LANDASAN TEORI
A. Analisis Gender
Analisis gender adalah suatu metode atau alat untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender
melalui penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara
laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. Analisis gender dapat
disimpulkan sebagai suatu proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki
dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Syarat utama terlaksananya analisis gender adalah tersedianya data terpilah berdasarkan jenis
kelamin. Data terpilah adalah nilai dari variabel-variabel yang sudah terpilah antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian. Data terdiri atas data
kuantitatif (nilai variabel yang terukur, biasanya berupa numerik) dan data kualitatif (nilai variabel
yang tidak terukur dan sering disebut atribut, biasanya berupa informasi) (Puspitawati, 2012).
Kerangka analisis perencanaan gender atau disingkat kerangka analisis gender merupakan upaya
untuk menerjemahkan ide-ide dari analisis gender yang akademis serta konseptual ke dalam
kerja-kerja dan panduan untuk para praktisi LSM, pekerja-pekerja pembangunan, relief dan
perencanaan rekonstruksi (Lassa, 2010).
Kerangka-kerangka ini digunakan untuk memperkenalkan secara singkat konsep gender bagi mereka
yang awam dengan isu perempuan/gender dalam pembangunan, dengan menekankan bahwa
gender adalah isu pembangunan dan bahwa pembangunan tidak bebas nilai sehingga potensial
menindas gender tertentu. Tidak dimaksudkan untuk terjebak dalam berpikir secara mengisi
matrix semata dan terkotak-kotak, tetapi memberikan dasar-dasar analisis gender. Kegunaan lain
adalah bisa dijadikan dasar kebijakan gender (gender policy) pada institusi-institusi seperti
masyarakat sipil, LSM, CBOs, NGOs, BRA, pemerintahan dan sebagainya. Umumnya, kerangka
analisis gender yang berbeda digunakan untuk saling melengkapi demi menjawabi kebutuhan
kebijakan lembaga dan pembangunan kembali (Lassa, 2010).
Alat analisis sosial yang telah ada seperti analisis kelas, analisis diskursus (discourse analysis) dan
analisis kebudayaan yang selama ini digunakan untuk memahami realitas sosial tidak dapat
menangkap realitas adanya relasi kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat
berpotensi menumbuhkan penindasan. Analisis gender sebenarnya berfungsi untuk melengkapi
sekaligus mengkoreksi alat analisis sosial yang ada, yang dapat digunakan untuk meneropong
realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya (Puspitawati,
2012).
Analisis gender merupakan alat dan teknik yang tepat untuk mengetahui apakah ada permasalahan
gender atau tidak dengan cara mengetahui disparitas gendernya. Analisis gender diharapkan dapat
mengidentifikasi dan menganalisis kesenjangan gender secara tepat sehingga dapat ditemukan
faktor-faktor penyebabnya serta langkah-langkah pemecahan masalahnya. Analisis gender sangat
penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan perencanaan serta para peneliti akademisi,
karena dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit sehingga
program yang berwawasan gender dapat diwujudkan. Secara terinci analisis gender sangat penting
manfaatnya, karena:
1. Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di daerah pada berbagai
bidang, dengan menggunakan analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2. Melalui analisis gender yang tepat, diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis besar
atau bahkan secara detil keadaan secara obyektif dan sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat
dimengerti secara universal oleh berbagai pihak.
3. Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang melatarbelakangi masalah
kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi yang tepat sasaran sesuai dengan
tingkat permasalahannya (Puspitawati, 2012).
Ada beberapa teknik analisis gender yang sering digunakan, yaitu Model Harvard; Model Moser;
Model SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) atau Model Kekuatan, Kelemahan,
Kesempatan dan Ancaman; Model GAP (Gender Analysis Pathway) atau Model Analisis Alur Gender
dan Model ProBA (Problem Based Approach) atau Model Pendekatan Berbasis Masalah (Puspitawati,
2012).
B.
1.
Pengertian
Analisis Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard, dikembangkan oleh Harvard Institute for
International Development, bekerja sama dengan Kantor Women In Development (WID)-USAID.
Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis
gender dan perencanaan gender yang paling awal (Puspitawati, 2012).
2.
Tujuan
3.
Penggunaan
Penggunaan kerangka analisis Harvard lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan dengan
perencanaan program atau kebijakan. Kerangka ini juga dapat digunakan sebagai titik masuk (entry
point) gender netral dan digunakan bersamaan dengan kerangka Analisis Moser untuk mencari
gagasan dalam menentukan kebutuhan strategik gender. Kerangka Harvard pada mulanya diuraikan
di dalam Overholt, Anderson, Cloud and Austin, Gender Roles in Development Projects: A Case Book,
1984, Kumarian Press: Connecticut. Kerangka ini terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan
data pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga), meliputi empat komponen yang
berhubungan satu dengan lainnya (Puspitawati, 2012).
Komponen/langkah dalam teknis analisis gender model Harvard meliputi analisis profil kegiatan 3
peran atau triple roles (terdiri atas peran publik dengan kegiatan produktifnya, peran domestik
dengan kegiatan reproduktifnya dan peran kemasyarakatan dengan kegiatan sosial budayanya),
profil akses dan kontrol dan faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol. Sedangkan
parameter yang digunakan adalah usia, alokasi waktu, jenis dan lokasi kegatan serta pendapatan
(Puspitawati, 2012).
4.
Kelebihan
Berikut ini beberapa kelebihan teknik analisis gender model harvard, antara lain:
a.
Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas dan
keluarga.
b.
c.
Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan bukan
pada kesenjangan.
d.
5.
Kekurangan
Berikut ini beberapa kekurangan teknik analisis gender model harvard, antara lain:
a.
b.
Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan sosial dan sosial kapital
c.
Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi, tawarmenawar dan pembagian peran (Lassa, 2010).
C.
Contoh Kasus
Di sebuah desa, terdapat keluarga petani. Keluarga tersebut terdiri dari 4 orang. Seorang ayah,
seorang ibu, dan 2 orang anak. Ayah bekerja sebagai petani. Ibu tinggal di rumah untuk mengurus
anak, namun sesekali membantu pekerjaan sang ayah. Mereka tinggal di desa yang subur, nyaman,
dan memiliki lingkungan sosial yang baik. Para petani di desa tersebut memiliki perkumpulan
organisasi, begitu juga dengan para ibu.
Berikut ini analisis model Harvard untuk keluarga petani tersebut:
Analisis Harvard 1: Profil Kegiatan
Kegiatan
Perempuan
Laki-laki
Aktivitas Produksi
Pertanian
1.
Pembersihan lahan
2.
Persiapan benih
3.
Penanaman
4.
Penyiangan pembersihan
5.
Pemupukan
6.
Panen
7.
Pengeringan/penyimpanan
8.
Perawatan tanaman/pemusnahan hama atau
penyakit
Kegiatan Reproduksi
Menjaga anak
Membersihkan rumah
Mengambil air
Merawat si sakit/manula
Memperbaiki rumah
Belanja di pasar
Kegiatan Sosial
PKK
Dasawisma
Analisi Harvard 2: Profil Akses control atas sumber daya dan benefit
Akses
Perempuan
Kontrol
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Sumber daya
Tanah
Alat produksi
Tenaga kerja
Uang
Pendidikan
Simpanan
Benefit
luar
Pendapatan dari
Akses kepemilikan
Kebutuhan dasar:
makanan,
pakaian,
tempat tinggal
Pendidikan
Faktor demografi
Hambatan
Kesempatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis gender merupakan suatu proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang
laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kerangka Analisis Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi Women In Development (WID) yang
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal.
Dari contoh kasus yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa peran gender dibagi menjadi tiga,
yaitu dalam segi produktif, reproduktif, dan sosial. Peran gender tersebut dapat dianalisis dengan
model Harvard seperti yang dicontohkan.
B. Saran
Pada pelaksanaan analisis Havard ini belum sempurna diterapkan secara berdiri sendiri. Jika dalam
relasi yang lebih besar dari keluarga dan komunitas maka perlu dampingan bersamaan dengan
kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategik gender.
DAFTAR PUSTAKA
IPB.
2009.
Lima
Teknik
Analisis
Model
Gender.
24
April
2009.
http://www.cs.ipb.ac.id/index.php/admin/news/detail/id/b601033eeba5bd67d74872ac07a7663f/ju
dul/lima-teknik-analisis-model-gender.html. Diunduh tanggal 17 Maret 2014
Lassa, J.A. 2010. Kerangka Analisis Perencanaan Gender (Gender Planning Frameworks).
Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press. Bogor.