0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
814 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang isu-isu strategis pembangunan daerah dalam konteks otonomi daerah. Beberapa isu strategis yang diidentifikasi antara lain rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan, tingginya jumlah penduduk miskin, belum optimalnya pelayanan publik, dan masih lemahnya kinerja pembangunan desa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan komitmen pemerintah daerah dalam
Dokumen tersebut membahas tentang isu-isu strategis pembangunan daerah dalam konteks otonomi daerah. Beberapa isu strategis yang diidentifikasi antara lain rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan, tingginya jumlah penduduk miskin, belum optimalnya pelayanan publik, dan masih lemahnya kinerja pembangunan desa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan komitmen pemerintah daerah dalam
Dokumen tersebut membahas tentang isu-isu strategis pembangunan daerah dalam konteks otonomi daerah. Beberapa isu strategis yang diidentifikasi antara lain rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan, tingginya jumlah penduduk miskin, belum optimalnya pelayanan publik, dan masih lemahnya kinerja pembangunan desa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan komitmen pemerintah daerah dalam
Kebijakan desentralisasi adalah untuk membangun kemandirian daerah agar
dapat mendukung pembangunan secara nasional. Kemandirian lokal merupakan paradigma pembangunan yang sedang digalakkan dalam rangka keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Dengan visi kemandirian lokal, maka paradigma pembangunan yang sedang dijalankan daerah bertujuan untuk mengurangi ketergantungan baik terhadap Pusat, daerah lain bahkan negara-negara lain. Disinilah otonomi daerah menunjukkan maknanya yang begitu luas. Sebab tidak hanya menyangkut penyerahan kekuasaan kepada seseorang atau kelompok. Namun jauh lebih penting otonomi daerah mengandung pengertian sebuah kemampuan yang dimiliki untuk merancang, merumuskan dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi melalui pengembangan suatu tatanan yang mandiri dan tetap terbingkai pada semangat persatuan dan kesatuan dalam NKRI. Kemandirian suatu daerah dalam arti politik, salah satunya dapat diukur dari derajat kebebasan yang dimilik daerah untuk berinisiatif dalam mengambil berbagai keputusan penting atas beragam persoalan yang dihadapi. Birokrasi pemerintah daerah dan masyarakat daerah telah cukup lama terbiasa hidup dalam alam politik yang serba dituntun dari atas, sehingga sebagian besar kapasitas inisiatif lokalnya tidak pernah terlatih atau bahkan telah terhisap sama sekali. Padahal, adanya kapasitas inisiatif lokal itu sangat diperlukan bagi keberhasilan implementasi otonomi daerah. Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah, ini berarti bahwa daerah juga menuntut adanya model perencanaan yang bukan saja komprehensif tetapi juga responsif pada masyarakat. Berbagai elemen sosial di masyarakat seperti Perguruan Tinggi (negeri dan swasta) di daerah dan berbagai struktur mediasi yang ada di masyarakat dapat memainkan peran penting dalam membantu pemerintah dan masyarakat guna membangkitkan kapasitas inisiatif lokal itu, terutama dalam menyiapkan input-input penting dalam proses perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah. Dalam pembangunan daerah otonom, hal lain yang memiliki derajat sangat penting adalah formulasi visi sebagai pedoman implementasi pembangunan. Visi yang baik dapat didefinisikan sebagai deskripsi tentang apa yang hendak dicapai oleh organisasi setelah organisasi tersebut mengimplementasikan strateginya dan mencapai potensi sepenuhnya. Perumusan visi merupakan salah satu langkah penting yang terumuskan dalam Rencana Strategis Daerah. Visi, bersama dengan rangkaian proses yang menyertai penyusunan dan Implementasinya, adalah kunci penting pembangunan daerah. Tanpa visi yang baik, pembangunan daerah menjadi proses yang tidak sempurna, tanpa kejelasan orientasi serta parameter pengukuran keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan. Kemisikinan adalah masalah utama daerah-daerah di Indonesia yang menjalankan otonomi daerah. Karena itu pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah adalah sangat penting untuk dikemukakan sebagai bagian dari berbagai strategi kebijakan yang dilaksanakan daerah. Melalui strategi yang terencana dengan baik, pemberdayaan masyarakat tidak dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan formal organisasi dan bersifat sporadis yang seolah-olah mempunyai tujuan nyata tetapi substansinya administratif. Upaya pemberdayaan masyarakat harus menumbuhkembangkan keberpihakan aparat pemerintahan kepada masyarakat miskin yang berada dalam situasi tidak berdaya. Disamping itu, pemberdayaan juga harus memperbaiki citra aparat pemerintah sebagai pengabdian dan pelayanan masyarakat. Pemberdayaan merupakan suatu sikap yang harus muncul dalam diri manusia, dimana setiap manusia mempunyai kemampuan dan potensi. Persoalannya adalah bagaimana kemampuan dan potensi itu dibangkitkan agar dapat berkembang dan berdaya sebagaimana seharusnya? Kunci utama mengentaskan masyarakat dari kemisikinan berada pada kekuatan masyarakat sendiri, masyarakat memiliki kekuatan untuk mengontrol masa depannya sendiri, sedangkan pihak luar dapat mengembangkan daya itu. Dalam suasana desentralisasi, keterlibatan seluruh masyarakat sebagai pelaku pembangunan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan daerah dan menentukan orientasi serta kebutuhan dirinya sendiri, sebab hakikat dari pembangunan nasional adalah dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri. Tetapi harus difahami bahwa partispasi masyarakat dalam pembangunan adalah kesadaran yang tidak bisa muncul dengan sendirinya. Kesadaran tersebut harus dibimbing dan diarahkan sampai mereka bisa mencapai kemandiriannya sendiri. Pola partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan kurang lebih dapat digambarkan sebagai berikut: Pertama, Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan. Perasaan terlibat dalam perencanaan pembangunan harus ditumbuhkan, keterlibatan masyarakat dalam hal tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri terhadap apa yang dibangun. Kedua, Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan, terutama pada program fisik yang telah direncanakan bersama, tentu membutuhkan keterlibatan dari segenap masyarakat, karena walaupun rencana telah disusun dengan baik tanpa ada dukungan dari masyarakat, maka pembangunan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Ketiga, Partisipasi Masyarakat dalam Memelihara dan Memanfaatkan Hasil Pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat tumbuh apabila mereka menikmati atau memperoleh manfaat dari pembangunan yang telah dilaksanakan, maka dengan sendirinya tentu diperlukan usaha melaksanakan pembangunan yang memberi manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Permasalahan pembangunan merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang saat ini dicapai dengan apa yang direncanakan serta apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil pada saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan daerah yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan dan acaman yang tidak diantisipasi. Berdasarkan pengertian permasalahan pembangunan di atas, maka perlu dilakukan identifikasi permasalahan berdasarkan evaluasi pembangunan, target rencana serta capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. Identifikasi permasalahan bertujuan agar dapat memetakan berbagai permasalahan yang terkait dengan urusan yang menjadi kewenangan, kewajiban dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah guna menentukan isu-isu strategis pembangunan jangka menengah. Program pembangunan daerah harus menjabarkan dengan baik sasaran- sasaran dari visi dan misi rencana pembangunan dalam RPJPD dan RPJMD. Dengan keterbatasan dan karakteristik alokasi belanja daerah, tentunya tidak semua urusan dapat diprioritaskan,meski demikian tidak berarti urusan tersebut tidak diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Secara operasional,urusan-urusan tersebut harus dilaksanakan untuk menjaga kinerja yang telah dicapai di masa lalu dan memenuhi standar pelayanan bagi masyarakat. Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena yang belum dapat diselesaikan pada periode sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Dalam pengamatan penulis, umumnya Isu strategis pembangunan di daerah misalnya: Pertama, Kualitas pendidikan masih relatif rendah yang disebabkan antara lain kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Kedua, Kualitas pelayanan kesehatan, kesadaran hidup bersih dan sehat, serta kesehatan lingkungan yang masih relatif rendah. Ketiga, Jumlah penduduk miskin masih relatif tinggi yang disebabkan oleh tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya tingkatan pendapatan. Keempat, Kualitas pelayanan publik belum optimal yang disebabkan oleh terbatasnya kualitas sumberdaya manusia aparatur,kinerja birokrasi dan sarana prasarana yang belum memadai.Kelima, Masih rendahnya keterpaduan pemanfaatan ruang kota, seperti terminal,pasar dan sistem transportasi sehingga menyebabkan kesemerawutan kota. Keenam, Rendahnya kinerja pembangunan desa yang disebabkan kualitas SDM, sarana Infrastruktur perdesaan, pemanfaatan ruang kawasan perdesaan, lemahnya kelembagaan desa. Dan Ketujuh, Koordinasi, integrasi, simplikasi dan sinkronisasi dalam penyelenggaran pemerintahan serta belum optimalnya aplikasi konsep pembangunan partisipatif.