Anda di halaman 1dari 2

BIMTEK PUG MELALUI PPRG

Secara konseptual Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) merupakan bagian dari
pendekatan manajemen berbasis kinerja (Performance-base Management). Harus dipahami bahwa
PPRG bukanlah merupakan suatu proses yang terpisah dari sistem perencanaan dan penganggaran yang
ada, namum PPRG merupakan alat dan bukan tujuan.

Dalam penyusunan PPRG dilakukan dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi,


kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki.

Penyusunan PPRG wajib mendasarkan pada prinsip anggaran berbasis kinerja yang dikenal singkatan 3E,
yaitu

1. Prinsip Ekonomis,
2. Prinsip Efi sien Dan Efektif serta menambahkan
3. prinsip Equity (E).

Teknis penyusunan PPRG di daerah dapat dilakukan melalui

1. analisis gender dengan Gender Analysis Pathway (GAP),


2. penyusunan Gender Budget Statement/Pernyataan Anggaran Gender (GBS/PAG)
3. mengintegrasikan hasil GAP, GBS dalam penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD).

Anggaran Responsif Gender (ARG) terbagi dalam 3 kategori yaitu :

1. anggaran khusus target gender,


→ adalah alokasi anggaran yang diperuntukan guna memenuhi kebutuhan dasar khusus
perempuan atau kebutuhan dasar khusus laki-laki,
2. anggaran kesetaraan gender,
→ adalah alokasi anggaran untuk mengatasi masalah kesenjangan gender,
3. anggaran pelembagaan kesetaraan gender,
→ adalah alokasi anggaran untuk penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender.

Pedoman ini disusun dengan maksud untuk membuka cakrawala pemikiran baru, dan sebagai acuan
para perencana SKPD pada instansi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, diharapkan
para perencana pada unit organisasi dapat mengembangkan indikator kinerja responsif gender
dalam laporan akuntabilitas kinerja pemerintah.

Pengertian pengertian Dasar dan istilah :

1. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akibat keadaan sosial dan budaya masyarakat, dan dapat berubah.
Selain itu, gender diartikan sebagai pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi,
dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil konstruksi sosial
budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan mendapat dukungan
masyarakat itu sendiri, yang berbeda disetiap tempat dan waktu.
2. Responsif gender adalah suatu kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran yang
memperhatikan perbedaan, kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan.
3. Sensitif gender adalah pola pikir, sikap, dan tingkah laku serta pengambilan keputusan yang
memperhatikan perbedaan kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan
4. Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan isu
gender menjadi satu dimensi integral mulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi dalam kebijakan dan program pembangunan nasional.
5. Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah anggaran yang mengakomodasi keadilan bagi
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi, pengambilan
keputusan, dan mengontrol sumber-sumber daya serta kesetaraan terhadap kesempatan dan
peluang dalam menikmati hasil pembangunan.
6. Gender Budget Statement (GBS) atau Pernyataan Anggaran Gender (PAG) adalah dokumen
yang menginformasikan suatu output kegiatan yang telah responsif gender terhadap isu gender
yang ada, dan/atau suatu biaya telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani
permasalahan kesenjangan gender.
7. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan.
8. Analisis gender adalah analisis untuk mengidentifi kasi dan memahami pembagian peran laki-
laki dan perempuan, akses kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi
dalam proses pembangunan, dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki
dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor lainnya
seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa.
9. Data terpilah dan informasi terpilah berdasarkan jenis kelamin (sex disaggregated data) adalah
data kuantitatif atau data/informasi kualitatif yang dikumpulkan dan dipresentasikan
berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki dan perempuan, atau anak laki-laki dan
perempuan.
10. Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) merupakan serangkaian cara dan
pendekatan untuk mengintegrasikan perspektif gender di dalam proses perencanaan dan
penganggaran. Perencanaan yang responsif gender adalah perencanaan untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.
11. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah
selaku pengguna anggaran.
12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RKPD adalah dokumen
perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu (1) tahun yang merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) dan mengacu kepada RKP Nasional,
memuat kerangka ekonomi Daerah, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
13. Pagu indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap
program, sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja SKPD

Langkah-langkah GAP dan Penjelasan.

1. Pilih Kebijakan/ Program/ Kegiatan yang akan Dianalisis


• Memilih kebijakan/program/kegiatan yang hendak dianalisis.
• Menuliskan tujuan kebijakan/program/ kegiatan.
2. Menyajikan Data Pembuka Wawasan
• Menyajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin.
• Data terpilah ini bisa berupa data statistik yang kuantitatif atau yang kualitatif, misalnya hasil
survei, hasil FGD, review pustaka, hasil kajian, hasil pengamatan, atau hasil intervensi
kebijakan/program/kegiatan yang sedang dilakukan.
3. Mengenali Faktor Kesenjangan Gender
• Menemukenali dan mengetahui ada tidaknya faktor kesenjangan gender yaitu Akses,
Partisipasi, Kontrol, dan Manfaat (APKM).
4. Menemukenali Sebab Kesenjangan Internal
• Temukenali isu gender di internal lembaga. Misalnya terkait dengan produk hukum, kebijakan,
pemahaman gender yang masih kurang diantara pengambil keputusan dalam internal lembaga.
5. Menemukenali Sebab Kesenjangan Eksternal
• Temukenali isu gender di eksternal lembaga. Misalnya apakah budaya patriakhi, gender
stereotype (laki-laki yang selalu dianggap sebagai kepala keluarga).
6. Reformulasi Tujuan
• Merumuskan kembali tujuan kebijakan/ program/kegiatan supaya responsif gender.
7. Rencana Aksi Menetapkan rencana aksi.
• Rencana aksi diharapkan mengatasi kesenjangan gender yang teridentifi kasi pada langkah 3, 4
dan 5.
8. Data Dasar Menetapkan data dasar yang dipilih untuk mengukur kemajuan (progress)
• Data yang dimaksud diambil dari data pembuka wawasan yang telah diungkapkan pada
langkah 2 yang terkait dengan tujuan kegiatan dan ouput kegiatan.
9. Indikator Gender Menetapkan indikator gender sebagai pengukuran hasil melalui ukuran
• kuantitatif maupun kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai