Anda di halaman 1dari 37

MEMPERKUAT KETAHANAN REMAJA

DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Disampaikan oleh Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN
pada “Dialog Membangun Remaja Inovatif, Mandiri, Responsif, dan Berdaya Saing di Era Revolusi Industri 4.0”,
di Banten, 03 September 2019 yang diselenggarakan oleh Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI)
Bersiapa Menghadapi Bonus Demografi

 Bonus demografi adalah keuntungan ekonomi yang disebabkan oleh menurunnya rasio
ketergantungan sebagai hasil proses penurunan fertilitas jangka panjang;
 Tahun 1971 setiap keluarga memiliki 5 - 6 orang anak, menjadi 2 – 3 anak per keluarga sejak
tahun 2003.
Menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk nonproduktif (usia kurang dari 15 tahun
dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun)

usia kurang dari 15 tahun usia 15-64 tahun 65 tahun ke atas


Penurunan proporsi penduduk muda mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan
kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya, untuk memacu pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga
kapan Bonus Demografi terjadi?
TIGA PROYEKSI WAKTU
PROYEKSI PENDUDUK 2010 – 2035 PROYEKSI PENDUDUK 2015 – 2045 PROYEKSI PENDUDUK 2015 – 2045
dengan TFR dijaga 2,1 dengan TFR menurun
Puncak tahun 2030 Puncak tahun 2021 Puncak tahun 2022
Dependency ratio sebesar 46,9 Dependency ratio sebesar 45,42 Dependency ratio sebesar 45,44
Tahun berakhir 2043 Tahun berakhir 2037 Tahun berakhir 2041
1 2 3
MALAPETAKA DEMOGRAFI

Struktur usia penduduk yang menguntungkan tersebut akan berubah menjadi malapetaka
demografi manakala negara gagal meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta gagal
memperluas lanskap lapangan kerja untuk angkatan kerja yang jumlahnya melimpah. Mereka
akan menjadi tekanan penduduk dan tekanan sosial politik.
SDM BERKUALITAS: PRASRAYAT MEMETIK BONUS
Meningkatkan produktivitas pekerja:  Produktivitas tinggi meningkatkan upah
 Peningkatan modal manusia/SDM  Upah pekerja meningkatkan konsumsi dan investasi
 Memberikan kesempatan kerja  Konsumsi dan investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi
Presiden Joko Widodo
Pidato sidang bersama DPR RI dan DPD RI di komplek Parlemen


Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Momentumnya adalah sekarang tatkala


kita antara 2020 hingga 2024, berada di
puncak periode bonus demografi. Jika kita
lebih fokus mengembangkan kualitas SDM
dan menggunakan cara-cara baru maka


saya yakin bonus demografi menjadi
bonus lompatan kemajuan
Sumber Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Saat ini terdapat 1,8 Milyar remaja di dunia.
Itu merupakan jumlah remaja yang paling besar dalam sejarah dunia

sumber: www.thelancet.com
jumlah remaja (usia 10 – 24 tahun) sebesar 63 juta jiwa
atau sekitar 26 persen dari total penduduk Indonesia

sumber: Sensus Penduduk 2010


600 JUTA MENGHILANG
Sekitar 600 juta gadis di seluruh dunia “menghilang” dari agenda
Pembangunan karena menghadapi banyak kerentanan seperti
ketidaksetaraan gender, kekurangan gizi, pernikahan anak, dan
kehamilan usia remaja.
sumber: www.un.org
 Perilaku berpacaran dapat
meningkat menjadi kontak PERILAKU PACARAN
seksual. Tahapan kontak Perilaku dalam pacaran pada remaja
seksual pada remaja: usia 15-24 tahun, SDKI 2017
sentuhan, pacaran tanpa
berciuman, berciuman,
meraba bagian sensitif
(payudara hingga alat
kelamin), dan hubungan
seksual (Carey et al, 2009).
 Perilaku pacaran yang
mengarah pada kontak
seksual yaitu cium bibir dan
meraba/ diraba pada wanita
maupun pria kelompok 20-24
tahun dan tinggal di
perkotaan merupakan yang
tertinggi.
HUBUNGAN SEKSUAL PERTAMA
 Persentase kelompok umur
15 – 19 tahun, baik pria Umur pada saat melakukan hubungan seksual
maupun wanita merupakan pertama kali pada remaja usia 15-24 tahun, SDKI 2017
kelompok umur paling
tinggi yang melakukan
hubungan seksual pertama
kali (masing-masing 59%
dan 74%)

 Pria cenderung melakukan


hubungan seksual pertama
kali pada umur yang lebih
muda daripada wanita
 Persentase wanita kelompok KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
umur 15-19 yang melaporkan
kehamilan tidak diinginkan dua Kehamilan tidak diinginkan pada remaja
kali lebih besar (16%) usia 15-24 tahun, SDKI 2017
dibandingkan kelompok umur
20-24 (8%).
 Persentase wanita (21%) dan
pria (10%) dengan pendidikan
tidak tamat SMA paling tinggi
melaporkan kehamilan tidak
diinginkan
 Persentase wanita di perdesaan
yang melaporkan pernah
mengalami kejadian kehamilan
tidak diinginkan hampir 2 kali
lebih besar (16%) dibanding
wanita di perkotaan (9%)
Kehamilan remaja erat dikaitkan dengan kehamilan tidak diinginkan (KTD), seringkali KTD diakhiri
dengan usaha menggugurkan kandungannya untuk menghindari rasa malu dan sanksi masyarakat.
Kehamilan pada remaja (umur 10-19) berisiko terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
eklampsi dan puerperal endometritis yang merupakan salah satu penyebab kematian maternal di
dunia. Demikian juga jika terjadi pengguguran yang tidak aman (WHO, 2018).
 Kehamilan tidak diinginkan, TINDAKAN TERHADAP KTD
berisiko terhadap komplikasi
Persentase wanita dan pria belum kawin umur 15-24
kehamilan dan upaya
dengan pengalaman sendiri/pasangannya yang mengalami
pengguguran kandungan
kehamilan tidak diinginkan, SDKI 2017
 11% wanita dan 7% pria yang
pasangannya mengalami 52

kehamilan tidak diinginkan 39


33
 Jika dirinya/ pasangannya 29
mengalami KTD, 52% pria dan
15% wanita belum kawin umur 15
10
8 8
15-24 memilih untuk 5
2
menggugurkan kandungan,
meskipun terdapat 29% pria dan Melanjutkan Berusaha Menggugurkan Keguguran Tidak tahu/ missing
kehamilan menggugurkan kehamilan
39% wanita di umur yang sama kehamilan tetapi
yang memilih untuk gagal
melanjutkan kehamilannya WANITA PRIA
TREN ASFR 15 – 19 TAHUN
Angka kelahiran pada perempuan kelompok usia 15 – 19 tahun di antara
1000 wanita (ASFR 15-19), SDKI 1991-2017
67
61 62
51 51 48
36

SDKI 1991 SDKI SDKI SDKI SDKI SDKI SDKI


1994 1997 2002/03 2007 2012 2017
Hasil studi di 55 negara berpendapatan menengah dan
rendah menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu
saat melahirkan dengan angka kejadian stunting: makin
muda usia ibu saat melahirkan, makin besar
kemungkinannya untuk melahirkan anak yang stunting
(Finlay, Ozaltin and Canning, 2011).
Tingginya fertilitas usia remaja merupakan alarm peringatan dini adanya ancaman (1) tingginya
fertilitas secara umum, (2) rapuhnya ketahanan dan kesejahteraan keluarga, dan (3) tidak
terwujudnya keluarga yang berkualitas.
Indonesia merupakan salah satu dari
negara-negara yang berkomitmen
untuk mencapai Sustainable
Development Goals 2016-2030

Target 3.7 Tujuan 3


tentang Kehidupan
yang Sehat dan
Target 5.3 Tujuan 5 tentang Sejahtera
Kesetaraan Gender dan
Pemberdayaan Perempuan Angka kelahiran
pada perempuan
Median usia kawin pertama kelompok umur
perempuan pernah kawin umur (ASFR) 15-19 tahun
25-49 tahun
IPP terdiri dri 5 Domain: (1) pendidikan, (2) kesehatan dan
kesejahteraan, (3) lapangan dan kesempatan kerja, (4)
partisipasi dan kepemimpinan, dan (5) gender dan
diskriminasi; dan 15 Indikator, dua di antaranya adalah
“Remaja perempuan sedang hamil”, dan “Perkawinan
usia anak”
PERLUNYA KETAHANAN PADA REMAJA

Ketahanan remaja adalah sebuah kondisi yang menggambarkan


kemampuan seorang remaja untuk mengendalikan diri, menghindari diri,
dan menolak segala perilaku negatif yang dapat merugikan dirinya dan
orang lain serta menyebabkan dirinya tidak mampu melewati 5 (lima)
transisi kehidupan remaja
Memiliki ketahanan diri untuk tidak
melakukan pernikahan dini (menikah
sebelum usia 21 tahun terutama untuk
perempuan), hubungan seksual sebelum
nikah, dan penyalahgunaan NAPZA
Aspek ketahanan diri
1. regulasi diri
2. assertiveness
3. reaching out
REGULASI DIRI merupakan kemampuan individu untuk mempertahankan
komitmennya terhadap suatu tujuan selama periode waktu tertentu, khususnya
pada saat tidak adanya insentif yang berasal dari luar diri
(www.universitaspsikologi.com)
ASSERTIVENESS atau ketegasan atau asertif merupakan keberanian
menyatakan apa yang dipikirkan secara jujur dan terbuka tanpa
mengganggu hubungan (www.rumahperubahan.com)
REACHING OUT menggambarkan kemampuan seseorang menghadapai risiko
untuk mencapai keberhasilan. Banyak individu yg tidak mampu melakukan
reaching out dikarenakan sejak kecil diajarkan untuk menghindari kegagalan dan
situasi yg memalukan. individu yg lebih memilih kehidupan standar dibandingkan
dgn meraih sukses dgn menghadapi resiko (rahmawati (2012) dalam reivich &
shatte, 2002).
Keterampilan hidup (life skill)
the abilities for adaptive and positive behaviour that enable individuals
to deal effectively with the demands and challenges of everyday life
(World Health Organization)
kemampuan untuk perilaku adaptif dan positif yang memungkinkan individu untuk secara efektif
menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari

Untuk membangun ketahan diri


Keterampilan hidup (life skill)
 Keterampilan hidup pada dasarnya adalah kemampuan yang membantu meningkatkan
kesejahteraan mental dan kompetensi pada remaja saat mereka menghadapi kenyataan hidup.
 Kecakapan hidup sebagai upaya memberdayakan remaja untuk mengambil tindakan positif
untuk melindungi diri mereka sendiri dan meningkatkan kesehatan dan hubungan sosial yang
positif.
(World Health Organization)
ten core life skill
1. Problem solving (memecahkan masalah)
2. Critical thinking (berpikir kritis)
3. Effective communication (komunikasi
efektif)
4. Decision making (mengambil keputusan)
5. Creative thinking (berpikir kreatif)
6. Interpersonal relationship (hubungan
antar-individu)
7. Self-awareness building (membangun
kesadaran diri)
8. Empathy (empati)
9. Managing emotions (manajemen emosi)
10. Coping with stress (mengatasi stress)
Sumber: World Health Organization
Menyiapkan diri agar memiliki perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati
5 (lima) transisi kehidupan remaja
GENERASI BERENCANA

Remaja yang memiliki perencanaan dalam mempersiapkan dan melewati 5


(lima) transisi kehidupan remaja sehingga mampu melangsungkan (1) jenjang
pendidikan secara terencana, (2) berkarir dalam pekerjaan secara terencana,
dan (3) menikah dengan penuh perencanaan sesuai fase reproduksi sehat.
Presiden Joko Widodo
Pidato sidang bersama DPR RI dan DPD RI di komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
 SDM harus kompetitif, yaitu pekerja keras, jujur, kolaboratif, solutif, dan entrepreneurship;
 SDM harus kompetitif dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang menguasai the
emerging skills yang mampu mengisi the emerging jobs dan inovatif dalam membangun the
emerging business.
"Kenapa keluarga masa kini sangat mudah
dipecah-belah, kenakalan remaja, pornografi,
narkoba meningkat, dan terjadi perceraian di
sana-sini? Semua ini terjadi karena kurangnya
komunikasi dan waktu bincang-bincang di
keluarga, bahkan untuk sekadar makan bareng,"
(Roslina Verauli, Psikolog).
#gerakan kembali ke meja makan
 Upaya bersama untuk mengingatkan kembali keluarga-keluarga Indonesia akan
pentingnya meluangkan waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi bersama
anggota keluarga.
 Kata "meja makan" bukan berati harus adanya meja makan, tetapi mengandung
makna menggunakan kesempatan/momentum makan untuk berkumpul dan
berkomunikasi.
 Mengapa pada saat makan? Karena pada umumnya ada kesamaan waktu makan,
yaitu pagi (sarapan), siang (makan siang), dan malam (makan malam). Tiga kali
sehari dan 21 kali dalam seminggu. Akan lebih baik jika waktu-waktu makan
tersebut digunakan oleh keluarga-keluarga Indonesia untuk berkumpul (makan
bersama) dan berkomunikasi.
Meluangkan waktu untuk berkumpul dan menjalin komunikasi bersama keluarga
minimal 15 menit dalam satu hari
Pemberdayaan teman sebaya (peer group) sebagai
Pendidik Sebaya (peer educator) dan Konselor Sebaya (peer
counselor) di Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK
Remaja).
Peningkatan kualitas
remaja dengan pemberian
akses informasi,
pendidikan, konseling dan
pelayanan ttg kehidupan
berkeluarga (pasal 48 UU
No. 52/2009)
Penguatan peran orangtua/keluarga yang memiliki remaja
dalam pengasuhan (parenting) kepada anak remajanya
melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)
Penguatan peran orangtua/keluarga yang memiliki remaja dalam pengasuhan (parenting) kepada
anak remajanya melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)
Pemberdayaan teman sebaya (peer group) sebagai Pendidik Sebaya (peer educator) dan Konselor
Sebaya (peer counselor) di Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja).
Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut
Semeru dari akarnya. Namun beri aku sepuluh
pemuda, maka akan kuguncangkan dunia
Ir. Soekarno

Anda mungkin juga menyukai