Anda di halaman 1dari 48

PANDUA CERDAS CERMAT

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Dasar Pemikiran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial pada hakekatnya bertujuan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial, baik perorangan dan keluarga maupun kelompok dan
masyarakat, guna meningkatkan harkat, martabat dan kualitas hidup manusia
Indonesia. Pembangunan Kesejahteraan Sosial juga ditujukan agar masyarakat
mampu memecahkan permasalahan sosial yang timbul serta dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dengan mengedepankan inisiatif, partisipasi dan kreativitas
melalui pemanfaatan potensi sumberdaya secara optimal terutama yang ada di
lokalnya masing-masing.

Penguatan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial melalui strategi pemberdayaan


diarahkan untuk mendukung upaya pemecahan permasalahan sosial terutama yang
ada di masyarakat desa/kelurahan, diantaranya dengan memberdayakan dan
menguatkan Karang Taruna sebagai salah satu pilar dan ujung tombak penting
dalam pembangunan kesejahteraan sosial masyarakatnya. Sebagai lembaga
kesejahteraan sosial, Karang Taruna adalah wadah penghimpun generasi muda
yang lahir dari oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda, karenanya
Karang Taruna telah tumbuh dan berkembang atas kesadaran generasi muda yang
berkehendak kuat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakatnya. Karena
itu dalam penyelenggaraan organisasi dan program kerja Karang Taruna harus
dibangun, dikembangkan dan dimantapkan secara konsisten dan berkelanjutan
kemampuan Karang Taruna, agar betul-betul berperan dan mampu memberi
manfaat bagi masyarakatnya dan tentu bagi Karang Taruna itu sendiri yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari masyarakatnya.

Dengan kedudukannya yang strategis ditingkat desa/kelurahan atau komunitas adat


sederajat, Karang Taruna menjadi pilihan dan alternatif lembaga kesejahteraan
sosial yang tepat untuk diberdayakan. Apalagi terdapat fakta bahwa masih banyak
Karang Taruna desa/kelurahan di tanah air saat ini yang masih berstatus Tumbuh
dan Berkembang. Status yang dalam strata klasifikasi Karang Taruna berada paling
rendah, dalam arti tentu dari segi keberdayaan dan kemampuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dan generasi mudanya bahkan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial masyarakatnya, masih minim dan sederhana. Salah satu
penyebab dari masih lemahnya kemampuan dan kapasitas Karang Taruna dalam
penyelenggaraan organisasi dan program-program kerjanya adalah karena
kekurangpahaman terhadap Karang Taruna (filosofi, sejarah, jati diri), tata kelola
dan keorganisasian Karang Taruna serta penyelenggaraan program kerjanya.

2
Disamping tentu juga akibat dari lemahnya akses akan informasi terhadap regulasi
dan kebijakan.

Mencermati kondisi diatas, maka sangat penting untuk dilakukan pemberdayaan


Karang Taruna melalui penerbitan Buku Panduan Kerja Karang Taruna. Buku
Panduan Kerja ini diharapkan betul-betul dapat menjadi pedoman kerja yang secara
teknis mampu menjadi informasi dan petunjuk bagaimana menyelenggarakan
organisasi Karang Taruna sesuai standar secara umum agar lebih tertib, serta
bagaimana melaksanakan program-program kerja Karang Taruna sesuai wataknya
sebagai organisasi/lembaga kesejahteraan sosial di akar rumput. Sehingga, jika
kondisi tersebut dapat tercapai, maka diharapkan kehadiran Karang Taruna
ditengah-tengah masyarakat akan mampu membantu memecahkan permasalahan
sosial yang ada dan mendukung pencapaian meningkatnya taraf kesejahteraan
sosial masyarakatnya secara lebih baik dan terukur.

2. Maksud, Tujuan dan Manfaat


Maksud
1. Menyediakan panduan yang dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan Karang Taruna di desa/kelurahan;
2. Memberikan arah bagi pengurus Karang Taruna baik dalam penyelenggaraan
keorganisasian, program kerja maupun aspek pendukungnya.

Tujuan
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan penyelenggara (pengurus) Karang
Taruna agar mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakatnya;
2. Meningkatkan klasifikasi Karang Taruna Tumbuh menjadi Karang Taruna
Berkembang, Karang Taruna Berkembang menjadi Karang Taruna Maju dan
Karang Taruna Maju menjadi Karang Taruna Percontohan;
3. Membangun kesamaan persepsi, kesatuan langkah dan keterpaduan
pemberdayaan Karang Taruna secara sinergis dan kemitraan;
4. Membangun dan meningkatkan sistem dan mekanisme kerja Karang Taruna
yang lebih tertib dan berkualitas;
5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang lebih terpadu, aplikatif
dan terintegrasi.
Manfaat
1. Meningkatnya klasifikasi Karang Taruna;
2. Meningkatnya pemahaman pengurus Karang Taruna (desa/kelurahan) dalam
praktek penyelenggaraan Karang Taruna baik secara kelembagaan (organisasi)
maupun program kerjanya yang lebih tertib;

3
3. Terwujudnya penguatan kapasitas sumber daya manusia Karang Taruna yang
memiliki kompetensi dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan program
kerja Karang Taruna;
4. Terwujudnya keberdayaan Karang Taruna sehingga mampu menjadi mitra kerja
Pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial;
5. Terwujudnya Integrasi Pemberdayaan Masyarakat dalam kerjasama antara
Karang Taruna dengan PSKS lainnya;

3. Sasaran
Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
1. Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan;
2. Pengurus Karang Taruna Kecamatan hingga Nasional sebagai penyelenggara
jejaring kerja;
3. PSKS lainnya sebagai mitra utama yang ingin memahami mekanisme kerja
Karang Taruna;
4. Pemangku kepentingan lain yang berkepentingan dalam penguatan organisasi
dan program kerja Karang Taruna;

4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara RI tahun 2009 Nomor 12. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4967)
b. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (Lembaran
Negara RI tahun 2009 Nomor 148. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
5067)
c. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
(Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 83. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5235)
d. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
(Lembaran Negara RI tahun 2013 Nomor 116. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5430).
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
g. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 68. Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5294)
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587).
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588).
j. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 77 Tahun 2010 tentang Pedoman Dasar
Karang Taruna.
k. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 184 Tahun 2011 tentang Lembaga
Kesejahteraan Sosial (Berita Negara RI Tahun 2011 Nomor 913)
l. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah

4
Kesejahteraan Sosial Dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 567)
m. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Karang Taruna (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 94)
n. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan

5. Pengertian
a. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan
sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan
untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau
komunitas adat sederajat terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan
sosial.
b. Anggota Karang Taruna yang selanjutnya disebut Warga Karang Taruna adalah
setiap anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan
45 (empat puluh lima) tahun yang berada di desa/kelurahan.
c. Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses pengembangan dan
peningkatan kemampuan, kesempatan dan kewenangan kepada Karang Taruna
untuk memecahkan masalah dan mengembangkan potensinya, melalui
pemanfaatan berbagai sumber baik sumber daya manusia, sumber daya alam
dan sumber daya sosial yang ada.
d. Usaha Ekonomi Produktif adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
memberikan kemampuan usaha ekonomi, peningkatan produktifitas kerja,
meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan yang saling
menguntungkan.
e. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial
dan perlindungan sosial
f. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PMKS
adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena
suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani,
rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.
g. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PSKS
adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat
berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

5
BAB II
SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KARANG TARUNA

A. Sejarah Kelahiran
Karang Taruna pertama berdiri pada Tanggal 26 September 1960 di kawasan
Kampung Melayu Besar, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Kampung Melayu,
Jakarta Timur (sekarang masuk wilayah Kampung Melayu Besar, RW 01, Kelurahan
Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan).

Karang Taruna merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat kota yang makin
kompleks, dimana pada saat itu mulai muncul permasalahan sosial di kalangan
generasi muda, seperti pemanfaatan waktu luang setelah sekolah yang menjurus
pada hal negatif, anak putus sekolah, serta akibat pergaulan bebas yang berkibat
buruk bagi perkembangan generasi muda. Karang Taruna terbentuk dari kesadaran
bahwa masalah generasi muda akan menjadi hal penting untuk ditangani karena
apabila diabaikan akan berakibat buruk dikemudian hari. Sebuah gerakan
masyarakat madani (civil society) yang muncul dari, untuk dan oleh masyarakat
terutama bagi generasi muda.

Jawatan Pekerjaan Sosial Jakarta melalui Kepala Seksi Perlindungan Anak Bagian
Kesejahteraan Anak (Tati Marjono) bekerjasama dengan Yayasan Perawatan Anak
Yatim ( YPAY ) dan Lembaga Sosial Kampung (LSK) yang pada akhirnya
menyepakati secara bersama untuk membentuk sebuah organisasi sosial remaja
pemuda yang diberi nama Karang Taruna melalui Experimental Project Karang
Taruna, yakni suatu kegiatan eksperimental dalam rangka usaha perlindungan anak.

Karang diartikan sebagai tempat berseminya tanaman untuk dapat tumbuh dengan
subur, sedangkan Taruna adalah manusia pada usia remaja. Sehingga dapat
diartikan Karang Taruna adalah suatu wadah bagi kalangan remaja untuk tumbuh
dan berkembang secara sehat menjadi generasi muda bermafaat dalam kehidupan
masyarakat.

Jika dilihat sejarahnya maka ada delapan aspek yang mendasari kelahiran Karang
Taruna yaitu:
Pertama, dalam sebuah negara, permasalahan anak harus mendapat tempat yang
utama dalam proses pembangunan nasional, tanpa membedakan keadaan dan
golongan dari mana anak-anak tersebut berasal (berdimensi konstitusional).
Kedua, Anak harus mendapatkan ruang dan kesempatan yang selayaknya untuk
mengembangkan pribadinya secara sehat (aspek moralitas).
Ketiga, Anak-anak memerlukan dukungan bagi perkembangan pribadi yang sehat
oleh karena itu setiap anak memerlukan rasa aman, baik secara fisik maupun
emosional serta lingkungan hidup yang sepenuhnya memahami kebutuhan-
kebutuhan anak (aspek psikologis).
Keempat, Persoalan-persoalan yang bersinggungan dengan proses urbanisasi dan
modernisasi itu juga dirasakan akibat buruknya oleh anak-anak (aspek demografis
dalam pembangunan).
Kelima, Banyak keluarga yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk
mengembangkan karakter dirinya sebagai manusia yang bermartabat (aspek
kemanusiaan).
Keenam, Banyak anak yang tak berkesempatan mengenyam pendidikan akibat
terbatasnya jumlah sekolah maupun karena alasan ekonomi (aspek pendidikan).
Ketujuh, Kebutuhan anak untuk berkelompok merupakan mekanisme perlindungan
diri dari ancaman dan bahaya, apabila tidak diarahkan, kelompok yang akan
membawa kearah yang buruk (aspek sosial).
Kedelapan, Banyak orang tua karena berbagai alasan melakukan pengabaikan
terhadap anaknnya, akibatnya anak bisa melakukan perbuatan negatif (aspek pola
pengasuhan).

Bertitik tolak dari delapan dimensi tersebut maka Karang Taruna mengembangkan
agenda dan strategi untuk:

6
1. Melakukan upaya-upaya preventif, seperti pendidikan sosial, mental dan fisik
kepada anak-anak, terutama anak-anak yatim, anak-anak miskin dan anak-anak
jalanan.
2. Melakukan berbagai aktivitas di kalangan anak-anak yang mengedepankan
unsur-unsur rekreasi, pengisian waktu luang dalam pendidikan nonformal melalui
taman bacaan, Kerajinan, Kesenian dan olahraga.

Demikianlah seputar kelahiran Karang Taruna beserta latar belakang pemikiran dan
persoalan yang menyertainya. Fakta di seputar kelahiran itulah yang kelak di
kemudian hari ikut mewarnai corak dan perkembangan Karang Taruna sebagai
organisasi sosial di Indonesia.

B. Perkembangan Karang Taruna


Setelah kelahirannya di tahun 1960, Karang Taruna mendapat pengakuan sebagai
salah satu organisasi generasi muda. Karang Taruna juga ikut terpengaruh oleh
dinamika perjalanan bangsa.
Karang Taruna lahir pada saat dinamika bangsa berlangsung, melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, Indonesia yang semula liberal berubah ke arah otoriter di
bawah kendali sistem Demokrasi Terpimpin. Karang Taruna mulai perannya untuk
mengembangkan partisipasi kemasyarakatan hingga ke masa Orde Baru (1965-
1998). Di masa orde reformasi Karang Taruna terus menjadi organisasi yang
menjaga netralitasnya.
Perkembangan Karang Taruna dapat dibagi dalam pembagian waktu sebagai
berikut:
1. Fase Pencanangan (Tahun 1960), diawali dengan adanya kepedulian seorang
Gazali Sekretaris Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) terhadap kebiasaan
anak dan remaja setempat yang mengisi waktu luangnya digunakan untuk hal-
hal yang tidak bermanfaat yang cenderung negatif, seperti berkeliaran, bermain
kartu, disamping banyak anak yatim dan anak yang tidak sekolah. Sehingga
muncul gagasan untuk mengorganisir sebuah kegiatan penanggulangannya
dengan melembagakan program tersebut. Gagasan tersebut lalu di respon oleh
Ibu Tati Marjono dari Jawatan Pekerjaan Sosial melakukan pendekatan
kesejahteraan sosial.
2. Fase Penumbuhan (1960-1970). Karang Taruna mulai tumbuh di kelurahan-
kelurahan lain di wilayah DKI Jakarta dan mengambil peran dalam penanganan
permasalahan sosial anak dan remaja sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Sehingga pada tahun 1969 saat dimulainya Pelita I terbentuk 12 Karang
Taruna dan terus berkembang hingga awal tahun 1970.
3. Fase Pengembangan (1970-1980). Di masa orde baru Karang Taruna terus
meningkat. di wilayah DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Ali Sadikin pada tahun
kedua Pelita I jumlah Karang Taruna telah mencapai sebanyak 274, termasuk
Karang Taruna Unit RW yang mulai ditumbuhkan. Sejak dikeluarkan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta untuk membubarkan Geng-Geng di Jakarta
dan mengfungsikan Karang Taruna sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda, pertumbuhan Karang Taruna dapat berkembang
dengan pesat. Di DKI Jakarta Tahun 1974 sudah terdapat sebesar 620 lembaga
dan tahun 1979 sebesar 3.359.
4. Fase Penguatan (1980-1990). Ditandai dengan adanya beberapa kegiatan
Karang Taruna berskala Nasional, seperti Musyawarah Kerja Nasional Karang
Taruna Tahun 1980 di Malang Jawa Timur yang menghasilkan antara lain
Pemilihan Karang Taruna Teladan Tingkat Nasional dan mengusulkan Karang
Taruna dimasukan kedalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) serta
Musyawarah Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 1981 di Garut Jawa Barat
yang hasilnya adalah dibentuknya Forum Komunikasi Karang Taruna Tingkat
Kecamatan. Pada fase ini dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor :

7
13/HUK/KEP/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna,
Surat Keputusan Menteri Sosial RI nomor 11/HUK/KEP/1988 tentang Pedoman
Dasar Karang Taruna serta dimasukannya Karang Taruna ke dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II Tahun
1983, Tahun 1988 dan 1993. Di Tahun 1984, jumlah Karang Taruna secara
nasional sebanyak 12.600 Karang Taruna. Tahun 1985 ditetapkan oleh Menteri
Sosial RI sebagai Tahun Penumbuhan Karang Taruna, Tahun 1987 sebagai
Tahun Kualitas Karang Taruna, dan Keikutsertaan Karang Taruna dalam
Program Nakasone menyongsong abad 21 ke Jepang.
5. Fase Pemantapan (1990-2000), kegiatan dilakukan untuk lebih memantapkan
peran dan fungsi Karang Taruna sebagai wadah pembinaan dan pengembangan
generasi muda. Kegiatan-kegiatan lainnya pada saat itu adalah : Bimbingan
Manajemen Organisasi, Usaha Kesejahteraan Sosial dan Kewirausahaan Karang
Taruna, Pendidikan Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif di Peternakan Triple’S
Tapos Bogor, Pelatihan Pertanian dan Peternakan Terpadu di Cinagara Bogor,
Praktek Belajar Kerja di Pusdiklat Lima Belas Farm Singaparna Tasikmalaya,
Bimbingan Kewirausahaan Karang Taruna di Daerah, Pengembangan Wawasan
Kebangsaan dan Bela Negara di Pusat Pendidikan Zeni Angkatan Darat Bogor
dan Pusat Pendidikan Bimbingan Masyarakat POLRI, Studi Karya Bhakti, Pekan
Bhakti dan Porseni Karang Taruna, Sasana Krida Karang Taruna, Bulan Bhakti
Karang Taruna, dan Magang ke Jepang.
6. Fase Tantangan (2000 - sekarang), Tahun 2000 Departemen Sosial RI
dibubarkan dan dirubah menjadi Badan Kesejahteraan Sosial Nasional.
Akibatnya banyak Karang Taruna yang membubarkan diri karena merasa tidak
ada pembinanya, misalnya di Provinsi Riau. Dalam Temu Karya Nasional Karang
Taruna di Medan bulan Oktober 2001 menghasilkan putusan untuk merubah
nama Karang Taruna menjadi Karang Taruna Indonesia. Ada 2 pedoman Karang
Taruna, yaitu Pedoman Dasar Karang Taruna berdasarkan Keputusan Menteri
Sosial Nomor 11/HUK/1988 dan Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga
Karang Taruna Indonesia yang dikeluarkan Pengurus Nasional Karang Taruna
Indonesia. Dualisme aturan ini merugikan bagi Karang Taruna sendiri. Temu
Karya Nasional Karang Taruna dan terbit Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor
83 Tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Program andalan di
tingkat Nasional adalah Kantin Kejujuran, atas kerja sama antara Pengurus
Nasional Karang Taruna dengan Kejaksaan Agung RI, yang dilekatkan program
kegiatannya di sekolah. Disamping kegiatan yang lain adalah Expo Karang
Taruna yaitu Pameran peragaan hasil kegiatan usaha ekonomis produktif Karang
Taruna tingkat Nasional di Kelapa Gading Jakarta, Jambore Karang Taruna
tingkat Nasional di Cibubur dan Kuningan, program lanjutan Pelatihan Pertanian
dan Peternakan Terpadu di Cinagara Bogor dan Pengembangan Wawasan
Kebangsaan dan Bela Negara di Pusat Pendidikan Zeni Angkatan Darat Bogor.
Di Tahun 2010 terbit Peraturan Menteri Sosial RI nomor 77 Tahun 2010 tentang
Pedoman Dasar Karang Taruna.

Ada proses yang perlu diketahui oleh siapa pun yang berkecimpung dalam
Karang Taruna, bahwa Karang Taruna dari masa ke masa tidak pernah berubah
haluan, Karang Taruna itu lahir dan dibentuk oleh masyarakat, lembaga ini lahir
karena kebutuhan masyarakat. Inilah prinsip yang harus dipegang teguh dan
Karang Taruna dibentuk semata-mata karena memang dibutuhkan oleh
masyarakat, terkait dengan penanggulangan masalah sosial, khususnya
generasi muda.
Karang Taruna memiliki jati diri sebagai berikut: Pertama, Karang Taruna
merupakan organisasi sosial, sehingga kegiatannya bergerak dibidang usaha-
usaha kesejahteraan sosial dan tugas pokoknya menanggulangi masalah sosial

8
khususnya masalah sosial generasi muda. Kedua, Karang Taruna merupakan
wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, baik generasi muda yang
bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Ketiga, Karang Taruna merupakan
organisasi otonom dan lokal diwilayah desa/kelurahan/komunitas adat sederajat
yang bersifat horizontal dan tidak vertikal, namun untuk memenuhi tugas pokok
dan fungsinya diperlukan adanya mekanisme kerjasama, komunikasi, informasi,
koordinasi dan kolaborasi antarpengurus disetiap tingkatan, mulai tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi maupun nasional. Keempat, Karang
Taruna adalah organisasi non-partisan, yang tidak membedakan pendirian politik,
suku, bangsa, ras, agama/kepercayaan. Kelima, Sistem keanggotaan Karang
Taruna adalah stelsel pasif, yakni seluruh generasi muda yang berumur 13 tahun
sampai dengan 45 tahun adalah anggota Karang Taruna. Hal ini menunjukan
kejelasan sasaran obyek yang dijadikan pembinaan dan pengembangan
generasi muda.

9
BAB III
PENYELENGGARAAN ORGANISASI KARANG TARUNA

A. Klasifikasi Karang Taruna


Klasifikasi Karang Taruna adalah pengelompokan/kategorisasi Karang Taruna atas
dasar tingkat kemampuannya dalam melaksanakan atau menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsinya di lingkungan masing-masing.
Klasifikasi Karang Taruna meliputi:
1. Karang Taruna Tumbuh adalah Karang Taruna yang secara formal telah tumbuh
dan telah ada susunan kepengurusannya, namun kegiatannya masih sangat
sederhana, bersifat rekreatif, dan belum terprogram secara terarah;
2. Karang Taruna Berkembang yaitu Karang Taruna yang secara organisatoris
maupun administratif sudah teratur, dan terpola dengan mekanisme/tata kerja
yang teratur dan sistematis;
3. Karang Taruna Maju adalah Karang Taruna yang secara organisatoris,
administratif, kepengurusan dan programnya telah berjalan dengan baik, teratur,
berkesinambungan, dan mempunyai prospek program yang jelas; dan
4. Karang Taruna Percontohan adalah Karang Taruna yang secara organisatoris,
administratif, kepengurusan dan programnya telah berjalan dengan baik, teratur,
berkesinambungan, dan mempunyai prospek program yang jelas, serta telah
mengembangkan program-program yang menciptakan generasi muda
dilingkungannya untuk mampu berpartisipasi mengembangkan program
pembangunan nasional khususnya dibidang kesejahteraan sosial, yang
diperlukan oleh lingkungannya.
Sedangkan secara rinci kriteria yang digunakan untuk menetapkan klasifikasi
Karang Taruna adalah:

10
N Klasifikasi Kriteria Kelembagaan Kriteria Program
o KT Kepengurusan Kesekretariatan Keuangan ROK Pelayanan Sosial UEP
Ada/tidak ada SK pengukuhan Ada/tidak ada Tidak ada sumber keuangan 1-2 kegiatan rekreasi Belum ada kegiatan Belum ada kegiatan Belum
1 TUMBUH Rapat jarang (1 x setahun) Belum terkelola dengan baik Belum ada pembukuan 1-2 kegiatan olahraga kesenian khusus (baru kegiatan UEP
Pembentukan secara sederhana Fasilitas belum memadai, hanya meja Belum ada perencanaan Kegiatan insidentil (misal 17 kerja bakti)
(informal) dan kursi agustus)
Ada SK pengukuhan Ada Ada sumber keuangan. 1 – 2 kegiatan Sudah ada kegiatan Sudah memulai 1 – Sudah
BERKEM rekreasi santunan dsb 2 kegiatan UEP kepem
2 BANG Mulai rutin rapat (4 x setahun) Dikelola dengan baik Pembukuan sederhana 2 - 4 kegiatan olahraga kesenian
Pembentukan melalui musyawarah Tersedia fasilitas arsip dan Ada inventa ris, blm ada Mulai ada kegiatan rutin
warga Karang Taruna korespondensi perencanaan
Ada SK pengukuhan Ada Lebih dari 1 sumber 2 - 4 kegiatan Ada kegiatan Ada 1- 2 UEP yang LDK,
Rapat rutin (lebih dari 4 kali setahun) Dikelola dengan baik Pembukuan sdh baik Lebih dari 4 kegiatan olahraga pelayanan sosial sudah berkem bang partisi
3 MAJU kesenian spesifik bagi PMKS baik
Pembentukan melalui Musyawarah Fasilitas sudah memadai. Ada perenca naan, ada Menjadi penyelenggara kegiatan
Warga Karang Taruna inventaris turnamen atau kesenian
Ada SK pengukuhan Ada Sumber keuangan lebih dari 1 Kegiatan lebih dari 4 Ada kegiatan Memiliki UEP yang LDK,
PERCON berkelanjutan pelayanan sosial produktif dan solutif tahun
4 TOHAN Rapat terjadwal (12 x setahun) & ada Organisasi kesekretariatan lengkap Pembukuan baik. Adanya Kegiatan olahraga kesenian spesifik bagi PMKS
notulensi laporan rutin. yang rutin
Pembentukan melalui Musyawarah Memadai, fasi-litas lengkap Ada perenca-naan dan Menjadi penyelenggara kegiatan
Warga Karang Taruna inventaris turnamen atau kesenian

B. Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam Karang Taruna


Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam Karang Taruna terdiri dari:
1. Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT), adalah forum pengambilan
keputusan tertinggi organisasi Karang Taruna di tingkat desa/kelurahan,
dengan ketentuan:
a. Peserta, terdiri dari:
1) Peserta Penuh yakni: Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan,
Pengurus KT Kecamatan, Pengurus Karang Taruna Unit RW/RK (apabila
telah dibentuk), pengurus organisasi/ kelembagaan generasi muda di
tingkat desa/kelurahan dan para tokoh/eksponen generasi muda, dengan
masing-masing orang memiliki Hak Suara dan Hak Bicara;
2) Peserta Peninjau yakni: MPKT, Pembina Fungsional dan Pembina Teknis
di tingkat desa/kelurahan, yang hanya memiliki Hak Bicara;
b. Wewenang MWKT adalah:
1) Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan;
2) Menetapkan Kerangka Pokok Program Karang Taruna tingkat desa/
kelurahan masa bakti berikutnya;
3) Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan;
4) Memilih Ketua, Pengurus, dan Majelis Pertimbangan Karang Taruna
Desa/Kelurahan masa bakti berikutnya;
c. Pelaksanaan MWKT:
11
1) MWKT berlangsung atas panggilan/undangan Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan yang bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan yang bersangkutan membuka
persidangan MWKT dan menjadi Pimpinan Sidang Sementara guna
membahas Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang
Pleno (PSP) MWKT dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP
MWKT, dengan syarat jumlah Peserta Penuh sudah hadir sekurang-
kurangnya setengah ditambah satu dari yang diundang;
3) PSP berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari unsur Pengurus Karang
Taruna Desa/Kelurahan 1 (satu) orang serta unsur dari Peserta Penuh 2
(dua) orang;
4) PSP berwenang menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab
merumuskan hasil-hasil MWKT lalu menyerahkan kepada Pengurus
Karang Taruna Desa/Kelurahan terpilih;
d. Pemilihan Langsung.
Bagi desa/kelurahan yang telah siap baik kelembagaan, pembiayaan,
infrastruktur maupun kesadaran masyarakatnya, pemilihan Ketua Karang
Taruna dapat dilakukan secara langsung, dengan ketentuan:
1) Diikuti oleh seluruh Warga Karang Taruna yang terdaftar;
2) Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan yang bersangkutan
membentuk Panitia Pemilihan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan Pengurus, dengan tugas:
a) Melakukan pendataan dan penetapan Calon Pemilih;
b) Menyelenggarakan Pendaftaran Calon Ketua Karang Taruna;
c) Menyelenggarakan Agenda Kampanye berupa: Rapat Umum, Debat
Kandidat, dan Publikasi Media Luar Ruang;
d) Menyelenggarakan Pemungutan Suara dengan menyediakan Tempat
Pemungutan Suara minimal di satu lokasi;
e) Menyelenggarakan Penghitungan Suara, Pengumuman Hasil hingga
Pelantikan/ Pengukuhan Ketua Terpilih;
3) Ketua Terpilih kemudian bertindak selaku formatur tunggal guna
menyusun kepengurusan dan MPKT untuk masa bakti 3 (tiga) tahun ke
depan;
12
2. Rapat Kerja, adalah forum pengambilan keputusan tinggi organisasi yang
dilaksanakan guna menjabarkan hasil-hasil MWKT, dengan ketentuan:
a. Peserta, terdiri dari:
1) Peserta Penuh yakni: Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan,
Pengurus Karang Taruna unit RW/RK dan Sub unit RT(apabila ada) dan
kepala desa/lurah;
2) Peserta Peninjau yakni: MPKT yang bersangkutan, Pengurus Karang
Taruna satu tingkat di atasnya dan Para Pembina Teknis di
desa/kelurahan;
3) Undangan yang ditentukan oleh Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan.
b. Hak Peserta:
1) Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh dengan format Satu
orang Satu Suara atau One Man One Vote.
2) Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
c. Wewenang Rapat Kerja:
1) Menetapkan peraturan organisasi sesuai tingkatannya atau prosedur
administratif yang dibutuhkan;
2) Mengevaluasi program kerja dan menetapkan program kerja jangka
pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
3) Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rapat Kerja dan
Rekomendasi Raker lainnya baik yang bersifat internal maupun eksternal.
d. Pelaksanaan Rapat Kerja:
1) Raker berlangsung atas panggilan Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan membuka Raker dengan
syarat jumlah Peserta Penuh sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu dari jumlah seluruh Peserta Penuh yang diundang harus sudah hadir;
3) Peserta Penuh yang hadir adalah pengurus yang kepengurusannya
masih sah, dan harus membawa mandat dari organisasinya;
4) Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan memimpin seluruh agenda
persidangan Raker sebagai Pimpinan Sidang Pleno (PSP) Raker;
13
5) PSP berjumlah sekurang-kurangnya tiga (3) orang yakni seorang ketua
merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan
seorang anggota;
6) PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan bertanggung
jawab untuk merumuskan hasil-hasil Raker lalu diserahkan kepada
Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan;

3. Rapat Pengurus Pleno (RPP)


a. Berlangsung atas panggilan Ketua dan Sekretaris;
b. Dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno Karang Taruna;
c. Dipimpin oleh Ketua dan para Wakil Ketua (sesuai bidangnya atau secara
bergantian);
d. Sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali, atau sesuai
kebutuhan;
e. Tugas:
1) Membahas dan merumuskan program kerja pengurus sebagai
penjabaran dari Keputusan MWKT dan Raker;
2) Membahas Strategi dan Kebijakan Program Kerja dan Keuangan
Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan;
3) Membahas dan merumuskan mekanisme kerja pengurus yang
bersangkutan;
4) Mengevaluasi dinamika organisasi dan batas-batas tugas, tanggung
jawab, dan wewenang pengurus yang bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

4. Rapat Pengurus Harian (RPH)


a. Berlangsung atas panggilan Ketua dan Sekretaris;
b. Dihadiri hanya oleh Pengurus Harian Karang Taruna.
c. Dipimpin oleh Ketua dan para Wakil Ketua (sesuai bidangnya atau secara
bergantian);
d. Sekurang-kurangnya dilaksanakan sekali sebulan atau sesuai kebutuhan;
e. Tugas:

14
1) Membahas dan merumuskan hal-hal yang lebih teknis (perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi) menyangkut program kerja pengurus sebagai
penjabaran dari Keputusan MWKT;
2) Membahas kebijakan internal menyangkut pelaksanaan program kerja
dan strategi penggalangan dan pengelolaan keuangan Pengurus yang
bersangkutan;
3) Mengambil sikap terhadap permasalahan yang membutuhkan keputusan
secara cepat dan mendesak tetapi tetap dipertanggungjawabkan dalam
RPP berikutnya;
4) Mengevaluasi pendelegasian wewenang Pengurus Harian yang
bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

C. Organisasi Kepengurusan
1. Kepengurusan Karang Taruna dibentuk dalam forum pengambilan keputusan
tertinggi Karang Taruna yakni Musyawarah Warga Karang Taruna melalui
mekanisme formatur.
2. Kepengurusan Karang Taruna Desa/Kelurahan yang telah dibentuk dan
disusun kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala
Desa/Kelurahan dengan masa bakti 3 (tiga) tahun sejak dikeluarkannya SK
Kepengurusan.
3. Setiap Karang Taruna desa/kelurahan dapat menyusun struktur organisasi
kepengurusannya dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. sesuai dengan kebutuhan desa/kelurahan masing-masing;
b. berdasarkan permasalahan sosial yang ada di wilayah masing-masing; dan
c. berdasarkan visi dan misi yang disepakati bersama.
4. Karena itu setiap Karang Taruna desa/kelurahan memiliki organisasi
kepengurusan dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua;
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris;
d. Wakil Sekretaris,
e. Bendahara;
15
f. Ketua Bidang/seksi, yang jumlahnya sesuai kebutuhan;
5. Jumlah pengurus sekurang-kurangnya adalah 25 orang, dengan komposisi
kepengurusan perempuan sekurang-kurangnya 20%.

D. Majelis Pertimbangan Karang Taruna


1. Majelis Pertimbangan Karang Taruna selanjutnya disingkat MPKT adalah
wadah penghimpun mantan pengurus Karang Taruna dan tokoh masyarakat
lain yang berjasa dan bermanfaat bagi kemajuan Karang Taruna;
2. MPKT tidak memiliki hubungan struktural pengurus Karang Taruna dan bersifat
tidak operasional, karena MPKT merupakan lembaga yang memiliki tugas
pokok untuk memberikan nasehat dan pertimbangan kepada pengurus Karang
Taruna. Untuk menjabarkan tugas pokoknya MPKT mempunyai fungsi sebagai:
a. Penampung aspirasi para mantan pengurus/aktivis Karang Taruna yang
sudah tidak memiliki hak untuk menjadi pengurus karena persyaratan usia
dan karena ketidakbersediaannya menjadi pengurus;
b. Menjadi lembaga konsultasi bagi Karang Taruna dalam menyelenggarakan
aktivitas organisasinya terutama melalui mekanisme Rapat Konsultasi;
c. Pengarah bagi Karang Taruna terutama menyangkut aspek nilai-nilai dan
substansial dari Karang Taruna;
d. Pemberi pertimbangan-pertimbangan strategis bagi Karang Taruna dalam
setiap kebijakan dan pengambilan keputusan yang bersifat strategis;
e. Pemberi dukungan akses (kemudahan) bagi Karang Taruna dalam
mengembangkan aktivitas program dan tatanan kelembagaannya;
f. Pemberi dukungan material dan moril bagi Karang Taruna di wilayahnya;
g. Penyedia akomodasi kepakaran dan kompetensi seseorang agar dapat
dikembangkan dan disumbangkan bagi kemajuan Karang Taruna.
3. Pembentukan MPKT dan kepengurusannya dilakukan dan disahkan dalam
Musyawarah Warga Karang Taruna melalui mekanisme formatur dengan masa
bakti yang sama dengan masa bakti kepengurusan Karang Taruna yang
bersangkutan.
4. MPKT dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota, beberapa orang Wakil
Ketua (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, seorang Sekretaris dan
beberapa orang Wakil Sekretaris (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, dan
16
para anggota yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan jumlah mantan
pengurus/aktivis Karang Taruna di wilayahnya masing-masing ditambah
beberapa tokoh yang dianggap layak, apabila memungkinkan.

E. Unit Teknis/Unit Kerja


1. Unit Teknis (UT) adalah lembaga pendukung organisasi kepengurusan Karang
Taruna yang memiliki tugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi strategis Karang
Taruna.
2. Unit Kerja (UK) adalah lembaga pendukung organisasi kepengurusan Karang
Taruna yang memiliki tugas untuk memperluas daya jangkau pelayanan dan
program Karang Taruna hingga mencapai sasaran yang diharapkan, terutama
pembentukan Unit Kepengurusan Karang Taruna ditingkat RW dan Sub Unit
Kepengurusan Karang Taruna ditingkat RT oleh Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan yang bersangkutan;
3. Rencana/usulan Pembentukan UT/UK disampaikan oleh seksi yang terkait
dengan jenis UT/UK yang akan dibentuk;
4. Rencana/usulan tersebut kemudian dibahas dan diputuskan dalam RPP
dengan pertimbangan kebutuhan, signifikansi, kinerja/daya hasil dan nilai
strategis UT/UK yang dimaksud;
5. Setelah rencana dan usulan tersebut disetujui oleh RPP, maka Pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan memberikan tugas kepada ketua seksi yang
bersangkutan dalam koordinasi dengan salah satu wakil ketua untuk
mempersiapkan segi-segi administratif, organisasi, maupun teknis yang terkait
dengan Pembentukan lembaga dimaksud;
6. Ketua atau anggota seksi yang bersangkutan secara otomatis langsung
bertindak selaku koordinator /pimpinan dari UT tersebut (kecuali untuk unit
keorganisasian tingkat RW dan RT didalam kepengurusan Karang Taruna
Desa/Kelurahan), dengan keanggotaan kepengurusan/tim ditentukan sebagai
berikut:
a. Berasal dari luar kepengurusan sesuai dengan kapasitasnya;
b. Untuk kebutuhan akan keahlian tertentu harus berasal dari kalangan
profesional di bidangnya;

17
c. Untuk posisi tertentu dengan pertimbangan teknis administratif dapat berasal
dari kalangan pengurus Karang Taruna yang bersangkutan dengan status
ex officio;
d. Jangka waktu Pembentukan UT disesuaikan dengan masa bakti pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan, untuk kemudian keberadaannya dapat
ditinjau kembali pada masa bakti pengurus berikutnya, kecuali untuk UT
tertentu dimana pergantian kepengurusan justru akan menghambat
kinerjanya yang bersifat permanen;
e. UT/UK yang telah disetujui pembentukannya kemudian disahkan melalui
Surat Keputusan Pengurus Karang Taruna setelah terlebih dahulu hal-hal
yang terkait dengan kelengkapan administratif, kepengurusan dan
kelengkapan teknisnya sudah dipenuhi, kecuali untuk Unit Keorganisasian
tingkat RW dan RT dalam kepengurusan Karang Taruna Desa/Kelurahan
yang waktu pembentukannya sama dengan kepengurusan Karang Taruna
Desa/kelurahan dapat bersama-sama disahkan dalam SK Kepala
Desa/Lurah;
f. Untuk selanjutnya secara terinci, organisasi Karang Taruna yang
bersangkutan dapat membuat Petunjuk Pelaksanaan tentang Mekanisme
Pembentukan UT/UK.
7. Setiap UT/UK menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan dapat
dibekukan/ dibubarkan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. UT/UK Karang Taruna berada langsung di bawah koordinasi seksi yang
terkait dengannya dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Pengurus
Karang Taruna melalui wakil ketua yang membawahinya;
b. Dalam masa berjalan, laporan (pertanggungjawaban) UT/UK harus diberikan
secara berkala minimal 6 (enam) bulan sekali kepada pengurus Karang
Taruna;
c. Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan berwenang membekukan dan
membubarkan UT/UK yang dianggap:
1) Kinerja dan arah kegiatannya sudah tidak sesuai lagi bahkan
menyimpang dari tujuan pembentukannya;
2) Keberadaannya tidak mampu lagi mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi
organisasi Karang Taruna sesuai dengan amanat pembentukannya;
18
3) Keberadaannya sudah tidak lagi dibutuhkan oleh organisasi Karang
Taruna yang membentuknya;
4) Pembekuan dan pembubaran UT/UK dilaksanakan dengan pencabutan
terhadap SK pembentukannya oleh pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan.

F. Jejaring Kerja Kepengurusan


1. Untuk membangun mekanisme koordinatif dan konsultatif bagi kepentingan
operasionalisasi dan pengembangan Karang Taruna di tingkat desa/kelurahan,
maka dibentuklah pengurus Karang Taruna mulai tingkat kecamatan hingga
tingkat nasional yang merupakan jejaring kerja kepengurusan dengan fungsi-
fungsi sebagai berikut:
a. Memelihara dan mengembangkan filosofi, dasar-dasar dan nilai-nilai
organisasi;
b. Menyelenggarakan aktivitas komunikasi dan pemberian informasi;
c. Memberdayakan, mengembangkan, dan memperkuat sistem jaringan
kerjasama (networking) antarKarang Taruna serta dengan pihak lain;
d. Menyelenggarakan mekanisme pengambilan keputusan organisasi dan
penyusunan regulasi;
e. Menjalankan fungsi pendampingan kelembagaan dan program kerja;
f. Menyelenggarakan advokasi;
g. Menyelenggarakan agenda-agenda konsolidasi dan sosialisasi
kelembagaan dan program kerja;
h. Menjaga soliditas dan konsistensi organisasi;
i. Menjaga nama baik organisasi dan mengembangkan agenda-agenda
pencitraan organisasi.
2. Sesuai dengan tingkatannya pelaksana jejaring kerja kepengurusan adalah:
a. Pengurus Karang Taruna Kecamatan adalah pelaksana jejaring kerja
kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup wilayah kecamatan, yang
dibentuk melalui Temu Karya Karang Taruna Kecamatan dan dikukuhkan
oleh Camat.
b. Pengurus Karang Taruna Kabupaten/Kota adalah pelaksana jejaring kerja
kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup wilayah kabupaten/kota, yang
19
dibentuk melalui Temu karya Karang Taruna Kabupaten/Kota dan
dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
c. Pengurus Karang Taruna Provinsi adalah pelaksana jejaring kerja
kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup wilayah provinsi, yang dibentuk
melalui Temu Karya Karang Taruna Provinsi dan dikukuhkan oleh Gubernur.
d. Pengurus Nasional Karang Taruna adalah pelaksana jejaring kerja
kepengurusan dalam lingkup wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang dibentuk melalui Temu Karya Nasional Karang Taruna dan dikukuhkan
oleh Menteri Sosial RI;

B. Sinergi dan Kemitraan


1. Dalam mengemban misi dan mencapai tujuannya, Karang Taruna disarankan
untuk melakukan sinergi dan kemitraan dengan berbagai pihak khususnya
pemangku kepentingan pembangunan kesejahteraan sosial di desa/kelurahan.
2. Sinergi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di wilayahnya
(desa/kelurahan) dapat dilakukan dengan sesama Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS), yakni:
a. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), dalam hal menangani PMKS yang ada
dalam komunitasnya, seperti Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE),
Wanita Tuna Susila (WTS), Anak Jalanan, Anak Terlantar dan Lansia
Terlantar.
b. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dalam hal
mengumpulkan dan mengolah data baik PSKS maupun PMKS untuk
kepentingan perencanaan dan implementasi program kesejahteraan sosial
yang tepat sasaran serta pengembangan jaringan kerja dan informasi.
c. Taruna Siaga Bencana (TAGANA), dalam hal pengumpulan data potensi
dan korban bencana, evakuasi korban bencana serta distribusi bantuan
bencana kepada korban serta persiapan daerah rawan bencana.
d. Organisasi Sosial (Orsos)/LKS (lembaga kesejahteraan sosial), dalam hal
pendataan dan bagi pemberian bantuan dan pelayanan sosial PMKS.
e. Unit Peduli Keluarga (Family Care Unit), dalam hal dukungan bagi
penyelesaian permasalahan keluarga yang berkaitan dengan keberfungsian

20
anggota keluarga dalam hal ini anak yang dapat diberdayakan dalam
komunitas muda.
3. Sinergi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan
masyarakat di wilayahnya dapat dilakukan dengan sesama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, yakni:
a. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dalam hal dukungan
terhadap program-program pokok PKK serta penyediaan kader-kader muda
untuk kegiatan PKK.
b. LMK/BPD/BKM dan sejenisnya, dalam hal kerjasama program-program
pemberdayaan masyarakat baik di bidang kesehatan, pembangunan fisik,
sosial maupun ekonomi secara terpadu, terarah dan berkesinambungan
dimulai dari proses perencanaan bersama (musrenbang).
b. RT/RW, dalam hal kerjasama pembangunan di lokal RT/RW yang sudah
pasti melibatkan partisipasi generasi muda, termasuk kesiapan Karang
Taruna dalam penyediaan kepemimpinan masyarakat kedepan.
4. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan
pemberdayaan masyarakat di wilayahnya dapat diselenggarakan dengan
instansi pemerintah, yakni:
a. Instansi Sosial/Kesejahteraan Sosial di semua tingkatan dalam hal
pemberian dukungan dan menjadi pelaku dalam kegiatan-kegiatan
pelayanan kesejahteraan sosial di desa/kelurahan.
b. Instansi Kesehatan, dalam hal pemberian dukungan, sosialisasi dan
penyediaan SDM Karang Taruna dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
masyarakat.
c. Instansi Pendidikan, dalam hal pemberian dukungan, sosialisasi dan
penyediaan SDM Karang Taruna dalam mensukseskan program pendidikan
bagi masyarakat terutama disektor informal.
d. Instansi UMKM dan Koperasi, dalam hal peningkatan partisipasi dan
penyediaan SDM Karang Taruna dalam program kewirausahaan dan
koperasi yang diarahkan untuk meningkatkan daya beli masyarakat
desa/kelurahan, penyerapan tenaga kerja dan produktivitas daerah.
e. Instansi Pertanian/Perikanan/Kelautan/Perkebunan dan sejenisnya, dalam
hal peningkatan partisipasi dan penyediaan SDM Karang Taruna serta
21
inisiatif dalam berwirausaha dibidang tersebut yang mendukung
peningkatan perekonomian lokal dan keberdayaan masyarakat.
f. Instansi lain sesuai kebutuhan dan permasalahan di desa/kelurahan
masing-masing.
5. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
diwilayahnya dapat diselenggarakan dengan organisasi kemasyarakatan
fungsional, yakni:
a. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) dalam hal pemberdayaan kader
dan pemberdayaan sumberdaya kepemudaan pada umumnya.
c. Pramuka, dalam hal gerakan kepanduan yang terintegrasi dengan
pemberdayaan sumberdaya kepemudaan serta kegiatan-kegiatan sosial
yang dikembangkan Pramuka.
d. Palang Merah Indonesia (PMI), dalam hal kegiatan-kegiatan kemanusiaan
dan penanggulangan bencana.
6. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
wilayahnya dapat diselenggarakan dengan dunia usaha yakni sebagai sumber
potensial bagi dukungan pembiayaan dan bantuan bagi program-program
pelayanan sosial, ekonomi, lingkungan hidup, kepariwisataan dan program lain
yang sesuai dengan implementasi CSR dunia usaha.
7. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan
pemberdayaan masyarakat dapat diselenggarakan dengan lembaga
pendidikan utamanya perguruan tinggi terutama dalam hal penggunaan dan
pengembangan teknologi tepat guna, pengembangan keahlian dalam bidang
sosial-ekonomi, dan konsultasi keahlian.

22
BAB IV
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KARANG TARUNA

1. Sistem Manajemen Kesekretariatan


a. Kesekretariatan Karang Taruna meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Ketatausahaan, segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan
administrasi sekretariat, meliputi kegiatan :
a) Pembuatan dan pembukuan surat keluar
b) Penerimaan dan pembukuan surat masuk
c) Penyelenggaraan kearsipan dan dokumentasi
2) Korespondensi, segala sesuatu menyangkut penyelenggaraan komunikasi
tertulis yang dilakukan organisasi dengan pihak luar, meliputi :
a) Pengiriman surat dengan bukti ekspedisi tercatat
b) Penandatanganan/otorisasi dan pengesahan surat oleh pejabat
organisasi
c) Prosesi tanggapan surat yang diterima
3) Penataan sekretariat meliputi kegiatan :
a) Pendataan/inventarisasi barang-barang kantor
b) Pemasangan papan nama, sesuai standar terlampir
c) Penyediaan dan pengelolaan buku-buku administrasi yang meliputi (Buku
Surat Masuk, Buku Surat Keluar, Buku Ekspedisi Surat, Buku Tamu, Buku
Absensi Rapat, Buku Notulen Rapat, Buku Inventaris Karang Taruna,
Buku Kegiatan, Buku Keuangan, Buku Data Warga Karang Taruna, Buku
Data Pengurus Karang Taruna, Buku dokumentasi kegiatan)
d) Pemeliharaan dan perawatan sekretariat (kebersihan, kerapihan dan
pemanfaatan alat-alat kerja dan fasilitasnya)
e) Pemasangan gambar Presiden RI, Wakil Presiden RI, Menteri Sosial RI,
Bendera Merah Putih, Bendera Karang Taruna, Panji Karang Taruna dan
gambar/atribut lain sesuai kebutuhan dan kepatutan.
4) Sekretariat Karang Taruna
Adalah bagian penting yang mendukung kelancaran pekerjaan
ketatausahaan/administrasi organisasi Karang Taruna yang meliputi segala

23
tugas koordinasi dalam penyampaian kebijaksanaan organisasi, dengan
fungsi-fungsi :
a) Menjadi tempat penyelenggaraan administrasi organisasi.
b) Koordinasi dalam penyampaian kebijakan organisasi yang akan
diteruskan kesemua pengurus dan anggota sesuai dengan keinginan
organisasi.
c) Membantu kelancaran organisasi secara keseluruhan.
d) Sebagai saluran informasi.
e) Pendistribusian surat organisasi keseluruh jajaran dan pihak lain yang
terkait dengan maksud surat dan program.
b. Standarisasi Kesekretariatan Karang Taruna
1) Karang Taruna memiliki kelengkapan administrasi meliputi :
a) Kop Surat, sesuai standar terlampir.
b) Stempel Organisasi, sesuai standar terlampir.
c) Amplop Surat dan Map, sesuai standar terlampir.
d) Kelengkapan administrasi lainnya (diatur masing-masing pengurus
Karang Taruna)
2) Kelengkapan administrasi (manajemen kesekretariatan) juga dapat dibuat
untuk kepanitiaan dan/unit teknis tertentu.
3) Kelengkapan pembukuan yang terdiri dari Buku Surat Masuk, Buku Surat
Keluar, Buku Tamu, Buku Notulen Rapat, Buku Invetarisasi Barang, Buku
keuangan, buku dokumentasi, buku daftar hadir, biodata pengurus, biodata
keanggotaan (Warga Karang Taruna)
4) Ada gambar Presiden RI, Wakil Presiden RI, dan Menteri Sosial RI.
5) Ada Bendera Merah Putih, Panji Karang Taruna, Bendera Karang Taruna
dan gambar/atribut lain sesuai kebutuhan dan kepatutan.
6) Lemari berkas/arsip.
7) Komputer.
8) Meja dan Kursi
c. Surat menyurat
Standar surat menyurat Karang Taruna, sebagai berikut :
1) Penomoran surat, yang diatur sebagai berikut :

24
a) Untuk lingkup internal urutannya: periode kepengurusan, nomor
surat/jenis surat/kode wilayah/KT/I/bulan/tahun
b) Untuk lingkup eksternal urutannya: periode kepengurusan, nomor
surat/jenis surat/kode wilayah/KT/E/bulan/tahun
c) Penomoran surat menganut prinsip deret hitung berdasarkan jenis
suratnya dan berlaku untuk jangka waktu 1 (satu ) tahun
2) Pembuatan Surat, harus memuat prinsip-prinsip berikut :
a) Menentukan tujuan dan maksud penulisan surat
b) Menempatkan gagasan-gagasan yang menjadi isi surat dengan urutan-
urutan yang baik
c) Menggunakan tata bahasa yang baik
d) Singkat dan jelas tanpa mengurangi kepatutan
3) Jenis-jenis surat
a) Surat Biasa (B), kelompok jenis surat yang berisi pemberitahuan,
permintaan/permohonan, undangan acara/kegiatan dan pengantar.
b) Surat Keputusan (K), kelompok jenis surat yang berisi kebijaksanaan
pokok, sifatnya umum berlaku dan harus ditaati oleh/bagi
seluruh/sebagian anggota/pengurus Karang Taruna.
c) Surat Tugas/Mandat/Perintah (T), kelompok jenis surat yang berisi
penugasan, perintah, dan mandat dari pengurus yang mempunyai
kewenangan untuk dan atas nama organisasi.
d) Surat Rekomendasi (R), kelompok jenis surat yang bersifat khusus
karena berisi pemberian rekomendasi, pernyataan, dukungan dan usulan
untuk kepentingan pengembangan kader/aktivis dan organisasi dalam
berbagai sektor.
4) Surat Keluar
Surat keluar terdiri dari 2 (dua) macam :
a) Internal Organisasi, adalah surat yang ditujukan kepada
pengurus/anggota Karang Taruna, ditandatangani oleh ketua dan
sekretaris atau pengurus sesuai bidangnya yang diberi kewenangan
untuk itu.
b) Eksternal Organisasi, adalah surat untuk pihak luar organisasi
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
25
c) Apabila salah satu diantara Ketua dan Sekretaris berhalangan
menandatangani surat keluar organisasi, maka dapat salah satunya
digantikan oleh unsur Wakil Ketua dan /atau unsur Wakil Sekretaris
d) Penandatanganan dan stempel organisasi dalam surat keluar harus asli
dan tidak boleh menggunakan photo copy terutama surat keluar eksternal
organisasi.
5) Surat Masuk
a) Surat Masuk adalah semua surat atau berita yang diterima dari pihak lain
maupun internal organisasi Karang Taruna.
b) Penerimaan surat masuk dipusatkan pengurusannya di sekretariat
organisasi Karang Taruna.
c) Semua surat atau berita yang masuk harus dicatat sesuai dengan sifatnya
ke dalam buku Agenda Surat Masuk.
d) Lembaran disposisi dipergunakan oleh Ketua atau Sekretaris kepada
pengurus yang diberi kewenangan untuk mengambil tindakan terhadap
keterangan dan untuk penyelesain suatu masalah sesuai dengan isi surat
masuk tersebut.
2. Sistem Manajemen Laporan
a. Jenis-Jenis Laporan
1) Laporan Berkala/rutin, meliputi:
a) Laporan Tahunan, adalah laporan yang dibuat 1 (satu) tahun sekali oleh
pengurus yang berisi pelaksanaan kebijakan dan program kerja selama
setahun, yang menjadi dokumen organisasi dan bahan bagi penyusunan
program berikutnya.
b) Laporan Tiga Bulanan, adalah laporan yang dibuat 3 (tiga) bulan sekali
oleh pengurus yang berisi pelaksanaan kebijakan dan program kerja
selama 3 (tiga) bulan, yng menjadi dokumen organisasi dan bahan
penyusunan laporan tahunan.
c) Laporan bulanan, adalah laporan yang dibuat 1 (satu) bulan sekali oleh
pengurus yang berisi pelaksanaan kegiatan dan bahan bagi penyusunan
laporan triwulan.
2) Laporan Khusus, meliputi

26
a) Laporan Kepanitiaan, adalah laporan panitia sebuah kegiatan yang
dibentuk oleh pengurus yang bersangkutan yang menjadi bahan bagi
penyusunan laporan berkala dan laporan pertanggungjawaban (LPJ)
pengurus.
b) Laporan Unit Teknis, adalah laporan Unit Teknis yang dibentuk oleh
pengurus yang bersangkutan dan disampaikan secara berkala, yang
menjadi bahan bagi penyusunan laporan berkala dan LPJ pengurus.
c) Laporan penugasan, adalah laporan yang dibuat oleh seseorang atau
sebuah tim yang diberi tugas/mandat/perintah melaksanakan sesuatu
atas nama organisasi untuk menjadi bahan masukan dan dokumen bagi
organisasi.
d) Laporan Insidentil, adalah laporan yang dibuat ketika Karang Taruna
memperoleh dana stimulant atau dana hibah dari Instansi pemerintah
maupun non pemerintah
b. Sistematika Penyusunan Laporan
Secara umum penyusunan laporan harus memuat sekurang-kurangnya
sistematika dibawah ini, yakni :
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Dasar
c. Maksud dan Tujuan
2. Rencana Kerja
a. Program/kegiatan
b. Personalia
c. Data penerima program
d. Keuangan
3. Realisasi Rencana Kerja
a. Program/Kegiatan
b. Personalia
c. Keuangan
d. Dokumentasi
4. Hambatan dan Upaya
a. Hambatan-Hambatan
27
b. Upaya-Upaya mengatasi Hambatan
c. Lain-Lain
5. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran dan rekomendasi
6. Lampiran-lampiran
3. Sistem Manajemen Keuangan
a. Perencanaan Keuangan Organisasi Karang Taruna
1) Penggalian sumber keuangan Karang Taruna diselenggarakan dalam
perencanaan bersama dengan pemegang otoritas keuangan organisasi
yakni Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2) Perencanaan keuangan didasarkan pada jumlah keseluruhan kebutuhan
yang ditetapkan bersama dalam rangka menjalankan roda organisasi dan
program-program kerjanya.
3) Perencanaan keuangan organisasi diselenggarakan berdasarkan prinsip
berimbang antara kekuatan yang dimiliki dan potensi sumber daya
keuangan yang mungkin dapat diserap, dengan jumlah kebutuhan keuangan
yang disusun.
4) Perkiraan pemasukan keuangan organisasi harus disusun sesuai dengan
perkiraan anggaran organisasi untuk 1 tahun kegiatan dan satu periode
kepengurusan Karang Taruna yang bersangkutan.
b. Kebijakan Penggalian Sumber Keuangan Organisasi
Kebijakan penggalian sumber keuangan organisasi, meliputi:
1) Kebijakan internal berupa:
a) Penarikan iuran anggota /Pengurus
b) Pengupayaan donasi dari kalangan internal
c) Penetapan jasa Organisasi untuk setiap keuntungan usaha yang
diperoleh dari Unit Teknis bidang usaha (UEP) Karang Taruna
2) Kebijakan Eksternal Berupa:
a) Penetapan program kerja penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan
lainnya yang mendapat alokasi pembiayaan dari pos anggaran instansi
terkait.

28
b) Penetapan program-program unggulan yang dapat dikerjasamakan
dengan pihak lain secara proporsional dan profesional dengan cara
donasi maupun sponsorship.
c) Penetapan proyek-proyek unggulan ekonomi yang dapat dikerjasamakan
dengan pihak-pihak tertentu dalam suatu ikatan kerjasama usaha yang
saling menguntungkan.
3) Kebijakan Khusus berupa:
a) Penggalangan Dana Abadi Karang Taruna baik yang bersumber dari
internal maupun dari eksternal.
b) Penyertaan modal kerja bagi usaha-usaha strategis terutama yang
dikelola oleh Warga Karang Taruna dengan skema kerjasama yang
menguntungkan,
c. Iuran Karang Taruna
Adalah berupa tanggungjawab sosial setiap Anggota/Pengurus Karang Taruna
untuk memberikan dukungan pembiayaan organisasi dengan sukarela dan
berkomitmen secara rutin (bulanan/tahunan) dengan besar yang sama untuk
setiap orangnya dengan ketentuan:
1) Iuran Anggota/Pengurus merupakan kontribusi tetap bagi organisasi karang
Taruna yang dan dikelola oleh Wakil Bendahara Pengurus karang Taruna
masing-masing.
2) Besarnya iuran anggota/pengurus ditetapkan oleh masing-masing Karang
Taruna sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3) Setiap penerimaan iuran dilakukan dengan Kartu Iuran yang disiapkan
Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan dengan format kartu terlampir,
dengan pengelolaan sebagai berikut:
a) Pembayaran dilakukan dengan bukti paraf pada kartu.
b) Bendahara pengelola iuran membubuhkan parafnya.
c) Pembayaran dilakukan sesuai frekuensi yang disepakati.
4) Penerimaan organisasi dari iuran diperuntukkan bagi pembelanjaan biaya
rutin organisasi yang meliputi biaya sekretariat, hubungan masyarakat,
komunikasi dan transportasi.
d. Penerimaan Bukan Iuran
1) Sumbangan sukarela
29
2) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan yang diperoleh dari Unit
Teknis bidang Usaha (UEP) Karang Taruna
3) Jasa Organisasi yang berasal dari keuntungan bagi hasil atas dasar
kesepakatan kerjasama dalam pengelolaan/pengerjaan proyek/program
tertentu dengan pihak lain.
4) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan atas dasar kerjasama
sponsorship kegiatan/program tertentu.
e. Pengelolaan Keuangan Karang Taruna
Pengelolaan keuangan Karang Taruna berarti setiap penyelenggaraan
kegiatan administrasi keuangan yang timbul akibat adanya transaksi
penerimaan/pendapatan keuangan dan pembelanjaannya agar dapat menjadi
bahan pemeriksaan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-
prinsipnya:
1) Diselenggarakan oleh bendahara organisasi.
2) Diselenggarakan dalam sebuah pembukuan yang sederhana dan standar
yang terdiri :
a) Buku Jurnal, memuat pencatatan harian tentang penerimaan dan
pengeluaran
b) Neraca, memuat kondisi keuangan berimbang setiap bulannya antara
penerimaan dan pengeluaran
c) Buku Kas, memuat pencatatan tentang kondisi kas organisasi
3) Setiap penerimaan dan pengeluaran Keuangan organisasi harus dibuktikan
dalam bentuk kuitansi yang diketahui oleh pembuat transaksi dan
bendaharawan organisasi dalam bentuk pembubuhan paraf dan stempel
organisasi.
4) Setiap transaksi harus dibukukan dalam buku jurnal oleh bendaharawan
organisasi sesuai dengan tanggal dan tempat transaksi
5) Bendaharawan organisasi dapat memenuhi permintaan pengeluaran
keuangan organisasi untuk keperluan rutin maupun pelaksanaan program
kerja, setelah mendapat persetujuan dari ketua sebagai otoritas keuangan
organisasi.
6) Setiap permintaan pengeluaran keuangan organisasi Karang Taruna harus
disertai persyaratan sebagai berikut :
30
a) Proposal kegiatan yang bersangkutan
b) Uraian prakiraan anggaran yang dibutuhkan
c) Mengisi formulir permintaan pengeluaran.
f. Laporan Keuangan Organisasi
1) Laporan Keuangan organisasi adalah setiap langkah pertanggungjawaban
administratif terhadap penggunaan keuangan organisasi dan informasi
terhadap keadaan keuangan organisasi.
2) Laporan keuangan organisasi berdasarkan ketentuan dalam Persyaratan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), terdiri dari :
a) Neraca, menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva dan
kewajiban keuangan organisasi pada setiap bulannya.
b) Laporan Arus Kas, Menggambarkan kemampuan organisasi dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan organisasi dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas
donasi dan pendanaan.
3) Laporan Penggunaan keuangan organisasi harus berisikan uraian
penggunaan, tanggal transaksi dan bukti kuitansi
4) Laporan terhadap pengelolaan keuangan organisasi harus disampaikan oleh
bendahara yang ditunjuk dihadapan forum Rapat Pengurus Pleno
5) Laporan Keuangan yang disajikan harus memenuhi persyaratan umum dan
kualitatif, yakni:
a) Dapat dipahami.
b) Periode laporannya jelas.
c) Dapat dibandingkan.
d) Penyajiannya konsisten.
e) Keandalannya dapat diuji.
f) Relevan.
g) Saling hapus.
h) Tepat Waktu.

D. Data dan Informasi


Penataan data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Guna mendapatkan data tersebut, Karang
31
Taruna perlu melakukan pendataan dan pemutakhiran data secara berkala
misalnya setiap tahun, setiap dua tahun dan seterusnya sesuai kebutuhan.
Langkah-langkah melakukan pendataan:
a) Penyiapan bahan dan materi survey
b) Survey dan observasi PMKS dan PSKS
c) Pencatatan data PMKS dan PSKS
d) Inventarisasi data PMKS dan PSKS
e) Identifikasi data PMKS dan PSKS
f) Pemasangan data PMKS di sekretariat Karang Taruna.

PMKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang


karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan
fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik
jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar, yang terdiri dari:
1. Anak balita telantar
2. Anak terlantar
3. Anak yang berhadapan dengan hukum
4. Anak jalanan
5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)
6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah
7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus
8. Lanjut usia telantar
9. Penyandang disabilitas
10. Tuna Susila
11. Gelandangan
12. Pengemis
13. Pemulung
14. Kelompok Minoritas seperti gay, waria, dan lesbian
15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP)
16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA
18. Korban trafficking
19. Korban tindak kekerasan
32
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)
21. Korban bencana alam
22. Korban bencana sosial
23. Perempuan rawan sosial ekonomi
24. Fakir Miskin
25. Keluarga bermasalah sosial psikologis
26. Komunitas Adat Terpencil

PSKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang


dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan
memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Secara garis besar
PSKS dapat berupa relawan sosial, tenaga profesional dan organisasi/
lembaga kesejahteraan sosial.
1. Pekerja Sosial Profesional
2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
3. Taruna Siaga Bencana (Tagana)
4. Lembaga Kesejahteraan Sosial
5. Karang Taruna
6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
7. Keluarga pioner (keluarga yang mampu mengatasi masalahnya dengan
cara-cara efektif dan bisa dijadikan panutan bagi keluarga lainnya )
8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat (WKSBM)
9. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (wanita yang mampu
menggerakkan dan memotivasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
lingkungannya).
10. Penyuluh Sosial
11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)
12. Dunia usaha.

33
BAB V
PROGRAM KERJA KARANG TARUNA

A. Jenis Program
1. Rekreasi, Olahraga dan Kesenian (ROK)
a. Tujuan : 1) Mencegah remaja/generasi muda dari permasalahan
sosial.
2) Tersalurkannya minat dan bakat remaja dalam kegiatan
sosial.
3) Menjaring bibit untuk peningkatan prestasi.
4) Meningkatnya kebersamaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Sasaran : 1) Seluruh warga masyarakat.
2) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
3) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran : 1) Terlaksananya kegiatan rekreatif, olahraga dan kesenian
bagi generasi muda baik insidentil, rutin dan melembaga.
2) Terlibatnya warga Karang Taruna dalam kegiatan ROK.
d. Manfaat : 1) Berkurangnya permasalahan sosial generasi muda.
2) Meningkatnya kreativitas remaja di desa/kelurahan.

Pilihan Bentuk Kegiatan:


Jenis
Bentuk Kegiatan Sifat Frekuensi Keterangan
Kegiatan
1. Study Tour Studi banding tahunan wisata sambil
belajar
2. Wisata Budaya Ziarah Tentatif pengenalan
budaya dan
Rekreasi sejarah
dan 3. Wisata Umum Tamasya Insidentil
Peminatan 4. Karang Taruna Kelembagaan Rutin penyaluran
Bikers minat
5. Pengembangan Fasilitasi Kontinyu Penggalian
Pariwisata potensi dan
pengembangan
1. Pekan Olahraga Event besar Tahunan 17an atau
Olahraga lainnya
2. Turnamen/Invitasi kompetisi Insidentil
34
3. Pembinaan Klub kelembagaan Rutin
Olahraga
4. Kampanye dan Dukungan tahunan
pemasalan kebijakan
olahraga
5. Senam Pagi Pemasalan bulanan Berkerjasama
Bersama Olahraga dengan
lembaga lain
(PKK dsb)
1. Pekan/Festival Event besar tahunan 17an atau
Kesenian lainnya
2. Lomba Kesenian Kompetisi insidentil
Kesenian 3. Pembinaan Kelembagaan Rutin
Sanggar Seni
4. Pergelaran Pertunjukan Sesuai Dalam rangka
Kesenian momentum upacara adat

2. Pelayanan Sosial
a. Tujuan : 1) Tersedianya kegiatan pelayanan bagi PMKS yang ada.
2) Adanya dukungan pemenuhan kebutuhan dasar oleh
Karang Taruna.
3) Meningkatnya taraf kesejahteraan sosial masyarakat
b. Sasaran : 1) Warga Karang Taruna yang menjadi PMKS.
2) PMKS pada umum yang ada di desa/kelurahan.
3) Masyarakat desa/kelurahan
4) Seluruh warga masyarakat.
5) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
6) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran : 1) Terlaksananya kegiatan pelayanan sosial oleh Karang
Taruna.
2) Tersedianya sistem rujukan bagi PMKS ke instansi
terkait.
3) Terlayaninya PMKS dalam pemenuhan kebutuhan
sosialnya.
d. Manfaat : 1) Dirasakannya keberadaan Karang Taruna dalam
pengentasan PMKS.
2) Adanya program pelayanan sosial oleh Karang Taruna
yang melembaga.

35
Pilihan Bentuk Kegiatan:
Jenis
Bentuk Kegiatan Sifat Frekuensi Keterangan
Kegiatan
1. Penyuluhan dan Dukungan Tahunan Bisa inisiatif
Mitigasi kebijakan sendiri atau
Kebencanaan bersinergi
2. Penyuluhan/sosialis Dukungan Sesuai Bisa inisiatif
asi/kam panye kebijakan kebutuhan sendiri atau
Bahaya Narkoba bersinergi
3. Penyuluhan/sosialis Dukungan Tentatif Bersinergi
asi Bahaya HIV/ kebijakan dengan pihak
AIDS dan Freesex terkait
Pencegahan 4. Penyuluhan/sosialis Fasilitasi dan Sesuai Inisiatif
/ Preventif asi bahaya konflik rekonsiliasi kebutuhan sendiri dan/
sosial atau
bersinergi
5. Penyuluhan/sosialis Dukungan Tahunan Bersinergi
asi bahaya Demam kebijakan dengan pihak
Berdarah dan pe- terkait
nyakit berdampak
lainnya
6. Partisipasi dalam Dukungan rutin
Posyandu
1. Pengobatan Gratis Event baksos Insidentil Inisiatif dan
sinergi
2. Donor Darah Kerjasama 3 bln Sinergi dgn
sekali PMI
3. Kerja Bakti Kelembagaan Rutin
Pengobatan / Kebersihan /bulan
Penanggu- 4. Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Saat Bentuk Unit
langan Bencana bencana Teknis
5. Rujukan utk PMKS Aksesibilitas Sesuai Sistem
kasus Administrsi
6. Penataan Kelembagaan Rutin Bentuk Unit
pengolahan Teknis
sampah
1. Pemberian Event baksos Insidentil BBKT/Hari
Sembako Besar
2. Bantuan Event tertentu Sesuai BBKT
Rehabilitasi RTLH kebutuhan
Perlindungan
3. Khitanan Massal Event tertentu Insidentil HBN/Keaga
& Bantuan
maan
Sosial
4. Rehabilitasi Rumah Event tertentu Sesuai BBKT atau
Ibadah kebutuhan Hari Besar
Keagamaan
5. Perbaikan Sarana Event tertentu Sesuai BBKT

36
dan Prasarana kebutuhan
Lingkungan
6. Santunan kepada Event baksos insidentil BBKT atau
Yatim-Piatu Hari Besar
dan/atau Fakir Keagamaan
Miskin
7. Partisipasi program Dukungan tahunan Pendataan,
penanganan Fakir kebijakan verifikasi &
Miskin penyaluran

3. Usaha Ekonomi Produktif


a. Tujuan : 1) Meningkatnya kesempatan berusaha bagi masyarakat.
2) Terserapnya tenaga kerja di kalangan generasi muda.
3) Meningkatnya perekonomian masyarakat
desa/kelurahan.
4) Meningkatnya jiwa dan semangat kewirausahaan
pemuda
b. Sasaran : 1) Warga Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
2) Pengurus Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
3) Pengelola UEP/KUBE Karang Taruna.
c. Keluaran : 1) Bertambahnya lapangan usaha baru yang produktif.
2) Bertambahnya UEP/KUBE Karang Taruna.
3) Bertambahnya tenaga kerja baru.
4) Bertambahnya wirausahawan dari Karang Taruna.
d. Manfaat : 1) Meningkatnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan
generasi muda.
2) Meningkatnya ekonomi kreatif oleh generasi muda.
3) Meningkatnya daya beli dan geliat ekonomi masyarakat.
Pilihan Bentuk Kegiatan:
Jenis
Bentuk Kegiatan Sifat Frekuensi Keterangan
Kegiatan
1. Perintisan dan Perintisan awal Sesuai
pembentukan potensi
UEP KT (jangka
pendek)
Kelembagaan
2. Pembentukan kelembagaan Tentatif Jangka
Koperasi KT Panjang
3. Pendataan Datin Rutin Jangka
potensi dan Pendek
37
perma salahan
ekonomi
desa/kel.
4. Pembentuk Fasilitasi Tentatif Jangka
jejaring kerja Panjang
UEP KT
1. Ikut serta Fasilitasi Tentatif Jangka
dalam Pendek
Pelatihan
Kewirausahaan
2. Ikut serta Fasilitasi Tentatif Jangka
dalam Menengah
Pelatihan dan
Bimtek
Perkoperasian
3. Ikut serta dlm Fasilitasi Tentatif Jangka
Pelatihan dan Pendek
Bimtek
Peningkatan Ketrampilan
Kapasitas Usaha
SDM 4. Ikut serta dlm Fasilitasi Tentatif Jangka
Pelatihan dan Menengah
Bimtek
Manajemen
Usaha
5. Ikut serta Fasilitasi Tentatif Jangka
dalam Menengah
Pelatihan dan
Bimtek
Pemasaran
6. Melaksanakan Inisiatif Tentatif Jangka
Pelatihan Menengah
Kewirausahaan
1. Pengembangan Intensifikasi Sesuai Volume
kapasitas UEP kondisi usaha dan
perluasan
pasar
Pengembang- 2. Pengembangan Ekstensifikasi Situasional Penambahan
an Jenis Usaha jenis
3. Penggalian dan Penggalian Tentatif Wisata desa,
pengembang- potensi pasar,
an potensi pantai,
pariwisata lokal hutan, dll
1. Pengembangan Fasilitasi Tentatif Jangka
dan akses menengah
Kemitraan permodalan
usaha
2. Konsultasi Fasilitasi Insidentil Sesuai

38
usaha kebutuhan
3. Pengembangan Kelembagaan Sesuai Jangka
kerjasama usulan Panjang
implementasi
CSR bidang
ekonomi

4. Pendidikan dan Pelatihan


a. Tujuan : 1) Meningkatnya kapasitas individu pengurus/aktivis Karang
Taruna.
2) Meningkatnya penyelenggaraan pendidikan oleh Karang
Taruna.
3) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Karang Taruna
desa/kelurahan.
4) Meningkatnya kapasitas Warga Karang Taruna.
b. Sasaran : 1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna desa/kelurahan.
2) Warga Karang Taruna terutama usia 13 – 20 tahun.
3) Masyarakat desa/kelurahan Warga Karang Taruna
sebagai pelaku usaha.
c. Keluaran : 1) Tersedianya sarana pendidikan informal dan nonformal.
2) Terlatihnya masyarakat sebagai kader/calon aktivis
Karang Taruna.
3) Terberdayanya aktivis Karang Taruna menjadi pengurus
yang baik.
d. Manfaat : 1) Meningkatnya kualitas SDM generasi muda umumnya.
2) Terselenggaranya organisasi Karang Taruna secara
lebih tertib.
3) Meningkatnya kebutuhan pendidikan masyarakat.

Pilihan Bentuk Kegiatan:


Jenis
Bentuk Kegiatan Sifat Frekuensi Keterangan
Kegiatan
1. Bantuan Santunan insidentil Sesuai
Perlengkapan Bela pendidikan kebutuhan
Pendidikan jar kepada Siswa (jangka
Miskin pendek)
2. Dukungan Supporting Tentatif Bentuknya:
39
penyelenggaraan sarpras, SDM
pendidikan informal & program
3. Penyelenggaraan Kelembagaan Rutin Kejar Paket
Pendidikan A/B/C, PAUD &
Nonformal PKBM
4. Penyediaan tenaga Fasilitasi Sesuai Penggalian
pengajar sukarela di SDM kebutuhan potensi &
daerah minus pengembangan
5. Sosialisasi dan Supporting tahunan Jangka pendek
kampanye Wajib kebijakan
Belajar 12 tahun
6. Pengembangan kemitraan Sesuai Jangka
kerjasama usulan Panjang
implementasi CSR
1. Latihan Dasar Pengkaderan Tahunan Di tahun
Kepemimpinan I pertama masa
(LDK I) bakti
2. Orientasi Pembekalan 1x Diawal masa
kepengurusan bakti
Pelatihan 3. Pelatihan Sosial Pembekalan 1x Diawal masa
Dasar bakti
4. Partisipasi pelatihan partisipatif Tentatif Pemerintah,
yang dunia usaha
diselenggarakan dan lainnya
pihak luar
1. Penyediaan dan Kelembagaan 1 x Jangka
Pengelolaan Taman Panjang
Bacaan bagi
Perpustakaan Masyarakat
2. Sosialisasi/kampanye Dukungan Insidentil Jangka
Budaya Baca sejak kebijakan Menengah
dini

5. Program Lainnya (pengembangan)


a. Tujuan : 1) Meningkatnya kreativitas Karang Taruna.
2) Meluasnya wawasan pengurus/aktivis Karang Taruna.
3) Menguatnya peran-peran Karang Taruna.
4) Terciptanya variasi dan inovasi kegiatan.
b. Sasaran : 1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna.
2) Warga Karang Taruna.
3) Masyarakat desa/kelurahan.
c. Keluaran : 1) Terlaksananya program-program pendukung yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial

40
masyarakat.
2) Terlaksananya program-program pengembangan Karang
Taruna.
3) Terlibatnya secara aktif Warga Karang Taruna dan
masyarakat pada umumnya dalam pengembangan
program.
Pilihan Bentuk Kegiatan:
Jenis
Bentuk Freku
Kegiata Sifat Keterangan
Kegiatan ensi
n
1 Penghijauan Massal Sesuai Bisa
. dilahan kritis kebutu disatukan
han dlm event
tertentu
2 Kampanye Kepelop Rutin Jangka
. Gerakan oran tahuna Pendek
Kebersihan n
desa/kelura
han
Lingku 3 Pembuatan Kelemba tentatif Sesuai
ngan . dan gaan kebutuhan
Hidup pengemban (Jangka
gan Taman Panjang)
Karang
Taruna
4 Pembuatan Kepelop tentatif Sesuai
. dan oran kebutuhan
Pengemban (Jangka
gan Taman Panjang)
Obat
Keluarga
1 Pengemban Penyalur Rutin Jangka
. gan an minat menengah
kegiatan & bakat
ketrampilan
tata boga,
Pember tata busana,
daya an dan
Peremp sejenisnya
uan 2 Penyediaan Pengkad Sesuai Jangka
. Aktivis eran kon- Panjang
perempuan disi
KT sebagai dan
kader Pos kebutu
yandu, han
41
pengajar
PAUD, dll
3 Pelibatan Partisipa Sesuai Terutama
. Aktivis si kondisi dalam
Perempuan dan kegiatan
Karang kebutu pemberdaya
Taruna han an
dalam masyarakat
berbagai & pelayanan
kegi atan sosial
Karang
Taruna
4 Pemberian Emansip Sesuai Jangka
. kesempatan asi kondisi Menengah
kader
perempuan
Karang
Taruna
dalam
kepemimpin
an
organisasi &
kegiatan
1 Penyelengg Fasilitasi Rutin Tempat
. araan dan bulana dikantor desa
Majalah informasi n / lokasi
Dinding strategis
Karang
Taruna desa
2 Penerbitan Informas Rutin Jangka
. Buletin atau i Panjang
Majalah
Karang
Taruna
3 Pengemban Teknolo Rutin Website,
Kehum
. gan Sistem gi email &
asan
Informasi informasi sejenisnya
Karang
Taruna
4 Sosialisasi Sosialisa Sesuai Jangka
. keKarangTa si dan mome menengah
runaan & Pencitra ntum
programnya an
melalui
forum-forum
desa/kel, di
lingkungan
sekolah, dll
Keaga 1 Buka Puasa Kebersa Setiap Bisa juga
42
maan . Bersama maan tahun dengan anak
Pengurus yatim &
Karang duafa
Taruna
2 Penyelengg Ibadah Sesuai Inisiatif atau
. araan massal mome bermitra
Tabligh ntum
Akbar
3 Penyelengg Massal Sesuai Islam/Kristen/
. araan Hari dan mome Katolik
Besar inisiatif ntum /Budha/Hind
Keagamaan u/dll
4 Ikut serta Dukunga Sesuai Dalam
. dalam n mome kerjasama
Perayaan ntum dengan
Hari Besar masyarakat
Keagamaan desa/kelurah
an
5 Lomba- Kompeti Sesuai Misalnya
. lomba si event dalam
Keagamaan rangka
Maulid dll

B. Tahapan Program
A. Tahapan Program
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan organisasi Karang
Taruna dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Tahapan
melakukan rencana:
a) Menetapkan tujuan atau beberapa tujuan.
Apa kebutuhan atau keinginan dari Karang Taruna yang ingin
diwujudkan dalam waktu tertentu: jangka pendek, jangka menengah,
jangka panjang.
b) Merumuskan keadaan saat ini.
Menghimpun dan mengolah data tentang kondisi sumber daya seperti
SDM, keuangan, sarana prasarana dan seterusnya.
c) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
Memperhitungkan faktor-faktor di lingkungan internal dan eksternal
yang mempengaruhi pencapaian tujuan.
Lingkungan internal yang berpengaruh langsung dalam organisasi
meliputi anggota Karang Taruna, Ketua dan pengurus didalamnya.
Lingkungan eksternal dibagi dua yaitu yang berpengaruh langsung dan
tidak langsung. Lingkungan eksternal yang berpengaruh langsung
seperti Kantor Desa/Kelurahan, Organisasi Kepemudaan lain sebagai
43
pesaing, donatur dan lainnya; Lingkungan eksternal yang tidak
berpengaruh langsung seperti Posyandu, PKK, Perusahaan, dan
seterusnya
d) Menyusun dan memilih berbagai alternatif program/kegiatan untuk
mencapai tujuan atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk memilih alternatif program/kegiatan bisa dengan cara
membandingkan atau mengukur masing-masing alternatif dari hal-hal
sebagai berikut:
1) Kekuatan (strengtheness), merupakan keunggulan
program/kegiatan dilihat dari: dampaknya terhadap kehidupan
anggota dan masyarakat, dukungan masyarakat, beban
keuangan/anggaran.
2) Kelemahan (weaknessess) merupakan kekurangan
program/kegiatan dilihat dari alternatif yang ditawarkan seperti
beban anggaran yang besar, kurang menarik minat masyarakat
atau donatur, kelembagaan yang kurang pas.
3) Peluang (opportunities), melihat kesempatan/ peluang eksternal
apa yang akan mendukung diterimanya program/kegiatan ini
seperti: sejalan dengan kebijakan program pemerintah
desa/kelurahan, menjadi perhatian masyarakat, mendukung
investasi, dst.
4) Masalah (problem), masalah-masalah apa yang mungkin
menghambat diterimanya program/kegiatan oleh masyarakat dilihat
dari alternatif yang ada. Setiap program/kegiatan mungkin
mengandung konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi orang
lain seperti program wilayah dari bebas rokok.
5) Tindakan (action), tindakan atau langkah apa yang dapat atau perlu
dilakukan untuk mengatasi kelemahan dan masalah dari masing-
masing alternatif kebijakan. Penilaian kelayakan mencakup apakah
program/kegiatan ini realistis atau tidak, sulit untuk
diimplementasikan. Pertanyaannya apakah tindakan yang
dilakukan akan mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,
sesuai atau tidak solusi dengan target masalah yang akan
dipecahkan, dan seterusnya.

Cara mudah untuk menyusun rencana program dan kegiatan adalah


dengan mengajukan pertanyaan:
 Apa yang ingin dicapai?
 Siapa yang melaksanakan?
 Bagaimana cara melaksanakannya?
 Kapan hal itu dilaksanakan?
44
 Di mana tempatnya?
 Berapa biaya atau sumber-sumber daya apa yang dibutuhkan?

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses yang menyangkut bagaimana
kegiatan yang telah dirumuskan dalam perencanaan dirancang dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan dapat memastikan bahwa
semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien
guna pencapaian tujuan yang telah ditetapakan pada tahap perencanaan.
Kegiatan yang dilakukan dalam melakukan pengorganisasian:
a. Mengalokasikan sumber daya.
b. merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
c. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab.
d. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia/tenaga kerja.
e. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling
tepat.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota Karang Taruna dan pihak lain yang dilibatkan berusaha
untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan.
Menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau
dengan kesadaran untuk mencapai tujuan secara efektif menjadi hal
penting dalam organisasi. Agar dapat menggerakan orang-orang secara
sukarela dibutuhkan adalah kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus dapat mengambil tindakan-tindakan untuk
membuat orang yang dipimpinnya mau bergerak melaksanakan tugas
dalam rangka mencapai tujuan. Tindakan-tindakan pemimpin dapat
merupa memberi perintah, arahan, nasehat, dorongan dan motivasi kerja,
serta pemecahan masalah dengan cara mengkomunikasikannya dengan
jelas dan tegas.
Agar setiap orang mau melaksanakan tugasnya dengan baik, maka
pemimpin harus dapat meyakinkan bahwa orang yang dipimpinnya:
1. Merasa mampu mengerjakan.
2. Memiliki keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat
bagi dirinya (dan juga orang lain/bernilai).
3. Tidak sedang dalam masalah atau sedang melakanakan tugas lain
yang lebih penting atau mendesak.
45
4. Meyakinkan bahwa tugas tersebut merupakan kepercayaan, dan (5)
hubungan antarteman dalam organisasi tersebut dalam kondisi
harmonis.

4. Evaluasi dan Pelaporan


a. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang
sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, diantaranya dengan
cara membandingkan antara apa yang telah dicapai dengan apa yang
seharusnya tercapai, kemudian melakukan penilaian tentang
manfaatnya dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin
diperoleh.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah:
1) Menentukan apa yang akan dievaluasi, program atau kegiatan-
kegiatan apa yang akan dievaluasi
2) Merancang kegiatan evaluasi.
Menentukan data apa saja yang dibutuhkan/ingin diketahui,
tahapan-tahapan apa saja akan yang dilakukan, instrumen evaluasi
apa yang akan digunakan, siapa saja yang akan melakukan, dan
apa saja yang akan dihasilkan.
3) Pengumpulan data.
Berdasarkan rancangan kegiatan evaluasi yang telah disiapkan,
maka kemudian dilaksanakan pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen wawancara, survey, observasi, dan
seterusnya.
4) Pengolahan dan analisis data.
Setelah data terkumpul, maka dapat diolah dan dianalisis, sehingga
dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya,
dibandingkan antara fakta dengan rencana untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan kegagalan serta faktor-faktor apa yang
mempengaruhinya.
5) Pelaporan hasil evaluasi.
Hasil evaluasi didokumentasikan dalam bentuk laporan hasil
evaluasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Laporan hasil evaluasi berbentuk narasi/uraian
yang dapat dilengkapi dengan tabel, grafik, foto-foto dan data
lainnya yang relevan.

46
b. Pelaporan
Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bawahan
atau tim kerja/panitia yang diberi tugas pekerjaan untuk menyampaikan
hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah
dilakukan selama satu periode tertentu sebagai bentuk komunikasi dan
pertanggungjawaban. Unsur yang harus dimuat dalam laporan:
1) Nama kegiatan
2) Jenis-Jenis Kegiatan
3) Waktu
4) Tempat
5) Peserta dan
6) Proses pelaksanaan
7) Hasil yang dicapai
8) Faktor pendukung dan penghambat
9) Lampiran-lampiran seperti surat keputusan, foto-foto, dst.

47
BAB VI
PENUTUP

Demikian buku Panduan Kerja Karang Taruna ini disusun, sebagai wujud dari
kesungguhan dalam memberdayakan masyarakat dan Karang Taruna itu sendiri
dengan memberikan informasi dan panduan tentang bagaimana menyelenggarakan
dan mengoperasionalkan Karang Taruna di desa/kelurahan agar lebih efektif dan
efisien. Karang Taruna mempunyai nilai strategis sebagai bagian yang sangat
potensial dalam penyelenggaraan Pembangunan Kesejahteraan Sosial, karena itu
menyelenggarakan dan mengoprasionalkannya secara benar dan sesuai dengan
panduan, diharapkan mampu memberdayakan dan mengembangkan Karang
Taruna di desa/kelurahan menjadi lembaga kesejahteraan sosial yang produktif dan
memiliki banyak manfaat terutama bagi peningkatan taraf kesejahteraan sosial
masyarakatnya. Dengan panduan kerja ini diharapkan Karang Taruna mampu
diposisikan secara tepat sebagai modal dasar pembangunan kesejahteraan sosial
yang lebih merata dan menjangkau seluruh Indonesia.

Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan baik sebagai filosofi penyelenggaraan
Karang Taruna maupun dalam hal teknis bagaimana mengoperasionalkan
kelembagaannya dan mengefektifkan program-program kerja Karang Taruna yang
relevan dan mampu menjawab kebutuhan dan permasalahan didalam
masyarakatnya. Hal tersebut juga dimaksudkan agar Karang Taruna yang sudah
lebih dari 50 tahun berkiprah dapat lebih mengimplementasikan peran-perannya
secara professional dan proporsional dengan tradisi pelayanan kesejahteraan sosial
yang lebih modern dan menyesuaikan dengan kebutuhan kekinian masyarakatnya.
Semoga setiap niat baik dan langkah kita senantiasa berada dalam bimbingan,
rahmat, hidayah, perlindungan dan keridhaanNYA, amin. Semoga Karang Taruna
semakin jaya dengan peran-peran strategisnya. Salam ADHITYA KARYA
MAHATVA YODHA!

PKT KECAMATAN CIPATAT


ttd
JUNJUN ROHADI
48

Anda mungkin juga menyukai