Anda di halaman 1dari 13

Pendekatan Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan berdasarkan jangka waktunya dan mengacu pada Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 dibagi menjadi tiga, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Tahunan. RPJP merupakan
rencana pembangunan untuk jangka waktu 20 tahun dan RPJM untuk jangka waktu 5 tahun. Menurut
UU Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 15 RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional. Kemudian, RPJM Daerah merupakan penjabaran visi, misi, dan program
Kepala Daerah terpilih yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memerhatikan RPJM
Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum,
dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif. Sementara itu, RKPD yang merupakan perencanaan tahunan daerah adalah
penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Perencanaan pembangunan daerah di Indonesia merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional. Artinya bahwa pembangunan yang dilaksanakan di daerah tidak terlepas dari
konsep rencana pembangunan nasional, sehingga dalam menyusun program pembangunan daerah
tetap mengacu kepada rencana pembangunan nasional, baik rencana pembangunan jangka panjang
maupun menengah. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah
menggunakan kombinasi pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top down) dan
bawah-atas (bottom up),

Pendekatan politik berkaitan dengan mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat.
Sebelum dipilih oleh rakyat, calon kepala daerah merumuskan visi dan misinya sebagai janji yang akan
dilaksanakan apabila terpilih menjadi kepala daerah. Visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan
menjadi RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun selama kepala daerah terpilih memimpin
daerah. Namun, penyusunan RPJM Daerah tersebut harus tetap mengacu kepada RPJP Daerah dan
memerhatikan RPJP Nasional.

Pendekatan teknokratik berkaitan dengan profesionalisme dan keahlian dalam penyusunan


perencanaan pembangunan daerah. Dalam penyusunan rencana pembangunan daerah perlu
mempertimbangkan berbagai aspek dan keahlian, sehingga hasil yang diperoleh bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapi daerah secara komprehensif.
Pendekatan partisipatif merupakan upaya melibatkan masyarakat dan para pemangku kepentingan
(stakeholders) dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Pergeseran pemahaman
bahwa masyarakat bukan sekadar objek, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan mendorong
pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan mulai dari tingkat bawah
(desa/ kelurahan). Partisipasi masyarakat juga merupakan wujud transparansi pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik atau yang
belakangan ini juga disebut dengan istilah tata pemerintahan yang baik (good governance).

Pendekatan atas-bawah (top-down) dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah


melibatkan Bappeda dan SKPD. Bappeda sebagai unit yang bertanggung jawab dalam mengoordinasikan
kegiatan ini merumuskan rancangan awal dengan masukan dari rancangan rencana strategis SKPD.
Rancangan awal tersebut nantinya akan dibahas dalam kegiatan Musrenbang.

Pendekatan bawah atas (bottom-up) dilakukan mulai dari pengusulan program atau proyek dari tingkat
bawah (desa/kelurahan) oleh masyarakat. Penyelenggaraan Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan
yang dimaksudkan sebagai wahana menyerap aspirasi masyarakat dalam pembangunan yang kemudian
hasilnya akan dibawa ke Musrenbang tingkat kecamatan dan selanjutnya Musrenbang tingkat
kabupaten/kota. Program dan proyek yang diusulkan oleh masyarakat akan dinilai dari urgensi dan
kemampuan pemerintah di tingkat bawah dalam melaksanakan usulan tersebut. Sejauhmana urgensi
dan kemampuan pemerintah berkaitan dengan berbagai usulan yang masuk akan menentukan
pelaksanaan program dan proyek nantinya. Apabila suatu usulan dianggap sangat urgen, tetapi tidak
mampu dilaksanakan oleh pemerintah di tingkat bawah, akan diusulkan untuk dibawa ke Musrenbang di
atasnya, yaitu di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah adalah
bahwa perencanaan pembangunan daerah harus:

a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

b. dilakukan pemerintah daerah bersama dengan para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan
kewenangan masing-masing.

C. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah, serta

d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing- masing daerah sesuai dinamika
perkembangan daerah dan nasional.
Sebagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, Perencanaan pembangunan
daerah dirumuskan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut."

a. Transparan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tetap
memerhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

b. Responsif, yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang terjadi di
daerah.

c. Efisien, yaitu pencapaian keluaran (output) tertentu dengan masukan terendah atau masukan
terendah dengan keluaran (output) maksimal.

d. Efektif, yaitu kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang dimiliki, melalui cara atau
proses yang paling optimal.

e. Akuntabel, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan pembangunan daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

f. Partisipatif merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan
pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok masyarakat rentan termarginalkan,
melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak
memiliki akses dalam pengambilan kebijakan.

g. Terukur, yaitu penetapan target kinerja yang jelas dan dapat diukur serta cara untuk mencapainya.

h. Berkeadilan, merupakan prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor, pendapatan, gender dan usia.

i. Berwawasan lingkungan, yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur tanpa harus
menimbulkan kerusakan lingkungan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber
daya manusia.

j. Berkelanjutan, yaitu pembangunan yang mewujudkan keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan dengan
memerhatikan potensi dampak pembangunan dalam mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber
daya manusia.
Selain model pendekatan tersebut, Lincolin Arsyad mengelompokkan perencanaan pada enam aspek
berikut.

1. Perencanaan berdasarkan jangka waktu


2. Perencanaan berdasarkan sifat
3. Perencanaan berdasarkan alokasi sumber daya
4. Perencanaan berdasarkan tingkat keluwesan atau fleksibilitas
5. Perencanaan berdasarkan sistem ekonomi
6. Perencanaan berdasarkan cara pelaksanaan

4. Jenis Perencanaan

Berdasarkan dimensi pendekatan dan koordinasi, perencanaan pembangunan terdiri dari: (a)
perencanaan makro; (b) perencanaan sektoral; (c) perencanaan regional; dan (d) perencanaan mikro.

Perencanaan pembangunan makro adalah perencanaan pembangunan nasional yang cakupannya dalam
skala makro atau menyeluruh. Dalam perencanaan makro ini dianalisis proses pertumbuhan ekonomi
yang dapat dan akan direncanakan dalam suatu negara, berapa besar tabungan masyarakat dan
pemerintah akan tumbuh, bagaimana proyeksinya, dan hal-hal lainnya secara makro dan menyeluruh.

Perencanaan sektoral adalah perencanaan yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan sektor-
sektor tertentu. Sektor dalam hal ini adalah kumpulan kegiatan atau program yang mempunyai
persamaan ciri-ciri serta tujuannya. Pembagian menurut klasifikasi fungsional seperti sektor,
dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan- perhitungan dalam mencapai sasaran makro. Sektor-
sektor ini, selain mempunyai ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, juga mempunyai daya dorong yang
berbeda dalam mengantisipasi investasi yang dilakukan pada masing-masing sektor.

Perencanaan dengan dimensi pendekatan regional menitikberatkan pada aspek lokasi di mana kegiatan
dilakukan. Pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda dengan instansi-instansi di pusat
dalam melihat aspek ruang di suatu daerah, Kementerian/lembaga yang berkedudukan di pemerintah
pusat dengan visi dan misi sebagaimana tertuang dalam RPJMN dan rentsra kementerian akan
menganalisis "lokasi program/kegiatan priorotas", sedangkan pemerintah daerah dengan titik berat
pendekatan pembangunan regional (wilayah/ daerah) melihat "kegiatan untuk lokasi". Kedua pola pikir
itu bisa saja menghasilkan hal yang sama, namun sangat mungkin menghasilkan usulan yang berbeda.

Perencanaan mikro adalah perencanaan skala rinci dalam perencanaan tahunan, yang merupakan
penjabaran rencana-rencana baik makro, sektoral, maupun regional ke dalam susunan proyek- proyek
dan kegiatan-kegiatan dengan berbagai dokumen perencanaan dan penganggarannya.
5. Manfaat Perencanaan

Menurut Friedmann, perencanaan akan berhadapan dengan problem mendasar, yakni bagaimana teknis
pengetahuan perencanaan yang efektif dalam menginformasikan aksi-aksi publik. Atas dasar tersebut,
perencanaan didefinisikan sebagai komponen yang menghubungkan antara pengetahuan dengan
aksi/tindakan dalam wilayah publik. Pada prinsipnya. Friedmann menyatakan perencanaan harus
bertujuan untuk 27 kepentingan masyarakat banyak.**

Perencanaan juga merupakan pekerjaan yang menyangkut wilayah publik maka komitmen seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat sangat dibutuhkan, sehingga hasil perencanaan
dapat dibuktikan dan dirasakan manfaatnya. Beberapa manfaat perencanaan dapat dikemukakan
sebagai berikut.

a. Sebagai informasi keputusan yang tepat untuk dilakukan.

b. Sebagai panduan kegiatan dan monitoring.

c. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap usul/saran penyempurnaan yang "baru".

d. Sebagai rantai koordinasi.

e. Sebagai dasar monitoring dan evaluasi.

f. Sebagai inventarisasi kebutuhan

h. Sebagai alat untuk mencocokan perencanaan, pelaksanaan, hasil atau perencanaan, pengembangan
dan kesejahteraan. Perencanaan menghindarkan pemborosan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu)
dan merangsang efisiensi pada umumya.

B. Teori Perencanaan

1. Perencanaan Rasional Komprehensif (Sinoptik)

Margolis."
Dapat diartikan bahwa model rasional-komprehensif (sinoptis) berpandangan bahwa baik buruknya hasil
yang akan dicapai dari perumusan kebijakan publik harus mendasarkan pada pemikiran yang rasional
atau sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki. Analisis yang dilakukan harus
memiliki data atau informasi yang lengkap, sehingga dalam analisisnya tidak memiliki cacat atau
mencapai kesempurnaan tanpa kesalahan. Harapan untuk mendapatkan sebuah perumusan kebijakan
yang baik dengan menggunakan pemikiran yang rasional yang sangat baik dan bagus, namun tentunya
tidak semua permasalahan dan kenyataan di lapangan bisa diterima secara rasional dan bahkan ada
data yang didapat oleh perumus kebijakan sangat berbeda dengan kenyataan."

Model perencanaan rasional komprehensif adalah model perencanaan secara menyeluruh, yang berarti
mempunyai skala luas, dengan pengambilan keputusan yang kompleks. Model ini memandang bahwa
perencanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan dalam jangka panjang. Perencanaan ini hanya
menganggap satu tujuan bersama meskipun yang tergolong ke dalam kepentingan itu hanya minoritas.
Kelompok minoritas diasumsikan mewakili kelompok mayoritas. Itulah sebabnya, model ini memerlukan
langkah-langkah yang riil mulai dari proses mengidentifikasi masalah hingga sampai pada perumusan
kebijakan dan program bahkan sampai pada kegiatan.

Unsur-unsur dalam model rasional komprehensif, yaitu sebagai berikut.35

A. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-
masalah lain atau setidaknya nilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.

b. Tujuan, nilai, atau saran yang mendasari keputusan amat jelas dan dapat diterapkan peringkatnya
sesuai dengan urutan kepentingannya.

C. Teliti secara saksama berbagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut.

D. Teliti akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih.

e. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya dapat diperbandingkan dengan
alternatif lain yang ada.

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat akibat yang dapat memaksimalkan tercapainya
tujuan, nilai atau sasaran yang telah ditentukan.
2. Perencanaan Inkremental

Analisis dengan model inkremental ini memberikan jalan yang berbeda dengan rasional-komprehensif
(sinoptis). Analisis model ini menawarkan kemudahan dalam analisis karena tidak perlu melakukan
analisis secara cermat dan teliti, cukup melihat kebijakan yang telah ada kemudian disesuaikan dengan
permasalahan yang terus berubah. Cukup melakukan sedikit penyesuaian, hal tersebut sudah
merupakan analisis. Kebijakan dibuat oleh perumus kebijakan tanpa harus melihat atau meneliti dengan
komprehensif, sehingga dari alternatif yang ada secara singkat diputuskan untuk dijadikan kebijakan dan
kegiatannya menjadi terus-menerus, karena kebijakan yang dibuat tidak ada yang benar-benar untuk
dijadikan pemecahan masalah secara keberlanjutan, hanya untuk masalah yang ada sekarang.

Model perencanaan inkremental memandang bahwa permasalahan publik tidak dapat dipecahkan
melalui perencanaan menyeluruh dan luas. Perencanaan inkremental mempunyai cakupan yang lebih
sempit dan terjangkau, sehingga tidak dikategorikan sebagai model perencanaan yang ambisius,
berkhayal, dan tidak efisien sebagaimana halnya model perencanaan komprehensif. Penganut aliran
inkremental sesungguhnya mempunyai tiga tujuan, yaitu sebagai berikut.

a. Analisis strategis, yaitu setiap upaya untuk menyederhanakan masalah kebijakan yang kompleks.

b. Incrementalism terputus-putus, yakni analisis dilakukan tanpa penetapan tujuan dengan


mempertimbangkan beberapa alternatif dan menyederhanakan data yang kompleks. Incrementalism
sederhana, yaitu alternatif yang dipilih hanya sedikit berbeda dari status quo.

Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya ketiga tujuan tersebut menjadi kabur.

3. Perencanaan Advokasi

Pengertian advokasi sangat beragam tergantung dari siapa yang melakukan advokasi dan perspektif
yang digunakan. Akan tetapi, dari berbagai pengertian tersebut terdapat benang merah yang sama
dalam tujuannya, yaitu mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik dengan cara-cara yang
demokratis.

Advokasi dipercayai berawal dari suatu pemahaman dan keyakinan bahwa ketidakadilan yang menimpa
kelompok masyarakat miskin itu disebabkan oleh tatanan sosial asimetris yang melahirkan hubungan-
hubungan kekuasaan yang timpang. Dalam kekuasaan yang timpang dipercayai bahwa dalam
pengambilan keputusan tidak mengikutsertakan aspirasi masyarakat miskin. Pengambilan keputusan
yang timpang tentunya menghasilkan beberapa keputusan yang merugikan pihak lain. Dalam perspektif
ini advokasi merupakan suatu tindakan yang direncanakan bersama oleh kelompok-kelompok
masyarakat untuk tujuan mentransformasikan tata hubungan sosial asimetris yang bertimpangan dalam
pengambilan keputusan menjadi sesuai dengan asas keadilan dan demokrasi. Menuju masyarakat yang
ideal adalah tujuan tindakan advokasi yang direncanakan dan dilakukan.

Advokasi sebenarnya tidak memiliki definisi yang baku. Pengertian advokasi selalu berubah-ubah
sepanjang waktu tergantung pada keadaan, kekuasaan, dan politik pada suatu kawasan tertentu.
Advokasi sendiri dari segi bahasa adalah pembelaan. Setidaknya ada beberapa pengertian dan
penjelasan terkait dengan definisi advokasi, yaitu sebagai berikut.

a Advokasi adalah usaha-usaha terorganisir untuk membawa perubahan-perubahan secara sistematis


dalam menyikapi suatu kebijakan, regulasi, atau pelaksanaannya (Meuthia Ganier).

b. Advokasi merupakan segenap aktivitas pengerahan sumber daya yang ada untuk membela,
memajukan, bahkan mengubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang
diharapkan. Advokasi dapat berupa upaya hukum formal (litigasi) maupun di luar jalur hukum formal
(nonlitigasi).

c. Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk memengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental) (Mansour Faqih). d. Advokasi
berkaitan dengan rakyat, terutama mereka yang

terpinggirkan (Vallerie Miller, 1997).

e. Advokasi adalah membangun organisasi-organisasi demokratis yang kuat untuk membuat para
penguasa bertanggung jawab dan berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan pengertian rakyat
tentang bagaimana kekuasaan bekerja (Jane Covey, 2005).

Advokasi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memperkuat proses perubahan dan transformasi
sosial yang membuat hubungan kekuasaan di masyarakat lebih demokratis dan menjamin keterlibatan
masyarakat dalam pengambilan keputusan/kebijakan publik (memperkuat akses masyarakat).

4. Perencanaan Radikal
Paradigma pemikiran perencanaan cenderung berkembang tidak hanya memerhatikan teori dan pola
pikir yang ada. Hal ini karena perkembangan dan perubahan permasalahan yang tinggi. Topik dan tema
permasalahan pembangunan selalu berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, teori dan pola yang
ada sering tidak selaras dengan perubahan perkembangan permasalahan tersebut. Oleh karena itu,
muncul pendekatan-pendekatan berikut yang sangat kontekstual dan praktis terhadap permasalahan
yang dihadapi.

a. Pemikiran radikal adalah sebuah pemikiran yang bersifat fundamental terdahap akar permasalahan
yang dihadapi, biasanya bertentangan dengan pemikiran tradisional atau konvensional karena dianggap
membelenggu kebebasan untuk mengembangkan pemikiran secara kontekstual.

b. Karakteristik radikal. Radikal terfokus pada akar permasalahan yang dihadapi atau roots of the
problems. Dalam kajian permasalahan, pemikiran radikal mengedepankan pemikiran yang amat
kontekstual dengan akar permasalahan yang dihadapi, biasanya mengabaikan pemikiran-pemikiran
terdahulu yang telah menjadi konvensi (kompromis) dan mentradisi. Pemikiran terdahulu dianggap oleh
para pemikir radikal sebagai sesuatu yang membelenggu. Untuk berpikir radikal, dibutuhkan sifat kritis,
kreativitas, dan inovatif. Radikal sering dianggap sebagai lawan dari konservatif.

5. Perencanaan Transaktif

Pendekatan perencanaan transaktif berfokus pada keutuhan pengalaman kehidupan masyarakat


tentang masalah kebijakan yang harus ditangani. Hal ini berarti perencanaan berbasis pada pengalaman
masyarakat semata. Dengan kata lain, perencanaan yang didasarkan pada keadaan riil yang
sesungguhnya dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan tidak dilakukan berdasarkan
target komunitas anonim penerima manfaat, tetapi dalam kontak tatap muka dengan masyarakat yang
dipengaruhi oleh keputusan. Perencanaan yang disusun kurang mengacu pada survei lapangan dan
analisis data, tetapi lebih ditekankan pada dialog antarorang. Jadi para perencana betul-betul
mengantarkan sumber daya secara langsung kepada masyarakat yang membutuhkan

Perencanaan transaktif juga mengacu pada evolusi lembaga desentralisasi yang membantu orang
mengambil kontrol dari proses sosial yang mengatur kesejahteraan mereka. Perencanaan tidak dilihat
sebagai operasi yang terpisah dari bentuk-bentuk tindakan sosial, tetapi lebih sebagai proses yang
tertanam dalam evolusi ide-ide secara terus- menerus melalui tindakan."
C. Konsep Penganggaran

Anggaran adalah pedoman kerja dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan
datang, serta merupakan komponen sentral akuntansi manajemen dalam sektor publik untuk kegiatan
planning, coordinating, organizing dan controlling. Anggaran mencerminkan kegiatan organisasi yang
penekanannya pada jangka pendek (Henley et al., 1992: 56). Melalui anggaran, manajemen
kepemerintahan dapat mengendalikan pelaksanaan kegitan operasional yang diarahkan untuk
melaksanakan strategi dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah..

Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk dapat meng- hubungkan proses perencanaan
dengan proses pengendalian dalam suatu organisasi. Karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki
oleh suatu organisasi, tidaklah cukup bagi organisasi jika hanya membuat atau merumuskan tujuan,
tetapi organisasi juga harus menyusun perencanaan untuk mencapainya. Keterbatasan sumber daya
yang dimiliki memaksa mereka untuk merencanakan dan melakukan pengendalian. Jones dan
Pendlebury (2000: 25) mengungkapkan bahwa akuntansi manajemen memegang peran krusial dengan
menyediakan informasi yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem perencanaan dan pengendalian.

Anggaran merupakan sebuah instrumen pemerintah dalam menyelenggarakan roda pemerintahan.


Kebijakan suatu pemerintah membutuhkan sumber daya berupa alokasi anggaran yang tertuang dalam
APBD.

APBD merupakan operasionalisasi dari berbagai kebijakan yang ditetapkan, sehingga harus
mencerminkan suatu kesatuan sistem perencanaan yang sistematis dan dapat dianalisis
keterkaitan/benang merahnya dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk itu, sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap kebijakan publik dalam
memahami sistematika dalam perencanaan yang bermuara pada anggaran (Nazaruddin, 2005: 1)."

Dalam Pasal 3 ayat 4, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa APBN/APBD
mempunyai enam fungsi berikut."

1. Fungsi otorisasi. Anggaran harus menjadi dasar dalam melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan. Anggaran menjadi pedoman untuk menilai

apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesual


dengan ketentuan yang telah berlaku.

3. Fungsi pengawasan, Anggaran menjadi pedoman untuk menilai

apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi. Anggaran harus diarahkan untuk mengurangi

pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan

efisiensi dan efektivitas perekonomian

5. Fungsi distribusi. Kebijakan anggaran harus memerhatikan rasa

keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi stabilisasi Anggaran menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

Kebijakan turunan berikutnya bersifat teknis, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada Pasal 4 undang-undang tersebut dijelaskan lebih rinci
asas umum pengelolaan keuangan daerah, yaitu sebagai berikut. 51

1. Tertib. Keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-
bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Taat pada peraturan perundang-undangan. Pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.

3. Efektif. Membandingkan pengeluaran dengan penghasilan yang diperoleh. Melihat pencapaian hasil
program dengan target yang telah ditentukan.

4. Efisien. Pencapaian hasil maksimum dengan pengeluaran tertentu.

5. Ekonomis. Memperoleh masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang
terendah.

6. Transparan. Memakai prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

7. Bertanggung jawab. Perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan


dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

8. Keadilan. Keseimbangan distribusi dan pendanaannya dan/ atau keseimbangan distribusi hak dan
kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif.

9. Kepatutan. Tindakan yang dilakukan harus proporsional dan wajar.

10. Manfaat untuk masyarakat. Keuangan daerah diutamakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

D. Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran

Anggaran memiliki peranan penting dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas yang
dilakukan oleh pemerintah. Karena anggaran memiliki kedudukan penting, suatu unit pemerintah harus
mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya, sehingga dapat diperbandingkan selisih antara
anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan tindak lanjut perbaikan.
Sistem anggaran pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan
tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program. Penetapan sistem
anggaran dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur
organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula
penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indikator
kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.

Perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan
pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara atau daerah dengan didasarkan
keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Sementara itu, anggaran merupakan
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan suatu anggaran.

Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi, sehingga output perencanaan
adalah penganggaran. Perumusan program di dalam perencanaan pada akhirnya berimplikasi pada
besarnya kebutuhan anggaran yang harus disediakan, sehingga keberhasilan penggunaan anggaran
dimulai dari perencanaannya.

Anda mungkin juga menyukai