BPPM DIY
2
Kata Pengantar
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM)
Daerah Istimewa Yogyakarta
4
Ucapan Terima Kasih
5
Pendahuluan
6
pengawasan dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan
kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan
keadilan sosial. Keadilan sosial tidak akan pernah terwujud jika
dalam proses pembangunan di desa masih mengabaikan kesetaraan
gender dalam seluruh proses pembangunan. Landasan hukum yang
menjamin keadilan dan kesetaraan gender dirumuskan dalam Undang-
Undang Dasar 1945:
• Pasal 28 I ayat (2) setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang
bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
7
Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
• Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Perencanaan
Pembangunan Daerah;
• Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-
2014;
• Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan
Gender Di Daerah;
8
kemudian melahirkan berbagai macam ketidakadilan pada perempuan. Di
samping itu pemahaman masyarakat secara umum terkait dengan
persoalan gender masih simpang siur. Banyak pemahaman di masyarakat
yang mengidentikkan bahwa berbicara gender hanya melulu persoalan
tentang perempuan dan beranggapan bahwa konsep gender tersebut
berasal dari barat sehingga tidak sesuai dengan budaya timur.
9
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
Cara menggunakan buku
Persiapan Pelatihan
Kurikulum Buku modul
Sesi 1. Perkenalan, Harapan, dan Kontrak Belajar.
Sesi 2. Pengantar Pelatihan
Sesi 3. Konsep Dasar Gender dan Ketidakadilan Gender
Sesi 4. Tinjauan Umum UU Desa dan Indeks Pembangunan Gender di Desa
Sesi 5. Pengarusutamaan Gender di Desa
Sesi 6. Perencanaan Desa yang Responsif Gender
Sesi 7. Anggaran Desa Responsif Gender dan PPRG
Sesi 8. Integrasi Gender dalam Musrenbang
Sesi 9. Rencana Tindak Lanjut
Sesi 10. Evaluasi
Daftar pustaka
Lampiran-lampiran.
10
Cara Menggunakan Modul
11
Gender, Tinjauan Umum UU Desa dan Indeks Pembangunan Gender di
Desa, Pengarusutamaan Gender di Desa, Perencanaan Desa yang
Responsif Gender, Anggaran Desa Responsif Gender dan PPRG, Integrasi
Gender dalam Musrenbang, Rencana Tindak Lanjut, dan Evaluasi. Bagian
terakhir dari modul adalah evaluasi dan penutup. Evaluasi dilakukan
pada materi, fasilitator, panitia, tempat serta akomodasi selama proses
pelatihan berlangsung. Apakah sudah berjalan dengan baik atau belum,
sehingga untuk kegiatan yang akan datang dapat menjadi pembelajaran
agar lebih baik lagi.
12
Persiapan Pelatihan
1. Peserta
• Pastikan bahwa peserta sudah melalui proses seleksi dan
memenuhi kualifikasi minimal yang disyaratkan untuk mengikuti
pelatihan ini, Proses ini sangat menentukan keberhasilan
pelatihan, karena pelatihan ini bukanlah pelatihan bagi para
pemula dan pengalaman partisipan menjadi bagian penting dari
proses pembelajaran
• Informasi tentang pendekatan, agenda dan aspek teknis pelatihan
kepada peserta. Ini untuk menghindari harapan yang tidak tepat
atau berlebihan terhadap pelatihan
• Jumlah peserta maksimal 30 orang, sehingga memungkinkan
fasilitator mengelola proses pelatihan dengan baik.
• Peserta akan dibagikan dalam kelompok kerja yang ditetapkan
oleh fasilitator sebelum pelatihan berdasarkan kompetensi,
pengalaman sebelumnya.
2. Ruangan Pelatihan
• Penggunaan metode pembelajaran orang dewasa mensyaratkan
kebutuhan akan ruang pelatihan yang cukup luas. Ini diperlukan
sehingga penggunaan metode-metode pembelajaran seperti role
play dan game bisa dilakukan. Perhatikan bahwa ruangan yang
terlalu sempit akan menyulitkan peserta untuk bergerak,
13
walaupun ruangan yang terlampau luas juga perlu dihindari karena
bisa mengganggu efektifitas proses pembelajaran
• Selain diperlukan satu ruangan yang besar untuk pleno, pelatihan
juga memerlukan minimal dua ruang yang lebih kecil yang akan
digunakan sebagai tempat untuk melakukan praktikum
• Aspek teknis dari ruangan seperti bentuk ruangan yang terlalu
memanjang kalau bisa dihindari, ataupun disiasati dengan layout
ruangan yang pas. Usahakan memilih ruangan yang tidak
membatasi partisipasi dalam berbagai bentuk berikut ini: pilar
yang menghalangi di tengah ruangan, atau ruangan yang
terlampau gelap atau pengap. Pastikan terdapat ruang yang
leluasa bagi fasilitator, yang memungkinkan bergerak.
• Setting seperti kursi dan meja perlu diperhatikan. Setting ruangan
dengan format meja bundar memungkinkan peserta untuk bisa
saling terlibat dan mengambil peran dalam metode-metode
partisipatoris.
14
• Bahan dan alat bantu pelatihan sudah digandakan dan diperoleh
peserta sebelum pelatihan dilaksanakan.
4. Fasilitator
• Pelatihan ini membutuhkan fasilitator yang benar-benar tahu
tentang pengarusutamaan Gender dan perencanaan desa serta
sudah mengikuti pelatihan sebelumnya dan mempunyai
pemahaman yang kuat tentang panduan buku ini.
15
pelatihan (materi/bahan sebelum pelatihan
foto copy, bahan presentasi
dan alat bantu lainnya,
perlengkapan dll)
16
Kurikulum Buku Modul
A. Tujuan Umum
Menyediakan buku panduan yang dapat digunakan oleh pemerintah
daerah dan para pemangku kepentingan lain dalam upaya
pengembangan kapasitas untuk mengintegrasikan Gender dalam
perencanaan desa.
B. Output
Setelah menggunakan buku ini, para pengguna diharapkan memiliki :
1. Pemahaman peserta tentang apa itu gender dalam perencanaan
desa.
2. Ketrampilan tehnis pada proses perencanaan desa bisa
dilaksanakan dengan baik.
3. Keterampilan menyusun strategi integrasi gender dalam
musrenbang
4. Ketrampilan sebagai fasilitator pendamping organisasi masyarakat
dalam intergrasi gender dalam perencanaan desa.
C. Pengguna Modul
Buku ini dirancang untuk fasilitator yang akan memfasilitasi proses
pelatihan integrasi gender dalam perencanaan pembangunan desa,
fasilitator hendaknya memiliki kompetensi dasar sebagai berikut :
1. Memiliki pemahaman yang memadai mengenai konsep dan prinsip
dasar perencanaan desa
2. Memiliki pemahaman yang memadai mengenai konsep-konsep
gender dan Pengarusutamaan Gender
3. Memiliki pemahaman yang memadai mengenai alur musrenbang,
Isu Gender dalam perencanaan pembangunan, serta Bagaimana
mengintegrasikannya dalam Musrenbang.
4. Memiliki pengalaman dan ketrampilan sebagai fasilitator.
17
D. Pendekatan Modul
Buku ini dirancang dengan prinsip pembelajaran orang dewasa (POD)
yang menekankan pada kreatifitas dan interaksi peserta dalam
membangun pengetahuan dan ketrampilan bersama.
Secara substansi, buku ini akan bertumpu pada tiga aspek
pembelajaran yakni :
1. Presentasi yang bertujuan untuk memberikan pengantar/input
terhadap satu tema tertentu
2. Curah gagasan/diskusi interaksi antara fasilitator dan peserta yang
bertujuan untuk memperdalam materi berdasarkan pengalaman
3. Praktikum dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan teknis atas materi-materi tertentu.
E. Durasi Pelaksanaan
Agenda pelatihan selama tiga (3) hari dibagi sebagai berikut :
Hari I : Pengantar dan pembuka untuk masuk ke dalam pelatihan,
Konsep Dasar Gender dan Ketidakadilan Gender, Tinjauan Umum UU
Desa dan Indeks Pembangunan Gender di Desa.
Hari II : Pengarusutamaan Gender di Desa, Perencanaan Desa yang
Responsif Gender, Anggaran Desa Responsif Gender dan PPRG.
Hari III : Integrasi Gender dalam Musrenbang, Rencana Tindak Lanjut
(RTL), dan Evaluasi.
18
SESI 1
Perkenalan, Harapan dan Kontrak Belajar
3. Kontrak belajar
1. Kertas Metaplan
2. Kertas HVS
Media, Alat dan
Bahan 3. Alat tulis untuk semua peserta.
4. Flipchart/kertas plano.
5. Selotip kertas.
6. Spidol besar
Waktu 1 JPL
Penjelasan alur
per sesi
19
Proses peserta memasuki game perkenalan.
sesi 1 2. Fasilitator membuka dengan memperkenalkan diri,
45’ setelah itu menyiapkan kertas metaplan 2 warna
(merah dan biru).
20
peserta tentang program dan kegiatan di desa.
1. ........................
2. ........................
21
1. .......................
2. .......................
Catatan Fasilitator:
1. Permainan bisa ditambahkan dengan bernyanyi ataupun senam supaya
acara lebih meriah.
2. Fasilitator dapat menggunakan permainan lain yang dikuasainya.
3. Fasilitator jangan tegang supaya peserta juga santai.
4. Bila waktu terbatas, peserta dapat diminta untuk menjawab secara
lisan pertanyaan "Apa yang menjadi tujuan dan apa yang diharapkan
mereka pada pelatihan tersebut".
5. Fasilitator dapat memberikan petunjuk atau contoh aturan main yang
dapat didiskusikan.
6. Fasilitator dapat mengusulkan aturan main bila ada aturan main yang
dirasakan penting namun belum diusulkan oleh peserta.
22
SESI 2
Pengantar Pelatihan (Tujuan, Alur, Agenda, dan Pendekatan
Pelatihan)
1. Isi Modul
Pokok Bahasan
2. Alur/Jadwal Pelatihan
2. Kertas Plano/flipchart
Media, Alat dan
Bahan 3. Selotip Kertas
5. Spidol
6. LCD proyektor
Waktu 1 JPL
Penjelasan alur
per sesi
23
3. Bahas lebih detil lagi alur dan jadwal pelatihan yang
ada dengan diskusi pleno. Hingga akhirnya
ditemukan kesepahaman untuk melakukan kegiatan
pelatihan.
Alat Bantu:
2.1 Tabel Jadwal Pelatihan
No Waktu Sesi Metode
HARI I
07.30 – 08.00 Pendaftaran peserta
08.00 – 08.45 Perkenalan, Harapan • Permainan
dan Kontrak belajar • Metaplan
• Kontrak belajar
08.45 – 09.00 Break
09.00 – 09.45 Pengantar Pelatihan • Pemaparan alur
09.45 – 12.00 Konsep Dasar Gender • Ceramah
dan Ketidakadilan • Diskusi Kelompok
Gender • Brainstorming
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 – 13.45 Lanjutan Konsep Dasar
Gender dan
Ketidakadilan Gender
13.45 – 16.00 Tinjauan Umum UU • Ceramah
Desa dan Indeks • Diskusi Kelompok
Pembangunan Gender
di Desa
Hari II
08.00 – 08.15 Snack dibawa masuk
dan Review hari I
24
08.15 – 11.15 Pengarusutamaan • Ceramah
Gender di Desa • Diskusi Kelompok
11.15 – 12.00 Perencanaan Desa yang • Ceramah
Responsif Gender • Praktek
12.00 – 13.00 Istirahat siang
13.00 – 15.15 Lanjutan Perencanaan
Desa yang Responsif
Gender
15.15 – 16.00 Anggaran Desa • Ceramah
Responsif Gender dan • Diskusi Kelompok
PPRG
HARI III
08.00 – 08.15 Snack dibawa masuk
dan Review Hari II
08.15 - 10.30 Lanjutan Anggaran
Desa Responsif Gender
dan PPRG
10.30 – 12.00 Integrasi Gender dalam • Diskusi Kelompok
Musrenbang • Praktek
12.00 – 13.00 Istirahat siang
13.00 - 14.30 Lanjutan Integrasi
Gender dalam
Musrenbang
14.30 – 15.15 Rencana Tindak Lanjut • Diskusi Kelompok
15.15 – 16.00 Evaluasi • Curah pendapat
25
2.2 Powerpoint alur pelatihan
Catatan Fasilitator:
1. Fasilitator sekaligus dapat mengetahui seberapa tingkat kapasitas
peserta terhadap materi-materi yang ada di dalam modul.
2. Fasilitator harus mampu menyesuaikan penyampaian materi sesuai
dengan kemampuan peserta.
26
SESI 3
Konsep Dasar Gender dan Ketidakadilan Gender
27
45’ dan perempuan
3. Pengantar tentang sex dan gender
4. Ajak mereka untuk mengidentifikasi mana sex dan
mana gender
5. Jelaskan tentang konsep ketidakadilan gender
6. Mintalah partisipan menjelaskan mengapa terjadi
ketidakadilan gender dan akar masalahnya
Catatan Fasilitator:
1. Berikan contoh-contoh yang terjadi di lingkungan sekeliling peserta,
namun apabila kesulitan dapat membuat perbandingan dengan kondisi
wilayah lain.
28
2. Pakailah bahasa yang sederhana, mudah dipahami dan dapat
dimengerti oleh peserta, bila mungkin diselingi dengan humor.
3. Jangan ragu-ragu untuk mengulang, perbanyak diskusi dan tanya
jawab.
Alat Bantu:
3.1 Perbedaan antara sex dan gender
SEX GENDER
Biologis Kultural
Maka: Maka:
Contoh: Contoh:
Laki-laki Perempuan
• Tidak mempunyai peranakan/rahim, • Mempunyai rahim dan
dan tidak dapat hamil atau mempunyai kapasitas untuk
melahirkan anak menjadi hamil dan melahirkan
• Mempunyai penis, testis (buah anak
zakar), sperma, hormon • Mempunyai Vagina
testosteron, kelenjar prostate • Mempunyai buah dada yg
• Mempunyai buah dada yang tidak berkembang/tumbuh
berkembang atau tumbuh • Janggut tidak tumbuh
• Janggut yang tumbuh
29
3.3 Perbedaan gender (jenis kelamin sosial) maskulin dan feminin
Orang sering menganggap perempuan secara otomatis feminin,
sementara laki-laki secara otomatis maskulin. Ini nampak dalam
pembakuan konsep laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara
sosial budaya dan diturunkan dari generasi ke generasi sebagaimana
nampak dalam tabel berikut. Padahal sebetulnya, masing-masing
karakter ini bisa dipertukarkan dan tidak kodrati.
Laki-laki Perempuan
• Kuat • Lemah lembut
• Keras kepala • Sabar
• Tampan • Cantik
• Rambut pendek • Rambut panjang
• Egois • Mengalah
• Maskulin • Feminin
• Pencari nafkah utama • Pencari nafkah tambahan
• Publik • Domestik
30
antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung berupa
perlakuan dan sikap, maupun tidak langsung berupa dampak suatu
perundang-undangan dan kebijakan yang menimbulkan berbagai
ketidak-adilan yang telah berakar dalam sejarah dan budaya serta
dalam berbagai struktur yang ada dalam masyarakat.
Bentuk-bentuk manifestasi ketidakadilan gender yaitu:
1. Marjinalisasi (pemiskinan)
suatu proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan bagi
perempuan atau laki-laki.
Contohnya macam-macam antara lain, terpinggirkannya karier
perempuan untuk menjadi pimpinan, promosi atau pendidikan
lanjut karena dianggap tidak sesuai jadi pimpinan. Perempuan
tidak perlu pendidikan tinggi karena akhirnya nanti ke dapur
juga. Pada laki-laki, adanya anggapan bahwa mereka penyangga
ekonomi keluarga sehingga banyak yang drop-out karena harus
bekerja.
2. Subordinasi (penomorduaan)
sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan
pada posisi yang lebih rendah dibanding laki-laki. dibangun atas
dasar keyakinan satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau
lebih utama dibanding yang lain.
Contohnya macam-macam antara lain, perempuan sebagai kanca
wingking, perempuan dikalahkan dari laki-laki dalam pendidikan
oleh keluarganya, perempuan dianggap tidak cocok dalam
beberapa pekerjaan, mengurus rumah tangga dianggap kodrat
perempuan.
3. Stereotype (pelabelan negatif)
suatu sikap negatif masyarakat terhadap perempuan yang
membuat posisi perempuan selalu pada pihak yang dirugikan.
Contohnya, perempuan bersolek dianggap memancing lawan
jenis, perempuan janda dianggap sebagai penggoda, perempuan
31
dianggap perayu dan lain-lain.
4. Violence (kekerasan terhadap perempuan)
segala bentuk kekerasan yang akibatnya berupa kerusakan atau
penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan termasuk
ancaman-ancaman dari perbuatan semacam itu.
Contoh, paksaan atau perampasan yang semena-mena terjadi
atas kemerdekaan, baik yang terjadi di tempat umum atau di
dalam kehidupan pribadi seseorang seperti kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), perkosaan, dan lain-lain. Kekerasan
tersebut meliputi fisik, ekonomi, seksual dan psikologis.
5. Doble burden (beban ganda)
pembagian tugas dan tanggung jawab yang memberatkan salah
satu jenis kelamin.
Contoh, seorang perempuan selain mengurus urusan domestik
juga menjadi pencari nafkah utama.
32
manfaat)
model ini lebih fokus pada pembagian kerja gender, peran
dalam pengambilan keputusan, dan kontrol atas sumber daya
yang kelihatan. Ada tiga kategori yang perlu diperhatikan yaitu:
• Profil Aktivitas/kegiatan
- alat ini dipergunakan untuk mengidentifikasi seluruh tugas
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci,
yakni: siapa melakukan apa, kapan,dan dimana?
Dan berapa banyak alokasi waktu yang diperlukan?
- rinciannya tergantung pada konteks proyek: pertanian,
peternakan, perikanan, (mata pencaharian lain), dan umur
(apakah laki-laki dan perempuan dewasa, perempuan
remaja, dan anak-anak).
• Profil Akses dan Kontrol
siapa yang memiliki akses dan kontrol dalam kebijakan,
sumber daya dan proses produksi?
• Faktor yang berpengaruh/ relasi antara profil aktiitas, akses
dan kontrol Apa faktor yang mempengaruhi perbedaan (dan
pembedaan) dalam pembagian kerja berbasis gender, serta
akses dan kontrol atas sumber daya?
33
kebutuhan air bersih.
pengasuhan anak.
penyiapan makanan.
kebersihan dan perbaikan
rumah.
Kegiatan komunitas
contoh:
upacara dan perayaan.
pertemuan warga.
kegiatan sosial (kematian,
pernikahan, dll).
34
- Kekuasaan
Politik/Prestige
35
• GAP merupakan intrumen analisis gender yang diperuntukkan
bagi para perencana untuk menganalisis
kebijakan/program/kegiatan dengan menggunakan perspektif
gender.
• GAP terdiri dari 9 langkah yaitu:
1. Analisis tujuan kebijakan
2. Menyajikan data terpilah (kuantitatif & kualitatif)
3. Mengenal isu kesenjangan gender
4. Menemukenali isu kesenjangan gender (internal)
5. Menemukenali isu kesenjangan gender (eksternal)
6. Merumuskan kebijakan
7. Menyusun rencana aksi
8. Pengukuran hasil/baseline
9. Indikator Gender
36
SESI 4
Tinjauan Umum UU Desa dan Indeks Pembangunan Gender di Desa
1. Pengantar: kewenangan Desa berdasar UU Desa no.6
Pokok Bahasan tahun 2014
2. Indeks pembangunan Gender di Desa (atau
Kabupaten) dan data pilah gender (monografi desa)
1. Partisipan memahami kewenangan desa berdasarkan
Tujuan UU Desa no 6
2. Partisipan dapat memahami konsep data pilah
gender dan pentingnya data pilah gender
3. Peserta memahami konsep indeks pembangunan
gender
1. Ceramah
Metode 2. Analisis IPG dan Monografi desa
3. Diskusi kelompok
1. Kertas Metaplan
2. Flipchart
Media, Alat dan 3. kertas plano
Bahan 4. Selotip klobot
5. Lem semprot
6. Spidol mata besar dan mata kecil
Waktu 2 JPL
Penjelasan alur
per sesi
1. Sampaikan tujuan session dan mintalah komentar
Proses partisipan atas tujuan session.
sesi 1 2. Pengantar tentang UU Desa no 6 tahun 2014 serta
45’ kewenangan desa
3. Ajak peserta untuk tanya jawab dan berdiskusi
37
1. Sampaikan tujuan session dan mintalah komentar 1
Proses partisipan atas tujuan session
sesi 2 2. Berikan pengantar indeks pembangunan gender
45’ 3. Berilah contoh hasil IPG di kabupaten setempat
4. Ajak peserta membandingkan dengan hasil
identifikasi permasalahan gender
5. Tanyakan pada mereka tentang keberadaan data
pilah desa
6. Jelaskan tentang pentingnya data pilah
7. Ajak peserta berdiskusi tentang permasalahan data
pilah
Catatan Fasilitator:
1. Fasilitator harus dapat menjelaskan secara sederhana mengenai
kebijakan terkait dengan desa mulai dari UU Desa hingga
turunannya.
2. Fasilitator juga memberikan contoh mengenai data pilah yang ada di
tingkat kabupaten dan turun hingga ke desa
Alat Bantu:
4.1 Presentasi: Kebijakan tentang Desa, Kesenjangan gender di DIY.
38
• Indeks Pemberdayaan Gender/IDG (Gender Empowerment
Measure/GEM) yaitu adalah indeks komposit yang mengukur peran
aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran
aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup
partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan
keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi.
• Secara relatif, profil gender di DIY sudah jauh lebih baik daripada
standar nasional dan juga daerah-daerah yang lain
• Walaupun begitu, masalah-masalah gender terkait dengan banyak
bidang kehidupan masih menjadi persoalan dan perlu segera di
selesaikan
• Juga persoalan ketimpangan antar wilayah, dimana masih
terdapat daerah yang IPG nya lebih rendah daripada rata-rata
nasional, sementara ada yang jauh melampaui. Ini bisa
berimplikasi pada masalah distribusi kesetaraan dan keadilan
gender.
• Beberapa ketimpangan tersebut terkait dengan rendahnya
keterwakilan perempuan dalam jabatan publik, dalam hal akses
pendidikan dasar, angka harapan hidup, perlindungan pekerja
perempuan, trafficking dan pekerja anak, serta kekerasan
terhadap perempuan dan anak.
39
bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian.
• Data dan informasi terpilah menggambarkan peran, kondisi umum
dari laki dan perempuan dalam setiap aspek kehidupan di
masyarakat, misalnya angka melek huruf, tingkat pendidikan yang
ditamatkan, kepemilikan usaha, lapangan pekerjaan, perbedaan
upah, kepemilikan rumah dan tanah, serta pinjaman dan lainnya.
• Tujuan pentingnya pengumpulan data terpilah adalah memperoleh
informasi pembuka wawasan yang dapat menggambarkan kondisi,
kebutuhan, persoalan yang dihadapi perempuan dan laki-laki
terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam
pembangunan, sehingga memudahkan dalam proses perencanaan
dan penganggaran program dan kegiatan pembangunan.
40
SESI 5
Pengarusutamaan Gender di Desa
1. Studi kasus PUG yang dilakukan di desa (studi kasus
Pokok Bahasan dari desa lain lalu dicarikan contoh di desa sendiri)
2. Pengantar pengarusutamaan gender
3. Permasalahan dalam penerapan PUG di desa: Analisis
pohon masalah.
1. Partisipan dapat melakukan analisis desa dengan PUG
Tujuan baik dan tidak
2. Partisipan memahami bagaimana penerapan PUG yang
baik di desa sendiri
3. Partisipan dapat memahami konsep pengarusutamaan
gender
4. Peserta dapat melakukan analisis permasalahan
penerapan PUG
1. Ceramah
Metode 2. studi kasus
3. Diskusi kelompok
4. brainstorming
1. Kertas Metaplan
2. Contoh kasus
Media, Alat dan 3. Flipchart
Bahan 4. kertas plano
5. Selotip klobot
6. Lem semprot
7. Spidol mata besar dan mata kecil
Waktu 4 JPL
Penjelasan alur
per sesi
1. Sampaikan tujuan session dan mintalah komentar
41
Proses partisipan atas tujuan session.
sesi 1 2. Minta peserta membagi diri kedalam dua kelompok
45’ 3. Bagikan contoh kasus
4. Minta mereka mengisi tabel untuk membandingkan
PUG di desa mereka dan contoh kasus
5. Minta mereka mempresentasikan
6. Ajak peserta untuk Tanya jawab dan berdiskusi
Catatan Fasilitator:
1. Fasilitator hendaknya dapat memancing imajinasi peserta dalam
mendiskusikan sebuah studi kasus.
2. Fasilitator juga dapat memberikan sebuah contoh studi kasus yang ada di
daerah sekitar peserta.
Alat Bantu:
5.1 Pengarusutamaan gender
• Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi
satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan
42
pembangunan di daerah.
• Pengarusutamaan gender adalah proses untuk menjamin
perempuan dan laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap
sumber daya, memperoleh manfaat pembangunan dan
pengambilan keputusan yang sama di semua tahapan proses
pembangunan, dan seluruh proyek, program dan kebijakan
pemerintah (Inpres No.9/2000 tentang PUG dalam Pembangunan
Nasional).
• Tujuan dari PUG adalah:
a. Membentuk mekanisme untuk memformulasi kebijakan yang
responsif gender.
b. Memberikan perhatian khusus pada kelompok-kelompok yang
mengalami marjinalisasi sebagai dampak dari bias gender.
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran semua pihak baik
pemerintah maupun non pemerintah sehingga mau
melakukan tindakan yang sensitif gender di bidang masing-
masing.
d. Memastikan apakah laki-laki dan perempuan memiliki akses,
partisipasi, kontrol dan mendapatkan manfaat yang sama
terhadap hasil pembangunan.
e. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam
pembangunan.
• Pentingnya PUG karena:
Ø Pemerintah dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam
menghasilkan kebijakan-kebijakan publik yang adil dan
responsif gender bagi masyarakat baik laki-laki dan
perempuan.
Ø Adanya kebijakan, pelayanan, program dan perundang-
undangan yang adil dan responsif gender akan membuahkan
manfaat yang adil bagi semua rakyat laki-laki dan
perempuan.
43
Ø PUG merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak
perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama,
pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama di
masyarakat.
Ø PUG mengantar kepada pencapaian kesetaraan gender dan
karenanya PUG meningkatkan akuntabilitas pemerintah
terhadap rakyatnya.
Ø Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan sosial
budaya, politik dan ekonomi suatu bangsa.
Ø PUG merupakan aspek yang penting dalam good governance
untuk memastikan bahwa institusi kebijakan dan program
menjawab kebutuhan dan kepentingan perempuan dan juga
laki-laki, serta mendistribusikan manfaat secara adil dan
setara diantara perempuan dan laki-laki.
44
b. Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara
menempatkan masalah utama pada titik sentral atau di
tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan
tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah)
dan akibat dari masalah utama ditempatkan di bagian
atasnya (alur ke atas).
45
SESI 6
Perencanaan Desa yang Responsive Gender
1. Pengantar perencanaan yang responsive gender
Pokok Bahasan 2. Perumusan isu strategis gender di desa
3. Review GAP
4. Memasukkan GAP dalam dokumen perencanaan
desa.
1. Partisipan memahami perencanaan yang responsive
Tujuan gender
2. Partisipan dapat merumuskan isu strategis gender di
desa
3. Partisipan dapat melakukan GAP dengan baik dan
benar
4. Partisipan dapat memasukkan GAP dalam dokumen
perencanaan desa
1. Ceramah
Metode 2. Tabel
3. Diskusi
4. Brainstorming/curah pendapat
5. praktek
1. Alat bantu belajar table analisis GAP
2. Dokumen perencanaan desa tersebut
Media, Alat dan 3. Kertas Metaplan
Bahan 4. Flipchart
5. kertas plano
6. Selotip klobot
7. Lem semprot
8. Spidol mata besar dan mata kecil
Waktu 4 JPL
Penjelasan alur
46
per sesi
1. Sampaikan tujuan session dan mintalah komentar
Proses partisipan atas tujuan session.
sesi 1 2. Mintalah partisipan menuliskan pengalaman terlibat
45’ dalam perencanaan lengkap dengan tahunnya.
3. Pengantar tentang perencanaan yang responsive
gender
4. Mintalah partisipan menjelaskan perbedaan
pengalaman perencanaan yang diikutinya
dibandingkan dengan konsep perencanaan yang
responsive gender
5. Ajaklah partisipan mendiskusikan apa dampak
perencanaan yang tidak responsive gender dan
bagaimana strategi mengatasi masalah tersebut
47
sesi 3 2. partisipan membagi diri sesuai kelompok dalam
45’ penyusunan GAP dalam materi pengantar
3. Mintalah partisipan mereview GAP yang sudah
dihasilkan dalam materi pengantar
4. Mintalah partisipan untuk menjelaskan apa
perbedaan GAP yang dihasilkan sebelum mendapat
materi PUG dan setelahnya
5. Ajaklah partisipan mendiskusikan penjelasan
mereka
Alat Bantu:
6.1 Presentasi: Perencanaan Pembangunan Desa Partisipatif,
Perencanaan yang Responsif Gender, Isu Strategis Gender, Gender
Analysis Pathway (GAP).
48
urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia.
• Ada beberapa pendekatan dalam proses perencanaan
pembangunan, diantaranya model politik, model teknokratik,
model partisipatif dan model birokratik (top down-bottom up).
49
- Memenuhi unsur isu gender.
- Cakupan luas (dirasakan oleh banyak orang di banyak tempat).
- Mendesak untuk segera diselesaikan.
- Efek karambol (kalau diselesaikan berdampak pada isu gender
lain).
- Berorientasi pada perubahan sistemik, yakni perubahan relasi
laki-laki dan perempuan.
50
faktor-faktor penyebab kesenjangan berdasarkan:
a) akses, yaitu identifikasi apakah
kebijakan/program pembangunan telah
memberikan ruang dan kesempatan yang adil bagi
perempuan dan laki-laki;
b) partisipasi, yaitu identifikasi apakah kebijakan
atau program pembangunan melibatkan secara adil
bagi perempuan dan laki-laki dalam menyuarakan
kebutuhan, kendala, termasuk dalam pengambilan
keputusan;
c) kontrol, yaitu identifikasi apakah
kebijakan/program memberikan kesempatan
penguasaan yang sama kepada perempuan dan
laki-laki untuk mengontrol sumberdaya
pembangunan
d) manfaat, yaitu identifikasi apakah
kebijakan/program memberikan manfaat yang adil
bagi perempuan dan laki- laki
4. Sebab Kesenjangan Merupakan Langkah 4;
Internal Berisi sebab kesenjangan di internal lembaga
(budaya organisasi) yang menyebabkan terjadinya
isu gender.
5. Sebab Kesenjangan Merupakan Langkah 5;
Eksternal Berisi sebab kesenjangan di eksternal lembaga,
yaitu di luar unit kerja pelaksana program, sektor
lain, dan masyarakat/lingkungan target program.
6. Reformulasi Tujuan Merupakan Langkah 6;
Berisi reformulasi tujuan kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan menjadi responsif gender
(bila tujuan yang ada belum responsif gender).
Reformulasi ini harus menjawab kesenjangan dan
penyebabnya yang diidentifikasi di langkah 3, 4,
dan 5.
7. Rencana Aksi Merupakan Langkah 7;
Berisi rencana aksi yang mencakup prioritas,
output dan hasil yang diharapkan dengan merujuk
isu gender yang telah diidentifikasi. Rencana aksi
tersebut merupakan rencana kegiatan untuk
mengatasi kesenjangan gender.
8. Basis Data Merupakan Langkah 8;
Berisi base-line atau data dasar yang dipilih untuk
mengukur suatu kemajuan atau progres
pelaksanaan kebijakan atau program. Data dasar
tersebut dapat diambil dari data pembuka
wawasan yang relevan dan strategis untuk menjadi
ukuran.
9. Indikator Kinerja Merupakan Langkah 9;
Berisi indikator kinerja yang mencakup capaian
output maupun outcome yang mengatasi
kesenjangan gender di langkah 3, 4, dan 5.
51
SESI 7
Anggaran Desa Responsif Gender dan PPRG
1. Pengantar ARG/PPRG, kategori ARG, proses dan
Pokok Bahasan dokumen kunci
2. Identifikasi kegiatan responsive gender di desa
3. Penyusunan gender budget statement dan kerangka
acuan kegiatan responsive gender
1. Partisipan memahami dan mengenali ARG/PPRG,
Tujuan kategori ARG, proses dan dokumen kunci
2. Partisipan dapat mengidentifikasi kegiatan
responsive gender di desa
3. Partisipan dapat merumuskan GBS dan kerangka
acuan kegiatan responsive gender
1. Ceramah
Metode 2. Tabel GBS
3. Diskusi kelompok
4. Kuis/games
1. Kertas Metaplan
2. Alat bantu belajar tabel GBS
Media, Alat dan 3. Contoh kerangka acuan kegiatan responsive gender
Bahan 4. contoh dokumen kunci
5. Flipchart
6. kertas plano
7. Selotip klobot
8. Lem semprot
9. Spidol mata besar dan mata kecil
Waktu 4 JPL
Penjelasan alur
per sesi
1. Sampaikan tujuan session dan mintalah komentar
52
Proses partisipan atas tujuan session.
sesi 1 2. Pengantar tentang ARG/PPRG, kategori ARG, proses
45’ penganggaran
3. Tunjukkan pada partisipan dokumen kunci anggaran,
tanyakan siapa yang pernah melihat dokumen
tersebut siapa yang belum
4. Mintalah partisipan menjelaskan mengapa belum
pernah melihat dokumen tersebut dan sebaliknya
53
6. Ajaklah partisipan mendiskusikan hasil kerja tersebut
Alat Bantu:
7.1 Presentasi: Anggaran yang Responsif Gender, Perencanaan dan
Penganggaran Responsive Gender (PPRG), Pernyataan Anggaran
Gender (GBS).
54
2. Anggaran kesetaraan gender, adalah alokasi anggaran untuk
mengatasi masalah kesenjangan gender. Berdasarkan analisis
gender dapat diketahui adanya kesenjangan dalam relasi
antara perempuan dan laki-laki dalam akses, partisipasi,
manfaat dan kontrol terhadap sumberdaya.
3. Anggaran pelembagaan kesetaraan gender, adalah alokasi
anggaran untuk penguatan pelembagaan pengarusutamaan
gender, baik dalam hal pendataan maupun peningkatan
kapasitas sumberdaya manusia.
55
menangani permasalahan gender tersebut. GBS diartikan pula
sebagai dokumen yang menyatakan tentang adanya kesetaraan
gender dalam perencanaan dan penganggaran suatu kegiatan.
• GBS bermakna pula bahwa rencana, program, dan kegiatan telah
disusun melalui analisis gender sesuai instrumen GAP.
• GBS memuat komponen-komponen sebagai berikut:
1. Kebijakan/ Merupakan informasi mengenai
Program/Kegiatan kebijakan/program/kegiatan telah dianalisis dan
dialokasikan anggarannya untuk merespon isu
gender, dimana rumusannya sesuai hasil
restrukturisasi program/ kegiatan yang tercantum
dalam dokumen perencanaan (RKA). Jika program
yang dicantumkan merupakan program multi
years, maka GBS disusun cukup satu saja, tetapi
setiap tahun dilakukan penyesuaian sesuai dengan
capaian program.
2. Analisis Situasi Berisi uraian ringkas yang menggambarkan
persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh
kegiatan yang menghasilkan output. Analisis ini
mencakup data pembuka wawasan, faktor
kesenjangan, dan penyebab permasalahan
kesenjangan gender, serta menerangkan bahwa
keluaran dan hasil kegiatan yang akan dihasilkan
mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran
tertentu. Pengambilan butir- butir dari langkah
GAP disusun dalam bentuk narasi yang singkat,
padat dan mudah dipahami. Isu gender dapat
diidentifikasi melalui aspek akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat.
3. Rencana Aksi Terdiri atas kegiatan, berikut masukan, keluaran,
dan hasil yang diharapkan. Tidak semua kegiatan
dicantumkan. Kegiatan yang dicantumkan
merupakan kegiatan prioritas yang secara langsung
mengubah kondisi ke arah kesetaraan gender.
4. Indikator Kinerja Merupakan indikator-indikator kinerja yang akan
dicapai dengan adanya kegiatan-kegiatan untuk
mendukung tercapainya tujuan program. Capaian
program terdiri dari tolok ukur serta indikator dan
target kinerja yang diharapkan.
5. Anggaran Merupakan jumlah keseluruhan alokasi anggaran
yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan dari
program yang dianalisis.
6. Tanda Tangan Penandatangan GBS adalah Kepala SKPD.
56
SESI 8
Integrasi Gender dalam Musrenbang
1. Pengantar musrenbang dan perencanaan daerah
Pokok Bahasan 2. Identifikasi aktor kunci dalam musrenbang
3. Role play musrenbang
4. Diskusi kelompok permasalahan dan tantangan
dalam pengintegrasian gender dalam musrenbang
1. Partisipan memahami dan mengenali beragam
Tujuan musrenbang dan perencanaan daerah
2. Partisipan dapat mengidentifikasi aktor kunci dalam
musrenbang desa
3. Partisipan mengetahui bagaimana proses
musrenbang, dapat melaksanakan musrenbang, serta
dapat mengintegrasikan gender dalam musrenbang
4. Partisipan dapat mengenali permasalahan dan
tantangan dalam pengintegrasian gender dalam
musrenbang serta bagaimana mengatasi
permasalahan dan tantangan tersebut
1. Ceramah
Metode 2. Pemutaran film
3. Diskusi kelompok
4. Role play
5. Analisis stakeholder
1. Kertas Metaplan
2. Diagram perencanaan daerah
Media, Alat dan 3. Diagram musrenbang
Bahan 4. Tabel analisis stakeholder
5. Flipchart
6. kertas plano
7. Selotip klobot
57
8. Lem semprot
9. Spidol mata besar dan mata kecil
10. LCD/Laptop
Waktu 4 JPL
Penjelasan alur
per sesi
1. Sampaikan tujuan session dan mintalah komentar
Proses partisipan atas tujuan session.
sesi 1 2. Pengantar tentang musrenbang dan perencanaan
45’ daerah
3. Tunjukkan pada diagram perencanaan daerah
4. Tanyakan siapa yang pernah mengikuti musrenbang
dan siapa yang belum
5. Mintalah partisipan menjelaskan mengapa tidak
mengikuti musrenbang dan sebaliknya
58
3. Berikanlah pengantar tentang tata cara roleplay dan
aturan main
4. Beri waktu 15 menit untuk merencanakan roleplay
sesuai penugasan
5. Persilakan kelompok untuk melakukan roleplay
selama 45 menit maksimal
6. Mintalah partisipan merefleksikan hasil roleplay dan
menjelaskan apa kendala dalam mengintegrasikan
gender dalam musrenbang
7. Bersama dengan peserta susunlah rekomendasi
musrenbang yang responsive gender
Alat Bantu:
8.1 Presentasi: Integrasi Gender dalam Perencanaan dan pembangunan.
59
8.3 Tahapan Perencanaan Pembangunan Desa
TAHAPAN KETERANGAN
Tahap 1. Pemetaan permasalahan dan potensi.
Persiapan 2. Perumusan kebutuhan.
3. Penyusunan program dan kegiatan.
4. Menyusun indikator pencapaian.
a. Spesific (spesifik), punya ciri tersendiri dan tidak sekedar
berbeda dengan desa lain; berciri detil, bukan gambaran
yang bersifat umum.
b. Measurable (terukur), dapat "diukur", bukan sekedar
mimpi atau imajinasi;
c. Achievable,attainable (dapat dicapai), indikator yang
ditetapkan merupakan indikator yang berada dalam
jangkauan, bisa dicapai;
d. Relevant, reliable (relevan, dapat diandalkan), indikator
yang ditetapkan merupakan indikator yang relevan dan
dapat diandalkan/dipercaya; diidentifikasi dari potensi
dan masalah menurut pandangan masyarakat sendiri.
e. Time bound, indikator yang ditetapkan merupakan
indikator yang terikat dalam kerangka waktu untuk
pencapaiannya.
Agenda 1. Paparan rancangan RPJM-Desa termasuk di dalamnya
Acara rancangan RKP Desa tahun pertama, sesuai hasil kegiatan
prosesing data,
2. Paparan RPJM Daerah khususnya KUA.
3. Tanya jawab tentang rancangan RPJM Desa.
4. Diskusi kelompok untuk mengkritisi rancangan RPJM Desa.
5. Presentasi hasil diskusi kelompok.
6. Penyepakatan RPJM Desa dan RKP Desa tahun pertama.
7. Penentuan/pemilihan delegasi Musrenbang Kecamatan.
8. Penandatanganan berita acara.
60
• Visi dan Misi desa.
• Daftar rencana pembangunan jangka menengah desa.
• Berita acara musrenbang RPJMDesa.
2. Surat keputusan Kepala Desa tentang RKP Desa dan
lampiran-lampirannya
• Daftar rencana kegiatan pembangunan desa (RKPDesa).
• Berita acara musrenbangdes RKPDesa.
3. Daftar delegasi (utusan) untuk mengikuti musrenbang
kecamatan tahun pertama.
Tujuan dan Tujuan
manfaat • Penyusunan dokumen rencana kerja pembangunan desa
RKPDesa (RKPDesa) mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menjamin konsistensi perencanaan dan penganggaran
desa.
b. Sebagai dasar/pedoman kegiatan pembangunan desa
tahunan.
c. Sebagai masukan penyusunan APBDesa tahun berikutnya.
• Manfaat RKPDesa
a. Lebih menjamin kesinambungan pembangunan.
b. Pembangunan desa lebih terfokus.
c. Menumbuhkembangkan swadaya dan partisipasi
masyarakat.
Masukan Dari Desa
• Dokumen RPJMDesa.
• Hasil evaluasi pembangunan (belum ada dasar hukumnya,
kasus di Kabupaten Kebumen, bentuknya hasil lokakarya
desa sebagai pra musrenbang).
Dari kabupaten
• Draft rancangan RKPD
• Draft rancangan Renja SKPD.
61
3. Untuk memaksimalkan peran dan kontribusi setiap
stakeholder.
• Contoh pemetaan stakeholder berdasarkan pengaruh dan
kepentingan pada perencanaan pembangunan:
Pengaruh rendah Pengaruh tinggi
Kepentingan rendah Kelompok stakeholder Kelompok yang
yang paling rendah bermanfaat untuk
prioritasnya merumusan atau
menjembatani keputusan
dan opini
Kepentingan tinggi Kelompok Stakeholder Kelompok stakeholder
yang penting namun yang paling kritis
barangkali perlu
pemberdayaan
62
Karakteristik tokoh:
• Kepala desa yang popular tetapi tidak terlalu paham detail
kebijakan termasuk prosedur penyelenggaraan Musrenbang, laki-laki.
• Sekretaris desa, usia 53 tahun, sudah 13 tahun menjabat sebagai
sekretaris desa, berpengalaman dengan aspek-aspek pemerintahan
desa dan pengelolaan pembangunan.
• Pengurus PKK desa, perempuan, istri dari sekretaris desa.
• Kader posyandu di tingkat desa, perempuan, usia 42 tahun, sudah
belasan tahun menjadi kader.
• Guru SD, laki-laki, usia 50 tahun, tokoh masyarakat yang menjadi
pemimpin sidang Musrenbang.
• Kepala dukuh, laki-laki, usia 59 tahun, yang dusunnya merupakan
pusat desa, pengusaha kerajinan.
• Kepala dukuh, laki-laki, usia 38 tahun, petani, menjadi kepala
dukuh di wilayah termiskin di kawasan perbukitan yang setiap tahun
mengalami longsor dan krisis air bersih.
63
SESI 9
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
1. Kerja kelompok
Metode
2. Tugas/Latihan studi kasus
3. Presentasi
1. Kertas Plano/flipchart
2. Selotip Kertas
Media, Alat dan
Bahan 3. Papan untuk menempel atau tembok
4. Spidol
5. LCD proyektor
Waktu 1 JPL
Penjelasan alur
per sesi
64
tersebut.
Alat Bantu:
9.1 Lembar kerja Menyusun RTL
Masa Kegia Tuju Lokasi/sa Out Kebutu Angga Sum Wak Penanggung
lah tan an saran put han ran ber tu jawab
dana
65
SESI 10
Evaluasi
1. Kertas Plano/flipchart
2. Selotip Kertas
Media, Alat dan
Bahan 3. Papan untuk menempel atau tembok
4. Spidol
5. LCD proyektor
Waktu 1 JPL
Penjelasan alur
per sesi
66
3. Peserta kemudian dibagi lembar evaluasi untuk
mengisikan masukan dan saran-saran, maupun
kritikan.
Alat Bantu:
10.1 Lembar Evaluasi
Komponen Evaluasi Baik (alasannya) Sedang (alasannya) Kurang (alasannya)
Materi Pelatihan
Metode Pelatihan
Fasilitator
Partisipan
Sarana Prasarana
Panitia
67
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
69
70