Anda di halaman 1dari 3

SGDs Goal no.5,indicator 5.6.

1 proposisi perempuan berusia 15-49 tahun yang membuat


keputusan sendiri tentang hubungan seksual, penggunaan kontrasepsi dan perawatan
kesehatan reproduksi

A. Latar belakang
Proposisi perempuan berusia 15-49 tahun yang membuat keputusan sendiri tentang hubungan
seksual, penggunaan kontrasepsi dan perawatan kesehatan reproduksi
Menurut saya, Kehamilan pada remaja merupakan salah satu isu kesehatan yang kompleks dan
telah menjadi perhatian berbagai negara di dunia. Penanganan kehamilan pada remaja tidak
hanya sebatas meningkatkan pengetahuan tentang hubungan seksual dan kesehatan reproduksi,
melainkan juga mengupayakan akses mereka terhadap pelayanan kesehatan. Kehamilan pada
remaja sering kali merupakan kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy).
Dampaknya tentu saja adalah tindakan aborsi yang dilakukan secara paksa dan tidak aman
(unsafe abortion). Di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, komplikasi kehamilan
dan unsafe abortion masih menjadi penyebab utama kematian remaja perempuan 15-19 tahun.
1 Untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sekaligus menurunkan angka kematian ibu
tersebut, maka sejumlah upaya intervensi telah dilakukan, salah satunya adalah dengan
menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) melalui penggunaan kontrasepsi. Setiap tahun,
diperkirakan hampir 1 juta perempuan berusia remaja mengalami persalinan.1 Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat adanya peningkatan Age Specific Fertility
Rate (ASFR) pada perempuan usia 15-19 tahun yaitu dari 39 kelahiran hidup per 1000 wanita
kawin pada tahun 2007 menjadi 48 kelahiran hidup per 1000 wanita kawin pada tahun 2012.
Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat selama
beberapa tahun. Berdasarkan laporanSDKI tahun 2012, diketahui bahwa prevalensi pemakaian
alat kontrasepsi atau ContraceptionPrevalence Rate (CPR) secara nasional mencapai 62%.2
Angka ini cukup tinggi dibandingkan tahun 1997 yang telah mencapai lebih dari 55%.3 Laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 juga menunjukkan adanya peningkatan penggunaan KB
secara nasional yaitu dari 55,8% (2010) menjadi 59,7% (2013) dengan dominasi penggunaan
kontrasepsi non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) hampir 50%. Akan tetapi,
permasalahan saat ini adalah belum tercapainya target pencapaian unmet need pada wanita usia
subur (WUS) sebesar 6,5%.4 Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa masih ada sekitar 11% wanita
pernah kawin yang kebutuhan kontrasepsinya tidak terpenuhi.
Padahal saat ini tercatat sekitar 75% wanita kawin yang memerlukan pelayanan KB, namun baru
85% di antaranya yang baru terpenuhi. Hal ini menunjukkan adanya kegagalan dalam
pengambilan keputusan terutama pada perempuan untuk mencegah dan menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan. WUS yang tidak menggunakan kontrasepsi tentu saja akan berpeluang
besar untuk hamil serta mengalami komplikasi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas
karena jarak hamil yang terlalu dekat atau melahirkan yang terlalu sering.
Beberapa penelitian telah mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi, terutama pada WUS di negaranegara berkembang. Sejumlah penelitian di India dan
Bangladesh, sebagai contoh, menemukan bahwa tingkat pendidikan, jumlah anak serta status
ekonomi menjadi determinan penting pada penggunaan dan pemilihan metode kontrasepsi,
Sementara itu, hasil penelitian di Afrika menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, lokasi tempat
tinggal, dan status kawin adalah sejumlah prediktor terkait penggunaan kontrasepsi pada remaja
perempuan yang aktif secara seksual. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas dan cakupan informasi
serta pelayanan kontrasepsi pada seluruh kelompok WUS, tak terkecuali pada remaja
perempuan, menjadi kebutuhan sekaligus tantangan program KB saat ini. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan kontrasepsi pada remaja kawin di Indonesia, sehingga dapat
menjadi bahan masukan bagi stakeholders dalam menyiapkan strategi intervensi program
Kesehatan reproduksi yang tepat dan efektif

B. Kondisi di Indonesia
UN Women atau organisasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tentang perempuan, merilis data
tentang 'Perempuan dalam Politik: 2017'. Persentase perbandingan jumlah laki-laki dan
perempuan dalam parlemen dan kabinet jadi dasar dalam publikasi ini. Data ini dirilis pada April
2017 berdasarkan kondisi pada 1 Januari 2017.
Merujuk pada data tersebut, adalah Bulgaria, Prancis, dan Nikaragua yang menempati posisi
pertama dalam persentase perempuan di kabinet. Ketiga negara tersebut memiliki 9 menteri
perempuan dari 17 kursi di kabinet atau ada 52,9% keterwakilan perempuan di tingkat eksekutif
nasional. Berdasarkan jumlah, ada Kanada dan Afrika Selatan yang memiliki 15 menteri
perempuan. Namun di Kanada ada 30 kursi menteri, kemudian Afrika Selatan ada 36. Bagaimana
dengan posisi Indonesia? PBB menempatkan Indonesia di posisi 46 soal jumlah keterwakilan
perempuan di kabinet. Menurut catatan PBB saat itu, Indonesia punya 9 menteri perempuan dari
35 kursi di kabinet atau 25,7%. Padahal saat ini di Indonesia tercatat ada 34 menteri.

C. Budaya,tradisi,agama di Indonesia
Di indonesia mengenai hak laki-laki dan perempuan memang setara tetapi dalam islam pemimpin
itu harus laki-laki karena kedudukan lelaki lebih tinggi.sebagian dari budaya lain masih banyak
yang menganggap perempuan itu lemah tidak pantas untuk disetarakan dengan laki-laki.
Sedangkan dalam tradisi kodrat perempuan itu sebagai ibu rumah tangga dan hanya laki-laki
yang bekerja oleh karena itu di indonesia perempuan masih sedikit yang berpartisipasi
sosial,terutama dalam memperjuangkan hak dan kekuasan politik di berbagai lembaga. Jadi inti
permasalah Masih kurangnya representasi perempuan dalam parlemen dapat disiasati dengan
penguatan dan peningkatan angka batas kuota dalam rangka meningkatkan kemungkinan
keterpilihan perempuan. Selain itu, penguatan kebijakan terkait penempatan caleg perempuan
pada nomor urut teratas dan penambahan caleg perempuan dalam daftar calon di semua Dapil.
Tak hanya itu, perlu adanya sanksi tegas pada partai politik jika tidak memenuhi ketentuan
penempatan caleg perempuan sebanyak kuota yang telah ditetapkan. Hal ini menjadi penting,
sebab UU Partai Politik dan Pemilu ini merupakan salah satu parameter dalam melihat respons
negara terkait kesetaraan gender. Keterwakilan perempuan dalam parlemen ini perlu menjadi
perhatian penting. Lantaran kehadiran perempuan di parlemen memberikan otoritas pada
perempuan untuk membuat kebijakan yang berkontribusi besar pada pencapaian hak-hak
perempuan, khususnya kesetaraan gender. Sebab seringkali anggota laki-laki tidak dapat
sepenuhnya mewakili kepentingan perempuan karena adanya perbedaan pengalaman dan
kepentingan antara keduanya.
D. Kesejahteraan perempuan hari ini
Tingginya angka kekerasan membuat Pemerintah yaitu Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan
Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) pada tahun 2016 untuk mengetahui
informasi mengenai pengalaman hidup perempuan yang mengalami kekerasan dengan usia 15
tahun keatas. Diketahui sebanyak 33,4% perempuan usia 15-64 tahun telah mengalami
kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual selama hidupnya, dengan jumlah kekerasan fisik
sebanyak 18,1% dan kekerasan seksual 24,2%.me
Diantara banyaknya kasus kekerasan pada perempuan, tingkat kekerasan baik secara fisik dan
seksual yang dialami perempuan belum menikah yaitu sebesar 42,7%. Kekerasan seksual paling
banyak dialami perempuan yang belum menikah yaitu 34.4%, lebih besar dibanding kekerasan
fisik yang hanya 19.6%. Angka tersebut membuktikan bahwa masih banyak perempuan yang
belum menikah menjadi korban kekerasan, dimana pelaku bisa saja datang dari orang terdekat
seperti pacar, teman, rekan kerja, tetangga, dsb. Namun jenis kekerasan ini bisa jadi dilakukan
oleh orang asing yang bahkan tidak dikenal oleh korban.

E. Daftar pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/222769-penggunaan-kontrasepsi-pada-remaja-
perem.pdf

di kerjakan menurut pribadi sendiri

Anda mungkin juga menyukai