Anda di halaman 1dari 16

Kesetaraan Gender

Dalam Keluarga
Berencana

Suldanianti
Nim. 19. 1302. 063
KLS E.19
Kesetaraan Gender Dalam Keluarga
Berencana
Ketidak setaraan gender dalam bidang KB dan
Kesehatan Reproduksi sangat berpengaruh pada
keberhasilan program. Sebagian besar masyarakat dan
provider serta penentu kebijakan masih mengganggap
bahwa penggunaan kontrasepsi adalah urusan
perempuan. Oleh karena itu, peserta KB pria di
Indonesia masih sangat rendah yaitu masih dibawah 2
persen, disamping masih relatif rendahnya kepedulian
pria terhadap proses reproduksi keluarganya terutama
dalam hal kehamilan dan kelahiran
PENGERTIAN GENDER

Gender adalah perbedaan antara laki-


laki dan perempuan dalam peran,
fungsi, hak, tanggung jawab dan prilaku
yang dibentuk oleh tata nilai social,
budaya dan adat istiadat ( Badan
Pemberdayaan Masyarakat, 2003).
Perspektif Gender dan HAM dalam
Keluarga Berencana
Keterlibatan suami dalam mewujudkan hak-hak reproduksi
dalam keluarga menjadi sangat penting karena
 Pria adalah partner dalam reproduksi dan seksual sangat
beralasan apabila laki-laki dan perempuan berbagi
tanggung jawab dan peran secara seimbang dalam
kesehatan reproduksi.
 Pria bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi,
sehingga keteribatan pria dalam pengambilan keputusan
untuk menentukan jumlah anak ideal dan jarak kelahiran
akan memperkuat ikatan batin yang lebih kuat antara
suami istri dalam kehidupan berkeluarga.
 Pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan
mereka mempunyai peran penting dalam
memutuskan kontrasepsi yang akan digunakan oleh
istrinya;.
 Partisipasi
pria dalam pelaksanaan program KB dan
kesehatan reproduksi diharapkan mampu mengubah
pandangan bahwa KB hanya hak dan tugas
perempuan saja, melainkan merupakan hak
bersama laki-laki dan perempuan.
DISKRIMINASI GENDER DALAM
KELUARGA BERENCANA
Tingginya kematian dan kesakitan ibu hamil,
melahirkan, nifas dan aborsi akibat
komplikasi sangat terkait dengan adanya
diskriminasi gender dalam masyarakat yang
mengakibatkan adanya keterlantaran
perempuan bukan hanya pada saat hamil dan
melahirkan tetapi sejak perempuan itu masih
kecil dan remaja
Adapun penyebab dari diskriminasi
gender adalah :
 Angka aborsi di Indonesia
Resiko aborsi (rasa malu, ketakutan, kematian) lebih berat
ditanggung oleh pihak perempuan sedangkan pihak laki-laki
hampir tidak mempunyai resiko sama sekali. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya pengetahuan istri tentang kesehatan reproduksi
dan kurangnya kepedulian dan perhatian suami terhadap
kesehatan isteri
 Kekerasan terhadap perempuan
Kesenjangan gender yang mengakibatkan kekerasan terhadap
perempuan disebabkan oleh faktor sosial budaya yang
beranggapan bahwa tingkah laku dan tindak kekerasan suami
dianggap hanya sementara dan wajar; juga karena Isteri dianggap
adalah milik suami, sehingga isteri harus patuh dan menuruti apa
yang dikehendaki  suami
 Kesertaan ber KB Pria rendah
Data SDKI 1997 menunjukkan bahwa jumlah peserta KB baru
pria hanya 1.1% sementara peserta KB perempuan mencapai
lebih dari 98%.saan suami apabila perempuan tidak ada indikasi
infertil

 Tingginya pernikahan usia muda isterinya


Faktor sosial budaya yang membedakan nilai anak laki-laki dan
perempuan menyebabkan perempuan hampir tidak mempunyai
peluang untuk memperoleh pendidikan dan peran dalam sektor
publik. Hal ini men-dorong terjadinya pernikahan usia muda
pada perempuan
 Infeksi saluran reproduksi PMS-HIV/ AIDS
Akibat perilaku  seksual yang tidak sehat  yang dilakukan oleh kebanya-kan
kaum pria,  membawa akibat buruk  yang  ditanggung oleh  kaum
perempuan. Rendahnya kesadaran laki-laki/suami akan perilaku seksual
yang sehat mengakibatkan suami  tidak memperhitungkan dampak
penularan PMS, dan HIV/AIDS kepada

 Pada keluarga infertile


Istri cenderung  menjadi pihak yang dipersalahan, padahal ada
kemungkinan kesalahan juga ada pada pihak laki-laki. Dalam pemeriksaan
medis, isteri selalu diminta untuk memeriksakan diri terlebih dahulu, dan
baru diikuti oleh pemerik
PENTINGNYA KESETARAAN GENDER
Suami-istri harus berperan dan bertanggung jawab secara
bersama, seimbang dan harmonis dalam KB dan kesehatan
reproduksi karena :
1. suami-istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi
2. suami-istri bertanggung-jawab secara sosial, moral, dan
ekonomi dalam  membangun keluarga
3. suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang
merupakan bagian dari hak asasi manusia dan bersifat
universal.
4. KB dan kesehatan reproduksi memerlukan peran dan tanggung
jawab bersama suami-isteri, bukan suami atau istri saja
UPAYA KEDEPAN MENGHADAPI
KEETRAAN GENDER
 Meningkatkan jaringan kemitraan dengan BP4-
KUA
Menyadari posisi BP4 dan KUA yang sangat strategis
baik dalam mempromosikan program KB khususnya
kondom pada penataran-penataran yang dilakukan
oleh KUA  kepada calon pengantin. Kondom
dipromosikan sebagai alat KB untuk perencanaan
keluarga atau dalam menunda kehamilan anak
pertama
 Menambah akses kondom melalui vending
machine
Peluncuran vending machine semata-mata
ditujukan untuk mengatasi salah satu
kendala bagi akseptor pria dalam
mendapatkan kondom.  Berdasarkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan
mengenai partisipasi pria dalam KB,
diketahui bahwa rendahnya penggunaan
kondom salah satunya karena sulitnya
mendapatkan kondom
Distribusi
Kondom melalui Masyarakat
(Community Based Distribution Condom)
Upaya untuk meningkatkan kesertaan pria
dalam praktek KB yang dikembangkan antara
lain yaitu menggunakan peserta KB Pria yang
puas atas pelayanan yang diterima untuk
menjadi motivator KB khususnya untuk sasaran
utama yaitu pasangan suami-isteri (pasutri)
Motivator Vasektomi
Salah satu upaya meningkatkan
kesertaan pria dalam penggunaan
vasektomi adalah dengan meningkatkan
komunikasi melalui pengembangan
saluran komunikasi personal, seperti
pengembangan kelompok-kelompok
(peer group) yang ada didalam
masyarakat  dan di tempat kerja
Tim Mobil Kontap
Diperlukan suatu pelayanan yang mobile
(Tim Mobil Kontap) agar dapat menjangkau
dan dijangkau oleh masyarakat sasaran.
Tim mobil kontap ini hendaknya dapat
dibentuk disetiap propinsi, karena
diketahui bahwa permintaan pelayanan
vasektomi tersebar dibeberapa wilayah.
Tim mobil ini diharapkan dapat mengurangi
unmet need
Terima Kasih

Suldanianti

Anda mungkin juga menyukai