Disusun Oleh :
BLITAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi Gender
dengan judul “Pengarusutamaan gender ”
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Gender
sebagai Pengganti UTS dan sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang bermanfaat. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan dalam
pembuatannya. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... 1
BAB I ......................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 4
BAB II ........................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Pengertian Pengarusutamaan Gender ............................................... 5
2.2 Penyebab Pengarusutamaan Gender (PUG) ..................................... 8
2.3 Dampak dari Pengarusutamaan Gender (PUG) ................................ 9
2.4 Upaya penanggulangan Pengarusutamaan Gender (PUG) ............. 10
BAB III..................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengarusutamaan gender merupakan salah satu strategi pembangunan yang
dilakukan dengan cara pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan
kepentingan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan program, proyek dan kegiatan di
berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.
Dengan adanya Inpres No. 9 Tahun 2000 pada semua program kerja, maka
anggaran (APBD) diharapakan untuk lebih sensitif gender dimana penggunaannya
untuk kesejahteraan rakyat yang berdasarkan keadilan dan kesetaraan. Pelaksanaan
Inpres Pengarusutamaan Gender dalam konteks otonomi daerah dan pembangunan
daerah diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132 Tahun 2003 yang
kemudian direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.
Ditambahkan juga perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri dari Permendagri No
15 tahun 2008 menjadi Permendagri no 67 tahun 2011.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari judul dan latar belakang diatas, maka timbul Perumusan
Masalah sebagai berikut :
a) Apa yang dimaksud dengan Pengarusutamaan Gender (PUG) ?
b) Apa penyebab kenapa harus ada PUG?
c) Bagaimana jika PUG ada dan bagaimana jika PUG tidak ada?
d) Bagaimana untuk menganggulangi PUG?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Isu gender juga merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan,
khususnya pembangunan sumber daya manusia. Walaupun sudah banyak upaya yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan penguatan
kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG), namun data menunjukkan
masih adanya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, partisipasi,
kontrol, dan manfaat, serta penguasaan terhadap sumber daya, seperti pada bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, dan bidang strategis lainnya.
PUG adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek kehidupan manusia melalui
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan
permasalahan perempuan dan laki-laki untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki
5
mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dari
seluruh kebijakan, program, kegiatan di berbagai bidang kehidupan pembangunan
nasional dan daerah. Indonesia telah memiliki komitmen kuat dalam mengupayakan
terwujudnya kesetaraan dan pengarusutamaan gender. Hal ini dibuktikan dengan
adanya komitmen pemenuhan hak-hak dasar perempuan antara lain dalam UUD 1945,
Inpres No. 9 Tahun 2000, dan Peraturan Presiden tentang RPJMN 2020-2024.
Upaya mencapai kehidupan yang lebih baik dilakukan secara terus menerus
oleh Pemerintah dengan pembangunan kualitas hidup masyarakat tanpa membedakan
jenis kelamin tertentu. Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah,
swasta maupun masyarakat tergantung pada peran serta seluruh penduduk, baik laki-
laki maupun perempuan sebagai pelaku, dan sekaligus sebagai penerima manfaat hasil
pembangunan.
6
dimana perempuan yang telah menikah dapat memilih untuk memperoleh
NPWP atas namanya sendiri.
2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu, yaitu kebijakan penurunan tarif Pajak Penghasilan
final bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari 1% menjadi
0,5 dari omzet, untuk meningkatkan kemampuan Ekonomi UMKM.
3. PMK No. 177/PMK.04/2016 tentang Pembebasan Bea Masuk dan Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang/ Bahan/Mesin yang dilakukan
oleh Industri Kecil dan Menengah dengan Tujuan Ekspor, merupakan insentif
fiskal untuk mendorong daya saing IKM dalam skala internasional.
4. PMK No. 22/PMK.05/2017 tentang Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Akses
permodalan skala kecil di bawah sepuluh juta rupiah ini, banyak dirasakan
manfaatnya terutama bagi kalangan perempuan sebagai pelaku usaha rumahan,
sehingga dapat menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
5. PMK No. 90/PMK.06/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan
Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lelang Melalui Internet
yang mempermudah akses dan memperluas partisipasi terutama bagi para
peserta lelang perempuan.
6. PMK No. 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah
dan Dana Desa (TKDD) untuk Mendukung Kegiatan Intervensi Stunting
Terintegrasi.
7. PMK No. 93/PMK.01/2018 tentang Perubahan kedua atas PMK No
214/PMK.01 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan
Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN) di Lingkungan Kementerian
Keuangan, dimana tidak hanya mengakomodasi kebutuhan cuti pegawai
perempuan tetapi juga kebutuhan pegawai laki-laki dalam hal mendampingi
istri melahirkan maksimal 10 (sepuluh) hari.
7
8. SE-3/MK.1/2018 tentang Penyediaan Sarana Kerja Responsif Gender dan
Ramah Anak.
9. SE-36/MK.01/2020 tentang Pencegahan dan Dukungan Penanganan Pelecehan
Seksual di Lingkungan Kerja.
10. SE-22/ MK.1/2020 tentang Sistem Kerja Kemenkeu Pada Masa Transisi dalam
Tatanan Normal Baru,
Hal ini dibuktikan dengan adanya komitmen pemenuhan hak-hak dasar
perempuan antara lain dalam UUD 1945, Inpres No. 9 Tahun 2000, dan Peraturan
Presiden tentang RPJMN 2020-2024. Maka, PUG diperlukan sebagai alat yang
menciptakan suatu strategi agar dapat mewujudkan pembangunan yang adil, efektif,
dan akuntabel oleh seluruh penduduk, baik perempuan, laki-laki, anak perempuan, dan
anak laki-laki. PUG ditujukan agar semua program pembangunan dapat dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kesempatan dan akses perempuan terhadap program
pembangunan, dengan adanya kendali dan manfaat bagi perempuan.
8
Bagaimana tidak penting, kalau untuk terwujudnya PUG ini presiden sampai
mengeluarkan instruksi tersendiri sejak lebih dari satu dekade yang lalu. Melalui
Instuksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000, presiden mengintruksikan
Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan nasional. PUG harus dibangun untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dalam kebijakan dan program
pembangunan nasional, mulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, hingga
pemantauan dan evaluasi.
9
6. Memastikan akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi dan hak
reproduksi.
7. Melakukan reformasi untuk memberi perempuan hak yang sama terhadap
sumber daya ekonomi, serta akses terhadap kepemilikan dan kontrol atas tanah
dan bentuk properti, layanan keuangan, warisan dan sumber daya alam lainnya,
sesuai dengan undang-undang nasional.
8. Meningkatkan penggunaan teknologi yang memungkinkan, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, untuk mempromosikan pemberdayaan
perempuan.
9. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang baik dan peraturan yang dapat
dilaksanakan untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
semua perempuan dan anak perempuan di semua tingkat.
10
Perempuan adalah makhluk yang kuat dan memiliki potensi yang bisa dioptimalkan
eksistensinya. Laki-laki tidaklah identik dengan dunia kasar dan hanya mengandalkan
otot. Anak laki-laki yang kelak akan menjadi suami tidak ragu juga berbagi peran
memasak, mencuci, dan sebagainya. Anak perempuan yang akan menjadi istri tidak
keberatan jika harus memotong rumput, mencuci mobil, mengecat tembok, karena
tidak saling memberi stigma bahwa pekerjaan tertentu terkait dengan gender tertentu.
11
"Pemerintah membentuk Komnas Perempuan dan Kemenpppa serta
memberikan kuota 30% di DPR untuk perempuan sebagai wujud upaya kesadaran
gender."
Bahkan, ruang gerak perempuan dalam bidang politik ini sudah lama
diperhatikan, terbukti dengan adanya UU No. 68 Tahun 1958 tentang Ratifikasi
Konvensi Hak Politik Perempuan. Di dalam UU tersebut, terdapat jaminan persamaan
hak dipilih dan memilih, jaminan partisipasi dalam organisasi sosial politik, jaminan
partisipasi dalam perumusan kebijakan, dan kesempatan menempati posisi jabatan
birokrasi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan karena adanya kesenjangan atau
ketimpangan gender yang berimplikasi adanya diskriminasi terhadap salah satu pihak
(perempuan dan laki-laki). Dengan adanya diskriminasi terhadap perempuan atau laki-laki
dalam hal akses dan kontrol atas sumber daya, kesempatan, status, hak, peran dan penghargaan,
akan tercipta kondisi yang tidak adil gender.
Ada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif dan
reproduktif. Pada perempuan memiliki peran yang berlebih (produktif dan reproduktif)
sehingga memikul perempuan beban ganda dan laki-laki hanya mendominasi kegiatan
produktif. kesetaraan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan memberi kontribusi yang
baik dalam meningkatkan pendapatan per kapita. menunjukkan bahwa kontribusi kesetaraan
gender bidang ketenagakerjaan terhadap pendapatan per kapita masih lebih rendah bila
dibandingkan kesetaraan dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Di sisi kesempatan kerja, meski kesetaraan akses antara perempuan dan laki-laki telah
terbuka luas, namun beberapa fakta tentang masih banyaknya wanita yang bekerja sebagai
buruh/pekerja yang tidak dibayar, adanya ketimpangan dalam dalam hal upah antara
perempuan dan laki-laki, maupun masih rendahnya latar belakang tingkat pendidikan wanita
dibanding laki-laki; merupakan faktor yang dapat menjelaskan mengapa kesetaraan gender
dalam hal kesempatan kerja belum dapat menjadi pemicu bagi perekonomian daerah.
3.2 Saran
Diperlukan upaya penyadaran masyarakat tentang kesetaraan gender agar tidak terjadi
ketimpangan peran yaitu dengan cara mengikut sertakan laki-laki dalam kegiatan reproduktif
dalam bekerja maupun dalam berumah tangga
13
DAFTAR PUSTAKA
14