Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIFITAS SOSIALISASI KONSELING SEBAYA

TERHADAP PENGETAHUAN PENDEWASAAN USIA


PERKAWINAN (PUP) DI KELURAHAN RANGKASBITUNG
BARAT KECAMATAN RANGKASBITUNG
KABUPATEN LEBAK

Nintinjri Husnida1, Melly Halimatussaadiah1


1
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten
Korespondensi: nintin_gh@yahoo.co.id

ABSTRACT

The problem of early marriage can be anticipated by providing knowledge about


Marriage Age Maturity (PUP) in adolescents with peer methods. This study aims
to determine the effectiveness of peer counseling socialization on knowledge of
marriage age maturity (PUP) in the West Rangkasbitung Village, Rangkasbitung
District, Lebak Regency, 2017. The design in this study was quasi-experimental.
Research variables: peer counseling and knowledge of Marriage Age Maturity.
Data was collected by questionnaire. Samples found were 18 teenagers.
The results showed that there were significant differences in the average value of
knowledge before and after intervention (p = 0,000). Conclusion of this study, that
learning using peer counseling has the role of increasing knowledge of Marriage
Age Maturity in adolescents.

Keywords: Peer Counseling, Marriage Age Maturity

ABSTRAK
Masalah pernikahan usia dini dapat diantisipasi dengan memberikan pengetahuan
mengenai Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) pada remaja dengan metode
teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Sosialisasi
Konseling Sebaya Terhadap Pengetahuan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Di Kelurahan Rangkasbitung Barat Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Tahun 2017. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuasi
eksperimen. Variabel penelitian : konseling sebaya dan pengetahuan PUP. Data
dikumpulkan dengan kuesioner. Sampel yang ditemukan sebanyak 18 remaja.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai
pengetahuan PUP sampel intervesi sebelum dan sesudah diberi perlakuan
(p=0,000). Simpulan penelitian ini, bahwa pembelajaran menggunakan konseling
teman sebaya berperan meningkatkan pengetahuan pendewasaan usia perkawinan
pada remaja.

Kata Kunci: Konseling Teman Sebaya, Pendewasaan Usia Perkawinan

120
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

PENDAHULUAN pendidikan, ekonomi, budaya, faktor

Pernikahan dini adalah pernikahan orang tua, faktor diri sendiri dan

yang dilakukan di bawah usia yang tempat tinggal. Menurut UU

tidak seharusnya serta belum siap dan Perlindungan Anak No. 23 Tahun

matang untuk melaksanakan 2012, yaitu mereka yang belum berusia

pernikahan dan menjalani kehidupan delapan belas tahun. Maka, siapapun

rumah tangga (Nukman, 2009). yang menikah di bawah batas usia

Menurut UU No 1 Perkawinan tahun tersebut dapat dikatakan termasuk

1974 bahwa usia hukum minimum dalam pernikahan dini dan pernikahan

yang ditetapkan untuk menikah bagi dini ini banyak terjadi pada masa

perempuan 16 tahun dan 18 tahun remaja.

untuk laki-laki. Masa remaja adalah masa pada saat

Dalam aspek pernikahan, Survei anak matang secara seksual dan

Demografi dan Kesehatan Indonesia berakhir sampai ia matang secara

(SDKI) 2007 melaporkan bahwa dari hukum, rata-rata batasan usia remaja

6.341 perempuan usia 15-19 tahun, berkisar antara usia 12 hingga 24

12,8% dari mereka sudah menikah dan tahun, dengan pembagian fase remaja

dari 6.681 perempuan usia 20-24 awal berkisar antara usia 12 -15 tahun,

tahun, 59,2% diantaranya sudah fase remaja madya berkisar antara usia

menikah. Usia 15-24 tahun oleh 15 – 18 tahun dan fase remaja akhir

UNFPA dianggap sebagai pemuda dan berkisar antara usia 18 – 21 tahun.

15-19 tahun sebagai remaja akhir, Batasan maksimum usia 24 tahun,

sehingga jelas bahwa remaja untuk individu yang belum dapat

berdasarkan SDKI 2007 menikah pada memenuhi persyaratan kedewasaan

usia yang lebih muda. Menurut laporan secara sosial maupun psikologis dan

SDKI 2007 juga, sebanyak 4,3% belum menikah. (Sarwono, 2006)

perempuan pada umur 15 tahun telah Oleh karena itu perkawinan

menikah pertama kali. diizinkan bila laki-laki berumur

Pernikahan dini menurut BKKBN minimal 21 tahun dan perempuan

adalah pernikahan di bawah umur yang minimal berumur 19 tahun, sehingga

disebabkan oleh faktor social, perkawinan usia muda adalah

121
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

perkawinan yang dilakukan bila pria kawin dan 0,00 persen berstatus cerai
kurang dari 21 tahun dan perempuan hidup.
kurang dari 19 tahun. Kecenderungan melakukan
Menurut data penelitian Pusat perkawinan pada usia muda di daerah
Kajian Gender dan Seksualitas pedesaan dipengaruhi oleh berbagai hal
Universitas Indonesia tahun 2015, seperti faktor ekonomi, pendidikan,
angka pernikahan dini di Indonesia budaya dan lain-lain. Sebagian orang
peringkat kedua di kawasan Asia tua di perdesaan menikahkan anaknya
Tenggara. Ada sekitar 2 juta dari 7,3 dengan harapan setelah anak menikah
perempuan Indonesia di bawah umur dapat meringankan beban ekonomi
15 tahun sudah menikah dan putus keluarga. Selain itu, pada umumnya
sekolah. Jumlah ini diperkirakan akan anak perempuan yang memasuki usia
meningkat menjadi 3 juta orang di remaja dan belum menikah akan
tahun 2030. dianggap sebagai perawan tua. Hal
Di Provinsi Banten terdapat sebesar inilah yang menyebabkan perkawinan
1,71 persen anak perempuan berumur pada usia muda di daerah perdesaan
10-17 tahun berstatus kawin dan lebih tinggi dibanding daerah
pernah kawin dengan persentase perkotaan. (Profil Anak Provinsi
terbesar terdapat di Kabupaten Lebak Banten Tahun 2014)
(4,52 persen) dan persentase terkecil Perempuan yang menikah di bawah
terdapat di Kota Tangerang (0,23 umur 20 tahun beresiko terkena kanker
persen). leher rahim, pada usia remaja sel-sel
Persentase anak perempuan leher rahim belum tumbuh dengan
berumur 10-17 tahun yang berstatus matang. Kalau terpapar oleh Human
kawin dan pernah kawin di daerah Papiloma Virus (HPV) maka
pedesaan sebesar 2,69 persen, dengan pertumbuhan sel akan menyimpang
rincian sebesar 2,34 persen berstatus menjadi kanker. Kanker leher rahim
kawin dan 0,35 persen berstatus cerai menduduki peringkat pertama kanker
hidup. Sementara untuk daerah yang menyerang perempuan Indonesia,
perkotaan sebesar 1,20 persen, dengan angka kejadiannya saat ini 23%
rincian sebesar 1,20 persen berstatus diantara kanker lainnya. Remaja akan

122
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

mengalami masa reproduksi lebih kesempatan pengetahuan dan wawasan


panjang, sehingga memungkinkan yang lebih luas, hal ini juga
banyak peluang besar untuk berimplikasi terhadap kurangnya
melahirkan dan mempunyai anak. informasi dan sempitnya dia
(Burhani,2009) mendapatkan kesempatan kerja,
Reproduksi sehat untuk hamil dan otomatis lebih mengekalkan
melahirkan adalah usia 20-30 tahun, kemiskinan.
jika terjadi kehamilan di bawah atau di Dari sisi sosial pernikahan dini
atas usia tersebut maka akan dikatakan merupakan salah satu faktor penyebab
beresiko akan menyebabkan terjadinya tindakan kekerasan terhadap istri, ini
kematian 2-4x lebih tinggi dari timbul karena tingkat berfikir yang
reproduksi sehat (Manuaba, IBG. belum matang bagi pasangan muda
2010) . tersebut. Data statistik lengkap
Akibat pernikahan dini, para mengenai Kekerasan Dalam Rumah
remaja saat hamil dan melahirkan akan Tangga (KDRT atau domistik
sangat mudah menderita anemia. Dan violence) Mitra Perempuan Women‟s
ketidaksiapan fisik juga terjadi pada Crisis Center di Yogyakarta
remaja yang melakuakan pernikahan menyebutkan selama periode 1994
dini akan tetapi juga terjadi pada anak sampai 2004, menerima pengaduan
yang dilahirkan. Dampak buruk 994 kasus kekerasan yang terdata,
tersebut berupa bayi lahir dengan berat selanjutnya Menteri Negara
rendah, hal ini akan menjadikan bayi Pemberdayaan Perempuan
tersebut tumbuh menjadi remaja yang menyabutkan 11,4% dari 217 juta
tidak sehat, tentunya ini juga akan penduduk Indonesia atau setara dengan
berpengaruh pada kecerdasan anak dari 24 juta perempuan mengaku pernah
segi mental (Manuaba,2001). mengalami kekerasan dalam rumah
Pernikahan dini juga menghentikan tangga (Dlori,2005).
kesempatan seorang remaja meraih Permasalahan remaja termasuk
pendidikan yang lebih tinggi, didalamnya masalah pernikahan dini
berinteraksi dengan lingkungan teman melalui program kesehatan reproduksi
sebaya, sehingga dia tidak memperoleh remaja (WHO, 2006). Pemerintah telah

123
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

menunjuk Badan Kependudukan dan jumlah penduduk, BKKBN tahun 2008


Keluarga Berencana (BKKBN) dalam meluncurkan program Generasi
mengatasi permasalahan remaja Berencana (GenRe) yaitu melalui
dengan mengembangkan program kegiatan Pendewasaan Usia
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Perkawinan (PUP). (Muadz dkk, 2008)
Program KRR termasuk salah satu Pendewasaan Usia Perkawinan
program pokok yang tercantum dalam (PUP) bertujuan untuk memberikan
Rencana Pembangunan Jangka pengertian dan kesadaran kepada
Menengah (RPJM 2004- 2009). remaja agar di dalam merencanakan
Diharapkan melalui program ini keluarga, mereka dapat
setiap Kecamatan memiliki Pusat mempertimbangkan berbagai aspek
Informasi dan Konseling Kesehatan berkaitan dengan kehidupan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang berkeluarga, ditinjau dari aspek
dapat mengatasi dan menanggulangi kesehatan, ekonomi, psikologi dan
permasalahan remaja termasuk agama.
pernikahan dini. Perempuan yang Program Pendewasaan Usia
menikah pada usia dini mempunyai Perkawinan (PUP) dapat
waktu yang lebih panjang berisiko disosialisasikan dengan konsep
untuk hamil dan angka kelahiran juga konseling teman sebaya. Konseling
lebih tinggi (Wilopo, 2005). teman sebaya adalah konseling yang
Sebagaimana tertera dalam dilakukan oleh seseorang dengan
Undang-Undang No. 12 tahun 1992 konselor yang umurnya sebaya sebagai
tentang Perkembangan Penduduk dan seorang teman dengan tujuan agar
Pembangunan Keluarga Sejahtera, seseorang lebih terbuka menceritakan
perlunya pengendalian kuantitas, permasalahanya kepada sesama teman,
peningkatan kualitas dan pengarahan membantu teman yang kurang terbuka
mobilitas penduduk agar mampu kepada guru/orang tua dan dapat
menjadi sumber daya yang tangguh membantu teman yang sedang
bagi pembangunan dan ketahanan bermasalah.
nasional. Untuk mengatasi angka Perkembangan sosial pada masa
kelahiran tinggi dan pengendalian remaja lebih melibatkan teman sebaya

124
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

dibanding orang tua. Dibanding pada Rangkasbitung Kabupaten Lebak Tahun


masa kanak-kanak, remaja lebih 2017.

banyak melakukan kegiatan di luar


METODE
rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra
Desain penelitian yang digunakan
kurikuler dan bermain dengan teman.
dalam penelitian ini adalah kuasi
Maka seorang konselor yang sebaya
eksperimen (eksperimen semu) Yaitu
(teman) peranya lebih besar. Teman
penelitian yang memberikan intervensi
sebaya diakui dapat mempengaruhi
pada responden, akan tetapi peneliti
pertimbangan dan keputusan seorang
tidak bisa mengontrol variabel
remaja tentang perilakunya. Teman
pengganggu terhadap terhadap efek
sebaya merupakan sumber referensi
yang sedang diamati.
utama bagi remaja dalam hal persepsi
Populasi penelitian adalah remaja
dan sikap yang berkaitan dengan gaya
yang memenuhi kriteria sampel,
hidup.
bersedia menjadi responden dan
Konseling Sebaya PKBR adalah
dinyatakan dalam surat persetujuan.
Pendidik Sebaya yang punya komitmen
Kriteria inklusi pemilihan sampel
dan motivasi yang tinggi untuk
penelitian adalah Wanita atau pria
memberikan konseling PKBR bagi
dengan rentang usia 12 – 21 tahun,
kelompok remaja sebayanya yang telah
belum menikah dan remaja yang
mengikuti pelatihan konseling PKBR
bersedia dijadikan responden ,Kriteria
dengan mempergunakan modul dan
ekslusinya adalah wanita atau pria
kurikulum standar yang telah disusun
dengan usia < 12 dan > 21 tahun,
oleh BKKBN atau yang setara.
belum menikah dan remaja yang tidak
Berdasarkan uraian dan penelitian
bersedia dijadikan responden
terdahulu yang dikemukan di atas
Jumlah sampel ditentukan
maka peneliti merasa perlu untuk
sebanyak 18 responden. Jumlah ini
melakukan penelitian tentang Efektifitas
Sosialisasi Konseling Sebaya Terhadap diambil berdasarkan teori Sugiyono

Pengetahuan Pendewasaan Usia (2007) bahwa jumlah sampel minimal


Perkawinan (PUP) Di Kelurahan untuk penelitian dengan perlakuan
Rangkasbitung Barat Kecamatan adalah 10 - 20.

125
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

HASIL 5 66
6 80
1. Analisis Univariat
7 80
Tabel 1 8 93
Distribusi Frekuensi Hasil Pre Test 9 86
Tentang PUP 10 73
No Pengetahuan 11 60
Responden 12 73
1 66 13 53
2 46 14 86
3 53 15 100
4 60 16 40
5 60 17 73
6 40 18 66
7 66 Jumlah 1161
8 93 Rerata 65
9 73
10 66
11 40 Berdasarkan tabel 2 dapat
12 60 diketahui bahwa pengetahuan
13 40
14 80 responden pada saat post test lebih dari
15 100 rerata sebanyak 77,7 %.
16 33
2. Analisis Bivariat
17 60
18 46 Data hasil uji beda pengetahuan
Jumlah 1082 tentang PUP sebelum dan sesudah
Rerata 60
perlakuan Berikutnya disajikan tabel
Berdasarkan tabel 1 dapat hasil pengukuran uji beda antara
diketahui bahwa pengetahuan variabel sebelum dan sesudah
responden pada saat pre test kurang perlakuan menggunakan uji statistik
dari rerata sebanyak 38 %. Mann Witney.
Tabel. 3
Tabel 2 Uji Beda Pengetahuan Pre Test & Post
Distribusi Frekuensi Hasil Post Test Test Oleh Teman Sebaya
Tentang PUP
No Pengetahuan Pre test Post test
Responden P
1 73 Variabel n X n x
2 46 Pengetahua 108 6 116 6 0.03
3 66 n
4 66 2 0 1 5 5

126
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

Dari tabel diketahui rerata pengetahuan yang berbeda-beda


pengetahuan pre test lebih rendah tentang pendewasaan usia
dari rerata pengetahuan post test. perkawinan.
Dari hasil uji statistik Mann Pengetahuan setiap individu
Whitney didapatkan nilai P (0,035) dapat berbeda antara satu dengan yang
yang berarti ada perbedaan yang lain karena banyak factor yang dapat
bermakna mengenai pengetahuan mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang PUP pada remaja dari hasil seseorang antara lain usia ,
pre test dan hasil post test setelah pengalaman, lingkungan dan paparan
mendapat konseling dari teman media informasi.
sebaya. Hasil penelitian lain yang
mendukung menurut Nuhgraheni
PEMBAHASAN
(2011) mengungkapkan bahwa
1. Hasil Pre Test Tentang PUP
pengetahuan remaja tentang
Berdasarkan Tabel 1
pendewasaan usia perkawinan cukup.
didapatkan hasil bahwa rerata
Pengetahuan merupakan faktor
pengetahuan tentang PUP pada
dominan yang penting dalam
remaja sebesar 60. Dari hasil tersebut
membentuk tindakan seseorang. Pada
terdapat 7 orang remaja (38 %) yang
penelitian ini masih terdapat nya
memiliki pengetahuan tentang PUP di
pengetahuan remaja tentang PUP
bawah rerata. Hal ini menunjukkan
dibawah rerata di mungkinkan karena
bahwa hampir setengah dari total
remaja tersebut memiliki latar
responden msh memiliki
belakang yang berbeda seperti tingkat
pengetahuang dibawah rerata tentang
pendidikan, umur, media informasi
PUP .
dan pengaruh lingkungan. Selain itu
Hasil ini sejalan dengan
dimungkinkan karena belum
penelitian yang pernah dilakukan
terpaparnya informasi mengenai PUP
lestari AP dkk tentang pengetahuan
sehingga remaja belum memiliki
remaja tentang PUP kategori cukup
pengetahuan yang memadai. Oleh
dengan presentase 49,3%. Hal ini
sebab itu upaya untuk meningkatkan
dikarenakan responden mempunyai
pengetahuan remaja tentang PUP bisa

127
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

didapatkan salah satunya melalui tua dan biasanya pada usia remaja
tambahan pengetahuan berupa lebih merasa nyaman jika berada
informasi dan konseling yang bisa di bersama teman-temannya, maka tidak
berikan oleh teman sebaya. heran bila remaja mempunyai
2. Hasil Posttest Tentang PUP kecenderungan untuk mengadopsi
Berdasarkan tabel 2 didapatkan informasi yang di terima oleh teman-
hasil bahwa rerata pengetahuan post temannya, tanpa memiliki dasar
test remaja tentang PUP sebesar 65. informasi yang signifikan dari sumber
Adapun jumlah responden yang yang lebih dapat di percaya.
memiliki pengetahuan diatas rata-rata Pengetahuan merupakan hasil
tentang PUP sebanyak 15 orang (83 “tahu” dan ini terjadi setelah orang
%) dan yang memiliki pengetahuan di melakukan penginderaan terhadap
bawah rata-rata sebanyak 3 orang (16 suatu objek tertentu. Penginderaan
%). Angka ini menunjukkan untuk terjadi melalui panca indera manusia.
hasil pengetahuan post test remaja Sebagian besar pengetahuan manusia
yang sudah diberikan konseling diperoleh melalui dan telinga.
dengan teman sebaya tentang PUP (Notoadmojo, 2005). Dengan kata lain
mengalami peningkatan dibandingkan pengetahuan bisa di dapat dengan
dengan hasil pre test. menggunakan pancaindera dalam hal
Hasil ini sesuai dengan ini adanya interaksi atau konseling.
penelitian yang pernah dilakukan oleh Dengan adanya konseling
putriani N yaitu salah satu factor yang dengan maka seseorang akan
mempengaruhu pengetahuan remaja mendapatkan informasi, dan dengan
tentang kesehatan reproduksi adalah informasi tersebut maka akan
teman. Dalam penelitiannya juga menambah pengetahuan seseorang.
mengungkapkan sebagian yang Penelitian lain yang
menganggap teman orang yang memperkuat yaitu dalam proses
penting (32,3%) karena pada saat pembelajaran dengan menggunakan
menginjak usia remaja biasanya tutor / teman sebaya terjadi proses
cenderung ingin membuktikan diri membangun pengetahuan sehingga
dan tidak bergantung lagi pada orang seorang tutor akan mendapatkan

128
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

manfaat ketika memberikan rerata pengetahuan pre test. Hal ini


penjelasan kepada tutee (remaja), tutor didapatkan dari hasil uji statistik
mengintegrasikan kosep dan prinsip Mann Whitney didapatkan nilai P
serta menghasilkan ide baru. sebesar 0,035 yang berarti secara
Pertanyaan yang spesifik dan statistik yang berarti ada perbedaan
mendalam dari remaja dapat yang bermakna mengenai
merefleksikan pengembangan pengetahuan tentang PUP pada remaja
pengetahuan dan tutor (teman sebaya) dari hasil pre test dan hasil post test
membantu proses penguatan setelah mendapat konseling dari
pemahamannya. (Depaz, 2008) teman sebaya.
Meningkatnya pengetahuan Konseling sebaya adalah
remaja dari hasil post test setelah konseling yang dilakukan oleh anak-
diberikan informasi oleh teman sebaya anak atau remaja dengan tingkat
dimungkinkan karena remaja yang kematangan atau usia yang kurang
idealnya berusia relative muda lebih sama. Salah satu fungsi
sehingga lebih mudah menyerap terpenting dari kelompok konseling
informasi, dan mereka memiliki rasa sebaya adalah untuk memberikan
ingin tahu yang tinggi ketika sumber informasi dan komparasi
menghadapi teman sebaya. Selain itu tentang dunia di luar keluarga.
remaja lebih mudah memahami apa Melalui kelompok teman sebaya
yang sudah diberikan oleh teman individu menerima umpan balik dari
sebaya karena mereka lebih merasa teman-teman mereka tentang
nyaman karena teman sebaya kemampuan mereka.
dianggap mereka memiliki perasaan Menurut penelitian Arjanggi, R
dan dihadapkan pada situasi yang menemukan bahwa metode dengan
sama (masa remaja). teman sebaya secara signifikan dapat
3. Hasil Uji Beda Pengetahuan Pre meningkatkan pengetahuan tentang
Test & Post Test Oleh Teman pengetahuan PUP. Selain itu juga
Sebaya penelitian tersebut mengungkapkan
Berdasarkan tabel 3, rerata ada pengaruh metode teman sebaya
pengetahuan post test lebih tinggi dari

129
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

terhadap prestasi belajar dan Adanya perbedaan yang


meningkatkan prestasi belajar. signifikan dalam penelitian ini
Penelitian yang dilakukan dikarenakan umunya usia remaja
Buhrmester (Santrock, 2009 : 394) mengalami peningkatan kelekatan
menunjukkan bahwa pada masa dengan teman sebaya. Karena
remaja kedekatan hubungan dengan biasanya remaja lebih nyaman
teman sebaya meningkat secara bersama dengan temannya, merasa
drastis, dan pada saat yang bersamaan lebih diperhatikan dan rasa nyaman
kedekatan ketika menghadapi sebuah masalah.
hubunganremaja dengan orang tua Adapun upaya lain yang dapat
menurun secara drastis. dilakukan selain untuk meningkatkan
Hasil penelitian Buhrmester pengetahuan remaja dari teman sebaya
dikuatkan oleh temuan Nickerson & ini adalah peningkatan perubahan
Nagle (2005 : 240) bahwa pada masa perilaku kearah sikap yang lebih baik,
remaja komunikasi dan kepercayaan mampu memperbaiki prestasi dan
terhadap orang tua berkurang, dan meningkatkan harga diri remaja itu
beralih kepada teman sebaya untuk senidiri.
memenuhi kebutuhan akan kelekatan Adapun upaya yang bisa di
(attachment). tingkatkan selain pengetahuan untuk
Penelitian Crosnoe dkk. (2008); para remaja adalah dengan tambahan
Rubin, Fredstrom, dan Bowker (2008) tentang pendewasaan usia perkawinan
dalam Santrock, (2009:394) sehingga selain memahami mereka
menemukan bahwa karakteristik benar-benar bersedia untuk
teman sebaya memiliki pengaruh yang menghindari pernikahan usia dini.
penting terhadap perkembangan
remaja. Hal ini antara lain terlihat SIMPULAN
pada rata-rata prestasi belajar yang 1. Pengetahuan remaja sebelum
tinggi secara konsisten telah menjadi diberikan konseling oleh sebaya
prediktor bagi prestasi sekolah yang dari hasil pre test tentang PUP
positif. didapatkan rerata 60. Terdapat 38

130
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018
Nintinjri Husnida,dkk. Efektifitas Sosialisasi Konseling Sebaya

% remaja memiliki pengetahuan di Mary Rebecca „Rivkha‟ Rogacion,


Peer Counceling, A way of Life,
bawah rerata.
(Manila: The Peer Counseling
2. Pengetahuan remaja setelah Foundation, 1982), h. 16.
Manuaba, Ida Bagus Gde 2010. Ilmu
diberikan konseling oleh sebaya
Kebidanan, Penyakit Kandungan
dari hasil post test tentang PUP dan Keluarga Berencana.
Jakarta. Salemba
didapatkan peningkatan rerata.
Muslikah Bimbingan Teman Sebaya
Terdapat 83 % remaja memiliki Untuk Mengembangkan Sikap
Negatif Terhadap Perilaku Seks
pengetahuan di atas rerata.
Tidak Sehat. Jurnal Bimbingan
3. Terdapat perbedaan yang bermakna Konseling 2 (1) (2013) Prodi
Bimbingan dan Konseling,
dari pengetahuan remaja sebelum
Program Pascasarjana,
dan sesudah diberikan konseling Universitas Negeri Semarang,
Indonesia, h. 14. 34
dari sebaya.
Nukman, 2009 Yang Dimaksud
Pernikahan Dini. Diunduh di
Http:// www.ilhamnuddin . co.id
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 08 Februari
Agus akhmadi. Konseling sebaya 2017 Pukul 11.00 WIB
dalam bimbingan konseling Prawiroharjo, Sarwono, 2006, Ilmu
komprehensif, materi diklat teknis Kebidanan, Edisi Ketiga ,
fungsional peningkatan Jakarta: YBP-SP.
kompetensi guru pertama bk) Santock, J.W. Life Span Defelopment-
widyaiswara balai diklat Perkembangan Masa Hidup.
keagamaan surabaya, h. 5 (Alih Bahasa Achmad Chusairi
BKKBN, Buku Panduan Pendidikan dan Juda Damanik). (Jakarta.
Kesehatan Reproduksi bagi Erlangga) 2002, h. 287
Calon Pengantin.Jakarta, 2006 Suwarjo, “Konseling Teman Sebaya
BKKBN, Panduan Pengelolaan Pusat (Peer Counseling) untuk
Informasi dan Mengembangkan Resiliensi
KonselingKesehatan Reproduksi Remaja,” Makalah Disampaikan
Remaja.Jakarta, 2008 dalam Seminar Pengembangan
Bernardus Widodo. Konseling Sebaya Ilmu Pendidikan FIP UNY, 29
(Peer Counseling). Makalah Februari 2008.
untuk Program Studi Bimbingan
dan Konseling FKIP Universitas
Katolik Widya Mandala Madiun.

131
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 2, November 2018

Anda mungkin juga menyukai