Anda di halaman 1dari 34

PENGEMBANGAN MODEL

PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
TERINTEGRASI KESEHATAN
REPRODUKSI UNTUK
PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU

1
Outline
PRASASTI
A. Latar Belakang
B. Pembelajaran dari Daerah Pilot
C. Maksud dan Tujuan
D. Lingkup Kegiatan
E. Kebijakan dan Regulasi
F. Kelembagaan
G. Peningkatan Kapasitas
H. Pemantauan, Evaluasi, Pembelajaran
I. Pengakhiran Program dan Keberlanjutan

Photo by Angela Roma from Pexels 2


A.
LATAR BELAKANG

3
MASALAH TERKAIT KEMATIAN IBU
Peran Pemimpin dalam Percepatan Penurunan AKI di Indonesia
Latar Belakang (1)

50 Tahun Kematian Ibu merupakan Agenda


Pembangunan yang tidak terselesaikan Saat ini di Indonesia masih terjadi
di Indonesia dan telah menelan jiwa 6.000-8.000 kematian ibu setiap
sekurangnya 400.000 Ibu Indonesia tahunnya;
400.000 Ibu dalam kurun waktu 50 tahun;

Penyebab Kematian Ibu sangat kompleks Keberhasilan meraih sukses target SDGs
dan upaya penurunannya melibatkan pada tahun 2030 membutuhkan upaya
peran berbagai institusi lintas sektoral penurunan AKI sebesar dua-pertiga dari
(Kementerian/Lembaga/Organisasi angka kematian ibu di tahun 2015
Profesi) baik di Tingkat Pemerintahan dengan laju penurunan AKI sebesar
Pusat dan Tingkat Pemerintahan Daerah 15,5% per-tahun
MASALAH TERKAIT KEMATIAN IBU
Latar Belakang (2)

Pada Era Desentralisasi dan Otonomi


Perlu upaya untuk percepatan penurunan Daerah, pembekalan kapasitas Pimpinan
AKI sebesar 3 (tiga) kali lebih tinggi Tertinggi Daerah dalam memahami akar
dibandingkan upaya yang telah dilakukan masalah Kematian Ibu berperan sangat
dalam 30 tahun terahir; vital dan terbukti dapat menihilkan AKI;

Indonesia membutuhan Peran


Pemimpin Masa Depan untuk
RPJMN Pengendalian Kematian Ibu
2020 meniadakan Kematian Ibu yang dapat
2024 merupakan Program Prioritas dalam
dihindari, sehingga Ibu dapat terus
Agenda Pembangunan Pemerintah
berperan menyiapkan Generasi Muda
Indonesia tahun 2020-2024;
Indonesia yang tangguh
MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI
• Angka Kematian Ibu 305/100.000 KH(1) 30.8 % Perempuan usia 20-24 tahun menikah
Persentase Infeksi HIV tertinggi (Juli-Sept 2019)(7):
• Angka Kematian Bayi 24/1000 KH(2) sebelum usia 18 tahun(2)
umur 25-49 thn (70,7%), 20-24 thn (15,6%)

KEK(3) Hamil 4 Terlalu (Riskesdas 2013)


• WUS 15-49 th : 31,8% Terlalu muda & Terlalu tua 32,5%,
• ibu hamil : 17,3% Terlalu dekat 9% Rasio HIV pada laki-laki dan perempuan 2:1
Terlalu banyak 32,4% Rasio AIDS pada laki-laki dan perempuan 4:1
Kehamilan tidak diinginkan Rasio IMS pada laki-laki dan perempuan(7) 2:1
ANEMIA(3) 7% (SDKI 2017)
•pada perempuan: 23,9%
•pada Ibu Hamil: 48,9%
Faktor risiko HIV tertinggi (Juli-Sept 2019)(7):
heteroseksual (78%), LSL (14%), pengguna jarum suntik tidak
pada perempuan(3): steril pada penasun (3%), biseksual (1%)
Hipertensi 36,85%,Hepatitis 0,39%, DM 1,,78%; Jantung
1,6%, TB 0,4%; , Obesitas 29% pd umur >18
TFR ASFR 15-19 Unmet need
348.446 perempuan 2,4(2) 36% (2) 11% (2)
mengalami kekerasan(5)

1 dari 3 perempuan 15-56 thn mengalami kekerasan fisik 15.915 ibu rumah tangga AIDS dan menempati urutan tertinggi kedua (berdasarkan jumlah
dan/atau seksual oleh pasangan dan selain pasangan(6) kumulatif AIDS menurut pekerjaan/status)(7)

Ketidaksetaraan Gender:
Keterbatasan
Persepsi Budaya Kondisi Geografis Diskriminasi, Subordinasi, Rentan Mengalami Kekerasan, Peran Ganda
Sosial-Ekonomi

(7) (8) Globocan 2018


(1) SUPAS 2015 (2) SDKI 2017 (3) Riskesdas 2018 (4) (5) CATAHU 2018 (6) Laporan Perkembangan HIV AIDS dan PIMS
Riskesdas 2010 SPHPN 2016
Triwulan III Tahun 2018
B.
PEMBELAJARAN DARI
DAERAH PILOT

7
4. Pemanfaatan
Pembelajaran Program Nasional
teknologi dan informasi 3. Mendorong adanya sistem
layanan yang komprehensif
• Integrated Malaria and Maternal
and Child Health (MiP-MCH)
Program oleh UNICEF (2006 – 2017)
• Expanding Maternal and Neonatal
Survival (EMAS) program oleh Praktik Baik
USAID (2011 – 2017)
• Program JALIN oleh USAID (2017- 2. Mendorong kolaborasi
2021) 1. Mendorong capaian
lintas sektor, baik dalam
• DTPS-KIBBLA, Kemenkes (sejak masing-masing
perencanaan maupun
2003) komponen
implementasi program

Pembelajaran
▪ Bappeda kabupaten sebagai leading ▪ Merespon budaya yang berlaku di
sector daerah setempat
• Pengembangan model integrasi ▪ Perencanaan dan Penganggaran ▪ Penganggaran dan upaya mendorong
program Keluarga Berencana dan Berbasis Data/Bukti dan digunakan alokasi APBDesa
Kesehatan Ibu berbasis hak dengan sebagai bahan advokasi ▪ Inisiatif pemanfaatan teknologi informasi
pendekatan bridging leadership ▪ Advokasi kepada pemegang untuk integrasi data dan dukungan
• Ujicoba dilakukan di tiga (3) Praktik Baik kebijakan layanan
kab/kota: Lahat, Malang, Aceh ▪ Keterlibatan lintas-sektor/kemitraan
Barat selama 2018-2019
C.
MAKSUD DAN TUJUAN

9
Maksud? “PRASASTI bertujuan untuk
memberikan kontribusi
RPJMN 2020 - 2024 terhadap penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI)
Tujuan?
▪ Melibatkan partisipasi berbagai pihak dan menstimulasi Pemerintah Daerah dalam mewujudkan
komitmen dalam meningkatkan pelayanan Kesehatan Reproduksi yang dituangkan dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran daerah secara terpadu;
▪ Mengimplementasikan dokumen perencanaan terintegrasi program Kesehatan Reproduksi dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu;
▪ Meningkatkan peran provinsi dan kabupaten/kota melalui pendampingan berjenjang dalam
mewujudkan peningkatan akses dan layanan kesehatan reproduksi yang berkelanjutan.
D.
LINGKUP KEGIATAN

12
Teori perubahan dalam perencanaan dan penganggaran terintegrasi kesehatan
reproduksi untuk penurunan AKI:

Pendekatan yang
Diusulkan:
Masalah yang harus Advokasi untuk
diatasi: meningkatkan komitmen Keluaran:
Hasil: Dampak:
dengan menggunakan Dokumen Perencanaan dan
Pendekatan "Futuring Peningkatan kualitas dan Kontribusi
Program Kesehatan Penganggaran Terintegrasi
Leadership" akses terhadap layanan terhadap
Reproduksi di Program Kesehatan
Kesehatan Reproduksi penurunan AKI
kabupaten/kota Pendampingan dan fasilitasi Reproduksi
yang tidak efektif lapangan untuk
Perencanaan dan
Penganggaran Terintegrasi

Ruang Lingkup dan Bentuk Kegiatan


• Peningkatan awareness dan keterlibatan para pengambil kebijakan melalui advokasi
kepemimpinan masa depan melalui kegiatan peningkatan kapasitas.
• Pendampingan teknis dalam menyusun perencanaan dan penganggaran program
terintegrasi.
• Advokasi (terkait isu kesehatan reproduksi untuk menurunkan AKI serta dalam
pengalokasian anggarannya).
Komponen Utama
I Komponen advokasi Kepemimpinan Masa Depan II Perencanaan dan penganggaran terintegrasi
Komponen advokasi Kepemimpinan Masa Depan
I

Pendekatan Advokasi
Kepemimpinan Masa
Depan melalui
pemahaman peran
kepemimpinan
(Leadership), kepemilikan
(Ownership), kepemilikan
bersama (Co-Ownership)
dan kreasi bersama (Co-
Creation).
Strategi Advokasi Percepatan Penurunan AKI
Pendekatan Kepemimpinan Masa-Depan untuk Pimpinan Eksekutif Pemerintahan Daerah Kabupaten-Kota
A C o n t i n u u m I m p r o v e m e n t
Strategi Pendekatan Advokasi P r o g r a m

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tim Trainer & Coaches : Executive Leadership Training & Coaching

Tim Supporting : Perencanaan & Anggaran Berbasis Bukti

Dokumen Tercapainya
Pelatihan Eksekutif Coaching Eksekutif Rencana & Anggaran Program Sasaran
Futuring Leadership Futuring Leadership Percepatan Penurunan AKI Percepatan
berbasis Bukti Penurunan Aki

Supervisi Penyusunan
Analisa Situasi Daerah
Rencana & Anggaran Program
(Tim Pelatih, Pembimbing
Percepatan Penurunan AKI
& Coaches)
berbasis Bukti
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN TERINTEGRASI
KESEHATAN REPRODUKSI (PPT-KESPRO)
Perencanaan dan Penganggaran Terintegrasi Kesehatan Reproduksi (PPT-KESPRO) dalam upaya penurunan AKI adalah suatu
bentuk perencanaan dan penganggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu di kabupaten/ kota yang dilaksanakan oleh
tim perencana dan penganggaran yang terdiri dari stakeholder terkait (multipihak) yang bekerja secara terintegritas.

Proses perencanaan tersebut mengikuti proses


perencanaan daerah dan dalam pelaksanaannya
memerlukan data berkualitas dari stakeholder
sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada
di kabupaten/kota.

Proses penganggaran mengikuti peraturan PAGU


daerah dan nasional.

Disamping sebagai dokumen tersendiri, hasil


PPT-KESPRO juga masuk ke masing masing
perencanaan dan penganggaran SKPD sektor
terkait.

Dilaksanakan sebelum SKPD membuat


perencanaan (Renja SKPD)
MENGAPA HARUS PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN
TERINTEGRASI?
Koordinasi Antar Stakeholders Program
Kespro Di Daerah Masih Lemah (Lintas Keterpaduan Mulai Dari Tahap Prakondisi
Program Maupun Lintas Sektor) S/D Monev

Pendekatan Teknokratis Yang Sudah


Baik Dalam Perencanaan & Anggaran Keterpaduan Antara 2 Tim Pelaksana (Tim
Kia Ternyata Kurang Diimbangi/ perencana Yang Teknokratis Dan Tim
Terintegrasi Dengan Pendekatan Advokasi Untuk Pendekatan Politis)
Politisnya

Keterpaduan Pengelolaan Faktor Risiko


Sesuai Dengan Pendekatan Continum Of
Sesuai Fase Tumbuh Kembang Atau Siklus
Care Yang Mulai Dianut Oleh Kemenkes
Hidup Ibu & Anak
LIFECYCLE APPROACH DALAM PENURUNAN AKI
• Revitalisasi UKS
• Penguatan Kelembagaan TP UKS
• Penundaan Usia Perkawinan • Pemberian PMT Anak Sekolah
• Penambahan Puskesmas PKPR • Penggunaan Rapor Kesehatan
• Pemberian Tablet Tambah Darah • Penguatan SDM Puskesmas
• Pendidikan Kespro di Sekolah
• Konseling HIV/Aids, NAPZA, Gizi dll
• Revitalisasi Posyandu
• Penguatan Kelembagaan
POKJANAL
• Transformasi Buku KIA – KMS
Remaja • Penguatan Kader Posyandu
Anak usia sekolah • PMT Balita

Balita
• Pelayanan Kespro Catin
• GP2SP – wanita perkerja
• Pemberian Imunisasi dan TTD
• Konseling KB Pra marital PENDEKATAN • Pelayanan Nifas ,Jaminan Mutu
• Konseling Gizi Seimbang KF
• Skrining PUS SIAP Hamil SIKLUS Bufas(dan ibu
• Konseling Asi Eksklusif
• Pelayanan KB Pasca Persalinan
HIDUP menyusui) (KBPP)
• Pemberian MP ASI
Dewasa
muda dan
PUS

Hamil dan Janin Ibu Bersalin


• Jaminan Mutu ANC Terpadu
• Rumah Tunggu Kelahiran
• Konseling IMD & KB Pasca Persalinan
• Penyediaan Buku KIA
• Persalinan di Faskes -4-6 tangan
• Kelas Ibu Hamil
• Audit Maternal Perinatal
• PMT Bumil
• Rumah Tunggu Kelahiran
• P4K
• Gadar Mat-Neo
• Gadar Matneo
• PONED-PONEK
PENCEGAHAN AKI
MASALAH KESPRO DENGAN KESPRO BKKBN (Genre)

KB/KESPRO DAN GENDER: PENCEGAHAN KOMPLIKASI: Kemenkes (PKPR)


1. UNWANTED PREGNANCY 1. PENINGKATAN KESPRO REMAJA
2. 4 TERLALU KOMPLIKASI KEHAMILAN, 2. KERJASAMA LINTAS SEKTOR Kemenag (SUSCATIN)
3. PENGETAHUAN KESPRO PERSALINAN DAN NIFAS (+ 15% TERKAIT PENINGKATAN KESPRO
4. PENYAKIT HIV/AIDS KEHAMILAN) 3. PERBAIKAN KUALITAS
5. KB RENDAH—CU/PUS PELAYANAN KESPRO BNPB (PPAM
6. KDRT

Kemen PPPA (Pengarus


PENYEBAB TIDAK PENYEBAB utamaan gender)
TARGET LANGSUNG (22,8%) LANGSUNG
(77,2%)

50 % Pusk di kab/kota
menyelenggarakan pel catin(514
kab/kota)
Mendukung Penurunan AKI, AKB dan

1 PT di setiap provinsi ANGKA SASARAN


KEMATIAN Program PKPR, posyandu remaja,
Pusk mampu memberikan pel KBPP :
100%;TFR: 2,1; mCPR : 63,4;
IBU (AKI) GenRe, program tablet tambah darah Program P4K dan
perencanaaan KB
Unmetneed : 7,4 (TTD) serta pendidikaan dan konsultasi
pasca persalinan
kesehatan reproduksi serta HIV/AIDS
50% RS pemerintah melakukan AVM

Tersedianya RS yang mampu


melakukan pel aborsi atas indikasi Remaja (usia sekolah) Ibu hamil-nifas
stunting

100% kab/kota IRBII tinggi Calon Pengantin Kespro Bencana


terorientasi
Pasangan Usia Subur
4 Puskesmas per kab/kota
(PUS)
Intervensi terkait Kespro yg

(390 Kab/Kota) Program SUSCATIN, Program Paket


perlu mendapat perhatian

ANALISIS SUMBATAN konsultasi kesetaraan Pelayanan Awal


100% prop tersosialisasi P2GP SEMUA PROGRAM Minimum (PPAM)
gender mencegah Program P4K dan
100% prop tersosialisasi pada UNGGULAN KESPRO? KDRT. perencanaaan KB pasca
kelompok khusus persalinan serta
konsultasi kesetaraan
Tersedianya sistem pencegahan dan gender mencegah KDRT
penanganan Infertilitas
TAHAP PELAKSANAAN
Peningkatan
Tahun Implementasi 2022 – 2025 Akses dan
Layanan
T4 Kesehatan
Reproduksi
T3
T2 1. Pelaksanaan kegiatan
1. Integrasi Dokumen pelayanan Kesehatan
T1 Reproduksi
Perencanaan dan
Penyusunan dan Finalisasi Penganggaran ke 2. Pemantauan
Dokumen Perencanaan pelaksanaan model
1. Komitmen dalam RPJMD
dan Penganggaran 2. Pengalokasian layanan
Bupati/Walikota 3. Evaluasi pelaksanaan
2. Peningkatan Terintegrasi Perencanaan dan
Penganggaran model layanan
kapasitas advokasi
“Futuring Terintegrasi dalam
Leadership” APBD
3. Peningkatan
kapasitas
Perencanaan dan
Penganggaran
Program Terintegrasi

Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 - 2025


E.
ASPEK KEBIJAKAN DAN
REGULASI

22
Kebijakan di tingkat Pusat Kebijakan di tingkat Provinsi Kebijakan di tingkat Kab/Kota

Peraturan Presiden Peraturan Gubernur Peraturan Bupati/Walikota


(on-process) atau sesuai kebutuhan daerah, atau sesuai kebutuhan daerah,
difokuskan pada pembentukan tim difokuskan mendukung
Dokumen pendukung operasional:
pengelola program tingkat provinsi pelaksanaan dan pembiayaan
▪ RPJMN 2020 - 2024
dengan peran utama adalah integrasi program dan kegiatan
▪ Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk
mengoordinasikan, mensinergikan, dan pencantuman integrasi
Kesehatan Ibu Tahun 2016 – 2030
dan mengevaluasi program dalam RPJM Daerah
▪ Strategi Keluarga Berencana Berbasis Hak
penyelenggaraan program dan disusunnya RAD dan CIP
Tahun 2016 – 2020
▪ National Costed Implementation Plan
Keluarga Berencana Berbasis Hak (atau
Rencana Pembiayaan Implementasi
Nasional/CIP)

Aspek kebijakan akan menjadi dasar


untuk pelaksanaan perencanaan dan
penganggaran terintegrasi program
kesehatan reproduksi. Oleh karena itu,
harus dipastikan program memiliki
payung hukum untuk mendukung
keberlanjutan dari sisi kelembagaan,
penganggaran, dan kegiatan.
F.
ASPEK KELEMBAGAAN

24
Kelembagaan di tingkat Pusat

Table 4. Usulan Tim Koordinasi Program tingkat Pusat

Penanggung Jawab: Kementerian PPN/Bappenas – Deputi Bidang Pembangunan


Tim Koordinasi tingkat Pusat dapat Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan
berfokus pada peran Ketua/Koordinator: Kementerian PPN/Bappenas – Direktur Keluarga, Perempuan,
pengembangan program, Anak, Pemuda dan Olahraga
peningkatan kapasitas, advokasi, Wakil Ketua: Kementerian PPN/Bappenas – Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Koordinator Teknis I
konsolidasi pendanaan, serta
Kementerian Kesehatan – Direktur Kesehatan Keluarga
pemantauan dan evaluasi. Koordinator Teknis II
BKKBN – Direktur Bina Kesehatan Reproduksi
Pada tahun 2016, Bappenas telah Anggota:
Kementerian Dalam Negeri
mengeluarkan Surat Keputusan
Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak
mengenai “Tim Koordinasi Inisiatif Kementerian/Lembaga terkait lainnya seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian
Perencanaan dan Pelaksanaan Agama, Kementerian Desa dan PDTT dan lainnya
Keluarga Berencana Berbasis Hak Asosiasi profesi seperti IDI, POGI, dan IBI
Terintegrasi” (Keputusan Deputi Lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan/kepemudaan dan organisasi
(BAPPENAS) No 56/2016) → dapat keagamaan
Champions Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan Remaja
direvitalisasi dan diperkuat
Koalisi Kependudukan Indonesia
Akademisi dan pihak Universitas
Media mass
Kelembagaan di tingkat Provinsi

Tabel Usulan Tim Koordinasi Program tingkat Provinsi


Penanggung Jawab: Gubernur
Ketua/Koordinator: Sekretaris Daerah 01 Mengadvokasi Walikota/Bupati dan pihak terkait
Wakil Ketua: BAPPEDA Provinsi lainnya, khususnya untuk menerbitkan
Koordinator Teknis I kebijakan/aturan, pembiayaan dan keberlanjutan
Dinas Kesehatan Provinsi
program;
Koordinator Teknis II
BKKBN Perwakilan Provinsi 02 Mendampingi kabupaten/kota dalam menyusun
Anggota: perencanaan dan penganggaran terintegrasi dalam
Dinas Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak
PERAN
bentuk dokumen perencanaan dan penganggaran
OPD/Lembaga terkait lainnya seperti Badan Penanggulangan Bencana
daerah yang partisipatif dan responsif terhadap
Daerah, Badan Pusat Statistik, Kantor Wilayah Agama, Dinas DAN
Pemberdayaan Masyarakat Desa kebutuhan daerah;
Direktur Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya
03 Mendampingi implementasi integrasi program,
Asosiasi profesi di tingkat provinsi seperti IDI, POGI, dan IBI FUNGSI
termasuk membentuk/merevitalisasi dan
Direktur Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
Lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan/kepemudaan mengawal tim teknis pelaksana program di tingkat
dan organisasi keagamaan kabupaten/kota;
Champions Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu
Tokoh Masyarakat/Agama/Adat 04 Melakukan pemantauan pelaksanaan integrasi
Akademisi dan Universitas program secara berjenjang dan partisipatif.
Media massa
Kelembagaan di tingkat Kab/Kota

Tabel Usulan Tim Koordinasi Program tingkat Kabupaten/Kota


Penanggung Jawab: Bupati/Walikota 01 Mengadvokasi pihak terkait khususnya untuk
Ketua/Koordinator: Sekretaris Daerah menerbitkan kebijakan/aturan dan pembiayaan
Wakil Ketua: BAPPEDA Kabupaten/Kota yang mendukung serta keberlanjutan integrasi
Koordinator Teknis I (Komponen HIV/AIDS, Kekerasan Berbasis Gender, program;
Kedaruratan dan Bencana)
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 02 Menyusun perencanaan dalam bentuk Rencana
Koordinator Teknis II (Komponen KB, Kesehatan Reproduksi Remaja) Aksi Daerah dan penganggaran dalam bentuk
OPD KB
Costed Implementation Plan integrasi program yang
Anggota: PERAN
UPT Puskesmas partisipatif dan merespon kebutuhan daerah;
Dinas Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak
OPD/Lembaga terkait lainnya seperti Badan Penanggulangan Bencana DAN 03 Mengoordinir dan mendampingi implementasi
Daerah, Badan Pusat Statistik, Kantor Wilayah Agama, Dinas Pemberdayaan integrasi program, termasuk
Masyarakat Desa membentuk/merevitalisasi dan mengawal tim
Direktur Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya FUNGSI teknis pelaksana program dari tingkat
Asosiasi profesi di tingkat provinsi seperti IDI, POGI, dan IBI kabupaten/kota hingga desa (misalnya pos
Direktur Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
komando atau yang lainnya sesuai kesepakatan
Lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan/kepemudaan
dan organisasi keagamaan daerah);
Champions Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu
Tokoh Masyarakat/Agama/Adat
04 Melakukan pemantauan pelaksanaan integrasi
Media massa program secara berjenjang dan partisipatif.
G.
ASPEK PENINGKATAN
KAPASITAS

28
Metode Blended-Learning, menggunakan 4 kanal
pembelajaran:

Pelatihan tatap muka atau pelatihan


1
berjenjang

Pendampingan teknis/langsung dari


2 tenaga ahli/konsultan/fasilitator

Buddy system dengan menggunakan


3 platform/aplikasi TIK

Pembelajaran e-learning atau


4 pembelajaran mandiri berbasis website

MATERI YANG DIBUTUHKAN

01 02 03
Materi penyusunan strategi Materi perencanaan dan Materi mekanisme
advokasi dengan pendekatan penganggaran pemantauan dan
futuring leadership terintegrasi evaluasi
H.
ASPEK PEMANTAUAN,
EVALUASI, PEMBELAJARAN

30
KONSEP PEMANTAUAN DAN EVALUASI INSTRUMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantauan dan evaluasi rencana kerja advokasi


▪ Peningkatan dan optimalisasi penyelenggaraan program,
peningkatan kinerja, akuntabilitas, transparansi, dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tahapan kegiatan
pengetahuan dan pembelajaran. advokasi dan keluaran dari setiap kegiatan advokasi
▪ Pemanfaatan sistem pengumpulan dan pelaporan data
yang telah ada, termasuk data BPS, data Pemantauan dan evaluasi perencanaan dan
Kementerian/Lembaga/OPD di semua tingkat penganggaran
pemerintahan, sistem anggaran nasional dan daerah, dimulai dari sisi input, yaitu perumusan/perencanaan pembiayaan;
sistem perencanaan dan pemantauan elektronik process, yaitu kegiatan dan pengambilan keputusan mengenai item-
item pembiayaan, serta output hingga pembelanjaan atau
pemerintah.
expenditure.
▪ Pemantauan dilakukan secara berjenjang dan berkala
untuk melakukan verifikasi data ke daerah.
Pemantauan dan evaluasi rencana aksi kegiatan

untuk mengetahui keberhasilan dan pembelajaran dalam tahapan-


tahapan implementasi program.
I.
ASPEK PENGAKHIRAN
PROGRAM DAN
KEBERLANJUTAN
32
Fokus utama keberlanjutan adalah
untuk memberdayakan semua pihak Komitmen pemerintah Kelembagaan kelompok kerja dan
secara sistematis dan terstruktur daerah tim pengelola program
dalam rangka optimalisasi
Kebijakan di berbagai macam Kebijakan yang memuat
perencanaan dan penganggaran
tingkatan pemerintahan ini kelembagaan harus mencantumkan
terintegrasi program kesehatan
dapat disesuaikan dan terus susunan pengurus, tugas, pokok dan
reproduksi.
diperbaharui sesuai dengan fungsi, hingga uraian deskripsi kerja.
dinamika di daerah Peningkatan kapasitas juga
sebaiknya diprioritaskan

Optimalisasi Pembiayaan Kegiatan berbagi pembelajaran


(cross-learning) berkala
Tim pengelola program harus Untuk mendorong kinerja daerah
mampu menjaga dan serta dapat saling mempelajari
mengusahakan sumber-sumber potensi-potensi baik dari sisi strategi
pendanan baik berasal dari APBN, program hingga pembiayaan untuk
APBD, Dana Desa, hingga potensi meningkatkan capaian program
dukungan dari mitra swasta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai