Setidaknya terdapat dua hal yang tergambar dari hasil evaluasi ini,
yaitu masih belum dipahaminya pengarusutamaan gender di antara
para pengambil keputusan daerah, dan masih terbatasnya
kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang sudah responsif
gender.
i
Kami menyadari bahwa hasil evaluasi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu masukan dan saran guna keperluan perbaikan dan
penyempurnaan hasil evaluasi ini sangat diharapkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pada setiap Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) – mulai dari
Repeta 2001 hingga Repeta 2004, yang merupakan penjabaran dari
Propenas 2000-2004, upaya PUG terus dilakukan, dan hasil nyata yang
diperoleh adalah bertambahnya program yang responsif gender.
Hingga Repeta 2004 telah terdapat 38 program yang responsif gender,
tersebar di 9 sektor pembangunan, yaitu: ketenagakerjaan,
pendidikan, hukum, pertanian, koperasi dan UKM, kesejahteraan
sosial, keluarga berencana, kesehatan, dan lingkungan hidup. Hal
tersebut terutama didukung oleh adanya komitmen Pemerintah melalui
pengesahan Inpres No. 9 tahun 2000 tentang PUG dalam
Pembangunan Nasional, yaitu suatu Instruksi Presiden kepada semua
Menteri, Lembaga Tinggi Negara, Panglima Angkatan Bersenjata,
Gubernur, Bupati, dan Walikota, untuk melakukan PUG dalam
keseluruhan proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan.
3
3. Sektor hukum – Departemen Hukum dan HAM, Kejaksaan
Agung, Mahkamah Agung, dan Polri
4. Sektor pertanian – Departemen Pertanian
5. Sektor koperasi dan usaha kecil dan menengah – Kementerian
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
6. Sektor keluarga berencana – Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN)
7. Sektor kesehatan – Departemen Kesehatan
8. Sektor kesejahteraan sosial – Departemen Sosial
9. Sektor lingkungan hidup – Kementerian Negara Lingkungan
Hidup
1.2. Tujuan
4
1.3. Hasil yang diharapkan
1.5. Metodologi
2. Aspek Kebijakan
5
3. Aspek Kelembagaan
6
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN
GENDER DI SEKTOR KETENAGAKERJAAN
7
ini mempunyai tugas dan fungsi untuk memberikan pengawasan
kepada pekerja perempuan, berkaitan dengan upaya pemberian
perlindungan bagi pekerja perempuan.
8
dinamis. Kegiatan pengarusutamaan gender yang semula hanya
berada di bawah satu program berkembang menjadi 2 (dua) program.
9
Untuk mendukung kebijakan-kebijakan tersebut, maka disusun
perangkat peraturan untuk mendukung pelaksanaan konvensi ILO,
antara lain:
10
Program-program pengarusutamaan gender yang dilakukan
mencakup:
11
1. Keterampilan Teknis.
Pendidikan keterampilan teknis yang dilaksanakan berkaitan
dengan keterampilan karyawan laki-laki dan perempuan yang
menjadi tanggungjawabnya.
2. Keterampilan Manajerial.
Pendidikan keterampilan manajerial adalah pendidikan dan
pelatihan yang berkaitan dengan penjenjangan karir karyawan
laki-laki dan perempuan.
a. Rekrutmen
12
Dari ketiga hal tersebut, sangatlah jelas bahwa pengarusutamaan
gender dalam proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender telah
dilaksanakan di sektor ketenagakerjaan.
b. Penempatan
1
Pengantar Kerja adalah pegawai pemerintah (Disnakertrans/Pemda) yang bertugas
mempertemukan antara pencari kerja dan pengguna kerja.
13
yang banyak mempekerjakan pekerja perempuan oleh ”labour
inspection”.
14
2.3. Kesimpulan
15
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah mengembangkan
pengarusutamaan gender melalui kebijakan equal employment
opportunity (EEO). Kebijakan ini telah memberikan warna dalam
pengarustamaan gender dalam pasar kerja. Melalui kebijakan EEO
kemungkinan akan memberikan pengaruh yang sangat berarti dalam
pengarusutamaan gender dalam pasar kerja. Pendekatan melalui
kebijakan EEO sangat berbeda dengan pendekatan yang dilakukan
melalui kegiatan program-program pembangunan.
16
BAB III
EVALUASI PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN
GENDER DI SEKTOR PENDIDIKAN
17
produksi nasional. Berkaitan dengan isu gender tersebut, prioritas
pembangunan perlu didefinisikan kembali dengan menyebut secara
eksplisit bahwa pembangunan nasional antara lain bertujuan untuk
mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.
18
peningkatan kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai
komponen sistem pendidikan nasional, melalui penetapan kebijakan,
perluasan pemahaman, serta penyusunan rencana aksi nasional sektor
pendidikan yang berwawasan gender. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Pokja berkoordinasi dengan berbagai unit kerja terkait baik di
lingkungan Depdiknas, dinas-dinas pendidikan provinsi dan
kabupaten/kota maupun organisasi kemasyarakatan dalam
pelaksanaan kegiatan pengarusutamaan gender yang meliputi
pelaksanaan berbagai studi kebijakan, perumusan bahan kebijakan
Mendiknas, perumusan rencana aksi nasional yang diperlukan pada
berbagai unit kerja terkait sebagai persiapan untuk pelaksanaan
gerakan nasional pembangunan pendidikan yang berwawasan gender.
Pada tahun 2003, 2004, dan 2005, Pokja PUG melakukan perluasan
dan pendalaman kegiatan agar semakin peka terhadap pemecahan
masalah yang berkaitan dengan ketidaksetaraan dan ketidakadilan
gender dalam berbagai komponen mendasar dalam sistem pendidikan
nasional. Perluasan dilakukan dengan menambah cakupan daerah
provinsi dan kabupaten/kota serta satuan pendidikan, analisis bahan
ajar yang semakin mencakup lebih banyak bidang studi, pelibatan
komponen masyarakat yang semakin meluas, penyebarluasan
pemahaman yang dapat menyentuh sebanyak mungkin para pengelola
dan pelaksana pendidikan, serta penambahan beberapa kegiatan yang
dianggap lebih menyentuh kebutuhan masyarakat terhadap program
PUG.
19
keadilan dalam pendidikan, mutu dan relevansi, dan efisiensi
manajemen pendidikan.
20
3.2.2. Aspek Sumber Daya Manusia
21
Adapun hasil yang telah dicapai selama 4 tahun PUG di Sektor Pendidikan dapat dilihat pada matrik pencapaian di
bawah ini.
22
KEGIATAN KELOMPOK HASIL YANG DICAPAI
No.
POKOK SASARAN 2019 2020 2021 2022
Perencana/Penen Keikutsertaan 30 Penyusunan Draf Penyusunan Draf
tu kebijakan kab/kota dalam Position Paper Position Paper dan
pendidikan RTD Provinsi dan RAD 30 Kab/ RAD 45 Kab/Kota di
tingkat kab/kota Kota di 15 15 provinsi
provinsi
02 Studi Perempuan Hasil studi model
Kebijakan Marjinal pendidikan bagi
Pendidikan empat kelompok
Berwawasan perempuan
Gender/ marjinal di 4
Kemitraan provinsi
dengan PSW Data dan Data terpilah dan Hasil studi
informasi BPS Informasi Sistem
pendidikan tahun Pendataan
2004 Pendidikan
Berperspektif
Gender
Indikator
Pendidikan
Berperspektif
Gender
Kebijakan Terselenggara Terselenggara 17 Terselengg
pendidikan di 10 penelitian penelitian ara 17
provinsi gender sektor kebijakan penelitian
pendidikan pendidikan yang kebijakan
menghasilkan pendidikan
Profil gender yang
23
KEGIATAN KELOMPOK HASIL YANG DICAPAI
No.
POKOK SASARAN 2019 2020 2021 2022
pendidikan 15 menghasilkan
provinsi Profil gender
pendidikan 15
provinsi
(lama)
Tersusunny Tersusunnya
a profil gender profil gender
bidang bidang
pendidikan di pendidikan di 10
10 provinsi provinsi (baru)
(baru)
Hasil-hasil Meta analisis Meta analisis hasil
penelitian gender hasil studi tahun studi tahun 2004
bidang 2003
pendidikan
Peneliti PSW Meningkatnya Meningkatnya
Kemampuan Kemampuan
Metode GAP & Metode GAP & POP
POP pada peneliti pada pengelola dan
25 PSW peneliti PSW di 10
provinsi
24
KEGIATAN KELOMPOK HASIL YANG DICAPAI
No.
POKOK SASARAN 2019 2020 2021 2022
03 Kemitraan LSM Peduli Adanya Model dan Block grant
dengan LSM Pendidikan Modul PKBG di 15 kepada 7
provinsi (30 kab/ LSM peduli
kota) bencana
ACEH
Block grant
kepada 3
LSM peduli
bencana
busung lapar
di NTB
LSM Perempuan/ Adanya Adanya Model Dilaksanakannya
Organisasi Rancangan Pendidikan Adil Kegiatan Life
Perempuan Model Gender untuk Skills oleh 20
Pendidikan Adil Perempuan Organisasi
Gender untuk Marginal di 4 Perempuan
Perempuan daerah
Marginal di 4
daerah
04 Stakeholder Analisis Bahan Adanya hasil Penggandaan
Pendidikan Ajar yang Analisis Bahan Hasil Analisis
Responsif Gender Ajar Bahan Ajar
Penyusunan dan Draf Toolkit Guru Adanya Toolkit
Pengembangan dan Dosen Guru dan Dosen
Toolkit Guru dan
Dosen
Sosialisasi Bahan Sosialisasi Bahan Sosialisasi Bahan Sosialisasi Bahan
25
KEGIATAN KELOMPOK HASIL YANG DICAPAI
No.
POKOK SASARAN 2019 2020 2021 2022
Ajar yang Ajar kepada Ajar kepada Ajar kepada
Responsif Gender Anggota IKAPI di Anggota IKAPI di Anggota IKAPI di
tingkat pusat 15 provinsi 25 provinsi
penerima dana penerima dana
dekon dekon
05 Masyarakat Sistem Informasi Penyusunan Pemutakhiran Up-loading website
luas Gender dalam Website Data & Informasi pug_pendidikan
Pendidikan
KIE Talk Show Talk Show Radio, Talk Show Radio, Talk Show Radio
Radio, Iklan Iklan Layanan Iklan Layanan
Layanan Masyarakat Media Masyarakat Media
Masyarakat Cetak, Pembuatan Cetak,
Media Cetak dan Penanyangan Penanyangan
Filer di TV Filer di TV, CD
Tiga Tahun PUG
Pendidikan
06 Manajemen Pengelola Koordinasi dan Koordinasi dan Koordinasi dan
Program program di Pusat Sinkronisasi Sinkronisasi Sinkronisasi di 25
dan Provinsi program di 15 program di 15 provinsi penerima
provinsi sasaran provinsi penerima dana dekon
kegiatan pusat dana dekon Pengelola di 25
provinsi penerima
dana dekon paham
Perencanaan
Pendidikan
Responsif Gender
26
KEGIATAN KELOMPOK HASIL YANG DICAPAI
No.
POKOK SASARAN 2019 2020 2021 2022
Tersedianya
Panduan
Pengelolaan
Program dan
Panduan-panduan
semua jenis
kegiatan yang
termasuk dalam
strategi PUG
Pendidikan.
27
BAB IV
EVALUASI PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN
GENDER DI SEKTOR HUKUM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
28
undangan. Program ini tentu saja tidak mencukupi karena hanya
menyentuh satu aspek saja dari sistem hukum, yakni aspek substansi
atau materi hukum (legal content). Agar sistem hukum bisa berjalan
dengan baik untuk memastikan terciptanya kepastian dan keadilan
termasuk keadilan gender, maka pembangunan hukum nasional harus
pula diarahkan untuk membangun dua aspek sistem hukum yang lain,
yaitu aspek kelembagaan termasuk didalamnya sumberdaya manusia,
sarana dan prasarananya (legal structure) serta peningkatan
kesadaran dan budaya hukum masyarakat (legal culture). Dalam hal
ini, GBHN 1999-2004 yang menjadi dasar bagi perumusan Propenas
2000-2004 telah merumuskan dengan baik kebijakan pembangunan
sektor hukum yang mencakup ketiga aspek tersebut. Dalam GBHN
tersebut ditegaskan untuk melakukan perubahan hukum warisan
kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif dan tidak berkeadilan
gender.
Atas dasar arahan GBHN ini serta masukan dari GAP/GAP sektor
hukum maka dalam Repeta 2001, 2002, 2003 dan 2004 pembangunan
sektor hukum berkembang dari satu program yaitu program
pembentukan peraturan perundang-undangan menjadi 3 program
pada Repeta 2002 yang meliputi program pembentukan peraturan
perundang-undangan, program pemberdayaan lembaga peradilan dan
lembaga penegak hukum lainnya dan program peningkatan kesadaran
hukum dan pengembangan budaya hukum. Tiga program ini kemudian
berkembang lagi menjadi 4 program pada tahun 2003 dan 2004
dengan tambahan program penuntasan kasus KKN dan pelanggaran
HAM. Departemen/LPND/ Kementerian yang bertanggung jawab
terhadap program ini adalah Departemen Hukum dan HAM, Mahkamah
Agung, Kejaksaan Agung dan POLRI.
29
Akan tetapi sejauh mana kegiatan pengarusutamaan gender itu telah
dilaksanakan, bagaimana kelembagaannya, adakah dampaknya
terhadap kebijakan internal maupun kebijakan yang berdampak luas
terhadap masyarakat serta bagaimana pula dampaknya terhadap
pelaksanaan program pembangunan hukum di instansi yang
bersangkutan; ádalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab
dalam evaluasi ini sebagai dasar untuk melakukan penyempurnaan
GAP sebagai alat analisis dan kegiatan pengarusutamaan gender di
masa-masa yang akan datang.
A. KEJAKSAAN AGUNG
Dari hasil wawancara dengan Focal Point dan laporan tertulis yang
berhasil dihimpun tampaknya pengambil keputusan di lingkungan
Kejaksaan Agung menyadari bahwa upaya untuk menjadikan
kepentingan perempuan dan laki-laki menjadi dimensi yang integral
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dan evaluasi
kebijakan-kebijakan dan program nasional, sebagaimana diatur dalam
Inpres nomor 9 tahun 2000, sangat penting dan harus dilaksanakan
oleh semua instansi pemerintah termasuk Kejaksaan Agung. Untuk
30
melaksanakan Inpres nomor 9/2000 dan sejak ditetapkannya program
responsif gender dalam Repeta 2002, Kejaksaan Agung telah
menerbitkan keputusan Jaksa Agung nomor 680/A/JA/2001 untuk
pembentukan Focal Point/ Kelompok Kerja (Pokja) untuk
mengarusutamakan gender di lingkungan Kejaksaan Agung. Program
PUG di lingkungan Kejaksaan agung ini diharapkan dapat mendukung
efektitifitas dan efisiensi dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan
publik yang adil dan responsif gender. Saat ini Focal Point yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan PUG di Kejaksaan Agung adalah
Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan dengan melibatkan hampir
seluruh jajaran Kejaksaan Agung pada eselon II dan III.
A.1.1.2. Kekuatan
31
agar dilakukan PUG sejak perencanaan, dapat diterapkan dengan
seksama.
Hal ini juga menunjukkan kehendak politik dan komitmen yang kuat
dari pimpinan Kejaksaan Agung untuk secara serius
mengarusutamakan gender di seluruh lingkungan kerjanya.
Keterlibatan Biro Hukum dan Diklat merupakan kekuatan besar dalam
kelompok kerja ini karena upaya-upaya untuk melakukan perubahan
kebijakan (legal content) maupun perubahan perilaku penegak hukum
(legal structure) dan cara pandang masyarakat (legal culture) yang
sensitif gender dapat dilakukan secara lebih sistematis dan
programatik.
A.1.1.3. Kelemahan
32
c. Dari informasi tersebut diatas, meskipun tetap bisa dikaitkan
dengan program pembentukan peraturan perundang-undangan
yang responsif gender, namun terdapat ketidakjelasan dalam
memahami tujuan kegiatan pengarusutamaan gender yang
memastikan bahwa program-program dalam Repeta dapat
dijabarkan dan dilaksanakan menjadi program yang responsif
gender. Pelaksanaan RAN PKTP memang sangat penting, tapi
apakah kegiatan ini merupakan kegiatan yang berdiri sendiri
mengingat bahwa Jaksa Agung adalah salah satu
penandatangan SKB tentang pelaksanaan RAN PKTP, atau ini
merupakan entry Point untuk melakukan pengarutamaan gender
di lingkungan Kejaksaan Agung. Sehingga sasaran strategis
peningkatan sensitifitas gender para Jaksa bisa lebih
ditingkatkan, baik melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
bersama dengan instansi lain yang terlibat dalam pelaksanaan
RAN PKTP atau secara proaktif melakukan terobosan dengan
mengeluarkan kebijakan internal (surat edaran atau keputusan)
sebagaimana yang telah dilakukan untuk memastikan bahwa
pelayanan atau pelaksanaan hukum yang dilakukan oleh
Kejaksaan Agung telah sensitif gender.
33
sosialisasi dan peningkatan sensitivitas gender, dan tidak ada
dana untuk melakukan kegiatan lain untuk mengarusutamakan
gender dalam program-program yang ada di Repeta. Adanya
kegiatan pengarusutamaan gender dan anak juga merupakan
kendala tersendiri. Menurut infomasi, penyatuan kegiatan
gender dan anak ini dalam APBN karena DPR tidak menyetujui
adanya kegiatan terpisah padahal UNICEF telah menetapkan
kebijakan mainstreaming children dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan.
A.1.1.4. Kesempatan
A.1.1.5. Tantangan
34
penting dan permintaan pengumpulan dan pelaporan data mengenai
kasus-kasus perdagangan perempuan dan anak. Kebijakan ini
mengacu kepada Konvensi Kejahatan Transnasional Terorganisasi dan
protokolnya yang ditandatangani oleh Indonesia di Palermo pada tahun
2000 (SE nomor B-517/E/Ejp/9/2004) tertanggal 17 September 2004
tentang Pengendalian Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang (money
laundering), Cyber Crime dan Perdagangan orang, perempuan/anak
sebagai perkara penting, dan SE nomor B-185/E/Ejp/03/2005
tertanggal 10 Maret tentang Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana
Perdagangan Orang dan Permintaan data.
35
(DISARANKAN UNTUK MENJADI BAHAN MASUKAN DI
REKOMENDASI) BEBERAPA CATATAN TERHADAP
DATA-DATA YANGDIPEROLEH:
36
program pembangunan hukum difokuskan kepada ketiga aspek
tersebut diatas ditambah satu program untuk menghapuskan praktek
KKN.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada proses yang melompat dari
apa yang dilakukan oleh Tim GAP/POP pada tahun 2000 dalam
memfasilitasi sektor-sektor yang menjadi pilot project dari
pelaksanaan PUG ini. Meski pada umumnya sektor-sektor tersebut
mengetahui adanya Inpres nomor 9 tahun 2000 dan juga secara
umum telah diinformasikan pula tentang hasil GAP/POP pada masing-
masing sektor dan ada proses yang dilalui bersama saat menyusun
Repeta 2003/2004, akan tetapi pada proses selanjutnya ketika
melakukan transfer informasi kepada pengambilan keputusan di
instansi yang berkaitan tampak tidak terkomunikasikan dengan
baik.Akibatnya yang terjadi adalah masing-masing instansi
menafsirkan sendiri cara mengimplementasikan PUG cq Inpres nomor
9 tahun 2000.Oleh karena itu dimasa yang akan datang perlu
dilakukan semacam strategic planning baik bersama-sama maupun
secara sendiri-sendiri serta memastikan bahwa terutama di biro
perencanaan mempunyai ketrampilan untuk melakukan perencanaan
yang berperspektif gender dan di tingkat pelaksana kegiatan terutama
para penegak hukum dan pembuat peraturan perundangan
mempunyai ketrampilan untuk melalukan nalisis hukum berperspektif
gender.Dua ketampilan yang amat krusial bagi suksesnya PUG di
sektor hukum.
37
sumberdaya manusia maupun sistem informasi yang dibangun untuk
mendukung kebijakan PUG tersebut. Hampir semua instansi di séktor
hukum tidak menetapkan target tertentu dengan program PUG yang
dilakukan sehingga sulit sebenarnya untuk menarik kesimpulan apakah
program PUG tersebut berkembang sesuai dengan sasaran yang
diinginkan atau tidak.Meski tentu saja masing-masing instansi
mempunyai kelebihan dan kekuarangan masing-masing. Meskipun
demikian seyogyanya Indikator keberhasilan haruslah diformulasikan
dengan SMART (Specific = khusus), Measurable (terukur),
Achievable(dapat dicapai), Relevant (relevan) dan in Time (pada
waktunya)
38
39
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
40
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
41
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
42
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
43
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
44
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
45
Matriks Analisis SWOT 5 Prasyarat PUG dalam Pembangunan Pertanian
46
5.1. Kesimpulan
5.2. Rekomendasi
47
ASPEK UMUM SPESIFIK
1. Kebijakan 1. Perlu diterbitkannya 1.Perlu diterbitkannya SK
peraturan/perundangan Menteri Pertanian yang
berupa Undang-undang, secara eksplisit mewajibkan
Peraturan Pemerintah, atau setiap Eselon 1 untuk
Peraturan Presiden untuk membentuk Tim Kerja PUG
menggantikan Inpres No. 9 untuk menerapkan GAP dan
tahun 2000 sebagai PUG dalam perumusan
landasan hukum bagi kebijakan, program dan
pelaksanaan PUG pada perencanaan kegiatan yang
setiap Sektor Pembangunan sensitif gender dalam
di tingkat pusat, provinsi, pembangunan pertanian.
dan kabupaten/kota.
2. Pernyataan kebijakan 2. Penjabaran lebih lanjut
yang lebih tegas dari inkorporasi/integrasi PUG
pimpinan pemerintahan di dalam Rencana Strategis
Pusat dan Daerah tentang setiap Unit Eselon I
diimplementasikannya PUG Departemen Pertanian.
dalam kebijakan dan
program pembangunan
dalam rangka penjabaran
kebijakan pembangunan
yang berpusat pada
manusia dan pencapaian
tujuan pembangunan
milenium (Millenium
Development Goals).
3. PUG perlu diintegrasikan 3. Adanya ketentuan yang
dalam kurikulum pendidikan lebih "kuat" dari Eselon 1
kepegawaian/kedinasan untuk menerapkan secara
dalam rangka jenjang konsisten Pedoman Umum
kepangkatan atau jabatan yang berkaitan dengan
(seperti ADUM, SEPADIA, Pelaksanaan dan Penerapan
SESPA dan bahkan PUG dalam Program/
Lemhanas), dalam rangka Kegiatan Pembangunan
lebih mengefektifkan Pertanian.
pemahaman dan
penyadaran PUG pada
semua jenjang birokrasi
pemerintahan.
4. Diperlukan koordinasi 4. Integrasi materi PUG yang
lintas Departemen/Sektor, disesuaikan dengan
khususnya dalam hal kebutuhan pembangunan
ketentuan tentang format pertanian pada setiap
dokumen Perencanaan dan program pendidikan dan
Pelaporan, serta LAKIP yang pelatihan pegawai di
memilah data menurut jenis Departemen.
kelamin untuk
Program/Kegiatan yang
sensitif gender.
48
ASPEK UMUM SPESIFIK
2. Kegiatan 1. Penyempurnaan metode 1. Penyusunan strategi
dan teknis analis gender sosialisasi, komunikasi,
(GAP), serta pengembangan informasi dan edukasi yang
Sistem Informasi PUG Lintas lebih efektif dengan sasaran
Sektoral. akhir agar "mind set"
perencana dan pelaksana
pembangunan pertanian
pada setiap jenjang birokrasi
berperspektif dan peka
gender.
2. Peningkatan kerjasama 2. Keberlanjutan Sosialisasi
dan jejaring antar dan Advokasi PUG pertanian
lembaga/institusi di tingkat Pusat dan Daerah,
(pemerintah dan serta program pelatihan
masyarakat) di Pusat dan Analisis Gender dan GAP.
Daerah yang
berkepentingan dan
berkaitan dengan
pelaksanaan PUG.
3. Penyusunan kriteria 3. Penyiapan format
program pembangunan (borang), pengumpulan dan
yang responsif gender, penyajian data sumberdaya
serta indikator kinerja dan pemanfaat
implementasi PUG dalam program/kegiatan
pelaksanaan program pembangunan pertanian
/program pembangunan yang terpilah menurut jenis
yang responsif gender. kelamin.
4. Monitoring dan advokasi 4. Peningkatan kerjasama
yang lebih intensif dan dengan BPS dalam rangka
berkesinambungan persiapan pengumpulan data
terhadap lembaga dan penyajian data yang
pemerintah di Pusat dan terpilah menurut jenis
Daerah tentang kelamin untuk semua
pelaksanaan PUG dalam aspek/kegiatan
perencanaan dan pembangunan pertanian.
pelaksanaan pembangunan.
5. Penyusunan materi PUG
yang diintegrasikan dengan
kurikulum pendidikan dan
pelatihan pegawai di
lingkungan Departemen
Pertanian.
6. Pengembangan dan
peningkatan efektifitas
jejaring focal point PUG antar
unit Eselon 1 Departemen
Pertanian.
49
ASPEK UMUM SPESIFIK
3. 1. Pada tingkat Nasional 1. Adanya ketentuan dari
Kelembagaan diperlukan adanya suatu Menteri Pertanian bahwa
Tim Koordinasi Pelaksanaan penanggung jawab
PUG yang melibatkan pelaksanaan PUG pada setiap
Menteri terkait dalam eselon 1 adalah Direktorat
pelaksanaan PUG. Jenderal/Kepala Badan, dan
ketentuan bahwa di setiap
Eselon 1 mempunyai Tim
Kerja atau Tim Kerja
inkorporasi/integrasi PUG
yang melibatkan semua unit
organisasi di masing-masing
Eselon 1.
2. Tim Pokja PUG di tingkat
Departemen atau Tim
Kerja/Khusus Eselon I
diberikan fungsi dan
kewenangan dalam hal: (a)
menyusun ”guidelines” dan
petunjuk teknis tentang
bagaimana mejabarkan PUG
dalam program/kegiatan di
masing-masing eselon I,
atau bagaimana penyusunan
rencana dalam rangka
meningkatkan efektifitas Tim
Pokja, atau bagaimana
bentuk dan cara
implementasi di lapangan
yang efektif; (b) menyusun
indikator kinerja atau
pencapaian inkorporasi/
integrasi PUG pada semua
unit Eselon 1; (c) menyusun
target pencapaian
inkorporasi/integrasi PUG
dalam kurun waktu yang
telah ditetapkan; (d)
menyusun strategi
sosialisasi, komunikasi,
informasi dan edukasi
dengan sasaran agar ”mind
set” perencana dan
pelaksana program/kegiatan
pembangunan berperspektif
gender dan peka gender;
dan (e) melaksanakan
monev tentang sejauh mana
PUG telah diinkorporasikan
dan diterapkan di setiap unit
eselon1.
50
ASPEK UMUM SPESIFIK
4. 1. Kampanye secara 1. Peningkatan SDM dari segi
Keberlanjutan nasional dan jumlah dan kualitas untuk
Program/ berkesinambungan untuk kebutuhan inkorporasi dan
Kebijakan pemahaman dan integrasi PUG dalam
penyadaran tentang penting program/kegiatan
dan strategisnya PUG dalam pembangunan pertanian,
pembangunan. pada setiap unit eselon 1
yang didukung dengan
pendanaan yang sesuai.
2. Fasilitasi dan dukungan
yang lebih intensif bagi
peningkatan SDM dalam hal
PUG bagi Dinas di Tingkat
Provinsi, Kabupaten dan
Kota.
51
BAB IX
EVALUASI PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN
GENDER
DI SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sudah sejak lama Departemen
Sosial mempunyai program/kegiatan yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan sosial. Termasuk di dalamnya program/kegiatan yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial perempuan.
52
Balatbangsos sebagai unit yang bertanggung jawab. Dipilihnya
Balatbangsos karena unit kerja itu dianggap memiliki akses sampai ke
daerah (ada 6 UPT) dan jangkauan kerjanya meliputi seluruh Indonesia.
Sebagai penanggung jawab operasional ditunjuk Kepala Pusat
Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat dan dialokasikan dana
melalui proyek yang berada di Sekretariat Badan Pelatihan dan
Pengembangan Sosial. Berdasarkan atas SK MENSOS R.I. No.
07/PegHuk/2002 dikeluarkan Instruksi Sekretaris Jendral kepada seluruh
unit operasional di lingkungan Departemen Sosial untuk melaksanakan
kegiatan yang responsif gender di bawah koordinasi kepala Balatbangsos.
Kegiatan nyata yang berkaitan dengan PUG baru dimulai pada permulaan
tahun 2002 sehubungan dengan diadakannya pelatihan analisis gender
yang difasilitasi oleh BAPPEDA, KPP dan CIDA (Hickling) dalam rangka
proyek Development Planning Assistance (DPA). Pada tahun yang sama
dikeluarkan sebuah SK Mensos No. O7/PEGHUK/2002 mengenai
pembentukan Tim Pokja PUG Sektor Kesejahteraan Sosial. Dalam SK
MENSOS tersebut ditetapkan Menteri Sosial sebagai Pembina dan Kepala
Badan Latbangsos, sebagai ketua Pokja serta Wakil ketua dijabat oleh
staf Ahli Menteri yang juga ditunjuk menjadi focal point gender. Tim Pokja
itu beranggotakan 17 orang yang mewakili semua unit kerja dan terdiri
dari pejabat Eselon I, II dan satu dari Eselon III8. Bersamaan dengan itu
dikeluarkan juga SK Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial
No.01/PPS/KSM/SK/02 tentang dibentuknya Tim Teknis PUG Sektor
Kesejahteraan Sosial dengan anggota 17 orang, terdiri pejabat Eselon II
(sebagai ketua) Eselon III dan IV serta peneliti dan widyaiswara.
53
program Departemen Sosial (kemiskinanan, kecacatan, ketunasusilaan,
keterlantaran dan korban bencana alam/sosial). Oleh sebab itu
pelaksanaan kegiatan analisis gender diawali oleh unit-unit di Direktorat
Pelayanan Sosial Anak dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin serta
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Program ini akan
dipakai sebagai entry point untuk proses PUG sektor Kesejahteraan
Sosial.
9
Departemen Pemberdayaan Perempuan, Pedoman Pelaksanaan Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembanguna Nasional (Edisi III, 2002)
54
SK.Menteri Sosial RI No. 36/99 tentang Pola Pendataan Kesejahtraan
Sosial terpilah berdasarkan jenis kelamin
SK Menteri Sosial RI.No. 07/PEGHUK/2002, tentang dibentuknya Pokja
PUG sektor Kesejahtraan Sosial (berfungsi sebagai Panitia
Pengarah)
SK Kepala Balatbangsos No. 01/PPJ/KSM1/2002 tentang dibentuknya
Tim Teknis Pokja Sektor Kesejahtraan Sosial.
55
diperkenalkan kebijakan pendekatan yang lebih strategis untuk
menghapuskan kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat, partisipasi
serta penguasaan terhadap sumber-sumber. Pendekatan yang dikenal
dengan nama Gender dan Pembangunan (GAD). Masing-masing negara,
termasuk Indonesia bersepakat untuk melakukan strategi PUG ke dalam
keseluruhan siklus program pembangunan untuk seluruh bidang, di
semua level. Pengarusutamaan Gender adalah suatu strategi yang
mengakomodasi agar apa yang menjadi kepedulian dan pengalaman
perempuan dan juga laki-laki menjadi bagian integral dari rancangan,
implementasi, monitoring dan evaluasi dari kebijakan dan program dalam
seluruh kehidupan politik, ekonomi sosial. Dengan demikian perempuan
dan laki-laki mendapatkan keadilan. Tujuan akhir dari PUG adalah
mencapai kesetaraan gender.
Hal ini terlihat dari 4 program di sektor Kesejahteraan Sosial yang masuk
dalam Repeta 2003, dua di antaranya telah berperspektif gender. Kedua
program itu adalah:
56
Realisasi kegiatan PUG Sektor Kesejahteraan Sosial tahun Anggaran 2003
yang dilaksanakan adalah:
57
5. Analisis Kegiatan Peningkatan Ketrampilan bagi Warga Binaan Sosial
dan Kegiatan Pengembangan Kapasitas bagi Warga Binaan Sosial.
6. Kegiatan Pelaksanaan Analisis Gender di Unit Operasional ( lansia,
penca, napza) dengan menggunakan GAP.
7. Monitoring dan Evaluasi.
58
Departemen Sosial, dibentuk sebuah subdirektorat baru, yaitu
subdirektorat Pemberdayaan Perempuan (Eselon III), di bawah Direktorat
Pemberdayaan Keluarga, Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial.
59
Ketiga hal tersebut di atas dapat menjadi ancaman untuk menjadikan
PUG yang kuat di sektor Kesejahteraan Sosial. Apalagi apabila tugas dan
fungsi subdirektorat Pemberdayaan Perempuan, sesuai dengan namanya
dipahami sebagai usaha pemberdayaan dengan target hanya eksklusif
perempuan.
60
Semua sosialisasi dan pelatihan yang diterima dan dilakukan sampai saat
ini masih (1) bersifat peningkatan pemampuan individual (kebanyakan
perempuan, karena biasanya peserta pelatihan kebanyakan perempuan);
(1) terbatas dari unit kerja yang dianggap menangani pemberdayaan
perempuan; (3) dengan waktu yang terbatas; (4) masih bersifat umum,
materi pelatihan tidak dikaitkan dan tidak relevan dengan kebutuhan
sektor/ program; (5) bersifat ad hoc, dengan pendekatan proyek; sebab
itu tidak ada tindak lanjut. Sebagai hasilnya:
9.3. Kesimpulan
10
Bidang anak dan kemiskinan sudah pernah mendapatkannya melalui kegiatan pelatihan
analisis gender yang difasilitasi Bappeda, KPP dan Cida beberapa waktu yang lalu.
61
1. Dari aspek dukungan politik, meskipun dinyatakan secara eksplisit
dalam bentuk: SK Menteri (pola pengadaan data terpilah,
dibentuknya Pokja Tim Pengarah dan Pokja Tim Teknis); Instruksi
Sekretaris Jendral kepada seluruh unit operasional (keharusan
melaksanakan PUG); SK Kepala Balatbangsos untuk focal point di
daerah terutama di Pusdiklat dan Balai untuk melaksanakan
sosialisasi gender, akan tetapi tidak semua dioperasionalkan.
Sosialisasi dan advokasi belum terlaksana dengan baik. Di
kalangan internal sendiri masih sedikit yang mengetahui
keberadaan piranti legal untuk PUG itu. Apalagi banyak pejabat
baru yang belum pernah mendapat advokasi atau sosialisasi
mengenai hal ini, termasuk mengenai gender dan PUG. Oleh sebab
itu sangat diperlukan sosialisasi dan advokasi itu terutama untuk
Eselon I sebagai penanggung-jawab program dan Eselon II sebagai
pengelola program dan sebagai pengambil keputusan di unit
operasional.
62
Pemberdayaan Perempuan (Eselon III), Direktorat Pemberdayaan
Keluarga, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Keluarga, sebagai
wadah formal yang menangani pemberdayaan perempuan. Wadah
yang baru ini masih terasa ’kecil’ untuk dapat menggerakkan PUG
di unit kerja lain. Diperlukan jenjang yang lebih tinggi misalnya
Biro Perencanaan sebagai fungsi koordinator mulai sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program pembangunan kesejahteraan sosial.
9.4. Rekomendasi
63
Rekomendasi disampaikan atas dasar pengamatan langsung, hasil
wawancara/diskusi, dan masukan dari focal point dan staf Departemen
Sosial.
64
REKOMENDASI SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM PUG
65
No Aspek Isu Rekomendasi Keterangan
dan II; sosialisasi untuk eselon III, IV, PI. program
pembangunannya.
Tersedia piranti
legal keharusan
menyusun data
terpilah (SK Menteri
Sosial RI No. 36/99).
Meskipun masih
terbatas, tersedia SDM
yang mampu dan
sepakat melaksanakan
analisis gender dan
PUG di sektor kesos.
2. Kebijakan Secara umum kebijakan Umum
berperspektif gender 2.1. KPP, Bappeda sektor terkait dibantu oleh Tim Telah dilakukan:
sektor Kesejahteraan Independent, mempersiapkan policy framework (a)sosialisasi dan
Sosial masih pada tahap (generik) sebagai landasan operasional untuk advokasi gender pada
wacana. Di dalam proses merumuskan kebijakan, strategi, tingkat eselon I dan
perencanaan maupun program/kegiatan, monev, dalam melaksanakan II; (b) lokakarya dan
pelaksanaan program PUG. pelatihan analisis
pembangunan gender (GAP) PUG
Kesejahteraan Sosial bagi eselon III dan IV,
yang ada, belum banyak meskipun dalam
mempertimbangkan
66
No Aspek Isu Rekomendasi Keterangan
perspektif gender; pada jumlah terbatas;
umumnya ada kerancuan tersedia SDM yang
dalam memahami memahami analisis
perspektif gender sebagai gender dan PUG.
isu perberdayaan
perempuan. Akan tetapi
permasalahan besar
pelaksanaan PUG di
Sektor Kesejahteraan
Sosial adalah (1)
mainstream di
Departemen Sosial
masih memandang
PUG sama dengan
Pemberdayaan
Perempuan; (2)
memahami
pelaksanaan PUG
sebagai kegiatan satu
unit, tidak
memperlakukan PUG
sebagai lintas isu/
program/kegiatan; (3)
SDM yang paham dan
handal merumuskan
kebijakan
berperspektif gender
masih kurang.
67
No Aspek Isu Rekomendasi Keterangan
Khusus
2.2. Mengembangkan brief kit yang memuat isu
gender dan Kesejahteraan sosial sebagai bahan
advokasi /‘data pembuka mata’ bagi para
pengambil keputusan di eselon I dan II.
68
No Aspek Isu Rekomendasi Keterangan
formal yang cupup tinggi
eselonnya, untuk
memfasilitasi dan
bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan
PUG. (Wadah yang baru
dibentuk yaitu
subdirektorat
Pemberdayaan
Perempuan (ada di
eselon III).
Khusus
3.3. Focal point dan SesMen, dibantu penuh oleh Biro
Perencanaan, sub-direktorat Pemberdayaan
Perempuan, dan Pokja Gender mengkoordinir,
memfasilitasi dan memastikan bahwa kebijakan,
program/kegiatan pembangunan kesejahteraan
sosial sudah responsif gender dan pelaksanaan
PUG di sektor kesejahteraan Sosial berjalan
dengan baik. Pada mulanya bisa dimulai dengan
beberapa program/kegiatan sebagai best
practice.
3.4. Untuk kegiatan tersebut di atas, ajang pertemuan
bersama diperlukan seperti misalnya melalui
temu koordinasi rutin.
3.5. Dibentuk Dewan Pakar, untuk up date informasi
yang berkaitan dengan gender dan Kesejahteraan
Sosial, memberi masukan ketika proses kegiatan
perencanaan dimulai, serta terlibat dalam monev
dst.
3.6. Dibentuk Forum Komunikasi yang difasilitasi oleh
focal point sebagai tempat jejaring kerja dan
berbagi pengalaman dan dukungan di antara unit
kerja maupun dengan stakeholders/mitra kerja.
(KPP, DPR/D, BAPPEDA/DA, focal point dari
Sektor terkait, LSM, dst.).
69
No Aspek Isu Rekomendasi Keterangan
Informasi terpilah menurut jenis a. Memperbaharui SK.Menteri Sosial RI No.
kelamin tidak tersedia di 36/99 tentang Pola Pendataan Kesejahteraan
Departemen Sosial. Sosial terpilah berdasarkan jenis kelamin dan
(a) menambahkan klausul keharusan setiap
program/kegiatan memilah data dan
informasinya berdasarkan jenis kelamin; (b)
pemutakhiran data terpilah, (c) keharusan
setiap program/kegiatan mendeposit data
terpilah pada PUSDATIN.
b. Dalam monev dan pelaporan memberi bobot
yang tinggi pada ketersediaan data terpilah
menurut jenis kelamin.
Khusus
c. Pusdatin merancang formulir baru dengan
perspektif data terpilah menurut jenis kelamin,
dan mendiseminasikan ke unit-unit kerja pusat
dan daerah untuk secara rutin mengisi dan
mengirimkannya kembali. Pusdatin
memasukkannya sebagai data base dan secara
rutin mengirim kembali data dan informasi itu
kepada seluruh unit kerja/para peneliti yang
memerlukan.
70
No Aspek Isu Rekomendasi Keterangan
Khusus
71
72
73
BAB XII
PENUTUP
▪ Aspek kebijakan
▪ Aspek kelembagaan
74
Rekomendasi Umum bagi Pelaksanaan PUG di Masa Depan
75
ASPEK ISU REKOMENDASI
Umum Sektor KPP
ini. membaharui piranti legal keberadaan Inpres No.
mengenai PUG yang ada, 9/2000 atau Perpres No.
terutama keanggotaan tim, 7/2005 sebagai landasan
uraian tugas dan mekanisme hukum bagi Biro PP di
kerjanya, dan disesuaikan daerah dan Bappeda untuk
dengan kondisi saat ini (adanya melaksanakan PUG dan
perubahan jumlah program membuat Perda yang
yang responsif gender, unit mendukung pelaksanaan
kerja yang terlibat PUG serta PUG tersebut.
adanya pergantian SDM yang
terlibat dengan PUG).
Kebijakan ▪ Walau secara umum 1. Perlu mengembangkan 1. Perlu mengembangkan ▪ KPP perlu memfasilitasi
kebijakan/program/ke filter/check list untuk manual generik PUG untuk sektor melalui bantuan
giatan yang responsif menentukan apakah suatu setiap sektor, sebagai ‘buku teknis dalam
gender telah ada di 9 kebijakan/program/kegiatan pintar’ dan panduan bagi melaksanakan PUG,
sektor ini, namun sudah responsif gender. para pejabat terutama dengan
cakupannya masih 2. Perlu merevisi materi teknis/operasional dalam memberikan
terbatas dan advokasi, sosialisasi dan KIE melaksanakan PUG di pendampingan (oleh
umumnya masih yang memuat isu gender masing-masing unit kerja; AsDep KPP yang
dalam bentuk wacana yang spesifik untuk masing- manual bisa dimodifikasi menangani sektor yang
(belum masing sektor (disesuaikan misalnya sesuai dengan tema bersangkutan) dalam
dilaksanakan). Hal ini dengan isu-isu gender di yang diperlukan di sektor membahas isu spesifik
terutama disebabkan masing-masing sektor) yang masing-masing, misalnya sektor yang dikaitkan
oleh masih sangat dapat dimanfaatkan sebagai ’Gender dan Kemiskinan’, dengan isu gender,
terbatasnya ‘data pembuka mata’ bagi ’Gender dan Lingkungan,’ termasuk mengenai
pemahaman tentang para perencana dan ’Sistem Informasi Gender,’ pentingnya
kaitan gender dengan pengambil keputusan. dst. ketersediaan data
isu-isu spesifik sektor 3. Indikator keberhasilan PUG 2. Unit Penelitian dan terpilah berdasarkan
pada unit-unit kerja tidak hanya pada jumlah Pengembangan Sektor perlu jenis kelamin.
yang ada. program yang responsif mengadakan penelitian- ▪ KPP dan Bappeda
▪ Masih banyak gender tetapi juga pada penelitian tentang serta dibantu oleh Tim
perencana yang jumlah unit kerja yang keterkaitan antara isu gender Independent,
beranggapan bahwa terlibat dengan PUG. dengan isu-isu spesifik sektor mempersiapkan policy
kebijakan/program/ke 4. Perlu meninjau ulang yang ada. framework (generik)
giatan di sektor beberapa instrumen PUG, sebagai landasan
operasional untuk
76
ASPEK ISU REKOMENDASI
Umum Sektor KPP
mereka sebagai terutama GAP (Gender merumuskan
’netral gender.’ Analysis Pathway), kebijakan, strategi,
▪ Rencana Aksi Daerah disesuaikan dengan kondisi program, kegiatan,
sebagai penerapakan saat ini. serta Monev, dalam
dari 5. Perlunya meningkatkan melaksanakan PUG.
kebijakan/program/ke anggaran untuk pelaksanaan
giatan nasional yang PUG.
responsif gender
serta tindak lanjut
pelaksanaan PUG di
daerah dapat
dikatakan belum ada.
▪ Masih terbatasnya
penelitian-penelitian
tentang isu-isu
gender yang terkait
dengan isu-isu
spesifik sektor
sebagai data
pembuka wawasan.
Kelemba ▪ Umumnya 1. Perlu memperkuat Focal 1. Setiap lembaga yang terkait
gaan kelembagaan yang Point yang ada dengan dengan PUG di setiap sektor
ada di setiap sektor melibatkan sub-focal point (Focal point, Sek Men, Biro
masih belum dari semua unit utama dan Perencanaan, unit PP, dan
didukung dalam unit strategis sektor serta Pokja Gender) perlu
sistem, yaitu masih memberdayakan Focal Point mengkordinir, memfasilitasi
bersifat ad hoc, baru tersebut sebagai unit yang dan memastikan bahwa
menjadi kepedulian di menjalin komunikasi dengan kebijakan/program/kegiatan
tingkat individu atau eksternal (terutama KPP). pembangunan disektornya
beberapa unit kerja, 2. Tersedia Wadah formal sudah responsif gender dan
serta PUG bukan dalam struktur (paling pelaksanaannya berjalan
tugas utama para rendah di Echelon II) yang dengan baik, misalnya
focal point PUG yang memfasilitasi dan melalui temu koordinasi
ada. bertanggung-jawab rutin.
pelaksanaan PUG di masing- 2. Perlu membentuk ’Dewan
77
ASPEK ISU REKOMENDASI
Umum Sektor KPP
▪ Diperlukan wadah masing sektor. Pakar’ untuk masing-masing
formal yang cukup 3. Gender dan PUG perlu masuk sektor yang memiliki keahlian
tinggi echelonnya, dalam kurikulum dan sebagai tentang isu spesifik sektor
untuk memfasilitasi bahan ajar yang resmi di dan isu gender yang terkait,
dan bertanggung- tiap-tiap instansi sektor, yang berfungsi untuk up date
jawab terhadap PUG. terutama untuk sektor- informasi yang berkaitan
Saat ini wadah/unit sektor yang memiliki dengan gender di masing-
yang sudah dibentuk Pusdiklat, atau pelatihan- masing sektor, memberi
umumnya masih ada pelatihan formal lainnya. masukan ketika proses
dibawah kegiatan perencanaan
tanggungjawab dimulai, terlibat dalam Monev
echelon III. dst.
3. Perlu dibentuk Forum
Komunikasi yang difasilitasi
oleh Focal Point sebagai
tempat jejaring kerja dan
berbagi pengalaman dan
dukungan diantara unit kerja
maupun dengan
stakeholders/ mitra kerja.
(KPP, DPR/D, BAPPEDA/DA,
focal point dari Sektor
terkait, LSM, dst.).
4. Tim Pokja PUG di masing-
masing sektor perlu diberi
fungsi dan kewenangan
dalam mengkoordinasi unit-
unit kerja untuk
melaksanakan PUG, antara
lain:
- menyusun guidelines
dan petunjuk teknis
tentang bagaimana
menjabarkan
kebijakan/program
nasional atau sektor
78
ASPEK ISU REKOMENDASI
Umum Sektor KPP
yang responsif gender
dalam kegiatan di
setiap unit kerja sektor.
- menyusun indikator
kinerja pencapaian PUG
- menyusun strategi
sosialisasi dan KIE
sektor
- melaksanakan monev.
Sistem 1. Secara umum e. Perlu 1. Perlu melembagakan sistem
Informasi ketersediaan data memperbaharui piranti legal informasi dan Pusdatin
terpilah menurut jenis yang ada di setiap sektor masing-masing sektor yang
kelamin masih sangat untuk mendukung didasarkan pada
terbatas: dari 9 pelaksanaan sistem ketersediaan data terpilah
sektor yang informasi gender, termasuk menurut jenis kelamin.
dievaluasi, hanya 3 kesediaan data terpilah Upaya ini mencakup:
sektor (pendidikan, berdasarkan gender. perancangan formulir baru
kesehatan, KB, dan dengan perspektif data
ketenagakerjaan) terpilah menurut jenis
f. Perlu memberi
yang mulai kelamin, penetapan
bobot yang tinggi pada
menyediakan data mekanisme pengumpulan
penilaian ketersediaan data
terpilah, dan itupun data serta diseminasi data
terpilah menurut jenis
masih belum terpilah tersebut (kepada
kelamin dalam pelaksanaan
menyeluruh, baru seluruh unit kerja di pusat
Monev dan pelaporan.
pada beberapa maupun daerah),
program saja. perencanaan mekanisme
g. Perlu
pembaruan data terpilah
memberdayakan mekanisme
2. KIE mengenai PUG tersebut secara
koordinasi antara Focal Point
dan isu-isu gender berkesinambungan, serta
PUG, Biro Perencanaan
yang spesifik sektor perancangan mekanisme
sektor dan BPS, dalam
masih sangat lemah. koordinasi antara Pusdatin
mendukung upaya
dan para penanggungjawab
pengumpulan data terpilah
program.
berdasarkan jenis kelamin di
masing-masing sektor.
2. Perlu adanya upaya yang
lebih lagi dari Pusdatin di
79
ASPEK ISU REKOMENDASI
Umum Sektor KPP
h. Perlu masing-masing sektor untuk
“memasarkan” isu-isu lebih proaktif dalam
gender dan PUG lewat mensosialisasikan data
tulisan-tulisan yang terpilah ini di unit-unit kerja
menggugah kesadaran para dan juga di dinas Sosial
pengambil keputusan melalui didaerah, sehingga
koran-koran terkemuka. kepedulian dan tuntutan
permintaan terhadap data
terpilah tumbuh dari dari
dalam.
Sumber Pada umumnya SDM yang 1. Capacity Building tentang 4. Perlu pemampuan untuk para 1. Perlu memfasilitasi LAN
Daya paham dan handal PUG masih harus pelaksana PUG di unit-unit untuk memasukan isu
Manusia melaksanakan analisis ditingkatkan secara berarti kerja, melalui sosialisasi PUG gender dan PUG
gender dan PUG di dan dengan sangat dan pelatihan teknis analisis kedalam kurikulum
kesembilan sektor masih terencana dan gender (dengan waktu pendidikan
sangat terbatas. Terlebih berkesinambungan. cukup, materi yang relevant, kepegawaian, seperti
lagi, tingginya tingkat program/ kegiatan nyata), ADUM, SEPADIA,
pergantian karyawan 2. Analisis gender dan PUG untuk echelon III dan IV, SESPA, bahkan
menyebabkan SDM yang perlu diusulkan masuk serta PI dari seluruh unit Lemhanas, dalam
telah mulai memahami kedalam kurikulum dan kerja. rangka lebih
gender dan PUG harus bahan ajar di Diklat masing- 5. Pemutahiran pengetahuan mengefektifkan
digantikan dengan SDM masing sektor. dan keterampilan gender pemahaman dan
yang baru dan belum analisis secara rutin penyadaran PUG pada
mengerti gender dan 3. Perlunya merumuskan dilakukan melalui lokakarya semua jenjang
PUG. strategi advokasi, sosialisasi pelatihan internal maupun birokrasi pemerintahan.
dan KIE yang berbeda yang diselenggarakan
menanggapi kondisi eksternal (misalnya short 2. Perlu membuat bahan
tingginya tingkat term training di Australia ajar tentang PUG yang
mutasi/rotasi para yang difasilitasi KPP dan standar.
karyawan/pejabat di setiap Ausaid)
sektor.
80