Anda di halaman 1dari 10

Matrik Model Gender Analysis Pathway (GAP)

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9


Nama Data Isu Gender Kebijakan dan Rencana Kedepan Pengukuran Hasil
Kebijakan/ Pembuka Wawasan
Program/ Sebab Sebab
Faktor Reformulasi Basis Data Indikator
Kegiatan
Kesenjangan Kesenjangan Rencana Aksi (Base-line) Kinerja
Kesenjangan Kebijakan
Internal Eksternal
Identifikasi dan Sajikan data Temu kenali isu Temu kenali Temu kenali Reformulasikan Tetapkan Tetapkan Tetapkan
tuliskan tujuan pembuka wawasan, gender di proses penyebab penyebab tujuan rencana base-line indikator
dari yang terpilah jenis perencanaan faktor faktor kebijakan bila aksi/kegiatan yang diambil kinerja (baik
Kebijakan/Prog kelamin dan usia, dengan kesenjangan kesenjangan tujuan yang ada yang merujuk dari data capaian output
ram/Kegiatan kuantitatif dan memperhatikan gender yang gender yang saat ini belum pada tujuan pembuka maupun
kualitatif faktor-faktor datang dari datang dari responsif yang responsif wawasan outcome)
kesenjangan internal lingkungan gender. Tujuan gender untuk pada langkah yang
akses, partisipasi, pelaksana eksternal ini harus mengatasi 2 yang mengatasi
kontrol dan program. lembaga pada menjawab kesenjangan relevan kesenjangan
manfaat proses sebab dan dengan gender di
(cantumkan hanya pelaksanaan kesenjangan penyebabnya tujuan dan langkah 3,4,
faktor program. yang di yang ada di dapat diukur dan 5.
kesenjangan yang identifikasi di langkah 3, 4,
relevan). langkah 3,4, dan 5.
dan 5.
Sumber: Juklak PPRG Untuk Pemerintah Daerah (2013: 13)

Catatan:
1. Implementasi GAP sebagaimana matriks di atas bisa diletakkan sebagai pola pikir dalam penyusunan suatu dokumen kebijakan,
atau a. sebagai dokumen pendamping suatu rencana kebijakan atau program atau kegiatan tertentu yang dipilih sesuai dengan
prioritas.
2. GAP di tingkat program dapat dilakukan apabila kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya berdasarkan ketentuan Permendagri
Nomor 13 b. Tahun 2006 merupakan kegiatan dengan ciri dan atau lokasi yang sama.
3. Apabila kegiatan-kegiatan dalam sebuah program sangat beragam, atau sangat banyak, berbeda ciri dan atau lokasi maka
analisis gender c. menggunakan GAP berbasis kegiatan
PENJABARAN DARI MATRIKS

Langkah Keterangan
1. Pilih kebijakan atau program dan kegiatan yang telah ada. Kebijakan yang dipilih
dapat berupa peraturan perundang-undangan sesuai dengan bidang kerja, termasuk
Renstra, Renja SKPA dan lain-lain. Jika program memiliki struktur kegiatan yang
1 kompleks, maka GAP dapat digunakan pada level di bawah kegiatan saja.
2. Tuliskan tujuan dari kebijakan/program/kegiatan pada kolom 1.Pastikan pada saat
menuliskan rumusan tujuan harus menggunakan kata kerja aktif di depan kalimat,
seperti mengurangi, meningkatkan, dan seterusnya.

1. Sajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin untuk
melihat isu kesenjangan gendernya. Data dan informasi dapat berupa data kuantitatif
maupun kualitatif, atau gabungan keduanya yang terkait dengan tujuan yang ada dalam
langkah 1.
2 2. Data dapat berasal dari data primer ataupun sekunder, baik yang dilaksanakan sendiri
oleh pengelola program maupun oleh pihak lain yang dianggap relevan. Hasil kajian,
riset, dan evaluasi dapat digunakan sebagai pembuka wawasan untuk melihat apakah
ada kesenjangan gender (baik data kualitatif maupun kuantitatif). Jika data terpilah
tidak tersedia, dapat menggunakan data-data proksi dari sumber lainnya.
Temu kenali isu gender pada proses perencanaan kebijakan, program dan kegiatan
dengan menganalisis data pembuka wawasan yang fokus pada empat faktor
kesenjangan gender, yaitu APMK : Akses, Partisipasi, Manfaat, Kontrol. Keempat
kesenjangan gender tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu : (i) pengelola program, dan
(ii) masyarakat selaku penerima manfaat.
Akses: Ditujukan untuk mengetahui kesenjangan kebutuhan perempuan dan laki-laki
dalam hal kemudahan mendapatkan layanan. Akses dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu
(a) ketersediaan sarana, (b) keterjangkauan secara geografis, (c) keterjangkauan secara
ekonomi, dan (d) keterjangkauan secara psikis dan sosiokultural. Akses juga dapat dilihat
3 dari sisi keterjangkauan terhadap sumberdaya, baik bersifat tangibles (nyata) maupun
intangibles (tidak nyata).
Partisipasi: Ditujukan untuk mengetahui keterwakilan dan keterlibatan aktif perempuan
dan laki-laki dalam pembangunan baik dari sisi masyarakat selaku penerima manfaat
maupun penyedia layanan.
Manfaat: Ditujukan untuk mengetahui apakah laki-laki dan perempuan mendapatkan
keuntungan dalam upaya layanan baik dari sisi masyarakat sebagai penerima manfaat
maupun penyedia layanan. Dalam perspektif gender, manfaat tersebut dapat dilihat dari
sisi practical gender needs (kebutuhan praktis gender) maupun strategic gender need
(kebutuhan strategis gender).

4 Temukenali faktor-faktor di internal lembaga yang dapat menyebabkan terjadinya


kesenjangan gender. Sumber penyebab kesenjangan gender secara internal dapat
berbentuk kebijakan, produk hukum, atau pun desain program dan kegiatan yang
dirancang oleh SKPA, tingkat pemahaman tenaga teknis perencana program tentang
konsep gender yang masih belum sempurna, political will pengambil keputusan,
dukungan riset, dan lain-lain.

Temukenali faktor-faktor di eksternal lembaga yang dapat menyebabkan terjadinya


kesenjangan gender. Sumber penyebab kesenjangan gender secara eksternal (di luar
institusi pendidikan) yang dapat terjadi pada level rumah tangga, komunitas, pemerintahan
(diluar sektor kesehatan), dan pasar, bahkan isu internasional. Ketidaksetaraan dan
5
ketidakadilan gender dapat disebabkan oleh budaya patriarki, peran dan relasi gender,
diskriminasi gender (berupa pelabelan, penomorduaan, beban ganda, marginalisasi,
kekerasan terhadap perempuan) yang terjadi di rumah tangga, komunitas, pemerintahan
dan pasar.

1. Merumuskan kembali (reformulasi) tujuan kebijakan/program/kegiatan


pelayanan kesehatan pada langkah 1 sehingga responsif gender. Pada langkah ini
tujuan pada langkah 1 pada ditulis ulang, lalu direview kembali dengan melihat hasil
analisis pada langkah 2 sampai 5. Hasil review digunakan untuk mereformulasi sub-
tujuan baru yang telah responsif gender.
6
2. Reformulasi sub-tujuan yang baru menjawab kesenjangan yang diidentifikasi pada
Langkah 2 sampai 5. Reformulasi sub-tujuan harus mendukung tercapainya tujuan
semula pada langkah 1. Pada saat menyusun sub-tujuan sharus rasional dengan
mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada seperti ketersediaan SDM,
sarana pendukung, anggaran kebijakan dan waktu yang tersedia.

1. Menyusun rincian kegiatan yang responsif gender. Rincian kegiatan merupakan


rincian kegiatan bidang yang dilakukan untuk mencapai sub-tujuan yang telah
responsif gender sebagaimana yang telah ditulis pada langkah 6. Rincian kegiatan
merupakan solusi untuk pemenuhan Practical Gender Needs dan Strategic Gender
Needs dan atau solusi atas isu kesejangan empat faktor yaitu akses, partisipasi,
7
manfaat, kontrol untuk mencapai sub-tujuan baru pada langkah 6.
2. Sebagaimana proses perencanaan lainnya, rincian kegiatan yang disusun tetap
mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya pada
penanggungjawab/pengelola program, maupun sumberdaya yang ada pada masyarakat.
Langkah ini sebagai bentuk rencana aksi terhadap isu-isu gender di atas.

Menetapkan data dasar (baseline) indikator responsif gender. Baseline indikator


ditujukan guna mengetahui tingkat kemajuan intervensi kegiatan yang dilakukan dalam
8 rangka mendukung pencapaian tujuan responsif gender (langkah 6). Baseline digunakan
sebagai titik awal capaian kinerja. Baseline indikator dapat saja berasal dari data pembuka
wawasan yang tercantum pada langkah 2.

Menetapkan indikator kinerja (baik capaian output maupun outcome) yang


9 mengatasi kesenjangan gender di langkah 3,4, dan 5. Penyusunan indikator harus
mengikuti kriteria penyusunan indikator yang baik.
GENDER ANALYSIS PATHWAY (GAP) contoh

Langkah 1 SKPD Dinas Perindustrian, Energi dan Sumberdaya Mineral


Program  Pembinaan Lingkungan Sosial
Kegiatan  Sosialisasi mengenai Bahaya Asap Rokok dan
Penetapan Kawasan Tanpa Asap rokok dan
pengadaan tempat khusus untuk merokok
Tujuan  Munurunnya tingkat polusi asap rokok di ruang
pelayanan publik, masyarakat dan perkantoran
Langkah 2 Data Pembuka  Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan,
Wawasan  Rendahnya tingkat Partisipasi peserta Laki-laki
dalam kegiatan sosialisasi mengenai bahaya asap
rokok
 Rendahnya Kesadaran laki-laki dalam
memanfaatkan kawasan bebas rokok/Smooking
Area di Ruang Publik dan Kawasan Perkantoran
 Data Dinas Kesehatan perokok pria lebih banyak
dibanding perokok wanita yaitu 68% banding 32%
 Jumlah Peserta Pelatihan didominasi oleh
perempuan lebih dari 80%

Data Kondisi Polusi Asap Rokok di Kota Sukabumi


(harus ada data indikator kuantitatif eksisten
kondisi)
Gendernya Apa? (harus ketemu) yaitu pelaku harus
disentuh misalnya melalui sosialisasi
Langkah 3 Faktor  Akses

ISU GENDER
Kesenjang- Laki-laki lebih sulit (TIDAK MAU) menerima
an/ informasi mengenai bahaya merokok dan kurang
Permasalah memahami PHBS rumah tangga khususnya
an Akses, indikator merokok didalam rumah
Partisipasi,  Partisipasi
Kontrol, Rendahnya partisipasi laki-laki dlm mengikuti
Manfaat sosialisasi dan kampanye mengenai bahaya asap
rokok (menutup diri terhadap informasi tersebut)
 Kontrol
Rendahnya tingkat keberanian lingkungan sekitar
(perempuan) untuk melarang anggota keluarga,
rekan kerjanya yang merokok (laki-laki)
 Manfaat
Lingkungan akan lebih bersih karena bebas dari
asap rokok dan meminimalisir berbagai penyakit
yang diakibatkan oleh asap rokok
Langkah 4 Sebab  Perencanaan kegiatan dan pengalokasian anggaran
Kesenjang- belum semua berdasarkan permasalahan yg ada
an Internal (basic data) masih meneruskan kegiatan tahun
(di SKPD) sebelumnya
ISU GENDER

(harus spesifik) belum berangkat dari data dan


fakta yang ada dilapangan , Harus mengundang
pelaku, Tidak Ada pembahasan lintas sektor (Masih
Kurang)

Langkah 5 Sebab Ke- Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan


senjangan bahaya asap rokok
External Yang disebut eksternal itu diluar institusi kita
biasanya dari masyarakat

Langkah 6 Tujuan Tingkat kesehatan Perempuan/Masyarakat


meningkat

Langkah 7 Rencana Aksi  Rapat Koordinasi lintas sector (seperti


Prioritas/Kegia Bag.Hkm, Bappeda, dll)
tan/Indikator  Merancang undangan untuk sosialisasi sehingga
(Menjawab waktu pelaksanaan bisa dihadiri oleh semua
langkah 4 dan undangan terutama laki2 yang selama ini tidak
5) tertarik untuk hadir (di luar jam kerja)
Menyelesaikan  Surat Edaran dari Kepala Daerah/Kepala OPD
kesenjangan yang berisi instruksi langsung kepada Para
yang tertuang Tokoh Masyarakat ttg kewajiban untuk
dalam langkah menghadiri undangan sosialisasi dan kampanye
4 dan 5 mengenai bahaya asap rokok
 Penyebaran informasi kawasan tanpa rokok di
sekolah, kawasan public, perkantoran dll

Langkah 8 Baseline Capaian indicator PHBS Rumah Tangga di Kota


Pengukuran Hasil

(Indikator Sukabumi tahun 2015 sebesar 39,5% (dari target


yang harus 50%)
dirubah atau (lebih baik indikator spesifik di sebutkan)
yang contohnya salah satu indikator PHBS adalah polusi
diinginkan udara karna asap rokok, ibu ibu yang terpapar asap
dari langkah rokok,
2) Caranya
copy dulu
langkah 2
kemudian
pada langkah
8 ini ada
peningkatan/
perbaikan
indikator.
Langkah 9 Indikator - Output
Kinerja Terlaksananya sosialisasi tentang Bahaya asap
rokok dan penetapan Perda kawasan tanpa asap
rokok
Banyaknya laki laki menjadi peserta sosialisasi

- Outcome
Meningkatnya wawasan dan kesadaran
masyarakat mengenai bahaya asap rokok dan
semakin banyaknya kawasan bebas asap rokok
Menurunnya perokok di dalam keluarga/ di rumah
Menurunnya tingkat polusi udara akibat
Contoh dinas pp
Langkah I Nama Program :
.......

Nama Kegiatan:
Kegiatan Pembinaan Kapasitas jaringan Kelembagaan Pemberdayaan dan
Anak ( KDRT) – Sosialisasi UU no. 35 Tahun 2014 Tentang PA Kepada Anak
Sekolah

Tujuan Kegiatan
1. Meningkatnya pemahaman Anak Sekolah Tentang UU No 35 Tahun
2014
2. Menurunnya Kasus Kekerasan Terhadap Anak
Data Pembuka 1. Undang-undang no.35 tahun 2014 merupakan perubahan dari UU no. 23
wawasan (Data Tahun 2002 Tentang PA
Pilah gender) 2. UU no. 35 tahun 2014 berisi tentang perlindungan dan pemenuhan hak
anak.
3. Banyaknya Jumlah Kasus Kekersaan baik fisik dan psikis yang di terjadi
pada siswa/anak sekolah,tahun 2014 sebanyak 12 kasus (3 lk,9 pr), thn
2015 ada 14 kasus ( 4 lk, 10 pr) thn 2016 ada 17 kasus ( 6 lk, 11 pr).
Kekerasan yg umunya terjadi adalah kekerasan sexual.
4. Jumlah sekolah menengah atas ada 45 sekolah ( 24 sekolah negeri, 21
sekolah swasta) jumlah siswa ±4000 siswa (lk 1500 pr 2500)
5. Dalam Penyelenggaraan Kegiatan ini di tahun 2015 pernah diadakan di 6
sekolah (120 lk, 120 pr). Pada tahun 2016 kegiatan direncakan akan
diadakan 3 sekolah yang dikhususkan pada daerah terpencil (pulo aceh,
lampanah lengah dan lhoong)
Faktor Akses:
Kesenjangan 1. Peserta diperuntukan bagi siswa dengan jumlah 100 orang
2. Tidak semua kelas dapat mengikuti sosialisasi tersebut mengingat
banyaknya siswa disetiap sekolah

Partisipasi:
1. Tingkat keterlibatan laki-laki lebh rendah yang hanya 20 %
2. Perempuan cenderung lebih mendominasi dalam sosialisasi

Kontrol :
Peserta di tentukan oleh Pihak sekolah

Manfaat:
Peserta memiliki pemahaman tentang isi Undang-undang Perlindungan Anak
Sebab 1. Belum memliki data terpilah kelompok sasaran
Kesenjangan 2. Minimnya Kapasitas Pengelola tentang PA
Internal 3. Belum Optimalnya Koordinasi lintas sektor

Sebab 1. Pemahaman guru-guru tentang UU PA masih Rendah


Kesenjangan 2.
Eksternal 3. Sebagian perempuan di gampong masih apatis untuk terlibat dalam
Musrenbang. Ada anggapan bahwa usulan perempuan sudah terwakili
oleh laki-laki.
4. Sebagian perempuan juga merasa kurang percaya diri untuk berpartisipasi
aktif dalam Musrenbangdes.
Reformulasi Meningkatnya pemahaman masyarakat khususnya bagi tenaga pendidik
Tujuan tentang pentingnya UU PA tersebut
Rencana Aksi 1. Melakukan pendataan identifikasi sekolah yang banyak terjadi kasus
kekerasan
2. Menentukan prioritas sekolah yaang akan dilakukan sosialisasi UU PA
3. Pemberitahuan ke sekolah akan adanya sosialisasi UU tresebut
4. Pelakanaan sosialisasi.
Baseline Jumlah kasus kekerasan yang meningkat dari tahun ke tahun khususnya
pelecehan seksual terhadap anak tahun 2014 sebanyak 12 kasus (3 lk,9 pr),
thn 2015 ada 14 kasus ( 4 lk, 10 pr) thn 2016 ada 17 kasus ( 6 lk, 11 pr).
Kekerasan yg umunya terjadi adalah kekerasan sexual.

Indikator kinerja Sosialiasi untuk semua siswa tentang UU no tahun 2014

Outcome
PERNYATAAN ANGGARAN GENDER
(GENDER BUDGET STATEMENT)

SKPD : BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK


DAN KELUARGA BERENCANA

TAHUN ANGGARAN : 2017

PERNYATAAN ANGGARAN GENDER


(GENDER BUDGET STATEMENT)

SKPD : CONTOH
TAHUN :
ANGGARAN
PROGRAM Ambil dari langkah 1
KODE
PROGRAM
ANALISIS Ambil dari langkah 2, 3, 4 dan 5 kemudian susun paragraf
SITUASI yang bagus maksimal 4 paragraf boleh jadi 3 paragraf.
Artinya bentuk analisis situasi harus narasi.
Contoh : berdasarkan hasil survei ...... tingkat polusi asap
rokok ......
CAPAIAN Tolok Ukur
PROGRAM
(Hasil yang ada Indikator dan Target Kinerja
di tujuan) -
JUMLAH Rp. ,-
ANGGARAN
PROGRAM
RENCANA AKSI Lihat di langkah 7 ( 4 kegiatan) sehingga kolom

Kegiatan 1
(bila di langkah kegiatan di tambah jadi 4 kolom kegiatan
7 ada 4 Masukan Rp.,-
kegiatan maka Keluaran
di GBS harus Hasil
ada 4 kegiatan
juga)
Kegiatan 2

Masukan Rp.,-
Keluaran
Hasil

Penanggung Jawab Kegiatan,

(...............................................)
Pangkat/Golongan
NIP.

Anda mungkin juga menyukai