Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa

dan negara untuk melaksanakan tugas dalam mewujudkan tujuan nasional yang

tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hakikat

pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, dengan Pancasila sebagai pedoman

pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di

seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian dari

masyarakat tetapi untuk seluruh masyarakat, serta benar-benar dapat dirasakan

oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial, Hasil

pembangunan harus dapat dinikmati secara merata dan adil oleh seluruh rakyat

Indonesia sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Kesejahteraan yang merata dan berkeadilan akan meningkatkan ketahanan

nasional yang selanjutnya akan memberikan jalan bagi yang akan datang untuk

mencapai masyarakat maju, sejahtera, adil dan makmur.

Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas

itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun

juga memiliki aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup

kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.

1
2

Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas

masyarakat lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini

pemerintahan yang demokratis yang hendak dikembangkan, maka ada perubahan

posisi masyarakat yang semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan

menjadi subyek pembangunan pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum,

pembangunan merupakan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan

warganya. Kemajuan yang dimaksudkan terutama adalah kemajuan material dan

spiritual. Pemyelenggaraan pembangunan sebagai upaya untuk merealisasikan

berbagai kebijaksanaan dari program pembangunan nasional yang pada dasarnya

adalah menjadi tugas pokok pemerintah secara formal. Terlaksananya

pembangunan harus bersifat integral dan sinkronisasi antara program pemerintah

pusat dengan program pemerintah daerah sehingga pembangunan dapat terwujud

secara menyeluruh, adil dan sejahtera. Pembangunan terlaksana dan mencapai

tujuan tanpa dimulai dengan sebuah perencanaan pembangunan baik pada tingkat

pusat maupun di dearah.

Perencanaan pembangunan relevan dengan ketentuan dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tentang Sistem Perencanaan Pembanguan

Nasional. Regulasi ini menjadi dasar bagi perencanan pembangunan nasional

bahkan perencanaan pembangunan daerah. Efektivitas pelaksanaan Undang-

Undang tersebut dapat terwujud melalui Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 Tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah. Selanjutnya Badan perecanaan Pembangunan


3

daerah di bentuk berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun

1980. Pada intinya sistem perencanan pembangunan memiliki 4 (empat) tahapan

pokok sebagai siklus perencanaan yaitu: penyusunan rencana awal, pelaksanaan

musyawarah rencanan pembangunan (musrembang), penyusunan rancangan alhir

dan penetapan rencana pembangunan daerah. Berdasarkan tahapan proses

perencanaan pembangunan daerah dapat terlaksana jika terdapat koordinasi yang

baik antara unit kerja dalam organisasi pemerintah daerah.

Salah satu Badan yang mempunyai peran sangat penting dalam

perencanaan pembangunan adalalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,

dimana badan inilah yang akan membantu Kepala Daerah dalam menentukan

kebijakan dibidang perencanaan pembangunan daerah serta penilaian atas

pelaksanaannya. Hal ini merupakan peranan yang sangat penting dalam setiap

perencanaan pembangunan setiap daerah. Disamping itu, adapun yang menjadi

tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

setelah revisi UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014 dan

terbitnya UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional diantaranya adalah melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi

perencanaan pembangunan kabupaten/kota terutama pada lintas batas untuk

mencapai keserasian pembangunan daerah sesuai dengan tujuan rencana

pembangunan jangka panjang, menengah dan tahunan.

Mekanisme Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kota Bandar Lampung dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) sebagai koordinator tunggal yang mempunyai peranan penting


4

dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan sesuai dengan tugasnya

membantu Kepala Daerah dalam menentukan kebijaksanaan dalam perencanaan

pembangunan. Dan hal ini adalah hal yang paling penting dalam pembangunan

suatu daerah untuk mencapai apa yang menjadi tujuan daerah tersebut.

Kunci utama keberhasilan sebuah pembangunan terletak pada kualitas

perencanaan pembangunan tersebut. Seorang pembuat rencana harus mampu

untuk merumuskan pembangunan di berbagai sektor. Dengan demikian seorang

pembuat rencana pembangunan dituntut untuk memiliki pengetahuan dan

wawasan yang luas dalam pembangunan sebuah daerah berdasar segala potensi

yang dimiliki oleh daerah tersebut. Sektor yang harus memperoleh perhatian dari

seorang pembuat rencana mencakup sektor sumber daya alam yang terkandung di

daerah tersebut, sektor sosial ekonomi serta sektor fisik dan infrastruktur. Dalam

pengembangan ketiga sektor tersebut, seorang perencana pembangunan dituntut

untuk mampu melakukan analisa wilayah, manajemen prospek pembangunan,

merencanakan serta membuat program yang layak untuk dijalankan, dan

melaksanakan rencana, mengawasi serta mengevaluasi pelaksanaan rencana

tersebut.

Sehubungan dengan rencana pembangunan daerah maka memiliki peranan

penting dalam membuat program perencanaan pembangunan daerah.

Perencanaan pembangunan daerah merupakan pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) untuk mempercepat

pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang di Kota Bandar Lampung .

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung sebagai


5

organisasi dalam birokrasi pemerintahan yang harus mampu menyerap aspirasi

dari berbagai elemen masyarakat dari tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan

serta melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

mengenai rencana pembangunan yang akan dilaksanakan tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan penulis, Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung mengalami beberapa

kendala yaitu:

1. Penyusunan kebijakan dibidang pembangunan Kota Bandar Lampung, Belum

terlaksana secara optimal. Selain itu, Peningkatan Peranan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan

perencanaan pembangunan belum mampu mewujudkan koordinasi dengan baik

dengan instusi terkait.

2. Realisasi rencana program kerja yang diusulkan oleh Satuan Kerja

Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Bandar Lampung berupa pengadaan dan

peningkatan sarana dan prasarana, serta pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

di lingkungan Kota Bandar Lampung belum menjadi prioritas utama pada

tingkat penetapan Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar

Lampung, sehingga berdampak pada lambatnya proses peningkatan sumber

daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Kelemahan lain dari Peningkatan Peranan Badan Perencanaan pembangunan

Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung yakni sistem Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan belum mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien


6

sehingga sering terjadi keterlambatan dalam penyusunan rencana

pembangunan di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis menduga bahwa Peningkatan

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung belum

terlaksana secara optimal sehingga sarana dan prasarana yang akan digunakan

dalam melaksanakan proses pembangunan masih minim. Dengan demikian

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan yang dilakukan oleh Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung yakni

penyusunan kebijakan perencanaan anggaran, penyusunan kebijakan perencanaan

program dan penyusunan kebijakan perencanan kegiatan serta mengumpulkan

informasi tentang rencana pembangunan di Kota Bandar Lampung dianggap

belum aspiratif. Selain itu, penyusunan kebijakan pembangunan yang

dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bandar Lampung tidak menganut prinsip (bottom up). Dengan demikian

penyusunan kebijakan usulan program kerja yang telah direalisasikan dan

dianggarkan serta dievaluasi program kerja yang belum terealisasi dan masing

kurang efektif.

Tabel 1.1.
Usulan program pembangunan

Tahun Usulan program pemb. Realisasi Pelaksanaan


2021 225 175 151
2022 241 215 201
Sumber: Bappeda Kota Bandar Lampung, 2022.
7

Asumsi penulis bahwa penyusunan kebijakan tersebut belum terlaksana

secara efektif sehingga program kerja yang menjadi usulan perencanan

pembangunan yang berupa sarana dan prasarana Kota Bandar Lampung belum

terlaksana secara maksimal. penyusunan kebijakan Bappeda dalam perencanaan

anggaran. perencanaan atau penyusunan program dan perencanaan kegiatan

dianggap kurang maksimal dalam tahap rapat koordinasi dan sosialisasi dengan

Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Bandar Lampung, sehingga

penggunaan anggaran sektor sarana prasarana juga tidak maksimal jika dilihat dari

realisasi usulan program kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota

Bandar Lampung. Fenomena tersebut perlu dikaji untuk menemukan jawaban

atas fakta-fakta empiris yang terjadi pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Bandar Lampung, melalui penelitian dengan judul, Peningkatan

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota

Bandar Lampung.

2. Aspek-aspek apa saja yang menghambat Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung.


8

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui tentang Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui tentang, aspek-aspek yang mendukung

dan menghambat Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan

Kota Bandar Lampung.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis

maupun secara praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi secara

teoretis dalam hubungannya perencanaan pembangunan daerah sebagai

substansi kajian dalam bidang ilmu administrasi Publik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut:

a. Bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung

sebagai bahan referensi dalam melakukan Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung sehingga


9

perencanaan pembangunan masa yang akan datang menjadi lebih efektif dan

optimal

b. Bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung,

sebagai bahan informasi guna memberi masukan yang konstruktif pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung .

c. Bahan peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam

melakukan penelitian yang relevan dengan kajian peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

d. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Magister Ilmu

Administrasi, Pada Program Pascasarjana Universitas Bandar Lampung.


10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
PENELITIAN TERDAHULU
2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Peranan

Peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang ditimbulkan

karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah

dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana

peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia

bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang setiap saat

diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan

masing-masing akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi

peranan yang harus dimainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan Thoha

(2012:10).

Pandangan ahli mengenai teori peran menurut Banton, et al. (Bauer, 2003:

54) mendefinisikan bahwa teori peran (role theory) “peran” atau “role” sebagai

“the boundaries and sets of expectations applied to role incumbents of a

particular position, which are determined by the role incumbent and the role

senders within and beyond the organization’s boundaries”. Selain itu, Robbins

(2001: 227) mendefinisikan peran sebagai “a set of expected behavior patterns

attributed to someone occupying a given position in a social unit”.

Menurut Kahn, et al., 2007; Oswald, Mossholder, & Harris (Bauer, 2003:

58) bahwa dalam tinjauan dari perilaku organisasi, peran ini merupakan salah satu

komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya organisasi.  Di

10
11

sini secara umum ‘peran’ dapat didefinisikan sebagai “expectations about

appropriate behavior in a job position (leader, subordinate)”.  Ada dua jenis

perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu:

1. role perception: yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan

berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai

pola perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut,

2. role expectation: yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam

situasi tertentu.  Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi,

akan terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan kemampuan

orang itu untuk bekerja. 

Peran di sini adalah sesuatu yang memainkan role, tugas dan kewajiban.

Peran merupakan sesuatu yang diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi

pengaruh pada lingkungan tersebut.

Menurut Dougherty & Pritchard (Bauer, 2003: 55), teori peran ini

memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. 

Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai

lawan dari perilaku atau tindakan.” Pendapat selanjutnya t, Dougherty & Pritchard

(Bauer, 2003: 56) mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan

bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat

(biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau outcome yang

dihasilkan.  Dalam hal ini, Kahn, et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris
12

(Bauer, 2003: 58) bahwa strategi dan struktur organisasi juga terbukti

mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-

pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal

tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi

masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu prosesMenurut Soejono Soekanto dalam buku

yang berjudul (212:2012), menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek

dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara

kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya

tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan

sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.

Sebagaimana dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap

orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan

hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan

oleh masyarakat kepadanya.

Menurut Scott et al. (Kanfer, 2007: 197) menyebutkan bahwa ada lima

aspek penting dari peran, yaitu:


13

1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan

harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang

diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity)

4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa

perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama – seseorang yang melakukan satu

pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

Menurut Soekamto (1997:54) peranan adalah pertama, perilaku

seseorang atas kedudukan tertentu dan hubungannya dengan masyarakat. Kedua,

peranan adalah suatu kelompok penghargaan manusia terhadap cara bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Ketiga,

peranan adalah pola tingkah laku yang didasarkan atas kedudukan tertentu dalam

kolektivitas dari keadaan sosial tertentu.

Menurut Soekanto (2002: 441), unsur-unsur peranan atau role adalah:

1). Aspek dinamis dari kedudukan

2). Perangkat hak-hak dan kewajiban

3). Perilaku sosial dari pemegang kedudukan

4). Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan

hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan

itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi
14

seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan.

Peranan mencakup tiga hal, yaitu :

1). Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranandalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang

2). Membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan peranan adalah

suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat

sebagai organisasi

3). Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002 : 246).

Peran adalah konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu dalam

masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan prilaku dari masyarakat terhadap

seseorang dan merupakan prilaku individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat. Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada

individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :

1). bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2). peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individuindividu yang oleh

masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu

terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya

3). dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak mampu

melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, karena


15

mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-

kepentingan pribadi yang terlalu banyak

4). apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum

tentu masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang seimbang, bahkan

seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi peluang-peluang tersebut.

(Soekanto, 2002 : 247).

Peranan dipilih secara baik karena dia menyatakan bahwa setiap orang

adalah pelaku didalam masyarakat dimana dia hidup, juga dia adalah seorang

aktor yang harus memainkan beberapa peranan seperti aktoraktor profesional.

Sedangkan dalam birokrasi adalah atribut sebagai akibat dari status, dan prilaku

yang diharapkan oleh anggota-anggota lain dari masyarakat terhadap pemegang

status, singkatnya, peranan hanyalah sebuah aspek dari status.

Menurut Thoha (2012:25) peranan dirumuskan suatu rangkaian perilaku

yang tujuan ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu

kantor yang mudah dikenal. Dengan demikian, suatu peranan paling sedikit

mencakup tiga hal, yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep atau perihal apa yang didapat oleh individu di

dalam masyarakat dan di dalam organisasi tertentu.

3. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu dalam struktur sosial tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan peranan adalah:


16

1. Aspek dinamis kedudukan (status) yang melekat unsur hak dan kewajiban,

tugas, wewenang, fungsi seseorang atau kelompok di dalam organisasi.

2. Perilaku seseorang atas kedudukan tertentu dalam hubungannya dengan

masyarakat dan pola tingkah laku yang didasarkan atas kedudukan tertentu

dalam kolektivitas dari keadaan sosial tertentu.

Dari berbagai pendapat tersebut tentang peranan maka dapat

dikemukakan bahwa peranan merupakan suatu status yang dimiliki baik

perorangan maupun kelompok terhadap kedudukan, fungsi atau wewenang yang

diembannya.

2.1.2 Konsep Pembangunan

Pada dasarnya pembangunan sebagai upaya pelayanan kepada masyarakat

secara luas. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemuakan oleh Moeljarto,

(1995: 21) bahwa, Pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan

masyarakat. Interpretasi “pembangunan masyarakat” yang demikian merupakan

kelengkapan dari strategi kebutuhan pokok. Pembangunan masyarakat, dalam hal

ini, identik dengan peningkatan pelayanan sosial dan pemberian fasilitas sosial,

seperti fasilitas kesehatan, peningkatan gizi, fasilitas pendidikan, sanitasi dan

sebagainya yang di dalam keseluruhannya meningkatkan kesejahteraan.

Pembangunan mempunyai banyak pengertian yang didasarkan pada

sudut pandang yang berbeda-beda. Konteks pembangunan dapat dikemukakan

menurut pendapat para pakar pembangunan. Menurut Katz (Moeljarto, 1995: 3)

mengemukakan bahwa pembangunan sebagai proses perubahan yang terencana

dari situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih
17

tinggi. Hal ini berarti bahwa pembangunan dilaksanakan dengan terencana dari

jangka waktu yang telah ditentukan sehingga terdapat perbedaan pembangunan

pada jangka waktu yang lainnya dan hasilnya lebih baik.

Pendapat yang relevan dikemukakan oleh Seers (Moeljarto, 1995: 3)

bahwa pembangunan menyangkut proses perbaikan. Pendapat ini pada dasarnya

melihat esensi pembangunan sebagai suatu perbaikan dalam masyarakat dengan

berbagai aspek kehidupan untuk mencapai kesejahteraan yang adil dan makmur.

Menurut Afifuddin (2010: 42) mengemukakan bahwa, Pembangunan

adalah perubahan dalam arti mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan

bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Kondisi yang lebih baik itu

harus dilihat dalam cakupan keseluruhan segi kehidupan bernegara dan

bermasyarakat, oleh karenanya tidak hanya baik dalam arti peningkatan taraf

hidup saja tetapi dalam segi-segi kehidupan lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka pembangunan merupakan perubahan

dalam berbagai aspek menjadi lebih baik dari kondisi awal atau sebelumnya.

Pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya mengukur karena taraf hidup sudah

baik namun yang menjadi ukuran bahwa pembangunan telah terjadi perubahan

dalam segi kehidupan masyarakat atau rakyat. Pendapat yang dikemukakan

tersebut relevan dengan pendapat Usman (2004:31) yang mengemukakan bahwa

pembangunan perlu diarahkan untuk merubah kehidupan masyarakat atau rakyat

menjadi lebih baik. jadi pembangunan pada dasarnya adanya perubahan yang

dilaksanakan dengan tujuan tercapai kesejahteraan rakyat.


18

Menurut Alexander dan Portes (Kartasasmita, 2004: 2) mengemukakan

bahwa pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup

seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,

pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya. Pembangunan didefenisikan

sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya Pembangunan adalah proses

perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan

masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut maka pembangunan mencakup

sebuah proses perubahan yang mendasar dalam berbagai aspek kehidupan yang

direncanakan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

Kartasasmita (2004: 2) memberikan pengertian yang lebih sederhana,

yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang

dilakukan secara terencana. Berdasarkan pendapat tersebut maka pembangunan

sebagai suatu proses prubahan yang dilaksanakan dari kondisi yang biasa menjadi

lebih baik lagi dengan berdasarkan perencanaan.

Menurut Riyadi dan Bratakusuma (Kartasasmita, 2004: 2) menjelaskan

bahwa pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya

pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan,

pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan

dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek

perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta

industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,

keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-

masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip
19

kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang

merefleksikan perubahan. Pendapat tersebut sangat menekankan bahwa

pembangunan sebagai upaya yang ditempuh untuk melakukan perubahan secara

terus-menerus dari beberapa perkembangan pembangunan menuju modernisasi,

dan industriliasasi semuanya adalah perubahan yang terencana.

Menurut Tikson (Kartasasmita, 2004: 2) mengemukakan bahwa

pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial

dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang

diinginkan. Pendapat tersebut menekankan bahwa pembangunan sebagai

transformasi beberapa aspek kehidupan yang dilakukan secara terencana melalui

sebuah kebijakan dan strategi untuk mencapai suatu tujuan yakni kesejahteraan

masyarakat.

Menurut Wrihatnolo dan Nugroho (2007: 27) mengemukakan bahwa,

Secara empiris proses perencanaan pembangunan di Indonesia dalam kurun waktu

29 tahun terakhir sejak Pembangunan Lima Tahun tahap pertama hingga sekarang

dapat disimpulkan bahwa paradigma pembangunan nasional bergesekan dan

bergeser antara paradigma pertumbuhan dan paradigma pemerataan. Jika

paradigma pertumbuhan menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang diukur

dengan angka Produk Domistik Bruto (PDB), Paradigma pemerataan menekankan

pada pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga negara yang diukur oleh

angka index Pembangunan Manusia ( Human Developlemnt Index).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan

sampai saat ini masih menganut dua paradigma pembangunan. Hal ini ditandai
20

dengan melihat bahwa pertumbuhan pembangunan tidak dapat diketahui tanpa

melihat hasil yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu berdasarkan angka-

angka. Paradigma pembangunan dengan pendekatan pemerataan sangat

menekankan pembangunan dapat tercapai dengan melihat tingkat kesejahteraan

manusia (masyarakat) dalam pembangunan.

Menurut Peet and Hartwick (2009: 5) bahwa pembangunan adalah upaya

untuk membuat kehidupan yang lebih baik untuk setiap orang. Hal ini berarti

pembangunan merupakan sebuah upaya yang dapat membawa masyarakat

mengikuti sebuah proses untuk mencapai kehidupan yang sebelumnnya dianggap

tidak baik,atupun kurang baik, menjadi sebuah kondisi yang lebih baik. Meskipun

demikian kondisi masyarakat yang lebih baik adalah sebuah kondisi yang tidak

dapat ditunggalkan.Kondisi ini mempunyai banyak ukuran dan kriteria yang

berbeda.Akibatnya, ukuran kondisi yang kebih baik bagi seseorang belum tentu

baik menurut orang lain, bahkan dapat saja menajdi kondisi yang lebih buruk.

Contohnya Pemerintah beranggapan kondisi yang lebih baik bagi bangsanya

adalah tercapinya pertumbuhan ekononmi. Oleh karena itu pemerintah berusaha

membuka sebanyak mungkin wilayah kantong-kantong pertumbuhan ekonomi

yang dapat mendukung tujuan tersebut. Namun dalam mencapai tujuan tersebut

harus melalui proses penggusuran tanah masyarakat, lantaran upaya pembukaan

wilayah baru membutuhkan banyak lahan.

Menurut Budiman, (1995: 13-14) mengemukakan bahwa pembangunan

sebenarnya meliputi dua unsur pokok; pertama, masalah materi yang mau

dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil
21

inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun juga, pembangunan

pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia; manusia yang

dibangun adalah manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus

merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa takut. Pembangunan tidak hanya

berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material; pembangunan

harus menciptakan kondisi-kondisi manusia bisa mengembangkan kreatifitasnya.

Pendapat yang relevan dikemukakan Djojonegoro (1996: 7). Bahwa

pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses transformasi masyarakat dari

suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin mendekati tata masyarakat

yang dicita-citakan; dalam proses transformasi itu ada dua hal yang perlu

diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change), tarikan

antara keduanya menimbulkan dinamika dalam perkembangan masyarakat.

Pendapat Arief dan Sasono (1991: 134) mencoba menguji proses

pembangunan Indonesia setelah era kemerdekaan, khususnya pada masa

pembangunan ekonomi pemerintahan orde baru; obyek kajiannya menggunakan

lima tolok ukur, yang akhirnya pada suatu kesimpulan bahwa situasi

ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar telah atau sedang terwujud di

Indonesia lima tolok ukur yang digunakan yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi, pada masa ini ditandai dengan semakin lebarnya

perbedaan antara kelompok yang mampu dan kelompok yang tidak mampu

dengan ciri golongan miskin ternyata menjadi semakin miskin; keadaan ini

bisa terjadi karena hancurnya industri kecil di perdesaan diserta dengan


22

berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian dengan tidak diimbangi

oleh timbulnya peluang kerja di sektor industri di perkotaan;

2. Penyerapan tenaga kerja, Industri yang dikembangkan dengan semangat

teknologi padat modal ternyata ‘tidak banyak menyerap tenaga kerja’,

sementara sektor pertanian yang telah mengalami derasnya proses mekanisasi

tidak lagi mampu menampung tenaga kerja sebesar yang pernah dimiliki pada

masa sebelumnya. Dalam keadaan yang demikian, maka tenaga kerja tidak

memiliki pilihan lain yang tersedia, kecuali tterjun dalam pasar tenaga kerja

sektor jasa;

3. Proses industrialisasi, proses industrialisasi yang terjadi di Indonesia

merupakan proses industri subtitusi impor yang dikembangkan memiliki sifat

ketergantungan modal dan teknologi asing yang tinggi, dengan demikian

pertumbuhan ekonomi yang terjadi bukan merupakan pertumbuhan ekonomi

yang bersentrum kedalam negeri, dan tidak berdasar pada dinamika yang ada;

4. Pembiayaan pembangunan, karena sifat pertumbuhan ekonomi yang dimiliki

dan model industrialisasi yang dipilih, mau tidak mau, hanya memiliki satu

pilihan yaitu kebutuhan untuk selalu memperoleh modal asing, fenomena

yang jelas menggambarkan suatu ketergantungan kepada fihak lain;

5. Persediaan bahan makanan, bahwa sampai akhir tahun 1970 ternyata bangsa

Indonesia belum memiliki kemampuan swasembada pangan, sehingga tidk

mengherankan bila banyak dijumpai kebijaksanaan yang mengarah pada

pencapaian tujuan ini.


23

Berdasarkan hasil kajian tersebut maka proses pembangunan di Indonesia

meliputi proses pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, proses

industrialisasi, pembiayaan pembangunan dan persediaan bahan makanan. Dengan

proses pembangunan dalam beberapa aspek mampu meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Namun dibalik proses pembangunan tersebut masih terdapat kelompok

masyarakat yang belum mampu menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut.

Dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas), disebutkan bahwa

dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

ketiga, yaitu mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan

pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan berdasarkan sistem

ekonomi kerakyatan, maka kebijakan di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup ditujukan pada upaya:

1. Mengelola sumberdaya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang

tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan

dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya;

2. Menegakkan hukum secara adil dan konsisten untuk menghindari perusakan

sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan;

3. Mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah dalam

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara bertahap;

4. Memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat lokal;
24

5. Menerapkan secara efektif penggunaan indikator untuk mengetahui

keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;

6. Memelihara kawasan konservasi yang sudah ada dan menetapkan kawasan

konservasi baru di wilayah tertentu; dan

7. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan

lingkungan global.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan berkelanjutan menurut

Propenas adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan

dan berwawasan keadilan seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat

local serta meningkatnya kualitas lingkungan hidup sesuai dengan baku mutu

yang ditetapkan, serta terwujudnya keadilan antargenerasi, antardunia usaha dan

masyarakat dan antarnegara maju dengan negara berkembang dalam pemanfaatan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang optimal.

Pembangunan berkelanjutan sebagai suatu paradigma pembangunan baru

yang menyepakati suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu terhadap

pembangunan, yang menggabungkan sekaligus tiga pilar pembangunan, yaitu

pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan hidup.

2.1.3 Konsep Perencanaan Pembangunan

Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat

dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam

masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas diatur dalam UU Nomor 25 tahun


25

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjelaskan

bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah/perangkat daerah di pusat dan

daerah dengan melibatkan masyarakat. Bappeda adalah akronim dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah yang merupakan unsur pemerintahan di

daerah yang mempunyai tugas membantu Gubernur, Kepala Daerah, dalam

menentukan kebijaksanaan bidang perencanaan, penyelenggaraan pembangunan,

serta penilaian atas pelaksanaannya yang langsung berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

Sehubungan dengan pendapat para ahli tersebut maka pembangunan

tidak dapat terlaksana tanpa diawali dengan perencanaan. Perencanaan

pembangunan menyangkut banyak aspek yang perlu diperhatikan dan

dipertimbangkan sehingga semua dapat terlaksana dengan melihat skala prioritas.

Untuk mendapatkan pemahaman yang tentang perencanaan pembangunan dapat

dikemukakan pendapat beberapa orang ahli.

Menurut Conyers dan Hills (Tjokroamidjojo, 2002: 45) mengemukakan

perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari

berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk

mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.

Pendapat yang relevan dikemukakan oleh Jhingan (Tjokroamidjojo, 2002:

45) bahwa perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk

mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan
26

telah dirumuskan dengan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut

mungkin untuk mencapai sasaran sosial, politik atau lainnya. Sehubungan

pendapat tersebut maka perencanaan pembangunan menurut Mark Turner dan

Hulme (Tjokroamidjojo, 2002: 46) adalah proses modernisasi perubahan

menyeluruh dari masyarakat tradisional atau pra modern kebentuk penguasaan

teknologi dan perubahan organisasi sosial masyarakat dengan ciri meningkatkan

kesejahteraan ekonomi, stabilisasi politik seperti dunia barat.

Relevan dengan pendapat tersebut Bryant dan Louise G. White

(Tjokroamidjojo, 2002: 45) mengemukakan bahwa Perencanaan Pembangunan

sebagai suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan

mempunyai beberapa implikasi. Pertama ; Memberikan perhatian terhadap

kapasitas, terhadap apa yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan

dan tenaga guna membuat perubahan. Kedua ; mencakup keadilan, perhatian yang

berat sebelah kepada kelompok tertentu akan memecah belah masyarakat dan

mengurangi kapasitasnya. Ketiga ; Penumbuhan kuasa dan wewenang dalam

pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang

tertentu maka mereka akan menerima manfaat pembangunan.

Ciri-ciri perencanaan pembangunan menurut Tjokroamidjojo (2002: 47)

diuraikan sebagai berikut :

1. Suatu perencanaan pembangunan adalah usaha yang diceminkan dalam

rencana untuk mencapai perkembangan social ekonomi yang tetap (steady

social economy growth). Hal ini dicerminkan oleh dalam usaha peningkatan

produksi nasional, berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif.


27

2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana meningkatkan pendapatan perkapita.

Laju petumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju

pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan pendapatan per kapita.

3. Usaha mengadakan perubahan struktur ekonomi yang mendorong peningkatan

struktur ekonomi agraris menuju struktur industri.

4. Adanya perluasan kesempatan kerja

5. Adanya pemerataan pembangunan yang meliputi pemerataan pendapatan dan

pembangunan antara daerah.

6. Adanya usaha pembinaan lelmbaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang

kegiatan pembangunan.

7. Upaya membangun secara bertahap dengan berdasar kemampuan

sendiri/nasional.

8. Usaha terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

9. Jenis Perencanaan (Conyers & Hills)

10. Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)

11. Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning Activities)

12. Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan (The Spatial Level of Planning

Activity)

13. Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan (The Oprational Level of

Planning Activity).

Relevan dengan pendapat tersebut maka perencanaan pembangunan

mempunyai fungsi-fungsi yang dapat menjadi arah dalam pembangunan. Menurut

Tjokroamidjojo (2002: 48) mengemukakan bahwa dalam perencanaan


28

pembangunan mempunyai fungsi-fungsi. Adapun fungsi-fungsi perencanaan

pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan,

adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada

pencapaian tujuan pembangunan.

2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan suatu potensi-potensi,

prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi

pada masa yang akan datang.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pemilihan yang

terbaik.

4.  Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya

tujuan.

5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan

pengawasan dan evaluasi

Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam perencanaan pembangunan

terdapat fungsi-fungsi perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk

mengarahkan kegiatan pembangunan, untuk menemukan potensi-potensi penting,

sebagai cara untuk melakukan pemilihan yang terbaik, skala prioritas dan

berfungsi sebagai alat ukur dalam pengawasan dan evaluasi pembangunan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka pembangunan masyarakat lebih menekankan

penyediaan sarana atau fasilitas yang digunakan oleh masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


29

Menurut Lewis, 1994:316). Bahwa Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah adalah staf yang bertugas membantu kepala daerah dalam menentukan

kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian

atas pelaksanaan pembangunan di daerah. Badan perencanaan adalah sebuah

organisasi yang terpisah, dengan kantor dan badan stafnya sendiri. Tanggung

jawab secara kemitraan untuk badan tersebut berbeda-beda disetiap negara.

Sering badan tersebut bekerja di bawah Kementerian Keuangan. Ini bukan

pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat-pejabat keuangan dan pejabat-

pejabat perencanaan tidak sama. Seorang pejabat perencanaan harus lebih tertarik

dengan pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan menetapkan tujuan-tujuan

baru.

Menurut Permen Nomor 54 Tahun 2010 Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Bappeda atau sebutan

lain adalah unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan

tugas dan mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi

pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Berdasarkan Permendagri 57/2007

tentang Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah adalah sebagai unsur perencana penyelenggaraan

pemerintahan, melaksanakan tugas :

1. Perumusan kebijaksanaan perencanaan daerah

2. Koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan masing-masing satuan kerja

perangkat daerah. Untuk pencapaian sasaran dengan baik yang nantinya akan
30

menjadi hasil akhir, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah harus

memiliki tahapan yang harus dilaksanakan. Adapun yang menjadi tahapan

Bappeda adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana

a. Penyusunan rancangan rencana pembangunan daerah.

b. Musyawarah perencanaan pembangunan daerah.

c. Rancangan akhir rencana pembangunan daerah.

2. Pengendalian pelaksanaan rencana

Pada tahap ini Kepala Daerah menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan

pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing SKPD sesuai dengan

tugas dan kewenangannya.

3. Evaluasi pelaksanaan rencana

a. Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan

hasil evaluasi pimpinan SKPD.

b. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan

daerah untuk periode berikutnya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat berperan dalam

manjalankan otonomi daerah. Dalam menjalankan fungsinya sebagai badan

perencanaan pembangunan di daerah Bappeda dituntut untuk berperan secara

aktif, efektif dan efisien dalam meletakan kerangka dasar pembangunan di daerah

yang kokoh untuk dapat mewujudkan keberhasilan pembangunan. Maka dapat

dikatakan bahwa Bappeda merupakan hal yang sangat berperan penting dalam
31

pembangunan dan hal yang menentukan arah kebijaksanaan pemerintah daerah

dalam bidang perencanaan pembangunan di daerah.

2.1.4 Konsep Perencanaan Pembangunan Daerah

Konsep perencanaan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman pengertian

dan defenisi perencanaan dipengaruhi pandangan dari sudut-sudut pandangan

tertentu sesuai kepentingan yang diharapkan. Dalam arti sempit perencanaan

merupakan kegiatan persiapan dalam perumusan kebijaksanaan; sedang dalam arti

yang luas perencanaan itu mencakup perumusan kebijaksanaan, penetapan

kebijaksanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut. Pemikiran demikian

timbul dari adanya bermacam teori perencanaan. Dan juga defenisi sangat

sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan

memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Terry “Planning is the selection and relating of facts and making and

using of assumption regarding the future in the visualization and formulation of

proposed activities believed necessary to achieve desired result.” Artinya,

perencanaan adalah “suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup

keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber

daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datang.” (Tarigan,

2003:6). Dan menurut UU Nomor 25 Tahun 2004 perencanaan adalah suatu

proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,

dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Atau perencanaan adalah

suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
32

pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dan menurut

defenisi di atas ada 4 dasar perencanaan, yaitu :

1. Perencanaan berarti memilih,

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya,

3. Perencanaan merupakan alat pencapaian tujuan, dan

4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

Menurut Friedman (Hadi, 2001:19) mengatakan bahwa perencanaan

merupakan “suatu strategi untuk pengambilan keputusan sebelumnya sebagai

suatu aktivitas tentang keputusan dan implementasi.” Dengan demikian bahwa

perencanaan merupakan suatu tolak ukur dari keberhasilan implemantasi. Menurut

Siagian ciri-ciri rencana yang baik (Nasution, 2008:22-23) adalah:

1. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami

tujuan organisasi.

3. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mendalami

teknik-teknik perencanaan.

4. Rencana harus disertai oleh suatu perincian yang diteliti.

5. Rencana tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksanaan.

6. Rencana harus bersifat sederhana.

7. Di dalam rencana terdapat tempat pengambilan resiko.

8. Rencana harus bersifat praktis (pragmatis).

9. Rencana harus merupakan forecasting.


33

Dalam pencapaian suatu tujuan tersebut perencanaan menjadi pondasi

yang sangat penting untuk dijadikan landasan dalam melakukan segala kebijakan

yang telah dirumuskan. Sebab jika dalam penyusunan rencana salah, maka apa

yang akan dicapai atau dihasilkan juga akan salah dan tidak sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didukung oleh pendapat para dan sekaligus hasil penelitian

yang telah dilakukan terlebih dahulu. Adapun hasil penelitian yang relevan

dengan perencanaan pembangunan daerah adalah sebagai berikut:

1. Oktavianti, 2008, Judul Penelitian: Analisis Konsistensi Perencanaan dan

penganggaran Program Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Solok

Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan RPJPD dan RPJMD

di Kabupaten Solok Selatan kurang menunjukkan konsistensi, secara

kuantitatif hanya sekitar 50 % program kegiatan RPJPD yang sinkron dengan

program kegiatan di RPJPD. Hal ini disebabkan karena RPJMD tidak

membahas secara rinci program untuk SKPD Dinas Pendidikan. Sedangkan

analisis antara dokumen RPJPD dengan Renstra SKPD Dinas pendidikan

konsisten 75 %. Analisis antara Renstra SKPD dengan Renja SKPD

menunjukkan konsistensi 100 %. Dan analisis konsistensi antara Renja SKPD

dan APBD tingkat konsistensinya sebesar 40 %.

2. Wahyuningsih, 2007. Judul Penelitian: Responsibilitas Kebijakan Perencanaan

dan penganggaran Daerah (Studi Konsistensi Dokumen RKPD, PPAS dan

APBD Tahun 2008 dari aspek Pro Job, Pro Poor, Pro Growth di Kabupaten
34

Palopo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dari aspek

regulasi, sistematika KUA dan sistematika PPAS memiliki nilai konsistensi

tinggi yaitu 81,12 % dibandingkan dengan konsistensi pada dokumen RKPD.

Dari segi konsistensi besaran anggaran secara umum korelasi besaran anggaran

antar dokumen perencanaaan dan penganggaran pada kategori agak rendah.

Hal ini disebabkan kurangnya komitmen tim penyusun dokumen perencanaan,

tim anggaran, dan DPRD pada hal-hal sebagai berikut: (1) aspek regulasi, (2)

evaluasi hasil capaian kinerja sebelumnya dan kurangnya komitmen dan

kapasitas stakeholder daerah dalam proses pengawalan dan tindak lanjut hasil

proses perencanaan bottom up dan partisipasi.

3. Suryadi, 2008, Efektivitas Bappeda Dalam Perencanaan Pembangunan Kota

Di Era Otonomi Daerah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1) Untuk

mengoptimalkan fungsi Bappeda di era otonomi daerah dapat dilakukan

dengan jalan mengefektivitaskan fungsi Bappeda dalam penyelenggaraan

koordinasi perencanaan pembangunan di daerah, peningkatan penyusunan

RAPBD serta pelaksanaan fungsi monitoring dan evalusi semua kegiatan; 2)

Faktor-faktor penghambat efektivitas fungsi Bappeda dalam menyelenggarakan

koordinasi pembangunan di daerah kurangnya profesionalisme staf, kurangnya

sarana dan prasarana, struktur dan prosedur kerja serta sistem informasi.

Adapun persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu

terletak pada konsep perencanaan yang dilaksanakan, sedangkan perbedaannya

yaitu terletak pada konten yangh dibahasa serta lokasi peneltian yang berbeda.
35

2.3. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kota Bandar Lampung mempunyai peranan penting dalam menentukan

terlaksananya pembangunan secara merata dan adil dalam berbagai lapisan atau

elemen masyarakat atau organisasi dalam lingkup pemerintahan Kota Bandar

Lampung sebagai unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi

sebagai sentral yang mengumpulkan informasi dari program perencanaan

pembangunan yang akan dilaksanakan dalam lima tahun.

Berdasarkan latar belakang, fenomena, permasalahan dan tujuan penelitian

ini maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini lebih difokuskan pada

Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung ,

dengan merujuk pendapat Siswanto (2012 : 21), mengemukakan bahwa peranan

yaitu:

a. Secara otoritas formal adalah satu-satunya yang diperbolehkan terlibat untuk

memikirkan tindakan-tindakan yang penting atau yang baru dalam

organisasinya.

b. Sebagai pusat informasi, atasan dapat memberikan jaminan atas keputusan yang

terbaik, yang mencerminkan pengetahuan yang terbaru dan nilai-nilai

organisasi.

c. Keputusan-keputusan yang strategis akan lebih mudah diambil secara terpadu

dengan adanya satu orang yang dapat melakukan kontrol atas semuanya,
36

Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menelusuri proses

Penyusunan Kebijakan pembangunan yang dilakukan Bappeda Kota Bandar

Lampung . Melalui proses perencanaan pembangunan maka dapat diketahui out

put (keluaran) atau realisasi program kerja yang diusulkan, dan program kerja

yang belum direalisasikan dapat diajukan pada tahun anggaran berikutnya.

Program kerja yang diealisasikan ditetapkan dan menjadi program permanen

untuk dilaksanakan di Kabupaten Masuji.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada skema 2.1. sebagai

berikut:

Skema 2.1 Kerangka Pemikiran

PERANAN BAPPEDA KOTA


BANDAR LAMPUNG
ASPEK-ASPEK
a. Secara otoritas formal
YANG
b. Sebagai pusat informasi,
MENGHAMBAT
c. Keputusan-keputusan yang
strategis
Siswanto (2012 : 21).

TERWUJUDNYA KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN YG OPTIMAL
37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

metode analisis deskriptif kualitatif. Desain penelitian bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis secara kualitatif tentang Peningkatan Peranan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung . Penelitian kualitatif

adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat

dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara

kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti

kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,

pergerakan-pergerakan sosial, atau hubungan.

3.2. Informan Penelitian

Data penelitian ini diperoleh berdasarkan informasi dari informan. Adapun

informan penelitian ini terdiri dari unsur pimpinan di Kabupaten Mseuji: (1)

Kepala Bappeda, (2) Kepala Bagian Perencanaan (3) Bagian Penyusunan Program

(3) 2 Orang Staf. Penetapan informan tersebut berdasarkan kompotensi dan akses

informasi mengenai Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota

Bandar Lampung .

3.3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:

37
38

a. Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh penulis melalui wawancara

dengan informan tentang Peningkatan Peranan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan Kota Bandar Lampung .

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis melalui dokumen penting

atau laporan kegiatan yang berkaitan Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung .

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dapat diperoleh dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Dokumentasi, penulis menelaah dokumen usulan program kerja di Bappeda

Kota Bandar Lampung dengan data usulan program kerja dan realisasi usulan

program kerja SKPD Kecamatan dan Kelurahan.

2. Wawancara, penulis melakukan tanya jawab langsung dengan informan

mengenai Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota

Bandar Lampung. Pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan buku

catatan setiap mengadakan wawancara dan alat bantu perekam (tape recorder),

setelah itu ditulis ulang dalam format catatan lapangan.

3. Observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung kegiatan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung.


39

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu proses penyusunan data agar data dalam

penelitian dapat ditafsirkan. Menyusun data dengan menggolongkannya dalam

pola, tema, atau kategorisasi. Analisis data merupakan proses penyusunan,

penyederhanaan data untuk lebih sederhana dan mudah dibaca serta mudah

diintegrasikan. Analisis data telah dimulai sejak merumuskannya dan menjelaskan

masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis melalui tiga

komponen yakni :

1. Reduksi data, yakni data yang diperoleh penulis tentang Peningkatan Peranan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung, dirangkum secara

sistematis.

2. Penyajian data, yakni data yang diperoleh dalam penelitian ini mengenai

Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar

Lampung , yang diperoleh disusun dalam bentuk narasi sehingga membentuk

rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan permasalahan

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi tentang Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung. Verifikasi

dilakukan dengan mencari data hasil penelitian yang lebih mendalam untuk
40

penarikan kesimpulan. Dengan demikian model analisis data kualitatif

dapat dilihat pada bagan 3.1 sebagai berikut:

Bagan 3.1. Teknik Analisis Data Kualitatif.

Penyajian Data
Pengumpulan
Data

Kesimpulan- Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data

Sumber : Miles dan Huberman (Silalahi, 2009:339-34).

3.6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dilakukan pengecekan

keabsahan data yang berhubungan Peningkatan Peranan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan Kota Bandar Lampung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

validitas dan reliabilitas data. Pengecekan data penelitian dapat dilakukan

dengan tiga cara yaitu:

1. Triangulasi sumber yakni penulis melakukan pengecekan langsung kepada

informan di lokasi penelitian mengenai Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung. Hal ini dilakukan untuk

mengontrol kembali kebenaran hasil wawancara dari beberapa informan.

2. Triangulasi teknik atau metode, penulis melakukan teknik dan prosedur ini

untuk mendapatkan data yang diinginkan sebagai cara untuk menghubungkan


41

beberapa dimensi yang diteliti dalam hubungannya Peningkatan Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung.

3. Triangulasi waktu, yakni penulis melakukan pengecekan keabsahan data

mengenai Peningkatan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota

Bandar Lampung .

3.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Bandar Lampung . dengan pertimbangan bahwa:

1. Sebagai Salah satu organisasi dalam penyunan kebijakan dibidang

pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung. Melalui penelitian ini penulis

dapat menganalisis peranan Bappeda secara faktual dalam hal penyusunan

kebijakan pembangunan Daerah.

2. Topik dan permasalahan yang serupa dalam penelitian ini belum pernah di

teliti pada di Kota Bandar Lampung.

3.7.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dimulai bulan

Desember 2022 sampai dengan bulan Pebruari 2023. Adapun rincian kegiatan

sebagai berikut: (1) tahap persiapan/pengumpulan data (2) pengolahan data (3)

analisis data (5) penulisan laporan (5) Konsultasi ke pembimbing (6) Ujian
42

seminar hasil penelitian dan ujian tesis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO. JENIS KEGIATAN Tahun 2022-2023


1 2 3
1. Tahap persiapan/pengumpual data XXXX
2. Pengolahan data XXX X
3. Analisis data XXXX
4. Penulisan hasil penelitian XXXX
5. Konsultasi dan revisi XX
6. Seminar hasil penelitian/ujian tesis XX
43

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Kota Bandar Lampung

Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar

Lampung terbentuk Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 48

Tahun 2016 Tentang Struktur Organisasi, Tata Kerja, Tugas Pokok Dan Fungsi

Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung.

A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur penunjang urusan

pemerintahan daerah di Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan,

bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Perencanaan

Pembangunan Daerah.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1),BadanPerencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis perencanaan, Penelitian dan pengembangan;

b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan Penelitian

dan pengembangan ;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Perencanaan Pembangunan

Daerahserta monitoring dan evaluasi pelaksanaan perencanaan

pembangunan;

43
44

d. pelayanan Administratif; dan

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan Tugas

pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

B. Susunan Organisasi

(1) Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari :

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat, membawahi:

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2) SubBagian Perencanaan dan Keuangan;

c. Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, membawahi :

1) Sub Bidang Produksi, Sumber Daya Alam dan Jasa;

2) Sub Bidang Pembangunan dan Promosi.

d. Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahi :

1) Sub Bidang Pemerintahan dan Hukum; dan

2) Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat.

e. Bidang Prasarana Wilayah,membawahi :

1) Sub Bidang Prasarana Wilayah;

2) Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang.

f. BidangPengendalian, Penelitian dan Pengembangan,membawahi:

1) Sub Bidang Monitoring dan Pelaporan;

2) Sub Bidang Penelitian, dan Pengembangan.

g. Bidang Program dan Pendanaan Pembangunan, membawahi :

1) SubBidang Program Pembangunan; dan


45

2) Sub Bidang Pendanaan Pembangunan.

h. Unit Pelaksana Teknis.

i. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional

yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan

keterampilannya.

(1) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Badan.

(2) Masing-masing Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan.

(3) Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang

berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Dinas.

(4) Masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada

di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang.

(5) Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Pejabat Fungsional

senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggungjawab kepada Kepala

Badan.

C. Tugas Pokok Dan Fungsi

1. Kepala Badan

(1) Kepala Badan mempunyai tugas memimpin,mengendalikan dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dalam menyelenggarakan kewenangan desentralisasi dalam Bidang

Perencanaan Pembangunan Daerah yang menjadi kewenangan dan tugas-

tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Walikota


46

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala

Badan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan Kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan

daerah;

b. penyusunan dan penetapan rencana strategis, rencana kerja dan rencana

kerja anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas badan perencanaan

pembangunan daerah;

c. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

perencanaan pembangunan daerah seperti dibawah ini:

1. penyusunan rancangan dan penetapan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD);

2. penyelenggaraan Musyawarah Rencana Pembangunan

RKPD;

3. penyusunan laporan kinerja Pemerintah Daerah;

4. penyusunan laporan keterangan pertanggungjawaban Pemerintah

Daerah;

5. monitoring, evaluasi, pengendalian dan laporan

pelaksanaan rencana pembangunan daerah;

6. penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Perubahan setiap

tahunnya;
47

7. koordinasi dan singkronisasi pembangunan infrastruktur ;

8. pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan

Daerah;

9. koordinasi perencanaan pembangunan bidang ekonomi

10. koordinasi perencanaan pembangunan bidang Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat;

11. koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah;

12. penyusunan memorandum program sanitasi kota.

d. penyelenggaraan kebijakan dibidang perencanaan pembangunan daerah

yang ditetapkan oleh Walikota;

e. pemberian informasi saran dan pertimbangan dibidang perencanaan

pembangunan daerah kepada Walikota sebagai bahan untuk

menetapkan kebijaksanaan atau membuat keputusan;

f. penyelenggaraan koordinasi dan mengadakan hubungan kerjasama

dengan semua Instansi, baik dipusat (kementerian dan lembaga Negara)

maupun di daerah (pemerintah Provinsi, pemerintah kabupaten/kota

lainnya di Provinsi Lampung, SKPD se-Kota Bandar Lampung) dan

instansi terkait lainnya untuk kepentingan pelaksanaan tugas;

g. pembinaan terhadap personil pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas dibidang perencanaan

pembangunan daerah;

h. penyelenggaraan pelayanan administratif seperti pelayanan administrasi

perkantoran, peningkatan sarana dan prasarana aparatur;


48

i. penyelenggaraan administrasi dan penata usahaan keuangan;

j. penyelenggaraan administrasi kepegawaian; dan

k. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

bidang tugasnya.

2. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas mengkoordinasikan, mengatur tertib

penyelenggaraan administrasi umum, kepegawaian, rumah tangga,

perlengkapan, keuangan, tata laksana, kehumasan, perencanaan, monitoring,

evaluasi dan pelaporan lingkup Badan.

Sekretaris, membawahi :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas menyiapkan bahan

pelaksanaan pelayanan surat menyurat, tata naskah dinas, kearsipan,

pelayanan rumah tangga, keprotokolan, staf layanan umum dan menyiapkan

bahan penyusunan rencana kebutuhan pegawai, mengembangkan pegawai,

mutasi, promosi, tata usaha kepegawaian, pengembangan dan pembinaan

organisasi, tata laksana serta menghimpun peraturan perundang-undangan

dan peraturan terkait lainnya.

b. Sub Bagian Perencanaan dan Keungan.

Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan

pengumpulan, pengolahan, pengujian, rencana kerja dan kegiatan evaluasi

kinerja dinas penyediaan data dan informasi monitoring, evaluasi kegiatan,

penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan dan penyajian data statistik di


49

bidang tugasnya, menyiapkan bahan penyusunan anggaran rutin pembinaan

dan bimbingan administrasi keuangan dan pemberdayaan, tatanan

perbendaharaan barang, verifikasi, pertanggung jawaban keuangan

bimbingan penyelesaian dan tindak lanjut hasil pemeriksaan, penataan

dokumen keuangan dan menyusun laporan realisasi anggaran serta verifikasi

surat menyurat yang bersangkutan dengan keuangan.

3. Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam.

Bidang ekonomi dan Sumber Daya Alam mempunyai tugas Perumusan

kebijakan dan Penyusunan rencana pembangunan daerah serta monitoring dan

pengendalian pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah di Bidang Ekonomi

dan Sumber Daya Alam.

Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam membawahi :

a. Sub Bidang Produksi, Sumber Daya Alam dan Jasa;dan

Sub Bidang Produksi, Sumber Daya Alam, dan Jasa mempunyai tugas

melaksanakan dan menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan dan

koordinasi kegiatan perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan

sektor produksi, sumber daya Alam, dan jasa

b. Sub Bidang Pembangunan dan Promosi.

Sub Bidang Pembangunan dan Promosi mempunyai tugas melaksanakan

dan menyiapkan bahan analisis permasalahan dibidang perekonomian

daerah, koordinasi kegiatan perencanaan, pengendalian dan evaluasi

pembangunan yang berkaitan dengan sektor pariwisata, kebudayaan,

promosi dan kerja sama pembangungan antar kabupaten dan swasta.


50

4. Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat.

Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugasmerumuskan

kebijakan dan menyusun rencana pembangunan daerah di bidang Pemerintahan

dan Kesejahteraan Rakyat.

Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat membawahi :

a. Sub Bidang Pemerintahan dan Hukum;

Sub Bidang Pemerintahan dan hukum mempunyai tugas Pelaksanaan

analisis dan merumuskan rancangan kebijakan pembangunan koordinasi

kegiatan perencanaan pembangunan serta berperan aktif dalam pelaksanaan

monitoring, pengendalian dan evaluasi pembangunan dibidang

pemerintahan, hukum dan keamanan serta ketertiban masyarakat.

b. Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat, mempunyai tugas Pelaksanaan analisis

dan merumuskan rancangan kebijakan pembangunan, koordinasi kegiatan

perencanaan pembangunan serta berperan aktif dalam pelaksanaan

monitoring, pengendalian dan evaluasi pembangunan dibidang

Kesejahteraan Rakyat.

5. Bidang Prasarana Wilayah.

Bidang Prasarana Wilayah mempunyai tugas merumuskan kebijakan dan

menyusun rencana pembangunan daerah di Bidang Prasarana Wilayah.

Bidang Prasarana Wilayah membawahi :

a. Sub BidangPrasarana Wilayah;

Sub Bidang Prasarana Wilayah mempunyai tugas melaksanakan dan


51

mengkoordinasikan rencana dan program pembangunan dibidang Sarana

dan Prasarana Wilayah

b. Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang.

Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang mempunyai tugas

melaksanakan dan menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi

perencanaan pembangunan dibidangLingkungan Hidup dan Tata Ruang.

6. Bidang Pengendalian, Penelitian dan Pengembangan.

Bidang Pengendalian, Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas

pengendalian, monitoring pelaksanaan rencana pembangunan daerah,

mengumpulkan, mengolah, dan merumuskan kebijakan penelitian dan

pengembangan.

Bidang Pengendalian, Penelitian dan Pengembangan, membawahi:

a. Sub Bidang Monitoring dan Pelaporan;

Sub Bidang Monitoring dan pelaporan mempunyai tugas melakukan

pengendalian kegiatan pembangunan didaerah, memonitor pelaksanaannya

serta evaluasi program daerah jangka panjang, menengah dan tahunan

b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.

Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas pokok

menyusun, mengkoordinasikan dan mensosialisasikan hasil penelitian

dan pengembangan di daerah.

7. Bidang Pengendalian, Penelitian dan Pengembangan.

Kepala Bidang Program dan Pendanaan Pembangunan mempunyai tugas

mengumpulkan, mengolah, menyajikan data/informasi dan merumuskan


52

kebijakan serta menyusun rencana pembangunan daerah.

Bidang Program dan Pendanaan Pembangunan membawahi :

a. Sub Bidang Program Pembangunan;

Sub Bidang Program Pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan, dan

mengkoordinasikan Program dan Kegiatan perencanaan pembangunan daera

b. Sub Bidang Pendanaan Pembangunan.

Sub Bidang Pendanaan Pembangunan mempunyai tugas Mengumpulkan,

dan mengkoordinasikan Sumber sumber pendanaan pembangunan Daerah.

4.1.2. Karakteristik pegawai

Jumlah pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandar Lampung yaitu terdiri dari 26 orang pegawai yang tersebar di berbagai

Bagian yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar

Lampung. Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.
Jumlah pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Responden Jumlah Persentase (%)


1. Pegawai Laki-laki 27 45,00
2. Pegawai Perempuan 33 55,00
Jumlah Responden 60 100
Sumber : Olah data penelitian, 2022.

Dari tabel 4.1. terlihat bahwa jumlah pegawai laki-laki sebanyak 27 orang

atau 45,00 persen, kemudian pegawai perempuan yaitu sebanyak 33 orang atau

sebesar 55,00 persen. Dengan demikian jumlah pegawai Perempuan lebih banyak
53

dari pegawai Laki-lakji pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandar Lampung. Kemudian komposisi pegawai berdasarkan pada latar belakang

pendidikan yaitu dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.
Tingkat Pendidikan Pegawai

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1. SMA dan sederajat 3 5,00
2. Diploma 2 3,33
3. Sarjana (S1) 24 40,00
4. Magister (S2) 29 48,34
5. Doktor (S3) 2 3,33
J u m1 ah 60 100
Sumber : Olah data penelitian, 2022

Dari tabel 4.2. terlihat bahwa sebagian besar responden berlatar belakang

pendidikan SMA yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 5,00 persen, kemudian

Diploma 2 orang, atau 3,33 persen, kemudian Sarjana yang sebesar 24 orang atau

40,00 persen, kemudian Magister (S2) berjumlah 29 orang atau 48,34 persen.

Kemudian Doktor sebanyak 2 Orang atau 3,33 persen. Dengan demikian bahwa

sumber daya manusia pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandar Lampung, merupakan sumber daya manusia yang sudah mempunyai

pendidikan formal yang memadai.

Kemudian karakteristik pegawai berdasarkan golongan pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung, merupakan salah satu

ukuran tentang lama bekerja serta tingkat pendidikan seseorang dalam suatu

organisasi. Untuk mengetahui karakteristik golongan pegawai dapat dilihat pada

tabel 4.3. berikut:


54

Tabel 4.3.
Distribusi Pegawai Berdasarkan Golongan
No Golongan Frekuensi Persentase (%)
1 IV 25 41,67
2 III 32 53,33
3 II 3 5,00
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer diolah, 2022.

Tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa pegawai pada IV sebanyak 25

orang atau 41,67 persen. Golongan III sebanyak 32 orang atau 53,33 persen

golongan II sebanyak 3 orang atau 5,00 persen, kemudian. Hal ini

menunjukkkan bahwa dari segi kepangkatan sebahagian besar pegawai

dianggap mampu untuk melaksanaan tugas pokok dan funsinya. Ini

disebabkan bahwa semakin tinggi golongan pegawai semakin tinggi pula

tingkat pendidikan dan pengalamannya.

4.2. Peranan Bappeda Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang


Pembangunan Kota Bandar Lampung.

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung, telah

dilaksanakan karena dengan adanya kebijakan tentang pembangunan Daerah yang

dilaksanakan oleh barbagai instansi yang ada di Kota Bandar Lampung, maka

Daerah melaui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), membantu

mengarahkan setiap instansi untuk menyusun kebutuhan pembangunan sesuai

kepentingan mendesak dari masing-masing intansi yang ada di wilayahnya.


55

Untuk Meningingkatkan efektivitas Peranan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan Kota Bandar Lampung, Perlu beberapa alternatif yang signifikan,

mulai dari proses hingga implementasinya. Idealisasi penusunan kebijakan

kebijakan, tiada lain adalah merupakan langkah yang strategis dalam setiap

pelaksanaan pembangunan, yang dapat diterapkan kepada seluruh instansi yang

ada diwilayahnya, untuk itu sesuai dengan hasil penelitian dengan menggunakan

teori yang dikemukakan oleh Siswanto (2012) bahwa peran Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan, melalui (1) Secara otoritas formal, (2) Sebagai pusat informasi, (3)

Keputusan-keputusan yang strategis, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Peran Secara Otoritas Formal

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung, berperan

sebagai salah satu isntansi yang menyusun kebijakan atas pelaksanaan program

pembangunan yang ada di Kota Bandar Lampung, hal ini Karen merupakan

suatu kewajiban sesuai dengan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 48

Tahun 2016 Tentang Tata Kerja, Tugas Pokok Dan Fungsi Perangkat Daerah Kota

Bandar Lampung. Sebagai tugas utama, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota

Bandar Lampung, maka perencanaan pembangunan selalu menjadi prioritas

utama dalam merenacakan pengembangan wilayah di Kota Bandar Lampung.


56

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, mengemukakan bahwa:

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam


Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan, sangat penting, karena
semua program pembangunan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran di Kota Bandar Lampung, selalu dikoordinasikan dengan Pihak
Bappeda, yang menyusun sesuai tingkat kepentingan masing-masing
instansi. (Wawancara Januari 2023).

Sesuai hasil wawancara tersebut didukung pendapat Thoha (2012.

Mengemukakan bahwa peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur,

yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu

kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat

mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena

seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai

lingkungan, yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu

luas dan beraneka macam, dan masing-masing akan mempunyai lingkungan

yang berlainan. Tetapi peranan yang harus dimainkan pada hakekatnya

tidak ada perbedaan

Dengan demikian bahwa setiap pegawai Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, mempunyai peran

masing-masing dalam mensukseskan kebijakan pembangunan dalam menyusun

program pembangunan berdasarkan kepentingan tersebut, dan hal ini merupakan

salah satu bagian dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, melalui sub bagian

keuangan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yakni membuat


57

konsep perencanaan anggaran dari berbagai rencana kegiatan pembangunan yang

akan dilaksanakan di Kota Bandar Lampung. Perencanaan anggaran khusus pada

sektor pembangunan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas

pembangunan dan kuantitas sarana serta prasarana yang ada misalnya kualitas

sarana pendidikan atau sekolah, maka pihak Dinas Pendidikan memerlukan

koordinasi dengan pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kota Bandar Lampung karena itu pihak Bappeda melakukan koordinasi secara

langsung dan terbuka melalui musyawarah atau rapat dengan tujuan

menyampaikan rencana pembangunan diberbagai sector untuk setiap tahun

berikutnya.

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala Bagian Penyusunan Program,

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung

mengemukakan sebagai berikut:

Salah Satu Tupoksi kami pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(Bappeda) adalah melakukan perencanaan anggaran terhadap berbagai
program pembangunan yang diajukan dari berbagai Kelurahan dan SKPD
yang diusulkan oleh masing Dinas dan Desa/Kelurahan. Dalam
penyusunan rencana anggaran kemudian kami melakukan koordinasi
teknis dengan pihak Kelurahan dan SKPD terkait, sehingga dapat
sinkronisasikan antara Bappeda dengan rencana program dari
Dea/Kelurahan dan SKPD. (Hasil wawancara, Januari 2023).

Sesuai hasil wawancara tersebut, didukung pendapat, Bauer, 2003,

mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan

peran tersebut oleh para penilai dan pengamat, terhadap produk atau outcome

yang dihasilkan, bahwa organisasi yang digerakkan oleh misi berdasarkan

peraturan lebih efisien ketimbang organisasi yang digerakkan oleh kebiasaan-


58

kebiasaan, organisasi yang digerakkan oleh misi lebih efektif ketimbang

organisasi hanya dapat ditingkatkan melalui perubahan visi, misi dan tujuan

organisasi.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, telah

melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam pengusulan atau program yang

diajukan untuk peningkatan kualitas pembangunan di Kota Bandar Lampung.

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data bahwa Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) berperan sebagai perencana anggaran di Kota

Bandar Lampung, yang disediakan untuk setiap tahunnya yang sumber dana

Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan ketersediaan anggaran maka pihak Bappeda Kota Bandar Lampung

melakukan koordinasi perencanaan pembangunan khusunya Desa/Kelurahan dan

SKPD di Kota Bandar Lampung. Sesuai hasil wawancara dengan Kepala

Bappeda Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

Pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar


Lampung merupakan Istansi yang menjadi pusat informasi pembangunan
yang ada di Kota Bandar Lampung Selalu melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemegang otoritas formal dalam penyusunan program
pembangunan yang ada di Kota Bandar Lampung, untuk memberikan
informasi terkait dengan perencanaan pembangunan yang ada di Kota
Bandar Lampung, (Hasil wawancara, Januari 2023).

Untuk melaksanakan tugasnya maka Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) dalam penyusunan kebijakan dibidang pembangunan, sangat

berperan untuk menentukan program pembangunan yang sesuai dengan


59

kebutuhan yang paling mendesak untuk dilaksanakan, sehingga insnsi yang

mengajukan usulan pembangunan perlu duduk bersama dalam menentukan

prioritas program yang mendesak sesuai dengan yang direncanakan, sehingga

kedua instansi yang berbeda bertujuan untuk mengkofirmasi atau melakukan

cross-cek jenis program yang apa dapat diusulkan, yang sifatnya masuk dalam

skala prioritas. Dengan denikian anggaran pembangunan yang ada dapat

dimanfaatkan secara maksimal untuk melaksanakan pembangunan sarana dan

prasarana yang telah diusulkan. Sesuai hasil wawancara dengan Staf pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, yaitu

sebagai berikut:

Kami sebagai staf pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(Bappeda) Kota Bandar Lampung selalu melaksanakan tugas yang
diberikan kepada kami, karena secara otoritas formal, tugas kami yaitu
menyusu program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh
Desa/Kelurahan dan SKPD, yang ada di Wilayah Kota Bandar Lampung,
(Hasil wawancara, Januari 2023).

Sesuai hasil wawancara tersebut didukung pendapat Soekamto, 1997,

mengemukakan bahwa peranan adalah pertama, perilaku seseorang atas

kedudukan tertentu dan hubungannya dengan masyarakat. Kedua, peranan adalah

suatu kelompok penghargaan manusia terhadap cara bersikap dan berbuat dalam

situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Ketiga, peranan adalah pola

tingkah laku yang didasarkan atas kedudukan tertentu dalam kolektivitas dari

keadaan sosial tertentu.

Karena organisasi itu harus berjalan sebagai suatu sistem, maka bagian-

bagian atau unit-unit yang ada di dalam suatu organisasi harus berjalan sebagai
60

suatu sistem pula, walaupun setiap unit mempunyai tugas dan sasaran tersendiri,

namun tiap-tiap unit atau bagian-bagian tidak dapat melepaskan diri dari unit atau

bagian yang lainnya. Oleh sebab itu, suatu unit tidak dapat berfungsi dengan baik

tanpa dibantu dengan unit lainnya, atau antara unit terjadi interdependensi. Untuk

itulah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sangat diperlukan

dalam penyusunan program pembangunan di Kota Bandar Lampung.

1. Peran Sebagai Pusat Informasi.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar

Lampung, merupakan pusat informasi, dalam pelaksanaan perencanaan dan

pembangunan di Kota Bandar Lampung, bukan hanya sebagai symbol yang sering

dikatakan oleh orang yang belum mengetahui kegiatan tersebut, namun dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya merupakan kegiatan yang harus

dilaksanakan mengingat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kota Bandar Lampung, melaksanakn tugas pokok dan fungsinya sebagai pusat

pegiatan perencaaan dan penyusunan pembangunan yang ada di Kota Bandar

Lampung.

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala Bagian Perencanaan Bappeda Kota

Bandar Lampung sebagai berikut:

Pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar


Lampung merupakan Istansi yang menjadi pusat informasi pembangunan
yang ada di Kota Bandar Lampung Selalu melaksanakan tugas dengan
baik dalam berkoordinasi dengan barbagai Desa/Kalurahan dan Dinas-
dinas yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung, untuk memberikan
informasi terkait dengan perencanaan pembangunan yang ada di Kota
Bandar Lampung, (Hasil wawancara, Januari 2023).
61

Sesuai hasil wawancara tersebut didukung pendapat, Nigro & Nigro,

(1984), Mengemukakan bahwa Organisasi formal adalah suatu sistem koordinasi

atas tindakan-tindakan sekelompok organ yang bekerja sama ke arah tujuan

umum. Pada dasarnya menekankan bahwa pentingnya peran Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung sebagai pusat informasi

bagi suatu organisasi, maka akan muncul pembagian kerja, dengan pembagian

kerja memang dapat memecahkan masalah, dalam menyusun dan pelaksanaan

kerja, tetapi dari situ dapat menimbulkan masalah lain, apabila tidak ditangani

dengan baik yaitu koordinasi kegiatan-kegiatan dari Desa/kelurahan dan Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memperoleh kegiatan pembangunan demi

tercapainya sasaran atau tujuan organisasi. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran

atau duplikasi kegiatan dalam suatu organisasi maka diperlukan koordinasi, antar

lembaga.

Menurut penulis bahwa keberadaan Bappeda sangat diperlukan dalam

penyusunan program pembangunan di Kota Bandar Lampung, dalam menciptakan

efisiensi serta efektivitas pelaksanan tugas atau pekerjaan dalam mencapai sasaran

atau tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai hasil wawancara

dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut:

Pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar


Lampung merupakan Istansi yang menjadi pusat informasi pembangunan
yang ada di Kota Bandar Lampung Selalu berkoordinasi dengan barbagai
Kalurahan dan Dinas-dinas yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung,
untuk memberikan informasi terkait dengan perencanaan pembangunan
yang ada di Kota Bandar Lampung, (Hasil wawancara, Januari 2022).
62

Sehubungan dengan perencanaan anggaran yang dilakukan oleh Bappeda

Kota Bandar Lampung melalui sub bidang anggaran atau keuangan yang

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan dikoordinasikan dengan

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), maka anggaran

dapat dimanfaatkan berdasarkan masukan atau usulan program kerja

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Perencanaan

anggaran Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

direncanakan oleh Bappeda. Hasil penyusunan konsep usul persetujuan anggaran

rutin/pembangunan diajukan kepada Walikota Masuji.

Menurut penulis bahwa prasyarat penting untuk pelaksanaan penyusunan

program oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), adalah

keterlibatan semua orang dalam bekerja dengan sasaran yang tepat, dan dalam

kesadaran mereka akan nilai sumbangan yang mereka berikan, kemudian syarat

pokok selanjutnya adalah komunikasi yang baik, oleh setiap pelaksana kegiatan

yang diharapkan dapat menghasilkan rencana pembangunan yang sesuai sasaran.

Sesuai hasil wawancara dengan Staf pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut:

Setiap Perencanaan pembangunan yang diusulkan dari Desa/Kelurahan


dan SKPD, untuk dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrembang) terlebih dahulu dikoordinasikan dengan pihak Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), sebagai pusat informasi,
agar yang diusulkan dapat diterima sesuai dengan kebutuhan yang
mendesak, (Hasil wawancara, Januari 2023).

Dengan demikian bahwa program yang diusulkan dari Desa/Keluragan

dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sudah melalui pemeriksaan oleh

pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar


63

Lampung, yang telah dikoordinasikan sehingga dengan koordinasi berfungsi

sangat penting bagi organisasi, apalagi organisasi itu harus berjalan sebagai suatu

sistem, sebagai suatu kesatuan yang bulat dari bagian-bagian (sub-sistem), yang

saling berhubungan, saling menunjang, dan saling bergantung agar tujuan

organisasi tercapai.

Menurut penulis bahwa Perencanaan pembangunan yang diusulkan dari

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu

dikoordinasikan oleh pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda), yang berperan sebagai pusat informasi, sehingga usulan yang

disampaikan dapat diterima sesuai kebutuhannya.

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala Bagian Perencanaan Bappeda Kota

Bandar Lampung sebagai berikut:

Kami sebagai instansi yang dipercayakan sebagai pusat informasi


pembangunan di Kota Bandar Lampung, selalu berupaya memberikan
pelayanan yang terbaik kepada instansi yang membutuhkan informasi
tentang pembangunan daerah, terurama dalam membuat usulan proyek
pembangunan yang ada di Kota Bandar Lampung, (Hasil wawancara,
Januari 2023).

Sehubungan dengan perencanaan anggaran yang dilakukan oleh Bappeda

Kota Bandar Lampung melalui sub bidang anggaran atau keuangan yang

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan dikoordinasikan dengan pihak

terkait, maka anggaran dapat dimanfaatkan berdasarkan masukan atau usulan

program kerja Desa/Kelurahan serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Hasil penyusunan konsep usul persetujuan anggaran rutin/pembangunan diajukan

kepada Walikota Bandar Lampung .


64

Keberadaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bandar Lampung menggambarkan suatu informasi yang berhubungan dengan

suatu keadaan yang mencerminkan kondisi pusat informasi untuk memahami dan

melakukan suatu pekerjaan dengan lebih baik, serta lebih antusias dalam

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Staf pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bandar Lampung, mengemukakan bahwa:

Kami pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)


Kota Bandar Lampung, umumnya sudah melaksanakan tugas dengan
baik, utamanya melakukan pelayanan kepada instansi yang memerlukan
informasi pembangunan, karena kami selalu diberikan pengarahan dari
pimpinan untuk memberikan informasi ketrkait dengan perencanaan
pembangunan di Kota Bandar Lampung, (Wawancara Januari 2023).

Dari hasil wawancara tersebut, pegawai pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan

tugas, pegawai sudah berupaya melaksanakan tugas setiap hari, secara maksimal

sesuai dengan fasilitas yang tersedia atau yang disediakan oleh pemerintah. Dalam

melaksakan kebijakan pemerintah daerah yang terkait dengan pembangunan, perlu

persiapan secara komprehensif yang dimulai dari kebijakannya itu sendiri,

kemudian sikap dan perilaku sumber daya manusianya dalam hal ini adalah

pegawai pada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bandar Lampung, yang harus benar-benar siap, fasilitas pendukung juga yang

harus memadai sesuai rencana.

Hal penting yang perlu dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, melalui sub bagian penyusunan


65

program dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yaitu penyusunan

rencana kegiatan operasional program kerja, penyusunan konsep rencana

anggaran rutin dan pelaksanaan koordinasi tekhnis terhadap satuan kerja terkait.

Salah satu tugas pokok Bappeda yakni melakukan penyusunan konsep program

pembangunan sarana dan prasarana di Kota Bandar Lampung, serta sarana dan

prasarana lainnya. Perencanaan program di Kota Bandar Lampung dimaksudkan

untuk mengakomodirkan berbagai usulan program yang diusulkan oleh

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar kualitas dan

kuantitas sarana serta prasarana semakin meningkat.

Sesuai hasil wawancara dengan Staf pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, mengemukakan

sebagai berikut:

Dalam pelaksanaan tugas pokok kami sebagai instandi perencana


pembangunan, maka kegiatan yang kami lakukan yaitu melakukan
perencanaan program kerja tahunan yang kemudian diintegrasikan dengan
usulan program kerja dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terkait. Yah termasuk dengan Desa/Kelurahan yang ada, yang selalu
berkoordinasi dengan Bappeda Kota Bandar Lampung. (Hasil wawancara,
Januari 2023).

Sesuai hasil wawancara tersebut didukung pendapat Gibson et al. (1987)

mengemukakan bahwa kelangsungan hidup organisasi berkaitan erat dengan

kemampuan manajemen untuk menerima, menyampaikan, dan melaksanakan

komunikasi, proses komunikasi menghubungkan organisasi dengan

lingkungannya termasuk dengan bagian-bagiannya, informasi itu mengalir ke dan

dari organisasi sendiri. Informasi mengintegrasikan kegiatan intern organisasi.


66

Terjadinya komunikasi yang baik, dalam membangun informasi antara

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung

dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada yang terlibat suatu

kegiatan dapat memperlancar daripada arus pekerjaan, serta didukung oleh semua

pihak yang bekerja bersama dengan sasaran yang sama dengan demikian

kelancaran arus pekerjaan dapat tercapai sesuai rencana yang telah ditetapkan.

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala bagian penyusunan program Bappeda

Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

Selaku unsur pimpinan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(Bappeda) Kota Bandar Lampung, maka salah satu tugas pokok kami
adalah melakukan koordinasi perencanaan program kerja tahunan yang
kemudian diintegrasikan dengan usulan program kerja dengan
Desa/Kelurahan serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada.
(Hasil wawancara, Januari 2023).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung melalui

bagian penyusunan program kerja telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

untuk menyusun rencana program kerja tahunan, melakukan koordinasi dengan

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kota Bandar

Lampung, sehubungan dengan program kerja yang telah diajukan untuk diproses

dan sinkronisasikan program perencanaan pembangunan dari Bappeda Kota

Bandar Lampung.

2. Peran Keputusan-Keputusan Yang Strategi

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung, sangat


67

strategis untuk mewujudkan tujuan pembangunan, khususnya di dalam

peningkatan penyusunan rencana kegiatan operasional program kerja dan

penyelenggaraan kegiatan pengelolaan rencana kegiatan tahunan. Sehubungan hal

tersebut maka program kerja yang di usulkan oleh Desa/Kelurahan dan Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD), oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Bandar Lampung melakukan verifikasi dalam hal penyusunan

rencana kegiatan operasional program kerja tahunan khususnya pada

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandar

Lampung, sebelum diputuskan untuk program yang bias dibiayai atau tertunda.

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala Bagian Penyusunan Program pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung,

mengemukakan sebagai berikut:

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota


Bandar Lampung, dalam penyusunan kebijakan dibidang pembangunan,
merupakan keputusan yang sangat strategis untuk mendukung kemajuan
pembangunan di Kota Bandar Lampung, sebagai tugas pokok adalah
melakukan penyusunan perencanaan pelaksanaan program kerja tahunan
dan membuat perencanaan kegiatan pelaksanaan program kerja dan
melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terkait sehubungan pelaksanaan program kerja. (Hasil wawancara, Januari
2023)

Betapa pentingnya Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Bandar Lampung, dalam penyusunan kebijakan dibidang

pembangunan yang dapat mengintegrasikan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) di Kota Bandar Lampung, Selain itu pentingnya kebaradaan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) akan nampak sampai sejuah mana

pelaksanaan fungsi dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuan


68

secara menyeluruh dan bukan pencapaian tujuan bagian-bagian atau unit-unit

organisasi. Hal ini penting karena umumnya aktivitas-aktivitas itu perlu

diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas unit lainnya untuk mencapai tujuan

umum.

Salah satu peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

itu menjadi penting dalam pembangunan ialah karena adanya perbedaan-

perbedaan kepentingan dalam setiap instansi seperti satuan pekerjaan. Perbedaan-

perbedaan itu memang ada karena keharusan untuk mengadakan pembagian

kosekuensi berorganisasi, mempunyai masing-masing bidang tugas. Itulah

sebabnya, tanpa koordinasi ada kecenderungan atau kemungkinan masing-masing

spesialis itu akan berjalan sendiri-sendiri yang bisa saja menuju keberbagai arah

atau tidak pernah bertemu pada tujuan yang sama.

Sesuai hasil wawancara dengan Kepala Bagian Perencanaan pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung,

mengemukakan sebagai berikut:

Semua usulan perencanaan yang bersumber dari bawah (Desa/Kelurahan


dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)) kami melakukan penyusunan
perencanaan pelaksanaan program kerja tahunan dan membuat
perencanaan kegiatan pelaksanaan program kerja dan melakukan
koordinasi dengan pihak Kelurahan dan pihak SKPD terkait sehubungan
pelaksanaan program kerja. (Hasil wawancara, Januari 2023)

Sesuai hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa, salah satu upaya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung,

dalam meningkatkan penyusunan kebijakan dibidang pembangunan, yaitu dengan

menyediakan fasilitas on line, hal tersebut menunjukan bukti nyata bahwa Badan
69

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, telah

berbenah diri dalam meningkatkan kualitas pelayanan melalui penyusunan

kebijakan dibidang pembangunan, dengan menyiapkan fasilitas on line, dengan

demikian bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Bandar Lampung dapat menyesuaikan dengan perkembangan kemajuan saat ini

sebagai wajud tanggung jawab mereka dalam memberikan pelayanan kepada

Satuan Kerja Prangkat Daerah (SKPD).

Sesuai Sesuai hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian

Penyusunan Program pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kota Bandar Lampung, mengemukakan bahwa:

Saya sebagai Kepala Bagian Penyusunan Program pada Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung,
selalu berusaha mentaati peraturan yang ditetapkan oleh pimpinan, dan
salah satunya yaitu harus menerapkan kebijakan yang telah diputuskan
oleh pimpinan, hanya ini merupakan salah satu alat kontol pimpinan
dalam pengambilan keputusan Penyusunan Program pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). (Wawancara Januari
2023).

Sesuai hasil wawancara tersebut didukung pendapat Thoha (2012:10)

mengemukakan bahwa peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang

ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang

mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi

bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami

bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang setiap saat

diperlukan Peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang ditimbulkan

karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah

dikenal.
70

Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana

peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia

bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang setiap saat diperlukan

untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan masing-masing

akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang harus

dimainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan.

Kemudian peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung,

menjadi amat penting jika karena kemajuan pembangunan di Kota Bandar

Lampung, salah satunya yaitu ditentukan peranan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda), karena harus lebih berorientasi pada

pembangunan diseluruh sector di Kota Bandar Lampung, dalam rangka

menegakan kebijakan Pemerintah tentang Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan Kota Bandar Lampung.

Sesuai Sesuai hasil wawancara peneliti dengan Staf pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung,

mengemukakan bahwa:

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota


Bandar Lampung, sangat sesuai dengan perkembangan saat ini, karena
dengan tugas Pokok dan Fungsi yang dilaksanakan, dapat menjadi suatu
keputusan yang strategi dalam meningkatkan pembangunan di Kota
Bandar Lampung, (Wawancara Januari 2023).

Kemajuan pembangunan di Kota Bandar Lampung tidak terlepas dari

peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar

Lampung, sebagai salah satu coordinator dalam penyusunan kebijakan dibidang


71

pembangunan dalam melihat kinerja Daerah, diharapkan dapat meningkatkan

tugas dalam melaksanakan kebijakan pemerintah tentang penyusunan kebijakan

dalam bidang pembangunan. Selain itu juga sebagai penyelenggaraan pelayanan,

secara arif serta bijaksana, meningkatkan motivasi, pengetahuan, ketrampilan dan

sikap kearah profesionalitas kerja pegawai, guna mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas, meningkatkan kediplinan dalam memberikan pelayanan

kepada instansi terkait dengan tugas tersebut.

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar

Lampung, sebagai Keputusan-Keputusan yang Strategi mengnut prinsip,

profesionalisme, sesuai hasil penelitian tersebut pada dasarnya adalah merupakan

kesepakatan dan kesepahaman diberbagai unsur mengenai sasaran kegiatan yang

harus dicapai, adanya saling komukasi antara instansi terkait dengan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, sebagai

instansi pemegang arus informasi dapat terjaga.

Untuk menciptakan Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Bandar Lampung, yang efektif dan efisien dapat dilakukan

dengan berbagai cara, baik yang bersifat formal maupun yang bersifat informal.

Secara formal misalnya melalui pertemuan-pertemuan resmi antara pemimpin

instansi terkait atau antara pimpinan dengan bawahan. Sedangkan secara informal

dapat dilaksanakan pada pertemuan-pertemuan secara informal, seperti pada saat

istirahat kerja.

Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, maka diperoleh gambaran secara

jelas bahwa dengan peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)


72

Kota Bandar Lampung, yang sifatnya terprogram, terencana dan terarah dalam

upaya meningkatkan keputusan-keputusan yang strategi, dan profesionalisme,

agar dapat meningkatkan kualitas pembangunan di Kota Bandar Lampung.

4.1. Aspek-Aspek yang menghambat Peranan Bappeda Dalam


Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan di Kota Bandar
Lampung.

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan di Kota Bandar Lampung

bertujuan meningkatkan faktor pendukung efesiensi dan berusaha mengeliminir

faktor penghambat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terhadap

informan, ditemukan berbagai aspek penghambat dalam upaya meningkatkan

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung. Untuk

membahas tentang aspek-aspek penghambat Peranan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan Kota Bandar Lampung, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia (pegawai) yang ada pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandar Lampung, relative kurang

jumlahnya, sehingga dalam pelaksanaan Penyusunan Kebijakan Dibidang

Pembangunan, sering tidak optimal, kemudian kurangnya koordinasi antara

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dengan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bandar Lampung.


73

2. Kurangnya berbagai fasilitas pendukung dalam pelaksanaan Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan, seperti keterbatasan computer yang ada

sehingga dapat mengganggu kalancaran pelaksanaan Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan, serta seringnya padam lampu listrik dalam waktu

yang lama, sehingga dapat mengurangi efektivitas kerja pegawai dalam

menyelesaikan tugasnya.

3. Katerbatasan sumber daya yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dalam pelaksanaan Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan di

Kota Bandar Lampung, sehingga pelaksanaan koordinasi sering kurang

optimal, karena terkadang program yang dianggap sangat penting tetapi tidak

diakomodir karena pegawai yang ditugaskan untuk berkoordinasi dengan

pihak-pihak terkait mempunyai latar belakang kemampuan yang relative

rendah.

Dari fenomena tersebut mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan

Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam pelaksanaan

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan di Kota Bandar Lampung.

Dengan demikian bahwa sesuai hasil penelitian dengan berpedoman pada teori

yang dikemukakan oleh Siswanto (2012 : 21) yaitu (1) Peran Secara otoritas

formal, (2) Peran Sebagai pusat informasi, (3) Peran Keputusan-keputusan yang

strategi, sesuai dengan permasalahan dan dapat mendukung dari pada penelitian

ini.
74

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Peranan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan

Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1 Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung

melalui (a) Secara otoritas formal, telah terlaksana sesuai peranannya (b)

Sebagai pusat informasi, telah menjadi pusat informasi pembangunan, (c)

Keputusan-keputusan yang strategis, perencanaan pembangunan dengan

prinsip buttom up yakni proses penyusunan rencana pembangunan dari

Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) demgan

memperhatikan aspirasi dan kebutuhan yang menjadi skala prioritas,

perencanaan top down dengan prinsip bahwa proses penyusunan rencana

pembangunan di Desa/Kelurahan dan SKPD, perlu bersinergi dengan rencana

strategis di atasnya dan komitmen pemerintahan atasan.

2. Sedangkan aspek-aspek yang menghambat (1) Sumber daya manusia

(pegawai) yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kota Bandar Lampung, relative kurang jumlahnya, sehingga

dalam pelaksanaan Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan, sering

tidak optimal. (2) Kurangnya berbagai fasilitas pendukung dalam pelaksanaan

Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan, serta seringnya padam lampu

74
75

listrik dalam waktu yang lama. (3) Katerbatasan sumber daya yang ada pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam pelaksanaan Penyusunan

Kebijakan Dibidang Pembangunan di Kota Bandar Lampung, sehingga

pelaksanaan koordinasi sering kurang optimal.

5.2 Saran-Saran.

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian, penulis masih

menemukan kelemahan-kelemahan Peranan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota

Bandar Lampung, dengan demikian penulis mengemukakan saran sebagai

berikut:

1. Sebaiknya Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung

lebih diefektifkan sebelum pelaksanaan musyawarah pembangunan daerah

(Musrembang) pada tingkat Kabupaten, sehingga program pembangunan yang

diajukan dapat diakomodir dan sesuai dengan kebutuhan yang sangat

mendesak.

2. Sebaiknya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) selalu

melakukan koordinasi dengan Desa/Kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) mulai dari perencanaan anggaran, perencanaan program dan

koordinasi perencanaan kegiatan, sehingga dalam penyusunan kebijakan

dibidang pembangunan Kota Bandar Lampung.


76

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Teks

Afiffuddin, 2016, Pengantar Administrasi Pembangunan, Alfabeta, Bandung

Arief dan Sasono, 2019, Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan, Jakarta, Cides.

Arikunto, Suharsimi, 2016, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Rineka Cipta, Jakarta

Bauer, Jeffrey C.  2013,  Role Ambiguity and Role Clarity:  A Comparison of
Attitudes in Germany and the United States.  Dissertation, University of
Cincinnati – Clermont.

Budiman, Arif (terj.) Frank, Andre Gunder. 2019. Sosiologi Pembangunan Dan
Keterbelakangan Sosiologi, Jakarta: Pustaka Pulsar.

Budiman, Arif. 2018, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Djojonegoro. 2019, Teori Sosial Dan Pembangunan Indonesia : Suatu Kajian


Melalui Diskusi. Bandung: Primaco Academika.

Emilia, Emi, 2018, Menulis Tesis dan Disertasi, Alfabeta, Bandung

Garna, Yudistira K. ed. 1993. Tradisi Transformasi Modernisasi dan Tantangan


Masa Depan di Nusantara. Bandung: Program Pascaasarjana Universitas
Padjadjaran.

Gibson, James L, et.al , 2019. Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses, Jilid I,
Binarupa, Jakarta.

Hadi, 2001, Administrasi Pembangunan, Dalam Pembangunan Nasional,


Gunung Agung, Jakarta.

Handayaningrat, S, 2016, Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan


Nasional. Haji Masagung, Jakarta:

Hasibuan, H. Malayu, SP, 2019, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,


Bumi Aksara, Jakarta

Henry, Nicolas, 2018, Administrasi Negara dan Masalah-Masalah Kenegaraan,


Rajawali Press, Jakarta.
77

Kanfer, 2017, Principles of Instructional Designs. New York: Rinehart and


Winston.

Kahn, R, 2017. Task-specific motivation: An integrative approach to issues of


measurement, mechanisms, processes, and determinants. Journal of Social
and Clinical Psychology, 5, 237-264.

Kartasasmita, Ginandjar, 2014, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan


Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta

Moeljarto T, 2015, Politik Pembangunan sebuah Analisis Konsep, Arah dan


Strategi, Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta.

Nasution, S. 2018, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung

Lewis, 1994, Effective Management Social Psychological. New Jersey. Inc.


Englewood clift.

Peet and Hartwick, 2019, Public Administration, editor: Gunawan, SAGE


Publications Ltd, London.

Peters dan Pierre, 2017, Organizational Communication Profile. Provo, Utah:


Organizational Associates.

Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy, 2014, Kepemimpinan dan Perilaku


Organisasi, RajaGrafindo, Jakarta.

Robbins, 2021, Manajemen. Penerjemah Hermaya. Edisi keenam. Prehallindo.


Jakarta.

Siagian, SP. 2012, Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Haji


Masagung.

Silalahi, Ulber, 2019, Metode Penelitian Sosial, Refika Aditama, Bandung

Simon, Herbert, A, 2018, Administrasi Behavior, Terjemahan: ST Dianjung, Bina


Aksara, Jakarta.

Siswanto, 2016, Administrasi Pembangunan, Haji Masagung, Jakarta

Stoner, James AF, 2016, Management, Terjemahan Antarikso, et.al, Erlangga,


Jakarta

Sugandha, Dann, 2018, koordinasi Alat Pemersatu Gerak Administrasi,


Intermedis, Jakarta
78

Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung

Tarigan, 2013. Pengantar Psikologi (Introduction To Pshychology). Jakarta:


Erlangga

Thoha, Miftah, 2015, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Prenada Media


Group, Jakarta

Tjokroamidjojo, Bintoro, 2016, Perencanaan Pembangunan, CV Haji


Masagung, Jakarta

Usman, Sunyoto, 2014, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka


pelajar, Yogyakarta.

Westra, Pariata, et.al, 2013, Manajemen Pembangunan Daerah, Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Wrihatnolo, Randy R. dan Nugroho D, Riant., 2016, Manajemen Pembangunan


Indonesia, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

B. Dokumen/Publikasi/Artikel/Jurnal

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2018, Sistem Administrasi


Negara Republik Indonesia, Haji Masagung, Jakarta

Permen Nomor 54 Tahun 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Permendagri 57/2007 tentang Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tentang Sistem Perencanaan


Pembanguan Nasional

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 1980.

UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi


Daerah.
79

Lampiran: 1

PEDOMAN WAWANCARA

1. Menurut bapak/ibu apakah Bappeda telah melaksanakan peranannya pada


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Penyusunan
Kebijakan Dibidang Pembangunan Kota Bandar Lampung ?

2. Menurut bapak/ibu apakah dalam perencanaan pembangunan Bappeda


melakukan koordinasi perencanaan anggaran dengan SKPD?

3. Menurut bapak/ibu apakah Bappeda telah berperan sebagai otoritas formal


dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan?

4. Menurut bapak/ibu, apakah Bappeda sudah berperan sebagai pusat informasi


Dalam Penyusunan Kebijakan Dibidang Pembangunan?

5. Menurut bapak/ibu, apakah Bappeda sudah berperan dalam pengambilan


keputusan yang strategis?

6. Menurut bapak/ibu, apakah ada usulan program yang tidak dapat


direalisasikan?

Anda mungkin juga menyukai