TUJUAN PENELITIAN
1. Melakukan kajian kebijakan dan program penerima APE utk jawab
kesenjangan gender dan pemenuhan hak anak di Prop. Sumatera
Utara dan K/L
2. Melakukan kajian renstra, rencana kerja pemerintah, perencanaan
dan anggaran responsive gender
3. Melakukan kajian 7 prasyarat PUG dan PPRG di unit masing-masing
(komitmen, kelembagaan, kebijakan, SDM, data terpilah, alat analisis,
dan peranserta masyarakat)
II.PROFIL GENDER SUMATERA UTARA
2.1. Profil Sumatera Utara
Penduduk 13.766.851 juta jiwa (2014), P 6.898.264 dan L 6.868.587)
Terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, 6008 desa/kelurahan
IPG tahun 2013 menduduki peringkat 3 dan IDG peringkat 9 (dibawah
Maluku, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Bengkulu, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatera Selatan) dan berada di bawah rata2 Indonesia
Selain memakai IPG dan IDG, kajian ini juga akan menggunakan 12
indicator Indeks Kesetaraan dan keadilan Gender ( a.l.aspek kespro,
pencapaian pendidikan, status partisipasi ekonomi, keterwakilan di jabatan
public, kekerasan public dan domestik dan 5 indikator Indeks
Ketidaksetaraan Gender (kesehatan reproduksi, pencapaian pendidikan,
TPAK dan keterwakilan dlm legislative)> Tidak semua indicator tersedia di
Propinsi sumatera Utara
KESPRO
AKI tahun 2013 268 per 100 ribu kelahiran hidup
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 81,71 persen
Hanya sekitar 50 persen kabupaten/kota yg memiliki 4 Puskesmas PONED
dlm satu kabupaten/kota
Terkait kespro remaja, jumlah Puskesmas yang melayani remaja sebanyak
241 org di 2013
Angka kelahiran remaja usia 15-19 tahun ada 32 per 1000 remaja
EKONOMI
Jumlah penduduk miskin thn 2014 September adalah 1.36 juta jiwa atau
9.85 persen
TPAK P usia 15 th ke atas 51 persen, L 85 persen
KETERWAKILAN PEREMPUAN
Pemilu 2014, 12 persen di DPRD (144 P dibanding 1195 orang
L)
KEKERASAN
Meningkat sebanyak 32 persen di 2015 disbanding tahun
2014
Merupakan salah satu propinsi kasus kekerasan seksual
terhadap anak tertinggi
Perkawinan anak usia 9-15 th ada 3,03 persen ( Indonesia 11
persen), usia 16-18 th 20,19 persen (Indonesia 32,19 persen).
Artinya 1 dari 4 perempuan di Sumut menikah pertama kali di
bawah 18 thn
2.2.TELAAH KONSEPTUAL DAN TEORI
GENDER : Konsep yg mengacu pada pembedaan peran dan tanggngjawab perempuan dan laki-laki yg
terjadi akibat dari keadaan sosial dan budaya masyarakat yg dapat diubah
PUG : Strategi yg dibangun utk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan nasional maupun daerah
Kesetaraan Gender : kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan utk memperoleh kesempatan dan
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dlm kegiatan politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan agar memiliki kesamaan dlm menimati pembangunan
Keadilan Gender : suatu keadaan atau perlakuan yg menggambarkan adanya persamaan hak dan
kewajiban laki-laki dan perempuan sbg individu, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.
Keadilan gender adl suatu proses untuk menjadi adil thdp perempuan dan laki-laki karena pengalaman,
kebutuhan dan aspirasinya yang berbeda
Kesenjangan Gender : perbedaan akses atau peluang utk memperoleh sumberdaya pembangunan
antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang pembangunan sehingg berdampak pada adanya
perbedaan partisipasi dan kontrol masing-masing pihak yg mengakibatkan perbedaan antara keduanya
dlm memperoleh manfaat dan hasil pembangunan
Responsif Gender : Suatu kondisi ttg kebijakan, program, kegiatan dan penganggaran yg
memperhatikan secara konsisten dan sistematis perbedaan, kebutuhan, pengalaman dan aspirasi
perempuan dan laki-laki
Perencanaan Berperspektif Gender : Perencanaan utk mencapai keadilan dan kesetaraan
gender yg dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan
penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki
Anggaran Responsif Gender : Penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari
berbagai sumber untuk mencapai keadilan dan kesetaran gender
Perencanaan dan Penganggaran yg Responsif Gender/PPRG : Perencanaan yg disusun
dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu akses, partisipasi, control dan manfaat yg dilakukan
secara setara antara perempuan dan laki-laki dg mempertimbangkan kebutuhan dan
permasalahan perempuan dan laki-laki dalam penyusunan maupun pelaksanaan kegiatan
Analisis Gender : Analisis utk identifikasi dan memahami pembagian peran/kerja laki-laki dan
perempuan, akses dan control atas sumberdaya pembg, partisipasi dlm proses pembangunan dan
pemerolehan manfaat dari pembangunan, pola relasi gender yg dlm proses analisisnya
mempertimbangkan pula berbagai factor spt ras, sosial, agama, suku
2.3. LANDASAN HUKUM STRATEGI PUG
1) Landasan hukum, komitmen nasional dan internasional terkait strategi PUG sudah
cukup lengkap tinggal bagaimana memperkuat implementasi strategi PUG
2) Jika menilik dari komponen kunci dalam 7 prasyarat PUG dan APE, pemerintah
propinsi Sumut telah memenuhi komponen pertama yaitu memiliki komitmen dg
indicator dibentuknya Biro PP dan FPG namun demikian komponen2 lain yg harus
ada dlm proses pelaksanaan PUG dan PPRG yg menjadi komponen kunci APE
belum terpenuhi dg baik. Misalnya kebijakan, kelembagan, sumberdaya manusia
dan anggaran, alat analisis, data gender (terutama data terpilah) serta partisipasi
masyarakat
3) Komponen kebijakan sdh mulai dipenuhi oleh Dinas Kesehatan a.l dlm
pemberianzat besi kepada remaja putri yg dimulai melalui observasi dg perspektif
gender dan ketersediaaan data terpilah
4) Dinas dinas lain masih blm memenuhi dg baik komponen kunci APE. Keterbatasan data
terpilah menyulitkan analisis gender dalam rencana pembangunan secara menyeluruh di tikt
propinsi
5)SDM ditetapkan melalui penunjukan FPG di SKPD2 namun belum dilakukan peningkatan
kapasitas secara sistematik
6)Terbatasnya pemahaman ttg gender dan PUG di kalangan pemerintah propinsi Sumut
berdampak terhdp belum terpenuhinya komponen2 tsb diatas
7) Keterbatasan pemahaman ttg gender juga mempengaruhi rendahnya pemahaman ttg isu2
gender yg penting spt AKI, KDRT, trafiking, perkawinan anak, eksploitasi seksual terhadap
perempuan dan anak
8) Sebagian besar wakil berbagai dinas yg menjadi narasumber dlm penelitian ini menunjukkan
bhw mereka blm secara mendalam memahami isu gender yg sebenarmya merupakan persoalan
serius di prop Sumut spt isu2 di no 7 d atas
9)Secara umum dpt dikatakan bhw masih blm terdpt pemahaman lengkap ttg keterkaitan antara
masalah2 ketidakadilan gender dengan ketimpangan sosial budaya yg ada dan ketimpangan
ekonomi serta blm adanya pemahaman yg lengkap ttg berbagai masalah ketidakadilan gender
sebagai dampak dari KONSEP, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN YG TIDAK
DIRENCANAKAN DG MENGGUNAKAN PERSPEKTIF GENDER
10) Ini merupakan pekerjaan rumah besar bagi prop. Sumut dalam menyelenggarakan strategi
PUG dalam keseluruhan rangkaian perencanaan pembangunan di daerah ini
REKOMENDASI
1) Sosialisasi pemahaman ttg gender dan PUG dan kesetaraan gender wajib
dilakukan secara sistemik di semua dinas, di KL sebagai drivers
2) para Kl dan SKPD drivers perlu memberikan pengetahuan ttg gender dan PUG
yang komprehensif kepada dinas-dinas dan KL caranya mis. Lewat kursus atau
pelatihan gender yang intensif, berjenjang, berkesinambungan di samping
mengirim SDM2 potensial untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih
tinggi guna menjadi gender experts
3)Tanpa kehadiran gender experts: di dinas-dinas dan KL sulit untuk bisa
mencapai prasyarat PUG apalagi menerapkan strategi PUG dan mendapatkan
APE
4)Perlu juga koordinasi dg kemenPAn dan RB untuk memperjuangkan
kesempatan dan status para SKPD utk bisa leluasa mengakses pendidikan
menjadi gender experts tanpa kebingungan dan ragu terkait waktu, posisi
dan jabatan di tempat mereka mengabdi
5) Para SDM yg ada agar dilatih memahami issue gender secara spesifik dikaitkan dg SKPD
masing-masing, kaitannya dengan sisue gender di SKPD dan KL lain sehingga perlu
disediakan pendampingan yang memadai (tidak dilepas begitu saja setelah pelatihan)
6) KPP dan PA perlu mempertimbangkan kembali alat analisis GAP agar lebih sederhana yg
disesuaikan dg kemampuan SDM yg terbatas. Keterampilan menggunakan alat analisis
yg lain juga perlu diberikan setelah menguasai yg wajib yg disesuaikan dg situasi
budaya, ekonomi dan geografis yg berbeda (cth di Sumut)
7) KPP dan PA bersama Biro PP dan SKPD , KL .perlu kampanye massif dan intensif terkait
issu gender spt AKI, perkawinan anak, trafiking dan KDRT sampai ke desa dan akar
rumput
8) Perlu ditinjau ulang pemberian penghargaan APE yg lebih memaparkan keberhasilan
setiap daerah secara kuantitatif dan kualitatif ttg raihan yg mereka peroleh setiap
tahun. Utk itu investigasi dan evaluasi secara kualitatif perlu dilakukan, buka lagi
sekedar mengisi check-list formulir pertanyaan Data empririk dari desa hingga ke
kabupaten /kota dan propinsi perlu ada dan terekam dg baik sebagai bukti