Anda di halaman 1dari 11

PENGANGGARAN DAERAH

DISUSUN OLEH
Kelompok 4 :
 
SRI SULASTRI B20010020
PARTINI B20010030
WANDA RIFKA AGUSTINA B20010022
SRI RAHAYU HASTUTI B20010031
1. Pengertian Penganggaran Daerah

Penganggaran adalah proses untuk mempersiapkan 
suatu anggaran yang berisi  pernyataan dalam 
bentuk satuan uang yang merupakan refleksi dari 
aktivitas dan target kinerja yang hendak dicapai
dalam suatu periode tertentu (Mardiasmo, 2002).
Anggaran yang dimaksud tersebut adalah tercermin
dalam RAPBD/APBD yang disusun setiap tahun
oleh pemerintah daerah. Penyusunan RAPBD yang
transparan,akuntanbel dan partisipatif sesungguhnya
merupakan cirri untuk terciptanya pemerintahan
yang baik (Good Governance).
2. Performance Based Budgeting
Performance Based Budgeting (Anggaran berbasis
kinerja) merupakan sistem penganggaran yang berorientasi
pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi,
misi, dan rencana strategis organisasi. Anggaran yang tidak
efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Pengukuran
kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik,
sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan
mencapai keberhasilan di masa mendatang (Indra Bastian,
2006). 
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003,
pengertian anggaran berbasis kinerja adalah suatu
pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan
pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai.
Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan
konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.

1. Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja 


2. Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja
3. Unsur-Unsur Pokok Anggaran Berbasis Kinerja
4. Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja
5. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja 
3. Pro-por Budgeting
Pro-poor budgeting merupakan salah satu reformasi
anggaran yang ditujukan untuk masyarakat miskin, supaya
hidup mereka dapat terjamin hak-hak dasarnya. Adanya pro
poor budgeting disebabkan karena masih banyak
masyarakat miskin yang tidak mendapatkan hak untuk
menikmatinya. Anggaran pro poor budgeting dapat
dipahami sebagai anggaran yang memihak orang miskin.
Ada desain pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
melalui proses anggaran sampai pelaksanaan perencanaan.

 Prinsip-prinsip anggaran pro poor :


1. Transparan
2. Rasional
3. Akuntabel
4. Keadilan dan Proporsional
 Relevansi dan manfaat anggaran pro poor
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi kesejahteraan sosial masyarakat
2. Mempercepat proses demokratisasi
3. Faktor pendorong terciptanya stabilisasi
politik dan social
4. Mempercepat proses penanggulangan
kemiskinan
5. Meningkatkan pendapatan bagi kelompok
miskin
6. Meningkatkan produktivitas/kapasitas
ekonomi nasional ataupun regional
4. Pro-gender Budgeting
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak RI, Perencanaan dan penganggaran yang
Responsif Gender (PPRG) merupakan salah satu bentuk
penerapan strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan,
khususnya dalam tahap perencanaan dan penyusunan anggaran.
Dengan mengadopsi PPRG, kita mengakui bahwa
perempuan dan laki-laki memiliki kebutuhan, persoalan dan
perspektif yang berbeda. Oleh karenanya keduanya harus
dilibatkan dalam pembangunan, agar tercipta Akses, Partisipasi,
Kontrol dan Manfaat (APKM) yang merata demi mewujudkan
keadilan dan kesetaraan gender.
Anggaran Responsif Gender (ARG) merupakan bagian dari
PPRG. ARG bukanlah anggaran terpisah bagi laki-laki dan
perempuan, melainkan strategi untuk mengintegrasikan isu gender ke
dalam proses penganggaran, dan menerjemahkan komitmen para
pihak untuk mewujudkan kesetaraan gender ke dalam komitmen
anggaran (Debbie Budlender dan Ronda Sharp,1998).
Tipologi pendekatan yang dilakukan pemerintahdi level
nasional maupun lokal dalam melakukan anggaran responsif gender
lebih disandarkan pada beberapa hal, antara lain (Rostanti, 2005 ; 23)
:
1. Welfare Approach (Pendekatan Kesejahteraan) seperti program
peringatan hari-hari besar, pemberian bantuan pangan dan tunai,
pelatihan ketrampilan. Pendekatan ini dilakukan secara
dekonsentrasi (top-down system);
2. Equity Approach (Pendekatan Kesetaraan) mengarahkan pada
pengakuan atas hak perempuan dan anak seperti perlindungan
terhadap kekerasan kepada perempuan, dan hak yuridis
perempuan;
3. Poverty Approach (Pendekatan Kemiskinan) seperti program
anti kemiskinan yang diarahkan pada peningkatan
pendapatan (income generating) untuk perempuan seperti
pemberian bantuan modal.

Adapun tujuan dari anggaran responsif gender (Gender


Budgeting) antara lain (Rostanti, 2005 : 25) :
4. Akuntabilitas
5. Partisipasi dan transparansi
6. Penjamin berlangsungnya good governance.

pro-poor budget dan gender budget pada hakikatnya terletak


pada bagaimana mengubah kehidupan masyarakat miskin
menjadi lebih baik, penghormatan pada orang miskin (laki-laki
dan perempuan). Pro-poor budget pun sebetulnya netral gender
apabila tidak mengintegrasikan kebutuhan aspek gender dan
menilai ketimpangan gender ke dalamnya.
 Prinsip Dasar Anggaran Responsip Gender :
1. ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk
perempuan dan lak-laki berkaitan dengan penyediaan
profil gender.
2. ARG sebagai pola anggran yang akan menjembatani
kesenjangan status,peran dan tanggung jab antara
perempuan dan laki-laki dimana kurangnya pelatihan
gender untuk meningkatkan sensitifitas melihat
permasalahan/ketimpangan gender
3. ARG bukanlah dasat yang”valid” untuk meminta
tambahan alokasi anggaran karena ARG tidak
bergantung pada jumlah anggran yang dikelola perlu
adanya data terpilah (kuantitatif).
4. Adanya ARG tidak berarti adanya penambahan dana
yang dikhususkan untuk program perempuan Kurang
keahlian melakukan analisis gender (kualitatif—
evaluasi secara berkala apakah dampak pembangunan
sudah merata dan menjamin APKM yang setara bagi
laki-laki dan perempuan).
5. ARG bukan berarti ada alokasi dana 50 % laki-laki ,
50% perempuan untuk semua kegiatan. Kurangnya
pemahaman terhadap akar masalah dan realitas
kemiskinan terutama yang dihadapi perempuan dan
juga laki-laki di setiap wilayah.
6. Tidak semua program dan kegiatan perlu mendapat
koreksi agar menjadi responsive gender. Dimana
perempuan belum memiliki posisi tawar yang tinggi
di di masyarakat, masih dianggap rendah apalagi
dalam keluarga miskin.
7. ARG selalu mengkonsultasi kan perbedaan masalah,
kebutuhan, aspirasi perempuan dan laki-laki dan
menggunakan data terpilah dalam penyusunannya
untuk mempertajam kelompok sasaran. (Sumber
Pemberdayaan Perempuan dan Anak RI 2004 dan
Debbie et al (1998)).

Anda mungkin juga menyukai