Anda di halaman 1dari 13

RUMUSAN HASIL RAPAT KOORDINASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK SE PROVINSI ACEH TANGGAL 20 S/D 21 AGUSTUS 2013

PERMATA HATI HOTEL BANDA ACEH Memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan terkait pemberdayaan perempuan, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak, arahan Bapak Sekretaris Daerah Pemerintah Aceh pada acara Pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2013 dengan tema KITA TINGKATKAN KOORDINASI DAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH PROVINSI DAN KAB/KOTA DALAM RANGKA MELAKUKAN PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SECARA KOMPREHENSIF yang dilaksanakan pada Tanggal 20 s/d 21 Agustus 2013 di Hotel Permata Hati Banda Aceh. Kegiatan ini dihadiri oleh 60 orang peserta yang terdiri dari para Ketua Bapedda Kabupaten/Kota selaku Ketua Pokja Pengarusutamaan Gender (Pokja PUG), , para Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan atau Kepala Bagian Sosial atau Kepala Badan/Dinas/Unit yang

menangani pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dari Kabupaten/Kota, Kabid dan Kasubbid Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh, instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Pembangunan Masyarakat, Anggota Legislatif, dan beberapa perwakilan organisasi masyarakat sipil yang konsent pada isu pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak. Mengacu pada materi yang disampaikan oleh 7 (Tujuh) orang narasumber: 1. Kebijakan Pemerintah Aceh Terkait Pemberdayaan perempuan, dan perlindungan Anak, oleh Kepala Badan PP-PA Aceh ibu Dahlia. M. Ag

2. Kilas Balik perjalanan dan perjuangan bersama dari Biro kebadan Oleh Ibu Dra. Hj. Lailisma Sofyati

3. Arah Kebijakan Pembangunan PP dan PA sesuai dengan RPJM ACEH Tahun 2012 -2107 oleh Cut Triana Dewi dari Bappeda Aceh

4. Arah, Strategi Kebijakan dan Program Peningkatan

Kualitas Hidup Perempuan oleh Ibu Nevi Ariani, SE

5. Arah , Strategi dan Kebijakan Pengarusutamaan Gender oleh Dra. Hausmini, M.Pd 6. Arah, Strategi dan Kebijakan Perlindungan Anak oleh Dra. Sri Hardina

7. Monitoring dan Evaluasi dan mekanisme kerjasama oleh Bapak Drs. Ramlan Efendi

Mengacu kepada beberapa tantangan yang dihadapi dalam menjalankan program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Aceh adalah: a. Pemahaman yang beragam soal arti penting dari Pembangunan Pemberdayaan Perempuan, Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Anak b. Ketidaktersediaan data terpilah dan kesulitan dalam pengumpulan data sebagai bahan dasar pembuatan kebijakan. c. Rendahnya alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi Badan/ kantor yang menangani urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

d. Tidak seragamnya struktur dan nomenklatur Badan/kantor yang menangani urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kab/Kota e. Lemahnya Kapasitas internal dan jejaring yang mendukung implementasi Pembangunan Pemberdayaan Perempuan, Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Anak f. Belum terbentuknya Pokja dan Fokal Point PUG serta Gugus Tugas Traficking di seluruh Kab/Kota g. Belum tersosialisasi dan terbentuknya Forum anak daerah dan penerapan kebijakan kota layak anak disemua kab/kota h. Operasional P2TP2A dan Unit Pelaksana Teknis lainnya belum mampu menjawab kebutuhan penerapan dan pencapaian SPM Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan i. Lemahnya mekanisme koordinasi Kabupaten/Kota dengan Provinsi ditandai dengan belum sinkronnya program Provinsi dengan Kabupaten/Kota dan belum terbangunnya mekanisme dan pembagian peran yang jelas antara Provinsi dan Kab/Kota untuk melaksanankan Pembangunan Pemberdayaan

perempuan, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak j. istilah gender, Pengarusutamaan gender dan Perencanaan pengangaran responsif gender juga masih dipahami sebagai urusan yang semata-mata berkaitan dengan perempuan dan tidak menjadi tanggung jawab dari semua sektor serta masih menimbulkan pro kontra sehingga membutuhkan strategi dan sosialisasi khusus dalam penyampaiannya kepada seluruh stake holder dan masyarakat. k. Monitoring dan evaluasi belum dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan sebagai modal dasar untuk melihat tingkat perkembangan, masalah dan menentukan kebijakan yang tepat dalam perumusan kebijakan dan program serta kegiatan yang dilakukan oleh Badan PP dan PA baik dilevel Provinsi maupun kab/kota. I. PROGRAM KERJA PRIORITAS Keseluruhan program kerja yang diprioritaskan pada tahun 2013 dan 2014 yang diputuskan dalam RAKOR ini harus merujuk kepada hasil perencanaan Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak dan dukumen RPJMA tahun 2012 s/d 2014, yang kemudian disarikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kabupaten dengan memperhatikan situasi dan kondisi terkini. Program kerja utama yang diputuskan untuk dilaksanakan difokuskan dalam tiga bidang utama yaitu : 1. Perencanaan pembangunan yang berkeadilan Gender yang meliputi penyusunan perencanaan, penganggaran, koordinasi, kerjasama dan monitoring serta evaluasi. 2. Peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak yang lebih bermartabat sesuai dengan nilai-nilai keacehan yang islami. 3. Perlindungan terhadap perempuan dan anak yang dikaitkan dengan Standar Pelayanan Minimal yang menjadi urusan wajib pemerintah provinsi dan kab/Kota sebagai sebuah program yang terintegrasi mulai dari tahapan pencegahan, penanganan maupun proses pemberdayaan Memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa kebijakan Nasional dan Provinsi terkait dengan: 1. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan gender

2. Permendagri N0. 67 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah 3. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapennas,Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak Nomor/ 270/M.PPN/11/2102, Nomor : SE33/MK.02/2012, Nomor : 050/4379A/SJ, Nomor : SE.46/MPP-PA/11/2012 Tentang Strategi Nasional tentang Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) Melalui Perencanaan dan Penganggaran Yang Responsif Gender (PPRG) 4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 5. Pergub Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Rencana Aksi Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang 6. Qanun Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak 7. Qanun Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 8. Advokasi dan Sosialisasi bagi Pimpinan Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota, pimpinan lembaga legislative dan yudikatif terutama Bappeda, kepolisian, kejaksaan, danpengadilan). 9. Kampanye, KIE tentang PUG dan anti-kekerasan

terhadap perempuan dan anak bagi seluruh pemangku kepentingan, lembaga masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas, termasuk tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat melalui berbagai media cetak dan elektronik, di seluruh tingkatan wilayah mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga desa/ kelurahan, dan keluarga. 10. Penegakan hukum berupa Peningkatan efektifitas upaya penegakan dan bantuan hukum bagi saksi dan/atau korban TPPO, terutama peningkatan dan penguatan kelembagaan hukum dalam mengatasi kendala penegakan hukum, melalui upaya-upaya konkrit terkait struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum, khususnya di tingkat kabupaten/kota. Dengan cara memberikan sanksi dan hukuman yang berat bagi pelaku kekerasan perempuan dan dan Traficking agar menimbulkan efek jera. 11. Gugus Tugas Traficking Provinsi dan Daerah dapat menjadi wadah penyamaan persepsi antar Aparat Penegak Hukum (Polisi, Jaksa dan Hakim). 12. Penguatan kelembagaan, dengan melakukan revitalisasi lembaga/unit pemberi layanan ( P2TP2A, PPT, Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang ada di daerah, melalui Peningkatan pemahaman atas isi substansi dari semua peraturan perundang-undangan terkait perlindungan perempuan dan anak, termasuk TPPO, sehingga terefleksi dalam peraturan/

kebijakan/program/ kegiatan daerah yang berorientasi pada Kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak 13. Perluasan cakupan kerja P2TP2A yaitu P2TP2A juga sebagai pusat informasi dan rujukan dalam upayaupaya pencegahan, sekaligus juga sebagai penyedialayanan, dan melakukan upaya-upaya pemberdayaan. 14. Penguatan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam pencegahan dan penanganan terhadap Tindak Pidana Kekerasan Perempuan dan anak melalui MOU, Rakor, Rakornis, dan bentukbentuk koordinasi lainnya. 15. Pemenuhan hak bagi saksi dan/atau korban kekerasan mulai dari tahap penyidikan, penuntutan dan pelaksanaan putusan pengadilan, melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait, termasuk Dunia Usaha. 16. Kerjasama antara Provinsi dan Kabupaten Kota terkait Optimalisasi mekanisme kerja, pelaporan, monitoring dan evaluasi Pembangunan PP dan PA melalui a. Peningkatan system mekanisme kerja, pelaporan, dan monitoring: b. Peningkatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi, tentang implementasi kebijakan nasional di daerah, untuk mendapatkan pemetaan dan kekuatan masing-masing daerah. Monev dilakukan secara berjenjang dan berkala.

c. Pelaksanaan pendataan secara akurat dan mendorong daerah untuk meningkatkan pemanfaatan data dalam pengambilan kebijakan yang terkait pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak secara akuntabel.

II. REKOMENDASI 1. Pemberdayaan perempuan harus dilakukan secara komprehensif dan menjadi tanggungjawab semua SKPA/SKPD dengan koordinasi berada ditangan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh yang dilandaskan pada kebutuhan dan perencanaan strategis yang diturunkan menjadi program teknis dan dalam pelaksanaannya tetap dilakukan asistensi serta monitoring dan evaluasi. 2. Bapedda selaku ketua Pokja PUG baik dilevel provinsi maupun Kab/Kota harus memastikan PUG berjalan melalui Perencanaan Penganggaran yang Responssif Gender (PPRG) 3. Anggaran untuk pemberdayaan perempuan harus

ditingkatkan dan dibutuhkan penyusunan mata anggaran bersama antar SKPA/SKPD untuk program pengarusutamaan gender di Aceh 4. Melakukan Penelitian dan survey data untuk menjamin Ketersediaan data terpilah tentang partispasi laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, politik, hokum dan HAM yang akan menjadi landasan untuk melakukan perencanaan program kerja dan mengukur capaian hasil. 5. Sinkronisasi program dari tingkat kabupaten sampai dengan provinsi dan antar kabupaten sehingga terbangun pelaksanaan program yang harmonis dengan capaian program yang lebih baik. 6. Pembinaan dan Revitalisasi terhadap P2TP2 harus diupayakan secara maksimal dengan meningkatkan alokasi anggaran dan pendampingan serta mendorong masyarakat dan organisasi masyarakat sipil untuk menjadi bagian dari P2TP2. 7. Advokasi kebijakan harus terus dilaksanakan guna menginisiasi rancangan Qanun yang berpihak pada rakyat dan mencegah diskriminasi terhadap laki laki dan perempuan serta kepentingan terbaik bagi

anak-anak dan memastikan implementasi qanunqanun untuk mempercepat terwujudnya kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera. 8. Masing-masing Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten/Kota direkomendasikan untuk mengadakan perencanaan strategis.

III.PENUTUP Demikianlah rumusan Rapat Koordinasi ini kami sampaikan, untuk dapat dipergunakan sebagai panduan dalam penyusunan program dan perencanaan pada tahun 2014 dengan penyesuaian untuk masing-masing kabupaten kota sesuai dengan kebutuhan. Dengan hasil rumusan ini diharapkan akan memudahkan dalam membangun kerjasama dan koordinasi secara vertical bagi Badan Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak Provinsi dengan Badan/Bagian/Kantor Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak di seluruh Kabupaten/Kota maupun lintas SKPA dan SKPD se Aceh. Banda Aceh, 21 Agustus 2013 Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh

Dahlia, M. Ag Nip. 19570218 198410 2 001

Anda mungkin juga menyukai