Anda di halaman 1dari 19

PELUNCURAN

AGE SPECIFIC FERTILITY RATE (ASFR)


10 - 14 TAHUN
SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR SDGs
TUJUAN 3.7.2

SUBANDI SARDJOKO

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan


Kementerian PPN/Bappenas

04 NOVEMBER 2020
01
ANALISIS SITUASI SERTA TANTANGAN
KESEHATAN REPRODUKSI DAN FERTILITAS
REMAJA DI INDONESIA
RENTANG USIA ANAK, REMAJA DAN PEMUDA

0 5 6 10 15 20 25 30
usia
0 - 18 Tahun (UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak)
10 - 18 Tahun (Permenkes RI No.
25/2014)
10 - 24 tahun dan belum menikah (BKKBN)
16-30 tahun (UU 40/2009 tentang Kepemudaan)

Masa remaja merupakan fase perkembangan Peran dan dukungan keluarga, teman sebaya, serta
antara masa kanak - kanak dan masa dewasa, lingkungan sangat penting agar remaja dapat melalui
dan umumnya dimulai dari pada usia 10 - 14 proses tumbuh kembangnya dengan baik.
tahun. Pada masa ini mulai terjadi perubahan
biologis, psikologis, maupun sosial.

3
UNGGUL 3
VISIONER BERINTEGRITAS
KOMITMEN GLOBAL DAN ISU STRATEGIS KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

❑ Indonesia memiliki komitmen untuk mendukung Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), International
Conference on Population and Development (ICPD), dan FP2020
dalam rangka peningkatan akses universal terhadap pelayanan
kesehatan ibu, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

❑ Akses universal terhadap pelayanan kesehatan reproduksi juga


mencakup kesehatan seksual dan reproduksi remaja.

❑ Salah satu isu kesehatan reproduksi remaja adalah kelahiran pada


kelompok remaja 10 – 14 tahun.

▪ Kelahiran pada usia remaja diukur dengan indikator Age Specific Fertility Rate (ASFR). ASFR remaja biasanya di ukur
pada kelompok umur 15 - 19 tahun.
▪ Saat ini, perhatian juga diberikan bagi remaja usia 10 - 14 tahun mengingat adanya kecenderungan menstruasi
pertama perempuan terjadi lebih awal pda usia tersebut.

4
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
ANALISIS SITUASI: KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK DAN REMAJA
Masih tingginya perilaku berisiko pada remaja serta belum optimalnya pemahaman remaja tentang kesehatan
reproduksi.

Seksualitas Remaja Fertilitas Remaja Menarche, Pengetahuan tentang Masa


Subur dan Risiko Kehamilan
1,5% perempuan dan 7,6% laki – laki
belum kawin di usia 15 – 24 tahun telah
melakukan hubungan seksual pranikah. 7% perempuan usia 15 – 19 28% remaja perempuan
tahun sudah menjadi Ibu mengalami haid untuk pertama kali
ketika berumur 13 tahun.
10% perempuan 5% sudah pernah melahirkan
yang tidak 2% sedang hamil anak pertama
berpendidikan Sumber: SDKI, 2017
pernah 27% remaja laki - laki mengalami
berhubungan seks, mimpi basah untuk pertama kali pada
lebih tinggi dari ASFR 15 – 19 Tahun umur 14.
yang telah
menyelesaikan
pendidikan dasar/ 48 36 33,4
SDKI 2012 SDKI 2017 SKAP 2019 Pengetahuan remaja terhadap informasi
lebih tinggi.
masa subur dan risiko kehamilan yang
benar belum optimal.
Kelahiran per 1000 perempuan untuk Angka
▪ Remaja perempuan 33%.
Kelahiran Kelompok Umur Tertentu/ASFR 15
▪ Remaja laki – laki 37%.
– 19 Tahun turun cukup signifikan, namun
ada indikasi tindakan aborsi di kalangan
Sumber: SDKI, 2017 remaja. Sumber: SDKI, 2017
5
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
ANALISIS SITUASI: PERKAWINAN ANAK PADA ANAK DAN REMAJA
Masih tingginya perkawinan anak dapat menyebabkan hilangnya kesempatan anak Indonesia untuk tumbuh kembang
secara maksimal.

Tren perkawinan anak terjadi pada usia yang semakin muda dan
berkontribusi pada meningkatnya ASFR 10 - 14 tahun. 66,2% remaja usia
Perempuan usia 20 - 24 tahun yang melangsungkan perkawinan pertama 10 - 14 tahun
sebelum usia 15 tahun mengalami penurunan dari semula 1,60% pada tahun merupakan pengguna
2008 menjadi 0,56% di 2018. Walaupun menurun, angka tersebut juga menjadi internet.
penyumbang fertilitas remaja.

Sumber: Survei APJII, 2018

Akses dan penggunaan internet yang tidak tepat, membuat


remaja semakin rentan terpapar konten pornografi, korban
eksploitasi di ranah daring, serta perilaku berisiko online
lainnya yang dapat meningkatkan risiko kenaikan angka
11,2% total Angka Perkawinan perkawinan anak dan fertilitas remaja.
Anak di Indonesia. 61,3 ribu perempuan usia 20 - 24
tahun yang tercatat melangsungkan
perkawinan pertama sebelum berusia
15 tahun.

Sumber: Susenas 2008 – 2018; Susenas 2018 6


UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
ANALISIS SITUASI KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI REMAJA
PADA MASA PANDEMI COVID-19

Covid-19 memiliki dampak yang berbeda bagi perempuan dan laki – laki, dalam jangka panjang kondisi ini dapat menimbulkan
risiko gangguan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Situasi ini berpotensi meningkatkan Kehamilan yang Tidak
Diinginkan (KTD) di kalangan remaja, perkawinan anak, kekerasan berbasis gender, serta praktik – praktik berbahaya lainnya.

Meningkatnya Perilaku Seksual Remaja pada Masa Pandemi di Proyeksi UNFPA terhadap dampak bencana pada Kesehatan
Indonesia Perempuan selama pandemi:

Dari 6,74% remaja 18 - 24 tahun belum menikah


7 juta Kehamilan Tidak Diinginkan di tingkat global
yang telah berhubungan seksual selama pandemi: akan terjadi jika karantina wilayah (lockdown)
berlangsung hingga 6 bulan dan adanya gangguan
44% tidak menggunakan kontrasepsi.
pelayanan kesehatan.
51% menggunakan kondom.
Sumber: Impact of the Covid19 Pandemic on FP, and Ending
5% menggunakan pil KB. GBV, FGM, and Child Marriage. UNFPA. 2020.
https://www.unfpa.org

Perilaku Pornografi Remaja selama Pandemi

45% remaja pernah menonton tayangan Rentan terhadap perkawinan anak. 400 –
pornografi, dan 35% diataranya menyatakan 500 ribu anak usia 10 – 17 tahun di
mengalami adiksi pornografi. Indonesia berisiko menikah dini akibat
pandemi.
Sumber: Survei Situasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja pada Masa Sumber: YSTC, April 2020.
Pandemi Covid-19 di 10 Provinsi Indonesia, Aliansi Satu Visi, Agustus – Oktober 2020
7
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
TANTANGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Kelahiran pada kelompok umur 10 - 14 tahun merupakan suatu keadaan yang membahayakan karena pada umur tersebut
organ reproduksi perempuan belum matang untuk melahirkan. Beberapa tantangan yang masih dihadapi antara lain:

06 01
Masih terbatasnya penyediaan data dan 06 01
informasi, serta kajian terkait Kesenjangan dalam mengakses
layanan/konseling/KIE kesehatan seksual &
ASFR 10 – 14 tahun. reproduksi remaja.

02
05
05 Tantangan 02 Terbatasnya pendidikan kesehatan
Meningkatnya gerakan kampanye
reproduksi di tingkat pendidikan dasar.
nikah muda melalui platform media
sosial.

03
Masih terdapat kasus perkawinan anak
04 03 dalam situasi ‘krisis ekonomi’ dan
04 kejahatan siber dengan modus
Masih bervasiasinya komitmen perkawinan online.
Pemerintah daerah dalam mencegah
perkawinan anak.
8
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
02
PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA DALAM DOKUMEN
RPJMN 2020 – 2024 DAN RKP 2021
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM RPJMN 2020 – 2024 (1)
Prioritas Nasional (PN) 3: Meningkatkan SDM Berkualitas yang Berdaya Saing
Program Prioritas (PP) 3: Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Kegiatan Prioritas (KP) 1: Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga Berencana (KB),
dan Kesehatan Reproduksi

Arah kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja diwujudkan dengan meningkatkan


pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan
pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong
peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan
teknologi.

Strategi yang dilakukan, yaitu:

Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi,
mencakup:
a. Perluasan akses dan kualitas pelayanan KB serta kesehatan reproduksi (kespro) sesuai
karakteristik wilayah.
b. Konseling KB dan Kesehatan Reproduksi.
c. Peningkatan pengetahuan, pemahaman dan akses layanan kesehatan reproduksi remaja
secara lintas sektor yang responsif gender.

10
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM RPJMN 2020 – 2024 (2)
Peningkatan kualitas kesehatan reproduksi dan Prioritas Nasional (PN) 3: Meningkatkan SDM Berkualitas yang Berdaya Saing
fertilitas remaja juga didukung oleh arah Program Prioritas (PP) 5: Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda
kebijakan meningkatkan kualitas anak, Kegiatan Prioritas (KP) 1: Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak
perempuan, dan pemuda. Kegiatan Prioritas (KP) 3: Peningkatan Kualitas Pemuda

Strategi yang dilakukan, yaitu:

Perwujudan Indonesia Layak Anak melalui penguatan Sistem Perlindungan Anak


yang responsif terhadap keragaman dan karakteristik wilayah anak untuk
memastikan anak menikmati haknya, mencakup:
a. Peningkatan pemahaman tentang perlindungan anak bagi para pemangku
kepentingan, masyarakat, keluarga, dan anak.
b. Penguatan koordinasi dan sinergi upaya pencegahan perkawinan anak dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
c. Penguatan pengasuhan di lingkungan keluarga dan pengasuhan sementara di
institusi lainnya.

Peningkatan kualitas pemuda, mencakup:


Pencegahan perilaku berisiko pada pemuda, termasuk pencegahan atas bahaya
kekerasan, perundungan, penyalahgunaan napza, minuman keras, penyebaran
penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.

11
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM RKP 2021 HIGHLIGHT INDIKATOR DAN TARGET PP 3
PN 3 MENINGKATKAN SDM YANG BERKUALITAS DAN 2019 Target
No. Sasaran/Indikator
BERDAYA SAING (baseline) 2020 2021 2024
PP 3. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
3.3. Angka prevalensi kontrasepsi modern/modern 57,206) 61,78 62,16 63,41
PP 1: Contraceptive Prevelance Rate (mCPR)
Perlindungan 3.4. Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi 10,606) 8,60 8,30 7,40
Sosial dan (unmet need) (%)
Penguatan Tata PP 2: 3.5. Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun/Age 366) 25 24 18
PP 7: Kelola Specific Fertility Rate (ASFR 15-19) (kelahiran hidup per
Penguatan
Peningkatan 1000 perempuan)
Kependudukan Pelaksanaan
Produktivitas dan ARAH KEBIJAKAN
Daya Saing
Perlindungan
PN 3 Sosial 1 Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memperkuat tata kelola kependudukan.
Memperkuat pelaksanaan perlindungan sosial, melalui reformasi sistem perlindungan
2 sosial.
MENINGKATKAN
SDM YANG PP 3: Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, terutama
PP 6: 3 penguatan sistem kesehatan dan health security, termasuk jaminan terhadap akses
BERKUALITAS DAN Peningkatan
Pengentasan BERDAYA SAING Akses dan Mutu dan kualitas pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
Kemiskinan
Pelayanan 4 Meningkatnya pemerataan layanan pendidikan berkualitas.
Kesehatan Menyediakan infrastruktur jaringan internet dan mengembangkan teknologi digital untuk
5
mendukung pembelajaran virtual terutama di masa krisis.
6 Meningkatkan kualitas anak, perempuan, dan pemuda.
PP 5: PP 4:
Peningkatan Memperluas akses penduduk miskin, rentan, dan terdampak Covid-19 terhadap aset
Peningkatan 7
Kualitas Anak, produktif.
Pemerataan Layanan
Perempuan dan Pendidikan 8 Meningkatkan produktivitas dan daya saing.
Pemuda Berkualitas HIGHLIGHT KEGIATAN

Penguatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, termasuk menjamin


HIGHLIGHT INDIKATOR DAN TARGET PN ketersediaan alat kontrasepsi dan pelayanan keluarga berencana (KB) bergerak.
Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) (per wanita usia
2,24
subur usia 15-49 tahun)
12
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
03
ASFR 10 – 14 TAHUN SEBAGAI INDIKATOR SDGS TUJUAN 3.7.2
LATAR BELAKANG (1)

Fertilitas remaja umur 10 - 14 tahun (ASFR 10-14 Tahun) menjadi


salah satu indikator dalam pencapaian target TPB/SDGs tahun 2030
yaitu Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera

▪ Indikator 3.7.2: Angka kelahiran pada perempuan umur 10 – 14


tahun dan 15 - 19 tahun/Adolescent birth rate (aged 10 – 14
years; aged 15 – 19 years) per 1,000 women in that age group.
▪ Target: Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap
layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga
berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan
reproduksi ke dalam strategi dan program nasional.
14
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
LATAR BELAKANG (2)

Untuk mendukung penyediaan data SDGs indikator 3.7.2


tersebut, pada tahun 2018 BPS telah menghitung ASFR kelompok
umur 10 - 14 tahun dengan menggunakan data hasil SUPAS 2015
serta Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dan
2017.

Pada tahun 2019, telah dilakukan analisis kebijakan terkait hasil


perhitungan Age Specific Fertility Rate (ASFR) kelompok umur 10 -
14 tahun.

Penyediaan data ASFR 10 - 14 tahun diperlukan sebagai dasar


penyusunan kebijakan dalam upaya promotif dan preventif untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi khususnya bagi
remaja.

15
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
SUMMARY LAPORAN ESTIMASI FERTILITAS REMAJA 10 – 14 TAHUN (1)

Hasil Estimasi fertilitas remaja perempuan: ASFR 10 – 14 tahun diestimasi dari data SDKI 2012, SDKI 2017, dan Supas
2015 dengan menggunakan beberapa metode pada tabel.
Sumber data Metode ASFR10–
14 Estimasi dengan metode langsung menunjukkan tren fluktuatif, yaitu turun
SDKI 2012 Langsung 0,265 antara tahun 2012 dan 2015 dan kemudian meningkat kembali pada tahun
Schmertmann 0,325 2017.
SUPAS 2015 Langsung dengan 0,156
bobot Estimasi ASFR 10 – 14 tahun dengan metode Schmertmann menunjukkan tren
Langsung tanpa bobot 0,104 penurunan dari 0,325 (SDKI 2012) menjadi 0,286 (Supas 2015) dan menjadi
Schmertmann 0,286 0,179 (SDKI 2017).
SDKI 2017 Langsung 0,280
Schmertmann 0,179
Hasil estimasi metode Schmertmann memberikan hasil yang relatif dekat
Tahun 2017 Global Burden Disease 0,150
dengan estimasi ASFR 10 – 14 tahun metode GBD tahun 2017 dan didasarkan
(GBD)
pada data ASFR perempuan 15 – 49 tahun dari hasil SUPAS 2015 serta SDKI
2012 dan 2017.

Berdasarkan ketiga hasil estimasi, maka ASFR 10 – 14 tahun dengan


menggunakan metode Schmertmann telah diajukan dan ditetapkan sebagai
estimasi ASFR 10 – 14 tahun di Indonesia.
16
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
SUMMARY LAPORAN ESTIMASI FERTILITAS REMAJA 10 – 14 TAHUN (2)

Jumlah anak perempuan usia 10 - 14 tahun pada tahun 2015


sekitar 10,9 juta (Supas, 2015).

Dengan perkiraan kelahiran pada tahun 2015


menggunakan metode estimasi Schmertmann yang
menghasilkan ASFR 10 - 14 sebesar 0,286, maka di
perkirakan terdapat sekitar 3 ribu anak perempuan 10 -
14 tahun yang sudah melahirkan pada tahun 2015.

17
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS
THE WAY FORWARD UNTUK PENGEMBANGAN ESTIMASI ASFR 10 – 14 TAHUN
DAN MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA BERKUALITAS

Estimasi ASFR 10 - 14 tahun menghasilkan angka sangat kecil, hanya dapat


merepresentasikan angka nasional, sehingga diperlukan data dan informasi pendukung
lain untuk menentukan lokasi sasaran dan intervensinya, termasuk memperbanyak
studi penelitian ASFR 10 – 14 tahun.

Perlu meningkatkan ketersediaan data rutin dan metode yang digunakan untuk
mengestimasi:
▪ SP 2020 dan SDKI 2022 diharapkan dapat mengestimasi ASFR 10 – 14 tahun.
▪ Kualitas sistem registrasi vital perlu ditingkatkan agar dapat menghasilkan jumlah
kelahiran menurut umur anak dan umur ibu.

Penguatan koordinasi para pemangku kepentingan dalam rangka peningkatan kualitas


layanan bagi anak dan remaja.

Optimalisasi kapasitas anak dan remaja untuk meningkatkan resiliensi dan pemahaman
terhadap hak – hak anak.

18
UNGGUL VISIONER BERINTEGRITAS

Anda mungkin juga menyukai