Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENELITIAN

IMPLEMENTASI STRATEGI PUG DAN


PEMENUHAN HAK ANAK
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
I.PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
INDEKS PEMBANGUNAN GENDER Tahun 2014
Indonesia 90,34
Sumatera Utara 90,26 (AHH P 70,01, L 66,16; HLS P
12,82 ,L 12,43;RLS P 8,55 TH L 9,33 TH; PENGELUARAN
PEREMP LEBIH RENDAH DIBANDINGKAN LAKI-LAKI, P
RP.7587, L RP 13.797)
INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER
INDONESIA 70,07
SUMATERA UTARA 69,82
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Implementasi Strategi Pengarusutamaan gender
dan Pemenuhan Hak Anak di Propinsi Sumatera Utara dan
KL yang selama ini telah menerima Anugerah Parahyta
Ekapraya APE (Gender Award)?

TUJUAN PENELITIAN
1. Melakukan kajian kebijakan dan program penerima APE utk jawab
kesenjangan gender dan pemenuhan hak anak di Prop. Sumatera
Utara dan K/L
2. Melakukan kajian renstra, rencana kerja pemerintah, perencanaan
dan anggaran responsive gender
3. Melakukan kajian 7 prasyarat PUG dan PPRG di unit masing-masing
(komitmen, kelembagaan, kebijakan, SDM, data terpilah, alat analisis,
dan peranserta masyarakat)
II.PROFIL GENDER SUMATERA UTARA
2.1. Profil Sumatera Utara
Penduduk 13.766.851 juta jiwa (2014), P 6.898.264 dan L 6.868.587)
Terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, 6008 desa/kelurahan
IPG tahun 2013 menduduki peringkat 3 dan IDG peringkat 9 (dibawah
Maluku, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Bengkulu, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatera Selatan) dan berada di bawah rata2 Indonesia
Selain memakai IPG dan IDG, kajian ini juga akan menggunakan 12
indicator Indeks Kesetaraan dan keadilan Gender ( a.l.aspek kespro,
pencapaian pendidikan, status partisipasi ekonomi, keterwakilan di jabatan
public, kekerasan public dan domestik dan 5 indikator Indeks
Ketidaksetaraan Gender (kesehatan reproduksi, pencapaian pendidikan,
TPAK dan keterwakilan dlm legislative)> Tidak semua indicator tersedia di
Propinsi sumatera Utara
KESPRO
AKI tahun 2013 268 per 100 ribu kelahiran hidup
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 81,71 persen
Hanya sekitar 50 persen kabupaten/kota yg memiliki 4 Puskesmas PONED
dlm satu kabupaten/kota
Terkait kespro remaja, jumlah Puskesmas yang melayani remaja sebanyak
241 org di 2013
Angka kelahiran remaja usia 15-19 tahun ada 32 per 1000 remaja

EKONOMI
Jumlah penduduk miskin thn 2014 September adalah 1.36 juta jiwa atau
9.85 persen
TPAK P usia 15 th ke atas 51 persen, L 85 persen
KETERWAKILAN PEREMPUAN
Pemilu 2014, 12 persen di DPRD (144 P dibanding 1195 orang
L)

KEKERASAN
Meningkat sebanyak 32 persen di 2015 disbanding tahun
2014
Merupakan salah satu propinsi kasus kekerasan seksual
terhadap anak tertinggi
Perkawinan anak usia 9-15 th ada 3,03 persen ( Indonesia 11
persen), usia 16-18 th 20,19 persen (Indonesia 32,19 persen).
Artinya 1 dari 4 perempuan di Sumut menikah pertama kali di
bawah 18 thn
2.2.TELAAH KONSEPTUAL DAN TEORI
GENDER : Konsep yg mengacu pada pembedaan peran dan tanggngjawab perempuan dan laki-laki yg
terjadi akibat dari keadaan sosial dan budaya masyarakat yg dapat diubah

PUG : Strategi yg dibangun utk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan nasional maupun daerah

Kesetaraan Gender : kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan utk memperoleh kesempatan dan
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dlm kegiatan politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan agar memiliki kesamaan dlm menimati pembangunan

Keadilan Gender : suatu keadaan atau perlakuan yg menggambarkan adanya persamaan hak dan
kewajiban laki-laki dan perempuan sbg individu, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.
Keadilan gender adl suatu proses untuk menjadi adil thdp perempuan dan laki-laki karena pengalaman,
kebutuhan dan aspirasinya yang berbeda

Kesenjangan Gender : perbedaan akses atau peluang utk memperoleh sumberdaya pembangunan
antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang pembangunan sehingg berdampak pada adanya
perbedaan partisipasi dan kontrol masing-masing pihak yg mengakibatkan perbedaan antara keduanya
dlm memperoleh manfaat dan hasil pembangunan
Responsif Gender : Suatu kondisi ttg kebijakan, program, kegiatan dan penganggaran yg
memperhatikan secara konsisten dan sistematis perbedaan, kebutuhan, pengalaman dan aspirasi
perempuan dan laki-laki
Perencanaan Berperspektif Gender : Perencanaan utk mencapai keadilan dan kesetaraan
gender yg dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan
penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki
Anggaran Responsif Gender : Penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari
berbagai sumber untuk mencapai keadilan dan kesetaran gender
Perencanaan dan Penganggaran yg Responsif Gender/PPRG : Perencanaan yg disusun
dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu akses, partisipasi, control dan manfaat yg dilakukan
secara setara antara perempuan dan laki-laki dg mempertimbangkan kebutuhan dan
permasalahan perempuan dan laki-laki dalam penyusunan maupun pelaksanaan kegiatan
Analisis Gender : Analisis utk identifikasi dan memahami pembagian peran/kerja laki-laki dan
perempuan, akses dan control atas sumberdaya pembg, partisipasi dlm proses pembangunan dan
pemerolehan manfaat dari pembangunan, pola relasi gender yg dlm proses analisisnya
mempertimbangkan pula berbagai factor spt ras, sosial, agama, suku
2.3. LANDASAN HUKUM STRATEGI PUG

Inpres no 9 tahun 2000 tentang PUG dalam Pembangunan Nasional

RPJMN 2010-2015 dan 2015-2019

Permendagri 15 th 2008 ttg PUG dalam Pembangunan di Daerah yg direvisi


menjadi Permendagri no 67 th 2011 (Pemda berkewajiban menyusun kebijakan,
program dan kegiata yg responsive gender dan penggunaaan analisis gender
dalam pasal 5 ayat 3 dari Peremndagri tsb ttg penggunaan analisis gender
dalam menyusun RPJMD, Renstra, Renja dan RKPD, Rencana Kerja SKPD dan
Rencana Kerja anggaran SKPD

Surat Edaran Bersama Menneg PPN/Bappenas, Mendagri, Meng PP dan PA dan


Menkeu nomor 270 tahun 2012 tentang Strategi Nasional percepatan PUG
melalui PPRG
ANUGERAH PARAHYTA EKAPRAYA atau APE
Sejak 2004 KPP dan PA melalui Presiden RI memberikan penghargaan APE yi
pelaksanaan strategi PUG termasuk PP dan PA terbaik bagi tingkat KL, propinsi
dan Kabupaten/kota. Sejak 2014, pemberian APE ditetapkan 2 tahun sekali
Terdapat 3 dan kemudian menjadi 4 kategori penghargaan yi Pratama, Madya,
Utama (terbaik) dan Mentor (diatas terbaik). Ada 7 prasyarat PUG ygperlu
dipenuhi (komitmen politik, kebijakan, kelembagaan, SDM, sarpras, data
terpilah, alat analisis dan peranserta masyarakat) serta 5 kluster hak anak
Prop. Sumut sudah menerima penghargaan APE 5 Kali sejak tahun 2009
(Utama); 2011 (Utama), 2012 (Madya), 2013 Madya dan 2014 Utama dan
beberapa kabupaten/kota juga pernah terima APE dari Pratama sampai Madya
(Kota Tebing Tinggi/Madya, Labuhan Batu/Pratama, Kota Medan/Madya,
Langkat/Pratama,, Kota Tanjung Balai /Pratama
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif
gender; mendasarkan diri pada kekuatan narasi, sangat
elaborative utk memahami dan interpretasikan makna dan
permasalahan dlm implementasikan PUG dan PP dan PA
Pengumpulan data melalui FGD, wawancara terfokus, observasi,
data sekunder
Lokasi Penelitian di ibu kota propinsi Sumatera Utara yi Kota
Medan dan beberpa KL di pusat yg sudah pernah terima APE juga
III. TEMUAN DAN ANALISIS

Subyek penelitian yg mewakili Bappeda menegaskan bhw sejak 2010 di


Sumut sdh terbentuk Pokja PUG sebagai wadah konsultasi bagi pelaksana dan
penggerak PUG dari berbagai instansi/lembaga di daerah. Bappeda sebagai
ketua Pokja PUG bersama-sama dg Focal PUG yi Biro PP, sudah melakukan
pelatihan dan advokasi serta monev terkait PPRG. Namun waktu
pelatihannya sangat singkat yi satu hari untuk advokasi dan satu hari untuk
pelatihan PPRG krn dana terbatas. Sehingga banyak SKPD yg belum paham
melakukan analisis gender.
Kalau tidak paham Bappeda akan meneruskannya ke Biro PP utk ditanyakan
lebih lanjut. Wakil Bappeda juga menyampaikan bahwa mereka belum punya
data terpilah berdasar jenis kelamin, tapi katanya di SKPD tersedia;
Ketiadaan data terpilah dlm berbagai bidang pembangunan akan menyulitkan dlm
mengidentifikasi issue gender dan analisis gender dlm perencanaan dan penganggaran
mungkin ada di Biro PP, atau BPS propinsi, SKPD punya data terpilah berdasarkan jenis
kelamin.kami sudah punya staf yg mendampingi SKPD dlm susu PPRG. SKPD wajib
melampirkan 3 4 PPRG..(FGD dengan subyek BAPPEDA)
Menjadi tidak jelas bagaimana Bappeda Propinsi Sumatera Utara bisa menyusun
perencanaan program dan pengaanggaran daerah yg responsive gender jika tanpa data
terpilah yg seharusnya bisa dihimpun bagian litbangnya.
Namun demikian untuk monev, bappeda menyampaikan bhw mereka mempunyai rapat
koordinasi
Kami ada rapat koordinasi yg masing-masing akan melaporkan. ..minimal dua kali setahun
di propinsi, kalau di kabupaten /kota sekali setahun. Utk masalah perencanaan, sudah
ditupoksikan di Bappeda ttg issu-issue gender dari mulai sasaran, kebijakan dan program
pokok (FGD Bappeda)
Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan menghimpun data dari laporan SKPD terkait dan
unit layanan masyarakat spt Puskesmas. Dari Puskesmas berisi data 2 mis jenis
kelamin,usia, penyakit dan dari Dinas Pendidikan berisi mis golongan kepangkatan, guru,
siswa, kepala sekolah, tenaga kependidikan , tutor kursus
Gender Focal Point atau GFP dibentuk dg SK Kepala SKPD masing-masing sejak
thn 2012 yg keanggotaannya terdiri dari perencana. Peran GFP di unit kerja
masing-masing dioptimalkan melalaui capacity building
Peningkatan kapasitas kami lakukan, mereka harus ikut dlm pertemuan2,
meskipun dia dari staf lain, tetapi mereka diikutkan juga, bukan hanya jadi
panitia. Memang blm ada program khusus, belum ada, ya include di kegiatan
Bappeda. Kami usahakan bidang sosbud juga paham masalah PUG, bidang
ekonomi, fisik, jembatan, jalan, tata ruang juga. Jadi kami juga mengadvokasi
bidang-bidang lain. Forumnya namanya lupa saya. Tim teknis anggaran
daerah responsive gender. Itu memang khusus di Bappeda saja (FGD dg
Bappeda)
Masalah yg masih saja terus terjadi katanya, jika ada bertaju gender, maka
selalu langsung disertakan staf yg berjenis kelamin perempuan..
Peranserta masyarakat dilibatkan dlm Musrenbang propinsi yi
pemerhati perempuan dan anak. Wakil dari Bappeda
menyampaikan bahwa anak2 belum bisa dilibatkan dlm kegiatan
ini krn mrk masih anak-anak.
Terkait alat analisis, wkl bappeda menyampaikan bhw mereka
hanya menggunakan Gender Analyis Pathway, namun cukup
bertentangan dg pendapat sebelumnya bahwa mereka tidak
mempunyai data terpilah utk dianalisis memakai alat ini
Kami fokusnya di GAP, kalau di daerah kalau tidak ada Bappeda,
mereka merasa tidak sah. Bappeda I Ketua Pokja. Nias Barat yg
susah. Mrk blm punya Pokja PUG krn pola piker dan budaya
patriarki (FGD dg Bappeda)
Subyek penelitian Bappeda menjelaskan bhw dari segi perencanaan mrk
memastikan arah sasaran terencana juga terkait masalah trafiking, KDRT,
kekerasan seksual untuk anak. Utk kasus trafiking dari luar, Bappeda
bekerjasama dg KPAD, juga Biro PP dan P2TP2A.
Disampaikan sudah ada Perda Anti Trafiking berikut pergubnya dan Perda
Penyelenggaraan Perlindungan anak tkt propinsi. Gugus tugas sudah ada krn di
Biro PP sudah ada bagian2 terkait
Fokus utama penerapan strategi PUG di Disperindag lbh terkonsentrasi pada
pembentukan kelembagaan PUG dan pelatihan PUG selama satu hari (tidak
cukup). Focal Point gender selalu perempuan dan krn menganggap persoalan
gender itu persoalan perempuan saja
teman laki-laki (yg mengikuti pelatihan) dikatain sudah mulai ngurusin gender
ya? Saya bilang inikan pelatihan, supaya adil laki-laki dan perempuan (FGD wkl
Disperindag)
Focal Point Gender atau FPG yg ditunjuk di Disperindag memandang bhw FPG itu
bukan sbg agen perubahan, sehingga menganggap tugasnya hanya sementara
saja jadi tidak terlalu serius dan amanah dlm menjalankan tugasnya krn begitu
dipindah dia tidak bertanggungjwb lagi dg urusan PUG. Hal ini menjadi banyak
masalah krn sering terjadi rotasi pegawai di dlm satu lembaga maupun antar
lembaga
Dalam pembinaan industri kecil, pembahasan strategi PUG lbh difokuskan pada pelibatan laki-
laki dan perempuan dlm rogram pembinaan yg dilakukan. Misalnya pemilahan laki-laki dan
perempuan dikaitkan dg jenis industri yg dijalankan, spt pandai besi dan batu akik lbh banyak
laki-laki dan industri tenun dan batik, lbh banyak perempuan. Jadi tidak ada pembedaan dalam
pola pembinaan, namun lbh fokus pada jumlah laki-laki dan perempuan yg ikut dalam pelatihan.
Pelibatan peranserta masyarakat dalam strategi PUG dilakukan dlm berbagai pelatihan sebagai
narasumber misalnya dari LSM maupun praktisi industri
Di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air sudah ada FPG namun masih memandang persoalan PUG
sbg persoalan perempuan dan bukan mengenai memahami pengalaman, permasalahan,
kebutuhan dan aspirasi laki-laki dan perempuan.
Khususnya Karena kami di bidang fisik, bukan bidang yg hidup ya, saya sarankan ke
Bappeda menyiapkan anggaran sosialisasi di lingkungan PSDA utk mengetahui apa yg harus
dilakukan (FGD wkl Dinas PSDA)
Penyusunan Gender Budget Statement katanya mengada-ada krn perencanaan disusun tanpa
data terpilah, namun tanpa perencanaan yg seharusnya SKPD diharuskan memiliki program
terkait PUG.
Dulu kita diminta 5 (data terpilah) bisa saja, tapi kan tidak dibuat dari awal perencanaannya.
(Biro) PP itu hanya meminta tapi tidak bilang ini loh kegiatan yg harus dilakukan. Dari 100
kegiatan itu harus ada data terpilah untuk yg 5 kegiatan itu. Kami buat tapikan dari awal
perencanaannya tidak ada. Cobalah dari Kementrian PP dan Kemdagri disampaikan ke
semua SKPD utk dibuatkan program PUG di skala nasional. jadi supaya Bappeda benar-
benar membuat program, kalau dilempar ke setiap SKPD itu ada anggaran khusus di SKPD
itu, jadi kita mengubah mindset kepala dinas (FGD dg wkl Dinas PSDA)
Perwakilan Dinas Kehutanan menyampaikan bhw Dinas Kehutanan melibatkan perempuan
dlm kegiatan sosialisasi yang dilakukan di daerah2 binaan. Pandangan bhw persoalan2 di
wilayah hutan negara lbh terkait dg laki-laki
(Gender) sebenarnya terlalu dipaksakan, karena ini sebenarnya (berkaitan) dg laki-laki
utk perempuan dilibatkan dlm mengoptimalkan tanaman di hutan utk jadi apa gitu (FGD dg
wkl Dinas Kehutanan)
Lebih jauh disampaikan pula bhw karena tidak direncanakan sejak awal, jadi stategi PUG
tidak pernah dipedulikan katanya
Dinas pertanian berpandangan bahwa petani hanya laki-laki jadi mereka hanya memberikan pelatihan
dan mendistribusikan bantuan bagi petani laki-laki. Tidak ada anggaran khusus utk PUG dan wakil
dari Dinas Pertanian bukanlah FPG
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman menyampaikan bhw lembaganya tidak secara langsung memiliki
program yg melibatkan perempuan, tetapi perempuan adalah penerima manfaat dari program2 yg
mereka lakukan
terkait PUG umumnya tidak secara langsung melibatkan perempuan, tapi penerima manfaatnya
perempuan semua. Air minum, ibu memasak dan lsb termasuk memperbaiki rumah yg laya.. (FGD
wkl Dinas TTR dan Pemukiman)
Namun disampaikan pula bhw Dinas ini telah menerapkan GBS sejak thn 2012 dan ARG sejak 2014,
pada tahun 2016, setiap dinas menyelenggarakan satu kegiatan RG dan 2017 menjadi 2 kegiatan RG
Keberhasilan PUG katanya tergantung kapasitas Pokja PUG dan FPG di SKPD utk yakinan pimpinan
msg2. Rapat koordinasi dilakukan setiap bulan oleh msg2 SKPD
Setiap tahun ada gejolak keuangan, jadi disikapi saja, tahun ini tidak ada anggaran khusus PP tapi
kita manfaatkan apa yg ada utk ARG. Contoh 2014 ke bawah kami masih punya anggaran sosialisasi
PP terkait infrastruktur pemukiman, tapi sejak 2014 tidak ada lagi, tapi kami masukkan ke ARG.
Tergantung SDM yg dibina kalau diikutin terus pasti bisa berkontribusi (FGD wkl Dinas TTR
Pemukiman)
Menurut wkl dari Dinas TTR Pemukiman, peningkatan kapasitas PUG seluruh jajaran pimpinan Dinas
menjadi kunci utk meningkatkan prioritas utk perencanaan dan penganaggaran yg responsive gender
di seluruh bidang kerja yg ada. Hal ini sulit dicantumkan krn menurut ybs penganggaran responsive
gender tidak tercantum dlm RPJMD propinsi . Selain itu anggota Pojka perlu di SK kan dan harus ada
anggarannya sehingga kalau rapat tidak berganti-ganti orangnya
Dari Dinas Kesehatan menyampaikan bhw PUG ditempatkan dibawah kesehatan ibu dan anak dari
siklus awal sampai lansia. Issue gender yg ditangani menyangkut kesehatan reproduksi, penanganan
kekerasan thdp ibu dan anak serta KB
Ada juga Puskesmas utk lansia. Selain itu beberapa Puskesmas juga dirancang dg memperhatikan
pengalaman dan kebutuhan perempuan dan anak
loketnya dibuat tidak terlalu rendah, kalau perempuan bajunya tidak tertutup akan terlihat (FGD
wkl DinKes)
Meskipun demikian katanya DinKes tidak punya kendali terhdp pembangunan infrastruktur oleh
Pemda, sehigg seringkali bangunan tidak sesuai dg atuan Dinas Kesehatan.
DinKes tidak memakai istilah AKI tapi jumlah kematian ibu yg programnya dari Kementerian
kesehatan krn propinsi Sumut blm pernah membuat survei spt yg dilakukan utk mendata AKI
Dinas Pendidikan menyampaikan bhw utk PUG difokuskan ke PAUD dan pendidikan non-formal
bekerjasama dg Dinas Sosial. Bentuk program dan kegiatan berupa pengembangan karakter
utk guru2 PAUD dan anak-anak PAUD. Utk non formal, ada kursus salon kecantikan rambut,
dan wajah, jahit menjahit border dan busana.
Indikator keberhasilannya a.l, kalau peserta sudah bisa membuka usaha sendiri dan hal itu
didata dari Dinas Pendidikan utk mendapatkan dana. Utk PAUD a.l. meningkatnya partisipasi
anak-anak dlm PAUD dan kualitas guru PAUD yg membaik
Biro Binkemsos menyampaikan bhw
Orang belum mengerti apa itu PUG, mainstreaming gender. Sosialisasinya kurang. Karena
masih diberangkatkan saja ga tahu tiba-tba dapat Karena aku perempuan, maka aku
disertakan. Kalau saya lihat, rohmya itu belum nyambung ke umatnya, fisiknya ada tapi
rohnya ga ada, Harusnya dalam setiap kegiatan programnya seperti apa, indikatornya apa
(FGD dg wkl Biro )
Subyek juga tidak paham issue gender spt AKI, trafiking, KDRT krn dianggap hot issue dan
bukan ranah Biro Binkemsos
Dinas Tenaga kerja sudah memahami dari sisi kelembagaan PUG. Kegiatan2 yg
dilakukan mis. Pemberdayaan ketenagakerjaaan perempuan, pengawasan
ketenagakerjaan mis. Melihat jumlah tenaga kerja perempuan di perusahaan
dan di posisi manajerial berapa
Baginya adalah penting utk mengikutsertakan pejabat yg lebih tinggi utk
melakukan komitmen PUG agar dpt terimplementasi di SKPD2 yg ad :
itu kan kuncinya ada di Biro PPsebelumnya dari kementrian itu sudah
berjalan, tetapi sesudah otonomi daerah itu pimpinannya berubah, kita sudah
sempat sarankan kalau gender ditingkatkan programnya seharusnya jangan
hanya eselon 3. Pimpinannya harus gubernur dan anggotanya kepala
dinasnya. Kita ini anak buah, kalau kita sajakan gak jalan..kadang-kadang
programnya gak benar, hanya kepentingan2 sajaakhirnya kita malas (FGD
dg wkl Disnaker)
Tidak tersedia data terpilah jenis kelamin di lembaga ini. Berdasarkan RPJMD
pro Sumut, ada sasaran pembangunan utk dicapai di bidang tenaga kerja yi
program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, program
peningkatan kesempatan kerja dan program perlindungan dan pengembangan
lembaga tenaga kerja. Sayang PUG belum diterapkan di program2 ini
Biro Pemberdayaan Perempuan propinsi menyampaikan bhw PUG sebagai sebuah
strategi bersifat abstrak. Katanya komtmen ada, kebijakan ada, kelembagaan
juga sudah terbentuk di seluruh Indonesia tapi terkait SDM kita masih bermasalah.
Tingginya rotasi pegawai dan kapasitas SDM yg lemah salah satu tantangan PUG
Yg dirasakan kurang menurut wakil dari Biro PP Propinsi adalah mendorong
Kementrian Keuangan dan Kemdagri di Inspekturnya:
Implementasi di daerah 4 SKPD yi PP sama Bappeda, Depdagri sudah OK, sudah
saling pemahaman. Nah inspektur sama Keuangan yg belum, kenapa? Karena
mindetnya. .kita ingin mengusulkan di dalam e-planning ada satu kontak
aplikasi, satu slot yg bisa dichecklist sehingga SKPD tahu ini usulan kegiatannya
ini bakan di ARGkan (FGD wkl Biro PP)
Peranserta masyarakat yg dilibatkan selama ini a.l. Pasado Amo, LBH Apik, Cahaya
perempuan utk kasus dan pendampingan yg harus ditangani bersama P2TP2A
Wakil dari PSW kadang-kadang masih bermasalah terkait perspektif gendernya.
Ybs juga menyampaikan bhw strategi PUG tidak perlu direvitalisasi, karena
problem utama justru pada SDM. Biro PP mengidentifikasi pakar gender:dari
pertemuan2 SKPD dan LSM selama ini
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan

1) Landasan hukum, komitmen nasional dan internasional terkait strategi PUG sudah
cukup lengkap tinggal bagaimana memperkuat implementasi strategi PUG
2) Jika menilik dari komponen kunci dalam 7 prasyarat PUG dan APE, pemerintah
propinsi Sumut telah memenuhi komponen pertama yaitu memiliki komitmen dg
indicator dibentuknya Biro PP dan FPG namun demikian komponen2 lain yg harus
ada dlm proses pelaksanaan PUG dan PPRG yg menjadi komponen kunci APE
belum terpenuhi dg baik. Misalnya kebijakan, kelembagan, sumberdaya manusia
dan anggaran, alat analisis, data gender (terutama data terpilah) serta partisipasi
masyarakat
3) Komponen kebijakan sdh mulai dipenuhi oleh Dinas Kesehatan a.l dlm
pemberianzat besi kepada remaja putri yg dimulai melalui observasi dg perspektif
gender dan ketersediaaan data terpilah
4) Dinas dinas lain masih blm memenuhi dg baik komponen kunci APE. Keterbatasan data
terpilah menyulitkan analisis gender dalam rencana pembangunan secara menyeluruh di tikt
propinsi
5)SDM ditetapkan melalui penunjukan FPG di SKPD2 namun belum dilakukan peningkatan
kapasitas secara sistematik
6)Terbatasnya pemahaman ttg gender dan PUG di kalangan pemerintah propinsi Sumut
berdampak terhdp belum terpenuhinya komponen2 tsb diatas
7) Keterbatasan pemahaman ttg gender juga mempengaruhi rendahnya pemahaman ttg isu2
gender yg penting spt AKI, KDRT, trafiking, perkawinan anak, eksploitasi seksual terhadap
perempuan dan anak
8) Sebagian besar wakil berbagai dinas yg menjadi narasumber dlm penelitian ini menunjukkan
bhw mereka blm secara mendalam memahami isu gender yg sebenarmya merupakan persoalan
serius di prop Sumut spt isu2 di no 7 d atas
9)Secara umum dpt dikatakan bhw masih blm terdpt pemahaman lengkap ttg keterkaitan antara
masalah2 ketidakadilan gender dengan ketimpangan sosial budaya yg ada dan ketimpangan
ekonomi serta blm adanya pemahaman yg lengkap ttg berbagai masalah ketidakadilan gender
sebagai dampak dari KONSEP, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN YG TIDAK
DIRENCANAKAN DG MENGGUNAKAN PERSPEKTIF GENDER
10) Ini merupakan pekerjaan rumah besar bagi prop. Sumut dalam menyelenggarakan strategi
PUG dalam keseluruhan rangkaian perencanaan pembangunan di daerah ini
REKOMENDASI
1) Sosialisasi pemahaman ttg gender dan PUG dan kesetaraan gender wajib
dilakukan secara sistemik di semua dinas, di KL sebagai drivers
2) para Kl dan SKPD drivers perlu memberikan pengetahuan ttg gender dan PUG
yang komprehensif kepada dinas-dinas dan KL caranya mis. Lewat kursus atau
pelatihan gender yang intensif, berjenjang, berkesinambungan di samping
mengirim SDM2 potensial untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih
tinggi guna menjadi gender experts
3)Tanpa kehadiran gender experts: di dinas-dinas dan KL sulit untuk bisa
mencapai prasyarat PUG apalagi menerapkan strategi PUG dan mendapatkan
APE
4)Perlu juga koordinasi dg kemenPAn dan RB untuk memperjuangkan
kesempatan dan status para SKPD utk bisa leluasa mengakses pendidikan
menjadi gender experts tanpa kebingungan dan ragu terkait waktu, posisi
dan jabatan di tempat mereka mengabdi
5) Para SDM yg ada agar dilatih memahami issue gender secara spesifik dikaitkan dg SKPD
masing-masing, kaitannya dengan sisue gender di SKPD dan KL lain sehingga perlu
disediakan pendampingan yang memadai (tidak dilepas begitu saja setelah pelatihan)
6) KPP dan PA perlu mempertimbangkan kembali alat analisis GAP agar lebih sederhana yg
disesuaikan dg kemampuan SDM yg terbatas. Keterampilan menggunakan alat analisis
yg lain juga perlu diberikan setelah menguasai yg wajib yg disesuaikan dg situasi
budaya, ekonomi dan geografis yg berbeda (cth di Sumut)
7) KPP dan PA bersama Biro PP dan SKPD , KL .perlu kampanye massif dan intensif terkait
issu gender spt AKI, perkawinan anak, trafiking dan KDRT sampai ke desa dan akar
rumput
8) Perlu ditinjau ulang pemberian penghargaan APE yg lebih memaparkan keberhasilan
setiap daerah secara kuantitatif dan kualitatif ttg raihan yg mereka peroleh setiap
tahun. Utk itu investigasi dan evaluasi secara kualitatif perlu dilakukan, buka lagi
sekedar mengisi check-list formulir pertanyaan Data empririk dari desa hingga ke
kabupaten /kota dan propinsi perlu ada dan terekam dg baik sebagai bukti

Anda mungkin juga menyukai