Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA

RAPAT KOORDINASI NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2023

Tema “Sinergi Membangun Negeri Untuk Perempuan dan Anak:


Tantangan, Solusi, dan Praktek Baik”

A. Latar Belakang

Perempuan dan anak merupakan bagian terbesar dari penduduk


Indonesia, yaitu sebesar 64.57% dari total penduduk (Sensus
Penduduk Tahun 2020). Oleh sebab itu, kualitas perempuan dan anak
sangat menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Antara
kualitas perempuan dan anak saling terkait, karena di Indonesia peran
pengasuhan anak masih dibebankan kepada perempuan (Ibu).
Komitmen negara terkait perempuan dan anak sangat tinggi. Hal
ini antara lain terlihat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Program “Peningkatan
Kualitas Perempuan dan Anak” merupakan bagian dari Prioritas
Nasional ke 3 (tiga) yaitu “Peningkatan Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas dan Berdaya Saing”. Adapun keberhasilannya dilihat dari
capaian indikator Indeks Pembangunan Gender/IPG, Indeks
Pemberdayaan Gender/IDG, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Perempuan, Prevalensi kekerasan terhadap perempuan, Indeks
Perlindungan Anak/IPA, Prevalensi anak yang pernah mengalami
kekerasan, dan Persentase perempuan yang menikah sebelum 18
tahun. Selanjutnya, Bapak Presiden memberikan arahan untuk
menyelesaikan 5 (lima) isu prioritas perempuan dan anak selama
periode 2020-2024, yaitu (1) peningkatan pemberdayaan perempuan
dalam kewirausahaan yang berperspektif gender, (2) peningkatan
peran ibu dan keluarga dalam pendidikan/pengasuhan anak, (3)
penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak, (4) penurunan
pekerja anak, dan (5) pencegahan perkawinan anak.
Komitmen negara untuk peningkatan kualitas, pemberdayaan,
dan perlindungan perempuan dan anak di atas sejalan dengan
komitmen global yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Peningkatan kualitas pemberdayaan, dan perlindungan perempuan
dan anak tersebut terdapat di beberapa Tujuan SDGs, antara lain
Tujuan 1, 2, 3, 4, 5, 8, 13, dan 16. SDGs Tujuan ke-5 “Mencapai
Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan” cukup
spesial karena merupakan bagian dari prinsip no one left behind yang
harus dilaksanakan agar dapat mencapai seluruh tujuan SDGs. Hal ini
menunjukkan pentingnya peningkatan kualitas perempuan dan anak
dalam upaya mencapai pembangunan nasional dan pembangunan
berkelanjutan.
Diantara banyak sasaran dan target yang harus dicapai seperti
diuraikan di atas, sampai saat ini terdapat beberapa sasaran dan target
yang capaiannya sudah signifikan, seperti penurunan prevalensi
kekerasan terhadap perempuan, penurunan prevalensi kekerasan
terhadap anak, serta penurunan perkawinan anak. Prevalensi
kekerasan pada perempuan turun menjadi 26,1% pada tahun 2021
dibandingkan tahun 2016 sebesar 33,4% (SPHPN). Prevalensi
kekerasan pada anak turun pada tahun 2021 menjadi 34% anak laki-
laki dan 41,05% anak perempuan dibandingkan tahun 2018 sebesar
62% baik anak laki-laki dan anak perempuan (SNPHAR). Perkawinan
anak turun menjadi 8,06% tahun 2022 dari 10,82% tahun 2019.
Kondisi tahun 2022 menunjukkan kualitas SDM perempuan
masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Perempuan sebesar
70,31, sedangkan IPM laki-laki 76,73. Hal ini karena berbagai
tantangan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak masih dihadapi, diantaranya:
1. Kesenjangan gender dalam pembangunan masih tinggi dan
peran perempuan relatif rendah. Pada tahun 2022, nilai Indeks
Pembangunan Gender (IPG) sebesar 91,63 dan Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG) sebesar 76,59. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) perempuan 61,82%, jauh lebih rendah
dibandingkan laki-laki sebesar 86,37%. Masih tingginya
kesenjangan gender tersebut disebabkan implementasi PUG/PPRG
di K/L dan daerah masih kurang efektif.
2. Kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk tindak
pidana perdagangan orang (TPPO) masih tinggi. Walaupun
prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak menurun,
namun angka prevalensi kekerasan pada perempuan sebesar 26,1%
(SPHPN 2021), kekerasan pada anak laki-laki sebesar 34% dan
41,05% pada anak perempuan (SNPHAR 2021) jika dikalikan
populasi perempuan sebanyak 133.542.018 orang dan anak
79.709.147 orang (SP 2020), akan didapatkan jumlah perempuan
dan anak yang mengalami kekerasan yang sangat besar. Sekitar
3,48 juta perempuan, 13,7 juta anak laki-laki, dan 16,7 juta anak
perempuan mengalami kekerasan.
3. Perempuan dan anak korban kekerasan/TPPO yang
mendapatkan layanan masih sedikit (fenomena gunung es).
Terjadi trend peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan
dan anak yang dilaporkan (SIMFONI PPA Kemen PPPA). Di tahun
2022 tercatat sebanyak 11.538 perempuan dan 17.641 anak yang
menjadi korban kekerasan. Jika dibandingkan dengan jumlah
perempuan dan anak yang mengalami kekerasan seperti diuraikan
pada point 2, maka jumlah yang melaporkan ini sangat sedikit.
Pelaporan kasus kekerasan baik oleh korban sendiri, keluarga,
maupun masyarat ini sangat penting karena merupakan pintu
masuk agar korban bisa mendapatkan layanan rehabilitasi. Adapun
layanan rehabilitasi tersebut bertujuan untuk memulihkan kondisi
korban baik fisik maupun psikis, sehingga korban tetap menjadi
SDM yang berkualitas dimasa yad. Layanan komprehensif bagi
perempuan dan anak korban kekerasan harus dilaksanakan lintas
lembaga secara terpadu baik di pusat maupun daerah, namun
masih menjadi tantangan.
Ketersediaan lembaga layanan UPTD PPA sebagai wujud Negara
hadir (mandat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual) sampai saat ini baru terbentuk di 32 provinsi dan 244
kabupaten/kota. Disisi lain ketersediaan sumber daya manusia
profesional yang dibutuhkan oleh korban dan ketersediaan sarana
prasarana masih terbatas. Belum semua daerah memiliki rumah
perlindungan atau rumah aman sehingga keselamatan korban pada
saat kasus ditangani sangat rentan.
4. Belum optimalnya perlindungan anak Indonesia. Hal ini terlihat
dari nilai Indeks Perlindungan Anak (IPA) tahun 2021 sebesar
61,38, masih jauh dari target (100 poin). Sekitar 12,64% anak hidup
di bawah garis kemiskinan, prevalensi stunting sebesar 26,92%,
3,69% balita yang mendapatkan pengasuhan tidak layak, 9,23%
perempuan berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum berumur
18 tahun, serta anak usia 10-17 tahun yang bekerja sebesar 7,90%
(Indeks Perlindungan Anak, 2021).

Mengingat Tahun 2024 adalah tahun terakhir pelaksanaan


RPJMN Tahun 2020-2024, dibutuhkan upaya percepatan dalam
mencapai sasaran dan target pembangunan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak, melalui (1) Identifikasi tantangan, solusi, dan
replikasi praktek baik yang telah dilakukan; (2) Koordinasi dan
kerjasama antar pelaku pembangunan secara intens, di tingkat pusat,
daerah, hingga desa; dan (3) Integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
kebijakan, program dan sumber-sumber pendanaan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.
Untuk itu Kemen PPPA akan menyelenggarakan Rapat
Koordinasi Nasional Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Tahun 2023, dengan tema “Sinergi Membangun Negeri Untuk
Perempuan dan Anak: Tantangan, Solusi, dan Praktik Baik”.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga;
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang;
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2019 tentang Pelaksanaan
Koordinasi Perlindungan Anak;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2021 tentang Perlindungan
Khusus Anak;
10. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2020 tentang Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
12. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 4 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
13. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 6 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor
2 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak Tahun 2020-2024.
C. Tujuan
Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Rakornas PPPA) Tahun 2023 bertujuan untuk:
1. Memperkuat komitmen dalam mewujudkan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan Anak dengan melakukan identifikasi
tantangan, solusi, dan replikasi praktek baik di pusat dan daerah.
2. Memastikan integrasi, sinkronisasi, dan sinergi kebijakan, program
dan sumber pendanaan untuk pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak antara Pusat dan Daerah, serta terciptanya
mekanisme monitoring dan evaluasi secara bersama dan
berkelanjutan.
3. Menyepakati rencana aksi bersama untuk percepatan pencapaian
target pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak di tahun 2024 pada Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan
Pemangku Kepentingan lainnya.

D. Hasil yang Diharapkan


1. Laporan Hasil Evaluasi Kinerja Program PPPA yang dilaksanakan di
Daerah;
2. Laporan Capaian DAK Non Fisik PPA dan Rekomendasi Usulan DAK
Fisik PPA;
3. Dokumentasi Praktek Baik Program/Kegiatan PPPA di Daerah;
4. Rencana Kerja Integrasi SAPA 129 Pusat dan Daerah; dan
5. Rencana Aksi percepatan pencapaian target pembangunan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

E. Peserta
Peserta Rakornas PPPA Tahun 2023 yang dilakukan secara
offline diperkirakan akan dihadiri sebanyak 750 orang, dengan peserta
antara lain:
1. Kemen PPPA
- Menteri PPPA;
- Sekretaris Kementerian;
- Para Deputi;
- Para Staf Ahli Menteri;
- Para Staf Khusus Menteri;
- Para Asisten Deputi dan Sekretaris Deputi;
- Para Kepala Biro;
- Inspektur; dan
- Kepala Sekretariat KPAI.
2. Mahkamah Agung;
3. Kantor Staf Presiden;
4. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan;
5. Kementerian Dalam Negeri;
6. Kementerian Luar Negeri;
7. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional;
8. Kementerian Keuangan;
9. Kementerian Agama;
10. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
11. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi;
12. Kementerian Kesehatan;
13. Kementerian Sosial;
14. Kementerian Ketenagakerjaan;
15. Kementerian Komunikasi dan Informatika;
16. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
17. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi;
18. Kejaksaan Agung;
19. Kepolisian Republik Indonesia;
20. Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
21. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;
22. Badan Riset dan Inovasi Nasional;
23. Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia;
24. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;
25. Komisi Perlindungan Anak Indonesia;
26. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban;
27. Pemerintah Daerah:
- Kepala Dinas Provinsi yang menangani urusan PP dan PA; dan
- Kepala Dinas Kab/Kota yang menangani urusan PP dan PA.

Selain itu, Rakornas PPPA Tahun 2023 juga akan dilaksanakan


secara daring melalui zoom dan youtube Kemen PPPA dengan peserta,
terdiri dari:
1. Bappeda Provinsi dan Kab/Kota;
2. BPKAD Provinsi dan Kab/Kota;
3. Inspektorat Daerah Provinsi dan Kab/Kota;
4. Dinas yang menangani urusan pemberdayaan masyarakat dan
Desa Provinsi dan Kab/Kota;
5. Pejabat Fungsional dan Pelaksana Kemen PPPA; dan
6. Forum Anak Seluruh Indonesia.

Perlu digarisbawahi bahwa seluruh peserta offline, baik internal


maupun eksternal Kemen PPPA yang bermaksud untuk membawa
staf/pendamping, diharapkan memperhatikan prinsip efisiensi, dan
efektivitas, serta dianjurkan untuk hanya membawa pendamping yang
memiliki peran dalam penyelenggaraan Rakornas ini. Selebihnya
diharapkan untuk mengikuti secara online melalui zoom meeting dan
youtube Kemen PPPA.

F. Waktu dan Tempat


Rakornas PPPA Tahun 2023 akan dilaksanakan selama 2 (dua)
hari pada tanggal 30 – 31 Agustus di IPB Convention Center Bogor,
dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

Rundown Rakornas PPPA Tahun 2023


Waktu Agenda Narasumber

Selasa, 29 Agustus 2023


10.00 – 16.00 Ketibaan peserta dan registrasi
Hari 1: Rabu, 30 Agustus 2023
08.30 – 10.00 Tarian selamat datang
Menyanyikan lagu Indonesia
Sesi Pembukaan Raya
(Dipandu oleh MC) Pembacaan do’a
Laporan Panitia Kepala Biro Perencanaan
dan Keuangan
Sambutan Kepala Daerah - Tuan Gubernur Jawa Barat
Rumah Rakornas PPPA
Sambutan Ketua Komisi VIII DPR Ketua Komisi VIII DPR RI
RI – Kebijakan dan Harapan
terkait PPPA
Arahan dan Pembukaan Secara Menteri PPPA
Resmi
10.00 – 12.30 Pemberdayaan Perempuan dan Deputi Bidang
Perlindungan Anak dalam Pembangunan Manusia,
Panel 1 Rencana Kerja Pemerintah Tahun Masyarakat dan
Kebijakan Nasional 2024 dan Rancangan RPJP 2025- Kebudayaan, Kemen
2045 PPN/Bappenas
Moderator: Plt. Staf Pemberdayaan Perempuan dan Dirjen Bina Pembangunan
Ahli Bidang Perlindungan Anak dalam Daerah, Kemendagri
Partisipasi dan Rencana Kerja Pemerintah
Lingkungan Daerah Tahun 2024
Strategis Kebijakan dan Program Deputi Bidang Koordinasi
Koordinasi Kemenko PMK dalam Peningkatan Kualitas Anak,
Rangka Konvergensi Upaya Perempuan, dan Pemuda,
Peningkatan Kualitas Anak dan Kemenko PMK
Perempuan
Waktu Agenda Narasumber

 Kebijakan DAK Fisik: Hal-hal Direktur Dana Transfer


yang Perlu diperhatikan Khusus, Kemenkeu
terkait usulan DAK Fisik PPA
 Evaluasi DAK Non Fisik PPA
2021-2023: Hal-hal yang perlu
menjadi perhatian
Diskusi Seluruh peserta
12.30 – 13.30 ISHOMA
13.30 – 17.00 Sinergi Pusat-Daerah
Rencana Kerja Kemen PPPA Sekretaris Kemen PPPA
Panel 2 Tahun 2023-2024, termasuk DAK
Kebijakan dan NF PPA
Rencana Kerja Revitalisasi Layanan Pengaduan Deputi Bidang PKA
2023-2024 Kemen melalui Integrasi Layanan SAPA
PPPA 129 Pusat – Daerah: Peran pusat
dan daerah
Moderator: Plt. Staf
Ahli Bidang Strategi Percepatan Penurunan Deputi Bidang PHA
Hubungan Perkawinan Anak dan
Kelembagaan Peningkatan Peran Ibu/Keluarga
dalam pengasuhan anak

Permen PPPA No 3 Tahun 2023 Inspektur Kemen PPPA


tentang Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Konkuren PPPA
Diskusi Seluruh peserta

Hari 2: Kamis, 31 Agustus 2023


08.30 – 10.00 Sinergi dan Kolaborasi Program
dan Kegiatan PPPA Lintas K/L
Panel 3:
Tantangan dalam  Instruksi Presiden Nomor 9 Deputi Bidang KG
Implementasi Tahun 2000 dan Kebijakan
Peraturan Revitalisasi PUG dan PPRG
Perundang-
undangan terkait  UU 12/2022 tentang TPKS Deputi Bidang PHP
PPPA dan Perpres 19/2023 tentang
RAN TPPO
Moderator: Staf
Khusus Menteri  Perpres 25/2021 tentang Deputi Bidang PHA
Bidang Perempuan Kebijakan KLA

 Perpres 101/2022 tentang Deputi Bidang PKA


Stranas PKTA
Waktu Agenda Narasumber

10.00 – 12.00 Sharing Session Praktek Baik


Panel 3 Pelaksanaan PPPA di Daerah:
Moderator: Staf  Pelaksanaan DAK NF PPA 3 Daerah Terbaik
Khusus Menteri 2022
Bidang Anak
 Pelaksanaan Desa Ramah 2 Daerah Terbaik
Perempuan dan Peduli Anak
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 14.00 Perumusan Rencana Aksi Kemen PPPA dan Peserta

14.00 – 15.00  Pembacaan Komitmen dan Kepala Dinas PPPA Provinsi


Rencana Aksi Jawa Barat
 Penandatanganan Komitmen Perwakilan Kepala Dinas
PPPA
15.00 – 15.30 Tanggapan Menteri PPPA terkait Ibu Menteri PPPA
Sesi Penutupan Rekomendasi Rakornas sekaligus
menutup secara resmi

G. Kegiatan Lainnya
Selain acara inti yang tertuang dalam agenda rakornas, disediakan
pula Desk Konsultasi DAK Non Fisik PPA, yang bertujuan untuk
memberikan konsultasi langsung bagi stakeholder mengenai
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi DAK Non Fisik
PPA.

H. Pembiayaan
Rakornas PPPA Tahun 2023 dibiayai dari dana APBN (DIPA) Kemen
PPPA dan sumber lain yang tidak mengikat.

Kepala Biro Perencanaan dan


Keuangan

Destri Handayani

Anda mungkin juga menyukai