Anda di halaman 1dari 10

TERMS OF REFERENCE (TOR)

SEMINAR DAN LOKAKARYA KEBIJAKAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

LATAR BELAKANG

Pemuda merupakan entitas penting dalam kehidupan bangsa, bahkan sering disebut
sebagai tulang punggung negara. Sejarah membuktikan bahwa pemuda selalu menjadi
pemeran utama dalam setiap agenda perubahan bangsa, oleh karenya pemuda juga
disebut agen perubahan. Sebagai agen perubahan, maka kondisi masa depan bangsa
ditentukan oleh kondisi pemudanya saat ini.
Istilah “pemuda” mencerminkan makna budaya dalam masyarakat yang
diberikan kepada individu antara masa kanak-kanak dan dewasa. Mengacu pada
definisi pemuda yang berlaku di Indonesia, yaitu orang yang berusia 16 sampai 30
tahun1, jumlah pemuda di Indonesia adalah sebanyak 62,138 juta jiwa atau sekitar
25,39 persen dari total penduduk (Sakernas-BPS, Agustus 2012). Populasi pemuda
yang besar tersebut seharusnya ditunjukkan dengan peranan dominan pemuda di
berbagai bidang. Namun, ironisnya, hingga saat ini masih banyak persoalan yang
dihadapi oleh kaum muda. Kementerian Pemuda dan Olahraga RI telah
mengidentifikasi sejumlah persoalan pokok kepemudaan yang mendesak untuk
dipecahkan, antara lain adalah: (1) rendahnya tingkat pendidikan, (2) tingginya angka
pengangguran, (3) kekerasan antar pemuda, (4) penyalahgunaan narkoba, dan (5)
penyebaran HIV-AIDS (Renstra Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010-2014).
Dalam hal pendidikan, sebagian besar pemuda di Indonesia hanya tamat
SMP/Sederajad (33,07%), sedangkan yang berpendidikan sarjana (diploma dan
sarjana) hanya sebesar 6,64 persen.
Salah satu dampak dari rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan pemuda
adalah tingginya angka pengangguran. Berdasarkan data Sakernas-BPS pada bulan
Agustus 2012 terdapat sebanyak 5,17 Juta orang pemuda, atau sekitar 13,24 persen
dari jumlah pemuda yang termasuk angkatan kerja 2 adalah pengangguran. Sebagian

1
Undang-undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan
2
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau
punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran (BPS, diadopsi dari The Labor Concept)

1
besar pemuda penganggur berdomilisi di perkotaan (57,78%). Hal ini menunjukkan
bahwa angka urbanisasi pemuda cukup tinggi. Tingginya angka pengangguran
pemuda, khususnya di perkotaan dengan standar hidup yang lebih tinggi dibanding
biaya hidup di perdesaan, memicu tingginya angka kemiskinan di perkotaan.
Kemiskinan dan pengangguran pemuda di perkotaan dengan lingkungan yang tidak
kondusif, seperti terbatasnya ruang publik, menyebabkan pemuda mudah melakukan
tindak kekerasan. Pemuda penganggur dengan tingkat pendidikan rendah tidak mampu
berpikir dengan jernih dan cerdas. Akhirnya kemudian banyak para pemuda yang
melarikan diri dari situasi yang menghimpit tersebut dengan memilih jalan yang akrab
dengan kekerasan seperti membentuk gangster, melakukan tindak kriminal seperti
pencurian, perkelahian, serta tawuran antar pemuda. Semua itu adalah saluran dari
rasa frustasi dari diri seseorang yang berada pada kelompok umur produktif namun
tidak mampu berbuat apapun. Kegalauan individu pada kelompok umur tersebut
mengakibatkan mudah terinternalisasi nilai atau identitas baru. Mereka berusaha untuk
mengasosiasikan diri pada kolektivitas yang bisa diakses seperti gangster atau
kelompok agama garis keras.
Kualitas pemuda erat kaitannya dengan kebijakan yang dikeluarkan otoritas
Pemerintahan. Indonesia memiliki Undang-undang No. 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan yang berisi prinsip-prinsip dasar pembangunan nasional di bidang
kepemudaan. Kebijakan pembangunan nasional kepemudaan berorientasi pada
pelayanan kepemudaan untuk mencapai tujuan pembangunan kepemudaan, yaitu:
“Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab,
berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan,
kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Rumusan tujuan pembangunan kepemudaan tersebut pada hakekatnya adalah


pembangunan sumberdaya manusia (SDM) pemuda Indonesia agar menjadi kekuatan
bangsa untuk menghadapi tantangan global di masa depan, dengan tetap berlandaskan
pada nilai-nilai spritual dan jatidiri bangsa. Pemuda Indonesia bukan hanya dipandang

2
sebagai sumberdaya ekonomi (human capital3) bangsa yang berkonotasi sebagai
objek, tetapi sebagai subjek yang mampu menjadi pelopor dan pemimpin di masa
depan. Berdasarkan tujuan tersebut, berbagai kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah
yang terkait dengan pemuda berorientasi pada upaya untuk mencapai tujuan
pembangunan kepemudaan tersebut.
Salah satu aspek dalam pembangunan kepemudaan yang diamanatkan dalam
UU No. 40 Tahun 2009 adalah Pengembangan Kewirausahaan Pemuda dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan kepemudaan, khususnya dalam rangka
membangun jiwa kewirausahaan pemuda. Sesuai dengan amanat UU No. 40 tahun
2011, pasal 27 ayat (4), Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan Pemuda yang
dirumuskan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga tersebut telah ditetapkan dalam
bentuk Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2011 tentang Pengembangan
Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana
Kepemudaan.
Materi kebijakan pengembangan kewirausahaan pemuda yang dirumuskan
dalam PP tersebut meliputi: ruang lingkup, pembagian tugas dan tanggungjawab para
aktor yang terlibat, proses perencanaan program dan kegiatan, serta pendanaannya.
Substansi kebijakan pengembangan kewirausahaan pemuda adalah aturan tentang
upaya-upaya yang harus dilakukan para aktor untuk memfasilitasi pemuda
meningkatkan keterampilan dan kemandiriannya dalam berusaha. Sebagai upaya
mengimplementasikan kebijakan tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui
Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda telah meluncurkan berbagai program dan
kegaitan, antara lain meliputi: pelatihan, pemagangan, pembimbingan, pendampingan,
kemitraan, promosi, dan bantuan akses permodalan.
Pengembangan kewirausahaan (termasuk kewirausahaan pemuda)
sesungguhnya dimiliki pula oleh hampir seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah, termasuk badan usaha (BUMN, BUMD, dan swasta) melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social Responsibility (CSR),
organisasi masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya. Program-program

3
human capital as the aggregation of the innate abilities and the knowledge and skills that individuals acquire and
develop throughout their lifetime, Laroche, Mireille, Marcel Mérette and G.C. Ruggeri (1997), On the Concept,
Dimensions and Specifications of Human Capital, Mimeo, Department of Finance.

3
kewirausahaan yang dijalankan berbagai unsur tersebut pada hakekatnya adalah untuk
pengembangan UKM, sama halnya dengan program yang dijalankan oleh Kementerian
Pemuda dan Olahraga. Banyaknya program dan kegiatan kewirausahaan di
masyarakat menunjukkan bahwa “kewirausahaan” merupakan isu penting, namun pada
tataran konsep dan program, sering terjadi tumpang tindih dan berjalan sendiri-sendiri.
Tumpang tindih program kewirausahaan juga mendapat perhatian dari Rahma
Iryanti, Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja, Kementerian
PPN/Bappenas. Dalam makalahnya berjudul “Perencanaan Program Kewirausahaan”
yang disampaikan pada “Indonesian Green entrepreneurship forum” yang dilaksanakan
oleh ILO Regional Office for Asia and the Pacific, bulan Mai 2013, di Jakarta, Rahma
menkritisi tumpang-tindihnya program kewirausahaan yang dibuat oleh berbagai
instansi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Selain menunjukkan lemahnya
koordinasi, tumpang tindih program juga berakibat pada tidak efektifnya tujuan program,
dan pada gilirannya menimbulkan pemborosan anggaran.
Pada tataran konsep, sesungguhnya kebijakan yang dibuat pemerintah dalam
rangka mengembangkan kewirausahaan berbeda dengan mengembangan UMKM.
Konsep kebijakan kewirausahaan yang dikemukakan oleh Lunsdstrom and Stevenson
yang telah diadobsi oleh berbagai negara dalam merumuskan kebijakan
kewirausahaan, menjelaskan bahwa kebijakan kewirausahaan dirancang untuk
membangun motivasi (motivation), peluang (opprotunity), dan keterampilan (skills),
dengan tujuan utama adalah untuk mendorong lebih banyak orang berkeinginan
menjadi wirausaha sebagai pilihan karir, dan mengambil berbagai tindakan untuk
memulainya. Sementara itu, untuk mengembangkan UMKM yang dibutuhkan adalah
menciptakan ekosistem usaha yang dinamis, sehingga dapat: (1) menunjang inovasi,
(2) meningkatkan produktifitas dan daya saing, (3) menunjang bidang usaha “strategis”,
(4) mendorong diversifikasi ekonomi, dan (5) menciptakan lapangan pekerjaan.

Dalam kaitannya dengan pembangunan kepemudaan, konsep kebijakan


kewirausahaan yang fokus pada individu, yaitu membangun motivasi, menciptakan
peluang, dan meningkatkan keterampilan nampaknya lebih sesuai. Konsep ini sejalan

4
dengan tujuan pembangunan bidang kepemudaan, khususnya pada aspek
kewirausahaan yaitu membangun jiwa kewirausahaan (spirit of entrepreneur).
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan dengan memperhatikan konsep
akademis tentang kebijakang pengembangan kewirausahaan, kiranya para pengambil
kebijakan dan stakeholders terkait di bidang kewirausahaan ini perlu duduk bersama,
mengkaji dan memformulasikan konsep kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan
tantangan Indonesia dewasa ini, khususnya dalam upaya mengatasi permasalahan dan
tantangan yang dihadapi pemuda Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) Tahun 2015 dan era globalisasi dan persaingan bebas dunia.

MAKSUD DAN TUJUAN


Seminar dan Lokakarya ini dimamsudkan untuk melakukan refleksi, kajian, dan evaluasi
terhadap konsep, kebijakan, dan implementasi kebijakan kewirausahaan yang telah
dilaksanakan Pemeirntah dalam 10 tahun terakhir, khususnya dalam konteks
pembangunan kepemudaan sebagaimana diamantkan dalam UU No. 40 Tahun 2014
tentang Kepemudaan. Melalui Semiloka ini diharapkan akan terumuskan konsep dan
rekomendasi model-model kebijakan dan program sebagai referensi pemerintahan
yang akan datang.

Adapun tujuan dari penyelenggaraan Semiloka ini adalah:


1) Menganalisis secara kritis dan kebijakan kewirausahaan yang telah berjalan,
2) Menghimpun berbagai input pemikiran konstruktif dari para pakar dan praktisi
Kewirausahaan dalam rangka pengembangan kewirausahaan pemuda,
3) Memformulasikan konsep-konsep kreatif dalam mengembangkan kebijakan dan
program pengembangan kewirausahaan pemuda,

TEMA DAN SUB TEMA


Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kebijakan Kewirausahaan Pemuda Tahun
2014 ini mengambil thema:

5
“Meningkatkan Daya Saing Pemuda Indonesia dalam Menghadapi
Era Globalisasi dan Persaingan Bebas”

Tema tersebut dibagi dalam tiga sub tema yang akan menjadi pokok bahasan dalam
lokakarya, yaitu:
Sub Tema
1. Meningkatkan Peran Wirausaha Pemuda dalam Menghadapi MEA dan Pasar
Bebas,
2. Membangun Karakter Wirausaha Pemuda, dan
3. Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Kewirausahaan Pemuda

PEMAKALAH
Seminar dan Lokakarya ini akan membahas 12 makalah yang akan disampaikan oleh
para pakar dan pemerhati kewirausahaan sebagai berikut:

Pembicara Utama
KRMT Roy Suryo Notodiprodjo (Menteri Pemuda dan Olahraga RI) sebagai
Pembicara Kunci (Key Note Speaker)

Judul Makalah:

“Meningkatkan Daya Saing Pemuda Indonesia menghadapi Era Globalisasi dan


Persaingan Bebas”

Pemakalah Inti
1) Prof. Ginandjar Kartasasmita (Anggota Wantimpres, Guru Besar UB, Malang)

Judul Makalah:
“Peran Pemuda dalam Transformasi Ekonomi Nasional Menghadapi Era Persaingan
Bebas”
2) Prof. Haryono Suyono (Guru Besar UNAIR, Surabaya)

Judul Makalah:
“Karakter Wirausaha sebagai Modal Dayasaing Pemuda Indonesia menghadapi Era
Global”

6
3) Prof. Prof. Irfan Ridwan Maksum (Guru Besar FISIP UI)

Judul Makalah:

“Meningkatkan Efektivitas Kebijakan dan Program Kewirausahaan di Indonesia”

Pemakalah Tematik
a. Meningkatkan Peran Wirausaha Pemuda dalam Menghadapi MEA dan Pasar
Bebas,
Pemakalah:
1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
2) Dr. Agus Suherman (Dirut Perum Perikanan Indonesia), dan
3) DPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
b. Membangun Karakter Wirausaha Pemuda, dan
1) Dr. Novi Indrastuti (Fakultas Ilmu Budaya, UGM),
2) Dr. Rathoyo Rasdan (Fakultas Pasca Sarjana, IPB, Bogor)
3) ILO-Indonesia
c. Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Kewirausahaan Pemuda
1) Dr. Rahma Iryanti, Kementerian PPN/Bappenas RI
2) Dr. Asep Mulyana (Fakultas Ekonomi, Unpad), dan
3) Dr. Apung Sumengkar (UI)

PESERTA
a. Seminar
Peserta seminar yang diundang berjumlah 150 orang, berasal dari unsur:
 Akademisi dan peneliti,
 pejabat pemerintah pusat dan daerah yang bertanggungjawab di bidang
kepemudaan,
 pemerhati dan praktisi kewirausahaan,
 organisasi kepemudaan, kemahasiswaan, kesiswaan,
 stakeholders lainnya.

b. Lokakarya

7
Peserta lokakarya yang diundang berjumlah 75 orang yang berasal dari unsur:
 Akademisi dan peneliti,
 pejabat pemerintah pusat dan daerah yang bertanggungjawab di bidang
kepemudaan, dan
 pemerhati dan praktisi kewirausahaan.

WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN


Kegiatan Seminar dan Lokakarya Kebijakan Kewirausahaan Pemuda ini akan
diselenggarakan dari tanggal 9 s.d. 12 September 2014, bertempat di Hotel ......, Solo,
Jawa Tengah.

JADWAL KEGIATAN
Jadwal Kegiatan Semianr dan Lokakarya secara rinci disajikan pada lampiran.

8
KISI-KISI MAKALAH
LOKAKARYA KEBIJAKAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA
No Tema/Judul Makalah Kisi-kisi Makalah
1 Meningkatkan Peran Wirausaha Pemuda
dalam MEA dan Pasar Bebas
1.1 Peluang dan Tantangan Wirausaha Muda  Profil Wirausaha Muda Indonesia,
Indonesia dalam MEA dan Pasar bebas  Peluang yang tersedia dalam MEA dan
Pasar Bebas,
 Permasalahan dan tantangan wirausaha
muda Indonesia,
 Kebijakan dan program yang dibutuhkan
1.2 Optimalisasi Potensi Kelautan dan Perikanan  Potensi sumberdaya kelautan dan
melalui Marinepreneurship perikanan Indonesia dan analisis posisi
dayasaing produk-produk kelautan dan
perikanan Indonesia terhadap negara
ASEAN,
 Konsep Marinepreneurship dan peluang
pemuda berwirausaha dibidang kelauatan
dan perikanan,
 Kebijakan dan Program yang dibutuhkan
1.3 Peran Pemerintah dan Stakeholders dalam  Analisis perdagangan barang dan jasa
Mendukung Wirausaha Muda memasuki Pasar negara=negara ASEAN dan posisi
bebas ASEAN pengusaha Indonesia,
 Permasalahan dan tantangan pengusaha
muda Indonesia dalam menghadapi pasar
bebas ASEAN,
 Kebijakan dan program yang dibutuhkan
untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif bagi wirauusaha muda pemula
2 Membangun Karakter Wirausaha Pemuda
2.1 Membangun Budaya Wirausaha di Masyarakat  Pentingnya karakter wirausaha bagi
dan melalui Jalur Pendidikan pemuda,
 Metode dan strategi membentuk jiwa dan
membangun budaya wirausaha di
kalangan pemuda,
 Kebijakan dan program yang dibutuhkan
untuk membangun budaya wirausaha di
kalangan pemuda
2.2 Model Pengembangan Wirausaha Muda di  Posisi strategis pemuda berpendidikan
Perguruan Tinggi tinggi dalam pengembangan
kewirausahaan pemuda,
 Analisis kebijakan dan program
pengembangan kewirausahaan pemuda di
perguruan tinggi,
 Model kebdijakan dan program ideal
dalam menciptakan wirausaha muda
melalui perguruan tinggi
2.3 Model Pelatihan dan Pembimbingan Wirausaha  Konsep pembentukan wirausaha baru,
Muda Pemula di Masyarakat  Lesson Learned kebijakan dan program
pembentukan wirausaha baru di berbagai
negara,

9
 Model penciptaan wirausaha muda
pemula yang ideal untuk kondisi Indonesia
3 Meningkatkan Efektivitas Kebijakan
Kewirausahaan Pemuda
3.1 Refleksi 10 Tahun Kebijakan dan Program  Posisi kewirausahaan dalam konteks
Kewirausahaan di Indonesia strategi pembangunan nasional Indonesia
jangka panjang,
 Perkembangan Program pengembangan
kewirausahaan di Indonesia dalam 10
tahun terakhir,
 Strategi meningkatkan efektivitas
kebijakan dan program pengembangan
kewirausahaan
3.2 Analisis Peran Stakeholders dalam  Analisis stakeholder pengembangan
Implementasi Kebijakan Kewirausahaan kewirausahaan tingkat pusat dan daerah,
 Keterkaitan dan sinergi dalam
implementasi kebijakan pengembangan
kewirausahaan dan pengbangan HMKM,
 Rekomendasi model koordinasi dan
sinergi dalam implementasi kebijakan
kewirausahaan
3.3 Peran Kebijakan dalam Membangun Ekosistem  Landasan Kebijakan Kewirausahaan,
Kewirausahaan yang Dinamis  Program dan kegiatan, serta pembagian
peran dalam pengembangan
kewirausahaan,
 Indikator keberhasilan kebijakan
pengembangan kewirausahaan pemuda

10

Anda mungkin juga menyukai