Anda di halaman 1dari 27

PROFIL PEREMPUAN

Annisa Nurhayati Hidayat, M.Keb


A. PEREMPUAN DAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI,
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP-TIK)

Kualitas
revolusi
PENDAHULUAN pengetahuan,
teknologi, dan kebijakan dan industri
komunikasi program 4.0
berorientasi pada
Daya saing penguatan SDM dan
global bangsa SDA, termasuk IP-
TIK.

IP-TIK : pembangunan yang


Capaian
Sustainable strategi merata, dan
pembangunan berkeadilan bagi
Kebutuhan dasar Development berkelanjutan
percepatan Goals (SDG’s) perempuan
pembangunan Tahun 2030. dan laki-laki
negara
DEFINISI KONSEPTUAL
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) dikembangkan oleh International Telecommunication
Union (ITU) dengan nama ICT Development Index (ICT DI).

IPTIK digunakan untuk :

1. mengukur standar tingkat pembangunan TIK di suatu wilayah yang dapat dibandingkan antarwaktu dan antarwilayah.

2. mengukur pertumbuhan pembangunan TIK,

3. mengukur gap digital atau kesenjangan digital antarwilayah,

4. dan mengukur potensi pembangunan TIK.


Penggunaan Telepon Seluler (HP)

Provinsi dengan perempuan yang menggunakan telepon selular paling rendah berada di Provinsi Banten
(72,88 persen), Jawa Tengah (72,97 persen), dan Jawa Barat (73,40 persen).
77,3683,02 78,92
73,56 72,18
65,81

Perkotaan
Perdesaan Perkotaan +
Perdesaan Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS Susenas 2019
Kepemilikan Telepon Seluler (HP)

Kesenjangan persentase kepemilikan telepon selular


pada perempuan, baik yang terjadi di perkotaan maupun
perdesaan mengindikasikan adanya ketidaksetaraan
dalam pengambilan keputusan, terutama untuk
kepemilikan telepon selular.
74,31 68,68
66,57 61,29 58,35 Pemilik telepon selular dengan persentase
48,23
terendah pada perempuan berada di wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat (58,67 persen), Sulawesi Barat
(61,05 persen) dan Jawa Tengah (61,33 persen).
Perkotaan Perdesaan Perkotaan +
Perdesaan

Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS Susenas 2019
Penggunaan Komputer (PC/Desktop/Laptop/Notebook/ Tablet)

Provinsi dengan dengan perempuan berumur 5 tahun ke atas di perkotaan yang menggunakan komputer
terendah selama 3 bulan terakhir adalah Papua Barat sebesar 15,09 persen, Jawa Barat sebesar 15,26 persen
dan Nusa Tenggara Barat sebesar 15,27 persen
20,52
18,4
15,17
13,77

8,06 8,14

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan


Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS Susenas 2019
Penduduk Mengakses Internet

provinsi dengan dengan jumlah perempuan yang mengakses internet terendah berada di provinsi Sulawesi Barat sebesar
41,32 persen, Nusa Tenggara Barat sebesar 44,15 persen dan Aceh sebesar 46,91 persen
Di wilayah Papua dan NTT, pemanfaatan internet baru terlihat di sector pendidikan, rumah tangga dan individu, sementara
di bidang ekonomi bisnis dan pemerintah belum dimanfaatkan secara maksimal, terutama untuk mendukung pelayanan
masyarakat melalui pengelolaan e-government

Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS Susenas 2019
Upaya Pengelolaan meningkatkan daya guna teknologi informasi dan
komunikasi

3 mekanisme dasar :
1. mekanisme empowering pada penguatan kemitraan di antara masyarakat desa, pemerintah dan swasta
dalam pembangunan infrastruktur fisik internet, koneksitas, tata kelola, dan konten.
2. mekanisme directing yang memosisikan pemerintah sebagai lembaga yang dominan dalam
pembangunan infrastruktur fisik internet, koneksitas, tata kelola, dan konten; dan mekanisme
3. mekanisme supporting yang memberikan peran yang besar pada peran serta masyarakat, baik
perempuan maupun laki-laki.
Dampak kurang akses internet
◦ Kesenjangan akses internet yang terlihat pada perempuan (dan laki-laki) di perdesaan
berpengaruh pada pemerataan hasil pembangunan, terutama karena tidak meratanya akses dan
penyebaran informasi dan pengetahuan di wilayah perdesaan
Manfaat IPTIK
◦ membuka akses informasi yang bermanfaat untuk memajukan perkembangan desa, terutama
pada penguatan akses pendidikan, pengetahuan masyarakat, kemampuan masyarakat, dan
pengembangan potensi ekonomi lokal
◦ peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, pertumbuhan
ekonomi, dan pembangunan social budaya.
◦ pemerataan pembangunan dapat dirasakan seluruh penduduk Indonesia, terutama bagi
perempuan di wilayah perdesaan demi masa depan bangsa yang berdaya saing global.
B. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Hak asasi manusia : UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang


Hak Asasi Manusia, terutama dalam pasal 43. Secara
khusus, hak perempuan menjadi pemimpin juga diatur
dalam pasal 49 ayat 1
SDG’s :
kepemimpinan
perempuan menguatkan keberpihakan kebijakan dan program
pembangunan pada kelompok rentan dan upaya
menjadi bagian perlindungan dengan menggunakan perspektif
dari tujuan ke-5 perempuan

mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan


dan anak perempuan
Perempuan sebagai tenaga professional

Peningkatan peran perempuan sebagai tenaga profesional


dapat diperkuat dengan penurunan tingkat kelahiran,
peningkatan harapan hidup saat lahir, angka melek huruf,
lama sekolah perempuan dan sumbangan pendapatan
perempuan serta peningkatan kualitas modal perempuan.
Dengan demikian, tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor determinan yang dapat menjadi posisi tawar
perempuan dalam meningkatkan karirnya menuju jabatan
manager
Perempuan sebagai Aparatur Negara

Lebih rendahnya jabatan fungsional umum dan jabatan


structural ini tidak berbanding dengan tingkat pendidikan pada
ASN perempuan. Secara lebih spesifik, pada jabatan structural,
semakin tinggi tingkat jabatan struktural, maka semakin
kecil jumlah ASN perempuan yang menduduki jabatan tersebut
Perempuan di Parlemen
Sulitnya jumlah anggota DPR perempuan mencapai persentase
kuota minimal ini disebabkan banyak factor.
1. sistem budaya politik dan sistem rekrutmen oleh partai yang
belum menunjukkan keberpihakan pada calon anggota DPR
perempuan
2. sistem pemilu proporsional terbuka yang melemahkan calon
perempuan ketika berjuang mendulang suara
3. representasi perempuan yang tidak mencapai kuota minimal
antara lain kualifikasi perempuan, kebijakan elite partai untuk
mencalonkan perempuan dalam jumlah signifikan, motivasi
kandidat, sumber daya (sosial, politik dan ekonomi),
pengalaman, ambisi, dan minat mereka untuk bekerja penuh
waktu di arena politik
Menteri Perempuan

Delapan Menteri perempuan yang menjabat di dalam Kabinet


Kerja 2014-2019. Pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-
2024, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 113/P Tahun
2019 Tentang Pembentukan Kementerian Negara Dan
Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode
Tahun 2019-2024, jumlah perempuan yang menjabat sebagai
Menteri sebanyak 5 orang atau 14,71 persen. Jika dibandingkan
pada periode sebelumnya, maka Menteri di periode Kabinet
Indonesia Maju berjumlah lebih sedikit dibandingkan periode
2014-2019.
C. PEREMPUAN KEPALA RUMAH TANGGA
1 • menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu sektor ekonomi, sosial dan lingkungan
secara terintegrasi dan simultan
Kodrat

• prinsip SDG’s juga menerapkan prinsip tidak ada yang ditinggalkan


(No One Left Behind). perempuan kepala rumah tangga harus dilihat
2 dan diposisikan tidak hanya sebagai subyek penerima manfaat dari
kebijakan dan program pembangunan, namun harus dilibatkan dan Agama
dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan dan substansi
pembangunan dan
budaya
tujuan SDG’s, terutama
tujuan ke-1 (tanpa 3 • upaya pemberdayaan dan
penguatan keluarga
kemiskinan), 2 (tanpa Indonesia menuju bangsa
yang mandiri dan berkualitas
kelaparan), 3
(Kehidupan sehat dan
sejahtera), dan 5 peluang atas
(kesetaraan gender) UU Nomor kedudukan kepala
24 Tahun rumah tangga
2013 perempuan
Kepala Rumah Tangga Perempuan

Pada umumnya, perempuan menjadi kepala rumah tangga


karena adanya kejadian dalam rumah tangganya yang
mengakibatkan tidak berjalannya peran laki-laki menjadi kepala
rumah tangga karena berbagai alasan.
Perempuan mengambil peran sebagai kepala rumah tangga
untuk memastikan rumah tangga tetap berjalan dengan baik,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Pendidikan Kepala Rumah Tangga Perempuan

◦ Rendahnya pendidikan kepala rumah


tangga berdampak pada tingkat
kesejahteraan dan ekonomi keluarga, dan
beresiko pada anggota rumah tangga yang
akan berpendidikan rendah.
◦ Rendahnya pendidikan perempuan kepala
rumah tangga juga berdampak pada
sulitnya perempuan mengakses berbagai
sumber daya, terutama akses terhadap
varian pilihan pada peluang kerja yang
bermanfaat bagi penghidupan diri dan
anggota rumah tangga yang menjadi
tanggung jawabnya
Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Perempuan

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Pedoman Umum Pembangunan Industri Rumahan
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga melalui
Pemberdayaan Perempuan menjadi tonggak utama dalam
penguatan perempuan kepala rumah tangga perempuan. maka
pemberdayaan ekonomi pada perempuan kepala rumah tangga
harus menjadi langkah prioritas pembangunan. Salah satu
implementasi dari Permen PPPA ini terlihat pada tingginya
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang
berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) yang saat
ini dilakukan oleh perempuan serta berhasil menyerap tenaga
kerja dari kelompok perempuan (kemenpppa.go.id)
Jumlah Anggota Rumah Tangga Kepala Rumah Tangga Perempuan
Kondisi Perumahan Kepala Rumah Tangga Perempuan
D. PEREMPUAN DAN KEKERASAN
mengurangi segala macam
bentuk kekerasan dan angka
kematian terkait dimanapun,
termasuk mendukung dan
mendukung masyarakat yang mendorong hukum dan
damai dan inklusif untuk kebijakan non-diskriminatif
pembangunan berkelanjutan, untuk pembangunan
menyediakan akses terhadap berkelanjutan
pembangunan berkelanjutan keadilan bagi semua dan
pemerintah yang sejalan dengan membangun institusi-institusi
tujuan ke-16 dari SDG’s yang efektif, akuntabel dan
inklusif di semua level

Perempuan, sebagaimana laki-laki,


memiliki hak asasi yang sama. berhak
hidup tanpa dihantui rasa takut Rasa
aman dan bebas dari segala bentuk
kekerasan ,prinsip dasar dari konvensi
anti diskriminasi terhadap perempuan
Kekerasan terhadap Perempuan
◦ Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi angka pelaporan
kasus kekerasan terhadap perempuan dewasa di tahun 2019 :
pandemik COVID-19, Isolasi dan pembatasan ruang gerak
masyarakat, aktivitas pendampingan dan layanan korban
kekerasan tidak semaksimal sebelumnya. Perubahan metode
pelaporan dari pelaporan secara langsung menjadi secara dalam
jaringan (daring) tidak mudah diadaptasi oleh masyarakat.
◦ Bukti : sejumlah lembaga baik Lembaga pemerintah maupun
non pemerintah telah melaporkan kenaikan kasus kekerasan
secara signifikan selama pandemik berlangsung yang dominan
merupakan kekerasan yang terjadi di ramah domestik atau pada
jenis kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Jenis Kekerasan terhadap Perempuan

◦ jenis kekerasan yang paling sedikit dialami perempuan korban


kekerasan adalah eksploitasi Hal ini dikarenakan satu orang korban
kekerasan memungkinkan mengalami lebih dari satu jenis kekerasan
◦ kekerasan fisik : perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat
◦ kekerasan psikis : perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
Layanan Korban Kekerasan
◦ Layanan terhadap perempuan yang menjadi korban kekerasan dilakukan sesuai kebutuhan korban :
penanganan pengaduan, pelayanan kesehatan, bantuan hukum, penegakan hukum, rehabilitasi sosial,
reintegrasi sosial, pemulangan dan pendampingan
◦ Tingginya layanan berbentuk bantuan hukum dan penegakan hukum pada korban kekerasan
merefleksikan kesadaran hukum sudah cukup baik diputuskan korban dalam penanganan kasus
kekerasan yang dialami. Karena itu, penguatan pengetahuan tentang hukum dan hak korban tetap penting
dilakukan kepada korban dan kelompok rentan korban kekerasan berbasis gender.
TUGAS !
1. bagi kelompok menjadi 10 kelompok
2. menganalisa salah satu permasalahan di satu tempat:
A. perempuan dan IPTIK
B. perempuan dan kepemimpinan
C. Perempuan dan kepala rumah tangga
D. Perempuan dan kekerasan
Tempat : Lingkungan kerja, lingkungan Pendidikan formal, lingkungan keluarga atau rumah tangga, lingkungan sekitar atau komunitas
3. Dari 4 masalah harus terbahas oleh semua kelompok, jadi 1 masalah bisa dibahas oleh 2 – 3 kelompok dengan tempat yang berbeda
4. Yang dianalisa :
a. Jenis kasus nya
b. Tindakan / penanganan / pelayanan yang diberikan
c. Penyebab kasus terjadi
d. Hambatan dari pemberian layanan / penanganannya
e. Pencegahan untuk kasus tersebut supaya tidak terjadi lagi
5. Dibuat PPT (beri keterangan nama anggota kelompok dan kelas)dikumpulkan ke sipen dan dipresentasikan di minggu depan
6. Dari sipen kirim ke email : annisa.fannisa13@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai