ISSN
Ukuran Buku
Jumlah Halaman
Naskah
Gambar Kulit
Diterbitkan oleh
Dicetak oleh
Sumber Gambar
Canva.com
Mengetahui/Menyetujui
Plt. Kepala Dinas PPAPP
Halaman kosong
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Metodologi
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam profil ini bersumber dari tiga sumber
data utama. Pertama, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang didasarkan
pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2022 dan
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2022. Susenas
merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data-data sosial
kependudukan. Cakupan data yang dikumpulkan dalam susenas sangat
luas dan menyangkut seluruh aspek kehidupan penduduk Indonesia,
termasuk perempuan (www.bps.go.id). Diantara data yang disediakan
dalam Susenas yang digunakan dalam profil ini adalah data-data terkait
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, perumahan,
kepemilikan asset, dan kepala keluarga. Secara khusus, data terkait
ketenagakerjaan merujuk pada hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) yang memang dirancang sebagai survei khusus untuk
memperoleh data ketenagakerjaan penduduk Indonesia yang
berkesinambungan. Sakernas menyajikan data antara lain: estimasi
angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan atau pengangguran) atau
bukan angkatan kerja, dan indikator ketenagakerjaan lainnya, serta
perkembangannya di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
Kedua, publikasi ini juga merujuk pada sumber data dari Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA)
Kemen PPPA. Data tentang sebaran kasus kekerasan terhadap
perempuan disajikan berdasarkan: tempat kejadian (provinsi, kab/ kota),
jenis-jenis kekerasan, akses layanan yang diterima penyintas, dan
informasi-informasi lainnya (www.kekerasan.kemenpppa. go.id). Data
Simfoni PPA juga menyajikan data kekerasan yang dikategorisasi
berdasarkan karakteristik korban dan pelaku, antara lain: jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, kewarganegaraan, dan relasi antara penyintas
dan pelaku. Ketiga, profil perempuan Indonesia 2022 ini menggunakan
sejumlah data-data dari hasill penelitian kualitatif dari berbagai e-journal
di Indonesia. Data riset kualitatif ini digunakan untuk menguatkan hasil
analisis dari data BPS dan Kemen PPPA. Keseluruhan data yang dirujuk
dalam publikasi ini dianalisis dengan menggunakan perspektif gender
untuk lebih menjelaskan persoalan dan masalah perempuan yang harus
direspon oleh Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah melalui
kebijakan, program, dan kegiatan yang responsif gender.
stabil. Indikator ini digunakan oleh BPS pada Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Dalam publikasi ini, data yang dianalisis merupakan data-data yang
memiliki RSE dibawah 25%. Pada data-data yang memiliki RSE rentang
antara 25%-50%, maka data akan dianalisis secara hati-hati sehingga
dilengkapi tabel sampling error pada lampiran.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 menyajikan data-
data yang terpilah berdasarkan jenis kelamin dan wilayah
(Kabupaten/Kota). Selain itu, data dilakukan analisis gender serta
disusun dalam 11 (sebelas) bab. Setiap bab akan diuraikan berdasarkan
4 pokok pembahasan, yaitu pendahuluan, konsep dan definisi,
pembahasan, dan diakhiri dengan kesimpulan. Setiap data kuantitatif
disajikan secara terpilah menurut jenis kelamin untuk menunjukkan
letak kemajuan atau ketertinggalan sekaligus kesenjangannya antara
perempuan dengan laki-laki. Dalam pembagian bab, alur bab akan
disajikan berdasarkan 3 isu besar, yaitu pembahasan tentang (1)
gambaran demografi, (2) kebutuhan utama perempuan, dan (3)
kebutuhan spesifik perempuan.
Berikut ini uraian singkat topik-topik yang disajikan dalam
setiap bab yang ada:
BAB 1
merupakan Bab Pendahuluan yang terdiri atas 3 pembahasan,
yaitu latar belakang, metodologi dan sistematika dari publikasi
ini. Dalam latar belakang dijelaskan mengenai urgensi adanya
dokumentasi data terpilah berdasarkan jenis kelamin dan analisis
Halaman kosong
2. KEPENDUDUKAN
A. LATAR BELAKANG
1. Penduduk
2. Umur
3. Anak
C. PEMBAHASAN
1. Penduduk Provinsi DKI Jakarta menurut Jenis Kelamin
perempuan
50% Laki-laki
50%
Laki-laki Perempuan
D. KESIMPULAN
Data penduduk harus dapat dipilah berdasarkan jenis kelamin
dan kelompok umur. Hal ini agar dapat memfasilitasi kepentingan
terkait pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan pengarusutamaan
gender.
Penduduk laki-laki lebih mendominasi namun cenderung
hampir sama persentasenya dengan penduduk perempuan. Gambaran
persentase perempuan dewasa yang hampir sama dengan penduduk
laki-laki dewasa menjadi hal penting yang harus direspon seluruh
pemangku kepentingan untuk memberikan akses, partisipasi, kontrol
dan manfaat yang setara antara laki-laki dan perempuan di dalam
pembangunan.
3. PENDIDIKAN
A. LATAR BELAKANG
SMP, atau anak usia kurang dari 12 tahun yang sudah belajar di
bangku SMP.
Nilai APK yang tinggi pada suatu jenjang pendidikan berarti
bahwa tingkat partisipasi kasar jenjang pendidikan tersebut di
suatu daerah tinggi tanpa memperhatikan ketepatan usia pada
jenjang pendidikan tersebut. Sebagai contoh, jika di suatu daerah
memiliki APK jenjang SMA/MA/Sederajat mencapai 85 persen,
maka persentase penduduk berusia 16-18 tahun yang bersekolah
di tingkat SMA/MA/Sederajat sekitar 85 persen. Itu artinya, selain
dapat digunakan untuk mengukur capaian pembangunan
pendidikan dalam hal akses dan kesempatan bagi penduduk dalam
pemenuhan hak pendidikannya, nilai APK juga dapat digunakan
sebagai indikator pelengkap dari indikator Angka Partisipasi Murni
(APM) (sirusa.bps.go.id).
C. PEMBAHASAN
1. Kemampuan Baca Tulis
Perempuan Laki-Laki
Perempuan 10.97
Laki-Laki 11.64
Laki-Laki Perempuan
39.56
PT 41.91
37.31
76.91
SLTA 78
75.81
89.89
SLTP 91.2
88.73
103.34
SD/MI 101.91
104.72
60.00
40.00
9.52
20.00 9.51
0.00
5-6 Tahun 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun
APS Formal
Laki-Laki Perempuan
Akademi/Diploma III,
2.75
SMP/MTs/Paket
B/SPM/PDFWustha/
Diploma I dan
SMPLB, 16.74
Diploma II, 0.49
SMK/MAK, 8.44
SMA/MA/Paket
C/SPM/PDFUlya/SP
MB, 43.03
SD/MI/Paket
Profesi, 0.05 A/SPM/PDFUla/SDLB, 13.30
Diploma
Akademi/Diploma III, 4.32 IV/S1/S2/S3,
12.62
SMK/MAK, 7.11
SMP/MTs/Paket
SMA/MA/Paket B/SPM/PDFWustha/SMPLB,
C/SPM/PDFUlya/SPMB, 18.79
38.52
D. KESIMPULAN
Partisipasi penduduk perempuan di bidang pendidikan dapat
dilihat melalui sejumlah indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH),
Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka
Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan
pendidikan tertinggi yang dimiliki. Pada tahun 2022 di DKI Jakarta,
persentase penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis latin adalah sebesar 98,88 persen.
Artinya, terdapat 2 dari 100 perempuan Indonesia tidak dapat membaca
atau menulis.Di tahun 2022 juga APS perempuan menunjukkan
gambaran yang positif. Perempuan memiliki APS yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki pada kelompok umur usia sekolah Pendidikan
Dasar yaitu 7-12 tahun. Capaian APS yang ada menunjukkan bahwa
semakin besar kategori umur penduduk, semakin lebar kesenjangan
APS perempuan dan laki-laki. APS anak perempuan umur 7-12 tahun
mencapai 99,37 persen, umur 13-15 tahun mencapai 97,88 persen, dan
16-18 tahun sebanyak 70,48 perse
Halaman kosong
4. KESEHATAN
A. LATAR BELAKANG
1. Kesehatan
2. Keluhan Kesehatan
3. Jaminan Kesehatan
4.Fasilitas Kesehatan
5. Tenaga Kesehatan
6. Keluarga Berencana
C. PEMBAHASAN
1. Keluhan Kesehatan
Laki-laki Perempuan
64.04 61.68
13.02
8.94
Laki-laki Perempuan
2. Fasilitas Kesehatan
Lainnya 0.04%
0.02%
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.05%
0.07%
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,… 0.03%
0.00%
Puskesmas/Pustu 2.99%
2.75%
Klinik/Praktik Dokter Bersama 1.51%
1.40%
Praktik Dokter/Bidan 0.25%
0.23%
RS Swasta 0.76%
0.71%
RS pemerintah 1.24%
0.77%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
3.95
3.37 3.50
3.24 3.17
0.54
Laki-laki Perempuan
3. Jaminan Kesehatan
83.13
76.61 76.67 75.43
69.4 68.35 66.48 68.25 71.25
60.26 61.65 63.95 63.12 65.55 64.41
53.05 51.66 53.59 56.84 55.19
49.4
4. Kebiasan Merokok
72.49%
98.69%
Laki-laki Perempuan
Ya, setiap hari Ya, tidak setiap hari Tidak Tidak tahu
usia <19
17%
usia 19+
83%
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
Rumah Lainnya
0 20 40 60 80 100
D. KESIMPULAN
Berdasarkan data BPS, penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan menurut jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami
keluhan kesehatan dalam kehidupannya sehari-hari jika dibandingkan
dengan laki-laki, dan fenomena tersebut terjadi di seluruh
kabupaten.kota di Provinsi DKI Jakarta. Sehingga, dapat dipahami jika
pemilik jaminan kesehatan lebih banyak dimiliki perempuan. Akan tetapi,
penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan masih berada di
angka yang cukup tinggi. Karena itu, pemerataan jaminan kesehatan
untuk seluruh masyarakat masih terus menjadi tantangan yang mesti
dihadapi ke depan dan harus terus diupayakan oleh pemerintah.
Kasus pernikahan anak masih memiliki angka yang signifikan di
DKI Jakarta pada tahun 2022. Hal ini karena masih banyak pandangan
tradisional di tingkat komunitas yang merugikan posisi anak perempuan,
seperti anak perempuan harus cepat dinikahkan, perempuan tidak perlu
mengenyam pendidikan tinggi dan anak perempuan sumber fitnah. Atas
hal itu, program keluarga berencana dan penggunaan alat kontrasepsi
sangat penting diperhitungkan karena berpengaruh pada kebahagiaan
keluarga dalam rumah tangga dan berkontribusi terhadap penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi (AKB). Langkah mitigasi pada risiko
lebih lanjut dari perkawinan anak juga dapat dilakukan dengan cara
melakukan penundaan kehamilan di usia anak melalui penggunaan alat
kontrasepsi.
5. EKONOMI
A. LATAR BELAKANG
Konsep dan definisi dalam bab ini merujuk pada dokumen Badan
Pusat Statistik (BPS) yang diakses melalui website sirusa. bps.go.id.
2. Pengangguran
(1) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan sedang aktif mencari
pekerjaan. Mencari pekerjaan adalah kegiatan pada saat orang
tersebut sedang mencari pekerjaan, termasuk yang belum
pernah bekerja, sudah pernah bekerja ataupun sudah bekerja
tetapi pada saat survei sedang mencari pekerjaan
(2) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
Mempersiapkan usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu
usaha/pekerjaan yang baru yang bertujuan memperoleh
penghasilan atau keuntungan atas resiko sendiri baik dengan
atau tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar atau tidak
dibayar.
(3) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan tidak mencari
pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan.
(4) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja
4. Status Pekerjaan
7. Jam Kerja
8. Lapangan Usaha
9. Jenis pekerjaan/jabatan
C. PEMBAHASAN
1. Kegiatan Perempuan Usia 15 Tahun Ke Atas
Laki-laki Perempuan
Kepulauan Seribu 9.58% 7.57%
Jakarta Selatan 19.45% 20.99%
Jakarta Timur 19.88% 20.81%
Jakarta Pusat 13.25% 13.81%
Jakarta Barat 20.53% 19.66%
Jakarta Utara 17.31% 17.17%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
12.27%
Jakarta Utara 11.00%
10.71%
Jakarta Barat 8.13%
9.82%
Jakarta Pusat 8.89%
8.92%
Jakarta Timur 8.29%
4.76%
Jakarta Selatan 5.65%
9.43%
Kepulauan Seribu 4.71%
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
a. Tingkat Pendidikan
Langkah penting dalam membuka keterjangkauan masyarakat,
terutama perempuan terhadap akses lapangan pekerjaan dapat
dilakukan melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang
ditamatkan laki-laki dan perempuan akan berkorelasi pada
pilihan pekerjaan yang tersedia dan akses terhadapnya, bahkan
dapat menentukan besaran upah/gaji yang akan diterima
(Fajriyah, et. all, 2019). Dengan pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan seseorang diperhitungkan dan dipertimbangkan
dalam dunia kerja. Masa depan yang akan ditempuh seseorang
dapat berangkat dari tingkat pendidikannya, karena dalam
pekerjaan yang digeluti memungkinkan adanya peluang-
peluang baru yang bersifat lanjutan dan diperoleh dalam
pengalaman kerja yang dijalani.
Tabel 5.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan
Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan, 2022
SD Kebawah SMP SMA Keatas
Kepulauan Seribu
Laki-laki 28.51% 17.15% 54.34%
Perempuan 23.79% 11.65% 64.56%
Jakarta Selatan
Laki-laki 9.95% 10.46% 79.59%
Perempuan 12.48% 11.09% 76.43%
Jakarta Timur
Laki-laki 9.82% 10.52% 79.66%
Perempuan 11.07% 10.03% 78.89%
Jakarta Pusat
Laki-laki 8.93% 12.35% 78.72%
Perempuan 12.99% 16.62% 70.39%
Jakarta Barat
Laki-laki 10.66% 14.89% 74.45%
Buruh/karyawan/pegawai 59.67%
60.39%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
c. Status Perkawinan
Penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu
lalu berdasarkan status perkawinannya dikategorisasi melalui
empat status, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai
mati. Pada Gambar 5.4 terlihat adanya fenomena yang berbeda
pada perempuan dan laki-laki yang bekerja berdasarkan status
perkawinannya. Status menikah merupakan status paling
banyak disandang penduduk perempuan dan laki- laki yang
bekerja, kecuali di Jakarta Selatan yang malah didominasi oleh
perempuan yang cerai hidup.
Gambar 5.4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja selama Seminggu yang lalu menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Status
Perkawinan, 2022
Kawin 63.21%
83.20%
Kawin 28.06%
70.23%
6.00%
Jakarta Timur
Cerai hidup
1.28%
Kawin 56.26%
76.31%
Kawin 49.87%
63.41%
6.53%
Jakarta Barat
Cerai hidup
2.20%
Kawin 54.26%
71.89%
7.90%
Jakarta Utara
Cerai hidup
1.81%
Kawin 54.26%
74.94%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
D. KESIMPULAN
Persentase penduduk dengan kategori angkatan kerja (AK)
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya, penduduk
Bukan Angkatan Kerja (BAK) laki-laki lebih rendah dibandingkan
perempuan. Selain karena berbagai faktor yang menyertai, situasi ini
diperkuat dengan masih adanya tuntutan konstruksi gender yang
menempatkan perempuan di ranah domestik sehingga perempuan
seperti terlihat lebih memilih bekerja mengurus rumah tangga dan
menempatkan dirinya sebagai bukan angkatan kerja.
Secara umum, TPAK tahun 2022 sebesar 72,76 persen bagi laki-
laki, yang artinya dari 100 laki-laki orang hanya 72 hingga 73 orang
yang merupakan angkatan kerja atau kegiatan utamanya adalah bekerja
atau sedang mencari pekerjaan. Besar kecilnya TPAK dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti jumlah penduduk yang masuk ke dalam bukan
Angkatan kerja karena bersekolah, mengurus rumah tangga dan
lainnya; dan kondisi penduduk yang masuk dalam angkatan kerja
seperti umur, tingkat pendidikan serta banyaknya kegiatan ekonomi dan
tingkat upah di daerah tersebut.
Pada tahun 2022, TPT penduduk di Provinsi DKIJakarta
menunjukkan jumlah perempuan lebih besar dari laki-laki hampir di
seluruh wilayah kecuali di Jakarta Selatan.
Jumlah perempuan yang bekerja didominasi oleh jam kerja 1-
34 jam dalam seminggu dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah
berstatus buruh/karyawan/ pegawai.
6. PERUMAHAN DAN
LINGKUNGAN
A. LATAR BELAKANG
1. Perumahan
2. Rumah Tangga
a. Milik sendiri
Tempat tinggal/rumah yang ditempati oleh rumah
tangga dan pada waktu pencacahan betul-betul sudah
milik kepala rumah tangga atau salah seorang ART.
Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank
atau rumah dengan status sewa beli dianggap sebagai
rumah milik sendiri.
b. Kontrak
Tempat tinggal yang disewa oleh KRT/ART dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara
pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara
pembayarannya dapat sekaligus di muka atau diangsur
sebagaimana persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir
masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan
tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak
setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan
perjanjian kontrak baru.
c. Sewa
Tempat tinggal yang disewa KRT atau salah seorang ART
dengan pembayaran sewa secara teratur. Sewa juga
termasuk bebas sewa, yaitu tempat tinggal yang diperoleh
dari pihak lain, baik famili/bukan famili/orang tua yang
tinggal di tempat lain dan ditempati/didiami oleh rumah
tangga tanpa mengeluarkan suatu pembayaran apapun.
d. Rumah dinas
6. Sanitasi Layak
C. PEMBAHASAN
20.00%
18.97%
11.69% 12.39%
9.96%
Kepulauan Jakarta Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Seribu Selatan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasionas Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
2. Jenis Lantai
3. Penggunaan Listrik
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Gambar 6.3. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum
Layak Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
5. Sanitasi Layak
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
D. KESIMPULAN
A. LATAR BELAKANG
C. PEMBAHASAN
D. KESIMPULAN
Jumlah ASN perempuan di Provinsi DKI Jakarta pada 2022
adalah 31.390 orang, dan ASN laki-laki berjumlah 27.245. Di tahun
2022, ASN perempuan berjumlah lebih banyak dari ASN laki-laki,
yaitu 53,54 persen. Meskipun ASN perempuan berjumlah lebih banyak,
namun ASN perempuan yang menduduki jabatan pengambil keputusan
sangat sedikit.
A. LATAR BELAKANG
1. Lansia
2. Covid-19
C. PEMBAHASAN
1. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)
10%
90%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
97.71%
Bersama Keluarga
98.87%
2.29%
Sendiri
1.13%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
lebih dari 2 kali lipat, yaitu 1,13 persen pada laki-laki dan
2,29 persen perempuan. Situasi ini memberikan gambaran
memprihatinkan, dimana lansia perempuan yang harus
menjalani kehidupan sendiri dan menanggung biaya hidup di
masa tuanya secara mandiri, tanpa didampingi oleh orang
lain dari pasangan, anak, maupun kerabat lainnya berjumlah
jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Pada lansia yang
tinggal sendiri, pemerintah pusat dan daerah wajib
memastikan kehidupan mereka terjamin dengan jaminan
kebutuhan dasar, layanan kesehatan dan bantuan sosial
lainnya.
b. Pendidikan dan Akses Digital Lansia
Perkembangan kehidupan menuntut lansia untuk memiliki
kemampuan literasi numerasi dan akses pada dunia digital.
Untuk mengukur kemampuan tersebut, setidaknya dapat dilihat
pada kemampuan membaca dan menulis, tingkat pendidikan
yang ditamatkan, dan kepemilikan pada telepon seluler dan
akses internet.
Gambar 8.4. Persentase Kemampuan Baca dan Tulis Penduduk
Lanjut Usia Menurut Jenis Kelamin, 2022
Perempuan 97.71%
Laki-laki 99.55%
Tidak Ya
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
14.51%
Tamat Pendidikan Tinggi
20.61%
25.45%
Tamat SMA/Sederajat
30.86%
16.10%
Tamat SMP/Sederajat
15.20%
29.52%
Tamat SD/Sederajat
22.18%
10.14%
Tidak Tamat SD
8.22%
4.17%
Tidak Pernah Bersekolah
2.59%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Gambar 8.7. Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Memiliki Akses
Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Fasilitas, 2022
Perempuan Laki-laki
53.68%
Memiliki Telepon Seluler
70.72%
61.33%
Menggunakan Telepon Seluler
76.46%
4.17%
Komputer/Laptop
14.08%
47.32%
Akses Internet
64.19%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan 99.20%
Laki-laki 73.76%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
66.22%
60.24%
39.76%
33.78%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan 51.09%
Laki-laki 82.55%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
95.05%
53.78%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
19.30%
20 persen ke atas
20.88%
40.40%
40 persen menengah
39.50%
40.30%
40 persen ke bawah
39.62%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
7.65%
Lainnya selain kegiatan pribadi
21.28%
63.42%
Mengurus rumah tangga
9.68%
17.30%
Bekerja
48.54%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
96.45%
92.05%
7.95%
3.55%
formal informal
Laki-laki perempuan
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022
Universitas 5.77%
10.34%
D1/D2/D3 4.41%
2.44%
SMK 2.66%
8.84%
SMA 14.19%
23.11%
SMP 14.87%
19.40%
SD 35.44%
25.35%
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
82.35%
Tidak Tetap
74.44%
17.65%
Tetap
25.56%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022
10.90%
3.000.000 atau Lebih
25.83%
3.79%
2.000.000-2.999.999
5.83%
5.09%
1.000.000-1.999.999
6.62%
3.32%
Kurang dari 1.000.000
4.50%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022
55.30%
35 Jam atau Lebih
71.64%
44.70%
Kurang dari 35 Jam
28.36%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022
54.36%
tidak ada perubahan
55.73%
28.72%
pendapatan/upah berkurang
29.10%
14.36%
pendapatan/upah bertambah
12.69%
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022
1422831 1445877
15361
Perempuan Laki-Laki
Sumber: www.covid19.go.id
Dalam merespon kebijakan pemerintah untuk melakukan
pembatasan aktivitas di luar rumah, perasaan masyarakat menunjukkan
perasaan jenuh dan sangat jenuh sebagai perasaan kedua dan ketiga yang
paling banyak dirasakan, yaitu 35,20 persen dan 28,10 persen pada laki-
laki atau total 63,3 persen yang secara implisit menyatakan ketidak-
bahagiaan laki-laki sangat tinggi saat membatasi diri untuk tidak keluar
rumah. Sedikit berbeda terlihat pada perempuan yang tingkat perasaan
sangat jenuh dan jenuh lebih rendah persentasenya, yaitu 28,1 persen
sangat jenuh dan 31,6 persen jenuh, atau total 59,7 persen merasa tidak
bahagia. Sementara itu, terdapat 35,5 persen perempuan dan 31,9 persen
laki-laki menyatakan perasaannya yang biasa-biasa saja.
Senang 3.40%
2.40%
Jenuh 31.60%
35.20%
Perempuan Laki-Laki
4. Vaksinasi
8941211
7558496
6787728
Sumber: www.covid19.go.id
Berdasarkan Gambar 8.27 menjelaskan beberapa alasan penduduk
Indonesia yang masih belum divaksin. Alasan yang pertama adalah
karena khawatir dengan efek samping atau tidak percaya dengan
efektivitas vaksin sebanyak 13,6 persen. Alasan berikutnya adalah sudah
terjadwal tetapi masih belum waktunya sebanyak 7,3 persen. Sementara
itu, terdapat 79,1 persen belum divaksin karena alasan lainnya yaitu
karna faktor kesehatan, ibu hamil, sarana dan infrastruktur yang tidak
mendukung, dan sebagainya, adalah persentase yang paling banyak,
dengan jumlah perempuan
Gambar 8.27. Alasan Belum Mengikuti Vaksinasi Berdasarkan Jenis
Kelamin, Februari 2022
Lainnya 79.10%
Sumber: www.covid19.go.id
Gambar 8.28 menjelaskan tentang alasan-alasan penduduk
Indonesia yang sudah di vaksin Covid-19 hingga akhir Februari 2022.
Alasan terbesar adalah karena kesadaran pribadi yang mencapai 81,3
persen. Alasan terbanyak kedua adalah karena diwajibkan tempat kerja,
dengan 11,3 persen, selanjutnya karena ingin memenuhi peraturan
peraturan perjalanan dengan persentase sebesar 4,8 persen, dan sisanya
adalah karena alasan lainnya sebesar 2,6 persen.
Gambar 8.28. Alasan Sudah Mengikuti Vaksinasi Berdasarkan Jenis
Kelamin, Februari 2022
Lainnya 2.60%
Sumber: www.covid19.go.id
D. KESIMPULAN
Pada tahun 2022, penduduk lanjut usia di DKI Jakarta sebanyak
1894 penduduk atau sebesar 10 persen dengan sebagian besar lansia
merupakan lansia muda yaitu berada di rentang umur 60-69 tahun.
Menurut jenis kelamin, lansia perempuan lebih banyak dibandingkan
lansia laki-laki. Dalam menjalani kehidupannya, lansia perempuan lebih
banyak yang tinggal sendiri dibandingkan lansia laki-laki.
Kemampuan baca tulis lansia perempuan masih mengalami
kesenjangan dibandingkan laki-laki, atau hanya 97,71 persen lansia
perempuan mampu membaca, sementara lansia laki-laki sebesar 99,55
persen. Berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, sebagian
besar lansia berpendidikan rendah, bahkan tidak pernah merasakan
bangku sekolah. Secara khusus, lansia perempuan yang hanya tamat SD/
Sederajat sebanyak 29,52 persen, tidak lulus SD/Sederajat sebanyak
10,14 persen; dan yang tidak pernah sekolah sebesar 4,17 persen. Pada
halaman kosong
9. SOSIAL
A. LATAR BELAKANG
1. Rumah Tangga
C. PEMBAHASAN
1. Perempuan Kepala Keluarga
Kepulauan Jakarta Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Seribu Selatan
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan 97.17%
Laki-laki 99.03%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
50.52%
Minimal SMA Sederajat
69.02%
17.09%
SMP Sederajat
15.14%
24.41%
SD Sederajat
12.34%
7.98%
Tidak Punya Ijazah
3.49%
Perempuan Laki-Laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Tabel 9.21 menunjukkan pada tahun 2022, persentase kepala
rumah tangga laki-laki yang memiliki jumlah anggota rumah
tangga antara 4 sampai 5 orang menempati persentase yang
tertinggi yaitu 45,87 persen dibandingkan kelompok jumlah
anggota rumah tangga lainnya. Persentase tertinggi berikutnya
pada jumlah anggota rumah tangga 2 hingga 3 orang, yaitu 40,74
persen. Sedangkan persentase terendah adalah persentase kepala
rumah tangga laki- laki yang mempunyai tanggungan 6 orang
atau lebih yaitu 6,36 persen.
Pada kepala rumah tangga perempuan, jumlah anggota rumah
tangga yang paling banyak menjadi tanggungan perempuan
berjumlah 2 sampai 3 orang, yaitu sebanyak 51,37 persen.
Persentase tertinggi kedua pada persentase kepala rumah tangga
perempuan pada jumlah tanggungan 1 orang atau dirinya sendiri
b. Kepemilikan Aset
Aset merupakan sumber daya penting bagi anggota rumah
tangga, bukan hanya karena aset dapat menjadi menjadi sumber
kehidupan bagi anggota rumah tangga, namun aset juga dapat
mempermudah proses berkehidupan pada anggota rumah
tangga. Dengan kata lain, aset dapat bermanfaat secara langsung
dan tidak langsung; dan berguna secara ekonomi dan sosial. Aset
dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu aset lancar dan tidak
lancar. Aset lancar merupakan aset yang dipergunakan selama
sampai dengan 12 bulan, dapat dijual, dikonsumsi atau digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Aset lancar juga termasuk aset
keuangan berbentuk uang, tabungan, dan deposito. Sebaliknya,
aset tidak lancar berupa aset tetap dan aset tak berwujud yang
dimungkinkan dimiliki lebih dari 12 bulan, seperti tanah, lahan
sawah dan kebun. Secara khusus, aset tak berwujud dapat berupa
merk, lisensi, paten, hak cipta (Kristanti, 2021).
Gambar 9.6. Persentase Kepala Rumah Tangga (KRT) yang
Memiliki Aset Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022
98.70%
97.66% 97.13% 97.57%
96.46%
96.04%
94.58%
93.51% 93.33%
92.03%
91.35%
90.66%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Gambar 9.6 adalah gambar pola kepala rumah tangga menurut
kepemilikan aset total dimana aset total dapat didefinisikan
adalah memiliki salah satu aset baik aset transportasi, aset rumah
tangga dan aset rumah tangga lainnya. Tahun 2022 menunjukkan
bahwa persentase kepala rumah tangga yang memiliki aset
didominasi oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Persentase
kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset dengan
angka tertinggi dimiliki oleh wilayah Kepulauan Seribu dengan
angka yang mencapai 98,7 persen sedangkan kepala rumah
tangga laki-laki tertinggi dimiliki oleh wilayah Jakarta Barat
dengan angka mencapai 97,57 persen.
Gambar 9.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki
Aset Transportasi Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022
86.52% 90.71%
85.22% 80.81% 83.86%
65.65% 63.08%
59.29% 59.89%
52.38% 48.11%
38.96%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
92.21%
91.59% 89.38%
88.01% 91.77%
91.61% 89.60%
84.86% 83.59% 82.97%
82.72%
76.59%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
87.01%
86.68% 83.19%
78.58% 76.62% 75.55%
73.35% 73.85%
66.49% 65.38%
63.05%
57.72%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Perempuan Laki-laki
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
16.45%
15.58%
14.16%
13.62%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
D. KESIMPULAN
Sepanjang tahun 2022, berdasarkan Kabupaten/Kota. jumlah
perempuan kepala rumah tangga tertinggi terjadi di Jakarta Pusat
yang mencapai jumlah 17,74 persen dan terendah di Kepulauan
Seribu, yakni hanya 15,25 persen. Berdasarkan status perkawinan,
pada kepala rumah tangga perempuan adalah berstatus cerai mati,
yaitu 66 persen, diikuti status cerai hidup sebanyak 18 persen, dan
belum kawin sebesar 8 persen. Bagi perempuan yang berstatus
menikah atau masih memiliki suami dan menjadi kepala rumah
tangga sebanyak 7 persen.
Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase kepala rumah
tangga di Indonesia masih ada yang belum pernah merasakan
pendidikan formal dan nonformal dengan jumlah yang signifikan,
yaitu 2,83 persen. Selebihnya, kepala rumah tangga di Indonesia
pernah berpartisipasi di pendidikan formal maupun non formal, yaitu
97,17 persen. Sayangnya, berdasarkan jenis kelamin, persentase
perempuan kepala rumah tangga yang belum pernah mengakses
pendidikan formal maupun non formal jauh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.
Persentase kepala rumah tangga perempuan menurut tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa pada pendidikan yang cukup
rendah yaitu SMP/Sederajat ke bawah, didominasi oeh perempuan,
sementara untuk pendidikan yang kup tinggi yaitu minimal
SMA/Sederajat didominasi oleh laki-laki.
Kepala rumah tangga perempuan dengan tanggungan
anggota rumah keluarga 2 hingga 3 orang adalah yang terbanyak,
yaitu mencapai 51,37 persen, selanjutnya, dengan jumlah tanggungan
1 orang sebanyak 31,20 persen. Sisanya, tanggungan keluarga
10. TEKNOLOGI
INFORMASI
A. LATAR BELAKANG
6. Akses Internet
C. PEMBAHASAN
1. Penggunaan Telepon Seluler (HP)
Perempuan Laki-laki
Perempuan Laki-laki
3. Penggunaan Komputer
Perempuan Laki-laki
4. Akses Internet
Perempuan Laki-laki
untuk hiburan
Laki-laki 45.13% 49.58% 53.17% 45.94% 50.00% 35.65%
untuk lainnya
Laki-laki 9.63% 4.51% 3.98% 3.43% 3.27% 3.42%
Perempuan Laki-laki
30.90%
Jakarta Utara
33.52%
45.41%
Jakarta Barat
51.80%
35.83%
Jakarta Pusat
38.49%
50.65%
Jakarta Timur
48.98%
45.88%
Jakarta Selatan
45.79%
45.61%
Kepulauan Seribu
36.84%
D. KESIMPULAN
11. KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN
A. LATAR BELAKANG
2. Korban
3. Pelaku
4. Jenis Kekerasan
5. Lokasi Kasus
6. Layanan
C. PEMBAHASAN
1. Kekerasan terhadap Perempuan
1.1
0.63
0.53
0.27
Laki-Laki Perempuan
Kepulauan Seribu 4
320 kasus, dan posisi keempat dimiliki oleh Jakarta Utara dengan
jumlah kasus sebanyak 178 kasus. Sebaliknya, kabupaten/kota dengan
pencatatan kasus kekerasan terendah terlihat di Kepualauan Seribu
dengan jumlah kekerasan hanya sebanyak 4 kasus di tahun 2022.
Kepulauan Seribu 2
Jakarta Utara 69
Jakarta Pusat 98
447
228
12
18 - 24 25 - 59 60 +
SLTA 48.76%
SLTP 2.77%
SD 0.00%
TK/PAUD 0.00%
N/A 17.32%
Kasus Lain 5
Perkawinan Anak 0
Trafficking 77
Kekerasan Seksual 36
Psikis 81
Fisik 65
KDRT 423
6. Lokasi Kejadian
Lainnya 35.08%
D. KESIMPULAN
12. INDEKS
KETIMPANGAN GENDER
A. LATAR BELAKANG
C. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Indeks Ketimpangan Geder (IKG) Tahun 2018-
2022
2022
64,51 persen. Sementara itu, TPAK laki-laki dan perempuan tahun 2022
masing-masing sebesar 80,02 persen dan 46,62 persen. Pada tahun 2022
ada sebanyak 80,02 persen angkatan kerja laki-laki dibandingkan
penduduk usia kerja laki-laki dan ada sebanyak 46,62 persen angkatan
kerja perempuan dibandingkan dengan penduduk usia kerja perempuan.
D. KESIMPULAN
masing-masing sebesar 79,25 persen dan 20,75 persen artinya dari 106
orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
DKI Jakarta, 84 orang diantaranya laki-laki dan 22 orang lagi
perempuan. Selain itu, pada tahun 2022 juga, ketimpangan gender
paling rendah dicapai oleh Kota Jakarta Utara sebesar 0,198. Capain
tersebut diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 0,228, Kota
Jakarta Pusat sebesar 0,229, Kota Jakarta Sekatan sebesar 0,254, Kota
Jakarta Timur sebesar 0,331 dan Kota Jakarta Barat 0,385.
Halaman Kosong