Anda di halaman 1dari 284

PROFIL GENDER

PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2022

ISSN

Ukuran Buku

Jumlah Halaman

Naskah

Gambar Kulit

Diterbitkan oleh

Dicetak oleh

Sumber Gambar
Canva.com

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan,


mengkommunikasikan, dan/atu menggandakan
sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan
komersil tanpa izin tertulis dari
KATA PENGANTAR
Kepala Dinas DPPAPP

Pemberdayaan perempuan adalah upaya yang dilakukan agar


perempuan mampu memajukan dirinya sendiri dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan demi mewujudkan kehidupan yang adil
dan sehjahtera. Perempuan diharapkan berdaya serta memiliki akses,
partisipasi, kontrol, dan manfaat yang setara dalam pembangunan.
Dengan demikian, dibutuhkan perencanaan program dan kegiatan yang
didukung oleh ketersediaan data perempuan Indonesia. Profil
Perempuan Indonesia diterbitkan setiap tahun oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, yang menyajikan isu-isu
kunci para perempuan diberbagai bidang pembangunan, yakni
kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan dan
lingkungan, politik dan hukum, situasi darurat dan khusus, sosial,
teknologi informasi, dan kekerasan terhadap perempuan. Selain itu,
publikasi ini juga didukung dengan hasil penelitian kualitatif dari
berbagai e-journal di Indonesia. Diharapkan publikasi ini dimanfaatkan
sebagai rujukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pembangunan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender di Indonesia. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan publikasi ini.
Saran dan Kritik diharapkan untuk perbaikan pada edisi mendatang.

Mengetahui/Menyetujui
Plt. Kepala Dinas PPAPP

Mochamad Miftahulloh Tamary, S.STP, MT, M.Sc


NIP. 197812131997111001

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 iii


RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023 tahun 2021,
persentase penduduk laki-laki (50,56%) lebih banyak dibandingkan
penduduk perempuan (49,44%). Penduduk perempuan yang berjumlah
hampir sama dengan laki-laki ini semakin menguatkan argumentasi
tentang urgensi pengarusutamaan gender dengan mempertimbangkan
dan memperhitungkan pengalaman dan kebutuhan perempuan. Hal ini
menjadi penting untuk direspon seluruh pemangku kepentingan dalam
memberikan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang setara antara
laki-laki dan perempuan di dalam pembangunan. Capaian di bidang
pendidikan antara laki-laki dan perempuan masih dirasakan
kesenjangannya. Rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, penduduk
yang memiliki ijasah pendidikan di bidang STEM (Science Technology
Engineering Math) masih lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan.
Meningkatkan partisipasi perempuan di bidang STEM sangat penting
karena bidang STEM merupakan katalis untuk pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan 2030 (SDGs), khususnya tujuan ke-4 dalam
hal memastikan kualitas pendidikan yang inklusif, merata, dan
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua, serta
tujuan ke-5 dalam hal kesetaraan gender. Di bidang kesehatan, data tahun
2021 menunjukkan perempuan lebih banyak mengalami keluhan
kesehatan dibandingkan dengan laki-laki, baik di wilayah perkotaan
maupun perdesaan. Ketika memiliki keluhan kesehatan, perempuan lebih
banyak berobat jalan. Selain itu, perempuan juga lebih banyak yang
memiliki jaminan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki. Artinya,
perempuan lebih peduli dan menganggap kesehatan sebagai hal yang
penting dibandingkan laki-laki. Dilihat dari kondisi rumah, perbandingan

iv Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


pada rumah dengan jenis lantai tanah masih lebih besar pada kepala
rumah tangga perempuan, yaitu 5,78 persen berbanding 4,12 persen.
Pada penggunaan listrik, hampir seluruh penduduk Indonesia telah
menggunakan listrik dengan akses yang sama, baik pada kepala rumah
tangga laki-laki maupun perempuan, yaitu mencapai lebih dari 99 persen.
Untuk akses air minum layak, baik untuk rumah tangga dengan kepala
rumah tangga perempuan maupun lakilaki telah mencapai angka 90,67
persen pada laki-laki dan 91,46 persen pada perempuan. Sementara itu,
persentase kepala rumah tangga laki-laki yang mendapat akses sanitasi
layak lebih banyak, yakni 80,57 persen berbanding 78,59 persen pada
kepala rumah tangga perempuan. Dalam bidang ketenagakerjaan,
perempuan yang sedang mencari kerja lebih besar persentasenya
dibandingkan laki-laki, yaitu 6,74 persen berbanding 6,11 persen. Hal ini
mengindikasikan kesadaran partisipasi perempuan di bidang ekonomi
semakin tinggi, namun akses pekerjaan pada perempuan masih perlu
diperkuat. Situasi ini terlihat dari kesenjangan persentase laki-laki yang
masuk kategori angkatan kerja jauh lebih tinggi dibandingkan
perempuan, yaitu 76,73 persen, sedangkan perempuan hanya 50,08
persen. Sebaliknya, dalam kategori Bukan Angkatan Kerja (BAK),
persentase perempuan jauh lebih besar, yaitu 35,52 persen dibandingkan
laki-laki yang hanya 3,73 persen. Hal ini dipengaruhi oleh tuntutan
konstruksi gender yang menempatkan perempuan di ranah domestik
sehingga perempuan lebih menempatkan dirinya sebagai bukan
angkatan kerja. Situasi ini masih diperburuk dengan rata-rata gaji
perempuan yang masih menunjukkan kesenjangan. Pendapatan rata-rata
upah penduduk Indonesia di tahun 2021 adalah Rp.2,994,513/bulan
dengan pendapatan rata-rata laki-laki per bulannya Rp.3,223,401 dan
perempuan hanya sebesar Rp. 2,606,342 perbulan. Perbedaan upah yang

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 v


masih lebih besar pada laki-laki terjadi baik di wilayah perkotaan
maupun perdesaan, dan pada semua tingkat pendidikan, umur pekerja,
maupun status perkawinan. Sebagai pegawai Negara, ASN perempuan
berjumlah lebih banyak dari ASN laki-laki, yaitu 54,17 persen. ASN
dengan proporsi lebih banyak perempuan ini terjadi sejak tahun 2017,
sementara sebelumnya, ASN selalu didominasi laki-laki. Meskipun ASN
perempuan berjumlah lebih banyak, namun ASN perempuan yang
menduduki jabatan pengambil keputusan sangat sedikit. Representasi
perempuan dalam posisi strategis dan pengambil keputusan masih
sangat sedikit di beberapa Kementerian/ Lembaga. Di bidang politik,
pemilihan calon legislatif tahun 2019 menunjukkan bahwa seluruh partai
politik telah menyertakan perempuan sebagai calon legislatif dengan
persentase minimal keterwakilan perempuan lebih dari 30 persen.
Sayangnya, angka perolehan kursi perempuan hanya mencapai 20,35
persen. Kondisi kepala rumah tangga perempuan masih mengalami
kesenjangan yang besar. Berdasarkan jenjang pendidikan, tingkat
pendidikan kepala rumah tangga perempuan yang belum pernah
mengakses pendidikan formal maupun non formal jauh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, yaitu 10,68 persen pada perempuan dan hanya
2,54 persen pada kepala rumah tangga laki-laki. Situasi yang tidak
berbeda terjadi pada jenjang pendidikan di atasnya. Kepala rumah tangga
perempuan yang tinggal di lahan sempit kurang dari 10 meter persegi
jauh lebih tinggi dari kepala rumah tangga lakilaki, yaitu 91,68 persen
berbanding 84,25 persen. Kepemilikan aset pada kepala rumah tangga
laki-laki dan perempuan juga masih sangat timpang. Baik laki-laki
maupun perempuan mengalami penurunan persentase kepala rumah
tangga yang menerima kredit, yaitu lakilaki turun 1,87 persen dan
perempuan turun sebesar 1,81 persen. Penurunan ini, salah satunya

vi Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


sebagai dampak dari Covid-19. Akan tetapi, kepala rumah tangga laki-laki
yang menerima kredit jauh lebih besar, yaitu sebesar 24,79 persen
sedangkan kepala rumah tangga perempuan hanya 13,98 persen. Kondisi
yang sama terlihat pada jaminan sosial yang diperoleh, dimana kepala
rumah tangga laki-laki sedikit lebih banyak, yaitu 10,72 persen
dibandingkan kepala rumah tangga perempuan, yaitu 9,55 persen. Secara
umum, persentase penduduk laki-laki yang menggunakan telepon seluler
di Indonesia lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 78,23 persen
pada perempuan dan laki-laki sebesar 84,32 persen. Demikian juga pada
penggunaan komputer, penduduk laki-laki berumur 5 tahun ke atas yang
menggunakan komputer selama 3 bulan terakhir sedikit lebih tinggi
dibandingkan perempuan, yaitu 12,0 persen berbanding 11,34 persen.
Persentase penduduk yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir,
laki-laki masih tetap lebih tinggi, yaitu 65,05 persen, sementara
perempuan 59,14 persen. Jika dilihat berdasarkan tujuan penggunaan
internet, tujuan untuk media sosial atau jejaring sosial merupakan tujuan
yang paling banyak dipilih penduduk Indonesia, yaitu 89,14 persen pada
perempuan dan 88,49 persen pada laki-laki. Secara khusus, perempuan
sebagai korban kekerasan menurut data Simfoni PPA, pada tahun 2021
tercatat sebanyak 8.803 kasus kekerasan terhadap perempuan dengan
jumlah korban 8.912 perempuan. Kekerasan fisik dan psikis adalah
kekerasan yang paling banyak dialami perempuan dewasa dan sebagian
besar terjadi di rumah tangga atau kasus kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Dengan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan yang
terjadi maka Negara perlu terus meningkatkan upaya pencegahan serta
menjamin terlaksananya penanganan, perlindungan dan pemulihan bagi
setiap korban kekerasan.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 vii


DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................ivii
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. ivx
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xxii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 3
B. Metodologi ....................................................................................... 8
1. Sumber Data ............................................................................. 8
2. Konsep dan Definisi ............................................................... 9
3. Relative Standaerd Error (RSE)........................................ 10
C. Sistematika Penulisan................................................................ 10
BAB 2 KEPENDUDUKAN ........................................................................... 16
A. Latar Belakang .............................................................................. 16
B. Konsep dan Definisi .................................................................... 18
1. Penduduk ................................................................................ 18
2. Umur ......................................................................................... 18
3. Anak........................................................................................... 19
4. Tempat Lahir .......................................................................... 19
C. Pembahasan .................................................................................. 19
1. Penduduk Indonesia menurut Jenis Kelamin ............ 19
2. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin .................................................................................... 21
D. Kesimpulan .................................................................................... 23
BAB 3 PENDIDIKAN ................................................................................... 26
A. Latar Belakang .............................................................................. 26
B. Konsep dan Definisi .................................................................... 27
1. Kemampuan Memaca dan Menulis ................................ 27

viii Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


2. Rata-rata Lama Sekolah ..................................................... 28
3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ....................... 29
4. Angka Partisipasi Kasar (APK) ........................................ 32
5. Angka Partisipasi Murni (APM)....................................... 34
6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) .................................... 35
C. Pembahasan .................................................................................. 36
1. Kemampuan Baca Tulis ...................................................... 36
2. Rata-rata Lama Sekolah ..................................................... 38
3. Partisipasi Sekolah (APM, APK, dan APS) .................... 39
D. Kesimpulan .................................................................................... 46
BAB 4 KESEHATAN .................................................................................... 49
A. Latar Belakang .............................................................................. 49
B. Konsep dan Definisi .................................................................... 50
1. Kesehatan ................................................................................ 50
2. Keluhan Kesehatan .............................................................. 51
3. Jaminan Kesehatan .............................................................. 52
4. Fasilitas Kesehatan .............................................................. 53
5. Tenaga Kesehatan ................................................................ 54
6. Keluarga Berencana ............................................................ 55
C. Pembahasan .................................................................................. 58
1. Keluhan Kesehatan .............................................................. 58
2. Fasilitas Kesehatan .............................................................. 61
3. Jaminan Kesehatan .............................................................. 66
4. Kebiasaan Merokok ............................................................. 70
5. Perkawinan Pertama dan Persalinan ........................... 71
6. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi ................. 76
D. Kesimpulan .................................................................................... 78
BAB 5 EKONOMI.......................................................................................... 81
A. Latar Belakang .............................................................................. 81
B. Konsep dan Definisi .................................................................... 82

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 ix


1. Penduduk Usia Kerja dan Tenaga Kerja....................... 82
2. Pengangguran ........................................................................ 84
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau
Unemployment Rate ............................................................. 84
4. Status Pekerjaan ................................................................... 85
5. Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan ....................... 86
6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ............... 86
7. Jam Kerja ................................................................................. 87
8. Lapangan Usaha .................................................................... 88
9. Jenis Pekerjaan/Jabatan .................................................... 89
C. Pembahasan .................................................................................. 89
1. Kegiatan Perempuan Usia 15 Tahu Ke Atas ................ 89
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ............... 93
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ........................ 95
4. Perempuan Yang Bekerja .................................................. 96
D. Kesimpulan ................................................................................. 103
BAB 6 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN .......................................... 107
A. Latar Belakang ........................................................................... 107
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 108
1. Perumahan........................................................................... 108
2. Rumah Tangga .................................................................... 108
3. Bangunan Rumah Tangga ............................................... 111
4. Status Penguasaan Tempat Tinggal ............................ 117
5. Air Minum Layak................................................................ 118
6. Sanitasi Layak ..................................................................... 119
7. Rumah Layak Huni ............................................................ 119
C. Pembahasan ............................................................................... 119
1. Luas Lantai Rumah............................................................ 120
2. Jenis Lantai .......................................................................... 122
3. Penggunaan Listrik ........................................................... 123

x Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


4. Akses Air Minum Layak ................................................... 125
5. Sanitasi Layak ..................................................................... 127
D. Kesimpulan ................................................................................. 129
BAB 7 POLITIK DAN HUKUM ............................................................... 133
A. Latar Belakang ........................................................................... 135
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 136
Aparatur Sipil Negara (ASN) ................................................. 136
C. Pembahasan ............................................................................... 136
D. Kesimpulan ................................................................................. 138
BAB 8 KONDISI KHUSUS DAN SITUASI DARURAT ....................... 139
A. Latar Belakang ........................................................................... 141
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 143
1. Lansia ..................................................................................... 143
2. Covid-19 ................................................................................ 145
C. Pembahasan ............................................................................... 149
1. Penduduk Lanjut Usia (Lansia) .................................... 149
2. Perempuan Lanjut Usia (Lansia) ................................. 174
3. Kepatuhan pada Protokol Kesehatan ........................ 175
4. Vaksinasi............................................................................... 177
D. Kesimpulan ................................................................................. 180
BAB 9 SOSIAL ............................................................................................ 185
A. Latar Belakang ........................................................................... 187
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 188
1. Rumah Tangga .................................................................... 188
2. Kepala Rumah Tangga (KRT) ........................................ 190
3. Anggota Rumah Tangga (ART)...................................... 190
C. Pembahasan ............................................................................... 191
1. Perempuan Kepala Keluarga......................................... 191
2. Rumah Tangga .................................................................... 198
D. Kesimpulan ................................................................................. 205

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 xi


BAB 10 TEKNOLOGI INFORMASI........................................................ 207
A. Latar Belakang ........................................................................... 209
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 210
1. Penguasaan terhadap Komputer ................................. 210
2. Tenaga Kerja yang Menggunakan Komputer .......... 211
3. Rumah Tangga dengan Komputer ............................... 211
4. Penggunaan Telepon Seluler......................................... 212
5. Anggota Rumah Tangga yang Menguasai Telepon Seluler
(HP)......................................................................................... 212
6. Akses Internet..................................................................... 213
7. Rumah Tangga dengan Akses Internet ...................... 214
C. Pembahasan ............................................................................... 215
1. Pengunaan Telepon Seluler ........................................... 215
2. Kepemilikan Telepon Seluler........................................ 217
3. Penggunaan Komputer .................................................... 218
4. Akses Internet..................................................................... 220
5. Tujuan Penggunaan Internet ........................................ 222
6. Penggunaan Internet dalam Pekerjaan ..................... 225
D. Kesimpulan ................................................................................. 227
BAB 11 KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN............................. 229
A. Latar Belakang ........................................................................... 231
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 232
1. Kekerasan terhadap Perempuan ................................. 232
2. Korban ................................................................................... 232
3. Pelaku .................................................................................... 232
4. Jenis Kekerasan.................................................................. 233
5. Lokasi Kasus ........................................................................ 235
6. Layanan ................................................................................. 235
C. Pembahasan ............................................................................... 237
1. Kekerasan terhadap Perempuan ................................. 237

xii Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


2. Perempuan Korban Kekerasan .................................... 240
3. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) ................ 244
4. Jenis Kekerasan yang dialami Perempuan............... 245
5. Layanan yang diterima Korban .................................... 247
6. Lokasi Kejadian .................................................................. 248
D. Kesimpulan ................................................................................. 249
BAB 12 INDEKS KETIMAPNAGN GENDER ....................................... 251
A. Latar Belakang ........................................................................... 253
B. Konsep dan Definisi ................................................................. 253
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) .................................... 253
C. Pembahasan .............................................................................. 254
1. Perkembangan IKG Tahun 2018-2022 ...................... 254
2. Perkembangan Dimensi Pembentuk IKG DKI Jakarta
Tahun 2018-2022 .............................................................. 232
3. Pencapaian IKG di Tingkat Kabupaten/Kota dan Antar
Provinsi ................................................................................. 232
D. Kesimpulan ................................................................................. 258

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 xiii


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin, 2022
................................................................................................. 20
Gambar 2.2 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan
Jenis Kelamin, 2022 ......................................................... 21
Gambar 2.3 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur (5
Tahunan) dan Jenis Kelamin, 2022 ............................ 22
Gambar 3.1 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas
menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan
Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Latin, 2022
......................................................................................................
Gambar 3.2 Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin, 2022
................................................................................................. 38
Gambar 3.3 APM Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Jenjang
Pendidikan, 2022.............................................................. 40
Gambar 3.4 APK Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Jenjang
Pendidikan, 2022.............................................................. 41
Gambar 3.5 APS Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Jenjang
Pendidikan, 2022.............................................................. 42
Gambar 3.6 Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 15 Tahun ke
Atas menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang dimiliki,
2022 ....................................................................................... 44
Gambar 3.7 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun
ke Atas menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang dimiliki,
2022 ....................................................................................... 45
Gambar 4.1 Persentase penduduk yang Mempunyai Keluhan
Kesehatan selama Sebulan Terakhir menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2022 .............. 58
Gambar 4.2 Persentase penduduk yang Mempunyai Keluhan
Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2022
................................................................................................. 59
Gambar 4.3 Persentase penduduk yang Memiliki Keluhan
Kesehatan, Sakit dan Berobat Jalan Dalam Sebulan

xiv Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


terakhir Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin,
2022 ....................................................................................... 62
Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam
Setahun Terakhir menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2022 .................................................................... 65
Gambar 4.5 Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan
Kesehatan untuk Berobat Jalan dalam Sebulan
Terakhir menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2022 .................................................................... 67
Gambar 4.6 Persentase Penduduk Umur 18 Tahun Ke atas yang
Merokok dalam Satu Bulan Terakhir Menurut Jenis
Kelamin dan Kebiasaan Merokok, 2022 .................. 70
Gambar 4.7 Persentase Perempuan yang Pernah Kawin Berumur
10 Tahun Ke Atas Menurut Umur Kawin Pertama,
2022 ....................................................................................... 72
Gambar 4.8 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Pernah
Kawin yang Pernah Melahirkan Dalam 2 Tahun
Terakhir Menurut Kabupaten/Kota dan Tempat
Melahirkan Anak, 2022 .................................................. 73
Gambar 4.9 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang
Melahirkan Hidup Dalam 2 Tahun Terakhir Menurut
Kabupaten/Kota dan Tempat Penolong Persalinan
Terakhir, 2022 ................................................................... 74
Gambar 4.10 Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49
Tahun yang Melahirkan Hidup Dalam 2 Tahun
Terakhir Menurut Kabupaten/Kota dan Inisiasi
Menyusui Dini, 2022 ........................................................ 75
Gambar 4.11 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang
Pernah Kawin Menurut Kabupaten/Kota dan Status
Penggunaan Alat KB atau Cara Tradisional Untuk
Menunda Atau Mencegah Kehamilan, 2022............ 76
Gambar 4.12 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang
Pernah Kawin Menurut Alat KB Atau Cara Tradisional
Yang Sedang Digunakan, 2022 ..................................... 77
Gambar 5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ......................... 94

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 xv


Gambar 5.2 TingkatPengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota, 2022 ........................................... 95
Gambar 5.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Staus Pekerjaan
Utama, 2022........................................................................ 97
Gambar 5.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja selama Seminggu yang lalu menurut Jenis
Kelamin dan Staus Perkawinan, 2022 ...................... 98
Gambar 6.1 Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang
Memiliki Luas Rumah <10 Meter Persegi menurut
Kabupaten/Kota, 2022 ................................................ 121
Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik
menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2022 .................................................... 124
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air
Minum Layak menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin Kepala Rumah Tangga, 2022 ................... 125
Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sanitasi
Layak menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, 2022 ..................................... 127
Gambar 8.1 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur Lansia
dan Bukan Lansia, 2022 .............................................. 149
Gambar 8.2 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur, 2022 ...................... 150
Gambar 8.3 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Tinggal Bersama, 2022 ...................... 151
Gambar 8.4 Persentase Kemampuan Baca dan Tulis Penduduk
Lanjut Usia menurut Jenis Kelamin, 2022 ............ 152
Gambar 8.5 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Tingkat Pendidikan yang ditamatkan,
2022 .................................................................................... 154
Gambar 8.6 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Lanjut Usia
menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022
.............................................................................................. 155
Gambar 8.7 Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Memiliki Akses
Teknologi Informasi dan Komunikasi menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Fasilitas, 2022 ............................ 156

xvi Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Gambar 8.8 Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Mengalami
Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Terakhir menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ........... 158
Gambar 8.9 Angka Kesakitan Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ...................... 159
Gambar 8.10 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin, Frekuensi dan Status Merokok dalam
Sebulan Terakhir, 2022 ............................................... 161
Gambar 8.11 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Status Disabilitas, 2022 ..................... 162
Gambar 8.12 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Status Perkawinan, 2022 .................. 163
Gambar 8.13 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Status Kepala Rumah Tangga, 2022163
Gambar 8.14 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga,
2022 .................................................................................... 165
Gambar 8.15 Rasio Ketergantungan Penduduk Lanjut Usia menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ........... 166
Gambar 8.16 Persentase Penduduk Lanjut Usia menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama dalam Seminggu
yang Lalu, 2022............................................................... 167
Gambar 8.17 Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Bekerja di
Sektor Formal dan Informal menurut Jenis Kelamin,
2022 .................................................................................... 168
Gambar 8.18 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja menurut
Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan, 2022 ..... 169
Gambar 8.19 Persentase Penduduk Lanjut Usia sebagai Pekerja
Tetap dan Tidak Tetap menurut Jenis Kelamin dan
Tingkat Pendidikan, 2022 .......................................... 170
Gambar 8.20 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja menurut
Jenis Kelamin dan Jumlah Penghasilan dalam Sebulan,
2022 .................................................................................... 171
Gambar 8.21 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja sebagai
Pekerja Rentan menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur, 2022 ...................................................................... 172

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 xvii


Gambar 8.22 Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja menurut
Jenis Kelamin dan Perubahan Penghasilan
dibandingkan Sebelum Pandemi Covid-19, 2022
.............................................................................................. 173
Gambar 8.23 Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia per Tanggal 29
Oktober 2022, 2022 ...................................................... 174
Gambar 8.24 Tingkat Kepatuhan Responden dalam Melaksanakan
Protokol Kesehatan Selama Seminggu Terakhir
menurut Jenis Kelamin, Februari 2022 ................. 176
Gambar 8.25 Perasaan Responden Selama Pembatasan Aktivitas di
Luar Rumah menurut Jenis Kelamin, 2022 .......... 177
Gambar 8.26 Jumlah Penduduk yang TLAH Melakukan Vaksinasi
berdasarkan Jenis Kelamin, 2022 ........................... 177
Gambar 8.27 Alasan Belum Mengikuti Vaksinasi berdasarkan Jenis
Kelamin, Februari 2022 .............................................. 178
Gambar 8.28 Alasan Sudah Mengikuti Vaksinasi berdasarkan Jenis
Kelamin, Februari 2022 .............................................. 179
Gambar 9.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ...................... 191
Gambar 9.2 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis
Kelamin dan Status Perkawinan, 2022 .................. 193
Gambar 9.3 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis
Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2022 ................. 194
Gambar 9.4 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis
Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan,
2022 .................................................................................... 195
Gambar 9.5 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Melakukan
Kegiatan Seminggu yang Lalu Bekerja menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ...................... 197
Gambar 9.6 Persentase Kepala Rumah Tangga (KRT) yang Memiliki
Aset menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota,
2022 ................................................................................... 199
Gambar 9.7 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki Aset
Transportasi menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 200

xviii Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Gambar 9.8 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki Aset
Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 201
Gambar 9.9 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki Aset
Rumah Tangga Lainnya menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 202
Gambar 9.10 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Menerima
Kredit menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota,
2022 ................................................................................... 203
Gambar 9.11 Persentase Kepala Rumah Tangga yang Menerima
Jaminan Sosial dalam Setahun terakhir menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 ..................... 204
Gambar 10.1 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang
Menggunakan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3
Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 216
Gambar 10.2 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Memiliki
Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3 Bulan
Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota,
2022 ................................................................................... 217
Gambar 10.3 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang
Menggunakan Komputer/Notebook/Laptop/Tablet
menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022
.............................................................................................. 219
Gambar 10.4 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang
Mengakses Internet menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 221
Gambar 10.5 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang
Mengggunakan Internet dalam Pekerjaan menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 .......... 225
Gambar 11.1 Persentase Kasus Korban Kekerasan menurut Jenis
Kelamin Korban, 2021-2022 .................................... 237
Gambar 11.2 Peta Sebaran Jumlah Kasus kekerasan menurut
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 238
Gambar 11.3 Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan berdasarkan Tahun Penginputan menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022 .......... 239

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 xix


Gambar 11.4 Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Kelompok
Umur, 2022 ..................................................................... 240
Gambar 11.5 Persentase Korban Kekerasan terhadap Perempuan
berdasarkan Tahun Penginputan menurut
Kabupaten/Kota Pada KLOMPOK Umur 25-44 Tahun,
2022 ................................................................................... 241
Gambar 11.6 Persentase Korban Kekerasan terhadap Perempuan
berdasarkan Tahun Penginputan menurut Jenjang
Pendidikan, 2022 .......................................................... 242
Gambar 11.7 Persentase Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
berdasarkan Tahun Penignputan menurut
Kabupaten/Kota, 2022 ............................................... 244
Gambar 11.8 Jumlah Perempuan Korban Kekerasan berdasarkan
Tahun Penginputan menurut Jenis Kekerasan yang
dialami, 2022 .................................................................. 246
Gambar 11.9 Jumlah Perempuan Korban Kekerasan berdasrkan
Tahun Penginputan menurut Jenis Layanan yang
diterima, 2022 ............................................................... 247
Gambar 11.10 Persentase Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan
Berdasarkan Tahun Penginputan menurut Lokasi
Kejadian, 2022 ............................................................... 248
Gambar 12.1 Perkembangan Indeks Ketimpangan Gender (IKG)
Jakarta dan Indonesia, 2018-2022 ......................... 254
Gambar 12.2 IKG Provinsi DKI Jakarta menurut Kabupaten/Kota,
2022 ................................................................................... 257
Gambar 12.3 IKG menurut Provinsi, 2022 .................................... 258

xx Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan KEsehatan,
Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Jaminan, dan Tempat Berobat
Jalan, 2022 ........................................................................... 63
Tabel 4.2 Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan
menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Jenis
Jaminan Kesehatan, 2022.................................................... 69
abel 5.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut Jenis
Kegiatan Seminggu yang lalu, Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2022 ......................................................................... 90
Tabel 5.2 Persentase Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota
dan Jenis Kelamin, 2022 ...................................................... 92
Tabel 5.3 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke atas
yang Bekerja menurutKabupaten/Kota, Jenis Kelamin,
dan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan, 2022 .... 96
Tabel 5.4 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke atas
yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Jam
Kerja selama Seminggu,, 2022 ........................................ 101
Tabel 5.5 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke atas
yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jumlah Jam
Kerja, 2022 ............................................................................ 102
Tabel 6.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Luas Rumah Per
Kapita (m2), 2022 ............................................................... 120
Tabel 6.2 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Jenis Lantai Terluas,
2022 ......................................................................................... 122
Tabel 7.1 Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintah Prov. DKI Jakarta
menurut Jabatan dan Jenis Kelamin, 2022 ................ 137
Tabel 9.1 Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin
dan Jumlah ART, 2022 ....................................................... 198
Tabel 10.1 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Mengakses
Internet (termaksud facebook, twitter, whatsapp) dalam
3 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin,

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 xxi


Kabupaten/Kota, dan Tujuan Penggunaan Internet, 2022
.................................................................................................... 222
Tabel 12.1 Perkembangan Indikator-Indikator IKG DKI Jakarta,
2018-2022.............................................................................. 255

xxii Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 1


Pendahuluan

Halaman kosong

2 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kesetaraan


dan keadilan gender bagi seluruh bangsa Indonesia telah berlangsung
lebih dari 22 tahun. Tonggak paling nyata dalam memastikan komitmen
ini tercapai dalam pembangunan terlihat pada lahirnya Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Meski
demikian, jauh sebelumnya, pemerintah Indonesia telah meneguhkan
bahwa penghapusan diskriminasi terhadap perempuan penting
dilakukan. Bahkan, urgensi pembangunan yang adil tanpa diskriminasi
pada perempuan sejatinya dapat terwujud dengan pengarusutamaan
gender (PUG). Melalui ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (The Convention on the Elimination of
All Forms of Discrimination against Women/CEDAW), Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984. Kedua
instrumen hukum tersebut menjadi payung hukum utama bagi para
pemangku kebijakan di tingkat nasional dan daerah dalam merumuskan
arah pembangunan ekonomi, sosial, politik, hukum, teknologi, dan
budaya Indonesia.
Urgensi pengarusutamaan gender yang menjadi landasan
pembangunan di Indonesia memiliki relevansi dengan sejumlah
komitmen internasional di tingkat global. Pembangunan yang
mempertimbangkan dan memperhitungkan pengalaman spesifik
perempuan, menimbang relasi perempuan dan laki-laki, sekaligus

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 3


Pendahuluan

melihat keberagaman perempuan merupakan hal penting yang menjadi


bagian dari kesepakatan negara-negara global. Pada tahun 2000, 189
negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Indonesia
menyepakati dan berkomitmen untuk menjalankan Tujuan
Pembangunan Milenium (The Millenium Development Goals/MDGs).
Tujuan ketiga dari MDGs ini secara tegas merujuk pada pencapaian
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Setelah MDGs, pada
tahun 2015, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali
menyusun 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/ SDGs). SDGs yang menitikberatkan pada
keberlanjutan manusia dan planet bumi menempatkan kesetaraan
gender sebagai tujuan kelima yang berkedudukan sama pentingnya
dengan 16 tujuan SDGs lainnya, bahkan menempatkannya sebagai
perspektif bagi 16 tujuan lainnya.
Pada periode pembangunan berkelanjutan (SDGs) telah
ditegaskan bahwa tujuan kesetaraan gender tidak lagi bersifat partikular,
atau hanya pada ruang lingkup dan target yang ada pada tujuan tersebut
saja. Namun, SDGs mendorong negara-negara untuk dapat
mengintegrasikan perspektif dan tujuan kesetaraan gender kedalam 16
tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya. Penjelasan ini membuktikan
bahwa isu kesetaraan gender bukan isu yang terpisahkan dari berbagai
isu lain dalam pembangunan, akan tetapi merupakan tujuan yang tidak
terpisahkan dari semua tujuan SDGs yang ada. Dengan demikian, di
dalam SDGs kesetaraan gender telah ditempatkan sebagai isu lintas
bidang pembangunan yang bersifat interseksional. Artinya, isu
kesetaraan gender menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
seluruh bidang pembangunan yang ada, baik pembangunan sosial
budaya, ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, dan lainnya.

4 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

Di tingkat nasional, kesetaraan gender dinyatakan dalam Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Arah
kebijakan dan strategi peningkatan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan tertuang dalam RPJMN 2020-2024,
mencakup:
(1) Penguatan kebijakan dan regulasi
(2) Percepatan pelaksanaan PUG di kementrian/lembaga,
pemerintah provinsi/kabupaten/kota,dan pemerintah desa
melalui penguatan pelembagaan PUG dan penguatan
perencanaan dan penganggaran yang responsit gender
(PPRG)
(3) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman individu baik
perempuan maupun laki-laki, keluarga, komunitas, lembaga
masyarakat, media massa, dan dunia usaha
(4) Peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam
pembangunan, terutama dalam pendidikan, kesehatan,
ekonomi, tenaga kerja, serta politik, jabatan politik, dan
pengambilan keputusan
(5) Peningkatan jejaring dan koordinasi antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, media massa, dunia
usaha, dan lembaga masyarakat.
Arah kebijakan dan strategi kebijakan pembangunan gender ini
telah membuahkan hasil, meskipun tetap harus terus diprioritaskan
karena masih belum mencapai posisi ideal. Hal ini dapat dilihat dari
sejumlah indikator, yaitu Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), Indeks
Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Ketidaksetaraan Gender (GII).
Angka IDG yang mengukur dimensi keterlibatan perempuan di parlemen,
sumbangan pendapatan perempuan, dan perempuan sebagai tenaga

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 5


Pendahuluan

profesional terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2021, IDG


Indonesia mencapai angka 76,26 meningkat dari 75,57 di tahun 2020.
Capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) tahun 2021 mengalami
sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 91,06 (tahun
2020) menjadi 91,27 (tahun 2021). Situasi ini masih menunjukkan,
capaian pembangunan perempuan masih terdapat ketimpangan dengan
laki-laki. Capaian IPM tahun 2021 menunjukkan bahwa IPM laki-laki di
Indonesia sudah masuk kategori “tinggi”, sementara perempuan masih di
level kategori “sedang”. Secara global, laporan UNDP tahun 2021
menyatakan bahwa skor Indeks ketidaksetaraan gender atau Gender
Inequality Index (GII) Indonesia justru mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. GII diukur melalui 3 dimensi, yaitu dimensi kesehatan
reproduksi, dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja. Pada
tahun 2021, GII Indonesia berada pada skor 0,444 menunjukkan capaian
yang lebih baik dibandingkan tahun 2019 yang berada dalam skor 0,48.
Capaian ini menunjukkan walaupun GII Indonesia masih di atas rata-rata
GII global, namun diantara negara-negara ASEAN, posisi Indonesia masih
tertinggal (UNDP, 2022).
Situasi tersebut melahirkan konsekuensi pada urgensi
pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan di Indonesia.
Dengan PUG, pembangunan yang responsif gender diharapkan dapat
terintegrasi ke dalam seluruh kebijakan yang ada. Namun, PUG harus
ditopang dengan terpenuhinya tujuh prasyarat PUG, yaitu adanya
komitmen pengambil kebijakan; adanya kebijakan dan program yang
responsif gender; kelembagaan PUG; sumber daya baik sumber daya
manusia, sumber dana serta sarana dan prasarana yang mendukung
pelaksanaan PUG; data terpilah berdasarkan jenis kelamin; alat analisis
gender; dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PUG. Untuk

6 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

memastikan tujuh prasyarat PUG terpenuhi, Perencanaan dan


Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) penting dilakukan. Dengan
demikian, PUG dapat menjadi strategi pembangunan yang kuat untuk
mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
sehingga dapat mendorong perempuan menjadi insan yang dapat menilai
secara kritis situasi mereka sendiri, memiliki keterampilan dan
kepercayaan diri, serta mampu mengambil keputusan dan melakukan
perubahan untuk kebaikan dirinya sendiri, keluarganya, dan bangsa.
Dalam mewujudkan pembangunan yang responsif gender,
ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin dapat menjadi
landasan gambaran situasi perempuan di Indonesia adalah salah satu
prasyarat PUG yang tidak dapat ditawar. Data tentang perempuan yang
dibutuhkan mampu memotret ketimpangan di bidang sosial, ekonomi,
kesehatan, pendidikan, politik, hukum, teknologi, dan budaya. Data-data
tentang situasi, posisi, kedudukan, dan keadaan perempuan tersebut
tidak hanya menjadi rujukan mendasar bagi perumusan kebijakan,
program, dan kegiatan dalam pembangunan, namun juga menjadi tolok
ukur capaian pembangunan Indonesia yang menerapkan prinsip
kesetaraan dan keadilan gender. Atas landasan tersebut, profil
perempuan Indonesia disusun demi terpenuhinya kebutuhan data
gender, tidak hanya bagi pemerintah pusat namun juga bagi pemerintah
daerah dan penggerak pembangunan lainnya.
Profil Gender Provinsi DKI Jakarta 2022 menyajikan 10 isu kunci
dalam pembangunan yakni kependudukan, pendidikan, kesehatan,
ekonomi, perumahan dan lingkungan, politik dan hukum, situasi darurat
dan khusus, sosial, teknologi informasi, dan kekerasan terhadap
perempuan. Kesepuluh isu kunci ini dapat dilihat secara interseksional
antara satu isu dengan isu lainnya. Artinya kesetaraan gender hanya

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 7


Pendahuluan

dapat diwujudkan apabila isu-isu kunci pembangunan tersebut telah


memperhatikan, mengakomodir, dan merespons situasi perempuan
dengan keragaman latar belakangnya di berbagai ranah. Hal ini juga
sejalan dengan target global pembangunan berkelanjutan yakni No One
Left Behind (tidak ada satu pun yang tertinggal).

B. Metodologi

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam profil ini bersumber dari tiga sumber
data utama. Pertama, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang didasarkan
pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2022 dan
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2022. Susenas
merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data-data sosial
kependudukan. Cakupan data yang dikumpulkan dalam susenas sangat
luas dan menyangkut seluruh aspek kehidupan penduduk Indonesia,
termasuk perempuan (www.bps.go.id). Diantara data yang disediakan
dalam Susenas yang digunakan dalam profil ini adalah data-data terkait
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, perumahan,
kepemilikan asset, dan kepala keluarga. Secara khusus, data terkait
ketenagakerjaan merujuk pada hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) yang memang dirancang sebagai survei khusus untuk
memperoleh data ketenagakerjaan penduduk Indonesia yang
berkesinambungan. Sakernas menyajikan data antara lain: estimasi
angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan atau pengangguran) atau
bukan angkatan kerja, dan indikator ketenagakerjaan lainnya, serta
perkembangannya di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

8 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

Kedua, publikasi ini juga merujuk pada sumber data dari Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA)
Kemen PPPA. Data tentang sebaran kasus kekerasan terhadap
perempuan disajikan berdasarkan: tempat kejadian (provinsi, kab/ kota),
jenis-jenis kekerasan, akses layanan yang diterima penyintas, dan
informasi-informasi lainnya (www.kekerasan.kemenpppa. go.id). Data
Simfoni PPA juga menyajikan data kekerasan yang dikategorisasi
berdasarkan karakteristik korban dan pelaku, antara lain: jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, kewarganegaraan, dan relasi antara penyintas
dan pelaku. Ketiga, profil perempuan Indonesia 2022 ini menggunakan
sejumlah data-data dari hasill penelitian kualitatif dari berbagai e-journal
di Indonesia. Data riset kualitatif ini digunakan untuk menguatkan hasil
analisis dari data BPS dan Kemen PPPA. Keseluruhan data yang dirujuk
dalam publikasi ini dianalisis dengan menggunakan perspektif gender
untuk lebih menjelaskan persoalan dan masalah perempuan yang harus
direspon oleh Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah melalui
kebijakan, program, dan kegiatan yang responsif gender.

2. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi operasional yang digunakan dalam publikasi


ini mengacu pada laman Sistem Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS
Tahun 2022.

3. Relative Standard Error (RSE)

RSE adalah sebuah indikator yang digunakan Badan Pusat


Statistik dalam mengukur akurasi data dalam pengolahan data
kuantitatif. Indikator ini digunakan untuk membandingkan antara
standard error estimasi antar karakteristik karena sifatnya yang lebih

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 9


Pendahuluan

stabil. Indikator ini digunakan oleh BPS pada Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Dalam publikasi ini, data yang dianalisis merupakan data-data yang
memiliki RSE dibawah 25%. Pada data-data yang memiliki RSE rentang
antara 25%-50%, maka data akan dianalisis secara hati-hati sehingga
dilengkapi tabel sampling error pada lampiran.

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 menyajikan data-
data yang terpilah berdasarkan jenis kelamin dan wilayah
(Kabupaten/Kota). Selain itu, data dilakukan analisis gender serta
disusun dalam 11 (sebelas) bab. Setiap bab akan diuraikan berdasarkan
4 pokok pembahasan, yaitu pendahuluan, konsep dan definisi,
pembahasan, dan diakhiri dengan kesimpulan. Setiap data kuantitatif
disajikan secara terpilah menurut jenis kelamin untuk menunjukkan
letak kemajuan atau ketertinggalan sekaligus kesenjangannya antara
perempuan dengan laki-laki. Dalam pembagian bab, alur bab akan
disajikan berdasarkan 3 isu besar, yaitu pembahasan tentang (1)
gambaran demografi, (2) kebutuhan utama perempuan, dan (3)
kebutuhan spesifik perempuan.
Berikut ini uraian singkat topik-topik yang disajikan dalam
setiap bab yang ada:
 BAB 1
merupakan Bab Pendahuluan yang terdiri atas 3 pembahasan,
yaitu latar belakang, metodologi dan sistematika dari publikasi
ini. Dalam latar belakang dijelaskan mengenai urgensi adanya
dokumentasi data terpilah berdasarkan jenis kelamin dan analisis

10 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

gender. Kemudian, pada bagian metodologi dijelaskan sumber


data, konsep dan definisi, serta Relative Standard Error (RSE).
Bab ini diakhiri dengan sistematika penulisan yang menguraikan
alur tulisan dan uraian isu yang ada dalam setiap bab yang
berbeda.
 BAB 2
merupakan Bab yang menyajikan data terkait kependudukan.
Pada bagian ini, disajikan data dan analisis gender terkait
distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur,
tipe wilayah, dan angka ketergantungan. Lima bab berikutnya
menguraikan profil perempuan yang dilihat dari aspek kehidupan
utama perempuan, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial
dan politik.
 BAB 3
merupakan Bab yang membahas tentang pendidikan. Sejumlah
data dan analisis pendidikan terpilah menurut jenis kelamin,
terutama yang terkait dengan kemampuan baca tulis, rata-rata
lama sekolah, dan partisipasi sekolah di pendidikan tinggi
menurut bidang keilmuan termasuk bidang ilmu Science,
Technology, Engineering, & Mathematics (STEM).
 BAB 4
merupakan Bab yang membahas tentang isu tentang kesehatan
dan keluarga berencana. Pada bagian ini, data disajikan dan
dianalisa terhadap situasi umum kesehatan perempuan yang
dibandingkan dengan data laki-laki antara lain data keluhan
kesehatan dan jaminan kesehatan. Selain itu, data yang dimuat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 11


Pendahuluan

dalam bagian ini terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan


antara lain: penolong persalinan, jumlah anak lahir hidup, alat
kontrasepsi, ASI, dan perempuan menurut umur perkawinan.
 BAB 5
merupakan Bab yang membahas perempuan di bidang ekonomi.
Pada bagian ini, berbagai isu di bidang ekonomi dan
ketenagakerjaan ditampilkan, seperti gambaran perempuan dalam
angkatan kerja atau bukan angkatan kerja, tingkat partisipasi
angkatan kerja, perempuan yang bekerja berdasarkan sektor
pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, latar belakang
pendidikan, dan tingkat kemiskinan berdasarkan jenis kelamin
dan tipe daerah.
 BAB 6
merupakan Bab yang membahas data-data terkait kondisi
perumahan dan lingkungan tempat tinggal berdasarkan jenis
kelamin kepala rumah tangga, seperti akses sanitasi layak, akses
air minum layak, jenis atap, dan jenis lantai.
 BAB 7
merupakan Bab yang membahas isu perempuan di dunia politik
dan hukum. Pada bagian ini, data dan analisa terkait representasi
perempuan dalam lembaga negara yakni sebagai wakil rakyat di
tingkat pusat maupun daerah, sebagai pegawai negeri sipil (PNS),
dan sebagai aparat penegak hukum akan dinarasikan secara kritis.
 BAB 8
merupakan Bab yang menguraikan Situasi Darurat dan Kondisi
Khusus. Pada bagian ini, disajikan data dan analisa terkait kondisi

12 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendahuluan

perempuan dengan keragaman identitas dan dalam kondisi


khusus, terutama terkait dengan dengan kondisi perempuan lanjut
usia dan perempuan di situasi Pandemi COVID-19.
 BAB 9
merupakan Bab yang menyajikan tentang posisi perempuan
dalam isu Sosial.
 BAB 10
Merupakan Bab yang menyampaikan data terkait Teknologi dan
Informasi. Pada bagian ini, akses perempuan terhadap perangkat
teknologi dan informasi diuraikan, seperti penggunaan telepon
seluler, kepemilikan telepon seluler, penggunaan komputer, akses
internet dan tujuan penggunaannya.
 BAB 11
merupakan Bab yang menyajikan isu Kekerasan terhadap
Perempuan menjadi pilihan. Pada bagian ini, data tentang
kompleksitas kekerasan yang dialami perempuan diuraikan. Data
yang dimuat pada bagian ini terdiri dari data perempuan sebagai
penyintas kejahatan, kekerasan terhadap perempuan, dan
kekerasan dalam rumah tangga. Data yang disajikan juga
menggambarkan karakteristik demografi pelaku dan korban, jenis
dan ranah kekerasan, dan hubungan pelaku dan perempuan
korban dalam konteks kekerasan.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 13


Pendahuluan

Halaman kosong

14 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Kependudukan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 15


Kependudukan

16 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Kependudukan

2. KEPENDUDUKAN
A. LATAR BELAKANG

Data kependudukan memiliki peran yang sangat penting untuk


pembangunan. Perencanaan pembangunan perlu ditunjang dengan
informasi terkait besaran dan komposisi kependudukan yang lengkap
dan berkesinambungan. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020
jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta pada bulan Juni 2020 adalah
sebesar 10,67 juta orang. Jika dibandingkan dengan dua tahun
sebelumnya yaitu tahun 2020 dan 2021, angka jumlah penduduk terus
mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2020 hanya mencapai
10,56 juta orang dan di tahun 2021 meningkat menjadi 10,60 juta orang.
Data tersebut menjelaskan bahwa meskipun pada tahun 2020
tejadi fenomena pandemi Covid-19 yang dibarengi dengan tingginya
angka kematian, ternyata tidak mengubah data kependudukan di DKI
Jakarta, bahkan justru mengalami peningkatan. Yang artinya bahwa
meskipun terjadi angka kematian yang tinggi selama masa pandemi
Covid-19, namun angka fertilitas/kelahiran juga tinggi, itulah sebabnya
penduduk di DKI Jakarta masih tetap mengalami penambahan jumlah.
Pada tahun 2022, jumlah penduduk di DKI Jakarta didominasi
oleh usia produktif yaitu usia 15 hingga 64 tahun sebesar 71,33 persen,
sehingga dapat dikatakan bahwa di Wilayah DKI jakarta sedang
mengalami bonus demografi penduduk. Bonus demografi merupakan
istilah lain dari terjadinya ledakan penduduk usia produktif yaitu
penduduk dengan usia 15 sampai 64 tahun
Bonus demografi yang terjadi dapat menjadi pisau bermata dua.
Di satu sisi, bonus demografi dapat menjadi modal dasar dalam

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 17


Kependudukan

menguatkan agenda pembangunan karena tersedianya Sumber Daya


Manusia (SDM) yang dinilai memiliki produktivitas tinggi. Namun, di sisi
lain bonus demografi juga dapat menjadi dilema pemerintah karena
dapat menimbulkan berbagai persoalan pembangunan dan konflik-
konflik sosial. Misalnya saja, jumlah penduduk usia produktif yang siap
masuk ke dalam dunia kerja tidak sejalan dengan ketersediaan jumlah
lapangan pekerjaan yang ada, maka jumlah pengangguran akan
melonjak tinggi.
Selanjutnya, ketika tingkat pengangguran tinggi, maka risiko
tingkat kemiskinan, tingkat kriminalitas, dan konflik-konflik sosial
lainnya berpotensi meningkat. Secara khusus, problem-problem
tersebut akan beriringan dengan semakin rentannya posisi perempuan
dan anak. Misalnya saja, tingkat kemiskinan yang meningkat akan
berisiko pada meningkatnya angka perkawinan anak, anak yang putus
sekolah, dan pekerja anak. Kerentanan perempuan juga akan
memburuk, bukan saja karena dapat meningkatkan angka kekerasan
dalam rumah tangga, beban ganda perempuan, kekerasan seksual, dan
perceraian; namun juga akan berdampak pada jaminan kesehatan
reproduksi pada perempuan.
Percepatan pembangunan harus didasarkan pada data dengan
memprioritaskan pada kelompok yang tertinggal. Kesenjangan tidak
cukup hanya dilihat berdasarkan wilayah dan kawasan, namun juga
harus ditelisik lebih dalam berdasarkan jenis kelamin. Data BPS 2021
menunjukkan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan lebih banyak
dibandingkan di perdesaan, sementara sebaran penduduk di Indonesia
masih terkonsentrasi di wilayah pulau Jawa (Susenas, 2021). Contoh
data semacam ini penting diperdalam dengan melihat data tersebut
secara terpilah jenis kelamin karena dengan melihat perbedaan kondisi

18 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Kependudukan

antara laki-laki dan perempuan sajalah, analisis dan kesenjangan gender


dapat dikembangkan sebagai basis dalam pembangunan di Indonesia.
Dengan kata lain, data kependudukan yang terpilah jenis kelamin
menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk memaksimalkan perwujudan
agenda-agenda pembangunan dan penentuan strategi yang diterapkan
menuju pembangunan yang memiliki keberpihakan demi tercapainya
keadilan pembangunan (no one left behind).

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Penduduk

Definisi penduduk telah mengalami revisi dari konsep penduduk


pada tahun sebelumnya. Perbedaan definisi yang digunakan BPS ini
hanya berbeda pada durasi waktu tinggalnya, dimana sebelumnya
merujuk pada minimal 6 bulan menjadi 1 tahun. Dengan demikian, yang
dimaksud penduduk dalam publikasi ini adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia selama 1
tahun atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari 1 tahun
tetapi bertujuan untuk menetap.

2. Umur

Informasi tentang tanggal, bulan dan tahun dari waktu kelahiran


responden menurut sistem kalender Masehi. Informasi ini digunakan
untuk mengetahui umur dari responden. Penghitungan umur harus
selalu dibulatkan ke bawah, atau disebut juga umur menurut ulang
tahun yang terakhir. Apabila tanggal, bulan maupun tahun kelahiran
seseorang tidak diketahui, pencacah dapat menghubungkan dengan
kejadian-kejadian penting baik nasional maupun daerah.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 19


Kependudukan

3. Anak

Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas)


tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).
a. Anak Lahir Hidup:
Anak lahir hidup adalah semua anak yang waktu lahir
memperlihatkan tanda-tanda kehidupan, walaupun sesaat, seperti
adanya detak jantung, bernafas, menangis dan tanda-tanda
kehidupan lainnya.
b. Anak Masih Hidup:
Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan hidup yang
pada saat pencacahan masih hidup, baik tinggal bersama orang
tuanya maupun yang tinggal terpisah.
4. Tempat Lahir

Tempat lahir responden adalah provinsi tempat tinggal ibu


kandungnya pada saat melahirkannya.

C. PEMBAHASAN
1. Penduduk Provinsi DKI Jakarta menurut Jenis Kelamin

Persentase penduduk di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan


variabel jenis kelamin, dapat dilihat melalui gambar 2.1 yaitu pada
tahun 2022 menunjukkan angka sebesar 49,66 persen untuk penduduk
perempuan dan 50,34 persen untuk penduduk laki-laki yang hampir
sama. Angka tersebut menghasilkan rasio jenis kelamin sebesar 102,3
persen yang artinya bahwa persentase jumlah penduduk antara laki-
laki dan perempuan hampir sama.

20 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Kependudukan

Gambar 2.1 Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2022

perempuan
50% Laki-laki
50%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Selain melihat rasio penduduk berdasarkan jenis kelamin, satu


hal yang penting juga untuk dikaji lebih lanjut adalah informasi terkait
sebaran penduduk wilayah kabupaten/kota untuk melihat ketimpangan
yang mungkin terjadi di antara wilayah tersebut, dikarenakan
permasalahan yang lahir akibat ketimpangan kepadatan penduduk
yang tinggi, pada akhirnya akan melahirkan efek domino pada
perempuan dan anak. Selain dampak kemiskinan, kriminalitas,
pengangguran, sampah, air bersih, dan lainnya, juga dapat
meningkatkan persoalan gender yang lebih kompleks dan rumit.
Konstruksi gender pada perempuan dan kerentanan posisi perempuan
dan anak semakin diperburuk dengan peningkatan praktik-praktik
ketidakadilan dan diskriminasi yang berbasis gender. Peningkatan
perempuan dengan beban ganda untuk menutupi pendapatan keluarga
yang terbatas, perdagangan perempuan dan anak, kekerasan seksual

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 21


Kependudukan

dan sejumlah kekerasan lainnya berbasis gender yang meningkat akan


menjadi risiko yang tidak terhindarkan.
Gambar 2.2 menunjukkan angka ketimpangan yang terjadi
antara penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada
beberapa kabupaten/kota di DKI Jakarta. Kesimpulan yang didapatkan
bahwa di seluruh Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, menunjukkan
persentase yang lebih tinggi untuk penduduk laki-laki dibanding
perempuan, yang artinya bahwa penduduk laki-laki masih
mendominasi dibandingkan dengan penduduk perempuan.
Gambar 2.2 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/ dan Jenis
Kelamin, 2022

DKI JAKARTA 50.34 49.66

JAKARTA UTARA 50.51 49.49

JAKARTA BARAT 50.28 49.72

JAKARTA PUSAT 50.77 49.23

JAKARTA TIMUR 50.23 49.77

JAKARTA SELATAN 50.23 49.77

KEPULAUAN SERIBU 50.47 49.53

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Laki-laki Perempuan

Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi DKI Jakarta, 2022

2. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Data-data yang menyajikan karakteristik penduduk berdasarkan


variabel kelompok umur dan jenis kelamin merupakan suatu sarana
untuk mengembangkan pembangunan yang responsif terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang mungkin berbeda antar gender dan

22 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Kependudukan

kelompok umur tersebut. Hal tersebut dikarenakan perbedaan umur


berkonsukuensi pada perbedaan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai
manusia, serta juga pemenuhan hak dasarnya sebagai warga negara.
Selain berdasarkan karakteristik kelompok umur, variabel jenis
kelamin juga penting untuk dijadikan sebagai kategori pemilahan yang
bertujuan untuk dapat memfasilitasi kepentingan terkait pemenuhan
kebutuhan praktis dan strategis gender. Perempuan dan laki-laki
kodratnya adalah memiliki kondisi biologis yang berbeda, sehingga hal
tersebut berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya yang
juga akan berbeda.
Gambar 2.3 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur (5 Tahunan)
dan Jenis Kelamin, 2022
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0-4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 +

Laki-laki Perempuan

Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi DKI Jakarta, 2022

Jika dipilah berdasarkan jenis kelaminnya, penduduk kategori


perempuan berusia dibawah 15 tahun berjumlah lebih sedikit
dibandingkan laki-laki, sementara itu, untuk penduduk kategori
perempuan berusia 15 tahun keatas relatif berjumlah lebih banyak
dibandingkan laki-laki (Gambar 2.3). Akan tetapi, perbedaan persentase
tersebut tidak menunjukan angka yang cukup jauh, sehingga dapat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 23


Kependudukan

disimpulkan bahwa jumlah penduduk perempuan dan laki-laki


menunjukkan angka yang hampir sama. Gambaran persentase
perempuan yang hampir sama dengan penduduk laki-laki dewasa harus
direspon oleh para pemangku kepentingan dengan cara melibatkan
perempuan secara lebih maksimal, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Misalnya dengan mengikutsertakan perempuan yang telah
memasuki usia dewasa (18 tahun keatas) sebagai pengambil kebijakan,
sebagai pengelola program, dan sebagai penerima manfaat
pembangunan harus dipastikan menjadi bagian yang penting, bukan
sekedar ada. Penduduk perempuan yang berjumlah hampir sama
dengan laki-laki ini semakin menguatkan argumentasi tentang urgensi
pengarusutamaan gender dengan mempertimbangkan dan
memperhitungkan pengalaman dan kebutuhan perempuan.

D. KESIMPULAN
Data penduduk harus dapat dipilah berdasarkan jenis kelamin
dan kelompok umur. Hal ini agar dapat memfasilitasi kepentingan
terkait pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan pengarusutamaan
gender.
Penduduk laki-laki lebih mendominasi namun cenderung
hampir sama persentasenya dengan penduduk perempuan. Gambaran
persentase perempuan dewasa yang hampir sama dengan penduduk
laki-laki dewasa menjadi hal penting yang harus direspon seluruh
pemangku kepentingan untuk memberikan akses, partisipasi, kontrol
dan manfaat yang setara antara laki-laki dan perempuan di dalam
pembangunan.

24 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023


Pendidikan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 25


Pendidikan

26 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

3. PENDIDIKAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan sumber daya manusia yang terprogram dengan


baik merupakan langkah strategis untuk mempercepat pembangunan
nasional. Belajar dari negara-negara maju di bidang industri di Asia
Timur, untuk meningkatkan pembangunan suatu bangsa diperlukan apa
yang disebut critical mass di bidang pendidikan. Konsep ini
mengupayakan adanya peningkatan persentase penduduk dengan
tingkat pendidikan tertentu yang harus disiapkan agar pembangunan
ekonomi dan sosial dapat meningkat dengan cepat.
Visi Pendidikan Indonesia 2035 pada Peta Jalan Pendidikan 2020-
2035 adalah membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar
seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak
mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila.
Peta Jalan tersebut dirancang untuk mengantisipasi disrupsi perubahan
teknologi, sosial, dan lingkungan yang sedang terjadi secara global.
Sumber Daya Manusia yang berdaya saing tinggi diperlukan agar bangsa
Indonesia dapat bertahan menghadapi disrupsi sehingga lebih maju dan
sejahtera. Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membentuk
generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas dan menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan sains, tetapi juga memiliki akhlak mulia,
berkarakter kuat, toleran, mandiri, bernalar kritis, kreatif, dan selalu siap
bekerja sama.
Sudah lebih dari dua tahun pandemi COVID-19 melanda negeri
ini. Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 27


Pendidikan

cukup fatal terhadap implementasi pembelajaran. Untuk mengurangi


penyebaran virus COVID-19, Pemerintah Indonesia telah
menginstruksikan sekolah maupun perguruan tinggi untuk melakukan
beberapa tindakan pencegahan di masing-masing satuan pendidikan
sebagaimana yang tertera dalam surat Edaran Mendikbud Nomor 3
Tahun 2020 tentang pencegahan Corona Virus Disease (COVID-19) pada
satuan pendidikan. Tidak hanya itu, pemerintah juga menetapkan
beberapa kebijakan terkait proses belajar mengajar peserta didik,
penilaian dan penentuan kelulusan, serta penerimaan peserta didik baru
agar dapat terlaksana tanpa adanya risiko yang dapat membahayakan
kesehatan peserta didik maupun pendidik. Melalui publikasi ini
diharapkan gambaran kondisi Pendidikan di DKI Jakarta disaat
pandemic Covid-19 juga dapat terlihat.

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Kemampuan Membaca dan Menulis

Membaca merupakan modal utama bagi setiap penduduk dalam


mengakses informasi dan pengetahuan. Karena itu, kemampuan
membaca dan menulis digunakan sebagai indikator dasar dalam
mengukur tingkat capaian pembangunan pendidikan melalui sejauh
mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan.
Kemampuan mebaca dan menulis huruf yang tinggi menunjukkan
adanya sebuah sistem pendidikan dasar yang efektif dan atau program
keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk
memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam
kehidupan sehari-hari dan melanjutkan pembelajaran (BPS, 2021).

28 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata lama sekolah (RLS) merupakan jumlah tahun belajar


penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan seseorang pada
jenjang pendidikan tertentu. RLS hanya merujuk pada sistem pendidikan
formal dan diukur tanpa menghitung tahun sekolah seseorang lebih lama
atau lebih cepat. Dalam pengalaman menempuh pendidikan formal,
seseorang tidak selalu menjalaninya sesuai lama tahun yang ditetapkan.
Ada berbagai latar belakang yang mendasarinya, misalnya seseorang
menempuh pendidikan lebih cepat karena pernah mengikuti program
pendidikan percepatan (akselerasi); atau sebaliknya, seseorang
menempuh pendidikan lebih lama karena pernah berhenti sementara
atau cuti, mengalami tinggal kelas, atau lainnya. Dengan demikian,
penghitungan lama sekolah merujuk pada tingkatan jenjang pendidikan
formal yang ada, yaitu tamat SD dihitung selama 6 tahun, tamat SMP
dihitung 9 tahun dan tamat SMA dihitung 12 tahun (sirusa.bps.go.id).
Untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah dibutuhkan empat
informasi dasar, yaitu:
1. Partisipasi sekolah
2. Jenjang dan jenis pendidikan yang pernah/sedang diduduki
3. Ijazah tertinggi yang dimiliki
4. Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang dijalani
Data RLS dapat diinterpretasikan dengan merujuk pada makna
semakin tinggi angka RLS, maka semakin lama atau tinggi jenjang
pendidikan formal yang ditamatkan penduduk usia 15 tahun ke atas
(sirusa.bps.go.id). Dengan demikian, RLS bermanfaat untuk mengukur
capaian pembangunan di bidang pendidikan melalui kualitas penduduk

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 29


Pendidikan

yang dilihat dari tingkat pendidikan formal yang pernah


ditempuh/ditamatkan.

3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang dimaksudkan adalah


tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran
pada kelas tertinggi sesuai tingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda
tamat sekolah (ijazah). Secara khusus, ijazah atau Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB) didefinisikan sebagai surat keterangan yang diberikan
kepada seseorang yang telah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau
tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta
(Sirusa. bps.go.id). Jika merujuk pada Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), terdapat 3 sistem
pendidikan yang diakui di Indonesia, yaitu pendidikan formal, non
formal, dan informal. Pasal 1 Undang-undang Sisdiknas menjelaskan
bahwa pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi; pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang; dan pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan dalam data BPS ini
merujuk pada pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar di level Sekolah
Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)/sederajat, pendidikan menengah
di level Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah
(MTs)/sederajat dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah
(MA)/sederajat; dan pendidikan tinggi di level Diploma dan Sarjana, baik
sarjana di tingkat strata satu, strata dua (magister) dan strata tiga

30 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

(doktoral). Sejak tahun 2007, selain pendidikan formal, pendidikan non


formal khusus pada Paket A, Paket B, dan Paket C diperhitungkan sebagai
capaian pendidikan penduduk. Merujuk pada batasan pendidikan formal
yang ditamatkan tersebut, maka sejumlah istilah yang digunakan pada
bagian ini terdiri dari:
a. Tidak memiliki Ijazah
Tidak memiliki ijazah dapat diartikan dengan tidak/belum pernah
sekolah, yaitu status dari mereka yang sama sekali belum pernah
sekolah, termasuk mereka yang telah tamat atau belum tamat Taman
Kanak- Kanak dan tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar.
b. Tamat SD/Sederajat
Tamat Sekolah Dasar (SD)/Ibtidaiyah adalah kategori bagi mereka
yang tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah yang
setara misalnya: Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah Dasar
Kecil, Sekolah Dasar Pamong, Paket A dan memperoleh ijazah
persamaan SD, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan dan SD
Indonesia (di Luar Negeri). Tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat
ditandai dengan memiliki ijazah Sekolah Dasar, Sekolah Rakyat,
Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah Dasar Kecil, Sekolah
Dasar Pamong, Paket A, Madrasah Ibtidaiyah.
c. Tamat SMP/Sederajat
Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Tsanawiyah adalah
kategori bagi mereka yang tamat Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO), Hogere Burgerschool (HBS) 3 tahun, Sekolah Luar Biasa
Lanjutan Tingkat Pertama, SLTP Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan, SLTP Indonesia (di Luar Negeri) dan SLTP Olahraga.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 31


Pendidikan

Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Sederajat ditandai


dengan memiliki ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Setara
misalnya SLTP, SMP, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa
Tingkat Pertama, Madrasah Tsanawiyah atau tamat dan mempunyai
ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kejuruan misalnya Sekolah
Kesejahteraan Keluarga Tingkat Pertama (SKKP), Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), SPMP, Sekolah Teknik (ST),
Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun, Sekolah Guru Bawah
(SGB).
d. SMA/Sederajat
Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Aliyah adalah kategori bagi
mereka yang tamat Sekolah Menengah Umum/Madrasah Aliyah atau
sekolah yang setara misalnya: Sekolah Menengah Atas, HBS 5 tahun,
Algemeene Middelbare School (AMS), Sekolah Lanjutan Persiapan
Pembangunan, SLTA Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTA
Indonesia (di Luar Negeri), dan SLTA para atlit. Tamat Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Sederajat ditandai dengan
kepemilikan terhadap ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/setara
misalnya SMU, SLTA, SMA, HBS 5 tahun, AMS, Madrasah Aliyah
atau tamat dan mempunyai ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Kejuruan misalnya Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA),
Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMKK), Sekolah
Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Teknik Menengah
(STM), Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Kursus Pendidikan Guru
(KPG), Sekolah Guru Olahraga (SGO)/Sekolah Menengah Olahraga
Atas (SMOA), PGA 6 tahun, Sekolah Analisis Kimia Menengah Atas
(SAKMA), Sekolah Asisten Apoteker (SAA)/Sekolah Menengah
Farmasi (SMF), Kursus Pegawai Administrasi Tingkat Atas (KPAA).

32 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

e. Diploma I-IV dan S1


Tamat Program Diploma I/II adalah pendidikan yang khusus
diberikan untuk program diploma. Program Akta I dan II termasuk
dalam jenjang pendidikan program DI/DII. Bagi mereka yang tamat
program DI/DII pada suatu fakultas yang tidak mengeluarkan gelar
Sarjana Muda maka mahasiswa yang duduk di tingkat 4 dan 5 tetap
dicatat sebagai tamat Sekolah Menengah Umum atau Sekolah
Menengah Kejuruan, sedangkan tamat Program Diploma III adalah
kategori bagi mereka yang tamat Akademi/ Diploma III, tamat
program Akta III atau yang telah mendapatkan gelar Sarjana Muda
pada suatu fakultas.
Tamat D1/D2 adalah tamat dan memiliki ijazah program D1/ D2
seperti Program Diploma I dan II, PGSLP, D1 Sekretaris, D1
Komputer. Tamat Akademi/D3 adalah tamat dan memiliki ijazah
akademi atau yang telah mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu
fakultas. Bagi fakultas yang tidak mengeluarkan gelar Sarjana Muda
maka mahasiswa yang duduk di tingkat 4 atau 5 tetap dimasukkan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas; dan tamat D4/S1 adalah tamat dan
memiliki ijazah program pendidikan diploma IV, akta IV atau V, dan
sarjana pada suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi.
f. Tamat S2/S3
Tamat S2/S3 adalah tamat dan memiliki ijazah program pendidikan
pasca sarjana, magister, doktor, atau spesialis I/II pada suatu
universitas/institut/sekolah tinggi (sirusa.bps.go.id).

4. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan


antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 33


Pendidikan

pendidikan tertentu, tanpa memandang usia penduduk tersebut


dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk
usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama. Terdapat dua
manfaat dari data APK ini, yaitu 1) untuk menunjukkan berapa
besar umumnya tingkat partisipasi penduduk pada suatu tingkat
pendidikan dan 2) untuk menunjukkan berapa besar kapasitas
sistem pendidikan dapat menampung siswa dari kelompok usia
sekolah tertentu (sirusa.bps.go.id). Dengan kata lain, nilai APK
dapat digunakan untuk mengukur daya serap penduduk dalam
mengakses hak pendidikannya di jenjang pendidikan tertentu,
meskipun di antara mereka terdapat penduduk yang usianya
belum mencukupi atau bahkan melebihi dari usia sekolah yang
seharusnya.
Karena membandingkan jumlah penduduk yang masih
bersekolah di jenjang pendidikan tertentu tanpa memandang usia
penduduk tersebut, maka nilai APK bisa lebih dari 100 persen. Hal
ini dikarenakan penghitungannya merujuk pada populasi murid
yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu mencakup
juga pada murid yang umurnya diluar rentang usia sekolah pada
jenjang pendidikan yang seharusnya (sirusa.bps.go.id). Situasi ini
terjadi karena banyak faktor, misalnya karena murid yang berusia
lebih muda telah mendaftar sekolah di jenjang yang lebih tinggi
dari usianya, atau sebaliknya, karena ada murid yang bersekolah di
jenjang yang lebih rendah dari usianya karena melakukan cuti atau
mengalami pengulangan kelas. Sebagai contoh, ada murid berusia
lebih dari 16 tahun yang masih menempuh pendidikan di jenjang

34 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

SMP, atau anak usia kurang dari 12 tahun yang sudah belajar di
bangku SMP.
Nilai APK yang tinggi pada suatu jenjang pendidikan berarti
bahwa tingkat partisipasi kasar jenjang pendidikan tersebut di
suatu daerah tinggi tanpa memperhatikan ketepatan usia pada
jenjang pendidikan tersebut. Sebagai contoh, jika di suatu daerah
memiliki APK jenjang SMA/MA/Sederajat mencapai 85 persen,
maka persentase penduduk berusia 16-18 tahun yang bersekolah
di tingkat SMA/MA/Sederajat sekitar 85 persen. Itu artinya, selain
dapat digunakan untuk mengukur capaian pembangunan
pendidikan dalam hal akses dan kesempatan bagi penduduk dalam
pemenuhan hak pendidikannya, nilai APK juga dapat digunakan
sebagai indikator pelengkap dari indikator Angka Partisipasi Murni
(APM) (sirusa.bps.go.id).

5. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi dari


penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah
tepat di jenjang pendidikan yang seharusnya. Itu artinya, APM
hanya akan menghitung perbandingan penduduk yang menempuh
pendidikan sesuai dengan umur yang ditetapkan di jenjang
pendidikan tersebut terhadap penduduk kelompok usia sekolah
yang bersesuaian (sirusa.bps.go.id). Dengan demikian, APM hanya
memperhitungkan penduduk yang sedang menempuh pendidikan
tingkat SD/MI/sederajat pada rentang umur 7-12 tahun, tingkat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 35


Pendidikan

SMP/MTs/sederajat pada rentang usia 13-15 tahun, tingkat


SMA/MA/sederajat pada rentang umur 16-18 tahun, dan tingkat
pendidikan tinggi pada rentang penduduk berusia 19-24 tahun
(BPS, 2021).
Jika APK bisa mencapai persentase lebih dari 100, maka
APM akan menghasilkan nilai maksimal 100. Hal ini dikarenakan
nilai APK memasukkan penduduk yang usianya di luar jenjang
pendidikannya, sementara APM hanya menghitung penduduk
dengan usia jenjang pendidikan secara tepat waktu. Karena itulah,
nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK. Suatu daerah dapat
memperoleh nilai 100 jika seluruh penduduk yang berusia di
jenjang pendidikan tertentu telah menempuh pendidikan secara
tepat waktu. Sebagai contoh, APM jenjang SMA suatu daerah
sebesar 55 persen, artinya penduduk yang berumur 16-18 tahun
yang bersekolah secara tepat waktu di jenjang SMA/sederajat
hanya 55 persen.

6. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari


penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah
terhadap penduduk kelompok usia sekolah yang bersesuaian. Sejak
tahun 2007, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket
C) turut diperhitungkan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) tidak
memandang jenjang pendidikan yang sedang ditempuh penduduk,
baik secara tepat waktu maupun tidak (sirusa.bps.go.id). Sebagai

36 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

contoh, APS umur 7-12 tahun memperhitungkan jumlah anak umur


7-12 tahun yang masih sekolah terhadap penduduk usia 7-12
tahun.

C. PEMBAHASAN
1. Kemampuan Baca Tulis

Peningkatan capaian pendidikan yang berkualitas dan merata


pada tahun 2030 merupakan salah satu tujuan yang difokuskan pada
Pembangunan Berkelanjutan (Suistanable Development Goals/SDGs)
yaitu pada tujuan ke empat. Akan tetapi, peningkatan capaian
pendidikan juga perlu memerhatikan aspek tujuan SDGs yang lainnya,
misalnya pada tujuan kelima yaitu kesetaraan gender dan
pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan, yang artinya
bahwa perempuan perlu diberikan ruang yang lebih untuk terus
meningkatkan capaian pendidikannya. Untuk mencapai pendidikan
yang bermutu, salah satu syaratnya adalah memiliki kemampuan
membaca dan menulis yang baik.
Gambar 3.1 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca
dan Menulis Huruf Latin, 2022

DKI JAKARTA 98.88


99.55
JAKARTA UTARA 98.26
99.34
JAKARTA BARAT 99.11
99.66
JAKARTA PUSAT 98.69
99.21
JAKARTA TIMUR 98.70
99.61
JAKARTA SELATAN 99.40
99.69
KEPULAUAN SERIBU 97.53
98.69

96.00 96.50 97.00 97.50 98.00 98.50 99.00 99.50 100.00

Perempuan Laki-Laki

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 37


Pendidikan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Berdasarkan wilayah, Gambar 3.1 menunjukkan bahwa


persentase kemampuan membaca dan menulis latin tertinggi dimiliki
oleh penduduk di Jakarta Selatan dengan kategori laki-laki, sementara
yang terendah dimiliki oleh penduduk di Kepulauan Seribu dengan
kategori perempuan. Jika dilihat grafik persentase secara umum, dapat
diketahui bahwa persentase kemampuan membaca dan menulis huruf
latin untuk penduduk perempuan masih lebih rendah dibandingkan
dengan penduduk laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa di DKI
Jakarta, penduduk perempuan yang berusia 15 tahun ke atas masih
cukup banyak yang belum bisa membaca dan menulis huruf latin.
Rendahnya persentase kemampuan membaca dan menulis huruf
latin secara langsung juga menggambarkan bahwa terjadi kesenjangan
pada capaian pendidikan yang diperoleh antara laki-laki dan perempuan
di DKI Jakarta. Terdapat begitu banyak faktor yang dapat memicu
kesenjangan terebut, salah satunya yaitu sebab adanya kontruksi gender
di lingkungan atau masyarakat yang cenderung membatasi ruang gerak
perempuan dapat menjadi salah satu faktor yang berakibat perempuan
memiliki akses yang lebih rendah pada peluang belajar membaca dan
menulis dibandingkan laki-laki. Selain itu, adanya anggapan bahwa
pendidikan tidak diperlukan pada ranah domestik dan perempuan
dianggap lebih dominan pada ranah domestik juga berdampak pada
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan pada perempuan,
terutama pada kemampuan membaca dan menulis. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tujuan ke empat dan kelima dari SDGs belum
tercapai sehingga masih perlu untuk dilakukan perbaikan kebijakan.

38 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

2. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan salah satu indikator


dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di bidang
pendidikan, selain bidang kesehatan dengan mengukur harapan umur
panjang dan bidang ekonomi melalui Produk Nasional Bruto (PNB) per
kapita. Pada tahun 2022, melalui Gambar 3.2 dapat terlihat bahwa rata-
rata lama sekolah penduduk di Provinsi DKI Jakarta yang bejenis kelamin
laki-laki leih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan. Meskipun
selisihnya tidak cukup jauh yaitu hanya senilai 0,67 persen, tetapi nilai
tersebut mampu menunjukkan bahwa harapan untuk sekolah lebih lama
bagi perempuan di Provinsi DKI Jakarta masih rendah dibandingkan
dengan laki-laki. Rata-rata lama sekolah perempuan yang senilai 10,97
persen menunjukkan bahwa rata-rata penduduk perempuan di Provinsi
DKI Jakarta sudah mampu untuk menempuh pendidikan hingga lulus
SLTA/Sederajat.
Gambar 3.2 Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin, 2022

Perempuan 10.97

Laki-Laki 11.64

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 39


Pendidikan

Studi Sabrina, Manurung, dan Sirait (2022) di Sumatera Utara


menunjukkan bahwa untuk meningkatkan RLS harus dilihat dari tiga
perspektif, yaitu perspektif siswa, guru, dan infrastruktur. Dari
perspektif siswa, masalah terkait dengan biaya pendidikan dapat
diantisipasi dengan pembebasan biaya sekolah, peningkatan beasiswa
dan bantuan pendidikan, pendidikan kesetaraan dan sosialisasi. Dari
perspektif guru, masalah terkait kualitas dan kuantitas harus direspon
dengan menambah jumlah guru, pelatihan dan sertifikasi guru, dan
tambahan tunjangan guru; sedangkan dari sisi atau perspektif
infrastruktur; masalah aksesibilitas dan fasilitas pendidikan harus
diselesaikan dengan rehabilitasi dan melengkapi fasilitas sekolah,
membangun sekolah baru dan menjamin keterjangkauan sekolah.
Membangun moda transportasi seperti bus sekolah gratis merupakan
salah satu bentuk pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan.

3. Partipasi Sekolah (APM, APK, dan APS)

Dalam konteks pembangunan suatu bangsa, tersedianya sumber


daya manusia yang berkualitas merupakan kunci utama untuk
mensukseskan tujuan-tujuan pembangunan tersebut. Pendidikan
merupakan salah satu jalan yang paling efektif untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kemudian untuk melihat
efektifitas pendidikan di suatu wilayah dapat melalui tingkat partisipasi
sekolah. Terdapat minimal 3 indikator yang dapat digunakan untuk
melihat partisipasi sekolah pada suatu wilayah, diantaranya Angka

40 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka


Partisipasi Murni (APM).
a) Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) merujuk pada persentase
penduduk yang menjalani pengalaman belajar di pendidikan
formal sesuai dengan usia yang ditetapkan. Dalam tiga tahun
terakhir, meskipun lambat, namun capaian APM nasional selalu
mengalami peningkatan di jenjang SD dan SMP.
Gambar 3.3 APM Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Jenjang
Pendidikan, 2022
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
SD SMP SMA

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2022 di Provinsi


DKI Jakarta, pada jenjang pendidikan SMP hingga SMA, APM
perempuan lebih tinggi dibandingkan dari APM laki-laki
meskipun semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka semakin
kecil selisihnya. Dibandingkan laki-laki, APM perempuan di
jenjang SMP, perempuan lebih banyak 2,75 persen, sedangkan
pada jenjang pendidikan SMA, laki-laki memiliki APM yang
lebih tinggi 0,75 persen.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 41


Pendidikan

b) Angka Partisipasi Kasar (APK)


Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perhitungan
penduduk yang menempuh jenjang pendidikan tertentu tanpa
mempertimbangkan ketepatan usia sekolah pada jenjang
pendidikannya. Berdasarkan Gambar 3.4, capaian APK jenjang
SD/MI menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi 1,19 persen
dibanding perempuan, sementara untuk capaian APK jenjang
SLTP, SLTA, dan PT menunjukkan persentase perempuan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Capaian APK perempuan
lebih tinggi di jenjang SLTP, SLTA dan perguruan tinggi
dibandingkan laki-laki menunjukkan adanya kesadaran
perempuan terhadap urgensi pendidikan bagi kehidupan
perempuan, terutama untuk peningkatan kualitas dan kapasitas
perempuan.
Gambar 3.4 APK Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Jenjang
Pendidikan, 2022

39.56
PT 41.91
37.31
76.91
SLTA 78
75.81
89.89
SLTP 91.2
88.73
103.34
SD/MI 101.91
104.72

Total Perempuan Laki-Laki

Sumber: Statistik Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, 2022

42 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

c) Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Angka partisipasi sekolah (APS) digunakan untuk mengetahui
seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah
memanfaatkan fasilitas pendidikan.
Gambar 3.5 APS Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Jenjang
Pendidikan, 2022
120.00 99.37 98.02
99.13 97.88
100.00 73.60
80.00 70.48

60.00
40.00
9.52
20.00 9.51
0.00
5-6 Tahun 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun
APS Formal

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa penduduk di Provinsi DKI


Jakarta yang berusia sekolah berada pada jumlah yang
mayoritas bersekolah, terutama di umur 7-12 tahun. Penduduk
yang belum menikmati layanan pendidikan sehingga tidak
bersekolah lagi dapat disebabkan beberapa faktor, misalnya
karena sakit atau ekonomi, harus bekerja membantu orang tua
atau (bahkan) terpaksa melakukan perkawinan di umur anak dan
karenanya kehilangan akses untuk kembali ke sekolah secara
formal.
Menurut jenis kelamin, perempuan memiliki capaian APS yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada kelompok umur 5-6

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 43


Pendidikan

tahun dan 7-12 tahun, setelahnya laki-laki memiliki capaian


APS yang lebih tinggi. Melalui gambar 3.3 dapat terlihat bahwa
semakin tinggi kategori umur penduduk, semakin lebar
kesenjangan APS antara perempuan dan laki-laki. Pada kategori
umur 5-6 tahun, APS laki-laki dan perempuan menunjukkan
posisi yang setara yang memiliki selisih hanya 0,01 persen saja.
Namun kategori kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan
umur 16-18 tahun, kesenjangan APS perempuan dan laki-laki
lebih besar dibandingkan kelompok umur 5-6 tahun, yaitu
sekitar 0,24 persen, 0,14 persen, dan 3,12 persen. Data ini
menunjukkan, peningkatan partisipasi pendidikan untuk
kelompok umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun harus menjadi
perhatian pemerintah DKI Jakarta baik penduduk perempuan
dan laki-laki.
Dalam konteks menghadapi situasi Pandemi Covid-19, studi
SMERU menunjukkan bahwa partisipasi sekolah pada
penduduk sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sarana
pembelajaran dan dukungan orang tua yang bervariasi
mempengaruhi praktik belajar dari rumah dan menyebabkan
terjadi ketimpangan pembelajaran antar murid. Murid yang
mempunyai dukungan terbatas paling merasakan dampaknya
hingga dihentikannya kegiatan pembelajaran. Dalam praktik
pengajaran jarak jauh, keragaman antar guru dalam hal
kemampuan dan metode mengajar pada saat itu dipengaruhi
faktor akses terhadap internet (Alifia, dkk. 2020).

44 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk


meningkatkan partisipasi sekolah bagi penduduk laki-laki dan
perempuan. Peningkatan partisipasi sekolah dilakukan melalui
berbagai cara antara lain peningkatan fasilitas sarana dan
prasarana sekolah, beasiswa dan bantuan biaya untuk
keterjangkauan layanan pendidikan, apresiasi terhadap siswa
berprestasi, dan membuka akses melanjutkan pendidikan di luar
negeri (Kemen. PPPA, 2021).
d) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Gambar 3.6 Persentase Penduduk Laki-Laki Berumur 15 Tahun ke
Atas menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang dimiliki,
2022
Tidak Mempunyai SD/MI/Paket
Diploma Ijazah, 3.02 A/SPM/PDFUla/SDLB
IV/S1/S2/S3, , 10.54
14.94
Profesi, 0.06

Akademi/Diploma III,
2.75
SMP/MTs/Paket
B/SPM/PDFWustha/
Diploma I dan
SMPLB, 16.74
Diploma II, 0.49

SMK/MAK, 8.44

SMA/MA/Paket
C/SPM/PDFUlya/SP
MB, 43.03

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Pada kategori penduduk laki-laki, di tingkat pendidikan tinggi


tahun 2022, persentase penduduk di bidang vokasi dan berijazah
Diploma 1 dan Diploma 2 hanya sebanyak 0,49 persen, Diploma
3 hanya sebanyak 2,75 dan Profesi hanya sebanyak 0,06 persen.
Selanjutnya, persentase penduduk yang telah lulus di jenjang
D4/Sarjana (S1), S2 dan S3 secara total sebesar 14,94 persen.
Pada kategori penduduk laki-laki juga ditemukan bahwa masih

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 45


Pendidikan

terdapat sebanyak 3,02 persen penduduk yang sama sekali tidak


memiliki ijazah.

Gambar 3.7 Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun


ke Atas menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang dimiliki,
2022
Tidak Mempunyai Ijazah, 4.64

SD/MI/Paket
Profesi, 0.05 A/SPM/PDFUla/SDLB, 13.30
Diploma
Akademi/Diploma III, 4.32 IV/S1/S2/S3,
12.62

Diploma I dan Diploma II, 0.65

SMK/MAK, 7.11

SMP/MTs/Paket
SMA/MA/Paket B/SPM/PDFWustha/SMPLB,
C/SPM/PDFUlya/SPMB, 18.79
38.52

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Pada kategori penduduk perempuan, di tingkat pendidikan


tinggi tahun 2022, persentase penduduk di bidang vokasi dan
berijazah Diploma 1 dan Diploma 2 hanya sebanyak 0,65
persen, Diploma 3 hanya sebanyak 4,32 dan Profesi hanya
sebanyak 0,05 persen. Selanjutnya, persentase penduduk yang
telah lulus di jenjang D4/Sarjana (S1), S2 dan S3 secara total
sebesar 12,62 persen. Pada kategori penduduk perempuan juga
ditemukan bahwa masih terdapat sebanyak 4,64 persen
penduduk yang sama sekali tidak memiliki ijazah.
Secara umum dapat terlihat dari gambar 3.6 dan gambar 3.7
bahwa persentase penduduk yang sama sekali tidak memiliki
ijazah pada kategori penduduk perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa kurangnya
perhatian terhadap pendidikan perempuan di DKI Jakarta.
Fenomena tersebut cukup miris karena akses perempuan
terhadap pendidikan membuka kesempatan bagi mereka untuk
mengakses pekerjaan yang layak dan memungkinkan mereka
menjadi pemimpin di masa depan. Pendidikan perempuan
memiliki dampak multilayer pada isu pembangunan lainnya
seperti sosial-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan

46 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Pendidikan

(Fachrunnisa, 2020). Selain itu, perempuan juga akan


mengupayakan akses kepada pendidikan yang lebih baik bagi
anak-anaknya di masa depan (Fachrunnisa, 2020). Di institusi
pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi juga
berpotensi menjadi pemimpin dan menjadi bagian dalam
pengambilan keputusan yang lebih adil gender. Keragaman
identitas pemimpin di institusi pendidikan juga menjadi sebuah
keuntungan dalam proses pengambilan keputusan dan
penyusunan strategi yang memungkinkan adanya ragam
perspektif (Burkinshaw 2015).

D. KESIMPULAN
Partisipasi penduduk perempuan di bidang pendidikan dapat
dilihat melalui sejumlah indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH),
Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka
Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan
pendidikan tertinggi yang dimiliki. Pada tahun 2022 di DKI Jakarta,
persentase penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis latin adalah sebesar 98,88 persen.
Artinya, terdapat 2 dari 100 perempuan Indonesia tidak dapat membaca
atau menulis.Di tahun 2022 juga APS perempuan menunjukkan
gambaran yang positif. Perempuan memiliki APS yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki pada kelompok umur usia sekolah Pendidikan
Dasar yaitu 7-12 tahun. Capaian APS yang ada menunjukkan bahwa
semakin besar kategori umur penduduk, semakin lebar kesenjangan
APS perempuan dan laki-laki. APS anak perempuan umur 7-12 tahun
mencapai 99,37 persen, umur 13-15 tahun mencapai 97,88 persen, dan
16-18 tahun sebanyak 70,48 perse

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 47


Pendidikan

Halaman kosong

48 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 49


Kesehatan

50 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

4. KESEHATAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut mengadopsi


Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB (Sustainable Development
Goal’s/ SDG’s) kedalam pembangunan nasional. TPB sendiri mencakup
17 tujuan, dimana salah satu tujuannya, yakni tujuan 3 adalah Kehidupan
Sehat dan Sejahtera. Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang no. 23
Tahun 1992 tentang kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan merupakan
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan bidang kesehatan
merupakan salah satu human capital yang diperlukan dalam
meningkatkan capaian hasil-hasil pembangunan secara keseluruhan.
Dalam peningkatan kualitas SDM, manusia dan masyarakat Indonesia
ditempatkan sebagai titik pusat dari pembangunan, baik sebagai modal
dasar atau kekuatan maupun sebagai pemanfaat hasil pembangunan.
Penduduk yang sehat secara fisik dan mental diharapkan mampu
memberikan kotribusi positif dalam membangun negara dan bangsa.
Terlebih lagi jika dibarengi dengan pendidikan yang memadai, maka akan
terwujud SDM yang handal dan mampu bersaing dengan manca negara
di era digital dan globalisasi ini.
Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah ketersediaan
jaminan social. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak. Penduduk miskin sangat rentan terhadap

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 51


Kesehatan

terjadinya risiko gangguan kesehatan sehingga perlu dilindungi sistem


pembiayaannya. Pemerintah memberikan subsidi bantuan pelayanan
kesehatan bagi penduduk miskin dan rentan/tidak mampu baik pada
tingkat pelayanan primer, sekunder, maupun tersier. Dengan cara ini
diharapkan “Kesehatan untuk Semua” (Health for All) dapat terwujud,
tidak hanya yang mampu secara ekonomi, akan tetapi juga yang kurang
mampu ekonominya.
DKI Jakarta sendiri, dengan posisinya sebagai ibukota negara,
kondisi kesehatan masyarakatnya relatif lebih baik dibandingkan
provinsi lain di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah
DKI Jakarta untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, misalnya
melalui peningkatan dan penyempurnaan sarana dan prasarana
kesehatan seperti Puskesmas keliling, penugasan dokter/bidan di daerah
perkampungan, upaya perbaikan gizi keluarga, upaya peningkatan
kesehatan ibu dan anak, imunisasi dan berbagai upaya lainnya.

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Kesehatan

Kesehatan merupakan proses dari dampak yang dialami


seseorang karena berbagai faktor yang ada di sekelilingnya misalnya
gaya hidup, pola makan, lingkungan, dan keterjangkauan pada fasilitas
kesehatan. Penilaian atas kesehatan seseorang tidak lagi semata-mata
bergantung sepenuhnya pada tenaga medis, namun juga dapat
dikembangkan melalui penguatan mental dan kesadaran individu
masing-masing sehingga partisipasi masyarakat untuk menciptakan rasa
sehat dan meningkatkan kualitas kesehatan diri dan lingkungannya dapat
lebih mudah dicapai.

52 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

2. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami


gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit
kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan),
kecelakaan, kriminal atau hal lain. Pada umumnya keluhan kesehatan
utama yang banyak dialami oleh penduduk adalah panas, sakit kepala,
batuk, pilek, diare, asma/ sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita
penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada
waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh
penyakitnya.
Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat
kesehatan masyarakat secara umum yang dilihat dari adanya keluhan
yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu. Pengetahuan
mengenai derajat kesehatan suatu masyarakat dapat menjadi
pertimbangan dalam pembangunan bidang kesehatan, yang bertujuan
agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut, diharapkan akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Interpretasi
indikator ini adalah semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan dari masyarakat
bersangkutan.
Dalam keluhan kesehatan, penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan tidak selalu merujuk pada layanan kesehatan. Dalam hal ini,
BPS menggunakan indikator unmet need pelayanan kesehatan atau
perbandingan antara banyaknya penduduk yang memiliki keluhan
kesehatan dan terganggu aktifitasnya namun tidak berobat jalan dan
jumlah penduduk. Aktifitas yang dimaksud adalah aktivitas penduduk

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 53


Kesehatan

sehari-hari seperti bekerja, bersekolah atau kegiatan sehari-hari lainnya.


Indikator ini merupakan proksi untuk melihat cakupan penduduk yang
seharusnya berobat ketika sakit, namun pada kenyataannya tidak
berobat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti; tidak punya
biaya berobat, tidak punya biaya transportasi, tidak ada sarana
transportasi, atau karena waktu tunggu pelayanan yang lama sehingga
berat hati untuk berobat (sirusa.bps.go.id).

3. Jaminan Kesehatan

Pasal 13 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban turut
serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Lebih lanjut, dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Jaminan Kesehatan
adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar Iuran Jaminan Kesehatan atau Iuran
Jaminan Kesehatannya dibayar oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah. Atas dasar kebijakan ini, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dibentuk sebagai ikhtiar atas peran Negara yang menyediakan program
jaminan sosial di bidang kesehatan melalui asuransi yang bersifat sosial.
Hal ini dimaksudkan agar penduduk Indonesia mendapatkan manfaat
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
BPS menetapkan indikator Jumlah Penduduk yang Dicakup
Asuransi Kesehatan atau Sistem Kesehatan Masyarakat per 1000

54 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

Penduduk melalui persentase penduduk yang memiliki jaminan


kesehatan, baik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) maupun asuransi
swasta, perusahaan atau kantor yang dinyatakan dalam satuan persen
(%). Yang termasuk dalam jaminan kesehatan melalui BPJS adalah
pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah/ bukan pekerja,
dan penerima bantuan iuran. Indikator ini berguna untuk melihat risiko
finansial akibat menderita penyakit dan untuk memantau
kecenderungan penduduk yang sudah terlindung oleh sistem asuransi
kesehatan. Secara bertahap, idealnya semua penduduk tercakup oleh
sistem asuransi kesehatan agar perlindungan kesehatan masyarakat
lebih terpantau dan terjamin (sirusa.bps.go.id).

4.Fasilitas Kesehatan

Pada Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun


2016 tentang Fasilitas Layanan Kesehatan mendefinisikan fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Pada pasal 6 ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan
daerah bertanggung jawab atas ketersediaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Tanggung jawab ini didasarkan pada pasal 15
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Selanjutnya, dalam PP

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 55


Kesehatan

No. 47 tahun 2016 Pasal 4 menjelaskan bahwa jenis fasilitas


layanan kesehatan terdiri dari:
 Tempat praktik mandiri tenaga kesehatan
 Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)
 Klinik
 Rumah sakit
 Apotek
 Unit transfusi darah
 Laboratorium kesehatan
 Optikal
 Fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan
hukum
 Fasilitas pelayanan kesehatan tradisional
Semua jenis fasilitas kesehatan ini dapat diselenggarakan oleh
pemerintah maupun non pemerintah.

5. Tenaga Kesehatan

Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas Tenaga Kesehatan


dan Asisten Tenaga Kesehatan. Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan mendefinisikan
tenaga kesehatan sebagai setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.

56 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

Selanjutnya, di ayat 2 dijelaskan definisi Asisten Tenaga


Kesehatan, yaitu setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma
Tiga. BPS mendefinisikan tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang memiliki pengetahuan dan atau keterampilan bidang
kesehatan dan melakukan upaya kesehatan untuk masyarakat
umum baik secara langsung maupun tidak langsung, mencakup:
tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga
keteknisian medis (sirusa.bps.go.id).
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 11 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dapat terdiri dari
tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga
kebidanan, tenaga kefarmasian (apoteker), tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga biomedika,
tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lainnya.

6. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya mewujudkan keluarga


berkualitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam hak-
hak reproduksi untuk membentuk keluarga dengan usia kawin
yang ideal, mengatur jumlah, jarak kehamilan, membina ketahanan
serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015). Hal ini didasarkan pada

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 57


Kesehatan

Pasal 1 Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang
mendefinisikan Keluarga Berencana sebagai upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Menurut World Health Organization (2016), Keluarga
Berencana (Family Planning) memberi ruang yang luas untuk
pasangan usia subur (PUS) melakukan langkah-langkah
perencanaan dan antisipatif pada kelahiran yang diharapkan,
mengatur jumlah anak yang diharapkan hadir dalam relasi
kehidupan PUS mereka, dan mengatur jarak antar-anak yang
diharapkan dan waktu kelahiran mereka.
Untuk mewujudkan harapan atas perencanaan tersebut,
salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan
metode kontrasepsi, baik yang digunakan atau diterapkan pada
perempuan maupun pada laki-laki. Harapan dari perencanaan
keluarga berencana ini dilakukan agar harapan kehidupan
keluarga yang bahagia, dapat diperoleh dengan kondisi seluruh
anggota keluarga yang sehat, berkualitas, dan berdaya saing.
Karena itu, keluarga berencana tidak hanya merujuk pada jumlah
dan jarak anak yang akan dilahirkan, namun juga memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan kesehatan reproduksi, terutama pada
perempuan. Jika perempuan dan kesehatan reproduksinya sehat,
maka perempuan mampu berkontribusi secara lebih optimal pada

58 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

keluarga, masyarakat, dan bangsa. Anak-anak yang tumbuh sehat


akan menjadi generasi bangsa yang berpartisipasi aktif dalam
pembangunan bangsa. Dengan demikian keluarga berencana tidak
hanya bermanfaat bagi anggota keluarga, namun juga penting bagi
pembangunan bangsa dan Negara. Sejumlah indikator yang
digunakan BPS dalam melihat praktik keluarga berencana ini di
antaranya adalah:
a. Umur Kawin Pertama (UKP)
Umur Kawin Pertama merupakan indikator yang digunakan
untuk menunjukkan menunjukkan umur pertama
dimulainya masa reproduksi pembuahan terjadi. Hubungan
antara UKP dengan fertilitas adalah negatif. Semakin muda
UKP maka akan semakin panjang masa reproduksinya atau
semakin banyak anak yang dilahirkan. UKP berhubungan
terbalik dengan jumlah kelahiran, UKP yang semakin
rendah mengindikasikan tingkat fertilitas yang tinggi. Data
ini memiliki manfaat yang banyak, di antaranya dapat
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
(sirusa.bps. go.id).
b. Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi yang digunakan sebagai data adalah alat
kontrasepsi modern. Penggunaan metode kontrasepsi
modern meliputi metode operasi pria (MOP) atau sterilisasi
pria, metode operasi wanita (MOW) atau sterilisasi wanita,

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 59


Kesehatan

IUD, implant KB, suntik KB, pil, kondom, diafragma, Metode


Amenorrhea Laktasi (MAL) dan kontrasepsi darurat.

C. PEMBAHASAN
1. Keluhan Kesehatan

Data terkait keluhan kesehatan yang terpilah berdasarkan


jenis kelamin berfungsi untuk mengetahui perbedaan kondisi
kesehatan antara laki-laki dan perempuan secara jelas. Selain itu,
data terpilah tersebut dapat dijadikan basis bagi pemangku
kebijakan untuk menyediakan akses dan layanan kesehatan yang
responsif gender sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya
perempuan.

Gambar 4.1. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan


Kesehatan selama Sebulan Terakhir menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2022
25.74
22.62
20.89
17.96 18.12 17.93 17.88
16.69 17.22 15.65
15.11 14.22 14.71
12.72

KEPULAUAN JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA DKI JAKARTA


SERIBU SELATAN TIMUR PUSAT BARAT UTARA

Laki-laki Perempuan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Gambar 4.1 menunjukkan kesenjangan pada proporsi


penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan
kesehatan yang tinggal di beberapa kota di DKI Jakarta. Menurut
jenis kelamin, di seluruh perkotaan proporsi perempuan lebih

60 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

banyak mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan laki-


laki. Persentase tertinggi ditemukan pada wilayah Kepulauan
Seribu, yaitu perempuan yang mengalami keluhan kesehatan ada
sebesar 25,74 persen sementara untuk laki-laki sebesar 22,62
persen. Sedangkan untuk persentase terendah ditemukan pada
wilayah Jakarta Selatan, yaitu perempuan yang mengalami keluhan
kesehatan hanya sebesar 15,11 persen sementara untuk laki-laki
sebear 12,72 persen. Secara keseluruhan persentase keluhan
kesehatan di DKI Jakarta untuk kategori penduduk perempuan
adalah sebesar 17,88 persen sementara untuk laki-laki adalah
sebesar 15,65 persen.
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan perbedaan yang nyata. Perempuan cenderung
mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada
laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis.
Namun dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami
kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki (Rosmalia & Sriani,
2017). Perempuan memiliki sistem tubuh dan kesehatan yang lebih
kompleks daripada laki-laki karena fungsi reproduksi dan peran
gender yang dibebankan pada dirinya (Haruna, 2020).

Gambar 4.2. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan


Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 61


Kesehatan

64.04 61.68

45.69 43.05 47.81 48.1


44.07 41.32
40.99 39.30 41.29
35.25

13.02
8.94

KEPULAUAN JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA DKI JAKARTA


SERIBU SELATAN TIMUR PUSAT BARAT UTARA

Laki-laki Perempuan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Gambar 4.2 menggambarkan tentang persentase penduduk


yang memiliki keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam sebulan
terakhir menurut tipe daerah dan jenis kelamin di DKI Jakarta
tahun 2022. Secara umum, penduduk di DKI Jakarta yang memiliki
keluhan kesehatan dan memutuskan untuk berobat jalan ada
sebanyak 48,10 persen untuk perempuan dan 47,81 persen untuk
laki-laki. Persentase tertinggi terdapat di wilayah Jakarta Barat
dengan angka sebesar 64,04 persen untuk laki-laki dan 61,68
persen untuk perempuan. Sementara yang terendah terdapat di
wilayah Kepulauan Seribu dengan angka sebesaar 13,32 persen
untuk perempuan dan 8,94 persen untuk laki-laki.
Ada sejumlah faktor yang mendasari kesenjangan capaian
menurut gender pada pola berobat jalan. Tuntutan pengasuhan dan
perawatan sekaligus tanggung jawab terhadap kesehatan keluarga
kerap menjadikan perempuan menomorduakan kesehatan dirinya
demi kepentingan keluarga atau lainnya. Selain itu, relasi yang
timpang dalam pengambilan keputusan mengakibatkan keputusan

62 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

perempuan bergantung pada laki-laki, termasuk untuk


kepentingan kesehatan perempuan. Hal ini dilanggengkan oleh
diskriminasi gender yang secara sistematis telah melemahkan
akses perempuan ke layanan kesehatan karena alasan keuangan,
sumber daya, dan hambatan mobilitas (UN Women, 2015). Dalam
konteks ini, dapat dimengerti mengapa terjadi kesenjangan antara
jumlah perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dengan
jumlah perempuan yang berobat jalan.
Ketidaksetaraan gender juga menimbulkan hambatan bagi
perempuan dan anak perempuan untuk mengakses informasi-
informasi terkait kesehatan dan layanan kesehatan, keterbatasan
perempuan dalam melakukan mobilitas, kurangnya otonomi
perempuan dalam pengambilan keputusan, akses keuangan yang
terbatas, tingkat melek huruf yang lebih rendah dan sikap
diskriminatif dari penyedia layanan kesehatan (Blondeel dkk,
2018). Kompleksitas situasi perempuan ini memperparah masalah
kesehatan perempuan yang berdampak pada derajat kesehatan
perempuan.

2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan indikator penting dalam


mengukur hak atas kesehatan terhadap penduduk terutama
perempuan. Ketersediaan fasilitas kesehatan juga menjadi mandat
dalam UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Di dalam UU
Kesehatan disebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 63


Kesehatan

merupakan bagian dari sumber daya di bidang kesehatan. Lebih


jauh, disebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.

Gambar 4.3. Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan,


Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut
Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Jalan, 2022

Lainnya 0.04%
0.02%
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.05%
0.07%
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,… 0.03%
0.00%
Puskesmas/Pustu 2.99%
2.75%
Klinik/Praktik Dokter Bersama 1.51%
1.40%
Praktik Dokter/Bidan 0.25%
0.23%
RS Swasta 0.76%
0.71%
RS pemerintah 1.24%
0.77%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan yang


diakses penduduk, baik laki-laki maupun perempuan untuk
berobat jalan cukup beragam. Data BPS mengidentifikasi sumber-
sumber fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, antara lain
Rumah Sakit (RS) pemerintah, RS swasta, praktek dokter/bidan,
puskesmas/ pustu, Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

64 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

(UKBM), praktik pengobatan bersama/alternatif, dan kategori


lainnya. Gambar 4.3 pun menunjukkan bahwa mayoritas
penduduk, baik laki-laki maupun perempuan cenderung
menggunakan fasilitas kesehatan untuk berobat jalan adalah
puskesmas/pustu, klinik/praktik dokter bersama, dan rumah sakit
pemerintah. Pada fasilitas kesehatan puskesmas/pustu, persentase
perempuan yang melakukan berobat jalan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, begitupun pada fasilitas kesehatan
klinik/praktik dokter bersama atau rumah sakit pemerintah.

Tabel 4.1. Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan,


Sakit dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Tempat Berobat Jalan,
2022
Laki-laki Perempuan
Kepulauan Seribu
RS pemerintah 0.00 0.00
RS Swasta 0.00 0.00
Praktik Dokter/Bidan 0.00 0.00
Klinik/Praktik Dokter Bersama 0.01 0.01
Puskesmas/Pustu 0.01 0.03
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,
Balai Pengobatan) 0.00 0.00
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.00 0.00
Lainnya 0.00 0.00
Jakarta Selatan
RS pemerintah 0.01 0.02
RS Swasta 0.01 0.01
Praktik Dokter/Bidan 0.00 0.00
Klinik/Praktik Dokter Bersama 0.01 0.01
Puskesmas/Pustu 0.02 0.02

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 65


Kesehatan

UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,


Balai Pengobatan) 0.00 0.00
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.00 0.00
Lainnya 0.00 0.00
Jakarta Timur
RS pemerintah 0.01 0.01
RS Swasta 0.01 0.01
Praktik Dokter/Bidan 0.00 0.00
Klinik/Praktik Dokter Bersama 0.01 0.01
Puskesmas/Pustu 0.03 0.03
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,
Balai Pengobatan) 0.00 0.00
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.00 0.00
Lainnya 0.00 0.00
Jakarta Pusat
RS pemerintah 0.01 0.02
RS Swasta 0.01 0.00
Praktik Dokter/Bidan 0.00 0.00
Klinik/Praktik Dokter Bersama 0.01 0.01
Puskesmas/Pustu 0.02 0.03
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,
Balai Pengobatan) 0.00 0.00
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.00 0.00
Lainnya 0.00 0.00
Jakarta Barat
RS pemerintah 0.01 0.01
RS Swasta 0.01 0.01
Praktik Dokter/Bidan 0.00 0.00
Klinik/Praktik Dokter Bersama 0.02 0.03
Puskesmas/Pustu 0.05 0.03
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,
Balai Pengobatan) 0.00 0.00
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.00 0.00
Lainnya 0.00 0.00
Jakarta Utara

66 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

RS pemerintah 0.01 0.02


RS Swasta 0.01 0.01
Praktik Dokter/Bidan 0.00 0.00
Klinik/Praktik Dokter Bersama 0.01 0.02
Puskesmas/Pustu 0.02 0.05
UKMB (Poskesdes, Polinde, Posyandu,
Balai Pengobatan) 0.00 0.00
Praktik Pengobatan Tradisional/Alternatif 0.00 0.00
Lainnya 0.00 0.00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa di seluruh wilayah di


Provinsi DKI Jakarta, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama
memilih berobat jalan ke puskesmas/pustu sebagai pilihan yang
paling banyak. Pilihan tersebut tentu berhubungan dengan
aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah
tersebut.

Gambar 4.4. Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam


Setahun Terakhir menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2022
4.68

3.95
3.37 3.50
3.24 3.17

2.06 2.09 1.98 2.05 2.08 2.00


1.84

0.54

KEPULAUAN JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA DKI


SERIBU SELATAN TIMUR PUSAT BARAT UTARA JAKARTA

Laki-laki Perempuan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 67


Kesehatan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Menurut Gambar 4.3, hanya sebagian kecil penduduk di DKI


Jakarta yang pernah dirawat inap dalam satu tahun terakhir
dengan pola, perempuan masih mendominasi pada angka 3,50
persen, sementara laki-laki lebih sedikit, yaitu 2,00 persen.
Sementara berdasarkan kabupaten/kota, persentase penduduk
tertinggi yang melakukan rawat inap adalah Jakarta Pusat dengan
persentase perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Untuk
persentase penduduk terendah yang melakukan rawat inap adalah
Kepulauan Seribu denganpersentase perempuan lebih tinggi juga
dibadningan laki-laki.

3. Jaminan Kesehatan

Setiap penduduk wajib turut serta dalam program jaminan


kesehatan sosial. Hal ini menjadi amanat pasal 13 ayat (1) UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam hal menjamin
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat tersebut,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai mandat dari
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jaminan Kesehatan sendiri
merupakan salah satu pilar dalam Program Indonesia Sehat yakni

68 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan


nasional.
Dalam dokumen Rencana Aksi Program (RAP) Kementerian
Kesehatan Nasional (2020) disebutkan bahwa jaminan kesehatan
merupakan bagian integral dalam Strategi Nasional Pembangunan
Kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan kesehatan
reproduksi. Secara rinci disebutkan bahwa penting untuk
melakukan peningkatan pelayanan maternal dan neonatal
berkesinambungan di fasilitas pelayanan kesehatan publik dan
swasta dengan mendorong seluruh persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu menangani pelayanan
emergensi komprehensif didukung jaminan pembiayaan,
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan termasuk penguatan
kemampuan deteksi dini faktor risiko dalam kehamilan;
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal, neonatal,
persalinan, dan pasca persalinan; perbaikan sistem rujukan
maternal yang didukung dengan peningkatan kapasitas sistem
kesehatan dan penguatan regulasi; penyediaan sarana prasarana
dan farmasi serta jaminan ketersediaan darah setiap saat, dan
pencatatan kematian ibu di fasilitas pelayanan kesehatan terutama
untuk penguatan tata laksana. Dengan demikian, kepemilikan
jaminan kesehatan sangat terkait dengan pemenuhan akses dan
hak perempuan terhadap kesehatan.

Gambar 4.5. Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan


untuk berobat jalan dalam sebulan terakhir menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 69


Kesehatan

83.13
76.61 76.67 75.43
69.4 68.35 66.48 68.25 71.25
60.26 61.65 63.95 63.12 65.55 64.41
53.05 51.66 53.59 56.84 55.19
49.4

KEPULAUAN JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA DKI


SERIBU SELATAN TIMUR PUSAT BARAT UTARA JAKARTA

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Berdasarkan Gambar 4.5, secara keseluruhan di DKI Jakarta


sudah lebih dari separuh penduduk yang telah memiliki jaminan
kesehatan yaitu 64,41 persen. Secara jenis kelamin, persentase
kepemilikan jaminan kesehatan pada perempuan dan laki-laki
sudah dapat dikatakan seimbang yaitu 65,55 persen (perempuan)
dan 63,13 persen (laki-laki). Meskipun demikian, kesenjangan
antara penduduk di beberapa perkotaan masih terlihat secara
signifikan. Persentase penduduk memiliki jaminan kesehatan
untuk berobat jalan dalam sebulan terakhir tertinggi dimiliki oleh
kota Jakarta Pusat dengan persentase pesentase penduduk
perempuannya sebesar 83,13 persen dan laki-laki sebesar 68,35
persen. Sementara untuk persentase penduduk yang memiliki
jaminan kesehatan untuk berobat jalan dalam sebulan terakhir
dimiliki oleh Kepulauan Seribu dengan persentasi penduduk
perempuannya sebesar 53,05 persen dan laki-laki sebesar 49,4
persen. Data tersebut juga mengindikasikan bahwa akses

70 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

perempuan mendapatkan jaminan kesehatan sudah baik apabila


dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 4.2. Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan
menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Jenis Jaminan
Kesehatan, 2022
BPJS asuransi jaminan
Kesehat kesehat kesehatan dari
BPJS
Kesehata an non- Jamkes an perusahaan/kan
n PBI PBI da swasta tor
Kepulauan Seribu
Laki-laki 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Perempu 0.02
an 0.00 0.00 0.00 0.00
Jakarta Selatan
Laki-laki 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00
Perempu 0.01
an 0.01 0.00 0.00 0.00
Jakarta Timur
Laki-laki 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00
Perempu 0.01
an 0.01 0.00 0.00 0.00
Jakarta Pusat
Laki-laki 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00
Perempu 0.03
an 0.01 0.00 0.00 0.00
Jakarta Barat
Laki-laki 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00
Perempu 0.02
an 0.00 0.00 0.00 0.00
Jakarta Utara
Laki-laki 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00
Perempu 0.02
an 0.01 0.00 0.00 0.00
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Pada Tabel 4.2, dapat kita ketahui bahwa terdapat beberapa


jenis jaminan kesehatan yang dimiliki penduduk di DKI Jakarta,

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 71


Kesehatan

yaitu BPJS Kesehatan, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda),


Asuransi Swasta, dan Perusahaan/Kantor. Jika dilihat menurut
Kabupaten/Kota, pada seluruh wilayah di DKI Jakarta sebagian
besar menggunakan BPJS Kesehatan. Sementara jenis jaminan
terendah yang digunakan pada Kota Jakarta Selatan, Jakarta Timur,
Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara adalah Jamkesda, dan
khusus untuk wilayah Kepulauan Seribu, jaminan kesehatan yang
paling rendah digunakan adalah Asuransi Swasta dan
Perusahaan/kantor.

4. Kebiasan Merokok

Merokok merupakan satu kebiasaan yang memiliki risiko


tinggi terhadap kesehatan seseorang, baik pada laki-laki dan
terutama pada perempuan. Bahaya rokok tidak hanya akan
dirasakan perokok aktif, namun juga pada perokok pasif.
Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok rentan sebagai
perokok pasif.

Gambar 4.6. Persentase Penduduk umur 18 Tahun ke Atas yang


Merokok dalam Satu Bulan Terakhir menurut Jenis
Kelamin dan Kebiasaan Merokok, 2022

72 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

72.49%

98.69%

Laki-laki Perempuan

Ya, setiap hari Ya, tidak setiap hari Tidak Tidak tahu

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Perempuan selama sebulan terakhir yang menyatakan tidak


pernah merokok sebanyak 98,69 persen. Situasi ini sejalan dengan
laki-laki meskipun dengan angka yang lebih rendah, yaitu terdapat
sebesar 72,49 persen laki-laki di Provinsi DKI Jakarta yang
bukanlah perokok. Kebiasaan merokok memiliki hubungan dengan
konstruksi gender yang menormalisasi laki-laki sebagai perokok
aktif, bahkan menempatkannya sebagai salah satu citra maskulin
pada laki-laki. Akibatnya, sebagian masyarakat memperlakukan
laki-laki yang tidak merokok sebagai laki-laki yang kurang ideal.
Sebaliknya, perempuan perokok mendapat citra negatif, bahkan
menjadi pembenaran atas stigma perempuan tidak baik atau nakal.
Pandangan konstruksi ini mengakibatkan perempuan cenderung
tidak memilih menjadi perokok, dan jikapun menjadi perokok,
maka melakukannya dengan argumentasi-argumentasi justifikasi
atas pilihannya sebagai perokok.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 73


Kesehatan

5. Perkawinan Pertama dan Persalinan

a. Umur Kawin Pertama


Perkawinan usia anak dapat membawa dampak yang serius bagi
masa depan anak, khususnya anak perempuan. Perempuan yang
menikah di usia anak akan berisiko mengalami berbagai
persoalan kesehatan terutama kesehatan reproduksinya, selain
persoalan terhadap dampak-dampak lain yang tidak terpisahkan
antara lain akses mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang
layak. Upaya penghapusan praktik perkawinan usia anak
merupakan bagian dari tujuan SDGs tujuan 5 yaitu “Mencapai
Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan”
dan dalam target 5.3 yakni menghapuskan semua praktik
berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan
paksa, serta sunat perempuan.
Gambar 4.7. Persentase Perempuan yang Pernah Kawin Berumur
10 Tahun ke Atas menurut Umur Kawin Pertama,
2022

usia <19
17%

usia 19+
83%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa persentase perempuan yang


menikah di umur 19 tahun ke atas, yaitu 83 persen, sementara
persentase perempuan yang menikah pada usia kurang dari 19
tahun sebanyak 17 persen/ Catatan penting dari data ini adalah
tingginya persentase perkawinan pertama perempuan pada usia
anak sebesar 17 persen yang artinya hampir seperenam

74 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

perempuan berusia 10 tahun keatas yang pernah menikah


diawali dengan praktik perkawinan usia anak.
b. Kehamilan, Persalinan, dan Inisiasi Menyusui Dini
Memiliki anak seyogyanya direncanakan secara matang dan
dibarengi dengan upaya-upaya yang memastikan perempuan
menjalani kehamilannya secara sehat. Terdapat empat faktor
yang mempengaruhi kualitas kesehatan kehamilan perempuan,
yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial,
dan kesehatan ekonomi (Syalfina, Khasanah & Sulistyowati,
2018).
Gambar 4.8. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun Pernah
Kawin yang Pernah Melahirkan dalam 2 Tahun
Terakhir menurut Kabupaten/Kota dan Tempat
Melahirkan Anak Lahir, 2022

DKI JAKARTA 51.02

JAKARTA UTARA 44.18

JAKARTA BARAT 51.29

JAKARTA PUSAT 59.31

JAKARTA TIMUR 58.50

JAKARTA SELATAN 46.99

KEPULAUAN SERIBU 51.13

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

RS Pemerintah/ RS Swasta Rumah Bersalin/ Klinik Puskesmas

Puskesmas Pembantu (Pustu) Praktik Tenaga Kesehatan Polindes/ Poskesdes

Rumah Lainnya

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa pada tahun 2022, perempuan


yang pernah kawin berumur 15-49 tahun yang melahirkan hidup
selama 2 tahun terakhir yang memilih melahirkan di Rumah
Sakit Pemerintah/swasta sebanyak 51,02 persen. Selain di RS
Pemerintah/Swasta, perempuan juga memilih melahirkan di
klinik bersalin sebanyak 24,38 persen dan puskesmas sebanyak
18 persen. Di tahun 2022, sudah todal terdapat yang terjadi di
rumah, hal tersebut menunjukan kondisi kesehatan yang baik
mengingat bahwa persalinan di rumah dapat berisiko pada

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 75


Kesehatan

keselamatan ibu dan bayinya, dan kondisi ini dapat lebih


berbahaya jika tidak didampingi oleh tenaga kesehatan.
Rumah Sakit (RS) pemerintah/swasta menjadi pilihan yang
paling banyak dipilih sebagai tempat bersalin perempuan baik
di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta
Timur, dan Jakarta Selatan, sementara untuk wilayah Kepulauan
Seribu masih dominan bersalin di Puskesmas. Tingginya
Puskesmas sebagai pilihan tempat bersalin pada perempuan di
Kepulauan Seribu dapat merefleksikan layanan persalinan
Rumah Sakit belum terjangkau secara menyeluruh pada
masyarakat di Kepulauan Seribu.
Gambar 4.9. Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun
yang Melahirkan Hidup dalam 2 Tahun Terakhir
menurut Kabupaten/Kota dan Tempat Penolong
Persalinan Terakhir, 2022
120.00
100.00
80.00 31.47 35.11 31.52 35.24 40.42 35.52
69.99 8.15
60.00
40.00 66.28
59.32 63.28 62.33 54.65 60.32
20.00 28.76
0.00

Dokter Kandungan Dokter Umum Bidan Lainnya

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.9 memperlihatkan perempuan yang pernah kawin


usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup menurut penolong
persalinan. Seluruh daerah di Provinsi DKI Jakarta, penolong
persalinan tertinggi adalah dibantu Dokter Kandungan, yaitu
sebanyak 50,32 persen, kemudian bidan juga menjadi penolong
terbanyak kedua sebanyak 35,52 persen. Catatan penting yang
harus dilihat adalah persalinan perempuan yang ditolong selain
tenaga kesehatan masih menyumbangkan persentasenya
meskipun kecil, yang menunjukan bahwa kejadian persalinan
perempuan yang ditolong selain tenaga kesehatan masih ada di

76 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

Provinsi DKI Jakarta. Jika dilihat menurut wilayahnya, Kota


Jakarta Selatan memiliki persentase tertinggi untuk kejadian
persalinan perempuan yang ditolong selain tenaga kesehatan
yaitu sebesar 8,5 persen.
Upaya penyadaran masyarakat untuk memilih tempat persalinan
di layanan kesehatan dan oleh tenaga kesehatan sangat penting
dilakukan, tidak hanya pada perempuan saja, laki-laki, terutama
suami, menjadi kelompok penduduk yang sangat penting
mendapatkan sosialisasi terkait persalinan aman bagi
perempuan. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat Indonesia
yang masih banyak menempatkan pihak pengambil keputusan
dalam keluarga adalah suaminya. Dengan menguatkan
kesadaran dan perhatian suami pada tempat dan penolong
persalinan istrinya, diharapkan dapat berkontribusi pada
persalinan selamat pada perempuan dan bayi, serta menekan
angka kematian ibu (AKI).
Gambar 4.10. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49
Tahun yang Melahirkan Hidup dalam 2 Tahun
Terakhir menurut Kabupaten/Kota dan Status Inisiasi
Menyusui Dini, 2022

DKI JAKARTA 81.84


JAKARTA UTARA 84.37
JAKARTA BARAT 74.32
JAKARTA PUSAT 83.95
JAKARTA TIMUR 79.62
JAKARTA SELATAN 90.08
KEPULAUAN SERIBU 84.55

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa di tahun 2022, secara


keseluruhan perempuan berumur 15-49 tahun yang melahirkan
hidup dalam dua tahun terakhir dan melakukan inisiasi
menyusui dini sebanyak 81,84 persen. Hal ini menunjukkan
masih cukup tinggi kesadaran perempuan tentang pentingnya
ASI bagi bayi yang baru dilahirkan. Selain itu, peran penolong
persalinan dalam menyarankan proses inisiasi menyusui dini

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 77


Kesehatan

juga penting diperhitungkan dalam meningkatkan kemauan


ibu untuk menyusui bayinya di awal-awal kehidupannya.
Wilayah yang memiliki persentase status inisiasi menyusui dini
tertinggi dicapai oleh Kota Jakarta Selatan dengan angka 90,08
persen dan terendah dimiliki oleh Kota Jakarta Barat dengan
angka 74,32 persen.

6. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi

Gambar 4.11. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun


yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Status
Penggunaan Alat KB atau Cara Tradisional untuk Menunda
atau Mencegah Kehamilan, 2022

DKI JAKARTA 8.67 45.12 46.2


JAKARTA UTARA 8.93 42.63 48.44
JAKARTA BARAT 8.96 49.42 41.62
JAKARTA PUSAT 8.12 43.06 48.82
JAKARTA TIMUR 5.07 50.19 44.74
JAKARTA SELATAN 12.98 36.1 50.92
KEPULAUAN SERIBU 10.71 54.21 35.08

0 20 40 60 80 100

Pernah Sedang Tidak Menggunakan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.11 menunjukkan persentase perempuan di DKI Jakarta


pada tahun 2022 yang tercatat aktif menggunakan KB hampir
mencapai 50 persen, yaitu sebesar 45,12. Angka tersebut masih lebih
kecil dibandingkan dengan yang tidak menggunakan dengan selisih
1,08 persen. Jika dilihat berdasarkan wilayah, wilayah Jakarta Barat,
Jakarta Timur, dan Kepulauan Seribu sebagian besar penduduk
perempuannya aktif menggunakan KB. Sementara untuk wilayah
Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan didominasi oleh
penduduk perempuan yang tidak menggunakan KB atau alat
tradisional lainnya untuk menunda atau mencegah kehamilan.

78 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kesehatan

Gambar 4.12. Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun


yang Pernah Kawin menurut Alat KB atau Cara Tradisional
yang Sedang Digunakan, 2022

Intravag/Kondom Wanita/Diafragma 0.09


Lainnya 0.29
Metode Menyusui Alami 0.41
Sterilisasi Pria/Vasektomi/MOP 0.51
Pantang Berkala/Kalender 1.02
Sterilisasi Wanita/Tubektomi/MOW 3.21
Susuk KB/Implan 4.19
Kondom Pria/Karet KB 13.02
Pil 15.51
IUD/AKDR/Spiral 19.28
Suntikan 42.46

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 4.12 menunjukkan bahwa di tahun 2022, mayoritas


penduduk perempuan di DKI Jakarta yang berusia 15-49 tahun,
pernah kawin, dan sedang menggunakan alat kontrasepsi memilih
metode suntikan sebagai alat kontrasepsi, yaitu mencapai 42,46
persen. Selain suntikan yang menjadi pilihan metode kontrasepsi
terbanyak, perempuan yang menggunakan metode
IUD/AKDR/Spriral sebesar 19,28 persen. Data ini juga
menunjukkan tentang ternyata ada sebagian kecil jumlah laki-laki
yang memilih sterilisasi/ vasektomi/MOP, yaitu 0,51 persen saja.

Konstruksi gender yang tidak berpihak pada kesehatan reproduksi


perempuan mempengaruhi posisi perempuan sebagai pihak yang
bertanggung jawab pada pengaturan kehamilannya. Posisi ini
seringkali tidak sebanding dengan apa yang dialami laki- laki dan
selanjutnya, dibuktikan dengan rendahnya partisipasi laki- laki
dalam penggunaan metode kondom pria dan vasektomi/MOP.
Padahal, perempuan yang memiliki rahim ini telah dan/atau akan
menjalani proses kehamilan yang berat, maka melepaskan beban
penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan lebih menunjukkan
rasa keadilan bagi perempuan. Apalagi, alasan-alasan penolakan
laki-laki menggunakan alat kontrasepsi lebih banyak berkaitan
dengan mitos yang menyasar pada kepentingan penikmatan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 79


Kesehatan

seksualitas laki-laki. Akibatnya, mitos tersebut digunakan untuk


memperkuat keengganan laki-laki dalam menggunakan alat
kontrasepsi. Karena itulah, promosi untuk melibatkan lebih banyak
laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi perlu terus diupayakan.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan data BPS, penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan menurut jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami
keluhan kesehatan dalam kehidupannya sehari-hari jika dibandingkan
dengan laki-laki, dan fenomena tersebut terjadi di seluruh
kabupaten.kota di Provinsi DKI Jakarta. Sehingga, dapat dipahami jika
pemilik jaminan kesehatan lebih banyak dimiliki perempuan. Akan tetapi,
penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan masih berada di
angka yang cukup tinggi. Karena itu, pemerataan jaminan kesehatan
untuk seluruh masyarakat masih terus menjadi tantangan yang mesti
dihadapi ke depan dan harus terus diupayakan oleh pemerintah.
Kasus pernikahan anak masih memiliki angka yang signifikan di
DKI Jakarta pada tahun 2022. Hal ini karena masih banyak pandangan
tradisional di tingkat komunitas yang merugikan posisi anak perempuan,
seperti anak perempuan harus cepat dinikahkan, perempuan tidak perlu
mengenyam pendidikan tinggi dan anak perempuan sumber fitnah. Atas
hal itu, program keluarga berencana dan penggunaan alat kontrasepsi
sangat penting diperhitungkan karena berpengaruh pada kebahagiaan
keluarga dalam rumah tangga dan berkontribusi terhadap penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi (AKB). Langkah mitigasi pada risiko
lebih lanjut dari perkawinan anak juga dapat dilakukan dengan cara
melakukan penundaan kehamilan di usia anak melalui penggunaan alat
kontrasepsi.

80 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 81


Ekonomi

82 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

5. EKONOMI
A. LATAR BELAKANG

Dalam perekonomian Nasional, Provinsi DKI Jakarta memegang


peran yang sangat penting yaitu sebagai ibukota negara Republik yang
merupakan pusat bisnis, politik dan kebudayaan. Sebagai pemegang
peranan yang penting, Provinsi DKI Jakarta juga perlu memerhatikan
tingkat partisipasi perempuan dalam perekonomian dikarenakan
partisipasi perempuan dalam pembangunan ekonomi merupakan suatu
indikator kunci keberhasilan pembangunan manusia di seluruh dunia.
Partisipasi perempuan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan untuk bekerja juga menjadi salah satu Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) ke-
8 yakni “Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan, Kesempatan Kerja yang Produktif dan Menyeluruh, serta
Pekerjaan yang Layak untuk Semua”. Pada indikator target 8.5 negara-
negara perlu memastikan bahwa pada tahun 2030, ada ketercapaian
terhadap pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi
semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang
disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Lebih jauh, di Indonesia, hak untuk mendapat pekerjaan yang layak
disebutkan secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi bahwa
“Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan”.
Lebih jauh, dalam realitanya banyak praktik-praktik yang bias
gender yang merugikan kelompok perempuan sehingga mereka sulit

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 83


Ekonomi

berpartisipasi dalam pembangunan di bidang ekonomi dan mengakses


pekerjaan yang layak. Praktik ini menempatkan perempuan menjadi
angkatan kerja kelas dua (subordinasi) yang dapat diupah lebih murah
(marginalisasi) dengan salah satu asumsi bahwa perempuan bukan
pencari nafkah utama dalam keluarga (stereotipe). Hal ini membuat
perempuan ditempatkan pada jenis- jenis pekerjaan yang dilabeli ‘khas
perempuan’, sehingga dapat diupah rendah, dan tidak mendapatkan
perlindungan kerja yang memadai. Praktik gender tersebut melahirkan
istilah “feminisasi kemiskinan” yakni situasi dimana perempuan menjadi
kelompok miskin yang paling dominan. Istilah “feminisasi kemiskinan”
berdasarkan analisis data statistik di Amerika Serikat pada periode tahun
1950-an dan 1970-an, yang menunjukkan bahwa ada kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan meningkat di kalangan perempuan. Istilah ini
kemudian diadopsi dalam Konferensi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) Keempat tentang Perempuan pada tahun 1995. Konferensi
tersebut mengumumkan bahwa 70% dari penduduk miskin di dunia
adalah perempuan (Peterson, 1987; Chant, 2004). Feminisasi kemiskinan
pada akhirnya tidak terlepas dari bagaimana perempuan mampu dan
dimampukan untuk mengakses ekonomi dan kerja yang layak (Pratiwi,
2020).

B. KONSEP DAN DEFINISI

Konsep dan definisi dalam bab ini merujuk pada dokumen Badan
Pusat Statistik (BPS) yang diakses melalui website sirusa. bps.go.id.

1. Penduduk Usia Kerja dan Tenaga Kerja

84 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

Data ketenagakerjaan dilakukan Badan Pusat Statistik dengan


merujuk pada The Labor Force Concept yang disarankan oleh
International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk
menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan
usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua
kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya.
Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Definisi yang berkaitan dengan penerapan konsep tersebut di Indonesia
dijelaskan dalam uraian berikut:
(1) Penduduk usia kerja diukur pada penduduk yang dimulai
(2) Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk
berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja atau pengangguran
(3) Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah
penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah,
mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya
selain kegiatan pribadi
(4) Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam
(tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut
termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi
(5) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau Labour Force
Participation Rate (LFPR) adalah indikator dari tingkat aktivitas
pasar tenaga kerja. TPAK mencerminkan tingkatan penduduk
usia kerja pada suatu negara yang aktif secara ekonomi (ADB,

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 85


Ekonomi

2012). TPAK didefinisikan sebagai proporsi penduduk angkatan


kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).

2. Pengangguran

(1) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan sedang aktif mencari
pekerjaan. Mencari pekerjaan adalah kegiatan pada saat orang
tersebut sedang mencari pekerjaan, termasuk yang belum
pernah bekerja, sudah pernah bekerja ataupun sudah bekerja
tetapi pada saat survei sedang mencari pekerjaan
(2) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
Mempersiapkan usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu
usaha/pekerjaan yang baru yang bertujuan memperoleh
penghasilan atau keuntungan atas resiko sendiri baik dengan
atau tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar atau tidak
dibayar.
(3) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan tidak mencari
pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan.
(4) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau Unemployment Rate

TPT adalah indikator yang umum digunakan untuk


menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja. TPT didefinisikan
sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja. Manfaat indikator ini untuk menunjukkan kondisi

86 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja yang


mampu menyerap persediaan (supply) tenaga kerja yang ada.
Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin banyak persediaan
tenaga kerja yang tidak termanfaatkan. Indikator ini dapat
memberikan sinyal tentang kinerja pasar kerja dan
berlangsungnya kondisi ekonomi tertentu, seperti resesi,
perubahan siklus bisnis dan teknologi, dan lain-lain. Pembedaan
menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan tingkat pendidikan
dapat menggambarkan kesenjangan keterserapan di lapangan
kerja antar kelompok tersebut (sirusa.bps.go.id).

4. Status Pekerjaan

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam


melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau pekerjaan. Dalam
data yang digunakan melalui kegiatan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas), status pekerjaan dibedakan menjadi 7 (tujuh)
kategori antara lain:
(1) Berusaha sendiri
bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko secara
ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi
yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut,
serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja
tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan
teknologi atau keahlian khusus.
(2) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 87


Ekonomi

bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, dan menggunakan


buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/ pekerja tidak
tetap.
(3) Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
berusaha atas risiko sendiri dan mempekerjakan paling
sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar.
(4) Buruh/Karyawan/Pegawai
seseorang yang bekerja pada orang lain atau
instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima
upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
(5) Pekerja bebas di pertanian
seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi
yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan
terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah
tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas
jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang
maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian
maupun borongan. Usaha pertanian meliputi pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan,
perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.
(6) Pekerja bebas di nonpertanian
seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi
yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan
terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah
atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik
dengan system pembayaran harian maupun borongan.

88 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

(7) Pekerja keluarga/tak dibayar


seseorang yang bekerja membantu orang lain yang
berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa
uang maupun barang.

5. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat


pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran
pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah dengan mendapatkan
tanda tamat (ijazah) (sirusa.bps.go.id).

6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan persentase


penduduk usia 15 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja.
Persentase ini digunakan untuk mengindikasikan besarnya
persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu
negara/wilayah. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa
semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang
tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu
perekonomian (sirusa.bps.go.id).

7. Jam Kerja

Jam kerja merujuk pada lamanya waktu dalam jam yang


digunakan untuk bekerja dari seluruh pekerjaan, tidak termasuk
jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 89


Ekonomi

hal di luar pekerjaan selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang


keliling, jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah
sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak
merupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan dan
sebagainya (sirusa.bps. go.id).

8. Lapangan Usaha

Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/


usaha/ perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja. Terdapat 18
jenis usaha yang digunakan oleh BPS, yaitu :
(1) Pertanian tanaman padi dan palawija
(2) Konstruksi/bangunan
(3) Perdagangan
(4) Hotel dan rumah makan
(5) Transportasi dan pergudangan
(6) Informasi dan komunikasi
(7) Keuangan dan asuransi
(8) Jasa pendidikan
(9) Jasa kesehatan
(10) Jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan
perorangan
(11) Hortikultura
(12) Perkebunan
(13) Perikanan
(14) Peternakan

90 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

(15) Kehutanan dan pertanian


(16) Pertambangan dan penggalian
(17) Industri penolahan
(18) Listrik dan gas
(19) Kategori lainnya
Secara khusus, kategori lapangan usaha jasa-jasa (services)
terdiri atas lapangan usaha perdagangan besar/eceran, rumah
makan dan restoran, transportasi, pergudangan dan komunikasi,
keuangan, asuransi usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa
perusahaan, dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
(sirusa.bps.go.id).

9. Jenis pekerjaan/jabatan

Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dilakukan


oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang atau apa yang
dilakukan di tempat bekerjanya. Jenis pekerjaan/jabatan
ditanyakan berdasarkan status dalam seminggu yang lalu (sirusa.
bps.go.id).

C. PEMBAHASAN
1. Kegiatan Perempuan Usia 15 Tahun Ke Atas

Usia 15 tahun merupakan umur minimal yang disepakati secara


internasional untuk mengizinkan penduduk usia anak bekerja dengan
pekerjaan yang bersifat tetap. Ketentuan ini diadopsi pemerintah
Indonesia melalui konvensi internasional yang tertuang dalam Undang-

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 91


Ekonomi

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan


ILO Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to
Employment (Konvensi ILO tentang Usia Minimum diperbolehkan
Bekerja). Usia 15 tahun juga dinilai sudah memasuki umur tamat wajib
belajar, sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang
menyatakan bahwa “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”. Itu artinya,
penduduk yang telah berumur 15 tahun diasumsikan telah menjalani
umur wajib belajar 9 tahun atau setara dengan telah tamat
SMP/MTs/sederajat.
Tabel 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut Jenis
Kegiatan Seminggu yang lalu, Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2022
Laki-laki Perempuan
Kepulauan Seribu
Bekerja 76.25% 32.67%
Sekolah 10.78% 10.02%
Mengurus rumah tangga 8.44% 65.49%
Melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan
pribadi 19.84% 17.57%
Tidak Melakukan kegiatan 3.59% 3.08%
Jakarta Selatan
Bekerja 72.18% 40.52%
Sekolah 11.51% 11.30%
Mengurus rumah tangga 17.33% 65.54%
Melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan
pribadi 26.95% 24.33%
Tidak Melakukan kegiatan 4.08% 1.93%
Jakarta Timur
Bekerja 70.15% 37.71%
Sekolah 13.09% 11.45%
Mengurus rumah tangga 26.11% 68.43%

92 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

Melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan


pribadi 37.81% 35.06%
Tidak Melakukan kegiatan 5.82% 3.36%
Jakarta Pusat
Bekerja 71.28% 41.84%
Sekolah 10.24% 9.73%
Mengurus rumah tangga 15.63% 61.41%
Melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan
pribadi 19.43% 13.95%
Tidak Melakukan kegiatan 6.34% 4.11%
Jakarta Barat
Bekerja 77.31% 38.83%
Sekolah 8.65% 10.08%
Mengurus rumah tangga 9.98% 61.87%
Melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan
pribadi 18.40% 15.79%
Tidak Melakukan kegiatan 6.28% 4.16%
Jakarta Utara
Bekerja 70.84% 37.00%
Sekolah 9.96% 9.85%
Mengurus rumah tangga 10.92% 61.62%
Melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan
pribadi 17.91% 15.31%
Tidak Melakukan kegiatan 7.79% 4.54%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Merujuk pada ketentuan terkait penduduk umur 15 tahun ke atas


diijinkan untuk bekerja, Tabel 5.1 menunjukkan bahwa kebanyakan
kegiatan perempuan berumur di atas 15 tahun berada di dua ranah
kegiatan, yaitu bekerja dan mengurus rumah tangga. Sedangkan
persentase perempuan yang kegiatan utama seminggu lalu adalah
sekolah menjadi tertinggi ketiga. Hal ini dimungkinkan karena
perempuan yang masih berkegiatan sekolah adalah penduduk yang
masih di umur antara 15-18 tahun atau penduduk yang kuliah di umur

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 93


Ekonomi

18 tahun ke atas. Gambaran ketiga kegiatan utama perempuan


seminggu yang lalu terlihat sama di perkotaan dan perdesaan.
Dibandingkan dengan kegiatan utama perempuan seminggu
yang lalu, terdapat perbedaan kegiatan dengan laki-laki. Jika
perempuan mayoritas kegiatan utamanya adalah bekerja dan mengurus
rumah tangga, maka pada laki-laki mayoritas hanya bekerja.
Berdasarkan wilayah, persentase laki-laki yang kegiatan utama
seminggu yang lalu adalah bekerja tertinggi berada di Jakarta Barat
dengan persentase mencapai 77,31 persen, sentara untuk perempuan
berada di Jakarta Pusat dengan persentase mencapai 41,84 persen.
Data di atas menunjukkan 2 fenomena utama dalam aktivitas
utama perempuan. Pertama, rendahnya persentase aktivitas bekerja
pada perempuan yang terdata di atas karena masih dibebani tanggung
jawab kerja domestik dan perawatan di dalam rumah baik sebagai istri
maupun anak perempuan. Hal ini dapat terlihat pada data persentase
perempuan yang mengurus rumah tangga menjadi tertinggi kedua
setelah bekerja. Kedua, data di atasjuga dapat mengindikasikan bahwa
masih rendahnya kesadaran perempuan dan masyarakat untuk
mengakui kerja-kerja produktif yang dilakukan perempuan di dalam
rumah dan sektor informal misalnya berdagang makanan, membuka
warung, dan kerja jenis jasa lain yang dilakukan dari rumah. Hal ini
dimungkinkan terjadi, apabila dalam proses survei perempuan yang
bekerja tersebut memilih untuk mengidentifikasi diri sebagai pengurus
rumah tangga alih-alih sebagai pekerja karena kerja yang dilakukan
hanyabersifat informal.
Tabel 5.2. Persentase Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kelamin, 2022

94 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

Laki-laki Perempuan
Kepulauan Seribu 9.58% 7.57%
Jakarta Selatan 19.45% 20.99%
Jakarta Timur 19.88% 20.81%
Jakarta Pusat 13.25% 13.81%
Jakarta Barat 20.53% 19.66%
Jakarta Utara 17.31% 17.17%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa sepanjang tahun 2022


persentase angkatan kerja laki-laki tertinggi ada di Jakarta Timur
dengan angka mencapai 19,88 persen. Sementara itu, kabupaten/kota
dengan angkatan kerja terendah berada di Kepulauan Seribu dengan
angka sebanyak 9,58 persen. Untuk perempuan, wilayah yang memiliki
persentase tertinggi adalah Jakarta Selatan dengan angka sebesar 20,99
persen, dan yang terendah juga dimiliki oleh Kepulauan Seribu dengan
angka sebanyak 7,57 persen.

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah


satu indikator untuk melihat partisipasi penduduk di bidang ekonomi.
Pergerakan TPAK di suatu daerah juga dapat dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan relasi gender pada laki-
laki dan perempuan. Semakin baik relasi gender yang ada, maka akan
semakin tinggi TPAK yang dicapai perempuan, demikian juga
sebaliknya (Fajriyah dkk, 2019). Selain sejumlah faktor di atas, TPAK
suatu daerah juga dapat dipengaruhi oleh kondisi khusus seperti
pandemi Covid-19.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 95


Ekonomi

Gambar 5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin


dan Kabupaten/Kota, 2022

Jakarta Utara 37.00%


70.84%

Jakarta Barat 38.83%


77.31%

Jakarta Pusat 41.84%


71.28%

Jakarta Timur 37.71%


70.15%

Jakarta Selatan 40.52%


72.18%

Kepulauan Seribu 32.67%


76.25%

DKI Jakarta 38.44%


72.76%

Perempuan Laki-Laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Berdasarkan Gambar 5.1. tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


(TPAK) di DKI Jakarta menunjukkan adanya ketimpangan gender. Di
seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta, TPAK laki-
laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan, hinga mencapai dua kali
lipatnya.
Data di atas menegaskan tentang angka partisipasi perempuan
sebagai angkatan kerja masih sangat minim. Stereotype gender masih
menjadi tantangan mendasar bagi upaya peningkatan partisipasi
perempuan angkatan kerja karena stereotipe gender ini melahirkan
label-label yang merujuk pada jenis kelamin penduduk. Hal ini
diperkuat dengan adanya konstruksi atas maskulinitas dan feminitas di
dalam masyarakat yang membawa kesadaran akan adanya bentuk-
bentuk pembagian kerja seksual (Saptari & Holzner, 2016).

96 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Penduduk dengan status pengangguran atau mencari pekerjaan


dapat menjadi beban ekonomi bagi penduduk lainnya karena tenaga
kerja produktif yang tersedia belum terserap sepenuhnya. Semakin
tinggi angka pengangguran akan beresiko pada tingkat kemiskinan
yang semakin tinggi (Fajriyah, et.all. 2019). Dalam melihat kondisi
pasar tenaga kerja, indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
penting digunakan karena indikator ini dapat digunakan untuk
mengukur jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja
(sirusa.bps.go.id).
Gambar 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022

12.27%
Jakarta Utara 11.00%

10.71%
Jakarta Barat 8.13%

9.82%
Jakarta Pusat 8.89%

8.92%
Jakarta Timur 8.29%

4.76%
Jakarta Selatan 5.65%

9.43%
Kepulauan Seribu 4.71%

Perempuan Laki-Laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Berdasarkan data pada Gambar 5.2, TPT perempuan selalu lebih


tinggi dibandingkan laki-laki kecuali pada Jakarta Selatan. Angka TPT
perempuan tertinggi terjadi dimiliki oleh Jakarta Utara, dengan angka
mencapai 12,27 persen, kemudian diikuti oleh Jakarta Barat sebanyak

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 97


Ekonomi

10,71 persen dan Kepulauan Seribu sebesar 9,43 persen. Untuk


kabupaten/kota yang memiliki TPT perempuan terendah adalah Jakarta
Selatan dengan angkanya sebesar 4,76 persen.

4. Perempuan yang Bekerja

a. Tingkat Pendidikan
Langkah penting dalam membuka keterjangkauan masyarakat,
terutama perempuan terhadap akses lapangan pekerjaan dapat
dilakukan melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang
ditamatkan laki-laki dan perempuan akan berkorelasi pada
pilihan pekerjaan yang tersedia dan akses terhadapnya, bahkan
dapat menentukan besaran upah/gaji yang akan diterima
(Fajriyah, et. all, 2019). Dengan pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan seseorang diperhitungkan dan dipertimbangkan
dalam dunia kerja. Masa depan yang akan ditempuh seseorang
dapat berangkat dari tingkat pendidikannya, karena dalam
pekerjaan yang digeluti memungkinkan adanya peluang-
peluang baru yang bersifat lanjutan dan diperoleh dalam
pengalaman kerja yang dijalani.
Tabel 5.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan
Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan, 2022
SD Kebawah SMP SMA Keatas
Kepulauan Seribu
Laki-laki 28.51% 17.15% 54.34%
Perempuan 23.79% 11.65% 64.56%
Jakarta Selatan
Laki-laki 9.95% 10.46% 79.59%
Perempuan 12.48% 11.09% 76.43%
Jakarta Timur
Laki-laki 9.82% 10.52% 79.66%
Perempuan 11.07% 10.03% 78.89%
Jakarta Pusat
Laki-laki 8.93% 12.35% 78.72%
Perempuan 12.99% 16.62% 70.39%
Jakarta Barat
Laki-laki 10.66% 14.89% 74.45%

98 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

Perempuan 16.12% 15.02% 68.86%


Jakarta Utara
Laki-laki 14.68% 16.28% 69.04%
Perempuan 21.75% 13.65% 64.61%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasionas Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Di tahun 2022, persentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang


bekerja dengan tingkat pendidikan terakhir paling tinggi SMA
ke atas memiliki angka yang dominan lebih tinggi dibandingkan
pada tingkat pendidikan di bawahnya. Berdasarkan jenis
kelaminnya, penduduk laki-laki memiliki persentase lulusan
SMA ke atas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan hampir
di seluruh wilayah keuali di Kepulauan Seribu.
b. Status Pekerjaan Utama
Pada tahun 2022, Gambar 5.3 menunjukkan bahwa status
pekerjaan utama pada perempuan dan laki-laki memiliki pola
yang sedikit berbeda. Meskipun secara umum status
pekerjaan utamalaki-laki dan perempuan dengan persentase
paling tinggi sama- sama sebagai buruh/karyawan/pegawai,
namun pada peringkat yang lainnya tampak berbeda. Pada
perempuan dengan status pekerjaan utama sebagai
pegawai/buruh/karyawan sebanyak59,67 persen, diikuti oleh
berusaha sendiri sebesar27,62 persen. Sedangkan pada laki-
laki status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan
sebanyak 60,39 persen sedangkan yang berusaha sendiri
sebesar 27,34 persen.
Gambar 5.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan
Utama, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 99


Ekonomi

Pekerja keluarga atau tidak dibayar 3.39%


0.96%

Pekerja bebas 3.85%


5.30%

Buruh/karyawan/pegawai 59.67%
60.39%

Berusaha dibantu buruh… 3.10%


3.98%

Berusaha dibantu buruh tdk… 2.36%


2.02%

Berusaha sendiri 27.62%


27.34%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

c. Status Perkawinan
Penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu
lalu berdasarkan status perkawinannya dikategorisasi melalui
empat status, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai
mati. Pada Gambar 5.4 terlihat adanya fenomena yang berbeda
pada perempuan dan laki-laki yang bekerja berdasarkan status
perkawinannya. Status menikah merupakan status paling
banyak disandang penduduk perempuan dan laki- laki yang
bekerja, kecuali di Jakarta Selatan yang malah didominasi oleh
perempuan yang cerai hidup.
Gambar 5.4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja selama Seminggu yang lalu menurut
Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Status
Perkawinan, 2022

100 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

Cerai mati 13.21%


1.84%

Kepulauan Seribu 6.60%


Cerai hidup
2.05%

Kawin 63.21%
83.20%

Belum kawin 16.98%


12.91%

Cerai mati 5.78%


2.72%
Jakarta Selatan

Cerai hidup 53.40%


2.42%

Kawin 28.06%
70.23%

Belum kawin 36.05%


24.62%

Cerai mati 11.49%


1.68%

6.00%
Jakarta Timur

Cerai hidup
1.28%

Kawin 56.26%
76.31%

Belum kawin 26.24%


20.73%

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 101


Ekonomi

Cerai mati 13.44%


2.96%

Jakarta Pusat Cerai hidup 7.24%


5.48%

Kawin 49.87%
63.41%

Belum kawin 29.46%


28.15%

Cerai mati 11.98%


2.49%

6.53%
Jakarta Barat

Cerai hidup
2.20%

Kawin 54.26%
71.89%

Belum kawin 27.22%


23.42%

Cerai mati 11.23%


2.15%

7.90%
Jakarta Utara

Cerai hidup
1.81%

Kawin 54.26%
74.94%

Belum kawin 26.61%


21.09%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Fenomena janda dan duda yang bekerja mengindikasikan dua


situasi yang berbeda pada perempuan dan laki-laki sebagai

102 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

akibat konstruksi gender. Persentase janda yang berjumlah lebih


besar dapat menunjukkan bahwa perempuan yang bercerai, baik
karena perceraian mati atau hidup, memutuskan tidak segera
menikah lagi dan memilih bekerja untuk kehidupan dirinya
dan/atau bersama anak-anaknya (single parent). Sementara pada
laki-laki, sedikitnya persentase laki-laki bekerja dengan status
duda dapat menunjukkan kondisi laki-laki yang lebih memilih
segera menikah segera setelah mengalami perceraian, baik
perceraian mati maupun hidup. Melalui lensa konstruksi gender
yang masih mengatur ranah domestik dan publik sebagai ranah
yang dibakukan pada perempuan dan laki-laki secara berbeda,
maka laki-laki cenderung lebih merasa kesulitan ketika harus
bertanggung jawab pada kedua ranah domestik- publik dalam
satu waktu. Laki-laki belum terbiasa bertanggung jawab pada
kedua ranah tersebut sendiri. Sementara itu, meskipun
perempuan dikonstruksikan bertanggung jawab di ranah
domestik, namun tuntutan kehidupan yang cenderung menuntut
perempuan juga mengambil peran di ranah publik membuat
perempuan lebih mudah beradaptasi dalam mengelola dua ranah
sekaligus setelah menjanda.
d. Jam Kerja
Jam kerja merupakan salah satu indikator penting dalam melihat
durasi waktu bekerja pada penduduk laki-laki dan perempuan.
Dengan melihat jam kerja yang dijalani seseorang, dapat
dianalisis kontribusi perempuan dalam memanfaatkan
waktunya untuk bekerja. Hal penting yang harus dipahami
dalam data jam kerja ini adalah merujuk pada jam kerja pada
usaha dan pekerjaan yang dibayar. Data yang tersedia belum
memasukkan durasi waktu yang dihabiskan perempuan di luar
jam kerjanya yang dilakukan untuk menjalani peran gendernya
melalui kerja-kerja keluarga dan tidak dibayar.
Tabel 5.4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang
Bekerja menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota dan
Jumlah Jam Kerja selama Seminggu, 2022
1-34 35-40 40+
Kepulauan Seribu
Laki-laki 7.17% 8.91% 83.91%
Perempuan 15.58% 16.88% 67.53%
Jakarta Selatan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 103


Ekonomi

Laki-laki 12.65% 16.68% 70.67%


Perempuan 18.09% 17.79% 64.12%
Jakarta Pusat
Laki-laki 6.11% 16.94% 76.94%
Perempuan 10.43% 22.17% 67.39%
Jakarta Barat
Laki-laki 8.83% 14.15% 77.02%
Perempuan 14.17% 16.43% 69.40%
Jakarta Utara
Laki-laki 10.74% 12.58% 76.69%
Perempuan 14.45% 16.14% 69.42%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasionas Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Pada Tabel 5.4 terlihat persentase penduduk usia 15 tahun ke


atas yang bekerja menurut jumlah jam kerja dalam seminggu
yang lalu menunjukkan pola yang hampir sama di seluruh
wilayahnya. Persentase tertinggi yang dimiliki oleh jumlah jam
kerja lebih dari 40 jam selama seminggu adalah penduduk laki-
laki di Kepulauan seribu dengan persentase sebesar 83,91
persen. Hal penting yang harus dilihat juga adalah pada durasi
waktu 1-34 jam seminggu yang lebih banyak dilakukan
perempuan. Gambaran data ini dapat memperkuat analisis
terkait beban ganda perempuan dan mendorong sebagian
perempuan memilih bekerja paruh waktu. Itulah mengapa,
perempuan yang bekerja kurangdari 35 jam seminggu lebih
banyak dari laki-laki, karena bisa jadi sebagian perempuan
harus menyediakan waktu untuk melakukan pekerjaan domestik
yang tidak dibayar sebagai implikasi konstruksi gender.
Tabel 5.5. Persentase Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke
Atas yang Bekerja menurut Kelomopok Umur dan
Jumlah Jam Kerja 2022
Kelompok Umur 1-34 jam 35-40 jam 40+ jam
15-19 13.56% 15.25% 71.19%
20-24 8.23% 19.82% 71.95%
25-29 7.53% 28.01% 64.46%
30-34 15.73% 26.57% 57.69%
35-39 13.17% 20.73% 66.11%
40-44 21.26% 21.26% 57.48%
45-49 18.16% 19.47% 62.37%
50-54 22.22% 19.35% 58.42%

104 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Ekonomi

55-59 38.38% 11.62% 50.00%


60+ 16.92% 21.12% 61.96%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasionas Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Jika diperhatikan pada kelompok umur 20 tahun ke atas dan


dalam durasi waktu kerja 1-34 jam seminggu, terdapat tren yang
menunjukkan semakin meningkat umur perempuan, maka
semakin banyak persentase perempuan yang bekerja dalam
durasi kurang dari 34 jam seminggu. Hal ini dapat
mengindikasikan kondisi perempuan yang harus berbagi waktu
dengan kehidupan perkawinannya. Di Indonesia, kebanyakan
perempuan yang berumur di atas 20 tahun sudah menikah dan
bahkan sebagian sudah memiliki anak. Keberadaan anak
mengantarkan langkah keputusan perempuan untuk tidak
mengambil jam kerja penuh. Ketika berumur lebih tua,
dimungkinkan perempuan memiliki anak kedua dan seterusnya,
atau bahkan pada saat menjelang lansia, sudah memiliki cucu
dan harus merawat/menjaga cucu mereka. Karena itulah, bisa
jadi perempuan cenderung memilih bekerja dengan durasi
waktu yang fleksibel dan kurang dari 34 jam seminggu agar
mampu mengatur dua beban domestik dan publik yang
diembannya.

D. KESIMPULAN
Persentase penduduk dengan kategori angkatan kerja (AK)
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya, penduduk
Bukan Angkatan Kerja (BAK) laki-laki lebih rendah dibandingkan
perempuan. Selain karena berbagai faktor yang menyertai, situasi ini
diperkuat dengan masih adanya tuntutan konstruksi gender yang
menempatkan perempuan di ranah domestik sehingga perempuan
seperti terlihat lebih memilih bekerja mengurus rumah tangga dan
menempatkan dirinya sebagai bukan angkatan kerja.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 105


Ekonomi

Secara umum, TPAK tahun 2022 sebesar 72,76 persen bagi laki-
laki, yang artinya dari 100 laki-laki orang hanya 72 hingga 73 orang
yang merupakan angkatan kerja atau kegiatan utamanya adalah bekerja
atau sedang mencari pekerjaan. Besar kecilnya TPAK dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti jumlah penduduk yang masuk ke dalam bukan
Angkatan kerja karena bersekolah, mengurus rumah tangga dan
lainnya; dan kondisi penduduk yang masuk dalam angkatan kerja
seperti umur, tingkat pendidikan serta banyaknya kegiatan ekonomi dan
tingkat upah di daerah tersebut.
Pada tahun 2022, TPT penduduk di Provinsi DKIJakarta
menunjukkan jumlah perempuan lebih besar dari laki-laki hampir di
seluruh wilayah kecuali di Jakarta Selatan.
Jumlah perempuan yang bekerja didominasi oleh jam kerja 1-
34 jam dalam seminggu dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah
berstatus buruh/karyawan/ pegawai.

106 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 107


Perumahan dan Lingkungan

108 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

6. PERUMAHAN DAN
LINGKUNGAN

A. LATAR BELAKANG

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia.


Rumah atau tempat tinggal, dari zaman ke zaman terus mengalami
perkembangan. Keberadaan rumah tinggal, tidak hanya dipandang
sebagai status kesejahteraan seseorang dari sisi sosial ekonomi, namun
rumah sebagai tempat tinggal juga perlu memenuhi unsur kesehatan.
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Rumah yang tidak layak huni salah satunya
dinilai dari fasilitas perumahan yang memiliki kecenderungan adanya
potensi menurunkan derajat kesehatan anggota keluarga yang tinggal
didalamnya. Beberapa rumah bahkan berada di permukiman kumuh
yang jika diamati dari aspek kesehatannya, berpengaruh pada derajat
kesehatan penduduknya menjadi kurang baik.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman
kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat. Jakarta Sebagai ibukota negara, seringkali menjadi impian dari
banyak orang untuk tinggal di Jakarta. Hal ini tidak terlepas dari
ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai dan
jauh lebih baik dibandingkan provinsi atau daerah lain. Kemudahan akses
transportasi, peluang kerja yang lebih banyak dibandingkan di daerah
pedesaan, dan ketersediaan sarana dan prasarana umum yang relatif

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 109


Perumahan dan Lingkungan

memadai, serta aglomerasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi


merupakan daya tarik sendiri bagi kaum pendatang (migran) untuk
datang dan bertempat tinggal di Jakarta. Kaum pendatang ini mencari
tempat tinggal yang mendekati pusat kota agar dapat bekerja di sektor
informal pada lokasi sekitar pusat kota tersebut. Kondisi ini yang akan
memunculkan terbentuknya pemukiman kumuh padat (slums area) di
daerah perkotaan, khususnya di kota Jakarta.
Permasalahan perumahan dan pemukiman di DKI Jakarta saat ini
menjadi salah satu permasalahan yang sangat mendesak. Permasalahan
perumahan dan pemukiman merupakan permasalahan yang parallel,
yang saling merambat dan terkoneksi satu sama lain. Rencana
pembangunan terkait perumahan dan permukinan harus didasarkan
pada data yang up todate dan akurat agar kebijakan yang diambil tepat
sasaran, tepat guna dan tepat waktu.

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Perumahan

Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman mendefinisikan perumahan sebagai kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

2. Rumah Tangga

Berdasarkan buku panduan Sistem Informasi Perumahan dan Real


Estate – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (HREIS)
(hreis.pu.go.id, 2021), definisi rumah tangga adalah:

110 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

(1) Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok


orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan
fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta
pemenuhan keperluan makan/minum/kebutuhan
sehari-hari seluruh anggotanya dalam 1 (satu)
pengelolaan (makan dari satu dapur). Rumah tangga
sampel susenas adalah rumah tangga biasa. Rumah
tangga biasanya terdiri dari ibu, bapak dan anak, selain itu
yang termasuk/dianggap sebagai rumah tangga biasa
antara lain:
 seseorang yang menyewa kamar atau sebagian
bangunan sensus tetapi makannya diurus sendiri;
 keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan
sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal
kedua bangunan sensus tersebut dalam blok
sensus yang sama;
 pondokan dengan makan (indekost) yang
pemondoknya kurang dari 10 orang. Pemondok
dianggap sebagai anggota rumah tangga induk
semangnya;
 beberapa orang yang bersama-sama mendiami
satu kamar dalam satu bangunan sensus
walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri
dianggap satu rumah tangga biasa; dan pengurus
asrama, pengurus panti asuhan, pengurus
lembaga pemasyarakatan, dan sejenisnya yang
tinggal sendiri maupun bersama anak istri, serta
anggota rumah tangga lainnya.

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 111


Perumahan dan Lingkungan

(2) Rumah Tangga Khusus adalah rumah tangga yang tinggal


dalam satu bangunan fisik karena alasan sebagaimana
berikut:
 orang-orang yang tinggal di asrama, yaitu tempat
tinggal yang urusan kebutuhan sehari-harinya
diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya,
asrama perawat, asrama TNI dan POLRI (tangsi).
Anggota TNI dan POLRI yang tinggal bersama
keluarganya dan mengurus sendiri kebutuhan
sehari-harinya bukan rumah tangga khusus;
 orang-orang yang tinggal di lembaga
pemasyarakatan, panti asuhan, rumah tahanan,
dan sejenisnya;
 sekelompok orang yang mondok dengan makan
(indekost) yang berjumlah lebih besar atau sama
dengan 10 orang
(3) Kepala rumah tangga (KRT) adalah seorang dari
sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung
jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau yang dianggap/
ditunjuk sebagai KRT. Selain itu, KRT adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap suatu rumah tangga, bisa
kepala keluarga/ pasangannya atau anggota keluarga
lainnya.
(4) Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang
biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT,
suami/ istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua,
famili lain, pembantu rumah tangga atau ART lainnya),

112 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

baik yang berada di rumah tangga pada waktu


pencacahan maupun sementara tidak ada.
ART yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, dan
ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
pindah/akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih
tidak dianggap sebagai ART

Orang yang tinggal di rumah tangga selama 6 bulan atau


lebih atau yang telah tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan
tetapi berniat pindah/bertempat tinggal di rumah tangga
tersebut selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai ART

3. Bangunan Rumah Tangga

Beberapa konsep yang digunakan dalam menjelaskan


tentang bangunan rumah di antaranya:
a. Bangunan fisik
Bangunan fisik adalah tempat berlindung yang
mempunyai dinding, lantai, dan atap baik tetap maupun
sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal
maupun bukan tempat tinggal. Bangunan yang luas
lantainya kurang dari 10 m2 dan tidak digunakan untuk
tempat tinggal dianggap bukan bangunan fisik. Contoh
bangunan fisik bukan tempat tinggal adalah hotel, toko,
pabrik, sekolah, masjid, kuil, gereja, gedung kantor, balai
pertemuan, dan sebagainya. Rumah tangga yang tinggal
bukan di bangunan fisik seperti bangunan liar di bawah

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 113


Perumahan dan Lingkungan

jembatan, di pinggir rel kereta api, di gerbong kereta, di


bantaran sungai, dan sejenisnya tidak termasuk dalam
pendataan.
b. Atap
Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan
sehingga anggota keluarga yang mendiami di bawahnya
terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya.
Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah
bagian teratas dari bangunan tersebut. Atap dibedakan
dengan beberapa jenis atap, di antaranya:
 Atap beton, adalah atap yang terbuat dari
campuran semen, kerikil, dan pasir yang
dicampur dengan air.
 Atap genteng, adalah tanah liat yang dicetak dan
dibakar, genteng beton (genteng yang terbuat
dari campuran semen dan pasir), genteng fiber
cement, dan genteng keramik, metal/logam,
tanah liat, atau fiber/polycarbonate.
 Atap sirap, adalah atap yang terbuat dari
kepingan kayu yang tipis dan biasanya terbuat
dari kayu ulin atau kayu besi.
 Atap seng, adalah atap yang terbuat dari bahan
seng. Atap seng berbentuk seng rata, seng
gelombang, termasuk genteng seng yang lazim

114 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

disebut decrabond (seng yang dilapisi epoxy dan


acrylic) dan galvalum.
 Atap asbes, adalah atap yang terbuat dari
campuran serat asbes dan semen serta pada
umumnya atap asbes berbentuk gelombang.
 Atap bambu, adalah tanaman jenis rumput-
rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya.
Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari
bambu adalah buluh, aur, dan eru.
 Atap jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia, adalah
atap yang terbuat dari serat pohon aren/enau
atau sejenisnya yang umumnya berwarna hitam.
 Atap kayu/sirap, adalah atap yang terbuat dari
kayu atau kepingan kayu yang tipis dan biasanya
terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.
 Atap lainnya, adalah atap selain jenis atas di atas,
misalnya papan, kardus, dan kaca.
c. Dinding
Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau
penyekat dengan bangunan fisik lain. Dinding rumah
tangga dapat dilihat dari beberapa varian, di antaranya:
 Dinding tembok, adalah dinding yang terbuat
dari susunan bata merah atau batako biasanya
dilapisi plesteran semen. Termasuk dalam
kategori ini adalah dinding yang terbuat dari

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 115


Perumahan dan Lingkungan

pasangan batu merah dan diplester namun


dengan tiang kolom berupa kayu balok, yang
biasanya berjarak 1 - 1,5 m.
 Dinding plesteran anyaman bambu/kawat,
adalah dinding yang terbuat dari anyaman
bambu atau kawat dengan luas kurang lebih 1 m
x 1 m yang dibingkai dengan balok, kemudian
diplester dengan campuran semen dan pasir.
 Dinding kayu/papan, adalah bagian dari pohon
yang sudah berumur tua, biasanya berumur di
atas 5 tahun. Bagian ini bisa berupa batang
utama, cabang atau ranting yang merupakan
batang pokok yang keras, yang biasa dipakai
untuk bahan bangunan. Termasuk tripleks, Glass-
fiber Reinforced Cement (GRC), dan Kalsiboard.
 Dinding anyaman bambu, merupakan bambu
yang diiris tipis- tipis kemudian dirajut seperti
kain dan berbentuk lebar.
 Dinding batang kayu, adalah batang dari pohon
langsung (masih bulat), tanpa dibelah terlebih
dahulu.
 Dinding bambu, adalah tanaman jenis rumput-
rumputan dengan rongga dan ruas pada
batangnya. Bambu memiliki banyak tipe dengan
beberapa nama, seperti buluh, aur, dan eru.

116 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

 Dinding lainya, adalah dinding selain jenis


dinding di atas, seperti seng ataupun kardus.
d. Lantai
Lantai merupakan bagian bawah/dasar/alas suatu
ruangan dengan berbagai varian sebagaimana berikut
(hreis.pu.go.id, 2021):
 Marmer, adalah batu gamping yang telah
mengalami metamorfosis, dan dapat dipakai
untuk lantai, dinding, dsb; marmer biasa juga
disebut batu pualam.
 Granit, adalah batuan keras yang keputih-
putihan, bila digunakan sebagai bahan lantai
dapat bertahan lebih lama dari marmer/keramik.
 Lantai keramik adalah tanah liat yg dibakar,
dicampur dengan mineral lain.
 Lantai parket, (parquetted) berarti menyusun
potongan- potongan kayu untuk dijadikan
penutup lantai’ lantai vinyl adalah karpet yang
berbahan dasar dari campuran karet dan plastik,
yang dilapis dengan motif pada permukaannya,
dan lantai karpet adalah bahan yang digunakan
sebagai penutup lantai, biasanya terbuat dari
benang tebal yang dirajut/dianyam, dalam hal ini
karpet yang tidak mudah dilepas/dipindah.

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 117


Perumahan dan Lingkungan

 Lantai ubin, yang dibuat dari semen atau lantai


teraso adalah jenis lantai yang dibuat dari batu
alam kecil-kecil, diaduk dulu adukan kapur pasir,
dituang di atas dasar batu, lalu digiling.
 Lantai kayu/papan, adalah bagian dari pohon
yang sudah berumur tua, biasanya berumur di
atas 5 tahun. Bagian ini bisa berupa batang
utama, cabang atau ranting yang merupakan
batang pokok yang keras, yang biasa dipakai
untuk bahan bangunan. Termasuk tripleks, Glass-
fiber Reinforced Cement (GRC), dan Kalsiboard.
 Lantai semen, adalah lantai yang terbuat dari
adukan semen tambah pasir atau semen saja,
lantai bata merah adalah lantai yang tersusun
dari bata merah.
 Lantai bambu, tanaman jenis rumput-rumputan
dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu
memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu
adalah buluh, aur, dan eru.
 Lantai tanah, adalah lantai langsung ke
permukaan bumi tanpa ada alas lain di atasnya
seperti pasir, tanah, atau batu.
 Lantai lainnya, adalah jenis lantai selain
kategorisasi yang telah disebutkan.

118 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

4. Status Penguasaan Tempat Tinggal

a. Milik sendiri
Tempat tinggal/rumah yang ditempati oleh rumah
tangga dan pada waktu pencacahan betul-betul sudah
milik kepala rumah tangga atau salah seorang ART.
Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank
atau rumah dengan status sewa beli dianggap sebagai
rumah milik sendiri.
b. Kontrak
Tempat tinggal yang disewa oleh KRT/ART dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara
pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara
pembayarannya dapat sekaligus di muka atau diangsur
sebagaimana persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir
masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan
tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak
setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan
perjanjian kontrak baru.
c. Sewa
Tempat tinggal yang disewa KRT atau salah seorang ART
dengan pembayaran sewa secara teratur. Sewa juga
termasuk bebas sewa, yaitu tempat tinggal yang diperoleh
dari pihak lain, baik famili/bukan famili/orang tua yang
tinggal di tempat lain dan ditempati/didiami oleh rumah
tangga tanpa mengeluarkan suatu pembayaran apapun.
d. Rumah dinas

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 119


Perumahan dan Lingkungan

Tempat tinggal yang dimiliki dan disediakan suatu instansi


tempat bekerja salah satu anggota rumah tangga baik dengan
membayar sewa maupun tidak. Rumah dinas ditempati oleh
rumah tangga yang minimal salah satu anggota rumah
tangganya merupakan penerima fasilitas rumah dinas. Jika
rumah tangga menempati rumah dinas yang peruntukannya
bukan untuk minimal salah satu anggota rumah tangganya,
maka dianggap kontrak/ sewa/bebas sewa.
e. Lainnya
Tempat tinggal yang tidak dapat digolongkan dalam salah
satu kategori yang ada, misalnya rumah adat.

5. Air Minum Layak

Akses air minum layak (access to improved water) yang


dimaksudkan adalah sumber air minum utama yang digunakan
adalah ledeng, air terlindungi, dan air hujan. Air terlindungi
mencakup sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air
terlindung. Bagi rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum berupa air kemasan, maka rumah tangga dikategorikan
memiliki akses air minum layak, demikian juga jika sumber air
untuk mandi/cuci berasal dari ledeng, sumur bor/pompa, sumur
terlindung, mata air terlindung, dan air hujan.

120 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

6. Sanitasi Layak

Rumah tangga dikatakan memiliki akses terhadap layanan


sanitasi layak apabila rumah tangga tersebut memiliki fasilitas
tempat Buang Air Besar (BAB) yang digunakan sendiri atau
bersama rumah tangga tertentu (terbatas) ataupun di MCK
Komunal, menggunakan jenis kloset leher angsa, dan tempat
pembuangan akhir tinja di tangki septik atau IPAL atau bisa juga di
lubang tanah jika wilayah tempat tinggalnya di perdesaan.

7. Rumah Layak Huni

Rumah tangga memiliki akses terhadap hunian/rumah


layak huni apabila memenuhi 4 (empat) kriteria, yaitu a)
kecukupan luas tempat tinggal minimal 7,2 m2 per kapita
(sufficient living space); b) memiliki akses terhadap air minum
layak; c) memiliki akses terhadap sanitasi layak; dan d) ketahanan
bangunan (durable housing), yaitu atap terluas berupa beton/
genteng/seng/kayu/sirap; dinding terluas berupa
tembok/plesteran anyaman bambu/kawat, kayu/papan dan
batang kayu; dan lantai terluas berupa
marmer/granit/keramik/parket/vinil/karpet/ubin/tegel/ teraso/
kayu/papan/ semen/bata merah.

C. PEMBAHASAN

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 121


Perumahan dan Lingkungan

1. Luas Lantai Rumah

Rumah merupakan tempat yang menjadi aspek penting dan


utama dalam menganalisis kondisi suatu anggota rumah tangga.
Kondisi rumah dapat menentukan status kesehatan anggota rumah
tangga, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Dalam Pasal
28 H ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Kondisi rumah dilihat dari beberapa aspek yaitu luas, atap,
dinding, lantai dan sanitasinya.

Tabel 6.1. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota,


Jenis Kelamin dan Luas Rumah per Kapita (m2), 2022
KabupatenKota/Jenis Luas Rumah
Kelamin >=10 <10
Kepulauan Seribu
Laki-laki 78.97% 21.03%
Perempuan 88.31% 11.69%
Jakarta Selatan
Laki-laki 74.04% 25.96%
Perempuan 87.61% 12.39%
Jakarta Timur
Laki-laki 69.21% 30.79%
Perempuan 90.04% 9.96%
Jakarta Pusat
Laki-laki 59.84% 40.16%
Perempuan 80.00% 20.00%
Jakarta Barat
Laki-laki 65.49% 34.51%
Perempuan 81.03% 18.97%
Jakarta Utara
Laki-laki 59.77% 40.23%
Perempuan 71.98% 28.02%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasionas Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

122 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

Di tahun 2022, melalui Tabel 6.1 dapat diketahui bahwa secara


umum di seluruh kabupaten/kota sudah didominasi oleh luas rumah per
kapita di atas 10 meter persegi. Berdasarkan jenis kelamin kepala rumah
tangga, perempuan cenderung lebih banyak yang memiliki luas rumah
per kapitas lebih dari 10 meter persegi, yang mana fenomena tersebut
terjadi di seluruh wilayah di Provinsi DKI Jakarta.

Gambar 6.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Perempuan yang Memiliki


Luas Rumah <10 Meter Persegi menurut Kabupaten/Kota,
2022
28.02%

20.00%
18.97%

11.69% 12.39%
9.96%

Kepulauan Jakarta Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Seribu Selatan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasionas Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Meskipun angka kepemilikan luas rumah yang kurang dari 10


meter persegi per kapitasi di Provinsi DKI Jakarta lebih sedikit, tetapi
angka yang diberikan masih mempunyai makna yang menggambarkan
kemiskinan di kalangan kepala rumah tangga perempuan masih dalam
jumlah yang cukup signifikan. Provinsi DKI Jakarta memiliki
persentase kepala rumah tangga perempuan dengan luas rumah per
kapita kurang dari 10 meter persegi paling tinggi di Kota Jakarta Utara,

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 123


Perumahan dan Lingkungan

dengan selisih 18,06 persen dibanding wilayah terendahnya yaitu


Jakarta Timur.

2. Jenis Lantai

Jenis lantai rumah menjadi salah satu indikator kondisi ekonomi


suatu rumah tangga. Dalam menganalisis jenis lantai, terdapat dua
kategori utama yang digunakan, yaitu jenis lantai tanah dan bukan
tanah. Dalam melihat jenis lantai bukan tanah yang dimaksudkan
meliputi marmer, granit, keramik, parket, vinil, karpet, ubin, tegel,
teraso, kayu/papan, semen/bata merah dan bambu.

Tabel 6.2. Persentase Kepala Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota,


Jenis Kelamin dan Jenis Lantai Terluas, 2022
Lantai Terluas
KabupatenKota/Jenis Kelamin Tanah Bukan Tanah
Kepulauan Seribu
Laki-laki 0.93% 99.07%
Perempuan 1.30% 98.70%
Jakarta Selatan
Laki-laki 0.12% 99.88%
Perempuan 0.00% 100.00%
Jakarta Timur
Laki-laki 0.00% 100.00%
Perempuan 0.43% 99.57%
Jakarta Pusat
Laki-laki 0.00% 100.00%
Perempuan 0.54% 99.46%
Jakarta Barat
Laki-laki 0.00% 100.00%
Perempuan 0.00% 100.00%
Jakarta Utara
Laki-laki 0.76% 99.24%
Perempuan 1.10% 98.90%
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

124 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

Tabel 6.2 menunjukkan situasi yang hampir sama pada rumah


tangga yang dipimpin laki-laki dan perempuan. Mayoritas penduduk di
Provinsi DKI Jakarta tinggal di rumah dengan jenis lantai bukan tanah
bahkan di beberapa wilayah sudah mencapai angka 100 persen untuk
kepemilikan lantai rumah bukan tanah, yaitu di Jakarta Selatan untuk
rumah tangga yang dipimpin perempuan, Jakarta Timur untuk rumah
tangga yang dipimpin laki-laki, serta Jakarta Barat untuk rumah tangga
yang dipimpin oleh laki-laki maupun perempuan. Angka terendah
dimiliki oleh wilayah Kepulauan Seribu, dimana persentase kepala
rumah tangga laki-laki yang memiliki jenis lantai tanah masih sekitar
0,93 persen dan kepala rumah tangga perempuan masih sekitar 1,3
persen.

3. Penggunaan Listrik

Penggunaan listrik penting dilihat untuk mengukur akses


terhadap sumber daya listrik pada penduduk Indonesia. Rumah tangga
yang belum menggunakan listrik menjadi salah satu indikator penting
dalam mempertimbangkan pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan sumber daya manusia (SDM). Kategorisasi yang
digunakan pada Susenas BPS, penggunaan listrik meliputi listrik PLN
dengan meteran, listrik PLN tanpa meteran dan listrik non PLN. Listrik
non PLN dapat berupa sumber penerangan listrik yang dikelola oleh
instansi/pihak lain selain PLN termasuk yang menggunakan sumber
penerangan dari accu (aki), generator, dan pembangkit listrik yang
bersumber dari energi baru terbarukan yang tidak dikelola oleh PLN
(sirusa.bps. go.id).

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 125


Perumahan dan Lingkungan

Gambar 6.2. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik


menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Kepala Rumah
Tangga, 2022

Jakarta Utara 100.0%


100.0%

Jakarta Barat 99.5%


100.0%

Jakarta Pusat 98.9%


99.7%

Jakarta Timur 100.0%


100.0%

Jakarta Selatan 100.0%


99.9%

Kepulauan Seribu 100.0%


99.8%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Jika dibandingkan berdasarkan kabupaten/kota, Gambar 6.2


menunjukkan bahwa di beberapa wilayah masih menghadapi persoalan
dalam penggunaan listrik pada rumah tangga yaitu Jakarta Pusat,
Kepulauan Seribu, Jakarta Sleatan, dan Jakarta Barat, sementara Jakarta
Utara sudah berhasil mencapai angka 100 persen untuk rumah tangga
yang menggunakan listrik. Persentase rumah tangga dengan kepala
rumah tangga perempuan yang tidak menggunakan listrik tertinggi
dimiliki oleh wilayah Jakarta Pusat yaitu sebesar 1,1 persen dan 0,3
persen pada rumah tangga dengan laki-laki sebagai kepala rumah
tangganya. Meskipun persentase rumah tangga di kabupaten/kota
dengan angka tertinggi yang tidak menggunakan listrik pada kepala
rumah tangga perempuan sedikit lebih kecil, namun angka absolut
dalam realitas di masyarakat akan jauh lebih besar pada kelompok
rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki. Hal ini merujuk

126 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

pada jumlah absolut keluarga dengan kepala rumah tangga laki-laki


yang masih sangat jauh berbeda dengan keluarga dengan kepala rumah
tangga perempuan.

4. Akses Air Minum Layak

Akses terhadap air minum layak sangat penting bagi kesehatan


anggota rumah tangga dan menentukan derajat kesehatan keluarga.
Mengkonsumsi air minum tidak layak dapat berbahaya bagi kesehatan,
bahkan menimbulkan penyakit yang berakhir pada kematian. Dalam
mengukur air minum layak, BPS merujuk pada ketentuan bahwa air
minum layak merupakan air minum yang terlindung meliputi leding,
sumur bor atau sumur pompa, sumur terlindung, mata air terlindung,
dan air hujan, termasuk air kemasan bermerk atau air isi ulang dan
sumber air utama air mandi/cuci/dll yang digunakan adalah leding,
sumur bor atau sumur pompa, sumur terlindung, mata air terlindung,
dan air hujan. Merujuk pada ketentuan kesehatan, di antara syarat air
minum layak dapat dilihat melalui minimal 4 indikator spesifik berikut,
yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung
logam-logam berat.

Gambar 6.3. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum
Layak Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Kepala
Rumah Tangga, 2022

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 127


Perumahan dan Lingkungan

Perempuan Laki-laki

Jakarta Utara 98.9%


100.0%

Jakarta Barat 100.0%


99.9%

Jakarta Pusat 100.0%


100.0%

Jakarta Timur 100.0%


99.6%

Jakarta Selatan 99.6%


99.5%

Kepulauan Seribu 100.0%


100.0%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Tahun 2022, Gambar 6.3 menunjukkan bahwa rumah tangga


dengan kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan yang memiliki
akses air minum layak mencapai angka 100 persen pada dua wilayah
yaitu Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu. Sebaliknya, masih ada rumah
tangga yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum layak
pada keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan yaitu di Jakarta
Utara dengan persentase sebanyak 1,1 persen. Sementara untuk rumah
tangga yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum layak
pada keluarga dengan kepala rumah tangga laki-laki dimiliki oleh
wilayah Jakarta Barat dengan persentase sebanyak 0,1 persen, Jakarta
Timur dengan persentase sebanyak 0,4 persen, dan Jakarta Selatan
dengan persentase sebanyak 0,5 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
masih adanya risiko kesehatan pada penduduk di beberapa wilayah di
Provinsi DKI Jakarta sebagai akibat mengkonsumsi air tidak layak.
Persentase ini tidak dapat diabaikan mengingat pada setiap rumah

128 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

tangga memungkinkan adanya pasangan suami istri yang memiliki


anak-anak atau bahkan terdapat perempuan yang sedang menjalani
fungsi reproduksinya dengan mengandung dan menyusui.

5. Sanitasi Layak

SDGs menetapkan rumah tangga yang memiliki akses terhadap


layanan sanitasi layak apabila telah: a) memiliki fasilitas tempat buang
air digunakan ART sendiri, digunakan bersama ART rumah tangga
tertentu atau MCK Komunal, jenis kloset yang digunakan leher angsa,
dan pembuangan akhir tinja berupa tangki septik atau IPAL; atau b) di
daerah perdesaan memiliki fasilitas tempat buang air digunakan ART
sendiri, digunakan bersama ART rumah tangga tertentu atau MCK
Komunal, jenis kloset yang digunakan leher angsa dan pembuangan
akhir tinja berupa lubang tanah. Memastikan ketersediaan sanitasi yang
layak menjadi bagian dari target tujuan 6 SDGs, yaitu air bersih dan
sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Itu artinya, sanitasi harus
dirancang dengan memperhatikan kebutuhan seluruh anggota rumah
tangga yang akan menggunakannya, terutama pada anak-anak dan
lansia; atau anggota rumah tangga yang berkebutuhan khusus.

Gambar 6.4. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sanitasi Layak


Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Kepala Rumah
Tangga, 2022

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 129


Perumahan dan Lingkungan

Perempuan Laki-laki

Jakarta Utara 17.0%


17.4%

Jakarta Barat 16.5%


19.8%

Jakarta Pusat 17.3%


13.5%

Jakarta Timur 21.8%


21.8%

Jakarta Selatan 21.9%


19.9%

Kepulauan Seribu 5.6%


7.7%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 6.4 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan kepala


rumah tangga laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki angka yang
mendekati pada persentase kepemilikan sanitasi layak, akan tetapi
persentasenya masih menunjukkan nilai yang kecil jika dibandingkan
dengan kepemilikan sanitasi yang tidak layak. Rumah tangga yang
dipimpin oleh kepala rumah tangga laki-laki dan memiliki sanitasi
layak tertinggi dimiliki oleh Jakarta Timur sebanyak 21,8 persen, angka
tersebut sama dengan persentase pada kepala rumah tangga perempuan.
Sementara itu, kepemilikan sanitasi yang layak terendah dimiliki oleh
wilayah Kepulauan seribu dengan persentase sebesar 5,6 persen untuk
rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan dan 7,7 persen
untuk rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki. Yang
artinya bahwa di Kepulauan Seribu masih terdapat 94,4 persen anggota
dari rumah tangga yang dipimpin perempuan dan 93,3 persen anggota
rumah tangga yang dipimpin laki-laki masih menghadapi masalah
terhadap sanitasi layak di dalam rumah tangga mereka.

130 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Perumahan dan Lingkungan

D. KESIMPULAN

Rumah secara ideal harus mempertimbangkan sejumlah


indikator yang mencukupi kebutuhan dasar dari seluruh anggota rumah
tangga. Salah satu faktor penting dari rumah adalah luas lantai yang
dihitung melalui setiap anggota rumah tangga dan jenis lantainya. Di
tahun 2022, penduduk di Provinsi DKI Jakarta yang tinggal di lantai
dengan luas lebih dari 10 meter persegi telah menunjukkan anka yang
dominan lebih tinggi di seluruh kabupaten/kota. Hal menarik juga
terlihat pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan di
seluruh kabupaten/kota yang memiliki persentase lebih tinggi jika
dibandingkan laki-laki untuk kategori luas lantai lebih dari 10 meter
persegi.

Jenis lantai yang digunakan rumah tangga yang dipimpin laki-


laki dan perempuan menunjukkan situasi yang hampir sama. Mayoritas
penduduk di Provinsi DKI Jakarta tinggal di rumah dengan jenis lantai
bukan tanah. Berdasarkan kabupaten/kota, rumah tangga yang memiliki
lantai terluas jenis bukan tanah masih terdapatdi beberapa
kabupaten/kota selain Jakarta Barat. Sementara itu, pada status
penggunaan listrik rumah tangga, hampir seluruh penduduk di Provinsi
DKI Jakarta telah menggunakan listrik dengan akses yang sama pada
kepala rumah tangga laki-laki dan perempuan. Meskipun telah
menunjukkan situasi yang positif, namun tetap harus melihat bahwa
penduduk di Provinsi DKI Jakarta masih ada yang tidak menggunakan
listrik dalam kehidupan mereka, meskipun kurang dari 1 persen.

Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 131


Perumahan dan Lingkungan

Di tahun 2022, keluarga yang dipimpin laki-laki dan perempuan


telah sama-sama memiliki akses air minum layak. Tetapi di beberapa
wilayah masih ada rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap
sumber air minum layak dengan persentase cukup tinggi, yaitu di
Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan
Kepulauan Seribu. Situasi ini mengindikasikan adanya risiko kesehatan
pada penduduk di Provinsi DKI Jakarta sebagai akibat mengkonsumsi
air tidak layak.

Kepemilikan sanitasi layak di Provinsi DKI Jakarta umumnya


berada pada angka yang lebih kecil dan merata di seluruh
kabupaten/kotanya baik untuk rumah tangga dengan kepala rumah
tangg laki-laki maupun perempuan. Wilayah dengan kepemilikan
sanitasi layak tertinggi dicapai oleh Jakarta Timur dan terendah dimiliki
oleh Kepulauan Seribu.

132 Profil Perempuan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Politik dan Hukum

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 133


Politik dan Hukum

134 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Politik dan Hukum

7. POLITIK DAN HUKUM

A. LATAR BELAKANG

Pasca Reformasi 1998, pelaksanaan otonomi daerah telah


membawa dampak yang signifikan terhadap dinamika politik di tingkat
daerah. Eksistensi masyarakat, peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), proses pengangkatan kepala daerah, khususnya pemilihan
kepala daerah, mengalami kemajuan yang berbeda dengan era orde baru.
Harapan bahwa ini akan membawa kemajuan bagi demokrasi kita,
namun kenyataannya politik desentralisasi dan otonomi daerah yang
memberikan kekuasaan dan otoritas politik kepada masyarakat lokal
justru mengarah pada fenomena politik identitas. Di sisi lain seiring
perkembangan kehidupan demokrasi yang semakin positif,
permasalahan politik menjadi sesuatu yang dinamis. Kebebasan
berserikat dan berkumpul, kebebasan beraspirasi, kebebasan
berpendapat dan kebebasan menentukan sikap dalam berpolitik telah
dirasakan masyarakat. Membaiknya kehidupan berdemokrasi
diantaranya tercermin dari dinamika jumlah partai politik peserta pemilu
dan sikap penduduk terhadap pemilu.
Perkembangan kondisi politik yang semakin dinamis tersebut
perlu mendapatkan pemantauan dan monitoring. Ini artinya diperlukan
alat untuk memantau dan memonitor perkembangan situasi politik.
Karena itu diperlukan adanya data yang dapat menggambarkan
perkembangan antar waktu dan wilayah.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 135


Politik dan Hukum

B. KONSEP DAN DEFINISI

Aparatur Sipil Negara (ASN)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara menyebutkan bahwa Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11 menjelaskan 3 tugas utama pegawai ASN yakni
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya, pada Pasal 12
disebutkan bahwa ASN berperan sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

C. PEMBAHASAN

136 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Politik dan Hukum

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu profesi


yang memiliki tugas pada instansi pemerintah. Menurut
Undang undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, ASN terbagi atas dua jenis, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Yang
menjadi perbedaan, PNS merupakan ASN yang diangkat sebagai
pegawai tetap dan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) secara
nasional, sedangkan PPPK adalah ASN yang diangkat sebagai
pegawai dengan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah. PNS menjadi salah satu profesi yang cukup diminati
sebagian besar masyarakat Indonesia, sebab profesi ini dianggap
memberikan beberapa hak yang cukup menguntungkan di luar gaji
pokok, diantaranya tunjangan kinerja, jaminan pensiun, dan
perlindungan kesehatan. Di samping itu, profesi ini juga memiliki
pandangan yang prestisius di mata sebagian orang tua di Indonesia.
Tak ayal, informasi perihal rekrutmen ASN selalu dicari-cari oleh
sebagian masyarakat umum.
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara (BKN),
jumlah ASN perempuan 2022 sebanyak 31.390, sedangkan ASN
laki-laki berjumlah 27.245. Itu artinya, ASN perempuan berjumlah
lebih banyak dari laki-laki dengan persentase sebesar 53,54 persen
berbanding 46,46 persen.
Tabel 7.1. Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
menurut Jabatan dan Jenis Kelamin, 2022
Jabatan Laki-Laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Fungsional Tertentu 8755 18267 27022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 137


Politik dan Hukum

Fungsional Umum 13336 10161 23497


Struktural 2577 1481 4058
Eselon IV 1925 1209 3134
Eselon III 589 250 839
Eselon II 62 22 84
Eselon I 1 0 1
Total 27245 31390 58635
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Peerintah Provinsi DKI Jakarta

D. KESIMPULAN
Jumlah ASN perempuan di Provinsi DKI Jakarta pada 2022
adalah 31.390 orang, dan ASN laki-laki berjumlah 27.245. Di tahun
2022, ASN perempuan berjumlah lebih banyak dari ASN laki-laki,
yaitu 53,54 persen. Meskipun ASN perempuan berjumlah lebih banyak,
namun ASN perempuan yang menduduki jabatan pengambil keputusan
sangat sedikit.

138 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 139


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

140 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

8. KONDISI KHUSUS DAN


SITUASI DARURAT

A. LATAR BELAKANG

Perempuan bukan entitas yang tunggal dan seragam karena


adanya perbedaan ras, suku, agama, aliran kepercayaan, pilihan politik,
kelas sosial, kewarganegaraan, status perkawinan, dan lainnya. Identitas-
identitas yang melekat pada perempuan tersebut mengakibatkan tingkat
kerentanan yang berbeda. Padahal, setiap kerentanan dapat melahirkan
ketidakadilan dan berujung pada pengalaman diskriminasi yang berbeda.
Oleh karenanya, perempuan dapat mengalami diskriminasi berlapis
karena beragam identitas dirinya. Kondisi ini dapat diperparah dengan
situasi khusus, seperti telah lanjut usia (lansia), berkebutuhan khusus,
situasi bencana dan pandemi.
Usia lanjut menjadi bagian yang dialami setiap orang sebagai
rangkaian siklus hidup manusia. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menetapkan usia 60 tahun sebagai
batas awal seseorang disebut lansia. Peningkatan penduduk lansia di
Indonesia khususnya di DKI Jakarta memiliki dampak sosial dan ekonomi
baik bagi individu, keluarga, maupun lingkungan sosial. Banyak
tantangan yang harus dihadapi, salah satu hal yang paling utama adalah
kestabilan finansial penduduk lansia. Tidak banyak lansia yang memiliki
jaminan pensiun atau telah mempersiapkan finansial secara matang
untuk kehidupan di hari tua. Apalagi lansia cenderung mengalami
penurunan kondisi kesehatan dan kemungkinan menyandang disabilitas.
Lansia pun umumnya menjadi kurang produktif sehingga mengalami
penurunan dan bahkan kehilangan pendapatan. Berbagai kondisi

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 141


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

tersebut menyebabkan lansia rentan terhadap berbagai risiko dan


guncangan, khususnya terkait sosial ekonomi.
Lebih lanjut, keluarga dan masyarakat sekitar lansia yang berusia
produktif tidak dapat berpartisipasi secara maksimal dalam
pembangunan demi merawat dan mendampingi lansia. Sehingga ketika
ada kebutuhan terhadap perawatan dan pendampingan lansia, maka
perempuan secara budaya cenderung menjadi pihak yang dituntut
melakukan peran-peran tersebut. Potensi dan kapasitas perempuan yang
sejatinya dapat lebih besar berkontribusi pada pembangunan, terpaksa
harus hilang.
Selain karena usia lanjut (lansia), kerentanan perempuan juga
makin berat karena adanya bencana alam dan kondisi darurat lainnya.
Ketika bencana alam terjadi, baik dalam bentuk gempa bumi, banjir, dan
tsunami, perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kerentanan
sebagai korban. Perempuan dan anak-anak lebih rentan menjadi korban
bencana alam karena perempuan mengalami subordinasi dalam
mengembangkan kesiapsiagaan dan mitigasi sebagai bekal saat
menghadapi bencana. Akibatnya, perempuan memiliki akses yang sangat
terbatas terhadap berbagai peluang sosialisasi dan keterampilan dalam
pengambilan keputusan yang cepat ketika bencana terjadi. Selain itu,
konstruksi gender yang melahirkan keterikatan yang intim antara
perempuan dengan anak-anak mereka mengakibatkan perempuan
cenderung bertindak untuk membantu dan menyelamatkan anak-anak
ketimbang berpikir menyelamatkan diri.
Demikian juga ketika terjadi bencana pandemi Covid-19 dalam 3
tahun terakhir. Kebijakan menekan penyebaran virus melalui penutupan
akses dan ruang gerak sosial (social distancing) mengakibatkan seluruh
anggota keluarga berada di rumah dalam durasi waktu yang panjang.

142 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Dampak pandemi Covid-19 telah secara nyata melahirkan krisis ekonomi


keluarga dan Negara, sekaligus meningkatkan berbagai persoalan sosial
dan gender. Di dalam rumah, dampak krisis ekonomi dan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) meningkatkan konflik dalam keluarga dan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat keberulangan
yang tinggi (Lohy, 2021).

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Lansia

Penduduk lanjut usia atau lansia adalah penduduk berumur 60


tahun ke atas. Penduduk lansia dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lansia
muda dimulai umur 60-69 tahun, lansia madya di rentang umur 70-79
tahun, dan lansia tua pada umur 80 tahun ke atas (sirusa.bps.go.id).
Situasi spesifik lansia dapat dilihat melalui beberapa indikator berikut
ini:
a. Rasio Ketergantungan Lansia
Rasio ketergantungan lansia dihitung berdasarkan
perbandingan antara penduduk usia produktif atau penduduk
umur 15 sampai 59 tahun yang dibandingkan dengan
penduduk lanjut usia atau umur 60 tahun ke atas. Rasio
ketergantungan ini bermanfaat untuk memberikan gambaran
tentang besaran beban yang harus ditanggung penduduk usia
produktif untuk membiayai penduduk lanjut usia.
b. Rumah Tangga Lansia
Rumah tangga lansia merupakan rumah tangga yang minimal
salah satu anggota rumah tangganya berumur 60 tahun ke atas.
Dalam konteks tersebut, status tinggal bersama lansia adalah

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 143


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

status anggota rumah tangga yang tinggal bersama lansia


dalam suatu rumah tangga lansia, yang terdiri atas lansia
tinggal sendiri, bersama pasangan (suami atau isteri), bersama
keluarga (suami/isteri dan anak), tiga generasi (bersama anak
dan cucu), dan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga lansia,
terdapat kelompok pengeluaran rumah tangga lansia yang
merupakan pengelompokan rumah tangga lansia berdasarkan
besaran nilai konsumsi dan pengeluaran rumah tangga per
bulan, yang terdiri atas kelompok 40 persen terbawah, 40
persen menengah, dan 20 persen teratas.
c. Tingkat Pendidikan dan Akses Teknologi Informasi
Tingkat pendidikan lansia adalah jenjang pendidikan tertinggi
yang ditamatkan oleh penduduk lanjut usia, terdiri atas tidak
pernah sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/ sederajat,
SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan tamat perguruan tinggi
(termasuk diploma, sarjana, dan/atau pasca sarjana).
Sementara itu, akses lansia terhadap teknologi informasi
merupakan persentase penduduk lanjut usia yang pernah
memiliki akses dan menggunakan fasilitas teknologi informasi
dalam tiga bulan terakhir, termasuk menggunakan fasilitas
telepon seluler, komputer, atau jaringan internet.
d. Kesehatan Lansia
Kesehatan lansia dilihat melalui angka kesakitan dan tindakan
pengobatan lansia. Angka kesakitan lansia adalah persentase
penduduk lanjut usia yang mengalami keluhan kesehatan
dalam sebulan terakhir dan terganggu aktivitas sehari- harinya
akibat dari keluhan kesehatan tersebut. Sementara itu,
tindakan pengobatan lansia adalah persentase penduduk

144 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

lanjut usia yang mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan


terakhir dan melakukan tindakan pengobatan, termasuk
mengobati sendiri, berobat jalan kepada tenaga kesehatan,
atau rawat inap di fasilitas kesehatan. Selanjutnya, status
disabilitas adalah status gangguan fungsional yang dialami oleh
seorang penduduk, terdiri atas sebagai penyandang disabilitas
dan bukan penyandang disabilitas. Termasuk Penyandang
disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka
waktu lama, serta mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak.
e. Lansia Korban Kejahatan
Lansia korban kejahatan adalah seseorang lansia atau harta
bendanya yang dalam setahun terakhir pernah mengalami atau
terkena tindak kejahatan atau usaha percobaan tindak
kejahatan, terdiri atas korban pencurian, penganiayaan,
pencurian dengan kekerasan, pelecehan seksual, dan kejahatan
lainnya (BPS).

2. Covid-19

a. Situasi Darurat Global


Pandemi virus corona merupakan situasi darurat yang
terjadi secara global. WHO mendeklarasi situasi darurat
global terkait Covid-19 sebagai deklarasi status darurat
global yang keenam. Sebelumnya, deklarasi situasi darurat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 145


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

yang pernah dilakukan WHO adalah a) penyebaran virus


H1N1 atau “flu babi” yang menyebabkan pandemi influenza
di tahun 2009, b) wabah Ebola di Afrika Barat tahun 2014-
2016, c) wabah polio pada tahun 2014, d) wabah virus Zika
di tahun 2016, dan e) wabah Ebola di Republik Demokratik
Kongo tahun 2019. Ketika WHO mengeluarkan deklarasi
status darurat global, maka seluruh negara di dunia harus
melakukan berbagai upaya perlindungan kesehatan agar
penyebaran virus dapat dicegah secara cepat, sekaligus
kebijakan lain untuk memastikan langkah perlindungan
dapat diterapkan (Douglas & Staudenmaier, 2020).
b. Kebijakan terkait Covid-19
Indonesia telah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait
penanganan pandemi Covid-19 di sektor kesehatan saja,
namun juga di bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan. Di
bidang kesehatan, pemerintah telah melakukan
perlindungan masyarakat dengan pembatasan mobilitas
berskala besar, kampanye 3M (memakai masker, mencuci
tangan, dan menjaga jarak), dan vaksinasi (Limanseto,
2022). Kebijakan terkait covid-19 lainnya adalah
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang kemudian
dimodifikasi menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM).
Konsekuensi dari pembatasan mobilitas di bidang
pendidikan adalah penutupan sekolah, pembelajaran jarak
jauh atau belajar dari rumah. Secara ekonomi, pemerintah

146 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

mengeluarkan kebijakan dengan bekerja dari rumah (work


from home/WFH), dan secara sosial pemerintah
menggalakkan pembatasan fisik dan sosial (social and
physical distancing) dengan tetap berada di rumah saja, baik
untuk bekerja, beribadah, dan belajar (Febriyatko, 2021).
Seluruh aktivitas di luar rumah didorong untuk dikurangi
kecuali karena alasan darurat.
c. Digitalisasi Health Care
Dalam menangani pandemi Covid-19, pemerintah telah
melakukan sejumlah terobosan kebijakan yang dilakukan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi melalui
digitalisasi health care. Aplikasi peduli lindungi
menyediakan banyak informasi terkait status tingkat
kedaruratan pandemi berbasis zona dengan menggunakan
kode warna hijau, merah, kuning, oranye, dan hitam. Dengan
demikian, masyarakat memperoleh informasi lebih baik
tentang daerah atau wilayah yang akan dikunjungi sehingga
dapat lebih waspada dan berhati-hati. Dalam aplikasi peduli
lindungi juga menyediakan informasi tentang
perkembangan jumlah kasus penduduk yang terpapar
Covid-19, status vaksinasi, dan sejumlah informasi lainnya,
termasuk menjadi data yang mendasari izin perjalanan
melalui sejumlah moda transportasi.
Pemerintah juga menyediakan platform konsultasi
kesehatan secara digital untuk memudahkan proses
pemeriksaan kesehatan dan deteksi penularan kasus positif

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 147


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Covid-19. Jika hasil diagnosa secara digital menunjukkan


kondisi pasien positif, maka obat- obatan yang disediakan
pemerintah secara gratis dikirimkan langsung pada alamat
pasien (Limanseto, 2022). Terobosan prosedur kesehatan
ini menunjukkan keberanian pemerintah yang terbukti
mampu mempercepat penanganan Covid-19, mengurangi
potensi penularan karena pasien tidak harus melakukan
perjalanan ke layanan kesehatan, proses isolasi mandiri
(isoman) dapat segera dilakukan, dan proses pengobatan
segera tertangani tanpa ada kendala biaya.
d. Vaksinasi
Program vaksinasi dilakukan sebagai bentuk pencegahan
risiko penularan Covid-19 di masyarakat. Dengan vaksin,
proses penularan Covid-19 dapat dikurangi karena
masyarakat memiliki kekebalan komunal (herd immunity)
dan bertransformasi menjadi perlindungan kelompok (herd
protection). Untuk penyediaan pasokan vaksin yang langka,
selain melalui diplomasi ke negara produsen vaksin,
pemerintah juga telah berhasil melakukan inovasi farmasi
dan menghasilkan Vaksin Merah Putih (Limanseto, 2022).
Vaksinasi memiliki tingkatan dosis yang diterapkan dengan
syarat yang berbeda pada penduduk berdasarkan usia,
kondisi kesehatan, dan penyakit yang diderita. Jika
masyarakat telah menjalani vaksinasi, masyarakat dapat
lebih mudah beraktivitas menjalani kehidupan sosial

148 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

ekonomi sehingga tidak terbatas harus melakukan seluruh


kehidupan dari dalam rumah.

C. PEMBAHASAN
1. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)

a. Rumah Tangga Lansia


Penduduk lanjut usia diperhitungkan dari usia 60 tahun ke
atas. Berdasarkan data BPS tahun 2022, Gambar 8.1
menunjukkan bahwa penduduk lansia di Provinsi DKI Jakarta
sebanyak 1894 penduduk atau sebesar 10 persen dari total
penduduk di Provinsi DKI Jakarta. Angka ini mengingatkan
tentang pentingnya memperhatikan penduduk lansia.
Memfasilitasi kemandirian lansia dan menjamin kehidupan
yang layak bagi lansia sangat bermanfaat bagi capaian
pembangunan manusia, terutama capaian SDGs tahun 2030.
Gambar 8.1. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur
Lansia dan Bukan Lansia, 2022

10%

Bukan Lansia (<60


Tahun)
Lansia (>=60 Tahun)

90%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 149


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Gambar 8.2. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis


Kelamin dan Kelompok Umur, 2022

75+ tahun 13.52%


11.94%

70-75 tahun 19.18%


19.59%

65-69 tahun 28.23%


27.25%

60-64 tahun 39.07%


41.22%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Menurut jenis kelamin dan kelompok umur, lansia


perempuan lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki pada
kelompok umur 65-69 tahun dan 75 tahun ke atas (Gambar
8.3). Lebih banyaknya lansia perempuan dapat terjadi karena
sejumlah faktor yang terbentuk sebagai dampak konstruksi
gender yang merugikan laki-laki. Kesan maskulinitas yang
dilekatkan pada laki- laki yang merokok mendorong
kebanyakan laki-laki terjebak dalam kebiasaan merokok
yang buruk. Gaya hidup begadang dan minum alkohol yang
lebih diterima pada kebiasaan laki-laki juga dapat
memperburuk kesehatan laki-laki dan berpengaruh pada usia
harapan hidup mereka. Selain itu, kematian kecelakan karena
geng motor dan sejenisnya yang cenderung dilakukan
kelompok laki- laki juga berkontribusi pada jumlah laki-laki

150 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

yang dapat menikmati hidup hingga lansia. Meskipun


perempuan lansia lebih banyak dan usia harapan hidup
perempuan lebih panjang, namun hal ini tidak selalu
bermakna kehidupan lansia perempuan lebih baik dari laki-
laki. Adanya beragam penyakit yang diderita dan kondisi
disabilitas karena usia dan kesakitan yang dialami
perempuan lansia mengantarkan lansia pada kehidupan di
masa tua yang memprihatinkan.
Pada umumnya, lansia tidak tinggal sendiri. Kebanyakan
lansia tinggal bersama keluarga mereka, baik bersama anak
danmenantu, cucu, atau kerabat lainnya.
Gambar 8.3. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis
Kelamin dan Tinggal Bersama, 2022

97.71%
Bersama Keluarga
98.87%

2.29%
Sendiri
1.13%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 8.3 juga menunjukkan persentase rumah tangga


lansia perempuan yang tinggal sendiri jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki dengan perbandingan hingga

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 151


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

lebih dari 2 kali lipat, yaitu 1,13 persen pada laki-laki dan
2,29 persen perempuan. Situasi ini memberikan gambaran
memprihatinkan, dimana lansia perempuan yang harus
menjalani kehidupan sendiri dan menanggung biaya hidup di
masa tuanya secara mandiri, tanpa didampingi oleh orang
lain dari pasangan, anak, maupun kerabat lainnya berjumlah
jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Pada lansia yang
tinggal sendiri, pemerintah pusat dan daerah wajib
memastikan kehidupan mereka terjamin dengan jaminan
kebutuhan dasar, layanan kesehatan dan bantuan sosial
lainnya.
b. Pendidikan dan Akses Digital Lansia
Perkembangan kehidupan menuntut lansia untuk memiliki
kemampuan literasi numerasi dan akses pada dunia digital.
Untuk mengukur kemampuan tersebut, setidaknya dapat dilihat
pada kemampuan membaca dan menulis, tingkat pendidikan
yang ditamatkan, dan kepemilikan pada telepon seluler dan
akses internet.
Gambar 8.4. Persentase Kemampuan Baca dan Tulis Penduduk
Lanjut Usia Menurut Jenis Kelamin, 2022

152 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Perempuan 97.71%

Laki-laki 99.55%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Tidak Ya

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Berdasarkan Gambar 8.4 menunjukkan bahwa kemampuan


membaca dan menulis lansia perempuan masih mengalami
kesenjangan dibandingkan lansia laki-laki, yaitu 97,71 persen
pada lansia perempuan dan 99,55 persen pada lansia laki- laki.
Persentase yang diberikan oleh lansia perempuan yang tidak
dapat membaca atau menulis adalah sebesar 2,29 persen yang
senilai dengan 5 kali lipat persentase yang diberikan oleh lansia
laki-laki. Angka tersebut disebabkan oleh konstruksi gender
yang cenderung menempatkan perempuan sebagai kelompok
yang dianggap tidak penting mengenyam pendidikan.
Akibatnya, akses terhadap sumber belajar, terutama sekolah
pada perempuan jauh lebih sulit dibandingkan laki-laki.
Perempuan cenderung tidak bersekolah, dan bahkan kerentanan
mengalami perkawinan di usia anak tanpa kemampuan baca
tulis sangat mungkin terjadi.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 153


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Gambar 8.5. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis


Kelamin dan Tingkat Pendidikan yang ditamatkan,
2022

14.51%
Tamat Pendidikan Tinggi
20.61%
25.45%
Tamat SMA/Sederajat
30.86%
16.10%
Tamat SMP/Sederajat
15.20%
29.52%
Tamat SD/Sederajat
22.18%
10.14%
Tidak Tamat SD
8.22%
4.17%
Tidak Pernah Bersekolah
2.59%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, masih


terdapat lansia yang berpendidikan rendah, bahkan masih ada
yang tidak pernah merasakan bangku sekolah bahkan dialami
lansia perempuan dan laki-laki. Gambar 8.5 menunjukkan
bahwa persentase lansia perempuan yang hanya tamat
SD/Sederajat sebanyak 29,52 persen, bahkan yang tidak sempat
menyelesaikan pendidikan di jenjang SD/Sederajat berjumlah
lebih banyak, yaitu 10,14 persen; dan yang tidak pernah sekolah
sebesar 4,17 persen. Situasi yang hampir sama juga terlihat pada
lansia laki-laki yang berhasil menamatkan jenjang pendidikan
SD/sederajat sebanyak 22,18 persen, tidak tamat SD/Sederajat
sebesar 8,22 persen, dan bahkan tidak pernah sekolah sebesar
2,59 persen.

154 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Jika dibandingkan dengan perempuan, secara keseluruhan


lansia perempuan cenderung selalu mengalami kondisi yang
lebih buruk dibandingkan laki-laki. Pada pengalaman tidak
pernah sekolah dan tidak tamat sekolah, persentase lansia
perempuan lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki, bahkan
pada kondisi tidak pernah sekolah, persentase lansia perempuan
mencapai hampir dua kali lipat lansia laki-laki. Sebaliknya,
pada jenjang pendidikan yang berhasil ditamatkan, baik di
jenjang SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, persentase lansia
laki-laki jauh lebih besar dibandingkan perempuan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA/Sederajat dan
Pendidikan Tinggi, sedangkan lansia perempuan memiliki
angka yang lebih tinggi pada jenjang pendidikan sd dan
SMP/Sederajat.
Dengan situasi jenjang pendidikan yang ditamatkan pada lansia,
maka dapat dipahami mengapa rata-rata lama sekolah lansia
perempuan jauh lebih sebentar di bangku pendidikan
dibandingkan lansia laki-laki. Gambar 8.6 menunjukkan bahwa
kesenjangan rata-rata lama sekolah pada lansia perempuan dan
laki-laki terjadi hampir di seluruh Kbupaten/Kota kecuali di
Kepulauan Seribu. Rata-rata lama sekolah lansia laki-laki
tertinggi dimiliki oleh wilayah Jakarta Pusat dengan angka
sebesar 7,89 tahun dan untuk lansia perempuan sebesar 7,43
tahun.
Gambar 8.6. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Lanjut Usia
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 155


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Jakarta Utara 6.74


6.95

Jakarta Barat 6.88


7.33

Jakarta Pusat 7.43


7.89

Jakarta Timur 7.19


7.40

Jakarta Selatan 7.03


7.20

Kepulauan Seribu 5.20


4.89

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Gambar 8.7. Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Memiliki Akses
Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Fasilitas, 2022
Perempuan Laki-laki

53.68%
Memiliki Telepon Seluler
70.72%
61.33%
Menggunakan Telepon Seluler
76.46%
4.17%
Komputer/Laptop
14.08%
47.32%
Akses Internet
64.19%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Berdasarkan jenis kelamin, Gambar 8.7 menunjukkan situasi


yang berbeda pada akses lansia terhadap telepon seluler,
komputer/laptop, dan akses internet. Dalam mengakses seluruh
sumber informasi dan teknologi yang ada, persentase lansia

156 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

perempuan selalu lebih rendah dibandingkan lansia laki-laki.


Pada penggunaan akses telepon seluler, misalnya, persentase
lansia laki-laki yang menggunakan mencapai 70,72 persen,
sementara lansia perempuan hanya 53,68 persen; sedangkan
sebagai pengguna telepon selular, persentase lansia perempuan
juga hanya sebesar 61,33 persen dan lansia laki-laki sebesar
76,46 persen.
Pada penggunaan komputer atau laptop, Gambar 8.7 juga
menunjukkan persentase lansia laki-laki dan perempuan yang
sangat rendah. Persentase lansia laki-laki yang menggunakan
atau mengakses komputer/laptop hanyalah 14,08 persen,
sementara pada lansia perempuan semakin sedikit atau hanya
4,17 persen. Gambaran ini tampak berkorelasi dengan tingkat
pendidikan lansia yang didominasi jenjang pendidikan
SD/sederajat dan tidak bersekolah. Karena itu, persentase lansia
yang mengakses internet juga menjadi sangat sedikit, yaitu
hanya 64,19 persen pada lansia laki-laki dan 47,32 persen pada
lansia perempuan.
Rendahnya akses lansia pada perangkat komputer/laptop,
telepon selular, dan internet juga dipicu oleh penurunan
kemampuan motorik lansia. Gangguan penglihatan dan
motorik jemari lansia dapat menjadi alasan lansia tidak
menggunakan perangkat teleponseluler dan komputer/laptop.
Selain itu, penurunan kecerdasan yang dialami sebagian
lansia mengakibatkan lansia kesulitan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi baru. Padahal, mengakses sumber

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 157


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

informasi dan komunikasi dapat menguatkan lansia untuk


tetap mandiri, terutama ketika berkomunikasi dan
berinteraksi dengan keluarga, meningkatkan pengetahuan
dan akses layanan kesehatan, serta memungkinkan mendapat
peluang kerja dengan menyesuaikan tingkat kemampuan lansia.
c. Kesehatan Lansia
Dalam melihat indikator kesehatan dasar lansia, terdapat dua
aspek yang dilihat dalam Susenas Maret 2022, yaitu keluhan
kesehatan dan angka kesakitan lansia. Gambar 8.8 menunjukkan
persentase yang cukup tinggi pada lansia yang mengalami
keluhan kesehatan, hampir di seluruh wilayah. Jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin, persentase lansia perempuan yang
mengalami keluhan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan
lansia laki-laki dimiliki oleh wilayah Jakarta Barat, Jakarta
Timur, dan Jakarta Selatan, sementara fenomena sebaliknya
terjadi di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Kepulauan
Seribu. Capaian keluhan kesehatan tertinggi yang dialami oleh
lansia perempuan berada di kota Jakarta Timur dengan angka
mencapai 29,82 persen, sementara untuk lansia laki-laki berada
di Kepulauan Seribu dengan angka mencapai 35,56 persen.
Gambar 8.8. Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Mengalami
Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Terakhir Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

158 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Jakarta Utara 26.19%


30.59%

Jakarta Barat 28.80%


26.11%

Jakarta Pusat 29.05%


30.83%

Jakarta Timur 29.82%


24.60%

Jakarta Selatan 24.66%


21.39%

Kepulauan Seribu 23.64%


35.56%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2021, penyakit


yang dialami lansia kebanyakan merupakan penyakit yang tidak
menular, bersifat degeneratif, atau disebabkan oleh faktor usia,
misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, stroke, rematik
dan cedera (Kemenkes, 2021 dalam Girsang, 2021). Meskipun
merupakan penyakit tidak menular, namun sejumlah penyakit di
atas merupakan penyakit kronis yang memiliki risiko
komplikasi dengan berbagai penyakit lainnya, membutuhkan
biaya pengobatan yang terus menerus dan besar, serta
berpotensi menimbulkan ketidakmampuan atau disabilitas pada
lansia (Girsang, 2021).
Gambar 8.9. Angka Kesakitan Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 159


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Jakarta Utara 29.55%


42.31%

Jakarta Barat 37.74%


34.04%

Jakarta Pusat 30.23%


39.02%

Jakarta Timur 26.47%


19.57%

Jakarta Selatan 45.45%


56.76%

Kepulauan Seribu 38.46%


43.75%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 8.8 juga menunjukkan persentase yang cukup tinggi


pada lansia yang mengalami keluhan kesehatan, hampir di
seluruh wilayahnya. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,
persentase lansia perempuan yang memiliki angka kesakitan
yang lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki terdapat di
wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur, sementara fenomena
sebaliknya terjadi di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Utara,
Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Capaian angka kesakitan
tertinggi yang dialami oleh lansia perempuan berada di kota
Jakarta Selatan dengan angka mencapai 45,45 persen, sementara
untuk lansia laki-laki berada di Kepulauan Seribu dengan angka
mencapai 56,76 persen.
Fenomena keluhan kesehatan dan angka kesakitan di Kota
Jakarta Selatan memiliki angka yang berbanding terbalik, lebih
tingginya angka kesakitan pada lansia laki-laki dapat dipicu
oleh kebiasaan merokok yang masih terus dilakukan sejak muda
hingga saat sudah lansia.

160 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Gambar 8.10. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis


Kelamin, Frekuensi dan Status Merokok dalam
Sebulan Terakhir, 2022

Perempuan 99.20%

Laki-laki 73.76%

Tidak Merokok Merokok

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 8.10 menunjukkan adanya kebiasaan buruk merokok


yang sangat didominasi lansia laki-laki. Konstruksi gender yang
menghubungkan aktivitas rokok sebagai ranah maskulin yang
idealnya dimiliki laki-laki dan citra buruk pada perempuan
perokok menjadi salah satu faktor yang merugikan kesehatan
laki-laki. Akibatnya, persentase lansia laki- laki yang masih
merokok memiliki kesenjangan yang sangat lebar dengan lansia
perempuan. Pada tahun 2022 menunjukkan bahwa persentase
lansia laki-laki yang masih merokok sebesar 26,24 persen
sedangkan pada lansia perempuan hanya sebesar 0,8 persen.
Sebaliknya untuk persentase lansia perempuan yang belum
pernah merokok sebesar 99,2 persen sedangkan untuk lansia
laki- laki sebesar 73,76 persen. Melihat persentase yang sangat
kecil, kebiasaan merokok yang sudah terhenti saat lansia dapat
dipicu oleh penyakit yang diderita lansia dan memaksa mereka
berhenti merokok.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 161


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Gambar 8.11. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis


Kelamin dan Status Disabilitas, 2022

66.22%
60.24%

39.76%
33.78%

Laki-laki Perempuan

Non Disabilitas Disabilitas

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Dengan sejumlah keluhan kesehatan dan angka kesakitan pada


lansia, Gambar 8.11 menunjukkan kondisi lansia yang
mengalami disabilitas di masa tuanya. Terdapat sebesar 60,24
persen lansia perempuan dan 66,22 persen lansia laki-laki
adalah penyandang disabilitas. Hal tersebut sejalan dengan rata-
rata angka kesakitan dan keluhan kesehatan yang didominasi
oleh lansia laki-laki. Kondisi lansia dengan disabilitas
berpotensi meningkatkan kerentanan lansia yang lebih tinggi.
Selain menjadikan lansia tidak produktif secara ekonomi
karena kondisi disabilitasnya, lansia menghadapi masalah
kesehatan yang lebih berat dan membutuhkan pendamping
(caregiver) yang membantunya menjalani kebutuhan sehari-
harinya. Kondisi ini diperburuk dengan kepemilikan jaminan
sosial, dana pension, dan sumber pendanaan lain yang tidak
dimiliki oleh semua lansia.
d. Status Perkawinan dan Kepala Rumah Tangga Lansia

162 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Data Susenas Maret 2022 menunjukkan status perkawinan


lansia yang menampilkan pola berkebalikan pada lansia laki-
laki dan perempuan.
Gambar 8.12. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis
Kelamin dan Status Perkawinan, 2022

Perempuan 51.09%

Laki-laki 82.55%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 8.12 menunjukkan bahwa pada lansia laki-laki


didominasi oleh status perkawinannya adalah kawin atau
memiliki pasangan yaitu 82,55 persen, sebaliknya pada lansia
perempuan didominasi oleh status perkawinan cerai mati yaitu
51,09 persen. Sebaliknya pada posisi kedua tertinggi
menunjukkan bahwa pada lansia laki-laki adalah memiliki
status perkawinan cerai mati sedangkan pada lansia perempuan
adalah memiliki status perkawinan kawin. Gambaran ini
menunjukkan adanya kecenderungan pada laki-laki untuk
menikah lagi selepas bercerai, baik karena cerai mati maupun
cerai hidup.
Gambar 8.13. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis
Kelamin dan Status Kepala Rumah Tangga, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 163


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

95.05%

53.78%

Laki-laki Perempuan

Anggota RUmah Tangga Kepala Rumah Tangga

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Tingginya angka kematian karena pandemi Covid-19 yang


banyak menelan korban lansia berpengaruh atas tingginya
angka cerai mati yang dialami oleh lansia. Gambar 8.13
menginformasikan status lansia menurut status kepala rumah
tangga. Tahun 2022, hampir seluruh lansia laki- laki berperan
sebagai kepala rumah tangga, atau sebesar 95,05 persen. Hal ini
didasari pada pandangan masyarakat yang masih menempatkan
laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Meskipun demikian,
juga terdapat 53,78 lansia perempuan yang menjadi kepala
rumah tangga. Gambaran ini mengindikasikan kemampuan
lansia membiayai kebutuhan keluarga yang cukup tinggi,
meskipun dengan jumlah penghasilan yang terbatas.

e. Kehidupan Ekonomi dan Angka Ketergantungan Lansia


Di tahun 2022, data susenas menunjukkan gambaran
kemiskinan pada kehidupan para lansia. Gambar 8.14

164 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

menginformasikan bahwa sebagian besar pengeluaran rumah


tangga lansia berada pada kelompok 40 persen menengah dan
40 persen ke bawah. Berdasarkan jenis kelaminnya, perempuan
mendominasi pada kelompok pengeluaran 40 persen menengah
dan 40 persen ke bawah yaitu sebesar 40,40 persen dan 40,30
persen. Sementara untuk pengeluaran pada kelompok 20 persen
ke atas, laki-laki lansia mendominasi dengan angka sebesae
20,88 persen dari jumlah seluruh laki-laki lansia.
Gambar 8.14. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga,
2022

19.30%
20 persen ke atas
20.88%

40.40%
40 persen menengah
39.50%

40.30%
40 persen ke bawah
39.62%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Data Susenas menunjukkan bahwa di tahun 2022, angka


ketergantungan lansia tertinggi dialami oleh wilayah Jakarta
Pusat yaitu mencapai angka 19,05 persen pada perempuan dan
16,34 persen pada laki- laki. Hal ini menunjukkan bahwa di
wilayah Jakarta Pusat pada setiap 100 orang penduduk usia

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 165


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

produktif pada laki-laki menunjukkan harus menanggung


sekitar 16 lansia laki-laki sedangkan pada perempuan harus
menanggung sekitar 19 orang lansia perempuan.
Gambar 8.15. Rasio Ketergantungan Penduduk Lanjut Usia Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Jakarta Utara 14.84


15.81

Jakarta Barat 14.90


15.35

Jakarta Pusat 19.05


16.34

Jakarta Timur 17.30


14.88

Jakarta Selatan 18.16


14.42

Kepulauan Seribu 9.26


7.56

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Bila dipilah menurut jenis kelamin dan tipe wilayah


menunjukkan bahwa angka ketergantungan lansia laki-
laki di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan kelompok
perempuan. Dengan rasio terendahnya dimiliki oleh wilayah
Kepulauan Seribu.
f. Lansia yang Bekerja
Status bekerja bagi lansia memberikan gambaran tentang
partisipasi lansia di bidang ekonomi yang patut diapresiasi,
sekaligus menunjukkan kemandirian ekonomi lansia. Data
Susenas 2022 menunjukkan bahwa lansia yang bekerja
memiliki persentase yang tinggi, terutama pada lansia laki-laki.

166 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Persentase lansia laki-laki yang bekerja sebesar 48,54 persen


sementara lansia perempuan hanya sebesar 17,30 persen. Itu
artinya, lansia perempuan yang mandiri secara ekonomi jauh
lebih sedikit dibandingkan lansia laki-laki. Padahal, meskipun
lansia yang tidak berpenghasilan cukup besar, namun kontribusi
kerja perempuan di ranah domestik sangat tinggi. Hal ini terlihat
pada persentase perempuan yang mengurus rumah tangga
mencapai 63,42 persen. Dalam kegiatan domestik,
dimungkinkan para lansia perempuan juga melakukan kerja-
kerja yang bernilai ekonomi namun karena tidak dibayar
sehingga lansia perempuan menempatkannya sebagai bukan
pekerjaan.
Gambar 8.16. Persentase Penduduk Lanjut Usia Menurut Jenis
Kelamin dan Jenis kegiatan Utama dalam Seminggu
Terakhir, 2022

7.65%
Lainnya selain kegiatan pribadi
21.28%

63.42%
Mengurus rumah tangga
9.68%

17.30%
Bekerja
48.54%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Tingginya persentase lansia yang bekerja merefleksikan tingkat


kemandirian lansia secara ekonomi. Akan tetapi, mengingat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 167


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

penduduk Indonesia yang berusia lanjut didominasi tingkat


pendidikan yang rendah, maka jenis pekerjaan yang mampu
diakses lansia biasanya di sektor informal. Gambar 8.17
membuktikan persentase lansia yang bekerja di sektor informal
sebesar 92,05 persen sedangkan pada laki-laki dan sebesar
96,45 persen pada perempuan. Fleksibilitas kerja di bidang
pekerjaan informal juga lebih memungkinkan diakses oleh para
lansia yang sudah menghadapi sejumlah kendala dan
keterbatasan karena faktor usia.
Gambar 8.17. Persentase Penduduk Lanjut Usia yang Bekerja di
Sektor Formal dan Informal Menurut Jenis Kelamin,
2022

96.45%
92.05%

7.95%
3.55%

formal informal

Laki-laki perempuan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022

Gambar 8.18 menunjukkan bahwa lansia yang bekerja


kebanyakan dari kelompok lansia yang mempunyai pendidikan
maksimal setingkat SD/sederajat, yang artinya para lansia hanya
mempunyai ijazah pendidikan SD ataupun tidak memiliki ijazah

168 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

sama sekali. Untuk lansia laki-laki menunjukkan 25,35 persen


dan lansia perempuan sebesar 35,44 persen memiliki ijazah
maksimal SD/sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan para lansia masih sangat rendah dimana masih
sangat sedikit persentase lansia yang memiliki pendidikan
minimal lulus SMA/sederajat.
Gambar 8.18. Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja Menurut
Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan, 2022

Universitas 5.77%
10.34%

D1/D2/D3 4.41%
2.44%

SMK 2.66%
8.84%

SMA 14.19%
23.11%

SMP 14.87%
19.40%

SD 35.44%
25.35%

Tidak/Belum tamat SD 22.66%


10.51%

Perempuan Laki-Laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Dengan mayoritas pendidikan rendah dan bekerja di ranah


informal, maka lansia berada dalam status sebagai pekerja tidak
tetap yang sangat tinggi. Gambar 8.19 menunjukkan bahwa
lansia yang berstatus pekerja tetap hanyalah 17,65 persen lansia
perempuan dan 25,56 persen lansia laki-laki. Selebihnya, lansia
yang bekerja berstatus pekerja tidak tetap dengan jumlah
sebesar 74,44 persen lansia laki-laki dan 82,35 persen lansia

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 169


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

perempuan. Pekerja tidak tetap (precarious employment) yang


dimaksudkan dalam hal ini mencakup pekerjaan bebas
pertanian/non pertanian, buruh dengan kontrak kerja jangka
waktu tertentu, dan buruh dengan kontrak kerja lisan. Menurut
Tjandraningsih (2012 dalam Girsang, 2021), pekerja tidak tetap
akan bekerja dalam jangka waktu yang pendek, berkesan harian,
bulanan, atau per-tahun yang dapat diperpanjang atau tidak.
Selain itu, pekerja tidak tetap pada umumnya tidak memiliki
asuransi jaminan kerja dan sosial. Karena itu, status sebagai
pekerja tidak tetap mengakibatkan lansia berada dalam
kerentanan kehilangan pekerjaan sewaktu- waktu. Karena
pekerja tidak tetap, maka lansia juga berada dalam risiko tidak
memperoleh dana pensiun saat mereka telah purna kerja. Hal ini
dapat menambah persentase angka ketergantungan lansia pada
penduduk usia produktif.
Gambar 8.19. Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja sebagai
Pekerja Tetap dan Tidak Tetap Menurut Jenis Kelamin
dan Tingkat Pendidikan, 2022

170 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

82.35%
Tidak Tetap
74.44%

17.65%
Tetap
25.56%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022

Dengan jenjang pendidikan rendah, mayoritas disektor


pekerjaan informal dengan status pekerja tidak tetap, tidak
selalu sejalan dengan penghasilan yang dimiliki. Berdasarkan
Gambar 8.20 jumlah penghasilan lansia dalam sebulan yang
sebagian besar sudah cukup tinggi. Pendapatan terbanyak yang
diperoleh lansia perempuan berada di atas 3 juta rupiah dengan
persentase sebanyak 10,9 persen lansia perempuan dan 25,83
persen lansia laki-laki. Pada penghasilan dalam kisaran 2-3 juta,
hanya ada 3,79 persen lansia perempuan dan 5,83 lansia laki-
laki yang memiliki pendapatan tersebut, sementara penghasilan
1-2 juta hanya terjadi pada 5,09 persen lansia perempuan dan
6,62 persen pada lansia laki-laki.
Gambar 8.20. Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja Menurut
Jenis Kelamin dan Jumlah Penghasilan dalam Sebulan,
2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 171


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

10.90%
3.000.000 atau Lebih
25.83%

3.79%
2.000.000-2.999.999
5.83%

5.09%
1.000.000-1.999.999
6.62%

3.32%
Kurang dari 1.000.000
4.50%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022

Berdasarkan Gambar 8.21 dapat terlihat bahwa sebagian besar


lansia memiliki jumlah jam kerja sama dengan 35 jam atau
lebih, dimana laki-laki tetap mendominasi dengan persentase
sebesar 71,64 persen dan perempuan dengan persentase sebesar
55,30 persen.
Gambar 8.21. Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja dengan
Jumlah Jam Kerja Kurang dari 35 Jam Menurut Jenis
Kelamin, 2022

172 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

55.30%
35 Jam atau Lebih
71.64%

44.70%
Kurang dari 35 Jam
28.36%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022

Pandemi Covid-19 terjadi dan krisis ekonomi melanda semua


kelompok pekerja termasuk pekerja lansia. Sakernas 2022
menunjukkan bahwa jumlah pekerja lansia mengalami
penurunan penghasilan karena Covid-19. Gambar 8.22
menunjukkan sebanyak 28,72 persen lansia perempuan dan
29,10 persen lansia laki-laki mengalami penurunan pendapatan.
Meskipun demikian, terdapat 55,73 persen lansia laki-laki dan
54,36 persen lansia perempuan tidak mengalami perubahan
pendapatan, bahkan terdapat sedikit lansia yang justru
mengalami peningkatan penghasilan dalam kisaran 10-15
persen, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Gambar 8.22. Persentase Penduduk Lanjut Usia Bekerja Menurut
Jenis Kelamin dan Perubahan Penghasilan
dibandingkan Sebelum Pandemi Covid-19, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 173


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

pada agustus 2021 belum bekerja di 2.56%


pekerjaan sekarang 2.48%

54.36%
tidak ada perubahan
55.73%

28.72%
pendapatan/upah berkurang
29.10%

14.36%
pendapatan/upah bertambah
12.69%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Provinsi DKI Jakarta, Agustus 2022

2. Perempuan Lanjut Usia (Lansia)

Data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization


(WHO) menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan infeksi
berat dan kematian dengan jumlah yang sangat besar. Di Provinsi DKI
Jakarta, per-29 oktober 2022, jumlah kasus Covid-19 mencapai angka
2.884.069 kasus yang sudah terkonfirmasi dan telah menelan korban
meninggal dunia sebanyak 15.361 (covid19.go.id). Dari jumlah tersebut,
Gambar 8.27 menunjukkan bahwa dari jumlah kasus yang terkonfirmasi
tersebut, terdapat 1.422.831 pasien telah sembuh dari virus Corona. Itu
artinya, persentase kematian karena Covid-19 telah mencapai 0,53
persen, sementara jumlah pasien yang sembuh mencapai 49,33 persen.
Selebihnya, pasien masih dalam menjalani perawatan medis.
Gambar 8.23. Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia per Tanggl 29 Oktober
2022

174 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

1422831 1445877

15361

Sembuh Positif Meninggal

Sumber: www.covid19.go.id, Data Per tanggal 29oktober 2022

3. Kepatuhan pada Protokol Kesehatan

Untuk meminimalisir penyebaran virus Corona, pemerintah telah


memberlakukan sejumlah kebijakan. Salah satu kebijakan penting yang
ditetapkan adalah protokol kesehatan yang berisi 5 M, yaitu Memakai
masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan dan
Mengurangi mobilitas. Pada Februari 2022, Gambar 8.24 menunjukkan
adanya pola kepatuhan penduduk laki-laki dan perempuan yang berbeda.
Pada peraturan memakai masker, kepatuhan perempuan lebih tinggi
yaitu sebesar 93,4 persen daripada laki-laki yang hanya 89,9 persen. Pada
protokol mencuci tangan, perempuan lebih tinggi 6,8 persen
dibandingkan laki-laki, begitu pula pada protokol menjaga jarak,
perempuan lebih tinggi 6,5 persen dari laki-laki. Pada protokol
menghindari kerumunan, perempuan lebih baik 6,5 persen daripada laki-
laki, demikian juga pada peraturan mengurangi mobilitas, tingkat

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 175


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

kepatuhan perempuan mencapai 81,6 persen, sedangkan laki-laki hanya


72 persen.
Gambar 8.24. Tingkat Kepatuhan Responden dalam Melaksanakan
Protokol Kesehatan Selama Seminggu Terakhir Menurut
Jenis Kelamin, Februari 2022

Mengurangi mobilitas 81.60%


72.00%

Menghindari kerumunan 85.00%


78.50%

Menjaga jarak 83.80%


77.30%

Mencuci tangan 90.40%


83.60%

Memakai masker 93.40%


89.90%

Perempuan Laki-Laki

Sumber: www.covid19.go.id
Dalam merespon kebijakan pemerintah untuk melakukan
pembatasan aktivitas di luar rumah, perasaan masyarakat menunjukkan
perasaan jenuh dan sangat jenuh sebagai perasaan kedua dan ketiga yang
paling banyak dirasakan, yaitu 35,20 persen dan 28,10 persen pada laki-
laki atau total 63,3 persen yang secara implisit menyatakan ketidak-
bahagiaan laki-laki sangat tinggi saat membatasi diri untuk tidak keluar
rumah. Sedikit berbeda terlihat pada perempuan yang tingkat perasaan
sangat jenuh dan jenuh lebih rendah persentasenya, yaitu 28,1 persen
sangat jenuh dan 31,6 persen jenuh, atau total 59,7 persen merasa tidak
bahagia. Sementara itu, terdapat 35,5 persen perempuan dan 31,9 persen
laki-laki menyatakan perasaannya yang biasa-biasa saja.

176 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Gambar 8.25. Perasaan Responden Selama Pembatasan Aktivitas di Luar


Rumah Menurut Jenis Kelamin, Februari 2022

Sangat Senang 1.40%


1.30%

Senang 3.40%
2.40%

Biasa Saja 35.50%


31.90%

Jenuh 31.60%
35.20%

Sangat Jenuh 28.10%


29.20%

Perempuan Laki-Laki

Sumber: Survei Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19

4. Vaksinasi

Pada 13 Januari 2021, Presiden Joko Widodo divaksinasi di Istana


Kepresidenan sebagai simbol secara resmi memulai program vaksinasi di
Indonesia. Per 29 Oktober 2022, sebagaimana Gambar 8.26 dilaporkan
ada 7.558.496 penduduk di DKI Jakarta yang telah menerima vaksin dosis
pertama dan 6.787.728 penduduk yang telah menerima vaksin dosis
kedua.
Gambar 8.26. Jumlah Penduduk yang Telah Melakukan Vaksinasi
Berdasarkan Jenis Kelamin, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 177


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

8941211

7558496
6787728

Target Vaksinasi ke-2 Vaksinasi ke-1

Sumber: www.covid19.go.id
Berdasarkan Gambar 8.27 menjelaskan beberapa alasan penduduk
Indonesia yang masih belum divaksin. Alasan yang pertama adalah
karena khawatir dengan efek samping atau tidak percaya dengan
efektivitas vaksin sebanyak 13,6 persen. Alasan berikutnya adalah sudah
terjadwal tetapi masih belum waktunya sebanyak 7,3 persen. Sementara
itu, terdapat 79,1 persen belum divaksin karena alasan lainnya yaitu
karna faktor kesehatan, ibu hamil, sarana dan infrastruktur yang tidak
mendukung, dan sebagainya, adalah persentase yang paling banyak,
dengan jumlah perempuan
Gambar 8.27. Alasan Belum Mengikuti Vaksinasi Berdasarkan Jenis
Kelamin, Februari 2022

178 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Lainnya 79.10%

Tidak mau karena tidak percaya efektivitas


7.30%
vaksin

Tidak mau/khawatir efek samping 6.30%

Sudah terjadwal tapi belum waktunya 7.30%

Sumber: www.covid19.go.id
Gambar 8.28 menjelaskan tentang alasan-alasan penduduk
Indonesia yang sudah di vaksin Covid-19 hingga akhir Februari 2022.
Alasan terbesar adalah karena kesadaran pribadi yang mencapai 81,3
persen. Alasan terbanyak kedua adalah karena diwajibkan tempat kerja,
dengan 11,3 persen, selanjutnya karena ingin memenuhi peraturan
peraturan perjalanan dengan persentase sebesar 4,8 persen, dan sisanya
adalah karena alasan lainnya sebesar 2,6 persen.
Gambar 8.28. Alasan Sudah Mengikuti Vaksinasi Berdasarkan Jenis
Kelamin, Februari 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 179


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Lainnya 2.60%

Memenuhi peraturan perjalanan 4.80%

Diwajibkan/diperintahkan oleh tempat


11.30%
kerja/atasan/pemerintah

Kesadaran Pribadi (untuk pencegahan) 81.30%

Sumber: www.covid19.go.id

D. KESIMPULAN
Pada tahun 2022, penduduk lanjut usia di DKI Jakarta sebanyak
1894 penduduk atau sebesar 10 persen dengan sebagian besar lansia
merupakan lansia muda yaitu berada di rentang umur 60-69 tahun.
Menurut jenis kelamin, lansia perempuan lebih banyak dibandingkan
lansia laki-laki. Dalam menjalani kehidupannya, lansia perempuan lebih
banyak yang tinggal sendiri dibandingkan lansia laki-laki.
Kemampuan baca tulis lansia perempuan masih mengalami
kesenjangan dibandingkan laki-laki, atau hanya 97,71 persen lansia
perempuan mampu membaca, sementara lansia laki-laki sebesar 99,55
persen. Berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, sebagian
besar lansia berpendidikan rendah, bahkan tidak pernah merasakan
bangku sekolah. Secara khusus, lansia perempuan yang hanya tamat SD/
Sederajat sebanyak 29,52 persen, tidak lulus SD/Sederajat sebanyak
10,14 persen; dan yang tidak pernah sekolah sebesar 4,17 persen. Pada

180 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

rata-rata lama sekolah lansia perempuan dan laki-laki sudah memiliki


angka yang cukup setara. Akan tetapi, kesenjangan kepemilikan telepon
seluler terlihat pada lansia laki-laki yang mencapai 70,72 persen,
sedangkan lansia perempuan hanya 53,68 persen. Demikian juga pada
akses internet yang jauh lebih rendah pada lansia perempuan.
Kesehatan lansia penting menjadi perhatian. Di wilayah DKI
Jakarta, persentase lansia mengalami keluhan kesehatan cukup tinggi.
Angka tertingginya sekitar 35,56 persen pada lansia laki-laki dan 29,82
persen pada lansia perempuan.
Status perkawinan lansia didominasi status menikah pada lansia
laki-laki yaitu sebesar 82,55 persen. Sementara pada lansia perempuan
didominasi oleh status cerai mati sebesar 51,09 persen.
Kondisi ekonomi lansia berada dalam situasi yang perlu
penguatan. Terdapat 39,62 persen lansia perempuan dan 40,30 persen
lansia laki-laki yang tinggal di rumah tangga dengan kelompok
pengeluaran ekonomi rendah, yaitu 40 persen ke bawah. Bahkan, hanya
ada 19,30 persen lansia perempuan dan 20,88 persen lansia laki-laki yang
tinggal dalam ekonomi yang baik dengan kelompok pengeluaran di atas
20 persen. Karenanya, angka ketergantungan lansia tertinggiyaitu di
wilayah Jakarta pusat mencapai angka 19,05 persen pada lansia
perempan dan 16,34 persen pada lansia laki-laki.
Lansia laki-laki yang bekerja berjumlah jauh lebih besar ketimbang
lansia perempuan, yaitu 48,54 persen berbanding 17,30 persen.
Mayoritas tingkat pendidikan lansia yang bekerja sangat rendah atau
hanya mencapai pendidikan SD/sederajat, yaitu 35,44 persen pada lansia
perempuan dan 35,35 persen pada lansia laki-laki. Bahkan, di jenjang
pendidikan tidak tamat SD/ sederajat, persentasenya mencapai 22,61
persen pada lansia perempuan dn 10,51 persen pada lansia laki-laki.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 181


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

Dengan jenjang pendidikan tersebut, hampir semua atau sebesar 74,44


persen lansia laki-laki dan 82,35 persen lansia perempuan adalah pekerja
tidak tetap dengan risiko yang buruk, penghasilan rendah, dan pekerja
rentan. Terdapat 3,32 persen lansia perempuan dan 4,5 persen lansia
laki- aki berpenghasilan dibawah satu juta per bulan. Lansia dengan
penghasilan dalam kisaran 1-2 juta hanya diperoleh 5,09 persen lansia
perempuan dan 6,62 lansia laki-laki. Di masa pandemi Covid-19,
sebanyak 28,72 persen lansia perempuan dan 29,10 persen lansia laki-
laki mengalami penurunan pendapatan.
Situasi darurat Covid-19 yang telah melanda lebih dari tiga tahun
mengacaukan banyak aspek kehidupan. Per tanggal 29 Oktober 2022,
jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di DKI Jakarta sebesar 2.884.069
penduduk. Dari jumlah tersebut, 1.422.831 pasien telah sembuh dari
virus Corona dan 15.361 pasien meninggal dunia.
Dalam merespon kebijakan pemerintah, tingkat kepatuhan
masyarakat Indonesia dalam menerapkan 5 M, yaitu Memakai masker,
Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan dan
Mengurangi mobilitas cukup tinggi atau diatas 70 persen untuk semua
jenis protokol kesehatan. Akan tetapi perempuan memiliki tingkat
kepatuhan yang lebih baik daripada laki-laki di semua kategori 5M.
Perasaan menjalani pembatasan aktivitas di luar rumah, penduduk
didominasi dengan perasaan yang merasa sangat jenuh dan jenuh.
Penduduk yang telah divaksinasi pada per 29 Oktober 2022
sebanyak 7.558. orang menerima vaksin dosis pertama dan 6.77.728
telah menerima vaksin dosis kedua. Padahal, pemerintah menargetkan
8.941.211 penduduk melakukan vaksinasi Covid-19 untuk mencapai
kekebalan kelompok (herd immunity). Itu artinya, hingga Oktober 2022,
masih banyak penduduk di DKI Jakarta yang masih belum divaksin Covid-

182 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

19 sama sekali. Alasan penduduk yang belum menjalani vaksinasi


beragam. Terdapat 13,6 persen tidak vaksin karena khawatir dengan efek
samping atau tidak percaya dengan efektivitas vaksin. Alasan lainnya
karena sudah terjadwal tetapi masih belum waktunya dan belum tahu
dimana harus melakukan vaksinasi. Sebaliknya, pada penduduk yang
sudah vaksin, lebih dari 70 persen penduduk melakukan vaksinasi
karena kesadaran pribadi.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 183


Kondisi Khusus dan Situasi Darurat

halaman kosong

184 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 185


Sosial

186 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

9. SOSIAL

A. LATAR BELAKANG

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, disebutkan bahwa
pembangunan keluarga merupakan upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Dalam
mewujudkan hal tersebut maka disusun Kebijakan nasional
pembangunan keluarga dimaksudkan untuk memberdayakan keluarga
agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal. Penetapan
kebijakan nasional perkembangan kependudukan harus memperhatikan
tiha hal berikut, yait:
1. Pengendalian kualitas penduduk
2. Pengembangan kualitas penduduk
3. Pengarahan mobilitas penduduk
Pembangunan keluarga juga memegang peranan penting dalam
mencapai berbagai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030
(Sustainable Development Goals/SDGs) diantaranya:
 Tujuan 1 – Mengakhiri Kemiskinan
 Tujuan 3 – Menjamin kehidupan yang sehat dan kesejahteraan
penduduk
 Tujuan 4 – Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan
merata
 Tujuan 5 – Kesetaraan gender
 Tujuan 8 – Kerja layak dan pertumbuhan ekonomi

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 187


Sosial

 Tujuan 16 – Menyediakan akses keadilan untuk semua


Kesejahteraan keluarga sangat berdampak pada kesejahteraan
perempuan, anak, akses kesehatan, partisipasi warga negara dalam ranah
sosial yang lebih bermakna.
Lebih jauh, secara spesifik dalam tujuan ke-1 SDGs yakni
mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk, pada target 1.4 disebutkan
bahwa pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki- laki dan
perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan, memiliki hak
yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap
pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk
kepemilikan lain, warisan, sumber daya alam, teknologi baru, dan jasa
keuangan yang tepat, termasuk keuangan mikro.
Perempuan sebagai kepala keluarga mengalami berbagai
tantangan dan hambatan meski telah terlibat dalam aktivitas ekonomi.
Secara global, meski perempuan melakukan hampir dua pertiga
pekerjaan dunia, mereka hanya menerima satu per sepuluh
daripendapatan. Rumah tangga yang dikepalai perempuan dibanyak
negara berkembang juga cenderung memiliki ketergantungan dan risiko
lebih miskin daripada rumah tangga dengan kepala laki-laki (Richardson,
2020). Risiko kemiskinan perempuan sebagai kepala keluarga tidak
terlepas dari konstruksi gender yang hidup di dalam masyarakat dan
dikukuhkan dalam berbagai produk kebijakan yang belum berperspektif
gender.

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Rumah Tangga

188 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

Badan Pusat Statistik membedakan konsep rumah tangga dalam


dua kategori, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus.
a. Rumah Tangga Biasa
Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang
yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/ sensus,
dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Pengukuran
makan dari satu dapur merujuk pada pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang dilakukan bersama menjadi satu, terutama
dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Bentuk rumah
tangga biasa dapat berupa:
 Orang yang tinggal bersama istri dan anaknya
 Orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan
sensus dan mengurus makannya sendiri
 Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus,
tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan
tersebut masih dalam satu segmen
 Rumah tangga yang menerima pondokan dengan
makan (indekos) yan pemondoknya kurang dari 10
orang
 Pengurus asrama, panti asuhan, lembaga
permasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri
maupun bersama anak, istri serta art lainnya, makan
dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang
diurusnya
 Masing-masing orang yang bersama-sama menyewa
kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus
makannya sendiri-sendiri
b. Rumah Tangga Khusus

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 189


Sosial

Rumah tangga khusus adalah orang-orang yang tinggal di


asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau
rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya
dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga, dan kelompok orang
yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10
orang atau lebih. Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam
Susenas (sirusa.bps.go.id).

2. Kepala Rumah Tangga (KRT)

Kepala rumah tangga adalah seorang dari sekelompok anggota


rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau
yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah tangga (sirusa.go.id).
Kepala rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
suatu rumah tangga bisa kepala keluarga/pasangannya atau anggota
keluarga lainnya. Dengan definisi ini, kepala rumah tangga tidak harus
berjenis kelamin laki-laki. Kepala rumah tangga juga memungkingkan
diperankan perempuan ketika situasi sebagaimana definisi tersebut
terjadi dalam sebuah keluarga. Definisi ini menunjukkan kesetaraan
dalam memposisikan suami dan istri, sama-sama berpeluang menjadi
kepala keluarga dan mendapatkan hak-hak yang sama sebagai kepala
keluarga.

3. Anggota Rumah Tangga (ART)

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya


bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada
waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Anggota rumah
tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah

190 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan


pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih tidak dianggap
sebagai anggota rumah tangga. Tamu yang telah tinggal di rumah tangga
6 bulan atau lebih dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6
bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai
anggota rumah tangga (sirusa.bps.go.id).

C. PEMBAHASAN
1. Perempuan Kepala Keluarga

a. Perempuan Kepala Rumah Tangga


Perempuan sebagai kepala rumah tangga lazim dikenali di
masyarakat sebagai orang tua tunggal (single parent) atau
berstatus janda. Padahal, perempuan sebagai kepala rumah
tangga dapat terjadi pada mereka yang masih berstatus istri atau
belum menikah. Pada status istri namun menjadi kepala
keluarga merujuk pada pasangan suami istri dimana istri yang
berperan sebagai pencari nafkah utama penyebabnya antara lain
pasangannya tidak bekerja atau suami tidak diketahui
keberadaannya sehingga tidak bisa menafkahi keluarganya.
Menjadi kepala rumah tangga membuat perempuan harus dapat
meningkatkan kemampuannya untuk dapat memimpin dan
mengelola rumah tangga atau keluarganya agar dapat terpenuhi
kebutuhannya.
Gambar 9.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 191


Sosial

15.25% 20.83% 19.69% 23.13% 17.74% 18.67%

84.75% 79.17% 80.31% 76.88% 82.26% 81.33%

Kepulauan Jakarta Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Seribu Selatan

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 9.1 menunjukkan pada tahun 2022, secara umum


persentase kepala rumah tangga laki-laki lebih mendominasi
dibandingkan kepala ruamh tangga perempuan. Berdasarkan
kabupaten/kota, menunjukkan bahwa persentase kepala rumah
tangga perempuan tertinggi dimiliki oleh wilayah Jakarta Pusat
dengan angka sebesar 23,13 persen dan terenddah dimiliki oleh
wilayah Kepulauan Seribu dengan angka 15,25 persen.
Sedangkan untuk kepala rumah tangga laki-laki tertinggi
dimiliki oleh wilayah Kepulauan Seribu dengan angka
mencapai 84,75 persen dan terendah di wilayah Jakarta Pusat
dengan angka 76,88 persen.
b. Status Perkawinan
Perempuan berkedudukan sebagai kepala rumah tangga dapat
terjadi dalam status perkawinan adalah belum kawin, kawin,
cerai hidup dan cerai mati. Gambar 9.2 menunjukkan persentase
kepala rumah tangga menurut status perkawinannya dan jenis
kelamin tahun 2022 di Provinsi DKI Jakarta. Persentase kepala

192 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

rumah tangga perempuan dengan status menikah, atau berstatus


istri hanya sebesar 7 persen. Sebaliknya, persentase kepala
rumah tangga laki-laki yang berstatus menikah sebesar 90
persen. Fenomena ini membuktikan bahwa stereotip di
masyarakat atau budaya menunjukkan kepala rumah tangga
haruslah laki-laki. Konstruksi gender ini kemudian diperkuat
oleh pemahaman keagamaan dan hukum, terutama dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Dalam UU ini secara tegas dinyatakan bahwa suami adalah
kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga.
Gambar 9.2. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis
Kelamin dan Status Perkawinan, 2022

Perempuan 8% 7% 18% 66%

Laki-laki 4% 90% 3%4%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 9.2 juga menunjukkan bahwa perempuan dengan


status cerai mati menempati persentase tertinggi yaitu 66
persen. Kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai
hidup juga cukup besar yaitu sekitar 18 persen. Beberapa hal
yang menyebabkan tingginya pengajuan perceraian di
pengadilan agama adalah pasangannya melakukan
perselingkuhan, tidak mau bekerja atau bertanggung jawab

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 193


Sosial

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, kurangnya


komunikasi serta tidak dapat memenuhi ekspektasi
pasangannya (pa-bojonegoro). Status belum/tidak menikah
pada kepala rumah tangga perempuan sebesar 8 persen.
Artinya, meskipun belum/tidak menikah, perempuan dapat
menjadi kepala rumah tangga bagi dirinya sendiri atau rumah
tangga yang anggota rumah tangganya belum dewasa atau
sudah lansia sehingga kepala rumah tangg perempuan tersebut
bertanggung jawab terhadap rumah tangganya terutama dalam
hal kebutuhan ekonomi.
c. Partisipasi Sekolah dan Pendidikan Tertinggi
Untuk memahami kondisi kepala rumah tangga perempuan
secara lebih dalam, penting melihat status partisipasi
sekolah. Data partisipasi sekolah kepala rumah tangga
perempuan dikelompokkan dalam 2 situasi, yaitu belum
pernah bersekolah sama sekali dan pernah bersekolah. Status
bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti
pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal maupun
non formal yang berada di bawah Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Agama dan
Instansi lainnya, baik negeri maupun swasta. Sementara itu,
status belum pernah sekolah bermakna tidak pernah
mengikuti pendidikan formal dan non formal.
Gambar 9.3. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis
Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2022

194 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

Perempuan 97.17%

Laki-laki 99.03%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Belum/Tidak Pernah Sekolah Pernah Sekolah

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 9.3 menunjukkan bahwa di tahun 2022 masih


dijumpai kepala rumah tangga yang belum pernah merasakan
pendidikan formal maupun non formal, yaitu sebanyak 0,97
persen untuk kepala rumah tangga laki-laki dan 2,83 persen
untuk kepala rumah tangga perempuan. Hal ini
berkonsekuensi pada kepala rumah tangga perempuan yang
kesulitan untuk bersaing dengan kepala rumah tangga laki-
laki karena tidak pernah mengakses pendidikan sama sekali.
Gambar 9.4. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis
Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan,
2022

50.52%
Minimal SMA Sederajat
69.02%

17.09%
SMP Sederajat
15.14%

24.41%
SD Sederajat
12.34%

7.98%
Tidak Punya Ijazah
3.49%

Perempuan Laki-Laki

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 195


Sosial

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Jika dilihat tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan,


Gambar 9.4 menunjukkan bahwa persentase terbesar kepala
rumah tangga menurut tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan adalah minimal lulus SMA/sederajat dengan
angka sebesar 50,52 persen untuk kepala rumah tangga
perempuan dan 69,02 persen untuk kepala rumah tangga
laki-laki. Sementara yang terendah adalah yang tidak
memiliki ijazah dengan angka 798 persen untuk kepala
rumah tangga perempuan dan 3,49 persen untuk kepala
rumah tangga laki-laki. Jika dilihat berdasarkan jenis
kelamin, kepala rumah tangga perempuan didominasi oleh
pendidikan yang cukup rendah dibandingkan laki-laki,
bahkan untuk kategori yang tidak memiliki ijazah dan
memiliki ijazah SD Sederajat, persentase kepala rumah
tangga perempuan sebesar dua kali lipat dari persentase
kepala rumah tangga laki-laki.
Realitas ini membuktikan bahwa perempuan masih
cenderung memiliki hambatan yang lebih besar dalam
mengakses pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi.
Akibatnya, bila perempuan menjadi kepala rumah tangga
dengan kondisi kepemilikan ijazah pendidikan rendah
tentunya berkonsekuensi pada akses dan peluang kerja yang
sulit untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
mempunyai kehidupan sejahtera dengan kebutuhan dasar
yang terpenuhi.

196 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

d. Kegiatan Seminggu yang Lalu


Kegiatan seminggu yang lalu pada kepala rumah tangga dilihat
untuk menggambarkan status aktivitas bekerja. Dengan
mengetahui pekerjaan dalam seminggu terakhir, dapat
digambarkan ketersediaan pekerjaan yang dilakukan kepala
rumah tangga perempuan dan menginterpretasikan
kesejahteraan hidup yang dijalani.
Gambar 9.5. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Melakukan
Kegiatan Seminggu yang Lalu Bekerja Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

20.96% 20.33% 20.48%


18.66% 19.12%
17.65% 17.83% 17.02%16.91%
13.14%
10.37%
7.54%

Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 9.5 menunjukkan bahwa dari enam kabupaten/kota di


Provinsi DKI Jakarta, terdapat empat wilayah yang memiliki
persentase kepala rumah tangga laki-laki yang melakukan
aktivitas bekerja yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan.Terdapat banyak faktor yang menyulitkan kepala
rumah tangga perempuan untuk bekerja. Selain karena masalah
jenjang pendidikan yang ditamatkan, kepemilikan ijazah dan
akses di dunia kerja, perempuan juga dihadapkan pada situasi
sulit yang diakibatkan konstruksi gender dimana bila sudah

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 197


Sosial

menikah urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab utama


perempuan membuat perempuan sulit mendapatkan waktu yang
leluasa untuk bekerja. Hal tersebut membuat perempuan
menjadi sulit mengakses sektor formal dimana lebih banyak
fasilitas-fasilitas terkait kesejahteraan keluarga dan akhirnya
masuk kedalam sektor informal yang mengandung risiko
terjadinya pemutusan kerja sewaktu-waktu, terutama pada jenis-
jenis pekerjaan yang bersifat harian atau mingguan.
2. Rumah Tangga

a. Jumlah Anggota Rumah Tangga (ART)


Jumlah anggota rumah tangga pada perempuan yang
berkedudukan sebagai kepala rumah tangga dapat membantu
menganalisis tingkat beban rumah tangga tersebut.
Tabel 9.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis
Kelamin dan Jumlah ART, 2022
Jenis Jumlah ART
Kelamin 1 2-3 4-5 6+ total
Laki-laki 7.02% 40.74% 45.87% 6.36% 100.00%
Perempuan 31.20% 51.37% 14.78% 2.65% 100.00%

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Tabel 9.21 menunjukkan pada tahun 2022, persentase kepala
rumah tangga laki-laki yang memiliki jumlah anggota rumah
tangga antara 4 sampai 5 orang menempati persentase yang
tertinggi yaitu 45,87 persen dibandingkan kelompok jumlah
anggota rumah tangga lainnya. Persentase tertinggi berikutnya
pada jumlah anggota rumah tangga 2 hingga 3 orang, yaitu 40,74
persen. Sedangkan persentase terendah adalah persentase kepala
rumah tangga laki- laki yang mempunyai tanggungan 6 orang
atau lebih yaitu 6,36 persen.
Pada kepala rumah tangga perempuan, jumlah anggota rumah
tangga yang paling banyak menjadi tanggungan perempuan
berjumlah 2 sampai 3 orang, yaitu sebanyak 51,37 persen.
Persentase tertinggi kedua pada persentase kepala rumah tangga
perempuan pada jumlah tanggungan 1 orang atau dirinya sendiri

198 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

sebesar 31,20 persen. Sedangkan pada persentase terendah pada


kepala rumah tangga perempuan adalah jumlah anggota rumah
tangga minimal 6 orang sebesar 2,65 persen.
Realitas ini merefleksikan tentang kepala rumah tangga
perempuan secara rata-rata paling banyak menanggung beban
ekonomi untuk jumlah anggota rumah tangga sebanyak 1-3
orang. Meskipun demikian terdapat juga kepala rumah tangga
yang menanggung anggota rumah tangga lebih dari 6 orang
sebesar 4,81 persen. Pada kelompok ini selain jumlah anggota
rumah tangga yang cukup banyak dapat diperburuk dengan
situasi keterbatasan perempuan kepala rumah tangga yang
terkait dengan jenjang pendidikan tertinggi yang pernah
ditempuh dan situasi anggota rumah tangga yang sudah bisa
mengurus dirinya sendiri atau masih membutuhkan pengasuhan
dan perhatian khusus karena berusia anak-anak.

b. Kepemilikan Aset
Aset merupakan sumber daya penting bagi anggota rumah
tangga, bukan hanya karena aset dapat menjadi menjadi sumber
kehidupan bagi anggota rumah tangga, namun aset juga dapat
mempermudah proses berkehidupan pada anggota rumah
tangga. Dengan kata lain, aset dapat bermanfaat secara langsung
dan tidak langsung; dan berguna secara ekonomi dan sosial. Aset
dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu aset lancar dan tidak
lancar. Aset lancar merupakan aset yang dipergunakan selama
sampai dengan 12 bulan, dapat dijual, dikonsumsi atau digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Aset lancar juga termasuk aset
keuangan berbentuk uang, tabungan, dan deposito. Sebaliknya,
aset tidak lancar berupa aset tetap dan aset tak berwujud yang
dimungkinkan dimiliki lebih dari 12 bulan, seperti tanah, lahan
sawah dan kebun. Secara khusus, aset tak berwujud dapat berupa
merk, lisensi, paten, hak cipta (Kristanti, 2021).
Gambar 9.6. Persentase Kepala Rumah Tangga (KRT) yang
Memiliki Aset Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 199


Sosial

98.70%
97.66% 97.13% 97.57%
96.46%
96.04%
94.58%
93.51% 93.33%
92.03%
91.35%
90.66%

Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022
Gambar 9.6 adalah gambar pola kepala rumah tangga menurut
kepemilikan aset total dimana aset total dapat didefinisikan
adalah memiliki salah satu aset baik aset transportasi, aset rumah
tangga dan aset rumah tangga lainnya. Tahun 2022 menunjukkan
bahwa persentase kepala rumah tangga yang memiliki aset
didominasi oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Persentase
kepala rumah tangga perempuan yang memiliki aset dengan
angka tertinggi dimiliki oleh wilayah Kepulauan Seribu dengan
angka yang mencapai 98,7 persen sedangkan kepala rumah
tangga laki-laki tertinggi dimiliki oleh wilayah Jakarta Barat
dengan angka mencapai 97,57 persen.
Gambar 9.7. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki
Aset Transportasi Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022

86.52% 90.71%
85.22% 80.81% 83.86%

65.65% 63.08%
59.29% 59.89%
52.38% 48.11%
38.96%

Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Aset transportasi dalam Susenas diukur melalui kepemilikan


minimal satu dari sejumlah aset moda transportasi sepeda

200 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

motor,perahu, perahu motor dan mobil. Tentunya persentase


rumah tangga yang memiliki aset transportasi lebih kecil
dibandingkan kepemilikan aset secara keseluruhan. Gambar
9.7 menunjukkan persentase kepala rumah tangga laki-laki
yang memiliki aset transportasi jauh lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Persentase kepala rumah tangga laki-
laki yang memiliki aset transportasi tertinggi dimiliki oleh wilayah
Jakarta Barat dengan angka sebesar 90,71 persen sedangkan pada
kepala rumah tangga perempuan juga dimiliki oleh wilayah
Jakarta Barat dengan angka sebesar 63,08 persen.

Gambar 9.8. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki


Aset Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022

92.21%
91.59% 89.38%
88.01% 91.77%
91.61% 89.60%
84.86% 83.59% 82.97%
82.72%
76.59%

Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Kepemilikan aset rumah tangga yang dimaksudkan adalah


kepemilikan minimal satu dari sejumlah aset rumah tangga
yang terdiri dari tabung gas 5,5 kg atau lebih, lemari
es/kulkas, AC dan pemanas air atau water heater. Di Provinsi
DKI Jakarta, pada tahun 2022, Gambar 9.8 menunjukkan
bahwa persentase kepala rumah tangga perempuan yang
memiliki aset rumah tangga selalu lebih tinggi dibandingkan
perempuan kecuali pada Jakarta Barat. Pada kota Jakarta
Barat, persenase kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki
aset rumah tangga mencapai angka 89,6 persen sementara untuk
kepala rumah tangga perempuannya hanya mencapai angka
83,59 persen.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 201


Sosial

Gambar 9.9. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Memiliki


Aset Rumah Tangga Lainnya Menurut Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota, 2022

87.01%
86.68% 83.19%
78.58% 76.62% 75.55%
73.35% 73.85%
66.49% 65.38%
63.05%
57.72%

Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Kepemilikan aset rumah tangga lainnya yang dimaksudkan


adalah kepemilikan kepala rumah tangga terhadap minimal satu
dari aset rumah tangga lainnya, yang terdiri dari telepon rumah
(PSTN), komputer/laptop, emas/perhiasan dengan berat
minimal 10 gram, televisi layar datar dengan ukuran
minimal 30 inchidan tanah/lahan. Secara nasional, Gambar
9.9 menjelaskan tentang persentase kepala rumah tangga
laki-laki yang memiliki aset rumah tangga lainnya sedikit
lebih tinggi dibandingkan perempuan kecuali pada Jakarta
Barat. Pada wilayah Jakarta Barat persentase kepala rumah
tangga laki-laki yang memiliki aset rumah tangga lainnya
mencapai angka 75,55 persen sementara untuk kepala rumah
tangga perempuan mencapai 73,85 persen.
Dari seluruh gambaran tentang asset menunjukkan bahwa di
tahun 2022, hampir seluruh jenis kepemilikan aset pada
rumah tangga didominasi kepala rumah tangga perempuan
kecuali untuk daerah Jakarta Barat. Hal ini menunjukkan
bahwa berdasarkan status kepala rumah tangga, kondisi
ekonomi kepala rumah tangga perempuan masih dalam
kondisi aman dari resiko-resiko yang tidak diharapkan
kedepannya.

202 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

Gambar 9.10. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Menerima


Kredit Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota,
2022

Jakarta Utara 7.69%


13.62%
Jakarta Barat 6.67%
12.50%
Jakarta Pusat 3.78%
5.37%
Jakarta Timur 4.33%
8.28%
Jakarta Selatan 7.08%
10.24%
Kepulauan Seribu 7.79%
10.98%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Kesenjangan pada kepemilikan aset pada kepala rumah tangga


memiliki keterkaitan terhadap akses dan peluang kredit
kepala rumah tangga. Di tahun 2022, akses terhadap kredit pada
kepala rumah tangga laki-laki selalu lebih tinggi ketimbang
kepala rumah tangga perempuan. Hal ini terjadi di seluruh
kabupaten/kota di Provinsi DKI jakarta. Gambar 9.10
menunjukkan bahwapersentase kepala rumah tangga laki-laki
yang menerima kredit tertinggi berada di Jakarta Utara
dengan angka sebesar 13,62 persen, sedangkan perempuan
jauh lebih sedikit,atau hanya sebanyak 7,69 persen. Sementara
itu, untuk persentase kepala rumah tangga perempuan yang
menerima kredit tertinggi berada di Kepualuan Seibu dengan
angka sebesar 7,79 persen.
c. Jaminan Sosial
Pemerintah Indonesia telah menjalankan sejumlah program
jaminan sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa bentuk
jaminan sosial semakin dikenali masyarakat, terutama yang
secara otomatis memilikinya sebagai bagian dari fasilitas kerja.
Sebagai contoh, jaminan pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikenal
Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), para prajurit
TNI dan polisi mengenal jaminan sosial dalam bentuk Asuransi
Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), atau
pada pada tenaga kerja swasta sangat familiar dengan Jaminan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 203


Sosial

Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Pada masyarakat umum dan


tenaga kerja swasta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau
disingkat BPJS bukan istilah yang asing, terutama BPJS Kesehatan.
Selain sejumlah jaminan sosial yang disebutkan tersebut, jaminan
sosial juga termasuk jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan
hari tua/pensiun, dan jaminan kematian. Semua bentuk jaminan
sosial tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan yang
berkeadilan dan menjamin layanan kesehatan dan
ketenagakerjaan masyarakat terjangkau.

Gambar 9.11. Persentase Kepala Rumah Tangga yang Menerima


Jaminan Sosial dalam Setahun Terakhir Menurut
Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

16.45%
15.58%
14.16%
13.62%

6.78% 7.41% 6.94%


6.18%6.49% 6.15% 5.49%
1.30%

Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara

Laki-laki Perempuan

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi DKI Jakarta, Maret 2022

Gambar 9.11 menunjukkan bahwa secara umum persentase


rumah tangga yang menerima jaminan sosial tahun 2022
didominasi oleh kepala rumah tangga laki-laki, dimana
persentase kepala rumah tangga laki-laki tertinggi berada di
Jakarta Timur dengan angka sebesar 16,45 persen
sedangkan perempuan berada diwilayah yang sama yaitu
Jakarta Timur dengan angka sebesar 15,58 persen.

204 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Sosial

D. KESIMPULAN
Sepanjang tahun 2022, berdasarkan Kabupaten/Kota. jumlah
perempuan kepala rumah tangga tertinggi terjadi di Jakarta Pusat
yang mencapai jumlah 17,74 persen dan terendah di Kepulauan
Seribu, yakni hanya 15,25 persen. Berdasarkan status perkawinan,
pada kepala rumah tangga perempuan adalah berstatus cerai mati,
yaitu 66 persen, diikuti status cerai hidup sebanyak 18 persen, dan
belum kawin sebesar 8 persen. Bagi perempuan yang berstatus
menikah atau masih memiliki suami dan menjadi kepala rumah
tangga sebanyak 7 persen.
Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase kepala rumah
tangga di Indonesia masih ada yang belum pernah merasakan
pendidikan formal dan nonformal dengan jumlah yang signifikan,
yaitu 2,83 persen. Selebihnya, kepala rumah tangga di Indonesia
pernah berpartisipasi di pendidikan formal maupun non formal, yaitu
97,17 persen. Sayangnya, berdasarkan jenis kelamin, persentase
perempuan kepala rumah tangga yang belum pernah mengakses
pendidikan formal maupun non formal jauh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.
Persentase kepala rumah tangga perempuan menurut tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa pada pendidikan yang cukup
rendah yaitu SMP/Sederajat ke bawah, didominasi oeh perempuan,
sementara untuk pendidikan yang kup tinggi yaitu minimal
SMA/Sederajat didominasi oleh laki-laki.
Kepala rumah tangga perempuan dengan tanggungan
anggota rumah keluarga 2 hingga 3 orang adalah yang terbanyak,
yaitu mencapai 51,37 persen, selanjutnya, dengan jumlah tanggungan
1 orang sebanyak 31,20 persen. Sisanya, tanggungan keluarga

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 205


Sosial

perempuan kepala rumah tangga sebanyak 4 hingga 5 orang, yaitu


14,78 persen dan 6 orang atau lebih, yaitu 2,65 persen. Pada laki-laki,
jumlah tanggungan anggota rumah tangga sebanyak 4 sampai 5 orang
merupakan mayoritas yang ditanggung kepala rumah tangga laki-
laki, lalu dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 2 hingga 3
orang sebesar 40,74 persen. Sisanya, kepala rumah tangga laki-laki
menanggung jumlah keluarga sebanyak 6 orang lebih dan 1 orang.
Kepemilikan aset pada kepala rumah tangga perempuan
menunjukkan masih menunjukkan ketimpangan dimana masih
didomiasi oleh kepala rumah tangga laki-laki. Persentase kepala
rumah tangga perempuan yang menerima kredit sebesar hal ini
sejalan dengan angka jumlah kepala rumah tangga yang menerima
kredit, yaitu masih didominasi oleh laki-laki.

206 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 207


Teknologi Informasi

208 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

10. TEKNOLOGI
INFORMASI

A. LATAR BELAKANG

Revolusi industri 4.0 menjadi tuntutan global yang tidak bisa


dihindari dalam pembangunan manusia di Indonesia. Karenanya,
pembangunan di Indonesia berorientasi untuk penguatan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, Informasi dan Komunikasi (IP-TIK). Salah satu
aspek kunci untuk penguatan IPTIK dilakukan dengan memaksimalkan
pemanfaatan teknologi digital sebagai sumber daya pembangunan.
Meningkatkan teknologi digital dipercaya mampu meningkatkan
kinerja negara dalam memenuhi target pembangunan berkelanjutan
2030 (Sustainable Development Goals/SDGs) hingga 89 persen. Namun,
capaian ini lebih sulit terpenuhi jika tidak dibarengi dengan mendorong
akses perempuan dalam IPTIK. Secara khusus pada tujuan ke-5 mengenai
kesetaraan gender, terdapat indikator yang menyebutkan bahwa negara-
negara perlu meningkatkan penggunaan teknologi yang memampukan,
khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan pemberdayaan perempuan. Terlebih lagi, tujuan ke-9
dalam indikator target 9c dipertegas dengan ‘mendorong akses internet
universal dan terjangkau di negara- negara kurang berkembang pada
tahun 2020.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membawa dampak
positif bagi perempuan maupun organisasi masyarakat sipil yang
memiliki perhatian pada pemberdayaan perempuan. Pertama, TIK dapat
memperluas jejaring kolaborasi menjadi lebih luas, tidak hanya terbatas
pada interaksi fisik saja. Kedua, kehadiran TIK juga diakui membantu

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 209


Teknologi Informasi

untuk beradaptasi di era pandemi COVID-19. Salah satu bentuk adaptasi


yang paling terlihat adalah ketika kebijakan pembatasan sosial
diterapkan, hampir semua pekerjaan dilakukan dari rumah (work from
home/WFH). Ketiga, kehadiran dan perkembangan TIK telah membantu
perempuan dan organisasi masyarakat sipil menjadi lebih dekat kepada
kelompok-kelompok perempuan atau komunitas yang didampingi.
Mereka menjadi tempat rujukan baru yang mudah dijangkau oleh
kelompok perempuan rentan (Bahagijo et. all., 2021, INFID & BRIN,
2021).
Meski membawa dampak yang positif, dalam hal mengakses dan
memanfaatkan TIK, perempuan mengalami hambatan struktural dan
kultural. Persoalan struktural diantaranya kebijakan dan infrastruktur
pembangunan TIK yang belum responsif gender. Persoalan struktural
tersebut diperburuk dengan persoalan kultural yang berwujud cara
pandang dan konstruksi sosial atas teknologi dan informasi yang berakar
pada budaya patriarki dan mengasosiasikan teknologi sebagai dunia laki-
laki atau bersifat maskulinitas (Wacjman, 2009). Konstruksi ini
berdampak pada situasi yang menjadikan perempuan dan anak
perempuan merasa takut mendekat dan berinteraksi dengan teknologi.

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Penguasaan terhadap Komputer

Komputer adalah perangkat pemrograman elektronik yang dapat


menyimpan, mengambil dan memproses data, serta berbagi informasi
dengan cara yang sangat terstruktur dan dapat melakukan operasi logis
maupun matematis berkecepatan tinggi sesuai dengan instruksi.
Komputer yang dicatat dalam data Susenas adalah perangkat yang

210 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

digunakan untuk usaha dan perangkat milik usaha. Komputer dapat


terdiri dari Personal Computer (PC), Laptop/ Notebook/Netbook, Tablet,
namun tidak termasuk embedded computing abilities (kemampuan
komputasi tertanam) seperti telepon seluler, atau mesin yang
dikendalikan komputer (sirusa.bps.go.id).
Penguasaan terhadap komputer merupakan komputer yang
keberadaaan fisiknya berada di perusahaan/usaha dengan kondisi yang
masih bisa digunakan dan dikuasai oleh individu, anggota rumah tangga,
maupun perusahaan.

2. Tenaga Kerja yang Meggunakan Komputer

Tenaga kerja yang rutin menggunakan komputer adalah tenaga


kerja yang menggunakan komputer untuk bekerja paling tidak sekali
dalam seminggu. Penggunaan dan pemanfaatan komputer dilihat pada
pegawai perusahaan dan merupakan indikator penting untuk
mengetahui sejauh mana pegawai perusahaan sebagai sumber daya
manusia yang memanfaatkan TIK. Data ini dapat diinterpretasikan
bahwa tingkat penggunaan komputer secara rutin oleh pekerja yang
tinggi menunjukkan sumber daya manusia perusahaan yang mampu
mengikuti perkembangan TIK semakin banyak (sirusa.bps.go.id).

3. Rumah Tangga dengan Komputer

Rumah tangga dengan komputer berarti bahwa komputer tersedia


dan digunakan oleh minimal salah satu dari anggota rumah tangga kapan
saja. Komputer mungkin dimiliki atau mungkin tidak dimiliki oleh rumah
tangga, tetapi harus dianggap sebagai aset rumah tangga. Indikator ini
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan masyarakat terhadap

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 211


Teknologi Informasi

teknologi terkait dengan kepemilikan alat komunikasi dan informasi


yang dapat bermanfaat dalam mendukung upaya pembangunan. Data
tentang keberadaan rumah tangga yang memiliki telepon atau komputer
dapat mengindikasikan bahwa semakin tinggi persentase rumah tangga
yang memiliki telepon rumah/HP/komputer pribadi maka semakin
banyak penduduk yang menggunakan alat komunikasi dan informasi
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari (sirusa. bps.go.id).

4. penggunaan Telepon Seluler

Telepon seluler merupakan perangkat telekomunikasi elektronik


yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap
kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable, cellular) dan tidak
perlu disambungkan dengan jaringan telekomunikasi kabel. Selain
berfungsi modern biasanya mendukung layanan tambahan seperti Short
Messages Services (SMS), Multimedia Messages Service (MMS), email dan
akses internet, aplikasi bisnis dan permainan, serta fotografi (bps.go.id).
Penggunaan telepon seluler konsep yang digunakan adalah konsep
penguasaan, artinya responden dikatakan menggunakan telepon seluler
bila responden tersebut menguasai telepon seluler walaupun bukan
miliknya (sirusa. bps.go.id).

5. Anggota Rumah Tangga yang Menguasai Telepon Seluler (HP)

Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya


bertempat tinggal di suatu rumah tangga. Anggota rumah tangga dapat
terdiri dari kepala rumah tangga, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang
tua atau mertua, famili lain, asisten rumah tangga yang menginap atau
pekerja rumah tangga lainnya. Anggota rumah tangga tetap

212 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

dikategorikan sebagai anggota rumah tangga baik ketika sedang berada


di rumah maupun yang sementara tidak berada di rumah.
Anggota rumah tangga yang menguasai telepon seluler adalah
mereka yang relatif dapat menggunakan secara penuh dan terus menerus
terhadap telepon seluler (sirusa.bps.go.id).

6. Akses Internet

Internet adalah jaringan interkoneksi di seluruh dunia yang


memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi secara interaktif.
Internet menyediakan berbagai layanan komunikasi seperti world wide
web (www), surat elektronik (e-mail), berita, hiburan, transfer data, dan
lain-lain menggunakan fasilitas komputer atau fasilitas lainnya seperti
telepon seluler, TV digital, dan lain-lain.
Fasilitas akses internet yang dimaksud adalah yang bisa digunakan
untuk usaha. Sebagai contoh, jual beli barang/ jasa yang menggunakan
internet pada smartphone, minimarket memanfaatkan Facebook untuk
mempromosikan barang dagangan, dan lain-lain.
Akses internet yang dimaksud apabila seseorang meluangkan
waktu untuk mengakses internet, sehingga ia dapat memanfaatkan atau
menikmati fasilitas internet seperti: mencari literatur/referensi,
mencari/mengirim informasi/berita, komunikasi, e-mail/chatting
game online, Facebook, Twitter, WhatsApp, dan lainnya.
Tujuan/keperluan usaha menggunakan internet:
 Mengirim dan menerima e-mail
 Telepon melalui Voice over Internet Protocol (VolP) atau
Video conferencing – penggunaan layanan pesan instan dan
Media Sosial (contoh: Whatsapp, Line Messenger, Facebook
Messenger, Telegram, Skype, Microsoft Lync, Sharepoint,

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 213


Teknologi Informasi

facebook, twitter, instagram, dll) – mencari informasi


mengenai barang/jasa
 Mencari informasi mengenai lembaga pemerintahan –
berinteraksi dengan lembaga pemerintah (misalnya: portal
beberapa instansi, mengurus perizinan, registrasi, e-
procurement)
 Transaksi perbankan melalui internet (internet banking)
 Mengakses fasilitas finansial lainnya (misalnya: payment
gateway, perdagangan saham, dan lainnya)
 Delivering Product Online (contoh: e-book, software, games,
ringtone/musik, e-ticket, dll)
 Rekrutmen tenaga kerja internal (rotasi, mutasi, promosi,
dll) maupun tenaga kerja eksternal
 Pelatihan tenaga kerja/training
 Untuk bekerja dari rumah atau untuk bekerja dari lokasi
lain di luar kantor (misalnya: menggunakan “remote
desktop connection” untuk mengakses file pekerjaan dari
rumah atau mengerjakan pekerjaan kantor di tempat lain
di luar kantor

7. Rumah Tangga dengan Akses Internet

Rumah tangga dengan akses internet merupakan rumah tangga


yang minimal terdapat satu anggota rumah tangga yang mengakses
internet, baik melalui jaringan tetap atau seluler. Rumah tangga dengan
akses internet berarti bahwa internet tersedia untuk digunakan oleh
semua anggota rumah tangga kapan saja.

214 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

Persentase Individu yang menggunakan internet


(percentage of individual using the internet) mengacu pada individu
berusia lima tahun ke atas yang menggunakan internet tanpa
mempertimbangkan lokasi, tujuan, serta perangkat dan jaringan yang
digunakan dalam tiga bulan terakhir. Penggunaan dapat melalui
komputer, misalnya komputer desktop, laptop, tablet atau komputer
genggam sejenis, atau menggunakan ponsel, mesin game, televisi
digital, dan lainnya. Akses dapat melalui jaringan tetap atau seluler
(sirusa.bps.go.id).

C. PEMBAHASAN
1. Penggunaan Telepon Seluler (HP)

Kepemilikan dan penggunaan telepon seluler (HP) di era


digital saat ini menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari yang tidak
dapat terhindarkan baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan. Kehadiran HP sebagai alat komunikasi mampu
mengurangi keterbatasan yang ada pada masyarakat, seperti
keterbatasan jarak, waktu, transportasi, atau faktor geografis
lainnya. Sejak pandemi Covid-19, kebutuhan telepon seluler
semakin terasa penting. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan
ketentuan pembatasan ruang gerak dimudahkan dengan bantuan
telepon seluler, baik untuk memesan makanan dan minuman dan
kebutuhan pokok lainnya.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 215


Teknologi Informasi

Gambar 10.1. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan


Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Jakarta Utara 79.08%


82.23%

Jakarta Barat 79.35%


83.00%

Jakarta Pusat 82.08%


86.78%

Jakarta Timur 83.02%


85.61%

Jakarta Selatan 84.02%


86.85%

Kepulauan Seribu 70.75%


77.38%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Data Susenas tahun 2022 menunjukkan bahwa penduduk


yang menggunakan HP dalam 3 bulan terakhir pada penduduk usia
5 tahun ke atas memiliki angka yang tidak jauh berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Gambar 10.1 menampilkan realitas lebih dari
70 persen baik pada laki-laki dan perempuan di Provinsi DKI
Jakarta telah sama-sama menjadi kelompok yang menggunakan
telepon seluler (HP)/nirkabel. Hanya saja, jika dibandingkan laki-
laki, persentase perempuan yang menggunakan telepon seluler
masih lebih sedikit. Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi
penduduk laki-laki yang menggunakan HP berada di Jakarta Pusat
dengan angka sebesar 86,78 persen dan untuk penduduk perempuan
tertingginya berada di Jakarta Selatan dengan angka sebesar 84,02
persen.

216 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

2. Kepemilikan Telepon Seluler

Kepemilikan telepon seluler dengan pengguna telepon


seluler merupakan dua posisi yang berbeda. Penduduk yang
menggunakan telepon selular belum tentu memilikinya, karena ia
bisa menggunakan telepon selular anggota rumah tangga lainnya
atau orang lain dengan cara meminjam atau menyewa. Demikian
juga pada pekerja yang menggunakan telepon seluler dapat saja
bukan karena miliknya, namun merupakan fasilitas yang disediakan
perusahaan atau tempat ia bekerja. Orang yang memiliki telepon
seluler dapat diartikan memiliki penguasaan yang lebih ketimbang
mereka yang hanya bisa menggunakannya, atau dapat menggunakan
telepon selular tersebut secara penuh dan terus menerus.

Gambar 10.2. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Memiliki


Telepon Seluler (HP)/Nirkabel dalam 3 Bulan Terakhir
Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Jakarta Utara 79.08%


82.23%

Jakarta Barat 79.35%


83.00%

Jakarta Pusat 82.08%


86.78%

Jakarta Timur 83.02%


85.61%

Jakarta Selatan 84.02%


86.85%

Kepulauan Seribu 70.75%


77.38%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 217


Teknologi Informasi

Nilai kepemilikan Telepon Seluler (HP)/Nirkabel di Provinsi


DKI Jakarta memiliki angka yang juga cukup tinggi dan sejalan
dengan jumlah penggunaannya. Hal ini dikarenakan Provinsi DKI
Jakarta merupakan provinsi dengan infrastruktur telekomunikasi
paling baik di Indonesia, sehingga tidak ada satupun wilayah di DKI
Jakarta yang tidak ada jaringan internetnya; namun juga karena
berbagai layanan publik di DKI Jakarta dipermudah aksesnya
melalui telepon seluler. Karena itu, capaian persentase kepemilikan
telepon seluler pada perempuan tertinggi di DKI Jakarta sebesar
84,02 persen yang dimiliki oleh wilayah Jakrta Selatan tersebut
dianggap belum seideal dengan layanan yang tersedia di provinsi
dimana ibukota Negara Indonesia berada. Dengan demikian, data
tentang persentase kepemilikan telepon seluler pada perempuan
warga DKI Jakarta harus dilihat secara sebaliknya. Misalnya, pada
Jakarta Selatan masih terdapat sekitar 20 persen perempuan yang
ternyata belum memiliki telepon seluler dan merefleksikan
kesenjangan antar perempuan.

3. Penggunaan Komputer

Penggunaan komputer yang dimaksudkan di sini adalah


penggunaan perangkat komputer berbentuk PC, desktop, laptop,
notebook, dan tablet yang tidak dibatasi penggunaannya hanya di
dalam rumah. Penggunaan komputer dapat dilakukan di dalam
rumah atau di luar rumah, baik dalam kepentingan pendidikan dan
pekerjaan. Menganalisis penggunaan komputer pada terutama
perempuan dan anak perempuan menjadi salah satu indikator kunci

218 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

dalam pembangunan manusia di era industri 4.0. Penggunaan


komputer menunjukkan indikasi adanya kompetensi digital yang
dimiliki seseorang, termasuk perempuan. Kompetensi digital
merupakan bagian dari literasi digital yang terjadi melalui proses
menciptakan, mengolaborasi, mengkomunikasikan berdasarkan
etika, memahami kapan dan bagaimana menggunakan teknologi
secara efektif (Restianty, 2018). Penggunaan komputer membuka
banyak peluang pada seseorang, termasuk perempuan dalam
mengakses ruang literasi digital. Dalam ruang digital, seseorang
memperoleh dasar-dasar untuk memahami pentingnya informasi,
yang secara sadar dapat meningkatkan pemahaman seseorang
terhadap sumber dan saluran informasi secara digital.

Gambar 10.3. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan


Komputer/Notebook/Laptop/Tablet Menurut Jenis
Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Jakarta Utara 16.02%


19.29%

Jakarta Barat 21.09%


23.93%

Jakarta Pusat 18.78%


20.25%

Jakarta Timur 22.16%


26.48%

Jakarta Selatan 23.73%


26.74%

Kepulauan Seribu 8.79%


9.52%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 219


Teknologi Informasi

Hasil Susenas pada Gambar 10.3 menunjukkan bahwa


persentase penduduk di Provinsi DKI Jakarta yang menggunakan
komputer masih cukup kecil baik laki-laki maupun perempuan,
khususnya di Kepulauan Seribu hanya terdapat 8,79 persen
perempuan yang menggunakan komputer dan 9,52 persen laki-laki
yang menggunakannya. Sementara itu, sejalan dengan data
penggunaan telepon seluler, Jakarta Selatan juga memiliki
persentase tertinggi untuk penggunaan komputernya, yaitu sebesar
26,74 persen untuk laki-laki dan 23,73 persen untuk perempuan.

4. Akses Internet

Internet merupakan suatu sumber daya yang memiliki dua


mata pisau. Di satu sisi, internet sangat potensial bagi perbaikan
hidup setiap orang, bahkan internet mampu menjadi jembatan atas
banyak keterbatasan yang ada, terutama akses informasi untuk
peluang-kesempatan yang menguntungkan. Akan tetapi, di sisi lain,
internet juga menjadi ruang baru yang memperburuk kerentanan
kelompok marginal, termasuk perempuan, dari berbagai
diskriminasi dan kekerasan. Sebelumnya, sebelum internet begitu
terbuka dan mudah diakses, praktik kekerasan terhadap perempuan
berbasis digital tidak menjadi isu yang memprihatinkan. Akan
tetapi, akses internet yang semakin meluas dan lebih terjangkau oleh
berbagai kelompok masyarakat, maka bermunculan berbagai tindak
kekerasan berbasis gender online (KBGO) dengan bermacam varian
dan bentuknya. Anak perempuan tampak aman karena berada di

220 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

dalam rumah, padahal bisa jadi mereka sedang dalam ancaman


kekerasan yang dialaminya karena mengakses internet.
Meskipun memiliki risiko, internet tetap dapat dilihat sebagai
sumber daya. Lebih dari satu miliar orang dari berbagai negara
masih telah dan akan terus mengakses internet. Namun,
ketimpangan akses berbasis gender pada internet masih terjadi.
Kesenjangan ini diperkirakan terjadi di seluruh dunia, dimana
dominasi laki-laki yang menggunakan Internet dari perempuan
mencapai proporsi dua pertiganya (ITU Facts and Figures, 2017).

Gambar 10.4. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Mengakses


Internet Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2022

Jakarta Utara 73.64%


78.27%

Jakarta Barat 74.74%


80.80%

Jakarta Pusat 75.62%


80.67%

Jakarta Timur 79.95%


83.10%

Jakarta Selatan 82.05%


84.62%

Kepulauan Seribu 64.63%


71.22%

Perempuan Laki-laki

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Tahun 2022, data Susenas pada Gambar 10.4 menunjukkan


bahwa pola persentase penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas yang
mengakses internet menurut kabupaten/kota terlihat bahwa Jakarta
Selatan juga menempati posisi dengan persentase tertingi baik bagi

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 221


Teknologi Informasi

laki-laki maupun perempuan, dengan persentase sebesar 84,62


persen untuk laki-laki dan 82,05 persen untuk perempuan.
Sementara yang terendah masih dimiliki oleh Kepulauan Seribu
dengan persentase laki-laki mencapai angka 71,22 persen dan
perepuan 64,63 persen.

5. Tujuan Penggunaan Internet

Setiap penduduk yang mengakses internet memiliki motif


dan tujuan yang berbeda-beda. Gambar 10.12 menunjukkan adanya
varian tujuan penggunaan internet pada penduduk Indonesia yang
dilihat dari dua belas aspek, yaitu:
 Mendapatkan informasi atau berita
 Mengirim atau menerima e-mail
 Penjualan barang dan jasa
 Pembelian barang dan jasa
 Mendapatkan informasi mengenai barang atau jasa
 Fasilitas finansia (e-banking)
 Hiburan seperti mengunduh atau bermain game,
menonton atau mengunduh TV, film, video, radio,
dan mengunduh gambar dan musik
 Work from home
 Konten digital
 Mendapatkan informasi untuk proses pembelajaran
 Lainnya atau di luar kategori yang sudah ada
Tabel 10.1. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Mengakses
Internet (termaksud Facebook, Twitter, Whatsapp) dalam 3

222 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota, dan


Tujuan Penggunaan Internet, 2022
untuk mendapat informasi/berita
Kepulauan Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta
Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara
Laki-laki 63.94% 65.79% 68.60% 69.96% 62.44% 59.65%

Perempuan 55.95% 62.30% 62.81% 62.62% 54.59% 52.00%

untuk mendapat informasi mengenai barang/jasa


Laki-laki 12.77% 23.01% 25.27% 20.75% 24.16% 10.87%

Perempuan 13.46% 22.37% 24.62% 15.85% 19.82% 9.74%

untuk mengirim/menerima e-mail

Laki-laki 13.33% 22.51% 21.25% 21.09% 19.88% 12.70%

Perempuan 10.79% 18.11% 15.98% 16.28% 15.16% 8.79%

untuk media sosial/jejaring sosial


Laki-laki 39.19% 57.05% 58.97% 55.40% 59.35% 46.64%

Perempuan 36.04% 55.32% 56.28% 48.92% 54.48% 46.38%

untuk pembelian barang/jasa


Laki-laki 17.58% 15.77% 19.10% 13.64% 18.86% 13.00%

Perempuan 26.47% 22.26% 25.93% 15.93% 20.92% 16.50%

untuk penjualan barang/jasa


Laki-laki 5.82% 4.23% 4.81% 5.36% 8.05% 4.27%

Perempuan 7.90% 3.11% 4.97% 4.48% 4.17% 2.75%

untuk fasilitas finansial (e-banking)


Laki-laki 5.49% 16.66% 15.02% 11.63% 17.57% 10.56%

Perempuan 3.56% 12.71% 11.91% 8.96% 13.89% 7.65%

untuk pembelajaran online

Laki-laki 15.57% 20.17% 19.00% 15.98% 16.67% 15.38%

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 223


Teknologi Informasi

Perempuan 14.79% 20.95% 18.99% 16.62% 18.18% 16.92%

untuk work from home (WFH)


Laki-laki 4.03% 8.86% 9.31% 7.36% 6.53% 4.95%

Perempuan 3.67% 6.87% 7.14% 5.94% 5.38% 3.29%

untuk hiburan
Laki-laki 45.13% 49.58% 53.17% 45.94% 50.00% 35.65%

Perempuan 42.05% 45.01% 50.25% 42.89% 46.18% 34.37%

untuk pembuatan konten digital

Laki-laki 3.92% 0.28% 0.73% 0.50% 0.79% 0.73%

Perempuan 4.00% 0.93% 0.70% 0.52% 1.04% 0.72%

untuk lainnya
Laki-laki 9.63% 4.51% 3.98% 3.43% 3.27% 3.42%

Perempuan 10.23% 3.87% 3.07% 1.81% 2.20% 3.23%


Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Menurut jenis kelamin, laki-laki mendominasi penggunaan


internet untuk semua tujuan di seluruh Kabupaten/Kota. Akan tetapi
terdapat beberapa tujuan dimana perempuan memiliki persentase
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu pada tujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai barang dan jasa di Kepulauan
Seribu yang mencapai angka 13,46 persen, pembelian barang dan
jasa di seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta dengan
angka tertingginya adalah sebesar 26,47 persen di Kepulauan
Seribu, untuk penjualan barang dan jasa di Kepulauan Seribu
dengan angka mencapai 7,9 persen, untuk pembelajaran online di
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara, untuk

224 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

pembuatan konten digital di Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan,


Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, serta untuk kepentingan lainnya di
Kepulauan Seribu dengan angka mencapai 10,23 persen. Adanya
kecenderungan tujuan penggunaan internet yang menampilkan
stereotipe gender dan/atau tuntutan yang berbasis peran gender pada
perempuan dan laki-laki. fenomena ini penting menjadi perhatian
agar literasi digital yang ada dapat bermanfaat untuk lebih
memudahkan peran kerja pada perempuan dan laki-laki, serta
menekan risiko atas kerentanan mereka dalam mengakses internet.
6. Penggunaan Internet dalam Pekerjaan

Penggunaan internet dalam pekerjaan memang dapat


mempermudah pekerjaan itu sendiri. Namun demikian, tidaksemua
pekerjaan menuntut kebutuhan penggunaan internet.

Gambar 10.5. Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan


Internet dalam Pekerjaan Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 225


Teknologi Informasi

Perempuan Laki-laki

30.90%
Jakarta Utara
33.52%

45.41%
Jakarta Barat
51.80%

35.83%
Jakarta Pusat
38.49%

50.65%
Jakarta Timur
48.98%

45.88%
Jakarta Selatan
45.79%

45.61%
Kepulauan Seribu
36.84%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, 2022

Gambar 10.5 menunjukkan persentase jumlah pekerja laki-


laki dan perempuan yang menggunakan internet untuk pekerjaannya
pada tahun 2022. Berdasarkan jenis kelamin, persentase penggunaan
internet dalam pekerjaan tertinggi dimiliki oleh wilayah Jakarta
Timur dengan angka sebesar 50,65 persen, dimana angka tersebut
lebih tinggi daripada persentase penduduk laki-laki yang
menggunakan internet dalam pekerjaannya. Sementara itu, untuk
persentase terendah perempuan yang menggunakan internet dalam
pekerjaannya dimiliki oleh wilayah Jakarta Pusat dengan angka
sebesar 35,83 persen.

226 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Teknologi Informasi

D. KESIMPULAN

Tahun 2022, secara umum, persentase penduduk yang


menggunakan telepon seluler di Provinsi DKI Jakarta dalam 3 bulan
terakhir berada pada persentase yang cukup tinggi, yaitu diatas 70
persen baik untuk kategori laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan perbandingan antar kabupaten/kota, Jakarta Selatan
memiliki persentase yang tertinggi dibanding daerah lainnya,
sementara Kepulauan Seribu menempai posisi yang paling rendah.
Persentase penggunaan telepon seluler tersebut juga sejalan dengan
angka persentase kepemilikan telepon seluler oleh penduduk di
Provinsi DKI Jakarta.
Pada penggunaan komputer, masih dapat dikatakan cukup
rendah karena di seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta
persentasenya masih dibawah 50 persen, baik untuk penduduk laki-
laki maupun perempuan. Berdasarkan pembagian wilayah, Jakarta
Selatan masih menempati posisi dengan persentase tertinggi yaitu
sebesar 26,74 persen untuk penduduk laki-laki dan 23,73 persen
untuk penduduk perempuan, sementara persentase terendah juga
masih berada di wilayah Kepulauan Seribu.
Pada persentase penduduk yang mengakses internet , di
tahun 2022 sudah cukup tinggi karna telah mencapai angka yang
lebih dari 50 persen di seluruh kabupeten/kota di Provinsi DKI
Jakarta, akan teapi persentasenya masih saja didominasi oleh
penduduk laki-laki dibandingkan perempuan. Berdasarkan
wilayahnya, Jakarta Selatan masih menempati posisi tertinggi dan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 227


Teknologi Informasi

Kepulauan Seribu juga masih menempati posisi dengan persentase


terendah.
Berdasarkan tujuan penggunaan internet, stereotipe dan
peran gender masih mewarnai sejumlah tujuan penggunaan internet,
terutama pada perempuan. Tujuan untuk mendapatkan
informasi/berita merupakan tujuan yang paling banyak dipilih
penduduk di Provinsi DKI Jakarta, dengan persentase diatas 50
persen. Urutan terbanyak kedua adalah untuk media sosial/jejaring
sosial, dengan persentase diatas 30 persen.

228 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 229


Kekerasan terhadap Perempuan

230 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

11. KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan


(Komnas Perempuan) melaporkan jumlah kasus kekerasan berbasis
gender terhadap perempuan pada 2021 lebih tinggi jika dibandingkan
pada tahun sebelumnya. Ada peningkatan 112,434 kasus dari tahun 2020
sebanyak 226.062 kasus menjadi 338.496 kasus. Artinya, terjadi
peningkatan 50 persen selama masa pandemi Covid-19. Jumlah ini juga
menjadi yang paling tinggi dalam 10 tahun terakhir. Lebih jauh, data
kekerasan tersebut berasal dari tiga sumber yaitu Komnas Perempuan
sebanyak 3.838 kasus, lembaga layanan sebesar 7.029 kasus, dan Badan
Peradilan Agama sebanyak 327.639 kasus. Adapun jenis kekerasan yang
tercatat paling banyak adalah kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan
kekerasan seksual. Tempat kejadian kekerasan sebagian besar di ranah
personal, disusul di komunitas dan negara (Komnas Perempuan, 2022).
Mengakhiri kekerasan pada perempuan adalah prioritas
Pemerintah Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Nawa Cita dan
rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN 2020-2024).
Hal ini sejalan dengan tujuan ke-5 dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) untuk mengakhiri segala jenis diskriminasi
terhadap perempuan di mana pun. Dalam SDGs indikator 5.2
menyebutkan bahwa “Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap
kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan
orang dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya”,
dan indikator 5.3 “Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 231


Kekerasan terhadap Perempuan

perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat


perempuan”.

B. KONSEP DAN DEFINISI

1. Kekerasan terhadap Perempuan

Kekerasan adalah setiap perbuatan melawan hukum dengan atau


tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan
bahaya bagi nyawa, badan atau menimbulkan kemerdekaan seseorang.
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan
perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau
psikologis termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di
ranah publik atau dalam kehidupan pribadi.

2. Korban

Korban adalah pihak yang dirugikan karena tindak kekerasan yang


terjadi. Karakteristik korban diukur melalui indikator umur, pendidikan,
status perkawinan, dan pekerjaan. Pada indikator umur, korban
kekerasan terhadap perempuan dibatasi pada penduduk umur 18 tahun
ke atas. Satu korban bisa mengalami lebih dari satu jenis kekerasan,
memungkinkan mendapatkan lebih dari satu layanan dan
memungkinkan mengalami kekerasan lebih dari satu orang pelaku.

3. Pelaku

Pelaku merupakan pihak yang melakukan kekerasan. Karakteristik


pelaku diukur berdasarkan hubungan dengan korban, seperti orang tua,

232 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

keluarga, suami/istri, pacar, teman, guru, atau atasan/majikan. Satu


pelaku memungkinkan melakukan kekerasan terhadap lebih dari satu
korban. Satu kasus kekerasan dapat melibatkan lebih dari satu orang
pelaku.

4. Jenis Kekerasan

Jenis kekerasan dikategorisasi berdasarkan bentuk kekerasan


yang dialami korban. Simfoni PPA membagi jenis kekerasan dalam 7
(tujuh) bentuk kekerasan, antara lain:
a. Kekerasan Fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6 Undang-undang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga/UU PKDRT Jo.
Pasal 89 Kitab Undang-undang Hukum Pidana/ KUHP).
b. Kekerasan Psikis, merupakan perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan
psikis berat pada seseorang (Pasal 7, UU PKDRT).
c. Kekerasan Seksual, dapat berupa hal-hal berikut:
 pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga
tersebut dan/atau pemaksaan hubungan seksual
terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain, untuk tujuan komersial
dan/atau tujuan tertentu (Pasal 8, UU PKDRT)
 kekerasan atau ancaman kekerasan yang memaksa
perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia
(KUHP Pasal 285)

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 233


Kekerasan terhadap Perempuan

 kekerasan atau ancaman kekerasan yang memaksa


seseorang untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul (KUHP Pasal 289)
d. eksploitasi, dapat berupa:
 tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang
meliputi tapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau
pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa,
penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual,
organ reproduksi dan/atau jaringan tubuh atau
memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang
oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materil maupun immateril (Pasal 1 butir 7 Undang-
undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang/UU PTPPO)
 eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan
organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban
untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak
terbatas pada semua kegiatan pelacuran atau
pencabulan (Pasal 1 butir 8 UU PTPPO, Pasal 4 ayat (1)
UU Pornografi).
e. Pelantaran, meliputi:
 tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan,
atau pemeliharaan kepada orang tersebut (Pasal 9 ayat
(1) UU PKDRT)

234 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

 tindakan yang menelantarkan orang dalam lingkup


rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan,
atau pemeliharaan kepada orang tersebut (Pasal 9 ayat
(1) UU PKDRT)
 tindakan yang mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang
untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah
sehingga korban berada dibawah kendali orang
tersebut (Pasal 9 ayat (2) UU PKDRT)
f. Kekerasan lainnya merupakan bentuk kekerasan selain fisik,
psikis, seksual, penelantaran dan eksploitasi (Angraini et.all.
2021).

5. Lokasi Kasus

Lokasi kasus merupakan tempat terjadinya kasus kekerasan yang


dialami korban. Kategori lokasi kasus dilihat berdasarkan rumah tangga,
tempat kerja, sekolah, fasilitas umum/publik, lembaga pendidikan kilat,
dan lainnya.

6. Layanan

Layanan merupakan perihal atau cara melayani yang dilakukan


untuk memenuhi kebutuhan korban. Dalam Simfoni PPA, jenis layanan
dibedakan melalui 8 kategori, yaitu:
a. Layanan Pengaduan, adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyelenggara layanan terpadu untuk

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 235


Kekerasan terhadap Perempuan

menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap


perempuan dan anak yang diajukan korban, keluarga atau
masyarakat (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
b. Layanan Kesehatan, adalah upaya yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Permen PPPA
Nomor 1 Tahun 2010).
c. Layanan Bantuan Hukum, adalah tindakan aparat yang diberi
kewenangan oleh negara untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
d. Layanan Pemulangan, adalah upaya mengembalikan
perempuan dan anak korban kekerasan dari luar negeri ke titik
debarkasi/entry point, atau dari daerah penerima ke daerah
asal (Permen PPPA Nomor 1 Tahun 2010).
e. Layanan Reintegrasi Sosial, adalah upaya penyatuan kembali
korban dengan pihak keluarga, keluarga pengganti, atau
masyarakat yang dapat memberikan perlindungan dan
pemenuhan kebutuhan bagi korban (Permen PPPA Nomor 1
Tahun 2010).
f. Layanan Rehabilitasi Sosial, adalah pelayanan yang ditujukan
untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar (Permen PPPA
Nomor 1 Tahun 2010) (Angraini, et. all., 2021).

236 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

C. PEMBAHASAN
1. Kekerasan terhadap Perempuan

Data kekerasan terhadap perempuan selalu dipercaya sebagai


data yang menggambarkan fenomena gunung es. Artinya, jumlah yang
diperoleh atau data yang disajikan diyakini belum menunjukkan data
sebenarnya dari realitas praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan.
Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kasus-kasus kekerasan
terhadap perempuan yang tidak dilaporkan diyakini jauh lebih banyak
dari data yang terlaporkan. Hambatan yang dialami perempuan korban
dapat terjadi karena hambatan struktural, hambatan kultural, dan/atau
keduanya. Hambatan struktural terjadi ketika sejumlah lembaga
layanan atau mekanisme pelaporan belum responsif terhadap kasus
yang dialami korban atau dilaporkan. Hambatan struktural tersebut
diperparah dengan hambatan kultural yang ada, seperti stigma dari
masyarakat terhadap perempuan sebagai korban.

Gambar 11.1. Persentase Kasus Korban Kekerasan Menurut Jenis Kelamin


Korban, 2021-2022

1.1

0.63
0.53

0.27

Laki-Laki Perempuan

Tahun 2021 Tahun 2022

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 237


Kekerasan terhadap Perempuan

Gambar 11.1. menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap


perempuan di Indonesia dari tahun 2021 hingga tahun 2022 mengalami
penurunan, yang artinya bahwa kemungkinan program yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap permasalahan kekerasan ini sudah cukup
membantu korban. Berdasarkan jenis kelamin persentase penduduk
yang pernah mengalami korban kejahatan paling banyak adalah
penduduk laki-laki (0,53 persen) dibandingkan penduduk perempuan
(0,27 persen).

Gambar 11.2. Peta Sebaran Jumlah Kasus Kekerasan Menurut


Kabupaten/Kota, 2022

Kepulauan Seribu 4

Jakarta Timur 436

Jakarta Selatan 340

Jakarta Barat 320

Jakarta Utara 178

Jakarta Pusat 177

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Data yang terlihat pada Gambar 11.2 menunjukkan gambaran


jumlah kasus kekerasan menurut kabupaten/kota, empat kabupaten/kota
dengan jumlah terbanyak yang dilaporkan terjadi di Jakarta Timur
dengan jumlah kasus kekerasan sebanyak 436 kasus. Jakarta Selatan
menempati urutan terbanyak kedua dengan selisih yang sangat sedikit
dibandingkan Jakarta Timur, yaitu 340 kasus. Kemudian disusul
dengan Jakarta Barat pada posisi ketiga dengan jumlah kasus sebanyak

238 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

320 kasus, dan posisi keempat dimiliki oleh Jakarta Utara dengan
jumlah kasus sebanyak 178 kasus. Sebaliknya, kabupaten/kota dengan
pencatatan kasus kekerasan terendah terlihat di Kepualauan Seribu
dengan jumlah kekerasan hanya sebanyak 4 kasus di tahun 2022.

Gambar 11.3. Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan


Berdasarkan Tahun Penginputan menurut
Kabupaten/Kota, 2022

Kepulauan Seribu 2

Jakarta Timur 221

Jakarta Selatan 164

Jakarta Barat 133

Jakarta Utara 69

Jakarta Pusat 98

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Berdasarkan Gambar 11.3 jumlah kasus dan korban kekerasan


terhadap perempuan tertinggi jumlahnya juga berada di wilayah Jakarta
timur dengan angka sebesar 221 kasus dan korban, kemudian yang
terendah juga berada di Kepulauan Seribu dengan angka sebesar 2 kasus
dan korban. Tingginya jumlah kasus dan korban kekerasan belum dapat
menjadi dasar kesimpulan yang menunjukkan jumlah kasus yang
sebenarnya. Informasi tentang kabupaten/kota dengan jumlah kasus
terlapor terbanyak belum dapat menjadi representasi kondisi seluruhnya
di tiap-tiap wilayah. Karena itu, gambaran paling tingginya jumlah
kasus dan korban pada perempuan dapat diartikan karena: a) layanan
pengaduan di provinsi tersebut telah baik; b) adanya kesadaran untuk

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 239


Kekerasan terhadap Perempuan

melapor; dan c) dukungan masyarakat dan penyedia layanan sehingga


perempuan korban percaya untuk melaporkan kasusnya.

2. Perempuan Korban Kekerasan

Perempuan korban kekerasan memiliki karakteristik yang


cukup beragam yang bisa dilihat berdasarkan status sosial, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan, status perkawinan, tingkat pendidikan,
dan wilayah tinggal. Gambar 11.4 menunjukkan persentase jumlah
perempuan korban kekerasan berdasarkan kelompok umur. Pada tahun
2022, persentase jumlah perempuan yang menjadi korban kekerasan
paling tinggi berumur antara 25–59 tahun dengan angka jumlah sebesar
447 perempuan korban. Kelompok umur 18–24 tahun merupakan umur
korban terbanyak kedua, yaitu dengan angka jumlah sebesar 228 korban
perempuan. Sementara itu, perempuan dengan kelompok umur 60
tahun keatas mengalami kekerasan sebanyak 12 kejahatan.

Gambar 11.4. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan


Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Kelompok Umur,
2022

447

228

12

18 - 24 25 - 59 60 +

240 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Perempuan korban kekerasan dengan umur 25-59 tahun sebagai


jumlah yang mayoritas, dan terbanyak kedua berumur 18-24 tahun atau
jika dijumlahkan mencapai 90 persen merefleksikan praktik kekerasan
sudah terjadi di tahun-tahun pertama perkawinan. Apalagi, secara
umum perempuan yang melaporkan kekerasan yang dialaminya pada
lembaga layanan merupakan praktik kekerasan yang bukan pertama.

Gambar 11.5. Persentase Korban Kekerasan Terhadap Perempuan


Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Kabupaten/Kota
Pada Kelompok Uur 25-44 Tahun, 2022

Kepulauan Seribu 0.26%

Jakarta Timur 33.51%

Jakarta Selatan 21.56%

Jakarta Barat 20.52%

Jakarta Utara 10.65%

Jakarta Pusat 13.51%

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Pada tindakan kekerasan pertama yang dialami, perempuan


cenderung memaafkan dan tidak melaporkan pada lembaga layanan.
Hal ini sejalan dengan teori Michel Victory tentang siklus kekerasan
(Cycle of Violence), yaitu praktik kekerasan dapat terjadi melalui lima
fase, yaitu Fase Permulaan (Build – Up Phase), Fase Kekerasan (Stand
– Over Phase), Fase Penyesalan (Remorse Phase), Fase Penebusan

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 241


Kekerasan terhadap Perempuan

(Pursuit or buy – Back Phase) dan Fase Bulan Madu (Honeymoon


Phase), dan akan berulang melalui proses fase pertama lagi. Itu artinya,
perempuan yang melaporkan kekerasan yang dialaminya merupakan
praktik kekerasan yang telah melalui proses berulang sehingga sampai
pada situasi perempuan merasa harus mengakhirinya.
Dari jumlah terbanyak di rentang umur 25-44 tahun, Gambar
11.5 menunjukkan bahwa tiga kabupaten/kota dengan jumlah korban
perempuan terbanyak dari pJakarta Timur sebanyak 33,51 persen atau
129 perempuan, Jakarta Selatan sebanyak 21,56 persen atau 83
perempuan dan Jakarta Barat sebesar 20,52 persen atau 79 perempuan
korban. Jika dilihat dari jumlah yang paling sedikit, Kepulauan Seribu
merupakan kabupaten/kota dengan jumlah perempuan korban
kekerasan berumur 25-44 tahun, yaitu sebesar 0,26 persen atau
sebanyak 1 perempuan.

Gambar 11.6. Persentase Korban Kekerasan Terhadap Perempuan


Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Jenjang
Pendidikan, 2022

Perguruan Tinggi 31.15%

SLTA 48.76%

SLTP 2.77%

SD 0.00%

TK/PAUD 0.00%

Tidak Sekolah 0.00%

N/A 17.32%

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

242 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

Ditinjau dari tingkat Pendidikan, Gambar 11.6 menunjukkan


persentase jumlah perempuan korban kekerasan paling banyak
merupakan lulusan SLTA. Jumlah ini mencapai 48,76 persen atau
sebanyak 335 perempuan korban. Tingkat lulusan Perguruan Tinggi
merupakan jumlah terbanyak kedua pada tingkat pendidikan korban,
yaitu 31,15 persen atau 214 perempuan. Pada tingkat pendidikan SLTP,
jumlah perempuan korban kekerasan sebanyak 2,77 persen atau 119
perempuan. Selain tingkat pendidikan yang teridentifikasi, terdapat
17,32 persen perempuan korban yang tidak mau menyebutkan status
pendidikannya atau tidak diketahui.
Gambar 11.6 yang menunjukkan bahwa perempuan korban
kekerasan justru mayoritas dialami oleh mereka yang berpendidikan
tinggi, yaitu SMA dan perguruan tinggi. Hal ini menjadi catatan penting
bahwa kekerasan terhadap perempuan tidak hanya dialami oleh
perempuan dengan pendidikan rendah atau belum pernah mengenal
bangku sekolah, namun justru juga dialami perempuan yang
berpendidikan. Jika dilihat secara berurutan dari tingkat pendidikan
terbawah pada korban kekerasan, maka pola kecenderungan justru
terlihat dari tingkat pendidikan korban; atau semakin tinggi tingkat
pendidikan korban, semakin besar jumlah perempuan yang menjadi
korban kekerasan. Data ini dapat ditelisik secara lebih dalam, apakah
dengan pendidikan perempuan yang semakin tinggi, maka negosiasi
atas hak diri perempuan lebih berpeluang terbangun sehingga kesadaran

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 243


Kekerasan terhadap Perempuan

untuk melaporkan kekerasan yang dialami lebih besar dilakukan


perempuan korban. Sementara, jumlah korban perempuan dengan
pendidikan rendah jauh lebih sedikit menggambarkan bahwa korban
dari kelompok kategori ini cenderung tidak melaporkan karena
berbagai faktor yang menyulitkan mereka keluar dari siklus kekerasan
yang menjeratnya.

3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Perempuan merupakan kelompok yang paling rentan


mengalami kekerasan dalam rumah tangga, sebab perempuan di dalam
rumah juga dihadapkan pada peran gender yang membuat
perempuan sulit melepaskan tuntutan yang dilekatkan pada
perempuan. Bahkan, upaya perempuan untuk memperoleh hak
dirinya harus dibayar dengan berbagai kekerasan berlapis di dalam
rumah.

Gambar 11.7. Persentase Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Kabupaten/Kota,
2022

Kepulauan Seribu 0.24%

Jakarta Timur 35.22%

Jakarta Selatan 22.22%

Jakarta Barat 17.73%

Jakarta Utara 9.22%

Jakarta Pusat 15.37%

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

244 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

Berdasarkan kabupaten/kota, Gambar 11.7 menunjukkan


jumlah korban KDRT sebanyak 423 orang atau 61,57 persen dari
seluruh perempuan korban kekerasan. Jumlah korban KDRT terbanyak
yang tercatat sejalan dengan jumlah korban kekerasan secara umum
yaitu tertinggi dialami perempuan di Jakarta Timur sebesar 35,22
persen, Jakarta Selatan sebesar 22,2 persen, dan Jakarta Barat sebesar
17,73 persen. Kabupaten/Kota dengan jumlah korban KDRT paling
sedikit tercatat di Kepulauan Seribu sebesar 0,24 persen.

4. Jenis Kekerasan yang Dialami Perempuan

Tindak kekerasan mengakibatkan dampak berkepanjangan pada


korban, bahkan sepanjang hidupnya. KDRT tidak hanya menimbulkan
rasa takut yang tidak berkesudahan, penderitaan berat, atau gangguan
psikososial pada korban; namun juga memungkinkan menjadikan
korban mengalami disabilitas permanen, keinginan bunuh diri, dan
kehilangan rasa percaya diri.
Regulasi yang mampu memastikan perlindungan bagi korban
sangat penting. Kehadiran UU PKDRT sebagai contoh menegaskan
tentang dua hal, pertama, UU PKDRT telah mampu memindahkan
posisi KDRT yang sebelumnya ditempatkan sebagai tabu di ruang
privat menjadi isu publik yang harus diintervensi dari luar. Kedua, UU
PKDRT mampu melahirkan rasa aman bagi perempuan karena
memiliki payung hukum yang membuat perempuan merasa lebih
terlindungi. Rasa aman dan terlindungi ini sangat penting bagi
kesehatan mental setiap orang (well being), terutama perempuan; dan
menjadi hak asasi yang harus dipastikan oleh Negara. Selain UU

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 245


Kekerasan terhadap Perempuan

PKDRT, disahkannya UU TPKS pada 9 Mei 2022 juga membawa


sejumlah harapan positif pada korban, terutama dalam mengakses
penanganan dan pemulihan korban yang terkait layanan pemulihan
fisik, psikis, ekonomi, rehabilitasi, dan reintegrasi sosial.

Gambar 11.8. Jumlah Perempuan Korban Kekerasan Berdasarkan Tahun


Penginputan Menurut Jenis Kekerasan Yang Dialami, 2022

Kasus Lain 5

Perkawinan Anak 0

Trafficking 77

Kekerasan Seksual 36

Psikis 81

Fisik 65

KDRT 423

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Melalui Gambar 11.8 terlihat bahwa di tahun 2022, KDRT


merupakan jenis kekerasan yang paling banyak dialami perempuan,
yaitu sebanyak 423 korban. Jenis kekerasan yang juga berjumlah
banyak dan dialami korban juga termasuk kekerasan psikis dan
trafficking dengan masing-masing 81 korban dan 77 korban. ekerasan
fisik menempati posisi tertinggi keempat yang dialami korban dengan
jumlah sebesar 65 perempuan.

246 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

5. Layanan yang Diterima Korban

Negara menjamin penanganan, perlindungan dan pemulihan


bagi setiap korban kekerasan, termasuk bagi perempuan korban
kekerasan.

Gambar 11.9. Jumlah Perempuan Korban Kekerasan Berdasarkan Tahun


Penginputan Menurut Jenis Layanan Yang Diterima, 2022

Pelayanan Pendamping Korban 348

Pelayanan Psikologi 2625

Pelayanan Hukum 2691

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Berdasarkan kategorisasi layanan, Gambar 11.10 menunjukkan


bahwa pelayanan hukum menempati urutan tertinggi dengan jumlah
mencapai 2691 perempuan korban. Selanjutnya, layanan yang diterima
perempuan korban dengan jumlah terbanyak kedua dan ketiga adalah
pelayanan psikologi dan pelayanan pendamping korban dengan jumlah
masing-masing 2625 dan 348 perempuan korban. Dari jenis layanan
yang diperoleh perempuan korban, terdapat sejumlah korban yang
mendapatkan layanan lebih dari satu jenis layanan. Hal ini dapat terjadi
karena kebutuhan korban yang satu dengan lainnya berbeda-beda,
tergantung pada jenis kekerasan dan tingkat keparahan yang dibutuhkan
untuk memenuhi hak korban.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 247


Kekerasan terhadap Perempuan

6. Lokasi Kejadian

Gambar 11.10 menggambarkan persentase pelaku kekerasan


terhadap perempuan menurut lokasi kejadian kekerasan. Tahun 2022
menunjukkan lokasi rumah tangga tertinggi dibandingkan lokasi
lainnya sebesar 61,57 persen, diikuti oleh lokasi lainnya sebesar 35,08
persen dan terakhir di tempat kerja sebesar 3,35 persen.

Gambar 11.10. Persentase Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan


Berdasarkan Tahun Penginputan Menurut Lokasi Kejadian,
2022

Tempat Kerja 3.35%

Lainnya 35.08%

Rumah Tangga 61.57%

Sumber: Statistik Kriminalitas Provinsi DKI Jakarta, 2022

Persoalan yang mengemuka dalam konteks ini adalah bukan


saja mengapa perempuan menjadi korban kekerasan tertinggi terdapat
di dalam rumah tangga dimana tempat itu seharusnya anggota keluarga
terutama perempuan seharusnya merasa aman. Kenyataannya pula,
sistem hukum di Indonesia belum menjamin perlindungan terhadap
korban kekerasan dalam rumah tangga.

248 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Kekerasan terhadap Perempuan

Kekerasan yang sering dilakukan di dalam rumah tangga akan


berpengaruh pada anak-anak karena selain dapat menimbulkan trauma
pada anak-anak juga sifat anak-anak yang suka meniru segala sesuatu
yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya termasuk bentuk
kekerasan yang dalam hal ini dilakukan oleh ayah atau ibunya.
Kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya dianggap sebagai suatu
kewajaran bagi anak terutama anak laki-laki yang tumbuh bersama
ayahnya yang suka memukulnya ibunya yang nantinya cenderung
meniru pola yang sama ketika ia sudah memiliki pasangan (istri).
Berkaitan dengan sistem hukum di Indonesia yang belum
menjamin perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah
tangga karena nilai-nilai tersebut berdasarkan anggapan-anggapan
dalam masyarakat bahwa masalah rumah tangga adalah urusan pribadi,
sehingga tidak seorang pun dapat mencampurinya. Selain itu alasan-
alasan lain seperti ketidaktahuan perempuan dalam mengadukan kasus
kekerasannya.

D. KESIMPULAN

Konstruksi gender pada perempuan dan kebutuhan perempuan


menjadi persoalan mendasar yang berakibat pada posisi perempuan
dalam kerentanan yang paling parah menjadi korban kekerasan.
Konstruksi gender menempatkan perempuan sebagai jenis kelamin
kedua yang didominasi dan dikontrol melalui sistem patriarkhi.
Sementara itu, kebutuhan perempuan menjadi aspek yang selalu saja

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 249


Kekerasan terhadap Perempuan

digunakan sebagai alasan untuk menyalahkan perempuan sebagai


korban (dan pelaku) kekerasan. Pada tahun 2022, terdapat 687 kasus
dan korban kekerasan terhadap perempuan.
Jumlah input data kasus kekerasan terhadap perempuan di tahun
2022 memiliki angka dengan jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan yang tertinggi adalah Jakarta Timur (221 kasus dan korban);
Jakarta Selatan (164 kasus dan korban) dan Jakarta Barat (133 kasus
dan korban). Sedangkan kabupaten/kota dengan pencatatan kasus
terendah adalah Kepulauan Seribu (2 kasus dan korban).
Di Tahun 2022, kekerasan dalam rumah tangga merupakan jenis
kekerasan yang paling banyak dialami perempuan, yaitu sejumlah 423
kasus. Kekerasan psikis dan trafficking juga banyak dialami perempuan
dengan masing-masing 81 dan 77 korban. Dilihat dari aspek layanan
yang diterima korban, fasilitas pelayanan hukum menempati urutan
tertinggi yang diterima 2691 perempuan korban, diikuti oleh pelayanan
psikologi dirasakan sebanyak 2625 perempuan korban dan pelayanan
pendampingan korban diterima oleh perempuan korban sebanyak 348
orang.
Selain itu, lokasi kejadian kekerasan tertinggi adalah di rumah
tangga. Hal ini sejalan jika dilihat dari pelaku kekerasan terhadap
perempuan berdasarkan hubungan dengan korban kekerasan, orang
terdekat dari perempuan justru menjadi pelaku dengan persentase yang
tertinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan harus menjadi
permasalahan yang segera diselesaikan karena orang terdekatnya
seharusnya menjadi orang pertama yang melindungi perempuan.

250 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Indeks Ketimpangan Gender

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 251


Indek Ketimpangan Gender

252 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Indeks Ketimpangan Gender

12. INDEKS
KETIMPANGAN GENDER

A. LATAR BELAKANG

Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Jakarta dalam lima tahun


terakhir selalu di bawah angka nasional. IKG yang semakin rendah
menunjukkan keberhasilan dalam kesetaraan gender, begitu pula
sebaliknya. IKG Jakarta tahun 2022 sebesar 0,320 di bawah IKG Nasional
sebesar 0,459. Pencapaian IKG Jakarta dibentuk oleh nilai indikatornya
yakni Proporsi Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 yang Melahirkan
Hidup Tidak Di Fasilitas Kesehatan (MTF) sebesar 0,035; Proporsi
Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 tahun yang Saat Melahirkan Hidup
Pertama Berusia Kurang dari 20 Tahun (MHPK20) sebesar 0,142;
Keterwakilan di Legislatif Laki-laki sebesar 79,25 persen dan Perempuan
20,75 persen; Penduduk Umur 25 Tahun Ke Atas dengan Pendidikan
Minimal SMA Lakilaki sebesar 72,68 persen dan Perempuan 64,51
persen; Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Laki-laki sebesar
80,02 persen dan Perempuan 46,62 persen. Namun demikian IKG Jakarta
tahun 2022 jika dibandingkan dengan capain IKG tahun 2021 naik 0,126
poin. Hal ini disebabkan naiknya indikator MTF, melebarnya gap nilai
keterwakilan di Legislatif dan TPAK antara perempuan dan laki-laki.

B. KONSEP DAN DEFINISI

Indeks Ketimpangan Gender (IKG)

Indeks Ketimpangan Gender (IKG) disusun dari tiga dimensi.


Pertama, Dimensi Kesehatan Reproduksi, yang dibentuk dari dua

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 253


Indek Ketimpangan Gender

indikator yakni MTF dan MHPK20. Kedua, Dimensi Pemberdayaan


yang dibentuk dari dua indikator yakni Keterwakilan di Legislatif dan
Penduduk Umur 25 Tahun ke Atas dengan Pendidikan Minimal SMA
baik laki-laki maupun perempuan. Ketiga, Dimensi Pasar Tenaga Kerja
yang dibentuk dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), baik
laki-laki maupun perempuan. IKG akan optimal apabila Kesehatan
Reproduksi perempuan baik, Pemberdayaan dan Pasar Tenaga Kerja
antara perempuan dan laki-laki setara.

C. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Indeks Ketimpangan Geder (IKG) Tahun 2018-

2022

Ketimpangan gender DKI Jakarta sejak tahun 2018 hingga 2021


menurun, tetapi meningkat pada tahun 2022. Capaian terendah pada
tahun 2021 sebesar 0,194 dan capaian tertinggi tahun 2022 sebesar
0,320. Selama kurun waktu 2018-2022 capaian IKG DKI Jakarta selalu
lebih rendah dibandingkan IKG nasional. Pada tahun 2022 IKG
Indonesia mencapai 0,459. Secara umum dapat dikatakan bahwa IKG
DKI Jakarta lebih baik daripada IKG nasional. Ketimpangan gender
yang semakin kecil menunjukkan kesetaraan yang semakin baik

Gambar 12.1. Perkembangan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Jakarta


dan Indonesia, 2018-2022

254 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Indeks Ketimpangan Gender

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2022

2. Perkembangan Dimensi Pembentuk IKG DKI Jakarta Tahun 2018-

2022

Perkembangan indikator penyusun Indeks Ketimpangan Gender


(IKG) selama 2018- 2022 dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 12.1. Perkembangan Indikator-Indikator IKG DKI Jakarta, 2018-
2022
Indikator gender 2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kesehatan Reproduksi
MTF Perempuan 0,031 0,012 0,008 0,007 0,035
MHPK20 Perempuan 0,124 0,146 0,148 0,143 0,142
Pemberdayaan
Keterwakila Laki-Laki 80,19 78,3 78,3 78,3 79,25
n di
Legislatif
(%) Perempuan 19,81 21,7 21,7 21,7 20,75

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 255


Indek Ketimpangan Gender

Pendidikan Laki-Laki 67,71 67,74 68,96 69,07 72,68


Minimal
SMA (%) Perempuan 58,38 58,88 58,13 59,76 64,51
Pasar Tenaga Kerja
Laki-Laki 78,14 80,44 80,49 78,31 80,02
TPAK (%)
Perempuan 47,86 47,62 47,47 47,34 46,62
Sumber: berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2022

Pada tahun 2018 angka MTF sebesar 0,031, kemudian secara


berturut-turut turun hingga menjadi 0,007 pada tahun 2021, tetapi
kembali naik pada tahun 2022. MTF 2022 sebesar 0,035 artinya masih
ada 3,50 persen perempuan yang melahirkan hidup tidak di fasilitas
kesehatan. Angka MHPK20 tahun 2018 sebesar 0,124, naik pada tahun
2019 dan 2022, kemudian turun pada tahun 2021 dan 2022, tetapi
nilainya masih di atas tahun 2018. MHPK20 sebesar 0,142 artinya ada
14,20 persen perempuan berusia 15-49 tahun yang saat melahirkan
hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun. Pada tahun 2018
keterwakilan di legislatif laki-laki dan perempuan masing-masing
sebesar 80,19 persen dan 19,81 persen, lalu naik pada tahun 2019, tetap
pada tahun 2020 dan 2021, dan turun pada tahun 2022.
Pada tahun 2022 keterwakilan di legislatif laki-laki dan
perempuan masing-masing sebesar 79,25 persen dan 20,75 persen
artinya dari 106 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi DKI Jakarta, 84 orang diantaranya laki-laki dan 22
orang lagi perempuan. Selama kurun waktu 2018-2022 persentase
Penduduk Umur 25 Tahun Ke Atas dengan Pendidikan Minimal SMA
baik laki-laki maupun perempuan relatif terus meningkat. Persentase
Penduduk Umur 25 Tahun Ke Atas dengan Pendidikan Minimal SMA
laki-laki dan perempuan tahun 2022 masing-masing sebesar 72,68 dan

256 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Indeks Ketimpangan Gender

64,51 persen. Sementara itu, TPAK laki-laki dan perempuan tahun 2022
masing-masing sebesar 80,02 persen dan 46,62 persen. Pada tahun 2022
ada sebanyak 80,02 persen angkatan kerja laki-laki dibandingkan
penduduk usia kerja laki-laki dan ada sebanyak 46,62 persen angkatan
kerja perempuan dibandingkan dengan penduduk usia kerja perempuan.

3. Pencapaian IKG di Tingkat Kabupaten/Kota dan Antar Provinsi

Pada tahun 2022, ketimpangan gender paling rendah dicapai


oleh Kota Jakarta Utara sebesar 0,198. Capain tersebut diikuti oleh
Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 0,228, Kota Jakarta Pusat sebesar
0,229, Kota Jakarta Sekatan sebesar 0,254, Kota Jakarta Timur sebesar
0,331 dan Kota Jakarta Barat 0,385.

Gambar 12.2. IKG DKI Jakarta menurut Kabupaten/Kota, 2022

Kota Jakarta Barat 0.385

Kota Jakarta Timur 0.331

DKI JAKARTA 0.32

Kota Jakarta Selatan 0.254

Kota Jakarta Pusat 0.229

Kabupaten Kepulauan Seribu 0.228

Kota Jakarta Utara 0.198

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2022

Sementara itu, jika dibandingkan antar provinsi, nilai IKG


Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,320 sendiri berada pada posisi kedua

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 257


Indek Ketimpangan Gender

terendah setelah DI Yogyakarta yang mencapai 0,240. IKG yang


semakin rendah menunjukkan keberhasilan dalam kesetaraan gender,
begitu pula sebaliknya.

Gambar 12.3. IKG menurut Provinsi, 2022

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2022

D. KESIMPULAN

Sejak tahun 2018 hingga 2021, ketimpangan gender di Provinsi


DKI Jakarta mengalami penurunan, namun angka tersebut kembali
meningkat pada tahun 2022. Capaian terendah pada tahun 2021 sebesar
0,194 dan capaian tertinggi tahun 2022 sebesar 0,320. Ketimpangan
gender dapat digambarkan menggunakan indeks ketimpangan gender.
Indeks ketimpangan gender disusun dari tiga dimensi, yaitu kesehatan
reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Pada tahun 2018
angka MTF sebesar 0,031, kemudian secara berturut-turut turun hingga
menjadi 0,007 pada tahun 2021, tetapi kembali naik pada tahun 2022.
Kemudian untuk keterwakilan di legislatif laki-laki dan perempuan

258 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022


Indeks Ketimpangan Gender

masing-masing sebesar 79,25 persen dan 20,75 persen artinya dari 106
orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
DKI Jakarta, 84 orang diantaranya laki-laki dan 22 orang lagi
perempuan. Selain itu, pada tahun 2022 juga, ketimpangan gender
paling rendah dicapai oleh Kota Jakarta Utara sebesar 0,198. Capain
tersebut diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 0,228, Kota
Jakarta Pusat sebesar 0,229, Kota Jakarta Sekatan sebesar 0,254, Kota
Jakarta Timur sebesar 0,331 dan Kota Jakarta Barat 0,385.

Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 259


Indek Ketimpangan Gender

Halaman Kosong

260 Profil Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai