di
perkotaan dan perdesaan menunjukkan pola yang berbeda
terhadap kepemilikan aset. Sejumlah provinsi menunjukkan
persentase kepala rumah tangga yang memiliki di perkotaan
lebih tinggi dari perdesaan terlihat dialami perempuan pada 18
provinsi, sebaliknya 15 provinsi memiliki pola persentase kepala
rumah tangga perempuan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan
perkotaan.
Provinsi dengan persentase kepala rumah tangga perempuan
di perkotaan yang memiliki aset tertinggi berada di Kalimantan
Utara sebesar 98 persen diikuti oleh Kalimantan Barat dan Banten,
sedangkan terendah berada pada provinsi Maluku Utara, NTT
dan Maluku. Rentang persentase rumah tangga perempuan di
perkotaan antara provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi
tertinggi dengan Maluku Utara sebagai provinsi terendah adalah
sebesar 23,60 persen. Untuk wilayah perdesaan, persentase kepala
rumah tangga perempuan yang memiliki aset tertinggi berada
di provinsi Kep Bangka Belitung, DI Yogyakarta dan Lampung,
sebaliknya yang terendah adalah Papua, Maluku dan Papua Barat.
Rentang persentase rumah tangga perempuan di perdesaan antara
provinsi Kep Bangka Belitung sebagai provinsi tertinggi dengan
provinsi Papua sebagai provinsi terendah sebesar 29,49 persen.
Aset transportasi dalam Susenas diukur melalui kepemilikan
minimal satu dari sejumlah aset moda transportasi sepeda motor,
perahu, perahu motor dan mobil. Tentunya persentase rumah
tangga yang memiliki aset transportasi lebih kecil dibandingkan
kepemilikan aset secara keseluruhan. Secara nasional pada
tahun 2021, Gambar 9.12 menunjukkan persentase kepala rumah
tangga laki-laki yang memiliki aset transportasi jauh lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Persentase kepala rumah tangga laki-laki
yang memiliki aset transportasi sebesar 85,61 persen sedangkan
pada kepala rumah tangga perempuan sebesar 52,85 persen
dengan rentang 32,76 persen. Secara umum dapat dijelaskan bahwa
aset transportasi lebih dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, hal
ini ditunjukkan bahwa persentase rumah tangga baik laki-laki dan
perempuan menunjukkan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan
perdesaan.

344
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.12 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset
Transportasi menurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2020-2021

87.17 87.47 85.05 85.61


82.32 83.14

60.9 57.64 56.28


50.71 52.85
46.76

Perkotaan Perdesaan Total

Laki-laki (2020) Perempuan (2020) Laki-laki (2021) Perempuan (2021)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Dibandingkan tahun 2020, persentase rumah tangga laki-


laki yang memiliki aset di perkotaan dan di perdesaan mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2021. Kenaikan persentase rumah
tangga laki-laki di perkotaan sebesar 0,3 persen sedangkan di
perdesaan sebesar 0,82 persen. Pola yang berbeda pada persentase
kepala rumah tangga perempuan pada tahun 2020 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2021. Penurunan persentase rumah tangga
perempuan di perkotaan sebesar 3,26 persen sedangkan di
perdesaan sebesar 3,95 persen.

345
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.13 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang memiliki Aset Transportasi Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah, 2021

Papua 16.47 63.24


NTT 25.40 39.56
Maluku 26.13 39.59
Sulawesi Utara 29.88 42.52
Gorontalo 31.82 45.11
Maluku Utara 32.09 43.99
Jawa Barat 33.85 47.22
Papua Barat 34.28 62.55
NTB 36.14 45.73
Banten 41.88 63.22
DI Yogyakarta 43.20 67.34
Kep Riau 45.09 73.42
Kalimantan Tengah 45.69 69.52
Sulawesi Selatan 45.72 58.45
Sulawesi Barat 45.95 53.93
Sumatera Utara 46.11 60.58
Indonesia 46.76 57.64
Sulawesi Tengah 47.14 61.46
Sulawesi Tenggara 48.47 54.79
Jawa Timur 50.16 59.82
Jawa Tengah 50.67 60.52
Sumatera Barat 50.99 62.47
Kalimantan Selatan 51.91 64.32
Bali 52.01 68.58
Kalimantan Utara 53.26 77.43
Sumatera Selatan 53.79 56.85
Bengkulu 54.27 68.73
Aceh 55.43 68.64
Lampung 55.99 61.42
Jambi 57.14 73.40
Kalimantan Barat 60.27 76.89
Kalimantan Timur 61.18 69.37
Kep Bangka Belitung 62.02 69.33
Riau 71.53 80.18
DKI Jakarta 60.51
0 50 100 150 200

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

346
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan provinsi, Gambar 9.13 memperlihatkan dengan
jelas bahwa di seluruh provinsi yang ada, persentase kepala
rumah tangga perempuan yang memiliki aset moda transportasi
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Persentase
kepala rumah tangga perempuan di perkotaan yang memiliki aset
transportasi tertinggi terdapat di provinsi Riau (80,18 persen)
diikuti oleh Kalimantan Utara (77,43 persen) dan Kalimantan barat
(76,89 persen). Sebaliknya persentase rumah tangga di perdesaan
yang memiliki aset transportasi terendah ada di provinsi NTT
(39,56 persen), Maluku (39,59 persen) dan Sulawesi Utara (42,52
persen). Untuk di perdesaan, persentase kepala rumah tangga
perempuan tertinggi terdapat di provinsi Riau (71,53 persen),
Kep Bangka Belitung (62,02 persen) dan Kalimantan Timur (61,18
persen) sedangkan terendah terdapat di provinsi.
Kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset
transportasi perkotaaan tertinggi ditemukan di Provinsi Riau
dengan capaian 80 persen, Kalimantan Utara sebesar 77,43 persen
dan Kalimantan Barat sebanyak 76,86 persen. Provinsi DKI Jakarta
menempati urutan ke-18 dari 34 Provinsi di Indonesia dengan
persentase sebanyak 60 persen. Persentase ini hampir sama dengan
Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Sulawesi Tengah. Sebaliknya, provinsi yang mempunyai aset moda
transportasi terendah dialami perempuan kepala rumah tangga
yang tinggal di Nusa Tenggara Timur dengan jumlah sebesar 39,56
persen.
Di perdesaan, kepala rumah tangga perempuan yang
memiliki aset moda transportasi dengan urutan tertinggi terlihat
di Provinsi Riau dengan jumlah 71,53 persen. Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung menempati urutan kedua dengan jumlah 62,02
persen dan Kalimantan Timur sebanyak 61,18 persen. Sebaliknya,
persentase kepemilikan aset moda transportasi di perdesaan milik
kepala rumah tangga perempuan yang paling rendah terlihat di
Papua dengan jumlah hanya 16,47 persen.

347
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.14 Persentase Rumah Tangga yang memiliki Aset
Rumah Tangga menurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

52.73
Total
64.73

37.76
Perdesaan
50.96

64.51
Perkotaan
75.13

0 20 40 60 80
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Kepemilikan aset rumah tangga yang dimaksudkan adalah


kepemilikan minimal satu dari sejumlah aset rumah tangga yang
terdiri dari tabung gas 5,5 kg atau lebih, lemari es/kulkas, AC
dan pemanas air atau water heater. Secara nasional, pada tahun
2021, Gambar 9.14 menunjukkan bahwa persentase kepala rumah
tangga laki-laki yang memiliki aset rumah tangga selalu lebih tinggi
dibandingkan perempuan, baik di perkotaan maupun perdesaan.
Jumlah perempuan kepala rumah tangga yang memiliki aset rumah
tangga hanya 52,73 persen, sedangkan laki-laki sebanyak 64,73
persen. Perbedaan persentase antara laki-laki dan perempuan di
perkotaan lebih kecil yaitu 10,62 persen dibandingkan perdesaan
yaitu 13,62 persen.

348
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.15 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang memiliki Aset Rumah Tangga Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah, 2021

Papua 8.23 57.49


NTT 10.14 40.96
NTB 21.13 32.71
Papua Barat 22.70 75.12
Maluku Utara 24.35 48.67
Sumatera Utara 29.74 65.15
Jawa Barat 33.64 61.85
Maluku 34.63 55.09
Bali 35.08 61.14
DI Yogyakarta 35.69 49.60
Jawa Timur 36.19 63.48
Sulawesi Barat 37.12 55.60
Banten 37.28 76.36
Indonesia 37.76 64.51
Sulawesi Tengah 38.74 63.60
Lampung 39.07 68.30
Jawa Tengah 39.47 56.12
Kalimantan Barat 40.07 73.02
Sumatera Selatan 40.68 76.32
Kalimantan Tengah 41.28 67.54
Kep Riau 41.85 74.70
Sulawesi Tenggara 42.22 58.37
Sumatera Barat 42.42 61.33
Kalimantan Selatan 42.71 73.14
Jambi 43.17 73.81
Kalimantan Utara 44.14 84.96
Gorontalo 44.35 58.54
Bengkulu 46.64 57.98
Aceh 48.61 73.14
Riau 50.79 80.20
Sulawesi Utara 53.31 66.52
Kalimantan Timur 60.20 75.50
Sulawesi Selatan 60.27 78.46
Kep Bangka Belitung 72.51 78.48
DKI Jakarta 81.96
0 50 100 150 200

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

349
Profil Perempuan Indonesia 2022
Di tahun 2021, kebutuhan kepemilikan aset rumah tangga
lebih banyak di perkotaan dibandingkan perdesaan. Pada Gambar
9.15 menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga
perempuan yang tinggal di perkotaan lebih banyak dibandingkan
kepala rumah tangga perempuan yang tinggal di perdesaan.
Situasi ini terlihat terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Kepala
rumah tangga perempuan di perkotaan yang memiliki aset rumah
tangga tertinggi terlihat terjadi di provinsi Kalimantan Utara
dengan jumlah 84,96 persen. Selain itu, empat provinsi tertinggi
lainnya adalah DKI Jakarta sebesar 81,96 persen, Kepulauan Riau
sebanyak 80,2 persen, Bangka Belitung sebanyak 78,48 persen dan
Sulawesi Selatan sebesar 78,46 persen. Sebaliknya, provinsi dengan
persentase terendah dalam kepemilikan aset rumah tangga pada
perempuan kepala rumah tangga yang tinggal di perkotaan terjadi
di NTB dengan jumlah 32,71 persen.
Di wilayah perdesaan, kepala rumah tangga perempuan yang
memiliki aset rumah tangga tertinggi terdapat di Bangka Belitung
dengan capaian sebesar 72,51 persen. Selain itu, urutan kedua dan
seterusnya pada provinsi yang memiliki aset rumah tangga pada
perempuan kepala rumah tangga terlihat ada di Sulawesi selatan
dengan jumlah 60,27 persen dan Kalimantan Timur sebesar 60,2
persen. Sebaliknya, provinsi dengan kepala rumah tangga yang
mempunyai aset rumah tangga dengan persentase paling sedikit
terjadi di Papua dengan persentase 8,23 persen saja.
Kepemilikan aset rumah tangga lainnya yang dimaksudkan
adalah kepemilikan kepala rumah tangga terhadap minimal satu
dari aset rumah tangga lainnya, yang terdiri dari telepon rumah
(PSTN), komputer/laptop, emas/perhiasan dengan berat minimal
10 gram, televisi layar datar dengan ukuran minimal 30 inchi
dan tanah/lahan. Secara nasional, Gambar 9.16 menjelaskan
tentang persentase kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki
aset rumah tangga lainnya sedikit lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Pada tahun 2021, perempuan kepala rumah tangga
yang memiliki aset rumah tangga lainnya sebesar 80,16 persen,
sedangkan laki-laki sebanyak 81,4 persen. Persentase yang terjadi
pada tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2020
dan terjadi pada laki-laki dan perempuan, yaitu meningkat 1,06
persen pada perempuan dan naik sebesar 1,69 persen pada laki-

350
Profil Perempuan Indonesia 2022
laki. Berdasarkan tipe daerah, baik pada kepala rumah tangga
laki-laki maupun perempuan persentase kepemilikan aset lainnya
di perkotaan lebih rendah dibandingkan perdesaan. Persentase
kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset lainnya di
perkotaan sebesar 77,44 persen sedangkan di perdesaan sebesar
83,61 persen.

Gambar 9.16 Persentase Rumah Tangga yang memiliki Aset


Rumah Tangga Lainnya menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

80.16
Total
81.4

83.61
Perdesaan
85.82

77.44
Perkotaan
78.07

70 75 80 85 90
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Didasarkan pada provinsi, kepemilikan aset rumah tangga


lainnya tetap lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan,
sebagaimana yang terlihat pada data tahun sebelumnya. Pada
Gambar 9.17 menunjukkan persentase kepala rumah tangga
perempuan yang tinggal di perdesaan lebih tinggi dibandingkan
kepala rumah tangga perempuan yang tinggal di perkotaan. Situasi
ini terjadi di semua provinsi kecuali Papua, Sumatera Barat dan
Papua Barat.

351
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.17 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang Memiliki Aset Rumah Tangga Lainnya
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2021

Papua 62.03 68.80


Sumatera Barat 62.09 72.19
Maluku 72.32 68.20
Sumatera Selatan 74.67 73.02
Sumatera Utara 74.95 69.75
Papua Barat 75.09 75.83
Bali 77.15 62.71
Kep Riau 78.37 70.48
Kalimantan Utara 79.09 71.81
Gorontalo 80.65 78.12
Jawa Barat 81.93 75.61
Kalimantan Tengah 82.87 80.50
Kalimantan Timur 82.92 79.04
Indonesia 83.61 77.44
Sulawesi Utara 84.57 72.05
Jawa Timur 84.63 80.71
Riau 84.91 73.07
Sulawesi Selatan 85.23 79.32
Jambi 85.51 80.09
Kalimantan Selatan 86.24 81.00
Aceh 86.30 86.03
Banten 86.35 81.16
Jawa Tengah 86.49 82.15
Maluku Utara 86.98 66.29
NTT 87.13 67.37
Kalimantan Barat 87.61 86.20
Sulawesi Tenggara 88.40 78.84
Sulawesi Tengah 88.47 75.11
Sulawesi Barat 88.64 84.16
Lampung 88.73 87.81
Bengkulu 90.14 79.85
Kep Bangka Belitung 90.38 81.34
NTB 90.88 85.87
DI Yogyakarta 91.93 82.95
DKI Jakarta 72.10
0 50 100 150 200

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

352
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tiga Provinsi tertinggi dengan persentase kepala rumah
tangga perempuan memiliki aset rumah tangga lainnya dan tinggal
di perdesaan terlihat di Provinsi DI Yogyakarta dengan capaian
sebanyak 91,93 persen, dilanjutkan dengan NTB sebesar 90,88
persen dan Bangka Belitung sebanyak 90,38 persen. Sebaliknya,
provinsi dengan kepala rumah tangga perempuan yang memiliki
persentase tertinggi dan tinggal di perkotaan terdapat di Lampung
(88,81 persen), Kalimantan Barat (86,2 persen) dan Aceh (86,03
persen).

Gambar 9.18 Persentase Rumah Tangga yang Menerima


Kredit Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021

13.98
Total
24.79

12.59
Perdesaan
24.82

15.08
Perkotaan
24.77

0 5 10 15 20 25 30
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Dari seluruh gambaran tentang asset menunjukkan bahwa


di tahun 2021, hampir seluruh jenis kepemilikan aset pada
rumah tangga didominasi kepala rumah tangga laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa berdasarkan status kepala rumah tangga,
kondisi ekonomi kepala rumah tangga perempuan lebih rentan.
Sedikitnya aset yang dimiliki kepala rumah tangga perempuan
berisiko pada semakin beratnya beban kerja perempuan karena

353
Profil Perempuan Indonesia 2022
sumber daya yang terbatas. Ketika ada kejadian darurat, ketiadaan
aset akan berdampak pada pengambilan keputusan perempuan
yang bersifat praktis, atau bahkan berisiko mengalami kondisi
yang lebih buruk. Sebagai contoh, ketika tidak memiliki moda
transportasi dan harus berobat ke tenaga medis, maka dapat
dimungkinkan pengobatan diubah dengan tanpa berobat dan
hanya mengkonsumsi obat yang dijual bebas. Situasi ini akan
diperburuk dengan tidak adanya aset keuangan yang menjadi
simpanan perempuan kepala rumah tangga.
Kesenjangan pada kepemilikan aset pada kepala rumah tangga
perempuan memiliki keterkaitan terhadap akses dan peluang
kredit kepala rumah tangga. Di tahun 2021, akses terhadap kredit
pada kepala rumah tangga laki-laki selalu lebih tinggi ketimbang
kepala rumah tangga perempuan. Hal ini terjadi di perkotaan dan
perdesaan. Gambar 9.18 menunjukkan bahwa secara nasional,
persentase kepala rumah tangga laki-laki yang menerima kredit
sebesar 24,79 persen, sedangkan perempuan jauh lebih sedikit,
atau hanya sebanyak 13,98 persen. Jika dibandingkan tahun 2020,
persentase di tahun ini mengalami penurunan sebanyak 1,87 persen
pada laki-laki dan 1,81 persen pada perempuan. Penurunan ini
dapat berkaitan dengan Covid-19 yang berdampak pada ekonomi
masyarakat, termasuk kepala rumah tangga perempuan dan laki-
laki.
Berdasarkan tipe daerah, akses kredit di perkotaan dan
perdesaan menunjukkan situasi yang hampir sama pada kepala
rumah tangga dengan jenis kelamin yang sama, sekaligus belum
menunjukkan perubahan dengan situasi di tahun-tahun sebelumnya.
Persentase kepala rumah tangga laki-laki di perdesaan berada di
posisi yang hampir sama dengan perkotaan, yaitu 24,82 persen
di perdesaan dan 24,77 persen di perkotaan. Berbeda dengan
kepala rumah tangga laki-laki, persentase akses kredit pada kepala
rumah tangga perempuan di perkotaan lebih besar dibandingkan
dengan yang di perdesaan, yaitu 15,08 persen berbanding 12,59
persen. Dibandingkan tahun 2020, persentase akses kredit pada
kepala rumah tangga perempuan ini mengalami penurunan, baik
di perkotaan sebesar 1,6 persen dan turun sebanyak 2,13 persen
di perdesaan.

354
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.19 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang Menerima Kredit menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2021

Maluku Utara 2.09 9.37


Papua Barat 2.10 15.26
Papua 2.42 9.94
Aceh 4.45 10.06
Kep Bangka Belitung 5.60 8.84
Banten 5.94 11.64
Kalimantan Utara 5.96 10.35
Kalimantan Barat 8.58 12.07
Kalimantan Tengah 8.75 13.74
Kalimantan Selatan 8.80 9.69
Maluku 9.06 8.26
Lampung 9.07 15.19
Sumatera Selatan 9.07 13.46
Kep Riau 9.29 8.66
Jawa Barat 10.32 15.38
Sulawesi Tenggara 10.46 16.04
Riau 11.25 9.76
Jambi 11.33 12.10
Sumatera Utara 11.50 11.45
Bengkulu 11.96 11.59
Sulawesi Selatan 12.22 16.00
Indonesia 12.59 15.08
DI Yogyakarta 12.76 14.72
Sumatera Barat 13.49 13.72
Kalimantan Timur 13.57 9.46
Jawa Timur 13.68 18.12
Sulawesi Tengah 15.03 11.85
Sulawesi Utara 16.90 14.82
Gorontalo 17.14 18.15
NTB 17.32 20.61
Jawa Tengah 17.40 19.49
Sulawesi Barat 18.34 18.94
NTT 22.41 18.59
Bali 25.84 21.13
DKI Jakarta 9.72
0 10 20 30 40 50

Perdesaan Perkotaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

355
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.19 menunjukkan sebagian besar provinsi memiliki
persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima kredit
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Provinsi yang
memiliki persentase kepala rumah tangga yang menerima kredit
di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan sebanyak 10
wilayah yaitu Maluku, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Utara,
Bengkulu, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
NTT dan Bali.
Persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima
kredit di perkotaan yang tertinggi terdapat di provinsi Bali, NTB
dan Jawa Tenggah sedangkan terendah terdapat di wilayah
Maluku, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung. Untuk
persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima
kredit di perdesaan tertinggi di wilayah Bali, NTT dan Sulawesi
Barat, sedangkan untuk yang terendah di wilayah Maluku, Papua
Barat dan Papua.

c. Jaminan Sosial
Pemerintah Indonesia telah menjalankan sejumlah program
jaminan sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa bentuk
jaminan sosial semakin dikenali masyarakat, terutama yang secara
otomatis memilikinya sebagai bagian dari fasilitas kerja. Sebagai
contoh, jaminan pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikenal Tabungan
dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), para prajurit TNI dan polisi
mengenal jaminan sosial dalam bentuk Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), atau pada pada tenaga
kerja swasta sangat familiar dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek). Pada masyarakat umum dan tenaga kerja swasta,
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau disingkat BPJS bukan
istilah yang asing, terutama BPJS Kesehatan. Selain sejumlah
jaminan sosial yang disebutkan tersebut, jaminan sosial juga
termasuk jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan hari tua/pensiun,
dan jaminan kematian. Semua bentuk jaminan sosial tersebut
bertujuan untuk memberikan perlindungan yang berkeadilan dan
menjamin layanan kesehatan dan ketenagakerjaan masyarakat
terjangkau.

356
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) disediakan Negara
untuk seluruh warga negara didasarkan pada 3 landasan, yaitu a)
hak asasi manusia dan hak konstitusional setiap orang sebagaimana
tercantum dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat (3)
menetapkan, “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermanfaat.”, b) sebagai wujud tanggung jawab negara
dalam pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan
sosial, sebagaimana tercantum dalam UUD Negara RI Tahun
1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, “Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”, dan c) bertujuan untuk memungkinkan setiap orang
mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermanfaat; sebagaimana dalam UUD Negara RI Tahun 1945
Pasal 28 H ayat (3), “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermanfaat.” Karena itulah, SJSN berbasis pada 3 (tiga) asas,
yakni asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (https://www.djsn.go.id).
Gambar 9.20 menunjukkan bahwa secara nasional persentase
rumah tangga yang menerima jaminan sosial tahun 2021 pada
kepala rumah tangga laki-laki lebih tinggi daripada perempuan
dimana persentase kepala rumah tangga laki-laki sebesar
10,72 persen sedangkan perempuan 9,55 persen. Berdasarkan
ketimpangan antara kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan
menunjukkan bahwa ketimpangan di perkotaan lebih tinggi
dibandingkan perdesaan. Perbedaan/ketimpangan persentase
kepala rumah tangga antara laki-laki dan perempuan di perkotaan
sebesar 1,23 persen sedangkan di perdesaan 0,87 persen.
Berdasarkan tipe daerah, persentase rumah tangga yang
menerima jaminan di perkotaan lebih tinggi hampir 3 kali lipat
dibandingkan perdesaan baik pada kepala rumah tangga laki-laki
maupun perempuan. Persentase kepala rumah tangga perempuan
yang menerima jaminan sosial sebesar 4,65 persen sedangkan di
perkotaan lebih tinggi sebesar 13,41 persen. Begitu pula pada
kepala rumah tangga laki-laki di perdesaan sebesar 5,52 persen
yang memiliki jaminan sedangkan di perkotaan lebih tinggi sebesar
14,64 persen.

357
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.20 Persentase Rumah Tangga yang Menerima
Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2021

9.55
Total
10.72

4.65
Perdesaan
5.52

13.41
Perkotaan
14.64

0 5 10 15 20
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

Menurunnya persentase penerima jaminan sosial ini memiliki


keterkaitan dengan situasi pandemi-19 yang berdampak pada
defisit dana jaminan kesehatan selama masa pandemi di tahun
2020 (Poerwato, 2021). Dalam situasi yang menghadapi kondisi
luar biasa seperti pandemi, maka defisit dapat dimaklumi terjadi.
Pengeluaran negara akan cenderung lebih besar karena adanya
pembiayaan fasilitas kesehatan yang lebih banyak dari biasanya
dan layanan peserta jaminan kesehatan yang berjumlah jauh lebih
besar. Karena itulah, defisit terjadi atau pendapatan yang diterima
lebih kecil dari pengeluaran yang harus ditanggung oleh jaminan
sosial yang ada. Selain itu, jumlah anggota penerima bantuan iuran
Jaminan Kesehatan Nasional (PBI JKN) mengalami penurunan
sejak Oktober 2021, seiring dengan Surat Keputusan Kementerian
Sosial tanggal 15 September 2021. Dengan berkurangnya jumlah
peserta, maka tentu berkonsekuensi pada penurunan jumlah
subsidi PBI yang dibayarkan pemerintah (Fatima, 2021)

358
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 9.21 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan
yang Menerima Jaminan Sosial dalam Setahun
Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah,
2021

NTB 6.131.22
Bali 9.49 4.68
Jawa Timur 10.03 3.20
Sulawesi Barat 10.51 4.87
Sumatera Utara 11.21 5.02
Banten 11.32 3.06
Kep Bangka Belitung 11.54 5.44
Jawa Barat 11.74 4.58
DI Yogyakarta 13.05 20.36
Lampung 13.26 3.55
Indonesia 13.41 4.65
Kalimantan Barat 13.86 3.71
Sulawesi Utara 13.93 7.87
Jawa Tengah 14.29 4.82
Sumatera Selatan 15.04 2.83
Gorontalo 15.23 10.50
Sulawesi Tenggara 15.40 6.96
DKI Jakarta 15.44
Bengkulu 15.51 4.12
Kalimantan Utara 16.41 11.16
Sulawesi Tengah 16.44 5.64
Papua Barat 16.57 7.17
Aceh 17.27 4.07
Sumatera Barat 17.29 5.94
Riau 17.50 4.14
Kalimantan Tengah 17.51 4.37
Kalimantan Timur 17.61 9.68
Jambi 17.78 4.93
Maluku Utara 18.76 5.66
Kalimantan Selatan 19.58 5.91
Sulawesi Selatan 20.19 7.40
Maluku 20.36 7.61
NTT 22.94 6.55
Papua 28.23 2.44
Kep Riau 32.98 10.13
0 10 20 30 40 50

Perkotaan Perdesaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021.

359
Profil Perempuan Indonesia 2022
Secara provinsi, Gambar 9.21 menunjukkan bahwa di tahun
2021, kecuali Yogyakarta menunjukkan bahwa persentase kepala
rumah tangga perempuan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan
perdesaan. Provinsi Yogyakarta menunjukkan pola sebaliknya
dimana persentase kepala rumah tangga perempuan di perdesaan
lebih tinggi dibandingkan perkotaan.
Persentase kepala rumah tangga perempuan tertinggi di
perkotaan terdapat pada provinsi Kepulauan Riau (32,98 persen),
Papua (28,23 persen) dan NTT (22,94 persen), sedangkan terendah
terdapat di provinsi NTB (6,13 persen), Bali (9,49 persen) dan Jawa
Timur (10,03 persen). Untuk di perdesaan menunjukkan bahwa
persentase kepala rumah tangga perempuan tertinggi terdapat
pada provinsi Yogyakarta (20,36 persen), Kalimantan Utara (11,16
persen) dan Gorontalo (10,5 persen), sedangkan terendah terdapat
di provinsi NTB (1,22 persen), Papua (2,44 persen) dan Sumatera
Selatan (2,83 persen).

D. Kesimpulan

Sepanjang tahun 2021, jumlah kepala rumah tangga


perempuan mengalami penurunan sebesar 1,44 persen atau
menjadi 14,38 persen, seiring dengan peningkatan kepala rumah
tangga di Indonesia laki-laki sebesar 1,44 persen atau menjadi
85,62 persen. Pada wilayah perdesaan, jumlah perempuan kepala
rumah tangga tertinggi terjadi di Provinsi Aceh yang mencapai
jumlah 20 persen dan terendah di Kalimantan tengah, yakni hanya
8,65 persen. Berdasarkan status perkawinan, pada kepala rumah
tangga perempuan adalah berstatus cerai mati, yaitu 67,58 persen,
diikuti status cerai hidup sebanyak 15,77 persen, dan belum kawin
sebesar 7,43 persen. Bagi perempuan yang berstatus menikah atau
masih memiliki suami dan menjadi kepala rumah tangga sebanyak
9,22 persen.
Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase kepala rumah
tangga di Indonesia masih ada yang belum pernah merasakan
pendidikan formal dan nonformal dengan jumlah yang signifikan,
yaitu 3,71 persen. Selebihnya, kepala rumah tangga di Indonesia
pernah berpartisipasi di pendidikan formal maupun non formal,

360
Profil Perempuan Indonesia 2022
yaitu 96,29 persen. Sayangnya, berdasarkan jenis kelamin,
persentase perempuan kepala rumah tangga yang belum pernah
mengakses pendidikan formal maupun non formal jauh lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Kesenjangan yang ada mencapai 8
persen, yaitu 10,68 persen pada perempuan kepala rumah tangga
dan hanya 2,54 persen pada kepala rumah tangga laki-laki.
Persentase kepala rumah tangga perempuan menurut tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa 35,05 persen tidak memiliki
ijazah, 29 persen memiliki ijazah SD/Sederajat, 11,42 memiliki
ijazah SMP/Sederajat dan hanya 24,53 persen yang memiliki ijazah
minimal tamat SMA/sederajat. Provinsi Kepulauan Riau memiliki
persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki ijazah
minimal tamat SMA/sederajat tertinggi di Indonesia
Kepala rumah tangga perempuan dengan tanggungan
anggota rumah keluarga 2 hingga 3 orang adalah yang terbanyak,
yaitu mencapai 45,39 persen, selanjutnya, dengan jumlah
tanggungan 1 orang sebanyak 33,13 persen. Sisanya, tanggungan
keluarga perempuan kepala rumah tangga sebanyak 4 hingga 5
orang, yaitu 16,67 persen dan 6 orang atau lebih, yaitu 4,81 persen.
Pada laki-laki, jumlah tanggungan anggota rumah tangga sebanyak
4 sampai 5 orang merupakan mayoritas yang ditanggung kepala
rumah tangga laki-laki, lalu dengan jumlah tanggungan keluarga
sebanyak 2 hingga 3 orang sebesar 40,61 persen. Sisanya, kepala
rumah tangga laki-laki menanggung jumlah keluarga sebanyak 6
orang lebih dan 1 orang.
Pada kepala rumah tangga perempuan, jumlah anggota
rumah tangga yang paling banyak menjadi tanggungan perempuan
berjumlah 2 sampai 3 orang, yaitu sebanyak 45,39 persen.
Persentase tertinggi kedua pada persentase kepala rumah tangga
perempuan pada jumlah tanggungan 1 orang atau dirinya sendiri
sebesar 33,13 persen. Sedangkan pada persentase terendah pada
kepala rumah tangga perempuan adalah jumlah anggota rumah
tangga minimal 6 orang sebesar 4,81 persen.
Rumah dengan luas tanah kurang dari 10 meter persegi masih
banyak dijumpai di beberapa provinsi seperti Papua, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat,
Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Utara. Khususnya Papua dan
Kalimantan Utara, rumah sempit dengan lahan kurang dari 10 meter

361
Profil Perempuan Indonesia 2022
persegi di perdesaan memiliki persentase yang jauh lebih tinggi
daripada di perkotaan. Hal ini mencerminkan bahwa kemiskinan di
kalangan rumah tangga perempuan masih banyak di Indonesia.
Akses air minum layak secara nasional sudah mencapai
lebih dari 90 persen dan persentase rumah tangga yang tinggal
di perkotaan memiliki akses lebih tinggi daripada di perdesaan,
yakni 96 persen di perkotaan dibanding 83,91 persen di perdesaan.
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan kepala rumah tangga
memiliki persentase yang sedikit lebih tinggi dari kepala rumah
tangga laki-laki dalam hal akses air minum layak, yaitu 85,53 persen
berbanding 83,64 persen di wilayah perdesaan, dan 96,13 persen
berbanding 95,97 persen di perkotaan.
Kepemilikan aset pada kepala rumah tangga perempuan
menunjukkan masih menunjukkan ketimpangan dimana hanya
91,41 persen yang memiliki aset, 52,85 persen memiliki aset
transportasi, 52,73 persen memiliki aset rumah tangga dan 80,10
persen memiliki aset rumah tangga lainnya.
Persentase kepala rumah tangga perempuan yang menerima
kredit sebesar 13,98 persen sedangkan laki-laki yang menerima
kredit hampir 2 kali lipat yaitu sebesar 24,79 persen. Untuk
persentase kepala rumah tangga perempuan yang memiliki
jaminan sosial sebesar 9,55 persen lebih rendah dibandingkan laki-
laki sebesar 10,72 persen.

362
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 10
TEKNOLOGI
INFORMASI
TEKNOLOGI
INFORMASI

MENGGUNAKAN HANDPHONE

96,19% 96,19%
96,19%

97,00% 91,41% 97,00% 91,41% 97,00% 91,41%


Perkotaan Perdesaan Total

Laki-Laki

Perempuan

MEMILIKI HANDPHONE Total

72.41% 65.87%
57.24%

76.23% 68.47% 62.40% 50.46% 71.12% 60.58%


Perkotaan Perdesaan Total

Sumber: BPS, 2021

PENGGUNAAN INTERNET

65.05%
Laki-Laki

59,14%
Perempuan

62,10%
Total

1
PEREMPUAN DAN
TUJUAN PENGGUNAAN INTERNET Perkotaan
88,99% Perdesaan

Total
63,08%

16,25%
5,33%
60,82% 57,84% 24,11% 12,78% 89,74% 88,53% 6,16% 3,90%
Hiburan Pembelian Media Sosial Penjualan
barang dan jasa Barang
A. Latar Belakang

Revolusi industri 4.0 menjadi tuntutan global yang tidak bisa


dihindari dalam pembangunan manusia di Indonesia. Karenanya,
pembangunan di Indonesia berorientasi untuk penguatan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, Informasi dan Komunikasi (IP-TIK).
Salah satu aspek kunci untuk penguatan IPTIK dilakukan dengan
memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital sebagai sumber
daya pembangunan. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
menerapkannya melalui tiga agenda utama (www.kominfo.go.id):

literasi digital kepada masyarakat untuk meningkatkan


01 kesadaran kritis masyarakat dalam memilah dan memilih
informasi yang diakses

mengintervensi akses informasi dengan melakukan


02 pembatasan akses dan pemblokiran pada berbagai sumber
informasi yang beresiko merugikan masyarakat dan bangsa

melakukan penegakan dan penindakan hukum melalui


03 bekerjasama dengan kepolisian agar manfaat IPTEK dapat
menguntungkan bangsa dan negara

Meningkatkan teknologi digital dipercaya mampu


meningkatkan kinerja negara dalam memenuhi target
pembangunan berkelanjutan 2030 (Sustainable Development
Goals/SDGs) hingga 89 persen. Namun, capaian ini lebih sulit
terpenuhi jika tidak dibarengi dengan mendorong akses
perempuan dalam IPTIK. Secara khusus pada tujuan ke-5 mengenai
kesetaraan gender, terdapat indikator yang menyebutkan bahwa
negara-negara perlu meningkatkan penggunaan teknologi yang
memampukan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan. Terlebih
lagi, tujuan ke-9 dalam indikator target 9c dipertegas dengan
‘mendorong akses internet universal dan terjangkau di negara-
negara kurang berkembang pada tahun 2020’.

365
Profil Perempuan Indonesia 2022
Akses dan pembangunan TIK yang berperspektif gender
sangat penting karena dapat membantu perempuan dengan
berbagai lapis identitas untuk mengakses layanan kesehatan
yang lebih baik, pendidikan berkualitas, inklusi keuangan, dan
pemerintahan yang lebih akuntabel. Dalam mengadopsi SDGs,
semua negara-negara, termasuk Indonesia telah berjanji untuk
memprioritaskan akses internet secara universal, dan menggunakan
TIK untuk memberdayakan perempuan (World Wide Web, 2016).
Akses terhadap TIK juga dianggap memiliki potensi besar untuk
mewujudkan pemberdayaan sosial karena dianggap dapat
menghapus hambatan bagi mereka yang sebelumnya terkendala
oleh faktor geografi, tingkat kesejahteraan, ras, kelas, dan gender
(World Wide Web Foundation, 2020).
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membawa dampak
positif bagi perempuan maupun organisasi masyarakat sipil yang
memiliki perhatian pada pemberdayaan perempuan. Pertama, TIK
dapat memperluas jejaring kolaborasi menjadi lebih luas, tidak
hanya terbatas pada interaksi fisik saja. Kedua, kehadiran TIK juga
diakui membantu untuk beradaptasi di era pandemi COVID-19.
Salah satu bentuk adaptasi yang paling terlihat adalah ketika
kebijakan pembatasan sosial diterapkan, hampir semua pekerjaan
dilakukan dari rumah (work from home/WFH). Ketiga, kehadiran
dan perkembangan TIK telah membantu perempuan dan organisasi
masyarakat sipil menjadi lebih dekat kepada kelompok-kelompok
perempuan atau komunitas yang didampingi. Mereka menjadi
tempat rujukan baru yang mudah dijangkau oleh kelompok
perempuan rentan (Bahagijo et. all., 2021, INFID & BRIN, 2021).
Meski membawa dampak yang positif, dalam hal mengakses
dan memanfaatkan TIK, perempuan mengalami hambatan
struktural dan kultural. Persoalan struktural diantaranya kebijakan
dan infrastruktur pembangunan TIK yang belum responsif gender
sehingga perempuan perkotaan dan perdesaan dengan latar
belakang belum mendapatkan manfaat yang sama (Hermawati,
2020). Persoalan struktural tersebut diperburuk dengan persoalan
kultural yang berwujud cara pandang dan konstruksi sosial atas
teknologi dan informasi yang berakar pada budaya patriarki
dan mengasosiasikan teknologi sebagai dunia laki-laki atau
bersifat maskulinitas (Wacjman, 2009). Konstruksi ini berdampak

366
Profil Perempuan Indonesia 2022
pada situasi yang menjadikan perempuan dan anak perempuan
merasa takut mendekat dan berinteraksi dengan teknologi. Pada
akhirnya, minat anak perempuan terhadap pendidikan berbasis
teknologi menjadi rendah (Candraningrum & Dhewy, 2016; Pratiwi,
2016). Dalam kajian feminisme, ketakutan terhadap teknologi
(technophobia) yang telah lama mengakar membuat rasa percaya
diri perempuan rendah dan akses perempuan terkunci, karenanya
perlu dihancurkan (Wajcman, 2009). Hal ini demi memastikan
bahwa dalam proses pembangunan tidak ada kelompok yang
tertinggal atau ditinggalkan, terutama di era industri 4.0.
Kehadiran TIK tentunya tidak serta merta dapat
memberdayakan kelompok rentan, terutama perempuan dan
anak. Negara dan pemangku kebijakan perlu berinvestasi
dan berkomitmen untuk membuat ruang yang inklusif bagi
pembangunan dan akses terhadap TIK. World Wide Web Foundation
(2020) merekomendasikan 5 hal yang penting dilakukan untuk
memperkecil kesenjangan digital berbasis gender, yakni:

mengumpulkan dan mempublikasikan data


gender di sektor teknologi

mengadopsi konektivitas bermakna sebagai


target penggunaan internet dan mengatasi
kesenjangan gender

mempromosikan keterampilan digital dan


pendidikan TIK untuk perempuan dan anak
perempuan

mendukung partisipasi perempuan dalam


pengembangan teknologi, penciptaan
konten lokal, dan inovasi TIK

menjaga privasi daring perempuan dan anak


perempuan

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi


dan Transaksi Elektronik (ITE) menegaskan tentang akses
masyarakat terhadap TIK di era digital sebagai bagian dari agenda
pembangunan.

367
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pasal 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
ITE mengatakan bahwa Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan:

Mencerdaskan kehidupan bangsa


sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia
Mengembangkan perdagangan Meningkatkan
dan perekonomian nasional a efektivitas dan
dalam rangka meningkatkan efisiensi pelayanan
kesejahteraan masyarakat b c publik

Membuka kesempatan seluas- memberi rasa aman,


luasnya kepada setiap orang
a keadilan dan
untuk memajukan pemikiran dan kepastian hukum bagi
kemampuan di bidang pengguna dan
pengguna dan pemanfaatan d e penyelenggara
teknologi informasi seoptimal teknologi informasi
mungkin dan bertanggung jawab

B. Konsep dan Definisi

1 Penguasaan terhadap Komputer

Komputer adalah perangkat pemrograman elektronik


yang dapat menyimpan, mengambil dan memproses data, serta
berbagi informasi dengan cara yang sangat
terstruktur dan dapat melakukan operasi
logis maupun matematis berkecepatan
tinggi sesuai dengan instruksi. Komputer
yang dicatat dalam data Susenas adalah
perangkat yang digunakan untuk usaha dan
perangkat milik usaha. Komputer dapat
terdiri dari Personal Computer (PC), Laptop/
Notebook/Netbook, Tablet, namun tidak
termasuk embedded computing abilities (kemampuan komputasi
tertanam) seperti telepon seluler, atau mesin yang dikendalikan
komputer (sirusa.bps.go.id)

368
Profil Perempuan Indonesia 2022
Penguasaan terhadap komputer
merupakan komputer yang keberadaaan fisiknya
berada di perusahaan/usaha dengan kondisi yang
masih bisa digunakan dan dikuasai oleh individu,
anggota rumah tangga, maupun perusahaan.

2 Tenaga Kerja yang Menggunakan Komputer

Tenaga kerja yang rutin menggunakan komputer adalah


tenaga kerja yang menggunakan komputer untuk bekerja paling
tidak sekali dalam seminggu. Penggunaan dan pemanfaatan
komputer dilihat pada pegawai perusahaan dan merupakan
indikator penting untuk mengetahui sejauh mana pegawai
perusahaan sebagai sumber daya manusia yang memanfaatkan
TIK. Data ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat penggunaan
komputer secara rutin oleh pekerja yang tinggi menunjukkan
sumber daya manusia perusahaan yang mampu mengikuti
perkembangan TIK semakin banyak (sirusa.bps.go.id).

3 Rumah Tangga dengan Komputer

Rumah tangga dengan komputer berarti bahwa komputer


tersedia dan digunakan oleh minimal salah satu dari anggota
rumah tangga kapan saja. Komputer mungkin dimiliki atau mungkin
tidak dimiliki oleh rumah tangga, tetapi harus dianggap sebagai
aset rumah tangga. Indikator ini digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan masyarakat terhadap teknologi terkait
dengan kepemilikan alat komunikasi dan informasi yang dapat
bermanfaat dalam mendukung upaya pembangunan. Data tentang
keberadaan rumah tangga yang memiliki telepon atau komputer
dapat mengindikasikan bahwa semakin tinggi persentase rumah
tangga yang memiliki telepon rumah/HP/komputer pribadi maka
semakin banyak penduduk yang menggunakan alat komunikasi
dan informasi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari (sirusa.
bps.go.id).

369
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Penggunaan Telepon Seluler

Telepon seluler merupakan perangkat telekomunikasi


elektronik yang mempunyai kemampuan dasar
yang sama dengan telepon tetap kabel, namun
dapat dibawa ke mana-mana (portable, cellular)
dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telekomunikasi kabel. Selain berfungsi modern
biasanya mendukung layanan tambahan seperti
Short Messages Services (SMS), Multimedia
Messages Service (MMS), email dan akses internet,
aplikasi bisnis dan permainan, serta fotografi (bps.go.id).

Penggunaan telepon seluler konsep yang


digunakan adalah konsep penguasaan, artinya
responden dikatakan menggunakan telepon
seluler bila responden tersebut menguasai
telepon seluler walaupun bukan miliknya (sirusa.
bps.go.id).

Anggota Rumah Tangga yang Menguasai


5 Telepon Seluler (HP)

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya


bertempat tinggal di suatu rumah tangga.
Anggota rumah tangga dapat terdiri dari kepala
rumah tangga, suami/istri, anak, menantu, cucu,
orang tua atau mertua, famili lain, asisten rumah
tangga yang menginap atau pekerja rumah
tangga lainnya. Anggota rumah tangga tetap
dikategorikan sebagai anggota rumah tangga
baik ketika sedang berada di rumah maupun yang
sementara tidak berada di rumah.
Anggota rumah tangga yang menguasai
telepon seluler adalah mereka yang relatif dapat
menggunakan secara penuh dan terus menerus
terhadap telepon seluler (sirusa.bps.go.id).

370
Profil Perempuan Indonesia 2022
6 Akses internet

Internet adalah jaringan interkoneksi di seluruh dunia
yang memungkinkan pengguna untuk
berbagi informasi secara interaktif. Internet
menyediakan berbagai layanan komunikasi
seperti world wide web (www), surat elektronik
(e-mail), berita, hiburan, transfer data, dan
lain-lain menggunakan fasilitas komputer atau
fasilitas lainnya seperti telepon seluler, TV
digital, dan lain-lain.
Fasilitas akses internet yang dimaksud adalah yang bisa
digunakan untuk usaha. Sebagai contoh, jual beli barang/
jasa yang menggunakan internet
pada smartphone, minimarket
memanfaatkan Facebook untuk
mempromosikan barang dagangan,
dan lain-lain.
Akses internet yang dimaksud
apabila seseorang meluangkan waktu
untuk mengakses internet, sehingga ia
dapat memanfaatkan atau menikmati
fasilitas internet seperti: mencari
literatur/referensi, mencari/mengirim
informasi/berita, komunikasi, e-mail/chatting, game online,
Facebook, Twitter, WhatsApp, dan lainnya.

371
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tujuan/keperluan usaha
menggunakan internet
mengirim dan menerima e-mail

Telepon melalui Voice over Internet Protocol (VoIP) atau


Video conferencing - Penggunaan layanan pesan instan
dan Media Sosial (contoh: WhatsApp, LINE Messenger,
Facebook Messenger, Telegram, Skype, Microsoft Lync,
Sharepoint, facebook, twitter, instagram, dll.) - Mencari
informasi mengenai barang/jasa
Mencari informasi mengenai lembaga pemerintahan -
Berinteraksi dengan lembaga pemerintah (misalnya:
portal beberapa instansi, mengurus perizinan, registrasi,
e-procurement)

Transaksi perbankan melalui internet (internet banking)

Mengakses fasilitas finansial lainnya (misal: payment


gateway, perdagangan saham, dan lainnya
Delivering Product Online (contoh: e-book, software,
games, musik/ringtone, e-tiket, dan lain-lain)
Rekrutmen tenaga kerja internal (rotasi, mutasi,
promosi, dll.) maupun tenaga kerja eksternal

pelatihan tenaga kerja/training

untuk bekerja dari rumah atau untuk bekerja dari lokasi


lain di luar kantor (misalnya: menggunakan "remote
desktop connection" untuk mengakses file pekerjaan dari
rumah atau mengerjakan pekerjaan kantor di tempat
lain di luar kantor

7 Rumah Tangga dengan Akses Internet

Rumah tangga dengan akses internet merupakan rumah


tangga yang minimal terdapat satu anggota rumah tangga yang
mengakses internet, baik melalui jaringan tetap atau seluler.
Rumah tangga dengan akses internet berarti bahwa internet
tersedia untuk digunakan oleh semua anggota rumah tangga
kapan saja.

372
Profil Perempuan Indonesia 2022
Persentase Individu yang menggunakan internet
(percentage of individual using the internet) mengacu pada
individu berusia lima tahun ke atas
yang menggunakan internet tanpa
mempertimbangkan lokasi, tujuan, serta
perangkat dan jaringan yang digunakan
dalam tiga bulan terakhir. Penggunaan
dapat melalui komputer, misalnya
komputer desktop, laptop, tablet
atau komputer genggam sejenis, atau
menggunakan ponsel, mesin game, televisi
digital, dan lainnya. Akses dapat melalui jaringan tetap atau seluler
(sirusa.bps.go.id).

8 Pelanggan Mobile Broadband Internet Aktif

Pelanggan mobile broadband internet aktif merupakan


jumlah pelanggan yang pernah mengakses internet melalui mobile
broadband dalam tiga bulan terakhir, termasuk langganan ke
jaringan broadband seluler yang menyediakan kecepatan unduhan
minimal 256 kbit/s (misalnya WCDMA, HSPA, CDMA2000 1x EVDO,
WiMAX IEEE 802.16e dan LTE), dan tidak termasuk langganan yang
hanya memiliki akses ke GPRS, EDGE dan CDMA 1xRTT (sirusa.bps.
go.id).

C. Pembahasan

1 Penggunaan Telepon Seluler (HP)

Kepemilikan dan penggunaan telepon seluler (HP) di era


digital saat ini menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari yang tidak
dapat terhindarkan baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan. Kehadiran HP sebagai alat komunikasi mampu
mengurangi keterbatasan yang ada pada masyarakat, seperti
keterbatasan jarak, waktu, transportasi, atau faktor geografis

373
Profil Perempuan Indonesia 2022
lainnya. Sejak pandemi Covid-19, kebutuhan telepon seluler
semakin terasa penting. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan
ketentuan pembatasan ruang gerak dimudahkan dengan bantuan
telepon seluler, baik untuk memesan makanan dan minuman dan
kebutuhan pokok lainnya.
Penggunaan HP juga mendorong peningkatan akses terhadap
kesempatan pendidikan, sumber daya kesehatan, bisnis dan
kesempatan kerja (Sunarsi & Dirgahayu, 2015). Selama pandemi
Covid-19, HP menjadi salah satu perangkat pembelajaran yang
sangat penting yang menjembatani kebutuhan belajar pada siswa
dengan sistem Belajar dari Rumah (BDR). Keberadaan HP menjadi
persoalan yang muncul di masa pandemi karena menjadi salah satu
faktor yang berdampak kesenjangan capaian pembelajaran dan
terjadi learning loss. The Education and Development Forum (2020)
mengilustrasikan learning loss sebagai situasi yang mengakibatkan
siswa kehilangan pengetahuan dan keterampilan karena kondisi
tertentu sehingga mengakibatkan penurunan penguasaan
kompetensi peserta didik (Cerelia et. all., 2021).

Gambar 10.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke


Atas yang Menggunakan Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut Jenis
Kelamin, 2020-2021

81.56 84.32
75.54 78.23

24.46 21.77
18.44 15.68

Laki-laki (2020) Perempuan (2020) Laki-laki (2021) Perempuan (2021)


Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel
Tidak Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

374
Profil Perempuan Indonesia 2022
Data Susenas tahun 2021 menunjukkan bahwa penduduk
yang menggunakan HP dalam 3 bulan terakhir pada penduduk
usia 5 tahun ke atas memiliki pola yang sama. Gambar 10.1
menampilkan realitas lebih dari 75 persen baik pada laki-laki dan
perempuan di Indonesia telah sama-sama menjadi kelompok
yang menggunakan telepon seluler (HP)/nirkabel. Hanya saja, jika
dibandingkan laki-laki, persentase perempuan yang menggunakan
telepon seluler masih lebih sedikit, dimana persentase perempuan
yang menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel sebesar 78,23
sedangkan laki-laki sebesar 84,32 persen atau memiliki rentang
6,09 persen.
Jika dibandingkan tahun 2020, persentase penggunaan
telepon selular pada penduduk usia 5 tahun ke atas dalam 3 bulan
terakhir mengalami peningkatan, baik pada laki-laki maupun
perempuan. Kenaikan pada keduanya terjadi pada persentase
yang hampir sama, yaitu perempuan meningkat sebanyak 2,69
persen dan pada laki-laki bertambah 2,76 persen. Kenaikan ini
dapat terkait dengan dua kebutuhan dasar penduduk Indonesia.
Pertama, kebutuhan pembelajaran pada siswa, terutama karena
kebijakan pembelajaran di tahun 2021 belum sepenuhnya dilakukan
secara daring (dalam jaringan/online). Kedua, sejumlah sektor kerja
formal masih menerapkan dua mekanisme kerja, yaitu bekerja dari
rumah (work from home/WFH) dan bekerja di kantor (work from
office/WFO) secara bergantian. Karenanya, kebutuhan terhadap
HP masih terus menjadi kebutuhan dasar untuk memenuhi hak
dasar penduduk Indonesia, baik laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan tipe daerah, Gambar 10.2 menunjukkan bahwa
kesenjangan terhadap akses penggunaan HP masih didominasi
penduduk yang tinggal di perkotaan. Persentase penduduk laki-
laki usia 5 tahun keatas yang menggunakan telepon seluler (HP)/
Nirlaba di perkotaan sebesar 87,89 persen sedangkan di perdesaan
sebesar 79,49 persen atau memiliki rentang perbedaan sebesar 8,4
persen. Sedangkan untuk penduduk perempuan usia 5 tahun ke
atas yang menggunakan telepon seluler (HP)/Nirlaba di perdesaan
sebesar 83,1 persen sedangkan di perdesaan sebesar 71,98 persen
atau memiliki rentang perbedaan sebesar 11,12 persen.

375
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 10.2 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke
Atas yang Menggunakan Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut Tipe
Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

87.89 83.1 84.32


79.49 78.23
71.98

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Gambar 10.3 menunjukkan bahwa berdasarkan provinsinya,


di hampir seluruh provinsi di Indonesia, persentase laki-laki yang
menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel selalu lebih tinggi
dibandingkan perempuan baik di perkotaan dan perdesaan. Untuk
persentase perempuan yang menggunakan telepon seluler (HP)/
Nirkabel lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk perkotaan di
Kalimantan Utara sedangkan perdesaan di Sulawesi Utara.
Provinsi yang memiliki persentase laki-laki di perkotaan yang
menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel tertinggi terdapat di
Sumatera Utara (91,25 persen) dan terendah Aceh (87,69 persen)
atau terdapat ketimpangan sebesar 3,56 persen. Untuk provinsi
yang memiliki persentase laki-laki di perdesaan menggunakan
telepon seluler (HP)/Nirkabel tertinggi terdapat di Kalimantan
Timur (89,15 persen) sedangkan terendah Papua (32,43 persen)
atau terdapat ketimpangan sebesar 56,72 persen.

376
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 10.3 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke
Atas yang Menggunakan Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
Sumatera Selatan

Kalimantan Utara

Gorontalo

Indonesia
Banten
Aceh

Bali
NTB

Papua
Sulawesi Tenggara
Sumatera Utara
Sumatera Barat

Lampung

Kep Riau

Jawa Barat

NTT
Kalimantan Barat

Maluku

Papua Barat
Riau
Jambi

Bengkulu

Kep Bangka Belitung

Jawa Tengah

Kalimantan Timur
DKI Jakarta

DI Yogyakarta

Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan

Sulawesi Barat
Jawa Timur

Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan

Maluku Utara
Sulawesi Utara

Laki-laki (Kota) Perempuan (Kota) Laki-laki (Desa) Perempuan (Desa)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Provinsi yang memiliki persentase perempuan di perkotaan


yang menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel tertinggi
terdapat di Kalimantan Utara (94,59 persen) dan terendah Jawa
Timur (77,23 persen) atau terdapat ketimpangan sebesar 24,79
persen. Untuk provinsi yang memiliki persentase perempuan di
perdesaan menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel tertinggi
terdapat di Kalimantan Timur (86,08 persen) sedangkan terendah
Papua (25,29 persen) atau terdapat ketimpangan sebesar 60,79
persen. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan persentase
penduduk yang menggunakan telepon seluler (HP)/Nirkabel lebih
tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan baik pada penduduk
laki-laki maupun perempuan.
Rendahnya persentase penduduk perdesaan, terutama pada
perempuan di Papua sejalan dengan data Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun 2021 yang
menyatakan bahwa desa berstatus sangat tertinggal berjumlah

377
Profil Perempuan Indonesia 2022
4.982 desa dan ditemukan paling banyak di Papua dan Papua Barat.
Desa sangat tertinggal di Papua sebanyak 3.450 desa dan di Papua
Barat sebanyak 606 desa. Ketertinggalan suatu daerah ini diukur
melalui indeks ketahanan sosial, ketahanan ekonomi dan ketahanan
lingkungan (CNN Indonesia, 2022). Artinya, sangat rendahnya
persentase penduduk perdesaan di Papua yang menggunakan
telepon seluler ini terjadi karena mayoritas penduduk perdesaan di
Papua tinggal di wilayah yang berstatus sangat tertinggal. Sebagai
wilayah yang sangat tertinggal pasti memiliki banyak keterbatasan,
termasuk signal telepon seluler dan internet yang sangat sulit atau
bahkan belum tersedia. Dengan situasi ini, maka fungsi telepon
seluler tidak dapat dirasakan manfaatnya.

2 Kepemilikan Telepon Seluler

Kepemilikan telepon seluler dengan pengguna telepon


seluler merupakan dua posisi yang berbeda. Penduduk yang
menggunakan telepon selular belum tentu memilikinya, karena
ia bisa menggunakan telepon selular anggota rumah tangga
lainnya atau orang lain dengan cara meminjam atau menyewa.
Demikian juga pada pekerja yang menggunakan telepon seluler
dapat saja bukan karena miliknya, namun merupakan fasilitas
yang disediakan perusahaan atau tempat ia bekerja. Orang yang
memiliki telepon seluler dapat diartikan memiliki penguasaan
yang lebih ketimbang mereka yang hanya bisa menggunakannya,
atau dapat menggunakan telepon selular tersebut secara penuh
dan terus menerus. Di tahun 2021, Data Susenas pada Gambar 10.4
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang memiliki telepon
seluler mencapai jumlah 65,9 persen, atau yang tidak memiliki
telepon seluler sebanyak 34,13 persen. Dibandingkan dengan
persentase penduduk yang menggunakan telepon seluler (HP)/
Nirkabel, penduduk yang memilikinya jauh lebih sedikit, karena
penduduk yang menggunakan telepon seluler dalam 3 bulan
terakhir sebanyak 81,28 persen (Susenas, BPS, 2021). Itu artinya,
terdapat sekitar 15,41 persen penduduk yang menggunakan
telepon selular tanpa memilikinya.

378
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan tipe daerah dan jenis kelamin, membuktikan
bahwa kepemilikan telepon seluler pada penduduk di wilayah
perkotaan selalu lebih tinggi ketimbang perdesaan, sekaligus laki-
laki selalu lebih banyak dibandingkan perempuan. Di tahun 2021,
laki-laki perkotaan usia di atas 5 tahun yang memiliki telepon
seluler sebanyak 76,23 persen, sementara laki-laki di perdesaan
yang memiliki telepon seluler sebanyak 64,20 persen. Pada
penduduk perempuan, pola yang sama dengan laki-laki terlihat
dengan persentase sebesar 68,47 persen di perkotaan dan 50,46
persen di perdesaan.

Gambar 10.4 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke


Atas yang Memiliki Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut Jenis
Kelamin dan Tipe Daerah, 2021

76.23
71.12
72.41 64.2
65.87
68.47
57.24
60.58
50.46

Perkotaan Perdesaan Total

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Kesenjangan yang terlihat pada perempuan dan laki-laki


dalam kepemilikan telepon seluler cukup signifikan. Di perkotaan,
kesenjangan persentase antara laki-laki dan perempuan sebesar
7,76 persen, sementara kesenjangan di perdesaan jauh lebih besar,
yaitu sebesar 13,75. Kesenjangan persentase atas kepemilikan
berdasarkan jenis kelamin ini merefleksikan persoalan kontrol

379
Profil Perempuan Indonesia 2022
dan pengambilan keputusan berbasis gender masih terlihat.
Kepemilikan terhadap sumber daya telepon seluler bukan saja
terkait kepemilikan benda bernilai ekonomi dalam keluarga, namun
dapat mempengaruhi akses informasi dan pengetahuan, serta
peluang memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
kehidupan sehari-hari.

Gambar 10.5 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke


Atas yang Memiliki Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut Jenis
Kelamin,
80 2017-2021

75

70 71.12
68.68 68.12
67.59
65 65.34

60 60.58
58.35 57.51
57.19
55
53.8
50

45
2017 2018 2019 2020 2021

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Dalam lima tahun terakhir, kepemilikan telepon seluler pada


penduduk Indonesia mengalami fluktuasi yang mengarah pada
pergerakan yang cenderung meningkat. Meskipun demikian,
persentase kepemilikan penduduk perempuan berusia 5 tahun
ke atas terhadap telepon seluler(HP)/Nirkabel selalu lebih rendah
daripada laki-laki dari tahun ke tahun. Gambar 10.5 menunjukkan
bahwa di tahun 2017, kepemilikan perempuan mencapai 53,8
persen, dan terus mengalami peningkatan sebesar 6,78 persen
menjadi 60,58 persen di tahun 2021. Pada laki-laki, fenomena yang
sama dengan perempuan, dimana tahun 2017, kepemilikan laki-laki

380
Profil Perempuan Indonesia 2022
pada telepon seluler sebanyak 65,34 persen dan terus meningkat
sehingga mencapai angka 71,12 persen di tahun 2021. Pada tahun
2020, persentase kepemilikan telepon seluler pada perempuan
dan laki-laki sempat menurun namun meningkat kembali di tahun
2021. Penurunan persentase di tahun 2020 dapat terkait dengan
krisis ekonomi yang dialami masyarakat Indonesia sebagai dampak
Covid-19.
Berdasarkan provinsi, persentase penduduk perempuan
berumur 5 tahun ke atas yang memiliki telepon seluler terbanyak
terlihat di DKI Jakarta dengan capaian sebesar 79,23 persen.
Capaian yang diperoleh DKI Jakarta sebagai provinsi dengan
capaian tertinggi sangat dapat dimaklumi. Selain karena DKI
Jakarta merupakan provinsi dengan infrastruktur telekomunikasi
paling baik di Indonesia, sehingga tidak ada satupun wilayah di
DKI Jakarta yang tidak ada jaringan internetnya; namun juga
karena berbagai layanan publik di DKI Jakarta dipermudah
aksesnya melalui telepon seluler. Karena itu, capaian persentase
kepemilikan telepon seluler pada perempuan DKI Jakarta sebesar
79,23 persen tersebut dianggap belum seideal dengan layanan
yang tersedia di provinsi dimana ibukota Negara Indonesia berada.
Dengan demikian, data tentang persentase kepemilikan telepon
seluler pada perempuan warga DKI Jakarta harus dilihat secara
sebaliknya. Terdapat sekitar 20 persen perempuan DKI Jakarta
yang ternyata belum memiliki telepon seluler dan merefleksikan
kesenjangan antar perempuan.
Selain DKI Jakarta, Gambar 10.6 juga menunjukkan bahwa
provinsi dengan capaian persentase terbanyak atas kepemilikan
telepon seluler pada perempuan umur 5 tahun ke atas juga
dijumpai di Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur dengan capaian
sebesar 78,70 dan 78,62 persen. Sebaliknya, tiga provinsi dengan
persentase terendah pada perempuan yang memiliki telepon
seluler terjadi di NTB sebesar 51,98 persen, NTT sebesar 47,51
persen dan Papua hanya sebesar 34,52 persen.

381
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 10.6 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5
Tahun ke Atas yang Memiliki Telepon Seluler
(HP)/Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut
Provinsi, 2021

DKI Jakarta 79.23


Kep Riau 78.70
Kalimantan Timur 78.62
Kalimantan Utara 73.33
Sulawesi Utara 70.29
Sulawesi Selatan 66.79
DI Yogyakarta 66.60
Sulawesi Tenggara 65.74
Kalimantan Tengah 65.69
Gorontalo 64.79
Bali 64.68
Riau 64.24
Kep Bangka Belitung 64.22
Papua Barat 63.58
Kalimantan Selatan 63.10
Jawa Barat 63.01
Banten 61.92
Sumatera Barat 61.33
Indonesia 60.58
Sumatera Utara 60.34
Jambi 59.56
Maluku 59.12
Sulawesi Tengah 58.76
Bengkulu 57.67
Jawa Tengah 57.37
Lampung 56.67
Sumatera Selatan 56.55
Jawa Timur 56.33
Kalimantan Barat 55.17
Maluku Utara 55.04
Sulawesi Barat 54.92
Aceh 54.47
NTB 51.98
NTT 47.51
Papua 34.52

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

382
Profil Perempuan Indonesia 2022
3 Penggunaan Komputer

Penggunaan komputer yang dimaksudkan di sini adalah


penggunaan perangkat komputer berbentuk PC, desktop, laptop,
notebook, dan tablet yang tidak dibatasi penggunaannya hanya
di dalam rumah. Penggunaan komputer dapat dilakukan di dalam
rumah atau di luar rumah, baik dalam kepentingan pendidikan dan
pekerjaan. Menganalisis penggunaan komputer pada terutama
perempuan dan anak perempuan menjadi salah satu indikator
kunci dalam pembangunan manusia di era industri 4.0. Penggunaan
komputer menunjukkan indikasi adanya kompetensi digital yang
dimiliki seseorang, termasuk perempuan. Kompetensi digital
merupakan bagian dari literasi digital yang terjadi melalui proses
menciptakan, mengolaborasi, mengkomunikasikan berdasarkan
etika, memahami kapan dan bagaimana menggunakan teknologi
secara efektif (Restianty, 2018). Penggunaan komputer membuka
banyak peluang pada seseorang, termasuk perempuan dalam
mengakses ruang literasi digital. Dalam ruang digital, seseorang
memperoleh dasar-dasar untuk memahami pentingnya informasi,
yang secara sadar dapat meningkatkan pemahaman seseorang
terhadap sumber dan saluran informasi secara digital.
Hasil Susenas pada Gambar 10.7 menunjukkan bahwa
persentase penduduk Indonesia yang menggunakan komputer
sangat kecil yaitu hanya 11,67 persen penduduk laki-laki dan
perempuan yang menggunakan komputer di tahun 2021, atau
sebanyak 88,33 persen penduduk Indonesia tidak memanfaatkan
komputer untuk kepentingan kehidupan mereka. Dari 11,67
persen pada gambaran nasional tersebut, secara terpilah jenis
kelamin terlihat bahwa perempuan yang menggunakan komputer
hanya 11,34 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki
yang berjumlah 12 persen.
Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, Gambar 10.7
menunjukkan tentang kesenjangan yang sangat mencolok pada
persentase penggunaan komputer di perdesaan yang jauh lebih
rendah dibandingkan perkotaan. Kesenjangan berdasarkan tipe
daerah ini terjadi pada perempuan dan laki-laki. Pada perempuan
perkotaan, persentase perempuan yang menggunakan komputer
sebesar 15,60 persen, sementara di perdesaan jauh lebih rendah,
yakni 5,87 persen atau sekitar sepertiganya. Hal yang sama juga

383
Profil Perempuan Indonesia 2022
terlihat pada laki-laki. Di perkotaan, laki-laki yang menggunakan
komputer sebanyak 16,83 persen, sementara di perdesaan hanya
sebanyak 5,45 persen.

Gambar 10.7 Persentase Penduduk Usia 5 tahun ke Atas


yang Menggunakan Komputer (PC/Desktop,
Laptop/Notebook, Tablet) dalam 3 Bulan
Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe
Wilayah, 2021

12
Total 11.34
11.67

5.45
Perdesaan 5.87
5.66

16.83
Perkotaan 15.6
16.22

Laki-Laki Perempuan Total


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Penggunaan komputer yang sangat rendah di perdesaan


dibandingkan perkotaan menunjukkan bahwa kebutuhan atas
perangkat komputer di perdesaan tidak setinggi di perkotaan. Hal
ini dapat dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang dominan dilakukan
penduduk di perkotaan dan perdesaan yang cenderung berbeda.
Umumnya, pekerjaan penduduk perdesaan adalah petani, pekebun,
peternak, dan nelayan dengan perangkat keras non komputer,
seperti cangkul, traktor, jala, dan perahu. Sementara penduduk
perkotaan cenderung berada di kerja-kerja formal di perkantoran
yang cenderung membutuhkan perangkat komputer. Meskipun
demikian, pada pekerjaan di bidang pertanian, perkebunan dan
perikanan memungkinkan menggunakan perangkat komputer,
terutama untuk pemasaran hasil, namun dari data Susenas
menunjukkan penggunaannya masih tidak terlalu signifikan.

384
Profil Perempuan Indonesia 2022
Selain di bidang pekerjaan, penggunaan komputer juga
dapat terkait dengan metode dan teknik pembelajaran di dunia
pendidikan yang dapat berbeda antara di perkotaan atau di
perdesaan. Di perkotaan, banyak dijumpai sekolah-madrasah yang
telah memiliki lab komputer dan/atau mengharuskan siswanya
mengerjakan tugas sekolah melalui perangkat komputer. Secara
khusus, perguruan tinggi juga selalu berada di wilayah perkotaan,
dimana penggunaan komputer dalam proses perkuliahan
merupakan suatu hal yang niscaya. Sementara itu, di perdesaan,
sekolah dan madrasah cenderung menggunakan metode dan teknik
pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya dan kekayaan
lokal sehingga tidak selalu didominasi penggunaan komputer.
Dari konteks ini, dapat dipahami mengapa penduduk, baik laki-laki
maupun perempuan di perdesaan memiliki persentase yang jauh
lebih sedikit dari penduduk yang tinggal di perkotaan.

Gambar 10.8 Persentase Penduduk Usia 5 tahun ke Atas


yang Menggunakan Komputer (PC/Desktop,
Laptop/Notebook, Tablet) dalam 3 Bulan
Terakhir, 2019-2021
14.47 14.14

11.67

2019 2020 2021


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Dalam tiga tahun terakhir, persentase penduduk yang


menggunakan komputer mengalami tren yang terus menurun.
Gambar 10.8 menunjukkan bahwa di tahun 2019 penduduk
Indonesia yang menggunakan komputer sebanyak 14,47 persen,
namun mengalami sedikit penurunan di tahun 2020 menjadi 14,14
persen, dan terus menurun tajam hingga 11,67 di tahun 2021.

385
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 10.9 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5
Tahun ke Atas yang Menggunakan Komputer
(PC/Desktop, Laptop/Notebook, Tablet) dalam
3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe
Daerah, 2021

NTB 12.11 5.64


Jawa Tengah 13.07 5.45
Jawa Barat 13.31 4.28
Banten 13.77 3.22
Lampung 13.83 4.63
Sumatera Utara 13.85 6.41
Kalimantan Barat 14.00 4.45
Jawa Timur 14.29 5.44
Sulawesi Barat 14.45 9.21
Kep Bangka Belitung 14.86 7.12
Sumatera Selatan 15.43 4.51
Sulawesi Utara 15.52 9.26
Indonesia 15.60 5.87
Kalimantan Selatan 15.81 6.49
Papua 16.83 1.75
Bali 17.17 6.47
Riau 17.86 6.83
Papua Barat 17.97 6.19
Kalimantan Utara 18.02 8.00
Aceh 18.09 5.84
Kalimantan Tengah 18.18 5.67
Maluku Utara 18.59 5.15
Jambi 19.21 7.32
Sulawesi Selatan 19.51 9.26
Gorontalo 19.71 8.34
Kalimantan Timur 20.08 10.10
Kep Riau 20.09 10.91
Sulawesi Tenggara 20.34 8.11
Sulawesi Tengah 20.73 7.82
Bengkulu 20.99 7.56
Maluku 21.74 5.67
Sumatera Barat 22.00 9.80
DKI Jakarta 22.72 0.00
NTT 23.33 6.46
DI Yogyakarta 8.68
0 5 10 15 20 25 30 35

Perkotaan Perdesaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

386
Profil Perempuan Indonesia 2022
Penurunan penggunaan perangkat komputer yang terjadi
di perkotaan dan perdesaan ini dimungkinkan adanya pergeseran
penggunaan perangkat yang memiliki fungsi hampir sama
dengan komputer, yaitu telepon seluler berjenis telepon pintar
(smart phone). Interpretasi ini tampak linier dengan data tentang
penggunaan telepon seluler dan kepemilikan terhadap perangkat
telepon seluler yang cenderung meningkat, seiring dengan
menurunnya penggunaan komputer pada penduduk, baik laki-laki
maupun perempuan.
Gambar 10.9 menampilkan realitas tentang persentase
penduduk perempuan yang menggunakan komputer dalam 3 bulan
terakhir di perkotaan selalu lebih tinggi dibandingkan perdesaan
di semua provinsi di Indonesia. Persentase perempuan perkotaan
yang menggunakan komputer tertinggi terdapat pada provinsi DI
Yogyakarta sebesar 23,55 persen. Selanjutnya, provinsi dengan
persentase tertinggi berikutnya adalah NTT dengan capaian sebesar
23,9 persen dan DKI Jakarta sebanyak 23,87 persen. Sebaliknya,
provinsi dengan persentase terendah pada penggunaan komputer
di perkotaan terlihat dialami penduduk perempuan di NTB, yaitu
sebesar 12,11 persen saja. Gambaran di perkotaan antar provinsi
ini menunjukkan sebaran berkisar antara 13 hingga 24 persen, atau
sebaran yang ada masih belum merata.
Provinsi dengan penduduk perempuan yang tinggal di
perdesaan dan penggunaan komputer dalam 3 bulan terakhir yang
mencapai persentase tertinggi terjadi di Kepulauan Riau (10,91
persen), Kalimantan Timur (10,1 persen) dan Sumatera Barat (9,8
persen). Sebaliknya, persentase terendah perempuan di perdesaan
terdapat di Papua (1,75 persen), Banten (3,22 persen) dan Jawa
Barat (4,28 persen).

387
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Akses Internet

Internet merupakan suatu sumber daya yang memiliki dua


mata pisau. Di satu sisi, internet sangat potensial bagi perbaikan
hidup setiap orang, bahkan internet mampu menjadi jembatan
atas banyak keterbatasan yang ada, terutama akses informasi
untuk peluang-kesempatan yang menguntungkan. Akan tetapi,
di sisi lain, internet juga menjadi ruang baru yang memperburuk
kerentanan kelompok marginal, termasuk perempuan, dari
berbagai diskriminasi dan kekerasan. Sebelumnya, sebelum
internet begitu terbuka dan mudah diakses, praktik kekerasan
terhadap perempuan berbasis digital tidak menjadi isu yang
memprihatinkan. Akan tetapi, akses internet yang semakin meluas
dan lebih terjangkau oleh berbagai kelompok masyarakat, maka
bermunculan berbagai tindak kekerasan berbasis gender online
(KBGO) dengan bermacam varian dan bentuknya. Anak perempuan
tampak aman karena berada di dalam rumah, padahal bisa jadi
mereka sedang dalam ancaman kekerasan yang dialaminya karena
mengakses internet.
Meskipun memiliki risiko, internet tetap dapat dilihat sebagai
sumber daya. Lebih dari satu miliar orang dari berbagai negara masih
telah dan akan terus mengakses internet. Namun, ketimpangan
akses berbasis gender pada internet masih terjadi. Kesenjangan
ini diperkirakan terjadi di seluruh dunia, dimana dominasi laki-laki
yang menggunakan Internet dari perempuan mencapai proporsi
dua pertiganya (ITU Facts and Figures, 2017).
Tahun 2021, data Susenas pada Gambar 10.10 menunjukkan
bahwa pola persentase penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas
yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir masih sama
dengan tahun sebelumnya yaitu lebih tinggi laki-laki dibandingkan
perempuan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Persentase
penduduk laki-laki yang mengakses internet sebesar 65,05 persen
sedangkan perempuan sebesar 59,14 persen. Menurut kategori
wilayah terlihat bahwa persentase laki-laki yang mengakses
internet di perkotaan sebesar 74,23 persen, sedangkan di
perdesaan hanya 52,60 persen atau terdapat ketimpangan 21,63
persen. Untuk persentase perempuan menunjukkan ketimpangan
yang sedikit lebih besar yaitu 23,22 persen dimana persentase

388
Profil Perempuan Indonesia 2022
perempuan yang mengakses internet di perkotaan sebesar 69,31
persen sedangkan di perdesaan hanya 46,09 persen.

Gambar 10.1 0 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas


yang Mengakses Internet (Termasuk Facebook,
Twitter, WhatsApp) dalam 3 Bulan Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

74.23
69.31
65.05
59.14
52.6
46.09

Perkotaan Perdesaan Total


Laki-Laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Fenomena ini menunjukkan tiga interpretasi. Pertama


bahwa lebih tingginya persentase penduduk yang mengakses
internet di perkotaan menunjukkan kebutuhan untuk mengakses
internet lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Hal
ini terlihat tidak saja pada laki-laki, namun juga pada perempuan
perkotaan. Kedua, kenaikan persentase yang terjadi di perkotaan
lebih kecil daripada di perdesaan menunjukkan adanya animo yang
lebih tinggi pada penduduk perdesaan dalam mengakses internet.
Terakhir, perbedaan persentase laki-laki dan perempuan dalam
mengakses internet yang selalu lebih rendah pada perempuan di
perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya kesenjangan akses
yang masih penting diperkuat melalui berbagai intervensi.

389
Profil Perempuan Indonesia 2022
Ketimpangan akses internet pada perempuan dapat
meningkatkan risiko semakin lebarnya ketimpangan literasi
digital dan pemanfaatannya bagi perempuan. Ketertinggalan ini
dapat berdampak domino pada peluang kerja dan kompetensi
perempuan sebagai tenaga kerja profesional. Sebagai contoh,
ketika perempuan takut pada komputerisasi di kantor sehingga
perempuan menjadi tidak terampil dalam menggunakan komputer,
disanalah letak persoalan perempuan tergeser (termarginalkan)
dari ruang kerjanya dan akan digantikan dengan pekerja yang
memiliki keterampilan tersebut (Wacjman, 2007). Demikian hal-
nya dengan internet, ketika akses internet perempuan tidak
sebaik laki-laki, maka risiko peluang yang sedianya dapat diperoleh
perempuan menjadi hilang dan digantikan laki-laki.
Lebih rendahnya akses perempuan terhadap internet juga
dapat terkait dengan budaya yang masih menempatkan internet
sebagai bagian dari dunia teknologi. Karenanya, sebagian
perempuan merasa enggan masuk dunia teknologi karena stereotip
yang dilekatkan pada teknologi sebagai ruang dan aktivitas laki-
laki. Stereotip ini disosialisasikan melalui bahasa, simbol dan
representasi. Perempuan yang masuk ke dalam dunia teknologi
pada mulanya harus meninggalkan femininitasnya. Memberikan
akses perempuan terhadap pendidikan teknologi juga tidak serta
merta menghapus akar masalahnya. Meskipun perempuan sudah
masuk dalam pendidikan teknologi, perempuan akan dipaksa
untuk meninggalkan femininitasnya, karena anggapan bahwa
teknologi adalah ruang laki-laki masih ada. Stereotip atas teknologi
di sekolah juga menyebabkan ada segregasi di dunia kerja yang
menyebabkan ketidakadilan bagi perempuan (Wacjman, 2007).
Perempuan menghadapi berbagai tantangan ketika
mengakses internet dan ingin aktif di dunia maya (menjadi online).
Studi Sambasivan (2019) menyebutkan bahwa ada setidaknya tiga
tantangan berat bagi perempuan untuk tetap eksis mengakses
internet.
Pertama, keterbatasan akses pada perempuan
berkonsekuensi pada keterbatasan agensi, mobilitas,
dan waktu untuk mengakses internet. Internet
terkadang dianggap sebagai ancaman bagi peran perempuan
yang telah dilekatkan secara tradisional. Perempuan

390
Profil Perempuan Indonesia 2022
khususnya di wilayah perdesaan mengakses Internet dengan
konektivitas yang rendah, sementara itu aktivitas fisik (daring)
pun sulit dijangkau oleh perempuan--khususnya ibu rumah
tangga--karena keterbatasan mobilitas.
Kedua, internet penuh dengan konten pelecehan dan
kebencian terhadap perempuan. Hal ini berdampak
pada minimnya perempuan membuat konten karena
khawatir mendapatkan perundungan (bullying), komentar
negatif, dan pelecehan.
Ketiga, permasalahan keamanan data dan privasi
karena minimnya literasi digital dan kekerasan
berbasis gender yang berpindah dari dunia luring
ke daring. Internet dapat meningkatkan kualitas hidup
perempuan karena menyediakan alat untuk mereka agar bisa
saling terhubung.
Tetapi internet sendiri dapat menimbulkan
masalah keamanan data dan privasi. Perempuan
sering mengalami pelecehan online seperti cyber
stalking, peniruan identitas, dan kebocoran konten pribadi.
Konsekuensi dari penyalahgunaan online bisa sangat parah,
mengarah ke dampak dunia nyata seperti rusaknya reputasi
dan kekerasan fisik.
Berdasarkan Gambar 10.11 terlihat bahwa berdasarkan
provinsi, capaian persentase penduduk perempuan yang
mengakses internet dalam 3 bulan terakhir di perkotaan selalu
lebih tinggi dibandingkan perdesaan di semua provinsi di Indonesia.
Untuk wilayah perkotaan, tiga provinsi dengan persentase tertinggi
pada pemakaian internet perempuan terlihat Kepulauan Riau
(83,26 persen), DKI Jakarta (82,82 persen) dan Kalimantan Utara
(78,45 persen). Sedangkan untuk wilayah perdesaan menunjukkan
persentase pemakaian internet pada perempuan terendah
pada wilayah Nusa Tenggara Barat (58,31 persen), Aceh (89,82
persen) dan Sulawesi Barat (60,12 persen). Ketimpangan capaian
persentase pemakaian internet pada perempuan antara wilayah
tertinggi yaitu Kepulauan Riau dan wilayah terendah yaitu Nusa
Tenggara Barat sebesar 24,95 persen.

391
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 10.11 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5
Tahun ke Atas yang Mengakses Internet
(Termasuk Facebook, Twitter, WhatsApp)
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2021

NTB 58.31 40.45


Aceh 59.82 38.24
Sulawesi Barat 60.12 43.52
Jawa Timur 63.71 45.85
Jawa Tengah 64.79 52.35
Papua 65.11 9.13
Sumatera Utara 66.43 45.98
Gorontalo 66.88 49.44
Sumatera Barat 66.90 46.08
Maluku Utara 67.18 30.73
Maluku 67.71 31.74
NTT 67.86 32.00
Sulawesi Tengah 68.17 41.92
Sulawesi Utara 68.18 51.34
Lampung 68.48 53.03
Kep Bangka Belitung 68.53 51.37
Jambi 69.07 45.61
Sulawesi Tenggara 69.11 47.92
Bali 69.28 46.89
Indonesia 69.31 46.09
Kalimantan Barat 69.44 41.19
Sulawesi Selatan 69.82 48.42
Jawa Barat 70.16 48.79
Sumatera Selatan 70.55 44.41
Kalimantan Tengah 70.62 47.02
Banten 71.58 42.06
Riau 71.90 52.68
Bengkulu 72.44 43.89
Papua Barat 72.86 36.54
Kalimantan Selatan 73.17 52.62
DI Yogyakarta 76.49 56.78
Kalimantan Timur 77.82 61.78
Kalimantan Utara 78.45 51.57
DKI Jakarta 82.82
Kep Riau 83.26 50.02

0 50 100 150

Perkotaan Perdesaan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

392
Profil Perempuan Indonesia 2022
Untuk wilayah perdesaan, tiga provinsi tertinggi yang
memiliki persentase perempuan mengakses internet, secara
berturut-turut adalah Kalimantan Timur sebesar 61,78 persen, DI
Yogyakarta sebanyak 56,78 persen dan Lampung sebesar 53,03
persen. Sebaliknya, provinsi dengan penggunaan akses internet
terendah pada perempuan dalam pemakaian 3 bulan terakhir untuk
wilayah perdesaan terjadi di Papua sebesar 9,13 persen, Maluku
Utara (30,73 persen) dan Maluku (31,74 persen). Bila melihat
sebaran capaian yang ada, masih terlihat adanya ketimpangan
antara persentase di perdesaan dan perkotaan, wilayah tertinggi
mendapatkan
di Kepulauan Riau di perkotaan sebesar 83,26 persen sedangkan
mendapat informasi
informasi untukwilayah terendah di Papua
atau beritadi perdesaan sebesar 9,13atau
mengirim persen atau
terdapat ketimpangan 74,13 persen.
oses pembelajaran menerima e-mail

endapat penjualan
asi mengenai 5 Tujuan Penggunaan Internet barang dan
g atau jasa jasa

elian barang Setiap penduduk yang mengakses internet memiliki


fasilitas motif
finansial
an jasa (e-banking)adanya
dan tujuan yang berbeda-beda. Gambar 10.12 menunjukkan
varian tujuan penggunaan internet pada penduduk Indonesia yang
dilihat dari sembilan aspek,
lainnya atau diyaitu:
media sosial dan jejaring luar kategori hiburan seperti mengunduh
mendapatkan mendapat informasi
sosial seperti Facebook,
informasi untuk yang sudah ada atau berita
atau bermain game,mengirim
menonton
atau
Twitter, WhatsApp, proses
Skype,pembelajaran menerima
atau mengunduh TV, film, e-mail
dan lainnya video, radio, dan mengunduh
mendapat gambar dan musikpenjualan
informasi mengenai barang dan
barang atau jasa jasa

pembelian barang fasilitas finansial


dan jasa (e-banking)

lainnya atau di
media sosial dan jejaring luar kategori hiburan seperti mengunduh
sosial seperti Facebook, yang sudah ada atau bermain game, menonton
Twitter, WhatsApp, Skype, atau mengunduh TV, film,
dan lainnya video, radio, dan mengunduh
gambar dan musik

Hasil Susenas 2021 pada Gambar 10.12 menampilkan fakta


bahwa penduduk usia 5 tahun ke atas yang sudah mengakses
internet dalam 3 bulan terakhir menunjukkan tujuan penggunaan
yang konsentrasi terbesarnya pada tiga tujuan, yaitu media
sosial dan jejaring sosial, mendapatkan informasi atau berita,
dan sebagai hiburan. Tujuan terbanyak pada penduduk yang

393
Profil Perempuan Indonesia 2022
mengakses internet untuk kepentingan media sosial dan jejaring
sosial, termasuk Facebook, twitter dan Whatsapp, adalah sebesar
88,99 persen, untuk tujuan tertinggi kedua adalah mendapatkan
informasi/berita sebesar 66,13 persen dan selanjutnya digunakan
untuk hiburan sebesar 63,08 persen.

Gambar 10.12 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas


yang Mengakses Internet (termasuk
Facebook, Twitter, WhatsApp) dalam 3 Bulan
Terakhir menurut Tujuan Penggunaan Internet,
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2021
4.74
4.18
Lainnya 4.56
4.76
5.07
13.13
9.58
Mendapat Informasi mengenai Barang/Jasa 7.81
15.88
15.08
7.78
2.67
Fasilitas Finansial (E-bangking) 2.73
9.63
11.15
63.08
Hiburan (Download/Main Game, Nonton 57.84
TV/Video, Radio, Download Gambar dan 64.34
Musik) 60.82
66.95
5.33
3.90
Penjualan Barang/Jasa 2.96
6.16
6.50
16.25
12.78
Pembelian Barang/Jasa 6.84
24.11
15.68
88.99
Media Sosial/Jejaring Sosial (Facebook, 88.53
87.89
Twitter, WhatsApp, dll) 89.74
89.10
13.00
7.60
Mengirim/Menerima E-mail 6.61
15.19
16.88
33.04
Mendapatkan Informasi Untuk Proses 36.52
28.22
Pembelajaran 37.08
30.26
66.13
60.11
Mendapatkan Informasi/Berita 64.07
65.69
70.44

total Perempuan (Desa) Laki-laki (Desa) Perempuan (Kota) Laki-laki (Kota)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

394
Profil Perempuan Indonesia 2022
Menurut jenis kelamin, persentase perempuan di perkotaan
yang menggunakan internet lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada
tujuan untuk mendapatkan informasi untuk proses pembelajaran,
media sosial (facebook, twitter, whatsapp, dll), pembelian barang
dan jasa serta tujuan mendapatkan informasi mengenai barang/
jasa. Untuk wilayah perdesaan tujuan mendapatkan informasi
untuk proses belajar, mengirim/menerima email, media sosial, serta
tujuan pembelian, penjualan atau mencari informasi mengenai
barang/jasa menunjukkan persentase perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Sedangkan tujuan mencari informasi serta
penggunaan fasilitas finansial menunjukkan bahwa persentase
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Dari sejumlah tujuan yang ada, dapat dilihat adanya
kecenderungan tujuan penggunaan internet yang menampilkan
stereotipe gender dan/atau tuntutan yang berbasis peran gender
pada perempuan dan laki-laki. fenomena ini penting menjadi
perhatian agar literasi digital yang ada dapat bermanfaat untuk
lebih memudahkan peran kerja pada perempuan dan laki-laki, serta
menekan risiko atas kerentanan mereka dalam mengakses internet.
Secara khusus, untuk tujuan pendidikan pada akses internet
pada data Susenas 2021 menunjukkan posisi perempuan yang
cukup signifikan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat
mengindikasikan arah yang positif pada kelompok perempuan
dalam kesadaran literasi digital demi peningkatan hasil belajarnya
untuk masa depan yang lebih berdaya saing.
Tabel 10.1 menunjukkan bahwa persentase perempuan
yang mengakses internet menurut tujuan untuk menggunakan
fasilitas keuangan (E-bangking) menunjukkan ketimpangan yang
cukup tinggi antara wilayah-wilayah di Indonesia. Secara nasional
menunjukkan bahwa persentase perempuan yang mengakses
internet untuk fasilitas keuangan sebesar 9,63 persen di perkotaan
dan 2,67 persen di perdesaan. Provinsi DKI Jakarta menunjukkan
sebanyak 16,87 persen perempuan mengakses internet untuk
tujuan fasilitas keuangan (e-banking) sedangkan di provinsi Banten
menunjukkan hanya 1,46 persen perempuan yang mengakses
internet untuk tujuan fasilitas keuangan.

395
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 10.1 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5
Tahun ke Atas yang Mengakses Internet dalam 3
Bulan Terakhir menurut Tujuan Penggunaan Internet
untuk Fasilitas Finansial (E-Banking) Sosial pada
Provinsi Tertinggi dan Terendah, 2021

Provinsi Perkotaan Provinsi Perdesaan


DKI Jakarta 16,87 Kepulauan Riau 7,55
Kalimantan Timur 14,07 Sulawesi Utara 4,71
DI Yogyakarta 13,11 Kalimantan Timur 4,39
Kalimantan Selatan 11,58 Papua Barat 4,08
Bali 11,21 Kalimantan Selatan 3,97
Indonesia 9,63 Indonesia 2,67
Gorontalo 6,31 Lampung 2,00
Sulawesi Barat 6,30 Papua 1,87
Maluku Utara 6,12 NTT 1,69
NTT 5,47 NTB 1,50
NTB 5,24 Banten 1,46
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Di perkotaan, 5 wilayah di pulau Jawa, Bali dan Kalimantan


menunjukkan persentase perempuan yang mengakses internet
untuk fasilitas keuangan tertinggi sedangkan di perdesaan hal yang
menarik adalah wilayah tertinggi terhadap persentase perempuan
yang menggunakan internet untuk fasilitas keuangan tidak ada
dari pulau Jawa atau Bali. Di perdesaan, wilayah tertinggi adalah
Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Papua Barat
dan Kalimantan Selatan.
Untuk persentase terendah terhadap tujuan penggunaan
internet adalah fasilitas keuangan terendah di perkotaan
adalah NTB sedangkan di perdesaan adalah Banten. Persentase
perempuan yang mengakses internet untuk tujuan fasilitas
keuangan di provinsi Banten hanya 1,46 persen dan termasuk
kelompok terendah di Indonesia.

396
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 10.2 Persentase Penduduk Perempuan Usia 5 Tahun ke
Atas yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir
menurut Tujuan Penggunaan Internet untuk
Mendapatkan Informasi untuk Proses Pembelajaran
pada Provinsi Tertinggi dan Terendah, 2021

Provinsi Perkotaan Provinsi Perdesaan


Sumatera Barat 46.24 DI Yogyakarta 41.64
NTT 44.80 Sumatera Utara 41.57
Sulawesi Tenggara 44.55 Kalimantan Timur 41.31
Bengkulu 44.04 NTT 41.24
Maluku 43.57 Kalimantan Selatan 40.71
Indonesia 37.08 Indonesia 36.52
Papua 33.07 Jambi 31.78
DKI Jakarta 32.33 Sulawesi Utara 31.11
Sulawesi Barat 32.29 Banten 30.09
Banten 31.63 Aceh 29.01
Sulawesi Utara 30.78 Maluku Utara 27.75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

Untuk tujuan pendidikan, provinsi dengan capaian tertinggi


penduduk perempuan yang mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir di tahun 2021 secara berurutan berdasarkan wilayah
perkotaan diperoleh Sumatera Barat dengan capaian sebanyak
46,24 persen, NTT sebesar 44,80 persen, dan Sulawesi Tenggara
sebesar 44,55 persen. Di wilayah perdesaan, provinsi dengan
capaian persentase perempuan terbanyak dalam penggunaan
internet untuk tujuan mencari informasi untuk pembelajaran
terdapat di DI Yogyakarta sebesar 41,64 persen, Sumatera Utara
sebanyak 41,57 persen dan Kalimantan Timur sebanyak 41,31
persen. Sebaliknya, provinsi dengan persentase terendah dalam
penggunaan internet untuk tujuan pembelajaran pada perempuan
di perkotaan terjadi di Sulawesi Utara dengan jumlah 30,78 persen;
sementara di perdesaan terjadi di Maluku Utara, yaitu 27,75 persen.

397
Profil Perempuan Indonesia 2022
mendapatkan mendapat informasi
informasi untuk atau berita mengirim atau
oses pembelajaran menerima e-mail

endapat penjualan
asi mengenai 6 Penggunaan Internet dalam Pekerjaanbarang dan
g atau jasa jasa

elian barang Penggunaan internet dalam pekerjaan fasilitas memang dapat


finansial
an jasa mempermudah pekerjaan itu sendiri. Namun demikian, (e-banking) tidak
semua pekerjaan menuntut kebutuhan penggunaan internet.
Gambar 10.13 menunjukkan
lainnya atau di persentase jumlah pekerja laki-laki
media sosial dandan perempuan yang
jejaring menggunakan
luar kategori internet
hiburan untuk
seperti pekerjaannya
mengunduh
pada tahun 2021. Secara nasional,
sosial seperti Facebook, yang sudah ada ataupenduduk
bermain game,yang bekerja dan
menonton
Twitter, WhatsApp, Skype,
menggunakan internet untuk pekerjaan atau mengunduh
mereka belumTV, film,
mencapai
dan lainnya video, radio, dan mengunduh
setengah dari jumlah penduduk yang bekerja, yakni masih di angka
gambar dan musik
35,93 persen. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 35,12 persen
pekerja perempuan telah menggunakan internet untuk pekerjaan
mereka, sementara pekerja laki-laki yang telah menggunakan
internet sedikit lebih banyak, yaitu 36,46 persen, atau persentase
pekerja laki-laki dan perempuan yang menggunakan internet
relatif sama

Gambar 10.1 3 Persentase Rumah Tangga yang Menerima


Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2021

47.84
47.14
36.46
46.08 35.93
35.12

22.28

22.62 21.77

Perkotaan Perdesaan Total

Laki-Laki Perempuan Total

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2021

398
Profil Perempuan Indonesia 2022
Berdasarkan tipe daerah, Gambar 10.13 menunjukkan bahwa
persentase pekerja di perkotaan yang menggunakan internet dua
kali lebih tinggi dibandingkan pekerja di perdesaan. Sebanyak
47,84 persen pekerja laki-laki di perkotaan menggunakan internet
sedangkan di perdesaan hanya 22,62 persen pekerja laki-laki yang
menggunakan internet atau terdapat ketimpangan 25,22 persen.
Sedangkan pekerja perempuan di perkotaan yang mengakses
internet sebesar 46,08 persen sedangkan di perdesaan sebesar
21,77 persen atau terdapat ketimpangan sebesar 24,31 persen.

D. Kesimpulan

Tahun 2021, secara umum, persentase penduduk yang


menggunakan telepon seluler di Indonesia dalam setahun terakhir
mengalami peningkatan lebih dari 2 persen baik untuk laki-laki
maupun perempuan, yaitu mencapai 78,23 persen pada perempuan
dan laki-laki sebesar 84,32 persen. Untuk di perkotaan, persentase
perempuan yang menggunakan telepon seluler sebesar 83,1
persen, tertinggal sebanyak 4,79 poin dibandingkan laki-laki, yaitu
87,89 persen. Demikian juga dengan persentase perempuan di
perdesaan yang menggunakan telepon seluler sebesar 71,98
persen, meskipun angka ini naik 2,25 persen dari tahun lalu namun
masih selalu lebih rendah persentasenya daripada perempuan di
perkotaan.
Berdasarkan perbandingan antar provinsi, perempuan di
perkotaan yang menggunakan telepon seluler terbesar terdapat
di Kalimantan Utara dengan persentase sebesar 94,59 persen,
kemudian diikuti oleh Kalimantan Timur dengan jumlah sebanyak
92,28 persen dan NTT sebesar 91,67 persen. Untuk wilayah
perdesaan, jumlah persentase perempuan yang menggunakan
telepon seluler terbesar terdapat di Kalimantan Timur dengan
jumlah sebesar 86,08 persen, Gorontalo sebesar 84,4 persen, dan
Lampung sebanyak 82,69 persen. Sebaliknya yang persentasenya
paling rendah ada di Papua dengan persentase sejumlah 25,29
persen saja.

399
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada penggunaan komputer, penduduk laki-laki yang
berumur 5 tahun ke atas yang menggunakan komputer selama 3
bulan terakhir, sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan atau
12 berbanding 11,34 persen, baik di perkotaan maupun perdesaan.
Jumlah pemakaian di perkotaan jauh lebih tinggi dari rata-rata,
yaitu 16,83 persen pada laki-laki, dan sedikit lebih rendah pada
perempuan yaitu 15,6 persen. Jumlah ini sedikit menurun dari
tahun yang lalu, baik penggunaan di perkotaan maupun perdesaan.
Sebaliknya, jumlah pemakaian komputer di perdesaan justru
perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dengan perbandingan 5,87
persen dan 5,45 persen. Berbeda dengan tahun yang lalu, kali ini
ada sedikit peningkatan pada pengguna perempuan di perdesaan.
Ditinjau dari kajian tipe daerah, persentase penduduk
perempuan yang menggunakan komputer dalam 3 bulan terakhir di
perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan di semua provinsi di
Indonesia. Persentase perempuan perkotaan yang menggunakan
komputer tertinggi terdapat pada DI Yogyakarta dengan jumlah
24,45 persen, diikuti NTT dengan angka 23,9 persen dan DKI Jakarta
sebanyak 23,87 persen. Sebaliknya, provinsi dengan persentase
terendah pada perempuan yang menggunakan komputer terjadi
di Jawa Tengah sebesar 13,14 persen saja. Sementara itu untuk
perempuan yang tinggal di perdesaan, persentase tertinggi terlihat
terjadi di Kalimantan Timur dengan jumlah sebanyak 9,33 persen,
Kepulauan Riau sebesar 9,22 persen dan Sulawesi Barat sebanyak
8,76 persen). Sebaliknya, provinsi dengan jumlah pemakaian
komputer terendah ada di provinsi Papua dengan hanya sebesar
2,02 persen saja.
Pada persentase penduduk yang mengakses internet dalam
3 bulan terakhir masih saja lebih besar pada laki-laki, yaitu 65,05
persen dibandingkan perempuan, yaitu 59,14 persen, baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Meskipun ada peningkatan
sekitar 5 persen dalam setahun terakhir, namun ketimpangan
pengguna perempuan masih tetap di bawah laki-laki. Berdasarkan
tipe daerah, peningkatan akses internet sangat signifikan di tahun
2021 ini. Laki-laki yang mengakses internet di perkotaan sebesar
74,23 persen atau meningkat sebanyak 7,45 persen, sedangkan
perempuan sebesar 69,31 persen atau mengalami kenaikan
sebanyak 7,68 persen. Kenaikan yang sama terlihat di perdesaan,

400
Profil Perempuan Indonesia 2022
dimana persentase laki-laki sebesar 52,6 persen atau meningkat
sebesar 9,27 persen dan perempuan mencapai jumlah 46,09
persen atau naik sebanyak 8,7 persen. Peningkatan yang terjadi
cukup signifikan, yaitu antara 7 hingga 10 persen baik di perkotaan
maupun perdesaan dalam setahun terakhir. Dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya hingga 2021, kebutuhan untuk mengakses
internet masih konsisten lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di
perdesaan.
Untuk wilayah perkotaan, tiga provinsi yang memiliki
penduduk dengan akses internet tertinggi adalah DKI Jakarta
sebesar 85,55 persen, kemudian diikuti Kepulauan Riau sebanyak
83,39 persen dan Kalimantan Timur sebesar 79,44 persen.
Sebaliknya, provinsi dengan persentase akses internet terendah
terjadi di NTB dengan jumlah sebesar 61,28 persen. Sebaran
pemakaian internet di perkotaan seluruh provinsi berada pada
kisaran 61 hingga 86 persen. Pada wilayah perdesaan, tiga provinsi
dengan persentase akses internet tertinggi berturut-turut adalah
Kalimantan Timur sebesar 63,51 persen, DI Yogyakarta sebanyak
60,35 persen dan Kalimantan Selatan sebesar 56,47 persen.
Sebaliknya, provinsi dengan persentase terendah pada akses
internet terjadi di provinsi papua sebesar 10,27 persen, dimana
Papua merupakan provinsi dengan jumlah desa terbanyak dengan
status desa sangat tertinggal.
Berdasarkan tujuan penggunaan internet, stereotipe dan
peran gender masih mewarnai sejumlah tujuan penggunaan
internet, terutama pada perempuan. Tujuan untuk media sosial
atau jejaring sosial merupakan tujuan yang paling banyak dipilih
penduduk Indonesia, yaitu 89,14 persen pada perempuan dan
88,49 persen pada laki-laki. Urutan terbanyak kedua adalah untuk
mendapatkan informasi atau berita, yakni sebanyak 62,9 persen
perempuan dan 67,26 persen pada laki-laki, selanjutnya untuk
tujuan hiburan sebesar 59,33 persen pada perempuan dan laki-laki
sebesar 65,64 persen. Tujuan dalam rangka mendapatkan informasi
untuk proses pembelajaran (sekolah) menduduki tujuan terbanyak
keempat dengan jumlah sebesar 36,8 persen perempuan dan 29,24
persen laki-laki. Pada tujuan untuk pembelajaran ini, persentase
perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

401
Profil Perempuan Indonesia 2022
Akses terhadap telepon seluler, komputer, dan internet
merupakan kebutuhan mendasar bagi perempuan dan anak
perempuan. Akses ini harus difasilitasi sejak dini dengan
tingkat fasilitas yang menyesuaikan kebutuhan dan dengan
pemantauan. Dengan demikian, perempuan dan anak perempuan
tidak mengalami rasa kepercayaan diri yang rendah untuk
memanfaatkan TIK dan menempuh pendidikan di bidang tersebut,
sekaligus kerentanan mereka tetap dapat diantisipasi. Hingga saat
ini, sebagian perempuan masih mengalami hambatan struktural
dan kultural dalam mengakses manfaat pembangunan TIK
sehingga penting dilakukan pengarusutamaan TIK pada kelompok
perempuan. Dengan demikian, literasi digital perempuan
meningkat, mampu mengakses, mengoperasikan, dan menikmati
manfaat dari kemajuan TIK di era digital untuk meningkatkan daya
saing perempuan di era revolusi industri 4.0.

402
Profil Perempuan Indonesia 2022
BAB 11
KEKERASAN
TERHADAP
PEREMPUAN
KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN
JUMLAH KASUS KEKERASAN JUMLAH KORBAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN TERHADAP PEREMPUAN

MENURUT MENURUT
KELOMPOK KELOMPOK
UMUR PENDIDIKAN
TERAKHIR
18-24 tahun
2.887 korban

25-44 tahun 1.801 373 709


orang orang orang
6.157 korban NA Tidak SD
Sekolah
45-59 tahun
1.192 korban

60 tahun keatas
1.196 4.417 1.870
132 korban orang orang orang
HELP! SLTP SLTA Perguruan
Tinggi
JUMLAH KORBAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN

MENURUT MENURUT
JENIS JENIS LAYANAN
KEKERASAN YANG DITERIMA

Fisik 5.309 korban 3.731 korban Pengaduan

Psikis 4.073 korban 1.573 korban Kesehatan


Bantuan
Seksual
1.307 korban Hukum
1.563 korban
Penegakan
680 korban Hukum
Penelantaran 1.406 korban
Rehabilitasi
355 korban Sosial
TPPO 272 korban
155 korban Reintegrasi
Sosial
Eksploitasi 61 korban
126 korban Pemulangan
Lainnya 936 korban 99 korban Pendampingan
Tokoh Agama
Sumber: Simfoni PPA , Kemen PPPA, 2021
A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia/WHO (2018) melaporkan bahwa


sepertiga perempuan di dunia, atau sekitar 736 juta perempuan
pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual. Studi yang
merupakan hasil survei di 161 negara antara tahun 2000 hingga
2018 ini melaporkan bahwa perempuan mulai mengalami
kekerasan sejak usia muda. Pelaku kekerasan pada umumnya
adalah pasangan dari perempuan atau kekerasan oleh pasangan
sebagai bentuk pelecehan yang paling banyak dilaporkan. Dalam
laporan WHO (2018) tersebut dinyatakan bahwa satu dari empat
perempuan berusia antara 15-24 tahun mengalami kekerasan yang
dilakukan oleh pasangan mereka, yaitu sekitar 641 juta perempuan
mengaku pernah mengalaminya. Di luar itu, 6 persen perempuan
di seluruh dunia mengatakan telah diserang oleh orang lain yang
bukan suami atau pasangan mereka.
Laporan WHO (2021) menunjukkan perempuan yang tinggal di
negara-negara berpenghasilan rendah Kepulauan Oceania seperti
Fiji, kawasan Asia selatan dan sub-Sahara Afrika lebih berisiko
mengalami kekerasan fisik dan seksual oleh pasangan mereka.
Hampir satu dari empat perempuan atau 37 persen perempuan
yang tinggal di negara-negara ini menjadi korban kekerasan.
Angka kasusnya turun menjadi sekitar satu dari lima perempuan
jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Eropa atau
dalam rentang 16-23 persen dan Asia Tengah sebesar 18 persen.
Kekerasan terhadap perempuan mewabah di setiap negara dan
budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan perempuan dan
keluarga. Kondisi ini diperburuk pandemi COVID-19 yang semakin
meningkatkan kerentanan perempuan sebagai korban kekerasan
oleh pasangan.
Tidak seperti COVID-19, kekerasan terhadap perempuan
tidak bisa dihentikan dengan vaksin. Karenanya, WHO menyerukan
kepada negara-negara anggota PBB untuk bermitra dengan
organisasi masyarakat sipil untuk mencegah dan menangani
kekerasan pada perempuan. Tujuannya tentu untuk memastikan
ketersediaan layanan bagi perempuan yang rentan, dan pendanaan

405
Profil Perempuan Indonesia 2022
untuk pengumpulan dana berkelanjutan yang ditujukan pada
peningkatan layanan dan program. Meskipun diskusi tentang
ini sudah sering dilakukan baik di tingkat nasional maupun
internasional, tetapi sekarang diperlukan lebih banyak tindakan
untuk memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), yaitu menghapus kekerasan terhadap perempuan pada
tahun 2030 (WHO, 2021).
Gambaran serupa juga terlihat pada hasil studi di Indonesia.
Laporan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan) melaporkan jumlah kasus kekerasan
berbasis gender terhadap perempuan pada 2021 lebih tinggi jika
dibandingkan pada tahun sebelumnya. Ada peningkatan 112,434
kasus dari tahun 2020 sebanyak 226.062 kasus menjadi 338.496
kasus. Artinya, terjadi peningkatan 50 persen selama masa
pandemi Covid-19. Jumlah ini juga menjadi yang paling tinggi
dalam 10 tahun terakhir. Lebih jauh, data kekerasan tersebut
berasal dari tiga sumber yaitu Komnas Perempuan sebanyak 3.838
kasus, lembaga layanan sebesar 7.029 kasus, dan Badan Peradilan
Agama sebanyak 327.639 kasus. Adapun jenis kekerasan yang
tercatat paling banyak adalah kekerasan fisik, kekerasan psikis,
dan kekerasan seksual. Tempat kejadian kekerasan sebagian
besar di ranah personal, disusul di komunitas dan negara (Komnas
Perempuan, 2022).
Sebagai gambaran lebih lanjut tentang kompleksitas
kekerasan terhadap perempuan, Survei Lentera Sintas Indonesia
dan Magdalene menyebutkan 93 persen penyintas kekerasan
seksual tidak pernah melaporkan kasus mereka ke aparat penegak
hukum (APH) dengan berbagai ragam alasan seperti malu, takut
disalahkan, tidak cukup bukti, tidak didukung keluarga, dan
intimidasi pelaku (Asmarani, 2016). Realita tidak melapornya
para korban kepada APH merupakan bukti kuatnya isu patriarki
yang ada di masyarakat. Hal ini termasuk juga adanya sistem di
dalam keluarga yang tidak mau menanggung malu apabila ada
anggota keluarganya yang menjadi korban kekerasan seksual.
Data Kekerasan Berbasis Gender terhadap Perempuan (KBGTP)
sendiri pada tahun 2022 masih didominasi oleh kekerasan di ranah
personal dengan 2.527 kasus, dengan 771 kasus diantaranya
adalah kekerasan terhadap istri dan 212 kasus kekerasan terhadap
anak perempuan (Komnas Perempuan, 2022).

406
Profil Perempuan Indonesia 2022
Data-data yang telah diuraikan ini menunjukkan bahwa
penanganan kekerasan perempuan masih menjadi isu utama dan
penting di Indonesia. Mengakhiri kekerasan pada perempuan adalah
prioritas Pemerintah Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
Nawa Cita dan rencana pembangunan jangka menengah nasional
(RPJMN 2020-2024). Hal ini sejalan dengan tujuan ke-5 dalam
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk mengakhiri
segala jenis diskriminasi terhadap perempuan di mana pun.
Dalam SDGs indikator 5.2 menyebutkan bahwa “Menghapuskan
segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang
publik dan pribadi, termasuk perdagangan orang dan eksploitasi
seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya”, dan indikator 5.3
“Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan
usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan”.
Sebagai kementerian yang mengawal (leading sector) isu
perempuan dan anak, Kemen PPPA telah membangun aplikasi
pencatatan, pelaporan dan pemantauan kasus kekerasan
melalui Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan
Anak (Simfoni PPA) sejak tahun 2016 (Angraini et. all., 2021).
Simfoni PPA mengkompilasi pengaduan kasus-kasus kekerasan
terhadap perempuan dan anak, termasuk mendata bentuk-bentuk
pelayanan yang sudah diberikan kepada korban, seperti pelayanan
kesehatan, rehabilitasi sosial, bantuan hukum, pemulangan dan
reintegrasi sosial (www.kemenpppa.go.id). Sumber data Simfoni
PPA berasal dari Unit Layanan Terpadu Daerah Perlindungan
Perempuan dan Anak (UPTD PPA), Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas PP dan PA
termasuk unit layanan berbasis masyarakat yang berasal dari 34
provinsi di Indonesia (Angraini et. all., 2021). Meskipun belum
merepresentasikan seluruh kasus kekerasan terhadap perempuan,
namun data Simfoni PPA dapat memberikan gambaran tentang
situasi korban dan layanan yang diterima.

407
Profil Perempuan Indonesia 2022
B. Konsep dan Definisi

1 Kekerasan terhadap Perempuan

Kekerasan adalah setiap perbuatan melawan hukum dengan


atau tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang
menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan atau menimbulkan
kemerdekaan seseorang. Kekerasan terhadap perempuan adalah
setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang
berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan
perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis termasuk ancaman
tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di ranah publik atau
dalam kehidupan pribadi.

2 Korban

Korban adalah pihak yang dirugikan karena tindak kekerasan


yang terjadi. Karakteristik korban diukur melalui indikator umur,
pendidikan, status perkawinan, dan pekerjaan. Pada indikator
umur, korban kekerasan terhadap perempuan dibatasi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas. Satu korban bisa mengalami
lebih dari satu jenis kekerasan, memungkinkan mendapatkan lebih
dari satu layanan dan memungkinkan mengalami kekerasan lebih
dari satu orang pelaku.

3 Pelaku

Pelaku merupakan pihak yang melakukan kekerasan.


Karakteristik pelaku diukur berdasarkan hubungan dengan korban,
seperti orang tua, keluarga, suami/istri, pacar, teman, guru, atau
atasan/majikan. Satu pelaku memungkinkan melakukan kekerasan
terhadap lebih dari satu korban. Satu kasus kekerasan dapat
melibatkan lebih dari satu orang pelaku.

408
Profil Perempuan Indonesia 2022
4 Jenis kekerasan

Jenis kekerasan dikategorisasi berdasarkan bentuk


kekerasan yang dialami korban. Simfoni PPA membagi jenis
kekerasan dalam 7 (tujuh) bentuk kekerasan, antara lain:

a c e g
tindak pidana
perdagangan kekerasan
fisik seksual orang/ lainnya
TPPO

b d f

psikis eksploitasi penelantaran

a.Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan


rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6 Undang-undang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga/UU PKDRT Jo.
Pasal 89 Kitab Undang-undang Hukum Pidana/ KUHP).
b.Kekerasan psikis merupakan perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang (Pasal 7, UU PKDRT).
c. Kekerasan seksual dapat berupa hal-hal berikut:
pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dan/atau pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain, untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu (Pasal 8, UU PKDRT)

kekerasan atau ancaman kekerasan yang memaksa perempuan


yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia
(KUHP Pasal 285)
kekerasan atau ancaman kekerasan yang memaksa seseorang untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
(KUHP Pasal 289)

409
Profil Perempuan Indonesia 2022
d.Eksploitasi dapat berupa:

tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tapi


tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau
praktik serupa, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ
reproduksi dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materil maupun immateril (Pasal 1 butir 7 Undang-undang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang/UU PTPPO)

eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh


seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan,
termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran atau
pencabulan (Pasal 1 butir 8 UU PTPPO, Pasal 4 ayat (1) UU Pornografi).

e.Penelantaran meliputi:

tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah


tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
1 karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut
(Pasal 9 ayat (1) UU PKDRT)

tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah


tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
2 karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut
(Pasal 9 ayat (1) UU PKDRT)

tindakan yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan


cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di
3 dalam atau di luar rumah sehingga korban berada dibawah kendali
orang tersebut
(Pasal 9 ayat (2) UU PKDRT)

f. Kekerasan lainnya merupakan bentuk kekerasan selain


fisik, psikis, seksual, penelantaran dan eksploitasi (Angraini et.all.
2021).

410
Profil Perempuan Indonesia 2022
5 Lokasi Kasus

Lokasi kasus merupakan tempat terjadinya kasus kekerasan


yang dialami korban. Kategori lokasi kasus dilihat berdasarkan
rumah tangga, tempat kerja, sekolah, fasilitas umum/publik,
lembaga pendidikan kilat, dan lainnya.

6 Layanan

Layanan merupakan perihal atau cara melayani yang


dilakukan untuk memenuhi kebutuhan korban. Dalam Simfoni PPA,
jenis layanan dibedakan melalui 8 kategori, yaitu:

Unit
Layanan

a b c d

pengaduan kesehatan bantuan penegakan


hukum hukum

e f g h

pemulangan reintegrasi rehabilitasi pendampingan


sosial sosial tokoh agama

a.Layanan pengaduan adalah serangkaian tindakan


yang dilakukan oleh penyelenggara layanan terpadu untuk
menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang diajukan korban, keluarga atau
masyarakat (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
b.Layanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Permen PPPA Nomor
1 Tahun 2010).

411
Profil Perempuan Indonesia 2022
c.Layanan bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan
oleh pendamping hukum dan advokat untuk melakukan proses
pendampingan saksi dan/atau korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang sensitif gender (Permen PPPA Nomor
1 Tahun 2010).
d.Layanan penegakan hukum adalah tindakan aparat yang
diberi kewenangan oleh negara untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
e.Layanan pemulangan adalah upaya mengembalikan
perempuan dan anak korban kekerasan dari luar negeri ke titik
debarkasi/entry point, atau dari daerah penerima ke daerah asal
(Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
f.Layanan reintegrasi sosial adalah upaya penyatuan
kembali korban dengan pihak keluarga, keluarga pengganti, atau
masyarakat yang dapat memberikan perlindungan dan pemenuhan
kebutuhan bagi korban (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
g.Layanan rehabilitasi sosial adalah pelayanan yang ditujukan
untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang
yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010)
(Angraini, et. all., 2021).

C. Pembahasan

1 Kekerasan terhadap Perempuan

Data kekerasan terhadap perempuan selalu dipercaya


sebagai data yang menggambarkan fenomena gunung es.
Artinya, jumlah yang diperoleh atau data yang disajikan diyakini
belum menunjukkan data sebenarnya dari realitas praktik-
praktik kekerasan terhadap perempuan. Hal ini didasarkan pada
keyakinan bahwa kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan

412
Profil Perempuan Indonesia 2022
yang tidak dilaporkan diyakini jauh lebih banyak dari data yang
terlaporkan. Tingginya dilema perempuan saat akan melaporkan
kasus kekerasan yang dialami diperburuk dengan relasi kuasa
antara perempuan dengan pelaku yang cenderung timpang.
Hambatan yang dialami perempuan korban dapat terjadi karena
hambatan struktural, hambatan kultural, dan/atau keduanya.
Hambatan struktural terjadi ketika sejumlah lembaga layanan
atau mekanisme pelaporan belum responsif terhadap kasus yang
dialami korban atau dilaporkan. Hambatan struktural tersebut
diperparah dengan hambatan kultural yang ada, seperti stigma
dari masyarakat terhadap perempuan sebagai korban.
Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan terhadap
Perempuan yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun
1993, mendefinisikan kekerasan terhadap perempuan sebagai
“Setiap tindakan kekerasan berbasis gender yang menghasilkan,
atau memungkinkan akan mengakibatkan kekerasan dalam
bentuk fisik, seksual, psikologis atau penderitaan terhadap
perempuan, termasuk ancaman, paksaan atau perampasan
kebebasan perempuan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi
di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”. Selanjutnya, PBB
juga menyepakati bahwa kekerasan berbasis gender memiliki
kontinuitas sehingga mendefinisikan Kekerasan Berbasis Gender
(KBG) sebagai “sebuah rangkaian dari kekerasan fisik, seksual,
psikologis, ekonomi yang saling terkait dan berulang dari berbagai
ranah, publik dan privat dan melampaui batas-batas sebuah negara
(UN, 2006).
Definisi di atas termasuk pemaksaan pelacuran, perdagangan
manusia dan pemerkosaan. Secara faktual, kekerasan terhadap
perempuan dapat saling terhubung satu dengan lainnya karena
adanya ketidaksetaraan gender secara struktural (Aghtaie &
Gangoli, 2015). Selain itu, definisi dan karakteristik kekerasan
terhadap perempuan juga bersifat sangat kontekstual sesuai
dengan waktu dan lokasi kejadian kasus secara spesifik (Hester,
1992). Misalnya kekerasan terhadap perempuan di institusi
pendidikan umum akan berbeda dengan di institusi pendidikan
berbasis agama. Ada karakteristik kerentanan dan relasi kuasa
yang berbeda sesuai dengan konteks dan lokus terjadinya kasus
kekerasan.

413
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada tahun 2021, berdasarkan tanggal penginputan yang
dilakukan operator lembaga layanan pada aplikasi Simfoni PPA,
data Simfoni PPA menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan
terhadap perempuan sebesar 10.247 kasus. Dari jumlah tersebut,
ternyata jumlah korban lebih besar dari jumlah kasusnya, atau
sebanyak 10.368 kasus. Jika dibandingkan, maka terdapat selisih
antara jumlah korban dengan jumlah kasus sebesar 121 korban.
Fenomena ini dapat menunjukkan bahwa sebagian dari kasus
yang ada menempatkan lebih dari satu korban perempuan. Dalam
praktik kekerasan terhadap perempuan, realitas tersebut sangat
mungkin terjadi, terutama ketika terdapat perempuan lain yang
berniat atau berinisiatif membantu, akan tetapi dirinya justru
mengalami kekerasan serupa.
Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Gambar 11.1.
menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia tahun 2019 dan 2020 lebih rendah dibandingkan tahun
2021. Jika dibandingkan tahun 2019, tahun 2021 meningkat sebesar
1.393 kasus, sedangkan bila dibandingkan tahun 2020, tahun 2021
meningkat sebesar 1.484 kasus. Untuk korban menunjukkan bahwa
dibandingkan tahun 2021 terdapat peningkatan korban sebesar
1.393 korban dibandingkan tahun 2018 dan 1.682 dibandingkan
tahun 2019.

Gambar 11.1 Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan terhadap


Perempuan, 2019-2021

10.368
10.247

8.947
8.763
8.854
8.686

2019 2020 2021

Jumlah Kasus Jumlah Korban


Sumber: Simfoni PPA, 2021

414
Profil Perempuan Indonesia 2022
Penurunan angka kasus kekerasan terhadap perempuan di
tahun 2020 dapat merefleksikan tiga hal.
pembatasan ruang gerak penduduk demi menekan
1 penyebaran Covid-19 semakin menyulitkan perempuan
melaporkan kasus kekerasan yang dialami.
perempuan korban kekerasan yang memiliki keberanian untuk
2 melaporkan kasusnya, mengurungkan niat pelaporannya
karena lembaga layanan masih memberlakukan tutup
sementara karena alasan pandemi.
Ketiga, lembaga layanan sudah membuka layanan pengaduan
3 kasus kekerasan, namun kebanyakan perempuan tidak
mengetahui mekanisme dan proses yang harus dilakukan
untuk melaporkan kasus mereka. Interpretasi ini terbukti
dengan peningkatan yang tajam pada jumlah kasus dan
jumlah korban yang terlaporkan pada tahun 2021 yang hampir
mencapai angka yang terjadi di tahun 2019.
Selain tiga faktor tersebut, Komnas Perempuan (2020) melihat
bahwa selama Pandemi COVID-19, angka kekerasan terhadap
perempuan cenderung menurun karena terbatasnya akses layanan
kepada korban secara tatap muka (luring) yang kemudian beralih
ke mekanisme pelaporan secara daring. Peralihan mekanisme
ini melahirkan problem lebih lanjut pada perempuan korban
untuk bisa mengadvokasi dirinya. Terdapat tiga isu mendasar
yang melemahkan perempuan melaporkan kasusnya. Pertama,
kesenjangan literasi digital pada korban mengakibatkan korban
tidak memahami mekanisme pelaporan kasusnya secara digital.
Kedua, ketiadaan sarana dan prasarana komunikasi-teknologi yang
dapat diakses atau dijangkau perempuan korban; dan ketiga, tidak
tersedianya kuota dan internet yang stabil diantara kelompok
perempuan sehingga menjadi penyebab minimnya akses ke
lembaga layanan (Komnas Perempuan, 2020).
Angka kekerasan terhadap perempuan dengan tren
yang terus meningkat ini dapat merefleksikan 2 hal mendasar.
Pertama, peningkatan angka kekerasan terhadap perempuan
didasarkan pada meningkatnya kasus kekerasan itu sendiri. Kedua,
meningkatnya data kekerasan yang terlaporkan karena adanya
peningkatan kesadaran perempuan korban kekerasan untuk

415
Profil Perempuan Indonesia 2022
melaporkan kasusnya. Artinya, perempuan sebagai korban telah
menyadari bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan
suatu tindakan melanggar hukum dan korban terlindungi
oleh sistem hukum yang ada. Selain itu, perempuan tidak lagi
menganggap kekerasan yang dialaminya sebagai sebuah aib yang
harus ditutupi, justru sebaliknya, perempuan melihatnya sebagai
problem yang harus dibongkar untuk mencegah keberulangan.
Situasi ini menunjukkan adanya kesadaran hukum yang terbangun
di masyarakat, terutama pada perempuan korban.

Gambar 11.2 Peta Sebaran Jumlah Kasus Kekerasan


Menurut Provinsi, Tahun 2021

Keterangan
Warna semakin tua, kasus semakin tinggi.
Sumber: Kemen. PPPA, 2021, https://kekerasan.kemenpppa.go.id/

Peta yang terlihat pada Gambar 11.2 menunjukkan gambaran


sebaran kasus kekerasan yang diterima Simfoni PPA di Indonesia.
Warna yang terlihat di dalam peta menunjukkan tingkat jumlah
kasus yang semakin tinggi pada warna yang semakin tua. Dari peta
tersebut terlihat warna tua terletak di lima provinsi, yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara
Barat, dan Sulawesi Selatan.
Pada Gambar 11.3 terlihat bahwa berdasarkan jumlah kasus
dan korban kekerasan terhadap perempuan, empat provinsi
dengan jumlah terbanyak yang dilaporkan terjadi di pulau Jawa,

416
Profil Perempuan Indonesia 2022
yaitu Jawa Tengah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu sebesar
865 kasus dan jumlah korban sebanyak 871 perempuan. Jawa
Barat menempati urutan terbanyak kedua dengan selisih yang
sangat sedikit dibandingkan Jawa Tengah, yaitu 862 kasus dan 871
korban. Sebaliknya, provinsi dengan pencatatan kasus terendah
terlihat di Bengkulu dengan jumlah 48 kasus atau turun 8 kasus
dari tahun 2020. Selanjutnya, jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan terendah setelah Bengkulu adalah Kalimantan Tengah
dengan jumlah 62 kasus atau meningkat 19 kasus dari tahun 2020;
dan Bangka Belitung sebanyak 85 kasus atau mengalami kenaikan
73 kasus dari tahun sebelumnya.

Gambar 11. 3 Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan terhadap


Perempuan Berdasarkan Tahun Penginputan
Menurut Provinsi, 2021

858 862 865

696 698 700

526 541

399
372

274 290
224 240
176 180 182 186 187 190
136 148 152 155 159
113 113 120 121
48 62 85 94 95
Kalimantan Selatan

Aceh
Riau

Bali
Papua Barat

Sulawesi Utara

Banten
Bangka Belitung

Papua
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara

Jambi
Sulawesi Barat
Kalimantan Barat

Maluku

Kepulauan Riau

Sumatera Selatan

Sumatera Utara
Gorontalo

Lampung

Kalimantan Timur

Sumatera Barat

Jawa Tengah
Bengkulu

Jawa Timur
Jawa Barat
Kalimantan Tengah

Kalimantan Utara

Sulawesi Tengah

Daerah Istimewa Yogyakarta

DKI Jakarta
Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Selatan

Jumlah Kasus Kekerasan Jumlah Korban Kekerasan

Sumber: Simfoni PPA, 2021

417
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tingginya jumlah kasus dan korban kekerasan yang tampak
terpusat di pulau Jawa belum dapat menjadi dasar kesimpulan
yang menunjukkan jumlah kasus yang sebenarnya. Informasi
tentang provinsi dengan jumlah kasus terlapor terbanyak belum
dapat menjadi representasi kondisi seluruhnya di tiap-tiap provinsi.
Karena itu, gambaran paling tingginya jumlah kasus dan korban
pada perempuan yang terpusat di pulau Jawa dapat diartikan
karena: a) layanan pengaduan di provinsi tersebut telah baik; b)
adanya kesadaran untuk melapor; dan c) dukungan masyarakat
dan penyedia layanan sehingga perempuan korban percaya untuk
melaporkan kasusnya.
Sebaliknya, secara geografis wilayah dengan angka kekerasan
terhadap perempuan dengan jumlah terendah dibandingkan
provinsi lain di Indonesia adalah Bengkulu, Kalimantan Tengah,
dan Bangka Belitung. Rendahnya kasus di tiga provinsi tersebut
dapat menjadi bahan evaluasi terkait sarana prasarana dan
infrastruktur layanan pengaduan dan/atau pelaporan. Artinya,
sedikitnya kasus yang dijumpai pada tiga provinsi tersebut belum
tentu merefleksikan jumlah kasus kekerasan yang sebenarnya.
Karena itu, membaca data pada provinsi dengan jumlah data
kekerasan terhadap perempuan rendah, maka penting diiringi
dengan mengecek dan mempertimbangkan kembali fasilitas dan
layanan pengaduan yang ada di wilayah tersebut.

2 Perempuan Korban Kekerasan

Perempuan korban kekerasan memiliki karakteristik yang


cukup beragam yang bisa dilihat berdasarkan status sosial, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan, status perkawinan, tingkat
pendidikan, dan wilayah tinggal. Gambar 11.4 menunjukkan
persentase jumlah perempuan korban kekerasan berdasarkan
kelompok umur. Pada tahun 2021, persentase jumlah perempuan
yang menjadi korban kekerasan paling tinggi berumur antara
25–44 tahun sebesar 59,38 persen atau 6.157 perempuan korban.
Dibandingkan tahun 2020, persentase ini mengalami penurunan
sebanyak 2,24 persen. Kelompok umur 18–24 tahun merupakan
umur korban terbanyak kedua, yaitu sebesar 27,85 persen atau
2.887 korban perempuan. Pada tahun 2021, persentase kelompok
umur 18-24 tahun ini meningkat sebanyak 2,36 persen dibandingkan

418
Profil Perempuan Indonesia 2022
tahun 2020. Sementara itu, kelompok umur 45–49 tahun dialami
perempuan sebanyak 11,5 persen atau 1.192 perempuan korban
dan mengalami penurunan sebanyak 0,2 persen dibandingkan
tahun lalu. Pada kelompok lansia, kekerasan yang dialami kelompok
umur dengan persentase paling sedikit yang diinput di tahun 2021,
yaitu 1,27 persen atau sebanyak 132 perempuan lansia.

Gambar 11. 4 Persentase Korban Kekerasan terhadap


Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Kelompok Umur, 2020-2021

59.39 61.62

27.84 25.48

11.5 11.7

1.27 1.2

18 - 24 tahun 25 - 44 tahun 45 - 59 tahun 60+ tahun

Sumber: Simfoni PPA, 2021 2020 2021

Perempuan korban kekerasan dengan umur 25-44 tahun


sebagai jumlah yang mayoritas, dan terbanyak kedua berumur
18-24 tahun atau jika dijumlahkan mencapai hampir 90 persen
merefleksikan praktik kekerasan sudah terjadi di tahun-tahun
pertama perkawinan. Apalagi, secara umum perempuan yang
melaporkan kekerasan yang dialaminya pada lembaga layanan
merupakan praktik kekerasan yang bukan pertama.

419
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 11.5 Korban Kekerasan terhadap Perempuan
berdasarkan Tahun Penginputan menurut
Provinsi pada Kelompok Umur 25-44 Tahun,
2021

Bengkulu 23
Kalimantan Tengah 35
Kalimantan Utara 53
Kep Bangka Belitung 53
Maluku Utara 68
Papua Barat 71
Sulawesi Tenggara 71
Sulawesi Barat 72
Kalimantan Barat 75
Papua 87
Gorontalo 87
Jambi 89
Maluku 92
Riau 95
Kalimantan Selatan 100
Sulawesi Utara 102
Lampung 105
Sumatera Barat 117
Kep Riau 118
Kalimantan Timur 126
Sumatera Selatan 132
Banten 141
Bali 149
Sulawesi Tengah 171
NTT 245
Aceh 251
NTB 294
Sumatera Utara 312
DI Yogyakarta 392
DKI Jakarta 408
Sulawesi Selatan 432
Jawa Barat 518
Jawa Timur 521
Jawa Tengah 552
0 100 200 300 400 500 600
Sumber: Simfoni PPA, 2021

420
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pada tindakan kekerasan pertama yang dialami, perempuan
cenderung memaafkan dan tidak melaporkan pada lembaga
layanan. Hal ini sejalan dengan teori Michel Victory tentang siklus
kekerasan (Cycle of Violence), yaitu praktik kekerasan dapat terjadi
melalui lima fase, yaitu Fase Permulaan (Build – Up Phase), Fase
Kekerasan (Stand – Over Phase), Fase Penyesalan (Remorse Phase),
Fase Penebusan (Pursuit or buy – Back Phase) dan Fase Bulan
Madu (Honeymoon Phase), dan akan berulang melalui proses fase
pertama lagi. Itu artinya, perempuan yang melaporkan kekerasan
yang dialaminya merupakan praktik kekerasan yang telah melalui
proses berulang sehingga sampai pada situasi perempuan merasa
harus mengakhirinya.
Dari jumlah terbanyak di rentang umur 25-44 tahun, Gambar
11.5 menunjukkan bahwa tiga provinsi dengan jumlah korban
perempuan terbanyak dari pulau Jawa, yaitu Jawa tengah
sebanyak 552 perempuan, Jawa Timur sebanyak 521 perempuan
dan Jawa Barat sebesar 518 perempuan korban. Jika dilihat dari
jumlah yang paling sedikit, Bengkulu merupakan provinsi dengan
jumlah perempuan korban kekerasan berumur 25-44 tahun, yaitu
23 perempuan.
Ditinjau dari tingkat Pendidikan, Gambar 11.6 menunjukkan
persentase jumlah perempuan korban kekerasan paling banyak
merupakan lulusan SLTA. Jumlah ini mencapai 42,61 persen atau
sebanyak 4.417 perempuan korban. Tingkat lulusan Perguruan
Tinggi merupakan jumlah terbanyak kedua pada tingkat pendidikan
korban, yaitu 18,04 persen atau 1.870 perempuan. Pada tingkat
pendidikan SLTP, jumlah perempuan korban kekerasan sebanyak
11,54 persen atau 1.196 perempuan, dan korban dengan lulusan
SD sebesar 6,84 persen atau 709 korban. Sementara itu, korban
dengan pendidikan tidak pernah bersekolah sebesar 3,63 persen
atau sebanyak 373 korban. Selain tingkat pendidikan yang
teridentifikasi, terdapat 1.801 perempuan korban yang tidak mau
menyebutkan status pendidikannya atau tidak diketahui. Bila
dibandingkan tahun 2020, persentase perempuan yang mempunyai
pendidikan tidak sekolah dan SD lebih rendah dibandingkan tahun
2021.

421
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 11.6 Persentase Korban Kekerasan terhadap
Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Jenjang Pendidikan, 2020-2021

45.57
42.61

20.06
17.37 18.04
12.21 12.3711.54
6.89 6.84
3 3.6

NA Tidak SD SLTP SLTA Perguruan


Sekolah Tinggi

2020 2021

Sumber: Simfoni PPA, 2021

Gambar 11.6 yang menunjukkan bahwa perempuan korban


kekerasan justru mayoritas dialami oleh mereka yang berpendidikan
tinggi, yaitu SMA dan perguruan tinggi. Hal ini menjadi catatan
penting bahwa kekerasan terhadap perempuan tidak hanya
dialami oleh perempuan dengan pendidikan rendah atau belum
pernah mengenal bangku sekolah, namun justru juga dialami
perempuan yang berpendidikan. Jika dilihat secara berurutan dari
tingkat pendidikan terbawah pada korban kekerasan, maka pola
kecenderungan justru terlihat dari tingkat pendidikan korban;
atau semakin tinggi tingkat pendidikan korban, semakin besar
jumlah perempuan yang menjadi korban kekerasan. Data ini dapat
ditelisik secara lebih dalam, apakah dengan pendidikan perempuan
yang semakin tinggi, maka negosiasi atas hak diri perempuan lebih
berpeluang terbangun sehingga kesadaran untuk melaporkan
kekerasan yang dialami lebih besar dilakukan perempuan korban.
Sementara, jumlah korban perempuan dengan pendidikan rendah

422
Profil Perempuan Indonesia 2022
jauh lebih sedikit menggambarkan bahwa korban dari kelompok
kategori ini cenderung tidak melaporkan karena berbagai faktor
yang menyulitkan mereka keluar dari siklus kekerasan yang
menjeratnya.

3 Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Perempuan merupakan kelompok yang paling rentan


mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Relasi kuasa antara
suami dan istri yang cenderung timpang meningkatkan kerentanan
perempuan mengalami kekerasan, bukan hanya kekerasan fisik
tetapi juga kekerasan psikis, ekonomi, dan seksual (Stark, 2007).
Sementara itu, perempuan di dalam rumah juga dihadapkan
pada peran gender yang membuat perempuan sulit melepaskan
tuntutan yang dilekatkan pada perempuan. Bahkan, upaya
perempuan untuk memperoleh hak dirinya harus dibayar dengan
berbagai kekerasan berlapis di dalam rumah.
Praktik KDRT mewujud dalam berbagai bentuknya yang
seakan-akan berpihak pada kepentingan perempuan. Misalnya
saja, KDRT juga dapat terjadi karena alasan-alasan melindungi
perempuan sehingga praktik domestifikasi perempuan tampak
seperti suatu yang menyelamatkan perempuan. Perempuan
dilarang keluar rumah dengan asumsi bahwa ketika perempuan
ke ruang publik akan lebih rentan mengalami kekerasan. Alasan
ini menjadi alasan dalam memposisikan perempuan selalu
“disituasikan” agar tidak keluar rumah. Sementara itu, di waktu
yang bersamaan, ruang privat menjadi ruang yang tidak selalu
aman bagi perempuan, bahkan berpotensi menjadi tempat yang
dinilai ‘aman’ untuk tindak kekerasan (Aghtaie & Gangoli, 2015).

423
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambaran tentang KDRT ini menegaskan tentang kerentanan
terbesar perempuan justru terjadi di dalam ruang yang diharapkan
menjadi ruang paling aman bagi perempuan. Tingginya praktik
KDRT disebabkan beragam faktor. Studi Alimi & Nurwati (2021)
menunjukkan bahwa faktor penyebab KDRT adalah:

01
relasi kuasa yang timpang pada suami dan istri. Laki-laki cenderung merasa pada
posisi yang lebih berkuasa, istri adalah miliknya, dan pandangan yang
menempatkan istri secara inferior

ketergantungan ekonomi menjadi faktor yang

02 memperburuk perempuan sebagai korban KDRT.


Ketergantungan ekonomi juga membuat istri
harus bertahan dalam relasi yang penuh kekerasan

pandangan pelaku bahwa kekerasan merupakan

03
cara menyelesaikan konflik atau masalah.
Paradigma salah yang masih menganggap cara
mendidik istri yang efektif adalah dengan cara-
cara yang keras

Perasaan bersaing yang dirasakan laki-laki sebagai

04 akibat perempuan memiliki prestasi yang lebih


baik. Perasaan merasa kalah ditumpahkan dalam
bentuk kekerasan terhadap perempuan

05
Frustasi dan kurangnya coping stress pada laki-laki. frustasi ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, penghasilan, dan perasaan berharga pada laki-laki

Berdasarkan provinsi, Gambar 11.7 menunjukkan jumlah


korban KDRT sebanyak 6.097 orang atau 59 persen dari seluruh
perempuan korban kekerasan. Jumlah korban KDRT terbanyak
yang tercatat dalam Simfoni PPA sejalan dengan jumlah korban
kekerasan secara umum yaitu terjadi di pulau Jawa. Lima provinsi
dengan jumlah korban KDRT tertinggi tercatat dialami perempuan
di Jawa Barat sebanyak 538 korban, Jawa Tengah sebesar 534
korban, Jawa Timur sebanyak 512 korban, DI Yogyakarta sebesar
473 korban, dan DKI Jakarta sebesar 421 korban.

424
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 11.7 Jumlah Korban Kekerasan dalam Rumah
Tangga berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi, 2021

Bengkulu 20
Kalimantan Tengah 36
Kalimantan Utara 50
Bangka Belitung 55
Papua 63
Sulawesi Tenggara 67
Sulawesi Barat 68
Maluku Utara 75
Papua Barat 77
Kalimantan Barat 84
Lampung 91
Maluku 93
Sumatera Barat 96
Sulawesi Utara 100
Jambi 101
Gorontalo 106
Kalimantan Timur 108
Kalimantan Selatan 112
Bali 115
Sumatera Selatan 117
Riau 120
Kepulauan Riau 124
Banten 177
Sulawesi Tengah 194
Nusa Tenggara Barat 214
Nusa Tenggara Timur 229
Aceh 274
Sulawesi Selatan 320
Sumatera Utara 333
DKI Jakarta 421
Daerah Istimewa Yogyakarta 473
Jawa Timur 512
Jawa Tengah 534
Jawa Barat 538
0 100 200 300 400 500 600

Sumber: Simfoni PPA, 2021

425
Profil Perempuan Indonesia 2022
Provinsi dengan jumlah korban KDRT paling sedikit tercatat di
Bengkulu sebesar 20 korban. Jika dilihat populasi penduduk, maka
perbedaan jumlah korban KDRT terbanyak yang dialami korban
di pulau Jawa dapat dipahami. Pulau Jawa merupakan wilayah
dengan kepadatan penduduk yang paling besar di Indonesia.
Selain itu, penting diperhatikan bahwa data jumlah korban
kekerasan berdasarkan provinsi juga merefleksikan akses korban
terhadap layanan pengaduan dan pelaporan kekerasan yang dapat
dijangkau korban. Itu artinya, meskipun terdapat sejumlah provinsi
dengan jumlah korban yang sedikit dibandingkan provinsi lainnya,
data tersebut belum tentu menggambarkan situasi perbandingan
jumlah korban yang sebenarnya. Data harus juga ditelisik lebih
jauh melalui kesadaran korban untuk melaporkan, keberanian
korban dalam konteks sosial budayanya, dan ketersediaan layanan
pengaduan sekaligus keterjangkauan korban terhadap layanan
tersebut.

4 Jenis Kekerasan yang Dialami Perempuan

Tindak kekerasan mengakibatkan dampak berkepanjangan


pada korban, bahkan sepanjang hidupnya. KDRT tidak hanya
menimbulkan rasa takut yang tidak berkesudahan, penderitaan
berat, atau gangguan psikososial pada korban; namun juga
memungkinkan menjadikan korban mengalami disabilitas
permanen, keinginan bunuh diri, dan kehilangan rasa percaya diri.
Dengan situasi yang beragam tersebut, maka korban membutuhkan
pemulihan dan pendampingan yang berbeda satu sama lain, namun
tetap dalam konteks yang komprehensif. Ketentuan layanan bagi
korban telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)
dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual (TPKS).
Regulasi yang mampu memastikan perlindungan bagi korban
sangat penting. Kehadiran UU PKDRT sebagai contoh menegaskan
tentang dua hal, pertama, UU PKDRT telah mampu memindahkan
posisi KDRT yang sebelumnya ditempatkan sebagai tabu di ruang
privat menjadi isu publik yang harus diintervensi dari luar. Kedua,

426
Profil Perempuan Indonesia 2022
UU PKDRT mampu melahirkan rasa aman bagi perempuan karena
memiliki payung hukum yang membuat perempuan merasa lebih
terlindungi. Rasa aman dan terlindungi ini sangat penting bagi
kesehatan mental setiap orang (well being), terutama perempuan;
dan menjadi hak asasi yang harus dipastikan oleh Negara. Selain
UU PKDRT, disahkannya UU TPKS pada 9 Mei 2022 juga membawa
sejumlah harapan positif pada korban, terutama dalam mengakses
penanganan dan pemulihan korban yang terkait layanan pemulihan
fisik, psikis, ekonomi, rehabilitasi, dan reintegrasi sosial.
Layanan pemulihan diberikan berdasarkan jenis kekerasan
yang dialami korban sekaligus kebutuhan layanan lebih lanjut
dari perspektif korban. Terdapat enam jenis kekerasan yang
dikategorisasi Simfoni PPA, yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual,
eksploitasi, tindak pidana perdagangan orang (TPPO), penelantaran,
dan lainnya atau selain enam jenis yang dimaksudkan. Pada
Gambar 11.8 terlihat bahwa di tahun 2021, Simfoni PPA mencatat
jenis kekerasan terhadap perempuan beragam. Kekerasan fisik
dan psikis merupakan jenis kekerasan yang paling banyak dialami
perempuan, yaitu sebanyak 5.309 korban dan 4.073 korban. Jenis
kekerasan yang juga berjumlah banyak dan dialami korban juga
termasuk kekerasan seksual dan penelantaran dengan masing-
masing 1.563 korban dan 1.406 korban. Dibandingkan tahun
2020, terlihat bahwa empat jenis kekerasan ini masih sama-sama
menempati urutan teratas. Jenis kekerasan lain dialami perempuan
adalah juga TPPO mencapai 272 korban dan eksploitasi sebanyak
61 korban.
Berdasarkan Gambar 11.8, kekerasan seksual menempati
posisi tertinggi ketiga yang dialami korban. Pada tahun 2021, belum
ada payung hukum yang komprehensif untuk memastikan korban
kekerasan seksual mendapatkan perlindungan dan hak-haknya.
Beberapa fenomena yang terjadi justru banyak korban dan/atau
pendamping korban akhirnya mengungkapkan kasus kekerasan
seksual via media sosial hingga viral (Pratiwi, 2021; Pratiwi & Niko,
2021). Hal ini merupakan dampak dari kekosongan hukum dan
sulitnya melakukan pembuktian pada kasus kekerasan seksual yang
terjadi di ruang-ruang privat. Lahirnya UU Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga adalah wujud dimana negara menaruh
tanggung jawab pada kekerasan yang terjadi di ruang domestik.

427
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sementara itu, konsep kekerasan seksual sendiri baru dikenali
setidaknya dalam 10 tahun terakhir, dimana Komnas Perempuan
melakukan pendokumentasian kasus dan menemukan bahwa ada
ragam kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan (Pratiwi &
Talib, 2019).

Gambar 11.8 Jumlah Perempuan Korban Kekerasan


berdasarkan Tahun Penginputan Menurut
Jenis Kekerasan yang Dialami, 2021

5309
Fisik
4693
4073
Psikis
3495
1563
Seksual
1183
61
Eksploitasi
30
272
TPPO
196
1406
Penelantaran
1305
936
Lainnya 2021 2020
704

Sumber: Simfoni PPA, 2021

Pada Mei 2022, telah lahir Undang-undang Nomor 12 Tahun


2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang bertujuan
untuk:
mencegah segala bentuk kekerasan seksual;
menangani, melindungi, dan memulihkan Korban;
melaksanakan penegakan hukum dan merehabilitasi pelaku;
lingkungan tanpa kekerasan seksual;
menjamin ketidak berulangan kekerasan seksual.

428
Profil Perempuan Indonesia 2022
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 ini mengatur
sembilan tindak pidana kekerasan seksual yang delik dan unsurnya
disebutkan dalam Undang-undang tersebut, yakni:

a pelecehan seksual non fisik


f penyiksaan seksual
b pelecehan seksual fisik
g eksploitasi seksual
c pemaksaan kontrasepsi
h perbudakan seksual
d pemaksaan sterilisasi
i kekerasan seksual berbasis
elektronik
e pemaksaan perkawinan

Selain sembilan jenis tindak pidana kekerasan seksual


tersebut, UU ini juga menyebutkan bahwa ada tindak pidana
kekerasan seksual yang telah diatur dalam UU lain (existed law) dan
memberikan peluang bagi pengaturan tindak pidana kekerasan
seksual lain di masa yang akan datang, sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2). Pengaturan pada Pasal 4 ayat
(2) tersebut memungkinkan penyelesaian dan penegakan hukum
atas tindak pidana kekerasan seksual yang diatur dalam UU lain
mengikuti hukum acara khusus UU TPKS dan korban kekerasan
seksual dapat mengakses hak-hak korban yang dijamin dalam UU
ini.
Jika ditelisik secara lebih dalam, kekerasan seksual bukan
hanya persoalan seks semata. Kekerasan seksual juga merupakan
persoalan politik karena memiliki akar pada konstruksi sosial-
politik yang menempatkan laki-laki dalam hierarki kekuasaan sosial
dan seksual (Irawaty, 2016). Karenanya, Millet (1970) menegaskan
bahwa seks merupakan hal yang politis, karena relasi laki-laki
dan perempuan merupakan paradigma dari semua hubungan
kekuasaan. Ideologi patriarki begitu kuat sehingga laki-laki
mampu mendapatkan persetujuan dari perempuan yang mereka

429
Profil Perempuan Indonesia 2022
opresi. Ideologi ini dilanggengkan dalam institusi pendidikan,
institusi agama, dan keluarga (Millet, 1970). Dengan demikian,
payung hukum untuk pencegahan, perlindungan, dan pemulihan
korban kekerasan seksual adalah hal yang penting, sebagai wujud
tanggung jawab negara terhadap korban.
Selain payung hukum, kultur masyarakat mengenai stigma
dan reviktimisasi terhadap korban semua jenis kekerasan, terutama
kekerasan seksual juga perlu direformasi. Korban kekerasan kerap
kali disalahkan dan dianggap menjadi sumber dari terjadinya
“kekerasan” itu sendiri. Perempuan dan ekspresi seksualnya
dibatasi oleh berbagai bentuk tabu dan berbagai aturan moral
yang terikat dalam “kontrak sosial”. Kontrak sosial mengandaikan
akses seksual terhadap tubuh perempuan, yakni tubuh perempuan
dikonstruksi sebagai tubuh yang pasif, harus ditutupi, aseksual,
harus dijaga kesuciannya, dikenakan norma, dihukum apabila
terjadi kekerasan (Pateman, 1988). Cara pandang terhadap tubuh
perempuan yang berakar pada ideologi patriarki inilah yang harus
didorong perubahannya, selain memastikan adanya payung hukum
maupun regulasi.
Sejatinya, semua jenis kekerasan berbasis gender terhadap
perempuan merupakan dampak dari adanya relasi kuasa yang
timpang antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh
ideologi patriarki (Millet, 1970). Patriarki merupakan sebuah
sistem tempat dimana laki-laki adalah yang dominan, berkuasa,
opresif dan eksploitatif atas perempuan. Sistem patriarki
adalah struktur sosial yang mendominasi, mengoperasi dan
mengeksploitasi perempuan. Sebagai implikasi dari dianutnya
sistem ini, laki-laki memegang posisi sebagai pihak yang dominan,
sementara perempuan adalah pihak yang tersubordinasi (Walby,
1990). Ideologi patriarki melahirkan relasi kuasa yang menjadi akar
dari kekerasan berbasis gender terhadap perempuan di berbagai
ranah, baik publik maupun privat.

430
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 11.1 Provinsi dengan Jumlah Perempuan Korban
Kekerasan Tercatat yang Tertinggi dan
Terendah Berdasarkan Tahun Penginputan
dan Jenis Kekerasan Fisik dan Psikis 2021

Fisik Jumlah Psikis Jumlah Perdesaan

Jawa Tengah 471 DKI Jakarta 391


Sulawesi Selatan 451 Daerah Istimewa Yogyakarta 372
Jawa Timur 442 Jawa Barat 353
DKI Jakarta 392 Jawa Timur 351
Jawa Barat 375 Jawa Tengah 343
Indonesia 5.309 Indonesia 4.073
Papua 53 Papua 34
Maluku Utara 50 Kalimantan Barat 31
Bangka Belitung 49 Sulawesi Barat 21
Kalimantan Tengah 26 Bengkulu 14
Bengkulu 19 Gorontalo 4
Sumber: Simfoni PPA, 2021

Berdasarkan provinsi dan jenis kekerasan fisik dan psikis yang


paling banyak dan paling sedikit dialami oleh perempuan, Tabel
11.1 menunjukkan bahwa lima provinsi dengan jumlah korban
kekerasan berdasarkan jenis kekerasan fisik dialami perempuan di
Jawa Tengah sebanyak 471 korban, Sulawesi Selatan sebesar 451
korban, Jawa Timur sebesar 442 korban, DKI Jakarta sebesar 392
korban dan Jawa Barat sebesar 375 korban. Sementara itu, pada
jenis kekerasan psikis, provinsi dengan jumlah korban terbanyak
terlihat di DKI Jakarta sebesar 391 korban, DI Yogyakarta sebanyak
372 korban, Jawa Barat sebesar 353 korban, Jawa Timur sebanyak
351 korban dan Jawa Tengah sebesar 343 korban. Untuk korban
perempuan yang menderita kekerasan fisik dengan jumlah paling
rendah ditemukan di Bengkulu sebanyak 19 korban dan jenis
kekerasan psikis terjadi di Gorontalo sebanyak 4 korban.

431
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 11.2 Provinsi dengan Jumlah Perempuan Korban
Kekerasan yang Tercatat Tertinggi Menurut
Tahun Penginputan dan Jenis Kekerasan
Seksual, Eksploitasi, TPPO, dan Penelantaran,
2021

Sek- Jum- Ek- Jum- TPPO Jum- Pene- Jum- Lainnya Jum-
sual lah sploi- lah lah lan- lah lah
tasi taran
Jawa Jawa DKI Jawa
129 17 68 132 NTB 138
Tengah Barat Jakarta Timur
DKI DKI Jawa Jawa
117 6 NTB 59 129 98
Jakarta Jakarta Barat Barat
Jawa Jawa Jawa Aceh Jawa
117 6 57 124 72
Barat Timur Barat Timur

Jawa Jawa Jawa


98 NTT 6 15 110 NTT 56
Timur Timur Tengah
DI Yogy- Kep. Jawa
96 NTB 5 10 NTT 104 52
akarta Riau Tengah
Indo- Indo- Indo- Indo- Indone-
1.563 61 272 1.406 936
nesia nesia nesia nesia sia
Sumber: Simfoni PPA, 2021

Berdasarkan tahun penginputan 2021, Tabel 11.2


menunjukkan bahwa kekerasan seksual yang terbanyak terjadi di
Jawa Tengah sebesar 129 korban dan paling sedikit di Kalimantan
Utara sebesar 10 korban. Untuk kekerasan berjenis eksploitasi yang
paling besar terjadi di Jawa Barat sebanyak 17 korban, sementara
itu, terdapat 13 provinsi yang tidak ada korban perempuan
mengalami kekerasan berjenis eksploitasi. Jika dilihat pada jenis
kekerasan TPPO, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat menjadi
provinsi dengan jumlah korban trafficking terbanyak dengan 68
korban di DKI Jakarta dan 59 korban di NTB. Provinsi Jawa Timur
dan Jawa barat menjadi provinsi dengan jumlah korban kekerasan
berjenis penelantaran terbanyak dengan jumlah korban sebanyak
132 dan 129 korban.
Dalam melihat sebaran kasus kekerasan terhadap perempuan,
perlu dipahami bahwa setiap wilayah memiliki kerentanan dan
hambatan khusus. Misalnya saja, perempuan di wilayah Aceh,

432
Profil Perempuan Indonesia 2022
NTB, NTT akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan
perempuan korban di Kalimantan Utara, Papua, dan Jawa Barat
karena ada perbedaan faktor sosial, budaya, politik, dan ekonomi
yang disebabkan oleh perbedaan geografis. Perbedaan-perbedaan
ini perlu dipahami dalam lensa analisa interseksionalitas. Teori
interseksionalitas mengkonseptualisasikan kategori-kategori
identitas sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dan saling
memengaruhi cara kekuasaan terbentuk dan terdistribusi
secara tidak merata (Collins & Bilge, 2016). Pada isu kekerasan
berbasis gender terhadap perempuan, analisis interseksional
mengungkapkan bahwa rasisme, seksisme, dan kolonialisme
adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan saling mendukung dan
menjadi faktor terjadinya kekerasan itu sendiri. Faktor lainnya
yang saling kelit kelindan yakni usia, jenis kelamin, disabilitas,
keturunan, ekonomi, latar belakang pendidikan, ras, etnisitas,
letak geografis, dan seterusnya (Crenshaw, 1989). Faktor-faktor
tersebut memengaruhi seseorang untuk menjadi lebih rentan
mengalami kekerasan dan/atau lebih sulit melaporkan kasusnya.

Gambar 11.9 Persentase Perempuan Korban Kekerasan


Berdasarkan Tahun Penginputan menurut
Banyaknya Jenis Kekerasan yang Dialami, 2021

73.38 73.33

21.34 22.19

4.87 4.19
0.5 0.29

1 Jenis 2 Jenis 3 Jenis 4 Jenis

2020 2021
Sumber: Simfoni PPA, 2021

433
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 11.9 menunjukkan tentang persentase perempuan
yang menjadi korban kekerasan pada tahun 2021 berdasarkan
jumlah kekerasannya. Mayoritas perempuan korban kekerasan
mengalami 1 jenis kekerasan, atau sebesar 73,33 persen.
Perempuan korban yang mengalami 2 jenis kekerasan sebesar
22,19 persen, diikuti oleh perempuan yang mengalami 3 jenis
kekerasan sekaligus sebesar 4,19 persen. Sisanya, meskipun hanya
0,29 persen saja namun kelompok perempuan ini mengalami lebih
dari 4 jenis kekerasan dalam satu atau beberapa kasus tertentu.
Data ini membuktikan bahwa perempuan korban kekerasan dapat
mengalami lebih dari satu jenis kekerasan, bahkan hingga 4 jenis
kekerasan sekaligus. Dapat dibayangkan bagaimana kondisi korban
kekerasan yang mengalami lebih dari satu jenis kekerasan, karena
satu jenis kekerasan saja sudah dapat berdampak sangat buruk
pada korban, apalagi sampai lebih dari satu jenis kekerasan.

5 Layanan yang Diterima Korban

Negara menjamin penanganan, perlindungan dan pemulihan


bagi setiap korban kekerasan, termasuk perempuan korban
kekerasan. Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 dijelaskan
tiga jaminan tersebut, yaitu:

penanganan merupakan tindakan yang dilakukan untuk


01 memberikan layanan pengaduan, layanan kesehatan, rehabilitasi
sosial, penegakan hukum, layanan hukum, pemulangan, dan
reintegrasi sosial

Perlindungan merupakan segala upaya pemenuhan hak dan


pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi
02 dan/ atau korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK (Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban) atau lembaga lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

03 pemulihan sebagai segala upaya untuk mengembalikan kondisi


fisik, mental, spiritual, dan sosial korban

434
Profil Perempuan Indonesia 2022
Semua bentuk perlindungan negara tersebut disediakan
negara melalui dua cara, yaitu pertama, diintegrasikan pada
berbagai layanan dan fasilitas yang sudah ada, yaitu rumah sakit,
kepolisian, pengadilan; dan kedua, disediakan khusus untuk
kepentingan perlindungan korban, seperti melalui UPTD PPA dan
rumah aman (shelter). Dalam pelaksanaannya, proses perlindungan
korban dilakukan dengan cara bersinergi dengan semua pihak yang
berkepentingan, terutama dari masyarakat, tokoh, akademisi, dan
lembaga penyedia layanan berbasis masyarakat.

Gambar 11.10 Jumlah Perempuan Korban Kekerasan


Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut
Jenis Layanan yang Diterima, 2021

3,731
Pengaduan
2970
1,573
Kesehatan
1607
1,307
Bantuan Hukum
1163
355
Penegakan Hukum
308
680
Rehabilitasi Sosial
551
155
Reintegrasi Sosial
87
126
Pemulangan
69
99
Pendampingan Tokoh Agama
80
2021 2020

Sumber: Simfoni PPA, 2021

435
Profil Perempuan Indonesia 2022
Simfoni PPA mengkategorisasi jenis layanan dalam 8 macam,
terdiri dari:

layanan
pengaduan 1 2 kesehatan

bantuan hukum 8 3 penegakkan hukum

rehabilitasi sosial 7 4 reintegrasi sosial

pendampingan
pemulangan 6 5 tokoh agama

Berdasarkan kategorisasi layanan ini, Gambar 11.10


menunjukkan bahwa layanan pengaduan menempati urutan
tertinggi dengan jumlah mencapai 3.731 perempuan korban.
Selanjutnya, layanan yang diterima perempuan korban dengan
jumlah terbanyak kedua dan ketiga adalah layanan kesehatan dan
bantuan hukum dengan jumlah masing-masing 1.573 perempuan
dan 1.307 perempuan korban. Layanan rehabilitasi sosial dirasakan
oleh 680 perempuan korban, layanan penegakan hukum sejumlah
355 perempuan korban, reintegrasi sosial sebanyak 155 korban,
pemulangan sebanyak 126 perempuan dan pendampingan tokoh
agama sebanyak 99 perempuan korban.
Dari jenis layanan yang diperoleh perempuan korban, terdapat
sejumlah korban yang mendapatkan layanan lebih dari satu jenis
layanan. Hal ini dapat terjadi karena kebutuhan korban yang satu
dengan lainnya berbeda-beda, tergantung pada jenis kekerasan dan
tingkat keparahan yang dibutuhkan untuk memenuhi hak korban.
Gambar 11.11 menunjukkan bahwa sebanyak 3.177 perempuan
korban mendapatkan 1 jenis layanan. Dibandingkan tahun 2020,
jumlah di tahun 2021 ini meningkat sebanyak 257 korban.

436
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 11.11 Jumlah Perempuan Korban Kekerasan
Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut
Banyaknya Layanan yang Diterima, 2021

3,177
1460
2021 423
342
558

2,920
1394
2020 345
271
382

1 Jenis 2 Jenis 3 Jenis 4 Jenis >4 Jenis

Sumber: Simfoni PPA, 2021

Perempuan korban yang mendapat 2 jenis layanan sebanyak


1.460 korban dan meningkat sebanyak 66 perempuan dibandingkan
tahun lalu, sedangkan jumlah korban yang harus mendapatkan
3 layanan sejumlah 423 perempuan. Hal ini meningkat cukup
banyak, atau sekitar 123 perempuan atau 41 persen dari tahun
2020. Terdapat 342 perempuan korban yang mendapatkan 4
jenis layanan atau meningkat 42 perempuan korban kekerasan
atau 14 persen dari tahun lalu. Sementara itu, perempuan korban
yang harus mendapatkan pelayanan lebih dari 4 jenis layanan
berjumlah sangat besar, atau sebanyak 558 perempuan. Angka ini
meningkat sebanyak 86 persen dari tahun sebelumnya. Tingginya
jumlah perempuan yang mendapatkan layanan lebih dari 1 kali
menunjukkan tingkat keparahan yang dialami perempuan korban
sangat besar dan berbahaya bagi kelangsungan hidup korban,
sehingga harus membutuhkan lebih dari satu layanan, bahkan
hingga lebih banyak dari 4 jenis layanan.

437
Profil Perempuan Indonesia 2022
6 Lokasi Kejadian

Gambar 11.12 menggambarkan persentase pelaku kekerasan


terhadap perempuan menurut lokasi kejadian kekerasan. Tahun
2021 menunjukkan lokasi rumah tangga tertinggi dibandingkan
lokasi lainnya sebesar 73,38 persen, diikuti oleh lokasi lainnya
sebesar 16,89 persen dan fasilitas umum sebesar 6,92 persen.
Pola yang terdapat pada tahun 2021 juga sama untuk tahun-tahun
sebelumnya yaitu tahun 2019 dan 2020 dimana tertinggi adalah
lokasi rumah tangga diikuti oleh lokasi lainnya dan fasilitas umum.
Persoalan yang mengemuka dalam konteks ini adalah bukan
saja mengapa perempuan menjadi korban kekerasan tertinggi
terdapat di dalam rumah tangga dimana tempat itu seharusnya
anggota keluarga terutama perempuan seharusnya merasa aman.
Kenyataannya pula, sistem hukum di Indonesia belum menjamin
perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan yang sering dilakukan di dalam rumah tangga akan
berpengaruh pada anak-anak karena selain dapat menimbulkan
trauma pada anak-anak juga sifat anak-anak yang suka meniru
segala sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya
termasuk bentuk kekerasan yang dalam hal ini dilakukan oleh ayah
atau ibunya. Kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya dianggap
sebagai suatu kewajaran bagi anak terutama anak laki-laki yang
tumbuh bersama ayahnya yang suka memukulnya ibunya yang
nantinya cenderung meniru pola yang sama ketika ia sudah
memiliki pasangan (istri).
Berkaitan dengan sistem hukum di Indonesia yang belum
menjamin perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah
tangga karena nilai-nilai tersebut berdasarkan anggapan-anggapan
dalam masyarakat bahwa masalah rumah tangga adalah urusan
pribadi, sehingga tidak seorang pun dapat mencampurinya. Selain
itu alasan-alasan lain seperti ketidaktahuan perempuan dalam
mengadukan kasus kekerasannya.

438
Profil Perempuan Indonesia 2022
Gambar 11.12 Persentase Pelaku Kekerasan terhadap
Perempuan Berdasarkan Tahun Penginputan
Menurut Lokasi Kejadian Periode 2019-2021

73.38
2.2
2021 16.89
0.51
6.92

74.75
2.09
2020 15.36
0.54
7.17

74.56
1.92
2019 14.9
0.61
7.95

Rumah Tangga Tempat Kerja Lainnya Sekolah Fasilitas Umum

Sumber: Simfoni PPA, 2021

439
Profil Perempuan Indonesia 2022
7 Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan

Tabel 11.3 menjelaskan pelaku kekerasan terhadap


perempuan berdasarkan hubungan dengan korban kekerasan.
Berdasarkan hubungan dengan korban, pelaku suami mempunyai
persentase tertinggi yaitu 57,45 persen pada tahun 2021,
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 dan tahun 2019.
Hubungan tertinggi setelah suami adalah pacar atau teman yaitu
sebesar 11,63 persen pada tahun 2021 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2020 dan 2019.
Selain dari suami atau pacar/teman, hubungan seperti orang
tua dan keluarga/saudara atau orang-orang terdekat dengan
korban juga dapat menjadi pelaku kekerasan terhadap perempuan.
Hal ini cukup memprihatinkan karena pelaku seharusnya dapat
memberikan perlindungan kepada korban. Otoritas atau
kewenangan juga menjadi salah satu cara bagi pelaku seperti guru,
majikan atau rekan kerja untuk melakukan kekerasan.
Menurut Rosma dalam tulisannya di Jurnal Pengabdian dan
Penelitian Kepada Masyarakat (JPPM) Volume 2 Nomor 1 tahun
2021, faktor-faktor yang menyebabkan kekerasan terhadap
perempuan dilakukan oleh suaminya adalah:
adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara
suami dan istri, Budaya patriarki membuat laki-laki atau suami
berada dalam tingkat kekuasaan yang lebih tinggi daripada
perempuan atau istrinya, sehingga perempuan tidak jarang
ketika sudah menikah dianggap sebagai milik suaminya. Hal
ini menimbulkan ketimpangan dalam hubungan karena suami
memiliki kuasa lebih terhadap istrinya.
ketergantungan ekonomi. Pendidikan dan budaya patriarki
yang sudah menjadi bagian dalam masyarakat memberikan
pandangan bahwa seorang istri memang seharusnya
bergantung pada suami. Fenomena ini tidak jarang membuat
sebagian istri tidak terbiasa mandiri atau berdaya secara
ekonomi, sehingga ketika terjadi KDRT membuat istri harus
bertahan. Perilaku seperti ini juga membuat suami merasa
memiliki kuasa lebih akan ketidakberdayaan istrinya.

440
Profil Perempuan Indonesia 2022
kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
Kekerasan terhadap istri terjadi biasanya dilatarbelakangi oleh
ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan suami. Kekerasan
dilakukan dengan tujuan agar istri dapat memenuhi harapan
tanpa melakukan perlawanan karena ketidakberdayaannya.
Fenomena ini juga masih menjadi salah satu dasar budaya
dalam masyarakat bahwa jika perempuan atau istri tidak
menurut, maka harus diperlakukan secara keras agar ia
menjadi penurut.
Frustasi. Kekerasan juga dapat terjadi akibat lelahnya psikis
yang menimbulkan frustasi diri dan kurangnya kemampuan
coping stress suami. Frustasi akibat ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh suami. Hal ini
biasa terjadi pada pasangan belum siap kawin, suami belum
memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang belum
mencukupi kebutuhan rumah tangga dan masih serba
terbatas dalam kebebasan. Dalam kasus ini biasanya suami
mencari pelarian kepada mabuk-mabukan dan perbuatan
negatif lainnya yang berujung pada pelampiasan berbentuk
kekerasan terhadap istrinya, baik secara fisik, seksual, psikis
atau bahkan penelantaran keluarga.
Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses
hukum. Dalam proses sidang pengadilan, sangat minim
kesempatan istri untuk mengungkapkan kekerasan yang
dialaminya. Hal ini juga terlihat dari minimnya KUHAP
membicarakan mengenai hak dan kewajiban istri sebagai
korban, karena posisi dia hanya sebagai saksi pelapor atau
saksi korban.

441
Profil Perempuan Indonesia 2022
Tabel 11.3 Persentase Pelaku Kekerasan terhadap
Perempuan Berdasarkan Tahun Penginputan
Menurut Hubungan dengan Korban, 2021

Tahun
Hubungan dengan Korban
2019 2020 2021
Orang Tua 2,77 2,99 3,35
Keluarga/Saudara 4,18 5,16 4,81
Suami 59,67 60,59 57,45
Tetangga 5,06 4,47 4,62
Pacar/teman 9,04 10,25 11,63
Guru 0,27 0,21 0,28
Rekan Kerja 1,14 0,92 1,18
Majikan 0,48 0,66 0,45
Lainnya 10,55 9,61 10,59
NA 6,21 5,14 5,63

Sumber: Simfoni PPA, 2021

D. Kesimpulan

Konstruksi gender pada perempuan dan kebutuhan


perempuan menjadi persoalan mendasar yang berakibat pada
posisi perempuan dalam kerentanan yang paling parah menjadi
korban kekerasan. Konstruksi gender menempatkan perempuan
sebagai jenis kelamin kedua yang didominasi dan dikontrol
melalui sistem patriarkhi. Sementara itu, kebutuhan perempuan
menjadi aspek yang selalu saja digunakan sebagai alasan untuk
menyalahkan perempuan sebagai korban (dan pelaku) kekerasan.
Pada tahun 2021, terdapat 8.803 kasus kekerasan terhadap
perempuan yang didasarkan pada penginputan data dalam Simfoni
PPA. Dibandingkan tahun 2020, jumlah kasus kekerasan di tahun ini
mengalami peningkatan 40 kasus. Dari data kasus tersebut, total
korban telah merugikan 8.912 perempuan. Jumlah ini meningkat
sebanyak 226 korban dari tahun lalu.

442
Profil Perempuan Indonesia 2022
Jumlah input data kasus kekerasan terhadap perempuan
di tahun 2021 mulai meningkat sejak bulan Mei dan mencapai
puncaknya pada Desember 2021 dengan total kasus 1.090 kasus
dan 1.096 korban dalam sebulan. Berdasarkan provinsi dengan
jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang tertinggi adalah
Jawa Tengah (865 kasus dengan 871 korban); Jawa Barat (862
kasus dengan 871 korban) dan Jawa Timur (858 kasus dengan 867
korban). Sedangkan provinsi dengan pencatatan kasus terendah
adalah Bengkulu (48 kasus); Kalimantan Tengah (62 kasus) dan
Bangka Belitung (85 kasus).
Pelaku kekerasan terhadap perempuan masih tetap
didominasi laki-laki dengan persentase mencapai 89,25 persen.
Terdapat 92,41 persen pelaku kekerasan seksual adalah WNI,
dan 0,39 persen pelaku adalah WNA. Berbagai tindak kekerasan
tersebut mengakibatkan 10.368 perempuan menjadi korban
kekerasan di sepanjang tahun 2021. Dari korban kekerasan
terhadap perempuan ini, terdapat 42,61 persen adalah lulusan
SMA dan 18,04 persen berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa korban kekerasan terhadap perempuan tidak
mengenal tingkat pendidikan. Dari segi usia, kelompok umur 25-
44 tahun mendominasi usia korban kekerasan dengan persentase
mencapai 59 persen, sementara itu, pada kategori umur 18-28
tahun mencapai sekitar 28 persen. Sisanya, umur perempuan
korban kekerasan berada di rentang usia 45–49 tahun sebesar 11,5
persen atau 1.192 korban, dan pada lansia sebanyak 1,27 persen
atau 132 korban. Data ini membuktikan bahwa praktik kekerasan
terhadap perempuan sudah dialami perempuan sejak tahun
pertama mereka dewasa, dan semakin memburuk seiring umur
mereka. Data ini juga mengindikasikan bahwa pada kasus KDRT
sudah terjadi sejak awal perkawinan. Berdasarkan data Simfoni
PPA tahun 2021, kasus KDRT dengan korban perempuan mencapai
sekitar 85 persen.
Dalam 2 tahun terakhir, kekerasan fisik dan psikis merupakan
jenis kekerasan yang paling banyak dialami perempuan, yaitu
sejumlah 5.309 korban dan 4.073 korban pada tahun 2021.
Kekerasan seksual dan penelantaran juga banyak dialami
perempuan dengan masing-masing 1.563 korban dan 1.406 korban.
Keempat jenis kekerasan ini masih menempati urutan teratas

443
Profil Perempuan Indonesia 2022
dalam 2 tahun terakhir. Untuk jenis kekerasan TPPO mencapai 272
korban dan eksploitasi dialami 61 perempuan korban. Berdasarkan
jenis dan jumlah kekerasannya, persentase tertinggi atau sebesar
73,33 persen perempuan korban mengalami 1 jenis kekerasan,
sedangkan perempuan korban yang mengalami 2 jenis kekerasan
sebesar 22,19 persen, diikuti oleh perempuan korban yang
mengalami 3 jenis kekerasan sekaligus sebesar 4,19 persen, dan
meskipun hanya 0,29 persen saja namun kelompok perempuan ini
mengalami lebih dari 4 jenis kekerasan sekaligus.
Dilihat dari aspek layanan yang diterima korban, fasilitas
layanan pengaduan menempati urutan tertinggi yang diterima
3.731 perempuan korban, diikuti oleh layanan kesehatan dirasakan
sebanyak 1.573 perempuan korban dan bantuan hukum diterima
oleh perempuan korban sebanyak 1,307 orang. Selebihnya, layanan
yang diterima korban dalam bentuk rehabilitasi sosial penegakan
hukum. reintegrasi sosial, pemulangan, dan pendampingan
tokoh agama. Di tahun 2021, sebanyak 3.177 korban kekerasan
perempuan mendapatkan 1 jenis layanan. Selanjutnya, perempuan
korban yang mendapat 2 jenis layanan dirasakan 1.460 korban dan
3 layanan diterima oleh 423 orang perempuan korban. Selebihnya,
terdapat 342 korban yang mendapatkan 4 jenis layanan dan 558
perempuan korban harus mendapatkan pelayanan lebih dari 4 jenis.
Hal ini menunjukkan bahwa dampak kekerasan pada perempuan
sangat buruk sehingga harus mendapatkan layanan lebih dari 4
jenis layanan.
Selain itu, lokasi kejadian kekerasan tertinggi adalah di rumah
tangga. Hal ini sejalan jika dilihat dari pelaku kekerasan terhadap
perempuan berdasarkan hubungan dengan korban kekerasan,
orang terdekat dari perempuan justru menjadi pelaku dengan
persentase yang tertinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan
dan harus menjadi permasalahan yang segera diselesaikan karena
orang terdekatnya seharusnya menjadi orang pertama yang
melindungi perempuan.

444
Profil Perempuan Indonesia 2022
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Aghtaie, N & Gangoli, G. 2015. Understanding Gender Based


Violence: National and International
Context. New York: Routledge.

Alififia, Ulfah., dkk. 2020. Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan


Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19 Catatan
Penelitian SMERU Research Institute. Diakses
11 September 2022. https://www.smeru.or.id/
id/content/belajar-dari-rumah-potret-ketimpangan-
pembelajaran-pada masa-pandemi-COVID-ø19

Alimi, Rosma & Nunung Nurwati. 2021. Faktor Penyebab Terjadinya


Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan,
Jurnal Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat
(JPPM) Vol. 2 No.1 Hal: 20 - 27 April 2021 e ISSN: 2775 - 1929

Andiyono, Rokhana Dwi Bekti, & Edy Irwansyah. 2013. Analisis


Faktor Yang Mempengaruhi Angka Buta Huruf Melalui
Geographically Weighted Regression: Studi Kasus Propinsi
Jawa Timur. ComTech Vol.4 No. 1 Juni 2013: 443-449.

Arif, Asep Fikri Nur & Nunung Nurwati. 2022. Pengaruh Konsentrasi
Penduduk Indonesia Di Pulau Jawa Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial “Humanitas”
Fisip Unpas, E-ISSN Online: 2656-9353 ISSN Cetak : 1693-
2358 Volume IV, Nomor 1, Maret 2022.

Atem. 2016. Ancaman Cyber Pornography Terhadap Anak-Anak.


Jurnal Moral Kemasyarakatan - Vol.1, No.2, Desember 2016
Ancaman Cyber Pornography Terhadap Anak-Anak. Halaman
107-121.

Badan Kepegawaian Negara (BKN). 2022. Buku Statistik Aparatur


Sipil Negara Juni 2022, Jakarta: Deputi Bidang Sistem
Informasi Kepegawaian BKN

446
Profil Perempuan Indonesia 2022
Bahagijo, S., et. all. 2021. Laporan Akhir Peran Organisasi
Masyarakat Sipil (Oms) Dalam Mendorong Kesetaraan
Gender Dalam Demokrasi Indonesia Di Era Digital. INFID:
Jakarta.

Bahti, Husein H. et. all. 2018. Edukasi Air Sehat Layak Konsumsi
Di Desa Cileles-Kecamatan Jatinangor. Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat. Vol. 2. No. 5 (2018). ISSN 1410-5610,
E-ISSN 2620-8431.

Blondeel, Karel, et. all. 2018. ”Violence motivated by perception


of sexual orientation and gender identity: a systematic
review”. Bulletin of the World Health Organization,
96 (1), 29 - 41L. World Health Organization.

BPS & KPPPA. 2016. Statistik Gender Tematik: Potret Ketimpangan


Gender dalam Ekonomi. BPS: Jakarta

Bryant, J. 2004. “Labour Force Participation and GDP in New


Zealand”. New Zealand Treasury.

Burkinshaw, P. 2015. Higher Education, Leadership and Women


Vice Chancellors: Fitting in to Communities of
Practice of Masculinities. Springer.

Candraningrum, D & Dhewy, A. 2016. “Rasa Takut, Bullying & Tekad


Pelajar Perempuan dalam STEM: Kajian SMK di Jakarta”.
Jurnal Perempuan, Vol. 21 No. 4, 125-144.

Candraningrum, D., Dhewy., A., Pratiwi., AM. 2016. “Takut akan


Zina, Pendidikan Rendah, dan Kemiskinan: Status Anak
Perempuan dalam Pernikahan Anak di Sukabumi Jawa
Barat”. Jurnal Perempuan. Vol. 21, No. 1. Jakarta: YJP Press.

Carol Pateman, C. 1988. The Sexual Contract. California: Stanford


University Press.

Cerelia, Jessica Jesslyn,et. all. 2021. Learning Loss Akibat


Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19

447
Profil Perempuan Indonesia 2022
di Indonesia. Seminar Nasional Statistika X, ISSN
Cetak : 2087- 2590 ISSN Online: 2599-2546.

Chant, Sylvia H. 2006. Re-thinking the “feminization of poverty”


in relation to aggregate gender indices. Journal of human
development, 2006. Halaman 201-220.

CNN Indonesia. 2022. Mendes: 4.982 Desa Masih Sangat


Tertinggal, Terbanyak di Papua”, https://www.cnnindonesia.
com/nasional/20220712210024-20-820715/mendes-4982-
desa-masih-sangat-tertinggal-terbanyak-di-papua.

CNN Indonesia. 2022. “Bertambah 3, Berikut Daftar 37 Provinsi


di Indonesia” berita 2 Juli 2022. Berita dalam https://
www.cnnindonesia.com/ nasional/ 20220701182223-20-
816198/bertambah-3-berikut-daftar-37-provinsi-di
indonesia.

Collins, P.H & Bilge, S. 2016. Intersectionality. Cambridge: Polity


Press.

Crenshaw, K. 1989. “Demarginalizing the Intersection of Race


and Sex: A Black Feminist Critique of Antidiscrimination
Doctrine, Feminist Theory and Antiracist Politics,” University
of Chicago Legal Forum, Vol. 1989: Iss. 1, Article 8. http://
chicagounbound.uchicago.edu/uclf/vol1989/iss1/8

Damarawati, Anis Talitha, et. all. 2020. Pengaruh Status Paparan


Asap Rokok pada Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan
Berat Badan Lahir di Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.
Journal of Agromedicine and Medical Sciences, Vol. 6 No. 2.
2020. Halaman 103-109.

Dembe, A. E., & Yao, X. 2016. ”Chronic Disease Risks from Exposure
to Long-Hour Work Schedules over a 32-Year Period”. Journal
of occupational and environmental medicine, 58 (9), 861-
867.

Duflo, E. 2012. “Women Empowerment and Economic Development.


”Journal of Economic Literature 50 (4), halaman 1051- 1079.

448
Profil Perempuan Indonesia 2022
Douglas , Elliot & Rebecca Staudenmaier. 2020. Apa Artinya
Deklarasi “Situasi Darurat Global” dari WHO ?. 01.02.2020.
https://www.dw.com/id/apa-artinya-deklarasi-situasi-
darurat-global-dari-who/a-52217493

Dores, Edi & Julianis. 2014. Pengaruh Angka Melek Huruf Dan
Angka Harapan Hidup Terhadap Jumlah Penduduk Miskin
Di Propinsi Sumatera Barat, Journal of Economic and
Economic Education Vol.2 No.2 (126 - 133), ISSN: 2302
- 1590 E-ISSN : 2460 – 1900, https://media.neliti.com/media/
publications/43009-ID-pengaruh-angka-melek-huruf-dan-
angka-harapan-hidup-terhadap-jumlah-penduduk-misk.pdf.

El Alaoui, Aicha. 2015. Impact of women’s education on the


economic growth: An empirical analysis applied to Morocco,
Algeria, Tunisia, and Egypt. Munich Personal RePEc Archive.
https://mpra.ub.uni-muenchen.de/69787/

Elis Setiawati, Elly Malihah & Siti Komariah. 2017. Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Perempuan Berpendidikan Tinggi
Berperan Sebagai Pengambil Keputusan dalam Keluarga di
Kelurahan Isola, Jurnal Sosietas, Vol. 7, NO. 1, 2017, halaman
329- 334.

Fachrunnisa, R. 2020. “Education of Indonesian Girls: The Outlook


of Discrimination, Rights, and the Impact on Society”,
Conference Paper, World Conference on Gender Studies
2020.

Fakih, Mansour. 2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fajriyah, Iklilah M.D., et. all. 2021. Larat dan Runtuhnya Hak
Pendidikan Anak Perempuan: Belenggu Siswi Korban
Perkawinan Anak Selama Pandemi COVID-19 di Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jakarta:
INOVASI.

Fajriyah, Iklilah Mz.Dini & Wawan Djunaedi, 2008. Pendidikan

449
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sebagai Pengukuhan Jati Diri: Pergulatan Internal dan Relasi
Kuasa di Komunitas Pemulung Pondok Labu. dalam buku
Gamang: Lembaga Pendidikan Islam Menghadapi Perubahan
Sosial, Juni, 2008, DIKTIS Kementrian Agama RI, Yogyakarta:
INSISTPres.

Fajriyah, Iklilah MD. et. all. 2019. Profil Perempuan Indonesia 2020,
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kemen. PPPA)

Fajriyah, Iklilah MD. et. all. 2019. Pembangunan Manusia Berbasis


Gender 2020, Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen. PPPA)

Fatima, Bona. 2021. Menkes : Peserta Penerima Bantuan JKN


Menurun Sejak Oktober, artikel dalam https://investor.
id/national/272016/menkes-peserta-penerima-bantuan-
jkn-menurun-sejak-oktober.

Febriyatko, Angga. 2021. Pandemi Covid-19 Dan Strategi


Pembelajaran Jarak Jauh. 05 Agustus 2021. https://
bdkbandung.kemenag.go.id/berita/pandemi-covid-19-dan-
strategi-pembelajaran-jarak-jauh.

Fedho, Maria Alexandra & Litbang MPI. 2022. 5 Negara dengan


Lulusan Pendidikan Tinggi Terbanyak, Ada Indonesia?, artikel
website https://edukasi.okezone.com/read/2022/04/14/65/
2578911/5-negara-dengan-lulusan-pendidikan-tinggi-
terbanyak-ada-indonesia? page=2.

Gafur, Abdul. et. all. 2017. Studi Kualitas Fisik Kimia dan Biologis
pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek yang
Beredar di Kota Makassar Tahun 2016, Higiene: Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 3 No. 1 (2017). P-ISSN: 2443-
1141. E-ISSN: 2541-5301

Girsang, Andry Poltak Lasriado. et. all. 2021. Statistik Penduduk


Lanjut Usia 2021, ISSN 2086-1036 Jakarta: Badan Pusat
Statistik

450
Profil Perempuan Indonesia 2022
Hanum, Hanifah & Adityo Wibowo. 2016. Pengaruh Paparan Asap
Rokok Lingkungan pada Ibu Hamil terhadap Kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah, Jurnal Majority, Volume 5, Nomor 5,
Desember 2016, halaman 22-26,

Haruna, MS. 2020. “Norma Gender Berpengaruh Terhadap


Kesehatan Reproduksi?” Perempuan dan Perlindungan
Anak Edisi 172 | Juni - Juli 2020. https://baktinews.bakti.
or.id/artikel/norma-gender-berpengaruh-terhadap-
kesehatan-reproduksi

Hermawati, W (Ed.). 2020. Kesetaraan Gender dalam Pelaku Iptek,


Mungkinkah? Jakarta: LIPI Press.

Herrmann, SD. et. all. 2016. “The Effects of a Female Role Model
on Academic Performance and Persistence of Women in
STEM Courses”.Basic and Applied Social Psychology, 38:5,
258-268. DOI: http://dx.doi.org/10.1080/01973533.2016.12
09757

Herath, S. 2011. “Women’s Access to Decent Work”. United


Nations Commission on the Status of Women Fifty-fifth
session 22 February – 4 March 2011 New York. Diakses pada
8 Oktober 2022. https://www.un.org/womenwatch/daw/
csw/csw55/panels/Panel2-Herath-Subhangi.pdf

Hester, M. 1992. Lewd Women & Wicked Witches: A Study of the


Dynamics of Male Domination. London: Routledge
Hochschild, Arlie & Anne Manchung 1989. The Second Shift:
Working Families and The Revolution at Home. New York:
The Penguin Group.

ICMI. 2021. ”Kepemilikan Aset oleh Perempuan Pengaruhi


Kesejahteraan Rumah Tangga”. Diakses pada 28 Oktober
2022. https://icmi-sleman.or.id/2021/11/30/kepemilikan-
aset-oleh-perempuan-pengaruhi-kesejahteraan-rumah-
tangga/

ILO. 2006. Konvensi-Konvensi ILO tentang Kesetaraan Gender di


Dunia Kerja. ILO: Jakarta.

451
Profil Perempuan Indonesia 2022
ILO, K138 Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja.

Indikator Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020-2024,


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI.

Irawaty, D. 2016. “Politik Seksualitas dan Pengabaian Negara


terhadap ITU Facts and Figures. 2017. https://www.itu.int/
en/ITU-D/Statistics/Documents/facts/ ICTFactsFigures2017.
pdf

John, Shibu & Singh, Prerna. 2017. “Female Education and


Health: Effects of Social Determinants on Economic Growth
and Development”. International Journal of Research
Foundation of Hospital and Health Care Administration,
5(2):84-88. DOI: 10.5005/jp-journals-10035-1081.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2021. “Pemerintah


Terus Berkomitmen dalam Mengentaskan Buta Aksara”.
Diakses pada 12 September 2022. https://www.kemdikbud.
go.id/main/blog/2020/09/pemerintah-terus-berkomitmen-
dalam-mengentaskan-buta-aksara

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Indikator Program


Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024.
Indonesia: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Indikator Program


Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024.
Indonesia: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. “Kerja berlebihan itu tidak


baik, tapi kenapa banyak orang masih melakukannya?”,
diakses pada 8 Oktober 2022, http://p2ptm.kemkes.go.id/
artikel-ilmiah/kerja-berlebihan-itu-tidak-baik-tapi-kenapa-
banyak-orang-masih-melakukannya

Kementerian PUPR. 2017. Cipta Karya Jamin Target SDGs Tahun


2030 Tercapai, berita dalam https://pu.go.id/berita/cipta-
karya-jamin-target-sdgs-tahun-2030-tercapai.

452
Profil Perempuan Indonesia 2022
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP 102/
MEN/VI/2004 Pasal 1 angka 1 tentang sistem jam kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. KEP-235/


MEN/2003 tentang Jenis-Jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.

Komisi Nasional Perempuan. 2020. Kajian Dinamika Perubahan Di


Dalam Rumah Tangga Selama Covid-19 di 34 Provinsi Di
Indonesia Periode April – Mei 2020. Diakses 11 November
2020. https://www.komnasperempuan.go.id/read-news-
siaran-pers-hasil-kajian-komnas-perempuan-tentang-
perubahan-dinamika-rumah-tangga-dalam-masa-pandemi-
covid-19-3-juni-2020

Komnas Perempuan. 2021. “Siaran Pers Komnas Perempuan


Memperingati Hari Aksara Internasional (Jakarta, 8
September 2021)”. Diakses pada 12 September 2022.
https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-
pers-komnas-perempuan-memperingati-hari-aksara-
internasional-jakarta-8-september-2021.

Komnas Perempuan. 2021. Lembar Fakta dan Poin Kunci. 5 Maret


2021. Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2020.
Perempuan dalam Himpitan Pandemi: Lonjakan Kekerasan
Seksual, Kekerasan Siber, Perkawinan Anak, dan
Keterbatasan Penanganan di Tengah Covid-19. https://
komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/catahu-2020-
komnas-perempuan-lembar-fakta-dan-poin-kunci-5-
maret-2021.

Komnas Perempuan, 2022. Siaran Pers Komnas Perempuan pada


Hari Kehakiman Nasional Pentingnya Mendorong
Kepemimpinan Hakim Perempuan dan Evaluasi atas
Implementasi PERMA 3/2017, Jakarta, 2 Maret 2022,
https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-
pers-komnas-perempuan-pada-hari-kehakiman-nasional

Komnas Perempuan. 2022. Catahu 2022: Bayang-Bayang Stagnansi:

453
Profil Perempuan Indonesia 2022
Daya Pencegahan dan Penanganan Berbanding Peningkatan
Jumlah, Ragam dan Kompleksitas Kekerasan Berbasis
Gender Terhadap Perempuan. Jakarta: Komnas Perempuan.

Kristanti, Putriana. et. all. 2021. Edukasi Pengelolaan Aset Keluarga


kepada Anggota Persatuan Wanita Kristen Indonesia DIY,
Prosiding Sendimas VI Tahun 2021, p-ISSN : 2451-559X, hlm.
211-2016.

Limanseto, Haryo. 2022. Siaran Pers HM.4.6/426/SET.M.EKON.3/


08/2022 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI
tentang Berisikan Lini Masa Kebijakan dan Dinamika
Penanganan Pandemi, Pemerintah Luncurkan Buku
Vaksinasi Covid-19, Jakarta, 11 Agustus 2022. Kepala Biro
Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. https://
www.ekon.go.id/publikasi/detail/4437/berisikan-lini-
masa-kebijakan-dan-dinamika-penanganan-pandemi-
pemerintah-luncurkan-buku-vaksinasi-covid-19.

Lockley, Anne, et. all. 2013. “Gender Analysis of Indonesia Poverty


Data” Policy Working Paper. Jakarta: TNP2K.

Lohy, Maisandra Helena. 2021. Peningkatan Kekerasan Dalam


Rumah Tangga (KDRT) Selama Pandemi Covid-19 Dalam
Kacamata Sosiologi Hukum. Res Judicata. Vol. 4 No. 1. http://
openjurnal.unmuhpnk.ac .id/index.php/R J/article/
view/2475.

Lovenduski, J. 2005. State Feminism and Political Representation.


Cambridge University Press: UK.

Mardiansjah, Fadjar Hari & Paramita Rahayu. 2019. Urbanisasi


Dan Pertumbuhan Kota-Kota di Indonesia: Suatu
Perbandingan Antarkawasan Makro Indonesia, Jurnal
Pengembangan Kota (2019) Volume 7 No. 1 (91–110), http://
ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpk DOI: 10.14710/
jpk.7.1.91-110.

454
Profil Perempuan Indonesia 2022
Manandhar, Mary. et. all. 2018. ”Gender, health and the 2030
agenda for sustainable development”. Bulletin of the World
Health Organization, 96 (9), 644 - 653. World Health
Organization.

Martina, T. et. all. 2019. “The Influence of Work Factors on


Reproductive Health of Female Workers in Sidoarjo
Industrial Area, Indonesia”. Malaysian Journal of Medicine
and Health Sciences, 62-67, Faculty of Medicine and Health
Sciences, Universiti Putra Malaysia.

Margret, A. 2019. “Dua Dekade Demokrasi Indonesia dan


Meredupnya Agenda Feminis”. Jurnal Perempuan, Vol. 24
No. 2. Yayasan Jurnal Perempuan: Jakarta.

Margret, A., et.all. 2022. Menyoal Data Representasi Perempuan di


Lima Ranah (Edisi Revisi). Cakra Wikara Indonesia: Jakarta.

Megantara, Dede Edwin; Sri Budhi, Made Kembar. Pengaruh Angka


Melek Huruf Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat
Pengangguran Dan Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, [S.l.], v. 9, n. 1, jan. 2020.
ISSN 2303-0178. <https://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/
article/view/56079>.

Millet, Kate. 1970. Sexual Politics. New York: Doubleday

Mokomane, Z. 2013. “Social protection as a mechanism for family


protection in sub-Saharan Africa”. International Journal of
Social Welfare, 22(3), 248–259.

Ni Made Sukartini &Samsubar Saleh. 2016. Akses Air Bersih di


Indonesia, Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 9 No. 2,
ISSN: 2301-8968. Hlm. 89 – 98.

Nilawati P., Cheta, 2020. Komnas Perempuan: Kekerasan Seksual


kepada Perempuan Disabilitas Naik 43 Persen, Senin, 14
September 2020. https://difabel.tempo.co/read/1385948/

455
Profil Perempuan Indonesia 2022
komnas-perempuan-kekerasan-seksual-kepada-
perempuan-disabilitas-naik-43-persen.

Nurzanah, Tri Noviyanti. 2019. Sanitasi Dan Air Minum Di Daerah


Perkotaan Dan Pedesaan Di Provinsi Bengkulu: Analisis Data
Potensi Desa 2018. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 18 No.3
Tahun 2019. DOI: https://doi.org/10.22435/jek.v3i18.2471.

Oktarina, Dwi. 2020. “Negative COVID-19 but positive pregnancy:


Best to delay new baby”. Diakses 17 September 2022.
https://surveymeter.org/en/node/üýþ.

Paulino, Nancy Armenta. et. all. 2019. “Indigenous language and


inequitable maternal health care, Guatemala, Mexico, Peru
and the Plurinational State of Bolivia”. Bulletin of the World
Health Organization, 97 (1), 59 - 67. World Health
Organization.

Paulino, Nancy Armenta. et. all. 2019. “Indigenous language and


inequitable maternal health care, Guatemala, Mexico, Peru
and the Plurinational State of Bolivia”. Bulletin of the World
Health Organization, 97 (1), 59 - 67. World Health
Organization.

PEKKA & SMERU. 2014. Menguak Keberadaan dan Kehidupan


Perempuan Kepala Keluarga: Laporan Hasil Sistem
Pemantauan Kesejahteraan Berbasis Komunitas (SPKBK-
PEKKA). Lembaga Penelitian SMERU: Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang


Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
(Kemenkes RI, 2020)

Peraturan Presiden RI Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana

456
Profil Perempuan Indonesia 2022
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024.

Peraturan Presiden RI Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

Peraturan Presiden RI Nomor 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan


Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas


Layanan Kesehatan

Peterson, Janice. 1987. “The Feminization of Poverty.” Journal of


Economic Issues, vol. 21, no. 1, 1987, pp. 329–337.

Phillips, A. 1995. The Politics of Presence. Clarendon Press: Oxford.

Pitkin, HF. 1972. The Concept of Representation. University of


California PressBerkeley-Los Angeles.

Poerwanto, Eko Budi. 2021. Penerbitan Peraturan Presiden Nomor


64 Tahun 2020 Dan Defisit Dana Jaminan Sosial Kesehatan
Pada Masa Pandemi Covid 19. dalam Kebijakan Jaminan
Sosial Di Masa Pandemi. Bogor: Pustaka Amma Alamia.

Pratiwi, AM. 2019. “Kebijakan, Praktik & Politik Keterwakilan


Perempuan dalam Partai Politik: Studi Kasus Aleg Perempuan
DPRD Kabupaten/Kota Periode 2014-2019. Jurnal
Perempuan, Vol. 24 No. 2. Yayasan Jurnal Perempuan:
Jakarta.

Pratiwi, AM & Nikodemus, N 2021, Mengantre Viral: Perjuangan


Korban Kekerasan Seksual di Indonesia, The Conversation,
diakses pada 5 Oktober 2021, https://theconversation.
com/mengantre-viral-perjuangan-korban-kekerasan-
seksual-di-indonesia-167913

Pratiwi, AM & Talib, N. 2019. “The Long and Endless Struggle


to Pass Anti-Sexual Violence Bill in Indonesia”. Magdalene.
co. Diakses pada 15 November 2022. https://magdalene.co/

457
Profil Perempuan Indonesia 2022
story/the-struggle-to-pass-anti-sexual-violence-bill-in-
indonesia

Pratiwi, AM. 2021. “Mengupayakan Keadilan bagi Korban Kekerasan


Seksual Melalui Aktivisme Tagar: Kesempatan dan
Kerentanan di Indonesia”. Jurnal Perempuan, Vol. 26 No. 3,
Desember 2021, hal. 207-217.

Pratiwi, AM. 2020. Buruh Harian Lepas Perkebunan Kelapa Sawit


di Kalimantan Selatan: Eksklusi Sosial, Feminisasi Kemiskinan,
dan Absennya Perlindungan Sosial. TURC: Jakarta.

Pratiwi, AM. 2021. Ekonomi Informal di Indonesia: Tinjauan Kritis


Kebijakan Ketenagakerjaan. TURC: Jakarta.

Pratiwi, A. 2016. “Perempuan Programmer dalam Pendidikan dan


Karier: Kajian Teknofeminisme dalam Sains dan Teknologi”.
Jurnal Perempuan, Vol. 21 No. 4, 8-24.

Priadi, Cindy R et. all. 2022. Air minum swadaya untuk air yang
dikelola dengan aman: Dikembangkan atau dialihkan?,
Jakarta: UNICEF, Bappenas, & Universitas Indonesia

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-


2024

Restianty, Ajani. 2018. Literasi Digital, Sebuah Tantangan Baru


Dalam Literasi Media, GUNAHUMAS: Jurnal Kehumasan,
Volume 1, Nomor 1, Edisi, Agustus, Tahun 2018. ISSN – 2655-
1551. Hlm. 72-87.

Richardson, D. et. all. 2020. Families, Family Policy and the


Sustainable Development Goals. UNICEF Office of Research:
Innocenti, Florence.

Sabu, Subhan. 2022. Pertama kalinya, Rata-rata Lama Sekolah


Perempuan di Sulut Lebih Tinggi dari Laki-laki, Rabu, 18 Mei
2022, https://sulut.inews.id/berita/pertama-kali-dalam-
sejarah-rata-rata-lama-sekolah-perempuan-di-sulut-lebih-
tinggi-dari-laki-laki/2.

458
Profil Perempuan Indonesia 2022
Sabrina, R., Agnes Imelda Manurung, & Bilter A. Sirait. 2022.
Peningkatan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dari Harapan
Lama Sekolah (HLS) diSumatera Utara, Jurnal Pendidikan
Tambusai, Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022, Halaman 4784-
4792, ISSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online),

Safitri, Hendri Cahyo Dwi, & Bambang Eko Afiatno. 2020.


Determinan Durasi Menganggur di Provinsi Gorontalo
dengan Analisis Survival, Jurnal Gorontalo Development
Review (GOLDER). Vol. 3 No. 1 April 2020 P-ISSN: 2614-5170,
E-ISSN: 2615-1375

Sambasivan, Nithya. et. all. 2019. Toward Gender Equity Online.


https://services.google.com/fh/files/misc/toward_gender_
equity_online.pdf.

Saptari, R., & Holzner, B. 2016. Perempuan, Kerja dan Perubahan


Sosial. Kalyanamitra: Jakarta.

Sari, Nurindah Atika. 2015. Psychological Well-Being Pada


Kepala Keluarga yang Mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja, Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Universitas
Mulawarman, Vol. 3 No. 2, ISSN: 2477-2666 (cetak), 2477-
2674 (online).

Sari, Siska Permata. 2017. Dibandingkan Malaysia, Jumlah


Gelar Doktor di Indonesia Masih Kalah, Kok Bisa?, artikel
dalam https://edukasi.okezone.com/read/2017/09/23/65
/1781537/dibandingkan-malaysia-jumlah-gelar-doktor-di-
indonesia-masih-kalah-kok-bisa.

Satrio, B. 2020. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2003-2018.
Yogyakarta: UIN Yogyakarta.

Save the Children. 2020. Indonesia COVID-19 Rapid Needs


Assessment Report April 2020. Jakarta: Save the Children.
Sirusa.bps.go.id

459
Profil Perempuan Indonesia 2022
Stark, E. 2007. Coercive Control. How Men Entrap Women in
Personal Life. New York: Oxford University Press

Soerojo, Widyastuti, Mouhamad Bigwanto, Dwidjo Susilo, dan


Nur Hadi Wiyono, 2020, Fakta Tembakau Indonesia 2020
Data Empirik untuk Pengendalian Tembakau, Jakarta: Badan
Khusus Pengendalian Tembakau, Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia.

Sulaiman, Muhamad Reza. 2016. Wanita Cenderung Berumur


Panjang Tapi Rentan Alami Disabilitas. 22 maret
2016. https://health.detik.com/berita-detikhealth/
d-3170103/wanita-cenderung-berumur-panjang-tapi-
rentan-alami-disabilitas.

Sunarsi, R & Dirgahayu, D. 2015. “Pemanfaatan Handphone Pada


Masyarakat Pedesaan Di Desa Sukataris Kabupaten Cianjur
The Use Of Handphone In Rural Society In Sukataris Vilage
Cianjur Region”. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini
Publik Vol. 19 No. 1, April 2015:57-67.

Suryo, Mahatma Sindu. 2017. Analisa Kebutuhan Luas Minimal


Pada Rumah Sederhana Tapak di Indonesia. Jurnal
Permukiman Vol. 12 No. 2 November 2017, halaman 116 –
123.

Susanti, Laras. 2020. Child marriage surges amid Covid-19 and


growing conservatism. Diakses 11 September 2022. https://
indonesiaatmelbourne.unimelb.edu.au/child-marriage-
surges-amid-covid-19-and-growing -conservatism/

Suryani, Anih Sri. 2020. Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat
Pandemi Covid-19. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial.
Volume 11, No. 2 Desember 2020 ISSN: 2086-6305 (print)
ISSN: 2614-5863 (electronic) doi: 10.22212/aspirasi.
v11i2.1757 link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/
aspirasi/index.

Syalfina, Khasanah & Sulistyowati. 2018. Kualitas Gender dalam


Kehamilan, Mojokerto: STIKES Majapahit.

460
Profil Perempuan Indonesia 2022
Syafi’ie, M. 2012. “Instrumentasi Hukum HAM, Pembentukan
Lembaga Perlindungan HAM di Indonesia dan Peran
Mahkamah Konstitusi”. Jurnal Konstitusi, 9 (4): 682.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Tardi, Siti Aminah. et. all. 2021. Tinjauan Penerapan Peraturan


Mahkamah Agung Ri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan Dengan Hukum
Di 5 Mitra Wilayah Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (Sppt-
Pkktp) Jakarta: Komnas Perempuan, IJRS dan MaPPI FH UI.

Tasia, Fanni Erda, & Enok Nurhasanah. 2019. Partisipasi Perempuan


dalam Pendidikan Tinggi dan Pengaruh Pendidikan Tinggi
Pada Perempuan: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Pekobis,
Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis, Vol 4, No 1.,
DOI: http://dx.doi.org/10.32493/pekobis.v4i1.P1-12.2764

Triwiyanto, Teguh. 2020. Bukan Sekedar Subsidi Pulsa, Untuk


Mengurangi Angka Putus Sekolah Dampak Pandemi
Covid-19, dalam preseding Seminar Nasional - Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang Arah Manajemen Pada Masa Dan
Pasca Pandemi Covid-19, halaman 325-335.

United Nations. 2006.In-depth Study on all Forms of Violence


against Women. Report of the Secretary-General, daccess-
d d s ny . u n . o r g / d o c / U N D O C /G E N / N 0 6 / 4 1 9 / 7 4 / P D F/
N0641974.pdf ?OpenElement

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan


Kawasan Permukiman, dan Peraturan Pemerintah Nomor

461
Profil Perempuan Indonesia 2022
14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman

Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan


Anak

Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2019 tentang revisi Undang-


undang nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1999 Tentang Pengesahan


Ilo Convention No. 138 Concerning Minimum Age For
Admission To Employment (Konvensi Ilo Mengenai Usia
Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja)

Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana


Kekerasan Seksual

Undang-undang RI No.8 tahun 2016 Tentang Penyandang


Disabilitas

UNESCO. 2020. STEM Education for Girls and Women: Breaking


Barriers and Exploring Gender Inequality in Asia. UNESCO:
Bangkok.

UNICEF. 2020. “Indonesia: Number of malnourished children could


increase sharply due to COVID-19 unless swift action is
taken”. Diakses 17 September 2022. https://www.unicef.
org/indonesia/press-releases/number-of-malnourished-
children-in-indonesia-could-increase-sharply-due-to-
covid-19

462
Profil Perempuan Indonesia 2022
UNICEF. 2020. “Indonesia: Number of malnourished children could
increase sharply due to COVID-19 unless swift action is
taken”. Diakses 17 September 2022. https://www.unicef.
org/indonesia/press-releases/number-of-malnourished-
children-in-indonesia-could-increase-sharply-due-to-
covid-19

UN Women. 2022. “SDG 3: Ensure healthy lives and promote well-


being for all at all ages” diakses pada 17 September 2022.
https://www.unwomen.org/en/news/in-focus/women-and-
the-sdgs/sdg-3-good-health-well-being

Walby, S. 1990. Theorizing Patriarchy. London: Wiley-Blackwell.

Wacjman, J. 2009. Feminist Theories of Technology. Cambridge


Journal of Economics, pp. 1-10.

Wajcman, J. 2007. “From Women and Technology to Gendered


Technoscience”. Information, Communication & Society Vol.
10, No. 3. Routledge: Taylor & Francis.

WHO. 2015. “Ten top issues for women’s health”, diakses


pada 17 September 2022. https://www.who.int/news-room/
commentaries/detail/ten-top-issues-for-women’s-health

WHO. 2021. “Gender and Health”. diakses pada 17 September


2022 https://www.who.int/news-room/questions-and-
answers/item/gender-and-health

WHO. 2015. “Ten top issues for women’s health”, diakses


pada 17 September 2022. https://www.who.int/news-room/
commentaries/detail/ten-top-issues-for-women’s-health.

Wijaya, Callistasia. 2020. Covid-19: ‘Ratusan kasus pernikahan anak


terjadi selama pandemi’, orang tua ‘menyesal sekali’ dan
berharap ‘anak kembali sekolah’. Diakses 11 September
2022. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53719619
www.bbc.com. 2021. Kematian nakes di Indonesia akibat
Covid-19 tertinggi di Asia: ‘Seandainya saya tidak disumpah

463
Profil Perempuan Indonesia 2022
dokter, saya lebih baik tidak memberikan pelayanan’.
30 Agustus 2021. https://www.bbc.com/indonesia/
indonesia-58345226

Yulaswati, Vivi. et. all. 2021. Kajian Disabilitas Tinjauan Peningkatan


Akses dan Taraf Hidup Penyandang Disabilitas Indonesia :
Aspek Sosio-Ekonomi dan Yuridis, Laporan Rekomendasi
Kebijakan. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

Yusrina, Asri. 2013. Apakah Perempuan Kepala Rumah Tangga


Lebih Miskin Daripada Laki-laki Kepala Rumah Tangga?.
Buletin SMERU No. 34: 11-17.

464
Profil Perempuan Indonesia 2022
LAMPIRAN A
LAMPIRAN A.1.1
Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin,
2021

0-17 tahun ≥18 tahun


Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 895.323 850.714 1.782.332 1.805.364
Sumatera Utara 2.488.452 2.364.001 5.004.521 5.079.174
Sumatera Barat 870.164 822.948 1.940.243 1.946.877
Riau 1.096.133 1.038.883 2.228.604 2.129.983
Jambi 568.591 541.632 1.258.740 1.216.156
Sumatera Selatan 1.376.598 1.305.618 2.983.471 2.885.162
Bengkulu 320.435 303.791 719.493 689.223
Lampung 1.398.537 1.326.577 3.253.161 3.103.517
Kepulauan Bangka Belitung 225.008 213.517 532.544 502.096
Kepulauan Riau 340.806 323.502 739.911 714.020
DKI Jakarta 1.495.569 1.423.840 3.854.072 3.836.200
Jawa Barat 7.287.313 6.907.954 17.471.667 17.115.468
Jawa Tengah 5.044.130 4.783.750 13.428.497 13.486.124
DI Yogyakarta 465.573 443.530 1.373.248 1.430.545
Jawa Timur 5.346.888 5.086.518 15.047.392 15.397.991
Banten 1.896.115 1.797.426 4.251.029 4.116.905
Bali 576.507 545.373 1.617.148 1.623.710
Nusa Tenggara Barat 891.305 851.154 1.804.247 1.843.292
Nusa Tenggara Timur 960.166 918.400 1.734.131 1.775.041
Kalimantan Barat 867.791 822.924 1.943.197 1.836.885
Kalimantan Tengah 418.558 395.882 983.015 904.715
Kalimantan Selatan 666.199 633.031 1.420.304 1.403.042
Kalimantan Timur 593.143 559.042 1.387.827 1.268.223
Kalimantan Utara 112.723 106.211 263.684 231.004
Sulawesi Utara 373.953 353.848 975.614 935.216
Sulawesi Tengah 495.714 471.224 1.055.603 999.338
Sulawesi Selatan 1.394.416 1.324.855 3.143.702 3.276.558
Sulawesi Tenggara 458.813 440.684 887.840 871.819
Gorontalo 181.720 174.197 414.113 410.918
Sulawesi Barat 250.514 240.293 478.351 467.684
Maluku 305.139 288.633 637.934 630.920
Maluku Utara 221.823 210.204 443.448 423.702
Papua Barat 187.516 176.314 421.517 371.493
Papua 713.343 654.976 1.605.476 1.381.650
Indonesia 40.784.978 38.701.446 97.086.076 96.110.015
Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021

466 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN A.1.2
Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin,
2022

0-17 tahun ≥18 tahun


Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 896.630 852.858 1.818.756 1.839.611
Sumatera Utara 2.491.640 2.369.781 5.093.353 5.160.432
Sumatera Barat 867.122 821.949 1.974.680 1.976.878
Riau 1.103.408 1.046.843 2.280.214 2.183.919
Jambi 569.258 542.779 1.280.011 1.239.088
Sumatera Selatan 1.382.277 1.312.441 3.029.335 2.932.955
Bengkulu 320.825 304.663 732.371 702.233
Lampung 1.401.072 1.329.458 3.296.145 3.149.871
Kepulauan Bangka Belitung 225.079 214.157 542.503 512.882
Kepulauan Riau 345.248 327.798 766.904 739.870
DKI Jakarta 1.483.591 1.414.668 3.892.278 3.889.414
Jawa Barat 7.281.114 6.906.246 17.786.112 17.432.336
Jawa Tengah 5.025.907 4.771.062 13.588.961 13.646.480
DI Yogyakarta 468.002 445.737 1.394.083 1.454.048
Jawa Timur 5.321.769 5.066.998 15.203.987 15.557.220
Banten 1.901.670 1.804.720 4.339.371 4.206.224
Bali 575.087 544.662 1.644.520 1.650.795
Nusa Tenggara Barat 897.680 857.651 1.844.177 1.874.163
Nusa Tenggara Timur 968.180 927.582 1.764.869 1.805.654
Kalimantan Barat 867.968 823.624 1.977.146 1.872.638
Kalimantan Tengah 417.470 395.032 1.003.411 925.162
Kalimantan Selatan 669.883 637.362 1.446.022 1.428.813
Kalimantan Timur 590.704 557.797 1.414.424 1.296.858
Kalimantan Utara 112.613 106.591 270.769 237.782
Sulawesi Utara 372.859 353.361 986.499 946.824
Sulawesi Tengah 497.656 474.388 1.074.429 1.019.670
Sulawesi Selatan 1.385.919 1.317.522 3.195.728 3.326.578
Sulawesi Tenggara 460.568 443.407 906.304 891.382
Gorontalo 180.765 173.438 420.820 417.714
Sulawesi Barat 250.443 241.156 489.206 477.801
Maluku 302.823 287.211 649.583 642.110
Maluku Utara 222.257 210.897 452.874 433.310
Papua Barat 187.932 177.028 434.954 383.393
Papua 718.676 664.548 1.630.206 1.405.151
Indonesia 40.764.095 38.725.415 98.625.005 97.659.259
Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021

467 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN A.1.3
Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin,
2023

0-17 tahun ≥18 tahun


Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 898.014 855.128 1.854.925 1.873.601
Sumatera Utara 2.494.461 2.375.414 5.180.980 5.240.494
Sumatera Barat 864.291 821.123 2.008.655 2.006.504
Riau 1.111.030 1.055.184 2.331.469 2.237.646
Jambi 569.928 543.908 1.300.884 1.261.724
Sumatera Selatan 1.388.056 1.319.446 3.074.237 2.979.837
Bengkulu 321.213 305.575 745.046 715.049
Lampung 1.403.548 1.332.364 3.338.026 3.195.172
Kepulauan Bangka Belitung 225.202 214.826 552.354 523.618
Kepulauan Riau 349.725 332.311 794.546 766.191
DKI Jakarta 1.472.094 1.405.232 3.928.926 3.941.978
Jawa Barat 7.277.490 6.907.256 18.095.837 17.745.022
Jawa Tengah 5.009.143 4.760.629 13.744.240 13.801.174
DI Yogyakarta 470.340 447.804 1.415.155 1.477.883
Jawa Timur 5.300.401 5.051.436 15.354.258 15.710.312
Banten 1.907.698 1.812.457 4.426.457 4.294.567
Bali 573.973 544.293 1.671.759 1.677.691
Nusa Tenggara Barat 904.021 864.304 1.883.803 1.904.375
Nusa Tenggara Timur 976.203 936.861 1.795.454 1.835.968
Kalimantan Barat 868.364 824.558 2.010.531 1.907.919
Kalimantan Tengah 416.539 394.421 1.023.543 945.331
Kalimantan Selatan 673.625 641.775 1.471.351 1.454.255
Kalimantan Timur 588.242 556.549 1.440.695 1.325.268
Kalimantan Utara 112.573 106.997 277.854 244.617
Sulawesi Utara 371.861 352.977 997.061 958.131
Sulawesi Tengah 499.892 477.777 1.092.954 1.039.804
Sulawesi Selatan 1.377.868 1.310.837 3.247.338 3.375.976
Sulawesi Tenggara 462.458 446.295 924.720 910.887
Gorontalo 179.866 172.720 427.438 424.449
Sulawesi Barat 250.379 241.982 500.026 487.929
Maluku 300.609 285.942 661.143 653.153
Maluku Utara 222.786 211.703 462.219 442.838
Papua Barat 188.294 177.740 448.548 395.382
Papua 724.309 674.425 1.653.998 1.427.823
Indonesia 40.754.496 38.762.249 100.136.430 99.182.568
Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS, 2021

468 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B
LAMPIRAN B.1
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 99,69 99,17 99,43 98,79 96,51 97,63 99,10 97,39 98,24
Sumatera Utara 99,82 99,46 99,64 99,17 98,06 98,60 99,54 98,84 99,19
Sumatera Barat 99,70 99,27 99,48 99,37 98,73 99,04 99,54 99,00 99,26
Riau 99,71 99,37 99,55 99,29 98,62 98,96 99,46 98,92 99,20
Jambi 99,38 98,76 99,08 98,34 96,83 97,59 98,68 97,47 98,08
Sumatera Selatan 99,71 99,45 99,58 99,01 97,54 98,29 99,28 98,27 98,78
Bengkulu 99,56 98,64 99,11 98,55 95,93 97,27 98,89 96,83 97,88
Lampung 99,46 97,63 98,57 98,06 95,20 96,67 98,51 95,98 97,28
Kepulauan Bangka Belitung 99,23 98,09 98,69 98,81 95,78 97,32 99,05 97,08 98,10
Kepulauan Riau 99,49 99,16 99,32 96,51 96,09 96,30 99,26 98,92 99,09
DKI Jakarta 99,79 99,67 99,73 99,79 99,67 99,73
Jawa Barat 99,42 98,26 98,85 98,82 96,83 97,79 99,29 97,93 98,62
Jawa Tengah 97,23 93,78 95,51 95,19 88,93 91,95 96,26 91,39 93,79
DI Yogyakarta 98,28 95,60 96,93 94,99 86,07 90,31 97,46 93,05 95,22
Jawa Timur 97,49 94,14 95,81 92,21 85,35 88,63 95,15 90,06 92,56
Banten 99,20 97,51 98,38 97,86 94,63 96,24 98,84 96,69 97,78
Bali 98,63 95,64 97,16 94,28 85,63 89,82 97,39 92,59 95,00
Nusa Tenggara Barat 92,46 87,26 89,82 89,53 80,68 84,93 91,02 83,95 87,39
Nusa Tenggara Timur 98,18 97,36 97,77 93,65 91,42 92,50 94,84 92,91 93,85
Kalimantan Barat 97,99 94,59 96,32 94,64 88,75 91,73 95,87 90,88 93,41
Kalimantan Tengah 99,56 99,24 99,41 99,18 98,54 98,87 99,34 98,83 99,10
Kalimantan Selatan 99,50 98,45 98,98 98,82 96,38 97,60 99,15 97,37 98,27
Kalimantan Timur 99,38 98,98 99,19 99,10 97,36 98,27 99,30 98,48 98,90
Kalimantan Utara 97,70 97,83 97,76 95,83 93,19 94,57 97,00 96,04 96,55
Sulawesi Utara 99,85 99,92 99,88 99,79 99,61 99,70 99,82 99,78 99,80
Sulawesi Tengah 99,98 99,30 99,64 98,29 97,01 97,66 98,82 97,73 98,28
Sulawesi Selatan 97,30 96,27 96,78 90,97 87,12 88,95 93,88 91,19 92,49
Sulawesi Tenggara 98,52 95,65 97,10 95,75 91,72 93,70 96,77 93,12 94,94
Gorontalo 99,42 99,53 99,47 98,28 98,08 98,18 98,78 98,72 98,75
Sulawesi Barat 96,43 94,56 95,50 94,73 90,21 92,47 95,08 91,09 93,09
Maluku 99,68 99,76 99,72 99,28 99,06 99,17 99,46 99,38 99,42
Maluku Utara 99,91 99,15 99,54 99,21 97,49 98,36 99,42 97,98 98,71
Papua Barat 99,51 98,84 99,19 97,99 95,71 96,90 98,67 97,08 97,91
Papua 99,10 97,94 98,56 73,60 67,23 70,56 81,33 76,17 78,89
Indonesia 98,69 96,93 97,82 95,69 91,68 93,65 97,43 94,65 96,04
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

470 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.2.1
Persentase Penduduk yang Melek Huruf menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan
Jenis Kelamin, 2021 (1/2)

15-24 tahun 25-34 tahun 35-59 tahun


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 99,99 99,98 99,99 99,98 99,90 99,94 99,58 98,97 99,27
Sumatera Utara 99,89 99,92 99,90 99,85 99,91 99,88 99,73 99,37 99,54
Sumatera Barat 99,89 99,88 99,89 99,92 99,93 99,93 99,74 99,65 99,70
Riau 99,88 99,99 99,93 100,00 99,83 99,91 99,96 99,93 99,95
Jambi 99,95 99,92 99,93 99,81 99,88 99,85 99,84 99,67 99,75
Sumatera Selatan 99,93 99,97 99,95 99,81 99,76 99,78 99,51 99,34 99,43
Bengkulu 99,84 99,90 99,87 99,86 100,00 99,93 99,90 99,81 99,86
Lampung 99,88 99,93 99,90 99,97 99,92 99,95 99,61 98,49 99,07
Kepulauan Bangka Belitung 99,70 100,00 99,85 99,33 99,86 99,59 99,33 97,88 98,64
Kepulauan Riau 99,82 100,00 99,91 99,93 100,00 99,97 99,58 99,51 99,55
DKI Jakarta 99,98 99,93 99,95 99,93 100,00 99,97 99,97 99,93 99,95
Jawa Barat 100,00 99,94 99,97 99,94 99,89 99,91 99,91 99,84 99,88
Jawa Tengah 99,95 99,98 99,97 99,91 99,85 99,88 97,95 95,41 96,66
DI Yogyakarta 99,96 99,90 99,93 99,82 100,00 99,91 99,46 98,04 98,75
Jawa Timur 99,94 99,96 99,95 99,21 99,37 99,29 96,66 93,52 95,07
Banten 99,98 99,89 99,94 99,77 99,88 99,83 99,51 97,92 98,74
Bali 99,93 99,97 99,95 100,00 99,75 99,88 98,95 96,57 97,77
Nusa Tenggara Barat 99,93 99,91 99,92 97,99 97,96 97,98 89,73 82,37 85,93
Nusa Tenggara Timur 98,85 99,09 98,97 97,46 98,56 98,01 94,76 93,48 94,10
Kalimantan Barat 99,81 99,93 99,87 98,96 98,78 98,87 96,38 90,96 93,74
Kalimantan Tengah 99,87 99,86 99,86 99,91 99,93 99,92 99,97 99,97 99,97
Kalimantan Selatan 99,91 99,93 99,92 99,94 99,83 99,88 99,71 99,38 99,55
Kalimantan Timur 99,93 99,98 99,95 99,83 99,86 99,85 99,81 99,66 99,74
Kalimantan Utara 99,44 99,76 99,59 99,11 99,09 99,10 98,05 97,61 97,85
Sulawesi Utara 99,82 99,99 99,90 99,98 99,91 99,95 99,84 99,75 99,80
Sulawesi Tengah 99,76 99,88 99,82 99,66 99,44 99,55 99,24 99,39 99,31
Sulawesi Selatan 99,75 99,81 99,78 98,58 99,02 98,80 93,81 92,07 92,91
Sulawesi Tenggara 99,91 99,91 99,91 98,75 99,21 98,98 97,06 93,70 95,38
Gorontalo 99,82 99,92 99,87 99,78 99,74 99,76 98,64 99,15 98,89
Sulawesi Barat 99,68 99,32 99,50 98,39 98,72 98,55 93,94 90,72 92,36
Maluku 99,88 99,91 99,89 99,45 99,59 99,52 99,48 99,27 99,38
Maluku Utara 100,00 99,69 99,85 99,85 99,97 99,91 99,73 99,41 99,57
Papua Barat 99,67 99,44 99,56 99,50 98,29 98,92 98,85 97,19 98,07
Papua 91,84 90,34 91,13 82,81 75,68 79,42 74,81 68,14 71,64
Indonesia 99,78 99,78 99,78 99,38 99,34 99,36 98,13 96,56 97,35

471 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.2.1
Persentase Penduduk yang Melek Huruf menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan
Jenis Kelamin, 2021 (lanjutan 2/2)

60 tahun keatas Jumlah


Laki- Laki-
Provinsi laki + laki +
Laki- Perem- Laki- Perem-
laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan
(1) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 93,27 82,00 87,26 99,10 97,39 98,24
Sumatera Utara 97,53 93,69 95,46 99,54 98,84 99,19
Sumatera Barat 97,56 94,36 95,84 99,54 99,00 99,26
Riau 94,69 88,95 91,90 99,46 98,92 99,20
Jambi 90,58 81,84 86,23 98,68 97,47 98,08
Sumatera Selatan 96,16 89,18 92,56 99,28 98,27 98,78
Bengkulu 92,15 76,27 84,37 98,89 96,83 97,88
Lampung 90,61 75,87 83,39 98,51 95,98 97,28
Kepulauan Bangka Belitung 96,38 83,82 90,29 99,05 97,08 98,10
Kepulauan Riau 93,84 88,59 91,26 99,26 98,92 99,09
DKI Jakarta 98,52 97,88 98,18 99,79 99,67 99,73
Jawa Barat 94,95 85,99 90,35 99,29 97,93 98,62
Jawa Tengah 83,70 65,66 74,08 96,26 91,39 93,79
DI Yogyakarta 87,39 70,61 78,26 97,46 93,05 95,22
Jawa Timur 81,65 64,19 72,28 95,15 90,06 92,56
Banten 92,00 79,64 85,83 98,84 96,69 97,78
Bali 86,14 66,07 75,56 97,39 92,59 95,00
Nusa Tenggara Barat 66,06 42,45 53,13 91,02 83,95 87,39
Nusa Tenggara Timur 82,37 71,78 76,72 94,84 92,91 93,85
Kalimantan Barat 80,60 59,33 69,90 95,87 90,88 93,41
Kalimantan Tengah 94,37 88,81 91,80 99,34 98,83 99,10
Kalimantan Selatan 94,62 83,46 88,80 99,15 97,37 98,27
Kalimantan Timur 94,95 87,75 91,55 99,30 98,48 98,90
Kalimantan Utara 84,17 75,08 80,05 97,00 96,04 96,55
Sulawesi Utara 99,58 99,46 99,52 99,82 99,78 99,80
Sulawesi Tengah 93,96 85,17 89,52 98,82 97,73 98,28
Sulawesi Selatan 77,61 67,78 72,16 93,88 91,19 92,49
Sulawesi Tenggara 84,58 65,75 74,76 96,77 93,12 94,94
Gorontalo 95,45 93,75 94,54 98,78 98,72 98,75
Sulawesi Barat 82,14 61,89 71,31 95,08 91,09 93,09
Maluku 98,48 98,26 98,37 99,46 99,38 99,42
Maluku Utara 95,94 84,68 90,28 99,42 97,98 98,71
Papua Barat 92,36 85,35 89,08 98,67 97,08 97,91
Papua 78,28 75,32 76,99 81,33 76,17 78,89
Indonesia 88,49 75,55 81,72 97,43 94,65 96,04
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

472 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.2.2
Persentase Penduduk di Perkotaan yang Melek Huruf menurut Provinsi, Kelompok
Umur, dan Jenis Kelamin, 2021 (1/2)

15-24 tahun 25-34 tahun 35-59 tahun


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 100,00 99,94 99,97 100,00 100,00 100,00 99,87 99,57 99,72
Sumatera Utara 99,91 99,92 99,92 99,88 100,00 99,94 99,99 99,99 99,99
Sumatera Barat 99,99 99,89 99,94 99,91 99,94 99,92 99,70 99,64 99,67
Riau 99,93 100,00 99,96 100,00 99,73 99,87 100,00 100,00 100,00
Jambi 99,95 100,00 99,98 99,68 100,00 99,84 100,00 100,00 100,00
Sumatera Selatan 99,93 100,00 99,97 99,90 99,88 99,89 99,73 99,95 99,84
Bengkulu 99,57 100,00 99,78 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Lampung 100,00 99,80 99,90 100,00 100,00 100,00 99,87 98,54 99,23
Kepulauan Bangka Belitung 99,75 100,00 99,87 98,97 99,91 99,43 99,91 99,01 99,49
Kepulauan Riau 99,90 100,00 99,95 99,95 100,00 99,98 99,77 99,76 99,77
DKI Jakarta 99,98 99,93 99,95 99,91 99,86 99,88 99,97 99,93 99,95
Jawa Barat 100,00 99,96 99,98 99,94 99,93 99,94 99,92 99,84 99,88
Jawa Tengah 99,99 99,99 99,99 99,97 99,94 99,96 98,59 96,91 97,75
DI Yogyakarta 100,00 99,88 99,94 99,81 100,00 99,90 99,81 99,21 99,51
Jawa Timur 100,00 99,94 99,97 99,66 99,76 99,71 98,31 96,48 97,40
Banten 100,00 99,89 99,95 99,80 99,97 99,88 99,61 98,79 99,22
Bali 99,96 100,00 99,98 100,00 99,75 99,88 99,92 99,81 99,87
Nusa Tenggara Barat 99,86 100,00 99,93 98,49 98,77 98,63 92,22 87,58 89,86
Nusa Tenggara Timur 99,80 99,86 99,83 98,47 99,42 98,94 98,77 97,79 98,27
Kalimantan Barat 99,90 100,00 99,95 99,59 99,43 99,51 98,49 96,22 97,39
Kalimantan Tengah 99,84 100,00 99,92 99,87 99,91 99,89 100,00 100,00 100,00
Kalimantan Selatan 99,86 100,00 99,93 100,00 99,96 99,98 99,62 98,91 99,27
Kalimantan Timur 99,96 99,97 99,97 99,92 99,85 99,89 99,75 99,61 99,68
Kalimantan Utara 99,55 100,00 99,77 99,42 99,23 99,33 98,56 98,34 98,46
Sulawesi Utara 99,81 100,00 99,90 100,00 100,00 100,00 99,85 99,86 99,86
Sulawesi Tengah 100,00 99,73 99,87 100,00 99,81 99,91 100,00 100,00 100,00
Sulawesi Selatan 99,96 99,89 99,93 99,09 99,46 99,27 97,49 97,10 97,29
Sulawesi Tenggara 99,85 100,00 99,93 99,99 99,78 99,88 99,57 96,53 98,08
Gorontalo 99,79 99,94 99,86 100,00 99,76 99,88 99,05 99,99 99,51
Sulawesi Barat 99,56 100,00 99,78 98,85 99,30 99,07 95,36 94,58 94,98
Maluku 99,96 99,96 99,96 100,00 99,84 99,92 99,56 100,00 99,78
Maluku Utara 100,00 99,37 99,70 100,00 100,00 100,00 99,83 99,77 99,80
Papua Barat 99,46 100,00 99,72 99,74 99,65 99,70 99,66 98,22 98,98
Papua 99,92 99,66 99,80 99,74 99,55 99,65 98,98 97,39 98,22
Indonesia 99,96 99,94 99,95 99,82 99,86 99,84 99,26 98,48 98,88
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

473 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.2.2
Persentase Penduduk di Perkotaan yang Melek Huruf menurut Provinsi, Kelompok
Umur, dan Jenis Kelamin, 2021 (lanjutan 2/2)

60 tahun keatas Jumlah


Laki- Laki-
Provinsi laki + laki +
Laki- Perem- Laki- Perem-
laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan
(1) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 97,33 94,13 95,65 99,69 99,17 99,43
Sumatera Utara 98,85 95,93 97,31 99,82 99,46 99,64
Sumatera Barat 98,70 96,02 97,28 99,70 99,27 99,48
Riau 96,92 93,50 95,27 99,71 99,37 99,55
Jambi 95,57 90,15 92,87 99,38 98,76 99,08
Sumatera Selatan 98,79 95,91 97,29 99,71 99,45 99,58
Bengkulu 96,95 87,85 92,51 99,56 98,64 99,11
Lampung 96,04 86,53 91,35 99,46 97,63 98,57
Kepulauan Bangka Belitung 96,39 88,45 92,62 99,23 98,09 98,69
Kepulauan Riau 94,89 89,41 92,22 99,49 99,16 99,32
DKI Jakarta 98,52 97,88 98,18 99,79 99,67 99,73
Jawa Barat 95,59 87,31 91,40 99,42 98,26 98,85
Jawa Tengah 86,90 73,38 79,79 97,23 93,78 95,51
DI Yogyakarta 89,98 78,09 83,58 98,28 95,60 96,93
Jawa Timur 89,69 76,55 82,78 97,49 94,14 95,81
Banten 94,35 81,35 87,98 99,20 97,51 98,38
Bali 90,59 73,15 81,56 98,63 95,64 97,16
Nusa Tenggara Barat 67,53 46,82 56,37 92,46 87,26 89,82
Nusa Tenggara Timur 91,23 86,54 88,77 98,18 97,36 97,77
Kalimantan Barat 89,48 70,54 79,91 97,99 94,59 96,32
Kalimantan Tengah 96,35 92,05 94,40 99,56 99,24 99,41
Kalimantan Selatan 97,57 91,95 94,71 99,50 98,45 98,98
Kalimantan Timur 95,63 92,42 94,11 99,38 98,98 99,19
Kalimantan Utara 86,58 87,11 86,81 97,70 97,83 97,76
Sulawesi Utara 99,68 99,89 99,79 99,85 99,92 99,88
Sulawesi Tengah 99,78 94,90 97,29 99,98 99,30 99,64
Sulawesi Selatan 88,31 83,32 85,58 97,30 96,27 96,78
Sulawesi Tenggara 87,03 71,85 79,33 98,52 95,65 97,10
Gorontalo 99,00 97,09 97,97 99,42 99,53 99,47
Sulawesi Barat 88,70 76,47 82,08 96,43 94,56 95,50
Maluku 98,62 98,31 98,45 99,68 99,76 99,72
Maluku Utara 99,73 94,32 96,93 99,91 99,15 99,54
Papua Barat 98,20 95,95 97,13 99,51 98,84 99,19
Papua 96,24 92,77 94,67 99,10 97,94 98,56
Indonesia 92,73 83,14 87,78 98,69 96,93 97,82
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

474 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.2.3
Persentase Penduduk di Perdesaan yang Melek Huruf menurut Provinsi, Kelompok
Umur, dan Jenis Kelamin, 2021 (1/2)

15-24 tahun 25-34 tahun 35-59 tahun


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 99,99 100,00 99,99 99,96 99,85 99,91 99,42 98,67 99,04
Sumatera Utara 99,85 99,91 99,88 99,81 99,78 99,80 99,38 98,58 98,97
Sumatera Barat 99,78 99,88 99,83 99,93 99,93 99,93 99,78 99,67 99,72
Riau 99,84 99,98 99,91 100,00 99,89 99,95 99,93 99,89 99,91
Jambi 99,94 99,88 99,91 99,87 99,83 99,85 99,76 99,50 99,63
Sumatera Selatan 99,93 99,96 99,94 99,76 99,68 99,72 99,38 98,97 99,18
Bengkulu 100,00 99,84 99,92 99,78 100,00 99,89 99,85 99,72 99,79
Lampung 99,81 100,00 99,90 99,96 99,88 99,92 99,49 98,46 98,99
Kepulauan Bangka Belitung 99,65 100,00 99,82 99,80 99,80 99,80 98,54 96,41 97,52
Kepulauan Riau 98,77 99,96 99,34 99,47 100,00 99,75 97,22 96,75 96,98
DKI Jakarta
Jawa Barat 100,00 99,88 99,94 99,94 99,70 99,82 99,89 99,82 99,86
Jawa Tengah 99,91 99,98 99,95 99,84 99,75 99,79 97,25 93,88 95,51
DI Yogyakarta 99,79 100,00 99,89 99,86 100,00 99,93 98,47 94,94 96,66
Jawa Timur 99,86 99,99 99,92 98,60 98,88 98,74 94,61 90,09 92,27
Banten 99,93 99,88 99,91 99,68 99,62 99,65 99,23 95,66 97,44
Bali 99,84 99,87 99,85 100,00 99,75 99,87 96,55 89,44 92,87
Nusa Tenggara Barat 100,00 99,80 99,90 97,46 97,16 97,31 87,20 77,40 82,07
Nusa Tenggara Timur 98,46 98,79 98,62 97,07 98,26 97,67 93,42 92,12 92,75
Kalimantan Barat 99,75 99,89 99,82 98,59 98,41 98,50 95,17 87,99 91,67
Kalimantan Tengah 99,89 99,76 99,82 99,94 99,94 99,94 99,94 99,96 99,95
Kalimantan Selatan 99,96 99,87 99,92 99,87 99,71 99,79 99,80 99,82 99,81
Kalimantan Timur 99,85 100,00 99,92 99,61 99,91 99,76 99,95 99,77 99,87
Kalimantan Utara 99,23 99,36 99,30 98,61 98,85 98,72 97,16 96,43 96,82
Sulawesi Utara 99,83 99,98 99,90 99,96 99,80 99,88 99,82 99,63 99,73
Sulawesi Tengah 99,64 99,95 99,79 99,50 99,26 99,38 98,91 99,12 99,02
Sulawesi Selatan 99,54 99,74 99,64 98,12 98,65 98,39 90,80 88,22 89,44
Sulawesi Tenggara 99,95 99,85 99,90 98,03 98,88 98,46 95,63 92,18 93,89
Gorontalo 99,84 99,90 99,87 99,61 99,72 99,67 98,32 98,50 98,41
Sulawesi Barat 99,71 99,15 99,43 98,27 98,58 98,42 93,58 89,75 91,69
Maluku 99,80 99,86 99,83 98,99 99,40 99,19 99,41 98,68 99,05
Maluku Utara 100,00 99,84 99,92 99,79 99,96 99,87 99,69 99,27 99,48
Papua Barat 99,83 99,01 99,43 99,30 97,25 98,31 98,20 96,38 97,34
Papua 88,49 86,78 87,67 75,23 66,98 71,18 65,14 56,22 60,91
Indonesia 99,52 99,55 99,53 98,75 98,63 98,69 96,58 94,06 95,30
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

475 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.2.3
Persentase Penduduk di Perdesaan yang Melek Huruf menurut Provinsi, Kelompok
Umur, dan Jenis Kelamin, 2021 (lanjutan 2/2)

60 tahun keatas Jumlah


Laki- Laki-
Provinsi laki + laki +
Laki- Perem- Laki- Perem-
laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan
(1) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 91,43 76,77 83,57 98,79 96,51 97,63
Sumatera Utara 95,87 91,16 93,26 99,17 98,06 98,60
Sumatera Barat 96,52 92,94 94,58 99,37 98,73 99,04
Riau 93,28 86,16 89,79 99,29 98,62 98,96
Jambi 88,21 77,93 83,08 98,34 96,83 97,59
Sumatera Selatan 94,71 85,39 89,92 99,01 97,54 98,29
Bengkulu 90,20 71,64 81,08 98,55 95,93 97,27
Lampung 88,39 71,46 80,11 98,06 95,20 96,67
Kepulauan Bangka Belitung 96,38 77,39 86,90 98,81 95,78 97,32
Kepulauan Riau 87,07 83,89 85,44 96,51 96,09 96,30
DKI Jakarta
Jawa Barat 93,18 82,69 87,61 98,82 96,83 97,79
Jawa Tengah 80,49 58,36 68,53 95,19 88,93 91,95
DI Yogyakarta 82,24 56,64 68,04 94,99 86,07 90,31
Jawa Timur 72,83 51,77 61,29 92,21 85,35 88,63
Banten 87,30 76,54 81,74 97,86 94,63 96,24
Bali 77,52 53,77 64,58 94,28 85,63 89,82
Nusa Tenggara Barat 64,58 38,33 49,98 89,53 80,68 84,93
Nusa Tenggara Timur 79,82 67,72 73,34 93,65 91,42 92,50
Kalimantan Barat 75,36 52,61 63,95 94,64 88,75 91,73
Kalimantan Tengah 93,02 86,73 90,06 99,18 98,54 98,87
Kalimantan Selatan 91,96 76,42 83,72 98,82 96,38 97,60
Kalimantan Timur 93,56 78,10 86,29 99,10 97,36 98,27
Kalimantan Utara 80,81 59,20 70,84 95,83 93,19 94,57
Sulawesi Utara 99,48 99,01 99,24 99,79 99,61 99,70
Sulawesi Tengah 91,64 81,16 86,36 98,29 97,01 97,66
Sulawesi Selatan 70,27 57,66 63,21 90,97 87,12 88,95
Sulawesi Tenggara 83,39 63,04 72,63 95,75 91,72 93,70
Gorontalo 92,62 90,91 91,72 98,28 98,08 98,18
Sulawesi Barat 80,36 57,80 68,33 94,73 90,21 92,47
Maluku 98,39 98,23 98,31 99,28 99,06 99,17
Maluku Utara 94,59 80,95 87,82 99,21 97,49 98,36
Papua Barat 87,99 77,03 82,93 97,99 95,71 96,90
Papua 65,65 61,84 64,03 73,60 67,23 70,56
Indonesia 83,40 66,98 74,67 95,69 91,68 93,65
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

476 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.3
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 10,55 10,70 10,62 9,47 9,19 9,33 9,84 9,69 9,77
Sumatera Utara 10,71 10,53 10,62 9,14 8,71 8,92 10,04 9,73 9,88
Sumatera Barat 10,46 10,64 10,55 8,46 8,31 8,38 9,47 9,46 9,46
Riau 10,95 10,92 10,94 8,68 8,44 8,56 9,60 9,43 9,52
Jambi 10,63 10,33 10,48 8,58 8,04 8,32 9,26 8,80 9,03
Sumatera Selatan 10,63 10,39 10,51 7,95 7,48 7,72 8,96 8,58 8,78
Bengkulu 11,06 11,15 11,10 8,60 8,07 8,34 9,42 9,09 9,26
Lampung 10,03 9,79 9,91 8,15 7,67 7,91 8,75 8,35 8,56
Kepulauan Bangka Belitung 9,52 9,32 9,42 7,43 7,31 7,37 8,64 8,44 8,54
Kepulauan Riau 10,63 10,61 10,62 7,57 7,38 7,48 10,40 10,36 10,38
DKI Jakarta 11,46 10,95 11,20 11,46 10,95 11,20
Jawa Barat 9,74 9,26 9,51 7,68 7,04 7,35 9,31 8,75 9,03
Jawa Tengah 9,42 8,88 9,15 7,61 7,02 7,30 8,57 7,96 8,26
DI Yogyakarta 10,88 10,49 10,69 8,51 7,89 8,18 10,29 9,80 10,04
Jawa Timur 9,58 9,04 9,31 7,64 6,86 7,23 8,72 8,03 8,37
Banten 10,38 9,82 10,10 7,51 6,79 7,15 9,60 8,96 9,29
Bali 10,60 9,72 10,17 8,46 7,03 7,72 9,99 8,90 9,45
Nusa Tenggara Barat 9,40 8,34 8,86 8,02 6,79 7,38 8,72 7,56 8,13
Nusa Tenggara Timur 10,69 10,50 10,59 7,64 7,13 7,37 8,43 7,97 8,20
Kalimantan Barat 9,98 9,53 9,76 7,39 6,56 6,98 8,34 7,65 8,00
Kalimantan Tengah 10,56 10,08 10,33 8,26 7,90 8,09 9,23 8,80 9,03
Kalimantan Selatan 10,14 9,59 9,87 8,00 7,37 7,68 9,05 8,43 8,74
Kalimantan Timur 10,87 10,40 10,65 9,21 8,42 8,83 10,36 9,79 10,09
Kalimantan Utara 10,34 9,92 10,14 8,45 7,90 8,19 9,63 9,14 9,40
Sulawesi Utara 10,51 10,62 10,57 8,92 8,97 8,95 9,79 9,87 9,83
Sulawesi Tengah 11,29 10,64 10,97 8,42 8,29 8,36 9,32 9,03 9,18
Sulawesi Selatan 10,66 10,48 10,57 7,81 7,44 7,62 9,12 8,79 8,95
Sulawesi Tenggara 11,47 10,89 11,18 8,80 8,36 8,57 9,78 9,26 9,52
Gorontalo 9,23 9,76 9,50 6,98 7,81 7,39 7,97 8,68 8,32
Sulawesi Barat 9,93 9,57 9,76 8,21 7,86 8,03 8,56 8,21 8,39
Maluku 11,55 11,42 11,49 9,27 9,15 9,21 10,32 10,18 10,25
Maluku Utara 11,66 11,10 11,39 8,99 8,45 8,72 9,80 9,22 9,51
Papua Barat 10,76 11,33 11,03 10,01 8,40 9,24 10,34 9,68 10,03
Papua 11,04 10,70 10,88 6,10 4,68 5,43 7,60 6,43 7,05
Indonesia 10,13 9,69 9,91 8,00 7,41 7,70 9,23 8,70 8,97
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

477 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.4
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan,
2021 (1/3)

Laki-Laki
Provinsi
SMP/MTS/ SMA/SMK/MA/
SD/MI/Sederajat Perguruan Tinggi
Sederajat Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 107,23 98,67 90,17 34,59
Sumatera Utara 107,74 93,05 93,38 23,55
Sumatera Barat 109,96 90,41 86,95 30,63
Riau 105,13 94,20 82,43 26,70
Jambi 110,40 87,98 85,14 22,75
Sumatera Selatan 110,66 90,21 79,24 21,36
Bengkulu 110,12 94,13 86,79 30,68
Lampung 104,97 93,62 83,69 17,85
Kepulauan Bangka Belitung 107,19 86,57 89,64 11,64
Kepulauan Riau 105,95 92,69 85,66 22,21
DKI Jakarta 102,84 94,66 75,05 32,95
Jawa Barat 104,33 95,00 76,44 20,70
Jawa Tengah 106,42 94,95 84,48 17,36
DI Yogyakarta 103,08 97,23 91,52 64,45
Jawa Timur 105,02 96,36 87,24 23,81
Banten 107,29 98,29 75,06 24,34
Bali 101,96 99,56 88,25 31,00
Nusa Tenggara Barat 107,10 93,04 96,20 27,29
Nusa Tenggara Timur 115,09 87,83 79,90 24,57
Kalimantan Barat 112,24 82,11 82,28 21,21
Kalimantan Tengah 108,64 91,66 86,38 21,97
Kalimantan Selatan 107,62 88,81 76,04 22,79
Kalimantan Timur 105,40 95,55 97,88 32,33
Kalimantan Utara 101,22 97,38 87,32 22,28
Sulawesi Utara 106,33 88,64 82,53 26,10
Sulawesi Tengah 105,78 88,72 84,35 29,81
Sulawesi Selatan 106,47 85,37 87,22 31,50
Sulawesi Tenggara 108,23 87,64 86,14 34,92
Gorontalo 105,56 76,74 80,20 23,23
Sulawesi Barat 106,10 82,06 85,25 21,69
Maluku 111,77 90,19 94,71 39,08
Maluku Utara 107,65 87,74 93,98 33,82
Papua Barat 111,04 91,78 92,11 27,99
Papua 91,59 84,38 78,34 17,46
Indonesia 106,18 93,27 83,48 24,29

478 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.4
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan,
2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
SMP/MTS/ SMA/SMK/MA/
SD/MI/Sederajat Perguruan Tinggi
Sederajat Sederajat
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 109,00 96,77 95,09 39,79
Sumatera Utara 107,98 90,71 100,23 28,84
Sumatera Barat 107,36 96,14 94,08 44,00
Riau 105,93 96,32 85,86 33,08
Jambi 108,55 90,00 83,82 29,16
Sumatera Selatan 112,14 88,65 85,50 23,00
Bengkulu 108,49 90,04 100,92 33,69
Lampung 106,32 92,65 93,64 19,23
Kepulauan Bangka Belitung 107,13 90,41 83,45 14,31
Kepulauan Riau 107,30 95,71 86,93 23,77
DKI Jakarta 103,52 88,53 79,08 32,36
Jawa Barat 104,83 91,60 79,84 22,63
Jawa Tengah 106,39 92,99 89,00 22,02
DI Yogyakarta 107,38 93,87 89,34 64,44
Jawa Timur 104,01 98,03 87,87 26,70
Banten 106,53 91,51 76,27 30,10
Bali 104,28 97,69 91,58 30,27
Nusa Tenggara Barat 107,37 94,39 91,29 26,31
Nusa Tenggara Timur 112,02 94,09 93,07 31,17
Kalimantan Barat 109,70 88,69 88,18 22,68
Kalimantan Tengah 107,78 90,47 79,82 22,06
Kalimantan Selatan 106,65 83,09 86,04 24,20
Kalimantan Timur 105,11 88,56 93,02 35,50
Kalimantan Utara 98,21 104,88 106,56 19,65
Sulawesi Utara 106,78 92,35 90,11 31,64
Sulawesi Tengah 101,60 98,21 91,55 38,25
Sulawesi Selatan 107,26 88,29 86,94 40,58
Sulawesi Tenggara 108,22 87,44 93,00 39,81
Gorontalo 111,44 82,04 96,44 40,81
Sulawesi Barat 104,05 88,36 90,29 29,29
Maluku 109,81 90,96 96,91 44,08
Maluku Utara 108,51 88,26 96,09 39,01
Papua Barat 110,99 89,16 102,87 31,64
Papua 94,71 78,87 71,66 17,05
Indonesia 106,21 92,30 87,05 27,94

479 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.4
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan,
2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi
SMP/MTS/ SMA/SMK/MA/
SD/MI/Sederajat Perguruan Tinggi
Sederajat Sederajat
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 108,10 97,74 92,63 37,18
Sumatera Utara 107,85 91,87 96,75 26,12
Sumatera Barat 108,66 93,24 90,38 37,25
Riau 105,52 95,25 84,11 29,77
Jambi 109,48 88,96 84,47 25,93
Sumatera Selatan 111,39 89,44 82,30 22,18
Bengkulu 109,31 92,11 93,79 32,12
Lampung 105,63 93,12 88,38 18,53
Kepulauan Bangka Belitung 107,16 88,44 86,49 12,96
Kepulauan Riau 106,60 94,12 86,31 23,03
DKI Jakarta 103,17 91,56 77,08 32,65
Jawa Barat 104,57 93,33 78,10 21,65
Jawa Tengah 106,40 94,00 86,65 19,67
DI Yogyakarta 105,15 95,54 90,50 64,45
Jawa Timur 104,52 97,17 87,55 25,27
Banten 106,91 94,88 75,66 27,17
Bali 103,09 98,68 89,87 30,64
Nusa Tenggara Barat 107,23 93,72 93,75 26,79
Nusa Tenggara Timur 113,55 90,78 86,36 27,90
Kalimantan Barat 111,01 85,45 85,21 21,93
Kalimantan Tengah 108,21 91,07 83,07 22,01
Kalimantan Selatan 107,14 86,04 80,77 23,49
Kalimantan Timur 105,26 92,03 95,52 33,86
Kalimantan Utara 99,78 100,90 96,55 21,00
Sulawesi Utara 106,56 90,45 86,17 28,83
Sulawesi Tengah 103,68 93,17 88,06 33,92
Sulawesi Selatan 106,85 86,82 87,07 36,10
Sulawesi Tenggara 108,22 87,54 89,50 37,39
Gorontalo 108,44 79,37 87,97 31,84
Sulawesi Barat 105,09 85,27 87,81 25,40
Maluku 110,79 90,57 95,74 41,59
Maluku Utara 108,07 87,99 95,04 36,32
Papua Barat 111,02 90,55 97,25 29,81
Papua 93,07 81,68 75,05 17,27
Indonesia 106,20 92,80 85,23 26,09
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

480 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.5
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan,
2021 (1/3)

Laki-Laki
Provinsi
SMP/MTS/ SMA/SMK/MA/
SD/MI/Sederajat Perguruan Tinggi
Sederajat Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 98,71 86,92 69,41 25,79
Sumatera Utara 97,87 81,97 66,41 17,52
Sumatera Barat 98,81 76,64 68,46 23,81
Riau 98,36 79,68 61,54 20,42
Jambi 99,14 79,52 62,16 15,88
Sumatera Selatan 98,16 77,60 57,47 14,43
Bengkulu 98,33 80,81 62,69 22,40
Lampung 98,92 81,40 59,25 12,26
Kepulauan Bangka Belitung 97,79 72,70 58,29 9,20
Kepulauan Riau 98,87 85,72 71,53 16,53
DKI Jakarta 97,86 85,55 61,25 23,32
Jawa Barat 98,42 83,79 58,62 16,37
Jawa Tengah 98,12 80,64 59,89 13,21
DI Yogyakarta 99,43 82,50 70,76 47,06
Jawa Timur 98,04 82,56 61,77 17,17
Banten 98,11 86,17 60,39 17,78
Bali 97,38 87,21 74,01 25,13
Nusa Tenggara Barat 99,08 86,16 70,08 19,19
Nusa Tenggara Timur 96,31 67,37 48,63 15,93
Kalimantan Barat 97,74 65,89 50,28 13,80
Kalimantan Tengah 99,00 78,08 55,31 14,79
Kalimantan Selatan 98,63 76,47 57,46 18,27
Kalimantan Timur 98,24 82,16 73,10 22,15
Kalimantan Utara 94,42 78,63 63,12 15,38
Sulawesi Utara 95,22 73,28 60,56 19,28
Sulawesi Tengah 93,86 72,55 61,61 21,37
Sulawesi Selatan 98,18 76,25 61,27 26,15
Sulawesi Tenggara 98,51 77,69 62,55 23,69
Gorontalo 98,06 68,87 53,53 17,32
Sulawesi Barat 96,09 65,66 57,52 14,42
Maluku 96,75 76,03 66,81 31,82
Maluku Utara 96,97 77,29 64,54 23,98
Papua Barat 94,04 69,93 61,72 19,22
Papua 79,15 58,63 46,63 11,74
Indonesia 97,81 80,45 61,02 18,01

481 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.5
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan,
2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
SMP/MTS/ SMA/SMK/MA/
SD/MI/Sederajat Perguruan Tinggi
Sederajat Sederajat
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 99,20 86,98 72,18 29,14
Sumatera Utara 97,50 80,31 69,62 21,62
Sumatera Barat 98,82 80,91 69,56 34,40
Riau 97,30 81,38 66,57 24,92
Jambi 99,69 80,26 60,97 21,58
Sumatera Selatan 97,83 79,04 63,73 15,24
Bengkulu 98,89 79,67 69,53 24,39
Lampung 99,28 82,62 61,50 14,12
Kepulauan Bangka Belitung 97,98 76,60 59,27 12,36
Kepulauan Riau 99,68 87,58 75,12 18,51
DKI Jakarta 98,61 80,54 59,82 22,35
Jawa Barat 98,31 81,93 58,55 18,56
Jawa Tengah 98,32 81,36 61,08 17,43
DI Yogyakarta 99,45 84,74 72,18 48,79
Jawa Timur 97,76 85,11 63,52 20,90
Banten 98,20 82,41 58,98 21,44
Bali 97,01 86,99 75,69 25,43
Nusa Tenggara Barat 98,53 84,42 64,11 17,67
Nusa Tenggara Timur 95,77 72,92 60,18 21,54
Kalimantan Barat 97,08 70,26 53,30 16,20
Kalimantan Tengah 99,02 79,53 53,22 15,06
Kalimantan Selatan 99,26 75,24 59,39 20,92
Kalimantan Timur 98,48 80,44 65,26 23,76
Kalimantan Utara 92,25 79,88 67,81 13,75
Sulawesi Utara 95,56 76,68 66,31 22,75
Sulawesi Tengah 92,81 77,75 69,05 27,12
Sulawesi Selatan 98,36 77,80 59,45 31,86
Sulawesi Tenggara 97,76 78,05 64,90 26,07
Gorontalo 99,26 73,47 63,30 30,99
Sulawesi Barat 95,26 74,23 61,95 21,08
Maluku 97,09 75,01 62,33 36,05
Maluku Utara 97,44 76,75 63,69 25,90
Papua Barat 94,14 71,19 65,48 25,22
Papua 81,74 57,20 42,13 11,07
Indonesia 97,78 80,73 62,30 21,20

482 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.5
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan,
2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi
SMP/MTS/ SMA/SMK/MA/
SD/MI/Sederajat Perguruan Tinggi
Sederajat Sederajat
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 98,95 86,95 70,80 27,45
Sumatera Utara 97,69 81,13 67,99 19,51
Sumatera Barat 98,82 78,75 68,99 29,06
Riau 97,85 80,52 64,00 22,58
Jambi 99,41 79,88 61,56 18,71
Sumatera Selatan 98,00 78,31 60,53 14,83
Bengkulu 98,61 80,25 66,08 23,35
Lampung 99,10 82,03 60,31 13,18
Kepulauan Bangka Belitung 97,89 74,60 58,79 10,77
Kepulauan Riau 99,26 86,60 73,36 17,57
DKI Jakarta 98,22 83,01 60,53 22,83
Jawa Barat 98,37 82,88 58,58 17,44
Jawa Tengah 98,22 80,99 60,46 15,30
DI Yogyakarta 99,44 83,62 71,42 47,94
Jawa Timur 97,90 83,80 62,63 19,05
Banten 98,15 84,28 59,69 19,57
Bali 97,20 87,11 74,82 25,28
Nusa Tenggara Barat 98,81 85,28 67,09 18,42
Nusa Tenggara Timur 96,04 69,99 54,29 18,76
Kalimantan Barat 97,42 68,11 51,77 14,98
Kalimantan Tengah 99,01 78,80 54,25 14,92
Kalimantan Selatan 98,94 75,88 58,37 19,59
Kalimantan Timur 98,36 81,30 69,29 22,93
Kalimantan Utara 93,38 79,21 65,37 14,58
Sulawesi Utara 95,39 74,94 63,33 20,99
Sulawesi Tengah 93,33 74,99 65,44 24,17
Sulawesi Selatan 98,26 77,02 60,35 29,04
Sulawesi Tenggara 98,15 77,86 63,70 24,89
Gorontalo 98,65 71,15 58,21 24,01
Sulawesi Barat 95,68 70,03 59,77 17,67
Maluku 96,92 75,53 64,71 33,95
Maluku Utara 97,20 77,03 64,11 24,91
Papua Barat 94,09 70,52 63,51 22,22
Papua 80,38 57,93 44,41 11,43
Indonesia 97,80 80,59 61,65 19,59
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

483 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.6
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur,
2021 (1/3)

Laki-Laki
Provinsi
7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 99,49 97,71 81,52 30,99
Sumatera Utara 99,28 96,23 76,62 24,91
Sumatera Barat 99,60 95,51 81,08 30,70
Riau 99,58 94,89 73,82 27,23
Jambi 99,35 95,92 72,82 21,39
Sumatera Selatan 99,75 94,47 68,34 18,64
Bengkulu 99,67 96,22 76,15 28,38
Lampung 99,25 94,65 71,50 19,23
Kepulauan Bangka Belitung 99,13 92,45 66,87 17,76
Kepulauan Riau 99,42 98,10 80,83 19,43
DKI Jakarta 99,43 98,45 72,81 25,40
Jawa Barat 99,42 95,05 68,67 22,28
Jawa Tengah 99,55 95,97 70,43 21,54
DI Yogyakarta 99,53 99,64 88,04 52,25
Jawa Timur 99,46 96,81 73,84 24,76
Banten 99,70 96,73 70,09 19,89
Bali 99,67 98,15 83,55 29,19
Nusa Tenggara Barat 99,36 97,86 80,20 27,64
Nusa Tenggara Timur 98,22 93,96 70,70 27,88
Kalimantan Barat 98,52 92,10 68,09 23,43
Kalimantan Tengah 99,51 95,43 68,93 24,98
Kalimantan Selatan 99,16 92,67 69,56 23,61
Kalimantan Timur 99,77 98,89 83,72 29,37
Kalimantan Utara 98,83 95,21 72,75 22,68
Sulawesi Utara 99,22 93,24 70,58 21,83
Sulawesi Tengah 98,47 90,51 72,40 25,63
Sulawesi Selatan 99,03 92,10 69,26 32,21
Sulawesi Tenggara 99,11 93,57 73,15 31,11
Gorontalo 98,59 86,27 65,07 24,48
Sulawesi Barat 98,17 86,10 68,74 21,02
Maluku 99,24 97,42 78,66 36,23
Maluku Utara 98,90 96,35 75,84 29,99
Papua Barat 98,32 95,85 81,41 26,83
Papua 82,27 80,74 64,08 22,81
Indonesia 99,11 95,31 72,44 24,50

484 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.6
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur,
2021 (lanjutan 2/3)

Laki-Laki
Provinsi
7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 99,85 99,16 85,02 34,25
Sumatera Utara 99,37 97,74 80,77 29,31
Sumatera Barat 99,62 97,79 87,30 42,23
Riau 99,72 96,45 81,98 30,47
Jambi 99,97 96,89 72,18 26,93
Sumatera Selatan 99,54 95,25 74,87 18,98
Bengkulu 99,85 98,81 83,41 32,74
Lampung 99,83 96,46 71,97 23,15
Kepulauan Bangka Belitung 99,82 93,93 69,38 18,29
Kepulauan Riau 99,83 99,67 87,84 20,19
DKI Jakarta 99,62 98,90 71,84 24,47
Jawa Barat 99,58 95,13 66,89 24,78
Jawa Tengah 99,79 97,76 71,18 25,60
DI Yogyakarta 99,89 99,21 91,43 50,61
Jawa Timur 99,34 98,76 74,44 27,75
Banten 99,21 96,81 67,77 23,34
Bali 99,73 98,30 84,39 28,69
Nusa Tenggara Barat 99,69 98,81 74,79 24,84
Nusa Tenggara Timur 98,63 96,84 81,05 33,14
Kalimantan Barat 98,76 94,16 70,70 25,74
Kalimantan Tengah 99,60 94,99 64,51 23,92
Kalimantan Selatan 99,61 94,40 69,03 25,81
Kalimantan Timur 99,42 98,91 80,21 30,40
Kalimantan Utara 98,49 97,97 80,57 27,47
Sulawesi Utara 99,52 97,68 77,40 25,55
Sulawesi Tengah 98,54 96,50 80,01 30,94
Sulawesi Selatan 99,56 95,02 73,12 37,87
Sulawesi Tenggara 99,21 96,63 76,98 32,81
Gorontalo 99,46 97,94 78,09 39,13
Sulawesi Barat 98,22 93,99 73,63 26,71
Maluku 99,80 97,88 80,85 41,80
Maluku Utara 98,78 97,68 78,16 32,57
Papua Barat 97,83 97,97 80,99 35,02
Papua 84,71 79,27 63,88 23,01
Indonesia 99,28 96,69 73,78 27,55

485 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.6
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur,
2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki
Provinsi
7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 99,67 98,42 83,28 32,61
Sumatera Utara 99,32 96,99 78,66 27,05
Sumatera Barat 99,61 96,63 84,07 36,41
Riau 99,65 95,66 77,81 28,79
Jambi 99,66 96,39 72,50 24,14
Sumatera Selatan 99,65 94,85 71,53 18,81
Bengkulu 99,76 97,49 79,75 30,46
Lampung 99,53 95,58 71,72 21,17
Kepulauan Bangka Belitung 99,47 93,17 68,15 18,02
Kepulauan Riau 99,62 98,85 84,40 19,83
DKI Jakarta 99,53 98,68 72,32 24,92
Jawa Barat 99,50 95,09 67,80 23,51
Jawa Tengah 99,66 96,84 70,79 23,55
DI Yogyakarta 99,70 99,43 89,63 51,41
Jawa Timur 99,40 97,76 74,14 26,27
Banten 99,45 96,77 68,94 21,59
Bali 99,70 98,22 83,96 28,95
Nusa Tenggara Barat 99,52 98,34 77,49 26,22
Nusa Tenggara Timur 98,42 95,32 75,77 30,54
Kalimantan Barat 98,64 93,14 69,38 24,57
Kalimantan Tengah 99,55 95,21 66,70 24,47
Kalimantan Selatan 99,38 93,50 69,31 24,70
Kalimantan Timur 99,60 98,90 82,01 29,86
Kalimantan Utara 98,67 96,51 76,50 25,02
Sulawesi Utara 99,37 95,41 73,86 23,67
Sulawesi Tengah 98,50 93,32 76,32 28,22
Sulawesi Selatan 99,29 93,55 71,21 35,08
Sulawesi Tenggara 99,16 95,06 75,02 31,97
Gorontalo 99,02 92,05 71,30 31,66
Sulawesi Barat 98,19 90,12 71,22 23,80
Maluku 99,52 97,65 79,68 39,03
Maluku Utara 98,84 97,00 77,01 31,23
Papua Barat 98,08 96,85 81,21 30,92
Papua 83,43 80,02 63,98 22,90
Indonesia 99,19 95,99 73,09 26,01
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

486 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.7.1
Persentase Penduduk yang Memiliki Ijazah Pendidikan Tinggi menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Bidang Studi, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Bidang Studi Bidang Studi Bidang Studi
Provinsi
Lainnya STEM Jumlah Lainnya STEM Jumlah Lainnya STEM Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 62,06 37,94 100,00 65,11 34,89 100,00 63,91 36,09 100,00
Sumatera Utara 62,16 37,84 100,00 65,36 34,64 100,00 63,97 36,03 100,00
Sumatera Barat 60,44 39,56 100,00 67,86 32,14 100,00 65,11 34,89 100,00
Riau 64,55 35,45 100,00 68,48 31,52 100,00 66,87 33,13 100,00
Jambi 68,63 31,37 100,00 65,14 34,86 100,00 66,71 33,29 100,00
Sumatera Selatan 66,98 33,02 100,00 67,73 32,27 100,00 67,41 32,59 100,00
Bengkulu 66,05 33,95 100,00 71,28 28,72 100,00 68,89 31,11 100,00
Lampung 68,29 31,71 100,00 71,10 28,90 100,00 69,82 30,18 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 64,81 35,19 100,00 66,29 33,71 100,00 65,65 34,35 100,00
Kepulauan Riau 54,50 45,50 100,00 67,97 32,03 100,00 61,53 38,47 100,00
DKI Jakarta 59,97 40,03 100,00 71,97 28,03 100,00 66,10 33,90 100,00
Jawa Barat 63,47 36,53 100,00 71,60 28,40 100,00 67,59 32,41 100,00
Jawa Tengah 66,50 33,50 100,00 72,06 27,94 100,00 69,58 30,42 100,00
DI Yogyakarta 63,43 36,57 100,00 71,72 28,28 100,00 67,94 32,06 100,00
Jawa Timur 67,57 32,43 100,00 73,06 26,94 100,00 70,53 29,47 100,00
Banten 66,88 33,12 100,00 71,05 28,95 100,00 68,92 31,08 100,00
Bali 72,96 27,04 100,00 75,44 24,56 100,00 74,15 25,85 100,00
Nusa Tenggara Barat 71,19 28,81 100,00 73,61 26,39 100,00 72,38 27,62 100,00
Nusa Tenggara Timur 66,79 33,21 100,00 68,66 31,34 100,00 67,78 32,22 100,00
Kalimantan Barat 71,86 28,14 100,00 70,27 29,73 100,00 71,06 28,94 100,00
Kalimantan Tengah 69,02 30,98 100,00 71,25 28,75 100,00 70,18 29,82 100,00
Kalimantan Selatan 67,89 32,11 100,00 73,10 26,90 100,00 70,71 29,29 100,00
Kalimantan Timur 58,71 41,29 100,00 70,67 29,33 100,00 64,62 35,38 100,00
Kalimantan Utara 64,19 35,81 100,00 61,17 38,83 100,00 62,83 37,17 100,00
Sulawesi Utara 71,22 28,78 100,00 70,40 29,60 100,00 70,76 29,24 100,00
Sulawesi Tengah 65,64 34,36 100,00 63,60 36,40 100,00 64,51 35,49 100,00
Sulawesi Selatan 66,67 33,33 100,00 64,97 35,03 100,00 65,70 34,30 100,00
Sulawesi Tenggara 66,02 33,98 100,00 63,66 36,34 100,00 64,73 35,27 100,00
Gorontalo 70,46 29,54 100,00 69,53 30,47 100,00 69,88 30,12 100,00
Sulawesi Barat 73,10 26,90 100,00 66,60 33,40 100,00 69,50 30,50 100,00
Maluku 67,63 32,37 100,00 67,03 32,97 100,00 67,28 32,72 100,00
Maluku Utara 68,17 31,83 100,00 62,43 37,57 100,00 65,11 34,89 100,00
Papua Barat 68,32 31,68 100,00 66,42 33,58 100,00 67,40 32,60 100,00
Papua 73,13 26,87 100,00 67,39 32,61 100,00 70,63 29,37 100,00
Indonesia 65,49 34,51 100,00 70,11 29,89 100,00 67,97 32,03 100,00
Sumber: Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas), BPS, 2021

487 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.7.2
Persentase Penduduk di Perkotaan yang Memiliki Ijazah Pendidikan Tinggi menurut
Provinsi, Jenis Kelamin, dan Bidang Studi, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Bidang Studi Bidang Studi Bidang Studi
Provinsi
Lainnya STEM Jumlah Lainnya STEM Jumlah Lainnya STEM Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 61,88 38,12 100,00 66,09 33,91 100,00 64,39 35,61 100,00
Sumatera Utara 60,74 39,26 100,00 65,26 34,74 100,00 63,23 36,77 100,00
Sumatera Barat 59,55 40,45 100,00 65,41 34,59 100,00 63,16 36,84 100,00
Riau 61,85 38,15 100,00 65,96 34,04 100,00 64,27 35,73 100,00
Jambi 68,77 31,23 100,00 61,36 38,64 100,00 64,69 35,31 100,00
Sumatera Selatan 62,94 37,06 100,00 66,62 33,38 100,00 65,00 35,00 100,00
Bengkulu 65,97 34,03 100,00 73,41 26,59 100,00 69,87 30,13 100,00
Lampung 65,82 34,18 100,00 69,04 30,96 100,00 67,54 32,46 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 62,06 37,94 100,00 64,93 35,07 100,00 63,67 36,33 100,00
Kepulauan Riau 52,61 47,39 100,00 67,33 32,67 100,00 60,32 39,68 100,00
DKI Jakarta 59,97 40,03 100,00 71,97 28,03 100,00 66,10 33,90 100,00
Jawa Barat 62,66 37,34 100,00 71,47 28,53 100,00 67,14 32,86 100,00
Jawa Tengah 63,94 36,06 100,00 72,08 27,92 100,00 68,43 31,57 100,00
DI Yogyakarta 61,11 38,89 100,00 71,04 28,96 100,00 66,47 33,53 100,00
Jawa Timur 64,97 35,03 100,00 72,11 27,89 100,00 68,79 31,21 100,00
Banten 65,23 34,77 100,00 70,75 29,25 100,00 67,93 32,07 100,00
Bali 73,05 26,95 100,00 75,00 25,00 100,00 74,00 26,00 100,00
Nusa Tenggara Barat 67,98 32,02 100,00 72,93 27,07 100,00 70,42 29,58 100,00
Nusa Tenggara Timur 62,91 37,09 100,00 66,54 33,46 100,00 64,86 35,14 100,00
Kalimantan Barat 71,87 28,13 100,00 69,13 30,87 100,00 70,45 29,55 100,00
Kalimantan Tengah 65,65 34,35 100,00 69,84 30,16 100,00 67,86 32,14 100,00
Kalimantan Selatan 66,14 33,86 100,00 70,67 29,33 100,00 68,50 31,50 100,00
Kalimantan Timur 57,38 42,62 100,00 70,96 29,04 100,00 64,19 35,81 100,00
Kalimantan Utara 62,60 37,40 100,00 57,32 42,68 100,00 60,13 39,87 100,00
Sulawesi Utara 69,31 30,69 100,00 69,04 30,96 100,00 69,16 30,84 100,00
Sulawesi Tengah 65,57 34,43 100,00 62,88 37,12 100,00 64,15 35,85 100,00
Sulawesi Selatan 63,90 36,10 100,00 64,80 35,20 100,00 64,39 35,61 100,00
Sulawesi Tenggara 63,97 36,03 100,00 61,13 38,87 100,00 62,45 37,55 100,00
Gorontalo 68,35 31,65 100,00 67,29 32,71 100,00 67,70 32,30 100,00
Sulawesi Barat 66,09 33,91 100,00 70,29 29,71 100,00 68,49 31,51 100,00
Maluku 63,67 36,33 100,00 66,78 33,22 100,00 65,46 34,54 100,00
Maluku Utara 60,65 39,35 100,00 62,44 37,56 100,00 61,57 38,43 100,00
Papua Barat 68,21 31,79 100,00 69,20 30,80 100,00 68,71 31,29 100,00
Papua 72,94 27,06 100,00 67,38 32,62 100,00 70,31 29,69 100,00
Indonesia 63,55 36,45 100,00 69,90 30,10 100,00 66,92 33,08 100,00
Sumber: Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas), BPS, 2021

488 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.7.3
Persentase Penduduk di Perdesaan yang Memiliki Ijazah Pendidikan Tinggi menurut
Provinsi, Jenis Kelamin, dan Bidang Studi, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Bidang Studi Bidang Studi Bidang Studi
Provinsi
Lainnya STEM Jumlah Lainnya STEM Jumlah Lainnya STEM Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 62,26 37,74 100,00 64,08 35,92 100,00 63,40 36,60 100,00
Sumatera Utara 66,42 33,58 100,00 65,61 34,39 100,00 65,93 34,07 100,00
Sumatera Barat 62,48 37,52 100,00 72,61 27,39 100,00 69,11 30,89 100,00
Riau 68,59 31,41 100,00 72,18 27,82 100,00 70,72 29,28 100,00
Jambi 68,46 31,54 100,00 69,61 30,39 100,00 69,09 30,91 100,00
Sumatera Selatan 74,27 25,73 100,00 69,46 30,54 100,00 71,40 28,60 100,00
Bengkulu 66,18 33,82 100,00 68,40 31,60 100,00 67,45 32,55 100,00
Lampung 71,53 28,47 100,00 73,60 26,40 100,00 72,68 27,32 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 72,25 27,75 100,00 69,60 30,40 100,00 70,69 29,31 100,00
Kepulauan Riau 88,52 11,48 100,00 81,62 18,38 100,00 85,20 14,80 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 72,06 27,94 100,00 73,17 26,83 100,00 72,58 27,42 100,00
Jawa Tengah 72,59 27,41 100,00 72,03 27,97 100,00 72,28 27,72 100,00
DI Yogyakarta 81,60 18,40 100,00 76,48 23,52 100,00 78,68 21,32 100,00
Jawa Timur 76,01 23,99 100,00 76,01 23,99 100,00 76,01 23,99 100,00
Banten 85,49 14,51 100,00 74,50 25,50 100,00 80,20 19,80 100,00
Bali 72,45 27,55 100,00 78,77 21,23 100,00 75,10 24,90 100,00
Nusa Tenggara Barat 76,39 23,61 100,00 74,71 25,29 100,00 75,56 24,44 100,00
Nusa Tenggara Timur 69,96 30,04 100,00 70,44 29,56 100,00 70,22 29,78 100,00
Kalimantan Barat 71,84 28,16 100,00 72,13 27,87 100,00 71,98 28,02 100,00
Kalimantan Tengah 75,62 24,38 100,00 74,19 25,81 100,00 74,89 25,11 100,00
Kalimantan Selatan 72,33 27,67 100,00 77,86 22,14 100,00 75,56 24,44 100,00
Kalimantan Timur 64,73 35,27 100,00 69,13 30,87 100,00 66,75 33,25 100,00
Kalimantan Utara 67,45 32,55 100,00 70,76 29,24 100,00 68,83 31,17 100,00
Sulawesi Utara 75,13 24,87 100,00 72,91 27,09 100,00 73,85 26,15 100,00
Sulawesi Tengah 65,74 34,26 100,00 64,36 35,64 100,00 64,94 35,06 100,00
Sulawesi Selatan 72,72 27,28 100,00 65,24 34,76 100,00 68,15 31,85 100,00
Sulawesi Tenggara 68,85 31,15 100,00 66,74 33,26 100,00 67,66 32,34 100,00
Gorontalo 73,98 26,02 100,00 72,78 27,22 100,00 73,20 26,80 100,00
Sulawesi Barat 76,39 23,61 100,00 64,67 35,33 100,00 70,00 30,00 100,00
Maluku 73,86 26,14 100,00 67,41 32,59 100,00 70,07 29,93 100,00
Maluku Utara 75,17 24,83 100,00 62,42 37,58 100,00 68,18 31,82 100,00
Papua Barat 68,43 31,57 100,00 63,21 36,79 100,00 66,03 33,97 100,00
Papua 73,42 26,58 100,00 67,43 32,57 100,00 71,20 28,80 100,00
Indonesia 71,76 28,24 100,00 70,70 29,30 100,00 71,17 28,83 100,00
Sumber: Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas), BPS, 2021

489 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.1
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 8,51 21,04 24,13 35,16 11,16 100,00
Sumatera Utara 7,76 18,31 24,69 40,37 8,86 100,00
Sumatera Barat 14,60 20,83 22,26 32,37 9,94 100,00
Riau 9,00 23,59 22,55 35,26 9,61 100,00
Jambi 9,99 25,96 23,99 30,91 9,16 100,00
Sumatera Selatan 12,11 27,01 21,91 31,55 7,42 100,00
Bengkulu 12,84 24,11 21,99 30,52 10,53 100,00
Lampung 13,40 26,34 25,86 28,02 6,38 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 16,47 27,32 19,11 29,86 7,25 100,00
Kepulauan Riau 6,84 16,72 18,81 45,06 12,56 100,00
DKI Jakarta 2,95 11,34 19,13 49,53 17,04 100,00
Jawa Barat 7,60 28,76 22,71 32,39 8,54 100,00
Jawa Tengah 14,17 29,04 24,00 25,94 6,84 100,00
DI Yogyakarta 9,92 15,88 20,85 39,33 14,03 100,00
Jawa Timur 14,32 26,10 22,13 28,94 8,52 100,00
Banten 8,39 24,24 21,77 36,75 8,86 100,00
Bali 9,97 19,16 19,71 35,64 15,53 100,00
Nusa Tenggara Barat 18,95 19,04 22,68 29,50 9,82 100,00
Nusa Tenggara Timur 20,02 28,80 19,58 22,23 9,37 100,00
Kalimantan Barat 19,92 25,81 20,80 25,72 7,75 100,00
Kalimantan Tengah 11,66 27,15 26,22 24,88 10,09 100,00
Kalimantan Selatan 13,16 28,10 21,30 28,64 8,79 100,00
Kalimantan Timur 6,41 19,13 20,50 42,13 11,84 100,00
Kalimantan Utara 11,82 21,45 21,75 34,32 10,65 100,00
Sulawesi Utara 11,15 20,82 22,42 35,96 9,65 100,00
Sulawesi Tengah 10,11 29,58 23,09 26,26 10,95 100,00
Sulawesi Selatan 15,96 23,34 20,09 29,74 10,86 100,00
Sulawesi Tenggara 11,58 21,91 23,75 28,35 14,42 100,00
Gorontalo 27,28 25,18 17,97 21,02 8,55 100,00
Sulawesi Barat 18,83 27,98 18,47 25,06 9,66 100,00
Maluku 7,13 18,80 24,16 37,85 12,07 100,00
Maluku Utara 10,62 23,00 23,44 31,17 11,76 100,00
Papua Barat 10,71 16,94 19,94 35,24 17,17 100,00
Papua 29,30 18,66 18,40 24,36 9,28 100,00
Indonesia 11,65 24,84 22,39 31,84 9,28 100,00

490 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.1
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 10,23 22,93 23,23 28,77 14,85 100,00
Sumatera Utara 11,87 18,34 22,41 35,81 11,57 100,00
Sumatera Barat 16,44 18,07 19,86 30,34 15,29 100,00
Riau 11,13 24,64 20,63 31,53 12,06 100,00
Jambi 14,14 26,78 22,96 25,72 10,40 100,00
Sumatera Selatan 15,19 28,75 20,44 26,70 8,92 100,00
Bengkulu 17,28 23,16 21,28 24,84 13,44 100,00
Lampung 17,77 25,24 25,67 23,79 7,52 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 20,14 25,36 18,54 27,02 8,94 100,00
Kepulauan Riau 7,83 16,44 17,01 45,63 13,09 100,00
DKI Jakarta 5,50 14,87 20,58 41,58 17,47 100,00
Jawa Barat 11,03 30,66 23,37 26,54 8,40 100,00
Jawa Tengah 20,60 27,36 22,70 21,88 7,47 100,00
DI Yogyakarta 15,63 15,69 18,30 33,96 16,43 100,00
Jawa Timur 19,94 26,66 21,45 23,40 8,55 100,00
Banten 12,88 25,84 22,75 29,62 8,92 100,00
Bali 16,93 21,43 20,09 28,62 12,93 100,00
Nusa Tenggara Barat 26,58 20,56 22,65 21,63 8,57 100,00
Nusa Tenggara Timur 22,21 29,40 18,33 19,75 10,31 100,00
Kalimantan Barat 26,22 24,90 19,48 20,98 8,42 100,00
Kalimantan Tengah 14,28 28,40 25,52 20,86 10,94 100,00
Kalimantan Selatan 18,11 28,09 20,68 21,95 11,16 100,00
Kalimantan Timur 10,18 20,84 22,15 34,23 12,61 100,00
Kalimantan Utara 15,34 23,91 22,11 26,71 11,93 100,00
Sulawesi Utara 12,27 19,32 22,48 33,61 12,31 100,00
Sulawesi Tengah 14,26 27,15 23,85 22,11 12,62 100,00
Sulawesi Selatan 19,44 23,45 19,50 25,06 12,54 100,00
Sulawesi Tenggara 16,16 21,87 23,77 23,41 14,79 100,00
Gorontalo 22,01 25,22 18,76 21,42 12,58 100,00
Sulawesi Barat 22,69 26,91 18,83 20,49 11,07 100,00
Maluku 9,81 19,84 21,89 32,54 15,92 100,00
Maluku Utara 15,18 24,79 22,86 25,06 12,11 100,00
Papua Barat 13,93 19,92 20,90 30,85 14,40 100,00
Papua 38,37 19,98 16,46 17,49 7,70 100,00
Indonesia 16,09 25,37 21,90 26,58 10,06 100,00

491 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.1
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Aceh 9,37 21,99 23,68 31,94 13,02 100,00
Sumatera Utara 9,83 18,32 23,54 38,07 10,23 100,00
Sumatera Barat 15,53 19,43 21,05 31,34 12,65 100,00
Riau 10,05 24,11 21,61 33,43 10,81 100,00
Jambi 12,03 26,36 23,48 28,35 9,77 100,00
Sumatera Selatan 13,63 27,87 21,18 29,15 8,16 100,00
Bengkulu 15,01 23,65 21,65 27,75 11,95 100,00
Lampung 15,53 25,81 25,77 25,95 6,94 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 18,24 26,38 18,83 28,49 8,07 100,00
Kepulauan Riau 7,34 16,58 17,91 45,35 12,83 100,00
DKI Jakarta 4,24 13,13 19,86 45,51 17,26 100,00
Jawa Barat 9,29 29,70 23,04 29,50 8,47 100,00
Jawa Tengah 17,44 28,18 23,34 23,88 7,16 100,00
DI Yogyakarta 12,82 15,78 19,55 36,60 15,25 100,00
Jawa Timur 17,19 26,39 21,78 26,11 8,53 100,00
Banten 10,59 25,02 22,25 33,25 8,89 100,00
Bali 13,44 20,29 19,90 32,14 14,23 100,00
Nusa Tenggara Barat 22,87 19,82 22,66 25,46 9,18 100,00
Nusa Tenggara Timur 21,14 29,11 18,94 20,97 9,85 100,00
Kalimantan Barat 23,02 25,36 20,15 23,38 8,08 100,00
Kalimantan Tengah 12,91 27,75 25,89 22,95 10,50 100,00
Kalimantan Selatan 15,62 28,10 20,99 25,32 9,97 100,00
Kalimantan Timur 8,21 19,95 21,29 38,34 12,21 100,00
Kalimantan Utara 13,47 22,61 21,92 30,75 11,25 100,00
Sulawesi Utara 11,70 20,08 22,45 34,81 10,96 100,00
Sulawesi Tengah 12,16 28,38 23,47 24,22 11,77 100,00
Sulawesi Selatan 17,76 23,40 19,79 27,32 11,73 100,00
Sulawesi Tenggara 13,88 21,89 23,76 25,86 14,61 100,00
Gorontalo 24,64 25,20 18,36 21,22 10,56 100,00
Sulawesi Barat 20,76 27,45 18,65 22,78 10,36 100,00
Maluku 8,46 19,31 23,03 35,21 13,98 100,00
Maluku Utara 12,87 23,88 23,15 28,17 11,93 100,00
Papua Barat 12,25 18,36 20,40 33,14 15,85 100,00
Papua 33,58 19,28 17,48 21,11 8,54 100,00
Indonesia 13,87 25,10 22,15 29,21 9,67 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

492 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.2
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Perkotaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 10,41 14,49 19,50 37,54 18,06 100,00
Sumatera Utara 4,80 15,14 23,15 45,22 11,70 100,00
Sumatera Barat 10,04 15,83 20,91 38,90 14,32 100,00
Riau 4,90 15,60 19,32 44,85 15,32 100,00
Jambi 6,60 16,45 21,34 39,98 15,63 100,00
Sumatera Selatan 5,96 17,46 19,20 43,31 14,06 100,00
Bengkulu 6,60 15,98 19,19 40,27 17,96 100,00
Lampung 9,33 18,96 22,89 36,12 12,71 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 11,87 21,75 19,92 36,93 9,54 100,00
Kepulauan Riau 5,65 15,52 18,73 46,93 13,16 100,00
DKI Jakarta 2,95 11,34 19,13 49,53 17,04 100,00
Jawa Barat 6,78 24,39 22,32 36,50 10,01 100,00
Jawa Tengah 10,96 23,38 23,46 32,14 10,06 100,00
DI Yogyakarta 8,21 12,22 19,17 43,67 16,74 100,00
Jawa Timur 11,45 20,60 21,31 34,70 11,93 100,00
Banten 6,06 17,45 21,31 43,84 11,35 100,00
Bali 7,40 16,00 19,50 38,90 18,20 100,00
Nusa Tenggara Barat 15,01 16,55 22,80 33,74 11,90 100,00
Nusa Tenggara Timur 8,85 15,20 21,00 38,48 16,46 100,00
Kalimantan Barat 13,61 17,55 19,69 35,92 13,24 100,00
Kalimantan Tengah 7,38 17,98 25,87 32,07 16,70 100,00
Kalimantan Selatan 8,79 20,38 20,54 37,12 13,18 100,00
Kalimantan Timur 4,88 14,92 19,94 46,51 13,76 100,00
Kalimantan Utara 8,89 17,61 20,36 39,99 13,14 100,00
Sulawesi Utara 8,42 15,70 21,29 42,41 12,18 100,00
Sulawesi Tengah 3,41 17,20 22,00 37,21 20,17 100,00
Sulawesi Selatan 8,80 17,06 20,01 36,50 17,63 100,00
Sulawesi Tenggara 6,16 13,25 22,16 34,75 23,67 100,00
Gorontalo 18,52 20,95 19,94 27,90 12,68 100,00
Sulawesi Barat 12,71 21,28 19,62 29,73 16,66 100,00
Maluku 2,95 12,02 22,32 45,23 17,49 100,00
Maluku Utara 4,30 11,86 19,38 44,62 19,85 100,00
Papua Barat 7,75 14,42 18,98 41,83 17,03 100,00
Papua 7,71 12,00 19,75 40,99 19,56 100,00
Indonesia 8,01 19,47 21,51 38,45 12,56 100,00

493 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.2
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Perkotaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 9,27 16,10 20,17 32,37 22,09 100,00
Sumatera Utara 7,43 15,60 21,47 40,73 14,76 100,00
Sumatera Barat 10,51 13,74 18,90 36,26 20,59 100,00
Riau 5,83 15,59 19,63 40,38 18,58 100,00
Jambi 9,24 18,20 20,22 34,25 18,10 100,00
Sumatera Selatan 7,71 18,65 19,48 38,40 15,75 100,00
Bengkulu 8,42 13,91 19,42 35,14 23,11 100,00
Lampung 12,03 18,93 22,79 32,01 14,24 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 15,90 20,58 18,26 33,18 12,08 100,00
Kepulauan Riau 6,39 15,30 16,77 48,06 13,48 100,00
DKI Jakarta 5,50 14,87 20,58 41,58 17,47 100,00
Jawa Barat 9,61 26,05 23,46 30,79 10,08 100,00
Jawa Tengah 16,66 22,40 22,20 27,80 10,94 100,00
DI Yogyakarta 12,66 12,78 17,07 38,07 19,43 100,00
Jawa Timur 15,52 21,89 21,21 28,83 12,55 100,00
Banten 9,50 19,32 23,31 36,33 11,54 100,00
Bali 12,54 18,04 21,15 32,21 16,06 100,00
Nusa Tenggara Barat 21,91 19,41 22,41 25,04 11,23 100,00
Nusa Tenggara Timur 8,32 17,47 22,54 33,98 17,69 100,00
Kalimantan Barat 18,32 18,55 18,13 29,84 15,15 100,00
Kalimantan Tengah 10,23 20,23 25,19 26,35 17,99 100,00
Kalimantan Selatan 12,68 21,73 20,51 30,01 15,06 100,00
Kalimantan Timur 7,62 17,62 21,08 38,57 15,11 100,00
Kalimantan Utara 11,73 19,71 22,80 31,10 14,66 100,00
Sulawesi Utara 8,88 14,14 21,48 40,60 14,90 100,00
Sulawesi Tengah 7,86 17,65 23,95 32,32 18,22 100,00
Sulawesi Selatan 9,92 18,87 19,66 32,65 18,90 100,00
Sulawesi Tenggara 10,00 15,12 22,27 30,05 22,57 100,00
Gorontalo 16,49 19,30 18,93 28,31 16,98 100,00
Sulawesi Barat 16,92 21,36 19,31 25,03 17,38 100,00
Maluku 6,22 12,77 19,02 40,00 21,99 100,00
Maluku Utara 6,43 14,42 21,40 39,07 18,67 100,00
Papua Barat 6,23 12,18 19,74 40,81 21,05 100,00
Papua 9,39 15,04 19,68 35,82 20,08 100,00
Indonesia 11,30 20,58 21,68 32,92 13,51 100,00

494 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.2
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Perkotaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Aceh 9,85 15,29 19,83 34,98 20,06 100,00
Sumatera Utara 6,12 15,37 22,31 42,98 13,23 100,00
Sumatera Barat 10,28 14,78 19,90 37,58 17,46 100,00
Riau 5,35 15,59 19,47 42,67 16,91 100,00
Jambi 7,90 17,31 20,79 37,16 16,84 100,00
Sumatera Selatan 6,83 18,05 19,34 40,87 14,90 100,00
Bengkulu 7,48 14,98 19,30 37,78 20,46 100,00
Lampung 10,65 18,95 22,84 34,11 13,46 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 13,79 21,19 19,13 35,14 10,75 100,00
Kepulauan Riau 6,02 15,41 17,75 47,50 13,32 100,00
DKI Jakarta 4,24 13,13 19,86 45,51 17,26 100,00
Jawa Barat 8,16 25,20 22,88 33,71 10,04 100,00
Jawa Tengah 13,81 22,89 22,83 29,98 10,50 100,00
DI Yogyakarta 10,45 12,50 18,11 40,86 18,09 100,00
Jawa Timur 13,49 21,25 21,26 31,77 12,24 100,00
Banten 7,74 18,36 22,28 40,18 11,44 100,00
Bali 9,92 17,00 20,31 35,62 17,15 100,00
Nusa Tenggara Barat 18,51 18,00 22,60 29,33 11,56 100,00
Nusa Tenggara Timur 8,58 16,33 21,77 36,23 17,08 100,00
Kalimantan Barat 15,92 18,04 18,92 32,94 14,18 100,00
Kalimantan Tengah 8,74 19,05 25,55 29,35 17,31 100,00
Kalimantan Selatan 10,70 21,04 20,53 33,63 14,10 100,00
Kalimantan Timur 6,19 16,21 20,49 42,70 14,40 100,00
Kalimantan Utara 10,21 18,59 21,50 35,86 13,85 100,00
Sulawesi Utara 8,64 14,94 21,38 41,53 13,51 100,00
Sulawesi Tengah 5,61 17,42 22,96 34,80 19,21 100,00
Sulawesi Selatan 9,37 17,98 19,83 34,54 18,28 100,00
Sulawesi Tenggara 8,06 14,17 22,21 32,43 23,13 100,00
Gorontalo 17,50 20,12 19,43 28,10 14,84 100,00
Sulawesi Barat 14,80 21,32 19,47 27,40 17,02 100,00
Maluku 4,56 12,39 20,70 42,66 19,70 100,00
Maluku Utara 5,33 13,10 20,36 41,93 19,28 100,00
Papua Barat 7,03 13,35 19,34 41,35 18,94 100,00
Papua 8,48 13,40 19,71 38,60 19,80 100,00
Indonesia 9,64 20,02 21,59 35,72 13,03 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

495 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.3
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 7,51 24,47 26,55 33,91 7,55 100,00
Sumatera Utara 11,71 22,55 26,76 33,90 5,07 100,00
Sumatera Barat 19,22 25,89 23,62 25,75 5,52 100,00
Riau 11,80 29,06 24,75 28,69 5,69 100,00
Jambi 11,67 30,69 25,30 26,40 5,94 100,00
Sumatera Selatan 15,85 32,80 23,55 24,41 3,38 100,00
Bengkulu 15,96 28,18 23,39 25,65 6,82 100,00
Lampung 15,33 29,84 27,27 24,17 3,38 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 22,74 34,90 18,00 20,24 4,13 100,00
Kepulauan Riau 21,52 31,47 19,76 22,05 5,20 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 10,66 45,16 24,20 16,98 3,00 100,00
Jawa Tengah 17,75 35,35 24,61 19,03 3,26 100,00
DI Yogyakarta 15,05 26,85 25,88 26,33 5,89 100,00
Jawa Timur 17,91 33,00 23,14 21,70 4,23 100,00
Banten 14,61 42,42 23,00 17,77 2,20 100,00
Bali 16,45 27,10 20,24 27,42 8,80 100,00
Nusa Tenggara Barat 23,04 21,63 22,55 25,10 7,67 100,00
Nusa Tenggara Timur 23,98 33,63 19,07 16,46 6,86 100,00
Kalimantan Barat 23,59 30,61 21,44 19,80 4,56 100,00
Kalimantan Tengah 14,76 33,80 26,47 19,67 5,30 100,00
Kalimantan Selatan 17,39 35,56 22,04 20,46 4,55 100,00
Kalimantan Timur 9,83 28,51 21,75 32,36 7,55 100,00
Kalimantan Utara 16,72 27,90 24,08 24,82 6,47 100,00
Sulawesi Utara 14,43 26,96 23,78 28,21 6,61 100,00
Sulawesi Tengah 13,19 35,26 23,59 21,25 6,72 100,00
Sulawesi Selatan 22,06 28,69 20,17 23,99 5,10 100,00
Sulawesi Tenggara 14,74 26,97 24,68 24,60 9,01 100,00
Gorontalo 34,14 28,51 16,42 15,63 5,31 100,00
Sulawesi Barat 20,42 29,72 18,17 23,85 7,84 100,00
Maluku 10,71 24,60 25,73 31,53 7,43 100,00
Maluku Utara 13,35 27,80 25,19 25,37 8,28 100,00
Papua Barat 13,05 18,93 20,71 30,02 17,28 100,00
Papua 38,70 21,56 17,81 17,12 4,81 100,00
Indonesia 16,67 32,23 23,61 22,73 4,76 100,00

496 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.3
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 10,70 26,31 24,75 26,99 11,26 100,00
Sumatera Utara 17,53 21,83 23,60 29,53 7,50 100,00
Sumatera Barat 22,20 22,27 20,80 24,59 10,14 100,00
Riau 14,67 30,68 21,31 25,63 7,71 100,00
Jambi 16,55 31,01 24,31 21,52 6,60 100,00
Sumatera Selatan 19,78 34,96 21,03 19,52 4,72 100,00
Bengkulu 21,67 27,73 22,21 19,74 8,66 100,00
Lampung 20,49 28,24 27,04 19,88 4,34 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 25,56 31,49 18,89 19,13 4,93 100,00
Kepulauan Riau 25,19 30,15 19,93 16,38 8,35 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 15,76 46,12 23,08 12,27 2,77 100,00
Jawa Tengah 24,69 32,49 23,21 15,74 3,88 100,00
DI Yogyakarta 23,78 23,67 21,70 22,67 8,19 100,00
Jawa Timur 25,06 32,19 21,73 17,10 3,91 100,00
Banten 21,45 42,37 21,31 12,59 2,28 100,00
Bali 26,92 29,14 17,67 20,46 5,81 100,00
Nusa Tenggara Barat 31,19 21,70 22,89 18,27 5,96 100,00
Nusa Tenggara Timur 26,86 33,38 16,92 14,99 7,84 100,00
Kalimantan Barat 30,75 28,56 20,26 15,88 4,55 100,00
Kalimantan Tengah 17,14 34,18 25,76 16,97 5,96 100,00
Kalimantan Selatan 23,13 33,97 20,83 14,51 7,56 100,00
Kalimantan Timur 15,89 28,03 24,52 24,53 7,02 100,00
Kalimantan Utara 21,11 30,62 21,00 19,72 7,56 100,00
Sulawesi Utara 16,29 25,45 23,66 25,35 9,26 100,00
Sulawesi Tengah 17,21 31,52 23,81 17,42 10,04 100,00
Sulawesi Selatan 27,05 27,12 19,38 18,99 7,47 100,00
Sulawesi Tenggara 19,57 25,61 24,60 19,74 10,49 100,00
Gorontalo 26,42 29,95 18,63 15,93 9,07 100,00
Sulawesi Barat 24,16 28,33 18,71 19,34 9,46 100,00
Maluku 12,79 25,71 24,28 26,34 10,89 100,00
Maluku Utara 18,81 29,08 23,46 19,26 9,39 100,00
Papua Barat 19,92 25,93 21,80 23,11 9,24 100,00
Papua 50,26 22,01 15,14 9,96 2,62 100,00
Indonesia 22,33 31,61 22,18 18,31 5,57 100,00

497 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN B.8.3
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
SMA/MA/
Provinsi Tidak SD/MI/ SMP/MTs/
Paket C Perguruan
Memiliki Paket A/ Paket B Jumlah
/SMLB/ Tinggi
Ijazah SDLB /SMPLB
Sederajat
(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Aceh 9,13 25,41 25,63 30,39 9,44 100,00
Sumatera Utara 14,69 22,18 25,14 31,67 6,32 100,00
Sumatera Barat 20,74 24,04 22,18 25,16 7,88 100,00
Riau 13,22 29,86 23,05 27,18 6,69 100,00
Jambi 14,08 30,85 24,81 23,99 6,27 100,00
Sumatera Selatan 17,79 33,87 22,31 22,00 4,04 100,00
Bengkulu 18,75 27,96 22,81 22,76 7,72 100,00
Lampung 17,85 29,06 27,16 22,08 3,85 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 24,12 33,22 18,44 19,69 4,52 100,00
Kepulauan Riau 23,37 30,80 19,85 19,19 6,79 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 13,29 45,66 23,62 14,55 2,88 100,00
Jawa Tengah 21,34 33,87 23,89 17,33 3,58 100,00
DI Yogyakarta 19,63 25,18 23,68 24,41 7,10 100,00
Jawa Timur 21,64 32,58 22,41 19,31 4,07 100,00
Banten 18,04 42,39 22,15 15,18 2,24 100,00
Bali 21,85 28,15 18,91 23,83 7,25 100,00
Nusa Tenggara Barat 27,28 21,67 22,73 21,55 6,78 100,00
Nusa Tenggara Timur 25,46 33,50 17,97 15,71 7,36 100,00
Kalimantan Barat 27,13 29,59 20,86 17,86 4,56 100,00
Kalimantan Tengah 15,91 33,98 26,13 18,37 5,61 100,00
Kalimantan Selatan 20,27 34,77 21,43 17,47 6,06 100,00
Kalimantan Timur 12,73 28,28 23,08 28,61 7,30 100,00
Kalimantan Utara 18,82 29,20 22,61 22,38 6,99 100,00
Sulawesi Utara 15,35 26,22 23,72 26,80 7,91 100,00
Sulawesi Tengah 15,17 33,42 23,70 19,36 8,36 100,00
Sulawesi Selatan 24,68 27,86 19,75 21,37 6,34 100,00
Sulawesi Tenggara 17,20 26,28 24,64 22,13 9,76 100,00
Gorontalo 30,30 29,23 17,52 15,78 7,18 100,00
Sulawesi Barat 22,29 29,03 18,44 21,59 8,65 100,00
Maluku 11,75 25,15 25,00 28,94 9,16 100,00
Maluku Utara 16,05 28,44 24,33 22,35 8,83 100,00
Papua Barat 16,34 22,29 21,23 26,71 13,43 100,00
Papua 44,21 21,77 16,54 13,71 3,77 100,00
Indonesia 19,55 31,91 22,88 20,48 5,17 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

498 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C
LAMPIRAN C.1.1
Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Provinsi, Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 97,92 97,98 97,95 95,75 96,14 95,95 96,49 96,74 96,62
Sumatera Utara 67,05 67,98 67,51 53,86 54,68 54,27 61,24 61,97 61,61
Sumatera Barat 73,19 76,16 74,67 64,17 66,41 65,31 68,65 71,15 69,90
Riau 75,30 75,02 75,16 57,61 57,84 57,72 64,78 64,62 64,71
Jambi 62,32 64,68 63,48 45,83 46,91 46,36 51,26 52,72 51,98
Sumatera Selatan 69,06 70,03 69,54 55,15 55,26 55,21 60,38 60,80 60,58
Bengkulu 67,52 69,10 68,29 61,05 63,26 62,13 63,21 65,18 64,17
Lampung 87,28 86,90 87,10 62,55 63,44 62,99 70,46 70,91 70,68
Kepulauan Bangka Belitung 71,92 73,61 72,73 61,79 64,59 63,18 67,58 69,61 68,57
Kepulauan Riau 74,77 73,95 74,37 83,80 84,45 84,13 75,43 74,75 75,09
DKI Jakarta 90,00 90,20 90,10 90,00 90,20 90,10
Jawa Barat 65,84 67,12 66,46 48,46 49,94 49,22 62,21 63,19 62,69
Jawa Tengah 73,17 74,59 73,87 65,20 66,29 65,76 69,40 70,51 69,96
DI Yogyakarta 79,84 81,05 80,45 82,40 82,63 82,52 80,48 81,47 80,98
Jawa Timur 67,13 68,60 67,86 57,85 58,93 58,41 63,02 64,14 63,58
Banten 73,65 73,26 73,46 48,42 48,49 48,46 66,62 66,09 66,36
Bali 79,44 80,56 79,99 82,33 81,83 82,07 80,26 80,95 80,60
Nusa Tenggara Barat 68,81 69,29 69,05 55,00 54,52 54,75 61,96 61,77 61,87
Nusa Tenggara Timur 69,72 72,51 71,10 66,57 67,06 66,82 67,37 68,38 67,88
Kalimantan Barat 76,45 78,39 77,40 56,37 55,95 56,16 63,66 64,00 63,83
Kalimantan Tengah 69,31 68,95 69,14 58,41 56,92 57,69 62,96 61,84 62,42
Kalimantan Selatan 79,44 81,16 80,28 64,03 63,82 63,93 71,57 72,11 71,84
Kalimantan Timur 78,01 80,11 79,02 67,77 72,19 69,91 74,81 77,62 76,17
Kalimantan Utara 78,94 80,06 79,47 79,96 80,24 80,10 79,33 80,13 79,71
Sulawesi Utara 79,36 81,99 80,65 72,36 73,87 73,11 76,16 78,24 77,18
Sulawesi Tengah 74,84 76,59 75,70 64,42 66,07 65,24 67,67 69,32 68,48
Sulawesi Selatan 79,87 81,88 80,88 74,13 75,74 74,96 76,75 78,46 77,62
Sulawesi Tenggara 71,68 71,92 71,80 73,02 73,88 73,45 72,53 73,19 72,86
Gorontalo 83,30 83,89 83,59 75,70 76,41 76,06 79,04 79,68 79,36
Sulawesi Barat 87,89 88,92 88,40 81,69 83,10 82,39 82,96 84,27 83,61
Maluku 62,55 62,34 62,45 54,10 55,07 54,58 57,85 58,24 58,04
Maluku Utara 66,18 67,18 66,66 71,05 70,44 70,74 69,64 69,52 69,58
Papua Barat 69,85 71,42 70,60 75,62 74,66 75,15 73,12 73,28 73,20
Papua 70,24 73,41 71,72 90,78 90,50 90,64 84,80 85,66 85,21
Indonesia 72,22 73,39 72,80 62,13 62,91 62,52 67,93 68,80 68,36
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

500 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.1.2
Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki, 2021

Jenis Jaminan Kesehatan


BPJS
Jenis Kelamin/Tipe BPJS
Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Daerah Kesehatan Jamkesda
Non-PBI/ Swasta kantor Punya
PBI
Mandiri

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Laki-Laki
Perkotaan 34,23 29,83 7,66 1,19 4,34 27,78
Perdesaan 43,28 11,06 9,52 0,16 1,31 37,87
Jumlah 38,08 21,85 8,45 0,75 3,05 32,07
Perempuan
Perkotaan 34,69 30,72 7,75 1,24 4,15 26,61
Perdesaan 44,16 11,32 9,38 0,14 1,09 37,09
Jumlah 38,84 22,22 8,46 0,76 2,81 31,20
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan 34,45 30,27 7,70 1,21 4,25 27,20
Perdesaan 43,73 11,19 9,44 0,15 1,20 37,48
Jumlah 38,46 22,03 8,45 0,76 2,93 31,64
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

501 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.2
Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Provinsi, Tipe
Daerah dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 24,29 29,78 26,99 21,81 26,62 24,24 22,65 27,66 25,16
Sumatera Utara 18,08 20,87 19,46 20,15 23,18 21,68 18,99 21,92 20,45
Sumatera Barat 25,04 28,92 26,97 20,39 23,85 22,15 22,70 26,31 24,51
Riau 31,57 31,38 31,48 15,80 18,19 16,98 22,19 23,40 22,78
Jambi 12,44 14,46 13,43 17,35 19,66 18,49 15,73 17,96 16,83
Sumatera Selatan 33,59 36,53 35,04 22,68 24,61 23,64 26,78 29,08 27,91
Bengkulu 36,05 35,87 35,97 20,77 23,31 22,02 25,86 27,44 26,63
Lampung 36,48 37,37 36,92 23,11 25,87 24,46 27,38 29,54 28,44
Kepulauan Bangka Belitung 29,46 29,69 29,57 20,66 22,85 21,74 25,69 26,65 26,16
Kepulauan Riau 13,95 15,66 14,80 11,86 15,63 13,77 13,80 15,66 14,72
DKI Jakarta 25,35 26,61 25,98 25,35 26,61 25,98
Jawa Barat 30,47 31,32 30,88 24,07 27,16 25,66 29,13 30,37 29,74
Jawa Tengah 32,06 33,56 32,80 25,16 27,96 26,60 28,79 30,80 29,81
DI Yogyakarta 31,64 32,26 31,95 23,16 27,08 25,19 29,51 30,88 30,20
Jawa Timur 30,91 33,15 32,02 22,89 25,73 24,36 27,35 29,72 28,55
Banten 30,37 31,27 30,81 20,64 24,08 22,37 27,66 29,19 28,41
Bali 24,18 25,40 24,78 20,84 20,88 20,86 23,23 24,02 23,62
Nusa Tenggara Barat 38,06 42,00 40,04 41,70 46,64 44,24 39,87 44,36 42,15
Nusa Tenggara Timur 25,30 29,19 27,22 29,13 33,01 31,10 28,16 32,09 30,14
Kalimantan Barat 18,31 22,13 20,18 20,74 23,22 21,96 19,86 22,83 21,32
Kalimantan Tengah 26,61 27,32 26,95 19,19 19,80 19,49 22,29 22,88 22,57
Kalimantan Selatan 31,21 35,12 33,12 29,50 32,45 30,98 30,34 33,73 32,02
Kalimantan Timur 24,04 24,96 24,48 13,73 15,07 14,38 20,82 21,85 21,32
Kalimantan Utara 28,71 29,33 29,00 18,21 19,84 18,99 24,76 25,65 25,18
Sulawesi Utara 25,45 26,97 26,19 16,26 18,31 17,27 21,24 22,97 22,09
Sulawesi Tengah 32,06 33,11 32,57 21,41 23,88 22,63 24,73 26,73 25,72
Sulawesi Selatan 34,82 36,85 35,84 19,42 23,76 21,67 26,44 29,56 28,03
Sulawesi Tenggara 31,27 32,97 32,10 20,61 23,91 22,27 24,51 27,09 25,80
Gorontalo 33,67 38,39 36,02 25,23 29,15 27,19 28,93 33,19 31,06
Sulawesi Barat 31,49 34,21 32,83 22,54 25,63 24,08 24,38 27,36 25,86
Maluku 15,08 19,25 17,12 14,47 17,28 15,87 14,74 18,14 16,42
Maluku Utara 12,87 15,15 13,97 15,35 17,35 16,34 14,63 16,73 15,66
Papua Barat 25,98 27,00 26,47 15,59 17,34 16,43 20,08 21,46 20,74
Papua 12,34 14,20 13,21 12,33 12,80 12,55 12,33 13,20 12,74
Indonesia 28,91 30,58 29,73 22,43 25,43 23,95 26,15 28,32 27,23
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

502 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.3
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 46,48 45,85 46,14 54,70 56,71 55,82 51,70 52,87 52,34
Sumatera Utara 39,61 40,36 40,01 35,99 37,80 36,97 37,92 39,14 38,57
Sumatera Barat 57,68 58,88 58,32 50,43 52,13 51,36 54,41 55,73 55,12
Riau 73,36 20,29 47,78 26,80 30,03 28,51 53,65 24,87 39,17
Jambi 35,38 38,03 36,78 28,29 31,67 30,06 30,13 33,34 31,82
Sumatera Selatan 59,22 56,81 57,98 27,88 30,91 29,44 42,65 43,10 42,88
Bengkulu 60,63 21,64 41,75 35,70 38,32 37,06 47,27 31,15 39,16
Lampung 70,35 20,91 45,91 33,18 38,72 36,05 49,01 31,54 40,13
Kepulauan Bangka Belitung 56,77 21,45 39,77 29,48 38,03 33,93 47,37 27,76 37,65
Kepulauan Riau 32,57 31,37 31,94 39,63 49,50 45,30 33,02 32,75 32,87
DKI Jakarta 60,12 29,04 44,12 60,12 29,04 44,12
Jawa Barat 65,15 25,42 45,56 32,54 35,53 34,17 59,52 27,49 43,41
Jawa Tengah 22,10 60,48 41,54 28,56 47,42 38,74 24,78 54,65 40,33
DI Yogyakarta 60,25 28,36 44,16 51,75 39,20 44,76 58,57 30,88 44,29
Jawa Timur 24,49 57,31 41,39 35,45 38,10 36,90 28,56 49,63 39,66
Banten 23,19 59,42 41,12 24,53 30,44 27,72 23,47 52,50 38,13
Bali 71,21 34,07 52,53 57,36 53,81 55,53 67,67 39,29 53,31
Nusa Tenggara Barat 41,04 42,36 41,74 43,17 46,05 44,73 42,15 44,33 43,32
Nusa Tenggara Timur 25,09 29,96 27,67 35,83 41,04 38,64 33,38 38,60 36,19
Kalimantan Barat 37,97 44,26 41,34 25,61 31,04 28,44 29,74 35,64 32,85
Kalimantan Tengah 13,32 43,31 27,84 21,72 25,12 23,40 17,53 34,01 25,59
Kalimantan Selatan 41,88 17,65 29,32 20,53 24,01 22,36 31,28 20,84 25,84
Kalimantan Timur 17,20 61,12 38,79 34,63 38,84 36,77 20,80 56,28 38,36
Kalimantan Utara 16,74 47,79 31,48 36,22 48,33 42,32 22,12 47,95 34,60
Sulawesi Utara 21,08 60,62 40,93 41,90 43,18 42,57 28,36 54,19 41,52
Sulawesi Tengah 14,57 56,67 35,55 27,16 29,08 28,16 22,07 39,63 31,07
Sulawesi Selatan 14,42 59,08 37,58 30,46 33,47 32,17 20,84 47,60 35,27
Sulawesi Tenggara 37,66 15,02 26,29 25,65 28,21 27,03 31,24 22,57 26,70
Gorontalo 32,89 58,99 46,74 37,55 40,96 39,37 35,17 50,07 43,12
Sulawesi Barat 42,93 54,87 49,05 24,01 27,46 25,84 29,03 34,37 31,84
Maluku 29,74 33,58 31,86 32,26 34,83 33,65 31,11 34,25 32,83
Maluku Utara 31,50 35,90 33,81 36,44 36,71 36,58 35,18 36,50 35,88
Papua Barat 63,75 16,09 40,58 41,21 41,51 41,36 53,82 27,86 40,93
Papua 48,24 46,25 47,24 36,14 35,76 35,96 39,67 38,96 39,32
Indonesia 43,75 42,33 43,03 33,24 38,88 36,27 39,92 40,97 40,47
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

503 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.4
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Tipe Daerah, dan Jaminan Kesehatan
yang Digunakan, 2021

Jenis Jaminan Kesehatan


BPJS
Jenis Kelamin/Tipe BPJS
Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Daerah Kesehatan Jamkesda
Non-PBI/ Swasta kantor Punya
PBI
Mandiri

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Laki-Laki
Perkotaan 25,13 24,22 3,22 0,80 3,76 44,59
Perdesaan 20,53 5,89 2,50 0,05 0,52 70,74
Jumlah 23,74 18,65 3,00 0,57 2,78 52,53
Perempuan
Perkotaan 26,46 23,48 3,65 0,57 2,67 44,91
Perdesaan 24,91 6,03 2,34 0,02 0,41 66,45
Jumlah 25,88 16,96 3,16 0,37 1,83 52,96
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan 25,79 23,85 3,43 0,69 3,22 44,75
Perdesaan 23,06 5,97 2,41 0,03 0,46 68,27
Jumlah 24,86 17,76 3,08 0,46 2,28 52,75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

504 Profil Perempuan Indonesia 2022


Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021
LAMPIRAN C.5
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Tipe Daerah, dan Tempat Berobat Jalan,
2021

Praktik
Jenis Klinik/
RS Praktik Puske- Pengo-
Kelamin/ RS Praktik
Pemerin- dokter/ smas/ UKBM batan Lainnya
Tipe Swasta Dokter
tah bidan Pustu Bersama/
Daerah Bersama
alternatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Laki-Laki
Perkotaan 4,78 6,00 19,98 58,51 11,41 0,68 1,12 0,73
Perdesaan 6,24 3,70 50,73 10,60 25,98 5,85 3,01 1,49
Jumlah 5,23 5,30 29,32 43,97 15,83 2,25 1,69 0,96
Perempuan
Perkotaan 5,42 7,06 25,22 47,72 15,82 1,18 1,12 0,73
Perdesaan 4,96 3,34 47,58 15,21 26,27 6,28 2,39 1,33
Jumlah 5,25 5,67 33,57 35,57 19,72 3,09 1,69 0,96
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan 5,10 6,53 22,59 53,14 13,60 0,93 1,16 0,72
Perdesaan 5,50 3,49 48,92 13,25 26,15 6,10 2,66 1,40
Jumlah 5,24 5,50 31,55 39,57 17,87 2,69 1,67 0,95
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

505 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.6.1
Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 3,28 6,66 4,94 3,23 5,10 4,17 3,25 5,61 4,43
Sumatera Utara 1,99 4,50 3,23 1,57 2,80 2,19 1,81 3,73 2,77
Sumatera Barat 2,01 5,23 3,61 1,76 4,31 3,05 1,88 4,75 3,33
Riau 2,10 4,15 3,09 1,52 2,75 2,13 1,76 3,31 2,52
Jambi 1,93 3,77 2,84 1,51 3,44 2,46 1,65 3,55 2,58
Sumatera Selatan 2,08 4,51 3,28 1,46 2,55 2,00 1,70 3,28 2,48
Bengkulu 2,16 4,15 3,13 2,46 3,59 3,01 2,36 3,78 3,05
Lampung 2,90 4,39 3,63 1,96 4,17 3,04 2,26 4,24 3,23
Kepulauan Bangka Belitung 2,31 5,76 3,96 1,94 4,05 2,98 2,15 5,00 3,53
Kepulauan Riau 2,11 3,38 2,74 1,41 3,38 2,40 2,06 3,38 2,71
DKI Jakarta 2,64 4,73 3,69 2,64 4,73 3,69
Jawa Barat 2,56 4,42 3,47 2,69 4,04 3,38 2,59 4,33 3,45
Jawa Tengah 3,05 5,68 4,35 2,54 4,57 3,58 2,81 5,13 3,98
DI Yogyakarta 3,36 5,67 4,51 3,19 4,42 3,83 3,32 5,34 4,34
Jawa Timur 2,66 4,63 3,64 2,37 3,81 3,11 2,53 4,25 3,40
Banten 1,85 4,44 3,11 1,40 2,65 2,03 1,72 3,92 2,80
Bali 2,18 5,14 3,64 2,91 3,66 3,29 2,39 4,69 3,54
Nusa Tenggara Barat 3,33 6,52 4,93 4,26 6,79 5,56 3,79 6,65 5,25
Nusa Tenggara Timur 2,84 5,96 4,38 1,91 4,99 3,48 2,14 5,23 3,70
Kalimantan Barat 2,21 4,89 3,52 1,30 2,81 2,05 1,63 3,56 2,58
Kalimantan Tengah 1,54 3,27 2,37 1,26 2,67 1,94 1,37 2,92 2,12
Kalimantan Selatan 2,62 4,17 3,38 1,60 2,84 2,22 2,10 3,47 2,78
Kalimantan Timur 2,55 5,10 3,78 2,27 3,46 2,85 2,46 4,58 3,49
Kalimantan Utara 2,68 5,42 3,97 2,81 4,22 3,49 2,73 4,96 3,79
Sulawesi Utara 3,04 4,80 3,90 2,31 5,18 3,72 2,70 4,97 3,82
Sulawesi Tengah 2,44 6,18 4,27 2,22 4,52 3,35 2,29 5,03 3,64
Sulawesi Selatan 2,46 4,86 3,67 2,17 4,69 3,47 2,30 4,76 3,56
Sulawesi Tenggara 2,60 5,18 3,86 1,84 3,50 2,67 2,11 4,09 3,10
Gorontalo 3,22 6,40 4,80 2,44 4,77 3,61 2,78 5,48 4,13
Sulawesi Barat 2,12 2,94 2,53 1,52 3,64 2,58 1,64 3,50 2,57
Maluku 1,68 2,24 1,95 1,04 1,57 1,31 1,33 1,86 1,59
Maluku Utara 2,59 4,85 3,69 1,37 2,38 1,87 1,72 3,08 2,39
Papua Barat 2,28 4,80 3,48 1,25 2,40 1,81 1,70 3,42 2,53
Papua 2,14 3,76 2,90 0,69 1,21 0,94 1,11 1,93 1,50
Indonesia 2,54 4,77 3,64 2,13 3,84 3,00 2,37 4,36 3,36
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

506 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.6.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki di Perdesaan yang Mempunyai Keluhan
Kesehatan menurut Provinsi, 2021

Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Provinsi Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 3,23 0,16 5,00 2,92 3,56
Sumatera Utara 1,57 0,11 6,78 1,38 1,79
Sumatera Barat 1,76 0,14 7,91 1,51 2,06
Riau 1,52 0,14 9,46 1,27 1,83
Jambi 1,51 0,14 9,11 1,26 1,80
Sumatera Selatan 1,46 0,12 7,89 1,25 1,71
Bengkulu 2,46 0,21 8,68 2,07 2,91
Lampung 1,96 0,14 7,38 1,70 2,26
Kepulauan Bangka Belitung 1,94 0,26 13,34 1,49 2,52
Kepulauan Riau 1,41 0,36 25,42 0,85 2,31
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,69 0,15 5,58 2,41 3,00
Jawa Tengah 2,54 0,11 4,48 2,32 2,77
DI Yogyakarta 3,19 0,42 13,31 2,45 4,13
Jawa Timur 2,37 0,11 4,44 2,18 2,59
Banten 1,40 0,20 14,40 1,06 1,86
Bali 2,91 0,30 10,41 2,37 3,56
Nusa Tenggara Barat 4,26 0,32 7,54 3,68 4,94
Nusa Tenggara Timur 1,91 0,10 5,45 1,71 2,12
Kalimantan Barat 1,30 0,11 8,53 1,10 1,54
Kalimantan Tengah 1,26 0,14 11,04 1,01 1,56
Kalimantan Selatan 1,60 0,15 9,68 1,32 1,93
Kalimantan Timur 2,27 0,32 13,91 1,73 2,98
Kalimantan Utara 2,81 0,43 15,25 2,08 3,78
Sulawesi Utara 2,31 0,19 8,26 1,96 2,72
Sulawesi Tengah 2,22 0,16 7,15 1,93 2,55
Sulawesi Selatan 2,17 0,13 5,75 1,94 2,43
Sulawesi Tenggara 1,84 0,14 7,77 1,58 2,14
Gorontalo 2,44 0,28 11,41 1,95 3,05
Sulawesi Barat 1,52 0,17 11,30 1,22 1,89
Maluku 1,04 0,14 13,50 0,80 1,36
Maluku Utara 1,37 0,15 10,68 1,11 1,69
Papua Barat 1,25 0,16 12,86 0,97 1,61
Papua 0,69 0,07 10,74 0,56 0,85
Indonesia 2,13 0,03 1,58 2,07 2,20
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

507 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.7
Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut
Jenis Kelamin, Tipe Daerah dan Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2021

Jenis Jaminan Kesehatan


BPJS
Jenis Kelamin/Tipe BPJS
Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Daerah Kesehatan Jamkesda
Non-PBI/ Swasta kantor Punya
PBI
Mandiri

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Laki-Laki
Perkotaan 30,02 35,12 1,84 1,64 4,47 27,30
Perdesaan 42,01 15,39 2,40 0,32 1,21 38,99
Jumlah 34,61 27,57 2,06 1,13 3,22 31,78
Perempuan
Perkotaan 31,44 34,78 1,94 1,61 4,53 26,20
Perdesaan 44,99 16,93 2,62 0,15 1,28 34,34
Jumlah 36,68 27,89 2,20 1,05 3,27 29,35
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan 30,94 34,90 1,90 1,62 4,51 26,59
Perdesaan 43,94 16,39 2,54 0,21 1,26 35,98
Jumlah 35,95 27,77 2,15 1,08 3,25 30,21
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

508 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.8
Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut
Jenis Kelamin, Tipe Daerah dan Tempat Rawat Inap, 2021

Tempat Rawat Inap


Klinik/ Praktik
Jenis Kelamin/ Praktik Pengobatan
RS Praktik Pusk-
Tipe Daerah RS
Pemerin- dokter/ Dokter esmas/ Bersama/ Lainnya
Swasta
tah bidan Bersama Pustu alternatif

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Laki-Laki
Perkotaan 39,40 47,22 1,46 6,38 6,28 0,74 0,99
Perdesaan 41,94 27,55 1,87 10,78 20,79 0,55 0,36
Jumlah 40,37 39,70 1,62 8,07 11,83 0,67 0,75
Perempuan
Perkotaan 31,73 45,56 7,80 6,80 8,77 0,19 0,63
Perdesaan 34,97 26,15 6,41 8,80 25,54 0,23 0,43
Jumlah 32,98 38,07 7,26 7,57 15,25 0,21 0,56
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan 34,45 46,15 5,55 6,65 7,89 0,39 0,76
Perdesaan 37,42 26,64 4,82 9,50 23,87 0,34 0,41
Jumlah 35,59 38,64 5,27 7,75 14,04 0,37 0,62
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

509 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1
Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok dalam Satu Bulan Terakhir
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
Ya, tidak Setiap
Ya, setiap hari Tidak Tidak Tahu
hari
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 57,15 3,85 38,36 0,64
Sumatera Utara 54,81 3,46 41,37 0,35
Sumatera Barat 62,19 3,04 34,56 0,22
Riau 56,19 2,38 41,10 0,33
Jambi 53,66 2,89 43,01 0,44
Sumatera Selatan 59,59 3,99 35,97 0,45
Bengkulu 65,20 2,43 32,18 0,19
Lampung 66,39 3,37 30,15 0,08
Kepulauan Bangka Belitung 53,90 3,04 42,89 0,17
Kepulauan Riau 51,88 2,25 45,55 0,32
DKI Jakarta 47,51 3,51 48,70 0,28
Jawa Barat 62,03 4,62 33,11 0,24
Jawa Tengah 55,30 4,50 40,06 0,15
DI Yogyakarta 46,60 5,12 48,03 0,25
Jawa Timur 56,36 4,00 39,32 0,32
Banten 60,53 4,66 34,59 0,23
Bali 37,78 2,98 59,21 0,03
Nusa Tenggara Barat 65,79 4,44 29,59 0,18
Nusa Tenggara Timur 46,79 12,11 40,79 0,31
Kalimantan Barat 53,92 2,53 43,34 0,21
Kalimantan Tengah 54,54 3,39 41,91 0,16
Kalimantan Selatan 47,75 3,03 49,05 0,17
Kalimantan Timur 43,48 3,34 52,66 0,52
Kalimantan Utara 50,16 3,58 46,05 0,21
Sulawesi Utara 47,78 7,95 42,97 1,31
Sulawesi Tengah 55,88 5,20 38,48 0,44
Sulawesi Selatan 50,11 4,46 45,09 0,34
Sulawesi Tenggara 51,96 3,13 44,59 0,32
Gorontalo 57,52 6,28 36,18 0,02
Sulawesi Barat 53,35 3,58 42,81 0,26
Maluku 49,33 10,53 38,48 1,66
Maluku Utara 53,46 8,32 36,93 1,29
Papua Barat 45,92 7,74 45,71 0,63
Papua 37,22 10,54 49,64 2,60
Indonesia 56,02 4,36 39,30 0,32

510 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1
Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok dalam Satu Bulan Terakhir
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
Ya, tidak Setiap
Ya, setiap hari Tidak Tidak Tahu
hari
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 0,34 0,04 98,92 0,70
Sumatera Utara 1,20 0,13 98,26 0,40
Sumatera Barat 1,00 0,15 98,44 0,40
Riau 1,07 0,11 98,15 0,67
Jambi 0,81 0,10 97,80 1,28
Sumatera Selatan 0,64 0,07 98,07 1,22
Bengkulu 0,75 0,13 98,72 0,40
Lampung 0,63 0,11 98,72 0,54
Kepulauan Bangka Belitung 0,64 0,04 98,93 0,39
Kepulauan Riau 1,38 0,14 97,85 0,62
DKI Jakarta 0,79 0,20 98,54 0,47
Jawa Barat 1,17 0,33 97,92 0,58
Jawa Tengah 0,50 0,08 99,20 0,23
DI Yogyakarta 0,31 0,12 99,18 0,39
Jawa Timur 0,43 0,08 98,65 0,84
Banten 0,75 0,06 97,76 1,43
Bali 0,36 0,06 99,47 0,11
Nusa Tenggara Barat 0,47 0,13 98,57 0,83
Nusa Tenggara Timur 0,55 0,33 98,33 0,79
Kalimantan Barat 1,82 0,33 97,35 0,49
Kalimantan Tengah 1,51 0,44 97,88 0,17
Kalimantan Selatan 0,52 0,07 99,08 0,32
Kalimantan Timur 0,97 0,07 98,13 0,83
Kalimantan Utara 1,02 0,36 97,97 0,64
Sulawesi Utara 1,62 0,62 93,53 4,22
Sulawesi Tengah 1,28 0,19 97,29 1,24
Sulawesi Selatan 0,39 0,07 98,64 0,90
Sulawesi Tenggara 0,75 0,08 98,45 0,73
Gorontalo 0,67 0,33 98,93 0,06
Sulawesi Barat 0,63 0,08 98,63 0,66
Maluku 0,31 0,15 94,98 4,56
Maluku Utara 1,09 0,52 95,24 3,14
Papua Barat 1,25 0,99 96,12 1,64
Papua 2,25 1,10 90,12 6,53
Indonesia 0,79 0,17 98,26 0,77

511 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1
Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok dalam Satu Bulan Terakhir
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi
Ya, tidak Setiap
Ya, setiap hari Tidak Tidak Tahu
hari
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 28,41 1,92 68,99 0,67
Sumatera Utara 27,71 1,78 70,13 0,38
Sumatera Barat 31,05 1,57 67,07 0,31
Riau 29,11 1,27 69,13 0,50
Jambi 27,61 1,52 70,02 0,85
Sumatera Selatan 30,40 2,05 66,72 0,83
Bengkulu 33,77 1,31 64,63 0,29
Lampung 34,25 1,78 63,67 0,31
Kepulauan Bangka Belitung 28,16 1,59 69,98 0,28
Kepulauan Riau 26,58 1,20 71,75 0,47
DKI Jakarta 23,94 1,84 73,85 0,37
Jawa Barat 31,94 2,50 65,15 0,41
Jawa Tengah 27,39 2,24 70,18 0,19
DI Yogyakarta 22,99 2,57 74,12 0,32
Jawa Timur 27,75 2,00 69,66 0,59
Banten 31,21 2,40 65,57 0,82
Bali 19,05 1,52 79,36 0,07
Nusa Tenggara Barat 32,12 2,22 65,14 0,52
Nusa Tenggara Timur 23,13 6,08 70,23 0,56
Kalimantan Barat 28,28 1,45 69,93 0,35
Kalimantan Tengah 29,21 1,98 68,64 0,16
Kalimantan Selatan 24,29 1,56 73,90 0,24
Kalimantan Timur 23,13 1,77 74,43 0,67
Kalimantan Utara 27,16 2,08 70,35 0,41
Sulawesi Utara 25,15 4,35 67,76 2,74
Sulawesi Tengah 29,00 2,73 67,44 0,83
Sulawesi Selatan 24,25 2,18 72,94 0,63
Sulawesi Tenggara 26,14 1,59 71,74 0,52
Gorontalo 29,05 3,30 67,60 0,04
Sulawesi Barat 27,09 1,84 70,61 0,46
Maluku 24,91 5,36 66,62 3,10
Maluku Utara 27,65 4,48 65,67 2,20
Papua Barat 24,58 4,52 69,79 1,11
Papua 20,72 6,08 68,75 4,45
Indonesia 28,34 2,26 68,86 0,55
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

512 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki Umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok dalam
Satu Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok dengan Kategori Tidak Tahu,
2021

Tidak Tahu

Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,64 0,11 16,58 0,46 0,88
Sumatera Utara 0,35 0,05 14,99 0,26 0,47
Sumatera Barat 0,22 0,05 22,78 0,14 0,34
Riau 0,33 0,08 24,57 0,20 0,53
Jambi 0,44 0,09 20,16 0,30 0,65
Sumatera Selatan 0,45 0,08 17,07 0,32 0,62
Bengkulu 0,19 0,07 38,73 0,09 0,41
Lampung 0,08 0,03 31,48 0,04 0,15
Kepulauan Bangka Belitung 0,17 0,06 37,90 0,08 0,36
Kepulauan Riau 0,32 0,11 35,42 0,16 0,63
DKI Jakarta 0,28 0,09 32,96 0,15 0,53
Jawa Barat 0,24 0,05 21,78 0,15 0,36
Jawa Tengah 0,15 0,03 18,23 0,10 0,21
DI Yogyakarta 0,25 0,11 43,09 0,11 0,59
Jawa Timur 0,32 0,04 13,13 0,25 0,42
Banten 0,23 0,06 26,85 0,13 0,39
Bali 0,03 0,02 79,88 0,01 0,14
Nusa Tenggara Barat 0,18 0,06 32,14 0,10 0,34
Nusa Tenggara Timur 0,31 0,07 23,64 0,19 0,49
Kalimantan Barat 0,21 0,06 28,47 0,12 0,37
Kalimantan Tengah 0,16 0,09 57,09 0,05 0,48
Kalimantan Selatan 0,17 0,04 25,75 0,10 0,28
Kalimantan Timur 0,52 0,14 27,23 0,30 0,88
Kalimantan Utara 0,21 0,09 41,09 0,09 0,46
Sulawesi Utara 1,31 0,15 11,41 1,04 1,63
Sulawesi Tengah 0,44 0,11 25,14 0,27 0,72
Sulawesi Selatan 0,34 0,06 16,39 0,25 0,47
Sulawesi Tenggara 0,32 0,13 40,32 0,14 0,70
Gorontalo 0,02 0,02 99,99 0,00 0,15
Sulawesi Barat 0,26 0,09 32,98 0,14 0,49
Maluku 1,66 0,23 13,80 1,26 2,17
Maluku Utara 1,29 0,21 16,22 0,94 1,77
Papua Barat 0,63 0,11 17,69 0,45 0,89
Papua 2,60 0,25 9,60 2,15 3,13
Indonesia 0,32 0,02 4,75 0,29 0,35
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

513 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1.2
Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok
dalam Satu Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok, 2021 (1/3)

Ya, setiap hari

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,34 0,05 14,99 0,25 0,45
Sumatera Utara 1,20 0,09 7,26 1,04 1,38
Sumatera Barat 1,00 0,10 9,93 0,82 1,22
Riau 1,07 0,11 10,39 0,88 1,32
Jambi 0,81 0,11 13,32 0,62 1,05
Sumatera Selatan 0,64 0,08 12,08 0,50 0,81
Bengkulu 0,75 0,11 15,14 0,56 1,01
Lampung 0,63 0,09 13,86 0,48 0,82
Kepulauan Bangka Belitung 0,64 0,14 22,60 0,41 0,99
Kepulauan Riau 1,38 0,28 20,21 0,93 2,05
DKI Jakarta 0,79 0,12 15,03 0,59 1,06
Jawa Barat 1,17 0,07 6,27 1,04 1,33
Jawa Tengah 0,50 0,04 8,53 0,42 0,59
DI Yogyakarta 0,31 0,09 30,09 0,17 0,56
Jawa Timur 0,43 0,04 9,09 0,36 0,51
Banten 0,75 0,10 13,72 0,57 0,97
Bali 0,36 0,08 23,25 0,23 0,56
Nusa Tenggara Barat 0,47 0,09 19,70 0,32 0,69
Nusa Tenggara Timur 0,55 0,07 11,92 0,44 0,69
Kalimantan Barat 1,82 0,14 7,48 1,58 2,11
Kalimantan Tengah 1,51 0,15 9,70 1,25 1,83
Kalimantan Selatan 0,52 0,09 16,57 0,38 0,73
Kalimantan Timur 0,97 0,17 17,43 0,69 1,37
Kalimantan Utara 1,02 0,25 24,30 0,63 1,64
Sulawesi Utara 1,62 0,16 9,58 1,35 1,96
Sulawesi Tengah 1,28 0,14 10,79 1,04 1,58
Sulawesi Selatan 0,39 0,06 14,22 0,29 0,51
Sulawesi Tenggara 0,75 0,14 18,12 0,53 1,07
Gorontalo 0,67 0,13 19,51 0,46 0,98
Sulawesi Barat 0,63 0,13 21,39 0,41 0,96
Maluku 0,31 0,07 22,08 0,20 0,48
Maluku Utara 1,09 0,15 14,02 0,83 1,44
Papua Barat 1,25 0,17 13,87 0,95 1,64
Papua 2,25 0,16 7,05 1,96 2,58
Indonesia 0,79 0,02 2,49 0,75 0,83

514 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1.2
Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok
dalam Satu Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok, 2021 (lanjutan 2/3)

Ya, Tidak Setiap Hari

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 0,04 0,02 43,36 0,02 0,09
Sumatera Utara 0,13 0,03 21,63 0,09 0,20
Sumatera Barat 0,15 0,05 31,11 0,08 0,28
Riau 0,11 0,04 32,48 0,06 0,21
Jambi 0,10 0,04 39,68 0,05 0,23
Sumatera Selatan 0,07 0,03 38,96 0,03 0,14
Bengkulu 0,13 0,05 38,22 0,06 0,28
Lampung 0,11 0,03 30,14 0,06 0,19
Kepulauan Bangka Belitung 0,04 0,02 58,41 0,01 0,12
Kepulauan Riau 0,14 0,07 51,53 0,05 0,40
DKI Jakarta 0,20 0,06 31,58 0,11 0,38
Jawa Barat 0,33 0,04 12,40 0,26 0,42
Jawa Tengah 0,08 0,02 22,22 0,05 0,12
DI Yogyakarta 0,12 0,06 48,67 0,05 0,31
Jawa Timur 0,08 0,02 23,63 0,05 0,13
Banten 0,06 0,02 40,94 0,03 0,13
Bali 0,06 0,03 46,39 0,03 0,16
Nusa Tenggara Barat 0,13 0,05 37,18 0,06 0,28
Nusa Tenggara Timur 0,33 0,06 19,00 0,23 0,48
Kalimantan Barat 0,33 0,07 22,16 0,21 0,51
Kalimantan Tengah 0,44 0,10 23,00 0,28 0,68
Kalimantan Selatan 0,07 0,03 39,18 0,03 0,16
Kalimantan Timur 0,07 0,02 28,11 0,04 0,11
Kalimantan Utara 0,36 0,13 35,66 0,18 0,73
Sulawesi Utara 0,62 0,11 17,61 0,44 0,88
Sulawesi Tengah 0,19 0,04 22,47 0,12 0,30
Sulawesi Selatan 0,07 0,02 30,22 0,04 0,13
Sulawesi Tenggara 0,08 0,03 40,55 0,04 0,18
Gorontalo 0,33 0,11 32,03 0,18 0,62
Sulawesi Barat 0,08 0,05 61,92 0,02 0,28
Maluku 0,15 0,05 30,72 0,08 0,27
Maluku Utara 0,52 0,10 18,15 0,37 0,75
Papua Barat 0,99 0,13 13,58 0,76 1,30
Papua 1,10 0,11 9,61 0,91 1,33
Indonesia 0,17 0,01 5,63 0,15 0,19

515 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1.2
Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan umur 18 Tahun ke Atas yang Merokok
dalam Satu Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok, 2021 (lanjutan 3/3)

Tidak Tahu

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 0,70 0,09 12,97 0,54 0,90
Sumatera Utara 0,40 0,05 12,39 0,32 0,52
Sumatera Barat 0,40 0,09 21,26 0,27 0,61
Riau 0,67 0,11 16,67 0,48 0,92
Jambi 1,28 0,16 12,81 1,00 1,65
Sumatera Selatan 1,22 0,12 9,83 1,01 1,48
Bengkulu 0,40 0,09 23,20 0,25 0,63
Lampung 0,54 0,09 17,23 0,39 0,76
Kepulauan Bangka Belitung 0,39 0,13 33,51 0,20 0,75
Kepulauan Riau 0,62 0,13 21,00 0,41 0,94
DKI Jakarta 0,47 0,11 23,93 0,29 0,75
Jawa Barat 0,58 0,08 13,27 0,45 0,75
Jawa Tengah 0,23 0,03 15,17 0,17 0,30
DI Yogyakarta 0,39 0,12 31,45 0,21 0,71
Jawa Timur 0,84 0,07 8,21 0,72 0,99
Banten 1,43 0,20 14,19 1,09 1,89
Bali 0,11 0,06 52,18 0,04 0,30
Nusa Tenggara Barat 0,83 0,12 14,66 0,62 1,11
Nusa Tenggara Timur 0,79 0,09 11,75 0,63 1,00
Kalimantan Barat 0,49 0,10 19,99 0,33 0,73
Kalimantan Tengah 0,17 0,08 48,05 0,07 0,43
Kalimantan Selatan 0,32 0,07 21,29 0,21 0,48
Kalimantan Timur 0,83 0,17 20,13 0,56 1,23
Kalimantan Utara 0,64 0,16 25,12 0,39 1,05
Sulawesi Utara 4,22 0,33 7,87 3,62 4,92
Sulawesi Tengah 1,24 0,17 14,12 0,94 1,63
Sulawesi Selatan 0,90 0,10 11,13 0,72 1,11
Sulawesi Tenggara 0,73 0,14 19,60 0,49 1,06
Gorontalo 0,06 0,04 58,45 0,02 0,20
Sulawesi Barat 0,66 0,19 29,63 0,37 1,17
Maluku 4,56 0,37 8,17 3,89 5,35
Maluku Utara 3,14 0,33 10,43 2,56 3,85
Papua Barat 1,64 0,24 14,61 1,23 2,18
Papua 6,53 0,34 5,17 5,90 7,22
Indonesia 0,77 0,02 3,08 0,73 0,82
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

516 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.9.1.3
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Umur 18 Tahun ke Atas
yang Merokok dalam Satu Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok dengan
Kategori Tidak Tahu , 2021

Tidak Tahu

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,67 0,08 12,14 0,53 0,85
Sumatera Utara 0,38 0,04 10,77 0,31 0,47
Sumatera Barat 0,31 0,06 19,66 0,21 0,46
Riau 0,50 0,08 16,45 0,36 0,68
Jambi 0,85 0,11 12,71 0,67 1,10
Sumatera Selatan 0,83 0,09 10,44 0,68 1,02
Bengkulu 0,29 0,07 23,57 0,18 0,47
Lampung 0,31 0,05 16,75 0,22 0,43
Kepulauan Bangka Belitung 0,28 0,09 31,11 0,15 0,51
Kepulauan Riau 0,47 0,10 20,73 0,31 0,70
DKI Jakarta 0,37 0,09 23,73 0,23 0,59
Jawa Barat 0,41 0,06 13,65 0,31 0,53
Jawa Tengah 0,19 0,02 13,33 0,14 0,24
DI Yogyakarta 0,32 0,11 33,66 0,17 0,62
Jawa Timur 0,59 0,05 8,49 0,50 0,69
Banten 0,82 0,12 14,34 0,62 1,09
Bali 0,07 0,04 52,65 0,02 0,19
Nusa Tenggara Barat 0,52 0,08 14,89 0,38 0,69
Nusa Tenggara Timur 0,56 0,07 12,61 0,43 0,71
Kalimantan Barat 0,35 0,07 19,57 0,24 0,51
Kalimantan Tengah 0,16 0,07 43,85 0,07 0,39
Kalimantan Selatan 0,24 0,04 18,30 0,17 0,35
Kalimantan Timur 0,67 0,13 19,30 0,46 0,98
Kalimantan Utara 0,41 0,10 25,07 0,25 0,67
Sulawesi Utara 2,74 0,21 7,59 2,36 3,17
Sulawesi Tengah 0,83 0,12 14,68 0,62 1,11
Sulawesi Selatan 0,63 0,07 10,34 0,51 0,77
Sulawesi Tenggara 0,52 0,11 20,82 0,35 0,79
Gorontalo 0,04 0,03 61,78 0,01 0,14
Sulawesi Barat 0,46 0,12 26,21 0,27 0,76
Maluku 3,10 0,25 7,95 2,66 3,63
Maluku Utara 2,20 0,23 10,58 1,79 2,71
Papua Barat 1,11 0,15 13,69 0,85 1,45
Papua 4,45 0,25 5,68 3,98 4,97
Indonesia 0,55 0,02 3,07 0,51 0,58
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

517 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.10
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Status Pemakaian Alat/Cara KB, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Ya, Ya, Ya, Ya, Ya, Ya,
Provinsi Tidak Tidak Tidak
pernah sedang pernah sedang pernah sedang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 16,56 38,04 45,40 16,11 41,75 42,14 16,26 40,54 43,20
Sumatera Utara 13,87 36,80 49,33 13,30 40,09 46,61 13,61 38,27 48,12
Sumatera Barat 17,56 38,14 44,29 17,03 45,44 37,53 17,28 41,98 40,74
Riau 18,33 38,74 42,93 14,94 51,48 33,58 16,25 46,57 37,19
Jambi 12,52 52,29 35,19 10,49 62,35 27,16 11,12 59,22 29,66
Sumatera Selatan 10,54 47,70 41,77 11,39 64,76 23,85 11,09 58,81 30,10
Bengkulu 17,87 48,09 34,03 10,36 63,94 25,70 12,67 59,06 28,27
Lampung 11,16 54,61 34,23 12,20 64,40 23,40 11,88 61,45 26,66
Kepulauan Bangka Belitung 11,62 56,33 32,05 10,85 66,64 22,51 11,26 61,06 27,67
Kepulauan Riau 13,99 40,98 45,03 14,63 51,84 33,54 14,03 41,75 44,22
DKI Jakarta 12,06 44,16 43,77 12,06 44,16 43,77
Jawa Barat 13,16 52,14 34,71 14,62 57,61 27,77 13,49 53,39 33,12
Jawa Tengah 15,90 49,08 35,03 13,95 59,54 26,50 14,91 54,36 30,72
DI Yogyakarta 14,50 45,74 39,76 11,82 58,98 29,20 13,80 49,18 37,02
Jawa Timur 11,22 55,18 33,60 11,81 62,11 26,09 11,50 58,44 30,07
Banten 9,47 53,13 37,41 11,39 62,50 26,11 10,01 55,76 34,23
Bali 8,76 47,96 43,28 11,05 59,69 29,26 9,42 51,36 39,21
Nusa Tenggara Barat 20,82 48,66 30,52 19,53 52,93 27,54 20,16 50,86 28,98
Nusa Tenggara Timur 14,52 37,69 47,79 17,54 39,02 43,44 16,84 38,71 44,44
Kalimantan Barat 12,47 50,77 36,76 11,14 64,10 24,76 11,59 59,57 28,83
Kalimantan Tengah 14,18 55,36 30,46 12,99 63,89 23,12 13,46 60,50 26,04
Kalimantan Selatan 15,11 60,57 24,32 15,30 66,95 17,75 15,21 64,00 20,79
Kalimantan Timur 13,68 45,32 41,00 15,98 53,82 30,19 14,41 48,04 37,55
Kalimantan Utara 16,12 40,63 43,24 16,06 45,12 38,82 16,10 42,40 41,51
Sulawesi Utara 13,04 52,24 34,73 10,64 60,49 28,88 11,90 56,15 31,95
Sulawesi Tengah 16,28 40,48 43,24 12,89 56,88 30,23 13,86 52,19 33,95
Sulawesi Selatan 17,80 37,59 44,61 16,00 46,99 37,00 16,79 42,87 40,34
Sulawesi Tenggara 18,98 34,57 46,44 16,60 46,48 36,92 17,41 42,44 40,15
Gorontalo 14,97 48,83 36,20 11,41 57,96 30,63 12,86 54,25 32,90
Sulawesi Barat 13,80 45,39 40,81 15,22 46,30 38,48 14,94 46,12 38,93
Maluku 17,68 30,39 51,93 12,45 37,35 50,21 14,70 34,35 50,95
Maluku Utara 16,37 40,29 43,34 13,90 49,36 36,74 14,56 46,97 38,48
Papua Barat 11,65 33,45 54,89 12,25 32,92 54,83 12,00 33,14 54,86
Papua 13,61 31,44 54,95 5,74 15,24 79,02 7,73 19,33 72,94
Indonesia 13,38 48,90 37,72 13,41 55,69 30,89 13,39 51,91 34,69
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

518 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.1
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin menurut Kategori
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan dan Tipe Daerah, 2021

Kategori Alat/Cara KB Perkotaan Perdesaan Jumlah


(1) (2) (3) (4)
Sterilisasi wanita/tubektomi/MOW 5,30 2,94 4,03
Sterilisasi pria/vasektomi/MOP 0,35 9,11 0,33
IUD/AKDR/spiral 11,72 2,26 8,38
Suntikan 50,61 0,40 55,06
Susuk KB/implan 6,49 1,29 9,06
Pil 20,26 1,03 19,37
Kondom pria/karet KB 2,00 6,05 1,34
Intravag/kondom wanita/diafragma 0,12 21,94 0,09
Metode menyusui alami 0,29 11,51 0,23
Pantang berkala/kalender 2,52 5,16 1,72
Lainnya 0,35 5,12 0,41
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

519 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.2
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin menurut Provinsi dan
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021

Steri- Sterilisasi pria/vasekto-


lisasi mi/MOP/Kondom pria/
IUD/ Susuk
wanita/ Sun- karet KBntravag/kondom
Provinsi AKDR/ KB/ Pil Total
tubek- tikan wanita/diafragmaMetode
spiral im-
tomi/ menyusui alamiPantang
plan
MOW berkala/kalenderLainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 2,12 4,99 65,94 4,54 18,93 3,48 100,00
Sumatera Utara 10,33 3,94 45,53 14,09 18,58 7,53 100,00
Sumatera Barat 7,09 10,35 51,13 11,48 13,19 6,77 100,00
Riau 3,73 3,91 52,92 8,67 26,04 4,72 100,00
Jambi 1,98 3,60 60,64 9,01 21,98 2,78 100,00
Sumatera Selatan 1,64 2,68 67,15 13,08 12,97 2,48 100,00
Bengkulu 2,87 4,66 59,05 14,47 13,86 5,09 100,00
Lampung 1,39 4,14 61,10 13,12 17,09 3,16 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 3,72 3,52 50,85 6,79 29,06 6,05 100,00
Kepulauan Riau 8,26 9,22 38,25 4,24 23,93 16,10 100,00
DKI Jakarta 5,08 19,39 46,16 5,16 17,16 7,06 100,00
Jawa Barat 3,42 9,67 55,01 4,53 25,02 2,36 100,00
Jawa Tengah 5,37 10,08 55,52 12,56 12,23 4,23 100,00
DI Yogyakarta 5,16 27,31 29,72 9,31 9,10 19,41 100,00
Jawa Timur 4,44 8,57 56,57 7,27 19,20 3,95 100,00
Banten 2,48 5,75 68,88 4,88 15,74 2,27 100,00
Bali 8,85 30,35 37,98 4,07 12,98 5,78 100,00
Nusa Tenggara Barat 1,88 7,00 66,68 16,06 6,64 1,75 100,00
Nusa Tenggara Timur 8,45 8,06 43,72 25,73 7,01 7,03 100,00
Kalimantan Barat 1,87 3,86 60,12 4,40 27,67 2,06 100,00
Kalimantan Tengah 1,46 1,88 59,06 8,58 26,87 2,15 100,00
Kalimantan Selatan 2,07 3,16 46,05 5,49 40,77 2,46 100,00
Kalimantan Timur 5,20 13,12 38,55 5,97 30,60 6,55 100,00
Kalimantan Utara 3,44 7,60 45,34 6,90 29,36 7,36 100,00
Sulawesi Utara 3,41 6,98 49,78 16,10 21,11 2,60 100,00
Sulawesi Tengah 2,59 6,46 44,97 13,23 29,63 3,13 100,00
Sulawesi Selatan 2,39 5,69 54,09 15,68 19,83 2,33 100,00
Sulawesi Tenggara 1,76 4,39 44,40 16,51 29,62 3,32 100,00
Gorontalo 3,82 6,41 45,04 25,66 17,86 1,22 100,00
Sulawesi Barat 1,66 2,37 40,90 18,22 33,70 3,14 100,00
Maluku 1,87 1,34 62,96 17,65 10,48 5,71 100,00
Maluku Utara 1,04 0,91 67,44 22,92 6,54 1,16 100,00
Papua Barat 2,66 3,66 60,95 11,11 17,41 4,21 100,00
Papua 3,14 2,06 44,12 7,56 10,82 32,30 100,00
Indonesia 4,03 8,38 55,06 9,06 19,37 4,10 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

520 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.2.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (1/3)

Sterilisasi wanita/tubektomi/MOW

Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 2,12 0,29 13,52 1,63 2,76
Sumatera Utara 10,33 0,58 5,64 9,24 11,52
Sumatera Barat 7,09 0,58 8,18 6,03 8,31
Riau 3,73 0,44 11,84 2,96 4,70
Jambi 1,98 0,28 13,92 1,51 2,60
Sumatera Selatan 1,64 0,23 13,91 1,25 2,15
Bengkulu 2,87 0,40 13,89 2,18 3,76
Lampung 1,39 0,19 13,78 1,06 1,82
Kepulauan Bangka Belitung 3,72 0,49 13,25 2,87 4,82
Kepulauan Riau 8,26 1,27 15,36 6,09 11,12
DKI Jakarta 5,08 0,59 11,63 4,04 6,37
Jawa Barat 3,42 0,23 6,60 3,00 3,89
Jawa Tengah 5,37 0,24 4,51 4,92 5,87
DI Yogyakarta 5,16 0,70 13,50 3,95 6,71
Jawa Timur 4,44 0,21 4,64 4,05 4,86
Banten 2,48 0,36 14,38 1,87 3,28
Bali 8,85 0,75 8,43 7,49 10,42
Nusa Tenggara Barat 1,88 0,28 14,82 1,40 2,51
Nusa Tenggara Timur 8,45 0,65 7,70 7,26 9,82
Kalimantan Barat 1,87 0,23 12,35 1,47 2,38
Kalimantan Tengah 1,46 0,25 17,21 1,04 2,05
Kalimantan Selatan 2,07 0,30 14,70 1,55 2,76
Kalimantan Timur 5,20 0,65 12,43 4,07 6,63
Kalimantan Utara 3,44 0,80 23,30 2,17 5,41
Sulawesi Utara 3,41 0,42 12,19 2,69 4,33
Sulawesi Tengah 2,59 0,38 14,81 1,93 3,45
Sulawesi Selatan 2,39 0,28 11,90 1,89 3,02
Sulawesi Tenggara 1,76 0,34 19,39 1,20 2,57
Gorontalo 3,82 0,64 16,75 2,74 5,29
Sulawesi Barat 1,66 0,42 25,28 1,01 2,72
Maluku 1,87 0,54 28,86 1,06 3,28
Maluku Utara 1,04 0,31 29,76 0,58 1,85
Papua Barat 2,66 0,63 23,64 1,67 4,21
Papua 3,14 0,62 19,71 2,13 4,60
Indonesia 4,03 0,08 2,00 3,88 4,19

521 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.2.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 2/3)

IUD/AKDR/spiral
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Provinsi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 4,99 0,45 9,07 4,18 5,96
Sumatera Utara 3,94 0,38 9,57 3,26 4,75
Sumatera Barat 10,35 0,71 6,90 9,03 11,84
Riau 3,91 0,43 11,00 3,15 4,85
Jambi 3,60 0,39 10,71 2,92 4,44
Sumatera Selatan 2,68 0,31 11,42 2,14 3,35
Bengkulu 4,66 0,49 10,58 3,79 5,73
Lampung 4,14 0,36 8,61 3,50 4,90
Kepulauan Bangka Belitung 3,52 0,47 13,26 2,71 4,56
Kepulauan Riau 9,22 1,36 14,72 6,88 12,24
DKI Jakarta 19,39 1,12 5,76 17,29 21,67
Jawa Barat 9,67 0,36 3,69 8,99 10,39
Jawa Tengah 10,08 0,32 3,19 9,47 10,73
DI Yogyakarta 27,31 1,49 5,47 24,49 30,33
Jawa Timur 8,57 0,29 3,34 8,02 9,14
Banten 5,75 0,48 8,35 4,88 6,77
Bali 30,35 1,18 3,89 28,08 32,71
Nusa Tenggara Barat 7,00 0,55 7,90 5,99 8,16
Nusa Tenggara Timur 8,06 0,58 7,15 7,00 9,27
Kalimantan Barat 3,86 0,37 9,69 3,19 4,67
Kalimantan Tengah 1,88 0,28 14,89 1,40 2,51
Kalimantan Selatan 3,16 0,37 11,75 2,51 3,98
Kalimantan Timur 13,12 0,96 7,29 11,36 15,12
Kalimantan Utara 7,60 1,31 17,22 5,40 10,60
Sulawesi Utara 6,98 0,57 8,16 5,94 8,18
Sulawesi Tengah 6,46 0,56 8,73 5,44 7,65
Sulawesi Selatan 5,69 0,47 8,18 4,84 6,67
Sulawesi Tenggara 4,39 0,57 13,08 3,40 5,67
Gorontalo 6,41 0,76 11,82 5,08 8,07
Sulawesi Barat 2,37 0,43 18,20 1,66 3,39
Maluku 1,34 0,38 28,39 0,77 2,33
Maluku Utara 0,91 0,25 27,40 0,53 1,56
Papua Barat 3,66 0,71 19,41 2,50 5,34
Papua 2,06 0,41 19,84 1,40 3,04
Indonesia 8,38 0,12 1,40 8,16 8,61

522 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.2.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 3/3)

Sterilisasi pria/vasektomi/MOP/Kondom pria/karet KBntravag/


kondom wanita/diafragmaMetode menyusui alamiPantang berkala/
kalenderLainnya
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 3,48 0,39 11,28 2,79 4,34
Sumatera Utara 7,53 0,60 7,98 6,44 8,80
Sumatera Barat 6,77 0,70 10,42 5,51 8,29
Riau 4,72 0,51 10,88 3,81 5,84
Jambi 2,78 0,42 15,19 2,06 3,74
Sumatera Selatan 2,48 0,28 11,30 1,98 3,09
Bengkulu 5,09 0,62 12,09 4,01 6,44
Lampung 3,16 0,36 11,39 2,52 3,94
Kepulauan Bangka Belitung 6,05 0,84 13,94 4,59 7,93
Kepulauan Riau 16,10 2,14 13,30 12,33 20,75
DKI Jakarta 7,06 0,88 12,40 5,53 8,98
Jawa Barat 2,36 0,21 8,75 1,99 2,80
Jawa Tengah 4,23 0,24 5,75 3,78 4,74
DI Yogyakarta 19,41 1,99 10,23 15,81 23,60
Jawa Timur 3,95 0,24 6,08 3,50 4,45
Banten 2,27 0,40 17,60 1,61 3,20
Bali 5,78 0,79 13,75 4,41 7,55
Nusa Tenggara Barat 1,75 0,33 19,17 1,20 2,54
Nusa Tenggara Timur 7,03 0,71 10,14 5,75 8,56
Kalimantan Barat 2,06 0,29 14,04 1,57 2,72
Kalimantan Tengah 2,15 0,33 15,32 1,59 2,90
Kalimantan Selatan 2,46 0,33 13,59 1,88 3,20
Kalimantan Timur 6,55 0,81 12,33 5,13 8,32
Kalimantan Utara 7,36 1,33 18,06 5,14 10,43
Sulawesi Utara 2,60 0,39 14,81 1,95 3,48
Sulawesi Tengah 3,13 0,52 16,62 2,26 4,33
Sulawesi Selatan 2,33 0,28 11,82 1,85 2,93
Sulawesi Tenggara 3,32 0,72 21,69 2,16 5,05
Gorontalo 1,22 0,38 31,51 0,65 2,25
Sulawesi Barat 3,14 0,71 22,44 2,02 4,86
Maluku 5,71 1,24 21,79 3,71 8,70
Maluku Utara 1,16 0,32 27,42 0,68 1,98
Papua Barat 4,21 0,73 17,41 2,99 5,91
Papua 32,30 2,08 6,44 28,37 36,51
Indonesia 4,10 0,09 2,29 3,92 4,28
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

523 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.3
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin di Perkotaan menurut
Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021

Steri- Sterilisasi pria/vasekto-


lisasi mi/MOP/Kondom pria/
IUD/ Susuk
wanita/ Sun- karet KBntravag/kondom
Provinsi AKDR/ KB/ Pil Total
tubek- tikan wanita/diafragmaMetode
spiral im-
tomi/ menyusui alamiPantang
plan
MOW berkala/kalenderLainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 3,81 10,18 51,42 5,58 23,33 5,68 100,00
Sumatera Utara 11,90 4,93 43,44 11,32 19,37 9,04 100,00
Sumatera Barat 9,29 15,29 44,16 7,17 13,82 10,28 100,00
Riau 8,06 7,89 43,16 7,10 25,71 8,08 100,00
Jambi 2,91 6,17 54,09 7,25 24,00 5,58 100,00
Sumatera Selatan 3,69 6,70 60,12 9,42 15,25 4,81 100,00
Bengkulu 3,74 8,31 55,47 9,40 13,51 9,57 100,00
Lampung 3,03 9,65 54,04 8,66 18,31 6,30 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 5,15 5,02 45,87 7,08 26,91 9,96 100,00
Kepulauan Riau 8,83 9,68 36,62 3,62 23,74 17,50 100,00
DKI Jakarta 5,08 19,39 46,16 5,16 17,16 7,06 100,00
Jawa Barat 3,94 11,80 53,39 3,56 24,50 2,80 100,00
Jawa Tengah 6,86 12,08 51,51 9,80 13,04 6,71 100,00
DI Yogyakarta 5,97 30,36 27,10 5,28 7,85 23,43 100,00
Jawa Timur 5,79 11,11 50,46 6,48 20,10 6,06 100,00
Banten 3,37 7,91 63,38 3,72 18,52 3,11 100,00
Bali 10,44 31,29 35,06 3,14 12,83 7,23 100,00
Nusa Tenggara Barat 2,53 9,70 63,64 15,79 5,70 2,63 100,00
Nusa Tenggara Timur 18,27 11,80 32,75 17,60 7,30 12,29 100,00
Kalimantan Barat 3,65 8,99 45,95 4,29 32,23 4,89 100,00
Kalimantan Tengah 2,06 3,70 52,73 5,43 32,13 3,95 100,00
Kalimantan Selatan 2,92 5,13 43,75 4,60 39,19 4,41 100,00
Kalimantan Timur 5,81 17,66 34,24 5,56 28,45 8,28 100,00
Kalimantan Utara 4,38 10,88 39,97 4,77 29,16 10,85 100,00
Sulawesi Utara 4,59 8,73 52,82 11,11 18,86 3,89 100,00
Sulawesi Tengah 4,51 11,42 41,97 7,32 29,08 5,70 100,00
Sulawesi Selatan 3,66 8,96 48,32 14,23 21,17 3,65 100,00
Sulawesi Tenggara 3,39 9,34 36,80 11,30 32,09 7,08 100,00
Gorontalo 6,27 10,96 38,35 26,39 15,42 2,60 100,00
Sulawesi Barat 2,89 5,31 43,62 14,62 26,02 7,53 100,00
Maluku 4,08 2,41 49,25 20,24 13,56 10,46 100,00
Maluku Utara 2,26 2,15 64,44 22,61 7,17 1,38 100,00
Papua Barat 4,36 6,46 55,58 8,55 21,01 4,05 100,00
Papua 6,23 3,49 64,56 9,53 12,45 3,75 100,00
Indonesia 5,30 11,72 50,61 6,49 20,26 5,63 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

524 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.3.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
di Perkotaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (1/4)

Sterilisasi wanita/tubektomi/MOW
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 3,81 0,71 18,52 2,64 5,46
Sumatera Utara 11,90 0,95 8,00 10,16 13,90
Sumatera Barat 9,29 1,14 12,24 7,29 11,78
Riau 8,06 1,18 14,66 6,03 10,70
Jambi 2,91 0,70 24,11 1,81 4,64
Sumatera Selatan 3,69 0,71 19,12 2,53 5,36
Bengkulu 3,74 0,98 26,22 2,23 6,22
Lampung 3,03 0,59 19,48 2,07 4,43
Kepulauan Bangka Belitung 5,15 0,84 16,28 3,74 7,07
Kepulauan Riau 8,83 1,39 15,73 6,46 11,96
DKI Jakarta 5,08 0,59 11,63 4,04 6,37
Jawa Barat 3,94 0,29 7,36 3,41 4,55
Jawa Tengah 6,86 0,41 5,98 6,10 7,71
DI Yogyakarta 5,97 0,93 15,59 4,38 8,07
Jawa Timur 5,79 0,34 5,88 5,15 6,49
Banten 3,37 0,50 14,97 2,51 4,51
Bali 10,44 1,04 9,92 8,58 12,65
Nusa Tenggara Barat 2,53 0,50 19,68 1,72 3,71
Nusa Tenggara Timur 18,27 2,32 12,72 14,14 23,26
Kalimantan Barat 3,65 0,66 17,96 2,56 5,17
Kalimantan Tengah 2,06 0,50 24,46 1,27 3,32
Kalimantan Selatan 2,92 0,60 20,49 1,95 4,35
Kalimantan Timur 5,81 0,83 14,27 4,38 7,67
Kalimantan Utara 4,38 1,26 28,85 2,47 7,64
Sulawesi Utara 4,59 0,74 16,10 3,34 6,27
Sulawesi Tengah 4,51 1,31 28,95 2,54 7,88
Sulawesi Selatan 3,66 0,63 17,13 2,61 5,10
Sulawesi Tenggara 3,39 1,03 30,34 1,86 6,10
Gorontalo 6,27 1,51 24,12 3,88 9,97
Sulawesi Barat 2,89 1,64 56,80 0,94 8,57
Maluku 4,08 1,37 33,63 2,09 7,79
Maluku Utara 2,26 1,11 48,88 0,86 5,81
Papua Barat 4,36 1,35 30,91 2,36 7,91
Papua 6,23 1,39 22,25 4,00 9,56
Indonesia 5,30 0,14 2,58 5,03 5,57

525 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.3.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
di Perkotaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 2/4)

IUD/AKDR/spiral
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 10,18 1,24 12,21 7,99 12,89
Sumatera Utara 4,93 0,65 13,11 3,80 6,36
Sumatera Barat 15,29 1,44 9,39 12,68 18,32
Riau 7,89 1,10 13,93 5,98 10,33
Jambi 6,17 1,07 17,30 4,38 8,62
Sumatera Selatan 6,70 0,98 14,61 5,02 8,89
Bengkulu 8,31 1,45 17,41 5,88 11,61
Lampung 9,65 1,10 11,41 7,70 12,03
Kepulauan Bangka Belitung 5,02 0,83 16,43 3,63 6,91
Kepulauan Riau 9,68 1,48 15,29 7,14 13,00
DKI Jakarta 19,39 1,12 5,76 17,29 21,67
Jawa Barat 11,80 0,46 3,93 10,92 12,73
Jawa Tengah 12,08 0,52 4,30 11,10 13,13
DI Yogyakarta 30,36 1,95 6,42 26,68 34,32
Jawa Timur 11,11 0,47 4,24 10,22 12,07
Banten 7,91 0,69 8,67 6,66 9,36
Bali 31,29 1,57 5,02 28,30 34,45
Nusa Tenggara Barat 9,70 0,98 10,14 7,94 11,81
Nusa Tenggara Timur 11,80 1,74 14,72 8,80 15,65
Kalimantan Barat 8,99 1,12 12,41 7,03 11,43
Kalimantan Tengah 3,70 0,70 18,86 2,55 5,34
Kalimantan Selatan 5,13 0,75 14,59 3,84 6,81
Kalimantan Timur 17,66 1,35 7,63 15,17 20,46
Kalimantan Utara 10,88 2,08 19,12 7,42 15,67
Sulawesi Utara 8,73 0,99 11,32 6,98 10,87
Sulawesi Tengah 11,42 1,86 16,32 8,24 15,61
Sulawesi Selatan 8,96 1,05 11,74 7,10 11,25
Sulawesi Tenggara 9,34 1,73 18,50 6,46 13,31
Gorontalo 10,96 1,73 15,76 8,01 14,84
Sulawesi Barat 5,31 1,69 31,91 2,82 9,79
Maluku 2,41 0,90 37,40 1,15 4,97
Maluku Utara 2,15 0,85 39,70 0,98 4,63
Papua Barat 6,46 1,53 23,65 4,04 10,18
Papua 3,49 0,83 23,63 2,19 5,52
Indonesia 11,72 0,20 1,72 11,33 12,12

526 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.3.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
di Perkotaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 3/4)

Susuk KB/Implan
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 5,58 5,58 16,73 4,01 7,72
Sumatera Utara 11,32 11,32 9,72 9,34 13,67
Sumatera Barat 7,17 7,17 14,17 5,41 9,43
Riau 7,10 7,10 14,95 5,28 9,48
Jambi 7,25 7,25 18,21 5,05 10,30
Sumatera Selatan 9,42 9,42 13,08 7,27 12,13
Bengkulu 9,40 9,40 16,27 6,80 12,86
Lampung 8,66 8,66 15,17 6,41 11,61
Kepulauan Bangka Belitung 7,08 7,08 16,54 5,10 9,75
Kepulauan Riau 3,62 3,62 24,07 2,25 5,77
DKI Jakarta 5,16 5,16 14,01 3,91 6,77
Jawa Barat 3,56 3,56 8,30 3,03 4,19
Jawa Tengah 9,80 9,80 5,46 8,80 10,90
DI Yogyakarta 5,28 5,28 21,14 3,48 7,95
Jawa Timur 6,48 6,48 6,52 5,70 7,36
Banten 3,72 3,72 15,76 2,73 5,05
Bali 3,14 3,14 18,76 2,17 4,53
Nusa Tenggara Barat 15,79 15,79 9,61 13,04 18,99
Nusa Tenggara Timur 17,60 17,60 14,70 13,09 23,25
Kalimantan Barat 4,29 4,29 21,56 2,80 6,51
Kalimantan Tengah 5,43 5,43 17,77 3,82 7,66
Kalimantan Selatan 4,60 4,60 15,34 3,40 6,20
Kalimantan Timur 5,56 5,56 15,62 4,08 7,53
Kalimantan Utara 4,77 4,77 28,17 2,73 8,21
Sulawesi Utara 11,11 11,11 10,80 8,96 13,68
Sulawesi Tengah 7,32 7,32 19,52 4,97 10,66
Sulawesi Selatan 14,23 14,23 10,13 11,63 17,30
Sulawesi Tenggara 11,30 11,30 15,50 8,30 15,21
Gorontalo 26,39 26,39 11,90 20,71 32,99
Sulawesi Barat 14,62 14,62 22,96 9,18 22,48
Maluku 20,24 20,24 15,71 14,71 27,19
Maluku Utara 22,61 22,61 13,99 17,01 29,39
Papua Barat 8,55 8,55 22,08 5,50 13,04
Papua 9,53 9,53 19,57 6,45 13,86
Indonesia 6,49 0,16 2,52 6,17 6,81

527 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.3.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
di Perkotaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 4/4)

Sterilisasi pria/vasektomi/MOP/Kondom pria/karet KBntravag/kondom


wanita/diafragmaMetode menyusui alamiPantang berkala/
kalenderLainnya
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (17) (18) (19) (20) (21)
Aceh 5,68 5,68 15,50 4,18 7,67
Sumatera Utara 9,04 9,04 10,71 7,31 11,12
Sumatera Barat 10,28 10,28 13,85 7,80 13,42
Riau 8,08 8,08 14,98 6,01 10,80
Jambi 5,58 5,58 22,57 3,57 8,63
Sumatera Selatan 4,81 4,81 16,43 3,48 6,62
Bengkulu 9,57 9,57 17,53 6,75 13,40
Lampung 6,30 6,30 16,88 4,51 8,74
Kepulauan Bangka Belitung 9,96 9,96 15,92 7,26 13,53
Kepulauan Riau 17,50 17,50 13,41 13,37 22,59
DKI Jakarta 7,06 7,06 12,40 5,53 8,98
Jawa Barat 2,80 2,80 9,54 2,33 3,38
Jawa Tengah 6,71 6,71 6,92 5,85 7,68
DI Yogyakarta 23,43 23,43 11,16 18,69 28,94
Jawa Timur 6,06 6,06 7,20 5,26 6,97
Banten 3,11 3,11 18,57 2,16 4,47
Bali 7,23 7,23 15,76 5,29 9,81
Nusa Tenggara Barat 2,63 2,63 23,00 1,67 4,12
Nusa Tenggara Timur 12,29 12,29 18,63 8,46 17,52
Kalimantan Barat 4,89 4,89 16,94 3,50 6,80
Kalimantan Tengah 3,95 3,95 19,24 2,70 5,74
Kalimantan Selatan 4,41 4,41 16,14 3,21 6,04
Kalimantan Timur 8,28 8,28 13,18 6,37 10,68
Kalimantan Utara 10,85 10,85 19,50 7,34 15,74
Sulawesi Utara 3,89 3,89 18,34 2,71 5,56
Sulawesi Tengah 5,70 5,70 33,13 2,95 10,74
Sulawesi Selatan 3,65 3,65 16,96 2,61 5,08
Sulawesi Tenggara 7,08 7,08 33,57 3,62 13,39
Gorontalo 2,60 2,60 38,85 1,21 5,51
Sulawesi Barat 7,53 7,53 36,47 3,62 15,00
Maluku 10,46 10,46 28,60 5,88 17,93
Maluku Utara 1,38 1,38 62,02 0,41 4,58
Papua Barat 4,05 4,05 32,23 2,14 7,54
Papua 3,75 3,75 30,68 2,04 6,78
Indonesia 5,63 0,16 2,91 5,32 5,96
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

528 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.4
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin di Perdesaan menurut
Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021

Steri- Sterilisasi pria/vasekto-


lisasi mi/MOP/Kondom pria/
IUD/ Susuk
wanita/ Sun- karet KBntravag/kondom
Provinsi AKDR/ KB/ Pil Total
tubek- tikan wanita/diafragmaMetode
spiral im-
tomi/ menyusui alamiPantang
plan
MOW berkala/kalenderLainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 1,38 2,72 72,29 4,09 17,00 2,52 100,00
Sumatera Utara 8,53 2,82 47,90 17,24 17,68 5,82 100,00
Sumatera Barat 5,42 6,61 56,41 14,74 12,71 4,10 100,00
Riau 1,69 2,04 57,53 9,41 26,20 3,13 100,00
Jambi 1,63 2,63 63,12 9,68 21,21 1,72 100,00
Sumatera Selatan 0,83 1,10 69,93 14,52 12,07 1,56 100,00
Bengkulu 2,58 3,44 60,25 16,17 13,97 3,59 100,00
Lampung 0,79 2,13 63,69 14,74 16,65 2,01 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 2,29 2,03 55,82 6,49 31,21 2,15 100,00
Kepulauan Riau 2,37 4,38 55,16 10,77 25,87 1,45 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,82 3,16 59,95 7,47 26,60 1,01 100,00
Jawa Tengah 4,17 8,47 58,77 14,79 11,56 2,24 100,00
DI Yogyakarta 3,37 20,57 35,49 18,19 11,86 10,52 100,00
Jawa Timur 3,08 6,01 62,70 8,06 18,31 1,83 100,00
Banten 0,55 1,06 80,83 7,40 9,72 0,44 100,00
Bali 5,70 28,48 43,71 5,88 13,29 2,93 100,00
Nusa Tenggara Barat 1,31 4,65 69,30 16,30 7,46 0,98 100,00
Nusa Tenggara Timur 5,61 6,98 46,90 28,09 6,92 5,50 100,00
Kalimantan Barat 1,15 1,78 65,89 4,45 25,82 0,91 100,00
Kalimantan Tengah 1,12 0,84 62,68 10,39 23,85 1,12 100,00
Kalimantan Selatan 1,42 1,63 47,84 6,18 42,00 0,93 100,00
Kalimantan Timur 4,11 4,98 46,27 6,72 34,46 3,45 100,00
Kalimantan Utara 2,13 3,04 52,82 9,86 29,64 2,51 100,00
Sulawesi Utara 2,29 5,31 46,87 20,89 23,27 1,37 100,00
Sulawesi Tengah 2,04 5,04 45,82 14,91 29,79 2,40 100,00
Sulawesi Selatan 1,60 3,64 57,69 16,58 18,99 1,50 100,00
Sulawesi Tenggara 1,14 2,51 47,29 18,49 28,68 1,88 100,00
Gorontalo 2,40 3,78 48,90 25,23 19,27 0,42 100,00
Sulawesi Barat 1,37 1,68 40,25 19,07 35,52 2,10 100,00
Maluku 0,51 0,68 71,40 16,05 8,58 2,78 100,00
Maluku Utara 0,68 0,55 68,31 23,01 6,35 1,10 100,00
Papua Barat 1,42 1,64 64,84 12,98 14,79 4,33 100,00
Papua 0,98 1,07 29,86 6,19 9,68 52,22 100,00
Indonesia 2,64 4,70 59,96 11,89 18,40 2,41 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

529 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.4.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin di
Perdesaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (1/3)

Sterilisasi wanita/tubektomi/MOW

Relative Selang Kepercayaan 95%


Estimasi Standard
Provinsi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1,38 0,27 19,77 0,94 2,04
Sumatera Utara 8,53 0,61 7,16 7,41 9,81
Sumatera Barat 5,42 0,54 10,02 4,45 6,59
Riau 1,69 0,31 18,61 1,17 2,43
Jambi 1,63 0,27 16,68 1,17 2,26
Sumatera Selatan 0,83 0,15 17,90 0,58 1,17
Bengkulu 2,58 0,42 16,23 1,87 3,54
Lampung 0,79 0,15 18,73 0,54 1,13
Kepulauan Bangka Belitung 2,29 0,51 22,45 1,47 3,55
Kepulauan Riau 2,37 0,97 41,04 1,05 5,24
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,82 0,23 12,60 1,42 2,33
Jawa Tengah 4,17 0,29 6,85 3,65 4,77
DI Yogyakarta 3,37 0,88 26,19 2,01 5,60
Jawa Timur 3,08 0,23 7,54 2,66 3,57
Banten 0,55 0,27 50,04 0,21 1,46
Bali 5,70 0,86 15,02 4,24 7,63
Nusa Tenggara Barat 1,31 0,29 22,07 0,85 2,02
Nusa Tenggara Timur 5,61 0,47 8,31 4,76 6,59
Kalimantan Barat 1,15 0,19 16,21 0,84 1,58
Kalimantan Tengah 1,12 0,27 24,21 0,70 1,80
Kalimantan Selatan 1,42 0,28 19,47 0,97 2,07
Kalimantan Timur 4,11 1,02 24,93 2,51 6,66
Kalimantan Utara 2,13 0,75 35,03 1,07 4,20
Sulawesi Utara 2,29 0,40 17,62 1,62 3,23
Sulawesi Tengah 2,04 0,32 15,67 1,50 2,77
Sulawesi Selatan 1,60 0,24 15,29 1,18 2,16
Sulawesi Tenggara 1,14 0,26 22,79 0,73 1,78
Gorontalo 2,40 0,49 20,40 1,60 3,57
Sulawesi Barat 1,37 0,34 24,93 0,84 2,23
Maluku 0,51 0,19 36,89 0,25 1,05
Maluku Utara 0,68 0,23 34,10 0,35 1,32
Papua Barat 1,42 0,46 32,36 0,75 2,67
Papua 0,98 0,38 38,57 0,46 2,08
Indonesia 2,64 0,08 2,94 2,49 2,80

530 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.4.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin di
Perdesaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 2/3)

IUD/AKDR/spiral
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Provinsi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 0,27 0,11 12,48 0,11 0,62
Sumatera Utara 0,22 0,09 11,68 0,10 0,49
Sumatera Barat 0,44 0,15 9,35 0,22 0,84
Riau 0,10 0,07 17,39 0,02 0,41
Jambi 0,17 0,09 13,01 0,06 0,49
Sumatera Selatan 0,33 0,11 15,79 0,17 0,63
Bengkulu 0,44 0,19 12,82 0,19 1,02
Lampung 0,25 0,10 12,71 0,11 0,54
Kepulauan Bangka Belitung 21,51
Kepulauan Riau 1,26 0,84 33,99 0,34 4,57
DKI Jakarta
Jawa Barat 0,29 0,10 9,70 0,15 0,58
Jawa Tengah 0,59 0,11 4,79 0,41 0,86
DI Yogyakarta 0,30 0,30 9,91 0,04 2,10
Jawa Timur 0,27 0,07 5,39 0,16 0,44
Banten 0,30 0,15 29,71 0,11 0,80
Bali 0,29 0,18 5,83 0,08 1,00
Nusa Tenggara Barat 0,04 0,04 12,46 0,01 0,26
Nusa Tenggara Timur 0,53 0,17 7,88 0,29 0,98
Kalimantan Barat 0,07 0,05 14,34 0,02 0,25
Kalimantan Tengah 0,03 0,03 21,36 0,00 0,18
Kalimantan Selatan 0,14 0,07 18,74 0,05 0,37
Kalimantan Timur 0,02 0,01 21,61 0,00 0,08
Kalimantan Utara 0,39 0,39 34,29 0,06 2,75
Sulawesi Utara 0,19 0,13 11,11 0,05 0,71
Sulawesi Tengah 0,57 0,17 9,63 0,32 1,02
Sulawesi Selatan 0,21 0,10 9,95 0,08 0,55
Sulawesi Tenggara 0,04 0,03 16,82 0,01 0,15
Gorontalo 0,13 0,09 17,20 0,03 0,53
Sulawesi Barat 0,36 0,18 20,96 0,13 0,98
Maluku 0,45 0,24 38,60 0,16 1,30
Maluku Utara 0,22 0,13 37,06 0,07 0,69
Papua Barat 0,11 0,11 30,94 0,01 0,74
Papua 0,20 0,18 36,50 0,04 1,15
Indonesia 0,30 0,03 2,26 0,25 0,36

531 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.11.4.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun dan Pernah Kawin di
Perdesaan menurut Provinsi dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2021 (lanjutan 3/3)

Sterilisasi pria/vasektomi/MOP/Kondom pria/karet KBntravag/kondom


wanita/diafragmaMetode menyusui alamiPantang berkala/
kalender Lainnya
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 2,52 0,41 16,23 1,83 3,46
Sumatera Utara 5,82 0,67 11,49 4,64 7,28
Sumatera Barat 4,10 0,55 13,42 3,15 5,33
Riau 3,13 0,49 15,58 2,31 4,25
Jambi 1,72 0,33 19,10 1,18 2,50
Sumatera Selatan 1,56 0,24 15,32 1,15 2,10
Bengkulu 3,59 0,59 16,50 2,59 4,95
Lampung 2,01 0,30 14,91 1,50 2,68
Kepulauan Bangka Belitung 2,15 0,53 24,43 1,33 3,46
Kepulauan Riau 1,45 0,87 59,65 0,45 4,60
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,01 0,19 18,86 0,70 1,46
Jawa Tengah 2,24 0,22 9,99 1,84 2,72
DI Yogyakarta 10,52 2,32 22,06 6,76 16,01
Jawa Timur 1,83 0,20 10,89 1,48 2,27
Banten 0,44 0,18 41,08 0,20 0,99
Bali 2,93 0,70 24,02 1,83 4,68
Nusa Tenggara Barat 0,98 0,34 34,42 0,50 1,91
Nusa Tenggara Timur 5,50 0,64 11,64 4,37 6,90
Kalimantan Barat 0,91 0,22 24,53 0,56 1,47
Kalimantan Tengah 1,12 0,27 24,34 0,69 1,80
Kalimantan Selatan 0,93 0,20 21,87 0,61 1,43
Kalimantan Timur 3,45 1,14 32,97 1,80 6,53
Kalimantan Utara 2,51 1,04 41,45 1,10 5,58
Sulawesi Utara 1,37 0,31 22,43 0,88 2,12
Sulawesi Tengah 2,40 0,39 16,39 1,74 3,30
Sulawesi Selatan 1,50 0,23 15,21 1,12 2,02
Sulawesi Tenggara 1,88 0,35 18,38 1,31 2,69
Gorontalo 0,42 0,16 37,38 0,20 0,87
Sulawesi Barat 2,10 0,54 25,71 1,27 3,47
Maluku 2,78 0,64 22,82 1,78 4,34
Maluku Utara 1,10 0,33 29,77 0,61 1,96
Papua Barat 4,33 0,84 19,32 2,95 6,30
Papua 52,22 2,63 5,04 47,06 57,34
Indonesia 2,41 0,08 3,31 2,26 2,57
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

532 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.1
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis
Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
<=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,66 1,24 1,65 96,44
Sumatera Utara 1,42 1,76 2,99 93,83
Sumatera Barat 1,27 1,78 2,28 94,67
Riau 1,47 1,99 2,78 93,75
Jambi 2,71 2,72 4,11 90,46
Sumatera Selatan 3,27 3,10 4,97 88,66
Bengkulu 3,87 4,13 5,13 86,87
Lampung 1,93 2,60 3,05 92,42
Kepulauan Bangka Belitung 2,96 3,50 5,42 88,13
Kepulauan Riau 1,18 0,83 1,94 96,05
DKI Jakarta 1,27 1,48 1,72 95,53
Jawa Barat 3,78 3,61 4,35 88,26
Jawa Tengah 2,77 2,59 3,82 90,83
DI Yogyakarta 1,56 1,56 3,19 93,69
Jawa Timur 3,60 2,66 3,87 89,87
Banten 2,43 2,22 3,41 91,93
Bali 1,93 2,06 3,19 92,81
Nusa Tenggara Barat 4,25 4,54 5,38 85,83
Nusa Tenggara Timur 1,46 1,68 2,36 94,50
Kalimantan Barat 3,16 3,11 4,57 89,16
Kalimantan Tengah 3,73 3,59 4,90 87,78
Kalimantan Selatan 4,13 3,19 4,81 87,87
Kalimantan Timur 2,86 2,48 3,12 91,54
Kalimantan Utara 2,47 2,76 3,66 91,11
Sulawesi Utara 1,98 2,80 4,64 90,58
Sulawesi Tengah 3,19 3,54 4,40 88,87
Sulawesi Selatan 4,62 3,29 4,24 87,86
Sulawesi Tenggara 3,87 3,64 5,04 87,45
Gorontalo 4,48 4,09 6,44 84,99
Sulawesi Barat 4,69 4,01 4,19 87,12
Maluku 2,23 2,20 3,87 91,70
Maluku Utara 3,73 3,40 4,89 87,98
Papua Barat 3,64 2,96 3,78 89,62
Papua 2,88 3,35 5,03 88,75
Indonesia 2,94 2,75 3,80 90,50

533 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.1
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis
Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
<=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 14,71 9,88 9,50 65,91
Sumatera Utara 10,43 8,54 9,39 71,65
Sumatera Barat 14,64 9,85 8,68 66,83
Riau 15,56 9,84 10,71 63,89
Jambi 25,60 11,08 10,32 53,01
Sumatera Selatan 21,70 12,00 11,11 55,19
Bengkulu 25,62 11,86 10,88 51,64
Lampung 23,61 11,91 11,54 52,94
Kepulauan Bangka Belitung 21,82 11,72 12,03 54,43
Kepulauan Riau 8,94 6,27 6,30 78,50
DKI Jakarta 11,29 6,34 7,43 74,94
Jawa Barat 30,63 11,41 10,21 47,75
Jawa Tengah 27,45 11,20 10,88 50,47
DI Yogyakarta 13,04 8,41 9,60 68,96
Jawa Timur 30,54 11,26 9,89 48,31
Banten 22,25 10,85 9,82 57,09
Bali 11,31 7,69 8,62 72,38
Nusa Tenggara Barat 23,50 13,37 10,94 52,20
Nusa Tenggara Timur 8,65 7,04 8,65 75,67
Kalimantan Barat 20,99 11,72 11,31 55,98
Kalimantan Tengah 28,37 11,88 11,28 48,47
Kalimantan Selatan 32,80 11,93 9,66 45,61
Kalimantan Timur 21,26 9,62 9,58 59,54
Kalimantan Utara 18,87 10,38 9,59 61,16
Sulawesi Utara 15,12 9,66 11,16 64,06
Sulawesi Tengah 22,81 10,26 11,08 55,86
Sulawesi Selatan 23,35 9,04 8,86 58,75
Sulawesi Tenggara 25,42 11,11 10,94 52,52
Gorontalo 21,54 10,13 11,14 57,20
Sulawesi Barat 25,79 11,08 9,60 53,53
Maluku 10,63 7,77 8,41 73,20
Maluku Utara 18,23 10,81 10,75 60,21
Papua Barat 17,84 9,29 9,24 63,63
Papua 15,20 10,33 10,01 64,46
Indonesia 23,95 10,59 10,04 55,42

534 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.1
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis
Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi
<=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 8,33 5,96 5,94 79,77
Sumatera Utara 6,25 5,40 6,42 81,92
Sumatera Barat 8,52 6,16 5,75 79,56
Riau 8,86 6,11 6,94 78,10
Jambi 14,75 7,12 7,38 70,76
Sumatera Selatan 13,00 7,79 8,21 71,00
Bengkulu 15,18 8,15 8,12 68,56
Lampung 13,24 7,45 7,47 71,84
Kepulauan Bangka Belitung 12,69 7,74 8,83 70,73
Kepulauan Riau 5,18 3,63 4,18 87,01
DKI Jakarta 6,56 4,05 4,73 84,66
Jawa Barat 17,98 7,73 7,45 66,83
Jawa Tengah 16,15 7,26 7,64 68,95
DI Yogyakarta 7,75 5,25 6,64 80,36
Jawa Timur 18,20 7,32 7,13 67,35
Banten 12,83 6,75 6,77 73,65
Bali 6,83 5,00 6,03 82,13
Nusa Tenggara Barat 14,73 9,35 8,41 67,51
Nusa Tenggara Timur 5,35 4,58 5,76 84,30
Kalimantan Barat 12,55 7,65 8,12 71,69
Kalimantan Tengah 16,32 7,82 8,16 67,70
Kalimantan Selatan 19,39 7,84 7,39 65,38
Kalimantan Timur 12,25 6,13 6,42 75,21
Kalimantan Utara 10,78 6,62 6,67 75,93
Sulawesi Utara 8,87 6,39 8,06 76,68
Sulawesi Tengah 13,43 7,05 7,89 71,63
Sulawesi Selatan 14,76 6,41 6,75 72,08
Sulawesi Tenggara 15,39 7,63 8,20 68,78
Gorontalo 13,46 7,27 8,91 70,36
Sulawesi Barat 15,86 7,75 7,05 69,34
Maluku 6,62 5,11 6,24 82,03
Maluku Utara 11,26 7,25 7,94 73,56
Papua Barat 10,89 6,19 6,57 76,35
Papua 9,07 6,86 7,53 76,55
Indonesia 14,14 6,93 7,13 71,81
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

535 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas
menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2021

18 tahun
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1,24 0,11 9,15 1,04 1,48
Sumatera Utara 1,76 0,12 6,93 1,54 2,02
Sumatera Barat 1,78 0,16 9,12 1,49 2,13
Riau 1,99 0,19 9,45 1,65 2,40
Jambi 2,72 0,22 7,94 2,33 3,18
Sumatera Selatan 3,10 0,19 6,24 2,74 3,50
Bengkulu 4,13 0,30 7,20 3,59 4,76
Lampung 2,60 0,19 7,17 2,26 2,99
Kepulauan Bangka Belitung 3,50 0,33 9,35 2,91 4,20
Kepulauan Riau 0,83 0,22 26,64 0,49 1,40
DKI Jakarta 1,48 0,20 13,72 1,13 1,93
Jawa Barat 3,61 0,15 4,08 3,33 3,91
Jawa Tengah 2,59 0,11 4,09 2,39 2,80
DI Yogyakarta 1,56 0,22 14,27 1,18 2,06
Jawa Timur 2,66 0,11 3,95 2,46 2,88
Banten 2,22 0,21 9,45 1,85 2,67
Bali 2,06 0,21 10,27 1,69 2,52
Nusa Tenggara Barat 4,54 0,34 7,46 3,92 5,25
Nusa Tenggara Timur 1,68 0,14 8,32 1,43 1,98
Kalimantan Barat 3,11 0,21 6,87 2,72 3,56
Kalimantan Tengah 3,59 0,26 7,32 3,11 4,14
Kalimantan Selatan 3,19 0,23 7,36 2,76 3,68
Kalimantan Timur 2,48 0,26 10,65 2,02 3,06
Kalimantan Utara 2,76 0,41 14,79 2,06 3,68
Sulawesi Utara 2,80 0,23 8,23 2,38 3,28
Sulawesi Tengah 3,54 0,25 6,99 3,09 4,06
Sulawesi Selatan 3,29 0,18 5,46 2,95 3,66
Sulawesi Tenggara 3,64 0,27 7,48 3,15 4,22
Gorontalo 4,09 0,41 10,02 3,36 4,97
Sulawesi Barat 4,01 0,36 9,11 3,35 4,79
Maluku 2,20 0,26 11,63 1,75 2,77
Maluku Utara 3,40 0,29 8,68 2,86 4,03
Papua Barat 2,96 0,29 9,64 2,45 3,58
Papua 3,35 0,22 6,53 2,95 3,80
Indonesia 2,75 0,04 1,52 2,67 2,84
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

536 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.2
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi <=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,44 0,82 1,12 97,62
Sumatera Utara 1,09 1,12 2,30 95,49
Sumatera Barat 0,89 1,24 1,61 96,25
Riau 0,91 1,14 1,64 96,30
Jambi 1,80 1,69 2,42 94,09
Sumatera Selatan 1,95 1,94 3,55 92,56
Bengkulu 2,54 2,59 3,15 91,73
Lampung 1,56 2,22 2,08 94,14
Kepulauan Bangka Belitung 2,24 2,37 3,89 91,50
Kepulauan Riau 1,02 0,74 1,84 96,40
DKI Jakarta 1,27 1,48 1,72 95,53
Jawa Barat 3,05 2,89 3,87 90,19
Jawa Tengah 2,11 2,12 3,06 92,72
DI Yogyakarta 1,48 1,44 2,79 94,29
Jawa Timur 2,61 2,07 3,07 92,25
Banten 2,17 1,55 2,85 93,44
Bali 1,61 1,70 2,68 94,01
Nusa Tenggara Barat 3,21 4,10 3,85 88,84
Nusa Tenggara Timur 1,96 1,04 1,66 95,35
Kalimantan Barat 1,99 2,25 3,90 91,86
Kalimantan Tengah 2,71 2,67 3,75 90,87
Kalimantan Selatan 2,55 2,57 4,00 90,88
Kalimantan Timur 2,23 1,94 2,14 93,69
Kalimantan Utara 2,12 1,74 3,04 93,09
Sulawesi Utara 1,61 2,44 4,11 91,84
Sulawesi Tengah 2,53 1,98 3,29 92,20
Sulawesi Selatan 3,50 2,19 3,71 90,60
Sulawesi Tenggara 2,87 2,97 4,47 89,69
Gorontalo 2,28 3,06 5,30 89,36
Sulawesi Barat 3,80 3,10 3,85 89,25
Maluku 1,40 2,31 2,96 93,33
Maluku Utara 3,40 2,95 3,57 90,09
Papua Barat 1,54 2,17 1,95 94,34
Papua 1,92 2,34 3,05 92,69
Indonesia 2,28 2,15 3,08 92,49

537 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.2
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi <=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 11,23 8,53 8,15 72,09
Sumatera Utara 8,51 7,53 8,44 75,51
Sumatera Barat 9,51 7,22 7,22 76,04
Riau 9,69 6,68 8,44 75,19
Jambi 16,11 7,07 9,13 67,69
Sumatera Selatan 13,69 8,68 8,76 68,87
Bengkulu 16,97 8,07 8,45 66,51
Lampung 17,44 9,56 8,97 64,03
Kepulauan Bangka Belitung 17,35 9,60 10,47 62,58
Kepulauan Riau 7,71 5,56 5,99 80,74
DKI Jakarta 11,29 6,34 7,43 74,94
Jawa Barat 25,93 10,52 10,02 53,53
Jawa Tengah 21,20 9,52 9,94 59,34
DI Yogyakarta 9,98 6,80 8,60 74,63
Jawa Timur 24,14 9,96 9,06 56,85
Banten 17,11 8,85 9,48 64,56
Bali 9,14 6,53 7,46 76,87
Nusa Tenggara Barat 20,56 13,04 10,95 55,45
Nusa Tenggara Timur 6,53 5,25 7,56 80,66
Kalimantan Barat 15,78 8,94 10,13 65,15
Kalimantan Tengah 21,92 10,53 9,77 57,78
Kalimantan Selatan 24,74 10,43 9,84 54,99
Kalimantan Timur 17,81 8,81 9,04 64,35
Kalimantan Utara 15,64 9,03 8,59 66,74
Sulawesi Utara 12,58 8,28 10,44 68,70
Sulawesi Tengah 17,25 8,60 11,21 62,94
Sulawesi Selatan 18,59 7,75 7,96 65,70
Sulawesi Tenggara 19,36 8,90 9,72 62,01
Gorontalo 14,30 8,90 10,45 66,35
Sulawesi Barat 22,98 9,52 9,77 57,73
Maluku 8,64 6,33 8,03 77,00
Maluku Utara 13,22 7,59 8,51 70,68
Papua Barat 12,61 7,64 7,35 72,40
Papua 11,71 7,51 8,79 72,00
Indonesia 19,37 9,12 9,21 62,30

538 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.2
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi <=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 6,25 4,97 4,90 83,89
Sumatera Utara 5,05 4,54 5,57 84,85
Sumatera Barat 5,53 4,46 4,62 85,40
Riau 5,47 4,02 5,17 85,33
Jambi 9,29 4,51 5,93 80,27
Sumatera Selatan 8,12 5,49 6,29 80,10
Bengkulu 10,00 5,43 5,89 78,68
Lampung 9,84 6,05 5,67 78,44
Kepulauan Bangka Belitung 9,97 6,07 7,25 76,70
Kepulauan Riau 4,45 3,21 3,97 88,37
DKI Jakarta 6,56 4,05 4,73 84,66
Jawa Barat 15,05 6,89 7,10 70,96
Jawa Tengah 12,33 6,08 6,74 74,84
DI Yogyakarta 6,02 4,31 5,90 83,78
Jawa Timur 14,10 6,28 6,27 73,35
Banten 9,91 5,33 6,28 78,48
Bali 5,51 4,20 5,15 85,15
Nusa Tenggara Barat 12,60 8,94 7,69 70,78
Nusa Tenggara Timur 4,39 3,27 4,79 87,55
Kalimantan Barat 9,21 5,75 7,16 77,88
Kalimantan Tengah 12,44 6,65 6,80 74,11
Kalimantan Selatan 14,22 6,71 7,07 72,00
Kalimantan Timur 10,15 5,43 5,65 78,77
Kalimantan Utara 8,88 5,39 5,82 79,92
Sulawesi Utara 7,33 5,48 7,41 79,78
Sulawesi Tengah 10,16 5,41 7,39 77,04
Sulawesi Selatan 11,58 5,17 5,98 77,27
Sulawesi Tenggara 11,57 6,10 7,24 75,10
Gorontalo 8,62 6,14 8,02 77,22
Sulawesi Barat 13,92 6,49 6,97 72,62
Maluku 5,18 4,40 5,61 84,80
Maluku Utara 8,43 5,33 6,10 80,15
Papua Barat 7,20 4,97 4,71 83,12
Papua 6,83 4,93 5,93 82,31
Indonesia 11,30 5,83 6,31 76,57
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

539 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di
Perkotaan menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (1/3)

<=17 tahun
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,44 0,13 29,88 0,25 0,80
Sumatera Utara 1,09 0,15 14,11 0,82 1,43
Sumatera Barat 0,89 0,20 22,29 0,58 1,38
Riau 0,91 0,20 22,30 0,59 1,41
Jambi 1,80 0,34 19,04 1,24 2,61
Sumatera Selatan 1,95 0,26 13,55 1,49 2,54
Bengkulu 2,54 0,51 20,24 1,70 3,77
Lampung 1,56 0,32 20,43 1,05 2,33
Kepulauan Bangka Belitung 2,24 0,39 17,33 1,59 3,14
Kepulauan Riau 1,02 0,27 26,98 0,60 1,72
DKI Jakarta 1,27 0,19 14,74 0,95 1,70
Jawa Barat 3,05 0,17 5,53 2,73 3,40
Jawa Tengah 2,11 0,14 6,62 1,85 2,40
DI Yogyakarta 1,48 0,27 18,54 1,02 2,12
Jawa Timur 2,61 0,16 6,10 2,32 2,94
Banten 2,17 0,27 12,47 1,70 2,77
Bali 1,61 0,24 14,98 1,20 2,16
Nusa Tenggara Barat 3,21 0,46 14,27 2,42 4,23
Nusa Tenggara Timur 1,96 0,53 27,04 1,15 3,32
Kalimantan Barat 1,99 0,36 17,96 1,40 2,82
Kalimantan Tengah 2,71 0,44 16,35 1,96 3,73
Kalimantan Selatan 2,55 0,37 14,38 1,92 3,37
Kalimantan Timur 2,23 0,32 14,54 1,67 2,96
Kalimantan Utara 2,12 0,52 24,46 1,31 3,42
Sulawesi Utara 1,61 0,24 14,94 1,20 2,16
Sulawesi Tengah 2,53 0,51 20,31 1,70 3,76
Sulawesi Selatan 3,50 0,33 9,53 2,90 4,21
Sulawesi Tenggara 2,87 0,59 20,46 1,92 4,28
Gorontalo 2,28 0,47 20,57 1,52 3,41
Sulawesi Barat 3,80 0,91 24,00 2,37 6,05
Maluku 1,40 0,35 25,23 0,86 2,30
Maluku Utara 3,40 0,74 21,77 2,21 5,18
Papua Barat 1,54 0,39 25,34 0,94 2,53
Papua 1,92 0,43 22,31 1,24 2,97
Indonesia 2,28 0,06 2,65 2,17 2,40

540 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di
Perkotaan menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 2/3)

18 tahun
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 0,82 0,19 22,57 0,53 1,28
Sumatera Utara 1,12 0,15 13,63 0,86 1,47
Sumatera Barat 1,24 0,24 19,58 0,85 1,82
Riau 1,14 0,26 22,48 0,74 1,77
Jambi 1,69 0,35 20,88 1,12 2,54
Sumatera Selatan 1,94 0,30 15,34 1,44 2,62
Bengkulu 2,59 0,49 19,03 1,78 3,75
Lampung 2,22 0,37 16,84 1,60 3,09
Kepulauan Bangka Belitung 2,37 0,40 16,82 1,71 3,30
Kepulauan Riau 0,74 0,24 32,13 0,39 1,38
DKI Jakarta 1,48 0,20 13,72 1,13 1,93
Jawa Barat 2,89 0,17 5,82 2,57 3,23
Jawa Tengah 2,12 0,14 6,62 1,86 2,41
DI Yogyakarta 1,44 0,27 18,65 1,00 2,07
Jawa Timur 2,07 0,14 6,75 1,81 2,36
Banten 1,55 0,23 14,51 1,17 2,06
Bali 1,70 0,26 15,04 1,26 2,28
Nusa Tenggara Barat 4,10 0,49 11,83 3,25 5,17
Nusa Tenggara Timur 1,04 0,29 27,72 0,60 1,78
Kalimantan Barat 2,25 0,37 16,32 1,63 3,10
Kalimantan Tengah 2,67 0,40 14,89 1,99 3,57
Kalimantan Selatan 2,57 0,35 13,78 1,96 3,37
Kalimantan Timur 1,94 0,29 15,09 1,44 2,60
Kalimantan Utara 1,74 0,45 25,99 1,04 2,89
Sulawesi Utara 2,44 0,34 14,06 1,85 3,21
Sulawesi Tengah 1,98 0,41 20,80 1,31 2,97
Sulawesi Selatan 2,19 0,26 11,92 1,74 2,77
Sulawesi Tenggara 2,97 0,52 17,42 2,10 4,16
Gorontalo 3,06 0,64 21,06 2,02 4,60
Sulawesi Barat 3,10 0,77 24,82 1,90 5,03
Maluku 2,31 0,48 20,70 1,53 3,45
Maluku Utara 2,95 0,66 22,28 1,90 4,55
Papua Barat 2,17 0,47 21,45 1,42 3,30
Papua 2,34 0,42 17,92 1,64 3,32
Indonesia 2,15 0,06 2,74 2,03 2,27

541 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di
Perkotaan menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 3/3)

19 tahun
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 1,12 0,19 16,63 0,81 1,55
Sumatera Utara 2,30 0,22 9,64 1,90 2,77
Sumatera Barat 1,61 0,29 17,93 1,13 2,28
Riau 1,64 0,27 16,59 1,18 2,27
Jambi 2,42 0,42 17,20 1,72 3,38
Sumatera Selatan 3,55 0,41 11,58 2,82 4,44
Bengkulu 3,15 0,51 16,26 2,28 4,32
Lampung 2,08 0,33 15,76 1,52 2,82
Kepulauan Bangka Belitung 3,89 0,50 12,97 3,01 5,00
Kepulauan Riau 1,84 0,39 21,13 1,22 2,78
DKI Jakarta 1,72 0,21 11,97 1,36 2,17
Jawa Barat 3,87 0,20 5,19 3,50 4,29
Jawa Tengah 3,06 0,17 5,61 2,74 3,41
DI Yogyakarta 2,79 0,40 14,26 2,11 3,69
Jawa Timur 3,07 0,17 5,48 2,76 3,42
Banten 2,85 0,30 10,37 2,32 3,48
Bali 2,68 0,30 11,28 2,15 3,34
Nusa Tenggara Barat 3,85 0,45 11,78 3,05 4,84
Nusa Tenggara Timur 1,66 0,42 25,20 1,01 2,71
Kalimantan Barat 3,90 0,50 12,76 3,03 5,00
Kalimantan Tengah 3,75 0,49 13,01 2,90 4,84
Kalimantan Selatan 4,00 0,44 11,09 3,22 4,97
Kalimantan Timur 2,14 0,29 13,44 1,64 2,79
Kalimantan Utara 3,04 0,58 18,95 2,09 4,40
Sulawesi Utara 4,11 0,42 10,20 3,36 5,01
Sulawesi Tengah 3,29 0,60 18,22 2,29 4,69
Sulawesi Selatan 3,71 0,34 9,04 3,10 4,42
Sulawesi Tenggara 4,47 0,62 13,87 3,40 5,86
Gorontalo 5,30 0,84 15,81 3,88 7,21
Sulawesi Barat 3,85 1,04 26,94 2,26 6,49
Maluku 2,96 0,52 17,49 2,10 4,16
Maluku Utara 3,57 0,67 18,86 2,46 5,15
Papua Barat 1,95 0,46 23,86 1,22 3,10
Papua 3,05 0,54 17,70 2,15 4,30
Indonesia 3,08 0,07 2,29 2,95 3,22
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

542 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.3
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di Perdesaan
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (1/2)

Laki-laki
Provinsi <=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,77 1,45 1,92 95,86
Sumatera Utara 1,83 2,57 3,87 91,74
Sumatera Barat 1,62 2,29 2,90 93,19
Riau 1,83 2,55 3,53 92,09
Jambi 3,14 3,20 4,90 88,76
Sumatera Selatan 4,01 3,74 5,77 86,47
Bengkulu 4,47 4,83 6,03 84,68
Lampung 2,10 2,76 3,47 91,67
Kepulauan Bangka Belitung 3,89 4,95 7,40 83,76
Kepulauan Riau 3,17 1,95 3,08 91,80
DKI Jakarta
Jawa Barat 6,25 6,03 5,93 81,78
Jawa Tengah 3,45 3,07 4,60 88,88
DI Yogyakarta 1,79 1,87 4,22 92,12
Jawa Timur 4,75 3,35 4,79 87,10
Banten 3,13 3,99 4,90 87,99
Bali 2,68 2,92 4,39 90,01
Nusa Tenggara Barat 5,27 4,97 6,86 82,90
Nusa Tenggara Timur 1,31 1,88 2,58 94,23
Kalimantan Barat 3,79 3,58 4,94 87,69
Kalimantan Tengah 4,43 4,23 5,69 85,66
Kalimantan Selatan 5,57 3,74 5,55 85,14
Kalimantan Timur 4,24 3,68 5,26 86,82
Kalimantan Utara 3,02 4,40 4,66 87,92
Sulawesi Utara 2,40 3,20 5,23 89,17
Sulawesi Tengah 3,46 4,19 4,86 87,48
Sulawesi Selatan 5,49 4,14 4,66 85,71
Sulawesi Tenggara 4,39 4,00 5,34 86,26
Gorontalo 6,07 4,84 7,26 81,83
Sulawesi Barat 4,91 4,23 4,27 86,60
Maluku 2,85 2,13 4,56 90,46
Maluku Utara 3,85 3,57 5,39 87,19
Papua Barat 5,16 3,54 5,11 86,20
Papua 3,25 3,75 5,81 87,19
Indonesia 3,79 3,54 4,73 87,94

543 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.3
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di Perdesaan
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi <=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 16,34 10,52 10,14 63,00
Sumatera Utara 12,76 9,76 10,54 66,94
Sumatera Barat 19,25 12,22 9,99 58,54
Riau 19,27 11,84 12,14 56,75
Jambi 29,96 12,92 10,87 46,25
Sumatera Selatan 26,16 13,84 12,42 47,57
Bengkulu 29,46 13,53 11,96 45,05
Lampung 26,30 12,93 12,65 48,12
Kepulauan Bangka Belitung 27,37 14,37 13,99 44,27
Kepulauan Riau 22,21 13,93 9,64 54,22
DKI Jakarta
Jawa Barat 45,30 14,19 10,81 29,70
Jawa Tengah 33,55 12,84 11,79 41,82
DI Yogyakarta 20,48 12,32 12,03 55,16
Jawa Timur 37,54 12,68 10,79 39,00
Banten 34,55 15,62 10,63 39,20
Bali 16,05 10,22 11,16 62,57
Nusa Tenggara Barat 26,27 13,68 10,92 49,13
Nusa Tenggara Timur 9,27 7,57 8,97 74,19
Kalimantan Barat 23,77 13,21 11,94 51,09
Kalimantan Tengah 32,67 12,77 12,30 42,26
Kalimantan Selatan 39,78 13,23 9,51 37,48
Kalimantan Timur 28,65 11,37 10,74 49,24
Kalimantan Utara 23,75 12,41 11,09 52,75
Sulawesi Utara 17,90 11,18 11,95 58,97
Sulawesi Tengah 25,08 10,93 11,03 52,96
Sulawesi Selatan 26,89 10,01 9,53 53,57
Sulawesi Tenggara 28,48 12,22 11,56 47,74
Gorontalo 26,81 11,03 11,64 50,52
Sulawesi Barat 26,47 11,46 9,56 52,51
Maluku 12,13 8,85 8,69 70,32
Maluku Utara 20,05 11,97 11,57 56,42
Papua Barat 21,65 10,49 10,63 57,24
Papua 16,58 11,44 10,49 61,50
Indonesia 29,57 12,40 11,07 46,96

544 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.12.3
Persentase Penduduk yang Pernah Kawin Berumur 10 Tahun ke Atas di Perdesaan
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Umur Perkawinan Pertama, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi <=17 tahun 18 tahun 19 tahun >=20 tahun
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 9,33 6,43 6,44 77,79
Sumatera Utara 7,75 6,46 7,48 78,31
Sumatera Barat 11,27 7,72 6,78 74,23
Riau 11,03 7,45 8,07 73,45
Jambi 17,28 8,33 8,05 66,34
Sumatera Selatan 15,72 9,08 9,28 65,92
Bengkulu 17,48 9,36 9,12 64,04
Lampung 14,71 8,06 8,26 68,97
Kepulauan Bangka Belitung 16,14 9,87 10,84 63,16
Kepulauan Riau 13,41 8,39 6,61 71,58
DKI Jakarta
Jawa Barat 27,46 10,46 8,58 53,50
Jawa Tengah 19,97 8,44 8,55 63,05
DI Yogyakarta 12,05 7,61 8,51 71,83
Jawa Timur 22,81 8,49 8,09 60,60
Banten 20,14 10,29 8,00 61,57
Bali 9,83 6,82 8,02 75,33
Nusa Tenggara Barat 16,78 9,74 9,09 64,39
Nusa Tenggara Timur 5,64 4,98 6,06 83,32
Kalimantan Barat 14,34 8,67 8,64 68,36
Kalimantan Tengah 18,94 8,62 9,08 63,36
Kalimantan Selatan 23,96 8,84 7,68 59,53
Kalimantan Timur 16,79 7,64 8,08 67,49
Kalimantan Utara 13,75 8,54 7,99 69,72
Sulawesi Utara 10,58 7,41 8,78 73,24
Sulawesi Tengah 14,79 7,72 8,09 69,40
Sulawesi Selatan 17,19 7,35 7,33 68,13
Sulawesi Tenggara 17,36 8,42 8,69 65,53
Gorontalo 16,97 8,09 9,56 65,38
Sulawesi Barat 16,33 8,06 7,07 68,54
Maluku 7,71 5,65 6,72 79,92
Maluku Utara 12,31 7,95 8,61 71,13
Papua Barat 13,57 7,08 7,92 71,43
Papua 9,95 7,61 8,16 74,27
Indonesia 17,71 8,32 8,15 65,82
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

545 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.13
Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 tahun yang Melahirkan Hidup dalam
Dua Tahun Terakhir menurut Tipe Daerah dan Penolong Persalinan Terakhir, 2021

Dokter Dokter Perawat Dukun bera- Lainnya Tidak


Tipe Daerah Bidan
kandungan umum nak/paraji ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Perkotaan 41,54 1,46 54,31 0,51 2,04 0,07 0,07
Perdesaan 25,42 1,64 65,41 1,01 5,60 0,78 0,14
Perkotaan+Perdesaan 34,53 1,54 59,14 0,73 3,59 0,38 0,10
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

546 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.14.1
Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun
Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Status Inisiasi Menyusui Dini (IMD), 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan


Provinsi Tidak Tidak Tidak
Melakukan Melakukan Melakukan
Melakukan Melakukan Melakukan
IMD IMD IMD
IMD IMD IMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 75,12 24,88 75,65 24,35 75,47 24,53
Sumatera Utara 64,77 35,23 62,02 37,98 63,53 36,47
Sumatera Barat 72,40 27,60 64,68 35,32 68,43 31,57
Riau 70,84 29,16 66,77 33,23 68,34 31,66
Jambi 79,93 20,07 74,57 25,43 76,27 23,73
Sumatera Selatan 70,61 29,39 69,37 30,63 69,83 30,17
Bengkulu 69,65 30,35 77,44 22,56 74,92 25,08
Lampung 82,36 17,64 71,84 28,16 75,25 24,75
Kepulauan Bangka Belitung 67,11 32,89 79,28 20,72 72,42 27,58
Kepulauan Riau 76,89 23,11 76,43 23,57 76,86 23,14
DKI Jakarta 78,70 21,30 0,00 0,00 78,70 21,30
Jawa Barat 76,79 23,21 78,91 21,09 77,24 22,76
Jawa Tengah 82,07 17,93 82,95 17,05 82,50 17,50
DI Yogyakarta 79,91 20,09 83,02 16,98 80,66 19,34
Jawa Timur 75,10 24,90 78,74 21,26 76,75 23,25
Banten 77,37 22,63 63,02 36,98 73,18 26,82
Bali 74,85 25,15 78,36 21,64 75,79 24,21
Nusa Tenggara Barat 80,43 19,57 85,37 14,63 83,07 16,93
Nusa Tenggara Timur 68,67 31,33 76,27 23,73 74,55 25,45
Kalimantan Barat 67,54 32,46 70,61 29,39 69,47 30,53
Kalimantan Tengah 66,80 33,20 68,02 31,98 67,53 32,47
Kalimantan Selatan 73,55 26,45 76,20 23,80 74,97 25,03
Kalimantan Timur 81,61 18,39 76,55 23,45 79,95 20,05
Kalimantan Utara 78,77 21,23 78,00 22,00 78,47 21,53
Sulawesi Utara 63,52 36,48 64,72 35,28 64,07 35,93
Sulawesi Tengah 64,72 35,28 63,57 36,43 63,92 36,08
Sulawesi Selatan 74,15 25,85 72,85 27,15 73,43 26,57
Sulawesi Tenggara 71,43 28,58 64,44 35,56 66,76 33,24
Gorontalo 71,64 28,36 69,29 30,71 70,28 29,72
Sulawesi Barat 68,41 31,59 67,88 32,12 67,99 32,01
Maluku 58,68 41,32 56,74 43,26 57,48 42,52
Maluku Utara 78,95 21,05 67,89 32,11 70,84 29,16
Papua Barat 57,79 42,21 56,57 43,43 57,10 42,90
Papua 63,67 36,33 55,92 44,08 58,69 41,31
Indonesia 75,57 24,43 73,66 26,34 74,74 25,26
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

547 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.14.1.1
Sampling Error Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup
dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Status Tidak
Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), 2021

Tidak Melakukan IMD

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 24,35 1,34 5,50 21,83 27,07
Sumatera Utara 37,98 1,54 4,05 35,02 41,04
Sumatera Barat 35,32 1,80 5,10 31,88 38,92
Riau 33,23 2,06 6,21 29,31 37,39
Jambi 25,43 1,83 7,19 22,02 29,17
Sumatera Selatan 30,63 1,69 5,53 27,42 34,05
Bengkulu 22,56 2,03 9,01 18,83 26,79
Lampung 28,16 1,69 6,00 24,97 31,59
Kepulauan Bangka Belitung 20,72 2,83 13,67 15,72 26,82
Kepulauan Riau 23,57 4,56 19,35 15,81 33,62
DKI Jakarta
Jawa Barat 21,09 1,41 6,70 18,45 23,99
Jawa Tengah 17,05 1,07 6,29 15,05 19,26
DI Yogyakarta 16,98 4,28 25,18 10,15 27,05
Jawa Timur 21,26 1,16 5,47 19,07 23,62
Banten 36,98 2,94 7,95 31,42 42,91
Bali 21,64 2,93 13,55 16,44 27,93
Nusa Tenggara Barat 14,63 1,69 11,57 11,61 18,27
Nusa Tenggara Timur 23,73 1,16 4,87 21,54 26,07
Kalimantan Barat 29,39 1,84 6,26 25,91 33,12
Kalimantan Tengah 31,98 2,20 6,88 27,83 36,45
Kalimantan Selatan 23,80 1,96 8,24 20,17 27,85
Kalimantan Timur 23,45 3,43 14,64 17,40 30,83
Kalimantan Utara 22,00 4,26 19,34 14,79 31,44
Sulawesi Utara 35,28 2,28 6,46 30,95 39,86
Sulawesi Tengah 36,43 1,87 5,13 32,86 40,17
Sulawesi Selatan 27,15 1,47 5,42 24,37 30,13
Sulawesi Tenggara 35,56 1,82 5,11 32,09 39,20
Gorontalo 30,71 3,04 9,90 25,10 36,97
Sulawesi Barat 32,12 2,45 7,63 27,52 37,10
Maluku 43,26 2,35 5,43 38,73 47,91
Maluku Utara 32,11 2,17 6,77 28,01 36,51
Papua Barat 43,43 2,44 5,62 38,72 48,27
Papua 44,08 2,10 4,77 40,01 48,23
Indonesia 26,34 0,36 1,39 25,63 27,07
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

548 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN C.15
Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 tahun yang Melahirkan Hidup dalam
Dua Tahun Terakhir menurut Tipe Daerah dan Penolong Persalinan Terakhir, 2021

Rumah Polin-
RS Peme- Puske- Praktek
Tipe Daerah ber- Pustu des/ Rumah Lainnya
rintah/ smas nakes Poskes-
salin/
Swasta
klinik des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Perkotaan 41,40 24,46 12,37 0,46 12,74 2,08 5,92 0,57
Perdesaan 26,92 11,72 23,35 2,51 11,12 7,31 16,45 0,61
Perkotaan+Perdesaan 35,10 18,92 17,15 1,35 12,03 4,36 10,51 0,59
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

549 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D
LAMPIRAN D.1.1
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 74,96 4,44 8,04 3,31 9,25 100
Sumatera Utara 76,84 5,06 7,51 3,83 6,77 100
Sumatera Barat 75,67 5,00 8,61 3,97 6,75 100
Riau 78,54 3,61 7,58 4,31 5,96 100
Jambi 80,29 3,63 6,57 2,64 6,88 100
Sumatera Selatan 78,66 4,00 6,14 3,71 7,49 100
Bengkulu 80,66 2,88 6,91 4,23 5,32 100
Lampung 81,75 3,79 5,75 3,73 4,97 100
Kepulauan Bangka Belitung 79,84 3,83 6,23 5,13 4,97 100
Kepulauan Riau 76,02 7,91 7,93 2,44 5,71 100
DKI Jakarta 71,48 6,84 7,93 4,20 9,56 100
Jawa Barat 73,40 8,28 7,28 2,93 8,11 100
Jawa Tengah 76,58 5,36 6,64 4,27 7,14 100
DI Yogyakarta 78,46 4,37 8,31 4,49 4,36 100
Jawa Timur 79,24 5,23 6,28 3,05 6,20 100
Banten 73,06 7,10 7,11 2,61 10,12 100
Bali 74,44 5,00 7,63 7,86 5,07 100
Nusa Tenggara Barat 79,64 2,94 6,10 4,63 6,69 100
Nusa Tenggara Timur 79,47 3,06 7,14 4,51 5,82 100
Kalimantan Barat 77,90 5,15 6,82 3,26 6,88 100
Kalimantan Tengah 80,97 3,73 6,09 4,06 5,14 100
Kalimantan Selatan 79,13 4,42 6,08 4,76 5,61 100
Kalimantan Timur 75,48 5,87 8,03 4,34 6,27 100
Kalimantan Utara 78,13 3,62 6,94 5,02 6,29 100
Sulawesi Utara 73,79 5,19 6,52 5,09 9,41 100
Sulawesi Tengah 81,60 3,18 5,98 3,54 5,70 100
Sulawesi Selatan 76,41 4,63 6,12 5,16 7,69 100
Sulawesi Tenggara 80,69 3,40 6,79 5,12 4,01 100
Gorontalo 79,11 2,49 6,43 5,76 6,20 100
Sulawesi Barat 83,22 2,88 5,28 3,93 4,68 100
Maluku 72,19 5,47 7,28 4,80 10,26 100
Maluku Utara 77,96 3,25 6,89 3,92 7,97 100
Papua Barat 75,63 4,90 7,70 5,00 6,78 100
Papua 83,17 3,24 5,73 2,49 5,37 100
Indonesia 76,73 5,55 6,89 3,73 7,10 100

551 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.1
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 44,76 3,61 8,60 37,78 5,26 100
Sumatera Utara 52,81 3,69 7,58 32,42 3,50 100
Sumatera Barat 51,20 3,84 10,30 31,21 3,45 100
Riau 45,03 2,11 8,12 41,41 3,33 100
Jambi 46,68 3,21 7,79 37,81 4,51 100
Sumatera Selatan 51,70 2,84 7,33 34,48 3,65 100
Bengkulu 53,25 2,20 8,46 33,40 2,70 100
Lampung 49,69 2,68 6,89 37,59 3,15 100
Kepulauan Bangka Belitung 44,10 2,76 6,58 43,72 2,84 100
Kepulauan Riau 46,35 5,57 8,98 36,36 2,74 100
DKI Jakarta 43,50 3,84 8,27 39,83 4,56 100
Jawa Barat 43,44 4,44 7,20 40,93 4,00 100
Jawa Tengah 54,63 2,96 6,54 31,96 3,92 100
DI Yogyakarta 62,21 2,37 7,66 24,84 2,91 100
Jawa Timur 53,25 2,86 6,53 33,59 3,77 100
Banten 42,52 4,31 7,76 39,92 5,49 100
Bali 64,71 2,90 7,25 22,54 2,60 100
Nusa Tenggara Barat 57,82 1,35 6,68 30,83 3,31 100
Nusa Tenggara Timur 62,83 2,51 7,92 23,17 3,57 100
Kalimantan Barat 50,64 2,78 7,25 35,19 4,13 100
Kalimantan Tengah 48,69 2,43 6,98 38,52 3,39 100
Kalimantan Selatan 52,29 2,43 7,41 35,07 2,80 100
Kalimantan Timur 45,25 2,95 8,22 40,42 3,16 100
Kalimantan Utara 46,09 2,36 8,26 39,45 3,84 100
Sulawesi Utara 41,17 3,55 7,72 41,77 5,79 100
Sulawesi Tengah 50,22 1,95 6,89 36,92 4,02 100
Sulawesi Selatan 46,59 2,83 7,46 38,88 4,24 100
Sulawesi Tenggara 54,16 2,11 8,46 32,99 2,29 100
Gorontalo 48,93 1,48 7,83 38,33 3,43 100
Sulawesi Barat 52,86 1,52 6,17 36,60 2,85 100
Maluku 50,09 3,63 8,13 32,92 5,24 100
Maluku Utara 44,73 2,84 7,56 40,16 4,71 100
Papua Barat 55,57 3,21 8,07 30,05 3,10 100
Papua 67,21 1,89 6,00 21,87 3,04 100
Indonesia 50,08 3,26 7,27 35,52 3,86 100

552 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.1
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Aceh 59,76 4,02 8,32 20,66 7,24 100
Sumatera Utara 64,73 4,37 7,54 18,24 5,12 100
Sumatera Barat 63,31 4,41 9,46 17,73 5,08 100
Riau 62,15 2,88 7,85 22,45 4,68 100
Jambi 63,75 3,42 7,17 19,95 5,71 100
Sumatera Selatan 65,34 3,43 6,73 18,91 5,59 100
Bengkulu 67,20 2,55 7,67 18,55 4,03 100
Lampung 66,10 3,25 6,30 20,26 4,09 100
Kepulauan Bangka Belitung 62,57 3,32 6,40 23,78 3,94 100
Kepulauan Riau 61,51 6,76 8,44 19,03 4,25 100
DKI Jakarta 57,31 5,32 8,10 22,24 7,03 100
Jawa Barat 58,57 6,38 7,24 21,73 6,08 100
Jawa Tengah 65,44 4,14 6,59 18,32 5,51 100
DI Yogyakarta 70,17 3,35 7,98 14,87 3,62 100
Jawa Timur 65,98 4,02 6,41 18,63 4,96 100
Banten 58,06 5,73 7,43 20,94 7,84 100
Bali 69,59 3,95 7,44 15,18 3,84 100
Nusa Tenggara Barat 68,45 2,12 6,40 18,07 4,96 100
Nusa Tenggara Timur 71,00 2,78 7,53 14,01 4,67 100
Kalimantan Barat 64,47 3,98 7,03 19,00 5,53 100
Kalimantan Tengah 65,56 3,11 6,52 20,51 4,30 100
Kalimantan Selatan 65,83 3,43 6,74 19,79 4,21 100
Kalimantan Timur 61,02 4,48 8,12 21,61 4,78 100
Kalimantan Utara 63,21 3,03 7,56 21,06 5,15 100
Sulawesi Utara 57,76 4,38 7,11 23,11 7,63 100
Sulawesi Tengah 66,15 2,58 6,43 19,98 4,87 100
Sulawesi Selatan 61,02 3,70 6,81 22,55 5,91 100
Sulawesi Tenggara 67,34 2,75 7,63 19,14 3,15 100
Gorontalo 63,95 1,98 7,14 22,12 4,81 100
Sulawesi Barat 68,07 2,20 5,73 20,24 3,77 100
Maluku 61,19 4,55 7,70 18,79 7,76 100
Maluku Utara 61,65 3,05 7,22 21,71 6,37 100
Papua Barat 66,23 4,11 7,87 16,74 5,05 100
Papua 75,69 2,61 5,85 11,57 4,28 100
Indonesia 63,40 4,40 7,08 19,63 5,48 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

553 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.2
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perkotaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 71,68 5,21 8,62 4,77 9,71 100
Sumatera Utara 72,24 7,01 8,56 4,34 7,85 100
Sumatera Barat 71,55 7,23 10,07 4,71 6,44 100
Riau 71,94 5,67 8,60 6,33 7,46 100
Jambi 74,01 6,19 7,18 3,81 8,80 100
Sumatera Selatan 71,99 6,39 6,27 5,70 9,65 100
Bengkulu 75,57 3,40 9,16 5,23 6,65 100
Lampung 74,43 7,10 7,18 4,67 6,63 100
Kepulauan Bangka Belitung 76,73 5,13 6,39 6,84 4,91 100
Kepulauan Riau 75,46 8,48 8,17 2,47 5,41 100
DKI Jakarta 71,48 6,84 7,93 4,20 9,56 100
Jawa Barat 71,88 8,72 7,62 3,23 8,55 100
Jawa Tengah 74,64 6,27 7,23 4,33 7,52 100
DI Yogyakarta 76,32 4,86 9,32 5,19 4,31 100
Jawa Timur 77,22 6,67 6,83 2,65 6,63 100
Banten 72,56 7,28 7,62 2,58 9,95 100
Bali 71,95 5,26 8,57 8,84 5,38 100
Nusa Tenggara Barat 76,89 3,74 7,45 4,90 7,02 100
Nusa Tenggara Timur 70,39 4,88 10,48 6,80 7,45 100
Kalimantan Barat 70,58 7,80 8,30 5,00 8,32 100
Kalimantan Tengah 78,61 4,03 6,55 5,47 5,33 100
Kalimantan Selatan 74,73 5,61 6,90 5,95 6,82 100
Kalimantan Timur 73,33 6,55 8,57 4,89 6,65 100
Kalimantan Utara 76,49 4,25 7,64 5,36 6,26 100
Sulawesi Utara 71,09 6,49 6,98 5,34 10,09 100
Sulawesi Tengah 75,04 5,17 8,57 4,47 6,75 100
Sulawesi Selatan 68,87 7,85 7,34 6,96 8,98 100
Sulawesi Tenggara 75,58 4,77 9,23 6,30 4,12 100
Gorontalo 73,46 3,95 8,10 7,71 6,79 100
Sulawesi Barat 78,22 4,14 6,48 6,74 4,42 100
Maluku 65,98 8,27 8,71 5,49 11,56 100
Maluku Utara 71,42 3,75 8,29 6,44 10,10 100
Papua Barat 68,75 7,18 8,87 6,80 8,40 100
Papua 71,85 5,55 8,04 4,61 9,94 100
Indonesia 73,36 7,02 7,67 4,07 7,88 100

554 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.2
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perkotaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 44,98 5,11 9,29 35,84 4,78 100
Sumatera Utara 48,00 3,95 8,44 36,16 3,45 100
Sumatera Barat 50,67 4,36 11,53 30,33 3,11 100
Riau 45,95 3,16 9,19 39,04 2,66 100
Jambi 46,70 3,34 8,61 36,98 4,37 100
Sumatera Selatan 48,04 4,71 8,08 35,72 3,45 100
Bengkulu 53,07 3,18 11,36 29,36 3,03 100
Lampung 48,98 3,39 7,99 36,42 3,21 100
Kepulauan Bangka Belitung 43,93 2,85 6,42 44,10 2,71 100
Kepulauan Riau 47,46 5,87 9,21 34,97 2,48 100
DKI Jakarta 43,50 3,84 8,27 39,83 4,56 100
Jawa Barat 43,20 4,88 7,61 40,32 3,99 100
Jawa Tengah 54,78 3,58 7,10 30,44 4,10 100
DI Yogyakarta 60,09 3,00 8,41 25,64 2,86 100
Jawa Timur 50,80 3,47 7,30 34,51 3,92 100
Banten 42,87 3,97 8,22 39,47 5,47 100
Bali 62,38 3,62 8,14 23,47 2,39 100
Nusa Tenggara Barat 56,92 1,66 7,63 30,64 3,15 100
Nusa Tenggara Timur 53,90 5,73 10,98 25,58 3,81 100
Kalimantan Barat 44,52 4,37 8,35 37,97 4,79 100
Kalimantan Tengah 50,83 3,07 8,33 34,43 3,34 100
Kalimantan Selatan 47,87 3,13 8,20 37,55 3,25 100
Kalimantan Timur 45,67 3,21 8,67 39,80 2,65 100
Kalimantan Utara 45,75 2,56 8,74 39,06 3,88 100
Sulawesi Utara 40,03 4,61 8,64 40,42 6,30 100
Sulawesi Tengah 50,99 2,49 8,92 33,90 3,69 100
Sulawesi Selatan 43,85 4,14 9,21 38,05 4,75 100
Sulawesi Tenggara 51,30 2,97 11,79 31,64 2,31 100
Gorontalo 50,17 1,68 8,82 35,96 3,36 100
Sulawesi Barat 55,15 2,39 6,10 32,83 3,53 100
Maluku 46,41 4,47 8,95 34,33 5,84 100
Maluku Utara 44,34 2,19 9,18 38,79 5,49 100
Papua Barat 46,30 4,26 8,39 36,97 4,09 100
Papua 47,17 3,47 9,33 34,89 5,14 100
Indonesia 47,94 3,99 8,00 36,12 3,96 100

555 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.2
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perkotaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Aceh 58,31 5,16 8,96 20,32 7,25 100
Sumatera Utara 60,02 5,47 8,50 20,39 5,63 100
Sumatera Barat 61,00 5,78 10,81 17,65 4,76 100
Riau 59,20 4,44 8,89 22,36 5,11 100
Jambi 60,45 4,78 7,89 20,28 6,60 100
Sumatera Selatan 60,02 5,55 7,17 20,71 6,55 100
Bengkulu 64,39 3,29 10,25 17,22 4,85 100
Lampung 61,88 5,27 7,58 20,33 4,94 100
Kepulauan Bangka Belitung 60,84 4,03 6,40 24,89 3,84 100
Kepulauan Riau 61,78 7,21 8,68 18,35 3,98 100
DKI Jakarta 57,31 5,32 8,10 22,24 7,03 100
Jawa Barat 57,70 6,82 7,62 21,56 6,30 100
Jawa Tengah 64,55 4,91 7,16 17,59 5,78 100
DI Yogyakarta 68,09 3,92 8,86 15,56 3,57 100
Jawa Timur 63,78 5,05 7,07 18,85 5,25 100
Banten 57,98 5,66 7,92 20,70 7,75 100
Bali 67,20 4,44 8,36 16,11 3,90 100
Nusa Tenggara Barat 66,61 2,67 7,54 18,14 5,03 100
Nusa Tenggara Timur 62,04 5,31 10,73 16,31 5,61 100
Kalimantan Barat 57,62 6,10 8,33 21,39 6,56 100
Kalimantan Tengah 65,30 3,57 7,40 19,35 4,38 100
Kalimantan Selatan 61,36 4,38 7,55 21,67 5,04 100
Kalimantan Timur 59,96 4,93 8,62 21,77 4,72 100
Kalimantan Utara 62,04 3,46 8,16 21,21 5,14 100
Sulawesi Utara 55,72 5,56 7,80 22,71 8,22 100
Sulawesi Tengah 63,12 3,84 8,75 19,06 5,23 100
Sulawesi Selatan 56,01 5,94 8,30 22,94 6,80 100
Sulawesi Tenggara 63,39 3,87 10,51 19,02 3,21 100
Gorontalo 61,62 2,79 8,47 22,07 5,05 100
Sulawesi Barat 66,47 3,25 6,29 20,02 3,97 100
Maluku 56,18 6,37 8,83 19,92 8,69 100
Maluku Utara 58,06 2,98 8,73 22,41 7,83 100
Papua Barat 58,19 5,80 8,64 21,00 6,37 100
Papua 60,40 4,59 8,64 18,66 7,72 100
Indonesia 60,64 5,50 7,83 20,10 5,92 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

556 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.3
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 76,67 4,04 7,73 2,54 9,01 100
Sumatera Utara 82,88 2,51 6,12 3,15 5,34 100
Sumatera Barat 79,66 2,84 7,19 3,26 7,05 100
Riau 83,04 2,20 6,89 2,93 4,95 100
Jambi 83,35 2,37 6,27 2,07 5,94 100
Sumatera Selatan 82,61 2,59 6,07 2,53 6,20 100
Bengkulu 83,17 2,62 5,80 3,74 4,66 100
Lampung 85,17 2,25 5,08 3,30 4,20 100
Kepulauan Bangka Belitung 83,92 2,14 6,03 2,88 5,05 100
Kepulauan Riau 81,15 2,64 5,69 2,11 8,41 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 78,93 6,69 6,01 1,85 6,52 100
Jawa Tengah 78,68 4,37 6,00 4,21 6,74 100
DI Yogyakarta 84,84 2,92 5,32 2,41 4,52 100
Jawa Timur 81,71 3,45 5,61 3,55 5,67 100
Banten 74,40 6,59 5,71 2,71 10,58 100
Bali 80,60 4,36 5,33 5,43 4,29 100
Nusa Tenggara Barat 82,44 2,13 4,73 4,35 6,35 100
Nusa Tenggara Timur 82,62 2,43 5,97 3,72 5,26 100
Kalimantan Barat 82,10 3,62 5,96 2,26 6,05 100
Kalimantan Tengah 82,66 3,52 5,76 3,05 5,01 100
Kalimantan Selatan 83,18 3,32 5,33 3,68 4,49 100
Kalimantan Timur 79,76 4,52 6,95 3,26 5,51 100
Kalimantan Utara 80,81 2,59 5,81 4,46 6,33 100
Sulawesi Utara 76,93 3,67 5,98 4,80 8,62 100
Sulawesi Tengah 84,61 2,27 4,79 3,12 5,21 100
Sulawesi Selatan 82,68 1,94 5,10 3,66 6,61 100
Sulawesi Tenggara 83,65 2,60 5,37 4,43 3,95 100
Gorontalo 83,43 1,38 5,16 4,27 5,76 100
Sulawesi Barat 84,47 2,56 4,99 3,23 4,75 100
Maluku 76,90 3,35 6,19 4,28 9,28 100
Maluku Utara 80,71 3,04 6,30 2,86 7,08 100
Papua Barat 80,92 3,14 6,80 3,61 5,52 100
Papua 88,10 2,23 4,72 1,57 3,38 100
Indonesia 81,25 3,57 5,86 3,26 6,07 100

557 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.3
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 44,64 2,84 8,26 38,77 5,50 100
Sumatera Utara 59,17 3,35 6,44 27,48 3,57 100
Sumatera Barat 51,72 3,33 9,10 32,06 3,78 100
Riau 44,39 1,39 7,38 43,04 3,79 100
Jambi 46,67 3,14 7,37 38,23 4,58 100
Sumatera Selatan 53,96 1,68 6,86 33,72 3,78 100
Bengkulu 53,34 1,70 6,97 35,46 2,53 100
Lampung 50,02 2,34 6,36 38,15 3,13 100
Kepulauan Bangka Belitung 44,34 2,64 6,79 43,21 3,02 100
Kepulauan Riau 36,34 2,83 6,90 48,90 5,02 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 44,29 2,87 5,72 43,10 4,02 100
Jawa Tengah 54,46 2,28 5,94 33,59 3,73 100
DI Yogyakarta 68,21 0,61 5,55 22,57 3,06 100
Jawa Timur 56,21 2,12 5,59 32,48 3,60 100
Banten 41,58 5,25 6,50 41,14 5,53 100
Bali 70,31 1,17 5,10 20,31 3,11 100
Nusa Tenggara Barat 58,75 1,04 5,71 31,02 3,48 100
Nusa Tenggara Timur 65,89 1,40 6,87 22,35 3,48 100
Kalimantan Barat 54,26 1,84 6,59 33,55 3,75 100
Kalimantan Tengah 47,13 1,96 6,00 41,49 3,42 100
Kalimantan Selatan 56,41 1,78 6,67 32,76 2,38 100
Kalimantan Timur 44,36 2,41 7,25 41,74 4,24 100
Kalimantan Utara 46,66 2,00 7,45 40,12 3,77 100
Sulawesi Utara 42,54 2,29 6,63 43,38 5,17 100
Sulawesi Tengah 49,85 1,70 5,94 38,34 4,17 100
Sulawesi Selatan 48,83 1,76 6,03 39,56 3,82 100
Sulawesi Tenggara 55,81 1,61 6,54 33,76 2,28 100
Gorontalo 47,94 1,32 7,04 40,22 3,48 100
Sulawesi Barat 52,25 1,30 6,19 37,60 2,67 100
Maluku 52,94 2,97 7,49 31,83 4,77 100
Maluku Utara 44,89 3,12 6,88 40,75 4,37 100
Papua Barat 62,82 2,39 7,82 24,65 2,33 100
Papua 75,72 1,22 4,58 16,34 2,14 100
Indonesia 52,98 2,28 6,30 34,72 3,73 100

558 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.3
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi Mengurus
Mencari
Bekerja Sekolah Rumah Lainnya Total
Pekerjaan
Tangga
(1) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Aceh 60,51 3,43 8,00 20,83 7,24 100
Sumatera Utara 70,94 2,93 6,28 15,40 4,45 100
Sumatera Barat 65,55 3,09 8,16 17,81 5,40 100
Riau 64,17 1,80 7,13 22,52 4,38 100
Jambi 65,38 2,75 6,81 19,78 5,27 100
Sumatera Selatan 68,56 2,14 6,46 17,82 5,01 100
Bengkulu 68,62 2,17 6,37 19,21 3,62 100
Lampung 68,10 2,29 5,70 20,22 3,68 100
Kepulauan Bangka Belitung 64,85 2,38 6,39 22,31 4,07 100
Kepulauan Riau 59,03 2,74 6,29 25,20 6,74 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 61,72 4,79 5,87 22,35 5,28 100
Jawa Tengah 66,40 3,31 5,97 19,10 5,21 100
DI Yogyakarta 76,19 1,72 5,44 12,89 3,76 100
Jawa Timur 68,65 2,77 5,60 18,37 4,61 100
Banten 58,28 5,93 6,10 21,59 8,10 100
Bali 75,41 2,75 5,21 12,93 3,70 100
Nusa Tenggara Barat 70,31 1,57 5,23 18,00 4,88 100
Nusa Tenggara Timur 74,10 1,91 6,43 13,22 4,35 100
Kalimantan Barat 68,45 2,75 6,27 17,61 4,92 100
Kalimantan Tengah 65,74 2,78 5,87 21,36 4,25 100
Kalimantan Selatan 69,95 2,56 5,99 18,05 3,45 100
Kalimantan Timur 63,19 3,53 7,09 21,27 4,91 100
Kalimantan Utara 65,15 2,32 6,56 20,81 5,15 100
Sulawesi Utara 60,17 3,00 6,29 23,59 6,94 100
Sulawesi Tengah 67,56 1,99 5,35 20,40 4,70 100
Sulawesi Selatan 65,17 1,85 5,58 22,23 5,17 100
Sulawesi Tenggara 69,62 2,10 5,96 19,21 3,11 100
Gorontalo 65,77 1,35 6,10 22,15 4,62 100
Sulawesi Barat 68,47 1,93 5,58 20,30 3,71 100
Maluku 65,04 3,16 6,83 17,92 7,05 100
Maluku Utara 63,17 3,08 6,58 21,41 5,75 100
Papua Barat 72,47 2,79 7,27 13,43 4,03 100
Papua 82,27 1,75 4,65 8,52 2,80 100
Indonesia 67,11 2,92 6,08 19,00 4,90 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

559 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.1.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas di Perdesaan
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan selama Seminggu yang Lalu, 2021

Perempuan Laki-Laki + Perempuan


Mencari Pekerjaan Mencari Pekerjaan

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,84 0,23 8,15 2,38 3,29 3,43 0,19 5,39 3,07 3,79
Sumatera Utara 3,35 0,24 7,03 2,88 3,81 2,93 0,16 5,33 2,62 3,24
Sumatera Barat 3,33 0,24 7,24 2,86 3,80 3,09 0,17 5,57 2,75 3,43
Riau 1,39 0,17 12,14 1,06 1,72 1,80 0,17 9,31 1,48 2,13
Jambi 3,14 0,30 9,51 2,56 3,73 2,75 0,20 7,13 2,37 3,14
Sumatera Selatan 1,68 0,17 9,80 1,36 2,01 2,14 0,14 6,53 1,87 2,42
Bengkulu 1,70 0,25 14,91 1,20 2,20 2,18 0,20 9,01 1,79 2,56
Lampung 2,34 0,21 8,90 1,93 2,74 2,29 0,15 6,67 1,99 2,59
Kepulauan Bangka Belitung 2,65 0,42 16,03 1,81 3,48 2,38 0,29 12,35 1,80 2,96
Kepulauan Riau 2,83 1,30 45,84 0,29 5,38 2,74 0,72 26,47 1,32 4,15
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,87 0,21 7,25 2,46 3,28 4,79 0,20 4,11 4,40 5,18
Jawa Tengah 2,28 0,13 5,65 2,03 2,54 3,31 0,12 3,65 3,08 3,55
DI Yogyakarta 0,61 0,21 34,69 0,20 1,03 1,72 0,22 12,63 1,29 2,14
Jawa Timur 2,12 0,13 5,90 1,87 2,37 2,77 0,11 4,01 2,55 2,99
Banten 5,25 0,50 9,61 4,26 6,24 5,93 0,38 6,32 5,20 6,66
Bali 1,17 0,22 18,91 0,74 1,61 2,75 0,27 9,74 2,23 3,28
Nusa Tenggara Barat 1,04 0,17 16,67 0,70 1,38 1,57 0,16 10,01 1,26 1,88
Nusa Tenggara Timur 1,40 0,14 9,97 1,13 1,68 1,91 0,12 6,40 1,67 2,15
Kalimantan Barat 1,84 0,19 10,15 1,48 2,21 2,75 0,19 6,88 2,38 3,12
Kalimantan Tengah 1,96 0,30 15,43 1,37 2,56 2,78 0,21 7,71 2,36 3,20
Kalimantan Selatan 1,78 0,21 11,62 1,37 2,19 2,56 0,20 7,70 2,17 2,95
Kalimantan Timur 2,41 0,38 15,64 1,67 3,15 3,53 0,41 11,46 2,74 4,33
Kalimantan Utara 2,00 0,49 24,60 1,04 2,97 2,32 0,35 15,07 1,64 3,01
Sulawesi Utara 2,29 0,25 10,86 1,81 2,78 3,00 0,20 6,57 2,61 3,39
Sulawesi Tengah 1,70 0,18 10,42 1,35 2,05 1,99 0,15 7,75 1,69 2,29
Sulawesi Selatan 1,76 0,15 8,53 1,47 2,05 1,85 0,12 6,28 1,62 2,07
Sulawesi Tenggara 1,61 0,21 13,23 1,19 2,03 2,10 0,19 9,23 1,72 2,48
Gorontalo 1,32 0,27 20,02 0,80 1,84 1,35 0,17 12,51 1,02 1,68
Sulawesi Barat 1,30 0,26 19,98 0,79 1,80 1,93 0,25 13,04 1,44 2,43
Maluku 2,97 0,33 10,95 2,33 3,60 3,16 0,27 8,45 2,64 3,68
Maluku Utara 3,12 0,44 14,15 2,25 3,98 3,08 0,32 10,45 2,45 3,71
Papua Barat 2,39 0,34 14,08 1,73 3,05 2,79 0,30 10,90 2,19 3,39
Papua 1,22 0,15 12,05 0,93 1,51 1,75 0,14 7,82 1,48 2,02
Indonesia 2,28 0,05 2,02 2,19 2,37 2,92 0,04 1,37 2,85 3,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

560 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 76,89 50,09 63,48 80,71 47,48 63,94 79,40 48,36 63,78
Sumatera Utara 79,25 51,95 65,48 85,39 62,51 73,87 81,90 56,50 69,10
Sumatera Barat 78,78 55,03 66,78 82,50 55,05 68,64 80,67 55,04 67,72
Riau 77,61 49,10 63,64 85,24 45,78 65,97 82,15 47,14 65,03
Jambi 80,20 50,04 65,23 85,73 49,81 68,13 83,91 49,89 67,17
Sumatera Selatan 78,38 52,75 65,57 85,20 55,64 70,71 82,66 54,54 68,77
Bengkulu 78,97 56,25 67,68 85,79 55,04 70,79 83,54 55,45 69,75
Lampung 81,53 52,37 67,15 87,42 52,36 70,40 85,55 52,36 69,35
Kepulauan Bangka Belitung 81,86 46,78 64,86 86,05 46,98 67,23 83,68 46,86 65,88
Kepulauan Riau 83,94 53,34 68,99 83,79 39,18 61,77 83,93 51,92 68,27
DKI Jakarta 78,31 47,34 62,63 78,31 47,34 62,63
Jawa Barat 80,59 48,08 64,52 85,62 47,16 66,50 81,68 47,88 64,95
Jawa Tengah 80,91 58,36 69,46 83,05 56,74 69,71 81,94 57,58 69,58
DI Yogyakarta 81,18 63,09 72,01 87,75 68,83 77,91 82,83 64,59 73,52
Jawa Timur 83,89 54,27 68,83 85,17 58,33 71,42 84,46 56,11 70,00
Banten 79,85 46,84 63,64 80,99 46,82 64,21 80,16 46,84 63,79
Bali 77,21 66,00 71,64 84,95 71,48 78,17 79,44 67,61 73,54
Nusa Tenggara Barat 80,63 58,58 69,28 84,56 59,79 71,88 82,58 59,18 70,57
Nusa Tenggara Timur 75,27 59,63 67,35 85,05 67,30 76,00 82,53 65,34 73,78
Kalimantan Barat 78,38 48,90 63,72 85,72 56,10 71,20 83,05 53,43 68,45
Kalimantan Tengah 82,64 53,90 68,87 86,18 49,10 68,52 84,70 51,12 68,67
Kalimantan Selatan 80,33 51,00 65,74 86,50 58,19 72,51 83,55 54,72 69,26
Kalimantan Timur 79,88 48,88 64,89 84,28 46,77 66,72 81,35 48,20 65,49
Kalimantan Utara 80,74 48,32 65,49 83,41 48,66 67,47 81,75 48,44 66,24
Sulawesi Utara 77,59 44,64 61,28 80,60 44,83 63,17 78,98 44,72 62,15
Sulawesi Tengah 80,21 53,48 66,96 86,88 51,55 69,55 84,78 52,17 68,73
Sulawesi Selatan 76,72 47,99 61,96 84,63 50,59 67,02 81,03 49,42 64,73
Sulawesi Tenggara 80,35 54,26 67,26 86,25 57,42 71,72 84,08 56,27 70,09
Gorontalo 77,41 51,85 64,42 84,81 49,26 67,12 81,60 50,41 65,94
Sulawesi Barat 82,36 57,54 69,72 87,03 53,55 70,41 86,10 54,38 70,27
Maluku 74,25 50,89 62,55 80,25 55,91 68,20 77,66 53,71 65,75
Maluku Utara 75,17 46,53 61,04 83,75 48,01 66,25 81,22 47,57 64,70
Papua Barat 75,93 50,56 63,99 84,07 65,20 75,26 80,53 58,78 70,34
Papua 77,41 50,64 64,98 90,33 76,94 84,03 86,41 69,10 78,29
Indonesia 80,38 51,92 66,15 84,82 55,26 70,03 82,27 53,34 67,80
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

561 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.3.1
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 6,78 10,21 8,13 5,00 5,97 5,36 5,59 7,46 6,30
Sumatera Utara 8,84 7,60 8,35 2,94 5,35 3,96 6,18 6,53 6,33
Sumatera Barat 9,18 7,92 8,65 3,45 6,05 4,50 6,20 6,97 6,52
Riau 7,31 6,43 6,98 2,58 3,04 2,73 4,39 4,48 4,42
Jambi 7,72 6,67 7,32 2,77 6,31 4,04 4,32 6,43 5,09
Sumatera Selatan 8,15 8,93 8,46 3,03 3,02 3,03 4,84 5,20 4,98
Bengkulu 4,30 5,66 4,86 3,06 3,09 3,07 3,45 3,97 3,65
Lampung 8,71 6,48 7,85 2,58 4,46 3,26 4,44 5,12 4,69
Kepulauan Bangka Belitung 6,27 6,10 6,21 2,48 5,63 3,54 4,58 5,89 5,03
Kepulauan Riau 10,11 11,01 10,45 3,15 7,23 4,43 9,42 10,72 9,91
DKI Jakarta 8,73 8,12 8,50 8,73 8,12 8,50
Jawa Barat 10,82 10,15 10,57 7,81 6,08 7,20 10,14 9,27 9,82
Jawa Tengah 7,75 6,14 7,06 5,27 4,03 4,75 6,54 5,14 5,95
DI Yogyakarta 5,99 4,75 5,44 3,32 0,89 2,21 5,28 3,67 4,56
Jawa Timur 7,95 6,40 7,33 4,06 3,63 3,88 6,19 5,10 5,74
Banten 9,12 8,47 8,89 8,13 11,21 9,24 8,85 9,21 8,98
Bali 6,81 5,48 6,20 5,13 1,64 3,52 6,29 4,29 5,37
Nusa Tenggara Barat 4,64 2,83 3,85 2,51 1,74 2,18 3,56 2,28 3,01
Nusa Tenggara Timur 6,49 9,61 7,88 2,85 2,09 2,51 3,71 3,84 3,77
Kalimantan Barat 9,95 8,94 9,57 4,22 3,28 3,86 6,20 5,21 5,82
Kalimantan Tengah 4,87 5,70 5,18 4,08 4,00 4,05 4,40 4,76 4,53
Kalimantan Selatan 6,98 6,14 6,66 3,84 3,06 3,53 5,29 4,44 4,95
Kalimantan Timur 8,20 6,56 7,60 5,36 5,15 5,29 7,22 6,13 6,83
Kalimantan Utara 5,27 5,31 5,28 3,11 4,12 3,44 4,43 4,87 4,58
Sulawesi Utara 8,37 10,32 9,07 4,56 5,11 4,75 6,57 7,95 7,06
Sulawesi Tengah 6,45 4,65 5,74 2,61 3,30 2,86 3,75 3,74 3,75
Sulawesi Selatan 10,23 8,63 9,59 2,29 3,48 2,76 5,71 5,73 5,72
Sulawesi Tenggara 5,94 5,47 5,75 3,01 2,80 2,93 4,04 3,74 3,92
Gorontalo 5,10 3,24 4,34 1,62 2,69 2,01 3,05 2,94 3,01
Sulawesi Barat 5,03 4,16 4,66 2,94 2,42 2,75 3,34 2,80 3,13
Maluku 11,14 8,79 10,18 4,17 5,31 4,63 7,05 6,75 6,93
Maluku Utara 4,99 4,71 4,88 3,63 6,49 4,65 4,00 5,97 4,71
Papua Barat 9,46 8,42 9,07 3,74 3,66 3,71 6,08 5,46 5,84
Papua 7,18 6,85 7,06 2,47 1,59 2,09 3,75 2,74 3,33
Indonesia 8,73 7,68 8,32 4,21 4,13 4,17 6,74 6,11 6,49
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

562 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.3.1.1
Sampling Error Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun
di Perdesaan ke Atas menurut Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2021

Perempuan Laki-Laki + Perempuan


Mencari Pekerjaan Mencari Pekerjaan

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 5,97 0,47 7,94 5,04 6,90 5,37 0,29 5,33 4,80 5,93
Sumatera Utara 5,35 0,38 7,05 4,61 6,09 3,97 0,21 5,37 3,55 4,38
Sumatera Barat 6,05 0,44 7,26 5,19 6,91 4,50 0,25 5,64 4,00 5,00
Riau 3,04 0,37 12,17 2,32 3,76 2,74 0,26 9,32 2,24 3,23
Jambi 6,31 0,59 9,41 5,15 7,47 4,04 0,29 7,08 3,48 4,60
Sumatera Selatan 3,03 0,30 9,79 2,44 3,61 3,03 0,20 6,57 2,64 3,42
Bengkulu 3,09 0,46 14,81 2,20 3,99 3,07 0,28 9,11 2,52 3,62
Lampung 4,46 0,40 8,97 3,68 5,25 3,26 0,22 6,72 2,83 3,69
Kepulauan Bangka Belitung 5,63 0,88 15,69 3,90 7,36 3,54 0,43 12,14 2,70 4,38
Kepulauan Riau 7,23 3,27 45,14 0,83 13,64 4,43 1,19 26,81 2,10 6,75
DKI Jakarta
Jawa Barat 6,08 0,44 7,17 5,23 6,94 7,20 0,30 4,17 6,61 7,79
Jawa Tengah 4,03 0,23 5,66 3,58 4,47 4,75 0,18 3,68 4,41 5,10
DI Yogyakarta 0,89 0,31 34,30 0,29 1,49 2,21 0,28 12,83 1,65 2,76
Jawa Timur 3,63 0,21 5,89 3,21 4,05 3,88 0,16 4,02 3,57 4,19
Banten 11,21 1,05 9,41 9,14 13,27 9,24 0,59 6,38 8,08 10,39
Bali 1,64 0,31 19,12 1,03 2,26 3,52 0,35 9,91 2,84 4,21
Nusa Tenggara Barat 1,74 0,29 16,65 1,17 2,30 2,18 0,22 10,03 1,75 2,61
Nusa Tenggara Timur 2,09 0,21 10,01 1,68 2,50 2,51 0,16 6,54 2,19 2,83
Kalimantan Barat 3,28 0,33 10,11 2,63 3,94 3,86 0,27 6,89 3,34 4,38
Kalimantan Tengah 4,00 0,61 15,12 2,82 5,19 4,05 0,32 7,77 3,44 4,67
Kalimantan Selatan 3,06 0,36 11,60 2,36 3,76 3,53 0,27 7,71 3,00 4,06
Kalimantan Timur 5,16 0,82 15,89 3,55 6,76 5,30 0,61 11,56 4,10 6,50
Kalimantan Utara 4,12 0,97 23,58 2,21 6,02 3,44 0,53 15,28 2,41 4,47
Sulawesi Utara 5,11 0,55 10,70 4,04 6,19 4,75 0,31 6,46 4,15 5,35
Sulawesi Tengah 3,30 0,35 10,53 2,62 3,98 2,86 0,22 7,76 2,42 3,30
Sulawesi Selatan 3,48 0,30 8,69 2,89 4,07 2,76 0,18 6,35 2,41 3,10
Sulawesi Tenggara 2,80 0,37 13,27 2,08 3,53 2,93 0,27 9,32 2,39 3,46
Gorontalo 2,69 0,53 19,87 1,64 3,73 2,01 0,25 12,42 1,52 2,50
Sulawesi Barat 2,42 0,48 19,87 1,48 3,36 2,75 0,36 13,19 2,04 3,46
Maluku 5,31 0,58 10,83 4,18 6,44 4,63 0,39 8,44 3,87 5,40
Maluku Utara 6,49 0,91 14,03 4,71 8,28 4,65 0,49 10,48 3,69 5,60
Papua Barat 3,66 0,50 13,74 2,68 4,65 3,71 0,41 11,09 2,90 4,51
Papua 1,59 0,19 12,17 1,21 1,96 2,09 0,17 7,96 1,76 2,41
Indonesia 4,13 0,08 2,01 3,96 4,29 4,17 0,06 1,37 4,06 4,29
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

563 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 24,71 20,28 55,01 100,00
Sumatera Utara 25,69 20,73 53,59 100,00
Sumatera Barat 33,96 18,74 47,30 100,00
Riau 32,49 20,11 47,40 100,00
Jambi 36,82 19,56 43,63 100,00
Sumatera Selatan 39,91 18,79 41,30 100,00
Bengkulu 35,62 18,71 45,67 100,00
Lampung 38,63 23,36 38,01 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 44,72 15,71 39,57 100,00
Kepulauan Riau 19,57 12,00 68,43 100,00
DKI Jakarta 14,28 15,19 70,53 100,00
Jawa Barat 37,85 17,95 44,20 100,00
Jawa Tengah 42,00 20,66 37,33 100,00
DI Yogyakarta 22,08 16,83 61,08 100,00
Jawa Timur 40,02 19,17 40,81 100,00
Banten 32,03 18,01 49,96 100,00
Bali 26,07 14,23 59,70 100,00
Nusa Tenggara Barat 39,65 16,58 43,77 100,00
Nusa Tenggara Timur 49,28 13,73 37,00 100,00
Kalimantan Barat 46,02 17,28 36,70 100,00
Kalimantan Tengah 38,00 20,13 41,87 100,00
Kalimantan Selatan 41,34 18,45 40,21 100,00
Kalimantan Timur 27,94 15,53 56,52 100,00
Kalimantan Utara 32,00 15,31 52,68 100,00
Sulawesi Utara 32,81 19,66 47,53 100,00
Sulawesi Tengah 39,92 18,21 41,87 100,00
Sulawesi Selatan 41,65 15,42 42,93 100,00
Sulawesi Tenggara 32,96 16,36 50,68 100,00
Gorontalo 54,45 11,85 33,70 100,00
Sulawesi Barat 48,82 14,13 37,04 100,00
Maluku 25,57 16,98 57,45 100,00
Maluku Utara 31,70 19,00 49,30 100,00
Papua Barat 25,39 17,48 57,13 100,00
Papua 49,96 13,77 36,28 100,00
Indonesia 36,53 18,43 45,04 100,00

564 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 27,28 17,44 55,28 100,00
Sumatera Utara 27,15 18,02 54,82 100,00
Sumatera Barat 29,83 15,83 54,33 100,00
Riau 31,98 16,57 51,45 100,00
Jambi 41,08 15,92 43,00 100,00
Sumatera Selatan 42,45 17,03 40,53 100,00
Bengkulu 39,07 14,72 46,21 100,00
Lampung 39,79 21,32 38,89 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 38,82 13,65 47,54 100,00
Kepulauan Riau 16,36 10,52 73,11 100,00
DKI Jakarta 19,74 13,02 67,24 100,00
Jawa Barat 39,28 17,83 42,89 100,00
Jawa Tengah 44,56 18,59 36,86 100,00
DI Yogyakarta 27,52 16,46 56,02 100,00
Jawa Timur 46,24 16,96 36,80 100,00
Banten 33,04 16,69 50,27 100,00
Bali 36,24 13,78 49,98 100,00
Nusa Tenggara Barat 47,21 16,66 36,13 100,00
Nusa Tenggara Timur 51,71 12,57 35,72 100,00
Kalimantan Barat 49,04 16,83 34,14 100,00
Kalimantan Tengah 39,60 16,91 43,49 100,00
Kalimantan Selatan 43,62 16,71 39,67 100,00
Kalimantan Timur 29,70 14,48 55,82 100,00
Kalimantan Utara 30,90 16,91 52,19 100,00
Sulawesi Utara 24,56 16,45 59,00 100,00
Sulawesi Tengah 37,54 15,20 47,26 100,00
Sulawesi Selatan 38,10 13,95 47,95 100,00
Sulawesi Tenggara 34,32 15,28 50,40 100,00
Gorontalo 42,97 11,09 45,94 100,00
Sulawesi Barat 47,39 13,16 39,45 100,00
Maluku 28,52 14,79 56,69 100,00
Maluku Utara 37,67 15,62 46,72 100,00
Papua Barat 34,24 14,35 51,41 100,00
Papua 65,99 11,09 22,92 100,00
Indonesia 39,46 16,73 43,81 100,00

565 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 25,68 19,21 55,11 100,00
Sumatera Utara 26,29 19,61 54,09 100,00
Sumatera Barat 32,27 17,55 50,17 100,00
Riau 32,31 18,86 48,83 100,00
Jambi 38,35 18,25 43,40 100,00
Sumatera Selatan 40,90 18,10 41,00 100,00
Bengkulu 36,96 17,16 45,88 100,00
Lampung 39,06 22,61 38,33 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 42,71 15,01 42,29 100,00
Kepulauan Riau 18,39 11,46 70,15 100,00
DKI Jakarta 16,38 14,36 69,27 100,00
Jawa Barat 38,38 17,90 43,72 100,00
Jawa Tengah 43,09 19,78 37,13 100,00
DI Yogyakarta 24,54 16,67 58,79 100,00
Jawa Timur 42,58 18,26 39,16 100,00
Banten 32,40 17,53 50,07 100,00
Bali 30,78 14,02 55,20 100,00
Nusa Tenggara Barat 42,93 16,61 40,46 100,00
Nusa Tenggara Timur 50,37 13,20 36,42 100,00
Kalimantan Barat 47,19 17,11 35,71 100,00
Kalimantan Tengah 38,57 18,99 42,44 100,00
Kalimantan Selatan 42,24 17,76 40,00 100,00
Kalimantan Timur 28,57 15,16 56,27 100,00
Kalimantan Utara 31,63 15,86 52,52 100,00
Sulawesi Utara 29,92 18,54 51,54 100,00
Sulawesi Tengah 39,03 17,09 43,88 100,00
Sulawesi Selatan 40,25 14,84 44,91 100,00
Sulawesi Tenggara 33,51 15,92 50,57 100,00
Gorontalo 50,04 11,55 38,41 100,00
Sulawesi Barat 48,27 13,75 37,98 100,00
Maluku 26,77 16,09 57,14 100,00
Maluku Utara 33,82 17,80 48,38 100,00
Papua Barat 28,87 16,25 54,88 100,00
Papua 56,63 12,66 30,71 100,00
Indonesia 37,69 17,76 44,55 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

566 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 14,62 15,42 69,96 100,00
Sumatera Utara 18,54 18,43 63,03 100,00
Sumatera Barat 23,84 17,20 58,96 100,00
Riau 19,28 16,95 63,77 100,00
Jambi 24,26 17,35 58,39 100,00
Sumatera Selatan 25,42 16,26 58,33 100,00
Bengkulu 17,77 17,26 64,97 100,00
Lampung 29,00 16,78 54,22 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 35,31 16,43 48,26 100,00
Kepulauan Riau 15,74 11,56 72,71 100,00
DKI Jakarta 14,28 15,19 70,53 100,00
Jawa Barat 31,87 17,79 50,34 100,00
Jawa Tengah 33,93 19,86 46,21 100,00
DI Yogyakarta 15,64 14,32 70,03 100,00
Jawa Timur 30,13 18,18 51,69 100,00
Banten 23,41 17,03 59,56 100,00
Bali 20,14 13,16 66,70 100,00
Nusa Tenggara Barat 34,01 15,65 50,34 100,00
Nusa Tenggara Timur 24,82 13,32 61,85 100,00
Kalimantan Barat 31,75 15,64 52,61 100,00
Kalimantan Tengah 27,63 16,78 55,59 100,00
Kalimantan Selatan 32,01 16,41 51,58 100,00
Kalimantan Timur 21,01 14,19 64,80 100,00
Kalimantan Utara 27,62 14,80 57,58 100,00
Sulawesi Utara 26,67 17,20 56,12 100,00
Sulawesi Tengah 24,53 15,03 60,44 100,00
Sulawesi Selatan 28,71 14,30 56,98 100,00
Sulawesi Tenggara 18,66 13,26 68,09 100,00
Gorontalo 40,89 14,33 44,79 100,00
Sulawesi Barat 38,13 13,29 48,58 100,00
Maluku 13,76 13,44 72,80 100,00
Maluku Utara 15,19 16,67 68,14 100,00
Papua Barat 16,03 14,70 69,27 100,00
Papua 18,68 12,32 69,00 100,00
Indonesia 27,15 17,13 55,72 100,00

567 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 14,69 12,89 72,42 100,00
Sumatera Utara 18,29 16,17 65,54 100,00
Sumatera Barat 20,40 13,57 66,03 100,00
Riau 17,57 16,29 66,14 100,00
Jambi 26,55 14,60 58,85 100,00
Sumatera Selatan 25,93 15,54 58,53 100,00
Bengkulu 20,81 12,00 67,19 100,00
Lampung 26,36 17,23 56,41 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 29,68 13,21 57,11 100,00
Kepulauan Riau 13,77 10,21 76,02 100,00
DKI Jakarta 19,74 13,02 67,24 100,00
Jawa Barat 32,80 18,08 49,12 100,00
Jawa Tengah 35,55 17,49 46,95 100,00
DI Yogyakarta 19,81 14,75 65,44 100,00
Jawa Timur 34,29 16,60 49,11 100,00
Banten 22,75 16,95 60,30 100,00
Bali 27,94 13,17 58,89 100,00
Nusa Tenggara Barat 41,40 17,03 41,57 100,00
Nusa Tenggara Timur 25,38 12,07 62,55 100,00
Kalimantan Barat 28,55 16,61 54,84 100,00
Kalimantan Tengah 26,74 13,02 60,24 100,00
Kalimantan Selatan 29,95 15,78 54,27 100,00
Kalimantan Timur 22,82 13,91 63,26 100,00
Kalimantan Utara 23,13 17,23 59,64 100,00
Sulawesi Utara 17,67 14,47 67,86 100,00
Sulawesi Tengah 21,05 10,53 68,42 100,00
Sulawesi Selatan 24,21 11,34 64,45 100,00
Sulawesi Tenggara 17,93 11,87 70,21 100,00
Gorontalo 30,14 11,31 58,55 100,00
Sulawesi Barat 38,08 12,56 49,35 100,00
Maluku 15,18 11,75 73,07 100,00
Maluku Utara 21,86 12,40 65,74 100,00
Papua Barat 20,60 11,80 67,60 100,00
Papua 23,80 14,41 61,79 100,00
Indonesia 28,66 16,03 55,31 100,00

568 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 14,65 14,44 70,91 100,00
Sumatera Utara 18,44 17,52 64,04 100,00
Sumatera Barat 22,40 15,68 61,93 100,00
Riau 18,63 16,70 64,67 100,00
Jambi 25,14 16,30 58,56 100,00
Sumatera Selatan 25,62 15,97 58,41 100,00
Bengkulu 19,02 15,11 65,88 100,00
Lampung 27,97 16,96 55,07 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 33,34 15,31 51,36 100,00
Kepulauan Riau 15,00 11,05 73,95 100,00
DKI Jakarta 16,38 14,36 69,27 100,00
Jawa Barat 32,21 17,90 49,89 100,00
Jawa Tengah 34,63 18,84 46,53 100,00
DI Yogyakarta 17,51 14,51 67,98 100,00
Jawa Timur 31,81 17,54 50,64 100,00
Banten 23,17 17,00 59,83 100,00
Bali 23,74 13,17 63,10 100,00
Nusa Tenggara Barat 37,26 16,26 46,48 100,00
Nusa Tenggara Timur 25,07 12,77 62,16 100,00
Kalimantan Barat 30,52 16,01 53,46 100,00
Kalimantan Tengah 27,29 15,38 57,33 100,00
Kalimantan Selatan 31,21 16,16 52,62 100,00
Kalimantan Timur 21,68 14,09 64,23 100,00
Kalimantan Utara 26,06 15,64 58,30 100,00
Sulawesi Utara 23,47 16,23 60,30 100,00
Sulawesi Tengah 23,13 13,23 63,64 100,00
Sulawesi Selatan 26,90 13,11 59,99 100,00
Sulawesi Tenggara 18,36 12,69 68,95 100,00
Gorontalo 36,44 13,08 50,49 100,00
Sulawesi Barat 38,11 12,98 48,91 100,00
Maluku 14,35 12,74 72,91 100,00
Maluku Utara 17,71 15,06 67,23 100,00
Papua Barat 17,74 13,61 68,65 100,00
Papua 20,54 13,08 66,39 100,00
Indonesia 27,75 16,70 55,56 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

569 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 29,62 22,64 47,73 100,00
Sumatera Utara 33,89 23,36 42,76 100,00
Sumatera Barat 42,79 20,07 37,14 100,00
Riau 40,29 21,98 37,73 100,00
Jambi 42,26 20,51 37,23 100,00
Sumatera Selatan 47,41 20,10 32,48 100,00
Bengkulu 43,62 19,37 37,02 100,00
Lampung 42,56 26,04 31,40 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 56,00 14,84 29,16 100,00
Kepulauan Riau 52,37 15,78 31,85 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 57,62 18,46 23,92 100,00
Jawa Tengah 50,23 21,48 28,29 100,00
DI Yogyakarta 39,33 23,56 37,11 100,00
Jawa Timur 51,48 20,31 28,21 100,00
Banten 54,86 20,60 24,54 100,00
Bali 39,17 16,58 44,25 100,00
Nusa Tenggara Barat 44,98 17,45 37,56 100,00
Nusa Tenggara Timur 56,51 13,84 29,65 100,00
Kalimantan Barat 53,07 18,10 28,84 100,00
Kalimantan Tengah 45,09 22,41 32,49 100,00
Kalimantan Selatan 49,04 20,13 30,83 100,00
Kalimantan Timur 40,66 17,99 41,35 100,00
Kalimantan Utara 38,76 16,11 45,13 100,00
Sulawesi Utara 39,39 22,30 38,30 100,00
Sulawesi Tengah 46,19 19,51 34,30 100,00
Sulawesi Selatan 50,62 16,20 33,18 100,00
Sulawesi Tenggara 40,46 17,98 41,56 100,00
Gorontalo 63,57 10,18 26,25 100,00
Sulawesi Barat 51,30 14,33 34,37 100,00
Maluku 33,26 19,28 47,45 100,00
Maluku Utara 37,82 19,87 42,31 100,00
Papua Barat 31,51 19,29 49,20 100,00
Papua 61,08 14,28 24,64 100,00
Indonesia 47,93 20,02 32,06 100,00

570 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (6) (7) (8) (9)
Aceh 33,78 19,79 46,43 100,00
Sumatera Utara 36,64 20,01 43,35 100,00
Sumatera Barat 38,81 17,99 43,20 100,00
Riau 42,22 16,78 41,01 100,00
Jambi 48,38 16,58 35,04 100,00
Sumatera Selatan 51,52 17,84 30,64 100,00
Bengkulu 48,36 16,11 35,53 100,00
Lampung 46,11 23,24 30,65 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 50,83 14,21 34,96 100,00
Kepulauan Riau 46,90 14,20 38,90 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 61,97 16,96 21,07 100,00
Jawa Tengah 54,32 19,77 25,91 100,00
DI Yogyakarta 46,69 20,73 32,58 100,00
Jawa Timur 59,28 17,35 23,37 100,00
Banten 61,80 15,96 22,24 100,00
Bali 53,91 15,09 31,01 100,00
Nusa Tenggara Barat 52,96 16,29 30,74 100,00
Nusa Tenggara Timur 59,09 12,71 28,20 100,00
Kalimantan Barat 58,96 16,93 24,11 100,00
Kalimantan Tengah 49,68 19,97 30,35 100,00
Kalimantan Selatan 54,41 17,45 28,14 100,00
Kalimantan Timur 44,72 15,71 39,57 100,00
Kalimantan Utara 43,90 16,39 39,71 100,00
Sulawesi Utara 32,32 18,67 49,01 100,00
Sulawesi Tengah 45,45 17,43 37,12 100,00
Sulawesi Selatan 48,36 15,87 35,78 100,00
Sulawesi Tenggara 43,00 17,08 39,92 100,00
Gorontalo 53,68 10,90 35,42 100,00
Sulawesi Barat 49,97 13,32 36,71 100,00
Maluku 37,60 16,87 45,53 100,00
Maluku Utara 44,30 16,97 38,73 100,00
Papua Barat 42,10 15,82 42,08 100,00
Papua 77,15 10,22 12,64 100,00
Indonesia 52,61 17,59 29,79 100,00

571 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.4.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-Laki + Perempuan
Provinsi
SD Kebawah SMP SMA Keatas Total
(1) (10) (11) (12) (13)
Aceh 31,17 21,58 47,25 100,00
Sumatera Utara 35,04 21,95 43,01 100,00
Sumatera Barat 41,20 19,24 39,56 100,00
Riau 40,94 20,22 38,83 100,00
Jambi 44,40 19,14 36,46 100,00
Sumatera Selatan 49,00 19,23 31,77 100,00
Bengkulu 45,42 18,13 36,45 100,00
Lampung 43,83 25,04 31,13 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 54,30 14,63 31,07 100,00
Kepulauan Riau 50,71 15,30 33,99 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 59,17 17,92 22,91 100,00
Jawa Tengah 51,93 20,77 27,30 100,00
DI Yogyakarta 42,76 22,24 35,00 100,00
Jawa Timur 54,75 19,07 26,18 100,00
Banten 57,30 18,97 23,73 100,00
Bali 46,09 15,88 38,03 100,00
Nusa Tenggara Barat 48,40 16,96 34,65 100,00
Nusa Tenggara Timur 57,68 13,33 28,99 100,00
Kalimantan Barat 55,36 17,64 27,00 100,00
Kalimantan Tengah 46,66 21,58 31,76 100,00
Kalimantan Selatan 51,18 19,06 29,76 100,00
Kalimantan Timur 41,99 17,24 40,77 100,00
Kalimantan Utara 40,45 16,20 43,35 100,00
Sulawesi Utara 36,96 21,05 41,99 100,00
Sulawesi Tengah 45,92 18,76 35,32 100,00
Sulawesi Selatan 49,74 16,07 34,19 100,00
Sulawesi Tenggara 41,49 17,62 40,90 100,00
Gorontalo 59,99 10,44 29,57 100,00
Sulawesi Barat 50,80 13,95 35,26 100,00
Maluku 35,01 18,31 46,68 100,00
Maluku Utara 40,08 18,86 41,07 100,00
Papua Barat 35,79 17,89 46,32 100,00
Papua 68,04 12,52 19,44 100,00
Indonesia 49,78 19,06 31,17 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

572 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 27,27 69,91 1,23 1,60 100
Sumatera Utara 25,82 70,32 1,50 2,36 100
Sumatera Barat 24,40 72,47 1,68 1,44 100
Riau 22,73 74,22 1,39 1,67 100
Jambi 21,19 75,60 1,28 1,94 100
Sumatera Selatan 23,14 73,41 1,58 1,87 100
Bengkulu 18,95 77,13 1,99 1,93 100
Lampung 21,38 74,99 1,70 1,93 100
Kepulauan Bangka Belitung 22,80 73,26 2,26 1,68 100
Kepulauan Riau 25,69 71,53 1,20 1,58 100
DKI Jakarta 24,26 71,96 1,79 1,99 100
Jawa Barat 19,17 76,23 2,53 2,07 100
Jawa Tengah 20,36 75,64 1,65 2,35 100
DI Yogyakarta 22,69 72,37 2,39 2,56 100
Jawa Timur 18,90 75,89 2,30 2,92 100
Banten 21,96 74,52 1,76 1,75 100
Bali 20,96 75,40 1,52 2,12 100
Nusa Tenggara Barat 19,13 76,70 2,46 1,72 100
Nusa Tenggara Timur 26,61 69,98 0,84 2,57 100
Kalimantan Barat 23,66 71,95 1,99 2,40 100
Kalimantan Tengah 19,99 75,64 1,99 2,37 100
Kalimantan Selatan 21,01 74,14 2,62 2,23 100
Kalimantan Timur 19,80 76,58 1,93 1,68 100
Kalimantan Utara 22,73 73,09 2,21 1,96 100
Sulawesi Utara 19,47 75,25 2,39 2,89 100
Sulawesi Tengah 21,97 73,06 2,23 2,74 100
Sulawesi Selatan 20,76 74,55 2,31 2,38 100
Sulawesi Tenggara 24,14 71,74 2,25 1,87 100
Gorontalo 18,75 76,78 1,96 2,51 100
Sulawesi Barat 22,97 73,21 1,87 1,95 100
Maluku 20,62 75,42 1,46 2,49 100
Maluku Utara 19,10 76,70 2,04 2,16 100
Papua Barat 22,88 72,68 1,67 2,77 100
Papua 18,97 74,90 1,60 4,53 100
Indonesia 21,14 74,62 1,98 2,27 100

573 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 20,62 62,71 4,38 12,29 100
Sumatera Utara 21,56 63,12 3,66 11,67 100
Sumatera Barat 15,69 70,33 5,33 8,65 100
Riau 18,69 69,10 3,86 8,35 100
Jambi 14,92 71,50 3,44 10,14 100
Sumatera Selatan 15,44 73,38 2,96 8,22 100
Bengkulu 12,52 75,73 4,01 7,74 100
Lampung 13,46 75,27 2,51 8,76 100
Kepulauan Bangka Belitung 18,17 68,81 4,86 8,16 100
Kepulauan Riau 27,79 64,12 3,22 4,88 100
DKI Jakarta 29,64 55,20 5,33 9,83 100
Jawa Barat 18,53 67,44 4,65 9,38 100
Jawa Tengah 13,65 72,90 3,42 10,03 100
DI Yogyakarta 17,47 69,85 3,48 9,20 100
Jawa Timur 12,77 70,97 3,92 12,35 100
Banten 22,19 63,26 5,17 9,38 100
Bali 17,33 73,91 1,44 7,31 100
Nusa Tenggara Barat 15,02 70,48 5,84 8,66 100
Nusa Tenggara Timur 20,35 67,58 3,26 8,81 100
Kalimantan Barat 16,09 72,08 3,33 8,50 100
Kalimantan Tengah 14,82 72,99 3,35 8,84 100
Kalimantan Selatan 15,98 67,89 4,64 11,49 100
Kalimantan Timur 18,81 67,15 4,97 9,06 100
Kalimantan Utara 19,69 69,57 4,92 5,82 100
Sulawesi Utara 15,36 71,07 3,80 9,77 100
Sulawesi Tengah 15,67 71,78 3,98 8,57 100
Sulawesi Selatan 20,65 66,00 3,88 9,47 100
Sulawesi Tenggara 17,04 69,61 4,78 8,57 100
Gorontalo 14,18 73,39 3,60 8,82 100
Sulawesi Barat 15,62 70,62 5,23 8,52 100
Maluku 17,97 67,95 3,73 10,35 100
Maluku Utara 13,67 73,07 4,03 9,23 100
Papua Barat 17,51 70,51 3,64 8,35 100
Papua 12,51 75,88 2,36 9,25 100
Indonesia 16,92 69,19 3,96 9,93 100

574 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki + Perempuan
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 24,76 67,20 2,42 5,63 100
Sumatera Utara 24,07 67,36 2,38 6,19 100
Sumatera Barat 20,84 71,60 3,17 4,39 100
Riau 21,30 72,41 2,26 4,03 100
Jambi 18,93 74,12 2,06 4,89 100
Sumatera Selatan 20,13 73,40 2,12 4,35 100
Bengkulu 16,45 76,59 2,77 4,19 100
Lampung 18,48 75,09 2,00 4,43 100
Kepulauan Bangka Belitung 21,22 71,74 3,15 3,89 100
Kepulauan Riau 26,46 68,80 1,94 2,79 100
DKI Jakarta 26,33 65,52 3,15 5,00 100
Jawa Barat 18,94 73,01 3,31 4,75 100
Jawa Tengah 17,52 74,48 2,40 5,60 100
DI Yogyakarta 20,33 71,23 2,88 5,56 100
Jawa Timur 16,37 73,86 2,96 6,80 100
Banten 22,05 70,47 2,99 4,50 100
Bali 19,28 74,71 1,49 4,53 100
Nusa Tenggara Barat 17,35 74,00 3,92 4,73 100
Nusa Tenggara Timur 23,79 68,90 1,93 5,38 100
Kalimantan Barat 20,73 72,00 2,51 4,76 100
Kalimantan Tengah 18,16 74,70 2,47 4,67 100
Kalimantan Selatan 19,03 71,68 3,42 5,87 100
Kalimantan Timur 19,45 73,24 3,01 4,30 100
Kalimantan Utara 21,70 71,90 3,13 3,27 100
Sulawesi Utara 18,03 73,79 2,89 5,30 100
Sulawesi Tengah 19,62 72,58 2,89 4,92 100
Sulawesi Selatan 20,71 71,18 2,93 5,17 100
Sulawesi Tenggara 21,27 70,88 3,28 4,58 100
Gorontalo 17,00 75,48 2,59 4,94 100
Sulawesi Barat 20,12 72,21 3,17 4,49 100
Maluku 19,54 72,38 2,39 5,69 100
Maluku Utara 17,16 75,41 2,75 4,68 100
Papua Barat 20,77 71,82 2,44 4,96 100
Papua 16,28 75,31 1,92 6,49 100
Indonesia 19,47 72,47 2,76 5,30 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

575 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 28,29 68,92 1,35 1,44 100
Sumatera Utara 25,40 70,78 1,67 2,15 100
Sumatera Barat 24,85 71,95 1,93 1,27 100
Riau 23,44 73,71 1,15 1,70 100
Jambi 23,25 73,58 1,42 1,74 100
Sumatera Selatan 26,60 70,01 1,59 1,80 100
Bengkulu 20,89 75,30 2,54 1,27 100
Lampung 22,73 73,34 1,86 2,07 100
Kepulauan Bangka Belitung 22,63 73,67 2,36 1,34 100
Kepulauan Riau 26,29 71,10 1,14 1,47 100
DKI Jakarta 24,26 71,96 1,79 1,99 100
Jawa Barat 20,46 74,96 2,48 2,10 100
Jawa Tengah 22,60 73,42 1,75 2,22 100
DI Yogyakarta 25,18 69,68 2,49 2,65 100
Jawa Timur 21,01 73,80 2,30 2,88 100
Banten 23,76 72,60 1,81 1,83 100
Bali 21,04 75,54 1,63 1,80 100
Nusa Tenggara Barat 21,57 75,05 2,26 1,13 100
Nusa Tenggara Timur 28,92 67,74 0,86 2,47 100
Kalimantan Barat 22,94 73,03 2,31 1,72 100
Kalimantan Tengah 20,40 75,22 2,35 2,03 100
Kalimantan Selatan 22,63 72,73 2,85 1,79 100
Kalimantan Timur 19,30 77,06 1,96 1,69 100
Kalimantan Utara 22,37 73,12 2,65 1,86 100
Sulawesi Utara 21,42 73,32 2,61 2,64 100
Sulawesi Tengah 23,34 72,28 2,04 2,34 100
Sulawesi Selatan 20,69 74,71 2,73 1,87 100
Sulawesi Tenggara 26,79 69,14 2,36 1,71 100
Gorontalo 19,61 75,53 2,18 2,69 100
Sulawesi Barat 23,14 73,96 1,43 1,48 100
Maluku 22,93 74,14 1,40 1,53 100
Maluku Utara 22,11 73,42 2,68 1,79 100
Papua Barat 23,59 72,57 1,68 2,17 100
Papua 22,27 73,24 1,66 2,83 100
Indonesia 22,35 73,43 2,08 2,14 100

576 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 23,71 61,82 4,63 9,84 100
Sumatera Utara 24,40 60,40 4,52 10,69 100
Sumatera Barat 18,58 67,49 5,93 8,00 100
Riau 23,30 64,24 4,49 7,98 100
Jambi 19,94 66,26 3,31 10,49 100
Sumatera Selatan 24,04 65,18 3,75 7,03 100
Bengkulu 17,57 71,61 3,98 6,85 100
Lampung 20,39 66,90 3,31 9,40 100
Kepulauan Bangka Belitung 20,78 65,66 6,23 7,33 100
Kepulauan Riau 28,99 63,38 3,09 4,55 100
DKI Jakarta 29,64 55,20 5,33 9,83 100
Jawa Barat 21,10 65,08 4,68 9,13 100
Jawa Tengah 16,51 69,83 3,74 9,92 100
DI Yogyakarta 20,99 67,19 2,99 8,83 100
Jawa Timur 15,84 68,21 4,48 11,46 100
Banten 26,29 60,08 5,13 8,50 100
Bali 19,24 72,38 1,53 6,86 100
Nusa Tenggara Barat 17,22 67,99 6,37 8,42 100
Nusa Tenggara Timur 29,74 59,18 3,67 7,41 100
Kalimantan Barat 23,30 65,02 3,78 7,90 100
Kalimantan Tengah 19,22 68,26 3,67 8,85 100
Kalimantan Selatan 20,45 64,88 5,61 9,07 100
Kalimantan Timur 22,01 63,99 5,71 8,29 100
Kalimantan Utara 23,32 66,30 5,41 4,96 100
Sulawesi Utara 19,34 65,73 4,77 10,16 100
Sulawesi Tengah 21,33 65,31 5,80 7,55 100
Sulawesi Selatan 25,71 61,43 3,72 9,15 100
Sulawesi Tenggara 21,67 65,33 6,27 6,73 100
Gorontalo 17,49 69,24 4,55 8,72 100
Sulawesi Barat 18,83 66,71 4,94 9,52 100
Maluku 23,28 62,01 4,50 10,20 100
Maluku Utara 18,47 66,31 5,52 9,71 100
Papua Barat 19,95 65,90 5,12 9,03 100
Papua 18,29 65,74 4,82 11,15 100
Indonesia 20,81 65,33 4,43 9,43 100

577 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 3/3)

Total
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 26,52 66,18 2,62 4,68 100
Sumatera Utara 24,99 66,59 2,82 5,60 100
Sumatera Barat 22,22 70,08 3,61 4,09 100
Riau 23,39 70,11 2,42 4,08 100
Jambi 21,98 70,78 2,15 5,10 100
Sumatera Selatan 25,58 68,08 2,46 3,89 100
Bengkulu 19,53 73,79 3,13 3,55 100
Lampung 21,81 70,83 2,43 4,93 100
Kepulauan Bangka Belitung 21,99 70,87 3,71 3,43 100
Kepulauan Riau 27,30 68,20 1,87 2,63 100
DKI Jakarta 26,33 65,52 3,15 5,00 100
Jawa Barat 20,70 71,30 3,29 4,71 100
Jawa Tengah 19,98 71,87 2,61 5,54 100
DI Yogyakarta 23,30 68,57 2,71 5,42 100
Jawa Timur 18,92 71,54 3,19 6,36 100
Banten 24,68 68,05 3,01 4,25 100
Bali 20,21 74,08 1,58 4,13 100
Nusa Tenggara Barat 19,66 71,94 4,07 4,33 100
Nusa Tenggara Timur 29,28 63,97 2,10 4,65 100
Kalimantan Barat 23,08 69,96 2,87 4,09 100
Kalimantan Tengah 19,96 72,62 2,84 4,58 100
Kalimantan Selatan 21,78 69,68 3,92 4,61 100
Kalimantan Timur 20,30 72,25 3,34 4,12 100
Kalimantan Utara 22,70 70,76 3,61 2,93 100
Sulawesi Utara 20,68 70,62 3,38 5,32 100
Sulawesi Tengah 22,54 69,49 3,55 4,42 100
Sulawesi Selatan 22,71 69,37 3,12 4,80 100
Sulawesi Tenggara 24,71 67,59 3,95 3,75 100
Gorontalo 18,73 72,93 3,16 5,18 100
Sulawesi Barat 21,32 70,90 2,91 4,87 100
Maluku 23,07 69,13 2,68 5,12 100
Maluku Utara 20,74 70,74 3,75 4,77 100
Papua Barat 22,23 70,07 2,97 4,74 100
Papua 20,83 70,52 2,81 5,84 100
Indonesia 21,74 70,23 3,01 5,02 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

578 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja
selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021

Laki-laki
Cerai Hidup Cerai Mati

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 1,35 0,25 18,11 0,87 1,83 1,44 0,26 18,19 0,93 1,95
Sumatera Utara 1,67 0,19 11,26 1,30 2,04 2,15 0,21 9,66 1,75 2,56
Sumatera Barat 1,93 0,28 14,58 1,38 2,49 1,27 0,25 19,87 0,78 1,77
Riau 1,15 0,25 21,42 0,67 1,64 1,70 0,26 15,51 1,18 2,21
Jambi 1,42 0,31 21,42 0,83 2,02 1,74 0,33 18,85 1,10 2,38
Sumatera Selatan 1,59 0,28 17,46 1,05 2,14 1,80 0,26 14,24 1,30 2,30
Bengkulu 2,54 0,44 17,42 1,67 3,40 1,27 0,30 23,26 0,69 1,85
Lampung 1,86 0,30 15,92 1,28 2,44 2,07 0,33 16,12 1,42 2,73
Kepulauan Bangka Belitung 2,36 0,36 15,30 1,65 3,07 1,34 0,30 22,57 0,75 1,93
Kepulauan Riau 1,14 0,31 27,34 0,53 1,75 1,47 0,28 18,72 0,93 2,02
DKI Jakarta 1,79 0,21 11,77 1,38 2,21 1,99 0,23 11,31 1,55 2,43
Jawa Barat 2,48 0,16 6,50 2,16 2,79 2,10 0,15 6,94 1,82 2,39
Jawa Tengah 1,75 0,12 6,91 1,51 1,99 2,22 0,14 6,29 1,95 2,50
DI Yogyakarta 2,49 0,40 16,21 1,70 3,28 2,66 0,34 12,73 1,99 3,32
Jawa Timur 2,30 0,15 6,34 2,02 2,59 2,88 0,15 5,24 2,58 3,18
Banten 1,81 0,25 13,95 1,31 2,30 1,83 0,23 12,76 1,38 2,29
Bali 1,63 0,27 16,83 1,09 2,16 1,80 0,24 13,13 1,34 2,26
Nusa Tenggara Barat 2,26 0,36 15,91 1,55 2,96 1,13 0,23 20,05 0,68 1,57
Nusa Tenggara Timur 0,86 0,24 27,53 0,40 1,33 2,47 0,39 15,93 1,70 3,25
Kalimantan Barat 2,31 0,33 14,09 1,67 2,94 1,72 0,30 17,65 1,12 2,31
Kalimantan Tengah 2,35 0,43 18,48 1,50 3,20 2,03 0,34 16,47 1,38 2,69
Kalimantan Selatan 2,85 0,40 14,09 2,06 3,63 1,79 0,30 16,76 1,20 2,38
Kalimantan Timur 1,96 0,29 14,57 1,40 2,51 1,69 0,26 15,36 1,18 2,19
Kalimantan Utara 2,65 0,54 20,26 1,60 3,70 1,86 0,44 23,71 0,99 2,72
Sulawesi Utara 2,61 0,41 15,72 1,81 3,42 2,64 0,31 11,84 2,03 3,26
Sulawesi Tengah 2,04 0,41 19,88 1,25 2,84 2,34 0,45 19,04 1,47 3,21
Sulawesi Selatan 2,73 0,36 13,21 2,02 3,43 1,87 0,24 12,58 1,41 2,33
Sulawesi Tenggara 2,36 0,46 19,36 1,47 3,26 1,71 0,32 18,97 1,07 2,34
Gorontalo 2,18 0,51 23,25 1,19 3,18 2,69 0,57 21,09 1,58 3,80
Sulawesi Barat 1,43 0,45 31,58 0,55 2,31 1,48 0,57 38,78 0,36 2,60
Maluku 1,40 0,36 25,75 0,69 2,10 1,53 0,34 22,26 0,86 2,20
Maluku Utara 2,68 0,55 20,49 1,60 3,76 1,79 0,39 21,67 1,03 2,55
Papua Barat 1,68 0,44 26,12 0,82 2,54 2,17 0,58 26,94 1,02 3,31
Papua 1,66 0,34 20,16 1,01 2,32 2,83 0,45 15,92 1,94 3,71
Indonesia 2,08 0,06 2,78 1,97 2,20 2,14 0,06 2,57 2,03 2,24
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

579 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 26,77 70,39 1,17 1,67 100
Sumatera Utara 26,31 69,80 1,30 2,60 100
Sumatera Barat 24,01 72,93 1,47 1,59 100
Riau 22,30 74,52 1,53 1,65 100
Jambi 20,30 76,47 1,21 2,02 100
Sumatera Selatan 21,34 75,18 1,57 1,91 100
Bengkulu 18,09 77,95 1,74 2,22 100
Lampung 20,83 75,67 1,63 1,87 100
Kepulauan Bangka Belitung 23,00 72,76 2,15 2,09 100
Kepulauan Riau 20,58 75,25 1,71 2,45 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 14,92 80,43 2,71 1,94 100
Jawa Tengah 18,07 77,90 1,55 2,48 100
DI Yogyakarta 16,03 79,57 2,11 2,29 100
Jawa Timur 16,44 78,30 2,29 2,97 100
Banten 17,22 79,61 1,63 1,54 100
Bali 20,77 75,10 1,30 2,83 100
Nusa Tenggara Barat 16,82 78,25 2,64 2,29 100
Nusa Tenggara Timur 25,93 70,64 0,83 2,60 100
Kalimantan Barat 24,02 71,42 1,83 2,74 100
Kalimantan Tengah 19,72 75,93 1,75 2,60 100
Kalimantan Selatan 19,68 75,29 2,44 2,59 100
Kalimantan Timur 20,72 75,71 1,89 1,67 100
Kalimantan Utara 23,29 73,05 1,54 2,12 100
Sulawesi Utara 17,37 77,32 2,15 3,16 100
Sulawesi Tengah 21,42 73,37 2,31 2,90 100
Sulawesi Selatan 20,80 74,44 2,03 2,73 100
Sulawesi Tenggara 22,75 73,10 2,19 1,96 100
Gorontalo 18,17 77,62 1,81 2,40 100
Sulawesi Barat 22,93 73,04 1,98 2,05 100
Maluku 19,12 76,25 1,51 3,12 100
Maluku Utara 17,98 77,91 1,80 2,30 100
Papua Barat 22,42 72,75 1,67 3,17 100
Papua 17,79 75,50 1,58 5,13 100
Indonesia 19,67 76,05 1,85 2,43 100

580 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 19,02 63,17 4,26 13,55 100
Sumatera Utara 18,51 66,03 2,74 12,72 100
Sumatera Barat 12,94 73,02 4,76 9,28 100
Riau 15,42 72,56 3,41 8,61 100
Jambi 12,40 74,13 3,51 9,96 100
Sumatera Selatan 10,71 77,89 2,52 8,87 100
Bengkulu 9,94 77,84 4,03 8,19 100
Lampung 10,20 79,21 2,14 8,45 100
Kepulauan Bangka Belitung 14,75 72,94 3,07 9,25 100
Kepulauan Riau 13,71 72,85 4,66 8,77 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 9,52 75,71 4,53 10,25 100
Jawa Tengah 10,55 76,23 3,08 10,14 100
DI Yogyakarta 8,70 76,47 4,70 10,13 100
Jawa Timur 9,41 73,98 3,29 13,31 100
Banten 10,73 72,14 5,29 11,84 100
Bali 13,29 77,18 1,26 8,28 100
Nusa Tenggara Barat 12,84 72,95 5,31 8,90 100
Nusa Tenggara Timur 17,72 69,94 3,15 9,20 100
Kalimantan Barat 12,60 75,49 3,11 8,80 100
Kalimantan Tengah 11,37 76,70 3,09 8,83 100
Kalimantan Selatan 12,46 70,27 3,87 13,40 100
Kalimantan Timur 11,82 74,07 3,36 10,76 100
Kalimantan Utara 13,62 75,05 4,08 7,25 100
Sulawesi Utara 10,87 77,08 2,72 9,33 100
Sulawesi Tengah 12,96 74,87 3,11 9,06 100
Sulawesi Selatan 16,92 69,36 4,01 9,71 100
Sulawesi Tenggara 14,59 71,87 4,00 9,53 100
Gorontalo 11,43 76,86 2,81 8,90 100
Sulawesi Barat 14,73 71,71 5,31 8,25 100
Maluku 14,35 71,99 3,21 10,45 100
Maluku Utara 11,65 75,91 3,40 9,04 100
Papua Barat 16,10 73,17 2,79 7,95 100
Papua 10,98 78,56 1,71 8,75 100
Indonesia 12,17 73,88 3,39 10,55 100

581 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki + Perempuan
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 23,88 67,70 2,32 6,10 100
Sumatera Utara 23,03 68,21 1,90 6,85 100
Sumatera Barat 19,60 72,97 2,78 4,66 100
Riau 19,98 73,86 2,16 4,00 100
Jambi 17,54 75,65 2,01 4,80 100
Sumatera Selatan 17,24 76,22 1,94 4,60 100
Bengkulu 15,00 77,91 2,61 4,49 100
Lampung 17,04 76,93 1,81 4,22 100
Kepulauan Bangka Belitung 20,28 72,82 2,45 4,45 100
Kepulauan Riau 18,49 74,52 2,61 4,37 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 12,99 78,75 3,36 4,90 100
Jawa Tengah 14,94 77,20 2,19 5,67 100
DI Yogyakarta 12,62 78,13 3,32 5,94 100
Jawa Timur 13,49 76,49 2,71 7,31 100
Banten 14,94 76,99 2,92 5,15 100
Bali 17,26 76,08 1,28 5,39 100
Nusa Tenggara Barat 15,12 75,98 3,78 5,12 100
Nusa Tenggara Timur 22,21 70,32 1,88 5,59 100
Kalimantan Barat 19,58 73,00 2,33 5,09 100
Kalimantan Tengah 16,87 76,20 2,21 4,73 100
Kalimantan Selatan 16,80 73,29 3,01 6,89 100
Kalimantan Timur 17,80 75,17 2,37 4,66 100
Kalimantan Utara 20,11 73,71 2,37 3,80 100
Sulawesi Utara 15,13 77,24 2,35 5,28 100
Sulawesi Tengah 18,35 73,92 2,60 5,13 100
Sulawesi Selatan 19,29 72,47 2,80 5,44 100
Sulawesi Tenggara 19,45 72,60 2,92 5,02 100
Gorontalo 15,73 77,35 2,17 4,75 100
Sulawesi Barat 19,83 72,53 3,24 4,40 100
Maluku 17,20 74,53 2,19 6,07 100
Maluku Utara 15,78 77,22 2,36 4,65 100
Papua Barat 19,86 72,92 2,12 5,10 100
Papua 14,84 76,82 1,64 6,70 100
Indonesia 16,71 75,20 2,46 5,63 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

582 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama
Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 1/3)

Laki-laki
Cerai Hidup
Provinsi
Relative Selang kepercayaan 95%
Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Aceh 1,17 0,15 13,12 0,87 1,47
Sumatera Utara 1,30 0,14 10,49 1,03 1,56
Sumatera Barat 1,47 0,17 11,60 1,13 1,80
Riau 1,53 0,19 12,62 1,15 1,91
Jambi 1,21 0,19 15,44 0,85 1,58
Sumatera Selatan 1,57 0,16 10,25 1,26 1,89
Bengkulu 1,74 0,25 14,24 1,26 2,23
Lampung 1,63 0,17 10,43 1,30 1,96
Kepulauan Bangka Belitung 2,15 0,33 15,30 1,51 2,80
Kepulauan Riau 1,71 0,68 39,68 0,38 3,04
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,71 0,21 7,63 2,31 3,12
Jawa Tengah 1,56 0,11 7,20 1,34 1,77
DI Yogyakarta 2,11 0,47 22,37 1,19 3,04
Jawa Timur 2,29 0,13 5,81 2,03 2,55
Banten 1,63 0,30 18,18 1,05 2,22
Bali 1,30 0,28 21,68 0,75 1,85
Nusa Tenggara Barat 2,64 0,33 12,41 2,00 3,29
Nusa Tenggara Timur 0,83 0,09 11,30 0,65 1,02
Kalimantan Barat 1,83 0,20 11,11 1,43 2,22
Kalimantan Tengah 1,75 0,24 13,96 1,27 2,23
Kalimantan Selatan 2,44 0,24 9,64 1,98 2,90
Kalimantan Timur 1,89 0,38 19,96 1,15 2,64
Kalimantan Utara 1,54 0,44 28,87 0,67 2,41
Sulawesi Utara 2,15 0,25 11,61 1,66 2,64
Sulawesi Tengah 2,31 0,23 9,88 1,86 2,75
Sulawesi Selatan 2,03 0,16 7,99 1,71 2,35
Sulawesi Tenggara 2,19 0,24 10,99 1,72 2,67
Gorontalo 1,81 0,29 15,89 1,24 2,37
Sulawesi Barat 1,98 0,27 13,61 1,45 2,51
Maluku 1,51 0,27 17,86 0,98 2,03
Maluku Utara 1,80 0,27 15,04 1,27 2,33
Papua Barat 1,67 0,27 16,34 1,13 2,20
Papua 1,58 0,18 11,40 1,23 1,93
Indonesia 1,85 0,04 2,27 1,77 1,93

583 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama
Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 2/3)

Laki-laki
Cerai Mati
Provinsi
Relative Selang kepercayaan 95%
Estimasi Standar standar
error error Batas Bawah Batas Atas

(1) (7) (8) (9) (10) (11)


Aceh 1,67 0,15 9,21 1,37 1,97
Sumatera Utara 2,60 0,18 6,99 2,25 2,96
Sumatera Barat 1,59 0,18 11,36 1,24 1,95
Riau 1,65 0,21 12,55 1,24 2,06
Jambi 2,02 0,20 10,03 1,63 2,42
Sumatera Selatan 1,91 0,17 8,75 1,58 2,24
Bengkulu 2,22 0,26 11,61 1,72 2,73
Lampung 1,87 0,18 9,41 1,53 2,22
Kepulauan Bangka Belitung 2,09 0,40 19,01 1,31 2,87
Kepulauan Riau 2,45 0,78 31,96 0,92 3,99
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,94 0,16 8,25 1,63 2,25
Jawa Tengah 2,48 0,14 5,44 2,22 2,75
DI Yogyakarta 2,29 0,42 18,26 1,47 3,11
Jawa Timur 2,97 0,15 4,96 2,68 3,25
Banten 1,54 0,26 17,17 1,02 2,05
Bali 2,83 0,32 11,41 2,20 3,46
Nusa Tenggara Barat 2,29 0,30 13,19 1,70 2,88
Nusa Tenggara Timur 2,60 0,16 6,05 2,29 2,90
Kalimantan Barat 2,74 0,22 7,86 2,31 3,16
Kalimantan Tengah 2,60 0,27 10,23 2,08 3,12
Kalimantan Selatan 2,59 0,25 9,82 2,09 3,08
Kalimantan Timur 1,67 0,35 20,61 1,00 2,35
Kalimantan Utara 2,12 0,56 26,45 1,02 3,22
Sulawesi Utara 3,16 0,32 10,05 2,53 3,78
Sulawesi Tengah 2,90 0,27 9,30 2,37 3,43
Sulawesi Selatan 2,73 0,19 6,85 2,36 3,10
Sulawesi Tenggara 1,96 0,22 11,12 1,53 2,39
Gorontalo 2,40 0,35 14,48 1,72 3,08
Sulawesi Barat 2,05 0,27 13,05 1,53 2,58
Maluku 3,12 0,32 10,19 2,50 3,75
Maluku Utara 2,30 0,26 11,28 1,79 2,81
Papua Barat 3,17 0,33 10,48 2,52 3,82
Papua 5,14 0,41 7,91 4,34 5,93
Indonesia 2,43 0,04 1,81 2,34 2,51

584 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.5.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama
Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan, 2021 (lanjutan 3/3)

Perempuan
Cerai Hidup
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard Standard
Error Error (%) Batas Bawah Batas Atas
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 4,26 0,36 8,36 3,56 4,96
Sumatera Utara 2,74 0,22 8,18 2,30 3,18
Sumatera Barat 4,76 0,36 7,54 4,06 5,47
Riau 3,41 0,38 11,02 2,67 4,15
Jambi 3,51 0,38 10,92 2,76 4,26
Sumatera Selatan 2,52 0,23 9,04 2,08 2,97
Bengkulu 4,03 0,49 12,17 3,07 4,99
Lampung 2,14 0,24 11,26 1,67 2,61
Kepulauan Bangka Belitung 3,07 0,57 18,53 1,95 4,18
Kepulauan Riau 4,66 1,23 26,44 2,25 7,08
DKI Jakarta
Jawa Barat 4,53 0,34 7,49 3,86 5,19
Jawa Tengah 3,08 0,18 5,79 2,73 3,43
DI Yogyakarta 4,70 0,64 13,61 3,45 5,96
Jawa Timur 3,29 0,20 5,95 2,91 3,68
Banten 5,29 0,70 13,17 3,93 6,66
Bali 1,26 0,24 18,87 0,79 1,72
Nusa Tenggara Barat 5,31 0,60 11,25 4,14 6,48
Nusa Tenggara Timur 3,15 0,22 6,95 2,72 3,58
Kalimantan Barat 3,11 0,32 10,41 2,48 3,75
Kalimantan Tengah 3,10 0,42 13,47 2,28 3,91
Kalimantan Selatan 3,88 0,36 9,24 3,17 4,58
Kalimantan Timur 3,36 0,62 18,53 2,14 4,58
Kalimantan Utara 4,09 0,84 20,66 2,43 5,74
Sulawesi Utara 2,72 0,36 13,27 2,01 3,43
Sulawesi Tengah 3,11 0,34 10,84 2,45 3,77
Sulawesi Selatan 4,01 0,28 6,94 3,46 4,55
Sulawesi Tenggara 4,00 0,38 9,37 3,27 4,74
Gorontalo 2,81 0,47 16,73 1,89 3,73
Sulawesi Barat 5,31 0,58 10,85 4,18 6,44
Maluku 3,21 0,46 14,45 2,30 4,12
Maluku Utara 3,40 0,41 11,96 2,61 4,20
Papua Barat 2,79 0,39 13,99 2,02 3,55
Papua 1,71 0,20 11,85 1,32 2,11
Indonesia 3,39 0,07 1,97 3,26 3,53
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

585 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 2,16 40,09 17,18 40,57 100
Sumatera Utara 2,62 34,92 15,24 47,22 100
Sumatera Barat 3,01 38,22 16,83 41,95 100
Riau 2,08 38,44 15,79 43,69 100
Jambi 2,29 41,20 16,84 39,67 100
Sumatera Selatan 2,04 39,20 17,09 41,67 100
Bengkulu 2,95 40,64 16,54 39,87 100
Lampung 2,55 42,94 14,24 40,28 100
Kepulauan Bangka Belitung 3,41 28,96 17,59 50,04 100
Kepulauan Riau 2,82 20,57 22,54 54,08 100
DKI Jakarta 1,56 19,43 22,24 56,77 100
Jawa Barat 2,56 27,52 18,61 51,31 100
Jawa Tengah 3,66 29,85 15,22 51,27 100
DI Yogyakarta 3,71 34,12 16,04 46,13 100
Jawa Timur 2,62 35,95 15,02 46,40 100
Banten 2,45 23,83 19,61 54,11 100
Bali 3,13 43,18 17,28 36,41 100
Nusa Tenggara Barat 4,98 42,93 13,16 38,92 100
Nusa Tenggara Timur 3,96 52,65 14,28 29,11 100
Kalimantan Barat 2,63 39,77 15,28 42,31 100
Kalimantan Tengah 3,51 32,17 16,64 47,68 100
Kalimantan Selatan 4,27 39,83 14,79 41,10 100
Kalimantan Timur 2,80 26,19 17,36 53,66 100
Kalimantan Utara 3,45 32,91 15,87 47,77 100
Sulawesi Utara 3,28 32,23 16,55 47,93 100
Sulawesi Tengah 3,74 39,97 17,00 39,29 100
Sulawesi Selatan 3,72 39,35 14,59 42,33 100
Sulawesi Tenggara 4,18 38,07 16,04 41,72 100
Gorontalo 4,97 29,91 16,56 48,56 100
Sulawesi Barat 6,51 52,23 12,79 28,47 100
Maluku 4,88 37,87 15,04 42,21 100
Maluku Utara 4,31 35,56 16,78 43,36 100
Papua Barat 4,55 39,87 14,16 41,41 100
Papua 1,72 42,31 27,10 28,86 100
Indonesia 2,92 33,72 16,69 46,68 100

586 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,98 60,40 14,35 22,28 100
Sumatera Utara 2,99 47,75 13,95 35,32 100
Sumatera Barat 3,33 49,95 16,08 30,64 100
Riau 2,78 48,87 13,55 34,81 100
Jambi 2,71 56,66 13,68 26,95 100
Sumatera Selatan 2,12 51,30 15,29 31,28 100
Bengkulu 3,63 52,73 15,08 28,56 100
Lampung 2,32 55,43 11,72 30,52 100
Kepulauan Bangka Belitung 4,19 44,97 15,33 35,52 100
Kepulauan Riau 2,83 31,47 26,19 39,52 100
DKI Jakarta 1,59 30,22 21,91 46,28 100
Jawa Barat 2,56 40,41 16,85 40,17 100
Jawa Tengah 3,10 42,44 14,84 39,62 100
DI Yogyakarta 3,99 45,65 16,34 34,02 100
Jawa Timur 2,88 49,81 12,33 34,98 100
Banten 2,53 36,77 19,92 40,78 100
Bali 2,32 51,53 15,33 30,82 100
Nusa Tenggara Barat 3,73 55,15 10,30 30,82 100
Nusa Tenggara Timur 3,17 67,62 10,38 18,82 100
Kalimantan Barat 3,27 55,42 12,50 28,81 100
Kalimantan Tengah 4,10 46,41 13,21 36,29 100
Kalimantan Selatan 3,28 53,69 13,12 29,91 100
Kalimantan Timur 2,83 38,58 16,68 41,90 100
Kalimantan Utara 3,55 43,81 14,28 38,36 100
Sulawesi Utara 2,88 46,28 15,78 35,06 100
Sulawesi Tengah 4,07 55,78 13,65 26,50 100
Sulawesi Selatan 3,71 50,82 14,03 31,44 100
Sulawesi Tenggara 4,78 53,41 12,89 28,92 100
Gorontalo 3,98 43,01 18,57 34,45 100
Sulawesi Barat 6,47 63,61 8,33 21,59 100
Maluku 3,53 55,84 13,03 27,61 100
Maluku Utara 4,98 57,02 14,36 23,64 100
Papua Barat 3,72 56,43 12,39 27,46 100
Papua 1,02 53,95 23,06 21,97 100
Indonesia 2,92 47,06 14,92 35,11 100

587 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki + Perempuan
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 2,47 47,74 16,11 33,68 100
Sumatera Utara 2,77 40,20 14,71 42,33 100
Sumatera Barat 3,14 43,01 16,52 37,33 100
Riau 2,33 42,13 15,00 40,54 100
Jambi 2,44 46,77 15,70 35,09 100
Sumatera Selatan 2,07 43,93 16,39 37,61 100
Bengkulu 3,21 45,34 15,97 35,47 100
Lampung 2,46 47,52 13,31 36,70 100
Kepulauan Bangka Belitung 3,68 34,41 16,82 45,09 100
Kepulauan Riau 2,82 24,59 23,88 48,71 100
DKI Jakarta 1,57 23,58 22,12 52,74 100
Jawa Barat 2,56 32,25 17,97 47,22 100
Jawa Tengah 3,42 35,19 15,06 46,34 100
DI Yogyakarta 3,83 39,34 16,17 40,65 100
Jawa Timur 2,73 41,66 13,91 41,70 100
Banten 2,48 28,48 19,72 49,31 100
Bali 2,75 47,05 16,37 33,82 100
Nusa Tenggara Barat 4,44 48,23 11,92 35,41 100
Nusa Tenggara Timur 3,61 59,39 12,52 24,48 100
Kalimantan Barat 2,88 45,83 14,20 37,09 100
Kalimantan Tengah 3,72 37,22 15,42 43,64 100
Kalimantan Selatan 3,88 45,29 14,13 36,69 100
Kalimantan Timur 2,81 30,59 17,12 49,48 100
Kalimantan Utara 3,48 36,61 15,33 44,57 100
Sulawesi Utara 3,14 37,15 16,28 43,42 100
Sulawesi Tengah 3,86 45,88 15,75 34,51 100
Sulawesi Selatan 3,71 43,87 14,37 38,05 100
Sulawesi Tenggara 4,42 44,28 14,76 36,54 100
Gorontalo 4,59 34,94 17,33 43,14 100
Sulawesi Barat 6,49 56,64 11,06 25,80 100
Maluku 4,33 45,19 14,22 36,27 100
Maluku Utara 4,54 43,20 15,92 36,34 100
Papua Barat 4,23 46,38 13,47 35,93 100
Papua 1,43 47,16 25,42 25,99 100
Indonesia 2,92 38,99 15,99 42,10 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

588 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 2,41 29,34 19,50 48,75 100
Sumatera Utara 3,03 23,15 14,56 59,25 100
Sumatera Barat 3,03 30,71 16,14 50,12 100
Riau 2,31 23,14 18,15 56,40 100
Jambi 3,00 26,80 16,73 53,48 100
Sumatera Selatan 1,99 23,73 17,66 56,62 100
Bengkulu 2,93 26,32 16,32 54,44 100
Lampung 2,98 28,60 15,60 52,82 100
Kepulauan Bangka Belitung 4,14 24,15 16,97 54,74 100
Kepulauan Riau 2,67 18,83 23,03 55,47 100
DKI Jakarta 1,56 19,43 22,24 56,77 100
Jawa Barat 2,45 24,81 19,56 53,18 100
Jawa Tengah 3,96 26,12 15,85 54,07 100
DI Yogyakarta 4,17 32,09 16,03 47,70 100
Jawa Timur 2,89 29,68 16,07 51,37 100
Banten 1,36 21,18 21,00 56,45 100
Bali 3,13 40,10 17,66 39,11 100
Nusa Tenggara Barat 3,90 37,59 15,32 43,19 100
Nusa Tenggara Timur 5,10 36,12 16,17 42,61 100
Kalimantan Barat 2,38 26,61 16,87 54,15 100
Kalimantan Tengah 2,61 27,98 18,43 50,98 100
Kalimantan Selatan 4,39 32,12 14,77 48,72 100
Kalimantan Timur 3,29 23,13 18,48 55,10 100
Kalimantan Utara 3,61 25,29 15,48 55,62 100
Sulawesi Utara 3,43 26,58 15,28 54,71 100
Sulawesi Tengah 2,97 34,45 19,22 43,35 100
Sulawesi Selatan 3,85 25,31 16,01 54,83 100
Sulawesi Tenggara 4,41 30,93 16,31 48,35 100
Gorontalo 5,07 21,69 17,46 55,78 100
Sulawesi Barat 5,07 38,45 14,81 41,67 100
Maluku 5,08 29,04 14,21 51,68 100
Maluku Utara 3,26 25,39 19,16 52,19 100
Papua Barat 4,62 27,11 11,31 56,95 100
Papua 3,94 22,29 22,51 51,26 100
Indonesia 2,87 26,18 17,88 53,08 100

589 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,88 52,76 17,20 27,16 100
Sumatera Utara 2,89 37,22 14,22 45,67 100
Sumatera Barat 3,29 43,01 17,85 35,85 100
Riau 2,19 37,75 16,58 43,48 100
Jambi 3,01 47,07 15,60 34,32 100
Sumatera Selatan 2,02 38,94 16,08 42,96 100
Bengkulu 3,25 44,55 14,65 37,55 100
Lampung 2,71 40,15 15,35 41,79 100
Kepulauan Bangka Belitung 4,31 40,67 15,78 39,24 100
Kepulauan Riau 2,91 30,11 26,93 40,04 100
DKI Jakarta 1,59 30,22 21,91 46,28 100
Jawa Barat 2,53 37,13 18,20 42,14 100
Jawa Tengah 3,39 36,06 16,76 43,80 100
DI Yogyakarta 4,83 40,80 18,48 35,90 100
Jawa Timur 3,32 41,11 14,45 41,12 100
Banten 1,38 32,92 22,12 43,58 100
Bali 2,26 47,70 16,26 33,77 100
Nusa Tenggara Barat 3,75 48,96 12,61 34,69 100
Nusa Tenggara Timur 3,93 47,48 14,36 34,23 100
Kalimantan Barat 2,78 42,93 13,46 40,83 100
Kalimantan Tengah 3,30 41,71 14,98 40,01 100
Kalimantan Selatan 3,37 45,99 15,12 35,52 100
Kalimantan Timur 3,26 37,56 17,02 42,17 100
Kalimantan Utara 2,70 36,49 14,69 46,11 100
Sulawesi Utara 2,91 36,32 17,83 42,95 100
Sulawesi Tengah 3,80 46,24 17,55 32,41 100
Sulawesi Selatan 3,72 37,70 18,06 40,52 100
Sulawesi Tenggara 5,43 42,95 13,30 38,32 100
Gorontalo 3,21 32,32 21,19 43,29 100
Sulawesi Barat 7,23 50,89 9,03 32,85 100
Maluku 4,04 42,91 15,41 37,65 100
Maluku Utara 3,98 44,50 21,31 30,21 100
Papua Barat 4,74 42,84 13,79 38,63 100
Papua 2,57 38,36 21,16 37,91 100
Indonesia 2,90 38,48 17,18 41,44 100

590 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki + Perempuan
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 2,59 38,38 18,61 40,41 100
Sumatera Utara 2,98 28,83 14,43 53,77 100
Sumatera Barat 3,14 35,87 16,86 44,13 100
Riau 2,26 28,70 17,55 51,49 100
Jambi 3,00 34,58 16,30 46,13 100
Sumatera Selatan 2,00 29,82 17,03 51,15 100
Bengkulu 3,06 33,78 15,64 47,52 100
Lampung 2,87 33,11 15,50 48,51 100
Kepulauan Bangka Belitung 4,20 29,93 16,55 49,32 100
Kepulauan Riau 2,76 23,07 24,50 49,67 100
DKI Jakarta 1,57 23,58 22,12 52,74 100
Jawa Barat 2,48 29,37 19,06 49,09 100
Jawa Tengah 3,72 30,40 16,24 49,64 100
DI Yogyakarta 4,46 35,99 17,13 42,42 100
Jawa Timur 3,06 34,31 15,41 47,22 100
Banten 1,37 25,44 21,41 51,78 100
Bali 2,73 43,60 17,02 36,65 100
Nusa Tenggara Barat 3,83 42,59 14,13 39,45 100
Nusa Tenggara Timur 4,59 41,12 15,37 38,92 100
Kalimantan Barat 2,53 32,88 15,56 49,03 100
Kalimantan Tengah 2,87 33,10 17,14 46,89 100
Kalimantan Selatan 3,99 37,50 14,91 43,59 100
Kalimantan Timur 3,28 28,44 17,94 50,33 100
Kalimantan Utara 3,30 29,18 15,21 52,32 100
Sulawesi Utara 3,24 30,04 16,19 50,53 100
Sulawesi Tengah 3,30 39,17 18,56 38,97 100
Sulawesi Selatan 3,80 30,30 16,83 49,07 100
Sulawesi Tenggara 4,83 35,81 15,09 44,27 100
Gorontalo 4,30 26,09 19,00 50,61 100
Sulawesi Barat 5,98 43,70 12,37 37,94 100
Maluku 4,65 34,77 14,70 45,88 100
Maluku Utara 3,53 32,59 19,97 43,90 100
Papua Barat 4,66 33,00 12,24 50,09 100
Papua 3,44 28,12 22,02 46,42 100
Indonesia 2,88 31,04 17,60 48,48 100

591 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja
selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021

Perempuan
0 Jam
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 2,88 0,44 15,12 2,02 3,73
Sumatera Utara 2,89 0,32 11,16 2,26 3,53
Sumatera Barat 3,29 0,39 11,87 2,53 4,06
Riau 2,19 0,41 18,74 1,38 2,99
Jambi 3,01 0,55 18,22 1,93 4,08
Sumatera Selatan 2,02 0,37 18,56 1,28 2,75
Bengkulu 3,25 0,62 18,97 2,04 4,46
Lampung 2,71 0,53 19,59 1,67 3,74
Kepulauan Bangka Belitung 4,31 0,71 16,40 2,92 5,70
Kepulauan Riau 2,92 0,57 19,42 1,80 4,03
DKI Jakarta 1,59 0,30 18,98 1,00 2,18
Jawa Barat 2,53 0,22 8,57 2,11 2,96
Jawa Tengah 3,39 0,21 6,20 2,98 3,80
DI Yogyakarta 4,83 0,69 14,36 3,47 6,18
Jawa Timur 3,32 0,22 6,66 2,89 3,75
Banten 1,38 0,28 20,52 0,83 1,94
Bali 2,27 0,36 15,89 1,56 2,97
Nusa Tenggara Barat 3,75 0,44 11,80 2,88 4,61
Nusa Tenggara Timur 3,93 0,55 13,97 2,85 5,00
Kalimantan Barat 2,78 0,49 17,53 1,83 3,74
Kalimantan Tengah 3,30 0,50 15,25 2,32 4,29
Kalimantan Selatan 3,37 0,50 14,71 2,40 4,34
Kalimantan Timur 3,26 0,52 15,99 2,24 4,28
Kalimantan Utara 2,70 0,70 25,77 1,34 4,07
Sulawesi Utara 2,91 0,53 18,12 1,88 3,94
Sulawesi Tengah 3,80 0,70 18,40 2,43 5,17
Sulawesi Selatan 3,72 0,43 11,63 2,88 4,57
Sulawesi Tenggara 5,43 0,87 15,97 3,73 7,13
Gorontalo 3,21 0,66 20,46 1,92 4,49
Sulawesi Barat 7,23 1,35 18,60 4,60 9,87
Maluku 4,04 0,80 19,80 2,47 5,60
Maluku Utara 3,98 0,93 23,39 2,16 5,80
Papua Barat 4,74 1,09 22,91 2,61 6,86
Papua 2,57 0,57 22,24 1,45 3,69
Indonesia 2,90 0,08 2,79 2,74 3,06
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

592 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 2,04 45,32 16,04 36,59 100
Sumatera Utara 2,15 48,42 16,01 33,42 100
Sumatera Barat 2,99 44,76 17,42 34,83 100
Riau 1,94 47,48 14,40 36,18 100
Jambi 1,98 47,45 16,89 33,69 100
Sumatera Selatan 2,07 47,21 16,79 33,93 100
Bengkulu 2,96 47,06 16,64 33,34 100
Lampung 2,37 48,78 13,68 35,17 100
Kepulauan Bangka Belitung 2,53 34,72 18,34 44,41 100
Kepulauan Riau 4,05 35,39 18,33 42,23 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,90 36,49 15,48 45,14 100
Jawa Tengah 3,34 33,66 14,58 48,42 100
DI Yogyakarta 2,47 39,55 16,05 41,94 100
Jawa Timur 2,32 43,22 13,81 40,65 100
Banten 5,33 30,85 15,93 47,89 100
Bali 3,15 49,99 16,43 30,43 100
Nusa Tenggara Barat 5,99 47,98 11,13 34,90 100
Nusa Tenggara Timur 3,62 57,54 13,72 25,12 100
Kalimantan Barat 2,76 46,27 14,50 36,47 100
Kalimantan Tengah 4,12 35,03 15,42 45,42 100
Kalimantan Selatan 4,18 46,20 14,81 34,81 100
Kalimantan Timur 1,89 31,79 15,31 51,01 100
Kalimantan Utara 3,20 44,66 16,46 35,67 100
Sulawesi Utara 3,13 38,30 17,91 40,66 100
Sulawesi Tengah 4,05 42,21 16,10 37,64 100
Sulawesi Selatan 3,62 49,10 13,61 33,66 100
Sulawesi Tenggara 4,05 41,81 15,90 38,24 100
Gorontalo 4,91 35,44 15,95 43,70 100
Sulawesi Barat 6,84 55,42 12,33 25,41 100
Maluku 4,74 43,63 15,58 36,04 100
Maluku Utara 4,69 39,32 15,90 40,09 100
Papua Barat 4,51 48,20 16,03 31,26 100
Papua 0,93 49,43 28,74 20,90 100
Indonesia 2,99 42,87 15,24 38,89 100

593 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (2/3)

Perempuan
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 3,03 64,34 12,88 19,76 100
Sumatera Utara 3,08 59,02 13,65 24,24 100
Sumatera Barat 3,37 56,55 14,40 25,68 100
Riau 3,20 56,76 11,39 28,64 100
Jambi 2,57 61,48 12,71 23,24 100
Sumatera Selatan 2,18 58,08 14,86 24,87 100
Bengkulu 3,82 56,89 15,30 23,98 100
Lampung 2,14 62,63 10,02 25,21 100
Kepulauan Bangka Belitung 4,03 50,62 14,73 30,62 100
Kepulauan Riau 1,80 47,47 17,39 33,34 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,65 51,90 12,15 33,30 100
Jawa Tengah 2,78 49,37 12,76 35,09 100
DI Yogyakarta 1,90 57,71 11,03 29,36 100
Jawa Timur 2,40 59,31 10,01 28,28 100
Banten 5,74 47,52 13,78 32,95 100
Bali 2,43 59,69 13,35 24,54 100
Nusa Tenggara Barat 3,71 61,30 8,01 26,98 100
Nusa Tenggara Timur 2,96 73,27 9,26 14,50 100
Kalimantan Barat 3,50 61,47 12,03 23,00 100
Kalimantan Tengah 4,72 50,10 11,82 33,37 100
Kalimantan Selatan 3,20 59,78 11,53 25,49 100
Kalimantan Timur 1,90 40,83 15,95 41,32 100
Kalimantan Utara 4,96 56,08 13,59 25,38 100
Sulawesi Utara 2,86 57,50 13,48 26,16 100
Sulawesi Tengah 4,21 60,35 11,77 23,67 100
Sulawesi Selatan 3,70 60,49 11,06 24,75 100
Sulawesi Tenggara 4,43 58,95 12,67 23,95 100
Gorontalo 4,62 51,94 16,38 27,06 100
Sulawesi Barat 6,26 67,13 8,14 18,46 100
Maluku 3,18 64,64 11,41 20,77 100
Maluku Utara 5,39 62,28 11,45 20,88 100
Papua Barat 3,14 64,25 11,58 21,03 100
Papua 0,62 58,07 23,56 17,75 100
Indonesia 2,93 57,51 12,17 27,39 100

594 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.3
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki + Perempuan
Provinsi
0 jam 1-34 jam 35-40 jam 40 jam keatas Total
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 2,41 52,40 14,86 30,32 100
Sumatera Utara 2,55 52,87 15,02 29,56 100
Sumatera Barat 3,14 49,46 16,22 31,18 100
Riau 2,37 50,62 13,38 33,63 100
Jambi 2,18 52,35 15,43 30,04 100
Sumatera Selatan 2,11 51,40 16,05 30,44 100
Bengkulu 3,29 50,79 16,13 29,79 100
Lampung 2,29 53,72 12,37 31,62 100
Kepulauan Bangka Belitung 3,03 39,96 17,15 39,87 100
Kepulauan Riau 3,37 39,06 18,05 39,53 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,81 41,99 14,29 40,91 100
Jawa Tengah 3,11 40,19 13,82 42,88 100
DI Yogyakarta 2,20 48,01 13,71 36,08 100
Jawa Timur 2,36 49,97 12,22 35,46 100
Banten 5,47 36,69 15,18 42,66 100
Bali 2,81 54,55 14,98 27,66 100
Nusa Tenggara Barat 5,02 53,68 9,79 31,51 100
Nusa Tenggara Timur 3,32 64,67 11,70 20,31 100
Kalimantan Barat 3,05 52,18 13,54 31,23 100
Kalimantan Tengah 4,33 40,18 14,19 41,30 100
Kalimantan Selatan 3,79 51,61 13,50 31,10 100
Kalimantan Timur 1,89 34,76 15,52 47,83 100
Kalimantan Utara 3,78 48,41 15,52 32,29 100
Sulawesi Utara 3,04 44,91 16,38 35,67 100
Sulawesi Tengah 4,11 48,78 14,53 32,58 100
Sulawesi Selatan 3,65 53,51 12,63 30,21 100
Sulawesi Tenggara 4,21 48,73 14,59 32,47 100
Gorontalo 4,80 41,42 16,11 37,67 100
Sulawesi Barat 6,62 59,86 10,74 22,78 100
Maluku 4,11 52,09 13,90 29,89 100
Maluku Utara 4,94 47,31 14,35 33,40 100
Papua Barat 3,96 54,70 14,23 27,12 100
Papua 0,80 53,17 26,49 19,54 100
Indonesia 2,96 48,65 14,03 34,35 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

595 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.6.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di perdesaan yang Bekerja
selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021

Laki-laki Perempuan
0 Jam 0 Jam

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,04 0,22 10,86 1,61 2,48 3,03 0,34 11,33 2,35 3,70
Sumatera Utara 2,16 0,19 8,63 1,79 2,52 3,09 0,27 8,75 2,56 3,61
Sumatera Barat 2,99 0,27 9,10 2,46 3,52 3,37 0,36 10,61 2,67 4,07
Riau 1,95 0,24 12,39 1,47 2,42 3,21 0,40 12,45 2,42 3,99
Jambi 1,98 0,24 12,22 1,51 2,45 2,57 0,39 15,32 1,80 3,34
Sumatera Selatan 2,07 0,23 11,03 1,62 2,51 2,18 0,26 11,86 1,68 2,69
Bengkulu 2,96 0,32 10,92 2,32 3,59 3,82 0,52 13,63 2,80 4,84
Lampung 2,37 0,22 9,45 1,93 2,81 2,14 0,28 12,90 1,60 2,68
Kepulauan Bangka Belitung 2,53 0,51 20,11 1,53 3,53 4,03 0,74 18,43 2,58 5,49
Kepulauan Riau 4,05 0,84 20,61 2,41 5,69 1,80 0,47 26,17 0,88 2,72
DKI Jakarta
Jawa Barat 2,90 0,25 8,48 2,42 3,38 2,65 0,29 10,91 2,08 3,21
Jawa Tengah 3,34 0,20 5,89 2,96 3,73 2,78 0,20 7,23 2,39 3,17
DI Yogyakarta 2,47 0,50 20,18 1,49 3,45 1,90 0,43 22,74 1,05 2,74
Jawa Timur 2,32 0,16 6,89 2,01 2,63 2,40 0,17 7,15 2,07 2,74
Banten 5,33 0,83 15,60 3,70 6,96 5,74 1,00 17,41 3,78 7,70
Bali 3,15 0,53 16,79 2,11 4,19 2,43 0,41 17,05 1,62 3,24
Nusa Tenggara Barat 5,99 0,68 11,29 4,67 7,32 3,71 0,53 14,37 2,67 4,75
Nusa Tenggara Timur 3,62 0,24 6,71 3,14 4,10 2,96 0,24 7,93 2,50 3,42
Kalimantan Barat 2,76 0,26 9,50 2,25 3,27 3,50 0,41 11,65 2,70 4,30
Kalimantan Tengah 4,12 0,50 12,17 3,14 5,11 4,72 0,78 16,62 3,18 6,25
Kalimantan Selatan 4,18 0,42 10,05 3,36 5,01 3,20 0,37 11,41 2,49 3,92
Kalimantan Timur 1,89 0,39 20,41 1,14 2,65 1,90 0,47 24,74 0,98 2,82
Kalimantan Utara 3,20 0,96 29,97 1,32 5,08 4,96 1,06 21,41 2,88 7,04
Sulawesi Utara 3,13 0,35 11,11 2,45 3,81 2,86 0,40 13,97 2,08 3,64
Sulawesi Tengah 4,05 0,35 8,67 3,36 4,74 4,21 0,43 10,20 3,37 5,05
Sulawesi Selatan 3,62 0,27 7,56 3,09 4,16 3,70 0,30 8,05 3,12 4,28
Sulawesi Tenggara 4,05 0,39 9,67 3,28 4,82 4,43 0,46 10,29 3,54 5,33
Gorontalo 4,91 0,53 10,86 3,86 5,95 4,62 0,64 13,94 3,36 5,88
Sulawesi Barat 6,84 0,76 11,05 5,36 8,32 6,27 0,91 14,57 4,48 8,05
Maluku 4,75 0,72 15,13 3,34 6,15 3,18 0,47 14,90 2,25 4,11
Maluku Utara 4,69 0,55 11,76 3,61 5,78 5,39 0,82 15,13 3,80 6,99
Papua Barat 4,51 0,53 11,71 3,47 5,55 3,14 0,44 14,02 2,28 4,00
Papua 0,94 0,14 14,97 0,66 1,21 0,62 0,12 18,64 0,39 0,84
Indonesia 2,99 0,06 2,11 2,86 3,11 2,93 0,07 2,39 2,79 3,07
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

596 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.7
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Tipe Daerah, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Jumlah Jam Kerja, 2021

Laki-laki Perempuan
Tipe 35- 40 35- 40
Daerah Kelompok Umur 1-34 1-34
0 jam 40 jam Total 0 jam 40 jam Total
jam jam
jam keatas jam keatas
(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Perkotaan 15-19 tahun 0,90 47,34 10,82 40,94 100 1,30 48,32 10,62 39,75 100
20-24 tahun 2,28 23,37 17,30 57,06 100 1,96 29,82 20,02 48,20 100
25-29 tahun 2,23 20,64 19,55 57,58 100 2,29 32,95 22,87 41,89 100
30-34 tahun 2,29 21,40 19,43 56,88 100 3,13 35,21 18,67 42,99 100
35-39 tahun 2,30 21,37 18,72 57,61 100 2,79 37,52 17,71 41,97 100
40-44 tahun 2,47 22,54 18,07 56,91 100 2,71 38,19 17,03 42,08 100
45-49 tahun 3,15 23,77 18,51 54,57 100 3,02 39,34 15,57 42,07 100
50-54 tahun 3,12 27,70 18,64 50,53 100 3,37 40,64 16,34 39,65 100
55-59 tahun 3,96 33,15 17,93 44,96 100 3,59 43,92 14,94 37,55 100
60 tahun keatas 5,35 43,33 13,31 38,01 100 4,42 49,72 11,55 34,30 100
Total 2,87 26,18 17,88 53,08 100 2,90 38,48 17,18 41,44 100
15-19 tahun 1,15 65,46 9,14 24,24 100 0,79 63,66 9,17 26,38 100
20-24 tahun 1,99 41,70 13,92 42,39 100 1,98 49,14 13,44 35,43 100
25-29 tahun 2,40 36,79 15,77 45,04 100 2,93 53,05 13,69 30,32 100
30-34 tahun 2,41 36,26 16,24 45,09 100 3,00 54,14 13,11 29,75 100
35-39 tahun 2,31 36,41 16,46 44,81 100 2,78 53,09 13,31 30,82 100
Perdesaan 40-44 tahun 2,69 37,35 16,70 43,26 100 2,24 55,14 12,77 29,86 100
45-49 tahun 2,65 38,94 16,26 42,16 100 2,72 56,90 12,34 28,04 100
50-54 tahun 3,21 42,87 16,10 37,82 100 3,07 59,80 11,86 25,26 100
55-59 tahun 4,11 48,08 14,89 32,92 100 3,19 62,52 12,13 22,15 100
60 tahun keatas 5,45 57,84 13,17 23,54 100 4,73 67,95 9,08 18,24 100
Total 2,99 42,87 15,24 38,89 100 2,93 57,51 12,17 27,39 100
15-19 tahun 1,04 57,49 9,88 31,59 100 1,07 55,37 9,96 33,60 100
20-24 tahun 2,15 31,46 15,81 50,58 100 1,97 36,91 17,61 43,51 100
25-29 tahun 2,30 27,48 17,95 52,26 100 2,55 40,93 19,22 37,29 100
30-34 tahun 2,34 27,72 18,07 51,86 100 3,07 43,40 16,26 37,26 100
35-39 tahun 2,31 27,82 17,75 52,12 100 2,79 44,48 15,74 36,99 100
Total 40-44 tahun 2,57 28,93 17,48 51,02 100 2,50 45,84 15,10 36,56 100
45-49 tahun 2,93 30,44 17,52 49,12 100 2,88 47,39 14,09 35,64 100
50-54 tahun 3,16 34,47 17,51 44,85 100 3,23 49,77 14,21 32,79 100
55-59 tahun 4,03 40,19 16,49 39,29 100 3,39 53,00 13,57 30,04 100
60 tahun keatas 5,41 51,03 13,23 30,33 100 4,59 59,51 10,23 25,68 100
Total 2,92 33,72 16,69 46,68 100 2,92 47,06 14,92 35,11 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

597 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.8.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang Lalu
menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021

Status Pekerjaan Utama


Berusaha Berusaha Pekerja
Ber dibantu Pekerja dibantu Buruh/ kelu-
Provinsi usaha tidak tetap/pe- pekerja karyawan/ Pekerja arga/ Total
Sendiri pegawai bebas
kerja keluarga/ tetap dan tidak
tidak dibayar dibayar dibayar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 22,97 12,59 3,74 35,57 11,79 13,34 100,00
Sumatera Utara 19,17 14,85 3,39 37,28 9,16 16,15 100,00
Sumatera Barat 21,06 16,62 3,43 31,80 11,78 15,32 100,00
Riau 20,15 10,65 5,15 40,28 12,21 11,56 100,00
Jambi 21,78 14,57 4,34 33,65 10,87 14,79 100,00
Sumatera Selatan 21,62 16,84 2,38 33,46 7,75 17,95 100,00
Bengkulu 19,96 19,19 3,74 28,10 10,52 18,49 100,00
Lampung 19,69 19,04 2,54 26,15 13,95 18,63 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 24,93 9,90 4,96 44,11 6,43 9,66 100,00
Kepulauan Riau 19,93 5,81 3,00 61,79 3,83 5,62 100,00
DKI Jakarta 23,47 5,36 3,20 58,54 4,05 5,38 100,00
Jawa Barat 22,22 10,39 3,14 42,25 13,21 8,79 100,00
Jawa Tengah 19,79 15,33 3,10 36,53 12,43 12,83 100,00
DI Yogyakarta 19,17 16,05 3,53 41,12 6,74 13,40 100,00
Jawa Timur 18,80 16,59 3,40 33,96 11,97 15,28 100,00
Banten 22,46 8,15 2,05 49,09 9,80 8,46 100,00
Bali 16,15 18,29 2,96 39,94 5,89 16,76 100,00
Nusa Tenggara Barat 20,80 22,28 2,02 24,09 13,84 16,97 100,00
Nusa Tenggara Timur 19,68 24,95 1,92 22,11 4,41 26,93 100,00
Kalimantan Barat 20,79 16,07 3,12 36,00 7,54 16,47 100,00
Kalimantan Tengah 22,10 13,44 2,91 41,59 7,26 12,70 100,00
Kalimantan Selatan 24,12 15,34 3,12 37,25 6,06 14,12 100,00
Kalimantan Timur 20,74 11,31 3,70 49,81 4,46 9,98 100,00
Kalimantan Utara 19,35 12,10 3,15 46,11 7,05 12,23 100,00
Sulawesi Utara 27,47 10,45 2,82 36,48 12,54 10,23 100,00
Sulawesi Tengah 22,31 18,02 2,44 30,25 9,83 17,15 100,00
Sulawesi Selatan 21,03 19,60 3,23 33,53 6,32 16,29 100,00
Sulawesi Tenggara 20,94 18,20 3,64 33,55 5,35 18,31 100,00
Gorontalo 24,74 16,91 3,02 34,59 9,25 11,50 100,00
Sulawesi Barat 21,75 24,25 1,22 25,99 7,23 19,57 100,00
Maluku 30,97 14,55 1,96 33,62 3,40 15,49 100,00
Maluku Utara 26,12 15,30 2,80 33,64 7,04 15,10 100,00
Papua Barat 21,23 15,87 1,98 40,11 2,93 17,89 100,00
Papua 18,06 30,04 0,80 18,73 1,10 31,28 100,00
Indonesia 20,78 14,70 3,09 37,46 10,29 13,68 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

598 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.8.2
Persentase Penduduk Laki-Laki Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021

Status Pekerjaan Utama


Berusaha Berusaha Pekerja
Ber dibantu Pekerja dibantu Buruh/ kelu-
Provinsi usaha tidak tetap/pe- pekerja karyawan/ Pekerja arga/ Total
Sendiri pegawai bebas
kerja keluarga/ tetap dan tidak
tidak dibayar dibayar dibayar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 23,82 14,63 5,08 35,58 14,27 6,63 100,00
Sumatera Utara 18,41 15,47 4,50 40,64 12,24 8,73 100,00
Sumatera Barat 22,56 17,62 4,36 32,29 14,75 8,42 100,00
Riau 19,31 10,29 6,40 41,82 16,34 5,84 100,00
Jambi 22,82 16,75 5,79 34,97 13,44 6,24 100,00
Sumatera Selatan 21,61 20,93 3,15 35,91 10,08 8,32 100,00
Bengkulu 22,03 24,18 5,23 27,84 13,27 7,45 100,00
Lampung 20,72 21,76 3,05 26,54 18,57 9,36 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 27,81 9,75 6,42 44,50 8,01 3,50 100,00
Kepulauan Riau 20,63 5,26 3,89 62,72 4,83 2,67 100,00
DKI Jakarta 23,75 4,89 4,01 60,26 4,60 2,48 100,00
Jawa Barat 21,81 10,20 4,10 43,69 16,39 3,82 100,00
Jawa Tengah 18,54 16,86 4,13 36,86 17,18 6,42 100,00
DI Yogyakarta 18,81 16,25 4,45 43,13 10,64 6,72 100,00
Jawa Timur 17,51 18,73 4,57 36,39 15,35 7,45 100,00
Banten 22,53 8,02 2,51 50,86 11,93 4,16 100,00
Bali 14,52 19,14 4,07 43,82 8,03 10,42 100,00
Nusa Tenggara Barat 18,56 25,92 2,87 26,49 16,88 9,28 100,00
Nusa Tenggara Timur 19,08 32,16 2,94 24,21 6,04 15,56 100,00
Kalimantan Barat 19,22 17,70 4,38 41,40 10,64 6,66 100,00
Kalimantan Tengah 21,60 14,35 3,81 44,38 10,12 5,74 100,00
Kalimantan Selatan 23,13 17,49 3,95 41,45 7,83 6,15 100,00
Kalimantan Timur 19,00 10,48 4,60 54,27 6,23 5,42 100,00
Kalimantan Utara 20,07 13,02 4,16 47,36 8,56 6,84 100,00
Sulawesi Utara 28,04 10,34 3,57 34,98 17,63 5,43 100,00
Sulawesi Tengah 23,92 20,96 3,28 29,30 13,17 9,37 100,00
Sulawesi Selatan 22,32 22,82 4,33 34,24 7,05 9,25 100,00
Sulawesi Tenggara 21,38 20,28 5,23 35,40 7,91 9,80 100,00
Gorontalo 27,12 19,12 4,01 30,80 12,11 6,85 100,00
Sulawesi Barat 22,53 28,14 1,54 26,67 10,72 10,41 100,00
Maluku 33,88 16,24 2,85 33,81 4,79 8,44 100,00
Maluku Utara 27,14 16,60 3,75 34,50 9,99 8,01 100,00
Papua Barat 21,54 17,70 2,73 44,87 4,38 8,78 100,00
Papua 20,65 41,43 1,12 22,85 1,69 12,26 100,00
Indonesia 20,47 16,08 4,08 39,31 13,35 6,70 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

599 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.8.3
Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu
yang Lalu menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021

Status Pekerjaan Utama


Berusaha Berusaha Pekerja
Ber dibantu Pekerja dibantu Buruh/ kelu-
Provinsi usaha tidak tetap/pe- pekerja karyawan/ Pekerja arga/ Total
Sendiri pegawai bebas
kerja keluarga/ tetap dan tidak
tidak dibayar dibayar dibayar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 21,57 9,22 1,54 35,55 7,69 24,43 100,00
Sumatera Utara 20,26 13,96 1,80 32,47 4,75 26,76 100,00
Sumatera Barat 18,89 15,17 2,09 31,08 7,48 25,29 100,00
Riau 21,68 11,32 2,86 37,48 4,68 21,99 100,00
Jambi 19,93 10,69 1,77 31,31 6,31 29,99 100,00
Sumatera Selatan 21,64 10,48 1,17 29,64 4,12 32,95 100,00
Bengkulu 16,71 11,36 1,40 28,50 6,21 35,82 100,00
Lampung 17,92 14,33 1,64 25,49 5,98 34,65 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 19,34 10,19 2,15 43,35 3,38 21,60 100,00
Kepulauan Riau 18,74 6,76 1,49 60,20 2,12 10,69 100,00
DKI Jakarta 23,01 6,11 1,90 55,77 3,18 10,02 100,00
Jawa Barat 22,92 10,73 1,50 39,76 7,72 17,36 100,00
Jawa Tengah 21,49 13,25 1,69 36,07 5,96 21,55 100,00
DI Yogyakarta 19,61 15,80 2,41 38,68 2,02 21,48 100,00
Jawa Timur 20,65 13,52 1,73 30,50 7,15 26,45 100,00
Banten 22,34 8,39 1,22 45,94 6,00 16,11 100,00
Bali 18,05 17,30 1,67 35,46 3,42 24,09 100,00
Nusa Tenggara Barat 23,73 17,52 0,91 20,95 9,87 27,02 100,00
Nusa Tenggara Timur 20,41 16,14 0,68 19,53 2,43 40,81 100,00
Kalimantan Barat 23,28 13,48 1,14 27,46 2,64 32,00 100,00
Kalimantan Tengah 23,02 11,78 1,26 36,52 2,06 25,36 100,00
Kalimantan Selatan 25,64 12,02 1,84 30,78 3,32 26,39 100,00
Kalimantan Timur 23,90 12,83 2,06 41,69 1,25 18,27 100,00
Kalimantan Utara 17,96 10,33 1,19 43,69 4,12 22,71 100,00
Sulawesi Utara 26,41 10,66 1,43 39,27 3,10 19,14 100,00
Sulawesi Tengah 19,63 13,10 1,02 31,83 4,23 30,19 100,00
Sulawesi Selatan 19,04 14,64 1,54 32,44 5,21 27,13 100,00
Sulawesi Tenggara 20,30 15,14 1,29 30,83 1,60 30,84 100,00
Gorontalo 20,93 13,35 1,44 40,68 4,66 18,95 100,00
Sulawesi Barat 20,52 18,09 0,71 24,91 1,73 34,04 100,00
Maluku 26,74 12,09 0,68 33,36 1,38 25,76 100,00
Maluku Utara 24,26 12,95 1,09 32,08 1,69 27,93 100,00
Papua Barat 20,75 13,05 0,81 32,75 0,69 31,96 100,00
Papua 14,41 14,07 0,34 12,95 0,28 57,95 100,00
Indonesia 21,26 12,59 1,58 34,62 5,59 24,36 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

600 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.8.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2021

Status Pekerjaan Utama


Berusaha dibantu pekerja tetap dan dibayar Pekerja Bebas

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi Batas Batas masi
Error dard Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 1,54 0,17 11,30 1,20 1,88 2,83 0,35 12,47 2,14 3,52
Sumatera Utara 1,80 0,15 8,18 1,51 2,09 2,45 0,22 8,89 2,03 2,88
Sumatera Barat 2,09 0,24 11,45 1,62 2,56 2,08 0,29 13,87 1,52 2,65
Riau 2,86 0,30 10,34 2,28 3,44 1,81 0,24 13,13 1,35 2,28
Jambi 1,77 0,23 13,23 1,31 2,23 1,32 0,21 16,11 0,90 1,73
Sumatera Selatan 1,17 0,16 13,97 0,85 1,50 1,19 0,19 15,95 0,82 1,56
Bengkulu 1,40 0,24 16,94 0,93 1,86 1,43 0,29 20,15 0,86 1,99
Lampung 1,64 0,22 13,63 1,21 2,08 1,77 0,24 13,34 1,31 2,23
Kepulauan Bangka Belitung 2,15 0,37 17,36 1,42 2,88 1,72 0,37 21,63 0,99 2,45
Kepulauan Riau 1,49 0,33 22,41 0,83 2,14 1,74 0,40 23,04 0,95 2,52
DKI Jakarta 1,90 0,28 14,89 1,35 2,46 3,18 0,44 13,81 2,32 4,04
Jawa Barat 1,50 0,13 8,38 1,26 1,75 3,15 0,20 6,45 2,75 3,54
Jawa Tengah 1,69 0,09 5,57 1,50 1,87 2,32 0,13 5,75 2,05 2,58
DI Yogyakarta 2,41 0,32 13,43 1,78 3,05 0,86 0,18 20,65 0,51 1,21
Jawa Timur 1,73 0,10 5,90 1,53 1,93 1,65 0,12 7,14 1,42 1,88
Banten 1,22 0,23 18,40 0,78 1,66 3,51 0,41 11,71 2,70 4,32
Bali 1,67 0,21 12,37 1,27 2,08 1,66 0,25 15,08 1,17 2,15
Nusa Tenggara Barat 0,91 0,15 16,45 0,62 1,21 3,49 0,46 13,31 2,58 4,40
Nusa Tenggara Timur 0,68 0,14 19,94 0,41 0,95 0,41 0,14 34,23 0,14 0,68
Kalimantan Barat 1,14 0,17 14,42 0,82 1,47 0,64 0,13 20,50 0,38 0,90
Kalimantan Tengah 1,26 0,21 16,48 0,85 1,67 0,89 0,22 24,21 0,47 1,31
Kalimantan Selatan 1,84 0,21 11,63 1,42 2,26 1,62 0,22 13,77 1,18 2,06
Kalimantan Timur 2,06 0,33 15,97 1,42 2,71 0,83 0,20 24,07 0,44 1,22
Kalimantan Utara 1,19 0,30 25,25 0,60 1,78 1,27 0,35 27,72 0,58 1,96
Sulawesi Utara 1,43 0,23 15,79 0,99 1,88 1,57 0,23 14,60 1,12 2,02
Sulawesi Tengah 1,02 0,18 17,32 0,68 1,37 1,18 0,22 18,88 0,74 1,61
Sulawesi Selatan 1,54 0,15 9,83 1,24 1,83 1,04 0,16 15,11 0,73 1,35
Sulawesi Tenggara 1,29 0,20 15,19 0,91 1,67 0,56 0,12 21,85 0,32 0,80
Gorontalo 1,44 0,29 20,15 0,87 2,01 1,55 0,45 28,69 0,68 2,42
Sulawesi Barat 0,71 0,22 30,93 0,28 1,14 0,73 0,19 25,82 0,36 1,10
Maluku 0,68 0,20 28,80 0,30 1,06 0,73 0,20 27,16 0,34 1,12
Maluku Utara 1,09 0,24 22,08 0,62 1,56 0,76 0,18 23,98 0,40 1,11
Papua Barat 0,81 0,22 27,41 0,38 1,25 0,50 0,17 34,33 0,17 0,84
Papua 0,34 0,09 25,29 0,17 0,51 0,08 0,03 39,02 0,02 0,15
Indonesia 1,58 0,04 2,40 1,51 1,66 2,05 0,05 2,63 1,95 2,16
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

601 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.9.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama Seminggu yang
Lalu menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Sektor Pekerjaan, 2021

Perkotaan Perdesaan Total


Sektor Sektor Sektor
Provinsi Sektor Sektor Sektor
infor- Total infor- Total infor- Total
formal formal formal
mal mal mal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 53,85 46,15 100 32,07 67,93 100 39,31 60,69 100
Sumatera Utara 52,53 47,47 100 27,45 72,55 100 40,67 59,33 100
Sumatera Barat 44,91 55,09 100 26,48 73,52 100 35,23 64,77 100
Riau 57,70 42,30 100 37,68 62,32 100 45,43 54,57 100
Jambi 46,85 53,15 100 33,93 66,07 100 37,99 62,01 100
Sumatera Selatan 52,58 47,42 100 26,97 73,03 100 35,84 64,16 100
Bengkulu 47,38 52,62 100 24,51 75,49 100 31,84 68,16 100
Lampung 44,03 55,97 100 22,09 77,91 100 28,69 71,31 100
Kepulauan Bangka Belitung 57,10 42,90 100 39,14 60,86 100 49,07 50,93 100
Kepulauan Riau 67,60 32,40 100 38,11 61,89 100 64,80 35,20 100
DKI Jakarta 61,74 38,26 100 61,74 38,26 100
Jawa Barat 50,84 49,16 100 27,02 72,98 100 45,39 54,61 100
Jawa Tengah 48,47 51,53 100 30,37 69,63 100 39,62 60,38 100
DI Yogyakarta 51,20 48,80 100 27,66 72,34 100 44,64 55,36 100
Jawa Timur 47,12 52,88 100 26,34 73,66 100 37,36 62,64 100
Banten 58,58 41,42 100 31,05 68,95 100 51,13 48,87 100
Bali 49,13 50,87 100 29,38 70,62 100 42,90 57,10 100
Nusa Tenggara Barat 32,12 67,88 100 20,30 79,70 100 26,11 73,89 100
Nusa Tenggara Timur 48,52 51,48 100 16,96 83,04 100 24,03 75,97 100
Kalimantan Barat 54,90 45,10 100 31,39 68,61 100 39,13 60,87 100
Kalimantan Tengah 51,56 48,44 100 39,44 60,56 100 44,50 55,50 100
Kalimantan Selatan 51,30 48,70 100 31,50 68,50 100 40,37 59,63 100
Kalimantan Timur 59,55 40,45 100 41,73 58,27 100 53,51 46,49 100
Kalimantan Utara 55,87 44,13 100 38,78 61,22 100 49,26 50,74 100
Sulawesi Utara 47,66 52,34 100 30,18 69,82 100 39,30 60,70 100
Sulawesi Tengah 51,38 48,62 100 24,58 75,42 100 32,68 67,32 100
Sulawesi Selatan 52,15 47,85 100 25,82 74,18 100 36,76 63,24 100
Sulawesi Tenggara 54,94 45,06 100 27,85 72,15 100 37,19 62,81 100
Gorontalo 46,25 53,75 100 31,29 68,71 100 37,61 62,39 100
Sulawesi Barat 38,11 61,89 100 24,49 75,51 100 27,20 72,80 100
Maluku 50,11 49,89 100 25,95 74,05 100 35,59 64,41 100
Maluku Utara 50,50 49,50 100 30,99 69,01 100 36,44 63,56 100
Papua Barat 53,99 46,01 100 34,67 65,33 100 42,08 57,92 100
Papua 50,31 49,69 100 9,80 90,20 100 19,53 80,47 100
Indonesia 51,21 48,79 100 27,59 72,41 100 40,55 59,45 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

602 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.9.2
Persentase Penduduk Laki-Laki Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama
Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Sektor Pekerjaan, 2021

Perkotaan Perdesaan Total


Sektor Sektor Sektor
Provinsi Sektor Sektor Sektor
infor- Total infor- Total infor- Total
formal formal formal
mal mal mal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 55,04 44,96 100 33,65 66,35 100 40,65 59,35 100
Sumatera Utara 56,42 43,58 100 32,20 67,80 100 45,14 54,86 100
Sumatera Barat 47,03 52,97 100 27,60 72,40 100 36,65 63,35 100
Riau 61,17 38,83 100 40,56 59,44 100 48,22 51,78 100
Jambi 49,21 50,79 100 37,08 62,92 100 40,75 59,25 100
Sumatera Selatan 55,59 44,41 100 30,51 69,49 100 39,06 60,94 100
Bengkulu 48,58 51,42 100 26,12 73,88 100 33,07 66,93 100
Lampung 45,79 54,21 100 22,99 77,01 100 29,59 70,41 100
Kepulauan Bangka Belitung 59,15 40,85 100 41,06 58,94 100 50,92 49,08 100
Kepulauan Riau 70,10 29,90 100 36,74 63,26 100 66,61 33,39 100
DKI Jakarta 64,27 35,73 100 64,27 35,73 100
Jawa Barat 53,30 46,70 100 29,58 70,42 100 47,78 52,22 100
Jawa Tengah 50,26 49,74 100 31,55 68,45 100 40,99 59,01 100
DI Yogyakarta 53,80 46,20 100 30,92 69,08 100 47,58 52,42 100
Jawa Timur 50,81 49,19 100 29,55 70,45 100 40,96 59,04 100
Banten 60,77 39,23 100 33,77 66,23 100 53,37 46,63 100
Bali 54,15 45,85 100 34,06 65,94 100 47,89 52,11 100
Nusa Tenggara Barat 36,41 63,59 100 22,69 77,31 100 29,36 70,64 100
Nusa Tenggara Timur 52,30 47,70 100 19,71 80,29 100 27,15 72,85 100
Kalimantan Barat 59,80 40,20 100 38,85 61,15 100 45,78 54,22 100
Kalimantan Tengah 54,85 45,15 100 43,64 56,36 100 48,19 51,81 100
Kalimantan Selatan 55,98 44,02 100 36,67 63,33 100 45,40 54,60 100
Kalimantan Timur 65,38 34,62 100 46,95 53,05 100 58,87 41,13 100
Kalimantan Utara 58,37 41,63 100 40,95 59,05 100 51,51 48,49 100
Sulawesi Utara 47,03 52,97 100 29,46 70,54 100 38,55 61,45 100
Sulawesi Tengah 53,02 46,98 100 24,27 75,73 100 32,58 67,42 100
Sulawesi Selatan 55,88 44,12 100 26,56 73,44 100 38,57 61,43 100
Sulawesi Tenggara 59,24 40,76 100 30,88 69,12 100 40,63 59,37 100
Gorontalo 44,07 55,93 100 28,57 71,43 100 34,80 65,20 100
Sulawesi Barat 42,36 57,64 100 24,93 75,07 100 28,21 71,79 100
Maluku 52,13 47,87 100 26,56 73,44 100 36,65 63,35 100
Maluku Utara 53,54 46,46 100 32,58 67,42 100 38,25 61,75 100
Papua Barat 58,35 41,65 100 40,57 59,43 100 47,60 52,40 100
Papua 54,25 45,75 100 13,21 86,79 100 23,97 76,03 100
Indonesia 54,17 45,83 100 30,30 69,70 100 43,39 56,61 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

603 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.9.3
Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama
Seminggu yang Lalu Menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Sektor Pekerjaan, 2021

Perkotaan Perdesaan Total


Sektor Sektor Sektor
Provinsi Sektor Sektor Sektor
infor- Total infor- Total infor- Total
formal formal formal
mal mal mal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 51,95 48,05 100 29,42 70,58 100 37,09 62,91 100
Sumatera Utara 46,76 53,24 100 20,88 79,12 100 34,26 65,74 100
Sumatera Barat 41,98 58,02 100 24,79 75,21 100 33,17 66,83 100
Riau 52,04 47,96 100 32,03 67,97 100 40,34 59,66 100
Jambi 43,04 56,96 100 28,07 71,93 100 33,08 66,92 100
Sumatera Selatan 48,07 51,93 100 21,33 78,67 100 30,81 69,19 100
Bengkulu 45,66 54,34 100 21,87 78,13 100 29,89 70,11 100
Lampung 41,29 58,71 100 20,46 79,54 100 27,13 72,87 100
Kepulauan Bangka Belitung 53,30 46,70 100 35,24 64,76 100 45,49 54,51 100
Kepulauan Riau 63,42 36,58 100 41,25 58,75 100 61,69 38,31 100
DKI Jakarta 57,67 42,33 100 57,67 42,33 100
Jawa Barat 46,65 53,35 100 22,41 77,59 100 41,26 58,74 100
Jawa Tengah 46,11 53,89 100 28,71 71,29 100 37,76 62,24 100
DI Yogyakarta 48,00 52,00 100 23,92 76,08 100 41,09 58,91 100
Jawa Timur 41,70 58,30 100 21,90 78,10 100 32,23 67,77 100
Banten 54,73 45,27 100 26,01 73,99 100 47,16 52,84 100
Bali 43,26 56,74 100 24,10 75,90 100 37,14 62,86 100
Nusa Tenggara Barat 26,66 73,34 100 17,10 82,90 100 21,86 78,14 100
Nusa Tenggara Timur 43,70 56,30 100 13,63 86,37 100 20,21 79,79 100
Kalimantan Barat 47,05 52,95 100 19,67 80,33 100 28,60 71,40 100
Kalimantan Tengah 46,02 53,98 100 31,33 68,67 100 37,79 62,21 100
Kalimantan Selatan 43,93 56,07 100 23,69 76,31 100 32,62 67,38 100
Kalimantan Timur 49,55 50,45 100 31,08 68,92 100 43,75 56,25 100
Kalimantan Utara 51,17 48,83 100 34,36 65,64 100 44,88 55,12 100
Sulawesi Utara 48,80 51,20 100 31,57 68,43 100 40,70 59,30 100
Sulawesi Tengah 48,93 51,07 100 25,14 74,86 100 32,85 67,15 100
Sulawesi Selatan 46,60 53,40 100 24,66 75,34 100 33,97 66,03 100
Sulawesi Tenggara 48,66 51,34 100 23,38 76,62 100 32,12 67,88 100
Gorontalo 49,34 50,66 100 36,08 63,92 100 42,12 57,88 100
Sulawesi Barat 32,30 67,70 100 23,76 76,24 100 25,61 74,39 100
Maluku 47,24 52,76 100 25,04 74,96 100 34,03 65,97 100
Maluku Utara 45,48 54,52 100 28,00 72,00 100 33,17 66,83 100
Papua Barat 46,71 53,29 100 25,99 74,01 100 33,56 66,44 100
Papua 43,39 56,61 100 5,34 94,66 100 13,30 86,70 100
Indonesia 46,68 53,32 100 23,44 76,56 100 36,20 63,80 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

604 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.10
Rata-Rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/
Karyawan selama Sebulan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021 (1/3)

Perkotaan
Provinsi
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Aceh 2.907.094 2.438.978 2.722.240
Sumatera Utara 2.715.071 2.043.191 2.466.696
Sumatera Barat 3.111.917 2.666.089 2.933.849
Riau 3.045.684 2.494.626 2.850.654
Jambi 2.782.061 2.223.824 2.573.467
Sumatera Selatan 2.760.091 2.073.345 2.505.003
Bengkulu 3.448.703 2.548.053 3.067.843
Lampung 2.598.569 2.121.913 2.421.445
Kepulauan Bangka Belitung 2.947.258 2.366.155 2.749.020
Kepulauan Riau 4.437.989 3.603.860 4.137.623
DKI Jakarta 4.219.255 3.698.904 4.028.744
Jawa Barat 3.414.488 2.835.553 3.211.390
Jawa Tengah 2.379.321 1.876.230 2.166.276
DI Yogyakarta 2.573.374 1.993.047 2.325.222
Jawa Timur 2.824.112 2.205.908 2.595.266
Banten 4.139.231 3.679.217 3.980.879
Bali 2.683.007 2.268.656 2.510.365
Nusa Tenggara Barat 2.500.715 1.945.109 2.289.581
Nusa Tenggara Timur 2.676.738 2.263.546 2.504.217
Kalimantan Barat 2.831.046 2.224.204 2.624.969
Kalimantan Tengah 3.158.105 2.782.701 3.028.960
Kalimantan Selatan 2.947.430 2.387.772 2.755.575
Kalimantan Timur 4.301.847 2.910.412 3.868.805
Kalimantan Utara 3.527.938 2.973.243 3.343.207
Sulawesi Utara 3.366.824 3.292.942 3.339.286
Sulawesi Tengah 3.090.115 2.772.963 2.965.654
Sulawesi Selatan 3.457.809 2.899.798 3.249.999
Sulawesi Tenggara 3.102.344 2.566.447 2.901.409
Gorontalo 2.593.242 2.397.638 2.503.150
Sulawesi Barat 2.946.248 2.487.934 2.777.725
Maluku 3.232.740 2.771.081 3.048.336
Maluku Utara 3.491.807 2.947.614 3.301.223
Papua Barat 3.471.462 3.167.450 3.370.414
Papua 4.477.823 3.582.075 4.192.129
Indonesia 3.223.402 2.606.341 2.994.513

605 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.10
Rata-Rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/
Karyawan selama Sebulan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021 (lanjutan 2/3)

Perdesaan
Provinsi
Laki-laki Perempuan Total
(1) (5) (6) (7)
Aceh 2.205.810 1.707.467 2.025.535
Sumatera Utara 2.262.536 1.722.935 2.083.011
Sumatera Barat 2.362.406 1.940.042 2.193.684
Riau 2.608.805 1.925.981 2.400.474
Jambi 2.260.955 1.646.130 2.070.182
Sumatera Selatan 2.119.849 1.524.278 1.929.630
Bengkulu 2.296.241 1.734.322 2.089.562
Lampung 2.171.027 1.669.403 1.998.002
Kepulauan Bangka Belitung 2.676.328 1.964.873 2.446.704
Kepulauan Riau 2.881.774 2.224.410 2.656.068
DKI Jakarta
Jawa Barat 2.365.539 1.968.586 2.242.627
Jawa Tengah 2.160.575 1.574.376 1.920.542
DI Yogyakarta 2.233.474 1.712.953 2.017.025
Jawa Timur 2.144.258 1.459.379 1.891.441
Banten 2.818.673 2.544.785 2.737.409
Bali 2.150.496 1.640.530 1.949.660
Nusa Tenggara Barat 2.176.967 1.411.719 1.891.818
Nusa Tenggara Timur 1.873.130 1.640.995 1.784.418
Kalimantan Barat 2.410.115 1.796.186 2.252.097
Kalimantan Tengah 2.954.526 2.256.293 2.758.266
Kalimantan Selatan 2.723.072 1.915.801 2.478.371
Kalimantan Timur 3.502.830 2.354.239 3.207.676
Kalimantan Utara 3.313.290 2.828.656 3.169.411
Sulawesi Utara 2.862.648 2.539.451 2.738.346
Sulawesi Tengah 2.476.304 1.866.949 2.236.204
Sulawesi Selatan 2.288.872 1.662.866 2.042.581
Sulawesi Tenggara 2.526.533 1.701.410 2.222.269
Gorontalo 2.114.120 1.769.731 1.961.765
Sulawesi Barat 2.225.935 1.569.358 1.981.102
Maluku 2.337.523 1.980.105 2.191.109
Maluku Utara 3.173.317 2.037.255 2.795.516
Papua Barat 3.291.271 2.716.341 3.113.115
Papua 3.664.636 3.240.001 3.563.492
Indonesia 2.355.633 1.736.243 2.137.615

606 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.10
Rata-Rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja sebagai Buruh/
Karyawan selama Sebulan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021 (lanjutan 3/3)

Total
Provinsi
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Aceh 2.514.811 2.055.376 2.341.701
Sumatera Utara 2.568.578 1.950.562 2.347.229
Sumatera Barat 2.819.050 2.382.346 2.644.615
Riau 2.820.577 2.233.029 2.626.889
Jambi 2.454.268 1.899.653 2.268.338
Sumatera Selatan 2.436.080 1.827.023 2.225.264
Bengkulu 2.826.936 2.155.881 2.562.262
Lampung 2.367.879 1.890.841 2.197.346
Kepulauan Bangka Belitung 2.851.631 2.232.024 2.644.207
Kepulauan Riau 4.351.046 3.531.965 4.056.847
DKI Jakarta 4.219.255 3.698.904 4.028.744
Jawa Barat 3.268.826 2.733.214 3.083.829
Jawa Tengah 2.296.349 1.765.799 2.074.451
DI Yogyakarta 2.514.156 1.946.163 2.272.425
Jawa Timur 2.605.037 1.966.073 2.368.719
Banten 3.915.848 3.519.695 3.782.482
Bali 2.563.640 2.137.936 2.388.382
Nusa Tenggara Barat 2.372.547 1.737.946 2.133.236
Nusa Tenggara Timur 2.219.077 1.931.701 2.104.730
Kalimantan Barat 2.592.272 2.023.426 2.424.267
Kalimantan Tengah 3.047.968 2.536.487 2.888.690
Kalimantan Selatan 2.846.046 2.195.492 2.634.325
Kalimantan Timur 4.081.084 2.784.643 3.695.990
Kalimantan Utara 3.458.633 2.931.695 3.289.079
Sulawesi Utara 3.188.897 3.018.283 3.124.581
Sulawesi Tengah 2.771.325 2.300.908 2.586.329
Sulawesi Selatan 2.993.698 2.382.117 2.760.728
Sulawesi Tenggara 2.822.865 2.152.322 2.573.453
Gorontalo 2.358.876 2.102.005 2.242.813
Sulawesi Barat 2.425.924 1.820.312 2.200.963
Maluku 2.848.537 2.423.382 2.676.833
Maluku Utara 3.297.710 2.409.978 2.996.268
Papua Barat 3.378.026 2.945.174 3.239.125
Papua 4.142.311 3.472.872 3.949.649
Indonesia 2.956.626 2.353.815 2.736.463
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2021

607 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.11
Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan,
Jenis Kelamin, dan Sektor Pekerjaan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Tingkat Pendidikan
Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor
Total Total Total
formal informal formal informal formal informal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
SD Kebawah 23,64 76,36 100 14,21 85,79 100 19,74 80,26 100
SMP 36,73 63,27 100 25,92 74,08 100 32,70 67,30 100
SMA Keatas 62,14 37,86 100 59,94 40,06 100 61,28 38,72 100
Total 43,39 56,61 100 36,20 63,80 100 40,55 59,45 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

LAMPIRAN D.12
Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Kelompok Umur,
Jenis Kelamin, dan Sektor Pekerjaan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Kelompok Umur
sektor sektor sektor sektor sektor sektor
Total Total Total
formal informal formal informal formal informal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
15-19 tahun 30,86 69,14 100 38,75 61,25 100 34,32 65,68 100
20-24 tahun 55,36 44,64 100 63,44 36,56 100 58,74 41,26 100
25-29 tahun 57,97 42,03 100 57,60 42,40 100 57,83 42,17 100
30-34 tahun 53,71 46,29 100 44,81 55,19 100 50,44 49,56 100
35-39 tahun 49,06 50,94 100 38,10 61,90 100 44,88 55,12 100
40-44 tahun 45,07 54,93 100 33,64 66,36 100 40,53 59,47 100
45-49 tahun 41,64 58,36 100 28,96 71,04 100 36,52 63,48 100
50-54 tahun 39,14 60,86 100 25,92 74,08 100 33,75 66,25 100
55-59 tahun 31,75 68,25 100 22,12 77,88 100 27,81 72,19 100
60 tahun keatas 16,79 83,21 100 9,59 90,41 100 13,98 86,02 100
Total 43,39 56,61 100 36,20 63,80 100 40,55 59,45 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

608 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.13.1
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin,
2021

Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
TIDAK/BELUM TAMAT SD 1.712.010.91 983.650.41 1.454.097.35
TAMAT SD 1.924.293.50 1.202.960.90 1.708.789.09
SLTP 2.164.689.01 1.563.353.31 1.981.048.05
SLTA 2.905.076.40 2.006.473.52 2.620.082.06
SMK 2.897.700.04 2.200.698.99 2.692.844.00
D1/D2/D3 4.243.200.72 2.908.143.30 3.477.532.90
D4 KEATAS 4.838.679.13 3.416.063.08 4.105.120.03
Total 2.956.626.48 2.353.814.58 2.736.462.65
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

609 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.13.2
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut Provinsi, Tingkat Pendidikan,
2021

Tingkat Pendidikan
Provinsi
MAKSIMAL TAMAT TAMAT SLTA/ PERGURUAN
TOTAL
TAMAT SD SLTP SEDERAJAT TINGGI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1.477.482 1.549.965 2.176.187 2.936.500 2.341.701
Sumatera Utara 1.672.806 1.915.853 2.287.561 3.101.488 2.347.229
Sumatera Barat 1.755.239 1.720.391 2.309.934 3.570.467 2.644.615
Riau 1.981.560 2.182.084 2.536.860 3.398.789 2.626.889
Jambi 1.686.012 1.992.794 2.165.479 2.957.619 2.268.338
Sumatera Selatan 1.488.714 1.760.063 2.269.425 3.056.743 2.225.264
Bengkulu 1.558.035 1.774.893 2.099.403 3.492.576 2.562.262
Lampung 1.507.982 1.634.076 2.029.614 3.264.768 2.197.346
Kepulauan Bangka Belitung 2.090.413 2.346.047 2.468.965 3.857.130 2.644.207
Kepulauan Riau 2.348.864 3.043.251 3.948.655 5.414.913 4.056.847
DKI Jakarta 2.207.615 2.727.535 3.474.305 6.175.659 4.028.744
Jawa Barat 1.643.112 2.085.585 3.099.302 4.944.543 3.083.829
Jawa Tengah 1.443.722 1.662.683 1.992.181 3.343.085 2.074.451
DI Yogyakarta 1.240.394 1.483.275 1.788.037 3.577.421 2.272.425
Jawa Timur 1.465.154 1.819.821 2.373.872 3.462.887 2.368.719
Banten 2.182.713 2.763.092 3.464.728 6.020.119 3.782.482
Bali 1.540.932 1.711.651 2.114.498 3.287.487 2.388.382
Nusa Tenggara Barat 1.293.574 1.386.434 1.924.125 2.782.535 2.133.236
Nusa Tenggara Timur 1.187.535 1.226.461 1.924.058 2.595.071 2.104.730
Kalimantan Barat 1.921.616 2.094.310 2.369.137 3.388.935 2.424.267
Kalimantan Tengah 2.157.202 2.389.724 2.816.999 3.880.183 2.888.690
Kalimantan Selatan 1.744.868 2.144.658 2.628.888 3.640.840 2.634.325
Kalimantan Timur 2.410.619 2.698.024 3.594.788 4.854.583 3.695.990
Kalimantan Utara 1.947.517 2.103.772 3.064.633 4.571.650 3.289.079
Sulawesi Utara 1.833.823 2.109.985 2.867.661 4.319.783 3.124.581
Sulawesi Tengah 1.393.701 1.709.980 2.273.603 3.426.259 2.586.329
Sulawesi Selatan 1.535.131 1.750.979 2.445.413 3.871.335 2.760.728
Sulawesi Tenggara 1.589.967 1.782.975 2.292.148 3.241.605 2.573.453
Gorontalo 1.246.724 1.214.625 1.966.913 3.367.987 2.242.813
Sulawesi Barat 1.443.711 1.660.446 2.018.648 2.874.861 2.200.963
Maluku 1.507.965 1.521.193 2.471.194 3.237.833 2.676.833
Maluku Utara 1.965.247 2.033.202 3.046.663 3.425.937 2.996.268
Papua Barat 2.157.378 2.479.719 2.891.551 4.016.352 3.239.125
Papua 2.393.590 2.855.753 3.953.096 4.464.961 3.949.649
Indonesia 1.648.278 1.981.048 2.653.970 3.988.743 2.736.463
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2021

610 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.13.3
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh Penduduk Laki-laki menurut Provinsi,
Tingkat Pendidikan, 2021

Tingkat Pendidikan
Provinsi
MAKSIMAL TAMAT TAMAT SLTA/ PERGURUAN
TOTAL
TAMAT SD SLTP SEDERAJAT TINGGI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 1.690.735 1.719.791 2.417.296 3.532.860 2.514.811
Sumatera Utara 1.911.857 2.177.724 2.550.758 3.666.166 2.568.578
Sumatera Barat 1.907.090 1.900.405 2.580.730 4.535.866 2.819.050
Riau 2.162.920 2.370.342 2.810.359 4.048.415 2.820.577
Jambi 1.895.475 2.194.687 2.426.102 3.401.899 2.454.268
Sumatera Selatan 1.674.227 1.975.098 2.570.433 3.715.445 2.436.080
Bengkulu 1.782.169 1.979.673 2.408.938 4.287.075 2.826.936
Lampung 1.702.846 1.840.200 2.274.590 3.901.949 2.367.879
Kepulauan Bangka Belitung 2.358.696 2.523.811 2.783.958 4.561.508 2.851.631
Kepulauan Riau 2.586.749 3.346.559 4.223.217 6.400.488 4.351.046
DKI Jakarta 2.516.544 2.978.091 3.655.584 6.813.975 4.219.255
Jawa Barat 1.838.943 2.177.486 3.307.791 5.761.455 3.268.826
Jawa Tengah 1.718.270 1.839.649 2.200.962 4.029.742 2.296.349
DI Yogyakarta 1.447.559 1.709.043 2.011.215 4.342.372 2.514.156
Jawa Timur 1.717.009 2.023.756 2.624.661 4.033.100 2.605.037
Banten 2.352.243 2.866.565 3.643.945 6.832.612 3.915.848
Bali 1.824.696 1.899.097 2.336.263 3.587.874 2.563.640
Nusa Tenggara Barat 1.499.354 1.609.847 2.169.432 3.236.646 2.372.547
Nusa Tenggara Timur 1.220.677 1.335.281 2.154.664 3.018.113 2.219.077
Kalimantan Barat 2.082.906 2.312.522 2.605.748 3.895.147 2.592.272
Kalimantan Tengah 2.296.719 2.478.123 3.141.090 4.292.589 3.047.968
Kalimantan Selatan 1.942.591 2.378.642 2.969.171 4.235.795 2.846.046
Kalimantan Timur 2.684.770 2.949.737 4.004.615 5.857.275 4.081.084
Kalimantan Utara 2.151.746 2.381.659 3.366.889 4.759.246 3.458.633
Sulawesi Utara 1.959.564 2.335.550 3.040.622 4.961.448 3.188.897
Sulawesi Tengah 1.538.338 1.898.852 2.634.457 3.989.135 2.771.325
Sulawesi Selatan 1.729.732 1.920.069 2.747.690 5.001.036 2.993.698
Sulawesi Tenggara 1.816.126 1.933.604 2.563.280 3.953.360 2.822.865
Gorontalo 1.452.269 1.488.650 2.305.699 3.800.439 2.358.876
Sulawesi Barat 1.634.651 1.753.658 2.363.528 3.584.097 2.425.924
Maluku 1.654.344 1.574.013 2.701.287 3.849.538 2.848.537
Maluku Utara 2.125.970 2.198.808 3.431.147 3.998.462 3.297.710
Papua Barat 2.233.838 2.566.515 3.115.399 4.498.965 3.378.026
Papua 2.536.433 2.988.483 4.157.810 4.952.109 4.142.311
Indonesia 1.876.951 2.164.689 2.901.579 4.739.246 2.956.626
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2021

611 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.13.4
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh Penduduk Perempuan menurut Provinsi,
Tingkat Pendidikan, 2021

Tingkat Pendidikan
Provinsi
MAKSIMAL TAMAT TAMAT SLTA/ PERGURUAN
TOTAL
TAMAT SD SLTP SEDERAJAT TINGGI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 862.353 893.861 1.291.346 2.544.332 2.055.376
Sumatera Utara 1.045.889 1.196.874 1.653.992 2.677.236 1.950.562
Sumatera Barat 1.137.765 1.098.931 1.664.883 2.997.048 2.382.346
Riau 1.350.396 1.464.127 1.720.974 2.932.298 2.233.029
Jambi 1.076.004 1.113.181 1.455.285 2.590.585 1.899.653
Sumatera Selatan 955.332 1.096.468 1.490.819 2.580.881 1.827.023
Bengkulu 920.658 1.159.457 1.413.270 2.837.073 2.155.881
Lampung 973.685 944.472 1.501.898 2.757.120 1.890.841
Kepulauan Bangka Belitung 1.221.084 1.606.809 1.801.131 3.333.130 2.232.024
Kepulauan Riau 1.694.541 1.930.352 3.421.538 4.396.272 3.531.965
DKI Jakarta 1.738.183 2.218.114 3.077.610 5.444.829 3.698.904
Jawa Barat 1.194.878 1.899.366 2.604.945 4.079.712 2.733.214
Jawa Tengah 1.030.243 1.393.645 1.641.161 2.787.818 1.765.799
DI Yogyakarta 967.055 1.182.809 1.367.209 2.937.001 1.946.163
Jawa Timur 1.045.350 1.381.521 1.797.007 2.926.203 1.966.073
Banten 1.675.991 2.486.211 3.080.118 5.091.055 3.519.695
Bali 1.169.424 1.317.129 1.697.468 3.006.053 2.137.936
Nusa Tenggara Barat 818.755 971.972 1.350.561 2.286.123 1.737.946
Nusa Tenggara Timur 929.965 768.335 1.454.957 2.249.127 1.931.701
Kalimantan Barat 1.326.794 1.290.168 1.728.768 2.878.432 2.023.426
Kalimantan Tengah 1.761.291 2.014.052 1.842.570 3.473.229 2.536.487
Kalimantan Selatan 1.079.136 1.377.211 1.686.659 3.135.253 2.195.492
Kalimantan Timur 1.489.656 1.640.092 2.289.533 3.688.324 2.784.643
Kalimantan Utara 1.423.861 1.346.632 2.288.072 4.304.653 2.931.695
Sulawesi Utara 1.373.240 1.455.837 2.461.903 3.868.323 3.018.283
Sulawesi Tengah 801.232 1.032.883 1.480.544 2.995.658 2.300.908
Sulawesi Selatan 879.822 1.096.981 1.656.221 3.065.494 2.382.117
Sulawesi Tenggara 905.135 1.093.431 1.505.743 2.645.045 2.152.322
Gorontalo 813.179 703.746 1.431.992 3.100.091 2.102.005
Sulawesi Barat 643.179 1.032.380 1.257.322 2.331.039 1.820.312
Maluku 995.590 1.309.183 1.840.820 2.810.171 2.423.382
Maluku Utara 1.243.254 1.234.621 1.937.399 2.855.769 2.409.978
Papua Barat 1.823.879 1.841.334 2.201.508 3.483.933 2.945.174
Papua 1.504.863 2.004.919 3.162.385 3.850.492 3.472.872
Indonesia 1.143.808 1.563.353 2.093.265 3.313.442 2.353.815
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2021

612 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.13.4.1
Sampling Error Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh Penduduk Perempuan menurut
Provinsi, Tingkat Pendidikan, 2021

Tingkat Pendidikan
Tamat SLTP
Provinsi
Relative Selang kepercayaan 95%
Estimasi Standar standar
error error Batas Bawah Batas Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Aceh 893.861 74.523.41 8.34 747.789 1.039.932
Sumatera Utara 1.196.874 52.059.63 4.35 1.094.833 1.298.914
Sumatera Barat 1.098.931 72.386.56 6.59 957.048 1.240.814
Riau 1.464.127 99.707.60 6.81 1.268.693 1.659.561
Jambi 1.113.181 81.066.07 7.28 954.286 1.272.077
Sumatera Selatan 1.096.468 65.968.15 6.02 967.166 1.225.770
Bengkulu 1.159.457 138.971.13 11.99 887.063 1.431.850
Lampung 944.472 74.858.90 7.93 797.743 1.091.201
Kepulauan Bangka Belitung 1.606.809 119.818.47 7.46 1.371.957 1.841.662
Kepulauan Riau 1.930.352 372.444.71 19.29 1.200.334 2.660.371
DKI Jakarta 2.218.114 112.167.29 5.06 1.998.258 2.437.970
Jawa Barat 1.899.366 63.421.15 3.34 1.775.056 2.023.676
Jawa Tengah 1.393.645 26.240.50 1.88 1.342.212 1.445.079
DI Yogyakarta 1.182.809 56.494.87 4.78 1.072.075 1.293.543
Jawa Timur 1.381.521 42.226.72 3.06 1.298.754 1.464.289
Banten 2.486.211 127.674.81 5.14 2.235.959 2.736.463
Bali 1.317.129 77.364.18 5.87 1.165.490 1.468.769
Nusa Tenggara Barat 971.972 59.073.37 6.08 856.184 1.087.760
Nusa Tenggara Timur 768.335 46.643.50 6.07 676.911 859.760
Kalimantan Barat 1.290.168 73.936.16 5.73 1.145.248 1.435.089
Kalimantan Tengah 2.014.052 143.875.73 7.14 1.732.046 2.296.059
Kalimantan Selatan 1.377.211 106.695.12 7.75 1.168.081 1.586.341
Kalimantan Timur 1.640.092 115.897.68 7.07 1.412.924 1.867.260
Kalimantan Utara 1.346.632 134.227.76 9.97 1.083.536 1.609.729
Sulawesi Utara 1.455.837 92.950.71 6.38 1.273.647 1.638.027
Sulawesi Tengah 1.032.883 111.248.30 10.77 814.829 1.250.938
Sulawesi Selatan 1.096.981 70.045.92 6.39 959.686 1.234.276
Sulawesi Tenggara 1.093.431 143.321.43 13.11 812.511 1.374.352
Gorontalo 703.746 64.430.15 9.16 577.458 830.034
Sulawesi Barat 1.032.380 445.491.16 43.15 159.185 1.905.575
Maluku 1.309.183 189.293.50 14.46 938.154 1.680.212
Maluku Utara 1.234.621 146.526.73 11.87 947.418 1.521.824
Papua Barat 1.841.334 164.572.81 8.94 1.518.760 2.163.909
Papua 2.004.919 308.107.17 15.37 1.401.006 2.608.831
Indonesia 2.093.265 17.021.49 0.81 2.059.901 2.126.628
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

613 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.14.1
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan
Jenis Kelamin, 2021

Jenis Kelamin
Lapangan Pekerjaan Utama
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Sektor A: Pertanian. Kehutanan dan
Perikanan 2.095.245 1.411.299 1.971.660

Sektor B: Pertambangan dan


Penggalian 4.344.811 4.012.249 4.330.802

Sektor C: Industri Pengolahan 2.929.444 2.212.881 2.659.274

Sektor D: Pengadaan Listrik. Gas. Uap/


Air Panas & Udara Dingin 3.559.907 4.550.112 3.668.150

Sektor E: Treatment Air. Treatment Air


Limbah. Treatment & Pemulihan 2.701.589 2.306.428 2.638.298

Sektor F: Konstruksi 2.703.881 3.801.766 2.739.263

Sektor G: Perdagangan Besar & Eceran;


Reparasi & Perawatan Mobil & S 2.448.252 2.042.494 2.301.471

Sektor H: Pengangkutan &


Pergudangan 2.884.167 3.803.820 2.959.761

Sektor I: Penyediaan Akomodasi &


Penyediaan Makan Minum 2.133.420 1.548.042 1.868.856

Sektor J :Informasi & Komunikasi 4.176.944 4.014.732 4.131.229

Sektor K: Aktivitas Keuangan &


Asuransi 4.209.640 4.013.317 4.135.417

Sektor L: Real Estat 3.816.447 3.376.053 3.717.246

Sektor M.N: Jasa Profesional &


Perusahaan 3.135.183 3.203.538 3.152.934

Sektor O: Administrasi Pemerintahan.


Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3.976.124 3.336.215 3.786.900

Sektor P: Pendidikan 3.050.033 2.316.802 2.586.677

Sektor P: Aktivitas Kesehatan Manusia


& Aktivitas Sosial 3.680.859 3.096.627 3.272.315

Sektor R.S.T.U: Jasa Lainnya 2.223.765 1.262.365 1.636.824

Total 2.956.626 2.353.815 2.736.463


Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

614 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.14.2
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh di Perkotaan menurut Lapangan Pekerjaan Utama
dan Jenis Kelamin, 2021

Jenis Kelamin
Lapangan Pekerjaan Utama
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Sektor A: Pertanian. Kehutanan dan
Perikanan 2.097.615 1.399.499 1.982.205

Sektor B: Pertambangan dan


Penggalian 5.664.324 4.929.902 5.626.592

Sektor C: Industri Pengolahan 3.132.349 2.398.210 2.858.243

Sektor D: Pengadaan Listrik. Gas. Uap/


Air Panas & Udara Dingin 3.755.029 4.827.494 3.888.184

Sektor E: Treatment Air. Treatment Air


Limbah. Treatment & Pemulihan 2.842.089 2.607.418 2.806.466

Sektor F: Konstruksi 2.965.782 4.102.771 3.013.690

Sektor G: Perdagangan Besar & Eceran;


Reparasi & Perawatan Mobil & S 2.622.230 2.231.503 2.479.693

Sektor H: Pengangkutan &


Pergudangan 3.093.108 3.964.487 3.180.839

Sektor I: Penyediaan Akomodasi &


Penyediaan Makan Minum 2.226.621 1.657.675 1.980.203

Sektor J :Informasi & Komunikasi 4.407.675 4.356.955 4.393.532

Sektor K: Aktivitas Keuangan &


Asuransi 4.498.090 4.292.524 4.418.216

Sektor L: Real Estat 3.934.735 3.461.274 3.826.582

Sektor M.N: Jasa Profesional &


Perusahaan 3.330.620 3.428.777 3.357.029

Sektor O: Administrasi Pemerintahan.


Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 4.417.992 3.886.015 4.261.307

Sektor P: Pendidikan 3.302.641 2.583.070 2.853.243

Sektor P: Aktivitas Kesehatan Manusia


& Aktivitas Sosial 4.042.251 3.496.412 3.668.369

Sektor R.S.T.U: Jasa Lainnya 2.366.858 1.324.150 1.733.049

Total 3.223.402 2.606.341 2.994.513


Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

615 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.14.3
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh di Perdesaan menurut Lapangan Pekerjaan Utama
dan Jenis Kelamin, 2021

Jenis Kelamin
Lapangan Pekerjaan Utama
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Sektor A: Pertanian. Kehutanan dan
Perikanan 2.094.131 1.416.050 1.966.838

Sektor B: Pertambangan dan


Penggalian 3.164.468 2.737.223 3.150.073

Sektor C: Industri Pengolahan 2.326.299 1.694.424 2.081.335

Sektor D: Pengadaan Listrik. Gas. Uap/


Air Panas & Udara Dingin 3.040.814 3.099.323 3.044.749

Sektor E: Treatment Air. Treatment Air


Limbah. Treatment & Pemulihan 2.168.975 1.438.276 2.029.830

Sektor F: Konstruksi 2.212.284 1.924.219 2.208.521

Sektor G: Perdagangan Besar & Eceran;


Reparasi & Perawatan Mobil & S 1.859.518 1.363.873 1.685.452

Sektor H: Pengangkutan &


Pergudangan 2.279.987 1.707.583 2.266.128

Sektor I: Penyediaan Akomodasi &


Penyediaan Makan Minum 1.648.043 1.165.555 1.390.965

Sektor J :Informasi & Komunikasi 2.244.922 1.500.000 2.017.088

Sektor K: Aktivitas Keuangan &


Asuransi 2.953.203 2.428.785 2.781.278

Sektor L: Real Estat 2.401.768 2.048.128 2.336.289

Sektor M.N: Jasa Profesional &


Perusahaan 2.138.480 1.592.775 2.025.021

Sektor O: Administrasi Pemerintahan.


Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3.073.840 2.232.505 2.823.050

Sektor P: Pendidikan 2.630.409 1.909.395 2.166.358

Sektor P: Aktivitas Kesehatan Manusia


& Aktivitas Sosial 2.573.738 2.141.607 2.255.676

Sektor R.S.T.U: Jasa Lainnya 1.617.883 1.015.274 1.243.439

Total 2.355.633 1.736.243 2.137.615


Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

616 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.15
Rata-Rata Upah/Gaji Karyawan/Buruh menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah,
xdan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Jumlah


Laki- Perem- Laki- Perem- Laki- Perem-
Provinsi Total Total Total
laki puan laki puan laki puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Belum Kawin 2.492.850 2.555.499 2.519.051 1.770.353 1.441.053 1.652.010 2.284.315 2.287.482 2.285.589

Kawin 3.538.511 2.706.011 3.267.074 2.570.012 1.865.797 2.338.857 3.233.125 2.439.264 2.973.736

Cerai Hidup 2.518.879 2.349.920 2.415.710 2.006.211 1.558.669 1.742.744 2.373.772 2.140.328 2.232.620

Cerai Mati 2.681.157 2.013.383 2.210.300 2.134.107 1.730.985 1.848.279 2.518.467 1.928.277 2.101.621

Total 3.223.402 2.606.341 2.994.513 2.355.633 1.736.243 2.137.615 2.956.626 2.353.815 2.736.463
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

617 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.16.1
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Status Penggunaan Internet pada Pekerjaan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Meng- Tidak Meng- Tidak Meng- Tidak
Provinsi guna- Meng- guna- Meng- guna- Meng-
Total Total Total
kan gunakan kan gunakan kan gunakan
Internet Internet Internet Internet Internet Internet
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 28,11 71,89 100 31,14 68,86 100 29,25 70,75 100
Sumatera Utara 24,70 75,30 100 25,53 74,47 100 25,04 74,96 100
Sumatera Barat 27,88 72,12 100 31,00 69,00 100 29,15 70,85 100
Riau 30,93 69,07 100 38,29 61,71 100 33,54 66,46 100
Jambi 24,32 75,68 100 26,14 73,86 100 24,98 75,02 100
Sumatera Selatan 23,21 76,79 100 25,55 74,45 100 24,12 75,88 100
Bengkulu 28,94 71,06 100 32,57 67,43 100 30,35 69,65 100
Lampung 26,62 73,38 100 29,56 70,44 100 27,70 72,30 100
Kepulauan Bangka Belitung 30,73 69,27 100 43,33 56,67 100 35,02 64,98 100
Kepulauan Riau 50,28 49,72 100 51,14 48,86 100 50,60 49,40 100
DKI Jakarta 69,08 30,92 100 51,14 48,86 100 66,64 33,36 100
Jawa Barat 42,86 57,14 100 40,67 59,33 100 42,06 57,94 100
Jawa Tengah 38,48 61,52 100 34,36 65,64 100 36,74 63,26 100
DI Yogyakarta 59,62 40,38 100 52,88 47,12 100 56,57 43,43 100
Jawa Timur 36,95 63,05 100 33,27 66,73 100 35,44 64,56 100
Banten 43,78 56,22 100 40,96 59,04 100 42,77 57,23 100
Bali 55,00 45,00 100 47,18 52,82 100 51,38 48,62 100
Nusa Tenggara Barat 25,65 74,35 100 23,55 76,45 100 24,74 75,26 100
Nusa Tenggara Timur 20,27 79,73 100 18,91 81,09 100 19,66 80,34 100
Kalimantan Barat 28,60 71,40 100 26,14 73,86 100 27,65 72,35 100
Kalimantan Tengah 33,18 66,82 100 37,14 62,86 100 34,58 65,42 100
Kalimantan Selatan 39,60 60,40 100 35,63 64,37 100 38,03 61,97 100
Kalimantan Timur 50,92 49,08 100 51,91 48,09 100 51,27 48,73 100
Kalimantan Utara 44,51 55,49 100 48,87 51,13 100 45,99 54,01 100
Sulawesi Utara 30,13 69,87 100 44,27 55,73 100 35,08 64,92 100
Sulawesi Tengah 21,57 78,43 100 29,99 70,01 100 24,72 75,28 100
Sulawesi Selatan 27,04 72,96 100 32,68 67,32 100 29,26 70,74 100
Sulawesi Tenggara 27,33 72,67 100 30,87 69,13 100 28,77 71,23 100
Gorontalo 24,36 75,64 100 37,40 62,60 100 29,37 70,63 100
Sulawesi Barat 16,45 83,55 100 22,49 77,51 100 18,79 81,21 100
Maluku 22,94 77,06 100 26,54 73,46 100 24,40 75,60 100
Maluku Utara 23,10 76,90 100 25,49 74,51 100 23,95 76,05 100
Papua Barat 28,60 71,40 100 27,15 72,85 100 28,03 71,97 100
Papua 14,36 85,64 100 11,03 88,97 100 12,97 87,03 100
Indonesia 36,46 63,54 100 35,12 64,88 100 35,93 64,07 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

618 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.16.2
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Status Penggunaan Internet pada Pekerjaan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Meng- Tidak Meng- Tidak Meng- Tidak
Provinsi guna- Meng- guna- Meng- guna- Meng-
Total Total Total
kan gunakan kan gunakan kan gunakan
Internet Internet Internet Internet Internet Internet
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 45,52 54,48 100 48,94 51,06 100 46,84 53,16 100
Sumatera Utara 32,96 67,04 100 34,18 65,82 100 33,45 66,55 100
Sumatera Barat 39,84 60,16 100 41,72 58,28 100 40,63 59,37 100
Riau 45,88 54,12 100 49,26 50,74 100 47,16 52,84 100
Jambi 39,55 60,45 100 38,85 61,15 100 39,28 60,72 100
Sumatera Selatan 37,57 62,43 100 39,78 60,22 100 38,45 61,55 100
Bengkulu 47,15 52,85 100 51,15 48,85 100 48,78 51,22 100
Lampung 43,58 56,42 100 44,85 55,15 100 44,07 55,93 100
Kepulauan Bangka Belitung 40,43 59,57 100 52,36 47,64 100 44,61 55,39 100
Kepulauan Riau 53,62 46,38 100 52,12 47,88 100 53,06 46,94 100
DKI Jakarta 69,08 30,92 100 62,71 37,29 100 66,64 33,36 100
Jawa Barat 47,94 52,06 100 45,65 54,35 100 47,09 52,91 100
Jawa Tengah 45,24 54,76 100 41,63 58,37 100 43,69 56,31 100
DI Yogyakarta 64,65 35,35 100 59,95 40,05 100 62,55 37,45 100
Jawa Timur 46,13 53,87 100 43,38 56,62 100 45,02 54,98 100
Banten 50,32 49,68 100 48,08 51,92 100 49,51 50,49 100
Bali 63,64 36,36 100 56,34 43,66 100 60,28 39,72 100
Nusa Tenggara Barat 32,99 67,01 100 29,81 70,19 100 31,59 68,41 100
Nusa Tenggara Timur 45,24 54,76 100 45,31 54,69 100 45,27 54,73 100
Kalimantan Barat 49,59 50,41 100 49,64 50,36 100 49,61 50,39 100
Kalimantan Tengah 50,39 49,61 100 54,07 45,93 100 51,76 48,24 100
Kalimantan Selatan 50,86 49,14 100 49,59 50,41 100 50,37 49,63 100
Kalimantan Timur 59,32 40,68 100 59,15 40,85 100 59,26 40,74 100
Kalimantan Utara 52,86 47,14 100 56,01 43,99 100 53,95 46,05 100
Sulawesi Utara 39,20 60,80 100 52,50 47,50 100 43,93 56,07 100
Sulawesi Tengah 41,69 58,31 100 49,81 50,19 100 44,94 55,06 100
Sulawesi Selatan 43,25 56,75 100 46,34 53,66 100 44,50 55,50 100
Sulawesi Tenggara 45,09 54,91 100 49,78 50,22 100 46,99 53,01 100
Gorontalo 34,32 65,68 100 45,91 54,09 100 39,12 60,88 100
Sulawesi Barat 29,50 70,50 100 37,90 62,10 100 33,05 66,95 100
Maluku 38,82 61,18 100 42,05 57,95 100 40,16 59,84 100
Maluku Utara 45,27 54,73 100 44,80 55,20 100 45,09 54,91 100
Papua Barat 34,72 65,28 100 40,33 59,67 100 36,82 63,18 100
Papua 38,96 61,04 100 38,43 61,57 100 38,77 61,23 100
Indonesia 47,84 52,16 100 46,08 53,92 100 47,14 52,86 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

619 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.16.3
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Status Penggunaan Internet pada Pekerjaan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Meng- Tidak Meng- Tidak Meng- Tidak
Provinsi guna- Meng- guna- Meng- guna- Meng-
Total Total Total
kan gunakan kan gunakan kan gunakan
Internet Internet Internet Internet Internet Internet
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 19,64 80,36 100 21,95 78,05 100 20,50 79,50 100
Sumatera Utara 15,22 84,78 100 16,27 83,73 100 15,66 84,34 100
Sumatera Barat 17,45 82,55 100 20,80 79,20 100 18,79 81,21 100
Riau 22,10 77,90 100 30,50 69,50 100 24,94 75,06 100
Jambi 17,72 82,28 100 19,76 80,24 100 18,43 81,57 100
Sumatera Selatan 15,78 84,22 100 17,74 82,26 100 16,53 83,47 100
Bengkulu 20,78 79,22 100 23,11 76,89 100 21,66 78,34 100
Lampung 19,71 80,29 100 22,36 77,64 100 20,66 79,34 100
Kepulauan Bangka Belitung 19,10 80,90 100 31,45 68,55 100 23,17 76,83 100
Kepulauan Riau 21,74 78,26 100 39,60 60,40 100 27,17 72,83 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 26,08 73,92 100 23,24 76,76 100 25,06 74,94 100
Jawa Tengah 31,59 68,41 100 26,48 73,52 100 29,46 70,54 100
DI Yogyakarta 46,17 53,83 100 35,29 64,71 100 41,10 58,90 100
Jawa Timur 26,33 73,67 100 22,24 77,76 100 24,61 75,39 100
Banten 26,48 73,52 100 21,05 78,95 100 24,58 75,42 100
Bali 35,94 64,06 100 27,65 72,35 100 32,04 67,96 100
Nusa Tenggara Barat 18,72 81,28 100 17,33 82,67 100 18,12 81,88 100
Nusa Tenggara Timur 12,88 87,12 100 11,51 88,49 100 12,26 87,74 100
Kalimantan Barat 18,24 81,76 100 14,76 85,24 100 16,89 83,11 100
Kalimantan Tengah 21,42 78,58 100 23,86 76,14 100 22,25 77,75 100
Kalimantan Selatan 30,30 69,70 100 24,60 75,40 100 28,03 71,97 100
Kalimantan Timur 35,51 64,49 100 36,07 63,93 100 35,70 64,30 100
Kalimantan Utara 31,65 68,35 100 36,90 63,10 100 33,37 66,63 100
Sulawesi Utara 20,39 79,61 100 34,99 65,01 100 25,42 74,58 100
Sulawesi Tengah 13,38 86,62 100 20,49 79,51 100 15,95 84,05 100
Sulawesi Selatan 15,79 84,21 100 22,60 77,40 100 18,43 81,57 100
Sulawesi Tenggara 18,02 81,98 100 20,88 79,12 100 19,17 80,83 100
Gorontalo 17,67 82,33 100 30,30 69,70 100 22,25 77,75 100
Sulawesi Barat 13,42 86,58 100 18,22 81,78 100 15,24 84,76 100
Maluku 12,59 87,41 100 15,97 84,03 100 13,95 86,05 100
Maluku Utara 14,89 85,11 100 17,38 82,62 100 15,75 84,25 100
Papua Barat 24,59 75,41 100 19,56 80,44 100 22,56 77,44 100
Papua 5,61 94,39 100 3,78 96,22 100 4,82 95,18 100
Indonesia 22,62 77,38 100 21,77 78,23 100 22,28 77,72 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

620 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.17.1
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Memiliki Pekerjaan Tambahan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Memiliki Tidak Memiliki Tidak Memiliki Tidak
peker- memiliki peker- memiliki peker- memiliki
Provinsi jaan le- peker- Total jaan le- peker- Total jaan le- peker- Total
bih dari jaan tam- bih dari jaan tam- bih dari jaan tam-
satu bahan satu bahan satu bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 12,19 87,81 100 7,16 92,84 100 10,29 89,71 100
Sumatera Utara 12,12 87,88 100 9,55 90,45 100 11,07 88,93 100
Sumatera Barat 17,03 82,97 100 10,75 89,25 100 14,47 85,53 100
Riau 10,61 89,39 100 5,38 94,62 100 8,76 91,24 100
Jambi 14,03 85,97 100 7,54 92,46 100 11,69 88,31 100
Sumatera Selatan 12,32 87,68 100 8,21 91,79 100 10,72 89,28 100
Bengkulu 16,79 83,21 100 9,05 90,95 100 13,78 86,22 100
Lampung 21,86 78,14 100 8,71 91,29 100 17,04 82,96 100
Kepulauan Bangka Belitung 15,73 84,27 100 9,45 90,55 100 13,59 86,41 100
Kepulauan Riau 4,62 95,38 100 3,49 96,51 100 4,20 95,80 100
DKI Jakarta 2,79 97,21 100 2,03 97,97 100 2,50 97,50 100
Jawa Barat 7,35 92,65 100 4,69 95,31 100 6,37 93,63 100
Jawa Tengah 14,86 85,14 100 9,53 90,47 100 12,60 87,40 100
DI Yogyakarta 21,43 78,57 100 15,39 84,61 100 18,70 81,30 100
Jawa Timur 19,22 80,78 100 11,28 88,72 100 15,95 84,05 100
Banten 4,06 95,94 100 2,74 97,26 100 3,59 96,41 100
Bali 18,22 81,78 100 14,08 85,92 100 16,30 83,70 100
Nusa Tenggara Barat 17,59 82,41 100 13,03 86,97 100 15,61 84,39 100
Nusa Tenggara Timur 18,82 81,18 100 17,89 82,11 100 18,40 81,60 100
Kalimantan Barat 17,14 82,86 100 14,09 85,91 100 15,96 84,04 100
Kalimantan Tengah 9,09 90,91 100 6,09 93,91 100 8,03 91,97 100
Kalimantan Selatan 12,67 87,33 100 9,37 90,63 100 11,37 88,63 100
Kalimantan Timur 7,88 92,12 100 6,10 93,90 100 7,25 92,75 100
Kalimantan Utara 8,12 91,88 100 7,23 92,77 100 7,82 92,18 100
Sulawesi Utara 7,93 92,07 100 4,96 95,04 100 6,89 93,11 100
Sulawesi Tengah 12,40 87,60 100 7,87 92,13 100 10,71 89,29 100
Sulawesi Selatan 16,51 83,49 100 9,44 90,56 100 13,73 86,27 100
Sulawesi Tenggara 14,73 85,27 100 9,57 90,43 100 12,64 87,36 100
Gorontalo 11,13 88,87 100 6,09 93,91 100 9,19 90,81 100
Sulawesi Barat 22,12 77,88 100 15,23 84,77 100 19,45 80,55 100
Maluku 9,24 90,76 100 6,79 93,21 100 8,24 91,76 100
Maluku Utara 9,04 90,96 100 6,45 93,55 100 8,12 91,88 100
Papua Barat 9,37 90,63 100 4,60 95,40 100 7,49 92,51 100
Papua 6,04 93,96 100 4,96 95,04 100 5,59 94,41 100
Indonesia 12,97 87,03 100 8,62 91,38 100 11,25 88,75 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

621 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.17.2
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Bekerja menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Memiliki Pekerjaan Tambahan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Memiliki Tidak Memiliki Tidak Memiliki Tidak
peker- memiliki peker- memiliki peker- memiliki
Provinsi jaan le- peker- Total jaan le- peker- Total jaan le- peker- Total
bih dari jaan tam- bih dari jaan tam- bih dari jaan tam-
satu bahan satu bahan satu bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 8,16 91,84 100 6,35 93,65 100 7,46 92,54 100
Sumatera Utara 6,69 93,31 100 5,82 94,18 100 6,34 93,66 100
Sumatera Barat 12,20 87,80 100 8,03 91,97 100 10,45 89,55 100
Riau 6,59 93,41 100 4,45 95,55 100 5,78 94,22 100
Jambi 7,68 92,32 100 5,69 94,31 100 6,91 93,09 100
Sumatera Selatan 5,98 94,02 100 6,00 94,00 100 5,98 94,02 100
Bengkulu 10,62 89,38 100 6,69 93,31 100 9,01 90,99 100
Lampung 10,87 89,13 100 6,56 93,44 100 9,18 90,82 100
Kepulauan Bangka Belitung 9,89 90,11 100 7,11 92,89 100 8,92 91,08 100
Kepulauan Riau 4,18 95,82 100 3,30 96,70 100 3,85 96,15 100
DKI Jakarta 2,79 97,21 100 2,03 97,97 100 2,50 97,50 100
Jawa Barat 5,32 94,68 100 3,78 96,22 100 4,75 95,25 100
Jawa Tengah 10,38 89,62 100 7,07 92,93 100 8,95 91,05 100
DI Yogyakarta 15,45 84,55 100 10,80 89,20 100 13,37 86,63 100
Jawa Timur 12,77 87,23 100 7,82 92,18 100 10,76 89,24 100
Banten 2,83 97,17 100 2,25 97,75 100 2,62 97,38 100
Bali 12,73 87,27 100 9,39 90,61 100 11,19 88,81 100
Nusa Tenggara Barat 13,37 86,63 100 10,97 89,03 100 12,31 87,69 100
Nusa Tenggara Timur 8,33 91,67 100 7,78 92,22 100 8,09 91,91 100
Kalimantan Barat 8,44 91,56 100 5,86 94,14 100 7,45 92,55 100
Kalimantan Tengah 8,53 91,47 100 4,93 95,07 100 7,19 92,81 100
Kalimantan Selatan 6,25 93,75 100 7,11 92,89 100 6,58 93,42 100
Kalimantan Timur 6,15 93,85 100 6,27 93,73 100 6,19 93,81 100
Kalimantan Utara 6,22 93,78 100 4,98 95,02 100 5,79 94,21 100
Sulawesi Utara 4,87 95,13 100 3,25 96,75 100 4,29 95,71 100
Sulawesi Tengah 5,98 94,02 100 5,82 94,18 100 5,92 94,08 100
Sulawesi Selatan 7,91 92,09 100 5,87 94,13 100 7,09 92,91 100
Sulawesi Tenggara 9,64 90,36 100 6,95 93,05 100 8,54 91,46 100
Gorontalo 5,97 94,03 100 2,60 97,40 100 4,57 95,43 100
Sulawesi Barat 15,24 84,76 100 10,08 89,92 100 13,06 86,94 100
Maluku 4,21 95,79 100 4,19 95,81 100 4,20 95,80 100
Maluku Utara 5,26 94,74 100 2,56 97,44 100 4,24 95,76 100
Papua Barat 4,62 95,38 100 3,27 96,73 100 4,11 95,89 100
Papua 3,25 96,75 100 2,93 97,07 100 3,14 96,86 100
Indonesia 7,84 92,16 100 5,75 94,25 100 7,01 92,99 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

622 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.17.3
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Bekerja menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Memiliki Pekerjaan Tambahan, 2021

Laki-laki Perempuan Total


Memiliki Tidak Memiliki Tidak Memiliki Tidak
peker- memiliki peker- memiliki peker- memiliki
Provinsi jaan le- peker- Total jaan le- peker- Total jaan le- peker- Total
bih dari jaan tam- bih dari jaan tam- bih dari jaan tam-
satu bahan satu bahan satu bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 14,16 85,84 100 7,57 92,43 100 11,70 88,30 100
Sumatera Utara 18,35 81,65 100 13,55 86,45 100 16,33 83,67 100
Sumatera Barat 21,25 78,75 100 13,35 86,65 100 18,10 81,90 100
Riau 12,98 87,02 100 6,05 93,95 100 10,64 89,36 100
Jambi 16,79 83,21 100 8,47 91,53 100 13,88 86,12 100
Sumatera Selatan 15,61 84,39 100 9,43 90,57 100 13,22 86,78 100
Bengkulu 19,56 80,44 100 10,26 89,74 100 16,03 83,97 100
Lampung 26,34 73,66 100 9,72 90,28 100 20,41 79,59 100
Kepulauan Bangka Belitung 22,73 77,27 100 12,53 87,47 100 19,37 80,63 100
Kepulauan Riau 8,34 91,66 100 5,66 94,34 100 7,52 92,48 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 14,03 85,97 100 7,86 92,14 100 11,83 88,17 100
Jawa Tengah 19,42 80,58 100 12,21 87,79 100 16,42 83,58 100
DI Yogyakarta 37,45 62,55 100 26,79 73,21 100 32,49 67,51 100
Jawa Timur 26,70 73,30 100 15,06 84,94 100 21,81 78,19 100
Banten 7,32 92,68 100 4,10 95,90 100 6,19 93,81 100
Bali 30,36 69,64 100 24,05 75,95 100 27,40 72,60 100
Nusa Tenggara Barat 21,57 78,43 100 15,07 84,93 100 18,79 81,21 100
Nusa Tenggara Timur 21,92 78,08 100 20,72 79,28 100 21,37 78,63 100
Kalimantan Barat 21,45 78,55 100 18,07 81,93 100 20,13 79,87 100
Kalimantan Tengah 9,48 90,52 100 7,01 92,99 100 8,63 91,37 100
Kalimantan Selatan 17,97 82,03 100 11,15 88,85 100 15,25 84,75 100
Kalimantan Timur 11,06 88,94 100 5,71 94,29 100 9,31 90,69 100
Kalimantan Utara 11,05 88,95 100 11,00 89,00 100 11,04 88,96 100
Sulawesi Utara 11,22 88,78 100 6,89 93,11 100 9,73 90,27 100
Sulawesi Tengah 15,01 84,99 100 8,85 91,15 100 12,78 87,22 100
Sulawesi Selatan 22,48 77,52 100 12,07 87,93 100 18,45 81,55 100
Sulawesi Tenggara 17,39 82,61 100 10,96 89,04 100 14,79 85,21 100
Gorontalo 14,60 85,40 100 9,00 91,00 100 12,57 87,43 100
Sulawesi Barat 23,71 76,29 100 16,66 83,34 100 21,04 78,96 100
Maluku 12,51 87,49 100 8,56 91,44 100 10,92 89,08 100
Maluku Utara 10,44 89,56 100 8,09 91,91 100 9,62 90,38 100
Papua Barat 12,47 87,53 100 5,37 94,63 100 9,60 90,40 100
Papua 7,03 92,97 100 5,50 94,50 100 6,37 93,63 100
Indonesia 19,20 80,80 100 12,12 87,88 100 16,40 83,60 100
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

623 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.18.1
Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki Jabatan Manajer menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 5,02 3,07 4,27 1,91 1,65 1,81 2,93 2,13 2,63
Sumatera Utara 2,56 1,43 2,10 1,53 0,78 1,22 2,08 1,12 1,68
Sumatera Barat 3,32 2,65 3,04 1,81 1,01 1,49 2,51 1,81 2,23
Riau 3,72 2,33 3,19 1,66 1,75 1,69 2,42 1,99 2,27
Jambi 3,30 2,03 2,81 1,32 1,14 1,26 1,92 1,44 1,75
Sumatera Selatan 2,87 2,17 2,59 1,33 0,83 1,14 1,85 1,31 1,64
Bengkulu 4,88 2,86 4,05 2,08 0,95 1,65 2,95 1,60 2,42
Lampung 1,77 1,11 1,52 1,54 0,85 1,30 1,61 0,93 1,36
Kepulauan Bangka Belitung 2,33 1,42 2,01 2,08 2,26 2,14 2,21 1,78 2,07
Kepulauan Riau 3,21 1,83 2,69 3,43 2,83 3,25 3,23 1,91 2,74
DKI Jakarta 4,83 3,84 4,45 4,83 3,84 4,45
Jawa Barat 3,13 2,65 2,95 1,53 1,62 1,56 2,75 2,42 2,63
Jawa Tengah 2,27 1,38 1,89 1,13 0,66 0,93 1,70 1,04 1,42
DI Yogyakarta 2,75 1,40 2,15 2,18 0,34 1,32 2,60 1,09 1,92
Jawa Timur 2,39 1,94 2,21 1,18 1,21 1,20 1,83 1,59 1,73
Banten 2,69 2,45 2,60 1,24 1,25 1,24 2,30 2,13 2,24
Bali 3,32 2,02 2,72 1,68 0,71 1,22 2,81 1,60 2,25
Nusa Tenggara Barat 2,31 1,24 1,84 1,24 0,74 1,02 1,76 0,99 1,42
Nusa Tenggara Timur 4,58 3,06 3,91 1,19 0,54 0,89 1,96 1,09 1,57
Kalimantan Barat 2,82 1,80 2,43 1,54 0,56 1,15 1,96 0,96 1,57
Kalimantan Tengah 2,55 2,12 2,39 1,95 0,94 1,61 2,19 1,46 1,93
Kalimantan Selatan 2,73 2,15 2,51 1,36 0,47 1,01 1,98 1,22 1,68
Kalimantan Timur 4,19 3,43 3,91 2,61 1,68 2,31 3,63 2,88 3,37
Kalimantan Utara 4,34 2,99 3,87 1,97 2,33 2,09 3,41 2,75 3,18
Sulawesi Utara 2,77 4,53 3,40 2,98 3,16 3,04 2,88 3,89 3,23
Sulawesi Tengah 3,45 4,04 3,68 1,55 1,44 1,51 2,10 2,28 2,17
Sulawesi Selatan 3,54 2,61 3,17 1,18 0,80 1,03 2,15 1,57 1,92
Sulawesi Tenggara 4,35 3,21 3,89 2,20 0,77 1,62 2,94 1,61 2,40
Gorontalo 3,02 2,71 2,89 1,89 2,29 2,03 2,34 2,48 2,40
Sulawesi Barat 2,11 2,08 2,10 1,41 0,76 1,16 1,54 1,04 1,35
Maluku 3,60 3,82 3,69 1,74 1,07 1,47 2,48 2,18 2,36
Maluku Utara 7,23 5,74 6,67 3,89 3,51 3,76 4,80 4,17 4,57
Papua Barat 3,41 2,59 3,11 4,33 3,35 3,94 3,97 3,08 3,62
Papua 5,84 4,18 5,24 1,82 0,90 1,42 2,88 1,59 2,34
Indonesia 3,03 2,27 2,73 1,49 1,05 1,31 2,33 1,72 2,09
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

624 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.18.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki Jabatan Manajer menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2021 (1/5)

Perkotaan
Laki-laki
Relative Selang kepercayaan 95%
Provinsi Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (1) (2) (3) (4) (5)


Aceh 5,02 0,57 11,41 3,90 6,15
Sumatera Utara 2,56 0,28 10,91 2,01 3,10
Sumatera Barat 3,32 0,39 11,80 2,55 4,09
Riau 3,72 0,56 14,95 2,63 4,81
Jambi 3,30 0,51 15,33 2,31 4,29
Sumatera Selatan 2,87 0,40 13,93 2,08 3,65
Bengkulu 4,88 0,74 15,26 3,42 6,33
Lampung 1,77 0,34 19,07 1,11 2,43
Kepulauan Bangka Belitung 2,33 0,39 16,68 1,57 3,09
Kepulauan Riau 3,21 0,50 15,56 2,23 4,19
DKI Jakarta 4,83 0,48 9,83 3,90 5,77
Jawa Barat 3,13 0,20 6,53 2,73 3,53
Jawa Tengah 2,27 0,16 6,97 1,96 2,58
DI Yogyakarta 2,75 0,41 14,94 1,95 3,56
Jawa Timur 2,39 0,20 8,47 1,99 2,78
Banten 2,70 0,32 11,95 2,06 3,33
Bali 3,32 0,36 10,83 2,62 4,03
Nusa Tenggara Barat 2,31 0,35 15,14 1,63 3,00
Nusa Tenggara Timur 4,58 0,58 12,57 3,45 5,70
Kalimantan Barat 2,82 0,35 12,54 2,13 3,51
Kalimantan Tengah 2,55 0,46 17,83 1,66 3,44
Kalimantan Selatan 2,73 0,37 13,47 2,01 3,46
Kalimantan Timur 4,19 0,50 11,99 3,20 5,17
Kalimantan Utara 4,34 0,79 18,13 2,80 5,88
Sulawesi Utara 2,78 0,37 13,19 2,06 3,49
Sulawesi Tengah 3,45 0,56 16,27 2,35 4,55
Sulawesi Selatan 3,54 0,40 11,37 2,76 4,33
Sulawesi Tenggara 4,35 0,61 14,12 3,15 5,55
Gorontalo 3,02 0,65 21,67 1,74 4,30
Sulawesi Barat 2,11 0,67 31,64 0,80 3,42
Maluku 3,60 0,79 22,04 2,05 5,16
Maluku Utara 7,23 1,71 23,72 3,87 10,59
Papua Barat 3,41 0,72 21,09 2,00 4,83
Papua 5,84 0,85 14,59 4,17 7,51
Indonesia 3,03 0,08 2,64 2,87 3,18

625 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.18.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki Jabatan Manajer menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2021 (lanjutan 2/5)

Perkotaan
Perempuan
Relative Selang kepercayaan 95%
Provinsi Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (6) (7) (8) (9) (10)


Aceh 3,07 0,43 14,13 2,22 3,92
Sumatera Utara 1,43 0,23 15,75 0,99 1,87
Sumatera Barat 2,65 0,34 12,63 2,00 3,31
Riau 2,33 0,44 18,87 1,47 3,19
Jambi 2,03 0,48 23,46 1,10 2,96
Sumatera Selatan 2,17 0,48 21,98 1,24 3,11
Bengkulu 2,87 0,64 22,20 1,62 4,11
Lampung 1,12 0,27 24,22 0,59 1,65
Kepulauan Bangka Belitung 1,42 0,35 24,74 0,73 2,11
Kepulauan Riau 1,83 0,46 25,18 0,93 2,74
DKI Jakarta 3,84 0,48 12,50 2,90 4,78
Jawa Barat 2,65 0,26 9,83 2,14 3,16
Jawa Tengah 1,38 0,14 10,26 1,11 1,66
DI Yogyakarta 1,40 0,27 19,31 0,87 1,93
Jawa Timur 1,94 0,18 9,28 1,59 2,29
Banten 2,45 0,38 15,66 1,70 3,20
Bali 2,02 0,34 16,67 1,36 2,68
Nusa Tenggara Barat 1,24 0,26 20,60 0,74 1,74
Nusa Tenggara Timur 3,06 0,56 18,18 1,97 4,15
Kalimantan Barat 1,80 0,38 21,12 1,05 2,54
Kalimantan Tengah 2,12 0,46 21,46 1,23 3,01
Kalimantan Selatan 2,16 0,35 16,38 1,46 2,85
Kalimantan Timur 3,43 0,50 14,57 2,45 4,41
Kalimantan Utara 2,99 0,69 23,05 1,64 4,35
Sulawesi Utara 4,53 0,58 12,87 3,39 5,67
Sulawesi Tengah 4,04 0,71 17,49 2,65 5,42
Sulawesi Selatan 2,61 0,44 16,88 1,75 3,47
Sulawesi Tenggara 3,21 0,74 23,07 1,76 4,67
Gorontalo 2,71 0,67 24,58 1,41 4,02
Sulawesi Barat 2,08 0,69 32,93 0,74 3,42
Maluku 3,83 0,85 22,12 2,17 5,48
Maluku Utara 5,74 1,66 28,90 2,49 8,99
Papua Barat 2,59 0,73 28,19 1,16 4,03
Papua 4,19 0,77 18,42 2,67 5,70
Indonesia 2,27 0,08 3,66 2,11 2,43

626 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.18.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki Jabatan Manajer menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2021 (lanjutan 3/5)

Perkotaan
Total
Relative Selang kepercayaan 95%
Provinsi Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (12) (13) (14) (15) (16)


Aceh 4,27 0,41 9,70 3,46 5,08
Sumatera Utara 2,10 0,20 9,61 1,71 2,50
Sumatera Barat 3,04 0,30 9,99 2,45 3,64
Riau 3,19 0,39 12,17 2,43 3,95
Jambi 2,81 0,42 14,75 2,00 3,63
Sumatera Selatan 2,59 0,34 13,07 1,93 3,25
Bengkulu 4,05 0,52 12,73 3,04 5,06
Lampung 1,52 0,25 16,29 1,03 2,00
Kepulauan Bangka Belitung 2,01 0,31 15,52 1,40 2,62
Kepulauan Riau 2,69 0,34 12,64 2,02 3,36
DKI Jakarta 4,45 0,39 8,78 3,69 5,22
Jawa Barat 2,95 0,18 6,14 2,59 3,30
Jawa Tengah 1,89 0,13 6,68 1,64 2,13
DI Yogyakarta 2,15 0,28 12,95 1,60 2,69
Jawa Timur 2,21 0,16 7,17 1,90 2,52
Banten 2,60 0,27 10,37 2,07 3,13
Bali 2,72 0,29 10,51 2,16 3,28
Nusa Tenggara Barat 1,84 0,24 13,21 1,36 2,32
Nusa Tenggara Timur 3,91 0,43 10,95 3,07 4,75
Kalimantan Barat 2,43 0,29 11,75 1,87 2,98
Kalimantan Tengah 2,39 0,36 15,22 1,68 3,10
Kalimantan Selatan 2,51 0,27 10,80 1,98 3,04
Kalimantan Timur 3,91 0,41 10,52 3,10 4,71
Kalimantan Utara 3,87 0,56 14,49 2,77 4,97
Sulawesi Utara 3,40 0,37 10,77 2,68 4,12
Sulawesi Tengah 3,68 0,50 13,52 2,71 4,66
Sulawesi Selatan 3,17 0,32 10,14 2,54 3,80
Sulawesi Tenggara 3,89 0,53 13,69 2,84 4,93
Gorontalo 2,89 0,49 16,91 1,93 3,85
Sulawesi Barat 2,10 0,53 25,17 1,06 3,13
Maluku 3,70 0,62 16,75 2,48 4,91
Maluku Utara 6,67 1,59 23,81 3,55 9,78
Papua Barat 3,11 0,57 18,22 2,00 4,22
Papua 5,24 0,70 13,39 3,87 6,62
Indonesia 2,73 0,07 2,38 2,60 2,86

627 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.18.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki Jabatan Manajer menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2021 (lanjutan 4/5)

Perdesaan
Laki-laki
Relative Selang kepercayaan 95%
Provinsi Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (16) (17) (18) (19) (20)


Aceh 1,91 0,22 11,27 1,49 2,33
Sumatera Utara 1,53 0,15 9,55 1,24 1,82
Sumatera Barat 1,81 0,20 11,06 1,42 2,20
Riau 1,66 0,24 14,42 1,19 2,13
Jambi 1,32 0,24 18,43 0,85 1,80
Sumatera Selatan 1,33 0,16 12,21 1,01 1,65
Bengkulu 2,08 0,30 14,46 1,49 2,67
Lampung 1,54 0,21 13,67 1,13 1,96
Kepulauan Bangka Belitung 2,08 0,41 19,76 1,27 2,89
Kepulauan Riau 3,43 1,13 33,04 1,21 5,65
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,53 0,17 10,89 1,20 1,85
Jawa Tengah 1,13 0,10 8,78 0,93 1,32
DI Yogyakarta 2,18 0,53 24,32 1,14 3,22
Jawa Timur 1,19 0,13 10,63 0,94 1,43
Banten 1,24 0,25 20,10 0,75 1,73
Bali 1,68 0,34 19,98 1,02 2,33
Nusa Tenggara Barat 1,24 0,23 18,21 0,80 1,68
Nusa Tenggara Timur 1,19 0,13 11,30 0,92 1,45
Kalimantan Barat 1,54 0,19 12,31 1,16 1,91
Kalimantan Tengah 1,95 0,29 14,77 1,39 2,51
Kalimantan Selatan 1,36 0,28 20,53 0,82 1,91
Kalimantan Timur 2,62 0,54 20,76 1,55 3,68
Kalimantan Utara 1,97 0,47 23,80 1,05 2,89
Sulawesi Utara 2,98 0,42 14,08 2,16 3,81
Sulawesi Tengah 1,55 0,20 12,89 1,16 1,94
Sulawesi Selatan 1,18 0,16 13,15 0,88 1,48
Sulawesi Tenggara 2,20 0,24 10,82 1,73 2,67
Gorontalo 1,89 0,32 16,85 1,26 2,51
Sulawesi Barat 1,41 0,25 17,53 0,93 1,89
Maluku 1,74 0,30 17,33 1,15 2,34
Maluku Utara 3,89 0,46 11,68 3,00 4,79
Papua Barat 4,33 1,01 23,41 2,34 6,32
Papua 1,82 0,25 13,78 1,33 2,31
Indonesia 1,49 0,04 2,76 1,41 1,57

628 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.18.1.1
Sampling Error Persentase Penduduk Bekerja yang Menduduki Jabatan Manajer menurut
Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2021 (lanjutan 5/5)

Perdesaan
Perempuan
Relative Selang kepercayaan 95%
Provinsi Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (21) (22) (23) (24) (25)


Aceh 1,65 0,24 14,43 1,18 2,12
Sumatera Utara 0,78 0,13 16,11 0,54 1,03
Sumatera Barat 1,01 0,19 18,97 0,63 1,38
Riau 1,75 0,34 19,27 1,09 2,41
Jambi 1,14 0,24 21,08 0,67 1,62
Sumatera Selatan 0,83 0,16 19,25 0,52 1,15
Bengkulu 0,95 0,21 22,12 0,54 1,37
Lampung 0,85 0,19 21,76 0,49 1,21
Kepulauan Bangka Belitung 2,26 0,71 31,34 0,87 3,65
Kepulauan Riau 2,83 0,89 31,29 1,10 4,57
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,62 0,25 15,13 1,14 2,10
Jawa Tengah 0,66 0,09 12,88 0,49 0,83
DI Yogyakarta 0,34 0,17 50,29 0,00 0,68
Jawa Timur 1,21 0,15 11,96 0,93 1,50
Banten 1,25 0,36 28,89 0,54 1,95
Bali 0,71 0,23 31,87 0,26 1,15
Nusa Tenggara Barat 0,74 0,21 27,99 0,33 1,14
Nusa Tenggara Timur 0,54 0,09 17,29 0,36 0,72
Kalimantan Barat 0,56 0,13 23,38 0,30 0,81
Kalimantan Tengah 0,94 0,24 25,03 0,48 1,41
Kalimantan Selatan 0,47 0,13 27,70 0,22 0,73
Kalimantan Timur 1,68 0,64 38,27 0,42 2,95
Kalimantan Utara 2,33 0,78 33,49 0,80 3,86
Sulawesi Utara 3,16 0,43 13,60 2,32 4,00
Sulawesi Tengah 1,44 0,25 17,69 0,94 1,94
Sulawesi Selatan 0,80 0,12 15,41 0,56 1,04
Sulawesi Tenggara 0,77 0,16 20,86 0,45 1,08
Gorontalo 2,29 0,46 19,92 1,40 3,18
Sulawesi Barat 0,76 0,20 26,55 0,36 1,15
Maluku 1,07 0,35 32,68 0,39 1,75
Maluku Utara 3,51 0,75 21,30 2,04 4,97
Papua Barat 3,36 0,94 28,14 1,50 5,21
Papua 0,90 0,24 26,36 0,44 1,36
Indonesia 1,05 0,04 4,20 0,96 1,13
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

629 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.19.1
Persentase Penduduk menurut jenis kelamin dan kepemilikan jaminan ketenagakerjaan,
2021

Laki-laki Perempuan Total


Memiliki Memiliki Memiliki
Provinsi Tidak Total Tidak Total Tidak Total
Jaminan Jaminan Jaminan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 30,62 69,38 100 38,74 61,26 100 33,41 66,59 100
Sumatera Utara 36,20 63,80 100 38,14 61,86 100 36,84 63,16 100
Sumatera Barat 34,53 65,47 100 44,04 55,96 100 37,97 62,03 100
Riau 38,54 61,46 100 44,47 55,53 100 40,23 59,77 100
Jambi 32,04 67,96 100 40,09 59,91 100 34,49 65,51 100
Sumatera Selatan 30,18 69,82 100 37,63 62,37 100 32,56 67,44 100
Bengkulu 37,00 63,00 100 40,72 59,28 100 38,30 61,70 100
Lampung 26,62 73,38 100 35,70 64,30 100 29,23 70,77 100
Bangka-Belitung 33,13 66,87 100 43,17 56,83 100 36,29 63,71 100
Kepulauan Riau 66,66 33,34 100 72,16 27,84 100 68,58 31,42 100
DKI Jakarta 64,15 35,85 100 57,33 42,67 100 61,68 38,32 100
Jawa Barat 41,06 58,94 100 48,51 51,49 100 43,40 56,60 100
Jawa Tengah 32,10 67,90 100 45,92 54,08 100 37,12 62,88 100
D I Yogyakarta 44,88 55,12 100 52,89 47,11 100 47,96 52,04 100
Jawa Timur 32,39 67,61 100 36,72 63,28 100 33,85 66,15 100
Banten 56,99 43,01 100 60,48 39,52 100 58,10 41,90 100
Bali 44,52 55,48 100 48,24 51,76 100 45,98 54,02 100
Nusa Tenggara Barat 27,64 72,36 100 29,12 70,88 100 28,16 71,84 100
Nusa Tenggara Timur 40,47 59,53 100 48,90 51,10 100 43,61 56,39 100
Kalimantan Barat 39,75 60,25 100 47,35 52,65 100 41,79 58,21 100
Kalimantan Tengah 47,16 52,84 100 58,95 41,05 100 50,46 49,54 100
Kalimantan Selatan 43,52 56,48 100 45,07 54,93 100 44,00 56,00 100
Kalimantan Timur 63,38 36,62 100 61,14 38,86 100 62,75 37,25 100
Kalimantan Utara 58,34 41,66 100 58,35 41,65 100 58,35 41,65 100
Sulawesi Utara 37,08 62,92 100 58,14 41,86 100 43,45 56,55 100
Sulawesi Tengah 38,64 61,36 100 52,31 47,69 100 43,23 56,77 100
Sulawesi Selatan 37,84 62,16 100 43,14 56,86 100 39,81 60,19 100
Sulawesi Tenggara 39,35 60,65 100 42,19 57,81 100 40,30 59,70 100
Gorontalo 30,64 69,36 100 43,09 56,91 100 35,59 64,41 100
Sulawesi Barat 28,12 71,88 100 45,57 54,43 100 33,54 66,46 100
Maluku 48,83 51,17 100 62,19 37,81 100 53,93 46,07 100
Maluku Utara 45,63 54,37 100 52,20 47,80 100 47,57 52,43 100
Papua Barat 57,13 42,87 100 63,74 36,26 100 59,15 40,85 100
Papua 63,12 36,88 100 66,81 33,19 100 64,15 35,85 100
Indonesia 39,60 60,40 100 46,02 53,98 100 41,74 58,26 100

Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

630 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.19.2
Persentase Penduduk Perkotaan menurut jenis kelamin dan kepemilikan jaminan ketenagakerjaan,
2021

Laki-laki Perempuan Total


Memiliki Memiliki Memiliki
Provinsi Tidak Total Tidak Total Tidak Total
Jaminan Jaminan Jaminan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 42,53 57,47 100 48,19 51,81 100 44,66 55,34 100
Sumatera Utara 40,82 59,18 100 40,40 59,60 100 40,67 59,33 100
Sumatera Barat 44,94 55,06 100 50,39 49,61 100 46,99 53,01 100
Riau 47,19 52,81 100 49,93 50,07 100 48,10 51,90 100
Jambi 41,21 58,79 100 45,06 54,94 100 42,53 57,47 100
Sumatera Selatan 39,50 60,50 100 43,30 56,70 100 40,85 59,15 100
Bengkulu 50,11 49,89 100 49,48 50,52 100 49,86 50,14 100
Lampung 36,12 63,88 100 41,08 58,92 100 37,70 62,30 100
Bangka-Belitung 35,03 64,97 100 43,82 56,18 100 37,92 62,08 100
Kepulauan Riau 68,34 31,66 100 73,19 26,81 100 70,05 29,95 100
DKI Jakarta 64,15 35,85 100 57,33 42,67 100 61,68 38,32 100
Jawa Barat 46,01 53,99 100 51,72 48,28 100 47,86 52,14 100
Jawa Tengah 37,79 62,21 100 50,68 49,32 100 42,72 57,28 100
D I Yogyakarta 48,51 51,49 100 54,91 45,09 100 51,07 48,93 100
Jawa Timur 39,47 60,53 100 43,57 56,43 100 40,87 59,13 100
Banten 63,54 36,46 100 63,75 36,25 100 63,61 36,39 100
Bali 48,71 51,29 100 53,36 46,64 100 50,58 49,42 100
Nusa Tenggara Barat 31,42 68,58 100 34,74 65,26 100 32,58 67,42 100
Nusa Tenggara Timur 54,15 45,85 100 58,85 41,15 100 56,04 43,96 100
Kalimantan Barat 44,17 55,83 100 52,65 47,35 100 46,82 53,18 100
Kalimantan Tengah 50,37 49,63 100 61,11 38,89 100 53,77 46,23 100
Kalimantan Selatan 44,69 55,31 100 46,98 53,02 100 45,44 54,56 100
Kalimantan Timur 65,85 34,15 100 60,31 39,69 100 64,21 35,79 100
Kalimantan Utara 60,48 39,52 100 60,32 39,68 100 60,43 39,57 100
Sulawesi Utara 45,99 54,01 100 62,51 37,49 100 51,33 48,67 100
Sulawesi Tengah 47,38 52,62 100 60,27 39,73 100 52,06 47,94 100
Sulawesi Selatan 45,41 54,59 100 52,21 47,79 100 47,83 52,17 100
Sulawesi Tenggara 48,92 51,08 100 50,73 49,27 100 49,55 50,45 100
Gorontalo 37,17 62,83 100 49,57 50,43 100 42,35 57,65 100
Sulawesi Barat 32,47 67,53 100 56,31 43,69 100 40,21 59,79 100
Maluku 57,82 42,18 100 69,80 30,20 100 62,42 37,58 100
Maluku Utara 60,73 39,27 100 61,40 38,60 100 60,95 39,05 100
Papua Barat 61,87 38,13 100 66,44 33,56 100 63,35 36,65 100
Papua 67,53 32,47 100 69,18 30,82 100 68,04 31,96 100
Indonesia 46,80 53,20 100 51,29 48,71 100 48,36 51,64 100

Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

631 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN D.19.3
Persentase Penduduk menurut jenis kelamin dan kepemilikan jaminan ketenagakerjaan,
2021

Laki-laki Perempuan Total


Memiliki Memiliki Memiliki
Provinsi Tidak Total Tidak Total Tidak Total
Jaminan Jaminan Jaminan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 23,26 76,74 100 31,31 68,69 100 25,86 74,14 100
Sumatera Utara 28,50 71,50 100 33,20 66,80 100 29,87 70,13 100
Sumatera Barat 23,42 76,58 100 36,28 63,72 100 27,85 72,15 100
Riau 32,67 67,33 100 38,83 61,17 100 34,19 65,81 100
Jambi 27,28 72,72 100 36,71 63,29 100 29,96 70,04 100
Sumatera Selatan 22,79 77,21 100 31,63 68,37 100 25,36 74,64 100
Bengkulu 28,78 71,22 100 33,02 66,98 100 30,13 69,87 100
Lampung 20,98 79,02 100 31,67 68,33 100 23,85 76,15 100
Bangka-Belitung 30,08 69,92 100 41,94 58,06 100 33,54 66,46 100
Kepulauan Riau 42,21 57,79 100 54,34 45,66 100 46,02 53,98 100
DKI Jakarta
Jawa Barat 21,09 78,91 100 31,65 68,35 100 23,93 76,07 100
Jawa Tengah 24,95 75,05 100 38,68 61,32 100 29,59 70,41 100
D I Yogyakarta 32,67 67,33 100 43,48 56,52 100 36,19 63,81 100
Jawa Timur 21,21 78,79 100 25,40 74,60 100 22,60 77,40 100
Banten 35,35 64,65 100 45,45 54,55 100 38,01 61,99 100
Bali 32,57 67,43 100 31,29 68,71 100 32,10 67,90 100
Nusa Tenggara Barat 22,95 77,05 100 22,28 77,72 100 22,71 77,29 100
Nusa Tenggara Timur 31,86 68,14 100 41,22 58,78 100 35,17 64,83 100
Kalimantan Barat 36,80 63,20 100 42,09 57,91 100 38,04 61,96 100
Kalimantan Tengah 44,68 55,32 100 56,61 43,39 100 47,66 52,34 100
Kalimantan Selatan 42,22 57,78 100 42,52 57,48 100 42,31 57,69 100
Kalimantan Timur 57,25 42,75 100 63,93 36,07 100 58,84 41,16 100
Kalimantan Utara 54,00 46,00 100 53,51 46,49 100 53,86 46,14 100
Sulawesi Utara 25,41 74,59 100 50,88 49,12 100 32,38 67,62 100
Sulawesi Tengah 32,81 67,19 100 45,79 54,21 100 36,93 63,07 100
Sulawesi Selatan 28,05 71,95 100 32,97 67,03 100 29,97 70,03 100
Sulawesi Tenggara 30,54 69,46 100 33,43 66,57 100 31,48 68,52 100
Gorontalo 25,19 74,81 100 36,74 63,26 100 29,57 70,43 100
Sulawesi Barat 26,66 73,34 100 41,65 58,35 100 31,24 68,76 100
Maluku 37,88 62,12 100 52,80 47,20 100 43,55 56,45 100
Maluku Utara 37,65 62,35 100 46,02 53,98 100 39,98 60,02 100
Papua Barat 53,00 47,00 100 60,98 39,02 100 55,31 44,69 100
Papua 56,99 43,01 100 61,92 38,08 100 58,13 41,87 100
Indonesia 27,23 72,77 100 35,19 64,81 100 29,68 70,32 100

Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2021

632 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E
LAMPIRAN E.1
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 87,69 84,00 85,87 78,73 68,56 73,58 81,78 73,63 77,69
Sumatera Utara 91,25 89,44 90,35 85,65 81,48 83,54 88,80 85,86 87,33
Sumatera Barat 92,84 91,34 92,10 83,57 79,42 81,46 88,20 85,22 86,70
Riau 93,50 91,19 92,38 88,73 81,40 85,11 90,67 85,29 88,03
Jambi 90,38 85,11 87,80 82,89 72,56 77,78 85,36 76,66 81,07
Sumatera Selatan 92,07 87,18 89,64 82,86 73,93 78,44 86,32 78,92 82,65
Bengkulu 91,81 89,14 90,51 79,65 70,93 75,38 83,70 76,93 80,39
Lampung 90,39 87,19 88,83 87,89 82,69 85,35 88,69 84,12 86,46
Kepulauan Bangka Belitung 89,78 87,06 88,47 83,32 76,04 79,73 87,02 82,18 84,67
Kepulauan Riau 92,38 91,39 91,89 84,17 80,31 82,22 91,76 90,54 91,15
DKI Jakarta 93,55 89,42 91,47 93,55 89,42 91,47
Jawa Barat 85,91 80,83 83,44 79,12 69,72 74,28 84,48 78,28 81,42
Jawa Tengah 84,14 78,01 81,10 77,91 69,68 73,68 81,19 73,91 77,52
DI Yogyakarta 87,09 83,49 85,29 79,48 72,54 75,87 85,17 80,56 82,84
Jawa Timur 84,49 77,23 80,87 77,54 67,32 72,25 81,41 72,64 76,96
Banten 86,82 79,07 83,04 73,33 60,89 67,09 83,06 73,81 78,51
Bali 89,66 82,71 86,25 83,34 71,70 77,35 87,86 79,34 83,62
Nusa Tenggara Barat 91,83 89,04 90,42 84,35 77,99 81,07 88,13 83,43 85,73
Nusa Tenggara Timur 92,87 91,67 92,28 76,66 73,89 75,25 80,81 78,23 79,50
Kalimantan Barat 89,74 84,37 87,11 74,32 63,90 69,17 79,91 71,24 75,65
Kalimantan Tengah 90,59 87,71 89,22 81,59 72,11 77,01 85,35 78,53 82,07
Kalimantan Selatan 92,88 89,32 91,14 85,73 76,86 81,29 89,22 82,82 86,05
Kalimantan Timur 93,85 92,28 93,10 89,15 86,08 87,66 92,39 90,34 91,40
Kalimantan Utara 94,51 94,59 94,54 85,71 79,56 82,74 91,22 88,74 90,05
Sulawesi Utara 88,17 87,37 87,78 77,94 78,60 78,27 83,50 83,32 83,41
Sulawesi Tengah 88,52 88,05 88,29 76,08 73,52 74,82 79,97 78,02 79,01
Sulawesi Selatan 91,91 89,89 90,89 85,48 82,90 84,14 88,41 85,99 87,17
Sulawesi Tenggara 91,70 89,70 90,72 85,90 83,44 84,66 88,03 85,65 86,85
Gorontalo 88,85 87,79 88,32 85,72 84,40 85,06 87,09 85,89 86,49
Sulawesi Barat 91,45 90,47 90,96 81,33 77,19 79,26 83,41 79,87 81,65
Maluku 88,91 87,59 88,26 73,40 69,82 71,62 80,36 77,64 79,02
Maluku Utara 89,05 85,74 87,44 71,77 66,84 69,34 76,80 72,20 74,54
Papua Barat 88,96 86,22 87,66 75,26 66,78 71,19 81,20 75,12 78,29
Papua 86,63 83,54 85,19 32,43 25,29 29,03 48,18 41,74 45,13
Indonesia 87,89 83,10 85,53 79,49 71,98 75,68 84,32 78,23 81,28
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

634 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.2
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Memiliki Telepon Seluler (HP)/
Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 72,94 66,00 69,52 65,43 48,84 57,03 67,98 54,47 61,20
Sumatera Utara 73,40 67,76 70,60 65,16 51,23 58,10 69,79 60,34 65,05
Sumatera Barat 75,10 70,30 72,71 63,70 52,83 58,17 69,39 61,33 65,34
Riau 80,07 73,29 76,78 74,36 58,30 66,42 76,68 64,24 70,57
Jambi 82,54 73,65 78,17 71,09 52,72 62,01 74,87 59,56 67,32
Sumatera Selatan 79,69 71,55 75,66 67,96 47,50 57,83 72,37 56,55 64,53
Bengkulu 78,34 73,09 75,79 66,89 50,09 58,65 70,71 57,67 64,34
Lampung 75,63 68,29 72,05 68,35 51,22 59,98 70,67 56,67 63,83
Kepulauan Bangka Belitung 75,14 71,16 73,24 67,75 55,48 61,69 71,98 64,22 68,22
Kepulauan Riau 83,20 80,19 81,70 71,30 60,80 66,01 82,31 78,70 80,51
DKI Jakarta 84,46 79,23 81,83 84,46 79,23 81,83
Jawa Barat 74,47 66,64 70,66 65,20 50,83 57,80 72,52 63,01 67,83
Jawa Tengah 71,77 62,40 67,13 64,32 52,18 58,08 68,24 57,37 62,76
DI Yogyakarta 76,45 71,30 73,87 63,10 53,72 58,23 73,08 66,60 69,81
Jawa Timur 74,17 63,30 68,75 64,42 48,24 56,04 69,85 56,33 62,99
Banten 79,14 69,11 74,25 61,63 44,27 52,93 74,27 61,92 68,20
Bali 81,12 70,75 76,03 72,15 50,89 61,21 78,56 64,68 71,65
Nusa Tenggara Barat 70,62 58,90 64,72 62,55 45,26 53,62 66,63 51,98 59,16
Nusa Tenggara Timur 75,63 71,59 73,63 49,84 39,74 44,69 56,44 47,51 51,92
Kalimantan Barat 78,79 69,36 74,18 64,03 47,23 55,73 69,39 55,17 62,39
Kalimantan Tengah 83,78 76,66 80,38 72,34 58,03 65,41 77,12 65,69 71,62
Kalimantan Selatan 81,37 73,96 77,75 70,37 53,15 61,75 75,75 63,10 69,49
Kalimantan Timur 85,89 82,38 84,20 77,93 70,39 74,29 83,41 78,62 81,10
Kalimantan Utara 81,58 79,86 80,78 73,17 63,08 68,30 78,44 73,33 76,02
Sulawesi Utara 77,73 76,35 77,05 61,54 63,21 62,36 70,34 70,29 70,32
Sulawesi Tengah 74,88 71,94 73,44 58,15 52,85 55,53 63,38 58,76 61,10
Sulawesi Selatan 78,42 74,46 76,42 65,90 60,70 63,20 71,61 66,79 69,13
Sulawesi Tenggara 77,21 75,05 76,15 66,90 60,65 63,75 70,69 65,74 68,22
Gorontalo 73,20 73,07 73,14 57,69 58,34 58,02 64,49 64,79 64,64
Sulawesi Barat 72,21 64,90 68,60 61,97 52,40 57,18 64,07 54,92 59,51
Maluku 78,45 74,00 76,27 55,19 47,42 51,32 65,63 59,12 62,41
Maluku Utara 80,43 75,61 78,10 55,81 46,88 51,40 62,97 55,04 59,08
Papua Barat 81,84 78,88 80,44 64,94 52,08 58,76 72,26 63,58 68,11
Papua 80,91 76,38 78,80 27,34 18,05 22,92 42,90 34,52 38,94
Indonesia 76,23 68,47 72,41 64,20 50,46 57,24 71,12 60,58 65,87
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

635 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.3
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Komputer (PC/Desktop,
Laptop/Notebook, Tablet) dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 18,83 18,09 18,47 5,64 5,84 5,74 10,13 9,86 9,99
Sumatera Utara 14,51 13,85 14,18 5,57 6,41 6,00 10,59 10,51 10,55
Sumatera Barat 17,96 22,00 19,96 6,36 9,80 8,11 12,15 15,74 13,95
Riau 17,67 17,86 17,76 6,18 6,83 6,50 10,84 11,21 11,02
Jambi 19,51 19,21 19,36 6,88 7,32 7,10 11,05 11,21 11,13
Sumatera Selatan 15,76 15,43 15,60 4,13 4,51 4,32 8,51 8,62 8,56
Bengkulu 22,48 20,99 21,76 6,09 7,56 6,81 11,56 11,99 11,77
Lampung 13,42 13,83 13,62 3,97 4,63 4,29 6,99 7,56 7,27
Kepulauan Bangka Belitung 13,67 14,86 14,23 5,05 7,12 6,07 9,99 11,43 10,69
Kepulauan Riau 22,82 20,09 21,46 7,51 10,91 9,22 21,67 19,38 20,53
DKI Jakarta 25,03 22,72 23,87 25,03 22,72 23,87
Jawa Barat 15,60 13,31 14,49 4,91 4,28 4,59 13,35 11,23 12,31
Jawa Tengah 13,22 13,07 13,14 5,02 5,45 5,24 9,33 9,32 9,33
DI Yogyakarta 25,35 23,55 24,45 7,24 8,68 7,98 20,78 19,58 20,17
Jawa Timur 14,79 14,29 14,54 5,52 5,44 5,48 10,68 10,20 10,44
Banten 16,63 13,77 15,23 3,02 3,22 3,12 12,84 10,72 11,80
Bali 18,36 17,17 17,77 7,08 6,47 6,77 15,14 13,90 14,52
Nusa Tenggara Barat 15,57 12,11 13,83 6,75 5,64 6,17 11,21 8,82 9,99
Nusa Tenggara Timur 24,45 23,33 23,90 6,69 6,46 6,57 11,23 10,58 10,90
Kalimantan Barat 16,65 14,00 15,36 4,71 4,45 4,58 9,04 7,87 8,47
Kalimantan Tengah 18,38 18,18 18,28 5,53 5,67 5,60 10,90 10,81 10,86
Kalimantan Selatan 18,91 15,81 17,40 5,64 6,49 6,07 12,13 10,95 11,55
Kalimantan Timur 22,42 20,08 21,30 8,61 10,10 9,33 18,12 16,95 17,56
Kalimantan Utara 19,22 18,02 18,66 7,53 8,00 7,76 14,86 14,12 14,51
Sulawesi Utara 16,29 15,52 15,91 7,18 9,26 8,21 12,13 12,63 12,38
Sulawesi Tengah 17,36 20,73 19,02 6,16 7,82 6,98 9,66 11,82 10,72
Sulawesi Selatan 19,86 19,51 19,68 6,79 9,26 8,07 12,75 13,79 13,28
Sulawesi Tenggara 21,47 20,34 20,92 6,84 8,11 7,48 12,21 12,44 12,32
Gorontalo 15,18 19,71 17,44 6,56 8,34 7,45 10,34 13,31 11,83
Sulawesi Barat 15,77 14,45 15,12 8,31 9,21 8,76 9,84 10,27 10,06
Maluku 20,58 21,74 21,15 5,81 5,67 5,74 12,44 12,74 12,59
Maluku Utara 21,62 18,59 20,15 5,31 5,15 5,23 10,06 8,96 9,52
Papua Barat 19,76 17,97 18,91 8,18 6,19 7,23 13,20 11,24 12,26
Papua 17,62 16,83 17,25 2,28 1,75 2,02 6,73 6,01 6,39
Indonesia 16,83 15,60 16,22 5,45 5,87 5,66 12,00 11,34 11,67
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

636 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.4
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet (termasuk Facebook,
Twitter, Whatsapp) dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 63,95 59,82 61,92 47,59 38,24 42,86 53,16 45,32 49,23
Sumatera Utara 67,65 66,43 67,04 52,72 45,98 49,30 61,11 57,24 59,17
Sumatera Barat 69,65 66,90 68,29 50,55 46,08 48,27 60,08 56,21 58,14
Riau 74,30 71,90 73,13 59,10 52,68 55,92 65,26 60,30 62,83
Jambi 71,06 69,07 70,08 52,75 45,61 49,22 58,79 53,28 56,07
Sumatera Selatan 73,75 70,55 72,17 50,87 44,41 47,67 59,48 54,25 56,89
Bengkulu 74,00 72,44 73,24 47,84 43,89 45,90 56,56 53,30 54,97
Lampung 69,68 68,48 69,10 58,16 53,03 55,65 61,84 57,96 59,94
Kepulauan Bangka Belitung 67,63 68,53 68,06 51,94 51,37 51,66 60,93 60,94 60,94
Kepulauan Riau 83,52 83,26 83,39 54,71 50,02 52,35 81,36 80,71 81,03
DKI Jakarta 88,31 82,82 85,55 88,31 82,82 85,55
Jawa Barat 75,46 70,16 72,88 56,14 48,79 52,36 71,41 65,25 68,37
Jawa Tengah 71,05 64,79 67,95 59,94 52,35 56,04 65,79 58,67 62,20
DI Yogyakarta 81,07 76,49 78,78 64,21 56,78 60,35 76,82 71,23 74,00
Jawa Timur 70,54 63,71 67,14 54,30 45,85 49,93 63,34 55,45 59,34
Banten 78,73 71,58 75,25 51,31 42,06 46,67 71,10 63,04 67,14
Bali 77,77 69,28 73,61 61,10 46,89 53,79 73,02 62,44 67,75
Nusa Tenggara Barat 64,30 58,31 61,28 49,20 40,45 44,68 56,83 49,24 52,96
Nusa Tenggara Timur 71,09 67,86 69,49 36,83 32,00 34,36 45,59 40,75 43,14
Kalimantan Barat 73,77 69,44 71,65 49,27 41,19 45,28 58,16 51,32 54,80
Kalimantan Tengah 74,31 70,62 72,55 54,85 47,02 51,06 62,98 56,72 59,97
Kalimantan Selatan 79,11 73,17 76,20 60,33 52,62 56,47 69,51 62,45 66,01
Kalimantan Timur 80,94 77,82 79,44 65,13 61,78 63,51 76,02 72,80 74,47
Kalimantan Utara 78,88 78,45 78,68 56,16 51,57 53,94 70,39 67,99 69,26
Sulawesi Utara 67,78 68,18 67,98 48,68 51,34 49,99 59,06 60,42 59,73
Sulawesi Tengah 66,35 68,17 67,25 42,93 41,92 42,43 50,25 50,05 50,15
Sulawesi Selatan 73,21 69,82 71,49 51,87 48,42 50,08 61,60 57,88 59,69
Sulawesi Tenggara 71,04 69,11 70,09 52,03 47,92 49,96 59,01 55,41 57,21
Gorontalo 65,13 66,88 66,00 47,08 49,44 48,26 54,99 57,07 56,03
Sulawesi Barat 62,59 60,12 61,37 47,48 43,52 45,50 50,59 46,87 48,73
Maluku 70,66 67,71 69,22 36,56 31,74 34,16 51,87 47,57 49,74
Maluku Utara 70,45 67,18 68,86 33,48 30,73 32,12 44,24 41,07 42,68
Papua Barat 73,72 72,86 73,31 44,03 36,54 40,43 56,89 52,11 54,61
Papua 68,40 65,11 66,87 11,30 9,13 10,27 27,89 24,93 26,49
Indonesia 74,23 69,31 71,81 52,60 46,09 49,30 65,05 59,14 62,10
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

637 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.1
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan
Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (1/2)

Mendapatkan Media Sosial/


Mendapatkan Mengirim/ Pembelian
Provinsi Informasi Jejaring Sosial
Informasi/ Menerima Barang/
Untuk Proses (Facebook, Twitter,
Berita E-mail Jasa
Pembelajaran WhatsApp, dll)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 75,05 28,02 13,72 87,88 9,75
Sumatera Utara 67,10 35,64 11,55 87,89 10,23
Sumatera Barat 68,67 38,22 14,59 88,06 13,36
Riau 68,75 34,43 11,52 87,14 11,87
Jambi 69,67 30,21 10,31 88,27 13,81
Sumatera Selatan 63,13 34,50 10,31 89,46 13,10
Bengkulu 68,84 36,77 12,38 89,89 15,31
Lampung 58,80 34,77 7,25 86,47 9,73
Kepulauan Bangka Belitung 66,25 34,47 11,05 89,83 17,82
Kepulauan Riau 68,02 33,24 18,90 86,90 17,41
DKI Jakarta 75,09 29,07 26,76 90,56 30,07
Jawa Barat 65,18 33,44 13,55 88,00 21,91
Jawa Tengah 63,42 33,20 10,08 91,33 13,89
DI Yogyakarta 66,10 37,25 20,77 92,06 22,46
Jawa Timur 65,00 31,50 11,09 89,74 15,05
Banten 67,27 28,10 13,96 87,67 18,86
Bali 78,64 31,86 14,28 91,15 14,33
Nusa Tenggara Barat 60,26 37,65 12,30 87,44 13,08
Nusa Tenggara Timur 66,42 38,76 13,80 89,11 7,72
Kalimantan Barat 67,58 30,20 10,26 89,67 12,22
Kalimantan Tengah 68,37 30,45 10,27 89,85 10,96
Kalimantan Selatan 65,19 35,98 12,40 89,52 14,46
Kalimantan Timur 68,48 36,90 15,77 88,21 15,89
Kalimantan Utara 60,56 32,00 15,09 86,75 14,08
Sulawesi Utara 68,10 28,70 12,53 87,23 12,86
Sulawesi Tengah 57,35 34,82 10,93 90,56 11,15
Sulawesi Selatan 67,36 35,27 12,56 88,17 12,96
Sulawesi Tenggara 64,26 38,32 11,83 87,81 11,38
Gorontalo 53,45 32,64 11,09 90,14 10,13
Sulawesi Barat 58,41 30,82 7,93 84,20 11,08
Maluku 64,41 35,79 15,76 87,02 9,68
Maluku Utara 59,14 29,06 14,13 88,69 7,88
Papua Barat 67,73 30,77 10,96 88,16 8,89
Papua 75,22 28,68 10,44 86,56 7,60
Indonesia 66,13 33,04 13,00 88,99 16,25

638 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.1
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan
Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (lanjutan 2/2)

Hiburan (Download/ Mendapat


Penjualan Main Game, Nonton Fasilitas Informasi
Provinsi Barang/ TV/Video, Radio, Finansial mengenai Lainnya
Jasa Download Gambar (E-bangking) Barang/
dan Musik) Jasa
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,39 70,93 5,96 9,88 6,07
Sumatera Utara 3,64 67,89 5,60 10,72 4,90
Sumatera Barat 3,39 70,96 6,60 10,90 3,02
Riau 3,83 68,47 7,26 12,25 5,02
Jambi 4,70 63,08 6,01 10,36 4,86
Sumatera Selatan 3,38 64,22 5,23 9,37 4,64
Bengkulu 4,58 70,97 6,00 13,64 4,10
Lampung 3,96 58,59 3,68 8,98 3,03
Kepulauan Bangka Belitung 4,52 75,53 6,94 10,76 3,14
Kepulauan Riau 5,66 59,66 11,20 13,11 6,48
DKI Jakarta 7,15 65,50 18,46 21,12 6,70
Jawa Barat 6,11 58,32 9,01 14,37 5,41
Jawa Tengah 5,63 60,71 5,06 13,06 4,01
DI Yogyakarta 9,55 58,04 11,44 22,09 4,16
Jawa Timur 6,42 60,53 7,16 13,50 3,28
Banten 5,08 56,86 9,20 10,84 7,57
Bali 5,74 70,82 9,80 17,68 1,94
Nusa Tenggara Barat 4,59 69,02 4,35 11,57 4,14
Nusa Tenggara Timur 2,54 72,31 3,88 9,88 2,21
Kalimantan Barat 4,06 70,83 5,74 14,01 4,83
Kalimantan Tengah 3,76 69,14 6,83 9,58 7,50
Kalimantan Selatan 4,71 73,37 9,02 12,87 6,38
Kalimantan Timur 5,83 71,55 12,58 14,01 8,19
Kalimantan Utara 4,44 68,23 6,45 11,00 1,49
Sulawesi Utara 5,08 64,96 7,52 10,86 6,19
Sulawesi Tengah 4,07 66,91 5,48 9,86 4,45
Sulawesi Selatan 4,83 68,31 6,97 11,25 3,39
Sulawesi Tenggara 3,69 68,74 5,76 9,74 4,65
Gorontalo 3,24 69,04 4,94 8,55 4,27
Sulawesi Barat 3,94 63,29 3,18 11,56 4,62
Maluku 2,02 75,92 7,28 11,23 2,93
Maluku Utara 3,04 67,69 4,52 5,20 2,01
Papua Barat 3,62 70,87 8,00 8,59 6,26
Papua 2,78 63,98 5,45 7,93 6,54
Indonesia 5,33 63,08 7,78 13,13 4,74
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

639 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.2
Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Mengakses
Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (1/2)

Mendapatkan Media Sosial/


Mendapatkan Mengirim/ Pembelian
Provinsi Informasi Jejaring Sosial
Informasi/ Menerima Barang/
Untuk Proses (Facebook, Twitter,
Berita E-mail Jasa
Pembelajaran WhatsApp, dll)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 78,37 30,65 20,61 89,29 11,37
Sumatera Utara 69,75 32,62 13,45 87,55 8,93
Sumatera Barat 73,99 35,47 18,23 88,66 12,14
Riau 73,10 35,32 17,70 88,65 13,40
Jambi 75,36 31,55 16,65 88,19 13,57
Sumatera Selatan 68,84 31,67 14,52 89,61 12,53
Bengkulu 70,83 36,48 18,56 91,17 17,24
Lampung 65,06 32,84 10,78 87,92 9,94
Kepulauan Bangka Belitung 69,18 32,00 12,88 88,90 14,55
Kepulauan Riau 71,82 30,85 20,79 86,51 12,48
DKI Jakarta 77,62 25,96 28,83 90,39 24,67
Jawa Barat 68,88 30,88 16,09 87,97 19,02
Jawa Tengah 67,34 29,52 12,91 91,32 13,17
DI Yogyakarta 69,27 34,61 25,00 91,76 23,01
Jawa Timur 69,36 28,00 14,06 89,41 14,35
Banten 71,27 25,59 17,67 87,57 16,16
Bali 80,95 29,48 17,24 92,21 13,38
Nusa Tenggara Barat 64,87 37,81 17,18 87,87 11,49
Nusa Tenggara Timur 69,93 38,48 19,11 90,98 6,92
Kalimantan Barat 73,87 29,94 16,08 91,88 14,05
Kalimantan Tengah 74,30 28,34 14,25 90,61 9,78
Kalimantan Selatan 68,63 33,05 17,23 89,89 14,25
Kalimantan Timur 73,47 34,09 21,54 89,05 14,07
Kalimantan Utara 64,88 30,33 19,20 88,81 14,37
Sulawesi Utara 70,19 26,92 15,33 86,65 10,68
Sulawesi Tengah 60,79 34,67 15,11 91,05 11,65
Sulawesi Selatan 72,20 32,70 16,37 88,93 12,77
Sulawesi Tenggara 69,66 39,47 19,45 87,20 13,52
Gorontalo 59,71 30,80 13,23 90,55 8,57
Sulawesi Barat 63,76 30,59 11,73 81,86 12,82
Maluku 67,02 34,04 19,83 88,59 7,79
Maluku Utara 69,00 30,99 22,62 88,14 7,78
Papua Barat 72,88 29,67 12,40 88,48 6,58
Papua 79,40 26,00 12,54 89,13 6,49
Indonesia 70,44 30,26 16,88 89,10 15,68

640 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.2
Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (lanjutan 2/2)

Hiburan (Download/ Mendapat


Penjualan Main Game, Nonton Fasilitas Informasi
Provinsi Barang/ TV/Video, Radio, Finansial mengenai Lainnya
Jasa Download Gambar (E-bangking) Barang/
dan Musik) Jasa
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,69 79,25 11,02 13,07 8,09
Sumatera Utara 4,67 72,40 7,93 12,94 5,65
Sumatera Barat 3,65 78,44 8,91 11,63 3,20
Riau 5,12 72,29 13,51 16,44 4,31
Jambi 6,24 68,25 10,62 14,21 4,59
Sumatera Selatan 4,22 71,36 9,34 9,64 5,40
Bengkulu 5,37 77,55 10,10 18,08 2,35
Lampung 5,51 64,49 6,62 11,64 1,84
Kepulauan Bangka Belitung 5,03 79,56 9,53 11,94 3,50
Kepulauan Riau 5,53 62,68 11,81 12,00 6,76
DKI Jakarta 8,10 69,10 19,98 20,80 6,72
Jawa Barat 6,93 61,13 11,13 15,22 5,43
Jawa Tengah 6,50 65,92 7,16 15,66 3,79
DI Yogyakarta 10,85 63,47 14,28 23,59 3,52
Jawa Timur 7,81 65,36 10,18 15,38 3,61
Banten 6,56 60,61 12,65 11,76 8,08
Bali 6,11 75,18 12,29 19,16 2,40
Nusa Tenggara Barat 5,64 71,96 7,15 12,76 4,52
Nusa Tenggara Timur 3,19 79,03 8,37 13,01 1,59
Kalimantan Barat 5,19 80,29 10,57 20,19 5,19
Kalimantan Tengah 4,00 72,40 10,98 11,58 7,24
Kalimantan Selatan 5,88 77,59 13,55 14,42 6,45
Kalimantan Timur 5,84 76,52 17,08 14,82 8,41
Kalimantan Utara 4,81 75,98 8,57 13,19 1,22
Sulawesi Utara 5,04 72,11 10,45 11,85 7,44
Sulawesi Tengah 4,73 74,17 9,21 12,95 6,76
Sulawesi Selatan 6,45 74,31 10,92 12,46 3,63
Sulawesi Tenggara 3,79 73,12 10,14 11,27 6,06
Gorontalo 2,76 74,71 8,10 9,01 7,14
Sulawesi Barat 3,52 76,13 6,01 16,66 5,91
Maluku 1,97 82,05 9,47 12,04 2,78
Maluku Utara 4,78 78,61 8,20 7,17 2,49
Papua Barat 3,96 78,73 11,18 9,56 4,23
Papua 3,17 65,42 6,73 8,04 6,18
Indonesia 6,50 66,95 11,15 15,08 5,07
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

641 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021

Penjualan Barang/Jasa Lainnya


Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-
Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Provinsi Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,69 0,34 12,63 2,02 3,35 8,09 0,73 9,08 6,65 9,53
Sumatera Utara 4,67 0,35 7,57 3,97 5,36 5,65 0,46 8,10 4,75 6,54
Sumatera Barat 3,65 0,35 9,59 2,97 4,34 3,20 0,41 12,82 2,40 4,01
Riau 5,12 0,51 9,92 4,13 6,12 4,31 0,51 11,75 3,32 5,30
Jambi 6,24 0,62 9,99 5,02 7,46 4,59 0,91 19,70 2,82 6,37
Sumatera Selatan 4,22 0,50 11,73 3,25 5,19 5,40 0,53 9,89 4,36 6,45
Bengkulu 5,37 0,59 11,05 4,20 6,53 2,35 0,38 16,34 1,60 3,11
Lampung 5,51 0,55 9,99 4,43 6,59 1,84 0,34 18,69 1,17 2,51
Kepulauan Bangka Belitung 5,03 0,54 10,82 3,96 6,09 3,50 0,50 14,20 2,52 4,47
Kepulauan Riau 5,53 0,60 10,92 4,34 6,71 6,76 0,90 13,32 4,99 8,52
DKI Jakarta 8,10 0,39 4,77 7,34 8,86 6,72 0,38 5,66 5,98 7,47
Jawa Barat 6,93 0,24 3,42 6,47 7,39 5,43 0,23 4,29 4,97 5,89
Jawa Tengah 6,50 0,22 3,44 6,07 6,94 3,79 0,21 5,57 3,38 4,20
DI Yogyakarta 10,85 0,66 6,12 9,55 12,15 3,52 0,41 11,63 2,72 4,32
Jawa Timur 7,81 0,27 3,46 7,29 8,34 3,61 0,20 5,63 3,21 4,01
Banten 6,56 0,41 6,30 5,75 7,37 8,08 0,49 6,03 7,13 9,04
Bali 6,11 0,52 8,47 5,09 7,12 2,40 0,37 15,26 1,68 3,12
Nusa Tenggara Barat 5,64 0,56 9,98 4,53 6,74 4,52 0,47 10,38 3,60 5,44
Nusa Tenggara Timur 3,19 0,52 16,38 2,17 4,21 1,59 0,31 19,27 0,99 2,20
Kalimantan Barat 5,19 0,50 9,70 4,20 6,17 5,19 0,54 10,45 4,13 6,25
Kalimantan Tengah 4,00 0,50 12,45 3,03 4,98 7,24 0,69 9,47 5,90 8,59
Kalimantan Selatan 5,88 0,50 8,52 4,90 6,86 6,45 0,64 9,92 5,20 7,70
Kalimantan Timur 5,84 0,46 7,84 4,94 6,74 8,41 0,67 7,93 7,10 9,72
Kalimantan Utara 4,81 0,68 14,20 3,47 6,14 1,22 0,32 26,11 0,59 1,84
Sulawesi Utara 5,04 0,50 9,85 4,07 6,01 7,44 0,66 8,93 6,14 8,74
Sulawesi Tengah 4,73 0,61 12,84 3,54 5,93 6,76 0,90 13,24 5,01 8,52
Sulawesi Selatan 6,45 0,47 7,23 5,54 7,36 3,63 0,41 11,31 2,83 4,44
Sulawesi Tenggara 3,79 0,49 13,02 2,82 4,75 6,06 0,80 13,15 4,50 7,63
Gorontalo 2,76 0,54 19,48 1,71 3,82 7,14 0,85 11,85 5,49 8,80
Sulawesi Barat 3,52 0,96 27,22 1,64 5,40 5,91 1,36 23,03 3,24 8,58
Maluku 1,97 0,47 23,82 1,05 2,89 2,78 0,52 18,54 1,77 3,79
Maluku Utara 4,78 1,18 24,62 2,47 7,09 2,49 0,63 25,30 1,26 3,73
Papua Barat 3,96 0,62 15,71 2,74 5,17 4,23 0,77 18,10 2,73 5,74
Papua 3,17 0,52 16,32 2,16 4,19 6,18 0,76 12,26 4,70 7,66
Indonesia 6,50 0,09 1,45 6,32 6,69 5,07 0,09 1,84 4,89 5,25
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

642 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.3
Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Mengakses
Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (1/2)

Mendapatkan Media Sosial/


Mendapatkan Mengirim/ Pembelian
Provinsi Informasi Jejaring Sosial
Informasi/ Menerima Barang/
Untuk Proses (Facebook, Twitter,
Berita E-mail Jasa
Pembelajaran WhatsApp, dll)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 74,95 18,64 7,76 86,55 4,03
Sumatera Utara 67,01 32,63 8,25 86,69 4,18
Sumatera Barat 62,30 29,49 5,83 85,20 5,17
Riau 69,60 26,12 6,77 85,72 5,90
Jambi 68,31 22,94 5,92 87,40 7,33
Sumatera Selatan 63,38 29,82 6,41 88,95 7,68
Bengkulu 68,77 28,73 6,77 88,65 6,77
Lampung 59,56 29,67 4,97 85,19 5,52
Kepulauan Bangka Belitung 65,27 28,90 6,12 88,68 6,04
Kepulauan Riau 59,89 26,72 11,73 84,39 9,98
DKI Jakarta
Jawa Barat 62,21 29,23 8,24 87,71 11,82
Jawa Tengah 62,92 28,87 6,04 90,51 7,57
DI Yogyakarta 62,35 30,36 7,86 90,64 9,18
Jawa Timur 63,10 26,36 5,90 89,20 7,02
Banten 64,99 24,27 4,48 86,61 8,60
Bali 77,57 29,50 6,80 88,97 5,64
Nusa Tenggara Barat 60,78 32,01 7,87 85,37 8,01
Nusa Tenggara Timur 66,76 32,98 9,06 87,78 3,99
Kalimantan Barat 64,02 24,33 4,99 87,94 4,05
Kalimantan Tengah 67,02 25,40 6,21 88,64 5,67
Kalimantan Selatan 65,80 31,70 6,80 89,15 6,88
Kalimantan Timur 65,52 28,94 6,16 84,99 5,92
Kalimantan Utara 59,24 24,25 6,05 82,88 2,82
Sulawesi Utara 67,70 25,84 8,86 87,10 6,56
Sulawesi Tengah 57,61 29,53 6,97 88,97 5,39
Sulawesi Selatan 63,67 31,54 7,34 86,09 5,00
Sulawesi Tenggara 63,50 31,54 6,34 87,06 4,44
Gorontalo 45,22 27,03 6,18 88,25 4,97
Sulawesi Barat 58,38 26,02 6,20 84,00 7,34
Maluku 62,27 26,73 7,99 82,08 2,85
Maluku Utara 54,26 23,10 6,35 87,46 2,69
Papua Barat 65,10 24,10 9,10 85,87 3,84
Papua 72,65 22,90 5,24 79,13 3,30
Indonesia 64,07 28,22 6,61 87,89 6,84

643 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.3
Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (lanjutan 2/2)

Hiburan (Download/ Mendapat


Penjualan Main Game, Nonton Fasilitas Informasi
Provinsi Barang/ TV/Video, Radio, Finansial mengenai Lainnya
Jasa Download Gambar (E-bangking) Barang/
dan Musik) Jasa
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 1,93 70,44 2,70 5,70 4,82
Sumatera Utara 1,38 68,71 2,84 4,31 4,14
Sumatera Barat 1,64 69,82 2,41 5,56 2,81
Riau 1,65 71,25 3,87 7,53 6,37
Jambi 2,17 63,20 3,02 5,68 5,89
Sumatera Selatan 1,83 62,51 2,48 7,11 4,13
Bengkulu 2,39 70,23 3,22 8,75 5,40
Lampung 2,83 60,93 1,94 6,32 4,02
Kepulauan Bangka Belitung 1,27 75,80 2,45 6,06 2,68
Kepulauan Riau 2,86 64,25 10,73 7,52 4,54
DKI Jakarta
Jawa Barat 4,41 58,90 3,02 11,53 7,37
Jawa Tengah 4,36 61,64 2,24 8,94 4,47
DI Yogyakarta 5,72 57,24 2,84 16,34 6,35
Jawa Timur 3,96 61,78 2,92 9,19 3,24
Banten 2,07 55,62 2,26 6,98 6,62
Bali 3,60 69,68 3,83 9,26 0,79
Nusa Tenggara Barat 2,83 71,45 2,03 8,01 4,33
Nusa Tenggara Timur 1,18 70,74 1,90 5,90 2,67
Kalimantan Barat 1,96 65,51 1,82 5,32 4,42
Kalimantan Tengah 1,35 70,02 3,30 5,35 7,38
Kalimantan Selatan 1,79 73,87 4,98 8,39 6,50
Kalimantan Timur 2,30 66,35 3,79 6,78 5,99
Kalimantan Utara 1,42 59,03 2,77 2,68 2,18
Sulawesi Utara 2,31 63,21 3,91 6,74 4,66
Sulawesi Tengah 2,19 67,32 3,29 5,72 2,56
Sulawesi Selatan 2,26 69,17 2,79 7,06 3,31
Sulawesi Tenggara 1,49 71,10 2,18 5,94 3,29
Gorontalo 1,30 70,19 2,45 4,93 0,17
Sulawesi Barat 2,90 62,38 1,95 5,72 4,10
Maluku 0,94 71,30 2,50 4,00 3,51
Maluku Utara 0,73 61,19 2,09 2,24 1,33
Papua Barat 2,31 65,54 3,84 4,66 7,88
Papua 1,06 64,16 1,59 4,54 7,69
Indonesia 2,96 64,34 2,73 7,81 4,56
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

644 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan
Internet, 2021 (1/3)

Pembelian Barang dan Jasa

Provinsi Relative Selang kepercayaan 95%


Estimasi Standar standar
error error Batas Bawah Batas Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Aceh 1,93 0,22 11,56 1,49 2,37
Sumatera Utara 1,38 0,15 10,84 1,09 1,68
Sumatera Barat 1,64 0,21 12,57 1,24 2,04
Riau 1,65 0,20 12,31 1,25 2,05
Jambi 2,17 0,26 11,88 1,66 2,67
Sumatera Selatan 1,83 0,20 11,15 1,43 2,23
Bengkulu 2,39 0,31 12,80 1,79 2,99
Lampung 2,83 0,24 8,54 2,35 3,30
Kepulauan Bangka Belitung 1,27 0,35 27,29 0,59 1,95
Kepulauan Riau 2,86 0,94 32,74 1,02 4,69
DKI Jakarta
Jawa Barat 4,41 0,30 6,75 3,83 4,99
Jawa Tengah 4,36 0,21 4,80 3,95 4,77
DI Yogyakarta 5,72 0,77 13,50 4,21 7,23
Jawa Timur 3,96 0,20 5,09 3,56 4,35
Banten 2,07 0,33 15,80 1,43 2,71
Bali 3,60 0,44 12,19 2,74 4,46
Nusa Tenggara Barat 2,83 0,42 14,77 2,01 3,64
Nusa Tenggara Timur 1,18 0,16 13,51 0,87 1,49
Kalimantan Barat 1,96 0,22 11,20 1,53 2,39
Kalimantan Tengah 1,35 0,21 15,52 0,94 1,76
Kalimantan Selatan 1,79 0,22 12,24 1,36 2,22
Kalimantan Timur 2,30 0,43 18,86 1,45 3,16
Kalimantan Utara 1,42 0,47 33,27 0,49 2,35
Sulawesi Utara 2,31 0,30 12,94 1,72 2,89
Sulawesi Tengah 2,19 0,28 12,67 1,64 2,73
Sulawesi Selatan 2,26 0,21 9,22 1,85 2,67
Sulawesi Tenggara 1,49 0,20 13,16 1,11 1,88
Gorontalo 1,30 0,32 24,43 0,68 1,92
Sulawesi Barat 2,90 0,53 18,21 1,86 3,94
Maluku 0,94 0,26 27,26 0,44 1,44
Maluku Utara 0,73 0,20 27,39 0,34 1,12
Papua Barat 2,31 0,39 16,83 1,55 3,07
Papua 1,06 0,30 28,50 0,47 1,65
Indonesia 2,96 0,06 2,16 2,84 3,09

645 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan
Internet, 2021 (lanjutan 2/3)

Mendapatkan informasi mengenai barang/jasa

Provinsi Relative Selang kepercayaan 95%


Estimasi Standar standar
error error Batas Bawah Batas Atas

(1) (7) (8) (9) (10) (11)


Aceh 5,70 0,39 6,76 4,94 6,45
Sumatera Utara 4,31 0,29 6,75 3,74 4,88
Sumatera Barat 5,56 0,39 7,03 4,80 6,33
Riau 7,53 0,45 6,00 6,64 8,42
Jambi 5,68 0,44 7,81 4,81 6,55
Sumatera Selatan 7,11 0,41 5,82 6,30 7,92
Bengkulu 8,75 0,62 7,12 7,53 9,97
Lampung 6,32 0,38 6,03 5,57 7,07
Kepulauan Bangka Belitung 6,06 0,66 10,89 4,77 7,36
Kepulauan Riau 7,52 1,55 20,63 4,48 10,57
DKI Jakarta
Jawa Barat 11,53 0,49 4,26 10,57 12,49
Jawa Tengah 8,94 0,31 3,47 8,33 9,55
DI Yogyakarta 16,34 1,33 8,13 13,74 18,95
Jawa Timur 9,19 0,32 3,46 8,57 9,82
Banten 6,98 0,78 11,16 5,45 8,51
Bali 9,26 0,78 8,43 7,73 10,79
Nusa Tenggara Barat 8,01 0,64 7,98 6,76 9,27
Nusa Tenggara Timur 5,90 0,40 6,72 5,12 6,68
Kalimantan Barat 5,32 0,38 7,12 4,57 6,06
Kalimantan Tengah 5,35 0,42 7,77 4,53 6,16
Kalimantan Selatan 8,39 0,50 5,94 7,41 9,37
Kalimantan Timur 6,78 0,79 11,66 5,23 8,33
Kalimantan Utara 2,68 0,67 25,01 1,37 3,99
Sulawesi Utara 6,74 0,60 8,93 5,56 7,92
Sulawesi Tengah 5,72 0,49 8,58 4,76 6,69
Sulawesi Selatan 7,06 0,38 5,42 6,31 7,81
Sulawesi Tenggara 5,94 0,48 8,10 5,00 6,88
Gorontalo 4,93 0,66 13,31 3,64 6,22
Sulawesi Barat 5,72 0,70 12,17 4,36 7,09
Maluku 4,00 0,58 14,63 2,85 5,14
Maluku Utara 2,24 0,37 16,51 1,51 2,96
Papua Barat 4,66 0,64 13,72 3,41 5,91
Papua 4,54 0,70 15,46 3,17 5,92
Indonesia 7,81 0,11 1,36 7,61 8,02

646 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan
Internet, 2021 (lanjutan 3/3)

Lainnya

Provinsi Relative Selang kepercayaan 95%


Estimasi Standar standar
error error (%) Batas Bawah Batas Atas

(1) (12) (13) (14) (15) (16)


Aceh 4,82 0,35 7,29 4,13 5,51
Sumatera Utara 4,14 0,31 7,46 3,53 4,74
Sumatera Barat 2,81 0,31 11,22 2,19 3,42
Riau 6,37 0,47 7,37 5,45 7,30
Jambi 5,89 0,47 7,95 4,97 6,80
Sumatera Selatan 4,13 0,34 8,18 3,47 4,79
Bengkulu 5,40 0,50 9,27 4,42 6,38
Lampung 4,02 0,38 9,43 3,28 4,76
Kepulauan Bangka Belitung 2,68 0,62 23,23 1,46 3,91
Kepulauan Riau 4,54 1,45 31,93 1,70 7,39
DKI Jakarta
Jawa Barat 7,37 0,41 5,59 6,56 8,17
Jawa Tengah 4,47 0,25 5,66 3,97 4,96
DI Yogyakarta 6,35 0,79 12,44 4,80 7,90
Jawa Timur 3,24 0,20 6,29 2,84 3,64
Banten 6,62 0,68 10,26 5,29 7,95
Bali 0,79 0,21 26,91 0,38 1,21
Nusa Tenggara Barat 4,33 0,52 11,99 3,31 5,35
Nusa Tenggara Timur 2,67 0,25 9,49 2,17 3,17
Kalimantan Barat 4,42 0,39 8,71 3,67 5,17
Kalimantan Tengah 7,38 0,62 8,40 6,16 8,59
Kalimantan Selatan 6,50 0,45 6,86 5,62 7,37
Kalimantan Timur 5,99 0,74 12,40 4,54 7,45
Kalimantan Utara 2,18 0,53 24,18 1,15 3,21
Sulawesi Utara 4,66 0,47 10,07 3,74 5,58
Sulawesi Tengah 2,56 0,33 13,07 1,90 3,22
Sulawesi Selatan 3,31 0,28 8,39 2,77 3,85
Sulawesi Tenggara 3,29 0,33 9,99 2,65 3,93
Gorontalo 0,17 0,11 62,74 -0,04 0,38
Sulawesi Barat 4,10 0,64 15,70 2,84 5,36
Maluku 3,51 0,47 13,45 2,59 4,44
Maluku Utara 1,33 0,31 23,50 0,72 1,95
Papua Barat 7,88 0,90 11,43 6,11 9,64
Papua 7,69 0,76 9,91 6,19 9,18
Indonesia 4,56 0,09 1,88 4,39 4,73
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

647 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.4
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Mengakses
Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (1/2)

Mendapatkan Media Sosial/


Mendapatkan Mengirim/ Pembelian
Provinsi Informasi Jejaring Sosial
Informasi/ Menerima Barang/
Untuk Proses (Facebook, Twitter,
Berita E-mail Jasa
Pembelajaran WhatsApp, dll)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 75,88 38,73 21,04 89,39 18,56
Sumatera Utara 66,34 37,32 12,63 89,73 15,78
Sumatera Barat 73,21 46,24 21,00 90,33 22,54
Riau 67,89 41,81 14,78 88,75 19,27
Jambi 71,84 38,37 14,35 88,75 23,19
Sumatera Selatan 62,74 37,63 13,91 90,40 21,26
Bengkulu 69,44 44,04 18,72 92,22 27,51
Lampung 58,53 40,39 10,72 88,05 18,77
Kepulauan Bangka Belitung 67,15 38,03 13,36 90,80 27,64
Kepulauan Riau 65,05 36,01 17,63 87,31 22,79
DKI Jakarta 72,43 32,33 24,58 90,75 35,75
Jawa Barat 63,01 37,06 13,02 88,08 27,97
Jawa Tengah 63,44 37,77 12,56 92,37 19,85
DI Yogyakarta 65,72 40,82 23,16 92,56 27,78
Jawa Timur 64,88 37,06 14,03 90,15 22,36
Banten 65,32 31,63 14,52 87,82 25,93
Bali 78,33 34,01 15,76 91,92 20,11
Nusa Tenggara Barat 59,10 41,57 14,03 89,16 18,22
Nusa Tenggara Timur 65,78 44,80 20,04 91,51 15,99
Kalimantan Barat 72,51 34,57 14,95 92,14 23,29
Kalimantan Tengah 67,96 35,99 14,05 90,88 17,65
Kalimantan Selatan 63,90 39,40 16,47 90,14 22,52
Kalimantan Timur 66,46 41,71 16,59 89,90 23,91
Kalimantan Utara 58,53 36,45 18,28 87,87 21,93
Sulawesi Utara 66,72 30,78 13,41 88,45 17,88
Sulawesi Tengah 55,30 40,26 15,32 93,35 19,29
Sulawesi Selatan 69,60 39,13 16,35 89,59 21,16
Sulawesi Tenggara 65,54 44,55 17,83 89,62 21,65
Gorontalo 62,16 37,95 16,29 91,85 16,09
Sulawesi Barat 59,52 32,29 9,00 86,16 20,14
Maluku 65,00 43,57 20,62 90,36 17,31
Maluku Utara 64,16 36,11 23,04 90,11 15,80
Papua Barat 70,26 36,36 12,07 90,94 15,55
Papua 74,13 33,07 12,37 89,46 11,20
Indonesia 65,69 37,08 15,19 89,74 24,11

648 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.4
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (lanjutan 2/2)

Hiburan (Download/ Mendapat


Penjualan Main Game, Nonton Fasilitas Informasi
Provinsi Barang/ TV/Video, Radio, Finansial mengenai Lainnya
Jasa Download Gambar (E-bangking) Barang/
dan Musik) Jasa
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 3,27 73,36 9,58 16,46 7,65
Sumatera Utara 4,32 65,60 6,64 14,66 5,10
Sumatera Barat 4,77 70,80 9,59 16,02 2,95
Riau 6,20 65,52 10,05 17,40 2,98
Jambi 8,13 63,16 10,53 17,32 3,55
Sumatera Selatan 4,50 66,46 7,48 12,66 5,36
Bengkulu 7,39 72,30 8,71 19,26 2,61
Lampung 4,94 56,94 6,65 13,24 1,54
Kepulauan Bangka Belitung 6,31 74,02 8,97 12,59 3,18
Kepulauan Riau 6,04 56,33 10,80 14,57 6,46
DKI Jakarta 6,16 61,70 16,87 21,45 6,67
Jawa Barat 5,95 55,93 9,28 14,42 4,75
Jawa Tengah 6,60 59,14 7,20 15,90 3,88
DI Yogyakarta 10,26 54,85 13,11 23,84 3,22
Jawa Timur 7,49 58,09 9,20 16,19 3,39
Banten 4,89 54,27 9,07 11,82 7,71
Bali 6,53 68,09 11,21 20,89 2,15
Nusa Tenggara Barat 5,70 66,93 5,24 14,88 3,81
Nusa Tenggara Timur 4,82 75,70 5,47 15,87 1,22
Kalimantan Barat 6,31 74,67 9,38 24,10 4,68
Kalimantan Tengah 6,02 68,38 9,31 13,46 8,54
Kalimantan Selatan 6,86 70,66 11,58 16,81 6,22
Kalimantan Timur 7,74 72,23 14,07 18,07 9,23
Kalimantan Utara 6,01 68,94 7,29 15,53 1,61
Sulawesi Utara 6,42 64,84 8,54 12,31 7,12
Sulawesi Tengah 6,26 68,62 7,25 15,15 7,06
Sulawesi Selatan 6,49 68,05 10,15 14,58 3,28
Sulawesi Tenggara 6,94 68,35 10,17 14,88 6,03
Gorontalo 5,42 69,72 6,31 12,27 8,93
Sulawesi Barat 4,25 72,42 6,30 24,77 6,40
Maluku 2,79 78,72 10,51 16,43 2,45
Maluku Utara 5,19 76,76 6,12 8,26 3,20
Papua Barat 4,57 72,66 10,71 12,63 6,02
Papua 3,21 63,74 7,07 10,15 6,16
Indonesia 6,16 60,82 9,63 15,88 4,76
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

649 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.4.1
Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan
yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan
Internet, 2021

Lainnya

Provinsi Relative Selang kepercayaan 95%


Estimasi Standar standar
error error Batas Bawah Batas Atas

(1) (12) (13) (14) (15) (16)


Aceh 7,65 0,66 8,64 6,35 8,94
Sumatera Utara 5,10 0,41 7,98 4,31 5,90
Sumatera Barat 2,95 0,35 11,96 2,26 3,64
Riau 2,98 0,40 13,26 2,21 3,75
Jambi 3,55 0,56 15,88 2,45 4,65
Sumatera Selatan 5,36 0,58 10,78 4,23 6,49
Bengkulu 2,61 0,45 17,44 1,72 3,50
Lampung 1,54 0,29 19,00 0,97 2,12
Kepulauan Bangka Belitung 3,18 0,49 15,46 2,22 4,15
Kepulauan Riau 6,46 0,81 12,57 4,87 8,05
DKI Jakarta 6,67 0,42 6,29 5,85 7,49
Jawa Barat 4,75 0,22 4,61 4,32 5,18
Jawa Tengah 3,88 0,23 5,83 3,44 4,32
DI Yogyakarta 3,22 0,40 12,36 2,44 4,00
Jawa Timur 3,39 0,21 6,34 2,97 3,81
Banten 7,71 0,52 6,74 6,69 8,73
Bali 2,15 0,36 16,59 1,45 2,84
Nusa Tenggara Barat 3,81 0,42 11,05 2,99 4,64
Nusa Tenggara Timur 1,22 0,33 27,39 0,57 1,88
Kalimantan Barat 4,68 0,54 11,44 3,63 5,73
Kalimantan Tengah 8,54 0,78 9,17 7,01 10,08
Kalimantan Selatan 6,22 0,62 10,04 5,00 7,45
Kalimantan Timur 9,23 0,71 7,64 7,85 10,61
Kalimantan Utara 1,61 0,47 29,08 0,69 2,52
Sulawesi Utara 7,12 0,66 9,26 5,83 8,41
Sulawesi Tengah 7,06 0,91 12,90 5,28 8,85
Sulawesi Selatan 3,28 0,36 10,98 2,58 3,99
Sulawesi Tenggara 6,03 0,81 13,37 4,45 7,61
Gorontalo 8,93 0,96 10,73 7,05 10,81
Sulawesi Barat 6,40 1,36 21,28 3,73 9,07
Maluku 2,45 0,50 20,58 1,46 3,44
Maluku Utara 3,20 0,68 21,38 1,86 4,54
Papua Barat 6,02 1,03 17,09 4,00 8,04
Papua 6,16 0,80 12,95 4,60 7,73
Indonesia 4,76 0,09 1,93 4,58 4,94
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

650 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.5
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Mengakses
Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (1/2)

Mendapatkan Media Sosial/


Mendapatkan Mengirim/ Pembelian
Provinsi Informasi Jejaring Sosial
Informasi/ Menerima Barang/
Untuk Proses (Facebook, Twitter,
Berita E-mail Jasa
Pembelajaran WhatsApp, dll)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 71,73 29,01 9,57 87,13 8,61
Sumatera Utara 63,66 41,57 9,82 86,61 9,55
Sumatera Barat 61,41 40,44 9,74 87,07 11,16
Riau 64,26 36,45 7,96 85,83 10,58
Jambi 65,21 31,78 7,53 88,99 14,77
Sumatera Selatan 57,40 39,83 7,14 89,01 12,19
Bengkulu 66,67 40,23 8,19 88,30 13,40
Lampung 54,07 38,44 5,48 86,04 8,96
Kepulauan Bangka Belitung 60,44 38,69 8,96 91,06 19,41
Kepulauan Riau 59,09 33,48 13,49 89,13 17,50
DKI Jakarta
Jawa Barat 58,55 34,49 8,00 88,07 19,41
Jawa Tengah 58,35 37,30 7,26 90,90 14,13
DI Yogyakarta 59,01 41,64 8,93 92,84 14,54
Jawa Timur 59,46 34,49 6,71 90,25 13,36
Banten 58,85 30,09 5,24 88,81 14,78
Bali 72,00 36,82 6,86 87,06 9,27
Nusa Tenggara Barat 54,25 38,36 7,51 86,73 14,09
Nusa Tenggara Timur 63,91 41,24 10,88 87,56 6,77
Kalimantan Barat 60,71 33,58 6,20 87,17 9,92
Kalimantan Tengah 63,33 33,49 6,54 89,33 11,96
Kalimantan Selatan 61,20 40,71 6,68 88,64 13,14
Kalimantan Timur 61,90 41,31 6,50 84,55 10,59
Kalimantan Utara 55,14 34,99 6,69 82,93 7,64
Sulawesi Utara 67,26 31,11 10,20 86,39 14,70
Sulawesi Tengah 56,03 36,50 8,82 89,83 10,88
Sulawesi Selatan 62,81 37,55 8,92 87,72 11,69
Sulawesi Tenggara 59,49 39,69 6,51 87,70 8,88
Gorontalo 45,67 34,30 8,08 89,71 10,39
Sulawesi Barat 56,05 35,63 8,04 84,60 11,34
Maluku 61,15 36,45 9,19 84,29 8,22
Maluku Utara 50,72 27,75 6,90 89,38 6,93
Papua Barat 58,78 32,92 9,33 86,45 9,38
Papua 67,66 33,30 5,03 79,84 7,12
Indonesia 60,11 36,52 7,60 88,53 12,78

651 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.5
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun ke Atas di Perdesaan yang Mengakses Internet
dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021 (lanjutan 2/2)

Hiburan (Download/ Mendapat


Penjualan Main Game, Nonton Fasilitas Informasi
Provinsi Barang/ TV/Video, Radio, Finansial mengenai Lainnya
Jasa Download Gambar (E-bangking) Barang/
dan Musik) Jasa
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,04 62,65 2,87 7,24 4,68
Sumatera Utara 3,05 62,75 2,54 6,83 4,05
Sumatera Barat 2,94 61,49 3,56 8,44 3,06
Riau 2,93 64,16 2,50 8,91 5,98
Jambi 3,98 58,83 2,60 7,76 4,82
Sumatera Selatan 3,25 56,79 2,10 8,57 3,77
Bengkulu 4,07 64,96 3,37 10,73 5,37
Lampung 3,67 53,10 2,00 7,74 3,57
Kepulauan Bangka Belitung 3,96 70,47 3,46 10,41 2,92
Kepulauan Riau 3,73 60,27 7,55 12,28 3,28
DKI Jakarta
Jawa Barat 4,21 53,79 2,52 12,50 6,31
Jawa Tengah 4,55 54,31 2,38 10,18 3,99
DI Yogyakarta 5,85 49,39 3,12 15,75 7,83
Jawa Timur 4,87 54,43 3,14 10,54 2,58
Banten 2,42 51,12 1,46 6,98 5,72
Bali 4,24 64,26 2,69 11,46 0,84
Nusa Tenggara Barat 3,44 64,68 1,50 9,17 3,81
Nusa Tenggara Timur 2,00 66,79 1,69 7,87 2,82
Kalimantan Barat 3,32 63,84 2,07 8,68 5,10
Kalimantan Tengah 4,08 64,88 3,62 8,37 6,88
Kalimantan Selatan 3,65 70,18 3,87 10,75 6,37
Kalimantan Timur 4,50 60,17 4,39 8,45 7,08
Kalimantan Utara 3,18 56,01 2,90 3,82 1,19
Sulawesi Utara 5,76 55,29 4,71 11,01 4,22
Sulawesi Tengah 3,94 59,88 3,73 8,06 2,82
Sulawesi Selatan 3,59 60,71 2,86 10,16 3,33
Sulawesi Tenggara 3,41 62,80 2,41 8,43 3,82
Gorontalo 3,28 61,39 2,63 7,59 0,33
Sulawesi Barat 5,12 56,31 2,39 11,42 4,10
Maluku 2,09 65,37 3,45 9,44 3,33
Maluku Utara 2,09 56,54 2,31 3,96 1,25
Papua Barat 3,34 61,99 4,08 6,03 7,87
Papua 2,59 59,54 1,87 5,94 7,25
Indonesia 3,90 57,84 2,67 9,58 4,18
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

652 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN E.5.5.1
Sampling Error Persentase Penduduk Perempuan Berumur 5 Tahun ke Atas di Perkotaan yang
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Penggunaan Internet, 2021

Penjualan Barang dan Jasa Lainnya

Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Provinsi Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 2,04 0,22 10,93 1,60 2,47 4,68 0,35 7,56 3,99 5,38
Sumatera Utara 3,05 0,26 8,66 2,53 3,57 4,05 0,33 8,27 3,39 4,70
Sumatera Barat 2,94 0,29 9,83 2,37 3,51 3,06 0,33 10,66 2,42 3,70
Riau 2,93 0,30 10,29 2,34 3,52 5,98 0,45 7,57 5,09 6,87
Jambi 3,98 0,37 9,23 3,26 4,70 4,82 0,43 8,93 3,98 5,67
Sumatera Selatan 3,25 0,30 9,10 2,67 3,82 3,77 0,33 8,75 3,12 4,41
Bengkulu 4,07 0,44 10,72 3,22 4,93 5,37 0,55 10,30 4,28 6,45
Lampung 3,67 0,29 7,96 3,10 4,24 3,57 0,34 9,59 2,90 4,24
Kepulauan Bangka Belitung 3,96 0,58 14,72 2,82 5,10 2,92 0,55 18,70 1,85 3,99
Kepulauan Riau 3,73 1,08 28,95 1,61 5,84 3,28 1,03 31,41 1,26 5,30
DKI Jakarta
Jawa Barat 4,21 0,30 7,14 3,62 4,80 6,31 0,40 6,27 5,53 7,08
Jawa Tengah 4,55 0,22 4,85 4,11 4,98 3,99 0,24 6,07 3,51 4,46
DI Yogyakarta 5,85 0,79 13,54 4,30 7,40 7,83 0,91 11,64 6,04 9,61
Jawa Timur 4,87 0,23 4,77 4,42 5,33 2,58 0,18 6,99 2,22 2,93
Banten 2,42 0,40 16,69 1,63 3,21 5,72 0,68 11,80 4,40 7,05
Bali 4,24 0,56 13,32 3,13 5,35 0,84 0,29 34,86 0,27 1,41
Nusa Tenggara Barat 3,44 0,42 12,12 2,63 4,26 3,81 0,51 13,37 2,81 4,80
Nusa Tenggara Timur 2,00 0,24 12,05 1,53 2,47 2,82 0,30 10,46 2,24 3,40
Kalimantan Barat 3,32 0,33 9,79 2,68 3,96 5,10 0,45 8,88 4,22 5,99
Kalimantan Tengah 4,08 0,41 10,07 3,28 4,89 6,88 0,59 8,57 5,72 8,03
Kalimantan Selatan 3,65 0,32 8,90 3,01 4,28 6,37 0,45 7,14 5,48 7,26
Kalimantan Timur 4,50 0,62 13,68 3,29 5,71 7,08 1,03 14,49 5,07 9,09
Kalimantan Utara 3,18 0,69 21,80 1,82 4,53 1,19 0,31 25,95 0,58 1,80
Sulawesi Utara 5,76 0,48 8,27 4,83 6,70 4,22 0,41 9,64 3,42 5,01
Sulawesi Tengah 3,94 0,37 9,45 3,21 4,67 2,82 0,36 12,66 2,12 3,52
Sulawesi Selatan 3,59 0,26 7,29 3,08 4,10 3,33 0,26 7,85 2,81 3,84
Sulawesi Tenggara 3,41 0,32 9,40 2,78 4,04 3,82 0,40 10,54 3,03 4,61
Gorontalo 3,28 0,45 13,79 2,39 4,16 0,33 0,14 42,73 0,05 0,60
Sulawesi Barat 5,12 0,60 11,69 3,94 6,29 4,10 0,73 17,77 2,67 5,53
Maluku 2,09 0,40 19,12 1,31 2,87 3,33 0,49 14,80 2,36 4,30
Maluku Utara 2,09 0,37 17,92 1,36 2,83 1,25 0,28 22,62 0,70 1,80
Papua Barat 3,34 0,51 15,24 2,34 4,34 7,87 0,93 11,78 6,05 9,68
Papua 2,59 0,52 20,02 1,57 3,60 7,25 0,85 11,76 5,58 8,92
Indonesia 3,90 0,07 1,90 3,75 4,04 4,18 0,08 2,00 4,01 4,34
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

653 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F
LAMPIRAN F.1
Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Provinsi
Laki- Perem- Laki- Perem- Laki- Perem-
laki puan laki puan laki puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 82,48 17,52 79,93 20,07 80,78 19,22
Sumatera Utara 84,01 15,99 83,23 16,77 83,66 16,34
Sumatera Barat 83,48 16,52 84,53 15,47 84,01 15,99
Riau 89,62 10,38 88,21 11,79 88,78 11,22
Jambi 88,65 11,35 89,28 10,72 89,08 10,92
Sumatera Selatan 88,24 11,76 89,48 10,52 89,04 10,96
Bengkulu 88,11 11,89 90,66 9,34 89,83 10,17
Lampung 89,09 10,91 90,50 9,50 90,07 9,93
Kepulauan Bangka Belitung 88,20 11,80 88,71 11,29 88,42 11,58
Kepulauan Riau 87,50 12,50 84,44 15,56 87,27 12,73
DKI Jakarta 82,74 17,26 82,74 17,26
Jawa Barat 86,79 13,21 83,19 16,81 85,94 14,06
Jawa Tengah 84,37 15,63 84,66 15,34 84,51 15,49
DI Yogyakarta 81,49 18,51 86,18 13,82 82,62 17,38
Jawa Timur 85,01 14,99 83,19 16,81 84,18 15,82
Banten 90,50 9,50 84,44 15,56 88,79 11,21
Bali 90,03 9,97 91,07 8,93 90,33 9,67
Nusa Tenggara Barat 81,27 18,73 80,86 19,14 81,06 18,94
Nusa Tenggara Timur 81,00 19,00 84,02 15,98 83,23 16,77
Kalimantan Barat 86,66 13,34 89,03 10,97 88,19 11,81
Kalimantan Tengah 91,35 8,65 91,11 8,89 91,21 8,79
Kalimantan Selatan 85,74 14,26 84,48 15,52 85,08 14,92
Kalimantan Timur 89,64 10,36 89,56 10,44 89,61 10,39
Kalimantan Utara 88,89 11,11 88,03 11,97 88,57 11,43
Sulawesi Utara 85,66 14,34 87,27 12,73 86,40 13,60
Sulawesi Tengah 86,27 13,73 88,53 11,47 87,82 12,18
Sulawesi Selatan 83,29 16,71 81,80 18,20 82,45 17,55
Sulawesi Tenggara 86,55 13,45 84,88 15,12 85,47 14,53
Gorontalo 83,78 16,22 88,12 11,88 86,24 13,76
Sulawesi Barat 88,23 11,77 86,87 13,13 87,14 12,86
Maluku 83,50 16,50 88,78 11,22 86,32 13,68
Maluku Utara 84,66 15,34 90,18 9,82 88,50 11,50
Papua Barat 88,09 11,91 90,46 9,54 89,46 10,54
Papua 89,45 10,55 90,76 9,24 90,40 9,60
Indonesia 85,85 14,15 85,32 14,68 85,62 14,38
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

655 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.2
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan,
2021 (1/2)

Laki-laki
Provinsi Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Aceh 2,92 93,37 1,12 2,60 100,00
Sumatera Utara 1,85 92,89 1,20 4,05 100,00
Sumatera Barat 2,52 94,04 1,33 2,12 100,00
Riau 2,76 93,84 1,13 2,27 100,00
Jambi 1,77 94,76 0,98 2,49 100,00
Sumatera Selatan 1,57 94,80 1,19 2,43 100,00
Bengkulu 2,20 93,94 1,47 2,39 100,00
Lampung 1,17 94,97 1,39 2,47 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 3,30 91,20 2,14 3,36 100,00
Kepulauan Riau 4,96 91,22 1,99 1,83 100,00
DKI Jakarta 4,06 90,25 1,85 3,84 100,00
Jawa Barat 1,80 93,21 1,87 3,12 100,00
Jawa Tengah 1,69 93,54 1,25 3,52 100,00
DI Yogyakarta 7,55 87,59 1,18 3,68 100,00
Jawa Timur 2,16 92,17 1,60 4,07 100,00
Banten 1,54 94,31 1,45 2,70 100,00
Bali 4,10 92,57 1,54 1,79 100,00
Nusa Tenggara Barat 2,07 93,41 2,11 2,42 100,00
Nusa Tenggara Timur 4,15 91,08 0,81 3,96 100,00
Kalimantan Barat 2,69 92,56 1,11 3,64 100,00
Kalimantan Tengah 3,74 91,58 1,40 3,28 100,00
Kalimantan Selatan 3,70 90,71 2,48 3,11 100,00
Kalimantan Timur 3,37 91,45 2,23 2,95 100,00
Kalimantan Utara 4,19 89,71 2,84 3,26 100,00
Sulawesi Utara 2,94 90,67 1,63 4,76 100,00
Sulawesi Tengah 3,36 91,49 1,94 3,21 100,00
Sulawesi Selatan 2,59 91,84 1,54 4,03 100,00
Sulawesi Tenggara 2,63 92,34 1,84 3,19 100,00
Gorontalo 2,29 93,19 1,49 3,04 100,00
Sulawesi Barat 1,47 93,52 1,74 3,27 100,00
Maluku 4,34 90,17 1,17 4,32 100,00
Maluku Utara 3,10 91,89 1,31 3,71 100,00
Papua Barat 3,62 90,60 1,35 4,44 100,00
Papua 2,92 89,48 1,67 5,93 100,00
Indonesia 2,36 92,75 1,55 3,35 100,00

656 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.2
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan,
2021 (lanjutan 2/2)

Perempuan
Provinsi Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 6,28 6,36 12,69 74,67 100,00
Sumatera Utara 8,01 6,69 12,27 73,02 100,00
Sumatera Barat 10,14 4,19 23,29 62,38 100,00
Riau 7,90 7,33 18,59 66,18 100,00
Jambi 4,73 5,54 16,10 73,63 100,00
Sumatera Selatan 5,18 6,05 17,49 71,28 100,00
Bengkulu 11,85 5,00 18,55 64,60 100,00
Lampung 4,89 8,50 14,00 72,61 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 6,56 4,66 22,92 65,86 100,00
Kepulauan Riau 32,06 9,36 14,92 43,67 100,00
DKI Jakarta 12,88 5,49 18,67 62,95 100,00
Jawa Barat 3,80 6,26 20,19 69,76 100,00
Jawa Tengah 4,81 12,32 13,73 69,13 100,00
DI Yogyakarta 24,94 9,50 12,57 52,98 100,00
Jawa Timur 4,32 11,78 13,56 70,34 100,00
Banten 3,75 4,52 16,21 75,51 100,00
Bali 24,36 13,54 12,73 49,37 100,00
Nusa Tenggara Barat 6,37 25,94 16,97 50,72 100,00
Nusa Tenggara Timur 18,07 14,41 8,26 59,25 100,00
Kalimantan Barat 8,10 10,83 13,55 67,52 100,00
Kalimantan Tengah 13,51 6,32 16,40 63,77 100,00
Kalimantan Selatan 6,16 5,61 19,23 69,00 100,00
Kalimantan Timur 12,63 6,70 20,18 60,49 100,00
Kalimantan Utara 10,34 10,99 16,54 62,13 100,00
Sulawesi Utara 10,98 12,71 13,29 63,03 100,00
Sulawesi Tengah 14,73 5,59 15,92 63,76 100,00
Sulawesi Selatan 13,39 10,11 13,87 62,64 100,00
Sulawesi Tenggara 11,09 11,99 14,46 62,47 100,00
Gorontalo 15,23 11,38 12,59 60,80 100,00
Sulawesi Barat 8,73 7,06 14,83 69,39 100,00
Maluku 22,40 7,99 10,03 59,58 100,00
Maluku Utara 18,59 5,41 12,94 63,06 100,00
Papua Barat 10,55 8,47 15,62 65,37 100,00
Papua 8,20 7,21 15,28 69,30 100,00
Indonesia 7,43 9,22 15,77 67,58 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja (Sakernas), BPS, 2022

657 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.3.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Partisipasi Sekolah, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Belum Belum Belum
Provinsi Pernah Pernah Pernah
Pernah Pernah Pernah
Seko- Total Seko- Total Seko- Total
Seko- Seko- Seko-
lah lah lah
lah lah lah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 0,84 99,16 100,00 4,98 95,02 100,00 1,64 98,36 100,00
Sumatera Utara 1,19 98,81 100,00 4,30 95,70 100,00 1,70 98,30 100,00
Sumatera Barat 0,73 99,27 100,00 3,28 96,72 100,00 1,14 98,86 100,00
Riau 0,58 99,42 100,00 4,30 95,70 100,00 0,99 99,01 100,00
Jambi 1,90 98,10 100,00 12,62 87,38 100,00 3,07 96,93 100,00
Sumatera Selatan 0,45 99,55 100,00 4,45 95,55 100,00 0,89 99,11 100,00
Bengkulu 1,34 98,66 100,00 9,21 90,79 100,00 2,14 97,86 100,00
Lampung 1,19 98,81 100,00 8,31 91,69 100,00 1,89 98,11 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 2,40 97,60 100,00 6,95 93,05 100,00 2,92 97,08 100,00
Kepulauan Riau 1,70 98,30 100,00 4,70 95,30 100,00 2,08 97,92 100,00
DKI Jakarta 0,45 99,55 100,00 2,54 97,46 100,00 0,81 99,19 100,00
Jawa Barat 1,54 98,46 100,00 8,09 91,91 100,00 2,46 97,54 100,00
Jawa Tengah 3,04 96,96 100,00 14,75 85,25 100,00 4,85 95,15 100,00
DI Yogyakarta 1,93 98,07 100,00 9,98 90,02 100,00 3,33 96,67 100,00
Jawa Timur 3,75 96,25 100,00 15,59 84,41 100,00 5,62 94,38 100,00
Banten 1,80 98,20 100,00 11,83 88,17 100,00 2,93 97,07 100,00
Bali 2,40 97,60 100,00 13,80 86,20 100,00 3,50 96,50 100,00
Nusa Tenggara Barat 5,40 94,60 100,00 22,04 77,96 100,00 8,55 91,45 100,00
Nusa Tenggara Timur 3,26 96,74 100,00 14,30 85,70 100,00 5,11 94,89 100,00
Kalimantan Barat 4,52 95,48 100,00 18,31 81,69 100,00 6,15 93,85 100,00
Kalimantan Tengah 0,60 99,40 100,00 5,60 94,40 100,00 1,04 98,96 100,00
Kalimantan Selatan 1,31 98,69 100,00 4,19 95,81 100,00 1,74 98,26 100,00
Kalimantan Timur 0,97 99,03 100,00 6,24 93,76 100,00 1,52 98,48 100,00
Kalimantan Utara 2,04 97,96 100,00 4,93 95,07 100,00 2,37 97,63 100,00
Sulawesi Utara 0,13 99,87 100,00 0,93 99,07 100,00 0,24 99,76 100,00
Sulawesi Tengah 1,37 98,63 100,00 9,11 90,89 100,00 2,31 97,69 100,00
Sulawesi Selatan 4,04 95,96 100,00 12,40 87,60 100,00 5,51 94,49 100,00
Sulawesi Tenggara 2,64 97,36 100,00 12,38 87,62 100,00 4,05 95,95 100,00
Gorontalo 2,95 97,05 100,00 6,99 93,01 100,00 3,50 96,50 100,00
Sulawesi Barat 4,30 95,70 100,00 19,13 80,87 100,00 6,21 93,79 100,00
Maluku 2,18 97,82 100,00 3,53 96,47 100,00 2,37 97,63 100,00
Maluku Utara 0,63 99,37 100,00 5,44 94,56 100,00 1,18 98,82 100,00
Papua Barat 3,12 96,88 100,00 10,21 89,79 100,00 3,86 96,14 100,00
Papua 28,51 71,49 100,00 35,54 64,46 100,00 29,18 70,82 100,00
Indonesia 2,54 97,46 100,00 10,68 89,32 100,00 3,71 96,29 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

658 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.3.1.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Provinsi dan
Partisipasi Sekolah, 2021 (1/3)

Laki-laki
Belum Pernah Sekolah
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Standar
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,84 0,09 11,19 0,68 1,05
Sumatera Utara 1,19 0,08 6,60 1,05 1,36
Sumatera Barat 0,73 0,10 13,48 0,56 0,95
Riau 0,58 0,09 16,01 0,42 0,79
Jambi 1,90 0,19 10,21 1,56 2,32
Sumatera Selatan 0,45 0,07 16,42 0,33 0,62
Bengkulu 1,34 0,18 13,30 1,03 1,74
Lampung 1,19 0,12 10,23 0,97 1,45
Kepulauan Bangka Belitung 2,40 0,29 12,03 1,89 3,03
Kepulauan Riau 1,70 0,35 20,29 1,14 2,53
DKI Jakarta 0,45 0,12 26,17 0,27 0,76
Jawa Barat 1,54 0,11 7,05 1,34 1,76
Jawa Tengah 3,04 0,13 4,13 2,80 3,29
DI Yogyakarta 1,93 0,25 12,96 1,50 2,49
Jawa Timur 3,75 0,13 3,55 3,49 4,02
Banten 1,80 0,20 11,00 1,45 2,24
Bali 2,40 0,23 9,80 1,98 2,90
Nusa Tenggara Barat 5,40 0,39 7,15 4,69 6,20
Nusa Tenggara Timur 3,26 0,19 5,81 2,91 3,65
Kalimantan Barat 4,52 0,28 6,10 4,01 5,09
Kalimantan Tengah 0,60 0,11 18,62 0,42 0,86
Kalimantan Selatan 1,31 0,16 12,57 1,02 1,67
Kalimantan Timur 0,97 0,18 18,62 0,67 1,39
Kalimantan Utara 2,04 0,41 19,91 1,38 3,01
Sulawesi Utara 0,13 0,06 45,38 0,05 0,31
Sulawesi Tengah 1,37 0,16 11,95 1,08 1,73
Sulawesi Selatan 4,04 0,22 5,36 3,64 4,49
Sulawesi Tenggara 2,64 0,25 9,36 2,19 3,17
Gorontalo 2,95 0,41 14,03 2,24 3,87
Sulawesi Barat 4,30 0,44 10,35 3,51 5,26
Maluku 2,18 0,20 9,36 1,82 2,62
Maluku Utara 0,63 0,13 20,61 0,42 0,94
Papua Barat 3,12 0,35 11,24 2,50 3,88
Papua 28,51 0,52 1,81 27,51 29,53
Indonesia 2,54 0,04 1,55 2,46 2,61

659 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.3.1.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Provinsi dan
Partisipasi Sekolah, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Belum Pernah Sekolah
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Standar
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 4,98 0,48 9,61 4,12 6,01
Sumatera Utara 4,30 0,37 8,59 3,63 5,08
Sumatera Barat 3,28 0,49 14,91 2,45 4,39
Riau 4,30 0,64 14,99 3,20 5,76
Jambi 12,62 1,31 10,34 10,28 15,41
Sumatera Selatan 4,45 0,67 15,06 3,31 5,97
Bengkulu 9,21 1,26 13,67 7,02 12,00
Lampung 8,31 1,04 12,47 6,49 10,57
Kepulauan Bangka Belitung 6,95 1,39 19,99 4,67 10,21
Kepulauan Riau 4,70 1,38 29,31 2,63 8,26
DKI Jakarta 2,54 0,60 23,63 1,60 4,03
Jawa Barat 8,09 0,58 7,12 7,03 9,30
Jawa Tengah 14,75 0,61 4,11 13,60 15,98
DI Yogyakarta 9,98 1,24 12,46 7,79 12,69
Jawa Timur 15,59 0,58 3,70 14,49 16,75
Banten 11,83 1,32 11,18 9,48 14,68
Bali 13,80 1,58 11,43 10,99 17,18
Nusa Tenggara Barat 22,04 1,47 6,66 19,30 25,06
Nusa Tenggara Timur 14,30 0,81 5,66 12,78 15,96
Kalimantan Barat 18,31 1,35 7,38 15,80 21,10
Kalimantan Tengah 5,60 1,00 17,94 3,92 7,92
Kalimantan Selatan 4,19 0,68 16,29 3,04 5,75
Kalimantan Timur 6,24 1,24 19,91 4,20 9,16
Kalimantan Utara 4,93 1,65 33,46 2,54 9,37
Sulawesi Utara 0,93 0,34 36,61 0,45 1,90
Sulawesi Tengah 9,11 0,79 8,66 7,68 10,78
Sulawesi Selatan 12,40 0,75 6,01 11,02 13,94
Sulawesi Tenggara 12,38 1,12 9,03 10,35 14,74
Gorontalo 6,99 1,44 20,67 4,63 10,41
Sulawesi Barat 19,13 2,19 11,43 15,20 23,78
Maluku 3,53 0,60 16,89 2,53 4,90
Maluku Utara 5,44 1,20 22,02 3,52 8,33
Papua Barat 10,21 1,44 14,13 7,71 13,40
Papua 35,54 1,70 4,77 32,29 38,93
Indonesia 10,68 0,20 0,04 2,46 2,61

660 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.3.1.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Laki-laki menurut Provinsi dan
Partisipasi Sekolah, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Belum Pernah Sekolah
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Standar
Estimasi Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 1,64 0,12 7,32 1,42 1,89
Sumatera Utara 1,70 0,09 5,17 1,54 1,88
Sumatera Barat 1,14 0,11 10,02 0,93 1,38
Riau 0,99 0,11 11,01 0,80 1,23
Jambi 3,07 0,23 7,41 2,66 3,55
Sumatera Selatan 0,89 0,10 11,17 0,71 1,11
Bengkulu 2,14 0,21 9,66 1,77 2,58
Lampung 1,89 0,15 8,05 1,62 2,22
Kepulauan Bangka Belitung 2,92 0,30 10,35 2,38 3,58
Kepulauan Riau 2,08 0,35 16,77 1,50 2,89
DKI Jakarta 0,81 0,14 17,62 0,58 1,15
Jawa Barat 2,46 0,12 5,07 2,23 2,71
Jawa Tengah 4,85 0,14 2,97 4,58 5,14
DI Yogyakarta 3,33 0,30 9,09 2,78 3,98
Jawa Timur 5,62 0,15 2,59 5,34 5,91
Banten 2,93 0,23 8,02 2,50 3,43
Bali 3,50 0,26 7,46 3,02 4,05
Nusa Tenggara Barat 8,55 0,43 5,02 7,74 9,43
Nusa Tenggara Timur 5,11 0,21 4,08 4,72 5,53
Kalimantan Barat 6,15 0,29 4,79 5,60 6,75
Kalimantan Tengah 1,04 0,14 13,09 0,80 1,34
Kalimantan Selatan 1,74 0,17 9,98 1,43 2,11
Kalimantan Timur 1,52 0,21 13,76 1,16 1,98
Kalimantan Utara 2,37 0,41 17,16 1,69 3,31
Sulawesi Utara 0,24 0,07 28,86 0,14 0,42
Sulawesi Tengah 2,31 0,17 7,41 2,00 2,68
Sulawesi Selatan 5,51 0,22 4,03 5,09 5,96
Sulawesi Tenggara 4,05 0,27 6,63 3,56 4,61
Gorontalo 3,50 0,41 11,65 2,78 4,40
Sulawesi Barat 6,21 0,49 7,88 5,31 7,24
Maluku 2,37 0,19 8,17 2,02 2,78
Maluku Utara 1,18 0,18 15,35 0,87 1,59
Papua Barat 3,86 0,35 9,03 3,23 4,61
Papua 29,18 0,49 1,67 28,24 30,14
Indonesia 3,71 0,04 1,20 3,62 3,80
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

661 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Provinsi Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 12,13 25,45 19,17 43,25 100,00
Sumatera Utara 10,79 20,53 19,65 49,03 100,00
Sumatera Barat 19,84 22,29 15,63 42,23 100,00
Riau 11,54 27,07 16,49 44,90 100,00
Jambi 12,72 30,77 19,78 36,73 100,00
Sumatera Selatan 15,09 31,62 17,61 35,68 100,00
Bengkulu 15,92 27,03 16,54 40,51 100,00
Lampung 16,82 30,37 21,15 31,67 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 19,76 30,07 14,81 35,37 100,00
Kepulauan Riau 8,32 17,37 13,18 61,13 100,00
DKI Jakarta 3,83 12,54 17,40 66,23 100,00
Jawa Barat 10,03 33,45 16,96 39,55 100,00
Jawa Tengah 18,38 34,62 16,66 30,34 100,00
DI Yogyakarta 12,90 18,28 17,51 51,31 100,00
Jawa Timur 18,56 30,93 16,42 34,10 100,00
Banten 11,38 27,46 15,28 45,88 100,00
Bali 11,40 21,02 15,38 52,19 100,00
Nusa Tenggara Barat 24,92 21,11 17,69 36,29 100,00
Nusa Tenggara Timur 23,75 33,44 12,15 30,67 100,00
Kalimantan Barat 24,85 29,38 15,51 30,27 100,00
Kalimantan Tengah 13,54 30,84 22,93 32,70 100,00
Kalimantan Selatan 15,70 31,67 17,60 35,03 100,00
Kalimantan Timur 8,15 22,13 15,04 54,68 100,00
Kalimantan Utara 15,63 25,03 16,30 43,04 100,00
Sulawesi Utara 13,10 24,19 18,93 43,79 100,00
Sulawesi Tengah 11,88 34,98 17,63 35,50 100,00
Sulawesi Selatan 19,95 27,55 14,13 38,37 100,00
Sulawesi Tenggara 13,94 26,40 18,83 40,83 100,00
Gorontalo 32,70 29,42 10,93 26,95 100,00
Sulawesi Barat 23,54 33,61 10,19 32,65 100,00
Maluku 9,50 23,70 18,19 48,61 100,00
Maluku Utara 14,81 28,24 17,21 39,74 100,00
Papua Barat 12,24 18,86 14,38 54,52 100,00
Papua 33,47 20,06 12,73 33,74 100,00
Indonesia 14,88 28,92 16,84 39,36 100,00

662 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Provinsi Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 26,03 38,31 14,12 21,54 100,00
Sumatera Utara 27,71 26,34 13,22 32,73 100,00
Sumatera Barat 30,15 21,99 14,03 33,82 100,00
Riau 29,45 32,33 10,22 28,01 100,00
Jambi 39,22 28,33 12,60 19,85 100,00
Sumatera Selatan 35,40 33,98 9,74 20,88 100,00
Bengkulu 39,64 24,83 10,15 25,38 100,00
Lampung 43,62 28,45 10,70 17,23 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 39,11 29,83 11,02 20,04 100,00
Kepulauan Riau 16,60 21,90 8,60 52,90 100,00
DKI Jakarta 13,89 21,32 17,28 47,52 100,00
Jawa Barat 29,08 39,07 10,84 21,01 100,00
Jawa Tengah 43,61 26,16 10,80 19,42 100,00
DI Yogyakarta 27,73 15,77 11,17 45,33 100,00
Jawa Timur 41,79 27,60 11,26 19,34 100,00
Banten 39,07 31,38 10,32 19,22 100,00
Bali 30,01 16,80 13,05 40,14 100,00
Nusa Tenggara Barat 51,94 19,07 11,53 17,46 100,00
Nusa Tenggara Timur 38,44 31,57 6,35 23,64 100,00
Kalimantan Barat 47,82 23,47 9,22 19,50 100,00
Kalimantan Tengah 30,64 29,57 14,55 25,24 100,00
Kalimantan Selatan 40,96 27,55 9,85 21,63 100,00
Kalimantan Timur 26,97 24,40 13,34 35,28 100,00
Kalimantan Utara 32,65 26,72 14,78 25,85 100,00
Sulawesi Utara 19,95 23,35 13,51 43,18 100,00
Sulawesi Tengah 24,74 32,28 11,46 31,52 100,00
Sulawesi Selatan 37,55 26,62 10,03 25,80 100,00
Sulawesi Tenggara 35,38 26,11 16,29 22,23 100,00
Gorontalo 29,55 28,58 7,03 34,83 100,00
Sulawesi Barat 49,26 27,01 5,14 18,58 100,00
Maluku 17,53 24,75 8,09 49,63 100,00
Maluku Utara 31,38 27,89 10,30 30,43 100,00
Papua Barat 28,44 25,00 12,48 34,09 100,00
Papua 45,35 22,39 11,12 21,15 100,00
Indonesia 35,05 29,00 11,42 24,53 100,00

663 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Tidak Punya SMP Minimal SMA
Provinsi SD sederajat Total
Ijazah Sederajat Sederajat
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 14,80 27,92 18,20 39,08 100,00
Sumatera Utara 13,56 21,48 18,60 46,36 100,00
Sumatera Barat 21,49 22,25 15,38 40,89 100,00
Riau 13,55 27,66 15,78 43,01 100,00
Jambi 15,61 30,50 19,00 34,89 100,00
Sumatera Selatan 17,32 31,88 16,75 34,06 100,00
Bengkulu 18,33 26,81 15,89 38,97 100,00
Lampung 19,48 30,18 20,11 30,23 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 22,00 30,04 14,37 33,59 100,00
Kepulauan Riau 9,37 17,95 12,60 60,08 100,00
DKI Jakarta 5,56 14,05 17,38 63,00 100,00
Jawa Barat 12,71 34,24 16,10 36,95 100,00
Jawa Tengah 22,29 33,31 15,75 28,65 100,00
DI Yogyakarta 15,48 17,84 16,41 50,27 100,00
Jawa Timur 22,23 30,40 15,60 31,76 100,00
Banten 14,49 27,90 14,73 42,89 100,00
Bali 13,20 20,61 15,16 51,03 100,00
Nusa Tenggara Barat 30,04 20,72 16,52 32,72 100,00
Nusa Tenggara Timur 26,21 33,13 11,17 29,49 100,00
Kalimantan Barat 27,56 28,68 14,76 28,99 100,00
Kalimantan Tengah 15,05 30,73 22,19 32,04 100,00
Kalimantan Selatan 19,47 31,06 16,44 33,03 100,00
Kalimantan Timur 10,11 22,36 14,86 52,67 100,00
Kalimantan Utara 17,58 25,22 16,13 41,07 100,00
Sulawesi Utara 14,03 24,07 18,19 43,70 100,00
Sulawesi Tengah 13,45 34,66 16,88 35,02 100,00
Sulawesi Selatan 23,04 27,38 13,41 36,16 100,00
Sulawesi Tenggara 17,05 26,36 18,46 38,12 100,00
Gorontalo 32,27 29,30 10,39 28,04 100,00
Sulawesi Barat 26,85 32,76 9,54 30,84 100,00
Maluku 10,60 23,84 16,81 48,75 100,00
Maluku Utara 16,71 28,20 16,41 38,67 100,00
Papua Barat 13,95 19,51 14,18 52,36 100,00
Papua 34,61 20,29 12,57 32,53 100,00
Indonesia 17,78 28,93 16,06 37,23 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

664 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.2
Persentase Kepala Rumah Tangga di Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Tidak Punya SMP Minimal SMA
Provinsi SD sederajat Total
Ijazah Sederajat Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 13,87 16,37 14,65 55,12 100,00
Sumatera Utara 6,36 16,62 18,62 58,40 100,00
Sumatera Barat 13,73 16,01 14,68 55,58 100,00
Riau 5,67 16,81 13,47 64,05 100,00
Jambi 8,18 19,10 16,83 55,89 100,00
Sumatera Selatan 6,97 19,72 15,21 58,09 100,00
Bengkulu 8,08 16,49 13,61 61,82 100,00
Lampung 12,15 20,51 18,49 48,85 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 14,22 23,83 15,52 46,43 100,00
Kepulauan Riau 6,77 15,81 13,35 64,07 100,00
DKI Jakarta 3,83 12,54 17,40 66,23 100,00
Jawa Barat 8,99 27,82 16,91 46,28 100,00
Jawa Tengah 14,39 27,71 16,54 41,35 100,00
DI Yogyakarta 11,04 13,53 16,22 59,22 100,00
Jawa Timur 14,64 24,31 16,35 44,70 100,00
Banten 8,11 19,37 15,65 56,87 100,00
Bali 7,87 16,63 16,42 59,08 100,00
Nusa Tenggara Barat 20,02 18,45 18,40 43,13 100,00
Nusa Tenggara Timur 10,88 17,51 12,93 58,68 100,00
Kalimantan Barat 16,76 19,69 14,22 49,34 100,00
Kalimantan Tengah 8,66 20,59 23,15 47,60 100,00
Kalimantan Selatan 10,18 22,30 16,99 50,54 100,00
Kalimantan Timur 6,20 17,12 14,60 62,08 100,00
Kalimantan Utara 11,17 20,09 16,47 52,27 100,00
Sulawesi Utara 10,05 17,45 17,37 55,12 100,00
Sulawesi Tengah 3,78 20,33 15,90 59,99 100,00
Sulawesi Selatan 11,02 20,34 13,95 54,69 100,00
Sulawesi Tenggara 7,37 15,63 16,10 60,91 100,00
Gorontalo 22,69 24,03 13,70 39,58 100,00
Sulawesi Barat 16,77 26,52 9,65 47,06 100,00
Maluku 3,52 14,84 16,66 64,98 100,00
Maluku Utara 5,80 13,62 13,45 67,12 100,00
Papua Barat 5,83 16,38 14,15 63,64 100,00
Papua 10,26 13,35 13,35 63,04 100,00
Indonesia 10,29 22,28 16,44 50,99 100,00

665 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.2
Persentase Kepala Rumah Tangga di Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Provinsi Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 17,55 34,11 14,93 33,41 100,00
Sumatera Utara 16,83 23,75 14,61 44,82 100,00
Sumatera Barat 19,20 18,39 15,39 47,02 100,00
Riau 16,00 23,26 10,84 49,90 100,00
Jambi 26,60 21,83 18,57 33,00 100,00
Sumatera Selatan 20,09 28,12 13,70 38,10 100,00
Bengkulu 20,08 16,95 17,18 45,79 100,00
Lampung 30,41 24,65 12,63 32,32 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 32,37 26,46 12,15 29,02 100,00
Kepulauan Riau 13,72 20,75 9,12 56,41 100,00
DKI Jakarta 13,89 21,32 17,28 47,52 100,00
Jawa Barat 25,39 35,78 12,17 26,66 100,00
Jawa Tengah 36,95 23,40 12,67 26,98 100,00
DI Yogyakarta 22,82 13,62 11,29 52,27 100,00
Jawa Timur 33,62 24,78 13,05 28,54 100,00
Banten 27,75 28,94 13,90 29,41 100,00
Bali 20,80 14,71 15,44 49,04 100,00
Nusa Tenggara Barat 44,57 19,86 10,81 24,76 100,00
Nusa Tenggara Timur 9,30 23,66 11,67 55,38 100,00
Kalimantan Barat 33,01 22,02 10,61 34,35 100,00
Kalimantan Tengah 14,37 22,68 16,77 46,18 100,00
Kalimantan Selatan 30,88 24,74 12,89 31,49 100,00
Kalimantan Timur 20,95 23,46 12,79 42,80 100,00
Kalimantan Utara 26,26 24,11 17,79 31,85 100,00
Sulawesi Utara 12,34 18,96 13,42 55,28 100,00
Sulawesi Tengah 6,20 25,22 14,63 53,96 100,00
Sulawesi Selatan 19,84 23,42 13,33 43,40 100,00
Sulawesi Tenggara 20,90 15,68 21,87 41,54 100,00
Gorontalo 26,72 21,03 6,69 45,56 100,00
Sulawesi Barat 36,25 25,87 4,70 33,18 100,00
Maluku 8,11 15,04 9,46 67,38 100,00
Maluku Utara 14,56 15,47 12,85 57,13 100,00
Papua Barat 13,34 20,65 15,66 50,34 100,00
Papua 20,05 20,09 15,57 44,29 100,00
Indonesia 25,96 26,13 13,26 34,65 100,00

666 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.2
Persentase Kepala Rumah Tangga di Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Provinsi Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 14,51 19,47 14,70 51,32 100,00
Sumatera Utara 8,03 17,76 17,98 56,23 100,00
Sumatera Barat 14,63 16,40 14,80 54,16 100,00
Riau 6,74 17,48 13,20 62,58 100,00
Jambi 10,27 19,41 17,02 53,29 100,00
Sumatera Selatan 8,51 20,71 15,04 55,74 100,00
Bengkulu 9,51 16,55 14,04 59,91 100,00
Lampung 14,14 20,97 17,85 47,04 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 16,36 24,14 15,13 44,37 100,00
Kepulauan Riau 7,64 16,43 12,82 63,11 100,00
DKI Jakarta 5,56 14,05 17,38 63,00 100,00
Jawa Barat 11,16 28,87 16,29 43,69 100,00
Jawa Tengah 17,92 27,04 15,94 39,11 100,00
DI Yogyakarta 13,22 13,54 15,30 57,94 100,00
Jawa Timur 17,48 24,38 15,85 42,28 100,00
Banten 9,97 20,28 15,48 54,27 100,00
Bali 9,16 16,44 16,32 58,08 100,00
Nusa Tenggara Barat 24,62 18,72 16,98 39,68 100,00
Nusa Tenggara Timur 10,58 18,67 12,69 58,05 100,00
Kalimantan Barat 18,93 20,00 13,74 47,34 100,00
Kalimantan Tengah 9,16 20,77 22,60 47,47 100,00
Kalimantan Selatan 13,13 22,65 16,40 47,82 100,00
Kalimantan Timur 7,73 17,78 14,41 60,08 100,00
Kalimantan Utara 12,85 20,54 16,61 50,00 100,00
Sulawesi Utara 10,38 17,67 16,80 55,15 100,00
Sulawesi Tengah 4,11 21,00 15,73 59,16 100,00
Sulawesi Selatan 12,50 20,85 13,84 52,80 100,00
Sulawesi Tenggara 9,19 15,64 16,87 58,30 100,00
Gorontalo 23,34 23,54 12,57 40,55 100,00
Sulawesi Barat 19,06 26,44 9,07 45,43 100,00
Maluku 4,28 14,88 15,47 65,38 100,00
Maluku Utara 7,15 13,91 13,36 65,59 100,00
Papua Barat 6,72 16,89 14,33 62,06 100,00
Papua 11,29 14,06 13,58 61,06 100,00
Indonesia 12,51 22,82 15,99 48,67 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

667 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.2.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan di Perkotaan menurut
Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021

Perempuan
Tidak Punya Ijazah SMP Sederajat

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 17,55 1,95 11,12 14,05 21,71 14,93 1,75 11,71 11,82 18,69
Sumatera Utara 16,83 1,26 7,48 14,50 19,44 14,61 1,27 8,69 12,29 17,27
Sumatera Barat 19,20 2,08 10,82 15,45 23,60 15,39 1,85 12,04 12,10 19,38
Riau 16,00 2,27 14,22 12,02 20,97 10,84 2,04 18,83 7,44 15,54
Jambi 26,60 3,52 13,23 20,29 34,03 18,57 3,39 18,24 12,82 26,13
Sumatera Selatan 20,09 2,53 12,61 15,58 25,51 13,70 2,20 16,04 9,93 18,60
Bengkulu 20,08 3,09 15,38 14,70 26,82 17,18 3,16 18,37 11,84 24,26
Lampung 30,41 3,46 11,38 24,07 37,58 12,63 2,23 17,63 8,87 17,67
Kepulauan Bangka Belitung 32,37 3,26 10,06 26,34 39,05 12,15 2,26 18,58 8,37 17,31
Kepulauan Riau 13,72 2,34 17,06 9,75 18,99 9,12 1,90 20,88 6,01 13,60
DKI Jakarta 13,89 1,30 9,34 11,54 16,63 17,28 1,38 7,97 14,74 20,14
Jawa Barat 25,39 1,14 4,49 23,22 27,68 12,17 0,79 6,46 10,71 13,80
Jawa Tengah 36,95 1,14 3,08 34,75 39,21 12,67 0,76 6,02 11,25 14,24
DI Yogyakarta 22,82 2,06 9,01 19,04 27,09 11,29 1,54 13,65 8,60 14,68
Jawa Timur 33,62 1,12 3,34 31,46 35,85 13,05 0,77 5,94 11,61 14,65
Banten 27,75 2,38 8,58 23,33 32,64 13,90 1,74 12,49 10,83 17,66
Bali 20,80 2,34 11,23 16,59 25,75 15,44 2,48 16,08 11,17 20,95
Nusa Tenggara Barat 44,57 2,48 5,57 39,77 49,48 10,81 1,50 13,83 8,21 14,11
Nusa Tenggara Timur 9,30 1,71 18,41 6,44 13,24 11,67 1,96 16,84 8,33 16,10
Kalimantan Barat 33,01 2,91 8,81 27,58 38,94 10,61 1,82 17,13 7,54 14,74
Kalimantan Tengah 14,37 2,61 18,15 9,98 20,28 16,77 2,84 16,92 11,91 23,08
Kalimantan Selatan 30,88 2,54 8,23 26,13 36,07 12,89 1,85 14,39 9,67 16,98
Kalimantan Timur 20,95 2,64 12,58 16,25 26,58 12,79 2,14 16,72 9,15 17,59
Kalimantan Utara 26,26 4,50 17,15 18,42 35,97 17,79 3,79 21,33 11,51 26,46
Sulawesi Utara 12,34 1,83 14,85 9,17 16,40 13,42 1,89 14,06 10,13 17,57
Sulawesi Tengah 6,20 1,57 25,29 3,75 10,08 14,63 2,97 20,28 9,71 21,44
Sulawesi Selatan 19,84 1,69 8,50 16,74 23,36 13,33 1,57 11,78 10,54 16,72
Sulawesi Tenggara 20,90 3,12 14,90 15,45 27,66 21,87 3,22 14,71 16,22 28,81
Gorontalo 26,72 3,82 14,28 19,92 34,82 6,69 1,93 28,91 3,76 11,63
Sulawesi Barat 36,25 5,84 16,12 25,73 48,28 4,70 2,26 48,03 1,80 11,70
Maluku 8,11 1,89 23,26 5,10 12,66 9,46 1,95 20,58 6,27 14,03
Maluku Utara 14,56 3,65 25,08 8,75 23,24 12,85 2,82 21,94 8,26 19,45
Papua Barat 13,34 3,27 24,49 8,13 21,13 15,66 3,46 22,12 10,00 23,69
Papua 20,05 3,26 16,26 14,41 27,20 15,57 2,91 18,68 10,67 22,15
Indonesia 25,96 0,43 1,66 25,12 26,81 13,26 0,32 2,40 12,65 13,90
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

668 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.3
Persentase Kepala Rumah Tangga di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 11,24 30,11 21,49 37,17 100,00
Sumatera Utara 16,29 25,38 20,91 37,42 100,00
Sumatera Barat 25,65 28,27 16,54 29,54 100,00
Riau 15,53 34,04 18,54 31,90 100,00
Jambi 14,82 36,19 21,16 27,82 100,00
Sumatera Selatan 19,59 38,21 18,93 23,27 100,00
Bengkulu 19,63 32,02 17,93 30,43 100,00
Lampung 18,83 34,61 22,29 24,26 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 26,96 38,18 13,89 20,98 100,00
Kepulauan Riau 28,03 37,34 10,98 23,65 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 13,57 52,53 17,13 16,77 100,00
Jawa Tengah 22,54 41,86 16,78 18,82 100,00
DI Yogyakarta 18,47 32,44 21,35 27,75 100,00
Jawa Timur 23,31 38,96 16,51 21,22 100,00
Banten 20,32 49,52 14,29 15,87 100,00
Bali 20,01 31,73 12,86 35,39 100,00
Nusa Tenggara Barat 29,64 23,67 17,00 29,69 100,00
Nusa Tenggara Timur 28,10 38,84 11,88 21,18 100,00
Kalimantan Barat 29,14 34,53 16,19 20,13 100,00
Kalimantan Tengah 16,93 37,95 22,77 22,35 100,00
Kalimantan Selatan 20,82 40,37 18,16 20,65 100,00
Kalimantan Timur 12,42 33,09 16,00 38,49 100,00
Kalimantan Utara 22,96 33,14 16,03 27,88 100,00
Sulawesi Utara 16,59 31,90 20,71 30,80 100,00
Sulawesi Tengah 15,46 41,46 18,40 24,68 100,00
Sulawesi Selatan 27,10 33,31 14,28 25,31 100,00
Sulawesi Tenggara 17,66 32,52 20,39 29,42 100,00
Gorontalo 39,99 33,34 8,91 17,76 100,00
Sulawesi Barat 25,23 35,39 10,33 29,05 100,00
Maluku 14,42 30,97 19,45 35,16 100,00
Maluku Utara 18,50 34,24 18,75 28,51 100,00
Papua Barat 16,78 20,62 14,54 48,06 100,00
Papua 42,20 22,59 12,49 22,72 100,00
Indonesia 20,96 37,71 17,37 23,96 100,00

669 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.3
Persentase Kepala Rumah Tangga di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 29,70 40,13 13,76 16,40 100,00
Sumatera Utara 40,45 29,36 11,61 18,59 100,00
Sumatera Barat 41,41 25,70 12,63 20,26 100,00
Riau 37,36 37,66 9,85 15,13 100,00
Jambi 45,48 31,54 9,64 13,33 100,00
Sumatera Selatan 45,00 37,66 7,26 10,07 100,00
Bengkulu 51,77 29,72 5,79 12,72 100,00
Lampung 50,26 30,37 9,73 9,64 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 48,33 34,43 9,48 7,76 100,00
Kepulauan Riau 45,00 33,20 3,49 18,31 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 38,50 47,48 7,44 6,58 100,00
Jawa Tengah 50,75 29,13 8,81 11,32 100,00
DI Yogyakarta 48,46 24,82 10,70 16,02 100,00
Jawa Timur 50,45 30,59 9,36 9,60 100,00
Banten 56,67 35,18 4,76 3,38 100,00
Bali 55,36 22,54 6,48 15,62 100,00
Nusa Tenggara Barat 58,86 18,33 12,20 10,61 100,00
Nusa Tenggara Timur 50,61 34,88 4,12 10,38 100,00
Kalimantan Barat 57,65 24,42 8,29 9,63 100,00
Kalimantan Tengah 41,59 34,20 13,07 11,14 100,00
Kalimantan Selatan 49,43 29,91 7,29 13,36 100,00
Kalimantan Timur 40,04 26,44 14,55 18,97 100,00
Kalimantan Utara 42,29 30,66 10,25 16,80 100,00
Sulawesi Utara 29,96 29,12 13,63 27,28 100,00
Sulawesi Tengah 34,81 36,12 9,75 19,33 100,00
Sulawesi Selatan 50,33 28,92 7,64 13,10 100,00
Sulawesi Tenggara 42,54 31,28 13,52 12,66 100,00
Gorontalo 32,52 36,48 7,39 23,61 100,00
Sulawesi Barat 52,14 27,27 5,24 15,36 100,00
Maluku 29,65 37,22 6,32 26,82 100,00
Maluku Utara 42,86 36,37 8,56 12,21 100,00
Papua Barat 42,13 28,93 9,60 19,34 100,00
Papua 56,37 23,39 9,18 11,06 100,00
Indonesia 46,60 32,64 9,08 11,69 100,00

670 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.3
Persentase Kepala Rumah Tangga di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki+Perempuan
Provinsi
Tidak Punya SD SMP Minimal SMA
Total
Ijazah sederajat Sederajat Sederajat
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 14,94 32,12 19,94 33,00 100,00
Sumatera Utara 20,34 26,05 19,35 34,26 100,00
Sumatera Barat 28,09 27,87 15,93 28,11 100,00
Riau 18,10 34,46 17,51 29,92 100,00
Jambi 18,11 35,69 19,93 26,27 100,00
Sumatera Selatan 22,26 38,15 17,71 21,88 100,00
Bengkulu 22,63 31,80 16,79 28,78 100,00
Lampung 21,82 34,21 21,10 22,87 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 29,37 37,75 13,39 19,49 100,00
Kepulauan Riau 30,67 36,69 9,81 22,82 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 17,76 51,68 15,50 15,06 100,00
Jawa Tengah 26,87 39,91 15,55 17,67 100,00
DI Yogyakarta 22,61 31,39 19,88 26,13 100,00
Jawa Timur 27,87 37,55 15,31 19,26 100,00
Banten 25,98 47,29 12,81 13,92 100,00
Bali 23,17 30,91 12,29 33,63 100,00
Nusa Tenggara Barat 35,23 22,65 16,08 26,04 100,00
Nusa Tenggara Timur 31,70 38,21 10,64 19,45 100,00
Kalimantan Barat 32,27 33,43 15,33 18,98 100,00
Kalimantan Tengah 19,12 37,62 21,91 21,35 100,00
Kalimantan Selatan 25,26 38,75 16,47 19,52 100,00
Kalimantan Timur 15,30 32,40 15,85 36,45 100,00
Kalimantan Utara 25,27 32,84 15,34 26,55 100,00
Sulawesi Utara 18,29 31,54 19,81 30,35 100,00
Sulawesi Tengah 17,68 40,85 17,40 24,06 100,00
Sulawesi Selatan 31,33 32,52 13,07 23,09 100,00
Sulawesi Tenggara 21,43 32,33 19,35 26,89 100,00
Gorontalo 39,10 33,71 8,73 18,46 100,00
Sulawesi Barat 28,77 34,32 9,66 27,25 100,00
Maluku 16,12 31,67 17,98 34,22 100,00
Maluku Utara 20,90 34,45 17,75 26,90 100,00
Papua Barat 19,20 21,42 14,06 45,32 100,00
Papua 43,51 22,66 12,19 21,65 100,00
Indonesia 24,72 36,97 16,15 22,16 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

671 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.4.3.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan di Perdesaan menurut
Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2021

Perempuan
SMP Sederajat Minimal SMA Sederajat

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 13,76 1,01 7,36 11,89 15,87 16,40 1,05 6,38 14,45 18,55
Sumatera Utara 11,61 0,86 7,43 10,02 13,41 18,59 1,13 6,06 16,48 20,89
Sumatera Barat 12,63 1,20 9,52 10,46 15,18 20,26 1,46 7,21 17,54 23,27
Riau 9,85 1,38 14,03 7,46 12,91 15,13 1,69 11,16 12,11 18,74
Jambi 9,64 1,30 13,50 7,38 12,51 13,33 1,61 12,08 10,48 16,81
Sumatera Selatan 7,26 1,02 14,10 5,49 9,54 10,07 1,21 12,03 7,93 12,71
Bengkulu 5,79 1,34 23,08 3,66 9,03 12,72 1,96 15,42 9,35 17,09
Lampung 9,73 1,27 13,04 7,51 12,52 9,64 1,23 12,73 7,49 12,33
Kepulauan Bangka Belitung 9,48 2,35 24,77 5,77 15,19 7,76 2,23 28,76 4,36 13,41
Kepulauan Riau 3,49 1,98 56,62 1,13 10,26 18,31 4,14 22,62 11,52 27,83
DKI Jakarta
Jawa Barat 7,44 0,76 10,22 6,08 9,07 6,58 0,76 11,48 5,25 8,23
Jawa Tengah 8,81 0,71 8,10 7,51 10,31 11,32 0,79 7,02 9,85 12,97
DI Yogyakarta 10,70 2,57 24,04 6,60 16,87 16,02 3,16 19,71 10,75 23,20
Jawa Timur 9,36 0,66 7,01 8,15 10,72 9,60 0,66 6,90 8,37 10,97
Banten 4,76 1,30 27,38 2,77 8,07 3,38 1,03 30,34 1,86 6,08
Bali 6,48 2,29 35,32 3,20 12,69 15,62 3,10 19,82 10,46 22,69
Nusa Tenggara Barat 12,20 1,54 12,61 9,49 15,55 10,61 1,37 12,95 8,20 13,62
Nusa Tenggara Timur 4,12 0,52 12,69 3,21 5,28 10,38 0,87 8,34 8,80 12,21
Kalimantan Barat 8,29 1,21 14,62 6,21 11,00 9,63 1,27 13,15 7,42 12,42
Kalimantan Tengah 13,07 1,73 13,26 10,03 16,85 11,14 1,48 13,32 8,55 14,39
Kalimantan Selatan 7,29 1,03 14,07 5,52 9,58 13,36 1,35 10,08 10,94 16,23
Kalimantan Timur 14,55 2,86 19,69 9,78 21,11 18,97 3,35 17,68 13,24 26,42
Kalimantan Utara 10,25 3,37 32,93 5,27 18,99 16,80 4,41 26,25 9,81 27,26
Sulawesi Utara 13,63 1,58 11,56 10,83 17,03 27,28 2,14 7,83 23,30 31,67
Sulawesi Tengah 9,75 1,27 13,05 7,52 12,54 19,33 1,72 8,90 16,18 22,93
Sulawesi Selatan 7,64 0,73 9,55 6,33 9,20 13,10 0,89 6,77 11,46 14,94
Sulawesi Tenggara 13,52 1,36 10,06 11,07 16,41 12,66 1,20 9,48 10,49 15,20
Gorontalo 7,39 1,93 26,04 4,40 12,17 23,61 3,15 13,33 18,01 30,32
Sulawesi Barat 5,24 1,23 23,48 3,29 8,24 15,36 2,07 13,46 11,73 19,86
Maluku 6,32 1,32 20,88 4,17 9,45 26,82 2,87 10,70 21,58 32,80
Maluku Utara 8,56 1,62 18,90 5,88 12,31 12,21 1,78 14,56 9,13 16,14
Papua Barat 9,60 1,87 19,47 6,51 13,93 19,34 2,07 10,69 15,60 23,71
Papua 9,18 1,20 13,05 7,08 11,81 11,06 1,19 10,79 8,93 13,62
Indonesia 9,08 0,24 2,60 8,63 9,55 11,69 0,25 2,18 11,20 12,19
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

672 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.5
Persentase Kepala Rumah Tangga yang Bekerja menurut Provinsi, Tipe Daerah,
dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 90,81 53,32 84,24 94,41 60,93 87,69 93,19 58,63 86,55
Sumatera Utara 89,96 63,72 85,76 95,32 76,09 92,10 92,36 69,42 88,61
Sumatera Barat 90,18 58,67 84,98 94,79 69,22 90,83 92,54 63,87 87,96
Riau 90,98 59,41 87,70 96,79 69,72 93,59 94,43 65,90 91,23
Jambi 90,45 54,44 86,36 96,07 62,14 92,43 94,29 59,59 90,50
Sumatera Selatan 88,54 54,35 84,52 96,25 74,44 93,96 93,50 66,70 90,56
Bengkulu 91,83 53,56 87,28 96,83 72,64 94,58 95,23 65,34 92,19
Lampung 92,33 56,20 88,39 96,20 63,88 93,13 95,03 61,31 91,69
Kepulauan Bangka Belitung 90,54 49,90 85,74 95,15 64,68 91,71 92,55 56,14 88,33
Kepulauan Riau 91,72 66,26 88,53 96,26 61,42 90,83 92,05 65,81 88,71
DKI Jakarta 87,23 58,42 82,26 87,23 58,42 82,26
Jawa Barat 90,18 55,17 85,56 95,37 62,42 89,83 91,37 57,21 86,56
Jawa Tengah 88,72 61,32 84,44 94,91 67,77 90,75 91,74 64,44 87,51
DI Yogyakarta 83,47 58,24 78,80 94,91 77,92 92,56 86,34 62,01 82,11
Jawa Timur 90,15 61,65 85,88 95,61 71,27 91,52 92,61 66,32 88,45
Banten 89,51 49,76 85,73 92,58 54,12 86,60 90,33 51,47 85,98
Bali 89,06 70,77 87,24 94,06 82,59 93,03 90,52 73,92 88,91
Nusa Tenggara Barat 89,40 60,55 84,00 94,32 69,39 89,55 91,90 65,11 86,83
Nusa Tenggara Timur 85,84 51,21 79,26 95,81 82,39 93,66 93,28 73,20 89,92
Kalimantan Barat 87,30 47,47 81,99 95,91 73,42 93,44 92,92 63,07 89,39
Kalimantan Tengah 90,24 54,27 87,13 96,33 76,42 94,56 93,84 67,51 91,52
Kalimantan Selatan 88,90 52,06 83,65 95,56 72,29 91,95 92,36 63,06 87,99
Kalimantan Timur 88,76 50,18 84,76 94,86 63,10 91,55 90,67 54,25 86,89
Kalimantan Utara 89,75 60,46 86,49 94,43 73,28 91,90 91,52 65,57 88,55
Sulawesi Utara 87,49 58,62 83,35 92,94 56,36 88,28 90,03 57,64 85,62
Sulawesi Tengah 90,93 56,71 86,23 95,96 68,51 92,81 94,42 64,36 90,76
Sulawesi Selatan 86,99 46,00 80,14 93,74 54,54 86,60 90,74 50,96 83,76
Sulawesi Tenggara 89,42 55,53 84,86 95,04 67,32 90,85 93,01 63,41 88,71
Gorontalo 93,20 52,62 86,62 97,18 69,47 93,89 95,51 60,86 90,74
Sulawesi Barat 90,65 68,97 88,10 95,01 71,91 91,98 94,14 71,38 91,21
Maluku 84,54 52,51 79,25 94,69 72,76 92,23 90,11 61,37 86,18
Maluku Utara 87,32 53,43 82,13 96,15 66,41 93,23 93,58 61,15 89,85
Papua Barat 89,70 67,52 87,06 96,40 81,37 94,97 93,62 74,78 91,64
Papua 87,45 67,17 85,31 98,73 88,20 97,76 95,65 81,81 94,32
Indonesia 89,39 57,81 84,92 95,39 68,28 91,41 91,97 62,42 87,72
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

673 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.6.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Rata-rata
Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2021 (1/2)

Laki-laki
1 2-3 4-5 6+ Total
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 2,93 32,28 47,70 17,09 100,00
Sumatera Utara 3,32 34,00 46,47 16,21 100,00
Sumatera Barat 3,39 30,71 47,13 18,77 100,00
Riau 3,30 34,38 49,09 13,23 100,00
Jambi 2,71 40,56 47,19 9,55 100,00
Sumatera Selatan 2,59 36,66 49,54 11,20 100,00
Bengkulu 3,88 40,15 47,38 8,58 100,00
Lampung 2,47 40,29 48,81 8,42 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 5,10 42,25 44,56 8,09 100,00
Kepulauan Riau 7,12 37,35 46,14 9,39 100,00
DKI Jakarta 7,32 41,38 43,20 8,10 100,00
Jawa Barat 3,73 44,89 44,13 7,24 100,00
Jawa Tengah 3,08 41,76 45,41 9,75 100,00
DI Yogyakarta 9,57 38,80 42,52 9,10 100,00
Jawa Timur 3,56 45,41 42,08 8,95 100,00
Banten 2,54 40,13 47,36 9,97 100,00
Bali 5,01 36,49 43,10 15,40 100,00
Nusa Tenggara Barat 3,24 47,10 42,27 7,39 100,00
Nusa Tenggara Timur 4,19 28,03 43,28 24,50 100,00
Kalimantan Barat 3,75 36,11 46,15 14,00 100,00
Kalimantan Tengah 5,79 43,86 41,29 9,07 100,00
Kalimantan Selatan 4,85 41,91 44,04 9,20 100,00
Kalimantan Timur 5,91 37,15 44,26 12,68 100,00
Kalimantan Utara 7,88 32,60 42,85 16,67 100,00
Sulawesi Utara 4,74 40,89 40,86 13,50 100,00
Sulawesi Tengah 3,68 36,77 42,70 16,85 100,00
Sulawesi Selatan 3,33 34,72 44,35 17,59 100,00
Sulawesi Tenggara 3,77 32,11 45,31 18,81 100,00
Gorontalo 3,06 37,88 44,80 14,26 100,00
Sulawesi Barat 2,47 33,44 46,37 17,73 100,00
Maluku 5,15 28,98 40,17 25,70 100,00
Maluku Utara 4,74 30,55 44,10 20,61 100,00
Papua Barat 5,88 35,60 38,65 19,87 100,00
Papua 6,66 40,27 38,83 14,23 100,00
Indonesia 3,84 40,61 44,66 10,89 100,00

674 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.6.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Rata-rata
Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2021 (lanjutan 2/2)

Perempuan
1 2-3 4-5 6+ Total
Provinsi
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 27,55 46,33 17,74 8,38 100,00
Sumatera Utara 28,24 44,09 21,41 6,26 100,00
Sumatera Barat 28,69 45,16 17,78 8,37 100,00
Riau 22,33 47,60 24,20 5,87 100,00
Jambi 31,00 46,94 18,29 3,77 100,00
Sumatera Selatan 26,86 49,25 18,95 4,94 100,00
Bengkulu 37,16 45,49 15,18 2,16 100,00
Lampung 29,42 52,43 14,61 3,54 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 31,78 50,36 14,19 3,67 100,00
Kepulauan Riau 35,18 43,84 17,34 3,63 100,00
DKI Jakarta 27,56 45,92 19,94 6,59 100,00
Jawa Barat 36,22 44,88 15,21 3,68 100,00
Jawa Tengah 36,27 44,83 15,27 3,63 100,00
DI Yogyakarta 49,01 34,32 13,36 3,31 100,00
Jawa Timur 37,12 44,93 15,14 2,81 100,00
Banten 27,46 47,23 17,96 7,35 100,00
Bali 41,82 46,23 9,76 2,19 100,00
Nusa Tenggara Barat 30,35 55,25 12,36 2,04 100,00
Nusa Tenggara Timur 27,24 42,31 20,31 10,14 100,00
Kalimantan Barat 24,35 46,04 22,29 7,32 100,00
Kalimantan Tengah 37,11 48,39 11,62 2,89 100,00
Kalimantan Selatan 35,46 45,32 15,51 3,71 100,00
Kalimantan Timur 33,36 46,76 14,22 5,66 100,00
Kalimantan Utara 24,90 43,19 18,96 12,95 100,00
Sulawesi Utara 29,78 49,19 16,07 4,96 100,00
Sulawesi Tengah 31,91 42,18 17,88 8,03 100,00
Sulawesi Selatan 28,74 43,49 19,60 8,18 100,00
Sulawesi Tenggara 27,18 41,54 21,85 9,43 100,00
Gorontalo 30,60 42,53 16,50 10,36 100,00
Sulawesi Barat 23,26 48,77 21,39 6,58 100,00
Maluku 29,44 37,34 20,87 12,36 100,00
Maluku Utara 26,00 44,43 19,40 10,17 100,00
Papua Barat 24,37 44,61 18,99 12,02 100,00
Papua 27,95 47,64 16,57 7,84 100,00
Indonesia 33,13 45,39 16,67 4,81 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

675 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.6.1.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Provinsi
dan Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, 2021

Perempuan
6+
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 8,38 0,73 8,72 7,05 9,93
Sumatera Utara 6,25 0,58 9,34 5,20 7,50
Sumatera Barat 8,36 0,93 11,14 6,71 10,38
Riau 5,87 0,90 15,36 4,33 7,91
Jambi 3,77 0,82 21,62 2,46 5,74
Sumatera Selatan 4,94 0,80 16,23 3,59 6,77
Bengkulu 2,16 0,64 29,62 1,21 3,85
Lampung 3,54 0,74 20,85 2,35 5,31
Kepulauan Bangka Belitung 3,67 0,96 26,25 2,18 6,10
Kepulauan Riau 3,63 1,31 36,02 1,78 7,27
DKI Jakarta 6,58 0,97 14,71 4,92 8,75
Jawa Barat 3,68 0,40 11,00 2,96 4,56
Jawa Tengah 3,63 0,32 8,72 3,06 4,30
DI Yogyakarta 3,31 0,85 25,54 2,00 5,43
Jawa Timur 2,81 0,28 9,93 2,31 3,41
Banten 7,32 0,95 12,96 5,66 9,41
Bali 2,19 0,69 31,63 1,17 4,05
Nusa Tenggara Barat 2,04 0,46 22,62 1,30 3,16
Nusa Tenggara Timur 10,14 0,82 8,12 8,64 11,88
Kalimantan Barat 7,31 1,00 13,67 5,58 9,53
Kalimantan Tengah 2,89 0,77 26,53 1,71 4,83
Kalimantan Selatan 3,71 0,63 17,03 2,65 5,17
Kalimantan Timur 5,66 1,13 20,04 3,81 8,34
Kalimantan Utara 12,95 2,77 21,42 8,41 19,42
Sulawesi Utara 4,91 0,71 14,40 3,69 6,49
Sulawesi Tengah 8,03 1,13 14,12 6,07 10,56
Sulawesi Selatan 8,17 0,71 8,75 6,88 9,69
Sulawesi Tenggara 9,43 1,00 10,56 7,65 11,58
Gorontalo 10,29 1,74 16,95 7,34 14,25
Sulawesi Barat 6,58 1,29 19,54 4,47 9,60
Maluku 12,33 1,62 13,12 9,49 15,86
Maluku Utara 10,17 1,56 15,35 7,49 13,67
Papua Barat 12,02 1,93 16,02 8,72 16,33
Papua 7,82 0,99 12,69 6,08 10,00
Indonesia 4,80 0,14 2,88 4,54 5,08
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

676 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.7.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Mengalami
Gangguan Fungsional atau Tidak, 2021 (1/3)

Laki-laki
Provinsi
Tidak Mengalami Mengalami Gangguan
Total
Gangguan Fungsional Fungsional
(1) (2) (3) (4)
Aceh 96,30 3,70 100,00
Sumatera Utara 96,79 3,21 100,00
Sumatera Barat 97,15 2,85 100,00
Riau 97,12 2,88 100,00
Jambi 96,84 3,16 100,00
Sumatera Selatan 97,02 2,98 100,00
Bengkulu 97,35 2,65 100,00
Lampung 97,26 2,74 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 97,83 2,17 100,00
Kepulauan Riau 97,89 2,11 100,00
DKI Jakarta 97,48 2,52 100,00
Jawa Barat 97,29 2,71 100,00
Jawa Tengah 97,12 2,88 100,00
DI Yogyakarta 97,03 2,97 100,00
Jawa Timur 97,40 2,60 100,00
Banten 97,69 2,31 100,00
Bali 98,01 1,99 100,00
Nusa Tenggara Barat 97,13 2,87 100,00
Nusa Tenggara Timur 95,77 4,23 100,00
Kalimantan Barat 96,53 3,47 100,00
Kalimantan Tengah 97,25 2,75 100,00
Kalimantan Selatan 97,46 2,54 100,00
Kalimantan Timur 97,37 2,63 100,00
Kalimantan Utara 97,69 2,31 100,00
Sulawesi Utara 97,45 2,55 100,00
Sulawesi Tengah 97,62 2,38 100,00
Sulawesi Selatan 96,44 3,56 100,00
Sulawesi Tenggara 96,44 3,56 100,00
Gorontalo 97,67 2,33 100,00
Sulawesi Barat 96,73 3,27 100,00
Maluku 96,85 3,15 100,00
Maluku Utara 96,37 3,63 100,00
Papua Barat 97,75 2,25 100,00
Papua 98,70 1,30 100,00
Indonesia 97,21 2,79 100,00

677 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.7.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Mengalami
Gangguan Fungsional atau Tidak, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Provinsi
Tidak Mengalami Mengalami Gangguan
Total
Gangguan Fungsional Fungsional
(1) (5) (6) (7)
Aceh 85,89 14,11 100,00
Sumatera Utara 91,79 8,21 100,00
Sumatera Barat 91,28 8,72 100,00
Riau 90,71 9,29 100,00
Jambi 90,07 9,93 100,00
Sumatera Selatan 91,23 8,77 100,00
Bengkulu 92,15 7,85 100,00
Lampung 93,14 6,86 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 90,02 9,98 100,00
Kepulauan Riau 94,21 5,79 100,00
DKI Jakarta 94,58 5,42 100,00
Jawa Barat 91,07 8,93 100,00
Jawa Tengah 92,34 7,66 100,00
DI Yogyakarta 95,54 4,46 100,00
Jawa Timur 92,99 7,01 100,00
Banten 92,55 7,45 100,00
Bali 96,97 3,03 100,00
Nusa Tenggara Barat 92,61 7,39 100,00
Nusa Tenggara Timur 92,45 7,55 100,00
Kalimantan Barat 90,38 9,62 100,00
Kalimantan Tengah 92,24 7,76 100,00
Kalimantan Selatan 92,84 7,16 100,00
Kalimantan Timur 93,69 6,31 100,00
Kalimantan Utara 90,53 9,47 100,00
Sulawesi Utara 94,04 5,96 100,00
Sulawesi Tengah 89,75 10,25 100,00
Sulawesi Selatan 89,23 10,77 100,00
Sulawesi Tenggara 91,23 8,77 100,00
Gorontalo 91,31 8,69 100,00
Sulawesi Barat 90,18 9,82 100,00
Maluku 94,14 5,86 100,00
Maluku Utara 90,38 9,62 100,00
Papua Barat 93,86 6,14 100,00
Papua 95,50 4,50 100,00
Indonesia 92,05 7,95 100,00

678 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.7.1
Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Mengalami
Gangguan Fungsional atau Tidak, 2021 (lanjutan 3/3)

Laki-laki dan Perempuan


Provinsi
Tidak Mengalami Mengalami Gangguan
Total
Gangguan Fungsional Fungsional
(1) (8) (9) (10)
Aceh 94,30 5,70 100,00
Sumatera Utara 95,97 4,03 100,00
Sumatera Barat 96,22 3,78 100,00
Riau 96,40 3,60 100,00
Jambi 96,10 3,90 100,00
Sumatera Selatan 96,38 3,62 100,00
Bengkulu 96,82 3,18 100,00
Lampung 96,85 3,15 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 96,93 3,07 100,00
Kepulauan Riau 97,42 2,58 100,00
DKI Jakarta 96,98 3,02 100,00
Jawa Barat 96,42 3,58 100,00
Jawa Tengah 96,38 3,62 100,00
DI Yogyakarta 96,77 3,23 100,00
Jawa Timur 96,70 3,30 100,00
Banten 97,11 2,89 100,00
Bali 97,91 2,09 100,00
Nusa Tenggara Barat 96,28 3,72 100,00
Nusa Tenggara Timur 95,21 4,79 100,00
Kalimantan Barat 95,81 4,19 100,00
Kalimantan Tengah 96,81 3,19 100,00
Kalimantan Selatan 96,77 3,23 100,00
Kalimantan Timur 96,99 3,01 100,00
Kalimantan Utara 96,88 3,12 100,00
Sulawesi Utara 96,99 3,01 100,00
Sulawesi Tengah 96,66 3,34 100,00
Sulawesi Selatan 95,17 4,83 100,00
Sulawesi Tenggara 95,68 4,32 100,00
Gorontalo 96,80 3,20 100,00
Sulawesi Barat 95,89 4,11 100,00
Maluku 96,48 3,52 100,00
Maluku Utara 95,68 4,32 100,00
Papua Barat 97,34 2,66 100,00
Papua 98,39 1,61 100,00
Indonesia 96,47 3,53 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

679 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN F.7.1.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Provinsi
dan Mengalami Gangguan Fungsional, 2021

Perempuan
Mengalami Gangguan Fungsional
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 14,11 0,90 6,36 12,44 15,96
Sumatera Utara 8,21 0,60 7,31 7,11 9,47
Sumatera Barat 8,72 0,84 9,66 7,20 10,51
Riau 9,29 1,11 11,98 7,33 11,71
Jambi 9,93 1,18 11,92 7,84 12,51
Sumatera Selatan 8,77 0,97 11,01 7,05 10,86
Bengkulu 7,85 1,18 15,05 5,83 10,50
Lampung 6,86 0,92 13,48 5,25 8,91
Kepulauan Bangka Belitung 9,98 1,68 16,86 7,13 13,80
Kepulauan Riau 5,79 1,43 24,77 3,54 9,32
DKI Jakarta 5,42 0,84 15,46 3,99 7,32
Jawa Barat 8,93 0,59 6,64 7,84 10,17
Jawa Tengah 7,66 0,46 5,96 6,81 8,60
DI Yogyakarta 4,46 0,85 18,95 3,07 6,44
Jawa Timur 7,01 0,41 5,84 6,25 7,85
Banten 7,45 1,06 14,21 5,62 9,80
Bali 3,03 0,74 24,29 1,88 4,86
Nusa Tenggara Barat 7,39 0,91 12,34 5,79 9,39
Nusa Tenggara Timur 7,55 0,66 8,76 6,35 8,95
Kalimantan Barat 9,62 1,08 11,22 7,70 11,95
Kalimantan Tengah 7,76 1,21 15,60 5,69 10,49
Kalimantan Selatan 7,16 0,92 12,89 5,55 9,20
Kalimantan Timur 6,31 1,22 19,34 4,30 9,17
Kalimantan Utara 9,47 2,43 25,64 5,67 15,42
Sulawesi Utara 5,96 0,81 13,53 4,56 7,76
Sulawesi Tengah 10,25 1,32 12,92 7,93 13,15
Sulawesi Selatan 10,77 0,72 6,68 9,44 12,26
Sulawesi Tenggara 8,77 0,96 10,95 7,06 10,85
Gorontalo 8,69 1,57 18,08 6,06 12,30
Sulawesi Barat 9,82 1,57 16,01 7,14 13,36
Maluku 5,86 1,00 17,14 4,17 8,16
Maluku Utara 9,62 1,47 15,26 7,10 12,91
Papua Barat 6,14 1,15 18,76 4,23 8,82
Papua 4,50 0,80 17,82 3,17 6,36
Indonesia 7,95 0,18 2,24 7,61 8,30
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

680 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G
LAMPIRAN G.1.1
Persentase Rumah Tangga di Perkotaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin Kepala Rumah
Tangga, dan Luas Lantai per Meter Persegi per Kapita, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Provinsi
<10 m2 ≥10 m2 Total <10 m2 ≥10 m2 Total <10 m2 ≥10 m2 Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 18,29 81,71 100,00 10,45 89,55 100,00 16,92 83,08 100,00
Sumatera Utara 17,41 82,59 100,00 9,58 90,42 100,00 16,16 83,84 100,00
Sumatera Barat 17,11 82,89 100,00 8,52 91,48 100,00 15,69 84,31 100,00
Riau 17,60 82,40 100,00 8,69 91,31 100,00 16,67 83,33 100,00
Jambi 14,24 85,76 100,00 7,32 92,68 100,00 13,46 86,55 100,00
Sumatera Selatan 26,02 73,98 100,00 19,23 80,77 100,00 25,22 74,78 100,00
Bengkulu 15,11 84,89 100,00 10,72 89,28 100,00 14,59 85,41 100,00
Lampung 10,67 89,33 100,00 5,84 94,16 100,00 10,14 89,86 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 13,05 86,95 100,00 6,90 93,10 100,00 12,33 87,67 100,00
Kepulauan Riau 13,64 86,36 100,00 9,61 90,39 100,00 13,13 86,87 100,00
DKI Jakarta 37,45 62,55 100,00 22,31 77,69 100,00 34,84 65,16 100,00
Jawa Barat 17,07 82,93 100,00 8,09 91,91 100,00 15,88 84,12 100,00
Jawa Tengah 7,17 92,83 100,00 5,91 94,09 100,00 6,98 93,02 100,00
DI Yogyakarta 11,43 88,57 100,00 13,89 86,11 100,00 11,88 88,12 100,00
Jawa Timur 10,93 89,07 100,00 6,24 93,76 100,00 10,22 89,78 100,00
Banten 12,99 87,01 100,00 5,89 94,11 100,00 12,31 87,69 100,00
Bali 20,81 79,19 100,00 14,73 85,27 100,00 20,21 79,79 100,00
Nusa Tenggara Barat 22,27 77,73 100,00 10,88 89,12 100,00 20,13 79,87 100,00
Nusa Tenggara Timur 33,37 66,63 100,00 26,19 73,81 100,00 32,01 67,99 100,00
Kalimantan Barat 14,10 85,90 100,00 8,58 91,42 100,00 13,37 86,63 100,00
Kalimantan Tengah 17,72 82,28 100,00 11,71 88,29 100,00 17,20 82,80 100,00
Kalimantan Selatan 17,75 82,25 100,00 7,63 92,37 100,00 16,31 83,69 100,00
Kalimantan Timur 16,21 83,79 100,00 10,22 89,78 100,00 15,59 84,41 100,00
Kalimantan Utara 16,91 83,09 100,00 9,54 90,46 100,00 16,09 83,91 100,00
Sulawesi Utara 18,83 81,17 100,00 8,52 91,48 100,00 17,35 82,65 100,00
Sulawesi Tengah 23,17 76,83 100,00 10,76 89,24 100,00 21,46 78,54 100,00
Sulawesi Selatan 15,47 84,53 100,00 9,63 90,37 100,00 14,49 85,51 100,00
Sulawesi Tenggara 18,36 81,64 100,00 10,92 89,08 100,00 17,36 82,64 100,00
Gorontalo 22,47 77,53 100,00 20,57 79,43 100,00 22,16 77,84 100,00
Sulawesi Barat 17,30 82,70 100,00 13,13 86,87 100,00 16,81 83,19 100,00
Maluku 28,16 71,84 100,00 21,21 78,79 100,00 27,02 72,98 100,00
Maluku Utara 16,44 83,56 100,00 12,40 87,60 100,00 15,82 84,18 100,00
Papua Barat 28,98 71,02 100,00 12,28 87,72 100,00 26,99 73,01 100,00
Papua 30,52 69,48 100,00 17,56 82,44 100,00 29,15 70,85 100,00
Indonesia 16,53 83,47 100,00 9,80 90,20 100,00 15,58 84,42 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

682 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.1.1
Sampling Error Persentase Rumah Tangga di Perkotaan dengan Kepala Rumah Tangga
Perempuan menurut Provinsi, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan Luas Lantai per
Meter Persegi per Kapita, 2021

Perempuan
<10 m2
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 10,45 1,53 14,67 7,81 13,86
Sumatera Utara 9,58 1,02 10,64 7,76 11,77
Sumatera Barat 8,52 1,38 16,25 6,17 11,66
Riau 8,69 1,93 22,17 5,59 13,29
Jambi 7,32 2,07 28,24 4,17 12,56
Sumatera Selatan 19,23 2,61 13,55 14,63 24,85
Bengkulu 10,72 2,67 24,94 6,49 17,19
Lampung 5,84 1,69 28,99 3,28 10,19
Kepulauan Bangka Belitung 6,90 1,74 25,14 4,18 11,18
Kepulauan Riau 9,61 2,26 23,47 6,01 15,03
DKI Jakarta 22,31 1,49 6,69 19,53 25,37
Jawa Barat 8,09 0,69 8,54 6,83 9,55
Jawa Tengah 5,91 0,56 9,45 4,90 7,10
DI Yogyakarta 13,89 1,74 12,52 10,82 17,67
Jawa Timur 6,24 0,62 10,01 5,13 7,59
Banten 5,89 1,19 20,16 3,95 8,70
Bali 14,73 2,49 16,93 10,48 20,31
Nusa Tenggara Barat 10,88 1,51 13,86 8,26 14,21
Nusa Tenggara Timur 26,19 2,99 11,43 20,76 32,47
Kalimantan Barat 8,58 1,73 20,19 5,74 12,64
Kalimantan Tengah 11,71 2,84 24,22 7,19 18,51
Kalimantan Selatan 7,63 1,39 18,26 5,31 10,85
Kalimantan Timur 10,22 1,97 19,25 6,96 14,78
Kalimantan Utara 9,54 3,16 33,08 4,90 17,76
Sulawesi Utara 8,52 1,55 18,18 5,93 12,08
Sulawesi Tengah 10,76 2,65 24,59 6,57 17,15
Sulawesi Selatan 9,63 1,41 14,65 7,20 12,77
Sulawesi Tenggara 10,92 2,13 19,51 7,39 15,85
Gorontalo 20,57 3,87 18,83 14,00 29,19
Sulawesi Barat 13,13 4,51 34,39 6,50 24,71
Maluku 21,21 3,08 14,51 15,80 27,87
Maluku Utara 12,40 2,82 22,74 7,84 19,06
Papua Barat 12,28 3,05 24,86 7,43 19,61
Papua 17,56 2,77 15,80 12,76 23,67
Indonesia 9,80 0,29 2,94 9,25 10,38
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

683 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.1.2
Persentase Rumah Tangga di Perdesaan menurut Provinsi, Jenis Kelamin Kepala Rumah
Tangga, dan Luas Lantai per Meter Persegi per kapita, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Provinsi
<10 m2 ≥10 m2 Total <10 m2 ≥10 m2 Total <10 m2 ≥10 m2 Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 23,82 76,18 100,00 9,92 90,08 100,00 21,03 78,97 100,00
Sumatera Utara 25,23 74,77 100,00 10,86 89,14 100,00 22,82 77,18 100,00
Sumatera Barat 19,55 80,45 100,00 6,98 93,02 100,00 17,61 82,39 100,00
Riau 18,93 81,07 100,00 8,23 91,77 100,00 17,67 82,33 100,00
Jambi 14,06 85,94 100,00 6,04 93,96 100,00 13,20 86,80 100,00
Sumatera Selatan 22,35 77,65 100,00 11,12 88,88 100,00 21,17 78,83 100,00
Bengkulu 16,98 83,02 100,00 6,76 93,24 100,00 16,02 83,98 100,00
Lampung 7,34 92,66 100,00 1,77 98,23 100,00 6,81 93,19 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 9,02 90,98 100,00 5,93 94,07 100,00 8,67 91,33 100,00
Kepulauan Riau 14,72 85,28 100,00 2,83 97,17 100,00 12,87 87,13 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 14,28 85,72 100,00 5,06 94,94 100,00 12,73 87,27 100,00
Jawa Tengah 4,34 95,66 100,00 2,07 97,93 100,00 3,99 96,01 100,00
DI Yogyakarta 3,54 96,46 100,00 2,63 97,37 100,00 3,42 96,58 100,00
Jawa Timur 5,25 94,75 100,00 2,56 97,44 100,00 4,80 95,20 100,00
Banten 13,49 86,51 100,00 5,74 94,26 100,00 12,28 87,72 100,00
Bali 12,31 87,69 100,00 8,19 91,81 100,00 11,94 88,06 100,00
Nusa Tenggara Barat 25,64 74,36 100,00 13,21 86,79 100,00 23,26 76,74 100,00
Nusa Tenggara Timur 30,11 69,89 100,00 17,22 82,78 100,00 28,05 71,95 100,00
Kalimantan Barat 17,66 82,34 100,00 10,71 89,29 100,00 16,90 83,10 100,00
Kalimantan Tengah 19,32 80,68 100,00 6,37 93,63 100,00 18,17 81,83 100,00
Kalimantan Selatan 14,56 85,44 100,00 5,85 94,15 100,00 13,21 86,79 100,00
Kalimantan Timur 14,97 85,03 100,00 6,50 93,50 100,00 14,09 85,91 100,00
Kalimantan Utara 18,44 81,56 100,00 20,96 79,04 100,00 18,74 81,26 100,00
Sulawesi Utara 23,30 76,70 100,00 8,99 91,01 100,00 21,48 78,52 100,00
Sulawesi Tengah 25,19 74,81 100,00 11,22 88,78 100,00 23,59 76,41 100,00
Sulawesi Selatan 11,30 88,70 100,00 4,75 95,25 100,00 10,11 89,89 100,00
Sulawesi Tenggara 17,87 82,13 100,00 10,40 89,60 100,00 16,74 83,26 100,00
Gorontalo 28,04 71,96 100,00 13,72 86,28 100,00 26,34 73,66 100,00
Sulawesi Barat 21,27 78,73 100,00 10,41 89,59 100,00 19,84 80,16 100,00
Maluku 27,48 72,52 100,00 11,64 88,36 100,00 25,70 74,30 100,00
Maluku Utara 19,41 80,59 100,00 9,14 90,86 100,00 18,40 81,60 100,00
Papua Barat 25,81 74,19 100,00 11,79 88,21 100,00 24,48 75,52 100,00
Papua 56,12 43,88 100,00 31,30 68,70 100,00 53,83 46,17 100,00
Indonesia 14,73 85,27 100,00 6,45 93,55 100,00 13,51 86,49 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

684 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.1.2.1
Sampling Error Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut Provinsi,
Jenis Kelamin, dan Luas Lantai per Meter Persegi per kapita, 2021

Perempuan
<10 m2
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 9,92 0,87 8,79 8,33 11,76
Sumatera Utara 10,86 0,83 7,63 9,34 12,59
Sumatera Barat 6,98 0,90 12,89 5,41 8,97
Riau 8,23 1,29 15,61 6,04 11,13
Jambi 6,04 1,11 18,34 4,20 8,61
Sumatera Selatan 11,12 1,23 11,08 8,92 13,77
Bengkulu 6,76 1,44 21,29 4,43 10,18
Lampung 1,77 0,54 30,29 0,98 3,20
Kepulauan Bangka Belitung 5,93 1,81 30,51 3,23 10,64
Kepulauan Riau 2,83 1,79 63,38 0,80 9,46
DKI Jakarta
Jawa Barat 5,06 0,69 13,58 3,87 6,59
Jawa Tengah 2,07 0,37 17,73 1,46 2,92
DI Yogyakarta 2,63 1,34 50,79 0,96 7,00
Jawa Timur 2,56 0,36 14,21 1,93 3,37
Banten 5,74 1,37 23,83 3,57 9,08
Bali 8,19 2,52 30,73 4,42 14,66
Nusa Tenggara Barat 13,21 1,57 11,87 10,43 16,59
Nusa Tenggara Timur 17,22 1,04 6,06 15,27 19,37
Kalimantan Barat 10,71 1,33 12,45 8,36 13,62
Kalimantan Tengah 6,37 1,19 18,73 4,39 9,14
Kalimantan Selatan 5,85 0,92 15,73 4,29 7,94
Kalimantan Timur 6,50 2,17 33,40 3,33 12,28
Kalimantan Utara 20,96 6,30 30,07 11,18 35,85
Sulawesi Utara 8,99 1,37 15,23 6,64 12,06
Sulawesi Tengah 11,22 1,38 12,31 8,79 14,23
Sulawesi Selatan 4,75 0,58 12,11 3,74 6,02
Sulawesi Tenggara 10,40 1,16 11,15 8,34 12,90
Gorontalo 13,72 2,30 16,77 9,80 18,88
Sulawesi Barat 10,41 1,71 16,47 7,49 14,27
Maluku 11,64 1,96 16,84 8,31 16,06
Maluku Utara 9,14 1,75 19,15 6,24 13,20
Papua Barat 11,79 1,73 14,64 8,81 15,62
Papua 31,30 1,89 6,03 27,73 35,12
Indonesia 6,45 0,18 2,85 6,09 6,81
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

685 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.1.3
Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, dan
Luas Lantai per Meter Persegi per Kapita, 2021

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Provinsi
<10 m2 ≥10 m2 Total <10 m2 ≥10 m2 Total <10 m2 ≥10 m2 Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 21,94 78,06 100,00 10,08 89,92 100,00 19,66 80,34 100,00
Sumatera Utara 20,91 79,09 100,00 10,17 89,83 100,00 19,15 80,85 100,00
Sumatera Barat 18,36 81,64 100,00 7,76 92,24 100,00 16,67 83,33 100,00
Riau 18,39 81,61 100,00 8,40 91,60 100,00 17,27 82,73 100,00
Jambi 14,12 85,88 100,00 6,47 93,53 100,00 13,28 86,72 100,00
Sumatera Selatan 23,66 76,34 100,00 14,24 85,76 100,00 22,63 77,37 100,00
Bengkulu 16,38 83,62 100,00 8,27 91,73 100,00 15,55 84,45 100,00
Lampung 8,34 91,66 100,00 3,13 96,87 100,00 7,82 92,18 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 11,30 88,70 100,00 6,49 93,51 100,00 10,74 89,26 100,00
Kepulauan Riau 13,72 86,28 100,00 8,99 91,01 100,00 13,11 86,89 100,00
DKI Jakarta 37,45 62,55 100,00 22,31 77,69 100,00 34,84 65,16 100,00
Jawa Barat 16,43 83,57 100,00 7,24 92,76 100,00 15,14 84,86 100,00
Jawa Tengah 5,79 94,21 100,00 4,05 95,95 100,00 5,52 94,48 100,00
DI Yogyakarta 9,45 90,55 100,00 11,74 88,26 100,00 9,85 90,15 100,00
Jawa Timur 8,36 91,64 100,00 4,45 95,55 100,00 7,75 92,25 100,00
Banten 13,12 86,88 100,00 5,83 94,17 100,00 12,30 87,70 100,00
Bali 18,34 81,66 100,00 12,98 87,02 100,00 17,82 82,18 100,00
Nusa Tenggara Barat 23,98 76,02 100,00 12,08 87,92 100,00 21,73 78,27 100,00
Nusa Tenggara Timur 30,94 69,06 100,00 19,87 80,13 100,00 29,08 70,92 100,00
Kalimantan Barat 16,43 83,57 100,00 9,86 90,14 100,00 15,65 84,35 100,00
Kalimantan Tengah 18,67 81,33 100,00 8,52 91,48 100,00 17,78 82,22 100,00
Kalimantan Selatan 16,10 83,90 100,00 6,66 93,34 100,00 14,69 85,31 100,00
Kalimantan Timur 15,82 84,18 100,00 9,05 90,95 100,00 15,12 84,88 100,00
Kalimantan Utara 17,49 82,51 100,00 14,09 85,91 100,00 17,10 82,90 100,00
Sulawesi Utara 20,91 79,09 100,00 8,72 91,28 100,00 19,25 80,75 100,00
Sulawesi Tengah 24,57 75,43 100,00 11,06 88,94 100,00 22,93 77,07 100,00
Sulawesi Selatan 13,15 86,85 100,00 6,80 93,20 100,00 12,04 87,96 100,00
Sulawesi Tenggara 18,04 81,96 100,00 10,57 89,43 100,00 16,96 83,04 100,00
Gorontalo 25,70 74,30 100,00 17,22 82,78 100,00 24,53 75,47 100,00
Sulawesi Barat 20,47 79,53 100,00 10,90 89,10 100,00 19,24 80,76 100,00
Maluku 27,79 72,21 100,00 17,02 82,98 100,00 26,31 73,69 100,00
Maluku Utara 18,54 81,46 100,00 10,46 89,54 100,00 17,62 82,38 100,00
Papua Barat 27,13 72,87 100,00 12,02 87,98 100,00 25,54 74,46 100,00
Papua 49,13 50,87 100,00 27,13 72,87 100,00 47,02 52,98 100,00
Indonesia 15,75 84,25 100,00 8,32 91,68 100,00 14,69 85,31 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

686 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.2
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Lantai Terluas bukan Tanah menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 98,73 97,67 98,54 96,17 95,27 95,99 97,04 96,00 96,84
Sumatera Utara 99,21 99,44 99,25 97,10 97,90 97,23 98,26 98,73 98,34
Sumatera Barat 99,60 99,65 99,61 99,48 99,14 99,42 99,54 99,40 99,51
Riau 99,41 98,62 99,33 98,16 99,50 98,32 98,67 99,18 98,72
Jambi 99,44 98,48 99,33 98,57 98,85 98,60 98,85 98,73 98,83
Sumatera Selatan 99,52 99,84 99,56 96,12 94,59 95,96 97,33 96,62 97,26
Bengkulu 99,51 98,51 99,39 96,97 97,50 97,02 97,79 97,89 97,80
Lampung 98,07 97,83 98,04 95,18 94,19 95,08 96,05 95,41 95,98
Kepulauan Bangka Belitung 99,58 100,00 99,63 99,85 100,00 99,87 99,69 100,00 99,73
Kepulauan Riau 99,52 100,00 99,58 99,62 100,00 99,68 99,53 100,00 99,59
DKI Jakarta 99,67 99,47 99,64 99,67 99,47 99,64
Jawa Barat 98,86 98,22 98,78 97,67 96,78 97,52 98,59 97,81 98,48
Jawa Tengah 94,37 91,93 93,99 84,62 77,43 83,52 89,61 84,93 88,88
DI Yogyakarta 98,93 98,06 98,77 95,27 88,39 94,32 98,01 96,21 97,70
Jawa Timur 96,79 94,99 96,52 87,64 83,28 86,91 92,66 89,30 92,13
Banten 98,44 98,21 98,42 96,22 91,67 95,51 97,84 95,65 97,60
Bali 99,70 99,48 99,67 98,29 98,80 98,34 99,29 99,30 99,29
Nusa Tenggara Barat 99,42 98,41 99,23 97,75 95,37 97,29 98,57 96,84 98,24
Nusa Tenggara Timur 96,71 98,04 96,96 79,60 77,79 79,31 83,93 83,76 83,90
Kalimantan Barat 99,88 99,69 99,85 99,61 99,47 99,59 99,70 99,56 99,69
Kalimantan Tengah 99,63 100,00 99,66 99,43 99,89 99,47 99,51 99,93 99,55
Kalimantan Selatan 99,93 99,99 99,94 99,73 99,08 99,63 99,83 99,49 99,78
Kalimantan Timur 99,55 100,00 99,60 98,81 99,53 98,88 99,32 99,85 99,37
Kalimantan Utara 99,81 98,93 99,71 99,95 100,00 99,96 99,87 99,35 99,81
Sulawesi Utara 97,49 99,17 97,73 95,95 95,81 95,93 96,77 97,72 96,90
Sulawesi Tengah 99,47 96,83 99,11 97,27 96,98 97,23 97,94 96,93 97,82
Sulawesi Selatan 99,32 99,79 99,40 99,10 99,07 99,10 99,20 99,38 99,23
Sulawesi Tenggara 98,64 98,82 98,66 97,90 98,34 97,97 98,17 98,50 98,22
Gorontalo 99,74 99,74 99,74 98,52 99,00 98,57 99,03 99,38 99,08
Sulawesi Barat 99,10 98,78 99,06 96,91 98,52 97,12 97,35 98,57 97,51
Maluku 98,96 99,54 99,05 93,40 93,31 93,39 95,91 96,81 96,03
Maluku Utara 97,99 99,58 98,23 93,44 91,51 93,25 94,76 94,78 94,76
Papua Barat 99,02 96,19 98,68 97,53 99,06 97,68 98,15 97,70 98,10
Papua 98,07 96,37 97,90 68,60 70,07 68,74 76,66 78,05 76,79
Indonesia 98,18 97,29 98,05 92,83 90,32 92,46 95,88 94,22 95,64
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

687 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.3
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik menurut Provinsi, Tipe Daerah,
dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 100,00 100,00 100,00 99,82 99,77 99,81 99,88 99,84 99,87
Sumatera Utara 99,98 99,67 99,93 98,37 97,50 98,23 99,26 98,67 99,16
Sumatera Barat 99,67 99,94 99,71 98,10 97,65 98,03 98,87 98,81 98,86
Riau 99,69 99,65 99,69 97,47 96,90 97,40 98,37 97,92 98,32
Jambi 99,84 99,39 99,79 98,77 97,88 98,67 99,11 98,38 99,03
Sumatera Selatan 99,87 99,93 99,87 98,58 97,71 98,48 99,04 98,57 98,98
Bengkulu 99,91 100,00 99,92 99,24 98,83 99,21 99,46 99,28 99,44
Lampung 99,66 99,92 99,68 99,63 99,64 99,63 99,64 99,73 99,65
Kepulauan Bangka Belitung 99,89 99,86 99,89 99,59 99,41 99,57 99,76 99,67 99,75
Kepulauan Riau 99,91 100,00 99,92 97,24 96,61 97,15 99,72 99,69 99,71
DKI Jakarta 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Jawa Barat 99,94 100,00 99,95 99,89 99,66 99,85 99,93 99,90 99,93
Jawa Tengah 99,98 100,00 99,99 99,95 99,79 99,93 99,97 99,90 99,96
DI Yogyakarta 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Jawa Timur 99,96 99,76 99,93 99,93 99,97 99,94 99,95 99,86 99,93
Banten 100,00 100,00 100,00 99,81 100,00 99,84 99,95 100,00 99,95
Bali 99,91 100,00 99,92 99,92 99,53 99,89 99,92 99,87 99,91
Nusa Tenggara Barat 100,00 99,79 99,96 99,78 99,71 99,76 99,89 99,75 99,86
Nusa Tenggara Timur 99,78 99,82 99,79 89,89 89,58 89,84 92,39 92,59 92,43
Kalimantan Barat 99,88 100,00 99,90 94,67 94,57 94,66 96,48 96,74 96,51
Kalimantan Tengah 99,74 99,96 99,76 98,25 95,90 98,04 98,86 97,54 98,75
Kalimantan Selatan 100,00 100,00 100,00 99,60 99,19 99,54 99,79 99,56 99,76
Kalimantan Timur 99,99 100,00 99,99 99,39 100,00 99,45 99,80 100,00 99,82
Kalimantan Utara 99,46 100,00 99,52 97,19 98,83 97,38 98,60 99,54 98,70
Sulawesi Utara 100,00 100,00 100,00 99,57 98,83 99,48 99,80 99,49 99,76
Sulawesi Tengah 99,69 99,96 99,73 96,95 97,40 97,00 97,79 98,30 97,85
Sulawesi Selatan 99,96 99,88 99,95 99,12 98,44 98,99 99,49 99,05 99,41
Sulawesi Tenggara 99,89 99,89 99,89 99,23 98,82 99,17 99,47 99,17 99,43
Gorontalo 100,00 100,00 100,00 98,65 98,99 98,69 99,22 99,51 99,26
Sulawesi Barat 99,69 100,00 99,73 99,15 97,91 98,99 99,26 98,29 99,14
Maluku 99,65 99,67 99,65 93,05 93,50 93,10 96,02 96,97 96,15
Maluku Utara 99,59 100,00 99,65 95,41 95,37 95,41 96,63 97,25 96,70
Papua Barat 99,59 99,49 99,58 93,01 93,45 93,05 95,73 96,32 95,80
Papua 99,29 97,29 99,08 71,10 75,49 71,50 78,80 82,11 79,12
Indonesia 99,93 99,91 99,93 98,25 98,42 98,28 99,21 99,25 99,21
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

688 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.4
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Minum Layak menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 93,96 96,12 94,34 85,60 87,74 86,03 88,43 90,28 88,79
Sumatera Utara 96,06 96,45 96,12 84,33 85,20 84,48 90,82 91,27 90,89
Sumatera Barat 92,13 93,79 92,40 74,36 76,76 74,73 83,02 85,39 83,40
Riau 96,12 96,96 96,21 85,49 85,16 85,45 89,79 89,54 89,76
Jambi 90,08 90,12 90,08 75,06 73,03 74,84 79,83 78,70 79,70
Sumatera Selatan 93,51 91,43 93,26 79,72 81,35 79,89 84,63 85,24 84,70
Bengkulu 81,74 82,65 81,85 60,79 56,00 60,35 67,52 66,20 67,39
Lampung 87,01 91,48 87,50 77,09 76,21 77,00 80,08 81,32 80,20
Kepulauan Bangka Belitung 76,62 83,60 77,44 67,70 71,41 68,12 72,74 78,45 73,40
Kepulauan Riau 92,58 95,71 92,97 63,89 68,22 64,57 90,49 93,18 90,83
DKI Jakarta 99,84 99,99 99,86 99,84 99,99 99,86
Jawa Barat 96,22 95,27 96,10 83,96 83,88 83,94 93,43 92,06 93,24
Jawa Tengah 96,95 96,58 96,90 89,98 91,26 90,18 93,55 94,01 93,62
DI Yogyakarta 96,53 96,18 96,46 93,24 93,22 93,23 95,70 95,62 95,69
Jawa Timur 97,24 96,74 97,17 92,41 92,76 92,47 95,06 94,81 95,02
Banten 98,12 97,92 98,10 81,93 81,20 81,82 93,78 91,37 93,51
Bali 98,65 99,87 98,77 94,43 95,71 94,55 97,43 98,76 97,56
Nusa Tenggara Barat 97,15 96,10 96,96 92,47 91,75 92,33 94,77 93,86 94,60
Nusa Tenggara Timur 95,22 97,20 95,60 81,82 81,84 81,82 85,21 86,36 85,40
Kalimantan Barat 87,34 90,76 87,79 72,95 80,95 73,83 77,95 84,87 78,76
Kalimantan Tengah 87,68 88,33 87,74 70,15 64,41 69,64 77,34 74,03 77,05
Kalimantan Selatan 88,27 92,82 88,92 64,38 68,16 64,97 75,88 79,41 76,40
Kalimantan Timur 94,45 97,06 94,72 66,30 66,31 66,30 85,62 87,36 85,80
Kalimantan Utara 96,44 97,78 96,59 70,22 75,83 70,89 86,52 89,03 86,80
Sulawesi Utara 94,27 97,00 94,66 88,22 87,49 88,13 91,45 92,89 91,65
Sulawesi Tengah 95,70 96,44 95,80 84,98 86,88 85,20 88,27 90,24 88,51
Sulawesi Selatan 97,17 96,63 97,08 86,75 85,65 86,55 91,38 90,25 91,18
Sulawesi Tenggara 97,35 95,98 97,16 88,54 91,77 89,03 91,73 93,17 91,94
Gorontalo 98,93 99,78 99,07 90,79 93,61 91,12 94,22 96,76 94,57
Sulawesi Barat 93,41 92,78 93,34 74,42 76,27 74,66 78,22 79,26 78,35
Maluku 97,11 99,25 97,46 88,68 96,03 89,50 92,48 97,84 93,21
Maluku Utara 96,20 98,68 96,58 84,89 88,01 85,20 88,18 92,34 88,66
Papua Barat 93,62 94,55 93,73 73,22 70,13 72,93 81,67 81,75 81,68
Papua 91,11 84,59 90,43 54,95 57,57 55,19 64,83 65,77 64,92
Indonesia 95,97 96,13 96,00 83,64 85,53 83,91 90,67 91,46 90,78
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

689 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN G.5
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sanitasi Layak menurut Provinsi, Tipe Daerah,
dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 89,03 86,24 88,54 72,52 70,38 72,09 78,11 75,18 77,55
Sumatera Utara 89,53 88,95 89,44 73,24 71,24 72,91 82,26 80,79 82,02
Sumatera Barat 75,20 78,41 75,73 62,01 61,28 61,90 68,44 69,97 68,68
Riau 92,64 91,96 92,57 77,96 75,44 77,66 83,90 81,56 83,64
Jambi 83,55 83,64 83,56 79,29 75,21 78,85 80,64 78,00 80,36
Sumatera Selatan 91,15 88,03 90,78 70,08 66,69 69,72 77,59 74,92 77,29
Bengkulu 76,33 73,63 76,01 82,24 76,01 81,66 80,34 75,10 79,81
Lampung 76,34 84,49 77,23 86,97 85,24 86,80 83,77 84,99 83,89
Kepulauan Bangka Belitung 94,20 95,22 94,32 89,77 87,58 89,52 92,27 91,99 92,24
Kepulauan Riau 94,15 93,98 94,12 59,99 65,67 60,87 91,66 91,37 91,62
DKI Jakarta 95,26 94,70 95,17 95,26 94,70 95,17
Jawa Barat 72,49 67,19 71,79 71,86 68,15 71,23 72,35 67,46 71,66
Jawa Tengah 83,42 82,08 83,21 83,64 81,77 83,35 83,53 81,93 83,28
DI Yogyakarta 97,53 96,49 97,34 96,71 94,83 96,45 97,32 96,17 97,12
Jawa Timur 84,68 83,80 84,54 77,56 72,62 76,73 81,46 78,37 80,97
Banten 89,24 88,28 89,15 68,03 60,94 66,93 83,56 77,58 82,89
Bali 97,78 97,88 97,79 91,95 86,06 91,42 96,08 94,73 95,95
Nusa Tenggara Barat 87,79 84,73 87,22 80,32 71,64 78,66 83,99 77,98 82,85
Nusa Tenggara Timur 89,94 88,25 89,62 67,83 66,63 67,64 73,43 73,00 73,36
Kalimantan Barat 84,35 84,47 84,37 74,73 78,27 75,12 78,07 80,75 78,39
Kalimantan Tengah 80,86 76,82 80,51 69,90 60,90 69,10 74,39 67,31 73,77
Kalimantan Selatan 84,85 87,57 85,24 78,39 75,58 77,96 81,50 81,05 81,43
Kalimantan Timur 93,22 92,51 93,14 82,38 82,43 82,38 89,82 89,33 89,77
Kalimantan Utara 78,43 74,29 77,97 84,81 67,67 82,76 80,85 71,65 79,80
Sulawesi Utara 87,75 86,91 87,63 81,16 84,74 81,62 84,68 85,97 84,85
Sulawesi Tengah 86,20 89,90 86,71 70,97 73,25 71,23 75,64 79,11 76,06
Sulawesi Selatan 92,32 92,24 92,31 91,36 89,31 90,99 91,79 90,54 91,57
Sulawesi Tenggara 91,68 92,04 91,73 82,39 81,31 82,22 85,75 84,86 85,62
Gorontalo 88,69 92,65 89,33 69,72 74,97 70,35 77,71 84,00 78,58
Sulawesi Barat 84,21 85,39 84,35 79,18 78,33 79,07 80,19 79,61 80,12
Maluku 86,26 86,94 86,37 67,96 71,71 68,38 76,22 80,28 76,77
Maluku Utara 93,90 95,97 94,22 69,35 72,20 69,63 76,50 81,84 77,11
Papua Barat 87,03 88,94 87,26 71,42 67,84 71,08 77,89 77,88 77,89
Papua 84,70 83,24 84,55 23,90 26,27 24,12 40,52 43,57 40,81
Indonesia 83,77 82,39 83,58 76,33 73,76 75,95 80,57 78,59 80,29
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

690 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H
LAMPIRAN H.1
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 98,08 96,04 97,72 97,82 93,90 97,03 97,91 94,55 97,26
Sumatera Utara 95,16 88,71 94,13 94,74 85,62 93,21 94,97 87,29 93,72
Sumatera Barat 96,15 91,22 95,34 95,89 84,58 94,14 96,02 87,95 94,73
Riau 97,94 95,04 97,64 98,49 95,45 98,13 98,27 95,30 97,94
Jambi 98,47 93,37 97,89 99,17 94,02 98,62 98,95 93,81 98,39
Sumatera Selatan 97,37 92,63 96,81 97,57 88,89 96,66 97,50 90,33 96,71
Bengkulu 97,32 91,97 96,68 99,01 95,19 98,66 98,47 93,95 98,01
Lampung 98,65 95,01 98,25 99,18 95,90 98,87 99,02 95,60 98,68
Kepulauan Bangka Belitung 98,65 93,87 98,09 99,12 96,84 98,87 98,86 95,13 98,42
Kepulauan Riau 97,89 90,05 96,91 96,30 89,02 95,17 97,77 89,95 96,78
DKI Jakarta 96,48 92,56 95,81 96,48 92,56 95,81
Jawa Barat 95,05 89,17 94,27 96,10 89,90 95,06 95,29 89,37 94,46
Jawa Tengah 98,21 93,81 97,52 98,96 91,98 97,89 98,58 92,93 97,70
DI Yogyakarta 98,34 92,39 97,24 99,46 95,98 98,98 98,62 93,08 97,66
Jawa Timur 98,21 93,13 97,45 98,60 91,75 97,45 98,39 92,46 97,45
Banten 98,16 97,25 98,07 95,27 92,29 94,80 97,38 95,31 97,15
Bali 97,96 90,16 97,18 98,12 86,42 97,08 98,00 89,16 97,15
Nusa Tenggara Barat 98,25 91,70 97,02 98,36 92,65 97,27 98,31 92,19 97,15
Nusa Tenggara Timur 94,12 77,01 90,87 96,34 89,39 95,23 95,78 85,74 94,09
Kalimantan Barat 98,46 97,64 98,35 98,28 93,62 97,77 98,35 95,22 97,98
Kalimantan Tengah 98,63 92,65 98,11 97,73 90,26 97,07 98,10 91,22 97,50
Kalimantan Selatan 98,29 94,70 97,78 98,28 93,05 97,47 98,28 93,80 97,61
Kalimantan Timur 98,32 95,66 98,05 97,81 93,73 97,39 98,16 95,05 97,84
Kalimantan Utara 96,24 98,00 96,43 96,82 88,90 95,87 96,46 94,37 96,22
Sulawesi Utara 93,67 85,97 92,57 94,87 90,58 94,33 94,23 87,96 93,38
Sulawesi Tengah 97,44 90,55 96,49 97,92 93,26 97,39 97,78 92,31 97,11
Sulawesi Selatan 98,00 94,10 97,35 97,88 92,51 96,90 97,93 93,18 97,10
Sulawesi Tenggara 97,33 89,58 96,29 98,44 93,22 97,65 98,04 92,01 97,16
Gorontalo 95,08 88,48 94,01 97,08 87,25 95,91 96,24 87,88 95,09
Sulawesi Barat 97,06 93,10 96,60 97,96 92,78 97,28 97,78 92,84 97,14
Maluku 90,40 79,95 88,67 87,89 80,26 87,04 89,02 80,09 87,80
Maluku Utara 94,00 74,39 91,00 96,11 91,80 95,69 95,50 84,74 94,26
Papua Barat 93,03 91,89 92,89 89,78 82,22 89,06 91,12 86,82 90,67
Papua 92,27 87,53 91,77 75,48 67,35 74,73 80,07 73,48 79,43
Indonesia 96,87 91,73 96,14 97,17 91,01 96,26 97,00 91,41 96,19
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

692 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.2
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Transportasi menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 91,26 68,64 87,29 89,65 55,43 82,78 90,19 59,43 84,28
Sumatera Utara 87,55 60,58 83,24 83,07 46,11 76,87 85,55 53,91 80,38
Sumatera Barat 90,20 62,47 85,61 88,54 50,99 82,73 89,35 56,81 84,14
Riau 93,48 80,18 92,10 93,36 71,53 90,79 93,41 74,73 91,31
Jambi 94,33 73,40 91,95 93,91 57,14 89,97 94,04 62,53 90,60
Sumatera Selatan 88,29 56,85 84,59 89,94 53,79 86,14 89,35 54,97 85,58
Bengkulu 91,29 68,73 88,60 90,24 54,27 86,88 90,57 59,80 87,44
Lampung 91,85 61,42 88,53 92,79 55,99 89,30 92,51 57,81 89,06
Kepulauan Bangka Belitung 93,68 69,33 90,81 94,38 62,02 90,73 93,98 66,24 90,77
Kepulauan Riau 94,50 73,42 91,86 88,24 45,09 81,53 94,04 70,82 91,08
DKI Jakarta 88,07 60,51 83,31 88,07 60,51 83,31
Jawa Barat 81,40 47,22 76,89 74,08 33,85 67,32 79,73 43,46 74,63
Jawa Tengah 88,96 60,52 84,52 87,11 50,67 81,52 88,06 55,76 83,05
DI Yogyakarta 92,12 67,34 87,53 86,23 43,20 80,29 90,64 62,71 85,79
Jawa Timur 90,82 59,82 86,18 88,54 50,16 82,09 89,79 55,13 84,31
Banten 90,83 63,22 88,21 77,18 41,88 71,69 87,17 54,87 83,55
Bali 94,33 68,58 91,76 90,73 52,01 87,27 93,28 64,16 90,46
Nusa Tenggara Barat 83,13 45,73 76,13 78,27 36,14 70,21 80,66 40,79 73,11
Nusa Tenggara Timur 79,17 39,56 71,65 52,45 25,40 48,13 59,22 29,57 54,25
Kalimantan Barat 93,74 76,89 91,49 89,26 60,27 86,08 90,81 66,90 87,99
Kalimantan Tengah 93,79 69,52 91,69 89,28 45,69 85,40 91,13 55,28 87,98
Kalimantan Selatan 92,33 64,32 88,34 92,56 51,91 86,25 92,45 57,57 87,25
Kalimantan Timur 94,22 69,37 91,65 92,80 61,18 89,50 93,78 66,78 90,97
Kalimantan Utara 88,48 77,43 87,26 85,75 53,26 81,86 87,45 67,80 85,20
Sulawesi Utara 73,55 42,52 69,10 65,76 29,88 61,19 69,92 37,06 65,45
Sulawesi Tengah 89,56 61,46 85,70 84,34 47,14 80,07 85,94 52,18 81,83
Sulawesi Selatan 90,46 58,45 85,11 85,22 45,72 78,03 87,55 51,06 81,15
Sulawesi Tenggara 89,07 54,79 84,46 85,55 48,47 79,94 86,82 50,56 81,56
Gorontalo 81,25 45,11 75,39 72,53 31,82 67,70 76,21 38,61 71,03
Sulawesi Barat 85,98 53,93 82,21 85,06 45,95 79,93 85,25 47,40 80,38
Maluku 68,20 39,59 63,48 53,09 26,13 50,07 59,91 33,70 56,32
Maluku Utara 79,11 43,99 73,72 61,08 32,09 58,23 66,33 36,91 62,94
Papua Barat 79,63 62,55 77,60 67,57 34,28 64,39 72,57 47,73 69,95
Papua 80,90 63,24 79,03 22,41 16,47 21,86 38,40 30,67 37,65
Indonesia 87,47 57,64 83,25 83,14 46,76 77,80 85,61 52,85 80,90
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

693 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.3
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe
Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 80,19 73,14 78,95 63,19 48,61 60,27 68,95 56,03 66,47
Sumatera Utara 72,75 65,15 71,54 44,06 29,74 41,66 59,93 48,83 58,12
Sumatera Barat 75,29 61,33 72,98 54,02 42,42 52,23 64,39 52,01 62,41
Riau 83,37 80,20 83,04 64,13 50,79 62,56 71,92 61,68 70,77
Jambi 79,98 73,81 79,28 64,89 43,17 62,56 69,68 53,33 67,89
Sumatera Selatan 84,06 76,32 83,15 51,42 40,68 50,29 63,06 54,42 62,11
Bengkulu 81,55 57,98 78,74 63,24 46,64 61,69 69,12 50,98 67,28
Lampung 75,02 68,30 74,29 52,76 39,07 51,46 59,47 48,86 58,42
Kepulauan Bangka Belitung 86,89 78,48 85,90 79,93 72,51 79,09 83,86 75,96 82,95
Kepulauan Riau 86,42 74,70 84,95 59,11 41,85 56,42 84,43 71,68 82,81
DKI Jakarta 83,86 81,96 83,53 83,86 81,96 83,53
Jawa Barat 72,46 61,85 71,06 51,46 33,64 48,46 67,67 53,91 65,74
Jawa Tengah 69,23 56,12 67,18 52,42 39,47 50,44 61,02 48,08 59,01
DI Yogyakarta 68,82 49,60 65,26 53,39 35,69 50,94 64,94 46,93 61,81
Jawa Timur 73,95 63,48 72,38 51,00 36,19 48,51 63,58 50,23 61,47
Banten 84,48 76,36 83,71 50,00 37,28 48,02 75,24 61,06 73,65
Bali 74,56 61,14 73,22 49,30 35,08 48,03 67,21 54,20 65,95
Nusa Tenggara Barat 49,47 32,71 46,33 37,86 21,13 34,66 43,56 26,74 40,37
Nusa Tenggara Timur 57,89 40,96 54,67 13,18 10,14 12,70 24,50 19,23 23,61
Kalimantan Barat 80,83 73,02 79,79 49,47 40,07 48,44 60,36 53,22 59,52
Kalimantan Tengah 79,04 67,54 78,04 58,62 41,28 57,08 66,99 51,85 65,66
Kalimantan Selatan 81,68 73,14 80,47 61,81 42,71 58,84 71,37 56,60 69,17
Kalimantan Timur 89,39 75,50 87,95 65,70 60,20 65,12 81,96 70,67 80,79
Kalimantan Utara 83,71 84,96 83,85 61,22 44,14 59,18 75,20 68,69 74,46
Sulawesi Utara 74,03 66,52 72,95 60,29 53,31 59,40 67,62 60,81 66,70
Sulawesi Tengah 70,63 63,60 69,67 48,96 38,74 47,79 55,61 47,49 54,62
Sulawesi Selatan 84,73 78,46 83,68 68,46 60,27 66,97 75,69 67,90 74,32
Sulawesi Tenggara 74,70 58,37 72,51 56,13 42,22 54,03 62,86 47,57 60,64
Gorontalo 72,21 58,54 69,99 52,67 44,35 51,69 60,90 51,60 59,62
Sulawesi Barat 66,83 55,60 65,50 46,95 37,12 45,66 50,93 40,47 49,58
Maluku 69,73 55,09 67,31 35,41 34,63 35,32 50,89 46,14 50,24
Maluku Utara 67,40 48,67 64,53 29,00 24,35 28,54 40,18 34,22 39,49
Papua Barat 71,84 75,12 72,23 31,02 22,70 30,22 47,93 47,64 47,90
Papua 69,26 57,49 68,02 8,33 8,23 8,32 24,98 23,18 24,81
Indonesia 75,13 64,51 73,62 50,96 37,76 49,02 64,73 52,73 63,01
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

694 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.4
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Rumah Tangga Lainnya menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 81,85 86,03 82,58 84,94 86,30 85,22 83,89 86,22 84,34
Sumatera Utara 68,14 69,75 68,40 73,05 74,95 73,37 70,33 72,15 70,63
Sumatera Barat 67,53 72,19 68,30 66,11 62,09 65,49 66,81 67,21 66,87
Riau 74,85 73,07 74,66 79,07 84,91 79,76 77,36 80,53 77,72
Jambi 82,36 80,09 82,10 87,47 85,51 87,26 85,85 83,71 85,61
Sumatera Selatan 73,53 73,02 73,47 81,65 74,67 80,91 78,75 74,03 78,24
Bengkulu 82,50 79,85 82,18 90,91 90,14 90,84 88,21 86,20 88,00
Lampung 87,98 87,81 87,96 91,11 88,73 90,89 90,17 88,42 90,00
Kepulauan Bangka Belitung 84,83 81,34 84,42 90,95 90,38 90,89 87,49 85,16 87,22
Kepulauan Riau 76,54 70,48 75,78 83,06 78,37 82,33 77,02 71,21 76,28
DKI Jakarta 70,49 72,10 70,77 70,49 72,10 70,77
Jawa Barat 75,29 75,61 75,33 83,90 81,93 83,57 77,25 77,39 77,27
Jawa Tengah 85,29 82,15 84,80 91,61 86,49 90,83 88,38 84,25 87,74
DI Yogyakarta 82,41 82,95 82,51 91,21 91,93 91,31 84,62 84,67 84,63
Jawa Timur 81,41 80,71 81,31 87,52 84,63 87,03 84,17 82,61 83,92
Banten 79,01 81,16 79,21 82,53 86,35 83,12 79,95 83,19 80,32
Bali 71,63 62,71 70,74 82,53 77,15 82,05 74,80 66,56 74,01
Nusa Tenggara Barat 89,51 85,87 88,83 94,96 90,88 94,18 92,28 88,45 91,56
Nusa Tenggara Timur 77,38 67,37 75,48 91,62 87,13 90,90 88,02 81,31 86,89
Kalimantan Barat 84,74 86,20 84,93 89,97 87,61 89,71 88,16 87,05 88,03
Kalimantan Tengah 79,56 80,50 79,64 82,92 82,87 82,91 81,54 81,91 81,57
Kalimantan Selatan 80,25 81,00 80,36 85,50 86,24 85,62 82,98 83,84 83,10
Kalimantan Timur 81,82 79,04 81,53 85,66 82,92 85,37 83,02 80,27 82,74
Kalimantan Utara 76,16 71,81 75,68 83,62 79,09 83,08 78,98 74,71 78,50
Sulawesi Utara 72,81 72,05 72,70 85,85 84,57 85,69 78,89 77,46 78,69
Sulawesi Tengah 79,57 75,11 78,96 90,96 88,47 90,67 87,47 83,77 87,02
Sulawesi Selatan 83,50 79,32 82,80 88,93 85,23 88,26 86,52 82,75 85,86
Sulawesi Tenggara 83,76 78,84 83,10 91,08 88,40 90,67 88,43 85,23 87,96
Gorontalo 80,35 78,12 79,99 86,22 80,65 85,56 83,75 79,36 83,15
Sulawesi Barat 84,48 84,16 84,44 91,28 88,64 90,94 89,92 87,83 89,65
Maluku 73,72 68,20 72,81 76,03 72,32 75,61 74,99 70,01 74,30
Maluku Utara 81,43 66,29 79,11 89,63 86,98 89,37 87,24 78,59 86,25
Papua Barat 72,96 75,83 73,30 76,20 75,09 76,10 74,86 75,44 74,92
Papua 70,61 68,80 70,42 68,45 62,03 67,86 69,04 64,08 68,57
Indonesia 78,07 77,44 77,98 85,82 83,61 85,50 81,40 80,16 81,23
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

695 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.5.1
Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 16,21 10,06 15,13 13,08 4,45 11,35 14,14 6,15 12,61
Sumatera Utara 20,90 11,45 19,39 23,20 11,50 21,24 21,93 11,47 20,22
Sumatera Barat 27,23 13,72 25,00 28,43 13,49 26,12 27,85 13,61 25,57
Riau 18,64 9,76 17,72 21,02 11,25 19,87 20,05 10,70 19,00
Jambi 29,10 12,10 27,17 24,38 11,33 22,98 25,88 11,59 24,32
Sumatera Selatan 20,43 13,46 19,61 17,86 9,07 16,93 18,77 10,76 17,90
Bengkulu 26,74 11,59 24,94 25,71 11,96 24,43 26,04 11,82 24,59
Lampung 21,70 15,19 20,99 20,64 9,07 19,54 20,96 11,11 19,98
Kepulauan Bangka Belitung 18,44 8,84 17,30 14,83 5,60 13,79 16,87 7,47 15,78
Kepulauan Riau 16,57 8,66 15,58 20,57 9,29 18,82 16,86 8,72 15,82
DKI Jakarta 13,40 9,72 12,76 13,40 9,72 12,76
Jawa Barat 24,93 15,38 23,67 25,69 10,32 23,10 25,11 13,95 23,54
Jawa Tengah 32,32 19,49 30,31 34,81 17,40 32,14 33,54 18,48 31,20
DI Yogyakarta 28,59 14,72 26,03 35,54 12,76 32,40 30,34 14,35 27,56
Jawa Timur 29,76 18,12 28,01 27,62 13,68 25,28 28,79 15,96 26,76
Banten 17,83 11,64 17,24 13,71 5,94 12,50 16,73 9,41 15,91
Bali 32,77 21,13 31,61 40,17 25,84 38,89 34,92 22,39 33,71
Nusa Tenggara Barat 31,68 20,61 29,60 34,23 17,32 31,00 32,98 18,91 30,31
Nusa Tenggara Timur 31,44 18,59 29,00 32,03 22,41 30,50 31,89 21,29 30,11
Kalimantan Barat 19,36 12,07 18,39 19,51 8,58 18,31 19,46 9,98 18,34
Kalimantan Tengah 21,44 13,74 20,77 16,17 8,75 15,51 18,33 10,75 17,66
Kalimantan Selatan 21,53 9,69 19,85 15,38 8,80 14,36 18,34 9,20 16,98
Kalimantan Timur 21,10 9,46 19,90 15,89 13,57 15,65 19,47 10,75 18,56
Kalimantan Utara 18,63 10,35 17,71 9,98 5,96 9,50 15,35 8,60 14,58
Sulawesi Utara 24,00 14,82 22,68 25,57 16,90 24,47 24,73 15,72 23,50
Sulawesi Tengah 23,25 11,85 21,68 25,08 15,03 23,93 24,52 13,91 23,23
Sulawesi Selatan 27,46 16,00 25,54 24,51 12,22 22,27 25,82 13,81 23,71
Sulawesi Tenggara 26,73 16,04 25,29 23,69 10,46 21,69 24,79 12,31 22,97
Gorontalo 31,40 18,15 29,25 36,02 17,14 33,77 34,07 17,66 31,81
Sulawesi Barat 29,54 18,94 28,29 26,82 18,34 25,71 27,36 18,45 26,22
Maluku 18,68 8,26 16,96 11,21 9,06 10,97 14,58 8,61 13,76
Maluku Utara 16,95 9,37 15,78 5,76 2,09 5,40 9,01 5,04 8,56
Papua Barat 17,28 15,26 17,04 9,54 2,10 8,83 12,75 8,36 12,29
Papua 15,50 9,94 14,92 2,85 2,42 2,81 6,31 4,71 6,16
Indonesia 24,77 15,08 23,40 24,82 12,59 23,03 24,79 13,98 23,24
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

696 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.5.1.1
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021 (1/3)

Perempuan
Perkotaan
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 10,06 1,35 13,45 7,41 12,71
Sumatera Utara 11,45 1,10 9,61 9,29 13,60
Sumatera Barat 13,72 1,76 12,81 10,28 17,17
Riau 9,76 1,96 20,07 5,92 13,60
Jambi 12,10 2,45 20,25 7,30 16,91
Sumatera Selatan 13,46 2,23 16,53 9,10 17,83
Bengkulu 11,59 2,45 21,16 6,78 16,40
Lampung 15,19 2,48 16,36 10,32 20,06
Kepulauan Bangka Belitung 8,84 1,82 20,65 5,26 12,41
Kepulauan Riau 8,66 2,03 23,49 4,67 12,64
DKI Jakarta 9,72 1,04 10,75 7,68 11,77
Jawa Barat 15,38 0,87 5,67 13,67 17,09
Jawa Tengah 19,49 0,91 4,67 17,70 21,27
DI Yogyakarta 14,72 1,68 11,38 11,44 18,01
Jawa Timur 18,12 0,88 4,85 16,39 19,84
Banten 11,64 1,72 14,76 8,27 15,01
Bali 21,13 2,58 12,22 16,07 26,19
Nusa Tenggara Barat 20,61 1,94 9,43 16,80 24,42
Nusa Tenggara Timur 18,59 2,35 12,65 13,98 23,21
Kalimantan Barat 12,07 2,19 18,14 7,78 16,37
Kalimantan Tengah 13,74 2,65 19,33 8,53 18,94
Kalimantan Selatan 9,69 1,59 16,38 6,57 12,80
Kalimantan Timur 9,46 1,82 19,28 5,88 13,03
Kalimantan Utara 10,35 3,00 29,01 4,46 16,23
Sulawesi Utara 14,82 1,93 13,02 11,04 18,60
Sulawesi Tengah 11,85 2,46 20,72 7,04 16,66
Sulawesi Selatan 16,00 1,67 10,44 12,72 19,27
Sulawesi Tenggara 16,04 2,43 15,17 11,27 20,81
Gorontalo 18,15 3,35 18,45 11,59 24,72
Sulawesi Barat 18,94 4,71 24,88 9,71 28,18
Maluku 8,26 1,85 22,38 4,63 11,88
Maluku Utara 9,37 2,67 28,47 4,14 14,60
Papua Barat 15,26 3,70 24,25 8,01 22,51
Papua 9,94 2,33 23,41 5,38 14,50
Indonesia 15,08 0,33 2,22 14,43 15,74

697 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.5.1.1
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021 (lanjutan 2/3)

Perempuan
Perdesaan
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 4,45 0,57 12,85 3,33 5,57
Sumatera Utara 11,50 0,92 8,03 9,69 13,31
Sumatera Barat 13,49 1,27 9,44 10,99 15,99
Riau 11,25 1,50 13,29 8,32 14,18
Jambi 11,33 1,41 12,41 8,58 14,09
Sumatera Selatan 9,07 1,15 12,69 6,81 11,33
Bengkulu 11,96 1,82 15,23 8,39 15,53
Lampung 9,07 1,25 13,83 6,61 11,52
Kepulauan Bangka Belitung 5,60 1,74 31,04 2,20 9,01
Kepulauan Riau 9,29 3,21 34,56 3,00 15,58
DKI Jakarta
Jawa Barat 10,32 0,90 8,74 8,55 12,08
Jawa Tengah 17,40 0,96 5,50 15,52 19,27
DI Yogyakarta 12,76 2,81 22,01 7,26 18,27
Jawa Timur 13,68 0,76 5,55 12,19 15,16
Banten 5,94 1,19 20,00 3,61 8,27
Bali 25,84 3,66 14,15 18,67 33,01
Nusa Tenggara Barat 17,32 1,70 9,83 13,98 20,65
Nusa Tenggara Timur 22,41 1,12 4,98 20,22 24,60
Kalimantan Barat 8,58 1,14 13,34 6,34 10,83
Kalimantan Tengah 8,75 1,46 16,75 5,87 11,62
Kalimantan Selatan 8,80 1,13 12,90 6,58 11,02
Kalimantan Timur 13,57 3,11 22,90 7,48 19,67
Kalimantan Utara 5,96 3,07 51,41 -0,05 11,97
Sulawesi Utara 16,90 1,81 10,69 13,36 20,44
Sulawesi Tengah 15,03 1,58 10,49 11,94 18,12
Sulawesi Selatan 12,22 0,89 7,28 10,48 13,97
Sulawesi Tenggara 10,46 1,16 11,07 8,19 12,73
Gorontalo 17,14 2,56 14,96 12,11 22,16
Sulawesi Barat 18,34 2,28 12,46 13,86 22,81
Maluku 9,06 1,86 20,58 5,40 12,71
Maluku Utara 2,09 0,67 32,00 0,78 3,39
Papua Barat 2,10 0,63 30,02 0,86 3,33
Papua 2,42 0,56 23,07 1,33 3,52
Indonesia 12,59 0,28 2,21 12,04 13,13

698 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.5.1.1
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021 (lanjutan 3/3)

Perempuan
Jumlah
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard
Standard
Error Batas Bawah Batas Atas
Error (%)
(1) (12) (13) (14) (15) (16)
Aceh 6,15 0,57 9,32 5,02 7,27
Sumatera Utara 11,47 0,73 6,36 10,04 12,90
Sumatera Barat 13,61 1,09 8,01 11,47 15,74
Riau 10,70 1,19 11,11 8,37 13,03
Jambi 11,59 1,24 10,72 9,15 14,02
Sumatera Selatan 10,76 1,11 10,35 8,58 12,95
Bengkulu 11,82 1,47 12,40 8,95 14,69
Lampung 11,11 1,18 10,62 8,80 13,43
Kepulauan Bangka Belitung 7,47 1,29 17,21 4,95 9,99
Kepulauan Riau 8,72 1,87 21,46 5,05 12,38
DKI Jakarta 9,72 1,04 10,75 7,68 11,77
Jawa Barat 13,95 0,68 4,85 12,63 15,28
Jawa Tengah 18,48 0,66 3,57 17,19 19,77
DI Yogyakarta 14,35 1,46 10,16 11,49 17,20
Jawa Timur 15,96 0,58 3,66 14,82 17,11
Banten 9,41 1,15 12,26 7,15 11,67
Bali 22,39 2,13 9,54 18,20 26,57
Nusa Tenggara Barat 18,91 1,29 6,81 16,39 21,44
Nusa Tenggara Timur 21,29 1,05 4,94 19,22 23,35
Kalimantan Barat 9,98 1,12 11,20 7,79 12,17
Kalimantan Tengah 10,75 1,39 12,89 8,04 13,47
Kalimantan Selatan 9,20 0,95 10,34 7,34 11,07
Kalimantan Timur 10,75 1,59 14,82 7,63 13,88
Kalimantan Utara 8,60 2,18 25,40 4,32 12,88
Sulawesi Utara 15,72 1,35 8,57 13,08 18,36
Sulawesi Tengah 13,91 1,34 9,65 11,28 16,54
Sulawesi Selatan 13,81 0,87 6,32 12,09 15,52
Sulawesi Tenggara 12,31 1,11 9,05 10,13 14,49
Gorontalo 17,66 2,12 12,02 13,50 21,82
Sulawesi Barat 18,45 2,06 11,15 14,42 22,48
Maluku 8,61 1,32 15,37 6,01 11,20
Maluku Utara 5,04 1,17 23,18 2,75 7,33
Papua Barat 8,36 1,86 22,24 4,71 12,00
Papua 4,71 0,82 17,44 3,10 6,31
Indonesia 13,98 0,22 1,60 13,54 14,42
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

699 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.6.1
Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalan Setahun Terakhir
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 20,75 17,27 20,14 5,27 4,07 5,03 10,51 8,06 10,04
Sumatera Utara 10,56 11,21 10,66 6,90 5,02 6,58 8,92 8,35 8,83
Sumatera Barat 20,82 17,29 20,24 6,75 5,94 6,63 13,61 11,69 13,31
Riau 16,46 17,50 16,57 5,67 4,14 5,49 10,03 9,09 9,93
Jambi 15,15 17,78 15,45 3,60 4,93 3,74 7,27 9,19 7,48
Sumatera Selatan 18,26 15,04 17,88 3,59 2,83 3,51 8,82 7,54 8,68
Bengkulu 19,91 15,51 19,39 5,82 4,12 5,67 10,35 8,48 10,16
Lampung 9,89 13,26 10,26 2,44 3,55 2,55 4,68 6,80 4,89
Kepulauan Bangka Belitung 13,53 11,54 13,29 8,22 5,44 7,91 11,22 8,96 10,96
Kepulauan Riau 28,89 32,98 29,40 10,79 10,13 10,69 27,57 30,88 27,99
DKI Jakarta 14,20 15,44 14,42 14,20 15,44 14,42
Jawa Barat 12,50 11,74 12,40 4,12 4,58 4,20 10,59 9,72 10,47
Jawa Tengah 15,46 14,29 15,27 4,64 4,82 4,67 10,17 9,72 10,10
DI Yogyakarta 20,09 13,05 18,79 26,83 20,36 25,94 21,79 14,45 20,51
Jawa Timur 12,04 10,03 11,74 4,36 3,20 4,17 8,57 6,71 8,28
Banten 16,70 11,32 16,19 5,06 3,06 4,75 13,58 8,08 12,96
Bali 10,90 9,49 10,76 5,75 4,68 5,65 9,40 8,21 9,29
Nusa Tenggara Barat 12,33 6,13 11,17 3,96 1,22 3,44 8,07 3,60 7,23
Nusa Tenggara Timur 24,80 22,94 24,44 6,67 6,55 6,65 11,26 11,38 11,28
Kalimantan Barat 13,44 13,86 13,49 7,13 3,71 6,75 9,32 7,76 9,13
Kalimantan Tengah 20,41 17,51 20,16 11,53 4,37 10,89 15,17 9,65 14,68
Kalimantan Selatan 23,22 19,58 22,70 10,96 5,91 10,18 16,86 12,15 16,15
Kalimantan Timur 20,20 17,61 19,93 11,27 9,68 11,11 17,40 15,11 17,16
Kalimantan Utara 24,58 16,41 23,67 10,84 11,16 10,88 19,38 14,32 18,80
Sulawesi Utara 13,79 13,93 13,81 7,27 7,87 7,34 10,75 11,31 10,83
Sulawesi Tengah 18,93 16,44 18,59 5,86 5,64 5,83 9,87 9,44 9,81
Sulawesi Selatan 17,15 20,19 17,66 7,74 7,40 7,68 11,92 12,76 12,07
Sulawesi Tenggara 21,65 15,40 20,81 7,79 6,96 7,66 12,81 9,76 12,36
Gorontalo 22,30 15,23 21,15 7,83 10,50 8,15 13,92 12,91 13,79
Sulawesi Barat 19,18 10,51 18,16 8,35 4,87 7,89 10,52 5,89 9,92
Maluku 17,00 20,36 17,56 5,82 7,61 6,02 10,86 14,78 11,40
Maluku Utara 21,54 18,76 21,11 7,12 5,66 6,98 11,32 10,97 11,28
Papua Barat 19,01 16,57 18,72 9,98 7,17 9,71 13,72 11,64 13,50
Papua 17,25 28,23 18,41 2,29 2,44 2,30 6,38 10,27 6,75
Indonesia 14,64 13,41 14,47 5,52 4,65 5,39 10,72 9,55 10,55
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

700 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.6.1.1
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial dalan Setahun
Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2021

Perempuan
Perkotaan Perdesaan

Provinsi Rela- Selang Keper- Rela- Selang Keper-


Stan- tive cayaan 95% Stan- tive cayaan 95%
Esti- Esti-
dard Stan- dard Stan-
masi masi
Error dard Batas Batas Error dard Batas Batas
Error Bawah Atas Error Bawah Atas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Aceh 17,27 1,80 10,40 13,75 20,79 4,07 0,52 12,73 3,06 5,09
Sumatera Utara 11,21 1,06 9,47 9,13 13,29 5,02 0,66 13,09 3,73 6,30
Sumatera Barat 17,29 1,93 11,18 13,50 21,08 5,94 0,89 14,96 4,20 7,68
Riau 17,50 2,44 13,95 12,72 22,29 4,14 0,90 21,73 2,37 5,90
Jambi 17,78 3,28 18,45 11,35 24,20 4,93 1,02 20,59 2,94 6,92
Sumatera Selatan 15,04 2,44 16,20 10,26 19,81 2,83 0,66 23,42 1,53 4,12
Bengkulu 15,51 2,96 19,10 9,70 21,31 4,12 1,16 28,15 1,85 6,39
Lampung 13,26 2,21 16,64 8,94 17,59 3,55 0,85 23,94 1,89 5,22
Kepulauan Bangka Belitung 11,54 2,19 19,02 7,24 15,84 5,44 1,92 35,40 1,66 9,21
Kepulauan Riau 32,98 3,73 11,31 25,67 40,29 10,13 3,20 31,57 3,86 16,41
DKI Jakarta 15,44 1,26 8,15 12,97 17,91
Jawa Barat 11,74 0,79 6,69 10,20 13,28 4,58 0,60 13,18 3,40 5,76
Jawa Tengah 14,29 0,81 5,65 12,71 15,87 4,82 0,53 11,08 3,78 5,87
DI Yogyakarta 13,05 1,61 12,35 9,89 16,22 20,36 3,45 16,97 13,59 27,13
Jawa Timur 10,03 0,67 6,71 8,71 11,34 3,20 0,40 12,56 2,41 3,99
Banten 11,32 1,52 13,39 8,35 14,29 3,06 1,17 38,22 0,77 5,34
Bali 9,49 1,92 20,23 5,73 13,26 4,68 1,81 38,77 1,12 8,23
Nusa Tenggara Barat 6,13 1,02 16,63 4,14 8,13 1,22 0,38 31,30 0,47 1,96
Nusa Tenggara Timur 22,94 2,75 11,98 17,56 28,33 6,55 0,72 10,93 5,14 7,95
Kalimantan Barat 13,86 2,24 16,15 9,47 18,25 3,71 0,84 22,75 2,05 5,36
Kalimantan Tengah 17,51 3,06 17,47 11,51 23,50 4,37 0,96 21,88 2,49 6,24
Kalimantan Selatan 19,58 2,21 11,27 15,25 23,90 5,91 0,94 15,97 4,06 7,76
Kalimantan Timur 17,61 2,38 13,50 12,95 22,27 9,68 2,27 23,48 5,23 14,14
Kalimantan Utara 16,41 3,47 21,11 9,62 23,21 11,16 3,07 27,56 5,13 17,18
Sulawesi Utara 13,93 1,90 13,61 10,21 17,65 7,87 1,25 15,89 5,42 10,32
Sulawesi Tengah 16,44 3,08 18,75 10,40 22,49 5,64 0,96 17,02 3,76 7,52
Sulawesi Selatan 20,19 1,78 8,81 16,70 23,67 7,40 0,70 9,44 6,03 8,77
Sulawesi Tenggara 15,40 2,29 14,88 10,91 19,89 6,96 1,08 15,51 4,84 9,08
Gorontalo 15,23 3,12 20,52 9,10 21,35 10,50 2,24 21,32 6,11 14,88
Sulawesi Barat 10,51 3,37 32,03 3,91 17,11 4,87 1,18 24,25 2,56 7,18
Maluku 20,36 3,17 15,59 14,14 26,58 7,61 1,41 18,50 4,85 10,37
Maluku Utara 18,76 3,70 19,72 11,51 26,01 5,66 1,32 23,25 3,08 8,24
Papua Barat 16,57 3,31 19,98 10,08 23,07 7,17 1,36 18,98 4,50 9,84
Papua 28,23 3,63 12,86 21,12 35,34 2,44 0,56 22,99 1,34 3,55
Indonesia 13,41 0,31 2,33 12,80 14,02 4,65 0,17 3,66 4,31 4,98
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

701 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN H.7
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Memiliki Rekening Tabungan Baik
Atas Nama Sendiri atau Bersama-Sama di Lembaga Keuangan (Perbankan, Koperasi)
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2021

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Laki- Laki- Laki-
Provinsi
Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+ Laki- Perem- laki+
laki puan Perem- laki puan Perem- laki puan Perem-
puan puan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 46,63 46,51 46,57 32,17 32,89 32,54 37,09 37,36 37,23
Sumatera Utara 37,44 39,18 38,30 29,93 27,60 28,75 34,15 33,98 34,06
Sumatera Barat 44,46 52,67 48,54 30,24 35,48 32,90 37,33 43,85 40,61
Riau 49,32 43,34 46,42 38,43 28,82 33,68 42,85 34,58 38,79
Jambi 47,42 42,37 44,94 34,74 24,03 29,45 38,93 30,03 34,54
Sumatera Selatan 41,45 36,53 39,01 23,30 17,90 20,62 30,13 24,91 27,54
Bengkulu 47,97 46,21 47,12 34,23 27,33 30,85 38,81 33,55 36,24
Lampung 39,66 37,32 38,52 30,36 29,23 29,81 33,33 31,81 32,59
Kepulauan Bangka Belitung 40,41 43,61 41,94 31,45 25,48 28,50 36,59 35,59 36,10
Kepulauan Riau 58,19 52,77 55,49 37,81 29,91 33,83 56,66 51,01 53,85
DKI Jakarta 68,08 60,84 64,44 68,08 60,84 64,44
Jawa Barat 40,87 34,98 38,01 28,89 24,73 26,74 38,36 32,63 35,53
Jawa Tengah 43,41 44,42 43,91 37,68 35,61 36,62 40,70 40,09 40,39
DI Yogyakarta 57,56 56,25 56,90 45,84 42,28 43,99 54,60 52,52 53,55
Jawa Timur 41,14 38,95 40,05 29,01 28,21 28,60 35,76 33,98 34,86
Banten 46,75 33,96 40,51 19,61 16,10 17,85 39,20 28,80 34,08
Bali 54,89 46,21 50,63 40,37 30,18 35,13 50,75 41,31 46,05
Nusa Tenggara Barat 39,86 41,13 40,50 30,12 31,76 30,97 35,04 36,37 35,72
Nusa Tenggara Timur 51,09 50,34 50,72 28,81 34,42 31,67 34,51 38,31 36,43
Kalimantan Barat 44,87 40,89 42,92 35,23 27,82 31,57 38,73 32,50 35,66
Kalimantan Tengah 50,58 42,52 46,74 31,55 23,38 27,60 39,50 31,25 35,53
Kalimantan Selatan 48,64 43,30 46,03 37,19 27,83 32,50 42,79 35,23 39,04
Kalimantan Timur 58,70 51,67 55,32 46,10 37,47 41,93 54,78 47,22 51,14
Kalimantan Utara 57,23 56,20 56,75 45,52 42,50 44,06 52,85 50,87 51,91
Sulawesi Utara 43,15 45,48 44,29 29,26 34,55 31,87 36,81 40,44 38,59
Sulawesi Tengah 47,05 45,49 46,29 27,92 29,07 28,49 33,90 34,16 34,03
Sulawesi Selatan 47,91 49,50 48,71 34,37 37,24 35,86 40,54 42,67 41,63
Sulawesi Tenggara 50,29 52,50 51,37 41,89 41,58 41,73 44,97 45,44 45,21
Gorontalo 39,63 45,81 42,71 27,85 35,65 31,75 33,01 40,10 36,55
Sulawesi Barat 46,61 46,66 46,63 37,54 35,92 36,73 39,41 38,09 38,75
Maluku 43,28 46,39 44,80 20,66 25,35 23,00 30,81 34,61 32,69
Maluku Utara 49,31 48,22 48,78 37,93 32,13 35,07 41,24 36,70 39,01
Papua Barat 51,24 53,64 52,38 39,29 33,11 36,32 44,46 41,92 43,25
Papua 59,28 54,15 56,89 19,14 12,66 16,05 30,80 24,38 27,76
Indonesia 45,55 42,14 43,87 31,65 29,36 30,49 39,65 36,55 38,10
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2021

702 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I
LAMPIRAN I.1
Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi, 2021

Provinsi Jumlah Kasus Kekerasan Jumlah Korban Kekerasan


(1) (2) (3)
Aceh 372 380
Sumatera Utara 526 532
Sumatera Barat 240 243
Riau 180 180
Jambi 148 149
Sumatera Selatan 182 187
Bengkulu 48 48
Lampung 186 186
Kepulauan Bangka Belitung 85 86
Kepulauan Riau 176 181
DKI Jakarta 700 701
Jawa Barat 862 871
Jawa Tengah 865 871
DI Yogyakarta 696 700
Jawa Timur 858 867
Banten 274 289
Bali 224 226
Nusa Tenggara Barat 541 547
Nusa Tenggara Timur 399 403
Kalimantan Barat 136 136
Kalimantan Tengah 62 62
Kalimantan Selatan 159 160
Kalimantan Timur 190 192
Kalimantan Utara 94 98
Sulawesi Utara 187 191
Sulawesi Tengah 290 297
Sulawesi Selatan 698 705
Sulawesi Tenggara 113 117
Gorontalo 155 155
Sulawesi Barat 121 123
Maluku 152 152
Maluku Utara 113 113
Papua Barat 95 95
Papua 120 125
Indonesia 10.247 10.368
Sumber: Kemen PPPA, SimfoniPPA

704 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.2
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2021

Jumlah Korban menurut Kelompok Umur


Provinsi
18-24 25-44 45-49 60+
(1) (2) (3) (4) (4)
Aceh 81 251 44 4
Sumatera Utara 159 312 54 7
Sumatera Barat 74 117 44 8
Riau 57 95 25 3
Jambi 39 89 17 4
Sumatera Selatan 43 132 10 2
Bengkulu 21 23 2 2
Lampung 66 105 14 1
Kepulauan Bangka Belitung 20 53 13 0
Kepulauan Riau 46 118 15 2
DKI Jakarta 206 408 74 13
Jawa Barat 210 518 132 11
Jawa Tengah 219 552 87 13
DI Yogyakarta 204 392 98 6
Jawa Timur 220 521 113 13
Banten 101 141 43 4
Bali 59 149 17 1
Nusa Tenggara Barat 208 294 41 4
Nusa Tenggara Timur 102 245 52 4
Kalimantan Barat 46 75 14 1
Kalimantan Tengah 17 35 9 1
Kalimantan Selatan 45 100 14 1
Kalimantan Timur 47 126 19 0
Kalimantan Utara 35 53 10 0
Sulawesi Utara 63 102 22 4
Sulawesi Tengah 77 171 44 5
Sulawesi Selatan 184 432 80 9
Sulawesi Tenggara 33 71 13 0
Gorontalo 52 87 13 3
Sulawesi Barat 39 72 10 2
Maluku 37 92 22 1
Maluku Utara 39 68 4 2
Papua Barat 15 71 9 0
Papua 23 87 14 1
Indonesia 2.887 6.157 1.192 132
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

705 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.3
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan, 2021

Jumlah Korban menurut Pendidikan


Provinsi Tidak Perguruan
NA SD SLTP SLTA
Sekolah Tinggi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 26 10 35 55 179 75
Sumatera Utara 197 3 22 40 194 76
Sumatera Barat 32 64 10 18 88 31
Riau 37 8 21 20 62 32
Jambi 14 5 5 19 74 32
Sumatera Selatan 41 4 11 26 70 35
Bengkulu 19 1 2 1 15 10
Lampung 25 8 14 23 87 29
Kepulauan Bangka Belitung 25 3 11 14 26 7
Kepulauan Riau 23 9 11 22 76 40
DKI Jakarta 192 37 29 63 227 153
Jawa Barat 204 13 64 104 333 153
Jawa Tengah 114 14 72 127 390 153
DI Yogyakarta 41 9 35 72 370 173
Jawa Timur 149 14 48 106 395 155
Banten 43 10 17 26 117 76
Bali 53 1 8 14 111 39
Nusa Tenggara Barat 92 47 43 104 202 59
Nusa Tenggara Timur 18 9 55 67 185 69
Kalimantan Barat 28 17 12 10 58 11
Kalimantan Tengah 12 0 7 5 23 15
Kalimantan Selatan 25 3 14 19 65 34
Kalimantan Timur 29 2 8 11 113 29
Kalimantan Utara 34 0 12 4 36 12
Sulawesi Utara 42 5 7 21 85 30
Sulawesi Tengah 58 16 16 33 129 45
Sulawesi Selatan 77 10 52 91 328 147
Sulawesi Tenggara 6 10 9 14 58 20
Gorontalo 71 20 7 12 31 14
Sulawesi Barat 53 4 5 3 37 21
Maluku 7 1 12 8 84 40
Maluku Utara 2 2 6 11 77 15
Papua Barat 5 5 17 12 44 12
Papua 7 9 12 21 48 28
Indonesia 1.801 373 709 1.196 4.417 1.870
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

706 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.4
Jumlah Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi, 2021

Provinsi Jumlah Kasus Kekerasan


(1) (2)
Aceh 274
Sumatera Utara 333
Sumatera Barat 96
Riau 120
Jambi 101
Sumatera Selatan 117
Bengkulu 20
Lampung 91
Kepulauan Bangka Belitung 55
Kepulauan Riau 124
DKI Jakarta 421
Jawa Barat 538
Jawa Tengah 534
DI Yogyakarta 473
Jawa Timur 512
Banten 177
Bali 115
Nusa Tenggara Barat 214
Nusa Tenggara Timur 229
Kalimantan Barat 84
Kalimantan Tengah 36
Kalimantan Selatan 112
Kalimantan Timur 108
Kalimantan Utara 50
Sulawesi Utara 100
Sulawesi Tengah 194
Sulawesi Selatan 320
Sulawesi Tenggara 67
Gorontalo 106
Sulawesi Barat 68
Maluku 93
Maluku Utara 75
Papua Barat 63
Papua 77
Indonesia 6.097
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

707 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.5
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi dan Jenis Kekerasan yang Dialami, 2021

Jumlah Korban menurut Jenis Kekerasan


Provinsi Eksploi- Pene-
Fisik Psikis Seksual TPPO Lainnya
tasi lantaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Aceh 171 232 45 1 3 124 37
Sumatera Utara 290 168 88 2 2 100 26
Sumatera Barat 111 62 44 1 2 29 29
Riau 61 65 22 2 4 20 52
Jambi 93 47 17 1 1 14 3
Sumatera Selatan 127 80 37 1 2 30 6
Bengkulu 19 14 16 0 0 0 9
Lampung 99 68 69 1 7 13 27
Kepulauan Bangka Belitung 49 48 11 1 1 5 9
Kepulauan Riau 90 67 23 0 10 21 16
DKI Jakarta 392 391 117 6 68 59 42
Jawa Barat 375 353 117 17 57 129 98
Jawa Tengah 471 343 129 1 8 110 52
DI Yogyakarta 297 372 96 4 1 71 39
Jawa Timur 442 351 98 6 15 132 72
Banten 148 165 52 1 3 41 19
Bali 117 87 32 1 1 20 20
Nusa Tenggara Barat 204 100 60 5 59 33 138
Nusa Tenggara Timur 159 166 72 6 6 104 56
Kalimantan Barat 67 31 32 0 4 20 14
Kalimantan Tengah 26 34 12 0 0 10 8
Kalimantan Selatan 72 95 24 0 2 30 9
Kalimantan Timur 121 49 29 0 1 17 8
Kalimantan Utara 70 52 10 0 4 10 10
Sulawesi Utara 89 57 26 1 1 41 21
Sulawesi Tengah 166 119 43 0 1 46 20
Sulawesi Selatan 451 186 94 1 3 73 27
Sulawesi Tenggara 63 44 18 1 3 11 10
Gorontalo 121 4 21 0 0 3 9
Sulawesi Barat 94 21 13 0 3 12 5
Maluku 77 62 28 1 0 21 7
Maluku Utara 50 34 14 0 0 16 21
Papua Barat 53 34 24 0 0 22 6
Papua 74 72 30 0 0 19 11
Indonesia 5.309 4.073 1.563 61 272 1.406 936
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

708 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.6
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi dan Jumlah Kekerasan yang Dialami, 2021

Jumlah Korban menurut Banyaknya Kekerasan yang Dialami


Provinsi
1 jenis 2 jenis 3 jenis >3 jenis
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 205 122 48 5
Sumatera Utara 411 98 23 0
Sumatera Barat 211 29 3 0
Riau 138 37 5 0
Jambi 124 22 3 0
Sumatera Selatan 117 44 26 0
Bengkulu 38 10 0 0
Lampung 120 38 24 4
Kepulauan Bangka Belitung 56 24 5 1
Kepulauan Riau 139 38 4 0
DKI Jakarta 372 286 41 2
Jawa Barat 638 193 38 2
Jawa Tengah 670 161 38 2
DI Yogyakarta 536 148 14 2
Jawa Timur 638 209 19 1
Banten 165 109 14 1
Bali 180 40 6 0
Nusa Tenggara Barat 500 41 5 1
Nusa Tenggara Timur 270 102 29 2
Kalimantan Barat 109 23 3 1
Kalimantan Tengah 36 24 2 0
Kalimantan Selatan 107 37 13 3
Kalimantan Timur 161 29 2 0
Kalimantan Utara 49 41 7 1
Sulawesi Utara 150 37 4 0
Sulawesi Tengah 211 73 13 0
Sulawesi Selatan 583 114 8 0
Sulawesi Tenggara 84 33 0 0
Gorontalo 152 3 0 0
Sulawesi Barat 104 13 6 0
Maluku 112 36 4 0
Maluku Utara 93 18 2 0
Papua Barat 61 24 10 0
Papua 63 45 15 2
Indonesia 7.603 2.301 434 30
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

709 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.7
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi dan Jenis Layanan yang Diterima, 2021

Jumlah Korban menurut Jenis Layanan


Provinsi Pendam-
Ban- Pene- Reha- Rein-
Penga- Keseha- Pemu- pingan
tuan gakan bilitasi tegrasi
duan tan langan Tokoh
Hukum Hukum Sosial Sosial
Agama
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 177 57 133 7 8 9 6 7
Sumatera Utara 155 91 83 33 5 10 8 4
Sumatera Barat 49 1 3 4 3 0 0 2
Riau 41 6 15 2 2 0 1 0
Jambi 86 4 15 2 32 10 0 0
Sumatera Selatan 41 16 10 1 0 0 0 0
Bengkulu 1 2 2 2 1 8 0 0
Lampung 38 37 23 4 6 1 11 0
Kepulauan Bangka Belitung 28 11 4 5 7 2 2 1
Kepulauan Riau 120 25 23 15 32 9 4 4
DKI Jakarta 444 3 285 29 241 9 18 1
Jawa Barat 224 100 78 11 15 2 6 4
Jawa Tengah 259 220 49 28 18 5 1 11
DI Yogyakarta 288 146 125 19 80 8 7 14
Jawa Timur 382 175 36 17 86 22 11 6
Banten 100 57 32 17 6 5 0 3
Bali 81 33 57 21 6 1 0 0
Nusa Tenggara Barat 87 11 19 4 3 1 8 3
Nusa Tenggara Timur 121 11 37 32 47 3 7 7
Kalimantan Barat 33 8 4 2 2 0 8 0
Kalimantan Tengah 19 7 5 1 3 1 3 0
Kalimantan Selatan 63 15 4 2 18 2 3 3
Kalimantan Timur 73 40 37 3 26 2 1 0
Kalimantan Utara 17 52 1 1 2 3 0 4
Sulawesi Utara 78 9 31 1 1 1 1 1
Sulawesi Tengah 187 42 51 3 6 0 2 6
Sulawesi Selatan 191 339 37 7 5 3 3 5
Sulawesi Tenggara 86 8 36 8 4 2 0 5
Gorontalo 83 2 1 4 0 3 4 0
Sulawesi Barat 19 4 38 4 5 0 2 5
Maluku 80 12 22 4 3 31 4 0
Maluku Utara 40 4 3 45 4 2 2 2
Papua Barat 8 16 5 12 3 0 1 1
Papua 32 9 3 5 0 0 2 0
Indonesia 3.731 1.573 1.307 355 680 155 126 99
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

710 Profil Perempuan Indonesia 2022


LAMPIRAN I.8
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan
menurut Provinsi dan Jumlah Layanan yang Diterima, 2021

Jumlah Korban menurut Banyaknya Layanan yang Diterima


Provinsi 1 jenis 2 jenis 3 jenis 4 jenis >4 jenis
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 74 55 15 20 89
Sumatera Utara 152 78 27 11 33
Sumatera Barat 43 15 2 2 0
Riau 26 18 2 2 3
Jambi 33 19 26 5 8
Sumatera Selatan 29 11 14 2 3
Bengkulu 9 6 0 0 0
Lampung 42 19 14 5 5
Kepulauan Bangka Belitung 12 13 4 6 5
Kepulauan Riau 49 59 14 9 11
DKI Jakarta 129 104 55 62 167
Jawa Barat 168 73 19 19 41
Jawa Tengah 351 113 22 18 10
DI Yogyakarta 272 137 39 27 26
Jawa Timur 336 201 29 20 17
Banten 46 38 11 11 25
Bali 60 33 9 14 18
Nusa Tenggara Barat 81 22 3 5 11
Nusa Tenggara Timur 106 59 15 13 22
Kalimantan Barat 30 11 3 5 0
Kalimantan Tengah 16 13 2 3 1
Kalimantan Selatan 34 28 10 4 4
Kalimantan Timur 96 38 6 7 2
Kalimantan Utara 30 32 4 2 3
Sulawesi Utara 83 27 5 3 0
Sulawesi Tengah 146 45 18 13 16
Sulawesi Selatan 409 92 10 14 9
Sulawesi Tenggara 44 18 5 22 8
Gorontalo 88 3 2 0 0
Sulawesi Barat 54 9 1 2 2
Maluku 31 22 17 8 16
Maluku Utara 53 17 4 5 3
Papua Barat 27 15 2 1 0
Papua 18 17 14 2 0
Indonesia 3.177 1.460 423 342 558
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA

711 Profil Perempuan Indonesia 2022


Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No.15, RT.2/RW.3,
Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10160

Anda mungkin juga menyukai