Nim : 105031100823
Matakuliah Metode Penelitian Administrasi Publik
A. Latar Belakang
Di dunia terutama di Indonesia, kesetaraan dan keadilan gender sudah menjadi pusat
perhatian sejak abad ke- 21. Munculnya berbagai macam isu menjadi pokok permasalahan
yang sangat serius untuk di hadapi, baik itu dalam pembangunan Negara terkhusus pada
diskriminasi gender, pemerintah menetapkan kebijakan pada tahun 1978 PBB (Perserikatan
the Elimination off all forms of discrimination againt women (CEDAW). Kesenjangan gender
politik, dan di bidang pemerintahan. Untuk memperkecil kesenjangan gender yang terjadi
pada berbagai sektor kehidupan, kebijakan dan program pembangunan yang di kembangkan
saat ini dan di masa yang akan datang harus mengintegrasikan pengalaman, aspirasi,
evaluasi pada seluruh kebijakan dan program pembangunan nasional. (Wahid, 2017)
implementasikan sering kali terabaikan. Sebagai bentuk pelaksanaan ratifikasi tersebut dalam
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Dengan
menggunakan dasar INPRES ini setiap lembaga dan satuan kerja dari tingkat pusat sampai
gender.
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 tahun 2008
(PUG) Melalui PPRG (Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender). Pada tahun
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang terdapat pada misi
kedua yang berbunyi “Mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk sasaran pokok adalah
berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) berupa Idek Pembangunan
Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan penduduk seimbang”. Selain itu
sejumlah deklarasi internasional berkaitan dengan persamaan hak antara laki-laki dan
ditempatkan sebagai alat administrasi hukum dan juga sekaligus dipandang sebagai fenomena
kompleks sebuah proses atau hasil dari kebijakan. Implementasi kebijakan adalah satu dari
sekian banyak tahap kebijakan publik sekligus menjadi variabel terpenting yang memiliki
pengaruh sangat besar terhadap keberhasilan kebijakan terkait penyelesaian isu isu publik.
kaum tidak berdaya. Pemberdayaan merupakan sebuah transisi dari rasa ketidakberdayaan
dalam kehidupan untuk kemudian hidup aktif dan mandiri dengan kenyataan untuk
membangun kemampuan dalam mengambil tindakan dan inisiatif untuk lingkungan dan masa
depan kemudian membangun rasa kebersamaan sesame golongan.(Susilo, 2016). Gender and
Develompment (GAD) telah memastikan adanya kesetaraan dalam kontrol, pemanfaatan serta
partisipasi yang sama antara perempuan dan laki-laki dalam konteks pembagunan. Dalam
pelaksanaan dan program pembiayaan dengan tujuan mendukung kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan. Setengah dari populasi Negara adalah perempuan, namum mereka hanya
memegang seperlima dari posisi yang dipilih pemerintah. Realita ini menggambarkan bahwa
partisipasi perempuan di semua bidang kehidupan sangat penting dan mewujudkan peran
mereka sebagai agen dan penerima manfaat pembangunan sepenuhnya. (Dewi, 2018)
Implementasi kebijakan menurut Edward III dapat di uraikan dalam beberapa indikator:
(1) Comunication (Komunikasi), (2) Resources (Sumber daya), (3) Disposition (Disposisi),
Banyak sekali masalah ketimpangan gender yang banyak menimpa kaum perempuan,
baik itu dari segi storytype, mahluk yang lemah, sub ordinat, objek kekerasan, marjinalisasi,
diskriminasi, hingga multiperan perempuan dimasa kini. Oleh karenanya diperlukan wadah
bagi kelompok perempuan untuk berdaya melalui pemberdayaan. Berbagai usaha telah
dilakukan, dan sudah pernah terjadi perubahan terhadap peran perempuan di segala bidang
kehidupan, namun tak di sangka kesetaraan gender yang diharapkan belum sepenuhnya
tercapai.
Hasil Penelitian (Wiasti, 2017), menemukan bahwa kesenjangan gender tampak masih
dan di bidang pemerintahan. Diartikan sebagai konstruksi sosial gender dituntut bagaimana
layaknya menjadi seorang laki-laki dan perempuan di mata masyarakat. Berkaitan dengan
pembagian peran, gender memiliki kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang
ditetapkan oeleh masyarakat berdasarkan sifat yang di anggap pantas bagi laki-laki dan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan terutama gender differences (Perbedaan Gender)
ternyata menimbulkan ketidakadilan gender yang umumnya lebih banyak menimpa kaum
dan kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan segala aspek
evaluasi.
diterbitkan dalam peraturan Walikota Makassar Nomor 37 tahun 2015 tentang Pedoman
Bappeda sebagai Ktua Pokja PUG daerah dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A) sebagai Sekretaris Pokja PUG daerah. Ada beberapa program
kegiatan yang sudah terlaksana seperti keterlibatan perempuan dalam pembangunan misalnya
di bidang politik, pendidikan, kesehatan, dan di bidang pemerintahan kemudian ada kegiatan
afirmasi yang memberikan ruang bagi perempuan dalam proses pengambilan keputusan dan
pelasanaan kebijakan yang terwujud dalam bentuk partisipasi perempuan secara langsung
dalam sektor publik, maksudnya adalah program ini merupakan wadah untuk perempuan
yang berkeadilan bagi semua golongan, terutama bagi penduduk perempuan dengan kuantitas
yang tinggi. Ketika separuh dari populasi tidak diberdayakan dan kurang terwakilkan
kepentingannya dalam sektor publik, maka manfaat dari pembangunan tidak akan dirasakan
Di Sulawesi Selatan terkhususnya di Kota Makassar itu sendiri, masih banyak masalah
yang menjadi penghambat tersedatnya pelaksanaan gender mainstreaming, antara lain yaitu
tingkat pemahaman pelaksana yang masih kurang, keterampilan pengelolaan data terpilih
serta komitmen pelaksana yang masih rendah. Hal ini juga di ikuti dengan rendahnya
kapasitas dan keterampilan pelaksana teknis. Pokja Pengarusutamaan Gender (PUG) sudah
terbentuk bedasarkan SK Gubernur namun ternyata tidak berjalan secara efektif yang akan
berdampak terhadap kinerja Tim Teknis dan Focal Point. Indonesia itu sendiri menduduki
urutan ke 109 dari 174 negara yang diukur berdasarkan tingkat keadilan gender dan lebih
memposisikan mereka sebagai salah satu stekholder aktif. Untuk itu, peneliti tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Makassar?
C. Tujuan Penulisan
Makassar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini mengharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dalam