e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
1 Program Studi Kesejahteraan sosial, FISIP - Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung
Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363
2 Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial & Pengembangan Masyarakat, FISIP - Universitas
Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat 45363
alima16001@unpad.ac.id; santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id
ABSTRAK
Remaja sebagai asset negara berperan sangat penting dalam proses pembangunan negara, dalam
upaya peningkatan kualitas remaja dan pencegahan kenakalan remaja pemerintah membuat Perpres
87 No . 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, seiring dengan hal tersebut Pemerinta Kota
Bandung membuat kebijakan Gerakan Maghrib Mengaji. Gerakan ini ditujukan bagi warga
masyarakat kota Bandung agar dapat memanfaatkan waktu dengan mengisi selepas sholat Maghrib
dengan kegiatan keagamaan atau pengkajian agama Islam. ‘Gerakan Maghrib Mengaji’ dapat
menjadi wadah kegiatan bagi remaja, dengan mengisi kegiatan memperdalam dan memperluas
pengetahuan dan pemahaman keagamaan. Sekaligus pula memperkuat karakter remaja dengan
berlandaskan nilai dan norma religi yang kokoh. Penguatan karakter remaja yang berlandaskan pada
nilai dan norma agama tersebut, diharpkan dapat mencegah timbulnya pemanfaatan waktu luang yang
mengarah pada kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat.
Salain itu , lingkungan juga berperan penting dalam proses perkembangan remaja , sebab lingkungan
akan dijadikan media eksperimen oleh para remaja dalam mengimplementasikan pengetahuan yang
mereka dapatkan , implementasi tersebut bisa berdampak baik bagi diri dan lingkungannya , namun
bisa juga berdampak buruk bagi mereka. Sehingga perlu adanya pendidikan karakter yang
mengarahkan pengetahuan remaja agar mereka tidak melakukan tindakan tindakan yang berakibat
buruk , dan mengotori nilai norma yang terkandung di masyarakat seperti kenakalan remaja .
Kata kunci : Kenakalan remaja, pendidikan karakter , Maghrib mengaji , perkembangan remaja
ABSTRACT
Adolescents as state assets play a very important role in the process of state development, in an effort
to improve adolescent quality and prevention of juvenile delinquency of the government makes
presidential decree 87 no. 2017 on strengthening character education, in line with the regulation of
Bandung mayor make policy Maghrib Recitation Movement where Bandung city people can use their
spare time to obtain knowledge about religion . Therefore Maghrib recitation reviewing this can be a
place for teenagers to explore well without violating the prevailing values and norms, weighing
adolescence is a time when the capacity to gain knowledge efficiently reaches its peak.
176
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
In addition, the environment also plays an important role in the process of adolescent development,
because the environment will be used as an experimental medium by teenagers in implementing the
knowledge they get, the implementation can have good impact for themselves and the environment,
but it can also be bad for them. So that the need for character education that directs the knowledge of
teenagers so that they do not take actions that result badly, and contaminate the value of norms
contained in society such as juvenile delinquency.
178
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
2
Rijalihadi G , “FENOMENA KENAKALAN REMAJA DI REMAJA”, dalam JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 7, NO.1,
INDONESIA” dalam http://ntb.bkkbn.go.id , 2 APRIL 2012: 490 – 500
4
september 2011 Dadan Sumara , Sahadi Humaedi , Meilanny Budiarti
3
Lis Binti Muawanah dan Herlan Pratiko , Santoso “Kenakalan Remaja dan Penanganannya”
“KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN dalam ,Jurnal Penelitian & PPM , ISSN: 2442-448X , Vol
4, No: 2 Hal: 129 - 389 , Juli 2017
179
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
dianggap wajar oleh lingkungan. Suatu juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal
perbuatan yang dibiarkan (permisif) terus lobe - belahan otak bagian depan sampai pada
berulang, maka dapat mengarah menjadi belahan atau celah sentral. Prontal lobe ini
kebiasaan, bahkan lebih jauh dapat terstruktur berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat
secara budaya. Oleh karena itu, upaya tinggi, seperti kemampuan merumuskan
pencegahan perlu dilakukan, berupa peringatan perencanaan strategis atau kemampuan
atau larangan sesuai nilai dan norma yang mengambil keputusan. Perkembangan prontal
berlaku. Setiap elemen dalam setiap lingkungan lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap
sosial perlu menjadi bagian yang utuh dan kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka
simultan dalam membantu dan membimbing mengembangkan kemampuan penalaran yang
(advokasi) remaja mencapai potensi positif memberinya suatu tingkat pertimbangan moral
terbaik yang mereka miliki. dan kesadaran sosial yang baru.
180
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
masa yang lain), melakukan pengamatan ada lingkungannya walaupun itu tidak baik.
terhadap aktivitas kehidupan yang (Novita, 2016) .
berhubungan dengannya; seperti orang tua,
guru, orang yang dianggap penting, dan Lingkungan yang menolak penyimpangan
sebagainya. Aktifitas eksplorasi dapat pula dapat membentuk masyarakat yang menolak
dilakukan dengan menanyakan kepada orang penyimpangan juga, sementara lingkungan
yang telah aktif secara langsung dalam suatu yang membiarkan terjadinya penyimpangan
jenis dominan kehidupan tertentu.6 atau kenakalan remaja oleh remaja kenakalan
remaja tersebut dapat dianggap suatu hal yang
Peran Lingkungan terhadap Perkembangan wajar dan tidak salah. Pembenaran terhadap
Remaja kenakalan remaja itu lah yang membentuk
budaya menyimpang di masyarakat, sehingga
Kartika dalam Fani dan Lathifah 7 menyatakan lingkungan tersebut berperan penting dalam
bahwa, remaja membutuhkan dukungan dari membentuk masyarakat dan masyarakat
lingkungan. Dukungan sosial yang diterima merupakan wujud dan interpretasi dari kondisi
remaja dari lingkungan, baik berupa dorongan lingkungannya.
semangat, perhatian, penghargaan, bantuan dan
kasih sayang membuat remaja menganggap Peran Teman Sebaya
bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan
dihargai oleh orang lain. Jika individu diterima Masa remaja merupakan masa dimana teman
dan dihargai secara positif, maka individu sebaya menjadi aspek yang sangat penting
tersebut cenderung mengembangkan sikap dalam proses peralihannya dari kanak kanak
positif terhadap dirinya sendiri dan lebih menuju dewasa, pendampingan teman sebaya
menerima dan menghargai dirinya sendiri. pada tahap ini menggantikan peran
Sehingga remaja mampu hidup mandiri pendampingan orang tua maupun guru, karena
ditengah-tengah masyarakat luas secara teman sebayanya dinilai lebih mengerti kondisi
harmonis (Fani Kumalasari dan lathifah Nur psikososialnya dibanding guru dan orang tua
Ahyani, 2012) sehingga remaja lebih mendengar dan
mengikuti apa yang menjadi pandangan dari
Dalam proses penyesuaian diri dengan teman sebayanya.
lingkungan seseorang perlu menyeimbangkan Erikson (1950, 1968 dalam Santrock 1995)
interaksi dengan dirinya dan lingkungan melihat masa remaja sebagai tahapan pencarian
sosialnya. Pada dasarnya interaksi merupakan identitas diri dan merupakan masa transisi dari
proses saling mempengaruhi dan di pengaruhi, masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di sisi
proses timbal balik dalam interaksi mambuat lain, secara fisiologis remaja mengalami
lingkungan dan diri saling menyesuaikan. pertumbuhan fisik dan hormonal yang pesat,
Dengan demikian kehidupan sosial remaja yang selanjutnya berpengaruh pula kepada
sangat bergantung dari keadaan lingkungannya.
ketidakstabilan emosi remaja. Selain itu, masa
Apabila keadaan lingkungannya baik dan remaja merupakan masa dimana pengaruh
mendukung remaja untuk tumbuh kembang teman sebaya sangat kuat, baik pengaruh
dengan baik maka remaja juga bisa tumbuh negatif maupun positif.
dewasa dan menjadi orang yang baik. Begitu
juga sebaliknya apabila remaja tinggal di Secara umum, Hartup dan Stevens (1999)
lingkungan kurang baik maka remaja juga dapat dalam Baron dan Byrne (2005) mengatakan
tumbuh menjadi orang seperti yang kebanyakan bahwa memiliki teman adalah suatu hal yang
6 7
Purwadi , “Proses Pembentukan Identitas Remaja” , Fani Kumalasari dan lathifah Nur Ahyani , “Hubungan
dalam Humanitas : Indonesian Psychologycal Journal Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri
Vol.1 No.1 , Januari 2004:43-52. Remaja Di Panti Asuhan “ , dalam Jurnal Psikologi
Pitutur , Volume 1No.1, Juni 2012 .
181
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
positif sebab teman dapat mendorong self- Pendidikan karakter merupakan pembinaan
esteem dan menolong dalam mengatasi stress, yang baik bagi remaja sebagai generasi yang
tetapi teman juga dapat memiliki efek negatif diandalkan dalam pembangunan negara. Masa
jika mereka antisosial, menarik diri, tidak remaja merupakan masa yang sangat rentan
suportif, argumentatif, atau tidak stabil. Peer karena cenderung lebih menyukai dan ingin
group merupakan suatu wadah untuk mencoba hal-hal baru baru dari apa yang
bersosialisasi. mereka lihat atau mereka dengar tanpa
mempertimbangkan baik atau buruknya
Menurut Havighurst dalam Ahmadi (2004) dampak yang akan mereka rasakan dalam
peer group memiliki tiga fungsi, yaitu: jangka pendek maupun jangka panjang yang
a. Mengajarkan kebudayaan menyangkut masa depannya. Sehingga remaja
b. Mengajarkan mobilitas sosial atau perubahan yang dapat menggantikan generasi senior di
status. masa yang akan datang tentunya sangat
c. Memberi peranan sosial yang baru. membutuhkan pembinaan berupa pendidikan
karakter yang mampu mengarahkan mereka
Di dalam peer group atau pertemanan teman menjadi sosok yang di harapkan oleh bangsa.
sebaya remaja dapat belajar banyak hal Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad
diantaranya adalah budaya, status dan Kristiawan pendidikan karakter pada remaja
peranannya baik dalam kehidupan keluarga, dilakukan untuk pengendalian diri supaya
sekolah maupun masyarakat, hal tersebut remaja tidak terjerumus ke dalam karakter
tentunya sangat berguna bagi remaja dalam negatif. Supaya karakter positif dapat
proses pencarian jati dirinya. diinternalisasi menjadi karakter yang
permanen8
Azra memberikan pengertian bahwa
Urgensi Pendidikan Karakter pada Remaja pendidikan merupakan suatu proses di mana
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dari 233 suatu bangsa mempersiapkan generasi
juta jiwa penduduk Indonesia, 26,8% atau 63 mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
juta jiwa adalah remaja berusia 10 sampai 24 untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif 9.
tahun. Dari data tersebut, Indonesia diprediksi Pada dasarnya pendidikan bukan hanya sekedar
akan mendapat Bonus Demografi, dimana pengajaran melainkan merupakan suatu upaya
penduduk dengan umur produktif sangat besar peningkatan kemampuan sumber daya manusia
sementara usia muda semakin kecil dan usia agar dapat menjadi manusia yang mandiri serta
lanjut belum banyak, di tahun 2020 – 2030. dapat berkonstribusi terhadap masyarakat dan
Jumlah usia angkatan kerja (15 – 64 tahun) pada bangsanya. Proses pendidikan yang profesional
2020 – 2030 akan mencapai 70 persen, dapat membentuk karakter pada peserta
sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk didiknya. Oleh karena itu dalam
yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan pelaksanaannya pendidikan karakter ini ber
diatas 65 tahun). Jika pembinan terhadap integrasi dengan pendidikan formal, informal,
remaja atau penduduk umur produktif tidak dan non formal agar dapat membentuk karakter
segera dilakukan, dapat dipastikan Indonesia positif khususnya di kalangan remaja. Sebab
tidak bisa melahirkan sumber daya manusia remaja masih berada dalam tahap pertumbuhan
yang baik dan berkualitas. (Effendi, 2018) dan perkembangan yang memiliki kepribadian
labil dan sedang mencari jati diri untuk
membentuk karakter permanen. Pendidikan
8 9
Muhammad Kristiawan , “ Telaah Revolusi Mental dan Azyumardi Azra. Paradigma Baru Pendidikan Nasional:
Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Sumber Daya Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Kompas,
Manusia Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia “ , 2002, h.4.
dalam ta’dib ,Volume 18 No.1 , juni 2015
182
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
pada usia remaja menjadi momen yang penting Sementara itu, Indonesia Heritage Foundation
dalam menentukan karakter seseorang setelah merumuskan beberapa bentuk karakter yang
dewasa (Kristiawan, 2015). harus ada dalam setiap individu bangsa
Indonesia di antaranya; cinta kepada Allah dan
Sebagaimana yang telah dipaparkan alam semesta beserta isinya, tanggung jawab,
sebelumnya bahwa lingkungan formal disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun,
(sekolah), informal (keluarga) dan non formal kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya
(pendidikan di luar sekolah) mempunyai diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
peluang yang sama kuatnya dalam keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah
pengembangan karakter remaja. Sehingga hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.
dalam uapaya peningkatan kualitas sumber Sementara itu , character counts di Amerika
daya remaja perlu bekerja sama dan mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter
membangun komunikasi yang baik antara yang menjadi pilar adalah; dapat dipercaya
sekolah, keluarga, dan pendidikan nonformal (trustzoorthiness), rasa hormat dan perhatian
dalam mengembangkan karakter anak remaja. (respect), tanggung jawab (responsibility),
jujur (fairness), peduli (caring),
Untuk mendukung perwujudan cita-cita
kewarganegaraan (citizenship), ketulusan
pembangunan karakter sebagaimana
(honesty), berani (courage), tekun (diligence)
diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan
dan integritas (integrity) (Hasanah, 2009)
UUD 1945 serta mengatasi permasalahan
kebangsaan saat ini, maka pemerintah Implementasi Pendidikan Karakter pada
menjadikan pembangunan karakter sebagai Gerakan Maghrib Mengaji (pendidikan non
salah satu program prioritas pembangunan formal)
nasional. Pendidikan karakter ditempatkan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi Dilansir dari (https://www.republika.co.id )
pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan ‘Gerakan Maghrib Mengaji’ merupakan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, program yang digagas Ridwan Kamil selaku
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan Wali Kota Bandung untuk membudayakan
falsafah Pancasila” (Supinah dan Parmi, 2011: kembali tradisi membaca Alquran setelah shalat
1-2). Maghrib di kalangan masyarakat. Tujuan yang
ingin dicapai dari Gerakan Magrib Mengaji ini
Konstitusi bangsa Indonesia UUD Pasal 31 di antaranya;
tentang Pendidikan dan Kebudayaan pada ayat
3 secara tegas menyebutkan bahwa pemerintah 1. Menghidupkan kembali tradisi membaca
mengusahakan dan menyelenggarakan satu Alquran setiap selesai shalat Magrib di
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan seluruh masjid yang ada di wilayah Kota
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia Bandung, yang mengharapkan masyarakat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. dapat memanfaatkan waktu antara Maghrib
Kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang dan Isya dengan efektif untuk beribadah
Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem kepada Allah, memperdalam wawasan
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa keagamaannya dan tidak menghabiskan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana waktunya untuk hal-hal yang kurang
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses bermanfaat.
pembelajaran agar peserta didik secara aktif 2. Sebagai upaya menumbuhkan kesadaran di
mengembangkan potensi dirinya untuk tengah-tengah masyarakat akan fungsi dan
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, peranan Al Qur`an bagi kehidupan manusia
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sehingga Alquran tetap dibaca dan
akhlak mulia, serta keterampilan yang dipelajari sekalipun telah tamat (khatam)
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan dari Taman Pendidikan Alquran.
negara (Mulia, 2010, p. 230) .
183
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
184
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
ketika dibahas tentang sesuatu yang amat peserta didiknya melalui pertanyaan-
dicintainya. pertanyaan sederhana seputar apa yang
telah dijelaskan sebelumnya dan di
Nah terus melihat keadaan seperti itu si pertemuan selanjutnya diingatkan kembali
musuh menulis surat kepada temannya proses pembelajaran di hari sebelumnya
bilang kalau "orang Islam ga akan kalah sehingga nilai dan norma dapat tertanam
dalam perang, kalau mau ngalahin mereka dengan baik .Nilai dan norma ini mampu
perlu dengan cara menjauhkan Qur’an dari menjadi pola pikir bagi mereka dalam
mereka" karena kan orang Islam mah ga menjalankan aktivitasnya sehingga mereka
takut mati soalnya udah yakin yg bisa menjauhi kenakalan kenakalan remaja
menghidupkan dan mematikan bukan ataupun bentuk-bentuk penyimpangan
manusia, sedangkan mereka (lawannya lainnya dan dengan sendirinya kenakalan
yang kalah) takut mati,takut hartanya tidak remaja akan berkurang.
bisa lagi mereka nikmatin, takut
kekuasaannya di rebut oleh musuh dan
banyak ketakutan lainnya deh pokonya. Kesimpulan dan saran
Lagian kan emang salah satu alasan Abu Kinerja optimal dalam otak remaja perlu di
Jahal gamau jadi pengikut Rasulullah
manfaatkan untuk menggali nilai nilai positif
Muhammad gara gara takut kekuasaannya yang terkandung di lingkungan pendidikan
di ambil alih meskipun mereka percaya formal, nonformal, maupun informal. Sebab
Allah yg nyiptain mereka,tapi karna udah masa remaja adalah masa penentu, dimana pada
cinta terhadap duniawi dia rela kafir asalkan tahap ini aktivitas eksplorasi remaja
kekuasaan dan kekayaanya dapat bertahan menentukan bagaimana dirinya di masa yang
dalam kubunya. Mungkin contoh yang lebih akan datang. Penggalian nilai-nilai positif di
dekat lagi semisal pacaran rela ngasih masa remaja akan membentuk karakter positif
segalanya demi mengabdi atau menuruti yang menjadi bekal masa dewasa nanti agar
apa yang dinginkan sang pasangan, mulai mampumemposisikan dirinya dengan
dari memberikan tangan untuk sekedar di lingkungan dan negaranya, serta menjalankan
genggam, memberikan badan untuk peran sebagai warga masyarakat, warga negara,
"sekedar" dipeluk, memberikan bibir untuk bahkan pemangku jabatan pemerintahan yang
"sekedar" dicium dan terus hingga lebih baik.
dari itu,dan mungkin itu adalah satusatunya
alasan pacaran dilarang karena itu Remaja sebagai asset yang di andalkan dalam
merupakan penjabaran dari QS. 17: 32 yang pembangunan negara tidak seharusnya
berisi tentang larangan mendekati zina yang mengotori lingkungan negara dengan
membuat Allah tidak lagi menjadi Zat yang melakukan kenakalan remaja, melainkan
paling di cintai oleh hamba-Nya. membantu pemerintah memperbaiki
lingkungan, agar dapat menciptakan negara
Lalu bagaimana dengan kalian apakah yang aman, nyaman dan sejahtera.
Qur’an yang dibaca sempat dikaji? atau
membacapun kalo inget ? Nah berarti kalau Pada dasarnya setiap remaja berpotensi
dalam peperangan orang-orang yang jauh melakukan bentuk-bentuk kenakalan remaja,
dari Al-Qur’an adalah orang yang kalah namun dengan adanya pendidikan karakter
dalam berperang, dan apabila meninggal yang terintegrasi dengan pendidikan formal,
dalam keadaan jauh mungkinkah informal, maupun nonformal, remaja dapat
mendapatkan syurganya Allah ? menjaga dan memegang tinggi nilai dan norma
yang ada di masyarakat. Maghrib mengaji
c. Metode re-call pengetahuan yang dimana merupakan pendidikan nonformal yang
setelah proses pembelajarn berlangsung bertujuan untuk membentuk karakter qur’ani di
jajaran pengajar mengukur pemahaman kalangan masyarakat agar masyarakat terutama
185
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
Pendidikan nonformal ini di harapkan dapat di Kristiawan, M. (2015, juni). Telaah Revolusi
rasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia Mental dan Pendidikan Karakter Dalam
dengan latar belakang agama apapun berupa Pembentukan Sumber Daya Manusia
bentuk pengajaran agama yang menanamkan Indonesia yang Pandai dan Berakhlak Mulia.
nilai-nilai kebaikan. Karena apabila nilai-nilai Ta’dib ,Volume 18 No.1.
kebaikan sudah tertanam pada seseorang , maka Mahmuda. (2017). Konsep Negara Ideal /
segala bentuk perbuatan maupun ucapan yang Utama (AL-Madinah AL-Fadhilah) Menurut
ia keluarkan merupakan kebaikan pula , dengan AL - Farabi. Al-Lubb , vol.2 no.2, 286-300.
demikian masyarakat Indonesia manjadi
Mulia, P. K. (2010, mei). Sabar Budi Raharjo.
masyarakat yang harmoni aman, nyaman dan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16,
sejahtera tanpa adanya gangguan-gangguan
Nomor 3.
penyimpangan.
Nindya P. N. , Margaretha R. (2012).
Hubungan antara Kekerasan Emosional pada
Daftar Pustaka Anak terhadap Kecenderungan Kenakalan
Remaja. Jurnal Psikologi Klinis dan
Basrah, R. S. (2018, Februari 7). Gerakan Kesehatan Mental Vol.1.No.02.
Maghrib Mengaji , Upaya Membangun
Generasi Qur'ani. Retrieved juni 10, 2018, Novita, I. F. (2016, september 4). Peran
from Berita Nasional Republika: Pekerja Sosial dalam Pembinaan Remaja di
https://www.republika.co.id Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial
Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dadan suamara , Sahadi Humaedi dan Yogyakarta, Indonesia, Jawa.
Meilanny Budiarti. (2017, juli). Kenakalan
Remaja dan Penanganannya. Jurnal Penelitian Nunung Unayah , dan Muslim Sabarisman.
& PPM, 129-389. (2015, june 9). fenomena kenakalan remaja
dan kriminalitas. Sosio Informa Vol.1.
Effendi, Z. (2018, februari 15). Begini Cara
Risma Cegah Kenakalan Remaja di Sekolah. Raharjo, ST. 2015. Dasar Pengetahuan
Retrieved 15 juni, 2018, from detikNews: Pekerjaan Sosial. Bandung: Unpad Press
https://news.detik.com/berita-jawa-timur __________ 2015. Keterampilan Pekerjaan
Sosial, Dasar-dasar. Bandung: Unpad Press.
186
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 5, No: 2 Hal: 176 - 187 Juli 2018
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
__________ 2015. Pekerjaan Sosial Generalis, Renata, Muhammad Kristiawan, Fatmi Andi
Bekerja Bersama Organisasi dan Komunitas. Rizki Pratami. (2017, November 25).
Bandung: Unpad Press. Perbincaraan Pendidikan Karakter. Prosiding
Seminar Nasional 20 Program Pascasarjana
Rehasti Dya Rahayu dan Winati Wign. (2011). Universitas PGRI Palembang, 327-333.
Pengaruh Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Wibowo, E. (2008). Perencanaan Strategi
Masyarakat terhadap Persepsi Gender Pembangunan di Indonesia. jurnal ekonomi
Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan. Jurnal dan kewirausahaan, 16-24.
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia, 247-260.
187