Anda di halaman 1dari 5

Peran Aktif Pemuda Bersama Pemerintah Dalam Memajukan DKI Jakarta

Peran nyata para pemuda dan mahasiswa dalam 5 gelombang perubahan di Indonesia,
yang berulang hampir 20 tahun sekali dapat kita lihat dari perjalanan sejarah nasional;
sejak kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan
1945, tumbangnya Orde Lama dan sekaligus lahirnya Orde Baru 1966, dan bangkitnya
orde Reformasi 1998.

Perjalanan bangsa di masa berikutnya ada di pundak kaum muda. Kelompok mahasiswa
sebagai inti dari generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain
semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda
kepentingan politik sesaat. Mahasiswa adalah motor penggerak utama perubahan, bukan
hanya di Indonesia, namun juga di hampir seluruh pelosok dunia. Gerakan-gerakan
pembaharuan sosial dan politik –baik melalui revolusi maupun reformasi-- di seluruh
negara di dunia tak pernah lepas dari kaum muda.

Berkaca pada sejarah bangsa Indonesia, revolusi nyaris tak akan pernah terjadi tanpa
inisiatif dari kelompok-kelompok pemuda terpelajar pada waktu itu. Pemuda dan
mahasiswa diakui memang selalu mengambil peran sejarahnya sebagai kekuatan
pendobrak kebekuan dan kemandegan masyarakat. Terbangunnya ikatan nasionalisme
bangsa disemaikan benihnya oleh kaum muda sejak 1908 dan menemukan
momentumnya pada Sumpah Pemuda 1928.

Merumuskan apa dan bagaimana nasionalisme dalam bentuk yang lebih definitif
bukanlah kompetensi dari makalah ini untuk membahasanya lebih jauh. Namun hal yang
perlu digarisbawahi daripadanya adalah bahwa nasionalisme tidak seperti bangunan
statis, tetapi selalu dialektis dan interpretatif, sebab nasionalisme bukan pembawaan
manusia sejak lahir, melainkan sebagai hasil dari peradaban manusia dalam menjawab
tantangan hidupnya.

Dalam pada itu, untuk konteks kekinian, nasionalisme dari pemuda Indonesia semestinya
difokuskan pada kepentingan yang diperjuangkan yaitu menegakkan nilai-nilai (values)
atau sistem nilai (values system) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial, HAM,
kemanusiaan, demokrasi, dan persoalan-persoalan masyarakat yang dihadapi saat ini,
seperti kemiskinan, pengangguran dan dalam skala yang lebih luas yaitu meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi sehingga bangsa kita dapat segera keluar dari krisis
multidimensional ini.

Oleh karena itu, memasuki tema yang diberikan kepada saya dalam dialog ini, yaitu
“Peran Aktif Pemuda Bersama Pemerintah Dalam Memajukan DKI Jakarta,” maka dapat
kita kaitkan bahwa peran sentral dari pemuda sebagai bagian dari masyarakat bersama
pemerintah adalah untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat saat ini. Sekarang
tampaknya masyarakat lebih membutuhkan peran pemuda di bidang ekonomi dan sosial.
Peran pemuda diharapkan dapat menggerakan perekonomian di daerahnya. Banyak
pemuda yang berhasil mengembangkan usahanya, mulai dari usaha kecil-kecilan hingga
besar. Mulai dari modal sendiri hingga menjadi anak angkat perbankan. Apalagi kaum
muda itu banyak ide dan inovasinya sungguh brilian. Ini perlu didorong, sehingga
pemuda benar-benar dapat menjadi agen perubahan dan agen pembangunan bangsa.
Dalam kerangka itu maka kita perlu mencermati bagaimana kondisi angkatan kerja kita.
Berdasarkan data BPS tahun 2006, jumlah angkatan kerja Indonesia hingga Agustus 2006
mencapai 106,39 juta, terlihat bahwa komposisi angkatan kerja didominasi oleh angkatan
kerja dengan pendidikan SD yang mencapai 53,13 persen, sedangkan komposisi
pendidikan tinggi hanya sekitar 0,3 persen.

Angka ini sungguh sangat memprihatinkan dengan dominasi tingkat pendidikan yang
rendah maka dapat diprediksikan kemana dan dimana tenaga kerja itu bekerja sehingga
akan menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan.
Di sisi lain, dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi hanya sekitar empat persen
selama delapan tahun pasca krisis ekonomi telah menyebabkan semakin menumpuknya
jumlah angkatan kerja yang tidak masuk ke pasar tenaga kerja. Data BPS, Agustus 2006,
menunjukan bahwa jumlah pengangguran terbuka telah mencapai 10,9 juta atau sekitar
10,28 persen dari total angkatan kerja.

Dari deskripsi tentang situasi terakhir angkatan kerja kita tersebut, tentu saja penduduk
berusia muda membutuhkan penyediaan berbagai fasilitas hidup. Kelompok usia sekolah
membutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Sedangkan kelompok
lulusan pendidikan membutuhkan lapangan pekerjaan dan media untuk
mengoptimalisasikan potensi yang dimiliki. Belum lagi dengan kebutuhan untuk
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan, jaminan sosial masa depan, serta fasilitas
publik lainnya

Ironisnya, dari berbagai data yang ada, pascakrisis pertengahan 1997 lalu, kelompok usia
muda adalah kelompok yang paling menanggung imbas keterpurukan itu. Dengan
demikian maka pemberdayaan pemuda, harus menjadi prioritas bangsa. Salah satu
program yang penting berkaitan dengan penanggulangan kondisi di atas adalah dengan
menumbuhkan budaya kewirausahaan (entrepreneurship). Kewirausahaan di sini
hendaknya jangan dipahami hanya sekedar kemampuan membuka usaha sendiri. Namun
lebih dari itu, kewirausahaan haruslah dimaknai sebagai momentum untuk mengubah
mentalitas, pola pikir dan perubahan sosial budaya.

Prinsip-prinsip dasar yang ada dalam kewirausahaan itu, antara lain, bagaimana
membangun karakter yang tangguh, kreatif, inovatif, cerdas, mandiri, produktif dan
mampu memanfaatkan peluang atau sumberdaya yang ada. Karenanya, dengan
pengertian yang luas itu, maka pengembangan budaya kewirausahaan mestinya
mencakup lintas bidang, bukan bisnis atau usaha belaka.

Para pemuda kita harus didorong untuk mampu mengubah mentalitas dan standar
berpikir mereka. Selama ini, yang tampak di permukaan adalah fenomena 'generasi
instan'. Banyak anak-anak muda yang bermimpi cepat sukses, kaya dan terkenal. Hal itu
dapat dibuktikan dari maraknya berbagai ajang adu bakat menjadi penyanyi atau artis
yang selalu diserbu ribuan peminat.

Padahal tentu saja, dalam kondisi bangsa yang lemah dalam berbagai aspek, kita tidak
membutuhkan banyak penghibur saja. Kita ingin lahir banyak generasi baru yang handal
dalam inovasi dan aplikasi teknologi untuk mampu mengelola sumberdaya yang
berlimpah di negeri ini. Dengan demikian kita dapat mengurangi, ketergantungan kita
kepada bangsa lain.

Di sinilah kita dapat berharap pemuda dan pemerintah dengan perannya masing-masing
dapat bertemu untuk bersama-sama memajukan wilayah atau daerahnya masing-masing,
dalam hal ini khususnya untuk memajukan masyarakat DKI Jakarta menuju hari depan
yang lebih baik.
Karang Taruna harus tanggap
Kupang, PK
Karang Taruna sebagai pilar partisipasi sosial masyarakat harus peka dan tanggap dalam
menjemput pasar dan peluang bagi perkembangan kewirausahaan. Hal itu disampaikan
Kakanwil Depsos NTT, Drs. Bambang Subroto pada acara penutupan bimbingan
kewirausahaan karang taruna proyek PKT NTT tahun anggaran 1998/1999 di Hotel
Dewata, Sabtu (7/11).

Subroto mengatakan, potensi yang dimiliki Karang Taruna harus dapat diterapkan dan
menyukseskan program kesejahteraan sosial lainnya secara baik.

Menurut Subroto, bimbingan kewirausahaan bertujuan memberikan bekal pengetahuan


dan keterampilan kepada para pengurus/anggota Karang Taruna agar mampu mengelola
kewirausahaan secara profesional melalui usaha ekonomi produktif dengan pola KUBE
(kelompok usaha bersama) yang sesuai dengan sumber dan potensi lingkungan
sekitarnya.

Selain itu dapat Karang Taruna mengatasi dan mengantisipasi permasalahan


kesejahteraan sosial pemuda di wilayah desa/kelurahan.

Pelaksanaan program kewirausahaan Karang Taruna ini, demikian Subroto, sinergi


dengan program pembangunan daerah Propinsi NTT yang lebih dikenal dengan program
tiga batu tungku. Materi yang diajarkan pada bimbingan itu di antaranya teknik
kewirausahaan, manajemen usaha ekonomi produktif Karang Taruna dan teknik
pemasaran.

Bimbingan kewirausahaan yang berlangsung sejak 3 November 1998 itu diikuti 26


pengurus dari 13 Karang Taruna di Kodya Kupang dan 4 orang dari 2 Karang Taruna dari
Kabupaten Belu. Seorang peserta ketika memberi kesannya, sangat berterima kasih pada
panitia atas apa yang mereka dapat pada bimbingan itu. (bb)
Sebagai organisasi sosial yang dikelola & mengelola anak muda (generasi muda), KT
memiliki landasan hukum dalam bentuk Permensos RI yang memposisikannya menjadi
komponen masyarakat fungsional. Proto type ini tergambar sebagaimana PKK dalam
pemberdayaan perempuan, Pramuka dalam gerakan kepanduan, dan PMI dalam
pertolongan kemanusiaan.

Oleh karena itu, kepengurusan KT yang merupakan organisasi fungsional serta


dikukuhkan oleh Pembina/Kepala Daerah harus diselenggarakan dengan kondisi:
1. Memiliki sekretariat/kantor yang representatif;
2. Memperoleh subsidi untuk pengelolaan organisasinya;
3. Memiliki akses terdekat dengan program pemberdayaan sosial
khususnya dalam pembangunan kesejahteraan sosial;
4. Memiliki hak untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan program-program kesejahteraan sosial;
5. Memiliki akses kuat dalam membangun kemitraan diinternal instansi
sosial diluar program pemberdayaan sosial;
6. Memiliki akses yang signifikan dalam membangun kemitraan dengan
intansi lain yang merupakan Pembina Teknis Karang Taruna;
7. Menjadi Ujung Tombak Pembangunan Kesejahteraan Sosial yang diberi
kepercayaan penuh oleh pemerintah dan masyarakat.
Article:
KEDUDUKAN FUNGSIONAL KARANG TARUNA
Tujuan KT
Terwujudnya pertumbuhan & perkembangan kesadaran & tanggung jawab sosial setiap
Warga Karang Taruna (WKT) dlm mencegah, menangkal, menanggulangi, &
mengantisipasi berbagai permasalahan sosial.
Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan WKT yang trampil, berkepribadi-an, dan
berpengetahuan (Adhitya Karya Mahatva Yodha)
Tumbuhnya potensi & kemampuan GM dalam mengembangkan keberdayaan WKT.
Terbentuknya kemampuan WKT menjalin toleransi & menjadi perekat persatu an dlm
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, & bernegara.
Terjalinnya kerjasama antara WKT dalam rangka mewujudkan taraf kesejah-teraan sosial
masyarakat.
Terwujudnya kesejahteraan sosial GM desa/kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan
fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah
kesejahteraan sosial lingkungannya.
Terwujudnya kesejahteraan sosial GM desa/kelurahan yang dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu, terarah, dan berkesinambungan oleh KT bersama pemerintah &
komponen masyarakat lainnya.
MENANGGULANGI BERBAGAI MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
TERUTAMA YANG DIHADAPI GENERASI MUDA, BERSAMA-SAMA
PEMERINTAH DAN KOMPONEN MASYARAKAT LAINNYA, BAIK YANG
BERSIFAT PREVENTIF, REHABILITATIF, MAUPUN PENGEMBANGAN
POTENSI GENERASI MUDA DILINGKUNGANNYA DALAM RANGKA
PENINGKATAN TARAF KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT.
Article:
TUGAS POKOK KARANG TARUNA
Menjadi Organisasi Sosial Generasi Muda yang Handal dalam Penyelenggaraan Usaha
Kesejahteraan Sosial serta Menjadikan Warganya Tangguh Sebagai Ujung Tombak yang
dipercaya dan dibanggakan Masyarakat dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial.
Article:
VISI KARANG TARUNA
Karang Taruna (KT) adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang
tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan
untuk masyarakat terutama generasi muda diwilayah desa/kelurahan atau komunitas adat
sedera-jat dan bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial dan bidang-bidang yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial.

Karang Taruna adalah organisasi non-partisan yg memiliki tugas pokok bersama-sama


pemerintah & komponen masyarakat lainnya menang-gulangi permasalahan sosial
khususnya dikalangan generasi muda;

Pengembangan dan pemberdayaan KT diselenggarakan dalam bingkai kebijakan


pembangunan kesejahteraan sosial oleh instansi sosial dengan menyertakan KT sebagai
subyek. Seluruh pembangunan dibidang kesejahteraan sosial baik oleh pemerintah
maupun masyarakat dalam bentuk UKS dikoordinasikan & diatur (legitimasi) oleh
instansi pemerintah yang menangani bidang kesejahteraan sosial.
Article:
PENGERTIAN KARANG TARUNA

Anda mungkin juga menyukai