Ukuran Buku
21 X 29,7
Jumlah Halaman
xxxvi + 323
Naskah
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)
Gambar Kulit
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)
Diterbitkan Oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA)
Sumber Ilustrasi
www.canva.com
Dilarang mengumumkan,
mendistribusikan,
mengkomunikasikan, dan/atau
menggandakan sebagian atau
seluruh isi buku ini untuk tujuan
komersil tanpa izin tertulis dari
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak (Kemen PPPA)
KATA SAMBUTAN
Anak Indonesia, yang berdasarkan hasil Sensus 2020 jumlahnya mencapai 29,5
persen dari total penduduk Indonesia, menjadi salah satu kelompok masyarakat
yang paling penting untuk diperhatikan demi mewujudkan tujuan pembangunan
nasional di masa kini dan nanti. Adapun pemenuhan hak dan perlindungan khusus
bagi seluruh anak Indonesia merupakan kunci terciptanya generasi yang tangguh
dan berkualitas. Lebih dari itu, pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi anak
merupakan amanat dari konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang diturunkan ke dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak serta menjadi komitmen Indonesia di tingkat global melalui
ratifikasi atas Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990.
Adapun penyusunan publikasi ini merupakan hasil kerjasama dengan Badan Pusat
Statistik (BPS) setiap tahunnya, dimana berbagai data dan informasi yang disajikan
juga bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BPS. Untuk itu, kami
sampaikan apresiasi yang tinggi kepada Kepala BPS beserta jajaran atas kerja
sama yang baik ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan publikasi ini.
Besar harapan kami bahwa publikasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
seluruh pemangku kepentingan agar cita-cita Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030
dapat tercapai.
Publikasi ini diharapkan menjadi data pembuka wawasan untuk mengetahui sejauh
mana upaya yang telah dilakukan, serta permasalahan dan tantangan yang dihadapi
dalam upaya pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak. Secara umum publikasi
ini juga menyediakan data yang terpilah menurut tipe daerah, jenis kelamin, dan
provinsi, agar bisa memberikan gambaran permasalahan yang dihadapi.
Dalam upaya mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan pemenuhan hak dan
perlindungan khusus anak, tentunya dibutuhkan koordinasi dari seluruh komponen
bangsa. Untuk itu, diharapkan publikasi ini dapat dimanfaatkan seluruh pihak terkait
agar dapat menyusun kebijakan, program dan kegiatan perlindungan anak yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga benar-benar memperhatikan
kepentingan terbaik bagi anak dan memberikan manfaat bagi seluruh anak
Indonesia.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak, atas dukungan dan
komitmen untuk terus memprioritaskan kepentingan terbaik bagi anak-anak. Kerja
bersama perlu terus dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak. Semoga
buku Profil Anak Indonesia ini dapat bermanfaat dalam mempercepat pemenuhan
hak anak dan perlindungan khusus anak secara komprehensif.
persentase wanita pernah kawin usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup
dan melaksanakan praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD), berdasarkan data
hasil Susenas Kor BPS tahun 2020, diketahui sudah mencapai angka 73,16
persen, begitu juga halnya dengan persentase anak baduta yang diberi ASI
yang sudah mencapai angka 95,02 persen. Namun dalam hal kepemilikan
jaminan kesehatan, pada tahun 2020, masih terdapat sebanyak 37,57
persen anak Indonesia yang tidak memiliki jaminan kesehatan, bahkan di
daerah perdesaaan persentasenya mencapai 43,51 persen. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh pengetahuan yang rendah terhadap jaminan
kesehatan, kurangnya sosialisasi maupun media promosi kesehatan, dan
kesadaran kepala keluarga yang rendah terhadap pentingnya jaminan
kesehatan serta tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Jaminan
kesehatan yang paling banyak dimiliki di daerah perdesaan adalah BPJS
Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu sebanyak 35,79 persen,
sedangkan di perkotaan ialah BPJS Kesehatan Non-PBI/Mandiri sebanyak
30,26 persen.
Kepemilikan rumah akan menurunkan stres yang dialami orang tua
karena tidak menghabiskan sumber daya keuangan untuk sewa, sehingga
sumberdaya yang ada dapat diinvestasikan dalam kesehatan, pendidikan,
dan masa depan anak-anak mereka. Namun demikian, bukan hanya
kepemilikan rumah, tapi keadaan rumahpun sebagau faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Anak umur 10-17 tahun
secara mayoritas tinggal di rumah milik sendiri (milik orang tua), yaitu
sebanyak 79,84 persen. Berikutnya, sebanyak 10,83 persen tinggal di
rumah bebas sewa atau kondisi dimana tempat tinggal mereka diperoleh
dari pihak lain (baik keluarga/bukan keluarga/orang tua yang tinggal di
tempat lain) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa mengeluarkan
suatu pembayaran apapun. Sisanya, tinggal di tempat kontrak atau sewa
(8,13 persen), dinas (1,19 persen), dan lainnya (0,01 persen).
Sanitasi dan sumber air yang layak sangat penting untuk proses
tumbuh kembang anak. Tanpa air, sanitasi dan kebersihan yang layak,
anak-anak menghadapi peningkatan risiko penyakit yang dapat dicegah
KATA SAMBUTAN..................................................................................... v
2.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun dan 18+ Tahun
menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin.......................................................... 6
BAB V. KESEHATAN............................................................................... 44
5.6 Status Gizi Baduta (Berat Badan Baduta Waktu Dilahirkan) ................ 68
6.7 Program Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Pintar ....................... 103
LAMPIRAN............................................................................................. 216
Tabel 9. 1 Konsep dan Definisi terkait Anak yang Bekerja ................ 155
1.2 Tujuan
(RSE) dari setiap variabel. Data yang disajikan adalah data yang
memiliki nilai RSE cukup baik (kurang dari 25 persen).
Buku ini disajikan dalam sepuluh bab, Sembilan diantaranya
adalah pembahasan. Pemilihan bab dalam publikasi Profil Anak
Indonesia 2021 dilakukan secara tematik, namun masih ada irisan
dengan isi Konvensi Hak Anak (KHA) yaitu: hak sipil dan kebebasan;
lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dan
kesejahteraan dasar; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan
kegiatan seni budaya; dan perlindungan khusus.
Bab I dimulai dari pendahuluan yang berisi latar belakang
penyusunan publikasi, tujuan, sumber data, dan sistematika publikasi.
Bab II mengulas mengenai struktur penduduk berusia 0-17 tahun,
trend dan komposisi penduduk. Bab III membahas tentang hak sipil
anak, ditekankan pada kepemilikan akta kelahiran dan akses internet.
Bab IV berisi tentang PAUD sebagai salah satu bentuk pengasuhan
alternatif dan angka kesiapan sekolah. Bab V tentang kesehatan
mengulas terkait penolong persalinan, keluhan kesehatan anak dan
perilaku merokok. Bab VI menyajikan potret pendidikan anak serta
Program Indonesia Pintar. Bab VII terkait Perumahan dan Sanitasi
Layak termasuk didalamnya akses pada air minum dan sanitasi layak.
Bab VIII mengulas kekerasan terhadap anak baik dari konsep, jumlah
kasus, jenis kekerasan maupun pelaku. Bab IX menyajikan tentang
pekerja anak serta upaya dan kebijakan pemerintah. Terakhir Bab X
adalah terkait perkawinan anak dan dampaknya bagi keberlanjutan
hidup anak.
2.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun dan 18+
Tahun menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin
70,50 70,00
200.000.000
Persentase penduduk
60,00
Jumlah penduduk
150.000.000 50,00
40,00
100.000.000 30,00
29,50
190.494.770
50.000.000 79.709.147 20,00
10,00
- 0,00
0-17 tahun 18+ ke atas
Jumlah Persentase
Jawa, 52%
NTT 40,5
Maluku 38,7
Malut 38,6
Sultra 38,4
Sulbar 36,8
Sumut 36,8
Papua Barat 35,9
Aceh 35,9
Kalut 35,8
Papua 35,5
Riau 35,4
Sumbar 34,8
Kep Riau 34,7
NTB 34,4
Kalbar 33,8
Sulteng 33,6
Sumsel 33,2
Bengkulu 33,1
Sulsel 33,1
Gorontalo 32,8
Kalsel 32,6
Banten 32,5
Lampung 32,4
Kalteng 32,2
Jambi 31,9
Kaltim 31,8
Kep Babel 31,8
Indonesia 31,4
Jabar 31,0
Sulut 29,8
DKI Jakarta 28,7
Jateng 28,3
Bali 27,6
Jatim 26,6
DI Yogyakarta 25,2
kesehatan, dan masalah sosial ekonomi lainnya. Hal ini terjadi karena
masih terjadi disparitas antara perkotaan dan perdesaan pada semua
dimensi pembangunan manusia baik dari dimensi kesehatan,
pendidikan maupun ekonomi (BPS, 2019).
Total 47,89
rkotaan
Perempuan 47,86
Laki-laki 47,92
Total 51,10
Perdesaan
Perempuan 51,07
Laki-laki 51,14
Total 45,46
Perkotaan
Perempuan 45,35
Laki-laki 45,56
60,00
47,89
50,00
41,43
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Jateng
Indonesia
Sulteng
NTB
NTT
Jatim
Banten
Papua Barat
Sultra
Maluku
DI Yogyakarta
Sulut
Kalbar
Kalut
Sumbar
Sumut
Kalteng
Lampung
Aceh
Sulbar
Kaltim
Jambi
Jabar
Kalsel
Sumsel
Sulsel
Malut
Bali
Kep Babel
Papua
Kep Riau
Riau
DKI Jakarta
Bengkulu
Gorontalo
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2020
kondisi ini terjadi mulai menurunnya angka Total Fertility Rate (TFR)
Indonesia. Penurunan TFR sudah ditargetkan baik pada RPJMN
2015-2019 maupun RPJMN 2020-2024.
81.390 83.044
79.709
73.986
Sumber: Sensus Penduduk 2000, Sensus Penduduk 2010, Proyeksi Penduduk 2010-2035
hasil SP 2010, dan Sensus Penduduk 2020
KEPEMILIKAN AKTA
KELAHIRAN ANAK USIA
0-17 TAHUN
Indonesia 88,11%
Perkotaan 91,20%
Perdesaan 84,41%
mengirim/
mendapat proses belajar media sosial pembelian
menerima email
berita 50,47% 53,28% 75,89% barang/jasa
6,06%
5,50%
100
98
97
95
92
88,11
86
84
83
82
80
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Capaian Target
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2015-2020 dan RPJMN 2020-
2024
Kemudian pada Gambar 3.2 dari hasil Susenas tahun 2020 juga
menunjukkan sebesar 71,09 persen anak di Indonesia memiliki akta
kelahiran dan dapat menunjukkannya, sementara sebesar 17,02
persen anak memiliki akta kelahiran namun tidak dapat
menunjukkannya. Di samping itu, masih ada 11,65 persen anak
Indonesia yang tidak memiliki akta kelahiran dan 0,24 persen yang
tidak mengetahui tentang akta kelahiran.
Ya, dapat
ditunjukkan;
71,09
Jika dilihat dari tipe daerah (Gambar 3.3), persentase anak yang
tidak memiliki akta kelahiran di perdesaan lebih tinggi yaitu sekitar
15,29 persen dibandingkan dengan persentase di wilayah perkotaan,
yaitu sekitar 8,61 persen. Letak geografis adalah salah satu faktor
penghambat kepemilikan akta kelahiran di Indonesia. Demikian juga
dengan persentase anak yang tidak mengetahui pentingnya akta
kelahiran, persentase pada wilayah perdesaan yaitu sekitar 0,30
persen dan 0,19 persen pada wilayah perkotaan. Untuk kategori anak
yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkannya memiliki
persentase yang hampir sama yaitu 71,24 persen untuk wilayah
perdesaan dan 70,96 persen untuk wilayah perkotaan. Namun di
wilayah perkotaan, persentase anak yang memiliki akta kelahiran
tetapi tidak dapat menunjukkannya lebih tinggi yaitu sekitar 20,24
persen dibandingkan wilayah perdesaan sekitar 13,17 persen.
Perdesaan
Tidak Tahu 0,30
Perkotaan 0,19
DI Yogyakarta 98,36
DKI Jakarta 97,52
Jawa Tengah 96,26
Kep BaBel 96,07
Kep Riau 94,71
Bali 93,85
Aceh 93,84
Jambi 93,73
Kaltim 93,38
Gorontalo 93,32
Bengkulu 92,77
Kalut 92,64
Kalsel 92,19
Lampung 91,65
Jawa Timur 91,62
Sulsel 91,06
Sulut 91,00
Sumsel 90,65
Sumbar 90,10
Sulbar 89,56
Sultra 88,58
Indonesia 88,11
Kalbar 87,71
Kalteng 87,36
Jawa Barat 85,72
NTB 84,98
Sulteng 83,37
Maluku Utara 83,08
Banten 82,82
Riau 81,83
Sumut 80,45
Maluku 80,04
Papua Barat 77,36
NTT 63,33
Papua 50,40
63,56
55,07
45,01
DI Yogyakarta 77,53
Jabar 66,97
Bali 66,87
DKI Jakarta 66,55
Kaltim 63,90
Jatim 63,54
Kalse 62,34
Jawa Barat 60,84
Kep Babel 57,34
Kalut 56,00
Indonesia 55,07
Sulut 54,17
Lampung 52,50
Sulsel 52,11
Banten 51,61
Gorontalo 51,10
Sumsel 50,68
Kalteng 50,39
Jambi 50,27
Bengkulu 49,20
Kep Riau 48,88
NTB 48,80
Riau 47,88
Sumut 46,77
Kalbar 45,80
Sultra 45,09
Sulteng 44,55
Sumbar 43,32
Papua Barat 41,83
Sulbar 38,36
Maluku 34,52
Aceh 32,36
Malut 30,76
NTT 25,09
Papua 17,40
81,47
Mendapatkan Berita
75,89
Proses belajar
Mengirim/menerima Email
Lainnya 3,10
3,01 Perdesaan
e-Banking 0,31
0,58
Hiburan 78,89
83,01
Lainnya 3,25
2,84 Perempuan
e-Banking 0,54
0,42
Hiburan 78,65
84,24
Laki-laki Perempuan
20,14% 20,95%
37,92
36,93
35,50
20,54%
35,18
34,62
33,84
32,68
Perkotaan Perdesaan
21,08% 19,87%
37,92
36,93
35,50
35,18
34,62
33,84
32,68
36,47
35,50
34,33
21,08 20,54
18,91 19,87
17,41 18,08
0,43 0,49
0,56
0-2 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun 3-6 tahun 0-6 tahun
36,06
34,97 35,50
20,95 20,54
18,82 20,14
17,36 18,08
0-2 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun 3-6 tahun 0-6 tahun
dimana,
Y : Angka kesiapan sekolah
a : Jumlah siswa kelas 1SD yang pernah mengikuti PAUD
b : Jumlah siswa kelas 1 SD
dengan baik akan membangun konsep diri yang baik, dan memiliki
minat belajar yang tinggi dibandingkan pada anak yang mengalami
hambatan dalam proses belajar.
Papalia et al (2008) mengatakan bahwa perubahan menuju
kematangan merupakan indikasi kesiapan anak, kesiapan anak
masuk SD meliputi; 1) perkembangan fisik: koordinasi antara visual
yang semakin baik/tajam dan motorik khususnya morik halus semakin
baik, hal ini merupakan modal individu dalam belajar menulis. 2)
Proses mental (kognitif), seperti; mambandingkan, berfikir
kategorisasi, mengurutkan, menemukan obyek yang tersembunyi.
Memiliki kemampuan ingatan yang sama dengan orang dewasa, serta
mengalami perkembangan konsep baik dalam bentuk bahasa, dan
gambar. 3) sosial-emosi; secara sosial individu yang mampu
menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, seperti; bermain
dengan teman sebaya dan mengurangi kebersamaan dengan orang
tua secara sosial, dan secara emosi mampu mengatur ekspresi dan
merespon tekanan emosi orang lain hingga tahap pada kemampuan
mengverbalisasikan emosi kepada orang lain.
Menurut Kustimah et al (2007) ada 5 faktor utama yang dapat
mempengaruhi kesiapan anak untuk masuk sekolah dasar, yaitu
kesehatan fisik, umur, tingkat kecerdasan, stimulasi yang tepat serta
motivasi. Hal ini diperkuat oleh Papalia et al (2008) yang menyebutkan
3 faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan anak diantaranya adalah
keturunan, lingkungan, kematangan tubuh dan otak.
Angka kesiapan sekolah di Indonesia tahun 2020 mencapai
74,96 persen. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara angka
kesiapan sekolah anak laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing
74,66 persen dan 75,28 persen. Bila dibandingkan angka kesiapan
sekolah berdasarkan tipe daerah, maka terlihat dari Gambar 4.5
bahwa di perkotaan angka kesiapan sekolah lebih tinggi dibandingkan
di perdesaan yaitu masing-masing 80,11 persen dan 69,15 persen.
75,28 74,96
74,66
69,63 69,15
68,69
<2,5 kg
JAMINAN K
69,62% bayi usia
N
KA E kurang dari 6 bulan
ILI
SE
mendapatkan ASI
KEPEM
HAT
ekslusif
AN
Dukun Lainnya
beranak; 4,29 ; 0,46
Tidak ada; 0,09
Perawat; 0,87
Dokter; 37,80
Bidan; 56,49
62,11
56,49
51,91
45,07
37,80
28,87
6,92
4,29
0,712,140,12 1,07 0,88 0,87 0,46
persalinan ibu ditolong oleh dukun bayi karena proses kelahiran lancar
sejak anak pertama serta biaya yang terjangkau.
Target 3.1 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah pada
tahun 2030 adalah mengurangi rasio angka kematian ibu hingga
kurang dari 70 per 100.000 keelahiran hidup. Indikator yang
digunakan adalah persentase perempuan pernah kawin umur 15-49
tahun yang proses melahirkan terakhirnya ditolong oleh tenaga
Kesehatan terlatih. Selain itu pada target 3.2 diharapkan di tahun
2030, menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12
per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per
1000. Target ini masih menjadi tantangan yang sulit karena penyebab
kematian bayi semakin kompleks yang berkaitan erat dengan
penanganan masa kehamilan ibu dan masa pasca persalinan
(Bappenas, 2017).
Maka pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan
pelauanan Kesehatan yang salah satunya bergantung pada
penyediaan tenaga Kesehatan di fasilitas Kesehatan. Distribusi dan
kualitas tenaga kesehatan harus merata, salah satunya melalui
Program Nusantara Sehat yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan
rumah sakit milik pemerintah di daerah tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan. Program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) juga
dijalankan guna memberikan pemerataan tenaga spesialis di setiap
wilayah di Indonesia (Bappenas, 2021).
0,59
Lainnya ,56
0,57
19,02
Rumah 5,41
11,52
Polindes/ 6,76
Poskesdes
2,05
4,17
9,98
Praktek nakes 11,46
10,80
2,35
Pustu 0,52
1,34
19,41
Puskesmas 10,91
14,72
RS Pemerintah/ 29,64
Swasta/RSIA
44,27
37,70
Banten
Kalimantan Barat
Papua
Sumatera Utara
Bengkulu
DKI Jakarta
Lampung
Maluku
Jambi
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Indonesia
Bali
Riau
Jawa Barat
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kepulauan Riau
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Utara
Sumatera Barat
Gorontalo
Aceh
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Papua Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Makanan pertama bayi baru lahir adalah Air Susu Ibu (ASI).
Pemberian ASI Eksklusif atau selama 6 bulan pertama kehidupan
bayi, dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun merupakan anjuran yang
diberikan oleh praktisi kesehatan anak. Kandungan ASI sesuai untuk
pencernaan, perkembangan otak, dan pertumbuhan bayi (IDAI, 2013).
Pemberian ASI pada bayi erat hubungannya dengan
perlindungan bayi dari kondisi gizi kurang, gizi lebih dan kesehatan
anak. Bayi yang diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan memiliki resiko
yang lebih kecil terhadap berbagai infeksi penyakir seperti (diare,
infeksi saluran napas, infeksi telinga, pneumonia, infeksi saluran
kemih) dan penyakit lainnya (obesitas, diabetes, alergi, penyakit
inflamasi saluran cerna, kanker) di kemudian hari (IDAI, 2013). Selain
itu, pemberian ASI yang optimal sangat penting dalam situasi negara
berkembang, seperti Indonesia, dengan dimana akses terhadap
sanitasi layak serta air minum layak belum merata.
DI YOGYAKARTA 99,60
NUSA TENGGARA BARAT 98,11
SUMATERA BARAT 97,73
JAWA TENGAH 97,45
NUSA TENGGARA TIMUR 96,98
ACEH 96,09
KALIMANTAN SELATAN 95,97
SULAWESI BARAT 95,74
BENGKULU 95,60
JAWA TIMUR 95,56
KALIMANTAN UTARA 95,53
KALIMANTAN TIMUR 95,44
JAWA BARAT 95,41
DKI JAKARTA 95,36
INDONESIA 95,02
LAMPUNG 94,94
BALI 94,76
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 94,63
SULAWESI SELATAN 94,37
SUMATERA SELATAN 94,31
JAMBI 94,27
RIAU 94,00
KEPULAUAN RIAU 93,61
KALIMANTAN BARAT 93,61
SULAWESI TENGAH 93,53
BANTEN 93,44
MALUKU 93,11
SULAWESI TENGGARA 92,78
MALUKU UTARA 92,38
GORONTALO 92,16
PAPUA 91,78
KALIMANTAN TENGAH 91,53
SUMATERA UTARA 90,67
SULAWESI UTARA 89,34
PAPUA BARAT 87,83
71,94 73,14
72,48
28,06
26,86
27,52
<6 6-23
GORONTALO 62,89
KEPULAUAN RIAU 67,44
KALIMANTAN UTARA 67,63
KALIMANTAN TIMUR 68,45
BANTEN 68,67
SULAWESI UTARA 69,03
MALUKU 69,45
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 69,79
BALI 69,89
SULAWESI TENGAH 70,61
JAWA TIMUR 70,74
KALIMANTAN TENGAH 70,83
MALUKU UTARA 70,90
SULAWESI SELATAN 71,32
SULAWESI TENGGARA 71,42
DI YOGYAKARTA 71,57
SUMATERA SELATAN 71,73
KALIMANTAN SELATAN 71,84
JAWA TENGAH 71,87
SULAWESI BARAT 71,90
SUMATERA UTARA 72,47
INDONESIA 72,48
JAMBI 72,61
KALIMANTAN BARAT 72,80
PAPUA 73,69
PAPUA BARAT 73,96
LAMPUNG 74,06
JAWA BARAT 74,20
NUSA TENGGARA TIMUR 74,42
NUSA TENGGARA BARAT 74,75
RIAU 74,77
ACEH 75,59
DKI JAKARTA 75,91
SUMATERA BARAT 76,77
BENGKULU 77,01
ASI yang lama (6-23 bulan). Persentase baduta yang diberi ASI
selama 6-23 bulan di Papua dan Papua Barat jauh lebih besar
dibandingkan dengan DI Yogyakarta yang memiliki cakupan baduta
yang diberi ASI tertinggi (Gambar 5.9)
Menurut Agunbiade (2012), kendala utama dalam pemberian
ASI Eksklusif dapat berupa rendahnya pemahaman terkait ASI
Eksklusif. Persepsi bayi tetap lapar setelah menyusui, masalah
kesehatan ibu menyusui, rendahnya dukungan dari keluarga maupun
kerabat, nyeri payudara, dan kebutuhan untuk kembali bekerja.
34,16 34,00
33,83
18,17
17,94
17,69 17,75
17,59
17,42
17,23 17,17
17,11
53,97
53,72 53,85
52,05 51,83
51,60
49,40
49,13
48,87
0,58
lainnya 0,86
0,38
pengobatan 0,61
0,88
tradisional/alternatif 0,43
2,97
UKBM 5,49
1,25
32,71
puskesmas/pustu 34,64
31,39
42,26
praktik dokter/bidan 50,02
36,95
5,07
RS swasta 1,99
7,18
3,47
RS pemerintah 2,81
3,91
32,60
Tidak punya 43,51
37,57
4,45
Perusahaan/kantor 1,45
3,08
1,39
Asuransi swasta 0,18
0,84
8,91
Jamkesda 10,65
9,70
30,26
BPJS Kesehatan Non-PBI/Mandiri 11,88
21,89
56,65
Tidak menggunakan 70,84
62,41
3,34
Perusahaan/kantor 0,78
2,30
0,95
Asuransi swasta 0,03
0,57
2,42
Jamkesda 3,78
2,97
19,97
BPJS Kesehatan Non-PBI/Mandiri 6,05
14,32
16,89
BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) 18,70
17,63
4,65
4,49
4,33
4,05 3,94
3,82
3,31 3,23 3,27
Pemerintah menjadi pilihan lokasi rawat inap yang lebih banyak dituju
dibandingkan RS swasta, sebaliknya di daerah perkotaan RS Swasta
lebih menjadi rujukan utama. Hal ini tentu berkaitan dengan
ketersediaan fasilitas kesehatan yang belum merata di daerah
perkotaan dan perdesaan.
0,21
tempat lainnya 0,33
0,25
0,02
pengobatan tradisional/alternatif 0,18
0,08
8,37
puskesmas/pustu 27,61
15,65
5,25
klinik/praktik dokter bersama 8,49
6,48
2,74
praktik dokter/bidan 2,40
2,61
49,00
RS swasta 28,02
41,06
35,96
RS pemerintah 35,54
35,80
29,04
tidak menggunakan jaminan kesehatan 43,70
34,58
6,20
jaminan kesehatan dari perusahaan/kantor 2,09
4,65
1,92
asuransi kesehatan swasta 0,32
1,32
2,88
Jamkesda 3,38
3,07
37,06
BPJS Kesehatan non-PBI 19,53
30,43
23,19
BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) 31,15
26,20
13,24 11,37
9,85 3,92 1,60
2,11 0,79 1,15
0,64
Capaian baduta (0-23 bulan) yang pernah diberi air susu ibu
(ASI) di Indonesia sudah tinggi, yaitu 95,02 persen pada tahun 2020
(BPS, 2020). Pada daerah perdesaaan perdesaan baduta yang diberi
ASI sedikit lebih banyak dibandingkan perkotaan (95,23 persen dan
94,84 persen). Sedangkan jika dilihat dari jenis kelamin persentase
baduta perempuan yang pernah diberi ASI (95,21 persen) sedikit lebih
banyak dari baduta laki-laki (94,83 persen).
95,50
95,23 95,21
94,97 94,96 95,02
94,84 94,83
94,73
67,41 72,34
69,62
32,59
27,66
30,38
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Tidak mendapatkan ASI ekslusif mendapatkan ASI ekslusif
78,93
76,98
76,41
76,30
76,21
76,11
74,56
73,78
72,36
71,54
71,13
70,86
70,36
69,62
68,84
68,06
66,90
66,42
65,43
65,22
65,17
64,92
63,55
62,41
62,30
61,97
60,48
59,96
59,49
58,60
57,19
56,22
55,47
53,39
52,98
Jambi
Papua
Aceh
Nusa Tenggara Timur
Lampung
Jawa Tengah
Jawa Barat
Banten
Jawa Timur
Bengkulu
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Kalimantan Timur
Indonesia
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Riau
Bali
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
DI Yogyakarta
Maluku
Sumatera Barat
Maluku Utara
Kalimantan Utara
DKI Jakarta
Papua Barat
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Kepulauan Riau
Sulawesi Utara
96,31
Perkotaan 96,40
96,22
94,96
Perdesaan 95,02
94,90
95,70
Perkotaan+Perdesaan 95,77
95,64
99,67
99,26
98,99
98,62
98,52
98,47
97,68
97,60
97,50
97,46
97,45
97,12
96,89
96,90
96,78
96,47
96,30
96,06
95,70
95,67
95,60
95,01
94,89
94,49
94,43
94,24
94,06
93,90
93,43
93,37
92,92
91,06
90,92
81,61
81,24
Aceh
Bali
Papua Barat
Jambi
Banten
Riau
Sulawesi Barat
Jawa Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Papua
Sumatera Selatan
Maluku
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Gorontalo
Maluku Utara
Kalimantan Utara
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Sumatera Utara
Bengkulu
Kalimantan Timur
Sulawesi Tengah
Indonesia
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Sulawesi Tenggara
Lampung
DI Yogyakarta
Kepulauan Bangka Belitung
59,25
Perkotaan 59,21
59,28
54,59
Perdesaan 53,81
55,39
57,17
Perkotaan+Perdesaaan 56,74
57,60
81,43
76,77
73,72
73,33
69,43
66,49
66,12
65,34
63,78
63,50
63,36
62,09
61,88
61,41
60,86
60,38
60,26
58,51
57,64
57,17
54,36
53,69
50,84
50,76
50,55
50,44
49,96
47,01
45,41
45,39
43,78
39,38
38,81
35,04
22,33
Jambi
Papua
Aceh
Lampung
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Timur
Bengkulu
Indonesia
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sumatera Barat
Riau
DI Yogyakarta
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Nusa Tenggara Barat
Gorontalo
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan
Kepulauan Bangka Belitung
Rokok dibuat dari daun tembakau kering yang digulung tipis dan
dipotong tertutup kertas untuk diasapi. Asap tembakau mengandung
penyebab kanker (karsinogen) diantaranya adalah Nikotin, Hidrogen
sianida, Formaldehida, Arsenik, Amonia, Benzene, Karbon
monoksida, Nitrosamin, dan Hidrokarbon aromatickpolisiklik. Menurut
WHO (2020), prevalensi perokok usia 10-18 tahun meningkat dari
7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1 persen di tahun 2018. Kebiasaan
merokok orang tua akan berdampak pada Kesehatan bagi seluruh
anggota keluatga, terutama di masa pandemik Covid 19, umumnya
seluruh keluarga berada di rumah dan memicu orang tua mudah
merokok didepan anak-anak.
Menurut Global Youth Tobacco Suvey (2019), anak menjadi
perokok dapat disebabkan oleh paparan iklan rokok dari berbagai
media. Iklan rokok mempengaruhi perkembangan sikap positif
terhadap merokok dan meningkatkan tingkat merokok atau mencoba
untuk merokok. Leventhal dan Cleary 1980 menyebutkan adanya life
model yang mempengaruhi remaja merokok, dimana teman sebaya
yang paling utama menjadi life model, remaja akan menularkan
perilaku merokok dengan cara menawari teman-teman remaja lain
tentang kenikmatan merokok, atau solidaritas kelompok. Life model
yang kedua adalah orang tua, orang tua yang merokok berdampak
besar pada pembentukan perilaku merokok remaja. Hal ini
membentuk permission belief system pada remaja, dimana remaja
akan mengangggap bahwa merokok tidak berbahaya, dan tidak
melanggar peraturan atau norma. Lebih lanjut Bektas et al 2010
menjelaskan bahwa budaya merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi perilaku atau sikap merokok pada anak.
Pengaruh budaya seperti peraturan yang melarang merokok di
lingkungan mengurangi sikap positif terhadap merokok dan
menurunkan tingkat mencoba atau melanjutkan merokok.
1,42
Perkotaan 0,17
2,58
1,77
Perdesaan 0,06
3,44
1,58
Perkotaan+Perdesaaan 0,12
2,97
Persentase anak usia 5-17 tahun yang merokok baik sebesar 1,5
persen. Umumnya merokok dilakukan oleh anak laki-laki yaitu
mencapai 3,4 persen di perdesaan serta 2,58 persen di perkotaan.
Merokok memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia
mulai dari gangguan kesuburan sampai pada penyebab kematian dan
kesakitan yang paling penting yang dapat dihindari. Selain itu,
penggunaan produk tembakau menimbulkan risiko enam dari delapan
penyebab utama kematian, terutama kanker, di seluruh dunia (WHO
2007; WHO 2008). Hasil penelitian Pattenden et al (2006)
menunjukkan adanya bukti kuat yang menghubungkan orang tua
merokok dengan kejadian asma, bronkitis dan batuk malam hari pada
anak, dengan rasio odds rata-rata sekitar 1,15. Anak-anak dari orang
tua yang merokok juga dapat mengalami kesulitan belajar,
pertumbuhan yang lebih lambat dan lebih pendek daripada anak-anak
dari orang tua yang tidak merokok. Mereka sendiri lebih cenderung
menjadi perokok, membahayakan kesehatan jangka panjang mereka
(Departement of Health, Australian Government 2021). Sebaran anak
usia 5-17 tahun yang merokok menurut provinsi disajikan pada
Gambar 5.30.
37,49
30,83
29,28
27,58
25,96
23,83
9,47
6,23
3,15
12 dari 100
penduduk Usia 7-17 Tahun
Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP)
dan Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP)
63,7
61,2 60,67 60,84 61,25
57,74 58,24 59,1
55,64 56,52 56,03 57,15
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
SD SMP SMA
persen, dan menurun lagi pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu
menjadi sebesar 72,72 persen. Pola penurunan APS terjadi sama
pada semua provinsi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kondisi ini, yaitu: 1) pembangunan fisik dan non fisik yang berbeda
antar jenjang pendidikan, dimana fasilitas sekolah dasar lebih banyak
dari sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas
(Lestari et al 2014); 2) tingkat kemiskinan dan budaya yang
mempersepsikan lebih baik seorang anak bekerja dari pada sekolah
(Nia 2012); 3) rasio guru terhadap murid berpengaruh positif signifikan
terhadap angka partisipasi sekolah (Solecha 2010); dan 4)
desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap angka partisipasi
sekolah (Huda et al 2013).
Dari Gambar 6.3 terlihat meskipun pola capaian APS menurun
dengan meningkatnya kelompok umur, namun penurunan antar
provinsi berbeda. Bila dilihat berdasarkan capaian APS kelompok
umur 16-18 tahun, maka ada 19 provinsi dengan nilai APS diatas rata-
rata nasional, dimana APS kelompok umur 16-18 tahun tertinggi
dicapai oleh lima provinsi yaitu: Provinsi DI Yogyakarta, Kepulauan
Riau, Sumatera Barat, Aceh dan Bali. Namun demikian masih ada 15
provinsi dengan nilai APS kelompok umur 16-18 tahun dibawah rata-
rata nasional. Yang menarik adalah Provinsi DKI Jakarta merupakan
salah satu provinsi dengan nilai APS kelompok umur 16-18 tahun
dibawah rata-rata nasional. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya
penduduk yang migrasi ke Jakarta dengan membawa anak kelompok
umur 16-18 tahun yang memang sudah putus sekolah dari daerah
asalnya.
0,11
KEPULAUAN BANGKA…
NUSA TENGGARA…
NUSA TENGGARA…
JAWA TENGAH
SUMATERA UTARA
ACEH
DI YOGYAKARTA
SUMATERA SELATAN
INDONESIA
SULAWESI SELATAN
PAPUA
BALI
BANTEN
KALIMANTAN SELATAN
JAMBI
LAMPUNG
MALUKU
JAWA TIMUR
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
KEPULAUAN RIAU
KALIMANTAN TIMUR
BENGKULU
KALIMANTAN TENGAH
RIAU
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
SULAWESI TENGAH
GORONTALO
PAPUA BARAT
SUMATERA BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
KALIMANTAN BARAT
tahun pada tahun 2014 menjadi 8,10 tahun pada tahun 2017. Angka
harapan lama sekolah (HLS) juga meningkat dari 12,39 tahun pada
tahun 2014 menjadi 12,85 tahun pada tahun 2017 (Kemdikbud, 2019).
Dengan adanya program ini diharapkan tidak ada lagi anak Indonesia
yang putus sekolah serta angka partisipasi sekolah dapat meningkat
dapat mencegah kemungkinan putus sekolah dari peserta didik serta
menarik siswa putus sekolah agar kembali melanjutkan
pendidikannya.
Berdasarkan Gambar 6.8 persentase anak umur 7-17 tahun
yang memperoleh PIP sebesar 18,02 persen, tidak ada perbedaan
signifikan antara persentase anak laki-laki yang memperoleh PIP
dibandingkan dengan anak perempuan yaitu masing-masing sebesar
17,56 persen dan 18,50 persen. Demikian pula baik di perdesaan
maupun di perkotaan tidak ada perbedaan signifikan antara
persentase anak laki-laki yang memperoleh PIP dibandingkan dengan
anak perempuan. Di perkotaan persentase anak laki-laki yang
memperoleh PIP sebesar 13,31 persen, anak perempuan sebesar
14,20 persen. Di perdesaan persentase anak laki-laki yang
memperoleh PIP sebesar 22,72 persen dan anak perempuan sebesar
23,46 persen. Namun berdasarkan tipe daerah, maka persentase
anak umur 7-17 tahun yang memperoleh PIP di perdesaan lebih besar
dibanding dengan di daerah perkotaan. Hal ini karena penduduk
miskin di wilayah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
perkotaan (BPS, 2020).
18,50 18,02
17,56
14,20 13,74
13,31
13,13 12,78
12,45
10,03 9,69
9,36
79,84% 89,13%
ANAK UMUR 10-17 TAHUN SECARA ANAK 0-17 TAHUN TINGGAL DI
MAYORITAS TINGGAL DI RUMAH RUMAH DENGAN AKSES AIR LAYAK
MILIK SENDIRI (MILIK ORANG TUA)
78,53%
INDONESIA
82,97 % 73,22 %
PERKOTAAN PERDESAAN
1,04
Perkotaan 13,36
13,44
72,16
1,38
Perdesaan 7,81
1,79
89,02
1,19
Perkotaan+Perdesaan 10,83
8,13
79,84
Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindung
meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air,
penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung,
sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 m dari
pembuangan kotoran, penampungan limbah dan pembuangan
sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang
dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung (Sirusa,
BPS).
Persentase anak umur 0-17 tahun yang tinggal di rumah tangga
yang memiliki akses air minum layak menggambarkan berapa banyak
95,64
89,13
81,35
Secara umum anak umur 0-17 tahun yang tinggal dalam rumah
tangga yang memiliki akses terhadap air layak sudah melebihi 80
LAMPUNG
JAWA TIMUR
MALUKU
RIAU
BENGKULU
DI YOGYAKARTA
JAWA TENGAH
GORONTALO
NTT
NTB
ACEH
MALUKU UTARA
DKI JAKARTA
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI SELATAN
KEP RIAU
BALI
Indonesia
SULAWESI TENGGARA
PAPUA BARAT
KEP BANGKA BELITUNG
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
JAMBI
KALIMANTAN TENGAH
JAWA BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI UTARA
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
82,97
78,53
73,22
ACEH
DI YOGYAKARTA
KEP RIAU
SULAWESI SELATAN
SUMATERA SELATAN
PAPUA
KALIMANTAN SELATAN
INDONESIA
BALI
BANTEN
JAMBI
MALUKU
KEP BANGKA BELITUNG
LAMPUNG
KALIMANTAN TIMUR
JAWA TIMUR
SUMATERA UTARA
RIAU
JAWA BARAT
KALIMANTAN UTARA
BENGKULU
KALIMANTAN TENGAH
DKI JAKARTA
JAWA TENGAH
GORONTALO
SULAWESI TENGAH
NTT
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS, 2020
100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00
1,15
tidak makan seharian 1,08
1,22
2,17
merasa lapar tapi tidak makan 2,08
2,24
3,11
kehabisan makan 3,17
3,05
5,80
makan lebih sedikit daripada seharusnya 6,06
5,58
melewatkan satu waktu makan pada suatu 3,11
3,20
hari tertentu 2,91
9,17
menyantap sedikit jenis makanan 10,39
8,16
tidak dapat menyantap makan sehat dan 10,45
12,69
bergizi 8,58
19,81
Khawatir tidak memiliki cukup makanan 23,36
16,85
Anak-anak yang selamat dari gizi buruk pada anak usia dini
memiliki kelemahan dibandingkan dengan mereka yang memiliki gizi
yang cukup dan lingkungan hidup yang sehat (Bourke 2016).
Kekurangan gizi dikaitkan dengan tinggi badan orang dewasa yang
lebih pendek, sekolah yang lebih sedikit, dan produktivitas ekonomi
yang berkurang. Kekurangan gizi di masa kanak-kanak juga telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan sindrom
metabolik dan penyakit kardiovaskular, hipertensi sistolik, obesitas,
resistensi insulin, dan diabetes di masa dewasa. Malnutrisi pada masa
kanak-kanak mencakup penurunan kinerja intelektual, kapasitas kerja
yang rendah, dan peningkatan risiko komplikasi persalinan, serta
membatasi kemampuan anak untuk mencapai potensi mereka
(Prendergast & Humphrey 2014; Grillo 2005).
12.285 12.425
12.556
11.278
11.057
2020
2019 Jan-Nov 2021
6,62%
5 dari 10 anak kelompok umur 13-17 tahun (remaja) kekerasan terjadi di
menjadi korban kekerasan lingkungan sekolah
Sumber: Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021 Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA, diolah tanggal 02
Desember 2021
Psikis
18.3%
13.819
12.285 12.425
12.556
11.057 11.278
Jambi
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Maluku Utara
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Banten
Sumatera Selatan
Bali
DKI Jakarta
Nusa Tenggara Barat
Riau
Lampung
Sumatera Barat
Kalimantan Utara
Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Jawa Timur
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Maluku
Gorontalo
Papua
Sumatera Utara
Kalimantan Tengah
Bengkulu
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
Provinsi Aceh
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
0-5 Tahun
12,19%
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Jawa Timur
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Sumatera Utara
DI Yogyakarta
NTB
DKI Jakarta
Aceh
Kalimantan Timur
Lampung
Kalimantan Barat
Banten
Kep Riau
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
NTT
Riau
Sumatera Selatan
Jambi
Sulawesi Tengah 0-5 6-12 13-17
Maluku
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
Kep Bangka Belitung
Gorontalo
Kalimantan Utara
Papua Barat
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Papua
Bali
Sulawesi Barat
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Kekerasan dapat menimpa siapa saja dan dimana saja, baik laki
laki, perempuan atau pun anak-anak, baik tua maupun muda, dan
dalam kelompok jenis pekerjaan apapun. Berdasarkan data Simfoni
NA
8,0%
Tidak Bekerja
17,3%
Bekerja
1,0%
Pelajar
72,0%
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
47,50 48,68
43,56
10,28
6,62
4,39
0,98 0,18 0,89 0,29 1,07 0,45
20,94
20,64
18,91
secara langsung oleh orang tua atau orang dewasa lainnya sampai
kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar anak. Jenis
kekerasan terhadap anak sesuai dengan definisinya kekerasan
terhadap anak yang tercantum dalam KHA yaitu kekerasan terhadap
anak mengacu pada “semua bentuk kekerasan fisik atau mental,
cedera atau pelecehan, penelantaran atau perlakuan lalai,
penganiayaan atau eksploitasi, termasuk pelecehan seksual”
terhadap setiap orang di bawah usia 18 tahun (Konvensi PBB tentang
Hak Anak, 1990).
Gambar 8.10 Menunjukkan persentase anak korban kekerasan
menurut jenis kekerasan yang dialami. Persentase korban kekerasan
terhadap anak menurut jenis kekerasan yang paling besar pada tahun
2020 adalah korban kekerasan seksual, menyusul kekerasan psikis
dan fisik. Kekerasan seksual terhadap anak bisa terjadi didalam
lingkungan keluarga yang dilakukan oleh saudara dan ayah bahkan
bisa dilakukan oleh paman atau sepupu. Kekerasan seksual terhadap
anak sering juga dilakukan oleh orang dekat yang mereka cintai.
Kekerasan seksual juga banyak terjadi dalam hubungan pacaran dan
pertemanan.
Lainnya
Penelantaran 7,50% Fisik
5,78% 19,40%
TPPO
1,42%
Eksploitasi
0,89%
Psikis
18,31%
Seksual
46,70%
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Lampung
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Aceh
Banten
NTB
Sumatera Barat
NTT
Riau
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Jambi
Kep Riau
Sulawesi Tengah
Maluku
Sulawesi Tenggara
Kep Bangka Belitung
Kalimantan Selatan
Bengkulu
Gorontalo
Kalimantan Utara
Kalimantan Tengah
Papua Barat
Maluku Utara
Papua
Bali
Sulawesi Barat
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
10.333
1.680
394
18
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
2.235
1.417
947
608
162 130 79
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
3 Layanan
7,73%
1 Layanan
2 Layanan 55,80%
24,57%
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
NTT
NTB
Bali
Banten
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kep Riau
Kep Bangka Belitung
Lampung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Aceh
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Tetangga
15,13%
Orang Tua
19,21%
Lainnya
16,44%
Sulawesi Barat
Papua
Bali
Kalimantan Utara
Papua Barat
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Sumatera Selatan
Banten
Bengkulu
Maluku
Kalimantan Selatan
Gorontalo
Kalimantan Barat
Kep Bangka Belitung
Sulawesi Tengah
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
Kep Riau
DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Aceh
Jambi
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Riau
DI Yogyakarta
Lampung
NTT
NTB
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Jawa Tengah
Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA diolah pada tanggal 30 Juni 2021
Sulawesi Tenggara
18,91%
DKI Jakarta
2,96%
37,97% 61,71%
Sektor Jasa
14,62% 13,44%
Sektor Manufaktur
47,41% 24,85%
Sektor Pertanian
Profil anak pada bab ini mengacu pada definisi anak bekerja
sebagai penduduk usia 10-17 tahun bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja. Pada kelompok umur 10-17 tahun,
terdapat pula anak yang termasuk dalam angka kerja. Menurut BPS,
yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran.
Definisi dari anak yang bekerja juga tidak dibatas sektor
lapangan pekerjaannya. Pekerja anak dapat bekerja di sektor formal
maupun informal. Melansir situs Badan Pusat Statistik (BPS), sektor
formal adalah pekerjaan di tempat dengan status berusaha yang
dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sektor
informal didefinisikan sebagai pekerja di tempat dengan status
berusaha sendiri dan pekerja bebas di sektor pertanian dan non-
pertanian.
Dari penjelasan di atas, ada beberapa istilah yang terus
digunakan dalam buku ini, yaitu:
13,32
11,47 11,32
10,51
9,51
8,35 8,02 8,19
12,31
Perdesaan 10,42
14,13
6,90
Perkotaan 6,94
6,86
9,34
Perkotaan+Perdesaan 8,50
10,15
72,82
Perempuan
27,18
70,96
Laki-laki
29,04
68,26
Total
31,74
Perkotaan
68,50
Perempuan
31,50
68,02
Laki-laki
31,98
61,71
48,60
47,41
37,97
37,30
24,85
14,62
14,09
13,44
paling banyak dipilih oleh sektor jasa (68,47 persen), kemudian diikuti
oleh sektor manufaktur (17,89 persen), dan yang paling sedikit
tersedia adalah sektor pertanian (13,65 persen). Data ini menunjukkan
bahwa anak yang berkerja pada kelompok usia 10-17 tahun di
perkotaan banyak terlibat di sektor jasa, sedangkan di perdesaan
sektor yang banyak tersedia adalah sektor pertanian.
39,70
35,11
24,84
20,62 18,96
16,79 17,89
13,65 12,08 11,52
10,72
6,56
16,89
7,38 11,23
Formal Informal
75,93
Pekerja keluarga/tidak dibayar 79,86
70,14
3,30
Pekerja bebas di nonpertanian 3,16
3,51
3,03
Pekerja bebas di pertanian 3,98
1,62
11,07
Buruh/karyawan/pegawai 7,29
16,63
0,16
Berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar 0,10
0,25
Berusaha dibantu pekerja tidak tetap/pekerja 2,14
2,10
keluarga/tidak dibayar 2,20
4,38
Berusaha sendiri 3,53
5,64
75,93
Pekerja keluarga/tidak dibayar 80,54
72,19
3,30
Pekerja bebas di nonpertanian 1,29
4,93
3,03
Pekerja bebas di pertanian 1,39
4,35
11,07
Buruh/karyawan/pegawai 9,95
11,97
0,16
Berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar 0,14
0,18
Berusaha dibantu pekerja tidak tetap/pekerja 2,14
2,17
keluarga/tidak dibayar 2,11
4,38
Berusaha sendiri 4,51
4,28
50,91 49,37
48,12
50,15
48,23
39,57
33,94
17,83
10,28
PERKOTAAN PERDESAAN
9.3.6 Upah/Gaji/Pendapatan
1.214.102
1.153.809 1.138.850
1.116.669
1.022.164
9,34
Hingga saat ini, belum ada survei khusus pekerja anak sehingga
dengan mengacu pada aturan-aturan yang telah disebutkan
sebelumnya, konsep “pekerja anak” menggunakan pendekatan jam
kerja dalam seminggu seperti berikut (Publikasi Pekerja Anak di
Indonesia, 2009):
1. Semua anak-anak yang bekerja umur 10-12 tahun, tanpa melihat
jam kerja mereka. Definisi ini konsisten dengan UU No 13 Th
2003 tentang ketenagakerjaan yang menetapkan umur minimum
untuk bekerja adalah 13 tahun.
2. Anak-anak berumur 13-14 tahun yang bekerja lebih dari 15 jam
per minggu. Jam kerja kurang dari 15 jam per minggu digunakan
sebagai pendekatan untuk pekerjaan ringan.
3. Anak-anak yang bekerja umur 15-17 tahun yang bekerja lebih
dari 40 jam per minggu. Dalam hal ini, lebih dari 40 jam per
minggu digunakan sebagai pendekatan untuk pekerjaan
berbahaya.
Pada tabel 9.3 dapat dilihat bahwa diantara 3,36 juta anak yang
bekerja, terdapat 1,17 juta pekerja anak (kolom berwarna merah).
Data ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi kelompok umur
pekerja anak, semakin besar kecenderungan mereka untuk bekerja
lebih dari 16 jam bahkan lebih dari 40 jam.
3,6
3,34 3,25
3,09
2,85
2,36
2,02
1,87
2019 2020
off antara bekerja dan bersekolah, anak yang bekerja akan memiliki
kesempatan lebih rendah dalam mengikuti kegiatan sekolah.
Penelitian-penelitian terkait hubungan pekerja anak dengan
pendidikan anak masih sangat terbatas. Penelitian-penelitian yang
melihat hubungan pekerja anak dengan pendidikan rata-rata fokus
pada pendidikan orang tua atau kepala rumah tangga. Sehingga
kesimpulan yang terlihat terkait hubungan pekerja anak dengan
pendidikan anak dari penelitian-penelitian di atas adalah semakin
rendah tingkat pendidikan kepala rumah tangga, maka semakin tinggi
peluang anak menjadi pekerja anak.
merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satunya pasangan yang
2019 2020
Sebanyak 1 dari 10
Kehamilan dan
melahirkan dini Bayi lahir prematur
Resiko reproduksi
dan kematian ibu Stunting (kerdil)
Hilangnya kesempatan
melanjutkan Gizi buruk
pendidikan
Hilangnya kesempatan
Kematian sebelum usia
mendapatkan
1 tahun
pekerjaan
individu mendukung perkawinan anak, hal ini beresiko sebesar 1,8 kali
untuk terjadi perkawinan dibandingkan dengan individu yang memiliki
sikap tidak mendukung. Beberapa alasan lain adalah karena faktor
pendidikan, ekonomi, budaya, stigma, rendahnya pemahaman remaja
tentang kesehatan reproduksi, yang menyebabkan remaja tidak
memiliki pilihan (Nursaadah 2021; Murdijana D. et all. 2019).
0,95 0,94
0,92
0,56 0,57
0,5
0,33
0,28
0,19
16,87
15,96
15,24
11,21
10,82
10,35
7,15 7,18
6,82
10.4.1 Pengasuhan
3,64
3,65
3,59
3,6
3,55
3,55
3,51
3,5
3,47
3,45
3,4
3,35
3,3
2019 2020 2021 2022 2023 2024
(base year)
10.4.2 KDRT
70 66,38
59,86
60 54,15 56,31
50
40 32,46
30
20
10
0
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
Perempuan Laki-laki
44,86
36,61
33,95
32,25
19,23
11,91 11,76
9,43
Perempuan Laki-laki
BPS & Unicef. 2016. Kemajuan yang Tertunda : Analisis Data Perkawinan
Umur Anak di Indonesia. Berdasarkan Hasil Susenas 2008-2012 dan
Sensus Penduduk 2010.
BPS. 2020. Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin (Tahun), 2018-2020.
BPS. 2020c. Persentase Penduduk Miskin Maret 2020 naik menjadi 9,78
persen.
Fang X, Brown DS, Florence CS, Mercy JA. 2012. The economic burden of
child maltreatment in the United States and implications for prevention.
Child Abuse and Neglect, 36: 156–65.
FAO. 2002. The State of Food Insecurity in the World.Rome: Food and
Agricultural Organization.
FAO. 2021. Child labour in agriculture is on the rise again, with further
deterioration foreseen due to COVID-19.
Fink G, Günther I, Hill K. 2011. The effect of water and sanitation on child
health:evidence from the Demographic and Health Surveys 1986–
2007. IntJ Epidemiol. 2011;40:1196–204.
Fitriana, Y., Pratiwi, K., & Sutanto, A.V. 2015. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku orangtua dalam melakukan kekerasan
verbal terhadap anak umur pra-sekolah. Jurnal Psikologi Undip, 14(1),
81-93
Grillo LP, Siqueira AF, Silva AC, Martins PA, Verreschi IT, Sawaya AL.
2005. Lower restingmetabolic rate and higher velocity of weight gain
in a prospective study ofstunded vs nonstunted girls living in the
shantytowns of São Paulo, Brazil.Eur J Clin Nutr2005;59: 835–842.
Hamed, A., & Fouad Yousef. 2017. Prevalence, health and social hazards,
and attitude toward early marriage in ever-married women, Sohag,
Upper Egypt. Egypt Public Health Assoc. 2017 Dec 1;92(4), 228–234.
https://doi.org/10.21608/EPX.2018.22044
Haszelinna binti Abang Ali, D., & Arabsheibani, G. R. (2017). Child Labour
in Indonesia: Supply-Side Determinants. Economics and Finance in
Indonesia, 62(3), 162. https://doi.org/10.7454/efi.v62i3.555
Hermanus, E., Hutagalung, S. A., Pramana, R. P., Astini, F. N., Elmira, E.,
Indrio, V. T., & Isdijoso, W. (2019). Diagnostic Study of Child Labour
in Rural Areas (with Special Emphasis on Tobacco Farming).
Hidayat EN, dan Rusidi B. 2020. Kekerasan Dalam Pacaran: Faktor Risiko
Dan Pelindung Serta Implikasinya Terhadap Upaya Pencegahan. Vol.
6 No. 2 (2020): Sosio Informah ttps://doi.org/10.33007/inf.v6i2.2208
Hines, M. 2013. Sex and sex differences. In P. D. Zelazo (Ed.), The Oxford
handbook of developmental psychology (Vol. 1, pp. 164–201). New
York, NY: Oxford University Press
International Labour Office and United Nations Children’s Fund. 2021. Child
Labour: Global estimates 2020, trends and the road forward,. In Indian
Journal of Practical Pediatrics.
Jessica, V., Halis, A., Ningsi, D. W., Virginia, G. F., & Syahidah. 2017.
Pemberantasan Buta Aksara untuk Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia Masyarakat Sekitar Hutan Desa Manipi, Kecamatan
Pana, Kabupaten Mamasa. Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian
Kepada Masyarakat, 3(2), 136.
https://doi.org/10.29244/agrokreatif.3.2.136-142
Kemenkes. 2018. Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu dan Bayi. Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kementerian
Kesehatan RI.
Kharisma, B., Remi, S. S., & Hadiyanto, F. (2020). The Role of Household
Income on Child Labor: A Lesson From the Indonesian Crisis. Journal
of Southwest Jiaotong University, 55(3), 1–10.
https://doi.org/10.35741/issn.0258-2724.55.3.29
Kominfo Jawa Timur. 2017. Jokowi : KIP dan PKH Bisa Dicabut Jika Tak
Sesuai Peruntukan. http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/jokowi-
kip-dan-pkh-bisa-dicabut-jika-tak-sesuai-peruntukan
Kominfo. 2020. Fokus Peta Jalan Indonesia Digital untuk 4 Sektor Strategis.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Papalia D.E., Old, and, S.W. Feldman R.D. 2008. Human Development
(Psikologi Perkembangan).Jakarta;Kencana Prenada Media Group.
alih bahasa; A.K. Anwar
Pitriyan, P. 2006. The Impact of Child Labor on Child’s Education: The Case
of Indonesia (No. 200609; Working Paper in Economics and
Development Studies, Issue Working Paper in Economics and
Development Studies).
Rosidi, A., Handarsari, E., & Mahmudah, M. 2020. Hubungan Kejadian Cuci
Tangan dan Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare pada Anak SD
Negeri Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(1), 76–84.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2796.1990.tb00269.x
Rusyantia, A., Haryono, D., & Kasymir, E. 2010. Kajian Ketahanan Pangan
Rumah tangga Perdesaan Dalam Upaya Peningkatan Status Gizi
Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vol.10 (3): 171-184, 10(3), 171–184.
Sandra, H., Majid, S. A., Dawood, T. C., & Hamid, A. (2020). What Causes
Children to Work in Indonesia? Journal of Asian Finance, Economics
and Business, 7(11), 585–593.
https://doi.org/10.13106/jafeb.2020.vol7.no11.585
Samosir, O.B. 2020. Gambaran Penduduk Indonesia: Kini, Masa Lalu dan
Masa yang Akan Datang. Dalam Adioetomo, Sri Moertiningsih
Memetik Bonus Demografi Membangun Manusia Sejak Dini (cetakan
kedua)/Sri Moertiningsih Adioetomo, Elda Luciana Pardede.
Depok:Rajawali Oers.
Satriawan, E., & Ghifari, A. T. (2018). How does parental income affect child
labor supply? evidence From the Indonesia family life survey. In
TNP2K Working Paper 2-2018 (No. 2; TNP2K Working Paper, Issue
February).
Sears, R. R., Maccoby, E. E., & Levin, H. 1957. Patterns of child rearing.
Evansville, Illinois: Row, Peterson and Co.
Souleiman. 2019. More children killed by unsafe water, than bullets, says
UNICEF chief. News from United Nation.
UNICEF. 2020. Ending Violence Against Women and Children In Viet Nam
Opportunities And Challenges For Collaborative And Integrative
Approaches. Unicef, UNFPA, UN Womwn, Australia AID.
UNICEF. 2020. Our Lives Online: Use of Social Media by Children and
Adolescents in East Asia – opportunities, risks and harms: Hidup Kita
di Dunia Daring: Penggunaan Media Sosial oleh Anak-anak dan
Remaja di Asia Timur - peluang, risiko dan bahaya. diterbitkan oleh
UNICEF bersama Centre for Justice and Crime Prevention
USAID and ICRW. 2007. New insights on preventing child marriage. The
United States Agency for International Development
Wang, C., & Wang, L. 2017. Knot yet: minimum marriage age law, marriage
delay, and earnings. Journal of Population Economics, 30(3), 771–
804. https://doi.org/10.1007/s00148- 017-0632-5
Wurth, M., Buchanan, J., & Becker, J. (2016). Hazardous Child Labor
Tabacco Farming Indonesia. Human Rights Watch.
Aceh 51,16 49,87 50,53 55,62 54,39 55,00 54,11 52,93 53,52
Sumatera Utara 51,05 50,07 50,56 62,23 61,24 61,73 55,87 55,06 55,46
Sumatera Barat 51,14 49,94 50,54 58,40 58,85 58,63 54,86 54,59 54,72
Riau 47,97 47,81 47,90 51,18 52,30 51,73 49,85 50,49 50,16
Jambi 42,55 44,36 43,43 46,23 47,21 46,71 45,01 46,27 45,63
Sumatera Selatan 46,54 46,95 46,74 49,84 50,72 50,27 48,58 49,29 48,93
Bengkulu 47,21 44,94 46,10 47,31 48,11 47,70 47,27 47,05 47,16
Lampung 46,95 47,99 47,45 49,57 50,42 49,99 48,75 49,67 49,19
Kep Bangka Belitung 43,68 46,22 44,87 44,31 48,02 46,10 43,96 47,04 45,42
Kep Riau 47,82 48,56 48,18 49,98 51,49 50,75 48,03 48,86 48,43
DKI Jakarta 41,94 40,92 41,43 41,94 40,92 41,43
Jawa Barat 45,54 45,78 45,66 49,70 49,76 49,73 46,44 46,74 46,59
Jawa Tengah 46,82 46,33 46,58 49,27 48,79 49,03 47,98 47,54 47,76
DI Yogyakarta 41,55 43,43 42,48 51,74 53,03 52,41 44,06 45,99 45,03
Jawa Timur 42,85 42,45 42,65 44,99 45,06 45,02 43,81 43,68 43,75
Banten 42,80 42,91 42,85 51,75 52,88 52,32 45,16 45,68 45,41
Bali 41,60 42,58 42,07 47,16 48,00 47,59 43,22 44,28 43,74
NTB 53,18 47,99 50,51 57,15 51,32 54,05 55,17 49,71 52,32
NTT 56,52 52,80 54,66 70,76 66,11 68,37 67,07 62,81 64,89
Kalimantan Barat 47,76 47,40 47,58 50,50 51,11 50,80 49,52 49,80 49,65
Kalimantan Tengah 41,84 43,05 42,41 43,17 46,81 44,90 42,63 45,29 43,89
Kalimantan Selatan 45,07 44,99 45,03 48,01 48,90 48,45 46,59 47,05 46,81
Kalimantan Timur 43,11 43,69 43,38 44,58 48,25 46,32 43,58 45,15 44,33
Kalimantan Utara 55,56 49,13 52,50 49,75 54,23 51,86 53,25 51,13 52,24
Sulawesi Utara 43,08 44,20 43,62 47,48 50,07 48,75 45,13 46,97 46,02
Sulawesi Tengah 45,19 44,69 44,95 51,02 51,60 51,30 49,21 49,50 49,35
Sulawesi Selatan 49,48 47,30 48,37 55,67 53,22 54,39 52,87 50,63 51,72
Sulawesi Tenggara 53,86 53,41 53,64 61,89 60,41 61,14 58,58 57,63 58,11
Gorontalo 46,50 45,48 45,99 48,29 48,47 48,38 47,52 47,20 47,36
Sulawesi Barat 54,72 52,66 53,71 54,11 53,04 53,57 54,26 52,95 53,60
Maluku 50,58 52,55 51,53 65,28 64,08 64,68 58,40 58,87 58,63
Maluku Utara 48,06 48,43 48,24 59,34 59,86 59,59 55,87 56,45 56,15
Papua Barat 44,02 47,49 45,64 48,79 52,28 50,43 46,73 50,23 48,37
Papua 39,44 45,14 42,02 49,04 49,98 49,49 46,10 48,60 47,28
Indonesia 45,56 45,35 45,46 51,14 51,07 51,10 47,92 47,86 47,89
Ya, Tidak
Ya, dapat
Provinsi dapat Tidak memiliki Tidak Tahu Total
ditunjukkan
ditunjukkan
Aceh 80,66 12,32 6,83 0,18 100,00
Sumatera Utara 65,82 10,42 23,54 0,23 100,00
Sumatera Barat 75,45 13,32 10,79 0,44 100,00
Riau 65,40 13,37 20,99 0,24 100,00
Jambi 78,65 14,43 6,73 0,20 100,00
Sumatera Selatan 78,79 10,14 10,85 0,22 100,00
Bengkulu 78,62 13,10 8,20 0,08 100,00
Lampung 81,29 9,86 8,69 0,16 100,00
Kep Bangka Belitung 90,62 4,84 4,51 0,03 100,00
Kep Riau 87,19 7,66 4,88 0,28 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 68,68 13,43 17,32 0,57 100,00
Jawa Tengah 85,60 10,27 3,98 0,15 100,00
DI Yogyakarta 85,89 12,85 1,26 100,00
Jawa Timur 75,27 13,89 10,54 0,29 100,00
Banten 52,93 16,47 30,45 0,14 100,00
Bali 82,57 9,61 7,82 100,00
NTB 64,65 16,11 18,92 0,32 100,00
NTT 44,91 13,50 41,41 0,18 100,00
Kalimantan Barat 67,60 16,68 15,06 0,66 100,00
Kalimantan Tengah 70,39 14,34 14,95 0,31 100,00
Kalimantan Selatan 81,39 9,40 9,07 0,14 100,00
Kalimantan Timur 74,59 15,26 10,09 0,06 100,00
Kalimantan Utara 74,69 14,62 10,39 0,30 100,00
Sulawesi Utara 72,99 16,05 10,83 0,12 100,00
Sulawesi Tengah 68,33 11,93 19,41 0,32 100,00
Sulawesi Selatan 74,22 15,04 10,49 0,26 100,00
Sulawesi Tenggara 73,29 13,20 13,37 0,15 100,00
Gorontalo 84,62 7,11 8,24 0,02 100,00
Sulawesi Barat 76,30 12,00 11,52 0,18 100,00
Maluku 55,86 20,01 23,67 0,45 100,00
Maluku Utara 63,62 16,84 19,09 0,45 100,00
Papua Barat 43,40 26,87 29,17 0,56 100,00
Papua 11,98 27,64 58,68 1,70 100,00
Indonesia 71,24 13,17 15,29 0,30 100,00
Lampiran 3. 7 Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Tipe Daerah dan Tujuan
Mengakses, 2020
Hiburan
(Download/Main Mendapat
Mendapat Media Game, Nonton Fasilitas Informasi
Mendapatkan
Tipe Daerah Informasi/ Mengirim/ Sosial/jejaring TV,Download/ Finansial (e- Mengenai Lainnya
Informasi Pembelian Penjualan
berita Menerima Sosial Nonton banking) Barang/Jasa
untuk Proses Barang/Jasa Barang/Jasa
Email (facebook, App, Film/Video,
Pembelajaran Lainnya
Skype, dll) Radio, Download
Gambar dan
Musik)
Perkotaan+Perdesaaan 50,47 53,28 6,06 75,89 5,50 0,81 81,47 0,48 5,75 3,04
Perkotaan 51,39 55,77 6,92 74,97 6,54 0,84 83,01 0,58 6,47 3,01
Perdesaaan 48,93 49,14 4,62 77,44 3,75 0,76 78,89 0,31 4,55 3,10
Lampiran 3. 8 Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Jenis Kelamin dan Tujuan
Mengakses, 2020
Hiburan
(Download/Main Mendapat
Mendapat Media Game, Nonton Fasilitas Informasi
Mendapatkan Lainnya
Informasi/ Mengirim/ Sosial/jejaring Penjualan TV,Download/ Finansial (e- Mengenai
Informasi Pembelian
Jenis Kelamin berita Menerima Sosial Barang/Ja Nonton Film/Video, banking) Barang/Jasa
untuk Proses Barang/Jasa
Email (facebook, App, sa Lainnya
Pembelajaran Radio, Download
Skype, dll)
Gambar dan
Musik)
Laki-laki+Perempuan 50,47 53,28 6,06 75,89 5,50 0,81 81,47 0,48 5,75 3,04
Laki-laki 48,12 50,58 5,35 74,09 3,73 0,61 84,24 0,42 4,57 2,84
Perempuan 52,86 56,04 6,78 77,73 7,29 1,02 78,65 0,54 6,95 3,25
Dokter
Dukun Tidak
Tipe Daerah (Kandungan Bidan Perawat Lainnya
Beranak/Paraji ada
dan Umum)
Perkotaan+Perdesaan 37,80 56,49 0,87 4,29 0,46 0,09
Perkotaan 45,07 51,91 0,71 2,14 0,12 0,05
Perdesaan 28,87 62,11 1,07 6,92 0,88 0,14
Lampiran 5. 3 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun yang melahirkan hidup dalam Dua Tahun Terakhir
menurut Tipe Daerah dan Tempat Melahirkan, 2020
RS Pemerintah/ Rumah
Polindes/
Tipe Daerah Bersalin/ Puskesmas Pustu Praktek NakeS Rumah Lainnya Total
Swasta/RSIA Poskesdes
klinik
Perkotaan+Perdesaan 37,70 19,18 14,72 1,34 10,80 4,17 11,52 0,57 100,00
Perkotaan 44,27 24,81 10,91 0,52 11,46 2,05 5,41 ,56 100,00
Perdesaan 29,64 12,25 19,41 2,35 9,98 6,76 19,02 0,59 100,00
Lampiran 5. 7 Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam
Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, dan Tempat Berobat, 2020
RS Klinik/Praktik Pengobatan
Praktik Puskesmas/
Tipe Daerah RS Swasta Dokter UKBM Tradisional/ Lainnya
Pemerintah Dokter/Bidan Pustu
Bersama Alternatif
Perkotaan+Perdesaan 3,47 5,07 42,26 16,99 32,71 2,97 0,61 0,58
Perkotaan 3,91 7,18 36,95 22,68 31,39 1,25 0,43 0,38
Perdesaan 2,81 1,99 50,02 8,65 34,64 5,49 0,88 0,86
BPJS
BPJS
KESEHATAN
Kesehatan Asuransi Tidak
Tipe Daerah PENERIMA Jamkesda Perusahaan/kantor
Non- swasta Punya
BANTUAN
PBI/Mandiri
IURAN (PBI)
Perkotaan+Perdesaan 31.34 21.89 9.70 0.84 3.08 37.57
Perkotaan 27.63 30.26 8.91 1.39 4.45 32.60
Perdesaan 35.79 11.88 10.65 0.18 1.45 43.51
BPJS
BPJS
KESEHATAN
Kesehatan Asuransi Perusahaan/ Tidak
Tipe Daerah PENERIMA Jamkesda
Non- swasta kantor Menggunakan
BANTUAN IURAN
PBI/Mandiri
(PBI)
Perkotaan+Perdesaan 17.63 14.32 2.97 0.57 2.30 62.41
Perkotaan 16.89 19.97 2.42 0.95 3.34 56.65
Perdesaan 18.70 6.05 3.78 0.03 0.78 70.84
Lampiran 5. 11 Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Pernah Dirawat Inap dalam Satu Tahun Terakhir menurut Tipe
Daerah dan Tempat Rawat Inap, 2020
Pengobatan
RS Pemerintah Praktik Klinik/Praktik Puskesmas/
Tipe Daerah RS Swasta Tradisional/ Lainnya
Dokter/Bidan Dokter Bersama Pustu
Alternatif
Perkotaan+Perdesaan 35.80 41.06 2.61 6.48 15.65 0.08 0.25
Perkotaan 35.96 49.00 2.74 5.25 8.37 0.02 0.21
Perdesaan 35.54 28.02 2.40 8.49 27.61 0.18 0.33
BPJS
KESEHATAN BPJS
PENERIMA Kesehatan Asuransi Tidak
Tipe Daerah Jamkesda Perusahaan/kantor
BANTUAN Non- swasta menggunakan
IURAN PBI/Mandiri
(PBI)
Perkotaan+Perdesaan 26.20 30.43 3.07 1.32 4.65 34.58
Perkotaan 23.19 37.06 2.88 1.92 6.20 29.04
Perdesaan 31.15 19.53 3.38 0.32 2.09 43.70
Lampiran 5. 18 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Imunisasi,
2020
Tidak
Tidak/belum
Provinsi Masih Sekolah bersekolah Total
pernah Sekolah
lagi
Aceh 11,43 87,19 1,38 100,00
Sumatera Utara 11,55 86,62 1,83 100,00
Sumatera Barat 13,65 84,86 1,49 100,00
Riau 13,48 84,04 2,48 100,00
Jambi 11,82 85,20 2,98 100,00
Sumatera Selatan 9,35 87,20 3,45 100,00
Bengkulu 11,02 86,57 2,40 100,00
Lampung 12,95 83,65 3,40 100,00
Kep Bangka Belitung 12,54 82,96 4,50 100,00
Kep Riau 14,92 83,75 1,33 100,00
DKI Jakarta 15,60 81,06 3,35 100,00
Jawa Barat 13,24 82,30 4,46 100,00
Jawa Tengah 12,20 84,25 3,55 100,00
DI Yogyakarta 14,70 84,40 0,91 100,00
Jawa Timur 13,37 83,08 3,56 100,00
Banten 15,18 80,91 3,90 100,00
Bali 12,99 84,82 2,19 100,00
NTB 12,89 84,38 2,73 100,00
NTT 10,57 86,18 3,25 100,00
Kalimantan Barat 11,93 84,29 3,78 100,00
Kalimantan Tengah 13,31 82,25 4,44 100,00
Kalimantan Selatan 12,63 82,78 4,59 100,00
Kalimantan Timur 14,38 84,00 1,62 100,00
Kalimantan Utara 15,86 80,42 3,73 100,00
Sulawesi Utara 11,36 85,55 3,09 100,00
Sulawesi Tengah 12,52 84,02 3,47 100,00
Sulawesi Selatan 12,51 83,31 4,17 100,00
Sulawesi Tenggara 12,00 84,74 3,26 100,00
Gorontalo 12,26 82,84 4,90 100,00
Sulawesi Barat 11,88 83,26 4,86 100,00
Maluku 10,70 87,02 2,28 100,00
Maluku Utara 11,58 85,71 2,71 100,00
Papua Barat 12,35 85,25 2,41 100,00
Papua 24,13 68,58 7,30 100,00
Indonesia 12,98 83,58 3,44 100,00
Jenjang Pendidikan
Provinsi SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat
Aceh 99,08 85,27 72,93
Sumatera Utara 96,73 78,26 67,72
Sumatera Barat 98,47 79,05 72,78
Riau 96,34 79,94 70,66
Jambi 98,72 80,33 64,32
Sumatera Selatan 96,01 73,62 65,21
Bengkulu 99,19 84,67 71,53
Lampung 99,27 82,96 65,57
Kep Bangka Belitung 97,64 75,11 63,07
Kep Riau 99,18 86,47 73,67
DKI Jakarta 98,05 82,47 60,42
Jawa Barat 98,40 81,78 60,92
Jawa Tengah 98,15 82,47 62,35
DI Yogyakarta 99,69 82,14 71,54
Jawa Timur 98,22 85,59 66,73
Banten 98,42 83,93 63,43
Bali 96,98 87,68 74,22
NTB 99,07 87,43 70,80
NTT 94,50 75,09 66,83
Kalimantan Barat 97,53 72,37 62,16
Kalimantan Tengah 98,83 78,92 59,84
Kalimantan Selatan 98,48 75,75 61,09
Kalimantan Timur 98,78 81,17 69,70
Kalimantan Utara 94,04 78,65 69,72
Sulawesi Utara 94,70 73,84 64,00
Sulawesi Tengah 93,39 75,98 70,68
Sulawesi Selatan 97,59 78,65 63,16
Sulawesi Tenggara 97,08 78,42 66,19
Gorontalo 98,98 70,77 60,21
Sulawesi Barat 95,10 72,54 56,47
Maluku 95,41 75,28 70,40
Maluku Utara 96,11 77,37 67,85
Papua Barat 93,23 72,24 73,01
Papua 92,55 75,23 66,72
Indonesia 97,94 81,65 64,57
Jenjang Pendidikan
Provinsi
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat
Aceh 99,01 87,59 69,60
Sumatera Utara 98,73 82,97 68,35
Sumatera Barat 99,06 77,90 64,91
Riau 98,57 80,82 59,54
Jambi 99,28 79,73 59,88
Sumatera Selatan 98,99 80,47 57,45
Bengkulu 98,39 77,37 62,56
Lampung 99,12 80,39 56,75
Kep Bangka Belitung 97,84 74,00 54,06
Kep Riau 98,99 86,44 71,81
DKI Jakarta
Jawa Barat 98,25 82,98 47,40
Jawa Tengah 97,63 78,43 56,96
DI Yogyakarta 99,32 89,02 69,25
Jawa Timur 97,74 81,12 57,06
Banten 96,92 79,90 49,01
Bali 96,55 86,31 71,16
NTB 98,52 82,87 63,10
NTT 96,55 68,41 49,39
Kalimantan Barat 97,29 65,02 45,49
Kalimantan Tengah 99,29 78,15 50,37
Kalimantan Selatan 99,00 75,29 55,68
Kalimantan Timur 97,78 81,50 67,55
Kalimantan Utara 92,47 79,73 57,37
Sulawesi Utara 95,57 75,85 62,78
Sulawesi Tengah 93,19 73,83 62,20
Sulawesi Selatan 98,25 74,46 58,05
Sulawesi Tenggara 98,05 77,11 61,31
Gorontalo 98,16 70,63 56,17
Sulawesi Barat 96,01 69,25 58,59
Maluku 97,84 75,05 60,10
Maluku Utara 97,56 76,71 62,82
Papua Barat 94,28 69,17 56,53
Papua 75,35 52,23 36,04
Indonesia 97,40 78,31 57,04
Lampiran 7. 4 Persentase Anak 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Kurang Uang atau Sumber Daya
Lainnya danMenyebabkan Keterbatasan Akses terhadap Makanan menurut Tipe Daerah, 2020
tidak melewatkan
Khawatir makan merasa
dapat menyantap satu waktu
tidak lebih lapar tidak
menyanta sedikit makan kehabisan
Tipe Daerah memiliki sedikit tapi makan
p makan jenis pada suatu makan
cukup daripada tidak seharian
sehat dan makanan hari
makanan seharusnya makan
bergizi tertentu
Perkotaan 16.85 8.58 8.16 2.91 5.58 3.05 2.24 1.22
Perdesaan 23.36 12.69 10.39 3.20 6.06 3.17 2.08 1.08
Perkotaan+Perdesaan 19.81 10.45 9.17 3.11 5.80 3.11 2.17 1.15
Tahun
Provinsi
2019 2020
Aceh 406 404
Sumatera Utara 705 644
Sumatera Barat 538 286
Riau 403 244
Jambi 273 204
Sumatera Selatan 185 211
Bengkulu 101 91
Lampung 287 311
Kep Bangka Belitung 120 117
Kep Riau 138 286
DKI Jakarta 543 461
Jawa Barat 454 733
Jawa Tengah 1062 1205
DI Yogyakarta 456 501
Jawa Timur 1271 1304
Banten 327 292
Bali 119 56
NTB 315 449
NTT 163 274
Kalimantan Barat 242 329
Kalimantan Tengah 114 92
Kalimantan Selatan 161 166
Kalimantan Timur 385 355
Kalimantan Utara 142 126
Sulawesi Utara 172 298
Sulawesi Tengah 261 181
Sulawesi Selatan 1009 919
Sulawesi Tenggara 97 165
Gorontalo 159 131
Sulawesi Barat 112 19
Maluku 89 168
Maluku Utara 72 86
Papua Barat 89 68
Papua 87 102
Indonesia 11057 11278
Tahun
Provinsi
2019 2020
Aceh 451 438
Sumatera Utara 862 775
Sumatera Barat 612 317
Riau 515 284
Jambi 291 218
Sumatera Selatan 195 245
Bengkulu 114 104
Lampung 335 384
Kep Bangka Belitung 127 139
Kep Riau 194 337
DKI Jakarta 550 462
Jawa Barat 560 872
Jawa Tengah 1189 1338
DI Yogyakarta 468 534
Jawa Timur 1439 1397
Banten 358 338
Bali 141 61
NTB 332 463
NTT 171 298
Kalimantan Barat 259 359
Kalimantan Tengah 122 93
Kalimantan Selatan 201 182
Kalimantan Timur 430 398
Kalimantan Utara 143 131
Sulawesi Utara 176 334
Sulawesi Tengah 272 197
Sulawesi Selatan 1024 938
Sulawesi Tenggara 105 171
Gorontalo 161 132
Sulawesi Barat 116 25
Maluku 95 185
Maluku Utara 80 88
Papua Barat 93 73
Papua 104 115
Indonesia 12285 12425
Kelompok Umur
Provinsi
0-5 Tahun 6-12 Tahun 13-17 Tahun Total
Aceh 85 175 178 438
Sumatera Utara 135 271 369 775
Sumatera Barat 41 115 161 317
Riau 40 85 159 284
Jambi 22 79 117 218
Sumatera Selatan 24 74 147 245
Bengkulu 7 28 69 104
Lampung 22 154 208 384
Kep Bangka Belitung 11 39 89 139
Kep Riau 54 102 181 337
DKI Jakarta 60 179 223 462
Jawa Barat 125 338 409 872
Jawa Tengah 169 402 767 1338
DI Yogyakarta 66 148 320 534
Jawa Timur 171 428 798 1397
Banten 56 113 169 338
Bali 3 23 35 61
NTB 49 84 330 463
NTT 24 81 193 298
Kalimantan Barat 30 92 237 359
Kalimantan Tengah 5 30 58 93
Kalimantan Selatan 28 73 81 182
Kalimantan Timur 69 107 222 398
Kalimantan Utara 11 27 93 131
Sulawesi Utara 44 106 184 334
Sulawesi Tengah 17 37 143 197
Sulawesi Selatan 66 250 622 938
Sulawesi Tenggara 18 40 113 171
Gorontalo 5 32 95 132
Sulawesi Barat 3 9 13 25
Maluku 14 44 127 185
Maluku Utara 7 29 52 88
Papua Barat 13 21 39 73
Papua 20 31 64 115
Indonesia 1514 3846 7065 12425
StatUS Perkawinan
Provinsi
Belum Kawin Kawin Cerai NA Total
Aceh 422 5 1 10 438
Sumatera Utara 708 5 0 62 775
Sumatera Barat 292 8 0 17 317
Riau 279 2 0 3 284
Jambi 201 2 0 15 218
Sumatera Selatan 226 4 1 14 245
Bengkulu 100 1 2 1 104
Lampung 343 0 1 40 384
Kep Bangka Belitung 136 0 0 3 139
Kep Riau 324 6 2 5 337
DKI Jakarta 382 15 0 65 462
Jawa Barat 807 7 5 53 872
Jawa Tengah 1211 17 2 108 1338
DI Yogyakarta 490 13 5 26 534
Jawa Timur 1274 12 1 110 1397
Banten 321 3 1 13 338
Bali 55 2 0 4 61
NTB 406 32 1 24 463
NTT 289 2 1 6 298
Kalimantan Barat 336 1 0 22 359
Kalimantan Tengah 83 1 1 8 93
Kalimantan Selatan 153 2 2 25 182
Kalimantan Timur 367 3 0 28 398
Kalimantan Utara 128 2 0 1 131
Sulawesi Utara 300 3 0 31 334
Sulawesi Tengah 191 3 0 3 197
Sulawesi Selatan 881 30 6 21 938
Sulawesi Tenggara 155 3 0 13 171
Gorontalo 121 2 1 8 132
Sulawesi Barat 25 0 0 0 25
Maluku 162 2 0 21 185
Maluku Utara 84 1 0 3 88
Papua Barat 60 5 0 8 73
Papua 115 0 0 0 115
Indonesia 11427 194 33 771 12425
JeniS Pekerjaan
Tempat Kejadian
Provinsi Rumah Tempat FaSilitas Lembaga
Sekolah Lainnya Total
Tangga Kerja Umum Pendidikan
Aceh 256 7 27 48 4 96 438
Sumatera Utara 399 10 64 48 0 254 775
Sumatera Barat 168 1 20 47 0 81 317
Riau 144 8 16 47 0 69 284
Jambi 75 0 11 58 0 74 218
Sumatera Selatan 107 15 18 24 0 81 245
Bengkulu 50 0 1 6 0 47 104
Lampung 174 1 71 77 21 40 384
Kep Bangka Belitung 56 1 3 25 0 54 139
Kep Riau 192 5 12 43 0 85 337
DKI Jakarta 190 1 27 52 1 191 462
Jawa Barat 436 1 36 91 2 306 872
Jawa Tengah 621 13 78 247 1 378 1338
DI Yogyakarta 272 3 43 82 0 134 534
Jawa Timur 710 5 86 219 4 373 1397
Banten 178 2 15 55 1 87 338
Bali 43 1 6 5 0 6 61
NTB 219 4 37 79 0 124 463
NTT 158 3 12 60 1 64 298
Kalimantan Barat 165 3 28 93 0 70 359
Kalimantan Tengah 38 2 4 12 0 37 93
Kalimantan Selatan 96 2 15 18 0 51 182
Kalimantan Timur 205 3 12 35 0 143 398
Kalimantan Utara 32 0 6 11 0 82 131
Sulawesi Utara 180 2 25 48 1 78 334
Sulawesi Tengah 88 4 23 28 0 54 197
Sulawesi Selatan 281 4 87 259 0 307 938
Sulawesi Tenggara 72 3 15 22 0 59 171
Gorontalo 73 2 7 12 0 38 132
Sulawesi Barat 13 0 0 0 0 12 25
Maluku 53 3 9 35 0 85 185
Maluku Utara 32 1 2 10 0 43 88
Papua Barat 81 0 3 6 0 25 115
Papua 45 1 4 4 0 19 73
Indonesia 5902 111 823 1906 36 3647 12425
Jenis kekerasan
Provinsi
Fisik Psikis Seksual Eksploitasi TPPO Penelantaran Lainnya Total
Aceh 101 186 223 3 4 85 41 643
Sumatera Utara 154 140 413 3 6 83 86 885
Sumatera Barat 59 42 187 4 1 12 34 339
Riau 37 47 161 1 4 23 56 329
Jambi 43 57 143 0 0 5 11 259
Sumatera Selatan 93 71 146 0 1 9 15 335
Bengkulu 7 40 89 0 0 6 1 143
Lampung 64 94 312 2 2 8 14 496
Kep Bangka Belitung 38 40 99 1 1 5 10 194
Kep Riau 82 61 139 6 14 45 61 408
DKI Jakarta 122 103 231 9 42 19 41 567
Jawa Barat 120 120 519 7 9 33 121 929
Jawa Tengah 233 344 867 15 9 72 65 1605
DI Yogyakarta 104 149 299 2 3 19 38 614
Jawa Timur 306 357 766 10 15 108 165 1727
Banten 108 100 218 0 5 31 11 473
Bali 18 21 17 1 0 9 10 76
NTB 107 23 209 2 6 29 113 489
NTT 67 70 176 3 4 21 21 362
Kalimantan Barat 47 23 224 24 29 12 14 373
Kalimantan Tengah 11 15 55 5 0 5 16 107
Kalimantan Selatan 30 58 93 0 5 24 14 224
Kalimantan Timur 63 59 224 20 16 27 52 461
Kalimantan Utara 58 32 65 0 0 4 3 162
Sulawesi Utara 83 37 160 0 16 59 8 363
Sulawesi Tengah 51 60 120 0 1 3 10 245
Sulawesi Selatan 443 183 415 4 7 32 28 1.112
Sulawesi Tenggara 53 10 100 1 0 0 11 175
Gorontalo 51 17 68 2 4 2 8 152
Sulawesi Barat 13 15 15 0 0 3 0 46
Maluku 57 31 104 8 8 8 10 226
Maluku Utara 15 10 44 0 1 4 19 93
Papua Barat 32 91 46 0 0 55 2 226
Papua 30 31 33 0 0 4 12 110
Indonesia 2900 2737 6980 133 213 864 1121 14948
JeniS Layanan
Provin Bantuan Penegakan Rehabilitasi Reintegrasi
Pendampigan
si Pengaduan Kesehatan Pemulangan Tokoh Total
Hukum Hukum Sosial Sosial
Agama
Aceh 173 73 147 11 36 4 0 5 449
Sumatera Utara 249 91 127 30 4 7 29 11 548
Sumatera Barat 23 7 12 4 12 5 1 0 64
Riau 99 49 12 20 11 0 3 0 194
Jambi 157 2 35 9 48 0 0 0 251
Sumatera Selatan 55 16 13 19 1 0 1 0 105
Bengkulu 5 5 9 0 0 0 0 0 19
Lampung 48 183 51 8 6 0 0 5 301
Kep Bangka Belitung 38 3 6 8 6 2 4 0 67
Kep Riau 104 29 39 2 24 22 15 1 236
DKI Jakarta 244 48 188 31 194 1 0 0 706
Jawa Barat 187 90 135 8 19 0 7 0 446
Jawa Tengah 429 249 44 153 64 4 8 6 957
DI Yogyakarta 101 148 69 13 113 9 4 0 457
Jawa Timur 550 382 80 51 227 61 3 3 1.357
Banten 83 51 14 12 3 1 0 0 164
Bali 16 10 18 9 5 0 0 0 58
NTB 16 8 2 1 0 1 0 0 28
NTT 69 10 32 15 27 3 6 1 163
Kalimantan Barat 19 12 3 7 9 0 3 0 53
Kalimantan Tengah 45 3 20 8 4 5 2 0 87
Kalimantan Selatan 43 38 6 5 24 3 4 3 126
Kalimantan Timur 179 53 68 11 61 8 4 13 397
Kalimantan Utara 6 83 7 2 7 0 0 0 105
Sulawesi Utara 78 21 73 17 15 10 8 4 226
Sulawesi Tengah 107 40 55 11 1 0 4 1 219
Sulawesi Selatan 265 484 93 60 15 14 15 20 966
Sulawesi Tenggara 41 11 13 26 8 0 0 2 101
Gorontalo 46 10 36 10 2 1 1 2 108
Sulawesi Barat 0 4 2 0 0 0 0 1 7
Maluku 33 2 0 10 0 0 7 0 52
Maluku Utara 7 2 2 24 1 0 1 1 38
Papua Barat 75 0 5 7 0 1 0 0 88
Papua 6 18 1 6 0 0 0 0 31
Indonesia 3.596 2.235 1.417 608 947 162 130 79 9.174
Jenis Kelamin
Provinisi Laki-laki+
Laki-Laki Perempuan
Perempuan
Aceh 50,35 49,65 100,00
Sumatera Utara 51,32 48,68 100,00
Sumatera Barat 50,99 49,01 100,00
Riau 52,01 47,99 100,00
Jambi 50,54 49,46 100,00
Sumatera Selatan 50,33 49,67 100,00
Bengkulu 49,88 50,12 100,00
Lampung 50,38 49,62 100,00
Bangka Belitung 50,53 49,47 100,00
Kepulauan Riau 49,51 50,49 100,00
DKI Jakarta 49,62 50,38 100,00
Jawa Barat 51,09 48,91 100,00
Jawa Tengah 51,20 48,80 100,00
DI Yogyakarta 50,79 49,21 100,00
Jawa Timur 50,74 49,26 100,00
Banten 50,71 49,29 100,00
Bali 50,93 49,07 100,00
Nusa Tenggara Barat 49,55 50,45 100,00
Nusa Tenggara Timur 49,92 50,08 100,00
Kalimantan Barat 50,39 49,61 100,00
Kalimantan Tengah 50,57 49,43 100,00
Kalimantan Selatan 50,83 49,17 100,00
Kalimantan Timur 50,63 49,37 100,00
Kalimantan Utara 50,78 49,22 100,00
Sulawesi Utara 50,30 49,70 100,00
Sulawesi Tengah 49,95 50,05 100,00
Sulawesi Selatan 50,36 49,64 100,00
Sulawesi Tenggara 50,71 49,29 100,00
Gorontalo 50,09 49,91 100,00
Sulawesi Barat 50,26 49,74 100,00
Maluku 50,45 49,55 100,00
Maluku Utara 50,47 49,53 100,00
Papua Barat 52,03 47,97 100,00
Papua 52,51 47,49 100,00
Indonesia 50,79 49,21 100,00
Jenis Kelamin
Provinisi
Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 50,07 49,93 100,00
Sumatera Utara 50,73 49,27 100,00
Sumatera Barat 50,77 49,23 100,00
Riau 51,57 48,43 100,00
Jambi 50,71 49,29 100,00
Sumatera Selatan 49,51 50,49 100,00
Bengkulu 48,16 51,84 100,00
Lampung 49,27 50,73 100,00
Bangka Belitung 50,50 49,50 100,00
Kepulauan Riau 49,60 50,40 100,00
DKI Jakarta 49,62 50,38 100,00
Jawa Barat 51,20 48,80 100,00
Jawa Tengah 50,92 49,08 100,00
DI Yogyakarta 51,93 48,07 100,00
Jawa Timur 51,06 48,94 100,00
Banten 50,55 49,45 100,00
Bali 51,26 48,74 100,00
Nusa Tenggara Barat 49,59 50,41 100,00
Nusa Tenggara Timur 50,37 49,63 100,00
Kalimantan Barat 48,95 51,05 100,00
Kalimantan Tengah 49,14 50,86 100,00
Kalimantan Selatan 50,36 49,64 100,00
Kalimantan Timur 49,51 50,49 100,00
Kalimantan Utara 50,53 49,47 100,00
Sulawesi Utara 48,93 51,07 100,00
Sulawesi Tengah 48,98 51,02 100,00
Sulawesi Selatan 50,80 49,20 100,00
Sulawesi Tenggara 49,61 50,39 100,00
Gorontalo 48,89 51,11 100,00
Sulawesi Barat 48,61 51,39 100,00
Maluku 49,74 50,26 100,00
Maluku Utara 50,23 49,77 100,00
Papua Barat 52,44 47,56 100,00
Papua 50,30 49,70 100,00
Indonesia 50,66 49,34 100,00
Jenis Kelamin
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 50,48 49,52 100,00
Sumatera Utara 51,97 48,03 100,00
Sumatera Barat 51,19 48,81 100,00
Riau 52,30 47,70 100,00
Jambi 50,46 49,54 100,00
Sumatera Selatan 50,80 49,20 100,00
Bengkulu 50,76 49,24 100,00
Lampung 50,87 49,13 100,00
Bangka Belitung 50,57 49,43 100,00
Kepulauan Riau 48,79 51,21 100,00
DKI Jakarta
Jawa Barat 50,72 49,28 100,00
Jawa Tengah 51,49 48,51 100,00
DI Yogyakarta 47,51 52,49 100,00
Jawa Timur 50,37 49,63 100,00
Banten 51,02 48,98 100,00
Bali 50,20 49,80 100,00
Nusa Tenggara Barat 49,50 50,50 100,00
Nusa Tenggara Timur 49,77 50,23 100,00
Kalimantan Barat 51,18 48,82 100,00
Kalimantan Tengah 51,56 48,44 100,00
Kalimantan Selatan 51,22 48,78 100,00
Kalimantan Timur 52,85 47,15 100,00
Kalimantan Utara 51,16 48,84 100,00
Sulawesi Utara 51,78 48,22 100,00
Sulawesi Tengah 50,38 49,62 100,00
Sulawesi Selatan 50,03 49,97 100,00
Sulawesi Tenggara 51,30 48,70 100,00
Gorontalo 50,93 49,07 100,00
Sulawesi Barat 50,67 49,33 100,00
Maluku 50,91 49,09 100,00
Maluku Utara 50,55 49,45 100,00
Papua Barat 51,75 48,25 100,00
Papua 53,23 46,77 100,00
Indonesia 50,95 49,05 100,00
Jenis Kelamin
Provinsi Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 10,36 7,66 9,02
Sumatera Utara 19,49 16,19 17,88
Sumatera Barat 14,11 11,74 12,95
Riau 11,43 7,57 9,58
Jambi 10,72 6,99 8,87
Sumatera Selatan 12,95 8,81 10,90
Bengkulu 11,71 7,65 9,67
Lampung 16,71 10,60 13,68
Bangka Belitung 12,72 10,23 11,49
Kepulauan Riau 4,66 3,24 3,94
DKI Jakarta 3,43 4,54 3,99
Jawa Barat 7,40 6,72 7,06
Jawa Tengah 8,96 9,11 9,03
DI Yogyakarta 6,54 10,05 8,27
Jawa Timur 9,49 8,22 8,87
Banten 8,18 7,40 7,79
Bali 11,08 18,00 14,47
Nusa Tenggara Barat 19,48 17,30 18,38
Nusa Tenggara Timur 20,69 16,44 18,56
Kalimantan Barat 13,14 9,96 11,56
Kalimantan Tengah 13,86 11,33 12,61
Kalimantan Selatan 10,77 10,72 10,75
Kalimantan Timur 7,97 7,03 7,50
Kalimantan Utara 13,03 9,59 11,34
Sulawesi Utara 12,10 6,46 9,30
Sulawesi Tengah 19,79 11,53 15,66
Sulawesi Selatan 20,35 12,46 16,44
Sulawesi Tenggara 24,58 14,84 19,77
Gorontalo 17,89 9,28 13,59
Sulawesi Barat 26,09 12,32 19,24
Maluku 11,99 9,31 10,66
Maluku Utara 14,62 8,86 11,77
Papua Barat 15,44 12,06 13,82
Papua 15,24 15,00 15,13
Indonesia 11,47 9,51 10,51
Jenis Kelamin
Provinisi
Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 8,81 6,32 7,57
Sumatera Utara 12,04 12,13 12,08
Sumatera Barat 11,41 10,54 10,98
Riau 11,09 8,94 10,05
Jambi 9,81 6,52 8,19
Sumatera Selatan 12,23 9,49 10,85
Bengkulu 9,49 5,65 7,50
Lampung 10,34 9,51 9,92
Bangka Belitung 9,42 10,77 10,09
Kepulauan Riau 3,87 2,71 3,29
DKI Jakarta 3,43 4,54 3,99
Jawa Barat 6,44 6,40 6,42
Jawa Tengah 8,13 9,11 8,61
DI Yogyakarta 6,12 10,85 8,39
Jawa Timur 8,71 7,37 8,05
Banten 7,64 6,48 7,07
Bali 8,73 13,69 11,15
Nusa Tenggara Barat 15,21 15,14 15,18
Nusa Tenggara Timur 11,51 11,40 11,46
Kalimantan Barat 9,07 10,54 9,82
Kalimantan Tengah 11,69 11,46 11,57
Kalimantan Selatan 7,62 8,64 8,12
Kalimantan Timur 5,12 6,66 5,90
Kalimantan Utara 12,86 11,29 12,09
Sulawesi Utara 9,04 5,97 7,47
Sulawesi Tengah 17,63 11,28 14,39
Sulawesi Selatan 13,63 8,27 10,99
Sulawesi Tenggara 16,99 11,97 14,46
Gorontalo 11,01 10,39 10,69
Sulawesi Barat 20,39 15,22 17,73
Maluku 8,34 7,21 7,77
Maluku Utara 7,02 6,35 6,68
Papua Barat 7,34 5,26 6,35
Papua 7,80 7,02 7,41
Indonesia 8,35 8,02 8,19
Jenis Kelamin
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 11,09 8,30 9,71
Sumatera Utara 27,37 20,72 24,18
Sumatera Barat 16,52 12,84 14,73
Riau 11,65 6,68 9,28
Jambi 11,15 7,20 9,19
Sumatera Selatan 13,35 8,42 10,92
Bengkulu 12,79 8,73 10,79
Lampung 19,45 11,10 15,35
Bangka Belitung 16,81 9,56 13,22
Kepulauan Riau 10,67 7,19 8,89
DKI Jakarta
Jawa Barat 10,65 7,77 9,23
Jawa Tengah 9,80 9,12 9,47
DI Yogyakarta 7,85 7,97 7,91
Jawa Timur 10,42 9,20 9,82
Banten 9,28 9,34 9,31
Bali 16,28 27,16 21,70
Nusa Tenggara Barat 23,62 19,37 21,47
Nusa Tenggara Timur 23,59 18,00 20,78
Kalimantan Barat 15,28 9,63 12,52
Kalimantan Tengah 15,27 11,24 13,32
Kalimantan Selatan 13,36 12,50 12,94
Kalimantan Timur 13,24 7,80 10,67
Kalimantan Utara 13,27 7,00 10,21
Sulawesi Utara 15,23 7,02 11,27
Sulawesi Tengah 20,72 11,65 16,22
Sulawesi Selatan 25,56 15,62 20,59
Sulawesi Tenggara 28,53 16,43 22,64
Gorontalo 22,52 8,47 15,62
Sulawesi Barat 27,48 11,56 19,63
Maluku 14,29 10,70 12,53
Maluku Utara 17,37 9,78 13,62
Papua Barat 21,17 16,73 19,03
Papua 17,52 17,75 17,63
Indonesia 15,24 11,32 13,32
Jenis Kelamin
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan
Aceh 9,09 6,94 8,02
Sumatera Utara 18,52 15,32 16,96
Sumatera Barat 13,33 11,28 12,33
Riau 10,14 6,75 8,51
Jambi 9,42 5,81 7,63
Sumatera Selatan 11,27 7,32 9,30
Bengkulu 10,87 7,07 8,96
Lampung 15,85 9,75 12,83
Bangka Belitung 11,82 9,14 10,50
Kepulauan Riau 4,06 2,93 3,49
DKI Jakarta 2,16 3,74 2,96
Jawa Barat 5,53 5,16 5,35
Jawa Tengah 7,40 7,96 7,67
DI Yogyakarta 6,24 9,64 7,91
Jawa Timur 8,68 7,71 8,21
Banten 5,59 5,25 5,42
Bali 10,94 17,69 14,25
Nusa Tenggara Barat 18,76 16,71 17,72
Nusa Tenggara Timur 19,98 16,25 18,11
Kalimantan Barat 11,65 8,88 10,28
Kalimantan Tengah 12,60 10,29 11,46
Kalimantan Selatan 9,59 10,09 9,83
Kalimantan Timur 6,84 6,27 6,56
Kalimantan Utara 12,53 8,92 10,75
Sulawesi Utara 10,20 5,52 7,87
Sulawesi Tengah 19,27 10,98 15,12
Sulawesi Selatan 18,86 11,64 15,27
Sulawesi Tenggara 23,40 14,29 18,91
Gorontalo 16,89 8,74 12,82
Sulawesi Barat 25,19 11,89 18,57
Maluku 10,86 8,31 9,59
Maluku Utara 13,44 7,91 10,70
Papua Barat 14,34 11,76 13,10
Papua 14,46 14,21 14,34
Indonesia 10,15 8,50 9,34
Jenis Kelamin
Provinisi Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 7,48 5,59 6,54
Sumatera Utara 10,81 10,92 10,86
Sumatera Barat 10,71 10,23 10,47
Riau 9,80 8,33 9,09
Jambi 7,72 5,46 6,60
Sumatera Selatan 10,17 7,88 9,02
Bengkulu 8,78 5,39 7,02
Lampung 8,45 8,49 8,47
Bangka Belitung 8,43 9,78 9,10
Kepulauan Riau 3,39 2,44 2,91
DKI Jakarta 2,16 3,74 2,96
Jawa Barat 4,54 4,89 4,71
Jawa Tengah 6,33 7,87 7,09
DI Yogyakarta 5,73 10,38 7,96
Jawa Timur 7,99 6,95 7,48
Banten 5,00 4,35 4,68
Bali 8,73 13,30 10,96
Nusa Tenggara Barat 14,48 14,33 14,40
Nusa Tenggara Timur 10,97 11,40 11,18
Kalimantan Barat 7,29 9,28 8,31
Kalimantan Tengah 10,53 10,34 10,43
Kalimantan Selatan 6,45 8,18 7,31
Kalimantan Timur 4,15 6,29 5,23
Kalimantan Utara 12,76 10,18 11,49
Sulawesi Utara 7,04 4,74 5,87
Sulawesi Tengah 16,69 11,02 13,80
Sulawesi Selatan 11,10 7,25 9,20
Sulawesi Tenggara 15,56 10,74 13,13
Gorontalo 9,97 9,79 9,87
Sulawesi Barat 19,76 14,60 17,11
Maluku 6,43 6,22 6,32
Maluku Utara 6,03 5,40 5,72
Papua Barat 6,10 5,26 5,70
Papua 6,60 5,75 6,18
Indonesia 6,86 6,94 6,90
Jenis Kelamin
Provinsi
Laki-Laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Aceh 9,85 7,58 8,73
Sumatera Utara 26,69 20,21 23,58
Sumatera Barat 15,68 12,24 14,00
Riau 10,36 5,71 8,14
Jambi 10,23 5,97 8,12
Sumatera Selatan 11,87 6,99 9,47
Bengkulu 11,88 7,98 9,96
Lampung 19,04 10,33 14,76
Bangka Belitung 16,03 8,34 12,23
Kepulauan Riau 9,20 6,56 7,85
DKI Jakarta
Jawa Barat 8,88 6,08 7,50
Jawa Tengah 8,51 8,05 8,28
DI Yogyakarta 7,85 7,70 7,77
Jawa Timur 9,50 8,60 9,05
Banten 6,79 7,16 6,97
Bali 15,84 27,01 21,40
Nusa Tenggara Barat 22,90 19,00 20,93
Nusa Tenggara Timur 22,82 17,75 20,28
Kalimantan Barat 13,94 8,65 11,36
Kalimantan Tengah 13,95 10,25 12,16
Kalimantan Selatan 12,17 11,71 11,95
Kalimantan Timur 11,83 6,25 9,20
Kalimantan Utara 12,18 7,00 9,65
Sulawesi Utara 13,44 6,40 10,04
Sulawesi Tengah 20,38 10,97 15,71
Sulawesi Selatan 24,86 14,93 19,90
Sulawesi Tenggara 27,49 16,26 22,02
Gorontalo 21,54 7,98 14,88
Sulawesi Barat 26,51 11,17 18,94
Maluku 13,65 9,69 11,71
Maluku Utara 16,10 8,83 12,51
Papua Barat 20,17 16,23 18,27
Papua 16,87 17,12 16,98
Indonesia 14,13 10,42 12,31
Lampiran 9. 17 Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja mulai Maret 2020 menurut Tipe Daerah dan Jenis
Kelamin, 2020
Minimal Lulus
Maksimal SMP/MTs/SMPLB/
Tipe Daerah SMA/MA/SMALB/Paket Total
Lulus SD Paket B
C
Perkotaan 44,04 48,00 7,95 100,00
Perdesaan 50,80 43,87 5,33 100,00
Perkotaan + Perdesaan 48,06 45,55 6,39 100,00
Lampiran 9. 20 Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Tipe Daerah dan Status Pekerjaan
Utama, 2020
Berusaha
dibantu Berusaha
Pekerja tetap
pekerja dibantu buruh Pekerja bebas Pekerja
Tipe Daerah Buruh/karyawan/pegawai di Total
tetap/pekerja tetap dan di pertanian dibayar
nonpertanian
keluarga/tidak dibayar
dibayar
Perkotaan 5,64 2,20 0,25 16,63 1,62 3,51 70,14
Perdesaan 3,53 2,10 0,10 7,29 3,98 3,16 79,86
Perkotaan + Perdesaan 4,38 2,14 0,16 11,07 3,03 3,30 75,93
Lampiran 9. 21 Persentase Penduduk Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan
Utama, 2020
Berusaha
Berusaha
dibantu pekerja
dibantu buruh Pekerja bebas di Pekerja tetap di
Jenis Kelamin tetap/pekerja Buruh/karyawan/pegawai Pekerja dibayar Total
tetap dan pertanian nonpertanian
keluarga/tidak
dibayar
dibayar
Laki-laki 4,28 2,11 0,18 11,97 4,35 4,93 72,19
Perempuan 4,51 2,17 0,14 9,95 1,39 1,29 80,54
Laki-laki + Perempuan 4,38 2,14 0,16 11,07 3,03 3,30 75,93
Tahun
Provinsi
2019 2020
Aceh 6,59 5,43
Sumatera Utara 6,50 5,95
Sumatera Barat 5,96 5,03
Riau 8,30 9,19
Jambi 14,78 14,03
Sumatera Selatan 13,53 13,44
Bengkulu 13,24 10,68
Lampung 12,10 10,24
Kepulauan Bangka Belitung 15,48 18,76
Kepulauan Riau 3,82 7,31
DKI Jakarta 3,12 1,45
Jawa Barat 12,33 11,96
Jawa Tengah 10,19 10,05
DI Yogyakarta 3,06 1,83
Jawa Timur 11,11 10,67
Banten 6,00 6,23
Bali 10,18 8,79
Nusa Tenggara Barat 16,09 16,61
Nusa Tenggara Timur 8,51 9,22
Kalimantan Barat 17,86 17,14
Kalimantan Tengah 20,16 16,35
Kalimantan Selatan 21,18 16,24
Kalimantan Timur 12,36 11,79
Kalimantan Utara 12,94 12,70
Sulawesi Utara 13,54 14,01
Sulawesi Tengah 16,25 14,89
Sulawesi Selatan 12,11 11,25
Sulawesi Tenggara 16,56 16,09
Gorontalo 13,16 14,73
Sulawesi Barat 19,17 17,12
Maluku 9,54 6,84
Maluku Utara 14,36 15,29
Papua Barat 13,20 12,91
Papua 11,21 13,78
Indonesia 10,82 10,35