Anda di halaman 1dari 368

ISSN 2089-3523

II
III
S AMB UTAN

Hakekat pembangunan pada prinsipnya menyangkut semua


pihak dan bagian terpenting adalah aspek manfaat yang dapat dirasakan
oleh semua lapisan masyarakat, terutama anak, karena anak merupakan
generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan bangsa mewujudkan
cita-cita dalam tujuan pembangunan nasional. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah anak Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir berkisar antara 29,15 hingga 28,82 persen dari seluruh penduduk
Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan besar bagi pemerintah
dalam menciptakan generasi yang tangguh dan berkualitas untuk mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebagai bentuk komitmen di tingkat global dalam pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi
anak, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Selain itu, secara nasional pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi
anak juga merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menyusun dan
mempublikasikan Profil Anak Indonesia setiap tahunnya untuk memberikan data dan informasi yang
menggambarkan kondisi anak Indonesia dalam berbagai aspek hak anak maupun isu-isu yang melingkupi
mereka, sebagai pedoman dan acuan bagi pemerintah agar kebijakan dan program yang dicanangkan menjadi
tepat sasaran. Selain itu, publikasi ini juga ditujukan bagi semua lapisan masyarakat agar dapat mengetahui
kondisi faktual dan terkini anak di Indonesia.

Penyusunan publikasi ini merupakan hasil kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), dimana
sebagian besar data dan informasi yang disajikan bersumber dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS,
seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Untuk
itu, kami sampaikan apresiasi yang tinggi kepada Kepala BPS beserta jajaran atas kerja sama yang baik ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
publikasi ini.

I
Besar harapan kami bahwa publikasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai dasar dalam
perencanaan sekaligus sebagai bahan evaluasi, untuk memastikan pelaksanaan kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan perlindungan anak sudah benar-benar memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak
Indonesia.

Perempuan berdaya, anak terlindungi, Indonesia maju.

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

I GUSTI AYU BINTANG DARMAWATI

II
R INGK A S AN EK SEK UTIF

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang
memiliki peran strategis serta sifat khusus yang wajib dilindungi demi kepentingan bangsa di masa
depan. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas anak, pemerintah Republik Indonesia memiliki
arah kebijakan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 melalui perwujudan Indonesia Layak Anak.
Sebagai landasan dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan berbagai
strategi, program dan kebijakan yang mendukung perwujudan Indonesia Layak Anak, diperlukan data
anak yang dapat memberikan gambaran secara faktual dan kondisi sesungguhnya di berbagai wilayah
Indonesia. Buku Profil Anak Indonesia tahun 2023 ini disusun untuk menyediakan data kondisi anak-
anak di Indonesia yang dikupas dari berbagai bidang untuk dapat menjadi referensi para pengambil
kebijakan maupun stakeholders terkait anak untuk menyusun strategi dan program, baik pencegahan
maupun penanggulangan berbagai permasalahan anak di Indonesia

Data hasil Proyeksi Penduduk Interim Tahun 2022 (BPS, 2022) menunjukkan bahwa sebanyak
79.489.510 jiwa penduduk Indonesia adalah anak, yaitu penduduk yang berumur 0-17 tahun. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia di tahun 2022, yaitu sebanyak 275.773.774 jiwa,
persentase penduduk anak adalah sebesar 28,82. Selama tiga tahun terakhir (2020-2022), terjadi
penurunan persentase penduduk anak, baik secara keseluruhan maupun pada komposisi jumlah anak
laki-laki dan perempuan. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi dengan persentase
jumlah penduduk anak tertinggi di Indonesia (34,68 persen) dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah provinsi dengan persentase jumlah penduduk anak terendah (24,29 persen) di Indonesia.

Pada bidang pemenuhan hak sipil anak, data tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 90,41
persen anak di Indonesia sudah memiliki akta kelahiran. Akan tetapi, masih terdapat 9,59 persen
anak di Indonesia yang masih belum memiliki akta kelahiran untuk mewujudkan terpenuhinya
kepemilikan akta kelahiran anak sebanyak 100 persen di Indonesia. Meskipun demikian, data Susenas
(2022) menunjukkan adanya tren positif dalam hal kepemilikan akta kelahiran anak berumur 0-17
tahun dalam lima tahun terakhir dengan peningkatan persentase kepemilikan akta kelahiran sebesar
6,86 persen dari tahun 2018 hingga tahun 2022. Data kepemilikan akta kelahiran berdasarkan wilayah
menunjukkan bahwa persentase kepemilikan akta kelahiran di daerah perdesaan pada tahun 2022
mengalami kenaikan hampir dua persen jika dibandingkan capaian pada tahun 2021. Sebaliknya,
persentase angka kepemilikan akta kelahiran di wilayah perkotaan menunjukkan hasil yang stagnan.
Provinsi dengan persentase kepemilikan akta kelahiran tertinggi di Indonesia adalah Provinsi DI
Yogyakarta (98,17 persen), diikuti oleh DKI Jakarta (97,83 persen), Jawa Tengah (96,63 persen),

III
Kepulauan Bangka Belitung (96,06 persen), dan Aceh (95,59 persen). Secara umum, masih terdapat
14 provinsi dengan angka persentase kepemilikan akta kelahiran yang lebih rendah dari persentase
nasional (90,41 persen). Tiga provinsi dengan angka persentase kepemilikan akta kelahiran terendah
adalah Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Profil anak Indonesia di bidang akses teknologi informasi dan komunikasi menunjukkan
bahwa sebanyak 85,01 persen anak perempuan dan 83,91 persen anak laki-laki di daerah perkotaan
menggunakan telepon seluler (Susenas, 2022). Sementara itu, data penggunaan perangkat teknologi
komputer menunjukkan bahwa sebanyak 12,45 persen anak umur 7-17 tahun 2022 di Indonesia
menggunakan komputer. Meskipun angka penggunaan komputer pada anak lebih rendah dibandingkan
dengan penggunaan seluler, data penggunaan komputer tahun ini mengalami kenaikan sebesar 1,58
persen jika dibandingkan dengan tahun 2021.

Serupa dengan tren penggunaan komputer pada anak, persentase anak umur 7-17 tahun yang
pernah mengakses internet mengalami peningkatan pada tahun 2018 hingga tahun 2021. Namun,
tren ini mengalami penurunan sebesar 0,69 persen dari 75,03 persen pada tahun 2021 menjadi 74,34
persen di tahun 2022. Provinsi DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan persentase anak yang pernah
mengakses internet terbesar di Indonesia (92,49 persen). Persentase ini selanjutnya diikuti dengan
Provinsi Jawa Tengah (85,29 persen) dan Kalimantan Timur (85,27 persen). Sementara itu, provinsi
dengan persentase anak mengakses internet terendah adalah Provinsi Papua (22,60 persen). Namun,
tingginya persentase akses internet sebagian besar tidak diperuntukkan bagi proses pembelajaran. Hal
ini terbukti dengan tingginya persentase akses internet sebagai hiburan baik bagi anak perempuan
(73,57 persen) maupun anak laki-laki (75,39 persen). Sementara itu, penggunaan internet untuk
mengakses pembelajaran online atau bekerja online dari rumah yakni sebesar 60,07 persen pada anak
perempuan dan 58,40 persen pada anak laki-laki.

Profil anak pada bidang pengasuhan menunjukkan adanya penurunan pada jumlah anak
(umur 3-6 tahun) yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yakni sebesar 30,42 persen di
tahun 2022. Angka ini merupakan angka partisipasi terendah anak umur 3-6 tahun yang mengikuti
PAUD sejak tahun 2018. Terjadinya pandemi COVID-19 diprediksi sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya penurunan angka partisipasi PAUD. Diharapkan bahwa seiring dengan
semakin membaiknya kondisi lingkungan serta aktivitas pasca pandemi COVID-19, angka partisipasi
anak pada PAUD akan semakin meningkat. Angka partisipasi anak yang mengikuti PAUD di wilayah
perdesaan lebih tinggi (30,71 persen) dibandingkan di perkotaan (30,21 persen). Akan tetapi, angka
partisipasi anak perempuan umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD pada tahun 2022 lebih tinggi
(31,01) dibandingkan anak laki-laki (29,87). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih
menjadi provinsi dengan angka partisipasi PAUD tertinggi di Indonesia (54,17 persen) di tahun 2022.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka partisipasi PAUD secara nasional (30,42 persen).

IV
Sementara itu, angka partisipasi PAUD terendah pada tahun 2022 masih berada pada Provinsi
Papua (10,95 persen).

Sementara itu, data angka kesiapan sekolah menunjukkan adanya penurunan sejak tahun 2019
dan capaian tahun 2022 adalah capaian terendah (74,34 persen). Jika dibandingkan berdasarkan jenis
kelamin, angka kesiapan sekolah anak perempuan lebih tinggi (75,01 persen) dibandingkan anak laki-
laki (73,73 persen). Sejalan dengan angka partisipasi PAUD, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menjadi provinsi dengan angka kesiapan sekolah tertinggi di Indonesia (99,81 persen). Sementara
itu, terdapat dua provinsi dengan angka kesiapan sekolah kurang dari 50 persen, yaitu Provinsi Papua
(36,29 persen) dan Provinsi Kalimantan Barat (37,31 persen).

Data perkawinan anak selama lima tahun terakhir menunjukkan terjadinya penurunan
persentase perempuan berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum berumur 18 tahun. Persentase
tertinggi terjadi pada tahun 2018, yakni sebesar 11,21 persen. Angka perkawinan anak terus mengalami
penurunan, hingga berhasil kurang dari 10 persen, yakni menjadi 8,06 persen di tahun 2022. Apabila
dibandingkan dengan target pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2020-2024 yang menargetkan persentase perempuan umur 20-24 tahun yang menikah sebelum
umur 18 tahun di tahun 2022 sebesar 9,44 persen, capaian tahun 2022 lebih rendah 1,38 persen dari
target RPJMN. Meskipun demikian, data per wilayah menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa
provinsi dengan tingkat perkawinan anak yang tinggi. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi
provinsi dengan persentase perkawinan anak tertinggi (16,23 persen), sementara itu, Provinsi DKI
Jakarta menjadi provinsi dengan persentase perkawinan anak terendah (2,07 persen) di Indonesia.

Data profil anak Indonesia di bidang kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi Status Gizi
Balita di tahun 2022 mengalami tren yang baik. Persentase balita di Indonesia yang mengalami kondisi
stunting menunjukkan penurunan dari tahun 2021, yaitu sebesar 21,6 persen meskipun prevalensi ini
masih cukup jauh dibandingkan dengan target RPJMN (14 persen). Selain itu, sebanyak 7,7 persen
balita di Indonesia mengalami wasting, 17,1 persen balita mengalami underweight, dan 3,5 persen
balita mengalami overweight. Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan prevalensi
stunting dan underweight tertinggi di Indonesia yaitu masing-masing sebesar 35,3 persen dan 28,4
persen. Sementara itu, prevalensi wasting tertinggi berada pada Provinsi Maluku yaitu sebesar 11,9
persen dan prevalensi overweight tertinggi ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebesar
7,6 persen.

Untuk mengatasi permasalahan gizi anak di Indonesia, salah satu strategi efektif yang dapat
diterapkan adalah dengan memberikan ASI eksklusif pada baduta (bayi 0-23 bulan). Persentase baduta
yang pernah diberi ASI dari tahun 2018 sampai tahun 2022 menunjukkan penurunan tren menjadi
92,86 persen pada tahun 2022 atau mengalami penurunan sebesar 1,79 persen dari tahun 2021. Data

V
Susenas pada tahun 2022 menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI selama kurang dari 6 bulan adalah
sebanyak 25,42 persen sedangkan 74,58 persen lainnya adalah bayi yang diberikan ASI selama 6 hingga
23 bulan. Provinsi Sumatera Barat adalah provinsi dengan bayi (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI
tertinggi (96,48 persen). Posisi ini diikuti dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur (96,17 persen) dan
Provinsi DI Yogyakarta (96,10 persen). Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase pemberian ASI
pada baduta terendah di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Utara (84,06 persen), Provinsi Papua
(85,90 persen), dan Provinsi DKI Jakarta (87,44 persen).

Selain ASI eksklusif, pemberian imunisasi juga adalah salah satu indikator kesehatan anak
yang sangat esensial. Data Susenas (2022) menunjukkan bahwa sebanyak 64,78 persen anak berumur
12-23 bulan di daerah perkotaan dan 61,07 persen di perdesaan sudah mendapatkan imunisasi
lengkap. Provinsi DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan persentase anak berumur 12-23 bulan
yang mendapatkan imunisasi lengkap tertinggi di Indonesia (83,89 persen). Sementara itu, Provinsi
Aceh menjadi provinsi dengan persentase anak berumur 12-23 bulan yang mendapat imunisasi
lengkap terendah (22,52 persen).

Tren persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2018 sampai tahun 2022
menunjukkan adanya peningkatan. Bahkan terdapat peningkatan sebesar 28,81 persen atau meningkat
sebesar 4,13 persen pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021. Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah
provinsi dengan persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan tertinggi di Indonesia yaitu
sebesar 41,65 persen, diikuti dengan Provinsi Jawa Tengah (35,03 persen) dan Provinsi DI Yogyakarta
(34,82 persen). Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan
terendah di Indonesia adalah Provinsi Papua (13,03 persen), Provinsi Maluku Utara (14,34 persen),
dan Provinsi Maluku (15,53 persen).

Salah satu permasalahan kesehatan anak yang perlu mendapat perhatian serius adalah masalah
merokok pada anak. Persentase anak umur 5-17 tahun yang merokok menunjukkan kenaikan pada
tahun 2020. Namun, tren tersebut mengalami penurunan sebesar 0,7 persen pada tahun 2021 dan
mengalami tren yang stagnan pada tahun 2022 yaitu sebesar 1,51 persen. Data menunjukkan bahwa
lebih banyak anak laki-laki baik di daerah perkotaan (2,22 persen) maupun di daerah perdesaan (3,45
persen) yang merokok dibandingkan dengan anak perempuan baik di daerah perkotaan (0,07 persen)
dan daerah perdesaan (0,14 persen).

Sementara itu, persentase penduduk umur 0-17 tahun yang memiliki jaminan kesehatan
menurut tipe daerah dan jenis jaminan kesehatan yang dimiliki pada tahun 2022 menunjukkan
bahwa di daerah perdesaan, lebih banyak penduduk usia anak yang memiliki jenis jaminan kesehatan
BPJS Kesehatan PBI yaitu sebesar 36,70 persen diikuti dengan BPJS Kesehatan Mandiri sebesar 10,20
persen dibandingkan jenis jaminan kesehatan lainnya. Hal ini juga serupa dengan daerah perkotaan

VI
yang lebih banyak memiliki jenis jaminan kesehatan BPJS Kesehatan PBI (31,06 persen) dan BPJS
Kesehatan Mandiri (28,26 persen) dibandingkan jenis jaminan kesehatan lainnya. Namun masih
terdapat sebanyak 45,42 persen masyarakat di perdesaan dan 32,62 persen masyarakat di perkotaan
yang tidak memiliki jenis jaminan kesehatan apapun. Secara nasional, baru sebesar 61,84 anak yang
sudah memiliki jaminan kesehatan. Provinsi Aceh sebagai provinsi dengan persentase anak yang
memiliki jaminan kesehatan tertinggi di Indonesia (94,87 persen). Sementara itu, Provinsi Maluku
adalah provinsi dengan persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan terendah (47,78 persen).

Profil anak Indonesia di bidang pendidikan yang diukur berdasarkan Angka Partisipasi
Sekolah (APS) menunjukkan tren yang berbeda selama lima tahun terakhir pada tiga kelompok umur.
Pada kelompok umur 7-12 tahun, APS mengalami fluktuasi hingga mencapai angka 99,10 persen di
tahun 2022. Pada kelompok umur 13-15 tahun, APS menunjukkan peningkatan sejak tahun 2018
hingga tahun 2022 hingga mencapai 95.92 persen. Sementara itu, pada kelompok umur 16-18 tahun,
APS mengalami fluktuasi hingga mencapai 73,15 persen di tahun 2022. Anak-anak yang tinggal di
perkotaan memiliki APS lebih tinggi jika dibandingkan anak-anak yang tinggal di perdesaan, untuk
tiga kelompok umur yang berbeda (7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun). Hal ini diprediksi
disebabkan oleh layanan pendidikan di perkotaan yang lebih baik dibandingkan perdesaan. Sementara
itu, jika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, APS anak perempuan lebih tinggi dari anak laki-
laki untuk tiga kelompok umur berbeda (7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun). Ditinjau secara
keseluruhan, terjadi penurunan APS dari anak usia 7-12 tahun (99,10) ke APS anak usia 13-15 tahun
(95,92), serta menurun kembali pada kelompok umur 16-18 tahun (73,15). APS tertinggi menurut
kelompok umur dicapai oleh provinsi berikut: Riau untuk kelompok umur 7-12 tahun (99,61),
Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk kelompok umur
13-15 tahun (masing-masing sebesar 99,01), dan Provinsi DIY untuk kelompok umur 16-18 tahun
(89,95). Sementara itu, APS terendah untuk ketiga kelompok umur berada di Provinsi Papua dengan
nilai masing-masing sebesar 84,35 (kelompok umur 7-12 tahun), 81,66 (kelompok umur 13-15 tahun),
dan 65,93 (kelompok umur 16-18 tahun). Jika dibandingkan dengan APS tahun 2021, APS kelompok
umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun di Provinsi Papua di tahun 2022 menunjukkan tren yang lebih
tinggi.

Serupa dengan APS, tren Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
juga mengalami fluktuasi pada tahun 2018 sampai dengan 2022. APM SD/sederajat, SMP/sederajat,
dan SMA/sederajat pada tahun 2022 berturut-turut sebesar (97,88); (80,89); dan (61,97). APM
tertinggi untuk jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat dicapai oleh Provinsi DIY
(99,43), Provinsi Aceh (88,21), dan Provinsi Bali (74,73). Sementara itu, APM terendah untuk jenjang
SD/sederajat (81,66), SMP/sederajat (59,14), dan SMA/sederajat (47,63) pada tahun 2022 berada di
Provinsi Papua. Data APK memiliki pola yang sama dengan APM, yaitu dengan semakin meningkatnya

VII
jenjang pendidikan dari SD/sederajat ke SMA/sederajat, maka APK akan semakin menurun. APK
Indonesia SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat, berturut-turut sebesar (106,27); (92,11);
dan (85,49).

Profil pendidikan anak Indonesia usia 5-17 tahun yang melek huruf adalah sebesar 92,17
persen. Angka Melek Huruf anak di perkotaan (93,10 persen) lebih tinggi dibandingkan Angka Melek
Huruf anak di perdesaan (90,96 persen). Sementara itu, Angka Melek Huruf anak perempuan (92,46
persen) lebih tinggi dibandingkan Angka Melek Huruf pada anak laki-laki (91,88 persen). Provinsi
dengan Angka Melek Huruf tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (94,70 persen) dan Angka Melek
Huruf terendah adalah Provinsi Papua (80,22 persen).

Persentase anak umur 7-17 tahun yang memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) selama
lima tahun terakhir menunjukkan bahwa sejak tahun 2018 sampai dengan 2022 mengalami penurunan.
Secara nasional, persentase anak memperoleh PIP di tahun 2022 adalah 16,53 persen (lebih rendah
0,82 persen dari tahun 2021). Persentase anak yang memperoleh PIP di perdesaan (18,45 persen) lebih
tinggi dibandingkan dengan anak di perkotaan (15,06 persen). Sementara itu, persentase anak
perempuan yang memperoleh PIP (16,83 persen) lebih tinggi jika dibandingkan anak laki-laki (16,25
persen). Pada tahun 2022 hanya terdapat sembilan provinsi saja yang nilainya lebih dari 20 persen,
yaitu: 1) Daerah Istimewa Yogyakarta (29,85 persen); 2) Gorontalo (26,49 persen); 3) Sulawesi Barat
(25,33 persen); 4) Sulawesi Tenggara (22,76 persen); 5) Jawa Tengah (22,68 persen); 6) Aceh (21,33
persen); 7) Nusa Tenggara Barat (21,21 persen); 8) Sumatera Barat (20,08 persen); dan 9) Lampung
(20,04 persen). Sementara itu, Provinsi Papua yang memiliki Angka Partisipasi (APS) terendah untuk
semua jenjang pendidikan, adalah provinsi dengan jumlah anak yang memperoleh PIP terendah di
Indonesia (17,59 persen).

Profil anak Indonesia dalam bidang perumahan dan sanitasi menunjukkan bahwa sebesar
81,83 persen anak dengan status kepemilikan tempat tinggal milik sendiri dan kepemilikan tempat
tinggal didominasi oleh mereka yang tinggal di perdesaan. Tiga provinsi yang memiliki persentase
anak dengan status kepemilikan bangunan tempat tinggal tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat
(92,48 persen), Provinsi Nusa Tenggara Timur (90,72 persen) dan Provinsi Lampung (90,61 persen).
Sementara itu, Provinsi Jakarta merupakan provinsi yang memiliki persentase anak dengan status
kepemilikan bangunan tempat tinggal milik sendiri terendah, yaitu sebesar 47,69 persen. Persentase
anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki akses air minum layak menunjukkan bahwa provinsi
Papua masih menjadi provinsi dengan persentase anak dengan akses air minum layak terendah di
Indonesia, yaitu lebih rendah 20,1 persen dibandingkan dengan persentase nasional.

Pada bidang perlindungan khusus anak, data menunjukkan bahwa terdapat empat provinsi
di wilayah Indonesia Timur dengan persentase anak yang hidup di bawah garis kemiskinan tertinggi,

VIII
yaitu 1) Papua (31,51 persen); 2) Papua Barat (25,14 persen); 3) Nusa Tenggara Timur (24,03 persen);
serta 4) Maluku (20,80 persen). Keempat provinsi ini memiliki persentase anak hidup di bawah garis
kemiskinan lebih dari 20 persen pada tahun 2022. Sementara itu, provinsi dengan persentase anak
usia 10-17 tahun yang masuk angkatan kerja di perkotaan dan di perdesaan tertinggi berturut-turut
berada di Provinsi Sulawesi Barat (15,38 persen) dan di Provinsi Bali (23,96 persen). Persentase anak
yang masuk Angkatan kerja di perdesaan lebih tinggi (11,06 persen) dibandingkan di perkotaan (7,47
persen) dan persentase ini didominasi oleh anak laki-laki.

Persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja pada tahun 2018 hingga 2022 menunjukkan
fluktuasi hingga mencapai 7,50 persen pada tahun 2022. Data menunjukkan bahwa persentase anak
yang bekerja di perdesaan lebih tinggi (10,18 persen) dibandingkan dengan anak di perkotaan (5,40
persen). Data menunjukkan bahwa terdapat 11 provinsi dengan persentase anak bekerja lebih dari
10 persen secara nasional, yaitu: 1) Sulawesi Barat (20,78 persen); 2) Papua (16,66 persen); 3) Nusa
Tenggara Timur (16,52 persen); 4) Gorontalo (13,78 persen); 5) Nusa Tenggara Barat (13,27 persen);
6) Bali (13,21 persen); 7) Sulawesi Tenggara (13,20 persen); 8) Sumatera Utara (13,09 persen); 9)
Sulawesi Selatan (12,56 persen); 10) Sulawesi Tengah (11,24 persen); serta 11) Kalimantan Utara
(10,83 persen).

Persentase anak yang bekerja di perkotaan didominasi oleh anak perempuan yang bekerja di
pekerjaan bidang jasa (78,79 persen). Sementara itu, anak yang bekerja di perdesaan pada umumnya
adalah anak laki-laki yang bekerja di sektor pertanian (60,43 persen). Baik anak laki-laki maupun
perempuan rata-rata melakukan pekerjaan selama 14 jam dalam sepekan, atau dua jam per hari, dengan
persentase berturut-turut sebesar 53,64 persen (anak laki-laki) dan 53,62 persen (anak perempuan).

Profil kekerasan terhadap anak di Indonesia menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya.
Bahkan menurut data Simfoni PPA pada tahun 2022 terdapat kenaikan menjadi 16.106 kasus dari
tahun 2021 yaitu sebanyak 14.517 kasus. Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kasus
kekerasan anak tertinggi di Indonesia dengan 1.388 kasus pada tahun 2022. Sepanjang tahun 2022,
terdapat sebanyak 17.641 anak yang menjadi korban kekerasan bahkan, sebanyak 2.024 korban
kekerasan terhadap anak dengan usia dibawah 6 tahun. Data berdasarkan jenis kekerasan, masih
sama dengan tahun 2021, pada tahun 2022 jenis kekerasan tertinggi adalah kekerasan seksual dengan
jumlah korban sebanyak 9.558 anak (meningkat 858 anak dari tahun 2021). Demikian pula dengan
data tempat kejadian kekerasan terhadap anak di Indonesia yang masih didominasi oleh kejadian di
rumah tangga, yakni sebanyak 9.414 korban di tahun 2022.

Dengan adanya data profil anak yang disajikan pada buku ini serta uraian terkait kondisi anak
Indonesia pada tahun 2022 yang ditinjau dari berbagai aspek, diharapkan mampu menjadi landasan
bagi berbagai pihak untuk dapat terus meningkatkan upaya perlindungan terhadap anak di berbagai

IX
wilayah di Indonesia. Beragam strategi komprehensif yang merupakan hasil kolaborasi seluruh
stakeholders, baik pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan
media (penta helix) diharapkan akan mampu menjadi pendekatan multisektor yang efektif dan efisien
dalam menciptakan lingkungan ramah anak demi mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.
Sehingga harapannya target RPJMN untuk mencapai Indonesia Layak Anak dapat tercapai dengan
baik.

X
DAF TAR ISI

SAMBUTAN............................................................................................................................................. I
RINGKASAN EKSEKUTIF.. ............................................................................................................... III
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................XI
DAFTAR TABEL.. ............................................................................................................................. XVII
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................XVIII
DAFTAR LAMPIR AN.. .................................................................................................................... X XII
CATATAN TEKNIS......................................................................................................................... X X XI

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2. Tujuan.........................................................................................................................................3
1.3. Sumber Data...............................................................................................................................4
1.4. Sistematika Penyajian.. ..............................................................................................................4

BAB 2 KOMPOSISI PENDUDUK ANAK (UMUR 0-17 TAHUN).. ..................................................7


2.1. Persentase Penduduk Anak Dibandingkan Dewasa..............................................................7
2.2. Tren Persentase Penduduk Anak (2020-2022) SP dan Interim............................................8
2.3. Persentase Penduduk Anak menurut Provinsi.. ...................................................................13

BAB 3 HAK SIPIL ANAK.....................................................................................................................17


3.1. Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran..................................................................17
3.2. Tren Kepemilikan Akta Kelahiran (2018-2022).. .................................................................18
3.3. Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut Tipe Daerah...........................19
3.4. Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut Provinsi..................................21

BAB 4 AKSES TERHADAP TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.. ........................30


4.1. Telepon Seluler dan Komputer...............................................................................................30
4.1.1. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun
yang Menggunakan Telepon Seluler (2021-2022)............................................................................ 30
4.1.2. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler (2021-2022)......... 31
4.1.3. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun
yang Menggunakan Telepon Seluler Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin...................... 32
4.1.4. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin........................................................................................... 34
4.1.5. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Komputer
Menurut Tipe Daerah.............................................................................................................................. 35
4.2. Akses Internet.. .........................................................................................................................36
4.2.1. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet (2018-2022)..... 36
4.2.2. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun
yang Pernah Mengakses Internet Menurut Provinsi....................................................................... 37

XI
4.2.3. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses............................................................................... 39
4.2.4. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Tipe Daerah dan Tujuan Mengakses................................................................................. 40

BAB 5 PENGASUHAN.........................................................................................................................74
5.1. Keikutsertaan PAUD.. ..............................................................................................................74
5.1.1. Tren Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD (2018-2022)............. 75
5.1.2. Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD
Menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur..................................................................................... 77
5.1.3. Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD
Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah........................................................................................... 78
5.1.4. Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut Provinsi............ 79
5.2. Angka Kesiapan Sekolah.........................................................................................................82
5.2.1. Tren Angka Kesiapan Sekolah Lima Tahun Terakhir (2018-2022).............................................. 82
5.2.2. Angka Kesiapan Sekolah Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin........................................... 83
5.2.3. Angka Kesiapan Sekolah Menurut Provinsi....................................................................................... 84
5.3. Perkawinan Anak....................................................................................................................................... 86
5.3.1. Tren Persentase Perempuan 20-24 Tahun
yang Menikah Sebelum Berumur 18 Tahun (2018-2022).............................................................. 86
5.3.2. Persentase Perkawinan Anak Menurut Provinsi............................................................................... 87

BAB 6 KESEHATAN.. ..........................................................................................................................103


6.1. Status Gizi...............................................................................................................................103
6.1.1. Status Gizi Balita...................................................................................................................................... 104
6.1.2. Tren Prevalensi Status Gizi Balita ...................................................................................................... 105
6.1.3. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Provinsi.............................................................................. 106
6.2. Cakupan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MPASI).....108
6.2.1. Tren Persentase Baduta (Bayi 0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI (2018-2022)................. 108
6.2.2. Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI
Menurut Rata-Rata Lama Pemberian ASI (Bulan)........................................................................ 109
6.2.3. Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Provinsi.......................... 110
6.2.4. Tren Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapatkan ASI Eksklusif (2019-2022)............................................................................... 112
6.2.5. Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Menurut Tipe Daerah............................................................................................................................ 112
6.3. Cakupan Imunisasi................................................................................................................113
6.3.1. Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Imunisasi....................................................................................... 114
6.3.2. Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Tipe Daerah............................................................................................................................ 114
6.3.3. Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Provinsi.................................................................................................................................... 115
6.4. Keluhan Kesehatan pada Anak.............................................................................................116

XII
6.4.1. Tren Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan (2018-2022)............................... 116

6.4.2. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan


Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin......................................................................................... 118
6.4.3. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Provinsi.............................. 118
6.4.4. Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah,
atau Kegiatan Sehari-Hari) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin..................................... 120
6.4.5. Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah,
atau Kegiatan Sehari-Hari) Menurut Provinsi................................................................................ 121
6.4.6. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin........................................... 123
6.4.7. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi...................................................................................... 124
6.4.8. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Tempat Berobat........................................................................ 126
6.4.9. Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Berdasarkan Tempat Rawat Inap........................................................................................................ 127
6.5. Anak yang Merokok...............................................................................................................127
6.5.1. Tren Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok (2019-2022) ................................... 128
6.5.2. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok
Menurut Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Minggu......................................................... 129
6.5.3. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok
Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah......................................................................................... 130
6.6. Jaminan Kesehatan................................................................................................................130
6.6.1. Tren Persentase Penduduk 0-17 Tahun
yang Memiliki Jaminan Kesehatan (2018-2022)............................................................................. 131
6.6.2. Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki......................................... 131
6.6.3. Persentase Anak yang Memiliki Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi . .............................. 132
6.6.4. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan.................................... 134
6.6.5. Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan.................................... 135

BAB 7 PENDIDIKAN.........................................................................................................................167
7.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS).........................................................................................167
7.1.1. Tren APS Penduduk Umur 7-12, 13-15, dan 16-18 Tahun (2018-2022).................................. 168
7.1.2. APS Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin,
dan Kelompok Umur.............................................................................................................................. 169
7.1.3. APS Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Provinsi dan Kelompok Umur.......................... 170
7.2. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK ).. ..........................171
7.2.1. Tren APM dan APK SD, SMP, SMA Penduduk Umur 7-18 Tahun (2018-2022)................... 171
7.2.2. APM Penduduk Umur 7-18 Tahun
Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan.................................................. 173
7.2.3. APM Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan.................... 174

XIII
7.2.4. APK Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin
dan Jenjang Pendidikan......................................................................................................................... 174
7.3. Angka Melek Huruf.. ..............................................................................................................175
7.3.1. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin......................................................................................... 176
7.3.2. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf Menurut Provinsi.............................. 177
7.4. Angka Putus Sekolah.............................................................................................................180
7.4.1. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun Putus Sekolah
Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan................................................. 180
7.5. Program Indonesia Pintar....................................................................................................181
7.5.1. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun
yang Memperoleh Program Indonesia Pintar 2018-2022............................................................. 182
7.5.2. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin......................................................................................... 183
7.5.3. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
Menurut Provinsi.................................................................................................................................... 184
7.5.4. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)................................................................................... 187

BAB 8 PERUMAHAN DAN SANITASI............................................................................................216


8.1. Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal.................................................................216
8.1.1. Persentase Anak Menurut Tipe Daerah dan
Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal.............................................................................. 216
8.1.2. Persentase Anak Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan
Bangunan Tempat Tinggal.................................................................................................................... 218
8.2. Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi Layak..................................................................219
8.2.1. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki
Akses Air Minum Layak Menurut Tipe Daerah.............................................................................. 220
8.2.2. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki
Akses Air Minum Layak Menurut Provinsi...................................................................................... 221
8.2.3. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak
Menurut Tipe Daerah............................................................................................................................ 223
8.2.4. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak
Menurut Provinsi.................................................................................................................................... 224

BAB 9 ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS.. .........................................236


9.1 Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan...................................................................236
9.1.2. Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah................................................................................................... 236
9.2. Anak yang Bekerja.................................................................................................................239
9.2.1. Anak yang masuk dalam Angkatan Kerja dan Anak yang Bekerja............................................ 239
9.2.1.1. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Termasuk Angkatan Kerja
Menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin...................................................................... 240
9.2.1.2. Tren Persentase Anak yang Bekerja (2018-2022)............................................................................ 240

XIV
9.2.1.3. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin......................................................................................... 241
9.2.1.4. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Provinsi..................................... 242
9.2.2. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama................................................................................................ 245
9.2.3. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Sektor Pekerjaan Utama....................................................................................................... 246
9.2.4. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut
Jam Kerja pada Pekerjaan Utama........................................................................................................ 247
9.2.4.1. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut
Jenis Kelamin dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama.................................................................... 248
9.2.4.2. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut
Tipe Daerah dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama....................................................................... 249
9.2.5. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama......... 249
9.2.5.1. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Status Pekerjaan Utama...................................................................... 250
9.2.5.2. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Utama.................................................................... 251
9.2.6. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Pendidikan yang Ditamatkan............................................................................................. 252
9.2.6.1. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan...................................... 252
9.2.6.2. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan......................................... 253
9.3. Pekerja Anak.. .........................................................................................................................254
9.3.1. Tren Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi (2019-2022)................................................... 255
9.3.2. Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi..................................................................................... 256
9.4. Kekerasan terhadap Anak (KtA)..........................................................................................258
9.4.1. Tren Kasus KtA........................................................................................................................................ 263
9.4.1.1. Tren Jumlah Kasus KtA (2019-2022)................................................................................................. 263
9.4.1.2. Kasus KtA Menurut Provinsi .............................................................................................................. 263
9.4.1.3. Tren Jumlah Korban KtA (2019-2022).............................................................................................. 266
9.4.2. KtA Berdasarkan Kelompok Umur dan Status Perkawinan Korban......................................... 267
9.4.2.1. Persentase Korban Kekerasan terhadap Anak
Menurut Provinsi dan Kelompok Umur........................................................................................... 267
9.4.2.2. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
Menurut Provinsi dan Status Perkawinan........................................................................................ 269
9.4.3. KtA Berdasarkan Jenis Kekerasan dan Layanan yang Diterima................................................. 269
9.4.3.1. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
Menurut Provinsi dan Jenis Kekerasan............................................................................................. 270
9.4.3.2. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
Menurut Provinsi dan Jenis Layanan yang Diterima.................................................................... 271
9.4.4. KtA Berdasarkan Tempat Kejadian.................................................................................................... 273
9.4.4.1. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan Tempat Kejadian........... 273

XV
9.4.5. KtA Berdasarkan Hubungan Korban dan Pelaku........................................................................... 274
9.4.5.1. Jumlah Pelaku Kekerasan terhadap Anak
Menurut Provinsi dan Hubungan Pelaku dengan Korban........................................................... 274

PENUTUP............................................................................................................................................319

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................320

DAFTAR PER ATUR AN YANG MENJADI ACUAN.. ......................................................................332

XVI
DAF TAR TAB EL

Tabel 6.1 Prevalansi Status Gizi Balita Menurut Provinsi Tahun 2022................................................. 107

Tabel 7.1 Tren APM dan APK SD, SMP, SMA Penduduk Umur 7-18 Tahun (2018-2022)............ 172

Tabel 7.2 APM Penduduk Umur 7-18 Tahun

Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tahun 2022..................... 173

Tabel 7.3 APK Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin

dan Jenjang Pendidikan Tahun 2022............................................................................................ 180

Tabel 7.4 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Putus Sekolah

Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Tahun 2022.................... 201

Tabel 9.1 Jumlah Kasus dan Korban KTA Menurut Provinsi Tahun 2022.......................................... 265

XVII
DAF TAR GAMB AR

Gambar 2.1 Persentase Penduduk Anak Dibandingkan Dewasa Tahun 2022............................................8


Gambar 2.2 Tren Persentase Penduduk Anak (2022-2022)..............................................................................9
Gambar 2.3 TFR/Angka Fertilitas Hasil Long Form SP2020 Menurut Provinsi . .................................. 10
Gambar 2.4 Simulasi TFR/Angka Fertilitas Total (2020-2024) dan
TFR Hasil Long Form SP2020........................................................................................................ 11
Gambar 2.5 Tren Persentase Penduduk Anak Dibandingkan Dewasa Tahun (2020-2022)................. 12
Gambar 2.6 Persentase Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2022.............................................................. 14

Gambar 3.1 Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Tahun 2022................................................ 18
Gambar 3.2 Tren Kepemilikan Akta Kelahiran (2018-2022)........................................................................ 19
Gambar 3.3 Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut Tipe Daerah Tahun 2022..... 20
Gambar 3.4 Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut Provinsi Tahun 2022............. 23

Gambar 4.1 Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun


yang Menggunakan Telepon Seluler (2021-2022).................................................................... 31
Gambar 4.2 Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun
yang Memiliki Telepon Seluler(2021-2022)............................................................................... 32
Gambar 4.3 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon Seluler
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022........................................................... 33
Gambar 4.4 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022........................................................... 35
Gambar 4.5 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Komputer
Menurut Tipe Daerah Tahun 2022............................................................................................... 36
Gambar 4.6 Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet..................... 37
Gambar 4.7 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Provinsi Tahun 2022....................................................................................................... 38
Gambar 4.8 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses Tahun 2022............................................... 40
Gambar 4.9 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Tipe Daerah dan Tujuan Mengakses Tahun 2022.................................................. 41

Gambar 5.1 Tren Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD............................. 76
Gambar 5.2 Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD
Menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur Tahun 2022...................................................... 78
Gambar 5.3 Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD
Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah Tahun 2022........................................................... 79
Gambar 5.4 Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD
Menurut Provinsi Tahun 2022....................................................................................................... 81
Gambar 5.5 Tren Angka Kesiapan Sekolah Lima Tahun Terakhir (Tahun 2018-2022)........................ 82

XVIII
Gambar 5.6 Angka Kesiapan Sekolah Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022............ 83
Gambar 5.7 Angka Kesiapan Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2022....................................................... 85
Gambar 5.8 Tren Persentase Perempuan 20-24 Tahun
yang Menikah Sebelum Berumur 18 Tahun (2018-2022)...................................................... 87
Gambar 5.9 Persentase Perkawinan Anak Menurut Provinsi Tahun 2022................................................ 88

Gambar 6.1 Prevalensi Status Gizi Balita Tahun 2022.................................................................................. 104


Gambar 6.2 Tren Prevalensi Status Gizi Balita Tahun 2018-2022............................................................. 105
Gambar 6.3 Tren Persentase Baduta (Bayi 0-23 Bulan)
yang Pernah Diberi ASI Tahun 2018-2022............................................................................... 109
Gambar 6.4 Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI
Menurut Rata-Rata Lama Pemberian ASI (Bulan) Tahun 2022......................................... 110
Gambar 6.5 Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI
Menurut Provinsi Tahun 2022..................................................................................................... 111
Gambar 6.6 Tren Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapatkan ASI Eksklusif Tahun 2019-2022............................................................. 112
Gambar 6.7 Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapatkan ASI Eksklusif Menurut Tipe Daerah Tahun 2022............................. 113
Gambar 6.8 Persentase Balita yang pernah Diberi Imunisasi Menurut Tipe Daerah
dan Jenis Imunisasi Tahun 2022.................................................................................................. 114
Gambar 6.9 Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Tipe Daerah Tahun 2022............................................................................................. 115
Gambar 6.10 Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Provinsi Tahun 2022................................................................................................... 116
Gambar 6.11 Tren Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Tahun 2018-2022........... 117
Gambar 6.12 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin............................................................................... 118
Gambar 6.13 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2022................................................................................................... 119
Gambar 6.14 Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau
Kegiatan Sehari-Hari) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022............ 120
Gambar 6.15 Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau
Kegiatan Sehari-Hari) Menurut Provinsi Tahun 2022........................................................ 122
Gambar 6.16 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022......... 123
Gambar 6.17 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi Tahun 2022.................................................... 125
Gambar 6.18 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Tempat Berobat Tahun 2022...................................... 126
Gambar 6.19 Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Berdasarkan Tempat Rawat Inap Tahun 2022....................................................................... 127
Gambar 6.20 Tren Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok Tahun 2019-2022................. 128
Gambar 6.21 Persentase Anak Umur 5-17 yang Merokok
Menurut Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Per Minggu Tahun 2022........................ 129

XIX
Gambar 6.22 Persentase Anak Umur 5-17 yang Merokok
Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah Tahun 2022....................................................... 130
Gambar 6.23 Tren Persentase Anak 0-17 yang Memiliki Jaminan Kesehatan
Tahun 2018-2022.......................................................................................................................... 131
Gambar 6.24 Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki Tahun 2022........ 132
Gambar 6.25 Persentase Anak yang Memiliki Jaminan Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2022................................................................................................... 133
Gambar 6.26 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan
yang Digunakan Tahun 2022..................................................................................................... 134

Gambar 7.1 Tren APS Penduduk Umur 7-12, 13-15, dan 16-18 Tahun (2018-2022)........................ 168
Gambar 7.2 APS Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin
dan Kelompok Umur Tahun 2022............................................................................................ 170
Gambar 7.3 Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf Menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin Tahun 2022.................................................................................................... 177
Gambar 7.4 Persentase Anak Umum 5-17 Tahun yang Melek Huruf
Menurut Provinsi Tahun 2022..................................................................................................... 179
Gambar 7.5 Tren Persentase Anak Umur 7-17 tahun
yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (Tahun 2018-2022).................................... 182
Gambar 7.6 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program
Indonesia Pintar (PIP) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022............. 183
Gambar 7.7 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program
Indonesia Pintar (PIP) Menurut Tipe Provinsi Tahun 2022............................................... 186
Gambar 7.8 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program
Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) Tahun 2022........ 187

Gambar 8.1 Persentase Anak Menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal Tahun 2022......................................................................................................... 217
Gambar 8.2 Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Air Minum Layak Menurut Tipe Daerah Tahun 2022.................. 220
Gambar 8.3 Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Air Minum Layak Menurut Provinsi Tahun 2022.......................... 222
Gambar 8.4 Persentase Anak yang TInggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Sanitasi Layak Menurut Tipe Daerah Tahun 2022........................ 223
Gambar 8.5 Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Sanitasi Layak Menurut Provinsi Tahun 2022................................ 225

Gambar 9.1 Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Menurut Provinsi Tahun 2022............ 237
Gambar 9.2 Tren Persentase Anak yang Bekerja (Tahun 2018-2022)...................................................... 241
Gambar 9.3 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022......................................................... 242
Gambar 9.4 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Provinsi Tahun 2022...... 243

XX
Gambar 9.5 Perbandingan Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Provinsi dengan Persentase Anak
yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Tahun 2022.......................................................... 244
Gambar 9.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin,
Tipe Daerah dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2022................................................. 245
Gambar 9.7 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Jenis Kelamin, Tipe Daerah dan Sektor Pekerjaan Utama Tahun 2022......... 247
Gambar 9.8 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Jenis Kelamin dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama Tahun 2022................... 248
Gambar 9.9 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama Tahun 2022..................... 249
Gambar 9.10 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Status Pekerjaan Utama Tahun 2022..................................... 250
Gambar 9.11 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Utama Tahun 2022.................................. 251
Gambar 9.12 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tahun 2022.................................................................................................... 253
Gambar 9.13 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
Menurut Tipe Daerah dan Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tahun 2022.................................................................................................... 254
Gambar 9.14 Tren Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi (Tahun 2019-2022)............................ 255
Gambar 9.15 Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi Tahun 2022.................................................... 257
Gambar 9.16 Tren Jumlah Kasus KtA (Tahun 2019-2022).......................................................................... 263
Gambar 9.17 Tren Jumlah Korban KtA menurut Jenis Kelamin (Tahun 2019-2022).......................... 266
Gambar 9.18 Persentase Korban KtA di Indonesia dan Provinsi Jawa Timur
menurut Kelompok Umur, 2022............................................................................................... 268
Gambar 9.19 Persentase Korban KtA di Indonesia dan Provinsi Jawa Timur
menurut Status Perkawinan, 2022............................................................................................ 269
Gambar 9.20 Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Jenis Kekerasan Tahun 2022..... 271
Gambar 9.21 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Menurut Provinsi
dan Jenis Layanan yang Diterima Tahun 2022...................................................................... 272
Gambar 9.22 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Menurut Provinsi
dan Tempat Kejadian Tahun 2022............................................................................................ 273
Gambar 9.23 Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Menurut Hubungan Pelaku
dengan Korban Tahun 2022........................................................................................................ 275

XXI
DAF TAR L AMP IR AN

Lampiran 2.1
Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2022....................15

Lampiran 3.1
Persentase Anak 0-17 tahun menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022........................................................................................24
Lampiran 3.2
Persentase Anak Umur 0-17 Tahun di Perkotaan menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022........................................................................................25
Lampiran 3.3
Persentase Anak Umur 0-17 Tahun di Perdesaan menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022................................................................................................................... 26
Lampiran 3.4
Persentase Anak Laki-laki Umur 0-17 Tahun menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022........................................................................................27
Lampiran 3.5
Persentase Anak Perempuan Umur 0-17 Tahun menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022........................................................................................28

Lampiran 4.1
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon Selular
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022.......................................................42
Lampiran 4.2
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Selular
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022.......................................................43
Lampiran 4.3
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Komputer
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022.......................................................44
Lampiran 4.3.1
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022........45
Lampiran 4.3.2
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022........48

XXII
Lampiran 4.4
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022......................................................51
Lampiran 4.5
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022..........................................................................52
Lampiran 4.6
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022..............................................55
Lampiran 4.6.1
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa,
Pembelian Barang/Jasa dan Penjualan Barang/Jasa
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022............................................................................58
Lampiran 4.6.2
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email,
Fasilitas Finansial (E-Banking),dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........61
Lampiran 4.7
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022..............................................64
Lampiran 4.7.1
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Mengakses Internet untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa,
Pembelian Barang/Jasa dan Penjualan Barang/Jasa
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022............................................................................67
Lampiran 4.7.2
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email,
Fasilitas Finansial (E-Banking), dan Lainnya
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022............................................................................70

Lampiran 5.1
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022........................................................................90
Lampiran 5.2
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun di Perkotaan yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022........................................................................91
Lampiran 5.2.1
Sampling Error Angka Partisipasi Anak Umur 3-4 Tahun di Perkotaan
yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2022.........................................................92

XXIII
Lampiran 5.3
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun di Perdesaan yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022........................................................................93
Lampiran 5.4
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang sedang mengikuti PAUD
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022.......................................................95
Lampiran 5.5
Angka Kesiapan Sekolah menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022.................96
Lampiran 5.5.1
Sampling Error Angka Kesiapan Sekolah Laki-laki di Perdesaan menurut provinsi, 2022..........97
Lampiran 5.6
Persentase Perempuan Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Berumur 18 tahun
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022...............................................................................98
Lampiran 5.6.1
Sebelum Berumur 18 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022...................................99

Lampiran 6.1
Persentase Baduta (Bayi 0-23 Bulan) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................136
Lampiran 6.2
Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Lama Pemberian ASI (Bulan), 2022.............................137
Lampiran 6.3
Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................138
Lampiran 6.3.1
Sampling Error Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang
Mendapatkan ASI Eksklusif di Perkotaan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022...........139
Lampiran 6.4
Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi,
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022..................................................................................144
Lampiran 6.5
Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Imunisasi, 2022...............................................................................145
Lampiran 6.6
Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................148
Lampiran 6.7
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................149

XXIV
Lampiran 6.8
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan
menurut Tipe Daerah, dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki, 2022.............................150
Lampiran 6.9
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehata
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................151
Lampiran 6.10
Persentase penduduk 0-17 Tahun yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau
Kegiatan Sehari-hari) menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022...................152
Lampiran 6.11
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan
Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................153
Lampiran 6.12
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan
Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin
dan Tempat Berobat, 2022...................................................................................................154
Lampiran 6.13
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jala
menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2022.........................154
Lampiran 6.14
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................155
Lampiran 6.14.1
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perkotaan yang Pernah Rawat Inap
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022.....................................156
Lampiran 6.14.2
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perdesaan yang Pernah Rawat Inap
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022.....................................159
Lampiran 6.14.3
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Rawat Inap
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022.....................................162
Lampiran 6.15
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Tempat Rawat Inap, 2022............................................................164
Lampiran 6.16
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir .....164
menurut Tipe Daerah dan Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2022..................................164
Lampiran 6.18.............................................................................................. 165
Persentase Anak Usia 5-17 Tahun yang Merokok
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022....................................................................165

XXV
Lampiran 6.19
Persentase Anak Usia 5-17 Tahun yang Merokok menurut provinsi,
Tipe Daerah dan Batang Rokok yang Dihisap per Minggu, 2022..........................................165

Lampiran 7.1
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022......................................................................188
Lampiran 7.2
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perkotaan
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022......................................................................189
Lampiran 7.3
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Umur 7-18 tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022......................................................................190
Lampiran 7.4
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Laki-laki Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022......................................................................191
Lampiran 7.5
Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk perempuan umur 7-18 tahun
menurut provinsi dan kelompok umur, 2022........................................................................192
Lampiran 7.6
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................193
Lampiran 7.7
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perkotaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................194
Lampiran 7.8
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................195
Lampiran 7.9
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Laki-laki umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................196
Lampiran 7.10
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Perempuan Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................197
Lampiran 7.11
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................198
Lampiran 7.12
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perkotaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................199

XXVI
Lampiran 7.13
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................200
Lampiran 7.14
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Laki-laki umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................201
Lampiran 7.15
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Perempuan Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022..................................................................202
Lampiran 7.16
Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................203
Lampiran 7.17
Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin
dan Jenjang Pendidikan, 2022 .............................................................................................204
Lampiran 7.17.1
Sampling Error Angka Putus Sekolah SD/Sederajat
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022 ...................................................................204
Lampiran 7.18
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
menurut Provinsi, Jenis kelamin dan Tipe Daerah, 2022......................................................205
Lampiran 7.18.1
Sampling Error Persentase Anak Laki-laki Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Provinsi, 2022..........................205
Lampiran 7.18.2
Sampling Error Persentase Anak Perempuan Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Provinsi, 2022..........................206
Lampiran 7.19
Persentase Anak Umur 7-17 tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2022....................................................207
Lampiran 7.19.1
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................................................................208
Lampiran 7.19.2
Sampling Error Persentase Anak umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................................................................212

XXVII
Lampiran 8.1
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun menurut Provinsi dan
Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022...............................................................226
Lampiran 8.1.1
Sampling Error Persentase Anak dengan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal
Kontrak/Sewa menurut Provinsi, 2022................................................................................227
Lampiran 8.2
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun di Perkotaan menurut Provinsi
dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022.........................................................228
Lampiran 8.2.1
Sampling Error Persentase Anak di Perkotaan menurut Provinsi dan
Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal Kontrak/Sewa, 2022........................................229
Lampiran 8.3
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022.............................230
Lampiran 8.3.1
Sampling Error Persentase Anak di Perdesaan menurut Provinsi
dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022.........................................................231
Lampiran 8.4
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Air Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022............................232
Lampiran 8.5
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022.....................233

Lampiran 9.1
Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022.............................................................................276
Lampiran 9.1.1
Sampling Error Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan di Perkotaan
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022.............................................................................277
Lampiran 9.2
Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun yang Termasuk Angkatan Kerja
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................278
Lampiran 9.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................279
Lampiran 9.2.2
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perkotaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................281

XXVIII
Lampiran 9.2.3
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perdesaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................284
Lampiran 9.3
Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022....................................................287
Lampiran 9.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................................................................288
Lampiran 9.3.2
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perkotaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................................................................291
Lampiran 9.3.3
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perdesaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022..........................................................................294
Lampiran 9.4
Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2022..........................................................297
Lampiran 9.5
Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin dan Sektor Pekerjaan Utama, 2022.............................297
Lampiran 9.6
Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama, 2022...............298
Lampiran 9.8
Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Utama, 2022..............................299
Lampiran 9.9
Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Penduduk Usia 10-17 Tahun
yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, 2022..........................................................................300
Lampiran 9.9.1
Sampling Error Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Penduduk Usia 10-17 Tahun
yang Bekerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022......................................................301
Lampiran 9.10
Persentase Pekerja Anak menurut Provinsi, 2019-2022.........................................................304
Lampiran 9.10.1
Sampling Error Persentase Pekerja Anak menurut Provinsi, 2022...........................................305
Lampiran 9.11
Jumlah Kasus Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi Tahun 2019-2022 ......................306
Lampiran 9.12
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut provinsi Tahun 2019 - 2022 ..................307

XXIX
Lampiran 9.13
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022 (menurut Tahun Penginputan).......................309
Lampiran 9.14
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2022 (menurut Tahun Penginputan).....................310
Lampiran 9.15
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
menurut Provinsi dan Jenis Pekerjaan, 2022 (menurut Tahun Penginputan)..........................311
Lampiran 9.16
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
menurut Provinsi dan Tempat Kejadian, 2022 (menurut Tahun Penginputan).......................312
Lampiran 9.17
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
menurut Provinsi dan Jenis Kekerasan, 2022 (menurut Tahun Penginputan).........................313
Lampiran 9.18
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak
menurut Provinsi dan Jenis Layanan, 2022 (menurut Tahun Penginputan)...........................314
Lampiran 9.19
Jumlah Pelaku Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan
Hubungan Pelaku dengan Korban, 2022 (menurut Tahun Penginputan)...............................316

XXX
C ATATAN TEK NIS

Estimasi dari sampel survei dipengaruhi oleh dua jenis error (kesalahan) yaitu sampling error
dan non-sampling error (seperti kesalahan dalam wawancara dan kesalahan pengolahan). Sampling
error adalah kesalahan yang ditimbulkan dari penggunaan teknik sampling dalam suatu survei.
Besarnya sampling error secara teori statistik ditunjukan oleh besarnya angka standard error dari suatu
angka estimasi persentase suatu variabel yang disajikan dari hasil survei (Susenas dan Sakernas 2022).
Untuk mengukur presisi dari suatu angka estimasi digunakan besarnya relative standard error, yaitu
rasio dari nilai standard error dengan nilai estimasi suatu variabel, yang dinyatakan dalam persentase
(%). Dengan menggunakan selang kepercayaan 95 persen, dapat disajikan estimasi interval (interval
estimation) dengan batas bawah sebesar nilai estimasi dikurangi dua standard error. Nilai estimasi
sebagai berikut:

a. RSE ≤25% dianggap akurat;

b. RSE >25% tetapi ≤50% perlu hati-hati jika ingin digunakan;

c. RSE >50%, maka nilai estimasi tersebut dianggap sangat tidak akurat. Salah satu cara
mengatasinya yaitu dengan menggabungkan estimasi tersebut dengan estimasi lain untuk
mendapatkan nilai estimasi yang RSE-nya lebih kecil

XXXI
1.1. Latar B elakang
Anak adalah investasi, harapan, dan penerus bangsa di masa mendatang (Kemen PPPA, 2022).
Anak sebagai generasi penerus akan menentukan keberlangsungan serta cermin sikap hidup suatu
bangsa di masa depan. Dengan demikian, negara memiliki tanggung jawab menjamin kesejahteraan
hidup anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang menyebutkan bahwa kesejahteraan
anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain itu, untuk mencapai
kesejahteraan, anak juga membutuhkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan. Hal ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 yang merupakan
penyempurnaan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Salah satu bentuk pemenuhan kewajiban negara terhadap kesejahteraan anak tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. RPJMN 2020-2024
memiliki sasaran pembangunan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang. Percepatan pembangunan
ini diimplementasikan dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang tentunya harus didukung dengan sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Satu dari tujuh agenda pembangunan RPJMN
tahun 2020-2024 yang dijabarkan adalah upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing melalui: 1) pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan; 2)
penguatan pelaksanaan perlindungan sosial; 3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
menuju cakupan kesehatan semesta; 4) peningkatan pemerataan layanan pendidikan berkualitas; 5)
peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda; 6) pengentasan kemiskinan; dan 7) peningkatan
produktivitas dan daya saing.

Pada RPJMN 2020-2024 juga disebutkan bahwa manusia, dalam hal ini termasuk anak di
dalamnya, adalah modal utama pembangunan nasional untuk menuju pembangunan yang inklusif dan
merata di seluruh wilayah. Pembangunan nasional yang merata di seluruh wilayah diharapkan dapat
terwujud melalui peningkatan kesejahteraan anak dari berbagai kalangan dan di berbagai daerah di
Indonesia melalui program Indonesia Layak Anak. Perwujudan Indonesia Layak Anak dilaksanakan
dengan penguatan Sistem Perlindungan Anak untuk memastikan anak dapat menikmati haknya dan
terjamin kesejahteraannya. Sistem Perlindungan Anak tersebut mencakup: 1) penguatan layanan
yang ramah terhadap anak; 2) penguatan koordinasi dalam meningkatkan akses layanan dasar bagi
seluruh anak, termasuk yang memiliki kondisi khusus; 3) penguatan jejaring di komunitas, media
massa, dunia usaha, dan Lembaga masyarakat dalam upaya pemenuhan hak anak; 4) peningkatan

1
partisipasi anak dalam pembangunan; 5) penguatan upaya pencegahan berbagai tindak kekerasan
pada anak, termasuk perkawinan anak, serta penarikan dan pencegahan anak di tempat kerja; dan 6)
peningkatan efektivitas kelembagaan melalui penegakan hukum, peningkatan kapasitas sumber daya
manusia, penguatan sistem data dan informasi, serta optimalisasi fungsi pengawasan.

Akan tetapi, Kemen PPPA (2020) menjelaskan bahwa sebagai kelompok sosial yang rentan
dan memiliki ketergantungan dalam bertahan hidup terhadap kelompok sosial lainnya, anak masih
memiliki berbagai permasalahan yang dapat menghambat kesempatan mereka untuk tumbuh dan
berkembang dengan optimal di lingkungannya. Jika beragam permasalahan ini tidak diatasi, kesempatan
anak untuk dapat tumbuh menjadi warga negara yang berpartisipasi aktif terhadap pembangunan
nasional akan terhambat. Salah satu permasalahan anak adalah tingginya angka perkawinan anak
di Indonesia, bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kawasan ASEAN (UNICEF,
2020). Rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya angka kemiskinan diprediksi sebagai faktor yang
mendorong terjadinya perkawinan anak di Indonesia (Arbelia & Riany, 2023). Selain itu, faktor sosial
dan budaya yang berkaitan dengan keyakinan bahwa menikah di usia muda dapat mengubah nasib
maupun dukungan lingkungan juga diyakini sebagai penyebab tingginya angka perkawinan anak
nasional.

Permasalahan anak lainnya adalah rendahnya angka partisipasi sekolah. Permasalahan anak
di bidang pendidikan juga termasuk masih terbatasnya akses pendidikan yang berkualitas bagi
seluruh anak Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian karena kualitas pendidikan sangat berkaitan
erat dengan kompetensi sumber daya manusia bangsa untuk mendukung pembangunan nasional
menyongsong Indonesia Emas 2045. Sumber daya manusia yang berkualitas emas pada tahun
2045 tidak akan tercapai jika angka partisipasi sekolah dan kualitas pendidikan di Indonesia masih
berkualitas rendah.

Selain itu, permasalahan esensial lainnya adalah berkaitan dengan tingkat kekerasan terhadap
anak yang terus meningkat, jumlah tindak pidana yang dilakukan oleh anak, tingginya pekerja anak
dan paparan informasi yang tidak layak anak. Belum lagi permasalahan terkait kesehatan pada anak,
seperti tingginya jumlah anak yang merokok, jumlah anak yang menderita stunting dan kurang gizi,
rendahnya kelayakan lingkungan tempat tinggal, sanitasi, serta air minum, maupun terbatasnya
lingkungan yang ramah anak. Beragam permasalahan anak tersebut merupakan problematika yang
membutuhkan strategi penyelesaian yang mendesak.

Sebagai dasar perencanaan, implementasi dan evaluasi program dan kebijakan peningkatan
kesejahteraan anak maupun pengendalian beragam permasalahan anak, diperlukan data faktual
yang dapat memberikan gambaran anak di berbagai wilayah Indonesia. Data yang menggambarkan
kondisi anak sebenarnya di lapangan ini sangat esensial karena dapat menjadi landasan informasi

2
bagi pemerintah dan lembaga serta pihak terkait untuk merencanakan, mengembangkan, dan
mengimplementasikan program yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak di masing-masing
wilayah di Indonesia. Selain itu, data anak Indonesia juga dapat menjadi bahan evaluasi efektivitas
strategi dan kebijakan yang telah diimplementasikan dalam upaya peningkatan kesejahteraan anak,
pemenuhan hak anak, maupun pengendalian permasalahan anak di Indonesia. Sistem evaluasi sangat
penting sebagai landasan dalam melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas kebijakan maupun
program yang berkaitan dengan anak.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Kemen


PPPA RI) menerjemahkan kebutuhan atas data anak yang diperlukan tersebut melalui penyusunan
buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023. Buku ini terdiri atas beberapa dimensi dan dapat
digunakan untuk menggambarkan kondisi anak-anak di Indonesia. Data yang tertuang pada buku
Profil Anak Indonesia diharapkan dapat dijadikan acuan bagi seluruh pihak, baik bagi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pemerintah kabupaten/kota, maupun pihak lain non pemerintah yang
membutuhkan untuk bersama-sama meningkatkan dan menjamin kualitas kesejahteraan anak dan
pengendalian permasalahan anak di Indonesia melalui pengembangan dan implementasi program
yang berfokus pada anak. Dengan berbagai program yang berfokus pada anak tersebut, diharapkan
anak-anak di seluruh wilayah Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan amanat bangsa.

1.2. Tujuan
Buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023 bertujuan untuk memberikan informasi dan
gambaran mengenai kondisi anak-anak di Indonesia selama tahun 2022. Selain itu, buku Profil Anak
Indonesia Tahun 2023 juga menyediakan beberapa kondisi anak-anak di Indonesia pada beberapa
tahun sebelumnya sebagai bahan perbandingan dan evaluasi terkait adanya peningkatan, penurunan,
maupun stagnasi pada berbagai kondisi yang dialami oleh anak. Kondisi-kondisi tersebut dituangkan
dalam beberapa dimensi, diantaranya 1) dimensi komposisi penduduk anak; 2) dimensi hak sipil
anak; 3) dimensi akses anak terhadap teknologi informasi dan komunikasi; 4) dimensi pengasuhan;
5) dimensi kesehatan anak; 7) dimensi pendidikan; 8) dimensi akses atas perumahan dan sanitasi,
serta 9) dimensi anak yang memerlukan perlindungan khusus.

3
1.3. Sum ber Data
Data yang terdapat pada buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023 merupakan data yang telah
dianalisis dan bersumber dari berbagai macam sumber data Badan Pusat Statistik (BPS) serta pihak
lainnya. Berikut adalah sumber data yang digunakan dalam Profil Anak Indonesia Tahun 2023:

1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2022;


2. Proyeksi Penduduk Interim, 2020-2023;
3. Sensus Penduduk, 2020;
4. Sistem Informasi Peringatan Dini Pengendalian Penduduk (SIPERINDU), BKKBN, 2023;
5. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), 2022;
6. Simfoni PPA, Kemen PPPA, 2019-2022;
7. Studi Status Gizi Indonesia, 2021-2022;
8. Survei Status Gizi Balita Indonesia, 2019;
9. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018.

1.4. Sistem atika P enyajian


Penyajian buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023 disajikan dalam uraian sembilan Bab yang
membahas data yang telah dianalisis dan dinarasikan secara informatif menggunakan grafik, tabel,
dan gambar yang mendukung. Penyajian Bab telah disesuaikan dengan Konvensi Hak Anak (KHA)
yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 36 tahun
1990 dan berisikan lima kelompok, yaitu: 1) Hak sipil dan kebebasan; 2) Lingkungan keluarga dan
pengasuhan alternatif; 3) Kesehatan dan kesejahteraan dasar; 4) Pendidikan; serta 5) Pemanfaatan
waktu luang dan kegiatan seni budaya dan perlindungan khusus.

Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang memberikan gambaran tentang berbagai latar
belakang diperlukannya penyusunan buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023 oleh Kemen PPPA. Latar
belakang ini kemudian dilanjutkan dengan tujuan penyusunan buku, sumber data, dan sistematika
penyajian buku profil. Bab kedua difokuskan pada pembahasan tentang komposisi penduduk anak
yang berumur 0-17 tahun. Secara rinci, bab ini menjelaskan tentang komposisi anak dibandingkan
dengan penduduk dewasa hingga komposisi anak berdasarkan provinsi.

Bab ketiga buku profil ini membahas secara detail tentang hak sipil anak. Hak sipil yang
disajikan pada bab ini menjelaskan kondisi kepemilikan akta kelahiran anak di Indonesia. Pembahasan
terkait hak sipil dan kebebasan dipresentasikan baik pada level nasional maupun provinsi.

Bab keempat memberikan informasi mengenai akses anak terhadap teknologi informasi dan
komunikasi, khususnya akses anak pada internet dan kepemilikan telepon seluler maupun komputer.
Pembahasan terkait akses anak terhadap teknologi informasi dan komunikasi disajikan secara rinci

4
berdasarkan jenis kelamin, tipe daerah maupun tujuan mengakses internet dan telepon seluler oleh
anak. Selain itu, penyajian informasi pada level nasional dan provinsi tentang akses terhadap teknologi
informasi dan komunikasi juga disajikan pada Bab ini.

Bab kelima mengulas tentang pengasuhan anak. Pada bab pengasuhan anak, dibahas tentang
tren anak yang mengikuti PAUD pada skala nasional maupun provinsi. Selain itu, pada bab lima ini
dibahas pula tentang angka kesiapan sekolah anak dan angka perkawinan anak. Pembahasan terkait
angka kesiapan sekolah dan angka perkawinan anak dipresentasikan pada level nasional maupun
provinsi dan berdasarkan jenis kelamin maupun tipe daerah.

Bab keenam menjelaskan tentang kondisi kesehatan anak-anak di Indonesia. Penjelasan pada
bab enam secara rinci mengulas hal-hal terkait dengan status gizi anak, pemberian ASI eksklusif
dan MPASI, status imunisasi, dan keluhan kesehatan pada anak. Bab ini juga membahas tentang
persentase anak yang merokok maupun kepemilikan jaminan kesehatan anak. Pembahasan tentang
kondisi kesehatan anak dipresentasikan secara detail di tingkat nasional maupun provinsi.

Bab ketujuh menjelaskan tentang kondisi pendidikan anak-anak di Indonesia. Pada Bab tujuh
dijelaskan angka partisipasi sekolah pada tiga kelompok umur di level nasional hingga provinsi. Selain
itu, profil anak di bidang pendidikan juga membahas angka melek huruf dan angka putus sekolah.
Di akhir bab tujuh, penjelasan tentang anak yang mendapat Program Indonesia Pintar (PIP) juga
dijabarkan secara nasional maupun provinsi.

Bab kedelapan mengulas tentang akses anak terhadap perumahan dan sanitasi. Penjelasan
ini mencakup pembahasan tentang status kepemilikan tempat tinggal anak dan akses anak terhadap
air minum dan sanitasi layak. Akses anak terhadap perumahan dan sanitasi juga dijabarkan secara
nasional, provinsi, hingga tipe daerah.

Bab kesembilan pada buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023 sebagai bab terakhir membahas
tentang anak yang memerlukan perlindungan khusus. Pada bab ini dibahas secara detail kondisi anak
yang hidup dibawah garis kemiskinan, anak-anak yang bekerja, dan pekerja anak. Di akhir bab
Sembilan juga dibahas tentang tren kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia secara nasional
maupun provinsi. Di akhir penyajian buku Profil Anak Indonesia ini mencantumkan beberapa
rekomendasi yang dapat dilakukan untuk saran perbaikan capaian terkait pemenuhan hak anak di
Indonesia.

5
Over v ie w
Setelah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) melalui Keputusan Presiden No. 36
Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The Child (Konvensi tentang
Hak-Hak Anak), pemerintah Indonesia secara kontinyu terus berupaya dalam memberikan
perhatian kepada penduduk usia anak. Fokus pemerintah pada anak di Indonesia dilakukan
diantaranya dengan menghadirkan kebijakan dan/ atau program yang mendukung untuk
terpenuhinya hak anak. Disebutkan dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak ialah
seseorang yang belum berumur 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa Indonesia memandang anak sebagai amanah
dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai
manusia seutuhnya. Selain itu, anak juga merupakan tunas, potensi, dan generasi muda
penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan
sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Guna mengetahui karakteristik penduduk anak yang bermanfaat dalam penyusunan


kebijakan terkait, diperlukan suatu data dasar terkait jumlah penduduk anak yang dibandingkan
dengan penduduk dewasa. Sehingga perhatian terhadap anak dapat menjadi lebih intensif.
Bab ini terdiri atas tiga bahasan utama. Pertama, akan disampaikan mengenai persentase
penduduk anak dibandingkan dewasa pada tahun 2022. Kedua, terdapat informasi tren
persentase penduduk anak pada tahun 2020 sampai dengan 2022. Serta terakhir, pembahasan
mengenai persentase penduduk anak yang ditinjau berdasarkan provinsi pada tahun 2022.

2.1. P ersentase P enduduk Anak Dibandingkan Dewasa


Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk Interim Tahun 2022 (BPS, 2022), diperoleh data
jumlah penduduk Indonesia yaitu sebanyak 275.773.774 jiwa. Penduduk yang tersebar pada wilayah
Indonesia dengan luas sebesar 1.916.906,77 km2 (Badan Pusat Statistik, 2022) diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok usia, yaitu penduduk dewasa dan penduduk anak. Sebanyak 196.284.264 jiwa
(71,18 persen) adalah penduduk dewasa atau yang berusia di atas 17 tahun. Sementara sisanya, yaitu
sebanyak 79.489.510 jiwa (28,82 persen) adalah penduduk anak, yaitu penduduk yang berumur 0-17
tahun (Gambar 2.1).

7
28,82%

71,18%

Anak Dewasa

Gambar 2.1 Persentase Penduduk Anak Dibandingkan Dewasa Tahun 2022

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2022, BPS 2022

Data yang disajikan pada Gambar 2.1 adalah data yang diperoleh dari hasil proyeksi penduduk
interim 2020-2023. Data dasar yang digunakan adalah penduduk hasil Sensus Penduduk (SP) tahun
2020 menurut alamat domisili, yaitu semua orang (Warga Negara Indonesia/ WNI dan Warga Negara
Asing/ WNA) yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia selama satu tahun atau
lebih dan/ atau mereka yang berdomisili kurang dari satu tahun tetapi bertujuan untuk menetap lebih
dari satu tahun.

2.2. Tren P ersentase P enduduk Anak (2020-2022) SP dan


Interim
Selama kurun waktu tiga tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2020 hingga 2022, terjadi penurunan
persentase penduduk anak, baik secara keseluruhan maupun pada persentase anak laki-laki dan
perempuan. Persentase penduduk anak paling tinggi adalah di tahun 2020, yakni sebesar 32,82
persen. Pada tahun 2021, terjadi penurunan persentase penduduk anak, menjadi sebesar 29,15 persen.
Selanjutnya, kembali terjadi penurunan persentase penduduk anak di tahun 2022, menjadi 28,82
persen. Tren persentase penduduk anak tahun 2020 sampai dengan 2022 secara rinci dipresentasikan
pada Gambar 2.2.

8
32,82

29,15 28,82

16,85
14,96 14,78
15,97
14,19 14,04

2020 2021 2022

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Gambar 2.2 Tren Persentase Penduduk Anak (2020-2022)

Sumber:
Data 2020 : Sensus Penduduk Tahun 2020, BPS 2021;
Data 2021 dan 2022 : Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS 2021

Terjadinya penurunan persentase penduduk anak selama tiga tahun terakhir dapat ditinjau
berdasarkan dua faktor penyebab, yaitu:

1. Menurunnya Total Fertility Rate (TFR)/ Angka Fertilitas Total

Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Fertilitas Total adalah jumlah dari angka kelahiran
menurut kelompok umur. TFR menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan
oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya. TFR Indonesia tahun 2020 hasil Long
Form Sensus Penduduk 2020 (SP2020) menurut provinsi disajikan pada Gambar 2.3. Data
menunjukkan bahwa DKI Jakarta menjadi provinsi dengan TFR terendah dengan nilai TFR
sebesar 1,75 kelahiran per perempuan. Sementara itu, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi
provinsi dengan TFR tertinggi dengan nilai TFR sebesar 2,79 kelahiran per perempuan (BPS,
2023). Hal tersebut dapat dimaknai bahwa seorang perempuan di Provinsi DKI Jakarta melahirkan
sekitar satu sampai dua orang anak selama masa reproduksinya. Sementara itu, seorang

9
perempuan di Provinsi NTT melahirkan dua sampai tiga orang anak selama masa reproduksinya.

DKI Jakarta 1,75


DI Yogyakarta 1,89
Jawa Timur 1,98
Banten 2,01
Bali 2,04
Jawa Tengah 2,09
Sulawesi Utara 2,10
Jawa Barat 2,11
Kalimantan Timur 2,18
Indonesia 2,18
Kepulauan Riau 2,21
Sulawesi Selatan 2,22
Sumatera Selatan 2,23
Kepulauan Bangka Belitung 2,24
Riau 2,28
Jambi 2,28
Lampung 2,28
Gorontalo 2,30
Bengkulu 2,30
Kalimantan Tengah 2,31
Kalimantan Selatan 2,31
Sulawesi Tengah 2,32
Kalimantan Barat 2,33
Kalimantan Utara 2,35
Aceh 2,42
Nusa Tenggara Barat 2,43
Sumatera Barat 2,46
Maluku Utara 2,47
Sumatera Utara 2,48
Maluku 2,52
Sulawesi Tenggara 2,57
Sulawesi Barat 2,58
Papua Barat 2,66
Papua 2,76
Nusa Tenggara Timur 2,79

Gambar 2.3 TFR/ Angka Fertilitas Total Hasil Long Form SP2020 Menurut Provinsi

Sumber: Long Form SP2020, BPS

10
Pada tahun 2023, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
melakukan simulasi TFR Indonesia untuk tahun 2020 sampai dengan 2024. Hasil simulasi TFR
ini disajikan pada Gambar 2.4. Apabila mengacu pada TFR hasil Long Form SP2020, data TFR
Indonesia tahun 2020 (2,18 kelahiran per perempuan) telah berada di bawah hasil simulasi yang
dilakukan oleh BKKBN, yaitu 2,26 kelahiran per perempuan (Sistem Informasi Peringatan Dini
Pengendalian Penduduk- SIPERINDU, 2023). Adanya kesesuaian data TFR Indonesia tahun
2020 dengan hasil simulasi TFR oleh BKKBN mengindikasikan bahwa pemerintah telah berhasil
dalam mengendalikan jumlah kelahiran di Indonesia melalui penurunan TFR secara nasional.

2,26
2,24

2,21
2,19

2,18 2,16

2020 2021 2022 2023 2024

Simulasi TFR (BKKN) TFR Hasil Long Form SP2020

Gambar 2.4 Simulasi TFR/ Angka Fertilitas Total (2020-2024) dan TFR Hasil Long Form SP2020

Sumber: BKKBN, 2023; Long Form SP2020, BPS

Penurunan TFR secara nasional mengindikasikan bahwa terjadi penurunan jumlah


rata-rata anak yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan selama reproduksinya
(BPS, 2012). Terjadinya penurunan TFR tidak hanya sebagai capaian keberhasilan dari
implementasi Program Keluarga Berencana (KB), penurunan ini juga diprediksi disebabkan
oleh adanya keputusan keluarga secara mandiri dalam upaya menunda kepemilikan anak
dan/ atau membatasi jumlah anak. Penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap penundaan kelahiran anak pertama (Indraswari &
Yuhan, 2017). Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian menemukan bahwa keputusan
masyarakat untuk tidak memiliki anak dan/ atau menunda memiliki anak disebabkan oleh

11
suatu keadaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dapat berupa faktor fisik
dan biologis (Hadi, Khotimah, & Sadari, 2022). Dengan adanya penundaan kepemilikan
anak secara nasional ini tentunya akan berkontribusi pada menurunnya TFR di Indonesia.

2. Bonus Demografi

United Nations Population Fund (UNFPA) mendefinisikan bonus demografi sebagai


sebuah potensi pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari pergeseran dalam struktur usia
sebuah populasi. Hal tersebut terjadi terutama jika jumlah populasi usia produktif (15 sampai
dengan 64 tahun) lebih besar dibandingkan jumlah populasi usia tidak produktif, yaitu
usia 14 tahun ke bawah dan/ atau 65 tahun ke atas (Savitri, 2019). Penelitian menunjukkan
bahwa Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 hingga 2035
(Sutikno, 2020). Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk usia produktif atau
angkatan kerja (15-64 tahun) pada tahun 2020-2035 akan mencapai 70 persen, sedangkan
30 persen adalah penduduk usia non produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun).

Gambar 2.5 menyajikan perbandingan tren persentase antara penduduk anak


dibandingkan dewasa pada tahun 2020 sampai dengan 2022. Data menunjukkan bahwa terjadi
penurunan persentase penduduk anak selama kurun waktu tiga tahun terakhir yang disebabkan
meningkatnya persentase jumlah penduduk dewasa. Hal tersebut sejalan dengan konsep bonus
demografi, yang berarti Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif yang optimal.

70,85 71,18
67,18

32,82
29,15 28,82

2020 2021 2022

Penduduk Anak Penduduk Dewasa

Gambar 2.5 Tren Persentase Penduduk Anak Dibandingkan Dewasa (2020-2022)

Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2020, BPS 2021; Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, BPS 2021; Proyeksi
Penduduk Interim 2022, BPS 2022

12
2.3. P ersentase P enduduk Anak m enurut P rovinsi
Hasil analisis terhadap persentase penduduk anak menurut provinsi menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan kondisi pada tahun 2022 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
(2021). Masih sama seperti tahun sebelumnya, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah
provinsi dengan persentase jumlah penduduk anak tertinggi di Indonesia (34,68 persen) dan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi dengan persentase jumlah penduduk anak terendah
(24,29 persen). Persentase penduduk anak berdasarkan provinsi dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Penelitian menunjukkan bahwa banyaknya jumlah penduduk anak di Provinsi NTT


disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya bahwa anak dianggap sebagai faktor pendorong yang
memungkinkan lebih banyaknya tenaga kerja bagi provinsi tersebut (Akbar & Arifin, 2023). Selain itu,
banyaknya anak diharapkan juga dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan pasar. Banyaknya
anak diprediksi dapat meningkatkan permintaan akan barang dan jasa di pasar. Akan tetapi, perlu
diwaspadai bahwa tingginya jumlah penduduk juga dapat menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi
(Yunianto, 2021). Tingginya jumlah penduduk yang tidak tidak disertai dengan kompetensi sesuai
kebutuhan dunia kerja dapat memicu terjadinya pengangguran di wilayah tersebut. Dengan demikian,
diperlukan perhatian khusus agar tingginya persentase penduduk anak di Provinsi NTT dapat
dioptimalkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dengan memperkuat beragam
faktor pendukung diantaranya kualitas pendidikan, keterampilan, hingga penyediaan lapangan kerja.

13
DI Yogyakarta 24,29
Jawa Timur 25,25
Bali 25,36
Jawa Tengah 26,46
DKI Jakarta 27,14
Sulawesi Utara 27,31
Jawa Barat 28,72
Indonesia 28,82
Sulawesi Selatan 29,30
Kepulauan Bangka Belitung 29,39
Kalimantan Tengah 29,64
Gorontalo 29,70
Lampung 29,76
Kalimantan Timur 29,76
Sumatera Barat 29,94
Kalimantan Utara 30,12
Banten 30,25
Bengkulu 30,36
Kalimantan Barat 30,53
Jambi 30,63
Papua Barat 30,84
Kepulauan Riau 30,88
Sumatera Selatan 31,13
Kalimantan Selatan 31,26
Papua 31,30
Maluku 31,36
Sulawesi Tengah 31,70
Nusa Tenggara Barat 32,07
Sumatera Utara 32,16
Aceh 32,35
Riau 32,51
Maluku Utara 32,83
Sulawesi Tenggara 33,46
Sulawesi Barat 33,70
Nusa Tenggara Timur 34,68

Gambar 2.6 Persentase Penduduk Anak Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2022, BPS 2022

14
Lampiran 2.1
Jumlah Penduduk menurut Provinsi, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin, 2022

0-17 tahun >18 tahun


Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Aceh 896.630 852.858 1.818.756 1.839.611
Sumatera Utara 2.491.640 2.369.781 5.093.353 5.160.432
Sumatera Barat 867.122 821.949 1.974.680 1.976.878
Riau 1.103.408 1.046.843 2.280.214 2.183.919
Jambi 569.258 542.779 1.280.011 1.239.088
Sumatera Selatan 1.382.277 1.312.441 3.029.335 2.932.955
Bengkulu 320.825 304.663 732.371 702.233
Lampung 1.401.072 1.329.458 3.296.145 3.149.871
Kepulauan Bangka Belitung 225.079 214.157 542.503 512.882
Kepulauan Riau 345.248 327.798 766.904 739.870
DKI Jakarta 1.483.591 1.414.668 3.892.278 3.889.414
Jawa Barat 7.281.114 6.906.246 17.786.112 17.432.336
Jawa Tengah 5.025.907 4.771.062 13.588.961 13.646.480
DI Yogyakarta 468.002 445.737 1.394.083 1.454.048
Jawa Timur 5.321.769 5.066.998 15.203.987 15.557.220
Banten 1.901.670 1.804.720 4.339.371 4.206.224
Bali 575.087 544.662 1.644.520 1.650.795
Nusa Tenggara Barat 897.680 857.651 1.844.177 1.874.163
Nusa Tenggara Timur 968.180 927.582 1.764.869 1.805.654
Kalimantan Barat 867.968 823.624 1.977.146 1.872.638
Kalimantan Tengah 417.470 395.032 1.003.411 925.162
Kalimantan Selatan 669.883 637.362 1.446.022 1.428.813
Kalimantan Timur 590.704 557.797 1.414.424 1.296.858
Kalimantan Utara 112.613 106.591 270.769 237.782
Sulawesi Utara 372.859 353.361 986.499 946.824
Sulawesi Tengah 497.656 474.388 1.074.429 1.019.670
Sulawesi Selatan 1.385.919 1.317.522 3.195.728 3.326.578
Sulawesi Tenggara 460.568 443.407 906.304 891.382
Gorontalo 180.765 173.438 420.820 417.714
Sulawesi Barat 250.443 241.156 489.206 477.801
Maluku 302.823 287.211 649.583 642.110
Maluku Utara 222.257 210.897 452.874 433.310
Papua Barat 187.932 177.028 434.954 383.393
Papua 718.676 664.548 1.630.206 1.405.151
Indonesia 40.764.095 38.725.415 98.625.005 97.659.259

Sumber: Proyeksi Penduduk Interim 2022, BPS, 2022

15
Over v ie w
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2022 menunjukkan adanya tren
positif dalam hal kepemilikan akta kelahiran anak berumur 0-17 tahun dalam lima tahun terakhir.
Terdapat peningkatan persentase kepemilikan akta kelahiran sebesar 6,86 persen dari tahun 2018
hingga tahun 2022. Meskipun persentase angka kepemilikan akta kelahiran di daerah perkotaan
pada tahun 2021 dan 2022 menunjukkan hasil yang stagnan, persentase kepemilikan akta kelahiran
di daerah perdesaan pada tahun 2022 mengalami kenaikan hampir dua persen jika dibandingkan
capaian pada tahun 2021. Hal ini diprediksi karena adanya program pendekatan berbasis desa
untuk pelayanan administrasi kependudukan yang bermitra dengan pemerintah daerah.

Untuk mengetahui secara rinci pemenuhan hak sipil anak di Indonesia, bab ini terdiri atas
empat bahasan utama. Pertama, akan disampaikan mengenai persentase anak yang memiliki akta
kelahiran. Kedua, akan dijabarkan pembahasan tentang tren kepemilikan akta kelahiran dari
tahun 2018 hingga 2022). Ketiga, pembahasan dilanjutkan dengan persentase anak yang memiliki
akta kelahiran menurut tipe daerah. Keempat, pembahasan mengenai persentase anak yang
memiliki akta kelahiran yang ditinjau berdasarkan provinsi pada tahun 2022.

3.1. P ersentase Anak yang Mem iliki Akta K elahiran


Akta kelahiran merupakan sebuah dokumen yang berisi identitas autentik yang wajib
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, 2023). Akta kelahiran adalah hak bagi setiap anak dan merupakan
suatu bentuk pengakuan negara terhadap anak di depan hukum. Hal ini sesuai dengan tujuan
pencatatan kelahiran dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan yang menjelaskan bahwa pencatatan akta kelahiran pada dasarnya memberikan
pengakuan hukum terhadap identitas, silsilah, serta kewarganegaraan seseorang (anak).

Akta kelahiran adalah dokumen penting yang harus dimiliki oleh setiap anak untuk
mengurus urusan kependudukan serta melengkapi berbagai persyaratan administrasi untuk layanan
pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Hasil data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2022
mengelompokkan kepemilikan akta kelahiran anak menjadi dua kelompok, yaitu: 1) kelompok yang
memiliki akta kelahiran; dan 2) kelompok yang tidak memiliki akta kelahiran. Hasil analisis terhadap
kepemilikan akta kelahiran anak berdasarkan Susenas (2022) dipresentasikan pada Gambar 3.1.

17
9,59

Memiliki Akta Kelahiran


Tidak Memiliki Akta Kelahiran

90,41

Gambar 3.1 Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Data Susenas pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 90,41 persen anak di Indonesia
sudah memiliki akta kelahiran. Namun, sebanyak 9,59 persen anak di Indonesia yang lainnya
masih belum memiliki akta kelahiran. Hal ini perlu menjadi perhatian lebih bagi pemerintah untuk
memaksimalkan kepemilikan akta kelahiran menjadi 100 persen sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 mengingat bahwa akta kelahiran merupakan
bukti sah terkait status dan peristiwa kelahiran seorang anak dan merupakan hak bagi setiap anak
Indonesia.

3.2. Tren K epem ilikan Akta K elahiran (2018-2022)


Persentase kepemilikan akta kelahiran anak di Indonesia terus mengalami kenaikan
selama lima tahun terakhir (Gambar 3.2). Pada tahun 2022, persentase kepemilikan akta
kelahiran anak berada pada titik tertinggi yaitu sebesar 90,41 persen. Sementara itu, persentase
anak yang tidak memiliki akta kelahiran juga mencapai titik terendah yaitu sebesar 9,59
persen. Angka ini hampir dua kali lipat lebih rendah dibandingkan persentase anak yang
tidak memiliki akta kelahiran pada tahun 2018. Adanya tren ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan upaya pemerintah dalam pemenuhan hak sipil anak di Indonesia.

18
88,11 88,42 90,41
83,55 86,01

16,45 13,99 11,89 11,58 9,59

2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran


Persentase Anak yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran

Gambar 3.2 Tren Kepemilikan Akta Kelahiran (2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2018-2022

Pemenuhan hak sipil berupa kepemilikan akta kelahiran dapat memberikan kemudahan
bagi setiap pihak untuk membantu memenuhi hak-hak anak yang lainnya. Hal ini sesuai dengan
beberapa manfaat yang dapat diperoleh seseorang (anak) apabila memiliki akta kelahiran (Dukcapil
Tanah Bumbu, 2019), yaitu: 1) wujud pengakuan negara mengenai status individu, perdata, dan
kewarganegaraan; 2) dokumen/bukti sah identitas seseorang (anak); 3) bahan rujukan penetapan
identitas pada dokumen lainnya, misal ijazah; 4) dokumen administrasi untuk masuk TK hingga
perguruan tinggi; 5) dokumen administrasi untuk melamar pekerjaan; 6) pembuatan KTP, KK, NIK,
SIM, passport; 7) dokumen penunjang pengurusan tunjangan keluarga, warisan, pensiun, kematian,
pencatatan perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengangkatan anak/adopsi; dan 8) dokumen
administrasi untuk beasiswa serta ibadah haji.

3.3. P ersentase Anak yang Mem iliki Akta K elahiran Menurut Tipe Daerah
Hasil analisis data Susenas pada tahun 2022 menunjukkan perbedaan atas kepemilikan akta
kelahiran berdasarkan tipe daerah (perkotaan dan perdesaan) (Gambar 3.3). Gambar 3.3 menunjukkan
bahwa sebesar 90,91 persen anak di daerah perkotaan telah memiliki akta kelahiran. Angka ini lebih
tinggi jika dibandingkan dengan persentase kepemilikan akta kelahiran pada anak di daerah perdesaan,

19
yaitu sebesar 87,31 persen.

Perkotaan Perdesaan

9,09
Tidak Memiliki Akta Kelahiran
12,69

90,91
Memiliki Akta Kelahiran
87,31

Gambar 3.3 Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut Tipe Daerah Tahun
2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Hasil ini tentu tidak terlalu mengejutkan mengingat bahwa masih terdapat perbedaan
dalam kemudahan akses layanan pencatatan sipil di daerah perkotaan dan perdesaan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak
Universitas Indonesia (PUSKAPA) pada tahun 2020 yang menunjukkan bahwa hambatan akses
(waktu, jarak, dan biaya) menjadi faktor penghambat dalam pembuatan dokumen identitas diri,
termasuk identitas anak. Selain itu, faktor yang berhubungan dengan rendahnya pengetahuan
tentang manfaat dari pembuatan dokumen identitas diri juga menjadi hambatan lain yang
mendorong masyarakat enggan untuk memproses pembuatan akta kelahiran. Namun hasil ini
menjadi menarik saat dibandingkan dengan hasil analisis kepemilikan akta kelahiran berdasarkan
tipe daerah pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2021. Pada tahun 2021, persentase kepemilikan
akta kelahiran di perkotaan menunjukkan angka yang sama dengan tahun 2022, yaitu sebesar 90,91
persen. Sementara persentase kepemilikan akta kelahiran di perdesaan mengalami peningkatan
hampir dua persen dari tahun 2021 yaitu sebesar 85,32 persen menjadi 87,31 persen di tahun 2022.

Salah satu alasan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kepemilikan akta
kelahiran di perdesaan adalah diimplementasikannya program pendekatan berbasis desa untuk
pelayanan administrasi kependudukan yang bermitra dengan pemerintah daerah baik oleh
Kementrian Dalam Negari (Kemendagri) maupun oleh NGO seperti Fasilitas Pelaksanaan Layanan

20
Kependudukan di Desa (FPLKD) oleh KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk
Kesejahteraan, Kemitraan Pemerintah Australia-Indonesia). Kemen PPPA juga berpartisipasi
dalam upaya percepatan kepemilikan akta kelahiran anak melalui program advokasi kepada
Kementerian dan Lembaga terkait. Program percepatan kepemilikan akta kelahiran ini dirancang
untuk memangkas waktu, biaya, dan hambatan lainnya dengan menawarkan layanan administrasi
kependudukan yang difasilitasi oleh desa. Model program ini mengatasi tantangan pendanaan di
tingkat kabupaten dengan menggunakan anggaran desa untuk mendanai fasilitator berbasis desa
yang membantu warga dalam pembuatan dokumen pencatatan sipil, termasuk akta kelahiran.

3.4. P ersentase Anak yang Mem iliki Akta K elahiran Menurut P rovinsi
Hasil analisis data Susenas tahun 2022 terkait persentase anak yang memiliki akta
kelahiran menurut provinsi disajikan pada Gambar 3.4. Lima provinsi provinsi dengan persentase
kepemilikan akta kelahiran tertinggi secara nasional dicapai oleh Provinsi DI Yogyakarta
(98,17 persen), DKI Jakarta (97,83 persen), Jawa Tengah (96,63 persen), Kepulauan Bangka
Belitung (96,06 persen), dan Aceh (95,59 persen). Sementara itu terdapat 14 provinsi dengan
angka persentase kepemilikan akta kelahiran yang lebih rendah dari persentase nasional (90,41
persen). Tiga provinsi dengan angka persentase kepemilikan akta kelahiran terendah adalah
Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Ketiga provinsi ini juga merupakan
tiga Provinsi dengan angka persentase kepemilikan akta kelahiran terendah pada tahun 2021.

Meskipun provinsi-provinsi tersebut masih berada pada posisi tiga terendah nasional,
namun hasil menunjukkan terdapat peningkatan capaian dari tahun sebelumnya. Provinsi Papua
Barat yang pada tahun 2021 memiliki persentase kepemilikan akta kelahiran sebesar 74,74 persen
mengalami peningkatan menjadi 77,76 persen pada tahun 2022. Hal tersebut juga dialami oleh
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua. Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan persentase
sebesar 65,66 persen di tahun 2021 meningkat menjadi 69,47 persen di tahun 2022. Sementara
itu, provinsi Papua mengalami kenaikan persentase kepemilikan akta kelahiran sebesar 8,58
persen selama satu tahun dari 45,19 persen di tahun 2021 menjadi 53,77 persen di tahun 2022.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi dalam
hal kepemilikan akta kelahiran di berbagai wilayah Indonesia. Tiga provinsi dengan persentase
kepemilikan akta kelahiran tertinggi dicapai oleh provinsi-provinsi yang terletak di wilayah barat
Indonesia, khususnya pulau Jawa sedangkan tiga provinsi dengan persentase kepemilikan akta
kelahiran terendah berada di wilayah timur Indonesia. Hal ini diprediksi terjadi karena provinsi di
wilayah timur Indonesia didominasi oleh keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah
dibandingkan dengan keluarga di wilayah barat Indonesia, hasil ini memberikan konfirmasi atas
penelitian yang dilakukan oleh PUSKAPA (2020). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak

21
yang berasal dari keluarga di daerah dengan tingkat pendapatan dan status sosial ekonomi rendah
cenderung tidak memiliki akta kelahiran dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga di
daerah dengan tingkat pendapatan dan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
program bantuan “menjemput bola dan pembebasan biaya” pada proses pembuatan akta kelahiran anak
bagi keluarga dengan kondisi sosial ekonomi status yang rendah dinilai sebagai strategi yang efektif.

22
DI Yogyakarta 98,17
DKI Jakarta 97,83
Jawa Tengah 96,63
Kepulauan Bangka Belitung 96,06
Aceh 95,59
Bali 95,55
Kalimantan Timur 95,24
Kepulauan Riau 94,97
Kalimantan Utara 94,96
Gorontalo 94,81
Jambi 94,62
Bengkulu 94,62
Lampung 94,49
Sumatera Barat 92,96
Sulawesi Utara 92,87
Sulawesi Barat 92,77
Kalimantan Selatan 92,63
Sulawesi Selatan 92,49
Jawa Timur 92,20
Sumatera Selatan 91,93
Indonesia 90,41
Sulawesi Tenggara 89,83
Kalimantan Barat 89,59
Jawa Barat 88,44
Nusa Tenggara Barat 88,42
Riau 88,31
Kalimantan Tengah 88,13
Maluku Utara 87,81
Sulawesi Tengah 87,68
Banten 87,51
Maluku 85,84
Sumatera Utara 85,14
Papua Barat 77,76
Nusa Tenggara Timur 69,47
Papua 53,77

Gambar 3.4 Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

23
Lampiran 3.1
Persentase Anak 0-17 tahun menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022

Provinsi Memiliki Tidak Memiliki Jumlah


Aceh 95,59 4,41 100,00
Sumatera Utara 85,14 14,86 100,00
Sumatera Barat 92,96 7,04 100,00
Riau 88,31 11,69 100,00
Jambi 94,62 5,38 100,00
Sumatera Selatan 91,93 8,07 100,00
Bengkulu 94,62 5,38 100,00
Lampung 94,49 5,51 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 96,06 3,94 100,00
Kepulauan Riau 94,97 5,03 100,00
DKI Jakarta 97,83 2,17 100,00
Jawa Barat 88,44 11,56 100,00
Jawa Tengah 96,63 3,37 100,00
DI Yogyakarta 98,17 1,83 100,00
Jawa Timur 92,20 7,80 100,00
Banten 87,51 12,49 100,00
Bali 95,55 4,45 100,00
Nusa Tenggara Barat 88,42 11,58 100,00
Nusa Tenggara Timur 69,47 30,53 100,00
Kalimantan Barat 89,59 10,41 100,00
Kalimantan Tengah 88,13 11,87 100,00
Kalimantan Selatan 92,63 7,37 100,00
Kalimantan Timur 95,24 4,76 100,00
Kalimantan Utara 94,96 5,04 100,00
Sulawesi Utara 92,87 7,13 100,00
Sulawesi Tengah 87,68 12,32 100,00
Sulawesi Selatan 92,49 7,51 100,00
Sulawesi Tenggara 89,83 10,17 100,00
Gorontalo 94,81 5,19 100,00
Sulawesi Barat 92,77 7,23 100,00
Maluku 85,84 14,16 100,00
Maluku Utara 87,81 12,19 100,00
Papua Barat 77,76 22,24 100,00
Papua 53,77 46,23 100,00
Indonesia 90,41 9,59 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

24
Lampiran 3.2
Persentase Anak Umur 0-17 Tahun di Perkotaan menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022

Provinsi Memiliki Tidak Memiliki Jumlah


Aceh 96,70 3,30 100,00
Sumatera Utara 86,85 13,15 100,00
Sumatera Barat 94,23 5,77 100,00
Riau 91,49 8,51 100,00
Jambi 96,83 3,17 100,00
Sumatera Selatan 93,12 6,88 100,00
Bengkulu 95,66 4,34 100,00
Lampung 94,43 5,57 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 97,04 2,96 100,00
Kepulauan Riau 94,64 5,36 100,00
DKI Jakarta 97,83 2,17 100,00
Jawa Barat 89,42 10,58 100,00
Jawa Tengah 97,08 2,92 100,00
DI Yogyakarta 98,31 1,69 100,00
Jawa Timur 94,29 5,71 100,00
Banten 91,39 8,61 100,00
Bali 96,23 3,77 100,00
Nusa Tenggara Barat 92,61 7,39 100,00
Nusa Tenggara Timur 84,34 15,66 100,00
Kalimantan Barat 93,19 6,81 100,00
Kalimantan Tengah 90,45 9,55 100,00
Kalimantan Selatan 93,56 6,44 100,00
Kalimantan Timur 96,27 3,73 100,00
Kalimantan Utara 97,04 2,96 100,00
Sulawesi Utara 95,31 4,69 100,00
Sulawesi Tengah 92,97 7,03 100,00
Sulawesi Selatan 94,49 5,51 100,00
Sulawesi Tenggara 90,41 9,59 100,00
Gorontalo 95,50 4,50 100,00
Sulawesi Barat 95,57 4,43 100,00
Maluku 89,68 10,32 100,00
Maluku Utara 92,02 7,98 100,00
Papua Barat 89,50 10,50 100,00
Papua 86,78 13,22 100,00
Indonesia 92,78 7,22 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

25
Lampiran 3.3
Persentase Anak Umur 0-17 Tahun di Perdesaan menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022

Provinsi Memiliki Tidak Memiliki Jumlah


Aceh 95,01 4,99 100,00
Sumatera Utara 83,15 16,85 100,00
Sumatera Barat 91,71 8,29 100,00
Riau 86,19 13,81 100,00
Jambi 93,55 6,45 100,00
Sumatera Selatan 91,22 8,78 100,00
Bengkulu 94,10 5,90 100,00
Lampung 94,52 5,48 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 94,76 5,24 100,00
Kepulauan Riau 97,90 2,10 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 84,79 15,21 100,00
Jawa Tengah 96,13 3,87 100,00
DI Yogyakarta 97,71 2,29 100,00
Jawa Timur 89,50 10,50 100,00
Banten 76,34 23,66 100,00
Bali 93,85 6,15 100,00
Nusa Tenggara Barat 84,16 15,84 100,00
Nusa Tenggara Timur 64,81 35,19 100,00
Kalimantan Barat 87,54 12,46 100,00
Kalimantan Tengah 86,45 13,55 100,00
Kalimantan Selatan 91,76 8,24 100,00
Kalimantan Timur 93,06 6,94 100,00
Kalimantan Utara 91,30 8,70 100,00
Sulawesi Utara 90,18 9,82 100,00
Sulawesi Tengah 85,29 14,71 100,00
Sulawesi Selatan 90,79 9,21 100,00
Sulawesi Tenggara 89,51 10,49 100,00
Gorontalo 94,28 5,72 100,00
Sulawesi Barat 92,04 7,96 100,00
Maluku 83,40 16,60 100,00
Maluku Utara 86,19 13,81 100,00
Papua Barat 69,75 30,25 100,00
Papua 38,49 61,51 100,00
Indonesia 87,31 12,69 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

26
Lampiran 3.4
Persentase Anak Laki-laki Umur 0-17 Tahun menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022

Provinsi Memiliki Tidak Memiliki Jumlah


Aceh 95,69 4,31 100,00
Sumatera Utara 85,36 14,64 100,00
Sumatera Barat 92,47 7,53 100,00
Riau 88,20 11,80 100,00
Jambi 94,64 5,36 100,00
Sumatera Selatan 92,19 7,81 100,00
Bengkulu 94,95 5,05 100,00
Lampung 94,19 5,81 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 96,02 3,98 100,00
Kepulauan Riau 95,02 4,98 100,00
DKI Jakarta 98,00 2,00 100,00
Jawa Barat 88,52 11,48 100,00
Jawa Tengah 96,54 3,46 100,00
DI Yogyakarta 98,03 1,97 100,00
Jawa Timur 91,98 8,02 100,00
Banten 87,58 12,42 100,00
Bali 95,47 4,53 100,00
Nusa Tenggara Barat 88,43 11,57 100,00
Nusa Tenggara Timur 69,17 30,83 100,00
Kalimantan Barat 89,38 10,62 100,00
Kalimantan Tengah 88,16 11,84 100,00
Kalimantan Selatan 92,29 7,71 100,00
Kalimantan Timur 95,08 4,92 100,00
Kalimantan Utara 95,28 4,72 100,00
Sulawesi Utara 93,17 6,83 100,00
Sulawesi Tengah 87,45 12,55 100,00
Sulawesi Selatan 92,47 7,53 100,00
Sulawesi Tenggara 89,69 10,31 100,00
Gorontalo 94,38 5,62 100,00
Sulawesi Barat 93,19 6,81 100,00
Maluku 86,17 13,83 100,00
Maluku Utara 87,58 12,42 100,00
Papua Barat 77,94 22,06 100,00
Papua 53,64 46,36 100,00
Indonesia 90,36 9,64 100,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

27
Lampiran 3.5
Persentase Anak Perempuan Umur 0-17 Tahun menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akta Kelahiran, 2022

Provinsi Memiliki Tidak Memiliki Jumlah


Aceh 95,48 4,52 100,00
Sumatera Utara 84,90 15,10 100,00
Sumatera Barat 93,49 6,51 100,00
Riau 88,42 11,58 100,00
Jambi 94,60 5,40 100,00
Sumatera Selatan 91,67 8,33 100,00
Bengkulu 94,28 5,72 100,00
Lampung 94,82 5,18 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 96,10 3,90 100,00
Kepulauan Riau 94,92 5,08 100,00
DKI Jakarta 97,65 2,35 100,00
Jawa Barat 88,37 11,63 100,00
Jawa Tengah 96,72 3,28 100,00
DI Yogyakarta 98,31 1,69 100,00
Jawa Timur 92,44 7,56 100,00
Banten 87,45 12,55 100,00
Bali 95,64 4,36 100,00
Nusa Tenggara Barat 88,41 11,59 100,00
Nusa Tenggara Timur 69,78 30,22 100,00
Kalimantan Barat 89,80 10,20 100,00
Kalimantan Tengah 88,10 11,90 100,00
Kalimantan Selatan 92,99 7,01 100,00
Kalimantan Timur 95,40 4,60 100,00
Kalimantan Utara 94,62 5,38 100,00
Sulawesi Utara 92,56 7,44 100,00
Sulawesi Tengah 87,92 12,08 100,00
Sulawesi Selatan 92,50 7,50 100,00
Sulawesi Tenggara 89,99 10,01 100,00
Gorontalo 95,26 4,74 100,00
Sulawesi Barat 92,33 7,67 100,00
Maluku 85,49 14,51 100,00
Maluku Utara 88,05 11,95 100,00
Papua Barat 77,58 22,42 100,00
Papua 53,92 46,08 100,00
Indonesia 90,47 9,53 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

28
akses terhadap
bab 4 teknologI INFORMASI
PERSENTASE ANAK YANG MENGGUNAKAN TELEPON SELULER DAN
MENGGUNAKAN KOMPUTER MENURUT TIPE DAERAH TAHUN 2022

Menggunakan Telepon Seluler Menggunakan Komputer

84,44 % 81,83%
78,42 % 15,96% 12,45%
7,88%

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

TREN PERSENTASE ANAK UMUR 7-17 TAHUN


YANG PERNAH MENGAKSES INTERNET (2018-2022)

75,03% 74,34%

2021 2022

55,07% 74,34%
48,20% 2020

40,25%
2019 7 dari 10 anak usia 7-17 tahun
pernah mengakses internet
2018

PERSENTASE ANAK UMUR 7-17 TAHUN YANG PERNAH MENGAKSES


INTERNET MENURUT TUJUAN MENGAKSES TAHUN 2022

Media Sosial/Jejaring
Sosial, Pembuatan
Mendapat Informasi/ 56,55% 61,57% Konten Daring
Berita

Mendapat Informasi
mengenai Pembelajaran Online,
Work From Home
Barang/Jasa,
14,25%
59,22% (WFH) / Bekerja
Pembelian
Barang/Jasa, Online dari Rumah
Penjualan Barang,
Jasa

Mengirim/Menerima
Email, Fasilitas
Hiburan 74,5% 10,57% Finansial (E-Banking,
Lainnya)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

KemenPPPA Profil Anak Indonesia 2023


Over v ie w
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membawa perubahan
hampir pada seluruh tatanan kehidupan manusia. Pada era industri 4.0 menjelang industri 5.0,
pemanfaatan media informasi dan teknologi sudah menjadi hal esensial bagi hampir seluruh
lapisan masyarakat. Perkembangan teknologi yang memudahkan akses segala macam informasi
serta mempermudah manusia untuk melakukan komunikasi jarak jauh dan massal sudah dirasakan
oleh hampir seluruh masyarakat. Disaat yang bersamaan, perkembangan ini juga memiliki
dampak negatif terutama bagi anak-anak yang belum memiliki kemampuan untuk menentukan
skala prioritas dan kontrol terhadap dirinya sendiri. Hal ini menyebabkan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi pada anak harus diikuti dengan pengawasan serta kontrol dari orang
tua maupun orang dewasa sekitarnya. Selain itu, dukungan kebijakan dan program pemerintah
juga mutlak diperlukan. Hal ini diharapkan agar anak-anak yang terpapar pada kemajuan
ini dapat tetap tumbuh dan berkembang tanpa harus terkena berbagai dampak negatif atas
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era digital maupun ancaman cyberbullying.

Pada bab akses terhadap teknologi informasi dan teknologi, pembahasan dijabarkan
atas dua bahasan utama. Pertama, akan disampaikan mengenai persentase penggunaan dan
kepemilikan telepon seluler dan komputer. Kedua, akan dijabarkan pembahasan tentang tren
akses internet pada anak.

4.1. Telepon Seluler dan Komputer

4.1.1. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon
Seluler (2021-2022)
Tren persentase anak umur 7-17 tahun yang menggunakan telepon seluler pada tahun
2021 hingga tahun 2022 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pada tahun 2021, terdapat sebanyak anak
85,32 persen anak yang menggunakan telepon seluler dan mengalami penurunan sebesar 3,49
persen pada tahun 2022 menjadi 81,83 persen. Adanya tren penurunan penggunaan telepon seluler
ini tidak terlepas dari dihentikannya kebijakan Pembelajaran jarak Jauh (PJJ) yang dicanangkan
oleh Kemendikbud akibat adanya pandemi COVID-19 sejak awal 2020 hingga tahun 2022.

Selain itu, penurunan penggunaan telepon seluler oleh anak juga dapat disebabkan karena
semakin banyaknya orang tua yang mengetahui dampak positif dan negatif penggunaan gawai
termasuk telepon seluler (Primadini, 2018). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
gawai pada anak umumnya lebih pada fungsi mainan, bahkan gawai sudah menjadi pengganti
boneka atau mainan lain yang dibawa anak ke tempat tidurnya (Listyanto, 2014). Dengan
semakin banyaknya orang tua yang menyadari dampak negatif penggunaan telepon seluler pada

30
anak, menyebabkan persentase orang tua yang melarang penggunaan telepon seluler pada anak
secara berlebihan semakin meningkat. Hal ini tentunya dapat berkontribusi pada penurunan
jumlah penggunaan telepon seluler oleh anak di tahun 2022 dibandingkan di tahun sebelumnya.

85,32

81,83

2021 2022

Gambar 4.1 Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon Seluler
(2021-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

4.1.2. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler
(2021-2022)
Tren persentase anak umur 7-17 tahun yang memiliki telepon seluler pada tahun
2021 hingga tahun 2022 ditunjukkan pada Gambar 4.2. Tren menunjukkan adanya kenaikan
persentase anak yang memiliki telepon seluler selama dua tahun terakhir yaitu sebesar 1,38
persen (57,59 persen di tahun 2021 dan 58,97 persen di tahun 2022). Meskipun tren kenaikan
persentase anak yang memiliki telepon seluler tidak lebih dari 1,5 persen, namun hal ini harus
tetap menjadi perhatian dari pihak orang tua maupun berbagai pihak yang ada di sekitar anak.

Akses kepemilikan telepon seluler yang semakin meningkat saat ini (Siswanti et
al., 2019), tentu harus didukung dengan literasi penggunaan telepon seluler yang baik dan
bijak. Utamanya literasi penggunaan telepon seluler bagi anak harus menjadi perhatian
bersama karena pada umumnya anak-anak yang memiliki telepon seluler tidak memiliki

31
kemampuan untuk mengontrol diri maupun menyeleksi informasi yang diakses. Oleh
karena itu, pendampingan oleh orang tua dan orang dewasa lainnya di sekitar anak pada
saat anak-anak menggunakan telepon seluler sangat dibutuhkan untuk memastikan
konten yang diakses adalah konten yang layak anak. Konten layak anak sangat penting
untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik,
emosional, maupun intelektualnya dapat tetap berlangsung dengan ideal (Setiawan, 2009).

58,97

57,59

2021 2022

Gambar 4.2 Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler

(2021-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

4.1.3. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon Seluler
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
Telepon seluler merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang memiliki
kemampuan dasar sama dengan telepon konvensional saluran tetap namun memiliki
keunggulan yaitu dapat dibawa kemanapun (portable atau mobile) dan tidak memerlukan
sambungan jejaring telepon menggunakan kabel (Ensiklopedia Universitas STEKOM,
2021). Pada dasarnya, telepon seluler atau telepon genggam sudah mengalami banyak
perkembangan dan saat ini telah memasuki generasi ke-5 atau 5G. Hal ini menyebabkan
telepon seluler sudah banyak memberikan fasilitas fitur yang lebih baik terutama dalam
mengakomodasi aplikasi multimedia. Adanya perkembangan yang signifikan ini kemudian
menyebabkan penggunaan telepon seluler tidak hanya dapat digunakan oleh orang dewasa

32
melainkan juga anak-anak. Persentase anak umur 7-17 tahun yang menggunakan telepon
seluler menurut tipe daerah dan jenis kelamin pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 4.3.

85,01
83,91

Perkotaan

Perdesaan
78,88
78,00

Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.3 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon Seluler
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Data hasil Susenas tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 85,01 persen anak
perempuan dan 83,91 persen anak laki-laki di daerah perkotaan menggunakan telepon
seluler. Sementara itu, sebanyak 78,88 persen anak perempuan dan 78 persen anak laki-
laki di daerah perdesaan menggunakan telepon seluler dalam kegiatan sehari-harinya.
Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terkait penggunaan
telepon seluler antara anak laki-laki dan perempuan. Namun terdapat perbedaan
sebesar 6,13 persen penggunaan telepon seluler antara anak perempuan di perkotaan
dan perdesaan serta perbedaan sebesar 5,91 persen penggunaan telepon seluler antara
anak laki-laki di perkotaan dan perdesaan. Tingginya penggunaan telepon seluler di
daerah perkotaan dapat dipahami karena akses dalam menggunakan telepon seluler di
daerah perkotaan lebih baik jika dibandingkan dengan daerah perdesaan di Indonesia.

33
4.1.4. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler Menurut
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
Persentase anak umur 7-17 tahun yang memiliki telepon seluler menurut
tipe daerah dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 4.4. Data menunjukkan bahwa
secara nasional tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki dan
perempuan yang memiliki telepon seluler. Namun, terdapat perbedaan lebih dari 10
persen antara anak laki-laki dan anak perempuan yang memiliki telepon seluler di
daerah perkotaan dan perdesaan. Selain itu, persentase kepemilikan telepon seluler
lebih sedikit dibandingkan dengan persentase anak yang menggunakan telepon seluler.

Perbedaan antara kepemilikan dan penggunaan telepon seluler pada anak


diprediksi karena sebagian orang tua masih tidak memberikan anak telepon seluler
pribadi melainkan menggunakan telepon seluler milik orang tua. Akses telepon seluler
milik orang tua oleh anak ini disebabkan karena berbagai faktor, yakni alasan keuangan
ataupun alasan lain seperti mengontrol penggunaan telepon seluler berlebihan pada anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2019) dan Kumala et al.
(2019), penggunaan gawai seperti telepon seluler yang berlebihan pada anak dapat memberikan
dampak seperti menurunnya minat belajar anak, menjadikan anak sebagai pribadi yang
tertutup dan suka menyendiri, serta dapat menyebabkan anak mengalami gangguan pada
kesehatan otak, kesehatan mata, tangan, bahkan mengalami gangguan tidur. Selain itu,
penggunaan gawai yang berlebihan pada anak dapat mengakibatkan anak mengakses konten
yang tidak layak anak seperti konten kekerasan maupun pornografy yang berbahaya bagi
perkembangan anak (Riany, 2021). Dengan demikian sangat dipahami jika banyak orang
tua yang memperbolehkan anak mereka untuk menggunakan telepon seluler miliki orang
tua secara terbatas namun tidak diperbolehkan memiliki telepon seluler secara pribadi.

34
62,69 64,50
58,19 59,80
52,33 53,65

Laki-Laki Perempuan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Gambar 4.4 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Seluler Menurut
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

4.1.5. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Komputer Menurut
Tipe Daerah
Salah satu bentuk perangkat teknologi yang akrab dengan anak-anak adalah
komputer. Data Susenas pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 12,45
persen anak umur 7-17 tahun telah menggunakan komputer (Gambar 4.5). Hasil ini
mengalami kenaikan sebesar 1,58 persen jika dibandingkan dengan persentase anak
umur 7-17 tahun yang menggunakan komputer pada tahun 2021 yaitu 10,87 persen.

Selain itu, jika dianalisis penggunaan komputer pada anak umur 7-17 tahun di daerah
perkotaan dan perdesaan, anak umur 7-17 tahun di perkotaan lebih banyak yang menggunakan
komputer dibandingkan anak di perdesaan, yakni sebesar 8,08 persen. Adanya perbedaan
ini diprediksi karena adanya keterbatasan bagi anak-anak di wilayah perdesaan dalam akses
terhadap komputer. Selain itu, fitur telepon seluler yang saat ini sudah sangat lengkap dan lebih
praktis dibandingkan dengan komputer diprediksi menjadi penyebab anak di wilayah perdesaan
cenderung lebih banyak menggunakan telepon seluler dibandingkan dengan komputer.

35
15,96

12,45

7,88

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Gambar 4.5 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Komputer Menurut Tipe
Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

4.2. Akses Internet


Internet adalah sistem yang terkait komunikasi antarmanusia di seluruh dunia melalui jaringan
komunikasi elektronik yang terjadi karena adanya konektivitas dengan jaringan komputer. Hal ini
juga berarti internet adalah jutaan komputer di seluruh dunia yang saling tersambung (Rustam,
2017). Menurut laporan terbaru dari We Are Social, pada bulan januari tahun 2021, terdapat 202,6 juta
pengguna internet di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia
tidak hanya berasal dari kalangan dewasa namun juga anak-anak (Hidayatuladkia et al., 2021).

4.2.1. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
(2018-2022)
Tren persentase anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet dari tahun
2018 hingga tahun 2022 disajikan pada Gambar 4.6. Data menunjukkan bahwa persentase
anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet mengalami peningkatan pada
tahun 2018 hingga tahun 2021. Namun, tren ini mengalami penurunan dari tahun 2021
sebesar 75,03 persen menjadi 74,34 persen di tahun 2022 atau terjadi penurunan sebesar
0,69 persen. Adanya penurunan akses internet pada anak ini dapat diprediksi akibat

36
sudah tidak diberlakukannya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada saat pandemi
COVID-19 sejak awal tahun 2020 hingga pertengahan 2022. Sejak membaiknya kondisi
pandemi di Indonesia sepanjang tahun 2022 (Kemenkes, 2023), pembelajaran di sekolah
kembali memberlakukan sistem pembelajaran tatap muka. Hal ini yang diprediksi sebagai
faktor utama terjadinya penurunan akses internet pada anak sejak tahun 2021 hingga 2022.

75,03 74,34

55,07
48,20
40,25

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 4.6 Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet

(2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

4.2.2. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Provinsi
Persentase anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet menurut
provinsi dipresentasikan pada Gambar 4.7. Data Susenas di tahun 2022 menunjukkan bahwa
Provinsi DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan persentase anak umur 7-17 tahun yang
pernah mengakses internet tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 92,49 persen. Persentase ini
selanjutnya diikuti dengan Provinsi Jawa Tengah dan Kalimantan Timur dengan persentase
anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet masing-masing sebesar 85,29
persen dan 85,27 persen. Sementara itu, provinsi dengan persentase anak umur 7-17 tahun
yang pernah mengakses internet terendah secara nasional adalah Provinsi Papua sebesar
22,60 persen atau lebih rendah 51,74 persen dibandingkan dengan persentase nasional.

37
Papua 22,60
Nusa Tenggara Timur 45,95
Aceh 47,08
Maluku Utara 47,88
Maluku 50,18
Papua Barat 55,39
Sulawesi Tengah 57,55
Sulawesi Barat 59,54
Sulawesi Tenggara 65,02
Kalimantan Barat 66,39
Kalimantan Tengah 67,49
Sulawesi Utara 67,67
Sumatera Barat 68,25
Sumatera Utara 69,01
Jambi 69,91
Riau 70,66
Banten 72,64
Bengkulu 72,70
Nusa Tenggara Barat 73,06
Sulawesi Selatan 74,00
Indonesia 74,34
Sumatera Selatan 75,40
Gorontalo 75,95
Kepulauan Riau 77,38
Jawa Barat 78,84
Kepulauan Bangka Belitung 79,08
Jawa Timur 79,72
Lampung 79,81
Kalimantan Utara 79,96
DKI Jakarta 81,21
Kalimantan Selatan 82,14
Bali 84,44
Kalimantan Timur 85,27
Jawa Tengah 85,29
DI Yogyakarta 92,49

Gambar 4.7 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet Menurut
Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

38
4.2.3. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses
Data persentase anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet menurut jenis
kelamin dan tujuan mengakses pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 4.8. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sebanyak 75,39 persen anak laki-laki dan 73,57 persen anak perempuan
menggunakan internet sebagai hiburan. Diikuti dengan tujuan penggunaan internet untuk
mengakses media sosial dan pembuatan konten digital bagi anak perempuan sebesar 63,13
persen dan anak laki-laki sebesar 60,06 persen.

Sementara itu, penggunaan internet untuk mengakses pembelajaran online atau


bekerja online dari rumah berada pada posisi ketiga, yakni sebesar 60,07 persen pada anak
perempuan dan 58,40 persen pada anak laki-laki. Hal ini cukup berbeda dengan data hasil
Susenas pada tahun 2021 yang menunjukkan bahwa tujuan mengakses internet yang tertinggi
baik pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah untuk mendapatkan informasi terkait
proses pembelajaran dengan persentase masing-masing sebesar 80,08 persen dan 81,85 persen.
Sementara itu, pada tahun 2021, tujuan mengakses internet untuk media sosial berada pada
posisi kedua (77,57 persen (anak laki-laki) dan 80,25 persen (anak perempuan)), dan tujuan
mengakses internet untuk hiburan berada di posisi ketiga (73,54 persen (anak laki-laki) dan
67,91 persen (anak perempuan)).

Perbedaan tujuan mengakses internet selama dua tahun ini mengindikasikan bahwa
diperlukannya kewaspadaan bagi para orang tua dan lingkungan yang berada di sekitar anak
untuk dapat memastikan bahwa konten hiburan yang diakses anak adalah konten yang layak
anak. Selain itu, orang tua sebagai pihak terdekat bagi anak harus mampu memastikan bahwa
anak dapat mengakses media sosial dengan aman. Fitur pengawasan orang tua dapat menjadi
salah satu alternatif strategi dalam melakukan pengawasan terhadap akses konten hiburan anak.
Selain itu, pengawasan secara langsung di dunia maya oleh orang tua terhadap akun media
sosial anak dapat meminimalisasi terjadinya beragam aksi negatif yang membahayakan anak,
seperti cyberbullying, pornografy, maupun aksi kekerasan di dunia maya lainnya (Riany, 2021).

39
75,39
73,57
Mendapat Informasi/Berita

63,13
60,06 60,07
58,40 58,17 Mendapat Informasi Mengenai
54,99 Barang/Jasa, Pembelian Barang/Jasa,
Penjualan Barang/Jasa

Hiburan

Media Sosial/Jejaring Sosial,


Pembuatan Konten Digital

16,69
11,90 Pembelajaran Online, Work From
10,28 10,86 Home (WFH)/Bekerja Online dari
Rumah

Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas


Finansial (E-Banking), Lainnya
Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.8 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet Menurut
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

4.2.4. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet
Menurut Tipe Daerah dan Tujuan Mengakses
Persentase anak umur 7-17 tahun yang pernah mengakses internet menurut
tipe daerah dan tujuan mengakses pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 4.9. Data
menunjukkan bahwa lebih banyak anak-anak di perdesaan yang mengakses internet
untuk tujuan hiburan (75,70 persen) dibandingkan dengan anak-anak yang berada di
daerah perkotaan (73,73 persen). Selain itu, lebih banyak anak di daerah perdesaan yang
menggunakan internet untuk mengakses media sosial dan pembuatan konten digital
(63,28 persen) dibandingkan dengan anak di daerah perkotaan (60,47 persen). Hal ini
perlu mendapat perhatian lebih lanjut, khususnya bagi para orang tua serta pemerintah
karena kemudahan akses internet bagi anak seharusnya dimanfaatkan untuk hal yang lebih

40
produktif dan sesuai dengan tugas perkembangannya seperti menambah pengetahuan
(Nurhalipah et al., 2020) dan melatih kreativitas anak (Pujilestari, 2020). Pihak dewasa
terutama orang tua harus dapat mengontrol dan mengawasi anak saat menggunakan internet
agar anak mengalami kecanduan ataupun mengalami ancaman cyberbullying di dunia maya.

75,70
73,73

66,36
63,28 Mendapat Informasi/Berita
60,47
56,66 56,36
Mendapat Informasi Mengenai
48,08 Barang/Jasa, Pembelian Barang/Jasa,
Penjualan Barang/Jasa
Hiburan

Media Sosial/Jejaring Sosial, Pembuatan


Konten Digital

Pembelajaran Online, Work From Home


15,27 (WFH)/Bekerja Online dari Rumah
12,65
11,24
9,51
Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas
Finansial (E-Banking), Lainnya

Perkotaan Perdesaan

Gambar 4.9 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Pernah Mengakses Internet Menurut
Tipe Daerah dan Tujuan Mengakses Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

41
Lampiran 4.1
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Telepon Selular
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 73,18 70,42 71,83 61,59 62,75 62,16 65,50 65,33 65,42
Sumatera Utara 82,37 83,43 82,87 81,67 82,06 81,86 82,05 82,79 82,41
Sumatera Barat 80,88 82,09 81,48 79,28 79,66 79,47 80,07 80,87 80,46
Riau 83,57 84,13 83,84 79,17 81,06 80,10 80,91 82,27 81,58
Jambi 82,10 84,04 83,05 76,82 75,04 75,96 78,56 78,02 78,30
Sumatera Selatan 90,29 90,32 90,30 84,10 84,05 84,07 86,39 86,37 86,38
Bengkulu 83,55 88,28 85,90 78,66 79,25 78,94 80,25 82,26 81,24
Lampung 87,04 85,81 86,43 86,39 87,31 86,83 86,59 86,81 86,70
Kepulauan Bangka
89,82 91,52 90,68 86,40 85,82 86,12 88,32 89,15 88,73
Belitung
Kepulauan Riau 80,10 82,73 81,35 79,38 78,67 79,05 80,02 82,34 81,12
DKI Jakarta 81,70 83,31 82,49 81,70 83,31 82,49
Jawa Barat 83,22 85,00 84,09 76,91 78,78 77,82 81,88 83,68 82,75
Jawa Tengah 87,12 87,83 87,47 87,47 86,56 87,03 87,29 87,23 87,26
DI Yogyakarta 94,07 93,37 93,73 89,27 90,75 90,02 92,95 92,73 92,84
Jawa Timur 86,19 85,82 86,01 84,60 85,28 84,93 85,51 85,59 85,55
Banten 79,10 81,00 80,04 62,78 70,77 66,73 74,90 78,34 76,59
Bali 90,63 91,74 91,16 88,59 88,63 88,61 90,06 90,83 90,43
Nusa Tenggara Barat 86,32 88,90 87,60 83,45 82,93 83,20 84,86 85,93 85,39
Nusa Tenggara Timur 84,62 86,66 85,59 69,95 71,54 70,74 73,68 75,14 74,40
Kalimantan Barat 83,30 82,36 82,84 68,38 69,17 68,76 73,65 73,90 73,77
Kalimantan Tengah 80,87 79,21 80,05 68,89 70,02 69,43 73,81 73,89 73,85
Kalimantan Selatan 88,09 88,91 88,48 87,70 87,02 87,36 87,90 87,92 87,91
Kalimantan Timur 87,44 89,09 88,25 76,92 79,44 78,12 83,99 86,07 85,00
Kalimantan Utara 85,53 87,23 86,38 79,02 80,25 79,60 83,05 84,75 83,88
Sulawesi Utara 81,50 83,10 82,28 75,10 77,15 76,09 78,47 80,32 79,36
Sulawesi Tengah 73,70 73,93 73,81 70,97 70,39 70,69 71,80 71,49 71,65
Sulawesi Selatan 86,03 86,65 86,33 84,27 85,36 84,81 85,08 85,94 85,50
Sulawesi Tenggara 82,31 86,27 84,23 80,79 83,52 82,12 81,32 84,48 82,86
Gorontalo 88,56 90,01 89,28 86,59 88,73 87,64 87,45 89,30 88,36
Sulawesi Barat 83,97 87,59 85,75 75,83 75,22 75,54 77,46 77,75 77,60
Maluku 78,22 83,03 80,52 63,16 63,36 63,25 69,02 70,90 69,92
Maluku Utara 75,96 76,09 76,02 63,31 64,70 64,00 66,72 67,78 67,24
Papua Barat 69,76 72,21 70,95 60,40 59,11 59,79 64,20 64,55 64,37
Papua 60,81 67,65 64,03 18,06 18,43 18,23 30,63 33,19 31,82
Indonesia 83,91 85,01 84,44 78,00 78,88 78,42 81,34 82,35 81,83

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

42
Lampiran 4.2
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memiliki Telepon Selular
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 42,03 44,09 43,04 32,57 34,66 33,60 35,77 37,84 36,78
Sumatera Utara 50,77 55,14 52,84 43,76 44,41 44,07 47,58 50,14 48,81
Sumatera Barat 53,87 54,05 53,96 46,38 48,78 47,55 50,06 51,39 50,71
Riau 52,33 53,41 52,86 54,18 54,36 54,27 53,45 53,98 53,71
Jambi 61,40 62,62 61,99 55,06 53,51 54,31 57,15 56,52 56,84
Sumatera Selatan 63,12 60,70 61,94 55,22 57,22 56,20 58,15 58,51 58,33
Bengkulu 55,24 62,44 58,82 54,06 56,65 55,32 54,44 58,58 56,47
Lampung 65,75 64,53 65,15 53,69 56,52 55,04 57,48 59,15 58,29
Kepulauan Bangka
63,46 65,86 64,67 61,78 59,95 60,90 62,72 63,40 63,05
Belitung
Kepulauan Riau 55,62 58,26 56,88 55,43 48,28 52,15 55,60 57,31 56,41
DKI Jakarta 67,02 71,22 69,08 67,02 71,22 69,08
Jawa Barat 63,41 66,07 64,70 59,23 60,10 59,65 62,52 64,80 63,63
Jawa Tengah 65,45 66,16 65,79 65,47 65,55 65,51 65,46 65,87 65,66
DI Yogyakarta 69,13 70,24 69,67 64,18 68,34 66,28 67,97 69,77 68,86
Jawa Timur 67,78 67,00 67,40 61,68 62,25 61,95 65,14 64,96 65,05
Banten 64,31 66,31 65,29 46,03 54,16 50,05 59,60 63,15 61,35
Bali 69,83 71,41 70,59 65,39 64,21 64,80 68,59 69,30 68,93
Nusa Tenggara Barat 48,98 53,40 51,18 46,48 47,20 46,83 47,71 50,31 48,99
Nusa Tenggara Timur 53,93 55,91 54,87 25,27 27,36 26,31 32,55 34,16 33,35
Kalimantan Barat 59,52 62,41 60,92 48,81 50,55 49,64 52,59 54,81 53,65
Kalimantan Tengah 70,03 69,50 69,77 53,63 53,77 53,70 60,37 60,40 60,38
Kalimantan Selatan 67,54 70,70 69,03 61,92 61,24 61,58 64,73 65,75 65,22
Kalimantan Timur 71,84 74,38 73,09 60,44 63,81 62,04 68,10 71,07 69,55
Kalimantan Utara 59,68 62,02 60,84 53,89 58,57 56,09 57,47 60,79 59,09
Sulawesi Utara 66,97 65,64 66,32 53,31 59,66 56,37 60,50 62,84 61,63
Sulawesi Tengah 55,43 58,67 57,01 47,74 48,42 48,07 50,07 51,60 50,81
Sulawesi Selatan 65,90 64,70 65,32 56,24 60,35 58,26 60,66 62,32 61,47
Sulawesi Tenggara 58,70 61,19 59,91 48,09 50,74 49,39 51,81 54,40 53,07
Gorontalo 63,66 64,08 63,87 58,69 59,87 59,27 60,85 61,74 61,29
Sulawesi Barat 50,78 63,34 56,95 43,73 44,49 44,10 45,13 48,34 46,69
Maluku 55,52 61,23 58,25 38,25 37,38 37,83 44,97 46,52 45,72
Maluku Utara 51,82 60,91 56,30 40,49 40,04 40,27 43,54 45,69 44,59
Papua Barat 60,58 63,99 62,23 42,99 41,71 42,38 50,13 50,96 50,53
Papua 46,83 50,72 48,67 9,32 10,10 9,68 20,35 22,28 21,25
Indonesia 62,69 64,50 63,57 52,33 53,65 52,97 58,19 59,80 58,97
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

43
Lampiran 4.3
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Menggunakan Komputer
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 9,19 9,65 9,42 4,81 5,13 4,97 6,29 6,65 6,47
Sumatera Utara 10,50 13,24 11,80 6,02 7,53 6,75 8,46 10,58 9,48
Sumatera Barat 13,45 15,25 14,34 7,77 11,23 9,45 10,56 13,22 11,86
Riau 10,73 12,81 11,75 6,56 8,49 7,51 8,21 10,19 9,19
Jambi 14,14 17,10 15,58 6,73 7,10 6,91 9,17 10,41 9,77
Sumatera Selatan 14,76 16,18 15,45 5,09 6,89 5,97 8,68 10,33 9,49
Bengkulu 17,41 18,81 18,11 5,22 8,74 6,93 9,18 12,10 10,61
Lampung 11,14 12,63 11,88 5,59 7,18 6,35 7,33 8,98 8,12
Kepulauan Bangka
12,11 16,53 14,33 7,21 5,26 6,28 9,96 11,84 10,88
Belitung
Kepulauan Riau 17,26 16,64 16,96 3,57 4,33 3,92 15,87 15,46 15,68
DKI Jakarta 20,49 22,24 21,35 20,49 22,24 21,35
Jawa Barat 14,72 15,91 15,30 7,13 8,15 7,62 13,11 14,26 13,67
Jawa Tengah 14,24 17,28 15,72 9,68 12,36 10,97 12,07 14,96 13,47
DI Yogyakarta 21,67 27,56 24,55 15,54 22,19 18,90 20,23 26,24 23,20
Jawa Timur 19,53 20,43 19,97 10,66 13,04 11,81 15,70 17,25 16,45
Banten 13,55 14,71 14,12 4,77 7,14 5,94 11,28 12,75 12,01
Bali 21,68 24,12 22,86 5,90 7,83 6,86 17,28 19,33 18,28
Nusa Tenggara Barat 10,55 13,35 11,94 7,01 7,73 7,36 8,75 10,55 9,64
Nusa Tenggara Timur 16,78 21,57 19,06 5,76 7,73 6,74 8,56 11,03 9,78
Kalimantan Barat 9,59 13,35 11,41 4,79 5,05 4,92 6,49 8,03 7,23
Kalimantan Tengah 11,65 15,87 13,73 4,87 4,44 4,66 7,65 9,26 8,43
Kalimantan Selatan 11,57 11,06 11,33 6,21 8,66 7,42 8,89 9,80 9,33
Kalimantan Timur 18,15 21,40 19,75 3,32 4,59 3,92 13,28 16,13 14,67
Kalimantan Utara 11,96 12,82 12,39 4,01 5,48 4,70 8,93 10,21 9,55
Sulawesi Utara 13,15 11,40 12,30 4,91 7,79 6,29 9,24 9,71 9,47
Sulawesi Tengah 8,41 14,24 11,26 5,42 5,77 5,59 6,32 8,40 7,32
Sulawesi Selatan 14,02 17,26 15,60 9,46 11,06 10,25 11,55 13,87 12,68
Sulawesi Tenggara 11,90 14,11 12,98 5,43 6,44 5,92 7,70 9,13 8,39
Gorontalo 16,99 18,59 17,79 6,42 11,61 8,96 11,02 14,71 12,84
Sulawesi Barat 5,28 8,48 6,85 5,65 7,15 6,38 5,58 7,43 6,47
Maluku 16,98 20,17 18,50 5,46 6,26 5,85 9,94 11,59 10,74
Maluku Utara 10,58 12,48 11,51 3,30 4,19 3,74 5,26 6,43 5,84
Papua Barat 8,86 9,35 9,10 3,66 4,18 3,91 5,77 6,33 6,04
Papua 10,15 10,86 10,48 0,92 1,14 1,02 3,63 4,05 3,83
Indonesia 15,06 16,90 15,96 7,04 8,77 7,88 11,58 13,37 12,45
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

44
Lampiran 4.3.1
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 9,19 1,18 12,89 6,87 11,51
Sumatera Utara 10,50 0,82 7,84 8,89 12,12
Sumatera Barat 13,45 1,13 8,37 11,24 15,66
Riau 10,73 1,29 11,99 8,21 13,25
Jambi 14,14 1,93 13,62 10,37 17,92
Sumatera Selatan 14,76 1,65 11,16 11,53 17,99
Bengkulu 17,41 2,14 12,31 13,21 21,62
Lampung 11,14 1,53 13,76 8,14 14,15
Kepulauan Bangka Belitung 12,11 1,79 14,81 8,60 15,63
Kepulauan Riau 17,26 2,07 11,99 13,20 21,32
DKI Jakarta 20,49 1,49 7,28 17,57 23,41
Jawa Barat 14,72 0,73 4,98 13,28 16,16
Jawa Tengah 14,24 0,73 5,12 12,81 15,67
DI Yogyakarta 21,67 2,06 9,49 17,64 25,70
Jawa Timur 19,53 0,86 4,40 17,85 21,22
Banten 13,55 1,33 9,81 10,94 16,15
Bali 21,68 1,68 7,75 18,39 24,98
Nusa Tenggara Barat 10,55 1,25 11,81 8,11 12,99
Nusa Tenggara Timur 16,78 1,98 11,79 12,90 20,65
Kalimantan Barat 9,59 1,15 12,04 7,33 11,85
Kalimantan Tengah 11,65 1,44 12,34 8,83 14,47
Kalimantan Selatan 11,57 1,29 11,17 9,04 14,10
Kalimantan Timur 18,15 1,84 10,14 14,54 21,75
Kalimantan Utara 11,96 1,94 16,19 8,17 15,76
Sulawesi Utara 13,15 1,58 12,00 10,06 16,25
Sulawesi Tengah 8,41 1,64 19,46 5,20 11,61
Sulawesi Selatan 14,02 1,36 9,70 11,35 16,69
Sulawesi Tenggara 11,90 1,99 16,73 7,99 15,80
Gorontalo 16,99 2,57 15,13 11,95 22,02
Sulawesi Barat 5,28 1,64 30,99 2,07 8,48
Maluku 16,98 2,65 15,63 11,78 22,18
Maluku Utara 10,58 2,56 24,24 5,55 15,60
Papua Barat 8,86 1,50 16,95 5,92 11,81
Papua 10,15 1,42 13,97 7,37 12,92
Indonesia 15,06 0,29 1,93 14,50 15,63
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

45
Lampiran 4.3.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 9,65 1,16 12,07 7,37 11,94
Sumatera Utara 13,24 1,11 8,41 11,06 15,43
Sumatera Barat 15,25 1,23 8,06 12,84 17,65
Riau 12,81 1,26 9,87 10,33 15,28
Jambi 17,10 2,06 12,06 13,06 21,14
Sumatera Selatan 16,18 1,76 10,87 12,73 19,62
Bengkulu 18,81 2,33 12,36 14,26 23,37
Lampung 12,63 1,63 12,87 9,44 15,81
Kepulauan Bangka Belitung 16,53 1,90 11,50 12,80 20,25
Kepulauan Riau 16,64 2,20 13,20 12,33 20,94
DKI Jakarta 22,24 1,43 6,41 19,44 25,03
Jawa Barat 15,91 0,77 4,83 14,40 17,41
Jawa Tengah 17,28 0,80 4,65 15,70 18,86
DI Yogyakarta 27,56 2,39 8,69 22,86 32,25
Jawa Timur 20,43 0,88 4,32 18,70 22,16
Banten 14,71 1,27 8,64 12,22 17,21
Bali 24,12 1,94 8,06 20,31 27,93
Nusa Tenggara Barat 13,35 1,55 11,58 10,32 16,38
Nusa Tenggara Timur 21,57 2,44 11,30 16,80 26,35
Kalimantan Barat 13,35 1,68 12,59 10,05 16,64
Kalimantan Tengah 15,87 1,87 11,76 12,21 19,53
Kalimantan Selatan 11,06 1,34 12,13 8,43 13,69
Kalimantan Timur 21,40 1,62 7,58 18,22 24,58
Kalimantan Utara 12,82 1,86 14,48 9,18 16,46
Sulawesi Utara 11,40 1,54 13,54 8,38 14,43
Sulawesi Tengah 14,24 2,21 15,51 9,91 18,57
Sulawesi Selatan 17,26 1,40 8,12 14,52 20,01
Sulawesi Tenggara 14,11 1,88 13,33 10,43 17,80
Gorontalo 18,59 2,56 13,75 13,58 23,60
Sulawesi Barat 8,48 2,18 25,73 4,21 12,76
Maluku 20,17 2,81 13,94 14,66 25,68
Maluku Utara 12,48 2,55 20,41 7,49 17,47
Papua Barat 9,35 1,74 18,62 5,94 12,77
Papua 10,86 1,55 14,32 7,81 13,90
Indonesia 16,90 0,30 1,80 16,30 17,50
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

46
Lampiran 4.3.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 9,42 0,93 9,85 7,60 11,24
Sumatera Utara 11,80 0,80 6,81 10,23 13,38
Sumatera Barat 14,34 0,94 6,56 12,49 16,18
Riau 11,75 1,00 8,53 9,79 13,72
Jambi 15,58 1,60 10,27 12,45 18,72
Sumatera Selatan 15,45 1,40 9,08 12,70 18,20
Bengkulu 18,11 1,78 9,81 14,63 21,59
Lampung 11,88 1,28 10,75 9,37 14,38
Kepulauan Bangka Belitung 14,33 1,41 9,85 11,57 17,10
Kepulauan Riau 16,96 1,78 10,48 13,48 20,45
DKI Jakarta 21,35 1,18 5,55 19,03 23,67
Jawa Barat 15,30 0,63 4,10 14,07 16,52
Jawa Tengah 15,72 0,62 3,95 14,51 16,94
DI Yogyakarta 24,55 1,83 7,44 20,97 28,13
Jawa Timur 19,97 0,72 3,59 18,56 21,37
Banten 14,12 1,11 7,85 11,95 16,29
Bali 22,86 1,48 6,45 19,96 25,75
Nusa Tenggara Barat 11,94 1,15 9,60 9,69 14,19
Nusa Tenggara Timur 19,06 1,87 9,80 15,40 22,72
Kalimantan Barat 11,41 1,16 10,13 9,14 13,67
Kalimantan Tengah 13,73 1,33 9,69 11,12 16,33
Kalimantan Selatan 11,33 1,02 8,96 9,34 13,32
Kalimantan Timur 19,75 1,43 7,26 16,94 22,56
Kalimantan Utara 12,39 1,48 11,94 9,49 15,29
Sulawesi Utara 12,30 1,25 10,17 9,85 14,75
Sulawesi Tengah 11,26 1,41 12,55 8,49 14,02
Sulawesi Selatan 15,60 1,16 7,43 13,33 17,86
Sulawesi Tenggara 12,98 1,54 11,83 9,97 15,98
Gorontalo 17,79 2,07 11,63 13,73 21,84
Sulawesi Barat 6,85 1,49 21,77 3,93 9,78
Maluku 18,50 2,45 13,22 13,71 23,30
Maluku Utara 11,51 2,11 18,34 7,37 15,65
Papua Barat 9,10 1,33 14,60 6,50 11,70
Papua 10,48 1,22 11,61 8,10 12,86
Indonesia 15,96 0,25 1,54 15,48 16,44
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

47
Lampiran 4.3.2
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 4,81 0,53 11,10 3,76 5,85
Sumatera Utara 6,02 0,47 7,88 5,09 6,95
Sumatera Barat 7,77 0,70 8,96 6,41 9,13
Riau 6,56 0,89 13,50 4,83 8,30
Jambi 6,73 0,76 11,36 5,23 8,23
Sumatera Selatan 5,09 0,53 10,41 4,05 6,13
Bengkulu 5,22 0,74 14,10 3,78 6,66
Lampung 5,59 0,61 10,85 4,40 6,77
Kepulauan Bangka Belitung 7,21 1,28 17,71 4,71 9,71
Kepulauan Riau 3,57 1,47 41,09 0,69 6,44
DKI Jakarta
Jawa Barat 7,13 0,67 9,40 5,82 8,44
Jawa Tengah 9,68 0,60 6,20 8,50 10,86
DI Yogyakarta 15,54 3,74 24,05 8,22 22,87
Jawa Timur 10,66 0,64 6,04 9,40 11,92
Banten 4,77 0,94 19,77 2,92 6,62
Bali 5,90 1,18 19,94 3,59 8,20
Nusa Tenggara Barat 7,01 0,94 13,41 5,17 8,86
Nusa Tenggara Timur 5,76 0,53 9,16 4,73 6,80
Kalimantan Barat 4,79 0,57 11,94 3,67 5,92
Kalimantan Tengah 4,87 0,80 16,39 3,30 6,43
Kalimantan Selatan 6,21 0,83 13,30 4,59 7,83
Kalimantan Timur 3,32 0,94 28,25 1,48 5,16
Kalimantan Utara 4,01 1,11 27,77 1,83 6,19
Sulawesi Utara 4,91 0,80 16,40 3,33 6,48
Sulawesi Tengah 5,42 0,66 12,24 4,12 6,72
Sulawesi Selatan 9,46 0,74 7,84 8,01 10,92
Sulawesi Tenggara 5,43 0,61 11,29 4,23 6,63
Gorontalo 6,42 1,10 17,20 4,25 8,58
Sulawesi Barat 5,65 0,92 16,34 3,84 7,46
Maluku 5,46 0,92 16,89 3,65 7,27
Maluku Utara 3,30 0,50 15,03 2,33 4,28
Papua Barat 3,66 0,59 16,14 2,50 4,82
Papua 0,92 0,16 17,35 0,61 1,23
Indonesia 7,04 0,16 2,30 6,72 7,35

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

48
Lampiran 4.3.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 5,13 0,56 10,88 4,04 6,23
Sumatera Utara 7,53 0,62 8,17 6,33 8,74
Sumatera Barat 11,23 0,92 8,21 9,42 13,03
Riau 8,49 0,94 11,12 6,64 10,34
Jambi 7,10 0,81 11,46 5,51 8,70
Sumatera Selatan 6,89 0,65 9,48 5,61 8,17
Bengkulu 8,74 1,01 11,52 6,76 10,71
Lampung 7,18 0,70 9,72 5,82 8,55
Kepulauan Bangka Belitung 5,26 0,98 18,71 3,33 7,20
Kepulauan Riau 4,33 1,67 38,66 1,05 7,60
DKI Jakarta
Jawa Barat 8,15 0,76 9,32 6,66 9,64
Jawa Tengah 12,36 0,74 5,98 10,91 13,80
DI Yogyakarta 22,19 4,00 18,02 14,36 30,03
Jawa Timur 13,04 0,70 5,39 11,66 14,42
Banten 7,14 1,28 17,92 4,63 9,65
Bali 7,83 1,40 17,87 5,09 10,57
Nusa Tenggara Barat 7,73 0,94 12,13 5,89 9,57
Nusa Tenggara Timur 7,73 0,67 8,63 6,42 9,03
Kalimantan Barat 5,05 0,58 11,44 3,92 6,18
Kalimantan Tengah 4,44 0,63 14,20 3,21 5,68
Kalimantan Selatan 8,66 0,87 10,08 6,95 10,37
Kalimantan Timur 4,59 1,02 22,34 2,58 6,59
Kalimantan Utara 5,48 1,15 21,04 3,22 7,74
Sulawesi Utara 7,79 1,02 13,06 5,79 9,78
Sulawesi Tengah 5,77 0,69 11,88 4,43 7,12
Sulawesi Selatan 11,06 0,84 7,56 9,42 12,70
Sulawesi Tenggara 6,44 0,68 10,63 5,10 7,79
Gorontalo 11,61 1,78 15,36 8,11 15,10
Sulawesi Barat 7,15 1,00 13,95 5,20 9,11
Maluku 6,26 1,00 16,02 4,29 8,22
Maluku Utara 4,19 0,78 18,62 2,66 5,72
Papua Barat 4,18 0,69 16,44 2,84 5,53
Papua 1,14 0,20 17,88 0,74 1,54
Indonesia 8,77 0,19 2,15 8,40 9,14

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

49
Lampiran 4.3.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Menggunakan Komputer menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 4,97 0,45 9,08 4,08 5,85
Sumatera Utara 6,75 0,46 6,82 5,85 7,66
Sumatera Barat 9,45 0,65 6,90 8,18 10,73
Riau 7,51 0,78 10,33 5,99 9,03
Jambi 6,91 0,61 8,77 5,72 8,10
Sumatera Selatan 5,97 0,46 7,78 5,06 6,88
Bengkulu 6,93 0,70 10,06 5,57 8,30
Lampung 6,35 0,55 8,59 5,28 7,42
Kepulauan Bangka Belitung 6,28 0,82 13,00 4,68 7,88
Kepulauan Riau 3,92 1,06 26,98 1,85 5,99
DKI Jakarta
Jawa Barat 7,62 0,56 7,31 6,53 8,72
Jawa Tengah 10,97 0,54 4,92 9,91 12,03
DI Yogyakarta 18,90 3,61 19,07 11,84 25,97
Jawa Timur 11,81 0,52 4,43 10,78 12,83
Banten 5,94 0,86 14,42 4,26 7,62
Bali 6,86 1,06 15,41 4,79 8,93
Nusa Tenggara Barat 7,36 0,77 10,41 5,86 8,87
Nusa Tenggara Timur 6,74 0,50 7,49 5,75 7,73
Kalimantan Barat 4,92 0,46 9,34 4,02 5,82
Kalimantan Tengah 4,66 0,61 12,98 3,48 5,85
Kalimantan Selatan 7,42 0,67 9,03 6,10 8,73
Kalimantan Timur 3,92 0,87 22,26 2,21 5,64
Kalimantan Utara 4,70 0,81 17,29 3,11 6,30
Sulawesi Utara 6,29 0,71 11,24 4,91 7,68
Sulawesi Tengah 5,59 0,56 9,96 4,50 6,68
Sulawesi Selatan 10,25 0,67 6,52 8,94 11,56
Sulawesi Tenggara 5,92 0,54 9,16 4,86 6,99
Gorontalo 8,96 1,29 14,41 6,43 11,50
Sulawesi Barat 6,38 0,77 12,03 4,88 7,88
Maluku 5,85 0,82 13,96 4,25 7,45
Maluku Utara 3,74 0,51 13,56 2,75 4,73
Papua Barat 3,91 0,50 12,85 2,93 4,89
Papua 1,02 0,15 15,06 0,72 1,32
Indonesia 7,88 0,14 1,79 7,60 8,15
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

50
Lampiran 4.4
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 55,04 56,84 55,92 41,80 43,39 42,58 46,28 47,91 47,08
Sumatera Utara 70,97 74,77 72,77 64,80 64,41 64,61 68,16 69,94 69,01
Sumatera Barat 72,64 72,78 72,71 62,83 65,03 63,90 67,65 68,88 68,25
Riau 72,93 74,61 73,76 66,97 70,35 68,63 69,32 72,03 70,66
Jambi 76,29 75,93 76,11 67,52 66,14 66,85 70,41 69,37 69,91
Sumatera Selatan 82,33 81,73 82,04 70,93 72,07 71,49 75,16 75,65 75,40
Bengkulu 81,18 81,40 81,29 68,24 68,74 68,48 72,45 72,97 72,70
Lampung 84,15 82,23 83,20 77,56 78,92 78,21 79,62 80,01 79,81
Kepulauan Bangka
81,19 81,67 81,43 77,35 74,44 75,95 79,50 78,65 79,08
Belitung
Kepulauan Riau 77,01 80,93 78,87 63,36 64,08 63,69 75,63 79,32 77,38
DKI Jakarta 80,30 82,15 81,21 80,30 82,15 81,21
Jawa Barat 79,55 82,07 80,77 70,73 72,64 71,65 77,67 80,07 78,84
Jawa Tengah 85,95 85,57 85,76 85,22 84,27 84,76 85,60 84,95 85,29
DI Yogyakarta 93,75 94,23 93,98 87,11 88,40 87,76 92,19 92,80 92,49
Jawa Timur 82,56 82,03 82,30 75,80 76,84 76,30 79,64 79,80 79,72
Banten 77,06 76,20 76,64 56,70 65,80 61,19 71,81 73,50 72,64
Bali 85,91 88,16 86,99 79,02 77,09 78,05 83,99 84,91 84,44
Nusa Tenggara Barat 76,70 80,45 78,57 68,32 66,88 67,62 72,44 73,69 73,06
Nusa Tenggara Timur 72,61 77,47 74,93 35,58 37,39 36,48 44,99 46,94 45,95
Kalimantan Barat 80,37 78,75 79,59 57,86 60,48 59,11 65,80 67,03 66,39
Kalimantan Tengah 80,08 77,02 78,57 59,37 59,84 59,60 67,88 67,08 67,49
Kalimantan Selatan 83,31 87,13 85,11 79,66 78,96 79,31 81,48 82,86 82,14
Kalimantan Timur 87,91 91,20 89,54 75,91 76,57 76,23 83,98 86,62 85,27
Kalimantan Utara 83,51 87,20 85,35 70,18 71,34 70,73 78,43 81,56 79,96
Sulawesi Utara 73,36 72,54 72,96 58,76 64,92 61,72 66,44 68,98 67,67
Sulawesi Tengah 63,40 67,95 65,62 54,04 53,93 53,99 56,87 58,28 57,55
Sulawesi Selatan 79,76 81,41 80,56 66,71 70,41 68,53 72,68 75,38 74,00
Sulawesi Tenggara 69,40 77,39 73,29 59,24 61,94 60,56 62,81 67,34 65,02
Gorontalo 82,03 82,70 82,36 68,72 73,20 70,92 74,52 77,42 75,95
Sulawesi Barat 68,62 79,06 73,75 55,00 56,95 55,95 57,72 61,47 59,54
Maluku 66,89 72,13 69,39 39,13 36,98 38,09 49,93 50,46 50,18
Maluku Utara 62,24 68,92 65,53 41,24 41,48 41,36 46,90 48,90 47,88
Papua Barat 66,58 71,62 69,02 46,97 44,72 45,90 54,93 55,90 55,39
Papua 53,70 60,00 56,66 7,84 8,67 8,22 21,32 24,06 22,60
Indonesia 79,34 80,76 80,03 66,34 67,53 66,92 73,70 75,03 74,34
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

51
Lampiran 4.5
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022

Laki-laki

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 55,62 8,37 79,12 56,99 26,76 11,12
Sumatera Utara 56,23 8,00 74,46 58,67 50,56 9,14
Sumatera Barat 58,85 11,29 85,69 62,96 36,52 10,81
Riau 52,93 9,12 77,44 57,09 49,30 10,01
Jambi 53,23 11,37 78,50 58,45 39,10 9,42
Sumatera Selatan 53,43 12,56 75,28 62,11 52,27 9,23
Bengkulu 55,61 10,66 80,93 54,57 36,62 8,15
Lampung 48,16 8,44 70,36 57,33 65,89 7,04
Kepulauan Bangka Belitung 56,67 15,57 85,14 63,35 42,91 5,67
Kepulauan Riau 51,38 5,85 74,78 48,14 62,67 11,15
DKI Jakarta 56,03 13,41 58,15 57,03 79,04 11,97
Jawa Barat 55,10 15,42 70,84 58,11 65,81 12,76
Jawa Tengah 57,03 13,47 81,95 64,23 63,68 10,64
DI Yogyakarta 53,46 16,64 78,77 65,55 79,46 9,19
Jawa Timur 57,80 12,11 76,50 62,64 60,68 9,95
Banten 54,91 13,32 68,19 55,97 66,28 12,91
Bali 67,47 13,33 85,32 65,08 80,54 8,22
Nusa Tenggara Barat 43,37 8,29 87,05 53,52 33,91 8,94
Nusa Tenggara Timur 51,82 5,87 75,79 58,99 49,00 8,39
Kalimantan Barat 53,49 10,56 80,49 60,76 46,99 6,17
Kalimantan Tengah 52,26 9,49 77,80 58,38 46,75 11,03
Kalimantan Selatan 54,33 13,16 82,72 66,10 43,86 9,21
Kalimantan Timur 48,40 7,84 78,15 55,13 66,06 7,11
Kalimantan Utara 49,47 9,56 77,17 53,75 66,30 9,61
Sulawesi Utara 54,20 10,99 72,75 60,72 58,16 10,06
Sulawesi Tengah 47,99 7,52 73,93 59,99 36,95 7,67
Sulawesi Selatan 55,04 8,03 72,78 60,41 48,50 9,05
Sulawesi Tenggara 54,08 6,98 76,66 62,15 39,39 6,28
Gorontalo 44,07 6,97 74,69 64,48 36,74 8,30
Sulawesi Barat 51,63 8,54 76,41 61,24 30,82 3,09
Maluku 55,08 6,42 76,09 65,98 50,75 9,24
Maluku Utara 43,85 4,51 71,93 61,77 19,58 8,14
Papua Barat 48,09 3,72 78,47 52,23 40,46 7,11
Papua 55,02 10,40 70,42 60,85 45,36 11,33
Indonesia 54,99 11,90 75,39 60,06 58,40 10,28
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

52
Lampiran 4.5 (Lanjutan)
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022

Perempuan

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 61,59 12,79 76,55 59,91 28,07 13,07
Sumatera Utara 59,12 11,14 72,62 61,24 53,75 9,69
Sumatera Barat 61,60 16,49 81,32 68,54 38,61 11,63
Riau 56,19 11,04 77,23 58,47 52,21 11,05
Jambi 55,93 15,98 77,80 61,52 41,20 9,75
Sumatera Selatan 56,54 17,22 74,49 62,99 55,22 10,32
Bengkulu 58,10 15,59 77,78 62,41 43,25 7,89
Lampung 50,10 10,46 67,94 61,22 67,74 7,18
Kepulauan Bangka Belitung 60,10 25,43 82,25 67,50 45,35 7,29
Kepulauan Riau 52,50 11,61 75,99 46,59 56,33 11,03
DKI Jakarta 57,37 16,76 59,63 57,53 79,29 13,97
Jawa Barat 57,70 21,18 68,93 62,48 66,63 12,22
Jawa Tengah 61,46 19,38 79,51 67,30 65,74 11,90
DI Yogyakarta 61,11 22,64 76,48 70,73 80,67 11,94
Jawa Timur 60,95 17,55 73,91 65,39 62,49 10,82
Banten 57,53 20,62 65,76 57,66 66,51 12,84
Bali 68,30 15,26 81,39 66,16 83,30 9,77
Nusa Tenggara Barat 48,32 17,17 85,90 58,72 38,04 9,07
Nusa Tenggara Timur 58,08 7,26 74,59 64,20 51,30 10,32
Kalimantan Barat 55,55 13,16 80,22 65,12 47,29 6,73
Kalimantan Tengah 59,02 12,43 75,65 63,48 46,98 10,07
Kalimantan Selatan 56,81 16,40 81,24 67,02 45,80 8,41
Kalimantan Timur 52,50 13,36 79,29 58,55 71,34 9,27
Kalimantan Utara 47,72 9,18 74,25 52,01 66,02 7,92
Sulawesi Utara 55,28 11,70 70,64 68,12 56,89 11,14
Sulawesi Tengah 51,96 11,15 70,81 65,91 42,27 8,44
Sulawesi Selatan 58,14 11,80 72,66 63,23 50,61 9,22
Sulawesi Tenggara 58,54 10,93 76,68 63,94 41,31 6,70
Gorontalo 54,54 9,74 72,07 68,34 43,78 8,87
Sulawesi Barat 56,24 11,60 71,86 66,21 34,17 2,64
Maluku 59,72 10,94 77,92 67,99 50,37 10,17
Maluku Utara 47,50 5,22 69,69 61,62 21,18 8,79
Papua Barat 47,34 5,07 78,36 49,79 43,46 7,40
Papua 55,57 9,70 68,38 60,64 43,58 11,81
Indonesia 58,17 16,69 73,57 63,13 60,07 10,86
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

53
Lampiran 4.5 (Lanjutan)
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022

Laki-laki + Perempuan

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 58,60 10,58 77,83 58,45 27,42 12,09
Sumatera Utara 57,63 9,53 73,57 59,92 52,11 9,41
Sumatera Barat 60,21 13,86 83,53 65,72 37,55 11,22
Riau 54,57 10,09 77,33 57,78 50,76 10,53
Jambi 54,54 13,59 78,16 59,93 40,11 9,58
Sumatera Selatan 54,95 14,85 74,89 62,54 53,72 9,77
Bengkulu 56,84 13,09 79,38 58,43 39,88 8,03
Lampung 49,10 9,42 69,19 59,21 66,79 7,11
Kepulauan Bangka Belitung 58,35 20,40 83,72 65,38 44,11 6,46
Kepulauan Riau 51,92 8,65 75,37 47,39 59,59 11,09
DKI Jakarta 56,69 15,07 58,88 57,28 79,16 12,96
Jawa Barat 56,38 18,25 69,90 60,26 66,21 12,49
Jawa Tengah 59,17 16,33 80,77 65,71 64,68 11,25
DI Yogyakarta 57,24 19,61 77,64 68,11 80,06 10,55
Jawa Timur 59,32 14,74 75,25 63,97 61,56 10,37
Banten 56,21 16,96 66,98 56,81 66,40 12,88
Bali 67,87 14,27 83,40 65,61 81,89 8,98
Nusa Tenggara Barat 45,83 12,70 86,48 56,11 35,96 9,01
Nusa Tenggara Timur 54,97 6,57 75,19 61,61 50,15 9,36
Kalimantan Barat 54,49 11,82 80,36 62,88 47,14 6,45
Kalimantan Tengah 55,53 10,91 76,76 60,85 46,86 10,56
Kalimantan Selatan 55,53 14,74 82,00 66,55 44,80 8,82
Kalimantan Timur 50,43 10,58 78,71 56,82 68,68 8,18
Kalimantan Utara 48,60 9,37 75,72 52,88 66,16 8,77
Sulawesi Utara 54,73 11,34 71,71 64,38 57,53 10,59
Sulawesi Tengah 49,93 9,29 72,40 62,88 39,55 8,05
Sulawesi Selatan 56,58 9,91 72,72 61,81 49,55 9,13
Sulawesi Tenggara 56,33 8,98 76,67 63,05 40,36 6,50
Gorontalo 49,35 8,37 73,37 66,43 40,29 8,59
Sulawesi Barat 53,94 10,08 74,13 63,74 32,50 2,86
Maluku 57,33 8,61 76,98 66,95 50,56 9,69
Maluku Utara 45,68 4,87 70,80 61,69 20,38 8,46
Papua Barat 47,73 4,38 78,42 51,05 41,91 7,25
Papua 55,30 10,05 69,41 60,74 44,48 11,57
Indonesia 56,55 14,25 74,50 61,57 59,22 10,57
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

54
Lampiran 4.6
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022
Laki-laki

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 56,04 9,08 85,23 59,60 29,51 10,78
Sumatera Utara 56,06 8,20 73,47 59,15 56,85 10,50
Sumatera Barat 63,57 13,63 90,85 62,60 41,06 14,50
Riau 55,55 11,16 75,64 57,30 60,00 7,67
Jambi 52,71 12,39 79,41 52,74 53,32 7,57
Sumatera Selatan 52,24 13,29 78,01 63,10 68,34 9,16
Bengkulu 57,18 9,67 83,85 55,05 45,00 5,36
Lampung 47,04 12,65 74,06 60,14 72,04 8,84
Kepulauan Bangka Belitung 56,21 17,46 84,91 65,48 47,61 6,13
Kepulauan Riau 51,35 5,54 74,51 47,02 63,65 11,16
DKI Jakarta 56,03 13,41 58,15 57,03 79,04 11,97
Jawa Barat 55,53 15,77 70,57 57,39 68,89 13,02
Jawa Tengah 57,71 14,73 81,91 63,61 68,55 12,18
DI Yogyakarta 53,97 18,15 79,68 66,29 84,48 10,13
Jawa Timur 57,80 11,74 75,58 60,83 65,68 9,32
Banten 56,19 12,08 65,90 54,23 72,29 13,51
Bali 67,06 13,30 85,47 64,40 82,22 8,45
Nusa Tenggara Barat 43,58 9,91 86,34 50,19 44,75 11,09
Nusa Tenggara Timur 48,52 7,55 82,92 58,48 67,32 10,81
Kalimantan Barat 50,39 11,68 86,18 61,99 56,55 7,03
Kalimantan Tengah 53,22 10,86 77,07 56,92 55,20 12,34
Kalimantan Selatan 53,29 17,49 80,98 66,62 49,16 9,69
Kalimantan Timur 49,65 9,05 80,40 56,46 73,75 7,82
Kalimantan Utara 46,87 11,95 79,54 51,87 70,82 11,29
Sulawesi Utara 52,54 13,09 74,84 60,65 68,19 10,08
Sulawesi Tengah 42,21 8,77 70,12 57,04 43,10 7,95
Sulawesi Selatan 51,63 7,36 69,41 53,75 57,06 8,93
Sulawesi Tenggara 50,47 7,87 77,58 62,67 50,09 7,26
Gorontalo 41,66 5,85 78,71 70,44 38,94 9,00
Sulawesi Barat 39,85 2,70 76,71 60,06 36,87 3,42
Maluku 51,50 7,62 80,10 70,71 66,37 8,76
Maluku Utara 41,13 6,40 73,00 63,71 32,84 12,67
Papua Barat 51,49 3,31 76,75 46,98 52,53 6,78
Papua 55,56 11,86 73,02 60,93 48,70 10,44
Indonesia 55,33 12,90 74,40 59,03 65,89 11,11
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

55
Lampiran 4.6 (Lanjutan)
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Mengakses Internet menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022

Perempuan

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 58,25 11,17 83,06 58,47 29,23 11,51
Sumatera Utara 58,03 11,97 70,51 61,21 60,55 9,51
Sumatera Barat 65,49 19,50 86,86 66,54 40,70 13,67
Riau 55,84 11,30 74,47 59,49 62,25 9,10
Jambi 52,58 16,74 76,11 55,89 53,43 7,16
Sumatera Selatan 56,92 20,23 79,66 63,81 68,64 10,38
Bengkulu 59,61 17,45 81,42 63,89 49,45 5,76
Lampung 50,71 15,38 68,07 64,80 74,42 9,73
Kepulauan Bangka Belitung 57,19 25,06 83,06 69,43 48,25 8,37
Kepulauan Riau 51,94 11,32 76,18 45,66 57,16 11,08
DKI Jakarta 57,37 16,76 59,63 57,53 79,29 13,97
Jawa Barat 58,31 21,52 68,96 62,13 69,32 12,19
Jawa Tengah 61,58 19,65 79,49 65,76 68,69 12,24
DI Yogyakarta 60,27 24,67 78,92 71,41 88,04 13,38
Jawa Timur 60,77 16,96 75,15 63,10 68,55 10,46
Banten 57,56 20,01 62,72 55,10 71,89 13,50
Bali 67,49 14,99 81,56 66,86 86,03 9,93
Nusa Tenggara Barat 48,76 18,90 86,08 57,41 45,30 9,18
Nusa Tenggara Timur 56,05 8,74 82,00 65,33 65,38 15,20
Kalimantan Barat 53,71 13,37 84,13 68,22 58,32 9,03
Kalimantan Tengah 62,45 13,40 76,74 64,20 57,14 10,01
Kalimantan Selatan 56,73 17,12 80,67 66,01 52,11 7,44
Kalimantan Timur 51,48 15,00 80,99 58,98 77,27 11,28
Kalimantan Utara 45,08 8,98 76,91 47,90 70,92 8,19
Sulawesi Utara 52,44 12,20 72,04 69,99 61,20 11,71
Sulawesi Tengah 47,41 12,79 67,69 66,15 49,03 8,86
Sulawesi Selatan 52,89 10,98 70,80 58,68 59,30 9,19
Sulawesi Tenggara 56,50 13,31 81,68 59,36 48,29 7,67
Gorontalo 49,32 9,94 76,06 70,41 45,58 11,30
Sulawesi Barat 53,13 10,45 74,48 66,24 36,92 5,76
Maluku 58,81 11,20 81,10 70,85 62,44 5,83
Maluku Utara 50,04 3,50 73,19 65,85 25,91 12,01
Papua Barat 46,30 3,68 73,88 45,99 51,45 7,39
Papua 55,06 10,28 71,63 58,16 47,01 12,37
Indonesia 58,05 17,73 73,03 61,96 66,84 11,38
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

56
Lampiran 4.6 (Lanjutan)
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Mengakses Internet menurut Provinsi,
Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022

Laki-laki + Perempuan

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 57,14 10,12 84,15 59,04 29,37 11,14
Sumatera Utara 57,02 10,04 72,03 60,15 58,65 10,01
Sumatera Barat 64,52 16,52 88,89 64,54 40,88 14,09
Riau 55,70 11,23 75,06 58,39 61,12 8,38
Jambi 52,65 14,50 77,81 54,27 53,37 7,37
Sumatera Selatan 54,52 16,67 78,82 63,45 68,49 9,75
Bengkulu 58,39 13,54 82,64 59,46 47,21 5,56
Lampung 48,83 13,98 71,13 62,42 73,20 9,28
Kepulauan Bangka Belitung 56,71 21,29 83,98 67,47 47,93 7,26
Kepulauan Riau 51,64 8,36 75,33 46,36 60,48 11,12
DKI Jakarta 56,69 15,07 58,88 57,28 79,16 12,96
Jawa Barat 56,90 18,60 69,78 59,72 69,10 12,61
Jawa Tengah 59,59 17,12 80,73 64,65 68,62 12,21
DI Yogyakarta 57,06 21,35 79,31 68,80 86,23 11,73
Jawa Timur 59,23 14,26 75,37 61,93 67,06 9,87
Banten 56,86 15,96 64,34 54,65 72,10 13,51
Bali 67,27 14,12 83,56 65,60 84,08 9,17
Nusa Tenggara Barat 46,22 14,49 86,21 53,87 45,03 10,12
Nusa Tenggara Timur 52,23 8,13 82,47 61,85 66,36 12,97
Kalimantan Barat 51,98 12,49 85,20 64,97 57,40 7,98
Kalimantan Tengah 57,67 12,09 76,91 60,43 56,14 11,21
Kalimantan Selatan 54,95 17,31 80,83 66,32 50,58 8,60
Kalimantan Timur 50,57 12,04 80,69 57,72 75,52 9,56
Kalimantan Utara 45,96 10,44 78,20 49,85 70,87 9,71
Sulawesi Utara 52,49 12,66 73,48 65,18 64,80 10,87
Sulawesi Tengah 44,84 10,80 68,89 61,65 46,10 8,41
Sulawesi Selatan 52,25 9,14 70,09 56,17 58,16 9,05
Sulawesi Tenggara 53,57 10,66 79,69 60,97 49,16 7,47
Gorontalo 45,50 7,90 77,38 70,42 42,27 10,15
Sulawesi Barat 46,85 6,79 75,54 63,31 36,89 4,65
Maluku 55,13 9,40 80,60 70,78 64,42 7,31
Maluku Utara 45,74 4,90 73,10 64,82 29,25 12,33
Papua Barat 48,88 3,49 75,31 46,48 51,99 7,08
Papua 55,31 11,07 72,33 59,55 47,86 11,40
Indonesia 56,66 15,27 73,73 60,47 66,36 11,24
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

57
Lampiran 4.6.1
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa,
Pembelian Barang/Jasa dan Penjualan Barang/Jasa menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 9,08 1,38 15,17 6,38 11,79
Sumatera Utara 8,20 1,09 13,24 6,08 10,33
Sumatera Barat 13,63 1,61 11,79 10,48 16,77
Riau 11,16 2,04 18,31 7,15 15,16
Jambi 12,39 1,96 15,81 8,55 16,23
Sumatera Selatan 13,29 1,57 11,81 10,21 16,37
Bengkulu 9,67 2,03 21,03 5,68 13,65
Lampung 12,65 1,86 14,69 9,01 16,29
Kepulauan Bangka Belitung 17,46 2,43 13,92 12,70 22,22
Kepulauan Riau 5,54 1,10 19,79 3,39 7,69
DKI Jakarta 13,41 1,30 9,69 10,86 15,95
Jawa Barat 15,77 0,88 5,59 14,04 17,50
Jawa Tengah 14,73 0,82 5,56 13,12 16,33
DI Yogyakarta 18,15 2,17 11,93 13,91 22,40
Jawa Timur 11,74 0,77 6,58 10,23 13,26
Banten 12,08 1,34 11,07 9,46 14,70
Bali 13,30 1,72 12,96 9,92 16,67
Nusa Tenggara Barat 9,91 1,66 16,72 6,66 13,15
Nusa Tenggara Timur 7,55 1,64 21,71 4,33 10,76
Kalimantan Barat 11,68 2,04 17,48 7,68 15,68
Kalimantan Tengah 10,86 2,05 18,88 6,84 14,88
Kalimantan Selatan 17,49 2,16 12,36 13,25 21,72
Kalimantan Timur 9,05 1,45 15,98 6,21 11,88
Kalimantan Utara 11,95 3,25 27,21 5,58 18,33
Sulawesi Utara 13,09 1,88 14,39 9,40 16,79
Sulawesi Tengah 8,77 2,08 23,73 4,69 12,84
Sulawesi Selatan 7,36 1,02 13,87 5,36 9,36
Sulawesi Tenggara 7,87 1,82 23,16 4,30 11,44
Gorontalo 5,85 2,02 34,45 1,90 9,81
Sulawesi Barat 2,70 1,31 48,63 0,13 5,28
Maluku 7,62 1,86 24,38 3,98 11,27
Maluku Utara 6,40 1,88 29,35 2,72 10,08
Papua Barat 3,31 1,31 39,54 0,75 5,88
Papua 11,86 1,92 16,20 8,10 15,63
Indonesia 12,90 0,32 2,48 12,28 13,53
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

58
Lampiran 4.6.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa,
Pembelian Barang/Jasa dan Penjualan Barang/Jasa menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 11,17 1,64 14,65 7,96 14,38
Sumatera Utara 11,97 1,15 9,57 9,72 14,21
Sumatera Barat 19,50 2,05 10,52 15,48 23,52
Riau 11,30 1,48 13,08 8,41 14,20
Jambi 16,74 2,66 15,88 11,53 21,95
Sumatera Selatan 20,23 1,79 8,84 16,72 23,73
Bengkulu 17,45 2,97 17,01 11,63 23,27
Lampung 15,38 2,16 14,04 11,15 19,61
Kepulauan Bangka Belitung 25,06 2,97 11,86 19,23 30,88
Kepulauan Riau 11,32 2,03 17,89 7,35 15,30
DKI Jakarta 16,76 1,59 9,51 13,63 19,89
Jawa Barat 21,52 0,95 4,42 19,65 23,39
Jawa Tengah 19,65 0,95 4,85 17,79 21,52
DI Yogyakarta 24,67 2,38 9,63 20,01 29,33
Jawa Timur 16,96 0,88 5,19 15,24 18,69
Banten 20,01 1,78 8,91 16,52 23,51
Bali 14,99 1,74 11,63 11,57 18,40
Nusa Tenggara Barat 18,90 2,11 11,16 14,77 23,04
Nusa Tenggara Timur 8,74 1,53 17,47 5,75 11,73
Kalimantan Barat 13,37 1,79 13,35 9,87 16,87
Kalimantan Tengah 13,40 2,08 15,54 9,32 17,49
Kalimantan Selatan 17,12 2,00 11,67 13,20 21,03
Kalimantan Timur 15,00 1,74 11,58 11,59 18,41
Kalimantan Utara 8,98 1,78 19,81 5,50 12,47
Sulawesi Utara 12,20 1,66 13,65 8,93 15,46
Sulawesi Tengah 12,79 2,62 20,49 7,65 17,92
Sulawesi Selatan 10,98 1,29 11,70 8,46 13,50
Sulawesi Tenggara 13,31 2,30 17,30 8,79 17,82
Gorontalo 9,94 1,90 19,09 6,22 13,66
Sulawesi Barat 10,45 3,16 30,25 4,26 16,65
Maluku 11,20 2,54 22,71 6,22 16,19
Maluku Utara 3,50 1,13 32,25 1,29 5,71
Papua Barat 3,68 1,09 29,57 1,55 5,81
Papua 10,28 1,85 17,97 6,66 13,90
Indonesia 17,73 0,36 2,03 17,03 18,44
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

59
Lampiran 4.6.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa,
Pembelian Barang/Jasa dan Penjualan Barang/Jasa menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 10,12 1,18 11,66 7,81 12,44
Sumatera Utara 10,04 0,88 8,72 8,32 11,76
Sumatera Barat 16,52 1,52 9,17 13,55 19,49
Riau 11,23 1,52 13,55 8,25 14,21
Jambi 14,50 1,80 12,39 10,98 18,03
Sumatera Selatan 16,67 1,40 8,43 13,92 19,42
Bengkulu 13,54 1,94 14,32 9,74 17,34
Lampung 13,98 1,73 12,39 10,59 17,38
Kepulauan Bangka Belitung 21,29 2,33 10,94 16,72 25,86
Kepulauan Riau 8,36 1,35 16,09 5,73 11,00
DKI Jakarta 15,07 1,14 7,56 12,84 17,30
Jawa Barat 18,60 0,74 3,98 17,15 20,06
Jawa Tengah 17,12 0,71 4,16 15,73 18,52
DI Yogyakarta 21,35 1,84 8,64 17,74 24,97
Jawa Timur 14,26 0,66 4,65 12,96 15,56
Banten 15,96 1,24 7,76 13,53 18,39
Bali 14,12 1,41 9,97 11,36 16,88
Nusa Tenggara Barat 14,49 1,57 10,83 11,41 17,56
Nusa Tenggara Timur 8,13 1,38 16,91 5,44 10,83
Kalimantan Barat 12,49 1,52 12,19 9,51 15,47
Kalimantan Tengah 12,09 1,83 15,15 8,50 15,68
Kalimantan Selatan 17,31 1,78 10,26 13,83 20,79
Kalimantan Timur 12,04 1,27 10,54 9,55 14,53
Kalimantan Utara 10,44 2,15 20,55 6,24 14,65
Sulawesi Utara 12,66 1,46 11,54 9,79 15,52
Sulawesi Tengah 10,80 2,09 19,33 6,71 14,89
Sulawesi Selatan 9,14 1,01 11,02 7,16 11,11
Sulawesi Tenggara 10,66 1,62 15,23 7,48 13,84
Gorontalo 7,90 1,42 17,98 5,12 10,69
Sulawesi Barat 6,79 1,87 27,51 3,13 10,44
Maluku 9,40 1,98 21,01 5,53 13,27
Maluku Utara 4,90 1,19 24,39 2,56 7,24
Papua Barat 3,49 1,00 28,52 1,54 5,45
Papua 11,07 1,66 14,98 7,82 14,32
Indonesia 15,27 0,27 1,79 14,74 15,81
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

60
Lampiran 4.6.2
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas Finansial (E-Banking),
dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 10,78 1,69 15,72 7,46 14,10
Sumatera Utara 10,50 1,18 11,28 8,18 12,82
Sumatera Barat 14,50 1,87 12,92 10,83 18,18
Riau 7,67 1,33 17,35 5,06 10,28
Jambi 7,57 1,50 19,81 4,63 10,51
Sumatera Selatan 9,16 1,63 17,77 5,97 12,35
Bengkulu 5,36 1,20 22,35 3,01 7,71
Lampung 8,84 1,81 20,46 5,29 12,38
Kepulauan Bangka Belitung 6,13 1,75 28,49 2,71 9,55
Kepulauan Riau 11,16 2,16 19,36 6,93 15,40
DKI Jakarta 11,97 1,37 11,46 9,28 14,65
Jawa Barat 13,02 0,87 6,69 11,31 14,73
Jawa Tengah 12,18 0,80 6,55 10,61 13,74
DI Yogyakarta 10,13 1,64 16,23 6,91 13,35
Jawa Timur 9,32 0,70 7,54 7,94 10,70
Banten 13,51 1,80 13,30 9,99 17,03
Bali 8,45 1,14 13,52 6,21 10,68
Nusa Tenggara Barat 11,09 1,81 16,30 7,55 14,64
Nusa Tenggara Timur 10,81 2,13 19,68 6,64 14,97
Kalimantan Barat 7,03 1,39 19,82 4,30 9,76
Kalimantan Tengah 12,34 2,12 17,19 8,18 16,49
Kalimantan Selatan 9,69 1,43 14,75 6,89 12,49
Kalimantan Timur 7,82 1,26 16,12 5,35 10,30
Kalimantan Utara 11,29 3,41 30,16 4,62 17,97
Sulawesi Utara 10,08 1,57 15,54 7,01 13,15
Sulawesi Tengah 7,95 2,17 27,27 3,70 12,20
Sulawesi Selatan 8,93 1,26 14,06 6,47 11,39
Sulawesi Tenggara 7,26 2,25 30,95 2,86 11,67
Gorontalo 9,00 2,86 31,82 3,39 14,61
Sulawesi Barat 3,42 1,86 54,49 -0,23 7,07
Maluku 8,76 1,67 19,01 5,50 12,03
Maluku Utara 12,67 3,94 31,14 4,94 20,40
Papua Barat 6,78 2,03 30,01 2,79 10,76
Papua 10,44 1,92 18,36 6,68 14,20
Indonesia 11,11 0,32 2,90 10,48 11,75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

61
Lampiran 4.6.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas Finansial (E-Banking),
dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 11,51 1,79 15,59 8,00 15,03
Sumatera Utara 9,51 1,20 12,63 7,15 11,86
Sumatera Barat 13,67 2,06 15,04 9,64 17,70
Riau 9,10 1,34 14,70 6,48 11,73
Jambi 7,16 1,43 19,93 4,36 9,95
Sumatera Selatan 10,38 1,61 15,50 7,22 13,53
Bengkulu 5,76 1,49 25,85 2,84 8,67
Lampung 9,73 1,66 17,06 6,48 12,99
Kepulauan Bangka Belitung 8,37 1,72 20,56 5,00 11,75
Kepulauan Riau 11,08 2,00 18,02 7,16 14,99
DKI Jakarta 13,97 1,49 10,69 11,04 16,89
Jawa Barat 12,19 0,80 6,58 10,62 13,76
Jawa Tengah 12,24 0,84 6,89 10,58 13,89
DI Yogyakarta 13,38 1,91 14,30 9,63 17,13
Jawa Timur 10,46 0,80 7,64 8,89 12,03
Banten 13,50 1,78 13,16 10,02 16,98
Bali 9,93 1,43 14,42 7,12 12,74
Nusa Tenggara Barat 9,18 1,30 14,12 6,64 11,72
Nusa Tenggara Timur 15,20 2,41 15,87 10,47 19,93
Kalimantan Barat 9,03 1,59 17,59 5,92 12,14
Kalimantan Tengah 10,01 1,87 18,74 6,33 13,68
Kalimantan Selatan 7,44 1,11 14,86 5,27 9,61
Kalimantan Timur 11,28 1,63 14,47 8,08 14,48
Kalimantan Utara 8,19 2,13 25,97 4,02 12,36
Sulawesi Utara 11,71 2,02 17,29 7,74 15,68
Sulawesi Tengah 8,86 1,88 21,25 5,17 12,55
Sulawesi Selatan 9,19 1,17 12,69 6,90 11,47
Sulawesi Tenggara 7,67 1,88 24,51 3,98 11,35
Gorontalo 11,30 2,68 23,69 6,05 16,54
Sulawesi Barat 5,76 3,52 61,15 -1,14 12,65
Maluku 5,83 1,15 19,66 3,58 8,08
Maluku Utara 12,01 3,76 31,29 4,65 19,38
Papua Barat 7,39 1,61 21,79 4,23 10,54
Papua 12,37 2,20 17,82 8,05 16,69
Indonesia 11,38 0,32 2,80 10,76 12,01
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

62
Lampiran 4.6.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas Finansial (E-Banking),
dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 11,14 1,53 13,69 8,15 14,13
Sumatera Utara 10,01 1,01 10,09 8,03 11,99
Sumatera Barat 14,09 1,70 12,06 10,76 17,42
Riau 8,38 1,16 13,80 6,12 10,65
Jambi 7,37 1,16 15,75 5,10 9,65
Sumatera Selatan 9,75 1,33 13,68 7,14 12,37
Bengkulu 5,56 1,07 19,25 3,46 7,66
Lampung 9,28 1,52 16,39 6,30 12,26
Kepulauan Bangka Belitung 7,26 1,45 19,93 4,43 10,10
Kepulauan Riau 11,12 1,73 15,55 7,73 14,51
DKI Jakarta 12,96 1,13 8,75 10,73 15,18
Jawa Barat 12,61 0,72 5,69 11,20 14,02
Jawa Tengah 12,21 0,69 5,67 10,85 13,56
DI Yogyakarta 11,73 1,53 13,05 8,73 14,72
Jawa Timur 9,87 0,62 6,31 8,65 11,09
Banten 13,51 1,61 11,89 10,36 16,65
Bali 9,17 1,11 12,12 6,99 11,35
Nusa Tenggara Barat 10,12 1,27 12,52 7,64 12,60
Nusa Tenggara Timur 12,97 1,83 14,08 9,39 16,55
Kalimantan Barat 7,98 1,23 15,38 5,58 10,39
Kalimantan Tengah 11,21 1,72 15,32 7,84 14,58
Kalimantan Selatan 8,60 1,06 12,30 6,53 10,68
Kalimantan Timur 9,56 1,23 12,85 7,15 11,96
Kalimantan Utara 9,71 2,50 25,75 4,81 14,62
Sulawesi Utara 10,87 1,57 14,42 7,80 13,94
Sulawesi Tengah 8,41 1,73 20,52 5,03 11,79
Sulawesi Selatan 9,05 1,03 11,42 7,03 11,08
Sulawesi Tenggara 7,47 1,75 23,45 4,04 10,91
Gorontalo 10,15 2,10 20,64 6,04 14,26
Sulawesi Barat 4,65 2,68 57,62 -0,60 9,90
Maluku 7,31 1,13 15,53 5,08 9,53
Maluku Utara 12,33 3,65 29,63 5,17 19,49
Papua Barat 7,08 1,54 21,67 4,07 10,09
Papua 11,40 1,75 15,36 7,97 14,84
Indonesia 11,24 0,27 2,43 10,71 11,78

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

63
Lampiran 4.7
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022
Laki-laki

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 55,34 7,88 75,01 55,24 24,92 11,36
Sumatera Utara 56,44 7,72 75,78 58,04 42,32 7,37
Sumatera Barat 53,58 8,68 79,92 63,37 31,44 6,69
Riau 51,07 7,68 78,73 56,93 41,69 11,67
Jambi 53,52 10,80 78,00 61,62 31,21 10,45
Sumatera Selatan 54,24 12,06 73,40 61,43 41,25 9,28
Bengkulu 54,71 11,24 79,26 54,29 31,82 9,75
Lampung 48,72 6,35 68,52 55,93 62,83 6,14
Kepulauan Bangka Belitung 57,28 13,04 85,44 60,49 36,64 5,05
Kepulauan Riau 51,75 9,16 77,60 60,19 52,15 10,99
DKI Jakarta
Jawa Barat 53,29 13,96 71,99 61,11 52,97 11,68
Jawa Tengah 56,28 12,08 81,99 64,92 58,30 8,95
DI Yogyakarta 51,67 11,34 75,58 62,93 61,79 5,90
Jawa Timur 57,80 12,65 77,82 65,22 53,53 10,85
Banten 49,88 18,18 77,13 62,78 42,74 10,54
Bali 68,62 13,41 84,92 66,98 75,82 7,60
Nusa Tenggara Barat 43,14 6,54 87,81 57,15 22,12 6,61
Nusa Tenggara Timur 54,12 4,71 70,83 59,35 36,26 6,71
Kalimantan Barat 55,83 9,72 76,18 59,83 39,75 5,53
Kalimantan Tengah 51,36 8,21 78,47 59,76 38,80 9,80
Kalimantan Selatan 55,41 8,65 84,53 65,56 38,32 8,70
Kalimantan Timur 45,44 4,97 72,83 51,96 47,80 5,42
Kalimantan Utara 54,50 4,94 72,58 57,37 57,56 6,36
Sulawesi Utara 56,49 8,08 69,86 60,81 44,27 10,03
Sulawesi Tengah 50,93 6,88 75,86 61,50 33,81 7,53
Sulawesi Selatan 58,49 8,71 76,18 67,12 39,87 9,17
Sulawesi Tenggara 56,37 6,43 76,08 61,81 32,62 5,66
Gorontalo 46,28 8,00 70,98 59,01 34,71 7,65
Sulawesi Barat 55,30 10,36 76,32 61,61 28,93 2,99
Maluku 58,98 5,12 71,72 60,83 33,75 9,77
Maluku Utara 45,37 3,47 71,33 60,68 12,21 5,62
Papua Barat 44,80 4,12 80,14 57,32 28,77 7,43
Papua 53,48 6,24 63,03 60,61 35,82 13,88
Indonesia 54,46 10,34 76,94 61,68 46,73 8,99

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

64
Lampiran 4.7 (Lanjutan)
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022
Perempuan

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 63,81 13,87 72,22 60,87 27,30 14,10
Sumatera Utara 60,57 10,05 75,42 61,28 44,73 9,94
Sumatera Barat 57,30 13,17 75,21 70,74 36,31 9,37
Riau 56,44 10,86 79,13 57,76 45,26 12,39
Jambi 57,84 15,55 78,75 64,72 34,26 11,22
Sumatera Selatan 56,29 15,21 71,03 62,45 46,26 10,29
Bengkulu 57,21 14,48 75,62 61,53 39,57 9,16
Lampung 49,80 7,95 67,87 59,40 64,33 5,88
Kepulauan Bangka Belitung 64,56 26,00 81,01 64,54 40,90 5,63
Kepulauan Riau 59,12 15,06 73,72 57,74 46,35 10,42
DKI Jakarta
Jawa Barat 55,15 19,73 68,81 63,97 55,33 12,32
Jawa Tengah 61,32 19,08 79,52 69,06 62,38 11,53
DI Yogyakarta 63,83 16,01 68,52 68,52 56,57 7,21
Jawa Timur 61,21 18,37 72,15 68,62 53,91 11,33
Banten 57,44 22,61 75,81 66,15 48,76 10,68
Bali 70,51 16,01 80,92 64,22 75,79 9,34
Nusa Tenggara Barat 47,79 15,07 85,68 60,32 29,26 8,95
Nusa Tenggara Timur 59,39 6,31 69,79 63,46 42,17 7,15
Kalimantan Barat 56,89 13,00 77,37 62,86 39,27 5,06
Kalimantan Tengah 55,82 11,52 74,63 62,80 37,46 10,12
Kalimantan Selatan 56,88 15,68 81,82 68,05 39,44 9,39
Kalimantan Timur 55,18 9,08 74,84 57,44 55,87 4,03
Kalimantan Utara 53,55 9,62 68,36 61,10 55,19 7,30
Sulawesi Utara 58,91 11,07 68,86 65,74 51,40 10,41
Sulawesi Tengah 54,53 10,22 72,57 65,77 38,45 8,21
Sulawesi Selatan 63,15 12,58 74,44 67,57 42,32 9,25
Sulawesi Tenggara 59,90 9,33 73,32 67,02 36,62 6,06
Gorontalo 59,25 9,57 68,47 66,46 42,16 6,68
Sulawesi Barat 57,34 12,01 70,92 66,21 33,19 1,52
Maluku 60,83 10,61 74,06 64,53 35,73 15,44
Maluku Utara 45,93 6,29 67,53 59,01 18,26 6,80
Papua Barat 48,51 6,66 83,47 54,11 34,37 7,41
Papua 57,10 7,97 58,73 67,97 33,43 10,16
Indonesia 58,35 15,05 74,42 64,95 49,48 10,05

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

65
Lampiran 4.7 (Lanjutan)
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tujuan Mengakses, 2022

Laki-laki+ Perempuan

Media Mengirim/
Mendapat Informasi Pembelajaran
Sosial/ Menerima
Mengenai Barang/ Online, Work
Provinsi Mendapat Jejaring Email,
Jasa, Pembelian From Home /
Informasi/ Hiburan Sosial, Fasilitas
Barang/Jasa, Bekerja
Berita Pembuatan Finansial
Penjualan Barang/ Online dari
Konten (E-Banking),
Jasa Rumah
Digital Lainnya
Aceh 59,58 10,88 73,61 58,06 26,11 12,73
Sumatera Utara 58,44 8,85 75,60 59,61 43,48 8,61
Sumatera Barat 55,43 10,91 77,58 67,02 33,85 8,02
Riau 53,79 9,28 78,93 57,35 43,50 12,03
Jambi 55,60 13,08 78,36 63,11 32,68 10,82
Sumatera Selatan 55,25 13,61 72,23 61,93 43,72 9,78
Bengkulu 55,93 12,82 77,48 57,83 35,61 9,46
Lampung 49,24 7,12 68,21 57,60 63,56 6,02
Kepulauan Bangka Belitung 60,70 19,13 83,36 62,40 38,64 5,32
Kepulauan Riau 55,16 11,89 75,81 59,06 49,47 10,73
DKI Jakarta
Jawa Barat 54,20 16,79 70,43 62,52 54,13 11,99
Jawa Tengah 58,70 15,44 80,81 66,90 60,26 10,19
DI Yogyakarta 57,86 13,71 71,99 65,78 59,13 6,57
Jawa Timur 59,46 15,43 75,06 66,87 53,71 11,08
Banten 53,89 20,53 76,43 64,57 45,94 10,61
Bali 69,55 14,69 82,94 65,62 75,81 8,45
Nusa Tenggara Barat 45,38 10,65 86,78 58,67 25,56 7,74
Nusa Tenggara Timur 56,81 5,52 70,30 61,45 39,27 6,93
Kalimantan Barat 56,35 11,32 76,76 61,32 39,51 5,30
Kalimantan Tengah 53,51 9,81 76,61 61,23 38,15 9,96
Kalimantan Selatan 56,13 12,11 83,19 66,78 38,87 9,04
Kalimantan Timur 50,10 6,94 73,79 54,58 51,66 4,75
Kalimantan Utara 54,05 7,17 70,57 59,14 56,43 6,81
Sulawesi Utara 57,71 9,59 69,36 63,31 47,88 10,22
Sulawesi Tengah 52,66 8,48 74,29 63,55 36,03 7,86
Sulawesi Selatan 60,84 10,66 75,31 67,35 41,11 9,21
Sulawesi Tenggara 58,13 7,88 74,70 64,41 34,62 5,86
Gorontalo 52,85 8,79 69,71 62,78 38,48 7,16
Sulawesi Barat 56,31 11,17 73,66 63,88 31,03 2,27
Maluku 59,85 7,70 72,82 62,56 34,68 12,43
Maluku Utara 45,64 4,85 69,46 59,86 15,19 6,20
Papua Barat 46,52 5,30 81,68 55,84 31,36 7,42
Papua 55,25 7,09 60,93 64,21 34,65 12,06
Indonesia 56,36 12,65 75,70 63,28 48,08 9,51

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

66
Lampiran 4.7.1
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa, Pembelian Barang/Jasa dan
Penjualan Barang/Jasa menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 7,88 0,92 11,67 6,08 9,69
Sumatera Utara 7,72 0,77 9,98 6,21 9,23
Sumatera Barat 8,68 0,96 11,05 6,80 10,56
Riau 7,68 1,03 13,35 5,67 9,69
Jambi 10,80 1,30 12,01 8,26 13,35
Sumatera Selatan 12,06 1,02 8,44 10,06 14,05
Bengkulu 11,24 1,41 12,58 8,47 14,01
Lampung 6,35 0,73 11,58 4,91 7,79
Kepulauan Bangka Belitung 13,04 1,72 13,22 9,66 16,43
Kepulauan Riau 9,16 3,50 38,26 2,29 16,03
DKI Jakarta
Jawa Barat 13,96 1,13 8,08 11,75 16,17
Jawa Tengah 12,08 0,75 6,25 10,60 13,55
DI Yogyakarta 11,34 2,90 25,56 5,66 17,02
Jawa Timur 12,65 0,82 6,46 11,05 14,25
Banten 18,18 2,82 15,50 12,65 23,70
Bali 13,41 1,91 14,25 9,67 17,16
Nusa Tenggara Barat 6,54 1,21 18,57 4,16 8,92
Nusa Tenggara Timur 4,71 0,65 13,91 3,42 5,99
Kalimantan Barat 9,72 1,09 11,23 7,58 11,86
Kalimantan Tengah 8,21 1,35 16,46 5,56 10,86
Kalimantan Selatan 8,65 1,11 12,86 6,47 10,83
Kalimantan Timur 4,97 1,30 26,21 2,42 7,53
Kalimantan Utara 4,94 1,54 31,20 1,92 7,97
Sulawesi Utara 8,08 1,23 15,19 5,67 10,48
Sulawesi Tengah 6,88 0,96 13,89 5,01 8,76
Sulawesi Selatan 8,71 0,89 10,23 6,96 10,45
Sulawesi Tenggara 6,43 0,84 13,14 4,77 8,08
Gorontalo 8,00 1,52 18,97 5,03 10,98
Sulawesi Barat 10,36 1,99 19,21 6,46 14,26
Maluku 5,12 1,19 23,21 2,79 7,45
Maluku Utara 3,47 0,90 25,98 1,70 5,23
Papua Barat 4,12 0,94 22,79 2,28 5,97
Papua 6,24 1,73 27,69 2,86 9,63
Indonesia 10,34 0,25 2,46 9,84 10,84
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

67
Lampiran 4.7.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa, Pembelian Barang/Jasa dan
Penjualan Barang/Jasa menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 13,87 1,36 9,77 11,22 16,53
Sumatera Utara 10,05 0,98 9,78 8,12 11,97
Sumatera Barat 13,17 1,28 9,68 10,67 15,67
Riau 10,86 1,14 10,47 8,63 13,08
Jambi 15,55 1,46 9,38 12,69 18,41
Sumatera Selatan 15,21 1,17 7,67 12,93 17,50
Bengkulu 14,48 1,73 11,95 11,09 17,88
Lampung 7,95 0,82 10,28 6,35 9,55
Kepulauan Bangka Belitung 26,00 2,65 10,21 20,80 31,20
Kepulauan Riau 15,06 4,64 30,79 5,97 24,15
DKI Jakarta
Jawa Barat 19,73 1,28 6,51 17,21 22,25
Jawa Tengah 19,08 0,95 4,97 17,22 20,93
DI Yogyakarta 16,01 2,98 18,63 10,16 21,85
Jawa Timur 18,37 1,00 5,44 16,41 20,33
Banten 22,61 2,55 11,28 17,61 27,62
Bali 16,01 2,54 15,88 11,03 20,99
Nusa Tenggara Barat 15,07 2,08 13,77 11,00 19,14
Nusa Tenggara Timur 6,31 0,89 14,11 4,56 8,05
Kalimantan Barat 13,00 1,32 10,12 10,42 15,58
Kalimantan Tengah 11,52 1,52 13,19 8,54 14,50
Kalimantan Selatan 15,68 1,72 10,95 12,31 19,04
Kalimantan Timur 9,08 2,03 22,33 5,11 13,05
Kalimantan Utara 9,62 2,43 25,29 4,85 14,39
Sulawesi Utara 11,07 1,45 13,14 8,22 13,92
Sulawesi Tengah 10,22 1,24 12,11 7,79 12,64
Sulawesi Selatan 12,58 0,98 7,76 10,67 14,49
Sulawesi Tenggara 9,33 1,06 11,36 7,26 11,41
Gorontalo 9,57 1,78 18,62 6,08 13,06
Sulawesi Barat 12,01 1,84 15,31 8,40 15,61
Maluku 10,61 2,31 21,80 6,08 15,15
Maluku Utara 6,29 1,27 20,16 3,80 8,77
Papua Barat 6,66 1,88 28,28 2,97 10,35
Papua 7,97 2,14 26,80 3,79 12,16
Indonesia 15,05 0,31 2,03 14,45 15,65
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

68
Lampiran 4.7.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Mengakses Internet
untuk Mendapat Informasi Mengenai Barang/Jasa, Pembelian Barang/Jasa dan
Penjualan Barang/Jasa menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 10,88 0,92 8,44 9,08 12,68
Sumatera Utara 8,85 0,73 8,27 7,41 10,28
Sumatera Barat 10,91 0,91 8,36 9,12 12,69
Riau 9,28 0,89 9,57 7,54 11,03
Jambi 13,08 1,14 8,68 10,86 15,31
Sumatera Selatan 13,61 0,92 6,73 11,82 15,41
Bengkulu 12,82 1,27 9,93 10,33 15,32
Lampung 7,12 0,64 8,96 5,87 8,37
Kepulauan Bangka Belitung 19,13 1,84 9,63 15,52 22,74
Kepulauan Riau 11,89 2,84 23,90 6,32 17,45
DKI Jakarta
Jawa Barat 16,79 0,97 5,79 14,89 18,70
Jawa Tengah 15,44 0,69 4,44 14,09 16,78
DI Yogyakarta 13,71 2,35 17,14 9,11 18,32
Jawa Timur 15,43 0,72 4,69 14,01 16,85
Banten 20,53 2,04 9,92 16,54 24,53
Bali 14,69 1,96 13,36 10,85 18,54
Nusa Tenggara Barat 10,65 1,24 11,65 8,22 13,08
Nusa Tenggara Timur 5,52 0,64 11,54 4,27 6,77
Kalimantan Barat 11,32 0,96 8,52 9,43 13,21
Kalimantan Tengah 9,81 1,09 11,15 7,67 11,96
Kalimantan Selatan 12,11 1,20 9,93 9,75 14,47
Kalimantan Timur 6,94 1,24 17,82 4,51 9,36
Kalimantan Utara 7,17 1,61 22,42 4,02 10,31
Sulawesi Utara 9,59 1,12 11,73 7,39 11,80
Sulawesi Tengah 8,48 0,93 10,98 6,66 10,31
Sulawesi Selatan 10,66 0,74 6,94 9,21 12,11
Sulawesi Tenggara 7,88 0,77 9,72 6,38 9,38
Gorontalo 8,79 1,41 16,05 6,03 11,56
Sulawesi Barat 11,17 1,53 13,68 8,18 14,17
Maluku 7,70 1,44 18,72 4,87 10,52
Maluku Utara 4,85 0,85 17,57 3,18 6,53
Papua Barat 5,30 1,17 22,11 3,00 7,59
Papua 7,09 1,76 24,77 3,65 10,53
Indonesia 12,65 0,22 1,78 12,21 13,09
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

69
Lampiran 4.7.2
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas Finansial (E-Banking),
dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 11,36 1,16 10,18 9,09 13,62
Sumatera Utara 7,37 0,76 10,37 5,87 8,87
Sumatera Barat 6,69 0,94 14,02 4,85 8,53
Riau 11,67 1,46 12,50 8,81 14,52
Jambi 10,45 1,36 13,00 7,78 13,11
Sumatera Selatan 9,28 0,97 10,48 7,38 11,19
Bengkulu 9,75 1,49 15,31 6,82 12,68
Lampung 6,14 0,90 14,69 4,38 7,91
Kepulauan Bangka Belitung 5,05 1,13 22,30 2,84 7,26
Kepulauan Riau 10,99 3,86 35,12 3,43 18,56
DKI Jakarta
Jawa Barat 11,68 1,18 10,13 9,36 14,00
Jawa Tengah 8,95 0,68 7,64 7,61 10,28
DI Yogyakarta 5,90 1,70 28,84 2,56 9,23
Jawa Timur 10,85 0,82 7,53 9,25 12,46
Banten 10,54 1,93 18,36 6,74 14,33
Bali 7,60 1,85 24,41 3,96 11,23
Nusa Tenggara Barat 6,61 0,96 14,48 4,73 8,48
Nusa Tenggara Timur 6,71 0,93 13,90 4,88 8,53
Kalimantan Barat 5,53 0,94 17,02 3,68 7,37
Kalimantan Tengah 9,80 1,68 17,12 6,51 13,09
Kalimantan Selatan 8,70 1,27 14,59 6,21 11,19
Kalimantan Timur 5,42 1,46 26,90 2,56 8,27
Kalimantan Utara 6,36 1,75 27,56 2,92 9,79
Sulawesi Utara 10,03 1,32 13,19 7,43 12,62
Sulawesi Tengah 7,53 1,06 14,12 5,45 9,61
Sulawesi Selatan 9,17 1,04 11,38 7,13 11,22
Sulawesi Tenggara 5,66 0,92 16,31 3,85 7,47
Gorontalo 7,65 1,54 20,08 4,64 10,66
Sulawesi Barat 2,99 0,77 25,75 1,48 4,50
Maluku 9,77 1,74 17,85 6,35 13,18
Maluku Utara 5,62 1,30 23,10 3,08 8,17
Papua Barat 7,43 1,58 21,27 4,33 10,52
Papua 13,88 5,00 36,05 4,07 23,68
Indonesia 8,99 0,25 2,80 8,50 9,49
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

70
Lampiran 4.7.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas Finansial (E-Banking),
dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 14,10 1,37 9,75 11,40 16,79
Sumatera Utara 9,94 1,09 10,99 7,80 12,08
Sumatera Barat 9,37 1,40 14,95 6,63 12,12
Riau 12,39 1,51 12,21 9,43 15,36
Jambi 11,22 1,31 11,71 8,64 13,79
Sumatera Selatan 10,29 1,10 10,74 8,12 12,45
Bengkulu 9,16 1,55 16,97 6,12 12,21
Lampung 5,88 0,81 13,86 4,28 7,48
Kepulauan Bangka Belitung 5,63 1,39 24,67 2,91 8,35
Kepulauan Riau 10,42 2,55 24,51 5,42 15,43
DKI Jakarta
Jawa Barat 12,32 1,12 9,07 10,13 14,51
Jawa Tengah 11,53 0,85 7,40 9,86 13,20
DI Yogyakarta 7,21 1,90 26,35 3,49 10,93
Jawa Timur 11,33 0,84 7,39 9,69 12,97
Banten 10,68 1,89 17,71 6,97 14,38
Bali 9,34 1,84 19,71 5,73 12,94
Nusa Tenggara Barat 8,95 1,29 14,44 6,42 11,48
Nusa Tenggara Timur 7,15 0,91 12,72 5,36 8,93
Kalimantan Barat 5,06 0,87 17,21 3,36 6,77
Kalimantan Tengah 10,12 1,47 14,51 7,24 13,01
Kalimantan Selatan 9,39 1,30 13,89 6,84 11,95
Kalimantan Timur 4,03 1,12 27,90 1,83 6,23
Kalimantan Utara 7,30 2,04 27,92 3,31 11,30
Sulawesi Utara 10,41 1,37 13,13 7,73 13,09
Sulawesi Tengah 8,21 1,24 15,14 5,77 10,65
Sulawesi Selatan 9,25 0,96 10,40 7,36 11,13
Sulawesi Tenggara 6,06 0,88 14,55 4,33 7,79
Gorontalo 6,68 1,33 19,86 4,08 9,28
Sulawesi Barat 1,52 0,49 32,04 0,57 2,48
Maluku 15,44 2,40 15,52 10,74 20,14
Maluku Utara 6,80 2,06 30,30 2,76 10,83
Papua Barat 7,41 1,39 18,78 4,68 10,14
Papua 10,16 2,85 28,08 4,57 15,75
Indonesia 10,05 0,27 2,69 9,52 10,58
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

71
Lampiran 4.7.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun di Perdesaan
yang Mengakses Internet untuk Mengirim/ Menerima Email, Fasilitas Finansial (E-Banking),
dan Lainnya menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki + Perempuan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 12,73 1,07 8,44 10,62 14,83
Sumatera Utara 8,61 0,81 9,38 7,03 10,20
Sumatera Barat 8,02 1,03 12,89 5,99 10,05
Riau 12,03 1,36 11,34 9,36 14,71
Jambi 10,82 1,16 10,77 8,53 13,10
Sumatera Selatan 9,78 0,92 9,46 7,96 11,59
Bengkulu 9,46 1,39 14,74 6,73 12,20
Lampung 6,02 0,76 12,70 4,52 7,51
Kepulauan Bangka Belitung 5,32 1,04 19,48 3,29 7,36
Kepulauan Riau 10,73 2,96 27,64 4,92 16,54
DKI Jakarta
Jawa Barat 11,99 0,97 8,08 10,09 13,89
Jawa Tengah 10,19 0,64 6,27 8,93 11,44
DI Yogyakarta 6,57 1,55 23,66 3,52 9,61
Jawa Timur 11,08 0,68 6,14 9,75 12,42
Banten 10,61 1,61 15,17 7,46 13,77
Bali 8,45 1,55 18,37 5,41 11,50
Nusa Tenggara Barat 7,74 0,91 11,73 5,96 9,51
Nusa Tenggara Timur 6,93 0,78 11,25 5,40 8,46
Kalimantan Barat 5,30 0,72 13,64 3,88 6,72
Kalimantan Tengah 9,96 1,22 12,23 7,57 12,34
Kalimantan Selatan 9,04 1,03 11,34 7,03 11,05
Kalimantan Timur 4,75 1,07 22,61 2,65 6,86
Kalimantan Utara 6,81 1,63 23,88 3,62 9,99
Sulawesi Utara 10,22 1,13 11,07 8,00 12,44
Sulawesi Tengah 7,86 0,93 11,83 6,03 9,68
Sulawesi Selatan 9,21 0,87 9,40 7,51 10,91
Sulawesi Tenggara 5,86 0,78 13,30 4,33 7,39
Gorontalo 7,16 1,11 15,44 4,99 9,33
Sulawesi Barat 2,27 0,48 21,08 1,33 3,20
Maluku 12,43 1,74 14,01 9,02 15,84
Maluku Utara 6,20 1,49 24,10 3,27 9,13
Papua Barat 7,42 1,23 16,56 5,01 9,83
Papua 12,06 3,72 30,83 4,77 19,35
Indonesia 9,51 0,22 2,31 9,08 9,94
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

72
Over v ie w
Pengasuhan anak didefinisikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang,
kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan demi kepentingan
terbaik bagi anak (Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak).
Sebagian besar orang tua belajar praktik pengasuhan dari pengalaman yang mereka peroleh dari orang
tua mereka di masa sebelumnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
(Riany, 2021). Selain itu, pengasuhan anak dibentuk oleh konteks sosiokultural dimana orang tua
tersebut tinggal, sehingga tidak terlepas dari pengaruh sejarah, ekonomi, sosial, dan budaya (Santrock,
2011). Beberapa penelitian telah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas
lingkungan pengasuhan, yaitu: 1) Kualitas perkawinan; 2) Pendidikan ayah dan ibu; 3) Pendapatan
keluarga; serta 4) Keyakinan dalam diri orang tua bahwa dirinya kompeten dalam mengasuh anak,
(Riany & Morawska, 2021); (Kumalasari & Fourianalistyawati, 2021); (Naziah, Sunarti, & Riany,
2023).

Pasal 26 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menjelaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban dan tanggung
jawab untuk: 1) Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; 2) Menumbuhkembangkan
anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; 3) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia
anak; serta 4) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.

Sejalan dengan penjelasan tersebut, pada bab ini akan diuraikan kondisi anak Indonesia
yang ditinjau berdasarkan konteks pengasuhan dalam tiga pokok bahasan. Pertama, akan dijabarkan
bahasan tentang keikutsertaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kedua, pembahasan tentang
angka kesiapan sekolah akan disampaikan secara rinci berdasarkan jenis kelamin, tipe daerah dan
provinsi. Ketiga, penjabaran tentang perkawinan anak akan dipresentasikan pada akhir bab ini.

5.1. Keikutsertaan PAUD


Anak usia dini dikelompokkan atas janin dalam kandungan sampai lahir, lahir sampai dengan
usia 28 hari, usia satu sampai dengan 24 bulan, dan usia dua sampai dengan enam tahun (Peraturan
Presiden No. 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif). Sementara
itu, Pendidikan Anak Usia Dini atau dikenal juga dengan istilah PAUD adalah upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa kualitas seorang individu saat dewasa tidak dapat
dipisahkan dari pengalaman dan perkembangan yang dialami pada periode sebelumnya, dan

74
salah satunya adalah periode usia pra sekolah. Melalui lingkungan sekolah, yaitu pendidikan pra
sekolah, diharapkan dapat membantu keluarga dalam memberikan stimulasi guna mengoptimalkan
perkembangan anak, khususnya pada anak dengan kualitas lingkungan pengasuhan yang rendah
(Kemendikbud, 2020); (Fitriana, Jihansyah, & Luthfillah, 2022).

5.1.1. Tren Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD
(2018-2022)
PAUD diselenggarakan atas adanya kesadaran akan pentingnya memberikan stimulasi
dan pengalaman untuk mendukung perkembangan anak, khususnya dalam perkembangan
kognitif. Keikutsertaan anak dalam PAUD diharapkan dapat mempersiapkan anak untuk
memasuki periode pendidikan lebih lanjut, mengurangi angka mengulang kelas, mengurangi
angka putus sekolah, mempercepat pencapaian wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun,
meningkatkan mutu pendidikan, mengurangi angka buta huruf muda, memperbaiki derajat
kesehatan dan gizi anak usia dini, serta meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Selain itu, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization


(UNESCO), sebuah organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang bertanggungjawab atas semua hal yang berhubungan dengan pendidikan, sains, serta
kebudayaan menjelaskan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini meliputi empat aspek, yaitu
pendidikan, ekonomi, sosial, serta hak/ hukum. UNESCO menjelaskan bahwa PAUD berperan
sebagai: 1) Fondasi awal dalam meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan
pendidikan lebih tinggi, menurunkan angka mengulang kelas dan menurunkan angka putus
sekolah; 2) Merupakan investasi yang menguntungkan, baik bagi keluarga maupun pemerintah
dan negara; 3) Merupakan salah satu upaya untuk menghentikan rantai kemiskinan; serta 4)
Merupakan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang
(PAUD ID, 2015).

Jika dianalisis, tujuan penyelenggaraan PAUD tersebut telah sejalan dengan Teori
Perkembangan Kognitif Piaget, yang menjelaskan bahwa anak usia tiga sampai dengan enam
tahun sedang berada pada tahap perkembangan pra operasional, yaitu anak telah mampu
memahami dunia, serta mampu menggunakan kata dan gambar (Santrock, 2011). Selain itu,
juga sejalan dengan Teori Psikososial Erikson (1968) yang menjelaskan bahwa pada usia tiga
sampai dengan lima tahun, anak berada pada tahap pra-sekolah dan jika didukung dengan
kualitas pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak yang memiliki tujuan, perasaan ambisi
yang tinggi, serta realistis dan mandiri (Santrock, 2011).

Tijow dan Risamasu (2022) menghimpun berbagai kajian dan/ atau penelitian yang
menemukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara anak usia prasekolah

75
yang mengikuti PAUD dengan yang tidak, baik itu dalam aspek kognitif, sosial maupun aspek
bahasa. Anak yang mengikuti PAUD lebih mudah untuk menyerap informasi baru serta lebih
mudah bersosialisasi dengan teman sebayanya. Selain itu, program pendidikan usia anak
prasekolah berkontribusi pada pengurangan kenakalan dan kejahatan di masa kanak-kanak
dan dewasa.

Meski telah terdapat beragam kajian yang mengemukakan dampak positif


PAUD, hal tersebut belum sejalan dengan angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang
mengikuti PAUD di Indonesia. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 sampai dengan 2022, diperoleh hasil bahwa
terjadi penurunan pada jumlah anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD. Angka
partisipasi tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 38,61 persen. Selanjutnya, terjadi
penurunan hingga mencapai 30,42 persen di tahun 2022, yang merupakan angka partisipasi
terendah anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD. Tren angka partisipasi anak umur
3-6 tahun yang mengikuti PAUD pada tahun 2018-2022 disajikan pada Gambar 5.1.

38,61
35,57 35,50
33,51
30,42

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 5.1 Tren Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD

(2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018-2022, BPS

Terjadinya pandemi COVID-19 diprediksi sebagai salah satu faktor yang


mempengaruhi terjadinya penurunan angka partisipasi PAUD (Azzahra, Ichsan, & Andriani,
2022); (Safitri, Marlina, & Murtopo, 2022), khususnya pada tahun 2019 sampai dengan 2021.
Namun, perlu juga mengidentifikasi faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut.
Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang melatarbelakangi orang tua
tidak menyekolahkan anaknya pada jenjang PAUD (Susanti, Hasyim, & Nurmalisa, 2016), yaitu:

76
1. Pendidikan orang tua. Rendahnya pendidikan orang tua mempengaruhi pola pikir,
informasi, dan pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan pra sekolah.
2. Ekonomi. Orang tua lebih memilih menyekolahkan anak pada jenjang Sekolah Dasar
(SD) guna menghemat biaya, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk PAUD.
3. Minat. Masih banyaknya orang tua yang merasa bahwa anak mereka tidak memerlukan
pendidikan usia dini, dan khawatir jika anak disekolahkan sejak usia dini maka anak akan
merasa bosan dan kurang antusias ketika memasuki usia SD.Lingkungan masyarakat.
4. Bagaimana kondisi kebiasaan masyarakat sekitar serta kondisi sarana prasarana yang
dianggap kurang memadai mendorong para orang tua untuk lebih memilih tidak
menyekolahkan anaknya di PAUD.

Dengan demikian, diharapkan bahwa seiring dengan semakin membaiknya kondisi


lingkungan serta aktivitas pasca pandemi COVID-19, angka partisipasi anak pada PAUD
akan semakin meningkat. Dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia
(Keppres) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status Pandemi COVID-19
di Indonesia pada akhir Juni 2023, berbagai upaya yang terintegrasi untuk memberi
pemahaman dan kesadaran pada orang tua tentang pentingnya mengikutsertakan anak
pada PAUD diprediksi dapat meningkatkan kembali angka partisipasi PAUD di Indonesia.

5.1.2. Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut
Tipe Daerah dan Kelompok Umur
Angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD menurut tipe daerah
dan kelompok umur pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 5.2. Secara keseluruhan,
angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang tinggal di perdesaan lebih tinggi (30,71 persen)
dibandingkan di perkotaan (30,21 persen). Berdasarkan penelitian (Eriani & Yolanda, 2022),
kondisi tersebut juga didorong oleh adanya program pemerintah, yaitu “1 desa-1 PAUD”, yang
merupakan hasil kolaborasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemdikbud, 2019). Hal tersebut
juga berlaku baik pada anak yang termasuk kelompok umur 3-4 tahun maupun kelompok
umur 5-6 tahun, yaitu anak di perdesaan memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan
anak di perkotaan.

77
49,75 48,70
47,37

30,21 30,71 30,42

13,97 12,65
11,68

3-4 tahun 5-6 tahun 3-6 tahun


Kelompok Umur

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Gambar 5.2 Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut Tipe
Daerah dan Kelompok Umur Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Sementara itu, berdasarkan kelompok umur, angka partisipasi anak umur 5-6 tahun
lebih tinggi (48,70 persen) dibandingkan dengan angka partisipasi anak umur 3-4 tahun yang
mengikuti PAUD (12,65 persen). Sejalan dengan kajian yang menunjukkan bahwa minat
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan orang tua untuk menyekolahkan
anaknya di PAUD (Susanti, Hasyim, & Nurmalisa, 2016). Maka, dapat diprediksi bahwa orang
tua merasa bahwa usia 5-6 tahun adalah usia yang ideal bagi anak memasuki PAUD, sehingga
dianggap dapat meminimalisasi kekhawatiran orang tua tentang kondisi anak yang dapat bosan.

5.1.3. Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut
Jenis Kelamin dan Tipe Daerah
Angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD menurut jenis kelamin
dan tipe daerah pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 5.3. Secara keseluruhan, angka
partisipasi anak perempuan umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD pada tahun 2022 lebih
tinggi (31,01) dibandingkan anak laki-laki (29,87). Hal tersebut juga berlaku baik pada anak di
perkotaan maupun di perdesaan, yaitu anak perempuan memiliki presentase yang lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki. Hal ini diprediksi terkait dengan persentase anak perempuan
usia PAUD pada tahun 2022 yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase anak laki-laki.

78
31,06 31,01
30,94
30,71
30,49 30,42
30,21

29,87

29,40

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Gambar 5.3 Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut Jenis
Kelamin dan Tipe Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Pada tahun 2021, hasil analisis menunjukkan bahwa angka partisipasi anak
umur 3-6 tahun yang tinggal di perkotaan lebih tinggi (33,66 persen) dibandingkan di
perdesaan (33,32 persen). Sementara itu, pada tahun 2022 diperoleh hasil bahwa angka
partisipasi anak umur 3-6 tahun yang tinggal di perdesaan lebih tinggi (30,71 persen)
dibandingkan di perkotaan (30,21 persen). Meski demikian, perbedaan masih tergolong
rendah, yaitu hanya sebesar 0,50 poin. Sehingga, masih sangat diperlukan upaya yang
terintegrasi guna memberi pemahaman dan kesadaran pada orang tua tentang pentingnya
mengikutsertakan anak pada PAUD, baik untuk masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan.

5.1.4. Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut
Provinsi
Angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD menurut provinsi pada
tahun 2022 disajikan pada Gambar 5.4. Data menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi
pada tahun 2021, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menjadi provinsi
dengan angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD tertinggi di Indonesia
(54,17 persen). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka partisipasi Indonesia (30,42
persen). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah Provinsi DIY telah berhasil
mempertahankan upaya yang telah dilakukan dalam pelaksanaan dan keterlibatan PAUD.

79
Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa pemerintah daerah
Provinsi DIY telah memiliki tingkat kesadaran yang cukup baik dalam hal memudahkan akses
PAUD (Oebaidillah, 2018).

Sama halnya dengan capaian pada tahun 2021, angka partisipasi PAUD terendah
pada tahun 2022 juga berada di Provinsi Papua. Meskipun demikian, telah terjadi peningkatan
sebesar 1,29 poin dari 9,66 persen di tahun 2021 menjadi 10,95 persen di tahun 2022. Hal
tersebut menunjukkan telah adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi
Papua dalam mendorong keikutsertaan anak usia 3-6 tahun pada PAUD di wilayah tersebut.

Adanya selisih capaian yang cukup tinggi antara provinsi dengan keikutsertaan
tertinggi dan terendah di Indonesia menunjukkan pentingnya untuk dilakukan kajian
pada wilayah masing-masing dalam mengidentifikasi latar belakang orang tua enggan
mengikutsertakan anaknya pada PAUD. Dengan demikian, dapat diketahui strategi terbaik
untuk mendorong angka partisipasi PAUD di masing-masing wilayah. Diharapkan upaya
peningkatan angka partisipasi PAUD tidak hanya terintegrasi, namun juga sesuai dengan
kondisi masyarakat. Sehingga strategi peningkatan angka partisipasi PAUD dapat sejalan
dengan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal bagi
Layanan PAUD yang mengamanatkan bahwa pendidikan anak usia dini menjadi pendidikan
wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

80
DI Yogyakarta 54,17

Gorontalo 47,40

Jawa Timur 45,09

Jawa Tengah 40,55

Sulawesi Barat 39,52

NTB 39,36

Kalimantan Selatan 38,71

Maluku Utara 35,41

Sulawesi Tengah 34,76

Sulawesi Tenggara 32,17

Kalimantan Utara 30,87

Indonesia 30,42

NTT 28,52

Kalimantan Tengah 28,01

Jambi 27,97

Jawa Barat 27,87

Aceh 27,65

Sulawesi Selatan 27,30

Sulawesi Utara 27,09

DKI Jakarta 26,80

Lampung 26,35

Kep Bangka Belitung 25,55

Kalimantan Timur 24,74

Banten 24,59

Bali 24,40

Sumatera Barat 22,85

Bengkulu 22,54

Maluku 21,40

Riau 20,84

Sumatera Selatan 20,08

Sumatera Utara 19,73

Kep Riau 19,51

Papua Barat 18,32

Kalimantan Barat 15,82

Papua 10,95

Gambar 5.4 Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Mengikuti PAUD Menurut
Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

81
5.2. Angka Kesiapan Sekolah
Angka Kesiapan Sekolah adalah persentase anak yang masih bersekolah di
kelas satu jenjang SD/sederajat dan pernah mengikuti pendidikan prasekolah (Tahun
Ajaran 2021/2022 atau sebelum Tahun Ajaran 2021/2022) berupa Taman Kanak-kanak
(TK); Bustanul Athfal; Raudatul Athfal (BA/RA); atau Satuan PAUD Sejenis (PAUD
terintegrasi BKB/Taman Posyandu, PAUDTAAM, PAUD-PAK, PAUD-BIA, TKQ, dll).

5.2.1. Tren Angka Kesiapan Sekolah Lima Tahun Terakhir (2018-2022)


Tren angka kesiapan sekolah sejak tahun 2018 sampai dengan 2022 disajikan pada
Gambar 5.5. Terjadi peningkatan angka kesiapan sekolah dari tahun 2018 ke 2019. Akan
tetapi, angka kesiapan sekolah mengalami penurunan sejak tahun 2019 hingga 2022. Angka
kesiapan sekolah paling tinggi terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 75,07. Sementara itu,
angka kesiapan sekolah terendah terjadi pada tahun 2022, yaitu sebesar 74,34. Rendahnya
angka kesiapan sekolah lima tahun terakhir tersebut sejalan dengan kondisi menurunnya
angka partisipasi anak umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD pada tahun 2018 sampai
dengan 2022. Penelitian menunjukkan bahwa angka kesiapan sekolah anak dipengaruhi
secara positif signifikan oleh keikutsertaan anak pada PAUD (Nakajima et al., 2019; Sosu
& Pimenta, 2023). Dengan demikian, upaya terbaik untuk meningkatkan angka kesiapan
sekolah anak dapat dilakukan dengan meningkatkan angka partisipasi anak pada PAUD.

75,07
74,96

74,69
74,51
74,34

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 5.5 Tren Angka Kesiapan Sekolah Lima Tahun Terakhir (Tahun 2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018-2022, BPS

82
5.2.2. Angka Kesiapan Sekolah Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
Angka kesiapan sekolah menurut tipe daerah dan jenis kelamin pada tahun 2022
disajikan pada Gambar 5.6. Secara keseluruhan, angka kesiapan sekolah anak perempuan
lebih tinggi (75,01 persen) dibandingkan anak laki-laki (73,73 persen). Hal tersebut juga
berlaku baik pada anak di perkotaan maupun di perdesaan, yaitu anak perempuan memiliki
persentase yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.

Angka kesiapan sekolah anak di perkotaan lebih tinggi (77,06 persen) dibandingkan
anak di perdesaan (70,98 persen). Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama seperti pada
tahun 2021, yaitu anak perempuan dan anak yang tinggal di perkotaan memiliki angka
persentase anak yang masih bersekolah di kelas satu jenjang SD/sederajat dan pernah mengikuti
pendidikan prasekolah (Tahun Ajaran 2021/2022 atau sebelum Tahun Ajaran 2021/2022)
lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki dan anak yang tinggal di perdesaan. Hal ini
sejalan dengan angka partisipasi PAUD di perkotaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perdesaan. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang komprehensif termasuk dari pihak yang
bertanggungjawab atas pengembangan desa untuk menggalakkan partisipasi anak pada
PAUD. Sehingga angka kesiapan sekolah dapat merata di setiap wilayah baik di perkotaan
maupun perdesaan.

78,07
77,06
76,12
75,01
74,34
73,73

70,85 71,12 70,98

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Gambar 5.6 Angka Kesiapan Sekolah Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

83
5.2.3. Angka Kesiapan Sekolah Menurut Provinsi
Angka kesiapan sekolah menurut provinsi pada tahun 2022 dipresentasikan pada
Gambar 5.7. Sejalan dengan angka partisipasi PAUD, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menjadi provinsi dengan angka kesiapan sekolah tertinggi di Indonesia (99,81 persen).
Sementara itu, terdapat dua provinsi dengan angka kesiapan sekolah kurang dari 50 dan lebih
rendah dari angka kesiapan sekolah nasional (74,34 persen), yaitu Provinsi Papua (36,29
persen) dan Provinsi Kalimantan Barat (37,31 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa
upaya untuk meningkatkan angka kesiapan sekolah di kedua provinsi tersebut harus menjadi
perhatian yang lebih. Sehingga angka kesiapan sekolah dapat merata di setiap provinsi
karena kesiapan sekolah menjadi kunci keberhasilan capaian akademik anak di sekolah.

84
DI Yogyakarta 99,81
Jawa Timur 91,38
Gorontalo 90,29
Jawa Tengah 88,96
Kalimantan Selatan 88,13
DKI Jakarta 83,68
Lampung 82,68
Kep Bangka Belitung 81,73
Bali 81,28
Kep Riau 80,48
Sulawesi Utara 79,80
Sulawesi Tengah 78,06
Sulawesi Tenggara 78,05
Kalimantan Timur 77,54
Kalimantan Tengah 77,14
Bengkulu 75,93
Indonesia 74,34
Kalimantan Utara 73,83
Aceh 73,81
Riau 73,18
Jawa Barat 72,57
Sumatera Barat 71,65
Jambi 70,50
Sulawesi Selatan 67,52
Sulawesi Barat 67,01
NTB 66,02
Banten 63,92
Sumatera Utara 63,51
Sumatera Selatan 62,70
Maluku 54,57
NTT 53,22
Papua Barat 50,62
Maluku Utara 50,15
Kalimantan Barat 37,31
Papua 36,29

Gambar 5.7 Angka Kesiapan Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

85
5.3. Perkawinan Anak
Disebutkan dalam ayat (1) pasal 7 Undang-Undang No. 16 Tahun tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

“Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun”.

Namun, pada kenyataannya terjadi perkawinan pada saat seseorang belum memasuki usia
18 tahun, sehingga dikenal dengan istilah perkawinan anak. Isu ini menjadi salah satu perhatian
pemerintah, terlebih pada tahun 2022 sampai dengan awal 2023 berbagai media memberitakan
tentang maraknya kasus dispensasi perkawinan. Selama tahun 2022 secara nasional, terdapat sekitar 52
ribu perkara dispensasi perkawinan yang masuk ke peradilan agama (Kemen PPPA, 2023). Mengacu
pada Undang-Undang No. 16 Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, dispensasi perkawinan yaitu sebuah permohonan yang diminta atau diajukan
oleh orang tua pihak pria dan/ atau orang tua pihak wanita kepada pengadilan apabila terjadinya
perkawinan anak, karena alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.

Berikut ini akan diuraikan pembahasan mengenai Perkawinan Anak di Indonesia pada tahun
2022 yang dilihat berdasarkan tren selama lima tahun terakhir, persentase perkawinan anak menurut
tipe daerah, serta persentase perkawinan anak menurut provinsi.

5.3.1. Tren Persentase Perempuan 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Berumur
18 Tahun (2018-2022)
Persentase perempuan umur 20-24 tahun yang menikah sebelum berumur 18 tahun
merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur angka perkawinan anak di Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2018 sampai dengan 2022, diketahui bahwa selama lima tahun terakhir,
telah terjadi penurunan persentase perempuan berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum
berumur 18 tahun (Gambar 5.8). Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2018, sebesar 11,21
persen. Tren persentase perempuan berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum berumur
18 tahun mengalami penurunan, hingga berhasil kurang dari 10 persen, yaitu menjadi 8,06
persen di tahun 2022.

Apabila dibandingkan dengan target pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yang menargetkan persentase perempuan umur 20-
24 tahun yang menikah sebelum umur 18 tahun di tahun 2022 sebesar 9,44 persen, capaian
tahun 2022 lebih rendah 1,38 persen dari target RPJMN atau sebesar 8,06 persen. Meski
target telah tercapai, tetap diperlukan perhatian khusus dari berbagai pihak khususnya
dalam mengendalikan terjadinya permohonan dispensasi perkawinan hingga level terendah.

86
11,21 10,82 10,35
9,23
8,06

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 5.8 Tren Persentase Perempuan 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Berumur 18
Tahun (2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018-2022, BPS

5.3.2. Persentase Perkawinan Anak Menurut Provinsi


Persentase anak yang menikah sebelum usia 18 tahun menurut provinsi tahun 2022 disajikan
pada Gambar 5.9. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi provinsi dengan persentase perkawinan
anak tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 16,23 persen. Sementara Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi
dengan persentase perkawinan anak terendah, yaitu sebesar 2,07 persen.

87
NTB 16,23
Kalimantan Tengah 14,72
Gorontalo 13,65
Kalimantan Barat 12,84
Sulawesi Tengah 12,65
Maluku Utara 12,52
Sulawesi Tenggara 12,26
Sulawesi Barat 11,70
Sumatera Selatan 11,42
Kalimantan Selatan 10,53
Jambi 9,91
Papua 9,70
Jawa Timur 9,46
Sulawesi Selatan 9,33
Sulawesi Utara 8,82
Bengkulu 8,80
Jawa Barat 8,65
Kalimantan Utara 8,37
Lampung 8,14
Indonesia 8,06
Kep Bangka Belitung 7,91
Jawa Tengah 7,80
Papua Barat 7,54
Kalimantan Timur 7,22
Banten 7,08
Riau 5,79
NTT 5,71
Kep Riau 4,87
Aceh 4,83
Maluku 3,89
Sumatera Utara 3,80
Bali 3,66
Sumatera Barat 3,62
DI Yogyakarta 2,78
DKI Jakarta 2,07

Gambar 5.9 Persentase Perkawinan Anak Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

88
Direktur Pembinaan Administrasi Peradilan Agama, Dirjen Badan Peradilan Agama,
Mahkamah Agung menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya
dispensasi perkawinan, yaitu: (1) Rasa cinta; (2) Hamil di luar nikah: (3) Telah melakukan
hubungan intim; (4) Kondisi ekonomi; serta (5) Perjodohan oleh orang tua karena merasa
anaknya sudah akil baligh (Kemen PPPA, 2023). Berdasarkan Data Perkawinan Usia Anak
P3AP2KB Provinsi NTB pada bulan April 2022, sejak Januari 2019 sampai dengan April 2022
terdapat sedikitnya 2.530 kasus perkawinan anak yang terjadi di berbagai daerah di Provinsi
NTB. Selain itu, Pengadilan Tinggi Agama Provinsi NTB juga menjelaskan bahwa sejak tahun
2019 sampai dengan 2022, terjadi peningkatan pengurusan dispensasi perkawinan, dengan
jumlah kasus masing-masing sebanyak 370 kasus (2019), 875 kasus (2020), 1.132 kasus (2021),
dan 153 kasus (per April 2022) (Astuti, Nurbaety, & Islamiyati, 2023).

Sebenarnya, Pemerintah Provinsi NTB telah memiliki kebijakan guna menekan kasus
perkawinan anak, yaitu melalui Surat Edaran Gubernur No. 150/1138/Kum/2014 tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan, serta Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 5
Tahun 2021 tentang Pencegahan Perkawinan pada Usia Anak. Namun, kurangnya sosialisasi
serta rendahnya pemahaman warga diprediksi menjadi penyebab masih tingginya kasus
perkawinan anak di Provinsi NTB (Saudia, Najahah, & Wulandari, 2023). Oleh karena itu,
perlu upaya strategis yang harus dilakukan oleh Provinsi NTB untuk terus dapat menurunkan
angka perkawinan anak di wilayah tersebut pada level terendah. Langkah strategis termasuk
melibatkan berbagai stakeholders seperti pemuka agama, konselor sebaya, dan pihak yang
terlibat secara langsung pada aktivitas remaja diprediksi dapat menurunkan angka perkawinan
anak di provinsi tersebut.

89
Lampiran 5.1
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022

Provinsi 3-4 tahun 5-6 tahun 3-6 tahun


Aceh 12,38 43,62 27,65
Sumatera Utara 6,19 34,20 19,73
Sumatera Barat 4,89 41,03 22,85
Riau 3,74 38,03 20,84
Jambi 11,12 45,33 27,97
Sumatera Selatan 8,61 31,26 20,08
Bengkulu 5,77 39,50 22,54
Lampung 6,16 46,97 26,35
Kepulauan Bangka Belitung 9,74 44,57 25,55
Kepulauan Riau 6,21 32,71 19,51
DKI Jakarta 8,84 46,95 26,80
Jawa Barat 8,47 48,92 27,87
Jawa Tengah 18,34 62,34 40,55
DI Yogyakarta 33,46 74,90 54,17
Jawa Timur 24,55 66,06 45,09
Banten 8,53 41,60 24,59
Bali 5,00 44,09 24,40
NTB 20,99 55,76 39,36
NTT 20,84 36,36 28,52
Kalimantan Barat 6,26 25,73 15,82
Kalimantan Tengah 11,26 45,82 28,01
Kalimantan Selatan 15,53 61,23 38,71
Kalimantan Timur 7,38 42,97 24,74
Kalimantan Utara 12,76 49,77 30,87
Sulawesi Utara 13,45 41,01 27,09
Sulawesi Tengah 17,36 51,83 34,76
Sulawesi Selatan 8,07 46,97 27,30
Sulawesi Tenggara 9,13 52,05 32,17
Gorontalo 30,47 64,99 47,40
Sulawesi Barat 25,30 53,62 39,52
Maluku 19,14 23,60 21,40
Maluku Utara 22,54 49,25 35,41
Papua Barat 10,95 25,85 18,32
Papua 5,52 16,28 10,95
Indonesia 12,65 48,70 30,42

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

90
Lampiran 5.2
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun di Perkotaan yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022

Provinsi 3-4 tahun 5-6 tahun 3-6 tahun


Aceh 11,01 46,93 27,88
Sumatera Utara 4,78 36,30 19,95
Sumatera Barat 3,43 39,46 21,09
Riau 1,82 35,76 18,66
Jambi 7,48 45,61 24,93
Sumatera Selatan 7,44 33,23 20,86
Bengkulu 7,75 39,74 25,11
Lampung 6,81 43,19 24,86
Kepulauan Bangka Belitung 13,13 41,07 25,52
Kepulauan Riau 6,05 31,77 18,98
DKI Jakarta 8,84 46,95 26,80
Jawa Barat 8,58 48,54 27,59
Jawa Tengah 19,24 62,52 40,81
DI Yogyakarta 31,99 72,67 52,35
Jawa Timur 25,43 66,95 45,61
Banten 7,63 44,78 25,54
Bali 6,54 45,83 26,10
NTB 14,00 56,03 36,26
NTT 16,34 41,20 28,23
Kalimantan Barat 3,88 24,43 14,02
Kalimantan Tengah 8,56 44,18 26,38
Kalimantan Selatan 8,88 63,46 35,75
Kalimantan Timur 5,93 37,18 20,90
Kalimantan Utara 8,25 47,41 27,37
Sulawesi Utara 9,59 38,60 24,06
Sulawesi Tengah 12,94 49,69 31,98
Sulawesi Selatan 6,16 50,88 28,03
Sulawesi Tenggara 7,02 51,72 31,53
Gorontalo 22,97 58,28 39,03
Sulawesi Barat 23,13 57,19 39,14
Maluku 13,45 19,01 16,26
Maluku Utara 9,80 49,85 28,80
Papua Barat 9,04 28,38 18,67
Papua 9,76 30,15 19,69
Indonesia 11,68 49,75 30,21

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

91
Lampiran 5.2.1
Sampling Error Angka Partisipasi Anak Umur 3-4 Tahun di Perkotaan
yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2022

3 - 4 Tahun
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 11,01 1,76 15,95 8,01 14,95
Sumatera Utara 4,78 0,83 17,46 3,38 6,70
Sumatera Barat 3,43 0,81 23,63 2,15 5,43
Riau 1,82 0,70 38,38 0,85 3,83
Jambi 7,48 2,00 26,71 4,39 12,47
Sumatera Selatan 7,44 1,81 24,34 4,58 11,86
Bengkulu 7,75 2,11 27,18 4,50 13,02
Lampung 6,81 1,94 28,51 3,86 11,75
Kepulauan Bangka Belitung 13,13 2,81 21,42 8,53 19,69
Kepulauan Riau 6,05 1,70 28,13 3,46 10,38
DKI Jakarta 8,84 1,53 17,33 6,26 12,34
Jawa Barat 8,58 0,84 9,75 7,08 10,37
Jawa Tengah 19,24 1,13 5,89 17,11 21,55
DI Yogyakarta 31,99 3,63 11,34 25,33 39,48
Jawa Timur 25,43 1,34 5,28 22,89 28,15
Banten 7,63 1,29 16,94 5,46 10,59
Bali 6,54 1,48 22,64 4,17 10,11
Nusa Tenggara Barat 14,00 1,98 14,16 10,54 18,35
Nusa Tenggara Timur 16,34 2,86 17,50 11,48 22,74
Kalimantan Barat 3,88 0,95 24,45 2,39 6,23
Kalimantan Tengah 8,56 1,81 21,10 5,62 12,82
Kalimantan Selatan 8,88 1,60 18,01 6,20 12,55
Kalimantan Timur 5,93 1,17 19,71 4,01 8,68
Kalimantan Utara 8,25 2,27 27,54 4,76 13,94
Sulawesi Utara 9,59 2,02 21,11 6,29 14,35
Sulawesi Tengah 12,94 3,02 23,36 8,08 20,10
Sulawesi Selatan 6,16 1,31 21,29 4,04 9,29
Sulawesi Tenggara 7,02 1,86 26,54 4,14 11,68
Gorontalo 22,97 4,19 18,26 15,78 32,18
Sulawesi Barat 23,13 4,49 19,40 15,51 33,04
Maluku 13,45 2,69 20,01 8,99 19,64
Maluku Utara 9,80 2,91 29,75 5,39 17,17
Papua Barat 9,04 2,39 26,42 5,33 14,94
Papua 9,76 1,85 18,91 6,69 14,02
Indonesia 11,68 0,36 3,08 10,99 12,40
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

92
Lampiran 5.3
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun di Perdesaan yang Sedang Mengikuti
PAUD menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022

Provinsi 3-4 tahun 5-6 tahun 3-6 tahun


Aceh 13,13 42,02 27,54
Sumatera Utara 7,80 31,84 19,47
Sumatera Barat 6,48 42,63 24,71
Riau 5,04 39,54 22,30
Jambi 12,98 45,22 29,37
Sumatera Selatan 9,29 30,01 19,60
Bengkulu 4,87 39,35 21,19
Lampung 5,85 48,84 27,08
Kep Bangka Belitung 5,49 48,56 25,59
Kep Riau 7,62 41,05 24,24
DKI Jakarta
Jawa Barat 8,04 50,41 28,99
Jawa Tengah 17,34 62,15 40,26
DI Yogyakarta 38,24 82,21 60,14
Jawa Timur 23,39 64,96 44,43
Banten 11,33 32,17 21,69
Bali 0,98 39,43 19,89
NTB 28,13 55,49 42,55
NTT 22,27 34,96 28,61
Kalimantan Barat 7,66 26,51 16,89
Kalimantan Tengah 13,13 47,08 29,19
Kalimantan Selatan 22,18 59,24 41,50
Kalimantan Timur 10,57 54,38 32,75
Kalimantan Utara 20,73 53,90 37,03
Sulawesi Utara 17,59 43,68 30,39
Sulawesi Tengah 19,34 52,87 36,05
Sulawesi Selatan 9,83 43,51 26,63
Sulawesi Tenggara 10,33 52,25 32,55
Gorontalo 36,48 69,21 53,36
Sulawesi Barat 25,97 52,69 39,63
Maluku 22,67 26,47 24,59
Maluku Utara 27,80 49,01 38,08
Papua Barat 12,21 24,14 18,08
Papua 3,47 10,21 6,92
Indonesia 13,97 47,37 30,71

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

93
Lampiran 5.3.1
Sampling Error Angka Partisipasi Anak Usia 3-4 Tahun di Perdesaan
yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2022

3 - 4 Tahun
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 13,13 1,00 7,62 11,29 15,21
Sumatera Utara 7,80 0,80 10,29 6,36 9,52
Sumatera Barat 6,48 0,98 15,08 4,81 8,68
Riau 5,04 0,84 16,75 3,62 6,97
Jambi 12,98 1,42 10,91 10,45 16,02
Sumatera Selatan 9,29 1,08 11,60 7,38 11,62
Bengkulu 4,87 0,98 20,17 3,27 7,20
Lampung 5,85 0,92 15,78 4,28 7,94
Kepulauan Bangka Belitung 5,49 1,52 27,78 3,16 9,36
Kepulauan Riau 7,62 2,08 27,32 4,41 12,83
DKI Jakarta
Jawa Barat 8,04 1,07 13,34 6,17 10,40
Jawa Tengah 17,34 1,11 6,41 15,27 19,62
DI Yogyakarta 38,24 5,67 14,82 27,89 49,78
Jawa Timur 23,39 1,30 5,55 20,94 26,02
Banten 11,33 2,31 20,34 7,54 16,69
Bali 0,98 0,54 54,89 0,33 2,84
Nusa Tenggara Barat 28,13 2,45 8,72 23,58 33,18
Nusa Tenggara Timur 22,27 1,17 5,25 20,06 24,64
Kalimantan Barat 7,66 1,04 13,60 5,85 9,97
Kalimantan Tengah 13,13 1,58 12,07 10,32 16,56
Kalimantan Selatan 22,18 2,02 9,09 18,48 26,38
Kalimantan Timur 10,57 2,72 25,73 6,30 17,20
Kalimantan Utara 20,73 3,94 19,03 14,05 29,51
Sulawesi Utara 17,59 1,91 10,86 14,15 21,65
Sulawesi Tengah 19,34 1,57 8,14 16,44 22,61
Sulawesi Selatan 9,83 1,02 10,40 8,00 12,02
Sulawesi Tenggara 10,33 1,16 11,24 8,27 12,84
Gorontalo 36,48 3,37 9,22 30,17 43,29
Sulawesi Barat 25,97 2,57 9,89 21,26 31,30
Maluku 22,67 1,99 8,77 19,01 26,79
Maluku Utara 27,80 2,19 7,88 23,71 32,29
Papua Barat 12,21 1,70 13,92 9,25 15,95
Papua 3,47 0,59 17,06 2,48 4,83
Indonesia 13,97 0,31 2,19 13,38 14,58

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

94
Lampiran 5.4
Angka Partisipasi Anak Umur 3-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD
menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 30,35 25,42 27,88 26,70 28,39 27,54 27,93 27,37 27,65
Sumatera Utara 17,14 22,73 19,95 17,96 21,08 19,47 17,53 21,97 19,73
Sumatera Barat 20,06 22,39 21,09 24,47 24,96 24,71 22,11 23,71 22,85
Riau 14,04 23,58 18,66 21,79 22,86 22,30 18,70 23,15 20,84
Jambi 21,59 28,63 24,93 28,65 30,11 29,37 26,37 29,65 27,97
Sumatera Selatan 19,06 22,74 20,86 20,96 18,15 19,60 20,25 19,90 20,08
Bengkulu 20,59 29,34 25,11 21,63 20,72 21,19 21,29 23,82 22,54
Lampung 23,89 25,82 24,86 26,55 27,63 27,08 25,69 27,03 26,35
Kep Bangka Belitung 25,67 25,37 25,52 24,10 27,01 25,59 24,97 26,14 25,55
Kep Riau 13,84 24,46 18,98 26,88 21,94 24,24 15,06 24,18 19,51
DKI Jakarta 25,87 27,77 26,80 25,87 27,77 26,80
Jawa Barat 26,36 28,90 27,59 29,74 28,18 28,99 27,04 28,75 27,87
Jawa Tengah 41,26 40,34 40,81 41,19 39,31 40,26 41,22 39,84 40,55
DI Yogyakarta 50,51 54,53 52,35 64,53 54,89 60,14 53,80 54,62 54,17
Jawa Timur 45,70 45,53 45,61 43,66 45,20 44,43 44,81 45,38 45,09
Banten 24,75 26,37 25,54 23,21 20,14 21,69 24,38 24,80 24,59
Bali 21,90 30,42 26,10 24,45 15,46 19,89 22,58 26,23 24,40
NTB 34,62 38,08 36,26 41,22 43,96 42,55 37,84 41,01 39,36
NTT 28,47 27,93 28,23 27,30 29,96 28,61 27,59 29,52 28,52
Kalimantan Barat 13,61 14,44 14,02 16,31 17,53 16,89 15,31 16,36 15,82
Kalimantan Tengah 26,49 26,28 26,38 28,51 29,98 29,19 27,71 28,32 28,01
Kalimantan Selatan 37,10 34,50 35,75 42,91 40,02 41,50 40,19 37,25 38,71
Kalimantan Timur 22,24 19,51 20,90 27,70 38,41 32,75 24,05 25,47 24,74
Kalimantan Utara 22,44 31,86 27,37 41,56 32,21 37,03 29,73 31,98 30,87
Sulawesi Utara 26,64 21,32 24,06 30,80 29,92 30,39 28,67 25,37 27,09
Sulawesi Tengah 35,82 28,19 31,98 37,26 34,80 36,05 36,81 32,67 34,76
Sulawesi Selatan 31,94 23,53 28,03 25,76 27,57 26,63 28,74 25,70 27,30
Sulawesi Tenggara 31,64 31,41 31,53 33,44 31,59 32,55 32,75 31,53 32,17
Gorontalo 41,52 36,75 39,03 51,28 55,62 53,36 47,43 47,36 47,40
Sulawesi Barat 36,21 42,10 39,14 36,33 42,82 39,63 36,30 42,66 39,52
Maluku 14,51 18,11 16,26 24,28 24,93 24,59 20,60 22,26 21,40
Maluku Utara 25,69 32,24 28,80 38,86 37,26 38,08 35,00 35,84 35,41
Papua Barat 18,40 18,95 18,67 19,07 16,95 18,08 18,81 17,77 18,32
Papua 18,90 20,54 19,69 6,03 7,96 6,92 10,01 12,01 10,95
Indonesia 29,40 31,06 30,21 30,49 30,94 30,71 29,87 31,01 30,42

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

95
Lampiran 5.5
Angka Kesiapan Sekolah menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Perdesaan
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 77,33 78,32 77,83 73,37 70,22 71,88 74,60 72,96 73,81
Sumatera Utara 68,73 65,08 67,09 59,20 60,53 59,84 64,15 62,76 63,51
Sumatera Barat 73,81 66,79 70,59 74,83 69,81 72,57 74,36 68,38 71,65
Riau 70,27 73,73 71,88 74,79 73,92 74,36 72,58 73,83 73,18
Jambi 72,43 66,68 69,77 70,39 71,21 70,76 70,91 70,02 70,50
Sumatera Selatan 63,47 61,52 62,61 58,65 67,31 62,76 60,56 65,21 62,70
Bengkulu 76,18 76,52 76,36 72,60 79,09 75,70 73,77 78,15 75,93
Lampung 88,85 88,58 88,72 75,42 85,99 79,71 79,39 86,96 82,68
Kep Bangka Belitung 78,19 86,28 81,70 81,09 82,64 81,75 79,58 84,57 81,73
Kep Riau 81,86 80,00 81,05 56,71 87,41 75,93 79,91 81,15 80,48
DKI Jakarta 85,86 81,06 83,68 85,86 81,06 83,68
Jawa Barat 68,20 77,12 72,81 70,01 73,35 71,71 68,60 76,31 72,57
Jawa Tengah 89,79 88,99 89,40 90,50 85,85 88,46 90,14 87,57 88,96
DI Yogyakarta 100,00 99,35 99,77 100,00 100,00 100,00 100,00 99,48 99,81
Jawa Timur 90,40 93,50 91,92 90,36 91,08 90,70 90,38 92,45 91,38
Banten 69,17 69,43 69,28 47,13 47,27 47,20 64,55 63,15 63,92
Bali 78,35 88,13 83,58 84,43 66,65 76,23 80,45 82,06 81,28
NTB 73,63 67,74 70,67 67,87 53,90 60,50 71,07 61,24 66,02
NTT 68,11 54,87 61,39 49,74 52,84 51,18 53,16 53,27 53,22
Kalimantan Barat 36,42 41,41 39,17 36,71 35,55 36,18 36,62 38,03 37,31
Kalimantan Tengah 81,33 73,21 76,70 76,93 78,01 77,48 78,73 75,76 77,14
Kalimantan Selatan 89,38 95,85 92,53 83,31 86,06 84,75 86,05 90,14 88,13
Kalimantan Timur 74,01 79,85 76,73 77,70 81,58 79,41 75,16 80,36 77,54
Kalimantan Utara 61,68 71,60 67,04 85,92 87,46 86,71 70,34 76,90 73,83
Sulawesi Utara 76,98 75,11 76,01 81,01 86,93 83,78 79,04 80,57 79,80
Sulawesi Tengah 74,64 80,87 78,40 74,45 80,87 77,90 74,50 80,87 78,06
Sulawesi Selatan 66,44 69,44 67,97 68,70 65,26 67,21 67,86 67,12 67,52
Sulawesi Tenggara 71,31 69,88 70,69 78,04 85,55 81,90 75,51 80,72 78,05
Gorontalo 87,37 96,91 92,85 88,61 88,31 88,49 88,20 92,65 90,29
Sulawesi Barat 69,93 69,41 69,69 64,20 69,42 66,48 65,10 69,42 67,01
Maluku 56,40 51,01 53,99 53,45 56,45 54,89 54,56 54,57 54,57
Maluku Utara 63,40 44,03 53,50 53,20 44,80 49,04 55,67 44,60 50,15
Papua Barat 49,82 56,90 53,67 51,40 45,71 48,71 50,85 50,39 50,62
Papua 50,31 59,17 54,22 27,76 25,73 26,81 35,84 36,82 36,29
Indonesia 76,12 78,07 77,06 70,85 71,12 70,98 73,73 75,01 74,34

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

96
Lampiran 5.5.1
Sampling Error Angka Kesiapan Sekolah Laki-laki di Perdesaan menurut provinsi, 2022

Laki-laki
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 73,37 3,09 4,21 66,91 78,97
Sumatera Utara 59,20 2,92 4,93 53,38 64,78
Sumatera Barat 74,83 3,04 4,06 68,42 80,32
Riau 74,79 4,21 5,63 65,70 82,13
Jambi 70,39 3,73 5,30 62,60 77,14
Sumatera Selatan 58,65 3,65 6,22 51,36 65,58
Bengkulu 72,60 4,62 6,36 62,70 80,68
Lampung 75,42 3,30 4,37 68,40 81,31
Kepulauan Bangka Belitung 81,09 5,32 6,56 68,48 89,44
Kepulauan Riau 56,71 18,40 32,44 23,17 85,05
DKI Jakarta
Jawa Barat 0,00 3,52 5,02 62,70 76,42
Jawa Tengah 70,01 1,76 1,95 86,44 93,44
DI Yogyakarta 90,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Jawa Timur 100,00 1,72 1,90 86,43 93,24
Banten 90,36 6,12 12,98 35,52 59,06
Bali 47,13 4,60 5,45 73,18 91,50
Nusa Tenggara Barat 84,43 5,45 8,03 56,41 77,52
Nusa Tenggara Timur 67,87 2,42 4,88 45,00 54,48
Kalimantan Barat 49,74 3,17 8,64 30,74 43,12
Kalimantan Tengah 36,71 5,17 6,72 65,32 85,52
Kalimantan Selatan 76,93 4,25 5,10 73,29 90,08
Kalimantan Timur 83,31 6,61 8,50 62,27 88,03
Kalimantan Utara 77,70 8,14 9,48 61,99 95,80
Sulawesi Utara 85,92 4,04 4,99 71,83 87,71
Sulawesi Tengah 81,01 3,70 4,97 66,55 81,01
Sulawesi Selatan 74,45 2,93 4,26 62,70 74,14
Sulawesi Tenggara 68,70 3,66 4,69 70,05 84,37
Gorontalo 78,04 3,43 3,87 79,99 93,81
Sulawesi Barat 88,61 4,69 7,31 54,58 72,79
Maluku 64,20 4,70 8,79 44,23 62,44
Maluku Utara 53,45 4,96 9,32 43,49 62,68
Papua Barat 53,20 4,43 8,62 42,76 59,96
Papua 51,40 2,70 9,72 22,79 33,35
Indonesia 70,85 0,73 1,03 69,40 72,25
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

97
Lampiran 5.6
Persentase Perempuan Berumur 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Berumur 18 tahun
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Aceh 3,94 5,26 4,83
Sumatera Utara 2,37 5,69 3,80
Sumatera Barat 3,26 3,95 3,62
Riau 2,51 7,99 5,79
Jambi 2,92 13,17 9,91
Sumatera Selatan 3,98 15,94 11,42
Bengkulu 3,12 12,30 8,80
Lampung 6,11 9,09 8,14
Kep Bangka Belitung 4,30 12,80 7,91
Kep Riau 4,70 6,26 4,87
DKI Jakarta 2,07 2,07
Jawa Barat 6,24 17,57 8,65
Jawa Tengah 4,06 11,95 7,80
DI Yogyakarta 1,65 6,45 2,78
Jawa Timur 6,73 12,85 9,46
Banten 5,35 11,85 7,08
Bali 1,49 9,17 3,66
NTB 10,19 22,43 16,23
NTT 2,98 6,80 5,71
Kalimantan Barat 5,55 17,26 12,84
Kalimantan Tengah 8,84 19,48 14,72
Kalimantan Selatan 6,47 14,60 10,53
Kalimantan Timur 4,75 13,41 7,22
Kalimantan Utara 5,81 14,61 8,37
Sulawesi Utara 7,88 10,06 8,82
Sulawesi Tengah 6,69 15,97 12,65
Sulawesi Selatan 6,67 11,72 9,33
Sulawesi Tenggara 6,27 16,25 12,26
Gorontalo 9,86 16,45 13,65
Sulawesi Barat 10,34 12,01 11,70
Maluku 2,57 4,97 3,89
Maluku Utara 11,79 12,83 12,52
Papua Barat 2,80 10,56 7,54
Papua 7,17 10,66 9,70
Indonesia 5,12 12,06 8,06

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

98
Lampiran 5.6.1
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 20-24 Tahun yang Menikah
Sebelum Berumur 18 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022

Perkotaan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 3,94 1,10 27,97 0,21 2,10
Sumatera Utara 2,37 0,53 22,35 2,27 6,77
Sumatera Barat 3,26 1,01 31,09 1,52 3,66
Riau 2,51 0,84 33,26 1,76 5,94
Jambi 2,92 1,24 42,34 1,30 4,79
Sumatera Selatan 3,98 1,11 27,96 1,26 6,60
Bengkulu 3,12 1,32 42,33 2,29 6,84
Lampung 6,11 1,64 26,86 1,35 7,04
Kepulauan Bangka Belitung 4,30 1,19 27,75 3,58 10,24
Kepulauan Riau 4,70 1,59 33,73 2,48 7,35
DKI Jakarta 2,07 0,59 28,49 2,41 8,98
Jawa Barat 6,24 0,64 10,18 1,18 3,60
Jawa Tengah 4,06 0,53 13,04 5,10 7,60
DI Yogyakarta 1,65 0,76 46,21 3,14 5,23
Jawa Timur 6,73 0,72 10,72 0,66 4,04
Banten 5,35 1,08 20,10 5,45 8,29
Bali 1,49 0,58 38,73 3,60 7,90
Nusa Tenggara Barat 10,19 1,98 19,44 0,69 3,16
Nusa Tenggara Timur 2,98 1,09 36,55 6,91 14,77
Kalimantan Barat 5,55 1,50 27,05 1,45 6,04
Kalimantan Tengah 8,84 1,78 20,16 3,25 9,34
Kalimantan Selatan 6,47 1,48 22,84 5,92 13,02
Kalimantan Timur 4,75 1,00 21,14 4,11 10,03
Kalimantan Utara 5,81 1,95 33,63 3,12 7,15
Sulawesi Utara 7,88 1,57 19,93 2,97 11,04
Sulawesi Tengah 6,69 1,80 26,97 5,30 11,56
Sulawesi Selatan 6,67 1,12 16,85 3,91 11,21
Sulawesi Tenggara 6,27 1,62 25,87 4,78 9,24
Gorontalo 9,86 2,79 28,28 3,75 10,30
Sulawesi Barat 10,34 3,27 31,62 5,58 16,82
Maluku 2,57 0,95 36,79 5,46 18,72
Maluku Utara 11,79 3,18 26,98 1,24 5,24
Papua Barat 2,80 1,38 49,21 6,84 19,57
Papua 7,17 1,75 24,42 1,06 7,22
Indonesia 5,12 0,23 4,53 4,68 5,59

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

99
Lampiran 5.6.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 20-24 Tahun yang Menikah
Sebelum Berumur 18 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022
Perdesaan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 5,26 0,68 13,00 4,07 6,78
Sumatera Utara 5,69 0,81 14,18 4,30 7,49
Sumatera Barat 3,95 0,67 16,90 2,83 5,48
Riau 7,99 1,21 15,20 5,91 10,71
Jambi 13,17 1,48 11,22 10,54 16,35
Sumatera Selatan 15,94 1,44 9,05 13,31 18,98
Bengkulu 12,30 1,78 14,50 9,21 16,24
Lampung 9,09 1,17 12,83 7,05 11,65
Kepulauan Bangka Belitung 12,80 2,35 18,38 8,85 18,15
Kepulauan Riau 6,26 2,13 34,03 3,17 11,97
DKI Jakarta
Jawa Barat 17,57 1,34 7,63 15,10 20,36
Jawa Tengah 11,95 0,93 7,81 10,24 13,91
DI Yogyakarta 6,45 2,63 40,74 2,85 13,93
Jawa Timur 12,85 0,95 7,39 11,10 14,83
Banten 11,85 2,13 17,95 8,27 16,69
Bali 9,17 1,77 19,35 6,23 13,29
Nusa Tenggara Barat 22,43 2,65 11,81 17,67 28,05
Nusa Tenggara Timur 6,80 0,75 10,99 5,47 8,42
Kalimantan Barat 17,26 1,49 8,65 14,52 20,38
Kalimantan Tengah 19,48 2,05 10,55 15,76 23,82
Kalimantan Selatan 14,60 1,63 11,17 11,68 18,09
Kalimantan Timur 13,41 2,63 19,64 9,03 19,46
Kalimantan Utara 14,61 3,53 24,13 8,95 22,95
Sulawesi Utara 10,06 1,49 14,84 7,48 13,38
Sulawesi Tengah 15,97 1,63 10,23 13,02 19,43
Sulawesi Selatan 11,72 1,03 8,83 9,84 13,90
Sulawesi Tenggara 16,25 1,44 8,85 13,63 19,27
Gorontalo 16,45 2,23 13,53 12,54 21,29
Sulawesi Barat 12,01 1,76 14,63 8,97 15,90
Maluku 4,97 1,03 20,75 3,30 7,43
Maluku Utara 12,83 1,69 13,15 9,87 16,51
Papua Barat 10,56 1,46 13,87 8,02 13,80
Papua 10,66 0,98 9,23 8,88 12,74
Indonesia 12,06 0,29 2,41 11,50 12,64
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

100
Lampiran 5.6.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Perempuan Berumur 20-24 Tahun yang Menikah
Sebelum Berumur 18 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022
Perkotaan dan Pedesaan
Provinsi Standard Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 4,83 0,58 12,09 0,80 1,86
Sumatera Utara 3,80 0,46 12,17 3,81 6,11
Sumatera Barat 3,62 0,59 16,44 2,99 4,82
Riau 5,79 0,81 13,94 2,62 4,98
Jambi 9,91 1,10 11,08 4,40 7,60
Sumatera Selatan 11,42 1,01 8,86 7,96 12,28
Bengkulu 8,80 1,23 13,98 9,58 13,56
Lampung 8,14 0,95 11,70 6,67 11,53
Kepulauan Bangka Belitung 7,91 1,23 15,57 6,45 10,21
Kepulauan Riau 4,87 1,43 29,45 5,81 10,69
DKI Jakarta 2,07 0,59 28,49 2,71 8,58
Jawa Barat 8,65 0,58 6,72 1,18 3,60
Jawa Tengah 7,80 0,53 6,75 7,58 9,86
DI Yogyakarta 2,78 0,85 30,73 6,83 8,89
Jawa Timur 9,46 0,58 6,18 1,52 5,05
Banten 7,08 0,97 13,77 8,38 10,67
Bali 3,66 0,65 17,86 5,39 9,24
Nusa Tenggara Barat 16,23 1,67 10,31 2,57 5,18
Nusa Tenggara Timur 5,71 0,62 10,87 13,22 19,79
Kalimantan Barat 12,84 1,10 8,57 4,61 7,06
Kalimantan Tengah 14,72 1,41 9,59 10,83 15,15
Kalimantan Selatan 10,53 1,11 10,50 12,16 17,70
Kalimantan Timur 7,22 1,07 14,76 8,55 12,91
Kalimantan Utara 8,37 1,74 20,74 5,39 9,61
Sulawesi Utara 8,82 1,10 12,48 5,54 12,46
Sulawesi Tengah 12,65 1,26 9,93 6,89 11,23
Sulawesi Selatan 9,33 0,77 8,20 10,38 15,32
Sulawesi Tenggara 12,26 1,10 9,01 7,94 10,95
Gorontalo 13,65 1,74 12,76 10,25 14,59
Sulawesi Barat 11,70 1,55 13,28 10,58 17,44
Maluku 3,89 0,71 18,33 8,98 15,10
Maluku Utara 12,52 1,52 12,12 2,71 5,55
Papua Barat 7,54 1,05 13,94 9,83 15,81
Papua 9,70 0,86 8,88 5,72 9,88
Indonesia 8,06 0,18 2,27 7,71 8,43
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

101
Over v ie w
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama dalam mencapai kesejahteraan anak.
Hak anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tertuang dalam Undang-Undang tentang
kesehatan. Disebutkan dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak dalam kandungan, bayi, balita, hingga remaja; termasuk upaya
pemeliharaan kesehatan anak cacat dan anak yang memerlukan perlindungan.

UU Kesehatan juga menyebutkan bahwa pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya


kesehatan yang merata dan terjangkau bagi masyarakat dalam hal ini termasuk bagi anak. Upaya
pemenuhan hak atas kesehatan anak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang terdiri atas
upaya pencegahan dan upaya penyembuhan. Upaya pencegahan meliputi penciptaan kondisi yang
layak bagi kesehatan baik menjamin ketersediaan pangan, imunisasi, perumahan yang baik, dan
lingkungan yang sehat. Sedangkan upaya penyembuhan dilakukan dengan penyediaan pelayanan
kesehatan yang optimal. Pelayanan kesehatan meliputi aspek jaminan sosial atas kesehatan, sarana
kesehatan yang memadai, tenaga medis yang berkualitas, dan jaminan kesehatan yang terjangkau.

Sejalan dengan pemenuhan hak anak atas kesehatan, pada bab ini akan diuraikan kondisi
anak Indonesia yang ditinjau dari aspek kesehatan dalam enam pokok bahasan. Pertama, akan
dijabarkan bahasan tentang status gizi anak Indonesia. Kedua, pembahasan tentang cakupan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Ketiga adalah pembahasan
tentang cakupan imunisasi. Keempat, penjabaran tentang keluhan kesehatan pada anak. Kelima,
pembahasan terkait anak yang merokok di Indonesia. Keenam, akan mencakup presentasi tentang
Jaminan Kesehatan.

6.1. Status Gizi


Berdasarkan Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak, penilaian
status gizi seorang anak dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan
Panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Stunted atau stunting (pendek menurut
umur) adalah status yang menunjukkan masalah gizi kronis akibat kekurangan gizi maupun infeksi
dalam jangka waktu yang lama. Wasted atau wasting (kurus menurut tinggi badan) adalah status yang
menunjukkan indikasi masalah gizi akut yang sensitif terhadap perubahan secara cepat seperti wabah
penyakit maupun kelaparan. Underweight (berat badan kurang menurut umur) adalah status yang
mengindikasikan masalah gizi secara umum dan Overweight atau berat badan lebih terhadap tinggi
badan yang dimiliki.

103
6.1.1. Status Gizi Balita
Prevalensi Status Gizi Balita di tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.1. Data Survei
Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 21,6 persen balita
di Indonesia mengalami kondisi stunting atau kondisi seorang anak yang pendek menurut
umurnya. Prevalensi ini tentu masih cukup jauh jika dibandingkan dengan target RPJMN pada
tahun 2014 yang menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen.
Stunting merupakan kegagalan dalam mencapai potensi pertumbuhan seseorang selama masa
anak-anak yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit berulang (UNICEF Indonesia,
2018). Hal ini yang kemudian menyebabkan seorang anak memiliki keterbatasan kapasitas fisik
dan kognitifnya secara permanen. Menurut Riskesdas pada tahun 2018, Indonesia menduduki
peringkat ke-2 dengan angka stunting tertinggi di Asia Tenggara dan berada pada peringkat
ke-5 di dunia. Selain itu, sebanyak 7,7 persen balita di Indonesia mengalami wasting, 17,1
persen balita mengalami underweight, dan 3,5 persen balita mengalami overweight. Kondisi ini
menunjukkan bahwa permasalahan status gizi balita di Indonesia adalah permasalahan serius
yang harus segera dituntaskan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan balita di Indonesia berjalan dengan baik dan sesuai.

21,6
17,1

7,7
3,5

Stunting Wasting Underweight Overweight

Gambar 6.1 Prevalensi Status Gizi Balita Tahun 2022

Sumber: SSGI, Kemenkes, 2022

104
6.1.2. Tren Prevalensi Status Gizi Balita
Tren prevalensi gizi balita di Indonesia selama tahun 2018 hingga tahun 2022
disajikan pada Gambar 6.2. Data menunjukkan bahwa terdapat penurunan angka stunting di
Indonesia dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Hal ini tentu patut
diapresiasi dengan baik, namun apabila mengacu pada target RPJMN tahun 2024 yaitu target
14 persen untuk angka stunting, maka masih diperlukan strategi dan program penanganan
yang lebih efektif dan efisien mengingat diperlukan penurunan sebanyak 7,6 persen atau
penurunan sebanyak 3,8 persen pada tiap tahunnya hingga tahun 2024.

Selain itu, prevalensi balita overweight juga mengalami penurunan yaitu sebesar 0,3
persen di tahun 2022 dibandingkan di tahun sebelumnya. Namun, prevalensi balita underweight
mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen dan prevalensi balita wasting mengalami kenaikan
sebesar 0,6 persen.

Menurut Jelliffe dan Jelliffe (1989), permasalahan gizi merupakan permasalahan


ekologi, hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara berbagai faktor lingkungan, baik
fisik, sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ulfani et al. (2011), faktor-faktor ekologi yang berpengaruh terhadap underweight adalah
tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, perilaku hygiene, dan pemanfaatan posyandu.
Sementara itu, faktor-faktor ekologi yang berpengaruh terhadap wasting adalah perilaku
hygiene, pemanfaatan posyandu, dan imunisasi lengkap. Apabila faktor-faktor ekologi tersebut
dapat diatasi dengan baik, maka besar kemungkinan prevalensi underweight dan wasting dapat
diturunkan pada level terendah.

105
30,8
27,7
24,4
21,6

17,7 17,0 17,1


16,3

10,2
7,4 7,1 7,7

8,0
4,5 3,8 3,5
2018 2019 2021 2022

Stunting Wasting Underweight Overweight

Gambar 6.2 Tren Prevalensi Status Gizi Balita Tahun 2018-2022

Sumber: Riskesdas 2018, SSGBI 2019, SSGI 2021, SSGI 2022

6.1.3. Prevalensi Status Gizi Balita Menurut Provinsi


Prevalensi Status Gizi Balita di Indonesia menurut provinsi disajikan pada Tabel 6.1.
Data menunjukkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah provinsi dengan prevalensi
stunting dan underweight tertinggi di Indonesia yaitu masing-masing sebesar 35,3 persen dan
28,4 persen. Hasil ini mengkonfirmasi data SSGI tahun 2021 yang menunjukkan Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebagai provinsi dengan prevalensi stunting dan underweight tertinggi di
Indonesia dengan persentase stunting dan underweight sebesar 37,80 persen dan 29,30 persen.

Sementara itu, prevalensi wasting tertinggi berada pada Provinsi Maluku (11,9
persen) dan prevalensi overweight tertinggi ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (7,6
persen). Permasalahan gizi ini harus segera diatasi karena permasalahan ini akan berdampak
pada permasalahan lainnya seperti kematian anak, penurunan kemampuan belajar dan
kemampuan kognitif, meningkatnya anggaran pencegahan dan perawatan, serta menurunnya
tingkat produktivitas kerja.

106
Provinsi Stunting Wasting Underweight Overweight
Bali 8.0 2.8 6.6 4.7
DKI Jakarta 14.8 8.0 11.7 6.3
Lampung 15.2 7.0 14.8 2.9
Kepulauan Riau 15.4 8.4 14.3 4.5
DI Yogyakarta 16.4 7.4 15.1 3.3
Riau 17.0 8.3 16.4 2.4
Jambi 18.0 6.6 13.8 3.4
Kepulauan Bangka Belitung 18.5 5.8 13.9 7.6
Sumatera Selatan 18.6 6.9 14.8 4.2
Jawa Timur 19.2 7.2 15.8 3.6
Bengkulu 19.8 5.5 12.2 2.9
Banten 20.0 7.9 17.2 3.9
Jawa Barat 20.2 6.0 14.2 3.8
Sulawesi Utara 20.5 7.7 13.4 4.5
Jawa Tengah 20.8 7.9 17.6 3.2
Sumatera Utara 21.1 7.8 15.8 2.3
Indonesia 21.6 7.7 17.1 3.5
Kalimantan Utara 22.1 6.5 17.3 3.5
Gorontalo 23.8 9.6 20.8 3.4
Kalimantan Timur 23.9 9.1 20.4 4.0
Kalimantan Selatan 24.6 9.8 22.1 3.8
Sumatera Barat 25.2 7.5 19.4 1.7
Maluku 26.1 11.9 23.4 1.5
Maluku Utara 26.1 11.1 23.0 1.7
Kalimantan Tengah 26.9 9.0 19.7 5.6
Sulawesi Selatan 27.2 8.3 21.7 2.7
Sulawesi Tenggara 27.7 8.7 21.1 2.6
Kalimantan Barat 27.8 10.1 23.0 3.9
Sulawesi Tengah 28.2 11.3 25.0 1.8
Papua Barat 30.0 11.8 22.7 3.3
Aceh 31.2 11.3 24.3 1.9
Nusa Tenggara Barat 32.7 8.7 24.2 2.1
Papua 34.6 10.5 18.7 6.7
Sulawesi Barat 35.0 6.6 22.5 2.1
Nusa Tenggara Timur 35.3 10.7 28.4 2.2

Tabel 6.1 Prevalansi Status Gizi Balita Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: SSGI, Kemenkes, 2022

107
6.2. Cakupan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI
(MPASI)
Menurut PP No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Air Susu Ibu
(ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan bagi bayi.
ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan bayi karena tidak ada makanan yang
lengkap zat gizinya selain ASI. Hal ini dapat diartikan bahwa perlu adanya pemahaman bagi ibu
untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu memberikan hanya ASI saja kepada bayi
tanpa memberikan makanan dan minuman lain sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat
dan vitamin (WHO, 2011). Namun, pemberian ASI bukan berarti hanya dilakukan selama periode 6
bulan saja melainkan tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berumur 2 tahun bersamaan dengan
Makanan Pendamping ASI (MPASI).

6.2.1. Tren Persentase Baduta (Bayi 0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI (2018-
2022)
Tren persentase baduta (bayi 0-23 bulan) yang pernah diberi ASI dari tahun 2018
sampai tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.3. Data menunjukkan bahwa terdapat penurunan
tren pemberian ASI pada baduta menjadi 92,86 persen pada tahun 2022 atau mengalami
penurunan sebesar 1,79 persen dari tahun 2021. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menghambat seorang ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, diantaranya perilaku
menyusui yang kurang mendapat dukungan baik dari pihak keluarga maupun petugas
kesehatan, pemberian makanan dan minuman sebelum ASI keluar, rasa kurang percaya diri
ibu terhadap ASI-nya yang tidak cukup untuk bayi, fenomena ibu kembali bekerja dan tempat
kerja tidak mendukung berjalannya pemberian ASI eksklusif dengan baik, serta gencarnya
promosi susu formula (Departemen Kesehatan RI, 2007). Oleh karena itu, diperlukan berbagai
strategi operasional untuk dapat meningkatkan tren pemberian ASI pada baduta di Indonesia.

108
95,19 95,02
94,65

93,00 92,86

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 6.3 Tren Persentase Baduta (Bayi 0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Tahun 2018-
2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018-2022, BPS

6.2.2. Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Rata-Rata
Lama Pemberian ASI (Bulan)
Pemberian ASI yang dilakukan segera dan eksklusif dapat memberikan manfaat yang
besar bagi bayi. ASI merupakan sumber nutrisi bagi bayi dan mengandung antibodi (pada
ASI kolostrum) yang sangat dibutuhkan bayi untuk menggantikan antibodi yang diperoleh
dari ibu di dalam rahim mengingat badan bayi baru mampu membuat zat kekebalan yang
cukup banyak pada saat bayi berumur 9-12 bulan. Selain itu, pemberian ASI juga dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi bahkan menunjang bayi untuk
dapat tumbuh dengan memiliki kepribadian yang cerdas, emosional dan kematangan
spiritual (Helda, 2009). Hasil analisis terhadap persentase baduta (0-2 bulan) yang pernah
diberi ASI menurut rata-rata lama pemberian ASI (bulan) disajikan pada Gambar 6.4.

109
74,58

25,42

<6 Bulan 6-23 Bulan

Gambar 6.4 Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Rata-Rata
Lama Pemberian ASI (Bulan) Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Data Susenas pada tahun 2022 menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI selama
kurang dari 6 bulan adalah sebanyak 25,42 persen sedangkan 74,58 persen lainnya adalah
bayi yang diberikan ASI selama 6 hingga 23 bulan. Persentase ini tidak banyak mengalami
peningkatan dari hasil Susenas pada tahun sebelumnya yang menunjukkan persentase
pemberian ASI selama 6 hingga 23 bulan sebesar 74,04 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa masih diperlukannya program yang berfokus pada peningkatan pemberian
ASI eksklusif pada bayi sehingga komitmen dari para ibu, keluarga, dan pemerintah
untuk mendukung pemberian ASI eksklusif bahkan hingga 2 tahun dapat ditingkatkan.

6.2.3. Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Provinsi
Persentase baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi ASI menurut Provinsi disajikan
pada Gambar 6.5. Hasil analisis menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Barat adalah provinsi
dengan persentase bayi yang pernah diberi ASI tertinggi secara nasional yaitu sebesar 96,48
persen. Posisi ini selanjutnya diikuti dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan persentase
sebesar 96,17 persen dan Provinsi DI Yogyakarta dengan persentase sebesar 96,10 persen.

Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase baduta yang pernah diberi ASI
terendah di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 84,06 persen, Provinsi
Papua sebesar 85,90 persen, dan Provinsi DKI Jakarta sebesar 87,44 persen. Pada tahun 2021,
Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase sebesar 97,15 persen atau berada pada peringkat 5
pada provinsi dengan pemberian ASI tertinggi namun setahun setelahnya menurun menjadi

110
peringkat 3 terendah. Hal ini dapat diprediksi dari banyaknya ibu yang kembali bekerja di
luar rumah setelah pencabutan status darurat COVID-19. Sehingga banyak Ibu yang tidak
memiliki waktu dan kesempatan untuk memberikan ASI kepada bayinya akibat aktivitas di
luar rumah yang cukup padat.

Sulawesi Utara 84,06


Papua 85,90
DKI Jakarta 87,44
Kepulauan Bangka Belitung 88,62
Sulawesi Tengah 88,80
Sumatera Utara 89,12
Papua Barat 89,23
Bali 89,41
Gorontalo 89,53
Kalimantan Tengah 90,03
Banten 90,21
Sulawesi Tenggara 91,37
Maluku Utara 91,77
Jawa Timur 91,80
Maluku 91,85
Sulawesi Selatan 92,82
Indonesia 92,86
Jawa Barat 92,90
Riau 93,25
Sumatera Selatan 93,33
Bengkulu 93,92
Kalimantan Barat 94,13
Aceh 94,80
Sulawesi Barat 94,80
Kepulauan Riau 94,89
Lampung 95,04
Kalimantan Timur 95,09
Kalimantan Utara 95,12
Kalimantan Selatan 95,20
Nusa Tenggara Barat 95,83
Jawa Tengah 96,02
Jambi 96,07
DI Yogyakarta 96,10
Nusa Tenggara Timur 96,17
Sumatera Barat 96,48

Gambar 6.5 Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI Menurut Provinsi
Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

111
6.2.4. Tren Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI
Eksklusif (2019-2022)
Tren persentase bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif terus
mengalami peningkatan dari tahun 2019 hingga tahun 2022 (Gambar 6.6). Pada tahun 2019,
persentase bayi berumur kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 67,74
persen. Persentase ini mengalami peningkatan sebanyak 4,3 persen dalam setahun hingga
tahun 2022 mencapai 72,04 persen. Tren kenaikan ini harus terus dipertahankan bahkan
ditingkatkan agar lebih banyak lagi bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif.

72,04
71,58

69,92

67,74

2019 2020 2021 2022

Gambar 6.6 Tren Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI
Eksklusif Tahun 2019-2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.2.5. Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Menurut Tipe Daerah
Persentase bayi berumur kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurut
tipe daerah disajikan pada Gambar 6.7. Data menunjukkan bahwa sebanyak 22 provinsi
memiliki lebih banyak persentase bayi berumur kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI
eksklusif di daerah perdesaan (73,06 persen) dibandingkan dengan daerah perkotaan (71,20
persen). Adanya perbedaan antara wilayah perdesaan dan perkotaan ini diprediksi karena
tingginya angka ibu yang bekerja di sektor publik di wilayah perkotaan dibandingkan wilayah
perdesaan.

112
Selain itu, Ibu menyusui di wilayah perkotaan diprediksi mendapatkan dukungan
dari lingkungan sekitar yang kurang memadai baik dalam hal dukungan fasilitas, waktu,
maupun dukungan non fisik sehingga tidak sedikit dari Ibu menyusui yang mengalami tingkat
stress yang tinggi dan menyebabkan berkurangnya supply ASI untuk bayi. Berbeda halnya
dengan Ibu menyusui di wilayah perdesaan yang diprediksi memiliki dukungan khususnya
dari kerabat sekitar yang tinggi sehingga Ibu lebih memungkinkan untuk memberikan ASI
eksklusif lebih baik untuk bayi mereka. Akan tetapi, diperlukan kajian dan pembuktian atas
faktor penyebab tingginya pemberian ASI eksklusif di wilayah perdesaan dibandingkan dengan
wilayah perdesaan.

Gambar 6.7 Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
Menurut Tipe Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.3. Cakupan Imunisasi


Menurut Hadinegoro (2011), imunisasi merupakan sebuah upaya untuk memberikan stimulasi
bagi sistem kekebalan tubuh seorang balita dengan cara memberikan vaksin yang dimasukkan ke
dalam tubuh balita dan akan membentuk zat antibodi pada balita untuk melawan jenis penyakit
tertentu. Imunisasi menjadi penting untuk dilakukan agar balita menjadi kebal terhadap penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi tersebut.

113
6.3.1. Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi Menurut Tipe Daerah dan
Jenis Imunisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1059/MENKES/
SK/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaran Imunisasi, terdapat lima jenis imunisasi rutin
yang diberikan kepada balita yaitu Hepatitis B, BCG, Polio, DPT, dan Campak. Persentase
balita yang pernah diberi imunisasi menurut tipe daerah dan jenis imunisasi dapat dilihat pada
Gambar 6.8. Data Susenas tahun 2022 menunjukkan bahwa daerah perkotaan pada umumnya
memiliki persentase balita yang pernah diberi imunisasi lebih tinggi pada lima jenis imunisasi
rutin dibandingkan dengan balita yang berada di daerah perdesaan. Hal ini menunjukkan
bahwa masih adanya ketimpangan akses serta pengetahuan mengenai imunisasi yang harus
terus ditingkatkan sehingga persentase balita yang diberi ASI terus meningkat baik di wilayah
perkotaan maupun perdesaan.

91,69 88,07 88,28 90,82


84,14 85,42 81,88 86,48
72,04
67,61

BCG DPT Polio Campak/Morbili Hepatitis B

Perkotaan Perdesaan

Gambar 6.8 Persentase Balita yang pernah Diberi Imunisasi Menurut Tipe Daerah dan Jenis
Imunisasi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.3.2. Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Tipe Daerah
Persentase anak berumur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap menurut
tipe daerah disajikan pada Gambar 6.9. Data Susenas tahun 2022 menunjukkan bahwa
sebanyak 64,79 persen anak berumur 12-23 bulan di daerah perkotaan sudah mendapatkan
imunisasi lengkap dan sebanyak 61,07 persen anak berumur 12-23 bulan di perdesaan juga

114
sudah mendapat imunisasi lengkap. Persentase anak berumur 12-23 bulan yang mendapatkan
imunisasi lengkap baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami peningkatan
dari tahun 2021, yakni masing-masing sebesar 62,01 persen dan 59,89 persen. Hal ini dapat
diartikan bahwa kegiatan Bulan Imunisasasi Anak Nasional (BIAN) selama satu bulan di
seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2022 memiliki dampak yang cukup baik khususnya
bagi peningkatan jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap.

61,07
64,78

Perkotaan Perdesaan

Gambar 6.9 Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Tipe Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.3.3. Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Provinsi
Hasil analisis persentase anak berumur 12-23 bulan yang mendapat imunisasi
lengkap menurut provinsi pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.10. Data Susenas
menunjukkan bahwa Provinsi DI Yogyakarta adalah provinsi dengan persentase anak
berumur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap tertinggi yaitu sebesar 83,89
persen. Selanjutnya diikuti oleh Provinsi Bali yaitu 82,22 persen dan Provinsi Lampung
yaitu 75,98 persen. Sementara itu, Provinsi Aceh menjadi provinsi dengan persentase
anak berumur 12-23 bulan yang mendapat imunisasi lengkap terendah yaitu sebesar
22,52 persen atau sebesar 40,65 persen dibawah persentase nasional (63,17 persen).

Kondisi ini juga terjadi di Provinsi Aceh pada tahun sebelumnya. Salah satu penyebab
rendahnya persentase anak yang mendapatkan imunisasi lengkap di Provinsi Aceh adalah
karena kurangnya pemahaman Masyarakat terhadap pentingnya imunisasi (Kemen PPPA,
2021). Sehingga banyak orang tua yang enggan untuk memberikan imunisasi kepada anak

115
mereka. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang komprehensif dalam menggalakkan
program imunisasi bagi balita di wilayah tersebut sehingga target balita yang mendapatkan
imunisasi lengkap dapat ditingkatkan, khususnya di provinsi dengan capaian persentase anak
yang mendapatkan imunisasi terendah di Indonesia.

Aceh 22,52
Sumatera Barat 39,25
Sumatera Utara 42,44
Riau 44,44
Papua 46,21
Maluku Utara 50,80
Kalimantan Barat 51,83
Banten 51,98
Sumatera Selatan 53,55
Jambi 53,94
Papua Barat 54,66
Kalimantan Tengah 54,86
Sulawesi Barat 54,88
Maluku 60,46
Jawa Barat 61,70
DKI Jakarta 62,77
Indonesia 63,17
Nusa Tenggara Barat 67,40
Sulawesi Tengah 68,05
Sulawesi Utara 68,47
Sulawesi Selatan 68,61
Gorontalo 69,27
Kepulauan Riau 70,05
Kalimantan Selatan 70,30
Sulawesi Tenggara 70,48
Kalimantan Utara 71,75
Bengkulu 71,87
Kalimantan Timur 72,90
Nusa Tenggara Timur 73,39
Jawa Tengah 73,89
Kepulauan Bangka Belitung 74,12
Jawa Timur 75,29
Lampung 75,98
Bali 82,22
DI Yogyakarta 83,89

Gambar 6.10 Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

116
6.4. Keluhan Kesehatan pada Anak
Kesehatan pada manusia baik pada dewasa maupun anak-anak adalah hak yang wajib dipenuhi dan dijaga.
Selain itu, kondisi kesehatan seseorang yang baik dapat meningkatkan produktivitas yang akan berpengaruh
terhadap kualitas seseorang tersebut di masa depan. Menurut BPS (2022), keluhan kesehatan pada anak adalah
gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan, atau hal-hal lain yang menyebabkan
terganggunya kegiatan sehari-hari anak.

6.4.1. Tren Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan (2018-2022)

Tren persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2018 sampai
tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.11. Data Susenas menunjukkan bahwa terdapat kenaikan
tren persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2022 sebesar 28,81
persen atau meningkat sebesar 4,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dapat
disebabkan karena anak-anak saat ini sudah kembali melakukan aktivitas rutin ke sekolah
maupun bermain di luar rumah dampak adanya pencabutan status pandemi COVID-19.
Dengan rutinnya aktivitas di luar rumah, risiko anak untuk terpapar penyakit, khususnya
penyakit infeksi semakin meningkat. Hal ini yang diprediksi sebagai penyebab meningkatnya
persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan di tahun 2022.

34,94
31,59 32,39
28,81
24,68

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 6.11 Tren Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Tahun 2018-2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

117
6.4.2. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin

Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan menurut tipe daerah dan jenis
kelamin disajikan pada Gambar 6.12. Sebanyak 30,84 persen anak laki-laki dan 30,91 persen
anak perempuan di daerah perdesaan mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2022.
Sementara itu, sebanyak 27,31 persen anak laki-laki dan 27,13 persen anak perempuan di daerah
perkotaan mengalami keluhan kesehatan. Persentase yang cukup tinggi ini harus mendapatkan
respon yang baik dari orang tua maupun pemerintah daerah untuk mencanangkan strategi
dan program pencegahan penyakit bagi anak. Selain itu, diperlukan peningkatan layanan
kesehatan untuk menangani anak yang mengalami keluhan kesehatan.

30,84 30,91

27,31 27,13

Laki-Laki Perempuan

Perkotaan Perdesaan

Gambar 6.12 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.4.3. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Provinsi

Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan menurut provinsi pada tahun
2022 disajikan pada Gambar 6.13. Data menunjukkan bahwa provinsi dengan persentase
anak yang mengalami keluhan kesehatan tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu
sebesar 41,65 persen, diikuti dengan Provinsi Jawa Tengah dengan persentase sebesar 35,03

118
persen dan Provinsi DI Yogyakarta sebesar 34,82 persen. Sementara itu, provinsi dengan
persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan terendah adalah Provinsi Papua yaitu
sebesar 13,03 persen, diikuti Provinsi Maluku Utara sebesar 14,34 persen, dan Provinsi Maluku
sebesar 15,53 persen. Adanya kesenjangan persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan
antar provinsi ini harus menjadi perhatian bersama untuk bersama-sama melakukan upaya
peningkatan penjaminan kesehatan bagi anak di wilayah masing-masing.

Papua 13,03
Maluku Utara 14,34
Maluku 15,53
DKI Jakarta 17,38
Kepulauan Riau 17,69
Papua Barat 18,48
Sulawesi Tengah 19,49
Bali 20,81
Sulawesi Utara 21,60
Kalimantan Tengah 22,64
Banten 24,02
Jambi 24,21
Kalimantan Barat 24,67
Bengkulu 24,77
Kalimantan Timur 25,10
Sulawesi Barat 25,14
Nusa Tenggara Timur 25,58
Riau 26,03
Sumatera Barat 26,50
Indonesia 28,81
Sumatera Utara 29,13
Jawa Barat 29,53
Sulawesi Tenggara 29,54
Lampung 31,23
Jawa Timur 31,26
Sumatera Selatan 31,36
Sulawesi Selatan 31,50
Kalimantan Selatan 31,68
Kalimantan Utara 31,69
Gorontalo 32,77
Kepulauan Bangka Belitung 33,33
Aceh 34,58
DI Yogyakarta 34,82
Jawa Tengah 35,03
Nusa Tenggara Barat 41,65

Gambar 6.13 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun
2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

119
6.4.4. Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau Kegiatan Sehari-
Hari) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin

Persentase anak yang sakit (terganggu pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sehari-hari)
menurut tipe daerah dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 6.14. Data menunjukkan bahwa
sebanyak 15,42 persen anak perempuan dan 15,21 persen anak laki-laki di daerah perdesaan
mengalami sakit serta sebanyak 12,16 persen anak perempuan dan 12,26 persen anak laki-laki
di daerah perkotaan mengalami sakit pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak anak perempuan di daerah perdesaan dan anak laki-laki di daerah perkotaan yang
sakit dibandingkan dengan anak laki-laki di daerah perdesaan dan anak perempuan di daerah
perkotaan. Diperlukan kajian lebih lanjut atas perbedaan kondisi kesehatan pada anak laki-laki
dan perempuan di kedua wilayah tersebut untuk mengidentifikasi berbagai faktor penyebab
sakit baik pada anak laki-laki maupun perempuan.

15,21 15,42

12,26 12,16

Laki-Laki Perempuan

Perkotaan Perdesaan

Gambar 6.14 Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau Kegiatan
Sehari-Hari) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

120
6.4.5. Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau Kegiatan Sehari-
Hari) Menurut Provinsi

Persentase anak yang sakit (terganggu pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sehari-hari)
menurut provinsi disajikan pada Gambar 6.15. Data Susenas menunjukkan sebanyak 23,64
persen anak di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami sakit dan sebanyak 4,30 persen anak
di Provinsi DKI Jakarta mengalami sakit. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang cukup besar antara provinsi dengan persentase anak yang sakit tertinggi dan provinsi
dengan persentase anak yang sakit terendah yaitu sebesar 19,34 persen atau lebih besar dari
persentase anak yang sakit secara nasional yaitu 13,55 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian
khusus dari pemerintah daerah serta pemerintah pusat mengingat salah satu faktor eksogen
yang memengaruhi status kesehatan anak yaitu kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi,
dan geografis suatu daerah (Cicih, 2011).

121
DKI Jakarta 4,30
Papua 5,68
Kepulauan Riau 8,01
Maluku 8,25
Papua Barat 8,39
Kalimantan Tengah 8,56
Maluku Utara 9,12
Bali 10,02
Kalimantan Selatan 10,44
Kalimantan Timur 10,64
Sumatera Selatan 10,68
Sulawesi Utara 11,16
Bengkulu 11,50
Kalimantan Barat 11,68
Riau 11,78
Banten 12,00
Jambi 12,08
Sulawesi Tengah 12,09
Nusa Tenggara Timur 12,28
Sulawesi Barat 12,37
Kepulauan Bangka Belitung 12,62
Sumatera Barat 13,34
Sumatera Utara 13,37
Indonesia 13,55
Sulawesi Selatan 14,41
Jawa Barat 14,70
Lampung 14,96
Jawa Tengah 15,20
DI Yogyakarta 15,31
Jawa Timur 15,33
Kalimantan Utara 15,66
Sulawesi Tenggara 16,78
Gorontalo 18,70
Aceh 21,61
Nusa Tenggara Barat 23,64

Gambar 6.15 Persentase Anak yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau Kegiatan
Sehari-Hari) Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

122
6.4.6. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat jalan dalam
Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin

Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam
sebulan terakhir menurut tipe daerah dan jenis kelamin pada tahun 2022 disajikan pada
Gambar 6.16. Data Susenas tahun 2022 menunjukkan bahwa anak laki-laki (46,23 persen)
dan anak perempuan (45,62 persen) mengalami lebih banyak keluhan kesehatan dan berobat
jalan dalam sebulan terakhir dibandingkan dengan anak laki-laki (43,58 persen) dan anak
perempuan (43,56 persen) di daerah perdesaan.

Hal ini sejalan dengan publikasi yang dikeluarkan oleh UNICEF dan Puskapa pada
tahun 2021 yang menyebutkan bahwa meskipun secara umum kehidupan anak-anak di
perkotaan lebih baik, namun anak-anak di perkotaan lebih rentan terserang berbagai penyakit
jika dibandingkan dengan anak yang berada di daerah perdesaan. Hal ini diprediksi akibat
kondisi lingkungan di perkotaan yang tinggi polusi, rendahnya kualitas udara, maupun
kondisi sanitasi yang tidak baik di wilayah padat penduduk sehingga menyebabkan anak di
perkotaan menjadi rentan terjangkit beragam penyakit dibandingkan anak di perdesaan yang
masih dapat menikmati lingkungan natural di wilayahnya.

46,23
45,62

43,58 43,56

Laki-Laki Perempuan

Perkotaan Perdesaan

Gambar 6.16 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

123
6.4.7. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir Menurut Provinsi

Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam sebulan
terakhir menurut provinsi disajikan pada Gambar 6.17. Data Susenas menunjukkan bahwa
Provinsi Sumatera Barat adalah provinsi yang memiliki persentase anak mengalami keluhan
kesehatan dan berobat jalan sebulan terakhir tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Posisi
ini diikuti oleh Provinsi Bali dengan persentase sebesar 58,99 persen dan Provinsi Aceh yaitu
sebesar 56,99 persen.

Sementara itu, Provinsi dengan persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan
dan berobat jalan dalam sebulan terakhir terendah adalah Provinsi Kalimantan Selatan sebesar
28,45 persen. Tinggi dan rendahnya data anak yang mengalami keluhan kesehatan di berbagai
provinsi di Indonesia dapat menunjukkan beberapa hal, yaitu 1) kualitas kesehatan anak; 2)
kondisi kesehatan lingkungan; ataupun 3) kualitas layanan kesehatan di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, perlu kajian lebih dalam untuk dapat memastikan apa yang menyebabkan
tinggi rendahnya persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan di berbagai provinsi di
Indonesia.

124
Sumatera Barat 60,43
Bali 58,99
Aceh 56,99
Sulawesi Utara 50,95
DKI Jakarta 47,61
Jawa Barat 47,60
Papua 47,51
Jawa Timur 47,23
Kepulauan Bangka Belitung 47,17
Jawa Tengah 45,91
Gorontalo 45,89
Indonesia 44,84
Nusa Tenggara Barat 44,68
Papua Barat 44,65
Kalimantan Timur 44,24
Lampung 43,84
Kepulauan Riau 43,23
Banten 42,74
Riau 41,97
DI Yogyakarta 41,76
Sumatera Utara 41,51
Sumatera Selatan 41,45
Maluku Utara 41,13
Bengkulu 40,55
Sulawesi Selatan 39,86
Nusa Tenggara Timur 39,80
Maluku 38,85
Kalimantan Utara 38,78
Kalimantan Barat 36,65
Sulawesi Tenggara 36,11
Jambi 34,48
Kalimantan Tengah 32,91
Sulawesi Barat 32,41
Sulawesi Tengah 31,24
Kalimantan Selatan 28,45

Gambar 6.17 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

125
6.4.8. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir Menurut Tempat Berobat

Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam
sebulan terakhir menurut tempat berobat pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.18. Data
menunjukkan bahwa puskesmas/pustu menjadi tempat berobat yang paling banyak dikunjungi
saat anak mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan yaitu sebesar 43,03 persen. Hasil
analisis terhadap tempat berobat yang paling banyak dikunjungi menunjukkan bahwa praktik
dokter/bidan adalah tempat berobat tertinggi dengan persentase sebesar 39,09 persen diikuti
dengan klinik/praktik dokter bersama dengan persentase sebesar 12,47 persen. Hal ini dapat
terjadi karena akses dan ketersediaan tempat berobat seperti puskesmas/pustu, praktik dokter/
bidan, dan klinik/praktik dokter bersama lebih banyak dan lebih mudah dijangkau oleh
masyarakat dibandingkan dengan tempat berobat yang lainnya. Dengan demikian, sebagai
upaya untuk menjamin kualitas kesehatan masyarakat, peningkatan kuantitas dan kualitas
puskesmas/pustu, praktik dokter/bidan, dan klinik/praktik dokter dapat menjadi upaya
strategis yang dapat diimplementasikan oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah.

Lainnya 0,99

Pengobatan Tradisional/Alternatif 0,59

UKBM 2,02

Puskesmas/Pustu 43,03

Klinik/Praktik Dokter Bersama 12,47

Praktik Dokter/Bidan 39,09

RS Swasta 2,33

RS Pemerintah 2,06

Gambar 6.18 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir Menurut Tempat Berobat Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

126
6.4.9. Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Berdasarkan
Tempat Rawat Inap

Persentase anak yang pernah dirawat inap dalam setahun terakhir berdasarkan
tempat rawat inap pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.19. Data menunjukkan bahwa
rumah sakit swasta menjadi tempat yang paling banyak dipilih saat anak diharuskan untuk
rawat inap yaitu sebesar 42,31 persen, diikuti dengan rumah sakit pemerintah sebesar 35,71
persen, dan puskesmas/pustu sebesar 12,21 persen. Hal ini cukup beralasan mengingat kondisi
fakta di lapangan yaitu rumah sakit swasta yang pada umumnya menyediakan perawatan
dan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan tempat rawat inap lainnya (Fitria &
Shaluhiyah, 2016).

Tempat Lainnya 0,34

Pengobatan Tradisional/Alternatif 0,15

Puskesmas/Pustu 12,21

Klinik/Praktik Dokter Bersama 6,86

Praktik Dokter/Bidan 3,64

RS Swasta 42,31

RS Pemerintah 35,71

Gambar 6.19 Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Berdasarkan Tempat Rawat Inap Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.5. Anak yang Merokok


Merokok merupakan kegiatan yang memiliki banyak dampak buruk terhadap kesehatan namun
merupakan salah satu kegiatan yang sulit untuk dihentikan apalagi ketika sudah berada pada tahap adiksi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2014) yang menyebutkan bahwa

127
aktivitas merokok yang intensif dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, jantung, penggumpalan
darah, depresi, rasa cemas berlebihan, rusaknya sistem reproduksi, dan menopause dini pada
perempuan. Kondisi ini menunjukkan bahwa sudah seharusnya perilaku merokok dijauhi dan tidak
dilakukan karena akan berdampak buruk bagi diri sendiri terutama pada anak yang seharusnya masih
memiliki kondisi tubuh sehat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif dan produktif.

6.5.1. Tren Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok (2019-2022)
Tren persentase anak umur 5-17 tahun yang merokok pada tahun 2019 sampai tahun
2022 disajikan pada Gambar 6.20. Data menunjukkan bahwa terdapat kenaikan persentase anak
umur 5-17 tahun yang merokok pada tahun 2020. Namun kemudian mengalami penurunan
sebesar 0,7 persen pada tahun 2021 dan mengalami tren yang stagnan pada tahun 2022 yakni
di posisi 1,51 persen. Meskipun data ini menunjukkan capaian yang positif atas program
pengendalian yang telah dilakukan oleh pemerintah, pihak terkait, serta anak-anak sendiri
yang telah memiliki pengetahuan lebih luas terkait bahaya merokok, persentase ini masih
perlu untuk ditekan pada level minimal. Persentase ini diharapkan akan selalu mengalami
penurunan tren sehingga anak-anak di Indonesia akan terhindar dari perilaku merokok serta
terhindar dari dampak buruk yang mengikutinya.

1,58

1,55

1,51 1,51

2019 2020 2021 2022

Gambar 6.20 Tren Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok Tahun 2019-2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

128
6.5.2. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok Menurut Jumlah Batang
Rokok yang Dihisap per Minggu
Persentase anak umur 5-17 tahun yang merokok menurut jumlah batang rokok yang
dihisap per minggu pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.21. Data Susenas tahun 2022
menunjukkan sebanyak 37,49 persen anak yang merokok menghisap lebih dari 60 batang
rokok setiap minggunya. Kondisi ini juga terjadi pada tahun sebelumnya dimana lebih banyak
anak yang merokok dengan jumlah batang yang dihisap lebih dari 60 batang setiap minggunya
yaitu sebesar 34,88 persen. Adanya peningkatan persentase ini sangat memprihatinkan karena
meskipun tren persentase anak yang merokok berada pada kondisi stagnan, nyatanya persentase
anak yang menghisap lebih dari 60 batang rokok per minggu mengalami peningkatan. Hal ini
dapat menjadi indikasi nyata bahwa perilaku merokok sangat mudah untuk menjadi sebuah
perilaku yang adiktif. Untuk itu diperlukan koordinasi dan peran yang tegas dari berbagai
pihak, khususnya lingkungan terdekat anak, yakni keluarga dan sekolah agar perilaku merokok
pada anak dapat ditekan dan dihentikan secara maksimal.

1,79
12,10

37,49
20,28

28,34

1-6 batang 7-14 batang 15-29 batang 30-59 batang ≥ 60 batang

Gambar 6.21 Persentase Anak Umur 5-17 yang Merokok Menurut Jumlah Batang Rokok
yang Dihisap Per Minggu Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

129
6.5.3. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Merokok Menurut Jenis Kelamin
dan Tipe Daerah
Persentase anak umur 5-17 tahun yang merokok menurut jenis kelamin dan tipe
daerah pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.22. Data menunjukkan bahwa lebih banyak
anak laki-laki baik di daerah perkotaan (2,18 persen) maupun di daerah perdesaan (3,38
persen) yang merokok dibandingkan dengan anak perempuan baik di daerah perkotaan (0,19
persen) dan daerah perdesaan (0,33 persen). Dominasi persentase anak laki-laki yang merokok
dibandingkan dengan anak perempuan dapat disebabkan oleh adanya pengaruh teman sebaya
serta lingkungan dan akses yang lebih besar untuk merokok bagi anak laki-laki dibandingkan
dengan anak perempuan (Lestary & Sugiharti, 2007).

3,38

2,18

0,33
0,19

Laki-Laki Perempuan

Perkotaan Perdesaan

Gambar 6.22 Persentase Anak Umur 5-17 yang Merokok Menurut Jenis Kelamin dan Tipe
Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.6. Jaminan Kesehatan


Menurut Dewan Jaminan Sosial Nasional-DJSN (2021), jaminan kesehatan adalah sebuah
program jaminan sosial di Indonesia yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip-
prinsip asuransi sosial dan ekuitas yang bertujuan agar setiap peserta mendapatkan perlindungan
dan pemeliharaan kebutuhan dasar kesehatannya. Adanya jaminan kesehatan ini diharapkan dapat
memberikan kemudahan bagi setiap Masyarakat di Indonesia untuk mengakses layanan kesehatan

130
yang baik dan terpercaya.

6.6.1. Tren Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan
(2018-2022)
Tren persentase penduduk 0-17 tahun yang memiliki jaminan kesehatan dari tahun
2018 hingga tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.23. Data Susenas menunjukkan bahwa tren
persentase penduduk 0-17 tahun yang memiliki jaminan kesehatan selama 5 tahun terakhir
bersifat fluktuatif atau naik turun. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2019 dan tahun 2020 yang
mengalami peningkatan namun mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 1,37 persen
dan mengalami kenaikan kembali di tahun 2022 sebesar 0,78 persen yaitu menjadi 61,84 persen.

62,43
62,06 61,84
61,06

57,97

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 6.23 Tren Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan Tahun
2018-2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.6.2. Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan


Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki
Persentase penduduk 0-17 tahun yang memiliki jaminan kesehatan menurut tipe
daerah dan jenis jaminan kesehatan yang dimiliki pada tahun 2022 disajikan pada Gambar
6.24. Data menunjukkan bahwa di daerah perdesaan, lebih banyak penduduk usia anak yang
memiliki jenis jaminan kesehatan BPJS Kesehatan PBI yaitu sebesar 36,70 persen diikuti
dengan BPJS Kesehatan Mandiri sebesar 10,20 persen dibandingkan jenis jaminan kesehatan
lainnya. Hal ini juga serupa dengan daerah perkotaan yang lebih banyak memiliki jenis jaminan

131
kesehatan BPJS Kesehatan PBI (31,06 persen) dan BPJS Kesehatan Mandiri (28,26 persen)
dibandingkan jenis jaminan kesehatan lainnya. Namun masih terdapat sebanyak 45,42 persen
masyarakat di perdesaan dan 32,62 persen masyarakat di perkotaan yang tidak memiliki jenis
jaminan kesehatan apapun. Hal ini perlu menjadi perhatian yang lebih serius bagi pemerintah
karena hak atas kesehatan adalah hak bagi setiap warga negara di Indonesia termasuk bagi anak.

Tidak Punya 45,42


32,62
1,13
Perusahaan/Kantor 4,27

Asuransi Swasta 0,10


0,88

Jamkesda 8,77
6,71

BPJS Kesehatan Non-PBI/Mandiri 10,20


28,26

BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) 36,70


31,06

Perdesaan Perkotaan

Gambar 6.24 Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan Menurut
Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

6.6.3. Persentase Anak yang Memiliki Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi


Persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan menurut provinsi pada tahun
2022 disajikan pada Gambar 6.25. Data menunjukkan Provinsi Aceh sebagai provinsi dengan
persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan tertinggi di Indonesia sebesar 94,87 persen.
Kondisi ini merupakan kondisi yang sangat baik dimana 9 dari 10 anak di Provinsi Aceh
sudah memiliki jaminan kesehatan. Sementara itu, Provinsi Maluku adalah provinsi dengan
persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan terendah yaitu sebesar 47,78 persen yang
dapat diartikan bahwa hanya 4 dari 10 anak di Provinsi Maluku yang sudah memiliki jaminan
kesehatan.

132
Aceh 94,87
DKI Jakarta 90,23
Sulawesi Barat 81,79
Bali 78,87
Papua 78,11
DI Yogyakarta 77,22
Kalimantan Utara 77,00
Kalimantan Timur 76,44
Sulawesi Selatan 72,36
Kepulauan Riau 71,40
Gorontalo 70,22
Sulawesi Utara 68,67
Kepulauan Bangka Belitung 64,48
Sumatera Barat 63,85
Kalimantan Selatan 63,29
Banten 62,81
Sulawesi Tengah 61,89
Indonesia 61,84
Jawa Tengah 61,57
Sulawesi Tenggara 61,51
Maluku Utara 61,34
Riau 61,05
Jawa Timur 59,38
Papua Barat 59,08
Bengkulu 57,32
Nusa Tenggara Timur 57,27
Jawa Barat 56,21
Lampung 56,10
Sumatera Selatan 54,76
Nusa Tenggara Barat 52,36
Kalimantan Barat 52,02
Sumatera Utara 50,97
Jambi 49,00
Kalimantan Tengah 48,91
Maluku 47,78

Gambar 6.25 Persentase Anak yang Memiliki Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun
2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

133
6.6.4. Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan
Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan menurut tipe daerah
dan jenis jaminan kesehatan yang digunakan pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 6.26. Data
menunjukkan bahwa sebanyak 76,76 persen anak di daerah perdesaan dan 60,23 persen anak di daerah
perkotaan tidak memiliki jaminan kesehatan yang dapat digunakan untuk berobat jalan. Namun sudah
terdapat 17,95 persen anak di daerah perkotaan dan 15,57 persen anak di daerah perdesaan yang berobat
jalan menggunakan BPJS Kesehatan PBI serta 17,18 persen anak di daerah perkotaan dan 4,89 persen
anak di daerah perdesaan yang sudah menggunakan BPJS Kesehatan Mandiri untuk berobat jalan.

76,76
Tidak Punya
60,23

0,54
Perusahaan/Kantor
2,56

0,02
Asuransi Swasta
0,60

2,76
Jamkesda
2,55

4,89
BPJS Kesehatan Non-PBI/Mandiri
17,18

15,57
BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI)
17,95

Perdesaan Perkotaan

Gambar 6.26 Persentase Anak yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

134
6.6.5. Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan
Persentase anak yang pernah dirawat inap dalam satu tahun terakhir menurut tipe
daerah dan jenis jaminan kesehatan yang digunakan pada tahun 2022 disajikan pada Gambar
6.27. Data menunjukkan bahwa jenis jaminan kesehatan yang paling banyak digunakan saat
anak dirawat inap dalam satu tahun terakhir di daerah perkotaan adalah BPJS Kesehatan
Mandiri (34,67 persen), BPJS Kesehatan PBI (26,49 persen), Perusahaan/Kantor (4,95 persen),
Jamkesda (2,34 persen), Asuransi Swasta (2,11 persen) dan 29,80 persen lainnya tidak memiliki
jaminan kesehatan. Sementara jenis jaminan kesehatan yang paling banyak digunakan saat
anak dirawat inap selama satu tahun terakhir di daerah perdesaan adalah BPJS Kesehatan PBI
(35,02 persen), BPJS Kesehatan Mandiri (14,60 persen), Jamkesda (3,80 persen), Perusahaan/
Kantor (1,32 persen), Asuransi Swasta (0,20 persen), dan 45,34 persen lainnya tidak memiliki
jaminan kesehatan.

45,34
Tidak Punya
29,80

1,32
Perusahaan/Kantor
4,95

0,20
Asuransi Swasta
2,11

3,80
Jamkesda
2,34

14,60
BPJS Kesehatan Non-PBI/Mandiri
34,67

35,02
BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI)
26,49

Perdesaan Perkotaan

Gambar 6.27 Persentase Anak yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir Menurut Tipe Daerah dan
Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

135
Lampiran 6.1
Persentase Baduta (Bayi 0-23 Bulan) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 94,27 96,06 95,08 94,38 94,90 94,63 94,34 95,31 94,80
Sumatera Utara 88,88 86,40 87,74 89,80 91,61 90,68 89,29 88,91 89,12
Sumatera Barat 98,83 98,06 98,45 94,18 95,11 94,63 96,40 96,56 96,48
Riau 91,49 94,91 93,30 91,90 94,61 93,22 91,74 94,74 93,25
Jambi 93,32 97,76 95,56 97,17 95,54 96,33 95,85 96,28 96,07
Sumatera Selatan 89,27 91,27 90,25 94,55 95,93 95,21 92,58 94,14 93,33
Bengkulu 91,49 96,19 93,51 95,30 92,90 94,13 93,91 93,93 93,92
Lampung 94,28 90,92 92,72 97,16 95,03 96,11 96,21 93,78 95,04
Kep Bangka Belitung 90,93 84,13 87,33 89,42 91,97 90,54 90,26 86,94 88,62
Kepulauan Riau 91,76 97,89 94,88 97,12 91,82 94,99 92,42 97,39 94,89
DKI Jakarta 89,38 85,15 87,44 89,38 85,15 87,44
Jawa Barat 92,35 92,55 92,45 93,97 95,01 94,48 92,71 93,08 92,90
Jawa Tengah 94,91 96,21 95,53 96,62 96,45 96,54 95,73 96,33 96,02
DI Yogyakarta 96,20 95,71 95,94 96,02 97,06 96,56 96,15 96,05 96,10
Jawa Timur 92,44 93,08 92,74 90,60 90,61 90,61 91,64 91,97 91,80
Banten 86,54 93,37 89,92 94,14 87,64 90,99 88,59 91,87 90,21
Bali 83,10 92,90 88,28 89,00 95,13 91,74 85,24 93,55 89,41
Nusa Tenggara Barat 97,77 94,23 96,03 97,70 92,97 95,60 97,74 93,68 95,83
Nusa Tenggara Timur 93,90 93,37 93,62 96,65 97,07 96,85 96,12 96,22 96,17
Kalimantan Barat 93,46 92,38 92,89 94,29 95,42 94,86 93,99 94,27 94,13
Kalimantan Tengah 93,94 90,09 92,06 87,59 89,30 88,45 90,40 89,64 90,03
Kalimantan Selatan 95,41 96,79 96,10 92,46 96,44 94,36 93,84 96,61 95,20
Kalimantan Timur 94,03 95,64 94,82 94,51 96,85 95,65 94,18 96,02 95,09
Kalimantan Utara 93,67 96,89 95,15 92,64 98,30 95,05 93,32 97,33 95,12
Sulawesi Utara 79,15 83,27 81,25 87,13 86,85 87,00 83,24 84,92 84,06
Sulawesi Tengah 88,28 87,44 87,86 87,32 91,22 89,24 87,62 89,99 88,80
Sulawesi Selatan 93,75 91,89 92,84 94,63 90,89 92,80 94,23 91,34 92,82
Sulawesi Tenggara 88,17 89,48 88,87 90,83 95,06 92,82 89,93 92,85 91,37
Gorontalo 83,47 92,64 87,69 92,46 89,40 91,00 88,41 90,80 89,53
Sulawesi Barat 94,97 88,79 91,79 95,19 95,92 95,55 95,15 94,45 94,80
Maluku 89,15 90,05 89,51 94,24 92,82 93,51 91,85 91,84 91,85
Maluku Utara 94,38 86,46 90,55 90,62 94,29 92,29 91,72 91,82 91,77
Papua Barat 88,23 90,25 89,09 87,54 90,89 89,31 87,82 90,69 89,23
Papua 82,62 85,17 83,90 85,32 89,92 87,74 83,99 87,69 85,90
Indonesia 91,91 92,55 92,22 93,58 93,80 93,69 92,64 93,09 92,86
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

136
Lampiran 6.2
Persentase Baduta (0-23 Bulan) yang Pernah Diberi ASI
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Lama Pemberian ASI (Bulan), 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi Rata- Rata- Rata-
<6 6-23 <6 6-23 <6 6-23
rata rata rata
Aceh 25,08 74,92 10,47 21,67 78,33 11,46 22,91 77,09 11,10
Sumatera Utara 28,06 71,94 9,79 23,18 76,82 10,44 25,74 74,26 10,10
Sumatera Barat 23,04 76,96 10,37 25,99 74,01 11,10 24,53 75,47 10,74
Riau 23,32 76,68 11,17 24,74 75,26 10,88 24,15 75,85 11,00
Jambi 30,56 69,44 9,89 26,36 73,64 10,85 27,78 72,22 10,53
Sumatera Selatan 26,30 73,70 10,50 25,65 74,35 10,51 25,89 74,11 10,50
Bengkulu 18,06 81,94 11,48 27,26 72,74 10,52 24,13 75,87 10,85
Lampung 24,01 75,99 10,50 23,08 76,92 11,06 23,37 76,63 10,89
Kep Bangka Belitung 27,14 72,86 10,80 29,73 70,27 9,79 28,20 71,80 10,39
Kepulauan Riau 25,56 74,44 9,89 26,64 73,36 8,81 25,67 74,33 9,77
DKI Jakarta 23,98 76,02 10,38 23,98 76,02 10,38
Jawa Barat 24,05 75,95 10,65 23,07 76,93 11,14 23,83 76,17 10,76
Jawa Tengah 24,84 75,16 10,99 27,15 72,85 10,80 25,95 74,05 10,90
DI Yogyakarta 25,33 74,67 11,23 35,60 64,40 9,64 27,97 72,03 10,82
Jawa Timur 27,38 72,62 10,41 26,98 73,02 10,69 27,21 72,79 10,53
Banten 27,91 72,09 9,98 26,98 73,02 10,43 27,66 72,34 10,10
Bali 22,77 77,23 10,34 22,74 77,26 10,46 22,76 77,24 10,38
NTB 19,99 80,01 11,77 23,12 76,88 11,01 21,44 78,56 11,42
NTT 31,31 68,69 9,81 23,67 76,33 10,46 25,24 74,76 10,32
Kalimantan Barat 33,79 66,21 9,83 23,73 76,27 11,22 27,39 72,61 10,72
Kalimantan Tengah 34,30 65,70 9,25 24,63 75,37 10,80 28,96 71,04 10,11
Kalimantan Selatan 25,84 74,16 10,31 27,15 72,85 10,70 26,52 73,48 10,51
Kalimantan Timur 22,23 77,77 11,18 27,58 72,42 9,26 23,93 76,07 10,57
Kalimantan Utara 21,28 78,72 10,82 26,92 73,08 9,47 23,12 76,88 10,38
Sulawesi Utara 29,47 70,53 9,36 29,87 70,13 9,28 29,67 70,33 9,32
Sulawesi Tengah 27,55 72,45 8,79 25,85 74,15 10,08 26,39 73,61 9,67
Sulawesi Selatan 29,07 70,93 9,81 23,62 76,38 10,89 26,07 73,93 10,40
Sulawesi Tenggara 24,46 75,54 10,14 27,80 72,20 10,04 26,61 73,39 10,07
Gorontalo 36,74 63,26 8,61 34,92 65,08 9,72 35,71 64,29 9,24
Sulawesi Barat 24,59 75,41 9,44 29,57 70,43 10,06 28,61 71,39 9,94
Maluku 21,90 78,10 10,32 19,49 80,51 10,27 20,46 79,54 10,29
Maluku Utara 25,29 74,71 10,68 27,20 72,80 9,42 26,62 73,38 9,79
Papua Barat 30,35 69,65 9,20 26,54 73,46 9,86 27,89 72,11 9,63
Papua 24,41 75,59 10,53 17,33 82,67 11,22 20,65 79,35 10,89
Indonesia 25,53 74,47 10,48 25,29 74,71 10,70 25,42 74,58 10,58
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

137
Lampiran 6.3
Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 63,05 83,93 72,27 60,61 62,93 61,64 61,59 71,30 65,88
Sumatera Utara 56,70 59,78 58,17 57,95 54,36 55,97 57,22 57,13 57,17
Sumatera Barat 74,75 83,35 78,66 63,73 78,69 70,94 68,70 80,66 74,32
Riau 62,85 71,56 68,46 72,23 67,92 70,18 69,37 69,62 69,51
Jambi 53,41 65,32 59,98 82,56 79,22 81,01 72,25 73,12 72,68
Sumatera Selatan 44,19 67,27 56,62 79,62 78,05 78,89 67,40 73,60 70,46
Bengkulu 48,75 61,16 53,32 66,21 78,46 72,98 60,39 75,16 67,84
Lampung 82,23 66,01 73,63 79,65 76,94 78,16 80,47 73,64 76,76
Kep Bangka Belitung 62,41 45,39 51,80 65,91 90,39 78,76 64,03 61,87 62,77
Kepulauan Riau 62,62 66,41 64,29 43,34 38,32 41,33 60,93 64,29 62,40
DKI Jakarta 82,39 51,14 67,22 82,39 51,14 67,22
Jawa Barat 80,25 73,91 77,08 73,09 80,18 76,71 78,68 75,33 77,00
Jawa Tengah 73,53 80,27 76,76 78,05 83,22 80,51 75,89 81,80 78,71
DI Yogyakarta 62,51 89,07 72,76 87,50 87,70 87,56 70,60 88,72 77,16
Jawa Timur 77,92 71,41 74,65 62,13 65,46 63,77 70,69 68,74 69,72
Banten 80,37 63,09 71,93 75,93 66,44 71,13 79,12 64,08 71,70
Bali 65,54 67,87 66,92 72,36 49,04 65,69 68,68 64,28 66,52
Nusa Tenggara Barat 74,34 71,89 72,96 85,44 87,15 86,34 80,14 79,32 79,69
Nusa Tenggara Timur 61,09 77,39 69,02 80,64 82,79 81,76 75,47 81,50 78,56
Kalimantan Barat 68,17 76,40 72,72 77,97 66,02 72,62 74,36 70,90 72,66
Kalimantan Tengah 41,93 61,99 50,37 59,65 63,58 61,80 48,46 62,78 55,26
Kalimantan Selatan 61,36 80,21 69,91 54,86 65,39 60,04 57,97 71,93 64,59
Kalimantan Timur 90,77 64,74 71,53 77,05 93,59 84,99 83,28 72,84 76,58
Kalimantan Utara 74,31 73,32 73,85 75,86 91,89 86,10 74,78 82,18 78,70
Sulawesi Utara 68,56 47,13 55,67 64,08 73,31 69,28 65,99 61,09 63,15
Sulawesi Tengah 58,88 64,71 61,61 60,89 74,48 68,06 60,14 71,38 65,84
Sulawesi Selatan 75,10 53,35 66,09 84,82 84,12 84,47 79,87 71,24 75,88
Sulawesi Tenggara 40,45 69,19 57,35 60,62 67,13 63,84 54,80 67,90 61,68
Gorontalo 27,05 66,92 54,83 63,91 43,79 52,48 49,48 56,03 53,60
Sulawesi Barat 47,40 78,53 70,35 67,42 83,36 75,51 65,53 82,29 74,67
Maluku 43,47 43,16 43,30 65,93 84,61 74,11 56,42 63,04 59,62
Maluku Utara 71,12 81,66 77,16 69,31 61,13 65,23 69,79 67,95 68,83
Papua Barat 67,42 43,05 58,16 56,30 68,38 63,85 61,69 61,87 61,79
Papua 69,15 72,31 70,54 78,36 78,82 78,62 72,72 75,66 74,18
Indonesia 72,51 69,89 71,20 71,91 74,23 73,06 72,24 71,84 72,04

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

138
Lampiran 6.3.1
Sampling Error Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapatkan ASI Eksklusif di Perkotaan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perkotaan
Laki-laki
Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard Error Standard Error
Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 63,05 7,69 12,20 47,18 76,53
Sumatera Utara 56,70 6,55 11,55 43,71 68,84
Sumatera Barat 74,75 8,29 11,09 55,60 87,50
Riau 62,85 10,61 16,89 40,97 80,48
Jambi 53,41 13,28 24,87 28,70 76,55
Sumatera Selatan 44,19 11,32 25,62 24,35 66,06
Bengkulu 48,75 14,38 29,50 23,54 74,62
Lampung 82,23 9,14 11,12 57,58 94,04
Kep Bangka Belitung 62,41 15,68 25,13 30,93 86,02
Kepulauan Riau 62,62 11,45 18,28 39,11 81,38
DKI Jakarta 82,39 6,72 8,16 65,36 92,07
Jawa Barat 80,25 3,46 4,32 72,58 86,18
Jawa Tengah 73,53 3,78 5,14 65,50 80,25
DI Yogyakarta 62,51 13,36 21,37 35,30 83,60
Jawa Timur 77,92 4,03 5,17 69,05 84,81
Banten 80,37 6,88 8,57 63,51 90,59
Bali 65,54 11,24 17,15 41,75 83,46
Nusa Tenggara Barat 74,34 9,88 13,29 51,21 88,89
Nusa Tenggara Timur 61,09 11,01 18,02 38,77 79,56
Kalimantan Barat 68,17 9,65 14,16 47,24 83,66
Kalimantan Tengah 41,93 10,71 25,55 23,36 63,10
Kalimantan Selatan 61,36 10,16 16,55 40,68 78,61
Kalimantan Timur 90,77 6,30 6,94 69,26 97,72
Kalimantan Utara 74,31 12,07 16,24 45,58 90,90
Sulawesi Utara 68,56 11,19 16,32 44,08 85,78
Sulawesi Tengah 58,88 11,41 19,38 36,25 78,29
Sulawesi Selatan 75,10 6,98 9,30 59,20 86,25
Sulawesi Tenggara 40,45 13,78 34,07 18,12 67,59
Gorontalo 27,05 16,46 60,85 6,74 65,54
Sulawesi Barat 47,40 23,46 49,49 12,47 85,07
Maluku 43,47 15,10 34,74 18,74 71,94
Maluku Utara 71,12 17,35 24,40 31,98 92,80
Papua Barat 67,42 12,58 18,66 40,25 86,41
Papua 69,15 10,69 15,45 45,65 85,68
Indonesia 72,51 1,59 2,20 69,28 75,52

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

139
Lampiran 6.3.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
di Perkotaan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perkotaan
Perempuan
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Estimasi Standard Error
Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 83,93 6,46 7,69 67,14 93,03
Sumatera Utara 59,78 6,81 11,40 46,03 72,15
Sumatera Barat 83,35 7,42 8,90 63,72 93,45
Riau 71,56 7,72 10,79 54,47 84,11
Jambi 65,32 15,52 23,76 32,97 87,82
Sumatera Selatan 67,27 9,25 13,74 47,44 82,40
Bengkulu 61,16 13,05 21,33 34,92 82,22
Lampung 66,01 10,97 16,62 42,69 83,51
Kep Bangka Belitung 45,39 11,98 26,39 24,38 68,19
Kepulauan Riau 66,41 13,86 20,86 36,92 86,98
DKI Jakarta 51,14 9,73 19,03 32,79 69,19
Jawa Barat 73,91 4,35 5,89 64,55 81,51
Jawa Tengah 80,27 3,86 4,81 71,62 86,77
DI Yogyakarta 89,07 8,65 9,72 58,80 97,89
Jawa Timur 71,41 4,64 6,50 61,53 79,59
Banten 63,09 8,55 13,55 45,43 77,83
Bali 67,87 9,50 13,99 47,36 83,22
Nusa Tenggara Barat 71,89 8,57 11,92 52,70 85,44
Nusa Tenggara Timur 77,39 10,03 12,97 52,66 91,33
Kalimantan Barat 76,40 10,13 13,25 51,85 90,68
Kalimantan Tengah 61,99 11,22 18,10 39,07 80,57
Kalimantan Selatan 80,21 7,06 8,80 62,90 90,65
Kalimantan Timur 64,74 8,44 13,04 47,08 79,13
Kalimantan Utara 73,32 15,62 21,31 36,48 92,93
Sulawesi Utara 47,13 11,98 25,41 25,79 69,58
Sulawesi Tengah 64,71 15,90 24,57 31,90 87,77
Sulawesi Selatan 53,35 10,16 19,05 33,94 71,80
Sulawesi Tenggara 69,19 10,18 14,72 46,82 85,14
Gorontalo 66,92 12,63 18,88 39,80 86,09
Sulawesi Barat 78,53 11,85 15,09 47,98 93,55
Maluku 43,16 12,48 28,93 21,88 67,30
Maluku Utara 81,66 11,66 14,28 49,17 95,35
Papua Barat 43,05 15,46 35,91 18,01 72,23
Papua 72,31 10,15 14,04 49,15 87,59
Indonesia 69,89 1,74 2,49 66,38 73,19

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

140
Lampiran 6.3.2
Sampling Error Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
di Perdesaan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perdesaaan
Laki-laki
Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%
Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 60,61 5,80 9,58 48,86 71,24
Sumatera Utara 57,95 5,40 9,32 47,16 68,03
Sumatera Barat 63,73 6,07 9,52 51,23 74,62
Riau 72,23 6,15 8,52 58,78 82,59
Jambi 82,56 5,99 7,26 67,68 91,45
Sumatera Selatan 79,62 5,69 7,14 66,28 88,59
Bengkulu 66,21 7,77 11,73 49,81 79,47
Lampung 79,65 5,35 6,72 67,20 88,20
Kepulauan Bangka Belitung 65,91 11,43 17,33 41,65 83,97
Kepulauan Riau 43,34 18,51 42,71 14,86 77,03
DKI Jakarta 0,00 0,00
Jawa Barat 73,09 6,00 8,21 59,89 83,16
Jawa Tengah 78,05 3,67 4,70 70,03 84,40
DI Yogyakarta 87,50 7,61 8,70 64,16 96,48
Jawa Timur 62,13 4,94 7,95 52,09 71,24
Banten 75,93 8,35 10,99 56,31 88,53
Bali 72,36 7,82 10,81 54,88 84,92
Nusa Tenggara Barat 85,44 6,71 7,85 67,09 94,41
Nusa Tenggara Timur 80,64 4,20 5,21 71,09 87,59
Kalimantan Barat 77,97 5,36 6,87 65,75 86,71
Kalimantan Tengah 59,65 8,86 14,86 41,81 75,26
Kalimantan Selatan 54,86 7,50 13,66 40,17 68,75
Kalimantan Timur 77,05 10,23 13,28 51,92 91,26
Kalimantan Utara 75,86 15,75 20,76 36,80 94,43
Sulawesi Utara 64,08 8,96 13,98 45,41 79,28
Sulawesi Tengah 60,89 7,57 12,44 45,50 74,39
Sulawesi Selatan 84,82 4,36 5,14 74,20 91,57
Sulawesi Tenggara 60,62 5,44 8,98 49,61 70,65
Gorontalo 63,91 11,25 17,61 40,50 82,17
Sulawesi Barat 67,42 7,46 11,07 51,53 80,11
Maluku 65,93 9,03 13,69 46,82 80,97
Maluku Utara 69,31 7,41 10,69 53,29 81,72
Papua Barat 56,30 8,71 15,47 39,16 72,06
Papua 78,36 8,18 10,44 58,45 90,31
Indonesia 71,91 1,32 1,83 69,26 74,43
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

141
Lampiran 6.3.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
di Perdesaan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perdesaaan
Perempuan
Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%
Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 62,93 6,32 10,04 49,95 74,27
Sumatera Utara 54,36 5,24 9,64 44,05 64,31
Sumatera Barat 78,69 5,10 6,48 67,05 87,01
Riau 67,92 7,22 10,64 52,50 80,21
Jambi 79,22 7,54 9,52 60,83 90,35
Sumatera Selatan 78,05 6,78 8,69 62,07 88,54
Bengkulu 78,46 6,87 8,76 62,15 88,99
Lampung 76,94 5,61 7,29 64,23 86,11
Kepulauan Bangka Belitung 90,39 5,55 6,14 72,90 97,05
Kepulauan Riau 38,32 20,95 54,68 9,85 77,93
DKI Jakarta 0,00 0,00
Jawa Barat 80,18 5,20 6,49 68,04 88,49
Jawa Tengah 83,22 3,31 3,98 75,70 88,75
DI Yogyakarta 87,70 12,15 13,85 43,96 98,48
Jawa Timur 65,46 5,02 7,67 55,09 74,55
Banten 66,44 9,87 14,86 45,39 82,50
Bali 49,04 16,60 33,85 20,75 77,96
Nusa Tenggara Barat 87,15 4,58 5,25 75,27 93,79
Nusa Tenggara Timur 82,79 3,85 4,65 73,90 89,10
Kalimantan Barat 66,02 7,00 10,60 51,31 78,18
Kalimantan Tengah 63,58 9,50 14,94 43,86 79,60
Kalimantan Selatan 65,39 7,41 11,33 49,86 78,21
Kalimantan Timur 93,59 6,23 6,66 65,60 99,11
Kalimantan Utara 91,89 6,00 6,53 70,04 98,21
Sulawesi Utara 73,31 6,29 8,58 59,40 83,76
Sulawesi Tengah 74,48 7,26 9,74 58,00 86,06
Sulawesi Selatan 84,12 5,54 6,58 70,15 92,28
Sulawesi Tenggara 67,13 5,54 8,25 55,53 76,96
Gorontalo 43,79 10,81 24,69 24,78 64,82
Sulawesi Barat 83,36 6,56 7,88 66,46 92,68
Maluku 84,61 5,36 6,33 71,06 92,49
Maluku Utara 61,13 8,17 13,37 44,49 75,52
Papua Barat 68,38 6,90 10,09 53,64 80,16
Papua 78,82 7,57 9,61 60,47 90,06
Indonesia 74,23 1,33 1,80 71,53 76,75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

142
Lampiran 6.3.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan yang Mendapatkan ASI Eksklusif
di Perdesaan menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perdesaaan
Laki-laki + Perempuan
Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%
Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 61,64 4,31 6,99 52,92 69,66
Sumatera Utara 55,97 3,72 6,65 48,60 63,10
Sumatera Barat 70,94 3,95 5,58 62,63 78,05
Riau 70,18 4,73 6,74 60,18 78,57
Jambi 81,01 4,67 5,77 70,17 88,56
Sumatera Selatan 78,89 4,29 5,44 69,29 86,09
Bengkulu 72,98 5,26 7,21 61,56 82,00
Lampung 78,16 3,89 4,97 69,61 84,83
Kepulauan Bangka Belitung 78,76 6,53 8,29 63,31 88,85
Kepulauan Riau 41,33 14,05 34,00 18,45 68,69
DKI Jakarta 0,00 0,00
Jawa Barat 76,71 3,97 5,18 68,05 83,58
Jawa Tengah 80,51 2,62 3,26 74,86 85,15
DI Yogyakarta 87,56 6,46 7,38 68,77 95,75
Jawa Timur 63,77 3,52 5,53 56,62 70,36
Banten 71,13 6,62 9,31 56,70 82,25
Bali 65,69 8,38 12,76 48,01 79,88
Nusa Tenggara Barat 86,34 3,96 4,58 76,61 92,43
Nusa Tenggara Timur 81,76 2,95 3,60 75,27 86,84
Kalimantan Barat 72,62 4,74 6,53 62,44 80,89
Kalimantan Tengah 61,80 6,31 10,21 48,93 73,20
Kalimantan Selatan 60,04 5,56 9,27 48,81 70,30
Kalimantan Timur 84,99 6,39 7,52 67,96 93,79
Kalimantan Utara 86,10 7,99 9,28 62,58 95,82
Sulawesi Utara 69,28 5,26 7,60 58,13 78,55
Sulawesi Tengah 68,06 5,27 7,75 56,98 77,42
Sulawesi Selatan 84,47 3,54 4,19 76,21 90,23
Sulawesi Tenggara 63,84 3,81 5,97 56,08 70,93
Gorontalo 52,48 8,77 16,72 35,66 68,76
Sulawesi Barat 75,51 5,44 7,20 63,40 84,59
Maluku 74,11 6,07 8,20 60,61 84,18
Maluku Utara 65,23 5,78 8,86 53,24 75,56
Papua Barat 63,85 5,80 9,08 51,91 74,30
Papua 78,62 5,42 6,89 66,17 87,37
Indonesia 73,06 0,95 1,30 71,17 74,87

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

143
Lampiran 6.4
Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi,
Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 67,90 63,40 65,71 62,57 61,25 61,93 64,42 62,00 63,24
Sumatera Utara 88,68 88,77 88,72 85,07 86,56 85,78 87,01 87,76 87,37
Sumatera Barat 89,84 92,50 91,09 83,70 87,34 85,50 86,86 89,87 88,31
Riau 89,18 87,34 88,27 82,84 82,62 82,74 85,44 84,59 85,03
Jambi 93,01 93,40 93,19 88,97 90,11 89,54 90,36 91,19 90,77
Sumatera Selatan 94,84 95,63 95,22 93,79 93,47 93,64 94,19 94,29 94,24
Bengkulu 92,48 95,69 94,03 98,52 98,81 98,66 96,55 97,78 97,14
Lampung 98,22 98,98 98,59 98,54 97,94 98,24 98,43 98,27 98,35
Kepulauan Bangka Belitung 97,00 95,44 96,23 94,18 93,25 93,73 95,79 94,52 95,17
Kepulauan Riau 94,34 97,46 95,84 95,91 90,79 93,68 94,52 96,81 95,61
DKI Jakarta 93,32 95,48 94,37 93,32 95,48 94,37
Jawa Barat 94,13 94,73 94,42 89,93 91,85 90,87 93,27 94,13 93,69
Jawa Tengah 99,41 99,38 99,39 99,74 99,54 99,64 99,57 99,45 99,51
DI Yogyakarta 99,46 99,15 99,31 100,00 100,00 100,00 99,59 99,36 99,48
Jawa Timur 96,82 95,74 96,29 92,73 93,05 92,89 95,02 94,54 94,79
Banten 93,14 93,29 93,21 79,63 82,65 81,09 89,66 90,56 90,10
Bali 99,10 99,01 99,06 98,99 97,49 98,27 99,07 98,57 98,83
Nusa Tenggara Barat 98,84 98,74 98,79 98,81 98,48 98,65 98,82 98,62 98,72
Nusa Tenggara Timur 98,57 99,55 99,06 97,24 97,19 97,22 97,54 97,74 97,64
Kalimantan Barat 88,90 86,92 87,92 93,54 93,72 93,63 91,82 91,18 91,50
Kalimantan Tengah 90,45 91,60 91,02 92,64 90,59 91,68 91,74 91,03 91,40
Kalimantan Selatan 90,21 91,79 90,99 99,10 97,41 98,28 94,80 94,64 94,72
Kalimantan Timur 95,88 94,99 95,44 97,98 89,80 94,13 96,56 93,40 95,03
Kalimantan Utara 95,26 94,57 94,93 94,54 97,37 95,87 95,01 95,53 95,26
Sulawesi Utara 98,13 97,90 98,02 93,44 95,93 94,63 95,89 96,95 96,39
Sulawesi Tengah 91,73 96,43 94,02 91,73 90,71 91,23 91,73 92,51 92,11
Sulawesi Selatan 96,75 97,83 97,28 94,46 94,81 94,63 95,52 96,20 95,85
Sulawesi Tenggara 94,65 97,09 95,91 93,09 94,50 93,78 93,62 95,46 94,53
Gorontalo 97,58 98,79 98,19 97,91 97,00 97,48 97,77 97,81 97,79
Sulawesi Barat 94,46 93,64 94,05 94,39 93,10 93,75 94,40 93,22 93,82
Maluku 91,51 93,61 92,51 88,57 88,43 88,50 89,76 90,45 90,10
Maluku Utara 93,72 93,47 93,59 87,11 88,28 87,67 88,95 89,90 89,41
Papua Barat 93,66 96,60 95,04 86,31 86,16 86,24 89,28 90,18 89,72
Papua 89,00 90,43 89,70 75,04 75,92 75,47 80,35 81,49 80,90
Indonesia 94,38 94,69 94,53 91,56 91,84 91,70 93,17 93,47 93,31

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

144
Lampiran 6.5
Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Imunisasi, 2022

Perkotaan
Provinsi Campak/
BCG DPT Polio Hepatitis B
Morbili
Aceh 59,88 53,10 48,95 43,50 56,16
Sumatera Utara 85,28 82,21 74,38 68,89 82,31
Sumatera Barat 84,11 79,28 75,77 62,36 86,08
Riau 83,63 77,93 72,94 67,07 80,97
Jambi 89,30 84,47 83,11 66,21 90,43
Sumatera Selatan 92,08 89,94 77,83 74,28 90,66
Bengkulu 90,47 88,49 83,12 71,27 91,90
Lampung 96,56 93,73 93,28 73,99 95,18
Kepulauan Bangka Belitung 93,14 90,52 90,96 73,91 94,34
Kepulauan Riau 93,02 90,09 89,58 76,46 92,68
DKI Jakarta 92,65 89,67 85,53 74,19 90,80
Jawa Barat 91,84 88,22 85,28 70,80 90,19
Jawa Tengah 96,58 94,01 95,64 75,54 98,61
DI Yogyakarta 97,13 95,69 90,37 78,18 98,46
Jawa Timur 93,97 90,85 90,08 74,18 94,02
Banten 90,31 85,13 77,31 69,56 87,04
Bali 97,10 96,26 93,29 82,62 98,10
Nusa Tenggara Barat 95,32 93,67 94,75 77,91 97,77
Nusa Tenggara Timur 96,48 94,27 91,71 79,46 98,11
Kalimantan Barat 82,18 74,78 70,28 54,70 79,31
Kalimantan Tengah 85,64 79,08 79,52 63,26 83,74
Kalimantan Selatan 87,86 84,35 78,86 65,45 86,86
Kalimantan Timur 92,32 89,99 89,22 70,74 92,24
Kalimantan Utara 91,25 88,92 91,16 71,48 92,40
Sulawesi Utara 96,11 94,25 91,97 82,00 96,06
Sulawesi Tengah 90,92 87,87 84,64 76,55 90,57
Sulawesi Selatan 95,03 90,77 90,02 77,29 94,40
Sulawesi Tenggara 94,59 92,45 91,68 76,44 93,57
Gorontalo 96,03 93,05 94,84 75,23 97,20
Sulawesi Barat 90,27 83,64 86,12 67,61 89,16
Maluku 90,86 86,71 88,27 77,89 86,88
Maluku Utara 91,57 87,80 86,16 78,40 89,55
Papua Barat 93,17 88,94 90,23 78,51 89,22
Papua 88,39 86,18 81,04 78,93 85,08
Indonesia 91,69 88,28 85,42 72,04 90,82

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

145
Lampiran 6.5 (Lanjutan)
Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi,
Tipe Daerah, dan Jenis Imunisasi, 2022

Perdesaan
Provinsi Campak/
BCG DPT Polio Hepatitis B
Morbili
Aceh 52,42 44,94 40,54 35,34 48,43
Sumatera Utara 82,33 76,99 70,13 60,60 73,89
Sumatera Barat 79,07 70,13 67,58 50,52 75,12
Riau 78,85 73,29 67,32 58,97 71,33
Jambi 86,58 81,12 74,05 62,35 80,60
Sumatera Selatan 90,74 87,50 81,59 73,82 88,12
Bengkulu 96,36 94,14 93,75 78,91 95,85
Lampung 96,05 93,51 90,62 77,22 97,02
Kepulauan Bangka Belitung 87,80 83,55 85,34 65,53 90,57
Kepulauan Riau 89,83 87,70 85,30 65,69 88,36
DKI Jakarta -
Jawa Barat 86,78 81,11 79,44 62,26 83,86
Jawa Tengah 96,79 94,91 95,48 75,81 98,52
DI Yogyakarta 99,07 94,80 91,82 76,92 99,31
Jawa Timur 89,23 85,69 85,87 67,56 90,25
Banten 76,65 71,64 66,76 53,96 72,91
Bali 96,16 92,61 95,66 79,41 96,91
Nusa Tenggara Barat 94,52 91,38 93,86 74,55 97,23
Nusa Tenggara Timur 94,48 92,91 90,36 78,54 95,18
Kalimantan Barat 89,96 85,76 84,81 70,55 88,92
Kalimantan Tengah 87,39 84,04 85,49 71,02 85,29
Kalimantan Selatan 94,09 87,80 90,82 69,95 95,61
Kalimantan Timur 90,06 88,64 84,99 70,13 91,54
Kalimantan Utara 93,89 87,82 89,51 74,89 93,09
Sulawesi Utara 90,80 87,93 86,50 71,70 89,52
Sulawesi Tengah 87,64 83,74 82,94 69,33 84,31
Sulawesi Selatan 91,04 88,35 85,33 70,90 90,15
Sulawesi Tenggara 91,03 87,96 86,92 73,92 89,72
Gorontalo 94,94 91,20 89,68 71,24 93,85
Sulawesi Barat 90,81 86,07 84,43 68,00 89,34
Maluku 83,80 80,50 77,19 69,36 78,84
Maluku Utara 84,99 81,21 74,01 65,71 79,04
Papua Barat 82,65 77,94 71,17 66,08 78,51
Papua 73,96 70,43 59,14 63,26 69,17
Indonesia 88,07 84,14 81,88 67,61 86,48

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

146
Lampiran 6.5 (Lanjutan)
Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Imunisasi, 2022

Perkotaan + Perdesaan
Provinsi Campak/
BCG DPT Polio Hepatitis B
Morbili
Aceh 55,02 47,78 43,47 38,19 51,13
Sumatera Utara 83,92 79,80 72,42 65,07 78,43
Sumatera Barat 81,60 74,73 71,70 56,48 80,63
Riau 80,83 75,21 69,64 62,31 75,31
Jambi 87,49 82,25 77,11 63,65 83,91
Sumatera Selatan 91,25 88,43 80,16 74,00 89,08
Bengkulu 94,43 92,29 90,27 76,41 94,56
Lampung 96,21 93,58 91,48 76,18 96,43
Kepulauan Bangka Belitung 90,88 87,56 88,58 70,36 92,75
Kepulauan Riau 92,68 89,84 89,13 75,32 92,22
DKI Jakarta 92,65 89,67 85,53 74,19 90,80
Jawa Barat 90,79 86,75 84,07 69,03 88,88
Jawa Tengah 96,68 94,44 95,56 75,67 98,56
DI Yogyakarta 97,60 95,47 90,72 77,88 98,67
Jawa Timur 91,88 88,57 88,22 71,25 92,35
Banten 86,80 81,67 74,60 65,55 83,41
Bali 96,83 95,20 93,98 81,69 97,76
Nusa Tenggara Barat 94,93 92,56 94,32 76,29 97,51
Nusa Tenggara Timur 94,93 93,22 90,67 78,75 95,85
Kalimantan Barat 87,06 81,67 79,40 64,65 85,34
Kalimantan Tengah 86,65 81,93 82,95 67,72 84,63
Kalimantan Selatan 91,05 86,12 84,98 67,75 91,34
Kalimantan Timur 91,61 89,57 87,89 70,55 92,02
Kalimantan Utara 92,17 88,54 90,59 72,67 92,64
Sulawesi Utara 93,55 91,21 89,34 77,05 92,91
Sulawesi Tengah 88,68 85,04 83,47 71,60 86,28
Sulawesi Selatan 92,88 89,46 87,49 73,84 92,10
Sulawesi Tenggara 92,29 89,55 88,61 74,81 91,08
Gorontalo 95,42 92,01 91,94 72,99 95,32
Sulawesi Barat 90,69 85,54 84,79 67,92 89,30
Maluku 86,61 82,97 81,60 72,76 82,04
Maluku Utara 86,92 83,15 77,59 69,45 82,13
Papua Barat 86,81 82,29 78,70 70,99 82,74
Papua 79,47 76,45 67,51 69,25 75,25
Indonesia 90,13 86,50 83,90 70,14 88,96

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

147
Lampiran 6.6
Persentase Anak Berumur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi Lengkap
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 23,39 25,23 24,19 19,71 23,72 21,72 20,99 24,16 22,52
Sumatera Utara 41,45 44,46 42,88 37,88 46,85 41,96 39,71 45,58 42,44
Sumatera Barat 35,00 35,37 35,19 38,56 48,25 42,89 37,00 41,69 39,25
Riau 45,23 57,47 51,16 41,36 37,33 39,38 43,03 45,91 44,44
Jambi 44,21 66,73 55,21 55,97 51,15 53,34 51,88 55,79 53,94
Sumatera Selatan 50,06 51,68 50,83 48,87 61,84 55,32 49,35 57,95 53,55
Bengkulu 55,54 50,82 53,24 81,06 81,54 81,27 73,05 70,44 71,87
Lampung 77,10 73,09 75,12 76,30 76,36 76,33 76,53 75,39 75,98
Kep Bangka Belitung 71,03 85,06 78,12 63,90 73,32 67,65 67,97 81,21 74,12
Kepulauan Riau 66,25 78,46 72,90 40,52 52,88 46,54 63,16 75,96 70,05
DKI Jakarta 62,50 63,07 62,77 0,00 0,00 0,00 62,50 63,07 62,77
Jawa Barat 64,12 61,00 62,56 61,07 55,85 58,64 63,42 59,94 61,70
Jawa Tengah 71,63 74,75 73,11 74,31 75,23 74,75 72,91 74,98 73,89
DI Yogyakarta 77,40 85,93 82,05 93,00 87,00 89,39 80,94 86,22 83,89
Jawa Timur 75,88 79,54 77,58 73,90 70,59 72,34 75,02 75,59 75,29
Banten 65,45 54,06 60,07 28,37 30,91 29,61 55,83 47,75 51,98
Bali 83,47 79,90 81,76 92,14 72,97 83,14 86,38 77,64 82,22
Nusa Tenggara Barat 70,98 69,79 70,41 60,63 68,15 63,75 66,02 69,10 67,40
Nusa Tenggara Timur 85,21 81,40 83,19 69,39 72,54 70,88 72,33 74,52 73,39
Kalimantan Barat 36,84 39,30 38,09 59,63 59,14 59,38 51,43 52,20 51,83
Kalimantan Tengah 54,50 68,26 61,42 48,60 53,26 50,90 50,79 58,97 54,86
Kalimantan Selatan 63,09 72,11 67,34 70,51 75,45 72,95 66,93 73,92 70,30
Kalimantan Timur 69,85 74,58 72,04 72,70 77,44 74,92 70,69 75,44 72,90
Kalimantan Utara 72,73 79,14 75,40 62,60 71,72 65,25 68,63 77,05 71,75
Sulawesi Utara 77,74 75,41 76,69 60,01 57,79 59,10 69,16 67,56 68,47
Sulawesi Tengah 77,05 74,18 75,50 66,35 63,07 64,73 69,42 66,72 68,05
Sulawesi Selatan 72,57 73,75 73,16 64,35 65,90 65,11 67,86 69,37 68,61
Sulawesi Tenggara 67,25 70,48 68,87 72,24 70,54 71,45 70,44 70,52 70,48
Gorontalo 76,98 92,87 81,61 62,87 59,85 61,64 68,87 69,96 69,27
Sulawesi Barat 37,09 51,34 43,51 54,25 61,12 57,58 50,78 59,35 54,88
Maluku 79,27 54,18 70,01 53,30 54,34 53,88 66,16 54,29 60,46
Maluku Utara 67,72 50,85 60,23 44,84 47,17 45,89 52,74 48,42 50,80
Papua Barat 59,10 55,52 57,53 56,84 50,11 53,18 57,72 51,70 54,66
Papua 44,76 52,17 48,59 48,34 39,66 43,91 46,59 45,85 46,21
Indonesia 64,57 64,99 64,78 60,74 61,43 61,07 62,90 63,46 63,17

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

148
Lampiran 6.7
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 95,37 95,47 95,42 94,42 94,78 94,59 94,74 95,01 94,87
Sumatera Utara 56,61 56,63 56,62 43,56 45,25 44,38 50,61 51,36 50,97
Sumatera Barat 68,40 69,28 68,82 59,27 58,55 58,92 63,85 63,84 63,85
Riau 70,90 69,75 70,33 56,01 53,64 54,85 61,92 60,14 61,05
Jambi 60,20 61,41 60,79 42,83 43,69 43,25 48,53 49,49 49,00
Sumatera Selatan 62,57 62,20 62,39 50,74 49,59 50,18 55,18 54,32 54,76
Bengkulu 68,23 67,99 68,11 53,08 50,68 51,91 58,09 56,53 57,32
Lampung 70,04 70,64 70,33 48,72 49,97 49,33 55,53 56,70 56,10
Kep Bangka Belitung 70,11 70,01 70,06 57,03 57,17 57,10 64,37 64,59 64,48
Kepulauan Riau 72,34 71,00 71,69 68,97 68,60 68,80 71,99 70,77 71,40
DKI Jakarta 91,05 89,37 90,23 91,05 89,37 90,23
Jawa Barat 61,89 59,92 60,93 38,98 37,90 38,45 57,06 55,30 56,21
Jawa Tengah 66,06 65,62 65,85 57,63 56,05 56,87 62,03 61,08 61,57
DI Yogyakarta 76,69 78,60 77,62 77,22 74,69 75,97 76,82 77,65 77,22
Jawa Timur 66,15 67,16 66,64 49,96 50,04 50,00 59,11 59,67 59,38
Banten 72,14 70,10 71,14 37,09 40,55 38,79 63,13 62,48 62,81
Bali 78,90 79,66 79,27 79,82 75,83 77,86 79,16 78,56 78,87
Nusa Tenggara Barat 61,54 60,14 60,85 44,23 43,19 43,73 52,87 51,83 52,36
Nusa Tenggara Timur 63,90 62,68 63,32 55,09 55,67 55,38 57,24 57,31 57,27
Kalimantan Barat 58,44 57,23 57,85 47,54 49,95 48,70 51,45 52,62 52,02
Kalimantan Tengah 51,46 54,95 53,18 46,03 45,56 45,81 48,27 49,59 48,91
Kalimantan Selatan 65,08 64,83 64,95 61,19 62,25 61,71 63,09 63,50 63,29
Kalimantan Timur 80,78 81,02 80,90 66,59 67,43 66,99 76,14 76,75 76,44
Kalimantan Utara 77,67 78,11 77,89 74,30 76,70 75,44 76,42 77,61 77,00
Sulawesi Utara 75,98 75,79 75,89 60,50 60,82 60,65 68,59 68,75 68,67
Sulawesi Tengah 69,92 69,49 69,71 59,13 57,56 58,37 62,45 61,30 61,89
Sulawesi Selatan 75,56 76,82 76,17 68,85 69,45 69,15 71,94 72,80 72,36
Sulawesi Tenggara 65,76 60,73 63,30 60,62 60,41 60,52 62,44 60,53 61,51
Gorontalo 75,83 77,69 76,77 65,49 64,89 65,20 69,90 70,54 70,22
Sulawesi Barat 87,95 85,65 86,81 80,15 80,82 80,48 81,74 81,83 81,79
Maluku 46,57 48,33 47,41 48,88 47,08 48,01 47,97 47,56 47,78
Maluku Utara 56,32 56,58 56,45 64,16 62,24 63,22 62,01 60,65 61,34
Papua Barat 61,68 63,09 62,36 57,83 55,78 56,85 59,39 58,76 59,08
Papua 61,73 61,89 61,80 86,02 85,25 85,66 78,42 77,76 78,11
Indonesia 67,68 67,07 67,38 54,68 54,46 54,58 62,04 61,62 61,84

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

149
Lampiran 6.8
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah,
dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Dimiliki, 2022

BPJS
BPJS
Kesehatan
Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Tipe Daerah Penerima Jamkesda
Non-PBI/ swasta kantor Punya
Bantuan
Mandiri
Iuran (PBI)
Perkotaan 31,06 28,26 6,71 0,88 4,27 32,62
Perdesaan 36,70 10,20 8,77 0,10 1,13 45,42
Perkotaan +
33,51 20,44 7,60 0,54 2,91 38,16
Perdesaan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

150
Lampiran 6.9
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 30,15 33,26 31,67 35,36 36,81 36,07 33,59 35,61 34,58
Sumatera Utara 29,12 29,20 29,16 29,44 28,74 29,10 29,26 28,99 29,13
Sumatera Barat 17,96 17,91 17,93 35,25 34,71 34,98 26,57 26,42 26,50
Riau 24,38 24,69 24,53 26,66 27,43 27,03 25,75 26,32 26,03
Jambi 18,42 14,98 16,74 27,89 27,82 27,86 24,78 23,62 24,21
Sumatera Selatan 34,53 35,61 35,05 29,02 29,27 29,14 31,09 31,64 31,36
Bengkulu 36,60 35,85 36,23 18,29 19,80 19,03 24,34 25,22 24,77
Lampung 24,74 25,09 24,91 34,52 33,93 34,24 31,40 31,05 31,23
Kepulauan Bangka Belitung 33,82 32,48 33,15 32,89 34,29 33,57 33,41 33,24 33,33
Kepulauan Riau 16,50 17,36 16,92 23,97 25,24 24,56 17,28 18,12 17,69
DKI Jakarta 17,42 17,34 17,38 17,42 17,34 17,38
Jawa Barat 28,76 27,51 28,15 33,93 35,50 34,69 29,85 29,19 29,53
Jawa Tengah 34,84 33,86 34,36 35,93 35,60 35,77 35,36 34,68 35,03
DI Yogyakarta 30,88 33,10 31,96 44,42 43,30 43,87 34,10 35,57 34,82
Jawa Timur 28,70 29,96 29,31 34,44 33,07 33,77 31,20 31,32 31,26
Banten 22,16 20,76 21,47 31,15 31,56 31,35 24,47 23,55 24,02
Bali 20,29 21,26 20,76 21,67 20,19 20,94 20,68 20,95 20,81
Nusa Tenggara Barat 39,94 41,23 40,58 43,04 42,43 42,75 41,49 41,82 41,65
Nusa Tenggara Timur 36,85 37,96 37,38 21,51 22,25 21,87 25,25 25,91 25,58
Kalimantan Barat 19,01 18,08 18,55 28,32 27,96 28,15 24,98 24,35 24,67
Kalimantan Tengah 23,33 20,44 21,90 22,75 23,64 23,17 22,99 22,26 22,64
Kalimantan Selatan 27,33 28,47 27,88 35,77 34,75 35,27 31,65 31,71 31,68
Kalimantan Timur 24,23 23,93 24,09 27,18 27,35 27,26 25,19 25,01 25,10
Kalimantan Utara 28,69 31,56 30,12 35,38 33,42 34,45 31,18 32,22 31,69
Sulawesi Utara 20,24 17,30 18,81 24,24 25,17 24,69 22,15 21,00 21,60
Sulawesi Tengah 19,23 21,69 20,43 18,26 19,91 19,06 18,56 20,47 19,49
Sulawesi Selatan 26,16 27,17 26,65 36,00 35,18 35,60 31,47 31,54 31,50
Sulawesi Tenggara 26,62 29,98 28,27 29,55 30,97 30,24 28,52 30,62 29,54
Gorontalo 36,16 34,46 35,31 29,86 31,85 30,83 32,54 33,01 32,77
Sulawesi Barat 34,14 28,84 31,51 22,43 24,58 23,48 24,81 25,48 25,14
Maluku 14,11 16,43 15,21 15,31 16,17 15,73 14,84 16,27 15,53
Maluku Utara 14,09 12,21 13,16 15,32 14,23 14,79 14,98 13,66 14,34
Papua Barat 17,28 18,16 17,70 18,57 19,50 19,01 18,04 18,95 18,48
Papua 15,75 17,08 16,38 10,92 12,10 11,47 12,43 13,69 13,03
Indonesia 27,31 27,13 27,22 30,84 30,91 30,88 28,84 28,77 28,81
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

151
Lampiran 6.10
Persentase penduduk 0-17 Tahun yang Sakit (Terganggu Pekerjaan, Sekolah, atau
Kegiatan Sehari-hari) menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 15,84 19,93 17,84 22,50 24,64 23,55 20,24 23,05 21,61
Sumatera Utara 13,81 13,05 13,44 13,76 12,77 13,28 13,79 12,92 13,37
Sumatera Barat 8,09 7,97 8,03 18,36 18,85 18,60 13,21 13,48 13,34
Riau 11,78 11,14 11,46 12,38 11,58 11,99 12,14 11,40 11,78
Jambi 7,53 5,92 6,75 13,86 15,56 14,69 11,78 12,40 12,08
Sumatera Selatan 11,53 10,16 10,87 9,78 11,39 10,56 10,44 10,93 10,68
Bengkulu 17,53 13,77 15,67 8,89 9,95 9,41 11,75 11,24 11,50
Lampung 11,57 12,78 12,16 16,49 16,07 16,29 14,92 15,00 14,96
Kepulauan Bangka Belitung 12,82 11,19 12,01 12,99 13,89 13,42 12,89 12,33 12,62
Kepulauan Riau 6,32 8,08 7,17 12,91 18,27 15,40 7,01 9,07 8,01
DKI Jakarta 4,66 3,93 4,30 4,66 3,93 4,30
Jawa Barat 13,82 13,28 13,56 18,80 19,23 19,00 14,87 14,53 14,70
Jawa Tengah 15,04 14,28 14,67 15,45 16,13 15,78 15,24 15,16 15,20
DI Yogyakarta 11,59 14,82 13,16 24,09 20,08 22,11 14,56 16,10 15,31
Jawa Timur 12,96 13,91 13,42 18,13 17,44 17,79 15,21 15,45 15,33
Banten 10,45 10,44 10,44 16,45 16,52 16,49 11,99 12,01 12,00
Bali 9,10 9,69 9,39 12,22 10,93 11,59 9,99 10,05 10,02
Nusa Tenggara Barat 23,14 21,93 22,54 24,87 24,64 24,76 24,00 23,26 23,64
Nusa Tenggara Timur 13,30 13,96 13,62 11,22 12,51 11,86 11,73 12,85 12,28
Kalimantan Barat 7,93 8,92 8,42 13,65 13,40 13,53 11,60 11,76 11,68
Kalimantan Tengah 9,44 6,32 7,90 8,77 9,32 9,03 9,05 8,04 8,56
Kalimantan Selatan 8,00 8,69 8,34 12,74 12,09 12,42 10,43 10,44 10,44
Kalimantan Timur 10,22 10,93 10,57 11,12 10,41 10,78 10,51 10,77 10,64
Kalimantan Utara 14,69 15,24 14,96 18,89 14,67 16,88 16,26 15,04 15,66
Sulawesi Utara 9,35 7,21 8,31 13,83 14,86 14,32 11,49 10,81 11,16
Sulawesi Tengah 9,62 13,51 11,53 11,80 12,91 12,34 11,13 13,10 12,09
Sulawesi Selatan 12,11 12,32 12,21 16,68 15,85 16,27 14,57 14,24 14,41
Sulawesi Tenggara 14,61 15,26 14,93 17,43 18,18 17,79 16,43 17,14 16,78
Gorontalo 19,33 19,44 19,39 17,60 18,80 18,18 18,34 19,08 18,70
Sulawesi Barat 12,16 12,73 12,44 11,75 12,98 12,35 11,83 12,93 12,37
Maluku 7,11 7,99 7,53 8,20 9,24 8,70 7,77 8,76 8,25
Maluku Utara 9,75 8,02 8,89 9,50 8,90 9,21 9,57 8,65 9,12
Papua Barat 9,23 8,96 9,10 8,03 7,76 7,90 8,52 8,25 8,39
Papua 7,91 7,53 7,73 4,44 5,07 4,74 5,53 5,86 5,68
Indonesia 12,26 12,16 12,21 15,21 15,42 15,31 13,54 13,57 13,55

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

152
Lampiran 6.11
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 47,19 51,88 49,60 59,55 61,08 60,32 55,78 58,18 56,99
Sumatera Utara 43,40 41,77 42,61 40,42 39,99 40,22 42,02 40,95 41,51
Sumatera Barat 66,33 63,14 64,80 58,39 58,03 58,21 61,08 59,74 60,43
Riau 48,49 49,12 48,80 39,37 36,25 37,82 42,79 41,13 41,97
Jambi 43,01 38,72 41,14 31,02 34,11 32,52 33,94 35,07 34,48
Sumatera Selatan 35,87 37,85 36,85 45,11 44,42 44,77 41,26 41,65 41,45
Bengkulu 27,19 38,22 32,59 48,34 47,96 48,15 37,83 43,28 40,55
Lampung 47,84 45,21 46,54 41,49 44,45 42,91 43,09 44,65 43,84
Kepulauan Bangka Belitung 39,37 42,08 40,69 57,62 53,55 55,62 47,25 47,08 47,17
Kepulauan Riau 37,39 46,11 41,74 55,56 48,87 52,37 40,03 46,48 43,23
DKI Jakarta 49,55 45,57 47,61 49,55 45,57 47,61
Jawa Barat 50,21 50,15 50,18 38,67 40,79 39,72 47,45 47,76 47,60
Jawa Tengah 47,12 44,95 46,08 45,68 45,80 45,74 46,42 45,37 45,91
DI Yogyakarta 42,40 41,33 41,86 41,39 41,68 41,53 42,09 41,43 41,76
Jawa Timur 47,70 47,56 47,63 47,19 46,34 46,78 47,45 46,99 47,23
Banten 45,59 42,98 44,35 40,16 38,95 39,57 43,81 41,59 42,74
Bali 57,55 56,45 57,00 61,82 66,25 63,92 58,82 59,17 58,99
Nusa Tenggara Barat 46,68 44,04 45,35 43,53 44,55 44,02 45,04 44,29 44,68
Nusa Tenggara Timur 42,34 41,10 41,74 37,92 39,60 38,76 39,49 40,11 39,80
Kalimantan Barat 39,19 44,78 41,86 35,01 34,36 34,70 36,15 37,19 36,65
Kalimantan Tengah 22,42 24,05 23,17 36,36 42,97 39,58 30,53 35,53 32,91
Kalimantan Selatan 21,35 25,07 23,20 33,69 30,99 32,38 28,49 28,41 28,45
Kalimantan Timur 45,79 44,82 45,31 42,95 41,44 42,23 44,79 43,65 44,24
Kalimantan Utara 33,22 32,77 32,99 46,84 48,68 47,69 38,99 38,58 38,78
Sulawesi Utara 42,24 43,80 42,94 57,12 58,36 57,72 50,01 52,00 50,95
Sulawesi Tengah 49,69 51,95 50,87 22,37 21,15 21,76 31,07 31,41 31,24
Sulawesi Selatan 38,00 36,68 37,35 43,63 39,12 41,45 41,47 38,17 39,86
Sulawesi Tenggara 24,57 24,84 24,71 42,48 41,50 41,99 36,56 35,68 36,11
Gorontalo 51,61 58,24 54,85 35,79 40,23 38,02 43,28 48,54 45,89
Sulawesi Barat 21,48 18,15 19,96 37,08 36,44 36,75 32,71 32,10 32,41
Maluku 33,37 32,69 33,02 43,38 41,50 42,44 39,63 38,08 38,85
Maluku Utara 38,42 37,54 38,02 40,60 44,01 42,20 40,04 42,38 41,13
Papua Barat 35,90 24,80 30,42 56,01 51,32 53,70 48,21 40,98 44,65
Papua 45,32 47,60 46,45 48,66 47,74 48,20 47,33 47,68 47,51
Indonesia 46,23 45,62 45,93 43,58 43,56 43,57 45,00 44,66 44,84

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

153
Lampiran 6.12
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Tempat Berobat, 2022

Tipe Klinik/
Praktik Pengobatan
Daerah/ RS RS Praktik Puskesmas/
Dokter/ UKBM Tradisional/ Lainnya
Jenis Pemerintah Swasta Dokter Pustu
Bidan Alternatif
Kelamin Bersama
Tipe Daerah
Perkotaan 2.52 3.50 32.98 17.15 44.01 0.92 0.38 0.89
Perdesaan 1,49 0,90 46,52 6,77 41,85 3,36 0,84 1,12
Jenis Kelamin
Laki-laki 2,10 2,44 39,00 12,75 42,73 2,02 0,68 1,07
Perempuan 2,01 2,21 39,19 12,17 43,36 2,03 0,49 0,91
Total 2,06 2,33 39,09 12,47 43,03 2,02 0,59 0,99

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

Lampiran 6.13
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
menurut Tipe Daerah dan Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2022

BPJS
BPJS
Kesehatan
Kesehatan Asuransi Perusahaan/
Tipe Daerah Penerima Jamkesda Tidak punya
Non-PBI/ swasta kantor
Bantuan
Mandiri
Iuran (PBI)
Perkotaan 17,95 17,18 2,55 0,60 2,56 60,23
Perdesaan 15,57 4,89 2,76 0,02 0,54 76,76
Perkotaan + Perdesaan 16,88 11,63 2,65 0,34 1,65 67,69

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

154
Lampiran 6.14
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun Terakhir
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 2,18 2,38 2,28 1,56 1,79 1,67 1,77 1,99 1,88
Sumatera Utara 1,42 1,51 1,46 0,74 0,84 0,79 1,10 1,20 1,15
Sumatera Barat 1,79 1,88 1,83 1,45 1,03 1,24 1,62 1,45 1,54
Riau 1,49 2,34 1,91 1,29 0,73 1,02 1,37 1,38 1,38
Jambi 0,89 2,24 1,54 1,12 1,22 1,17 1,04 1,55 1,29
Sumatera Selatan 1,15 1,66 1,40 0,83 0,55 0,70 0,95 0,97 0,96
Bengkulu 1,81 2,22 2,01 1,07 1,21 1,14 1,31 1,55 1,43
Lampung 2,24 3,64 2,93 1,30 1,22 1,26 1,60 2,01 1,80
Kepulauan Bangka Belitung 2,16 2,08 2,12 1,69 1,88 1,78 1,95 1,99 1,97
Kepulauan Riau 1,91 1,42 1,67 0,76 1,09 0,91 1,79 1,39 1,59
DKI Jakarta 2,17 2,04 2,11 2,17 2,04 2,11
Jawa Barat 2,25 1,74 2,00 1,82 1,69 1,76 2,16 1,73 1,95
Jawa Tengah 2,92 2,42 2,67 2,20 2,12 2,16 2,57 2,28 2,43
DI Yogyakarta 4,96 3,85 4,42 2,40 3,55 2,96 4,35 3,78 4,07
Jawa Timur 2,64 2,16 2,41 2,12 2,14 2,13 2,41 2,15 2,29
Banten 1,85 1,20 1,53 0,51 0,13 0,32 1,51 0,92 1,22
Bali 2,20 2,18 2,19 2,56 1,18 1,88 2,30 1,89 2,10
Nusa Tenggara Barat 2,96 2,80 2,88 3,64 3,14 3,40 3,30 2,97 3,14
Nusa Tenggara Timur 4,17 3,63 3,91 1,66 1,44 1,55 2,27 1,95 2,12
Kalimantan Barat 1,98 1,81 1,89 1,30 0,90 1,11 1,54 1,23 1,39
Kalimantan Tengah 1,71 1,15 1,44 0,69 0,47 0,58 1,11 0,76 0,94
Kalimantan Selatan 1,32 1,33 1,32 1,25 0,87 1,06 1,28 1,09 1,19
Kalimantan Timur 2,49 1,80 2,15 1,51 1,61 1,56 2,17 1,74 1,96
Kalimantan Utara 2,63 2,63 2,63 0,83 1,98 1,38 1,96 2,40 2,18
Sulawesi Utara 1,95 2,28 2,11 1,50 1,93 1,71 1,74 2,12 1,92
Sulawesi Tengah 3,71 2,35 3,04 1,36 1,39 1,38 2,08 1,69 1,89
Sulawesi Selatan 2,09 2,42 2,25 1,91 2,06 1,98 1,99 2,22 2,10
Sulawesi Tenggara 3,01 1,57 2,30 1,15 1,34 1,24 1,81 1,42 1,62
Gorontalo 4,25 3,72 3,98 2,19 1,61 1,91 3,07 2,54 2,81
Sulawesi Barat 3,20 1,76 2,48 1,71 2,45 2,07 2,01 2,31 2,16
Maluku 1,13 1,51 1,31 0,43 0,33 0,38 0,71 0,78 0,74
Maluku Utara 2,39 2,91 2,64 0,71 0,90 0,80 1,17 1,47 1,31
Papua Barat 1,76 2,28 2,01 0,73 0,75 0,74 1,15 1,37 1,25
Papua 1,25 1,44 1,34 0,52 0,54 0,53 0,75 0,83 0,78
Indonesia 2,29 2,01 2,15 1,57 1,49 1,53 1,98 1,78 1,88

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

155
Lampiran 6.14.1
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perkotaan yang Pernah Rawat Inap
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 2,18 0,36 16,57 1,57 3,01
Sumatera Utara 1,42 0,22 15,39 1,05 1,91
Sumatera Barat 1,79 0,35 19,51 1,22 2,62
Riau 1,49 0,33 22,34 0,96 2,31
Jambi 0,89 0,40 45,50 0,36 2,15
Sumatera Selatan 1,15 0,25 21,28 0,76 1,75
Bengkulu 1,81 0,45 24,79 1,11 2,94
Lampung 2,24 0,49 22,00 1,45 3,44
Kepulauan Bangka Belitung 2,16 0,61 28,07 1,24 3,72
Kepulauan Riau 1,91 0,50 26,20 1,14 3,18
DKI Jakarta 2,17 0,37 17,06 1,55 3,03
Jawa Barat 2,25 0,20 8,98 1,89 2,69
Jawa Tengah 2,92 0,24 8,21 2,48 3,42
DI Yogyakarta 4,96 0,79 16,02 3,61 6,77
Jawa Timur 2,64 0,23 8,60 2,23 3,12
Banten 1,85 0,32 17,13 1,32 2,59
Bali 2,20 0,40 18,19 1,54 3,14
Nusa Tenggara Barat 2,96 0,53 17,91 2,08 4,20
Nusa Tenggara Timur 4,17 0,72 17,23 2,97 5,83
Kalimantan Barat 1,98 0,48 24,41 1,22 3,18
Kalimantan Tengah 1,71 0,45 26,28 1,02 2,86
Kalimantan Selatan 1,32 0,30 22,66 0,84 2,05
Kalimantan Timur 2,49 0,46 18,33 1,73 3,55
Kalimantan Utara 2,63 0,68 25,71 1,58 4,33
Sulawesi Utara 1,95 0,43 21,86 1,27 2,99
Sulawesi Tengah 3,71 0,74 20,00 2,50 5,47
Sulawesi Selatan 2,09 0,34 16,09 1,52 2,86
Sulawesi Tenggara 3,01 0,67 22,35 1,94 4,65
Gorontalo 4,25 0,97 22,77 2,71 6,60
Sulawesi Barat 3,20 1,02 31,78 1,71 5,92
Maluku 1,13 0,52 46,11 0,46 2,77
Maluku Utara 2,39 0,71 29,58 1,33 4,24
Papua Barat 1,76 0,52 29,51 0,98 3,12
Papua 1,25 0,32 25,64 0,75 2,06
Indonesia 2,29 0,08 3,48 2,13 2,45
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

156
Lampiran 6.14.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perkotaan yang Pernah Rawat Inap dalam
Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 2,38 0,38 16,14 1,74 3,27
Sumatera Utara 1,51 0,26 17,49 1,07 2,12
Sumatera Barat 1,88 0,36 19,23 1,29 2,73
Riau 2,34 0,45 19,09 1,60 3,39
Jambi 2,24 0,68 30,19 1,23 4,02
Sumatera Selatan 1,66 0,44 26,46 0,99 2,78
Bengkulu 2,22 0,76 34,04 1,14 4,30
Lampung 3,64 0,68 18,74 2,52 5,24
Kepulauan Bangka Belitung 2,08 0,58 27,71 1,20 3,57
Kepulauan Riau 1,42 0,46 32,14 0,75 2,65
DKI Jakarta 2,04 0,33 16,39 1,48 2,81
Jawa Barat 1,74 0,19 10,73 1,41 2,15
Jawa Tengah 2,42 0,22 9,19 2,02 2,89
DI Yogyakarta 3,85 0,70 18,29 2,68 5,50
Jawa Timur 2,16 0,21 9,63 1,79 2,61
Banten 1,20 0,24 20,17 0,81 1,78
Bali 2,18 0,41 18,67 1,51 3,13
Nusa Tenggara Barat 2,80 0,56 20,01 1,89 4,14
Nusa Tenggara Timur 3,63 0,72 19,78 2,46 5,34
Kalimantan Barat 1,81 0,46 25,29 1,10 2,96
Kalimantan Tengah 1,15 0,41 35,41 0,58 2,30
Kalimantan Selatan 1,33 0,39 29,54 0,74 2,36
Kalimantan Timur 1,80 0,36 20,17 1,21 2,67
Kalimantan Utara 2,63 0,74 27,97 1,52 4,53
Sulawesi Utara 2,28 0,48 21,01 1,51 3,44
Sulawesi Tengah 2,35 0,71 30,36 1,29 4,25
Sulawesi Selatan 2,42 0,36 14,94 1,80 3,24
Sulawesi Tenggara 1,57 0,40 25,58 0,95 2,58
Gorontalo 3,72 0,83 22,28 2,40 5,74
Sulawesi Barat 1,76 0,64 36,18 0,86 3,55
Maluku 1,51 0,51 33,93 0,77 2,92
Maluku Utara 2,91 0,79 27,36 1,69 4,94
Papua Barat 2,28 0,70 30,45 1,25 4,12
Papua 1,44 0,43 30,26 0,79 2,59
Indonesia 2,01 0,08 3,75 1,87 2,16
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

157
Lampiran 6.14.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perkotaan yang Pernah Rawat Inap dalam
Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 2,28 0,26 11,61 1,82 2,86
Sumatera Utara 1,46 0,18 12,18 1,15 1,85
Sumatera Barat 1,83 0,27 14,81 1,37 2,45
Riau 1,91 0,28 14,63 1,43 2,54
Jambi 1,54 0,39 25,27 0,94 2,53
Sumatera Selatan 1,40 0,25 17,73 0,99 1,98
Bengkulu 2,01 0,44 21,67 1,31 3,07
Lampung 2,93 0,45 15,33 2,17 3,95
Kepulauan Bangka Belitung 2,12 0,42 19,65 1,44 3,11
Kepulauan Riau 1,67 0,34 20,19 1,12 2,48
DKI Jakarta 2,11 0,25 11,98 1,67 2,66
Jawa Barat 2,00 0,14 6,91 1,75 2,29
Jawa Tengah 2,67 0,16 6,15 2,37 3,01
DI Yogyakarta 4,42 0,53 12,07 3,48 5,59
Jawa Timur 2,41 0,16 6,46 2,12 2,73
Banten 1,53 0,20 13,00 1,19 1,98
Bali 2,19 0,29 13,21 1,69 2,83
Nusa Tenggara Barat 2,88 0,39 13,36 2,22 3,74
Nusa Tenggara Timur 3,91 0,54 13,73 2,99 5,12
Kalimantan Barat 1,89 0,33 17,57 1,34 2,67
Kalimantan Tengah 1,44 0,30 21,00 0,95 2,17
Kalimantan Selatan 1,32 0,26 19,50 0,90 1,93
Kalimantan Timur 2,15 0,29 13,72 1,64 2,81
Kalimantan Utara 2,63 0,50 19,19 1,80 3,82
Sulawesi Utara 2,11 0,32 15,15 1,57 2,84
Sulawesi Tengah 3,04 0,56 18,56 2,11 4,37
Sulawesi Selatan 2,25 0,25 11,05 1,81 2,79
Sulawesi Tenggara 2,30 0,39 17,08 1,65 3,21
Gorontalo 3,98 0,65 16,24 2,89 5,46
Sulawesi Barat 2,48 0,62 25,05 1,52 4,04
Maluku 1,31 0,36 27,84 0,76 2,25
Maluku Utara 2,64 0,58 22,04 1,71 4,06
Papua Barat 2,01 0,42 21,13 1,33 3,03
Papua 1,34 0,28 21,28 0,88 2,03
Indonesia 2,15 0,06 2,57 2,04 2,26
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

158
Lampiran 6.14.2
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perdesaan yang Pernah Rawat Inap dalam
Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 1,56 0,18 11,79 1,24 1,96
Sumatera Utara 0,74 0,12 16,27 0,53 1,01
Sumatera Barat 1,45 0,21 14,45 1,09 1,92
Riau 1,29 0,25 19,03 0,89 1,87
Jambi 1,12 0,23 20,30 0,75 1,66
Sumatera Selatan 0,83 0,17 19,84 0,56 1,23
Bengkulu 1,07 0,26 24,26 0,66 1,71
Lampung 1,30 0,20 15,61 0,96 1,77
Kepulauan Bangka Belitung 1,69 0,43 25,17 1,03 2,77
Kepulauan Riau 0,76 0,38 49,97 0,28 2,00
DKI Jakarta 0,00 0,00
Jawa Barat 1,82 0,24 13,13 1,41 2,36
Jawa Tengah 2,20 0,21 9,47 1,83 2,65
DI Yogyakarta 2,40 0,85 35,49 1,19 4,77
Jawa Timur 2,12 0,21 9,84 1,75 2,57
Banten 0,51 0,18 34,86 0,26 1,00
Bali 2,56 0,54 21,18 1,69 3,87
Nusa Tenggara Barat 3,64 0,51 14,09 2,76 4,80
Nusa Tenggara Timur 1,66 0,17 10,47 1,35 2,04
Kalimantan Barat 1,30 0,21 15,80 0,95 1,77
Kalimantan Tengah 0,69 0,20 29,38 0,38 1,22
Kalimantan Selatan 1,25 0,24 18,87 0,86 1,80
Kalimantan Timur 1,51 0,44 28,90 0,86 2,65
Kalimantan Utara 0,83 0,30 36,48 0,41 1,70
Sulawesi Utara 1,50 0,31 20,54 1,00 2,24
Sulawesi Tengah 1,36 0,23 16,62 0,98 1,88
Sulawesi Selatan 1,91 0,22 11,62 1,52 2,40
Sulawesi Tenggara 1,15 0,20 17,65 0,81 1,62
Gorontalo 2,19 0,49 22,29 1,42 3,39
Sulawesi Barat 1,71 0,46 26,92 1,01 2,89
Maluku 0,43 0,14 32,40 0,23 0,82
Maluku Utara 0,71 0,22 30,94 0,38 1,29
Papua Barat 0,73 0,17 23,43 0,46 1,15
Papua 0,52 0,10 18,42 0,36 0,75
Indonesia 1,57 0,05 3,43 1,47 1,68

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

159
Lampiran 6.14.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perdesaan yang Pernah Rawat Inap dalam
Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 1,79 0,23 12,88 1,39 2,30
Sumatera Utara 0,84 0,15 17,71 0,59 1,19
Sumatera Barat 1,03 0,21 20,21 0,69 1,53
Riau 0,73 0,18 23,96 0,46 1,17
Jambi 1,22 0,23 18,99 0,84 1,77
Sumatera Selatan 0,55 0,15 26,48 0,33 0,93
Bengkulu 1,21 0,29 24,33 0,75 1,95
Lampung 1,22 0,23 18,53 0,85 1,75
Kepulauan Bangka Belitung 1,88 0,50 26,72 1,11 3,16
Kepulauan Riau 1,09 0,45 41,26 0,49 2,44
DKI Jakarta 0,00 0,00
Jawa Barat 1,69 0,24 14,19 1,28 2,24
Jawa Tengah 2,12 0,21 10,03 1,74 2,58
DI Yogyakarta 3,55 1,19 33,60 1,82 6,78
Jawa Timur 2,14 0,24 11,25 1,71 2,66
Banten 0,13 0,08 61,72 0,04 0,42
Bali 1,18 0,36 30,12 0,65 2,13
Nusa Tenggara Barat 3,14 0,48 15,41 2,32 4,24
Nusa Tenggara Timur 1,44 0,18 12,53 1,13 1,84
Kalimantan Barat 0,90 0,18 19,98 0,61 1,33
Kalimantan Tengah 0,47 0,17 37,31 0,22 0,97
Kalimantan Selatan 0,87 0,23 26,43 0,52 1,45
Kalimantan Timur 1,61 0,49 30,16 0,89 2,90
Kalimantan Utara 1,98 0,60 30,25 1,09 3,57
Sulawesi Utara 1,93 0,36 18,87 1,33 2,79
Sulawesi Tengah 1,39 0,24 17,43 0,99 1,96
Sulawesi Selatan 2,06 0,24 11,75 1,63 2,59
Sulawesi Tenggara 1,34 0,22 16,51 0,97 1,85
Gorontalo 1,61 0,44 27,35 0,94 2,74
Sulawesi Barat 2,45 0,52 21,32 1,61 3,72
Maluku 0,33 0,13 39,49 0,15 0,71
Maluku Utara 0,90 0,21 23,39 0,57 1,43
Papua Barat 0,75 0,23 30,83 0,41 1,37
Papua 0,54 0,10 19,25 0,37 0,79
Indonesia 1,49 0,06 3,81 1,38 1,60

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

160
Lampiran 6.14.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun di Perdesaan yang Pernah Rawat Inap dalam
Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 1,67 0,18 8,90 1,24 1,96
Sumatera Utara 0,79 0,12 12,34 0,53 1,01
Sumatera Barat 1,24 0,21 11,91 1,09 1,92
Riau 1,02 0,25 15,19 0,89 1,87
Jambi 1,17 0,23 13,83 0,75 1,66
Sumatera Selatan 0,70 0,17 16,37 0,56 1,23
Bengkulu 1,14 0,26 17,16 0,66 1,71
Lampung 1,26 0,20 12,02 0,96 1,77
Kepulauan Bangka Belitung 1,78 0,43 18,37 1,03 2,77
Kepulauan Riau 0,91 0,38 33,90 0,28 2,00
DKI Jakarta 0,00 0,00
Jawa Barat 1,76 0,24 9,70 1,41 2,36
Jawa Tengah 2,16 0,21 6,86 1,83 2,65
DI Yogyakarta 2,96 0,85 24,67 1,19 4,77
Jawa Timur 2,13 0,21 7,47 1,75 2,57
Banten 0,32 0,18 30,56 0,26 1,00
Bali 1,88 0,54 17,43 1,69 3,87
Nusa Tenggara Barat 3,40 0,51 10,50 2,76 4,80
Nusa Tenggara Timur 1,55 0,17 8,27 1,35 2,04
Kalimantan Barat 1,11 0,21 12,49 0,95 1,77
Kalimantan Tengah 0,58 0,20 23,03 0,38 1,22
Kalimantan Selatan 1,06 0,24 16,38 0,86 1,80
Kalimantan Timur 1,56 0,44 20,83 0,86 2,65
Kalimantan Utara 1,38 0,30 23,77 0,41 1,70
Sulawesi Utara 1,71 0,31 14,06 1,00 2,24
Sulawesi Tengah 1,38 0,23 12,01 0,98 1,88
Sulawesi Selatan 1,98 0,22 8,36 1,52 2,40
Sulawesi Tenggara 1,24 0,20 12,40 0,81 1,62
Gorontalo 1,91 0,49 17,71 1,42 3,39
Sulawesi Barat 2,07 0,46 17,85 1,01 2,89
Maluku 0,38 0,14 25,04 0,23 0,82
Maluku Utara 0,80 0,22 18,92 0,38 1,29
Papua Barat 0,74 0,17 19,20 0,46 1,15
Papua 0,53 0,10 14,14 0,36 0,75
Indonesia 1,53 0,04 2,57 1,46 1,61

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

161
Lampiran 6.14.3
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Rawat Inap
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 1,77 0,17 9,75 1,46 2,14
Sumatera Utara 1,10 0,13 11,78 0,88 1,39
Sumatera Barat 1,62 0,20 12,59 1,26 2,07
Riau 1,37 0,20 14,49 1,03 1,82
Jambi 1,04 0,20 19,37 0,71 1,52
Sumatera Selatan 0,95 0,14 14,50 0,72 1,27
Bengkulu 1,31 0,23 17,37 0,93 1,84
Lampung 1,60 0,21 13,09 1,24 2,07
Kepulauan Bangka Belitung 1,95 0,39 19,89 1,32 2,88
Kepulauan Riau 1,79 0,45 25,14 1,09 2,92
DKI Jakarta 2,17 0,37 17,06 1,55 3,03
Jawa Barat 2,16 0,17 7,74 1,86 2,52
Jawa Tengah 2,57 0,16 6,21 2,28 2,91
DI Yogyakarta 4,35 0,64 14,68 3,25 5,79
Jawa Timur 2,41 0,16 6,51 2,12 2,74
Banten 1,51 0,24 15,95 1,10 2,06
Bali 2,30 0,33 14,13 1,74 3,03
Nusa Tenggara Barat 3,30 0,37 11,18 2,65 4,11
Nusa Tenggara Timur 2,27 0,22 9,71 1,88 2,75
Kalimantan Barat 1,54 0,22 14,10 1,17 2,03
Kalimantan Tengah 1,11 0,22 19,83 0,75 1,63
Kalimantan Selatan 1,28 0,19 14,76 0,96 1,71
Kalimantan Timur 2,17 0,34 15,63 1,59 2,94
Kalimantan Utara 1,96 0,44 22,41 1,26 3,03
Sulawesi Utara 1,74 0,27 15,38 1,29 2,35
Sulawesi Tengah 2,08 0,28 13,33 1,60 2,70
Sulawesi Selatan 1,99 0,20 9,82 1,64 2,42
Sulawesi Tenggara 1,81 0,27 15,10 1,34 2,43
Gorontalo 3,07 0,50 16,26 2,23 4,21
Sulawesi Barat 2,01 0,42 20,95 1,33 3,03
Maluku 0,71 0,22 31,45 0,38 1,31
Maluku Utara 1,17 0,25 21,51 0,77 1,78
Papua Barat 1,15 0,23 20,40 0,77 1,71
Papua 0,75 0,12 16,01 0,55 1,02
Indonesia 1,98 0,05 2,57 1,88 2,08

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

162
Lampiran 6.14.3 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Rawat Inap
dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 1,99 0,20 10,07 1,63 2,43
Sumatera Utara 1,20 0,16 13,14 0,93 1,55
Sumatera Barat 1,45 0,21 14,30 1,09 1,92
Riau 1,38 0,21 15,15 1,03 1,86
Jambi 1,55 0,27 17,48 1,10 2,19
Sumatera Selatan 0,97 0,19 19,48 0,66 1,42
Bengkulu 1,55 0,32 20,75 1,03 2,33
Lampung 2,01 0,27 13,49 1,54 2,61
Kepulauan Bangka Belitung 1,99 0,39 19,78 1,35 2,93
Kepulauan Riau 1,39 0,41 29,85 0,77 2,48
DKI Jakarta 2,04 0,33 16,39 1,48 2,81
Jawa Barat 1,73 0,16 9,01 1,45 2,06
Jawa Tengah 2,28 0,15 6,78 1,99 2,60
DI Yogyakarta 3,78 0,61 16,07 2,75 5,16
Jawa Timur 2,15 0,16 7,32 1,86 2,48
Banten 0,92 0,18 19,58 0,63 1,35
Bali 1,89 0,31 16,26 1,37 2,60
Nusa Tenggara Barat 2,97 0,37 12,51 2,32 3,79
Nusa Tenggara Timur 1,95 0,22 11,14 1,57 2,43
Kalimantan Barat 1,23 0,20 16,44 0,89 1,70
Kalimantan Tengah 0,76 0,20 26,48 0,45 1,28
Kalimantan Selatan 1,09 0,22 20,53 0,73 1,63
Kalimantan Timur 1,74 0,29 16,78 1,25 2,42
Kalimantan Utara 2,40 0,52 21,74 1,57 3,67
Sulawesi Utara 2,12 0,31 14,47 1,59 2,81
Sulawesi Tengah 1,69 0,28 16,54 1,22 2,34
Sulawesi Selatan 2,22 0,21 9,48 1,84 2,67
Sulawesi Tenggara 1,42 0,20 14,20 1,07 1,87
Gorontalo 2,54 0,44 17,35 1,81 3,56
Sulawesi Barat 2,31 0,43 18,85 1,59 3,33
Maluku 0,78 0,21 27,18 0,46 1,33
Maluku Utara 1,47 0,27 18,46 1,02 2,10
Papua Barat 1,37 0,31 22,94 0,87 2,15
Papua 0,83 0,16 18,91 0,57 1,20
Indonesia 1,78 0,05 2,76 1,69 1,88

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

163
Lampiran 6.15
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Tempat Rawat Inap, 2022
Klinik/
Praktik Pengobatan
Tipe RS RS Praktik Puskesmas/ Tempat
Dokter/ Tradisional/
Daerah Pemerintah Swasta Dokter Pustu lainnya
Bidan Alternatif
Bersama
Perkotaan 34,74 49,87 3,89 5,37 6,39 0,14 0,25
Perdesaan 37,48 28,43 3,17 9,60 22,91 0,17 0,53
Perkotaan + Perdesaan 35,71 42,31 3,64 6,86 12,21 0,15 0,34
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

Lampiran 6.16
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2022
BPJS
BPJS
Kesehatan
Tipe Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Penerima Jamkesda
Daerah Non-PBI/ Swasta Kantor punya
Bantuan
Mandiri
Iuran (PBI)
Perkotaan 26,49 34,67 2,34 2,11 4,95 29,80
Perdesaan 35,02 14,60 3,80 0,20 1,32 45,34
Perkotaan + Perdesaan 29,49 27,59 2,86 1,44 3,67 35,28

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

Lampiran 6.17
Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir
menurut Jenis Kelamin dan Jaminan Kesehatan yang Digunakan, 2022
BPJS
BPJS
Kesehatan
Jenis Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Penerima Jamkesda
Kelamin Non-PBI/ Swasta Kantor punya
Bantuan
Mandiri
Iuran (PBI)
Laki-laki 29,14 27,92 2,66 1,35 4,00 35,42
Perempuan 29,90 27,21 3,08 1,54 3,29 35,11
Laki-laki + Perempuan 29,49 27,59 2,86 1,44 3,67 35,28

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

164
Lampiran 6.18
Persentase Anak Usia 5-17 Tahun yang Merokok
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022

Tipe Daerah Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan


Perkotaan 2,22 0,07 1,17
Perdesaan 3,45 0,14 1,84
Perkotaan + Perdesaan 2,76 0,10 1,47

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

Lampiran 6.19
Persentase Anak Usia 5-17 Tahun yang Merokok menurut provinsi,
Tipe Daerah dan Batang Rokok yang Dihisap per Minggu, 2022

Tipe Daerah 1-6 Batang 7-14 Batang 15-29 Batang 30-59 Batang ≥ 60 Batang
Perkotaan 2,52 14,20 22,49 29,18 31,61
Perdesaan 1,18 10,36 18,45 27,65 42,36
Perkotaan + Perdesaan 1,79 12,10 20,28 28,34 37,49

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

165
bab 7 pendIDIKAN
APS PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN
MENURUT TIPE DAERAH/JENIS KELAMIN DAN
KELOMPOK UMUR TAHUN 2022

PROVINSI TIPE JENIS


TOTAL
DENGAN APS TERENDAH DAERAH KELAMIN

Sulawesi 99,33% 98,98%


Papua Papua
Barat Tengah 99,10%

98,80% 99,23%
98,27% 98,22% 84,35% 7-12 Tahun

Sulawesi 96,88% 95,26%


Gorontalo Papua
Barat
95,92%

94,66% 96,62%
91,83% 89,39% 81,66% 13-15 Tahun

Kep. Bangka Kalimantan 71,63%


Papua 75,96%
Belitung Tengah
73,15%

68,42% 66,32% 65,93% 16-18 Tahun 69,43% 74,75%

PERSENTASE ANAK UMUR 5-17 TAHUN YANG MELEK HURUF


MENURUT TIPE DAERAH DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

93,39 91,25 92,46

92,81 93,10 90,68 90,96 91,88 92,17

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Provinsi
dengan AMH Terendah
Papua(80,22%) Sulawesi Barat (86,62%) NTB (87,56%)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

KemenPPPA Profil Anak Indonesia 2023


Over v ie w
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
bahwa pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam
Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Hal ini sejalan dengan Pasal 28 Konvensi Hak Anak
yang menyebutkan bahwa,

“Tiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan dasar perlu
tersedia gratis, pendidikan menengah dapat diakses, dan anak didorong menempuh pendidikan
hingga ke tingkat tertinggi yang dimungkinkan. Disiplin yang diterapkan sekolah-sekolah
haruslah tetap menghormati hak dan martabat anak.”

Amanah Undang-Undang menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis pendidikan yang berlaku
di Indonesia, yaitu pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal bertujuan untuk
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dari pendidikan formal, baik yang sudah diajarkan
maupun yang tidak diajarkan. Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang
ditunjuk pemerintah atau lembaga swasta seperti Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), TPA,
Taman Penitipan Al-Quran, Sekolah Minggu dan lainnya. Sementara itu, pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal biasanya berlangsung di
tengah keluarga dan lingkungan sekitar, seperti pasar, terminal, dan tempat-tempat umum
lainnya di dalam masyarakat yang dapat berlangsung setiap hari tanpa ada batas waktu. Akan
tetapi, pembahasan pada Bab ini akan terfokus pada pendidikan formal. Pendidikan formal
ditinjau berdasarkan aspek Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM)
dan Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Melek Huruf, Angka Putus Sekolah, serta Program
Indonesia Pintar (PIP).

7.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah perbandingan/proporsi antara
jumlah penduduk Indonesia pada kelompok usia tertentu yang bersekolah pada
berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai.

167
7.1.1. Tren APS Penduduk Umur 7-12, 13-15, dan 16-18 Tahun (2018-2022)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk umur 7-12, 13-15, dan 16-18 tahun
menunjukkan proporsi dari penduduk pada kelompok umur 7-12, 13-15, dan 16-18 tahun
yang sedang bersekolah (tanpa memandang jenjang pendidikan yang ditempuh), terhadap
penduduk kelompok usia sekolah yang bersesuaian. Sejak tahun 2007, Angka Partisipasi
Sekolah juga memperhitungkan Pendidikan Non-Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C).
Tren APS penduduk umur 7-12, 13-15, dan 16-18 tahun dipresentasikan pada Gambar 7.1.

7-12 tahun 13-15 16-18

99,22 99,24 99,26 99,19 99,10

95,36 95,51 95,74 95,99 95,92

81,2

72,36 72,72 73,09 73,15

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 7.1 Tren APS Penduduk Umur 7-12, 13-15, dan 16-18 Tahun (2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018-2022, BPS

Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2018 sampai dengan 2022), tren APS
untuk tiga kelompok umur yaitu: 1) Pada kelompok umur 7-12 tahun, APS meningkat sejak
tahun 2018 hingga 2020, dan mengalami penurunan di tahun 2021 dan tahun 2022. 2) Pada
kelompok umur 13-15 tahun, APS menunjukkan peningkatan sejak tahun 2018 hingga tahun
2022. 3) Pada kelompok umur 16-18 tahun, APS mengalami penurunan sejak tahun 2018
hingga 2020. Akan tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2021. Peningkatan kembali
terjadi pada tahun 2022, sehingga APS menjadi sebesar 73,15 persen.

168
APS yang berfluktuasi pada masing-masing kelompok umur dapat terjadi karena
berbagai faktor. Hasil penelitian menemukan bahwa banyaknya rasio guru terhadap murid,
tingkat kemiskinan, dan pendapatan per kapita adalah faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap APS (Elfarabi, 2018). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio guru terhadap
murid yang tidak proporsional diiringi dengan faktor tingkat kemiskinan yang tinggi, serta
rendahnya pendapatan per kapita akan memicu rendahnya APS pada setiap jenjang pendidikan.

APS yang rendah tidak terlepas dari keputusan orang tua untuk tidak menyekolahkan
anaknya yang masih usia sekolah. Akibat rendahnya kapasitas orang tua untuk menyediakan
pemenuhan kebutuhan finansial, banyak orang tua yang memutuskan untuk tidak
menyekolahkan anaknya. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa
Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) per kapita berpengaruh terhadap APS dan memiliki
koefisien positif (Virdam & Ariani, 2023). Artinya, semakin besar produksi masyarakat dalam
sektor ekonomi di wilayahnya mengakibatkan penghasilan yang diperoleh masyarakat semakin
tinggi. Hal ini tentu saja akan semakin memudahkan masyarakat untuk memiliki kapasitas
dalam mengakses fasilitas pendidikan. Dengan kondisi yang ideal, APS pada wilayah tersebut
dapat meningkat.

Sebaliknya, tingkat kemiskinan berpengaruh negatif terhadap APS. Hal ini


mengindikasikan bahwa tingkat kemiskinan masyarakat yang tinggi menyulitkan mereka
dalam membiayai kebutuhan pendidikan. Kondisi demikian tentunya akan berpengaruh pada
rendahnya APS. Faktor lainnya yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah faktor fasilitas.
Jumlah sekolah memiliki berpengaruh terhadap APS dengan koefisien positif. Hal ini dapat
dimaknai bahwa pertambahan dan persebaran jumlah sekolah yang merata akan memudahkan
masyarakat dalam mengakses fasilitas pendidikan, sehingga memicu meningkatnya APS.

7.1.2. APS Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan
Kelompok Umur
APS penduduk umur 7-18 tahun menurut tipe daerah, jenis kelamin dan kelompok
umur pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 7.2. Berdasarkan tipe daerah, anak-anak yang
tinggal di perkotaan memiliki APS lebih tinggi jika dibandingkan anak-anak yang tinggal di
perdesaan, untuk tiga kelompok umur berbeda (7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun).
Hasil ini menunjukkan kondisi yang sama dengan yang terjadi pada tahun 2021. Hal ini
diprediksi disebabkan oleh layanan pendidikan di perkotaan yang lebih baik dibandingkan
perdesaan. Selain itu, tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan yang lebih tinggi dapat menjadi
salah satu penyebab rendahnya APS di wilayah perdesaan jika dibandingkan dengan APS di
wilayah perkotaan (Ayuningtyas, 2021); (Tanjung, et al., 2023).

169
Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin, APS anak perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan anak laki-laki untuk tiga kelompok umur berbeda (7-12 tahun, 13-15
tahun, dan 16-18 tahun). Capaian ini mengindikasikan bahwa proses pelibatan anak perempuan
di sektor publik semakin tinggi. Selaras dengan tujuan ke lima dari 17 tujuan Sustainable
Development Goals (SDGs), yakni Kesetaraan gender, persentase APS yang tinggi pada anak
perempuan menunjukkan bahwa kesetaraan gender di wilayah pendidikan sudah tercapai.

Ditinjau secara keseluruhan, terjadi penurunan APS dari anak umur 7-12 tahun
(99,10) ke APS anak umur 13-15 tahun (95,92), serta menurun kembali pada kelompok umur
16-18 tahun (73,15). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia anak, APS
semakin menurun. Sehingga diperlukan strategi pemerintah serta dukungan dari berbagai
pihak untuk bekerja sama dalam peningkatan APS hingga ke jenjang sekolah menengah dengan
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi APS sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya (rasio guru terhadap murid, pendapatan per kapita, tingkat kemiskinan, dan
jumlah sekolah). Dengan demikian, penyediaan hak pendidikan bagi anak dapat dilakukan
dengan lebih holistik dan terintegrasi.

99,33 96,88 98,80 98,98 99,23 96,62 99,10 95,92


94,66 94,66
75,96 74,75 73,15
69,43 69,43

Perkotaan Perdesaan Laki-Laki Perempuan


Tipe Daerah Jenis Kelamin Total

7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun

Gambar 7.2 APS Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

7.1.3. APS Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Provinsi dan Kelompok Umur
Hasil analisis APS penduduk umur 7-18 tahun menurut provinsi dan kelompok
umur dipresentasikan pada Lampiran 7.1. Ditinjau berdasarkan provinsi, APS mengalami
penurunan seiring meningkatnya usia anak. APS tertinggi dicapai oleh provinsi berikut, yaitu:

170
• Provinsi Riau untuk kelompok umur 7-12 tahun (99,61).
• Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY ) untuk kelompok
umur 13-15 tahun (masing-masing sebesar 99,01).
• Provinsi DIY untuk kelompok umur 16-18 tahun (89,95).

Di sisi lain, APS terendah untuk ketiga kelompok umur berada di Provinsi Papua
dengan nilai masing-masing sebesar 84,35 (kelompok umur 7-12 tahun), 81,66 (kelompok
umur 13-15 tahun), dan 65,93 (kelompok umur 16-18 tahun). APS kelompok umur 13-15
tahun dan 16-18 tahun di Provinsi Papua tahun 2022 telah lebih tinggi dibandingkan APS
tahun 2021.

Meski terjadi peningkatan APS di Provinsi Papua, perhatian dari berbagai pihak
terhadap akses pendidikan di wilayah Papua masih diperlukan. Hal ini penting untuk
mendukung proses pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Hasil kajian
menjelaskan bahwa adanya selisih APS antar provinsi adalah indikasi bahwa masih belum
meratanya akses pendidikan di Indonesia (Tisrinasari et.al, 2020).

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah dan pihak terkait untuk
memperbaiki kondisi di Provinsi Papua yang mempengaruhi rendahnya APS. Faktor-faktor
yang perlu menjadi perhatian diantaranya yaitu kondisi infrastruktur dan sarana prasarana
pendidikan yang masih rendah, banyaknya daerah terpencil dan sulit dijangkau, kondisi
ekonomi, serta masih adanya keputusan orang tua untuk tidak menyekolahkan anak karena
kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan anak (Lake & Utami, 2022).

7.2. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Pembahasan partisipasi sekolah anak, indikator yang juga digunakan selain Angka Partisipasi
Sekolah (APS) adalah Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). APM adalah
proporsi dari penduduk kelompok usia tertentu yang sedang bersekolah tepat di jenjang pendidikan
yang seharusnya (sesuai antara umur penduduk dengan ketentuan usia bersekolah di jenjang tersebut)
terhadap penduduk kelompok usia sekolah yang bersesuaian. Sementara APK adalah perbandingan
antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang pendidikan tertentu (tanpa memandang
usia penduduk tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia
sekolah di jenjang pendidikan yang sama.

7.2.1. Tren APM dan APK SD, SMP, SMA Penduduk Umur 7-18 Tahun (2018-
2022)
Tren APM dan APK penduduk umur 7-18 tahun pada jenjang Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) selama lima tahun

171
terakhir, yaitu tahun 2018 sampai dengan 2022 disajikan pada Tabel 7.1.

APM APK
Tahun SD/ SMP/ SMA/ SD/ SMP/ SMA/

Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat


2018 97,58 78,84 60,67 108,61 91,52 80,68
2019 97,64 79,40 60,84 107,46 90,57 83,98
2020 97,69 80,12 61,25 106,32 92,06 84,53
2021 97,80 80,59 61,65 106,20 92,80 85,23
2022 97,88 80,89 61,97 106,27 92,11 85,49

Tabel 7.1 Tren APM dan APK SD, SMP, SMA Penduduk Umur 7-18 Tahun (2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018-2022, BPS

Selama periode lima tahun terakhir (2018-2022), terjadi fluktuasi pada APM dan APK
untuk penduduk umur 7-18 tahun berdasarkan jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA).

1. Angka Partisipasi Murni (APM)

» Pada jenjang SD/sederajat, terjadi peningkatan APM sebesar 0,30 persen dari tahun
2018 sampai dengan 2022.
» Pada jenjang SMP/sederajat, terjadi peningkatan APM sebesar 2,05 persen dari
tahun 2018 sampai dengan 2022.
» Pada jenjang SMA/sederajat, terjadi peningkatan APM sebesar 1,3 persen dari tahun
2018 sampai dengan 2022.

2. Angka Partisipasi Kasar (APK)

» Pada jenjang SD/sederajat, terjadi penurunan APK sebesar 2,41 persen sejak tahun
2018 sampai dengan 2021. Lalu APK meningkat sebesar 0,07 persen di tahun 2022.
» Pada jenjang SMP/sederajat, terjadi penurunan dan peningkatan APK. Pada tahun
2018 APK sebesar 91,52 persen dan menjadi sebesar 92,11 persen di tahun 2022.
» Pada jenjang SMA/sederajat, terjadi peningkatan APK sebesar 4,81 persen dari
tahun 2018 sampai dengan 2022.

APM digunakan untuk mengetahui jumlah anak usia sekolah yang bersekolah pada
jenjang yang sesuai. Sehingga, APM yang semakin tinggi, mengindikasikan semakin banyaknya
anak usia sekolah yang bersekolah sesuai usia resmi di jenjang pendidikan tertentu. Sementara
itu, APK digunakan untuk mengetahui jumlah siswa yang bersekolah pada jenjang pendidikan
tertentu. Sehingga, APK yang semakin tinggi, mengindikasikan semakin banyak anak usia

172
sekolah yang bersekolah di jenjang pendidikan tertentu atau banyak anak di luar usia sekolah
(Sistem Informasi Kemendikbud, 2023).

Tren APM dan APK yang mengalami fluktuasi pada tahun 2018 sampai dengan
2022 diprediksi karena kondisi tingkat partisipasi masyarakat, khususnya orang tua dalam
menjalankan kewajibannya untuk memasukkan anak ke sekolah. Hal ini didukung dengan
data yang menunjukkan bahwa seiring meningkatnya jenjang pendidikan (dari SD/sederajat
ke SMA/sederajat), terjadi penurunan APM dan APK pada tahun 2018 sampai dengan 2022.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa terjadi penurunan jumlah anak yang melanjutkan
sekolah ke jenjang berikutnya atau semakin bertambahnya jumlah anak yang mengalami
putus sekolah.

7.2.2. APM Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan
Jenjang Pendidikan
Berdasarkan tipe daerah, APM anak umur 7-18 tahun di perkotaan lebih tinggi
dibandingkan anak di perdesaan, untuk seluruh jenjang pendidikan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kemudahan dalam mengakses pendidikan lebih dirasakan oleh
penduduk di perkotaan, dibandingkan di perdesaan. Di sisi lain, ditinjau berdasarkan jenis
kelamin, APM anak umur 7-18 tahun berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan
anak laki-laki, untuk seluruh jenjang pendidikan. Hasil analisis APM Penduduk Umur 7-18
tahun menurut tipe daerah, jenis kelamin dan jenjang pendidikan secara lengkap disajikan
pada Tabel 7.2

Tipe Daerah Jenis Kelamin


Jenjang Pendidikan Total
Perkotaan Perdesaan Laki-Laki Perempuan
SD/Sederajat 98,07 97,62 97,87 97,88 97,88
SMP/Sederajat 82,57 78,70 80,16 81,67 80,89
SMA/Sederajat 64,75 58,29 60,30 63,73 61,97

Tabel 7.2 APM Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan
Jenjang Pendidikan Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Data yang menunjukkan bahwa anak umur 7-18 tahun di perkotaan serta anak umur
7-18 tahun berjenis kelamin perempuan memiliki APM lebih tinggi dapat dikaitkan dengan
hasil penelitian (Perdana, 2015) yang menemukan bahwa faktor jenis kelamin, khususnya
anak perempuan, wilayah tempat tinggal di perkotaan, latar belakang pendidikan ibu pada
jenjang pendidikan menengah dan tinggi, jarak ke sekolah yang dekat, usia pernikahan orang

173
tua pada masa produktif, pendapatan per kapita rumah tangga yang semakin besar, serta
jumlah anggota rumah tangga yang semakin kecil dapat berpengaruh positif terhadap peluang
bersekolah atau partisipasi anak umur 7-18 tahun untuk bersekolah.

7.2.3. APM Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Provinsi dan Jenjang
Pendidikan
Tren APM penduduk umur 7-18 tahun menurut provinsi dan jenjang pendidikan
pada tahun 2022 secara lengkap dipresentasikan pada Lampiran 7.2. Secara nasional, APM
untuk jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat mengalami peningkatan dari
tahun 2021. APM SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat pada tahun 2022 berturut-
turut sebesar (97,88); (80,89); dan (61,97). Baik secara nasional maupun ditinjau untuk tiap
provinsi, belum terdapat APM yang mencapai 100 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak semua anak umur 7-18 tahun di seluruh provinsi yang ada di Indonesia bersekolah
sesuai dengan jenjangnya.

APM tertinggi untuk jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat


pada tahun 2022 menunjukkan kondisi yang sama dengan tahun sebelumnya. Secara
berurutan, APM tertinggi untuk jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat
berada di Provinsi DIY (99,43), Provinsi Aceh (88,21), dan Provinsi Bali (74,73). Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah setempat dan seluruh pihak terkait berhasil
mempertahankan kondisi dimana anak yang bersekolah SD/sederajat di Provinsi DIY, SMP/
sederajat di Provinsi Aceh, dan SMA/sederajat di Provinsi Bali hampir seluruhnya telah sesuai
dengan kelompok umur yang seharusnya.

Di sisi lain, APM terendah untuk jenjang SD/sederajat (81,66), SMP/sederajat (59,14),
dan SMA/sederajat (47,63) pada tahun 2022 berada di Provinsi Papua. Sejalan dengan uraian
sebelumnya terkait dengan APS, kondisi yang terjadi di Provinsi Papua mengindikasikan
bahwa akses pendidikan bagi anak di wilayah tersebut masih belum optimal.

7.2.4. APK Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan
Jenjang Pendidikan
Hasil analisis APK penduduk umur 7-18 tahun menurut tipe daerah, jenis kelamin
dan jenjang pendidikan pada tahun 2022 disajikan pada Tabel 7.3. Data menunjukkan bahwa
APK memiliki pola yang sama dengan APM, yaitu dengan semakin meningkatnya jenjang
pendidikan dari SD/sederajat ke SMA/sederajat, maka APK akan semakin menurun.

174
Tipe Daerah Jenis Kelamin
Jenjang Pendidikan Total
Perkotaan Perdesaan Laki-Laki Perempuan
SD/Sederajat 105,49 107,28 106,50 106,02 106,27
SMP/Sederajat 92,05 92,19 91,78 92,47 92,11
SMA/Sederajat 88,70 81,23 83,24 87,85 85,49

Tabel 7.3 APK Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan
Jenjang Pendidikan Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

APK menggambarkan tingkat partisipasi sekolah, tanpa melihat “ketepatan umur


sekolah” pada jenjang pendidikannya. APK Indonesia SD/sederajat, SMP/sederajat, dan
SMA/sederajat, berturut-turut sebesar (106,27); (92,11); dan (85,49). Berdasarkan tipe daerah,
APK jenjang SD/sederajat (107,28) dan SMP/sederajat (92,19) di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan perkotaan. Sedangkan untuk jenjang SMA/sederajat, APK perkotaan (88,70)
lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Capaian APK SD/sederajat dan SMP/ sederajat yang
lebih tinggi di wilayah perdesaan dibandingkan perkotaan mengindikasikan bahwa telah ada
peningkatan perhatian masyarakat di perdesaan untuk mengikuti pendidikan baik di tingkat
dasar maupun pendidikan tingkat menengah.

Sementara, apabila ditinjau berdasarkan jenis kelamin, anak perempuan memiliki


APK yang lebih tinggi pada jenjang SMP/sederajat (92,47) dan SMA/sederajat (87,85).
Sedangkan anak laki-laki memiliki APK lebih tinggi untuk jenjang SD/sederajat (106,50).
Hasil ini menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki peluang bersekolah lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki. Meskipun capaian APK telah menunjukkan bahwa kesetaraan
gender sebagai tujuan kelima dari SDGs telah tercapai, namun perlu kajian lebih lanjut terkait
faktor-faktor yang menyebabkan anak laki-laki banyak yang tidak melanjutkan pendidikan ke
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Dengan demikian, diharapkan
akses pendidikan yang merata bagi setiap anak dapat tercapai.

7.3. Angka Melek Huruf


Badan Pusat Statistik mendefinisikan Angka Melek Huruf sebagai proporsi penduduk pada
kelompok usia tertentu yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya (tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya) terhadap penduduk dengan kelompok usia
yang sama. Angka Melek Huruf penting untuk diketahui karena berfungsi untuk melihat pencapaian
indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu daerah, yaitu melihat sejauh mana penduduk suatu
daerah terbuka terhadap pengetahuan. Hal ini karena membaca merupakan dasar utama dalam

175
memperluas ilmu pengetahuan.

7.3.1. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf Menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin
Angka melek huruf yang dijelaskan pada sub bab ini adalah banyaknya anak berumur
5-17 tahun yang dapat membaca dan menulis yang dinyatakan dalam bentuk persen. Persentase
anak umur 5-17 tahun yang melek huruf menurut tipe daerah dan jenis kelamin disajikan
pada Gambar 7.3. Data menunjukkan bahwa angka melek huruf di Indonesia belum mencapai
100 persen. Sehingga dapat dimaknai bahwa meskipun lahir dan tumbuh di era digital, belum
seluruh anak berumur 5-17 tahun dapat membaca dan menulis.

Berdasarkan tipe daerah, Angka Melek Huruf anak di perkotaan (93,10 persen) lebih
tinggi dibandingkan anak di perdesaan (90,96 persen). Adanya perbedaan Angka Melek Huruf
antara anak di perkotaan dan di perdesaan mengindikasikan masih adanya ketidakmerataan
pendidikan di Indonesia (Suncaka, 2023). Selaras dengan hasil penelitian (Sianipar & Maulia,
2023) yang menemukan bahwa sarana dan prasarana pendidikan di perkotaan sudah sangat
maju, didukung dengan jumlah dan kualitas tenaga pendidik yang mendukung.

Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin, Angka Melek Huruf anak perempuan
(92,46 persen) lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki (91,88 persen). Kondisi tersebut
sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh Voyer & Voyer (2014) dan Petersen (2018)
yang menemukan bahwa prestasi pendidikan secara keseluruhan pada perempuan lebih baik
dibandingkan dengan laki-laki.

Hal ini menunjukkan pola yang sama dengan APM dan APK. Dengan demikian,
upaya yang lebih intensif masih diperlukan untuk membebaskan seluruh anak dari buta huruf
sehingga target angka melek huruf 100 persen dapat dicapai.

176
93,39
93,10
92,81
92,46
92,17
91,88
91,25
90,96
90,68

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + perempuan

Gambar 7.3 Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf Menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

7.3.2. Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf Menurut Provinsi
Persentase anak umur 5-17 tahun yang melek huruf menurut provinsi disajikan
pada Gambar 7.4. Secara nasional, persentase anak umur 5-17 tahun yang melek huruf
adalah sebesar 92,17 persen. Provinsi dengan Angka Melek Huruf tertinggi adalah Provinsi
DKI Jakarta (94,70 persen). Sementara provinsi dengan Angka Melek Huruf terendah adalah
Provinsi Papua (80,22 persen). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat anak umur 5-17
yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf lain dan huruf lainnya (buta
huruf), yaitu secara nasional (7,83 persen), di Provinsi DKI Jakarta (5,30 persen), serta di
Provinsi Papua (19,78 persen). Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
kondisi buta huruf pada anak, yaitu (Lubis, et.al, 2022):

1. Orang tua yang acuh terhadap pendidikan anak;

2. Tidak adanya bimbingan dari pihak guru;

3. Lingkungan tempat tinggal yang tidak peduli terhadap pendidikan; serta

4. Kondisi ekonomi keluarga yang berkaitan dengan pemenuhan gizi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, termasuk otak

Dengan demikian, meskipun Angka Melek Huruf secara nasional di Indonesia sudah
mencapai lebih dari 90 persen, namun masih diperlukan strategi dan kolaborasi berbagai pihak
di tiap daerah guna menjadikan Angka Melek Huruf mencapai 100 persen. Pencapaian Angka
Melek Huruf pada anak adalah salah satu kunci keberhasilan sistem pendidikan nasional

177
bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia secara holistik. Selain itu, tinggi rendahnya
persentase penduduk yang melek huruf dapat menjadi tolok ukur bagaimana pemerataan
kesejahteraan sosial di suatu daerah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Angka Melek Huruf berpengaruh negatif


signifikan terhadap kemiskinan (Lavenia, Mandai, & Lutfi, 2023). Hal ini berarti bahwa
apabila Angka Melek Huruf di suatu wilayah berkurang, maka dengan demikian akan terjadi
penurunan kemiskinan pada wilayah tersebut. Hasil penelitian ini dikonfirmasi oleh penelitian
lain yang menemukan bahwa Angka Melek Huruf dan rata-rata lama sekolah berpengaruh
signifikan mengurangi kemiskinan (Nizar & Nasution, 2023).

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa perbedaan rata-rata Angka Melek
Huruf antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa juga berpengaruh signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut. Ketidakmerataan pendidikan yang
dapat memicu tidak meratanya pendapatan dapat dipicu oleh faktor-faktor berikut, yaitu
(Zulkarnaen & Handoyo, 2019): 1) Rendahnya sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan
guru, prestasi siswa, dan kecocokan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja; 2) Kurangnya
pemerataan akses dan/ atau sarana pendidikan ke seluruh pelosok desa; serta 3) Mahalnya
biaya pendidikan. Oleh karena itu, perlu strategi yang lebih komprehensif baik bagi pemerintah
pusat maupun daerah untuk meminimalisasi ketidakmerataan kualitas pendidikan di seluruh
wilayah Indonesia dengan mengimplementasikan strategi dalam menanggulangi beragam
tantangan yang ada.

178
DKI Jakarta 94,70
Kepulauan Riau 94,41
Jawa Timur 93,97
Kalimantan Tengah 93,73
Kepulauan Bangka Belitung 93,47
Jawa Barat 93,44
Maluku 93,39
Banten 92,72
Jawa Tengah 92,71
Sumatera Utara 92,61
Sumatera Selatan 92,43
Sulawesi Utara 92,42
Jambi 92,31
Bengkulu 92,19
Bali 92,18
Indonesia 92,17
Kalimantan Utara 92,16
Riau 92,04
Kalimantan Timur 91,92
DI Yogyakarta 91,64
Lampung 91,32
Maluku Utara 90,90
Kalimantan Barat 90,82
Sumatera Barat 90,75
Sulawesi Tengah 90,51
Sulawesi Selatan 90,21
Aceh 89,89
Nusa Tenggara Timur 89,81
Gorontalo 89,54
Kalimantan Selatan 89,30
Papua Barat 88,46
Sulawesi Tenggara 88,09
Nusa Tenggara Barat 87,56
Sulawesi Barat 86,62
Papua 80,22

Gambar 7.4 Persentase Anak Umum 5-17 Tahun yang Melek Huruf Menurut Provinsi Tahun
2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

179
7.4. Angka Putus Sekolah
Angka Putus Sekolah adalah persentase anak yang berhenti sekolah sebelum tamat pada suatu
jenjang pendidikan, baik itu di tingkat SD/sederajat, SMP/sederajat, atau SMA/ sederajat. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan, terjadinya anak putus sekolah disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: (Ife, 2008); (Amaliah, 2015); (Cahyani, Suciptawati, & Sukarsa, 2019); (Hakim, 2020):

1. Rendahnya tingkat pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan anak yang selanjutnya
memicu rendahnya perhatian dan partisipasi orang tua untuk menyekolahkan anak.
2. Kemauan dan minat anak untuk sekolah kurang.
3. Perasaan sulit untuk mengikuti pelajaran di sekolah dalam diri anak.
4. Tekanan ekonomi yang ada dalam keluarga.
5. Perhatian dari tetangga dan lingkungan sekitar yang cenderung kurang.

7.4.1. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun Putus Sekolah Menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan
Persentase anak berumur 7-17 tahun yang putus sekolah menurut tipe daerah,
jenis kelamin, dan jenjang pendidikan pada tahun 2022 disajikan pada Tabel 7.4.

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Tipe Daerah
SD/ SMP/ SMA/ SD/ SMP/ SMA/ SD/ SMP/ SMA/
Sederajat Sederajat Sederajat
Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat

Perkotaan 0,10 1,04 1,48 0,07 0,61 1,08 0,09 0,83 1,28
Perdesaan 0,20 1,64 1,71 0,17 1,08 1,35 0,19 1,37 1,53
Perkotaan
0,14 1,30 1,57 0,12 0,81 1,19 0,13 1,06 1,38
+ Perdesaan

Tabel 7.4 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Putus Sekolah Menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR, BPS 2022

180
Data menunjukkan bahwa:

1. Berdasarkan tipe daerah, Angka Putus Sekolah anak di perkotaan pada jenjang SD/sederajat
(0,09), SMP/sederajat (0,83), dan SMA/sederajat (1,28) lebih rendah dibandingkan anak di
perdesaan.
2. Berdasarkan jenis kelamin, Angka Putus Sekolah anak perempuan pada jenjang SD/sederajat
(0,12), SMP/sederajat (0,81), dan SMA/sederajat (1,19) lebih rendah dibandingkan dengan
anak laki-laki.

Data di atas menunjukkan bahwa semakin meningkatnya jenjang pendidikan dari


SD/sederajat menuju SMA/sederajat, maka Angka Putus Sekolah juga semakin meningkat.
Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa anak yang tinggal di perkotaan dan anak berjenis
kelamin perempuan memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk melanjutkan sekolah ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (menengah) dibandingkan dengan anak di perdesaan
dan anak laki-laki.

Dengan demikian, diperlukan adanya strategi untuk menurunkan Angka Putus


Sekolah dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya melalui:
1) Peningkatan pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan anak; 2) Peningkatan
minat anak terhadap sekolah; 3) Penyediaan fasilitas yang membantu anak untuk menghadapi
kesulitan ketika mengikuti pelajaran di sekolah; 4) Pengintegrasian kebijakan dan/atau
program pendidikan dengan kesejahteraan keluarga; serta 5) Peningkatan pemahaman
masyarakat umum tentang pentingnya pendidikan anak sehingga dapat saling mendukung
dalam lingkup tetangga.

7.5. Program Indonesia Pintar


Dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
memenuhi hak anak agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas, pemerintah terus berupaya
untuk dapat menurunkan angka putus sekolah. Salah satu kebijakan yang dibuat pemerintah adalah
melalui Program Indonesia Pintar (PIP).

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menjelaskan, bahwa


PIP adalah salah satu program nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan angka partisipasi
pendidikan dasar dan menengah; 2) Meningkatkan angka keberlanjutan pendidikan, yang ditandai
dengan menurunnya angka putus sekolah; 3) Menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan
antar kelompok masyarakat, salah satunya penduduk di wilayah perdesaan dan perkotaan; serta
4) Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki dunia kerja dan/ atau

181
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi (Retnaningsih, 2019). PIP sendiri adalah program yang
diluncurkan oleh Layanan Pembiayaan Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Program ini ditujukan bagi anak berusia 6-21 tahun untuk bisa mendapatkan layanan pendidikan
sampai dengan tamat satuan pendidikan dasar dan menengah. Anak yang mendapatkan bantuan dana
PIP dapat menggunakan dana tersebut untuk pemenuhan biaya personal pendidikan, seperti membeli
perlengkapan sekolah, uang saku, biaya transportasi, biaya praktik, serta biaya uji kompetensi.

7.5.1. Tren Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program
Indonesia Pintar 2018-2022
Tren persentase anak berumur 7-17 tahun yang memperoleh Program Indonesia
Pintar (PIP) selama lima tahun terakhir disajikan pada Gambar 7.5. Data menunjukkan bahwa
sejak tahun 2018 sampai dengan 2022, terjadi penurunan persentase anak umur 7-17 tahun
yang memperoleh PIP. Pada tahun 2018 terdapat sebanyak 20,32 persen anak yang menerima
PIP. Lalu menurun hingga tahun 2020, yaitu terdapat 16,53 persen anak yang menerima PIP.

20,32
18,91 18,02 17,35 16,53

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 7.5 Tren Persentase Anak Umur 7-17 tahun yang Memperoleh Program Indonesia
Pintar (Tahun 2018-2022)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2018-2020;

Susenas KOR, BPS 2021-2022

Hasil kajian menunjukkan bahwa terjadinya tren penurunan perolehan PIP ini
disebabkan oleh terjadinya pengurangan pendanaan PIP dari tahun 2018 hingga 2020
(Suardi, Purnomo, & Salsabila, 2021). Hasil kajian yang dilakukan terhadap penerima PIP

182
ini menunjukkan bahwa terjadi permasalahan dalam implementasi kebijakan penyaluran
dana PIP pada tahun 2021 ditandai dengan hanya separuh dari dana yang dicairkan (Suardi,
Purnomo, & Salsabila, 2021). Sejalan dengan temuan tersebut, penelitian lain menemukan
bahwa terjadi penurunan jumlah anak penerima PIP sejak tahun 2018 hingga 2020 yang diduga
terjadi karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan pengeluaran pemerintah difokuskan
pada program kesehatan, serta tidak meratanya penyebaran PIP (Primananda, Yeniwati, &
Arha, 2023).

7.5.2. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia
Pintar (PIP) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
Persentase anak umur 7-17 tahun yang memperoleh Program Indonesia Pintar
(PIP) menurut tipe daerah dan jenis kelamin tahun 2022 disajikan pada Gambar 7.6.

18,79 18,45
18,12
16,83 16,53
16,25
14,81 15,33 15,06

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Gambar 7.6 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR, BPS 2022

Berdasarkan tipe daerah, persentase anak berumur 7-17 tahun yang memperoleh
PIP di perdesaan (18,45 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan anak di perkotaan (15,06
persen). Sementara berdasarkan jenis kelamin, persentase anak perempuan yang memperoleh
PIP (16,83 persen) lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki (16,25 persen). Apabila dikaitkan
dengan kondisi partisipasi sekolah, yakni angka partisipasi sekolah anak di perkotaan lebih

183
tinggi, maka dapat diprediksi bahwa PIP cenderung difokuskan dan/ atau didorong bagi anak
di perdesaan.

7.5.3. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia
Pintar (PIP) Menurut Provinsi
Pemerintah menghadirkan Program Indonesia Pintar (PIP) sebagai salah satu
upaya untuk mengatasi permasalahan ekonomi, yang menjadi faktor utama penyebab
anak tidak sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa salah
satu faktor yang membuat anak tidak sekolah atau putus sekolah adalah kondisi ekonomi
keluarga yang membuat orang tua tidak mampu membayar sekolah (Herlinawati &
Susanto, 2019). Sehingga keluarga menganggap akan lebih baik jika anak bekerja (tidak
sekolah) guna membantu perekonomian keluarga. Selain itu, terdapat faktor lain yang
juga diprediksi menyebabkan anak putus sekolah, diantaranya: 1) Kondisi geografis, yaitu
berkaitan dengan jauhnya jarak tempuh dari rumah ke sekolah, sehingga membuat anak
tidak mau pergi ke sekolah; 2) Pengaruh lingkungan sosial, khususnya dari teman sekitar;
serta 3) Tidak adanya motivasi diri pada siswa, baik karena rendahnya kemampuan
akademis, serta karena kurangnya apresiasi dan perhatian dari guru dan/ atau orang tua.

Persentase anak umur 7-17 tahun yang memperoleh PIP menurut provinsi pada
tahun 2022 dipresentasikan pada Gambar 7.7. Secara nasional, persentase anak memperoleh
PIP di tahun 2022 adalah 16,53 persen (lebih rendah 0,82 persen dari tahun 2021). Sejalan
dengan adanya penurunan persentase anak yang menerima PIP, persentase anak penerima
PIP di tiap provinsi juga mengalami penurunan. Apabila pada tahun 2021 terdapat 11 provinsi
dengan persentase anak memperoleh PIP lebih dari 20 persen, pada tahun 2022 hanya terdapat
sembilan provinsi saja, yaitu: 1) Daerah Istimewa Yogyakarta (29,85 persen); 2) Gorontalo
(26,49 persen); 3) Sulawesi Barat (25,33 persen); 4) Sulawesi Tenggara (22,76 persen); 5)
Jawa Tengah (22,68 persen); 6) Aceh (21,33 persen); 7) Nusa Tenggara Barat (21,21 persen);
8) Sumatera Barat (20,08 persen); dan 9) Lampung (20,04 persen). Sementara itu, provinsi
Papua yang memiliki Angka Partisipasi (APS) terendah untuk semua jenjang pendidikan,
terdapat 17,59 persen anak yang memperoleh PIP. Jika ditelaah, persentase tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan persentase anak penerima PIP secara nasional, yakni sebesar
16,53 persen.

Sementara Itu, terdapat enam provinsi dengan persentase anak memperoleh PIP
kurang dari 10 persen, yaitu: 1) Bali (9,97 persen); 2) Papua Barat (9,00 persen); 3) Kalimantan
Tengah (8,69 persen); 4) Maluku (7,83 persen); 5) Kepulauan Bangka Belitung (7,62 persen);
serta 6) Maluku Utara (6,00 persen). Telah diuraikan sebelumnya bahwa PIP berfungsi untuk

184
mengatasi permasalahan tidak adanya biaya yang dimiliki orang tua untuk menyekolahkan
anak. Mengacu pada Berita Resmi Statistik No. 07/01/Th. XXVI, 16 Januari 2023 tentang Profil
Kemiskinan di Indonesia September 2022 (BPS, 2023), diketahui bahwa:

• Provinsi dengan persentase penduduk miskin lebih rendah dari kondisi nasional (9,57
persen) dicapai oleh provinsi berikut ini:

1. Bali (4,53 persen)


2. Kalimantan Tengah (5,22 persen)
3. Kepulauan Bangka Belitung (4,61 persen)
4. Maluku Utara (6,37 persen)

Sehingga diprediksi bahwa persentase PIP rendah di empat provinsi tersebut karena
kondisi kemiskinan penduduk yang rendah.

• Provinsi dengan persentase penduduk miskin lebih tinggi dari kondisi nasional (9,57
persen), yaitu:

1. Papua Barat (21,43 persen), merupakan persentase penduduk miskin tertinggi kedua
setelah Papua (26,80 persen)
2. Maluku (16,23 persen), merupakan persentase penduduk miskin tertinggi keempat.

Sehingga diprediksi bahwa pelaksanaan PIP belum merata ditandai dengan masih
rendahnya persentase anak yang memperoleh PIP meskipun berada pada provinsi dengan
persentase penduduk miskin yang tinggi.

185
DI Yogyakarta 29,85
Gorontalo 26,49
Sulawesi Barat 25,33
Sulawesi Tenggara 22,76
Jawa Tengah 22,68
Aceh 21,33
Nusa Tenggara Barat 21,21
Sumatera Barat 20,08
Lampung 20,04
Sulawesi Selatan 18,73
Sulawesi Tengah 17,92
Jawa Timur 17,89
Nusa Tenggara Timur 17,63
Papua 17,59
Bengkulu 17,31
Indonesia 16,53
Sumatera Utara 14,74
Sulawesi Utara 14,65
Riau 14,53
Jawa Barat 14,24
DKI Jakarta 13,54
Kepulauan Riau 13,41
Sumatera Selatan 13,05
Banten 13,01
Kalimantan Barat 12,08
Kalimantan Selatan 11,88
Kalimantan Timur 11,20
Jambi 11,05
Kalimantan Utara 10,84
Bali 9,97
Papua Barat 9,00
Kalimantan Tengah 8,69
Maluku 7,83
Kepulauan Bangka Belitung 7,62
Maluku Utara 6,00

Gambar 7.7 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar
(PIP) Menurut Tipe Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR, BPS 2022

186
7.5.4. Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia
Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Pada pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP), anak yang memperoleh manfaat
dari PIP akan diberikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai penanda dan identitas untuk
mendapatkan PIP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki KIP memperoleh
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan terkait pendidikannya (Nikmah, Wardani, &
Matsani, 2020). Hasil analisis terkait persentase anak umur 7-17 tahun yang memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) pada tahun 2022
dipresentasikan pada Gambar 7.8.

11,98 12,33 12,15

10,57 10,29
10,03
9,22 8,87
8,53

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Gambar 7.8 Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar
(PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR, BPS 2022

Berdasarkan tipe daerah, persentase anak berumur 7-17 tahun yang memperoleh
PIP dan memiliki KIP di perdesaan (12,15 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan anak di
perkotaan (8,87 persen). Sementara berdasarkan jenis kelamin, persentase anak perempuan
yang memperoleh PIP dan memiliki KIP (10,57 persen) lebih tinggi dibandingkan anak laki-
laki (10,03 persen). Hal ini menunjukkan bahwa program pemerintah dalam membantu akses
pendidikan anak tepat sasaran karena lebih menyasar pada kelompok siswa yang berada di
wilayah perdesaan dengan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah
perkotaan.

187
Lampiran 7.1
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022
Kelompok Umur (Tahun)
Provinsi
7-12 13-15 16-18
Aceh 99,44 97,96 83,10
Sumatera Utara 99,50 96,78 78,66
Sumatera Barat 99,55 96,52 83,71
Riau 99,61 95,72 77,32
Jambi 99,33 96,20 72,53
Sumatera Selatan 99,38 95,06 70,93
Bengkulu 99,49 97,73 79,31
Lampung 99,56 95,63 71,14
Kepulauan Bangka Belitung 99,41 93,00 68,42
Kepulauan Riau 99,28 99,01 84,54
DKI Jakarta 99,44 97,95 72,10
Jawa Barat 99,39 95,27 68,66
Jawa Tengah 99,58 96,77 70,82
DI Yogyakarta 99,59 99,01 89,95
Jawa Timur 99,14 97,64 73,40
Banten 99,33 96,39 69,22
Bali 99,55 97,85 83,84
Nusa Tenggara Barat 99,17 97,74 77,43
Nusa Tenggara Timur 98,59 94,83 75,55
Kalimantan Barat 98,73 92,64 68,72
Kalimantan Tengah 99,20 94,61 66,32
Kalimantan Selatan 99,43 94,01 69,88
Kalimantan Timur 99,57 98,75 81,43
Kalimantan Utara 98,98 97,03 76,50
Sulawesi Utara 99,34 94,86 74,33
Sulawesi Tengah 98,22 93,02 75,84
Sulawesi Selatan 99,43 93,20 70,81
Sulawesi Tenggara 99,05 94,80 74,53
Gorontalo 98,93 91,83 71,68
Sulawesi Barat 98,40 89,39 70,85
Maluku 99,55 97,69 79,03
Maluku Utara 99,13 97,59 77,70
Papua Barat 98,27 97,37 80,56
Papua 84,35 81,66 65,93
Indonesia 99,10 95,92 73,15
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

188
Lampiran 7.2
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perkotaan
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022
Kelompok Umur (Tahun)
Provinsi
7-12 13-15 16-18
Aceh 99,81 98,79 87,82
Sumatera Utara 99,69 97,19 79,26
Sumatera Barat 99,34 96,76 88,84
Riau 99,64 96,68 82,60
Jambi 99,43 94,80 80,99
Sumatera Selatan 99,48 97,01 76,54
Bengkulu 98,69 97,87 84,23
Lampung 99,77 96,36 78,68
Kepulauan Bangka Belitung 98,97 93,01 73,72
Kepulauan Riau 99,26 99,04 85,86
DKI Jakarta 99,44 97,95 72,10
Jawa Barat 99,41 96,01 70,82
Jawa Tengah 99,54 97,57 74,35
DI Yogyakarta 99,67 99,19 93,13
Jawa Timur 99,09 97,96 76,97
Banten 99,24 97,03 72,10
Bali 99,62 98,16 85,16
Nusa Tenggara Barat 99,32 98,42 83,16
Nusa Tenggara Timur 98,95 97,40 81,33
Kalimantan Barat 98,64 95,02 73,87
Kalimantan Tengah 99,41 95,68 74,29
Kalimantan Selatan 99,12 93,53 71,40
Kalimantan Timur 99,43 98,65 83,54
Kalimantan Utara 99,29 97,23 78,61
Sulawesi Utara 99,35 95,83 75,24
Sulawesi Tengah 97,77 94,64 83,37
Sulawesi Selatan 99,48 93,71 73,35
Sulawesi Tenggara 98,65 94,35 79,17
Gorontalo 99,36 95,09 77,20
Sulawesi Barat 98,07 91,23 73,79
Maluku 99,52 98,77 80,42
Maluku Utara 99,20 98,04 83,70
Papua Barat 98,91 97,69 83,75
Papua 95,25 96,21 86,94
Indonesia 99,33 96,88 75,96
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

189
Lampiran 7.3
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Umur 7-18 tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022

Kelompok Umur (Tahun)


Provinsi
7-12 13-15 16-18
Aceh 99,24 97,56 80,81
Sumatera Utara 99,28 96,30 77,91
Sumatera Barat 99,75 96,27 78,65
Riau 99,60 95,12 74,07
Jambi 99,28 96,85 68,35
Sumatera Selatan 99,32 93,91 67,50
Bengkulu 99,87 97,66 76,76
Lampung 99,46 95,28 67,26
Kepulauan Bangka Belitung 100,00 92,98 61,86
Kepulauan Riau 99,56 98,73 75,61
DKI Jakarta
Jawa Barat 99,32 92,50 60,79
Jawa Tengah 99,62 95,85 66,81
DI Yogyakarta 99,32 98,43 80,85
Jawa Timur 99,21 97,20 68,65
Banten 99,57 94,58 61,87
Bali 99,38 97,06 80,41
Nusa Tenggara Barat 99,02 97,08 71,89
Nusa Tenggara Timur 98,48 93,97 73,41
Kalimantan Barat 98,78 91,23 65,84
Kalimantan Tengah 99,04 93,80 60,65
Kalimantan Selatan 99,72 94,46 68,48
Kalimantan Timur 99,86 98,96 76,82
Kalimantan Utara 98,41 96,69 73,38
Sulawesi Utara 99,33 93,72 73,20
Sulawesi Tengah 98,42 92,35 71,85
Sulawesi Selatan 99,39 92,76 68,61
Sulawesi Tenggara 99,27 95,05 71,91
Gorontalo 98,57 89,32 67,86
Sulawesi Barat 98,48 88,93 70,17
Maluku 99,57 97,03 78,12
Maluku Utara 99,10 97,43 75,55
Papua Barat 97,83 97,15 78,18
Papua 79,57 75,69 57,97
Indonesia 98,80 94,66 69,43
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

190
Lampiran 7.4
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Laki-laki Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022
Kelompok Umur (Tahun)
Provinsi
7-12 13-15 16-18
Aceh 99,52 97,35 82,76
Sumatera Utara 99,43 96,31 76,74
Sumatera Barat 99,52 95,27 79,24
Riau 99,70 95,31 74,23
Jambi 99,48 95,93 70,59
Sumatera Selatan 99,54 93,66 67,74
Bengkulu 99,63 96,43 77,18
Lampung 99,73 93,98 69,68
Kepulauan Bangka Belitung 99,42 90,51 67,54
Kepulauan Riau 99,27 99,44 81,48
DKI Jakarta 99,45 98,02 73,73
Jawa Barat 99,10 94,75 66,54
Jawa Tengah 99,54 96,03 70,49
DI Yogyakarta 99,43 98,28 88,01
Jawa Timur 99,01 97,21 72,13
Banten 99,00 96,88 67,87
Bali 99,35 97,21 83,36
Nusa Tenggara Barat 98,98 96,93 76,78
Nusa Tenggara Timur 98,55 93,92 71,57
Kalimantan Barat 98,77 90,57 67,25
Kalimantan Tengah 99,52 94,11 63,93
Kalimantan Selatan 99,02 94,32 71,56
Kalimantan Timur 99,65 98,57 79,43
Kalimantan Utara 98,61 98,48 74,56
Sulawesi Utara 99,19 93,57 72,97
Sulawesi Tengah 97,78 91,31 74,06
Sulawesi Selatan 99,31 91,57 70,36
Sulawesi Tenggara 98,74 93,22 73,80
Gorontalo 98,90 87,40 64,97
Sulawesi Barat 98,09 87,13 67,32
Maluku 99,48 97,14 78,41
Maluku Utara 99,56 97,83 76,20
Papua Barat 97,92 97,30 78,97
Papua 84,02 81,44 63,34
Indonesia 98,98 95,26 71,63
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

191
Lampiran 7.5
Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk perempuan umur 7-18 tahun
menurut provinsi dan kelompok umur, 2022

Kelompok Umur (Tahun)


Provinsi
7-12 13-15 16-18
Aceh 99,35 98,58 83,47
Sumatera Utara 99,58 97,30 80,64
Sumatera Barat 99,58 97,93 88,02
Riau 99,53 96,15 80,64
Jambi 99,17 96,48 74,62
Sumatera Selatan 99,20 96,40 74,47
Bengkulu 99,36 99,04 81,69
Lampung 99,37 97,29 72,75
Kepulauan Bangka Belitung 99,40 95,48 69,36
Kepulauan Riau 99,30 98,48 88,02
DKI Jakarta 99,43 97,88 70,48
Jawa Barat 99,70 95,81 70,89
Jawa Tengah 99,62 97,55 71,15
DI Yogyakarta 99,76 99,76 91,94
Jawa Timur 99,28 98,09 74,75
Banten 99,67 95,88 70,63
Bali 99,76 98,53 84,36
Nusa Tenggara Barat 99,36 98,58 78,18
Nusa Tenggara Timur 98,63 95,83 79,75
Kalimantan Barat 98,69 94,82 70,30
Kalimantan Tengah 98,85 95,16 68,91
Kalimantan Selatan 99,85 93,67 68,05
Kalimantan Timur 99,49 98,93 83,73
Kalimantan Utara 99,35 95,59 78,98
Sulawesi Utara 99,51 96,19 75,83
Sulawesi Tengah 98,68 94,95 77,60
Sulawesi Selatan 99,57 94,94 71,26
Sulawesi Tenggara 99,38 96,50 75,26
Gorontalo 98,96 96,15 78,72
Sulawesi Barat 98,72 91,75 74,78
Maluku 99,63 98,31 79,67
Maluku Utara 98,69 97,35 79,37
Papua Barat 98,63 97,45 82,33
Papua 84,74 81,92 68,89
Indonesia 99,23 96,62 74,75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

192
Lampiran 7.6
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 99,07 88,21 71,16
Sumatera Utara 98,00 81,84 68,27
Sumatera Barat 98,80 78,86 68,38
Riau 97,80 80,43 63,87
Jambi 99,33 79,93 60,73
Sumatera Selatan 98,08 78,68 61,00
Bengkulu 98,60 80,25 66,61
Lampung 99,29 82,07 61,96
Kepulauan Bangka Belitung 98,01 74,68 59,65
Kepulauan Riau 99,20 86,76 73,54
DKI Jakarta 98,37 84,22 60,88
Jawa Barat 98,29 82,80 58,60
Jawa Tengah 98,39 81,02 61,17
DI Yogyakarta 99,43 85,28 74,50
Jawa Timur 98,09 83,80 62,10
Banten 97,93 84,67 59,54
Bali 97,46 86,88 74,73
Nusa Tenggara Barat 98,83 86,05 67,61
Nusa Tenggara Timur 96,08 70,05 56,00
Kalimantan Barat 97,52 68,32 51,87
Kalimantan Tengah 99,11 78,75 55,69
Kalimantan Selatan 99,12 76,28 59,61
Kalimantan Timur 98,45 82,65 69,10
Kalimantan Utara 93,69 79,38 65,65
Sulawesi Utara 95,44 76,11 63,30
Sulawesi Tengah 93,25 75,63 65,72
Sulawesi Selatan 98,41 77,42 60,44
Sulawesi Tenggara 98,27 77,77 64,11
Gorontalo 98,74 71,66 58,47
Sulawesi Barat 95,81 70,34 60,24
Maluku 96,90 78,37 64,57
Maluku Utara 97,27 77,41 65,35
Papua Barat 94,31 71,38 63,66
Papua 81,66 59,14 47,63
Indonesia 97,88 80,89 61,97
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

193
Lampiran 7.7
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perkotaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022

Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 99,43 88,83 73,91
Sumatera Utara 98,18 82,08 68,09
Sumatera Barat 98,45 79,32 74,41
Riau 96,85 79,38 68,59
Jambi 99,43 79,03 68,02
Sumatera Selatan 98,20 78,30 63,32
Bengkulu 97,66 84,98 71,88
Lampung 99,31 85,17 69,40
Kepulauan Bangka Belitung 97,42 75,91 64,49
Kepulauan Riau 99,20 86,36 74,83
DKI Jakarta 98,37 84,22 60,88
Jawa Barat 98,18 83,30 60,95
Jawa Tengah 98,46 81,70 63,87
DI Yogyakarta 99,67 84,36 76,05
Jawa Timur 98,01 84,85 65,64
Banten 97,67 85,76 62,68
Bali 97,42 86,40 76,18
Nusa Tenggara Barat 99,04 88,84 71,89
Nusa Tenggara Timur 95,40 73,18 65,52
Kalimantan Barat 96,94 73,68 58,16
Kalimantan Tengah 99,41 79,68 62,05
Kalimantan Selatan 98,88 77,48 60,87
Kalimantan Timur 98,99 81,73 69,55
Kalimantan Utara 94,61 80,40 67,79
Sulawesi Utara 94,51 76,99 64,58
Sulawesi Tengah 90,69 78,84 73,56
Sulawesi Selatan 98,85 78,47 61,46
Sulawesi Tenggara 98,37 76,35 65,77
Gorontalo 99,36 74,08 61,11
Sulawesi Barat 95,82 71,34 67,84
Maluku 96,03 79,31 67,17
Maluku Utara 97,71 78,41 68,37
Papua Barat 93,89 74,98 72,28
Papua 91,55 72,33 63,85
Indonesia 98,07 82,57 64,75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

194
Lampiran 7.8
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022

Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 98,87 87,92 69,83
Sumatera Utara 97,78 81,56 68,49
Sumatera Barat 99,12 78,40 62,43
Riau 98,43 81,08 60,97
Jambi 99,28 80,35 57,14
Sumatera Selatan 98,01 78,91 59,58
Bengkulu 99,04 77,86 63,88
Lampung 99,28 80,61 58,13
Kepulauan Bangka Belitung 98,77 72,90 53,66
Kepulauan Riau 99,25 90,12 64,86
DKI Jakarta
Jawa Barat 98,71 80,93 50,05
Jawa Tengah 98,32 80,24 58,12
DI Yogyakarta 98,65 88,17 70,05
Jawa Timur 98,21 82,42 57,37
Banten 98,70 81,58 51,53
Bali 97,57 88,08 70,97
Nusa Tenggara Barat 98,62 83,35 63,46
Nusa Tenggara Timur 96,30 69,00 52,49
Kalimantan Barat 97,83 65,14 48,34
Kalimantan Tengah 98,90 78,04 51,17
Kalimantan Selatan 99,35 75,14 58,44
Kalimantan Timur 97,30 84,65 68,12
Kalimantan Utara 92,02 77,71 62,50
Sulawesi Utara 96,45 75,09 61,72
Sulawesi Tengah 94,35 74,30 61,58
Sulawesi Selatan 98,05 76,52 59,55
Sulawesi Tenggara 98,22 78,56 63,17
Gorontalo 98,23 69,79 56,64
Sulawesi Barat 95,80 70,08 58,47
Maluku 97,46 77,79 62,85
Maluku Utara 97,11 77,05 64,27
Papua Barat 94,60 68,94 57,24
Papua 77,32 53,73 41,49
Indonesia 97,62 78,70 58,29
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

195
Lampiran 7.9
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Laki-laki umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022

Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 99,07 88,68 70,64
Sumatera Utara 98,06 80,30 67,18
Sumatera Barat 98,78 78,67 62,70
Riau 97,80 79,46 62,42
Jambi 99,48 79,98 61,48
Sumatera Selatan 98,22 77,02 59,60
Bengkulu 98,76 77,93 61,59
Lampung 99,31 81,23 59,79
Kepulauan Bangka Belitung 97,94 70,25 56,94
Kepulauan Riau 99,13 88,93 72,85
DKI Jakarta 98,73 82,92 60,57
Jawa Barat 98,04 82,43 56,01
Jawa Tengah 98,77 81,14 60,36
DI Yogyakarta 99,24 84,66 71,89
Jawa Timur 97,99 82,41 60,57
Banten 97,63 85,56 56,58
Bali 97,53 87,42 74,91
Nusa Tenggara Barat 98,84 86,21 65,45
Nusa Tenggara Timur 97,03 67,91 50,79
Kalimantan Barat 97,48 65,45 50,91
Kalimantan Tengah 99,39 76,47 55,62
Kalimantan Selatan 98,89 74,79 58,56
Kalimantan Timur 98,76 82,36 68,10
Kalimantan Utara 92,96 82,60 62,92
Sulawesi Utara 94,37 75,25 63,35
Sulawesi Tengah 92,80 73,40 64,92
Sulawesi Selatan 98,64 77,07 60,54
Sulawesi Tenggara 97,95 76,88 64,07
Gorontalo 98,63 68,03 51,94
Sulawesi Barat 96,39 71,18 57,92
Maluku 96,95 76,92 65,58
Maluku Utara 97,19 76,87 64,27
Papua Barat 94,60 71,51 62,25
Papua 81,53 57,47 46,19
Indonesia 97,87 80,16 60,30
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

196
Lampiran 7.10
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Perempuan Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 99,06 87,73 71,72
Sumatera Utara 97,93 83,52 69,38
Sumatera Barat 98,82 79,08 73,84
Riau 97,80 81,48 65,42
Jambi 99,17 79,88 59,92
Sumatera Selatan 97,93 80,29 62,55
Bengkulu 98,43 82,59 72,21
Lampung 99,27 82,91 64,35
Kepulauan Bangka Belitung 98,08 79,12 62,55
Kepulauan Riau 99,29 84,12 74,34
DKI Jakarta 98,00 85,67 61,18
Jawa Barat 98,55 83,18 61,33
Jawa Tengah 98,00 80,89 62,01
DI Yogyakarta 99,63 85,93 77,15
Jawa Timur 98,20 85,30 63,71
Banten 98,25 83,73 62,65
Bali 97,39 86,30 74,55
Nusa Tenggara Barat 98,82 85,87 70,07
Nusa Tenggara Timur 95,14 72,42 61,50
Kalimantan Barat 97,56 71,36 52,89
Kalimantan Tengah 98,82 81,28 55,77
Kalimantan Selatan 99,35 77,94 60,75
Kalimantan Timur 98,11 82,95 70,25
Kalimantan Utara 94,44 76,19 69,14
Sulawesi Utara 96,57 77,00 63,25
Sulawesi Tengah 93,72 78,15 66,52
Sulawesi Selatan 98,18 77,79 60,34
Sulawesi Tenggara 98,60 78,74 64,16
Gorontalo 98,86 75,19 65,32
Sulawesi Barat 95,21 69,46 62,81
Maluku 96,86 80,01 63,54
Maluku Utara 97,35 77,97 66,56
Papua Barat 94,01 71,21 65,22
Papua 81,82 61,03 49,28
Indonesia 97,88 81,67 63,73
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

197
Lampiran 7.11
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 108,34 95,02 92,53
Sumatera Utara 108,31 90,31 97,23
Sumatera Barat 108,47 92,57 90,66
Riau 105,82 94,45 84,85
Jambi 109,55 87,84 84,33
Sumatera Selatan 112,00 89,41 81,11
Bengkulu 109,23 90,79 93,97
Lampung 105,91 92,37 87,40
Kepulauan Bangka Belitung 107,26 87,85 86,50
Kepulauan Riau 106,26 93,27 87,08
DKI Jakarta 103,34 89,89 76,91
Jawa Barat 104,55 93,46 78,86
Jawa Tengah 106,19 94,05 86,83
DI Yogyakarta 104,96 94,02 89,93
Jawa Timur 104,68 95,95 87,37
Banten 106,89 94,05 75,49
Bali 103,16 96,23 90,82
Nusa Tenggara Barat 107,21 92,59 93,68
Nusa Tenggara Timur 113,36 89,88 86,38
Kalimantan Barat 111,84 84,59 84,79
Kalimantan Tengah 107,39 89,70 83,97
Kalimantan Selatan 107,18 86,40 80,97
Kalimantan Timur 105,21 91,47 95,09
Kalimantan Utara 100,70 99,85 97,57
Sulawesi Utara 106,48 89,63 86,03
Sulawesi Tengah 103,55 92,86 87,99
Sulawesi Selatan 106,71 86,19 86,49
Sulawesi Tenggara 108,48 86,04 89,14
Gorontalo 108,70 79,37 87,83
Sulawesi Barat 106,08 84,58 87,86
Maluku 111,05 87,85 95,96
Maluku Utara 108,05 88,35 95,40
Papua Barat 110,42 90,45 97,71
Papua 94,26 83,51 77,06
Indonesia 106,27 92,11 85,49
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

198
Lampiran 7.12
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perkotaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 107,65 93,97 94,67
Sumatera Utara 107,23 89,63 97,68
Sumatera Barat 106,82 87,41 97,14
Riau 105,23 92,98 91,57
Jambi 108,02 81,79 99,77
Sumatera Selatan 111,56 85,07 89,76
Bengkulu 109,39 92,31 101,98
Lampung 105,47 92,95 97,39
Kepulauan Bangka Belitung 105,77 87,49 95,09
Kepulauan Riau 106,03 91,60 88,02
DKI Jakarta 103,34 89,89 76,91
Jawa Barat 104,42 93,34 81,96
Jawa Tengah 106,07 94,35 92,51
DI Yogyakarta 105,47 92,28 93,56
Jawa Timur 104,13 95,66 91,81
Banten 107,05 93,33 78,32
Bali 103,22 94,86 92,26
Nusa Tenggara Barat 106,95 93,61 96,21
Nusa Tenggara Timur 108,02 90,09 100,71
Kalimantan Barat 111,31 90,33 90,04
Kalimantan Tengah 107,70 89,99 92,05
Kalimantan Selatan 105,33 82,77 81,96
Kalimantan Timur 105,41 86,70 96,65
Kalimantan Utara 99,84 98,77 106,20
Sulawesi Utara 105,43 90,58 85,43
Sulawesi Tengah 101,05 96,97 100,30
Sulawesi Selatan 105,63 84,67 89,86
Sulawesi Tenggara 107,83 79,98 98,64
Gorontalo 108,94 81,59 92,00
Sulawesi Barat 103,50 87,34 95,03
Maluku 108,64 89,69 100,39
Maluku Utara 105,24 92,41 94,59
Papua Barat 107,20 89,03 108,51
Papua 103,46 95,51 108,35
Indonesia 105,49 92,05 88,70
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

199
Lampiran 7.13
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Umur 7-18 Tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 108,71 95,52 91,49
Sumatera Utara 109,58 91,10 96,67
Sumatera Barat 110,03 97,80 84,26
Riau 106,22 95,36 80,72
Jambi 110,31 90,62 76,73
Sumatera Selatan 112,26 91,95 75,83
Bengkulu 109,16 90,02 89,81
Lampung 106,11 92,10 82,26
Kepulauan Bangka Belitung 109,20 88,39 75,87
Kepulauan Riau 108,57 107,15 80,72
DKI Jakarta
Jawa Barat 105,07 93,89 67,60
Jawa Tengah 106,32 93,71 80,41
DI Yogyakarta 103,33 99,47 79,52
Jawa Timur 105,40 96,33 81,45
Banten 106,42 96,13 68,29
Bali 103,03 99,68 87,07
Nusa Tenggara Barat 107,49 91,62 91,23
Nusa Tenggara Timur 115,03 89,81 81,09
Kalimantan Barat 112,13 81,18 81,85
Kalimantan Tengah 107,18 89,49 78,23
Kalimantan Selatan 108,97 89,86 80,06
Kalimantan Timur 104,79 101,82 91,69
Kalimantan Utara 102,26 101,62 84,81
Sulawesi Utara 107,63 88,52 86,76
Sulawesi Tengah 104,62 91,16 81,48
Sulawesi Selatan 107,61 87,49 83,56
Sulawesi Tenggara 108,83 89,38 83,77
Gorontalo 108,50 77,66 84,94
Sulawesi Barat 106,72 83,89 86,20
Maluku 112,58 86,72 93,03
Maluku Utara 109,11 86,85 95,69
Papua Barat 112,64 91,40 89,67
Papua 90,22 78,58 65,22
Indonesia 107,28 92,19 81,23
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

200
Lampiran 7.14
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Laki-laki umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 108,31 96,36 91,78
Sumatera Utara 108,33 88,55 96,27
Sumatera Barat 109,37 94,02 86,05
Riau 106,40 94,42 84,38
Jambi 110,18 87,01 82,66
Sumatera Selatan 112,98 89,65 78,40
Bengkulu 108,71 91,44 86,52
Lampung 105,96 92,13 84,65
Kepulauan Bangka Belitung 108,81 85,47 82,87
Kepulauan Riau 105,90 95,71 87,92
DKI Jakarta 104,72 88,73 75,81
Jawa Barat 104,29 94,41 75,16
Jawa Tengah 106,60 93,59 83,59
DI Yogyakarta 105,48 93,99 87,45
Jawa Timur 104,64 95,03 86,21
Banten 107,28 95,17 72,06
Bali 102,68 96,15 90,86
Nusa Tenggara Barat 107,36 91,98 91,18
Nusa Tenggara Timur 115,81 86,51 81,16
Kalimantan Barat 112,18 81,70 84,17
Kalimantan Tengah 107,34 88,10 83,29
Kalimantan Selatan 107,54 84,19 78,96
Kalimantan Timur 106,77 91,38 95,38
Kalimantan Utara 98,24 105,04 86,60
Sulawesi Utara 105,02 91,42 85,80
Sulawesi Tengah 101,70 90,53 90,48
Sulawesi Selatan 107,34 85,47 85,94
Sulawesi Tenggara 108,46 85,55 88,96
Gorontalo 110,01 75,71 78,92
Sulawesi Barat 107,49 83,95 83,72
Maluku 111,50 86,77 99,44
Maluku Utara 108,65 89,88 95,15
Papua Barat 112,09 90,02 92,52
Papua 94,39 81,37 75,73
Indonesia 106,50 91,78 83,24
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

201
Lampiran 7.15
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Perempuan Umur 7-18 Tahun
menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2022

Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Aceh 108,37 93,65 93,34
Sumatera Utara 108,30 92,21 98,22
Sumatera Barat 107,56 90,94 95,10
Riau 105,23 94,49 85,35
Jambi 108,89 88,69 86,14
Sumatera Selatan 110,96 89,17 84,13
Bengkulu 109,78 90,13 102,28
Lampung 105,86 92,61 90,44
Kepulauan Bangka Belitung 105,60 90,24 90,38
Kepulauan Riau 106,64 90,31 86,12
DKI Jakarta 101,91 91,20 78,00
Jawa Barat 104,83 92,45 82,77
Jawa Tengah 105,76 94,54 90,17
DI Yogyakarta 104,40 94,06 92,46
Jawa Timur 104,72 96,94 88,60
Banten 106,49 92,87 79,08
Bali 103,67 96,31 90,78
Nusa Tenggara Barat 107,07 93,23 96,53
Nusa Tenggara Timur 110,90 93,63 91,90
Kalimantan Barat 111,48 87,65 85,45
Kalimantan Tengah 107,45 91,48 84,71
Kalimantan Selatan 106,81 88,87 83,17
Kalimantan Timur 103,58 91,56 94,77
Kalimantan Utara 103,21 94,71 111,57
Sulawesi Utara 108,04 87,77 86,28
Sulawesi Tengah 105,49 95,49 85,53
Sulawesi Selatan 106,06 86,97 87,03
Sulawesi Tenggara 108,51 86,57 89,32
Gorontalo 107,31 82,93 97,18
Sulawesi Barat 104,63 85,24 92,47
Maluku 110,55 89,07 92,42
Maluku Utara 107,44 86,78 95,67
Papua Barat 108,73 90,97 103,46
Papua 94,11 85,93 78,58
Indonesia 106,02 92,47 87,85
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

202
Lampiran 7.16
Persentase Anak Umur 5-17 Tahun yang Melek Huruf
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 90,56 91,32 90,93 88,77 89,98 89,37 89,37 90,43 89,89
Sumatera Utara 93,20 93,78 93,48 91,25 91,96 91,60 92,31 92,93 92,61
Sumatera Barat 90,24 91,14 90,67 90,39 91,28 90,82 90,31 91,21 90,75
Riau 92,42 92,36 92,39 91,64 92,00 91,82 91,95 92,14 92,04
Jambi 94,77 94,47 94,63 90,85 91,56 91,19 92,11 92,51 92,31
Sumatera Selatan 92,79 93,71 93,24 91,72 92,20 91,95 92,12 92,76 92,43
Bengkulu 93,19 93,35 93,27 91,91 91,36 91,64 92,33 92,04 92,19
Lampung 91,08 92,98 92,02 90,93 91,07 90,99 90,97 91,70 91,32
Kepulauan Bangka Belitung 93,26 94,45 93,85 92,38 93,59 92,96 92,87 94,08 93,47
Kepulauan Riau 95,57 94,17 94,89 91,38 88,69 90,10 95,14 93,64 94,41
DKI Jakarta 94,29 95,12 94,70 94,29 95,12 94,70
Jawa Barat 93,05 94,10 93,56 93,13 92,81 92,97 93,06 93,83 93,44
Jawa Tengah 92,99 93,35 93,16 91,71 92,75 92,22 92,38 93,06 92,71
DI Yogyakarta 91,13 93,09 92,09 88,01 92,53 90,23 90,39 92,95 91,64
Jawa Timur 93,79 94,27 94,02 94,13 93,68 93,91 93,94 94,01 93,97
Banten 93,66 92,68 93,18 91,57 91,23 91,40 93,12 92,31 92,72
Bali 92,27 93,29 92,77 90,82 90,58 90,70 91,86 92,51 92,18
Nusa Tenggara Barat 86,45 88,35 87,39 86,31 89,24 87,73 86,38 88,79 87,56
Nusa Tenggara Timur 93,94 93,87 93,91 88,31 88,67 88,49 89,73 89,89 89,81
Kalimantan Barat 91,95 90,92 91,45 89,88 91,12 90,47 90,61 91,05 90,82
Kalimantan Tengah 93,14 93,73 93,43 93,54 94,40 93,95 93,37 94,12 93,73
Kalimantan Selatan 92,32 90,55 91,47 86,92 87,61 87,26 89,56 89,03 89,30
Kalimantan Timur 90,84 92,81 91,81 91,40 93,00 92,16 91,02 92,87 91,92
Kalimantan Utara 92,87 92,26 92,57 90,16 92,89 91,46 91,84 92,48 92,16
Sulawesi Utara 92,58 92,56 92,57 91,94 92,60 92,26 92,28 92,58 92,42
Sulawesi Tengah 91,18 92,34 91,75 89,31 90,66 89,96 89,88 91,19 90,51
Sulawesi Selatan 91,43 91,55 91,49 88,81 89,48 89,14 90,01 90,42 90,21
Sulawesi Tenggara 87,36 89,50 88,39 87,63 88,22 87,92 87,54 88,67 88,09
Gorontalo 92,09 91,48 91,79 86,87 88,83 87,83 89,10 89,99 89,54
Sulawesi Barat 86,44 90,91 88,66 85,29 86,97 86,10 85,52 87,79 86,62
Maluku 95,50 93,05 94,33 92,26 93,36 92,79 93,52 93,24 93,39
Maluku Utara 91,42 93,34 92,35 90,30 90,42 90,36 90,61 91,21 90,90
Papua Barat 91,37 91,30 91,34 86,15 86,79 86,46 88,27 88,66 88,46
Papua 90,08 91,67 90,83 75,38 76,11 75,72 79,71 80,80 80,22
Indonesia 92,81 93,39 93,10 90,68 91,25 90,96 91,88 92,46 92,17
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

203
Lampiran 7.17
Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2022

Laki-laki Perempuan
Tipe Daerah SD/ SMP/ SMA/ SD/ SMP/ SMA/
Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat
Perkotaan 0,10 1,04 1,48 0,07 0,61 1,08
Perdesaan 0,20 1,64 1,71 0,17 1,08 1,35
Perkotaan+Perdesaan 0,14 1,30 1,57 0,12 0,81 1,19

Lampiran 7.17 (Lanjutan)


Angka Putus Sekolah Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2022

Laki-laki +Perempuan
Tipe Daerah SD/ SMP/ SMA/
Sederajat Sederajat Sederajat
Perkotaan 0,09 0,83 1,28
Perdesaan 0,19 1,37 1,53
Perkotaan+Perdesaan 0,13 1,06 1,38

Lampiran 7.17.1
Sampling Error Angka Putus Sekolah SD/Sederajat
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2022
Laki+laki Perempuan

Selang
Selang
Kepercayaan
Tipe Daerah Relative Relative Kepercayaan 95%
Standar 95% Standard
Estimasi Standard Estimasi Standard
Error Error Batas Batas
Error (%) Batas Batas Error (%)
Bawah Atas
Bawah Atas

Perkotaan 0,10 0,03 30,07 0,04 0,16 0,07 0,02 28,70 0,03 0,11
Perdesaan 0,20 0,02 10,97 0,16 0,24 0,17 0,02 14,27 0,12 0,22
Perkotaan+
0,14 0,02 13,48 0,10 0,18 0,12 0,02 13,75 0,08 0,15
Perdesaan

204
Lampiran 7.18
Persentase Anak Umur 7-17 Tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
menurut Provinsi, Jenis kelamin dan Tipe Daerah, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 20,35 18,51 19,45 22,27 22,30 22,28 21,62 21,02 21,33
Sumatera Utara 11,80 13,76 12,73 16,52 17,69 17,09 13,95 15,59 14,74
Sumatera Barat 19,49 19,28 19,38 21,06 20,45 20,76 20,29 19,87 20,08
Riau 11,69 14,66 13,15 15,06 15,79 15,42 13,73 15,34 14,53
Jambi 15,60 13,90 14,77 9,07 9,39 9,22 11,22 10,88 11,05
Sumatera Selatan 13,36 13,42 13,39 12,81 12,89 12,85 13,01 13,09 13,05
Bengkulu 17,51 18,40 17,95 17,62 16,34 17,00 17,58 17,03 17,31
Lampung 20,17 16,60 18,40 20,28 21,41 20,82 20,24 19,83 20,04
Kepulauan Bangka Belitung 7,19 7,09 7,14 7,98 8,55 8,25 7,54 7,70 7,62
Kepulauan Riau 12,94 12,35 12,66 16,34 24,86 20,25 13,29 13,54 13,41
DKI Jakarta 14,15 12,90 13,54 14,15 12,90 13,54
Jawa Barat 13,52 13,92 13,71 15,73 16,68 16,19 13,99 14,50 14,24
Jawa Tengah 20,36 21,33 20,83 24,41 25,05 24,72 22,29 23,09 22,68
DI Yogyakarta 27,49 29,64 28,54 36,97 31,08 33,99 29,71 30,00 29,85
Jawa Timur 15,46 17,47 16,43 19,44 20,20 19,81 17,18 18,64 17,89
Banten 12,21 13,24 12,72 14,82 12,86 13,85 12,89 13,14 13,01
Bali 7,25 7,16 7,21 18,05 15,65 16,85 10,27 9,66 9,97
Nusa Tenggara Barat 25,31 23,48 24,40 17,66 18,48 18,06 21,42 20,99 21,21
Nusa Tenggara Timur 13,71 14,43 14,05 17,92 19,67 18,79 16,85 18,43 17,63
Kalimantan Barat 13,04 9,44 11,30 11,95 13,13 12,52 12,34 11,81 12,08
Kalimantan Tengah 7,94 5,10 6,54 9,55 10,94 10,22 8,88 8,48 8,69
Kalimantan Selatan 11,54 9,21 10,44 14,21 12,29 13,26 12,87 10,82 11,88
Kalimantan Timur 9,80 12,28 11,02 11,43 11,71 11,56 10,33 12,10 11,20
Kalimantan Utara 11,26 9,75 10,51 9,88 13,11 11,40 10,73 10,94 10,84
Sulawesi Utara 12,29 13,28 12,77 15,25 18,39 16,76 13,69 15,67 14,65
Sulawesi Tengah 15,31 16,01 15,65 18,79 19,06 18,92 17,74 18,11 17,92
Sulawesi Selatan 14,70 14,97 14,83 20,88 23,13 21,99 18,05 19,44 18,73
Sulawesi Tenggara 16,19 16,60 16,39 25,95 26,46 26,20 22,53 23,01 22,76
Gorontalo 23,13 22,69 22,91 25,51 33,24 29,30 24,47 28,55 26,49
Sulawesi Barat 23,81 26,13 24,95 24,51 26,41 25,43 24,37 26,35 25,33
Maluku 6,09 6,18 6,13 8,51 9,31 8,90 7,57 8,11 7,83
Maluku Utara 4,98 3,98 4,48 5,92 7,22 6,56 5,66 6,34 6,00
Papua Barat 8,58 9,38 8,97 9,81 8,15 9,02 9,31 8,66 9,00
Papua 9,76 10,40 10,06 20,31 21,31 20,77 17,21 18,04 17,59
Indonesia 14,81 15,33 15,06 18,12 18,79 18,45 16,25 16,83 16,53
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

205
Lampiran 7.18.1
Sampling Error Persentase Anak Laki-laki Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Provinsi, 2022

Standard Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 20,35 1,95 9,56 16,54 24,17
Sumatera Utara 11,80 0,99 8,37 9,86 13,73
Sumatera Barat 19,49 1,65 8,45 16,26 22,71
Riau 11,69 1,38 11,84 8,98 14,40
Jambi 15,60 1,87 12,00 11,93 19,27
Sumatera Selatan 13,36 1,47 11,02 10,47 16,24
Bengkulu 17,51 2,51 14,35 12,58 22,43
Lampung 20,17 1,80 8,93 16,63 23,70
Kep Bangka Belitung 7,19 1,23 17,09 4,78 9,60
Kep Riau 12,94 1,82 14,04 9,38 16,50
DKI Jakarta 14,15 1,18 8,33 11,84 16,46
Jawa Barat 13,52 0,66 4,89 12,22 14,82
Jawa Tengah 20,36 0,80 3,92 18,80 21,93
DI Yogyakarta 27,49 2,19 7,98 23,19 31,79
Jawa Timur 15,46 0,72 4,67 14,04 16,88
Banten 12,21 1,36 11,17 9,54 14,89
Bali 7,25 1,01 13,86 5,28 9,23
NTB 25,31 1,99 7,88 21,40 29,22
NTT 13,71 1,61 11,77 10,55 16,87
Kalimantan Barat 13,04 1,66 12,71 9,79 16,29
Kalimantan Tengah 7,94 1,54 19,41 4,92 10,96
Kalimantan Selatan 11,54 1,69 14,69 8,22 14,86
Kalimantan Timur 9,80 1,11 11,37 7,61 11,98
Kalimantan Utara 11,26 1,71 15,17 7,91 14,60
Sulawesi Utara 12,29 1,33 10,81 9,68 14,89
Sulawesi Tengah 15,31 2,10 13,71 11,20 19,42
Sulawesi Selatan 14,70 1,38 9,40 11,99 17,41
Sulawesi Tenggara 16,19 2,15 13,31 11,97 20,41
Gorontalo 23,13 3,11 13,42 17,05 29,22
Sulawesi Barat 23,81 3,79 15,92 16,38 31,25
Maluku 6,09 1,24 20,42 3,65 8,53
Maluku Utara 4,98 1,28 25,66 2,47 7,48
Papua Barat 8,58 1,58 18,43 5,48 11,69
Papua 9,76 1,85 18,91 6,14 13,38
Indonesia 14,81 0,27 1,84 14,27 15,34

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

206
Lampiran 7.18.2
Sampling Error Persentase Anak Perempuan Umur 7-17 Tahun di Perkotaan
yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Provinsi, 2022

Standard Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 18,51 1,75 9,47 15,07 21,94
Sumatera Utara 13,76 1,01 7,36 11,77 15,74
Sumatera Barat 19,28 1,57 8,15 16,20 22,36
Riau 14,66 1,59 10,87 11,54 17,78
Jambi 13,90 1,77 12,75 10,43 17,37
Sumatera Selatan 13,42 1,51 11,26 10,46 16,38
Bengkulu 18,40 2,91 15,79 12,71 24,10
Lampung 16,60 1,65 9,95 13,37 19,84
Kep Bangka Belitung 7,09 1,22 17,20 4,70 9,49
Kep Riau 12,35 1,93 15,64 8,56 16,13
DKI Jakarta 12,90 1,09 8,46 10,76 15,04
Jawa Barat 13,92 0,68 4,86 12,59 15,24
Jawa Tengah 21,33 0,83 3,89 19,70 22,95
DI Yogyakarta 29,64 2,42 8,18 24,89 34,40
Jawa Timur 17,47 0,83 4,75 15,84 19,10
Banten 13,24 1,45 10,95 10,39 16,08
Bali 7,16 1,11 15,43 5,00 9,33
NTB 23,48 1,94 8,27 19,68 27,29
NTT 14,43 1,83 12,67 10,85 18,02
Kalimantan Barat 9,44 1,40 14,77 6,71 12,18
Kalimantan Tengah 5,10 1,11 21,82 2,92 7,28
Kalimantan Selatan 9,21 1,21 13,16 6,83 11,58
Kalimantan Timur 12,28 1,31 10,69 9,71 14,86
Kalimantan Utara 9,75 2,22 22,78 5,40 14,10
Sulawesi Utara 13,28 1,50 11,26 10,35 16,21
Sulawesi Tengah 16,01 2,34 14,63 11,42 20,60
Sulawesi Selatan 14,97 1,47 9,83 12,09 17,85
Sulawesi Tenggara 16,60 1,93 11,63 12,81 20,38
Gorontalo 22,69 3,24 14,29 16,34 29,05
Sulawesi Barat 26,13 3,81 14,57 18,67 33,59
Maluku 6,18 1,38 22,35 3,47 8,88
Maluku Utara 3,98 1,41 35,41 1,22 6,74
Papua Barat 9,38 1,95 20,83 5,55 13,21
Papua 10,40 1,74 16,69 6,99 13,80
Indonesia 15,33 0,28 1,85 14,77 15,88

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

207
Lampiran 7.19
Persentase Anak Umur 7-17 tahun yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) dan
Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 12,76 11,17 11,98 13,64 12,89 13,27 13,35 12,31 12,84
Sumatera Utara 6,41 8,62 7,46 11,33 11,92 11,62 8,65 10,16 9,37
Sumatera Barat 11,35 9,17 10,28 12,22 11,19 11,72 11,79 10,19 11,01
Riau 8,29 10,00 9,14 10,46 10,81 10,64 9,61 10,49 10,04
Jambi 7,36 6,59 6,99 5,07 5,20 5,13 5,82 5,66 5,74
Sumatera Selatan 7,72 8,11 7,91 8,51 8,01 8,27 8,22 8,05 8,13
Bengkulu 10,88 10,00 10,44 11,30 10,34 10,83 11,16 10,23 10,70
Lampung 12,53 10,31 11,43 14,17 15,08 14,61 13,66 13,51 13,59
Kepulauan Bangka Belitung 4,25 4,70 4,48 4,92 5,73 5,31 4,54 5,13 4,83
Kepulauan Riau 8,02 7,36 7,70 8,87 18,13 13,12 8,10 8,39 8,24
DKI Jakarta 6,22 5,43 5,83 6,22 5,43 5,83
Jawa Barat 8,08 9,13 8,59 10,41 10,96 10,68 8,58 9,52 9,03
Jawa Tengah 12,70 13,85 13,26 17,60 17,59 17,59 15,03 15,62 15,32
DI Yogyakarta 14,16 16,88 15,49 22,77 20,39 21,57 16,18 17,74 16,95
Jawa Timur 8,52 9,46 8,98 13,04 13,04 13,04 10,47 11,00 10,73
Banten 6,20 8,22 7,19 8,56 7,56 8,07 6,81 8,05 7,42
Bali 5,27 5,24 5,26 12,06 9,49 10,78 7,17 6,49 6,84
Nusa Tenggara Barat 16,80 16,96 16,88 11,11 12,37 11,72 13,91 14,67 14,28
Nusa Tenggara Timur 5,42 4,86 5,15 11,81 13,74 12,77 10,18 11,62 10,89
Kalimantan Barat 6,50 4,99 5,77 7,81 9,10 8,43 7,35 7,63 7,48
Kalimantan Tengah 4,40 2,77 3,60 5,51 6,73 6,10 5,05 5,07 5,06
Kalimantan Selatan 9,26 5,38 7,43 7,77 7,01 7,39 8,52 6,23 7,41
Kalimantan Timur 3,82 5,67 4,73 6,96 7,99 7,45 4,85 6,39 5,60
Kalimantan Utara 8,17 7,82 7,99 8,08 6,73 7,45 8,13 7,43 7,79
Sulawesi Utara 6,21 6,34 6,27 8,25 10,23 9,21 7,18 8,16 7,65
Sulawesi Tengah 6,34 7,33 6,82 10,25 11,73 10,96 9,06 10,37 9,69
Sulawesi Selatan 9,10 10,16 9,61 13,71 15,80 14,74 11,60 13,25 12,41
Sulawesi Tenggara 10,92 12,04 11,46 18,96 18,66 18,81 16,14 16,34 16,24
Gorontalo 15,72 14,99 15,35 14,93 20,35 17,59 15,27 17,97 16,60
Sulawesi Barat 11,26 9,69 10,49 13,41 14,98 14,17 12,98 13,90 13,43
Maluku 3,06 2,95 3,01 6,12 6,49 6,30 4,93 5,13 5,03
Maluku Utara 3,50 3,42 3,46 3,92 4,14 4,03 3,81 3,95 3,88
Papua Barat 4,58 4,95 4,76 6,21 4,40 5,35 5,55 4,63 5,11
Papua 4,96 6,73 5,79 13,06 13,09 13,07 10,68 11,18 10,91
Indonesia 8,53 9,22 8,87 11,98 12,33 12,15 10,03 10,57 10,29
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

208
Lampiran 7.19.1
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 12,76 1,68 13,13 9,48 16,05
Sumatera Utara 6,41 0,74 11,54 4,96 7,85
Sumatera Barat 11,35 1,33 11,76 8,74 13,97
Riau 8,29 1,16 13,99 6,02 10,57
Jambi 7,36 1,50 20,37 4,42 10,30
Sumatera Selatan 7,72 1,14 14,73 5,49 9,94
Bengkulu 10,88 2,32 21,36 6,32 15,43
Lampung 12,53 1,49 11,87 9,62 15,45
Kep Bangka Belitung 4,25 0,90 21,21 2,48 6,01
Kep Riau 8,02 1,59 19,77 4,91 11,12
DKI Jakarta 6,22 0,83 13,29 4,60 7,84
Jawa Barat 8,08 0,52 6,42 7,07 9,10
Jawa Tengah 12,70 0,67 5,25 11,39 14,00
DI Yogyakarta 14,16 1,73 12,22 10,77 17,56
Jawa Timur 8,52 0,57 6,71 7,40 9,64
Banten 6,20 0,96 15,44 4,32 8,07
Bali 5,27 0,89 16,92 3,52 7,02
NTB 16,80 1,60 9,52 13,66 19,93
NTT 5,42 1,09 20,03 3,29 7,55
Kalimantan Barat 6,50 1,20 18,48 4,14 8,85
Kalimantan Tengah 4,40 1,21 27,48 2,03 6,76
Kalimantan Selatan 9,26 1,51 16,33 6,30 12,23
Kalimantan Timur 3,82 0,68 17,89 2,48 5,16
Kalimantan Utara 8,17 1,52 18,62 5,19 11,15
Sulawesi Utara 6,21 1,04 16,80 4,17 8,26
Sulawesi Tengah 6,34 1,33 20,93 3,74 8,93
Sulawesi Selatan 9,10 1,07 11,81 6,99 11,20
Sulawesi Tenggara 10,92 1,55 14,17 7,89 13,96
Gorontalo 15,72 2,64 16,79 10,55 20,89
Sulawesi Barat 11,26 2,89 25,64 5,60 16,92
Maluku 3,06 0,85 27,70 1,40 4,72
Maluku Utara 3,50 1,04 29,59 1,47 5,53
Papua Barat 4,58 0,97 21,09 2,69 6,48
Papua 4,96 1,35 27,19 2,32 7,60
Indonesia 8,53 0,21 2,49 8,11 8,94
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

209
Lampiran 7.19.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perempuan
Relative Selang Kepercayaan 95%
Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 11,17 1,48 13,22 8,28 14,06
Sumatera Utara 8,62 0,83 9,63 6,99 10,25
Sumatera Barat 9,17 1,08 11,73 7,06 11,28
Riau 10,00 1,44 14,35 7,19 12,82
Jambi 6,59 1,37 20,76 3,91 9,28
Sumatera Selatan 8,11 1,25 15,42 5,66 10,56
Bengkulu 10,00 2,82 28,18 4,47 15,52
Lampung 10,31 1,36 13,24 7,63 12,98
Kep Bangka Belitung 4,70 1,03 21,83 2,69 6,72
Kep Riau 7,36 1,70 23,13 4,02 10,69
DKI Jakarta 5,43 0,80 14,80 3,85 7,00
Jawa Barat 9,13 0,56 6,17 8,02 10,23
Jawa Tengah 13,85 0,72 5,19 12,45 15,26
DI Yogyakarta 16,88 1,75 10,37 13,45 20,31
Jawa Timur 9,46 0,60 6,36 8,29 10,64
Banten 8,22 1,14 13,85 5,99 10,45
Bali 5,24 1,00 19,15 3,27 7,21
NTB 16,96 1,64 9,69 13,74 20,18
NTT 4,86 1,17 24,14 2,56 7,15
Kalimantan Barat 4,99 1,12 22,35 2,81 7,18
Kalimantan Tengah 2,77 0,78 27,99 1,25 4,29
Kalimantan Selatan 5,38 0,88 16,30 3,66 7,10
Kalimantan Timur 5,67 0,98 17,28 3,75 7,59
Kalimantan Utara 7,82 1,74 22,22 4,41 11,23
Sulawesi Utara 6,34 1,03 16,21 4,32 8,35
Sulawesi Tengah 7,33 1,62 22,15 4,15 10,51
Sulawesi Selatan 10,16 1,34 13,15 7,54 12,78
Sulawesi Tenggara 12,04 1,80 14,96 8,51 15,57
Gorontalo 14,99 2,68 17,90 9,73 20,25
Sulawesi Barat 9,69 2,27 23,38 5,25 14,14
Maluku 2,95 0,83 28,02 1,33 4,57
Maluku Utara 3,42 1,38 40,33 0,72 6,12
Papua Barat 4,95 1,10 22,14 2,80 7,10
Papua 6,73 1,52 22,64 3,74 9,71
Indonesia 9,22 0,23 2,48 8,78 9,67
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

210
Lampiran 7.19.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak Umur 7-17 Tahun di Perkotaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 11,98 1,37 11,47 9,29 14,68
Sumatera Utara 7,46 0,63 8,49 6,22 8,70
Sumatera Barat 10,28 0,95 9,23 8,42 12,14
Riau 9,14 1,11 12,18 6,96 11,32
Jambi 6,99 1,05 15,09 4,92 9,05
Sumatera Selatan 7,91 0,96 12,19 6,02 9,80
Bengkulu 10,44 2,39 22,87 5,76 15,12
Lampung 11,43 1,22 10,65 9,05 13,82
Kep Bangka Belitung 4,48 0,73 16,27 3,05 5,90
Kep Riau 7,70 1,40 18,18 4,96 10,45
DKI Jakarta 5,83 0,71 12,09 4,45 7,21
Jawa Barat 8,59 0,43 4,96 7,75 9,42
Jawa Tengah 13,26 0,56 4,26 12,15 14,37
DI Yogyakarta 15,49 1,41 9,07 12,74 18,25
Jawa Timur 8,98 0,47 5,25 8,05 9,90
Banten 7,19 0,85 11,83 5,52 8,86
Bali 5,26 0,83 15,87 3,62 6,89
NTB 16,88 1,26 7,47 14,41 19,35
NTT 5,15 0,92 17,95 3,34 6,96
Kalimantan Barat 5,77 0,92 15,88 3,97 7,56
Kalimantan Tengah 3,60 0,84 23,37 1,95 5,24
Kalimantan Selatan 7,43 0,99 13,37 5,49 9,38
Kalimantan Timur 4,73 0,69 14,58 3,38 6,08
Kalimantan Utara 7,99 1,33 16,66 5,38 10,61
Sulawesi Utara 6,27 0,83 13,25 4,64 7,90
Sulawesi Tengah 6,82 1,18 17,32 4,51 9,14
Sulawesi Selatan 9,61 1,06 11,03 7,54 11,69
Sulawesi Tenggara 11,46 1,49 13,03 8,54 14,39
Gorontalo 15,35 2,23 14,50 10,99 19,72
Sulawesi Barat 10,49 2,18 20,77 6,22 14,76
Maluku 3,01 0,67 22,21 1,70 4,32
Maluku Utara 3,46 0,99 28,73 1,51 5,41
Papua Barat 4,76 0,81 17,12 3,16 6,36
Papua 5,79 1,31 22,68 3,22 8,37
Indonesia 8,87 0,18 2,01 8,52 9,22
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

211
Lampiran 7.19.2
Sampling Error Persentase Anak umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 13,64 0,99 7,27 11,70 15,59
Sumatera Utara 11,33 0,76 6,72 9,84 12,83
Sumatera Barat 12,22 0,97 7,91 10,33 14,11
Riau 10,46 1,07 10,22 8,36 12,56
Jambi 5,07 0,67 13,27 3,75 6,38
Sumatera Selatan 8,51 0,77 9,08 7,00 10,03
Bengkulu 11,30 1,20 10,64 8,94 13,66
Lampung 14,17 0,94 6,61 12,34 16,01
Kep Bangka Belitung 4,92 0,99 20,03 2,99 6,85
Kep Riau 8,87 2,60 29,36 3,76 13,97
DKI Jakarta
Jawa Barat 10,41 0,79 7,62 8,86 11,97
Jawa Tengah 17,60 0,83 4,70 15,97 19,22
DI Yogyakarta 22,77 2,65 11,63 17,58 27,97
Jawa Timur 13,04 0,73 5,63 11,60 14,47
Banten 8,56 1,51 17,58 5,61 11,52
Bali 12,06 1,70 14,12 8,72 15,40
NTB 11,11 1,18 10,64 8,79 13,42
NTT 11,81 0,62 5,23 10,60 13,02
Kalimantan Barat 7,81 0,78 9,97 6,28 9,34
Kalimantan Tengah 5,51 0,83 15,12 3,88 7,14
Kalimantan Selatan 7,77 0,94 12,05 5,94 9,61
Kalimantan Timur 6,96 1,42 20,37 4,18 9,73
Kalimantan Utara 8,08 2,01 24,92 4,13 12,03
Sulawesi Utara 8,25 1,05 12,71 6,20 10,31
Sulawesi Tengah 10,25 0,97 9,42 8,35 12,14
Sulawesi Selatan 13,71 0,88 6,40 11,99 15,43
Sulawesi Tenggara 18,96 1,13 5,94 16,75 21,17
Gorontalo 14,93 1,74 11,68 11,51 18,34
Sulawesi Barat 13,41 1,51 11,24 10,45 16,36
Maluku 6,12 0,84 13,72 4,47 7,76
Maluku Utara 3,92 0,65 16,69 2,64 5,20
Papua Barat 6,21 0,90 14,50 4,44 7,97
Papua 13,06 1,18 9,07 10,74 15,38
Indonesia 11,98 0,21 1,77 11,57 12,40
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

212
Lampiran 7.19.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang Memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 12,89 0,95 7,35 11,03 14,75
Sumatera Utara 11,92 0,74 6,23 10,46 13,37
Sumatera Barat 11,19 0,91 8,15 9,41 12,98
Riau 10,81 1,04 9,64 8,77 12,86
Jambi 5,20 0,69 13,26 3,85 6,55
Sumatera Selatan 8,01 0,71 8,84 6,62 9,40
Bengkulu 10,34 1,06 10,30 8,25 12,43
Lampung 15,08 0,97 6,44 13,18 16,99
Kep Bangka Belitung 5,73 1,05 18,38 3,67 7,79
Kep Riau 18,13 3,13 17,28 11,99 24,27
DKI Jakarta
Jawa Barat 10,96 0,82 7,49 9,35 12,57
Jawa Tengah 17,59 0,83 4,70 15,97 19,21
DI Yogyakarta 20,39 2,64 12,94 15,22 25,57
Jawa Timur 13,04 0,77 5,88 11,54 14,55
Banten 7,56 1,22 16,20 5,16 9,96
Bali 9,49 1,43 15,13 6,67 12,30
NTB 12,37 1,39 11,23 9,65 15,10
NTT 13,74 0,70 5,09 12,37 15,11
Kalimantan Barat 9,10 0,92 10,13 7,29 10,91
Kalimantan Tengah 6,73 1,73 25,69 3,34 10,12
Kalimantan Selatan 7,01 0,83 11,85 5,38 8,63
Kalimantan Timur 7,99 1,73 21,65 4,60 11,37
Kalimantan Utara 6,73 2,36 35,11 2,10 11,36
Sulawesi Utara 10,23 1,26 12,35 7,76 12,71
Sulawesi Tengah 11,73 1,01 8,61 9,75 13,71
Sulawesi Selatan 15,80 0,95 5,98 13,95 17,66
Sulawesi Tenggara 18,66 1,07 5,73 16,57 20,75
Gorontalo 20,35 2,06 10,11 16,32 24,38
Sulawesi Barat 14,98 1,50 10,04 12,03 17,92
Maluku 6,49 0,88 13,49 4,77 8,20
Maluku Utara 4,14 0,60 14,37 2,98 5,31
Papua Barat 4,40 0,67 15,31 3,08 5,72
Papua 13,09 1,09 8,32 10,95 15,22
Indonesia 12,33 0,21 1,74 11,91 12,75
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

213
Lampiran 7.19.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak umur 7-17 Tahun di Perdesaan yang memperoleh
Program Indonesia Pintar (PIP) dan memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
menurut Provinsi dan Jenis kelamin, 2022
Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 13,27 0,88 6,62 11,55 14,99
Sumatera Utara 11,62 0,62 5,34 10,40 12,83
Sumatera Barat 11,72 0,77 6,58 10,21 13,23
Riau 10,64 0,92 8,67 8,83 12,44
Jambi 5,13 0,54 10,48 4,08 6,19
Sumatera Selatan 8,27 0,61 7,42 7,07 9,47
Bengkulu 10,83 0,95 8,80 8,96 12,70
Lampung 14,61 0,80 5,46 13,04 16,17
Kep Bangka Belitung 5,31 0,76 14,41 3,81 6,81
Kep Riau 13,12 2,57 19,61 8,08 18,16
DKI Jakarta
Jawa Barat 10,68 0,65 6,09 9,41 11,95
Jawa Tengah 17,59 0,64 3,66 16,33 18,86
DI Yogyakarta 21,57 2,18 10,08 17,31 25,84
Jawa Timur 13,04 0,60 4,59 11,87 14,21
Banten 8,07 1,14 14,11 5,84 10,30
Bali 10,78 1,24 11,52 8,34 13,21
NTB 11,72 1,00 8,55 9,76 13,69
NTT 12,77 0,56 4,35 11,68 13,85
Kalimantan Barat 8,43 0,71 8,38 7,04 9,81
Kalimantan Tengah 6,10 1,10 17,99 3,95 8,25
Kalimantan Selatan 7,39 0,76 10,22 5,91 8,87
Kalimantan Timur 7,45 1,26 16,96 4,97 9,92
Kalimantan Utara 7,45 2,02 27,14 3,49 11,41
Sulawesi Utara 9,21 1,00 10,88 7,24 11,17
Sulawesi Tengah 10,96 0,79 7,19 9,41 12,50
Sulawesi Selatan 14,74 0,75 5,10 13,26 16,21
Sulawesi Tenggara 18,81 0,91 4,86 17,02 20,61
Gorontalo 17,59 1,56 8,88 14,53 20,65
Sulawesi Barat 14,17 1,15 8,15 11,91 16,43
Maluku 6,30 0,70 11,08 4,93 7,66
Maluku Utara 4,03 0,52 12,98 3,00 5,06
Papua Barat 5,35 0,68 12,65 4,02 6,67
Papua 13,07 1,01 7,72 11,09 15,05
Indonesia 12,15 0,17 1,42 11,81 12,49
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

214
bab 8
PERUMAHAN DAN SANITASI
PERSENTASE ANAK YANG TINGGAL DI RUMAH TANGGA
YANG MEMILIKI AKSES AIR MINUM LAYAK DAN SANITASI
LAYAK MENURUT TIPE DAERAH TAHUN 2022

MINUM LAYAK SANITASI LAYAK

95,33 83,94

84,44 76,95

90,61 80,91

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Provinsi dengan Akses Air


Minum Layak Terendah

SUMBAR
(68,81%)

KALSEL PAPUA
(76,59%) (70,51%)
BENGKULU
(73,90%)

PAPUA
(47,34%)

NTT
(71,56%)

Provinsi dengan Sanitasi


Layak Terendah

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

KemenPPPA Profil Anak Indonesia 2023


Over v ie w
Perumahan dan sanitasi merupakan dua dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs), yakni tujuan ke-11 dan tujuan ke-6. Beberapa upaya yang
dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut adalah dengan mendistribusikan
kepemilikan tanah secara layak, layanan infrastruktur, skema pembiayaan, undang-undang,
kebijakan dan peraturan, perencanaan yang holistik, serta pembangunan dan pemerataan akses
sanitasi bagi seluruh masyarakat (Bappenas, 2017).

Sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan


pada bidang perumahan dan sanitasi, pada bab ini akan diuraikan kondisi anak Indonesia yang
ditinjau dari aspek perumahan dan sanitasi dalam dua pokok bahasan. Pertama, akan dijabarkan
bahasan tentang status kepemilikan bangunan tempat tinggal anak di Indonesia. Kedua,
pembahasan tentang akses air minum dan sanitasi yang layak bagi anak. Kedua pokok bahasan ini
adalah aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan anak dan meminimalisasi permasalahan
yang terkait dengan kesehatan anak.

8.1. Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal


Status kepemilikan bangunan tempat tinggal atau rumah adalah status kepemilikan rumah
yang ditempati dilihat dari sisi anggota keluarga yang menempatinya saat sensus berlangsung (BPS,
2020). Status kepemilikan bangunan tempat tinggal dapat mencerminkan kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Tempat tinggal dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki empat
aspek, yaitu: 1) kondisi psikososial, ekonomi, dan budaya yang dihasilkan penghuni; 2) konstruksi,
bahan, dan kualitas interior; 3) infrastruktur lingkungan; dan 4) tatanan sosial lingkungan sekitar.
Apabila keempat aspek tersebut dapat dipenuhi oleh tempat tinggal yang ditempati keluarga, maka
hal tersebut dapat menjamin rasa aman, perlindungan, dan kesehatan tiap anggota keluarga serta
dapat menunjang terpenuhinya kesejahteraan anggota keluarga termasuk anak. Lingkungan keluarga
dan tempat tinggal yang sehat dan ramah anak dapat menunjang tercapainya tumbuh kembang anak
secara optimal (Kemen PPPA, 2020).

8.1.1. Persentase Anak Menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, status kepemilikan bangunan tempat
tinggal dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) milik sendiri; 2) kontrak/sewa; dan 3) bebas
sewa. Status kepemilikan milik sendiri adalah status yang dimiliki keluarga terhadap bangunan
tempat tinggalnya saat rumah yang ditempati merupakan milik kepala keluarga atau milik
dari salah satu anggota keluarga. Status kepemilikan kontrak/sewa berarti bangunan tempat

216
tinggal atau rumah disewa oleh kepala keluarga atau salah satu anggota keluarga dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pemilik dan penyewa. Selain itu, status
kepemilikan bangunan tempat tinggal bebas sewa (menumpang) adalah status yang dimiliki
keluarga saat rumah yang ditempati diperoleh dari pihak selain anggota keluarga dan rumah
ditempati tanpa mengeluarkan suatu pembayaran dalam bentuk apapun (BPS, 2020). Hasil
analisis terhadap status kepemilikan tempat tinggal anak berdasarkan tipe daerah pada tahun
2022 dipresentasikan pada Gambar 8.1.

90,26

81,83
75,39

Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan dan Perdesaan

14,01
10,60 11,54
6,63 8,31
1,43

Milik Sendiri Kontrak/Sewa Bebas Sewa

Gambar 8.1 Persentase Anak Menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Sebesar 75,39 persen anak di daerah perkotaan dan 90,26 persen anak di daerah
perdesaan memiliki status kepemilikan bangunan tempat tinggal milik sendiri. Sedangkan
10,60 persen anak di daerah perkotaan dan 1,43 persen anak di daerah perdesaan memiliki
status kepemilikan tempat tinggal kontrak/sewa. Sementara itu, sebanyak 14,01 persen anak
di daerah perkotaan dan 8,31 persen anak di daerah perdesaan memiliki status kepemilikan
bangunan tempat tinggal bebas sewa. Hal ini mengindikasikan bahwa anak yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan memiliki persentase status kepemilikan bangunan tempat tinggal
milik sendiri yang lebih rendah dan status kepemilikan tempat tinggal kontrak/sewa serta bebas

217
sewa lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang bertempat tinggal di daerah perdesaan.

Data ini selaras dengan hasil penelitian oleh Soesilo (2000) yang menunjukkan bahwa
status rendahnya kepemilikan tempat tinggal di wilayah perkotaan diprediksi akibat harga
tempat tinggal di wilayah perkotaan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tempat
tinggal di perdesaan. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa harga tanah dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti jarak dan kualitas lingkungan (Soesilo, 2000). Tingginya harga
tempat tinggal di wilayah perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya bahwa
daerah perkotaan memiliki fasilitas sosial ekonomi seperti pasar, pertokoan, sekolah, rumah
sakit, perkantoran, terminal, jalan raya, dan tempat wisata/hiburan (Bintarto, 1983) yang
lebih banyak dibandingkan daerah perdesaan. Harga tanah yang lebih tinggi ini membuat
beberapa keluarga di daerah perkotaan memutuskan untuk lebih memilih menyewa rumah
dibandingkan keluarga di perdesaan yang lebih banyak memiliki status kepemilikan bangunan
milik sendiri.

8.1.2. Persentase Anak Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Bangunan


Tempat Tinggal
Persentase anak menurut provinsi dan status kepemilikan bangunan tempat tinggal
tahun 2022 dipresentasikan pada Lampiran 8.1. Data menunjukkan bahwa tiga provinsi
yang memiliki persentase anak dengan status kepemilikan bangunan tempat tinggal tertinggi
adalah Provinsi Sulawesi Barat (92,48 persen), Provinsi Nusa Tenggara Timur (90,72 persen)
dan Provinsi Lampung (90,61 persen).

Status kepemilikan bangunan tempat tinggal yang tinggi pada ketiga provinsi tersebut
didukung oleh aktivitas ekonomi mayoritas agraris yang menyebabkan daya beli masyarakat
pada ketiga provinsi tersebut cukup tinggi. Misalnya, Provinsi Sulawesi Barat memiliki
potensi komoditas terbesar lemak dan minyak hewani/nabati (BPS Provinsi Sulawesi Barat,
2023), Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan komoditas unggulan berupa ikan, rumput
laut, serta kopi bubuk (KatongNTT.com, 2022), dan Provinsi Lampung memiliki komoditas
unggulan berupa kopi robusta dan lada hitam (Kompas.id, 2023). Faktor ini yang diprediksi
menyebabkan masyarakat pada ketiga provinsi tersebut memiliki kemampuan untuk membeli
properti bagi keluarganya. Selain itu masyarakat pada ketiga provinsi tersebut lebih banyak
bertempat tinggal di daerah perdesaan.

Hal ini sesuai dengan cakupan luas wilayah kabupaten yang lebih besar dibandingkan
kota dimana Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki 21 kabupaten dan satu kota
dengan cakupan luas wilayah kota hanya 159,33 km2 dari total luas wilayah 46.446,64 km2
(BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2022). Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari enam

218
kabupaten dan tidak memiliki daerah kota dengan total luas wilayah sebesar 16.787,18 km2
(BPS Sulawesi Barat, 2021) dan Provinsi Lampung yang memiliki 13 kabupaten dan dua kota
dengan total luas kota sebesar 256,93 km2 dari total luas wilayah 33.318,48 km2 (BPS Provinsi
Lampung, 2022). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika capaian status kepemilikan tempat
tinggal anak di tiga wilayah tersebut tinggi di level nasional.

Sementara itu, Provinsi Jakarta merupakan provinsi yang memiliki persentase anak
dengan status kepemilikan bangunan tempat tinggal milik sendiri terendah, yaitu sebesar
47,69 persen. Disamping itu, Provinsi Jakarta juga menjadi provinsi yang memiliki persentase
anak dengan status kepemilikan bangunan tempat kontrak/sewa dan bebas sewa tertinggi
dengan masing-masing sebesar 28,78 persen dan 23,53 persen. Hal ini dapat dilihat dari luasan
cakupan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jakarta dimana Provinsi Jakarta yang terdiri dari
1 kabupaten administrasi dan 5 kota administrasi.

Selain itu, harga properti di provinsi Jakarta yang sangat tinggi menyebabkan banyak
masyarakat tidak memiliki kapasitas untuk membeli. Ditambah lagi, masyarakat di Provinsi
Jakarta yang merupakan daerah perkotaan menyebabkan masyarakat lebih banyak yang
menyewa tempat tinggal dibandingkan dengan provinsi lainnya. Dengan demikian tidak
mengherankan jika status kepemilikan tempat tinggal anak di Provinsi Jakarta paling rendah
secara nasional.

8.2. Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi Layak


Air bersih adalah air yang aman, sehat, dan baik untuk diminum, tidak berwarna, tidak
berbau, dan memiliki rasa yang segar. Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 mendeskripsikan bahwa
air untuk keperluan higiene sanitasi adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari
dengan kualitas tertentu yang kualitasnya berbeda dengan kualitas air minum. Sementara itu, sanitasi
merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih yang bertujuan untuk mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran atau bahan buangan berbahaya lainnya dengan
harapan akan terwujudnya peningkatan kesehatan manusia (Notoatmodjo dalam Ikhsani, 2016).

Air dan sanitasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Adanya pengelolaan air bersih
yang baik juga akan berkaitan dengan pengelolaan sanitasi. Terwujudnya fasilitas sanitasi yang layak
dan memenuhi standar serta diikuti dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh
masyarakat dapat meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat. Namun, air dan sanitasi yang buruk
akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat (Suryani,
2020).

219
8.2.1. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air
Minum Layak Menurut Tipe Daerah
Persentase anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki akses air minum
layak menurut tipe daerah pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 8.2. Data Susenas
tahun 2022 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lebih dari sepuluh persen dalam
persentase anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki akses air minum layak
menurut tipe daerah. Sebanyak 95,33 persen anak di daerah perkotaan memiliki
akses air minum layak dan 4,67 persen lainnya tidak memiliki akses air minum layak.

95,33
90,61
84,44

15,56
9,39
4,67

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan

Memiliki Akses Air Minum Layak Tidak Memiliki Akses Air Minum Layak

Gambar 8.2 Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air
Minum Layak Menurut Tipe Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

Sementara itu, sebanyak 84,44 persen anak di daerah perdesaan sudah memiliki
akses air minum layak dan 15,56 persen anak lainnya tidak memiliki akses air minum
layak. Besarnya angka persentase anak yang tidak memiliki akses air minum layak di daerah
perdesaan sudah seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar baik dari pemerintah pusat
maupun daerah. Hal ini karena air minum yang layak adalah salah satu kebutuhan dasar anak
yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembangnya. Ketiadaan air minum layak dalam jumlah

220
yang dibutuhkan oleh seseorang dapat menjadi awal dari beragam permasalahan kesehatan di
masyarakat khususnya pada anak-anak sebagai kelompok rentan, seperti stunting, kematian
bayi, dan penularan berbagai virus serta penyakit lainnya (Suryani, 2020).

8.2.2. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air
Minum Layak Menurut Provinsi
Persentase anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki akses air minum
layak menurut provinsi di tahun 2022 disajikan pada Gambar 8.3. Data Susenas tahun
2022 menunjukkan bahwa Provinsi Papua masih menjadi provinsi dengan persentase
anak dengan akses air minum layak terendah di Indonesia, yaitu lebih rendah 20,1 persen
dibandingkan dengan persentase nasional. Meskipun terdapat kenaikan persentase akses air
minum layak di Provinsi Papua pada tahun 2022 menjadi 70,51 persen dibandingkan dengan
capaian akses air minum layak pada tahun 2021 (62,96 persen) (Susenas, 2021), Provinsi
Papua masih menjadi provinsi dengan akses air minum layak terendah secara nasional.

221
Bali 98,32
DKI Jakarta 97,66
DI Yogyakarta 96,65
Gorontalo 95,86
Nusa Tenggara Barat 95,55
Jawa Timur 95,35
Sulawesi Tenggara 94,64
Jawa Tengah 93,70
Sulawesi Utara 93,69
Jawa Barat 93,17
Banten 92,64
Sulawesi Selatan 92,04
Kepulauan Riau 91,75
Maluku 91,36
Sumatera Utara 90,78
Indonesia 90,61
Riau 89,63
Kalimantan Utara 89,54
Aceh 89,30
Maluku Utara 87,65
Kalimantan Timur 86,62
Sulawesi Tengah 86,51
Nusa Tenggara Timur 86,15
Sumatera Selatan 86,01
Sumatera Barat 84,07
Lampung 81,14
Kalimantan Barat 80,54
Sulawesi Barat 80,52
Papua Barat 79,98
Bangka Belitung 79,35
Jambi 78,67
Kalimantan Tengah 77,42
Kalimantan Selatan 76,59
Bengkulu 73,90
Papua 70,51

Gambar 8.3 Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air
Minum Layak Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

222
8.2.3. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses
Sanitasi Layak Menurut Tipe Daerah
Persentase anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak
menurut tipe daerah pada tahun 2022 dipresentasikan pada Gambar 8.4. Data menunjukkan
bahwa masih terdapat perbedaan antara akses sanitasi layak di daerah perkotaan dan perdesaan.
Daerah perkotaan memiliki akses sanitasi layak yang lebih tinggi (83,94 persen) dibandingkan
dengan daerah perdesaan (76,95 persen). Hal ini harus menjadi perhatian bersama karena
target terkait sanitasi layak tertuang pada RPJMN 2020-2024 yakni akses sanitasi layak di
Indonesia sebesar 90 persen harus dapat tercapai pada tahun 2024. Hal lainnya bahwa akses
100 persen sanitasi layak bagi tiap masyarakat menjadi target SDGs pada tahun 2030.

83,94
80,91
76,95

23,05
19,09
16,06

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan


Tidak Memiliki Akses Sanitasi Layak Memiliki Akses Sanitasi Layak

Gambar 8.4 Persentase Anak yang TInggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi
Layak Menurut Tipe Daerah Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

223
8.2.4. Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses
Sanitasi Layak Menurut Provinsi
Hasil analisis persentase anak yang tinggal di rumah tangga yang memiliki
akses sanitasi layak menurut Provinsi pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 8.5. Data
menunjukkan bahwa Provinsi DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan akses sanitasi layak
terbesar di Indonesia dengan persentase 96,26 persen. Sementara itu, Provinsi Papua menjadi
provinsi dengan akses sanitasi layak terendah dengan persentase sebesar 47,34 persen.

Namun, jika mengacu pada data Susenas tahun 2021, Provinsi DI Yogyakarta
mengalami penurunan persentase sebesar 0,53 persen pada tahun 2022 dan Provinsi Papua
mengalami kenaikan persentase sebesar 7,24 persen pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu adanya komitmen bersama antara pemerintah dan berbagai pihak yang terkait
untuk tetap menjalankan program dan melakukan evaluasi terkait peningkatan akses sanitasi
layak agar persentase akses sanitasi layak dapat terus meningkat dan menjadi 100 persen.

224
DI Yogyakarta 96,26
Bali 95,94
DKI Jakarta 92,87
Sulawesi Selatan 92,38
Bangka Belitung 91,88
Kalimantan Timur 89,54
Kepulauan Riau 86,66
Sulawesi Tenggara 86,64
Banten 85,83
Riau 84,90
Jawa Tengah 84,62
Nusa Tenggara Barat 83,94
Kalimantan Selatan 83,57
Jawa Timur 83,04
Lampung 82,97
Sulawesi Utara 82,86
Kalimantan Utara 81,35
Indonesia 80,91
Sumatera Utara 79,71
Gorontalo 79,66
Bengkulu 79,47
Sumatera Selatan 79,08
Jambi 79,03
Sulawesi Barat 78,78
Kalimantan Barat 77,37
Aceh 77,26
Maluku Utara 76,81
Jawa Barat 74,51
Kalimantan Tengah 74,31
Maluku 73,59
Papua Barat 72,50
Sulawesi Tengah 72,02
Nusa Tenggara Timur 71,56
Sumatera Barat 68,81
Papua 47,34

Gambar 8.5 Persentase Anak yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi
Layak Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

225
Lampiran 8.1
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun menurut Provinsi dan
Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022

Provinsi Milik Sendiri Kontrak/Sewa Bebas Sewa


Aceh 81,69 5,26 13,06
Sumatera Utara 65,64 13,37 20,99
Sumatera Barat 70,18 8,46 21,37
Riau 72,68 11,53 15,79
Jambi 84,08 4,52 11,39
Sumatera Selatan 81,23 5,22 13,56
Bengkulu 85,41 4,51 10,08
Lampung 90,61 2,76 6,63
Bangka Belitung 88,09 4,74 7,17
Kepulauan Riau 75,90 16,92 7,18
DKI Jakarta 47,69 28,78 23,53
Jawa Barat 79,84 7,76 12,40
Jawa Tengah 89,62 1,72 8,66
DI Yogyakarta 83,84 6,11 10,05
Jawa Timur 89,34 3,51 7,16
Banten 83,87 8,02 8,11
Bali 84,02 10,36 5,62
Nusa Tenggara Barat 90,24 1,43 8,33
Nusa Tenggara Timur 90,72 2,50 6,78
Kalimantan Barat 89,92 2,12 7,96
Kalimantan Tengah 79,13 4,32 16,55
Kalimantan Selatan 80,15 6,29 13,57
Kalimantan Timur 72,04 13,39 14,57
Kalimantan Utara 73,04 11,36 15,60
Sulawesi Utara 76,03 3,12 20,85
Sulawesi Tengah 88,80 2,70 8,50
Sulawesi Selatan 86,36 3,12 10,53
Sulawesi Tenggara 90,02 2,32 7,66
Gorontalo 83,06 0,58 16,36
Sulawesi Barat 92,48 0,57 6,95
Maluku 85,04 3,16 11,80
Maluku Utara 90,33 1,86 7,81
Papua Barat 84,32 5,85 9,83
Papua 83,76 6,23 10,01
Indonesia 81,83 6,63 11,54

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

226
Lampiran 8.1.1
Sampling Error Persentase Anak dengan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal
Kontrak/Sewa menurut Provinsi, 2022

Standard Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 5,26 0,42 7,95 4,50 6,14
Sumatera Utara 13,37 0,58 4,34 12,27 14,55
Sumatera Barat 8,46 0,56 6,66 7,42 9,63
Riau 11,53 0,62 5,38 10,37 12,80
Jambi 4,53 0,52 11,53 3,60 5,67
Sumatera Selatan 5,22 0,54 10,40 4,25 6,39
Bengkulu 4,51 0,55 12,17 3,55 5,72
Lampung 2,76 0,31 11,13 2,21 3,43
Bangka Belitung 4,75 0,59 12,54 3,70 6,06
Kepulauan Riau 16,92 1,36 8,04 14,41 19,76
DKI Jakarta 28,78 1,28 4,44 26,34 31,35
Jawa Barat 7,77 0,36 4,63 7,09 8,50
Jawa Tengah 1,72 0,14 8,15 1,46 2,01
DI Yogyakarta 6,11 0,83 13,66 4,66 7,97
Jawa Timur 3,51 0,24 6,79 3,07 4,01
Banten 8,02 0,59 7,39 6,93 9,27
Bali 10,36 0,97 9,33 8,61 12,42
Nusa Tenggara Barat 1,43 0,37 25,66 0,86 2,37
Nusa Tenggara Timur 2,50 0,29 11,65 1,99 3,14
Kalimantan Barat 2,12 0,30 13,93 1,61 2,78
Kalimantan Tengah 4,32 0,43 9,95 3,55 5,25
Kalimantan Selatan 6,29 0,53 8,51 5,31 7,42
Kalimantan Timur 13,39 0,87 6,52 11,77 15,20
Kalimantan Utara 11,36 1,31 11,56 9,02 14,21
Sulawesi Utara 3,12 0,43 13,69 2,38 4,07
Sulawesi Tengah 2,70 0,45 16,64 1,95 3,74
Sulawesi Selatan 3,12 0,54 17,18 2,22 4,36
Sulawesi Tenggara 2,32 0,41 17,75 1,63 3,28
Gorontalo 0,58 0,17 30,15 0,32 1,04
Sulawesi Barat 0,57 0,20 34,67 0,29 1,13
Maluku 3,16 0,47 15,01 2,35 4,24
Maluku Utara 1,86 0,44 23,52 1,17 2,95
Papua Barat 5,85 0,66 11,33 4,67 7,29
Papua 6,23 0,57 9,17 5,20 7,45
Indonesia 6,63 0,12 1,74 6,41 6,86

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

227
Lampiran 8.2
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun di Perkotaan menurut Provinsi
dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022

Provinsi Milik sendiri Kontrak/Sewa Bebas Sewa


Aceh 73,70 11,06 15,24
Sumatera Utara 58,52 19,08 22,40
Sumatera Barat 62,49 13,63 23,88
Riau 62,21 22,18 15,61
Jambi 74,26 11,34 14,40
Sumatera Selatan 71,57 11,46 16,97
Bengkulu 78,17 11,16 10,67
Lampung 82,34 7,01 10,65
Bangka Belitung 84,65 6,79 8,56
Kepulauan Riau 74,43 18,36 7,21
DKI Jakarta 47,69 28,78 23,53
Jawa Barat 76,74 9,52 13,74
Jawa Tengah 84,78 2,94 12,28
DI Yogyakarta 80,63 7,93 11,44
Jawa Timur 84,74 5,80 9,46
Banten 80,26 10,56 9,18
Bali 80,85 14,22 4,93
Nusa Tenggara Barat 85,38 2,60 12,02
Nusa Tenggara Timur 78,26 9,53 12,20
Kalimantan Barat 83,64 4,77 11,59
Kalimantan Tengah 71,79 8,63 19,58
Kalimantan Selatan 72,11 11,36 16,53
Kalimantan Timur 67,76 17,89 14,35
Kalimantan Utara 65,37 15,90 18,73
Sulawesi Utara 67,68 5,16 27,17
Sulawesi Tengah 81,00 7,58 11,42
Sulawesi Selatan 79,32 6,33 14,35
Sulawesi Tenggara 83,17 5,53 11,31
Gorontalo 75,65 0,92 23,43
Sulawesi Barat 91,77 1,38 6,85
Maluku 77,83 6,43 15,74
Maluku Utara 83,78 5,95 10,26
Papua Barat 73,99 13,22 12,79
Papua 61,19 18,13 20,68
Indonesia 75,39 10,60 14,01
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

228
Lampiran 8.2.1
Sampling Error Persentase Anak di Perkotaan menurut Provinsi dan
Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal Kontrak/Sewa, 2022

Standard Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Estimasi
Error Standard Error % Batas Bawah Batas Atas
Aceh 11,06 1,14 10,34 9,00 13,51
Sumatera Utara 19,08 1,01 5,29 17,18 21,14
Sumatera Barat 13,63 1,09 7,96 11,64 15,90
Riau 22,18 1,39 6,27 19,57 25,04
Jambi 11,34 1,45 12,77 8,78 14,53
Sumatera Selatan 11,46 1,36 11,88 9,04 14,43
Bengkulu 11,16 1,58 14,14 8,40 14,68
Lampung 7,01 0,90 12,83 5,44 9,01
Bangka Belitung 6,79 0,99 14,57 5,08 9,03
Kepulauan Riau 18,36 1,50 8,18 15,59 21,50
DKI Jakarta 28,78 1,28 4,44 26,34 31,35
Jawa Barat 9,52 0,45 4,74 8,67 10,44
Jawa Tengah 2,94 0,25 8,52 2,49 3,47
DI Yogyakarta 7,93 1,09 13,79 6,02 10,36
Jawa Timur 5,80 0,41 7,05 5,05 6,66
Banten 10,56 0,79 7,44 5,05 6,66
Bali 14,22 1,32 9,30 11,81 17,02
Nusa Tenggara Barat 2,60 0,72 27,49 1,51 4,45
Nusa Tenggara Timur 9,54 1,21 12,73 7,40 12,21
Kalimantan Barat 4,77 0,76 15,85 3,48 6,50
Kalimantan Tengah 8,63 0,94 10,89 6,95 10,67
Kalimantan Selatan 11,36 1,05 9,25 9,45 13,59
Kalimantan Timur 17,89 1,24 6,90 15,59 20,44
Kalimantan Utara 15,90 1,98 12,42 12,37 20,20
Sulawesi Utara 5,16 0,78 15,15 3,82 6,93
Sulawesi Tengah 7,58 1,43 18,91 5,19 10,94
Sulawesi Selatan 6,33 1,15 18,13 4,42 9,00
Sulawesi Tenggara 5,53 1,14 20,59 3,67 8,25
Gorontalo 0,92 0,32 35,26 0,46 1,85
Sulawesi Barat 1,38 0,74 53,35 0,47 3,96
Maluku 6,43 1,08 16,85 4,60 8,93
Maluku Utara 5,95 1,51 25,40 3,58 9,75
Papua Barat 13,22 1,67 12,60 10,26 16,88
Papua 18,13 1,76 9,71 14,92 21,86
Indonesia 10,60 0,20 1,85 10,23 11,00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

229
Lampiran 8.3
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun di Perdesaan
menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022

Provinsi Milik Sendiri Kontrak/Sewa Bebas Sewa


Aceh 85,78 2,28 11,94
Sumatera Utara 73,95 6,71 19,33
Sumatera Barat 77,79 3,33 18,88
Riau 79,68 4,42 15,90
Jambi 88,87 1,20 9,92
Sumatera Selatan 87,03 1,46 11,51
Bengkulu 89,05 1,17 9,78
Lampung 94,55 0,73 4,72
Bangka Belitung 92,64 2,04 5,33
Kepulauan Riau 88,99 4,08 6,93
DKI Jakarta 0,00 0,00 0,00
Jawa Barat 91,45 1,17 7,37
Jawa Tengah 94,95 0,37 4,68
DI Yogyakarta 94,00 0,35 5,65
Jawa Timur 95,28 0,54 4,18
Banten 94,28 0,71 5,01
Bali 91,94 0,72 7,34
Nusa Tenggara Barat 95,18 0,24 4,58
Nusa Tenggara Timur 94,63 0,29 5,07
Kalimantan Barat 93,49 0,62 5,89
Kalimantan Tengah 84,45 1,19 14,36
Kalimantan Selatan 87,75 1,48 10,76
Kalimantan Timur 81,09 3,87 15,03
Kalimantan Utara 86,52 3,39 10,09
Sulawesi Utara 85,31 0,85 13,84
Sulawesi Tengah 92,31 0,50 7,19
Sulawesi Selatan 92,29 0,40 7,30
Sulawesi Tenggara 93,80 0,55 5,65
Gorontalo 88,74 0,31 10,95
Sulawesi Barat 92,66 0,36 6,98
Maluku 89,62 1,08 9,30
Maluku Utara 92,85 0,29 6,86
Papua Barat 91,38 0,81 7,81
Papua 94,21 0,71 5,08
Indonesia 90,26 1,43 8,31
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

230
Lampiran 8.3.1
Sampling Error Persentase Anak di Perdesaan menurut Provinsi
dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022

Kontrak/Sewa

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 2,28 0,23 10,28 1,87 2,79
Sumatera Utara 6,71 0,40 5,96 5,97 7,54
Sumatera Barat 3,33 0,36 10,90 2,69 4,12
Riau 4,42 0,46 10,41 3,60 5,42
Jambi 1,20 0,26 21,54 0,79 1,83
Sumatera Selatan 1,46 0,20 13,93 1,11 1,92
Bengkulu 1,17 0,25 21,75 0,76 1,79
Lampung 0,73 0,14 19,07 0,50 1,06
Bangka Belitung 2,04 0,48 23,43 1,28 3,22
Kepulauan Riau 4,08 1,37 33,62 2,08 7,85
DKI Jakarta
Jawa Barat 1,18 0,19 16,28 0,85 1,62
Jawa Tengah 0,37 0,10 26,37 0,22 0,62
DI Yogyakarta 0,35 0,24 68,61 0,09 1,36
Jawa Timur 0,54 0,11 21,08 0,36 0,82
Banten 0,71 0,24 34,64 0,36 1,39
Bali 0,72 0,24 33,89 0,37 1,40
Nusa Tenggara Barat 0,24 0,09 38,60 0,11 0,52
Nusa Tenggara Timur 0,29 0,07 22,71 0,19 0,46
Kalimantan Barat 0,62 0,18 28,72 0,35 1,08
Kalimantan Tengah 1,19 0,27 22,92 0,76 1,87
Kalimantan Selatan 1,48 0,28 18,68 1,03 2,14
Kalimantan Timur 3,87 0,67 17,31 2,75 5,43
Kalimantan Utara 3,39 1,12 32,92 1,76 6,44
Sulawesi Utara 0,85 0,21 24,86 0,52 1,39
Sulawesi Tengah 0,50 0,15 29,09 0,28 0,89
Sulawesi Selatan 0,40 0,11 27,10 0,24 0,69
Sulawesi Tenggara 0,55 0,15 27,71 0,32 0,94
Gorontalo 0,31 0,18 57,38 0,10 0,97
Sulawesi Barat 0,36 0,16 44,30 0,15 0,86
Maluku 1,08 0,39 35,90 0,53 2,18
Maluku Utara 0,29 0,11 38,67 0,13 0,61
Papua Barat 0,81 0,20 24,50 0,50 1,31
Papua 0,71 0,16 21,74 0,47 1,09
Indonesia 1,43 0,05 3,42 1,34 1,53

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

231
Lampiran 8.3.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Anak di Perdesaan menurut Provinsi
dan Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2022

Bebas Sewa

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 11,94 0,58 4,84 10,85 13,12
Sumatera Utara 19,33 0,85 4,39 17,72 21,05
Sumatera Barat 18,88 0,96 5,06 17,07 20,83
Riau 15,90 1,37 8,63 13,39 18,79
Jambi 9,93 1,02 10,25 8,10 12,11
Sumatera Selatan 11,51 0,71 6,16 10,19 12,98
Bengkulu 9,78 1,08 11,06 7,85 12,13
Lampung 4,72 0,41 8,71 3,98 5,60
Bangka Belitung 5,33 1,01 18,90 3,66 7,70
Kepulauan Riau 6,93 1,69 24,35 4,25 11,11
DKI Jakarta
Jawa Barat 7,37 0,56 7,61 6,35 8,55
Jawa Tengah 4,68 0,36 7,61 4,03 5,43
DI Yogyakarta 5,65 1,49 26,33 3,33 9,43
Jawa Timur 4,18 0,40 9,49 3,47 5,00
Banten 5,01 0,75 14,90 3,73 6,00
Bali 7,34 1,10 14,99 5,45 9,82
Nusa Tenggara Barat 4,58 0,60 13,16 3,53 5,92
Nusa Tenggara Timur 5,08 0,38 7,50 4,38 5,88
Kalimantan Barat 5,89 0,50 8,44 4,99 6,95
Kalimantan Tengah 14,36 1,38 9,61 11,86 17,29
Kalimantan Selatan 10,76 0,88 8,22 9,15 12,63
Kalimantan Timur 15,03 2,09 13,92 11,36 19,64
Kalimantan Utara 10,09 2,00 19,77 6,77 14,79
Sulawesi Utara 13,84 1,00 7,23 11,99 15,92
Sulawesi Tengah 7,19 0,62 8,58 6,07 8,50
Sulawesi Selatan 7,30 0,46 6,33 6,45 8,26
Sulawesi Tenggara 5,65 0,44 7,71 4,86 6,57
Gorontalo 10,95 1,10 10,04 8,96 13,31
Sulawesi Barat 6,98 0,79 11,31 5,58 8,70
Maluku 9,30 1,01 10,81 7,50 11,47
Maluku Utara 6,86 0,77 11,21 5,49 8,53
Papua Barat 7,82 0,81 10,41 6,36 9,57
Papua 5,08 0,57 11,15 4,07 6,31
Indonesia 8,31 0,14 1,73 8,04 8,60

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

232
Lampiran 8.4
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Air Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Aceh 95,16 86,29 89,30
Sumatera Utara 95,81 84,91 90,78
Sumatera Barat 91,97 76,24 84,07
Riau 93,98 86,74 89,63
Jambi 91,04 72,63 78,67
Sumatera Selatan 92,98 81,82 86,01
Bengkulu 84,11 68,78 73,90
Lampung 87,59 78,07 81,14
Bangka Belitung 84,46 72,59 79,35
Kepulauan Riau 92,97 80,91 91,75
DKI Jakarta 97,66 0,00 97,66
Jawa Barat 95,01 86,29 93,17
Jawa Tengah 96,92 90,17 93,70
DI Yogyakarta 97,79 93,06 96,65
Jawa Timur 97,13 93,03 95,35
Banten 96,59 81,23 92,64
Bali 99,05 96,49 98,32
Nusa Tenggara Barat 97,65 93,40 95,55
Nusa Tenggara Timur 96,62 82,86 86,15
Kalimantan Barat 88,77 75,87 80,54
Kalimantan Tengah 87,94 69,80 77,42
Kalimantan Selatan 88,22 65,57 76,59
Kalimantan Timur 94,28 70,42 86,62
Kalimantan Utara 96,91 76,61 89,54
Sulawesi Utara 95,74 91,42 93,69
Sulawesi Tengah 95,30 82,54 86,51
Sulawesi Selatan 95,83 88,84 92,04
Sulawesi Tenggara 94,99 94,46 94,64
Gorontalo 98,62 93,74 95,86
Sulawesi Barat 96,10 76,47 80,52
Maluku 97,36 87,55 91,36
Maluku Utara 98,67 83,40 87,65
Papua Barat 92,25 71,60 79,98
Papua 90,26 61,37 70,51
Indonesia 95,33 84,44 90,61
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

233
Lampiran 8.5
Persentase Anak Usia 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga
yang Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Aceh 87,40 72,05 77,26
Sumatera Utara 87,28 70,88 79,71
Sumatera Barat 76,22 61,47 68,81
Riau 91,79 80,31 84,90
Jambi 84,87 76,18 79,03
Sumatera Selatan 89,08 73,07 79,08
Bengkulu 74,99 81,72 79,47
Lampung 73,67 87,40 82,97
Bangka Belitung 93,97 89,12 91,88
Kepulauan Riau 89,84 58,35 86,66
DKI Jakarta 92,87 0,00 92,87
Jawa Barat 74,74 73,65 74,51
Jawa Tengah 84,26 85,01 84,62
DI Yogyakarta 95,75 97,85 96,26
Jawa Timur 85,87 79,37 83,04
Banten 89,44 75,42 85,83
Bali 97,07 93,11 95,94
Nusa Tenggara Barat 85,12 82,74 83,94
Nusa Tenggara Timur 79,90 68,94 71,56
Kalimantan Barat 82,18 74,63 77,37
Kalimantan Tengah 82,34 68,50 74,31
Kalimantan Selatan 88,20 79,19 83,57
Kalimantan Timur 92,35 83,59 89,54
Kalimantan Utara 80,27 83,25 81,35
Sulawesi Utara 85,49 79,93 82,86
Sulawesi Tengah 81,46 67,76 72,02
Sulawesi Selatan 93,19 91,70 92,38
Sulawesi Tenggara 89,69 84,96 86,64
Gorontalo 92,24 70,03 79,66
Sulawesi Barat 77,81 79,03 78,78
Maluku 82,29 68,04 73,59
Maluku Utara 90,83 71,41 76,81
Papua Barat 80,35 67,14 72,50
Papua 78,83 32,76 47,34
Indonesia 83,94 76,95 80,91
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

234
ANAK YANG MEMBUTUHKAN
bab 9
PERLINDUNGAN KHUSUS

Pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan,


pengangguran, pendidikan, dan kesehatan,
secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan, di mana pendidikan dapat dijadikan
prioritas dalam mengentaskan kemiskinan.
(Tubaka, 2019)

PERSENTASE ANAK YANG HIDUP DI


BAWAH GARIS KEMISKINAN TERTINGGI

Papua Papua
Maluku NTT
Barat

20,80% 24,03% 25,14% 31,51%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

TREN PERSENTASE PEKERJA ANAK


KONSEP PEKERJA ANAK : MENURUT PROVINSI (TAHUN 2019-2022)
Anak yang berumur 5-12
tahun yang bekerja 2.30%
minimal satu jam per
minggu; 1,82%
Anak yang berumur 13-14 1,58% 1,74%
tahun yang bekerja lebih
dari 15 jam minggu;
Anak yang berumur 15-17
tahun yang bekerja lebih
dari 40 jam per minggu
2019 2020 2021 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

JUMLAH KASUS DAN JUMLAH KORBAN KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA)


YANG TERLAPORKAN MELALUI SIMFONI PPA TAHUN 2017 – 2022
17.641
15.971

12.982 16.106
12.101 12.285 12.245
14.517
Jumlah Korban
11.708 11.278
10.895 11.057
Jumlah Kasus

2017 2018 2019 2020 2021 2022

JUMLAH KORBAN KEKERASAN ANAK TERTINGGI, 2022 (TAHUN PENGINPUTAN):


Berdasarkan Jenis Kekerasan Berdasarkan Hubungan Pelaku

Seksual (9.588) Psikis (4.162) Fisik (3.746) Pacar/Teman (3.097) Orang Tua (2.259) Tetangga (1.334)

Sumber: Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA)

KemenPPPA Profil Anak Indonesia 2023


Over v ie w
Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus
Bagi Anak, perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak
dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman
yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya. Bab ini terdiri atas empat sub bab
pembahasan, yaitu anak yang hidup di bawah garis kemiskinan, anak bekerja, pekerja anak, serta
kekerasan terhadap anak.

9.1. Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan


Disebutkan dalam Dokumen Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia
Tahun 2021, bahwa dalam mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan
konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar atau dikenal dengan istilah basic needs approach.
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan (makanan dan bukan
makanan). Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
di bawah garis kemiskinan (BPS, 2021). Garis kemiskinan mencerminkan nilai rupiah pengeluaran
minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan,
baik kebutuhan makanan maupun non-makanan (BPS, 2023). Dengan demikian, anak yang hidup
di bawah garis kemiskinan dapat dimaknai sebagai anak yang hidup pada keluarga dengan kondisi
ekonomi berada di bawah batas yang didasarkan pada pengeluaran atau pendapatan minimum untuk
memperoleh makanan dan pengeluaran bukan makanan, sehingga tidak dapat hidup secara layak.

9.1.1. Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Menurut Provinsi
dan Tipe Daerah
Berita Resmi Statistik No. 07/01/Th. XXVI, 16 Januari 2023 menginformasikan bahwa
pada September 2022, garis kemiskinan Indonesia sebesar Rp. 535.547 per kapita per bulan
(BPS, 2023). Nilai ini meningkat sebesar 5,95 persen dibandingkan pada Maret 2023 yaitu
Rp 505.469 per kapita per bulan. Secara nasional pada tahun 2022, sebesar 11,80 persen
anak hidup di bawah garis kemiskinan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan total persentase
penduduk miskin Indonesia yaitu 9,54 persen. Hasil analisis persentase anak yang hidup di
bawah garis kemiskinan menurut provinsi pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.1.

236
Papua 31,51
Papua Barat 25,14
Nusa Tenggara Timur 24,03
Maluku 20,80
Gorontalo 18,20
Aceh 18,14
Bengkulu 17,75
Nusa Tenggara Barat 16,39
Sulawesi Tengah 16,12
Sumatera Selatan 14,76
Sulawesi Barat 14,68
Sulawesi Tenggara 14,58
Lampung 13,82
DI Yogyakarta 13,39
Jawa Tengah 12,36
Sumatera Utara 11,89
Jawa Timur 11,86
Indonesia 11,80
Sulawesi Selatan 10,89
Jambi 10,24
Jawa Barat 10,19
Sulawesi Utara 10,11
Kalimantan Utara 9,53
Riau 8,79
Kepulauan Riau 8,23
Kalimantan Timur 8,17
Banten 8,15
Sumatera Barat 7,98
Kalimantan Barat 7,81
Maluku Utara 7,63
Kalimantan Tengah 6,59
Bali 6,12
DKI Jakarta 6,08
Bangka Belitung 5,48
Kalimantan Selatan 5,24

Gambar 9.1 Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022

237
Data pada tahun 2022 menunjukkan hasil yang sama dengan tahun 2021, yaitu,
terdapat empat provinsi di wilayah Indonesia Timur dengan persentase anak yang hidup di
bawah garis kemiskinan tertinggi di Indonesia dengan persentase lebih dari 20 persen, yaitu:
1) Papua (31,51 persen); 2) Papua Barat (25,14 persen); 3) Nusa Tenggara Timur (24,03
persen); serta 4) Maluku (20,80 persen). Apabila ditinjau berdasarkan tipe daerah (Lampiran
9.1), persentase anak yang hidup di bawah garis kemiskinan terbanyak untuk daerah perkotaan
terdapat pada Provinsi Bengkulu (19,40 persen), sedangkan untuk daerah perdesaan terdapat
pada Provinsi Papua (43,19 persen).

Penelitian tentang Analisis Kemiskinan di Kawasan Indonesia Timur, menemukan


bahwa pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, pengangguran, pendidikan, dan
kesehatan, secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan, di mana pendidikan
dapat dijadikan prioritas dalam mengentaskan kemiskinan (Tubaka, 2019). Ditinjau dari
beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan kondisi kemiskinan di empat provinsi
tersebut, diketahui bahwa:

1. Provinsi Papua

Penelitian tentang kemiskinan di Provinsi Papua menemukan bahwa pertumbuhan


penduduk, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan jumlah penduduk berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan (Hany & Mafruhat, 2023).

2. Provinsi Papua Barat

Pengeluaran Pemerintah Provinsi Papua Barat di sektor pendidikan tidak berpengaruh


signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Hal ini tidak dapat terlepas dari kondisi
masyarakat, di mana orang tua di Provinsi Papua cenderung lebih mendorong anak mereka
untuk bekerja atau membantu pekerjaan orang tua, dibandingkan harus bersekolah.
Sehingga, berapa pun banyaknya anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk sektor
pendidikan tidak lantas menjadikan anak usia sekolah untuk bersekolah, selama tidak
diimbangi dengan penyuluhan terhadap orang tua tentang pentingnya pendidikan
(Futunanembun, Rorong, & Siwu, 2023).

3. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta jumlah penduduk,


memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi NTT (Nalle, Seran,
& Bria, 2022).

4. Provinsi Maluku

Tingginya kemiskinan di Provinsi Maluku dapat disebabkan oleh tingginya ketimpangan

238
pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan ketimpangan pendapatan
berbanding lurus dengan kenaikan kemiskinan (Lasaiba, 2023).

Apabila ditinjau secara nasional, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh


terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret 2022 – September 2022, yaitu (BPS, 2023):

1. Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM);


2. Inflasi pada bulan September 2022;
3. Melambatnya pertumbuhan ekonomi;
4. Naiknya harga eceran beberapa komoditas pokok (beras, gula pasir, tepung terigu, cabai
merah, dan telur ayam ras);
5. Masih adanya pengangguran;

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan di suatu wilayah


menjadi salah satu hal penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Diharapkan pemerintah
pusat, daerah, maupun masyarakat dapat memberikan perhatian khusus untuk meminimalisir
jumlah anak yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga anak dapat terhindar dari
kerusakan atau gangguan jangka panjang dalam hal tumbuh kembangnya, baik itu dalam hal
fisik maupun psikis.

9.2. Anak yang Bekerja


Pasal 68 Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 menjelaskan
bahwa, anak dilarang untuk dipekerjakan oleh pengusaha. Selanjutnya pada Pasal
69 dijelaskan bahwa, kondisi anak yang bekerja dapat dikecualikan bagi anak yang
berusia 13 sampai dengan 15 tahun untuk melakukan pekerjaan, selama aktivitas
tersebut tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak.

9.2.1. Anak yang masuk dalam Angkatan Kerja dan Anak yang Bekerja
Pemerintah terus berupaya dalam menurunkan jumlah anak yang bekerja, salah
satu upaya adalah bekerja sama dengan International Labour Organization (ILO), melalui
program International Program Eliminate of Child Labour (IPEC) atau penghapusan pekerja
anak. International Labour Organization (ILO) juga mengarahkan agar adanya sudut pandang
yang lebih objektif dan bijak, bahwa tidak semua pekerjaan yang dilakukan oleh anak harus
diklasifikasikan sebagai pekerjaan anak yang harus ditargetkan untuk dihapuskan. Partisipasi
anak dalam aktivitas pekerjaan yang tidak mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi
atau mengganggu sekolah, misalnya seperti membantu orang tua, membantu bisnis keluarga
atau mendapatkan uang saku selama liburan, dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermanfaat

239
dan sarana belajar bagi anak. Karena anak akan memiliki keterampilan dan pengalaman
berkaitan dengan dunia kerja, serta terbiasa untuk melakukan hal produktif (ILO, 2022).

9.2.1.1. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Termasuk Angkatan Kerja
Menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan
lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran
(BPS, 2023). Namun pada publikasi ini dihitung anak umur 10-17 tahun yang masuk ke
angkatan kerja, untuk melihat gambaran kondisi anak yang masuk dalam angkatan kerja di
Indonesia. Persentase anak umur 10-17 tahun yang termasuk angkatan kerja menurut provinsi,
tipe daerah, dan jenis kelamin pada tahun 2021 disajikan pada Lampiran 9.2. Berdasarkan
tipe daerah, persentase anak umur 10-17 tahun yang masuk Angkatan kerja di perdesaan
lebih tinggi (11,06 persen) dibandingkan di perkotaan (7,47 persen). Sedangkan ditinjau
berdasarkan provinsi, provinsi dengan persentase tertinggi anak masuk angkatan kerja di
perkotaan dan di perdesaan, berturut-turut berada di Provinsi Sulawesi Barat (15,38 persen)
dan di Provinsi Bali (23,96 persen).

Jika dianalisis berdasarkan jenis kelamin pada lingkup nasional, baik di perkotaan
maupun di perdesaan, anak laki-laki memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan anak
perempuan. Persentase tertinggi anak laki-laki yang termasuk angkatan kerja untuk daerah
perkotaan dan perdesaan, masing-masing berada di Provinsi Sulawesi Barat, yaitu anak laki-
laki di perkotaan sebesar 16,42 persen, dan di perdesaan sebesar 27,25 persen. Sedangkan
persentase anak perempuan tertinggi yang termasuk angkatan kerja untuk daerah perkotaan
dan perdesaan, berturut-turut yaitu Provinsi Kalimantan Utara (19,09 persen) dan Provinsi
Bali (24,41 persen). Kondisi tersebut menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dari kondisi
pada tahun sebelumnya.

9.2.1.2. Tren Persentase Anak yang Bekerja (2018-2022)


Selama periode 2018 sampai dengan 2022, terjadi fluktuasi dalam banyaknya anak
yang bekerja. Tren persentase anak yang bekerja pada tahun 2018 hingga 2022 disajikan pada
Gambar 9.2. Sejak tahun 2018 hingga 2019, persentase anak bekerja menurun dari 7,05 persen
menjadi 6,35 persen. Setelah itu, pada tahun 2020 terjadi peningkatan persentase hingga
mencapai 10,51 persen. Nilai tersebut selanjutnya menurun hingga mencapai 7,50 persen
pada tahun 2022. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa tingginya persentase anak
bekerja pada tahun 2020 diakibatkan oleh tingginya tekanan ekonomi rumah tangga akibat
pandemi COVID-19, sehingga mendorong anak untuk membantu perekonomian keluarga

240
dengan bekerja (Hasyim, Puspitasari, & Veriyanto, 2022).

10,51

8,89
7,50
7,05
6,35

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 9.2 Tren Persentase Anak yang Bekerja (Tahun 2018-2022)

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2018-2022

9.2.1.3. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin
Persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja menurut tipe daerah dan jenis
kelamin pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.3. Jika Ditinjau dari tipe daerah, persentase
anak di perdesaan umur 10-17 tahun yang bekerja lebih tinggi (10,18 persen) dibandingkan
dengan anak di perkotaan (5,40 persen). Hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin, anak
perempuan di perkotaan yang bekerja lebih tinggi (5,80 persen) dibandingkan anak laki-laki
di perkotaan (5,01 persen). Sementara itu, persentase anak laki-laki di perdesaan lebih tinggi
(11,31 persen) dibandingkan anak perempuan (9,00 persen). Beberapa penelitian menemukan
beberapa faktor yang mendorong anak untuk bekerja, yaitu: tekanan ekonomi, eksploitasi
orang tua, budaya masyarakat, rendahnya pendapatan orang tua akibat tingkat pendidikan
yang rendah, serta kondisi orang tua Tunggal (Artini, Daeng, & Agustiani, 2023); (Nadine &
Nasution, 2023); (Nubatonis, Jacob, & Bire, 2023).

241
11,31
10,18
9,00
7,79 7,50
7,20
5,80
5,40
5,01

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

Gambar 9.3 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

9.2.1.4. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Provinsi
Secara nasional, terdapat sebanyak 7,50 persen anak umur 10-17 tahun yang bekerja
di Indonesia pada tahun 2022. Hasil analisis persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja
menurut provinsi pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.4. Data menunjukkan bahwa
terdapat 11 provinsi dengan persentase anak bekerja lebih dari 10 persen, di mana semuanya
berada di wilayah tengah dan timur Indonesia.

242
Sulawesi Barat 20,78
Papua 16,66
Nusa Tenggara Timur 16,52
Gorontalo 13,78
Nusa Tenggara Barat 13,27
Bali 13,21
Sulawesi Tenggara 13,20
Sumatera Utara 13,09
Sulawesi Selatan 12,56
Sulawesi Tengah 11,24
Kalimantan Utara 10,83
Sumatera Barat 9,63
Lampung 8,99
Kalimantan Barat 8,46
Papua Barat 8,37
Indonesia 7,50
Maluku Utara 7,13
Maluku 7,13
Sumatera Selatan 6,99
Bengkulu 6,72
Bangka Belitung 6,57
Jawa Tengah 6,39
Kalimantan Tengah 6,27
Riau 6,17
Kalimantan Selatan 5,94
Kepulauan Riau 5,89
Jawa Timur 5,85
Sulawesi Utara 5,58
DI Yogyakarta 5,54
Jawa Barat 5,22
Kalimantan Timur 5,10
Aceh 4,70
Jambi 4,66
Banten 4,42
DKI Jakarta 1,82

Gambar 9.4 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

243
Sementara itu, data persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja menurut provinsi
dibandingkan dengan persentase anak yang hidup di bawah garis kemiskinan menurut
provinsi, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 9.5.

Gambar 9.5 Perbandingan Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut
Provinsi dengan Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

Pada 11 provinsi dengan persentase anak bekerja yang lebih dari 10 persen, terlihat
bahwa diketahui persentase anak yang hidup di bawah garis kemiskinannya juga cukup tinggi,
dan melebihi persentase anak yang bekerja, seperti terlihat di Provinsi Papua, NTT, Gorontalo,
NTB, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Sementara itu terdapat perbedaan pola pada
provinsi lainnya (Sulawesi Barat, Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Kalimantan
Utara), dimana persentase anak yang bekerja lebih tinggi dari persentase jumlah anak yang
hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang
mendorong anak untuk bekerja, dan diperlukan adanya kajian yang lebih spesifik di masing-
masing wilayah untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
anak untuk bekerja.

244
9.2.2. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama
Lapangan pekerjaan utama adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha tempat
seseorang bekerja. Dalam pembahasan ini, bidang pekerjaan yang menjadi fokus kajian adalah
pertanian, manufaktur dan jasa. Persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja menurut
tipe daerah, dan lapangan pekerjaan utama dapat dilihat pada Gambar 9.6. Hasil analisis
data berdasarkan tipe daerah, secara keseluruhan anak umur 10-17 tahun yang bekerja di
perkotaan, memiliki persentase tertinggi pada lapangan pekerjaan jenis jasa (71,33 persen).
Sementara anak di perdesaan, memiliki persentase tertinggi pada lapangan pekerjaan jenis
pertanian (51,11 persen).

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

11,89
9,53 34,28
51,11
71,33 50,89
19,14
37,00
14,82
Pertanian Manufaktur
Jasa

Gambar 9.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin, Tipe
Daerah dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

Hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa anak perempuan
di perkotaan yang bekerja pada lapangan pekerjaan jenis jasa lebih tinggi (78,79 persen)
dibandingkan anak laki-laki (62,89 persen) (Lampiran 9.4). Sementara itu, anak laki-laki di
perdesaan yang bekerja pada lapangan pekerjaan jenis pertanian lebih tinggi (60,43 persen)
jika dibandingkan dengan anak perempuan (38,89 persen). Selain karena perdesaan identik
dengan pertanian, beberapa faktor lainnya teridentifikasi menjadi penyebab anak laki-laki
di perdesaan memilih bekerja pada pekerjaan jenis pertanian, yaitu (Ramdan, Rosyadi, &
Kusuma, 2023):

245
1. Pola asuh orang tua yang mendorong dan mengajarkan anak untuk bekerja;
2. Inisiatif pribadi membantu orang tua karena kondisi dan usia orang tua;
3. Mengikuti teman sebaya yang juga bekerja sehingga dapat menyambung silaturahmi dengan
teman; serta
4. Harapan mendapatkan imbalan sehingga dapat ditabung atau untuk memenuhi kebutuhan.

9.2.3. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Sektor Pekerjaan
Utama
Terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam pembahasan mengenai sektor
pekerjaan utama, yaitu sektor formal dan informal. Mengacu pada BPS (2022), pekerja
formal mencakup status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai,
sedangkan sisanya termasuk ke dalam pekerja informal. Pekerja informal adalah penduduk
yang bekerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/
buruh tak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/ tak dibayar (BPS, 2022).

Menurut International Labour Organization (ILO), pekerja informal adalah tenaga


kerja yang rentan, karena tidak mendapatkan hak yang layak sebagaimana pekerja formal.
Beberapa contoh dari pekerjaan informal adalah petani, pedagang, tukang bangunan, tukang
jahit, dan sebagainya. Sementara itu, pekerjaan sektor formal adalah pekerjaan yang sesuai
dengan peraturan yang sah. Pekerja formal akan memperoleh perlindungan hukum kontrak
kerja resmi, serta berada dalam organisasi berbadan hukum, sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan. Pekerja formal dapat dikenal juga sebagai tenaga kerja yang terlatih.

Persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja menurut jenis kelamin, tipe
daerah dan sektor pekerjaan utama disajikan pada Gambar 9.8. Berdasarkan jenis kelamin,
baik anak laki-laki maupun perempuan, mayoritas bekerja pada pekerjaan informal,
dengan persentase masing-masing sebesar 85,70 persen (laki-laki) dan 90,03 persen
(perempuan). Pola yang sama juga ditunjukkan berdasarkan tipe daerah, yaitu baik anak-
anak di perkotaan maupun perdesaan, mayoritas bekerja pada pekerjaan informal, dengan
persentase masing-masing sebesar 84,02 persen (perkotaan) dan 90,28 persen (perdesaan).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak bekerja pada sektor informal. Hal tersebut
tidak dapat dipisahkan dari mekanisme pekerjaan formal, sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu adanya aturan-aturan yang mengikat, diantaranya adalah batasan usia
dan keterampilan yang harus dimiliki. Oleh karena itu, pekerja anak tidak dapat bekerja
di sektor formal karena alasan usia dan minimnya keterampilan yang dimiliki. Mirisnya,
pada wilayah perkotaan ditemukan anak-anak yang harus bekerja dengan cara mengamen,
mengemis, dan pekerjaan lainnya yang dapat dilakukan di jalanan (Mahdiyah, 2023).

246
85,70 90,03 87,75 84,02 90,28 87,75

14,30 9,97 12,25 15,98 9,72 12,25

Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perkotaan Perdesaan Perkotaan +


Perempuan Perdesaan

Sektor Formal Sektor Informal

Gambar 9.7 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin,
Tipe Daerah dan Sektor Pekerjaan Utama Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

Anak yang bekerja khususnya anak yang mengalami tekanan ekonomi keluarga yang
tinggi, cenderung memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan apa saja. Kondisi ini tentu
harus mendapatkan perhatian dan perlindungan khusus dari berbagai pihak. Penelitian
(Hamdani, Nooraeni, & Lumaksono, 2023) menemukan bahwa kondisi anak yang bekerja
karena kondisi ekonomi akan berakibat pada rendahnya pendidikan yang mereka terima, lalu
memicu rendahnya pekerjaan dan pendapatan yang diterima karena minimnya pengetahuan
dan keterampilan. Sementara itu, penelitian (Anugraha, Suryanti, & Suud, 2023) menemukan
bahwa anak yang dieksploitasi oleh orang tua untuk bekerja di jalanan cenderung melakukan
tindakan agresi kepada teman sebaya dan anak yang lebih muda, sehingga memicu terjadinya
perkelahian.

9.2.4. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada
Pekerjaan Utama
Jam kerja ialah lamanya durasi waktu yang digunakan oleh anak umur 10-17 tahun
untuk bekerja dari seluruh pekerjaan, tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja
yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan selama satu minggu. Pasal 69 dan 71 Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa, pengusaha yang
mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan dipersyaratkan untuk memberlakukan waktu
kerja selama maksimum tiga jam dalam satu hari.

247
9.2.4.1. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis
Kelamin dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama
Persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja menurut jenis kelamin dan jam
kerja pada pekerjaan utama pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.9. Berdasarkan Survei
Angkatan Kerja Nasional tahun 2022, ditinjau dari jenis kelamin, baik anak laki-laki maupun
perempuan, paling banyak melakukan pekerjaan selama 14 jam dalam sepekan, atau rata-rata
dua jam per hari, dengan persentase berturut-turut sebesar 53,64 persen (anak laki-laki) dan
53,62 persen (anak perempuan).

Berdasarkan jam kerja, persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja pada
pekerjaan utama dari tertinggi hingga terendah, yaitu anak bekerja selama 14 jam (53,63
persen); 15-40 jam (33,72 persen); lebih dari 40 jam (12,22 persen); dan 0 jam (0,43 persen).
Adanya jumlah anak yang bekerja selama 15-40 jam per minggu (lebih dari dua jam sampai
dengan mencapai enam jam per hari), serta lebih dari 40 jam per minggu (lebih dari enam
jam per hari), mengindikasikan bahwa terdapat anak-anak di Indonesia yang bekerja dengan
durasi waktu melebihi batas maksimum yang diperkenankan (tiga jam per hari). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian bahwa pekerja anak banyak yang dipekerjakan dengan jam kerja yang
tidak sesuai dengan usianya, serta melebihi kemampuan yang dimiliki (Kurniawan, 2018).

0,62

Laki-Laki 53,64 31,15 14,59

0,23

Perempuan 53,62 36,59 9,56

0,43

Laki-Laki + Perempuan 53,63 33,72 12,22

0 jam 14 jam 15-40 jam > 40 jam

Gambar 9.8 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

248
9.2.4.2. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe
Daerah dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama
Berdasarkan tipe daerah, baik secara keseluruhan, maupun di perkotaan dan
perdesaan, anak umur 10-17 tahun paling banyak bekerja dengan durasi 14 jam dalam satu
pekan (Gambar 9.10). Data menunjukkan bahwa persentase anak yang bekerja di perdesaan
lebih tinggi (54,87 persen) dibandingkan anak yang bekerja di perkotaan (51,81 persen).
Tingginya persentase anak yang bekerja di perdesaan diprediksi disebabkan oleh banyaknya
anak di wilayah desa yang bekerja pada sektor pertanian sebagai sektor informal. Hal tersebut
tidak terlepas dari kondisi bahwa sektor pekerjaan pertanian yang paling banyak terdapat di
wilayah perdesaan adalah sektor pekerjaan yang tidak memiliki aturan yang jelas dan mengikat,
salah satunya dalam hal durasi kerja.

0,39

Perkotaan 51,81 33,26 14,53

0,46

Perdesaan 54,87 34,03 10,64

0,43

Perkotaan + Perdesaan 53,63 33,72 12,22

0 jam 14 jam 15-40 jam > 40 jam

Gambar 9.9 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe Daerah
dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

9.2.5. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
Utama
Dalam konteks pekerja anak, status pekerjaan utama adalah jenis kedudukan seorang
anak dalam melakukan pekerjaan utama di suatu unit usaha/kegiatan. Terdapat empat
pekerjaan utama yang dibahas dalam dokumen ini, yaitu (BPS, 2023):

1. Berusaha: anak bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko secara ekonomi.
2. Buruh/ karyawan/ pegawai: anak yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/

249
perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
3. Pekerja bebas: anak yang bekerja pada orang lain/ majikan/ institusi yang tidak tetap dengan
menerima upah atau imbalan, baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem
pembayaran harian maupun borongan.
4. Pekerja keluarga/ tidak dibayar: anak yang bekerja membantu orang lain yang berusaha
dengan tidak mendapat upah/ gaji, baik berupa uang maupun barang.

9.2.5.1. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe
Daerah dan Status Pekerjaan Utama
Persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja menurut tipe daerah dan
status pekerjaan utama pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.10. Secara keseluruhan,
persentase tertinggi untuk status pekerjaan utama pada tahun 2022 ditunjukkan oleh jenis
pekerja keluarga/ tidak dibayar (78,48 persen). Hal tersebut mengindikasikan bahwa anak-
anak menjalankan tugas untuk membantu pekerjaan orang tua dan/ atau pengasuhnya.

4,28 4,44

Perkotaan 15,94 75,35

4,72 5,02

Perdesaan 9,66 80,60

4,54 4,78

Perkotaan + Perdesaan 12,20 78,48

Berusaha Buruh/ karyawan/ pegawai Pekerja bebas Pekerja keluarga/ tidak dibayar

Gambar 9.10 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe Daerah
dan Status Pekerjaan Utama Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

Berdasarkan tipe daerah, persentase anak di perdesaan yang bekerja, lebih tinggi
dibandingkan anak di perkotaan dengan status pekerjaan antara lain: 1) Berusaha (4,72
persen); 2) Pekerja bebas (5,02 persen); serta 3) Pekerja keluarga/ tidak dibayar (80,60 persen).
Sementara itu, anak di perkotaan yang bekerja, lebih tinggi dibandingkan anak di perdesaan

250
pada status pekerjaan buruh/ karyawan/ pegawai (15,94 persen). Hal tersebut mengindikasikan
bahwa anak di perdesaan cenderung melakukan pekerjaan yang sifatnya membantu pekerjaan
atau aktivitas orang tua dan keluarga. Sementara pekerja anak di perkotaan, telah melakukan
pekerjaan yang dapat menghasilkan upah guna membantu orang tua dalam meningkatkan
kondisi ekonomi.

9.2.5.2. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis
Kelamin dan Status Pekerjaan Utama
Persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja menurut jenis kelamin dan
status pekerjaan utama tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.11. Berdasarkan jenis kelamin,
persentase anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan yang bekerja dengan
status pekerjaan berupa: 1) Berusaha (4,74 persen); 2) Buruh/ karyawan/ pegawai (14,21
persen): serta 3) Pekerja bebas (7,20 persen). Sementara persentase anak perempuan yang
bekerja pada pekerjaan keluarga/ tidak dibayar lebih tinggi (83,64 persen) dibandingkan anak
laki-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa anak laki-laki lebih banyak terlibat dalam pekerjaan
yang menghasilkan upah, sementara anak perempuan tidak.

4,74 7,20

Laki-Laki 14,21 73,85

4,32 2,09

Perempuan 9,95 83,64

4,54 4,78

Laki-Laki + Perempuan 12,20 78,48

Berusaha Buruh/karyawan/ pegawai Pekerja bebas Pekerja keluarga/ tidak dibayar

Gambar 9.11 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
dan Status Pekerjaan Utama Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

251
9.2.6. Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan yang
Ditamatkan
Badan Pusat Stastik (BPS) mendefinisikan pendidikan yang ditamatkan sebagai jenjang
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang (dalam hal ini adalah anak berumur
10-17 tahun), yang ditandai dengan sertifikat/ ijazah. Terdapat tiga jenjang pendidikan yang
ditinjau, yaitu maksimal lulus Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/
sederajat, serta minimal lulus Sekolah Menengah Atas (SMA)/ sederajat.

9.2.6.1. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis
Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja menurut jenis kelamin dan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan disajikan pada Gambar 9.12. Secara keseluruhan,
persentase tertinggi anak bekerja pada tahun 2022 berdasarkan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan adalah maksimal SD (49,66 persen).

Berdasarkan jenis kelamin, persentase anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak
perempuan untuk jenis pendidikan tinggi yang ditamatkan, yaitu maksimal lulus SD (52,76
persen). Sementara persentase anak perempuan lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki
untuk jenis pendidikan tinggi yang ditamatkan berupa: 1) SMP/ sederajat (47,18 persen); dan
2) Minimal lulus SMA/ sederajat (6,62 persen). Hasil ini sejalan dengan data dan pembahasan
terkait pendidikan, bahwa anak laki-laki lebih banyak mengalami putus sekolah, atau tidak
melanjutkan sekolah setelah SD. Sementara perempuan memiliki kecenderungan untuk
melanjutkan pendidikan hingga menengah atas yang lebih besar.

252
Laki-Laki 52,76 42,41 4,83

Perempuan 46,20 47,18 6,62

Laki-Laki + Perempuan 49,66 44,66 5,68

Maksimal lulus SD SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B Minimal Lulus SMA/ MA/ SMALB/ Paket C

Gambar 9.12 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

9.2.6.2. Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe
Daerah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Persentase penduduk umur 10-17 tahun yang bekerja menurut tipe daerah dan
pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.13.
Berdasarkan tipe daerah, persentase anak di perkotaan dengan status pendidikan maksimal
lulus SMP/sederajat (47,15 persen), serta minimal lulus SMA/ sederajat (7,53 persen), keduanya
lebih tinggi dibandingkan anak di perdesaan. Sedangkan, anak di perdesaan dengan status
pendidikan maksimal lulus SD, lebih tinggi (52,60 persen) dibandingkan anak di perkotaan.

253
Perkotaan 45,33 47,15 7,53

Perdesaan 52,60 42,97 4,42

Perkotaan + Perdesaan 49,66 44,66 5,68

Maksimal lulus SD SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B Minimal Lulus SMA/ MA/ SMALB/ Paket C

Gambar 9.13 Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Tipe Daerah
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

9.3. Pekerja Anak


Pekerja anak adalah setiap anak yang melakukan pekerjaan yang memiliki sifat dan intensitas
yang dapat mengganggu pendidikan, kegiatan bermain, waktu bermain, membahayakan keselamatan
dan kesehatan, serta menghambat tumbuh kembangnya. Indikator pekerja anak meliputi anak bekerja
setiap hari, tereksploitasi baik secara fisik maupun psikis, bekerja pada waktu yang panjang, dan hak
anak atas pendidikan, kesehatan, keselamatan, dan waktu luang terganggu (Kemen PPPA, 2021).
Sementara ILO (2021) menjelaskan, pekerja anak mengacu pada eksploitasi anak melalui segala
bentuk pekerjaan yang berbahaya untuk keselamatan fisik dan mentalnya. Pekerja anak juga berimbas
pada kesempatan anak untuk mendapatkan hak-haknya (misalnya pendidikan) serta peluang masa
depan yang lebih baik dan mengarah pada siklus kemiskinan dan pekerja anak antar generasi.

Dalam Booklet Pekerja Anak di Indonesia 2022 Sebelum dan Semasa Pandemi COVID-19
(BPS, 2022) setelah mempertimbangkan kebutuhan data untuk Sustainable Development Goals
(SDG’s) Global serta UU No 13 Tahun 20223 tentang Ketenagakerjaan, maka konsep definisi yang
digunakan untuk pekerja anak yaitu:

1. Anak yang berumur 5-12 tahun yang bekerja minimal satu jam per minggu;
2. Anak yang berumur 13-14 tahun yang bekerja lebih dari 15 jam per minggu;
3. Anak yang berumur 15-17 tahun yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu.

254
9.3.1. Tren Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi (2019-2022)
Data tren persentase pekerja anak menurut provinsi sejak tahun 2019 sampai
dengan tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.14. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2020,
terjadi peningkatan persentase pekerja anak yang tidak terlepas dari adanya kondisi akibat
pandemi COVID-19 (BPS, 2022). Persentase pekerja anak lalu menurun pada tahun 2021,
dan menurun kembali pada tahun 2022 menjadi sebesar 1,74 persen. Meskipun mengalami
penurunan sejak tahun 2021, persentase pekerja anak pada tahun 2021 dan 2022 masih lebih
tinggi dibandingkan tahun 2019.

2,30

1,82 1,74
1,58

2019 2020 2021 2022

Gambar 9.14 Tren Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi (Tahun 2019-2022)

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

Penghapusan pekerja anak di Indonesia merupakan salah satu arahan prioritas


presiden kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen
PPPA). Sehingga, sejumlah strategi telah diterapkan guna tercapainya arahan tersebut, yaitu
(Kemen PPPA, 2021): 1) Mengembangkan basis data pekerja anak; 2) Memperkuat koordinasi
dan kolaborasi antara pemangku kepentingan terkait pekerja anak; 3) Pengarusutamaan isu
pekerja anak dalam kebijakan dan program perlindungan khusus anak di kabupaten/kota; 4)
Mengembangkan model desa ramah Perempuan dan peduli anak sebagai pendekatan untuk
pencegahan pekerja anak; 5) Mengembangkan pemantauan dan remediasi pekerja anak; serta
6) Mengkoordinasikan untuk penanggulangan pekerja anak pada empat sektor prioritas,
yakni pertanian, perikanan, jasa, dan pariwisata.

255
9.3.2. Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi
Persentase pekerja anak menurut provinsi tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.15.
Data menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan persentase pekerja
anak terendah (0,41 persen) di Indonesia. Di sisi lain, sejalan dengan data persentase anak
umur 10-17 tahun yang bekerja menurut provinsi tahun 2022, serta persentase anak yang
hidup di bawah garis kemiskinan tahun 2022, Provinsi Gorontalo (4,56 persen), Sulawesi
Barat (4,32 persen), Nusa Tenggara Timur/ NTT (4,04 persen), dan Papua (3,24 persen)
menjadi provinsi dengan persentase pekerja anak tertinggi di Indonesia pada tahun 2022.

256
Gorontalo 4,56
Sulawesi Barat 4,32
NTT 4,04
Papua 3,24
Sulawesi Selatan 3,15
Bali 3,05
Sulawesi Tenggara 2,99
Sulawesi Tengah 2,92
Kalimantan Utara 2,80
NTB 2,73
Papua Barat 2,24
Kep Riau 2,22
Kalimantan Barat 2,17
Maluku 2,03
Kep Bangka Belitung 1,96
Sumatera Barat 1,86
Lampung 1,85
Sumatera Selatan 1,81
Maluku Utara 1,79
Indonesia 1,74
Jawa Tengah 1,64
Kalimantan Tengah 1,54
Kalimantan Selatan 1,39
DI Yogyakarta 1,39
Riau 1,36
Banten 1,32
Jawa Barat 1,30
Bengkulu 1,30
Kalimantan Timur 1,17
Sulawesi Utara 1,14
Jawa Timur 1,07
Jambi 0,99
Aceh 0,64
DKI Jakarta 0,41

Gambar 9.15 Persentase Pekerja Anak Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2022

257
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi daerah, jumlah anggota rumah
tangga, jenis kelamin, pendidikan, dan umur berpengaruh signifikan terhadap pekerja anak
(Sohidin, 2020). Anak dengan kondisi berikut memiliki kecenderungan untuk menjadi pekerja
anak, yaitu: 1) Tinggal di perdesaan; 2) Tinggal dalam rumah tangga dengan anggota lima
orang ke atas; 3) Berjenis kelamin laki-laik; serta 4) Bersekolah SD ke bawah.

Penelitian lainnya menemukan bahwa adanya fenomena pekerja anak dipengaruhi


oleh permintaan dan penawaran. Pekerja anak akan meningkat berdasarkan karakteristik
sosial, ekonomi, dan demografi tertentu, seperti jenis kelamin, usia, keberadaan ibu kandung
dalam rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lapangan usaha kepala rumah tangga,
dan status pekerjaan kepala rumah tangga. Perbedaan lokasi tempat tinggal juga membuat
adanya perbedaan peluang seorang anak untuk bekerja (Utama & Handayani, 2020).

9.4. Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Anak merupakan salah satu kelompok yang seringkali dianggap lemah. Hal ini kemudian
menjadikan anak sebagai kelompok yang rentan mendapatkan kekerasan. Menurut Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2014, kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan kepada anak
yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan baik secara fisik, psikis, seksual, dan/
atau penelantaran, serta ancaman yang digunakan untuk melakukan suatu perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Kekerasan terhadap anak atau Child Abuse
dapat terjadi pada setiap anak tanpa memandang latar belakang baik dari ras, ekonomi, dan budaya
bahkan keluarga yang terlihat harmonis pun tidak dapat menjamin anak aman dari perilaku kekerasan.
Kekerasan yang terjadi pada anak dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti kekerasan fisik, psikis,
seksual, dan sosial.

Sementara itu, kekerasan terhadap anak memiliki dampak yang sangat buruk bagi tumbuh
kembang anak. Kekerasan yang terjadi pada anak dapat berdampak pada terganggunya emosi
anak, tidak memiliki kepercayaan diri sehingga sulit dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
memiliki perasaan tidak berharga, mengalami kerusakan pada perkembangan otak dan sistem saraf,
kecenderungan melakukan perilaku negatif, dan berisiko mengalami gangguan mental saat dewasa
bahkan menjadi pelaku kekerasan pada anak atau orang lain (DP3AK Jawa Timur, 2021).

Pada tahun 2016, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia, telah mengembangkan sistem aplikasi pencatatan dan pelaporan kekerasan perempuan
dan anak melalui Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak),
yang dapat diakses oleh semua unit layanan penanganan korban kekerasan perempuan dan anak di
tingkat nasional, provinsi, dan kab/kota secara up to date, riil time dan akurat, untuk menuju SATU
DATA, DATA KEKERASAN NASIONAL. Sistem ini dibangun sebagai media pendataan, monitoring

258
dan evaluasi kasus kekerasan perempuan dan anak di Indonesia, dan telah dijadikan rujukan bagi
mekanisme penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, hingga dimanfaatkan oleh
pemerintah daerah dalam melakukan inovasi, serta dijadikan acuan untuk mengembangkan beberapa
aplikasi manajemen penanganan kasus kekerasan. Namun masih dibutuhkan komitmen dan rasa
memiliki dalam penyempurnaan Simfoni PPA.

Kekerasan terhadap anak dalam analisis ini adalah kekerasan yang terjadi pada penduduk
berusia 0-17 tahun. Beberapa indikator yang bisa didapatkan melalui Simfoni PPA adalah karakteristik
korban meliputi umur, pendidikan, status perkawinan, dan pekerjaan; karakteristik pelaku dilihat
berdasarkan hubungan dengan korban; jenis kekerasan yang dialami (kekerasan fisik, psikis, seksual,
eksploitasi, tindak pidana perdagangan orang/TPPO, penelantaran, dan kekerasan lainnya); serta
jenis layanan yang didapatkan, mulai dari pengaduan, kesehatan, bantuan hukum, penegakan
hukum, rehabilitasi sosial, pemulangan dan pendampingan tokoh agama. Data yang terinput dalam
Simfoni PPA sangat tergantung pada semua unit layanan penanganan kekerasan terhadap anak yang
berkontribusi dalam Simfoni PPA. Jumlah unit layanan yang menginput datanya dalam Simfoni PPA
berfluktuasi sesuai dengan dinamika di daerah pada setiap periodenya, sehingga menjadi salah satu
indikator yang harus dipertimbangkan saat melakukan analisis datanya. Konsep dan definisi yang
digunakan pada aplikasi Simfoni PPA dan digunakan dalam analisis lebih lanjut dapat digambarkan
sebagai berikut:

1. Basis data

Basis data yang digunakan dalam analisis ini adalah tanggal penginputan yaitu tanggal pada
saat operator menginputkan kasus pada aplikasi Simfoni PPA.

2. Kasus kekerasan

Kasus kekerasan merupakan jumlah Kasus yang dilaporkan terkait kekerasan terhadap anak
(0-17 tahun).

3. Korban kekerasan

Korban kekerasan merupakan jumlah anak (0-17 tahun) yang menjadi korban kekerasan.
Satu korban bisa mengalami beberapa jenis kekerasan, bisa mendapatkan beberapa layanan.
dan bisa mengalami kekerasan dari beberapa pelaku.

4. Pelaku

Pelaku digambarkan melalui hubungan pelaku dan korban antara lain orang tua, keluarga,
suami/istri, pacar/teman, guru, majikan, lainnya. Satu pelaku bisa melakukan kekerasan
terhadap beberapa korban.

259
5. Lokasi Kasus

Lokasi kasus merupakan tempat terjadinya kasus kekerasan yang dialami oleh korban. kategori
lokasi kasus adalah sebagai berikut:

6. Rumah Tangga: kejadian tindak kekerasan yang dialami korban terjadi di dalam rumah.

7. Tempat Kerja: kejadian tindak kekerasan yang dialami korban terjadi di tempat kerja.

8. Sekolah: kejadian tindak kekerasan yang dialami korban terjadi di area tempat pendidikan.

9. Fasilitas umum: kejadian tindak kekerasan yang dialami korban terjadi di tempat fasilitas
umum/public.

10. Lembaga Pendidikan kilat: kejadian tindak kekerasan yang dialami korban terjadi di tempat
pendidikan kilat.

11. Lainnya: kejadian tindak kekerasan yang dialami korban terjadi di tempat lainnya.

• Jenis Kekerasan

Satu korban bisa mengalami beberapa jenis kekerasan. Jenis kekerasan yang dialami korban
dikategorikan sebagai berikut:

» Fisik: Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6 UU
PKDRT Jo. Pasal 89 KUHP, Pasal 80 ayat (1) huruf d, UU PA).

» Psikis: Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang (Pasal 7, UU PKDRT).

» Seksual: Meliputi, tapi tidak terbatas pada:

* pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut dan/atau pemaksaan hubungan seksual terhadap salah
seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain, untuk tujuan komersial dan/
atau tujuan tertentu (Pasal 8, UU PKDRT).

* dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya
bersetubuh dengan dia (KUHP Pasal 285).

* dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul (KUHP Pasal 289).

* dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan

260
persetubuhan (Pasal 81 UU PA).

* dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan


tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul (Pasal 82 UU PA).

a. Eksploitasi: Meliputi, tapi tidak terbatas pada:

* tindakan yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain (Pasal 88 UU PA).

* tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tapi tidak terbatas pada
pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa, penindasan,
pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, dan/atau jaringan tubuh atau
memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan
keuntungan baik materil maupun immateril (Pasal 1 butir 7 UU PTPPO).

* eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ
tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas
pada semua kegiatan pelacuran atau pencabulan (Pasal 1 butir 8 UU PTPPO, Pasal 4 ayat
(1) UU Pornografi).

b. Penelantaran: Meliputi, tapi tidak terbatas pada:

* tindakan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak secara wajar, baik fisik,
mental, spiritual maupun sosial (Pasal 1 butir 6, UU PA).

* tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut (Pasal 9 ayat (1) UU
PKDRT).

* tindakan mengabaikan dengan sengaja untuk memelihara, merawat, atau mengurus anak
sebagaimana mestinya (Pasal 13 ayat (1) huruf c, UU PA).

* tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut (Pasal 9 ayat (1) UU
PKDRT).

* tindakan yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/


atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban

261
berada dibawah kendali orang tersebut (Pasal 9 ayat (2) UU PKDRT).

* Lainnya: jenis kekerasan selain fisik, psikis, seksual, penelantaran dan eksploitasi.

1. Jenis layanan Pemberian layanan pada korban dapat diberikan berulang. Dalam
satu tanggal dapat berisi berbagai layanan dari berbagai instansi. Layanan yang
diberikan kepada korban sesuai kebutuhan korban dapat dijelaskan sebagai berikut:

* Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pendamping hukum dan advokat
untuk melakukan proses pendampingan saksi dan/atau korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang sensitif gender (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).

* Kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
(Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).

* Pemulangan adalah upaya mengembalikan perempuan dan anak korban kekerasan


dari luar negeri ke titik debarkasi/entry point, atau dari daerah penerima ke daerah asal
(Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).

* Penegakan hukum adalah tindakan aparat yang diberi kewenangan oleh negara untuk
melaksanakan peraturan perundang-undangan (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).

* Pengaduan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara layanan


terpadu untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan
dan anak yang diajukan korban, keluarga atau masyarakat (Permen PPPA Nomor 1
Tahun 2010).

* Rehabilitas sosial adalah pelayanan yang ditujukan untuk memulihkan dan


mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).

* Reintegrasi sosial adalah upaya penyatuan kembali korban dengan pihak keluarga,
keluarga pengganti, atau masyarakat yang dapat memberikan perlindungan
dan pemenuhan kebutuhan bagi korban (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).

262
9.4.1. Tren Kasus KtA

9.4.1.1. Tren Jumlah Kasus KtA (2019-2022)


Tren jumlah kasus kekerasan terhadap anak (KtA) pada tahun 2019 hingga tahun
2022 dipresentasikan pada Gambar 9.16. Tren mengenai jumlah kasus KtA di Indonesia terus
mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Bahkan menurut data Simfoni PPA pada tahun
2022 terdapat kenaikan menjadi 16.106 kasus dari tahun 2021 yaitu sebanyak 14.517 kasus.
Jumlah kasus KtA yang terus mengalami kenaikan pada tiap tahunnya diharapkan untuk
mendapatkan respon yang bijak. Angka kenaikan ini bisa saja diartikan sebagai kemajuan
dalam penemuan jumlah kasus KtA namun juga menjadi pengingat bahwa ada banyak kasus
kekerasan yang terjadi pada anak yang harus segera diatasi dan diberikan strategi lanjutan
sebagai strategi pencegahan terhadap KtA. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi
kekerasan terhadap anak sudah berhasil, masyarakat menjadi lebih sadar untuk berani
melaporkan kekerasan yang dialami.

16.106
14.517

11.057 11.278

2019 2020 2021 2022

Gambar 9.16 Tren Jumlah Kasus KtA (Tahun 2019-2022)

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2019-2022

9.4.1.2. Kasus KtA Menurut Provinsi


Hasil analisis jumlah kasus dan korban KtA menurut provinsi pada tahun 2022
ditunjukkan pada Tabel 9.1. Data yang diperoleh melalui Simfoni PPA tahun 2022
menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan terhadap anak berjumlah 16.106 kasus dan
Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah pelaporan kasus kekerasan anak

263
tertinggi yaitu sebanyak 1.388 kasus. Hal ini bukanlah yang pertama kali bagi Provinsi Jawa
Timur, mengingat berdasarkan data Simfoni PPA tahun 2021 Provinsi Jawa Timur juga
menjadi provinsi dengan pelaporan kasus kekerasan terhadap anak tertinggi di Indonesia.
Adanya data ini harus menjadi pengingat bagi tiap pemerintah daerah bahwa kasus kekerasan
terhadap anak adalah fenomena nyata dan terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.

Pada tahun 2021, Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah kasus KtA sebesar 1.190 kasus
dan mengalami peningkatan di tahun 2022 menjadi 1.388 kasus. Selain itu, Provinsi Jawa
Tengah juga mengalami kenaikan jumlah kasus dari 1.121 kasus pada tahun 2021 menjadi
1.218 pada tahun 2022. Namun terdapat beberapa Provinsi yang mengalami penurunan
jumlah pelaporan kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2022 dibandingkan pada tahun
2021. Beberapa Provinsi tersebut adalah Provinsi Sulawesi Barat dari 170 kasus menjadi 88
kasus, Provinsi Maluku dari 224 kasus menjadi 219 kasus, Provinsi Gorontalo dari 256 kasus
menjadi 156 kasus, Provinsi Jambi dari 277 kasus menjadi 241 kasus, Provinsi Lampung dari
485 kasus menjadi 427 kasus, Provinsi Riau dari 689 menjadi 614 kasus, Provinsi Sumatera
Barat dari 706 kasus menjadi 592 kasus, Provinsi DKI Jakarta dari 879 kasus menjadi 794
kasus, dan Provinsi Sumatera Utara dari 1.005 kasus menjadi 962 kasus.

264
Provinsi Jumlah Kasus Jumlah Korban
Aceh 492 550
Sumatera Utara 962 1104
Sumatera Barat 592 648
Riau 614 685
Jambi 241 259
Sumatera Selatan 301 326
Bengkulu 148 158
Lampung 427 485
Bangka Belitung 115 134
Kepulauan Riau 339 410
DKI Jakarta 794 796
Jawa Barat 1.053 1.155
Jawa Tengah 1.218 1.386
Daerah Istimewa Yogyakarta 618 629
Jawa Timur 1.388 1.561
Banten 646 676
Bali 198 212
Nusa Tenggara Barat 640 674
Nusa Tenggara Timur 611 645
Kalimantan Barat 378 420
Kalimantan Tengah 219 240
Kalimantan Selatan 403 439
Kalimantan Timur 491 538
Kalimantan Utara 182 192
Sulawesi Utara 631 670
Sulawesi Tengah 365 390
Sulawesi Selatan 812 863
Sulawesi Tenggara 256 273
Gorontalo 156 163
Sulawesi Barat 88 91
Maluku 219 261
Maluku Utara 236 258
Papua 144 208
Papua Barat 129 142
Indonesia 16,106 17.641

Tabel 9.1 Jumlah Kasus dan Korban KTA Menurut Provinsi Tahun 2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2022

265
9.4.1.3. Tren Jumlah Korban KtA (2019-2022)
Tren jumlah korban KtA secara nasional dari tahun 2019 hingga tahun 2022 disajikan
pada Gambar 9.17. Data pada tren menunjukkan adanya kenaikan jumlah korban KtA pada
tiap tahunnya. Sepanjang tahun 2022, terdapat sebanyak 17.641 anak yang menjadi korban
kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anak yang memiliki kecenderungan
untuk terhambat pertumbuhan dan perkembangannya akibat trauma dan dampak buruk dari
kekerasan yang dialaminya.

Penelitian yang dilakukan oleh Suteja dan Ulum pada tahun 2019 menyebutkan
bahwa kekerasan terhadap anak sangat berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak karena
hal ini dapat mempengaruhi perkembangan fisik serta psikis anak. Kekerasan pada anak ini
dapat memunculkan sikap tidak percaya diri, kesulitan dalam berteman, perilaku merusak,
menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat serta konsumsi alkohol, bahkan dapat
menimbulkan kecenderungan bunuh diri (Riany, 2021).

17.641
15.971

12.285 12.425
13.515
11.424

8.817
8.186

4.099 4.547 4.126


3.608

2019 2020 2021 2022

Total Anak Laki-laki Anak Perempuan

Gambar 9.17 Tren Jumlah Korban KtA menurut Jenis Kelamin (Tahun 2019-2022)

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2019-2022

Kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan lebih banyak pada anak perempuan,
di mana jumlahnya bisa tiga kali lipat dibandingkan anak laki-laki. Salah satu hal yang
menyebabkan lebih tingginya jumlah kasus kekerasan terhadap anak perempuan yang
dilaporkan dibandingkan anak laki-laki adalah keengganan anak laki-laki sebagai korban
untuk melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya. Penelitian yang dilakukan oleh Russell

266
(2007) menunjukkan bahwa laki-laki dewasa maupun anak laki-laki yang menjadi korban
kekerasan seperti kekerasan seksual cenderung enggan untuk melaporkan kasusnya, sehingga
terdapat kesulitan untuk menggambarkan ruang lingkupnya secara akurat.

Fakta ini diharapkan menjadi bahan diskusi bagi semua pihak yang terlibat dalam
proses pendataan dan penanganan korban kekerasan mengingat bahwa terdapat perbedaan
karakteristik antara korban kekerasan anak laki-laki dan anak perempuan. Perlu adanya
perhatian dan kepekaan yang ditingkatkan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah bagi
korban kekerasan baik pada anak laki-laki maupun perempuan karena tiap anak berhak untuk
mendapatkan bantuan dan perlindungan.

9.4.2. KtA Berdasarkan Kelompok Umur dan Status Perkawinan Korban


9.4.2.1. Persentase Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan Kelompok
Umur

Data terkait jumlah korban kekerasan terhadap anak menurut provinsi dan
kelompok umur disajikan pada Gambar 9.18. Data menunjukkan bahwa terdapat sebanyak
2.024 korban kekerasan terhadap anak berumur dibawah 6 tahun, sebanyak 5.655
korban berumur antara 6 hingga 12 tahun, dan sebanyak 9.962 korban berumur antara
13 hingga 17 tahun. Kelompok usia remaja menjadi korban kekerasan terhadap anak
tertinggi, kondisi ini tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada kelompok umur
tersebut rentan terhadap tindak kekerasan, karena kelompok pada umur tersebut banyak
pergaulan dengan lawan jenis, dan sudah memasuki usia SMP dan SLTA (Kemen PPPA,
2017). Selain itu seiring semakin bertambahnya usia, akan memudahkan akses media dan
informasi terkait pengaduan kekerasan, sehingga pelaporan pada usia ini juga cukup tinggi.

267
Indonesia Jawa Timur

11,47%
11,21%

56,37%

56,47% 32,06%

32,42%
<6 Tahun
6-12 Tahun
13-17 Tahun

Gambar 9.18 Persentase Korban KtA di Indonesia dan Provinsi Jawa Timur menurut
Kelompok Umur, 2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2019-2022

Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah pelaporan korban kekerasan terhadap anak
terbanyak yaitu sebanyak 1.561 korban, dengan rincian 175 korban anak dengan umur dibawah
6 tahun, 506 korban anak umur 6 hingga 12 tahun, dan 880 korban anak dengan umur 13
hingga 17 tahun. Jika dilihat polanya, kondisi ini sesuai dengan pola nasional, di mana kasus
kekerasan tertinggi terjadi pada anak umur 13-17 tahun, kemudian diikuti 6-12 tahun dan
<6 tahun. Sebagai upaya mengatasi permasalahan ini, pada tahun 2022, pemerintah Provinsi
Jawa Timur mengukuhkan Satgas Penanganan Masalah Perempuan dan Anak (Satgas PMPA).
Satgas PMPA Provinsi Jawa Timur ini terdiri dari 51 anggota yang bertugas menangani
permasalahan perempuan dan anak baik dari sisi pencegahan, penanganan, pemulihan,
hingga pemberdayaan. Terdapat empat bidang yang dinaungi, yaitu: 1) Bidang Pencegahan
yang dikoordinir oleh Kepala Dinas Pendidikan; 2) Bidang Penanganan dikoordinir Direktur
Reserse dan Kriminal Umum Polda Jawa Timur; 3) Bidang Pemulihan yang dikoordinir
Kepala Dinas Sosial, dan; 4) Bidang Pemberdayaan yang dikoordinir Kepala Dinas Koperasi
dan UKM (Republika.co.id, 2022). Adanya respon dari pemerintah daerah ini diharapkan
dapat menyelesaikan kasus kekerasan terhadap anak secara bertahap dan dapat dilakukan
pula oleh pemerintah daerah yang lainnya.

268
9.4.2.2. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan Status
Perkawinan

Data terkait jumlah korban kekerasan terhadap anak menurut provinsi dan
status perkawinan disajikan pada Gambar 9.19. Data Simfoni PPA, Kemen PPPA
mengelompokkan korban kekerasan anak berdasarkan status perkawinan ke dalam
empat kelompok yaitu NA (tidak diketahui), belum kawin, kawin dan cerai. Berdasarkan
data tersebut, kelompok anak dengan status perkawinan belum kawin memiliki jumlah
korban kekerasan anak terbesar yaitu sebanyak 16.232 korban anak (92,01 persen).

1,24%
0,24%
6,51%

92,01%

NA Belum kawin
Kawin Cerai

Gambar 9.19 Persentase Korban KtA di Indonesia dan Provinsi Jawa Timur menurut Status
Perkawinan, 2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2019-2022

9.4.3. KtA Berdasarkan Jenis Kekerasan dan Layanan yang Diterima


Berikut ini akan diuraikan data kekerasan terhadap anak yang ditinjau berdasarkan
jenis kekerasan dan layanan yang diterima oleh anak sebagai korban kekerasan. Jenis kekerasan
menggambarkan bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh anak. Sedangkan layanan yang
diterima menggambarkan intervensi yang diterima oleh anak setelah mengalami kekerasan.

269
9.4.3.1. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan Jenis
Kekerasan
Berdasarkan data hasil Simfoni PPA, Kemen PPPA yang ditunjukkan pada Gambar
9.20 dan Lampiran 9.24, jenis kekerasan yang terjadi pada korban terbagi menjadi tujuh
kelompok yaitu fisik, psikis, seksual, eksploitasi, Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO),
penelantaran dan lainnya. Kondisi pada tahun 2022 masih sama dengan tahun 2021, yaitu
jenis kekerasan tertinggi adalah kekerasan seksual dengan jumlah korban sebanyak 9.558 anak
(meningkat 858 anak dari tahun 2021). Kekerasan seksual yang dialami anak dapat memberikan
dampak jangka panjang bagi anak. Selain itu, anak menjadi kehilangan rasa percaya terhadap
orang dewasa, trauma secara seksual, merasa tidak berdaya, serta takut terhadap stigma atau
pandangan masyarakat sekitar kepadanya (Riany, 2021).

Berdasarkan provinsi, jumlah korban kekerasan terhadap anak pada tahun 2022 yang
tertinggi untuk masing-masing jenis kekerasan terdapat di provinsi:

1. Seksual : Jawa Tengah (873 korban)

2. Psikis : Jawa Timur (430 korban)

3. Fisik : Sumatera Utara (339 korban)

4. Penelantaran : Jawa Timur (159 korban)

5. TPPO : DKI Jakarta (67 korban)

6. Eksploitasi : Jawa Tengah (28 korban)

7. Lainnya : Nusa Tenggara Barat (217 korban)

270
Eksploitasi 216

TPPO 219

Penelantaran 1.269

Lainnya 2.041

Fisik 3.746

Psikis 4.162

Seksual 9.588

Gambar 9.20 Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Jenis Kekerasan Tahun
2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2022

Meningkatnya jumlah anak yang menjadi korban kekerasan seksual, serta masih ditemukan
adanya kejadian jenis kekerasan lainnya pada anak mengindikasikan diperlukan adanya kerja
sama dari seluruh pihak untuk memberikan edukasi kepada anak agar mampu melindungi
dirinya. Selain itu, sangat diperlukan sosialisasi yang lebih masif bagi orang tua dan orang dewasa
agar memahami bahwa anak adalah bagian dari masyarakat yang harus dilindungi.

9.4.3.2. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan Jenis
Layanan yang Diterima
Data jumlah korban kekerasan terhadap anak menurut provinsi dan jenis layanan
yang diterima, disajikan pada Gambar 9.21 dan Lampiran 9.25. Jenis layanan merupakan
salah satu upaya yang dilakukan guna memenuhi hak-hak korban kekerasan terhadap anak.
Terdapat delapan jenis layanan yang dapat diterima oleh anak yang menjadi korban kekerasan,
yaitu layanan pengaduan, kesehatan, bantuan hukum, penegakan hukum, rehabilitasi sosial,
reintegrasi sosial, pemulangan, dan pendampingan tokoh agama. Jenis layanan tertinggi yang
diberikan kepada korban pada tahun 2022 adalah layanan pengaduan, yaitu sebesar 9.875
pengaduan (meningkat 4.804 pengaduan dari tahun 2021).

Pengaduan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara


layanan terpadu untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan. Pengaduan menjadi
jenis layanan yang paling banyak diterima karena merupakan layanan awal atau pertama
yang diterima oleh korban. Lalu, pada bulan Maret 2021, Kemen PPPA telah meluncurkan

271
Layanan Call Center Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 yang merupakan revitalisasi
layanan pengaduan masyarakat dan sebagai wujud nyata hadirnya negara dalam melindungi
perempuan dan anak. Call Center SAPA 129 bertujuan untuk memberi kemudahan akses bagi
korban atau pelapor dalam melakukan pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak, serta pendataan kasusnya (Kemen PPPA, 2021).

Pendampingan Tokoh Agama 260

Pemulangan 226

Reintegrasi Sosial 388

Rehabilitasi Sosial 1036

Penegakan Hukum 1316

Bantuan Hukum 2638

Kesehatan 4519

Pengaduan 9875

Gambar 9.21 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Menurut Provinsi dan Jenis Layanan
yang Diterima Tahun 2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2022

Berdasarkan provinsi, jumlah korban kekerasan terhadap anak pada tahun 2022 yang
tertinggi untuk masing-masing jenis layanan yang diterima terdapat di provinsi:

1. Pengaduan : Jawa Timur (906 korban)

2. Kesehatan : Jawa Timur (500 korban)

3. Bantuan hukum : Sulawesi Selatan (192 korban)

4. Penegakan hukum : Jawa Tengah (161 korban)

5. Rehabilitasi sosial : Jawa Timur (96 korban)

6. Reintegrasi sosial : Jawa Timur (74 korban)

7. Pemulangan : Sulawesi Selatan (28 korban)

8. Pendampingan tokoh agama : Nusa Tenggara Barat (58 korban)

272
9.4.4. KtA Berdasarkan Tempat Kejadian
Tempat kejadian menggambarkan di mana lokasi anak memperoleh kekerasan. Data
menunjukkan bahwa anak berpotensi mengalami kekerasan di tempat yang dekat dengan
kesehariannya, misalnya lingkungan rumah dan sekolah.

9.4.4.1. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan Tempat Kejadian

Hasil analisis terhadap jumlah korban kekerasan terhadap anak menurut tempat
kejadian tahun 2022 disajikan pada Gambar 9.22 dan Lampiran 9.26. Data menunjukkan
bahwa tempat kejadian kekerasan terhadap anak di Indonesia paling tinggi terjadi di rumah
tangga. Pada tahun 2022, terdapat sebanyak 9.425 anak yang menjadi korban kekerasan
yang dilakukan di rumah tangga. Diprediksi bahwa anak menjadi korban kekerasan yang
dilakukan oleh orang tuanya. Riany (2021) menjelaskan bahwa orang tua akan tidak segan
untuk bertindak kasar serta melakukan kekerasan pada anak ketika kondisi psikologis orang
tua tersebut tidak stabil yang dapat dipicu karena terbatasnya sumber daya keluarga. Anak
sebagai pihak yang terdekat dengan orang tua, serta dalam posisi yang lemah, tidak sedikit
yang akhirnya menjadi sasaran bagi orang tua untuk melampiaskan emosinya.

Lembaga Pendidikan Kilat 57

Tempat Kerja 156

Sekolah 1243

Fasilitas Umum 2239

Lainnya 4521

Rumah Tangga 9425

Gambar 9.22 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Menurut Provinsi dan Tempat
Kejadian Tahun 2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2022

273
Berdasarkan provinsi, jumlah korban kekerasan terhadap anak pada tahun 2022 yang
tertinggi untuk masing-masing tempat kejadian terdapat di provinsi:

1. Rumah tangga : Jawa Tengah (845 korban)

2. Lainnya : Jawa Timur (367 korban)

3. Fasilitas umum : Jawa Timur (232 korban)

4. Sekolah : Jawa Timur (153 korban)

5. Tempat kerja : Riau (21 korban)

6. Lembaga pendidikan kilat : Kalimantan Utara (11 korban)

9.4.5. KtA Berdasarkan Hubungan Korban dan Pelaku


Hubungan korban dan pelaku menunjukkan bagaimana status pihak yang melakukan
kekerasan terhadap anak, yang dikelompokkan menjadi 10 status atau hubungan, yaitu orang
tua, keluarga/ saudara, suami/ istri, tetangga, guru, rekan kerja, majikan, pacar/ teman, lainnya,
dan tidak diketahui (NA).

9.4.5.1. Jumlah Pelaku Kekerasan terhadap Anak Menurut Provinsi dan


Hubungan Pelaku dengan Korban
Data jumlah pelaku kekerasan terhadap anak menurut provinsi dan hubungan
pelaku dengan korban disajikan pada Gambar 9.23 dan Lampiran 9.27. Dari data ini dapat
diketahui bahwa jumlah pelaku kekerasan pada tahun 2022 yang tertinggi ialah pacar atau
teman dengan jumlah pelaku sebanyak 3.097 orang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
anak cenderung melakukan tindakan agresi sejak dini. Salah satu faktor yang dapat memicu
anak untuk bersifat agresif kepada teman sebaya atau orang lain karena adanya perasaan tidak
aman (insecure) yang dimiliki oleh anak akibat rendahnya kelekatan anak dengan ibu atau
pengasuhnya (Megawangi, 2014).

274
Rekan Kerja 25

Majikan 33

Suami/ Istri 121

Guru 425

NA 621

Keluarga/ Saudara 1.022

Tetangga 1.334

Lainnya 1.858

Orang Tua 2.259

Pacar/ Teman 3.097

Gambar 9.23 Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Menurut Hubungan Pelaku dengan
Korban Tahun 2022

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA 2022

Berdasarkan provinsi, jumlah pelaku kekerasan terhadap anak pada tahun 2022
yang tertinggi untuk masing-masing hubungan pelaku dengan korban, terdapat di provinsi:

1. Pacar/ teman : Jawa Tengah (291 pelaku)

2. Orang tua : Jawa Timur (226 pelaku)

3. Lainnya : Jawa Timur (206 pelaku)

4. Tetangga : Jawa Timur (111 pelaku)

5. Keluarga/ saudara : Sulawesi Selatan (79 pelaku)

6. Tidak diketahui (NA) : Sulawesi Utara (78 pelaku)

7. Guru : Jawa Timur (41 pelaku)

8. Suami/ istri : Papua (15 pelaku)

9. Majikan : DKI Jakarta (8 pelaku)

10. Rekan kerja : Banten (5 pelaku)

275
Lampiran 9.1
Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Aceh 13,25 20,65 18,14
Sumatera Utara 12,56 11,11 11,89
Sumatera Barat 7,04 8,92 7,98
Riau 8,68 8,87 8,79
Jambi 14,35 8,23 10,24
Sumatera Selatan 14,10 15,15 14,76
Bengkulu 19,40 16,93 17,75
Lampung 10,40 15,45 13,82
Bangka Belitung 3,60 7,95 5,48
Kepulauan Riau 7,76 12,45 8,23
DKI Jakarta 6,08 0,00 6,08
Jawa Barat 9,65 12,22 10,19
Jawa Tengah 11,67 13,11 12,36
DI Yogyakarta 12,83 15,17 13,39
Jawa Timur 9,14 15,37 11,86
Banten 7,57 9,81 8,15
Bali 5,71 7,15 6,12
Nusa Tenggara Barat 17,83 14,92 16,39
Nusa Tenggara Timur 11,19 28,06 24,03
Kalimantan Barat 5,42 9,16 7,81
Kalimantan Tengah 6,13 6,93 6,59
Kalimantan Selatan 4,24 6,18 5,24
Kalimantan Timur 6,26 12,23 8,17
Kalimantan Utara 8,39 11,54 9,53
Sulawesi Utara 7,18 13,36 10,11
Sulawesi Tengah 12,03 17,97 16,12
Sulawesi Selatan 6,42 14,66 10,89
Sulawesi Tenggara 9,46 17,41 14,58
Gorontalo 4,91 28,38 18,20
Sulawesi Barat 13,02 15,11 14,68
Maluku 7,90 29,03 20,80
Maluku Utara 6,45 8,08 7,63
Papua Barat 10,13 35,41 25,14
Papua 6,28 43,19 31,51
Indonesia 9,51 14,79 11,80
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

276
Lampiran 9.1.1
Sampling Error Persentase Anak yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan di Perkotaan
menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2022
Perkotaan
Miskin
Provinsi
Relative Selang Kepercayaan 95%
Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 13,25 1,42 10,71 10,70 16,28
Sumatera Utara 12,56 0,86 6,83 10,97 14,34
Sumatera Barat 7,04 0,89 12,59 5,49 8,99
Riau 8,68 1,07 12,35 6,80 11,03
Jambi 14,35 2,01 14,02 10,84 18,76
Sumatera Selatan 14,10 1,48 10,51 11,44 17,27
Bengkulu 19,40 1,99 10,25 15,80 23,60
Lampung 10,40 1,49 14,37 7,81 13,71
Bangka Belitung 3,60 0,87 24,13 2,24 5,75
Kepulauan Riau 7,76 1,22 15,67 5,69 10,51
DKI Jakarta 6,08 0,67 11,04 4,89 7,53
Jawa Barat 9,65 0,58 5,97 8,58 10,84
Jawa Tengah 11,67 0,58 4,94 10,59 12,85
DI Yogyakarta 12,83 1,32 10,29 10,46 15,65
Jawa Timur 9,14 0,55 6,04 8,11 10,28
Banten 7,57 0,86 11,36 6,05 9,44
Bali 5,71 0,84 14,78 4,26 7,60
Nusa Tenggara Barat 17,83 1,59 8,91 14,92 21,15
Nusa Tenggara Timur 11,19 1,84 16,43 8,06 15,34
Kalimantan Barat 5,42 1,04 19,11 3,72 7,85
Kalimantan Tengah 6,13 1,01 16,46 4,43 8,43
Kalimantan Selatan 4,24 0,93 21,87 2,75 6,47
Kalimantan Timur 6,26 0,84 13,38 4,80 8,11
Kalimantan Utara 8,39 1,86 22,15 5,39 12,82
Sulawesi Utara 7,18 1,14 15,85 5,24 9,76
Sulawesi Tengah 12,03 2,58 21,41 7,82 18,05
Sulawesi Selatan 6,42 0,91 14,11 4,86 8,44
Sulawesi Tenggara 9,46 1,23 13,05 7,30 12,17
Gorontalo 4,91 1,77 35,95 2,40 9,77
Sulawesi Barat 13,02 2,55 19,59 8,78 18,89
Maluku 7,90 1,35 17,15 5,62 10,99
Maluku Utara 6,45 1,57 24,26 3,98 10,28
Papua Barat 10,13 2,21 21,86 6,54 15,36
Papua 6,28 1,26 20,00 4,23 9,25
Indonesia 9,51 0,21 2,25 9,10 9,94
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2022

277
Lampiran 9.2
Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun yang Termasuk Angkatan Kerja
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 5,48 2,99 4,23 6,95 5,01 5,99 6,47 4,33 5,41
Sumatera Utara 12,55 10,08 11,33 20,69 16,62 18,73 16,39 13,09 14,78
Sumatera Barat 9,66 9,32 9,49 14,00 9,44 11,77 11,91 9,38 10,65
Riau 6,23 6,92 6,57 8,92 5,62 7,34 7,88 6,15 7,04
Jambi 6,55 3,58 5,07 7,98 4,26 6,12 7,52 4,04 5,78
Sumatera Selatan 7,76 6,55 7,15 9,90 6,85 8,39 9,11 6,73 7,93
Bengkulu 10,23 9,34 9,76 8,83 3,32 6,13 9,28 5,47 7,36
Lampung 6,86 7,07 6,97 13,84 7,94 10,99 11,61 7,66 9,68
Bangka Belitung 10,41 4,20 7,34 11,72 6,36 9,07 10,98 5,14 8,10
Kepulauan Riau 9,61 8,45 9,03 13,83 2,94 8,82 10,16 7,83 9,00
DKI Jakarta 4,71 2,97 3,84 0,00 0,00 0,00 4,71 2,97 3,84
Jawa Barat 8,02 6,18 7,12 9,17 9,47 9,31 8,26 6,88 7,58
Jawa Tengah 7,81 5,92 6,89 9,06 9,11 9,08 8,40 7,44 7,94
DI Yogyakarta 6,54 7,20 6,86 5,66 4,32 4,97 6,32 6,43 6,37
Jawa Timur 9,61 5,77 7,72 9,36 6,23 7,81 9,50 5,98 7,76
Banten 4,78 6,59 5,70 7,18 8,78 7,96 5,44 7,16 6,30
Bali 9,17 11,69 10,40 23,53 24,41 23,96 13,34 15,43 14,36
Nusa Tenggara Barat 11,66 11,14 11,40 16,86 15,06 15,97 14,26 13,08 13,67
Nusa Tenggara Timur 11,96 9,11 10,60 22,28 17,26 19,76 19,58 15,28 17,45
Kalimantan Barat 14,32 8,44 11,31 11,45 8,09 9,80 12,47 8,22 10,35
Kalimantan Tengah 5,24 7,15 6,21 10,08 5,48 7,86 8,07 6,21 7,15
Kalimantan Selatan 4,79 6,82 5,79 8,72 6,86 7,80 6,82 6,84 6,83
Kalimantan Timur 7,55 6,12 6,83 6,09 5,57 5,84 7,05 5,94 6,50
Kalimantan Utara 8,63 19,09 13,85 7,37 7,06 7,23 8,11 14,47 11,22
Sulawesi Utara 4,81 7,45 6,16 10,65 6,26 8,55 7,62 6,92 7,27
Sulawesi Tengah 7,73 5,27 6,51 18,47 9,08 13,86 15,07 7,85 11,51
Sulawesi Selatan 12,26 7,03 9,67 20,09 13,73 16,97 16,61 10,72 13,71
Sulawesi Tenggara 10,71 11,72 11,21 18,49 11,37 15,00 15,74 11,50 13,66
Gorontalo 14,80 8,17 11,54 19,30 12,25 15,88 17,36 10,47 14,00
Sulawesi Barat 16,42 14,27 15,38 27,25 18,25 22,70 25,08 17,50 21,27
Maluku 6,39 7,40 6,90 9,21 8,46 8,84 8,08 8,02 8,05
Maluku Utara 5,59 5,08 5,34 11,12 6,18 8,68 9,65 5,89 7,80
Papua Barat 4,61 6,90 5,72 10,34 12,76 11,52 7,98 10,34 9,13
Papua 5,69 5,15 5,42 20,17 22,49 21,31 16,73 18,28 17,50
Indonesia 8,25 6,66 7,47 12,39 9,67 11,06 10,07 7,97 9,04
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

278
Lampiran 9.2.1
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 4,33 0,44 10,07 3,55 5,27
Sumatera Utara 13,09 0,77 5,89 11,65 14,67
Sumatera Barat 9,38 0,91 9,70 7,74 11,32
Riau 6,15 0,68 11,10 4,94 7,63
Jambi 4,04 0,54 13,30 3,11 5,23
Sumatera Selatan 6,73 0,60 8,90 5,65 8,01
Bengkulu 5,47 0,75 13,72 4,17 7,14
Lampung 7,66 0,75 9,74 6,32 9,25
Bangka Belitung 5,14 0,86 16,70 3,70 7,11
Kepulauan Riau 7,83 2,63 33,53 4,00 14,77
DKI Jakarta 2,97 0,60 20,13 2,00 4,40
Jawa Barat 6,88 0,47 6,78 6,02 7,85
Jawa Tengah 7,44 0,40 5,43 6,69 8,28
DI Yogyakarta 6,43 1,05 16,37 4,65 8,82
Jawa Timur 5,98 0,38 6,39 5,28 6,77
Banten 7,16 0,82 11,47 5,71 8,94
Bali 15,43 1,27 8,24 13,10 18,09
Nusa Tenggara Barat 13,08 1,16 8,84 10,98 15,51
Nusa Tenggara Timur 15,28 0,83 5,45 13,72 16,98
Kalimantan Barat 8,22 0,79 9,57 6,81 9,90
Kalimantan Tengah 6,21 0,75 12,07 4,90 7,86
Kalimantan Selatan 6,84 0,94 13,76 5,21 8,93
Kalimantan Timur 5,94 0,84 14,16 4,49 7,82
Kalimantan Utara 14,47 5,09 35,17 7,02 27,47
Sulawesi Utara 6,92 0,97 14,01 5,25 9,08
Sulawesi Tengah 7,85 0,85 10,79 6,34 9,68
Sulawesi Selatan 10,72 0,77 7,18 9,31 12,33
Sulawesi Tenggara 11,50 1,13 9,80 9,47 13,89
Gorontalo 10,47 1,83 17,51 7,38 14,64
Sulawesi Barat 17,50 2,42 13,83 13,25 22,75
Maluku 8,02 1,11 13,87 6,09 10,48
Maluku Utara 5,89 0,81 13,77 4,49 7,69
Papua Barat 10,34 1,06 10,21 8,45 12,60
Papua 18,28 1,54 8,42 15,46 21,49
Indonesia 7,97 0,15 1,92 7,68 8,28

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

279
Lampiran 9.2.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 5,41 0,36 6,66 4,75 6,16
Sumatera Utara 14,78 0,68 4,57 13,51 16,15
Sumatera Barat 10,65 0,68 6,40 9,39 12,07
Riau 7,04 0,50 7,15 6,11 8,09
Jambi 5,78 0,45 7,81 4,96 6,74
Sumatera Selatan 7,93 0,53 6,62 6,96 9,02
Bengkulu 7,36 0,74 10,09 6,03 8,96
Lampung 9,68 0,56 5,82 8,63 10,84
Bangka Belitung 8,10 0,79 9,80 6,67 9,80
Kepulauan Riau 9,00 1,50 16,65 6,46 12,40
DKI Jakarta 3,84 0,52 13,62 2,94 5,01
Jawa Barat 7,58 0,36 4,76 6,91 8,32
Jawa Tengah 7,94 0,31 3,91 7,35 8,57
DI Yogyakarta 6,38 0,77 12,00 5,03 8,05
Jawa Timur 7,76 0,31 3,94 7,18 8,38
Banten 6,30 0,55 8,74 5,31 7,47
Bali 14,36 0,98 6,82 12,54 16,38
Nusa Tenggara Barat 13,67 0,89 6,52 12,02 15,52
Nusa Tenggara Timur 17,45 0,74 4,26 16,04 18,96
Kalimantan Barat 10,35 0,73 7,05 9,01 11,87
Kalimantan Tengah 7,15 0,60 8,43 6,06 8,43
Kalimantan Selatan 6,83 0,72 10,50 5,55 8,38
Kalimantan Timur 6,50 0,62 9,58 5,38 7,84
Kalimantan Utara 11,22 3,37 30,06 6,11 19,70
Sulawesi Utara 7,27 0,64 8,83 6,11 8,63
Sulawesi Tengah 11,51 0,94 8,13 9,80 13,48
Sulawesi Selatan 13,71 0,65 4,73 12,49 15,03
Sulawesi Tenggara 13,66 0,82 5,98 12,14 15,34
Gorontalo 14,00 1,44 10,29 11,41 17,07
Sulawesi Barat 21,27 2,04 9,60 17,54 25,55
Maluku 8,05 0,79 9,79 6,63 9,74
Maluku Utara 7,80 0,69 8,85 6,55 9,26
Papua Barat 9,13 0,84 9,19 7,61 10,91
Papua 17,50 1,19 6,78 15,29 19,95
Indonesia 9,04 0,12 1,34 8,81 9,28

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

280
Lampiran 9.2.2
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perkotaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 5,48 0,96 17,55 3,88 7,71
Sumatera Utara 12,55 1,17 9,35 10,42 15,03
Sumatera Barat 9,66 1,19 12,30 7,57 12,26
Riau 6,23 1,03 16,56 4,49 8,59
Jambi 6,55 1,39 21,18 4,30 9,86
Sumatera Selatan 7,76 1,17 15,10 5,76 10,39
Bengkulu 10,23 2,51 24,50 6,26 16,29
Lampung 6,86 1,15 16,81 4,92 9,50
Bangka Belitung 10,41 1,83 17,62 7,32 14,59
Kepulauan Riau 9,61 1,50 15,66 7,04 12,99
DKI Jakarta 4,71 0,75 15,81 3,45 6,41
Jawa Barat 8,02 0,58 7,25 6,95 9,23
Jawa Tengah 7,81 0,55 7,07 6,79 8,96
DI Yogyakarta 6,54 1,16 17,69 4,61 9,21
Jawa Timur 9,61 0,63 6,53 8,45 10,91
Banten 4,78 0,74 15,38 3,53 6,44
Bali 9,17 1,20 13,11 7,07 11,81
Nusa Tenggara Barat 11,67 1,59 13,64 8,89 15,16
Nusa Tenggara Timur 11,97 1,69 14,08 9,04 15,68
Kalimantan Barat 14,32 2,17 15,17 10,57 19,13
Kalimantan Tengah 5,24 1,46 27,77 3,02 8,94
Kalimantan Selatan 4,79 1,21 25,18 2,91 7,79
Kalimantan Timur 7,55 1,07 14,18 5,70 9,94
Kalimantan Utara 8,63 3,10 35,97 4,18 16,96
Sulawesi Utara 4,81 0,98 20,32 3,22 7,13
Sulawesi Tengah 7,73 2,34 30,31 4,22 13,75
Sulawesi Selatan 12,26 1,30 10,57 9,94 15,04
Sulawesi Tenggara 10,71 2,04 19,00 7,33 15,40
Gorontalo 14,80 2,64 17,85 10,33 20,76
Sulawesi Barat 16,42 5,81 35,40 7,89 31,07
Maluku 6,39 1,22 19,10 4,38 9,25
Maluku Utara 5,59 1,66 29,70 3,10 9,89
Papua Barat 4,61 1,22 26,57 2,72 7,70
Papua 5,69 1,61 28,33 3,24 9,81
Indonesia 8,25 0,23 2,76 7,81 8,71
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

281
Lampiran 9.2.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perkotaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 2,99 0,75 24,95 1,83 4,86
Sumatera Utara 10,08 1,06 10,47 8,19 12,34
Sumatera Barat 9,32 1,26 13,55 7,12 12,11
Riau 6,92 1,13 16,28 5,01 9,48
Jambi 3,58 0,96 26,72 2,11 6,01
Sumatera Selatan 6,55 1,06 16,24 4,75 8,96
Bengkulu 9,34 1,73 18,52 6,46 13,32
Lampung 7,07 1,32 18,66 4,88 10,14
Bangka Belitung 4,20 1,16 27,72 2,42 7,17
Kepulauan Riau 8,45 2,94 34,73 4,20 16,26
DKI Jakarta 2,97 0,60 20,13 2,00 4,40
Jawa Barat 6,18 0,54 8,66 5,21 7,32
Jawa Tengah 5,92 0,47 7,97 5,06 6,92
DI Yogyakarta 7,20 1,31 18,23 5,02 10,24
Jawa Timur 5,77 0,52 8,94 4,84 6,87
Banten 6,59 1,02 15,41 4,85 8,88
Bali 11,69 1,34 11,43 9,32 14,58
Nusa Tenggara Barat 11,14 1,63 14,64 8,32 14,76
Nusa Tenggara Timur 9,11 1,40 15,33 6,72 12,24
Kalimantan Barat 8,44 1,48 17,50 5,96 11,83
Kalimantan Tengah 7,15 1,30 18,15 4,99 10,15
Kalimantan Selatan 6,82 1,67 24,47 4,19 10,91
Kalimantan Timur 6,12 1,06 17,31 4,34 8,55
Kalimantan Utara 19,09 7,57 39,67 8,28 38,15
Sulawesi Utara 7,45 1,56 20,90 4,92 11,13
Sulawesi Tengah 5,27 1,42 26,92 3,09 8,86
Sulawesi Selatan 7,03 0,93 13,22 5,41 9,08
Sulawesi Tenggara 11,72 2,42 20,66 7,74 17,36
Gorontalo 8,17 2,32 28,37 4,63 14,02
Sulawesi Barat 14,27 4,55 31,88 7,43 25,65
Maluku 7,40 1,59 21,51 4,82 11,19
Maluku Utara 5,08 1,71 33,71 2,60 9,70
Papua Barat 6,90 1,47 21,28 4,52 10,39
Papua 5,15 2,19 42,52 2,20 11,55
Indonesia 6,66 0,22 3,23 6,26 7,10

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

282
Lampiran 9.2.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perkotaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 4,23 0,61 14,36 3,19 5,59
Sumatera Utara 11,33 0,93 8,19 9,64 13,28
Sumatera Barat 9,49 0,95 10,00 7,79 11,52
Riau 6,57 0,85 12,86 5,10 8,44
Jambi 5,07 0,81 16,02 3,70 6,92
Sumatera Selatan 7,15 0,82 11,41 5,71 8,93
Bengkulu 9,76 1,57 16,04 7,09 13,28
Lampung 6,97 0,88 12,56 5,44 8,89
Bangka Belitung 7,34 1,12 15,26 5,43 9,87
Kepulauan Riau 9,03 1,68 18,58 6,24 12,90
DKI Jakarta 3,84 0,52 13,62 2,94 5,01
Jawa Barat 7,12 0,42 5,86 6,34 7,98
Jawa Tengah 6,89 0,39 5,60 6,17 7,69
DI Yogyakarta 6,86 0,91 13,29 5,28 8,88
Jawa Timur 7,72 0,42 5,37 6,95 8,58
Banten 5,70 0,64 11,27 4,56 7,09
Bali 10,40 0,95 9,18 8,67 12,42
Nusa Tenggara Barat 11,40 1,22 10,68 9,23 14,02
Nusa Tenggara Timur 10,60 1,12 10,56 8,60 13,01
Kalimantan Barat 11,31 1,52 13,44 8,66 14,65
Kalimantan Tengah 6,21 1,01 16,24 4,50 8,51
Kalimantan Selatan 5,79 1,28 22,08 3,74 8,86
Kalimantan Timur 6,83 0,73 10,62 5,54 8,40
Kalimantan Utara 13,85 5,21 37,58 6,40 27,44
Sulawesi Utara 6,16 0,99 16,08 4,48 8,42
Sulawesi Tengah 6,51 1,71 26,33 3,85 10,78
Sulawesi Selatan 9,67 0,83 8,57 8,17 11,42
Sulawesi Tenggara 11,21 1,41 12,61 8,72 14,29
Gorontalo 11,54 1,96 16,97 8,22 15,97
Sulawesi Barat 15,38 4,62 30,07 8,30 26,72
Maluku 6,90 1,10 15,96 5,03 9,40
Maluku Utara 5,34 1,39 26,08 3,18 8,83
Papua Barat 5,73 1,18 20,63 3,81 8,53
Papua 5,42 1,74 32,12 2,86 10,03
Indonesia 0,07 0,00 2,23 0,07 0,08

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

283
Lampiran 9.2.3
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perdesaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki

Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%

Aceh 6,95 0,62 8,89 5,84 8,27


Sumatera Utara 20,69 1,15 5,55 18,53 23,03
Sumatera Barat 14,00 1,28 9,16 11,67 16,71
Riau 8,93 0,85 9,56 7,39 10,74
Jambi 7,98 0,82 10,30 6,51 9,75
Sumatera Selatan 9,90 0,95 9,58 8,19 11,92
Bengkulu 8,83 1,38 15,59 6,48 11,93
Lampung 13,85 1,02 7,35 11,97 15,96
Bangka Belitung 11,72 1,75 14,89 8,71 15,60
Kepulauan Riau 13,83 3,80 27,49 7,91 23,08
DKI Jakarta
Jawa Barat 9,17 0,88 9,60 7,58 11,04
Jawa Tengah 9,06 0,64 7,09 7,87 10,40
DI Yogyakarta 5,66 1,78 31,43 3,03 10,34
Jawa Timur 9,36 0,66 7,10 8,13 10,74
Banten 7,18 1,32 18,38 4,99 10,24
Bali 23,53 2,71 11,52 18,64 29,25
Nusa Tenggara Barat 16,86 1,68 9,95 13,82 20,41
Nusa Tenggara Timur 22,28 1,09 4,88 20,22 24,49
Kalimantan Barat 11,45 1,01 8,80 9,62 13,57
Kalimantan Tengah 10,08 1,15 11,39 8,04 12,56
Kalimantan Selatan 8,72 1,08 12,37 6,83 11,08
Kalimantan Timur 6,10 1,49 24,38 3,76 9,75
Kalimantan Utara 7,37 1,86 25,23 4,46 11,95
Sulawesi Utara 10,65 1,06 9,98 8,74 12,92
Sulawesi Tengah 18,47 1,59 8,59 15,56 21,79
Sulawesi Selatan 20,09 1,25 6,22 17,76 22,65
Sulawesi Tenggara 18,49 1,49 8,04 15,75 21,58
Gorontalo 19,30 2,69 13,95 14,56 25,13
Sulawesi Barat 27,25 2,41 8,83 22,80 32,22
Maluku 9,21 1,23 13,36 7,07 11,92
Maluku Utara 11,12 1,14 10,23 9,08 13,56
Papua Barat 10,34 1,44 13,93 7,84 13,52
Papua 20,17 1,46 7,24 17,46 23,18
Indonesia 12,39 0,23 1,82 11,96 12,84
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

284
Lampiran 9.2.3 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perdesaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Relative Selang Kepercayaan 95%


Provinsi Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%

Aceh 5,01 0,54 10,72 4,06 6,18


Sumatera Utara 16,62 1,07 6,42 14,63 18,81
Sumatera Barat 9,44 1,31 13,85 7,17 12,34
Riau 5,62 0,85 15,12 4,17 7,54
Jambi 4,26 0,65 15,21 3,15 5,72
Sumatera Selatan 6,85 0,72 10,44 5,57 8,39
Bengkulu 3,32 0,64 19,41 2,26 4,84
Lampung 7,94 0,90 11,38 6,34 9,91
Bangka Belitung 6,36 1,25 19,60 4,31 9,28
Kepulauan Riau 2,94 0,90 30,40 1,62 5,31
DKI Jakarta
Jawa Barat 9,47 0,94 9,92 7,78 11,48
Jawa Tengah 9,11 0,67 7,34 7,88 10,51
DI Yogyakarta 4,32 1,59 36,88 2,08 8,77
Jawa Timur 6,23 0,57 9,08 5,21 7,44
Banten 8,79 1,28 14,62 6,57 11,65
Bali 24,41 3,06 12,52 18,92 30,88
Nusa Tenggara Barat 15,06 1,63 10,81 12,14 18,53
Nusa Tenggara Timur 17,26 0,99 5,74 15,40 19,29
Kalimantan Barat 8,09 0,89 11,02 6,50 10,02
Kalimantan Tengah 5,48 0,86 15,68 4,02 7,43
Kalimantan Selatan 6,86 0,94 13,76 5,22 8,96
Kalimantan Timur 5,57 1,37 24,53 3,42 8,93
Kalimantan Utara 7,06 2,30 32,56 3,68 13,12
Sulawesi Utara 6,26 1,00 16,02 4,56 8,54
Sulawesi Tengah 9,08 1,05 11,58 7,22 11,36
Sulawesi Selatan 13,73 1,17 8,50 11,60 16,18
Sulawesi Tenggara 11,37 1,13 9,92 9,34 13,78
Gorontalo 12,25 2,65 21,60 7,94 18,45
Sulawesi Barat 18,25 2,75 15,08 13,46 24,27
Maluku 8,46 1,52 17,93 5,92 11,94
Maluku Utara 6,18 0,92 14,83 4,61 8,23
Papua Barat 12,76 1,48 11,59 10,13 15,95
Papua 22,49 1,86 8,28 19,05 26,35
Indonesia 9,67 0,22 2,22 9,25 10,10
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

285
Lampiran 9.2.3 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk usia 10-17 Tahun di Perdesaan
yang Termasuk Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 6,00 0,45 7,42 5,18 6,93
Sumatera Utara 18,73 0,92 4,92 16,99 20,60
Sumatera Barat 11,77 0,98 8,31 9,98 13,82
Riau 7,34 0,62 8,48 6,21 8,65
Jambi 6,12 0,54 8,89 5,14 7,28
Sumatera Selatan 8,39 0,68 8,08 7,15 9,81
Bengkulu 6,13 0,79 12,84 4,76 7,87
Lampung 10,99 0,72 6,52 9,66 12,47
Bangka Belitung 9,07 1,13 12,41 7,09 11,54
Kepulauan Riau 8,82 2,28 25,86 5,26 14,43
DKI Jakarta
Jawa Barat 9,32 0,71 7,64 8,01 10,81
Jawa Tengah 9,08 0,49 5,42 8,16 10,10
DI Yogyakarta 4,97 1,38 27,66 2,87 8,47
Jawa Timur 7,81 0,45 5,80 6,97 8,75
Banten 7,96 1,07 13,37 6,11 10,32
Bali 23,96 2,46 10,28 19,47 29,11
Nusa Tenggara Barat 15,97 1,30 8,11 13,59 18,67
Nusa Tenggara Timur 19,76 0,92 4,65 18,02 21,62
Kalimantan Barat 9,80 0,74 7,55 8,44 11,35
Kalimantan Tengah 7,86 0,74 9,38 6,53 9,43
Kalimantan Selatan 7,80 0,73 9,33 6,49 9,36
Kalimantan Timur 5,84 1,18 20,18 3,92 8,63
Kalimantan Utara 7,23 1,67 23,06 4,57 11,25
Sulawesi Utara 8,55 0,76 8,85 7,18 10,15
Sulawesi Tengah 13,86 1,10 7,95 11,84 16,17
Sulawesi Selatan 16,97 0,96 5,66 15,17 18,94
Sulawesi Tenggara 15,00 1,01 6,76 13,12 17,10
Gorontalo 15,88 2,05 12,87 12,27 20,31
Sulawesi Barat 22,70 2,23 9,80 18,64 27,36
Maluku 8,84 1,06 12,01 6,97 11,16
Maluku Utara 8,68 0,80 9,21 7,24 10,38
Papua Barat 11,52 1,17 10,19 9,41 14,03
Papua 21,31 1,40 6,56 18,70 24,18
Indonesia 11,06 0,17 1,56 10,72 11,40

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

286
Lampiran 9.3
Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2022

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Provinsi
L P L+P L P L+P L P L+P
Aceh 4,21 2,47 3,33 6,04 4,69 5,38 5,44 3,94 4,70
Sumatera Utara 8,37 8,92 8,64 19,85 16,38 18,18 13,78 12,36 13,09
Sumatera Barat 6,27 9,09 7,69 13,53 9,35 11,48 10,03 9,22 9,63
Riau 4,98 5,91 5,44 8,57 4,56 6,65 7,17 5,10 6,17
Jambi 3,06 3,34 3,20 7,09 3,61 5,35 5,80 3,52 4,66
Sumatera Selatan 5,34 6,19 5,77 9,14 6,27 7,72 7,74 6,24 6,99
Bengkulu 8,88 8,77 8,82 8,03 3,15 5,64 8,30 5,16 6,72
Lampung 5,95 6,64 6,29 13,17 7,23 10,29 10,86 7,03 8,99
Bangka Belitung 6,99 3,88 5,46 10,59 5,34 8,00 8,56 4,52 6,57
Kepulauan Riau 3,29 7,76 5,54 13,54 2,47 8,45 4,63 7,17 5,89
DKI Jakarta 1,17 2,48 1,82 0,00 0,00 0,00 1,17 2,48 1,82
Jawa Barat 4,70 4,97 4,83 5,86 7,54 6,68 4,95 5,51 5,22
Jawa Tengah 4,61 5,22 4,90 7,78 8,25 8,01 6,12 6,66 6,39
DI Yogyakarta 4,64 7,20 5,89 5,66 3,48 4,54 4,90 6,20 5,54
Jawa Timur 4,17 5,39 4,77 8,42 5,90 7,17 6,07 5,62 5,85
Banten 2,93 4,48 3,72 5,29 7,44 6,34 3,58 5,25 4,42
Bali 6,64 11,32 8,92 22,84 24,41 23,61 11,35 15,17 13,21
Nusa Tenggara Barat 11,10 10,77 10,94 16,38 14,87 15,64 13,74 12,80 13,27
Nusa Tenggara Timur 9,52 8,92 9,23 21,18 16,80 18,98 18,13 14,89 16,52
Kalimantan Barat 7,13 7,99 7,57 10,40 7,49 8,97 9,24 7,68 8,46
Kalimantan Tengah 4,49 6,59 5,56 8,48 4,99 6,79 6,83 5,69 6,27
Kalimantan Selatan 3,19 5,68 4,41 8,10 6,59 7,35 5,73 6,15 5,94
Kalimantan Timur 4,26 5,61 4,94 5,56 5,29 5,43 4,71 5,51 5,10
Kalimantan Utara 8,53 18,87 13,69 7,05 5,85 6,49 7,92 13,87 10,83
Sulawesi Utara 3,64 4,86 4,27 8,78 5,27 7,10 6,11 5,05 5,58
Sulawesi Tengah 7,43 4,85 6,14 18,11 8,98 13,63 14,73 7,65 11,24
Sulawesi Selatan 8,40 6,51 7,47 19,92 13,31 16,67 14,79 10,27 12,56
Sulawesi Tenggara 10,02 11,23 10,62 18,16 10,94 14,62 15,28 11,04 13,20
Gorontalo 14,80 8,17 11,54 18,88 11,90 15,49 17,12 10,27 13,78
Sulawesi Barat 14,84 13,58 14,23 26,85 17,99 22,37 24,44 17,16 20,78
Maluku 5,30 5,11 5,21 8,86 8,02 8,45 7,43 6,81 7,13
Maluku Utara 4,99 5,08 5,03 10,00 5,71 7,88 8,66 5,54 7,13
Papua Barat 4,48 5,31 4,89 9,32 12,40 10,82 7,33 9,47 8,37
Papua 3,96 4,71 4,33 19,43 21,70 20,55 15,76 17,58 16,66
Indonesia 5,01 5,80 5,40 11,31 9,00 10,18 7,79 7,20 7,50

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

287
Lampiran 9.3.1
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 5,44 0,49 9,00 4,56 6,49
Sumatera Utara 13,78 0,73 5,26 12,42 15,27
Sumatera Barat 10,03 0,80 7,99 8,57 11,72
Riau 7,17 0,62 8,62 6,05 8,48
Jambi 5,80 0,62 10,64 4,70 7,13
Sumatera Selatan 7,74 0,66 8,56 6,54 9,15
Bengkulu 8,30 1,18 14,26 6,26 10,94
Lampung 10,86 0,78 7,14 9,43 12,47
Bangka Belitung 8,56 1,18 13,76 6,52 11,17
Kepulauan Riau 4,63 0,90 19,45 3,16 6,76
DKI Jakarta 1,17 0,35 30,20 0,65 2,11
Jawa Barat 4,95 0,40 8,09 4,22 5,79
Jawa Tengah 6,12 0,37 5,96 5,45 6,88
DI Yogyakarta 4,90 0,89 18,24 3,41 6,97
Jawa Timur 6,07 0,38 6,32 5,36 6,87
Banten 3,58 0,55 15,36 2,65 4,83
Bali 11,35 1,06 9,30 9,44 13,58
Nusa Tenggara Barat 13,74 1,16 8,41 11,63 16,17
Nusa Tenggara Timur 18,13 0,87 4,81 16,48 19,90
Kalimantan Barat 9,24 0,94 10,12 7,56 11,24
Kalimantan Tengah 6,83 0,83 12,18 5,37 8,65
Kalimantan Selatan 5,73 0,74 12,92 4,44 7,36
Kalimantan Timur 4,71 0,78 16,66 3,39 6,51
Kalimantan Utara 7,92 2,02 25,48 4,76 12,89
Sulawesi Utara 6,11 0,66 10,79 4,94 7,54
Sulawesi Tengah 14,73 1,36 9,20 12,27 17,59
Sulawesi Selatan 14,79 0,84 5,69 13,22 16,52
Sulawesi Tenggara 15,28 1,16 7,62 13,14 17,70
Gorontalo 17,12 1,91 11,16 13,69 21,20
Sulawesi Barat 24,44 2,34 9,56 20,15 29,30
Maluku 7,44 0,89 11,92 5,87 9,37
Maluku Utara 8,67 0,87 10,09 7,10 10,54
Papua Barat 7,33 0,94 12,87 5,68 9,40
Papua 15,76 1,20 7,63 13,54 18,26
Indonesia 7,79 0,14 1,80 7,52 8,07
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

288
Lampiran 9.3.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 3,94 0,41 10,30 3,22 4,82
Sumatera Utara 12,36 0,75 6,07 10,96 13,90
Sumatera Barat 9,22 0,92 9,93 7,58 11,18
Riau 5,10 0,63 12,37 4,00 6,49
Jambi 3,52 0,51 14,52 2,64 4,67
Sumatera Selatan 6,24 0,60 9,66 5,16 7,53
Bengkulu 5,16 0,74 14,33 3,89 6,82
Lampung 7,03 0,74 10,46 5,72 8,62
Bangka Belitung 4,52 0,78 17,22 3,22 6,31
Kepulauan Riau 7,17 2,59 36,20 3,47 14,22
DKI Jakarta 2,48 0,53 21,58 1,62 3,77
Jawa Barat 5,51 0,42 7,56 4,75 6,39
Jawa Tengah 6,66 0,39 5,80 5,94 7,46
DI Yogyakarta 6,20 1,04 16,78 4,45 8,58
Jawa Timur 5,62 0,37 6,60 4,94 6,39
Banten 5,25 0,71 13,59 4,02 6,84
Bali 15,17 1,30 8,60 12,78 17,90
Nusa Tenggara Barat 12,80 1,15 9,01 10,71 15,24
Nusa Tenggara Timur 14,89 0,87 5,84 13,27 16,68
Kalimantan Barat 7,68 0,78 10,21 6,28 9,36
Kalimantan Tengah 5,69 0,71 12,40 4,45 7,24
Kalimantan Selatan 6,15 0,91 14,81 4,59 8,19
Kalimantan Timur 5,51 0,80 14,45 4,14 7,29
Kalimantan Utara 13,87 5,14 37,06 6,48 27,23
Sulawesi Utara 5,05 0,71 14,15 3,82 6,64
Sulawesi Tengah 7,65 0,85 11,09 6,14 9,49
Sulawesi Selatan 10,27 0,80 7,80 8,80 11,94
Sulawesi Tenggara 11,04 1,16 10,47 8,97 13,52
Gorontalo 10,27 1,84 17,90 7,18 14,47
Sulawesi Barat 17,16 2,49 14,49 12,82 22,58
Maluku 6,81 1,05 15,42 5,02 9,18
Maluku Utara 5,54 0,80 14,38 4,17 7,33
Papua Barat 9,47 1,04 10,96 7,62 11,71
Papua 17,58 1,57 8,94 14,71 20,87
Indonesia 7,20 0,15 2,01 6,92 7,49
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

289
Lampiran 9.3.1 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 4,70 0,34 7,19 4,08 5,41
Sumatera Utara 13,09 0,62 4,74 11,92 14,35
Sumatera Barat 9,63 0,66 6,89 8,41 11,01
Riau 6,17 0,45 7,33 5,34 7,12
Jambi 4,66 0,41 8,80 3,92 5,53
Sumatera Selatan 6,99 0,50 7,12 6,08 8,04
Bengkulu 6,72 0,72 10,65 5,45 8,27
Lampung 8,99 0,56 6,17 7,96 10,14
Bangka Belitung 6,57 0,71 10,80 5,31 8,10
Kepulauan Riau 5,89 1,45 24,54 3,62 9,45
DKI Jakarta 1,83 0,37 20,33 1,22 2,71
Jawa Barat 5,22 0,31 5,92 4,65 5,86
Jawa Tengah 6,39 0,28 4,42 5,86 6,96
DI Yogyakarta 5,54 0,74 13,34 4,26 7,18
Jawa Timur 5,85 0,28 4,72 5,33 6,42
Banten 4,42 0,48 10,93 3,56 5,47
Bali 13,21 0,93 7,04 11,49 15,14
Nusa Tenggara Barat 13,28 0,89 6,71 11,62 15,12
Nusa Tenggara Timur 16,52 0,73 4,40 15,15 18,00
Kalimantan Barat 8,46 0,70 8,31 7,18 9,95
Kalimantan Tengah 6,27 0,56 8,97 5,25 7,46
Kalimantan Selatan 5,94 0,70 11,73 4,71 7,46
Kalimantan Timur 5,10 0,58 11,31 4,08 6,36
Kalimantan Utara 10,83 3,40 31,38 5,74 19,48
Sulawesi Utara 5,58 0,53 9,53 4,63 6,72
Sulawesi Tengah 11,24 0,93 8,31 9,54 13,20
Sulawesi Selatan 12,56 0,63 4,99 11,38 13,85
Sulawesi Tenggara 13,20 0,81 6,12 11,70 14,87
Gorontalo 13,78 1,44 10,48 11,18 16,86
Sulawesi Barat 20,78 2,05 9,85 17,06 25,08
Maluku 7,13 0,76 10,61 5,78 8,76
Maluku Utara 7,13 0,66 9,27 5,94 8,54
Papua Barat 8,37 0,76 9,11 6,99 9,99
Papua 16,66 1,16 6,96 14,51 19,06
Indonesia 7,50 0,11 1,45 7,29 7,72
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

290
Lampiran 9.3.2
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perkotaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 4,21 0,87 20,70 2,80 6,29
Sumatera Utara 8,37 0,88 10,55 6,80 10,27
Sumatera Barat 6,27 0,95 15,08 4,65 8,39
Riau 4,98 0,86 17,25 3,54 6,96
Jambi 3,06 0,86 28,25 1,75 5,29
Sumatera Selatan 5,34 0,93 17,48 3,78 7,50
Bengkulu 8,88 2,38 26,77 5,20 14,77
Lampung 5,95 1,11 18,73 4,11 8,55
Bangka Belitung 6,99 1,59 22,74 4,45 10,83
Kepulauan Riau 3,30 0,85 25,83 1,98 5,44
DKI Jakarta 1,17 0,35 30,20 0,65 2,11
Jawa Barat 4,70 0,47 10,09 3,85 5,72
Jawa Tengah 4,61 0,42 9,00 3,86 5,50
DI Yogyakarta 4,64 1,03 22,25 2,99 7,14
Jawa Timur 4,17 0,47 11,16 3,35 5,18
Banten 2,93 0,60 20,41 1,96 4,36
Bali 6,64 0,96 14,52 4,98 8,80
Nusa Tenggara Barat 11,10 1,60 14,40 8,33 14,64
Nusa Tenggara Timur 9,52 1,63 17,13 6,77 13,23
Kalimantan Barat 7,13 1,94 27,22 4,14 11,99
Kalimantan Tengah 4,49 1,36 30,29 2,46 8,06
Kalimantan Selatan 3,19 1,06 33,15 1,66 6,06
Kalimantan Timur 4,26 0,94 22,04 2,76 6,53
Kalimantan Utara 8,53 3,11 36,51 4,09 16,93
Sulawesi Utara 3,64 0,84 23,09 2,31 5,70
Sulawesi Tengah 7,43 2,33 31,36 3,97 13,49
Sulawesi Selatan 8,40 1,03 12,24 6,59 10,64
Sulawesi Tenggara 10,02 2,05 20,44 6,66 14,81
Gorontalo 14,80 2,64 17,85 10,33 20,76
Sulawesi Barat 14,84 5,95 40,10 6,48 30,50
Maluku 5,30 1,13 21,33 3,48 8,01
Maluku Utara 4,99 1,54 30,93 2,70 9,03
Papua Barat 4,48 1,23 27,40 2,60 7,60
Papua 3,96 1,17 29,62 2,20 7,02
Indonesia 5,01 0,18 3,63 4,67 5,38
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

291
Lampiran 9.3.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perkotaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 2,47 0,57 23,20 1,57 3,88
Sumatera Utara 8,92 0,94 10,56 7,24 10,95
Sumatera Barat 9,09 1,26 13,82 6,91 11,87
Riau 5,91 1,08 18,24 4,12 8,41
Jambi 3,34 0,94 28,03 1,92 5,75
Sumatera Selatan 6,19 1,04 16,79 4,44 8,57
Bengkulu 8,77 1,70 19,35 5,96 12,72
Lampung 6,64 1,30 19,56 4,51 9,69
Bangka Belitung 3,88 1,04 26,68 2,29 6,50
Kepulauan Riau 7,77 2,91 37,49 3,66 15,74
DKI Jakarta 2,48 0,54 21,58 1,62 3,77
Jawa Barat 4,97 0,47 9,45 4,12 5,97
Jawa Tengah 5,22 0,45 8,63 4,40 6,17
DI Yogyakarta 7,20 1,31 18,23 5,02 10,24
Jawa Timur 5,39 0,50 9,18 4,50 6,45
Banten 4,48 0,85 19,01 3,08 6,48
Bali 11,32 1,31 11,59 8,99 14,16
Nusa Tenggara Barat 10,77 1,61 14,97 8,00 14,37
Nusa Tenggara Timur 8,92 1,37 15,36 6,58 12,00
Kalimantan Barat 7,99 1,48 18,47 5,54 11,40
Kalimantan Tengah 6,59 1,22 18,46 4,57 9,41
Kalimantan Selatan 5,68 1,60 28,23 3,24 9,77
Kalimantan Timur 5,61 0,97 17,28 3,99 7,85
Kalimantan Utara 18,87 7,60 40,27 8,08 38,09
Sulawesi Utara 4,86 1,07 21,99 3,15 7,44
Sulawesi Tengah 4,85 1,39 28,76 2,74 8,44
Sulawesi Selatan 6,52 0,92 14,08 4,93 8,56
Sulawesi Tenggara 11,23 2,41 21,47 7,30 16,89
Gorontalo 8,17 2,32 28,37 4,63 14,02
Sulawesi Barat 13,58 4,50 33,17 6,89 25,00
Maluku 5,11 1,27 24,94 3,12 8,27
Maluku Utara 5,08 1,71 33,71 2,60 9,70
Papua Barat 5,31 1,19 22,42 3,41 8,19
Papua 4,71 2,17 46,17 1,88 11,32
Indonesia 5,80 0,20 3,38 5,43 6,20
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

292
Lampiran 9.3.2 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perkotaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 3,33 0,53 15,75 2,44 4,53
Sumatera Utara 8,64 0,79 9,08 7,22 10,31
Sumatera Barat 7,69 0,89 11,56 6,12 9,63
Riau 5,44 0,69 12,70 4,24 6,97
Jambi 3,20 0,62 19,23 2,19 4,65
Sumatera Selatan 5,77 0,75 13,04 4,46 7,43
Bengkulu 8,82 1,49 16,90 6,30 12,22
Lampung 6,29 0,86 13,68 4,80 8,21
Bangka Belitung 5,46 0,93 17,02 3,90 7,59
Kepulauan Riau 5,54 1,62 29,33 3,09 9,73
DKI Jakarta 1,83 0,37 20,33 1,22 2,71
Jawa Barat 4,83 0,36 7,35 4,18 5,58
Jawa Tengah 4,91 0,32 6,59 4,31 5,58
DI Yogyakarta 5,89 0,88 14,91 4,39 7,87
Jawa Timur 4,77 0,35 7,30 4,13 5,50
Banten 3,72 0,54 14,52 2,79 4,93
Bali 8,92 0,87 9,79 7,35 10,79
Nusa Tenggara Barat 10,94 1,21 11,07 8,78 13,55
Nusa Tenggara Timur 9,23 1,05 11,42 7,37 11,52
Kalimantan Barat 7,57 1,46 19,30 5,16 10,98
Kalimantan Tengah 5,56 0,94 16,86 3,98 7,71
Kalimantan Selatan 4,41 1,24 28,14 2,53 7,60
Kalimantan Timur 4,94 0,65 13,25 3,80 6,39
Kalimantan Utara 13,69 5,22 38,15 6,25 27,40
Sulawesi Utara 4,27 0,78 18,21 2,98 6,08
Sulawesi Tengah 6,14 1,71 27,80 3,53 10,47
Sulawesi Selatan 7,47 0,73 9,79 6,15 9,03
Sulawesi Tenggara 10,62 1,40 13,21 8,16 13,70
Gorontalo 11,54 1,96 16,97 8,22 15,97
Sulawesi Barat 14,23 4,47 31,42 7,49 25,38
Maluku 5,21 0,91 17,56 3,68 7,32
Maluku Utara 5,03 1,34 26,64 2,97 8,41
Papua Barat 4,89 0,86 17,69 3,45 6,89
Papua 4,33 1,53 35,36 2,15 8,55
Indonesia 5,40 0,14 2,67 5,13 5,69
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

293
Lampiran 9.3.3
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perdesaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 6,04 0,59 9,79 4,98 7,31
Sumatera Utara 19,85 1,10 5,54 17,78 22,09
Sumatera Barat 13,53 1,26 9,31 11,25 16,19
Riau 8,57 0,85 9,88 7,05 10,39
Jambi 7,09 0,81 11,40 5,66 8,85
Sumatera Selatan 9,14 0,88 9,66 7,56 11,03
Bengkulu 8,03 1,33 16,61 5,77 11,06
Lampung 13,17 1,01 7,64 11,32 15,27
Bangka Belitung 10,59 1,65 15,61 7,76 14,29
Kepulauan Riau 13,54 3,80 28,08 7,65 22,84
DKI Jakarta
Jawa Barat 5,86 0,68 11,60 4,66 7,35
Jawa Tengah 7,78 0,61 7,88 6,66 9,07
DI Yogyakarta 5,66 1,78 31,43 3,03 10,34
Jawa Timur 8,42 0,64 7,57 7,25 9,76
Banten 5,29 1,21 22,86 3,36 8,22
Bali 22,84 2,66 11,63 18,05 28,46
Nusa Tenggara Barat 16,38 1,67 10,17 13,37 19,92
Nusa Tenggara Timur 21,18 1,07 5,04 19,16 23,35
Kalimantan Barat 10,40 0,98 9,46 8,62 12,49
Kalimantan Tengah 8,48 1,03 12,14 6,67 10,73
Kalimantan Selatan 8,10 1,06 13,05 6,26 10,43
Kalimantan Timur 5,56 1,42 25,57 3,35 9,10
Kalimantan Utara 7,05 1,89 26,78 4,13 11,77
Sulawesi Utara 8,78 0,99 11,28 7,02 10,93
Sulawesi Tengah 18,11 1,58 8,75 15,21 21,43
Sulawesi Selatan 19,92 1,25 6,27 17,58 22,47
Sulawesi Tenggara 18,16 1,49 8,18 15,43 21,26
Gorontalo 18,88 2,71 14,35 14,13 24,76
Sulawesi Barat 26,85 2,43 9,05 22,36 31,87
Maluku 8,86 1,23 13,85 6,73 11,58
Maluku Utara 10,00 1,05 10,49 8,13 12,26
Papua Barat 9,32 1,37 14,72 6,96 12,38
Papua 19,43 1,45 7,45 16,75 22,42
Indonesia 11,31 0,21 1,89 10,90 11,74
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

294
Lampiran 9.3.3 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perdesaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 4,69 0,53 11,19 3,76 5,83
Sumatera Utara 16,38 1,07 6,51 14,40 18,58
Sumatera Barat 9,35 1,31 13,98 7,08 12,24
Riau 4,56 0,76 16,58 3,29 6,29
Jambi 3,61 0,61 16,87 2,59 5,01
Sumatera Selatan 6,27 0,69 11,08 5,04 7,77
Bengkulu 3,15 0,63 19,82 2,13 4,64
Lampung 7,23 0,89 12,25 5,67 9,16
Bangka Belitung 5,34 1,18 22,15 3,44 8,20
Kepulauan Riau 2,47 0,77 31,00 1,34 4,52
DKI Jakarta
Jawa Barat 7,54 0,90 11,86 5,97 9,50
Jawa Tengah 8,25 0,64 7,71 7,09 9,59
DI Yogyakarta 3,48 1,48 42,62 1,49 7,89
Jawa Timur 5,90 0,55 9,37 4,91 7,08
Banten 7,44 1,23 16,51 5,36 10,24
Bali 24,41 3,06 12,52 18,92 30,88
Nusa Tenggara Barat 14,87 1,63 10,97 11,95 18,36
Nusa Tenggara Timur 16,80 0,99 5,89 14,95 18,83
Kalimantan Barat 7,49 0,88 11,72 5,94 9,41
Kalimantan Tengah 4,99 0,82 16,37 3,61 6,85
Kalimantan Selatan 6,59 0,92 13,98 5,00 8,64
Kalimantan Timur 5,29 1,36 25,67 3,18 8,68
Kalimantan Utara 5,86 2,10 35,82 2,87 11,59
Sulawesi Utara 5,27 0,87 16,50 3,81 7,26
Sulawesi Tengah 8,98 1,05 11,70 7,12 11,27
Sulawesi Selatan 13,31 1,16 8,73 11,20 15,76
Sulawesi Tenggara 10,94 1,11 10,18 8,94 13,32
Gorontalo 11,90 2,64 22,21 7,61 18,13
Sulawesi Barat 17,99 2,76 15,31 13,20 24,03
Maluku 8,02 1,51 18,80 5,52 11,51
Maluku Utara 5,71 0,89 15,60 4,19 7,72
Papua Barat 12,40 1,45 11,72 9,82 15,54
Papua 21,71 1,85 8,53 18,30 25,55
Indonesia 9,00 0,21 2,32 8,60 9,42
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

295
Lampiran 9.3.3 (Lanjutan)
Sampling Error Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun di Perdesaan yang Bekerja
menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 5,38 0,43 8,05 4,59 6,29
Sumatera Utara 18,18 0,91 4,99 16,47 20,03
Sumatera Barat 11,48 0,98 8,53 9,70 13,55
Riau 6,65 0,60 8,95 5,57 7,91
Jambi 5,35 0,53 9,84 4,41 6,48
Sumatera Selatan 7,72 0,65 8,42 6,54 9,09
Bengkulu 5,64 0,77 13,59 4,31 7,34
Lampung 10,29 0,71 6,87 8,99 11,76
Bangka Belitung 8,00 1,05 13,15 6,16 10,32
Kepulauan Riau 8,45 2,26 26,70 4,95 14,04
DKI Jakarta
Jawa Barat 6,68 0,61 9,19 5,57 7,99
Jawa Tengah 8,01 0,47 5,90 7,13 8,99
DI Yogyakarta 4,54 1,34 29,56 2,53 8,02
Jawa Timur 7,17 0,44 6,15 6,36 8,09
Banten 6,34 1,02 16,06 4,61 8,65
Bali 23,61 2,41 10,20 19,22 28,65
Nusa Tenggara Barat 15,64 1,30 8,29 13,26 18,35
Nusa Tenggara Timur 18,98 0,91 4,78 17,27 20,83
Kalimantan Barat 8,98 0,73 8,12 7,65 10,51
Kalimantan Tengah 6,79 0,69 10,14 5,56 8,27
Kalimantan Selatan 7,35 0,71 9,70 6,07 8,88
Kalimantan Timur 5,43 1,13 20,82 3,60 8,13
Kalimantan Utara 6,49 1,64 25,35 3,92 10,55
Sulawesi Utara 7,10 0,69 9,73 5,86 8,58
Sulawesi Tengah 13,63 1,10 8,08 11,61 15,94
Sulawesi Selatan 16,68 0,96 5,76 14,88 18,65
Sulawesi Tenggara 14,62 1,01 6,89 12,76 16,71
Gorontalo 15,49 2,05 13,26 11,88 19,96
Sulawesi Barat 22,37 2,24 10,01 18,29 27,06
Maluku 8,45 1,06 12,58 6,59 10,78
Maluku Utara 7,88 0,76 9,69 6,51 9,52
Papua Barat 10,82 1,15 10,63 8,76 13,29
Papua 20,55 1,38 6,74 17,97 23,39
Indonesia 10,18 0,17 1,63 9,86 10,51
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

296
Lampiran 9.4
Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah,
Jenis Kelamin dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2022
Jenis Kelamin Pertanian Manufacture Jasa
Perkotaan
Laki-laki 14,67 22,44 62,89
Perempuan 4,99 16,22 78,79
Laki-laki + Perempuan 9,53 19,14 71,33
Perdesaan
Laki-laki 60,43 12,46 27,11
Perempuan 38,89 11,15 49,95
Laki-laki + Perempuan 51,11 11,89 37,00
Perkotaan + Perdesaan
Laki-laki 43,95 16,05 40,00
Perempuan 23,48 13,45 63,06
Laki-laki + Perempuan 34,28 14,82 50,89
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

Lampiran 9.5
Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin
dan Sektor Pekerjaan Utama, 2022

Tipe Daerah/Jenis Kelamin Sektor Formal Sektor Informal Total


Tipe Daerah
Perkotaan 15,98 84,02 100,00
Perdesaan 9,72 90,28 100,00
Perkotaan + Perdesaan 12,25 87,75 100,00
Jenis Kelamin
Laki-laki 14,30 85,70 100,00
Perempuan 9,97 90,03 100,00
Laki-laki + Perempuan 12,25 87,75 100,00

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

297
Lampiran 9.6
Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin
dan Jam Kerja pada Pekerjaan Utama, 2022
Tipe Daerah/
0 jam 14 jam 15-39 jam > 40 jam Total
Jenis Kelamin
Tipe Daerah
Perkotaan 0,39 51,81 33,26 14,53 100,00
Perdesaan 0,46 54.87 34,03 10,64 100,00
Perkotaan + Perdesaan 0,43 53.63 33,72 12,22 100,00
Jenis Kelamin
Laki-laki 0,62 53,64 31,15 14,59 100,00
Perempuan 0,23 53,62 36,59 9,56 100,00
Laki-laki + Perempuan 0,43 53,63 33,72 12,22 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

Lampiran 9.7
Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin
dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2022
Minimal Lulus
SMP/MTs/
Tipe Daerah/ Maksimal SMA/MA/
SMPLB/ Total
Jenis Kelamin Lulus SD SMALB/
Paket B
Paket C
Tipe Daerah
Perkotaan 45,33 47.15 7,53 100,00
Perdesaan 52,60 42.97 4,42 100,00
Perkotaan + Perdesaan 49,66 44.66 5,68 100,00
Jenis Kelamin
Laki-laki 52,76 42,41 4,83 100,00
Perempuan 46,20 47,18 6,62 100,00
Laki-laki + Perempuan 49,66 44,66 5,68 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

298
Lampiran 9.8
Persentase Penduduk Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah/Jenis Kelamin
dan Status Pekerjaan Utama, 2022

Buruh/ Pekerja
Tipe Daerah/ Pekerja
Berusaha Karyawan/ Keluarga/ Total
Jenis Kelamin Bebas
Pegawai Tidak Dibayar
Tipe Daerah
Perkotaan 4,28 15,94 4,44 75,35 100,00
Perdesaan 4,72 9,66 5,02 80,60 100,00
Perkotaan + Perdesaan 4,54 12,20 4,78 78,48 100,00
Jenis Kelamin
Laki-Laki 4,74 14,21 7,20 73,85 100,00
Perempuan 4,32 9,95 2,09 83,64 100,00
Laki-laki + Perempuan 4,54 12,20 4,78 78,48 100,00

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

299
Lampiran 9.9
Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Penduduk Usia 10-17 Tahun
yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, 2022

Jenis Kelamin
Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
Aceh 972.871 637.956 905.984
Sumatera Utara 1.106.504 918.049 1.044.015
Sumatera Barat 1.342.919 691.800 1.277.237
Riau 1.401.380 1.234.220 1.353.461
Jambi 1.843.007 1.239.489 1.745.091
Sumatera Selatan 1.172.784 972.079 1.093.838
Bengkulu 1.056.126 674.584 944.033
Lampung 927.721 998.280 954.814
Bangka Belitung 1.776.468 1.139.632 1.565.958
Kepulauan Riau 1.279.141 1.034.734 1.198.724
DKI Jakarta 2.660.138 2.660.138
Jawa Barat 1.325.462 1.256.002 1.293.605
Jawa Tengah 1.124.691 1.018.373 1.077.105
DI Yogyakarta 1.186.733 1.166.667 1.182.499
Jawa Timur 1.522.075 1.197.670 1.384.764
Banten 1.546.200 1.454.344 1.478.438
Bali 842.459 1.103.554 937.504
Nusa Tenggara Barat 825.541 750.000 799.885
Nusa Tenggara Timur 766.584 676.807 752.497
Kalimantan Barat 1.457.268 1.115.651 1.336.720
Kalimantan Tengah 1.918.523 1.466.746 1.744.439
Kalimantan Selatan 1.724.410 1.383.909 1.594.024
Kalimantan Timur 1.163.625 1.390.749 1.232.188
Kalimantan Utara 763.801 1.706.865 1.138.455
Sulawesi Utara 1.005.710 1.387.027 1.137.076
Sulawesi Tengah 1.338.695 1.240.940 1.323.348
Sulawesi Selatan 1.332.613 949.114 1.260.257
Sulawesi Tenggara 2.029.137 1.176.512 1.858.134
Gorontalo 1.239.871 1.055.537 1.188.345
Sulawesi Barat 831.379 444.669 768.283
Maluku 1.037.336 752.593 972.513
Maluku Utara 2.038.051 1.513.855 1.877.058
Papua Barat 1.270.080 1.265.574 1.269.194
Papua 934.243 957.220 944.134
Indonesia 1.282.349 1.150.434 1.231.511

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

300
Lampiran 9.9.1
Sampling Error Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Penduduk Usia 10-17 Tahun
yang Bekerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022
Laki-laki

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 972.871 120.718 12,41 736.252 1.209.491
Sumatera Utara 1.106.504 125.990 11,39 859.552 1.353.457
Sumatera Barat 1.342.919 128.180 9,54 1.091.673 1.594.166
Riau 1.401.380 164.228 11,72 1.079.476 1.723.284
Jambi 1.843.007 228.544 12,40 1.395.036 2.290.977
Sumatera Selatan 1.172.784 207.839 17,72 765.399 1.580.170
Bengkulu 1.056.126 163.841 15,51 734.981 1.377.272
Lampung 927.721 118.139 12,73 696.156 1.159.287
Bangka Belitung 1.776.468 202.277 11,39 1.379.984 2.172.952
Kepulauan Riau 1.279.141 249.183 19,48 790.716 1.767.567
DKI Jakarta
Jawa Barat 1.325.462 89.218 6,73 1.150.585 1.500.339
Jawa Tengah 1.124.691 97.853 8,70 932.890 1.316.492
DI Yogyakarta 1.186.733 280.445 23,63 637.031 1.736.435
Jawa Timur 1.522.075 197.085 12,95 1.135.768 1.908.382
Banten 1.546.200 383.710 24,82 794.089 2.298.311
Bali 842.459 163.039 19,35 522.886 1.162.032
Nusa Tenggara Barat 825.541 167.448 20,28 497.325 1.153.757
Nusa Tenggara Timur 766.584 84.581 11,03 600.797 932.371
Kalimantan Barat 1.457.268 139.429 9,57 1.183.972 1.730.564
Kalimantan Tengah 1.918.523 212.548 11,08 1.501.907 2.335.140
Kalimantan Selatan 1.724.410 165.891 9,62 1.399.247 2.049.573
Kalimantan Timur 1.163.625 234.574 20,16 703.835 1.623.416
Kalimantan Utara 763.801 335.270 43,89 106.637 1.420.965
Sulawesi Utara 1.005.710 260.244 25,88 495.605 1.515.815
Sulawesi Tengah 1.338.695 324.720 24,26 702.210 1.975.180
Sulawesi Selatan 1.332.613 118.556 8,90 1.100.232 1.564.995
Sulawesi Tenggara 2.029.137 276.311 13,62 1.487.539 2.570.734
Gorontalo 1.239.871 161.785 13,05 922.755 1.556.987
Sulawesi Barat 831.379 158.456 19,06 520.790 1.141.969
Maluku 1.037.336 260.969 25,16 525.810 1.548.863
Maluku Utara 2.038.051 142.584 7,00 1.758.571 2.317.531
Papua Barat 1.270.080 328.375 25,85 626.432 1.913.729
Papua 934.243 335.465 35,91 276.696 1.591.790
Indonesia 1.282.349 37.348 2,91 1.209.144 1.150.434
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

301
Lampiran 9.9.1 (Lanjutan)
Sampling Error Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Penduduk Usia 10-17 Tahun
yang Bekerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 637.956 72.751 11,40 495.351 780.561
Sumatera Utara 918.049 216.310 23,56 494.044 1.342.054
Sumatera Barat 691.800 161.968 23,41 374.315 1.009.286
Riau 1.234.220 216.553 17,55 809.739 1.658.700
Jambi 1.239.489 326.069 26,31 600.339 1.878.640
Sumatera Selatan 972.079 98.474 10,13 779.053 1.165.105
Bengkulu 674.584 65.379 9,69 546.431 802.738
Lampung 998.280 232.473 23,29 542.593 1.453.966
Bangka Belitung 1.139.632 215.705 18,93 716.813 1.562.451
Kepulauan Riau 1.034.734 141.246 13,65 757.867 1.311.601
DKI Jakarta 2.660.138 171.520 6,45 2.323.929 2.996.346
Jawa Barat 1.256.002 103.558 8,25 1.053.011 1.458.994
Jawa Tengah 1.018.373 77.449 7,61 866.560 1.170.186
DI Yogyakarta 1.166.667 194.889 16,70 784.651 1.548.683
Jawa Timur 1.197.670 180.325 15,06 844.202 1.551.138
Banten 1.454.344 159.039 10,94 1.142.600 1.766.088
Bali 1.103.554 235.925 21,38 641.100 1.566.007
Nusa Tenggara Barat 750.000 287.417 38,32 186.613 1.313.387
Nusa Tenggara Timur 676.807 73.712 10,89 532.319 821.294
Kalimantan Barat 1.115.651 150.938 13,53 819.786 1.411.516
Kalimantan Tengah 1.466.746 250.725 17,09 975.282 1.958.209
Kalimantan Selatan 1.383.909 392.638 28,37 614.271 2.153.547
Kalimantan Timur 1.390.749 384.649 27,66 636.771 2.144.728
Kalimantan Utara 1.706.865 211.955 12,42 1.291.396 2.122.334
Sulawesi Utara 1.387.027 252.329 18,19 892.419 1.881.635
Sulawesi Tengah 1.240.940 256.030 20,63 739.078 1.742.803
Sulawesi Selatan 949.114 134.355 14,16 685.755 1.212.472
Sulawesi Tenggara 1.176.512 218.707 18,59 747.808 1.605.216
Gorontalo 1.055.537 146.541 13,88 768.291 1.342.783
Sulawesi Barat 444.669 177.088 39,82 97.547 791.791
Maluku 752.593 51.152 6,80 652.325 852.860
Maluku Utara 1.513.855 336.107 22,20 855.028 2.172.683
Papua Barat 1.265.574 271.745 21,47 732.907 1.798.240
Papua 957.220 339.610 35,48 291.527 1.622.913
Indonesia 1.150.434 45.412 3,95 1.061.422 1.239.446
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

302
Lampiran 9.9.1 (Lanjutan)
Sampling Error Rata-Rata Upah/Gaji/Pendapatan Penduduk Usia 10-17 Tahun
yang Bekerja menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2022

Laki-laki + Perempuan

Provinsi Relative Selang Kepercayaan 95%


Standard
Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 905.984 100.586 11,10 708.827 1.103.140
Sumatera Utara 1.044.015 110.998 10,63 826.450 1.261.581
Sumatera Barat 1.277.237 122.575 9,60 1.036.981 1.517.494
Riau 1.353.461 131.653 9,73 1.095.411 1.611.512
Jambi 1.745.091 204.991 11,75 1.343.294 2.146.889
Sumatera Selatan 1.093.838 134.709 12,32 829.797 1.357.879
Bengkulu 944.034 129.284 13,69 690.627 1.197.440
Lampung 954.814 115.255 12,07 728.906 1.180.722
Bangka Belitung 1.565.958 160.522 10,25 1.251.322 1.880.595
Kepulauan Riau 1.198.724 179.533 14,98 846.824 1.550.623
DKI Jakarta 2.660.138 171.520 6,45 2.323.945 2.996.330
Jawa Barat 1.293.605 69.896 5,40 1.156.604 1.430.606
Jawa Tengah 1.077.105 64.715 6,01 950.258 1.203.952
DI Yogyakarta 1.182.499 224.832 19,01 741.810 1.623.188
Jawa Timur 1.384.764 138.090 9,97 1.114.097 1.655.432
Banten 1.478.438 151.818 10,27 1.180.863 1.776.013
Bali 937.504 148.097 15,80 647.222 1.227.785
Nusa Tenggara Barat 799.885 151.618 18,95 502.702 1.097.067
Nusa Tenggara Timur 752.497 69.186 9,19 616.886 888.108
Kalimantan Barat 1.336.720 104.433 7,81 1.132.022 1.541.417
Kalimantan Tengah 1.744.439 167.150 9,58 1.416.811 2.072.066
Kalimantan Selatan 1.594.024 186.411 11,69 1.228.644 1.959.404
Kalimantan Timur 1.232.188 202.703 16,45 834.874 1.629.502
Kalimantan Utara 1.138.455 296.632 26,06 557.033 1.719.876
Sulawesi Utara 1.137.076 204.230 17,96 736.768 1.537.384
Sulawesi Tengah 1.323.348 276.529 20,90 781.330 1.865.366
Sulawesi Selatan 1.260.257 100.634 7,99 1.063.007 1.457.507
Sulawesi Tenggara 1.858.134 232.140 12,49 1.403.122 2.313.147
Gorontalo 1.188.345 124.582 10,48 944.154 1.432.537
Sulawesi Barat 768.283 124.772 16,24 523.721 1.012.845
Maluku 972.513 213.843 21,99 553.364 1.391.662
Maluku Utara 1.877.058 158.416 8,44 1.566.550 2.187.567
Papua Barat 1.269.194 269.066 21,20 741.804 1.796.584
Papua 944.134 315.333 33,40 326.056 1.562.211
Indonesia 1.206.533 36.269 3,01 1.135.326 1.277.739
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS, 2022

303
Lampiran 9.10
Persentase Pekerja Anak menurut Provinsi, 2019-2022

Provinsi 2019 2020 2021 2022


Aceh 0,76 1,42 0,93 0,64
Sumatera Utara 2,73 4,61 3,43 2,90
Sumatera Barat 1,70 3,01 1,83 1,86
Riau 1,47 2,32 1,94 1,36
Jambi 1,36 1,74 1,16 0,99
Sumatera Selatan 1,44 2,43 1,90 1,81
Bengkulu 1,38 2,08 1,32 1,30
Lampung 1,54 2,81 2,36 1,85
Kep Bangka Belitung 1,53 3,06 2,10 1,96
Kep Riau 0,61 0,77 0,71 2,22
DKI Jakarta 0,72 0,78 0,49 0,41
Jawa Barat 1,20 1,33 1,08 1,30
Jawa Tengah 1,45 1,64 1,55 1,64
DI Yogyakarta 1,48 1,33 1,59 1,39
Jawa Timur 1,09 1,82 1,33 1,07
Banten 0,80 1,33 0,72 1,32
Bali 2,03 2,95 2,70 3,05
NTB 2,80 4,56 3,21 2,73
NTT 2,40 4,39 3,35 4,04
Kalimantan Barat 1,61 2,64 2,25 2,17
Kalimantan Tengah 1,99 3,37 2,35 1,54
Kalimantan Selatan 1,47 2,27 2,04 1,39
Kalimantan Timur 0,91 2,15 1,60 1,17
Kalimantan Utara 1,73 3,71 3,81 2,80
Sulawesi Utara 1,72 2,23 2,17 1,14
Sulawesi Tengah 2,73 3,96 3,72 2,92
Sulawesi Selatan 3,44 4,40 3,71 3,15
Sulawesi Tenggara 4,07 6,43 4,98 2,99
Gorontalo 3,10 3,56 2,90 4,56
Sulawesi Barat 2,49 3,69 3,54 4,32
Maluku 2,23 2,64 1,96 2,03
Maluku Utara 2,40 2,68 1,64 1,79
Papua Barat 1,61 3,82 2,77 2,24
Papua 2,09 2,39 2,17 3,24
Indonesia 1,58 2,30 1,82 1,74

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, BPS, 2019 - 2022

304
Lampiran 9.10.1
Sampling Error Persentase Pekerja Anak menurut Provinsi, 2022
Relative Selang Kepercayaan 95%
Standard
Provinsi Estimasi Standard Error
Error Batas Bawah Batas Atas
%
Aceh 0,64 0,09 13,87 0,49 0,84
Sumatera Utara 2,90 0,21 7,27 2,51 3,34
Sumatera Barat 1,86 0,21 11,34 1,49 2,33
Riau 1,36 0,17 12,47 1,06 1,73
Jambi 0,99 0,15 15,25 0,73 1,33
Sumatera Selatan 1,81 0,19 10,53 1,47 2,23
Bengkulu 1,30 0,20 15,43 0,96 1,75
Lampung 1,85 0,21 11,18 1,49 2,30
Kepulauan Bangka Belitung 1,96 0,27 13,92 1,49 2,58
Kepulauan Riau 2,22 0,58 26,05 1,33 3,69
DKI Jakarta 0,41 0,14 33,36 0,21 0,79
Jawa Barat 1,30 0,12 9,19 1,09 1,56
Jawa Tengah 1,64 0,11 6,94 1,43 1,88
DI Yogyakarta 1,39 0,29 20,87 0,92 2,09
Jawa Timur 1,07 0,10 8,94 0,90 1,27
Banten 1,32 0,23 17,62 0,93 1,86
Bali 3,05 0,39 12,61 2,38 3,91
Nusa Tenggara Barat 2,73 0,30 11,11 2,19 3,39
Nusa Tenggara Timur 4,04 0,33 8,19 3,44 4,74
Kalimantan Barat 2,17 0,24 11,02 1,75 2,69
Kalimantan Tengah 1,54 0,21 13,42 1,19 2,01
Kalimantan Selatan 1,39 0,27 19,21 0,95 2,02
Kalimantan Timur 1,17 0,19 16,04 0,86 1,61
Kalimantan Utara 2,80 0,70 25,00 1,71 4,54
Sulawesi Utara 1,14 0,17 14,50 0,86 1,51
Sulawesi Tengah 2,92 0,34 11,58 2,32 3,66
Sulawesi Selatan 3,15 0,25 7,80 2,70 3,67
Sulawesi Tenggara 2,99 0,29 9,83 2,47 3,63
Gorontalo 4,56 0,69 15,22 3,38 6,13
Sulawesi Barat 4,32 0,50 11,62 3,44 5,42
Maluku 2,03 0,36 17,52 1,44 2,85
Maluku Utara 1,79 0,24 13,32 1,38 2,33
Papua Barat 2,24 0,33 14,69 1,68 2,99
Papua 3,24 0,43 13,16 2,50 4,19
Indonesia 1,74 0,04 2,37 1,66 1,83
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, BPS, 2019 - 2022

305
Lampiran 9.11
Jumlah Kasus Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi Tahun 2019-2022
(menurut Tahun Penginputan)
Provinsi 2019 2020 2021 2022
Aceh 406 404 386 492
Sumatera Utara 705 644 1.005 962
Sumatera Barat 538 286 706 592
Riau 403 244 689 614
Jambi 273 204 277 241
Sumatera Selatan 185 211 255 301
Bengkulu 101 91 147 148
Lampung 287 311 485 427
Bangka Belitung 120 117 109 115
Kepulauan Riau 138 286 231 339
DKI Jakarta 543 461 879 794
Jawa Barat 454 733 952 1.053
Jawa Tengah 1.062 1.205 1.121 1.218
Daerah Istimewa Yogyakarta 456 501 532 618
Jawa Timur 1.271 1.304 1.190 1.388
Banten 327 292 516 646
Bali 119 56 130 198
Nusa Tenggara Barat 315 449 613 640
Nusa Tenggara Timur 163 274 376 611
Kalimantan Barat 242 329 365 378
Kalimantan Tengah 114 92 142 219
Kalimantan Selatan 161 166 262 403
Kalimantan Timur 385 355 357 491
Kalimantan Utara 142 126 119 182
Sulawesi Utara 172 298 349 631
Sulawesi Tengah 261 181 278 365
Sulawesi Selatan 1.009 919 752 812
Sulawesi Tenggara 97 165 191 256
Gorontalo 159 131 256 156
Sulawesi Barat 112 19 170 88
Maluku 89 168 224 219
Maluku Utara 72 86 192 236
Papua 89 68 139 144
Papua Barat 87 102 122 129
Indonesia 11.057 11.278 14.517 16.106

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

306
Lampiran 9.12
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut provinsi Tahun 2019 - 2022
(menurut Tahun Penginputan)
2019 2020
Anak Anak Anak Anak
Provinsi Korban Laki-laki Perempuan Korban Laki-laki Perempuan
Kekerasan Korban Korban Kekerasan Korban Korban
Kekerasan Kekerasan Kekerasan Kekerasan
Aceh 451 158 293 438 119 319
Sumatera Utara 862 298 564 775 265 510
Sumatera Barat 612 230 382 317 111 206
Riau 515 210 305 284 88 196
Jambi 291 88 203 218 40 178
Sumatera Selatan 195 57 138 245 74 171
Bengkulu 114 42 72 104 19 85
Lampung 335 89 246 384 121 263
Bangka Belitung 127 27 100 139 33 106
Kepulauan Riau 194 91 103 337 112 225
DKI Jakarta 550 203 347 462 129 333
Jawa Barat 560 224 336 872 316 556
Jawa Tengah 1189 367 822 1338 390 948
Daerah Istimewa Yogyakarta 468 152 316 534 131 403
Jawa Timur 1439 515 924 1397 417 980
Banten 358 108 250 338 83 255
Bali 141 34 107 61 27 34
Nusa Tenggara Barat 332 131 201 463 113 350
Nusa Tenggara Timur 171 26 145 298 75 223
Kalimantan Barat 259 65 194 359 68 291
Kalimantan Tengah 122 26 96 93 20 73
Kalimantan Selatan 201 54 147 182 54 128
Kalimantan Timur 430 124 306 398 99 299
Kalimantan Utara 143 60 83 131 50 81
Sulawesi Utara 176 45 131 334 77 257
Sulawesi Tengah 272 79 193 197 38 159
Sulawesi Selatan 1024 377 647 938 348 590
Sulawesi Tenggara 105 19 86 171 43 128
Gorontalo 161 64 97 132 33 99
Sulawesi Barat 116 50 66 25 7 18
Maluku 95 31 64 185 41 144
Maluku Utara 80 9 71 88 11 77
Papua 93 14 79 73 15 58
Papua Barat 104 32 72 115 41 74
Indonesia 12285 4099 8186 12425 3608 8817
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

307
Lampiran 9.12 (Lanjutan)
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut provinsi Tahun 2019 - 2022
(menurut Tahun Penginputan)
2021 2022
Anak Anak Anak Anak
Provinsi Korban Laki-laki Perempuan Korban Laki-laki Perempuan
Kekerasan Korban Korban Kekerasan Korban Korban
Kekerasan Kekerasan Kekerasan Kekerasan
Aceh 444 170 274 550 177 373
Sumatera Utara 1120 322 798 1104 340 764
Sumatera Barat 798 281 517 648 211 437
Riau 757 218 539 685 135 550
Jambi 301 86 215 259 67 192
Sumatera Selatan 287 112 175 326 96 230
Bengkulu 160 27 133 158 28 130
Lampung 551 82 469 485 86 399
Bangka Belitung 120 35 85 134 30 104
Kepulauan Riau 299 91 208 410 129 281
DKI Jakarta 881 262 619 796 144 652
Jawa Barat 1091 331 760 1155 280 875
Jawa Tengah 1255 334 921 1386 262 1124
Daerah Istimewa Yogyakarta 547 175 372 629 126 503
Jawa Timur 1343 439 904 1561 411 1150
Banten 551 128 423 676 161 515
Bali 156 52 104 212 57 155
Nusa Tenggara Barat 642 143 499 674 127 547
Nusa Tenggara Timur 405 95 310 645 158 487
Kalimantan Barat 389 62 327 420 72 348
Kalimantan Tengah 154 38 116 240 43 197
Kalimantan Selatan 294 93 201 439 126 313
Kalimantan Timur 418 96 322 538 115 423
Kalimantan Utara 122 24 98 192 74 118
Sulawesi Utara 375 105 270 670 143 527
Sulawesi Tengah 329 85 244 390 66 324
Sulawesi Selatan 780 257 523 863 172 691
Sulawesi Tenggara 224 75 149 273 53 220
Gorontalo 260 91 169 163 28 135
Sulawesi Barat 177 79 98 91 30 61
Maluku 241 60 181 261 73 188
Maluku Utara 220 36 184 258 40 218
Papua 152 35 117 208 42 166
Papua Barat 128 28 100 142 24 118
Indonesia 15971 4547 11424 17641 4126 13515
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

308
Lampiran 9.13
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2022
(menurut Tahun Penginputan)

Provinsi <6 6-12 13-17


Aceh 80 224 246
Sumatera Utara 143 333 628
Sumatera Barat 65 254 329
Riau 98 233 354
Jambi 25 68 166
Sumatera Selatan 42 116 168
Bengkulu 9 50 99
Lampung 35 159 291
Bangka Belitung 13 48 73
Kepulauan Riau 42 123 245
DKI Jakarta 124 255 417
Jawa Barat 156 453 546
Jawa Tengah 142 484 760
Daerah Istimewa Yogyakarta 45 134 450
Jawa Timur 175 506 880
Banten 78 213 385
Bali 24 73 115
Nusa Tenggara Barat 53 141 480
Nusa Tenggara Timur 81 155 409
Kalimantan Barat 48 118 254
Kalimantan Tengah 12 94 134
Kalimantan Selatan 72 150 217
Kalimantan Timur 65 176 297
Kalimantan Utara 21 72 99
Sulawesi Utara 83 233 354
Sulawesi Tengah 44 120 226
Sulawesi Selatan 107 263 493
Sulawesi Tenggara 22 87 164
Gorontalo 10 49 104
Sulawesi Barat 7 19 65
Maluku 20 75 166
Maluku Utara 15 65 178
Papua 50 63 95
Papua Barat 18 49 75
Indonesia 2.024 5.655 9.962

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

309
Lampiran 9.14
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2022
(menurut Tahun Penginputan)

Provinsi NA Belum kawin Kawin Cerai

Aceh 12 529 6 3
Sumatera Utara 87 1.004 10 3
Sumatera Barat 26 616 6 0
Riau 37 642 4 2
Jambi 31 226 2 0
Sumatera Selatan 19 302 3 2
Bengkulu 7 151 0 0
Lampung 11 465 7 2
Bangka Belitung 29 102 3 0
Kepulauan Riau 12 394 3 1
DKI Jakarta 12 757 23 4
Jawa Barat 155 989 8 3
Jawa Tengah 117 1.252 15 2
Daerah Istimewa Yogyakarta 19 606 3 1
Jawa Timur 94 1.445 21 1
Banten 27 644 4 1
Bali 15 191 5 1
Nusa Tenggara Barat 34 614 20 6
Nusa Tenggara Timur 29 611 4 1
Kalimantan Barat 74 341 4 1
Kalimantan Tengah 17 214 8 1
Kalimantan Selatan 50 384 3 2
Kalimantan Timur 24 510 3 1
Kalimantan Utara 5 185 2 0
Sulawesi Utara 76 591 3 0
Sulawesi Tengah 26 360 4 0
Sulawesi Selatan 42 804 13 4
Sulawesi Tenggara 10 261 2 0
Gorontalo 2 157 4 0
Sulawesi Barat 17 74 0 0
Maluku 11 244 6 0
Maluku Utara 4 252 2 0
Papua 12 181 15 0
Papua Barat 3 137 2 0
Indonesia 1.146 16.235 218 42
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

310
Lampiran 9.15
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Jenis Pekerjaan, 2022
(menurut Tahun Penginputan)
Ibu Pedagang /
Tidak Swasta /
Provinsi NA Bekerja Pelajar Rumah Tani /
Bekerja Buruh
Tangga Nelayan
Aceh 11 136 3 396 3 0 1
Sumatera Utara 103 205 11 777 5 3 0
Sumatera Barat 34 126 9 475 1 2 1
Riau 74 186 17 399 1 5 3
Jambi 40 40 3 172 1 3 0
Sumatera Selatan 33 60 0 230 2 1 0
Bengkulu 5 25 0 128 0 0 0
Lampung 18 70 1 393 2 0 1
Bangka Belitung 31 20 2 79 0 1 1
Kepulauan Riau 14 79 0 310 2 2 3
DKI Jakarta 23 301 6 459 5 1 1
Jawa Barat 214 194 8 735 2 1 1
Jawa Tengah 112 197 12 1.050 11 3 0
Daerah Istimewa Yogyakarta 34 97 15 457 3 23 0
Jawa Timur 107 212 12 1.214 5 10 1
Banten 78 118 4 472 1 3 0
Bali 14 66 4 126 0 2 0
Nusa Tenggara Barat 25 113 5 519 4 5 3
Nusa Tenggara Timur 10 95 3 524 3 8 2
Kalimantan Barat 116 78 2 214 3 7 0
Kalimantan Tengah 24 28 1 185 0 2 0
Kalimantan Selatan 63 114 8 250 2 2 0
Kalimantan Timur 28 140 4 363 3 0 0
Kalimantan Utara 7 29 0 154 1 0 1
Sulawesi Utara 74 61 7 522 5 0 1
Sulawesi Tengah 22 52 1 310 2 1 1
Sulawesi Selatan 68 194 11 579 8 2 1
Sulawesi Tenggara 20 40 2 208 2 1 0
Gorontalo 7 24 2 127 3 0 0
Sulawesi Barat 15 15 2 59 0 0 0
Maluku 9 69 0 178 4 1 0
Maluku Utara 6 40 0 211 1 0 0
Papua 11 86 1 93 17 0 0
Papua Barat 6 27 1 105 1 1 1
Indonesia 1.456 3.337 157 12.473 103 90 23
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

311
Lampiran 9.16
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Tempat Kejadian, 2022
(menurut Tahun Penginputan)
Lembaga
Rumah Tempat Fasilitas
Provinsi Lainnya Sekolah Pendidikan
Tangga Kerja Umum
Kilat
Aceh 348 3 87 44 66 2
Sumatera Utara 568 8 360 68 98 2
Sumatera Barat 370 1 113 73 90 1
Riau 427 21 152 40 45 0
Jambi 100 3 75 33 48 0
Sumatera Selatan 144 0 100 42 40 0
Bengkulu 94 1 22 17 23 1
Lampung 253 4 137 38 53 0
Bangka Belitung 70 15 19 5 25 0
Kepulauan Riau 220 3 97 46 43 1
DKI Jakarta 288 3 256 40 207 2
Jawa Barat 550 7 362 51 177 8
Jawa Tengah 843 10 246 117 165 3
Daerah Istimewa Yogyakarta 388 1 162 27 51 0
Jawa Timur 792 7 367 153 233 9
Banten 378 5 155 39 93 6
Bali 117 4 60 12 19 0
Nusa Tenggara Barat 410 1 147 33 83 0
Nusa Tenggara Timur 427 5 103 16 91 3
Kalimantan Barat 237 4 99 22 58 0
Kalimantan Tengah 142 11 34 18 35 0
Kalimantan Selatan 291 13 78 22 35 0
Kalimantan Timur 266 0 171 46 47 8
Kalimantan Utara 81 0 76 12 12 11
Sulawesi Utara 307 2 242 58 61 0
Sulawesi Tengah 203 3 126 29 29 0
Sulawesi Selatan 443 4 219 70 127 0
Sulawesi Tenggara 116 2 98 19 38 0
Gorontalo 79 0 61 6 17 0
Sulawesi Barat 53 1 16 6 15 0
Maluku 128 0 47 18 68 0
Maluku Utara 105 6 103 15 29 0
Papua 111 7 79 2 9 0
Papua Barat 65 1 56 10 10 0
Indonesia 9.414 156 4.525 1.247 2.240 57
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

312
Lampiran 9.17
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Jenis Kekerasan, 2022
(menurut Tahun Penginputan)

Provinsi Fisik Psikis Seksual Eksploitasi TPPO Penelantaran Lainnya


Aceh 165 226 255 10 1 106 61
Sumatera Utara 339 152 506 12 5 124 126
Sumatera Barat 120 110 361 5 2 40 56
Riau 91 148 347 1 5 34 175
Jambi 62 47 136 1 4 19 19
Sumatera Selatan 100 49 184 5 1 16 18
Bengkulu 29 42 99 3 2 5 10
Lampung 79 119 386 5 9 7 23
Bangka Belitung 43 26 71 3 1 6 7
Kepulauan Riau 64 101 229 8 1 15 94
DKI Jakarta 199 159 423 16 67 39 89
Jawa Barat 169 209 678 23 17 84 163
Jawa Tengah 207 417 873 28 8 87 82
Daerah Istimewa Yogyakarta 64 251 325 0 3 21 50
Jawa Timur 332 430 784 7 11 159 158
Banten 127 169 440 2 6 16 71
Bali 40 61 87 3 1 20 36
Nusa Tenggara Barat 104 97 263 8 1 46 217
Nusa Tenggara Timur 130 188 348 9 4 52 56
Kalimantan Barat 55 46 277 14 3 29 37
Kalimantan Tengah 46 66 160 0 1 5 32
Kalimantan Selatan 95 141 172 19 1 53 78
Kalimantan Timur 130 86 312 3 7 23 24
Kalimantan Utara 49 51 115 6 1 17 10
Sulawesi Utara 148 53 352 2 3 59 83
Sulawesi Tengah 128 129 243 2 6 15 28
Sulawesi Selatan 286 308 388 5 41 77 74
Sulawesi Tenggara 69 33 158 6 0 15 21
Gorontalo 40 8 106 0 0 1 11
Sulawesi Barat 41 27 45 1 0 6 8
Maluku 83 66 115 4 1 27 20
Maluku Utara 42 27 178 4 2 5 27
Papua 25 54 90 1 0 18 70
Papua Barat 45 66 82 0 4 23 7
Indonesia 3.746 4.162 9.588 216 219 1.269 2.041

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

313
Lampiran 9.18
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Jenis Layanan, 2022
(menurut Tahun Penginputan)
Bantuan Penegakan
Provinsi Pengaduan Kesehatan
Hukum Hukum
Aceh 348 158 204 53
Sumatera Utara 565 373 198 158
Sumatera Barat 278 118 80 43
Riau 385 199 41 19
Jambi 191 73 41 17
Sumatera Selatan 204 66 18 25
Bengkulu 64 6 24 23
Lampung 258 238 110 43
Bangka Belitung 84 7 11 7
Kepulauan Riau 255 173 49 74
DKI Jakarta 781 6 103 2
Jawa Barat 728 346 142 21
Jawa Tengah 661 350 144 169
Daerah Istimewa Yogyakarta 363 212 38 32
Jawa Timur 936 528 197 63
Banten 473 190 159 75
Bali 73 77 81 15
Nusa Tenggara Barat 288 78 69 86
Nusa Tenggara Timur 384 105 128 84
Kalimantan Barat 165 61 54 31
Kalimantan Tengah 131 82 23 6
Kalimantan Selatan 193 179 58 15
Kalimantan Timur 252 243 67 56
Kalimantan Utara 32 85 1 2
Sulawesi Utara 273 115 130 36
Sulawesi Tengah 301 105 146 28
Sulawesi Selatan 599 281 183 98
Sulawesi Tenggara 188 49 66 25
Gorontalo 116 16 23 0
Sulawesi Barat 30 14 14 31
Maluku 205 72 107 27
Maluku Utara 110 56 10 128
Papua 57 58 9 4
Papua Barat 65 41 36 8
Indonesia 10.036 4.760 2.764 1.504

Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

314
Lampiran 9.18 (Lanjutan)
Jumlah Korban Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan Jenis Layanan, 2022
(menurut Tahun Penginputan)

Rehabilitasi Reintegrasi Pendampingan


Provinsi Pemulangan
Sosial Sosial Tokoh Agama
Aceh 21 31 18 17
Sumatera Utara 31 21 29 35
Sumatera Barat 59 27 9 16
Riau 19 3 5 0
Jambi 54 31 2 1
Sumatera Selatan 3 1 1 0
Bengkulu 4 12 0 1
Lampung 23 17 5 4
Bangka Belitung 20 2 4 0
Kepulauan Riau 54 23 6 12
DKI Jakarta 139 3 1 0
Jawa Barat 18 2 10 29
Jawa Tengah 66 30 7 10
Daerah Istimewa Yogyakarta 72 2 8 1
Jawa Timur 104 82 10 11
Banten 37 46 1 7
Bali 7 4 0 1
Nusa Tenggara Barat 31 9 10 58
Nusa Tenggara Timur 55 3 6 18
Kalimantan Barat 11 3 2 0
Kalimantan Tengah 25 3 3 0
Kalimantan Selatan 13 7 21 4
Kalimantan Timur 60 5 3 1
Kalimantan Utara 59 3 1 0
Sulawesi Utara 13 5 9 9
Sulawesi Tengah 2 2 1 8
Sulawesi Selatan 38 37 25 20
Sulawesi Tenggara 14 22 3 3
Gorontalo 17 0 0 0
Sulawesi Barat 20 0 0 2
Maluku 2 5 4 4
Maluku Utara 16 1 14 4
Papua 2 0 1 0
Papua Barat 2 2 2 0
Indonesia 1.111 444 221 276
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

315
Lampiran 9.19
Jumlah Pelaku Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan
Hubungan Pelaku dengan Korban, 2022 (menurut Tahun Penginputan)
Keluarga/ Pacar/
Provinsi Orang Tua Suami/Istri Tetangga
Saudara Teman
Aceh 109 34 3 58 92
Sumatera Utara 155 64 6 117 215
Sumatera Barat 82 38 2 68 116
Riau 117 33 1 47 94
Jambi 50 14 1 22 69
Sumatera Selatan 38 25 0 25 66
Bengkulu 25 4 0 10 42
Lampung 44 41 2 69 156
Bangka Belitung 7 6 2 11 32
Kepulauan Riau 35 17 2 23 50
DKI Jakarta 169 52 14 73 100
Jawa Barat 140 30 3 81 92
Jawa Tengah 208 81 12 120 345
Daerah Istimewa Yogyakarta 44 10 3 18 129
Jawa Timur 250 82 8 138 305
Banten 76 34 2 65 115
Bali 32 5 6 9 24
Nusa Tenggara Barat 52 23 13 48 221
Nusa Tenggara Timur 114 83 2 69 88
Kalimantan Barat 44 24 1 27 78
Kalimantan Tengah 20 13 2 16 49
Kalimantan Selatan 93 9 2 8 50
Kalimantan Timur 64 35 4 27 61
Kalimantan Utara 19 10 2 18 17
Sulawesi Utara 100 83 4 50 98
Sulawesi Tengah 45 52 4 39 64
Sulawesi Selatan 129 84 4 95 294
Sulawesi Tenggara 30 22 1 24 72
Gorontalo 26 26 1 14 29
Sulawesi Barat 7 12 0 10 24
Maluku 29 24 2 28 39
Maluku Utara 28 19 2 26 72
Papua 26 11 16 9 16
Papua Barat 25 10 0 13 18
Indonesia 2.432 1.110 127 1.475 3.332
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

316
Lampiran 9.19 (Lanjutan)
Jumlah Pelaku Kekerasan terhadap Anak menurut Provinsi dan
Hubungan Pelaku dengan Korban, 2022 (menurut Tahun Penginputan)

Provinsi Guru Majikan Rekan Kerja NA Lainnya


Aceh 20 3 1 15 89
Sumatera Utara 31 1 1 102 104
Sumatera Barat 27 1 2 35 89
Riau 15 3 1 16 65
Jambi 8 0 0 44 41
Sumatera Selatan 10 0 1 14 57
Bengkulu 5 0 0 10 24
Lampung 20 2 0 25 62
Bangka Belitung 4 1 1 10 13
Kepulauan Riau 6 1 0 8 31
DKI Jakarta 17 8 2 21 30
Jawa Barat 34 0 1 21 92
Jawa Tengah 44 3 2 66 171
Daerah Istimewa Yogyakarta 7 0 1 14 18
Jawa Timur 51 2 1 63 218
Banten 11 1 5 20 57
Bali 0 1 1 14 16
Nusa Tenggara Barat 26 0 0 64 46
Nusa Tenggara Timur 19 4 2 19 83
Kalimantan Barat 5 0 1 27 26
Kalimantan Tengah 3 0 1 10 31
Kalimantan Selatan 3 0 2 12 23
Kalimantan Timur 7 2 0 15 33
Kalimantan Utara 7 0 0 3 8
Sulawesi Utara 25 0 0 98 97
Sulawesi Tengah 10 0 0 12 68
Sulawesi Selatan 35 1 2 76 127
Sulawesi Tenggara 9 0 0 13 69
Gorontalo 4 0 0 20 29
Sulawesi Barat 1 0 0 14 24
Maluku 9 0 0 24 35
Maluku Utara 4 0 0 18 50
Papua 1 0 0 7 6
Papua Barat 4 0 0 8 33
Indonesia 482 34 28 938 1.965
Sumber: Simfoni PPA, Kemen PPPA

317
Anak adalah modal utama pembangunan nasional untuk menuju pembangunan yang
inklusif dan merata di seluruh wilayah di Indonesia. Pembangunan nasional yang merata di seluruh
wilayah diharapkan dapat terwujud melalui peningkatan kesejahteraan anak dan penanggulangan
permasalahan anak di Indonesia melalui program Indonesia Layak Anak. Untuk memotret kondisi anak
Indonesia saat ini, diperlukan adanya rangkaian data sebagai sumber informasi baik atas keberhasilan
program perlindungan hak anak, perwujudan Indonesia Layak Anak maupun deskripsi atas indikator
lain yang masih memerlukan penguatan dan pengembangan. Untuk itu, profil ini menampilkan data
untuk menggambarkan kondisi sebenarnya atas kondisi anak Indonesia baik nasional maupun lokal.

Data serta uraian terkait kondisi anak Indonesia pada tahun 2022 dan beberapa tahun
sebelumnya yang ditinjau dari berbagai aspek yang telah disesuaikan dengan Konvensi Hak Anak
(KHA) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 36
tahun 1990 menjadi lima kelompok utama hak anak, yaitu: 1) Hak sipil dan kebebasan; 2) Lingkungan
keluarga dan pengasuhan alternatif; 3) Kesehatan dan kesejahteraan dasar; 4) Pendidikan; serta 5)
Pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya dan perlindungan khusus. Data kondisi anak
Indonesia berdasarkan beberapa indikator utama tersebut disajikan pada buku Profil Anak Indonesia
tahun 2023. Profil ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan dalam meningkatkan dan
memperkuat program perlindungan hak anak baik bagi pemerintah pusat, daerah, satuan pendidikan
maupun pihak lainnya sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi kemajuan Indonesia.

Secara khusus, data profil anak ini diharapkan mampu menjadi bahan bagi berbagai pihak
untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap anak, yaitu:

1. Bagi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, dapat menjadi landasan bagi
Kementerian dan Lembaga yang terkait dengan pemenuhan hak anak untuk dapat menyusun
berbagai strategi, kebijakan dan/ atau program yang didasarkan atas data kondisi sesungguhnya
di lapangan.

2. Bagi akademisi, dapat menjadi data dalam melakukan penelitian atau kajian di wilayah masing-
masing, serta menjadi mitra pemerintah untuk memberikan sosialisasi dan pendampingan
kepada masyarakat.

3. Bagi penggiat dan/ atau praktisi di bidang keluarga dan anak, dapat menjadi landasan dalam
mengembangkan program yang dapat langsung bersentuhan dengan masyarakat sehingga
program tersebut dapat berkontribusi secara langsung dalam upaya pemenuhan hak-hak
anak.

4. Bagi masyarakat, meluaskan informasi mengenai Buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023 ini
kepada keluarga serta kerabat, agar semakin banyak pihak yang mengetahui tentang data dan
fakta terkait anak di Indonesia.

319
Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan Buku Profil Anak Indonesia Tahun 2023. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah bekerja dan berkolaborasi untuk sama-sama mewujudkan lingkungan
Indonesia yang ramah terhadap anak.

“Anak adalah investasi, harapan, dan penerus sebuah bangsa di masa mendatang.”

(Kemen PPPA, 2022)

320
DAF TAR P USTAK A

Akbar, R. K., & Arifin, Z. (2023). TINGKAT KEMISKINAN PADA KABUPATEN/ KOTA DI
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015-2021. Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE) Vol.
7 No. 1, 81-94.

Amaliah, D. (2015). PENGARUH PARTISIPASI PENDIDIKAN TERHADAP PERSENTASE


PENDUDUK MISKIN. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 2 No. 3, 231-239.

Anggraeni, S. (2019). Pengaruh Pengetahuan tentang Dampak Gadget bagi Kesehatan terhadap
Perilaku Penggunaan Gadget pada Siswa SDN Kebun Bunga 6 Banjarmasin,”. Faletehan Health
Journal, 6(2), 65. Retrieved from https://journal.lppm-stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/
view/68/29.

Anugraha, Z., Suryanti, N., & Suud. (2023). Eksplitasi Anak di Bawah Umur Oleh Orang Tua sebagai
Pengemis Jalanan di Kota Mataram. Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman Vol. 10 No. 1, 13-
19.

Arbelia, C., & Riany, Y. E. (2022). Economic Pressure, Parent-Adolescent Interaction, And Early
Marriage Motivation. Journal of Child, Family, and Consumer Studies, 1(3), 209-219.

Artini, N. P., Daeng, A., & Agustiani, E. (2023). Faktor-Faktor Penyebab Adanya Pekerja Anak di
Bawah Umur di Kota Mataram. Jurnal Opurtunitas Ekonomi Pembangunan Vol. 2 No. 1, 43-50.

Astuti, S., Nurbaety, & Islamiyati, N. (2023). Penyuluhan Dampak Pernikahan Dini Terhadap
Kesehatan Biologis dan Psikologis Ibu dan Anak. JOONG-KI: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 2 No. 2, 398-404.

Ayuningtyas, I. (2021). Ketimpangan Akses Pendidikan di Kalimantan Timur. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Vol. 6 No. 2, 117-129.

Azzahra, I. M., Ichsan, & Andriani, K. M. (2022). MINAT ORANGTUA MENYEKOLAHKAN ANAK
DI LEMBAGA PAUD PADA MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal AUDHI Vol. 5 No. 1, 42-51.

Bintarto, R. (1983). Interaksi Desa- Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.

BPS. (2012). Total Fertility Rate (TFR). Retrieved from Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau: https://
kepri.bps.go.id/indicator/30/296/1/total-fertility-rate-tfr-.html

BPS. (2020). Perumahan Dalam SP2020 [Konsep-Definisi]. https://qasp2020.bps.go.id/


posts/1a9e6d0437e24024bebfdeeb11818387/konsep-definisi/perumahan-dalam-sp2020

321
BPS. (2021). Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia Tahun 2021. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.

BPS. (2022). Booklet Pekerja Anak di Indonesia 2022 Sebelum dan Semasa Pandemi Covid-19. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.

BPS. (2022). Pekerja Formal dan Informal Provinsi Jawa Barat 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. (2022). Proporsi Lapangan Kerja Informal Sektor Non-Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan.
Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_
data/0000/data/1166/sdgs_8/1#:~:text=Pekerja%20informal%20adalah%20penduduk%20
yang%20bekerja%20dengan%20status,tak%20dibayar%2C%20pekerja%20bebas%2C%20
dan%20pekerja%20keluarga%2Ftak%20dibayar.

BPS. (2023, Maret 31). Angka Kelahiran Total / Total Fertility Rate (TFR) Hasil Long Form (LF) SP2020
Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota, 2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.
bps.go.id/statictable/2023/03/27/2211/angka-kelahiran-total-total-fertility-rate-tfr-hasil-long-
form-lf-sp2020-menurut-provinsi-kabupaten-kota-2020-.html

BPS. (2023). Berita Resmi Statistik No. 07/01/Th. XXVI. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. (2023). BERITA RESMI STATISTIK No. 07/01/Th. XXVI, 16 Januari 2023 Profil Kemiskinan di
Indonesia September 2022. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. (2023). Kemiskinan dan Ketimpangan. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.
go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html

BPS. (2023). Tenaga Kerja. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/subject/6/
tenaga-kerja.html

BPS Provinsi Lampung. (2022). Luas Wilayah (KM2), 2020-2022. https://lampung.bps.go.id/


indicator/153/229/1/luas-wilayah.html

BPS Provinsi NTT. (2022). Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota (KM2), 2020-2022. https://ntt.
bps.go.id/indicator/153/520/1/luas-wilayah-menurut-kabupaten-kota.html

BPS Provinsi Sulawesi Barat. (2021). Luas Wilayah (KM2), 2019-2021. https://sulbar.bps.go.id/
indicator/153/129/1/luas-wilayah.html

BPS Provinsi Sulawesi Barat. (2023). Selama Januari 2023 nilai ekspor Provinsi Sulawesi Barat
mencapai US$ 28,43 juta, dan nilai impor di Provinsi Sulawesi Barat mencapai US$ 0,59
juta. https://sulbar.bps.go.id/pressrelease/2023/03/01/1142/selama-januari-2023-nilai-
ekspor-provinsi-sulawesi-barat-mencapai-us--28-43-juta--dan-nilai-impor-di-provinsi-

322
sulawesi-barat-mencapai-us--0-59-juta.html#:~:text=Lemak%20%2526%20minyak%20
hewani%252Fnabati%20merupakan,total%20ekspor%20Provinsi%20Sulawesi%20Barat.

Cahyani, N., Suciptawati, N., & Sukarsa, K. (2019). Identifikasi Faktor yang Memengaruhi Anak Putus
Sekolah di Kabupaten Bandung. E-Jurnal Matematika Vol. 8(4), 289-297.

Cicih, L. H. M. (2011). Pengaruh perilaku ibu terhadap status kesehatan anak baduta di provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Sari Pediatri, 13(1).

Departemen Kesehatan RI. (2007). Strategi nasional PP-ASI. http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/


download/starnas%0final.doc/

Dukcapil Tanah Bumbu. (2019). Pentingnya Pembuatan Akta Kelahiran. http://disdukcapil.


tanahbumbukab.go.id/2019/10/pentingnya-pembuatan-akta-kelahiran.html

DP3AK Provinsi Jawa Timur. (2021). Bentuk Kekerasan pada Anak dan Dampaknya. https://dp3ak.
jatimprov.go.id/berita/link /21#:~:text=Menurut%20WHO%252C%20Kekerasan%20
terhadap%20anak,kesehatan%252C%20kelangsungan%20hidup%252C%20martabat%20
atau

Elfarabi, M. F. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Partisipasi Sekolah di


Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 1-12.

Eriani, E., & Yolanda, A. M. (2022). Analisis Angka Partisipasi PAUD dalam Mewujudkan Pendidikan
Berkualitas di Provinsi Riau. Mitra Ash-Shibyan: Jurnal Pendidikan dan konseling Vol. 5 No. 1,
1-7.

Fitria, N., & Shaluhiyah, Z. (2016). Analisis Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang
Rawat Inap RS Pemerintah dan RS Swasta. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 9(2), 183- 195.
https://doi.org/10.14710/jpki.9.2.183-195

Fitriana, D., Jihansyah, I., & Luthfillah, M. (2022). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi
Tumbuh Kembang Anak. JCE (Journal of Childhood Education) Vol. 6 No. 2, 562-583.

Futunanembun, B. A., Rorong, I. P., & Siwu, H. D. (2023). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor
Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi Vol. 23 No. 7, 217-228.

Hadi, A., Khotimah, H., & Sadari. (2022). CHILDFREE DAN CHILDLESS DITINJAU DALAM
ILMU FIQIH DAN PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM. Journal of Educational and
Language Research Vol. 1 No. 6, 647-651.

Hakim, A. (2020). FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH. Jurnal Pendidikan Vol. 21 No. 2,

323
122-132.

Hamdani, F., Nooraeni, R., & Lumaksono, A. (2023). Pekerja Anak dan Pendidikannya di Masa Depan.
Jurnal Pendidikan Nonformal Vol. 18 No. 1, 24-35.

Hany, M., & Mafruhat, A. Y. (2023). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia
dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Papua Tahun 2010 - 2021.
Bandung Conference Series: Economic Studies (pp. 149-156). Bandung: Universitas Islam
Bandung.

Hasanah, H. (2014). Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak dan Strategi Dakwahnya.
Sawwa: Jurnal Studi Gender, 9(2), 253-274. doi:https://doi.org/10.21580/sa.v9i2.635

Hasyim, M. A., Puspitasari, F., & Veriyanto, A. (2022). DETERMINAN PARTISIPASI SEKOLAH
PADA PEKERJA ANAK DI INDONESIA. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pajak (EJAK), 18-25.

Helda. (2009). Kebijakan Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 3(5).
Herlinawati, & Susanto, A. B. (2019). STRATEGI PENJANGKAUAN ANAK TIDAK SEKOLAH (ATS)
MELALUI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP). Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan
Vol. 12 No. 1, 65-88.
Hidayatuladkia, S.H., Kanzunnudin, M., & Ardianti, S.D. (2021). Peran Orang Tua dalam Mengontrol
Penggunaan Gadget pada Anak Usia 11 Tahun. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan, 5(3), 363-372.

Ife, J. (2008). Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

ILO & UNICEF. (2021). Child Labour: Global estimates 2020, trends and the road forward. New
York: ILO and UNICEF. License: CC BY 4.0.

ILO. (2022). What is child labour. Retrieved from International Labour Organization: https://www.ilo.
org/ipec/facts/lang--en/index.htm

Indraswari, R. R., & Yuhan, R. J. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENUNDAAN


KELAHIRAN ANAK PERTAMA DI WILAYAH PERDESAAN INDONESIA: ANALISIS
DATA SDKI 2012. Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 12 No. 1, 1-12.

Jelliffe & Jelliffe. (1989). Community Nutritional Assessment. Oxford University Press, Oxford.

Katongntt.com. (2022). NTT Ekspor Komoditas Unggulan Sedikitnya ke 11 Negara. https://katongntt.


com/ntt-ekspor-komoditas-unggulan-sedikitnya-ke-11-negara/

324
Kemdikbud. (2019, Agustus 22). Persiapan Masuk Sekolah Dasar Bagi Anak Usia Dini. Retrieved from
Kemdikbud: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/08/persiapan-masuk-sekolah-
dasar-bagi-anak-usia-dini

Kementerian Kesehatan. (2023). Situasi COVID-19 di Indonesia Pasca Pencabutan Status Kedaruratan
Global. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230509/2842954/situasi-covid-19-
di-indonesia-pasca-pencabutan-status-kedaruratan-global/

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. https://sippn.menpan.go.id/


sektor-strategis/dasar/administrasi-kependudukan/akta-kelahiran

Kemen PPPA. (2017). Statistik Gender Tematik - Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak di Indonesia. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Kemen PPPA. (2021, Maret 8). KEMEN PPPA LUNCURKAN CALL CENTER SAPA 129. Retrieved
from Kemeneterian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: https://kemenpppa.
go.id/index.php/page/read/29/3085/kemen-pppa-luncurkan-call-center-sapa-129

Kemen PPPA. (2021, Juni 15). STRATEGI KEMEN PPPA HAPUSKAN PEKERJA ANAK DI INDONESIA.
Retrieved from Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: https://
kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3238/strategi-kemen-pppa-hapuskan-pekerja-
anak-di-indonesia#:~:text=Selain%20itu%20faktor%20tradisi%2C%20kurangnya%20
fasilitas%20untuk%20anak-anak%2C,mendasar%20mengenai%20pekerja%20anak%20
dan%20anak%20yang%2

Kemen PPPA. (2022). Profil Anak Indonesia Tahun 2022.

Kemen PPPA. (2023, Januari 27). KEMEN PPPA : PERKAWINAN ANAK DI INDONESIA SUDAH
MENGKHAWATIRKAN. Retrieved from Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia: https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/
read/29/4357/kemen-pppa-perkawinan-anak-di-indonesia-sudah-mengkhawatirkan

Kemendikbud. (2020, Juli 16). Pentingnya Tahun Pertama Pendidikan Bagi Anak Usia Dini. Retrieved
from Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: https://www.kemdikbud.go.id/main/
blog/2020/07/pentingnya-tahun-pertama-pendidikan-bagi-anak-usia-dini

Kumala, A. M., Ani Margawati, & Rahadiyanti, A. (2019). Hubungan antara Durasi Penggunaan Alat
Elektronik (Gadget), Aktivitas Fisik, Pola Makan dan Status Gizi pada Remaja Usia 13-15
Tahun. Journal of Nutrition College, 8(2), 73–80. https://doi.org/10.14710/jnc.v8i2.23816.

Kumalasari, D., & Fourianalistyawati, E. (2021). FAKTOR-FAKTOR OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF


YANG MEMPREDIKSI MINDFULPARENTINGPADA IBU DI INDONESIA. Jurnal Ilmu

325
Keluarga & Konsumen Vol. 14 No. 1, 52-62.

Kurniawan, W. (2018). Penyesuaian Sosial Pekerja Anak Sebagai Pelayan Rumah Makan di Yogyakarta.
Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Vol. 4 No. 10, 637-649.

Kusumaningrum, S., Arifiani, S.D., Sari, W.L., Sahputra, F., Usman, R., Wandasari, W., Jati, H., &
Rahmi, M.A. (2020). Strong institutions, resilient communities: An assessment of the basic
services governance and results in CRVS, education, and health in KOMPAK areas. Jakarta,
Indonesia: University of Indonesia’s Centre on Child Protection and Wellbeing (PUSKAPA) in
collaboration with the National Development Planning Agency (BAPPENAS) and KOMPAK

Kusumanigrum, S., Siagian, C., Adhi, A. A., Wandasari, W., Febrianto, R., & Tieken, S. (2021). Situasi
Anak-Anak dan Kaum Muda di Kota-Kota di Indonesia. PUSKAPA, UNICEF, dan BAPPENAS

Kompas.id. (2023). Ekspor Produk Pertanian Lampung Ditargetkan Tembus Rp 21,4 Triliun.
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/02/02/ekspor-produk-pertanian-lampung-
ditargetkan-tembus-rp-214-triliun

Lake, B. S., & Utami, E. D. (2022). Variabel-Variabel yang Memengaruhi Angka Buta Huruf (ABH) di
Provinsi Papua Tahun 2020. Seminar Nasional Official Statistics 2022 (pp. 113-121). Jakarta:
Politeknik Statistika STIS.

Lavenia, L., Mandai, S., & Lutfi, M. Y. (2023). PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM, PENGANGGURAN, JUMLAH PENDUDUK DAN
ANGKA MELEK HURUF TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN
2015 - 2021. Jurnal Ekonomi Trisakti, 319-328.

Lestary, H., & Sugiharti, S. (2007). Perilaku Berisiko Remaja Di Indonesia Menurut Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (Skrri) Tahun 2007. Indonesian Journal of Reproductive Health,
1(3), 136-144.
Listyanto, A., D. (2014). Motivasi Orang Tua Memberikan Fasilitas Smartphone Pada Anak Usia 5-12
Tahun. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang.
Lubis, U. W., Hasibuan, B. L., Angreiny, H., & Tanjung, S. R. (2022). Faktor Resiko Kejadian yang
Menyebabkan Buta Huruf Pada Anak Sekolah di Desa Batang Bulu Baru, Kecamatan Barumun
Selatan, Padang Lawas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(3), 1886-1889.

Mahdiyah, N. (2023). Studi Literatur Kebudayaan Kemiskinan pada Pengemis Perkotaan. Jurnal
Dinamika Sosial Budaya, 47-55.

Morris, C. (2021). Model Fasilitasi Pelaksanaan Layanan Kependudukan di Desa: Pembelajaran dan
Hasil. 62bb9c10614aa336034097.pdf

326
Nadine, A., & Nasution, I. S. (2023). Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Usia Sekolah
Memutuskan untuk Menjadi Tenaga Kerja Rumah Tangga di Kabupaten Labuhanbatu. LWSA
Conference Series 06 (pp. 140-145). Medan: TALENTA Publisher Universitas Sumatera Utara.
Nakajima, N., Hasan, A., Jung, H., Brinkman, S., Pradhan, M., & Kinnell, A. (2019). Investing in
school readiness: A comparison of different early childhood education pathways in rural
Indonesia. International Journal of Educational Development, 69, 22-38.

Nalle, F. W., Seran, S., & Bria, F. (2022). Analisis Determinan Kemiskinan Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Samudra Ekonomi & Bisnis Vol. 13 No. 2, 206-220.

Naziah, H. R., Sunarti, E., & Riany, Y. E. (2023). PENGARUH MANAJEMEN STRES DAN STATUS
PEKERJAAN IBU TERHADAP PENGASUHAN ANAK USIA SEKOLAH SAAT PANDEMI
COVID-19. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen Vol. 16 No. 1, 23-36.
Nikmah, F. A., Wardani, N. T., & Matsani, N. (2020). Apakah Kartu Indonesia Pintar Berhasil
Menurunkan Angka Putus Bersekolah? Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol.4 No.2, 11-17.

Nizar, N. I., & Nasution, A. Y. (2023). Pendidikan dan Masalah-MasalahPembangunan di Indonesia.


Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 3694-3701.

Nubatonis, O. J., Jacob, Y. M., & Bire, C. M. (2023). Kesadaran Hukum Orang Tua tentang Hak-Hak
Anak: Faktor Penyebab Anak Bekerja pada Sektor Informal. Jurnal Konstruksi Hukum Vol. 4
No. 2, 131-137.

Nurhalipah, R., Yustiana, M., Saeni, S., & Muslih, M. (2020). Pengaruh Gadget terhadap Minat Belajar
pada Anak-Anak. Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF), 1(1), 172–177. http://jurnal.
upnyk.ac.id/index.php/semnasif/article/view/4098.

Oebaidillah, S. (2018). Angka Partisipasi Kasar PAUD Yogyakarta Tertinggi di Indonesia. Retrieved
from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/humaniora/153680/angka-partisipasi-
kasar-paud-yogyakarta-tertinggi-di-indonesia

PAUD ID. (2015, November 7). Tujuan PAUD Menurut UNESCO dan Menurut Ahli. Retrieved
from PAUD ID: https://www.paud.id/tujuan-paud-menurut-unesco-dan-menurut-
ahli/#:~:text=Tujuan%20PAUD%20disarikan%20dari%20beberapa%20ahli%20antara%20
lain,usia%20dini%208%20Meningkatkan%20Indeks%20Pembangunan%20Manusia%20
%28IPM%29

Perdana, N. S. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AKSESIBILITAS


MEMPEROLEH PENDIDIKAN UNTUK ANAK-ANAK DI INDONESIA. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan Vol. 21 No. 3, 279-297.

327
Petersen, J. (2018). Gender difference in verbal performance: A meta-analysis of United States

state performance assessments. Educational Psychology Review, 30(4), 1269–1281.

Primadini, F. (2018). Persepsi Orang Tua Terhadap Penggunaan Telepon Seluler Pada Anak Usia
Sekolah Dasar. Prosiding Seminar dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar 2018.

Primananda, A., Yeniwati, & Arha, D. P. (2023). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan
dan Bantuan Sosial Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Jurnal Kajian
Ekonomi dan Pembangunan Vol. 5 No. 2, 11-20.

Pujilestari, Y. (2020). Dampak Positif Pembelajaran Online dalam Sistem Pendidikan Indonesia Pasca
Pandemi Covid-19. Adalah, 4(1), 49–56. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/
view/15394

Ramdan, D., Rosyadi, M. A., & Kusuma, N. (2023). Motif Pekerja Anak Sektor Pertanian Tembakau
di Desa Jeropuri, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Kebijakan
Pembangunan Vol. 18 No. 1, 81-90.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024

Republika.co.id. (2022). Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak di Jatim Masih Tinggi. https://
news.republika.co.id/berita/rl23p4430/kasus-kekerasan-pada-perempuan-dan-anak-di-jatim-
masih-tinggi
Retnaningsih, H. (2019). PROGRAM INDONESIA PINTAR: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
JAMINAN SOSIAL BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI KOTA KUPANG, PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR DAN KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN).
Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 161-177.

Riany, Y. E. (2021). Strategi dan Tantangan Pengasuhan Anak di Indonesia. Depok: Rajawali PERS.

Rizkillah, R., Sunarti, E., & Herawati, T. (2015). KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN
PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA. Jurnal Ilmu
Keluarga & Konsumen Vol. 8 No. 1, 10-19.

Russell, W. (2007). Conflict-related sexual violence against men and boys. Forced Migration Review.
27.

Rustam, M. (2017). Internet dan Penggunaannya (Survei di Kalangan Masyarakat Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan). Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 21, 13 – 24. https://jurnal.
kominfo.go.id/index.php/jskm/article/view/210102/589.

Safitri, A., Marlina, L., & Murtopo, A. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Lembaga Pendidikan

328
Anak Usia Dini di Kecamatan Pendopo Barat Kabupaten Empat Lawang (Studi Kasus PAUD
Kasih Ananda dan TK Satu ATAP). Jurnal Pendidikan dan Konseling, 2357-2544.

Santrock, J. W. (2011). CHILD DEVELOPMENT. New York: McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology 5th Edition. New York: NY McGraw-Hill.

Saudia, B. P., Najahah, I., & Wulandari, R. A. (2023). PEMBERDAYAAN KADER REMAJA DALAM
OPTIMALISASI PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN (PUP) DENGAN MEDIA POSTER
3D DI POSYANDU REMAJA KELURAHAN DASAN CERMEN KOTA MATARAM. Abdimas
Galuh Vol. 5 No. 1, 234-241.

Savitri, A. (2019). Bonus Demografi 2030: Menjawab Tantangan serta Peluang Edukasi 4.0 dan Revolusi
Bisnis 4.0. Semarang: Penerbit Genesis.

Setiawan, T. (2009). Internet Untuk Anak. Jogjakarta: A Plus Books.

Sianipar, F. P., & Maulia, S. T. (2023). Kebijakan Pendidikan : Pemerataan dan Perluasan Akses(
Rehabilitasi Ruang Kelas Yang Rusak). Jurnal Pendidikan dan Sastra Inggris Vol. 3 No. 1, 191-
198.

SIPERINDU BKKBN. (2023). CPR & TFR NASIONAL (2020 - 2024). Retrieved from Sistem Infromasi
Peringatan Dini Pengendalian Penduduk: http://siperindu.online/index_simulasi_wilayah.
php

Sistem Informasi Kemendikbud. (2023). Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM). Retrieved from Sistem Informasi Kemendikbud: https://apkapm.data.kemdikbud.
go.id/

Siswanti, D. N., Daud, M., Jalal N. M. (2019). Motif Orang Tua Memberikan Gadget Kepada Anak
Usia Dini di TK Y Makassar. Prosiding Temilnas XI IPPI.

Soesilo, N.I. (2000). Reformasi Pembangunan Dengan Langkah-Langkah Manajemen Strategik.


Jakarta: Penerbit MPKP-UI.

Sohidin. (2020). Faktor Demografi yang Mempengaruhi Pekerja Anak di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2018. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol. 19 No. 1, 45-52.
Sosu, E. M., & Pimenta, S. M. (2023). Early childhood education attendance and school readiness in
low-and middle-income countries: The moderating role of family socioeconomic status. Early
Childhood Research Quarterly, 63, 410-423.

Suardi, W., Purnomo, E. P., & Salsabila, L. (2021). PENERAPAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
“PROGRAM INDONESIA PINTAR” DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN

329
BERKELANJUTAN DI INDONESIA. Jurnal MODERAT Vol. 7 No. 3, 608-621.

Suncaka, E. (2023). Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia. UNISAN:


Jurnal Manajemen dan Pendidikan Vol. 2 No. 3, 36-49.

Suryani, A.S. (2020). Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19. Jurnal Masalah-
Masalah Sosial, 11(2). doi: 10.22212/aspirasi.v11i2.1757

Susanti, E. W., Hasyim, A., & Nurmalisa, Y. (2016). FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA TIDAK
MENYEKOLAHKAN ANAKNYA DI PAUD FAJAR. Jurnal FKIP UNILA Vol. 4 No. 5, 1-16.

Suteja, J., & Ulum, B. (2019). Dampak kekerasan orang tua terhadap kondisi psikologis anak dalam
keluarga. Equalita, 1(2), 169- 185.

Tanjung, D., Kriswantriyono, A., Wulandari, Y. P., Suhartijo, D., & Purnamadewi, Y. L. (2023).
Pengembangan Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan Desa-Kota Menuju Penguatan
Ekonomi Kawa Barat. Jurnal CARE: Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan Vol. 8
No. 1, 62-76.

Tijow, M. A., & Risamasu, P. E. (2022). ANALISIS ANGKA PARTISIPASI ANAK PRASEKOLAH
PADA PAUD DI PROVINSI PAPUA. Jurnal Pengelolaan Pendidikan, 21-29.

Tisrinasari, I., Hanoum, S., & Putri, A. A. (2020). Evaluasi Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan di
Indonesia Menggunakan Metode Data Development Analysis Studi Kasus: Jenjang Sekolah
Menengah Kejuruan Tahun 2018. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 9 No. 1, 52-57.

Tubaka, S. (2019). Analisis Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia. Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi
Vol. XIII No. 2, 113-130.

Ulfani, D.H., Martianto, D., & Baliwati, Y.F. (2011). Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dan Kesehatan
Masyarakat Kaitannya dengan Masalah Gizi Underweight, Stunted, dan Wasted di Indonesia:
Pendekatan Ekologi Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan, 6(1), 59–65.

UNICEF Indonesia. (2018). Gizi: Mengatasi beban ganda malnutrisi di Indonesia. https://www.unicef.
org/indonesia/id/gizi

Universitas Sains dan Teknologi Komputer. (2021). Telepon Genggam. https://p2k.stekom.ac.id/


ensiklopedia/Telepon_genggam

Utama, R. S., & Handayani, D. (2020). Pekerja Anak di Indonesia: Peran Penawaran dan Permintaan
Ketenagakerjaan. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 13 No. 1, 145-157.

Virdam, F., & Ariani, M. N. (2023). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA

330
PARTISIPASI SEKOLAH PADA PROVINSI DI PULAU SULAWESI. Journal of Development
Economic and Digitalization, 20-35.

Voyer, D., & Voyer, S. D. (2014). Gender differences in scholastic achievement: A meta-

analysis. Psychological Bulletin, 140(4), 1174–1204.

World Health Organization. (2011). The World Health Organization’s infant feeding recommendation.
https://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/
Yunianto, D. (2021). Analisis pertumbuhan dan kepadatan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi.
In Forum Ekonomi (Vol. 23, No. 4, pp. 688-699).
Zulkarnaen, & Handoyo, A. D. (2019). FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENDIDIKAN TIDAK
MERATA DI INDONESIA. PROSIDING SEMINAR NASIONAL “MENJADI MAHASISWA
YANG UNGGUL DI ERA INDUSTRI 4.0 DAN SOCIETY 5.0”, (pp. 20-24).

331
DAF TAR P ER AT UR AN YANG MENJADI ACUAN

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

2. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The
Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

4. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak

5. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak

6. Peraturan Presiden No. 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-
Integratif

7. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal bagi Layanan
PAUD

8. Undang-Undang No. 16 Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan

9. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

10. Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak

11. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

12. PP No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

332
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Jl. Medan Merdeka Barat No. 15, Jakarta 10110

Anda mungkin juga menyukai