Anda di halaman 1dari 21

Perempuan dan Teknologi; Peran Perempuan dalam Kemajuan Teknologi

Informasi dan Komunikasi untuk Mendukung Kesetaraan Gender

LATAR BELAKANG
Perkembangan peradaban manusia tidak jauh dari adanya peran teknologi dan
manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin berkembang ini dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan yang diiringi dengan perkembangan teknologi digital yang
begitu pesat selama beberapa dekade terakhir. Read Bain (1937) mengatakan jika teknologi
pada umumnya meliputi semua alat, mesin, perkakas, aparat, senjata, perumahan, pakaian,
peranti pengangkut dan komunikasi, dan juga keterampilan, dimaknai dengan ini
memungkinkan kita sebagai seorang manusia dalam gender dapat menghasilkan semua yang
disebutkan.1 Karena teknologi jika dapat diteliti hanya didominasi oleh oleh laki-laki dan
partisipasi perempuan masih sangat rendah. Kemajuan proses teknologi juga menyebabkan
perubahan peran wanita, peran wanita yang sebelumnya hanya di rumah dan menjadi ibu
rumah tangga kini juga berperan sebagai pekerja di sektor industri dan industri lainnya.
Kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan menjadi landasan konsep yang
menegaskan bahwa semua orang, laki-laki dan perempuan, bebas mengembangkan kapasitas
pribadinya dan menentukan pilihan tanpa stereotip, peran gender yang kaku, dan
stereotip. Menurut (Ramlafatma et al, 2020) mengatakan bahwa motivasi yang mendasari
seorang perempuan memilih untuk bekerja diluar rumah bukan hanya sekedar untuk
membantu mencukupi kebutuhan nafkah atau aspek ekonomi saja, seorang perempuan yang
bekerja juga ingin mengembangkan aspek kepribadiannya melalui pekerjaan serta karirnya
dengan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah didapatkannya dari
pendidikan formal dan informalnya.2
Peran perempuan dalam perkembangan teknologi masih minoritas dibandingkan
dengan mayoritas laki-laki yang masih berperan penting dalam teknologi informasi. Hal ini
dapat dilihat dalam sektor publik, di mana peran perempuan di dunia kerja mendominasi di
posisi administrasi seperti pengelolaan email, entri data, pengoperasian komputer, dan
lainnya. Juga tidak banyak wanita yang bekerja sebagai ilmuwan komputer dan

1
"Pengertian Teknologi Menurut Para Ahli|S1 Teknik Informatika S.Kom." http://teknik-informatika-
s1.stekom.ac.id/informasi/baca/Pengertian-Teknologi-Menurut-Para-
Ahli/a11e499ed0f91399988fc7b98c460cdb2769d0bb. diakses pada 10 Maret 2023
2
"Perempuan Dan Perannya Dalam Pengembangan Teknologi ...." 10 Des. 2021, http://journal.iain-
ternate.ac.id/index.php/alwardah/article/download/653/464. diakses pada 10 Maret 2023
pemrograman. Inilah penyebab kesenjangan peran perempuan dalam komputasi dan
bagaimana meningkatkan pemahaman dan peran perempuan di lapangan. Menurut Dholakia
dan Kshetri (2003) dalam Hermana dkk (2007 :1) bahwa sebagai produk sosial, berbagai
teknologi salah satunya internet bersifat tidak bebas nilai atau budaya. Tingkat kompatibilitas
antara nilai dan norma teknologi dengan nilai dan norma yang dianut penggunanya sangat
menentukan pola penggunaan teknologi tersebut.3
Dalam aspek lain yang menjadi salah satu penyebab kesenjangan digital ialah adanya
faktor budaya yang memengaruhi partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di
berbagai tingkatan, yaitu rumah tangga, organisasi dan nasional. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan Republik Indonesia dalam bidang teknologi khususnya ilmu komputer yang
dimana juga sebagai media untuk pengoprasian berbagai manajemen fitur-fitur di dalam
komputer. Eksistensi ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi masih
sangat dekat dengan identitas laki-laki, sedangkan perempuan masih sangat dekat dengan
identitas laki-laki. seringkali hanya objek. Sementara itu, perempuan merupakan hampir
setengah dari penduduk Indonesia, yang merupakan potensi jika adanya penerapan setara
dengan baik. Maka dari itu perlu adanya pembaharuan dan berbagai manfaat yang akan
diterima oleh para perempuan untuk memajukan sektor teknologi informasi dan komunikasi,
pengacuan juga dapat dirasakan dari berbagai gender dengan adanya kesadaran dalam diri
untuk selalu meningkatkan rasa kepedulian yang merata tanpa adanya pembeda-bedaan.

TINJAUAN TEORI
A. Peran perempuan
Berdasarkan pada teori sosial Parson, definisi peran disebut sebagai harapan-harapan
yang diorganisasi antar interaksi tertentu satu sama lain hingga membentuk orientasi
motivasional individu.Hal tersebut bisa terjadi melalui pola-pola budaya serta proses
penggalian jati diri mengenai siapa mereka di hadapan orang lain dan bagaimana
sebaiknya bertindak-tanduk terhadap orang lain.4
Umumnya dalam konstruksi masyarakat Indonesia, pembagian pekerjaan antara laki-
laki dan perempuan telah merefleksikan peran perempuan. Pembagian kerja tersebut
dinilai terlalu subjektif sebab tercipta semata-mata karena perbedaan peran laki-laki
dan perempuan dalam fungsi reproduksi. Analisis peran perempuan bila dilihat dari

3
"PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI." 19 Jun. 2010,
https://journal.uii.ac.id/Snati/article/download/1866/1643/1701. diakses pada 10 Maret 2023
4
John, S. (2011). Sosiologi The Key Concepts.
sisi perspektif posisi mereka dalam urusan pekerjaan produktif tidak langsung
(domestik) dan pekerjaan produktif (publik) adalah sebagai berikut5:
1. Peran Tradisi, memposisikan anak perempuan sesuai kodratnya dalam fungsi
reproduksi (mengurus rumah tangga, melahirkan, mengasuh anak, melayani
suami).
2. Peran transisi, memetakan peran tradisi di atas peran yang lain. Pembagian
tugas dilakukan mengikuti aspirasi gender, namun yang memiliki tugas untuk
mempertahankan keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap dibebankan
pada perempuan
3. Dwiperan, menuntut perempuan dengan tanggung jawab pada dua dunia
sekaligus, atau menempatkan perempuan di antara peran domestik dan publik
dalam posisi sama penting yang mana adalah tanggung jawa perempuan agar
kedua hal itu berjalan harmonis. Keadaan itu barangkali akan membuat
perempuan bisa tegar jika suaminya memberikan dukungan moral, atau justru
malah sebaliknya, dapat memicu keresahan dan menyebabkan konflik jika
suami menunjukan keengganan.
4. Peran egalitarian, menyita waktu dan perhatian perempuan demi kegiatan di
luar. Pemberian dukungan moral serta tingkat afeksi suami terbilang hakiki
untuk menjaga kedamaian serta menjauhi konflik kepentingan pemilahan dan
pendistribusian peran.
5. Peran kontemporer, yaitu dampak yang timbul ketika perempuan memilih
untuk mandiri atas dirinya. Jumlah tipe ini masih belum banyak. Akan tetapi,
tantangan demi tantangan dari dominasi laki-laki atas kaum perempuan
diperkirakan dapat meningkatkan populasinya.
Dalam perkembangannya, peran kajian perempuan terutama pada poin konsep peran
seks menciptakan arti tersendiri. Peran seks diartikan sebagai perangkat sekaligus
ekspektasi yang dihubungkan dengan pemisahan gender, perihal menjadi laki-laki
atau perempuan dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan teori fungsionalisme,
peran seks timbul sebagai cerminan atas norma sosial yang bertahan dan menjadi
pola-pola sosialisasi6. John Naisbitt dan Patricia Aburdune bahkan telah menuliskan
suatu ramalan dalam buku Megatrends 2000 yang terbit di tahun 1982: “Bahwa
5
Indah, I. (2013). Peran-peran perempuan dalam masyarakat. Academica,
5(2).http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2247 diakses pada 10 Maret 2023
6
Indah, I. (2013). Peran-peran perempuan dalam masyarakat. Academica,
5(2).http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2247 Diakses pada 10 Maret 2023
perempuan akan mengambil semua peran dalam berbagai lini kehidupan”. Sebab itu,
diskusi mengenai peran perempuan menjadi menarik, mengingat ramalan tersebut
telah menunjukan kenyataannya di masa kini. Globalisasi dan digitalisasi berhasil
menggiring pada suatu peningkatan kemajuan masif di bidang telekomunikasi dan
elektronika. Hal tersebut tentunya memberikan dampak signifikan pula terhadap
eksistensi perempuan di berbagai sektor kehidupan sosial.
B. Teknologi dan Informasi
Teknologi merupakan kumpulan ilmu yang sudah diciptakan kemudian
dikembangkan menghasilkan suatu alat ataupun mesin teknologi yang dapat
mempermudah suatu pekerjaan yang nantinya suatu teknologi tersebut dapat
mengefisiensikan waktu dan dapat berkembang dalam perkembangan zaman dan
diiringi dengan adanya ilmu baru dalam berbagai aspek kehidupan. Terminologi
Teknologi Informasi (TI) cenderung ke arah teknologi yang difungsikan dalam sarana
transfer informasi maupun pengolahan informasi. TI dipahami sebagai instrumen
mengolah informasi berbasis teknologi komputer. Intinya, Teknologi Informasi
merupakan teknologi yang menggunakan komputer sebagai alat untuk
mengumpulkan, mentransfer serta mengolah informasi agar bermanfaat.
Satu dari banyak TI yang berkembang pesat adalah internet. Penggunaan internet
dunia telah mengalami peningkatan ekstrem dalam satu dasawarsa terakhir, dari 0.4%
di tahun 1995 hingga mencapai 23,33% di tahun 2008.7 Menurut Academy for
Educational Development, akumulasi pembagian pengguna internet berdasarkan jenis
kelamin menunjukan pengguna perempuan hanya di kisaran 22 persen di Asia, 38
persen di Amerika serta 6% di Timur Tengah. Perempuan yang banyak menggunakan
internet lebih banyak dari perkotaan besar, berpendidikan tinggi, serta mayoritas
digunakan dalam hal pekerjaan rutin di perkantoran. Sebagian besar perempuan karir
menggunakan internet dalam pekerjaannya untuk memasukan data, pekerjaan
administrasi serta sebagai alat komunikasi dan aplikasi teknologi informasi.
C. Kesetaraan Gender
1. Pengertian Gender

7
Lestari, R. B. (2010). Pemberdayaan Wanita Melalui Teknologi Informasi (Sebuah Kajian Pustaka). In
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI).https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=PEMBERDAYAAN+WANITA+MELA
LUI+TEKNOLOGI+INFORMASI&btnG= diakses pada 10 maret 2023
Menurut Mochtar (2002), gender didefinisikan sebagai jenis kelamin sosial,
atau terminologi masyarakat untuk menentukan pembagian peran sosial
berdasarkan jenis kelamin. Gender digunakan untuk menyebut kumpulan sifat
yang dibawa kaum laki-laki maupun perempuan yang telah dikonstruksi baik
secara sosial maupun kultural. Walau begitu, gender berbeda dengan seks.
Istilah gender mengarah pada karakterisasi laki-laki dan perempuan yang
berbeda baik itu sifat, status, kedudukan, dan peran dalam kehidupan
bermasyarakat. Sementara itu, seks lebih mendefinisikan ke arah perbedaan
laki-laki dan perempuan dilihat dari jenis kelaminnya secara biologis
khususnya yang berhubungan dengan fungsi reproduksi.8
Gender, seperti yang dinyatakan oleh banyak ahli, merupakan cara pandang
manusia kepada laki-laki dan perempuan yang tidak berlandaskan pada
pemisahan jenis kelamin secara biologis. Istilah gender cenderung lebih
merujuk pada pemisahan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan norma
sosial dan kultural yang berlaku di lingkungan masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengertian gender sejatinya hanyalah suatu pelabelan
masyarakat secara subjektif.

2. Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender menjadi isu utama untuk memajukan peran perempuan
dalam pembangunan di era digital. Padahal, bila ditinjau dari segi kapasitas
intelektualnya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama.
Konsep kesetaraan ini menunjukan bahwa laki-laki dan perempuan selayaknya
memiliki kapasitas, kegemaran, serta kebutuhan yang serupa sehingga
idealnya dua gender tersebut harus memperoleh tingkat pendidikan, kesehatan,
ipasti yang sama pula dalam hal pekerjaan produktif.
Keberadaan studi gender pada hakikatnya memiliki tujuan untuk
menghapuskan ketidakadilan gender yang masih menjamur di lingkungan
masyarakat. Baru dikatakan adil ketika pemberian kesempatan dan kedudukan
laki-laki dan perempuan adalah sama dalam segala hal, tidak bergantung pada
bawaan jenis kelamin.

8
Hajir, M. (2020). Bias Gender Dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Sma Kurikulum 2013 Edisi Revisi
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).http://repository.um-surabaya.ac.id/4832/
Diantara tolak ukur upaya perwujudan kesetaraan gender adalah (1)
Mendiskusikan cara dalam merombak tatanan masyarakat yang
mensegmentasikan peran dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan,
kemudian berupaya untuk menyeimbangkannya, (2) Mengulik kemampuan
dan potensi warga negara, baik itu laki-laki ataupun perempuan agar terlibat
dalam pembangunan masyarakat dan persiapan untuk masa depan, (3)
Memperjuangkan tanpa henti hak asasi manusia untuk menjadi setara dan
diperlakukan secara adil tanpa memandang jenis kelamin mereka, (4)
Mengusahakan penegakan demokrasi pemerintahan yang baik dalam segala
institusi, dengan mulai mengikutsertakan perempuan di tiap jenjangnya, (5)
Menyamaratakan akses pendidikan untuk mencapai keadilan gender, sebab
pendidikan merupakan sarana dalam mentransfer norma, pengetahuan serta
eksplorasi keahlian mereka.9

PEMBAHASAN
Dengan perubahan dunia yang begitu cepat banyak negara yang berlomba-lomba
untuk menciptakan suatu inovasi baru untuk kemudahan hidup manusia dalam kehidupan
bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Suatu negara dapat dibilang maju dan
terpengaruh jika dapat membuat suatu gagasan, ide, ciptaan, dan sumber daya manusia yang
bernilai dan mumpuni, karena bisa bekerja sama, bisa memberikan ekspor yang lebih untuk
negaranya dan bisa membantu negara lain dari keterpurukan dengan pembaharuan teknologi.
Inilah mengapa peran teknologi sangat mempengaruhi suatu negara maupun masyarakatnya.
Dewasa ini, sektor-sektor yang berjalan dibidang teknologi mayoritas masih
disesaki oleh pekerja laki-laki. Peran perempuan di dalamnya masih terbilang minor dan
kerap kali hanya dianggap sebagai peran sekunder. Meskipun persentase pekerja perempuan
secara keseluruhan mengalami kenaikan, namun khusus pada sektor teknologi, jumlahnya
secara signifikan masih terbilang rendah. Dalam survei terbaru tahun 2022, perusahaan besar
yang bergerak dalam bidang teknologi melaporkan representasi perempuan dalam angkatan
kerja mereka berada di kisaran angka 26%.10 Angka tersebut pun sebenarnya telah
mengalami penurunan dari tahun 2020 yaitu sebanyak 2.1%. Melansir dari laporan statistik
perusahaan, pekerja perempuan mengambil peran sebanyak 29% (Microsoft) dan 45%

9
10
Richter, Felix. 2021. “Women’s Representation in Big Tech.” https://www.statista.com/chart/4467/female-
employees-at-tech-companies/ diakses pada 2 Maret 2023 pukul 21.00
(Amazon) dari jumlah keseluruhan angkatan kerja dari perusahaan teknologi terbesar di
Amerika tersebut.

Grafik 1.1
Sumber: Statista.com Female employees at Tech Companies

Rendahnya partisipasi perempuan erat kaitannya dengan keterbatasan kultural dan struktural
dalam pemanfaatan teknologi. Dinding-dinding besar yang mengekang pergerakan
perempuan dalam teknologi baik dalam proses produksi maupun pada aplikasinya tercipta
sebagai akibat budaya patriarki yang terlanjur dinormalisasikan oleh masyarakat. Konstruksi
terbelakang tentang fungsi peran laki-laki dan perempuan inilah yang merupakan bentuk
warisan patriarki yang ironisnya telah didoktrinkan sejak masa sekolah dasar. Pengkotak-
kotakan peran ini kemudian membuat berbagai stereotype melekat pada diri perempuan
dalam berbagai dan sifatnya merugikan. Wacjman (2001) menyatakan bahwa konstruksi
sosial yang cacat terkait karakterisasi perempuan menyebabkan rendahnya partisipasi kaum
perempuan terhadap sains dan teknologi. Perempuan bukanlah tidak mampu mencapai posisi
setara dengan kaum laki-laki. Ini tidak lain merupakan perkara kesalahan sistem kultural
yang sudah kadung menciptakan sekat-sekat yang pada akhirnya menjadi batas koridor bagi
perempuan untuk berkarir. 11

11
Wacjman, J. (2001). Feminisme Versus Teknologi. Sekretariat Bersama Yayasan Perempuan Yogyakarta
(SBPY). Diakses pada 1 Maret 2023 pukul 21.00
Menurut Harraway (2000), perempuan baru bisa dianggap maju apabila berhasil
keluar dari koridor keperempuanan yang dikonstruksi oleh sistem patriarki.12 Agar bisa
setara, perempuan seharusnya juga diberikan kesempatan sebagaimana laki-laki, tidak hanya
dalam hal memanfaatkan teknologi namun juga pada proses menciptakan teknologi13.
Namun, dapatkah kesetaraan di sektor teknologi itu tercapai di negara berkembang seperti
Indonesia?
Menurut Ayu (2017), di negara yang masih bermetamorfosis menuju negara maju
seperti Indonesia, ranah teknologi masih tercermin as man ekstension.14 Sehingga jawaban
untuk pertanyaan diatas akan menjadi sulit dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar,
sebab perempuan di negara berkembang masih memiliki kecenderungan kuat untuk hidup
dalam sistem nilai patriarkal.
Ruang lingkup teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang konteks
dalam penyebaran suatu berita, tulisan, dan kabar. Pekerjaan yang memfokuskan bidang ini
tentunya memang sangat dibutuhkan ketelitian, fokus, dan pemahaman yang mendalam
dalam membidangi teknologi informasi dan komunikasi. Dalam hal ini tidaklah suatu profesi
tersebut hanya didominasi oleh laki-laki saja tetapi perempuan juga bisa bekerja sama dan
dapat juga menyalurkan berbagai ide dan pemikiran perspektifnya untuk menanggapi suatu
masalah yang terjadi. Dengan dukungan yang ada seperti banyak syarat perusahaan yang
sudah menyatakan kesetaraan gender dalam mengampu suatu profesi. Tidak dapat dipungkiri
jika memang kesetaraan gender dalam bekerja haruslah disamaratakan dalam membentuk
lingkup segi struktural kerja yang baik. Sangat tidak adil jika suatu pendapat, ide, dan
gagasan perempuan yang hanya direndam dan didengar seperti angin lalu karena masih
minimnya peran perempuan. Jika suatu lingkup sosial maupun pekerjaan bisa
mengakomodasikan suatu pendapat terutama kaum perempuan pasti akan mendapatkan hasil
pemikiran yang bermacam-macam, karena tidak hanya sudut laki-laki saja yang diterima
tetapi juga sudut pandang perempuan bisa dikolaborasikan dan diterima. Maka yang di dapat
dari banyaknya perspektif dan sudut pandang dari gender yang berbeda maka suatu
permasalahan dapat dihadapi dengan berbagai sebab akibat yang ada.

12
Haraway, D. (2000). A Cyborg Manifesto: Science, Technology, and Socialist-Feminism in the Late
Twentieth Century. Dalam B. M. David Bell, The Cybercultures Reader (hal. 291- 324). London: Routledge.
Diakses 1 Maret 2023 pukul 21.40
13
Sani, A. K., Zulfia, D. L., Nugroho, H. R., & Simbolon, Y. N. (2021). Dampak Kemajuan Teknologi
Komunikasi Terhadap Meningkatnya Pelecehan Seksual Perempuan. Lontar Merah, 4(1), 328-337.
14
Ayu, R. K. (2017). Perempuan pebisnis startup di Indonesia dalam perspektif cybertopia. Jurnal Studi
Komunikasi, 1(2), 116-130.
Jika dilihat dalam segi negara pada bagian Asia Tenggara, pada negara-negara
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan Organisasi perhimpunan
bangsa-bangsa Asia Tenggara. Partisipasi perempuan dalam bekerja juga dilindungi dalam
hukum. Menurut data grafik dari Women, Business, and the Law tahun 2023 yang
dikeluarkan oleh Bank Dunia, pada hari Kamis (2/3/2023). Mendeskripsikan bahwa setiap
negara ASEAN para perempuan dilindungi untuk kesetaraan gender secara hukum sesuai
dengan kemampuan hukum negara.

Grafik 1.2
Sumber: Databoks Indeks kemampuan Hukum negara ASEAN dalam perlindungan Prempuan dan kesetaraan

Dengan data tersebut menyatakan bahwa banyaknya rentang urutan negara dari
bagaimana hukum suatu negara bekerja untuk perlindungan perempuan dan kesetaraan
gender pada lingkungan pekerjaan. Negara Indonesia menurut Women, Business, and the
Law tahun 2023 dirilis oleh Bank Dunia. Dengan poin penilaian dari rentang skor skala 0-
100, Negara Indonesia mendapatkan poin skala 100 diikuti dengan negara lain seperti
Kamboja, Laos, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Data tersebut menandakan jika regulasi
berjalannya hukum untuk perlindungan perempuan sangat baik di bidang lingkungan kerja.
Di sisi lain negara Singapura dan Timor Leste mendapatkan rentang skor 75 poin dari 100.
Negara Malaysia sebanyak 50 poin, negara-negara seperti Brunei Darussalam dan Myanmar
sebanyak 25 poin. Ini merupakan skor data terendah dari negara-negara ASEAN di atas
negara Brunei Darussalam dan Myanmar belum adanya perlindungan hukum pidana
perlindungan perempuan di ruang lingkup pekerjaan.
Melihat dari sisi lain, data tersebut dapat ditinjau bahwa keterlibatan perlindungan
perempuan dalam bekerja sudah sangat ditingkatkan dan maksimal untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman adanya cangkupan kesetaraan gender serta larangan
tindakan pelecehan maupun diskriminasi bagi para perempuan. Dengan cangkupan yang
sangat baik ini juga adanya pidana/perdata khusus untuk perlindungan perempuan di
Indonesia seperti Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) yang
mencangkup banyaknya penanganan perbuatan tidak baik. Dengan aturan yang dibuat oleh
UU TPKS jenis-jenis kekerasan seksual yang lebih luas yaitu:
1. Perbuatan pelecehan seksual fisik
2. Perbuatan pelecehan seksual non fisik
3. Perbuatan pelecehan seksual berbasis digital elektronik
4. Perbuatan kekerasan dalam seksual
5. Perbuatan pemaksaan dalam kontrasepsi
6. Perbuatan pemaksaan dalam sterilisasi
7. Perbuatan Eksploitasi seksual
8. Adanya pemaksaan perkawinan
9. Adanya perbudakan seksual
Menurut data grafik dari Women, Business, and the Law tahun 2023 yang dikeluarkan
oleh Bank Dunia tersebut cara mereka menilai dari setiap negara-negara ASEAN tersebut
dengan cara melakukan riset melalui syarat-syarat dengan sebagai berikut:15

1. Menggabungkan peran kesempatan bekerja di lingkup yang sama antara kerja laki-
laki dan perempuan. Hal ini merupakan hal yang mendasar untuk menciptakan
lingkungan yang menerapkan kesetaraan gender. Dalam peran manusia tidak adanya
tindak membeda-bedakan gender sesuai penempatan kerja yang setiap individu
dapatkan. Dengan cara ini tidak adanya timbul perasaan yang paling berkuasa ataupun

15
"Hukum Perlindungan Perempuan Pekerja RI Tergolong Baik di ...." 8 Mar. 2023,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/08/hukum-perlindungan-perempuan-pekerja-ri-
tergolong-baik-di-asean. Diakses pada 9 Mar. 2023.
perasaan rendah diri, hal lain ini juga bisa mendapatkan ide-ide dari perspektif
banyak orang dan gender yang terkandung di dalamnya.
2. Tidak adanya sikap diskriminasi yang dilakukan pekerja atas gender. Suatu negara
harus selalu memperhatikan bagaimana regulasi tempat yang baik bagi para
rakyatnya. Jika adanya tindakan atau perlakuan yang tidak baik dan juga melanggar
hak asasi manusia maka masyarakat dari negara tersebutlah yang harus dibenahi
dengan adanya pengikatan nilai-nilai penanaman sosial serta dikuatkan dengan hukum
yang jelas dan kuat. Maka terhindar dan terhapuslah nilai-nilai yang mencelakai
seorang gender yang mana mendapatkan tempat yang nyaman dimanapun mereka
berada karena mulai dan berlakunya masyarakat yang sadar akan pengetahuan dan
moral serta penguatan dari hukum-hukum yang sudah berlaku.
3. Adanya undang-undang hukum yang jelas tentang kasus ataupun perbuatan pelecehan
seksual dalam lingkup lingkungan kerja. Jika negara-negara sudah fokus pada
perlindungan perempuan, kesetaraan gender, dan ruang lingkup yang nyaman bagi
para perempuan, peran hukumlah yang juga menentukan apakah suatu hukum
perlindungan tersebut dapat berjalan dengan seharusnya dan dapat diimplementasikan
secara adil bagi perempuan maka diharapkan dengan adanya hukum dan penerapan
hukum itu bisa diterapkan dengan semaksimal mungkin.
4. Pengimplementasian hukum pidana atau adanya ganti rugi perdata. Ganti kerugian
perdata ini merupakan tata cara hukum perdata disebabkan adanya perlakuan
melawan hukum. Jika adanya perlakuan seperti melawan hukum termasuk dalam
kasus perlindungan perempuan, dimana nantinya dapat menimbulkan kerugian pada
orang lain. Ganti rugi perdata mewajibkan orang yang salah dan melawan hukum
yang berlaku dan sudah ditetapkan pada pelaku maka mendapatkan hukuman untuk
mengganti kerugian mengenai korban atau hukum yang diterapkan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang.
Tidak hanya keikutsertaan perempuan saat masa sekarang, penemuan-penemuan
terkemuka untuk pengembagan teknologi informasi dan komunikasi tidak selalu laki-laki.
Kehidupan kerja semakin sadar untuk mempromosikan kesetaraan gender antara peran
pekerja perempuan dan laki-laki. Beberapa perusahaan juga mendorong perempuan untuk
mengambil posisi manajerial di tempat kerja. Posisi manajerial ini memungkinkan bagi
perempuan untuk bisa menjadi perempuan mandiri karena adanya kesempatan hak dan
dorongan dari lingkungan jika seorang perempuan bisa menjadi seorang pemimpin. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), persentase perempuan Indonesia pada posisi senior akan naik
menjadi 32,26 persen pada 2022. Namun, jumlahnya menurun dalam dua tahun terakhir.16

Grafik 1.3
Sumber: databoks Proporsi Perempuan yang bekerja pada Posisi Manjerial (2015-2022)

Dalam grafik tersebut proporsi perempuan Indonesia di posisi senior turun 0,24 poin
persentase dari tahun 2021 yang sebesar 32,5 persen. Jumlah tersebut juga menurun sebesar
33,08% dari tahun 2020. Bahkan, proporsi perempuan Indonesia di posisi kepemimpinan
terus meningkat dari tahun 2015 hingga 2020. Sedangkan menurut provinsi, Sulawesi Utara
memiliki proporsi perempuan yang menjadi pemimpin nasional tertinggi pada tahun 2022,
yaitu sebesar 46,09%. Diikuti oleh Jambi dengan pangsa 45,68 persen perempuan di posisi
manajemen.
Di sisi lain, Bengkulu menjadi provinsi dengan jumlah perempuan yang menjadi
pemimpin nasional paling sedikit pada 2022, hanya 23,2 persen. Berikutnya Kepulauan
Bangka Belitung, dimana 24,09 persen perempuan menduduki posisi manajemen. Diukur dari
tingkat pendidikan, proporsi pengawas wanita adalah sebanyak 42,54% lulusan sarjana
I/II/III. Menurut ini, 40,82% lulusan sekolah dasar, 33,99% siswa sekolah menengah atas,
31,01% siswa sekolah menengah teknik, 30,38% lulusan universitas dan 27,65% lulusan
sekolah menengah bekerja di posisi administrasi. Kemudian proporsi perempuan pada posisi

16
"Proporsi Perempuan yang Bekerja pada Posisi Manajerial Menurun ...." 7 Mar. 2023,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/07/proporsi-perempuan-yang-bekerja-pada-posisi-
manajerial-menurun-dalam-dua-tahun-terakhir. Diakses pada 9 Maret 2023.
administratif di perkotaan akan menjadi 32,71% secara regional pada tahun 2022. Di
pedesaan, proporsi pegawai perempuan pada posisi manajerial adalah 31,02%.
Sejak dahulu dalam sejarah terdapat banyak keikutsertaan peran perempuan bagi
penciptaan teknologi informasi dan komunikasi di berbagai dunia sebagai berikut:
1. Programmer perempuan pertama di dunia bernama Augusta Ada King atau biasa
dikenal sebagai Ada lovelace lahir pada 10 Desember 1815, berasal dari London,
Britania Raya (Inggris). Ada lovelace merupakan seorang penulis dan sejak kecil
handal dalam pelajaran matematika. Dengan ketertarikannya tersebut Ada lovelace
mengaplikasikan kegemarannya dengan mengoptimalkan dan membuat komputer
mekanik dan perangkat lunak. Dalam sejarah Ada lovelace membuat berbagai
perangkat komputer pendukung seperti huruf, simbol dan angka. Ada lovelace juga
handal dalam berbagai cara yang berkaitan dengan algoritma dan metode mesin
komputer.
2. Selain itu terdapat ilmuwan komputer perempuan dari Amerika Serikat yaitu Adele
Goldberg, lahir pada 22 Juli 1945. Sejak kecil Adele tertarik pelajaran program mesin
komputer. Pada tahun 1973 Adele Goldberg bekerja sebagai peneliti dan asisten
laboratorium di perusahaan Pusat Penelitian Xerox Palo Alto Research Center
(PARC). Bersama dengan temannya Alan Kay mereka bekerja sama menciptakan
perangkat lunak pada komputer yaitu bahasa-bahasa pemrograman dinamai Smalltalk-
80 dan juga dalam pembuatan desain layar jendela utama pada komputer. Pada tahun
1995 Adele Goldberg mendirikan sebuah perusahaan bernama Parc Place Systems,
dengan Adele sebagai CEO perusahaan tersebut. Selain itu pada tahun 1999 Ia
mendirikan perusahaan Neometron, Inc. Semua yang Adele kembangkan merupakan
suatu alat perangkat pendukung komputer dan internet.
3. Hedwig Eva Kiesler atau dikenal sebagai Hedy Lamarr merupakan perempuan
penemu teknologi yang saat ini sangat dipentingkan dalam kemudahan internet dan
teknologi. Hedy Lamarr menciptakan WIFI, sampai Lamarr disebut sebagai ibu WIFI.
Awalnya Lamarr dimulai dari menciptakan sebuah sinyal yang bisa terhubung di
suatu perangkat dengan jangkauan tertentu yang dinamai dengan Secret
Communication System. Sistem jaringan yang dibuat dengan sistem komunikasi sama
seperti pemancaran gelombang radio tetapi berbeda konsep. Jaringan WIFI
menggunakan sistem frequency hopping. Dengan cara kerjanya menggunakan
pemancar dan memindai ke penerima frekuensi dengan cara bersamaan. Selain itu
Lamarr juga menciptakan alat komunikasi lainnya yaitu GPS dan Bluetooth.
4. Seorang pencipta Engineer Google pertama yaitu Marissa Mayer, sedari kecil Mayer
tertarik pada mata pelajaran matematika dan sains. Setelah lulus pendidikannya,
Mayer mendapatkan berbagai tawaran pekerjaan, serta mendapatkan tawaran
pekerjaan mengajar di Universitas Carnegie Mellon dan mendapatkan pekerjaan
sebagai konsultasi di perusahaan McKinsey & Company. Sejak tahun 1999 Mayer
tertarik dan masuk pekerjaan di perusahaan Google yang mana bersama rekan kerja
yang lainnya dia bertanggung jawab untuk menekuni laju bidang Google AdWords.
Bidang tersebut adalah sebuah tempat iklan suatu produk yang ingin dipasarkan ke
khalayak ramai dalam teknologi menciptakan perkembangan penjualan secara online
akan mudah lebih terorganisir, akan hal ini Mayer mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat. Mayer juga menjalankan peran yang krusial seperti mengelola Google
Search , Google Images , Google News , Google Maps , Google Books, Google
Product Search , Google Toolbar , dan Gmail.

Kepedulian dalam penanganan terhadap menciptakan kesetaraan dan pemberdayaan


bagi perempuan dalam teknologi merupakan tugas yang memang perlu banyaknya
dikombinasikan terhadap gender laki-laki. Karena dengan itu konstruksi sosial di lingkungan
masyarakat membutuhkan integrasi yang kuat untuk berbagai pengambilan keputusan yang
bisa perempuan lakukan. Sehingga menimbulkan manfaat peran perempuan dalam dunia
teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut:
1. Menciptakan pemahaman kesetaraan gender dan bukan merupakan suatu hal yang
awam bagi masyarakat.
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Badan
Perencanaan Pembangunan (Menteri Pembangunan/Bappenas) menjelaskan bahwa
perempuan memiliki aset, potensi, dan investasi besar untuk Indonesia yang dapat
membuat perbedaan yang sama besarnya bakat dan keterampilan. Selama evolusi
yang lebih terperinci, pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan begitu
erat kaitannya untuk meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. Menurut Survei
Angkatan Kerja 2018 yang diterbitkan BPS adalah laki-laki dalam kehidupan
profesional resmi hampir dua kali lebih tinggi dari wanita. Sayangnya dari dalam 10
tahun terakhir, trasio ini stagnan bahkan untuk perempuan tetap sangat rentan
terhadap guncangan ekonomi. Perspektif lain dari BPS, sekitar 26% pekerja
perempuan adalah pekerja rumah tangga, ditambah beberapa mayoritas karyawan
wanita adalah karyawan dengan kualifikasi profesional menengah atau rendah
proporsinya adalah 89% atau sekitar 43,8 juta orang. Untuk menciptakan perubahan
untuk perempuan, perusahaan harus menyediakan fasilitas yang memungkinkan hal
tersebut perempuan pekerja dengan, misalnya, skema kerja jarak jauh atau hak libur
serupa antara perempuan dan laki-laki dan pekerjaan yang bagus untuk perempuan.
Selain itu, pengaturan pengasuhan anak juga penting agar orang tua tidak terpengaruh
khawatir dengan kondisi anaknya saat bekerja karena memiliki peran ganda sebagai
seorang ibu. Kemudian ada juga kebijakan pemerintah Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (BPSDM) dan mitra dapat memberdayakan peran perempuan dalam
mendukung pertumbuhan industri sekaligus mengurus rumah tangga. Perantara dan
pembentuk karakter generasi muda, dengan kondisi tersebut, Indeks Pemberdayaan
Gender (GPI) dapat naik dan juga meningkatkan partisipasi yang didorong untuk
bekerja bidang teknologi.
2. Keterlibatan perempuan dalam Teknologi informasi dan Komunikasi dapat
meningkatkan sektor ekonomi
Lingkup peran perempuan dalam teknologi di industri Science Science, technology,
Engineering, and Mathematics (STEM) diorganisasikan oleh sekumpulan orang
Indonesia yang disebut sebagai Women IT Awareness (IWITA). Martha Simanjuntak
adalah orang yang mendirikan organisasi tersebut. Dedikasi yang luas untuk
terciptanya negara Indonesia dicakupi oleh orang-orang yang membuka mata akan
teknologi informasi dan komunikasi dengan cara advancement, learning,
implementation dan socialization, Jadi para perempuan mempunyai tempat khusus
untuk menggapai segala impiannya dalam pembangunan ekonomi. IWITA
memaksimalkan akan terbukanya pemikiran kesadaran perempuan tentang berbagai
nilai guna Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk produktivitas dalam diri
melalui bidang teknologi. Kontribusi peran perempuan memberikan peran
pembangunan ekonomi dan kontribusi terhadap sektor yang didominasi oleh kaum
laki-laki.
Grafik 1.4
Sumber: Katadata.co.id Indeks pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia
Andil perempuan dalam kemauannya untuk bekerja secara pemasaran melalui
internet yang berarti juga ikut dalam membantu percepatan arus pertumbuhan
perekonomian di Indonesia. Berdasarkan riset United Nations (UN) Women Juli
2020, sebanyak 54 persen perempuan menjual produknya melalui internet. Pada
tingkat usaha kecil, persentase perempuan yang menggunakan Internet untuk
pengembangan usaha tercatat sebesar 68%, 12% lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(52%). Dalam laporan lain, riset INDEF dan Persada Data Lab 2018 yang didukung
Google menemukan bahwa dalam transaksi ekonomi digital di Indonesia 53% wanita
adalah pembeli dan 36% adalah penjual. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa
jumlah wiraniaga wanita dua kali lipat dari jumlah pemilik bisnis wanita di Indonesia
(15,8%).
Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan harus digalakkan. Kesempatan
yang sama untuk perempuan dengan laki-laki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan berkarir di industri teknologi informasi dan
komunikasi. Untuk itu upaya kesetaraan gender perempuan di bidang ekonomi,
industri kreatif adalah suatu hal yang bisa diselaraskan. Perempuan mendominasi
penyerapan tenaga kerja di sektor industri kreatif. Dalam Laporan Tenaga Kerja
Ekonomi Kreatif, BPS dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melaporkan bahwa
perempuan secara konsisten menjadi pemain kunci dalam industri kreatif dari tahun
2011 hingga 2016. Proporsi perempuan di bidang ini adalah 53,86%. Angka ini cukup
mencolok dibandingkan struktur industri secara keseluruhan, dimana hanya sekitar
37,16% perempuan dan 62,84% laki-laki. Pada 2016, 9,4 juta perempuan bekerja di
ekonomi kreatif.

KESIMPULAN
Perkembangan Teknologi Informasi mengalami akselerasi pesat. Hal tersebut dapat
menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi kaum perempuan untuk memperjuangkan
hak-hak kesetaraannya dalam konstruksi sosial yang masih didominasi budaya patriarki.
Budaya patriarki yang terus akan tertanam pada benak seseorang jika tidak segera diputuskan
melalui penanaman ilmu pengetahuan dan adanya dukungan dari berbagai bidang untuk
menciptakan lingkungan kerja yang adil dan nyaman. Berbagai konstruksi yang terdapat pada
penelitian yang memperlihatkan keterlibatan perempuan dalam keikutsertaan di bidang
teknologi. Jika suatu lingkup sosial maupun pekerjaan bisa mengakomodasikan suatu
pendapat terutama kaum perempuan pasti akan mendapatkan hasil pemikiran yang
bermacam-macam, karena tidak hanya sudut laki-laki saja yang diterima tetapi juga sudut
pandang perempuan bisa dikolaborasikan dan diterima. Maka dari itu saat ini di Indonesia
kebanyakan sudah menerapkan pembagian kerja secara merata karena juga dilihat dari
berbagai kemungkinan sebab akibat yang akan timbul. Dalam hal lain semua tindakan dan
penetapan tersebut juga didukung dengan hukum yang berlaku menyesuaikan setiap negara
memberikan ruang lingkungan bagi perempuan yang bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, R. K. (2017). Perempuan pebisnis startup di Indonesia dalam perspektif


cybertopia. Jurnal Studi Komunikasi, 1(2), 116-130.
Databooks. (2023, 08 Maret) Indeks Kemampuan Hukum Negara ASEAN dalam
Perlindungan Perempuan dan Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja (2023).
Diakses pada 9 Maret 2023 pukul 16:40.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/08/hukum-perlindungan-
perempuan-pekerja-ri-tergolong-baik-di-asean
Databooks. (2023, 07 Maret). Proporsi Perempuan yang Bekerja pada Posisi
Manajerial Menurun dalam Dua Tahun Terakhir (2015-2022). Diakses pukul 9 Maret
2023 pukul 20:10. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/07/proporsi-
perempuan-yang-bekerja-pada-posisi-manajerial-menurun-dalam-dua-tahun-terakhir
Esq, Floo Nicolas. 2022. “Women in Technology: The Problematic Statistics & The
Change Required”.https://www.linkedin.com/pulse/women-technology-problematic-
statistics-change-flo-nicolas-
esq#:~:text=As%20of%202022%2C%20women%20make,women%20are%20most%
20highly%20underrepresented. diakses pada 2 Maret 2023 pukul 20.00
Gramedia blog. 17 Pengertian TIK Menurut Para Ahli, Peran dan Manfaatnya
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-tik/ diakses pada 10 Maret 2023 pukul
21:43
Hajir, M. (2020). Bias Gender Dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Sma Kurikulum
2013 Edisi Revisi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surabaya).http://repository.um-surabaya.ac.id/4832/
Haraway, D. (2000). A Cyborg Manifesto: Science, Technology, and Socialist-Feminism in
the Late Twentieth Century. Dalam B. M. David Bell, The Cybercultures Reader (hal.
291- 324). London: Routledge. Diakses 1 Maret 2023 pukul 21.40
Hewlett, Sylvia Ann; Luce, Carolyn Buck; Sevron Lisa nJ.; Sherbin, Laura; Shiller,
Peggy; Sosnovich, Eytan and Sumberg, Karen. 2008.The Athena Factor: Reversing
the Brain Drain in Science, Engineering, and Technology.Harvard Business
Review.Ibarra, H. 1997. Paving an alternative route: Gender. (2-7) Diakses pada 5
Maret pukul 18:30
Howarth, Josh. 2022. “74+ Shocking Women in Tech Statistics”
https://explodingtopics.com/blog/women-in-tech#sources Diakses 1 Maret 2023 pukul
20.00
Indah, I. (2013). Peran-peran perempuan dalam masyarakat. Academica,
5(2).http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2247
John, S. (2011). Sosiologi The Key Concepts.
Lestari, R. B. (2010). Pemberdayaan Wanita Melalui Teknologi Informasi (Sebuah Kajian
Pustaka). In Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI).https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=PEMBERDA
YAAN+WANITA+MELALUI+TEKNOLOGI+INFORMASI&btnG=
Renggana, Retno Setyowati. (2008). Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Dalam Masyarakat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gender & TIK). e-
Indonesia initiative, 1-5. Diakses pada 26 februari 2023 pukul 19:30
Richter, Felix. 2021. “Women’s Representation in Big Tech.”
https://www.statista.com/chart/4467/female-employees-at-tech-companies/ diakses
pada 2 Maret 2023 pukul 21.00
Sani, A. K., Zulfia, D. L., Nugroho, H. R., & Simbolon, Y. N. (2021). Dampak
Kemajuan Teknologi Komunikasi Terhadap Meningkatnya Pelecehan Seksual
Perempuan. Lontar Merah, 4(1), 328-337.
Siswanto, Victorianus Aries. (2009). Studi Peran Perempuan Dalam Pengembangan Usaha
Kecil Menengah Melalui Teknologi Informasi di Kota Pekalongan. Dinamika
Informatika–Vol I No. 1, 70-75. Diakses pada pukul 2 maret pukul 22:10
Suarmini, Ni Wayan; Zahrok, Siti; Agustin, Dyah Satya Y. (2018) PELUANG DAN
TANTANGAN PERAN PEREMPUAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.
Prosiding SEMATEKSOS 3. UPT PMK Sosial Humaniora, FBMT, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. (2-4) Diakses pada 6 Maret pukul 04:56
https://iptek.its.ac.id/index.php/jps/article/view/4420
Universitas Stekom. (2021, 8 November) Pengertian teknologi menurut para ahli.
http://teknik-informatika-s1.stekom.ac.id/informasi/baca/Pengertian-Teknologi-
Menurut-Para-Ahli/a11e499ed0f91399988fc7b98c460cdb2769d0bb
Wacjman, J. (2001). Feminisme Versus Teknologi. Sekretariat Bersama Yayasan
Perempuan Yogyakarta (SBPY). Diakses pada 1 Maret 2023 pukul 21.00
Y. Hadad, Asmarani Pratama. (2021) Perempuan Dan Perannya Dalam
Pengembangan Teknologi. Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender dan
Agama. Volume : 15 No: 2. (8-12) Diakses pada 5 Maret pukul 19:17
Widjajani, Susi; Rahayu, Flourensia Sapty; Romas, Muslimah Zahro.(2013)
EKSISTENSI WANITA INDONESIA DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI
UNTUK MENDORONG TERCAPAINYA KESETARAAN GENDER DALAM
KARIR. Jurnal Manajemen Informatika. Volume 02 No.1 (1-3) Diakses pada 5 Maret
pukul: 19:44 https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-manajemen-
informatika/article/view/4666

Anda mungkin juga menyukai