Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERNIKAHAN USIA DINI PADA REMAJA WANITA


Pramana, I Nyoman Adi 1*, Warjiman2, Permana, Luckyta Ibna 3
1Mahasiswa STIKES Suaka Insan Banjarmasin
2,3Dosen STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Email: iadipramana@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan dibawah
umur 20 tahun. Dampak pernikahan usia dini lebih tampak nyata pada remaja
putri dibandingkan remaja laki-laki. Dampak nyatanya adalah terjadinya BBLR,
abortus atau keguguran karena secara fisiologis organ reproduksi (khusunya
rahim) belum sempurna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini pada remaja wanita di Kelurahan
Kelayan Timur Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 41 responden. Teknik
sampling menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel 30 responden dengan
remaja pernikahan usia dini. Penilaian sosial budaya dan orang tua diukur
menggunakan kuesioner dengan skala likert. Analisis data secara univariat
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan data bivariate menggunakan uji chi-
square.
Hasil: Dari tiap variabel menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikansi
orang tua terhadap pernikahan usia dini (p-value 0,001), tingkat pendidikan
terhadap pernikahan usia dini (p-value 0,049), status ekonomi terhadap
pernikahan dini (p-value 0,000), dan sosial budaya terhadap pernikahan usia dini
(p-value 0,000).
Kesimpulan: Orang tua, pendidikan, status ekonomi dan sosial budaya memiliki
hubungan/pengaruh kejadian pernikahan usia dini pada remaja wanita di
Kelurahan Kelayan Timur Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin.

Kata Kunci: Pernikahan Usia Dini, Orang Tua, Pendidikan, Status Ekonomi,
Sosial Budaya
PENDAHULUAN mempengaruhi aspek fisik, umur ibu
Manusia dalam proses juga mempengaruhi aspek psikologi
meneruskan hidupnya anak, ibu usia remaja sebenarnya
membutuhkan pasangan hidup yang belum siap untuk menjadi ibu dalam
dapat memberikan keturunan. arti keterampilan mengasuh
Pernikahan sebagai jalan untuk bisa anaknya. Ibu muda ini lebih
mewujudkan suatu keluarga atau menonjolkan sifat keremajaannya
rumah tangga yang bahagia dan dari pada sifat keibuannya (Ririn
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Karlina, 2016).
Maha Esa. Hal ini dimaksudkan, Pernikahan dini atau menikah
bahwa pernikahan itu hendaknya usia muda (early marriage)
berlangsung seumur hidup dan tidak merupakan pernikahan yang
boleh berakhir begitu saja (Ririn dilakukan oleh sepasang remaja
Karlina, 2016). laki-laki dan perempuan dibawah
Batas usia dalam usia 20 tahun yang seharusnya
melangsungkan pernikahan adalah belum siap untuk menjalankan
penting atau dapat dikatakan sangat kehidupan rumah tangga (BKKBN,
penting. Hal ini disebabkan karena 2010). Menurut Undang-Undang
didalam pernikahan menghendaki perkawinan nomor 1 tahun 1974
kematangan psikologis. Usia pasal 7 ayat (1) menyebutkan
pernikahan dini dapat bahwa, yang dimaksud dengan
mengakibatkan meningkatnya kasus pernikahan dini atau menikah usia
perceraian karena kurangnya muda adalah pernikahan yang
kesadaran untuk bertanggung jawab dilakukan sebelum seseorang
dalam kehidupan berumah tangga mencapai usia dewasa. Kriteria usia
bagi suami dan istri. Pernikahan dewasa dalam hal ini adalah apabila
yang sukses sering ditandai dengan pihak perempuan telah mencapai
kesiapan memikul tanggung-jawab. usia 16 tahun dan untuk pihak laki-
Begitu memutuskan untuk menikah, lakinya mencapai usia 19 tahun
mereka siap menanggung segala (Kumalasari, 2014).
beban yang timbul akibat adanya Terjadinya pernikahan dini
pernikahan, baik yang menyangkut dikalangan masyarakat Indonesia,
pemberian nafkah, pendidikan, khususnya remaja dapat disebabkan
maupun yang berkait dengan oleh adanya berbagai faktor seperti
perlindungan, serta pergaulan yang faktor sosial budaya, ekonomi,
baik (Ririn Karlina, 2016). pendidikan, agama, sulit
Tujuan dari pernikahan yang mendapatkan pekerjaan, media
lain adalah memperoleh keturunan massa, pandangan dan kepercayaan,
yang baik. Pernikahan pada usia dan orang tua (Kumalasari, 2014).
yang terlalu muda mustahil akan Pernikahan yang dilangsungkan
memperoleh keturunan yang pada usia remaja pada umumnya
berkualitas. Kedewasaan ibu juga akan menimbulkan masalah seperti
sangat berpengaruh terhadap fisiologis, psikologis dan sosial
perkembangan anak, karena ibu ekonomi. Dampak pernikahan usia
yang telah dewasa secara psikologis dini lebih tampak nyata pada remaja
akan lebih terkendali emosi maupun putri dibandingkan remaja laki-laki.
tindakannya, bila dibandingkan Dampak nyata pernikahan dini
dengan para ibu muda. Selain adalah terjadinya BBLR, abortus
atau keguguran karena secara November dengan jumlah
fisiologis organ reproduksi pernikahan sebanyak 70 dan jumlah
(khususnya rahim) belum sempurna pernikahan dibawah umur sebanyak
(Intan Prabantari, 2016). Fenomena 41, secara keseluruhan terjadi pada
pernikahan dini (early marriage) perempuan rata-rata dari usia 15-20
masih menjadi masalah yang serius, tahun dan pada laki-laki 16-20
menurut hasil Riset Kesehatan tahun.
Dasar dalam Badan Kependudukan Hasil wawancara yang
dan Keluarga Berencana (BKKBN) dilakukan pada 10 responden remaja
2012, Indonesia menempati urutan putri yang melakukan pernikahan
ke 37 di antara negara-negara yang usia muda di Kelurahan Kelayan
memiliki jumlah pernikahan dini Timur Kecamatan Banjarmasin
tertinggi di dunia, bahkan Indonesia Selatan Kota Banjarmasin, dilihat
menempati urutan ke 2 tertinggi di dari aspek Pendidikannya 7 (70%)
ASEAN, setelah Kamboja. Pada orang mayoritas lulusan Sekolah
tahun 2010, terdapat 158 negara Dasar (SD), 2 (20%) orang Sekolah
dengan usia legal minimum Menengah Pertama (SMP) dan
menikah adalah 18 tahun keatas dan Tidak sekolah 1 (10%) orang.
Indonesia masih di luar itu. Kebanyakan dari mereka tidak
Perempuan muda di Indonesia melanjutkan kejenjang pendidikan
dengan usia 10-14 tahun menikah yang lebih tinggi, dikarenakan
sebanyak 0,2 % atau lebih dari terbentur dengan masalah ekonomi
22.000 wanita muda berusia 10-14 (orang tua yang kurang mampu) dan
tahun di Indonesia sudah menikah. tingkat pendidikan rata-rata orang
Jumlah rata-rata perempuan muda tua mereka juga rendah, sehingga
berusia 15-19 tahun yang menikah kurang mendukung anak
lebih tinggi jika dibandingkan melanjutkan pendidikan kejenjang
dengan laki-laki berusia 15-19 tahun yang lebih tinggi. Berdasarkan latar
(11.7% perempuan: 1,6% Laki-laki). belakang di atas, maka peneliti
Fakta Indonesia, Provinsi dengan tertarik untuk mengetahui “Faktor-
persentase perkawinan dini atau usia faktor apa saja yang mempengaruhi
muda (15-19 tahun) tertinggi adalah pernikahan usia dini pada remaja
Kalimantan Tengah (52,1%), Jawa wanita di Kelurahan Kelayan Timur
Barat (50,2%), serta Kalimantan Kecamatan Banjarmasin Selatan
Selatan (48,4%), Bangka Belitung Kota Banjarmasin”.
(47,9%) dan Sulawesi Tengah
(46,3%). METODOLOGI
Hasil studi pendahuluan yang Jenis penelitian ini adalah
dilakukan peneliti pada tanggal 06 penelitian kuantitatif, rancangan
November 2017 di dapatkan data yang digunakan adalah deskriptif
dari KUA Kecamatan Banjarmasin corelasional dan dengan pendekatan
Selatan, angka kejadian pernikahan cross sectional.
usia dini tertinggi terjadi di Variabel penelitian ini terdiri
Kelurahan Kelayan Timur, dimana dari variabel bebas faktor orang tua,
jumlah penduduk di Kelayan Timur pendidikan, ekonomi, sosial budaya
pada tahun 2017 sebanyak 18.159 dan variabel terikat pernikahan usia
jiwa, dan didapatkan data pada dini.
bulan Januari sampai bulan
Populasi pada penelitian ini jawaban “sangat setuju”, “setuju”,
adalah seluruh remaja wanita yang “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”.
pernikahan usia dini di Kelurahan Waktu penelitian ini
Kelayan Timur Kecamatan dilaksanakan pada tanggal 20
Banjarmasin Selatan Kota Februari sampai 20 Maret 2018 di
Banjarmasin. Adapun populasi pada kelurahan Kelayan Timur
penelitian ini sebanyak 41 orang, kecamatan Banjarmasin Selatan kota
pada bulan Januari sampai bulan Banjarmasin.
November 2017.
Sampel pada penelitian ini HASIL
adalah responden yang memenuhi Tabel 1. Distribusi Frekuensi
kriteria yang sudah ditetapkan oleh Berdasarkan Usia Responden.
peneliti berdasarkan populasi dalam No Usia F %
1. 15-17 10 33,3%
penelitian ini. Jumlah sampel adalah
2. 18-20 20 66,7%
sebanyak 30 responden. Total 30 100 %
Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan Pada tabel 1. diatas, sebagian besar
responden berumur 18-20 tahun atau
metode non probality sampling
dengan jumlah 66,7%.
dengan jenis purposive sampling,
yaitu teknik penetapan sampel untuk Tabel 2. Distribusi Frekuensi
tujuan tertentu. Sampel dipilih Responden Berdasarkan Pendidikan
berdasarkan ciri dan kriteria dari No Tingkat Pendidikan F %
populasi yang sudah diketahui 1. Tidak Sekolah - -
sebelumnya, dengan kriteria sebagai 2. SD 7 23,3%
berikut: Kriteria inklusi yaitu 3. SMP/Sederajat 12 40%
dimana subjek penelitian yang 4. SMA/Sederajat 11 36,7%
memenuhi syarat sebagai sampel, 5. Perguruan Tinggi - -
yaitu: Remaja wanita yang menikah Total 30 100 %
usia di bawah 20 tahun, responden
yang berada di Kelurahan Kelayan Berdasarkan tabel 2. diatas, responden
Timur Kecamatan Banjarmasin dengan kategori pendidikan paling
Selatan Kota Banjarmasin dan terbanyak berada tingkat pendidikan
SMP/Sederajat dengan jumlah 12 orang
bersedia menjadi responden dan
(40%). diikuti oleh tingkat pendidikan
menjawab kuesioner penelitian. SMA /Sederajat yaitu sebanyak 11
Kriteria eksklusi yaitu dimana orang (36,7%), dan pendidikan terendah
subjek penelitian tidak dapat yaitu tingkat pendidikan SD yaitu
mewakili sampel karena tidak sebanyak 7 orang (23,3%).
memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu: Remaja wanita Tabel 3. Distribusi Frekuensi
yang menikah usia di atas 20 tahun, Karakteristik Responden Berdasarkan
responden pindah kota dan tidak Pendapatan
bersedia menjadi responden. No Pendapatan F %
1. Baik (Rp. ≥ 5 16,7%
Instrument yang digunakan
3.500.000)
dalam penelitian ini adalah 2. Cukup (Rp. 13 43,3%
kuesioner mengenai faktor orang tua 1.500.000-
dan sosial budaya terdiri dari 24 2.500.000)
pernyataan dengan menggunakan 3. Kurang (Rp.≤ 12 40%
1.500.000)
skala linkert dengan empat pilihan
Total 30 100 %
orang (40%). Diikuti oleh tingkat
Berdasarkan tabel 3. diatas, responden pendidikan SMA /Sederajat yaitu
dengan pendapatan terbanyak masuk sebanyak 11 orang (36,7%), dan
dalam kategori cukup yaitu 13 orang pendidikan terendah yaitu tingkat
(43,3%), kemudian status ekonomi pendidikan SD yaitu sebanyak 7 orang
keluarga yang berkategori kurang (23,3%).
sebanyak 12 orang (40%) dan status
ekonomi keluarga yang berkategori Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor
baik sebanyak 5 orang (16,7%). Ekonomi terhadap Pernikahan Usia
Dini
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor No Kategori F %
Orang Tua Terhadap Pernikahan Usia 1. Baik 5 6,7%
Dini. 2. Cukup 13 36,7%
No Kategori F % 3. Kurang 12 56,6%
Total 30 100 %
1. Sangat Berpengaruh - -
2. Berpengaruh 17 56,7% Berdasarkan tabel 6. diatas, responden
dengan pendapatan terbanyak masuk
3. Tidak Berpengaruh 13 43,3%
dalam kategori cukup yaitu 13 orang
Total 30 100 % (36,7%), kemudian status ekonomi
keluarga yang berkategori kurang
sebanyak 12 orang (56,6%) dan status
Berdasarkan tabel 4. diatas, responden
yang memiliki faktor orang tua dengan ekonomi keluarga yang berkategori
kategori berpengaruh adalah sebanyak baik sebanyak 5 orang (6,7%).
17 orang (56,7%), serta kategori tidak
berpengaruh adalah sebanyak 13 orang Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor
(43,3%). Sosial Budaya terhadap Pernikahan
Usia Dini
No Kategori F %
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor 1. Sangat - -
Pendidikan Terhadap Pernikahan Usia Berpengaruh
Dini 2. Berpengaruh 16 53,3%
No Kategori F % 3. Tidak 14 46,7%
1. Tidak Sekolah - - Berpengaruh
2. SD 7 23,3% Total 30 100 %
3. SMP/Sederajat 12 40%
Berdasarkan tabel 7. diatas, responden
4. SMA/Sederajat 11 36,7%
yang memiliki faktor sosial budaya
5. Perguruan Tinggi - - yang terbanyak dengan kategori
Total 30 100 % berpengaruh yaitu sebanyak 16 orang
(53,3%), dan responden dengan
Berdasarkan tabel 5. diatas, responden kategori tidak berpengaruh yaitu
dengan kategori pendidikan paling sebanyak 14 orang (46,7%).
terbanyak berada tingkat pendidikan
SMP /Sederajat dengan jumlah 12
Tabel 8. Tabulasi Silang Pengaruh Faktor Orang Tua Terhadap Pernikahan Usia Dini
Pernikahan Usia Dini
Orang Tua Usia 15-17 Usia 18-20 Jumlah
F % F % F %
Sangat
- - - - - -
Berpengaruh
Berpengaruh 10 33,3 7 23,3 17 56,7%
Tidak Berpengaruh - - 13 43,3 13 43,3%
Jumlah 10 33,3% 20 66,7% 30 100%
Continuity Correction (X2 hitung) = 11.471
X2 tabel = 3.841
Degree of freedom (df) = 1
Tingkat signifikansi (Asymp.sig.2-sided) = 0.001
Alfa Value (α) 0,05 atau 5%
OR = 2.429 (95% CI 1,786-10,665

Berdasarkan tabel 8. diatas, analisis Chi-Square Test hasil X2 hitung lebih besar
dibandingkan dengan X2 tabel (11.471 > 3.841) dan nilai tingkat signifikan (asymp.sig.2
sided) lebih kecil di bandingkan nilai α (0.001 < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak,
atau terdapat pengaruh antara faktor orang tua dengan pernikahan usia dini, yang
termasuk dalam kriteria derajat hubungan >0-0,25 adalah korelasi sangat lemah. Analisis
berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) yang didapatkan yaitu 2.429 (95% CI 1,786-10,665
tidak melewati angka 1), maka secara statistik diyakini bahwa 95% signifikan, maka hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin besar pengaruh orang tua maka memiliki
resiko 2.429 kali lebih besar untuk semakin muda umur remaja melakukan pernikahan
usia dini.

Tabel 9. Tabulasi Silang Pengaruh Faktor Pendidikan Terhadap Pernikahan Usia Dini
Pernikahan Usia Dini
Pendidikan Usia 15-17 Usia 18-20 Jumlah
F % F % F %
Perguruan Tinggi - - - - - -
SMA/Sederajat 1 3,3 10 33,3 11 36,7
SMP/Sederajat 5 16,7 7 23,3 12 40
SD 4 13,3 3 10 7 23,3
Tidak Sekolah - - - - - -
Jumlah 10 33,3% 20 66,7% 30 100%
Continuity Correction (X2 hitung) = 4.593
X2 tabel = 3.841
Degree of freedom (df) = 1
Tingkat signifikansi (Asymp.sig.2-sided) = 0,049
Alfa Value (α) 0,05 atau 5%
OR = 9.000 (95% CI 1,786-10,665

Berdasarkan tabel 9. diatas, analisis Chi-Square Test hasil X2 hitung lebih besar
dibandingkan dengan X2 tabel (4.593 > 3.841) dan nilai tingkat signifikan (asymp.sig.2
sided) lebih kecil di bandingkan nilai α (0.049 < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak,
atau terdapat pengaruh antara faktor pendidikan dengan pernikahan usia dini, yang
termasuk dalam kriteria derajat hubungan >0,25-0,5 adalah korelasi cukup. Analisis
berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) yang didapatkan yaitu 9.000 (95% CI 1,786-10,665
tidak melewati angka 1), maka secara statistik diyakini bahwa 95% signifikan, maka hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin besar pengaruh faktor pendidikan maka
memiliki resiko 9.000 kali lebih besar untuk semakin muda umur remaja melakukan
pernikahan usia dini.

Tabel 10. Tabulasi Silang Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Pernikahan Usia Dini
Pernikahan Usia Dini
Ekonomi Usia 15-17 Usia 18-20 Jumlah
F % F % F %
Baik - - 5 16,7 5 16,7%
Cukup 1 3,3 12 40 13 43,3%
Kurang 9 30 3 10 12 40%
Jumlah 10 33,3% 20 66,7% 30 100%
Continuity Correction (X2 hitung) = 15.625
X2 tabel = 3.841
Degree of freedom (df) = 1
Tingkat signifikansi (Asymp.sig.2-sided) = 0,000
Alfa Value (α) 0,05 atau 5%
OR = 51.000 (95% CI 1,786-10,665

Berdasarkan tabel 10. diatas, analisis chi-square test, hasil X2 hitung lebih besar
dibandingkan dengan X2 tabel (15.625>3.841) dan nilai tingkat signifikan (asymp.sig.2
sided) lebih kecil di bandingkan nilai α (0,000< 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak,
atau terdapat pengaruh antara faktor ekonomi dengan pernikahan usia dini, yang termasuk
dalam kriteria derajat hubungan >0-0,25 adalah korelasi sangat lemah. Analisis
berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) yang didapatkan yaitu 51.000 (95% CI 1,786-10,665
tidak melewati angka 1), maka secara statistik diyakini bahwa 95% signifikan, maka hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin besar pengaruh faktor ekonomi maka
memiliki resiko 51.000 kali lebih besar untuk semakin muda umur remaja melakukan
pernikahan usia dini.

Tabel 11. Tabulasi Silang Pengaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap Pernikahan Usia Dini
Pernikahan Usia Dini
Sosial Budaya Usia 15-17 Usia 18-20 Jumlah
F % F % F %
Sangat Berpengaruh - - - - - -
Berpengaruh 10 33,3 6 20 16 53,3
Tidak Berpengaruh - - 14 46,7 14 46,7
Jumlah 10 33,3% 20 66,7% 30 100%
Continuity Correction (X2 hitung) = 13.125
X2 tabel = 3.841
Degree of freedom (df) = 1
Tingkat signifikansi (Asymp.sig.2-sided) = 0,000
Alfa Value (α) 0,05 atau 5%
OR = 2.667 (95% CI 1,786-10,665

Berdasarkan tabel 11. diatas, analisis chi-square test hasil X2 hitung lebih besar
dibandingkan dengan X2 tabel (13.125>3.841) dan nilai tingkat signifikan (asymp.sig.2
sided) lebih kecil di bandingkan nilai α (0,000<0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak,
atau terdapat pengaruh antara faktor sosial budaya dengan pernikahan usia dini, yang
termasuk dalam kriteria derajat hubungan >0-0,25 adalah korelasi sangat lemah. Analisis
berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) yang didapatkan yaitu 2.667 (95% CI 1,786-10,665
tidak melewati angka 1), maka secara statistik diyakini bahwa 95% signifikan, maka hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin besar pengaruh faktor sosial budaya maka
memiliki resiko 2.667 kali lebih besar untuk semakin muda umur remaja melakukan
pernikahan usia dini.

PEMBAHASAN diharapkan dengan pendidikan yang


Umur mempengaruhi tinggi maka orang tersebut akan
kematangan berpikir dan semakin luas pula pengetahuannya
pengalaman yang didapat, semakin dan semakin mudah untuk
bertambah sejalan dengan menerima informasi. Sehingga
pertambahan umur sehingga dapat semakin banyak informasi yang
dijelaskan bahwa umur berpengaruh diterima, dalam hal ini yaitu
terhadap pengetahuan seseorang. informasi mengenai kesehatan
Dalam hubungan dengan hukum tentang akibat dan dampak dari
menurut UU perkawinan, usia pernikahan usia dini terhadap
minimal untuk suatu perkawinan kesehatan. Maka diharapkan orang
adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tua dan anak serta masyarakat bisa
tahun untuk pria (Pasal 7 UU No. mengetahui dan memahami
1/1974 tentang perkawinan). Jelas kesehatan tentang akibat dan
bahwa UU tersebut menganggap dampak dari pernikahan usia dini
orang di atas usia tersebut bukan pada remaja wanita tentang
lagi anak-anak sehingga mereka kesehatannya, sehingga muncul
sudah boleh menikah. Batasan usia keinginan remaja wanita untuk tidak
ini dimaksud untuk mencegah cepat menikah di usia dini terkait
perkawinan terlalu dini. Namun dengan kesehatan.
demikian, selama seseorang belum Responden terbanyak yaitu
mencapai usia 21 tahun masih masuk ke dalam kategori
diperlukan izin orang tua untuk pendapatan cukup yaitu sebesar
menikahkan anaknya. Setelah Rp.1.500.000-2.500.000 sebanyak
berusia di atas 21 tahun, boleh 13 responden (43,3%). Penghasilan
menikah tanpa izin orang tua (Pasal dengan kategori cukup jika
6 ayat 2 UU No. 1/1974) (Koes digunakan untuk kebutuhan
Irianto, 2015). keluarga yang tinggal di perkotaan
Pernikahan yang ideal untuk untuk kebutuhan hidup selama 1
perempuan adalah 21-25 tahun bulan tidaklah cukup, dengan
sementara laki-laki 25-28 tahun. penghasilan yang seadanya maka
Kerena di usia itu, organ reproduksi cenderung seseorang akan menekan
perempuan secara psikologis sudah biaya untuk pemenuhan konsumsi
berkembang dengan baik dan kuat menjadi seminimal mungkin.
serta siap untuk melahirkan Ekonomi merupakan salah satu
keturunan secara fisik. Sementara faktor yang sangat penting dalam
laki-laki pada usia ini kondisi psikis keluarga. Dalam hal ini fungsi
dan fisiknya sangat kuat, sehingga ekonomi keluarga dimaksudkan
mampu menopang kehidupan untuk memenuhi dan mengatur
keluarga untuk melindungi baik ekonomi dari anggota keluarga
secara psikis emosional, ekonomi terutama pekerjaan dan penghasilan.
dan sosial (Koes Irianto, 2015). Untuk memenuhi kebutuhan
Pendidikan merupakan dasar hidupnya sehari-hari maka
pengetahuan intelektual yang seseorang atau keluarga harus
dimiliki seseorang, dimana mempunyai pekerjaan. Tinggi
rendahnya penghasilan seseorang mereka sengaja menikahkan
akan mempengaruhi cara hidup anaknya cepat-cepat karena melihat
seseorang. Keadaan perekonomian anaknya sudah besar dan telah
seseorang yang lemah atau kurang mempunyai kekasih. Karena tidak
akan menyebabkan terjadinya mau anaknya berhubungan terlalu
pernikahan dini. Orang tua akan jauh dan nantinya akan memalukan
segera menikahkan anaknya, dengan keluarganya. Maka mereka segera
alasan kehidupan ekonomi, seperti menjodohkan dan menikahkan
ketidak mampuan orang tua dalam anaknya, setelah mereka
menghidupi keluarganya, sehingga menikahkan anaknya maka mereka
untuk mengurangi beban, maka merasa bahwa tanggung jawabnya
mereka akan segera menikahkan sebagai orang tua sudah selesai.
anaknya (Kumalasari, 2014). Peneliti juga berpendapat
Peneliti berpendapat bahwa bahwa rendahnya tingkat
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang tua berpengaruh
pernikahan usia dini pada remaja di terhadap pernikahan dini, sehingga
Kelurahan Kelayan Timur pola pikir mereka pun bersifat
Kecamatan Banjarmasin Selatan pasrah dan menerima. Kepasrahan
karena faktor orang tua. Dilihat hasil inilah maka orang tua kurang
kuesioner orang tua, bahwa item 1 memahami adanya UU Perkawinan
menunjukan kategori tinggi, dimana No.1 Tahun 1974.
isinya adalah mengikuti kata orang Sejalan dengan penelitian
tua. merupakan hal yang harus Karlina R (2016), perkawinan juga
dilakukan oleh seorang anak. Hal sering terjadi karena sejak kecil
ini menunjukan dorongan orang tua anak telah dijodohkan oleh kedua
menjadi penyebab pernikahan dini, orang tuanya. Orang tua akan
dimana orang tua memaksakan merasa bangga jika anaknya dilamar
anaknya untuk melakukan oleh orang yang lebih kaya, dengan
pernikahan meskipun belum cukup harapan kedudukanya atau status
umur. Sebuah keluarga yang ekonomi dan sosialnya akan
mempunyai anak gadis tidak akan meningkat. Alasan orang tua
merasa tenang sebelum anak menyetujui pernikahan anak ini
gadisnya menikah. Orang tua seringkali dilandasi pula oleh
merupakan pengaruh keputusan dari ketakutan akan terjadinya kehamilan
ayah atau ibu seorang anak, baik di luar nikah akibat pergaulan bebas
melalui hubungan biologis maupun atau untuk mempererat tali
sosial. Dilihat hasil kuesioner item kekeluargaan. Orang tua yang
no 6, orang tua berkewajiban untuk memiliki keterbatasan pemahaman
mencarikan jodoh untuk anaknya. khususnya tentang kesehatan
Seperti yang disampaikan oleh reproduksi, hak anak maka
orang tua dari reponden 1 yang pada kecenderungan yang terjadi adalah
saat menikah berusia 17 tahun, menikahkan anaknya. Intan
keluarga mengatakan “karena Prabantari (2016) mengatakan
melihat anaknya sudah terlalu dekat bahwa faktor orang tua juga menjadi
dengan kekasihnya maka untuk penyebab pernikahan dini, dimana
menghindari hal-hal yang tidak orang tua memaksakan anaknya
diinginkan maka dia menikahkan untuk melakukan pernikahan
anaknya”. Peneliti berpendapat meskipun belum cukup umur.
Peneliti berpendapat dari hasil (2015) juga mengungkapkan
penelitian didapatkan bahwa paling rendahnya tingkat pendidikan
banyak responden memiliki tingkat maupun pengetahuan orang tua,
pendidikan (SD/SMP), hal ini anak dan masyarakat, menyebabkan
dikarenakan faktor ekonomi di adanya kecenderungan
lingkungan sekitar. Dimana banyak mengawinkan anaknya yang masih
orangtua yang tidak membiayai dibawah umur.
kelanjutan sekolah anaknya dengan Peneliti berpendapat bahwa
beralasan tidak memiliki biaya responden yang menikah pada usia
untuk melanjutkan sekolah, selain dini di wilayah kerja Puskesmas
itu orang tua berpendapat bahwa Kelayan Timur kebanyakan karena
remaja putri tidak perlu untuk kondisi ekonomi keluarga. Mereka
sekolah terlalu tinggi karena biaya beranggapan bahwa dengan
hidupnya kelak akan ditanggung menikahkan anaknya, maka beban
oleh suami. Tingkat pendidikan dan ekonomi akan sedikit berkurang,
pengetahuan yang rendah dapat karena anak yang sudah menikah
mempengaruhi pola pikir terbatas akan menjadi tanggung jawab
yang akan berdampak kepada suaminya. Bahkan para orang tua
perilaku individu (Fatimah S, 2009). berharap setelah anaknya menikah
Dalam pemikiran yang terbatas ini dapat membantu kehidupan orang
remaja lebih memikirkan hal yang tuanya. Orang tua juga berharap
tidak begitu penting dalam anaknya yang sudah menikah akan
hidupnya. Perilaku remaja tersebut membantu perekonomian orang tua.
seperti remaja yang lebih Data yang dihasilkan dalam
memfokuskan dirinya untuk penelitian menunjukkan,
memikirkan hal-hal menikah muda, kebanyakan dari mereka
hal ini dilakukan supaya lebih berpenghasilan menjadi wiraswasta
dihargai. Pendidikan dan seperti berjualan di pasar, menjadi
pengetahuan yang cukup dan buruh bangunan, penjahit, dan yang
memadai akan melandasi setiap lainnya. Hal ini mengakibatkan
keputusan-keputusan dalam perekonomian mereka menjadi
menghadapi masalah kehidupan, kurang tidak menentu perbulannya.
sehingga perempuan akan lebih Sehingga, kebanyakan dari mereka
dihargai bila berilmu. Pendidikan memanfaatkan pernikahan sebagai
penting, karena pada dasarnya tugas upaya untuk mengurangi beban
seorang anak adalah sekolah dengan ekonomi.
baik. Alasan yang menyebabkan Sejalan dengan Ririn Karlina
kebanyakan seorang anak putus (2016), bahwa salah satu faktor
sekolah yaitu keterbatasan dana yang menyebabkan terjadinya
yang dimiliki orang tua sehingga pernikahan usia muda karena
seorang anak itu harus putus adanya tekanan ekonomi sehingga
sekolah. dapat mendorong orang tua untuk
Sejalan dengan teori A. Muri melepaskan anaknya dan tanggung
Yusuf, 1982:48 dalam penelitian Siti jawabnya.
Fatimah (2009) menyatakan Peneliti berpendapat dari data
rendahnya tingkat pendidikan orang diatas, sebagian besar faktor sosial
tua dapat berpengaruh terhadap budaya yang tertinggi dalam
pernikahan anaknya. Koes Irianto kategori berpengaruh sebanyak 16
orang (53,3%). Hal ini menunjukkan Sejalan dengan penelitian
pengaruh dari segi sosial budaya Karlina R (2016), bahwa pernikahan
atau adat istiadat sangat usia dini dilakukan untuk
mempengaruhi terjadinya mempererat ikatan hubungan
pernikahan usia dini. Jika dilihat kekeluargaan antara kerabat
dari hasil kuesioner item No 17 mempelai laki-laki dan kerabat
yang isinya menjodohkan anak mempelai perempuan yang memang
dengan laki-laki pilihan orang tua telah lama mereka inginkan
adalah salah satu cara mencegah bersama. Pengaruh tradisi yang
putusnya tali kekerabatan. masih kuat akan mempengaruhi pola
Kuesioner ini menunjukkan bahwa pikir orang tua terhadap pandangan
orang tua (responden) memutuskan nikah usia muda.
untuk menikahkan anaknya di usia Peneliti berpendapat bahwa
dini karena mencegah terputusnya faktor orang tua erat sekali
kekerabatan antar keluarga. Buah pengaruhnya terhadap terjadinya
dari keputusan ini adalah upaya pernikahan usia dini. Orang tua
untuk menjodohkan anaknya di usia berperan penting dalam
muda, dan keputusan ini selanjutnya pengambilan keputusan buat anak-
berakhir pada kebiasaan-kebiasaan anaknya. Mereka sengaja
bagi mereka. menikahkan anaknya cepat-cepat
Peneliti berpendapat bahwa dari karena melihat anaknya sudah besar
hasil penelitan dapat dilihat masih dan telah mempunyai kekasih.
banyak remaja putri yang percaya Orang tua tidak mau anaknya
terhadap kebudayaan tentang berhubungan terlalu jauh dengan
pernikahan usia muda di Kelurahan kekasihnya dan nantinya akan
Kelayan Timur Kecamatan memalukan keluarganya, maka
Banjarmasin Selatan Kota mereka segera menjodohkan dan
Banjarmasin. Anggapan-anggapan menikahkan anaknya. Setelah
yang salah tentang pernikahan usia mereka menikahkan anaknya,
muda tidak hanya dipercaya oleh mereka merasa bahwa tanggung
remaja putri, melainkan juga oleh jawabnya sebagai orang tua sudah
masyarakat sekitar. Hasil Analisa selesai. Penelitan ini menunjukkan
jawaban berdasarkan kuisioner bahwa masih banyak remaja putri
menyatakan bahwa responden yang menikah atas dasar dorongan
paling banyak mempercayai bahwa dari orang tua, bukan atas pilihan
pernikahan usia muda boleh atau keinginannya sendiri. Data
dilakukan karena kedewasaan menunjukkan Kelurahan Kelayan
seseorang itu dinilai dengan status Timur Kecamatan Banjarmasin
pernikahan. Berkembangnya Selatan Kota Banjarmasin, orang tua
kepercayaan terhadap kebudayaan beranggapan bahwa apabila anak
tentang pernikahan usia muda perempuannya sudah menikah orang
tersebut terjadi karena kebiasaan tua merasa bahwa anaknya sudah
saling berbicara dengan tetangga laku untuk menjadi istri dan orang
dan juga pada saat ada acara seperti tua sudah merasa terlepas dari
arisan dan pengajian terkadang tanggung jawab anak perempuannya
membahas tentang hal tersebut, setelah dinikahkan.
sehingga kepercayaannya masih Sejalan dengan penelitian Intan
melekat. Prabantari (2016), faktor orang tua
juga menjadi penyebab pernikahan Kota Banjarmasin, yang
dini, orang tua memaksakan membuktikan bahwa rendahnya
anaknya untuk melakukan tingkat pendidikan dapat
pernikahan meskipun belum cukup mempengaruhi kejadian pernikahan
umur. dini.
Penelitian yang dilakukan di Peneliti berpendapat bahwa
Kelurahan Kelayan Timur sebanyak responden yang menikah usia dini di
40% pasangan yang menikah Kelurahan Kelayan Timur
dibawah umur dipengaruhi oleh Kecamatan Banjarmasin Selatan
faktor pendidikan. Responden yang Kota Banjarmasin kebanyakan
berpendidikan SMP yang karena kondisi ekonomi keluarga.
melakukan perkawinan usia muda Orang tua mereka beranggapan
(40%) sedangkan yang bahwa dengan menikahkan anaknya,
berpendidikan SMA (36,7%). Hasil maka beban ekonomi akan sedikit
penelitian menunjukan bahwa berkurang, karena anak yang sudah
dengan pendidikan yang tinggi menikah akan menjadi tanggung
belum tentu tidak melakukan jawab suaminya. Bahkan para orang
perkawinan usia muda. Pendidikan tua berharap setelah anaknya
yang tinggi tidak menentukan menikah dapat membantu kehidupan
banyaknya informasi yang diperoleh orang tuanya. Orang tua juga
tentang dampak dari perkawinan berharap anaknya yang sudah
usia dini. Peneliti berpendapat, menikah akan membantu
responden mayoritas memiliki perekonomian orang tua. Menikah
tingkat pendidikan (SD dan SMP), muda berkaitan erat dengan masalah
hal ini dikarenakan faktor ekonomi nilai ekonomi anak, disini anak
di lingkungan sekitar, banyak mempunyai peran yang sangat
orangtua yang tidak membiayai besar, dimana anak yang telah
kelanjutan sekolah anaknya dengan menikah akan bisa membantu beban
beralasan tidak memiliki biaya orang tuanya. Selain itu adanya
untuk melanjutkan sekolah, selain kekhawatiran orang tua terhadap
itu orang tua berpendapat bahwa anaknya yang akan menjadi
remaja putri tidak perlu untuk perawan tua juga mendorong adanya
sekolah terlalu tinggi karena biaya pernikahan dini, apalagi jika melihat
hidupnya kelak akan ditanggung anaknya telah mempunyai pacar dan
oleh suami. Tingkat pendidikan dan takut akan berbuat hal yang tidak
pengetahuan yang rendah dapat baik, maka orang tua akan segera
mempengaruhi pola pikir terbatas menikahkan anaknya (Siti Fatimah,
yang akan berdampak kepada 2009).
perilaku individu (Karlina R, 2016). Hasil penelitian miliki Intan
Rendahnya tingkat pendidikan Prabantari (2016) menunukkan
seseorang dapat mempengaruhi bahwa pernikahan dini terjadi
terjadinya pernikahan dini. Hal karena faktor ekonomi, orang tua
tersebut membuktikan bahwa ada lebih mementingkan keegoisannya
hubungan atau pengaruh antara untuk menikahkan anaknya diusia
penelitian yang telah dilakukan dini, karena mereka berfikir jika
dengan penelitian yang dilakukan di anaknya menikah maka tanggung
Kelurahan Kelayan Timur jawabnya berkurang dan bebannya
Kecamatan Banjarmasin Selatan ekonominya berkurang.
Peneliti berpendapat bahwa dari Kelayan Timur Kecamatan
hasil penelitan dapat dilihat masih Banjarmasin Selatan Kota
banyak remaja putri yang percaya Banjarmasin tahun 2018 yaitu:
terhadap kebudayaan tentang Orang tua, pendidikan, status
pernikahan usia muda di Kelurahan ekonomi dan sosial budaya memiliki
Kelayan Timur Kecamatan hubungan dengan kejadian
Banjarmasin Selatan Kota pernikahan usia dini pada remaja
Banjarmasin. Anggapan-anggapan wanita di Kelurahan Kelayan Timur
yang salah tentang pernikahan usia Kecamatan Banjarmasin Selatan
muda tidak hanya dipercaya oleh Kota Banjarmasin. Penelitian ini
remaja putri, melainkan juga oleh berhasil memformulasikan saran
masyarakat sekitar. Hasil kuisioner yang dapat berguna kedepannya,
yang didapatkan menujukkan bahwa seperti kepada peneliti selanjutnya
responden paling banyak dapat melanjutkan penelitian ini
mempercayai kebudayaan bahwa atau menggali lebih jauh lagi faktor-
pernikahan usia muda boleh faktor yang mempengaruhi
dilakukan karena kedewasaan pernikahan usia dini pada remaja
seseorang itu dinilai dengan status wanita di Kelurahan Kelayan Timur
pernikahan. Berkembangnya Kecamatan Banjarmasin Selatan
kepercayaan terhadap kebudayaan Kota Banjarmasin dengan metode
tentang pernikahan usia muda kualitatif.
tersebut terjadi karena kebiasaan
saling berbicara dengan tetangga ACKNOWLEDGMENT
dan juga pada saat ada acara seperti Ucapan Terima kasih yang
arisan dan pengajian. sebesar-besarnya bagi seluruh
Hasil penelitian ini sesuai responden yang sudah dengan
dengan penelitian Ririn Karlina sangat baik membantu
(2016), mengatakan pengaruh tradisi menyukseskan kegiatan peneltian
yang masih kuat akan ini. Terima kasih juga kepada
mempengaruhi pola pikir orang tua Pemerintah Kelurahan Kelayan
terhadap pandangan nikah usia Timur Kecamatan Banjarmasin
muda. Priyanti (2013) menunjukkan Selatan Kota Banjarmasin. dan
bahwa faktor budaya dalam STIKES Suaka Insan yang sudah
penelitian ini termasuk dorongan sangat mendukung terselesaikannya
orang tua, dimana orang tua penelitian ini.
menjodohkan anaknya dengan
kolega atau penduduk yang DAFTAR PUSTAKA
berdomisili satu wilayah. Hal ini Fatimah S. (2009). Faktor-faktor
disebabkan karena orang tua takut pendorong pernikahan dini dan
anaknya disebut sebagai perawan dampaknya di desa Sarimulya
tua karena sebagian besar remaja kecamatan Kemusu kabupaten
khususnya remaja puteri menikah Boyolali. Diakses melalui
dibawah usia 20 tahun. http://lib.unnes.ac.id/2104/1/42
28. pada tanggal 22 Desember
KESIMPULAN 2017.
Faktor-faktor yang Irianto Koes. (2015). Kesehatan
mempengaruhi pernikahan usia dini reproduksi. Bandung: Salemba
pada remaja wanita di Kelurahan Medika.
Karlina R. (2016). Faktor-faktor
penyebab terjadinya
pernikahan usia muda di desa
Negeri Ratu Ngambur
kecamatan Ngambur kabupaten
Pesisir Barat. Diakses melalui
http://digilib.unila.Ac.Id/24538/
22/Skripsi%20tanpa%20bab%2
0pembahasan, pada tanggal 20
November 2017.
Kumalasari I. (2014). Kesehatan
reproduksi untuk mahasiswa
kebidanan dan keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Novita H. (2016). Faktor dominan
penyebab pernikahan usia dini
di kecamatan Banjarmasin
Selatan. Diakses melalui
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/i
ndex.php/jpg/article/view/2296,
pada tanggal 20 November
2017
Prabantari Intan. (2016). Faktor
penyebab pernikahan dini dan
dampaknya dalam mengasuh
anak: studi kasus di Desa
Ngerdemak kecamatan
Karangrayung Kabupaten
Grobogan. Diakses tanggal 23
November 2017.
Priyanti. (2013). Faktor yang
berhubungan dengan
perkawinan usia muda pada
penduduk kelompok umur 12-19
tahun di desa Puji Mulyo
kecamatan Sunggal Kabupaten
Deli Serdang. Diakses melalui
https://jurnal.usu.ac.id/index.ph
p/gkre/article/view/5147, pada
tanggal 19 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai