Anda di halaman 1dari 56

Pengantar Umum”
Relawan SAPA (Sahabat
Perempuan dan Anak)
mendukung Indikator
oleh:
Kelurahan Ramah Perempuan dan
Peduli Anak BIDANG PEMENUHAN HAK ANAK
Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana
PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
• Banjarbaru
1
: 15 November 2023
Desa/ Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak (D/KRPPA)

Kelurahan/Desa yang mengintegrasikan perspektif gender dan hak


anak dalam tata kelola penyelenggaraan pemerintahan
Kelurahan/desa, pembangunan Kelurahan/desa, serta pembinaan
dan pemberdayaan masyarakat Kelurahan/desa, yang dilakukan secara
terencana, menyeluruh, berkelanjutan, sesuai dengan visi
pembangunan Indonesia.
Total Perempuan dan
Anak 65,2% 43% TINGGAL DI DESA
Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun
2020

Laki-laki
50,58

49,42
Perempuan

Perempuan Laki-laki
Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2020

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


Anak Perempuan : x / y + Anak Laki Laki : x / y
Anak di Provinsi Kalimantan
Selatan (2020)
Total Anak : A. 1.191.784 (27,69%) --- umur sd 14
b. 1.547.081 (35,95%) --- umur sd 19
Total Penduduk : 4.303.979
Data Anak Menurut Umur Gawi Bahimat!
Gawi Semangat!
di Kota Banjarbaru (2020) Gawi
Anak Perempuan : x / y + Anak Laki Laki : x / y Sabarataan!
Banjarbaru
Juara!
Total Anak :

A. 72.535 (26,86%) --- umur sd 14

b. 97.191 (35,99%) --- umur sd 19

Total Penduduk : 270.021


Jumlah Penduduk Kelurahan Guntung Manggis
LATAR BELAKANG SITUASI DAN KONDISI
1. Indonesia ingin memiliki SDM berkualitas dan berdaya saing PEREMPUAN DAN ANAK
• IPM yang mengukur kualitas hidup manusia dari 3 aspek
2. Jumlah penduduk Indonesia 270 juta jiwa 45,9% perempuan
penting yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi
dan 31,6% anak
dimana IPM perempuan 69,19 dan IPM lakilaki 75,98

5
3. kemajuan perempuan menjadi hal yang strategis dalam (BPS, Agustus 2020),
pembangunan dan berkontribusi untuk menentukan • IPG merupakan rasio antara IPM Perempuan dan IPM
kemajuan kualitas penduduk ARAHAN Laki-Laki. IPG sebesar 91,06. Semakin mendekati 100
semakin rendah capaian kesenjangan pembangunan
4. Banyak analisis yang menyatakan bahwa untuk mencapai Peningkatan
PRESIDEN manusia. Kesenjangan capaian laki laki dan perempuan
Pemberdayaan Perempuan
pembangunan yang maksimal, maka perempuan harus maju yang paling menonjol yaitu rata rata pengeluaran
dalam Kewirausahaan yang
dan berperan secara setara dalam pembangunan perkapita prmp 9,2 jt/thn laki laki 15,8 jt/thn (BPS,
Berperspektif Gender
Agustus 2020),
5. Semakin banyak bukti bahwa perempuan dapat
• IDG menilai sejauh mana pemberdayaan gender dalam
menyumbang pada pembangunan sama baiknya dg laki-laki Peningkatan Peran Ibu dan peran aktif di dunia politik, pengambilan keputusan
Keluarga dalam dan ekonomi. IDG 75,57
6. Banyak masalah dapat diselesaikan lebih baik jika
Pendidikan/Pengasuhan • Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan jauh lebih
perempuan berpartisipasi. Penyelesaian konflik akan lebih Anak rendah dari laki-laki, TPAK laki laki 82,41 sedangkan
berhasil manakala perempuan ikut di dalamnya Penurunan Kekerasan perempuan 53,15 (BPS, Agustus 2020)
7. Perencanaan pembangunan menjadi lebih adil dan Terhadap Perempuan dan • Indeks Perlindungan Anak baru mencapai 66, 86%
Anak dimana IPHA 65,52 dan IPKA 73,11 (IPA 2019)
berorientasi pada kesejahteraan manakala perempuan dapat
• 3,73% balita mendapatkan pengasuhan tidak layak dan
berperan secara signifikan
Penurunan Pekerja Anak 4,82% anak tidak tinggal dengan kedua orangtuanya
8. partisipasi yang setara antara perempuan dan laki-laki (IPA 2019)
menjadi kunci kesejahteraan suatu bangsa. Sementara itu, • 1 dari 3 perempuan pernah mengalami kekerasan
selama hidupnya (SPHPN 2016) dan 2 dari 3 anak
kualitas anak-anak kita akan menentukan kemajuan bangsa Pencegahan Perkawinan
mengaku pernah mengalami kekerasan (SPHNAR 2018)
di masa depan dan posisi Indonesia dlm persaingan global • 9.34% Anak berusia 10-17 tahun yang bekerja pada
4. Anak adalah segalanya. Esok pagi, mereka akan tahun 2020 (Sakernas 2020)
menggantikan kita, anaklah yang bisa mewujudkan cita cita • Prevalensi Perkawinan Anak di Indonesia 10,35% yang
dihitung dari perempuan berusia 20-24 tahun
kejayaan bangsa dimasa datang, maka anak harus Perempuan berdaya anak yang menikah sebelum usia 18 tahun sedangkan
mendapatkan perhatian sebesar cita cita tersebut agar terlindungi Indonesia maju target RPJMN 8,74%)
berimbang
ISU PEREMPUAN DAN ANAK
DALAM 5 ARAHAN PRIORITAS
1. Pemberdayaan Perempuan dalam Kewirausahaan yang Berperspektif Gender

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Sebagian besar usaha perempuan merupakan usaha
mikro/skala kecil dan berbasis rumahan, dimana
perempuan jauh lebih rendah dari proporsi perempuan pengusaha semakin kecil seiring
laki- laki (BPS, Agustus 2020) meningkatnya ukuran usaha

Agustus 2020 Perempuan mengalami banyak kesulitan dalam memulai,


mempertahankan dan mengembangkan usaha
dibandingkan laki-laki, diantaranya karena norma gender
yang diskriminatif, tingginya beban pekerjaan
TPAK Laki-Laki 82,41% pengasuhan tak berbayar, rendahnya akses terhadap
asset produktif, kurangnya kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan, sulitnya akses
finansial, kurangnya mentor dan jejaring usaha, serta
TPAK Perempuan 53,13% kebijakan-kebijakan yang tidak ramah gender.

Sumber: UNICEF & UNDP, Adressing Gender Barriers to Entrepreneurship


Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2020 and
Leadership Among Girls and Young Women in South-East Asia (2021)

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


ISU PEREMPUAN DAN ANAK
DALAM 5 ARAHAN PRIORITAS
2. Peran Ibu dan Keluarga dalam Pendidikan/Pengasuhan Anak

3,73% balita 4,82% anak


mendapatkan tidak tinggal
pengasuhan dengan kedua
tidak layak orangtuanya

Sumber:
Indeks Perlindungan Anak (2019)

Pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak di tingkat keluarga belum optimal dan
belum sepenuhnya berbasis hak anak.
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
ISU PEREMPUAN DAN
DALAM 5 ARAHAN
ANAK
PRIORITAS
3. Kekerasan terhadap perempuan dan anak

Survei Pengalaman Hidup


Perempuan Nasional 2016
1 dari 3 perempuan usia 15-64
tahun pernah mengalami kekerasan fisik
dan/atau seksual selama hidupnya

Catatan Tahunan Komnas


Perempuan 2020
Selama 12 tahun terakhir,
kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia meningkat 792% (8x
Survei Nasional Pengalaman
Hidup Anak dan Remaja
2018

Kekerasa Kekerasa Kekerasa


n n n Fisik
Seksual Emosional
1 dari 1 dari 1 dari
17 2 3
1 dari 3 dari 1 dari
11
2 dari 3
5 5
Anak Indonesia Berusia
13-17 Tahun
Mengaku Pernah Mengalami Kekerasan 11

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


Dari 500 responden perempuan
Indonesia berusia 16-25
-
tahun: mengaku pernah
32%mengalami KBGO di media sosial
- 56% pernah atau melihat
anak
perempuan dan
perempuanPLAN
muda lainnya
International Indonesia
mengalami (2020)
KBGO.

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


ISU PEREMPUAN DAN ANAK
DALAM 5 ARAHAN PRIORITAS
4. Pekerja Anak

9,34% anak usia 10-


17 tahun masih bekerja
(Sakernas, 2020)

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


ISU PEREMPUAN DAN ANAK
DALAM5. Perkawinan
5 ARAHAN PRIORITAS
5. Perkawinan Anak
Anak

Prevalensi Perkawinan Anak dihitung dari perempuan berusia 20-24


tahun
yang menikah sebelum usia 18 tahun.

Target RPJMN 2020-2024: 8,74 persen pada akhir tahun


2024
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Kalsel
17,63
20 provinsi
di atas angka
nasional

1 dari 9 perempuan 20-24


tahun menikah di usia
anak

INDONESIA: 11,21%
1,2 JUTA
PERINGKAT 8 DUNIA
Proporsi Perempuan Umur 20-24 Tahun
Yang Berstatus Kawin Sebelum Umur 18
Tahun, Menurut Provinsi, Tahun 2018
Sumber: BPS, 2018
Dampak Perkawinan Anak

Kesehatan Ibu MMR

Anak IMR, Gizi


SDG
Pendidikan Putus Sekolah s
Goal 5.3
kota Desa Sektor Sektor
Formal InFormal

Ekonomi Pekerja Anak 38% 62%

SDGs
58,4% 41,6%

Upah Rendah KEMISKINAN Goal 1, 2, 3, 4,


5, 8, 10, 16

Lainnya KDRT, KTA

Identitas
Sumber: Deputi Bidang TKA, KemenPPPA, 2019
DESA/KELURAHAN RAMAH PEREMPUAN DAN PEDULI ANAK
DIHARAPKAN
MAMPU MENJAWAB DAN MENGIMPLEMENTASIKAN 5
ARAHAN PRESIDEN

1. Desa/Kelurahan berkewajiban menyelenggarakan pemberdayaan perempuan dan


perlindungan anak
2. DKRPPA diharapkan dapat menjadi episentrum baru bagi pembangunan yang berbasis kesetaraan
gender, serta perlindungan hak perempuan dan anak.
3. Jumlah dan peran desa yang sangat besar dalam pembangunan nasional tentunya sangat strategis
untuk dapat diberdayakan dalam mencapai tujuan-tujuan SDGs melalui prinsip no one left behind
INDONESIA RAMAH PEREMPUAN DAN LAYAK
ANAK
PROVINSI
Provinsi 34 RPLA

514
KAB/KOTA
Kab/kota
RPLA
7.20
Kecamatan 1
INDONESI KECAMATAN
RPLA

A 74.96
Desa 1 DESA/
KELURAHAN
Ramah
8.49 Perempuan dan
Peduli Anak
Kelurahan 0

Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2020


PRINSIP PENGEMBANGAN KELURAHAN/DESA RAMAH
PEREMPUAN DAN PEDULI ANAK

Non
Diskriminasi Demokrasi Gotong Royong

Kepentingan
Penghargaan
terbaik bagi Perlakuan khusus
terhadap pandangan
perempuan dan sementara (afirmatif)
perempuan dan anak
anak

8
TATA KELOLA K/DRPPA
Tata Kelola/Input Proses Keluaran Hasil
• Kebijakan Kel/Desa KEGIATAN DRPPA • Cakupan • Tercapainya target SDGs Desa
• Aksesibilitas • Meningkatnya partisipasi
• RPJMdes dan RKPdes perempuan dan anak dalam
• Kualitas
• Proses dan Mekanisme PEREMPUAN proses pembangunan desa
• Kelangsunga • Meningkatnya
• Manajemen dan • Posisi Sosial Budaya
n layanan perempuan wirausaha di
Pengaturan Organisasi • Akses Ekonomi desa
• Pembiayaan • Representasi Politik • Meningkatnya
• Kesehatan keterwakilan perempuan
• SDM • Akses Pendidikan
• Situasi kekerasan di struktur desa maupun
• Sistem Informasi Badan Permusyawaratan
• Penggerakan Desa (BPD)
Masyarakat PERANGKAT DESA • Meningkatnya peran ibu
PENDAMPING DESA dan keluarga dalam
pengasuhan dan
pendidikan anak
ANAK • Adanya upaya khusus
Kelembagaan: • Pemenuhan hak anak Dampak untuk penghentian KTP/A
- Masyarakat DESA • Situasi dan penanganan kekerasan • Adanya solusi bagi
• Masyarakat desa yang
- DINAS PPPA Kab • Kecakapan hidup & pengasuhan
Sejahtera khususnya
penc egahan pekerja anak,
• Perlindungan anak di Desa tidak ada anak
- Dinas PPPA Prov • Norma sosial dan budaya Perempuan dan Anak yang bekerja
• Pembangunan Desa
- KPPPA bermanfaat bagi
• Adanya upaya khusus
untuk penghentian
perempuan dan anak perkawinan analk
Indikator
K/DRPPA
Kelem-
5 AP
bagaan

1. Adanya pengorganisasian perempuan dan 5. % keterwakilan perempuan di Pemdes, BPD, LMD, dan lembaga adat desa
anak di Kel/desa 6. % perempuan wirausaha di desa, utamanya perempuan kepala keluarga,
2. Tersedianya data Kel/desa yang memuat penyintas bencana dan penyintas kekerasan
data pilah tentang perempuan dan anak 7. Terwujudnya sistem pengasuhan berbasis hak anak untuk memastikan
3. Tersedianya Peraturan Desa (Perdes) semua anak ada yang mengasuh baik oleh orang tua kandung, orang tua
tentang DRPPA pengganti maupun pengasuhan berbasis masyarakat melalui pembiayaan
4. Tersedianya pembiayaan dari keuangan dari desa
desa dan pendayagunaan aset desa untuk 8. Tidak ada kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTPA) dan korban
mewujudkan DRPPA melalui tindak pidana perdagangan orang (TPPO)
pemberdayaan perempuan dan 9. Tidak ada pekerja anak
perlindungan anak di Kel/desa 10. Tidak ada anak yang menikah di bawah usia 18 tahun (perkawinan usia
anak)

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


Arahan Presiden ke 1:
Peningkatan Pemberdayaan Perempuan dalam Kewirausahaan
Berperspektif Gender
Definisi AP 1 dalam DRPPA
Adalah peningkatan kepemimpinan Pihak yang Diperkuat
keterampilan
dan perempuan desa
menjadi
untuk perempuan wirausaha 1.Perempuan kepala keluarga
berperspektif gender. 2.Perempuan penyintas bencana
3.Perempuan penyintas kekerasan
Perempuan Wirausaha 4.Perempuan rentan lainnya
Gender adalah
Berperspektif perempuan yang berani 5.Perempuan yang memiliki potensi
berusaha secara mandiri
mengerahkan
dengan segala sumber daya
upaya
dan meliputi kepandaian mengenali Hasil yang Diharapkan
produk baru, menentukan cara produksi
baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya untuk menghasilkan Dengan meningkatnya jumlah perempuan
sesuatu yang bernilai lebih tinggi, dengan wirausaha berperspektif gender di desa
segala risiko yang dihadapi, dan mampu diharapkan semakin banyak perempuan
menjadi pemimpin, pelopor dan inspirator desa yang mampu mandiri secara ekonomi,
bagi perempuan lainnya di desa dalam sehingga kesejahteraan diri dan keluarganya
mewujudkan kesetaraan gender di bidang meningkat, pengasuhan kepada anak lebih
ekonomi, sosial, politik dan hukum, berkualitas, mampu mencegah terjadinya
pemenuhan hak anak, perlindungan hak kekerasan kepada perempuan dan anak,
perempuan, dan perlindungan khusus anak, serta mampu mencegah
menuju keluarga yang berkualitas. perkawinan
terjadinya anak, dan pekerja anak.
Arahan Presiden ke 1:
Peningkatan Pemberdayaan Perempuan dalam Kewirausahaan
Berperspektif Gender
Langkah-langkah untuk
melaksanakannya Praktik baik
1.Pendataan perempuan rentan dan 1. Pelatihan Kewirausahaan Berperspektif
Gender di Kabupaten Kupang,
potensial di desa yang memiliki perempuan dilaksanakan oleh ASPPUK
berminat membuka usaha usaha dan yang 2. Pelatihan Kewirausahaan Berperspektif
2.Pemetaan kondisi keterampilan wirausaha Gender “Sispreneur” Kerjasama
perempuan desa dan potensi daya Kemen PPPA dengan XL Axiata
sumber lingkungan sekitarnya
3.Assessment kebutuhan dari
yang dibutuhkan
keterampilan perempuan desa
4.Pemetaan pihak-pihak yang dapat wirausah Sispreneur
pendanaan
mendukungpelatihan keterampilan wirausaha a 2021
5.Pemetaan pihak-pihak yang dapat melatih Dilaksanakan
kewirausahaan bulan Agustus
6.Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan berperspektif s.d. Desember
gender baik secara mandiri maupun maupun dengan 2021
mengikuti pelatihan oleh pihak lain.
7.Pendampingan usaha Target peserta
8.Monitoring dan evaluasi 1000
perempuan
rentan

Deputi Kesetaraan Gender © 2021


Arahan Presiden ke 1:
Peningkatan Pemberdayaan Perempuan dalam Kepemimpinan Perempuan
Perdesaan

Pihak yang Diperkuat


Seluruh Perempuan Potensial Yang Berada Di
Definisi AP 1 dalam DRPPA Perdesaan, meliputi:
1. Perempuan mantan kepala desa
Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Perdesaan
adalah pembekalan softskill yang ditujukan pada 2. Perempuan yang berada di lembaga masyarakat
para tokoh perempuan yang bertujuan untuk perdesaan (BPD, PKKM, RW, RT, Kepala
meningkatkan peran perempuan dalam proses Dusun/Kampung)
pengambilan keputusan secara keseluruhan 3. Tokoh perempuan perorangan yang memiliki
pengaruh di perdesaan
Posisi perempuan di perdesaan mempunyai
posisi dan peran strategis antara lain
Hasil yang Diharapkan
•Berinteraksi langsung dengan 4.Meningkatnya kualitas perempuan perdesaan agar
komunitas perempuan lain dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan
• Memahami segala kebutuhan, aspirasi politik perdesaan guna mempercepat terwujudnya
dan kesejahteraan yang berkeadilan gender.
kepentingan perempuan di perdesaan 5.Meningkatkan jumlah keterwakilan perempuan di
lembaga musyawaran desa
6. Meningkatkan jumlah perempuan yang memiliki
minat dalam pencalonan kepala desa
Arahan Presiden ke 1:
Peningkatan Pemberdayaan Perempuan dalam Kepemimpinan Perempuan
Perdesaan

Langkah-langkah untuk Praktik baik


melaksanakannya 1.Pelatihan Kepemimpinan perempuan
1. Rapat Persiapan
perdesaan tahun 2019 di 5 Prov dan 11
Kab/Kota oleh PEKKA dan Kapal
Pelaksanaan Kepemimpinan Perempuan di Provinsi Banten, Jabar,
Perempuan Perdesaan Jateng, Jatim dan DIY
2.Pemutakhiran Modul dan Lembar Balik Pelatihan 2.Pelatihan Kepemimpinan perempuan
Kepemimpinan Perempuan Perdesaan perdesaan tahun 2020 di 5 Prov dan 10
Kab/Kota oleh PEKKA dan Kapal
3.Pembekalan Pelatih Kepemimpinan Perempuan Perempuan di Provinsi Jabar, Kalbar, NTT,
Perdesaan NTB dan Sulawesi Barat
4.Bimtek Kepemimpinan Perempuan Perdesaan 3.Pelatihan Kepemimpinan perempuan
5.Pengukuhan Peserta sebagai perdesaan tahun 2021 di 8 Prov dan 17
Kab/Kota oleh PEKKA, Kapal Perempuan,
Perempuan Penggerak Desa Ramah Perempuan Koalisi Perempuan Indonesia dan PPSW
dan Peduli Anak di Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Kepri,
6.Supervisi dan Pendampingan Banten, Bali, Kaltim dan Jabar
Kepemimpinan Perempuan Perdesaan
7. Monitoring dan evaluasi melibatkan pemerintah
daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Arahan Presiden ke
Peran Ibu dan Keluarga
2: dalam pengasukan dan Pendidikan
anak
Pihak yang Diperkuat
Definisi AP 2 dalam DRPPA 1.
3. Orang
Ormastua/pengasuh
berbasis komunitas
2.
4. Kelompok
Toga/Tomaperempuan
Adalah pengasuhan yang tidak terbatas kepada 5. Pemerintah Desa
ibu tetapi juga ayah yang memberikan perlakuan 6. Pemerintah pusat, provinsi/kabupaten/kota
secara setara kepada anak melalui 7. Lembaga masyarakat, dunia usaha dan media
keluarga/keluarga pengganti/berbasis
masyarakat tingkat nasional hingga kabupaten/kota

Pengasuhan yang berperspektif gender dan


pemenuhan hak anak:
Proses penanaman nilai-nilai, prinsip-prinsip, Hasil yang Diharapkan
serta norma kepada anak, melatih kedisiplinan 1. Kebijakan, perencanaan, penganggaran
serta menciptakan lingkungan yang dan layanan public responsive terhadap
memungkinkan anak dapat mengembangkan hak anak
potensi maksimalnya dengan memperhatikan
keberagaman keluarga serta prinsip inklusifitas . 2. Setiap anak Indonesia memiliki akta
kelahiran
3. Infrastruktur dan lingkungan fisik
yang
inklusif

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


Arahan Presiden ke 2:
Peran Ibu dan Keluarga dalam pengasukan dan Pendidikan
anak
Langkah-langkah untuk melaksanakannya

1.Pemetaan situasi anak melalui data sekunder (data


terkait pemenuhan hak anak) maupun data primer (data
pengasuhan alternatif, keterlibatan laki-laki)
2.Perumusan strategi pengasuhan dengan melibatkan
pemangku kepentingan di tingkat desa maupun institusi Praktik baik
social yang lebih luas. 1. Pengasuhan Gotong Royong, anak
3.Penguatan kapasitas bagi pendamping desa oleh dampingan buruh migran di Tanoker
fasilitator nasional dan fasilitator daerah oleh komunitas Ledok Ombo,
4.Koordinasi antar berbagai pihak, koordinasi horizontal Kabupaten Jember
(antara berbagai pihak di tingkat desa atau daerah), 2. Pengasuhan bagi anak korban konflik
ataupun koordinasi vertikal (antar berbagai tingkat oleh LAPAN, Maluku
pemerintahan).
5.Pelaksanaan kegiatan dan menggalang dukungan dan
kontribusi dari berbagai unsur masyarakat yang
memampukan peran-peran pengasuhan bisa berjalan
dengan baik.
6.Pendampingan AP2 bagi pendamping oleh
desa fasilitator nasional dan fasilitator daerah
7.Monitoring dan evaluasi
47
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Arahan Presiden ke 3:
Penurunan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Pihak yang Diperkuat


Definisi Operasional dalam DRPPA
1.Perempuan dan anak
2.Aparatur Desa
Kekerasan terhadap perempuan dan anak 3.Kader/Relawan
PATBM 4.Forum Anak
(KtP/KtA) adalah setiap tindakan yang Desa 5.Kader PKK
6.Tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat
berakibat atau mungkin berakibat 7.Babinsa dan Babinkamtibmas
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, penelantaran,
termasuk ancaman tertentu, Hasil yang Diharapkan
perampasan tindakan secara
1.Menurunnya jumlah perempuan dan anak
sewenang-wenang,kemerdekaan
baik terjadi korban kekerasan di desa
yang depan umum, atau 2.Tersedianya mekanisme deteksi dini,
pengaduan dan monitoring penanganan kasus
dalam pribadi di KtP/KtA
kehidupan

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


Arahan Presiden ke 3:
Penurunan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Langkah-langkah untuk melaksanakannya
1.Pendataan dan analisis kondisi perempuan dan anak Praktik baik
yang mengalami salah satu bentuk kekerasan di desa 1. Tersedianya Pergub Kepulauan Riau
2.Pengembangan media KIE pencegahan KtP/KtA melalui tentang Penyelenggaraan
berbagai media yang sesuai dengan kondisi desa Kelurahan/Desa Bebas Kekerasan
3.Sosialisasi dan edukasi tentang KtP/KtA melalui forum thd Perempuan dan Anak
kemasyarakat dan keagamaan yang tersedia di desa 2. Terbentuknya desa ramah anak
4.Penyusunan Perdes tentang Perlindungan Perempuan bebas pornografi, bebas eksploitasi
dan Anak dari Kekerasan dan bebas kekerasan di 25 desa
5.Pelatihan kader PATBM, Forum Anak, PKK, dan unsur 3. Terbentuknya desa bebas KDRT
masyarakat lainnya tentang deteksi dini KtP/KtA dan 4. Terbentuknya kelompok perempuan
pendampingan korban agen perdamaian
6.Pertemuan rutin PATBM, Forum Anak, PKK, dan unsur 5. Terbentuknya PATBM di 1921 Desa
masyarakat lainnya dengan didukung 21164 kader
7. Penyediaan layanan pengaduan, pendampingan 6. Aktivitas Forum Anak Desa sebagai
dan pelopor dan pelapor
monitoring penanganan kasus KtP/KtA
8.Monitoring dan evaluasi

49
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Arahan Presiden ke 4:
Penurunan Pekerja
Anak
Pihak yang Diperkuat
1. Masyarakat Desa, termasuk anak
Definisi Operasional dalam DRPPA 2. Aparatur Desa
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
1.Anak yang bekerja adalah anak yang melakukan 4. Kader/Relawan PATBM
pekerjaan dalam rangka membantu orang tua, belajar
tanggung jawab, melatih disiplin, dan tidak ada unsur 5. Forum Anak Desa
eksploitasi di dalamnya 6. Kader PKK
7. Tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh
Indikator “Anak yang bekerja” adalah: masyarakat
• Pekerjaan dilakukan dalam rangka membantu orang
tua 8. Babinsa dan Babinkamtibmas
•Ada unsur pelatihan Pendidikan dan pelatihan
keterampilan
•Hak anak atas Pendidikan, Kesehatan, Keselamatan
dan waktu luang tidak terganggu Hasil yang Diharapkan
2.Pekerja Anak adalah setiap anak yang melakukan
pekerjaan yang memiliki sifat dan instensitas yang 9.Menurunnya jumlah anak usia < 12 tahun yang
dapat mengganggu pendidikan, kegiatan bermain dan bekerja
waktu istirahat, membahayakan keselamatan dan 10.Menurunnya jumlah pekerja anak dan BPTA
Kesehatan, serta menghambat tumbuh kembangnya
3.Tersedianya mekanisme monitoring
dan remediasi pekerja anak di desa

Rapat Koordinasi DRPPA 2021


Arahan Presiden ke 4:
Penurunan Pekerja
Anak
Langkah-langkah untuk melaksanakannya
Praktik baik
1.Pendataan anak yang bekerja, pekerja anak dan BPTA di 1. Penghapusan pekerja anak di
desa pertanian tembakau di Desa Wakan
2.Analisis kondisi keluarga dari pekerja anak dan Desa Pandan Wangi Lombok Timur
3.Assessment kebutuhan remediasi pekerja anak 2. Penghapusan pekerja anak di
4.Penyusunan Perdes tentang Desa Bebas Pekerja Anak perkebunan kakao di 7 desa di Sulsel,
5.Penyediaan ruang rekreasi perempuan dan anak dan Lampung, dan Sumbar
kegiatan sosial lainnya yang positif dan edukatif
6.Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga
pekerja anak dan menarik pekerja anak kembali ke
sekolah
7.Pelatihan kader PATBM, Forum Anak, PKK, aparatur
desa dan unsur masyarakat lainnya tentang system
monitoring dan remediasi pekerja anak
8.Penyediaan layanan pengaduan dan pendampingan
pekerja anak, termasuk remediasi
9.Pertemuan rutin PATBM, Forum Anak, PKK, dan unsur
masyarakat lainnya
10. Monitoring dan evaluasi

51
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Program Penurunan Pekerja Anak di Desa

DEFINISI ANAK YANG BEKERJA


Anak yang bekerja adalah anak yang melakukan
pekerjaan dalam rangka membantu orang tua,
belajar tanggung jawab, melatih disiplin, dan tidak
ada unsur eksploitasi di dalamnya

Indikator “Anak yang bekerja” adalah:


•Pekerjaan dalam rangka membantu
dilakukan orang tua
•Ada unsur Pendidikan dan
pelatihan pelatihan
keterampilan Sumber : kemenaker.go.id
•Keselamatan
Hak anakdan atas
waktu luang tidak terganggu.
Pendidikan,
Rapat Koordinasi DRPPA 2021 Kesehatan,
Program Pencegahan Pekerja Anak (2)

DEFINISI PEKERJA ANAK


Pekerja Anak adalah setiap anak yang melakukan pekerjaan
yang memiliki sifat dan instensitas yang dapat mengganggu
pendidikan, kegiatan bermain dan waktu istirahat,
membahayakan keselamatan dan Kesehatan, serta
menghambat tumbuh kembangnya
Indikator “Pekerja Anak” adalah:
• Anak bekerja setiap hari
• Anak tereksploitasi baik secara fisik maupun psikis
• Anak bekerja pada waktu yang Panjang
•Hak anak atas Pendidikan, Kesehatan, Keselamatan dan waktu
luang terganggu

Sumber : kemenaker.go.id
53
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Arahan Presiden ke 5:
Pencegahan Perkawinan
Anak
Definisi AP 5 Persentase perempuan umur 20 - 24 tahun yang usia kawin
dalam pertama
atau usia hidup bersama pertama sebelum umur 18 tahun
DRPPA

Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Guru, Forum


Pihak yang Anak Desa/Karang Taruna Desa dan Tokoh Penggerak PKK
diperkuat /Penggerak Perempuan Desa, sebagai “Aktor Penggerak”
Pencegahan Perkawinan Anak

1. Peraturan Desa tentang Pencegahan Perkawinan Anak


2. Penurunan jumlah kasus perkawinan anak
3. Peningkatan jumlah anak yang ikut berpartisipasi dalam Forum Anak Desa sebagai pelopor dan
Hasil yang pelapor Cegah Perkawinan Anak
Diharapkan 4.
5.
Peningkatan Forum Keluarga sebagai pelopor dan pelapor Cegah Perkawinan Anak
Peningkatan peran masyarakat/Kelompok Perlindungan Anak Desa/PATBM dalam Pencegahan
Perkawinan Anak
Arahan Presiden ke 5:
Pencegahan Perkawinan
Anak
Langkah-langkah untuk melaksanakannya Langkah-langkah untuk melaksanakannya
1.Penyusunan pendataan pendududk usia kawin di bawah 9.Membangun Gerakan Desa “Nikahkan Anak Minimal Umur
18 tahun 19 Tahun”
2.Pemetaan sumberdaya desa, perwakilan masyarakat: 10.Peningkatan kapasitas Forum Anak Desa sbg 2P (Pelopor
Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Guru, dan Pelapor) dalam pencegahan perkawinan anak
Forum Anak Desa/Karang Taruna Desa dan Tokoh 11.Sosialisasi kesehatan reproduksi, makan gizi seimbang, pola
Penggerak PKK /Penggerak Perempuan Desa, sebagai hidup sehat dan pertemanan sehat bagi remaja oleh Forum
“Aktor Penggerak” Pencegahan Perkawinan Anak Anak Desa kepada kelompok-kelompok anak di desa
3.Penetapan Forum Rembug Desa untuk membangun 12.Kampanye Forum Anak Desa untuk anak-anak di desa
koordinasi Desa tentang Pencegahan Perkawinan Anak (misalnya: aku pilih
4. Penetapan atau pengintegrasian pencegahan sekolah daripada nikah usia anak, ayo raih cita-cita, jangan
perkawinan nikah usia anak, dll).
anak ke dalam Peraturan Desa 13.Membangun koordinasi pendampingan bagi yang sudah
5.Peningkatan kapasitas Forum Rembug Desa tentang menikah pada usia anak dalam Forum Rembug Desa
Pencegahan Perkawinan Anak 14.Melakukan pendampingan oleh perangkat Desa terkait
6.Peningkatan kapasitas Kader Desa tentang Pencegahan keberlanjutan pendidikan baik SMP dan SMA, layanan
Perkawinan Anak kesehatan reproduksi bagi anak perempuan yang melahirkan
7. Peningkatan kapasitas keluarga dalam Pencegahan ke puskesmas serta pendampingan edukasi keluarga baik anak
Perkawinan Anak ybs maupun orang tua agar tidak terjadi perkawinan anak
8.Membangun pengintegrasian tempat pelaporan adanya kembali
kasus perkawinan anak 38
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Arahan Presiden ke 5:
Pencegahan Perkawinan
Anak

Praktik baik
1.Provinsi, Kab/Kota menyusun STRADA dan PERDA Pencegahan
Perkawinan Anak antara lain PERDA PPA Prov.Jambi, PERDA PPA Dari
Prov NTB yang sangat progresif dengan mecantumkan sanksi adnistrasi
maupun pidana bagi aparat Desa,
2.Prov Kalsel menetapkan Rencana Aksi Daerah Pencegahan Perkawinan
Anak dengan intervensi sampai tingkat Desa
3.PERDES yang menerapkan sangsi sosial di wilayahnya, contoh PERDES
di Kab. Bone
4.Kab. Lombok Timur telah menetapkan 314 Peraturan Desa terkait PPA
5.DESA Woro Kec. Karagan Kab Rembang menetapkan PERDES dengan
sanksi bagi orang tua yang melakukan praktek perkawinan anak dengan
mendapat tegoran keras dan menghadiri persidangan di desa

39
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Arahan Presiden ke 5:
Pencegahan Perkawinan
Anak
CONTOH Sosialisasi Dan edukasi tiap
Penyiapan Dana Desa untuk
KEGIATAN kerja KPAD(Kelompok
minggu ke orang tua dan
anak, serta masyarakat
Perlindungan Anak
tentang bahayanya
DESA)/PATBM tercantum
perkawinan anak dalam
dalam program percepatan
hajatan, selapanan (acara
penurunan kemiskinan
Desa)

Pemberian akses pekerjaan


FAD bergerak bersama
dengan keahlian yang
untuk sosialisasi dan
sesuai kebutuhan bagi anak
edukasi
yang akan dinikahkan ,
agar menunda
perkawinannnya
40
Rapat Koordinasi DRPPA 2021
Kelurahan/Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
(DRPPA)

Kelurahan/Desa yang mengintegrasikan perspektif


gender dan hak anak dalam tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan/desa,
pembangunan Kelurahan/desa, serta pembinaan
dan pemberdayaan masyarakat Kelurahan/desa,
yang dilakukan secara terencana, menyeluruh,
berkelanjutan, sesuai dengan visi pembangunan
Indonesia.
Relawan SAPA

• Penggerak SAPA: Relawan SAPA


• Relawan SAPA adalah orang-orang yang memiliki
kepedulian dan menyatakaan kesediaan untuk
melakukan perubahan sosial dalam rangka
mewujudkan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di desa
SAPA DESA/KELURAHAN
1. MAKSUD DAN TUJUAN
2. SASARAN KEGIATAN
3. TINGKAT KEGIATAN
4. DASAR HUKUM
5. PRINSIP PELAKSANAAN
6. TAHAP-ALUR
PERUBAHAN
7. KERANGKA KERJA SAPA
SASARAN KEGIATAN

MASYARAKAT

KELUARGA

INDIVIDU
(anak, remaja dan dewasa)
TINGKAT KEGIATAN
DASAR HUKUM
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.

UU 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU 23 tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak, terutama pasal 72 yang mempertegas peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.


Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat.
PRINSIP PELAKSANAAN
 Non Diskriminasi; Prinsip ini menjamin setiap orang setara, memiliki hak dan diperlakukan
sama.
 Demokrasi; Semua orang memiliki kebebasan untuk terlibat mewujudkan DKRPPA.
 Tidak ada toleransi kekerasan terhadap perempuan dan anak;
 Penghargaan terhadap keberagaman dan kemajemukan; SAPA merupakan masyarakat
yang mengakui, terbuka, menghormati dan menghargai perbedaan individu atau kelompok
atas dasar agama dan keyakinan, suku, ras, ideologi, jenis kelamin, kelas sosial, suku
bangsa, warna kulit, bentuk tubuh, kondisi fisik dan mental, usia, status perkawinan,
pekerjaan, golongan dan pandangan politik.
 Penghargaan terhadap pandangan perempuan dan anak; Pandangan perempuan dan anak
yang lahir dari pengalaman hidupnya sehari-hari adalah pengetahuan yang nilainya setara
dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal.
 Kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak; DKRPPA meyakini bahwa yang
mengetahui kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak adalah perempuan dan anak itu
sendiri.
 Perlakuan khusus sementara (Afirmative Action); Prinsip ini terintegrasi dalam setiap
proses pembangunan di desa, baik tata kelola pemerintahan desa/kelurahan, proses
pengambilan keputusan di desa serta kehidupan sosial masyarakat desa.
1. Terbangunnya
kesetaraan gender
TAHAP – ALUR PERUBAHAN dalam keluarga
2. Terwujudnya
pengasuhan anak yang
MODAL SOSIAL sesuai dengan
perkembangan anak
3. Meningkatnya
Memperkuat kemampuan anak dan
Membangun Mengembangkan perempuan untuk
Norma-norma Jaringan Sosial
kepercayaan sosial Sosial
mengartikulasikan
kepentingannya dalam
kegiatan masyarakat
4. Terbangunnya norma
sosial yang mendukung
SEPANJANG HAYAT penghapusan kekerasan
berbasis gender
Persiapan SAPA
Pengaturan • Konsolidasi tim Relawan SAPA
Organisasi • Menyatukan arah: visi, misi, tujuan, ruang lingkup kegiatan (setip misi), nilai dasar,
lambang, tata tertib
• Menyusun struktur, uraian tugas & pembagian tugas.
SDM • Mengusulkan legalitas Tim dengan SK Kepala Desa/ kelurahan
• Mempersiapkan jaringan
Pembiayaan • Identifikasi & rekruitmen relawan SAPA
• Sosialisasi SAPA kepada relawan (oleh fasilitator)
Perlengkapan • Pelatihan bagi Relawan Sapa & Penyusunan RTL
• Konsolidasi penguatan komitmen & persiapan elaksanaan RTL/tugas sesuai struktur.

Informasi • Identifikasi peluang sumber dana


• Mempelajari pola, prosedur & waktu pendanaan
Penggerakan • Mengurutkan prioritas sumber dana & merancang kegiatan penggalangan dana.
• Menyiapan mekanismen pemeriksaan, form pencatatan
Masyarakat
Persiapan SAPA
Pengaturan • Identifikasi perlengkapan: spt ATK, buku-buku panduan/modul/bahan edukasi,
Organisasi peralatan komputrer, sarana tempat sekretariat.
• Identifikasi & penyiapan mekanisme pengadaan (pembelian/peminjaman/subangan
SDM • Penyiapan mekanismen pengelolaan iformasi: Profil SAPA, profil relawan,
permasalahan, rencana, pelaksanaan kegiatan, daftar hadir, laporan kasus, dokumen
foto/vedeo.
Pembiayaan • Penyiapan form-form
• Penyiapan bahan-bahan edukasi
• Penyiapan media komunikasi berbagi informasi
Perlengkapan • Mencatat kegiatan persiapan

Informasi • Sosialisasi SAPA kepada masyarakat Des: membangun penerimaan, kepercayaan,


dukungan dan kepedulian melalui forum-forum pertemuan/ kegiatan, kunjungan,
peyebaran media cetak (leaflet/poster, melalui media digital, getok tular
Penggerakan • Kerjasama dengan tokoh masyarakat
Masyarakat
Peran Pemerintah Kelurahan/Desa

Memfasilitasi terbentuknya Tim Relawan SAPA dan akses mereka terhadap


Pengembangan kapasitas
Menyediakan konsultasi
Dukungan legalitas/ pengesahan (SK) Tim Relawan SAPA
Ikut mensosialisasi SAPA
Dukungan pengembangan jaringan kerja SAPA
Dukungan sarana dan prasarana untuk kegiatan SAPA.
SAPA DESA/KELURAHAN
adalah sebuah pengorganisasian sosial yang didasarkan pada
jaringan, norma atau kepercayaan di antara anggotanya yang
memfasilitasi kerja sama dan kordinasi untuk mewujudkan
kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di tingkat desa/kelurahan.

SAPA dibentuk berdasarkan inisiatif masyarakat untuk mendukung


terwujudnya Kelurahan/Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
(DRPPA)
MODAL SOSIAL
Implementasi DRPPA sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat yang
merupakan modal sosial (social capital) yang diharapkan mampu mendukung
terwujudnya desa yang aman dan inklusi khususnya bagi perempuan dan anak.

Modal sosial didefinisikan sebagai suatu pengorganisasi sosial, seperti


kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi.

Modal sosial mengacu pada hubungan antara individu-individu serta jaringan sosial
dan norma-norma juga kepercayaan sehingga dapat dikatakan bahwa jejaring sosial
tersebut memiliki nilai dan kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan
kelompok (Putnam, 1993).
Hubungan Sosial

SAPA Kelurahan/Desa dalam pelaksanaannya kemudian dapat


dipahami melalui hubungan sosial yang dibangun dalam
kehidupan bermasyarakat di desa. Hubungan sosial terdiri dari
a) Bonding (ikatan)
b) Bridging (menjembatani)
c) Linking (menghubungkan)
MODAL SOSIAL: Pola-pola hubungan dukungan sosial untuk mendukung terwujudnya DKRPPA

Layanan OPD Swasta LSM


Perguruan Tinggi Kelembagaan Desa
Sosial/kesehatan

LINKING BONDING
BRIDGING

Sakti Peksos Forum Anak


Pendamping Desa
PKK

TINGKAT
MASYARAKAT
(Desa)
Satgas PPA S A P A: Posyandu
PATBM Relawan

Anda mungkin juga menyukai