Anda di halaman 1dari 11

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU Kode/No : HO-T/UPM/06 Logo Jurusan

PRODI D III KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN Tgl :

STANDAR PROSES Revisi :

BAHAN AJAR Halaman :

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Komunitas


Kode Mata Kuliah : Bd. 306
Topik : Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas
Waktu : 170 menit
Dosen : Rialike Burhan, M.Keb
Tujuan Pembelajaran :
Setelah membaca bahan ajar ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui, memahami dan
melakukan analisis gender dalam layanan kebidanan komunitas.

Sumber Kepustakaan :
1. Sweet R Betty, Mayes Midwifery a Text Books For Midwives, Jones & Banlet Publishers,
London S : 1997 (BU-2)
2. YPKP. 2013. Modul Perspektif Gender dan HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas.
YPKP: Jakarta
3. Varney H, Varneys Midwifery, Jones & bart1et Publisher, London S: 1997 (BA-1).
4. Elita V, 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta: EGC

A. PENDAHULUAN

Derajat kesehatan perempuan dan anak, juga layanan kesehatannya tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor kesehatan namun juga dipengaruhi oleh faktor non-kesehatan (sosial, budaya,
ekonomi, dll) termasuk isu gender. Berkenaan dengan kesenjangan dan ketimpangan gender,
ditengarai ada sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut, yakni:
1. Tata nilai sosial budaya dan adat istiadat
2. Kebijakan, peraturan dan perundang-undangan
3. Penafsiran ajaran agama dan atau praktik keagamaan
4. Sikap dan persepsi masyarakat, khususnya perempuan sendiri
5. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang gender
6. Kemiskinan dan kebodohan/keterbelakangan

B. ISI
Dalam upaya mengidentifikasi kesenjangan dan ketimpangan gender, termasuk faktor-
faktor yang mempengaruhinya, maka perlu dilakukan analisis gender. Berdasar alur kerja
analisis gender pathway (GAP), maka tahapan terpokok adalah mengidentifikasi ada tidak
kesenjangan gender dengan menggunakan 4 indikator, yakni: akses, partisipasi, kontrol, dan
pemanfaat/beneficiares. Identifikasi kesenjangan ini akan menghantarkan pada pertanyaan
“apa bentuk kesenjangan?” dan “mengapa terjadi kesenjangan?”. Jawaban atas pertanyaan
mengapa, bisa mengarah pada identifikasi faktor-faktor penyebab langsung dan faktor
penyebab tidak langsung.
Alur kerja Gender Analisis Pathway (GAP)

Outcome
kebijakan:

Ada tidak Masalah Indikator Gender:


Kuantitatif
kesenjangan gender Gender?
Sasaran umum: Dan Kesenjangan
mengapa?
Kajian formulasi kualitatif
kebijakan/program Kesenjanangan Apa dan
Gender: mengapa? Perancangan
Kebijakan
Akses partisipasi Program
control benefit

Identifikasi kesenjangan dan faktor-faktor yang melatar belakanginya bisa menggunakan atau
memanfaatkan beberapa alat analisis gender (tools of gender analysis), misalnya: kerangka
Harvard, Analisis Moser, dll.
1. Alat Analisis Gender
Dalam upaya menjamin perancangan kegiatan/proyek/program bahkan kebijakan layanan
kebidanan di komunitas yang tanggap/responsive gender, maka tahap analisis masalah dan
kebutuhan dilakukan melalaui proses analisis gender. Yakni, analisis yang dilakukan dengan
menggunakan kacamata/lensa gender. Artinya, identifiaksi analisis atas masalah, kebutuhan,
serta faktor yang melatarbelakanginya perlu mempertimbangkan faktor jenis kelamin (dan
usia), guna memberikan gambaran yang tepat tentang peran gender dan relasi gender.
a) Kerangka Analisis Harvard
Alat analisis gender Harvard ini dikembangkan di Harvard Institute, Amerika sekitar
tahun 1986. Asumsi yang mendasarinya bahwa ada hubungan ekonmi dalam alokasi
sumber daya alam dengan pembagian peran kerja antara perempuan dan laki-laki. Alat ini
bertujuan membantu perencana dalam merancang proyek yang efisien dan meningkatkan
produktivitas secara menyeluruh yang dilakukan melalui pemetaan kerja laki-laki dan
perempuan dalam sebuah komunitas. Kerangka analisis Harvard ini dikenal sebagai
perencanaan yang berorientasi manusia (people-oriented planning).
Tujuan dari alat analisis ini adalah:
1) membedah alokasi sumberdaya ekonomis laki-laki dan perempuan;
2) membantu perencanaan proyek untuk lebih efisien dan meningkatkan produktivitas
secara keseluruhan.
Tiga data utama yang diperlukan:
1) Siapa melakukan apa, kapan, di mana, dan berapa banyak alokasi waktu yang
diperlukan? Hal ini dikeanl sebagai Profil Aktivitas
2) Siapa yang memiliki akses dan control (seperti pembuatan kebijakan) atas sumber
daya tertentu? Hal ini kerap dikenal dengan Profil Akses dan Kontrol. Siapa yang
memiliki akses dan control atas “benefit” seperti produksi pangan, uang, dsb?
3) Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja berbasis gender, serta
akses dan control yang ada pada “profil aktivitas” dan “profil akses dan control”

Berikut paparan 3 komponen data utama dalam Harvard Analytical Framework:


1) Profil Kegiatan, yakni mengidentifikasi tugas-tugas produktif dan reproduktif dalam
keluarga dan komunitas. Pertanyaan utama adalah “siapa yang melakukan apa?”.
Parameter lain yang dapat di ukur adalah dominasi gender dan umur, alokasi waktu,
tempat kegiatan, atau dapat ditambahkan ketegori kegiatan sosial kemasyarakatan,
keagamaan, bahkan politik. Berdasarkan waktunya, profil kegiatan ini dapat dibuat
harian, dan musiman.
2) Profil akses dan control terhadap sumber daya. Yakni mengungkap siapa saja
anggota keluarga /komunitas yang memiliki akses ke sumber daya dan mengontrol
penggunaannya. Selain itu juga dapata ditambahkan kategori sumber daya politik,
ekonomi, serta sumber daya waktu.
3) Faktor-faktor yang berpengaruh. Yakni identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan perlakuan gender (baik menyangkut kesempatan maupun
hambatan yang dihadapi laki-laki dan perempuan). Faktor-faktor ini antara lain:
norma-norma masyarakat, keduduakn di msyarakat, kelembagaan, prenatal institus
sosial, kondisi ekonomi, faktor politik, hokum, serta sikap masyarakat terhadap
proyek/program. Hasil identifikasi ini dapat menjadi dasar memprediksi peluang dan
tantangan terhadap pengembangan maupun implementasi program/proyek, dengan
demikian bisa strategi yang efektif dan efisien. Berdasar data-data dan profil kegiatan
dapat memperlihatkan perbedaan beban kerja antara laki-laki dan perempuan.
Umumnya perempuan beban kerjanya lebih berat dibanding dengan laki-laki, dan
beban ini diwariskan secara turun temurun sehingga dianggap kelaziman dan tidak
bernilai ekonomis.
Melalui profil kegiatan akan dapat diketahui jenis kegiatan berbasis jenis kelamin dan
usia, serta alokasi waktu yang dicurahkan. Profil kegiatan ini bermanfaat dalam
perencanaan kegiatan, meski demikian profil kegiatan sebetulnya juga mampu
mengidentifikasi „sasaran kegiatan‟ dan „bentuk kegiatan‟.
b) Kerangka Moser
Model analisis ini dikembangkan oleh Caroline Moser (1993) yang mencoba untuk
membawa satu agenda pemberdayaan perempuan kedalam proses perencanaan dengan cara
menyusun perencanaan berbasis perspektif gender. Salah satu kekurang efektifan atau
bahkan kegagalan kebijakan/program adalah ketidak tepatan dalam menganalisis:
1) Situasi
2) Masalah/kebutuhan pokok yang perlu di intervensi
3) Kelompok sasarannya
Berkenaan dengan itu, Moser menawarkan pentingnya identifikasi kebutuhan
gender, baik yang praktis maupun strategis, dan membedakannya dengan kebutuhan
spesifik perempuan. Kerangka Moser ini juga menunjukkan keterkaitan fokus
kebijakan/program dengan berbagai pendekatan pembangunan terhadap perempuan. Sebab
itu konsep-konsep yang terdapat dalam kerangka Mosser adalah:
1) Konsepsi “tiga peran” (triple roles) perempuan pada tiga asas kerja reproduksi, kerja
produktif dan kerja komunitas. Pemilahan pran ini berguna untuk pemetaan pembagian
kerja gender dan alokasi kerja.
2) Pembedaan kebutuhan gender yang bersifat praktis dan strategis. Kebutuhan
praktis terkait dengan kondisi perempuan sedangkan kebutuhan strategis terkait
dengan penguatan posisi perempuan dalam relasi gendernya.
3) Pendekatan analisis kebijakan mulai dari fokus pada kesejahteraan (welfare), kesamaan
(equity), anti-kemiskinan, efisiensi, dan pendekatan pemberdayaan. Fokus kebijakan ini
menyiratkan bagaimana asumsi pembangunan tentang peran perempuan: apakah
perempuan di integrasikan ke pembangunan (women in development) atau perempuan
sudah terlibat dalam pembangunan namun berstatus dan berposisi marginal (gender and
development)
Tiga alat utama kerangka Moser:
Alat 1:  Kerja Reproduksi Perempuan
Tiga peran perempuan  Kerja reproduktif
(triple roles of women)  Kerja komunitas
Alat 2:  Kebutuhan/kepentingan praktis
Gender need assessment  Kebutuhan/kepentingan strategis

Alat 3: Siapa mengontrol apa dan siapa yang memiliki


Gender Disaggregated data- kekuasaan atas pengambilan keputusan?
intra-household

Alat 1: Identifikasi peran gender


Tujuan alat ini adalah melakukan “pemetaan pembagian gender siapa melakukan apa?”.
Dalam melakukan pemetaan peran gender, kerangka Moser berangkat dari anggapan bahwa
umunya perempuan, khusunya kalangan lapisan bawah, memiliki „tiga peran‟ (triple roles),
yaitu: (a) peran reproduktif, (b) peran produktif, (c) peran sosial/kemasyarakatan. Sebab itu
tiga peran lebih identik dengan perempuan. Sedangkan laki-laki umunya berperan „dua‟.
Yakni peran produktif dan peran kemasyarakatan (politik).

Peran komunikasi
Peran Reproduktif Peran produktif
kemasyarakatan
Kegiatan-kegiatan, atau Kerja-kerja yang dilakukan Kerja-kerja yang berkaitan
tugas tugs yang lebih dalam rangka mendapatkan nilai dengan
diorientasikan pada tukar baik dalam bentuk uang keterlibatan/partisipasi laki-
pemenuhan kebutuhan dan natura. Misalnya: laki maupun perempuan
orang lain dan berkaitan dagang,bertani, dll. Baik diberbagai kegiatan di
dnengan upaya menjaga perempuan maupun laki-laki masyarakat, baik sosial,
keseimbangan dan dapat terlibat dalam kegiatan- keagamaan, politik, dll.
keberlanjutan kehidupan kegiatan produktif tapi Kegiatan atau peran ini
bersama (keluarga, seringkali kedudukan/status dan jarang dipertimbangkan atau
komunitas, masyarakat, tanggung jawab mereka berbeda. dilihat dari analisis ekonomi
Negara, dll). Misalnya Kerja produktif perempuan lebih suatu masyarakat, meskipun
dalam keluarga, dianggap sebagai pendapatan kegiatan tersebut menyita
perempuan mengasuh „penunjang‟, karena yang utama waktu dan dilakukan secara
anak, mengurus rumah bagi perempuan adalah sukarela. Kegiatan in
tangga, menjaga pekerjaan reproduktifnya. penting bagi pengembangan
kesehatan keluarga, Bahkan peran produktif kapasitas baik pada level
mengambil air, dll. perempuan seringkali „invisible‟ individu maupun
Kegiatan ini dianggap (tidak nyata) dan kurang di masyarakat. Kegiatan ini
tidak produktif karena hargai dibandingkan dengan juga bissa mensejahterakan,
tidak ada nilai tukar laki-laki, karena laki laki keterlibatan/partisipasi
(upah baik secara uang dianggap pencari nafkah utama. dalam kegiatan sosial
maupun natura). kemasyarakatan juga
Kegiatan ini dilekatkan mengindikasikan adanya
pada perempuan, pembagian kerja berdasar
dianggap kewajiban, gender.
bahkan kodrat
perempuan.

Pada dasarnya perempuan, laki-laki, anak-anak laki-laki dan perempuan, melakukan


ketiga peran, namun laki-laki lebih sedikit terllibat dalam pekerjaan reproduktif. Di banyak
masyarakat, perempuan mengerjakan hampir semua pekerjaan reproduktif dan banyak
melakukan pekerjaan produktif. Berkenaan dengan peran komunitas, Moser memilahnya
menjadi 2 kegiatan:
1) Kegiatan „pengaturan masyarakat‟ (community managing). Yang umumnya dilakukan
perempuan sebagai perluasan dari peran reproduktif mereka, misalnya: menjamin
kesediaan dan kelestariansumber daya-sumber daya konsumsi kolektif, antara lain: air,
perawatan kesehatan dan pendidikan. Keterlibatan dalam kegiatan bersifat sukarela, tidak
dibayar, dan dijalankan di waktu senggang.
2) Kegiatan „politik masyarakat‟, terutama ditangani oleh laki-laki. Pada tingkat politik
formal seringkali berada dalam satu kerangka politik nasional. Pekerjaan ini biasanya
dibayar, baik langsung maupun tidak, melalui pemberian status dan kekuasaan.
Alat 2: Identifikasi Kebutuhan Gender
Tujuan alat ini adalah mengidentifiksi kebutuhan berbasis gender, dengan anggapan
dimungkinkan perempuan memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang berbeda dengan laki-
laki, yang tidak hanya disebabkan oleh 3 peran gendernya tetapi juga karena posisi mereka
yang dianggap lebih rendah dari laki-laki. Kerangka kerja Moser membedakan antar 2 jenis
kebutuhan. (mengadaptasi ide Molyneux tentang kepentingan)

Kebutuhan praktis Gender Kebutuhan strategis Gender

Kebutuhan yang dikaitkan dengan Kebutuhan kebutuhan yang teridentifikasi untuk


peran gender yang dilekatkan pada mengubah pola pola hubungan kekuasaan yang
perempuan selama ini. sebab itu tidak adil antara laki-laki dan perempuan.
diperlukan identifikasi kebutuhan yang Diakrenakan posisi perempuan yang lebih rendah
dianggap mendesak (praktis), misalnya dalam masyarakat. Jadi, kebutuhan strategis gender
pengembangan peluang atau mengarah pada pemenuhan kebutuhan jangka
keterampilan kerja guna meningkatkan panjang. Untuk perbaikan posisi perempuan dalam
produktivitas prempuan sebagai pencari relasi gendernya. Berupaya mengubah tatanan
nafkah penunjang keluarga. Kebutuhan sosial yang diangggap timpang gender. Kebutuhan
praktis lebih mengarah kepada strategis beragam tergantung konteks
pemenuhan kebutuhan jangka pendek masyarakatnya. Pada dasarnya kebutuhan strategis
dalam rangka memperbaiki kondisi berhubungan dengan pembagian peran gender,
yang dihadapi perempuan terkait peran relasi kuasa berasarkan gender. Pemenuhan
gendernya. Kebutuhan praktis kebutuhan-kebutuhan gender strategi ini membantu
seringkali berhubungan dengan perempuan mencapai persamaan yang pada
kebutuhan dasar untuk kelangsungan gilirannya akan mengubah peran-peran yang ada
hidup seperti: yang meningkatkan posisi tawar perempuan.
 Persediaan air
 Perawatan kesehatan Kebutuhan-kebutuhan gender strategis antara lain:
 Pendapatan untuk memenuhi  Penghapusan pembagian kerja berdasarkan jenis
kebutuhan rumah tangga kelamin
 Perumahan dan kebuthan kebutuhan  Penghapusan beban pekerjaan
dasar  Penghilangan bentuk-bentuk diskriminasi yang
 Persediaan pangan keluarga telah melembaga, misalnya hak-hak untuk
memiliki tanah atau lahan atau kekayaan sendiri
 Akses terhadap penghargaan dan sumberdaya-
sumberdaya lainnya
 Kebebasan memilih dalm mempunyai anak
 Tindakan-tindakan untuk menentang kekerasan
dan kontrol laki-laki terhadap perempuan.

Alat 3: Data Terpilah di tingkat Rumah Tangga


Pada dasarnya alat ketigas ini bertujuan mengidentifikasi “siapa mengontrol apa? Siapa
menentukan apa? Bagaimana caranya?”. Hal ini penting mengingat alokasi sumber daya
dalam keluarga merupakan cermin kuasa dan relasi kuasa (bargaining power). Perlu dilihat
siapa yang memiliki kontrol atau kekuasaan atas sumberdaya dan siapa yang berkuasa dalam
mengambilm keputusan atas pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya.
c) Gender Analisis Matrix
Gender analisis Matrix (GAM) dikembangkan oleh Rani Parker pada tahin 1993.
Analisis ini diciptakan untuk sekelompok praktisi pembangunan di timur-tengah yang
bekerja untuk LSM-LSM. Tujuan kerangka ini adalah membantu identifikasi perbedaan
dampak dari berbagai intervensi pembangunan terhadap perempuan dan laki-laki.
Hal ini dilakukan melalui proses analisis yang mengidentifikasi dan mempertanyakan
asumsi-asumsi tentang peran-peran gender di masyarakat dengan cara yang
konstruktif/membangun. Kegunaan alat ini adalah untuk melakukan perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi proyek pada suatu tingkatan berbasis masyarakat.

APA Suatu alat untuk analisis gender di proyek-proyek pembangunan ditingkat


masyarakat

MENGAPA Untuk menentukan dampak-dampak yang berbeda dari intervensi-intervensi


pembangunan terhadap perempuan dan laki-laki.

SIAPA Analisis dilakukan oleh suatu kelompok dalam masyrakat yang idealnya terdiri
dari perempuan dan laki-laki yang jumlahnya berimbang

Di tingkat perncanaan untuk menentukan bagaimana potensi pengaruh–pengaruh


KAPAN gender yang diharapkan dan sesuai tujuan-tujuan program? Ditahap
perencanaan/desain bagaimana pertimbangan gender dapat merubah desain
proyek? Ditahap pengawasan dan evaluasi, untuk melihat dampak-dampak yang
lebih luas.

Matriks ini memilki empat tingkat analisis dan empat kategori analisis. Ke-empat
tingkat ini adalah perempuan, laki-laki, rumah tangga (termasuk anak anak dan anggota
keluarga yang tinggal atau hidup bersama), dan satu unit yang lebih besar, yakni: masyarakat.

Tingkat Analisis Kategori Analisis

 Perempuan adalah perempuan darin semua  Pekerjaan adalah perubahan tugas-tugas


umur yang ada dikelompok sasaran (jika (mengambil air di sungai), tingkat
terdapat perempuan di kelompok sasaran) atau keterampilan yang dibutuhkan (terampil
semua perempuan dikelompok msyarakat. dengan tidak terampil, pendidikan formal,
pelatihan), dan kapasitas tenaga kerja
 Laki-laki adalah laki-laki dari semua umur (berapa jumlah orangnya dan berapa
yang ada di kelompok sasaran (jika tedapat banyak yang dikerjakan; apakah perlu
laki-laki di kelompok sasaran) atau semua mempekerjakan orang atau dapatkah
laki-laki di masyarakat. anggota-anggota keluarga
melakukannya?).
 Rumah tangga adalah semua perempuan dan
laki-laki dan anak-anak yang tinggal bersama ,  Waktu adalah perubahan dalam jumlah
bahkan walaupun tidak ada keluarga inti. waktu (3 jam, 4 jam, dst), yang diperlukan
Meskipun jenis rumah tangga mungkin dalam menjalankan tugas tugs yang
macam-macam dalam suatu masyarakat, orang berkaitan dengan proyek atau kegiatan
selalu mengenal apa yang ada dalam rumah tersebut.
yang meliputi: tangga atau keluarganya. Itulah
 Sumber daya adalah perubahan dalam
analisis definisi atau unit yang mesti
digunakan untuk di tingkatan ini di GAM. akses ke modal (pendapatan, tanah,
penghargaan) sebagai konsekuensi dari
 Masyarakat adalah setiap orang dalam bidang proyek dan pelaksanaan control terhadap
proyek tersebut secara keseluruhan. Tujuan perubahan-perubahan sumber daya (lebih
dari tingkatan ini adalah untuk melakukan banyak atau lebih sedikit) untuk masing-
analisis di luar keluarga, jadi ke suatu masing tingkat analisis.
msyarakat luas. Tetapi masyarakat bersifat
 Faktor-faktor budaya adalah perubahan
kompleks dan dan biasanya terdiri dari
sosial kehidupan para peserta (perubahan
kelompok-kelompok yang berbeda-beda. Jika
masyarakat yang didefinisikan dengan jelas peran-peran dan status gender) akibat dari
proyek.
tidak memiliki arti dalam konteks proyek
tersebut, tingkatan analisis ini dapat dihapus

Pinsip Matrix Analisis Gender


Penerapan GAM bersumber dari pengetahuan dan pengalamaan dari semua pihak yang
dijadikan sumber data. Analisis gender bersifat partisipatif sehingga tidak memerlukan ahli
dari luar msyarakat kecuali fasilitator. Analisis gender tidak dapat diubah jika analisis tidak
dilakukan oleh orang-orang yang di analisa.
Contoh GAM:
Tenaga Kerja Waktu Sumber daya Budaya
Perempuan + perempuan + hemat waktu + air lebih - Mengurangi
tidak lagi harus + ada waktu mudah tersedia mobilitas
mengambil air luang + Ada irigasi - Interaksi sosial
untuk ke kebun di terminal
sumber air
Laki-laki + mendapatkan
keahlian dalam
membangun dan
merawat system
pengairan
Rumah + pengamanan
tangga jaringan atau
pekerjaan
Masyarakat + komisi
masyrakat
terlatih untuk
perawatan
system air.
Aturan dalam penggunaan GAM:
1. Jika mungkin perempuan dan laki-laki dalm jumlah yang sama (atau hampir sama) harus
melakukan analisis
2. Analisis harus dikaji ulang dan direvisi sekali sebulan selama 3 bulan pertama dan sekali
dalam 3 bulan setelah itu.
3. Setiap kontak harus diverifikasi setiap kali dilakukan kaji ulang GAM
4. Hasil-hasil yang ditambahkan harus ditambahkan ke matriks
5. GAM harus digunakan dengan alat-alat analisis standar yang lain, seperti alat-alat
monitoring, pengujian-pengujian kebutuhan, dll.

d) Kerangka Pemberdayaan Perempuan Sarah Longwe


Kerangka Longwe berfokus langsung pada situasi dan kondisi dalam mengatasi
masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi. Masalah utama dalam pembangunan
perempuan menjadi lebih produktif, efisien, atau menggunakan tenaga mereka secara lebih
efektif, tetapi untuk memungkinkan perempuan memiliki kesetaraan dengan laki-laki dan
berpartisipasi secara sama dalam proses pembangunan guna meraih kontrol atas faktor-
faktor produksi sebagaimana laki-laki. Untuk itu Longwe mengembangkan kerangka untuk
mencapai tingkat pemberayaan dan kesetaraan (equality) dengan parameter (berurutan dari
rendah ke tinggi) yang meliputi:

Level Kesederajatan dan Pemberdayaan


Kontrol Equality Pemberdayaan
perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
Partisipasi
Kesadaran
Kritis
(conscience)
Welfare
(kebutuhan
dasar Praktis)

Parameter pemberdayaan dan kesetaraan adalah:


1. Kesejahteraan: Mencakup makanan, pendapatan, perawatan kesehatan, pendapatan dan
waktu luang.
2. Akses: mencakup akses terhadap lahan/tanah, pekerjaan, penghargaan, pelatihan, fasilistas
pemasaran, dan semua jasa dan keuntungan yang tersedia secara umum. Persamaan
kesempatan, yang memerlukan adanya reformasi hokum dan administrasi guna
menghapuskan segala bentuk diskriminasi.
3. Kesadaran kritis: mencakup pemahaman atas perbedaan antara peran berdasarkan
gender dan seks. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya dan dapat
diaubah. Keyakinan juga meliputi keprcayaan bahwa pemabgian kerja secara seksual
harus adil dan disetujui oleh kedua belah pihak tanpa dominasi baik ekonomi maupun
politik dari satu jenis kelamin. Keyakinan akan kesetaraan berdasarkan gender dan seks
memberi dasar bagi partisipasi bersama dalam proses pembangunan perempuan.
4. Partisipasi: meliputi partisipasi perempuan yang setara dalam proses pembuatan
keputusan, kebijakan, perencanaan, dan administrasi. Partisipasi merupakan aspek penting
dalam pembangunan dimana perempuan dilibatkan dalam penilaian kebutuhan-kebuthan,
perumusan, penerapan, dan evaluasi kegiatan. Persamaan dalam pasrtisipasi berarti
melibatkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat dengan proporsi yang seimbang
dalam pengambilan keputusan.
5. Control: keseimbangan laki-laki dan perempuan dalam mengontrol sumberr daya
sehingga tidak ada satupun yang berposisi lebih dominan. Berkenaan dengan isu
kesederajatan atau kesetaraan (equality), maka Longwe menawarkan rumusan konsep
„masalah/urusan spesifik perempuan‟, yang berkaitan dengan peran gender atau streotipe
yang ditentukan secara seksual. Asumsi utamanya adalah bahwa semua isu perempuan
berkaitan dengan equality dalam peran sosial dan ekonomis. Tiga level pengenalan atas isu
perempuan di dalam proyek adalah NEGATIF, NETRAL, POSITIF. Dengan demikian,
kegunaan alat analisis ini adalah untuk menguji metode analisis terhadap program yang
bertujuan untuk memberdayakan tetapi kegiatannya tidak mencerminkan hal tersebut.
Kerangka kesetaraan gender (Gender Equality Framework) yang dikembangkan World
Bank pada tahun 2007 ini bisa dikatakan mencakup berbagai dimensi yang ditawarkan
beberapa alat analisis gender yang sudah dibahas.
Gender Equality Framework

Gender equality in rights, resources, and voice

HouseHold Economy and Society


markets
Household Civic and
resource and Acces to land,
political
task financial
allocations, services, labor participation
fertility markets,
decisions technology

Aggregate economic performance (poverty reduction, growth


Dari kerangka tersebut bahwa analisis gender perlu diawali dengan identifikasi
kesenjangan dan ketimpangan gender baik menyangkut hak, sumber daya, dan artikulasi
kepentingan (voice). Identifikasi ini dilakukan di ranah rumah tangga dan komunitas, serta
menyangkut dimensi ekonomi maupun non-ekonomi (sosial-politik). Level dan dimensi
kesenjangan akan berimplikasi pada strategi intervensi, baik kebijakan maupun layanan yang
akan dikembangkan.

C. EVALUASI
Buatlah analisis Gender yang ada di lingkungan sekitar rumah berdasarkan salah satu alat
analisis gender:
1. Kerangka Analisis Harvard
2. Kerangka Analisis Moser
3. Gender Analisis Matrik
4. Kerangka Pemberdayaan Sarah Longwee

Ka. Program Studi Dosen Pengampu Mata Kuliah

Sri Yanniarti, M.Keb Rialike Burhan, M.Keb


Nip.197501122001122001 NIP.198107102002122001

Ketua Jurusan

Mariati, SKM, MPH


NIP. 196605251989032001

Anda mungkin juga menyukai