Kesetaraan gender merupakan konsep yang menekankan pada perlakuan yang sama terhadap
perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan, baik di sektor publik maupun
sektor privat. Konsep kesetaraan gender juga menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki
memiliki hak yang sama dalam memperoleh akses, pengendalian, dan manfaat dari sumber
daya dan peluang yang tersedia. Selain itu, kesetaraan gender juga mengakui perbedaan-
perbedaan yang ada antara perempuan dan laki-laki, namun perbedaan tersebut tidak boleh
dijadikan alasan untuk membatasi hak-hak dan kesempatan yang dimiliki oleh masing-
masing jenis kelamin.
a) Budaya patriarki yang memberikan kekuasaan dan kendali penuh pada laki-laki dalam
masyarakat
b) Stereotip gender yang membatasi peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki
c) Kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan yang masih banyak terjadi di
masyarakat
d) Ketidakadilan dalam sistem kebijakan dan regulasi yang mempengaruhi akses,
pengendalian, dan manfaat dari sumber daya dan peluang yang tersedia
Salah satu tujuan utama SDG adalah kesetaraan gender, yang merupakan prinsip dasar hak
asasi manusia dan keadilan sosial. Tujuan ini mengakui bahwa kesetaraan gender adalah
kunci untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan lestari, dan bahwa ketidaksetaraan gender
merupakan hambatan utama bagi pembangunan manusia yang berkelanjutan. SDG 5 secara
khusus menargetkan untuk mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan pada semua tingkatan.
Di Indonesia, kesetaraan gender masih menjadi tantangan yang besar. Meskipun telah ada
berbagai upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, seperti undang-undang tentang
perlindungan perempuan dan anak (UU No. 23/2004), pembentukan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan program-program kebijakan seperti
Program Keluarga Harapan (PKH) dll, namun masih terdapat kesenjangan gender dalam
berbagai bidang. Misalnya, perempuan Indonesia masih mengalami kesulitan dalam
mengakses pendidikan, kesehatan, pekerjaan yang layak, serta terkait hak kepemilikan tanah
dan properti.
C. Contoh Kasus
Program ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan seluruh warga nagari
termasuk perempuan dalam setiap tahapan program, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Hasil dari program ini cukup signifikan, di mana partisipasi perempuan dalam kegiatan
pengelolaan sumber daya alam, lingkungan hidup, dan ekonomi di nagari meningkat dari
15% menjadi 40%, dan terjadi peningkatan penghasilan perempuan sebesar 35%. Selain itu,
program ini juga berdampak positif terhadap peningkatan kesadaran masyarakat akan
pentingnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Namun, meskipun telah ada beberapa program dan kebijakan yang dilakukan di Sumatera
Barat untuk mencapai target SDG tentang kesetaraan gender, masih terdapat tantangan dan
kendala dalam implementasinya. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain masih adanya
diskriminasi dan stereotip gender yang membatasi partisipasi dan keterlibatan perempuan
dalam kegiatan ekonomi dan politik, serta masih kurangnya akses perempuan terhadap
pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas.
Referensi:
https://www.rumahenergi.org/tentang-rumah-energi
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. (2021). Kebijakan Kesetaraan Gender. Diakses dari
https://sumbarprov.go.id/id/page/kebijakan-kesetaraan-gender